171983888 Laporan Kasus Eklampsia 1

32
LAPORAN KASUS EKLAMPSIA Oleh : Firqah saimur rachman I Putu Mirza Juanda Pembimbing Dr.khrisna sp,An

description

mmmm

Transcript of 171983888 Laporan Kasus Eklampsia 1

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUSEKLAMPSIAOleh :Firqah saimur rachmanI Putu Mirza Juanda

Pembimbing Dr.khrisna sp,AnIDENTITASMasuk RSNo. MR: 28 Mei 2015 : 15 43 73Nama: Ny. ErvianaUmur: 21 tahunPekerjaan: SwastaAgama: IslamSuku: LombokAlamat: Sayang - sayangANAMNESISKeluhan Utama : Hamil disertai kejangRPS Pasien datang lewat IGD rujukan dari puskesmas selaparang dalam keadaan hamil G1P0A0H0 disertai kejang, gerakan janin (+), keluar air (-), ket.sub: pusing, muntah (+), nyeri ulu hati, pandangan mata kabur.RPD :Riwayat hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-), asma (-)

Pemeriksaan fisikKeadaan Umum: BaikKesadaran: Compos mentisTanda Vital : - -Tekanan Darah : 150 / 120 mmHg-Suhu : 36C-RR : 20 x/menit-Nadi : 85 x/menit-TFU: 33 cm-TBJ:3410 gr-DJJ (+):144x/mnt-HIS:20-VT 1cm eff 10%. Ket (+) preskep denominator belum jelas -Protein urine: +3-G1P0A0 uk A/T/H/IU. Preskep, Keadaan umum ibu dan janin baik Inpartu kala 1 fase laten + eklamsiaPemeriksaan PenunjangLaboratorium :WBC : 13,92 x 103/ulRBC : 4,07 x 106/ulHGB : 9,4 gr/dlHCT : 27,6,7%PLT : 220 x 103/ulCT : 02,12 detikBT : 08,26 detikProteiuria :+3

Diagnosis Pre-operasiDiagnosis : G1P0A0 -----+ EklamsiaTindakan : SCKesan AnestesiPerempuan usia 21 tahun tindakan SC dengan eklamsia

Durante Operasi ( 28 Maret 2015 )Tempat : Ruang OK Rumah Sakit Umum Daerah Kota MataramTidakan Operasi : SCJenis Anestesi : Spinal AnestesiTeknik Anestesi : anestesi spinal dengan duduk membunkuk Mulai Anestesi : 11.15 WitaMulai Operasi : 11.20 WitaSelesai Operasi : 11.45 WitaPremedikasi : Ondansentron 8 mgInduksi : Bupivacain spinal 12,5%Medikasi Tambahan : Tramadol 100 mgKetorolac 30 mgFentanyl 75mgPropopol 50mgTramus 25mgsevopluranceMaintenance : Oksigen 3 LpmPosisi : TerlentangCairan durante operasi : RL 1000 ccPerdarahan : 200 cc

PEMBAHASANPreeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). Eklampsia adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat dari kelainan neurologis.Hipertensi selama kehamilan menurut American College of Obstetrician and Gynecologist adalah berdasarkan :1a)Kenaikan tekanan sistolik 30 mm Hg b)Kenaikan tekanan diastolik 15 mm Hg c) Kenaikan Mean Arterial Pressure 20 mm Hg dari nilai baseline sebelumnya.PATOFISIOLOGIVoume darahVolume plasma pada preeklampsia berat 30-40% lebih rendah daripada kehamilan normal pada usia kehamilan yang sama. Penurunan volume plasma juga akan menyebabkan hemokonsentrasi dan peningkatan viskositas darah. Perubahan tersebut akan makin menyebabkan area yang infark pada plasenta bertambah. Maternal hematokrit dan hemoglobin berhubungan langsung dengan kekerapan infark pada plasenta.

Pernafasan Kenaikan retensi Na dan air yang disertai penurunan tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria dan kebocoran dari kapiler mengakibatkan transudasi air ke ruang interstitial. Penurunan PaO2 menunjukkan adanya edema pulmonal.KardiovaskulerHipertensi preeklampsia/eklampsia disebabkan adanya vasospasme yang hebat, vasokonstriksi arterial sistemik dan disertai volume plasma yang menurun, Systemic Vascular Resistance meningkat, PCWP normal atau menurun dan Central Venous Pressure yang menurun.Sistem Susunan Saraf PusatPemeriksaan CT scan tidak selalu dilakukan.Dari gambaran CT scan pada eklampsia didapatkan 45% adanya edema serebri dan dari jumlah tersebut 95% terdapat kelainan EEG. Edema serebri merupakan 20% penyebab kematian dari preeklampsia. Perdarahan otak merupakan 60% dari penyebab kematian pasien preeklampsia/eklampsia.GinjalPasien preeklakmpsia/ eklampsia terjadi iskemia utero plasenta yang menyebabkan pengeluaran renin like substance yang akan meningkatkan produksi angiotensin dan aldosteron. Keadaan tersebut menyebabkan penurunan perfusi ke ginjal dan GFR (glomerular filtration rate) ringan sampai sedang yang ditandai dengan meningkatnya kadar serum kreatinin.Sistem KoagulasiPemanjangan bleeding time, gangguan pembekuan, dapat terjadi karena terjadi penurunan jumlah trombosit menjadi 100.000. Pada pasien dengan trombosit kurang dari 100.000, ada korelasi 0,45% terjadinya hematoma epidural. Pemanjangan dari bleeding time ditemukan pada 10-25% pasien pre-eklampsia dan 11-50% ditemukan trombositopenia (< 150.000).

