ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN...

113
ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER (Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI ARYA PRATHAMA H34104028 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN...

Page 1: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN

USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC

PRODUCTION FRONTIER

(Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

ARYA PRATHAMA

H34104028

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

ii

RINGKASAN

ARYA PRATHAMA. H34104028. 2012. Analisis Efisiensi Teknis dan

Pendapatan Usahatani Caisim: Pendekatan Stochastic Production Frontier

(Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor),

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan DWI RACHMINA).

Pada umumnya produksi sayuran di Indonesia dari tahun ke tahun terus

meningkat, tetapi produksi tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan

konsumen. Kementrian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mulai

menyerukan GEMA Sayuran pada tahun 2010 yang juga dapat meningkatkan

produksi sayuran. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang fokus

pada program pertanian. Sejak tahun 2009, Pemerintah Kota Bogor memfokuskan

program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis. Berbeda

dengan peningkatan produksi nasional, peningkatan produksi pada beberapa

daerah di Jawa Barat mununjukkan hasil negatif. Kabupaten Bogor merupakan

daerah yang penurunan produksi caisim terbesar yaitu sebesar 68,5 persen.

Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu sentra produksi sayuran dataran

rendah termasuk caisim. Caisim dengan produksi terbesar berasal dari desa

Ciaruteun Ilir. Desa ini merupakan desa dengan produksi caisim terbesar, namun

produktivitas caisim di daerah tersebut masih rendah. Produktivitas caisim sebesar

12 ton/Ha yang masih dapat ditingkatkan mencapai produktivitas rata-rata

maksimal nasional yaitu 14,92 ton/Ha (Dirjen Hortikultura, 2010). Adanya

kondisi seperti ini, maka sangat penting untuk mengetahui efisiensi teknis

usahatani dan faktor-faktor lain apa yang mempengaruhi tingkat inefisiensi

sehingga hubungan tersebut dapat dihubungkan dalam bentuk model. Selanjutnya

akan timbul pertanyaan mengenai pendapatan petani dari penggunaan usahatani

yang dilakukannya.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis

efisiensi teknis caisim. Tujuan penelitian secara khusus antara lain menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, tingkat efisiensi teknis usahatani,

faktor-faktor inefisiensi teknis dari usahatani dan menganalisis pendapatan

usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir. Pengambilan sampel pada responden

petani dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yang pertama dengan

Cluster Sampling, lokasi penelitian dibagi berdasarkan dusun. Kemudian setelah

itu untuk menentukan jumlah responden dengan metode Proportional Sampling.

Terakhir, pengambilan sampel dengan cara (Purposive Sampling) yaitu sample

dipilih secara sengaja dengan meminta rekomendasi dari kepala dusun. Jumlah

sampel secara keseluruhan adalah sebanyak 35 orang.

Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari beberapa faktor yang

mempengaruhi usahatani (luas lahan, benih. Unsur N, unsur P, unsur K, pupuk

kandang, obat-obatan, dan tenaga kerja) menunjukkan bahwa lahan, benih, pupuk

kandang, obat-obatan dan tenaga kerja berkorelasi positif dan nyata. Sedangkan

unsur N berkorelasi negative dan nyata. Unsur P dan Unsur K juga berkorelasi

positif tetapi tidak nyata. Nilai rata-rata efisiensi teknis dari petani responden

sebesar 70 persen dari produksi maksimum. Variabel dalam menduga efek

Page 3: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

iii

inefisiensi teknis terdiri dari usia petani, umur bibit, pendidikan formal,

pengalaman usahatani caisim, pendapatan di luar usahatani, varietas benih dan

status lahan. Dari seluruh variabel tersebut variabel usia dan umur bibit positif

dan nyata terhadapa efek inefisiensi sedangkan pendidkan dan varietas benih

berkorelasi negative dan nyata terhadapa efek inefisiensi. Adapun variabel

pengalaman berpengaruh positif dan variabel pendapaatan di luar usahataani serta

status lahan berkorelasi negative tidak nyata terhadap inefisiensi usahatani caisim

di Desa Ciaruteun Ilir. Umur bibit dan Varietas benih memiliki koefisien yang

paling besar. Hasil analisis pendapatan usahatani menunjukkan bahwa dengan

tingkat efisiensi teknis sebesar 70 persen dapat memberikan keuntungan bagi

petani (pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan biaya total masung-masing

sebesar Rp 21.745.452,52 dan Rp 6.402.153,72) dengan melihat nilai R/C rasio

atas biaya tunai (3.03) maupun R/C rasio atas biaya total (1,25) lebih besar dari

satu. Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu bahwa produksi caisim dipengaruhi

lahan, benih, unsur N, unsur P, unsur K, pupuk kandang obat-obatan, tenaga kerja

dan nilai rata-rata efisiensi teknis dari petani responden sebesar 0,70 atau 70

persen dari produksi maksimum. Dari 35 persen responden, masih terdapat 17

petani (48,57 persen) yang memiliki tingkat efisiensi dibawah 0,7 (belum efisien

secara teknis) dan sisanya 51,43 persen sudah efisien tetapi masih dapat terus

ditingkatkan. Hasil analisis pendapatan usahatani memberikan keuntungan bagi

petani dengan melihat nilai R/C rasio atas biaya tunai maupun R/C rasio atas

biaya total lebih besar dari satu.

Page 4: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

iv

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN

USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC

PRODUCTION FRONTIER

(Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor)

ARYA PRATHAMA

H34104028

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 5: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

v

Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani

Caisim: Pendekatan Stochastic Production Frontier

(Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor)

Nama : Arya Prathama

NIM : H34104028

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, M.Si

NIP 19631227 199003 2 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 6: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi dan

Teknis dan Pendapatran Usahatani Caisim: Pendekatan Stochastic Production

Frontier (Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor)” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain

manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak

mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain,

kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Juli 2012

Arya Prathama

H34104028

Page 7: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Arya Prathama kelahiran 23 Maret 1989 di Sumbawa

Besar dari Bapak Thamar Jaya dan Ibu Siti Salmah sebagai anak bungsu dari dua

bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Shandi Putra

Sumbawa Besar selama dua tahun yaitu tahun 1993 hingga1995. Kemudian

menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 2001 di SD Negeri 1 Sumbawa Besar.

Setelah itu melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 1 Sumbawa Besar. Tiga tahun

kemudian melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Sumbawa Besar. Pada tahun

2007 penulis diterima pada Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui

jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Penulis memperoleh gelar Ahli Madya pada 2010 dari Program Keahlian

Manajemen Agribisnis dengan predikat Cum Laude. Selama menjadi mahasiswa

di Diploma IPB, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti kepanitiaan

MAKRAB (Malam Keakraban) MAB Angkatan 43,44,45, kepanitiaan Fieldtrip

MAB 44 Goes to Subang, Ketua Fieldtrip ke PT Yakult dan PT Indolakto

Sukabumi, serta aktif dalam organisasi mahasiswa daerah IMATADAWA (Ikatan

Mahasiswa Taruna Dadara Samawa). Pada tahun 2010 juga, penulis melanjutkan

pendidikan ke Program Sarjana Alih Jenis Departemen Agribisnis Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Selama melanjutkan

pendidikan Sarjana, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti

kepanitian SIKRAB (Siang Keakraban) penyambutan mahasiswa baru Alih Jenis

Angkatan 2. Selain itu, penulis juga bekerja sebagai karyawan di PT Bank

Bukopin Tbk selama satu tahun (2011-2012).

Page 8: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT. yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Caisim: Pendekatan

Stochastic Production Frontier (Kasus di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor)” sehingga skripsi ini bisa selesai tepat pada

waktunya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi produksi (teknis) dan

pendapatan usahatani Caisim. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan

informasi bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan ini masih banyak kekurangan sehingga diperlukan saran dan

kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing atas saran dan masukannya serta

semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Bogor, Juli 2012

Arya Prathama

H34104028

Page 9: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dorongan

dari banyak pihak. Karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan, serta ilmu pengetahuan pada penulis selama penyelesaian

skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS atas saran dan ilmu yang bermanfaat dalam

menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian sekaligus menjadi

dosen penguji utama.

3. Dra. Yusalina, M.Si selaku penguji komisi akademik yang juga memberi

banyak saran guna perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

4. Kedua orang tua tercinta (Bapak Thamar Jaya dan Ibu Siti Salmah), kakak

tersayang (dr. Maya Paramitha) dan seluruh keluarga besar atas doa, perhatian

dan dukungan baik moril maupun materil.

5. Astrid Nur Amalia, SE beserta keluarga yang selalu memberi dukungan dan

semangat.

6. Maryono SP, MSc atas sharing ilmu pengetahuan mengenai stochastic

production frontier.

7. M. Arief Bangun Sanjaya, SE selaku pembahas seminar skripsi atas saran,

tukar pikiran, dan dukungan dalam bersama-sama menyelesaikan skripsi.

8. Bapak Rukmana selaku Kepala Desa Ciaruteun Ilir atas arahan serta

bantuannya.

9. Kepala Dusun Desa Ciaruteun Ilir (Bapak Salam, Bapak Isnain, Bapak Minan

dan Bapak Armin) atas bantuan dalam memperoleh informasi dan responden.

10. Seluruh petani responden di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor atas kesediannya dalam memberikan data dan informasi

yang sangat berguna untuk penelitian ini.

11. Rekan-rekan Agribisnis Alih Jenis 1 yang telah memberikan banyak kritik dan

saran membangun serta kebersamaan dan kerjasamanya.

12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang

telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

Page 10: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8

1.5 Ruang Lingkup ...................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10

2.1 Tinjauan Empiris Caisim ..................................................................... 10

2.2 Tinjauan Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier ....................... 11

2.3 Tinjauan Empiris Analisis Pendapatan Usahatani ................................ 13

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN......................................................... 16

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................ 16

3.1.1 Konsep Usahatani .......................................................................... 16

3.1.2 Konsep Fungsi Produksi ................................................................. 18

3.1.3 Konsep Fungsi Produksi Stochastic Frontier ................................ 21

3.1.4 Konsep Efisiensi dan Inefisiensi ..................................................... 25

3.1.5 Konsep Pendapatan Usahatani ....................................................... 26

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 31

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 31

4.2 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 31

4.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 31

4.4 Metode Pengambilan Sampel ............................................................... 32

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 32

4.5.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier (SF) ....................... 33

4.5.2 Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis ........................... 35

4.5.3 Uji Hipotesis .................................................................................. 37

4.5.4 Analisis Pendapatan Usahatani ...................................................... 38

4.5.5 Definis Operasional ....................................................................... 40

Page 11: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

xi

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................... 42

5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian .................... 42

5.2 Karakteristik Petani Responden ........................................................... 42

5.2.1 Usia Responden ............................................................................. 43

5.2.2 Lama Pendidikan Formal ............................................................... 43

5.2.3 Status Lahan ................................................................................... 44

5.2.4 Pengalaman Usahatani ................................................................... 45

5.2.5 Jenis Varietas ................................................................................. 46

5.2.6 Pendapatan di Luar Usahatani ....................................................... 46

5.2.7 Umur Bibit ..................................................................................... 47

5.3 Kegiatan Budidaya Caisim di Lokasi Penelitian .................................. 47

5.3.1 Persiapan dan Pengolahan Lahan Semai ....................................... 48

5.3.2 Penyemaian .................................................................................... 49

5.3.3 Persiapan dan Pengolahan Lahan Tanam ...................................... 50

5.3.4 Penanaman ..................................................................................... 50

5.3.5 Pemeliharaan .................................................................................. 50

5.3.6 Pemanenan dan Pasca Panen ......................................................... 52

BAB VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI CAISIM ....... 54

6.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier ...................................... 54

6.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier ............... 54

6.1.2 Interpretasi Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier ............... 57

6.2 Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi .......................................................... 65

6.3 Implikasi Penelitian .............................................................................. 72

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM ............... 73

7.1 Penerimaan Usahatani Caisim .............................................................. 73

7.2 Biaya Usahatani Caisim ....................................................................... 74

7.3 Pendapatan Usahatani Caisim .............................................................. 76

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 79

8.1 Kesimpulan .......................................................................................... 79

8.2 Saran .................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 81

LAMPIRAN .................................................................................................. 84

Page 12: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Nilai PDB Hortikultura Bedasarkan Harga Berlaku Periode

2008-2009 .................................................................................. 1

2 Produksi Sayuran Segar di Indonesia Berdasarkan Urutan

Kontribusi Produksi Tahun 2010 ............................................... 3

3 Produksi Caisim pada Tahun 2006 – 2010 di Jawa Barat ......... 5

4 Realisasi Tanam dan Produktivitas Caisim Di Kabupaten

Bogor .......................................................................................... 5

5 Produksi Sayur-sayuran (Ton) di Kecamatan Cibungbulang

Tahun 2010 ............................................................................... 6

6 Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan

Usia Pada Tahun 2012 .............................................................. 43

7 Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan

Lama Pendidikan Formal Pada Tahun 2012 ............................. 44

8 Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun ilir Berdasarkan

Status Lahan Pada Tahun 2012 ................................................ 45

9 Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan

Pengalaman Usahatani Pada Tahun 2012 ................................. 45

10 Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan

Jenis Varietas Benih pada Tahun 2012 ..................................... 46

11 Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan

Pendapatan di Luar Usahatani Pada Tahun 2012...................... 47

12 Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan

Umur Bibit pada Tahun 2012 .................................................. 47

13 Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Stochastic Frontier Caisim dengan Metode OLS Tahun

2012 .......................................................................................... 55

14 Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Stochastic Frontier Caisim dengan Metode MLE Tahun

2012 .......................................................................................... 56

15 Ringkasan Statistik Variabel Bebas Model Inefisiensi

Teknis Petani Responden Tahun 2012 ...................................... 65

Page 13: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

xiii

16 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi

Teknis Usahatani Caisim Tahun 2012 ................................. 66

17 Pendugaan Parameter Maximum Likelihood Model

Inefisiensi Teknis Produksi Caisim Tahun 2012 ...................... 67

18 Penerimaan Rata-rata Usahatani Caisim Satu Muism Tanam

per Hektar Di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 ......................... 73

19 Biaya Rata-rata Usahatani Caisim Satu Musim Tanam per

Hektar Petani Responden di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 . 74

20 Pendapatan dan Rasio Penerimaan Terhadap Biaya

Usahatani Caisim Satu Musim Tanam per Hektar di Desa

Ciaruteun Ilir Tahun 2012 ........................................................ 78

Page 14: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kurva Produk Total, Produk Marginal, dan Produk

Rata-Rata ...................................................................................... 20

2 Fungsi Produksi Stochastic Frontier ........................................... 24

3 Efisiensi Teknis dan Alokatif (orientasi input) ............................ 26

4 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Efisiensi Teknis

dan Pendapatan Usahatani Caisim di Desa Ciaruteun Ilir ........... 30

5 Benih Lokal yang Digunakan Petani di Desa Ciaruteun Ilir

Tahun 2012 .................................................................................. 49

6 Bibit Semai Petani Caisim di Desa Ciaruteun Ilir

Tahun 2012 .................................................................................. 49

7 Proses penyiraman Caisim di Desa Ciaruteun Ilir

Tahun 2012 .................................................................................. 51

8 Alat Penyiram yang Digunakan Petani Caisim di Desa

Ciaruteun Ilir Tahun 2012 ............................................................ 52

9 Pemotongan Daun Kuning (busuk) Caisim di Desa

Ciaruteun Ilir Tahun 2012 ............................................................ 52

10 Caisim yang Siap Dijual oleh Petani Caisim di Desa

Ciaruteun Ilir Tahun 2012 ............................................................ 53

11 Matrix Plot Lahan VS Produktivitas, Produksi, Benih,

Pukan, Obat, Unsur N dan Tenaga Kerja ..................................... 58

12 Matrix Plot Benih VS Produktivitas, Produksi, Luas Lahan,

Pukan, Obat, Unsur N dan Tenaga Kerja ..................................... 59

13 Matrix Plot Unsur N VS Produktivitas, Produksi, Benih,

Pukan, Obat, Luas Lahan dan Tenaga Kerja ................................ 61

14 Matrix Plot Pukan VS Produktivitas, Produksi, Benih, Luas

Lahan, Obat, Unsur N dan Tenaga Kerja ..................................... 62

15 Matrix Plot Obat VS Produktivitas, Produksi, Benih, Luas

Lahan, Pukan, Unsur N dan Tenaga Kerja .................................. 63

16 Matrix Plot Tenaga Kerja VS Produktivitas, Produksi,

Benih, Luas Lahan, Pukan, Unsur N dan Obat-obatan. ............... 64

17 Matrix Plot Hubungan antara Umur terhadap Luas Lahan

dan Produksi ................................................................................. 68

Page 15: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

xv

18 Matrix Plot Hubungan Umur Bibit dengan Produktivitas

dan Input Produksi Lainnya ...................................................... 69

Page 16: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Jenis Sayuran yang Dilaporkan Berdasarkan Bentuk Hasil,

Kontribisi Produksi, dan Kisaran Produktivitasnya

Tahun 2009 ............................................................................... 85

2 Tinjauan Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier ........... 86

3 Tinjauan Empiris Analisis Pendapatan Usahatani ................... 87

4 Input Model Faktor Produksi Caisim Tahun 2012 ................... 88

5 Input Inefisiensi Teknis Produksi Caisim Tahun 2012 ............ 90

6 Output Minitab Model Produksi Caisim Desa Ciarutreun

Ilir Tahun 2012 ........................................................................ 92

7 Output Frontier Model Produksi Caisim Desa Ciaruteun

Ilir Tahun 2012 ........................................................................ 94

8 Matrix Plot Hubungan Umur petani terhadap Umur Bibit

di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 ........................................... 96

9 Nilai Penyusutan Alat Pertanian Isahatani Caisim di Desa

Ciaruteun Ilir Tahun 2012 ........................................................ 97

Page 17: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia dengan berbagai keragaman memungkinkan

pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura, baik yang beradaptasi pada

iklim tropis maupun subtropis. Menurut WWF (2010), telah terdaftar sebanyak,

323 jenis komoditas hortikultura yang terdiri atas 60 jenis buah-buahan, 80 jenis

sayur-sayuran, 66 jenis biofarmaka, dan 117 jenis tanaman hias1.

Pengembangan dari usaha hortikultura memiliki berbagai fungsi antara

lain: (1) Fungsi ekonomi, yaitu meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat serta penguatan perekonomian nasional, (2) Fungsi ekologi, yaitu

membantu kelestarian lingkungan hidup, meminimalkan pemanasan global, serta

meningkatkan kualitas kehidupan dan, (3) Fungsi sosial, meningkatkan interaksi

masyarakat, memelihara kearifan lokal, mengembangkan budaya adiluhung, serta

pemahaman dan penghayatan tentang manfaat hortikultura2.

Keberagaman dari produk hortikultura juga memberi kontribusi terhadap

perekonomian di Indonesia. Kontribusi komoditas hortikultura terhadap

perekonomian nasional dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB).

Berikut nilai PDB hortikultur periode 2008-2009 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Bedasarkan Harga Berlaku Periode 2008-2009

No Komoditas

Nilai PDB (Milyar Rp) Δ

(%) 2008 2009

1 Sayur-sayuran 28.205 30.508 8.16

2 Buah-buahan 47.060 48.437 2.93

3 Tanaman Hias 5.085 5.494 8.04

4 Obat-obatan 3.853 3.897 1.14

Total 84.203 88.334 4.91

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010 (diolah).

1 http://www.slideshare.net/lodzi/pengembangan-hotikultura-indonesia-presentation.

(diakses 15 juli 2012). 2 http://ahok.org/dpr/laporan-kerja/baleg/rapat-pleno-baleg-dengan-pengusul-ruu-

hortikultura/. (diakases 11 Jui 2012)

Page 18: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

2

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa dari keempat komoditi

hortikultura (buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias, dan obat-obatan), buah-

buahan merupakan komoditi yang memeberi kontribusi terbesar senilai Rp 48.437

Milyar dengan peningkatan sebesar 2,93 persen. Namun jika dilihat dari

pertumbuhannya komoditi sayur-sayuran merupakan komoditi dengan

pertumbuhan terbesar sebesar 8.16 persen selanjutnya diikuti tanaman hias, buah,

dan obat-obatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja dari komoditi sayuran

yang meningkatkan dan memberi kontribusi besar untuk PDB hortikultura di

Indonesia.

Komoditas hortikultura khususnya sayur-sayuran berpotensi ekonomis

karena permintaan yang tinggi dan pertumbuhannya yang meningkat. Setiap

tahunnya, Indonesia mengimpor sayur dan buah sebanyak 60 persen dari

kebutuhan dalam negeri. Belanja impor sayur dan buah mencapai Rp 15 triliun

tiap tahunnya. Buah dan sayur itu kebanyakan diimpor dari negara Asia. Hal ini

terjadi karena selama ini petani dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan

konsumsi sayur dan buah dalam negeri3.

Kementrian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mulai

menyerukan GEMA Sayuran pada tahun 2010 untuk menambah permintaan akan

sayuran. Gerakan Makan Sayuran (GEMA sayuran) merupakan kegiatan promosi

dan kampanye intensif untuk meningkatkan citra, apresiasi dan cinta akan produk

sayuran nasional yaitu sayuran produksi petani Indonesia sehingga dapat

meningkatkan konsumsi sayuran masyarakat. Peningkatan konsumsi sayuran akan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dan sekaligus dapat

menghela produksi sayuran dalam negeri yang pada akhirnya akan meningkatkan

pendapatan petani4.

Dukungan terhadap program tersebut juga dilakukan pemerintah. Sejak

tahun 2010 Presiden Republik Indonesia telah berkomitmen akan

mensejahterakan petani dan memperbaiki infrastruktur pertanian nasional guna

menargetkan lima sampai sepuluh tahun mendatang Indonesia akan swasembada

komoditas pertanian.

3Benny Kusbini dalam http://www.kbr68h.com/berita/nasional/19158-impor-sayur-

indonesia-60-persen-dari-kebutuhan-dalam-negeri. (diakses 1 Maret 2012) 4 http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com.(diakses 11 Juli 2012).

Page 19: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

3

Berdasarkan bentuk hasil yang dilaporkan (Dirjen Hortikultura, 2010),

komoditas sayuran terdiri dari umbi kering panen dengan daun, umbi daun, daun

segar, umbi basah, daun krop, sayuran segar, umbi dengan ganggang, polong

basah (Lampiran 1). Sayuran segar meupakan salah satu bentuk hasil sayuran

yang banyak dikonsumsi di Indonesia mengingat bahwa dari 25 komoditas

sayuran yang paling berkontribusi terhadap produksi sayuran nasional, lima

diantaranya ditempati oleh sayuran segar seperti sawi, kembang kol, kangkung,

bayam dan jamur. Pada Tabel 2, dapat dilihat produksi sayuran segar di Indonesia

berdasarkan urutan kontribusinya.

