201012-006
-
Upload
yany-r-setyawati -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of 201012-006
Jurnal Kesehatan Kartika 41
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CINGAMBUL
KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010
Suzana Indragiri dan Ika Sri Hayati
STIKes Cirebon
ABSTRAK
Di Indonesia prevalensi Hepatitis B naik 4,2%, yaitu dari 5,2% pada tahun 1995, menjadi 9,4% pada
tahun 2003. Cakupan imunisasi hepatitis B dini di Kabupaten Majalengka sampai sekarang belum
mencapai target yang telah ditentukan yaitu 80%. Pada tahun 2009 Puskesmas Cingambul merupakan
puskesmas yang hasil cakupan imunisasi Hepatitis B dininya paling rendah di Kabupaten Majalengka.
Rendahnya cakupan imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan menimbulkan masalah kesehatan yang
serius bagi masyarakat, yang dapat menyebabkan meningkatnya angka prevalensi Hepatitis B dan pada
akhirnya akan bertambah penderita kronik yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi hepatitis B pada bayi di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten Majalengka Tahun 2010. Penelitian ini adalah
penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan sampel ibu yang mempunyai
bayi berusia 0-1 bulan dengan jumlah sampel adalah seluruh total populasi yaitu 37 orang. Uji statistik
yang digunakan adalah Chi Square Berdasarkan hasil penelitian didapatkan proporsi terbesar yaitu bayi
yang tidak diimunisasi (59,5 %), umur responden >35 tahun (37,8 %), tingkat pendidikan rendah (64,9%),
responden yang tidak bekerja (62,2%), paritasnya grandemulti (40,5%), tingkat pengetahuan yang kurang
(67,6%), sikapnya negatif (62,2%),tidak terjangkau (59,5%) dan keluarga yang tidak mendukung (67,6%)
sedangkan dari hasil uji statistik Chi Square, didapatkan bahwa umur (p=0,011), pendidikan
(p=0,000),paritas (p=0,004),pengetahuan (p=0,000),sikap (p=0,001), keterjangkauan (p=0,020) dan
dukungan keluarga (p=0,009) mempunyai hubungan dengan status imunisasi hepatitis B dini tetapi tidak
ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan (p=1,000) dengan status imunisasi hepatitis B dini. Peniliti
memberikan saran perlu ditingkatkan pembinaan kepada para bidan agar dalam melakukan pemeriksaan
kehamilan lebih meningkatkan penyuluhan mengenai imunisasi hepatitis B dini dan memanfaatkan waktu
kontak pertama dengan bayi untuk member imunisasi hepatitis B dini.
Kata kunci : Imunisasi hepatitis B dini, Bayi
ABSTRACT
In Indonesia, the prevalence of hepatitis B rise 4.2% from 5.2% in 1995, to 9.4% in 2003. hepatitis B early
immunization coverage in Majalengka until now has not reached the set targets of 80%. In 2009
Puskesmas Cingambul is the lowest coverage of hepatitis B early immunization in Majalengka. The low
coverage of hepatitis B immunization as early as possible will lead to serious health problems for society,
which can lead to increased prevalence of Hepatitis B and will ultimately increase patient may progress to
chronic liver cirrhosis. The purpose of this study is to determine the factors associated with hepatitis B
immunization status in infants in the working area UPTD Puskesmas Cingambul Majalengka Year 2010.
This study is an analytical survey with cross sectional approach, using a sample of mothers who had
infants aged 0-1 months with a number of samples is the total population that is 37 people. The statistical
test used was the Chi Square Based on the results, the largest proportion of infants who are not
immunized (59.5%), respondents aged 35 years (37.8%), low education level (64.9%), respondents who
Jurnal Kesehatan Kartika 42
did not work (62.2%), Grande Multi Para (40.5%), level of less knowledge (67.6%), negative attitudes
(62.2%), not reached (59.5%) and families that do not support (67.6%) while the results of Chi square test,
showed that age (p = 0,011), education (p = 0.000), paritas (p = 0.004), knowledge (p = 0.000), attitude (p
= 0.001) , affordability (p = 0.020) and family support (p = 0,009) have a relationship with hepatitis B
immunization status early but there was no significant correlation between the work (p = 1,000) with
hepatitis B immunization status early. Researchers provide advice needs to be improved guidance to the
midwives for prenatal care in doing more to increase counseling about hepatitis B immunization early and
take advantage of the time the first contact with the baby to give hepatitis B immunization early.
