18 281 NN Karakteristik Sedimen Bangka Belitung2 RevFinal RevBN Fmt 18
18
Transcript of 18
i
INSTRUMEN PENELITIAN
PROFIL GURU IDEAL MENURUT SISWA
DI SMA TEUKU UMAR SEMARANG TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan program
strata I (S-I) pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Oleh
Gita Permata Sari
1102401008
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2005
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi.
Hari :
Tanggal :
Semarang, September 2005
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra Sukewi Sugito Dr. Haryono.M.Psi
NIP. 130350488 NIP. 131570050
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. H. Siswanto, M.M. Drs. Sukirman,M.Si
NIP. 130515769 NIP. 131570066
Penguji I Penguji II
Drs. Hardjono Dra. Sukewi Sugito
NIP. 1306781006 NIP. 130350488
Penguji III
Dr. Haryono. M.Psi
NIP. 131570050
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulus di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri. Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, September 2005
Gita Permata Sari
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
� Segala sesuatu kerjakanlah dengan penuh iklas kendatipun hal itu
menghabiskan tenaga, terkuras pikiran dan waktu, semuanya ada nilainya
disisi Allah.
� Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang khusyu’
(Al-Baqoroh 45)
Jujur dari lubuk hatiku kupersembahan:
Untuk orang tuaku, terimakasih atas segala kasih sayangnya, doa dan air mata
yang selalu tercurah untukku dan aku yakin kalian selalu memperhatikan dan
menyayangiku.
Keluarga dan saudara saudaraku ( Tante, Om, dan kakakku )
Mas Zaed yang telah memberikan kesabaran dan motivasinya kepadaku
Sahabat-sahabatku yang telah menemaniku ( Agung, Fajar, Emil, Titin, Diah,
Heni )
Teman-temanku seperjuangan angkatan 2001
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT, Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan segala
rahmat, hidayah, karunia dan bimbingan-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan
judil “Profil Guru Ideal Menurut Siswa di SMA Teuku Umar Semarang”
sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini didak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
ucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :
1. Dr. H. A.T. Sugito, SH.MM selaku Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk memperoleh
pendidikan formal di UNNES sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan
dengan baik.
2. Drs. H. Siswanto, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan rekomendasi penelitian
sehingga penelitian ini dapat dilangsungkan di SMA Teuku Umar
Semarang.
3. Drs. Haryanto selaku Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
yang telah memberikan kepercayaan untuk dilakukan penelitian tentang
Profil Guru Ideal Menurut Siswa di SMA Teuku Umar Semarang
4. Dra. Sukewi Sugito selaku dosen pembimbimbing I yang telah memberikan
saran dan masukan dalam skripsi ini.
vii
5. Dr. Haryono, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar selalu
membantu dan mengarahkan serta memberikan masukan terhadap
kesempurnaan skripsi ini.
6. Drs Hardjono selaku penguji yang telah memberikan masukannya dalam
penulisan skripsi ini.
7. Bapak Pramuji Nugroho As selaku Kepala Sekolah SMA Teuku Umar
Semarang yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian kepada lembaga yang dipimpinnya.
8. Seluruh Guru dan staf serta para murid SMA Teuku Umar Semarang yang
telah banyak membantu peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan
dengan lancar
9. Teman-teman dan semua pihak yang telah menbantu dalam menyusun
kripsi ini.
Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal
kebaikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna , maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kelengkapan dan
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, Oktober 2005
Penulis
viii
ABSTRAK
Sari, Permata Gita. 2005. Profil Guru Ideal Menurut Siswa di SMA Teuku
Umar Semarang. Skripsi 114 Halaman. Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan, FakultasIlmu Pendidikan. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I:Dra. Sukewi Sugito, Pembimbing II : Dr.
Haryono M.Psi.
Kata Kunci : Profil Guru Ideal Menurut Siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan profil guru ideal
menurut siswa. Dengan terdeskripsikannya profil guru ideal menurut siswa dapat
memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, serta dapat menjadi masukan bagi
pelaksanaan proses belajar dan mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas
dan kemampuan guru dalam proses belajar dan mengajar.
Lokasi penelitian ini adalah SMA Teuku Umar Semarang. Pengumpulan
data dilakukan sejak bulan Mei sampai Juli 2005, dengan sasaran siswa dengan
menggunakan metodologi kualitatif dan menggunakan data deskriptif. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah data yang tersedia dari
berbagai sumber, reduksi data, display data dan yang terakhir membuat
kesimpulan.
Penelitian tentang Profil Guru Ideal Menurut Siswa ini menggunakan
informan sebanyak 8 orang yaitu siswa kelas I dan siswa kelas II di SMA Teuku
Umar Semarang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi
dengan membandingkan dan memperoleh gambaran bahwa Guru di SMA Teuku
Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, itu terlihat dari berbagai pendapat siswa
dan ketekunan serta keprofesionalan gurunya dalam menjalankan tugasnya.
Adapun rekomendasi yang diusulkan peneliti yaitu, guru diharapkan
dapat meningkatkan atau memperbaiki citranya sehingga dapat diterima sebagai
guru yang baik dan guru juga diharapkan untuk terus meningkatkan kemampuan
profesionalnya.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iii
PERNYATAAN ....................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
ABSTRAKSI ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................. ...1
B. Rumusan Masalah....................................................
3
C. Tujuan Penelitian ......................................................
4
D. Manfaat Penelitian................................................... 4
E. Penegasan Istilah.......................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI
x
A. Profesi Guru......................................................................
7
1. Ciri-ciri Profesi .....................................................
7
2. Syarat Profesi........................................................... 8
3. Peningkatan Kualitas Profesi...........
12
4. Kode Etik Guru..................................................... 14
B. Peran dan Tanggung Jawab Guru ..... 18
1. Peran Guru ................................................................... 18
2. Tugas Guru .................................................................
28
3. Kompetensi Guru............................................... 30
C. Profil Guru Ideal Menurut Siswa ...... 35
D. Persepsi atau
Tanggapan Siswa tentang Profil Guru Ideal ................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A Desain Penelitian.......................................................
41
B Tahap-tahap Penelitian.....................................
42
C Informan Penelitian................................................ 45
xi
D Fokus Penelitian .........................................................
46
E Metode Pengumpulan Data ......................
46
F Objektifitas dan Keabsahan Data ...... 48
G Proses Pencatatan dan Teknik
Analisis Data ..................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Keadaan SMA Teuku Umar Semarang .................. 59
B. Deskripsi Profil Guru Ideal Menurut Siswa SMA
Teuku Umar Semarang .......................................................................... 62
1. Guru di SMA Teuku Umar Semarang
77
2. Profil Guru Ideal di SMA Teuku
Umar Semarang ................................... 79
3. Guru yang Disukai.......................................... 81
4. Guru yang Paling Diidealkan......... 82
5. Guru yang Tidak Diidealkan ........
84
C. Analisis Hasil Penelitian ....................................................................... 85
1. Profil Guru Ideal di SMA Teuku
Umar Semarang ................................... 87
xii
2. Penilaian
Siswa Terhadap Guru yang Disukai dan
Tidak Disukai ............................................................................... 89
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A Simpulan................................................................................. 92
B Saran ............................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 94
LAMPIRAN .................................................................................................. 96
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Permohonan Ijin Penelitian ..................................................... 96
Lampiran 2. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ........................ 98
Lampiran 3. Panduan Wawancara Instrumen Penelitian............................. 99
xiv
DAFTAR
BAGAN, TABEL DAN GAMBAR
Daftar Bagan
Bagan I Tugas Guru ..................................................................................... 29
Daftar Tabel
Tabel I. Teknik Triangulasi Sumber ............................................................ 49
Tabel 2. Perbedaan Pendapat Karakter Guru
di SMA Teuku Umar Semarang..................................................... 84
Tabel 3. Jumlah Siswa di SMA Teuku Umar Semarang ............................. 61
Tabel 4. Sarana dan Prasarana di SMA Teuku Umar Semarang.................. 61
Daftar Gambar
Gambar 1 SMA Teuku Umar Semarang Sebagai Setting Penelitian .......... 102
Gambar 2 Lingkungan SMA Teuku Umar Semarang................................. 102
Gambar 3 Wawancara dengan siswa kelas II .............................................. 103
Gambar 4 Wawancara dengan siswa kelas I ............................................... 103
Gambar 5 Wawancara dengan siswa kelas II .............................................. 104
Gambar 6 Wawancara dengan siswa kelas I ............................................... 104
Gambar 7 Wawancara dengan siswa kelas I ............................................... 105
Gambar 8 Ruang kelas di SMA Teuku Umar Semarang ............................ 105
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah masa depan bangsa. Untuk menyikapinya maka
kehadiran guru dalam dunia pendidikan sangat diperlukan. Ketika semua
orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru pasti terlibat
dalam agenda pembicaraan. Terutama menyangkut pendidikan formal di
sekolah. (Djamarah 2000:1)
Guru adalah figur seorang pemimpin bagi siswanya. Selain itu guru
juga adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak pada
siswanya. Jabatan yang diemban untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah
, guru adalah orang yang mempunyai tugas mengajar, mendidik,
membimbing, mendorong siswanya untuk belajar serta membina siswa
siswinya baik didalam maupun diluar kelas.
Guru mempunyai peran sangat banyak, menurut pendapat Sahertian
(1992:34) antara lain sebagai model, nara sumber, fasilitator, konselor,
tutor, manajer, pembina laboratorium, serta peranan lainnya.
xvi
Kita sering mendengar ungkapan guru iku bisa digugu omonge lan bisa
ditiru kelakuane. Pesan dalam bahasa jawa itu mengandung makna guru itu
perkataannya selalu diperhatikan dan perbuatannya selalu menjadi teladan.
Menjadi guru merupakan cita-cita sebagian besar anak pada zaman dahulu,
dan mempunyai status sosial yang tinggi dimata masyarakat. Pada masa
penjajahan kolonial mereka sangat bangga menjadi keluarga seorang guru,
karena jabatan guru sederajat dengan kaum bangsawan. Penghormatan
masyarakat terhadap profesi guru tidak terbatas pada status keguruannya
belaka tetapi terlebih lagi kerena sanjungan terhadap keluhuran profesi guru.
(Silverius Suke 2003:90).
Banyak sekali yang dilakukan oleh siswa pada zaman dahulu untuk
menghormati dan menghargai guru. Salah satunya diwujudkan dengan
membawakan tasnya ketika datang di sekolah, mencium tangannya,
mematuhi perintahnya dan memperhatikan pelajaran dengan cara bersideku.
Pada masa sekarang jarang kita melihat siswa yang memberikan
penghormatan kepada guru sejauh itu. Siswa cenderung lebih menganggap
guru sebagai teman dekat, sehingga siswa lebih terbuka dan leluasa berbicara
dengan gurunya tanpa diselimuti oleh perasaan takut.
Menjadi guru pada zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang. Dulu
untuk menjadi profesi guru bisa didapat walau hanya menyelesaikan
xvii
pendidikan SMP, SMA atau SPG. Sekarang untuk menjadi guru perlu
menyelesaikan pendidikan D2 ataupun S1.
Dengan meningkatnya pendidikan guru sekarang ini belum tentu
wibawa guru ikut meningkat. Pendidikan seorang guru juga bukanlah tolok
ukur untuk menjadi seorang guru ideal menurut siswa.
Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul : “PROFIL GURU
IDEAL MENURUT SISWA DI SMA TEUKU UMAR SEMARANG
TAHUN 2004/ 2005”.
Adapun alasan peneliti mengadakan penelitian di SMA Teuku Umar
Semarang karena peneliti pernah mendapatkan tugas observasi, di SMA
Teuku Umar Semarang pada tugas mata kuliah yang diampu oleh Bapak Dr.
Nugroho. M. Psi.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tanggapan siswa terhadap guru di SMA Teuku Umar
Semarang ?
xviii
2. Bagaimana “Profil Guru Ideal” menurut pandangan siswa di SMA
Teuku Umar Semarang ?
3. Guru SMA Teuku Umar yang mana yang menjadi idola siswa ?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah
mengetahui :
1. Bagaimana tanggapan siswa terhadap guru di SMA Teuku Umar
Semarang
2. Profil guru ideal yang diinginkan oleh siswa SMA Teuku Umar
Semarang
3. Profil guru SMA Teuku Umar Semarang yang diidolakan siswa
D. MANFAAT
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, diantaranya
1. Manfaat Teoritis, bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang pendidikan yaitu dengan melihat hasil penelitian
ini, dijadikan suatu masukan dalam kegiatan proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis, bagi peneliti khususnya, untuk mengetahui bagaimana
profil guru ideal menurut siswa di SMA Teuku Umar Semarang. Bagi
xix
lembaga, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga dapat berjalan secara
optimal. Bagi guru hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan
kualitas dan kemampuan guru dalam proses belajar dan mengajar. Bagi
siswa hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa sehingga dapat mengikuti pembelajaran secara optimal. Bagi
Mahasiswa Kurikulum dan Teknologi Pendidikan hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukan perbaikan kualitas bagi
jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, serta dapat menambah
referensi dan perbendaharaan kepustakaan tentang profesi guru.
E. PENEGASAN ISTILAH
1. Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan profil adalah penampilan atau
kecepatan seseorang dalam bertindak dan bertingkah laku. Sedangkan
pengertian guru adalah semua orang yang mempunyai wewenang dan
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina siswa, baik secara
individu maupun secara klasikal, yang diselenggarakan di dalam
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah dan
bertanggung jawab mendidik siswa dari yang belum tahu menjadi tahu,
dan menjadikan siswa menjadi manusia yang dewasa.
xx
Pengertian Ideal adalah sesuatu yang diangan-angankan, sesuai dengan
apa yang diinginkan, dicita-citakan.
Dari pendapat di atas penelitian dapat menyimpulkan pengertian profil
guru ideal adalah seorang yang diinginkan untuk dapat
mengembangkan tugas pokok mengajar, mendidik, membina,
membimbing orang lain termasuk siswa yang secara sadar untuk
menjadi lebih dewasa.
2. Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai subjek belajar dan
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
3. SMA Teuku Umar Semarang adalah SMA swasta yang terletak di kota
Semarang yang merupakan tempat penelitian ini dilakukan.
xxi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Profesi Guru.
Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi.
Oleh karena itu perlu kita kaji lebih jauh mengapa jabatan guru merupakan
suatu profesi. Menurut Soetjipto dkk (1994:250) profesi adalah jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian, dan etika khusus serta baku (standar)
layanan.
Kalau kita lebih jauh memahami tentang profesi, maka hal yang sangat
mendasar yang perlu dipahami adalah ketanggapan yang berdasarkan kearifan
atau pengabdian yang mendasar pada keahlian atau kemaslahatan orang
banyak. Dalam menjalankan profesi guru ada beberapa hal yang harus
dipenuhi salah satunya adalah :
1. Ciri-ciri Profesi
Ciri-ciri utama dari profesi menurut Sanusi et al (dalam Soetjipto,
1994:15) adalah sebagai berikut :
a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan (krusial)
b. Jabatan yang menentukan ketrampilan/ keahlian tertentu.
c. Ketrampilan/ keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
xxii
d. Jabatan itu berdasar pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematik, dan eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat
khalayak umum
e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan
waktu yang cukup lama.
f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
g. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi
profesi.
h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan
judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom
dan bebas dari campur tangan orang luar.
j. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan
oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
2. Syarat Profesi
Menurut Stinnett (1968) dalam Sutomo dkk, (1994:4) ada beberapa
syarat untuk memegang jabatan guru diantaranya adalah :
a. Suatu profesi pada dasarnya memerlukan kegiatan-kegiatan
intelektual.
Jelas sekali bahwa jabatan guru melibatkan upaya-upaya yang sifatnya
sangat didominasi kegiatan intelektual dapat diamati bahwa kegiatan-
xxiii
kegiatan yang dilakukan anggota profesi adalah dasar dari semua
kegiatan profesional lainnya.
b. Suatu profesi memerlukan pengetahuan pengetahuan khusus.
Suatu jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan
anggota mereka dari orang awam dan memungkinkan mereka
mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Anggota suatu profesi
menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan
melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, dari kelompom tertentu
yang ingin mencari keuntungan. Namun belum ada kesepakatan
tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan.
c. Suatu profesi perlu diperluas menjadi profesional.
Profesi seorang guru hendaknya perlu dikembangkan sehingga
menjadi seorang yang benar-benar profesional dibidangnya. Yang
membedakan jabatan profesional dengan non-profesional adalah
penyelesaian pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur
institut atau universitas atau melalui pengelaman praktek dan
pemegangan atau campuran pemagangan dan kuliah. Yang pertama
yakni pendidikan melalui perguruan tinggi, disediakan untuk jabatan
profesional, sedangkan yang kedua, yakni pendidikan melalui
pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan
dan kuliah diperuntukan bagi jabatan yang non profesional. Namun
sampai sekarang di Indonesia, masih ada guru yang pendidikan mereka
xxiv
sangat singkat, sehingga kualitasnya masih sangat jauh untuk
memenuhi persyaratan yang kita harapkan.
d. Suatu profesi memerlukan pertumbuhan melalui inservice (latihan
dalam jabatan) secara terus menerus.
Jabatan guru merupakan jabatan yang profesional, sebab guru sering
melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang
mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
e. Suatu profesi memberi pertumbuhan karir dan keanggotaan secara
permanen
Diluar negeri jabatan guru sebagai karir permanen merupakan titik
yang paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan
profesional. Banyak guru yang bertahan satu sampai dua tahun dalam
mengajar, kemudian mereka pindah kerja kebidang yang lain. Di
Indonesia tidak begitu banyak guru yang pindah kebidang lain,
walaupun bukan berarti bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai
pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin lapangan kerja dan sistem
pindah jabatan yang agak sulit.
f. Suatu profesi sebagai dasar untuk mendapatkan pengakuan
Suatu jabatan guru pada dasarnya untuk mendapatkan pengakuan.
Jabatan guru masih banyak diatur oleh pemerintah, atau pihak pihak
lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan
pendidikan swasta.
xxv
Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan dan persyaratan
yang seragam untuk meyakinkan kemampuan minimum yang tidak
seharusnya demikian halnya dengan jabatan guru. Misalnya
mahasiswa yang masuk kependidikan guru jauh lebih rendah
dibandingkan dengan yang masuk kebidang lainnya. Permasalahan ini
mempunyai mempunyai akibat juga dalam hasil pendidikan guru
nantinya, karena bagaimanapun juga mutu lulusan akan sangat
dipengaruhi oleh mutu masukan, dalam hal ini mutu calon mahasiswa
lembaga pendidikan guru.
g. Suatu profesi mengutamakan pelayanan
Jabatan guru merupakan suatu jabatan yang anggotanya termotivasi
oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebabkan oleh
keuntungan ekonomi atau keuangan. Namun bukan berarti bahwa guru
harus dibayar lebih rendah tetapi jangan mengharapkan akan cepat
kaya bila memilih jabatan guru.
h. Suatu profesi mempunyai kekuatan dalam bentuk organisasi profesi
Suatu profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang
kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi
anggotanya. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) yang merupakan suatu wadah seluruh guru dari
Taman Kanak-Kanak sampai guru Sekolah Lanjutan Atas, dan ada
pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi
seluruh sarjana pendidikan.
xxvi
Sedangkan menurut Drs. Moh. Ali, 1985 dalam (Uzer Usman,
2000:15) suatu profesi guru memerlukan persyaratan khusus yaitu :
1) Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatandari pekerjaan yang
dilaksanakan.
