Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

212
BAB I SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA 1. Pendahuluan Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maupun dari segi tata bahasa dan kosakata serta maknanya. Sekarang bahasa Indonesia telah menjadi bahasa modern yang digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak negara. Bahkan, keberhasilan Indonesia dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada generasi muda telah dicatat sebagai prestrasi dari segi peningkatan komunikasi antarwarga.. Mahasiswa peserta kuliah perlu disadarkan akan kenyataan ini dan ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa nasional kita. Mahasiswa yang berkepribadian yang baik adalah mahasiswa yang menghargai sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Mahasiswa juga hendaknya ditingkatkan kesadarannya akan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara dan fungsi bahasa Indonesia sebagai lingua franca yang berpotensi untuk mempersatukan seluruh bangsa yang berbeda latar belakang budaya dan bahasa. Fungsi tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia berkepribadian, berprilaku, dan berbudi bahasa khas Indonesia. 2. Sejarah Bahasa Indonesia 1

description

tampan

Transcript of Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Page 1: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

BAB I

SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

1. Pendahuluan

Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah

mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah

pemakainya, maupun dari segi tata bahasa dan kosakata serta

maknanya. Sekarang bahasa Indonesia telah menjadi bahasa modern

yang digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga

di banyak negara. Bahkan, keberhasilan Indonesia dalam mengajarkan

bahasa Indonesia kepada generasi muda telah dicatat sebagai prestrasi

dari segi peningkatan komunikasi antarwarga.. Mahasiswa peserta kuliah

perlu disadarkan akan kenyataan ini dan ditimbulkan kebanggaannya

terhadap bahasa nasional kita. Mahasiswa yang berkepribadian yang baik

adalah mahasiswa yang menghargai sejarah perkembangan bahasa

Indonesia.

Mahasiswa juga hendaknya ditingkatkan kesadarannya akan

kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai

bahasa negara dan fungsi bahasa Indonesia sebagai lingua franca yang

berpotensi untuk mempersatukan seluruh bangsa yang berbeda latar

belakang budaya dan bahasa. Fungsi tersebut menegaskan bahwa setiap

warga negara Indonesia berkepribadian, berprilaku, dan berbudi bahasa

khas Indonesia.

2. Sejarah Bahasa Indonesia

2.1 Sebelum Kemerdekaan

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa

Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu menjadi bahasa

yang dipakai berabad-abad sebagai bahasa pergaulan (lingua franca),

bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh

wilayah Asia Tenggara. Berbagai fakta sejarah menunjukkan bahwa

bahasa Melayu sudah digunakan secara meluas sejak dahulu. Misalnya,

prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Pallawa

1

Page 2: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

berasal dari abad ke-7. Masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13

atau sebelumnya membawa pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa

Melayu. Huruf Arab mulai digunakan untuk menulis bahasa Melayu.

Berdasarkan bukti sejarah bahwa pada zaman Kerajaan

Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa, bahasa Melayu

sudah berfungsi sebagai :

1. bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-

aturan hidup dan sastra;

2. bahasa perhubungan antarsuku di Indonesia;

3. bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, baik antarsuku yang ada

di Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari

luar Indonesia;

4. bahasa resmi kerajaan, baik pada masa Pemerintahan Sriwijaya

maupun pada masa Pemerintahan Majapahit.

Bahasa Melayu yang dipakai oleh Kerajaan Sriwijaya sebagai

bahasa pergaulan berkenalan dengan berbagai bahasa asing lain, seperti

bahasa Sansekerta, bahasa Portugis, bahasa Arab , bahasa Persia, dan

bahasa asing lainnya. Akibat adanya hubungannya dengan bahasa asing

tadi, maka terjadilah kontak bahasa antara bahasa Melayu dengan

bahasa Sansekerta, bahasa Melayu dengan bahasa Portugis, dan bahasa

Melayu dengan bahasa Arab.

Hubungan tersebut menghasilkan kontak bahasa yaitu bahasa

Melayu menyerap kosa kata bahasa Sansekerta, menyerap kosakata

bahasa Portugis, dan menyerap kota kata bahasa Arab/Persia.

Penyerapan kosakata tersebut menyebabkan bertambahnya kosakata

bahsa Melayu dan sekaligus memperkaya perbendaharaan kata bahasa

Melayu. Bahasa Melayu yang tadinya perbendaharaan kata sangat

terbatas sekarang menjadi bahasa yang memilki kosakata yang banyak

dan modern. Hal ini sejalan dengan ciri bahasa Melayu yang demokratis

yang tidak membeda-bedakan bahasa sumber atau bahasa asing sebagai

sumber pengembangan kosakata bahasanya.

Kosakata bahasa Sansekerta dalam bahasa Melayu yang

sekarang menjadi kosakata bahasa Indonesia. Kosakata bahasa

Sansekerta dalam bahasa Indoensia sekarang jumlahnya cukup banyak.

2

Page 3: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Menurut para ahli, kosakata bahasa Sansekerta dalam bahasa Indonesia

meliputi berbagai bidang ilmu dan kehidupan masyarakat Indonesia.

Perhatikan contoh berikut kosakata bahasa Melayu/Bahasa Indonesia

yang berasal dari bahasa Sansekerta

angkasa anugrah agama

sarjana bupati surga

neraka mahasiswa putra/putri

cakrawala wisuda pancasila

binagraha bahagia bayangkara

binaraga bangsawan pribumi

bahaya raja dermawan

dasawarsa pujangga dewa

Perkembangan selanjutnya datanglah orang Portugis ke

Nusantara untuk berdagang dan menyiarkan agama kresten. Orang

portugis dalam menyiarkan agama dan berdagang mau tidak mau harus

mempelajari bahasa Melayu karena bahasa Melayu sudah berfungsi

sebagai bahasa pergaulan dan bahasa perdagangan di wilayah Nusantra.

Akibatnya, orang Portugis menggunakan dua bahasa yaitu bahasa

Portugis dan bahasa melayu, maka terjadilah kontak bahasa antara

bahasa Portugis dan bahasa Melayu. Hasilnya adalah bahasa Melayu

menyerap kosakata bahasa Portuigis sehingga menambah

perbendaharaan kata bahasa Melayu/bahasa Indonesia. Perhatikan

contoh berikut kosakata bahasa Melayu/bahasa Indonesia yang berasal

dari bahasa Portugis.

lampu jendela meja

kemeja minggu lemari

arloji sepatu sekolah

algojo arena akta aula

bangku bendera biola

serdadu kereta mandor

peluru pesiar mentega

serdadu tembakau tempo

ronda sabtu tinta

3

Page 4: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Perkembangan selanjutnya pada masa sebelum kemerdekaan,

datanglah pula orang-orang dari Jazirah Arab dan Persia ke wialayah

Nusantara dengan tujuan berdagang dan menyiarkan agama Islam.

Kedatangan mereka pada awalnya harus singgah di Selat Malaka. Sama

halnya dengan orang Portugis dan orang Arab untuk menjalankan

misinya mau tidak mau harus belajar bahasa Melayu karena bahasa

Melayu menjadi bahasa pergaulan dan komunikasi luas di wilayah

Nusantara. Bangsa Arab harus menggunakan dua bahasa yaitu bahasa

Arab sebagai bahasa nenek moyang mereka dan bahasa Melayu sebagai

bahasa perdagangan dan komunikasi di wilayah Nusantara. Akibat

penggunaan dua atau lebih bahasa pada waktu yang bersamaan maka

terjadilah kontak bahasa di mana bahasa yang satu memengaruhi bahasa

yang lain.

Akibat terjadinya kontak antara bahasa Melayu dengan bahasa

Arab terjadilah proses penyerapan bahasa Melayu menyerap kosakata

bahasa Arab. Bertambahlah kosakata bahasa Melayu/bahasa Indonesia

menjadi bahasa yang berkembang dan maju. Dalam waktu yang cukup

lama penyerapan bahasa Arab ke dalam bahasa Melayu/bahasa

Indonesia sangat meyakinkan sehingga sebahagian kosakata bahasa

Indonesia sekarang berasalah dari bahasa Arab.

Berikut ini diberikan beberapa contoh kosakata bahasa

Melayu/bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab/Persia.

abad abjad adab

adil huruf arwah

akal akilbalik akhirat

badan balasan batin

kitab barakah baitulmal

binti sejarah daulat

dakwah derajat takwa

akiqah dermawan falsafah

fatwa fakir gaib

halal haram sujud

salat magrib haji

4

Page 5: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap

dipakai sebagai bahasa perhubungan yang luas. Pemerintah Belanda

tidak mau menyebarkan pemakaian bahasa Belanda pada penduduk

pribumi. Dengan demikian, komunikasi di antara pemerintah dan

penduduk Indonesia dan di antara penduduk Indonesia yang berbeda

bahasanya sebagian besar dilakukan dengan bahasa Melayu. Selama

masa penjajahan Belanda, terbit banyak surat kabar yang ditulis dengan

bahasa Melayu.

Melalui perjalanan sejarah yang panjang, akhirnya pada tanggal

28 Oktober 1928 melalui ikrar Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia

menerima bahasa Melayu sebagai bahsa nasional bangsa Indonesia

dengan nama bahasa Indonesia. Butir ketiga dari ikrar Sumpah Pemuda

merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang mengindikasikan bahwa

bangsa Indonesia, “menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa

Indonesia”. Sejak itulah bahasa Indonesia secara perlahan tumbuh dan

berkembang terus. Sejak zaman prakemerdekaan hingga saat ini

perkembangannya menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa

Indonesia telah menjelma menjadi bahasa modern.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, bahasa Melayu tetap

dipakai sebagai bahasa pergaulan nomor dua sesudah bahasa Belanda.

Bangsa Indonesia pada waktu memperjuangkan agar bahasa Melayu

tetap dipakai sebagai bahasa pergaulan luas di wilayah Nusantara. Akibat

hubungan tersebut terjadilah kontak antara bahasa melayu dengan

bahasa Belanda. Bahasa Melayu/bahasa Indonesia menyerap kosakata

bahasa Belanda sehingga memperkaya kosakata bahasa Melayu/bahasa

Indonesia.

Berikut ini diberikan beberapa contoh kosakata bahasa

Melayu/bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Belanda.

abonermen absen ajudan

admiral atraksi atribut

bagasi bataliyon bengkel

bayonet berita beton

dansa defile demokrasi

dongkrak embargo emosional

5

Page 6: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

estafet gubernur grosir

honorer handuk insinyur

kantin kalernder kantor

lampu loket mandat

maritim martir maskapai

masinis obligasi opini

2.2 Sesudah Kemerdekaan

Sehari sesudah proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18

Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya

terdapat pasal 36, yang menyatakan bahwa, “ Bahasa Negara ialah

Bahasa Indonesia”. Dengan demikian, di samping kedudukan sebagai

bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa

Negara. Sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia dipakai dalam semua

urusan yang berkaitan dengan pemerintahan dan negara.

Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami

perkembangan yang pesat, setiap tahun jumlah pemakai bahasa

Indonesia semakin bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai

bahasa nasional dan sebagai bahasa Negara semakin kuat. Perhatian

terhadap bahasa Indonesia baik dari pemerintah maupun masyarakat

sangat besar. Pemerintah Orde Lama dan Orde Baru menaruh perhatian

yang besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia, di antaranya

melalui pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan

yang sekarang menjadi Balai Bahasa dan penyelenggaraan Kongres

Bahasa Indonesia. Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan Van

Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang disempurnakan (EYD)

selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.

3. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

3.1 Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

ditetapkan melalui ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)

kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu

6

Page 7: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

berbagai suku bangsa, dan (4) alat perhubungan antardaerah dan

antarbudaya.

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia

mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan.

Bangsa Indonesia harus merasa bangga karena adanya bahasa

Indonesia yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda.

Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi perbedaan

yang ada. Atas dasar kebanggaan inilah, bahasa Indonesia terpelihara

dan berkembang serta rasa kebanggaan pemakainya senantiasa terbina.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita

junjung tinggi di samping bendera dan lambang negara kita. Untuk

membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan

identitas, di antaranya dapat diwujudkan melalui bahasanya. Dengan

adanya sebuah bahasa yang dapat mengatasi berbagai bahasa dan suku

bangsa yang berbeda dapat mengindentikkan diri sebagai suatu bangsa

melalui bahasa tersebut.

Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu

dengan yang lainnya sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai

akibat perbedaan latar belakang budaya dan bahasa dapat terhindarkan.

Kalau tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia yang bisa

menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul

masalah perpecahan bangsa, dan kita dapat bepergian keseluruh pelosok

tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya

alat komunikasi.

Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa

Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda itu

mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak

perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai

sosial budaya serta bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan demikian,

kitas dapat meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah

(kesukuan) atau golongan.

7

Page 8: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

3.2 Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa Negara pada 18

Agustus 1945 dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36.

Sebagai Negara, bahasa Indonesia berfungsi (1) bahasa resmi

kenegaraan, (2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (3) alat

perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan

pemerintahan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu

pengetahuan, dan teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai

untuk urusan-urusan kenegaraan. Dalam hal ini pidato-pidato resmi,

dokumen dan surat-surat resmi harus ditulis dalam bahasa Indonesia.

Upacara-upacara kenegaraan juga dilangsungkan dengan menggunakan

bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam acara-acara

kenegaraan sesuai dengan UUD 1945 mutlak dilakukan.

Sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, bahasa Indonesia

merupakan satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan

bahasa yang seragam dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia

merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai

taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, kecuali di daerah-daerah

yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai

dengan tahun ketiga pendidikan dasar.

Sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk

kepentingan pembangunan dan pemerintahan, bahasa Indonesia

dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal balik antara

pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat

perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat

perhubungan dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial

budaya dan bahasanya. Kalau ada lebih dari satu bahasa yang

digunakan sebagai alat perhubungan, keefektifan pembangunan dan

pemerintahan akan tergangggu karena akan diperlukan waktu yang

lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia dapat mengatasi

hambatan ini.

8

Page 9: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan

teknologi, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa Indonesia

yang memenuhi syarat untuk itu karena bahasa Indonesia telah

dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini dimengerti oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada saat yang sama pula bahasa

Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial

budaya nasional.

9

Page 10: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

BAB II

RAGAM DAN LARAS BAHASA INDONESIA

1. Pendahuluan

Dalam Bab I telah diuraikan kedudukan dan fungsi bahasa

Indonesia. Salah satu fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya

sebagai bahasa Nasional/Persatuan adalah sebagai alat pemersatu

antarbudaya dan antardaerah. Wilayah Indonesia memang sangat luas

yang terdiri atas beberapa pulau besar dan sejumlah pulau kecil. Setiap

pulau memiliki bahasa sendiri bahkan ada sejumlah pulau yang memiliki

sejumlah bahasa daerah. Di pulau Sulawesi saja misalnya, terdapat

puluhan bahasa daerah (menurut data Pusat Bahasa ada sekitar enam

puluhan bahasa daerah). Dalam menjalankan fungsinya tersebut, bahasa

Indonesia menjadi beragam dalam pemakaiannya.

Selain karena adanya ragam wilayah pemakaian dan bermacam-

macam penuturnya, faktor sejarah perkembangan masyarakat juga turut

menimbulkan keberagaman bahasa Indonesia. Semua ragam bahasa

yang ditimbulkan itu masih tetap merupakan bahasa Indonesia karena ciri

dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, dan pola kalimat pada

umumnya sama. Itulah sebabnya kita masih dapat mengenali beberapa

perbedaan dalam perwujudan bahasa Indonesia.

Untuk mengenali berbagai macam ragam bahasa Indonesia, kita

dapat meninjaunya dari berbagai sudut pandang pula. Setiap sudut

pandang itu memiliki dasar patokan untuk mengelompokkan ragam

bahasa Indonesia sehingga lahirlah ragam bahasa Indonesia yang

berbeda jumlahnya. Tetapi kadang-kadang terdapat ragam bahasa

Indonesia yang bertumpang tindih satu sama lain. Artinya, ragam itu

terdapat dalam sebuah pengelompokkan dan terdapat juga dalam

pengelompokan lain. Perlu diketahui bahwa tidak semua ragam yang

disajikan berikut ini akan dibahas secara tuntas. Untuk keperluan praktis

kita berbicara banyak hanya sebagian dari berbagai ragam bahasa

Indonesia tersebut.

10

Page 11: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

2. Ragam Bahasa Indonesia

Berikut ini akan dikemukakan berbagai ragam bahasa Indonesia

dilihat dari beberapa sudut pandang. Menurut Widjono HS (2012:30),

ragam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan media,

waktu, dan pesan komunikasi. Berdasarkan medianya, ragam bahasa

Indonesia dapat dibedakan atas ragam lisan dan ragam tulis.

Berdasarkan pesan komunikasinya, ragam bahasa Indonesia dibedakan

akan atas ragam ilmiah dan nonilmiah, ragam bahasa pidato yang dibagi

lebih lanjut menjadi ragam pidato ilmiah (presentasi ilmiah) dan ragam

pidato resmi, ragam bahasa Sastra dan ragam bahasa berita. Yang

menjadi titik penekanan dalam pelajaran ini, kita akan lebih berfokus pada

ragam bahasa ilmiah dan noilmiah serta ragam bahasa baku dan tidak

baku.

1. Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis

2. Ragam Bahasa Menurut Waktu

3. Ragam Bahasa Ilmiah/Nonilmiah dan Ragam Pidato Ilmiah

4. Ragam Bahasa Sastra

5. Ragan Bahasa Berita

3. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah

Bahasa Indonesia sebagaimana bahasa pada umumnya

digunakan untuk tujuan tertentu dan dalam konteks. Tujuan dan konteks

ini akan menentukan ragam bahasa yang harus digunakan. Seseorang

yang menggunakan bahasa Indonesia untuk orasi politik, misalnya, akan

menggunakan ragam yang berbeda dari orang lain yang

menggunakannya untuk khutbah Jumat atau bahan kuliah. Mahasiswa

disadarkan bahwa dalam dunia akademis/ilmiah, ragam bahasa Indonesia

yang digunakan adalah ragam ilmiah yang memiliki ciri khas, yakni

cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat yang fragmentaris, bertolak

dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.

3.1 Ciri Cendikia

Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya,

bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk

mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu

11

Page 12: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan

yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.

Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif

sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika.

Apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah

gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, maka dua gagasan

beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat

yang mewadahinya. Perhatikan contoh kalimat cendekia di bawah ini!

(1)  Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan

terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama

pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang

dimungkinkan tidak sesuai dengan  nilai-nilai budaya dan moral

bangsa Indonesia.

(2)  Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi

pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena

pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.

Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan

hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada

contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan dan

keseksamaan penggunaan kata. Karena  itu, bentukan kata yang

dipilih harus disesuaikan dengan  muatan isi pesan yang akan

disampaikan.

(3)                    (4)

pemaparan        paparan

pembuatan        buatan

pembahasan      bahasan

pemerian           perian

Kata-kata pada contoh (3) menggambarkan suatu proses,

sedangkan contoh (4) menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian

bahasa ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu

dilakukan secara cermat. Kalau paparan itu mengacu pada proses,

kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau

paparan itu mengacu pada hasil, kata·kata yang cocok adalah kata-

kata pada contoh (4).

12

Page 13: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

3.2 Ciri Lugas dan Jelas

Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia

mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk

itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna

yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia

yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan

menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu

dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam

bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan

yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul

pada kalimat yang sangat panjang. Perhatikan  contoh kalimat lugas

di bawah ini!

(1)  Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena

getahnya oleh  ulah sebagian, anak-anak mempunyai  tugas yang

tidak bisa dikatakan ringan.

(2)  Para pendidik  yang kadang-kadang atau bahkan sering  terkena 

akibat ulah sebagian anak-anak memunyai  tugas yang berat.

Kalimat (1) bermakna  tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan

kata kena getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan. Kedua ungkapan

itu tidak mampu mengungkapkan gagasan secara lugas. Kedua

ungkapan itu dapat diganti terkena akibat dan berat yang memiliki

makna langsung, separti kalimat (2). Perhatikan  contoh kalimat yang

jelas berikut!

(3)  Penanaman  moral di sekolah  sebenarnya  merupakan kelanjutan

dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata

pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang merupakan mata

pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang

moral pancasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran

Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.

(4)  Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan

dari penanaman moral di rumah. Penanaman moral di

sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral

Pancasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena

13

Page 14: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

langsung menyangkut moral pancasila. Di samping itu,

penanaman moral pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata

pelajararan Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.

Contoh (3) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara

jelas, antara lain karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang

panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang

disampaikan. Hal itu berbeda dengan  contoh (4), kalimat-

kalimatnya pendek sehingga mampu mengungkapkan gagasan

secara jelas. Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah

tidak dibenarkan membuat kalimat panjang. Kalimat panjang

boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun kalimat

sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas.

3.3 Menghindari Kalimat Fragmentaris

Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari

penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah

kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena

adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa

kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.

Kalimat ini terjadi antara lain dikarenakan adanya keinginan penulis

mengungkapkan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari

kesatuan gagasan yang akan diungkapkan. Perhatikan  contoh

kalimat fragmentaris di bawah ini!

(1)  Harap dilaksanakan sebaik-baiknya! (Kalimat Fragmentaris)

(2)  Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya! (Kalimat

Lengkap)

3.4 Bertolak dari gagasan

Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa

Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan.

Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang

diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat

yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif

dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari. Perhatikan  contoh

kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini!

14

Page 15: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(1)  Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa

menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.

(2)  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan

membina anak berbakat sangat penting.

Contoh kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak

pada pemilihan kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat

tersebut. Contoh (2) berorientasi pada gagasan dengan 

menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya

pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif.

Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada

gagasan juga perlu  dihindari. Oleh sebab  itu, paparan yang

melibatkan pembaca dalam kalimat perlu  dihindari.

4. Formal dan Objektif

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal.

Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa

kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah

bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan

kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah

dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (S dan P), ketepatan penggunaan

kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal.

Perhatikan  contoh di bawah ini!

Kata Formal                  Kata Informal

berkata                              bilang

membuat                           bikin

hanya                                     cuma

memberi                            kasi                                 

Bahasa ilmiah di samping barsifat formal juga sekaligus bersifat

objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan

gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan

menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan

gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan

hanya menempat-kan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga

15

Page 16: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat

subjektif tidak digunakan. Perhatikan contoh kalimat objektif berikut ini!

(1)  Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan

orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan

tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut.

(2)  Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan orang

tua dalam pembentukan kepribadian anak.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai

berikut. Hadirnya kata betapa dan kiranya pada contoh (1)  menimbulkan

sifat subjektif. Berbeda dengan  contoh (2) yang tidak mengandung unsur

subjektif.

5. Ringkas dan Padat

Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-

unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan

bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang

diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang

terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa

pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan

penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya

kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah. Perhatikan

contoh kalimat ringkas dan padat berikut ini !

(1)  Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara

Indonesia.

(2)  Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi

pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap

warga negara Indonesia.

Contoh (1) di atas termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat,

sedangkan contoh (2) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata

sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dan dasar pegangan hidup

dan kehidupan pada kalimat (2) tidak memberi tambahan makna yang

berarti. Dengan  demikian,  hadirnya kata-kata tersebut mubazir.

16

Page 17: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

6. Konsisten

Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan

secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda

lain, dan istilah digunakan sesuai dengan  kaidah, itu semua selanjutnya

digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan

untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek

(Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah

terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian

selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut. Perhatikan dan

bandingkan kedua contoh kalimat berikut ini!

(1) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai

lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua

kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak

penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah

pencabutan embargo persenjataan.

(2)  Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah

disiapkan kendaraan yang cukup. Pengusaha angkutan dihimbau

mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di

wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka

yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan.

Contoh (2) tidak konsisten dengan  kaidah yang berlaku. Sementara itu,

contoh yang konsisten adalah contoh (1).

7. Sifat dan Ciri Bahasa Tulis Ilmiah

Bahasa tulis ilmiah memiliki sifat dan ciri tersendiri jika

dibandingkan dengan bahasa pada umumnya. Selain memenuhi

ketentuan sebagai sebuah bahasa tulis yang memerlukan kelengkapan

unsur dalam kalimatnya, bahasa karangan ilmiah memiliki sifat

komunikatif. Artinya, bahasa karangan ilmiah harus dapat

mengomunikasikan informasi ilmu pengetahuan dengan bahasa yang

benar, jelas, efektif, tidak ambigu, dan tidak samar-samar.

Dengan memenuhi ketentuan tersebut, bahasa tulis sebagai alat

untuk berkomunikasi dapat melaksanakan fungsinya dalam

menyampaikan informasi dari penulis kepada pembacanya. Fungsi

17

Page 18: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

tersebut menimbulkan persamaan persepsi antara penulis dan pembaca

tentang informasi yang disampaikan dalam bahasa tulis ilmiah. Selain itu

pilihan kata (diksi) dan pemakaian bentuk kalimat dalam bahasa tulis

ilmiah berkaitan dengan bidang ilmu pengetahuan yang dibahas.

Bahasa tulis ilmiah bersifat denotatif, artinya setiap kata yang

diungkapkan dalam bahasa tulis ilmiah memiliki satu makna yang paling

sesuai untuk mengungkapkan konsep dalam bidang ilmu pengetahuan

tersebut. Bahasa tulisan ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa yang

oleh beberapa ahli dinamakan ragam bahasa fungsional. Hal ini karena

dikaitkan dengan fungsinya sebagai bahasa yang baku untuk komunikasi

formal.

Sebagai salah satu ragam bahasa, bahasa tulis ilmiah memiliki

ciri-ciri tersendiri sebagaimana diungkapkan oleh kusmana (2010: 78-79),

antara lain:

1) Bahasanya adalah bahasa resmi;

2) Sifatnya formal dan objektif;

3) Nadanya tidak emosional;

4) Keindahan bahasanya tetap diperhatikan;

5) Kemubaziran dihindari; dan

6) Isinya lengkap, ringkas, meyakinkan, dan tepat

Ragam bahasa tulis ilmiah ini pada umumnya dapat ditemukan

dalam tulisan-tulisan ilmu pengetahuan. Selain itu, bahasa tulis ilmiah

diungkapkan secara hemat dan cermat karena dari tulisan itu diharapkan

tanggapan yang pasti dari pembacanya.

Bahasa tulis dalam karangan ilmiah harus mencerminkan

kecendekiaan. Hal ini ditunjukkan oleh pemakainya dalam menata

argumen. Pernyataan yang diungkapkan lewat bahasa disusun secara

tepat, seksama, dan abstrak dengan penalaran yang logis. Badudu

(1992:39) menyatakan bahwa bahasa ilmiah merupakan laras bahasa

tersendiri sehingga harus tersusun dengan jelas, teratur, dan tepat

makna. Dengan demikian, fungsi bahasa dalam tulisan ilmiah diharapkan

dapat mengomunikasikan informasi atau pesan ilmiah dengan

menghindari kesalahan penggunaan bahasa. Hal ini berarti bahwa bahasa

tulis ilmiah mengemban pesan yang diharapkan akan sampai kepada

18

Page 19: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

pembacanya secara lengkap dan mengena pada sasaran yang

diharapkan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang sifat dan ciri ragam

bahasa ilmiah, maka dapat dikatakan bahwa karangan ilmiah

menggunakan aspek kebahasaan yang dominan dengan ditandai oleh:

(1) Penggunaan ragam bahasa formal dan objektif;

(2) Penggunaan bahasa secara efektif; dan

(3) Memiliki keajegan dan teratur.

Sementara itu, ahli lain berpendapat bahwa bentuk pasing

cenderung digunakan untuk mengungkapkan pernyataan-pernyataan

dalam karangan ilmiah sebagai ragam keilmuan (Johannes, 1983:645;

Parera, 1990:206; Sarwadi, 1990:3). Berkaitan dengan hal ini, Abdulhayi

(1991:30) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa bentuk pasif morfem

afiks di- dan bentuk pasif diri dominan digunakan pada kalimat-kalimat

dalam karangan ilmiah sebagai bentuk impersonal.

19

Page 20: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

BAB III

EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

1. Pendahuluan

Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran suatu

bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan

dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk mewujudkan

bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia

dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.

Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-

lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang

dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara

melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca.

Bahasa Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satu bunyi

yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan satu

tanda (huruf). Sesuai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

jumlah huruf yang digunakan dalam bahasa Indonesia berjumlah 26 buah.

Walaupun bahasa Indonesia menganut sistem ejaan fonemik

yaitu satu tanda (huruf) dilambangkan satu bunyi, namun kenyataannya

masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya

fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, seperti

/ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua bunyi yang dilambangkan

dengan satu tanda seperti /e/ taling dan /e/ pepet. Hal ini dapat

menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia

yang lebih sempurna.

2. Pelafalan

Salah satu hal yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau

cara mengucapkan bahasa Indonesia. Akhir-akhir ini sering orang

melafalkan bahasa Indonesia dengan keraguan, yaitu ketidakteraturan

pengguna bahasa Indonesia melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat

terjadi karena tanda (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang

menandai huruf-huruf tersebut.

20

Page 21: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah

bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman,

dan lain-lain. Dalam bahasa-bahasa tersebut, satu lambang huruf dapat

dilafalkan berbeda, misalnya /a/ atau /g/ dapat diucapkan dengan

berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di

sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan

yang berlaku cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa

Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Jadi, lafal

dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.