Tabel 2. Produksi Sayuran Segar di Indonesia Berdasarkan Urutan Kontribusi

Produksi Tahun 2009-2010

Komoditi 2009 Pesentase

(%) 2010

Pesentase

(%) Δ (%)

Sawi (Ton) 562.838 45.68 583,770 46.72 3.72

Kembang Kol (Ton) 96.038 7.79 101,205 8.10 5.38

Kangkung (Ton) 360.992 29.30 350,879 28.08 -2.80

Bayam (Ton) 173.750 14.10 152,334 12.19 -12.33

Jamur (Ton) 38.465 3.12 61.370 4.91 59.55

Sumber :www.bps.go.id5

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sawi merupakan sayuran segar dengan

persentase terbesar yaitu sebesar 46,72 persen pada tahun 2010 yang sebelumnya

meningkat dari 45.68 persen pada tahun 2009 dari total kontribusi sayuran segar

nasional. Peningkatan tersebut disebabkan peningkatan luas panen rata-rata dan

produktivitas rata-rata dari usahatani sawi6. Selanjutnya kontribusi terbesar diikuti

dengan persentase kangkung. Bayam, kembang kol, kemudian jamur. Dari kelima

komoditi tersebut, jamur merupakan komoditi dengan laju pertumbuhan tertinggi.

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar

maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang

mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi

5http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=20.

(diakses 1 maret 2012). 6 http://pekanbaru.tribunnews.com/2010/12/06/ (diakses 13 Maret 2012)

Page 20: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

4

hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso,

caisim, atau caisin)7.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang fokus pada

program pertanian. Sejak tahun 2009, Pemerintah Kota Bogor memfokuskan

program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis. Kegiatan

tersebut akan memperoleh dua keuntungan ganda. Fokus kebijakan peningkatan

ketahanan pangan akan berdampak positif pada peningkatan produksi dan

produktivitas, diversifikasi sumberdaya dan bahan pangan, serta revitalisasi

kelembagaan (petani). Adapun fokus pengembangan agribisnis yakni

mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan membangun

keunggulan komparatif sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang telah

tersedia di Bogor.

Menurut Syukur dalam Gopur (2009), Caisim (salah satu jenis sawi)

merupakan komoditi hortikultura yang banyak diusahakan karena umur panen

caisim yang relatif singkat, termasuk jenis tanaman yang tahan terhadap hujan

sehingga dapat dibudidayakan sepanjang tahun (tersedia air yang cukup) dan

tahan terhadap suhu yang tinggi. Caisim pada awalnya dikenal sebagai tanaman

daerah iklim sedang, tetapi saat ini berkembang pesat di daerah sub-tropis.

Menurut Rukman (2002), Caisim dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan

suhu pada malam hari rata-rata15,6 °C dan suhu siang hari rata-rata 21,1°C dan

mendapat sinar matahari 10 – 13 jam per harinya. Pada umumnya, caisim ditanam

di daerah dataran tinggi, bukan berarti tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan

baik di daerah dataran rendah karena tanaman ini cukup tahan terhadap panas.

Caisim dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah

jenih tanah lempung berpasir (Andosol). Caisim termasuk ke dalam famili

Curciferae merupakan tanaman yang tahan terhadap air hujan, dan dapat dipanen

sepanjang tahun tidak tergantung dengan musim. Oleh sebab itu petani yang

mengusahakan caisim banyak ditemukan di Jawa Barat. Produksi caisim di Jawa

Barat dapat dilihat di Tabel 3 di bawah ini.

7 http://www.scribd.com/doc/55926495/5/Jenis-Sawi. (diakases 12 Juli 2012)

Page 21: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

5

Tabel 3. Produksi Caisim pada Tahun 2009 – 2010 di Jawa Barat

No Kabupaten Tahun (Ton) Δ (%)

2009 2010

1 Bogor 17.211 5.421 -68.50

2 Sukabumi 20.600 17.308 -15.98

3 Cianjur 27.508 14.829 -46.09

4 Bandung 53.898 55.297 2.60

5 Garut 37.923 49.664 30.96

6 Tasikmalaya 5.191 2.807 -45.93

7 Ciamis 493 666 35.09

8 Kuningan 4.434 5.489 23.79

9 Cirebon 0 0 0.00

10 Majalengka 8.736 7.175 -17.87

Sumber :http://diperta.jabarprov.go.id/index.php.(diakses 3 Maret 2012)

Berbeda dengan peningkatan produksi nasional, peningkatan produksi

pada beberapa daerah di Jawa Barat menunjukkan hasil negatif. Pada kolom laju

perubahan produksi dapat dilihat bahwa Kabupaten Bogor merupakan daerah

yang penurunan produksi caisim terbesar yaitu sebesar 68,5 persen. Penyebab dari

penurunan produksi selain diakibatkan oleh penurunan luas lahan tanam sayuran,

juga bisa diakibatkan oleh faktor-faktor lain diluar penurunan luas lahan seperti

faktor cuaca maupun tingkat efisiensi produksi (Nugraha, 2010). Selain itu,

menurunan produktivitas juga menjadi alasan dari penurunan tersebut.

Produktivitas dari komoditi caisim dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Realisasi Tanam dan Produktivitas Caisim Di Kabupaten Bogor

Tahun Tanam (Ha) Δ (%) Produktivitas

(ku/Ha) Δ (%)

2009 1.132 95,66

2010 974 -13.96 58,48 -38.87

Sumber : Monografi Pertanian dan Kehutanan 20108

Menurut Badan Litbang Pertanian Kementrian Pertanian, Kecamatan

Cibungbulang merupakan salah satu sentra produksi sayuran dataran rendah di

Bogor yang memproduksi sayur-sayuran dalam jumlah besar termasuk caisim.

Data produksi caisim di Kecamatan Cibungbulang disajikan dalam Tabel 5.

8http://bp4k.bogorkab.go.id/index.php?option=com. [diakses 28 Februari 2012].

Page 22: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

6

Tabel 5. Produksi Sayur-sayuran (Ton) di Kecamatan Cibungbulang Tahun 2010

No Desa Cabe Tomat Terong Kangkung Bayam Sawi/

Caisim

1 Situ Udik 6 34.0 15.0 50.0 16.0 60

2 Situ Ilir 6 34.0 15.0 40.0 20.0 60

3 Cibatok 2 0 17.0 15.0 30.0 16.0 36

4 Ciaruten

Udik

6 17.0 15.0 40.0 12.0 60

5 Cibatok 1 0 17.0 15.0 30.0 16.0 60

6 Sukamaju 0 17.0 15.0 40.0 12.0 60

7 Cemplang 0 17.0 7.5 30.0 16.0 48

8 Galuga 0 17.0 15.0 40.0 16.0 48

9 Dukuh 6 17.0 15.0 50.0 12.0 60

10 Cimanggu

2

6 17.0 15.0 30.0 16.0 48

11 Cimanggu

1

0 17.0 7.5 40.0 16.0 48

12 Girimulya 0 17.0 15.0 30.0 16.0 36

13 Leuweung

Kolot

0 17.0 15.0 40.0 16.0 36

14 Ciaruteun

Ilir

12 17.0 15.0 60.0 28.0 72

15 Cijujung 6 17.0 15.0 50.0 12.0 48

Jumlah 48 289 210 600 240 780

Sumber : Kecamatan Cibungbulang dalam Angka, 2011.

Tabel 5 menjelaskan bahwa Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah desa

dengan produksi sayuran tertinggi di Kecamatan Cibungbulang, termasuk juga

untuk komoditi caisim dengan jumlah produksi sebesar 72 ton. Caisim merupakan

salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Oleh

karena itu, produksi caisim menjadi sangat penting. Dengan demikian, untuk

mencapai produksi yang optimal maka diperlukan ketepatan kombinasi dalam

penggunaan input dan output sehingga akan tercapai efisiensi. Berdasarkan hal

tersebut, efisiensi produksi caisim akan menjadi objek yang menarik untuk dikaji

karena efisien penggunaan faktor produksi suatu usahatani bisa mempengaruhi

pendapatan petani caisim di daerah tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Guna secara terus menerus memenuhi konsumsi konsumen terhadap

komoditas sayur-sayuran (salah satu upaya mendukung GEMA Sayuran 2010),

diperlukan pula produksi sayur-sayuran secara kontinyu untuk memenuhi

Page 23: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

7

permintaan tersebut. Selain dukungan pemerintah, maka perlu juga kesadaran

petani-petani sayur-sayuran untuk meningkatkan produksinya. Peningkatan

produksi tersebut diharapkan selain untuk memenuhi kebutuhan konsumen

sayuran, diharapkan pula dapat meningkatkan pendapatan petani sayur-sayuran.

Pendapatan petani akan meningkat salah satunya dengan menggunakan faktor-

faktor produksi secara efisien.

Salah satu jenis komoditas sayuran yang banyak diusahakan khususnya di

Kecamatan Cibungbulang ialah caisim. Sebagai salah satu sentra pertanian di

Kabupaten Bogor, di daerah tersebut banyak tersebar petani-petani sayur caisim.

Caisim dengan produksi terbesar di Kecamatan Cibungbulang berasal dari Desa

Ciaruteun Ilir. Meskipun desa ini merupakan desa dengan produksi caisim

terbesar, namun berdasarkan catatan Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan

Cibungbulang menyatakan bahwa produktivitas caisim di daerah tersebut masih

rendah dan masih berpotensi untuk ditingkatkan meskipun secara regional (Tabel

3) produktivitasnya berada diatas produksi rata-rata Kabupaten Bogor. Menurut

data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor tahun 2010, Produktivitas caisim di

Desa Ciaruteun Ilir sebesar 12 ton/Ha dan masih berpotensi untuk ditingkatkan.

Mengkaji permasalahan mengenai produktivitas sebenarnya terkait dengan

efisiensi teknis. Efisiensi teknis dapat mempengaruhi tingkat produksi dengan

menunjukkan pada seberapa besar output maksimum dapat dihasilkan dari tiap

atau kombinasi input yang tersedia. Efisisensi teknis juga berhubungan dengan

beberapa hal lain yang bisa dianalisis. Petani dapat dikatakan efisien jika

menghasilkan output dengan kuantitas yang sama tetapi penggunaan input yang

lebih sedikit dari petani lainnya atau menggunakan kuantitas dan kombinasi yang

sama tetapi menghasilkan output yang lebih banyak dari petani lainnya.

Teknik budidaya yang dilakukan petani, termasuk penggunaan dari faktor-

faktor produksi mempengaruhi efisiensi teknis dari suatu usahatani. Jika semakin

tinggi efisiensi petani, maka inefisiensinya semakin kecil. Adanya pengaruh

inefisiensi terlihat dari kondisi terdapatnya gap atau kendala yang membuat petani

tidak mampu memperoleh output yang seharusnya diperoleh dari kegiatan

usahatani. Inefisiensi merupakan kendala-kendala yang datang dari sisi internal

petani. Jadi, perlu mengidentifikasi faktor-faktor sumber inefisiensi untuk

Page 24: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

8

kemudian dianalisis karena dengan menekan efek inefisiensi maka akan

meningkatkan efisiensi usahataani. Selain itu jika efisiensi tinggi juga akan

membuat pendapatan yang diterima petani semakin maksimal.

Dengan adanya kondisi seperti ini, maka sangat penting untuk mengetahui

efisiensi teknis usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir. Untuk mengetahui

efisiensi maka sebelumnya perlu mengidentifikasi faktor faktor apa yang

mempengaruhi produksi caisim dan faktor-faktor lain apa yang mempengaruhi

tingkat inefisiensi sehingga hubungan tersebut dapat di hubungkan dalam bentuk

model. Selanjutnya akan timbul pertanyaan mengenai berapa pendapatan petani

berhubungan dengan tingkat efisiensinya dan penggunaan usahatani yang

dilakukannya.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini secara umum

bertujuan untuk mempelajari dan menganalisa efisiensi teknis caisim. Tujuan

penelitian secara khusus antara lain :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani caisim.

2. Menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir.

3. Menganalisis faktor-faktor inefisiensi teknis dari usahatani caisim di Desa

Ciaruteun Ilir.

4. Menganalisis pendapatan usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan karya ilmiah yang hasilnya sepenuhnya

dipublikasikan agar dapat digunakan sebagaimanamestinya termasuk sebagai

bahan masukan dan kajian. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya

penelitian ini antara lain :

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi

petani caisim dan dapat membantu petani membuat keputusan.

2. Penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan informasi dan pengetahuan

serta pengalaman bagi penulis dalam menganalisi permasalahan agribisnis.

Page 25: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

9

3. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan referensi dan sumber informasi

bagi penelitian berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian analisis efisiensi teknis caisim meliputi kegiatan

yang terdiri dari analisis efisiensi secara teknis, inefisiensi dan pendapatan

usahatani. Penelitian ini menggunakan pendekatan stochastic production frontier

yang terbatas hingga faktor internal (inefisiensi) dari dari produksi caism di

daerah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor karena Cibungbulang merupakan salah satu

sentra produksi sayuran dan Desa Ciaruteun merupakan desa di Kecamatan

Cibungbulang yang memproduksi caisim dengan jumlah terbesar di Kecamatan

tersebut. Harga yang digunakan sebagai acuan merupakan harga komoditi caisim

saat dilakukannya penelitian. Penelitian ini juga terdapat pelanggaran asumsi

persamaan Cobb-Douglas yaitu adanya nilai koefisien atau elastisitas variabel

yang negatif.

Page 26: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Empiris Caisim

Caisim merupakan jenis sayuran yang cukup popular di Indonesia. Dikenal

pula sebagai caisin, sawi hijau atau sawi bakso, sayuran ini mudah dibudidayakan

dan dapat dimakan segar (biasanya dilayukan dengan air panas) atau diolah. Bagi

petani, masa panen yang singkat dan pasar yang terbuka luas merupakan daya

tarik untuk mengusahakan caisin. Daya tarik lainnya adalah dan mudah

diusahakan. Konsumsi caisin diduga akan mengalami peningkatan sesuai

pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya daya beli masyarakat, kemudahan

tanaman ini diperoleh di pasar, dan peningkatan pengetahuan gizi masyarakat.

Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan teknologi budidaya yang sudah ada

agar hasilnya meningkat (Gopur, 2009).

Caisim mengandung folat, mineral (mangan dan kalsium), asam amino

triptofan dan juga serat pangan. Caisim juga merupakan sayuran yang bermanfaat

untuk membantu mencegah dari terserangnya penyakit kanker, hal ini di sebabkan

karena dalam caisim mengandung senyawa fitokimia khususnya glukosinolat

yang cukup tinggi. Mengkonsumsi sawi hijau secara rutin mampu menurunkan

resiko terserangnya kanker prostat (Sebayang, 2010).

Tanaman caisim dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas maupun

berhawa dingin. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh

lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari

ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter diatas permukaan laut. Namun

biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter

sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat

ditanam sepanjang tahun (Rukmana, 2009).

Untuk memproduksi caisim yang baik, diperlukan pula benih yang baik.

Kebutuhan benih caisim untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih

berbentuk bulat dan kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras.

Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan digunakan harus

mempunyai kualitas yang baik, seandainya membeli harus diperhatikan lama

penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga

Page 27: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

11

harus memperhatikan kemasan. Kemasan yang baik adalah dengan alumunium

foil. Apabila benih yang digunakan dari hasil penanaman sebelumnya

(memperbanyak sendiri) harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya

tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari.

Penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain.

Di harapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari tiga tahun (Pradani dan

Hariastuti, 2010).

Dari segi pengusahaan, caisim cukup menjanjikan keuntungan yang lebih

baik. Sebagai contoh, pengusahaan caisim seluas dua are dengan teknik sebar

benih langsung (tanpa pesemaian) dapat dihasilkan 4-5 kwintal atau rata-rata 4,5

kwintal sayur segar pada musim kemarau per periode penanaman. Dengan harga

rata-rata Rp. 1500/kg maka akan diperoleh keuntungan tidak kurang dari Rp. 675.

000 (Haryanto et al, 2005)

Peningkatan teknologi pertanian juga dilakukan terhadap caisim. Misalnya

dengan pemberian sungkup. Dengan pemberian sungkup berpengaruh pada

peningkatan tinggi tanaman, luas daun, indeks luas daun, rasio tajuk-akar, indeks

panen, dan berat segar tajuk dua minggu setelah tanam. Meski demikian

pemberian sungkup plastik menyebabkan penurunan laju asimilasi bersih, berat

segar akar, dan berat kering akar (Sulistyaningsih et al, 2005).

2.2 Tinjauan Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Fungsi Produksi Stochastic Frontier merupakan bentuk fungsi produksi

yang menunjukkan produksi maksimum yang dapat dicapai suatu usahatani dari

alokasi sumberdaya input yang ada. Sumberdaya input selanjutnya dikenal dengan

faktor-faktor produksi. Produksi maksimum akan dicapai dari alokasi faktor-

faktor produksi usahatani, sehingga perlu dilakukan analisis faktor-faktor

produksi yang berpengaruh terhadap kegiatan usahatani.

Pada penelitian untuk komoditi Ubi Jalar oleh Khotimah (2010) di

Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menggunakan fungsi

Maximum Likelihood Estimation (MLE) dalam mengestimasi fungsi produksi

Cobb-Douglas Stochastic Frontier. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa

variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi Ubi Jalar adalah lahan,

benih/lahan, tenaga kerja/lahan, pupuk P/lahan, dan pupuk K/lahan, sedangkan

Page 28: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

12

pupuk N/lahan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi Ubi Jalar. Selanjutnya,

disimpulkan bahwa usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus telah cukup efisien

dan masih terdapat peluang untuk meningkatkan produksi.

Darwanto (2010), dalam penelitian mengenai efisiensi usahatani padi di

Jawa Tengah mengestimasi faktor produksi menggunakan bantuan paket

komputer frontier (versi 4.1c). Input yang digunakan dalam menjalankan

usahatani padi di Jawa Tengah adalah luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan

tenaga kerja. Koefisien elastisitas variabel luas lahan sebesar 0,68, koefisien

elastisitas benih sebesar 0,33, variabel pupuk mempunyai nilai koefisien

elastisitas sebesar 0,34, koefisien elastisitas pestisida adalah -0,68, koefisien

elastisitas tenagakerja sebesar 0,87. Hasil estimasi menunjukkan bahwa dari 73

responden petani yang mengusahakan tanaman padi, memiliki nilai rata-rata

efisiensi teknis sebesar 0,74. Nilai efisiensi teknis yang dihasilkan tersebut

mengandung arti bahwa penggunaan faktor produksi oleh para petani belum

efisien dan perlu dilakukan pengurangan penggunaan faktor-faktor produksi agar

tercapai kondisi yang efisien.

Untuk komoditi Jagung (di Tanah Laut, Kalimantan Selatan), efisiensi

teknis dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel luas lahan, benih,

pupuk organik, pupuk P, pestisida, tenaga kerja dan pengolahan tanah ditemukan

berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pada taraf kepercayaan 85 persen,

sedangkan pupuk N dan K tidak berpengaruh nyata. Ini diduga karena

penggunaan pupuk N diduga sudah berlebihan. Nilai indeks efisiensi teknis hasil

analisis dikategorikan efisien jika lebih besar dari 0.8 karena daerah penelitian

merupakan sentra produksi jagung di Kalimantan Selatan. Rata-rata efisiensi

teknis petani di daerah penelitian adalah 0.887.jumlah petani memiliki nilai

efisiensi teknis lebih besar dari 0.8 sehingga sebagian besar usahatani jagung yang

diusahakan telah efisien secara teknis. Faktor-faktor umur, pendidikan,

pengalaman dan keanggotaan dalam kelompok tani tidak berpengaruh secara

nyata terhadap inefisiensi teknis. Hal ini karena ada kecendrungan petani untuk

beralih ke usahatani lain seperti karet dan adanya pertambangan emas illegal

(Kurniawan, 2008).

Page 29: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

13

Dalam penelitian efisiensi usahatani padi benih bersubsidi Di Kecamatan

Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat oleh Hutauruk (2008), faktor–faktor

yang mempengaruhi produksi padi di daerah penelitian sebelum penggunaan

benih bersubsidi adalah lahan, benih/lahan, pupuk KCL/lahan, pupuk NPK/lahan,

Tenaga Kerja Luar Keluarga/lahan dan Tenaga Kerja Dalam Keluarga/lahan.

Sesudah penggunaan benih bersubsidi, faktor produksi yang berpengaruh terhadap

produksi padi didaerah penelitian adalah lahan, pupuk KCL/lahan dan Tenaga

Kerja luar Keluarga/lahan. Sesudah penggunaan benih bersubsidi, tingkat efisiensi

teknis lebih rendah dibandingkan dengan sebelum penggunaan benih bersubsidi.

Hal ini berkaitan dengan sumber-sumber inefisiensi teknis yang berpengaruh

negatif terhadap inefisiensi teknis.

Maryono (2008), dalam analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani

padi program benih bersertifikat di Desa Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari,

Kabupaten Karawang, menggunakan stochastic frontier dengan metode

pendugaan Maximum Likelihood (MLE) yang dilakukan melalui proses dua tahap.

Tahap pertama menggunakan metode OLS untuk menduga parameter teknologi

dan input-input produksi, dan tahap kedua menggunakan metode MLE untuk

menduga keseluruhan parameter faktor produksi, intersep, dan varians dari kedua

komponen error. Variabel independen penduga fungsi produksi ini yaitu: luas

lahan (X1), jumlah benih (X2), pupuk urea (X3), pupuk TSP (X4), obat cair

(X5),dan tenaga kerja (X6). Namun demikian variabel luas lahan (X1)

menimbulkan multikolinearitas pada model sehingga variabel luas lahan dijadikan

pembobot pada variabel dependen maupun independen.

Untuk lebih jelasnya, hasil penelitian sebelumnya mengenai fungsi

produksi stochastic frontier dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.3 Tinjauan Empiris Analisis Pendapatan Usahatani

Menurut Maryono (2008), dalam analisis efisiensi teknis dan pendapatan

usahatani padi program benih bersertifikat di Desa Pasirtalaga, Kecamatan

Telagasari, Kabupaten Karawang menyatakan bahwa biaya total yang dikeluarkan

oleh petani setelah program adalah lebih besar dibandingkan dengan biaya

sebelum program. Sedangkan pengeluaran tunai setelah program lebih kecil

daripada sebelum program. Namun, pengeluaran total riil masa tanam II juga

Page 30: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

14

mengalami penurunan dibandingkan dengan masa tanam I. Hal ini

menginformasikan bahwa pada masa tanam II petani lebih hemat dalam

penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan atas biaya total setelah program

lebih besar daripada sebelum program dengan selisih Rp 2.378.024,74. Namun,

pendapatan riil atas biaya tunai masa tanam II lebih rendah dibandingkan masa

tanam I. Pendapatan riil atas biaya total masa tanam II juga lebih kecil

dibandingkan masa tanam I. Kondisi ini menunjukkan bahwa peningkatan

pendapatan terjadi karena peningkatan harga, bukan karena peningkatan

produktifitas. R/C rasio atas biaya tunai sebelum program sebesar 4,97 sedangkan

setelah program nilai nominalnya sebesar 7,09 dan nilai riilnya sebesar 5,74.

Sedangkan R/C rasio atas biaya total setelah program secara nominal

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan sebelum program, namun secara

riil mengalami penurunan. R/C rasio atas biaya total sebelum program sebesar

1,64 sedangkan setelah program nilai nominalnya sebesar 1,91 dan nilai riilnya

sebesar 1,62.

Penelitian efisiensi usahatani padi benih bersubsi di Di Kecamatan

Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat oleh Hutauruk (2008), dari sisi

pembiayaan, penerimaan rata – rata petani turun di musim tanam kedua

dikarenakan hasil produksi yang menurun dan harga gabah yang juga turun.

