ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ......

122
ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI DIAN PUSPITASARI H34080095 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ......

Page 1: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN

USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA

PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA

KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

DIAN PUSPITASARI

H34080095

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 2: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

RINGKASAN

DIAN PUSPITASARI. Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani

Paprika Hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten

Bandung Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Petanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI

TINAPRILLA).

Pengembangan agribisnis sayuran di Indonesia memiliki prospek yang

bagus dilihat dari potensi pasar yang besar. Jumlah penduduk yang semakin

bertambah menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan

penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Salah satu jenis sayuran yang menjadi

trend di dunia bisnis hortikultura saat ini adalah sayuran eksklusif seperti paprika.

Tingginya permintaan paprika baik untuk kebutuhan di dalam negeri maupun di

luar negeri menjadi peluang yang besar bagi para pelaku bisnis paprika.

Desa Pasirlangu yang terletak di Kecamatan Cisarua merupakan sentra

penghasil paprika terbesar di Kabupaten Bandung Barat. Akan tetapi petani

paprika di lokasi ini masih menghadapi keterbatasan produksi, salah satunya

disebabkan oleh produktivitas riil paprika yang masih berada di bawah

produktivitas potensialnya. Agar dapat mengoptimalkan produktivitas paprika,

pengalokasian faktor-faktor produksi perlu dilakukan secara efisien. Keberhasilan

pengembangan usahatani paprika hidroponik baik dari segi kualitas maupun

kuantitas produksi sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi dan keterampilan

petani dalam pemeliharaannya yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada

pendapatan.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di Desa Pasirlangu

Kecamatan Cisarua, (2) menganalisis tingkat efisiensi teknis serta faktor-faktor

yang mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani paprika hidroponik di Desa

Pasirlangu Kecamatan Cisarua, dan (3) menganalisis tingkat pendapatan usahatani

paprika hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua.

Hasil analisis efisiensi teknis berdasarkan estimasi dari parameter

Maximum Likelihood untuk fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier,

menunjukkan bahwa penggunaan benih dan tenaga kerja berpengaruh nyata

terhadap peningkatan produksi paprika hidroponik per satuan lahan masing-

masing pada taraf α = 20 persen. Sementara faktor produksi lainnya seperti

nutrisi, insektisida, dan fungisida tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan

produksi paprika hidroponik per satuan lahan.

Tingkat efisiensi teknis rata-rata yang dicapai oleh petani paprika

hidroponik adalah sebesar 89,9 persen dari produktivitas maksimum. Hal ini

menunjukkan bahwa usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu sudah

efisien, tetapi masih terdapat peluang sebesar 10,1 persen untuk mencapai

produktivitas maksimum. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap efek

inefisiensi teknis adalah umur petani, pendidikan formal, dan dummy status

usahatani. Variabel pengalaman, umur bibit, dummy keikutsertaan dalam

kelompok tani, dummy status kepemilikan lahan, dan dummy kredit bank

berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani paprika hidroponik.

Variabel yang berpengaruh nyata terhadap terhadap inefisiensi teknis adalah umur

Page 3: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

petani, pengalaman, umur bibit, dummy status kepemilikan lahan, dan dummy

kredit bank masing-masing pada taraf α = 20 persen.

Analisis pendapatan usahatani dan R/C menunjukkan bahwa usahatani

paprika hidroponik di Desa Pasirlangu sudah efisien dan dapat memberikan

keuntungan. Hasil analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik menunjukkan

pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 46.831.264,77 sedangkan

pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 26.956.109,21. Sementara R/C atas

biaya tunai adalah sebesar 2,36 dan R/C atas biaya total adalah sebesar 1,50. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk

peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu,

antara lain: (1) upaya peningkatan produktivitas hendaknya dilakukan dengan

melakukan pendekatan sosialisasi terkait penggunaan input benih dan tenaga kerja

pada jumlah yang optimal, (2) mengingat tingkat efisiensi teknis rata-rata yang dicapai

petani sudah tinggi maka untuk dapat meningkatkan produktivitas secara nyata

dibutuhkan inovasi teknologi yang lebih maju seperti penggunaan drip irrigation pada

sistem fertigasi, dan (3) penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis tingkat efisiensi

alokatif dan ekonomis untuk mendapatkan analisis efisiensi yang lebih komprehensif.

Page 4: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN

USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA

PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA

KABUPATEN BANDUNG BARAT

DIAN PUSPITASARI

H34080095

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 5: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Paprika

Hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten

Bandung Barat

Nama : Dian Puspitasari

NIM : H34080095

Disetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM

NIP. 19690410 199512 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 6: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Efisiensi

Teknis dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik di Desa Pasirlangu

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat” adalah karya sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Dian Puspitasari

H34080095

Page 7: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Maret 1990. Penulis adalah

anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Supriyanto Atmo Suwito

dan Ibu Sri Mudjiharti.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Bedahan 1 Cibinong

pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2005

di SLTPN 1 Cibinong. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 3 Bogor

diselesaikan pada tahun 2008. Penulis diterima di Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008.

Page 8: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik di Desa

Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi produksi dan

pendapatan usahatani paprika hidroponik yang dijalankan oleh para petani di Desa

Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Namun demikian,

penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan

kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2013

Dian Puspitasari

Page 9: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan,

arahan, dukungan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini.

2. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama pada sidang penulis yang

telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan

Departemen Agribisnis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

4. Dr. Ir. Suharno, MA.Dev selaku dosen pembimbing akademik dan Ir.

Harmini, MSi yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi.

5. Kedua orangtua dan keluarga tercinta atas kasih sayang, doa, perhatian, dan

dukungan moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama

penulis menjalani studi hingga proses penyelesaian skripsi ini. Semoga ini

bisa menjadi persembahan yang terbaik.

6. Yulinda selaku pembahas pada seminar hasil penulis yang telah memberikan

kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.

7. Pak Deden Wahyu (Ketua Poktan Dewa Family) dan Pak Cepy (Ketua

Koperasi Mitra Sukamaju) atas ilmu, bantuan, dan pengarahannya kepada

penulis selama melakukan penelitian di Desa Pasirlangu. Kepala Desa

Pasirlangu beserta staf atas data dan informasi yang diberikan kepada penulis.

