1 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN …digilib.unila.ac.id/20319/1/2010-AGB-S.pdf ·...
-
Upload
duongthuan -
Category
Documents
-
view
261 -
download
18
Transcript of 1 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN …digilib.unila.ac.id/20319/1/2010-AGB-S.pdf ·...
1
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANISAWI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
SUNAWIRAWAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2010
2
ABSTRAK
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANISAWI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Sunawirawan1, Wan Abbas Zakaria2, Hurip Santoso2
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui efisiensi penggunaan faktor –faktor produksi pada usahatani sawi di Kota Bandar Lampung; (2) Menganalisistingkat pendapatan usahatani sawi di Kota Bandar Lampung.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjung Karang Barat dan KecamatanKemiling Kota Bandar lampung. Responden diambil sebanyak 35 petani denganmetode simple random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dandata sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis fungsi produksi,analisis efisiensi ekonomi, dan analisis pendapatan dengan menggunakan R/Crasio.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan faktor – faktor produksipada usahatani sawi di Kota Bandar Lampung belum efisien. Penggunaan faktorproduksi luas lahan (X1), benih (X2), dan pupuk SP36 (X5) perlu ditingkatkan,sedangkan pupuk kandang (X3) dan pestisida (X7) harus dikurangi agarpendapatan usahatani sawi meningkat.; (2) Usahatani sawi merupakan usahataniyang menguntungkan. Tingkat pendapatan saat ini sebesar Rp 1.640.004,00 per1.851,43 m2 dengan R/C ratio atas biaya tunai yaitu sebesar 2,58, sedangkanpendapatan atas biaya total sebesar Rp 749.338,40 per 1.851,43 m2 per musimdengan nilai R/C ratio sebesar 1,39. Pada kondisi optimal dengan kendala lahanseluas 1.851,43 m2 diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 1.618.015,48dengan R/C ratio sebesar 3,23, sedangkan pendapatan atas biaya total adalahsebesar 1.017.648,14 dengan R/C ratio sebesar 1,77.
1 : Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung2 : Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3
ABSTRACT
ANALYSIS OF EFFICIENCY PRODUCTION AND MUSTARD GREENSFARM INCOME IN BANDAR LAMPUNG
BySunawirawan1, Wan Abbas Zakaria2, Hurip Santoso2
The purposes of this research were : (1) To know the efficiency of productionfactors of mustard green farm in Bandar Lampung.; (2) To analyze the incomelevel of mustard green farm in Bandar Lampung.
This research conducted in the West Tanjung Karang district and KemilingDistrict in Bandar Lampung. The respondents were 35 farmers taken by simplerandom sampling method. The data used were primary data and secondary data.The analysis method used were the function of production analysis, efficiency ofeconomic analysis and income analysis is used by R/C ratio.
The results showed that. (1) The use of production factors on mustard green farmcorporation in Bandar Lampung wasn’t efficient. The use of factor production onland area (X1), seed (X2) and SP36 (X5) were important to be increased, whilenatural fertilizer (X3) and pestiside (X7) should be decreased in order to increasedthe mustard green farms income; (2) The mustard green farm is a profitable farm.Level of current income amounted to Rp1,640,004.00 per 1,851.43 m2 with R/Cratio of cash cost that is equal to 2.58 while income over total costs amounted toRp749,338.40 per 1,851.43 m2 per season with the R / C ratio of 1.39. At optimalconditions with an area of 1,851.43 m2 constraints obtained income of cash costamounting to Rp1,618,015.48 with R/C ratio for about 3.23 and the income ofover total costs amounted to Rp1,017,648.14 with R/C ratio about 1.77.
1. Alumni of Social-economic Departement of Agricultural Faculty, the University of Lampung.2. Lecturer of Social-economic Departement of Agricultural Faculty, the University of Lampung.
4
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANISAWI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
SUNAWIRAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Sosial Ekonomi PertanianFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2010
5
Judul Skripsi : ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DANPENDAPATAN USAHATANI SAWI DI KOTABANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Sunawirawan
Nomor Pokok Mahasiswa : 0314021046
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Menyetujui
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. Ir. Hurip Santoso, M.S.NIP 19610826 198702 1 001 NIP 19480901 197603 1 001
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.PNIP 19620623 198603 1 003
6
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
Sekretaris : Ir. Hurip Santoso, M.S
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S.NIP. 19610826 198702 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 4 November 2010
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 18 September 1984, sebagai anak ke
tiga dari enam bersaudara buah kasih dari Bapak Drs. H. Ahmad Nawawi dan ibu
Hj. Suirat.
Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 16
Serang. Sekolah Menengah Pertama 4 Serang diselesaikan pada tahun 2000,
kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 1
Serang yang diselesaikan pada tahun 2003. Pada tahun yang sama (2003), penulis
diterima sebagai mahasiswa S1 Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2007
penulis melakukan Praktik Umum di PT. Sweet Indo Lampung, grup perusahaan
Sugar Group Company.
Selama menjadi mahasiswa, aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Bandar Lampung, Senat Mahasiswa Pertanian Unila, Himpunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) Unila, Keluarga Mahasiswa
Banten (KMB), Himpunan Mahasiswa Serang dan Cilegon (HIMSAC), Lembaga
Studi Mahasiswa Pertanian (LS-MATA) dan pengabdian lainnya kepada
masyarakat khususnya petani.
8
SANWACANA
Alhamdulillah atas segala nikmat Allah SWT. yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dosen Pembimbing sekaligus
selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas semua ilmu dan
pelajaran, bimbingan, kepercayaan, serta bantuan yang tidak terhitung.
2. Ir. Hurip Santoso, M.S., selaku Dosen Pembimbing II atas semua bantuan,
saran, dan kritik yang diberikan selama bimbingan.
3. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., selaku Dosen Pembahas atas segala saran dan
kritik yang diberikan selama penulisan skripsi ini.
4. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Pembmbing Akademik sekaligus
sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung atas
semua bimbingan, saran, dan kritik serta bantuannya.
5. Ir. Sudarma Widjaya, M.S. atas semua pengarahan, bimbingan, pengalaman,
serta bantuan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa Sosial
Ekonomi Pertanian.
6. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis, serta seluruh civitas
akademika Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah membantu
dalam hal administrasi dan fasilitas selama masa studi.
9
7. Ayahanda tercinta Drs. H. A. Nawawi, Ibunda Suirat, atas kesabaran dan
nasihat yang sangat berart bagi penulis dalam menyelesaikan studi kuliah.
8. Eng. Rakhmat Nawawi, Nani Oktaviani S.T. M.M., Dr. Ir. Tubagus
Rismunandar, M.S. selaku kakak – kakakku tercinta. Adik – adikku
Nasrullah, S.T., Lina Nurlaila, dan Devi Fatmawati, serta keponakan tersayang
Ratu Aida Raisya dan Amira serta seluruh Keluarga Besar Almarhum Embah
dan Mamatua atas semua limpahan kasih sayang, dukungan, doa, dan bantuan
moril yang diberikan.
9. Dewi Novriyanti atas semangat, cinta dan kasih sayang, juga motivasi yang
diberikan selama penulis menyelesaikan penelitian ini.
10. Sahabat dan saudaraku Sosek ’03 seperjuangan juga seluruh senior dan junior
atas semangat dan kebersamaan selama ini.
11. Rekan – rekan perjuangan di HMI komisariat pertanian, dan Cabang
Lampung, HIMSAC, KMB, LS-MATA, dan N’Dig-net dan D’One-net.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penelitian dan penyelesaian
skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan
tetapi penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Juni 2010Penulis,
Sunawirawan
10
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Balakang dan Masalah........................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
C. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 10
1. Budidaya sawi .......................................................................... 102. Teori produksi .......................................................................... 133. Efisiensi produksi ..................................................................... 194. Pendapatan usahatani ............................................................... 22
B. Hasil Penelitian Terdahulu.............................................................. 25
C. Kerangka Pemikiran........................................................................ 27
D. Hipotesis ........................................................................................ 28
III.METODE PENELITIAN .................................................................. 30
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ........................................ 30
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ................... 33
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data .................................... 35
D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis ..................................... 35
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................. 42
A. Kondisi Geografis .......................................................................... 42
B. Topografi Wilayah ......................................................................... 43
C. Kebijakan Perwilayahan ................................................................. 44
D. Potensi Ekonomi ............................................................................ 45
11
E. Komposisi Penduduk ...................................................................... 46
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 48
A. Keadaan Umum Responden............................................................ 48
B. Budidaya Sawi di Kota Bandar Lampung ...................................... 56
C. Analisis Faktor – Faktor Produksi Sawi.......................................... 61
D. Analisis Efisiensi Ekonomi ............................................................ 66
E. Analisis Pendapatan Usahatani ....................................................... 71
VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 77
A. Simpulan ........................................................................................ 77
B. Saran ............................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 79
LAMPIRAN ............................................................................................... 81
12
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung tahun 2004-2008 ................... 3
2. Konsumsi dan surplus/defisit pemenuhan kebutuhan sayuran di KotaBandar Lampung tahun 2006 – 2008....................................................... 4
3. Sebaran luas lahan dan produksi tanaman sayuran per kecamatan diKota Bandar Lampung............................................................................ 6
4. Harga sawi di beberapa pelaku tataniaga dan petani. .............................. 8
5. Sebaran jumlah petani sawi di lokasi penelitian ..................................... 34
6. Kawasan Wilayah PengembangNama kecamatan, jumlah kelurahanserta luas wilayah kecamatan di Kota Bandar Lampung ....................... 43
7. Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP) Kota Bandar Lampung......... 44
8. PDRB Kota Bandar Lampung menurut lapangan usaha.......................... 46
9. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung ............................................... 47
10. Komposisi usia petani responden ............................................................ 48
11. Sebaran tingkat pendidikan responden .................................................... 50
12. Persentase jumlah tanggungan keluarga responden................................. 52
13. Sebaran luas lahan usahatani sawi responden.......................................... 52
14. Kandungan bahan aktif pada tiap pestisida.............................................. 53
15. Penggunaan tenaga kerja usahatani sawi di Kota Bandar Lampungdalam satu periode tanam......................................................................... 54
16. Analisis ragam produksi sawi di Kota Bandar Lampung ...................... 61
17. Hasil pendugaan uji faktor – faktor yang mempengaruhi produksi sawidi Kota Bandar Lampung......................................................................... 62
18. Hasil pendugaan koefisien faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatproduksi sawi di Kota Bandar Lampung setelah penghapusan varibel X4
dan X8 ...................................................................................................... 6319. Rasio Nilai Produk Marjinal dengan Biaya Korbanan Marjinal
Usahatani sawi di Kota Bandar Lampung .............................................. 6820. Kombinasi penggunaan faktor produksi usahatani sawi dengan
kendala lahan di Kota Bandar Lampung tahun 2010............................... 7021. Biaya – biaya produksi petani sawi di Kota Bandar Lampung dalam
13
satu periode tanam per 1851,43m2........................................................... 7122. Analisis pendapatan petani sawi di Kota Bandar Lampung
per 1851,43 m2 dalam satu periode tanam ............................................... 7323. Analisis pendapatan petani sawi di Kota Bandar Lampung per
1851,43 m2 dalam satu periode tanam dalam kondisi penggunaan faktorsecara efisien dengan kendala lahan ....................................................... 74
24. Analisis pendapatan Optimal usahatani sawi pada beberapa skalausahatani per musim di Kota Bandar Lampung, 2010............................. 76
25. Identitas Responden ................................................................................ 81
26. Kepemilikan peralatan usahatani sawi .................................................... 82
27. Biaya tunai usahatani sawi di Kota Bandar Lampung per periode .......... 83
28. Biaya non tunai usahatani sawi di Kota Bandar Lampung per satuPeriode tanam........................................................................................... 84
29. penyusutan peralatan usahatani ............................................................... 85
30. Penggunaan Tenaga Kerja ...................................................................... 86
31. Produksi dan penerimaan ........................................................................ 89
32. Data pengujian faktor – faktor produksi dan nilai transformasi ............ 90
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Kurva hubungan antara PT, PR, PM dan EP ...................................... 15
2. Kerangka pemikiran analisis usahatani,pemasaran, dan keuntunganpetani sayurann di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung,2010 ..................................................................................................... 29
3. Pola tanam usahatani sawi di Kota Bandar Lampung ........................ 60
4. Penyemaian ......................................................................................... 98
5. Proses penyemaian............................................................................... 98
6. Wawancara dengan responden ............................................................ 98
7. Proses pemanenan ............................................................................... 99
8. Proses pembersihan tanah dari akar tanaman ..................................... 99
9. Tanaman berumur 20 hari .................................................................. 99
10. Peta Kota Bandar Lampung ................................................................ 100
11. Peta Kecamatan Tanjung Karang Barat .............................................. 101
12. Peta Kecamatan Kemiling .................................................................. 102
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi
pertanian tropis dan potensi pasar pangan yang besar. Hal itu ditunjukkan
oleh pertumbuhan penduduk nasional yang signifikan pada tahun 2000 sebesar
200 juta jiwadan diperkirakan mencapai 400 juta jiwa pada tahun 2040.
Optimisme tentang prospek produksi pertanian ke depan sangat didukung
dengan potensi lahan pertanian yang ada. Indonesia masih memiliki potensi
lahan pertanian yang cukup besar. Sampai dengan tahun 2001, menurut data
BPN seperti yang dilaporkan Syahyuti (2006), total lahan pertanian yang
sudah dikelola sebesar 36,3 juta ha dengan proporsi terbesar di Sumatera (15,2
juta ha) dan Jawa (7,7 juta ha). Luas kawasan yang dapat dipergunakan untuk
pertanian 123,4 juta ha dengan proporsi terbesar di Kalimantan (38,8 juta ha),
Sumatera (30,4 juta ha) dan Irian Jaya (23,6 juta ha). Areal yang yang masih
tersisa yang dapat dipergunakan untuk lahan pertanian adalah 87,1 juta ha
dengan proporsi terbesar di Kalimantan (34,2 juta ha), Irian Jaya (20,58 juta
ha) dan Sumatera (15,2 juta ha).
Menurut data BPS (2009), Sektor pertanian masih memberikan kontribusi
terbesar bagi pendapatan daerah Propinsi Lampung pada Triwulan III 2008
2
yaitu sebesar (38,85 persen), diikuti sektor industri pengolahan (14,53 persen),
sektor perdagangan/hotel/restoran (12,86 persen) dan sektor jasa-jasa (11,10
persen) (Anonim, 2008). Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa
pengembangan dan pembangunan sektor pertanian menjadi tantangan
tersendiri bagi pemerintah karena sektor pertanian mampu memberikan
kontribusi pendapatan terbesar bagi daerah Lampung.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang sering ditafsirkan sebagai
pendapatan daerah menjadi tolok ukur keberhasilan pertumbuhan
perekonomian di suatu daerah. Pada tahun 2008, angka PDRB yang
dihasilkan Kota Bandar Lampung sebesar 13,437 triliyun rupiah. Pencapaian
angka PDRB terus meningkat selama 5 tahun terakhir menunjukkan keadaan
perekonomian yang membaik. Peningkatan juga dilihat dari PDRB perkapita
tahun 2008 yang mencapai 16,329 juta rupiah, dimana pencapaian tahun lalu
hanya sebesar 12,960 juta rupiah (BPS Kota Bandar Lampung, 2008).
Lapangan usaha bidang Pertanian merupakan lapangan usaha ke tujuh terbesar
penyumbang pendapatan Kota Bandar Lampung. Pencapaian ini selama lima
tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
bidang pertanian juga memiliki potensi yang cukup tinggi walaupun Kota
Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi.
Besarnya kontribusi sektor pertanian harus diimbangi dengan
memprioritaskan pembangunan pertanian di berbagai sub sektor, karena
produk pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan, salah satunya
untuk memenuhi konsumsi masyarakat.
3
Kebutuhan masyarakat meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan
penduduk suatu daerah. Peningkatan pertumbuhan penduduk dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung tahun 2004-2008
Tahun Jumlah (jiwa) Peningkatan (%)2004 800.490 -2005 809.860 1,172006 844.608 4,292007 812.133 -3,842008 822.880 1,32
Rata-rata 0,73
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2009
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bandar Lampung terus
meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,73% / tahun. Hal itu
cenderung berbanding lurus dengan jumlah konsumsi pangan di Kota Bandar
Lampung.
Dalam pemenuhan konsumsi masyarakat khususnya produk pertanian, tidak
dapat terlepas dari pemenuhan gizi yang seimbang, yaitu empat sehat lima
sempurna. Sebagai modal energi untuk melangsungkan kehidupan, vitamin
dan mineral sangat dibutuhkan agar masyarakat menjadi sehat dan
meminimalisir penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh racun – racun yang
terkandung dalam makanan sehari-hari.
Vitamin dan mineral itu sendiri banyak terkandung dalam sayuran yang
notabene sebagai salah satu sub sektor di bidang pertanian yaitu sub sektor
hortikultura. Kandungan gizi utama dalam buah dan sayuran adalah vitamin
dan mineral. Vitamin yang terdapat dalam buah dan sayuran adalah
4
provitamin A, vitamin C, K, E dan berbagai kelompok vitamin B kompleks.
Kandungan beta karoten pada sayuran membantu memperlambat proses
penuaan dini mencegah resiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi paru-
paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes. Vitamin
lainnya memiliki fungsi sebagai andtioksidan yang bekerja dengan cara
mengikat lalu menghancurkan radikal bebas dan mampu melindungi tubuh
dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun. Di samping itu, buah dan
sayuran juga kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium (K),
kalsium (Ca), natrium (Na), zat besi (Fe), magnesium (Mg), mangan (Mn),
seng (Zn), selenium (Se), dan boron (Bo) (margianto,1997).
Kandungan gizi yang tinggi itu menjadi alasan mengapa sayuran banyak
dikonsumsi masyarakat, khususnya di Kota Bandar Lampung. Hal itu dapat
kita ketahui salah satunya dengan melihat rumah makan dan restoran –restoran
pasti menyajikan sayuran, baik itu sebagai pelengkap makanan utama, ataupun
sebagai menu spesial. Konsumsi dan surplus defisit kebutuhan sayuran di
Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konsumsi dan surplus/defisit pemenuhan kebutuhan sayuran diKota Bandar Lampung tahun 2006 – 2008
Tahun JumlahPenduduk
(jiwa)
Produksi(ton)
Konsumsi(ton)
Surplus/defisit(ton)
2006 844.608 1.0010 37.830,96 -27.8212007 812.133 11.546,4 36.306,45 -24.760,12008 822.880 3.006,2 50.560,09 -47.553,9
Sumber : BPS dan Badan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung, 2009(diolah).
5
Tabel 2 menunjukkan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini konsumsi
sayuran terus meningkat, hal ini tidak diimbangi dengan produksi sayuran
yang merosot tajam pada tahun 2008 yang mengakibatkan meningkatnya
defisit pemenuhan konsumsi sayuran di Kota Bandar Lampung. Untuk
mencukupi kebutuhan sayuran, maka didatangkan komoditi sayuran dari
daerah – daerah sentra pertanian baik dari dalam Propinsi Lampung maupun
dari luar daerah lainnya. Permasalahan ini menciptakan peluang usaha yang
sangat strategis agar kebutuhan masyarakat terhadap sayuran dapat terpenuhi
dan kesejahteraan petani meningkat.
Usahatani sayuran seperti hal nya usahatani komoditas lainnya tidak terlepas
dari permasalahan-permasalahan dimulai dari input sampai output dan pasca
panen. Keuntungan yang diperoleh petani dipengaruhi oleh harga yang
diperoleh, jumlah produksi dan biaya – biaya yang dikeluarkan oleh petani
sayuran. pemilihan benih yang unggul, pemupukan dan pemeliharaan yang
baik dapat mempengaruhi produksi yang didapat petani yang juga dapat
mempengaruhi keuntungan petani dengan asumsi harga yang stabil.
Dalam pencatatan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung,
yang meliputi tanaman sayuran antara lain buncis, kacang panjang, kangkung,
bayam, terong, ketimun, sawi, cabe, dan tomat. Berdasarkan sebaran per
kecamatan dengan menggabungkan semua komoditi sayuran, dapat dilihat
pada Tabel 3.
