Tugas MKU Contoh Proposl Penelitian

download Tugas MKU Contoh Proposl Penelitian

of 23

description

Ini saya buat utuk mendapatkan nilai akhir pada mata kuiah umum metodologi penelitian

Transcript of Tugas MKU Contoh Proposl Penelitian

HUBUNGAN KADAR HEMATOKRIT DAN HEMOGLOBIN PADA IBU PREEKLAMSIA/EKLAMSIA TERHADAP TINGKAT KEMATIAN IBU DAN BAYI YANG DILAHIRKAN

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :Dimas Noor Zulfikar FauziNIM 112010101079

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER2014BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangWorld Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000 kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99% diantaranya terjadi di negara berkembang, dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir satu orang ibu meninggal setiap menitnya akibat persalinan dan kehamilan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, dengan angka kematian bayi (AKB) sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007). Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah preeklamsia dengan angka kejadiannya berkisar antara 0,51% - 38,4% menurut WHO. Ibu dengan preeklamsia dan eklamsia meningkatkan resiko terjadinya asfiksia yang bisa menyebabkan kematian pada bayi (Kawuryan, 2004).Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Angsar MD, 2009). Preeklampsia ringan adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 gr/24 jam (Angsar, 2009). Preeklampsia jarang timbul sebelum 20 minggu kehamilan kecuali jika terdapat penyakit ginjal ataupun penyakit trofoblastik (Queenan, Hobbins & Spong 2010).Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh hal lain (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005). Kejang bersifat tonik dan klonik (Cunningham et al. 2005).Salah satu perubahan yang terjadi pada preeklamsia/eklamsia adalah perubahan pada hematologi, dimana volume plasma pada preeklamsia akan menurun 30-40% dibanding kehamilan normal, penurunan volume plasma akan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi dan peningkatan viskositas darah yang tampak pada kenaikan kadar hemoglobin dan hematokrit (Rambulangi, 2003). Dampak dari perubahan hematologi pada preeklamsia/eklamsia adalah terganggunya perfusi utero-plasenter, sehingga bisa menyebabkan pasokan dari ke plasenta juga berkurang yang pada akhirnya bisa menyebabkan asfiksia pada janin (Kawuryan, 2004). Oleh karena hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan perubahan kadar hematokrit dan hemoglobin terhadap kematian ibu dan bayi yang dilahirkan.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Adakah hubungan perubahan kadar hematokrit dan hemoglobin terhadap tingkat kematian ibu dan bayi yang dilahirkan?

1.3 Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian sebagai berikut:1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara perubahan kadar hematokrit dan hemoglobin dengan tingkat kematian ibu dan bayi yang dilahirkan.1.3.2 Tujuan KhususUntuk mengetahui prediktor kematian ibu dan bayi berdasarkan kadar hematokrit dan hemoglobin.

1.4 Manfaat Penelitiana. Bagi PenelitiBerguna untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan penelitian khususnya kasus preeklamsia dan eklamsia yang mempengaruhi kadar hematokrit dan hemoglobin.b. Bagi Institusi KedokteranUntuk menambah wawasan pengetahuan mahasiswa dan bahan referensi bagi peneliti berikutnya.c. Bagi Petugas Pelayanan KesehatanSebagai masukan dan tambahan informasi bagi petugas pelayanan kesehatan agar dapat memberikan edukasi dan pelayanan tepat guna dalam melayani pelayanan antenatal khususnya dengan ibu hamil yang menderita preeklamsia/eklamsia, serta memberikan informasi mengenai faktor prediktor peningkatan kadar hematokrit dan hemoglobin terhadap angka kematian ibu dan bayi, sehingga bisa diberikan penanganan khusus lebih dini.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Preeklamsia2.1.1 Pengertian Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria 300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).2.1.2 Klasifikasi Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. 1. Kriteria preeklampsia ringan : a. Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ. b. Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik. c. Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.

2. Kriteria preeklampsia berat : a. Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring. b. Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali. c. Oliguria < 400 ml / 24 jam. d. Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl.e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma, dan pandangan kabur. f. Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya kapsula glisson. g. Edema paru dan sianosis. h. Hemolisis mikroangipatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase. i. Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3). j. Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta. k. Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.2.1.3 EtiologiEtiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab preeklampsia tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi, ada beberapa faktor yang berperan, yaitu:1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan.Hal ini mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi, dan penurunan volume plasma.2. Peran Faktor Genetik Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat.