Terjadi peningkatan biaya akibat peningkatan biaya input yang mengalami

kenaikan seperti pupuk TSP, KCL, NPK dan obat cair. Secara pendapatan tunai

maupun total terjadi penurunan. Ini juga ditunjukkan oleh rasio R/C atas biaya

tunai dan total yang menurun. Nilai R/C rasio atas biaya total sebesar 1,26 dan

1,05 menunjukkan bahwa usahatani yang di daerah penelitian masih

menguntungkan. Dilihat dari struktur biaya, bantuan benih bersubsidi kurang

berperan dalam membantu petani karena biaya benih hanya menyumbang sebesar

1,21 persen.

Penelitian tentang komoditas caisim, Gopur (2009) dalam analisis efisiensi

produksi caisim di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, memperoleh hasil

bahwa produksi perhektar sebesar 11.809,4 Kg dengan harga rata-rata sebesar

Rp.1.351 per Kg. Untuk indikasi keuntungan menggunakan R/C ratio dan

diperoleh hasil 2,15 atas biaya tunai dan 1.61 atas biaya total.

Page 31: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

15

Selain itu, penelitian yang dilakukan Khotimah (2010) mengenai analisis

efisiensi teknis dan pendapatan usahatani Ubi Jalat di Kecamatan Cililimus,

Kuningan, Jawa Barat menyebutkan bahwa usahatani di daerah tersebut

menguntungkan. Hal ini sebagaimana dapat dilihat dari R/C ratio yang diperoleh

yaitu sebesar 1,67 dan 1,24 untuk R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas

biaya Total. Rincian dari penelitian terdahulu mengenai pendapatan usahatani

dapat dilihat pada Lampiran 3.

Page 32: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

16

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Bagian ini berisi mengenai konsep usahatani, teori produksi, konsep

analisis efisiensi teknis, fungsi produksi frontier, faktor-faktor penentu efisiensi

teknis, dan ukuran pendapatan usahatani.

3.1.1 Konsep Usahatani

Usahatani menurut A.T Mosher (1969) adalah sebagai bagian dari

permukaan bumi, dimana petani atau suatu badan tertentu lainnya bercocok tanam

atau memelihara ternak. Usahatani dapat dipandang sebagai suatu cara hidup

(away of life) atau sebagai suatu perusahaan (farm business). Sedangkan menurut

Soekartawi (1986), usahatani adalah organisasi yang pelaksanaannya berdiri

sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang,

segolongan sosial baik yang terikat geneologis, politis, maupun teritorial sebagai

pengelolanya.

Ditinjau dari tujuan pelaksanaannya, usahatani dibedakan menjadi dua

yaitu subsistence farm dan commercial farm. Usahatani yang memiliki tujuan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga disebut usahatani pencukup kebutuhan

keluarga (subsistence farm). Sedangkan usahatani yang berjalan didasari tujuan

untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya disebut usahatani komersial

(commercial farm).

Hernanto (1996) menyatakan bahwa keberhasilan usahatani dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (intern) dan

faktor-faktor di luar usahatani (ekstern). Adapun faktor intern antara lain petani-

petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, jumlah

keluarga dan kemampuan petani dalam mengaplikasikan penerimaan keluarga. Di

sisi lain, faktor ekstern yang berpengaruh pada keberhasilan usahatani adalah

tersedianya sarana trasnportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut

pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi, dan lain-lain),

fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi petani. Empat unsur pokok atau

faktor-faktor produksi dalam usahatani (Hernanto, 1996) :

Page 33: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

17

1. Lahan

Lahan merupakan faktor yang sangat langka dibanding dengan faktor

produksi lain serta distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Oleh

sebab itu, lahan memiliki beberapa sifat yaitu : (1) luasnya relatif atau di anggap

tetap, (2) tidak dapat dipindah-pindahkan, dan (3) dapat dipindahtangankan atau

diperjualbelikan. Lahan usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah

dan sebagainya. Lahan yang digunakan dalam usahatani dapat diperoleh dari

berbagai sumber, antara lain dengan membeli, menyewa, menyakap, negara,

warisan, wakaf atau membuka lahan sendiri.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja menjadi pelaku dalam usahatani menyelesaikan berbagai

macam kegiatan produksi. Tiga jenis tenaga kerja antara lain tenaga kerja

manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia

dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Kerja manusia

dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat

kecukupan, tingkat kesehatan, dan faktor alam seperti iklim, dan kondisi lahan

usahatani. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja, petani mempekerjakan buruh yang

berasal dari luar keluarga dengan memberi balas jasa atau upah sehingga sumber

tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam dan luar keluarga.

Tenaga kerja berbeda karena memiliki keahlian, kekuatan, dan

pengalaman yang berbeda. Karena itu dalam praktek, digunakan ukuran setara

jam pria atau hari pria dengan menggunakan faktor konversi. Adapun konversi

tenaga kerja adalah dengan membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku,

yaitu 1 HOK = 1 hari kerja pria (HKP), 1 HOK wanita = 0,7 HKP, 1 HK ternak =

2 HKP, dan 1 HOK anak = 0,5 HKP.

3. Modal

Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor

produksi lain menghasilkan barang-barang baru, yaitu produk pertanian. Modal

dapat berupa tanah, bangunan, alat-alat pertanian, tanaman, ternak, dan ikan di

kolam, bahan-bahan pertanian, piutang di bank dan uang tunai. Penggunaan

modal berfungsi membantu meningkatkan produktivitas dan menciptakan

kekayaan serta pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani untuk

Page 34: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

18

membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani

berlangsung. Sumber modal dapat diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau

kredit (kredit bank, kerabat, dan lain-lain), warisan, usaha lain atau kontrak sewa.

4. Pengelolaan atau Manajemen

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan,

mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya

sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang

diharapkan.

3.1.2 Konsep Fungsi Produksi

Produksi dapat dipandang sebagai suatu proses transformasi dua input atau

lebih menjadi satu atau lebih produk. Proses transformasi yang disebutkan di atas

dapat berupa proses fisik, bioligis, kimia atau bahkan kombinasinya. Hubungan

antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses

produksi (X1,X2, X3, ..... Xn) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Q = f (X1, X2, X3, ...... Xn)

Keterangan :

Q = output

X = input

Fungsi produksi melukiskan hubungan antara konsep Average Physical

Product (APP) dengan Marginal Physical Productivity (MPP) yang disebut kurva

Total Physical Product (TPP) (Beattie dan Taylor (1985)). APP menunjukkan

jumlah kuantitas output produk yang dihasilkan.

Dimana :

APP = Average Phisical Product

Y = output

X = input

Page 35: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

19

Sedangkan MPP Mengukur banyaknya penambahan atau pengurangan

total output dari penambahan input

Dimana :

MPP = Marginal Physical Productivity

dY = Perubahan output

dX = Perubahan input

Selain itu, sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada satu hukum yang

disebut The Law of Diminishing Return atau hukum kenaikan hasil berkurang.

Hukum ini menyatakan bahwa jika penggunaan satu macam input ditambah

sedang input-input lainnya tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari

setiap tambahan satu unit input yang di tambah tadi mula-mula naik tapi

kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambah. Hubungan

antara produk total, produk marginal, dan produk rata-rata dapat dilihat pada

Gambar 1.

Lima sifat yang terdapat dalam kurva tersebut yaitu :

1. Mula-mula terdapat kenaikan hasil bertambah (garis O-A), produk marjinal

semakin besar, produk rata-rata naik tetapi tetap di bawah produk marjinal.

2. Pada titik balik A terjadi perubahan dari kenaikan hasil yang bertambah

menjadi kenaikan hasil berkurang, produk maksimal mencapai maksimum

(titik QA), produk rata-rata masih terus naik.

3. Setelah titik A, terdapat kenaikan hasil berkurang (garis A–B), produk

marjinal menurun, produk rata-rata masih naik sebentar kemudian mencapai

maksimum pada titik APL (QB), pada titik ini produk rata-rata sama dengan

produk marjinal. Setelah titik APL, produk rata-rata menurun tetapi berada di

atas produk marjinal.

4. Pada titik C tercapai tingkat produksi maksimum, produk marjinal sama

dengan nol, produk rata-rata menurun tapi tetap positif.

5. Sesudah titik C, mengalami kenaikan hasil negatif, produk marjinal juga

negatif, produk rata-rata tetap positif.

Page 36: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

20

Gambar 1. Kurva Produk Total, Produk Marginal, dan Produk Rata-Rata

Sumber : Doll dan Orazem (1984)

Menurut Doll dan Orazem (1984), suatu fungsi produksi dapat dibedakan

menjadi tiga daerah produksi berdasarkan elastisitas produksi dari faktor produksi.

Elastisitas produksi adalah persentase perubahan produk yang dihasilkan sebagai

akibat dari persentase perubahan faktor produksi yang digunakan. Pada Gambar 1

dapat dilihat ketiga daerah tersebut yaitu elastisitas yang lebih besar dari satu (QA-

QB), elastisitas diantara nol dan satu (QB-QC), dan elastisitas lebih kecil dari nol

(setelah QC).

Balik )

Page 37: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

21

Tahapan I mempunyai nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu

(Increasing Return to Scale). Kondisi ini dicapai saat kurva produksi marjinal

berada di atas kurva produksi rata – rata yang berarti bahwa setiap kenaikan faktor

produksi sebesar satu persen akan menyebabkan kenaikan produksi lebih besar

dari satu persen. Keuntungan maksimum masih belum tercapai karena produksi

masih bisa diperbesar dengan cara pemakaian faktor produksi yang lebih banyak.

Pada Tahapan I disebut daerah irrasional.

Tahapan II mempunyai nilai elastisitas produksi antara nol dan satu

(Decreasing Return to Scale) yang berarti setiap kenaikan satu persen faktor

produksi akan menyebabkan kenaikan produksi paling tinggi satu persen dan

paling rendah nol. Pada keadaan ini perusahaan bisa untung dan rugi sehingga

perusahaan harus memilih atau menetapkan tingkat produksi yang tepat agar

mencapai keuntungan maksimum. Oleh karena itu, Tahapan II disebut sebagai

daerah rasional. Di sisi lain, nilai elastisitas produksi sama dengan satu terjadi saat

produksi rata – rata maksimum (PM=PR). Hal ini berarti setiap kenaikan satu

persen faktor produksi akan menyebabkan kenaikan produksi sebesar satu persen.

Kondisi ini disebut sebagai (Constant Return to Scale). Elastisitas produksi yang

nilainya sama dengan nol dicapai saat produksi total mencapai maksimum atau

saat produksi marjinal sama dengan nol.

Tahapan III mempunyai nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol.

Kondisi ini dicapai saat produksi total menurun atau saat produksi marjinalnya

negatif. Pada daerah ini, kenaikan satu persen faktor produksi akan menyebabkan

penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah ini disebut juga daerah

irrasional.

3.1.3 Konsep Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Ada beberapa fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian

diantaranya fungsi produksi Cobb-Douglas, fungsi produksi linier berganda, dan

fungsi produksi transendental. Fungsi produksi yang menggambarkan output

maksimum yang dapat dihasilkan dalam suatu proses produksi disebut sebagai

fungsi produksi frontier. Fungsi produksi frontier merupakan fungsi produksi

yang paling praktis atau menggambarkan produksi maksimum yang dapat

diperoleh dari variasi kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan

Page 38: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

22

teknologi tertentu (Doll dan Orazem, 1984). Fungsi produksi frontier diturunkan

dengan menghubungkan titik-titik output maksimum untuk setiap tingkat

penggunaan input. Jadi fungsi tersebut mewakili kombinasi input-output secara

teknis paling efisien. Konsep frontier dan ukuran efisiensi dalam teori produksi

diprakarsai oleh Farrel untuk mengukur inefisiensi teknis dan alokatif dalam

kerangka deterministik parametrik. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa output

dibatasi oleh fungsi produksi deterministik dengan asumsi constan return to scale.

Terdapat dua metode pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi relatif suatu usahatani. Metode pertama, pendekatan stochastic

frontier berkaitan dengan pengukuran kesalahan acak dimana keluaran dari

usahatani merupakan fungsi dari faktor produksi, kesalahan acak dan inefisiensi.

Sedangkan metode yang kedua, teknik linear programming (Data Envelopment

Analysis, DEA) tidak mempertimbangkan adanya kesalahan acak sehingga

efisiensi teknis dapat menjadi bias (Seinford dan Trail (1990) dalam Coelli et al

(2005))

Selanjutnya, Van Dijk dan Szirmai (2002) dalam Kurniawan (2008)

menyebutkan bahwa stochastic frontier (SF) lebih baik daripada DEA. SF dapat

digunakan secara langsung untuk menguji hipotesa yang terkait dengan model

produksi. Model fungsi produksi stochastic frontier (stochastic production

frontier) diperkenalkan Aigner, et. all. (1977). Model stochastic frontier

merupakan perluasan dari model asli deterministik untuk mengukur efek-efek

yang tak terduga (stochastic effect) di dalam batas produksi. Model fungsi

produksi stochastic frontier, secara umum adalah sebagai berikut (Aigner, et. all.

(1977) dalam Coelli (1996)) :

Yi = xiβ + (vi - ui) i=1,2,3...,n,

Dimana :

Yi = produksi yang dihasilkan petani pada waktu-t

Xi = vektor masukan yang digunakan petani-i pada waktu-t

β = vektor parameter yang akan diestimasi

vi = variabel acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (iklim,

hama) sebarannya simetris dan menyebar normal (vi ~ N(0,ζv2))

ui = variabel acak non negatif, dan diasumsikan mempengaruhi tingkat

inefisiensi teknis dan berkaitan dengan faktor-faktor internal dan sebaran

ui bersifat setengah normal ( ui ~ | N(0,ζv2 | ).

Page 39: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

23

Stochastc frontier disebut juga “composes error model” karena error term

terdiri dari dua unsur, dimana: εi = vi – ui. Variebel εi adalah spesifik error term

dari observasi ke-i. Variabel acak vi berguna untuk menghitung ukuran kesalahan

dan faktor-faktor diluar kontrol petani (eksternal) seperti iklim, hama dan

penyakityang disebut sebagai gangguan statistik (statistical noise). Sedangkan

variabel ui disebut one-side disturbance yang berfungsi untuk menangkap efek

inefisiensi. Komponen error yang bersifat internal (dapat dikendalikan petani) dan

lazimnya berkaitan dengan kapabilitas manajerial petani dalam mengelola

usahataninya direfleksikan oleh ui. Komponen ini sebarannya asimetris (one

sided) yakni ui ≥ 0. Jika proses produksi berlangsung efisien (sempurna) maka

keluaran yang dihasilkan berimpit dengan potensi maksimumnya berarti ui = 0.

Sebaliknya jika ui > 0 berarti berada dibawah potensi maksimumnya. Distribusi

menyebar setengah normal (ui ~ | N(o,ζ2u |) dan menggunakan metode pendugaan

maximum Likelihood (Greene, 1982 dalam Adhiana, 2005).

Model yang dinyatakan dalam persamaan di atas disebut sebagai fungsi

produksi stochastic frontier karena nilai output dibatasi oleh variabel acak yaitu

nilai harapan dari xiβ + vi atau exp(xiβ + vi ). Random error bisa bernilai positif

bisa juga bernilai negatif begitu pula dengan output stochastic frontier bervariasi

sekitar bagian tertentu dari model frontier, exp(xiβ). Struktur dari model

stochastic frontier dapat dilihat pada Gambar 2 .

Page 40: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

24

Gambar 2. Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Sumber: (Coelli, et. all. 1998)

Komponen dari model frontier yaitu f(xβ) yang digambarkan dengan

mengaplikasikan asumsi deminising return to scale. Pada Gambar 2 dapat

dijelaskan bahwa aktivitas produksi dari dua petani diwakili oleh simbol i dan j.

Petani i menggunakan input sebesar xi dan memperoleh output sebesar yi. Akan

tetapi output batas (frontier) dari petani i adalah yi* melampaui nilai pada fungsi

produksi f(xβ). Hal ini terjadi karena aktivitas produksinya dipengaruhi oleh

kondisi yang menguntungkan, dimana variabel vi bernilai positif. Sementara itu,

petani j menggunakan input sebesar xj dan memperoleh hasil aktual sebesar yj.

Akan tetapi hasil batas (frontier) j adalah yj* yang berada dibawah bagian fungsi

produksi. Kondisi ini terjadi karena aktivitas produksinya dipengaruhi oleh

kondisi yang tidak menguntungkan, dimana vi bernilai negatif. Output frontier i

dan j tidak dapat diamati atau diukur karena random error dari keduanya tidak

teramati. Kondisi ini menggambarkan bagian deterministik pada fungsi stokastik

frontier berada diantara output frontier (Coelli et al, 1998).

Page 41: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

25

3.1.4 Konsep Efisiensi dan Inefisiensi

Pelaku agribisnis (petani) akan selalu berusaha untuk dapat

mengalokasikan input-input (faktor produksi) seefeisien mungkin agar dapat

memperoleh produksi dan hasil maksimum. Dengan kata lain bahwa seorang

petani akan berusaha untuk mencapai efisiensi sehingga mendapatkan keuntungan

yang maksimal.

Efisiensi merupakan perbandingan antara output dan input yang digunakan

dalam proses produksi. Menurut farrel dalam Coelli et al. (1998) mengemukakan

dua konsep efisiensi yaitu efisiensi teknis (technical efficiency/TE) dan efisiensi

alokatif (allocative efficiency/AE). Efisiensi teknis menggambarkan kemampuan

dari usahatani untuk memperoleh output maksimal dari sejumlah penggunaan

input tertentu. Sedangkan efisiensi alokatif mengukur tingkat keberhasilan petani

dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum yang dicapai pada saat

nilai produk marjinal setiap faktor produksi yang diberikan sama dengan biaya

marjinalnya. Efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi

pada isoquant batas.

Pendekatan untuk efisiensi dapat dilakukan melalui dua sisi, yaitu dari sisi

input (alokasi pendekatan penggunaan input) dan sisi output (alokasi output yang

dihasilkan). Pendekatan dari sisi input memerlukan ketersediaan harga input dan

kurva isoquant yang menunjukkan kombinasi input yang digunakan untuk

menghasilkan output secara maksimal. Sedangkan sisi output merupakan

pendekatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana jumlah output secara

proporsional dapat ditingkatkan tanpa merubah jumlah input yang digunakan.

Kondisi pendekatan berorientasi input (Gambar 3), isoquant yang

menunjukkan efisiensi penuh di gambarkan oleh kurva SS’. Jika perusahaan

menggunakan input sejumlah P untuk memproduksi satu unit output, maka nilai

inefisiensi teknis dicerminkan dari jarak Q ke P. Pada jarak tersebut sebenarnya

jumlah input yang digunakan dapat dikurangi untuk memperoleh jumlah output

yang sama.

Page 42: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

26

Keterangan :

P = input

Q = efisiensi teknis dan inefisiensi alokatif

Q’ = efisiensi teknis dan efisiensi alokatif

AA’ = kurva rasio harga input

SS’ = isoquant fully efficient

Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Alokatif (orientasi input)

Sumber : Coelli et al (1998)

Menurut Daryanto (2002), terdapat dua pendekatan alternatif untuk

menguji sumber-sumber inefisiensi teknis. Pertama ialah dengan prosedur dua

tahap. Tahap pertama terkait dengan pendugaan terhadap skor efisiensi (efek

inefisiensi) bagi individu perusahaan. Tahap kedua, pendugaan terhadap regresi

inefisiensi dugaan dinyatakan sebagai fungsi dari variabel sosial ekonomi yang di

asumsikan mempengaruhi efek inefisiensi. Pendekatan kedua adalah efek

inefisiensi dalam stochastic frontier dimodelkan dalam bentuk variabel yang

dianggap relevan dalam menjelskan inefisiensi dalam proses produksi.

3.1.5 Konsep Pendapatan Usahatani

Dilakukannya analisis pendapatan terhadap usahatani ialah bertujuan

untuk menghitung seberapa besar penerimaan yang diterima petani yang

kemudian dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya untuk usahatani

A

Q

A’

x2/y

Q’ S’

x1/y

P

S

0

R

Page 43: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

27

tersebut. Selain itu dengan menganalisis pendapatan usahatani juga dapat

mengukur keberhasilan usahatani. Soekartawi et al (1985) mengemukakan

beberapa definisi yang berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan:

1. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai yang diterima dari penjualan

produk usahatani.

2. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk

pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

3. Pendapatan tunai usahatani adalah produk usahatani dalam jangka waktu

tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

4. Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua yang habis terpakai atau

dikeluarkan dalam kegiatan produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.

5. Pendapatan total usahatani adalah selisih antara penerimaan kotorusahatani

dengan pengeluaran total usahatani.

Dengan adanya analisis pendapatan usahatani petani dapat mengetahui

gambaran keadaan aktual usahatani sehingga dapat melakukan evaluasi dengan

perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang. Dalam melakukan

analisis pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai keadaan dan

pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani

merupakan nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan

merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari

hasil produksi tersebut.

Pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produki

dalam melakukan proses produksi usahatani. Biaya dalam usahatani dapat

dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai

usahatani adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani, sedangkan biaya yang

diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan

petani. Biaya yang diperhitungkan dapat berupa faktor produksi yang digunakan

petani tanpa megeluarkan uang tunai seperti sewalahan yang diperhitungkan atas

lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga, penggunaan benih dari

hasil produksi dan penyusutan dari sarana produksi.

Pengeluaran usahatani meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel

(variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh

Page 44: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

28

jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya

dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, semakin besar produksi maka

semakin besar pula biaya variabel. Biaya variabel meliputi biaya untuk benih,

pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Pendapatan usahatani terbagi atas

pendapatan tunai usahatani dan pendapatan total usahatani. Pendapatan kotor

mengukur pendapatan kerja petani tanpa memasukkan biaya yang diperhitungkan

sebagai komponennya. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara

penerimaan usahatani dengan biaya tunai usahatani. Pendapatan total usahatani

mengukur pendapatan kerjapetani dari seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan.

Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih penerimaan usahatani dengan

biaya total usahatani.

Selain analisis R/C rasio yang menunjukkan besar penerimaan usahatani

yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk

kegiatan usahatani. Semakin besar nilai R/C maka semakin besar pula penerimaan

usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yangdikeluarkan. Hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani tersebut menguntungkan untuk

dilaksanakan. Kegiatan usahatani dapat dikatakan layak apabila nilai rasio R/C

lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan

biayanya. Sebaliknya, apabila nilai rasio R/C lebih kecil dari satu, artinya

tambahan biaya menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil sehingga

kegiatan usahatani dikatakan tidak menguntungkan. Sedangkan jika nilai rasio

R/C sama dengan satu, maka kegiatan usahatani memperoleh keuntungan normal.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Sayur-sayuran merupakan komoditi yang permintaanya terus meningkat

sebagaimana telah disampaikan sebelumnya. Permintaan yang tinggi tersebut

tidak disertai dengan produksi (penawaran sayuran yang tinggi sehingga untuk

memenuhi permintaan dalam negeri pemerintah melakukan impor.Terus

menambah permintaan akan sayuran, Kementrian Pertanian melalui Direktorat

Jenderal Hortikultura mulai menyerukan GEMA Sayuran yaitu kegiatan promosi

dan kampanye intensif untuk meningkatkan citra, apresiasi dan cinta akan produk

sayuran nasional yaitu sayuran produksi petani Indonesia sehingga dapat

Page 45: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

29

meningkatkan konsumsi sayuran masyarakat dan pada akhirnya akan

meningkatkan pendapatan petani. Kabupaten Bogor merupakan salah satu

kabupaten yang fokus pada program pertanian, beberapa di antanya program

peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis.

