160125553-gangguan-cemas-menyeluruh
-
Upload
ananda-anidya-effendy -
Category
Documents
-
view
16 -
download
1
description
Transcript of 160125553-gangguan-cemas-menyeluruh
1
BAB II
GANGGUAN CEMAS
2.1 Gangguan Anxietas Fobik
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar
individu itu sendiri) yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak
membahayakan.1
Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi
dengan rasa terancam.1
Seringkali berbarengan dengan depresi.1
Klasifikasi:1
1. Agorafobia
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif.
b. Anxietas yang timbul harus berbatas pada setidaknya dua dari
situasi berikut: banyak orang atau keramaian, tempat umum,
bepergian keluar rumah dan bepergian sendiri.
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol.
2
2. Fobia Sosial
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif.
b. Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi social
tertentu (outside the family circle).
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol.
3. Fobia Khas (terisolasi)
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif.
b. Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik
tertentu (highly specific situations).
c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
2.2 Gangguan Anxietas Lainnya
Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas pada
situasi lingkungan tertentu saja.1
3
2.2.1 Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal Episodik)
Gangguan panik adalah gangguan yang ditandai dengan terjadinya
serangan panik yang spontan dan tidak diperkirakan.2
Manifestasi Klinis:2
Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan
cepat selama 10 menit.
Pasien tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya.
Pasien seringkali mencoba meninggalkan situasi untuk minta bantuan.
Serangan biasanya berlangsung 20-30 menit dan jarang lebih dari 1
jam.
Gejala somatik: palpitasi, berkeringat, gemetar atau berguncang, rasa
sesak napas atau tertahan, perasaan tercekik, nyeri dada atau perasaan
tidak nyaman, mual atau gangguan perut, pusing/melayang/pingsan,
derealisasi atau depersonalisasi, ketakutan kehilangan kendali atau
menjadi gila, rasa takut mati, parestesi, menggigil atau merasa panas.
Pedoman diagnostik:1
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.
Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan:
(a) Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif tidak ada
bahaya.
4
(b) Tidak terbatas pada sittuasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya.
(c) Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada
periode di antara serangan-serangan panik.
2.2.2 Gangguan Cemas Menyeluruh
Adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai
gejala somatik, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial
atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien.2
Pedoman diagnostik:1
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hamper setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang terbatas atau hanya menonjol pada keadaan
situasi khusus tertentu saja.
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
(a) Kecemasan (kekhawatiran akan nasib buruk, merasa seperti di
ujung tanduk, sulit berkonsentrasi).
(b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai).
(c) Overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala,
mulut kering, dsb).
5
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik yang
menonjol.
2.2.3 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Pedoman diagnostik:1
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-
masing tidak menunjukkan rangkaian segala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnsosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, di samping
rasa cemas atau kekhawatiran berlebih.
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka
harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau
gangguan anxietas fobik.
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis maka gangguan depresif harus ditemukan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang
jelas, maka harus digunakan kategori gangguan penyesuaian.
6
2.2.4 Gangguan Anxietas Campuran Lainnya
Pedoman diagnostik:1
Memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga
menunjukkan (meskipun hanya dalam jangka pendek) cirri-ciri yang
menonjol dari kategori gangguan neurotik lainnya, akan tetapi tidak
memenuhi kriterianya secara lengkap.
Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini
terjadi dalam kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang
bermakna, maka dimasukkan dalam kategori gangguan penyesuaian.
7
BAB III
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Anxietas dapat diartikan sebagai respon normal atau adaptasi terhadap
sesuatu yang mengancam sehingga seseorang dapat mempersiapkan diri untuk
melawan. Namun jika cemas terhadap hamper semua hal dikategorikan sebagai
gangguan cemas menyeluruh.3
3.1 Definisi
Gangguan cemas menyeluruh adalah suatu kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebih terhadap beberapa kejadian atau aktivitas yang terjadi hamper
sepanjang hari selama sekurang-kurangnya 6 bulan. Kekhawatiran tersebut sulit
dikontrol dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti gelisah,
ketegangan otot, dan sulit tidur. Kecemasan tidak berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan atau penyakit tertentu. Kecemasan sulit dikontrol dan
mengganggu aspek kehidupan pasien.3
3.2 Epidemiologi
Gangguan cemas menyeluruh merupakan kondisi yang umum terjadi.