Perhatikan contoh berikut :

Tulisan Lafal yang benar Lafal yang salah

teknik teknik tehnik

tegel tegel tehel

energi energi enerhi, enersi, enerji

praktik praktik praktek

risiko risiko resiko

aegenda agenda ahenda

Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah masalah pelafalan

singkatan kata dengan huruf.

Perhatikan contoh berikut :

Tulisan Lafal yang benar Lafal yang salah

TV /te ve/ /ti vi/

AC /a ce/ /a se/

LNG /el en ge/ /el en ji/

MTQ /em te ki/ /emtekyu,emtekui/

Hal lain yang perlu mendapat perhatian ialah pemakaian dan

pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah

ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama

orang, badan hukum, lembaga, jalan, kata, sungai, gunung, dan

sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau

ada pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan dengan

kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau

21

Page 22: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Ejaan yang disempurnakan (EYD). Jadi, pelafalan dan penulisan nama

orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung

pada pemilik nama tersebut.

Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama produk

(minuman atau obat-obatan) bergantung pada kebiasaan yang berlaku

untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur

tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan

kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.

Perhatikan contoh berikut:

Tulisan Lafal yang benar Lafal yang salah

HCL Ha Se El Ha Ce El

CO2 Se O2 Ce O2

Coca Cola Ko ka ko la co ca co la

Seven Up se fen ap se ven up

Selanjutnya, kaidah pelafalan perlu juga dibicarakan di sini ialah

pelafalan bunyi /h /. Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa

Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vocal yang sama harus

dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher.

Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan

dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada kata tahun,

lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan

bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku

bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal

bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.

3. Penulisan Huruf

3.1 Huruf Kapital atau Huruf Besar

Sampai sekarang, masih banyak kita lihat kesalahan dalam

menggunakan huruf kapital. Kata yang seharusnya huruf awalnya

dituliskan dengan huruf kecil ditulis dengan huruf besar, tetapi sebaliknya

yang seharusnya ditulis dengan huruf kapital ditulis dengan huruf kecil.

Aturan pemakaian kapital seperti yang tercantum dalam buku Pedoman

Ejaan yang Disempurnakan sebagai berikut.

22

Page 23: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai pengawal kalimat.

Contoh : Dia menangis.

Apa yang dimintanya?

Hasil pekerjaannya memuaskan.

2. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama petikan

langsung.

Contoh : Ibu bertanya, “Bila engkau tiba?’

“Tadi pagi”, jawab Kakak, “sebelum Ibu bangun.”

“Rajin-rajin belajar,” katanya.

3. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama dalam

ungkapan yang berhubungan dengan kitab suci dan nama Tuhan,

termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Contoh : Allah agama Weda

Yang Mahakuasa agama Islam

Yang Maha Pemurah

Tunjukilah hamba-Mu ini, ya Tuhan!

4. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama gelar

kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh : Nabi Sulaiman Mahaputra Moh. Yamin

Imam hambali Sultan Hasanuddin

Haji Agus Salim

Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama

nama gelar kehormatan, keturunanm, dan keagamaan yang tidak diikuti

nama orang.

Contoh : Ketika itu beliau baru saja dinobatkan menjadi sultan.

Saya berniat akan naik haji tahun ini.

5. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama

jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.

Contoh : Gubernur Aang Kunaefi

Mayor Jenderal Ahmad Wiranatakusumah

Menteri Negara Cosmas Batubar

Huruf capital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama

nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang.

Contoh : Kabarnya gubernur itu akan diganti.

23

Page 24: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Letnam Kolonel Yunus Amir akan dinaikkan pangkatnya

menjadi kolonel.

6. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur

nama orang.

Misalnya : Husein Sastranegara

Wolter Monginsidi

Wage Rudolf Supratman

7. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama

bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya: bangsa Indonesia

suku Madura

bahasa Arab

Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama

nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang tidak dipakai sebagai

nama.

Misalnya: kata-kata asing yang diindonesiakan

Sifat yang kebelanda-belandaan.

8. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama

tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya : tahun Hijriah

tarikh Masehi

bulan Puasa

bulan November

Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama

peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya: ketika memproklamasikan kemerdekaan

9. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama

khusus dalam geografi.

Misalnya: Asia Tenggara

Bukit Barisan

Gunung Kratakatau

Danau Toba

Jazirah Arab

24

Page 25: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama

nama unsur geografi.

Misalnya : mandi-mandi di kali

berenang menyeberangi selat

mendaki gunung

menuju barat

10. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur-

unsur nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,

serta nama dokumen resmi kecuali unsure seperti dan.

Misalnya: Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Departemen Luar Negeri

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama

kata yang tidak dipakai sebagai unsur-unsur resmi bagan, lembaga

pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya: sesuai dengan undang-undang yang berlaku

kerja sama antara pemerintah dan rakyat

11. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua kata di

dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata partikel,

seperti : di, ke, dari, untuk, yang atau yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya: Tiga Menguak Takdir

majalah Pembinaan Bahasa Indonesia

surat kabar Pos Kota

Memberantas Buta Huruf di Indonesia

Manfaat Bermain untuk Kanak-Kanak

12. Huruf kapital atau besar dipakai sebagai huruf pertama singkatan

unsur nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya: Dr. Doktor

S.H. Sarjana Hukum

M.A. Master of Arts

Prof. Profesor

Sdr. Saudara

25

Page 26: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Catatan:

Singkatan-singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik

13. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata

penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak,

adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.

Misalnya: Kapan Bapak berangkat?

Surat Saudara sudah saya terima.

Ia menjawab pertanyaan Pak Guru

Surat itu dari Ibu Sulastri, istri Pak Camat.

Huruf kapital atau huruf besar tidak dipakai sebagai huruf pertama

kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai sebagai kata

ganti atau kata sapaan.

Misalnya: Kita harus senantiasa hormat kepada ibu dan bapak kita.

Beberapa orang di antara kakak dan adik saya sudah

pindah ke kota lain.

Bila kita menulis surat, kata-kata penunjuk kekerabatan yang kita pakai

sebagai kata sapaan dalam surat kita huruf awalnya harus kita tuliskan

dengan huruf capital, baik kata itu kita pakai menyapa orang yang kita

tulisi surat maupun untuk menyapa diri kita sendiri.

Misalnya : Surat yang Bapak kirimkan sudah kami terima.

(kata Bapak pengganti orang kedua yakni orang yang kita

kirimi surat)

3.2 Huruf Miring

(1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,

majalah, surat kabar yang dikutif dalam karangan.

Contoh: Majalah Bahasa dan Kesusastraan

Buku Negarakertagama karangan Prapanca tertera dalam

surat kabar Suara Karya

(2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Contoh: Huruf pertama kata bapak ialah b.

Dia memang tidak akan datang

Ia seorang pembunuh berdarah dingin.

26

Page 27: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama

ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaan.

Contoh: Nama ilmiah manggis ialah Garcinia mangostana.

Politik divide et impera alat utama penjajah untuk

memecah belah kita.

3.3 Penulisan Kata

(1) Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh: Aku yakin bahwa Anda sanggup.

Ibu baru pulang dari pasar.

(2) Kata Turunan

1. Imbuhan (awalnya, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata

dasarnya.

Contoh: bergetar

dikelola

penerapan

memperhatkan

2. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis

serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau

mendahuluinya.

Contoh: bertumpang tindih

Garis bawahi

Mengambil alih

3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat

awalan dan akhiran, maka unsure gabungan kata itu ditulis serangkai.

Contoh: menggarisbawahi

Melipatgandakan

Pertanggungjawaban

4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam

kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. (Unsur gabungan yang

hanya muncul dalam kombinasi itu, misalnya ; a, antar, bi, catur, dasa,

de, dwi, eka, in, inter, ko, maha, mono, multi, non, panca, poli, pra

purna, re, semi, sub, swa, tele, tri, tuna, ultra).

27

Page 28: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh: asusila, amoral

antarbenua, antaruniversitas

caturtunggal, caturdasa

Dasawarsa, dasalomba

Ekasapta, ekawarna

- Bila bentuk terikat itu diikuti oleh kata yang diawali dengan huruf

capital, maka di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

Contoh: non-Indonesia

Pan-afrikanisme

- Maha sebagai unsur gabung ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya kecuali kata yang mengikutinya itu bukan kata dasar.

Contoh: Yang mempunyai sifat mahasempurna hanyalah Tuhan.

Dengan nama Allah yang Maha pengasih dan Maha

Penyayang.

(3) Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Contoh: anak-anak, buku-buku

Biri-biri, kupu-kupu

Porak-poranda, tunggang-langgang

Dibesar-besarkan, ditonjol-tonjolkan

Menulis bentuk ulang dengan kata angka dua (2) seperti dalam ejaan

lama, jelas menyalahi ketentuan tentang penulisan kata ulang. Hal itu

hanya dapat kita lakukan bila tulisan itu untuk keperluan kita sendiri,

misalnya ketika menulis cepat untuk mencatat pelajaran atau kuliah yang

disampaikan oleh pengajar, atau untuk menulis notula.

(4) Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah

khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.

Contoh: orang tua

Simpang empat

Mata pelajaran

Rumah sakit

28

Page 29: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan

salah pengertian dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan

pertalian antara unsur yang bersangkutan.

Contoh: anak-istri (jika yang dimaksud anak dan istri)

Ibu-bapak (jika yang dimaksud sama dengan ayah bunda).

3. Gabungan kata yang lazim dianggap sebagai satu kata ditulis

serangkai.

Contoh : bismillah Akhirulkalam

Alhamdulillah Kepada

Siraturrahmi Bumiputra

Halalbihalal Matahari

(5) Kata Ganti ku, mu dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya:

ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh: yang kukatakan haruslah kauperhatikan.

Anakkku, anakmu, dan anaknya sudah setahun menjadi

anggota perkumpulan itu.

Catatan:

Syarat penulisan seperti di atas itu dikecualikan pada kata ganti Mu dan

Nya yang digunakan sebagai pengganti Tuhan. Oleh karena kata ganti

untuk Tuhan itu huruf awalnya kita tuliskan dengan huruf kapital, maka

antara kata yang mendahuluinya dengan kata ganti kita bubuhkan tanda

hubung. (Alasannya huruf kapital tidak terdapat di tengah kata).

Contoh : O, Tuhan, kepada-Mulah hamba memohon pertolongan.

Kepada-Nyalah kita sandarkan hidup kita karena dia Maha

pengasih dan Maha Penyayang.

(6) Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya

kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu

kata seperti kepada dan daripada.

Contoh: Di mana ada gula, di situ ada semut.

Di depan rumah itu dia memandang ke atas.

Abang ke luar dari pintu belakang.

29

Page 30: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Kata keluar sebagai lawan kata masuk yang tergolong jenis kata kerja kita

tuliskan serangkai sebagai satu kata, sedangkan ke luar lawan ke dalam

dituliskan terpisah.

Kata kemari dituliskan serangkai sebagai satu kata karena tidak ada

pasangannyua di mari dan dari mari.

(7) Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh: Sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya, Sang Saka

Merah Putih dinaikkan.

Karena alamat tidak jelas, surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

(8) Partikel

1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya.

Contoh: Siapakah yang sedang berpidato itu?

Pergilah sekaranmeminta tolong?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Contoh: Dibujuk pun tidak akan dia menurut.

Jangankan dua kali, sekali pun aku tak mau.

Hari pun malamlah.

Bukan hanya engkau, aku pun ingin menonton.

Pada kata-kata berikut, yaitu kata-kata yang hubungannya dengan

partikel pun sudah padu benar, partikel itu ditulis serangkai saja

dengan kata yang mendahuluinya.

Adapun ataupun maupun

Andaipun kalaupun betapapun

Meskipun biarpun bagaimanapun

Contoh: Adapun permintaannya itu sudah disampaikannya kepada

ibu bapaknya.

Kalaupun saya mau, ia tidak akan menerima.

Bagaimanapun ia berusaha, hasilnya selalu tidak

memuaskan.

Meskipun hari hujan, ia pergi juga ke sekolah.

30

Page 31: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Pada umumnya partikel pun yang dipisahkan dari kata yang

mendahuluinya itu dapat berarti sama dengan juga; atau kalimat itu

dapat diubah menjadi kalimat pengakuan yang didahului oleh kata

sambung meskipun atau sinonimnya; atau partikel pun berfungsi

sebagai penegas, sering dipakai bersama-sama dengan partikel lah

dalam satu klausa. Perhatikan contohnya di bawah ini:

a. (1) Aku pun ingin menonton.

(2) Aku juga ingin menonton.

b. (1) Sekali pun aku tak mau.

(2) Meskipun hanya sekali, aku tak mau.

3. Partikel per yang berarti 1) ‘demi’; 2) ‘tiap’; 3) ‘mulai’ ditulis terpisah

dari bagian-bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.

Conoth: Barang-barang itu diperiksanya satu per satu.

Berapa harga kain itu per meter ?

Kenaikan gajinya itu dihitung per 1 Juni 1980.

(9) Angka dan Lambang Bilangan

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.

Di dalam tulisan, lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII,VIII, IX, X.

2. Angka digunakan untuk menyatakan

a. ukuran panjang, berat, luas dan isi;

b. satuan waktu;

c. nilai uang; dan

d. kuantitas

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,

apartemen, atau kamar pada alamat.

Contoh: Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat

Jalan Sungai Saddang IV no.20 Ujung Pandang

Hotel Ambarukmo, Kamar 234

31

Page 32: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan dan ayat kitab suci

atau bagiannya.

Contoh: Bab XV, Pasal 36, halaman 8

Surat Ali Imran: 32

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan utuh

Contoh: 15 lima belas

37 tiga puluh tujuh

564 lima ratus enam puluh empat

b. Bilangan pecahan

Contoh: 1/2 setengah

4/5 empat perlima

1/15 seperlima belas

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara

yang berikut.

Hari Ulang Tahun Republik Indonesia XXXV

Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-35

Abad XV

Abad ke-15

Abad kelima belas

7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti

cara yang berikut.

Contoh: tahun 30-an atau tahun tiga puluhan

Uang 5000-an atau uang lima ribuan

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata

ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai

secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan.

Contoh: telah tiga kali ia dating ke sini

Dibelinya dua puluh buah durian di pasar itu.

Yang terdaftar 50 orang laki-laki dewasa, 15 orang perempuan

dewasa, 36 orang anak laki-laki, dan 25 orang anak perempuan.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,

susunan kalimat diubah sehingga bilangan, yang dapat dinyatakan

dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.

32

Page 33: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh: Penduduk Indonesia berjumlah 147 juta orang.

Negara itu menerima pinjaman 650 juta dolar Amerika dari

Bank Dunia.

10. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akte dan kuitansi, bilangan

tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.

Contoh: Jumlah murid di kelas tiga dua puluh orang.

Bukan : Jumlah murid di kelas tiga 20 (dua puluh) orang.

11. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya

harus tepat.

Contoh: Piutang kami pada Tuan sejumlah Rp. 5.356.000 (lima

juta tigas ratus lima puluh enam ribu rupiah) kiranya dapat

Tuan lunasi dalam bulan ini juga.

3.4 Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari

pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari unsur bahasa

Sanserkerta, Arab, Portugis, Belanda, Inggris.

Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa

Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar ; pertama, unsur

pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,

seperti : reshuffle, shuttle cock, l’exploitation de l’homme par l’homme.

Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi

pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur pinjaman yang pengucapannya dan penulisannya

disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan

agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya

masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan ialah sebagai berikut.

aa (belanda) menjadi a

paal pal

octaaf oktaf

ae, jika tidak bervariasi dengan e, tetap ae

aerobe aerob

aerodynamics aerodinamika

33

Page 34: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

ae, jia bervariasi dengan e, menjadi e

haemoglobin hemoglobin

audiogram audiogram

hydraulic hidraulik

c, di depan a, u, o, dan di depan konsonan, menjadi k

construction konstruksi

cubic kubik

classification klasifikasi

c, di depan e, I, oe, dam y, menjadi s

central sentral

cent sen

circulation sirkulasi

cc, di depan e, dan I, menjadi ks

accent aksen

caccine vaksin

cch dan ch, di didepan a, o, dan di depan konsonan, menjadi k

saccharin sakarin

charisma karisma

ch, yang lafalnya s atau sy, menjadi s

achelon aselon

machine mesin

ch, yang lafalnya c menjadi c

check cek

china Cina

c, (sanskerta) menjadi s

cabda sabda

castra sastra

e, tetap e

effect efek

description deskripsi

synthesis sintesis

system sistem

34

Page 35: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Menurut aturan EYD ini kata sintesis dan sistem merupakan bentuk baru

sesuai dengan bunyi aturan di atas ini. Jadi, bukan lagi sintese atau

sintesa, dan sistim.

ea tetap ea

idealist idealis

habeas habeas

ee (Belanda) menjadi e

stratosfeer stratosfer

systeem system

gh menjadi g

sorghum sorgum

gue menjadi ge

igue ige

gigue gige

i pada awal suku kata di depan vocal, tetap i

iamb iambe

ion ion

ie (Belanda), jika lafalnya I, menjadi i

politiek politik

riem rim

ie, jika lafalnya bukan i, tetap ie

variety varietas

patient pasien

efficient efisien

Huruf-huruf yang tidak berfungsi dalam bahasa Indonesia, dihilangkan

saja. Perhatikan contoh di atas. Huruf t pada akhir kata patient dan

efficient dan huruf kedua pada kata efficient kita hilangkan saja.

kh (Arab), tetap kh

khusus khusus

akhir akhir

ng tetap ng

contingent kontingen

congress kongres

linguistics linguistic.

35

Page 36: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

oe (oi Yunani) menjadi e

oestrogen estrogen

oenology enology

foetus fetus

oo (Belanda) menjadi o

komfoor kompor

provoost provos

Kata kompor sudah lama kita gunakan dalam bentuk itu dapat dikatakan

kata bentukan rakyat sehingga f diubah menjadi p. Tetapi, pada kata atau

istilah yang baru saja kita buat, f atau v tetap dan tidak lagi kita ganti

degan p. Perhatikan kata provos yang tidak dijadikan propos. Lihat juga

contoh yang lalu : fanatik, faktor, fosil, bukan panatik, paktor, posil.

oo (Inggris) menjadi u

cartoon kartun

proof pruf

pool pul

oo (vocal ganda) tetap oo

zoology zoologi

coordination koordinasi

Catatan:

Vokal ganda oo di sini tidak diucapkan seperti vocal panjang, tetapi

diucapkan seperti dua buah vocal /o/; misalnya, ko-ordinasi.

ou jika lafalnya (au), menjadi au

bout baut

ou jika lafalnya (u), menjadi u

gouverneur gubernur

coupon kupon

ph menjadi f

phase fase

physiology fisiologi

ps tetap ps

pseudo pseudo

psychiatry psikiatri

36

Page 37: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

q menjadi k

aquarium akuarium

frequency frekuensi

Masing-masing tetap ditulis dengan u (bukan w) agar dekat kepada ejaan

bahasa asalnya.

sch di depan vocal menjadi sk

schema skema

schizophrenia skizofrenia

scholasticism skolastisisme

t di depan i, jika lafalnya (s), menjadi s

ratio rasio

actie, action aksi

patient pasien

th menjadi t

theocracy teokras

method, methode metode

u tetap u

unit unit

nucleolus nukleolus

ue tetap ue

conduit konduite

duit duit

ou tetap ou

quorum kuorum

quota kuota

v tetap v

vitamin vitamin

television televisi

cavalry kavaleri

x, pada awal kata, tetap x

xanthate xantat

xenon xenon

xylophone xilofon

37

Page 38: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

x, pada posisi lain, menjadi ks

executive eksekutif

taxi taksi

extra ekstra

exceptie eksepsi

z, tetap z

zenith zenith

zodiac zodiac

zaman zaman

Huruf konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau bentuk itu

dapat membingungkan.

gabbro gabro

accu aki

effect efek

commission komisi

Catatan:

1. Unsur-unsur yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan lazim

dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah ejaannya.

Conoth: kabar, sirsak, iklan, perlu, hadir.

2. Sekalipun dalam ejaan ini huruf c dan x d i t e r i m a sebagai bagian

abjad Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu

diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu

dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam

pembedaan nama dan istilah khusus.

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut

di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta

penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai

bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan

objektif diserap secara utuh di samping kata standar, implemen, dan

objek.

-aat menjadi -at

advokaat advokat

traktaat traktat

38

Page 39: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

-age menjadi -ase

percentage persentase

etalage etalase

-ary, -air menjadi -er

complementary, compementair komplementer

primary, primair primer

secondary, secundair sekunder

-ant menjadi -an

accountant akuntan

informant informan

-archy, -archie menjadi -arki

Anarchy, anarchie anarki

Oligarchy, oligarchie oligarki

-al, -eel, -all menjadi -al

Struktural, structureel struktural

Formal, formeel formal

Ideal, ideal ideal

Normal, normal normal

-ein tetap -ein

cystein sistein

protein protein

-or, -eur menjadi -ur

director, directeur direktur

Inspector, inspekteur inspektur

-or tetap -or

Dictator diktator

-ive, ief menjadi -if

descriptive, descriptief deskriptif

demonstrative, demonstratief demonstrative

-ic, ics, ique, iek, ica (nominal) menjadi -ik, -ika

phonetics, phonetiek fonetik

physics, physica fisika

39

Page 40: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

-ile, -ilel menjadi -il

Percentile, percentile persentil

Mobile, mobile mobil

-ic (adjektif), -isch menjadi -ik

Electronic, electronisch elektronik

Mechanic, mechanisch mekanik

Ballistic, balistisch balistik

-ical, -isch menjadi -is

Economical, economisch ekonomis

Practical, practisch praktis

Logical, logish logis

-ism, -isme menjadi -isme

modernism, modernisme modernism

communism, communism komunisme

imperialism, imperialism imperialism

-ist menjadi -is

publicist publisis

terrorist teroris

-logy, -logie menjadi -logi

technology, technologie teknologi

physiology, physiologie fisiologi

analogy, analogie analogi

-logue menjadi -log

catalogue catalog

dialogue dialog

3.5 Tanda Baca

Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau

seruan.

Contoh: Kami bersaudara lima.

Suruhlah ia berangkat sekarang juga.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang atau unsurnya.

Contoh: St. Muh. Zain Sukanto S..A..

40

Page 41: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan atau unsur singkatan gelar,

jabatan, pangkat, dan sapaan.

Contoh: Bc.Hk. Bakalaureat Hukum

Dr. Doktor

dr. dokter

Ir. Insinyur

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah

sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih

hanya dipakai satu tanda titik.

Contoh: a.n. atas nama

u.b. untuk beliau

u.p. untuk perhatian

y.l. yang lalu

dll. dan lain-lain

5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,

ikhtisar, atau daftar. (Lihat juga pemakaian tanda kurung dalam bab V

ini, pasal J, ayat 3)

Contoh: A. Departemen Dalam Negeri

B. Direktorat Jenderal pembangunan Masyarakat Desa

C. Direktorat Jenderal Agraria

Penyiapan Naskah : 1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik

yang menunjukkan waktu.

Contoh: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik).

7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik

yang menunjukkan jangka waktu.

Contoh: 1.35.20 jam (1 jam, 35 meni, 20 detik)

20.30 menit (20 menit, 30 detik)

41

Page 42: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan

seterusnya yang tiak menunjukkan jumlah.

Contoh: ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

PT Perseroan Terbatas

WHO Word Health Organization

9. Tanda titik dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran,

takaran, timbagan, dan mata uang.

Contoh: cm sentimeter

l liter

kg kilogram

Rp rupiah

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala

karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Contoh: Gunung Galunggung Meletus Lagi

Perbandingan Jumlah Murid Laki-laki dan perempuan

Kisah antara Manusia

12. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan alamat

surat, atau nama dan alamat penerima surat.

Contoh: Yth. Prof.Dr. Amin Yusar

Jalan P.Senopati 24

Yogyakarta-

Redaksi Majalah Intisari

Jalan Palmerah Selatan 26-28

Jakarta

Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam pemerincian atau

pembilangan.

Contoh : Di dalam ruangan itu ada meja, kursi, lemari, dan

rak buku.

Satu, dua, …tiga !

42

Page 43: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Pada contoh di atas Anda lihat bahwa tanda koma digunakan

sebelum kata dan. Tanda koma di depan kata dan tidak digunakan

bila kata dan itu berfungsi mengumpulkan dua benda, hal, kerja dsb.

Contoh : Anas melompat dan berteriak gembira

Andi suka membaca buku dan majalah, mengumpulkan

perangka dan kotak korek api, serta berkemah dengan

kawan-kawannya.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari

kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata (akan) tetapi,

melainkan, sedangkan.

Contoh : Orang itu kaya, tetapi tak pernah ia bersedekah.

Wanita itu bukan istri saya, melainkan istri kakak saya.

Ia bermalas-malas saja, sedangkan orang tuanya

berpayah-payah mencari uang untuk keperluan

sekolahnya.

3. a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induknya

apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Contoh : Untuk biaya hidupnya dirantau, orangtunya mengiriminya

lima puluh ribu rupiah sebulan.

Asal engkau belajar sungguh-sungguh, pasti engkau akan

berhasil dalam ujian itu.

b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk

kalimat apabila anak kalimat tersebut mengikuti induk kalimatnya.

Contoh : Orang tuanya mengiriminya lima puluh ribu rupiah

sebulan untuk biaya hidupnya di rantau.

Engkau pasti akan berhasil dalam ujian itu asal engkau

belajar sungguh-sungguh.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung

antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya

oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun demikian, akan tetapi.

Contoh : ……… Oleh karena itu, untuk masa yang akan datang

haruslah engkau selalu berhati-hati dalam sebarang

pekerjaanmu.

43

Page 44: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

…… jadi, persoalan itu haruslah dirundingkan dengan ibu

bapaknya dahulu sebelum engkau mengambil keputusan.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,

kasihan, yang terdapat pada awal atau tengah kalimat.

Contoh : O, itukah yang kau maksud?

Wah, keterampilannya bermain bola sangat

mengagumkan.

Hati-hati, ya, nanti engkau jatuh!

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian

lain dalam kalimat. (lihat juga pemakaian tanda petik pada bab ini,m

pasal L dan M)

Contoh : kata ibu, “Besok engkau harus bangun pagi-pagi.”

“Besok engkau harus bangun pagi-pagi,” kata

Ibu,-“karena kita akan berangkat sebelum matahari terbit.”

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian

alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat wilayah atau

negeri yang ditulis berurutan.

Contoh : Surat ini hendaklah dialamatkan kepada Sdr. Husni.

Amelz, jalan Buah Batu 102, Bandung

Ambarawa, 15 Agustus 1982

Manila, Filipina

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik

susunannya dalam daftar pustaka.

Contoh : Tambajong, Japi. Dasar-dasar Dramaturgi.

Pustaka Prima, 1981

9. Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan

tahun terbit.

Contoh: Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara Membina

Bahasa persatuan Kita? Djakarta, Eresco, 1968.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang

mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama diri,

keluarga, atau marga.

Contoh : Sri Sumantri, S.H.

Ny. Siti Rusiah, M.A.

44

Page 45: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

11. Tanda koma dipakai di depan angka persepuluhan atau di antara

rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Contoh : 254,55 kg

Rp 254,50

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan termasuk

keterangan aposisi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah dalam bab ini,

pasal F)

Contoh : Hari Syukran, Direktur PT. Anugerah, seorang yang

terkemuka di kampung itu.

Saya, jika diperlakukan seperti, akan melawan.

13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari

bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir

dengan tanda Tanya atau tanda seru.

Contoh : “ Di mana buku itu kau beli?” tanya Pak Guru.

“Jangan berdiri saja!” hardiknya.

Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat

yang sejenis dan setara.

Contoh: Dalam kecelakaan itu, selain kakinya patah, ia juga

mengalami gegar otak; kakaknya hanya menderita luka-

luka ringan.

2. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di

dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh : Ayah mendengarkan warta berita; Ibu mendengarkannya

juga sambil merajut kaus kaki; Adik sedang belajar di

kamarnya; saya sendiri bercakap-cakap dengan Adri.

Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila

diikuti rangkaian atau pemerian.

Contoh : Yang sudah dipesan untuk keperluan kantor kami

ialah barang yang berikut: lemari, meja tulis, dan

kursi.

45

Page 46: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Yang diharapkan orang tuamu saat ini tiga hal : pertama,

kamu hendaknya belajar dengan rajin; kedua, kamu lulus

dalam ujian akhir, dan ketiga, kamu dapat memperoleh

pekerjaan yang dapat menunjang hidupmu sendiri.

2. Tanda titik dua tidak dipakai bila rangkaian atau pemerian itu

merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Contoh: Kantor yang baru itu memerlukan lemari, meja dan kursi.

Yang diharapkan orang tuamu daripadamu ialah agar

kami belajar rajin, lulus ujian akhir, kemudian bekerja

untuk menghidupi dirimu sendiri.

3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang

memerlukan pemerian.