Selain persyaratan tersebut, Uzer Usman (2000:15) menambahkan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong
sebagai suatu profesi, antara lain :
1) Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
2) Memiliki klien atau objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan
pasiennya, guru dengan muridnya
3) Diakui oleh masyarakat karena karena memang diperlukan jasanya
dimasyarakat.
Atas dasar tersebut maka hendaknya jabatan profesional harus
ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan
tersebut.
3. Peningkatan kualitas profesi
xxvii
Jabatan profesional sangat memperhatikan layanan yang diberikan
kepada masyarakat. Oleh sebab itu dalam rangka menjaga dan
meningkatkan layanan ini secara optimal, serta menjaga agar masyarakat
jangan sampai dirugikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,
tuntutan jabatan profesional harus sangat tinggi
Profesi pendidikan khususnya profesi guru, tugas utamanya adalah
melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan
tersebut jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan
mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada
masyarakat. lebih khusus lagi Sanusi et al (dalam Soetjipto dkk, 1994:24),
mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan (dan bukan dilakukan secara acak saja),
yakni sebagai berikut :
a. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan
pengetahuan, emosi, dan perasaan, dan dapat dikembangkan segala
potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.
b. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan
bertujuan, maka pendidikan menjadi norma yang diikat oleh norma-
norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun
lokal, yang merupakan acuan para pendidik, peserta didik, dan
pengelola pendidikan.
xxviii
c. Teori teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam
menjawab permasalahan pendidikan
d. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia mempunyai
potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu pendidikan itu
adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.
e. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi
dialog antara peserta didik dengan pendidik dan selaras dengan nilai-
nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
f. Seiring terjadinya dilema antara tujuan pendidikan yakni menjadikan
manusia sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik) dengan misi
instrumental yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau
mencapai sesuatu.
4. Kode etik guru
a. Pengertian kode etik
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap orang anggota profesi dalam melaksanakan
tiugas profesinya dan dalam hidupnya dimasyarakat.
Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi para anggota profesi
tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan-
larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak hanya menjalankan
xxix
tugas profesi mereka tetapi juga menyangkut tingkah laku anggota
profesi dalam kehidupan sehari- hari.
b. Tujuan kode etik
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu
profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi
profesi itu sendiri. Menurut R.Hermawan (1979) dalam Soetjipto,
(1994:27) secara umum mengadakan tujuan kode etik adalah sebagai
berikut :
xxx
1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari
pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai
memandang rendah atau remeh terhadap profesi yang
bersangkutan. Oleh karenanya setiap kode etik suatu profesi akan
melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia
luar.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Yang dikmaksud kesejahteraan disini meliputi baik kesejahteraan
lahir (material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental).
Kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para
anggotanya yang merugikan kesejahteraan anggotanya. Dalam hal
kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya
memberikan petunjuk kepada para anggotanya untuk melaksanakan
profesinya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan
yang bertujuan untuk membatasi tingkah laku yang tidak pantas
atau tidak jujur sesama anggota profesi dalam berinteraksi dengan
sesama rekan anggota profesi
3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Tujuan ini dapat pula berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi anggota profesi dapat dengan
mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya
xxxi
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya.
4) Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-
norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu pengabdian kepada para anggotanya.
5) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan
kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan kegiatan yang dirancang
organisasi.
Jadi tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah
menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara
kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan pengabdian kepada para
anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi
profesi.
c. Penerapan kode etik
Kode etik dapat diterapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat para anggotanya. Dengan demikian penerapan
kode etik tidak dapat dilakukan secara orang perorangan, melainkan
harus dilakukan oleh orang yang diutus dan atas nama anggota profesi
dari anggota tersebut.
xxxii
Dengan demikian jelas bahwa orang yang bukan anggota
tersebut tidak dikenakan aturan yang ada dalam anggota profesi
tersebut.
xxxiii
d. Sanksi kode etik
Setiap profesi yang melakukan pelanggaran serius terhadap
kode etik dapat dikenakan sanksi. Sering kita jumpai ada kalangan
negara yang mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula
hanya merupakan kode etik saja dari suatu profesi tertentu dapat
meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila
demikian, maka aturan yang mulanya berlandaskan moral atau
pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan
sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata
maupun pidana.
Sebagai contoh, misalnya jika suatu profesi bersaing secara
tidak jujur, atau curang dengan sesama anggota profesinya dan jika
dianggap kecurangan tersebut serius maka, dapat dituntut di
pengadilan. Pada umumnya pelanggaran terhadap kode etik adalah
berupa sanksi moral maka bagi siapa yang melanggarnya, akan
mendapat celaan dari rekan-rekannya.
e. Kode etik guru Indonesia.
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang
pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa,Bangsa, dan Negara, serta
kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila
dan setia pada Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab
atas terwujudnya proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
oleh sebab itu guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya
dengan mendominasi dasar-dasar sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
xxxiv
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjuang berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan
tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan
(Soetjipto,
1994:30)
B. Peran Dan Tanggung Jawab Guru
1. Peran Guru
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu misal di rumah, di
sekolah dan lain lain.
Guru juga mempunyai kedudukan terhormat di masyarakat
kewibawaannya yang membuat mereka dihormati, dan masyarakat yakin
bahwa yang dapat mendidik siswa mereka supaya menjadi orang yang
berkepribadian mulia.
Sektor pendidikan saat ini sudah berada pada era globalisasi yang
sesungguhnya, yaitu informasi dan komunikasi yang berkembang pesat
seirama dengan kemajuan teknologi yang mengakibatkan persaingan ketat.
Kehidupan masa depan semakin kompleks dan sangat pesat. Proses belajar
xxxv
bukan hanya mengarah pada hafalan belaka, tetapi juga melatih anak untuk
berpikir, bertindak dan menghayati (learning to think, learning to do,
learning to be). Oleh karena itu anak didik juga perlu untuk belajar
learning how to learn, learning how to feel, learning how to evaluate,
bukan hafalan saja. Learning how to live together merupakan kebutuhan
esensial masa depan.
Dalam proses belajar mengajar yang perlu dipikirkan oleh guru
supaya proses belajar berjalan menyenangkan adalah peran guru sebagai
tokoh sentral dalam pendidikan diantaranya guru berperan sebagai
fasilitator bukan sebagai penceramah saja.
Sebagai seorang fasilitator maka guru harus kreatif mengelola
proses belajar dan mengajar di kelas dengan menciptakan kondisi kelas
yang hidup dan menarik, menciptakan suasana belajar yang rileks,
bervariasi, dan menggelitik rasa ingin tahu , mengoptimalkan daya pikir
anak didik melalui dengar, lihat, rasakan, sera mengembangkan nalar kritis
dan mampu secara kreatif menemukan problem solving. Oleh karena itu
sangat memprihatinkan bila guru tidak dibekali dengan kesiapan sebagai
pendidik yang mampu mengacu pada kemampuan mengajar yang optimal.
Penguasaan ilmu dan teknologi perlu dipupuk oleh guru melalui
budaya berpikir dan berprilaku ilmiah yang menuntut sikap nalar, kritis,
eksploratif, dan mengusahakan hasil temuan dengan menggunakan daya
imajenasi dan kreatifitas. Model belajar harus mampu memberikan
kesempatan siswa belajar dengan pola learning by doing yang dapat
xxxvi
dilakukan dikelas, laboratorium, dan lapangan sekolah yang diiringi
dengan daya imajenasi kreatif yang mampu merangsang kegiatan berpikir,
ketekunan ketelitian dan kemampuan eksploratif. (Suara pembaharuan, 9
September 2002).
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa guru dituntut untuk
dapat meningkatkan peranannya dan kompetensinya karena proses belajar
mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan
dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
optimal.
Menurut Djamarah (1997:43) mengemukakan peranan guru adalah
sebagai berikut :
a. Korektor
Guru harus dapat membedakan mana nilai yang baik dan yang buruk. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak siswa dan bila guru
membiarkannya berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai korektor yang menilai sikap dan
tingkah laku siswa.
b. Inspirator
Sebagai inspirator guru diharapkan dapat memberikan ilham-ilham bagi kemajuan belajar siswa. Persoalan
belajar adalah masalah utama siswa. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara
belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari
pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.
c. Motivator
Guru hendaknya dapat mendorong siswa sehingga mereka akan termotivasi, bergairah dan aktif belajar.
Peranan ini sangat penting karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang mebutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.
d. Organisator
Diharapkan guru dapat memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan akademik, menyusun tata tertib
sekolah, menyangkut kalender dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan sehingga menyangkut efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
e. Inisiator
xxxvii
Diharapkan dalam peranannya, guru dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran. Proses interaksi belajar mengajar harus dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidang pendidikan sehingga dunia pendidikan menjadi lebih baik.
f. Fasilitator
Guru hendaknya menyediakan fasilitas yang memudahkan dalam kegiatan belajar dan mengajar
sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa.
xxxviii
g. Pembimbing
Peranan ini adalah membimbing siswa menjadi manusia dewasa susila yang cakap.
h. Demonstrasi
Dalam interaksi belajar dan mengajar tidak semua bahan pengajaran dapat siswa pahami sehingga guru berusaha dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga tidak terjadi verbalisme.
i. Pengelola Kelas
Seorang guru hendaknya dapat mengelola kelas yaitu agar siswa betah tinggal di kelas dengan motifasi
yang tinggi untuk senantiasa belajar didalamnya.
j. Mediator
Guru sebagai mediator dapat diartikan guru sebagai penyedia media sehingga guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya,
baik media non material maupun material
k. Supervisor
Sebagai supervisi diharapkan guru dapat membantu memperbaiki dan manilai secara kritis terhadap
proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus dikuasai guru agar dapat menentukan perbaikan terhadap
situasi belajar dan mengajar menjadi lebih baik.
xxxix
l. Evaluator
Guru dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek
ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian
siswa, yakni aspek nilai (value). Penilaian terhadap kepribadian siswa tentu lebih diutamakan dari pada
pengalaman terhadap jawaban siswa ketika diberi tes.
Jadi penilaian diharapkan lebih menekankan pada keribadian siswa agar menjadi manusia susila yang cakap.
Untuk itu peran dan fungsi guru dalam pembelajaran modern
menurut Agus Salim (2004:359) mencakup:
a. Pemandu bakat siswa
Guru yang baik harus mampu mengenali secara dini potensi-
potensi bakat yang dimiliki setiap siswanya. Untuk mendapatkan
fungsi sebagai pemandu bakat diperlukan kemampuan awal.
Pertama guru perlu memiliki wawasan teoritik tentang konsep
keterbakatan. Penguasaan konsep keterbakatan ini akan menjadi basis
awal bagi guru untuk memahami berbagai ragam perbedaan bakat dan
perbedaan individual siswa yang diasuhnya. Modal penguasaan konsep
keterbakatan akan menjadi bekal guru untuk mengidentifikasi ciri-ciri
bakat khusus yang dimiliki siswanya.
Kedua mengenal kebutuhan keterbakatan yang dimiliki masing-
masing siswa dalam setiap tahap perkembangan. Anak berbakat
memiliki kebutuhan yang cepat berubah dari setiap episode
perkembangan sehingga guru harus sensitif agar dapat menyiapkan
segala sesuatunya sesuai dengan kebutuhan siswa.
Ketiga Guru harus dituntut untuk melakukan pengamatan
struktural terhadap setiap siswanya, sehingga bisa mengetahui
xl
kebiasaan-kebiasaan maupun keunikan setiap siswanya. Hal ini
berkaitan dengan kebutuhan pelayanan khusus anak-anak berbakat.
b. Pengembang kurikulum
Berdasarkan pemahaman yang akurat terhadap potensi, bakat,
dan kebutuhan belajar siswa. Guru harus mampu mengembangkan
kurikulum. Dalam hal ini dibutuhkan kepiawaian untuk mensinergikan
antara tuntutan kurikulum nasional dan tuntutan kebutuhan siswa.
Tanpa keberanian kreatif dari guru maka kebutuhan siswa akan
dikorbankan demi pencapainan target kurikulum nasional.
Guru idealnya terus–menerus mengikuti perkembangan
kebutuhan keterbakatan setiap siswa dari waktu kewaktu dan
mengkomparasikan dengan perubahan sosial yang berkembang
dimasyarakat. Perpaduan antara kebutuhan individual keterbakatan
siswa dan arah perubahan sosial masyarakat inilah yang mestinya
dijadikan acuan dalam mengembangkan kurikulum di sekolah.
c. Perancang desain pembelajaran
Merancang desain pembelajarn juga merupakan tugas yang
harus dilakukan oleh guru. Dalam merancang desain pembelajaran
hendaknya guru harus berpacu pada penelitian mutakhir. Menurut
riset-riset tentang mekanisme kerja otak dalam proses belajar dan
berpikir, kehidupan omosional mendahului dan mendasari proses
kognisi Pribam, dkk dalam Agus Salim (2004:361).
xli
d. Pengelola proses pembelajaran
Kemampuan merancang desain pembelajaran harus ditunjukan
sampai pada mengelola dan mengimplementasikan desain
pembelajaran. Pembelajaran kontruktivistik adalah suatu proses
pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk aktif membangun
konsep, pengertian dan pengetahuan baru berdasarkan data, informasi
dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Mengajar idealnya mampu memberikan pengalaman baru dan
pencerahan kepada siswa, sehingga mereka mengalami ketagihan
(addictive) untuk belajar sendiri lebih mendalam. Ringkasnya
,kontruktivisme memandang penting peran siswa untuk dapat
membangun contructive habits of mind dalam diri masing-masing
siswa melalui setiap proses pembelajaran.
e. Peneliti penilaian dan penulis
Profesi guru adalah profesi intelektual yang siklus alaminya
mencakup membaca, mengajar, meneliti dan menulis secara terus
menerus sehingga menjadi siklus yang tidak pernah berhenti.
Membaca yang banyak dibidang ilmu yang menjadi tanggung
jawabnya adalah kewajiban mutlak. Berdasarkan bahan yang
dikuasainya itu guru menguatkan materi ajar, hal itu akan menambah
bobot kualitas pembelajaran yang diampunya Ryan dan Cooper dalam
Agus Salim (2004:363). Selanjutnya proses belajar yang dikelolanya
xlii
juga dievaluasi secara terprogram dan temuan temuannya ditulis
menjadi catatan penelitian.
Hasil penelitian yang dilakukan sendiri juga biasa dimanfaatkan
sebagai bahan untuk menulis buku bahan ajar dan sejenisnya. Guru
yang selalu memperbaharui pengetahuan dan kemampuan mengajar
melalui meneliti dan menulis akan mencapai performa kerja yang
sangat baik.
Peranan guru dalam belajar dan mengajar meliputi banyak hal.
Menurut Uzer Usman, (2000:9) peranan yang dianggap paling
dominan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Guru sebagai demonstrator
Melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran
yang akan diajarkannya serta senantiasa mengajarkannya dalam
arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
2) Guru sebagai pengelola kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar
serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasi.
xliii
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai seorang mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan roses belajar dan mengajar. Sebagai seorang
mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan
antarmanusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil
mempergunakan ketrampilan tentang bagaimana orang
berinteraksi dan berkomuniakasi.
Sebagai seorang fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan
sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian
tujuan dan proses belajar dan mengajar, baik yang berupa
narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
4) Guru sebagai evaluator
Guru sebagai evaluator atau penilai handaknya terus menerus
mengikuti hasil belajar yang dicapai siswanya dari waktu ke
waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan
umpan balik (feedback) dalam proses belajar mengajar.
Tugas guru sebagai seorang pengajar memiliki konsekuensi
untuk memiliki peran-peran tertentu dalam kaitannya dengan proses
belajar mengajar yang sering disebut peran guru dalam
pengadministrasian, peran guru secara pribadi dan peran guru secara
psikologis.
xliv
xlv
2. Tugas guru
Guru merupakan jabatan atau profesi atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Guru didalam kelas
mempunyai tugas yang cukup berat. Dalam hal ini tugas guru
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu yang pertama, bertugas
dibidang profesi yang meliputi, guru sebagai pendidik, sebagai pengajar
dan sebagai pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup. Mengajar merarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
ketrampilan ketrampilan pada siswa.
Tugas guru yang kedua adalah tugas dibidang kemanusiaan, yaitu
menjadi orang tua kedua disekolah setelah orang tua siswa sendiri
dirumah. Guru sebagai idola para siswa hendaknya dapat menjadi panutan
dalam berfikir, berprilaku dan dapat memberikan motivasi untuk belajar.
Tugas guru yang ketiga adalah tugas dibidang kemasyarakatan,
dalam hal ini guru mendidik dan menjadikan siswanya menjadi warga
negara Indonesia yang bermoral Pancasila, dan mencerdaskan bangsa
Indonesia. (Uzer Usman, 2000:6-8).
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas didalam masyarakat,
bahkan guru pada hakekatnya memiliki komponen yang strategi yang
memilih peran yang penting dalam penggerak kemajuan kehidupan
bangsa. Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin
terjamin, tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang
xlvi
sebagai manusia pembangun, dengan kata lain, potret wajah diri bangs
dimasa depan tercermin dari potret diri guru masa kini., dan citra para guru
ditengah tengah masyarakat.
Secara singkat tugas guru dapat digambarkan melalui bagan
sebagai berikut :
Bagan Tugas Guru
Tugas Guru
Profesi
Kemanusiaan
Kemasyarakatan
Mendidik
Mengajar
Melatih
Meneruskan dan
mengembangkan
nilai nilai hidup
Meneruskan dan
mengembangkan ilmu
pengetahuan dan
teknologi
Mengembangkan
ketrampilan dan
penerapannya
Menjadi orang tua kedua
Auto-pengertian : − Homoludens
− Homovuber
− homosapien
Transformasi diri
Autoidentifikasi
Mendidik dan mengejara masyarakat
untuk menjadi warganegara
Indonesia yang bermoral Pancasila
Mencerdaskan bangsa Indonesia
xlvii
(Uzer Usman, 2000:8)
3. Kompetensi guru
Banyaknya para siswa yang mengeluh akan keprofesionalan
gurunya dalam mengajar menjadikan mereka kurang optimal dalam
menyerap pelajaran.
Sebagai seorang guru hendaknya dapat menguasai kompetensi
guru. Kompetensi adalah kewenangan atau suatu kecakapan, kemampuan
seseorang untuk menentukan atau memutuskan suatu problem
Purwodarminto, (1984: 699).