Pak Kusnadi beserta keluarga, Pak Arief, Pak Aji, Mang Iding, serta seluruh

pekerja Poktan Dewa Family dan Koperasi Mitra Sukamaju, terima kasih atas

bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian berlangsung.

8. Ryan Satria Nugroho yang turut membantu penulis dalam banyak hal selama

proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semangat, dorongan, serta

doa yang telah diberikan kepada penulis.

Page 10: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

9. Petani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten

Bandung Barat yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini.

10. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis, FEM, IPB.

11. Teman-teman seperjuangan selama penelitian di Desa Pasirlangu Farisah Firas

dan Rizky Ilham, serta teman-teman satu bimbingan penulis Ruri, Yuki, dan

Fitri, atas semangat, dukungan, dan sharing selama ini.

12. Teman-teman Agribisnis angkatan 45 atas semangat kekeluargaan selama

penulis kuliah di Agribisnis, FEM, IPB.

13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.

Bogor, Januari 2013

Dian Puspitasari

Page 11: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xv

I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 6

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 8

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10

2.1. Gambaran Umum Paprika ..................................................... 10

2.2. Tinjauan Empiris Paprika Hidroponik .................................. 10

2.3. Tinjauan Empiris Efisiensi Teknis dan Pendapatan

Usahatani .............................................................................. 14

III KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 19

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 19

3.1.1. Konsep Usahatani ....................................................... 19

3.1.2. Konsep Fungsi Produksi ............................................. 22

3.1.3. Konsep Fungsi Produksi Stochastic Frontier ............. 25

3.1.4. Konsep Efisiensi dan Inefisiensi ................................. 27

3.1.5. Konsep Pendapatan Usahatani ................................... 30

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 31

IV METODE PENELITIAN .......................................................... 34

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 34

4.2. Metode Pengumpulan Data ................................................... 34

4.3. Metode Pengambilan Sampel ............................................... 34

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................. 35

4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier ............ 35

4.4.2. Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis ........ 36

4.4.3. Uji Hipotesis ............................................................... 39

4.4.4. Analisis Pendapatan Usahatani ................................... 40

4.5. Batasan Operasional dan Satuan Pengukuran ....................... 41

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN ........... 44

5.1. Gambaran Umum Desa Pasirlangu ....................................... 44

5.1.1. Keadaan Geografi dan Administratif .......................... 44

5.1.2. Kependudukan ............................................................ 45

5.1.3. Sarana dan Prasarana .................................................. 46

5.2. Karakteristik Responden ....................................................... 46

5.3. Budidaya Paprika Hidroponik ............................................... 51

5.3.1. Persiapan Greenhouse dan Lahan .............................. 52

5.3.2. Penyemaian dan Pembibitan ....................................... 53

Page 12: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

xi

5.3.3. Penanaman .................................................................. 54

5.3.4. Pemeliharaan .............................................................. 55

5.3.4.1. Penyiraman dan Pemupukan ......................... 55

5.3.4.2. Pengaijiran .................................................... 56

5.3.4.3. Pemilihan dan Pembentukan Batang

Produksi ......................................................... 57

5.3.4.4. Pewiwilan ...................................................... 57

5.3.4.5. Pengendalian Hama dan Penyakit ................. 59

5.3.5. Panen dan Pasca Panen ................................................ 60

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS .............................................. 62

6.1. Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier .................. 63

6.2. Sebaran Efisiensi Teknis ....................................................... 69

6.3. Sumber-sumber Inefisiensi Teknis ........................................ 71

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA

HIDROPONIK ........................................................................... 77

7.1. Penerimaan Usahatani Paprika Hidroponik .......................... 77

7.2. Biaya Usahatani Paprika Hidroponik .................................... 78

7.3. Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik ............................ 82

VIII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 86

8.1. Kesimpulan ........................................................................... 86

8.2. Saran ..................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 88

LAMPIRAN ......................................................................................... 91

Page 13: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga

Berlaku Tahun 2006-2010 ........................................................ 1

2. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010 ..................... 3

3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Paprika Indonesia

Tahun 2010 ............................................................................... 4

4. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Paprika di Provinsi

Jawa Barat Tahun 2010 ............................................................. 5

5. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Paprika di Desa

Pasirlangu Tahun 2008-2011 .................................................... 7

6. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa

Pasirlangu Tahun 2011 ............................................................. 45

7. Sebaran Responden Berdasarkan Kelompok Umur Tahun

2012 ........................................................................................... 47

8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

Tahun 2012 ............................................................................... 48

9. Sebaran Responden Berdasarkan Keikutsertaan Penyuluhan

Tahun 2012 ............................................................................... 48

10. Sebaran Responden Berdasarkan Status Usahatani Tahun

2012 ........................................................................................... 49

11. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani

Paprika Tahun 2012 .................................................................. 49

12. Sebaran Responden Berdasarkan Perolehan Kredit Bank Tahun

2012 ........................................................................................... 50

13. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Greenhouse

Tahun 2012 ............................................................................... 51

14. Sebaran Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

Tahun 2012 ............................................................................... 51

15. Pendugaan Model Fungsi Produksi dengan Menggunakan

Metode OLS (Per Satuan Lahan) .............................................. 64

16. Pendugaan Model Fungsi Produksi dengan Menggunakan

Metode MLE (Per Satuan Lahan) ............................................. 65

17. Sebaran Efisiensi Teknis Petani Responden ............................. 70

18. Pendugaan Parameter Maximum-Likelihood Model Inefisiensi

Teknis Usahatani Paprika Hidroponik ...................................... 71

Page 14: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

xiii

19. Penerimaan Usahatani Paprika Hidroponik per 1.000 m2 di

Desa Pasirlangu Periode Tanam 2011-2012 ............................. 77

20. Biaya Usahatani Paprika Hidroponik per 1.000 m2 di

Desa Pasirlangu Periode Tanam 2011-2012 ............................. 79

21. Perhitungan Pendapatan dan Rasio Penerimaan Terhadap Biaya

(R/C) Usahatani Paprika Hidroponik per 1.000 m2 di Desa

Pasirlangu Periode Tanam 2011-2012 ...................................... 82

Page 15: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Fungsi Produksi ............................................................. 24