Faktor RisikoFaktor yang berhubungan dengan kehamilan :-Kelainan kromosom -Mola hidatidosa -Hydrops fetalis -Kehamilan multifetus-Inseminasi donor atau donor oosit-Kelainan struktur kongenital

Pre eklamsi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :a. Pre eklamsi ringan, bila disertai keadana sebagai berikut :1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam

b. Pre eklamsi berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.5) Terdapat edema paru dan sianosis.

PEMERIKSAAN FISIKKeadaan UmumKesadaranTanda-tanda vital: baik: compos mentis:TDHRRRt: 150/100 mmHg: 88 x/menit:20x/menit:36,4CPEMERIKSAAN FISIKPalpasi:TBj : 3410 gramHIS : 2x10.20TFU : 33 cmDJJ : 144x/menit..12.12.12VT : 1 cm eff 10%, ket(+) preskep denominator belum jelasinpartu kala 1 fase laten +eklampsiaG1P0A0 uk A/T/H/IUPENATALAKSANAANBerikan O2 kanul 3l/menitMonitor balance cairan pasang kateter urinBerikan MgSO4 20%, 4 gr bolus/I.V Lanjutkan dengan drip MgSO4 40%, 6 gr dalam larutan berikan 28 tetes/menitInj.keterolac i.v 30mgInj.propofol i.v 50 mgInj.tramadol i.v 100 mg Inj.fentanyl 75 mikro gramTramus 75 mgTATALAKSANA ANESTESI

Anestesi spinal adalah injeksi obat anestesi lokal ke dalam ruang intratekal yang menghasilkan analgesia. Pemberian obat lokal anestesi ke dalam ruang intratekal atau ruang subaraknoid di regio lumbal antara vertebra L2-3, L3-4, L4-5,

kontraindikasi meliputi pasien tidak kooperatif, sepsis, kelainan neuropati seperti penyakit demielinisasi sistem syaraf pusat, lesi pada katup jantung serta kelainan bentuk anatomi spinal yang beratAnestesi spinal dihasilkan oleh injeksi larutan anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid lumbal. Larutan anestesi lokal dimasukkan ke dalam cairan serebrospinal lumbal, bekerja pada lapisan superfisial dari korda spinalis, tetapi tempat kerja yang utama adalah serabut preganglionik karena mereka meninggalkan korda spinal pada rami anterior

Anestesi lokal yang sering dipakai adalah bupivakainSetelah disuntikkan ke dalam ruang intratekal, penyebaran zat anestesi local akan dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama yang berhubungan dengan, hokum fisika dinamika dari zat yang disuntikkan, antara lain Barbotase (tindakan menyuntikkan sebagian zat anestesi lokal ke dalam cairan serebrospinal, kemudian dilakukan aspirasi bersama cairan serebrospinal dan penyuntikan kembali zat anestesi lokal yang telah bercampur dengan cairan serebrospinal), volume, berat jenis, dosis, tempat penyuntikan, posisi penderita saat atau sesudah penyuntikan.

Pengaruh terhadap sistem kardiovaskuler :Pada anestesi spinal tinggi terjadi penurunan aliran darah jantung dan penghantaran (supply) oksigen miokardium yang sejalan dengan penurunan tekanan arteri rata-rata. Penurunan tekanan darah yang terjadi sesuai dengan tinggi blok simpatis, makin banyak segmen simpatis yang terblok makin besar penurunan tekanan darah. Pada Anestesi spinal yang mencapai T4 dapat terjadi penurunan frekwensi nadi dan penurunan tekanan darah dikarenakan terjadinya blok saraf simpatis yang bersifat akselerator jantung.

Terhadap sistem pernafasan :Pada anestesi spinal blok motorik yang terjadi 2-3 segmen di bawah blok sensorik, sehingga umumnya pada keadaan istirahat pernafasan tidak banyak dipengaruhi. Tetapi apabila blok yang terjadi mencapai saraf frenikus yang mempersarafi diafragma, dapat terjadi apnea.

Pada anestesi spinal bisa terjadi mual dan muntah yang disebabkan karena hipoksia serebri akibat dari hipotensi mendadak, atau tarikan pada pleksus terutama yang melalui saraf vagus Daftar pustakaCindy E. Boom, dkk. 1997. Kaidah, Rumus, Dosis Obat dan Skoring dalam Anestesiologi. PF Book : Bandung

Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth j, Gilstrap L, Wenstrom K, Hypertensive Disorder in Prgnancy, dalam william Obstetrics, edisi ke-22, New York: McGraw-Hill, 005:761-808

Kresnoadi, Erwin. 2011. Belajar Ilmu Anesesi. Bagian SMF Anestesologi dan Reaminasi FK UNRAM. NTB

Latief, dkk.2001. Petunjuk Praktis Anestesi. Penerbit FK UI: jakartaGopar adul, pdf.Preeklampsi, 12 mey 2012, diakses tanggal 27 juni 2013 dari, http://adulgopar.files.wordpress.com/preeklampsia.pd

Prawirohardjo S, Pre-eklampsia dan eklampsia, dalam Ilmu Kebidanan, edii ke-3, Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, penyunting, jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005: 281-301

Zuhardi, T.B, Anestesi untuk pembedahan darurat dalam Majalah Cermin Dunia Kedokteran no. 33, 2004: 3-5fppt.com