1. Pengenalan MKU BI
description
Transcript of 1. Pengenalan MKU BI
Ragam dan Laras Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.
Ragam bahasa dilihat dari:
Media pengantarnya: Lisan Tulisan
Situasi pemakaiannya: Formal Semiformal Nonformal
Ragam Bahasa dilihat dari:
1. Penutur bahasa
a. logat/dialek
b. pendidikan,
c. sikap penutur (langgam/gaya)
2. Pemakaian bahasa
a. sudut pandang bidang,
b. sarana: lisan dan tulisan
c. ragam percampuran (interferensi)
Kriteria Pembeda Ragam Bahasa
Topik yang sedang dibahas Hubungan antarpembicara Medium yang digunakan Lingkungan Situasi saat pembicaraan yang terjadi
Ciri Pembeda Ragam Bahasa
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti Pengunaan kata tertentu Penggunaan imbuhan Penggunaan kata sambung (konjungsi)
dan kata depan (preposisi) Penggunaan fungsi yang lengkap
Laras Bahasa
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi
pemakaiannya
Dalam hal itu, kita mengenal berbagai laras, antara lain :
laras iklan laras lagu laras kedokteran laras politik laras komik laras sastra Laras hukum
Ciri Pembeda Laras Bahasa
Pilihan kata
Struktur kalimat
Berkenalan dengan MKU Bahasa Indonesia
Kriteria Penilaian Mata Kuliah
Komponen Penilaian Kriteria Penilaian Bobot (%)
KehadiranMinimal 80% hadir. Jika nilai akhir di bawah KKM maka kehadiran > 90% dapat menambah 20 % nilai akhir.
5
Keaktifan pada proses perkuliahan
Aktif dalam diskusi atau bertanya5
U T SMemahami minimal 80% dari materi yang diberikan
25
Nilai individual/kelompok (makalah/presentasi)
Menyelesaikan masalah/pertanyaan minimal 80% 20
TugasMenyelesaikan kumulatif tugas-tugas terstruktur
20
U A SMenguasai (KKM) 80% dari materi yang diberikan.
25
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda?
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda?
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda?
Bahasa,Sejarah BI, Fungsi dan
Kedudukan BI
KONSEP DASAR BAHASA Bahasa merupakan sistem tanda yang
arbitrer yang konvensional. Arbitrer: hubungan yang sifatnya semena-
mena antara makna dan bentuk. Konvensional: kesemena-menaan ini
dibatasi oleh kesepakatan antarpenutur.
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
SEBELUM MERDEKA PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
SESUDAH MERDEKA
Sejarah Perkembangan BI
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
SEBELUM MERDEKA Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu,
sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara.
Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, mudah dimengerti, dan ekspresif. Toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.
Melayu Tinggi adalah bentuk yang lebih resmi dari Melayu Pasar. Bahasa Melayu Tinggi digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit, penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak ekspresif.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu bisa dilihat dari beberapa peninggalan berikut:Tulisan yang terdapat pada batu nisan di
Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M.Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada
tahun 683.Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada
tahun 684.Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada
tahun 686.Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi,
Jambi, pada tahun 688.
Semua prasasti beraksara Pallawa dengan bahasa Melayu Kuno. Hal ini memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya.
Prasasti-prasasti lain dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat di Jawa, yaitu: Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan
Prasasti Manjucrigrha. Bogor: Prasasti Bogor, tahun 942.
Kedua prasasti di Pulau Jawa itu memperkuat dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada saat itu tidak hanya dipakai di Sumatera, tetapi juga dipakai di Jawa.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca, namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa, “benghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Jan Huyghen van Linschoten di dalam bukunya Itinerario menuliskan bahwa, “Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan Tenggara Asia, bahasanya yang disebut dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di Timur Jauh.”
Bahasa Indonesia modern dapat dilacak sejarahnya dari literatur Melayu Kuno. Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen, sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah.
Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa, “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.”
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti: Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SESUDAH MERDEKA Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober
1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:Kami putra dan putri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.
Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia dikokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada taggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang – Undang dasar 1945 di sahkan sebagai Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 disebutkan bahwa “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia” (Bab XV, Pasal 36)
Prolamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengkukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
FUNGSI BAHASA INDONESIA (1) Fungsi ekspresi diri
contoh penerapan fungsi: saat menyatakan cinta “aku cinta kamu, sayang”
Fungsi integrasi dan adaptasi diri
#BI berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara merupakan contoh penarapan fungsi integratif.
#Saat seseorang sadar menggunakan BI ilmiah untuk keperluan akademik (penulisan skripsi) merupakan contoh fungsi adaptasi.
Fungsi kontrol sosial
mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komuniaksi saling memahami, contoh: aturan UNJ dan UU
Fungsi komunikasi
merupakan fungsi secara BI secara umum.
contoh indikatornya: kemampuan organisasional dan kemampuan pragmatik
FUNGSI BAHASA INDONESIA (2)