Contoh : a. Ketua : Ali Syaukani

Sekretaris : Syukri Gazali

Bendahara : Ida Sigar

b. Hari dan Tanggal : Senin, 13 September 1982

Waktu : Pukul 14.00-18.30

Tempat : Pusdiklatpos, Ruang 17

Jalan R.E. Martadinata 38 Bandung

4. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang

menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Contoh: Suami : Kau menyesal sekaran karena memilih akau

sebagai suamimu, ya.

Istri : Tak ada yang perlu disesalkan karena semua

sudah terjadi.

Suami : Kau menyesal karena Amir yang pernah

dijodohkan orang tuamu dengan kau itu sekarang orang

yang berkedudukan tinggi, bukan?

5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nonor dan halaman, (ii) di

antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul

dan anak judul suatu karangan.

Contoh : (i) Tempo, 1 (1971), 34 : 7

(ii) Surah Al-Baqarah : 29

46

Page 47: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(iii) Karangan St. Takdir Alisjahbana, Grotta Azzura :

Kisah Cinta dan Cita, terbit tahun 1970.

Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh

penggantian baris.

Contoh :

Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan

terdapat satu huruf saja pada ujung baris atau pada pangkal baris.

Pemenggalan yang salah yang benar

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di

belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada

penggantian baris.

3. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.

Contoh : besar-besar

Bermain-main

Sedapat-dapatnya

Turun-temurun.

Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat

atau notula dan tidak dipakai padateks karangan.

4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan

bagian-bagian tanggal.

Contoh : s-e-y-o-g-i-a-n-y-a

19-9-1982

47

Dari dalam rumah i-tu terdengar ……

Dari dalam rumah itu terdengar ………

Dia tidak mengetahu- i kesulitan saya…..

Dia tidak mengetahui kesuliatan saya ….

….masuk dari pintu samping

Page 48: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

5. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-

bagian kata atau ungkapan.

Bandingkan : ber-evolusi dengan ber-revolusi

Ber-uang dengan be-ruang

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata

berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka,

(c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf capital dengan

imbuhan atau kata.

Contoh: (a) se-Indonesia

se-Jawa Barat

(b) abad ke-20

Perang Dunia ke-2

(c) tahun ’80-an

Angkatan ’50-an

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia

dengan unsure asing.

Contoh : di-reshulffle

Men-tackle

Tanda Pisah (-)

1. Tanda pisah (panjangnya dua kali tanda hubung) membatasi

penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan khusus di luar

bangun kalimat.

Contoh : kalau saya yang diminta menyelesaikan sengketa itu,

memang, saya baru mendapat keterangan tentang pertikaian

itu kemarin. –kedua belah pihak saya ajak berunding dulu

sebelum mereka berhadap-hadapan lagi.

2. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain

sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Contoh : Umar Husni – Direktur PT Arjuna yang mengekspor hasil

hutan dari Kalimantan – adalah seorang pengusaha

terkenal di Jakarta.

48

Page 49: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Rangkaian penemuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan

kini juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi

kita tentang alam semesta.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti

‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau

‘sampai’.

Contoh : 1945-1983

Tanggal 15 – 31 januari 1983

Bandung – Jakarta

Tanda Tanya (?)

1. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.

Contoh : Berapa uang simpananmu?

Apa salahku, Bu?

2. Tanda Tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan

bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan

kebenarannya.

Contoh : Katanya perempuan itu istrinya (?)

Uangnya sebanyak sepuluh juta rupiah (?) hilang.

Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang

berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan,

ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.

Contoh : Alangkah memalukan perbuatannya itu !

Aku tak suka melihat mukamu lagi di sini. Pergi!

Masakan! Sampai hati ia meninggalkan anak istrinya!

Merdeka!

Tanda Kurung ((...))

Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu

seri karangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung

tutup saja.

49

Page 50: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh : Keberhasilan pengajaran bergantung kepada beberapa

faktor :

1) murid; 3) metode pengajaran;

2) guru;

atau :

a) murid; c) metode pengajaran;

b) guru;

Tanda Kurung Siku ([ .. . ] )1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai

koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis

orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang

terdapat di dalam naskah asal

Contoh : Sang Sapurba men [d ] engar bunyi gemersik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang

sudah bertanda kurung.

Contoh : (perbedaan antara dua macam proses ini [ lihatBabI ]

tidak dibicarakan).

Tanda Petik (“…”)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari

pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda

petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

Contoh : “Pergilah sekarang,” kata Ibu.

“Saya belum siap,”seru Mira,”tunggu sebentar!”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai

dalam kalimat.

Contoh : “Penjual Es Lilin” karya Hamka dan sajak “Senyum

Hatimu Senyum” gubahan Amir Hamzah dapat kita

temukan dalam bunga rampai Sari Pustaka Indonesia.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau

kata yang mempunyai arti khusus.

Contoh : Pekerjaan itu dilaksanakannya dengan cara “coba dan

ralat” saja.

50

Page 51: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Celana “jengki” sudah tidak popular lagi dewasa ini.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengaakhiri petikan

langsung.

Contoh : Kata Pak Guru, “Besok kita berangkat pukul tujuh.”

Ali bertanya, “ Di mana kaubeli buku ini ?”

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di

belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai

dengan arti khusus.

Contoh : Petinju Muhammad Ali sering dijuluki “si Mulut Besar”.

Karena tubuhnya yang tinggi itu, ia dipanggil

“kak Jangkung”.

51

Page 52: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

BAB IV

KALIMAT EFEKTIF

1. Pendahuluan

Gagasan dan pikiran (konsep) yang dimiliki oleh seorang penulis

dapat dipahami oleh pembaca jika diungkapkan dalam bentuk kalimat.

Kalimat dapat diungkapkan melalui rangkaian kata yang terpilih dan

tersusun sesuai dengan kaidah pembentukan kalimat. Kaidah

pembentukan kalimat sangat berkaitan dengan kelengkapan dan

keteraturan unsur sebuah kalimat. Unsur pembentuk kalimat berupa

subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan harus tampak dengan

jelas (eksplisit) dan disusun secara logis dan teratur. Kalimat yang jelas

dan teratur akan mudah dipahami oleh pembaca secara tepat sesuai

dengan maksud (informasi) yang ingin disampaikan penulisnya. Kalimat

yang memenuhi syarat tersebut berkaitan pula dengan keefektifan

kalimat. Seorang penulis yang telah menuangkan gagasan-gagasannya

dalam bentuk kalimat yang efektif akan membantu mewujudkan

keingintahuan pembaca terhadap isi sebuah tulisan.

Untuk memperjelas uraian yang berkaitan dengan pembentukan

kalimat akan dijelaskan tentang dasar-dasar pembentukan kalimat dan

unsur-unsur kalimat. Untuk memperjelas uraian yang berkaitan dengan

keefektifan kalimat akan dijelaskan lebih dahulu tentang kepaduan unsur

kalimat, kelogisan sebuah kalimat, kehematan penggunaan kata, dan

keparalelan bentuk kata.

2. Dasar-dasar Pembentukan Kalimat

Sebuah kalimat tunggal dibangun oleh satu pola kalimat, yaitu

sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yaitu unsur subjek (S) dan

unsur predikat (P). Subjek merupakan unsur yang menjadi pokok

pembicaraan, sedangkan predikat merupakan unsur yang memberikan

penjelasan terhadap pokok pembicaraan. Jika predikat kalimat

menggunakan kata kerja aktif transitif, kalimat tersebut harus dilengkapi

52

Page 53: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

dengan objek (O) tertentu. Bagian lain yang berfungsi memberikan

penjelasan terhadap predikat kalimat adalah pelengkap (Pel) dan

keterangan (K).

3. Unsur-unsur Kalimat

Bagian inti yang harus hadir pada sebuah kalimat adalah subjek

dan predikat. Bagian inti kalimat adalah bagian yang tidak dapat

dihilangkan dalam struktur kalimat. Subjek kalimat berfungsi sebagai inti

pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi sebagai penjelasan terhadap

subjek, yang dapat dilengkapi dengan objek (O), pelengkap (Pel) atau

keterangan (K). Hal tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

3.1 Subjek dan Predikat

Setiap kalimat memiliki unsur subjek dan predikat. Hubungan

antara subjek dan predikat turut menentukan isi pikiran yang terkandung

dalam sebuah kalimat. Kata atau kelompok kata yang digarisbawahi pada

contoh berikut berfungsi sebagai subjek dan predikat.

Contoh :

(1) Mereka sedang beristirahat. S P

(2) Perusahaannya semakin meningkat. S P

Unsur subjek dan predikat kalimat dapat dipertukarkan sehingga

membentuk variasi pola struktur kalimat.

Contoh :

(1a) Sedang beristirahat mereka. P S

(2a) Semakin meningkat perusahaannya. P S

3.2 Predikat dan Objek

Predikat kalimat memiliki hubungan yang erat dengan objeknya.

Artinya, antara predikat dan objek tidak boleh disisipi kata lain.

Contoh :

(3) Ani merayakan hari ulang tahunnya di rumah. S P O

(4) Mahasiswa sedang mengerjakan tugas di kelas. S P O K

53

Page 54: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Pengubahan pola kalimat dengan variasi lain harus tetap

mempertahankan posisi objek di belakang predikat (P/O).

Contoh :

(3a) Ani di rumah merayakan hari ulang tahunnya. S K P O

(3b) Di rumah Ani merayakan hari ulang tahunnya. K S P O

(3c) * Ani merayakan di rumah hari ulang tahunnya.S P K O

(4a) Mahasiswa di kelas sedang mengerjakan tugas. S K P O

(4b) Di kelas mahasiswa sedang mengerjakan tugas. K S P O

(4c) * Mahasiswa sedang mengerjakan di kelas tugas. S P K O

3.3 Objek dan Pelengkap

Objek dan pelengkap memiliki kesamaan, yaitu sama-sama

berada pada posisi di belakang predikat. Akan tetapi, objek pada kalimat

aktif dapat berubah menjadi subjek dalam kalimat pasif, sedangkan

pelengkap tidak dapat berubah menjadi subjek dalam kalimat pasif.

Contoh:

(5) Negara Indonesia berdasarkan pancasila. S P Pel

(6) Anak-anak itu sedang bermain bola. S P Pel

Objek pada kalimat (3) dan (4) dapat berubah menjadi subjek dalam

pemasifannya.

Contoh :

(3d) Hari ulang tahunnya dirayakan (oleh) Ani di rumah. S P Pel K

(4d) Tugas sedang dikerjakan oleh mahasiswa di kelas. S P Pel K

Pelengkap pada kalimat (5) dan (6) tidak dapat berubah menjadi subjek

dalam pemasifannya.

54

Page 55: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh :

(5a) * Pancasila didasarkan negara Indonesia. S P Pel

(6a) * Bola sedang dimain anak-anak itu. S P Pel

3.4 Objek dan Keterangan

Objek dan keterangan adalah dua unsur yang sering muncul

dalam kalimat untuk melengkapi predikat. Hubungan antara objek dan

predikat lebih erat daripada hubungan antara keterangan dan predikat.

Oleh karena itu, keterangan dapat menduduki posisi berbagai posisi tanpa

mengubah makna kalimat., yaitu dapat berada di depan subjek, di antara

subjek dan predikat, di belakang predikat, tetapi tidak dapat berada di

antara predikat dan objek.

Contoh :

(7) Kami merayakan hari ulang tahunnnya kemarin. S P O K

Kalimat tersebut dapat divariasikan menjadi:

(7a) Kemarin kami merayakan hari ulang tahunnya. K S P O

(7b) Kami kemarin merayakan hari ulang tahunnya. S K P O

(7c) *Kami merayakan kemarin hari ulang tahunnya. S P K O

4. Keefektifan Kalimat

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran

(konsep) secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula oleh

pembaca. Pengefektifan sebuah kalimat dapat dilakukan dengan

memperhatikan kepaduan unsur kalimat, kelogisan sebuah kalimat,

kehematan kata, dan keparalelan bentuk kata. Kesalahan pemakaian dan

penempatan unsur-unsur tersebut dapat melahirkan kerancuan kalimat.

Kerancuan dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap ide atau

makna kalimat.

55

Page 56: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4.1 Kepaduan Unsur Kalimat

Makna sebuah kalimat dapat dipahami jika terdapat hubungan

yang jelas antara unsur yang membangun sebuah kalimat. Kata-kata yang

berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan

saling berhubungan secara fungsional untuk membentuk kalimat

yang efektif.

Contoh :

(8) Dalam ruangan ini memerlukan dua puluh buah kursi. (tidak

padu/tidak efektif)

(8a) Ruangan ini memerlukan dua puluh buah kursi. (padu/efektif)

(8b) Dalam ruangan ini diperlukan dua puluh buah kursi. (padu/efektif)

(9) Kita harus menyelesaikan tentang persoalan itu. (tidak padu/tidak

efektif)

(9a) Kita harus menyelesaikan persoalan itu. (padu/efektif)

4.2 Kelogisan Sebuah Kalimat

Makna sebuah kalimat dapat dipahami oleh pembaca jika

hubungan antarbagian kalimat bersifat logis.

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kalimat

yang logis yaitu:

1) ketepatan pilihan kata;

2) kesesuaian pilihan kata;

3) ketepatan urutan kata;

4) ketepatan pemakaian imbuhan; dan

5) kelaziman pilihan kata.

1) Ketepatan Pilihan Kata

Ketepatan pilihan kata berkaitan dengan penempatan kata

sesuai dengan pasangan atau tempat kata itu dalam kalimat. Pilihan

kata ini dapat berupa kata dasar, kata jadian, kata depan, kata ganti,

dan kata sambung.

Contoh :

(10) Jam berapa anda berangkat? (tidak tepat/tidak efektif)

(10a) Pukul berapa anda berangkat? (tepat/efektif)

56

Page 57: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(11) Terima kasih atas perhatiannya. (tidak tepat/tidak efektif)

(11a) Terima kasih atas perhatian Bapak (tepat/efektif)

(12) Rumah yang mana miliknya telah dijual.

(tidak tepat/tidak efektif)

(12a) Rumah miliknya telah dijual. (tepat/efektif)

(13) Untuk mempersingkat waktu acara segera dimulai.

(tidak tepat/tidak efektif)

(13a) Untuk memanfaatkan waktu acara segera dimulai.

( tepat/efektif)

2) Kesesuaian Pilihan Kata

Kesesuaian pilihan kata berhubungan dengan situasi, kondisi,

dan keadaan pada waktu seseorang berbahasa. Kesesuaian pilihan

kata bekaitan pula dengan penggunaan bahasa profesi dalam bidang

tertentu.

Contoh:

(14) Untuk mencapai masyarakat madani diperlukan partisipasi dan

dedikasi seluruh lapisan masyarakat.

(15) Untuk mencapai masyarakat madani diperlukan peran serta dan

pengabdian seluruh lapisan masyarakat.

Kedua kalimat (14) dan (15) baik dan benar bergantung pada

kesesuaian dan tempat penggunaan bahasa tersebut.

3) Ketepatan Urutan Kata

Urutan kata dalam kalimat dapat memengaruhi kelogisan

sebuah kalimat. Urutan kata yang dimaksud adalah hubungan makna

antara kata yang satu dengan kata yang lain. Jika urutan kata tidak

sesuai dapat menimbulkan ketidaksesuaian makna.

Contoh:

(16) Ali membeli kemarin buku. (tidak sesuai/tidak efektif)

(16a) Ali membeli buku kemarin. (sesuai/efektif)

(17) Ulang tahun KORPRI ke-15 dirayakan secara sederhana.

(tidak sesuai/tidak efektif)

(17a) Ulang tahun yang ke-15 KORPRI dirayakan secara sederhana.

(sesuai/efektif)

57

Page 58: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4) Ketepatan Pemakaian Imbuhan

Pemakaian awalan dan akhiran yang tidak tepat dapat

menimbulkan ketidak logisan sebuah kalimat. Ketidakhadiran imbuhan

pada sebuah kalimat dapat menghasilkan kalimat yang rancu.

Contoh:

(18) Penonton melempari botol kepada para pemain. (rancu/tidak

efektif)

(18a) Penonton melemparkan botol kepada para pemain. (logis/efektif)

(19) Pak Ali mengajar bahasa Inggris. (rancu/tidak efektif)

(19a) Pak Ali mengajarkan bahasa Inggris. (logis/efektif)

5) Kelaziman Pilihan Kata

Makna sebuah kalimat dapat dipahami oleh pembaca jika

pilihan kata yang digunakan berkaitan dengan penggunaan kata yang

terdapat dalam kamus. Dalam hal ini, penggunaan kata-kata asing

yang belum diindonesiakan sebaiknya dihindari. Kata-kata asing yang

dapat digunakan adalah kata-kata asing yang sudah diserap ke dalam

bahasa Indonesia

Contoh:

(20) Kita harus memperhatikan background suatu peristiwa.

(tidak lazim/tidak efektif)

(20a) Kita harus memperhatikan latar belakang suatu peristiwa.

(lazim/efektif)

(21) Kegiatan ini merupakan foll up dari kegiatan sebelumnya.

(tidak lazim/tidak efektif)

(21a) Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya.

(lazim/efektif)

4.3 Kehematan Kata

Makna sebuah kalimat dapat dipahami oleh pembaca jika

kata yang digunakan tidak mubazir atau hemat. Dalam hal ini,

perangkaian dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau

mirip dapat menimbulkan makna berlebihan.

58

Page 59: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Ada tiga hal yang berkaitan dengan kehematan penggunaan kata yaitu:

1) di dalam satu kelompok kata tidak terdapat dua kata atau lebih

yang sama maknanya.

Contoh :

(22) Sejak dari kecil mereka sudah menderita. (boros/tidak efektif)

(22a) Sejak kecil mereka sudah menderita. (hemat/efektif)

(22b) Dari kecil mereka sudah menderita. (hemat/efektif)

(23) Keputusan itu adalah merupakan keputusan bersama.

(boros/tidak efektif)

(23a) Keputusan itu merupakan keputusan bersama. (hemat/efektif)

2) Kata kedua pada rangkaian kata

Sebenarnya Kata kedua pada rangkaian kata itu tidak perlu

lagi karena makna yang terkandung di dalamnya sudah ada pada

kata yang pertama yang medahuluianya.

Contoh :

(24) Maju ke depan lima langkah. (boros/tidak efektif)

(24a) Maju lima langkah. (hemat/efektif)

(25) Benda itu dinaikkan ke atas podium sebelum upacara dimulai.

(boros/tidak efektif)

(25a) Benda itu dinaikkan ke podium sebelum upacara dimulai.

(hemat/efektif)

3) Bentuk jamak tidak dinyatakan dua kali dalam kalimat

Bentuk jamak tidak dinyatakan dua kali dalam kalimat yang

diwujudkan melalui penggunaan kata yang mubazir atau

berlebihan.

Contoh :

(26) Beberapa hal-hal yang disampaikan oleh anggota DPR perlu

ditanggapi secara serius oleh pemerintah. (boros/tidak efektif)

(26a) Beberapa hal yang disampaikan oleh anggota DPR perlu

ditanggapi secara serius oleh pemerintah. (hemat/efektif)

(27) Beberapa masalah-masalah yang dihadapi pemerintah

sekarang belum diatasi dengan baik. (boros/tidak efektif)

59

Page 60: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(27a) Beberapa masalah yang dihadapi pemerintah sekarang belum

diatasi dengan baik. (hemat/efektif)

4.4 Keparalelan Bentuk Kata

Keparalelan (kesejajaran) adalah penggunaan bentuk-bentuk

bahasa yang sama atau konstruksi yang sama dalam kalimat.

4.5 Bentuk-Bentuk Paralelisme

Bentuk-bentuk paralelisme terdiri atas :

1) Jika sebuah gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan

kata kerja (me-kan atau di-kan), gagasan berikutnya juga

dinyatakan dengan kata kerja (me-kan, atau di ka-kan)

Contoh :

(28) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang

paling mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan

mengobatinya tidak ada yang tahu. (tidak paralel/tidak efektif)

(28a) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang

paling mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan

pengobatannya tidak ada yang tahu. (paralel/efektif)

(28b) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang

paling mengerikan dan membahayakan sebab mencegah dan

mengobatinya tidak ada yang tahu. (paralel/efektif)

(29) Setelah dipatenkan, memproduksi, dan memasarkan masih ada

lagi sumber pengacau yaitu peniruan yang langsung atau tidak

langsung. (tidak paralel/tidak efektif)

(29a) Setelah dipatenkan, diproduksikan, dan dipasarkan, masih ada

lagi sumber pengacau yaitu peniruan yang langsung atau tidak

langsung.

2) Jika sebuah gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata

benda (pe-an dan ke-an), gagasan selanjutnya juga dinyatakan

dalam kata benda (pe-an dan ke-an).

Contoh :

(30) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap

profesinya serta memahami tugas yang diembannya, Pak

60

Page 61: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Ahmad telah berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik.

(tidak paralel/tidak efektif)

(30a) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap

profesinya serta pemahaman tugas yang diembannya, Pak

Ahmad telah berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik.

(paralel/efektif)

3) Jika sebuah gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan

frasa, maka gagasan selanjutnya juga dinyatakan dalam

bentuk frasa.

Contoh :

(31) Sebuah perusahaan pernah mengeluh bahwa sekali ia tampak

bangkrut, langganan terbaiknya pun mulai menunda-nunda

pembayaran hutang, kerusakan-kerusakan barang yang dikirim,

diklaim, keterlambatan pengiriman barang mulai dikeluhkan, dan

seribu satu macam keluhan lainnya. (tidak paralel/tidak efektif)

(31a) Sebuah perusahaan pernah mengeluh bahwa sekali ia tampak

bangkrut, langganan terbaiknya pun mulai menunda-nunda

pembayaran hutang, mengklaim kerusakan-kerusakan barang

yang dikirim, mengeluh keterlambatan pengiriman barang, dan

seribu satu macam keluhan lainnya. (paralel/efektif)

4) Kalimat-kalimat dasar yang menjadi unsur dasar kalimat

majemuk setara sebaiknya merupakan unsur yang sejajar.

Jika kalimat dasar pertama berupa kalimat intransitif, kalimat dasar

kedua juga intransitif dalam kalimat yang membahas hal yang

sama atau hal yang berhubungan.

(32) X diartikan bilangan besar, sedangkan Y berarti bilangna kecil.

(32a) X diartikan bilangan besar, sedangkan Y diartikan bilangna kecil.

(32b) X berarti bilangan besar, sedangkan Y berarti bilangan kecil.

Selain kesejajaran bentuk verba pengisi predikat pada jenis kalimat

dasar yang menjadi unsur kalimat majemuk seperti pada contoh di

atas, kesejajaran urutan kalimat dasar pun harus diperhatikan. Jika

pola urutan kalimat dasar pertama subjek disertai predikat, pola urutan

kalimat dasar kedua juga harus subjek disertai predikat.

61

Page 62: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

5. Kesimpulan

Pengajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi bertujuan

meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia bagi mahasiswa, baik

lisan maupun tulisan. Keterampilan yang diharapkan dalam pengajaran

bahasa Indonesia adalah keterampilan menulis karya ilmiah. Pengajaran

tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan

keterampilan mahasiswa di dalam mengomunikasikan pengetahuannya

secara benar dan tepat. Dengan kemampuan dan keterampilan tersebut

mahasiswa dapat mengembangkan daya nalarnya melalui tulisan yang

akhirnya menghasilkan sarajana yang berkualitas. Mahasiswa sebagai

objek didik harus disiapkan kemampuannya pada berbagai aspek

termasuk aspek kemampuan menulis. Kemampuan menulis ditunjang

oleh kemampuan bahasa.

62

Page 63: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

BAB V

PEMBENTUKAN PARAGRAF.

1. Pengertian Paragraf

Pembentukan paragraf merupakan salah satu syarat utama dalam

karang-mengarang dan tulis-menulis. Kemampuan membentuk dan

menyusun pikiran dalam paragraf adalah suatu kemampuan tersendiri

karena harus dipelajari dan dilatih.

Paragraf adalah satuan bahasa yang disusun oleh beberapa

kalimat. Paragraf adalah suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih

luas daripada kalimat. Ia merupakan kumpulan beberapa kalimat, namun

kalimat itu bukan sekedar berkumpul, melainkan bertalian satu sama lain

dalam satu rangkaian yang membentuk sebuah isi pikiran. Isi pikiran

dalam paragraf tentulah lebih luas daripada kalimat. Melalui paragraf

gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan atau kalimat-kalimat

penjelas.

Perhatikan contoh berikut:

Contoh:

(1) Media massa merupakan salah satu sarana yang penting

untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia

dalam rangka pembangunan bangsa. (2) Akan tetapi,

kenyataan menunjukkan bahwa melalui media massa ada

kelemahan dalam pemakaian bahasa Indonesia, baik secara

tertulis maupun secara lisan, (3) Misalnya kesalahan

pemakaian ejaan, ucapan, bentuk kata, dan kalimat.

(4) Dalam hubungan tersebut, media massa telah memberi

sumbangan yang berharga dalam pembinaan dan

pengembangan bahasa Indonesia.

Pikiran utama paragraf di atas ada pada awal paragraf, yaitu

media massa salah satu sarana membina dan mengembangkan bahasa

Indonesia dalam rangka pembangunan bangsa. Paragraf di atas terdiri

63

Page 64: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

atas empat kalimat satu kalimat topik dan tiga kalimat penjelas. Kalimat

penjelas bertugas menjelaskan kalimat topik.

2. Tujuan Pembentukan Paragraf

Adapun tujuan pembentukan paragraf adalah:

1) untuk memudahkan pengertiaan dengan jalan menyekat-nyekat

antara ide pokok yang satu dengan ide pokok lainnya.

2) untuk memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar dan

formal agar memungkinkan pemberian perhatian yang lebih lama dan

terarah untuk berkonsentrasi penuh terhadap tema alinea.

3. Ciri-ciri Paragraf

1) Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima sampai tujuh ketukan spasi

untuk jenis karangan biasa.

2) Menggunakan pikiran utama (gagasa utama) yang dinyatakan dalam

kalimat topik.

3) Menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan

kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau

menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.

4) Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang

dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail-detail

kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat-kalmat topik. Paragraf

hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap

kalimat penjelas berisi detail yang spesifik dan tidak mengulang

pikiran penjelas lainnya.

Paragraf mempunyai arti dan fungsi sangat penting dalam

karangan yang panjang. Pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan

gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna melalui

paragraf sehingga makna dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan

keinginan penulisnya Selain itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah

karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan enerjik. Paragraf

dapat pula menjembatani gagasan penulis dan pembacanya.

64

Page 65: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4. Fungsi Paragraf

Fungsi paragraf dapat dilihat berikut ini.

1) Mengekspresikan gagasan dengan memberi bentuk suatu pikiran dan

perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis

dalam suatu kesatuan.

2) Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang

terdiri atas beberapa paragraf.

3) Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan

memudahkan pemahaman bagi pembacanya.

4) Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan

unit pikiran yang lebih kecil.

Sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat utama dan beberapa

kalimat pengembang. Kalimat utama menyampaikan pikiran utama dan

kalimat pengembang menyampaikan pikiran penjelas.

5. Jenis-jenis Paragraf

Jenis-jenis paragraf terbagi dalam tiga aspek.

5.1 Berdasarkan Fungsinya dalam Karangan

Berdasarkan fungsinya dalam karangan, paragraf ini dibagi tiga jenis:

(1) Paragraf Pengantar

Paragraf pengantar atau paragraf pendahuluan berfungsi

sebagai pengantar pokok pembicaraan dalam karangan untuk sampai

kepada masalah yang dibahas. Paragraf pengantar harus mampu

menarik minat dan gairah pembaca, serta mampu menata pikiran

pembaca untuk mengetahui seluruh isi karangan

(2) Fungsi Paragraf pengantar:

Adapun fungsi paragraf pengantar sebagai berikut ini.

1) Mengungkap pokok persoalan yang mendasari masalah.

2) Menarik minat pembaca dengan mengungkapkan latar

belakang pentingnya masalah ditulis.

3) Mengungkap ide sentral gagasan yang akan ditulis.

4) Mengungkap pendirian (pernyataan maksud) sebagai

persiapan ke arah pendirian selengkapnya sampai dengan

akhir karangan.

65

Page 66: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Paragraf pengantar juga disebut paragraf topik sebab berfungsi

sebagai pengikat untuk semua paragraf dalam tulisan. Oleh karena

itu, paragraf pengantar harus disusun dengan apik dan semenarik

mungkin.

(3) Paragraf Penghubung

Paragraf penghubung adalah paragraf yang menghubungkan

atau menjembatangi antara paragraf pengantar dan paragraf penutup.

Semua permasalahan disampaikan pada paragraf ini. Jadi, dapat

dikatakan bahwa paragraf ini memuat pembahasan inti permasalahan.

(4) Paragraf Penutup

Paragraf penutup berada pada bagian akhir paragraf. Isi

paragraf penutup berupa simpulan dari semua uraian pada bab-bab

terdahulu. Paragraf ini juga merupakan penegasan atau pernyataan

kembali masalah-masalah penting telah disebutkan dalam paragraf

pengantar.

5.2.Berdasarkan Posisi Kalimat Utama

Berdasarkan posisi kalimat utama, paragraf di bagi empat jenis:

(1) Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya

berada pada posisi awal kalimat. Kemudian disusul oleh kalimat-

kaliamt penjelas yang menjelaskan ide pokok.