Prevalensi 3-8% dengan rasio wanita: pria adalah 2:1. Pada gangguan cemas 25%
menderita gangguan cemas menyeluruh. Penyakit ini memiliki awitan remaja tua
atau dewasa muda, walaupun kasus lebih sering terjadi pada dewasa tua.3
8
3.3 Komorbiditas
Gangguan cemas menyeluruh merupakan penyakit yang paling sering
berbarengan dengan gangguan mental lainnya seperti fobia sosial, fobia spesifik,
gangguan panic atau gangguan depresi. Sekitar 50-90% pasien yang mengalami
gangguan cemas menyeluruh memiliki gangguan mental lainnya. Ada sekitar 25%
pasien dengan gangguan cemas menyeluruh yang menderita gangguan panik juga.
Gangguan mental lainnya yang sering terjadi berbarengan adalah gangguan
depresi mayor, gangguan distimik dan gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif.3
3.4 Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan gangguan cemas
menyeluruh, di antaranya adalah:
1. Faktor biologi
Benzodiazepine memiliki dua macam reseptor yaitu yang
mengurangi anxietas (Benzodiazepine: reseptor agonis
benzodiazepine) dan yang menyebabkan anxietas (flumazenil dan
β-carbolines: reseptor antagonis benzodiazepine).3
Walaupun belum terbukti adanya reseptor benzodiazepine yang
abnormal, namun banyak orang yang melakukan penelitian pada
lobus oksipitalis yang memiliki reseptor terbanyak.2
9
2. Faktor Psikososial
Pada gangguan ini terdapat hipotesis bahwa pasien mewujudkan
respon secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang
mengancam. Dikatakan pula terdapat gejala konflik bawah sadar
yang tidak terpecahkan.2,3
3.5 Diagnosis
Gangguan cemas menyeluruh berdasarkan DSM-IV-TR dikarakteristikan
oleh kekhawatiran dan kecemasan teratur dan sering serta menetap terhadap
kejadian atau lingkungan yang sulit dikontrol dan berlebihan.
DSM-IV-TR Diagnostics Criteria for Generalized Anxiety Disorder
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Excessive anxiety and worry (apprehensive expectation), occurring more days than not for at
least 6 months, about a number of events or activities (such as works or school performance)
The person finds it difficult to control worry
The anxiety and worry are associated with three or more of the following six symptoms
(with at least some symptoms presents for more days than not for 6 months)
Note: only one items is required in children
1. Restlessness or feeling keyed up or on edge
2. Being easily fatigued
3. Difficulty concentrating or mind going black
4. Irritability
5. Muscle tension
6. Sleep disturbance (difficulty falling or staying asleep, or restless unsatisfying sleep)
The focus of the anxiety and worry is not confined to features of an axis I disorder e.g., the
anxiety or worry is not about having a panic attack (as in panic disorder), being embarrassed
in public (as in social phobia), being away from home or close relatives (as in separation
anxiety disorder), gaining weight (as in anorexia nervosa), having multiple physical
complaint (as in somatization disorder), or having a serious illness (as in hypochondriasis),
and the anxiety and worry do not occur exclusively during posttraumatic stress disorder.
The anxiety, worry, or physical symptoms cause clinically significant distress or impairment
in social, occupational, or other important areas of functioning.
The disturbance is not due to the direct physiological effects of a substances (e.g., a drug of
abuse, a medication) or a general medical condition (e.g., hyperthyroidism) and does not
occur exclusively during a mood disorder, a psychotic disorder, or a pervasive
developmental disorder.
10
Pedoman diagnostik:1
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hamper setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang terbatas atau hanya menonjol pada keadaan
situasi khusus tertentu saja.
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
(d) Kecemasan (kekhawatiran akan nasib buruk, merasa seperti di
ujung tanduk, sulit berkonsentrasi).
(e) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai).
(f) Overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala,
mulut kering, dsb).
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik yang
menonjol.