6
Tabel 3. Sebaran luas lahan dan produksi tanaman sayuran per kecamatan diKota Bandar Lampung
Kecamatan Luas Panen(ha)
Produksi(ton)
Produktivitas(ton/ha)
Teluk Betung Barat 31 23,9 0,77Teluk BetungSelatan 1 0,1 0,10Panjang 44 67,9 1,54Tanjung Karangtimur 1,4 7,75 0,18Teluk Betung Utara 49 65,2 1,33Tanjung KarangPusat 0 0 ~Tanjung KarangBarat 46 264,8 5,76Kemiling 131 239,6 1,83Kedaton 44 53,4 1,21Rajabasa 16 61,4 3,84Tanjung Seneng 45 49,1 1,09Sukarame 51 108,1 2,12Sukabumi 31 118,4 3,82Kota BandarLampung 490,4 1069,55 2,18
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2007 (diolah).
Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Tanjungkarang Barat dan Kecamatan
Kemiling merupakan sentra penghasil sayuran di Kota Bandar Lampung.
Tabel 3 juga menunjukkan produktivitas tanaman sayuran di kecamatan
Kemiling cukup rendah jika dibandingkan tingkat produkstivitas di
Kecamatan Tanjung karang Barat dan di tingkat Kota. Hal ini dapat
ditingkatkan lagi dengan penggunaan faktor – faktor produksi yang efisien dan
didukung dengan tingginya harga jual produk yang diterima petani sayuran di
Kota Bandar Lampung serta faktor – faktor lain yang mempengaruhi.
Berdasarkan data BPS tahun 2008 juga, komoditas sayuran paling besar yang
di budidayakan di Bandar Lampung adalah tanaman sawi yaitu sebesar 496,6
7
ton dengan luas panen sebesar 187 hektar yang berarti memiliki tingkat
produktivitas sebesar 2,66ton/ha.
Menurut Nazaruddin (1993), produktivitas ideal tanaman sawi adalah sebesar
10 ton/ha. Jika dibandingkan dengan tingkat prodktivitas yang dicapai petani
di Kota Bandar Lampung, maka dapat dikategorikan bahwa Kota Bandar
Lampung memliki tingkat produktivitas tanaman sawi sangat rendah sekali.
Sesuai dengan sifat produk pertanian yang relatif berfluktuatif maka akan
sangat berpengaruh pada tingkat harga yang berlaku (Hernanto, 1994).
Berdasarkan data yang didapat dari survey pendahuluan, harga sawi di Bandar
Lampung di tingkat – tingkat pelaku tataniaga dan petani dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Harga sawi di beberapa pelaku tataniaga dan petani.
Pelaku Pemasaran Harga(Rp/Kg)
Petani 2,000Pengumpul 3,500Pasar Induk 4,500Pasar tempel 6,000
Warung / konsumen 7,500
Sumber : data survey pendahuluan
Rendahnya harga yang diterima oleh petani tentunya akan berpengaruh
terhadap pendapatan keluarga yang juga berpengaruh pada semangat untuk
menanam sawi. Perbaikan sistem tataniaga terutama masalah harga yang
diterima petani akan dapat meningkatkan minat petani untuk
membudidayakan sawi. Selama ini petani biasanya hanya menerima harga
(price taker) yang ditentukan oleh pedagang pengumpul. Dengan adanya
perbaikan di atas maka pendapatan dan kesejahteraan petani dapat meningkat.
8
Permodalan menjadi permasalahan yang turut pula harus diperhatikan.
Kebijakan pemerintah saat ini sudah memberikan jalan seluas-luasnya bagi
petani untuk memiliki modal usaha dengan sistem kredit atau pinjaman pada
bank – bank yang ditunjuk pemerintah dengan bunga pinjaman yang sangat
rendah. Hal ini tentunya sangat membantu petani untuk mendapatkan modal
usaha agar usahanya dapat berkembang dan maju. Salah satu syarat untuk
mendapatkan pinjaman di bank adalah kelayakan usahatani yang dijalankan
dengan melihat seberapa besar pendapatan yang didapat oleh petani sawi.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah
yang terjadi dalam usahatani sawi sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan faktor – faktor produksi pada usahatani sawi di Kota
Bandar Lampung sudah efisien?
2. Apakah usahatani sawi di Kota Bandar Lampung menguntungkan?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui efisiensi penggunaan faktor – faktor produksi pada usahatani
sawi di Kota Bandar Lampung.
2. Menganalisis tingkat pendapatan usahatani sawi di Kota Bandar Lampung.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani dalam mengelola usahatani sawi
yang dilakukan.
9
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan
kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan serta pengembangan
usahatani sawi di Kota Bandar Lampung.
3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian-penelitian yang sejenis di masa
yang akan datang.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Budidaya Sawi
Nazaruddin (1993) membedakan kategori sayuran menjadi dua kategori,
yakni sayuran dataran tinggi dan sayuran dataran rendah.
Menurut data BPS Provinsi Lampung, Bandar Lampung memiliki
ketinggian 0 – 700 meter di atas permukaan laut. Dengan demikian Kota
Bandar Lampung dapat dikategorikan sebagai wilayah dataran rendah.
Menurut data BPS Kota Bandar Lampung tahun 2009, komoditi –
komoditi sayur yang diusahakan di Kota Bandar Lampung antara lain;
uncis, kacang panjang, kangkung, bayam, sawi dan tomat. Sawi
merupakan komoditas sayuran yang utama.
Sawi atau Caisin (Brassica sinensis L.) termasuk famili Brassicaceae,
daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi
mengandung pro vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Sawi bukan
tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia
mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga
dikembangkan di Indonesia ini (Margianto, 1997).
11
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun
dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang
diperoleh lebih baik di dataran tinggi (Untung, 1993).
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter
sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai
500 meter dpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam
sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman secara teratur (Untung, 1993).
Akhir musim hujan merupakan waktu yang tepat untuk mulai menanam
sawi. Penanaman diawali dengan menyemai benih sampai bibit sudah
berdaun 4 helai, lalu dipindahkan ke lahan dengan jarak tanam 30 – 40 cm.
Benih yang dibutuhkan untuk lahan seluas satu hektar adalah sebanyak
700gr. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari (Nazaruddin,
1993).
tanaman sawi membutuhkan suhu rata – rata 210C. rata – rata suhu untuk
pertumbuhan optimum ialah 26 – 280C. bila suhu minimum rata – rata
kurang dari 100C maka pertumbuhan tanaman akan terganggu.
Dikarenakan suhu dataran rendah lebih tinggi, penguapan air dan pupuk
12
akan lebih mudah, maka pupuk dan air yang dibutuhkan akan lebih banyak
(Nazaruddin, 1993).
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat
kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah
antara pH 6 sampai pH 7.
Perbanyakan tanaman sawi dilakukan dengan biji yang dihasilkan dari
tanaman yang dibiarkan hingga berkembang dan akhirnya tua, berbuah dan
menghasilkan biji. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya
licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.
Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik,
seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar
air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan
kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium
foil (Margianto, 2007).
Pupuk yang dibutuhkan dalam satu hektar lahan adalah 10 – 15 ton pupuk
kandang, 60 kg urea, pupuk KCLsebanyak 20 kg, dan TSP sebanyak 20
kg. Pupuk urea, KCl dan TSP diberikan di pinggir – pinggir bedengan
(Nazzarudin, 1993).
13
Tanaman sawi tergolong cepat panennya. Umur 30 – 40 hari setelah
tanam sudah memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Dalam satu hektar lahan
akan menghasilkan sawi sekitar 100 kuintal (Untung, 1993).
2. Teori produksi
Menurut Soekartawi (2002), produksi adalah proses yang dapat mengubah
beberapa input menjadi output. Produksi tersebut merupakan hasil
bekerjanya beberapa faktor produksi. Sementara itu menurut Mubyarto
(1994) produksi merupakan suatu pengubahan faktor-faktor produksi
(input) menjadi barang atau jasa. Hubungan antara hasil produksi (output)
dengan faktor-faktor produksi (input) disebut sebagai fungsi produksi.
Sedangkan faktor-faktor produksi yaitu semua korbanan yang dikeluarkan
untuk menghasilkan barang atau jasa (output) yang diperlukan oleh
manusia atau konsumen
Proses produksi dapat diformulasikan dalam hubungan input-output.
Hubungan fisik antara input dan output disebut fungsi produksi. Dalam
hubungan ini dikenal sebuah hukum yang disebut hukum kenaikan hasil
yang semakin berkurang (Law of Deminishing return), yaitu ”jika suatu
faktor produksi variabel dengan jumlah tertentu ditambahkan terus
menerus pada sejumlah faktor produksi yang tetap, akhirnya akan dicapai
suatu keadaan dimana setiap penambahan produksi yang besarnya semakin
berkurang”. Beberapa peubah yang ada dalam teori produksi adalah
produk total (PT), produk rata-rata (PR), dan produk marginal (PM).
14
Produksi total (PT) adalah jumlah total produksi yang dihasilkan dengan
menggunakan semua faktor-faktor produksi selama periode waktu tertentu.
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y = f (x1, x2, x3,......xn)
Keterangan :
Y = produksi yang dihasilkanX = faktor-faktor produksi yang digunakan (1, 2, 3, ........,n)f = fungsi yang menunjukkan hubungan perubahan dari input
menjadi output.
Produk rata-rata (PR) adalah produk total per satuan faktor produksi
variabel. Secara matematis persamaannya dapat ditulis:
PR = PT/X
Produk marjinal (PM) adalah perubahan produk total sebagai akibat dari
tambahan satu-satuan faktor variabel.
PM = ΔY/ΔX
Perubahan yang relatif dari produk yang dihasilkan disebabkan oleh
perubahan relatif faktor produksi disebut sebagai elastisitas produksi (EP).
Secara matematis elastisitas produksi dapat dituliskan sebagai berikut:
EP = (ΔY/Y) / (ΔX/X)
EP = (ΔY/ΔX) . (X/Y)
EP = PM/PR
Dimana: PM = produk marjinalPR = produk rata-rata
Hubungan antara peubah produk total (PT), produk rata-rata (PR) produk
marjinal (PM), dan elastisitas produksi (EP) dapat dilihat pada Gambar 1.
15
EP = 1 EP = 0
PR
PT
0X
PM maks
PR maks
EP=PM=0
a = titik balik
b = titik singgung
c = PT maksimal
X2X1
●
●
●●●
●
Daerah II(0<EP<1)Rasional
Daerah III(EP<0)
Irrasional
Daerah I(EP>1)
Irrasional
Y
Gambar 1. Kurva hubungan antara PT, PR, PM dan EP.
Berdasarkan Gambar 1, produksi total (PT) akan semakin naik dengan
bertambahnya input produksi hingga mencapai titik c, kemudian akan
turun. Pada saat kurva produk total mencapai titik balik (titik a), kurva
produk marjinal mencapai titik maksimum. Dengan tambahan input terus-
menerus, kurva PM akan mencapai nol (PM=0) pada titik d, tepat pada
saat produk total mencapai maksimum.
Kurva produk rata-rata (PR) selalu lebih rendah dibandingkan produk
marjinal hingga titik b, yang merupakan titik PR maksimum dan tepat pada
saat kurva PT mencapai titik singgung, pada saat ini nilai PR sama dengan
nilai PM. Kemudian setelah titik b, kurva PR akan berada diatas kurva
PM.
PM
16
Pada Gambar 1, berdasarkan nilai elastisitas produksi, terdapat tiga
kemungkinan daerah produksi yang meliputi daerah rasional (0<Ep<1) dan
daerah irrasional (Ep>1 atau Ep<0). Menurut Doll dan Orazem (1984),
tiga kemungkinan nilai elastisitas produksi tersebut adalah:
1) daerah I dengan Ep > 1 (daerah irrasional)
Daerah I didapatkan nilai Ep>1, yaitu nilai X antara 0 sampai dengan
X1, pada daerah tersebut nilai PM berada di atas nilai PR. Daerah I
adalah yang tidak rasional, karena dalam daerah ini penambahan faktor
sebesar 1% akan menyebabkan penambahan output lebih dari 1%.
Seorang pengusaha atau petani didalam daerah ini akan menambah
penggunaan faktor produksi untuk memperbesar output dan
meningkatkan keuntungannya
2) daerah II dengan 0 < Ep < 1 (daerah rasional)
Daerah II didapatkan nilai 0 < Ep < 1, yaitu nilai X antara x1 sampai
dengan x2, pada daerah tersebut nilai PM berada di bawah nilai PR.
Daerah rasional, karena dalam daerah ini, penambahan produksi paling
tinggi satu persen dan paling rendah nol. Pada suatu tingkat tertentu
dari penggunaan faktor di daerah ini akan memberikan keuntungan
yang maksimum.
3) daerah III dengan Ep < 0 (daerah irrasional)
Daerah III didapatkan nilai EP < 0, yaitu nilai X lebih dari X2, pada
daerah tersebut nilai PM ternilai negatif dan berada di bawah nilai PR.
Daerah ini menunjukkan penambahan faktor akan menyebabkan
penurunan jumlah output.
17
Dalam penelitian ini fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi
produksi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel yang saling berkaitan
dalam suatu hubungan yang logis (Soekartawi, 2002). Secara matematis
fungsi produksi Cobb-Douglas dirumuskan sebagai berikut:
Y = bo X1b1X2
b2X3b3........ Xn
bn.eu
untuk memudahkan pendugaan maka persamaan diubah bentuk menjadi
bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut
sebagai berikut:
Ln Y = Ln bo + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 ........... + bn Ln Xn + u
Keterangan:
Y = peubah yang dijelaskan (output)Xi = input (i = 1,2,3,....., n)bo = titik potong (intersep)bi = koefisien regresi (elastisitas produksi)e = bilangan natural 2,7182n = 1,2,3,..........,nu = unsur sisa
Berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 adalah tetap
walaupun variabel tersebut dilogaritmakan. Hal ini karena b1 dan b2
merupakan elastisitas produksi (Soekartawi, 2002).
Jumlah penduga parameter regresi ( bi) dalam fungsi produksi Cobb-
Douglas memberikan petunjuk terhadap peubah keluaran secara
proporsional. Bila bi = 1, menunjukkan skala usaha konstan, artinya
bila masukan menjadi dua kali, maka secara proporsional keluaran akan
18
sama besar. Bila bi < 1, maka akan ada penurunan skala usaha, artinya
bila masukan menjadi dua kali, maka secara proporsional keluaran kurang
dari dua kali. Bila bi > 1, maka akan terjadi peningkatan skala usaha,
artinya bila masukan menjadi dua kali, maka secara proporsional keluaran
akan menjadi lebih besar dari dua kali (Soekartawi, 2002)
Model fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipergunakan karena model ini
memiliki keistimewaan antara lain:
1) penyelesaian relatif mudah, dan dapat ditransfer ke bentuk linear.
2) pendugaan garis merupakan koefisien regresi sekaligus elastisitas
produksi.
3) jumlah besaran elastisitas merupakan tingkat skala produksi (return to
scale) (Soekartawi, 2002)
Kelemahan dari fungsi Cobb-Douglas adalah sering terjadi
multikolinieritas. Untuk mengatasinya ada beberapa cara yang dapat
dilakukan, yaitu dengan mencari informasi pendahulu, mengeluarkan satu
variabel pengganggu, transformasi variabel dan menambah data baru
(Soekartawi, 1994), namun tidak menutup kemungkinan pada fungsi
Cobb-Douglas terjadi masalah heteroskedastis ataupun autokorelasi.
Menurut Supranto (1995), beberapa cara terbaik untuk mengatasi
multikolinearitas adalah (1) Mencari informasi pendahulu, (2)
Mengeluarkan satu variabel atau lebih dan kesalahan pengganggu, (3)
Transformasi peubah, dan (4) Penambahan data baru.
19
Beberapa asumsi yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pendugaan
dengan fungsi Cobb-Douglas, (1) sampel yang digunakan dipilih secara
acak, (2) terjadinya persaingan sempurna antara masing-masing sampel,
dan harga yang bervariasi, (3) nilai peubah bervariasi diantara masing-
masing sampel, (4) tidak ada perbedaan teknologi antar setiap pengamatan
dan (5) data tidak boleh bernilai nol (Soekartawi, 2002)
Heteroskedastis adalah suatu keadaan dimana varian dari suatu kesalahan
pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Pada
umumnya masalah heteroskedastis terjadi pada analisis data cross section,
yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu,
misalnya data hasil survey. Salah satu cara yang terbukti sering
mengurangi masalah heteroskedastis adalah dengan cara transformasi log,
karena hal ini memperkecil skala variabel-variabel yang diukur.
Autokorelasi adalah suatu keadaan di mana kesalahan pengganggu dari
suatu periode waktu (waktu t) berkorelasi dengan kesalahan pengganggu
periode waktu sebelumnya (waktu t-1), maka keadaan ini disebut
autokorelasi. Masalah autokorelasi pada umumnya lebih sering terjadi
pada data time series, walaupun dapat pula terjadi pada data cross section.
3. Efisiensi produksi
Pengertian efisiensi dapat digolongkan dalam tiga macam, yaitu (1)
efisiensi teknis, yaitu penggunaan faktor produksi yang menghasilkan
produksi maksimum, (2) efisiensi harga, yaitu nilai dari produk marjinal
20
sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan, dan (3) efisiensi
ekonomi, yaitu jika usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus
juga mencapai efisiensi harga (Daniel, 2002).
Efisiensi teknis dapat dicapai apabila untuk menghasilkan output dalam
jumlah tertentu digunakan kombinasi faktor yang paling kecil, yang diukur
dalam satuan fisik dan tergantung pada teknologi yang ada. Efisiensi
ekonomi dapat tercapai apabila menghasilkan output dalam jumlah tertentu
digunakan biaya terkecil.
Menurut Soekartawi (2002), efisiensi harga yaitu efisiensi yang dicapai
dengan mengkondisikan nilai produk marjinal sama dengan harga faktor
produksi. Suatu usaha pertanian perlu mencapai efisiensi ekonomi, karena
efisiensi ekonomi akan terjadi bila efisiensi teknis terjadi. Perusahaan
pertanian dapat mencapai keuntungan maksimum atau dikatakan efisien
apabila petani mampu membuat suatu upaya jika nilai produk marjinal
(NPM) sama dengan biaya korbanan marjinal (BKM) atau harga faktor
produksi, yang dituliskan dengan rumus berikut:
NPMx = 1 atau NPMx = 1BKMx Px
Untuk dapat menghitung nilai produk marjinal (NPM, maka diperlukan
analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Maka dapat dituliskan dengan
rumus:
NPMx = PM.Py
21
Pengunaan yang optimum dapat dicari dengan melihat nilai tambahan dari
satu satuan output yang dihasilkan, yang dapat dituliskan sebagai berikut:
NPMx = BKMx, dimana NPM = PM.Py
Pada pasar persaingan sempurna, BKM = Px, sehingga:
PM.Py = Px, dimana PM = (∆Y/∆X), sehingga:
(∆Y/∆X).Py = Px atau
(∆Y/∆X) = Px/Py
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi x, akan bersifat
efisien bila nilai (∆Y/∆X) = Px/Py atau PM = Px/Py. Nilai b dalam fungsi
produksi Cobb-Douglas adalah koefisien regresi sekaligus
menggambarkan elastisitas produksi.
b = Ep dimana Ep = (∆Y/Y) / (∆X/X), sehingga:
b = (∆Y/Y) / (∆X/X) atau
b = (∆Y/∆X)*(X/Y) atau
(∆Y/∆X) = b/(X/Y) atau
(∆Y/∆X) = b*(Y/X), dimana (∆Y/∆X) = PM, sehingga
PM = b*(Y/X)
Menurut Soekartawi (2002), dalam kenyataan NPMx, tidak selalu sama
dengan Px atau BKMx, tetapi yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
a) (NPMx/Px) > 1, artinya penggunaan faktor x belum efisien dan perlu
ditambah.
b) (NPMx/Px) < 1, artinya penggunaan faktor x tidak efisien dan harus
dikurangi.
22
Bila produk marjinal lebih besar dari biaya korbanan (harga faktor
produksi), agar diperoleh tingkat keuntungan yang maksimum, maka
penggunaan faktor produksi harus ditambah. Sebaliknya bila nilai produk
marjinal kurang dari satu maka penggunaan faktor produksi harus
dikurangi. Pada saat nilai produk marjinal sama dengan harga faktor
produksi maka NPMxi = BKMxi, berarti penggunaan faktor-faktor
produksi telah efisien secara ekonomi dan keuntungan diperoleh
merupakan keuntungan maksimum.