Menurut Charles dalam Uzer Usman (2000:9) ditegaskan bahwa
pengertian kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari
perilaku yang tampak dan sangat berarti. Pendapat tersebut mendapat
dukungan dari Leod dalam Uzer Usman (2000:17), bahwa kompetensi
perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan.
Jadi yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya secara
bertanggung jawab, serta mampu untuk memecahkan problem yang
dihadapinya secara tepat dan akurat.
Untuk mendukung hal tersebut ada jenis-jenis kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai berikut :
a. Kompetensi profesional.
Kompetensi professional menjadikan seorang guru memiliki peranan
yang penting, terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan pada era
xlviii
pembangunan ini. Kompetensi professional ini meliputi hal-hal
sebagai berikut : (a) Mampu menguasai landasan pendidikan, (b)
Menguasain bahan pengajaran, (c) Menguasai dalam menyusun
program pengajaran, (d) Mampu melaksanakan program pengajaran,
(e) Mampu menilai hasil dan proses belajar dan mengajar yang telah
dilaksanakan. (Uzer Usman 2000:17).
Sedangkan kompetensi guru yang telah disebutkan di atas guru
terkaitan erat dengan 10 kompetensi dasar, yang meliputi: (1)
Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan, (2) Mampu
mengelola kelas, (3) Mampu mengelola program belajar mengajar, (4)
Mampu menggunakan media atau sumber belajar mengajar, (5)
mampu menguasai landasan-landasan kependidikan, (6) Mampu
mengelola interaksi belajar dan mengajar, (7) Mampu menilai prestasi
siswa untuk kependidikan pengajaran, (8) Mampu mengenal fungsi
program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) Mampu mengenal
dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) Mampu memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna
pengajaran Sahertian, (1992 : 5).
b. Kompetensi Personal
Kompetensi personal disebut juga kompetensi pribadi, yaitu seorang
guru yang mampu dan mau bercermin pada dirinya sendiri atau self
con cept. Adapun kompetensi personal meliputi : (a) Mampu
mengembangkan kepribadian. (b) Mampu berinteraksi dan
xlix
komunikasi. (c) Mampu melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. (d)
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan administrasi sekolah. (e)
melaksanakan penelitian sederhana Uzer Usman (2000:16).
c. Komponen sosial
Kompetensi sosial yang perlu dimiliki bagi setiap guru adalah sebagai
berikut: (a) Guru mampu berpartisipasi terhadap lembaga serta
organisasi di masyarakat, (b) Mampu melayani dan membantu
memecahkan masalah-masalah yang muncul di masyarakat, (c)
Mampu menghormati dan menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan di
lingkungan masyarakat. (d) Mampu menerima dan melaksanakan
peraturan-peraturan negara dengan sifat korektif dan membangun, (e)
Mampu menjunjung tinggi dan mewujudkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, (f) Guru mampu mendidik dan mengajar
masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral
Pancasila. (Team Didaktik Metodik, 1976:20).
Guru dipercaya oleh orang tua murid untuk dapat memberikan
pendidikan dan pengajaran kepada anaknya. Sebagai pendidik dan
pengajar yang memiliki peran strategis dalam upaya menanamkan dan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik, guru merupakan
faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Oleh sebab itu
diperlukan adanya guru di berbagai jenis dan jenjang pendidikan dalam
jumlah dan kualitas yang optimal.
l
Jumlah guru yang diperlukan untuk setiap sekolah ditetapkan
menurut standar sesuai ketentuan dalam kepmendekdikbud No
0386/0/1993, dan No 055/0/1994. berdasarkan ketentuan tersebut
peningkatan jumlah murid yang berdampak pada peningkatan rombongan
belajar dan jumlah ruang kelas harus disertai dengan penambahan jumlah
guru secara seimbang. Distribusi guru itu dilakukan dengan tidak
mengenyampingkan mutu dan kualitas guru tersebut.
Sistem rekruitmen guru yang ada selama ini masih belum
menjamin terjaringnya calon guru yang berkualitas yang menguasai bidang
studi dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjadi guru. Salah satu
faktor penyebabnya adalah karena ujian masuk atau seleksi hanya berupa
pengetahuan umum yang sifatnya elementer. Upaya seleksi dengan ujian
bidang studi dan ujian kemampuan mengajar di depan kelas diharapkan
dapat memperkecil dampak yang ditimbulkan.
Rekrutmen guru harus memperhatikan peningkatan mutu
pendidikan. Proses rekruitmen guru sebaiknya dilakukan bukan sekedar
untuk mengisi kekurangan guru, namun juga bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Meskipun maraknya teknologi
informatika mampu menyediakan sumber ajar yang besar, guru tetap
memiliki peran strategis dalam dunia pendidikan. Apabila jika proses
pendidikan mau dipahami sebagai proses pendewasaan dan dan
pengembangan karakter serta kepribadian anak (Kompas, 30 Januari
2003).
li
Dalam paradigma pendidikan dan posisi guru masih diselimuti oleh
berbagai kelemahan dan kendala utama, untuk itu perlu adanya perhatian
terhadap masalah tersebut diantaranya adalah
a. Sikap guru
Ada tiga hal yang menentukan sikap guru yaitu:
1) Anak atau bahan pelajaran
Sebagai seorang guru hendaknya tidak melupakan kedua aspek
tersebut yaitu bahan pelajaran dan anak. Oleh sebab itu guru tidak
hanya cukup menguasai bahan pelajaran tetapi guru harus mampu
melibatkan pribadi anak dalam pelajaran untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
2) Guru sebagai model
Fungsi guru yang utama adalah memimpin anak-anak kearah tujuan
yang tegas. Guru juga berperan sebagai seorang model sauri
toladan bagi anaknya sehingga anak akan merasakan kenyamanan
dengan adanya model yang diterapkan oleh guru.
3) Kesulitan dalam belajar.
Guru yang bersikap sentimentil berusaha agar kegiatan belajar itu
menjadi kegiatan yang menggembirakan yang dilakukan tanpa jeri
payah, namun tidak berarti anak-anak harus dijauhi dari kesukaran.
Setiap kesukaran mengandung unsur kemudahan dalam hidupnya
kini dan selanjutnya setiap anak pasti menghadapi kesukaran-
kesukaran baru. (Nasution, 2000:123-124).
lii
b. Pribadi guru
Setiap guru mempunyai pribadi yang mereka miliki. Citra inilah yang
membedakan profesi seorang guru dengan profesi lainnya. Kepribadian
sebenarnya adalah tindakan, ucapan, dan cara berpakaian dalam
menghadapi setiap persoalan. Daradjat dalam Rahmawati (2001:34)
mengatakan, bahwa kerpibadian yang sesungguhnya adalah abstrak,
sukar dilihat atau diketahui bekasnya dalam segala segi dan aspek
kehidupan. Misalnya, dalam tindakannya, ucapannya, cara bergaul,
berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan dan masalah, baik
yang ringan maupun yang berat.
Menurut Meikeljohn dalam Sahertian (1990:41) tidak seorangpun yang
dapat menjadi seorang guru yang sejati (mulia) kecuali bila ia
menjadikan dirinya sebagai bagian dari anak didiknya dan berusaha
untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya. Guru yang dapat
memahami kesulitan anak didik dalam hal belajar dan kesulitan lainnya
diluar masalah belajar, yang dapat menghambat aktifitas belajar anak
didik maka guru tersebut akan disenangi anak didiknya.
C. Profil Guru Ideal Menurut Siswa
Dulu penghormatan masyarakat terhadap guru tidak terbatas pada status
keguruannya belaka tetapi terlebih lagi karena sanjungan terhadap keluhuran
profesi guru. Guru menjadi tokoh panutan, sehingga ketika guru datang
disambut dengan sangat baik. Ketika disekolah guru datang, maka anak-anak
liii
membawakan tasnya dan mengiringnya sampai ketempat tujuan, untuk
menghormati dan menghargai guru. (Silverius Suke, 2003:90).
Menyandang profesi guru pada masa yang lalu bagai seorang pejabat
publik, karena masyarakat selalu memperhatikan setiap tindak tanduk mereka
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Di lingkungan sekolah atau pendidik
setiap kata dan perbuatan guru sering dijadikan kiblat dan membekas bagi
para siswanya. Proses pendidikan dan pembelajaran yang diberikan selalu
membekas dan menimbulkan kesan. Walaupun ilmu pengetahuan banyak
ditransfer kepada murid, tapi etika, budi pekerti dan penanaman nilai
moralitas jauh lebih membekas dan mendalam. Hal itu ditunjang dengan
prilaku keteladanannya dalam mengajar dan mendidik, maka tidaklah heran
jika pada waktu itu malaysia impor guru dari Indonesia. Hal ini membuktikan
betapa diperhitungkannya peran, posisi, dan kualitas guru Indonesia di masa
yang lalu.
Pada masa sekarang sedikit sekali kita melihat siswa yang memberikan
penghormatan kepada guru sejauh itu. Misalnya membawakan tas, dan
sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda penghormatan terhadap
guru. Siswa cenderung lebih menganggap guru sebagai teman dekat,
sehingga siswa lebih terbuka dan leluasa berbicara dengan gurunya tanpa
diselimuti oleh perasaan takut.
liv
Menjadi guru pada zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang. Dulu
untuk menjadi profesi guru bisa didapat walau hanya menyelesaikan
pendidikan SMP, SMA atau SPG. Sekarang untuk menjadi guru perlu
menyelesaikan pendidikan pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan meningkatnya pendidikan guru sekarang ini belum tentu
wibawa guru ikut meningkat. Pendidikan seorang guru juga bukanlah tolak
ukur untuk menjadi seorang guru ideal menurut siswa.
Di lingkungan sekolah atau pendidikan, pada saat ini setiap kata dan
perbuatan seorang guru kurang menjadi panutan bagi siswanya. Proses
pendidikan dan pembelajaran yang diberikan kurang memberikan kesan yang
mendalam. Kesibukan guru dan kurangnya perhatian guru terhadap siswanya
menjadikan proses belajar dan mengajar kurang optimal. Menanggapi
kenyataan tersebut seorang guru dituntut untuk dapat memahami karakter
siswanya dan mengerti keinginan siswanya, sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik.
Dalam pendidikan kita mengenal ada berbagai kualitas pendidikan
yang dibedakan atas kualitas proses dan kualitas produk.. Peserta didik
memasuki dunia sekolah sebagai masukan. ( input) dan mengalami proses
pendidikan dan berakhir sebagai keluaran (output) hasil produk.
Keberhasilan Pendidik dari segi produksi dikondisikan oleh berbagai
ciri antara lain: (a) peserta didik menunjukan tingkat penguasaan yang tinggi
terhadap tugas-tugas belajar ( learning tasks) yang harus dikuasainya sesuai
dengan tujuan dan sasaran pendidik; (b) hasil pendidikan sesuai dengan
lv
kebutuhan peserta didik dalam kehidupannya.peserta didik diberikan
pembelajaran untuk dapat melakukan sesuatu (learning and earning) yang
fungsional untuk kehidupannya; dan (c) hasil pendidikan sesuai atau relevan
dengan tuntutan lingkungan. (Silverius, 2003:101)
Apabila guru sebagai pelaku pendidikan melakukan fungsinya sebagai
pengajar dan pendidik dengan sebaik-baiknya secara profesional keluaran yang
diperoleh merupakan keluaran yang mengalami perubahan ketingkat yang
lebih baik. Tindakan profesional menjamin efektifitas dan efisien kerena
didasarkan atas perencanaan yang cermat sehingga akan menghasilkan produk
yang berkualitas tinggi.proses yang dilaksanakan secara profesional adalah
proses yang melibatkan siswa sehingga tidak semata-mata menjadi objek
prilaku proses tetapi juga menjadi subjek pelaksana prilaku proses itu sendiri.
Posisi guru yang paling baik dalam perubahan paradigma dari guru
aktif menjadi siswa aktif ini adalah menjadi fasilitator. Perubahan guru aktif
menjadi siswa aktif harus dihayati dan diamalkan oleh para guru menerima
dan menempatkan para siswa sebagai indifidu unik yang patut mendapat
perlakuan unik pula. Dalam posisinya sebagai fasilitator guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan belajar sesuai dengan
kemampuannya.( Suke Silverius , 102).
Menurut Suke Silverius, (2003:103) guru yang berkualitas tidak hanya
mentransfer tetapi juga memperhatikan proses menstranfer ilmu pengetahuan
tersebut sehingga siswa merasa enjoy dengan pelajaran yang sedang
dipelajarinya. Perlu diperhatikan oleh guru bagaimana menghadirkan proses
belajar yang menyenangkan. Di kelas harus terjadi proses interaksi antara guru
lvi
dan siswa. Siswa tidak hanya menerima pembelajaran yang diberikan oleh
guru sebaliknya siswa lebih banyak diajak dan diajar untuk mendiskusikan
materi pelajaran dengan sesama siswa, dan guru hanya sebagai fasilitator.
Profil guru ideal juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu
melalui konteks sejarah, konteks budaya dan melalui konteks pofesional.
Melalui konteks sejarah guru merupakan pendidik yang mengandung
makna perantara. Fungsinya melayani siswa dalam kegiatan pembelajaran di
kelas. Sedangkan dalam konteks budaya guru dianggap oleh masyarakat
sebagai orang yang banyak tahu akan ilmu pendidikan, sehingga disegani dan
dihormati.
Namun dengan adanya perkembangan zaman sekarang ini citra guru di dalam
pandangan masyarakat dalam hal ini lebih terfokuskan pada siswanya mulai
luntur sedikit demi sedikit.
Profil guru jika dipandang dari konteks profesional, terlihat dari
penampilan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar,
pendidik, pembina, pelatih, maupun sebagai pembimbing terhadap
perkembangan dan kemajuan para siswanya.
Selain itu profil guru dapat dilihat dari kepribadiannya dan penampilan
sifat-sifat pribadinya, sebaiknya penampilan suara maupun cara berbicara yang
jelas mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu gagasan atau ide.
Kepedulian terhadap orang lain, berfikir secara sistematis, pergaulan dengan
bawahan, kepastian sikap, kematangan emosi, percaya kepada diri sendiri, rasa
kekeluargaan, kemantapan pribadi sebagai calon pemimpin. (Mataheru, 1982 :
289).
lvii
D. Persepsi atau Tanggapan Siswa Tentang Profil
Guru Ideal
Pendapat atau persepsi adalah gejala psikis ( kognisi) seseorang.
Persepsi adalah cara seseorang membuat respon atau reaksi terhadap objek
tertentu.
Dalam penelitian ini persepsi diartikan respon seseorang terhadap suatu
objek berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari objek
tersebut.
Profil guru ideal menurut pandangan siswa adalah guru yang
mengabdikan dirinya berdasarkan pandangaan jiwa, panggilan hati nurani,
bukan karena uang belaka. Selain itu guru yang diharapkan siswa adalah guru
yang selalu ingin bersama siswa baik di lingkungan dalam sekolah maupun
diluar lingkungan sekolah. (Bahri Djamarah, 2000 : 42).
Seseorang guru dituntut dapat mengemban tugasnya dengan sangat
baik, karena guru merupakan contoh sauri toladan bagi siswanya. Selain itu
guru juga dituntut untuk dapat mengerti keinginan siswanya, sabar dan pandai
menempatkan diri.
Profil guru yang ideal adalah guru yang benar-benar dapat memahami
dan melaksanakan 10 kompetensi dasar bagi seorang guru. Selain itu guru
juga dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan jaman.
Guru yang telah dapat melaksanakan seluruh tanggung jawabnya dan
kewajibannya maka guru tersebut, akan disukai dan akan dijadikan
lviii
sauritoladan bagi siswanya. Siswa akan merasa lebih mudah menerima
pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, dan akan memperhatikan materi
yang disampaikan oleh gurunya, karena guru tersebut mempunyai wibawa, dan
kharisma dihatinya sehingga pantas untuk menjadi guru yang diidealkannya..
Berbeda sekali jika guru tersebut adalah guru yang tidak dia sukai.
siswa cenderung mengabaikan dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan
oleh guru tersebut.
lix
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Salah satu cara yang dapat ditempuh agar menghasilkan penelitian yang
baik adalah menggunakan metode yang sistematis dan sesuai dengan kondisi.
Metodologi penelitian adalah suatu proses yang meliputi langkah-langkah dalam
rangka memecahkan masalah atau data menjawab pertanyaan tertentu.
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian untuk mendapatkan hasil yang optimal harus
menggunakan metode penelitian yang tepat. Ditinjau dari permasalahan
penelitian ini yaitu tentang pelaksanaan Profil Guru Ideal Menurut Siswa
di SMA Teuku Umar Semarang, maka penelitian ini bersifat kualitatif,
sedangkan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2000:3) yang
dimaksud metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam uraian tentang dasar teori
tersebut, menggunakan istilah paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar
tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep atau proposisi yang
mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian.
lx
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian pada saat sekarang (Nana Syaodich dan
Ibrahim, 2001: 64)
Dengan dasar tersebut, maka penelitian kualitatif diharapkan
mampu memberikan gambaran tentang Keinginan siswa terhadap
gurunya, sehingga dari data tertulis maupun melalui wawancara ini,
diharapkan dapat memaparkan secara lebih jelas dan berkualitas, serta
bisa mewakili keinginan siswa terhadap gurunya.
B. Tahap-Tahap Penelitian.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan
mengacu pada perspektif fenomenologis. Peneliti dalam pandangan
fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dalam kaitannya orang-
orang bisa dalam situasi tertentu (Moleong, 1998 : 9). Mereka berusaha untuk
masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian
rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang
dikembangkan oleh mereka disekitar kehidupan sehari-hari dalam konteks
kawasan penelitian tersebut. Begitu juga penelitian ini berusaha memahami
subjek penelitian dari pandangan mereka sendiri.
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini digolongkan pada jenis penelitian
deskriptif yang bersifat eksploratif, yaitu penelitian yang bertujuan
menggambarkan keadaan atau status fenomena.
lxi
Selama melakukan penelitian, peneliti merupakan instrumen utama.
Oleh karena itu peneliti menyesuaikan diri dengan memahami kenyataan
dilapangan (Bogdan dan Biklen, 1982). Pelaksanaan di lapangan, peneliti
melakukan wawancara dengan informan, yaitu siswa dan guru yang sesuai
dengan tujuan penelitian.
Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari persiapan
penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian. Menurut Moleong
(1998:85) tahap-tahap penelitian yang telah disesuaikan dengan keadaan
Indonesia adalah:
1. Tahap Pra Lapangan, meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajagi dan menilai keadaan
lapangan, memilih dan mamanfaatkan informan, menyiapkan
perlengkapan penelitian dan persoalan etika penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan, meliputi memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil
mengumpulkan data.
3. Tahap Analisis Data, meliputi konsep dasar analisis data, menemukan
tema dan perumusan hipotesis, menganalisis berdasarkan hipotesis.