Contoh (1):

(1) Pengusaha Indonesia kini mulai mandiri. (2) Mereka

tidak lagi mengharapkan perlindungan sepenuhnya dari

pemerintah. (3) Namun, dalam kaitannya pesaingan global,

mereka berharap agar pemerintah melindungi produk

pertanian dengan cara membatasi impor. (4) Mereka juga

berharap agar pemerintah menegakkan hukum dan

memberatas KKN tanpa pandang bulu.

(2) Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang mengetengahkan

terlebih dahulu kalimat-kalimat penjelas kemudian kalimat topiknya

atau ide pokoknya.

66

Page 67: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh (2):

(1) PT Genting Pazola pada awal tahun 2004 ini semakin

sulit pendapat konsumen. (2) Produknya mulai bekurang,

karyawannya semakin banyak yang pindah kerja, dan

beberapa karyawan mengeluh gaji yang tidak pernah naik,

padahal harga barang konsumsi terus melambung. (3) Hal

ini bisa dimaklumi oleh pimpinan perusahan dan sebagian

besar karyawan. (4) Bahkan, dokumen yang menyatakan

bahwa pajak perusahaan yang belum dibayar pun sudah

sampai kepada karyawan. (5) Pemilik perusahaan

menyadari bahwa desain produk sudah mulai usang,

peralatan teknis sudah ketinggalan teknologi, dan

kreativitas baru karyawan yang mendukung kinerja bisnis

sudah mengering. (6) Direksi dan seluruh karyawan

berkesimpulan sama, PT Genting Pazola telah bangkrut.

6. Syarat Paragraf yang Baik

Paragraf yang baik harus mempunyai syarat kesatuan, kepaduan,

ketuntasan, kerututatan, dan konsistensi penggunaan sudut pandang.

6.1 Kesatuan Paragraf (Kesatuan Pikiran)

Paragraf yang baik hanya mempunyai satu pokok pikiran.

Pokok pikiran tersebut ditempatkan dalam kalimat utama. Adapun

kalimat-kalimat pengembang berupa pikiran-pikiran penjelas

menjelaskan pikiran utama. Tidak satupun kalimat pengembang yang

tidak menjelaskan pikiran utama. Apabila ada kalimat pengembang

yang tidak menjelaskan pikiran utama maka paragraf tersebut rusak

kesatuannya.

Contoh (3):

(1) Kebebasan berekspresi berdampak pada

pengembangan kreativitas baru. (2) Beberapa siswa tingkat

SD sampai dengan tingkat SMU/SMK berhasil menjuarai

olimpiade fisika dan matematika. (3) Walaupun kebutuhan

ekonomi masyarakat relatif rendah, beberapa siswa

67

Page 68: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

berhasil memenangkan kejuaraan dunia dalam lomba

tersebut, (4) Kreativitas baru tersebut membanggakan.

Contoh paragraf di atas tanpa kesatuan pikiran. Kalimat (1)

sampai dengan kalimat (3) menggunakan pikiran utama yang

berbeda-beda. Masing-masing tidak membahas satu pikiran yang

sama. Kalimat (4) mempunyai hubungan dengan kalimat satu.

Akibatnya, paragraf menjadi tidak jelas struktur dan maknanya.

Badingkan dengan paragraf berikut ini

Contoh (4):

(1) Kebebebasan berekspresi berdampak pada

pengembangan kretivitas baru, (2) Dengan kebebasan ini,

para guru dapat leluasa mengajar siswanya sesuai dengan

basis kompetensi siswa dan lingkungannya. (3) Kondisi

kebebsan tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung

secara alami, penuh gairah, dan siswa termotivasi untuk

berkembang. (4) Siswa belajar dalam suasana gembira,

aktif, kreatif, dan produktif. (5) Dampak kebebasan ini,

setiap saat siswa dapat melakukan aberbagai eksperimen

dengan menyinergika bahan ajar di sekolah dan

lingkungannya.

Contoh paragraf (4) di atas mempunyai satu kesatuan pikiran.

Pikiran utama paragraf di atas adalah kebebasan berekspresi (kalimat

1). Kemudian kalimat 2 sampai dengan kalimat 6 adalah kalimat-

kalimat pengembang yang berisi pikiran-pikiran penjelas yang

menjelaskan pikiran utama.

6.2 Kepaduan

Kepaduan paragraf dapat dicapai dengan kalimat-kalimat yang

berhubungan secara logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam

paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf.

Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf menjadi satu padu,

utuh, dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui repetisi

(pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan

bentuk paralel.

68

Page 69: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(1) Pengulangan Kata Kunci

Kepaduan paragraf dapat pula dicapai dengan pengulangan

kata kunci. Semua kalimat yang dalam paragraf dihubungkan dengan

kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci yang telah disebutkan pada

kalimat sebelumnya diulang pada kalimat kedua, ketiga, dan

seterusnya. Dengan pengulanngan itu kalimat menjadi padu, utuh,

dan kompak.

Contoh (6):

(1) Budaya merupakan sumber kreativitas baru.

(2) Budaya baik yang berupa sistem ideal, sistem sosial,

maupun sistem teknologi, ketiganya dapat dijadikan

sumber kretivitas baru. (3) Budaya yang bersumber pada

sistem ideal dapat mengarahkan kreativitas konsep-

konsep pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan, dan lain-

lain. (4) Budaya bersumber sistem sosial dapat

mengendalikan perilaku sosial atau masyarakat termasuk

pemimpinnya. (5) Budaya yang bersumber pada sistem

teknologi dapat mengendalikan krestivitas baru

berdasarkan geografis bangsa, misalnya sebagai negara

pertanian harus memproduksi teknologi pertanian,

sebagai negara kelautan harus mengembangkan

teknologi kelautan, dan sebagainya. (6) Sinergi dari

ketiga sistem budaya dapat menghasilkan kreativitas

yang lebih sempurna.

(2) Kata Ganti

Kepaduan dapat dicapai dengan penggunaan kata ganti,

pronominal, atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan

pada kalimat pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada

kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti atau padanan

dapat pula menggantikan kalimat, paragraf, dan dapat pula

menggantikan bab.

69

Page 70: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh:

(1) Kata ganti:

Pegawai itu – ia

Pegawai-pegawai itu – mereka

Seorang perempuan – ia

Banyak perempuan – mereka

Saya da kita – kami

Saya dan kamu – kita

(2) Padanan:

Ekonomi Indonesia segera bangkit. Hal ini ditandai

dengan stabilnya nilai rupiah . Selai itu, hal ini juga dapat

dirasakan adanya kenaikan pendapatan nasional sebesar

lima persen setahun sejak awal 2005 sampai dengan

akhir 2006. Hal ini ....,

Dalam paragraf ini dibahas pembinaan ekonomi masyarakat kecil.

Paragraf tersebut ....

(3) Kata Transisi

Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkai

yang penyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat maupun

antarkalimat. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat

memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu,

menyatu, dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi

makna yang dihubungkan. Kata transisi menyatakan hubungan

sebagai berikut:

No

. Menyatakan Hubungan Kata/Frase Transisi

1. Sebab, akibat, hasil Sebab, karena, akibatnya, maka

oleh karena itu, oleh sebab itu,

dampaknya, hasilnya, jadi, dengan

demikian.

2. Pertentangan Tetapi, akan tetapi, namun,

berbeda dengan itu, meskipun

demikian, sebaliknya, kebalikan

70

Page 71: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

daripada itu, kecuali itu.

3. Hubungan waktu Baru-baru ini, ketika, sejak,

segera, beberapa saat kemudian,

sementara itu.

4. Hubungan perbandingan Dalam hal yang sama, lain halnya

dengan, sebaliknya, lebih daripada

itu, berbeda dengan itu

5. Hubungan tempat Berdekatan dengan itu, di sini, ke

seberang, di sepajang jalan ini.

6. Hubungan Tujuan Agar, supaya, untuk maksud

tersebut, guna

7. Hubungan pertambahan Tambahan pula, berikutnya, juga,

kemudian, selain itu, lebih lanjut, di

samping itu, lebih-lebih, dalam hal

demikian, dengan kata lain.

8. Hubungan syarat Jika, jikalau, apabila, kalau.

9. Hubungan cara Dengan cara ini, cara yag

demikian, cara ini.

10. Hubungan singkatan Singkatnya, ringkasnya, pendek

kata

11. Hubungan urutan Mula-mula, pertama, kedua,

akhirnya, sesudah itu, selanjutnya.

12. Hubungan penegasan Jadi, dengan demikian, bahwa,

jelaslah bahwa

7. PENGEMBANGAN PARAGRAF

71

Page 72: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

1. Pendahuluan

Paragraf yang baik adalah paragraf yang dibangun beberapa

kalimat yang saling berhubungan. Kalimat tersebut diikat oleh satu pikiran

utama dan dijelaskan secara terinci oleh beberapa pikiran penjelas.

Pikiran utama dan pikiran penjelas masing-masing tertuang dalam kalimat

utama dan kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu

kalimat utama da beberapa kalimat penjelas. Ada beberapa cara

penempatan kalimat utama dalam sebuah paragraf yang disesuaikan

dengan jalan pikiran penulisnya.

2. Cara Penempatan Pikiran Utama

2.1 Pikiran Utama pada Awal Paragraf

Paragraf dimulai dengan mengemukakan pikiran utama yang

terdapat dalam satu kalimat. Penjelasan terhadap pikiran utama

tersebut diberikan melalui kalimat-kalimat penjelas. Penempatan

kalimat utama pada awal paragraf menunjukkan adanya pikiran utama

yang mudah terbaca oleh pembaca dan dapat langsung mengundang

perhatian pembaca untuk mengikuti penjelasan selajutnya. Cara ini

sering diterapkan dalam penulisan karya tulis ilmiah karena mudah

dilakukan dan dapat segera mengundang perhatian pembaca.

Paragraf yang demikian mengikuti cara berpikir deduktif (dari umum

ke khusus) yang disebut pula paragraf deduktif.

Contoh (1):

(1) Kekeringan yang melanda pulau ini berakibat sangat

parah. (2) Sumur sudah tidak banyak mengeluarkan

air. (3) Ternak sudah lama tidak memperoleh

makanan yang berupa rerumputan hijau. (4)

Pepohonan pun di mana-mana tampak melayu.

(5) Banyak sawah yang tidak digarap lagi

kerena tanahnya mengeras dan pecah-pecah.

Gagasan pokok pada paragraf di atas adalah akibat kekeringan

yang parah ada pada kalimat (1). Kalimat (2) sampai dengan kalimat

72

Page 73: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(5) adalah kalimat penjelas yang masing-masing memberikan penjelasan

keadaan yang disebutkan dalam kalimat (1).

2.2 Pikiran Utama pada Akhir Paragraf

Pikiran utama pada sebuah paragraf dapat pula ditempatkan

pada akhir paragraf. Paragraf jenis ini terlebih dahulu dikemukakan

kalimat penjelas, kemudian disudahi dengan kalimat utama yang

memuat pikiran utama. Paragraf jenis ini disebut paragraf induktif

(mengikuti cara berpikir dari khusus ke umum).

Contoh (2):

(1) Ia memulai uasahanya dengan modal yang terbatas.

Pelanggannya terdiri atas pekerja kasar dan penjual eceran

di pasar yang singgah di warungnya sarapan pagi sebelum

bekerja. (2) Karena pelayanannya yang baik, ia akhirnya

dapat membesarkan tempat usahanya dan berhasil

menikmati keuntungannya yang lumayan. (3) Pengalaman

itulah yang mengajarkan kepadanya bahwa modal yang

paling penting dalam hidup adalah kemauan dan

ketekunan.

Paragraf di atas mempunyai tiga kalimat. Kalimat (1)

dan (2) adalah kalimat penjelas yang memuat pikiran penjelas.

Adapun kalimat utamanya ada pada kalimat (3) yang

memuat pikiran utama.

2.3 Pikiran Utama Ada pada Awal dan Akhir Paragraf.

Paragraf dengan pola ini adalah gabungan paragraf deduktif

dan paragraf induktif. Pada awal paragraf diketengahkan kalimat

utamanya disusul kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri kalimat

utama kembali.

Contoh (3):

(1) Bagi manusia, bahasa merupakan alat berkomunikasi

yang sungguh penting. (2) Dengan bahasa manusia dapat

menyampaikan isi hatinya kepada sesamanya. (3) Dengan

bahasa itu pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan,

menerima dan memberikan segala pengalamannya kepada

73

Page 74: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

sesamanya. (4) Jelaslah bahwa bahasa merupakan sarana

yang paling penting dalam kehidupan manusia.

Paragraf di atas berpola deduktif-induktif. Ada empat kalimat

yang membangun paragraf tersebut. Kalimat (1) kalimat utama yang

memuat pikiran utama, disusul kalimat (2) dan (3) yang merupakan

kalimat penjelas yang memuat pikiran penjelas dan kalimat (4)

kembali diketengahkan kalimat utama yang memuat pikiran utama.

2.4 Paragraf dengan Pikiran Utama Tersirat

Ada paragraf yang tidak secara tersurat mengandung pikiran

utama tertentu. Semua kalimat yang menyusun paragraf sama

pentingnya dan bekerja sama menggambarkan pikiran yang terdapat

dalam paragraf. Kalimat-kalimat merupakan satu kesatuan isi.

Contoh (4):

(1) Pagi hari yang cerah itu Aminah melompat-lompat

menyusuri pematang. (2) Di kanan kiranya terbentang luas

tembakau yang sudah selutut tingginya. (3) Daunnya hijau

lebar-lebar, tanda subur karena cukup pupuknya.

(4) Sekali-sekali ia berhenti melayangkan pandangannya

ke dangau di ujung sawah. (5) Sudah sejak matahari terbit

suaminya menyiangi tembakau. (6) Sekarang tentu

beristirahat karena tidak seorang pun yang tampak di

sawah. (7) Dibayangkannya betapa suaminya akan terkejut

gembira karena ia datang agak pagi kali ini. Lagi pula

dalam bakul yang dijinjingnya terdapat makanan

kesayangan suaminya, sayur asam, sambel terasi, ikan

bakar, dan ikan gabus asin. (8) Ditambah lagi nasi putih

yang masih panas, ynag terasa baru ditumbuk kemarin.

(9) Aminah tersenyum bahagia.

Ada sembilan kalimat yang membangun paragraf di atas.

Kesembilan kalimat tersebut sama pentingnya yang bekerja sama

menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf tersebut.

Kalimat-kalimat tersebut merupakan satu kesatuan isi. Paragraf

74

Page 75: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

dengan tanpa kalimat utama dipakai dalam tulisan deskriptif dan

naratif.

3. Pengurutan Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas

Kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas dapat disusun

menjadi paragraf yang baik dengan menggunaka urutan tertentu. Urutan

paragraf dapat disusun menurut urutan logis, urutan kronologis, dan

urutan klimaks dan antiklimaks. Urutan-urutan tersebut akan dijelaskan

berikut ini.

3.1 Urutan Logis

Urutan logis adalah urutan yang menyebutkan lebih dahulu hal-

hal umum, kemudian ke hal-hal yang khusus atau sebaliknya. Jadi,

boleh dikatakan bahwa kalimat-kalimat yang memuat pikiran penulis

diurut secara sintetis dan analitis.

Contoh (5):

(1) Manusia adalah ciptaan Tuhan yag paling sempurna

dan paling berkuasa di bumi atau di dunia. (2) Dikatakan

demikian sebab dia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan

semua isi alam ini untuk keperluan hidupnya. (3) Meskipun

demikian, manusia tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, dan

menyia-nyiakannya.

Paragraf di atas urutan kalimat (1), (2), dan (3) menunjukkan

jalan pikiran yang masuk akal (logis). Apabila kalimat-kalimat tersebut

diubah urutannya, tentulah jalan pikirannya tidak logis lagi.

Misalnya, kita ubah susunannya menjadi (2), (1), (3) atau (2), (3), (1),

paragraf tersebut tidak logis lagi.

3.2 Urutan Kronologis

Urutan kronologis adalah urutan kejadian menurut waktu,

peristiwa yang digambarkan dalam paragraf diurut menurut tingkat

perkembangannya dari waktu ke waktu, urutan tersebut dapat dipakai

dalam tulisan naratif.

Contoh (6):

75

Page 76: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(1) Tepat pukul 08.00 upacara peringatan Hari

Kemerdekaan dimulai. (2) Bendera merah putih dikibarkan

diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. (3) Kemudian

mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para

pahlawan yang telah gugur. (4) Dua orang mahasiswa

tampil untuk membacakan teks proklamasi dan pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945. (5) Sesudah itu, rektor

memberikan pidato sambutan tentang Proklamasi

Kmerdekaan Repyblik Indonesia pada tanggal 17 Agustus

1945. (6) kira-kira pukul 10.00 upacara diakhiri dengan

pembacaan doa.

3.3 Urutan Klimaks dan Antiklimaks

Urutan klimaks adalah urutan yang dimulai dengan pernyataan

biasa, kemudian lambat laun meningkat menjadi makin penting,

sampai pada paling penting, paling menonjol. Kalimat terakhir

merupakan kalimat paling penting dan menjadi klimaks dari

serangkaian pernyataan sebelumnya (lihat contoh 7a). Sebaliknya,

bisa juga dilakukan dengan memulai dengan hal-hal yang paling

penting dan menonjol, kemudian menyusul pernyataan-pernyataan

yang kadar kepentingannya kurang dan di akhiri pernyataan yang

biasa. Urutan seperti ini disebut urutan antiklimaks (lihat contoh 7b).

Contoh (7a):

(1) Pancasila telah beberapa kali dironrong. (2) beberapa

kali falsafah negara RI hendak diubah dan preteli.

(3) setiap usaha hendak mengubah dan mempreteli

Pancasila ternyata gagal. (4) Betapa pun usaha itu telah

dipersiapkan dengan matang dan teliti, semuanya tetap

dihancurkan. (5) Memang, Pancasila benar-benar sakti.

Contoh (7b):

(1) Kebahagiaan tidak semata-mata ditentukan oleh

banyaknya uang yang dimiliki oleh seseorang. (2) uang

memang penting, tetapi kebahagiaan seseorang tida

bergantung pada uang yang dimilikinya. (3) Jika

76

Page 77: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

kebahagiaan itu bergantung pada uang semata-mata,

pastilah hanya orang-orang kaya saja yang dapat

menikmati kebahagiaan. (4) Kenyataannya, tidak

demikian. (5) Banyak orang yang kaya harta, tetapi tidak

bahagia. (6) sebaliknya, banyak orang yang miskin harta,

tetapi bahagia hidupnya.

Contoh paragraf (7b) di atas memperlihatkan urutan

antiklimaks. Paragraf tersebut dimulai hal-hal paling penting dan

menonjol. Kalimat berikutnya memuat kadar isinya makin menurun

dan diakhiri dengan pernyataan biasa. Sebaliknya contoh (7a),

paragraf ini dimulai dari hal-hal yang biasa, kemudian meningkat pada

hal yang penting da menonjol dan diakhiri dengan penyataan yang

kadar isinya semakin penting dan menonjol. Urutan seperti ini disebut

urutan klimaks.

4. Pengembangan Paragraf

Setiap paragraf mempunyai satu pikiran utama dan beberapa

pikiran penjelas. Pikiran utama dan pikiran penjelas akan menjadi jelas

apabila ada perincian yang cermat dan logis. Dalam pengembangannya,

pikiran utama dituangkan dalam kalimat utama, sedangkan pikiran

penjelas dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas sebagai rincian

kalimat penjelas.

Ada beberapa teknik pengembangan paragraf antara lain:

1) dengan teknik dari hal-hal khusus ke umum dan dari umum ke hal-hal

khusus,

2) dengan teknik klasifikasi,

3) dengan teknik alasan-alasan,

4) dengan teknik perbandingan,

5) dengan teknik contoh-contoh,

6) dengan teknik definisi luas, dan

7) dengan teknik campuran.

77

Page 78: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4.1 Pengembagan Paragraf dengan Teknik Hal-hal yang Khusus

Pengembangan paragraf dengan teknik adalah pengembangan

yang dimulai dari hal-hal khusus ke umum atau sebaliknya dari umum

ke hal-hal khusus. Teknik ini paling banyak digunakan dalam tulisan.

Contoh (8a):

(1) Salah kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai

bahasa nasional. (2) Kedudukan ini dimiliki sejak

dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober

1928. (3) Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan

bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia

telah menjadi lngua franca selama berabad-abad di

seluruh tanah air kita (4) Hal ini ditunjang oleh faktor tidak

terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan

bahasa daerah yang satu dengan lain untuk mencapai

kedudukannya sebagai bahasa daerah.

Sebaliknya, penulis dapat memulai dengan hal-hal yag khusus

kemudian ke hal umum.

Contoh (8b):

(1) Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta

surat-menyurat yang dikeluarkan pemerintah dan

badan-badan kenegaraan hanya ditulis dalam bahasa

Indonesia. (2) Pidato-pidato terutama pidato

kenegaraan, ditulis dan diucapkan dalam bahasa

Indonesia. (3) hanya dalam keadaan tertentu, demi

kepentingan komunikasi antarbangsa kadang-kadang

pidato resmi ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing,

terutama bahasa Inggris. (4) Demikian pula bahasa

Indonesia dipakai oleh masyarakat dalam upacara,

peristiwa, dan kegiatan kenegaraan atau alat

komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan

masyarakat.

78

Page 79: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4.2 Pengembangan Paragraf dengan Teknik Klasifikasi

Pengembangan paragraf dengan teknik klasifikasi

dimaksudkan sebagai upaya mencari kelompok besar dari kelompok

kecil yang mencakupi objek yang dibicarakan dalam kelas utama.

Penulis harus mempunyai klasifikasi yang tepat untuk dapat

mengembangkan suatu paragraf. Melalui klasifikasi yang dilakukan

penulis, pembaca lebih mudah memahami tulisan yang disajikan.

Contoh (9) :

(1) Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga kerja yang

tersedia di pasar kerja Indonesia dapat dibagi tiga

kelompok. (2) Ketiga kelompok itu adalah mereka yang

mereka yang berpendidikan dasar (SD dan SMP), yang

berpendidikan menengah, dan yang berpendidikan tinggi.

(3) Kelompok yang berpedidikan dasar lebih banyak

daripada kelompok yang berpendidikan tinggi.

4.3 Pengembagan Paragraf dengan teknik Alasan-alasan

Pengembagan paragraf dengan menggunakan teknik ini,

awalnya menyajikan fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu,

kemudian disusul rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini sebab

merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-

pikiran penjelas.

Contoh (10):

(1) Keluarga berencana berusaha menjamin kebahagiaan

hidup keluarga. (2) Ibu tidak selalu merana hidupnya

karena seriap tahun melahirkan. (3) Bapak tidak perlu

terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencakupi

kebutuhan keluarganya. (4) Anak pun tidak terlantar

hidupnya.

4.4 Pengembangan Paragraf dengan Teknik Perbandingan

Pengembangan paragraf dengan teknik perbandingan, penulis

memaparkan persamaan dan perbedaan dua objek gagasan atau

lebih.

79

Page 80: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh (11):

(1) Peranan pendidikan keterampilan pada sekolah umum

dan peranan pendidikan keterampilan pada sekolah

kejuruan itu berbeda. (2) Pada sekolah kejuruan

pendidikan keterampian dimaksudkan untuk memperoleh

keterampilan guna menunjang praktik kejuruan dengan

mantap. (3) Pada sekolah umum pendidikan ketermpilan

diberikan sebagai penguat pendidikan akademis. (4) Baik

sekolah umum maupun sekolah kejuruan dapat dikakatan

bahwa pendidikan keterampilan berfungsi membina

kecerdasan siswa.

4.5 Pengembangan dengan Teknik Contoh-contoh

Teknik contoh-contoh merupakan pengembangan paragraf

dengan terlebih dahulu dikemukakan suatu pernyataan, disebutkan

rincian-rinciannya yang disertai contoh-contoh kongkret. Contoh-

contoh yang dikemukakan untuk lebih menjelaskan rincian-rincian

yang selanjutnya lebih memperjelas pikiran utama.

Contoh (12):

(1) Budaya sebagai sumber kreativitas. (2) orang yang

cerdas akan mampu mengolah kekayaan budaya

Indonesia yang luar biasa besar. (3) Produk makanan,

misalnya dari Sabang sampai Merauke ratusan ribu jenis.

Pilih satu produk makanan yang potensial untuk

dibiniskan. (4) Jika diolah secara kreatif, modern, dikemas

yang sempurna, jelaskan kandungan gizinya dalam

berbagai bahasa di dunia, sesuaikan selera (rasa)

menurut negara tujuan, produk makanan tersebut dapat

dipastikan membanjiri pasar dunia. (5) Selain itu, kita

memiliki budaya berupa cerita tradisonal. (6) Setiap

daerah memiliki cerita yang unik. (7) Cerita ini dapat

dijadikan sumber kreativitas film, cerita petualangan,

cerita yang bernilai edukatif, dan sebagainya. (8) Cerita ini

dapat dikemas menjadi cerita kartun modern. (9) Jika

80

Page 81: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

dikemas sesuai dengan selera masyarakat dunia dalam

CD, produk ini pasti dapat mendatangkan manfaat yang

besar. Selain bernilai komersil, produk ini dapat berfungsi

sebagai pengenalan budaya bangsa.

4.6 Pengembangan Paragraf dengan Teknik Definisi Luas

Teknik pengembangan paragraf dengan definisi luas ini

dipakai untuk mengembangkan pikiran utama. Semua penjelasan

atau uraian menuju pada perumusan definisi itu.

Contoh (13):

(1) Apakah yang disebut kamus? (2) Kamus adalah

rekaman kata-kata yag membangun suatu bahasa.

(3) Kamus selalu berubah seiring dengan perubahan

bahasa, karena kamus tidak mendikte, memerintah

pemakaian kata-kata, tetapi kamus harus mengikutinya.

(4) Kamus dapat bertindak sebagai wasit seperti dalam

pertandingan sepak bola. (5) Kamus akan mengatakan

secara tegas apakah sesuatu kata benar atau tidak. (6)

Dari kamus kita dapat belajar bentuk, jenis, dan

kekerabatan kata-kata.

4.7 Pengembangan Paragraf dengan Teknik Campuran

Pada teknik pengembangan paragraf ini rincian-rincian

terhadap kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih

teknik pengembangan paragraf. Misalnya, teknik pengembangan

paragraf dari hal-hal khusus digabungkan dengan teknik dengan

contoh-contoh.

Contoh (14):

(1) Bahasa tutur adalah bahasa yag dipakai dalam

pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan.

(2) Umumnya, bahasa tutur sederhana dan singkat

bentuknya. (3) kata-kata yang digunakan tidak banyak

jumlahnya. (4) lagi pula bahasa tutur hanya menggunakan

kata-kata yag lazim dipakai sehari-hari. (5) sudah barang

tentu sering digunakan juga kata tutur, yaitu kata yang

81

Page 82: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

memang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur,

misalnya: bilang, pelan, biki, enggak, dsb. (6) Lafalnya

pun sering menyimpan dari lafal umum, misalnya: dapet

(dapat), malem (malam), ampat (empat), dsb. (7) Bahkan

sering juga digunakan urutan kata yang menyimpang dari

bahasa umum, misalnya: ini hari, itu orang, dsb.

Paragraf di atas terdiri atas tujuh kalimat. Teknik

pengembangan paragraf di atas adalah campuran dengan

menggabungkan teknik umum-khusus dan contoh-contoh. Teknik

umum-khusus dapat dilihat pada rangkaian kalimat (1), (2), (3), dan

(4). Adapun kalimat (5), (6), dan (7). Menggunakan teknik

pengembangan paragraf dengan contoh-contoh.

82

Page 83: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

BAB VI

KUTIPAN, CATATAN KAKI,

RUJUKAN, DAN DAFTAR PUSTAKA

1. Pendahuluan

Dalam penulisan karya ilmiah, baik penulisan makalah, skripsi,

tesis, disertasi, maupun penulisan laporan hasil penelitian, seorang

penulis kadang-kadang menggunakan kutipan. Kutipan yang dicantumkan

dalam karya tulis tersebut dimaksudkan untuk menegaskan isi uraian dan

menunjang serta memperkuat gagasan atau ide yang dikemukakan dalam

karya tulis tersebut.

Meskipun dalam penulisan karya ilmiah diperkenankan mengutip

pendapat, seorang penulis hendaknya jangan terlalu banyak

menggunakan kutipan. Hal ini dimaksudkan agar karya tulis yang dibuat

tidak dianggap sebagai himpunan dari berbagai macam pendapat.

Sebuah karya tulis tidaklah berarti bahwa di dalamnya harus ada kutipan.

Penulis boleh saja tidak menggunakan kutipan karena kutipan hanyalah

dipakai untuk menegaskan isi uraian. Kutipan sebaiknya diambil

seperlunya agar tidak merusak isi uraian yang sebenarnya. Kutipan

sebaiknya juga jangan terlalu panjang karena kutipan yang terlalu panjang

kadang-kadang dapat membuat pembaca lupa bahwa apa yang

dibacanya pada halaman tersebut hanyalah kutipan.