Keyword : Hepatitis B immunization early, baby
A. PENDAHULUAN
Selama kurun waktu 12 tahun, prevalensi hepatitis B di Indonesia naik 4,2%, yaitu dari 5,2%
(2,4% - 9,1%) pada tahun 1995, menjadi 9,4% (2,5% - 36,17%) pada tahun 2003. Oleh karena itu
infeksi Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan yang serius dan mendesak. Tanpa
adanya program pencegahan maka dikuatirkan angka prevalensi akan terus meningkat. Sedangkan
Hasil cakupan imunisasi hepatitis B secara nasional pada tahun 2008 cakupan imunisasi hepatitis B
sebesar 82,35%. Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Barat cakupan imunisasi hepatitis B di Jawa
Barat pada tahun 2009 sebesar 85,63%.
Pemberian imunisasi hepatitis B sedini mungkin (0 – 7 hari) dilanjutkan dengan dosis kedua
dan ketiga dengan interval yang tepat pada semua bayi yang dilahirkan akan menurunkan prevalensi
hepatitis B secara bermakna.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, bila dibandingkan dari tahun ke tahun
cakupan imunisasi hepatitis B dini ada peningkatan tahun 2005 sebesar 51,34%, tahun 2006
sebesar 51,34%,tahun 2007 sebesar 65,49% ,dan tahun 2008 sebesar 69,61%, sedangkan tahun
2009 dari 20.504 bayi yang dilahirkan mendapat imunisasi hepatitis B dosis pertama 72,53% belum
dapat mencapai target yang telah ditentukan yaitu 80%.
Cakupan imunisasi hepatitis B dini di tingkat Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh
pencapaian di tingkat Puskesmas. Salah satu puskesmas yang cakupan imunisasi hepatitis B dini
nya masih rendah adalah Puskesmas Cingambul, dari tahun ke tahun peningkatannya tidak
signifikan yakni tahun 2005 sebesar 24,57%, tahun 2006 sebesar 25,04%, tahun 2007 sebesar
25,96% dan tahun 2008 sebesar 31,90% serta tahun 2009 sebesar 35,65% dari target 80%. Pada
tahun 2009 Puskesmas Cingambul merupakan puskesmas yang hasil cakupan imunisasi Hepatitis B
dininya paling rendah di Kabupaten Majalengka.
Ketidaktercapaian cakupan imunisasi hepatitis B dini di tingkat Puskesmas dipengaruhi oleh
pencapaian di tingkat Desa. Banyak hal yang bisa menyebabkan cakupan imunisasi hepatitis B dini
rendah salah satunya adalah ditentukan oleh faktor internal yaitu karakteristik ibu yang bersangkutan
dan program kesehatan, pengetahuan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan. Green (1980)
menyatakan masalah kesehatan dipengaruhi 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor bukan
perilaku (herediter). Perilaku adalah tindakan atau perbuatan dari suatu organisme yang dapat
diamati dan dipelajari. Beberapa faktor perubahan perilaku menurut Green yaitu : faktor predisposisi
yang terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan persepsi yang menjadi dasar motivasi
individu atau kelompok untuk bertindak. Faktor pemungkin yaitu keterampilan dan sumber daya yang
Jurnal Kesehatan Kartika 43
diperlukan untuk menunjang perilaku kesehatan (tersedianya fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan,
terjangkaunya biaya dan jarak), faktor penguat (keluarga, kelompok teman sebaya, orang tua,
petugas kesehatan, dan lain-lain). Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang
berhubungan dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari) pada bayi di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Cingambul Kabupaten Majalengka Tahun 2010”.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0 sampai 1 bulan
terhitung mulai bulan Juni - Juli di wilayah Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka Tahun