Tahapan-tahapan penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Penelitian Pra Lapangan
1) Menyusun rancangan penelitian yang disebut proposal penelitian.
lxii
Pada tahap awal, tema penelitian lebih dulu diajukan kepada Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II untuk mendapatkan
persetujuan, dan kemudian diajukan dalam bentuk proposal penelitian
dan diserahkan kepada Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing
II untuk mendapatkan bimbingan dan persetujuan.
lxiii
2) Memilih lapangan penelitian.
Berkaitan dengan tema penelitian yaitu profil guru ideal menurut siswa
di SMA Teuku Umar Semarang, maka lembaga yang dipilih sebagai
lapangan penelitian adalah SMA Teuku Umar Semarang Semarang.
3) Mengurus perijinan
Pada tahap awal perijinan dilakukan secara lisan setelah Bab I, II, III
skripsi disetujui. Perijinan dilakukan secara formal kepada lembaga
yang menaungi penelitian yaitu UNNES dengan SMA Teuku Umar
Semarang Semarang.
4) Menjajagi dan menilai keadaan lapangan
Kegiatan ini selain telah dilakukan pada saat memilih lapangan
penelitian, juga akan dilaksanakan pada saat peneliti memasuki
lapangan penelitian.
5) Memilih dan memanfaatkan informal penelitian
Informal peneliti dilakukan dengan cara purposive sample (sample
bertujuan) dan dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pengungkapan data
penelitian. Informan peneliti berasal dari siswa dan guru.
6) Menyiapkan kelengkapan penelitian
Perlengkapan penelitian yang dipersiapkan antara lain alat tulis, alat
perekam, kamera dan garis besar materi wawancara.
7) Etika peneliti
Dalam penelitian kualitatif peran peneliti sangat besar. Untuk etika
peneliti harus benar-benar diperhatikan dengan demikian perasaan
lxiv
empati dan kekeluargaan dapat terjalin dengan baik dengan tetap
konsisten pada tujuan penelitian.
lxv
b. Tahap Pekerjaaan Lapangan
1) Memilih latar penelitian dan memperisiapkan diri. Pada tahap ini
peneliti diharapkan dapat melakukan interaksi awal, mempelajari
kembali proposal dan memperdalam kajian literature penelitian.
Dengan persiapan yang matang, pelaksanaan penelitian dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.
2) Memasuki lapangan. Setelah semua persiapan baik intern maupun
ektern terpenuhi, peneliti dapat mulai memasuki lapangan penelitian
secara proporsional.
3) Mengumpulkan data. Penelitian dapat secara langsung melakukan
wawancara, dokumentasi maupun observasi. Wawancara dilaksanakan
secara bebas artinya tidak terikat alur jabatan, sesuai dengan situasi,
kondisi dan kebutuhan peneliti. Begitu juga saat melakukan observasi
dan dokumentasi.
c. Tahap Analisis Data.
Terdapat banyak cara dalam melakukan analisis data, salah satu cara yang
dianjurkan adalah mengikuti langkah berikut yang masih bersifat umum
yaitu reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan atau
verivikasi. (Nasution, 1988 : 129). Lebih lanjut tentang analisis data akan
dibahas pada sub bab G tentang proses pencatatan dan analisis data.
lxvi
C. Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, keberadaan informasi penelitian sebagai
informan kunci yang akan diwawancarai secara mendalam sangat
dibutuhkan. Informan adalah seseorang yang akan dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Sebagai
informan dalam penelitian ini adalah siswa dan guru SMA Teuku Umar
Semarang Semarang.
Pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang
relatif singkat banyak informan yang terjangkau, jadi sebagai internal
sampling karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran
atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya
(Bogdan & Biklen 1981:65)
D. Fokus Penelitian
Penentuan fokus suatu penelitian memiliki dua maksud. Pertama,
penetapan fokus dapat membatasi studi. Jadi, dalam hal ini fokus akan
membatasi bidang inkuiri. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk
memenuhi kriteria-kriteria inklusi-eklusi atau memasukkan mengeluarkan
suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan (Moleong, 2002 : 62).
Di dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah
Keinginan siswa terhadap gurunya. Untuk membatasi lingkungan penelitian
dilakukan studi dokumentasi terhadap Profil guru ideal yang diinginkan
siswanya.
lxvii
E. Metode Pengumpulan Data
Alat dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode observasi,wawancara dan dokumentasi.
1. Metode Observasi
Penggunaan teknik observasi sangat penting dalam penelitian
karena peneliti dapat melihat secara langsung keadaan, suasana,
kenyataan, yang sesungguhnya terjadi dilapangan melalui pengamatan
diharapkan dapat dihindari informasi semua yang kadang-kadang muncul
dan ditemui dalam suatu penelitian.
Menurut payton (1984) dalam Nugroho ( 1993:18-19) penggunaan
teknik observasi dalam penelitian memiliki empat maksud yaitu :
menggambarkan “Setting” tersebut, individu yang berperan dalam
kegiatan itu dimaknai dibalik layar kegiatan. Peran serta orang-orang yang
terlibat. Observasi yang dilakukan oleh pengambil sambil membuat
catatan secara selektif terhadap pelaksanaannya. Observasi yang dilakuakn
peneliti bersifat non-partisipan dengan maksud peneliti tidak terjun
langsung dalam proses pembelajaran tetapi peneliti hanya mengamati
sambil mencatat hasil pengamatan.
2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dangan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
lxviii
pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan
itu (Moleong, 2002 :135).
Dalam penelitian ini mengadakan wawancara langsung dengan
siswa dan guru untuk dapat memperoleh informan secara langsung dari
pihak yang bersangkutan.
Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka, menurut Maleong
(2000:137), wawancara terbuka adalah wawancara yang para subjeknya
tahu bahwa mereka diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud
wawancara itu.
Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada Siswa di SMA
Teuku Umar Semarang untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
gurunya, pandangan siswa terhadap gurunya.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa cacatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, foto dan sebagainya (Arikunto,
2002 : 206). Dibandingkan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu
sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum
berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup
tetapi benda mati
lxix
F. Objektivitas dan Keabsahan Data
Untuk mendapatkan data yang obyektif dilakukan teknik triangulasi
sumber. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002 : 178).
Patton ( dalam Moleong (2002:178) mengemukakan triangulasi dengan
sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan
metode kualitatif. Triangulasi dengan sumber dapat dicapai dengan jalan
sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi
3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti siswa aktifis, bukan aktifis
dansebagainya.
Penelitian ini tidak menggunakan kelimanya untuk membandinkan
tetapi hanya menggunakan beberapa perbandingan saja yaitu :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
b. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
lxx
Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi sumber yang dicapai
dengan jalan membandingkan hasil wawancara dengan situasi sebenarnya
ketika proses belajar dan mengajar berlangsung.
Tabel 1: teknik triangulai sumber
G. Proses Pencatatan dan Teknis Analisis Data
1. Proses Pencatatan Data
Kegiatan penting yang dilakukan seorang peneliti dalam usaha
mengumpulkan informasi adalah proses pencatatan data. Alat penelitian
lain yang akan digunakan dalam pengumpulan data ialah catatan lapangan
(field notes), yaitu catatan yang dibuat peneliti sewaktu mengadakan
pengamatan/observasi, wawancara, dokumentasi maupun menyaksikan
suatu kejadian tertentu.
Pada waktu melakukan proses pencatatan lapangan, peneliti
berusaha mematuhi pedoman yang telah dirumuskan oleh Bogdan dalam
Moleong (1988:101) antara lain :
Sumber Data
Wawancara
Situasi sebenarnya ketika
proses belajar mengajar
berlangsung
lxxi
a. Buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan karena
semakin ditunda semakin sulit mengingat data dan kemungkinan data
hilang semakin besar.
b. Buatlah garis besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang
ditemui dalam pengamatan atau wawancara yang dilakukan.
c. Sering apa yang dikatakan atau yang telah diamati terlupakan setelah
beberapa hari berlalu, jika ingat segeralah dicatat kembali.
Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan pekerjaan
sekaligus. Peneliti tidak mungkin melakukan pengamatan sambil
membuat pencatatan yang baik. Dengan dasar kenyataan tersebut,
penggunaan alat lain sangat diperlukan misalnya alat perekam kejadian
yaitu tipe recorder maupun kamera sebagai alat dokumentasi untuk
mengiliminir kesulitan-kesulitan tersebut. Penggunaan peralatan tersebut
sebagai pencatatan dan mempunyai keuntungan antara lain, dapat diamati
dan didengar ulang sehingga dapat dicek kembali data yang diragukan.
2. Teknik Analisis Data
Patton dalam Moleong (2002:103) analisis data adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Selanjutnya Bogdan dan Taylor
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara
formal untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesisnya (ide)
seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan pada tema dan hipotesis itu. Jika dikaji, pada dasarnya definisi
lxxii
pertama lebih menitik beratkan pengorganisasian data sedangkan yang
kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,
2002 :103).
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, selanjutnya mengadakan reduksi data
yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, menyusunnya dalam
satu satuan, dikategorikan, dan selanjutnya mengadakan pemeriksaan
keabsahan data.
Secara lebih singkat tahapan analisis data meliputi reduksi,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Menurut Miles & Huberman
dalam Rachman (1992:16-21), ketiga kegitan tersebuit merupakan proses
berjalin-jalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data
dalam bentuk yang sejajar, untuk wawasan umum disebut analisis.
Secara prosedural, data yang diperoleh dengan
mengoptimalkan metode penelitian yang digunakan, direduksi, disajikan,
disimpulkan dan diverivikasi. Hasil reduksi data tersebut kemudian
diferbalkan dan dipilih menurut kategori datanya sebelumnya,
lxxiii
dipersiapkan antisipasi terhadap kemungkinan reduksi data serta
merumuskan konsep.
Ada banyak cara yang dapat diikuti oleh para peneliti. Salah
satu cara yang diajurka adalah mengikuti langkah berikut yang masih
sangat bersifat umum, yakni (1) reduksi data,(2) ‘display’ data, (3)
mengambil kesimpulan atau verivikasi (Nasution, 1988:129).
1) Reduksi Data
Data yang doperoleh dilapangan ditulis dalam betuk uraian
terinci yang akan terus bertambah sejalan bertambahnya waktu
penelitian. Untuk itu, laporan tersebut perlu direduksi, dirangkum,
dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal yang penting, dicari
tema atau polanya. Laporan sebagai bahan “mentah” disingkat,
direduksi, disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah
dikendalikan.
Proses reduksi ini berpedoman kepada fokus penelitian, yaitu
profil guru ideal menurut siswa di SMA Teuku Umar Semarang
Semarang. Untuk itu data yang tidak berkaitan dengan fokus
penelitian haruslah dihilangkan (dieliminir)
Langkah selanjutnya adalah menyusun data reduksi dalam
bentuk satu-satuan. Satuan ini tidak lain adalah bagian terkecil yang
mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas dari
bagian yang lain. Menurut Lincoln dan Guba (1985:345)
lxxiv
karakteristiknya ada dua, yaitu pertama stuan itu harus ‘heuristik’,
artinya mengarah pada satu pengertian atau tindakan yang diperlukan
oleh penelitian atau akan dilakukannya, dan satuan itu hendaknya
juga menarik. Kedua, satuan itu hendaknya merupakan ‘sepotong’
informasi kecil yang dapat berdiri sendiri, artinya satuan itu harus
dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan selain pengertian umum
dalam konteks latar penelitian (Moleong, 2002:192).
Setelah seluruh data penelitian telah tersusun dalam satu-satuan,
langkah penelitian selanjutnya adalah melakukan kategorisasi.
Kategorisasi tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat
tumpukan yang tersusun atas dasar pemikiran , intuisi, pendapat
ataupu kriteria tertentu. Selanjutnya Lincoln dan Guba dalam
Moleong (1985:347-351) menguraikan kategorisasi sebagai berikut.
Tugas pokok kategoriasi adalah : (1) Mengelompokkan kartu-kartu
yang telah dibuat kedalam bagian-bagian isi yang secara jelas
berkaitan.(2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori
dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap
kartu pada kategori. (3) menjaga agar setiap kategori yang telah
disusun satu dengan yang lainnya mengikuti prinsip taat asas.
2) Display data
Banyaknya data yang bertumpuk, membuat kita sulit melihat
gambaran atau kesuluruhan atau bagian-bagian tertentu dari
penelitian, pembuatan matrik, grafik, network., dan chart marupakan
lxxv
langkah laternatif untuk mempermudah pemahaman data penelitian.
Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam
dalam tumpukan detail.
Display data dari hasil wawancara, observasi maupun
dokumentasi dibuat berdasarkan fokus penelitian dimulai dari data
pelaksanaan pra produksi, produksi dan pasca produsi yang dalam
tiap tahapnya dilengkapi data mengenai hambatan-hambatan
sekaligus solusinya.
3) Mengambil kesimpulan dan verifikasi data
Sejak semula peneliti berusaha untuk mencari makna data yang
dikumpulkannya. Untuk itu ia mencari pola, tema, hubungan,
persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya
(Nasution, 1988:130). Jadi pada dasarnya dari mulai pendapatan jasa
seorang peneliti sudah mengambil kesimpulan. Kesimpulan ini pada
awalnya masih sangat tentatis, kabur, diragukan, akan tetapi dengan
bertambahnya data yang dimiliki membuat kesimpulan semakin
mendasar. Proses mencari data baru untuk mendukung dan
amemperkuat data sebelumnya, oleh Nasution disebut verivikasi.
Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang
dapat dijamin validitas atau “confirmability”. Proses tersebut dalam
pandangan Moleong (2002:174) pemeriksaan data mencakup empat
kriteria yaitu ; deajat kepercayaan (credibility) menggantikan konsep
lxxvi
validitas internal pada non kualitatif, keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (konfirmability).
Pada penelitian kuantitatif, credibility sering kita kenal dengan
istilah validitas internal. Validitas internal merupakan ukuran tentang
kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen yaitu apakah
instrumen itu sungguh sungguh mengukur variabel yang sebenarnya.
Bila ternyata instrumen tidak megukur sesuatu yang sebenarnya
diukur, maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaran yang
diharuskan dalam penelitian, dan dengan sendirinya hasil penelitian
tidak dapat dipercaya (Nasution 1988:105). Dengan kata lain validitas
internal bertujuan untuk mengusahakan tercapainya aspek kebenaran
atau “the truth value” hasil penelitian sehingga dapat dipercaya.
Dalam penelitian kualitatif validita internal menggambarkan
konsep peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan. Kelemahan
dalam validitas internal dapat ditimbulkan oleh berbagai vaktor,
antara lain (1) perubahan waktu, situasi, dan pematangan, (2)
pengaruh pengamat atau peneliti, (3) seleksi dan regresi,(4)
mortalitas, (5) kedangkalan kesimpulan (Nasution 1988 :105).
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengusahakan agar
kebenaran hasil penelitian dapat tercapai dengan baik. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan tiangulasi dan member check
untuk meningkatkan hasil penilitian.
lxxvii
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan, sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong 2002:
179). Adapun cara pembandingan data yang diperoleh dapat dilihat
dari sumber, metode, peneliti maupun teori. Berkaitan dengan itu
dikenal empat macam triangulasi yaitu triangulasi sumber, metode,
peneliti, dan teori (Patton 1980 dalam Lembaran Penelitian 1993:73).
Proses tiangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
triangulasi sumber yang berarti membandingkan atau megecek balik
suatu informasi yang diperoleh pada waktu yang dan alat yang
berbeda (Patton 1980 dalam Lembaran Penelitian 1993: 73)
Selain menggunakan triangulasi untuk meningkatkan keabsahan
data penelitian ini dilakukan pula teknik member check. Pada proses
meber check validitas data diuji dengan cara peneliti meminta
tanggapan kepada responden / informan penelitian untuk mengecek
kebenaran data. Tahapan ini dimaksudkan untuk memberi peluang
kepada responden atau informan penelitian agar dia memperbaiki
informasi yang keliru ataupun menambahkan apa yang masih kurang.
Jadi tujaun member check adalah agar informasi yang kita peroleh
dan gunakan dalam penulisan laporan kita sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh informan (Nasution 1988:118). Member check
dilakukan pada saat penelitian sedang berlangsung maupun setelah
akhir penelitian.
lxxviii
Dalam penelitian non-alamiah, tranferability sering disebut
dengan validitas eksternal yang berkenaan dengan generalisasi.
Generalisasi itu nhanya berlaku bagi populasi penelitian dan
berdasarklan atas sampling yang biasanya diseleksi secara acak atau
random. Penelitian kualitatif tidak melakukan sampling acakan, juga
tidak mengadakan pengolahan statistik untuk mempertahankan
generalisasi dan validitas eksternnal (Nasution 1988:107).
Bagi peneliti naturalistik, tranferability bergantung pada si
pemakai, yaitu hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka
gunakan dalam konteks dan situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak
dapat menjamin ‘validitas eksternal’, dia hanya melihat tranferability
sebagai suatu kemungkinan (Nasution 1988:119).
Apabila pemakai hasil penelitian ini menemukan keserasian
dengan situasi yang dihadapai, maka disitu akan tampak adanya
transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang
sama.
Dependability menurut istilah konvensional disebut dengan
reability atau reabilitas. Reabilitas berkenaan dengan apakah
penelitian tersebut dapat diulang (direplikasi) dan menghasilkan hasil
yang sama jika menggunakan metode yang sama pula.
Dalam penelitian kualitatif, syarat reabilitas yang dikenakan
pada penelitian kuantitatif tak mungkin diberlakukan bagi penelitian
lxxix
kualitatif (Nasutioon 1988:108). Situasi dalam kehidupan yang nyata
tak dapat diulangi. Selain itu cara melaporkan penelitian bersifat
ideosyncratic dan individualistik, selalu berbeda pada tiap orangnya.
Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran
sendiri, sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang
dengan waktu yang berbeda sangatlah mungkin memperoleh hasil
yang berbeda.
Secara teoritis dalam penelitian ini, yang dapat dilakukan adalah
menyatukan dependability dengan confirmability. Hal ini dikerjakan
melalui suatu cara yang disebut ’audit trail’.
Metode penelitian kualitatif menganggap bahwa hasil suatu
penelitian akan objektif bila juga dibenarkan atau di –confirm oleh
pihak lain, maka dari itu untuk pengertian objektifitas lazim
digunakan istilah ‘confirmability’ (Nasution 1988:111). Seperti
tersebut pada bagian dependability, untuk meningkatkan
confirmability dilakukan dengan jalan ‘audit trail’.
lxxx
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan menjalaskan tentang keadaan SMA Teuku Umar
Semarang, tentang Profil Guru Ideal Menurut Siswa di SMA Teuku Umar
Semarang.