Menurut Doll dan Orazem (1984), secara umum keuntungan maksimum
dari penggunaan n faktor produksi akan diperoleh pada saat :
NPMX1 = NPMX2 = ………..= NPMXi = 1Px1 Px2 Pxi
Jika kondisi keuntungan maksimum tidak dapat dipenuhi maka alokasi
optimum penggunaan faktor – faktor produksi ditentukan berdasarkan
biaya terendah atau dengan kendala input sehingga didapat kombinasi
penggunaan input yang efisien dan menghasilkan keuntungan yang
maksimum.
4. Pendapatan Usahatani
Prof. Bachtiar Rivai dalam Hernanto (1988) mendefinisikan usahatani
sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada
produksi di lapangan pertanian. Selanjutnya, Soekartawi (1995)
menyatakan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif
23
dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi
masukan (input).
Menurut Mosher (1990) selain produksi yang tinggi, petani juga tertarik
pada hubungan antara biaya dan penerimaan dari proses produksi yang
diusahakan. Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani tersebut
untuk mengetahui tingkat keuntungan petani dari usahatani yang
bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebih memperhitungkan
besarnya keuntungan dari usahataninya dibandingkan dengan tingkat
produksi.
Selanjutnya Soekartawi (1995) menyatakan bahwa pendapatan atau
keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan
harganya (harga produk tersebut), sedangkan biaya produksi merupakan
hasil perkalian antara jumlah faktor produksi dengan harganya (harga
faktor produksi tersebut). Secara matematis keuntungan dirumuskan :
π = PT – BT = y . py – X . pX
Keterangan:
π = Pendapatan (keuntungan)PT = Penerimaan totalBT = Biaya totaly = ProduksiPy = Harga satuan produksiX = Faktor produksi
24
Px = Harga faktor produksi
Menurut Purba (1997) analisis keuntungan digunakan untuk
membandingkan besarnya biaya dan penerimaan dari suatu proses
produksi. Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan yang didapatkan
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan.
Besarnya keuntungan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani
tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Hernanto
(1989) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan
adalah luas lahan, tingkat produksi, intensitas pengusahaan pertanaman,
dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Menurut Mubyarto (1994), lahan
merupakan faktor produksi yang paling penting dalam usahatani karena
merupakan pabrik penghasil pertanian, yaitu tempat produksi berlangsung
dan darimana hasil dikeluarkan.
Usahatani dapat diketahui menguntungkan atau tidak secara ekonomi
melalui analisis Return Cost Ratio (R/C rasio). R/C merupakan
perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Usahatani dikatakan
menguntungkan jika penerimaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan
dengan biaya produksi, dimana perbandingan antara penerimaan dan biaya
produksi selalu lebih besar dari satu (Mubyarto, 1989).
Soekartawi (1994) membedakan biaya usahatani berdasarkan sifatnya
menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Biaya tetap adalah
biaya yang jumlahnya tetap dan terus dikeluarkan walaupun volume
25
produksi berubah-ubah, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
besarnya dipengaruhi oleh volume produksi. Selain biaya tetap dan biaya
variabel, ada komponen biaya lain yang harus diperhatikan yaitu biaya
tunai dan biaya yang diperhitungkan.
Biaya tunai adalah seluruh biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam
kegiatan usahatani misalnya pembelian pupuk, mesin pertanian, dan
peralatan usaha tani. Biaya yang diperhitungkan merupakan nilai
korbanan yang tidak dibeli namun berperan aktif dalam proses produksi
usahatani, seperti biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang berasal
dari dalam keluarga.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian Susanto (2007), tentang efisiensi produksi jagung di Kecamatan
Ketapang Kabupaten Lampung Selatan, menunjukkan bahwa penggunaan
faktor produksi lahan dan benih pada usahatani jagung belum efisien secara
ekonomi, dimana nilai produksi marjinal lebih dari satu. Hal ini berarti
keuntungan usahatani jagung masih dapat ditingkatkan dengan menambah
penggunaan faktor produksi lahan dan benih. Penelitian ini ditinjau perlu
untuk dijadikan referensi karena kesamaan analisis tentang efisiensi produksi.
Hasil penelitian Pebrianto (2007), tentang efisiensi pemasaran dan faktor-
faktor yang menentukan pembentukan harga cabai merah di tingkat petani di
Desa Sinar Harapan Kecamatan Kedondong Kabupaten Lampung Selatan,
menunjukkan bahwa pemasaran cabai merah di Desa Sinar Harapan
26
Kecamatan Kedondong Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Hal ini
diketahui dari adanya perbedaan nilai Rasio Profit Margin (RPM) yang cukup
tinggi antara pedagang pengumpul di Desa Sinar Harapan dan pedagang
besar, serta pedagang pengecer yang ada di Pasar Induk Tamin dan Pasar
Pasir Gintung Tanjungkarang. Nilai elastisitas transmisi harga lebih besar
dari satu, yang menunjukkan bahwa laju perubahan harga di tingkat produsen
lebih besar daripada perubahan harga di tingkat konsumen dan pasar yang
terjadi merupakan pasar yang bersaing tidak sempurna. Peneliti mengambil
referensi ini dikarenakan kesamaan dalam hal analisis mengenai efisiensi
pemasaran dan komoditas yang masih tergolong sayuran.
Hasil penelitian Erikawati (2006), tentang analisis keuntungan dan
pengaruhnya terhadap perilaku petani dalam menghadapi risiko usahatani
kubis dan wortel di Kabupaten Lampung Barat, menunjukkan bahwa
usahatani kubis dan wortel di kecamatan Balik Bukit dan Sekincau
menguntungkan, dengan R/C rasio atas biaya total untuk usahatani kubis di
Balik Bukit sebesar 1,52 dan Sekincau sebesar 1,07 sedangkan untuk
usahatani wortel adalah 1,41 untuk Balik Bukit dan 2,15 untuk Sekincau.
Dari hasil penelitian juga didapat bahwa besarnya keuntungan tidak
mempengaruhi perilaku petani dalam menghadapi risiko usahatani kubis dan
wortel. Penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dalam hal
analisis keuntungan dan juga komoditas yang diteliti adalah komoditas
sayuran.
27
Penelitian Agustin (2005), tentang motivasi petani dalam budidaya tanaman
sawi di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, menunjukkan
bahwa motivasi petani dalam budidaya tanaman sawi termasuk dalam
kategori tinggi, artinya petani sawi menilai kegiatan budidaya tanaman sawi
yang telah dilaksanakan memberi manfaat yang baik sehingga termotiasi
dalam seluruh kegiatan yang ada. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata
secara statistika terhadap motivasi petani dalam budidaya tanaman sawi
adalah luas lahan garapan. Kaitannya dengan penelitian ini adalah dalam hal
komoditas yang diteliti yaitu tanaman sawi.
C. Kerangka Pemikiran
Pembangunan pertanian diarahkan pada terwujudnya sektor pertanian yang
tangguh dan mencakup kemampuan untuk mengatasi semua tantangan,
hambatan dan mampu secara optimal memanfaatkan sumber daya alam,
tenaga kerja, modal, dan teknologi sekaligus meningkatkan kesejahteran
masyarakat pertanian dalam arti luas.
Banyaknya permintaan sayuran di pasaran yang didasarkan pada defisit
pemenuhan kebutuhan konsumsi sayuran membuat petani berkeinginan untuk
berusahatani sayuran dan berusaha meningkatkan produksinya. Sawi
merupakan jenis sayuran yang paling banyak diusahakan di Bandar
Lampung.
Pasar memiliki peranan penting dalam menciptakan harga Output ataupun
harga Input (Saprodi). Harga – harga input dari input yang digunakan petani
28
akan berpengaruh pada besarnya biaya produksi yang dikeluarkan petani,
sedangkan harga Output dengan Ouput yang dihasilkan usahatani sawi akan
mempengaruhi penerimaan yang didapat petani.
Penerimaan usahatani sawi dan biaya produksi akan mengurangi Pendapatan
Petani. Apabila biaya produksi lebih besar dari penerimaan yang didapat,
maka petani akan merugi. Sebaliknya, apabila penerimaan yang didapat
petani lebih besar dari biaya produksi, maka petani akan untung.
Kerugian yang alami petani mungkin disebabkan oleh kurang efisiennya
penggunaan input, oleh karena itu dilakukan analisis efisiensi penggunaan
faktor-faktor produksi supaya usahatani menjadi menguntungkan bagi petani.
Pendapatan yang diperoleh petani juga mungkin belum maksimal jika
ternyata penggunaan input belum efisien. Pendapatan usahatani dalam
jumlah output yang sama akan maksimal jika penggunaan input nya efisien.
Hasil dari analisis efisiensi penggunaan input dapat dijadikan bahan referensi
bagi petani untuk lebih mengoptimalkan penggunaan input usahatani sawi
supaya manfaat yang diterima akan lebih besar dan petani lebih sejahtera.
Kerangka pemikiran analisis efisiensi produksi dan pendapatan usahatani sawi
di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Gambar 2.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
1. Diduga penggunaan faktor – faktor produksi pada usahatani sawi di Kota
Bandar Lampung belum efisien.
29
2. Diduga usahatani sawi di Kota Bandar Lampung menguntungkan untuk
diusahakan petani.
PASAR
HargaOutput
PASARInput
PROSESPRODUKSI
OUTPUT(SAWI)
BiayaProduksi
Keuntungan
Penerimaan
Input1. Luas lahan (X1)2. Benih (X2)3. Pupuk kandang (X3)4. Pupuk urea (X4)5. Pupuk TSP (X5)6. Pupuk KCl (X6)7. Tenaga Kerja (X7)8. Pestisida (x8)
AnalisisEfisiensi
Ekonomi danPendapatan
Usahatani Sawi
Usahatani SawiMenguntungkan
Usahatani SawiMerugikan
PASAROutput
HargaInput
30
Keterangan : = bagian yangtidak diteliti
= bagian yangditeliti
Gambar 2. Diagram alir analisis produksi dan Pendapatan usahatani sawi diKota Bandar Lampung, 2010.
III. METODE PENELITIAN
31
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan
untuk memperoleh data dan melakukan analisis yang berhubungan dengan
penelitian.
Usahatani sawi adalah kegiatan menanam dan mengelola tanaman sawi untuk
menghasilkan produksi, sebagai sumber utama penerimaan usaha yang
dilakukan oleh petani.
Benih adalah biji yang dihasilkan dari perbanyakan generatif bunga tanaman
sawi yang digunakan untuk pertanaman kembali yang dikur dalam gram (g).
Produksi sawi adalah jumlah hasil dari pertanaman sawi selama satu periode
produksi, yang diukur dalam kg.
Periode produksi adalah masa produksi tanaman sawi dari mulai penyemaian
hingga panen, yaitu selama 2 bulan.
Produktivitas sawi adalah jumlah hasil produksi sawi per luasan tertentu
selama satu periode produksi, diukur dalam satuan kg per hektar (kg/ha).
Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima oleh produsen yang dihitung
dengan perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga sawi di
tingkat petani, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
32
Keuntungan usahatani sawi adalah penerimaan usahatani sawi dikurangi
dengan biaya produksi total dalam satu kali periode produksi, diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
Biaya produksi adalah nilai korbanan yang dikeluarkan selama proses
produksi sawi berlangsung dalam satu kali musim tanam, yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani, yang besar
kecilnya tidak tergantung dari besar kecilnya output yang dihasilkan, seperti
penyusutan peralatan dan bangunan, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani, yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
Luas lahan petani sawi adalah luas areal (tempat) yang digunakan petani untuk
melakukan usahatani sawi, diukur dalam satuan hektar (ha).
Harga benih adalah jumlah uang yang dikeluarkan petani untuk membeli
benih sawi per satuan kilogram, diukur dalam satuan rupiah (Rp/kg).
Harga pupuk adalah jumlah uang yang dikeluarkan petani untuk membeli
pupuk guna keperluan usahatani, diukur dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
Harga sawi adalah jumlah uang yang diterima petani pada saat menjual hasil
produksi sawi, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
33
Biaya pestisida adalah jumlah uang yang dikeluarkan petani untuk membeli
pestisida, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Petani produsen adalah petani yang melakukan usahatani sawi di Kota Bandar
Lampung.
Produk Marginal (PM) adalah peningkatan produksi yang disebabkan
penambahan penggunaan faktor produksi.
Nilai produk marjinal (NPM) adalah besarnya tambahan penerimaan akibat
peningkatan produksi yang disebabkan penambahan penggunaan faktor
produksi. Dihitung dengan mengalikan harga jual dengan produk marjinal.
Biaya korbanan marjinal (BKM) lahan ditentukan dengan nilai sewa satu
musim tanam dihitung dalam satuan rupiah (Rp).
R/C rasio adalah perbandingan antara total penerimaan dan total biaya
usahatani sayuran sawi selama satu periode tanam, yang nilainya dapat
menggambarkan penerimaan yang diterima oleh petani dari setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk usahataninya.
Produksi sawi adalah jumlah sawi yang dihasilkan oleh petani dalam satu
tahun terakhir, dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
Harga jual adalah harga yang berlaku untuk menjual sawi, dinyatakan dalam
satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
B. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian
34
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Tanjung
Karang Barat Kota Bandar Lampung. Daerah tersebut dipilih secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan kecamatan Kemiling dan Tanjung Karang
Barat merupakan Sentra produksi tanaman Sawi di Kota Bandar Lampung.
Dengan pertibangan yang sama, Kelurahan Sumber Rejo dan Kelurahan
Beringin Raya Kecamatan Kemiling juga Kelurahan Sukadana Ham
Kecamatan Tanjung Karang Timur dipilih sebagai lokasi penelitian.
Peneliti mengambil dua kelurahan di Kecamatan Kemiling dengan
pertimbangan bahwa produksi dan luas lahan tanaman sayuran sawi hampir
sama besar, dan agar kecamatan Kemiling terwakili dalam pengambilan
Sampel responden. Sedangkan di Kecamatan Tanjung Karang barat, menurut
KCD pertanian, hanya Kelurahan Sukadana Ham yang memiliki luas lahan
dan produksi sawi yang besar.
Responden dalam analisis produksi dan Pendapatan usahatani sawi adalah
petani sawi. Responden petani diambil secara acak sederhana (simple random
sampling)
Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Mei 2010.
Jumlah keseluruhan petani sayuran dan sebarannya di setiap lokasi penelitian
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran jumlah petani sawi di lokasi penelitian
KelurahanJumlah Petani Sawi
(Orang)Persentase
(%)
35
Sumber Rejo (Kemiling) 39 37,9Beringin Raya (Kemiling) 31 30,1Sukadana Ham (TanjungKarang Barat
33 32,0
Total 103 100
Sumber : KCD pertanian Kecamatan Kemiling dan Tanjungkarang Barat,2010
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah responden sebesar 35 petani
dari total petani sawi sebanyak 103 petani di Kecamatan Kemiling dan
Kecamatan Tanjungkarang Barat. Pengambilan jumlah sampel tersebut
berdasarkan rumus (Suparmoko, 1987) sebagai berikut :
n = NZ2S2
ND2 + Z2S2
n = 103 (1,64)2 (0,05) = 35103 (0,05)2 + (1,64) 2 (0,05)
Keterangan:N = jumlah populasin = jumlah sampelZ = tingkat kepercayaan 90% dimana Z α/2 = Z0,05 = 1,64S2 = varian sampel (5%)D = derajat penyimpangan (5%)
Jumlah sampel tersebut dibagi secara proporsional yaitu sebanyak 13 petani
dari kelurahan Sumber Rejo, 11 petani dari kelurahan Beringin Raya, dan 11
petani dari Kelurahan Sukadana Ham. Untuk pembagian sampel secara
proporsional tersebut digunakan rumus yaitu :
ni = Ni x nN
ni Kelurahan Sumber Rejo = 39 x 35 = 13103
36
ni Kelurahan Beringin Raya = 31 x 35 = 11103
ni Kelurahan Sukadana Ham = 33 x 35 = 11103
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode survei. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung dengan petani sawi dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari
studi literatur dan lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini, seperti
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Lampung, Badan Pusat
Statistik Propinsi Lampung, Badan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung, dan
lain-lain.
D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengujian hipotesis analisis
efisiensi produksi menggunakan metode tabulasi data dan komputer. Data
yang diperoleh disederhanakan dalam bentuk tabulasi, kemudian diolah secara
komputerisasi dengan menggunakan program SPSS (Statistical Program for
Social Science). Nilai yang digunakan adalah nilai dari masing-masing
responden. Pengujian hipotesis analisis pendapatan usahatani sawi
meggunakan metode tabulasi data Penerimaan dan pengeluaran dari usahatani
sawi dengan melihat nilai dari Revenue Cost Ratio (R/C ratio) terhadap biaya
total.
37
1. Analisis Efisiensi Produksi
Untuk menguji hipotesis pertama digunakan model ekonometrika yaitu
fungsi produksi Cobb-Douglas yang digunakan untuk mencari koefisien
regresi dari setiap faktor produksi. Faktor-faktor produksi yang diduga
mempengaruhi jumlah produksi sawi (Y) di Kota Bandar Lampung adalah
luas lahan (x 1 ), jumlah benih (x 2 ), jumlah pupuk kandang (x 3), jumlah
pupuk urea (x4), jumlah pupuk TSP (x5), jumlah pupuk KCl (x6), jumlah
pestisida (x7), dan jumlah tenaga kerja (x8).
Secara matematis model Cobb- Douglas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
Y = bo X1b1X2
b2X3b3........ Xn
bn.eu
Model persamaan dapat diubah menjadi bentuk persamaan linier melalui
transformasi logaritma natural sehingga persamaan di atas menjadi:
Ln Y = Ln bo + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 + b4 Ln X4 + + b5 Ln X5 +
b6 Ln X6 + b7 Ln X7 + b8 Ln X8 + U
Keterangan:
Y = jumlah produksi sawi (Kg)X 1 = luas lahan (m2)
X 2 = jumlah benih digunakan (gr)
X 3 = jumlah pupuk kandang (kg)
X 4 = jumlah pupuk urea (kg)X 5 = jumlah pupuk TSP (kg)X 6 = jumlah pupuk KCl (kg)X 7 = jumlah pestisida (gba)X 8 = jumlah tenaga kerja (HKP)bo = intersep atau konstantabi = koefisien regresi yang merupakan elastisitas produksi
(i = 1,2,3,4,5,)
38
e = bilangan natural (e = 2,17182882)
2. Analisis Efisiensi Ekonomi
Usahatani akan mencapai efisiensi ekonomi jika tercapai keuntungan
maksimum. Syarat untuk mencapai keuntungan maksimum adalah turunan
pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor produksi
sama dengan nol (Doll dan Orazem, 1984). Fungsi keuntungan yang
diperoleh usahatani dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dengan demikian untuk memenuhi syarat tercapainya keuntungan
maksimum, maka turunan pertama dari fungsi keuntungan adalah :
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa level penggunaan faktor
produksi ke-i yang efisien merupakan fungsi dari harga output, harga
39
faktor produksi ke-i dan jumlah output yang dihasilkan, atau secara
matematis dapat dituliskan :
Dengan mengetahui sebagai Marginal Product (MPxi) faktor produksi
ke-i, maka persamaan diatas menjadi :
Sesuai dengan prinsip keseimbangan marjinal (equi-marginal principle),
bahwa untuk mencapai keuntungan maksimal, tambahan nilai produksi
akibat tambahan penggunaan faktor produksi ke-i (Py.MP x i atau NPM x i)
harus lebih besar daripada tambahan biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian faktor produksi ke- i tersebut (P x i). Penambahan penggunaan
faktor produksi berhenti ketika Py.MP x i = P x i. Pada saat inilah
keuntungan maksimal tercapai. Secara matematis keuntungan maksimum
dari penggunaan faktor produksi ke-i dinyatakan sebagai berikut :
Artinya keuntungan maksimum tercapai pada saat tambahan nilai produksi
akibat tambahan penggunaan faktor produksi ke-i harus sama dengan
biaya korbanan marjinal atas faktor produksi ke-i tersebut atau rasio
keduanya sama dengan satu. Penggunaan simbol yang lebih sederhana
untuk nilai Jadi secara umum keuntungan maksimum dari penggunaan
faktor produksi akan diperoleh pada saat:
40
Perhitungan efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi
menggunakan persamaan sebagai berikut:
NPMX1 = NPMX2 = ………..= NPMXi = 1Px1 Px2 Pxi
Kriterianya:
1) jika NPMxi/Pxi = 1 artinya penggunaan masukan (input) xi sudah
efisien.