2010 sebanyak 37 orang. Sampel yang diambil adalah seluruh total populasi. Teknik pengumpulan
data menggunakan wawancara dengan kuesioner sebagai instrument pengumpulan data. Analisis
data terdiri dari analisis univariabel untuk melihat distribusi dan persentase dari tiap variabel dan
analisis bivariabel dilakukan pengujian statistik dengan Kai Kuadrat (Chi square).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
Dari hasil penelitian dapat dilihat gambaran distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Frekeunsi Masing-Masing Variabel
No. Variabel Frekeunsi Persentase
1. Status Imunisasi Imunisasi Tidak Imunisasi
22 15
59.5 40.5
Total 37 100.0
2. Umur Responden > 35 tahun 20 – 35 tahun < 20 tahun
14 11 12
37.8 29.7 32.4
Total 37 100.0
3. Tingkat Pendidikan Responden Rendah Tinggi
24 13
64.9 35.1
Total 37 100.0
4. Pekerjaan Responden Bekerja Tidak Bekerja
14 23
37.8 62.2
Total 37 100.0
5. Paritas
≥4 kali ( Grandemulti) 4 kali (Multi) 1 kali (Primi)
15 11 11
40.5 29.7 29.7
Total 37 100.0
Jurnal Kesehatan Kartika 44
No. Variabel Frekeunsi Persentase
6. Pengetahuan Baik Kurang
12 25
32.4 67.6
Total 37 100.0
7. Sikap Positif Negatif
14 23
37.8 62.2
Total 37 100.0
8. Keterjangkuan Terhadap Pelayanan Terjangaku Tidak Terjangkau
15 22
40.5 59.5
Total 37 100.0
9. Dukungan Keluarga Mendukung Tidak mendukung
12 25
32.4 67.6
Total 37 100.0
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang diteliti, sebagian
besar responden diimunisai, yaitu 22 responden (59,5%). Berdasarkan karakteristik, maka
dapat diketahui bahwa sebagian besar umur responden adalah > 35 tahun yaitu sebanyak 14
responden (37,8%), mempunyai tingkat pendidikan rendah 24 responden (64,9%), terdapat 23
responden (62,2,0%) yang tidak bekerja. Sedangkan paritas responden sebagian besar
paritasnya ≥4 kali (Grandemulti) yaitu 15 responden (40,5). Responden sebagian besar
mempunyai pengetahuan kurang, yaitu sebanyak 25 responden (67,6%), dan responden yang
sikapnya negative adalah 23 responden (62,2%). Dan dari 37 responden, sebagian responden
tidak terjangkau terhadap pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 22 responden (59,5%), dan
keluarga responden yang tidak mendukung terhadap pemberian imunisasi adalah sebanyak 25
responden (67,6%).
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Antara Umur Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Dini (0-7 Hari)
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur Dan Status Imunisasi Hepatitis B Dini di
UPTDPuskesmas Cingambul Kabupaten MajalengkaTahun 2010
Umur
Status Imunisasi Hepatitis B Dini Total
P
Value Tidak Diimunisasi
n % n % n %
< 20 tahun 20-35 tahun >35 tahun
9 9 4
75,0 81,8 28,6
3 2 10
25,0 18,2 71,4
12 11 14
100 100 100
0,011
Total 22 59,5 15 40,5 37 100
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang diteliti, dapat
diketahui bahwa baik pada umur < 20 tahun dan umur 20-36 tahun tidak memberikan imunisasi
hepatitis B secara dini sedangkan pada umur responden >35 tahun sebagian besar responden
memberikan imunisasi hepatitis B secara dini, dan dari hasil uji dinyatakan p value (0.011),
Jurnal Kesehatan Kartika 45
yang berarti ada hubungan yang bermakna antara umur dengan status imunisasi hepatitis B
dini (0-7 hari).
Herbert Hutabarat dalam Idwar mengatakan bahwa ibu lebih tua cenderung lebih banyak
pengalaman dan informasi yang didapat tentang manfaat imunisasi. Umur adalah salah satu
faktor penunjang dalam menciptakan kondisi hidup yang sehat. Semakin tinggi umur
seseorang, semakin banyak pula pengalaman yang didapat tentang kesehatan.