A. Gambaran Umum Keadaan SMA Teuku Umar Semarang
Deskripsi Setting Penelitian
SMA Teuku Umar Semarang yang menjadi setting penelitian terletak
dipinggir kota Semarang, tepatnya di Jalan Karangrejo Tengah IX / 99
Semarang dengan nomer telpon (024) 8319790. Adapun batas wilayah dari
SMA Teuku Umar Semarang diantaranya :
a. Sebelah Utara : Sungai
b. Sebelah Selatan : Jalan Karangrejo
c. Sebelah Timur : SMK Teuku Umar Semarang
d. Sebelah : Rumah Penduduk
Denah Lokasi dari SMA Teuku Umar Semarang
SMA Teuku
Umar Semarang
Sungai
SMK Teuku Umar
Semarang
Rumah
Penduduk
lxxxi
SMA Teuku Umar Semarang merupakan salah satu sekolah menengah
di Semarang yang keberadaanya diatur dalam:
1. Peraturan pemerintah baik yang digariskan oleh Dinas Pendidikan
Nasional maupun Departemen Pendidikan.
2. Keputusan Mentri Agama No. 25 / 1977 Bab II Pasal 3 ayat 1 dan 2
tentang tugas dan fungsi P2A (Pembinaan Perikehidupan Beragama)
3. Garis kebijakan umum P2A (Pembina Perikehidupan Beragama) tahun
1977-1980 huruf c angka III antara lain no 6 : IKUT MEMBINA DAN
MEMPELOPORI BERDIRINYA LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA.
Guna eksistensifikasi dan intensifikasi amal P2A (Pembinaan
Perikehidupan Beragama) dan intensifikasinya khususnya dalam amal
pendidikan agama ini, maka pada dasarnya dipandang perlu adanya badan
atau lembaga diluar P2A yang menunjang suksesnya P2A tersebut. Serta
restu dari bapak Lurah selaku ketua P2A (Pembinaan Perikehidupan
Beragama) desa Karangrejo.
Berdasarkan rapat pengurus Yayasan Pendidikan Islam Teuku Umar
tanggal 2 April 1982, 2 Mei 1982, dan 25 Mei 1982 bahwa didirikannya SMA
Teuku Umar Semarang antara lain untuk mengembangkan pendidikan Islam
pada sekolah umum, menghidup suburkan usaha P2A ( Pembinaan
Perikehidupan Beragama) Desa Karangrejo Kota Semarang dibidang
pendidikan.
Alasan diberikannya nama ”Teuku Umar” adalah karena lokasi
tersebut berada dekat dengan jalan raya Teuku Umar, alasan lain yaitu bahwa
Teuku Umar adalah nama pahlawan nasional yang beragama Islam.
SMA Teuku Umar Semarang merupakan salah satu SMA swasta yang
berdiri dibawah Yayasan Islam, sehinggga pengelolaannyapun berasal dari
Yayasan Teuku Umar. Untuk mendukung tugas pokok dan fungsinya SMA
lxxxii
Teuku Umar Semarang mempunyai tenaga pengajar sebanyak 32 orang dari
berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan karyawan sebanyak 4 orang, dan staf
tata usaha sebanyak 5 orang
SMA Teuku Umar Semarang memili ki siswa yang berjumlah :
Tabel 2 : Jumlah siswa di SMA Teuku Umar Semarang
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1
2
3
I
II
III
105
89
68
55
45
58
160
134
126
420
SMA Teuku Umar Semarang mulai beroperasi pada tahun ajaran 1982
/ 1983 pada tanggal 16 Juli 1982 pada saat itu waktu belajar dilakukan pada
siang hari.
Guru di SMA Teuku Umar Semarang diangkat oleh pihak Yayasan,
bantuan dari Departemen Agama Kodya Semarang, bantuan dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Propensi Jawa Tengah, sedangkan guru yang
mengajar pada saat itu mayoritas Sarjana dan Sarjana Muda Negara.
Sebagai sekolah swasta SMA Teuku Umar Semarang juga memiliki
fasilitas yang memadai diantaranya :
Tabel 3 : Sarana dan Prasarana di SMA Teuku Umar Semarang
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1
Ruang Kelas :
a. Kelas 1
b. Kelas II
c. Kelas III
5
5
5
lxxxiii
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Labolatorium Komputer
Labolatorium Fisika
Labolatorium Biologi
Ruang Audio
Ruang Tata Usaha
Ruang Pertemuan
Ruang Perpustakaan
Ruang Bimbingan dan Konseling
Ruang Koprasi
Ruang Waka
Ruang Ganti Baju
Ruang Osis
Lapangan Bola Basket
Tempat Parkir
Mushola
Kantin
Gudang
Seperangkat Komputer
Dll
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
30
-
B. Deskripsi Profil Guru Ideal menurut Siswa SMA Teuku Umar Semarang.
Sesuai dengan rencana awal menyebutkan bahwa metode dalam
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi, maka dalam sub bagian ini akan disajikan data
dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Langkah ini dilakukan supaya data mentah yang pengambilannya menggunakan (tape-recorder, dan kamera) lebih
lanjut dapat dipahami.
lxxxiv
Penyajian data dilakukan secara berurutan mulai dari observasi, wawancara dan dilanjutkan dengan dokumentasi.
Berikut ini adalah sajian deskripsi penemuan data mengenai Profil Guru Ideal, menurut siswa di SMA Teuku Umar
Semarang. Adapun informan yang dimintai keterangan 8 (delapan), kelas 1 berjumlah 5 orang dan kelas 2 berjumlah
3 orang.
Adapun alasannya mengambil informan dari kelas 1 karena lebih mudah untuk diwawancarai. Siswa kelas 1 belum
begitu banyak kesibukan dibanding kelas 2 yang sibuk dengan ulangan uji coba untuk menghadapi semesteran. Siswa
yang dipilih sebagai informan dari kelas satu dan 2 adalah siswa yang memiliki berbagai macam karakteristik
diantaranya pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS, Pintar maupun sedang dalam pola berpikir, berkepribadian
baik, dan masih banyak yang lainnya. Adapun karakteristik dari masing-masing informan antara lain :
Informan Penelitian I
Nama : Hn
Kelas : 2 IPS 4
Hn adalah siswa yang cukup pandai di kelasnya. Dia juga supel dalam
bergaul dengan teman dan gurunya, sehingga banyak yang suka
dengannya. Dia suka sekali membuat suasana menjadi ramai, walaupun
dia tidak ikut organisasi sekolah, tapi namanya sudah dikenal di mata
guru-guru karena kepribadiannya yang cukup baik.
Informan Penelitian II
Nama : Wsn
Kelas : 1.1
Wsn adalah siswa yang dikenal oleh guru, selain pintar dia merupakan
pengurus OSIS. Dia memiliki banyak teman ,dalam bergaul dia supel dan
pandai beradaptasi dengan lingkungannya, karena dia sangat menghargai
teman dan gurunya.
Informan Penelitian III
Nama : Iqb
Kelas : 1.1
lxxxv
Iqb adalah siswa yang memiliki pretasi menengah di kelasnya. Dalam
bergaul dia tidak banyak bicara dan cenderung diam, dia juga aktif dalam
organisasi keagamaan di SMA Teuku Umar Semarang. Di mata gurunya,
dia memiliki kapribadian yang baik, penurut dan tidak banyak membuat
ulah di kelas.
Informan Penelitian IV
Nama : Nr
Kelas : 1.1
Nr adalah siswa yang dikenal oleh guru, selain cukup pintar dia
merupakan pengurus OSIS. Dia memiliki banyak teman , dalam bergaul
dia sangat supel dan pandai beradaptasi dengan lingkungannya, karena dia
sangat menghargai teman dan gurunya.
Informan Penelitian V
Nama : Kst
Kelas : 1.1
Kst adalah siswa yang cukup pintar di kelasnya. Dalam bergaul dia sangat
supel dan pandai membuat orang tertawa Di mata gurunya, dia memiliki
kapribadian yang baik, walaupun dia membuat kelas menjadi ramai karena
ulahnya.
Informan Penelitian VI
Nama : Dv
Dv adalah siswa yang supel dalam bergaul dengan teman dan gurunya,
sehingga banyak yang suka dengannya. Dia suka sekali membuat suasana
menjadi ramai, sehingga namanya sudah dikenal di mata guru-guru karena
kepribadiannya yang cukup baik, walaupun dia tidak aktif dalam
organisasi di SMA Teuku Umar Semarang
Informan Pernelitian VII
lxxxvi
Nama : Id
Kelas : 2 IPS 4
Id adalah siswa yang rajin, dan pintar. Dalam bergaul dia sangat supel dan
pandai beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tak heran jika banyak
yang suka berteman dengannya.
Informan Penelitian VIII
Nama : R
Kelas : 2 IPS 4
R adalah siswa yang cukup pandai di kelasnya. Di juga supel dalam
bergaul dengan teman dan gurunya, sehingga banyak yang suka
dengannya. Dia suka sekali membuat suasana menjadi ramai, walaupun
dia tidak ikut organisasi sekolah, tapi namanya sudah dikenal di mata
guru-guru karena kepribadiannya dan disiplinnnya mematuhi peraturan
sekolah.
Dulu penghormatan masyarakat terhadap guru tidak terbatas pada status
keguruannya belaka tetapi terlebih lagi karena sanjungan terhadap keluhuran
profesi guru. Guru menjadi tokoh panutan, sehingga ketika guru datang
disambut dengan sangat baik. Ketika disekolah guru datang, maka anak-anak
membawakan tasnya dan mengiringnya sampai ketempat tujuan, untuk
menghormati dan menghargai guru. (Silverius Suke, 2003:90).
Pada masa sekarang penghormatan siswa terhadap guru tidak lagi
diwujudkan dengan membawakan tasnya, mencium tangannya, dan masih
banyak yang lainnya. Dari kenyataan itu, maka ada pergeseran nilai guru di
mata siswa.
Informan Guru I
lxxxvii
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu misal di rumah, di sekolah
dan lain lain.
Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu perbuatan
yang mudah, tetapi menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan
hati nurani adalah tidak mudah, karena kepadanya lebih banyak dituntut suatu
pengabdian kepada siswanya daripada karena tuntutan pekerjaan atau material
oriented. Oleh karena itu wajar jika guru dikatakan seorang figur bagi
siswanya.
Selain itu guru juga dituntut harus peka terhadap siswanya, dan
tanggap terhadap berbagai masalah yang ada pada siswanya. Karena guru
adalah orang tua kedua bagi asiswanya.
Dalam proses belajar dan megajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswanya atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu.
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam melaksanakan tugasnya
dinilai sudah cukup profesional. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru
dalam interaksi belajar dan mengajar di SMA Teuku Umar Semarang. Selain
itu, guru di SMA Teuku Umar Semarang juga dapat mengikuti kurikulum
yang berlaku dan dapat menerapkan kepada siswa dengan cukup baik. Walau
ada juga yang tidak demikian tapi hanya sebagian kecil saja (Hn 1).
Profil guru ideal di SMA Teuku Umar Semarang, adalah ketika guru
tersebut mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa. Hal ini juga
dapat terlihat dari keterdekatan guru dan siswa. Guru hendaknya dapat
menempatkan diri dalam situasi apapun. Ketika dalam situasi tertentu guru
lxxxviii
dapat bersendaugurau dengan anak didiknya, namun jika situasi serius guru
dapat menempatkan diri, tanpa harus meninggalkan wibawanya sebagai
seorang guru (Hn 2).
Dengan demikian sebagai seorang guru dituntut untuk dapat benar
benar memahami siswanya, dan guru diharapkan benar-benar peduli terhadap
siswanya, sehingga ada keterdekatan antara siswa dan guru.
Guru juga diharapkan dapat membuat situasi yang menyenangkan
dalam proses belajar mengajar sehingga siswa menjadi enjoy. Guru yang
paling di sukai adalah guru yang dalam memberikan materi pelajaran
hendaknya tidak memakai metode ceramah saja, namun guru tersebut mampu
menghidupkan suasana yang ada dan ada timbal balik antara siswa dan
gurunya atau adanya stimulus-respon. Tidak gampang marah, murah senyum
dan supel (Hn3).
Dalam proses belajar mengajar siswa dapat memberikan penilaian
terhadap guru yang dia idealkan. Guru yang ideal di SMA Teuku Umar
Semarang adalah Bu “U” karena dalam memberikan pelajaran tidak
membosankan, dalam arti ada keterlibatan siswa dan guru kerika proses
belajar mengajar. Selain bu “U”, ada juga guru yang diidealkan yaitu bu
“E”karena dalam memberikan materi sangat sabar, dan anak diperlakukan
seperti anak sendiri, tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya
(Hn 4).
Siswa juga memberikan penilaian terhadap guru yang tidak
diidealkannya. Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang
adalah Pak “A” walau dilihat dari segi kompotensi sosial baik karena
berpartisipasi aktif dalam lembaga namun dia melalaikan tugasnya sebagai
guru karena ketika prose belajar mengajar berlangsung dia hanya memberikan
lxxxix
tugas dan kemudian ditinggal, sehingga dinilai kurang bertanggung jawab
(Hn5).
Informan Guru II
Guru merupakan jabatan profesi yang memiliki keahlian khusus
sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak
memiliki keahlian khusus tersebut.
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Guru dituntut
benar-benar dapat memahami siswanya dan melaksanakan tanggagung
jawabnya secara profesional sebagai seorang guru.
Dalam proses belajar dan megajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswanya atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu.
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, karena
mudah diajak ngobrol, bisa untuk mencurahkan isi hati dan kebanyakan guru
di SMA Teuku Umar Semarang orangnya suka humor dan mengerti akan
siswanya, sehingga jika diajak bicara bisa paham dan mengerti apa yang kita
bicarakan. Guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam proses belajar dan
mengajar dinilai juga sudah cukup profesional (Wsn 1)
Profil guru ideal adalah guru yang dapat mengemban tugasnya dengan
baik, penuh tanggung jawab dalam mentransfer ilmunya kepada siswa, mudah
dipahami, sabar dan pandai menempatkan diri, ketika jam pelajaran
kedisiplinan dan aturan yang berlaku harus ditaati dan murah senyum. Jika
xc
diluar kelas guru tersebut dapat bersendau gurau dan membaur dengan
siswanya (Wsn 2).
Dalam proses belajar mengajar yang terjadi didalam kelas maupun di
luar kelas, siswa dapat memberikan suatu penilaian tentang gurunya. Guru
yang mereka sukai pasti mereka akan lebih enjoy untuk mengikuti
pelajarannya, berbeda sekali jika guru tersebut tidak disukai. Siswa akan
merasa bosan dan tersiksa mengikuti pelajarannya.
Guru yang paling disukai di SMA Teuku Umar Semarang adalah guru
tersebut baik, berpenampilan menarik dan dapat memotivasi siswanya dan
ramah. Pemahaman materi sangat penting karena berkaitan dengan bagaimana
tingkat keprofesionalannya dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru
(Wsn 3).
Sedangkan guru yang paling diidealkan adalah Bu “S”, karena ketika
dia memberikan materi pelajaran sanagt jelas, sehingga mudah diterima.
Selain itu bu “S” juga mudah bergaul dengan muridnya, sehingga murid tidak
merasa sungkan dengannya. Begitu juga ketika dia bersama teman
seprofesinya, ramah dan mudah bergaul. Jika dilihat dari kepribadiannya Bu
“S” termasuk baik dari dalam maupun luar. Dikatakan baik dari luar karena
Bu “S” tidak membeda bedakan muridnya, entah dia kaya atau miskin, pintar
atau bodoh, semuanya diperlakukan sama. Bu “S” dikatakan baik dalamnya
karena dia menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari (Wsn 4).
Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu
“Uf” karena jika memberikan materi kurang jelas. Ketika disapa tidak
membalas walau hanya dengan senyuman. Jika pada waktu proses belajar dan
mengajar kurang ramah sehingga terkesan galak dan sombong. Bu “Uf” juga
xci
kurang sabar dalam menghadapai muridnya, selain itu bu “Uf” juga terkesan
menjaga jarak dengan muridnya (Wsn 5).
Informan Guru III
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, karena
ada keharmonisan hubungan antara guru dengan siswanya, guru dengan guru
dan siswa dengan gurunya. Walaupun ada salah satu guru yang kurang dapat
bergaul dengan muridnya, dan ada juga salah satu guru yang dalam bertutur
kata selalu berbeda (plin plan). Kadang guru tersebut berkata a namun setelah
itu berkata b, hal ini akan membuat bingung siswanya (Iqb 1).
Sebagai seorang guru setiap kata dan perbuatannya hendaknya benar-
benar dapat dipertanggung jawabkan. Karena hal itu merupakan contoh bagi
siswanya.
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan sosok profil guru yang
ideal. Profil guru ideal adalah guru yang dapat mengemban tugasnya dengan
baik, dan dalam memberikan materi jelas dan mudah diikuti oleh siswa.
Dapat memberikan contoh yang spesifik sehingga dapat dicerna oleh anak-
anak seukurannya (Iqb 2).
Sedangkan selama ini guru yang paling disukai di SMA Teuku Umar
Semarang adalah guru yang pandai beradaptasi, mematuhi aturan yang
ditentukan di SMA Teuku Umar Semarang, dan punya wibawa sehingga dapat
menentukan sikap dalam setiap mengambil keputusan. (Iqb 3).
Dalam proses belajar mengajar siswa dapat memberikan penilaian
terhadap guru yang dia idealkan, maupun tidak diidealkannya. Siswa juga
akan menyikapinya dengan cara yang berbeda pula.
Guru yang paling diidealkan adalah bapak “A” karena bapak “A”
dapat menempatkan diri dengan baik (pandai bergaul), bisa bercanda dengan
xcii
muridnya, tertib dan dalam menyampaikan materi jelas dan dapat memberikan
contoh yang spesifik. Selain itu bapak “A” juga baik dan sabar, cukup
menguasai materi dengan baik dan sopan.(Iqb 4)
Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu
“It” karena dalam memberikan tugas tidak sesuai dengan materi itu sendiri
(memberatkan siswa), judes dan angkuh. Bu “It” dalam bertutur kata juga
kurang pantas bagi seorang guru (kasar) dan dalam bergaul juga kurang baik
dan kurang dapat membaur dengan siswa. (Iqb 5).
Informan Guru IV
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik dalam
melaksanakan tugasnya. Walau ada juga yang kurang bertanggung jawab,
namun kebanyakan guru di SMA Teuku Umar Semarang sudah cukup
profesional dalam menjalankan tugasnya (Nr 1).
Selain itu guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup
disiplin dalam menjalankan tugasnya, guru di SMA Teuku Umar Semarang
juga sudah dapat memahami dan menguasai materi dengan baik.
Profil guru ideal adalah guru yang mampu menyampaikan materi
dengan baik sehingga mudah diterima oleh siswa, ramah, tidak mudah marah,
dan ketika siswa mengalami kesulitan maka guru tersebut dengan sabar
menjelaskan (Nr2).