2. Fungsi Produksi Stochastic Frontier ........................................ 26

3. Efisiensi Teknis dan Alokatif .................................................... 28

4. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................. 33

5. Bangunan Greenhouse Budidaya di Desa Pasirlangu (a) dan

Bedengan yang Ditutupi Mulsa (b) ........................................... 52

6. Penyemaian dan Pembibitan Paprika Hidroponik .................... 54

7. Pupuk AB Mix (a) dan Tangki Penampung Nutrisi (b) ............ 55

8. Tanaman Paprika yang Dililitkan Tali ...................................... 57

9. Proses Pemangkasan Tunas Air yang Tidak Dipelihara ........... 58

10. Paprika Hidroponik yang Dihasilkan di Desa Pasirlangu ......... 60

Page 16: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Output Minitab Fungsi Produksi Model 1 ....................... 92

2. Hasil Output Minitab Fungsi Produksi Model 2 ....................... 93

3. Hasil Output Frontier Usahatani Paprika Hidroponik .............. 94

4. Kuisioner Penelitian .................................................................. 99

Page 17: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang

mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional

dewasa ini. Subsektor ini meliputi kelompok komoditas buah-buahan, sayuran,

tanaman hias, dan biofarmaka. Kontribusi subsektor hortikultura dapat dilihat dari

nilai Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang mengandalkan

sumber pendapatan dari subsektor hortikultura, penyerapan tenaga kerja, dan

peningkatan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian

Pertanian RI (2012), nilai PDB subsektor hortikultura mengalami peningkatan

setiap tahunnya dari tahun 2006 sampai 2009. Akan tetapi nilai PDB subsektor

hortikultura mengalami penurunan sebesar 2,69 persen dari 88,33 triliun rupiah

pada tahun 2009 menjadi 85,96 triliun pada tahun 2010. Secara keseluruhan, rata-

rata tingkat pertumbuhan PDB subsektor hortikultura dari tahun 2006 sampai

2010 sebesar 5,94 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun

2007 yang meningkat sebesar 11,88 persen dari tahun 2006.

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku

Periode 2006-2010

Kelompok

Komoditas

Nilai PDB (Milyar Rp)

2006 2007 2008 2009 2010

Buah-buahan 35.448 42.362 47.060 48.437 45.482

Sayuran 24.694 25.587 28.205 30.506 31.244

Tanaman Hias 4.734 4.741 5.085 5.494 6.174

Biofarmaka 3.762 4.105 3.853 3.897 3.665

Total 68.639 76.795 84.202 88.334 85.958

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)

Sayuran termasuk dalam kelompok komoditas hortikultura yang

memberikan kontribusi dalam PDB nasional hortikultura dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 6,11 persen per tahun. Berdasarkan kontribusi per kelompok

komoditas terhadap PDB nasional tahun 2010, kelompok komoditas sayuran

Page 18: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

2

menempati urutan kedua setelah kelompok komoditas buah-buahan. Kontribusi

PDB komoditas sayuran pada tahun 2010 mencapai 31,24 triliun rupiah atau

sekitar 36,35 persen terhadap total PDB hortikultura. Nilai PDB kelompok

komoditas sayuran yang terus mengalami peningkatan mengindikasikan bahwa

komoditas ini masih berpeluang untuk terus tumbuh.

Pengembangan agribisnis sayuran di Indonesia memiliki prospek yang

baik dilihat dari potensi pasar yang besar. Jumlah penduduk yang semakin

bertambah menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan

penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Menurut data Kementerian Pertanian,

tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia pada tahun 2007 sebesar 40,90 kg

per kapita, meningkat 20 persen dibandingkan dengan tahun 2006. Akan tetapi,

tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia tersebut masih rendah jika

dibandingkan dengan standar konsumsi sayur yang direkomendasikan FAO

sebesar 73 kg per kapita per tahun dan standar kecukupan untuk sehat sebesar

91,25 kg per kapita per tahun1. Kesenjangan ini diharapkan dapat menjadi peluang

bagi para pelaku usaha agribisnis sayuran.

Tabel 2 menyajikan data produksi sayuran di Indonesia dari tahun 2006

sampai tahun 2010. Berdasarkan data, terdapat 15 jenis sayuran yang mengalami

pertumbuhan produksi yang positif dalam satu tahun terakhir, yaitu bawang

merah, kubis, kembang kol, petsai/sawi, wortel, lobak, kacang merah, kacang

panjang, cabe besar, paprika, jamur, tomat, terung, buncis, dan labu siam. Paprika

merupakan salah satu sayuran yang mengalami pertumbuhan secara signifikan.

Pertumbuhan produksi paprika tahun 2009 hingga tahun 2010 sebesar 24 persen,

menempati urutan kedua terbesar setelah komoditi jamur. Sementara rata-rata

pertumbuhan produksi paprika tahun 2008-2010 adalah sebesar 67,54 persen.

Paprika memiliki peluang pasar yang besar karena banyak diminati, baik

di dalam negeri maupun di luar negeeri. Sejalan dengan menjamurnya restauran-

restauran dan hotel yang menyajikan menu makanan asing maka peluang pasar

untuk jenis sayuran eksklusif seperti paprika di dalam negeri masih terbuka lebar.

Di Jabodetabek, terdapat 56-60 outlet pizza yang setiap hari membutuhkan

1 Dinas Peternakan Banten. 2011. Gema Sayuran untuk Tingkatkan Konsumsi Sayuran.

http://www.distanak.bantenprov.go.id/ [Diakses 7 Februari 2012]

Page 19: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

3

pasokan hingga 20 ton2. Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, paprika juga

berpotensi untuk diekspor. Negara tujuan utama ekspor paprika Indonesia adalah

Singapura. Kondisi tersebut diharapkan dapat menjadi peluang bagi petani untuk

dapat meningkatkan jumlah produksi.