Caisim merupakan komoditi hortikultura yang banyak digemari untuk

ditanam karena umur panen caisim yang relatif singkat, termasuk jenis tanaman

yang tahan terhadap hujan sehingga dapat dibudidayakan sepanjang tahun

(tersedia air yang cukup) dan tahan terhadap suhu yang tinggi. Kecamatan

Cibungbulang merupakan salah satu sentra produksi sayuran dataran rendah di

Bogor yang memproduksi sayur-sayuran dalam jumlah besar termasuk caisim.

Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah desa dengan produksi sayuran tertinggi di

Kecamatan Cibungbulang, termasuk juga untuk komoditi caisim.

Tujuan utama kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani sebagai

pelaku agribisnis komersial yaitu keuntungan. Keuntungan akan diperoleh

tergantung dengan berbagai hal yaitu jumlah dan penggunaan input, harga input,

jumlah output dan harga output. Penggunaan input dan harga input dapat

diidentifikasi biaya produksi sedangkan dari jumlah output dan harga output dapat

mengidentifikasi penerimaan sehingga dari keduanya dapat melihat pendapatan

usahatani. Selain itu, dari sisi hubungan dari penggunaan input terhadap jumlah

output yang dihasilkan dapat dilihat efisiensi teknis dimana efisiensi teknis

tersebut juga dipengaruhi oleh inefisiensi (faktor lain) sehinga dari berbagai

kerangka tersebut mampu menganalisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani

caisim dan mampu memberikan rekomendasi usahatani yang efisien secara teknis

dan memberikan keuntungan maksimal bagi petani.

Page 46: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

30

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Efisiensi Teknis dan

Pendapatan Usahatani Caisim di Desa Ciaruteun Ilir

Produksi sayuran meningkat

sehingga pendapatan petani

meningkat

GEMA

Sayuran

2010

Kabupaten

Bogor

:program

peningkatan

ketahanan

pangan dan

pengembang

an agribisnis

Caisim : berkontribusi besar terhadap

produksi sayuran segar di Indonesia,

dapat dibudidayakan sepanjang tahun dan

relatif tahan terhadap hujan

Kecamatan Cibungbulang : Salah satu sentra produksi sayuran.

Desa Ciaruteun Ilir : Desa dengan produksi caisim terbesar di

Kecamatan Cibungbulang.

Efisiensi Teknis

Rekomendasi usahatani yang efisien secara tenis dan memberikan

keuntungan maksimal

Jumlah

Output

Harga

Input

Penggunaan

input : Lahan,

Bibit, Tenaga

Kerja, dan lain-

lain.

Harga

Output

Faktor lain : Umur petani,

pengalaman berusahatani,

pendidikan, pendapatan di

luar usahatani, umur bibit,

status kepemilikan lahan.

Biaya Produksi

Pendapatan,

R/C rasio

Penerimaan

Page 47: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

31

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim ini

dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor,

Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi sayuran

(caisim) di Kabupaten Bogor sehingga tersedia banyak objek-objek dan

permasalahan-permasalahan yang dapat diangkat sebagai bahan penelitian.

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yakni bulan Maret sampai April 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan, dan

wawancara langsung dengan petani untuk mengetahui pengunaan input,

penerimaan serta faktor-faktor produksi usahatani. Sedangkan data sekunder juga

diperoleh dari petani yang meliputi luas lahan yang diusahakan, harga produk,

biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, jumlah

produksi yang diperoleh selama periode siklus produksi berlangsung serta data-

data lainnya yang mendukung sehingga dapat menentukan efisiensi yang

diperoleh, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI

Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari :

1. Identifikasi Langsung

Identifikasi dilakukan dengan melakukan proses pengamatan langsung terhadap

kondisi yang ada di daerah penelitian. Proses identifikasi dilakukan untuk

mengetahui mekanisme, proses, penggunaan dan aktivitas-aktivitas serta kondisi

yang terkait dengan usahatani caisim.

Page 48: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

32

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh melalui

pengamatan. Data dikumpulkan melalui responden yang ditentukan ditentukan

berdasarkan tujuan penelitian.

4.4 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada responden petani dalam penelitian ini dilakukan

dengan tiga tahap, yang pertama dengan Cluster Sampling. Melalui Cluster

Sampling lokasi penelitian dibagi berdasarkan dusun, dimana dalam desa tersebut

terdapat empat dusun. Kemudian setelah itu untuk menentukan jumlah responden

dari masing-masing dusun ditentukan dengan metode Proportional Sampling

yaitu dilihat dari jumlah penduduk dari masing dusun yang bermata pencaharian

sebagai petani. Terakhir, pengambilan sampel dengan cara (Purposive Sampling)

yaitu sample dipilih secara sengaja dengan meminta rekomendasi dari kepala

dusun. Sample yang ditunjuk merupakan petani yang memiliki kriteria khusus

yaitu petani yang secara rutin menanam caisim, selain itu petani tersebut memiliki

kemampuan komunikasi yang baik. Jumlah sampel secara keseluruhan adalah

sebanyak 35 orang dari populasi petani caisim. Jumlah tersebut sudah dianggap

dapat mempresentasikan keadaan petani caisim di Desa Ciarutuen Ilir dan ukuran

yang dapat diterima serta memenuhi syarat dari suatu metode penelitian (minimal

30 orang).

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan dua cara yaitu secara

kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif kemudian diolah dan disajikan dalam

bentuk tabel sedangkan data kualitatif dipaparkan dalam bentuk uraian guna

mendukung data kuantitatif yang telah tersedia sebelumnya. Data yang terkumpul

diverifikasi dan validasi terlebih dahulu, selanjutnya diolah dengan bantuan

program computer antara lain Microsoft excel. Minitab 13 dan Frontier 4.1.

Frontier 4.1 digunakan untuk membantu mengestimasi nilai parameter

dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic frontier.

Program Frontier 4.1 terdiri dari tiga tahap yaitu :

Page 49: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

33

1. Mengkalkulasi nilai estimasi dari β dan ζs2

menggunakan OLS (Ordinary

Least Square) semua nilai estimasi β kecuali β0 unbias.

2. Dua frase grid search dari fungsi likelihood digunakan untuk mengevaluasi

nilai dari γ yang nilainya berkisar antar 0 dan 1.

3. Nilai diseleksi melalui tahap kedua digunaka sebagai nilai awal dalam

prosedur iteratif untuk mengestimasi nilai akhir maximum-likelihood.

4.5.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier (SF)

Data yang dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dianalisis. Data

dianalisis menggunakan alat analisis fungsi produksi stochastic frontier. Analisis

fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk mengukur efisiensi teknis

dari usahatani caisim dari sisi output dan faktor-faktor yang mempengaruhi

efisiensi teknis. Dalam penelitian ini, fungsi produksi yang digunakan adalah

fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Pilihan terhadap bentuk fungsi

produksi ini diambil berdasarkan alasan sebagai berikut: (1) bersifat homogen

sehingga dapat digunakan menurunkan fungsi biaya dual dari fungsi produksi, (2)

lebih sederhana, dan (3) jarang menimbulkan masalah. Selain itu, menurut Binici

dalam Kurniawan(2008), fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas telah

digunakan secara luas dan teruji untuk mengkaji efisiensi produksi di negara-

negara maju dan berkembang. Meski demikian, ada beberapa kelemahan fungsi

Cobb-Douglas, menurut Kurniawan (2008) diantaranya adalah: (1) tidak ada

produksi (y) maksimum, artinya sepanjang kombinasi input (x) dinaikkan maka

produksi (y) akan terus naik sepanjang expansion path-nya, dan (2) elastisitas

produksi tetap. Kelemahan ini membuat fungsi produksi Cobb-Douglas tidak bisa

menggambarkan fungsi produksi neo-klasik.

Model matematis fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usahatani caisim

dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:

Ln Y = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 + β4 Ln X4+ β5 Ln X5 +β5 Ln X5+β6 Ln

X6 + β7 Ln X7 + β8 Ln X8 + ( vi – ui )

Dimana : Y = Produksi total caisim (Kg)

β0= Intersep

βi = Koefisien parameter penduga, dimanai = 1,2,3,….8

X1= Luas lahan (Ha)

Page 50: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

34

X2= Benih (gr)

X3 = Unsur N (Kg)

X4= Unsur P (Kg)

X5 = Unsur K (Kg)

X6 = Pupuk kandang (Kg)

X7 = Obat (ml)

X8= Tenaga kerja (HOK)

( vi – ui ) = Error Term (ui = efek inefisiensi teknis dalam model)

0 <βi< 1 (Diminishing Return)

Variabel sisa (random shock) vi merupakan variabel acak yang bebas dan

secara identik terdistribusi normal (independent-identically distributed/i.i.d)

dengan rataan (mathematical expectation/ui) bernilai nol dan ragamnya konstan,

ζy 2

(N(0,ζy 2

)), serta bebas dari ui. Variabel kesalahan (residual solow) ui adalah

variabel yang menggambarkan efek inefisiensi di dalam produksi, diasumsikan

terdistribusi secara bebas diantara setiap observasi dan nilai vi. Variabel acak ui

tidak boleh bernilai negatif dan distribusinya normal dengan nilai distribusi

N(μi,ζu2) (Coelli et al, 1998).

Adapun hipotesis awal dari koefisien (βi) dari masing-masing variabel

independen antara lain :

1. Koefisien lahan (β1) lebih besar dari nol (β1 > 0), semakin luas lahan yang

digunakan maka akan semakin meningkatkan produksi caisim karena lahan

dilokasi penelitian merupakan lahan yang relatif subur untuk mengusahakan

caisim.

2. Koefisien benih (β2) lebih besar dari nol (β2 > 0), semakin banyak benih yang

digunakan oleh petani maka akan semakin meningkatkan produksi karena

semakin banyaknya benih akan meningkatkan populasi caisim yang

dibudidayakan.

3. Koefisien unsur N (β3) lebih besar dari nol (β3 > 0), semakin banyak pupuk

yang digunakan maka akan semakin meningkatkan produksi. Hal ini diduga

karena pupuk unsur N baik untuk pertumbuhan caisim sehingga akan

meningkatkan produksi.

4. Koefisien unsur P (β4) lebih besar dari nol (β4 > 0), sama halnya dengan unsur

N, semakin banyak unsur P yang digunakan semakin banyak produksi yang

Page 51: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

35

dihasilkan karena pupuk unsur N yang baik untuk caisim sehingga mampu

terus meningkatkan produksi.

5. Koefisien unsur K (β5) lebih besar dari nol (β5 > 0), semakin banyak pupuk

unsu K yang digunakan semakin meningkatkan produksi karena tanaman

caisim membutuhkan banyak pupuk untuk tumbuh baik dan unsur K bersifat

baik untuk caisim.

6. Koefisien pupuk kandang (β6) lebih besar dari nol (β6 > 0), semakin tingginya

pupuk kandang yang digunakan diduga akan meningkatkan produksi, hal ini

dikarenakan oleh pupuk kandang yang bersifat baik untuk tanaman maupun

untuk unsur hara dan mikroba dalam tanah.

7. Koefisien obat-obatan (β7) lebih besar dari nol (β7 > 0), semakin banyak obat-

obatan digununakan diduga akan semakin meningkatkan produksi. Hal ini

sesuai hasil wawancara dengan petani setempat bahwa saat dilakukannya

penelitian banyak serangan hama di lokasi penelitian.

8. Koefisien tenaga kerja (β8) lebih besar dari nol (β8 > 0), semakin banyaknya

tenaga kerja diduga akan semakin meningkatkan prouksi. Hal ini dikarenakan

oleh semakin banyak aktivitas atau kegiatan dalam proses usahatani yang

dapat dilakukkan gna meningkatkan produksi caisim.

4.5.2 Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis

Efek efisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini diacu dari model

efek inefisiensi yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1998). Dalam model

ini, variabel ui yang digunakan diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong

normal dengan N(μi,ζ2). Berikut adalah faktor-faktor yang yang diperkiran

mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani caisim dan hipotesis yang

digunakan untuk model inefisiensi dalam model.

1. Umur petani (Z1), semakin tua umur petani diduga menyebabkan semakin

tinggi tingkat inefisiensi sebab semakin tua petani maka semakin lemah

kondisi fisiknya.

2. Umur bibit (Z2), Semakin tua umur bibit diduga akan meningkatkan

inefisiensi (tidak sesuai rekomendasi).

Page 52: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

36

3. Pendidikan (Z3), semakin tinggi tingkat pendidikan petani diduga akan

memperkecil tingkat inefisiensi petani karena tingginya tingkat pendidikan

bisa menunjukkan tingginya pengetahuan petani dalam mengelola

usahataninya.

4. Pengalaman (Z4), semakin lama pengalaman petani dalam usahatani caisim

diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis karena pengalaman yang

didapatkan petani dari pengalaman usahatani sebelumnya akan menjadi

pelajaran untuk petani caisim.

5. Pendapatan diluar usahatani (Z5), semakin besar pendapatan diluar usahatani

diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi karena tambahan pendapatan

tersebut digunakan untuk modala tambahan modal usahatani.

6. Dummy Varietas (Z6), dengan dengan menggunakan varietas hibrida diduga

akan memperkecil tingkat inefisiensi karena dengan pengggunaan bibit hibrida

usahatani akan lebih produktif.

7. Dummy status lahan (Z7), status kepemilikan diduga mempengaruhi

keseriusan dalam mengelola usahatani. Petani penyewa cendrung lebih baik

(efisien) dari petani yang yang tidak menyewa.

Parameter distribusi dari efek inefisiensi teknis tersebut dapat ditulis :

μi = δ0+ δ1 Z1 + δ1 Z1 + δ2 Z2 + δ3 Z3 + δ4 Z4 + δ5 Z5 + δ6 Z6 + δ7 Z7 + Wit

Efek inefisiensi dan fungsi stochastic frontier dapat diperoleh dari

program Frontier 4.1. Kemudian, efek inefisiensi dilakukan dengan metode

statistik. Hasil dari Frontier 4.1 akan memberikan nilai perkiraan varians dari

parameter dalam bentuk :

ζs2= ζv

2+ζu

2 dan γ = ζu

2/ ζs

2

Nilai γ berada antara nol dan satu. Nilai kritis akan menentukan untuk penerimaan

hipotesa. Efisiensi teknis petani ke-i adalah adalah nilai harapan dari (-ui) yang

dinyatakan dalam persamaan di bawah ini :

Page 53: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

37

Dimana TEi adalah efisiensi teknis petani ke-i dan yi adalah fungsi output

deterministic (tanpa error term). Nilai efisiensi tersebut berbanding terbalik

dengan efek inefisiensi yang juga bernilai antara nol dan satu. Nilai efisien

tersebut hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input

tertentu (cross section data) dan tidak untuk input yang bersifat logaritmik (panel

data) (Battese dan Coelli 1998).

4.5.3 Uji Hipotesis

Hasil output efek efisiensi teknis frontierakan dilakukan melalui pengujian

hipotesis. Untuk mengidentifikasi apakah terdapat efek inefisiensi di dalam model

menggunakan nilai LR test galat satu sisi, sedangkan untuk masing-masing

variabel penduga apakah koefisien dari masing-masing parameter bebas (δi) yang

digunakan secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak

bebas (μi) dengan menggunakan t-hitung. Berikut

Hipotesis Pertama :

H0 : γ = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 = …………δ7 = 0

H1 : γ = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 = …………δ7 > 0

Sumber : Coelli et al, 2005

Hipotesis nol berarti bahwa efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model.

Jika hipotesis tersebut diterima maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup

mewakili data empiris sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square.

LR = -2{ln[L(H0)/L(H1)]}

Dimana L(H0) dan L(H1) adalah nilai dari fungsi likelihood di bawah hipotesa H0

dan H1.

Kriteria uji :

LR galat satu sisi >χ2

restriksi (Tabel Kodde dan Palm) maka tolak H0

LR galat satu sisi < χ2

restriksi (Tabel Kodde dan Palm) maka terima H0

Tabel chi-square Kodde dan Palm adalah table upper and lower bound dari nilai

kritis untuk uji bersama persamaan dan pertidaksamaan restriksi.

Page 54: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

38

Hipotesis Kedua :

H0 : δ1 = 0

H1 : δ1 ≠ 0

Sumber : Coelli et al, 2005

Pada hipotesis kedua, hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing

variabel didalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis tersebut

diterima, maka masing-masing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi

tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat inefisiensi di dalam proses produksi.

Maka untuk itu, uji statistik yang dgunakan yaitu :

Kriteria uji :

| t-hitung | > t-tabel t(⍺,n-k-1) : Tolak H0

| t-hitung | < t-tabel t(⍺,n-k-1) : Terima H0

Dimana :

k = jumlah variabel bebas

n = Jumlah responden

S (δ1) = Simpang baku koefisien efek inefisiensi

4.5.4 Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya

yangtelah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu

pendapatanatas biaya tunai yang disebut sebagai pendapatan tunai dan

pendapatanatas biaya total atau disebut juga sebagai pendapatan total.Tingkat

penerimaan total, biaya dan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = Py x Y

TC = TFC+TVC

πtunai = TR total – TC tunai

πtunai = TR total – ( TC tunai+ Bd )

Page 55: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

39

Keterangan :

TR total = Total penerimaan tunai usahatani (Rp)

TC tunai = Total biaya tunai usahatani (Rp)

π = Pendapatan (Rp)

Py = Harga output (Rp)

Y = Jumlah output (unit)

TFC = Total biaya tetap (Rp)

TVC = Total biaya variabel (Rp)

Bd = Biaya yang diperhitungkan (Rp)

Penerimaan juga dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan tunai dan

penerimaan total. Penerimaan tunai merupakan nilai uang yang diterima dari

penjualan produk usahatani, yaitu jumlah produk yang dijual kemudian dikalikan

dengan harga jual produk tersebut. Berbeda halnya dengan penerimaan total yang

merupakan keseluruhan produksi usahatani baik yang dijual, dikonsumsi, maupun

yang dijadikan persediaan. Selanjutnya, dalam pendapatan usahatani dikenal

komponen biaya. Biaya juga terbagi menjadi dua yakni biaya tunai dan biaya

total. Biaya tunai mengandung arti sejumlah uang yang dibayarkan untuk

pembelian barang dan jasa untuk kepentingan usahatani. Biaya total merupakan

seluruh nilai yang dikeluarkan untuk usahatani, baik yang bersifat tunai maupun

tidak tunai.

Imbangan penerimaan biaya atau return cost ratio adalah perbandingan

antara total penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan dalam suatu proses

produksi usahatani. Analisis R/C ratio digunakan untuk mengetahui seberapa

besar penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk

usahatani tersebut. Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C

ratio lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani

memberikan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Semakin

besar nilai R/C rasio, semakin menguntungkan usahatani tersebut. Perhitungan

R/C ratio secara matematika dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Page 56: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

40

4.5.5 Definis Operasional

Dalam mempermudah mendefinisakan variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini, berikut konsep dari variabel-variabel yang digunakan beserta

satuan pengukurannya.

1. Produksi caisim (Y) adalah sejumlah caisim (satuan dalam Kg) yang

dihasilkan dalam satu musim tanam.

2. Luas lahan (X1) adalah jumlah luasan lahan yang digunakan untuk usahatani

caisim dengan satuan pengukuran hektar (Ha).

3. Benih caisim (X2) adalah benih caisim yang digunakan petani untuk satu kali

musim tanam dengan satuan pengukurannya ialah gram (gr).

4. Unsur N (X3) adalah jumlah kandungan unsur N pada pupuk yang digunakan

petani untuk memupuk caisim selama satu kali musim tanam. Meliputi pupuk

Urea, Phonska, dan NPK. Satuan pengukurannya adalah kilogram (kg).

5. Unsur P (X4) adalah jumlah kandungan unsur P pada pupuk yang digunakan

petani untuk memupuk caisim selama satu kali musim tanam. Meliputi pupuk

Phonska, dan TSP. Satuan pengukurannya adalah kilogram (kg).

6. Unsur K (X5) adalah jumlah K pada pupuk yang digunakan petani untuk

memupuk caisim selama satu kali musim tanam. Meliputi pupuk Phonska.

Satuan pengukurannya adalah kilogram (kg).

7. Pupuk kandang (X6) adalah jumlah pupuk yang digunakan petani untuk

memupuk caisim selama satu kali musim tanam. Satuan pengukurannya

adalah kilogram (kg).

8. Obat-obatan (X7) adalah jumlah pestisida yang digunakan petani caisim

selama satu kali musim tanam. Satuan pengukurannya ialah mililiter (ml).

9. Tenaga Kerja (X8) adalah jumlah tenaga kerja total yang digunakan dalam

usahatani caisim selama satu musim tanam. Pengukuran tenaga kerja dalam

satuan HOK (Hari Orang Kerja) dengan mengabaikn apakah tenaga kerja

berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga.

10. Umur petani (Z1) adalah umur petani saat musim tanam caisim. Satuan

pengukurannya adalah tahun.

11. Umur bibit (Z2) adalah umur dari bibit yang akan di tanam di lahan produksi.

Satuan pengukurannya adalah hari.

Page 57: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

41

12. Pendidikan (Z3) adalah lamanya pendidikan formal yang pernah diperoleh

petani. Pendidikan petani dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal

yaitu satu untuk petani yang tidak sekolah, dua untuk petani yang bersekolah

hingga SD (Sekolah Dasar), tiga untuk petani yang bersekolah hingga SMP

(Sekolah Menengah Pertama) dan empat untuk petani yang bersekolah hingga

SMA (Sekolah Menengah Atas).

13. Pengalaman berusahatani (Z4) merupakan lamanya petani dalam

mengusahakan usahatani caisim, Stuan pengukuran yang digunakan adalah

tahun.

14. Pendapatan di luar usahatani (Z5) adalah pendapatan yang diterima petani

diluar dari usahatani dalam satu kali musim tanam. Diukur dalam satuan

rupiah (Rp).

15. Varietas (Z6) adalah jenis varietas benih yang digunakan petani caisim.

Varietas benih dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang menggunakan

benih hibrida dan nol untuk petani yang menggunakan benih lokal.

16. Status kepemilikan lahan (Z7) adalah status atas kepemilikan lahan yang

dugunakan (dalam bentuk dummy). Nol untuk petani yang memiliki lahan

garap sendiri dan satu untuk petani dengan lahan sewa.

Page 58: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

42

BAB V

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian

Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian

wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa

ini juga merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat suhu rata-rata 240

- 400

C.

Curah hujan rata-rata pertahun di daerah ini sekitar 240,08 mm dengan rata-rata

14 hari hujan per bulannya. Kondisi tersebut menyebabkan Desa Ciaruten Ilir

sesuai untuk budidaya sayuran.

Desa Ciaruten Ilir terdiri dari 4 Dusun, 35 RT dan 10 RW. Luas wilayah

Desa Ciaruten Ilir secara keseluruhan adalah 360 Ha, yang terdiri dari 200 Ha

lahan sawah, 105 Ha lahan perumahan dan pekarangan, 40 Ha ladang, 2 Ha

empang, dan 13 Ha lain-lain. Jumlah penduduk Desa Ciaruten Ilir berdasarkan

data terakhir dari kantor desa adalah 10.120 jiwa. Jumlah penduduk Desa Ciaruten

Ilir terdiri dari 5.107 jiwa penduduk pria dan 5.013 jiwa penduduk wanita.

Penduduk Desa Ciaruten Ilir lebih banyak berada pada usia produktif.