3.6 Gejala Klinis
Karakteristik penting pada gangguan cemas menyeluruh adalah
kecemasan dan kekhawatiran berlebih dan menetap yang dibarengi
oleh gejala-gejala fisiologis di antaranya ketegangan motorik,
hiperaktivitas motorik dan kewaspadaan kognitif.3
11
Kecemasan bersifat berlebih dan mengganggu aspek-aspek
kehidupan.3
Gejala-gejala ini terjadi beberapa hari sampai 6 bulan.3
Ketegangan motorik paling sering muncul sebagai gemetar, gelisah
dan sakit kepala.3
Hiperaktivitas motorik muncul sebagai sesak, berkeringat berlebih,
palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal.3
Kewaspadaan kognitif muncul menjadi irritabilitas.3
Pasien dengan gangguan cemas menyeluruh biasanya datang mencari
bantuan kesehatan dikarenakan gejala somatik yang dideritanya.3
3.7 Diagnosis Banding
- Gangguan panik, fobia, gangguan obsesif-kompulsif dan stress paska
trauma.3
- Penyakit neurologis, endokrin dan penyakit akibat obat.3
3.8 Prognosis
Sepertiga pasien mencari pertolongan medis, kebanyakan datang ke dokter
umum, kardiologis, internis, atau spesialis paru.3
Prognosis sulit untuk diprediksi dikarenakan banyaknya gangguan mental
yang menyertai.3
Gangguan ini adalah suatu keadaan kronik yang mungkin berlangsung
seumur hidup.2,3
12
3.9 Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling efektif adalah kombinasi psikoterapi,
farmakoterapi dan pendekatan suportif.2,3
3.9.1 Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi utama adalah terapi kognitif perilaku, suportif dan
berorientasi tilikan. Teknik kognitif perilaku memiliki efek jangka pendek dan
jangka panjang. Terapi kognitif berfungsi untuk mengatasi penyimpangan kognisi,
sedangkan terapi perilaku berfungsi mengatasi gejala somatik. Teknik utama
dalam terapi kognitif perilaku adalah relaksasi dan biofeedback. Sedangkan pada
terapi suportif lebih ditekankan kenyamanan dan ketentraman hati. Pada terapi
berorientasi tilikan menitikberatkan pada penyelesaian konflik bawah sadar dan
mengidentifikasi ego strength.2,3
3.9.2 Farmakoterapi
Obat-obatan yang sering digunakan adalah benzodiazepine, selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI), buspirone dan venlafaxine. Obat-obatan lain
yang juga digunakan antara lain obat-obat trisiklik, antihistamin, beta adrenergic
antagonist. Pengobatan dilakukan dalam jangka panjang kadang seumur hidup.
Sekitar 25% pasien kambuh dalam 1 bulan pertama setelah penghentian obat dan
60-80% pasien kambuh dalam 1 tahun pertama setelah penghentian obat.3
13
1. Benzodiazepine 2-6 minggu lalu dilanjutkan dengan 1-2 minggu
tapering dose sebelum penghentian.3
2. Buspirone merupakan agonis reseptor 5-HT1A, efektif pada 60-80%
pasien. Buspirone lebih efektif dalam mengatasi gejala kognitif daripada
gejala somatik.3
3. Venlafaxine terapi efektif untuk insomnia, kurangnya konsentrasi,
irritabilitas dan ketegangan otot berlebih. Venlafaxine merupakan inhibitor
nonselektif untuk serotonin, norepinefrin, dan dopamine.3
4. Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terapi efektif untuk
gangguan cemas menyeluruh dengan depresi. Fluoxetine dapat
meningkatkan kejadian anxietas dan agitasi sehingga tidak dipakai. Obat
ain yang menjadi pilihan antara lain sertraline, citalopram, atau paroxetine.
Pengobatan efektif jika dikombinasikan dengan benzodiazepine lalu
benzodiazepine dikurangi dalam 2-3 minggu.3
Drug Dosis Inisial Dosis
maintenance
SSRI
Fluoksetin
Paroxetin
Sertraline
Fluvoxamine
Citalopram
5 – 10 20-60
2 – 5 20-60
12.5 – 25 50-200
12.5 100-150
10 20-40
Benzodizepin
- Alprazolam 0.25 – 0.5 0.5 – 2
- Clonazepam 2 – 5 5 – 30
- Diazepam 0.25 – 0.5 0.5 – 2
- Lorazepam 0.25 – 0.5 0.5 – 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Buku saku diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Edisi 1.
2001. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, Tiara AD, et al. Kapita
selekta kedokteran. Edisi III. 2009. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
3. Saddock BJ, Saddock VA. Kaplan and Saddock’s synopsis of psychiatry. 10th
edition.
2007. Philadelphia: Lippincot nyesuaian.