Dalam penulisan karya ilmiah semua keterangan yang berkaitan

dengan kutipan harus dijelaskan sumber rujukannya. Sumber rujukan itu

dapat ditempatkan pada kaki halaman yang bersangkutan (disebut

catatan kaki). Dapat juga ditempatkan sebelum atau sesudah kutipan itu

dilakukan. Demikian juga keterangan-keterangan lain yang terdapat dalam

teks karangan (disebut rujukan).

Hubungan antara catatan kaki dan teks yang dijelaskan itu

biasanya dinyatakan dengan nomor penunjukan yang sama atau tanda

asterik, baik yang terdapat dalam teks maupun dalam catatan kaki itu

sendiri. Misalnya, nomor urut penunjukan (…..1), (…..2), (…..3) atau tanda

asterisk (……*), (……**), (…..***). Nomor atau tanda asterik ini ditulis

83

Page 84: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

agak ke atas dari baris ketikan biasa. Demikian pula, rujukan dan daftar

pustaka merupakan dua hal yang sangat penting dalam penulisan karya

ilmiah seperti, makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Rujukan digunakan

untuk menunjukkan kepada pembaca tempat atau sumber suatu

kebenaran yang telah dibuktikan orang lain atau tempat

pengambilan kutipan.

Melengkapi sumber rujukan mengenai kutipan dan referensi lain

yang dibaca penulis, diperlukan daftar pustaka. Daftar pustaka digunakan

untuk membantu pembaca memperoleh gambaran menyeluruh tentang

keluasan pembacaan penulis yang mendukung pengembangan

gagasannya. Selain itu, dapat pula menjadi petunjuk bagi pembaca yang

berminat mendalami masalah tertentu yang dibahas oleh penulis.

Pembaca juga dapat menelusuri sumber-sumber acuan yang terdapat

dalam daftar pustaka tersebut.

2. Pengertian dan Jenis Kutipan

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang

pengarang atau ucapan orang yang terkenal yang terdapat dalam buku-

buku, jurnal-jurnal, majalah-majalah, dan surat kabar. Kutipan juga dapat

diambil dari ucapan langsung seorang ilmuan atau tokoh terkenal, baik

melalui pidato, wawancara, maupun melalui diskusi. Jadi, kutipan selain

melalui sumber tertulis, juga dapat melalui sumber lisan.

Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung

dan kutipan tidak langsung. Perbedaan kedua jenis kutipan itu harus

diperhatikan karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila

dimasukkan ke dalam naskah tulisan. Perbedaan kedua jenis kutipan itu

dapat dijelaskan berikut ini.

2.1 Kutipan Langsung

Yang dimaksud kutipan langsung adalah kutipan yang diambil

secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat sesuai dengan teks

aslinya. Kutipan langsung ada yang panjang dan ada yang pendek.

Apabila kutipan itu kurang dari empat baris ketikan, dikategorikan sebagai

kutipan pendek dan apabila lebih dari empat baris ketikan dikategorikan

84

Page 85: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

sebagai kutipan panjang. Kedua bentuk kutipan ini masing-masing

mengikuti tata cara pengutipan yang berbeda. Perbedaannya dapat dilihat

berikut ini.

(a) Kutipan langsung yang kurang dari empat baris ketikan dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

(1) Kutipan diintegrasikan langsung dengan teks;

(2) Jarak antara baris dengan baris dalam kutipan sama dengan jarak

baris dalam uraian teks;

(3) Kutipan harus diapit oleh tanda kutip;

(4) Sebelum atau sesudah kutipan dicantumkan sumber rujukan dalam

kurung nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman.

Atau, sesudah kutipan diberi nomor urut penunjukan setengah spasi

ke atas untuk rujukan pada catatan kaki.

Contoh:

Salah satu sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seseorang

dalam melakukan penelitian adalah bersikap terbuka, “Orang

yang bersikap ilmiah selalu terbuka, yaitu selalu bersedia

mendengarkan katerangan dan argumentasi orang lain walaupun

berbeda pendiriannya. Orang yang bersikap terbuka tidak

menutup mata terhadap kemungkinan yang lain.”1 atau

(Brotowijoyo, 2004: 33). Sikap ini merupakan sikap operasinalisasi

dari sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang penulis

karangan ilmiah. Sikap atau watak ini menggambarkan dan

merupakan manifestasi jiwa.

Kutipan langsung yang lebih dari empat baris ketikan dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

(1) kutipan dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi;

(2) jarak antara baris dan baris kutipan satu spasi (spasi rapat);

(3) boleh atau tidak diapit oleh tanda kutip;

(4) seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketukan dan bila kutipan itu

dimulai dengan alinea baru, baris pertama dari kutipan itu dimasukkan

lagi 5-7 ketukan.

85

Page 86: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh:

Bernilai tidaknya karya tulis sangat ditentukan oleh

banyak faktor. Faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang

tidak dapat diabaikan oleh seorang penulis. Hal ini dikemukakan

oleh Keraf (1998: 122) sebagai berikut.

Sebuah karya tulis tidak dianggap bernilai apabila

pemikirannya kabur dan ditulis tergesa-gesa, tidak memiliki

gagasan sentral tetapi hanya mengungkapkan pernyataan yang

lepas. Apa yang dikemukakan merupakan klise-klise umum atau

pikiran dan pendapat orang lain tanpa mengemukakan hasil

pikirannya sama sekali; tulisan itu tidak dikembangkan dengan

baik untuk menjawab persoalan-persoalan tentang topik atau

bagian-bagiannya. Di samping itu tidak bernilai kalau susunannya

tidak teratur, tidak mengikuti aturan yang logis dan koherensi atau

kepaduannya kurang baik. Pendeknya sebuah karangan atau

tulisan tidak bernilai sama sekali kalau penulisannya tidak

berusaha mencari informasi-informasi untuk meyakinkan dirinya

bahwa ia mengetahui persoalan itu.

Bila dalam kutipan langsung terdapat kesalahan atau keganjilan,

misalnya dalam persoalan pengetikan, penulis tidak boleh memperbaiki

kesalahan tersebut, ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian

pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan

itu, kutipan tetap dilakukan, hanya saja penulis diperkenankan

mengadakan perbaikan atau membuat catatan terhadap kesalahan

tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan

kaki atau dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat.

Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan di

belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki itu. Misalnya, kalau kita

tidak setuju dengan bagian itu, biasanya diberi catatan singkat

sic. (sicaco).

Singkatan sic. yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat

menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu,

ia sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah

aslinya.

86

Page 87: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh:

“Demikian juga dengan data bahasa yang lain. Dalam

karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang

mengandung makan [sic ]

sentral distribusi yang terbanyak

sebagai bahan dari daftar Swadesh.”

Catatan:

Kata makan dalam kutipan di atas sebenarnya salah cetak, seharusnya

makna.

2.2 Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung biasa juga disebut kutipan isi. Kutipan ini

merupakan pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau penulis

berupa inti atau sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut. Dalam kutipan

tidak langsung, penulis tidak mengutip secara keseluruhan kata dan

kalimat yang terdapat dalam teks aslinya. Penulis hanya mengambil inti

atau sari dari teks tersebut. Oleh karena itu, kutipan tidak langsung tidak

perlu menggunakan tanda kutip. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam kutipan tidak langsung:

(1) kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks;

(2) jarak antara baris dengan baris sama dengan jarak uraian dalam teks;

(3) kutipan tidak diapit oleh tanda kutip;

(4) sesudah kutipan selesai, dicantumkan sumber rujukan dalam tanda

kurung nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman,

atau di belakang kutipan itu diberi nomor urut penunjukan setengah

spasi ke atas untuk rujukan pada catatan kaki.

Contoh:

Apabila kita kaji lebih jauh tentang penduduk asli

Indonesia yang tertua, kita harus kembali melihat bukti-bukti

peninggalan bersejarah. Pada zaman prehistoris, penduduk asli

Indonesia yang tertua mempunyai bentuk dan ciri-ciri fisik yang

berbeda dengan manusia sekarang. Hal ini dapat kita lihat pada

fosil-fosil dan alat-alat yang ditemukan oleh para ahli antropologi.

87

Page 88: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Manusia pada zaman tersebut masih hidup secara berkelompok

dan hidup berpindah-pindah2 atau (Koentjaraningrat, 1982:3).

2.3 Kutipan atas Ucapan Lisan

Selain melalui sumber tertulis, kutipan juga dapat diperoleh

melalui ucapan langsung dari seorang tokoh atau ilmuan. Prinsip

pengutipan yang diambil dari ucapan lisan ini sama dengan prinsip

pengutipan yang telah disebutkan di atas (bergantung jenis kutipan yang

digunakan).

Contoh:

Dalam seminar sehari tanggal 28 Oktober 1992,

Mattulada mengatakan a.l. “Budaya Indonesia dewasa ini,

khususnya budaya Bugis-Makassar telah banyak dipengaruhi oleh

unsur-unsur budaya asing. Masuknya budaya asing ke wilayah

Indonesia telah banyak memberikan dampak negatif terhadap

perkembangan budaya Indonesia.”

3. Catatan Kaki

Catatan kaki adalah keterangan-keterangan terhadap teks

karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan. Catatan kaki

dapat dipakai untuk menunjukkan sumber tempat terdapatnya kutipan dan

untuk memberikan keterangan-keterangan lain terhadap teks karangan.

Pada dasarnya catatan kaki dibuat untuk maksud-maksud

sebagai berikut:

a. menyusun pembuktian,

b. menyatakan utang budi,

c. menyampaikan keterangan tambahan,

d. merujuk bagian lain dari teks.

3.1 Prinsip Membuat Catatan Kaki

Untuk membuat catatan kaki, perlu diperhatikan beberapa prinsip

berikut:

(1) Hubungan catatan kaki dengan teks

Hubungan catatan kaki dengan teks harus dinyatakan secara

jelas oleh nomor penunjuk, baik dalam teks maupun dalam catatan kaki.

Nomor penunjuk pada catatan kaki dan teks selalu ditempatkan agak ke

88

Page 89: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

atas setengah spasi dari baris teks yang bersangkutan (…1) begitu juga

pada catatan kaki (1…) yang bersangkutan.

(2) Nomor urut penunjukan

Pemberian nomor urut penunjukan dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu pertama, nomor urut penunjukan yang berlaku untuk tiap bab

dan kedua, nomor urut penunjukan yang berlaku untuk seluruh teks

karangan. Pemakaian nomor urut menunjukan tersebut masing-masing

mempunyai konsekuensi tersendiri.

Bila nomor urut penunjukan berlaku hanya untuk tiap bab,

konsekuensi pertama adalah bahwa untuk tiap bab harus dimulai dengan

nomor urut pertama untuk catatan kaki pertama. Kemudian dilanjutkan

dengan nomor urut berikutnya sampai pada akhir bab yang bersangkutan.

Konsekuensi kedua adalah bahwa nama pengarang dan sumber untuk

pertama kali disebut dalam bab harus disebut secara lengkap.

Penunjukan berikutnya atas sumber yang sama dalam bab tersebut

menggunakan singkatan ibit atau nama singkat pengarang dengan

singkatan op.cit. atau loc.cit.

Bila nomor urut penunjukan itu berlaku untuk seluruh bab (teks

karangan), penunjukan sumber secara lengkap hanya dipergunakan untuk

penyebutan pertama kali. Penunjukan berikutnya atas sumber yang sama

dalam seluruh teks karangan itu akan mempergunakan singkatan ibid.

atau nama singkat pengarang ditambah singkatan op.cit. dan loc.cit.

tanpa mempersoalkan apakah itu terdapat pada penyebutan pertama

dalam bab berikutnya.

3.2 Cara Penyusunan Catatan Kaki

Penyusunan catatan kaki mengikuti cara-cara berikut.

(1) Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak tiga spasi dibuat garis

pembatas teks uraian dengan catatan kaki dari margin kiri sepanjang

lima belas ketukan.

(2) Dalam jarak satu spasi di bawah garis pembatas, diketik nomor urut

penunjukan.

(3) Sesudah nomor urut penunjukan, dalam jarak setengah spasi ke

bawah mulai diketik baris pertama catatan kaki.

89

Page 90: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(4) Jarak antara baris pada catatan kaki, satu spasi sedangkan jarak

antara catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) satu spasi.

(5) Nomor urut penunjuk menggunakan angka Arab dan tidak diberi tanda

apa pun.

(6) Nomor urut penunjuk ditulis lebih kecil dari huruf lainnya, misalnya

font 10.

(7) Jarak baris terakhir dari catatan kaki dengan batas margin bawah

tiga spasi.

Widjono Hs. (2007: 78-86) menjelaskan cara menulis catatan kaki

yang merupakan rujukan atau data pustaka sebagai berikut.

(1) Nama pengarang tanpa dibalik urutannya atau sama dengan nama

pengarang yang tertulis pada buku, diikuti tanda titik.

(2) Jika pada sumbernya tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan

kaki mencantumkan gelar tersebut.

(3) Judul karangan dicetak miring, tidak diikuti tanda koma.

(4) Nama penerbit dan angka tahun diapit tanda kurung dipisahkan oleh

koma.

(5) Nomor halaman dapat disingkat hlm. Atau h. Angka nomor halaman

diakhiri titik (.).

Contoh penulisan:1Abraham H. Maslow. Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurul Imam,

(Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1994), hlm. 1-40.2Dr. Albert Wijaya, “Pembangunan Pemukiman bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah di Kota,” dalam Prof. Ir. Eko Budiharjo, M. Sc.

(Ed), Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, (Bandung: Alumni, 1992),

hlm. 121-124.

3.3 Ibid., Op.Cit. dan Loc.Cit.

Singkatan-singkatan tersebut digunakan untuk memendekkan

penulisan informasi pustaka dalam catatan kaki. Penulisan harus

memperhatikan persyaratan baku yang sudah lazim.

1) Ibid.

Ibid. singkatan kata ibidem yang berarti di tempat yang sama.

Ibid. dipakai untuk menunjuk sumber yang sama dan belum diantarai

90

Page 91: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

sumber lain. Bila halamannya sama, hanya digunakan singkatan ibid.

saja. Bila halamannya berbeda, sesudah singkatan ibid. dicantumkan

pula nomor halaman.

Contoh:1Hernomo, Mengikat Makna, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 109-130.2Ibid. 3Ibid. hlm. 133-145.

2) Op.Cit.

Op.Cit. singkatan kata Opera Citato yang berarti pada

sumber yang telah disebutkan dan diselingi sumber lain. Sesudah

nama singkat pengarang, dicantumkan singkatan Op.Cit. disertai

nomor halaman.

Contoh:1Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan (Bandung:

Alumni, 1976), hlm. 111.2Daniel Goleman, Emotional Inteligence (Jakarta: Gramedia, 2001),

hlm.161.3Bobby De Porter & Mike Hernacki, Quantum Business, terj. Basyarah

Nasution, (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 63-87.4Rahardjo, Op.Cit., hlm. 125.5Goleman, Op.Cit.6DePorter & Mike Hernacki, Op.Cit., hlm. 203-238.

3) Loc.Cit.

Loc.Cit. singkatan dari kata Loco Citato yang berarti pada

tempat atau sumber yang telah disebutkan merujuk sumber data

pustaka yang sama berupa buku kumpulan esai, jurnal, ensiklopedia,

atau majalah dan telah diselingi sumber lain.

Contoh:1Sarwiji Suwandi, “Peren Guru dalam Meningkatkan kemahiran

Berbahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis

Kompetensi,” Kongres Bahasa Indonesia VIII, (Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,

2003), hlm. 1-15.

91

Page 92: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

2Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurul

Imam, (Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1994), hlm. 1-40.3Suwandi, Loc.Cit.4Adnan Buyung Nasution, S.H., “Beberapa Aspek Hukum

dalam Masalah Pertanahan dan Pemukiman di Kota Besar,”

dalam Prof. Ir. Eko Budihadjo, M.Sc. (Ed), Sejumlah Masalah

Pemukiman Kota, (Bandung: Alumni, 1992).5Suwandi, Loc.Cit.6Nasution, Loc.Cit.

3.4 Referensi Buku, Jurnal, Majalah, dan Surat Kabar

1) Buku dengan satu pengarang

Penulisan catatan kaki dengan buku satu pengarang dilakukan

dengan cara berikut.

(1) Nama pengarang ditulis sesuai dengan nama yang tercantum

pada buku.

(2) Setelah nama pengarang diberi tanda koma (,).

(3) Judul buku dicetak miring.

(4) Setelah judul buku diikuti informasi buku, subjudul, jilid, edisi, tidak

diikuti koma atau titik.

(5) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama

kota, penerbit, dan tahun.

(6) Setelah kurung tutup diberi koma.

(7) Dapat diikuti halaman (disingkat hlm. Atau h., dapat juga tanpa

halaman), nomor halaman angka Arab, dan diakhiri dengan titik.

Contoh: 1Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi, (Flores: Nusa Indah,

1994), hlm. 63-70.2M. Ramelan, Paragraf, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hlm.

41-64.3Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia,

1984), hlm. 1-20.

92

Page 93: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

2) Buku dengan dua pengarang

Penulisan catatan kaki dengan buku dua pengarang dilakukan

dengan cara berikut.

(1) Kedua pengarang ditulis sesuai dengan nama pengarang yang

tercantum pada buku dan diikuti koma.

(2) Judul buku dicetak miring.

(3) Judul buku yang diikuti informasi (subjudul, jilid, edisi) tidak disisipi

koma atau titik.

(4) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama

kota, penerbit, dan tahun, setelah kurung tutup, diberi koma.

(5) Dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm.atau h.) dapat juga

tanpa halaman; nomor halaman angka Arab, dan diakhiri dengan

titik.

Contoh:1E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa

Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 1996), hlm.

121-140. 2Bobby DePorter & Mike Hernacki, Quantum Bussiness, terj.

Basyarah Nasution, (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 63-87.

3) Buku dengan tiga pengarang

Penulisan catatan kaki dengan buku tiga pengarang dilakukan

dengan cara berikut.

(1) Ketiga nama pengarang ditulis seluruhnya.

(2) Tidak menggunakan singkatan et.al. atau dkk.

(3) Setelah nama pengarang diberi koma.

(4) Judul buku dicetak miring.

(5) Antara judul buku dan informasi buku (subjudul, jilid, edisi, dan

lain-lain) tidak disisipi koma atau titik.

(6) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama

kota, penerbit, dan tahun. Setelah kurung tutup, diberi koma,

dapat diikuti kata halaman (singkat hlm. atau h.) dapat juga tanpa

halaman).

(7) Nomor halaman ditulis dengan angka Arab, dan diakhiri

dengan titik.

93

Page 94: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Contoh:1Gibson, Ivancevich, and Donelly, Organisasi Edisi ke-8, terj.

Ir. Nunuk Adiarni, M.M., (Jakarta: Bina Aksara, 1997),

hlm. 345-355.2Agus Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi, Psikologi

Kepribadian,(Jakarta: Aksara Baru, 1982), hlm. 120.

4) Buku dengan lebih dari tiga pengarang

Penulisan catatan kaki dengan buku lebih dari tiga pengarang

dilakukan dengan cara berikut.

(1) Hanya nama pengarang pertama saja yang dicantumkan diikuti

singkatan dkk. (dan kawan-kawan) atau singkatan et.al. (et alli).

Bila rujukan berbahasa asing, misalnya bahasa Inggris,

gunakanlah singkatan et.al. dan bila rujukan berbahasa Indonesia,

gunakanlah singkatan dkk.

(2) Antara nama dan singkatan pengarang tidak dibubuhi koma.

(3) Nama pengarang diikuti koma.

(4) Judul buku dicetak miring diikuti koma.

(5) Judul buku dan subjudul, jilid, atau edisi tidak dipisahkan koma

atau titik.

(6) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan nama

kota, penerbit, dan tahun. Setelah kurung tutup, diberi koma,

dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm. atau h., dapat juga

tanpa kata halaman).

(7) Nomor halaman ditulis dengan angka Arab dan diakhiri titik.

Contoh:1Arthur J. Keown et.al., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan

Buku 2, ed. terj. Chaerul D. Djakman, S.E., M.B.A. dan Dwi

Sulistyorrini, S.E., M.M., (Jakarta: Salemba Empat, 2000),

hlm. 456-458.2Yulius S., dkk., Kamus Baru Bahasa Indonesia, (Surabaya:

Erlangga, 1980), hlm. 80.

94

Page 95: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

5) Institusi sebagai pengarang

Contoh:1Biro Pusat Statistik, Proyeksi Angkatan Kerja Indonesia

Sampai Tahun 2000, (Jakarta: BPS, 1982), hlm. 1.2Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,

(Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,

2004), hlm. 1-3.

6) Buku terjemahan

Contoh:1James C. Vann Horne, Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan,terj. Junius Tirok, M.B.A. (Jakarta: Erlangga, 1983),

hlm. 100.2Arthur J. Keown et.al., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,

Buku 2, ed. terj. Chaerul D. Djakman, S.E., M.B.A. dan Dwi

Sulistyorini, S.E., M.M., (Jakarta: Salemba Empat, 2000), hlm.

456-458.

7) Artikel dalam jurnal, majalah, dan surat kabar

a. Susunan artikel dalam jurnal sebagai berikut.

(1) Nomor urut pengarang dengan huruf kecil menggantung, rapat

dengan garis margin kiri diikuti nama pengarang, koma.

(2) Judul artikel diapit tanda petik diikuti koma.

(3) Nama jurnal dicetak miring diikuti koma.

(4) Nomor volume diikuti titik dua (:), diikuti nomor halaman, dan

diikuti koma.

(5) Bulan dan tahun penerbitan diapit kurung dan diikuti koma,

dikuti nomor halaman dan ditutup dengan titik.

Contoh: 1Bagus Sumargo, “Validitas dan Realibilitas Pengukuran

Kemiskinan,” Jurnal Ilmiah Mat Stat, 2: 2, (Jakarta, Juli 2002), hlm.

137 et.seq.2Syamsul Arifin, “Konflik dan Harmonitas sosial dalam Relasi

dengan Sesama,” Jurnal Character Building, 1: 1, (Jakarta, Juli

2004), hlm. 21-33.

95

Page 96: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

b. Susunan artikel dalam majalah:

Urutan unsur yang dituliskan: nomor urut catatan kaki,

nama pengarang, judul artikel (diapit tanda petik), nama majalah

(dicetak miring), nomor dan tanggal penerbitan, dan halaman.

Contoh:1Dedi Humaedi, “Kiat Perusahaan Hidup untuk Hidup Terus,”

Swa Sembada, 16/XX/5-18 Agustus 2004, hlm. 107-109.

c. Susunan artikel dalam surat kabar:

Urutan unsur yang dituliskan: nama pengarang (kalau tidak

ada nama tuliskan halaman pembahasan, misalnya: opini, tajuk,

tifa), judul artikel (diapit tanda petik), nama surat kabar (dicetak

miring), dan tanggal serta tempat penerbitan.

Contoh:1Usep Setiawan, “Pemerintah Baru dan Konflik Agraria,” Kompas

24 September 2004, hlm. 4-5.2Putut EA, “Rumah Hujan,” Media Indonesia 20 Juni 2004, hlm.13.

4. Rujukan

Rujukan adalah sumber tempat pengambilan kutipan yang

ditempatkan pada catatan kaki dengan nomor urut penunjukan pada

bagian akhir kutipan, atau ditempatkan langsung dalam tanda kurung

pada bagian awal atau akhir kutipan (pada bagian ini hanya menjelaskan

yang ditempatkan langsung dalam tanda kurung). Unsur rujukan

mencakup nama pengarang, tahun terbit, dan halaman tempat mengambil

kutipan tersebut.

Contoh rujukan yang ditempatkan pada bagian awal kutipan.

Bernilai tidaknya karya tulis ditentukan oleh banyak faktor. Faktor

tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat diabaikan oleh

penulis. Hal ini seperti dikemukakan oleh Keraf (1998: 122) bahwa,

“Sebuah karya tulis dianggap tidak bernilai apabila pemikirannya kabur

dan ditulis tergesa-gesa, tidak memiliki gagasan sentral, tetapi hanya

mengungkapkan pernyataan yang lepas.”

Contoh rujukan yang ditempatkan pada bagian akhir kutipan.

96

Page 97: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Salah satu sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seseorang dalam

melakukan penelitian adalah bersikap terbuka, “Orang yang bersikap

ilmiah selalu terbuka, yaitu selalu bersedia mendengarkan keterangan dan

argumentasi orang lain walaupun berbeda pendiriannya. Orang yang

bersikap terbuka tidak menutup mata terhadap kemungkinan yang lain.”

(Brotowidjoyo, 2004: 33). …….

Catatan:

(1) Nama penulis yang bukunya dirujuk dalam uraian teks, hanya

disebutkan bagian akhirnya saja (bila nama tersebut lebih dari satu

kata).

Contoh: Menurut Keraf (1985: 20) ………………………………dst.

Catatan: nama lengkapnya Gorys Keraf.

(2) Jika penulis dua orang, kedua nama akhirnya diantarai oleh kata dan.

Contoh: ……………..................(Astrid dan Susanto, 1985: 18).

(3) Jika penulis lebih dari dua orang, hanya penulis pertama yang

dicantumkan, yang lainnya diganti dengan singkatan dkk. atau et.al.

Contoh: ………………………… (Ramlan, dkk., 1997: 25).

(4) Jika terdapat dua penulis yang kebetulan mempunyai nama akhir

yang sama dan menulis pada tahun yang sama pula, untuk

membedakannya di belakang tahun ditandai dengan abjad a, b, dan

seterusnya.

Contoh: ……………………………(Abdullah, 1992 a: 75).

……………………………(Abdullah, 1992 b: 85).

Catatan: nama lengkapnya Hamid Abdullah (1992 a: 75).

Bustam Abdullah (1992 b: 85).

(5) Jika rujukan itu bersumber dari buku suntingan atau bunga rampai,

yang ditulis adalah nama penulis artikel bukan nama penyunting.

Misalnya, nama penulis artikel Soedjono sedangkan nama penyunting

buku Sarkawi, yang ditulis dalam rujukan adalah Soedjono.

5. Daftar Pustaka

Daftar pustaka digunakan untuk membantu pembaca memperoleh

gambaran menyeluruh tentang keluasan pembacaan penulis yang

mendukung pengembangan gagasannya. Selain itu dapat pula menjadi

97

Page 98: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

petunjuk bagi pembaca yang berminat mendalami masalah tertentu yang

dibahas oleh penulis. Pembaca juga dapat menelusuri sumber-sumber

acuan yang terdapat dalam daftar pustaka tersebut.

Secara keseluruhan fungsi daftar pustaka ada dua, yaitu:

(1) memberikan deskripsi yang penting tentang buku, jurnal, majalah,

harian secara keseluruhan, dan

(2) sebagai pelengkap dari rujukan pada kutipan dan catatan kaki,

maksudnya adalah apabila pembaca ingin mengetahui lebih lanjut

tentang referensi yang terdapat pada kutipan dan catatan kaki, ia

dapat mencarinya dalam daftar pustaka.

Unsur-unsur yang harus dimasukkan dalam sebuah daftar

pustaka adalah:

(1) nama pengarang yang dibalik susunannya,

(2) judul buku termasuk judul tambahannya,

(3) data publikasi: penerbiat, tempat terbit, tahun terbit, cetakan

keberapa, nomor jilid (kalau ada),

(4) untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan,

nama majalah atau jurnal atau harian, nomor, dan tahun,

(5) singkatan-singkatan seperti dkk. atau et.el. bagi pengarang lebih dari

tiga orang dan singkata ed. bagi referensi yang ada editornya.

Cara menyusun daftar pustaka tidak seragam bagi semua bahan

referensi, bergantung pada sifat bahan referensi itu. Cara menyusun

daftar pustaka mengenai buku berbeda dengan majalah, jurnal, dan

harian; demikian pula terhadap manuskrip yang sudah diterbitkan dan

belum diterbitkan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Walaupun terdapat

perbedaan, ada hal yang penting selalu dicantumkan, yaitu nama penulis,

judul, dan data publikasi.

Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad dari nama

pengarangnya. Untuk maksud tersebut nama pengarang harus dibalik

susunannya. Jarak baris dengan baris dalam satu daftar pustaka satu

spasi sedangkan jarak pustaka yang satu dengan pustaka yang lainnya

dua spasi. Tiap pustaka disusun secara sejajar dari margin kiri. Bila ada

dua karya atau lebih ditulis oleh seorang pengarang, pengulangan

98

Page 99: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

namanya dapat ditiadakan dengan menggantikannya sebuah garis lurus

sepanjang 5-7 ketikan yang disusul tanda titik.

Cara membuat daftar pustaka dapat diuraikan sebagai berikut.

(1) Buku dengan seorang pengarang

Ambari, Abdullah. 1999. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung:

Djatnika.

Catatan:

a) Nama keluarga (fam) lebih dahulu kemudian nama sebenarnya,

kecuali nama Tionghoa, antara nama keluarga (fam) dengan nama

sebenarnya menggunakan koma. Jika buku itu disusun oleh

sebuah komisi atau badan atau lembaga, nama itu yang

menggantikan nama pengarang.

b) Judul buku dicetak miring dan menggunakan tanda titik pada setiap

akhir judul. Unsur data publikasi: sesudah nama pengarang tanda

titik, sesudah tahun terbit tanda titik, sesudah judul buku pakai

tanda titik, antara tempat terbit dan nama penerbit titik dua, disusul

titik.