Guru SMA Teuku Umar Semarang hendaknya ramah, baik hati, suka
menolong, dan profesional dalam menjalankan tugasnya, sehingga tidak
terpaku pada materi saja, tapi tahu tentang pemahaman dan penerapannya (Nr
3).
xciii
Selain itu, hendaknya guru dalam proses belajar dan mengajar tidak
mempersulit siswanya, sehingga tidak memberikan tugas yang memberatkan
siswa.
Dalam proses belajar mengajar di SMA Teuku Umar Semarang ada
guru yang diidealkan dan tidak diidealkan. Guru yang ideal di SMA Teuku
Umar Semarang adalah Bu “T” karena pandai bergaul, baik, dan bu “T”
dalam memberikan materi mudah dipahami (Nr 4).
Sedangkan guru yang kurang ideal adalah bu “Nv” karena dalam
memberikan materi kurang begitu jelas, suka marah-marah, dan dalam
memberikan tugas cukup memberatkan siswa karena materi belum diajarkan
namun siswa sudah diberi tuhas untuk mengerjakannya. Selain itu bu “Nv”
juga terkesan judes dan sombong, hal ini dapat terlihat ketika berpapasan
dngan muridnya tidak mau menyapa (Nr 5).
Informan Guru V
Dalam menjalankan tugasnya di SMA Teuku Umar Semarang, guru
disini dinilai sudah cukup baik, walau dalam menyampaikan materi ada yang
mudah dipahami dan ada juga yang sulit, namun guru di SMA Teuku Umar
Semarang dinilai sudah cukup disiplin dalam menjalankan tugasnya (Kst 1).
Guru menjadi sauritoladan bagi siswanya, sehingga diperlukan adanya
Profil guru yang ideal. Guru yang ideal adalah guru yang dapat mengemban
tugasnya dengan baik, dan dalam memberikan materi jelas dan mudah diikuti
oleh siswa dan dapat dapat bercanda untuk menghilangkan ketegangan (Kst
2).
Walaupun guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup
baik, namun ada guru yang diidealkan oleh siswa dan ada juga guru yang tidak
diidealkan oleh siswa.
xciv
Guru yang diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah guru
yang disiplin, ramah, suka humor, dalam memberikan materi jangan terlalu
serius, jangan terlalu memberatkan siswa dalam memberikan tugas (Kst3).
Perlakuan dalam proses belajar mengajar didalam kelaspun berbeda
antara guru yang diidealkan dengan guru yang tidak diidealkan. Guru yang
mereka idealkan cenderung, lebih diperhatikan, dan siswa memiliki minat
yang tinggi untuk mengikuti pelajaran tersebut. Berbeda sekali dengan guru
yang tidak diidealkan oleh siswa, mereka cenderung tidak memperhatikan dan
tidak senang dalam mengikuti pelajaran tersebut.
Guru yang ideal di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu “N”
karena dalam memberikan materi mudah dipahami, supel, ramah, tidak
memberatkan siswanya dalam memberikan tugas, dan pandai menempatkan
diri. ( Kst 4).
Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu
“Uf” karena jika memberikan materi kurang jelas. Ketika disapa tidak
membalas walau hanya dengan senyuman. Jika pada waktu proses belajar dan
mengajar kurang ramah sehingga terkesan galak dan sombong. Bu “Uf” juga
kurang sabar dalam menghadapai muridnya, selain itu bu “Uf” juga terkesan
menjaga jarak dengan muridnya (Kst 5).
Informan Guru VI
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, karena
guru di SMA Teuku Umar Semarang orangnya suka humor dan mengerti akan
siswanya, sehingga jika diajak bicara bisa paham dan mengerti apa yang kita
bicarakan, dan sabar. Guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam proses
belajar dan mengajar dinilai sudah cukup profesional (Dv 1).
xcv
Sebagai seorang guru juga harus, memahami dan melaksanakan 10
kompetensi dasar bagi seorang guru, yang meliputi: (1) Kemampuan
menguasai bahan pelajaran yang disajikan, (2) Mampu mengelola kelas, (3)
Mampu mengelola program belajar mengajar, (4) Mampu menggunakan
media atau sumber belajar mengajar, (5) mampu menguasai landasan-landasan
kependidikan, (6) Mampu mengelola interaksi belajar dan mengajar, (7)
Mampu menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran, (8) Mampu
mengenal fungsi program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) Mampu
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) Mampu
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan
guna pengajaran .
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan adanya sosok profil
guru ideal yakni guru yang dapat mengemban tugasnya dengan baik, penuh
tanggung jawab dalam mentransfer ilmunya kepada siswa, mudah dipahami
karena seorang guru dituntut untuk dapat memahami siswanya sehingga
materi yang diberikan tidak sia-sia, sabar dan pandai menempatkan diri,
berpenampilan menarik (Dv 2).
Selain itu guru yang paling di sukai adalah, guru tersebut baik, mudah
diajak diskusi, mau membantu muridnya jika soal-soalnya tidak bisa
dimengerti, ramah, dan sabar (Dv 3).
Sedangkan di SMA Teuku Umar Semarang guru yang ideal adalah bu
“An”, karena ketika dia memberikan materi pelajaran sangat jelas, sehingga
mudah diterima. Selain itu bu “An” juga mudah bergaul dengan muridnya,
sehingga murid tidak merasa sungkan dengannya. Dan tidak membeda-
bedakan antara murid yang satu dengan yang lain, baik itu miskin atau kaya,
pintar atau bodoh (Dv 4).
xcvi
Sedangkan guru yang kurang diidealkan di SMA Teuku Umar
Semarang adalah Pak “Az” karena jika memberikan materi kurang jelas
sehingga tidak mudah dimengerti. Pak “Az” juga terkesan cuek dengan
siswanya karena kesibukannya dalam berorganisasi (Dv 5).
Sebagai seorang guru hendaknya dapat membagi waktu, dengan
sebaik-baiknya dengan tidak mengenyampingkan tugas utamanya dalam
mengajar yaitu siswa.
Informan Guru VII
Menjadi seorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Menjadi guru
berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan hati nurani adalah suatu pekerjaan
yang sangat sulit, karena kepadanya lebih banyak dituntut suatu pengabdian
kepada siswanya daripada karena tuntutan pekerjaan atau material
Selain itu guru juga dituntut harus peka terhadap siswanya, dan
tanggap terhadap berbagai masalah yang ada pada siswanya. Karena guru
adalah orang tua kedua bagi siswanya.
Di dalam proses belajar dan mengajar guru di SMA Teuku Umar
Semarang dinilai sudah cukup baik, karena guru di SMA Teuku Umar
Semarang disiplin, dalam mengajar tepat waktu, dan kurikulumnya sudah
sesuai dengan kurikulum yang sekarang (Id 1).
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan sosok profil guru yang
ideal. Profil guru ideal adalah guru yang cerdas, arif dan bijaksana didalam
menjalankan tugasnya. Yang paling penting adalah guru tersebut benar-benar
bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. (Id 2).
Sedangkan guru yang ideal adalah guru yang dapat mengerti sifat dan
sikap muridnya, karena jika guru tersebut sudah dapat memahami sikap dan
sifat muridnya, maka guru tersebut dapat menempatkan diri, bagaimana dia
harus bersikap, karena guru merupakan sauritoladan bagi muridnya (Id 3).
xcvii
Dalam proses belajar dan mengajar tentunya siswa dapat memberikan
penilaian terhadapnya. Guru yang paling diidealkan di SMA Teuku Umar
Semarang adalah Bu “N” karena guru tersebut didalam mengajar jelas dan
mudah dipahami, sabar,dan berwibawa, serta dapat menempatkan diri dengan
baik.(Id 4)
Guru yang kurang diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah
bu “Nrd” karena dalam memberikan materi pelajaran terlalu serius sehingga
terkesan galak sehingga siswa menjadi bosan mengikuti pelajarannya, tidak
murah senyum sehingga terkesan judes sehingga siswa menjadi takut. (Id 5).
Kepandaian guru dalam membaca situasi yang terjadi pada siswanya
sangatlah diperlukan, sehingga siswa akan merasa senang untuk mengikuti
pelajaran dan siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh
gurunya.
Informan Guru VIII
Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, guru di SMA
Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, hal ini dapat dinilai dari cara
mengajar yang sudah sukup profesional, cara berpakaian yang sopan, sehingga
pantas untuk dijadikan panutan. (R 1).
Proses belajar dan mengajar adalah merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan, sehingga diperlukan sosok profil guru yang
ideal, supaya proses belajar dan mengajar dapat berjalan maksimal.
Di SMA Teuku Umar Semarang membutuhkan profil guru yang ideal
sehingga dapat menjadi panutan bagi siswanya. Profil guru ideal adalah guru
yang dapat mengajarkan muridnya cara berprilaku yang benar, dan bersikap
yang baik, dapat menempatkan diri, dalam memberikan materi mudah
dipahami, berpenampilan menarik dan dalam memberikan materi pelajaran
xcviii
dapat menarik perhatian siswa sehingga perhatian siswa tertuju kepadanya. (R
2).
Guru yang di sukai di SMA Teuku Umar Semarang adalah guru yang
baik, ramah, bisa bercanda, dan disiplin dalam menjalankan tugasnya, serta
memiliki wibawa dihadapan muridnya. (R 3).
Guru yang dianggap cukup ideal di SMA Teuku Umar Semarang
adalah Bu “Asr” karena orangnya tegas dalam mengambil sikap, memiliki
wibawa terhadap muridnya dan dlam memberikan pengarahan mudah
dipahami dan mudah diterima oleh muridnya. (R 4).
Guru yang tidak diidealkan adalah pak “E”karena kurang dapat
memanfaatkan situasi dengan sebaik-baiknya ketika jam pelajaran
berlangsung, tidak tegas, pak “E” juga kurang dapat menentukan sikap,
sehingga kurang memiliki wibawa terhadap muridnya. (R 5).
Untuk menjaga kenyamanan informan pasca pemberian informasinya,
sesuai dengan etika penelitian menyebutkan nama informan hanya dengan
menyebutkan inisialnya saja yaitu : Hn, Wsn, Iqb, Nr, Dv, Id, R, Kst.
Berdasarkan data temuan dari hasil wawancara dengan delapan
informan (Hn, Wsn, Iqb, Nr, Dr, Id, R dan Kst) hasil observasi disajikan
satu satuan data dan selanjutnya dilakukan kategorisasi, sedangkan analisis
data diuraikan sesudahnya.
1. Guru di SMA Teuku Umar Semarang
Menurut “Hn” selaku siswa kelas 2 (dua) menilai guru di SMA
Teuku Umar Semarang dalam melaksanakan tugsnya sudah cukup
profesional. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam interaksi
belajar dan mengajar di SMA Teuku Umar Semarang. Selain itu, guru di
SMA Teuku Umar Semarang juga dapat mengikuti kurikulum yang
xcix
berlaku dan dapat menerapkan kepada siswa dengan cukup baik. Walau
ada juga yang tidak demikian tapi hanya sebagian kecil saja
Hal ini juga dikuatkan oleh “Wsn” siswa kelas 1 (satu) yang
menilai guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam melaksanakan
tugasnya sudah cukup baik, karena kebanyakan guru di SMA Teuku Umar
Semarang mudah diajak ngobrol, bisa untuk mencurahkan isi hati dan
kebanyakkan guru di SMA Teuku Umar Semarang orangnya suka humor
dan mengerti akan siswanya, sehingga jika diajak bicara bisa paham dan
mengerti apa yang kita bicarakan. Guru di SMA Teuku Umar Semarang
dalam proses belajar dan mengajar dinilai sudah cukup profesional
Selaras dengan pernyataan “Wsn”, “Iqb” juga mengungkapkan
bahwa guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik,
karena ada keharmonisan hubungan antara guru dengan siswanya, guru
dengan guru dan siswa dengan gurunya. Walaupun ada salah satu guru
yang kurang dapat bergaul dengan muridnya, dan ada juga salah satu guru
yang dalam bertutur kata selalu berbeda (plin plan) namun guru di SMA
Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup profesional dalam
menjalankan tugasnya.
“Nr” siswa kelas 1 (satu) menyatakan bahwa Guru di SMA Teuku
Umar Semarang dinilai sudah cukup baik dalam melaksanakan tugasnya.
Walau ada juga yang kurang bertanggung jawab, namun kebanyakan guru
di SMA Teuku Umar Semarang sudah cukup profesional dalam
menjalankan tugasnya.
Menambah informasi yang diberikan oleh “N” tentang Guru di
SMA Teuku Umar Semarang “Kst” menyatakan bahwa guru di SMA
Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, walau dalam
menyampaikan materi ada yang mudah dipahami dan ada juga yang sulit.
c
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup disiplin dalam
menjalankan tugasnya.
Guru di SMA Teuku Umar Semarang “Dv” menilai sudah cukup
baik, karena guru di SMA Teuku Umar Semarang orangnya suka humor
dan mengerti akan siswanya, sehingga jika diajak bicara bisa paham dan
mengerti apa yang kita bicarakan, dan sabar. Guru di SMA Teuku Umar
Semarang dalam proses belajar dan mengajar dinilai sudah cukup
profesional
Menurut “Id” guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah
cukup baik, karena guru di SMA Teuku Umar Semarang disiplin, dalam
mengajar tepat waktu, dan kurikulumnya sudah sesuai dengan kurikulum
yang sekarang.
Lebih lanjut “R” menyatakan bahwa guru di SMA Teuku Umar
Semarang dinilai sudah cukup baik, hal ini dapat dinilai dari dari cara
mengajar yang sudah sukup profesional, cara berpakaian yang sopan,
sehingga pantas untuk dijadikan panutan.
Dari beberapa informan yaitu (Hn, Wsn, Iqb, Nr, Dv, Id, R, Kst)
dapat disimpulkan bahwa guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam
mmelaksanakan tugsnya sudah cukup baik karena dapat mengerti dan
melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab seorang guru dan , dan
dapat memahami dan mengerti akan siswanya, serta pantas menjadi
panutan bagi muridnya.
2. Profil Guru Ideal di SMA Teuku Umar Semarang
Menurut “Hn” Profil guru ideal di SMA Teuku Umar Semarang,
adalah ketika guru tersebut mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan
siswa. Hal ini juga dapat terlihat dari keterdekatan guru dan siswa. Guru
hendaknya dapat menempatkan diri dalam situasi apapun. Ketika dalam
ci
situasi tertentu guru dapat bersendau gurau dengan anak didiknya, namun
jika situasi serius guru dapat menempatkan diri, tanpa harus
meninggalkan wibawanya sebagai seorang guru.
Sedangkan profil guru ideal menurut “Wsn” adalah guru yang
dapat mengemban tugasnya dengan baik, penuh tanggung jawab dalam
mentransfer ilmunya kepada siswa, mudah dipahami, sabar dan pandai
menempatkan diri, ketika jam pelajaran kedisiplinan dan aturan yang
berlaku harus ditaati dan murah senyum. Jika diluar kelas guru tersebut
dapat bersendau gurau dan membaur dengan siswanya
Menambah pernyataan dari “Wsn” menurut “Iqb” profil guru
ideal adalah guru yang dapat mengemban tugasnya dengan baik, dan
dalam memberikan materi jelas dan mudah diikuti oleh siswa. Dapat
memberikan contoh yang spesifik sehingga dapat dicerna oleh anak-anak
seukurannya.
Sedangkan “Nr” juga mengatakan bahwa profil guru ideal adalah
guru yang mampu menyampaikan materi dengan baik sehingga mudah
diterima oleh siswa, ramah, tidak mudah marah, dan ketika siswa
mengalami kesulitan maka guru tersebut dengan sabar menjelaskan.
Lebih lanjut “Kst” juga mengatakan bahwa profil guru ideal
adalah guru yang dapat mengemban tugasnya dengan baik, dan dalam
memberikan materi jelas dan mudah diikuti oleh siswa dan dapat bercanda
untuk menghilangkan ketegangan.
Menambahkan informasi yang diberikan oleh “Kst” tentang Profil
guru ideal “Dv” juga menambahkan bahwa profil guru ideal adalah guru
yang dapat mengemban tugasnya dengan baik, penuh tanggung jawab
dalam mentransfer ilmunya kepada siswa, mudah dipahami karena seorang
guru dituntut untuk dapat memahami siswanya sehingga materi yang
cii
diberikan tidak sia-sia, sabar dan pandai menempatkan diri, berpenampilan
menarik
“Id” mengatakan bahwa profil guru ideal adalah guru yang cerdas,
arif dan bijaksana didalam menjalankan tugasnya. Yang paling penting
adalah guru tersebut benar-benar bertanggung jawab dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang guru.
Profil guru ideal menurut “R” adalah guru yang dapat mengajarkan
muridnya cara berprilaku yang benar, dan bersikap yang baik, dapat
menempatkan dari, dalam memberikan materi mudah dipahami,
berpenampilan menarik dan dalam memberikan materi pelajaran dapat
menarik perhatian siswa sehingga perhatian siswa tertuju kepadanya.
Dari data informan diatas peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa profil guru ideal menurut siswa di SMA Teuku Umar Semarang
adalah guru tersebut dapat menjalankan tugas dengan baik, dan dalam
memberikan materi mudah dipahami. Selain itu guru juga dituntut untuk
dapat memahami siswanya.
Sedangkan profil guru ideal menurut Bahri Djamarah (2000:42)
adalah guru yang mengabdikan gurunya berdasarkan pandangaan jiwa,
panggilan hati nurani, bukan karena uang belaka. Selain itu guru yang
diharapkan siswa adalah guru yang selalu ingin bersama siswa baik di
lingkungan dalam sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
3. Guru yang disukai
Guru yang paling disukai menurut “Hn” adalah guru yang dalam
memberikan materi pelajaran hendaknya tidak memakai metode ceramah
saja, namun guru tersebut mampu menghidupkan suasana yang ada dan
ciii
ada timbal balik antara siswa dan gurunya atau adanya stimulus-respon.
Tidak gampang marah, murah senyum dan supel.
“Wsn” juga menambahkan bahwa guru yang paling disukai adalah
guru tersebut baik, berpenampilan menarik dan dapat memotivasi siswnya
dan ramah. Pemahaman materi sangat penting karena berkaitan dengan
bagaimana tinggakat keprofesionalannya dalam menjalankan tugas sebagai
seorang guru
Menambah pendapat “Wsn”, “Iqb” menilai bahwa Guru yang
paling disukai adalah guru yang pandai beradaptasi, mematuhi aturan yang
ditentukan di SMA Teuku Semarang, dan punya wibawa sehingga dapat
menentukan sikap dalam setiap mengambil keputusan.
Lebih lanjut “Nr” juga mengatakan bahwa guru yang paling disukai adalah guru yang ramah, baik hati, suka
menolong, dan profesional dalam menjalankan tugasnya, sehingga tidak terpaku pada materi saja, tapi tahu tentang
pemahaman dan penerapannya.
“Kst” mengatakan guru yang paling disukai adalah guru yang
disiplin, ramah, suka humor, dalam memberikan materi jangan terlalu
serius, jangan terlalu memberatkan siswa dalam memberikan tugas.