Tabel 2. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010

Jenis Sayuran

Produksi (ton) Pertumbuhan/

Growth

2010 over 2009

(%) 2006 2007 2008 2009 2010

Bawang Merah 794.929 802.810 853.615 965.164 1.048.934 8,68

Bawang Putih 21.052 17.312 12.339 15.419 12.295 -20,26

Bawang Daun 571.264 479.924 547.743 549.365 541.374 -1,45

Kentang 1.011.911 1.003.732 1.071.543 1.176.304 1.060.805 -9,82

Kubis 1.267.745 1.288.738 1.323.702 1.358.113 1.385.044 1,98

Kembang Kol 135.517 124.252 109.497 96.038 101.205 5,38

Petsai/Sawi 590.400 564.912 565.636 562.838 583.770 3,72

Wortel 391.370 350.170 367.111 358.014 403.827 12,80

Lobak 49.344 42.076 48.376 29.759 32.381 8,81

Kacang Merah 125.251 112.271 115.817 110.051 116.397 5,77

Kacang Panjang 461.239 488.499 455.524 483.793 489.449 1,17

Cabe Besar 736.019 676.828 695.707 787.433 807.160 2,51

Cabe Rawit 449.040 451.965 457.353 591.294 521.704 -11,77

Paprika - - 2.114 4.462 5.533 24,00

Jamur 23.559 48.247 43.047 38.465 61.376 59,56

Tomat 629.744 635.474 725.973 853.061 891.616 4,52

Terung 358.095 390.846 427.166 451.564 482.305 6,81

Buncis 269.533 266.790 266.551 290.993 336.494 15,64

Ketimun 598.892 581.205 540.122 583.139 547.141 -6,17

Labu Siam 212.697 254.056 394.386 321.023 369.846 15,21

Kangkung 292.950 335.086 323.757 360.992 350.879 -2,80

Bayam 149.435 155.863 163.817 173.750 152.334 -12,33

Melinjo 239.209 205.728 213.536 221.097 214.355 -3,05

Petai 148.268 178.680 230.654 183.679 139.927 -23,82

Jengkol - - 80.008 62.475 50.235 -19,59

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura

Keterangan : - ) Data tidak tersedia

2 Agrina. 2008. Usaha Sayuran Terdesak Permintaan. http://www.agrina-online.com/ [Diakses 9

Februari 2012]

Page 20: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

4

Paprika termasuk dalam komoditi yang umumnya dibudidayakan di bawah

naungan, yang merupakan teknik penanaman sayuran yang dapat mengatasi

masalah yang berhubungan dengan penanaman sayuran di lahan terbuka. Teknik

ini merupakan usaha perlindungan fisik pada tanaman dengan tujuan utama untuk

mengendalikan faktor cuaca yang mengganggu perkembangan tanaman. Beberapa

keuntungan penggunaan budidaya tanaman di bawah naungan adalah hasil

tanaman lebih tinggi, kualitas produk lebih baik, masa panen lebih panjang

dibandingkan dengan produksi sayuran di lahan terbuka, efisiensi penggunaan

pupuk dan pestisida, serta produksi tanaman lebih terencana (Gunadi et al 2006).

Tiga daerah penghasil paprika yang berada di Indonesia antara lain

Sumatera, Jawa, dan Bali. Berdasarkan Tabel 3, Pulau Jawa merupakan pusat

produksi paprika di Indonesia, dengan total produksi tahun 2010 mencapai 92,17

persen dari total produksi paprika nasional. Provinsi penghasil paprika terbesar di

Pulau Jawa adalah Jawa Barat, selanjutnya diikuti oleh Jawa Timur. Pada tahun

2010, kontribusi Provinsi Jawa Barat terhadap produksi paprika di Pulau Jawa

sebesar 91,39 persen dengan produktivitas yang tertinggi dibandingkan dengan

provinsi lain, yaitu sebesar 43,97 ton per hektar. Hal tersebut menggambarkan

kontribusi Provinsi Jawa Barat yang sangat besar terhadap produksi paprika di

Pulau Jawa maupun di Indonesia.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Paprika Indonesia Tahun

2010

Provinsi Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

Sumatera Utara 3 11 3,67

Sumatera 3 11 3,67

Jawa Barat 106 4.661 43,97

Jawa Tengah 3 53 17,67

Jawa Timur 30 586 12,87

Jawa 139 5.100 36,69

Bali 19 422 22,21

Bali dan Nusa Tenggara 19 422 22,21

Indonesia 161 5.533 34,37

Sumber : BPS (2011)

Page 21: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

5

Kabupaten Bandung Barat, yang merupakan kabupaten hasil pemekaran

Kabupaten Bandung sejak tahun 2007, adalah sentra produksi paprika di Provinsi

Jawa Barat. Pada tahun 2010, luas panen paprika di Kabupaten Bandung Barat

mencapai 68 hektar dengan rata-rata hasil per hektar sekitar 59,58 ton. Dengan

produktivitas dan luas panen yang tinggi tersebut, Kabupaten Bandung Barat

mampu memberikan kontribusi sebesar 86,93 persen terhadap total produksi

paprika di Provinsi Jawa Barat. Dalam hal luas areal tanam, Kabupaten Bandung

Barat terus mengalami peningkatan luas tanam dari tahun 2008 hingga tahun 2010

dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 61,14 persen setiap tahunnya (Dinas

Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 2011).

Tabel 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Paprika di Provinsi Jawa

Barat Tahun 2010

Kabupaten/Kota Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

Sukabumi 11 58 5,27

Cianjur 4 16 4

Bandung 12 218 18,17

Garut 4 180 45

Sumedang 1 5 5

Subang 3 72 24

Purwakarta 3 60 20

Bandung Barat 68 4.052 59,58

Jawa Barat 106 4.661 43,97

Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2011)

Dewasa ini, paprika dibudidayakan tanpa menggunakan media tanah,

melainkan dengan media tanam lain seperti arang sekam yang disebut juga

dengan istilah hidroponik. Berbeda dengan usahatani konvensional lainnya yang

membutuhkan lahan yang luas dan cenderung berorientasi kepada ekstensifikasi

lahan, usahatani paprika secara hidroponik ini lebih berorientasi pada intensifikasi

usahatani. Oleh karena itu, pemanfaatan sistem hidroponik ini diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas tanaman paprika sehingga dapat meningkatkan hasil

produksi.