2) jika NPMxi/Pxi > 1 artinya penggunaan masukan (input) xi belum
efisien, maka untuk mencapai efisien input xi perlu ditambah.
3) jika NPMxi/Pxi < 1 artinya penggunaan masukan (input) xi tidak efisien,
maka untuk mencapai efisien input xi perlu dikurangi.
3. Analisis Pendapatan
Menurut Soekartawi (1993) keuntungan adalah selisih antara penerimaan
dan biaya yang digunakan. Keuntungan merupakan selisih antara
penerimaan total dengan biaya total. Penerimaan total dipengaruhi oleh
jumlah produksi yang dihasilkan dan tingkat harga yang berlaku pada saat
produk tersebut dijual.
Biaya total adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi
yang terdiri dari biaya tetap total dan biaya variabel total. Rumus untuk
mengetahui keuntungan:
π = TR – TC
41
π = Y.Py - ΣXi.Pxi – BTT
Keterangan:
π = keuntungan (Rp)Y = hasil Produksi sawi (kg)Py = harga hasil produksi sawi (Rp)Xi = faktor produksi sawi (luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk
urea, pupuk KCl, pupuk TSP, pestisida, dan tenaga kerja)Pxi = harga faktor produksi (Rp)BTT = biaya tetap total (Rp)
Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi
dapat dianalisis dengan nisbah atau perbandingan antara penerimaan
dengan biaya (Revenue Cost Ratio). Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
R/C = PT / BT
Keterangan:
R/C= nisbah penerimaan dan biayaPT = penerimaan total (Rp)BT = biaya total (Rp)
Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
4. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena
penerimaan lebih besar daripada pengeluaran.
5. Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan
lebih kecil daripada pengeluaran.
6. Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan
sama dengan pengeluaran.
42
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
43
A. Kondisi Geografis
Bandar Lampung merupakan ibukota Propinsi Lampung, berada di ujung
Selatan Pulau Sumatera yang merupakan pintu gerbang menuju Pulau Jawa.
Sebagai ibukota propinsi, Bandar Lampung juga menjadi pusat kegiatan
pemerintahan, sosial, politik, pendidikan, dan kebudayaan serta merupakan
pusat kegiatan perekonomian dari Propinsi Lampung.
Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5o20’ sampai dengan
5o30’ lintang Selatan dan 105o28’ sampai dengan 105o37’ bujur Timur. Letak
tersebut berada kurang lebih di Teluk Lampung. Secara administratif Kota
Bandar Lampung adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin dan
Kecamatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan serta Teluk Lampung
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang
Cermin Kabupaten Lampung Selatan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan
Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km2 yang terdiri dari 13
kecamatan dan 98 kelurahan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Nama kecamatan, jumlah kelurahan serta luas wilayah kecamatan diKota Bandar Lampung.
No Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah (km2)1 Kedaton 8 10,882 Sukarame 5 16,87
44
3Tanjung KarangPusat 11 6,58
4Tanjung KarangBarat 6 15,14
5Tanjung KarangTimur 11 21,11
6 Teluk Betung Utara 10 10,387 Teluk Betung Barat 8 20,99
8Teluk BetungSelatan 11 10,07
9 Panjang 7 21,1610 Rajabasa 4 13,0211 Tanjung Seneng 4 11,6312 Sukabumi 6 10,6413 Kemiling 7 27,65
Total 98 165,06
Sumber : Pemerintah Kota Bandar Lampung, 2009
Kecaamatan Kemiling merupakan Kecamatan pemekaran pada tahun 2001.
Sebelum dimekarkan, Kecamatan kemiling masih menginduk pada
Kecamatan Tanjung Karang Barat. Dengan demikian karakteristik dua
kecamatan ini relatif sama. .
B. Topografi Wilayah
Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Tanjungkarang Barat mempunyai
wilayah yang bergunung dan sebagian wilayah lainnya berbukit dan
bergelumbang sampai dengan dataran rendah dengan ketinggian rata – rata
100meter diatas permukaan laut.
Struktur tanah di Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Tanjungkarang Barat
yang berwarna merah kehitaman sangat cocok untuk pengembangan
pertanian terutama jenis palawija dan sayur – sayuran.
45
C. Kebijakan Perwilayahan
Penyediaan ruang kota mengantisipasi perkembangannya sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung. Pengendalian
pengembangan kota telah dibagi dalam 6 kawasan Wilayah Pengembangan
(KWP) yang akan konsisten dilakukan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP) Kota Bandar Lampung
KWP I TanjungKarang Kawasan ini diarahkan untuk pusat segala kegiatan
perdagangan eceran, jasa, umum, dan perumahanfungsi ganda
KWP II TelukBetung Kawasan ini dipusatkan untuk perdagangan besar
(grosir), pemerintahan, dan jasa umumKWP III Panjang Kawasan ini diarahkan untuk kegiatan industri
infrastruktur,KWP IV GedongMeneng
Kawasan ini diarahkan untuk kegiatan industridan sekolah kejuruan serta kebudayaan, perumahanskala kecil dan kegiatan regional
KWP VLangkapura Kawasan ini diarahkan untuk kegiatan perumahan
terbatas dengan KDB rendah/villa, pengembanganhortikultura dan konservasi alam
KWP VI Sukarame Kawasan ini diarahkan untuk pusat kegiatan industrikecil, perumahan skala besar dan cadanganpengembangan dan pusat pelayanan lokal
Sumber : Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota BandarLampung, 2008
Tabel 7 menunjukkan bahwa KWP V Langkapura merupakan wilayah yang
ditujukan untuk pengembangan hortikultura. Wilayah KWP V terdiri dari
Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Tanjung Karang Barat yang merupakan
lokasi penelitian ini.
D. Potensi Ekonomi
46
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh sektor
ekonomi dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan
barang dan jasa tersebut.
Pada tahun 2008, angka PDRB yang dihasilkan Kota Bandar Lampung sebesar
13,437 triliun rupiah. Pencapaian angka PDRB yang terus meningkat selama 5
tahun terakhir menunjukkan keadaan perekonomian yang membaik. Peningkatan
juga dapat dilihat dari PDRB per kapita tahun 2008 yang mencapai 16,329 juta
rupiah, setelah di tahun sebelumnya PDRB per kapita hanya sebesar 12,960 juta
rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Bandar Lampung pada
tahun 2008 sebesar 6,82 persen. Setiap lapangan usaha yang ada di Kota Bandar
Lampung memberikan kontribusi dalam PDRB, kontribusi yang diberikan oleh
masing-masing lapangan usaha disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. PDRB Kota Bandar Lampung menurut lapangan usaha
No Lapangan UsahaPDRB
(dalam jutaan rupiah)Persentase
(%)1 Pertanian 796.705 5,932 Pertambangan 130.419 0,973 Industri Pengolahan 2.689.278 20,014 Listrik dan Air 199.871 1,495 Bangunan 740.484 5,516 Perdagangan 2.126.056 15,827 Pengangkutan dan Komunikasi 2,669.594 19,878 Keuangan 1.938.705 14,43
47
9 Jasa 2.146.509 15,97Total 13.437.621 100
Sumber : Bandar Lampung dalam Angka, 2009
Selain sentra pengembangan hortikultura, Kecamatan Tanjung Karang Barat
merupakan tujuan alternatif wisata yang berwawasan lingkungan di Kota Bandar
lampung. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Kecamatan Tanjungkarang
Barat, dan juga menjadi sumber pendapatan daerah bagi Kota Bandar Lampung.
E. Komposisi Penduduk
Jumlah penduduk kota Bandar Lampung tahun 2008 adalah sebanyak 812.133
jiwa, laki-laki sebanyak 409.433 jiwa dan perempuan sebanyak 402.700 jiwa
dengan penyebaran pada 13 kecamatan dengan 98 kelurahan yang masing-masing
dikepalai oleh camat dan lurah. Kecamatan terpadat yaitu Kecamatan Tanjung
Karang Pusat dengan kepadatan 11.986 orang/km2 dan Kecamatan Teluk Betung
Selatan dengan kepadatan 10.808 orang/km2. Sebaran jumlah penduduk Kota
Bandar Lampung disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung
No KecamatanPenduduk (jiwa)
KepadatanPenduduk
Laki-Laki Perempuan Jumlah (jiwa/km2)1 Teluk Betung Barat 27.120 26.670 53.790 2.5632 Teluk Betung Selatan 54.868 53.968 108.836 10.8083 Panjang 31.153 30.641 61.794 2.9204 Tanjung Karang Timur 41.507 40.824 82.331 3.9005 Teluk Betung Utara 33.001 32.457 65.458 6.3066 Tanjung Karang Pusat 40.364 39.703 80.067 11.9867 Tanjung Karang Barat 26.751 26.311 53.062 3.505
48
8 Kemiling 26.468 26.031 52.499 1.8999 Kedaton 44.677 43.943 88.620 8.145
10 Rajabasa 16.116 15.852 31.968 2.45511 Tanjung Seneng 14.552 14.313 28.865 2.48212 Sukarame 27.052 26.607 53.659 3.18113 Sukabumi 25.804 25.380 51.184 4.397
Total 409.433 402.700 812.133 4.188
Sumber : Bandar Lampung dalam angka, 2008
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Responden
49
1. Usia responden
Aktivitas dan produktivitas kerja dalam sektor pertanian dapat dipengaruhi
oleh usia responden itu sendiri. Berdasarkan Data Statistik Indonesia
(2009) usia produktif manusia berada pada kisaran usia 15—64 tahun,
sedangkan jika kurang atau lebih dari selang umur tersebut akan tergolong
sebagai tenaga kerja kurang produktif tetapi masih termasuk dalam usia
kerja. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian di Kecamatan
Kemiling dan Tanjung Karang Barat, usia responden di daerah penelitian
bervariasi antara 27—56 tahun.
Usia produktif merupakan usia ideal untuk bekerja dan mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Klasifikasi usia
responden ditujukan pada Tabel 10.
Tabel 10. Komposisi usia responden
No Usia (th) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)1 27 - 36 15 42.862 37 - 46 15 42.863 47 - 56 5 14.28
Jumlah 35 100,00
Tabel 10. menjelaskan bahwa responden golongan usia yaitu 27—36 tahun
(42,86 %), 37—46 tahun (42,86 %), dan 47—56 tahun (14,28 %). Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum responden merupakan responden
produktif.
2. Tingkat pendidikan responden
50
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai-
nilai yang dianut seseorang, juga cara berpikir, cara pandang dan
persepsinya terhadap suatu permasalahan (Sumarwan, 2003).
Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi
dan inovasi yang sedang berkembang. Pada umumnya, semakin tinggi
tingkat pendidikan, maka proses adopsi teknologi akan semakin cepat.
Adapun tujuan teknologi dan inovasi adalah untuk memperbaiki usahatani
baik dari segi produksi atau produktivitas.
Dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan responden dari
pendidikan yang ditempuhnya akan mempengaruhi keputusan-keputusan
yang diambil mengenai pelaksanaan usahatani sawi, dampaknya secara
umum akan menentukan bagi tingkat kecepatan pembangunan pertanian
suatu negara.
Pada umumnya tingkat pendidikan petani di Indonesia masih tergolong
rendah. Hal ini merupakan salah satu kelemahan pertanian di Indonesia,
sehingga petani sulit untuk menerima inovasi baru dan merubah pola hidup
kearah yang lebih baik.
Tingkat pendidikan responden yang tertinggi adalah sarjana dengan jumlah
1 orang dan yang terendah adalah sekolah dasar sebanyak 13 orang. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden secara umum
tergolong rendah. Tingkat pendidikan responden secara lengkap terlihat
pada Tabel 11.
51
Tabel 11. Sebaran tingkat pendidikan responden
3. Pengalaman berusahatani sawi
Pengalaman berusahatani merupakan salah satu indikator yang secara tidak
langsung turut mendukung keberhasilan usahatani yang dilakukan petani
secara keseluruhan. Petani yang telah berpengalaman dengan didukung
oleh sarana produksi yang lengkap akan lebih mampu mengatasi
permasalah-permasalahan teknis berusahatani jika dibandingkan dengan
petani yang baru berusahatani.
responden rata-rata memiliki pengalaman usahatani sawi yaitu 3,4 tahun.
Lama berusahatani sawi menggambarkan pengalaman usahatani yang
dapat mempengaruhi manajemen dan pengambilan keputusan dalam
kegiatan usahatani sawi. Lama berusahatani sawi setiap responden
bervariasi antara 1 – 7 tahun.
4. Jumlah tanggungan keluarga responden
Jumlah anggota keluarga adalah semua yang berada dalam satu keluarga
yang menjadi tanggungan kepala keluarga.
No Tingkat PendidikanJumlah
Responden(orang)
Persentase(%)
1 Sarjana 1 2,862 Diploma 1 2,863 Sekolah Menengah Atas 8 22,864 Sekolah Menengah Pertama 12 34,285 Sekolah dasar 13 37,14
Jumlah 35 100
52
Mosher (1985) dalam Purnaningsih (1996) berpendapat bahwa keluarga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam
pengambilan keputusan untuk pengelolaan usahataninya. Kasih sayang
terhadap keluarga dan beban tanggungan yang dimiliki menimbulkan
keinginan dan motivasi suami dalam hal ini responden untuk dapat
menikmati taraf hidup yang lebih baik agar keluarganya hidup lebih
bahagia.
Jumlah tanggungan anggota keluarga menggambarkan besar kecilnya
tanggungan biaya hidup keluarga, dapat juga sebagai sumber tenaga kerja
keluarga jika berada pada usia produktif tetapi dapat pula menambah
tanggungan biaya hidup keluarga terlebih lagi jika anggota keluarga tidak
berada pada usia produktif.
Pada saat penelitian dilaksanakan, rata-rata jumlah tanggungan anggota
keluarga responden adalah 4 jiwa. Jumlah anggota keluarga yang
dominan adalah rata-rata 3 - 5 orang yaitu mencapai 68,57 %. Persentase
jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Persentase jumlah tanggungan keluarga responden
Tanggungan keluarga Jumlah Persentase(Jiwa) Responden (%)
1 4 11.432 3 8.573 8 22.864 8 22.865 8 22.856 3 8.577 0 08 1 2.86
Jumlah 35 100
53
5. Luas Lahan Garapan dan Status Kepemilikan
Lahan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan usahatani.
Luas lahan merupakan total lahan yang digunakan responden untuk
berusahatani sawi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan lahan responden
berkisar antara 1500 – 2100 m2 dengan rata-rata penguasaan lahan sebesar
1851.43 m2. Sebaran luas lahan yang ditanami sawi dan sawi dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Sebaran luas lahan usahatani sawi responden
Luas lahan(m2)
responden(orang)
Persentase(%)
1500 - 1700 12 34.291701 - 1900 12 34.281901 - 2100 11 31.43
Jumlah 35 100
Tabel 13 di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar luas lahan
usahatani sawi berada pada kisaran 1500 – 1900 m2 dengan persentase
sebesar 78,57 %. Jika dilihat dari status lahan yang digunakan oleh
responden sebagian besar adalah lahan milik sendiri dan juga pinjam pakai
atau pinjam Cuma – Cuma. Hal ini sangat menguntungkan bagi responden
karena keuntungan yang diperoleh secara tunai akan lebih besar bila
dibandingkan dengan besar keuntungan dengan memperhitungkan biaya
sewa lahan.
54
6. Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida dilakukan responden untuk memberantas hama
tanaman khususnya ham ulat daun. Pestisida yang digunakan responden
adalah insektisida dengan merk Curacson, Matador, dan Sidametrin.
Responden mengaplikasikan insektisida sesuai dengan aturan yng tertera
pada label merk insektisida tersebut. Dalam penelitian ini, biaya untuk
pestisida dihitung berdasarkan kandungan bahan aktif yang dikonfersikan
dengan harga insektisida per kemasan. Adapun kandungan bahan aktif
tiap insektisida yang digunakan responden dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Kandungan bahan aktif pada tiap pestisida
No Merek Volume/kemasanHarga
rata-rataKandunganBahan aktif
(ml) (Rp) gr/liter1 Curacson 250 58000 502 Matador 80 20000 253 Sidametrin 400 40000 50
7. Penggunaan tenaga kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani sawi di Kota Bandar
Lampung dikelompokkan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga
kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja usahatani sawi di Kota
Bandar Lampung disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Penggunaan tenaga kerja usahatani sawi di Kota BandarLampung dalam satu periode tanam per 1851,43 m2
No Kegiatan TK DK TK LKHKP Biaya (Rp) HKP Biaya (Rp)
55
1 Pengolahan lahan 1,88 37.551,02 - -2 Penyemaian 0,45 8.979,59 - -3 Penanaman 0,95 18.938,78 - -4 Penyiraman 11,63 232.653,06 - -5 Pemupukan I 0,58 11.510,20 - -6 Pemupukan II 0,36 7.261,90 - -7 Pemberantasan HPT 0,73 14.571,43 0,71 14.171,438 Pemanenan 0,63 12.653,06
Jumlah 17,21 344.119,00 0,71 14.171,43
Keterangan : DK = Tenaga kera dalam keluargaLK = Tenaga kerja dalam keluarga
Berdasarkan Tabel 15, jumlah rata-rata tenaga kerja dalam keluarga
sebesar 17,21 HKP sedangkan rata-rata tenaga kerja luar keluarga sebesar
0,71 HKP. Hal ini menunjukkan tenaga kerja yang digunakan pada
usahatani sawi di Kota Bandar Lampung lebih banyak berasal dari tenaga
kerja dalam keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga terdiri dari responden,
anak, dan kerabat yang masih menjadi tanggungan responden yang
mengusahakan.
Tabel 15 juga menunjukkan rata-rata jumlah tenaga kerja untuk
memproses usahatani sawi berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan, dari
tabel tersebut juga menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja yang
terbesar yaitu kegiatan penyiraman yaitu sebesar 11,63 HKP. Jenis
kegiatan yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga adalah kegiatan
pemberantasan HPT, hal ini disebabkan karena tidak semua responden
memiliki sprayer dan mengetahui dosis secara pasti.
8. Pengambilan Keputusan dalam bertani sawi
56
Penentuan keputusan petani dalam hal jenis, pola tanam, dan teknik
produksi lainnya dapat ditentukan sendiri atau dipengaruhi adat istiadat
setempat yang mengikat kebebasan petani dalam mengambil keputusan
usahatani. Keputusan yang diambil akan berpengaruh terhadap
produktivitas dan kemajuan usahatani karena petani yang dinamis akan
lebih mampu mengadopsi teknologi usahatani. Teknologi dan inovasi
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sawi dan taraf hidup petani.
Pengambilan keputusan dalam berusahatani sawi di Kota Bandar Lampung
merupakan inisiatif petani sendiri dengan kebebasan pemahaman dan
pengalaman responden yang tidak terikat dengan aturan atau adat istiadat
setempat. Segala usaha yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas
usahatani terutama sawi akan dilakukan petani sesuai dengan kemampuan
sumberdayanya tanpa dipengaruhi faktor adat istiadat setempat.
B. Budidaya Sawi di Kota Bandar Lampung
Kegiatan berusahatani sawi di kota Bandar Lampung dilakukan mulai dari
kegiatan penyemaian bersamaan dengan pengolahan lahan, dimana kegiatan
ini dilakukan tanpa melihat musim dikarenakan musim hujan dan kemarau
saat ini tidak menentu. Ketersediaan air di lokasi penelitian memudahkan
responden untuk menanam sawi di setiap musim. Berdasarkan
pengalamannya, pemanenan sawi dilakukan pada umur tanaman 35 – 40 hari
setelah tanam atau 50 – 60 hari dihitung dari waktu mulai persemaian.
57
Kegiatan berusahatani sawi di Kota Bandar Lampung umumnya dilakukan
dengan sistem monokultur dan tanam gilir. Jenis tanaman yang biasanya
ditanam setelah sawi antara lain rampai, kacang panjang, slada, dan tanaman
sayur lainnya.