Penuturan “Kst” dikuatkan oleh “Dv” yang mengatakan bahwa
guru yang paling disukai adalah guru tersebut baik, mudah diajak diskusi,
mau membantu muridnya jika soal-soalnya tidak bisa dimengerti, ramah,
dan sabar.
Sedangkan menurut “Id” Guru yang paling disukai adalah guru
yang dapat mengerti sifat dan sikap muridnya, karena jika guru tersebut
sudah dapat memahami sikap dan sifat muridnya, maka guru tersebut
dapat menempatkan diri, bagaimana dia harus bersikap, karena guru
merupakan suritoladan bagi muridnya.
civ
Menguatkan pendapat dari “Id” Guru yang paling disukai menurut
“R” adalah guru yang baik, ramah, bisa bercanda, dan disiplin dalam
menjalankan tugasnya, serta memiliki wibawa dihadapan muridnya.
Dari data informan diatas dapat disimpulkan bahwa guru yang
paling disukai adalah guru yang menstranfer ilmu pengetahuan tersebut
sehingga siswa merasa enjoy dengan pelajaran yang sedang dipelajarinya
selain itu guru tersebut juga dapat menghadirkan proses belajar yang
menyenangkan. Di kelas harus terjadi proses interaksi antara guru dan
siswa, pandai menempatkan diri sehingga tahu bagaimana harus
bersikap.dan selain itu guru tersebut juga harus mengerti dan paham akan
keinginan siswanya.
4. Guru yang paling diidealkan
Guru yang paling ideal menurut “Hn” adalah bu “U” karena dalam
memberikan pelajaran tidak membosankan, dalam arti ada keterlibatan
siswa dan guru kerika proses belajar mengajar. Selain bu , ad juga guru
yang diidealkan yaitu bu “E” karena dalam memberikan materi sangat
sabar, dan anak diperlakukan seperti anak sendiri, tanpa membeda-
bedakan antara satu dengan yang lainnya.
Menurut “Wsn” guru yang paling idealkan di SMA Teuku Umar
Semarang adalah bu “S”, karena ketika dia memberikan materi pelajaran
sanagt jelas, sehingga mudah diterima. Selain itu bu “S” juga mudah
bergaul dengan muridnya, sehingga murid tidak merasa sungkan
dengannya. Begitu juga ketika dia bersama teman seprofesinya, ramah dan
mudah bergaul. Jika dilihat dari kepribadiannya bu “S” termasuk baik
dari dalam maupun luar. Dikatakan baik dari luar karena bu “S” tidak
membeda bedakan muridnya, entah dia kaya atau miskin, pintar atau
bodoh, semuanya diperlakukan sama. Bu “S” dikatakan baik dalamnya
cv
karena dia menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut “Iqb” juga mengatakan bahwa guru yang paling
diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bapak “A” karena
bapak “A” dapat menempatkan diri dengan baik (pandai bergaul), bisa
bercanda dengan muridnya, tertib dan dalam menyampaikan materi jelas
dan dapat memberikan contoh yang spesifik. Selain itu bapak “A” juga
baik dan sabar, cukup menguasai materi dengan baik dan sopan.
Menguatkan pernyataan dari “A”, “Nr” juga mengatakanGuru
yang paling diidealkan Bu “T”” karena pandai bergaul, baik, dan bu “T”
dalam memberikan materi mudah dipahami.
Guru yang paling diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang
menurut “Kst” adalah bu “N” karena dalam memberikan materi mudah
dipahami, supel, ramah, tidak memberatkan siswanya dalam memberikan
tugas, dan pandai menempatkan diri.
Menambahkan pendapat dari ”Kst”, “Id” juga berpendapat sama
bahwa guru yang paling diidealkan bu “N” karena guru tersebut didalam
mengajar jelas dan mudah dipahami, sabar,dan berwibawa, serta dapat
menempatkan diri dengan baik.
“Dv” berpendapat bahwa guru yang paling diealkan di SMA
Teuku Umar Semarang adalah bu “An”, karena ketika dia memberikan
materi pelajaran sangat jelas, sehingga mudah diterima. Selain itu bu “An”
juga mudah bergaul dengan muridnya, sehingga murid tidak merasa
sungkan dengannya. Dan tidak membeda-bedakan antara murid yang satu
dengan yang lain, baik itu miskin atau kaya, pintar atau bodoh.
Guru yang paling diidealkan menurut “R” adalah bu “Asr” karena
orangnya tegas dalam mengambil sikap, memiliki wibawa terhadap
cvi
muridnya dan dalam memberikan pengarahan mudah dipahami dan mudah
diterima oleh muridnya.
Dari data diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa guru
yang disukai adalah guru yang memberikan materi dengan jelas, supel,
ramah, sabar, suka humor, pandai menempatkan diri dan memiliki
wibawa.
5. Guru yang tidak diidealkan
Menurut “Hn” selaku siswa kelas 2 (dua) menilai Guru yang tidak
diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah Pak “A” walau dilihat
dari segi komponen sosial baik karena berpartisipasi aktif dalam lembaga
namun dia melalaikan tugasnya sebagai guru karena ketika prose belajar
mengajar berlangsung dia hanya memberikan tugas dan kemudian
ditinggal, sehingga dinilai kurang bertanggung jawab.
Berbeda dengan pernyataan “Hn”, “Wsn”menilai bahwa guru
yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu
“Uf”karena jika memberikan materi kurang jelas. Ketika disapa tidak
membalas walau hanya dengan senyuman. Jika pada waktu proses belajar
dan mengajar kurang ramah sehingga terkesan galak dan sombong. Bu
“Uf”juga kurang sabar dalam menghadapai muridnya, selain itu bu “Uf”
juga terkesan menjaga jarak dengan muridnya
Menambah informasi yang diberikan oleh “Wsn”, “Iqb”menilai
bahwa guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah
bu ”(It) karena dalam memberikan tugas tidak sesuai dengan materi itu
sendiri ( memberatkan siswa), judes dan angkuh. Bu “It”dalam bertutur
kata juga kurang pantas bagi seorang guru (kasar) dan dalam bergaul juga
kurang baik dan kurang dapat membaur dengan siswa
cvii
Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang
menurut “Nr”adalah bu “Nv”karena dalam memberikan materi kurang
begitu jelas, suka marah-marah, dan dalam memberikan tugas cukup
memberatkan siswa karenamateri belum diajarkan namun siswa sudah
diberi tuhas untuk mengerjakannya. Selain itu bu “Nv”juga terkesan judes
dan sombong, hal ini dapat terlihat ketika berpapasan dngan muridnya
tidak mau menyapa.
Dari data diatas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa
kebanyakan siswa di SMA Teuku Umar Semarang tidak suka pada guru
yang jika memberikan materi kurang jelas, sombong, judes, tidak ramah,
melalaikan tugasnya sebagai seorang guru, dan membeda-bedakan
muridnya.
C. Analisis hasil penelitian
Setelah keseluruhan data yang ditemukan peneliti, kemudian dilakukan
proses analisis komparatif antar informan penelitian maupun dengan
menggunakan catatan lapangan dan dokumentasi selanjutnya peneliti
menyajikan kesimpulan tentang Profil Guru Ideal menurut siswa di SMA
Teuku Umar Semarang.
Berkaitan dengan profil guru ideal yang diinginkan siswa di SMA Teuku
Umar Semarang ada beberapa perbedaan , yaitu antara karakter guru yang
disukai dan guru yang tidak mereka sukai.
Adapun perbedaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2 : Perbedaan pendapat karakteristik guru di SMA Teuku Umar
Semarang.
cviii
No Guru yang diidealkan Guru yang tidak diidealkan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Dapat Memberikan materi dengan
jelas dan mudah dipahami
Guru tersebut harus sabar
Dapat mengelola kelas sehingga
dalam memberikan materi tidak
membosankan
Guru tersebut harus ramah dan
supel
Punya kepribadian yang baik
Dapat bercanda atau bersendau
gurau
Tidak memberatkan siswa dalam
memberikan tugas
Memperlakukan anak seperti anak
sendiri ( tidak pilih kasih )
Pandai menempatkan diri
Tegas dalam mengambil sikap.
Dalam menyampaikan materi
kurang jelas
Cuek dengan siswanya
Melalaikan tugas sebagai guru,
karena terlalu sibuk dengan
urusannya
Kurang menguasai materi
Guru tersebut tidak ramah
Galak, judes, dan angkuh
Dalam bertutur kata kasar
Kurang supel
Guru tersebut sombong sehingga
terkesan menjaga jarak dengan
muridnya
Tidak dapat menentukan sikap
sehingga terkesan kurang
berwibawa
cix
11
Memiliki wibawa Dalam memberikan materi terlalu
serius sehingga membosankan
Selanjutnya dari pendapat antara guru yang diidealkan dan tidak
diidealkan dapat kita kaitkan dengan teori.
Profil guru ideal juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu
melalui konteks sejarah, konteks budaya dan melalui konteks pofesional.
Melalui konteks sejarah guru merupakan pendidik yang mengandung
makna perantara. Fungsinya melayani siswa dalam kegiatan pembelajaran di
kelas. Sedangkan dalam konteks budaya guru dianggap oleh masyarakat
sebagai orang yang banyak tahu akan ilmu pendidikan, sehingga disegani dan
dihormati. Namun
dengan adanya perkembangan zaman sekarang ini citra guru di dalam
pandangan masyarakat dalam hal ini lebih terfokuskan pada siswanya mulai
luntur sedikit demi sedikit.
Profil guru jika dipandang dari konteks profesional, terlihat dari
penampilan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar,
pendidik, pembina, pelatih, maupun sebagai pembimbing terhadap
perkembangan dan kemajuan para siswanya.
Selain itu profil guru dapat dilihat dari kepribadiannya dan penampilan
sifat-sifat pribadinya, sebaiknya penampilan suara maupun cara berbicara
yang jelas mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu gagasan atau ide.
Kepedulian terhadap orang lain, berfikir secara sistematis, pergaulan dengan
bawahan, kepastian sikap, kematangan emosi, percaya kepada diri sendiri, rasa
cx
kekeluargaan, kemantapan pribadi sebagai calon pemimpin. (Mataheru, 1982 :
289).
1. Profil Guru Ideal di SMA Teuku Umar Semarang
Menurut Bahri Djamarah (2000:42), Profil Guru Ideal menurut
pandangan siswa adalah guru yang mengabdi berdasarkan pandangan jiwa,
panggilan hati nurani, bukan karena uang belaka. selain itu guru yang
diharapkan siswa adalah guru yang selalu ingin bersama siswa baik di
lingkungan dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Berdasarkan pengertian diatas maka, Profil guru ideal yang
diinginkan siswa di SMA Teuku Umar Semarang sudah sesuai dengan
teori yang ada walau tidak semuanya dapat berjalan sesempurna mungkin.
jika dikaitkan dengan teori, Profil Guru Ideal menurut siswa di SMA
Teuku Umar Semarang adalah guru tersebut dapat menjalankan tugas
dengan baik, dan dalam memberikan materi mudah dipahami, selain itu
guru juga dituntut untuk dapat memahami siswanya, sehingga untuk
melaksanakan hal itu profesi guru haruslah berdasarkan panggilan hati
nurani, karena tugas guru tidaklah mudah. guru juga harus senantiasa
meningkatkan pengetahuannya sehingga menjadi guru yang profesional
dan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan mengerti akan siswanya.
Menurut Mataheri (1982: 289 ) Profil Guru Ideal juga dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang, yaitu melalui konteks sejarah, konteks
budaya dan melalui konteks pofesional.
Melalui konteks sejarah guru merupakan pendidik yang
mengandung makna perantara. Fungsinya melayani siswa dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Sedangkan dalam konteks budaya guru dianggap
oleh masyarakat sebagai orang yang banyak tahu akan ilmu pendidikan,
cxi
sehingga disegani dan dihormati. Namun dengan adanya perkembangan
zaman sekarang ini citra guru di dalam pandangan masyarakat dalam hal
ini lebih terfokuskan pada siswanya mulai luntur sedikit demi sedikit.
Profil guru jika dipandang dari konteks profesional, terlihat dari
penampilan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar,
pendidik, pembina, pelatih, maupun sebagai pembimbing terhadap
perkembangan dan kemajuan para siswanya.
Selain itu profil guru dapat dilihat dari kepribadiannya dan
penampilan sifat-sifat pribadinya, sebaiknya penampilan suara maupun
cara berbicara yang jelas mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu
gagasan atau ide. Kepedulian terhadap orang lain, berfikir secara
sistematis, pergaulan dengan bawahan, kepastian sikap, kematangan
emosi, percaya kepada diri sendiri, rasa kekeluargaan, kemantapan pribadi
sebagai calon pemimpin.
Hal ini juga dapat kita lihat dari Profil Guru Ideal menurut siswa
di SMA Teuku Umar Semarang yang menginginkan guru yang dapat
menyampaikan materi dengan baik sehingga mudah dipahami, sabar, dan
dapat berinteraksi dengan siswa, yang semuanya dapat dilihat dari konteks
sejarah, budaya dan profesionalisme.
2. Penilaian siswa terhadap guru yang disukai dan tidak disukai
Guru merupakan figur, yang dicontoh bagi siswanya. Siswa akan
senang dan termotivasi untuk belajar jika guru tersebut sesuai dengan hati
nuraninya.
Kita haruslah menyadari bahwa tugas guru tidaklah mudah menjadi
seorang guru juga dituntut untuk dapat mengerti dan memahami
siswanya. Namun tidak semua guru dapat melakukannya.
cxii
Di SMA Teuku Umar Semarang juga ditemui guru yang tidak
disukai siswanya karena adanya beberapa alasan yang mereka
kemukakan. Salah satunya adalah kurangnya pemahan materi dan
pengelolaan kelas sehingga dalam mentransfer ilmunya kepada siswa
menjadi tidak mudah dipahami oleh siswa.
Dalam paradigma pendidikan dan posisi guru masih diselimuti oleh
berbagai kelemahan dan kendala utama, untuk itu perlu adanya perhatian
terhadap masalah tersebut diantaranya adalah:
a. Sikap guru
Ada tiga hal yang menentukan sikap guru yaitu:
4) Anak atau bahan pelajaran
Sebagai seorang guru hendaknya tidak melupakan kedua aspek
tersebut yaitu bahan pelajaran dan anak. Oleh sebab itu guru tidak
hanya cukup menguasai bahan pelajaran tetapi guru harus mampu
melibatkan pribadi anak dalam pelajaran untuk mencapai hasil
yang diharapkan.
5) Guru sebagai model
Fungsi guru yang utama adalah memimpin anak-anak kearah
tujuan yang tegas. Guru juga berperan sebagai seorang model sauri
toladan bagi anaknya sehingga anak akan merasakan kenyamanan
dengan adanya model yang diterapkan oleh guru.
6) Kesulitan dalam belajar.
Guru yang bersikap sentimentil berusaha agar kegiatan belajar itu
menjadi kegiatan yang menggembirakan yang dilakukan tanpa jeri
payah, namun tidak berarti anak-anak harus dijauhi dari kesukaran.
Setiap kesukaran mengandung unsur kemudahan dalam hidupnya
cxiii
kini dan selanjutnya setiap anak pasti menghadapi kesukaran-
kesukaran baru. (Nasution, 2000:123-124)
b. Pribadi guru
Setiap guru mempunyai pribadi yang mereka miliki. Citra inilah
yang membedakan profesi seorang guru dengan profesi lainnya.
Kepribadian sebenarnya adalah tindakan, ucapan, dan cara berpakaian
dalam menghadapi setiap persoalan. Daradjat dalam Rahmawati
(2001:34) mengatakan, bahwa kerpibadian yang sesungguhnya adalah
abstrak, sukar dilihat atau diketahui bekasnya dalam segala segi dan
aspek kehidupan. Misalnya, dalam tindakannya, ucapannya, cara
bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan dan
masalah, baik yang ringan maupun yang berat.
Berdasarkan hal itu pula banyak para siswa di SMA Teuku Umar
Semarang, yang menilai guru dari ucapan dan tindakannya serta dari
segi penampilannya dan cara bergaul dengan siswa.
Menurut Meikeljohn dalam Sahertian (1990:41) tidak
seorangpun yang dapat menjadi seorang guru yang sejati (mulia)
kecuali bila ia menjadikan dirinya sebagai bagian dari anak didiknya
dan berusaha untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya.
Guru yang dapat memahami kesulitan anak didik dalam hal belajar dan
kesulitan lainnya diluar masalah belajar, yang dapat menghambat
aktifitas belajar anak didik maka guru tersebut akan disenangi anak
didiknya.
Dari pengertian diatas ternyata benar, bahwa kebanyakan siswa
di SMA Teuku Umar Semarang, suka pada guru yang benar–benar
dapat memahaminya. Selain itu mereka juga suka pada guru yang jelas
menyampaikan materi, sehingga mudah dipahami.
cxiv
Untuk lebih meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar,
maka setiap guru hartus benar-benar paham dan melaksanakan peran
dan tugas sebagai guru serta terkaitan erat dengan 10 kompetensi
dasar, yang meliputi: (1) Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang
disajikan, (2) Mampu mengelola kelas, (3) Mampu mengelola program
belajar mengajar, (4) Mampu menggunakan media atau sumber belajar
mengajar, (5) mampu menguasai landasan-landasan kependidikan, (6)
Mampu mengelola interaksi belajar dan mengajar, (7) Mampu menilai
prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran, (8) Mampu mengenal
fungsi program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) Mampu
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) Mampu
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna pengajaran Sahertian (1992 : 5).
cxv
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A Simpulan
Dari kegiatan penelitian dilapangan, peneliti memperoleh beberapa temuan
kesimpulan sebagai berikut:
Menurut Penilaian siswa SMA Teuku Umar Semarang, guru-guru di SMA
Teuku Umar Semarang pada umumnya memiliki profil yang cukup
bagus karena bisa diajak ngobrol, guru di SMA Teuku Umar Semarang
dinilai cukup professional, dalam menyampaikan materi mudah
dipahami, sabar, cukup disiplin dalam menjalankan tugasnya.
Profil guru ideal menurut pandangan siswa di SMA Teuku Umar Semarang
adalah guru tersebut dapat menempatkan diri, supel, memiliki wibawa,
bisa humor, dalam memberikan materi pelajaran mudah dipahami,
selain itu juga memiliki rasa tanggung jawab, sabar, disiplin, baik hati,
dapat memahami siswanya, cerdas, arif, bijaksana dalam mengambil
sikap, dan berpenampilan menarik.
Guru yang diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah guru “N”
karena selain sabar, guru tersebut dalam memberikan materi mudah
dipahami, supel, ramah, pandai menempatkan diri dan memiliki
wibawa.
Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang ádalah bu “Ul”
karena tidak murah senyum, sombong, dalam memberikan materi
pelajaran sulit dipahami.
cxvi
Guru yang siswa idealkan di SMA Teuku Umar Semarang tidak dinilai dari
lamanya dia bekerja, tapi dinilai dari profesionalnya dan kepandaian dia
dalam memahami siswanya
B Saran
Dengan penelitian diatas diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Guru diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki citranya
sehingga dapat ditrima sebagai guru yang baik. Untuk mencapai itu hal-
hal yang dilakukan antara lain :
a) Meningkatkan kesadaran akan tugas dan fungsinya sebagai guru
yang dapat dicontoh oleh siswa
b) Meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik perkembangan
siswa sehingga dapat memperlakukan siswa secara lebih tepat.
c) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar personal, guru
dengan siswa dan antara guru dengan guru sehingga terjalin
interaksi sosial dalam sekolah secara baik.
2. Guru diharapkan untuk terus meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Hal ini dapat dilakukan antara lain :
a) Aktif dalam kegiatan pengembangan profesi guru melalui
kegiatan MGMP, mengikuti seminar dalam bidang yang relefan,
belajar secara otodidak (banyak membaca buku)
b) Melakukan kegiatan dalam jabatan, baik dalam program gelar
maupun program non gelar.
cxvii
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah Bahri S,1997. Guru dan Siswa dalam Interaksi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Ibrahim R, Syaodih Nana, 1991. Perencanaan Pengajaran . Jakarta : Rineka
Cipta.
Kompas.30 Januari 2002
Maheru,Frans.1982. Prinsip dan Taknik Supervisi Pendidikan.Surabaya :Usaha
Nasional
Moleong, Lexy J.2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan
Mengajar.Jakarta Bumi Aksara
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif . Bandung : Tarsito
Nugroho, et al.2000. Pengembangan Kurikulum Berdeferensiasi untuk Melayani
Siswa Berbakat di Sekolah Unggul di Jawa Tengah Th.1998-2000.
Semarang : Depdikbud UNNES
Rahman,Maman.1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang.IKIP
Semarang Press
Rahmawati, Fitri. 2001. Pembelajaran Terus menerus Sebagai Upaya Untuk
Mengembangkan Profesi Guru SD.Skripsi S1 Jurusan KTP. Semarang :
Fakultas Ilmu Pendidikan.UNNES
Sahertian,Piet.1992. Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Salim,Agus, 2004. Indoensia Belajarlah.Semarang :UPT UNNES Press
Soetjipto dkk.1994. Profesi Keguruan. Jakarta : Depdikbud
cxviii
Sutomo dkk. 1994. Profesi Keguruan. Semarang : IKIP Semarang Press
Suara Pembaharuan, 9 September 2002
Suke,silverius.2003. Tujuh Isu Pendidikan.Semarang : UPT UNNES Press
Team Pembina Kurikulum Didaktik atau Kurikulum IKIP Surabaya,1996.
Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM. Surabaya : PT
RajaGrafindo Persada Jakarta.
Uzer, Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosdakarya
cxix
PERTANYAAN INSTRUMEN
1. Guru SMA Teuku Umar Semarang
a. Bagaimana Penilaianmu terhadap guru di SMA Teuku Umar
Semarang ?
b. Apa alasan saudara memberikan pendapat seperti itu ? Jelaskan !
2. Profil Guru Ideal
a. Menurut pendpatmu profil guru ideal itu seperti apa ?
b. Guru seperti apa yang paling anda sukai ?
3. Guru Ideal
a. Siapakah guru yang paling anda anggap ideal di SMA Teuku Umar
Semarang ?
• Kenapa kamu menganggap guru tersebut ideal ?
• Mengapa anda menyukai guru tersebut ?
b. Siapakah guru yang tidak kamu idealkan ?
• Mengapa kamu tidak mengidealkan guru tersebut ?
cxx
HASIL WAWANCARA
PROFIL GURU IDEAL MENURUT SISWA DI SMA TEUKU UMAR
TAHUN 2004/2005
Wawancara dengan
Nama : Ida Yunita
Kelas : 2 IPS 4
T. Namanya siapa dek ?
J. Ida Yunita
T. Kelas ?
J. 2 IPS 4
T. Dek, penilaianmu terhadap guru di SMA Teuku Umar Semarang itu seperti
apa?
J. Sistem pengajarannya sudah cukup baik.
T. Kriteria baik menurut adek seperti apa ?
J. Sistem pembelajaran sudah memenuhi syarat, mengajar sudah tepat waktu,
kurikulum sudah sesuai dengan pendidikan yang lain.(disama ratakan)
T. Profil guru ideal itu seperti apa ?
J. Cerdas, arif, bijaksana dan disiplin, bertanggung jawab.
T. Guru seperti apa yang paling anda sukai ?
J. Guru yang bisa mengerti sifat dan sikap muridnya.
cxxi
T. Siapa guru yang paling anda anggap ideal ?
J. Kepala sekolah Bpk Pramuji, kalau guru bu Nur (Ekonomi akutansi)
T. Alasan apa anda menyukai guru tersebut ?
J. Sabar dalam mengajar mudah dipahami.
T. Guru yang tidak anda sukai itu siapa ?
J. Namanya ?
T. Ya
J. Bu Nur ( Matematika )
T. Alasan adek tidak menyukai guru tersebut ?
J. Terlalu serius kepelajaran, tidak pernah diselingi apa-apa, dan sukar dipahami.
T. Ketika diluar ( pelajaran telah selesai) ?
J. Sama saja, tidak murah senyum dan galak.
T. Trimakasih ya dek...
Nama Nur Rohman
Kelas : 1.1
T. Nama Siapa ?
J. Nur Rohman,kelas 1.1
cxxii
T. Dek, menurut pendapatmu guru di SMA Teuku Umar Semarang orangnya
seperti apa ?
J. Bagus, ada yang baik, ada yang ramah trus ada juga yang galak.
T. Ketika adek udah tahu guru-guru tersebut menurut pendapat adek profil guru
ideal itu seperti apa ?
J. Kalau menerangkan mudah dipahami oleh siswa, ramah, nggak galak.
T. Guru seperti apa yang paling adek sukai?
J. Ramah, baik hati, suka menolong.
T. Ketika dalam prooses Belajar dan mengajar bagaimana ?
J. Dapat melakukan praktek di kelas meskipun tidak di lab
T. Guru yang paling anda anggap ideal di SMA Teuku Umar Semarang itu seperti
apa ?
J.Guru BP. Bu Tri
T. Alasan adek?
J. Waktu dia mengajar di kelas itu baik, kalau menerangkan enak.
T. Tentunya adek juga mempunyai guru yang tidak adek sukai, siapa?
J. Bu Novi guru fisika ?
T. Alasan adek ?
J. Suka marah, kalau murid gak bisa dimarahi, belum diajarkan sudah untuk
mengerjakan soal.
cxxiii
T. Terus kalau diluar bagaimana (ketika proses belajar mengajar sudah selesai) ?
J. Judes, sombong, kalau dispa tidak mau menyapa.
T. Ya sudah trimakasih ya dek...
Nama : Kustup Satrio Wibowo
Kelas : 1.1
T. Ketika terjadi proses belajar dan mengajar tentunya adek sudah dapat menilai
guru di sini. Yang ingin saya tanyakan guru di SMA Teuku Umar itu seperti
apa ?
J. Kalau mengajar ada yang bisa dipahami ada juga yang kurang jelas, profesional,
ada yang sedikit suka humor.
T. Menurut pendapatmu harusnya profil guru ideal itu seperti apa ?
J. Kalau mengajar santai tidak terlalu serius, ada humor sedikit biar tidak ngantuk
kalau memperhatikan pelajarannnya.
T. Kalu diluar ketika propses belajar mengajar sudah selesai ?
J. Tidak sombong.
T. Guru seperti apa yang anda sukai ?
J. Disiplin, kalau di kelas mengajarnya santai, kalau ngasih PR tidak banyak-
banyak.
T. Guru yang anda anggap ideal di SMA Teuku Umar itu siapa ?
cxxiv
J. Bu Nur Dwi
T. Mengapa bu Nur anda anggap ideal ?
J. Ngasih tugas nggak banyak nggak sedikit, liburan tidak dikasih tugas, kalau
mengajar nggak serius banget.
T. Guru yang tidak adek idealkan seperti apa ?
J. Di luar dan dikelas sama.
T. Siapa ?
J. Bu Ulfa ( Bahasa Inggris)
T. Alasannya ?
J. Kalau ngajar sulit dipahami, kalau ngajar tidak ada senyum senyumnya sedikit,
kalau disapa tidak membalas menyapa.
T. Trimakasih ya dek...
Nama : Hening R.F
Kelas : 2 IPS 4
T. Namanya siapa ?
J. Hening
T. Kelas?
J. II IPS 4
cxxv
T. Bagaimana penilaian adek terhadap guru di SMA Teuku Umar ?
J. Kalau menurut saya, guru di SMU Tengku Umar kalau mengajar sudah
professional, sudah mengikuti kurikulum sekarang, kalau ngasih tugas tidak
sulit, orangnya baik-baik, walau ada juga yang galak tapi hanya sebagian saja.
T. Menurut pendapatmu profil guru ideal itu seperti apa?
J. Dari segi fisik atau mengajarnya?
T. Dari segi pribadi, sosial maupun professional
J. Kalau dari segi sosial, guru tersebut jika bersama-sama anak-anak dekat,
dekatnya yaitu ketika bertemu saling bersendau gurau. Kalau dari segi
professional, kalau mengajar seperti dikuliah-kuliahan.
T. Maksudnya?
J. Gak suka diceramahi, tapi ada yang memberi masukan atau pendapat. Dan saya
paling suka dengan bu Umi (guru PPKn) kalau dari segi pribadinya saya suka
bu Endang, karena bsa ngemong, seperti anaknya sendiri, sabar.
T. Kalau guru yang tidak kamu idealkan itu siapa?
J. Pak Abadi, karena gurunya super sibuk, sehingga kalau sudah ngasih tugas
ditinggal lagi sehingga tidak mencerminkan guru yang seharusnya jadi guru,
karena guru tersebut tidak memberi contoh harus mengambarkan seperti apa
tapi langsung diberi tugas.
T. Bagaiman dengan penilaian pak Abadi?
cxxvi
J. Orangnya cuek, sebab jika dah ngasih tugas dikumpulkan kemudian beberapa
hari diberi tugas lagi dan seterusnya.
T. Kalau dirapot ?
J. Minimal 7 ( mudah )
T. Kalau dalam proses belajar mengajar adik suka guru seperti apa?
J. Kalau ngasih contoh mudah, murah senyum, dekat dengan anak-anak ( supel ),
tidak mudah marah
T. Kalau anda dimulai dari mana, suka dengan gurunya dulu baru mata
pelajarannya atau sebaliknya?
J. Kalau saya lihat gurunya suka, ketika mengajar sabar maka saya mulai tertarik
dengan pelajarannya.
Nama: Wisnu Broto A
Kelas : 1.1
T. Dek dalam interaksi belajar-mengajar di SMU Teuku Umar tentunya adek
dapat memberikan penilaian. Bagaimana guru di SMU Teuku Umar?
J. Guru disini enak diajak ngobrol, bias untuk tempat curhat, guru disini juga suka
humor, sehingga nyambung satu dengan yang lain
T. Bagaiman kalau disiplin tegas atau galak?
cxxvii
J. Kadang suka kadang tidak, suka jika disiplin didalam kelas, tapi kalau diluar
kelas tuh gimana…enaknya kalau disiplin, tegas, galak tuh didalam kelas.
Kalau diluar kelas tuh enaknya biasa-biasa saja tidak terlalu disiplin
T. Ketika dalam proses belajar-mengajar adik dapat menilai profil guru seperti apa
yang adik inginkan?
J. Yang memberi pelajarnnya enak, menjelaskannya juga enak, kalau dikelas tidak
terlalu serius, jadinya agak senyum-senyum sedikit, gurunya yang sabar.
T. Dik guru seperti apa yang adik sukai?
J. Gurunya ramah, cantik atau ganteng
T. Ketika pelajaran, kamu suka sama pelajarannya dulu atau gurunya dulu?
J. Suka pelajarannya dulu baru gurunya, Jadi kalau kita sudah suka mata
pelajarannya kemudian kita juga mengikuti alur gurunya.
T. Siapa guru yabg anda anggap ideal?
J. Yang paling saya idealkan adalah guru biologi, alasannya kalau ia menjelaskan
detail sekali dalam menjelaskan kepada siswa, mudah diterima.
T. Suka humor, cantik?
J. Ya, suka humor dan lumayan cantik
T. Bu biologi namanya siapa?
J. Bu Siti Khoirun
T. Kalau dilihat dari segi sosialnya ibu tersebut itu seperti apa?
cxxviii
J. Pandai bergaul karena setiap kali memberi pelajaran muridnya mudah dipahami
T. Kalau dari segi kepribadiannya seperti apa?
J. Baik luar dalam
T. Kenapa dikatakan baik luar?
J. Karena dia tidak pilih kasih baik cantik atau ganteng
T. Kalau dari dalamnya?
J. Penyabar, menjalankan ibadah
T. Guru yabg tidak kamu idealkan siapa?
J. Bu Bahasa Inggris( Bu Ulfa)
T. Kenapa?
J. kalau menerangkan kurang jelas, disapa tidak membalas, sombong, tidak suka
humor, suka marah, cemberut
T. kalau interaksi dengan siswa bagaimana?
J. Saya lihat dia jarang dekat dengan anak
Nama : Iqbal Prahediansyah
Kelas : 1.1
T. Dik disini sudah stu tahun, tentunya adik sudah bisa menilai guru di SMA
Teuku Umar?
J. Kalau secara keseluruhan saya beri nilai B
cxxix
T. Alasannya?
J. Ada keharmonisan antara guru dan siswa, selain itu semua guru tidak sama, ada
yang cuek ada yang bisa bergaul dengan muridnya.
T. Kira-Kira guru disana professional nggak?
J. Ada yang berkata A dilain hari berkata B ( plin-plan). Dan mayoritas guru disini
muda-muda, sehingga kurang banyak pengalaman.
T. Dik, Menurut anda guru yang ideal itu seperti apa?
J. Guru ideal itu adalah guru yang memberi materi tidak memaksa, dia itu tidak
harus hafal materi tapi ada pemahaman terhadap sesuatu, Selain itu juga dapat
memberi contoh yang spesifik, bisa menempatkan diri, berwibawa.
T. Guru yang anda sukai di SMA Teuku Umar itu siapa?
J. Ada satu Bapak Ahmad M. Guru agama, karena bisa menempatkan diri, tertib.
T. Anda menilai dalam mata pelajaran, gurunya dulu yang anda sukai atau mata
pelajarannya?
J. Gurunya enak, baru bisa mengikutinya.
T. Bapak Ahmad M kepribadiannya seperti apa?
J. Baik, dia pandai menempatkan diri, sabar.
T. Kalau dari segi keprofesionalan dia?
J. Pemahaman terhadap materi bagus.
T. Kalau segi sosialnya?
cxxx
J. Pandai bergaul, sopan.
T. Dik, tentunya ada seorang guru yang tidak kamu idealkan, siapa?
J. Ada, Bu Ita( PPKn), karena dari segi mengajar kurang jelas, dan saat memberi
tugas melenceng dari materi itu sendiri sehingga memberatkan siswa
T. Dalam proses belajar mengajar bagaimana?
J. Judes, angkuh, kata-katanya kasar, ketika berpapasan cuek atau sombong.
T. Makasih ya dik….
J. Ya
Nama : Ratih Purnama S.
Kelas : 2 IPS 4
T. Dalam proses kegiatan belajar dan mengajar tentu anda sudah dapat
memberikan penilaian terhadap guru di SMA Teuku Umar. Bagaimana
penilaianmu terhadap guru di SMA Teuku Umar ?
J. Baik-baik
T. Mengapa adek, bisa mengatakan guru tersebut baik, dipandang dari segi apa ?
J. Mengajarnya, disiplinnya, cara berpakaiannya rapi.
T. Perlukah guru tersebut cantik atau tampan ?
J. Perlu
T. Menurut pendapatmu profil guru ideal itu seperti apa ?
cxxxi
J. Guru yang bisa mengajar murid, bagaimana caranya disiplin, bagaimana tata
cara yang baik, menerangkannya dengan santai tetapi tidak terlalu santai dan
bisa menarik perhatian siswa.
T. Guru yang paling anda sukai kriterianya seperti apa ?
J. Baik, ramah sama orang, disiplin dan bisa bercanda.
T. Siapakah guru yang paling anda anggap ideal di SMA Teuku Umar ?
J. Bu Asri
T. Adek mengidealkan guru tersebut apa alasannya ?
J. Orangnya tergas, kalau ada murid yang melanggar tata tertib langsung diberi
hukuman, guru tersebut perempuan tapi bertingkah laku seperti laki-laki tegas.
T. Guru yang tidak kamu diealkan siapa / alasan apa adek tidak mengidealkan
guru tersebut ?
J. Pak Eko ( Komputer)
T. Kenapa alasannya ?
J. Sebenarnya gurunya enak tapi waktu pelajaran selalu tidak bisa mengimbangi
antara belajar dan bercanda, kalau belajar itukan harus serius tapi selalu
bercanda., harusnya guru bisa menyeimbangi anatar bercanda dan serius.
T. Trimakasih ya dek atas bantuannya ...
J. Sama-sama
cxxxii
Nama : Devi Fajar A
Kelas : 1.1
T. Dalam interaksi belajar dan mengajar di SMA Teuku Umar tentunya adik
dapat menilai, bagaimana guru di SMA Teuku Umar ?
J. Gurunya enak, ramah, kalau mengajar mudah dimengerti, bisa bergaul sama
muridnya jadi muridnya gak tegang waktu mengajar.
T. Menurut pendapatmu profil guru ideal itu seperti apa ?
J. Cakep, baik, mau mengerti kondisi muridnya, nggak menekan pada pelajaran
kalau belum mengerti.
T. Guru seperti apa yang paling adik sukai ?
J. Gurunya enak diajak diskusi, mau membantu murid kalau ada soal-soal yang
tidak dapat dimengerti, ramah.
T. Kalau yang paling adik sukai gurunya itu seperti apa ?
J. Bisa mengeti muridnya, bisa mengejar dengan baik.
T. Siapakah guru yang paling adek suakai di SMA Teuku Umar ini ?
J. Bu anis
T. Alasannya ?
J. Menerangkannya detail sekali, kalau diberi pertanyaan gak terlalu susah, tidak
pilih kasih.
T. Kalau diluar bagaimana ?
cxxxiii
J. Enak, gurunya kan jaga perpus, jadi kalau ke perpus mau bertanya bebas.
T. Siapakah guru yang tidak kamu idealkan ?
J. Nggak ada.
T. Kamu pasti pernah merasakan, tidak suka terhadap guru tersebut, siapa ?
J. Guru matematika Bapak aziz
T. Alasan adik ?
J. Terlalu mencampuri urusan orang lain, kalau ngajar Cuma dikasih soal,
diterangkannya sedikit sekali, tidan mudah dimengerti.
T. Trimakasih ya dik...
J. Ya..
cxxxiv