201122542 case-hipertensi

30
Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi 1

Transcript of 201122542 case-hipertensi

Page 1: 201122542 case-hipertensi

Get Homework/Assignment Done

Homeworkping.com

Homework Help

https://www.homeworkping.com/

Research Paper help

https://www.homeworkping.com/

Online Tutoring

https://www.homeworkping.com/

click here for freelancing tutoring sites

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Hipertensi atau yang dikenal awam sebagai tekanan darah tinggi merupakan masalah

kesehatan yang masih menetap sampai saat ini, dikarenakan peningkatan prevalensinya, dan

masih banyak penderita yang belum mendapatkan pengobatan maupun yang sudah diobati

tetapi belum mencapai target. Selain itu, hipertensi disertai penyakit penyerta dan komplikasi

yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas.

1

Page 2: 201122542 case-hipertensi

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi

esensial, atau disebut juga hipertensi primer. Menurut The Seventh Report of The Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok

normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 sesuai tabel berikut.

1.2 Epidemiologi

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol

dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal,

dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan

setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak

dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan

penyakit yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui

hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi

makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia

mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita

hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.

Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan

peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata

kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara

keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas

menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,

jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.

2

Page 3: 201122542 case-hipertensi

Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala

atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang

merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

1.3 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi

esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.

1) Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem

renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan

faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta

polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab

spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.

1.4 Faktor Risiko Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas.

Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :

a. Keturunan

Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau

salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar

untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita

hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara

3

Page 4: 201122542 case-hipertensi

signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65

tahun dan laki – laki dibawah 55 tahun.

b. Usia

Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia

seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding

pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi

terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki – laki

lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih

tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin

bertambahnya usia.

c. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah.

Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Secara

umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan

risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya

pengaruh hormon.

d. Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.

Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah.

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat

meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan

pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf

yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut

jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah,

aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.

e. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan

hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan

berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada

4

Page 5: 201122542 case-hipertensi

penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena

hipertensi. Tergantung pada masing – masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas

nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit

kardiovaskuler. Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan

berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.

f. Stress

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat

meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat

mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan

dibuktikan bahwa pajanan terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi

hipertensi.

g. Aktifitas Fisik

Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan

aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan

mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap

hari membantu menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat

menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.

h. Asupan

1) Asupan Natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum

normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan

cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan

dalam transfusi saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler

dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air

menembus membran semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak

berdifusinya lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan

5

Page 6: 201122542 case-hipertensi

zat – zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat – zat terlarut yang tidak dapat

menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi

membran. Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi

terutama di usus halus.

Mekanisme pengaturan keseimbangan volume pertama – tama tergantung pada

perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume

cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan.

Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan

sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.

Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal,

disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup

untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya

mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin

ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah

menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na

dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.

Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif

terhadap natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi

atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi

asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium

lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan

meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.

Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas.

Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika

asupan garam ditambah.

2) Asupan Kalium

Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium

adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan

konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehinggacenderung menarik cairan dari

bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.

6

Page 7: 201122542 case-hipertensi

Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan

sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium.

Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga

penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan

volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga

dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal.

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang

mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi

dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah

dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.

3) Asupan Magnesium

Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot

halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint

national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium

dan tekanan darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi

magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena

adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi

magnesium direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.

4) Kalsium

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan

hipertensi tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari

(untuk total asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap

tekanan darah pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk

mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan

asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi.

Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000 mg per hari.

1.5 Patogenesis

7

Page 8: 201122542 case-hipertensi

Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (control jangka pendek)

dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab

hipertensi melibatkan perubahan – perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular

perifer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer

normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan

norepinefrin, sebuah vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol

sehingga resistensi perifer meningkat.

Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer

meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex

autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang

normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler

yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium

awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan

kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan

darah yang menetap.

1.6 Gejala Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada

hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul

dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul

gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.

Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak

menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan

penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Terdapat gejala biasanya hanya

bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah

epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata

berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan

kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi

dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

8

Page 9: 201122542 case-hipertensi

1.7 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis dan evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang

keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, serta

pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi :

1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)

b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat

analgesik dan bahan lain

c. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, dan palpitasi

d. Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3. Faktor-faktor risiko

a. Riwayat hipertensi atau penyakit kardiovaskuler pada pasien atau keluarga

pasien

b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya

c. Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya

d. Kebiasaan merokok

e. Pola makan

f. Kegemukan, intensitas olahraga

g. Kepribadian

4. Gejala kerusakan organ

a. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, TIA, defisit

sensorik dan motorik

b. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, kaki bengkak

c. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria

d. Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiteb

5. Pengobatan hipertensi sebelumnya

6. Faktor pribadi, keluarga dan lingkungan

Pemeriksaan fisik selain pemeriksaan tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya

penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.

9

Page 10: 201122542 case-hipertensi

Pengukuran tekanan darah mencakup pengukuran rutin di kamar periksa, pengukuran 24 jam

( Ambulatory Blood Pressure Monitoring- ABPM).

Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi terdiri dari :

- Tes darah rutin

- Glukosa darah (sebaiknya puasa)

- Kolesterol total serum

- Kolesterol LDL dan HDL serum

- Asam urat serum

- Kreatinin serum

- Kalium serum

- Hemoglobin dan hematokrit

- Urinalisis (uji carik celup dan sedimen urin)

- Elektrokardiogram

Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan

organ target dapat dilakukan secara rutin, sedangkan pemeriksaan lainnya hanya dilakukan

bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk

mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi :

1. Jantung : pemeriksaan fisik, foto polos dada, EKG, dan ekokardiografi)

2. Pembuluh darah : pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure, USG

karotis, fungsi endotel

3. Otak : pemeriksaan neurologis, CT Scan atau MRI

4. Mata : funduskopi

5. Fungsi ginjal : protein urin, LFG

JNC 7 menyatakan bahwa tes yang lebih mendalam untuk mencari penyebab

hipertensi tidak dianjurkan kecuali jika dengan terapi memadai tekanan darah tidak tercapai.

1.8 Penatalaksanaan hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi menurut JNC 7 mengacu kepada klasifikasinya, sehingga

dapat disimpulkan dalam tabel berikut.

10

Page 11: 201122542 case-hipertensi

JNC 7 juga mengemukakan suatu algoritma sederhana untuk tatalaksana hipertensi

yang terlihat dalam gambar berikut.

11

Page 12: 201122542 case-hipertensi

a. Penatalaksanaan farmakologis

1) Diuretik. Obat golongan ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh melalui urin.

Dengan begitu kerja jantung menjadi lebih ringan. Contoh diuretic adalah

hidroklortiazid (HCT) dan furosemide.

2) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat golongan ini akan melebarkan

pembuluh darah sehingga kerja jantung lebih mudah dan effisien. Contohnya adalah

captopril, dan lisinopril.

3) Antagonis reseptor angiotensin II. Bekerja dengan cara yang sama dengan

penghambat ACE. Contohnya, losartan dan irbesartan.

4) Beta bloker. Bekerja dengan cara mengurangi detak jantung sehingga tekanan darah

menjadi turun. Contohnya propanolol.

12

Page 13: 201122542 case-hipertensi

5) Antagonis kalsium. Bekerja dengan cara mengurangi daya pompa jantung dengan

menghambat kontraksi jantung. Contohnya nifedipin.

Kombinasi obat anti hipertensi dapat digambarkan dalam skema berikut.

b. Penatalaksanaan non farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap

penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi

dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet:

Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan

darah menuju normal.

Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral

Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,

kolesterol dalam darah.

Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

Untuk modifikasi gaya hidup, JNC 7 mengemukakan panduan sebagai berikut.