Jenis sawi yang digunakan responden adalah jenis sawi manis. Berdasarkan
pengalaman petani di Kota Bandar Lampung jenis sawi manis dapat
memberikan hasil yang relatif lebih tinggi karena banyak peminatnya
dibanding sawi pahit.
1. Penyemaian
Penyemaian dilakukan bersamaan dengan pengolahan lahan untuk
penanaman. Bedengan disiapkan untuk menyemai benih sawi dengan
ukuran 100cm x 300cm. Setelah benih disemai, kemudian ditutup kembali
dengan tanah setebal 1 – 2 cm lalu disiram dengan sprayer.
Rata – rata responden memindahkan bibit sawi pada umur 15 -20 hari
setelah penyemaian.
2. Pengolahan lahan
Pengolahan tanah dilakukan responden dengan cara mencangkul dengan
menggunakan cangkul. Tidak ada responden yang menggunakan mesin
atau ternak untuk membajak karena biaya penggunaan mesin pembajak
(traktor) yang sangat tinggi dan karena tidak ada responden memiliki
ternak pembajak sehingga kegiatan mencangkul tanah dilakukan hanya
58
dengan mengandalkan tenaga manusia dari dalam maupun dari luar
keluarga.
Pada pengolahan pertama, mencangkul dilakukan sedemikian rupa
sehingga tanahnya terbalik, yaitu yang semula di atas atau di permukaan
menjadi di bagian bawah dan demikian sebaliknya yang semula di bagian
bawah menjadi di bagian atas. Pengolahan ini dimaksudkan untuk
mematikan dan membusukkan rerumputan yang semula terdapat di
permukaan tanah dan kemudian akan terbenam ke bagian bawah tanah.
Pembalikan tanah bagian bawah ke atas betujuan untuk menganginkan
tanah memberikan kesempatan bagi tanah untuk melepaskan racun-racun
yang sangat mungkin terbentuk dalam tanah. Keadaan ini dibiarkan
selama satu minggu hingga rerumputan yang terbenam dianggap sudah
membusuk atau melapuk dan racun-racun yang ada sudah menguap ke
udara.
Pengolahan kedua merupakan penyisiran tanah yaitu mengusahakan agar
tanah yang sebelumnya merupakan bongkahan atau gumpalan-gumpalan
besar dipecahkan dan diremukkan hingga sekecil-kecilnya, lalu dibuat
bedengan dengan lebar bedengan rata-rata 100cm. Pemupukan juga
dilakukan pada tahap ini, yaitu dengan mencampurkan pupuk kandang dan
pupuk SP36 pada saat tanah diolah, dan pemberian urea yang sudah
dicampur air dipinggiran bedengan.
3. Penanaman
59
Pada setiap bedengan dibuat lubang untuk menanam bibit sawi, dalam satu
lebar bedengan rata – rata dibuat 4 – 5 lubang atau dengan kata lain rata-
rata jarak antar tanaman berkisar 20 – 25 cm. Ukuran lubang tanam yaitu
lebar 3 – 4 cm dengan kedalaman 5 – 8 cm. Reponden menerapkan
metode penanaman ini berdasarkan pengalaman secara otodidak dan dari
info yang didapat dari media.
4. Penyiraman
Penyiraman dilakukan responden hampir setiap hari jika tidak turun hujan.
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan alat siram yang terbuat dari
kaleng bekas yang dimodifikasi hingga menyerupai alat siram pada
umumnya. responden tidak membeli alat siram langsung jadi karena
disamping untuk menghemat pengeluaran, membuat alat siram ini
dilakukan untuk mengisi waktu senggang responden.
Penyiangan dilakukan disela – sela waktu penyiraman dan tidak terlalu
sering. Penyiangan pada saat yang sama ketika penyiraman sangat efektif
karena pada saat responden mengelilingi bedengan untuk menyiram gulma
akan terlihat.
5. Pemupukan
Pupuk yang digunakan responden adalah pupuk kandang, pupuk Urea,
SP36, dan KCL. Tetapi hanya sebagian kecil saja yang menggunakan
KCL dikarenakan harganya yang mahal, yaitu berkisar Rp 3500,00/kg.
60
Sebagian responden melakukan pemupukan kedua, sebagian lainnya hanya
melakukan sekali pemupukan saja. Responden menganggap pemupukan
kedua tidak perlu dilakukan dikarenakan berdasarkan pengalaman, hasil
panennya tidak jauh berbeda. Reponden yang memberi pupuk kedua
biasanya memberi urea berkisar 1 – 3 kg dan dicampur air.
6. Pemberantasan hama
Sebagian besar responden menggunakan jasa orang lain untuk
memberantas hama dan penyakit sawi. Biasanya responden mengupah
dengan upah harian yaitu berkisar Rp 20.000,00/hari dengan obat yang
sudah disediakan oleh responden. Terkadang responden melakukan
penyemprotan ini walaupun tidak terjadi penyakit, hal ini dilakukan untuk
dengan alasan pencegahan.
7. Pola tanam
Petani sawi di Kota Bandar Lampung umumnya menanam sawi secara
berkelanjutan tanpa memiliki acuan pola tanam yang baku, dalam setahun
petani terkadang membagi lahannya dengan komoditi sayuran lainnya,
seperti rampai dan selada. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi panen
besar yang akan menjadikan harga sawi anjlok dan juga mencegah
terjadinya kelangkaan di pasar. Walaupun demikian, pada umumnya
petani memilih awal bulan untuk menanam dan memanen menjelang akir
bulan kedua dari awal penyemaian. Pola tanam usahatani sawi dapat
diilustrasikan pada Gambar 3.
61
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 3. Pola tanam usahatani sawi di Kota Bandar Lampung.
Keterangan : = musim tanam yang diteliti
8. Pemanenan
Pemanenan dilakukan oleh responden dan anggota keluarganya.
Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman sawi hingga
akarnya, kemudian dilakukan pemetikan daun tua / menguning lalu dicuci
dengan air yang disediakan dalam kubangan. Terkadang jika pemborong
datang ke lokasi panen, maka pemborong itulah yang memanen sawi
hingga pencucian untuk membersihkan tanah, kotoran, dan residu
pestisida yang melekat pada tanaman sawi.
C. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sawi.
Model fungsi produksi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi
dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor-
faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi Sawi (Y) adalah
luas lahan (X1), jumlah benih (X 2 ), jumlah pupuk kandang (X 3), jumlah
pupuk urea (X4), jumlah pupuk SP36 (X5), jumlah pupuk KCl (X6), jumlah
pestisida (X7), dan jumlah tenaga kerja (X8).
sawisawi sawi
sawisawi
Rampaiselada
62
Faktor produksi pupuk KCl (X6) tidak dimasukkan kedalam model penduga
dikarenakan hanya sedikit responden yang menggunakan pupuk KCL yang
mengakibatkan banyak kolom Untuk pupuk KCl ini bernilai 0 (nol). Hal ini
tidak memenuhi syarat untuk fungsi Cobb-Douglas dimana nilai data tidak
sama dengan nol.
Hasil pendugaan model dan hubungan antara variabel bebas yaitu faktor –
faktor produksi dengan variabel dependen yaitu produksi sawi dapat dilihat
dalam Tabel 16.
Tabel 16. Analisis ragam persamaan faktor – faktor yang mempengaruhiproduksi sawi di Kota Bandar Lampung, 2010 (model I).
SumberRagam
Jumlahkuadrat db
Kuarattengah F Sig.
Regresi 0,322 7 0,046 44,707 0,000Nilai sisa 0,028 27 0,001Total 0,350 34R2 0,921 Adjusted R2 0,900
Berdasarkan pendugaan model produksi yang diperoleh, seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 16, didapat nilai F- hitung sebesar 44,707 yang
signifikan pada taraf kepercayaan 99 %. Ini berarti bahwa faktor- faktor
produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap produksi sawi.
Dari hasil pendugaan model ditunjukkan juga bahwa nilai koefisien
determinasi (R2) didapat sebesar 92,1 % dengan nilai koefisien determinasi
terkoreksi (R2-adjusted) sebesar 90 %. Nilai koefisien determinasi (R2)
tersebut berarti bahwa sebesar 92,1 % dari variasi produksi dapat dijelaskan
63
secara bersama-sama oleh faktor luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk
urea, pupuk SP36, pestisida, dan tenaga kerja, sedangkan sebesar 7,9 % lagi
dipengaruhi oleh faktor- faktor lain di luar model.
Selain uji F, dilakukan pula uji t- untuk menguji penduga faktor – faktor yang
mempengaruhi produksi sawi di Kota Bandar Lampung. Hasil pengujian
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi sawi secara tunggal
disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil pendugaan koefisien faktor-faktor yang mempengaruhitingkat produksi sawi di Kota Bandar Lampung, 2010 (model I).
VariabelKoefisienregresi (B)
Simpangan bakut-
hitungProbabilitas
Konstanta 2,249 0,834 2,698 0,012Ln L.Lahan (X1) 0,300 0,148 2,027 0,053Ln Benih (X2) 0,093 0,070 1,330 0,195Ln Kandang (X3) 0,194 0,089 2,190 0,037Ln Urea (X4) 0,076 0,085 0,893 0,380Ln SP36 (X5) 0,052 0,015 3,420 0,002Ln Pestisida (X7) 0,100 0,049 2,046 0,051Ln HKP (X8) 0,061 0,064 0,950 0,350∑ B 0,876
Berdasarkan Tabel 17, t-hitung faktor produksi Urea (X4) dan Tenaga Kerja
(X8) bernilai kurang dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor
produksi tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap produksi sawi. Nilai t-
hitung yang kurang dari satu (t-hitung < 1) mengindikasikan adanya masalah
regresi. Salah satu penyakit regresi adalah multikolinieritas , yaitu adanya
hubungan linier antar variabel bebas. Faktor produksi urea (X4) ternyata
memiliki hubungan linear dengan luas lahan (X1), sedangkan faktor produksi
tenaga kerja (X8) memiliki hubungan linier dengan Pestisida (X7).
64
Faktor produksi Urea (X4) dan Tenaga kerja (X8) harus dikeluarkan dari
model regresi dengan tujuan memperbaiki hasil regresi agar terhindar dari
masalah regresi. Variabel - variabel yang tidak berpengaruh nyata dengan
nilai t-hitung kurang dari 1 ( <1 ) dikeluarkan dari model supaya nilai
elastisitas produksi meningkat dan seluruh variabel bebas berpengaruh nyata
terhadap variabel pengikat. Hasil perhitungan model setelah pengeluaran
variabel urea (X4) dan Tenaga Kerja (X8) dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Hasil pendugaan koefisien faktor-faktor yang mempengaruhitingkat produksi sawi di Kota Bandar Lampung setelah varibel X4
dan X8 dikeluarkan dari model (model II).
VariabelKoefisienregresi (B)
Simpangan bakut
ProbabilitasHitung
Konstanta 1,73 0,71 2,44 0,02Ln L.Lahan (X1) 0,40 0,12 3,27 0,00Ln Benih (X2) 0,11 0,07 1,68 0,10Ln Kandang (X3) 0,19 0,09 2,20 0,04Ln SP36 (X5) 0,06 0,01 4,66 0,00Ln Pestisida (X7) 0,12 0,04 2,86 0,01∑ B 0,89
Tabel 18 menunjukkan nilai ∑B mengalami peningkatan sebesar 0,014
menjadi 0,89. Nilai t-hitung dari setiap variabel bebas juga mengalami
peningkatan dan keseluruhan faktor produk produksi dalam model
berpengaruh nyata terhadap produksi sawi di Bandar Lampung. Hasil analisis
regresi setelah variabel X4 dan X8 dikeluarkan dari model diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Y = 5,64X10,40X2
0,11X30,19X5
0,06X70,12
Ln Y = 1,73 + 0,4 LnX1 + 0,11 LnX2 + 0,19 LnX3 + 0,06 LnX5
+ 0,12LnX7
65
Nilai koefisien regresi (B) seluruh faktor – faktor produksi dalam persamaan
Cobb- Douglas menyatakan tingkal elastisitas produksi dari usahatani sawi.
Jumlah koefisien (∑B) yaitu 0,89 menunjukkan bahwa elastisitas produksi
sawi berada pada daerah II (0 < EP < 1). Daerah ini dicirikan oleh
penambahan hasil produksi yang peningkatannya makin berkurang
(decreasing return to scale).
1. Luas lahan (X1)
Lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani
sawi. Luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi sawi pada tingkat
kepercayaan 99 %. Nilai elastisitas lahan yaitu 0,4 yang menunjukan
bahwa setiap penambahan lahan sebesar 1% maka akan meningkatkan
produksi sebesar 0,4 % dengan asumsi faktor produksi lainnya tidak
berubah (ceteris paribus).
Penambahan luas lahan (ekstensifikasi) tidak dimungkinkan dikarenakan
tanah diperkotaan yang semakin padat hunian dan sewa lahan yang tinggi.
Status kepemilikan lahan yang digunakan responden banyak yang
berstatus pinjam pakai, hal ini memungkinkan petani berpindah – pindah
karena pemilik lahan ingin membangun lahan tersebut.
2. Jumlah Benih (X2)
Jumlah benih berpengaruh nyata terhadap produki sawi pada tingkat
kepercayaan 90%. Nilai elastisitas benih sebesar 0.11, yang berarti setiap
penambahan benih 1% akan menambah hasil produksi sebesar 0,11%.
66
Jika mengacu pada referensi buku, untuk luasan lahan 1 hektar diperlukan
benih sebanyak 700gr, berarti untuk luasan 1851 m2 diperlukan benih
sekitar 129,57 gr. Dalam pengamatan dilapangan didapat penggunaan
benih untuk luasan 1851 m2 adalah sebesar 170gr, atau lebih banyak 40gr
dari yang seharusnya.
Alasan responden menebar benih lebih banyak yaitu agar ketika terjadi
kematian pada tanaman sawi dalam jumlah yang banyak, maka akan dapat
secepatnya disulam.
3. Pupuk Kandang (X3)
Pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap produksi sawi pada tingkat
kepercayaan 96%. Nilai elastisitas pupuk kandang sebesar 0,19
menunjukkan bahwa setiap penambahan pupuk kandang sebesar 1% akan
menambah jumlah produki sawi sebesar 0,19%.
4. Pupuk SP36 (X5)
Pupuk SP36 berpengaruh nyata terhadap produksi sawi dengan tingkat
kepercayaan 99%. Nilai elastisitas pupuk SP 36 adalah 0,06 menunjukkan
nilai elastisitas mendekati nol atau berada pada daerah rasional, yang
berarti penambahan sebesar 10 % hanya akan menambah produksi sebesar
0,5 % dengan asumsi ceteris paribus.
5. Pestisida (X7)
Pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi sawi dengan tingkat
kepercayaan 95%. Nilai elastisitas Pestisida yaitu sebesar 0,12, yang
67
berarti setiap penambahan pestisida sebesar 1% akan meningkatkan jumlah
produksi sebanyak 0,1 % dengan asumsi faktor produksi lainnya tidak
berubah (ceteris paribus).
D. Efisiensi Ekonomi
Menurut Doll dan Orazem (1984), untuk mencapai keuntungan yang
maksimal, suatu usaha tani harus memenuhi dua syarat yaitu syarat keharusan
(Necessary Condition) dan syarat kecukupan (Sufficient Condition). Syarat
keharusan (Necessary Condition) dipenuhi pada saat tidak ada lagi
kemungkinan lain dalam penggunaan input yang lebih sedikit untuk
menghasilkan nilai produksi yang sama, atau ketika elastisitas produksi lebih
besar atau sama dengan nol dan lebih lebih kecil atau sama dengan satu (0 <
ep < 1).
Berbeda dengan syarat keharusan yang objektif, syarat kecukupan dapat
berbeda pada setiap usahatani atau individu dan merupakan efisiensi yang
subjektif. Terpenuhi atau tidaknya kedua syarat tersebut dapat diketahui
dengan menggunakan sebuah persamaan yaitu perbandingan antara Value
Marginal Product (PyMPxi) atau disebut juga Nilai Produk Marjinal
(NPMXi), dan Marginal Factor Cost (MFC) atau yang sering disebut dengan
Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Nilai Produk Marjinal merupakan hasil
kali antara harga produk dengan Produk Marjinal (PM) sementara Biaya
Korbanan Marjinal (BKM) sama dengan harga representatif dari faktor
produksi yang digunakan.
68
Tingkat efisiensi ekonomis dari penggunaan faktor- faktor produksi dapat
dilihat dari besarnya rasio Nilai Produk Marjinal dengan Biaya Korbanan
Marjinal per periode produksi. Faktor- faktor produksi yang dapat dianalisis
adalah faktor – faktor produksi yang bersifat fisik dan yang dapat dinilai
dengan rupiah. Jika rasio NPM dengan BKM lebih besar dari satu, maka
penggunaan faktor-faktor produksi disebut belum efisien dan perlu
ditingkatkan penggunaannya untuk mencapai keuntungan maksimum.
Rasio NPM dengan BKM yang lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa
penggunaan faktor – faktor produksi telah melebihi batas optimal sehingga
untuk mencapai keuntungan maksimum maka penggunaannya harus
dikurangi.
Rasio NPMXi dengan BKMXi yang sama dengan satu untuk semua faktor –
faktor produksi menunjukkan bahwa penggunaan faktor – faktor produksi
dalam usahatani tersebut tepat berada pada kondisi optimal dan telah
mencapai keuntungam maksimum sehingga usahatani dapat dikatakan telah
efisien secara ekonomis. Rasio NMPXi dengan BKMXi usahatani sawi di
Kota Bandar Lampung disajikan dalam Tabel 19.
Tabel 19. Rasio Nilai Produk Marjinal dengan Biaya Korbanan MarjinalUsahatani sawi di Kota Bandar Lampung.
VariabelRata-rata
jumlahBKMXi
Koef.Regresi
pmxi NPMXiNPMXi /BKMxi
Produksi (Y) 1260.86 2125.71Luas lahan (X1) 1851.43 322.21 0.40 0.27 578.26 1.79Benih (X2) 170.00 446.86 0.11 0.83 1754.03 3.93Kandang (X3) 1681.43 500.00 0.19 0.15 308.83 0.62SP36 (X5) 14.97 1800.00 0.06 4.87 10343.70 5.75Pest (X7) 7.11 52411.55 0.12 21.96 46690.39 0.89
69
Tabel 19 menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi aktual dan rasio
Nilai Produk Marjinal (NPMXi) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKMXi)
pada usahatani sawi di Kota Bandar Lampung. Rasio NPMXi / BKMXi dari
setiap faktor produksi menunjukkan bahwa penggunaan faktor – faktor
produksi dalam usahatani sawi di Kota Bandar Lampung tidak efisien secara
ekonomis, karena nilai-nilai rasio NPMXi /BKMXi tidak ada yang sama
dengan satu. Rasio ini juga berarti bahwa penggunaan faktor-faktor produksi
pada usahatani sawi belum optimal pada jumlah produksi 1.260,86 Kg.
Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa rasio NPMXi dan BKMXi untuk faktor
luas lahan, benih, pupuk SP36, dan pestisida masing-masing lebih besar dari
satu. Nilai rasio ini mengandung arti bahwa penggunaan faktor – faktor
produksi tersebut masih kurang dan masih dapat ditingkatkan lagi agar
dicapai tingkat penggunaan yang efisien atau optimal. Penggunaan faktor
produksi pestisida dan pupuk yang rendah ini disebabkan oleh keterbatasan
modal yang dimiliki petani untuk membeli pupuk dan pestisida dalam jumlah
yang lebih besar yang sesuai dengan kebutuhan usahatani berdasarkan kondisi
kesuburan dan kandungan hara tanah, sehingga pupuk dan pestisida hanya
digunakan berdasarkan kemampuan finansial petani. Penggunaan benih yang
tidak efisien juga disebabkan oleh ketidakmampuan petani secara finansial
untuk membeli benih, sehingga benih yang digunakan responden adalah
benih yang merupakan hasil pembungaan sendiri dengan mutu yang lebih
rendah daripada benih komersial.
70
Rasio NPMXi dan BKMXi yang paling besar adalah pada faktor produksi
SP36 yaitu sebesar 5,75. Berdasarkan nilai rasio ini, maka penggunaan SP36
memerlukan penambahan yang relatif lebih besar agar dicapai tingkat efisien.