Dilihat dari struktur mata pencahariannya, penduduk Desa Ciaruten Ilir

sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu sekitar 88 persen dari jumlah

penduduk yang bekerja (5.623 jiwa) atau sekitar 5.135 jiwa. Sedangkan penduduk

yang lain diantara bekerja sebagai penjual jasa dan pedagang. Jenis pertanian yang

diusahakan oleh petani Desa Cairuten Ilir adalah sayuran dan padi.

Batas wilayah Desa Ciaruteun Ilir adalah sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rumpin

Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ciampea

Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Leuweng Kolot

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijujung

5.2 Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden yang akan dijelaskan merupakan gambaran

mengenai keadaan petani caisim di Desa Ciaruteun Ilir yang diwakilkan oleh 35

orang petani responden. Karakteristik tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa

Page 59: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

43

poin, antara lain usia responden, lama pendidikan, status kepemilikan lahan,

pengalaman berusahatani caisim, jenis varietas, serta umur bibit yang digunakan.

Dengan adanya berbagai keragaman dari karakteristik tersebut, diduga

mempengaruhi keputusan petani dalam proses pengambilan keputusan.

5.2.1 Usia Responden

Petani yang menjadi responden berusia mulai dari 25 tahun hingga 65

tahun. Usia petani responden diklasifikasikan seperti pada tabel sebaran petani

responden Desa Ciaruteun Ilir berdasarkan usia (Tabel 6). Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa usia petani responden didominasi oleh petani berusia 35 – 44 tahun

sebesar 42,86 diikuti dengan petani berusia 45 – 54 sebanyak 37,14 dari total

petani responden (35 petani). Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan bahwa

umumnya petani di desa tersebut masih berada pada usia produktif sehingga

diduga mempengaruhi dalam hal pengambilan keputusan dan semangat serta

kemampuan kerja yang tinggi.

Tabel 6. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Usia Pada

Tahun 2012

Usia Responden

(Tahun)

Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

25 - 34 4 11.43

35 - 44 15 42.86

45 – 54 13 37.14

55 - 64 2 5.71

65 ≥ 1 2.86

Jumlah 35 100

5.2.2 Lama Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan salah satu karakteristik petani yang

mempengaruhi dalam hal pengambilan keputusan. Selain itu juga dengan

tingginya pendidikan formal diduga petani juga akan membantu dalam hal

memperoleh informai dan teknologi serta penerapannya untuk pengembangan

usahataninya. Sebaran petani responden berdasarkan lama pendidikan formal

disajikan dalam Tabel 7.

Page 60: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

44

Tabel 7. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Lama

Pendidikan Formal Pada Tahun 2012

Pendidikan Formal

(Tahun)

Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

0 4 11.43

1 - 6 13 37.14

7 - 9 6 17.14

10 - 12 12 34.29

≥ 13 0 0.00

Jumlah 35 100

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa petani responden didominasi oleh petani

yang telah menempuh pendidikan selama 10 – 12 tahun (SMA/Sederajat) diikuti

oleh petani yang pernah menempuh pendidikan formal selama 7 – 9 tahun

(SMP/Sederajat). Disisi lain masih terdapat pula petani yang tidak menginjak

banku pendidikan formal sama sekali yaitu sebanyak 4 orang. Hal ini disebabkan

pada masa usia petani tersebut belum terdapat sekolah formal atau jarak yang

jauh. Selain itu juga ada pula yang disebabkan karena masih ada pandangan dari

orang tua petani bahwa pendidikan tidak berguna sehingga tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk hal seperti itu.

5.2.3 Status Lahan

Status lahan petani di daerah penelitian diklasifikasikan menjadi 3 yaitu

milik, sewa dan sakap. Dari tabel sebaran petani berdasarkan status lahan (Tabel

8) dapat dilihat bahwa umumnya petani berusahatani dengan lahan milik sendiri

yaitu sebanyak 57,14 persen. Selain itu terdapat pula petani dengan lahan

berststus sewa sebesar 40 persen. Petani yang menyewa umumnya merupakan

pendatang atau warga setempat yang pernah bekerja diluar kota (Jakarta)

kemudian kembali lagi ke Desa Ciaruteun Ilir. Kemudian terdapat pula petani

dengan sistem sakap (bagi hasi) sebanyak satu orang atau sebesar 2,86 persen dari

jumlah petani responden.

Page 61: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

45

Tabel 8. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun ilir Berdasarkan Status Lahan

Pada Tahun 2012

Status Lahan Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

Milik 20 57.14

Sewa 14 40.00

Sakap 1 2.86

Jumlah 35 100.00

5.2.4 Pengalaman Usahatani

Pengalaman petani dalam berusahatani di daerha penelitian (Desa

Ciaruteun Ilir) umumnya sudah berlangsung cukup lama. Pengalaman mengenai

berusahatani perlu untuk diketahui mengingat bahwa pengalaman berusahatan

mempengaruhi efisiensi usahatani. Semakin lama pengalaman usahatani maka

semakin efisien pula usahatani caisim yang dilakukan petani. Pengalaman petani

responden dalam usahatani caisim pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Pengalaman

Usahatani Pada Tahun 2012

Pengalaman Usahatani Caisim

(Tahun)

Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

≤ 5 12 34.29

6 – 10 4 11.43

11 -15 5 14.29

≥ 16 14 40.00

Jumlah 35 100

Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa dari 35 orang petani responden,

pengalaman petani yang lebihdari 15 tahun mendominasi sekitar 40 persen

kemudian diikuti oleh petani dengan pengalaman kurang dari sama dengan 5

tahun sebesar 34,29 persen atau sekitar 12 orang. Berdasarkan data tersebut dapat

dikatakan bahwa petani responden rata-rata telah memiliki pengalaman yang

sudah cukup lama (rata-rata pengalaman usahatani 14 tahun).

Page 62: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

46

5.2.5 Jenis Varietas

Terdapat dua jenis varietas benih yang digunakan oleh petani responden

varietas lokal dan varietas hibrida (tosakan : “cap panah merah”). Berdasarkan

informasi dari seluruh responden (Tabel 10), petani responden lebih banyak

mengunakan jenis varietas lokal yaitu sebesar 60 persen sedangkan yang

menggunakan varietas hibrida yaitu sebanyak 40 persen. Petani responden lebih

cendrung mengunakan benih lokal disebabkan karena jika membeli, harga benih

lokal lebih murah dibandingkan dengan harga benih hibrida. Selain itu dengan

benih lokal, petani bisa memperbanyak sendiri melalui biji.

Tabel 10. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Jenis

Varietas Benih pada Tahun 2012

Varietas Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

Lokal 21 60

Hibrida 14 40

Jumlah 35 100

5.2.6 Pendapatan di Luar Usahatani

Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa dari 35 petani

responden hanya terdapat 13 petani yang memiliki pendapatan diluar usahatani

atau sekitar 37,14 persen sisanya merupakan petani yang tidak memiliki

pendapatan di luar usahatani (62,86 persen). Pendapatan petani di luar usahatani

variatif mulai dari Rp 83.333,33 – Rp1.000.000,00 dengan nilai rata-rata 9dari

seluruh responden) sebesar Rp 146.238,09. Pendapatan petani diluar usahatani

diperoleh dari berbagai aktifitas antara lain penyewaan lahan, penyewaan rumah,

ojek, buruh tani, buruh pikul, sopir, membantu tengkulak, dan setoran angkot.

Page 63: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

47

Tabel 11. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Pendapatan

di Luar Usahatani Pada Tahun 2012

Variabel Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

Berpendapatan di luar usahatani 13 37.14

Tidak berpendapatan di luar

usahatani 22 62.86

Jumlah 35 100

5.2.7 Umur Bibit

Dalam budidaya caisim terdapat proses penyemaian benih. Benih

disemaikan hingga 14 ampai 12 hari sebelum bisa ditanam. Berdasarkan data pada

tabel sebaran petani responden berdasarkan umur bibit (Tabel 12) dapat dilihat

bahwa terdapat empat macam bibit yang digunakan berdasarkan umurnya yaitu

bibit berumur 14, 15, 20, dan 21 hari. Umur bibit 15 hari lebih banyak digunakan

oleh petani responden yakni sebesar 54,29 persen diikuti dengan penggunaan bibit

20 hari sebesar 31,43 persen. Dasar dari penetapan umur bibit yang digunakan

merupakan pengalaman dari usahatani sebelumnya dan kondisi bibit (memiliki

tiga hingga 4 daun).

Tabel 12. Sebaran Petani Responden Desa Ciaruteun Ilir Berdasarkan Umur Bibit

pada Tahun 2012

Umur Bibit

(Hari)

Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

14 3 8.57

15 19 54.29

20 11 31.43

21 2 5.71

Jumlah 35 100.00

5.3 Kegiatan Budidaya Caisim di Lokasi Penelitian

Kegiatan budidaya merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan petani

untuk memproduksi komoditi pertanian. Kegiatan budidaya caisim Desa

Page 64: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

48

Ciaruteun Ilir dilakukan dengan penerapan berbagai tahapan kegiatan budidaya.

Tahapan tersebut antara lain persiapan dan pengolahan lahan semai, penyemaian,

persiapan dan pengolahan lahan tanam, penanaman, pemeliharaan, pemanenan

dan pascapanen. Berikut penjelasan dari tahapan kegiatan budidaya caisim.

5.3.1 Persiapan dan Pengolahan Lahan Semai

Langkah pertama yang umumnya dilakukan oleh petani di Desa Ciaruteun

Ilir ialah persiapan dan pengolahan lahan semai. Persiapan lahan awalnya

dilakukan dengan cara mencangkul lahan yang akan digunakan untuk perseaian.

Lahan yang digunakan untuk persemaian umumnya dilakukan pada lahan-lahan

bedeng (garit) kecil di pinggiran lahan tanam. Petani umumnya juga

menggunakan sekitar dua sampai tiga garit berukuran enam sampai sepuluh

meter. Penolahan lahan sebelumnya diawali dengan penaburan pupuk kandang.

Pupuk kandang yang digunakan umumnya berjumlah dua karung (satu karung

sekitar 20 Kg) untuk satu garit berukuran 10 sampai 14 meter. Pencangkulan

dilakukan secara merata pada setiap garit. Setelah itu disiram kemudian dibiarkan

(diberakan) selama satu sampai dua hari sebelum ditanam. Hal ini bertujuan untuk

menghindari kurang baiknya pertumbuhan bibit karena lahan semai masi panas

akibat reaksi dari pupuk kandang.

Benih yang digunakan petani terdiri dari dua jenis benih yaitu benih lokal

(diperbanyak sendiri atau dibeli dari sesama petani caisim) dan benih hibrida

(jenis Tosakan). Benih hibrida dibeli seharga Rp 10.000 – Rp 12.000 per bunkus

(25 gram) sedangkan benih lokal (Gambar5) dibeli seharga Rp 40.000 per botol

(setara ± 200 gr). Tanaman yang dapat diambil bijinya yaitu tanaman caisim

berbunga yang sudah berumur 75 samapai 90 hari.

Page 65: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

49

Gambar 5. Benih Lokal yang Digunakan Petani di Desa Ciaruteun Ilir Tahun

2012

5.3.2 Penyemaian

Kegiatan selanjutnya yaitu persemaian. Persemaian merupakan kegiatan

yang menebarkan benih benih caisim di atas lahan semai. Setelah penebaran bibit,

pupuk kandang kembali ditabur untuk menutupi benih-benih yang telah ditebar.

Setelah itu kemudian dilakukan penyiraman dengan air yang dicampur dengan

urea (100 liter air + 1 Kg urea). Setelah hari keempat atau kelima, tanaman juga

diberikan pupuk (urea dan/atau Phoska/TSP). Kegiatan penyemaian berlangsung

selama 14 samapi 21 hari. Selama penyemaian, kegiatan pemeliharaan benih

semai juga dilakukan. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyiraman (dua

samapai tiga kali sehari) dan penyiangan rumput liar dan gulma (tiga sampai

empat hari sekali). Gambar bibit semai yang digunakan petani dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Bibit Semai Petani Caisim di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012

Page 66: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

50

Pupuk kandang yang digunakan merupakan pupuk kandang yang berasal

dari campuran sekam dan kotoran ayam. Pupuk tersebut dibeli dari perusahaan

peternakan ayam pedaging di desa tersebut seharga Rp 5.000 – Rp.7.000. Pupuk

diantar sampai ke tempat pemesan selama tempat tersebut masih berada di dekat

jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat. Harga tersebut merupakan hanya

harga pupuk kandang dan tidak termasuk karung (kembali karung).

5.3.3 Persiapan dan Pengolahan Lahan Tanam

Sambil menunggu benih yang disemai siap ditanam, kegiatan yang

dilakukan ialah persiapan dan pengolahan lahan tanam. Persiapan lahan tanam

sama halnya dengan perlakuan pada persiapan dan pengolahan lahan semai.

Bedanya hanya pada jumlah garit yang akan disiapkan lebih banyak. Kegiatan ini

dilakukan dua atau satu hari sebelum ditanamnya bibit.

5.3.4 Penanaman

Penanaman merupakan proses pemindahan bibit semai ke lahan tanam.

Bibit yang biasanya sudah dapat ditanam biasanya bibit yang sudah berumur 14

sampai 21 hari. Proses penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanam.

Lubang tanam dibuat dengan menusuk dengan jari atau kayu kira-kira sedalam

jari tangan atau delapan sampai sepuluh sentimeter.

Setelah membuat lubang tanam kemudian tanaman dapat ditanam.

Kegiatan penanaman umumnya dilakukan pada pagi hari untuk menghindari

tanaman kering atau rusak. Seusai penanaman, tanaman kemudian disiram dengan

air. Jarak tanam dari penanaman umumnya kira-kira berjarak 25 cm x 20 cm atau

20 cm x 20 cm sesuai dengan kebiasan dan pengalaman bertani sebelumnya.

5.3.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan,

pemberian pupuk serta penyemprotan obat-obatan (insektisida). Penyiraman

merupakan kegiatan yang sangat penting. Penyiraman umumnya dilakukan satu

kali sehari pada musim hujan dan dua sampai tiga kali sehari ketika musim

kemarau. Penyiraman merupakan kegiatan rutinitas yang dikerjakan setiap hari

sampai panen. Kegiatan penyiraman dapat dilihat pada Gambar 7. Selain itu ada

juga kegiatan penyiangan. Kegiatan ini dilakukan tergantung dari kondisi atau

Page 67: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

51

banyaknya gulma, umumnya dilakukan selama satu samapai dua kali sampai

panen. Begitu pula dengan penyemprotan insektisida, dilakukan tergantung

dengan kondisi serangan hama. Umumnya dilakukan dua sampai lima kali

penyemprotan sampai dengan panen. Penyemprotan tidak boleh dilakukan pada

saat mendekati panen (paling lama dua hari menjelang panen). Hama yang

umumnya menyerang tanaman caisim di daerah penelitian yaitu ulat gerayak.

Gambar 7. Proses penyiraman Caisim di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012

Selain itu ada pula kegiatan pemupukan, Kegiatan pemupukan awal

dilakukan setelah empat atau lima hari sejak di tanam (setelah tanaman segar).

Pemupukan awal biasanya dengan pemberian pupuk kandang dengan cara ditabur

di sela-sela tanaman. Pemupukan dengan pupuk lain juga dilakukan. Pupuk yang

biasanya digunakan antara lain pupuk urea, phoska, dan TSP. Pemberian pupuk

yang dilakukan di desa Ciaruteun Ilir umumnya dilakukan dengan pencampuran

dengan air. Alat penyiraman (emrat) dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 68: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

52

Gambar 8. Alat Penyiram yang Digunakan Petani Caisim di Desa Ciaruteun Ilir

Tahun 2012

5.3.6 Pemanenan dan Pasca Panen

Waktu yang diperlukan untuk usahatani caisim sejak penebaran benih

samapi dengan siap dipanen adalah 28 sampai 40 hari. Pemanenan dilakukan

pada pagi hari sekitar pukul 10.00. hal ini dilakukan untuk menghindari masih

banyaknya embun yang menempel pada tanaman caisim. Banyaknya air akan

mengakibatkan daun lebih cepat busuk sehingga panen dilakukan ketika matahari

mulai terik. Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman besrta akar

kemudian memotong bagian akar. Pada proses pemanenan petani melakukan

kontrol sendiri terhadap caisim hasil panen yaitu dengan memotong daun-daun

kuning (busuk) sebelum diikat (Gambar 9).

Gambar 9. Pemotongan Daun Kuning (busuk) Caisim di Desa Ciaruteun Ilir

Tahun 2012

Page 69: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

53

Caisim yang telah dipanen kemudian diikat dan siap dijual (Gambar 10).

Satu ikat kecil berisi satu kilogram caisim sedangkan satu ikat besar berisi 10 ikat

kecil atau sama dengan sepuluh kilogram. Setelah selesai diikat, kemudian hasil

panen dibawa ke pinggir jalan menunggu tengkulak untuk membelinya.

Tengkulak menjemput hasil panen petani menggunakan mobil pick up biasanya

dimulai setelah pukul 14.00. Hal ini dilakukan agar ketika sampai di pasar, caisim

tidak layu akibat kepanasan. Harga dari caisim sangat fluktuatif yaitu berkisar

antara Rp 1.700 sampai Rp 2.500 per kilogram.

Gambar 10. Caisim yang Siap Dijual oleh Petani Caisim di Desa Ciaruteun Ilir

Tahun 2012

Page 70: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

54

BAB VI

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI CAISIM

6.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi tingkat

efisiensi teknis adalah melalui pendekatan dengan stochastic production frontier

seperti telah dibahas pada metodologi penelitian. Analisis fungsi produksi

stochastic frontier meliputi pendugaan model fungsi produksi stochastic frontier

dan interpretasi model fungsi produksi stochastic frontier. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.

6.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Model fungsi Cobb-Douglas Stochastic Production Frontier ialah model

yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengestimasi fungsi produksi

usahatani caisim. Parameter yang digunakan ialah parameter Maximum Likelihood

Estimated (MLE). MLE dapat menggambarkan hubungan antara produksi

(output) maksimum yang dapat dicapai pada tingkat penggunaan faktor-faktor

produksi (input) yang ada. Nilai MLE diperoleh dari pengolahan data

menggunakan program komputer Frontier 4.1. Menurut Soekartawi (1994),

fungsi Cobb-Douglas mengikuti kaidah diminishing return sehingga nilai

koefisien dalam model diharapkan bernilai positif sehingga selanjutnya dapat

memberikan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan input dapat

menghasilkan tambahan output yang lebih besar. Berkaitan dengan hal tersebut,

hipotesis awal juga menduga bahwa semua input produksi memiliki koefisien atau

elastisitas positif (βn>0). Penelitian ini menggunakan delapan faktor produksi.

Input model faktor produksi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Page 71: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

55

Tabel 13. Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier

Caisim dengan Metode OLS Tahun 2012

Variabel Koefisien t-ratio p-value VIF

Stochastic Frontier

Intersep (ln β0) 5.584 3.49***** 0.002

Luas Lahan (β1) 0.5613 2.25*** 0.033 9.4

Benih (β2) 0.2397 1.58* 0.125 5.7

Unsur N (β3) 0.1699 1.64** 0.114 1.7

Unsur P (β4) 0.01556 1.36* 0.185 2.2

Unsur K (β5) -0.02784 -2.50**** 0.019 1.9

Pupuk Kandang (β6) 0.1597 1.28* 0.211 2.4

Obat-obatan (β7) 0.2017 1.51* 0.142 4.3

Tenaga Kerja (β8) -0.0228 -0.12 0.909 5.9

R2 90,1%

Durbin-Watson

statistic 1.76

Keterangan : ***** nyata pada ⍺ = 0.5%

**** nyata pada ⍺ = 1%

*** nyata pada ⍺ = 2.5%

** nyata pada ⍺ = 5%

* nyata pada ⍺ = 10%

Pencarian awal fungsi produksi dilakukan dengan metode Ordinary Least

Square (OLS). Faktor-faktor produksi (variabel independen) yang diduga

mempengaruhi produksi caisim adalah luas lahan, benih, unsur N, unsur P, Unsur

K, pupuk kandang, obat-obatan, dan tenaga kerja (output model produksi dapat

dilihat pada Tabel 13). Pada pendugaan awal menggunakan metode OLS,

variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap produksi caisim tidak

memiliki masalah multikulinearitas dan autokorelasi. Hal ini dapat dilihat dari

nilai VIF nya masing-masing yang nilainya kurang dari 10. Model yang diperoleh

dari pendugaan model produksi dengan metode OLS adalah sebagai berikut :

ln Y = 5.58 + 0.561 ln L + 0.240 ln B + 0.170 ln N + 0.0156 ln P - 0.0278 ln

K + 0.160 ln PK + 0.202 ln O - 0.023 ln TK

Setelah melakukan pendugaan dengan metode OLS dan tidak terdapat

masalah multikolinearitas serta autokorelasi, maka selanjutnya dilakukan

pendugaan model fungsi produksi dengan metode MLE. Pendugaan model fungsi

produksi stochastic frontier usahatani caisim di Desa Ciruteun Ilir dengan metode

MLE dapat dilihat pada Tabel 14.

Page 72: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

56

Tabel 14. Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier

Caisim dengan Metode MLE Tahun 2012

Variabel Koefisien Standard

Error t-ratio

Stochastic Frontier

Intersep (ln β0) 1,266 0,759 1,666**

Luas Lahan (β1) 0,006 0,002 2,599*****

Benih (β2) 0,655 0,197 3,322*****

Unsur N (β3) -0,006 0,001 -4,250*****

Unsur P (β4) 0,127 0,244 0,519

Unsur K (β5) 0.0004 0,004 0,090

Pupuk Kandang (β6) 0,278 0,097 2,858*****

Obat-obatan (β7) 0,003 0,001 2,966*****

Tenaga Kerja (β8) 0,021 0,012 1,702**

ζ2 0,040 0.011 3,404*****

γ 0.998 0.009 105,062*****

log likelihood function 14,704

LR test of one side error 30,83

Keterangan : ***** nyata pada ⍺ = 0.5%

**** nyata pada ⍺ = 1%

*** nyata pada ⍺ = 2.5%

** nyata pada ⍺ = 5%

* nyata pada ⍺ = 10%

Hasil estimasi awal menggunakan OLS menunjukkan nilai R2 sebesar 90,1

persen dan tidak terdapat masalah multikolinieritas antar varibel dalam model

yang ditunjukkan dengan Nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang masih

berada di bawah 10 (Lampiran 6). Masalah multikulinearitas bisa menyebabkan

tingginya standard error sehingga t-hitung menjadi lebih kecil dan bisa

menyebabkan nilai tersebut menjadi tidak nyata. Berdasarkan metode MLE

pendugaan model fungsi produksi memiliki nilai LR galat satu sisi sebesar 30,83

yang lebih besar dari χ2

9 pada Tabel Chi Square Kodde dan Palm pada ⍺ = 0,1%

yaitu 27.133, sehingga terdapat inefisiensi teknis pada model ini. Persamaan yang

dihasilkan dari Model tersebut ialah :

ln Y = 1,266 + 0,006 ln L + 0,655 ln B - 0,006 ln N + 0,127 ln P + 0.0004

ln K + 0,278 ln PK + 0,003 ln O + 0,021 ln TK

Page 73: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

57

Model tersebut ialah model yang akan digunakan untuk menduga

pengaruh faktor produksi terhadap produksi karena model tersebut telah

memenuhi kriteria dari fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier.

Selanjutnya model inilah yang akan dibahas untuk menggambarkan produksi dari

usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Bogor.