(2) Buku dengan dua sampai tiga pengarang

Arifin, E.Z. dan S.A. Tasai. 1999. Cermat Berbahasa Indonesia.

Jakarta: Akademika Presindo.

Sartuni, Rasyid, Lamuddin Finoza dan SitiAisyah Sundari. 1994.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Nina Dinamika.

Catatan:

Hanya nama pengarang pertama yang dibalik susunannya, yang

lainnya ditulis sesuai dengan buku.

(3) Buku lebih dari tiga pengarang

Canfield, Jack, et.al. 2000. Chicken Soup for the Women’s Soul. terj.

Anton MGS. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Catatan:

Hanya nama pengarang yang pertama yang dicantumkan dan dibalik

susunannya, yang lainnya diganti dengan singkatan et.al. (et alli).

(4) Buku dengan edisi berikutnya mengalami perubahan

Keraf, Gorys. 1995. Komposisi. Cet. ke-6. Ende Flores: Nusa Indah.

(5) Buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih

99

Page 100: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Badudu, J.S. 1985. Membina Bahasa Indonesia Baku. 2 jld. Bandung:

Pustaka Prima.

(6) Sebuah edisi editor atau penyunting

Ali, Lukman, ed. 1995. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai

Cerminan Manusia Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.

(7) Buku terjemahan

Amstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara Menerapkan Multiple

Intelligence di Dunia Pendidikan. terj. Yudhi Martanto. Bandung: Kaifa.

(8) Artikel dalam jurnal, majalah, harian

Samsuri. “Sistem Fonem Indonesia dan Suatu Penyusunan Ejaan

Baru,” Majalah Medan Ilmu Pengetahuan, I:10, 323-341 (Jakarta,

Oktober 1960).

(9) Tajuk rencana, artikel tanpa nama

Tajuk Rencana, “Membangun Perangkat Lunak Demokrasi,” Kompas.

24 September 2004.

(10) Wawancara, interview radio, dan televisi

Nabaskara, Roni. Interview Televisi. “Pentingnya Penyuluhan untuk

Membuat Masyarakat Berpikir Logis” Rajawali Citra Televisi

Indonesia. Jakarta 15 Agustus 2004.

(11) Disertasi yang diterbitkan

Purwanti, Siwi. 2002. Partisipasi Remaja dalam Penghijauan Kota:

Survei pada Remaja di Kelurahan Sukapura Jakarta Utara. Disertasi

Universitas Negeri Jakarta. Jakarta: Rineka Cipta.

(12) Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang belum diterbitkan

Ali, Hasan. 1982. “Proses Derivasi Kata Kerja Bahasa Indonesia”

Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. Ujung

Pandang.

(13) Bersumber dari internet

Kumaidi. 1988. “Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan

Tesnya,” Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online). Jilid 5, No. 4,

(http://www.Malangac.id. diakses 20 Januari 2000).

Scientific American. 2000. “Educational Tech will be Hot.”

http://www.civic.com.

100

Page 101: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

BAB VII

KARYA TULIS ILMIAH

1. Pendahuluan

Banyak pihak yang memandang bahwa kata ilmiah selalu

merupakan sesuatu yang rumit dan canggih. Pandangan seperti ini dapat

muncul jika menafsirkan keilmiahan hanya dari satu perspektif. Sesuatu

dinyatakan ilmiah tidak berarti kita harus selalu menggunakan rumus-

rumus atau merupakan hasil pekerjaan dari suatu laboratorium saja.

Dalam studi sosial keilmiahan itu berada pada suatu tataran yang relatif

dan dinamis. Meskipun demikian, sajian karya tulis yang ilmiah

memerlukan pemikiran yang sistematis, konsisten, logis, dan disertai

bukti-bukti empiris. Gagasan ilmiah yang diusung dalam suatu sajian

tertulis sering disebut dengan karya tulis ilmiah.

Karya tulis ilmiah bersangkut paut dengan kegiatan menuangkan

ide secara tertulis. Dalam mengomunikasikan gagasan secara tertulis

diperlukan kemampuan meramu bahasa ke dalam bentuk karangan.

Apabila gagasan itu berupa argumen keilmuan, diperlukan kemampuan

merancang karya tulis ilmiah. Untuk dapat menuangkan gagasan

keilmuan ke dalam karangan ilmiah perlu pemahaman tentang

karakteristrik , struktur, dan aspek kebahasaan dalam karya ilmiah.

Kegiatan menuangkan gagasan keilmuan dalam bahasa ilmiah

sering dilakukan pada setiap kegiatan ilmiah. Dalam kegiatan diskusi,

seminar, simposium, lokakarya, orasi, dan sejenisnya sering tersaji

komunikasi keilmuan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Pada

kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut, penyaji dituntut memiliki kemampuan

menyampaikan argumen secara lisan yang dilengkapi pula dengan sajian

argumen keilmuan secara tertulis dalam bentuk karya tulis ilmiah. Para

mahasiswa selalu dituntut memiliki kemampuan dalam menyampaikan

argumen keilmuan dalam karya tulis ilmiah, baik berupa artikel laporan

kajian, makalah, skripsi, atau pun tesis dan disertasi.

101

Page 102: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

2. Pengertian Penulisan Ilmiah

Karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan

fakta umum yang ditulis atau dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah

dan mengikuti pedoman dan konvensi ilmiah yang telah disepakati atau

ditetapkan. Karya tulis ilmiah merupakan suatu sajian bentuk karangan

yang dinamis. Karya tulis ilmiah berkembang sesuai dengan

perkembangan ilmu yang terjadi. Karya tulis ilmiah bukan sebuah “pakem”

keilmuan sehingga penyajiannya harus menuntut sesuatu yang statis dari

waktu ke waktu. Karya tulis ilmiah merupakan bongkah ilmu yang

perkembangannya mengikuti perkembangan ilmu tersebut.

Di dalam karya tulis ilmiah terkandung suatu pernyataan ilmiah.

Pernyataan ilmiah itu memerlukan pemikiran sebelumnya dan penerapan

serta pengujian sesudahnya. Oleh karena itu, pernyataan ilmiah harus

dapat dibuktikan kebenarannya. Pemikiran sebelumnya mencakup semua

alasan ilmiah berdasarkan fakta atau data yang diperoleh secara ilmiah.

Melalui proses penalaran dihasilkan produk pemikiran yang berupa

pernyataan-pernyataan atau usulan-usulan yang dapat diperiksa benar

tidaknya.

Tingkat keilmiahan sebuah karya tulis dapat diukur oleh

keruntunan uraian yang tersaji dalam bentuk kebertemalian antaraspek

yang terdapat dalam karangan tersebut serta kebertalian antarbagiannya.

Keterhubungan antarbagiannya sangat erat dan kentara jika diamati

melalui sistematika penyajian tulisan yang logis. Apabila bagian landasan

teoretis bukan merupakan rangkaian teori yang digunakan untuk

menjawab permasalahan atau untuk mendeskripsikan setiap aspek yang

dikaji atau diteliti, bagian tersebut tidak berfungsi sebagai teori-teori yang

melandasi suatu gagasan ilmiah.

Dalam karya tulis ilmiah terdapat bagian metodologi atau proses

pembahasan. Bagian ini merupakan suatu prosedur kajian yang dapat

dipertanggungjawabkan sebagai ikhtiar keilmuan yang logis. Bagian ini

bukan merupakan bagian yang hanya sebagai prasyarat semata dalam

keseluruhan karangan, melainkan merupakan bagian yang

mengungkapkan proses.

102

Page 103: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

3. Syarat-Syarat Karangan Ilmiah

Sebuah karangan ilmiah perlu disusun dengan memperhatikan

syarat-syarat berikut:

a. menyajikan fakta objektif secara sistematis

b. penulisannya cermat, tepat, dan benar, serta tulus, tidak memuat

terkaan;

c. sistematias, tiap langkah direncanakan secara sistematis,

terkendali secara konseptual dan prosedural;

d. tidak mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar

pembaca tidak berpihak kepadanya, motivasi penulis hanya untuk

memberitahukan tentang sesuatu dan tidak ambisius;

e. tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung, kecuali

dalam hipotesis kerja;

f. menggunakan bahasa ilmiah (lihat kembali Bab 2);

g. karanhgan ilmiah tidak emotif, tidak menonjolkan perasaan;

h. tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang bernada keraguan;

i. tidak persuasif, karangan ilmiah itu benar-benar untuk mendorong

pembaca mengubah pendapat, tidak melalui ajakan, tetapi

membiarkan fakta berbicara sendiri;

j. tidak melebih-lebihkan sesuatu, dalam karangan ilmiah hanya

disajikan kebenaran fakta, memutarbalikkan fakta akan

menghancurkan tujuan penulisan karya ilmiah.

4. Karakteristik Karya Ilmiah

Karakteristik karangan ilmiah berarti ciri khas suatu gagasan

tertulis. Untuk mengetahui karakteristik sebuah karya tulis ilmiah tersebut,

kita dapat mengkajinya dari argumen yang disajikan dalam suatu

karangan. Kekhasan karangan ilmiah dapat diamati dari cara seorang

penulis di dalam menyajikan gagasan ilmiahnya, sikap ilmiah dalam

penulisannya, dan ciri-ciri karangan ilmiah itu.

103

Page 104: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4.1 Penyajian gagasan ilmiah

Berdasarkan kajian terhadap cara penyajian karya tulis

ilmiah dapat diungkapkan beberapa karakteristik karangan ilmiah.

Menurut Suherli (1996:182-200) bahwa sekurang-kurangnya ada

lima karakteristik karangan ilmmiah.

1) Karangan ilmiah menyajikan fakta, yaitu berupa fakta umum

yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dengan

mengikuti metodologi penulisan yang benar.

2) Di dalam karangan ilmiah disajikan definisi. Metode penyajian

definisi sebagai karakteristik karangan ilmiah meliputi metode

eksplikasi, analisis, deskripsi, ilustrasi, perbandingan/analogi,

eliminasi, dan etimologi.

3) Karangan ilmiah menguraikan permasalahan dengan cara tidak

abstrak, jelas/lengkap, objektif, bernalar, dan konseptual.

4) Karangan ilmiah menerapkan teori-teori yang dapat dilakukan

secara logis, spesifik, atau faktual.

5) Dalam karangan ilmiah disajikan pemecahan masalah yang

dilakukan dengan cafra deduksi, induksi, atau berproses.

Untuk memahami kelima karakteristik di atas secara

lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel … : Karakteristik karya tulis ilmiah dan cara

penyajiannya

No Karakteristik Cara Penyajian

1. Menyajikan fakta - objektif

- sistematis

- cermat

2. Menyajikan

pengertian/definisi tentang

judul/itilah, atau

permasalahan

- deskripsi

- eksplikasi

- analisis

- ilustrasi

- perbandingan/analogi

- etimologi

3. Menguraikan masalah - abstrak

104

Page 105: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

- bernalar

- objektif

- konseptual

4. Menerapkan teori - Faktual

- Spesifik

5. Membahas, memecahkan,

dan menyimpulkan masalah

- induktif

- deduktif

Sumber: Kusmana (2010:20)

Kelima karakteristik karya tulis ilmiah tersebut dapat dijadikan

sebagai rujukan bagi para penulis dalam mengungkapkan argumen

melalui suatu karangan ilmiah. Penyajian argumen ilmiah yang

dituangkan ke dalam bentuk karangan ilmiah akan berhasil dipahami

oleh pembaca ketika menerapkan karakteristik tersebut dengan cara

penyajian yang sesuai dengan kriteria suatu karangan ilmiah.

4.2 Sikap ilmiah dalam penulisannya

Sikap ilmiah merupakan pengejawantahan dari mental ilmiah

sehingga sikap dalam menulis karangan ilmiah akan memberikan

warna dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Brotowidjojo

(1993:32-34) mengungkapkan beberapa sikap ilmiah, antara lain:

1) sikap ingin tahu;

2) sikap kritis;

3) sikap terbuka;

4) sikap objektif;

5) sikap rela menghargai pendapat orang lain; dan

6) sikap berani mempertahankan kebenaran.

Dalam menulis karangan ilmiah, sikap ingin tahu tampak

dalam ungkapan pertanyaan dalam mempersoalkan masalah atau

teori, bahkan melakukan suatu prediksi pada masalah-masalah lain

yang mungkin terjadi. sikap ini berkaitan dengan sikap ilmiah

lainnya, yaitu memiliki wawasan ke depan. sementara itu, sikap

kritis dalam menulis karangan ilmiah ilmiah tampak dalam

kecermatan berpikir dan menguraikan permasalahan secara tajam

105

Page 106: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

pada pokok persoalan. penyimpangan yang bersifat prinsip akan

dihindari dalam menulis karangan ilmiah.

Sikap terbuka dan objektif ditunjukkan oleh uraian yang

tidak apriori terhadap pendapat atau temuan ahli lain. penulisan

karangan ilmiah dilakukan dengan mengungkapkan apa adanya.

sekalipun memiliki persepsi yang berbeda, seorang penulis

karangan ilmiah akan mengungkapkan dasar konsepsi secara kritis

untuk mempersoalkan masalah yang dipertentangkan. sikap ini

akan diikuti pula oleh sikap rela menghargai pendapat orang lain

yang berbeda dengan pendapat dirinya. apabila pendapatnya

benar dan ditentukan berdasarkan penelitian dengan metodologi

penulisan ilmiah, sikap berani mempertahankan kebenaran

merupakan salah satu implementasi sikap ilmiah.

Sejalan dengan deskripsi sikap ilmiah di atas, de Bono

(1990:10-11) menyatakan sikap tersebut sebagai sifat pemikir

(ilmiah) yang memiliki ciri-ciri pemikir efektif. ciri-ciri yang dimaksud

adalah:

1) bersifat objektif dan mempertahankan ketidakefektifan

pemikirannya;

2) menyadari apa yang perlu dilakukan sekalipun dirinya tidak

dapat melakukannya;

3) menelaah buah pikiran orang lain bukan untuk mencari

kesalahannya melainkan untuk memetakan wawasannya;

4) bersifat konstruktif bukan hanya bisa mengkritik;

5) berpendapat bahwa berpikir (ilmiah) bertujuan untuk mencapai

pengertian yang lebih baik, keputusan yang lebih tepat, dan

cara bertindak yang sehat, bukan untuk membuktikan bahwa

dirinya lebih pandai daripada yang lain;

6) menghargai gagasan sebagaimana dirinya ikhlas menghargai

keindahan setangkai mawar yang tidak dipersoalkan taman

tempat bunga itu tumbuh.

Sikap ilmiah sebagaimana diuraikan tersebut idealnya

menyatu dalam diri penulis karangan ilmiah sebagai ciri seorang

ilmuwan dalam berpikir.

106

Page 107: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

BAB VIII

PENULISAN KARYA ILMIAH

(ARTIKEL, MAKALAH, PROPOSAL)

107

Page 108: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

1. Pendahuluan

Akhir-akhir ini karya tulis ilmiah yang paling banyak dikenal

adalah artikel (ilmiah populer), makalah (kertas kerja dan kajian),

laporan penelitian dan buku. Laporan penelitian itu mencakup laporan

penelitian itu sendiri, baik penelitian lapangan (field research) maupun

penelitian/kajian pustaka (desk research), laporan kajian buku (books

report) atau bagian buku (chapter report), dan laporan penyelesaian

studi yang terdiri atas makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Buku terdiri

atas buku teks (buku teks pelajaran, modul, dan diktat) dan buku

nonteks (buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik). Dalam

perkembangannya, jenis-jenis karya tulis ini semakin bervariasi.

2. Artikel

Artikel merupakan jenis karya tuylis ilmiah yang dipublikasikan

kepada umum. Artikel merupakan karangan ilmiah yang sudah

dikemas dengan menggunakan bahasa yang diperkirakan akan dapat

dipahami oleh para pembaca dalam lingkup yang lebih luas. Bentuk

karangan ini di antaranya artikel yang disajikan untuk media cetak

seperti surat kabar atau majalah.

Artikel biasanya berupa opini yang dikemas dalam bentuk

karangan ilmiah populer. Masalah yang disajikan dalam artikel

biasanya persoalan yang sangat faktual dan sejalan dengan headline

berita dari suatu surat kabar atau majalah. Oleh karena itu, tulisan

artikel biasanya mengangkat-topik-topik sederhana dan faktual.

Selain itu, ada pula artikel yang disajikan dalam majalagh ilmiah

atau jurnal ilmiah. Sekalipun bentuknya opini atau hasil kajian, namun

yang disajikan di dalam sebuah jurnal sangat dibatasi oleh jumlah

halaman yang tersedia sehingga diperlukan kecakapan penulis di

dalam meramu dan mengemasnya menjadi sebuah tulisan ilmiah yang

lebih simpel.

Argumen yang dikemas dalam jurnal atau majalah ilmiah sangat

berbeda dengan kemasan untuk surat kabar atau majalah umum.

Sajian argumen di dalam jurnal mengikuti sistematika suatu sajian

108

Page 109: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

karya tulis ilmiah serta ketentuan dan etika penulisan yang mengikuti

pola penulisan karangan ilmiah.

Penyajian artikel untuk kepentingan publikasi dalam media

cetak umum dikemas dalam bentuk yang lebih sederhana, bahkan

jumlah halaman pun mengikuti ketentuan teknis penerbitan dari

sebuah media (cetak). Sementara itu, jika menulis artrikel untuk jurnal

ilmiah, selain ketentuan jumlah halaman sebagaimana dalam media

cetak tadi, bagian-bagaian yang harus tersaji dalam jurnal (ilmiah) pun

harus mengikuti gaya selingkung dari jurnal tersebut. Misalnya, sebuah

jurnal menghendaki bagian-bagian berikut yang harus disajikan dalam

jurnalnya seperti judul, abstrak, kata kunci, pendahuluan,

pembahasan, simpulan, daftar pustaka, dan biodata, misalnya.

Untuk memperkuat argumen yang disajikan dalam artikel,

biasanya digunakan dasar teoretis, ketentuan atau kebijakan, fakta-

fakta, atau logika umum. Berdasarkan hal tersebut, penulis

mengembangkan argumen ilmiahnya serta pertautan antarargumen

dengan penjelas untuk membahas masalah, serta solusi yang

disodorkan dalam memecahkan masalah. Dalam artikel selalu

disajikan solusi atas permasalahan yang disajikan di bagian awal

tulisan.

3. Makalah

Makalah merupakan jenis karangan ilmiah yang paling populer.

Namun, dalam penyusunannya sangat bergantung pada peruntukan

sajian makalah tersebut. Berdasarkan kepentingannya, terdapat jenis

makalah untuk pertemuan ilmiah seperti seminar, simposium, atau

lokakarya.

Untuk keperluan studi sering dikenal tulisan ilmiah berbentuk

makalah, baik sebagai tugas studi dalam bidang tertentu maupun

sebagai tugas akhir dari suatu mata kuliah. Makalah sebagai tugas

studi biasanya disusun sebagai tugas berstruktur atau tugas mandiri

yang harus diserahkan. Makalah yang ditulis merupakan refleksi dalam

melaksanakan studi bidang tertentu berdasarkan perspektif tertentu

pula.

109

Page 110: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Dalam perkembangannya terdapat pula jenis makalah untuk

kepentingan orasi ilmiah. Makalah jenis ini biasanya disusun ketika

seorang dosen dinobatkan atau menduduki jabatan fungsional sebagai

guru besar yang mendapat kesempatan untuk menyampaikan pidato

pengukuhannya, selain itu, terdapat pula makalah yang berhubungan

dengan studi, baik pengerjaan tugas studi maupun penyelesaian tugas

akhir studi.

Makalah yang ditulis untuk kepentingan pertemuan ilmiah,

penyajiannya mengikuti suatu bentuk penyajian karangan ilmiah.

Bagian-bagian yang disajikan dalam makalah bentuk ini meliputi:

1) abstrak,

2) pendahuluan (uraian latar belakang masalah atau pentingnya

masalah dibahas/dikaji),

3) teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah,

4) prosedur atau paradigma kajian yang digunakan,

5) pembahasan atau temuan kajian,

6) implikasi hasil kajian,

7) bagian penutup,

8) daftar pustaka, dan

9) biodata penulis.

Bagian-bagian tersebut di atas disajikan dalam bentuk wacana

ilmiah sehingga tidak terdiri atas bab demi bab, melainkan disajikan

atas bagian demi bagian.

Makalah yang disajikan untuk kepentingan studi biasanya

terpaku pada pembagian bab. Bagian-bagian makalah sebagaimana

disajikan di atas dikemas ke dalam bab demi bab sehingga

pembagiannya meliputi: bab satu menyajikan pendahuluan, bab dua

menyajikan landasan teori, bab tiga menyajikan metode dan

pembahasan, bab empat menyajikan simpulan dan saran, serta di

bagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka. Makalah studi

merupakan laporan suatu kajian terhadap suatu permasalahan

sehingga bentuknya dapat berupa kajian literatur.

Penulis makalah mengungkapkan argumen untuk membahas

dan memecahkan permasalahan berdasarkan korespondensi

110

Page 111: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

antarteori yang dijadikan sumber rujukan. Argumen ilmiah yang

disajikan dalam makalah studi adalah penalaran dari penulis dalam

menghubungkan suatu teori atau ketentuan dengan teori lain yang

dipandang dapat menyelesaikan permadsalahan.

Bagian-bagian makalah hasil studi dapat disusun sebagaimana

contoh di bawah ini.

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan maksud Penulisan

(Pada bagian ini dapat pula ditambah dengan sajian

seperangkat asumsi yang dijadikan dasar kajian dalam

makalah tersebut).

Bab 2 Landasan Teori

(Argumen-argumen yang diperkuat oleh teori-teori yang

berhubungan dengan topik yang sedang dibahas.

Penyajiannya dapat dilakukan dengan memerinci setiap

bagian teori berdasarkan ruang lingkupnya).

Bab 3 Metode dan Pembahasan

3.1 Metode dan prosedur Kerja

3.2 Pembahasan

(Argumen yang membahasdan memecahkan masalah

dari setiap rumusan masalah)

Bab 4 Simpulan dab Saran

(Pada bagian ini disajikan simpulan untuk menjawab

rumusan masalah atau membuktikan argfumen berdasarkan

kajian yang dilakukan. Bagian ini diikuti dengan saran atau

rekomendasi yang disajikan berdasarkan simpulan kajian).

Bagian-bagian makalah untuk kepentingan kajian seperti ini

dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan atau suatu ketentuan

penulisan yang dianut di suatu institusi. Dalam hal tertentu, bagian

metodologi dan pembahasan sering dipisahkan dalam bagian yang

berbeda atau dalam dua bagian.

111

Page 112: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4. Penyusunan Proposal Penelitian

Membuat suatu tulisan atau karangan seperti penulisan skripsi,

tesis, disertasi, dan laporan penelitian diperlukan suatu perencanaan

yang matang yang menjadi pedoman dalam penyusunan karya ilmiah

tersebut. Dalam perencanaan karangan tersebut memuat kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti/penulis. Kegiatan-kegiatan

tersebut dibagi atas tiga tahap yaitu tahap penyusunan desain

penelitian (proposal), penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

Penyusunan proposal merupakan tahap awal dalam suatu

rangkaian kegiatan penulisan. Pada tahap ini peneliti harus membuat

perencanaan yang matang dalam bentuk proposal penelitian untuk

menghasilkan tulisan ilmiah dalam bentuk laporan penelitian. Proposal

memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam penelitian.

Proposal mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

Memilih topik (tidak ditulis dalam proposal)

1. Merumuskan judul

2. Latar belakang masalah

3. Batasan Masalah

4. Rumusan Masalah

5. Rumusan tujuan

6. Kajian pustaka

7. Metode penelitian

8. Daftar pustaka

Memilih Topik

Memilih topik berarti memilih apa yang akan menjadi pokok

pembicaraan dalam tulisan/karangan. Pokok pembicaraan yang

dimaksud adalah sesuatu yang belum terurai. Kegiatan pada tahap

pertama ini sering mengalami kesulitan, bahkan menjadi beban berat

terutama bagi calon/orang yang baru mulai menulis. Hal ini disebabkan

oleh kesukaran untuk menemukan topik mana yang akan atau dapat

dipergunakan untuk menyusun karangan. Selain itu, sering pula

diperhadapkan kepada sikap untuk memilih satu diantara sekian

112

Page 113: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

banyak bahan yang dapat dibicarakan. Dalam hal ini harus berpegang

teguh pada satu pilihan saja.

Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti

pengetahuan, pendapat/penalaran, pengamatan dan penyelidikan

terhadap sesuatu, baik yang akan dilakukan sendiri di lapangan

maupun melalui buku-buku dan karangan-karangan lainnya. Selain itu,

kreasi imajinatif (daya khayal) dapat dijadikan sumber bahan

penulisan. Namun, topik-topik yang dipilih untuk karangan ilmiah

banyak bersumber pada pengalaman, pendapat/penalaran,

pengamatan, dan penyelidikan. Sebuah topik yang dipilih harus

memenuhi syarat berikut.

1) Topik menarik perhatian penulis

2) Topik dikenal/diketahui dengan baik

3) Bahannya dapat diperoleh

4) Topik dibatasi ruang lingkupnya

1) Judul

Judul karangan sering disamakan dengan topik dan tema.

Ketiga istilah itu berbeda wujud dalam karangan ilmiah. Judul adalah

nama dari sebuah topik, topik dan judul bisa saja sama dalam

perumusannya dan bisa juga berbeda. Topik harus ditentukan

sebelum penulisan dimulai, sedangkan judul tidak selalu demikian dan

bisa saja setelah karangan selesai. Untuk merumuskan judul yang baik

harus diperhatikan hal sebagai berikut.

1) Penulisan judul harus berpedoman pada kaidah bahasa

Indonesia.

2) Judul harus dapat menggambarkan topik.

3) Judul harus singkat, padat, dan jelas.

4) Judul harus menggunakan kata kunci yaitu kata yang dapat

diukur.

5) Judul harus dalam bentuk pernyataan.

6) Judul sebaiknya menggunakan kata benda.

2) Latar Belakang Masalah

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan latar belakang

masalah sebagai berikut.

113

Page 114: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

1) Latar belakang masalah dapat menggambarkan adanya

kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, baik

kesenjangan teoritis maupun kesenjangan praktis.

2) Dalam perumusan latar belakang masalah perlu dipaparkan

secara ringkas hasil-hasil pengamatan atau pengalaman-

pengalaman yang diperoleh terhadap sesuatu yang diamati

sehingga masalah yang diteliti menjadi landasan dalam

penelitian.

3) Latar belakang masalah harus dapat menjawab pertanyaan

mengapa topik itu penting diteliti dan dikemukakanlah

alasan-alasan penulis memilih topik tersebut.

4) Dalam penulisan latar belakang masalah, penulis dapat

mengutip pendapat para ahli, dokumen-dokumen resmi,

atau ketentuan-ketentuan yang dikemukakan oleh orang

yang memiliki kewenangan berkaitan dengan objek yang

diteliti.

3) Identifikasi Masalah

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan identifikasi

masalah sebagai berikut.

1) Identifikasi masalah memuat topik-topik bawahan yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2) Topik-topik bawahan menggambarkan gagasan-gagasan

yang akan diteliti dalam penelitian.

3) Topik-topik bawahan dapat ditulis secara essai atau dalam

bentuk butir-butir.

4) Identifikasi masalah dapat dirumuskan berdasarkan

informasi-informasi dari majalah jurnal ilmiah, laporan

penelitian, hasil seminar, buku, atau keadaan di lapangan.

4) Batasan Masalah

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan batasan

masalah sebagai berikut.

114

Page 115: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

1) Batasan masalah berkaitan dengan latar belakang masalah

dan identifikasi masalah.

2) Tidak semua masalah yang diungkapkan dalam identifikasi

masalah dibahas, akan tetapi masalah-masalah yang luas

tadi perlu dibatasi ruang lingkupnya agar mudah

dikembangkan.

3) Dalam batasan masalah yang diteliti adalah masalah-

masalah yang spesifik dan dapat dijangkau sesuai dengan

luasnya masalah yang diteliti.

5) Rumusan Masalah

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan rumusan

masalah sebagai berikut.

1) Rumusan masalah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

dengan mengajukan hipotesis atau dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan terhadap topik-topik yang sudah

dibatasi.

2) Rumusan masalah merupakan upaya untuk menjelaskan

secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicari

jawabannya.

3) Rumusan masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan

ilmiah yang rinci mengenai masalah yang akan diteliti.

4) Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat,

padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.

5) Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-

variabel yang diteliti dan sifat hubungan antara variabel-

variabel dengan objek penelitian.

6) Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris

melalui pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan

yang diajukan dalam rumusan masalah.

6) Tujuan Penelitian/Penulisan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut.

115

Page 116: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

1) Tujuan penelitian merupakan sasaran atau hasil yang ingin

dicapai dalam penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti

dan berkaitan dengan rumusan masalah diatas.

2) Jika rumusan masalah menyatakan tiga masalah, maka

rumusan tujuan harus tiga pula.

3) Rumusan tujuan penulisan harus dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan dan bukan dalam bentuk pertanyaan.