Page 22: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

6

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Bandung Barat merupakan kawasan pengembangan komoditi

paprika di Provinsi Jawa Barat. Program pengembangan kawasan ini diarahkan

pada pemilihan komoditi prioritas atau komoditi unggulan daerah sesuai potensi

dan kekhasan wilayah. Sentra produksi paprika Kabupaten Bandung Barat berada

di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua. Topografi Desa Pasirlangu yang berada

pada ketinggian 900-2.050 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 20-

250

C sangat mendukung untuk budidaya tanaman paprika.

Peluang pasar paprika yang dihasilkan petani Desa Pasirlangu sangat

besar. Selain banyak diserap oleh pasar dalam negeri, paprika yang dihasilkan

petani juga dibutuhkan untuk ekspor. Di dalam negeri, paprika banyak diminati

khususnya di daerah perkotaan, seperti restauran, hotel, dan supermarket.

Sementara untuk ekspor, pasar utama paprika adalah ke Singapura. Permintaan

paprika untuk ekspor bisa mencapai 10 ton per minggu, sementara petani di Desa

Pasirlangu baru mampu memenuhi pasokan paprika sebanyak 4-6 ton karena

keterbatasan produksi3. Dengan demikian, petani Desa Pasirlangu masih belum

mampu memenuhi kebutuhan pasar ekspor sehingga potensi pasar paprika belum

sepenuhnya tergarap dengan baik.

Teknik budidaya paprika yang sebagian besar digunakan oleh para petani

Desa Pasirlangu yaitu sistem hidroponik dalam rumah plastik dengan

menggunakan media tanam berupa arang sekam. Dalam teknik hidroponik

dibutuhkan nutrisi sebagai sumber makanan bagi tanaman. Penggunaan sistem

hidroponik bertujuan agar pertumbuhan tanaman lebih terkontrol, tanaman dapat

berproduksi dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi, dan tanaman bebas dari

gulma (Prihmantoro dan Indriani 1998). Akan tetapi sampai saat ini petani paprika

di Desa Pasirlangu masih mengalami keterbatasan produksi yang salah satunya

disebabkan oleh produktivitas paprika yang belum optimal.

Luas lahan dan produktivitas paprika hidroponik di Desa Pasirlangu tahun

2008-2011 terus mengalami peningkatan yang berimplikasi terhadap peningkatan

produksi setiap tahunnya. Walaupun jumlah produksinya meningkat, tetapi

3 Hasil wawancara dengan ketua Kelompok Tani Dewa Family dan Koperasi Mitra Sukamaju

Page 23: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

7

produksi paprika hidroponik di Desa Pasirlangu masih belum sesuai harapan.

Menurut Gunadi (2006), berdasarkan penelitian dari Balai Penelitian Tanaman

Sayuran Lembang, tanaman paprika hidroponik yang dibudidayakan sesuai

dengan kondisi di Indonesia dapat memiliki produktivitas yang optimal hingga

mencapai 8-9 kilogram per meter persegi. Namun pada kenyataannya

produktivitas rata-rata paprika hidroponik yang mampu dicapai oleh petani di

Desa Pasirlangu hanya sebesar 5,7 kilogram per meter persegi atau 57 ton per

hektar.

Tabel 5. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Paprika di Desa Pasirlangu

Tahun 2008-2011

Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2008 15 750 50

2009 25 1.375 55

2010 26 1.482 57

2011 26 1.482 57

Sumber: Laporan Profil Desa Pasirlangu (Diolah)

Kesenjangan antara produktivitas riil dan produktivitas potensial yang

diharapkan diduga karena para petani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu

masih menghadapi kendala di lapang khususnya terkait dengan penggunaan input

produksi. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa masih ada beberapa petani yang

kesulitan mencukupi kebutuhan input-input usahatani karena kurangnya modal

sehingga efisiensi dan produktivitasnya menjadi kurang optimal. Sebaliknya, ada

pula petani yang memberikan input seperti insektisida yang berlebih dengan

asumsi pemberian insektisida yang banyak akan semakin cepat membasmi hama

tanaman. Namun pada kenyataannya, pemberian input berlebih justru akan

menurunkan kualitas tanaman dan hanya akan menambah beban biaya.

Penggunaan insektisida yang berlebih juga sempat mengakibatkan penolakan

ekspor paprika ke Singapura karena kandungan residu melebihi batas minimum

yang ditetapkan importir.

Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap produksi yaitu kapabilitas

manajerial sumberdaya manusia yang ada. Keterampilan manajerial petani akan

menentukan rasionalitas petani dalam mengambil keputusan yang berkaitan

Page 24: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

8

dengan pengalokasian faktor-faktor produksi. Tenaga kerja yang terampil

merupakan faktor yang penting karena pengusahaan paprika hidroponik dalam

greenhouse berbeda dengan pembudidayaan paprika konvensional di lahan

terbuka, terutama berkaitan dengan pengelolaan atau penanganan yang lebih

detail.

Teknik budidaya paprika hidroponik yang diterapkan oleh petani akan

mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani. Petani yang mampu mengelola

penggunaan sumberdaya (input) yang ada untuk mencapai produksi (output)

maksimum atau meminimumkan penggunaan input untuk mencapai output dalam

jumlah yang sama, maka dapat dikatakan petani tersebut telah efisien. Informasi

mengenai tingkat efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi

teknis diperlukan untuk mengevaluasi kinerja para petani paprika hidroponik serta

dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Keberhasilan pengembangan usahatani paprika hidroponik baik dari segi

kualitas maupun kuantitas produksi sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi

dan keterampilan petani dalam pemeliharaannya yang pada akhirnya akan

berpengaruh kepada pendapatan yang diperoleh. Tingkat efisiensi teknis yang

dicapai akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima petani.