3. Disfungsi Endotel Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada terjadinya preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia dapat menyebabkan penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas agregasi trombosit dan fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.4. Peran Faktor Imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria2.1.4 PatogenesisDalam perjalanannya faktor-faktor di atas tidak berdiri sendiri, tetapi kadang saling berkaitan dengan titik temunya pada invasi trofoblas dan terjadinya iskemia plasenta. (Roeshadi 2007)Pada PE ada dua tahap perubahan yang mendasari patogenesanya. Tahap pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena kegagalan invasi sel trofoblas pada dinding arteri spiralis pada awal kehamilan dan awal trimester kedua kehamilan sehingga arteri spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat penurunan aliran darah dalam ruangan intervilus diplasenta sehingga terjadilah hipoksia plasenta. (Roeshadi 2007)Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat toksis seperti sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi darah ibu, dan akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif yaitu suatu keadaan di mana radikal bebas jumlahnya lebih dominan dibandingkan antioksidan. (Roeshadi 2007; Farid et al. 2001)Stres oksidatif pada tahap berikutnya bersama dengan zat toksis yang beredar dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sel endotel pembuluh darah yang disebut disfungsi endotel yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endotel pembuluh darah pada organ-organ penderita preeklampsia. (Roeshadi 2007; Farid et al. 2001)Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida, dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endotelium I, tromboksan, dan angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah hipertensi. (Roeshadi 2007)

Skema patogenesis preeklamsia(Sumber : Roeshadi, 2007)

2.1.5 Tanda dan GejalaGejala dan tandanya dapat berupa :

1. Hipertensi Hipertensi merupakan kriteria paling penting dalam diagnosa penyakit preeklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba-tiba. Banyak primigravida dengan usia muda memiliki tekanan darah sekitar 100-110/60-70 mmHg selama trimester kedua. Peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg harus dipertimbangkan (William obstetri, 2010). 2. Edema Edema pada kehamilan normal dapat ditemukan edema dependen, tetapi jika terdapat edema independen yang djumpai di tangan dan wajah yang meningkat saat bangun pagi merupakan edema yang patologis. Kriteria edema lain dari pemeriksaan fisik yaitu: penambahan berat badan > 2 pon/minggu dan penumpukan cairan didalam jaringan secara generalisata yang disebut pitting edema > +1 setelah tirah baring 1 jam. 3. Hasil pemeriksaan laboratorium Proteinuria merupakan gejala terakhir timbul. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/liter dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan (+1 sampai 2+ dengan metode dipstik) atau > 1 gr/liter melalui proses urinalisis dengan menggunakan kateter atau midstream yang diambil urin sewaktu minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam (Wiknjosastro, 2006). Hemoglobin dan hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi. Trombositopenia biasanya terjadi. Terjadi peningkatan FDP, fibronektin dan penurunan antitrombin III. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada pasien preeklampsia biasanya dalam batas normal. Urinalisis ditemukan proteinuria dan beberapa kasus ditemukan hyaline cast.

2.1.6 Akibat Preeklampsia pada Ibu Akibat gejala preeklampsia, proses kehamilan maternal terganggu karena terjadi perubahan patologis pada sistem organ, yaitu :