Noviyandi melaporkan hal yang sama yaitu di Kecamatan Matraman umur ibu < 20 tahun
dan umur ibu 20-35 tahun cenderung lebih sedikit bila dibandingkan dengan ibu-ibu yang
umurnya > 35 tahun, terutama pada pemberian imunisasi hepatitis B dini akan tetapi tidak
berpengaruh pada imunisasi tahap berikutnya.
b. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Dini (0-7 Hari)
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Dan Status Imunisasi Hepatitis B
Dini (0-7 Hari) di UPTD Puskesmas CingambulKabupaten MajalengkaTahun
2010
Pendidikan
Status Imunisasi Hepatitis B Dini Total
P
Value Tidak Diimunisasi
n % n % n %
Rendah Tinggi
20 2
83,3 15,4
4 11
16,7 84,6
24 13
100 100
0,000
Total 22 59,5 15 40,5 37 100
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang diteliti, dapat
diketahui bahwa pada pendidikan rendah sebagian besar responden tidak memberikan imunisasi hepatitis B secara dini, yaitu 20 responden (83,3%). Sedangkan pada pendidikan tinggi sebagian besar responden (84,6%) memberikan imunisasi hepatitis B secara dini, dan dari hasil uji dinyatakan p value (0.000), yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan
responden dengan status imunisasi Hepatitis B dini (0-7 hari). Hasil penelitian ini tidak jauh
berbeda dengan penelitian lain seperti penelitian Idwar di Kabupaten Aceh Besar menemukan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka semakin besar peluang untuk
mengimunisasikan bayinya. Solita menyebutkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan dasar. Hakimi menyatakan bahwa ibu yang
berpendidikan memiliki pengertian dan tingkat pengetahuan yang baik tentang imunisasi
sehingga mendukung keberhasilan program imunisasi anak.
c. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Dini (0-7 Hari)
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Dan Status Imunisasi Hepatitis B
Dini (0-7 Hari) di UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten
Pekerjaan
Status Imunisasi Hepatitis B Dini Total
P
Value Tidak Diimunisasi
n % n % n %
Tidak Bekerja Bekerja
14 8
60,9 57,1
9 6
39,1 42,9
23 14
100 100
1,000
Jurnal Kesehatan Kartika 46
Total 22 59,5 15 40,5 37 100
Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang diteliti, dapat diketahui bahwa pada responden yang tidak bekerja sebagian besar responden (60.9%) tidak memberikan imunisasi hepatitis B secara dini. Sedangkan pada responden yang bekerja pun sebagian responden (57,1%) tidak memberikan imunisasi hepatitis B secara dini, dan dari hasil uji dinyatakan p value (1.000), yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari).
Hasil penelitian menunjukkan bahwatidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Suandi di Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka yang menyatakan bahwa status pekerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap imunisasi hepatitis B. Singarimbun, menjelaskan bahwa ibu-ibu yang bekerja di luar rumah seringkali memberikan imunisasi pada anaknya dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak bekerja.
Tidak adanya hubungan kemaknaan antara status pekerjaan responden dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari) pada bayi dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh kemungkinan besar tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu yang masih rendah dan kurangnya informasi mengenai imunisasi yang diterima oleh ibu-ibu baik ibu yang tidak bekerja maupun yang bekerja.
d. Hubungan Antara Paritas Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Dini (0-7 Hari)
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Paritas Dan Status Imunisasi Hepatitis B Dini
(0-7 Hari) di UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten MajalengkaTahun 2010
Paritas
Status Imunisasi Hepatitis B Dini
Total
P
Value
Tidak Diimunisasi
n % n % n %
Primipara (1 kali)
Multipara (2-3 kali)
Grandemulti(>3 kali)
9
9
4
81,8
81,8
26,7
2
2
11
18,2
18,2
73,3
11
11
15
100
100
100
0,004
Total 22 59,5 15 40,5 37 100
Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang diteliti, dapat diketahui bahwa berdasarkan paritas, responden dengan primipara dan multipara sebagian besar responden (81,8%) tidak memberikan imunisasi hepatitis B secara dini. Sedangkan pada responden dengan paritas grandemulti sebagian besar responden (73,3%) memberikan imunisasi hepatitis B secara dini, dan dari hasil uji dinyatakan p value (0.004), yang berarti ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas responden dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari). Menurut Fortney dalam Bayna paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janinnya selama kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan penelitian Noviyandi, yang menyatakan bahwa responden yang paritasnya > 4 kali mempunyai peluang 2,9 kali untuk imunisasi hepatitis B dibandingkan dengan responden yang paritasnya < 4 kali.