Mengacu pada permasalahan yang telah diuraikan, perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di

Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua?

2. Bagaimana efisiensi teknis serta faktor apa saja yang mempengaruhi

inefisiensi teknis usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan

Cisarua?

3. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani paprika hidroponik di Desa

Pasirlangu Kecamatan Cisarua?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik

di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua.

Page 25: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

9

2. Menganalisis tingkat efisiensi teknis serta faktor-faktor yang mempengaruhi

inefisiensi teknis usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan

Cisarua.

3. Menganalisis tingkat pendapatan usahatani paprika hidroponik di Desa

Pasirlangu Kecamatan Cisarua.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi petani sebagai bahan masukan dan tambahan informasi dalam upaya

peningkatan produktivitas pada pengelolaan usahatani paprika hidroponik di

Desa Pasirlangu, Kecamatan cisarua, Kabupaten Bandung Barat.

2. Bagi pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

kebijakan terkait dengan efisiensi teknis usahatani paprika hidroponik.

3. Bagi pihak-pihak berkepentingan lainnya sebagai bahan informasi dan rujukan

untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam lingkup Desa Pasirlangu yang terletak di

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Komoditi

yang diteliti adalah paprika hidroponik. Petani yang dijadikan contoh dalam

penelitian ini adalah petani yang membudidayakan paprika yang ditanam dengan

menggunakan sistem hidroponik dalam greenhouse, menggunakan arang sekam

sebagai media tanamannya dan menggunakan sistem fertigasi manual, serta

memiliki variasi dalam variabel yang mempengaruhi fungsi produksi. Analisis

kajian ini dibatasi untuk melihat efisiensi teknis dan pendapatan usahatani paprika

hidroponik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi

Cobb-Douglas stochastic frontier, analisis pendapatan usahatani, dan analisis R/C.

Page 26: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Paprika

Paprika (Capsicum annuum var grossum) tergolong ke dalam keluarga

tomat dan terung, yaitu famili Solanaceae karena mempunyai bentuk bunga

seperti terompet. Berbeda dengan tanaman cabai lainnya, tanaman paprika

tumbuh lebih kompak dan rimbun. Daun umumnya berukuran lebih besar dan

berwarna hijau gelap. Bentuk buahnya unik karena mirip dengan lonceng

sehingga dinamakan bell pepper. Meskipun aroma buah paprika pedas menusuk,

namun rasanya tidak pedas, bahkan cenderung manis, sehingga disebut sweet

pepper.

Buah paprika mengandung sedikit protein, lemak dan gula, tetapi

mengandung banyak karoten dan sebagai sumber vitamin C (sampai 340 mg/100

g buah segar). Jika dibandingkan dengan buah jeruk yang mengandung vitamin C

sekitar 146 mg/100 g, maka kandungan vitamin C pada paprika jauh lebih tinggi

daripada buah jeruk (Morgan dan Lennard 2000 diacu dalam Gunadi et al 2006).

Selain itu paprika juga mengandung zat antosianin yang dapat digunakan sebagai

zat pewarna alami.

Paprika berasal dari Amerika tropis yaitu Amerika Tengah dan Amerika

Selatan. Dalam pertumbuhannya, paprika memerlukan kondisi tertentu yang mirip

dengan daerah asalnya. Faktor lingkungan yang menjadi syarat tumbuh paprika

adalah ketinggian tempat 500-1.500 meter di atas permukaan laut; tanah dengan

pH 5,5-6,5; suhu udara 16-25 C; cahaya matahari yang cukup sepanjang hari;

serta kelembapan udara 80-90%. Tanaman paprika sangat responsif terhadap

pemberian air. Kondisi air yang berlebihan dapat menyebabkan kelayuan pada

tanaman dan kerontokan bunga. Hal yang sama juga dapat terjadi bila tanaman

kekurangan air pada saat pembungaan (Prihmantoro dan Indriani 2003).

2.2. Tinjauan Empiris Paprika Hidroponik

Tanaman paprika mulai dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 1990-an.

Pada awal pengembangannya, para petani membudidayakan paprika secara

konvensional pada lahan terbuka. Akan tetapi, dengan adanya transfer teknologi

Page 27: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

11

dari beberapa pihak, kini para petani paprika telah mengembangkan paprika

secara hidroponik di bawah naungan seperti rumah plastik atau greenhouse.

Penelitian Adiyoga et al (2007) menunjukkan bahwa paprika merupakan

jenis sayuran utama yang diusahakan di rumah plastik di Kabupaten Bandung

Barat. Dua varietas paprika yang paling sering dipilih petani adalah Edison dan

Spartacus. Kedua varietas ini banyak dibudidayakan karena pertumbuhan dan

hasilnya yang baik, disamping itu bentuk dan ukuran buah dari kedua varietas

paprika tersebut mudah untuk dijual di pasar lokal maupun ekspor. Pada

umumnya petani responden menggunakan populasi tiga tanaman per m2 (59%),

tetapi beberapa petani reponden mencoba menanam lebih tanaman per m2 yaitu

empat tanaman per m2 (41%).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari keseluruhan total biaya

produksi tanaman paprika, ternyata alokasi biaya untuk nutrisi mendominasi biaya

produksi secara keseluruhan. Biaya untuk nutrisi adalah 35,2% dari biaya total

produksi secara keseluruhan, diikuti oleh biaya untuk tenaga kerja yaitu sebesar

25% dari biaya total produksi secara keseluruhan. Biaya untuk pestisida, benih

atau bibit dan media tanam berturut-turut sebesar 20,5%, 10,6%, dan 8,6% dari

biaya total produksi secara keseluruhan.

Para petani di Indonesia pada umumnya menggunakan naungan berupa

konstruksi bangunan rumah plastik dari bambu yang sederhana. Alasan

penggunaan rumah plastik dari bambu dibanding dengan material lainnya seperti

kayu dan besi, yaitu karena harganya relatif lebih murah dan mudah didapat di

semua daerah. Namun demikian, konstruksi rumah plastik bambu sebenarnya

merupakan konstruksi bangunan yang umumnya relatif lebih berat dan berdampak

banyak mengurangi intersepsi sinar matahari yang sangat diperlukan untuk

tanaman paprika (Gunadi et al 2008).