1. Jantung Perubahan pada jantung disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload akibat hipertensi dan aktivasi endotel sehingga terjadi ekstravasasi cairan intravaskular ke ekstraselular terutama paru. Terjadi penurunan cardiac preload akibat hipovolemia. 2. Otak Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak berfungsi. Jika autoregulasi tidak berfungsi, penghubung penguat endotel akan terbuka menyebabkan plasma dan sel-sel darah merah keluar ke ruang ekstravaskular.3. Mata Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasmus arteri retina yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang berat, tetapi bukan berarti spasmus yang ringan adalah preeklampsia yang ringan. Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah pada pusat penglihatan di korteks serebri maupun didalam retina (Wiknjosastro, 2006). 4. Paru Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat yang mengalami kelainan pulmonal maupun non-pulmonal setelah proses persalinan. Hal ini terjadi karena peningkatan cairan yang sangat banyak, penurunan tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria, penggunaan kristaloid sebagai pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang diproduksi oleh hati. 5. Hati Pada preeklampsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas hepar, perlambatan ekskresi bromosulfoftalein, dan peningkatan kadar aspartat aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan fosfatase alkali serum disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta. Pada penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk, dengan menggunakan sonografi Doppler pada 37 wanita preeklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika. Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar menyebabkan terjadinya peningkatan enzim hati didalam serum. Perdarahan pada lesi ini dapat mengakibatkan ruptur hepatika, menyebar di bawah kapsul hepar dan membentuk hematom subkapsular (Cunningham, 2005).6. Ginjal Lesi khas pada ginjal pasien preeklampsia terutama glomeruloendoteliosis, yaitu pembengkakan dari kapiler endotel glomerular yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam urat plasma biasanya meningkat terutama pada preeklampsia berat. Pada sebagian besar wanita hamil dengan preeklampsia, penurunan ringan sampai sedang laju filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada beberapa kasus preeklampsia berat, kreatinin plasma meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini disebabkan perubahan intrinsik ginjal akibat vasospasme yang hebat (Cunningham, 2005). Kelainan pada ginjal biasanya dijumpai proteinuria akibat retensi garam dan air. Retensi garam dan air terjadi karena penurunan laju filtrasi natrium di glomerulus akibat spasme arteriol ginjal. Pada pasien preeklampsia terjadi penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena meningkatnya reabsorpsi di tubulus (Cunningham,2005). Kelainan ginjal yang dapat dijumpai berupa glomerulopati, terjadi karena peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi, misalnya: hemoglobin, globulin, dan transferin. Protein protein molekul ini tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus. 7. Darah Kebanyakan pasien preeklampsia mengalami koagulasi intravaskular (DIC) dan destruksi pada eritrosit (Cunningham, 2005). Trombositopenia merupakan kelainan yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/l ditemukan pada 15 20 % pasien. Level fibrinogen meningkat pada pasien preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal. Jika ditemukan level fibrinogen yang rendah pada pasien preeklampsia, biasanya berhubungan dengan terlepasnya plasenta sebelum waktunya (placental abruption). Pada 10 % pasien dengan preeklampsia berat dapat terjadi HELLP syndrome yang ditandai dengan adanya anemia hemolitik, peningkatan enzim hati dan jumlah platelet rendah.8. Sistem Endokrin dan Metabolisme Air dan Elektrolit Pada preeklampsia, sekresi renin oleh aparatus jukstaglomerulus berkurang, proses sekresi aldosteron pun terhambat sehingga menurunkan kadar aldosteron didalam darah. Pada ibu hamil dengan preeklampsia kadar peptida natriuretik atrium juga meningkat. Hal ini terjadi akibat ekspansi volume yang menyebabkan peningkatan curah jantung dan penurunan resistensi vaskular perifer. Pada pasien preeklampsia terjadi pergeseran cairan dari intravaskuler ke interstisial yang disertai peningkatan hematokrit, protein serum, viskositas darah dan penurunan volume plasma. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke jaringan berkurang dan terjadi hipoksia.

2.1.7 Akibat Preeklampsia pada Janin Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Hal ini mengakibatkan hipovolemia, vasospasme, penurunan perfusi uteroplasenta dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga mortalitas janin meningkat (Sarwono prawirohardjo, 2009). Dampak preeklampsia pada janin, antara lain: Intrauterine growth restriction (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, prematur, bayi lahir rendah, dan solusio plasenta.

2.1.8 Penatalaksanaan Preeklamsia Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya eklampsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan mencegah mortalitas maternal dan perinatal. 1. Preeklamsia ringan Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstremitas bawah menurun dan reabsorpsi cairan bertambah.Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika mengancam nyawa maternal (Wiknjosastro, 2006).2. Preeklamsia beratPada pasien preeklampsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan. Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuskular (Wiknjosastro, 2006).2.2 Eklamsia 2.2.1 PengertianEklampsia adalah gejala preeklampsia berat yang disertai dengan kejang tonik klonik generalisata atau menyeluruh bahkan koma (Cunningham et al. 2005).2.2.2 Gambaran klinis eklampsia Penderita tidak mengalami aura dan mengalami serangan kejang dengan interval tidak sadar yang bervariasi. Permulaan kejang tonik ditandai dengan gerakan kejang twitching dari otot otot muka khususnya sekitar mulut, beberapa detik disusul kontraksi otot otot tubuh menegang sehingga seluruh tubuh kaku. Pada kondisi ini, wajah penderita mengalami distorsi, bola mata menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, dan kedua tungkai posisi inverse. Setelah berlangsung selama 15 30 detik, kejang tonik segera disusul kejang klonik. Kejang klonik ditandai terbukanya rahang secara tiba tiba dan tertutup kembali dengan kuat, terbuka dan tertutupnya kelopak mata kemudian diikuti kontraksi intermitten otot otot muka maupun seluruh tubuh. Gejala gejala yang lain yaitu wajah membengkak karena kongesti, bintik bintik perdarahan pada konjungtiva, mulut mengeluarkan liur berbusa disertai bercak bercak darah, dan lidah tergigit akibat kontraksi otot rahang terbuka dan tertutup. Setelah lebih kurang 1 menit, kejang klonik berangsur melemah, diam dan penderita terjadi koma. Setelah kejang berakhir, frekuensi pernapasan meningkat cepat mencapai 50 kali per menit sebagai respon terjadinya hiperkarbia akibat asidemia laktat, asidosis respiratorik, dan hipoksia. Terjadinya demam dengan suhu 390C, merupakan tanda yang sangat buruk akibat manifestasi perdarahan dari sistem saraf pusat (Roeshadi, 2007).