4) Rumusan tujuan harus menggambarkan masalah yang akan

dicapai dalam penelitian atau sasaran penelitian.

7) Kajian Pustaka

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan kajian pustaka

sebagai berikut.

1) Istilah kajian pustaka sering pula peneliti menggunakan

kerangka teori atau kerangka pikir.

2) Kajian pustaka harus dapat mengungkapkan kerangka

acuan yang komprehensif mengenai konsep-konsep,

prinsip-prinsip, atau teori-teori yang digunakan sebagai

landasan dalam memcahkan masalah yang dihadapi dalam

penelitian.

3) Kerangka kajian pustaka disusun berdasarkan kajian-kajian

berbagai aspek teoritis dan empiris sehingga penulis dapat

memperoleh kerangka pikir yang akan dipakai dalam

penelitian.

4) Kajian pustaka harus berkaitan dengan rumusan masalah

dalam penelitian tersebut.

5) Kajian pustaka bersifat deduktif.

8) Metode Penelitian

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan metode

penelitian sebagai berikut.

1) Metode penelitian bersifat induktif.

2) Metode penelitian memuat uraian tentang metode, teknik,

dan langkah-langkah penelitian secara operasional.

3) Aspek-aspek yang harus ditulis dalam metode penelitian

adalah sebagai berikut.

116

Page 117: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

- Lokasi penelitian

- Pendekatan, jenis penelitian, dan desain penelitian

- Sumber data

- Populasi dan sampel

- Pengumpulan data

- Analisis data

- Tahap-tahap penelitian

BAB IX

PENULISAN KARYA ILMIAH

(SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI)

1. Skripsi

117

Page 118: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Skripsi merupakan jenis tulisan ilmiah yang disusun untuk

kepentingan penyelesaian studi pada jenjang strata satu (sarjana).

Terdapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa pada prinsipnya

penulisan skripsi merupakan latihan bagi calon sarjana dalam

membuat karya ilmiah berdasarkan hasil penelitian. Namun, secara

umum tulisan jenis skripsi disusun berdasarkan suatu ketentuan

penulisan ilmiah sehingga hasilnya pun dapat berguna bagi

perkembangan ilmu dan berimplikasi pada implementasi ilmu dalam

kehidupan bermasyarakat.

Argumen keilmuan dalam karangan ilmiah jenis skripsi banyak

diangkat oleh mahasiswa berdasarkan temuan dari suatu kenyataan

yang dipandang berbeda dengan suatu ketentuan yang mereka dapati

dalam perkuliahan atau berbeda dengan kajiannya dari suatu teori.

Dalam menyusun karangan ilmiah jenis ini, penulis dapat mengangkat

suatu fenomena atau problematika yang dipandang dapat diselesaikan

dengan atau oleh suatu konsep teoretis atau suatu penelitian yang

dapat dikerjakan dalam lingkup waktu tidak relatif lama. Hal ini

dikarenakan penulisan skripsi berhubungan pula dengan alokasi masa

studi yang ditempuh oleh mahasiswa jenjang strata satu.

Penyajian argumen dalam skripsi dapat menggunakan sajian

argumen deduktif atau pun induktif. Argumen yang dikemas dalam

tulisan ini dapat berupa korespondensi antarargumen sehingga

melahirkan penjelas sebagai simpulannya. Dalam melengkapi

argumen itu dilakukan suatu penelitian atau kajian terhadap suatu

sumber data berdasarkan metodologi penelitian yang dipilih.

Ketentuan dalam menentukan instrumen, sumber data, serta metode

penelitian mengikuti suatu karakteristik penulisan karangan ilmiah.

Bagian-bagian skripsi dapat diilustrasikan sebagaimana contoh

setiap bagian berikut ini.

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Madsalah

1.2 Identifikasi Masalah (jika masih perlu diidentifikasi)

1.3 Pembatasan Masalah (jika masalah perlu dibatasa)

1.4 Rumusan masalah

118

Page 119: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

1.5 Tujuan dan maksud Penelitian/Penulisan

1.6 Hipotesis Penelitian (jika penelitiannya berhipotesis)

Bab 2 Landasan Teori

(Argumen-argumen yang diperkuat oleh teori-teori yang

berhubungan dengan topik yang sedang dibahas.

penyajiannya dapat dilakukan dengan memerinci setiap

bagian teori berdasarkan ruang lingkupnya).

Bab 3 Metode Penelitian

3.1 Metode Penelitian

3.2 Rancangan Penelitian /Desain penelitian

3.3 Variabel (Operasionalisasi Variabel atau pada penelitian

kualitatif disebut Fokus Kajian)

3.4 Prosedur Penelitian/Tahap-tahap Penelitian

3.5 Sumber Data, Populasi dan Sampel

3.6 lokasi dan Waktu Penelitian

3.7Teknik dan Instrumen Penelitian

3.8Teknik Pengolahan Data (jika penelitiannya

menggunakan data kuantitatif) atau Teknik Analisis Data

(biasanya untuk jenis data kualitatif)

3.9 Validasi Penelitian/Keterbatasan Penelitian (bersifat

opsional)

Bab 4 Pembahasan

4.1 Data Hasil Penelitian

4.2 Pengolahan Data (jika ada tahapan pengolahan data)

4.3 Pengujian Hipotesis (jika penelitian berhipotesis)

4.4 Pembahasan (pada bgian ini disajikan argumen yang

membahas dan memecahkan masalah dari setiap

rumusan masalah sehingga dapat diperinci lagi hingga

pada topik yang lebih terperinci).

4.5 Implikasi Penelitian (jika penelitian dalam bidang

keilmuan yang seharusnya diarahkan kepada

implementasi hasil kajian)

Bab 5 Penutup

Simpulan dan Saran

119

Page 120: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

(Pada bagian ini disajikan simpulan untuk menjawab

rumusan masalah atau membuktikan argumen berdasarkan

kajian yang dilakukan. Bagian ini diikuti dengan saran atau

rekomendasi yang disajikan berdasarkan simpulan kajian).

Bagian-bagian sebagaimana disajikan di atas bukan merupakan

pembagian yang statis, melainkan dapat dikembangkan lagi atau

disesuaikan dengan ketentuan yang dianut di sebuah institusi.

Komposisi Karangan Ilmiah (Skripsi)

Sebuah skripsi disusun mengikuti format yang berlaku secara

konvensional. skripsi sebagai kajian hasil penelitian tersusun atas tiga

bagian, yaitu bagian pelengkap pendahuluan, bagian isi/inti skripsi,

dan bagian pelengkap penutup.

a. Bagian Pelengkap Pendahuluan

bagian pelengkap pendahuluan mencakup semua bagian atau

halaman sebelum bagian isi skripsi yang dipersiapkan sebagai bahan

informasi awal bagi pembaca sebelum memasuki uraian pada bagian

isi/inti. ada ketentuan tersendiri yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan bagian ini. unsur-unsur yang tercakup di dalamnya adalah

judul, persembahan (kalau ada), pengesahan, penerimaan, kata

pengantar, daftar isi, daftar gambar/tabel, dan keterangan lainnya

(kalau ada), abstrak, dan sinopsis (jika diperlukan). halaman bagian

pelengkap pendahuluan menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii …)

yang ditempatkan di bagian bawah (tengah).

b. Bagian Isi/Inti

bagian isi/inti skripsi pada umumnya terdiri atas lima bab

sebagaimana telah diilustrasikan pada halaman … di atas.

c. Bagian Pelengkap Penutup

bagaian pelengkap penutup berisikan daftar pustaka

(merupakan keharusan), lampiran-lampiran (kalau ada), dan indeks

(jika diperlukan). di bagian akhir dapat juga disertakan daftar ralat

(errata) jika terdapat kesalahan penulisan pada bagian-bagian tertentu

120

Page 121: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

yang tidak sempat diperbaiki secara langsung pada tiap-tiap bagian

halaman sebelumnya. seperti halnya pada bagian pelengkap

pendahuluan, bagian pelengkap penutup juga tetap menggunakan

nomor halaman yang merupakan kelanjutan dari bagian isi tadi.

perbedaannya, jika pelengkap pendahuluan menggunakan angka

Romawi kecil, bagian pelengkap penutup menggunakan angka Arab

( 1, 2, 3, …). Penempatan nomor halamannya juga sama, yaitu di

bagian bawah (tengah).

Perbedaan antara setiap karangan ilmiah jenis skripsi, tesis,

dan disertasi bergantung pada tingkat kedalaman kajian. Adapun

tingkat kedalaman kajian untuk skripsi bergantung pada aspek-aspek

yang dicermati. Aspek yang dicermati itu berdasarkan pada suatu

pengujian teori yang dijadikan sebagai bahan kajian skripsi. Untuk

memahami hal tersebut, berikut ini disajikan ilustrasi contoh kajian

dalam skripsi.

Contoh 1:Seorang mahasiswa strata satu bidang keilmuan

manajemen akan meneliti hubungan antara kepuasan pelanggan bus jurusan Makassar – Toraja dan tingkat layanan yang diberikan. Berdasarkan teori tentang kepuasan konsumen disusun suatu instrumen untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna jasa bus tersebut agar mendapatkan data dari variabel pertama. Kemudian, melakukan pengumpulan data pula tentang tingkat layanan berdasarkan teori tentang manajemen layanan. Berdasarkan kedua data tersebut dilakukan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Misalnya, berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa kepuasan pelanggan bus jurusan Makassar – Toraja berhubungan dengan tingkat layanan yang diberikan. Pengembangan argumennya dilakukan dengan sebuah penjelasan bahwa semakin lengkap layanan yang diberikan, semakin meningkat pula kepuasan pelanggan.

Contoh 2:Seorang mahasiswa ingin mengkaji sistem penyeklenggaran

pendidikan di sebuah pondok pesantren modern yang populer. Ia menfokuskan kajian pada aspek pendanaan, sistem pembelajaran, dan kepemimpinan. Berdasarkan teori yang mengupas ketiga aspek tersebut, ia dapat melakukan pengamatan dan mengunmpulkan berbagai data. Berdasarkan metodologi penelitian

121

Page 122: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

yang dilakukannya, ia mendapatkan temuan bahwa sumber pendanaan yang digunakan di pondok pesantren modern tersebut berasal dari pemanfaatan potensi atas hasil karya dan aktivitas para santri seperti beternak ayam potong dan ayam petelur serta budidaya ikan lele. Sistem pembelajaran yang dilakukan menggunakan sistem keseimbangan antara teori dan praktik. Kaderisasi kepemimpinan di pondok pesantren modern tersebut menggunakan contoh kepemimpinan rasulullah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ia dapat membuat resume sebuah model penyelenggaraan pendidikan di pondok pesantren modern yang populer dan banyak diminati oleh para calon santrinya.

Tampak dari kedua contoh di atas bahwa kedalaman kajian

untuk sebuah skripsi sangat bergantung pada aspek-aspek yang

dicermatinya. Hal itu terlihat dari adanya hubungan antara aspek yang

dikaji/dicermatinya dengan teori yang mendasarinya. Selain itu, dalam

sebuh skripsi juga dapat memuat hasil pendeskripsian.

2. TesisTesis merupakan jenis tulisan ilmiah yang disusun untuk

kepentingan penyelesaian studi pada jenjang strata dua (magister).

Perbedaannya dengan skripsi bukan pada persoalan jumlah variabel

penelitian yang akan diteliti, melainkan pada tingkat kedalaman kajian.

Kehati-hatian seorang penulis tesis terutama di dalam menyusun

instrumen peneltian atau alat pengumpul data serta dalam mencermati

suatu temuan.

Dalam menyusun tesis diperlukan sekali kecermatan dalam

menyusun instrumen penelitian. Untuk membuat instrumen dapat

menggunakan instrumen yang sudah baku atau menyusunnya lagi

berdasarkan indikator dari variabel penelitian yang akan diteliti.

Instrumen yang sudah ada atau yang disusun itu akan diujicobakan

terlebih dahulu. Berdasarkan ujicoba itu akan diketahui releabilitas dan

validitasnya. Dari hal itulah kemudian penulis tesis menyempurnakan

kembali instrumen yang akan digunakannya dalam pengumpulan data.

Selain diperlukan kehati-hatian di dalam menyusun instrumen,

penulis tesis pun harus sangat berhati-hati dengan sumber data.

Dalam memperlakukan sumber data, diperlukan kecermatan di dalam

122

Page 123: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

memilih sumber data berdasarkan teknik atau metode penentuan

sumber data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Apabila jenis penelitian yang dilakukan menggunakan sampling,

penentuan sampel dilakukan berdasarkan suatu ketentuan dalam

menentukan sampel penelitian.

Dari beberapa ketentuan penulisan tesis yang berlaku di

beberapa perguruan tinggi , dapat diidentifikasi ciri-ciri karangan ilmiah

jenis ini (tesis). Kusmana (2010:97) mengungkapkan ciri-ciri yang

dimaksud sebagai berikut.

1) Fokus kajian mengupas masalah isu sentral dalam disiplin

keilmuan (program studi yang ditempuh),

2) Kajian merupakan pengujian empirik terhadap posisi teoretis dari

suatu disiplin ilmu,

3) Menggunakan data primer sebagai data utama dan dapat ditunjang

oleh data sekunder,

4) Memiliki bobot kredit/satuan kredit semester (sks) lebih besar

daripada skripsi, misalnya 6-10 SKS, dan

5) Karakteristik khusus dari karangan ilmiah jenis tesis, biasanya

ditetapkan berdasarkan karakteristik institusi/perguruan tinggi.

Bagian-bagian dalam sebuah tesis tidak jauh berbeda dengan

bagian-bagian dalam sebuah skripsi. Pada tesis, biasanya bagian

implikasi penelitian dijadikan sebagai bagian pada bab tersendiri.

Penyajian bagian ini, pada bagian awal diungkapkan terlebih dahulu

hasil kajian atau temuan penelitian, kemudian disusun dengan

implikasi penelitian. Oleh karena itu, bagian simpulan dan saran pada

tesis berada pada bab enam. Demikian pula dengan bagian-bagian

dalam dkisertasi, tidak terdapat perbedaan yang mencolok dengan

pembagian dalam tesis.

Argumen dalam tesis seringkali disejalankan dengan makna

dari kata tesis, yaitu suatu pernyataan yang memerlukan pembuktian

secara empiris. Oleh karena itu, argumen ilmiah dalam tesis

dimaksudkan untuk membuktikan atau mengimplementasikan suatu

premis atau tesis dengan kenyataan. Penyusunan argumen dalam

tesis dilakukan dengan mencermati suatru permasalahan secara

123

Page 124: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

lengkap dan menyeluruh. Berikut ini disajikan ilustrasi karangan ilmiah

jenis tesis.

Contoh 3.Di atas telah dikemukan dua contoh kajian untuk skripsi,

yaitu meneliti hubungan antara kjepuasa pelanggan bus jurusan Makassar – Toraja dan tingkat layanan yang diberikan serta sistem penyelenggaraan pendidikan di sebuah pondok pesantren modern yang populer. Apabila dalam contoh (1) diketahui bahwa kepuasan pelanggan bus jurusan Makassar – Toraja berhubungan dengan tingkat layanan yang diberikan sehingga dapat dikatakan semakin lengkap layanan yang diberikan, tingkat kepuasan pelanggan pun semakin meningkat. Untuk kajian sebuah tesis, dilakukan pengembangan pada pencermatan terhadap aspek-aspek kepuasan pelanggan, tingkat keperluan dan kekerapan pelanggan atau pengguna jasa dalam menggunakan jasa bus, alasan pelanggan menggunakan jasa bus, bentuk-bentuk pelayanan yang material, bentuk-bentuk peningkatan layanan, serta aspek-aspek lain dari kedua variabel tersebut. Begitu pula dengan contoh (2) dapat dikembangkan variabel-variabel yang akan ditelitinya. Dengan kata l;ain, dalam tesis tidak semata-mata melakukan kajian keterhubungan, tetapi dapat mengembangkannya pada aspek-aspek yang lebih spesifik. Data sekecil apa pun yang dapat dikumpul dalam penelitian jenis tesis, tidak serta-merta diabaikan begitu saja, tetapi perlu dicermati lebih dahulu sebagai sesuatu yang sangat berharga untuk kelengkapan pengembangan hasil penelitian.

3. Disertasi

Disertasi merupakan jenis tulisan ilmiah yang disusun untuk

kepentingan penyelesaian studi pada jenjang strata tiga (doktor).

Disertasi merupakan bentuk karangan ilmiah yang memiliki derajat

keilmiahan paling tinggi. Dari disertasi terlahirlah sebuah teori, temuan,

atau model baru dalam bidang ilmu yang ditekuni. Dari sebuah

disertasi ditemukanlah hal-hal baru serta pengembangan teori yang

berbeda dengan teori atau konsep yang selama ini dianut.

Argumen keilmiuan dalam disertasi dapat menggunakan pola

penalaran deduktif atau pun induktif. Kedalaman dan keluasan

argumen pun sangat diperlukan berdasarkan temuan atau hasil

penelitian yang bersifat global sehingga selain memerlukan referensi

124

Page 125: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

tertulis yang lengkap, memerlukan pula referensi dari media elektronik

(internet).

Pemilihan dan penggunaan metodologi penelitian dalam

penyusunan disertasi harus dapat dijelaskan alasannya dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam memilih dan

menentukan sumber data, menyusun dan menguji coba instrumen

penelitian, pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, temuan

penelitian, serta aspek-aspek lainnya harus dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dalam melakukan penelitian untuk kepentingan disertasi

seringkali diperlukan waktu yang cukup lama. Hal ini berhubungan

dengan karakteristik dan kondisi sumber data penelitian atau objek

yang diteliti. Peneliti harus mencermati seluruh aspek secara hati-hati

untuk menghindari bias dari penelitian tersebut. Keberadaan teori yang

digunakan dalam disertasi dapat dipandang sebagai argumen yang

perlu dibuktikan kebenarannyaberdasarkan penelitian.

Berikut ini disajikan contoh ilustrasi perbandingan antara tesis

dan disertasi.

Contoh 5:

Dalam contoh (3) di atas telah diutarakan bahwa kajian itu membahas kepuasan pelanggan yang meliputi aspek-aspek kepuasa pelanggan, tingkat keperluan dan kekerapan pelanggan atau pengguna jasa bus, alasan pelanggan menggunakan jasa bus dengan tingkat layanan yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk layanan yang material dan immaterial, bentuk-bentuk peningkatan layanan, serta aspek-aspek lain.di dalam disertasi, hasil penelitian sebagaimana dinyatakan dalam yesis dijadikan sebagai suatu temuan atau model tentatif. Oleh karena itu, temuan atau model itu diteliti lagi dengan diterapkan dalam kondisi lain sampai diperoleh keajegan teori tentang kepuasan pelanggan dan tingkat layanan yang dapat diberlakukan sebagai teori atau model baru yang dapat diberlakukan dalam kondisi dan sifat tertentu dari suatu objek.

Contoh 6:

Dalam contoh kajian tesis di atas telah diperoleh suatu

model pondok pesantren yang dideskripsikan secara lengkap ihwal

semua aspek yang dipandang berkontribusi pada popularitas

125

Page 126: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

pondok pesantren yang dijadikan sebagai kajian. Dalam disertasi,

kajian dilanjutkan dengan mengujicobakan atau menerapkan model

ini dalam pengembangan suatu pesantren. Pengembangan

pesantren dengan menggunakan model tersebut diharapkan

melahirkan suatu popularitas pondok pesantren sebagaimana

terjadi pada pesantren sebelumnya. Dengan menggunakan model

tersebut kemudian menghasilkan suatu kondisi tentang pondok

pesantren yang dikembangkan, mungkin sama, kurang, atau

bahkan lebih baik. Dari penelitian itu diperolehlah suatu model baru

sebagai hasil penelitian suatu disertasi.

Contoh-contoh sebagaimana digambarkan di atas hanya

merupakan ilustrasi untuk mendapatkan gambaran perbedaan

antara karangan ilmiah berbentuk skripsi, tesis, disertasi

berdasarkan suatu desain penelitian tertentu. Tentu saja, jika

penelitiannya menggunakan desain eksperimen contohnya pun

akan berbeda.

BAB X

PENULISAN ARTIKEL ILMIAH, ABSTRAK, KATA KUNCI

DALAM JURNAL ILMIAH

1. Kaidah Penulisan Karya Ilmiah dalam Jurnal Ilmiah

126

Page 127: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Artikel ilmiah adalah representasi penyampaian hasil pemikiran

penulis atas suatu objek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis

dengan mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Artikel ilmiah

memiliki beberapa aspek, yaitu (1) aspek hasil pemikiran suatu objek

kajian yang dapat berupa temuan penelitian dan gagasan atau konsep

pemikiran kritis, (2) aspek sistematika yang dijadikan dasar pembeda

antara bentuk karya tulis dalam bentuk artikel dengan bentuk karya tulis

yang lain, (3) aspek kaidah penulisan yang harus ditaati baik yang bersifat

universal maupun yang bersifat selingkung.

Berkaitan dengan hal tersebut, artikel ilmiah dapat berbentuk hasil

pemikiran atas suatu objek yang berasal dari hasil penelitian. Artikel ilmiah

ini disebut artikel hasil penelitian. Bentuk hasil pemikiran atas suatu objek

kajian berupa gagasan atau pemikiran hasil analisis kritis, maka artikel

ilmiah ini disebut artikel konseptual (artikel nonpenelitian).

Ada tiga hal yang membedakan artikel hasil penelitian dan

laporan penelitian adalah aspek bahan yang ditulis, sistematika, dan

prosedur penulisannya. Bahan yang ditulis dalam artikel hasil penelitian

lebih ditekankan pada isi berupa hasil atau temuan penelitian,

pembahasan, dan kesimpulan. Dalam artikel penelitian cukup disajikan

secara singkat dan sepenuhnya, misalnya kajian pustaka lazim

disajikan untuk mengawali artikel dan merupakan pembahasan rasional

pentingnya masalah penelitian ini. Aspek sistematika dalam artikel hasil

penelitian, kajian pustaka ditempatkan pada bagian pendahuluan tanpa

sub judul yang berfungsi sebagai paparan latarbelakang masalah yang

diakhiri dengan rumusan tujuan penelitian. Selanjutnya, disajikan hal-

hal yang berkaitan dengan metode, hasil, pembahasan, dan

kesimpulan.

Dalam penulisan artikel ilmiah berupa artikel hasil penelitian dan

artikel konspetual, perlu diperhatikan dan diterapkan kaidah-kaidah

penulisan yang ditetapkan dalam persyaratan yang ada dalam jurnal

ilmiah. Kaidah penulisan artikel ilmiah dalam suatu jurnal dapat dibagi

menjadi dua, yaitu kaidah penulisan yang bersifat universal dan kaidah

penulisan yang bersifat selingkung. Secara umum, kaidah penulisan yang

127

Page 128: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

bersifat universal lebih berfokus pada kaidah-kaidah penggunaan bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik

dikaitkan dengan pemilihan ragam bahasa yang sesuai dengan konteks

dan situasi, sedangkan penggunaan bahasa Indonesia yang benar

berkaitan dengan kaidah bahasa berupa bahasa Indonesia baku dan

bahasa Indonesia tidak baku.

Kaidah penulisan artikel ilmiah yang bersifat selingkung berkaitan

dengan norma-norma penulisan artikel ilmiah berdasarkan konvensi yang

lebih bersifat teknis yang harus diikuti oleh penulis artikel. Seorang penulis

artikel harus mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh pengelola jurnal

ilmiah tersebut. Berkaitan dengan ini, ada perbedaan aturan atau cara

yang ada pada satu jurnal dengan jurnal yang lain. Untuk itu penulis

artikel ilmiah perlu mengetahui tata cara atau aturan yang telah ditetapkan

oleh pengelola jurnal. Kaidah selingkung yang telah ditetapkan oleh

pengelola jurnal harus ditaati oleh penulis artikel ilmiah.

2. Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal Ilmiah

Hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel dan diterbitkan

dalam jurnal ilmiah memiliki kelebihan dibandingkan dengan penulisan

hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian. Laporan penelitian berisi

hal-hal yang menyeluruh dan lengkap sehingga naskahnya cenderung

tebal. Akibatnya, hasil laporan penelitian tersebut sangat terbatas

pembacanya dan untuk kalangan tertentu saja. Sebaliknya, hasil

penelitian yang ditulis dalam artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal ilmiah

berisi hal-hal yang penting-penting saja. Setiap kali terbit dalam sebuah

jurnal memuat beberapa artikel. Jurnal yang diterbitkan oleh suatu

lembaga misalnya oleh suatu jurusan, fakultas, atau institusi yang lain

akan dibaca oleh minimal para dosen/guru, karyawan, mahasiswa,dan

para siswa sehingga hasil penelitian dalam artikel ilmiah (jurnal) memiliki

pembaca yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pembaca laporan

hasil penelitian. Hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel dalam

jurnal akan memberikan dampak akademik yang lebih cepat dan luas

daripada laporan hasil penelitian.

128

Page 129: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Laporan penelitian resmi dapat dibedakan dengan laporan dalam

bentuk artikel ilmiah, yaitu berupa bahan, sistematika, dan prosedur

penulisan. Pembeda yang pertama antara laporan hasil penelitian dengan

artikel hasil penelitian adalah bahan yang ditulis. Artikel hasil penelitian

untuk jurnal hanya berisi hal-hal yang penting-penting saja. Bagian yang

dianggap paling penting untuk disajikan dalam artikel hasil penelitian

adalah temuan penelitian, pembahasan hasil temuan, dan kesimpulan.

Hal-hal selain ketiga hal tersebut cukup disajikan dalam bentuk singkat.

Kajian pustaka lazim disajikan untuk mengawali artikel dan merupakan

suatu pembahasan tentang pentingnya penelitian itu. Bagian awal ini

berfungsi sebagai latar belakang penelitian.

Ciri pokok kedua yang membedakan artikel hasil penelitian

dengan laporan penelitian teknis resmi adalah sistematika penulisan yang

dipakai. Dalam laporan penelitian teknis resmi, kajian pustaka lazimnya

disajikan dibagian kedua (Bab II), yakni setelah bagian yang membahas

masalah, pentingnya penelitian, hipotesis (jika ada), dan tujuan penelitian.

Dalam artikel hasil penelitian, kajian pustaka merupakan bagian awal dari

artikel (tanpa subjudul kajian pustaka) yang berfungsi sebagai bagian

penting dari latar belakang. Kajian pustaka yang sekaligus berfungsi

sebagai pembahasan latar belakang masalah penelitian ditutup dengan

rumusan tujuan penelitian. Setelah itu, berturut-turut disajikan hal-hal yang

berkaitan dengan prosedur penelitian, hasil dan temuan penelitian,

pembahasan hasil, kesimpulan, dan saran.

Ciri pokok ketiga adalah prosedur penulisan artikel hasil

penelitian. Ada tiga kemungkinan prosedur penulisan artikel hasil

penelitian. Pertama, artikel hasil penelitian dapat ditulis sebelum laporan

penelitian teknis resmi secara lengkap dibuat. Tujuannya untuk menjaring

masukan-masukan dari pihak pembaca (masyarakat akademik) sebelum

peneliti menyelesaikan tulisan lengkapnya dalam bentuk laporan

penelitian teknis resmi. Masukan yang diperoleh dari pihak pembaca

diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hasil-hasil temuan

penelitiannya. Kedua, artikel hasil penelitian untuk jurnal ditulis setelah

laporan penelitian teknis resmi selesai disusun. Prosedur yang kedua ini

berlaku karena pada umumnya penulisan laporan penelitian teknis resmi

129

Page 130: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

merupakan kewajiban, sedangkan penulisan artikelnya hanya bersifat

anjuran. Alternatif ketiga, artikel hasil penelitian yang diterbitkan dalam

jurnal merupakan satu-satunya tulisan yang dibuat oleh peneliti. Alternatif

ketiga ini lazim dilakukan oleh peneliti yang mendanai penelitiannya

sendiri. Bagi penelitian swadana, artikel hasil penelitian dalam jurnal

merupakan forum komunikasi yang paling efektif dan efisien.

3. Format Artikel Ilmiah Hasil Penelitian

3.1. Isi dan Sistematika

Penulisan artikel menggunakan sistematika tanpa angka ataupun

abjad. Contoh lebih rinci disajikan pada bagian III pedoman ini. Berikut ini

disajikan uraian tentang isi artikel hasil penelitian secara umum yang

berlaku untuk hasil penelitian kuantitatif ataupun kualitatif.

3.2. Judul

Judul artikel hendaknya informatif, lengkap, tidak terlalu panjang

atau terlalu pendek, yaitu antara 5-15 kata. Judul artikel memuat variabel-

variabel yang diteliti atau kata-kata kunci yang menggambarkan masalah

yang diteliti.

3.3. Nama Penulis

Nama penulis ditulis tanpa gelar kesarjanaan atau gelar lain

apapun. Nama lengkap dengan gelar akademik ditulis di sebelah bawah

halaman pertama. Nama lembaga tempat bekerja peneliti juga ditulis

sebagai catatan kaki di halaman pertama. Jika lebih dari tiga peneliti,

hanya nama peneliti utama saja yang dicantumkan dibawah judul, nama

peneliti lain ditulis dalam catatan kaki.