Pada umumnya, produksi paprika di dalam rumah plastik atau greenhouse

menggunakan sistem hidroponik. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk

menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai

tempat menanam tanaman. Media tanam yang umumnya digunakan untuk paprika

hidroponik adalah arang sekam. Pada penanaman paprika secara hidroponik,

penyiraman dan pemberian pupuk atau larutan hara merupakan hal yang paling

Page 28: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

12

penting. Hal ini disebabkan dalam media yang digunakan tidak ada penunjang air

dan makanan lainnya, berbeda halnya dengan tanah (Prihmantoro dan Indriani

2003).

Berdasarkan penelitian Gunadi et al (2008) diketahui bahwa media tanam

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tanaman paprika yang ditanam pada

media arang sekam selalu lebih tinggi dan berbeda nyata dengan tanaman paprika

yang ditanam pada media perlite. Keadaan pH yang lebih tinggi pada media

tanam arang sekam daripada pH media tanam perlite menyebabkan kondisi

lingkungan sekitar perakaran lebih baik untuk menyerap unsur hara sehingga

tanaman paprika yang ditanam pada media arang sekam lebih tinggi. Selain itu,

media tanam juga berpengaruh terhadap bobot buah dan jumlah buah per tanaman

paprika. Media tanam arang sekam memberikan bobot buah dan jumlah buah per

tanaman paprika lebih tinggi daripada media tanam perlite.

Penelitian mengenai komoditi paprika juga dilakukan oleh Kartikasari

(2006). Penelitian yang berlangsung di Kecamatan Parongpong Kabupaten

Bandung (sekarang Kabupaten Bandung Barat) ini bertujuan untuk menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani paprika hidroponik dengan

menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Selain itu Kartikasari juga

menganalisis efisiensi pengunaan faktor-faktor produksi berdasarkan nilai

perbandingan Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Marjinal

(BKM).

Berdasarkan analisis fungsi produksi, hasil uji F sebesar 130,97

menunjukkan secara bersama-sama faktor produksi berpengaruh nyata terhadap

produksi paprika hidroponik. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 96,5 persen

artinya 96,5 persen keragaman atau variasi produksi paprika dapat dijelaskan oleh

luas greenhouse, benih, tenaga kerja, obat-obatan, dan dummy pendidikan serta

sisanya 3,5 persen dijelaskan oleh peubah bebas lain di luar model. Nilai uji t

menunjukkan variabel luas greenhouse, benih, dan tenaga kerja berpengaruh

secara signifikan terhadap produksi paprika hidroponik, sedangkan variabel

tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara nyata pada tingkat kepercayaan α=

5%. Berdasarkan analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi

kegiatan usahatani paprika memiliki rasio NPM/BKM lebih dari satu yang artinya

Page 29: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

13

penggunaan input belum efisien, agar penggunaan input efisien maka

penggunaannya perlu ditambah.

Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor produksi paprika dapat

dijadikan acuan dalam penelitian yang dilakukan penulis. Perbedaan dengan

penelitian sebelumnya yaitu bahwa untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis

usahatani paprika hidroponik, penulis menggunakan alat analisis fungsi produksi

stochastic frontier karena selain dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang

berpengaruh juga dapat melihat tingkat efisiensi teknis serta faktor-faktor

penyebab inefisiensi yang berkaitan.

Penelitian mengenai pendapatan usahatani paprika hidroponik di Desa

Pasirlangu sebelumnya pernah dilakukan oleh Kusnanto (2000). Perhitungan

usahatani paprika hidroponik dalam penelitian tersebut dibedakan menjadi dua

kelompok berdasarkan kategori luas lahan rumah plastik yang dimiliki yaitu

petani golongan I dan petani golongan II. Petani golongan I adalah petani yang

memiliki luas lahan rumah plastik lebih kecil dari rata-rata luas lahan rumah

plastik seluruh petani contoh. Petani golongan II adalah petani yang memiliki luas

lahan rumah plastik lebih besar dari rata-rata luas lahan rumah plastik seluruh

petani contoh. Analisis pendapatan usahatani golongan II berdasarkan analisis

R/C atas biaya total lebih besar daripada pendapatan usahatani golongan I. R/C

atas biaya total golongan II mencapai 1,36 sedangkan golongan I sebesar 1,13.

Terdapat persamaan pada penelitian yang dilakukan penulis dan penelitian

Kusnanto (2000), yaitu dalam topik dan lokasi. Akan tetapi, seiring dengan

berjalannya waktu maka terjadi pula perubahan dalam usahatani paprika yang

dilakukan petani di lokasi penelitian sehingga memungkinkan terjadinya

perbedaan hasil antara penelitian saat ini dan penelitian terdahulu. Perbedaan

biaya usahatani, harga jual paprika, dan tingkat produktivitas paprika saat ini

diduga akan menghasilkan tingkat pendapatan usahatani yang berbeda pula. Oleh

karena itu, dengan melakukan penelitian di lokasi yang sama, secara tidak

langsung penulis dapat membandingkan tingkat pendapatan usahatani yang

dihasilkan saat penelitian terdahulu berlangsung dengan hasil penelitian yang

dilakukan penulis.

Page 30: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

14

2.3. Tinjauan Empiris Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani

Efisiensi teknis dan pendapatan usahatani dapat dijadikan sebagai

indikator kinerja yang dilakukan oleh petani sehingga topik tersebut menarik

untuk dianalisis. Sejumlah penelitian empiris mengenai efisiensi teknis dan

pendapatan usahatani beberapa komoditas pertanian telah dilakukan. Beberapa

komoditas pertanian yang telah diteliti terkait dengan efisiensi teknis dan

pendapatan usahatani antara lain kentang, cabai merah, dan padi.