13

Page 14: 201122542 case-hipertensi

Sedangkan prinsip diet penatalaksanaan hipertensi :

Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang

Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita

Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam

daftar diet

Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat

menggunakan garam lain diluar natrium.

1.8 Preventif

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :

o Memeriksa tekanan darah secara teratur

o Menjaga berat badan dalam rentang normal

o Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat,rendah

lemak dan mengurangi garam.

o Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol

14

Page 15: 201122542 case-hipertensi

o Berolahraga secara teratur

o Hidup secara teratur

o Mengurangi stress dan emosi

o Mengurangi makanan berlemak

15

Page 16: 201122542 case-hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudaru H.Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi IV

revisi. 2007. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, p 599-603

2. JNC 7 Express. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2003.

3. Reference Card of JNC 7. US Department of Health and Human Services. 2003

4. Davey P. Hipertensi dalam At A Glance Medicine. 2006. Jakarta. Erlangga. P 138-9

16

Page 17: 201122542 case-hipertensi

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur :

b. Pekerjaan/pendidikan :

c. Alamat :

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan :

b. Jumlah Anak :

c. Status Ekonomi Keluarga : Kurang, pasien tinggal bersama anak bungsunya yang

sehari-hari berjualan di pasar

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah semi permanen dan perkarangan sempit

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah

- Sampah di angkut petugas

- Jumlah penghuni 5 orang, pasien, 1 orang anak, 1orang menantu dan 2 orang cucu

- Kesan : higiene dan sanitasi baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Pasien tinggal bersama anak bungsunya, seorang menantu dan 2 orang cucu

- Hubungan dengan keluarga baik

17

Page 18: 201122542 case-hipertensi

- Faktor stress dalam keluarga (-)

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Riwayat hipertensi pada keluarga tidak diketahui pasien, karena keluarganya jarang

memeriksakan tekanan darah

- Riwayat diabetes mellitus, penyakit ginjal dan penyakit jantung tidak ada

5. Keluhan Utama

Sakit kepala sejak 2 hari yang lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Sakit kepala sejak 2 hari yang lalu, tidak terasa berputar, terasa seperti menekan di

seluruh kepala. Sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk. Pasien juga

mengeluhkan sulit tidur sejak 2 hari ini.

Mual dan muntah tidak ada

Keluhan mata kabur disangkal

Nyeri dada tidak ada, dada terasa berdebar-debar tidak ada, sesak nafas saat

beraktivitas tidak ada

Nafsu makan biasa. Pasien mengaku tidak pernah membatasi lemak dan garam

dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pasien juga tidak teratur

mengkonsumsi sayur dan buah.

BAB dan BAK tidak ada keluhan

Riwayat kebiasaan merokok ada . Tetapi pasien mengaku sudah berhenti sejak 5

tahun yang lalu.

Riwayat konsumsi alkohol tidak ada

Riwayat kebiasaan olahraga tidak ada. Pasien mengaku hanya berjalan-jalan pagi

bersama cucunya yang masih balita di lingkungan sekitar rumah.

Pasien dikenal hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Pasien mengaku jarang kontrol

teratur ke Puskesmas, karena merasa tidak ada keluhan. Terakhir kali

memeriksakan tekanan darahnya kira-kira 1 bulan yang lalu, tetapi pasien tidak

ingat berapa tekanan darahnya saat itu. Pasien diberi obat, yakni kaptopril yang

dimakan 2 kali sehari, karena merasa membaik, pasien tidak pernah kontrol lagi

ke Puskesmas.