3.4. Sponsor

Nama sponsor penelitian ditulis sebagai catatan kaki pada

halaman pertama, diletakkan di atas nama lembaga asal peneliti.

3.5. Abstrak dan Kata-Kata Kunci

Abstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang ide-ide yang

paling penting. Abstrak memuat masalah dan tujuan penelitian, prosedur

penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang subjek

yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian (bila dianggap perlu, juga

130

Page 131: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

kesimpulan dan implikasi). Tekanan diberikan pada hasil penelitian. Hal-

hal lain seperti hipotesis, pembahasan, dan saran tidak disajikan. Panjang

abstrak 50-100 kata dan ditulis dalam satu paragraf. Abstrak diketik

dengan spasi tunggal dengan menggunakan format yang lebih sempit dari

teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk lima ketukan).

Kata-kata kunci adalah kata-kata pokok yang menggambarkan

daerah masalah yang diteliti atau istilah-istilah yang merupakan dasar

pemikiran gagasan dalam karangan asli, berupa kata tunggal atau

gabungan kata. Jumlah kata kunci sekitar lima buah. Kata-kata kunci

diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata-kata

kunci kita dapat menemukan judul-judul penelitian beserta abstraknya

dengan mudah.

3.6. Pendahuluan

Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak.

Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga

gagasan: (1) latar belakang atau rasional penelitian; (2) masalah dan

wawasan rencana pemecahan masalah; (3) rumusan tujuan penelitian

(dan harapan tentang manfaat hasil penelitian).

Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang

bisa dijamin otoritas penulisnya. Jumlah rujukan harus proporsional (tidak

terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak). Pembahasan kepustakaan harus

disajikan secara ringkas, padat, dan langsung mengenai masalah yang

diteliti. Aspek yang dibahas dapat berupa landasan teorinya, segi

historisnya, atau segi lainnya. Penyajian latar belakang atau rasional

penelitian hendaknya sedemikian rupa sehingga menggiring pembaca ke

rumusan masalah penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan

masalah dan akhirnya ke rumusan tujuan. Untuk penelitian kualitatif di

bagian ini dijelaskan juga fokus penelitian dan uraian konsep yang

berkaitan dengan fokus penelitian.

Panjang bagian pendahuluan sekitar 2-3 halaman kuarto dengan

diketik spasi 1,5.

3.7. Metode

131

Page 132: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Pada dasarnya bagian ini menyajikan bagaimana penelitian itu

dilakukan. Uraian disajikan dalam beberapa paragraf tanpa subbagian,

atau dipilah-pilah menjadi beberapa subbagian. Hanya hal-hal yang pokok

saja yang disajikan. Uraian tentang rancangan penelitian tidak perlu

diberikan.

Materi pokok bagian ini adalah bagaimana data dikumpulkan,

siapa sumber data, dan bagaimana data dianalisis. Apabila uraian ini

disajikan dalam subbagian, maka subbagian itu antara lain berisi

keterangan tentang populasi dan sampel (atau subjek), instrumen

pengumpulan data, rancangan penelitian (terutama jika dipakai rancangan

yang cukup kompleks seperti rancangan eksperimental), dan teknik

analisis data.

Peneltiian yang menggunakan alat dan bahan perlu ditulis

spesifikasi alat dan bahannya. Spesifikasi alat menggambarkan tingkat

kecanggihan alat yang dipakai, sedangkan spesifikasi bahan juga perlu

diberikan karena penelitian ulang dapat berbeda dari penelitian perdana

apabila spesifikasi bahan yang dipakai berbeda.

Untuk penelitian kualitatif perlu ditambahkan perian mengenai

kehadiran peneliti, subjek penelitian dan informan beserta cara-cara

menggali data penelitian, lokasi penelitian, dan lama penelitian. Selain itu,

juga diberikan uraian mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian.

3.8. Hasil

Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah dan biasanya

merupakan bagian terpanjang. Bagian ini menyajikan hasil-hasil analisis

data. Yang dilaporkan adalah hasil bersih. Proses analisis data (seperti

perhitungan statistik) tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis pun

tidak perlu disajikan, termasuk pembandingan antara koefisien dalam

label statistik. Yang dilaporkan adalah hasil analisis dan hasil pengujian

hipotesis.

Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik. Tabel atau

grafik harus diberi komentar atau dibahas. Pembahasan tidak harus

dilakukan pertabel atau grafik. Tabel atau grafik digunakan untuk

memperjelas penyajian hasil secara verbal.

132

Page 133: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian dapat

dilakukan dengan memilah-milah menjadi subbagian-subbagian sesuai

dengan penjabaran masalah penelitian. Apabila bagian ini pendek, dapat

digabung dengan bagian pembahasan. Untuk penelitian kualitatif, bagian

hasil memuat bagian-bagian rinci dalam bentuk sub-subtopik yang

berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

3.9. Pembahasan

Bagian ini adalah bagian yang terpenting dari keseluruhan isi

artikel ilmiah. Tujuan pembahasan adalah (a) menjawab masalah

penelitian, atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian itu dicapai, (b)

menafsirkan temuan-temuan, (c) mengintegrasikan temuan penelitian ke

dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, dan (d) menyusun teori

baru atau memodifikasi teori yang ada.

Dalam menjawab malasah penelitian atau tujuan penelitian, harus

disimpulkan hasil-hasil penelitian secara eksplisit. Misalnya, dinyatakan

bahwa penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kognitif anak

sampai umur 5 tahun, maka dalam bagian pembahasan haruslah

diuraikan pertumbuhan kognitif anak itu sesuai dengan hasil penelitian.

Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan

logika dan teori-teori yang ada. Misalnya ditemukan terdapat korelasi

antara kematangan berpikir dengan lingkungan anak. Hal ini dapat

ditafsirkan bahwa lingkungan dapat memberikan masukan untuk

mematangkan proses kognitif anak. Lingkungan adalah segala sesuatu

yang terdapat di sekitar anak, termasuk sekolah sebagai tempat belajar.

Temuan dintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang

sudah ada dengan jalan membandingkan temuan itu dengan temuan

penelitian sebelumnya, atau dengan teori yang ada, atau dengan

kenyataan di lapangan. Dalam membandingkan harus disertai rujukan.

Jika penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang

lama dapat dikonfirmasi atau ditolak, sebagian atau seluruhnya.

Penolakan sebagian dari teori haruslah disertai dengan modifikasi teori,

dan penolakan terhadap seluruh teori haruslah disertai dengan rumusan

teori baru.

133

Page 134: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide

peneliti, keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta

posisi temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.

3.10. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan menyajikan ringkasan dan uraian yang disajikan pada

bagian hasil dan pembahasan. Berdasarkan uraian pada bagian kedua

tersebut, dikembangkan pokok-pokok pikiran yang merupakan esensi dari

uraian tersebut. Kesimpulan disajikan dalam bentuk esei, bukan dalam

bentuk numerik.

Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik. Saran-

saran dapat mengacu kepada tindakan praktis, atau pengembangan

teoritis, dan penelitian lanjutan. Bagian saran dapat berdiri sendiri. Bagian

kesimpulan dan saran dapat pula sebagai bagian penutup.

3.11. Daftar Rujukan

Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang

disajikan dalam batang tubuh artikel ilmiah. Bahan pustakan yang

dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam batang

tubuh artikel. Demikian pula semua rujukan yang disebutkan dalam

batang tubuh harus disajikan dalam daftar rujukan. Uraian dan teknik

penulisan daftar rujukan akan dibahas secara tuntas dan lugas pada

bagian berikut (bab khusus mengenai rujukan).

3.12. Contoh Format Penulisan Artikel Ilmiah Hasil Penelitian

1. Judul

2. Nama Penulis

3. Abstrak dan Kata Kunci

4. Pendahuluan

5. Metode

6. Hasil/Pembahasan

7. Kesimpulan

8. Daftar Pustaka

4. Artikel Nonpenelitian

134

Page 135: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Istilah artikel nonpenelitian mengacu kepada semua jenis artikel

ilmiah yang bukan merupakan laporan hasil penelitian. Artikel yang

termasuk kategori artikel nonpenelitian antara lain berupa: artikel yang

menelaah suatu teori, konsep atau prinsip; mengembangangkan suatu

model, mendeskripsikan fakta atau fenomena tertentu, menilai suatu

produk, memberikan pertimbangan buku, dan masih banyak jenis yang

lain. Karena beragamnya jenis artikel ini, maka cara penyajiannya di

dalam jurnal sangat bervariasi.

4.1. Isi dan Sistematika

Penulisan artikel nonpenelitian juga menggunakan sistematika

tanpa anagka ataupun abjad. Contohnya disajikan pada bagian III

pedoman ini.

Sebuah artikel nonpenelitian berisi hal-hal yang sangat esensial,

karena itu biasanya jumlah halaman yang disediakan tidak banyak (antara

10-20 halaman). Unsur pokok yang harus ada dalam artikel nonpenelitian

dan sistematikanya adalah (1) judul artikel, (2) nama penulis, (3) abstrak,

(4) pendahuluan, (5) bagian inti, (6) penutup, dan (7) daftar rujukan.

4.2. Judul

Judul artikel berfungsi sebagai label yang mencerminkan secara

tepat inti isi yang terkandung dalam artikel. Untuk itu, pemilihan kata yang

dipakai dalam judul artikel hendaknya dilakukan secara cermat. Di

samping aspek ketepatannya, pemilihan kata-kata untuk judul perlu juga

mempertimbangkan pengaruhnya terhadap daya tarik judul bagi

pembaca. Judul artikel sebaiknya terdiri atas lima sampai lima belas kata.

4.3. Nama Penulis

Nama penulis artikel sebaiknya ditulis lengkap dan disertai

dengan jenis keahlian yang dimiliki serta nama lembaga (jurusan,

fakultas). Akan tetapi, gelar akademik, jenis keahlian dan nama lembaga

ditulis sebagai catatan kaki. Jika artikel ditulis oleh sebuah tim, maka

semua nama anggota tim dicantumkan, kecuali jumlah anggotanya lebih

dari tiga orang. Untuk hal yang disebutkan terakhir ini, yang dicantumkan

hanya nama penulis utama saja. Nama penulis lainnya ditempatkan dalam

catatan kaki.

135

Page 136: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4.4. Abstrak dan Kata-Kata Kunci

Untuk artikel nonpenelitian, abstrak berisi ringkasan dari isi artikel

yang dituangkan secara padat, bukan komentar atau pengantar dari

penyunting. Secara teknis, abstrak terdiri dari 50-100 kata yang diketik

dengan spasi tunggal dan margin yang lebih sempit dari teks utama

(inden kanan dan kiri).

Abstrak hendaknya disertai kata-kata kunci (keywords), yaitu kata-

kata pokok atau istilah-istilah yang mewakili ide dasar yang terdapat

dalam artikel. Kata-kata kunci ini dapat berupa kata tunggal atau

gabungan kata. Jumlah kata kunci sekitar 5 kata. Kata-kata kunci

diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata-kata

kunci ini kita dapat menemukan judul-judul artikel beserta abstraknya

dengan mudah.

4.5. Pendahuluan

Berbeda dengan isi pendahuluan di dalam artikel laporan hasil

penelitian, bagian pendahuluan dalam artikel nonpenelitian berisi uraian

yang mengantarkan pembaca kepada topic utama yang akan dibahas.

Oleh karena itu, isi bagian pendahuluan menguraikan hal-hal yang

mampu menarik pembaca sehingga mereka tergiring untuk mendalami

bagian selanjutnya. Selain itu, bagian pendahuluan hendaknya diakhiri

dengan rumusan singkat (1-2 kalimat) tentang hal-hal pokok yang akan

dibahas. Bagian pendahuluan tidak diberi judul.

4.6. Bagian Inti

Judul, subjudul, dan isi bagian inti sebuah artikel nonpenelitian

sangat bervariasi, tergantung pada topik yang dibahas. Hal yang perlu

mendapat perhatian pada bagian inti adalah pengorganisasian isinya.

Uraian yang lebih rinci mengenai cara pengorganisasian isi dibahas pada

paparan berikutnya.

4.7. Penutup

Istilah penutup digunakan sebagai subjudul bagian akhir dari

sebuah artikel nonpenelitian, jika isinya hanya berupa catatan akhir atau

sejenisnya. Jika uraian pada bagian akhir berisi kesimpulan hasil

136

Page 137: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

pembahasan pada bagian sebelumnya, perlu dimasukkan subjudul

kesimpulan. Kebanyakan artikel nonpenelitian membutuhkan kesimpulan.

4.8. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus

sudah disebutkan dalam batang tubuh artikel. Daftar rujukan harus

lengkap, mencakup semua bahan pustaka yang telah disebutkan dalam

batang tubuh artikel. Tatacara penulisan daftar rujukan akan dibahas pada

bab berikut.

5. Pengorganiasasian Isi

Pengorganisasian isi mengacu kepada cara penataan urutan isi

yang akan dipaparkan dalam artikel. Isi yang dimaksud dapat berupa

fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Tipe isi yang berbeda memerlukan

penataan urutan yang berbeda bergantung pada struktur isinya.

Berikut ini adalah langkah yang perlu dilewati untuk menghasilkan

pengorganisasian isi artikel yang baik: (1) mengidentifikasi tipe isi yang

akan dideskripsikan dalam artikel, (2) menetapkan struktur isi, (3) menata

isi ke dalam strukturnya, (4) menata urutan isi, dan (5) mendeskripsikan isi

mengikuti urutan yang telah ditetapkan.

Mengidentifikasi tipe isi yang akan dideskripsikan dalam artikel

merupakan langkah paling awal yang perlu dilewati. Isi yang dimaksud

perlu dikaji secara cermat apakah berupa konsep, prosedur, atau prinsip.

Tipe isi dikatakan konsep apabila menekankan uraian tentang apa yang

menjadi pokok masalah.

Menetapkan struktur isi merupakan langkah lanjutan setelah

penetapan tipe isi. Struktur isi mengacu kepada kaitan antarisi. Penataan

isi artikel perlu memperhatikan struktur isinya. Dari struktur isi akan dapat

diketahui isi mana yang selayaknya diuraikan lebih dulu dan isi mana

yang diuraikan kemudian, serta beberapa dalam setiap isi perlu diuraikan.

Tipe isi yang berbeda menuntut struktur isi yang berbeda. Apabila

isi yang akan diuraikan dalam artikel berupa konsep-konsep, maka isi ini

sebaiknya ditata ke dalam struktur konseptual. Apabila isi yang akan

diuraikan berupa prosedur, maka penataannya menuntut penggunaan

137

Page 138: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

struktur prosedural dan apabila isi yang akan diuraikan berupa prinsip

tatalah prinsip-prinsip itu ke dalam struktur teoretik.

Langkah berikut adalah menata isi ke dalam strukturnya. Apabila

hasil langkah di atas ternyata mengarah ke pembuatan struktural

konseptual, maka langkah berikutnya adalah memilih semua konsep

penting yang akan diuraikan dan menatanya menjadi suatu struktur yang

bermakna, yang secara jelas menunjukkan keterkaitan antarkonsep itu.

Langkah selanjutnya adalah menata urutan isi. Penataan ini

dilakukan berpijak pada struktur yang telah dibuat pada langkah diatas.

Pada langkah ini semua konsep, atau prosedur, atau prinsip yang telah

dimasukkan dalam strukturnya ditata urutan pemaparannya. Beberapa

ketentuan penataan urutan yang perlu diperhatikan adalah sebagai

berikut.

Pertama, paparkan struktur isi, sedapat mungkin, pada bagian

paling awal dari artikel. Struktur isi yang memuat bagian-bagian penting

artikel dan kaitan-kaitan antarbagian itu perlu dipaparkan pada bagian

awal untuk dijadikan kerangka acuan paparan isi yang lebih rinci.

Kedua, paparkan bagian isi terpenting di bagian pertama. Pada

tahap pemaparan isi yang diambil dari suatu struktur, upayakan

memaparkan isi yang paling penting pertama kali. Penting tidaknya bagian

isi ditentukan oleh sumbangannya untuk memahami keseluruhan isi

artikel. Misalnya, jika konsep-konsep yang akan dipaparkan memiliki

hubungan prasyarat belajar, maka konsep-konsep yang memprasyarati

sebaiknya dipaparkan terlebih dulu.

Ketiga, sajikan isi secara bertahap dari umum ke rinci. Isi yang

lebih umum sebaiknya disajikan mendahului isi yang lebih rinci. Selain itu,

setiap paparan suatu bagian isi sebaiknya selalu ditunjukkan kaitannya

dengan bagian isi yang lain.

Setelah langkah pertama sampai keempat dilewati, penulis artikel

tinggal membuat paparan isi sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam memaparkan isi upayakan menggunakan tahapan

tingkat umum ke rinci secara bertahap. Dengan cara ini, tingkat sajian

yang lebih umum akan menjadi bagian sajian isi yang lebih rinci

138

Page 139: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Artikel ilmiah adalah representasi penyampaian hasil pemikiran

penulis atas suatu objek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis

dengan mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Pengertian

artikel ilmiah tersebut memiliki beberapa dimensi/aspek. Pertama, adanya

dimensi bentuk hasil pemikiran atas suatu objek kajian yang dapat berupa

temuan penelitian atau gagasan analitis kritis. Kedua, adanya dimensi

bahasa tulis sebagai alat merepresentasikan hasil pemikiran penulis

dalam bentuk satuan-satuan makna dan penanda-penanda hubungan

satuan-satuan makna secara eksplisit. Ketiga, adanya dimensi sistematika

yang dijadikan unsur pembeda antara bentuk karya tulis artikel dengan

bentuk karya tulis yang lain. Keempat, adanya dimensi kaidah penulisan

yang harus ditaatasasi, baik yang bersifat universal maupun yang bersifat

selingkung.

Sejalan dengan hal di atas, apabila bentuk hasil pemikiran atas

suatu objek kajian berupa temuan penelitian, artikel ilmiah kelompok ini

disebut artikel hasil penelitian. Sedangkan apabila bentuk hasil pemikiran

atas suatu objek kajian berupa gagasan atau telaah dan analisis krisis,

maka artikel ilmiah kelompok ini disebut artikel konseptual (artikel

nonpenelitian).

Contoh Format Penulisan Atikel Ilmiah Nonpenelitian

Artikel Konseptual

1. Judul

2. Nama Penulis

3. Abstrak dan Kata Kunci

4. Pendahuluan

5. Inti

6. Penutup/Rangkuman

7. Daftar Pustaka

Timbangan Buku

1. Judul Buku (berisi tahun terbit, nama penerbit, jumlah halaman)

2. Isi a. (berisi posisi buku, baru, pengulangan, pengembangan)

139

Page 140: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

b. berisi penilaian, kelebihan dan kekurangan buku yang

dibahas, misalnya esensi, gaya bahasa, dan teknik

penulisan

3. Kesimpulan

6. Penulisan Abstrak

6.1. Pendahuluan

Untuk mengetahui keseluruhan isi karangan yang berupa laporan

atau dokumen dalam waktu amat singkat diperlukan abstrak. Dengan

abstrak ini, pembaca laporan dapat memanfaatkan informasi laporan

tanpa membaca laporan asli, misalnya untuk bertindak cepat dan akurat

setelah mengetahui isi laporan. Abstrak adalah suatu bentuk penyajian

singkat sebuah laporan atau dokumen yang ditulis secara teknis, teliti,

tanpa kritik atau penafsiran penulis abstrak.

Abstrak juga dapat didefinisikan sebagai pernyataan singkat tetapi

akurat dari isi dokumen tanpa menambah tafsiran atau kritik dan tanpa

membedakan untuk siapa abstrak tersebut dibuat. Selain itu, dapat

didefinisikan bahwa “abstrak ialah uraian singkat tetapi akurat yang

mewakili isi dokumen, tanpa menambah interpretasi atau kritik dan tanpa

melihat siapa pembuat abstrak tersebut. Abstrak merupak bentuk mini

atau protipe dari suatu penulisan berupa hasil penelitian.

6.2. Karakteristik Abstrak

1) Singkat: tidak memuat latar belakang, tidak memuat contoh, tidak

memutar penjelasan alat, cara kerja, dan proses yang sudah

lazim/dikenal, tidak lebih dari 250 kata, hanya memuat

masalah/tujuan, metode kerja, dan hasil

2) Berketelitian tinggi: (1) menggunakan sumber dokumen asli

secara cermat, mudah dipahami, dan (2) menggunakan kata atau

istilah yang sama dengan dokumen aslinya.

3) Bentuk tulisan: (1) informatif kualitatif atau kuantitatif bergantung

pada naskah asli, dan (2) deskriptif, analisis, induktif, atau deduktif

bergantung pada naskah asli.

6.3. Struktur Abstrak

1) Judul laporan/dokumen asli,

140

Page 141: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

2) Nama asli penulis laporan (dokumen),

3) Tujuan dan masalah,

4) Cara kerja, proses, atau metode kerja,

5) Hasil kerja dan validitas hasil

6) Inisial penulis abstrak.

6.4. Jenis Abstrak

1) Abstrak Indikatif yaitu abstrak yang menguraikan secara singkat

masalah yang terkandung dalam dokumen lengkapnya. Abstrak

ini tidak memadatkan isi dokumen asli, bertujuan agar lebih cepat

diketahui isinya dan hanya memberikan indikasi sasaran cakupan

tulisan sehingga pembaca dapat mempertimbangkan apakah

tulisan asli perlu dibaca atau tidak. Pembaca abstrak cenderung

mementingkan informasi yang diperlukan sebagai pertimbangan

untuk suatu tindakan tertentu.

2) Abstrak Informatif yaitu miniatur laporan atau dokumen asli

dengan menampilkan selengkap mungkin data laporan sehingga

pembaca abstrak tidak perlu lagi membaca naskah aslinya,

kecuali untuk mendalaminya. Abstrak informasi menyajikan

keseluruhan naskah asli dalam bentuk mini: judul, penulis asli,

lembaga, tujuan, metode pembahasan atau analisis, hasil analisis,

dan inisial penulis abstrak.

6.5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Abstrak Hasil Penelitian

1) Tujuan: menjelaskan jangkauan laporan, mengapa laporan

tersebut ditulis.

2) Kecuali, jika tujuan dan jangkauan ini sudah jelas dari judul

laporan atau dokumen. Rumusan tujuan singkat ini dapat

disatukan dengan masalah.

3) Metode pembahasan (penelitian): menguraikan secara ringkas

cara kerja mencapai tujuan, penjelasan umum tehnik

pembahasan atau metode yang digunakan dapat berupa lokasi

penelitian, pendekatan, sifat penelitian, populasi/sampel, desain

peneitian, metode dasar, jangkauan data, cara memperoleh data,

dan cara menganalisis data.

141

Page 142: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

4) Hasil: menggambarkan temuan atau pencapaian tujuan, hasil uji

hipotesis (kalau ada), hasil analisis; disajikan sesingkat dan

seinformatif mungkin.

5) Temuan dapat berupa pembuktian baru, teori baru, pengaruh

hubungan, atau temuan lain sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai.

6) Simpulan: menggambarkan interpretasi hasil, capaian tujuan,

jawaban masalah. Seluruhnya disajikan secara singkat, ringkas,

akurat, dan jelas.

7) Rekomendasi (jika diperlukan) disajikan secara singkat dan

menyebutkan fungsi yang diharapkan.

6.6. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan pada Abstrak Jurnal

1) Abstrak ditulis secara padat.

2) Menampilkan masalah penelitian berupa isu-isu pokok dan

alternatif pemecahan masalah.

3) Memuat metode/pendekatan.

4) Memuat hasil penelitian.

5) Tidak berisi komentar atau pengantar dari penulis.

6) Sebaiknya satu paragraf terdiri atas 50-75 kata.

7) Spasi tunggal.

8) Format abstrak lebih sempit (menjorok ke dalam).

9) Ukuran huruf lebih kecil dari ukuran huruf bagian lain dalam

artikel.

6.7. Kata Kunci Bersifat Fakultatif

1) Memiliki makna yang khas dan jelas.

2) Terdiri atas 3 sampai 5 kata.

3) Bisa berbentuk kata dasar atau kata jadian sebaiknya kata benda

dan jangan kata kerja.

4) Kata kunci sebaiknya diambil kata-kata inti dari abstrak.

6.8. Metode Penelitian

1) Memaparkan desain atau rancangan penelitian yang digunakan.

2) Menjelaskan sasaran penelitian seperti populasi, sampel, sumber

data.

142

Page 143: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

3) Menyebutkan dengan jelas teknik dan instrumen pengumpulan

data.

4) Menggambarkan teknik atau prosedur analisis data.

5) Metode penelitian ditulis secara naratif.

6.9. Penggunaan Bahasa dalam Jurnal (Abstrak)

1) Bahasa yang digunakan harus bahasa baku melalui penggunaan

ejaan, pemakaian kata, bentuk kata, kalimat, dan paragraf.

2) Bahasa efektif ialah bahasa yang secara tepat dapat mencapai

sasaran. Bahasa efektif dapat dikenali melalui pemakaian bahasa

yang sederhana, wajar, ringkas, jelas, sopan, dan menarik.

3) Bahasa sederhana berarti bersahaja, lugas mudah, tidak berbelit-

belit.

4) Bahasa ringkas adalah bahasa yang lebih tegas dan mudah

dipahami.

5) Bahasa yang jelas berarti bahasa tidak meragukan, tidak

bermakna ganda, dan tidak menimbulkan salah paham.

6) Bahasa sopan berarti bahasa yang tertib menurut adat kebiasaan.

6.10. Contoh Penulisan Abstrak

THE ROLES OF INDONESIAN IN ROLE-PLAY

ACTIVITIES IN AN ENGLISH LANGUAGE CLASS

Patrisius Istiarto Djiwandono

Universitas Katolik Widya Karya

143

Page 144: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Bahasa Indonesia (BI) dalam kelas Bahasa Inggris (BING). Penelitian dilakukan untuk menunjukkan peran BI di antara pembelajar BING pada tingkat pemula dan tingkat tengah. Dalam kelas percakapan, sekelompok pembelajar pada kedua tingkat ini diberi kegiatan permainan peran (role play) selama satu semester . Pembicaraan mereka direkam dengan memakai teknik introspeksi, mereka ditanya mengapa mereka beralih kode ke BI. Ujaran yang berisi alih kode ini kemudian dipelajari. Hasilnya menunjukkan bahwa BI membantu pembelajar dalam mengontrol keadaan afektif mereka, memberikan lebih banyak kesempatan untuk berlatih, membantu rekan bicara , dan memberikan masukan yang dapat dipahami. Beberapa penjelasan teoritis diberikan dan saran-saran pun diajukan kepada guru tentang cara kita sebaiknya memperlakukan BI dalam kelas BING.

STRATEGI KOMUNIKASI KAMPANYE PENGENDALIAN MINUMAN

BERALKOHOL (PERDA NO.11 TAHUN 2012) PEMERINTAH

KABUPATEN SIKA NUSA TENGARA TIMUR

Polikarpus Manase Mana

Pascasarjana Universitas Hasanuddin

144

Page 145: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) strategi komunikasi

Pemkab Sikka dalam kampanye pengendalian minuman beralkohor

berdasarkan Perda No. 11 Tahun 2012, (2) pelaksanaan kampanye

sosialisasi pengendalian minuman beralkohor, dan (3) faktor-faktor yang

menghambat kampanye pengendalian minuman beralkohor di Kabupaten

Sikka. Penelitian ini bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Variabel yang diteliti

adalah proses komunikasi, strategi komunikasi, media komunikasi,

sasaran komunikasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis

kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten

Sikka tidak memunyai perencanaan strategi komunikasi yang baik.

Pelaksanaan kampanye mengalami hambatan dari berbagai masalah,

yaitu tingkat pengetahuan masyarakat masih rendah, partisipasi

masyarakat dalam kampanye pengendalian minuman beralkohor masih

rendah, waktu dan biaya sangat terbatas, ego sektoral masih menonjol,

sistem birokrasi yang panjang, dan adat dan budaya yang masih kental di

masyarakat.

Kata kunci : strategi komunikasi, kampanye, minuman beralkohor

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, M.K., Sabarti, Midar Arsyad, Sakura Ridwan. 1984/1985. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia. UNT 112/2 SKS/Modul 1-3-6. Universitas Terbuka : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Badudu, J.S. 1983a. Membina Bahasa Indonesia Baku. Jilid 1 dan 2. Bandung : Pustaka Prima.

_______. 1983b. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta : Gramedia

145

Page 146: Bahan Ajar Bi Mku Hasil Finalisasi - Copy

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagakerjaan. 2006. Acuan Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1980. Bimbingan Menulis Skripsi-Tesis. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia : Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Cet. ke-2 (Edisi Revisi). Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Keraf, Gorys. 1980a. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores : Nusa Indah._______. 1980b. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa.

Ende-Flores : Nusa Indah._______. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende-Flores : Nusa Indah.Kridalaksana, Harimurti, dkk. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa

Indonesia. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

M. Kumarto, Niknik. 2007. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Moeliono, Anton M. dan Soenjono Dardjowidjojo (Ed). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Perum. Balai Pustaka.

Nafiah, A.Hadi. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang?. Surabaya : Usaha Nasional.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Bandung : Remaja Karya.

Soedjito dan Mansur Hasan. 1986. Keterampilan Menulis Paragraf.

Bandung : Remaja Karya.

146