Rendahnya penggunaan SP36 disebabkan karena aplikasi penggunaan
pestisida yang kurang tepat dan harga yang relatif tinggi.
Faktor pupuk kandang didapat nilai rasio NPMXi / BKMXi yang lebih kecil
dari satu, yang berarti bahwa penggunaan faktor produksi ini berlebihan atau
tidak efisien, sehingga untuk mencapai tingkat efisien, maka penggunaan
pupuk kandang perlu dikurangi. Penggunaan yang berlebih ini terjadi
dikarenakan umur tanaman yang relatif singkat (55 hari) menjadikan
kandungan hara tanah yang berasal dari pupuk kandang pada masa tanam
sebelumnya masih tinggi.
Pestisida (X7) didapat nilai rasio NPMXi / BKMXi yang lebih kecil dari satu,
yang berarti bahwa penggunaan faktor produksi ini berlebihan atau tidak
efisien, sehingga untuk mencapai tingkat efisien, maka penggunaan tenaga
kerja harus dikurangi. Penggunaan yang berlebih ini terjadi menjadikan
tanaman tidak tumbuh optimal.
Proses produksi mencapai keadaan yang efisien bila penggunaan faktor-faktor
produksi dikombinasikan sehingga perbandingan antara nilai produk marjinal
dengan biaya korbanan marjinal (NPMXi/BKMXi) memiliki nilai yang sama
besar. Oleh karena proses produksi berada pada daerah rasional (∑bi = 0,89)
maka penggunaan optimum faktor – faktor produksi dapat dihitung.
Berdasarkan hasil perhitungan (perhitungan di Lampiran), didapat X1 yang
71
tidak mungkin diaplikasikan oleh petani. Hal ini mungkin ada kesalahan
dalam memformulasikan model atau kemungkinan kesalahan – kesalahan
lain. Oleh karena itu, untuk mencari kombinasi optimum penggunaan faktor
– faktor produksi dihitung dengan menjadikan lahan (X1) sebagai kendala.
Kombinasi optimum dari penggunaan faktor produksi sawi dengan kendala
lahan di Kota Bandar Lampung tahun 2010 disajikan pada Tabel 20.
Berdasarkan Tabel 20, faktor produksi benih dan pupuk SP 36, mengalami
peningkatan penggunaan yang signifikan untuk mencapai penggunaan
optimal, sedangkan faktor produksi pupuk kandang dan Pestisida mengalami
pengurangan penggunaan dari penggunaan aktual.
Tabel 20. Kombinasi penggunaan faktor produksi usahatani sawi dengankendala lahan di Kota Bandar Lampung tahun 2010
Variabeljumlah harga
Koefregresi
NPMXiNPMXi /BKMxi
Produksi (Y) 1102.62 2125.71
Luas lahan (X1) 1851.43 322.21 0.40 578.26 1.79Benih (X2) 371.82 446.86 0.11 801.96 1.79Kandang (X3) 578.68 500.00 0.19 897.33 1.79SP36 (X5) 47.93 1800.00 0.06 3230.40 1.79Pest (X7) 3.53 52411.55 0.12 94061.25 1.79
E. Analisis Pendapatan Usahatani
1. Struktur Biaya
Biaya yang dikeluarkan petani terdiri dari biaya tunai dan biaya
diperhitungkan. Biaya tunai didefinisikan sebagai biaya untuk benih,
pupuk, pestisida atau obat-obatan pemberantas hama dan penyakit
72
tanaman, tenaga kerja luar keluarga, yang dikeluarkan petani selama
proses produksi sawi. Pengeluaran usahatani yang termasuk dalam biaya
diperhitungkan adalah pengeluaran usahatani yang dikeluarkan petani
tetapi tidak secara tunai seperti biaya sewa lahan, penyusutan alat – alat
pertanian, dan nilai tenaga kerja dalam keluarga. Biaya – biaya yang
dikerluarkan petani dalam satu periode produksi disajikan dalam Tabel 21.
Tabel 21. Biaya – biaya produksi petani sawi di Kota Bandar Lampungdalam satu periode tanam per 1851,43m2 musim tanam April –Mei 2010.
Jenis biayaHarga(Rp)
FisikJumlah
(Rp)Distribusi
(%)Biaya Tunai* Benih (gr) 446,86 170,00 75.966,20 3,90* Pupuk Kandang (kg) 500,00 1.681,43 840.714,30 43,20* Pupuk urea (kg) 1.268,57 16,97 21.529,45 1,11* Pupuk KCl(kg) 3.264,29 6,00 19.585,74 1,01* Pupuk SP36 (kg) 1.800,00 14,97 26.946,00 1,38* Biaya TK (LK) (HKP) 20.000,00 0,71 14.200,00 0,73* pestisida 5.801,14 7,11 41.270,97 2,12Biaya diperhitungkan 0,00* Penyusutan alat 3.836,60 0,20* Biaya TK (DK) (HKP) 20.000,00 17,21 344.200,00 17,69* sewa lahan 557.812,50 28,66Total biaya tunai 1.040.213,00Total biayadiperhitungkan 905.849,10total biaya 1.946.062,00 100
Tabel 21 menunjukkan persentase distribusi biaya, baik biaya tunai, biaya
yang diperhitungkan maupun total biaya keseluruhan. Distribusi biaya
terbesar terletak pada biaya pupuk kandang yang mencapai 43,2 %.
Pengurangan penggunaan pupuk kandang sesuai dengan perhitungan
efisiensi akan mengurangi biaya produksi yang signifikan. Sewa lahan
juga merupakan biaya yang tinggi bagi petani, hal ini tidak menjadi
73
masalah serius dikarenakan hanya sebagian kecil saja petani yang
menyewa lahan.
Perbedaan biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang cukup signifikan
dikarenakan biaya sewa lahan di Kota Bandar Lampung yang relatif tinggi
dan tenaga kerja yang digunakan berlebih/ tidak efisien. Peyusutan alat –
alat pertanian tidak terlalu membebankan petani dengan tingkat distribusi
terhadap total biaya yang rendah yaitu 0,2%.
2. Analisis Pendapatan
Analisis pendapatan dilakukan untuk menentukan nilai yang diperoleh
petani dari kegiatan berusahatani sawi. Analisis yang dilakukan meliputi
analisis pendapatan atas biaya total dan analisis pendapatan atas biaya
tunai. Dalam penelitian ini, analisis pendapatan dilakukan untuk satu
periode tanam, yaitu 50 hari. Analisis pendapatan petani sawi di Kota
Bandar Lampung disajikan dalam Tabel 22.
Berdasarkan Tabel 22, pendapatan usahatani sawi di Kota Bandar
Lampung yang didapat petani atas biaya tunai adalah sebesar Rp
1.640.004,00 per 1851,43 m2 dengan nilai R/C ratio atas biaya tunai yaitu
sebesar 2,58. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan biaya
produksi sebesar Rp 1.000,00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.
2.580,00. Sedangkan keuntungan atas biaya total sebesar Rp 749.338,40
per 1.851,43 m2 per musim dengan nilai R/C ratio sebesar 1,39. Hal
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan biaya produksi sebesar Rp.
1000,00 akan menghasilkan Rp. 1.390,00. Nilai R/C ratio yang lebih dari
74
nol dapat diartikan bahwa usahatani sawi di Kota Bandar Lampung
menguntungkan untuk diusahakan.
Tabel 22. Analisis pendapatan petani sawi di Kota Bandar Lampung per1851,43 m2 dalam satu periode tanam.
NoURAIAN
HARGA(Rp)
FISIKNILAI(Rp)
1 Penerimaan 2.680.216,64* Produksi (Kg) 1.260,86* Harga 2.125,71Biaya Tunai* Benih (gr) 446,86 170,00 75.966,20* Pupuk Kandang (kg) 500,00 1.681,43 840.714,29* Pupuk urea (kg) 1.268,57 16,97 21.529,45* Pupuk KCl(kg) 3.264,29 6,00 19.585,74* Pupuk SP36 (kg) 1.800,00 14,97 26.946,00* Biaya TK (LK) (HKP) 20.000,00 0,71 14.200,00* pestisida 5.801,14 7,11 41.270,97Biaya diperhitungkan* Penyusutan alat 3.836,60* Biaya TK (DK) (HKP) 20.000,00 16,57 331.400,00* sewa lahan 1.851,43 300,00 555429.00
2 Total biaya tunai 1.040.212,643 Total biaya diperhitungkan 890665.604 total biaya (2+3) 1930878.245 Pendapatan atas biaya tunai (1 – 2) 1.640.004,006 Pendapatan atas biaya total (1 – 4) 749.338,407 R/C terhadap biaya tunai (1 / 2) 2,588 R/C terhadap biaya total (1 / 4) 1,39
Berdasarkan ketetapan pemerintah Kota bandar Lampung, upah minimum
Kota (UMK) Kota Bandar Lampung adalah sebesar Rp 776.500,00 per
bulan, ini berarti pendapatan petani sawi sebesar Rp 749.338,40 per 50
hari dapat dikatakan rendah karena dibawah UMK dan belum cukup untuk
memenuhi kehidupan sehari - hari. Petani umumnya memiliki pekerjaan
sampingan untuk menopang kehidupan mereka dengan berwirausaha
ataupun menjadi buruh bangunan.
75
Tabel 23. Analisis pendapatan petani sawi di Kota Bandar Lampung per1851,43 m2 dalam satu periode tanam dalam kondisipenggunaan faktor secara efisien dengan kendala lahan.
No URAIANHARGA
(Rp)FISIK
NILAI(Rp)
1 Penerimaan 2.344.636,87Produksi (Kg) 1.102,99Harga 2.125,71Biaya TunaiBenih (gr) 446,86 371,82 166.150,49Pupuk Kandang (kg) 500,00 578,68 289.341,27Pupuk SP36 (kg) 1.800,00 47,93 86.280,80pestisida 52.411,55 3,53 184.848,83Biaya diperhitungkanPenyusutan alat 3.836,60sewa lahan 1851.43 322,20 596.530,75
2 Total biaya tunai 726.621,393 Total biaya diperhitungkan 600.367,354 total biaya (2 + 3) 1.326.988,735 Pendapatan atas biaya tunai (1 – 2) 1.618.015,486 Pendapatan atas biaya total (1 – 4) 1.017.648,147 R/C terhadap biaya tunai (1 / 2) 3,238 R/C terhadap biaya total (1 / 4) 1,77
Berdasarkan Tabel 23, pendapatan usahatani sawi di Kota Bandar
Lampung yang didapat petani atas biaya tunai adalah sebesar Rp
1.617.228,97 per 1851,43 m2 , atau 19,6% lebih tinggi dari keadaan
aktual. Nilai R/C ratio atas biaya tunai yaitu sebesar 3,23 yang
menunjukkan bahwa penggunaan biaya produksi sebesar Rp 1.000,00 akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 3.230,00, sedangkan pendapatan
atas biaya total sebesar Rp 1.016.861,63 per 1851,43 m2, atau naik sebesar
43,8% dari keadaan aktual. Nilai R/C ratio sebesar 1,77 menunjukkan
bahwa penggunaan biaya produksi sebesar Rp. 1000,00 akan
menghasilkan Rp. 1.770,00.
76
Pendapatan total petani per hari adalah sebesar Rp 21.380,37 atau sebesar
Rp641.411,10 per bulan. Hasil ini masih dikatakan kurang mencukupi
untuk kebutuhan keluarga petani dengan rata – rata tanggungan keluarga
sebanyak 4 jiwa dan juga jika dibandingkan dengan Upah Minimum Kota
sebesar Rp 776.500,00 per bulan atau sebesar Rp 25.833,33 per hari atau
sebesar Rp 1.294.166,70 per musim. Dengan demikian perlu adanya
skema perhitungan usahatani sawi yang menghasilkan pendapatan yang
lebih dari UMK supaya kesejahteraan petani terjamin. Analisis
pendapatan usahatani dengan beberapa skala usahatani disajikan pada
Tabel 24.
Tabel 24. Analisis pendapatan Optimal usahatani sawi pada beberapaskala usahatani per musim di Kota Bandar Lampung, 2010.
No UraianSkala Usahatani
1.500m2
(Rp)2.000m2
(Rp)2.500 m2
(Rp)3.000 m2
(Rp)1 Produksi 1.297,36 1.531,17 1.741.18 1.933,982 Harga 2.125,71 2.125,71 2.125.71 2.125,713 Penerimaan (1 x 2) 2.757.811,13 3.254.827,63 3.701.250.11 4.111.087,00
Biaya TunaiBenih 139.500,00 186.000,00 232.500.00 279.000,00Kndg 291.000,00 388.000,00 485.000.00 582.000,00Urea 114.000,00 152.000,00 190.000.00 228.000,00Sp 78.000,00 104.000,00 130.000.00 156.000,00Pest 150.000,00 200.000,00 250.000.00 300.000,00
4 ∑ bi. Tunai 772.500,00 1.030.000,00 1.287.500.00 1.545.000,00Bi. DiperhitungkanHkp 91.500,00 122.000,00 152.500.00 183.000,00Sewa 450.000,00 600.000,00 750.000.00 900.000,00
5 ∑ bi. Diperhitungkan 541.500,00 722.000,00 902.500.00 1.083.000,006 tot. Biaya (4 + 5) 1.314.000,00 1.752.000,00 2.190.000.00 2.628.000,007 Pendp. Tunai (3 - 4) 1.985.311,13 2.224.827,63 2.413.750.11 2.566.087,008 Pendp. Total (3 - 6) 1.443.811,13 1.502.827,63 1.511.250.11 1.483.087,009 r/c atas bi. Tunai (3/4) 3,57 3,16 2.87 2,66
10 r/c atas bi. Total (3/6) 2,10 1,86 1.69 1,56
77
Berdasarkan Tabel 24, R/C ratio pada peningkatan skala usahatani sawi di
Kota Bandar Lampung cenderung menurun. Hal ini sesuai dengan proses
produksi sawi yang berada pada daerah rasional (EP = 0,876), dimana
setiap penambahan faktor produksi sebesar 1% akan meningkatan
Penerimaan kurang dari 1%. Skala usaha yang ideal untuk diaplikasikan
petani sawi di Kota Bandar Lampung adalah pada skala usaha 2500 m2,
dengan pendapatan usahatani sawi sebesar Rp 1.511.250,11 per musim.
Penggunaan faktor – faktor produksi secara efisien pada skala 2500 m2
memerlukan biaya lebih besar dari biaya total yang dikeluarkan petani
pada saat ini, sedangkan petani tidak memiliki modal yang lebih besar dari
modal yang mereka keluarkan untuk usahatani. Pemerintah Kota Bandar
Lampung diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam membantu
kekurangan modal petani dengan mempermudah petani untuk
mendapatkan kredit lunak baik secara langsung atau berafiliasi dengan
Bank yang menyalurkan kredit lunak. Pemerintah juga diharapkan dapat
memfasilitasi pembentukan koperasi petani sawi dan mendampingi petani
secara kelembagaan dengang membentuk kelompok tani sawi agar petani
dapat mengelola keuangan koperasi dan keloPmpok tani secara mandiri.
78
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan faktor – faktor produksi pada usahatani sawi di Kota Bandar
Lampung belum efisien. Penggunaan faktor produksi luas lahan (X1), benih (X2),
dan pupuk SP36 (X5) perlu ditingkatkan, sedangkan faktor produksi pupuk
kandang (X3) dan pestisida (X7) harus dikurangi agar pendapatan usahatani sawi
meningkat.
2. Usahatani sawi merupakan usahatani yang menguntungkan. Tingkat
pendapatan saat ini sebesar Rp 1.640.004,00 per 1851,43 m2 dengan R/C ratio
atas biaya tunai yaitu sebesar 2,58, sedangkan pendapatan atas biaya total
sebesar Rp 749.338,40 per 1.851,43 m2 per musim dengan nilai R/C ratio
sebesar 1,39. Pada kondisi optimal dengan kendala lahan seluas 1851,43 m2
diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 1.618.015,48 dengan R/C
ratio sebesar 3,23, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah sebesar
1.017.648,14 dengan R/C ratio sebesar 1,77.
79
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut:
1. Petani diharapkan dapat lebih mengefisienkan penggunaan faktor –faktor
produksi yang dipakai dalam proses produksi sawi sesuai dengan tingkat
penggunaan optimal dengan melakukan ekstensifikasi usahatani pada skala
usaha 2500m2 dengan penggunaan benih sebesar 520,30gr, pupuk kandang
sebesar 970kg, pupuk urea sebesar 149,77 kg, pupuk SP36 sebanyak
72,22kg, pestisida sebanyak 43,1 gram bahan aktif, dan tenaga kerja
sebesar 7,63 HKP.
2. Pemerintah Kota Bandar Lampung diharapkan berperan aktif dalam
memberikan penyuluhan usahatani, menyediakan dana usaha atau
mendorong perbankan menyediakan kredit lunak, menyediakan lahan
untuk ektensifikasi usahatani sawi, dan memfasilitasi pembentukan
koperasi bagi petani sawi di Kota Bandar Lampung.
3. Peneliti lain yang akan meneliti dengan objek penelitian komoditi sawi
disarankan untuk meninjau kembali aspek – aspek lain seperti aspek
efisiensi pemasaran dari komoditi sawi ini.
80
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Propinsi Lampung dalam Angka 2009. Badan Pusat StatistikPropinsi Lampung. Bandar Lampung.
______. 2008. Konsumsi konsumsi pangan wilayah berdasarkan survey konsumsipangan tahun 2008. Badan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung. BandarLampung.
______. 2009. Kota Bandar Lampung dalam Angka 2009. Badan Pusat StatistikKota Bandar Lampung. Bandar Lampung.
______. 2009. Kecamatan Sukarame dalam Angka 2009. Badan Pusat StatistikKota Bandar Lampung. Bandar Lampung.
______. 2002. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis FungsiCoob-Douglas. PT Raja Grafindo. Jakarta. 249 hlm.
Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga Pertanian. Diktat Kuliah. UniversitasLampung. Bandar Lampung. 244 hlm.
Hamim, A. 1989. “Tataniaga Pertanian”. Materi Kursus Manajemen AgribisnisLanjutan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 51 hlm.
Hasyim, A.I. 1994. Tataniaga Pertanian. Diktat Kuliah FP. UniversitasLampung. Bandar Lampung.
Hernanto, Fadholi. 1988. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. 307 hlm
Hernanto, F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. 162 hlm.
Margiyanto. Budidaya Tanaman Sawi. 2007.http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/.diakses tanggal 17 Maret 2010.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 299 hlm.
Nazaruddin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.IPB. Bogor.
81
Pebrianto, M. D. 2007. Efisiensi Pemasaran dan Faktor-faktor yang MenentukanPembentukan Harga Cabai Merah di Tingkat Petani di Desa Sinar HarapanKecamatan Kedondong Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. JurusanSosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 92hlm.
Rubatzky, V.E. 1998. Sayuran Dunia 2 : Prinsip, Produksi, dan Gizi . ITB.Bandung.
Saefuddin, A.M. 1982. Pemasaran Produk Pertanian. Diktat Kuliah IPB.Bogor. 142 hlm.
Soekartawi. 2002. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan AnalisisFungsi Coob-Douglas. PT Raja Grafindo. Jakarta. 249 hlm.
Sunarto. 2006. Manajemen Pemasaran. Edisi 2. Adityamedia. Yogyakarta.
Syafri Edi dan Yusri. Budidaya Sawi Semi Organik. Selasa 19 Januari 2010.http://jambi.litbang.deptan.go.id. diakses tanggal 17 Maret 2010.
Yusri, A. Budidaya Bayam. Januari 2010. http://jambi.litbang.deptan.go.id.diakses tanggal 17 Maret 2010.
Yusri, A. Budidaya Bayam. Minggu 24 Januari 2010.http://teguhpamuji.wordpress.com. diakses tanggal 17 Maret 2010.
Yusuf, S. 2001. Analisis Efisiensi Pemasaran Salak Pondoh di KabupatenTanggamus. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, FakultasPertanian, Universitas Lampung.