Jurnal Kesehatan Kartika 47
e. Hubungan Antara PengetahuanDengan Status Imunisasi Hepatitis B Dini (0-7 Hari)
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Dan Status Imunisasi Hepatitis B
Dini (0-7 Hari) di UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten Majalengka
Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang diteliti, dapat diketahui bahwa pada responden yang mempunyai pengetahuan kurang, sebagian besar responden (84,0%) tidak memberikan imunisasi hepatitis B secara dini. Sedangkan pada pengetahuan tinggi sebagian besar responden (91,7%) memberikan imunisasi hepatitis B secara dini, dan dari hasil uji dinyatakan p value (0.000), yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari).
Hasil yang sama didapatkan dari penelitian Idwar yang menyatakan terdapat peluang lebih besar untuk mengimunisasikan bayinya pada ibu yang pengetahuannya baik dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang. Terbentuknya pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan didasari oleh tingkat pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin baik pengetahuannya tentang pelayanan kesehatan dan semakin tinggi tingkat permintaan terhadap pelayanan kesehatan.
f. Hubungan Antara Sikap Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Dini (0-7 Hari)
Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Sikap Dan Status Imunisasi Hepatitis B Dini (0-7
Hari) di UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten MajalengkaTahun 2010
Sikap
Status Imunisasi Hepatitis B Dini
Total
P
Value
Tidak Diimunisasi
n % n % n %
Negatif
Positif
19
3
82,6
21,4
4
11
17,4
78,6
23
14
100
100
0,001
Total 22 59,5 15 40,5 37 100
Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang diteliti, dapat diketahui bahwa pada responden dengan sikap negative, sebagian besar responden (82,6%) tidak memberikan imunisasi hepatitis B secara dini. Sedangkan responden dengan sikap positif sebagian besar responden (78,6%) memberikan imunisasi hepatitis B secara dini, dan dari hasil uji dinyatakan p value (0.001), yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan status imunisasi Hepatitis B dini (0-7 hari). Thaha menyebutkan bahwa penggunaan sarana pelayanan kesehatan (Posyandu) dipengaruhi oleh sikap ibu terhadap objek tersebut yaitu ibu yang mempunyai sikap positif maka prakteknya baik dan sebaliknya pada ibu yang mempunyai sikap negatif.
Pengetahuan
Status Imunisasi Hepatitis B Dini
Total
P
Value
Tidak Diimunisasi
N % n % n %
Kurang
Baik
21
1
84,0
8,3
4
11
16,0
91,7
25
12
100
100
0,000
Total 22 59,5 15 40,5 37 100
Jurnal Kesehatan Kartika 48
g. Hubungan Antara Keterjangkauan Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Dini (0-7
Hari)
Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Keterjangkauan Dan Status Imunisasi Hepatitis
B Dini (0-7 Hari) di UPTD Puskesmas Cingambul Kabupaten MajalengkaTahun
2010
Keterjangkauan
Status Imunisasi Hepatitis B Dini
Total
P
Value Tidak Diimunisasi
n % n % n %
Tidak Terjangkau
Terjangkau
17
5
77,3
33,3
5
10
22,7
66,7
22
15
100
100
0,020
Total 22 59,5 15 40,5 37 100
Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang diteliti, dapat diketahui bahwa menurut keterjangkuan, sebagian besar responden (77,3%) yang tempatnya tidak terjangkau dengan tempat pelayanan kesehatan tidak memberikan imunisasi hepatitis B secara dini. Sedangkan responden yang tempatnya terjangkau sebagian besar responden (66,7%) memberikan imunisasi hepatitis B secara dini, dan dari hasil uji dinyatakan p value (0.020), yang berarti ada hubungan yang bermakna antara keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwaada hubungan yang bermakna antara keterjangkauan pada pelayanan kesehatan dengan status imunisasi Hepatitis B dini (0-7 hari). Hasil penelitian Nanang menemukan bahwa ada hubungan yang negatif antara jarak tempat tinggal dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, makin jauh suatu pelayanan kesehatan dasar, makin segan mereka datang ke tempat pelayanan kesehatan. Jarak terkait dengan sarana transportasi dan komunikasi, pada umumnya ibu di pedesaan memilih waktu khusus untuk pergi ke Puskesmas atau ke Bidan.
h. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Dini (0-7
Hari)
Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga Dan Status Imunisasi
Hepatitis B Dini (0-7 Hari) di UPTD Puskesmas CingambulKabupaten
MajalengkaTahun 2010
Dukungan Keluarga
Status Imunisasi Hepatitis B Dini
Total
P
Value Tidak Diimunisasi
n % n % n %
Tidak Mendukung
Mendukung
19
3
76,0
25,0
6
9
24,0
75,0
25
12
100
100
0,009
Total 22 59,5 15 40,5 37 100
Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang diteliti, dapat diketahui bahwa responden yang mendapatkan dukungan keluarga cenderung akan memberikan imuniasi hepatitis B secara dini (75,0%). Sedangkan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sebagian besar responden (76,0%) tidak memberikan imunisasi hepatitis B secara dini, dan dari hasil uji dinyatakan p value (0.009), yang berarti ada
Jurnal Kesehatan Kartika 49
hubungan yang bermakna antara dukungan kelurga dengan status imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari).