18

Page 19: 201122542 case-hipertensi

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 84x/ menit

Nafas : 22x/menit

TD : 150/90 mmHg

Suhu : 36,80C

BB : 65 Kg

TB : 160 cm

IMT : 25,39 (overweight)

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Kulit : Turgor kulit baik

Dada

Paru

Inspeksi : simetris ki = ka

Palpasi : fremitus ki = ka

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Anggota gerak : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

19

Page 20: 201122542 case-hipertensi

8. Laboratorium Anjuran :

Pemeriksaan profil lipid

9. Pemeriksaan anjuran :

-

10. Diagnosis Kerja

- Hipertensi Grade I ec Essensial

- Overweight

11. Diagnosis Banding :

-

12. Manajemen

a. Preventif :

- Menganjurkan pasien untuk menurunkan berat badannya. Karena IMT pasien ini

mencapai angka 25,39 (overweight), maka diharapkan IMT targetnya antara 18,5

– 24,9. Berarti diharapkan pasien ini menurunkan berat badannya untuk mencapai

berat badan ideal sesuai IMT yang diharapkan. Dengan menurunkan berat badan,

tekanan darah dapat diturunkan rata-rata 5 – 20 mmHg/10 kg berat badan yang

diturunkan.

- Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi buah dan sayuran setiap harinya, serta

mengurangi konsumsi makanan dengan lemak tinggi. Selain itu dianjurkan untuk

mengurangi penggunaan garam pada makanan yang dikonsumsi setiap harinya.

- Menganjurkan pasien untuk meneruskan kebiasaan jalan paginya selama 30 menit,

teratur, dan sangat baik bila dilakukan setiap hari, bila sulit membiasakan diri,

dapat dimulai minimal 3 kali seminggu.

- Menjelaskan semua anjuran yang diterima pasien kepada anak pasien, sehingga

dapat membantu mengontrol penyakit pasien.

b. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan, akan

tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat dan

mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur berdasarkan petunjuk dokter.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan anti hipertensi umumnya untuk

selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan

naiknya tekanan darah. Dijelaskan juga pada pasien, masih ada kemungkinan

20

Page 21: 201122542 case-hipertensi

untuk menurunkan dosis antihipertensi atau jumlah obatnya bila patuh terhadap

terapi nonfarmakologis, akan tetapi tekanan darah pasien harus dikontrol ketat.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa target tekanan darah yang harus dicapai adalah

< 140/90 mmHg dengan pemberian antihipertensi dan modifikasi gaya hidup

mencakup penurunan berat badan, peningkatan konsumsi sayur dan buah,

mengurangi konsumsi garam, dan olahraga teratur.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa obat hipertensi yang dikonsumsinya

merupakan dosis yang sesuai dan aman, sehingga tidak perlu takut bila harus

memakan obat setiap hari. Dijelaskan kepada pasien bahwa obat hipertensi yang

diberikan mungkin menimbulkan gejala batuk-batuk, tetapi tidak perlu

dikhawatirkan, kecuali bila batuknya bertambah hebat, hingga muncul sesak

nafas.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi yang dideritanya menimbulkan

gejala sakit kepala, sulit tidur, hingga rasa berat di tengkuk. Dengan

mengkonsumsi obat anti hipertensi dan kontrol tekanan darah teratur, diharapkan

gejala ini hilang dengan sendirinya. Ditekankan pada pasien bahwa hipertensi

adalah penyakit yang memerlukan kepatuhan dalam berobat dan kontrol karena

tidak dapat disembuhkan dan dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi yang dideritanya dapat

menyebabkan komplikasi pada bagian tubuh lainnya, yakni jantung, otak, ginjal,

pembuluh darah, dan mata. Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya pembesaran

ruang jantung, nyeri dada, hingga gagal jantung. Pada otak dapat menyebabkan

stroke dan di ginjal dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyebab hipertensi juga berhubungan dengan

keturunan, sehingga anak pasien sebaiknya juga diberikan edukasi tentang

hipertensi

c. Kuratif :

- Captopril 2 x 12,5 mg

d. Rehabilitatif :

- Kontrol teratur ke Puskesmas untuk cek tekanan darah dan penyesuaian dosis dan

penambahan obat antihipertensi.

21

Page 22: 201122542 case-hipertensi

\

22

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Nanggalo

Jl.Padang Pasir IV No.1

Dokter : Iga Moulina

Tanggal : 10 Maret 2012

R/ Captopril tab 12,5 mg No. VI

S2 dd tab 1£

Pro : Umur : Alamat :