1
81
Tabel 25. Identitas Responden
No Nama Kelompok Alamat Umur Pddkn Pekerjaan T'gungn Peng.Luaslahan Status
(th) Formal Pokok Kluarga Bdidya (m2) kpemilikan
(th) (orang) (th)
1 Totok Sugianto Mugi Rahayu Sukadanaham 40 17 Petani 5 3 2000 Milik Sendiri
2 Suhasto Mugi Rahayu Sukadanaham 45 11 Petani 6 2 2000 Milik Sendiri
3 Nasirun Mugi Rahayu Sukadanaham 45 8 Petani 5 3 2000 Milik Sendiri
4 Mardoyo Mugi Rahayu Sukadanaham 38 10 Petani 4 2 2100 Milik Sendiri
5 Anwar Mugi Rahayu Sukadanaham 30 10 Petani 3 2 1900 Pinjam pakai
6 M. Prapto Mugi Rahayu Sukadanaham 30 6 Petani 1 1 1900 Pinjam pakai
7 Sarmin Mugi Rahayu Sukadanaham 43 7 Petani 3 3 1800 Pinjam pakai
8 Supriyono Mugi Rahayu Sukadanaham 35 9 Petani 4 3 1900 Milik Sendiri
9 Dasiman Mugi Rahayu Sukadanaham 37 6 Petani 3 5 2000 Milik Sendiri
10 Hendarto Mugi Rahayu Sukadanaham 56 3 Petani 5 5 2100 Milik Sendiri
11 Alwi Mugi Rahayu Sukadanaham 50 5 Petani 4 3 2000 Milik Sendiri
12 Slamet Selada Sumber Rejo 32 9 Tukang ojek 3 5 2000 Pinjam pakai
13 Rijal Amin Selada Sumber Rejo 45 4 Petani 5 4 1700 Pinjam pakai
14 Suwarto Selada Sumber Rejo 35 6 Petani 3 3 1700 Pinjam pakai
15 Samsul Selada Sumber Rejo 52 9 Petani 5 7 1700 sewa
16 Sarmin Selada Sumber Rejo 39 6 Petani 4 3 1800 sewa
17 Suyatin Selada Sumber Rejo 45 6 Petani 1 4 1800 Pinjam pakai
18 warto Selada Sumber Rejo 45 5 Pedagang 2 3 2000 Pinjam pakai
19 Aris Suharso Selada Sumber Rejo 30 9 Petani 4 3 1900 Pinjam pakai
20 Matno Selada Sumber Rejo 32 4 Petani 1 3 1800 Pinjam pakai
21 Asep Selada Sumber Rejo 46 6 Petani 6 5 2000 Pinjam pakai
22 Hasanudin Selada Sumber Rejo 37 12 Wiraswasta 2 5 2000 Milik Sendiri
23 Supardi Selada Sumber Rejo 39 15 Wiraswasta 5 3 1700 Milik Sendiri
24 Sutarto Selada Sumber Rejo 27 6 Petani 1 5 1600 Pinjam pakai
25 Mulyadi Jaya tani Beringin Raya 35 12 Petani 4 3 1700 Pinjam pakai
26 Samizan Jaya tani Beringin Raya 30 9 Petani 3 3 1900 Pinjam pakai
27 Miswandi Jaya tani Beringin Raya 30 12 Pegawai 3 3 2000 Pinjam pakai
28 Jumali Jaya tani Beringin Raya 50 9 Petani 5 3 1900 Milik Sendiri
29 Asnawi Jaya tani Beringin Raya 34 9 Tukang 4 3 1900 Milik Sendiri
30 Kusno Jaya tani Beringin Raya 37 6 Tukang 5 4 1700 Milik Sendiri
31 Eko M Jaya tani Beringin Raya 35 12 Wiraswasta 2 2 1600 Milik Sendiri
32 Suwaris Jaya tani Beringin Raya 35 12 Tukang ojek 6 2 1500 Milik Sendiri
33 Sabar Jaya tani Beringin Raya 40 9 Petani 4 2 1700 Milik Sendiri
34 Purnomo Jaya tani Beringin Raya 55 9 Petani 8 5 1800 Sewa
35 Ajis Suryo Jaya tani Beringin Raya 29 9 Tukang 3 3 1700 Pinjam pakai
Rata-rata 38.94 8.49 3.77 3.37 1851.43
82
Tabel 26. Kepemilikan peralatan usahatani sawino cangkul sprayer arit total
∑ Harga Biaya UE peny ∑ Harga Biaya UE peny ∑ Harga Biaya UE peny b. Peny(Unit) (Rp) (Rp) (Th) / periode (Unit) (Rp) (Rp) (Th) / periode (Unit) (Rp) (Rp) (Th) / periode
1 1 35000 35000 7 1000.00 1 50000 50000 3 3333.33 2 15000 30000 3 2000 6333.33
2 1 35000 35000 7 1000.00 1 15000 15000 3 1000 2000.00
3 1 40000 40000 7 1142.86 1 15000 15000 4 750 1892.86
4 1 35000 35000 6 1166.67 1 15000 15000 3 1000 2166.67
5 1 35000 35000 6 1166.67 1 50000 50000 3 3333.33 1 15000 15000 3 1000 5500.00
6 1 35000 35000 7 1000.00 1 15000 15000 4 750 1750.00
7 1 33000 33000 7 942.86 1 15000 15000 3 1000 1942.86
8 1 35000 35000 7 1000.00 1 15000 15000 3 1000 2000.00
9 1 32500 32500 8 812.50 1 50000 50000 3 3333.33 1 15000 15000 3 1000 5145.83
10 1 40000 40000 8 1000.00 2 50000 100000 3 6666.67 2 15000 30000 3 2000 9666.67
11 1 35000 35000 5 1400.00 1 15000 15000 3 1000 2400.00
12 2 35000 70000 8 1750.00 1 50000 50000 3 3333.33 1 15000 15000 3 1000 6083.33
13 1 37500 37500 7 1071.43 1 1 15000 15000 3 1000 2071.43
14 1 40000 40000 6 1333.33 1 1 7000 7000 4 350 1683.33
15 1 35000 35000 6 1166.67 1 2 7000 14000 4 700 1866.67
16 3 37500 112500 6 3750.00 1 1 15000 15000 3 1000 4750.00
17 1 40000 40000 6 1333.33 1 50000 50000 3 3333.33 2 15000 30000 3 2000 6666.67
18 1 35000 35000 8 875.00 1 15000 15000 4 750 1625.00
19 1 35000 35000 8 875.00 1 50000 50000 3 3333.33 2 15000 30000 4 1500 5708.33
20 1 40000 40000 8 1000.00 1 15000 15000 3 1000 2000.00
21 1 35000 35000 8 875.00 2 15000 30000 4 1500 2375.00
22 1 37500 37500 8 937.50 1 50000 50000 3 3333.33 2 15000 30000 3 2000 6270.83
23 2 35000 70000 8 1750.00 2 15000 30000 3 2000 3750.00
24 1 37500 37500 6 1250.00 1 50000 50000 3 3333.33 2 8000 16000 4 800 5383.33
25 2 37500 75000 6 2500.00 1 15000 15000 3 1000 3500.00
26 1 40000 40000 8 1000.00 1 50000 50000 3 3333.33 1 15000 15000 3 1000 5333.33
27 1 40000 40000 6 1333.33 1 15000 15000 3 1000 2333.33
28 4 35000 140000 8 3500.00 1 50000 50000 3 3333.33 1 15000 15000 3 1000 7833.33
29 1 35000 35000 8 875.00 1 50000 50000 3 3333.33 1 15000 15000 3 1000 5208.33
30 1 35000 35000 6 1166.67 1 15000 15000 3 1000 2166.67
31 1 40000 40000 7 1142.86 2 8000 16000 4 800 1942.86
32 1 40000 40000 6 1333.33 2 8000 16000 4 800 2133.33
33 1 35000 35000 7 1000.00 1 15000 15000 3 1000 2000.00
34 3 37500 112500 7 3214.29 1 50000 50000 3 3333.33 2 15000 30000 3 2000 8547.62
35 1 37500 37500 6 1250.00 1 15000 15000 3 1000 2250.00
∑ 45.00 1283000.00 1645500.00 243.00 47914.29 18.00 650000.00 700000.00 39.00 46666.67 47.00 488000.00 639000.00 115.00 39700.00 134280.95
Rata-rata 1.29 36657.14 47014.29 6.94 1368.98 1.06 50000.00 53846.15 3.00 3589.74 1.34 13942.86 18257.14 3.29 1134.29 3836.60
83
Tabel 27. Biaya tunai usahatani sawi diKota Bandar Lampung per periode tanam
No
benih Urea KCL SP36 Pupuk Kandang Pestisidasewa lahan
pem hptJumlah
(gr)Harga(Rp)
Jumlah(kg)
Harga(Rp)
Jumlah(kg)
Harga(Rp)
Jumlah(kg)
Harga(Rp)
Jumlah(kg)
Harga(Rp)
Jumlah(gba)
Harga(Rp)
TK LK
1 175 480 20 1250 0 3250 15 1800 1900 500 10 4640 02 175 480 18 1250 0 3250 11 1800 1800 500 8 4640 0 14285.713 175 480 20 1300 0 3250 14 1800 1700 500 9 4640 0 14285.714 175 480 17 1250 0 3250 9 1800 1600 500 6 4640 0 17142.865 175 480 16 1250 15 3250 19 1800 1850 500 8 4640 0 14285.716 150 480 16 1250 0 3000 22 1800 1700 500 7 4640 0 14285.717 150 480 16 1300 10 3000 11 1800 2000 500 7 4640 0 14285.718 175 480 18 1300 10 3250 7 1800 1800 500 8 4640 0 14285.719 175 480 17 1250 15 3500 11 1800 1700 500 8 4640 0 17142.86
10 175 480 20 1250 0 3250 8 1800 2000 500 9 4640 011 175 480 17 1300 0 3250 5 1800 1700 500 6 4640 0 14285.7112 200 480 20 1300 0 3250 11 1800 1700 500 8 10000 013 150 480 15 1250 20 3250 8 1800 1500 500 6 10000 0 14285.7114 175 480 17 1250 15 3250 22 1800 1500 500 5 10000 0 14285.7115 150 480 15 1250 0 3000 11 1800 1350 500 6 10000 510000 14285.7116 150 480 16 1250 0 3000 13 1800 1600 500 6 10000 540000 14285.7117 150 400 17 1250 20 3000 17 1800 1650 500 8 10000 018 200 400 17 1250 5 3000 25 1800 2000 500 10 10000 019 200 400 16 1300 0 3500 37 1800 1900 500 9 10000 0 14285.7120 175 400 16 1300 0 3500 9 1800 1700 500 6 10000 0 14285.7121 200 400 18 1250 0 3500 25 1800 1800 500 8 10000 022 200 400 20 1300 0 3500 29 1800 2000 500 8 10000 023 175 400 15 1300 10 3500 34 1800 1800 500 6 10000 024 150 400 15 1250 0 3250 26 1800 1500 500 5 10000 025 150 400 17 1250 20 3250 18 1800 1450 500 5 2000 0 14285.7126 200 400 17 1250 20 3500 12 1800 1800 500 8 2000 0 17142.8627 200 440 20 1300 5 3500 6 1800 1650 500 6 2000 0 11428.5728 200 440 19 1250 20 3250 9 1800 1700 500 8 2000 0 14285.7129 175 440 16 1250 0 3250 23 1800 1700 500 9 2000 030 175 440 16 1300 0 3250 16 1800 1700 500 8 2000 0 14285.7131 150 440 15 1250 0 3250 11 1800 1400 500 6 2000 0 14285.7132 125 440 15 1250 0 3250 11 1800 1300 500 5 2000 0 11428.5733 125 440 14 1300 5 3250 7 1800 1400 500 5 2000 0 11428.5734 150 440 18 1250 20 3250 6 1800 1600 500 6 2000 540000 14285.7135 150 440 15 1300 0 3250 6 1800 1400 500 6 2000 0 11428.57∑ 5950.00 15640.00 594.00 44400.00 210.00 114250.00 524.00 63000.00 58850.00 17500.00 249.00 203040.00 1590000.00 354285.71µ 170.00 446.86 16.97 1268.57 6.00 3264.29 14.97 1800.00 1681.43 500.00 7.11 5801.14 45428.57 14171.43
84
Tabel 28. Biaya non tunai usahatani sawi di Kota Bandar Lampung per satuperiode tanam
No olah lahan semai penanaman penyiraman pupuk I pupuk II pem hptpemanenan
peny.Peralatan sewa lahan
TK DK TK DK TK DK TK DK TK DK TK DK TK DK
1 40000.00 11428.57 20000.00 342857.14 14285.71 8571.43 17142.86 17142.86 6333.33 6000002 34285.71 11428.57 20000.00 257142.86 11428.57 5714.29 17142.86 2000.00 6000003 34285.71 8571.43 20000.00 257142.86 11428.57 5714.29 14285.71 1892.86 6000004 40000.00 11428.57 17142.86 257142.86 14285.71 5714.29 17142.86 2166.67 6300005 34285.71 8571.43 20000.00 257142.86 11428.57 5714.29 14285.71 5500.00 5700006 40000.00 11428.57 20000.00 257142.86 11428.57 5714.29 11428.57 1750.00 5700007 34285.71 5714.29 17142.86 171428.57 11428.57 5714.29 17142.86 1942.86 5400008 34285.71 5714.29 17142.86 257142.86 11428.57 5714.29 11428.57 2000.00 5700009 40000.00 11428.57 17142.86 257142.86 14285.71 5714.29 17142.86 5145.83 600000
10 34285.71 5714.29 20000.00 257142.86 11428.57 5714.29 14285.71 11428.57 9666.67 63000011 34285.71 5714.29 20000.00 257142.86 11428.57 11428.57 2400.00 60000012 34285.71 5714.29 20000.00 257142.86 11428.57 14285.71 11428.57 6083.33 60000013 45714.29 5714.29 20000.00 171428.57 11428.57 11428.57 11428.57 2071.43 51000014 34285.71 5714.29 17142.86 171428.57 11428.57 5714.29 17142.86 1683.33 51000015 34285.71 5714.29 20000.00 171428.57 11428.57 11428.57 11428.57 1866.6716 34285.71 5714.29 20000.00 257142.86 11428.57 11428.57 4750.0017 40000.00 11428.57 20000.00 171428.57 11428.57 5714.29 14285.71 11428.57 6666.67 54000018 40000.00 11428.57 20000.00 342857.14 14285.71 8571.43 17142.86 17142.86 1625.00 60000019 34285.71 11428.57 17142.86 342857.14 11428.57 11428.57 5708.33 57000020 34285.71 5714.29 17142.86 171428.57 11428.57 5714.29 17142.86 2000.00 54000021 34285.71 5714.29 20000.00 257142.86 11428.57 5714.29 14285.71 11428.57 2375.00 60000022 40000.00 11428.57 20000.00 342857.14 11428.57 8571.43 14285.71 11428.57 6270.83 60000023 34285.71 5714.29 20000.00 257142.86 11428.57 11428.57 8571.43 3750.00 51000024 40000.00 11428.57 20000.00 171428.57 11428.57 11428.57 14285.71 11428.57 5383.33 48000025 40000.00 11428.57 20000.00 171428.57 11428.57 8571.43 11428.57 3500.00 51000026 40000.00 11428.57 17142.86 257142.86 14285.71 5714.29 17142.86 5333.33 57000027 40000.00 11428.57 17142.86 171428.57 8571.43 8571.43 2333.33 60000028 34285.71 5714.29 20000.00 257142.86 11428.57 11428.57 7833.33 57000029 45714.29 11428.57 20000.00 257142.86 11428.57 5714.29 14285.71 11428.57 5208.33 57000030 40000.00 11428.57 17142.86 257142.86 11428.57 11428.57 2166.67 51000031 34285.71 5714.29 20000.00 171428.57 11428.57 11428.57 11428.57 1942.86 48000032 40000.00 11428.57 17142.86 171428.57 8571.43 8571.43 2133.33 45000033 40000.00 11428.57 17142.86 171428.57 8571.43 8571.43 2000.00 51000034 40000.00 11428.57 20000.00 171428.57 11428.57 8571.43 11428.57 8547.6235 40000.00 11428.57 17142.86 171428.57 8571.43 8571.43 2250.00 510000
∑ 1314285.71 314285.71 662857.14 8142857.14 402857.14 174285.71 145714.29 442857.14 134280.95 17850000.00µ 37551.02 8979.59 18938.78 232653.06 11510.20 7261.90 14571.43 12653.06 3836.60 557812.50
85
Tabel 29. penyusutan peralatan usahatani
no
cangkul sprayer arit total∑ Harga Biaya UE penyusutan ∑ Harga Biaya UE penyusutan ∑ Harga Biaya UE penyusutan Biaya
(Unit) (Rp) (Rp) (Th) / periode (Unit) (Rp) (Rp) (Th) / periode (Unit) (Rp) (Rp) (Th) / periode peny1 1 35000.00 35000.00 7.00 1000.00 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 2.00 15000.00 30000.00 3.00 2000.00 6333.332 1 35000.00 35000.00 7.00 1000.00 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2000.003 1 40000.00 40000.00 7.00 1142.86 1.00 15000.00 15000.00 4.00 750.00 1892.864 1 35000.00 35000.00 6.00 1166.67 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2166.675 1 35000.00 35000.00 6.00 1166.67 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 5500.006 1 35000.00 35000.00 7.00 1000.00 1.00 15000.00 15000.00 4.00 750.00 1750.007 1 33000.00 33000.00 7.00 942.86 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 1942.868 1 35000.00 35000.00 7.00 1000.00 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2000.009 1 32500.00 32500.00 8.00 812.50 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 5145.83
10 1 40000.00 40000.00 8.00 1000.00 2.00 50000.00 100000.00 3.00 6666.67 2.00 15000.00 30000.00 3.00 2000.00 9666.6711 1 35000.00 35000.00 5.00 1400.00 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2400.0012 2 35000.00 70000.00 8.00 1750.00 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 6083.3313 1 37500.00 37500.00 7.00 1071.43 1.00 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2071.4314 1 40000.00 40000.00 6.00 1333.33 1.00 1.00 7000.00 7000.00 4.00 350.00 1683.3315 1 35000.00 35000.00 6.00 1166.67 1.00 2.00 7000.00 14000.00 4.00 700.00 1866.6716 3 37500.00 112500.00 6.00 3750.00 1.00 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 4750.0017 1 40000.00 40000.00 6.00 1333.33 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 2.00 15000.00 30000.00 3.00 2000.00 6666.6718 1 35000.00 35000.00 8.00 875.00 1.00 15000.00 15000.00 4.00 750.00 1625.0019 1 35000.00 35000.00 8.00 875.00 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 2.00 15000.00 30000.00 4.00 1500.00 5708.3320 1 40000.00 40000.00 8.00 1000.00 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2000.0021 1 35000.00 35000.00 8.00 875.00 2.00 15000.00 30000.00 4.00 1500.00 2375.0022 1 37500.00 37500.00 8.00 937.50 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 2.00 15000.00 30000.00 3.00 2000.00 6270.8323 2 35000.00 70000.00 8.00 1750.00 2.00 15000.00 30000.00 3.00 2000.00 3750.0024 1 37500.00 37500.00 6.00 1250.00 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 2.00 8000.00 16000.00 4.00 800.00 5383.3325 2 37500.00 75000.00 6.00 2500.00 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 3500.0026 1 40000.00 40000.00 8.00 1000.00 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 5333.3327 1 40000.00 40000.00 6.00 1333.33 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2333.3328 4 35000.00 140000.00 8.00 3500.00 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 7833.3329 1 35000.00 35000.00 8.00 875.00 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 5208.3330 1 35000.00 35000.00 6.00 1166.67 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2166.6731 1 40000.00 40000.00 7.00 1142.86 2.00 8000.00 16000.00 4.00 800.00 1942.8632 1 40000.00 40000.00 6.00 1333.33 2.00 8000.00 16000.00 4.00 800.00 2133.3333 1 35000.00 35000.00 7.00 1000.00 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2000.0034 3 37500.00 112500.00 7.00 3214.29 1.00 50000.00 50000.00 3.00 3333.33 2.00 15000.00 30000.00 3.00 2000.00 8547.6235 1 37500.00 37500.00 6.00 1250.00 1.00 15000.00 15000.00 3.00 1000.00 2250.00
∑ 45.00 1283000.00 1645500.00 243.00 47914.29 18.00 650000.00 700000.00 39.00 46666.67 47.00 488000.00 639000.00 115.00 39700.00 134280.95rata2 1.29 36657.14 47014.29 6.94 1368.98 1.06 50000.00 53846.15 3.00 3589.74 1.34 13942.86 18257.14 3.29 1134.29 3836.60
86
Tabel 30. Penggunaan Tenaga KerjaNo pengolahan lahan penyemaian penanaman
TK DK TK DK TK DK∑
Orang∑
hari∑ jamkerja Harga/HKP HKP BIAYA
∑Orang
∑hari
∑ jamkerja harga/HKP HKP Biaya
∑Orang
∑hari
∑ jamkerja Harga/HKP HKP Biaya
1 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.002 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.003 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.43 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.004 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.865 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.43 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.006 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.007 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.868 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.869 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.86
10 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0011 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0012 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0013 1.00 2.00 8.00 20000.00 2.29 45714.29 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0014 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.8615 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0016 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0017 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0018 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0019 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.8620 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.8621 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0022 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0023 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0024 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0025 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0026 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.8627 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.8628 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0029 1.00 2.00 8.00 20000.00 2.29 45714.29 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0030 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.8631 1.00 2.00 6.00 20000.00 1.71 34285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0032 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.8633 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.8634 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 7.00 20000.00 1.00 20000.0035 1.00 2.00 7.00 20000.00 2.00 40000.00 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.86
35.00 70.00 230.00 700000.00 65.71 1314285.71 35.00 35.00 110.00 700000.00 15.71 314285.71 35.00 35.00 232.00 700000.00 33.14 662857.141.00 2.00 6.57 20000.00 1.88 37551.02 1.00 1.00 3.14 20000.00 0.45 8979.59 1.00 1.00 6.63 20000.00 0.95 18938.78
87
Lanjutan tabel 30.