6.1.2 Interpretasi Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Parameter yang digunakan adalah parameter dari fungsi produksi

stochastic frontier metode MLE. Dari hasil pendugaan Model (Tabel 14) dapat

dilihat bahwa nilai γ sebesar 0.998, dimana γ merupakan rasio antara deviasi

inefisiensi teknis (ui) terhadap deviasi yang mungkin disebabkan oleh faktor acak

(vi). Secara statistik 0.998 mendekati satu yang menunjukkan bahwa sebesar 99,8

dari error yang ada dalam fungsi produksi disebabkan oleh adanya inefisiensi

teknis sedangkan sisanya (0.2 persen) disebabkan oleh variabel kesalahan acak

(risiko).

Berikut adalah interpretasi dari masing-masing faktor produksi dari

pendugaan model fungsi produksi stochastic frontier.

1. Lahan

Penggunaan lahan berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan

99.5 persen terhadap produksi caisim. Nilai elastisitas lahan terhadap produksi

caisim yaitu sebesar 0,006 yang berarti bahwa dengang peningkatan luas lahan

sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi caisim sebesar 0,006

persen, ceteris paribus. Lahan berpengaruh positif karena lahan dilokasi

penelitian termasuk lahan yang subur dan cocok untuk usahatani sayur-sayuran.

Perluasan lahan dapat dilakukan dengan ekstensifikasi lahan. Akan tetapi realita

di lapangan, ekstensifikasi lahan tidak mudah mengingat bahwa keterbatasan

jumlah lahan akibat penggunaan lahan untuk keperluan selain untuk lahan

pertanian.

Pada Gambar 11 dapat dilihat hubungan luas lahan terhadap produktivitas

dan faktor produksi lainnya. Perubahan lahan berhubungan positif dengan

perubahan produktivitas, dimana peningkatan lahan akan disertai dengan

Page 74: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

58

produktifitas yang relatih meningkat. Begitupula halnya dengan penggunaan

benih, pupuk, obat dan tenaga kerja.

produktivitas

lua

s l

ah

an

20000

15000

10000

0.06

0.05

0.04

0.03

0.02

0.01

Produksi

1000

500

0

Benih

40200

Unsur N

840

Pupuk Kandang

400

2000

Obat-obatan

40200

Tenaga Kerja

30150

Matrix Plot of luas lahan vs produktivita, Produksi, Benih, ...

Gambar 11. Matrix Plot Lahan VS Produktivitas, Produksi, Benih, Pukan, Obat,

Unsur N dan Tenaga Kerja

2. Benih

Penggunaan benih berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan

99,5 persen. Nilai elastisitasnya sebesar 0,655, artinya dengan meningkatkan

penggunaan benih sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi sebesar

0,655 persen dengan asumsi variabel lain tetap. Elastisitas produksi yang positif

menunjukkan bahwa penggunaan benih caisim berada pada daerah rasional. Hal

ini disebabkan karena benih memegang peranan yang sangat penting dalam

peningkatan produksi atau dengan kata lain produksi sangat responsif terhadap

benih sehingga dengan peningkatan penggunaan benih akan meningkatkan

produksi secara signifikan.

Peningkatan penggunaan benih dapat dilakukan dengan penerapan jarak

tanam yang lebih padat yaitu 20 x 20 cm atau 20 x 15 cm mengingat bahwa jarak

tanam yang digunakan petani di daerah penelitian yaitu rata-rata 25 x 20 cm dan

20 x 20 cm. Hal ini juga dapat dilihat dari penggunaan benih rata-rata di daerah

penelitian sebanyak 682,47 gr/Ha yang masih berada dibawah anjuran

Page 75: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

59

penggunaan sebanyak 750 gr/Ha9. Masih kurangnya penggunaan bibit berasal dari

penggunaan benih hibrida. Penggunaan benih hibrida rata-rata sebesar 503,55

gr/Ha dari 40 persen petani responden. Kurangnya penggunaan benih disebabkan

oleh harga benih yang relatif mahal.

Pada Gambar 12 di bawah ini dapat dilihat Matrix Plot hubungan benih

terhadap produksi dan luas lahan caisim di daerah penelitian. Dari gambar

tersebut terlihat bahwa umumnya penggunaan benih yang tinggi juga akan disertai

dengan produksi yang relatif tinggi pula. Jadi, dengan peningkatan penggunaan

benih akan berpeluang meningkatkan produksi (daerah rasional). Begitu pula

hubungan dengan lahan, dengan adanyatambahan bibit, maka lahan yag

dibutuhkan juga semakin luas, akibatnya pupuk, obat dan tenaga kerja yang

dibutuhkan juga meningkat.

produktivitas

Be

nih

20000

15000

10000

50

40

30

20

10

0

Produksi

1000

500

0

luas lahan

0.06

0.04

0.02

Unsur N

840

Pupuk Kandang

400

2000

Obat-obatan

40200

Tenaga Kerja

30150

Matrix Plot of Benih vs produktivita, Produksi, luas lahan, ...

Gambar 12. Matrix Plot Benih VS Produktivitas, Produksi, Luas Lahan, Pukan,

Obat, Unsur N dan Tenaga Kerja

9 http://bp4k.bogorkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=225.

(diakses 16 Juli 2012)

Page 76: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

60

3. Unsur N

Penggunaan unsur N berpengaruh negatif dan nyata pada taraf

kepercayaan 99,5 persen terhadap produksi caisim. Nilai elastisitas unsur N

sebesar 0,006 menunjukkan bahwa adanya penambahan unsur N sebesar satu

persen akan menurunkan produksi caisim sebesar 0,006 persen, ceteris paribus..

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan penggunaan unsur N sudah berlebih

(berada pada daerah irrasional). Karena dominan unsur N terdapat dalam pupuk

Urea, maka terdapat indikasi penggunaan pupuk urea yang telah berlebih dimana

rata-rata penggunaan urea sebanyak 257,26 yang sudah berada diatas anjuran

penggunaan urea sebanyak 200kg/Ha untuk tanaman sawi/caisim10

.

Unsur N dalam usahatani caisim diperoleh dari pupuk Urea dan Phonska.

Penggunaan pupuk secara berlebih dikarenakan oleh beberapa hal antara lain

kebiasaan petani dalam menggunakan pupuk. Penggunaan pupuk secara terus

menerus dengan jumlah yang besar mengakibatkan penumpukan residu dalam

tanah yan menyebabkan tanah akan lebih sulit menerima unsur hara, beberapa

petani sudah mulai mengurangi pengaruh tersebut dengan mengurangi

penggunaan pupuk dan mulai menggunakan kaptan (kapur pertanian) guna

mengembalikan keseimbangan pH tanah pertaniannya. Selain itu pemberian

pupuk berlebih juga disebabkan oleh cara penggunaan pupuk petani yang

menggunakan pupuk dengan cara ditabur merata ke seluruh permukaan lahan

(rata-rata penggunaan urea 329,4 Kg/Ha) akan lebih boros dibandingkan dengan

penggunaan pupuk (urea) yang dicampurkan dengan air kemudian disiram ke

lahan (rata-rata penggunaan urea 135,72 Kg/Ha).

Pada Gambar 13 juga dapat dilihat bahwa dengan semakin meningktnya

satuan N yang digunakan, maka produktivitas maupun produksi semakin menurun

dan membuat penggunaan obat dan tenaga kerja semakin meningkat.

10

http://balittanah.litbang.deptan.go.id/eng/index.php?option=com_content&view

Page 77: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

61

produktivitas

Un

su

r N

20000

15000

10000

8

7

6

5

4

3

2

1

0

Produksi

1000

500

0

luas lahan

0.06

0.04

0.02

Benih

40200

Pupuk Kandang

400

2000

Obat-obatan

40200

Tenaga Kerja

30150

Matrix Plot of Unsur N vs produktivita, Produksi, luas lahan, ...

Gambar 13. Matrix Plot Unsur N VS Produktivitas, Produksi, Benih, Pukan,

Obat, Luas Lahan dan Tenaga Kerja

4. Unsur P

Penggunaan unsur P berpengaruh positif dan tidak nyata. Nilai elastisitas

unsur P sebesar 0,127 menunjukkan bahwa adanya penambahan unsur P sebesar

satu persen akan meningkatkan produksi caisim sebesar 0,127 persen, ceteris

paribus. Unsur P dalam usahatani caisim diperoleh dari pupuk TSP, Phoska, dan

pupuk kandang. Hal ini menunjukkan bahwa petani masih bisa menambahkan

penggunaan unsur P (TSP, Phoska) untuk meningkatkan produksi caisim yang

diusahakan.

5. Unsur K

Penggunaan unsur K berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap

produksi caisim. Nilai elastisitas unsur K sangat kecil yaitu sebesar 0.0004

menunjukkan bahwa adanya penambahan unsur K sebesar satu persen akan

meningkatkan produksi caisim sebesar 0.0004 persen, ceteris paribus. Unsur K

dalam usahatani caisim diperoleh dari Phoska, dan pupuk kandang. Hal ini

menunjukkan bahwa petani masih bisa menambahkan penggunaan unsur K

(Phoska, KCL) untuk meningkatkan produksi caisim yang diusahakan.

Page 78: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

62

6. Pupuk Kandang

Pupuk kandang berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 99,5

persen. Nilai elastisitas menunjukkan nilai sebesar 0,278. Hal ini menunjukkan

bahwa setiap penambahan pupuk kandang sebesar satu persen akan berdampak

pada kenaikan produksi caisim sebesar 0,278 persen dengan asumsi faktor-faktor

produksi lainnya tetap. Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa

penggunaan pupuk kandang berada pada daerah rasional. Penggunaan pupuk

kandang masih bisa ditingkatkan guna terus meningkatkn produksi caisim. Selama

ini kurangnya penggunaan pupuk kandang disebabkan oleh sulitnya mendapat

pupuk kandang di daerah sekitar mengingat sedikitnya perusahaan ternak,

sehingga harus membeli ke desa tetangga. Standar penggunaan pupuk kandang

(ayam) yaitu 10.000 Kg/Ha11

. Gambar 14 memperlihatkan bahwa peningkatan

pupuk kandang akan mengakibatkan peningkatan produktivitas (Kg/Ha) usahatani

caisim di Desa Ciaruteun Ilir.

produktivitas

Pu

pu

k K

an

da

ng

20000

15000

10000

500

400

300

200

100

0

Produksi

1000

500

0

luas lahan

0.06

0.04

0.02

Benih

40200

Unsur N

840

Obat-obatan

40200

Tenaga Kerja

30150

Matrix Plot of Pupuk Kandan vs produktivita, Produksi, luas lahan, ...

Gambar 14. Matrix Plot Pukan VS Produktivitas, Produksi, Benih, Luas Lahan,

Obat, Unsur N dan Tenaga Kerja

11

http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/images/PDF/leafletsawi09.pdf

Page 79: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

63

7. Obat-obatan

Obat-obatan berpengaruh positif dan mempunyai nilai elastisitas 0,003.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan obat-obatan (pestisida cair)

sebesar satu persen akan berdampak pada kenaikan produksi caisim sebesar 0,003

persen dengan asumsi faktor-faktor produksi lainnya tetap. Elastisitas produksi

yang positif menunjukkan bahwa penggunaan obat-obatan berada pada daerah

rasional. Obat-obatan juga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99,5 persen.

Penggunaan obat-obatan masih bisa ditingkatkan untuk meningkatkn produksi

caisim. Selama ini kurangnya penggunaan obat-obatan disebabkan oleh kendala

harga dari obat-obatan (pestisida cair) relatif mahal. Oleh sebab itu, perhatian

pemerintah juga diperlukan dalam hal penyediaan obat-obatan berkualitas dan

murah bagi petani. Gambar 15 menunjukkan bahwa dengan meningkatnya

penggunaan obat-obatan semakin meningkatkan produktivitas.

produktivitas

Ob

at-

ob

ata

n

20000

15000

10000

40

30

20

10

0

Produksi

1000

500

0

luas lahan

0.06

0.04

0.02

Benih

40200

Unsur N

840

Pupuk Kandang

400

200

0

Tenaga Kerja

30150

Matrix Plot of Obat-obatan vs produktivita, Produksi, luas lahan, ...

Gambar 15. Matrix Plot Obat VS Produktivitas, Produksi, Benih, Luas Lahan,

Pukan, Unsur N dan Tenaga Kerja

8. Tenaga Kerja

Tenaga kerja berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 95

persen. Nilai elastisitas tenaga kerja sebesar 0,021 yang menunjukkan dengan

adanya peningkatan tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan produksi

Page 80: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

64

caisim sebesar 0,021 persen, ceteris paribus. Penambahan tenaga kerja akan dapat

meningkatkan produksi caisim dengan kontribusi berupa adanya aktivitas

pemeliharaan seperti penyiraman, penyemprotan, serta penyiangan gulma atau

rumput liar. Dengan adanya aktivitas yang rutin (misalnya penyiraman)

mengingat bahwa caisim membutuhkan banyak air di musim kemarau maka akan

sangat mempengaruhi caisim untuk mendapat air yang cukup sehingga

mempengaruhi pertumbuhan caisim. Berdasarkan hasil ini juga mengindikasikan

bahwa penggunaan tenaga kerja masih kurang. Kurangnya penggunaan tenaga

kerja dikarenakan kurangnya tenaga kerja upahan mengingat pada umumnya

petani di lokasi penelitian memiliki lahan (sendiri maupun sewa) yang harus

dikelolah sehingga perlu mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja dalam

keluarga. Pada Gambar 16 memperlihatkan bahwa dengan semakin meningkatnya

produktivitas juga relatif meningkat, hal ini tentunya didukung dengan input

produksi lain yang juga meningkat.

produktivitas

Te

na

ga

Ke

rja

20000

15000

10000

35

30

25

20

15

10

5

0

Produksi

1000

500

0

luas lahan

0.06

0.04

0.02

Benih

40200

Unsur N

840

Pupuk Kandang

400

200

0

Obat-obatan

40200

Matrix Plot of Tenaga Kerja vs produktivita, Produksi, luas lahan, ...

Gambar 16. Matrix Plot Tenaga Kerja VS Produktivitas, Produksi, Benih, Luas

Lahan, Pukan, Unsur N dan Obat-obatan.

Page 81: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

65

6.2 Tingkat Efisiensi dan Inefisiensi

Efisiensi usahatani akan berpengaruh terhadap produksi dari usahatani

caisim. Adanya kendala-kendala dalam memperoleh output (produksi caisim)

membuat petani tidak mampu mendapatkan hasil yang sebenarnya dapat diperoleh

(output frontier). Penurunan efisiensi petani pada produksi komoditas pertanian

biasanya dipengaruhi oleh peranan efek stochastic yang akan dijelaskan oleh

pengaruh efek inefisiensi teknis. Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam

model efek inefisiensi teknis antara lain usia petani, lama pendidikan formal,

pengalaman berusahatani, pendapatan diluar usahatani, dummy status lahan dan

dummy varietas benih yang digunakan. Input inefisiensi teknis dapat dilihat pada

Lampiran 5 dan ringkasan statistik variabel bebas model inefisiensi teknis dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Ringkasan Statistik Variabel Bebas Model Inefisiensi Teknis Petani

Responden Tahun 2012

Variabel Bebas Mean Min Max Deviasi

Standar

Umur petani(tahun) 44.05 25 65 7.977

Umur Bibit (hari) 16.82 14 21 2.61

Pendidikan (tahun) 7.22 0 12 4.27

Pengalaman (tahun) 13.97 1 30 10.22

Pendapatan di Luar Usahatani (Rp) 146.23 0 1000 252.06

Varietas (dummy) 0.4 0 1 0.49

Status Lahan (dummy) 0.4 0 1 0.49

Pada Tabel 15 dapat dilihat sebaran petani responden berdasarkan tingkat

efisiensi usatani caisim yang dilakukannya. Hasil pendugaan efisiensi menunjukkan

tingkat efisiensi teknis petani caisim berada pada kisaran 0,27 sampai 0,98 dengan

rata-rata sebesar 0,70 atau 70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat

peluang peningkatan produksi sebesar 30 persen untuk mencapai produksi

maksimum.

Petani dikatakan (dikategorikan) efisien jika memiliki nilai indeks lebih dari

0,7 (Sumaryanto, 2001). Pada Tabel 16 juga dapat dilihat bahwa sebagian besar

petani (sebesar 51,42 persen) sudah dapat dikategorikan efisien yaitu ditunjukkan

dengan dengan indeks efisiensi teknis dari 0,7 samapi 1,0. Petani yang memiliki

indeks di bawah 0,7 dapat dijadikan sasaran penyuluhan guna peningkatan

manajemen usahatani dan teknis pertanian sehingga petani yang belum efisien dapat

Page 82: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

66

berusahatani secara lebih efisien (dari sisi teknis) dan membuka peluang bagi petani

untuk memperoleh hasil produksi yang lebih maksimal.

Tabel 16. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis

Usahatani Caisim Tahun 2012

Kelompok Efisiensi Teknis Jumlah (orang) Persentase (%)

TE < 0,5 7 20.00

0,5 ≤ TE < 0,6 6 17.14

0,6 ≤ TE < 0,7 4 11.43

0,7 ≤ TE < 0,8 6 17.14

0,8 ≤ TE < 0,9 3 8.57

0,9 ≤ TE ≤ 1,0 9 25.71

Total 35 100

Rata-rata TE 0,70

Minimum TE 0,27

Maksimum TE 0.98

Pada tabel sebelumnya (Tabel 13) diperoleh nilai γ sebesar 0.998, maka

hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar 99,8 dari error yang ada dalam fungsi

produksi disebabkan oleh adanya inefisiensi teknis sedangkan sisanya (0.2 persen)

disebabkan oleh variabel kesalahan acak (risiko) sehingga perlu untuk menduga

pengaruh dari sumber-sumber inefisiensinya. Variabel-variabel yang berpengaruh

terhadap inefisiensi teknis antara lain umur, umur bibit, pendidikan, pengalaman,

pendapatan diluar usahatani, varietas dan status lahan. Hasil output dari analisis

model (Tabel 17) dapat dilihat bahwa terdapat empat variabel yang berkorelasi positif

dan berpengaruh nyata yaitu variabel umur (usia petani), umur bibit, pendidikan, dan

varietas benih. pendapatan di luar usahatani dan umur bibit. Variabel pengalaman

berpengaruh negatif dan nyata sedangkan dua variabel lainnya yaitu status lahan

(dummy) dan varietas (dummy) berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap

inefisiensi teknis.

Page 83: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

67

Tabel 17. Pendugaan Parameter Maximum Likelihood Model Inefisiensi Teknis

Produksi Caisim Tahun 2012

Variabel Parameter Koefisien t-hitung

Inefficiency Model

Intersep δ0 1,635 1,576*

Umur petani δ1 0,004 1,539*

Umur Bibit δ2 0,055 5,415*****

Pendidikan δ3 -0,007 -1,891**

Pengalaman δ4 0,028 0,130

Pendapatan di Luar Usahatani δ5 -0,002 -1,143

Varietas δ6 -0,375 -1,881**

Status Lahan δ7 -0,0001 -0,034

Keterangan : ***** nyata pada ⍺ = 0.5%

**** nyata pada ⍺ = 1%

*** nyata pada ⍺ = 2.5%

** nyata pada ⍺= 5%

* nyata pada ⍺ = 10%

Hasil olahan pendugaan parameter Maximum likelihood Estimation model

inefisiensi teknis variabel-variabel yang mempengaruhi efisiensi teknis dijelaskan

sebagai berikut :

1. Umur Petani

Umur petani berkorelasi positif dan nyata terhadap efek inefisiensi teknis

usahatani caisim. Koefisien 0,004 menunjukkan jika umur petani bertambah satu

tahun maka inefisiensi teknis akan meningkat 0,004 dan akan berpengaruh nyata

terhadap inefisiensi teknis. Petani pada umumnya berada pada usia produktif

dimana dominan berada pada usia 35 - 54 (dominan), hal ini menunjukkan bahwa

pada rentang usia tersebut petani memiliki efisiensi teknis usahatani (inefisiensi

rendah) sehingga semakin dengan bertambahnya umur petani, petani tersebut akan

semakin tua sehingga tenaga (kemampuan untuk kerja) juga mulai menurun yang

mengakibatkan produktivitas kerjanya pun akan menurun. Usahatani caisim di

lokasi penelitian relatif lebih banyak menggunakan tenaga terutama untuk

kegiatan penyiraman mengingat sistem penyiraman dilakukan secara manual

menggunakan alat penyiram (emrat) berbeda dengan daerah yang memiliki

sumber air yang banyak dan saluran irigasi yang baik seperti daerah puncak,

Page 84: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

68

cipanas, maupun cianjur dimana penyiraman dilakukan hanya dengan membuka

saluran air sehingga air masuk ke sela-sela garit.

lua

s la

ha

n

0.06

0.04

0.02

umur

Pro

du

ksi

706050403020

1000

750

500

250

0

Gambar 17. Matrix Plot Hubungan antara Umur terhadap Luas Lahan dan Produksi

Dalam hal ini juga dapat dilihat hubungan antara luas lahan yang

digunakan petani. Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa semakin tinggi umur

petani rata-rata lahan yang digunakan semakin sempit sehingga sehingga

produksipun semakin rendah. Sesuai dengan penemuan pada output MLE

penduga model efisiensi bahwa lahan berpengaruh nyata sehingga membuat

variabel umur petani berkorelasi positif dan nyata terhadap efek inefisiensi. Selain

itu juga diperoleh hasil bahwa semakin tua umur petani, umumnya petani

menggunakan bibit muda (Lampiran 8).

2. Umur Bibit

Terdapat empat jenis umur bibit yang digunakan oleh petani responden

yaitu bibit yang berumur 14, 15,20 dan 21 hari. Dari hasil output Frontier 4.1,

Umur bibit yang ditanam di lokasi penelitian berkorelasi positif dan nyata dengan

koefisien sebesar 0,055. Koefisien tersebut menunjukkan bahwa semakin

bertambahnya waktu (hari) maka akan semakin meningkatkan pula inefisiensi

teknis. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menduga dengan semakin lama

Page 85: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

69

umur bibit yang digunakan maka semakin inefisien secara teknis usahatani caisim

tersebut. Bibit yang disebut bibit muda merupakan bibit yang kurang dari 17 hari,

sedangkan bibit tua ialah bibit yang lebih dari 17 hari. Pada Gambar 18, dapat

dilihat bahwa petani yang menggunakan bibit muda memiliki produktifitas yang

lebih tinggi dibanding dengan dengan petani yang menggunakan bibit tua.

produktivitas

um

ur

bib

it

200001500010000

21

20

19

18

17

16

15

14

Benih

40200

Unsur N

840

Pupuk Kandang

4002000

Obat-obatan

40200

Tenaga Kerja

30150

Matrix Plot of umur bibit vs produktivita, Benih, Unsur N, ...

Gambar 18. Matrix Plot Hubungan Umur Bibit dengan Produktivitas dan Input

Produksi Lainnya

Tingginya penggunaan bibit tua juga berhubungan dengan varietas bibit

yang digunakan. Sekitar 60 persen petani responden menggunakan benih lokal

sedangkan 40 persen menggunakan benih hibrida. Rata-rata umur bibit dari benih

hibrida 16 hari sedangkan rata-rata umur bibit dari benih lokal lebih dari 17 hari.