2.10. Penatalaksanaan eklampsia Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menstabilisasi fungsi vital penderita dengan terapi suportif Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengendalikan kejang, mengendalikan tekanan darah khususnya jika terjadi hipertensi krisis sehingga penderita mampu melahirkan janin dengan selamat pada kondisi optimal. Pengendalian kejang dapat diterapi dengan pemberian magnesium sulfat pada dosis muatan (loading dose) 4 6 gram IV diikuti 1,5 2 g/jam dalam 100 ml infus rumatan IV. Hal ini dilakukan untuk mencapai efek terapeutik 4,8 8,4 mg/dl sehingga kadar magnesium serum dapat dipertahankan dari efek toksik (Wiknjosastro, 2006).2.3 Hematokrit2.3.1 Pengertian Volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma yang kadarnya dinyatakan dalam persen (Gandasoebrata, 2004). Prinsip pengambilan konsentrasi hematokrit adalah melalui sentrifugasi darah dalam tabung hematokrit sampai sel-sel tersebut benar-benar mampat di bagian bawah tabung, tapi dalam endapan tersebut masih ada kadar plasma sebanyak 3-4% (Guyton, 1997).Adapun variasi normal hematokrit sepanjang kehidupan sebagai berikut:Tabel 2.1KategoriKadar Hematorit (%)

Bayi baru lahir cuku umur (darah tali pusat)Bayi baru lahir cuku umur (darah kapiler)Bayi 3 bulanAnak 10 tahunWanita dewasaWanita hamilPria dewasa44-6253-6830-3837-4437-4726-3442-54

(sumber: Waterbury, 20012.4 Hemoglobin2.4.1 Pengertian

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan, hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah (Evelyn, 2009).Kadar hemoglobin normal:Tabel 2.2Kelompok UmurKadar normal

Anak 6 bulan-6 tahun11,0

Anak 6 tahun-14 tahun12,0

Pria dewasa13,0

Wanita hamil11,0

Wanita dewasa12,0

(sumber: WHO)

2.5 Hubungan Preeklamsia/Eklamsia dengan Hematokrit dan HemoglobinHipoksia plasenta yang terjadi pada preeklamsia/eklamsia akan membebaskan zat-zat toksik dan radikal bebas dalam sirkulasi darah ibu, hal ini kemudian akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif, yaitu keadaan dimana radikal bebas jumlahnya lebih dominan dibandingkan antioksidan, stres oksidatif pada tahap berikutnya bersama zat toksik yang beredar akan merangsang terjadinya kerusakan sel endothel pembuluh darah penderita preeklamsia (Roeshadi, 2006).Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang bertindak sebagai vasodilator, sehinggal terjadi vasospasme (Roeshadi, 2006). Vasospasme yang berkelanjutan akan menyebabkan integritas endothel pembuluh darah rusak, sehingga plasma darah bergeser ke ruang intersisial, akibatnya, volume plasma akan menurun dan terjadi hemokonsentrasi, apabila terus meningkat akan menyebabkan perfusi jaringan semakin berkurang karena peningkatan kadar hematorit yang berhubungan dengan viskositas darah dan hemoglobin yang berhubungan dengan transport oksigen ke jaringan, hal tersebut akan memperparah preeklamsi itu sendiri dan mengancam janin (Prawirohardjo, 2007).