No
penyiraman pemupukan 1 pemupukan 2TK DK TK DK TK DK
∑Orang ∑ hari
∑ jamkerja
Harga/HKP HKP Biaya
∑Orang
∑hari
∑ jamkerja
Harga/HKP HKP Biaya
∑Orang
∑hari
∑jam
kerjaharga/HKP HKP Biaya
1 1.00 30.00 4.00 20000.00 17.14 342857.14 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.432 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.293 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.294 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.295 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.296 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.297 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.298 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.299 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.29
10 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.2911 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 0.00 0.00 0.00 20000.0012 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 0.00 0.00 0.00 20000.0013 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5714 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.2915 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5716 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 0.00 0.00 0.00 20000.0017 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.2918 1.00 30.00 4.00 20000.00 17.14 342857.14 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.4319 1.00 30.00 4.00 20000.00 17.14 342857.14 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 0.00 0.00 0.00 20000.0020 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.2921 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.2922 1.00 30.00 4.00 20000.00 17.14 342857.14 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.4323 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 0.00 0.00 0.00 20000.0024 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5725 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.4326 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.2927 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.43 0.00 0.00 0.00 20000.0028 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 0.00 0.00 0.00 20000.0029 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 2.00 20000.00 0.29 5714.2930 1.00 30.00 3.00 20000.00 12.86 257142.86 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 0.00 0.00 0.00 20000.0031 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5732 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.43 0.00 0.00 0.00 20000.0033 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.43 0.00 0.00 0.00 20000.0034 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.4335 1.00 30.00 2.00 20000.00 8.57 171428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.43 0.00 0.00 0.00 20000.00
35.00 1050.00 95.00 700000.00 407.14 8142857.14 35.00 35.00 141.00 700000.00 20.14 402857.14 24.00 24.00 61.00 700000.00 8.71 174285.711.00 30.00 2.71 20000.00 11.63 232653.06 1.00 1.00 4.03 20000.00 0.58 11510.20 0.69 0.69 1.74 20000.00 0.36 7261.90
88
Lanjutan tabel 30.
Nopemberantasan hpt pemanenan
TK DK TK LK TK DK∑
Orang∑
hari∑ jamkerja harga/HKP HKP Biaya
∑Orang
∑hari
∑ jamkerja
harga/HKP HKP Biaya
∑Orang
∑hari
∑ jamkerja
harga/HKP HKP Biaya
1 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.86 1.00 2.00 3.00 20000.00 0.86 17142.862 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 2.00 3.00 20000.00 0.86 17142.863 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.714 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.86 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.865 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.716 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.577 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 2.00 3.00 20000.00 0.86 17142.868 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.579 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.86 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.86
10 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5711 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5712 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5713 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5714 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 2.00 3.00 20000.00 0.86 17142.8615 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5716 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5717 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5718 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.86 1.00 2.00 3.00 20000.00 0.86 17142.8619 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5720 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 2.00 3.00 20000.00 0.86 17142.8621 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5722 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5723 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.4324 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5725 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5726 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.86 1.00 1.00 6.00 20000.00 0.86 17142.8627 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.4328 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5729 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5730 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5731 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5732 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.4333 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.4334 1.00 1.00 5.00 20000.00 0.71 14285.71 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.5735 1.00 1.00 4.00 20000.00 0.57 11428.57 1.00 1.00 3.00 20000.00 0.43 8571.43
10.00 10.00 51.00 200000.00 7.29 145714.29 25.00 25.00 124.00 500000.00 17.71 354285.71 35.00 41.00 137.00 700000.00 22.14 442857.141.00 1.00 5.10 20000.00 0.73 14571.43 1.00 1.00 4.96 20000.00 0.71 14171.43 1.00 1.17 3.91 20000.00 0.63 12653.06
89
Tabel 31. Produksi dan penerimaan
No Luaslahan Produksi Jumlah
dijual Harga jual Penerimaan
1 2000 1400 1400 2200.00 3080000.002 2000 1325 1325 2200.00 2915000.003 2000 1360 1360 2200.00 2992000.004 2100 1190 1190 2200.00 2618000.005 1900 1340 1340 2200.00 2948000.006 1900 1290 1290 2200.00 2838000.007 1800 1165 1165 2200.00 2563000.008 1900 1250 1250 2200.00 2750000.009 2000 1300 1300 2200.00 2860000.00
10 2100 1475 1475 2200.00 3245000.0011 2000 1240 1240 2200.00 2728000.0012 2000 1375 1375 2000.00 2750000.0013 1700 1175 1175 2000.00 2350000.0014 1700 1160 1160 2000.00 2320000.0015 1700 1125 1125 2000.00 2250000.0016 1800 1240 1240 2000.00 2480000.0017 1800 1275 1275 2000.00 2550000.0018 2000 1475 1475 2000.00 2950000.0019 1900 1425 1425 2000.00 2850000.0020 1800 1240 1240 2000.00 2480000.0021 2000 1450 1450 2000.00 2900000.0022 2000 1490 1490 2000.00 2980000.0023 1700 1325 1325 2000.00 2650000.0024 1600 1160 1160 2200.00 2552000.0025 1700 1150 1150 2200.00 2530000.0026 1900 1325 1325 2200.00 2915000.0027 2000 1190 1190 2200.00 2618000.0028 1900 1260 1260 2200.00 2772000.0029 1900 1340 1340 2200.00 2948000.0030 1700 1240 1240 2200.00 2728000.0031 1600 1065 1065 2200.00 2343000.0032 1500 1000 1000 2200.00 2200000.0033 1700 1030 1030 2200.00 2266000.0034 1800 1160 1160 2200.00 2552000.0035 1700 1120 1120 2000.00 2240000.00
Jumlah 64800.00 44130.00 44130.00 74400.00 93711000.00Rata-rata 1851.43 1260.86 1260.86 2125.71 2677457.14
90
Tabel 32. Data pengujian faktor – faktor produksi dan nilai transformasi
noProduksi(Y)
luas lahan(X1)
Benih(X2)
KANDANG(X3)
UREA(X4)
SP36(X5)
Pestisida(X7)
Hkp(X8) ln Y lnX1 lnX2 lnX3 lnX4 lnX5 lnX7 lnX8
1 1400 2000 175 1900 20 15 10 23.57 7.24 7.60 5.16 7.55 3.00 2.71 2.30 3.162 1325 2000 175 1800 18 11 8 17.86 7.19 7.60 5.16 7.50 2.89 2.40 2.08 2.883 1360 2000 175 1700 20 14 9 17.57 7.22 7.60 5.16 7.44 3.00 2.64 2.20 2.874 1190 2100 175 1600 17 9 6 18.14 7.08 7.65 5.16 7.38 2.83 2.20 1.79 2.905 1340 1900 175 1850 16 19 8 17.57 7.20 7.55 5.16 7.52 2.77 2.94 2.08 2.876 1290 1900 150 1700 16 22 7 17.86 7.16 7.55 5.01 7.44 2.77 3.09 1.95 2.887 1165 1800 150 2000 16 11 7 13.14 7.06 7.50 5.01 7.60 2.77 2.40 1.95 2.588 1250 1900 175 1800 18 7 8 17.14 7.13 7.55 5.16 7.50 2.89 1.95 2.08 2.849 1300 2000 175 1700 17 11 8 18.14 7.17 7.60 5.16 7.44 2.83 2.40 2.08 2.90
10 1475 2100 175 2000 20 8 9 18.00 7.30 7.65 5.16 7.60 3.00 2.08 2.20 2.8911 1240 2000 175 1700 17 5 6 17.00 7.12 7.60 5.16 7.44 2.83 1.61 1.79 2.8312 1375 2000 200 1700 20 11 8 17.71 7.23 7.60 5.30 7.44 3.00 2.40 2.08 2.8713 1175 1700 150 1500 15 8 6 13.86 7.07 7.44 5.01 7.31 2.71 2.08 1.79 2.6314 1160 1700 175 1500 17 22 5 13.14 7.06 7.44 5.16 7.31 2.83 3.09 1.61 2.5815 1125 1700 150 1350 15 11 6 13.29 7.03 7.44 5.01 7.21 2.71 2.40 1.79 2.5916 1240 1800 150 1600 16 13 6 17.00 7.12 7.50 5.01 7.38 2.77 2.56 1.79 2.8317 1275 1800 150 1650 17 17 8 14.29 7.15 7.50 5.01 7.41 2.83 2.83 2.08 2.6618 1475 2000 200 2000 17 25 10 23.57 7.30 7.60 5.30 7.60 2.83 3.22 2.30 3.1619 1425 1900 200 1900 16 37 9 21.43 7.26 7.55 5.30 7.55 2.77 3.61 2.20 3.0620 1240 1800 175 1700 16 9 6 13.14 7.12 7.50 5.16 7.44 2.77 2.20 1.79 2.5821 1450 2000 200 1800 18 25 8 18.00 7.28 7.60 5.30 7.50 2.89 3.22 2.08 2.8922 1490 2000 200 2000 20 29 8 23.00 7.31 7.60 5.30 7.60 3.00 3.37 2.08 3.1423 1325 1700 175 1800 15 34 6 17.43 7.19 7.44 5.16 7.50 2.71 3.53 1.79 2.8624 1160 1600 150 1500 15 26 5 14.57 7.06 7.38 5.01 7.31 2.71 3.26 1.61 2.6825 1150 1700 150 1450 17 18 5 13.71 7.05 7.44 5.01 7.28 2.83 2.89 1.61 2.6226 1325 1900 200 1800 17 12 8 18.14 7.19 7.55 5.30 7.50 2.83 2.48 2.08 2.9027 1190 2000 200 1650 20 6 6 12.86 7.08 7.60 5.30 7.41 3.00 1.79 1.79 2.5528 1260 1900 200 1700 19 9 8 17.00 7.14 7.55 5.30 7.44 2.94 2.20 2.08 2.8329 1340 1900 175 1700 16 23 9 18.86 7.20 7.55 5.16 7.44 2.77 3.14 2.20 2.9430 1240 1700 175 1700 16 16 8 17.43 7.12 7.44 5.16 7.44 2.77 2.77 2.08 2.8631 1065 1600 150 1400 15 11 6 13.29 6.97 7.38 5.01 7.24 2.71 2.40 1.79 2.5932 1000 1500 125 1300 15 11 5 12.86 6.91 7.31 4.83 7.17 2.71 2.40 1.61 2.5533 1030 1700 125 1400 14 7 5 12.86 6.94 7.44 4.83 7.24 2.64 1.95 1.61 2.5534 1160 1800 150 1600 18 6 6 13.71 7.06 7.50 5.01 7.38 2.89 1.79 1.79 2.6235 1120 1700 150 1400 15 6 6 12.86 7.02 7.44 5.01 7.24 2.71 1.79 1.79 2.55
Rata2 1260.857 1851.429 170 1681.4286 16.97143 14.97143 7.114286 16.57163
91
Harga Representatif
Harga sewa lahan (PX1) =
=
= Rp 321,99/m2
Harga Pestisida (PX8) =
=
= Rp 52.411,55/gba
Perhitungan Penggunaan X1 pada kondisi efisien
NPMX1 = NPMX2 = 1Px1 Px2
Cj = C2
X2 = C2 . X1 Xi = Cj . X1
92
Y =
Y = C0 . X1
Ln Y = 1,73 + 0,4 LnX1 + 0,11 LnX2 + 0,19 LnX3 + 0,06 LnX5 + 0,12LnX7
Ln Co . X1 = 1,73 + 0,4 LnX1 + 0,11 Ln C2 . X1 + 0,19 Ln C3 . X1 + 0,06 Ln C5 . X1
+ 0,12Ln C7 . X1
Ln Co + Ln X1 = 1,73 + 0,4 LnX1 + 0,11 Ln C2 + 0,11 Ln X1 + 0,19 Ln C3 + 0,19 Ln X1 + 0,06 LnC5 + 0,06 Ln X1 + 0,12Ln C7 + 0,12 Ln X1
Ln X1 - 0,4 LnX1 - 0,11 Ln X - 0,19 Ln X1 - 0,06 Ln X1 - 0,12 Ln X1 = 1,73 + 0,11 Ln C2 1
+ 0,19 Ln C3 + 0,06 Ln C5 + 0,12Ln C7– Ln Co
{1 – (0,4 + 0,11 + 0,19 + 0,06 + 0,12 )} Ln X1 = 1,73 + LnX1 + 0,11 Ln C2 1 + 0,19 Ln C3
+ 0,06 Ln C5 + 0,12Ln C7– Ln Co
(1 – 0,88) Ln X1 = 1,73 + LnX1 + 0,11 Ln C2 1 + 0,19 Ln C3 + 0,06 Ln C5 + 0,12Ln C7– Ln Co
Ln X1 =
93
Ln X1 = 14,42X1 = 1.830.317,487 m2
Luas lahan ini sangat sulit untuk diaplikasikan pada keadaan real.
Perhitungan faktor – faktor produksi pada kondisi optimal dengan kendala lahan(NPM/BKM = 1,79)
X2 = C2 x X1
=
=
= 371,82 Gr
X3 = C3 x X1
=
=
= 578,68 Kg
Jumlah produksi dengan kendala lahan
Y = 5,64X10,40X2
0,11X30,19X5
0,06X70,12
Y = 5,64 0,40 × 371,820,11 × 578,680,19 × 47,930,06 × 3,530,12
Y = 1102.99 Kg
X5 = C5 x X1
=
=
= 47,93 Kg
X7 = C7 x X1
=
=
= 3,53 Gba
94
Hasil analisis regresi menggunakan SPSS 15
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation NProduksi 7.1346 .10145 35L.Lahan 7.5203 .08484 35Benih 5.1276 .13085 35Kandang 7.4208 .11712 35Urea 2.8263 .10276 35SP36 2.5648 .53741 35Pestisida 1.9405 .21211 35HKP 2.7909 .18439 35
ANOVAb
.322 7 .046 44.707 .000a
.028 27 .001
.350 34
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), HKP, Urea, SP36, Benih, Kandang, Pestisida, L.Lahana.
Dependent Variable: Produksib.
95
Coefficientsa
2.249 .834 2.698 .012 .538 3.960.300 .148 .251 2.027 .053 -.004 .603 .761 .363 .110 .193 5.191.093 .070 .120 1.330 .195 -.051 .237 .776 .248 .072 .361 2.771.194 .089 .224 2.190 .037 .012 .377 .860 .388 .119 .280 3.573.076 .085 .077 .893 .380 -.099 .251 .604 .169 .048 .396 2.528.052 .015 .275 3.420 .002 .021 .083 .465 .550 .185 .456 2.194.100 .049 .209 2.046 .051 .000 .201 .833 .366 .111 .281 3.564.061 .064 .111 .950 .350 -.071 .193 .854 .180 .052 .216 4.638
(Constant)L.LahanBenihKandangUreaSP36PestisidaHKP
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Lower BoundUpper Bound95% Confidence Interval for B
Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Produksia.
Residuals Statisticsa
6.9307 7.3029 7.1346 .09733 35-.06548 .06509 .00000 .02859 35-2.095 1.729 .000 1.000 35-2.041 2.029 .000 .891 35
Predicted ValueResidualStd. Predicted ValueStd. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Produksia.
96
Correlations
1.000 .761 .776 .860 .604 .465 .833 .854.761 1.000 .710 .724 .743 -.047 .686 .675.776 .710 1.000 .689 .642 .256 .630 .648.860 .724 .689 1.000 .545 .310 .775 .738.604 .743 .642 .545 1.000 -.084 .545 .457.465 -.047 .256 .310 -.084 1.000 .265 .475.833 .686 .630 .775 .545 .265 1.000 .787.854 .675 .648 .738 .457 .475 .787 1.000
. .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000.000 . .000 .000 .000 .395 .000 .000.000 .000 . .000 .000 .069 .000 .000.000 .000 .000 . .000 .035 .000 .000.000 .000 .000 .000 . .315 .000 .003.002 .395 .069 .035 .315 . .062 .002.000 .000 .000 .000 .000 .062 . .000.000 .000 .000 .000 .003 .002 .000 .
35 35 35 35 35 35 35 3535 35 35 35 35 35 35 3535 35 35 35 35 35 35 3535 35 35 35 35 35 35 3535 35 35 35 35 35 35 3535 35 35 35 35 35 35 3535 35 35 35 35 35 35 3535 35 35 35 35 35 35 35
ProduksiL.LahanBenihKandangUreaSP36PestisidaHKPProduksiL.LahanBenihKandangUreaSP36PestisidaHKPProduksiL.LahanBenihKandangUreaSP36PestisidaHKP
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Produksi L.Lahan Benih Kandang Urea SP36 Pestisida HKP
97
Hasil analisis regresi menggunakan SPSS 15, dengan pengeluaran variabel Urea dan Tenaga Kerja.
ANOVAb
.321 5 .064 63.371 .000a
.029 29 .001
.350 34
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Pestisida, SP36, Benih, Kandang, L.Lahana.
Dependent Variable: Produksib.
Coefficientsa
1.734 .711 2.437 .021 .279 3.189.399 .122 .334 3.268 .003 .149 .649 .761 .519 .176 .277 3.613.111 .066 .144 1.678 .104 -.024 .247 .776 .297 .090 .395 2.530.194 .088 .224 2.202 .036 .014 .374 .860 .379 .118 .280 3.568.058 .012 .306 4.658 .000 .032 .083 .465 .654 .250 .670 1.493.124 .043 .259 2.863 .008 .035 .212 .833 .469 .154 .353 2.829
(Constant)L.LahanBenihKandangSP36Pestisida
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval for B
Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Produksia.
98
Coefficient Correlationsa
1.000 -.161 -.054 -.429 -.272-.161 1.000 -.273 -.300 .505-.054 -.273 1.000 -.154 -.459-.429 -.300 -.154 1.000 -.376-.272 .505 -.459 -.376 1.000.002 -8.6E-005 .000 -.002 -.001
-8.6E-005 .000 .000 .000 .001.000 .000 .004 -.001 -.004-.002 .000 -.001 .008 -.004-.001 .001 -.004 -.004 .015
PestisidaSP36BenihKandangL.LahanPestisidaSP36BenihKandangL.Lahan
Correlations
Covariances
Model1
Pestisida SP36 Benih Kandang L.Lahan
Dependent Variable: Produksia.
99
Gambar 3. Penyemaian
Gambar 4. Proses Penyiraman
Gambar 5. Wawancara dengan responden
100
Gambar 6. Proses Pemanenan
Gambar 7. Proses pembersihan tanah dari akar tanaman
Gambar 8. Tanaman sawi berumur 20 hari
101
Gambar 9. Peta Kota Bandar ampung
102
Gambar 10. Peta Kecamatan Tanjung Karang Barat
103
Gambar 11. Peta Kecamatan Kemiling