Hal ini menunjukkan bahwa umur bibit juga ditentukan oleh varietas benih yang

digunakan. Jadi, petani dengan bibit yang berasal dari benih hibrida cendrung

menggunakan bibit yang lebih muda dari petani dengan bibit yang berasal dari

benih lokal. Standar umur bibit yang umumnya digunakan untuk caisim yaitu 2 –

3 minggu12

. Lebih lamanya umur bibit dari benih lokal disebabkan oleh benih

lokal yang digunakan merupakan bibit yang diperbanyak dari usatani sebelumnya

12

http://carabudidaya.com/budidaya-tanaman-sawi/

Page 86: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

70

(bukan keturunan pertama) sehingga sifat-sifat unggul sudah berkurang termasuk

pertumbuhan dan hasil yang akan diperoleh.

3. Pendidikan

Pendidikan (formal) diukur dengan menggunakan skala ordinal yaitu satu

untuk petani yang tidak sekolah, dua untuk petani yang bersekolah hingga SD

(Sekolah Dasar), tiga untuk petani yang bersekolah hingga SMP (Sekolah

Menengah Pertama) dan empat untuk petani yang bersekolah hingga SMA

(Sekolah Menengah Atas). Pendidikan berkorelasi negatif dan berpengaruh nyata

terhadap inefisiensi teknis. Koefisiennya sebesar -0,007 berarti bahwa dengan

bertambahnya pendidikan satu tahun maka tingkat inefisiensi teknis akan

menurun sebesar 0,007. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama menempuh

pendidikan semakin efisien. Hasil ini sama seperti pendugaan hipotesis awal yang

menganggap bahwa semakin tingginya pendidikan maka semakin efisien

usahatani yang dilakukan. Semakin tingginya pendidikan akan membantu petani

dalam pemerolehan informasi dan teknologi budidaya pertanian.

4. Pengalaman

Pengalaman berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap inefiiensi teknis

usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir. Koefisien sebesar 0,028 menunjukkan

bahwa jika pengalaman petani bertambah satu satuan (tahun) maka akan

meningkatkan inefisiensi teknis usahatani caisim sebesar 0,028. Hal ini tidak

sesuai dengan hipotesis awal yang menduga bahwa semakin lama pengalaman

seorang petani dalam mengusahakan caisim maka semakin efisien. Semakin

inefisiennya usahatani yang dilakukannya disebabkan oleh budidaya caisim relatif

cukup mudah sehingga petani dapat cepat mempelajari dan menyesuaikan diri

dengan sistem budidaya caisim dalam waktu yang relatif singkat.

5. Pendapatan di Luar Usahatani

Pendapatan diluar usahatani berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap

inefiiensi teknis. Hipotesis awal menduga bahwa semakin besarnya pendapatan

diluar usahatani maka semakin mengurangi inefisiensi teknis pada usahatani

caisim karena pendapatan tersebut dapat digunakan untuk menambah modal

usahatani. Ternyata output frontier sesuai dengan hipotesis awal yang

Page 87: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

71

menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin mengurangi

inefisiensi. Ketersediaan modal petani membantu petani dalam kegiatan budidaya

dan penyediaan saprotan sehingga kedua poin tersebut dapat sesegara mungkin

dilakukan pada waktunya (efisien waktu).

6. Varietas

Varietas benih diukur dengan dummy varietas hibrida = 1 dan varietas

lokal = 0. Varietas bibit yang digunakan berkorelasi negatif dan nyata pada taraf

kepercayaan 95 persen terhadap produksi caisim. Hal ini menunjukkan bahwa

petani yang menggunakan benih hibrida lebih memiliki inefisiensi yang rendah

dari pada petani yang menggunakan varietas benih lokal. Dengan kata lain bahwa

petani yang menggunakan benih hibrida akan lebih efisien daripada petani yang

menggunakan benih lokal. Hal ini disebabkan oleh bibit lokal yang kebanyakan

digunakan petani diproduksi secara tradisional tanpa mempertimbangkan

karakteristik bibit induk yang baik. Umumnya petani membeli dari petani yang

menjual benih produksi sendiri dan ada pula yang memproduksi sendiri dengan

menanam bibit indukan dipinggiran garit serta ada pula yang sengaja menanam

ditengaah garit secara tumpang sari dengan dengan komoditi lain (bayam atau

kangkung). Benih lokal lebih banyak digunakan karena harganya relatif lebih

murah dibandingkan dengan benih hibrida yang harganya mencapai Rp

12.000/25gr. Benih hibrida lebih baik dibanding dengan benih lokal mengingat

bahwa benih hibrida merupakan benih keturunan pertama dari persilangan yang

dihasilkan dengan mengatur penyerbukan dan kombinasinya sehingga mampu

menghasilkan produksi caisim sesuai dengan karakteristik yang diharapkan

sedangkan benih lokal yang digunakan merupakan benih yang diperbanyak dari

tanaman produksi sebelumnya sehingga benih yang dihasilkan merupakan benih

keturunan kedua, ketiga, dan selanjutnya. Dengan kondisi seperti ini maka

kombinasi sifat genetiknya pun lebih cendrung berbeda dengan keturunan pertama

(benih nibrida).

7. Status Lahan

Status kepemilikan lahan berpengaruh berkorelasi negatif dan tidak nyata.

Hal ini menunjukkan bahwa petani milik lahan sendiri dan sakap memiliki

inefisiensi teknis lebih rendah. Sebaliknya petani yang lahannya dengan status

Page 88: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

72

sewa lebih inefisien. Kondisi ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menduga

petani sewa akan berusaha bertani sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil

maksimum sehingga berpendapatan maksimum, dengan begitu petani tersebut

mampu membayar uang sewa.

6.3 Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat diketahui tingkat efisiensi petani secara teknis

sehingga memberikan beberapa implikasi bagi petani responden dan manajerial

usahatani sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan efisiensi teknis

usahatani caisim. Peningkatan dapat dicapai dengan memperbaiki tingkat efisiensi

cara menggeser production frontier (peningkatan efisiensi teknis) atau perbaikan

efisiensi dengan penggunaan atau penerapan teknologi tertentu (bergerak menuju

frontier). Implikasi kebijakan yang dapat diambil antara lain :

1. Variabel benih dan pupuk kandang berkorelasi positif dan berdampak nyata

dengan elastisitas yang tinggi. Dengan itu upaya peningkatan produksi dapat

dilakukan dengan peningkatan penggunaan input berupa peningkatan benih

(perapatan jarak tanam), dan pupuk. Pupuk yang dapat ditambah yaitu pupuk

kandang, TSP, Phonska ataupun KCL sedangkan variabel lahan meskipun

memiliki elastisitas yang cukup tinggi akan tetapi hal tersebut sulit dilakukan

akibat terbatasnya lahan untuk pertanian.

2. Petani juga dapat meningkatkan efisiensi dengan mengunakan benih hibrida.

Selama ini masih banyak petani yang menggunakan benih lokal karena benih

lokal lebih murah. Namun jika mengunakan benih hibrida, maka dapat

diperoleh kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh benih hibrida seperti

umumr bibit dapat menjadi lebih muda sehingga dapat meningkatkan efisiensi

usahatani caisim. Selain itu petani juga perlu terbuka terhadap informasi

teknik budidaya dan memulai menerapkan teknologi guna meningkatkan

produksi. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan penyuluhan mengingat

sangat jarangnya kegiatan penyuluhan di daerah penelitian.

Page 89: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

73

BAB VII

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

7.1 Penerimaan Usahatani Caisim

Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah

produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penerimaan

usahatani dibagi menjadi dua yaitu penerimaan tunai dan penerimaan non tunai.

Penerimaan tunai ialah penerimaan petani atas penjualaan komoditas dari

usahataninya (rata-rata produksi caisim petani responden) dikalikan dengan harga

jual (rata-rata) sehingga diperoleh nilai atas penjualan produk tersebut. Selain itu,

dikenal juga penerimaan non tunai yang merupakan nilai dari jumlah komoditas

(caisim) yang tidak dijual (dikonsumsi atau diberikan) dikalikan denga harga

(rata-rata). Dengan mengakumulasi dari jumlah penerimaan tunai dan penerimaan

non tunai maka kemudian diperoleh total penerimaan usahatani. Rincian

penerimaan dari usahatani caisim dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Penerimaan Rata-rata Usahatani Caisim Satu Muism Tanam per Hektar

Di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012

Penerimaan Jumlah (Kg) Harga (Rp/Kg) Nilai (Rp)

Caisim 12.809,14 2.262,.86 30.616.457,14

Penerimaan Tunai 30.616.457,14

Konsumsi 401,73 2.262,86 909.052,34

Penerimaan non

tunai 909.052,34

Total penerimaan 31.525.509,48

Penerimaan usahatani caisim yang diperlihatkan pada Tabel 18 merupakan

penerimaan rata-rata dari 35 petani responden per hektar dalam satu misim

tanam. Jika dilihat dari harga jualnya, caisim (di Desa Ciaruteun) merupakan

komoditas pertanian yang harganya fluktuatif mulai dari Rp 1.800 samapai Rp

2.500. Dengan begitu, dari harga penjualan 35 petani responden diperoleh harga

rata-rata sebesar Rp. 2.262,86. Dari total produksi dan konsumsi petani responden

juga diketahui masing-masing sebesar sebesar 12.809,14 Kg dan 401,73 Kg

sehingga dapat dihitung penerimaan tunai (produksi caisim) dan konsumsi

Page 90: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

74

(penerimaan non tuinai) masing-masing sebesar Rp 30.616.457,14 dan Rp

909.052,34. Total dari penerimaan tersebut sebesar Rp 31.525.509,48.

7.2 Biaya Usahatani Caisim

Sama halnya dengan penerimaan, biaya usahatani juga dibagi menjadi dua

yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya riil yang

dikeluarkan petani sedangkan biaya diperhitungkan merupakan biaya yang

sifatnya tidak riil namun sebenarnya berupa biaya atau opportunity cost. Biaya

Tunai yang dikeluarkan petani terdiri dari biaya untuk benih, pupuk pestisida,

kapur, tenaga kerja luar keluarga, sewa lahan dan pajak lahan (Tabel 19).

Tabel 19. Biaya Rata-rata Usahatani Caisim Satu Musim Tanam per Hektar

Petani Responden di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012

Keterangan Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) % atas

biaya

Biaya Tunai

Benih Lokal (gr) 425,28 200,00 85.055,38 0.33

Benih Hibrida (gr) 257,19 480,00 123.451,17 0.47

Pupuk Kandang (Kg) 6.866,39 322,86 2.216.862,13 8.51

Pupuk Urea (Kg) 257,26 2.465,71 634.331,59 2.44

Pupuk TSP (Kg) 46,68 2.920,00 136.312,06 0.52

Pupuk Phoska (Kg) 33,56 2.971,43 99.735,82 0.38

Pestisida cair (ml) 499,05 426,67 212.926,41 0.82

Kapur (Kg) 0,77 5.000,00 3.857,14 0.01

TKLK (HOK) 165,99 35.000,00 5.809.685,72 22.31

Sewa lahan 1,00 1.358.739,45 1.358.739,45 5.22

pajak lahan

14.909,09 14.909,09 0.06

Total Biaya Tunai

10.695.865,95 41.08

Biaya Diperhitungkan

TKDK (HOK) 399,70 35.000,00 13.989.509,68 53.73 Opportunity Cost sewa

lahan 1,00 815.243,67 815.243,67 3.13

penyusutan alat13

538.545,45 2.07

Total Biaya

Diperhitungkan

15.343.298,80 58.92

Jumlah Total Biaya

26.032.408,10 100.00

13

Rincian perhitungan penyusutan alat dapat dilihat pada Lampiran 9

Page 91: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

75

Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat dalam biaya tunai, benih lokal sebesar

0.33 persen dari jumlah biaya total. Biaya untuk benih lokal di keluarkan oleh

petani yang menggunakan benih lokal dengan harga Rp 200/gram. Harga benih

lokal lebih murah dibandingkan dengan benih hibrida. Benih hibrida dibeli

seharga Rp 480/gram sehingga dengan penggunaan sebanyak 257,19 gram maka

nilainya sebesar Rp 123.451,17 atau 0,47 persen dari total biaya. Pupuk juga

merupakan variabel yang termasuk dalam variabel biaya tunai. Pupuk kandang

yang digunakan sebanyak 6.866,39 Kg dengan harga rata-rata sebesar Rp 322,86

per Kg sehingga nilai atas pupuk kandang Rp 2.216.862,13 atau sebesar 8,51

persen dari total biaya usahatani caisim.

Selain itu, pupuk lain yang digunakan antara lain Urea, TSP, dan Phoska.

Ketiga pupuk tersebut memiliki harga rata-rata dari petani responden masing-

masing sebesar Rp 2.465,71, Rp 2.920,00 dan Rp 2.971,43. Biaya atas pupuk

tidak besar, hal ini dapat dilihat dari persentase pupuk tersebut atas total biaya

hanya masing-masing sebesar 2,44 persen, 0,52 persen, 0,38 persen. Dari ketiga

pupuk, pupuk urea yang memiliki persentase yang paling tinggi.

Rata-rata pestisida cair yang digunakan petani responden ialah 499,05 ml

per hektar per satu kali musim tanam dengan harga Rp 268,29/ml. Persentase atas

biaya tunai ialah sebesar 0,82 menunjukkan bahwa biaya atas obat-obatan tidak

besar. Kemudian terdapat beberapa petani yang menggunakan kapur, jumlah rata-

ratanya sebesar 0,77 Kg/Ha dengan harga per kilogram sebesar Rp 5.000.

Persentase biaya untuk kapur atas biaya total ialah sebesar 0,01 persen. Jumlah

tersebut merupakan persentase terkecil mengingat bahwa kapur (kaptan)

merupakan input yang tidak digunakan oleh semua petani, penggunaannya pun

tidak rutin setiap periodenya.

Tenaga kerja luar keluarga (buruh tani) diupah sebesar Rp 35.000/HOK

sehingga dengan rata-rata penggunaan jasa tenaga kerja luar keluarga yang

sebesar 165,99 HOK maka nilai biayanya sebesar Rp 5.809.685,72 atau 22,31

persen dari total biaya. Biaya atas tenaga kerja luar keluarga merupakan variabel

biaya terbesar dalam biaya tunai.

Variabel lain yang terdapat dalam biaya tunai yaitu biaya sewa lahan

sebesar Rp 1.358.739,45 atau sebesar 5,22 persen dari biaya total. Biaya rata-rata

Page 92: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

76

sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani respon yang menyewa

lahan. Selain itu terdapat pajak lahan merupakan pajak yang dikeluarkan oleh

petani dengan status lahan milik. Biaya pajak sebesar Rp 14.909,09 atau sebesar

0,06 persen dari total biaya setiap musim tanam caisim. Biaya atas pajak

dikonversi dari target pajak (PBB) Desa Ciaruteun Ilir.

Dari sisi biaya diperhitungkan terdapat tiga variabel biaya yaitu tenaga

kerja dalam keluarga, opportunity cost lahan milik serta penyusutan alat.

Persentase atas biaya total dari ketiga varibael tersebut berturut-turut adalah 53.73

persen, 3.13 persen dan 2,07 persen dengan nilai total sebesar Rp 15.343.298,80.

Dari keseluruhan biaya usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir nilai biaya

terbesar usahatani caisim di desa Ciaruteun ilir terdapat dalam biaya

diperhitungkan. Total biaya diperhitungkan sebesar 58,92 persen dari jumlah total

biaya. Besarnya biaya diperhitungkan disebabkan oleh tingginya penggunaan

tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih

banyak karena mengingat bahwa lahan yang digunakan untuk menanam caisim

relatif kecil sehinga tidak banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga selain

itu karena mata pencaharian sebagian besar penduduk yang bekerja sebagai petani

(88 persen) maka banyak dari petani yang mengolah sendiri lahannya.

7.3 Pendapatan Usahatani Caisim

Pendapatan usahatani merupakan nilai selisih dari penerimaan dan biaya

usahatani caisim. Pendapatan usahatani caisim dapat dilihat dari dari dua sisi

biaya yang dikeluarkan petani yaitu pendapataan atas biaya tunai dan pendapatan

atas biaya total. Pada Tabel 20 dapat dilihat rincian pendapatan dan rasio

penerimaan terhadapbiaya usahatani caisim. Dari data tersebut terlihat bahwa

Penerimaan tunai dan non tunai dari petani-petani responden sebesar masing-

masing Rp 31.525.509,48 dan Rp 909.052,34 sehingga diperoleh total penerimaan

Rp 32.434.561,82. Jumlah penerimaan petani responden saat ini cukup tinggi

yang disebabkan oleh harga jual yang cukup tinggi pula. Harga jual caisim petani

pada saat penelitian sebesar Rp 1.800 hinga Rp 2.500. Jika saat anjlok harga

hanya mencapai Rp 800/Kg sedangkan saat tinggi harga dapat mencapai Rp

4.000/Kg. Umumnya setelah dipanen sendiri, caisim langsung dijual kepada

tengkulak (pedagang pengumpul kebun) kemudian pedagang pengumpul kebun

Page 93: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

77

menjual lagi ke agen untuk di bawa dan di jual ke pasar Jakarta, Bogor, dan

Cibinong. Dari 35 responden terdapat 2 petani yang menjual langsung ke pasar.

Hasil analisis biaya usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya

diperhitungkan (non tunai). Nilainya masing-masing sebesar Rp 10.695.865,95

dan Rp 15.343.298,80. Biaya non tunai lebih besar dibandingkan dengan biaya

tunai. Karena biaya ini bersifat abstrak maka petani tidak menyadri bahwa biaya

yang sebenarnya lebih banyak dari biaya non tunai. Dalam biaya non tunai

variabel biaya terbesar berasal dari biaya tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga

kerja dalam keluarga berupa suami, istri, saudara dan anak petani. Umumnya

mayoritas penduduk Desa Ciaruteun bermata pencaharian sebagai petani sehingga

banyak yang mengolah lahannya sendiri (mengoptimalkan tenaga kerja dalam

keluarga). Jadi, jika dihuitung pendapatannya maka pendapatan atas biaya total

akan kecil sebagai akibat dari besarnya biaya yang diperhitungkan tadi.

Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan biaya total masung-masing sebesar

Rp 21.738.695,87 dan Rp 6.395.397,07.

Nilai R/C rasio dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu R/C rasio atas

biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Nilai kedua R/C rasio atas biaya tunai

dan R/C rasio atas biaya total menunjukkan masing-masing nilai sebesar 3,03 dan

1,25. Nilai R/C rasio atas biaya tunai jauh lebih besar dibanding R/C rasio atas

biaya total dikarenakan oleh besarnya biaya non tunai sebagaimana telah

dijelaskan diatas. Petani pada umumnya menyadari R/C rasio yang diterimanya

adalah R/C rasio atas biaya tunai (biaya riil) padahal sebenarnya terdapat

korbanan lain yang seharusnya diperhitungkan dan dikenal dengan R/C atas biaya

total yang merupakan R/C rasio atas biaya jumlah biaya tunai dan non tunai. Nilai

3,03 pada R/C rasio atas biaya tunai menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 biaya

yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,03 sedangkan

nilai 1,25 pada R/C rasio atas biaya total menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00

biaya yang dikeluarkan petani akan mendatangkan penerimaan sejumlah Rp 1,25.

Kedua hasil R/C rasio tersebut memperoleh hasil lebih besar dari satu sehingga

dapat disimpulkan bahwa usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir layak dan

menguntungkan.

Page 94: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

78

Tabel 20. Pendapatan dan Rasio Penerimaan Terhadap Biaya Usahatani Caisim

Satu Musim Tanam per Hektar di Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012

Komponen Nilai

A. Penerimaan Tunai (Rp) 31.525.509,48

B. Penerimaan Diperhitungkan (Rp) 909.052,34

C. Total Penerimaan (Rp) 32.434.561,82

D. Biaya Tunai (Rp) 10.695.865,95

E. Biaya Diperhitungkan (Rp) 15.343.298,80

F. Total Biaya (Rp) 26.039.164,75

G. Pendapatan Atas Biaya Tunai (C - D) (Rp) 21.738.695,87

H. Pendapatan Atas Biaya Total (C - F) (Rp) 6.395.397,07

I. R/C Atas Biaya Tunai 3,03

J. R/C Atas Biaya Total 1,25

K. Harga Rata-rata (Rp/Kg) 2.262,86

L. Biaya Tunai Rata-rata (Rp/Kg) 809,62

M. Biaya Total Rata-rata (Rp/Kg) 1971,04

N. Margin atas Biaya tunai (Rp/Kg) 1.453,23

O. Margin atas Biaya Total (Rp/Kg) 291,82

Di sisi lain juga jika dilihat dalam satuan yang lebih kecil (per Kg) dapat

dilihat pula biaya tunai dan biaya total rata-rata (Rp/Kg). Biaya tunai dan biaya

total rata-rata masing-masing sebesar Rp 809,62/Kg dan Rp 1.971,04/Kg. Biaya

total pasti akan jauh lebih besar akibat dari besarnya biaya diperhitungkan.

Dengan mengetahui kedua variabel biaya rata-rata tersebut maka dapat diketahui

pula marginnya masing-masing yaitu sebesar Rp 1.453,23/Kg atas biaya tunai dan

Rp 291,82/Kg atas biaya total. Margin atas biaya total lebih kecil karena tingginya

biaya total rata-rata. Dari hasil ini juga dapat juga dihubungkan ke perhitungan

R/C ratio, dimana R/C ratio biaya tunai akan jauh lebih besar disbanding R/C ratio

biaya total.

Page 95: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

79

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya maka

terdapat kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil tersebut.

Kesimpulan dari penelitian ini antara lain :

1. Produksi caisim dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor produksi. Faktor

tersebut terdiri dari lahan, benih, unsur N, unsur P, unsur K, pupuk kandang

obat-obatan, tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan, benih,

pupuk kandang, obat-obatan dan tenaga kerja berkorelasi positif dan nyata.

Sedangkan unsur N berkorelasi negatif dan nyata.

2. Nilai rata-rata efisiensi teknis dari petani responden sebesar 0,70 atau 70

persen dari produksi maksimum. Nilai tersebut menguatkan bahwa usahatani

di Desa Ciaruteun Ilir telah cukup efisien dan masih berpeluang untuk

ditingkatkan sebesar 30 persen. Dari 35 persen responden, masih terdapat 17

petani (48,57 persen) yang memiliki tingkat efisiensi dibawah 0,7 (belum

efisien secara teknis) dan sisanya 51,43 persen sudah efisien tetapi masih

dapat terus ditingkatkan. Tingak efisiensi minimum 0,27 dan tingkatefisiensi

maksimum 0,98.

3. Variabel dalam menduga efek inefisiensi teknis terdiri dari usia petani, umur

bibit, pendidikan formal, pengalaman usahatani caisim, pendapatan di luar

usahatani, varietas benih dan status lahan. Dari seluruh variabel tersebut

variabel usia dan umur bibit berkorelasi positif dan nyata terhadap efek

inefisiensi sedangkan pendidikan dan varietas benih berkorelasi negatif dan

nyata terhadap efek inefisiensi. Adapun variabel pengalaman berpengaruh

positif dan variabel pendapaatan di luar usahatani serta status lahan

berkorelasi negatif tidak nyata terhadap inefisiensi usahatani caisim di Desa

Ciaruteun Ilir. Umur bibit dan Varietas benih memiliki koefisien yang paling

besar.