2.6 Kerangka Teori

Memperburuk keadaan umum ibu Gangguan pada perfusi placenta Hipoperfusi jaringan Edema Proteinuria Hipertensi Hematokrit Hemoglobin Hemokonsentrasi Plasma darah menurunPlasma ke ruang intersisialKebocoran endothelKerusakan integritas endothelPreeklamsiaVasospasme Faktor genetikDisfungsi endothelimunologis

Peningkatan permbeabilitas vaskuler

2.7 HipotesisHipotesis pada penelitian ini adalah :1. Terdapat hubungan antara kadar hematokrit dan hemoglobin pada ibu preeklamsia/eklamsia dengan angka kematian ibu.2. Terdapat hubungan antara kadar hematokrit dan hemoglobin pada ibu preeklamsia/eklamsia dengan keadaan umum bayi yang dilahirkan.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis PenelitianJenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) untuk mengetahui hubungan kadar hematorit dan hemoglobin terhadap kematian ibu dan keadaan bayi yang dilahirkan secara objektif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Bagian Obstetri dan Ginokologi di RSD dr. Subandi dan RS Bina Sehat di Kabupaten Jember.b. Waktu PenelitianPelaksanaan penelitian dilakukan pada April-Juni 2014.

3.3 Sampel Penelitiana. Populasi PenelitianPopulasi pada penelitian ini adalah pasien preeklamsia/eklamsia di tempat penelitianb. Sampel PenelitianSampel yang digunakan pada penelitian ini adalah subjek dalam populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan sudah disingkirkan dengan kriteria ekslusi sebagai berikut:1. Kriteria Inklusi:a. Ibu hamil dengan preeklamsia/eklamsiab. Usia kehamilan 20 mingguc. Usia ibu 20-35 tahun2. Kriteria Ekslusi:a. Ada riwayat anemiab. Ada riwayat penyakit jantungc. Ada riwayat penyakit hipertensi kronisd. Ada riwayat penyakit ginjale. Ada riwayat penyakit diabetes mellitus

3.4 Identifikasi Variabel a. Variabel bebas : Derajat Preeklamsia/eklamsia ibu dan keadaan bayib. Variabel terikat : kadar Hematokrit dan Hemoglobin

3.5 Definisi Operasional Variabel1. Preeklamsia/EklamsiaPreeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklamsia digolongkan ke dalam preeklamsia ringan dan preeklamsia berat (Prawihardjo, 2007). 1. Kriteria preeklampsia ringan : a. Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ. b. Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik. c. Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.

2. Kriteria preeklampsia berat : a. Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring. b. Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali. c. Oliguria < 400 ml / 24 jam. d. Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl.e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma, dan pandangan kabur. f. Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya kapsula glisson. g. Edema paru dan sianosis. h. Hemolisis mikroangipatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase. i. Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3). j. Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta. k. Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.Eklampsia adalah gejala preeklampsia berat yang disertai dengan kejang tonik klonik generalisata atau menyeluruh bahkan koma (Cunningham et al. 2005).

2. HematokritKadar hematokrit adalah angka yang menunjukkan konsentrasi eritrosit dalam 100 ml (1 dL) darah lengkap dinyatakan dalam persen (Sutedjo, 2007). Kadar normal hematokrit pada wanita dewasa adalah 37-47%, sedangkan pada wanita hamil adalah 26-34%, dan ambang bahaya hematorit adalah >60% (Waterbury, 2001).3. HemoglobinHemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah (Evelyn, 2009). Kadar normal Hb pada wanita hamil adalah 11 dan pada wanita dewasa adalah 12 (WHO).

3.6 Pengolahan DataData sampel diperoleh dari rekam medis pasien preeklamsia/eklamsia di RSD dr. Subandi dan RS Bina Sehat pada tahun 2013.

3.7 Kerangka Konseptual

Populasi

Kriteria InklusiKriteria Ekslusi

Sampel Ibu dengan preeklamsia/eklamsia

Melahirkan bayiKerusakan pada endothelial sistem

Kadar HematokritKadar HemoglobinKeadaan bayi yang dilahirkan

Keterangan :: variabel terikat: variabel bebas

3.8 Alur PenelitianAlur penelitian diawali dengan pengumpulan populasi lewat data rekam medis, kemudian dilakukan pemisahan sampel berdasar kriteria inklusi dan ekslusi. Data penelitian yang memenuhi kriteria akan diolah dengan metode analitik dan disajikan sebagai suatu kesimpulan penelitian.

KesimpulanPenyajian DataPengolahan DataSampling Data Rekam Medis

Analisa kadar hematokrit dan hemoglobin terhadap ibu dan bayi yang dilahirkan