Menurut Friedman dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi dukungan keluarga meliputi kelas sosial, bentuk-bentuk keluarga, latar belakang keluarga, siklus kehidupan keluarga, model-model peran peristiwa situasional khususnya masalah masalah kesehatan atau sakit.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Ibu Bayi di Puskesmas Cingambul, maka peneliti
mengambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan,
pekerjaan, paritas, pengetahuan, sikap, keterjangkauan dan dukungan keluarga dengan status
imunisasi hepatitis B dini (0-7 hari) pada bayi.
Peneliti menyarankan kepada Puskesmas Perlu adanya koordinasi yang baik antara lintas
program dan petugas imunisasi di puskesmas untuk melaksanakan program imunnisasi seoptimal
mungkin dan Perlu ditingkatkan pembinaan kepada para bidan baik bidan desa maupun bidan
puskesmas agar dalam melakukan pemeriksaan kehamilan lebih meningkatkan penyuluhan
mengenai imunisasi serta pemberian penyuluhan yang modelnya disesuaikan dengan tingkat
pendidikan dan umur ibu di wilayah kerja Puskesmas Cingambul. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
Majalengka perlu ditingkatkan koordinasi dan kemitraan antara dinas Kesehatan, dengan
organisasi profesi seperti IBI, IDAI agar cakupan hepatitis B dini meningkat dan agar pelayanan
kesehatan terjangkau maka harus dilakukan pemerataan bidan desa dengan mempertimbangkan
luas wilayah dan pengembangan posyandu yang ada secara merata dengan pembentukan kader-
kader yang terdidik tentang pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Asep, S. (2001). Pengaruh Penolong Persalinan Terhadap Kontak Pertama Imunisasi, di Kecamatan
Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2001. Tesis.FKM UI, Jakarta
Arikunto, S (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta
Anthony,F.HepatitisB.[Online}.Tersedia:http://www.wikipedia.org/wiki/hepatitis Download : tanggal 23 Mei
2010.
Bhisma, M. (1995). Penerapan Metode Statistik non Parametrik dalam Ilmu Kesehatan. Granmedia
Pustaka Utama, Jakarta
Depkes RI (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI, Jakarta.
………….. (1999). Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Direktorat Binkesmas-Direktorat Bina
Kesehatan Keluarga. Jakarta.
Jurnal Kesehatan Kartika 50
Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka (2009). Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka. Dinkes
Kabupaten. Majalengka
Hidayat (2000). Tinjauan Komprehhensif Hepatitis Virus Pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Idwar (1999). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Pada Bayi (0-
11bulan) di kabupaten aceh besar provinsi daerah istimewa aceha tahun 1998/1999. Tesis.
FKM UI, Jakarta.
Mohammad, K. (1988). Peranan Keluarga Dalam Kesehatan. Majalah Prisma. Jakarta.
Puskesmas Cingambul (2009). Laporan Evaluasi Tahunan, Puskesmas Cingambul, Majalengka.
Solita, S. (1993). Sosiologi Kesehatan:Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Soekidjo, N., dkk (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset,
Yogyakarta.
Soekidjo, N. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
…………… (2005). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta.
Sulaiman A, J. (1995). Virus Hepatitis A sampai E di Indonesia. Yayasan Penerbit ikatan Dokter
Indonesia, Jakarta.
Thaha, R. M., (1990). Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Praktek Penggunaan Posyandu Oleh Ibu
Balita Di Kotamadya Ujung Pandang. Program Pasca Sarjana Program Studi IKM.FKM UI. Jakarata.
_______, Peran Keluarga Dalam Kesehatan, [Online]. Tersedia dari: http://masmamad.blogspot.com.
Download : 2 Juni 2010.