4. Hasil analisis pendapatan usahatani menunjukkan bahwa dengan tingkat

efisiensi teknis sebesar 70 persen dapat memberikan keuntungan bagi petani

dengan melihat nilai R/C rasio atas biaya tunai maupun R/C rasio atas biaya

Page 96: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

80

total lebih besar dari satu sehingga menyimpulkan bahwa usahataani caisim

tersebut menguntung bagi petani dan layak untuk diusahakan. Hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa biaya diperhitungkan lebih besar disbanding biaya

tunai sehingga menyebabkan R/C ratio atas biaya tunai jauh lebih tinggi

dibanding R/C ratio atas biaya total.

8.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut pula dapat disarankan beberapaa hal

yaitu :

1. Petani dapat menurunkan inefisiensi dengan mengunakan benih hibrida.

Petani juga sebaiknya lebih terbuka terhadap informasi dan teknologi

pertanian terbaru dan tidak hanya berpendirian pada kebiasaan berusahatani

sebelumnya. Peran pemerintah juga diperlukan melalui penyuluhan mengenai

informasi dan teknologi budidaya pertanian tersebut mengingat bahwa sangat

jarangnya penyuluhan pertanian ke Desa Ciaruteun Ilir.

2. Pemerintah dapat lebih meningkatkan perhatian untuk pertanian masa depan

misalnya dengan penyiapan petani yang mengikuti pendidikan formal

mengingat telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pendidikan

berkorelasi positif terhadap produksi maupun efisiensi usahatani. Selain itu,

peran petani untuk menyekolahkan keturunannya pun diperlukan mengingat

bahwa 91,42 persen petani responden beralasan menjadi petani karena

meneruskan usaha orang tua (bertani) sehingga pendidikan formal bisa

dimulai dari keluarga petani di masa sekarang.

3. Topik mengenai efisiensi usahatani sangat menarik untuk dikaji lebih

mendalam. Untuk itu, penelitian usahatani caisim di Desa Ciaruteun Ilir

mengeai efisiensi lebih lanjut perlu untuk dilakukan yaitu efisiensi alokatif

(harga) dan efisiensi ekonomis serta pengaruh faktor eksternal (cuaca, hama,

dan lain-lain) yang belum dikaji dalam skripsi ini.

Page 97: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

81

DAFTAR PUSTAKA

Adhiana. 2005. Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Lidah Buaya (Aloe Vera) di

Kabupaten Bogor: Pendekatan Stochastic Production Frontier. [Tesis].

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Bada Pusat Statistik. 2011. Kecamatan Cibungbulang dalam Angka. Bogor

: BPS Kabupaten Bogor.

Beattie, dan Taylor. 1985. The Economic of Production. Jhon Wiley& Sons, Inc.

Terjemahan. Gadjah Mada University Press. 1994.

Coelli, T, Rao P, dan Battese G. 1998. An Intoduction to Efficiency and

Production Analysis. Kluwer Academic Publishers. United States Of

America.

Coelli, T, Rao P, O’Donnel, C J dan Battese G. 2005. An Intoduction to

Efficiency and Production Analysis. Second Edition. Springer. United

States Of America.

Darwanto. 2010. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Di Jawa Tengah (Penerapan

Analisis Frontier). Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 1,

Maret 2010, 46-57

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Statistik Produksi Hortikultura 2009.

Jakarta: Departemen Pertanian.

Dewi, D.A.L. 2008. Pengaruh Zeolit Dan Biosoil Pada Sifat Kimia Tanah Dan

Produksi Tanaman Caisim Bangkok (Tosakan).[skripsi]. Bogor. Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Doll, J.P dan F. Orazem. 1984. Production Economics Theory With Applicatons

2nd Edition. John Wiley&Sons, Inc. Canada

Gujarati D. 1997. Ekonometrika Dasar. Zain Sumarno, Penerjemah; Hutauruk

Gunawan, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Basic Economics

Gopur, U.M. 2009. Analisis Efisiensi Produksi Caisin (Studi KasusKecamatan

Nagrak, Kabupaten Sukabumi). [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Haryanto, E, T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2001. Sawi dan Selada. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hidayat, T.R. 2009. Analisis Nilai Tambaha Pisang Awak (Musa paradisiacal,L)

dan Distribusinya pada Perusahaan Na Raseui dan Berkah di Kabupaten

Page 98: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

82

Bireun, Pemerintah Aceh. [Skripsi]. Program Studi Manajemen Agribisnis

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Hutauruk, T.L.P. 2008. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Benih Bersubsidi Di

Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat: Pendekatan

Stochastic Production Frontier. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Khaerizal, H. 2008. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi Usahatani

Komoditi Jagung Hibrida dan Bersari Bebas (Lokal) (Kasus: Desa

Saguling, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa arat).

[Skripsi]. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan

Manajemen.Institut Pertanian Bogor.

Khotimah, H. 2010. Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar

di Kecamatan Cilimus, Kabbupaten Kuningan, Jawa Barat: Pendekatan

Stochastic Production Frontier. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Kurniawan, A.Y. 2008. Analisis Efisiensi dan Daya Saing Usahatani Jagung Pada

Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. [Tesis].

Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Mahassy, T.P. 2011. Analisis Saluran Pemasaran Sayuran Organik pada Koperasi

Serikat Petani Indonesia Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi].

Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut

Pertanian Bogor.

Maryono. 2008. Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi

Program Benih Bersertifikat : Pendekatan Stochastic Production Frontier

(Studi Kasus di Desa Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari, Kabupaten

Karawang). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mosher, A.T. 1969. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta

Noor, H.F. 2007. Ekonomi Manajerial: Teori Ekonomi Mikro Lanjutan. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Notarianto, D. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi pada

Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik. [Skripsi]. Program Sarjana

Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

Pradani, A dan H.E Mulyani. 2009. Pemanfaatan Fraksi Isolat Pati Ketela Pohon

Sebagai Media Fermentasi Pengganti Air Tajin pada Pembuatan Sayur

Asin. [Laporan Penelitian]. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Kimia.

Universitas Diponegoro.

Rukmana, R. 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta: Kanisius.

Page 99: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

83

Sebayang, G.I. 2010. Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Sawi Caisim

Organik di Kota Surakarta. [Skripsi]. Surakarta. Fakultas Pertanian.

Universitas Sebelas Maret.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi.

Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Soekartawi, dkk.1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan

Petani Kecil.UI-Press, Jakarta.

Sugiyanto, C. 2010. Teori Ekonomi Lanjutan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sulistyaningsih E, B. Kurniasih, E. Kurniasih. 2005. Pertumbuhan dan Hasil

Caisin pada Berbagai Warna Sungkup Plastik. Ilmu Pertanian Vol. 12

No.1, 2005 : 65 - 76.

Sumaryanto. 2001. Estimasi Tingkat Efisiensi Usahatani Padi dengan Fungsi

Produksi Frontier Stochastic. Jurnal Agroekonomi Vol 19 (Feb) : 65-84.

Wibisono, H. 2010. Efisiensi Usahatani Kubis (Studi Empiris di Desa Banyuroto

Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang). [Tesis].Fakultas Ekonomi.

Universitas Diponegoro.

Yunus, R. 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras

Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi

Tengah. [Tesis]. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro.

Page 100: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

84

LAMPIRAN

Page 101: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

85

Lampiran 1. Jenis Sayuran yang Dilaporkan Berdasarkan Bentuk Hasil,

Kontribisi Produksi, dan Kisaran Produktivitasnya Tahun 2009

No Komoditi Bentuk Hasil Produksi

(Ton)

Persentase

(%)

Produktivitas rata-rata

maksimum (Ton/Ha)

Minimum Maksimum

1 Kubis Daun krop 1.358.113 12,78 1,00 31,39

2 Kentang Umbi basah 1.176.304 11,07 3,12 20,89

3 Bawang

Merah

Umbi kering

panen dengan

daun

965.164 9,08 2,29 12,14

4 Tomat Buah Segar 853.061 8,03 1,62 32,58

5 Cabe

Besar Buah segar 787.433 7,41 1,38 12,99

6 Cabe

Rawit Buah segar 591.294 5,56 1,00 14,96

7 Ketimun Buah segar 583.139 5,49 1,33 18,20

8 Sawi Sayuran Segar 562.838 5,30 1,32 14,92

9 Bawang

Daun Daun segar 549.365 5,17 1,21 13,84

10 Kacang

Panjang

Polong basah

dengan kulitnya 483.793 4,55 1,40 10,42

11 Terung Buah segar 451.564 4,25 2,97 16,46

12 Kangkung Sayuran segar 360.992 3,40 1,98 20,15

13 Wortel Umbi dengan

ganggang 358.014 3,37 2,44 21,20

14 Labu

Siam Buah segar 321.023 3,02 3,71 67,63

15 Buncis polong basah

dengan kulitnya 290.993 2,74 2,48 13,76

16 Melinjo Polong basah

dengan kulitnya 221.097 2,08 - -

17 Petai Polong basah

dengan kulitnya 183.679 1,73 - -

18 Bayam Sayuran Segar 173.750 1,63 1,15 9,26

19 Kacang

Merah Polong basah 110.051 1,04 1,00 7,42

20 Kembang

Kol Sayuran Segar 96.038 0,90 2,52 17,17

21 Jengkol Polong basah 62.475 0,59

22 Jamur14

Sayuran Segar 38.465 0,36 25 199

23 Lobak Umbi dengan

daun 29.759 0,28 1,50 22,02

24 Bawang

Putih

Umbi kering

panen dengan

daun

15.419 0,15 1,25 10,21

25 Paprika Buah Segar 4.462 0,04 5,02 43,95

Total 10.628.285

14

Satuan :Kg/M2

Page 102: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

86

Lampiran 2. Tinjauan Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Peneliti Komoditi Variabel Independen

pada Model

Varaibel Inefisiensi

Teknis

Khotimah (2010) Ubi Jalar Lahan, Bibit, Tenaga

kerja, Pupuk N,

Pupuk K, Pupuk P

Umur petani,

Pengalaman Usahatani,

Pendidikan, Pekerjaan di

luar usahatani,

Pendapatan luar

usahatani, Dummy status

kepemilikan lahan,

Dummy penyuluhan

Darwanto (2010) Padi Luas lahan, Benih,

Pupuk, Pestisida,

Tenaga kerja

-

Kurniawan (2008) Jagung Luas lahan, Benih,

Pupuk organic,

Pupuk P, Pestisida,

Tenaga kerja,

Pengolahan tanah

Umur, Pendidikan,

Pengalaman,

Keanggotaan kelompok

tani

Hutauruk (2008) Padi Lahan, Benih, Pupuk

KCL, Pupuk NPK,

Tenaga KLK, Tenaga

KDK

Pengalaman, Pendapatan

di luar usahatani,

Pendididikan, Jarak

tanam, Status

Kepemilikanlahan, Umur

bibit

Maryono (2008) Padi Luas lahan, Jumlah

benih, Pupuk urea,

Pupuk TSP, Obat

cair, Tenaga kerja.

Pengalaman, Pendidikan,

Umur bibit, Rasio urea-

TSP, Dummy bahan

organic, Dummy legowo

Page 103: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

87

Lampiran 3. Tinjauan Empiris Analisis Pendapatan Usahatani

No Peneliti Komoditas

R/C Ratio

atas Biaya

Tunai

R/C Ratio

atas Biaya

Total

Keterangan

1 Maryono

(2008)

Padi 4,97/5,74 1,64/1,62 menguntungkan

2 Hutauruk

(2008)

Padi 3,02/2,27 1,26/1,05 menguntungkan

3 Gopur

(2009)

Caisim 2,15 1,61 menguntungkan

4 Khotimah

(2010)

Ubi Jalar 1.67 1,24 menguntungkan

Page 104: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

Lampiran 4. Input Model Faktor Produksi Caisim Tahun 2012

No Produksi Luas Lahan Benih Unsur N Unsur P Unsur K Pupuk Kandang Obat-obatan Tenaga Kerja

1 210.00 0.02 8.33 2.76 0.00001 0.00001 100.00 10.00 8.25

2 490.00 0.04 25.00 2.30 0.00001 0.00001 280.00 20.00 24.00

3 120.00 0.015 6.25 1.84 1.08000 0.00001 160.00 10.00 6.43

4 600.00 0.045 40.00 7.20 3.54000 0.30000 300.00 15.00 21.25

5 220.00 0.018 15.00 2.76 0.00001 0.00001 180.00 10.00 10.25

6 400.00 0.025 20.00 4.60 0.00001 0.00001 200.00 10.00 13.50

7 350.00 0.02 18.75 5.52 0.00001 0.00001 160.00 15.00 11.75

8 940.00 0.05 25.00 6.90 0.00001 0.00001 240.00 40.00 20.50

9 710.00 0.04 31.25 4.75 0.69000 0.15000 300.00 20.00 22.60

10 90.00 0.008 6.75 1.38 0.00001 0.00001 100.00 5.00 4.06

11 380.00 0.025 18.75 4.60 0.00001 0.00001 140.00 20.00 13.65

12 220.00 0.012 6.25 2.30 1.08000 0.00001 140.00 5.00 11.80

13 350.00 0.0253 25.00 2.30 2.70000 0.00001 100.00 15.00 17.65

14 210.00 0.02 10.00 1.99 1.77000 0.15000 180.00 10.00 17.50

15 110.00 0.0175 12.50 2.29 0.45000 0.45000 100.00 5.00 7.75

16 240.00 0.025 12.50 2.75 0.45000 0.45000 80.00 10.00 8.00

17 750.00 0.045 25.00 1.84 1.08000 0.00001 280.00 20.00 18.50

18 580.00 0.05 43.75 2.29 0.45000 0.45000 200.00 20.00 27.30

19 990.00 0.052 50.00 2.30 2.70000 0.00001 220.00 20.00 20.00

Page 105: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

89

20 550.00 0.04 37.50 3.68 0.00001 0.00001 160.00 20.00 17.00

21 580.00 0.03 25.00 2.75 2.07000 0.45000 220.00 20.00 19.50

22 200.00 0.0216 12.50 1.84 0.54000 0.00001 100.00 5.00 13.20

23 310.00 0.028 25.00 1.07 0.69000 0.15000 280.00 5.00 9.75

24 200.00 0.022 12.50 2.45 1.23000 0.15000 200.00 5.00 9.00

25 500.00 0.048 37.50 4.90 0.30000 0.30000 160.00 20.00 19.50

26 225.00 0.0297 25.00 2.14 0.30000 0.30000 100.00 10.00 16.50

27 145.00 0.014 10.00 1.07 0.69000 0.15000 100.00 10.00 9.00

28 700.00 0.057 37.50 2.30 0.00001 0.00001 500.00 40.00 30.00

29 490.00 0.052 25.00 5.82 1.38000 0.30000 360.00 30.00 32.50

30 390.00 0.0232 15.00 5.67 0.69000 0.15000 200.00 20.00 11.83

31 80.00 0.01 5.00 2.14 0.30000 0.30000 60.00 5.00 5.75

32 300.00 0.02 6.75 2.76 0.00001 0.00001 140.00 10.00 9.00

33 550.00 0.034 25.00 2.45 0.69000 0.15000 220.00 20.00 16.60

34 200.00 0.018 10.00 2.45 0.69000 0.15000 60.00 5.00 6.13

35 150.00 0.015 6.25 0.92 1.08000 0.00001 80.00 5.00 9.35

Page 106: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

90

Lampiran 5. Input Inefisiensi Teknis Produksi Caisim Tahun 2012

No Umur Umur Bibit

Pendidikan* Pengalaman

Pendapatan di Luar

Usahatani Status Lahan

(Dummy**)

Varietas

(Dummy***) Tahun Hari Tahun Rp

1 48 15 2 2 0 0 0

2 47 15 4 15 0 1 1

3 65 15 2 4 0 1 0

4 40 15 4 30 83333.33 1 1

5 47 15 4 20 0 1 1

6 42 14 2 5 560000 0 1

7 25 15 2 3 250000 0 1

8 47 15 4 20 0 1 1

9 51 20 1 4 0 1 0

10 39 20 2 1 525000 1 0

11 54 20 2 30 0 0 0

12 41 20 4 23 300000 0 0

13 35 21 2 6 600000 1 0

14 34 20 2 5 0 0 1

15 43 21 2 17 0 1 0

16 43 15 3 3 0 0 1

17 38 14 4 30 0 0 0

18 34 20 3 4 0 1 0

Page 107: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

91

19 52 15 1 30 150000 0 0

20 45 15 4 30 300000 0 1

21 58 14 1 13 0 0 0

22 44 15 3 15 1000000 0 1

23 44 15 4 15 0 0 1

24 37 20 2 11 250000 0 1

25 47 15 3 15 0 1 0

26 43 15 4 8 0 0 0

27 32 20 2 5 0 1 0

28 50 15 4 20 0 0 0

29 47 15 4 30 0 0 0

30 39 20 2 3 200000 0 1

31 52 20 2 27 150000 0 0

32 42 15 3 7 0 1 1

33 55 15 1 22 750000 1 0

34 35 15 4 2 0 0 0

35 46 20 3 19 0 0 0

*) 1 = Tidak sekolah, 2= SD, 3 = SMP, 4 = SMA

**) 0 =Lahan Milik Sendiri, 1 = Lahan Sewa/Sakap

***) 0 = Varietas Lokal, 1 = Varietas Hibrida

Page 108: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

92

Lampiran 6. Output Minitab Model Produksi Caisim Desa Ciarutreun Ilir Tahun

2012

Regression Analysis: ln Y versus ln L, ln B, ... The regression equation is

ln Y = 5.58 + 0.561 ln L + 0.240 ln B + 0.170 ln N + 0.0156 ln P - 0.0278

ln K

+ 0.160 ln PK + 0.202 ln O - 0.023 ln TK

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 5.584 1.601 3.49 0.002

ln L 0.5613 0.2492 2.25 0.033 9.4

ln B 0.2397 0.1514 1.58 0.125 5.7

ln N 0.1699 0.1039 1.64 0.114 1.7

ln P 0.01556 0.01142 1.36 0.185 2.2

ln K -0.02784 0.01112 -2.50 0.019 1.9

ln PK 0.1597 0.1247 1.28 0.211 2.4

ln O 0.2017 0.1332 1.51 0.142 4.3

ln TK -0.0228 0.1968 -0.12 0.909 5.9

S = 0.239917 R-Sq = 90.1% R-Sq(adj) = 87.1%

PRESS = 3.04955 R-Sq(pred) = 79.85%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 8 13.6372 1.7047 29.62 0.000

Residual Error 26 1.4966 0.0576

Total 34 15.1338

Source DF Seq SS

ln L 1 12.4974

ln B 1 0.0921

ln N 1 0.2290

ln P 1 0.0707

ln K 1 0.4554

ln PK 1 0.1517

ln O 1 0.1402

ln TK 1 0.0008

Unusual Observations

Obs ln L ln Y Fit SE Fit Residual St Resid

3 -4.20 4.7900 5.3236 0.1543 -0.5336 -2.90R

R denotes an observation with a large standardized residual.

Page 109: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

93

Residual

Pe

rce

nt

0.500.250.00-0.25-0.50

99

90

50

10

1

Fitted Value

Re

sid

ua

l

6.56.05.55.04.5

0.50

0.25

0.00

-0.25

-0.50

Residual

Fre

qu

en

cy

0.40.20.0-0.2-0.4

8

6

4

2

0

Observation Order

Re

sid

ua

l

35302520151051

0.50

0.25

0.00

-0.25

-0.50

Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values

Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data

Residual Plots for ln Y

Page 110: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

94

Lampiran 7. Output Frontier Model Produksi Caisim Desa Ciaruteun Ilir Tahun

2012

Output from the program FRONTIER (Version 4.1c) instruction file = terminal data file = caisimarya.dta

the final mle estimates are :

Variabel coefficient standard-error t-ratio

beta 0 0.12661651E+01 0.75959689E+00 0.16668908E+01

beta 1 0.68870911E-02 0.26493113E-02 0.25995779E+01

beta 2 0.65515172E+00 0.19719152E+00 0.33224133E+01

beta 3 -0.63478800E-02 0.14936174E-02 -0.42500039E+01

beta 4 0.12706486E+00 0.24437182E+00 0.51996528E+00

beta 5 0.40574363E-03 0.45070766E-02 0.90023684E-01

beta 6 0.27818093E+00 0.97329068E-01 0.28581485E+01

beta 7 0.30212893E-02 0.10184542E-02 0.29665442E+01

beta 8 0.21519256E-01 0.12640323E-01 0.17024293E+01

delta 0 0.16358739E+01 0.10375710E+01 0.15766381E+01

delta 1 0.46167066E-02 0.29986351E-02 0.15396027E+01

delta 2 0.55270833E-01 0.10205842E-01 0.54156071E+01

delta 3 -0.77026555E-02 0.40716256E-02 -0.18917887E+01

delta 4 0.28271779E-01 0.21714806E+00 0.13019586E+00

delta 5 -0.25280744E-02 0.22107762E-02 -0.11435235E+01

delta 6 -0.37582157E+00 0.19977091E+00 -0.18812628E+01

delta 7 -0.10302984E-03 0.29768692E-02 -0.34610134E-01

sigma-squared 0.40170936E-01 0.11797957E-01 0.34049060E+01

gamma 0.99881339E+00 0.95068704E-02 0.10506227E+03

log likelihood function 0.14704250E+02

LR test of the one-sided error 0.30838073E+02

with number of restrictions 9

[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]

number of iterations 34

Page 111: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

95

Eff index

firm year eff.-est.

1 1 0.66046421E+00

2 1 0.94761983E+00

3 1 0.38860775E+00

4 1 0.55399653E+00

5 1 0.73022369E+00

6 1 0.92384768E+00

7 1 0.73695914E+00

8 1 0.94721968E+00

9 1 0.78568204E+00

10 1 0.65376031E+00

11 1 0.97656140E+00

12 1 0.86788008E+00

13 1 0.58039042E+00

14 1 0.55801740E+00

15 1 0.27680377E+00

16 1 0.48890491E+00

17 1 0.98842620E+00

18 1 0.71448894E+00

19 1 0.97803410E+00

20 1 0.89366726E+00

21 1 0.97970581E+00

22 1 0.52344036E+00

23 1 0.63059359E+00

24 1 0.47344117E+00

25 1 0.55339774E+00

26 1 0.40411087E+00

27 1 0.66903005E+00

28 1 0.92497054E+00

29 1 0.48051322E+00

30 1 0.77878043E+00

31 1 0.37398752E+00

32 1 0.93036910E+00

33 1 0.87411987E+00

34 1 0.55356440E+00

35 1 0.72375134E+00

mean efficiency 0.70072375E+00

Page 112: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

96

Lampiran 8. Matrix Plot Hubungan Umur petani terhadap Umur Bibit di Desa

Ciaruteun Ilir Tahun 2012

umur

um

ur

bib

it

706050403020

21

20

19

18

17

16

15

14

Page 113: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI CAISIM: PENDEKATAN STOCHASTIC PRODUCTION FRONTIER ... yang sangat berguna

97

Lampiran 9. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Isahatani Caisim di Desa Ciaruteun

Ilir Tahun 2012

No Alat

Harga

Beli

(Rp)

Umur

(tahun)

Jumlah

penyusutan/thn

(Rp/tahun)

Jumlah penyusutan/musim

tanam (Rp/tahun)

1 Cangkul 50.000 6 1.140.000,00 103.636,36

2 Koret 25.000 6 400.000,00 36.363,64

3 Garpu 65.000 5 949.000,00 86.272,73

4 Emrat 100.000 6 1.050.000,00 95.454,55

5 Sprayer 450.000 10 2.385.000,00 216.818,18

5.924.000,00 538.545,45