Tanjung (2003) melakukan penelitian mengenai efisiensi teknis dan

pendapatan usahatani kentang di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Alat analisis

yang digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani yaitu analisis

pendapatan dan analisis R/C. Dalam penelitiannya, Tanjung membandingkan

tingkat pendapatan usahatani yang menggunakan benih unggul Granola F2 dan

yang menggunakan benih lokal. Dari hasil penelitian diketahui bahwa R/C

usahatani yang menggunakan benih Granola F2 lebih besar dari R/C usahatani

yang menggunakan benih lokal. R/C atas biaya tunai dan biaya total dari

usahatani kentang yang menggunakan benih Granola F2 adalah 1,8 dan 1,4.

Sementara R/C atas biaya tunai dan biaya total usahatani yang menggunakan

benih lokal adalah 1,2 dan 0,7. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani

kentang dengan benih lokal tidak menguntungkan untuk dijalankan berdasarkan

analisis R/C atas biaya total.

Alat yang digunakan untuk menganalisis efisiensi teknis yaitu fungsi

produksi stochastic frontier, yang juga digunakan untuk menganalisis efisiensi

alokatif dan ekonomis. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani kentang telah

mencapai efisiensi teknis dengan nilai rata-rata sebesar 0,756. Faktor-faktor yang

signifikan mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani adalah usia, pengalaman,

keikutsertaan petani dalam kelompok tani, dan jenis benih. Namun, keikutsertaan

petani di dalam kelompok tani berhubungan negatif dengan efisiensi teknis petani.

Sementara hasil analisis efisiensi alokatif dan ekonomis petani responden

menggambarkan bahwa petani responden belum efisien.

Penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani kentang dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya juga dilakukan oleh Andarwati (2011). Penelitian yang

dilakukan di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara ini berfokus untuk

Page 31: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

15

meneliti tingkat efisiensi teknis dari usahatani kentang yang menggunakan benih

varietas Granola dari beberapa generasi. Berdasarkan analisis fungsi produksi

stochastic frontier menunjukkan bahwa variabel yang bernilai positif dan

berpengaruh signifikan terhadap produksi kentang per hektar yaitu benih dan

pupuk organik, sedangkan unsur S dalam pupuk anorganik berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap produksi kentang.

Usahatani kentang di lokasi penelitian secara keseluruhan telah mencapai

efisiensi secara teknis dengan nilai rata-rata 0,75. Usahatani kentang benih G3-G6

telah mencapai efisiensi secara teknis karena rata-rata efisiensinya telah mencapai

lebih dari 70 persen, sedangkan usahatani kentang benih G7 belum mencapai

efisiensi secara teknis. Faktor-faktor yang memberikan pengaruh negatif dan

signifikan terhadap inefisiensi teknis usahatani kentang antara lain pengalaman

usahatani, pendidikan formal, dan luas lahan yang dikuasai. Sementara faktor

umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap inefisiensi teknis usahatani

kentang. Berdasarkan hasil kedua penelitian mengenai efisiensi teknis kentang,

dapat disimpulkan bahwa benih berpengaruh terhadap efisiensi teknis usahatani

kentang. Dengan demikian penggunaan benih berkualitas tinggi harus diupayakan

agar usahatani berjalan efisien dan pendapatan usahatani lebih maksimal.

Selain kentang, kajian efisiensi teknis dengan pendekatan stochastic

frontier juga pernah dilakukan terhadap komoditi cabai merah. Sukiyono (2004)

melakukan penelitian mengenai faktor penentu tingkat efisiensi teknis usahatani

cabai merah di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Faktor-

faktor yang dimasukkan dalam model fungsi produksi frontier antara lain benih,

luas area, tenaga kerja, urea, TSP, KCL, pupuk kandang, dan pestisida. Sementara

faktor-faktor yang dimasukkan dalam model inefisiensi teknis adalah atribut

petani, yakni umur, pengalaman berusahatani cabai, tingkat pendidikan, dan luas

lahan. Hasil analisis fungsi produksi frontier dengan metode MLE menunjukkan

bahwa variabel yang berpengaruh nyata adalah jumlah pupuk TSP, KCL, pupuk

kandang, tenaga kerja, luas area, dan pestisida, namun untuk variabel TSP dan

tenaga kerja memiliki tanda negatif. Variabel benih dan urea tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi meskipun memiliki tanda positif. Tingkat efisiensi teknis

usahatani cabai merah bervariasi, dengan nilai terendah 7,73 persen dan tertinggi

Page 32: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

16

99,48 persen. Lebih jauh, secara keseluruhan rata-rata efisiensi teknis yang

dicapai oleh petani yaitu sebesar 64,86 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa

hanya pendidikan formal yang berpengaruh nyata terhadap tingkat efisiensi teknis.

Maryono (2008) meneliti tentang efisiensi teknis dan pendapatan usahatani

padi program benih bersertifikat di Desa Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari,

Kabupaten Karawang. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk melihat pengaruh

dari adanya program benih bersertifikat terhadap efisiensi teknis dan pendapatan

usahatani. Peneliti menggunakan fungsi produksi stochastic frontier untuk

menganalisis efisiensi teknis, sedangkan untuk menganalisis pendapatan usahatani

digunakan analisis pendapatan serta analisis R/C. Enam variabel yang dimasukkan

dalam fungsi produksi frontier yaitu luas lahan, jumlah benih, urea, TSP, obat,

dan tenaga kerja. Akan tetapi, variabel luas lahan menimbulkan multikolinearitas

pada model sehingga variabel tersebut dijadikan pembobot bagi variabel

dependen dan independen. Sementara variabel yang diperkirakan mempengaruhi

tingkat inefisiensi teknis adalah pengalaman, pendidikan formal, umur bibit, rasio

urea-TSP, dummy bahan organik, dan dummy legowo.

Penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil pada musim tanam I

dan musim tanam II. Berdasarkan hasil perhitungan produksi stochastic frontier

dengan metode MLE, pada masa tanam I bahwa faktor-faktor yang berpengaruh

nyata terhadap produksi yaitu jumlah pupuk urea, tenaga kerja, dan benih. Faktor

produksi seperti urea dan tenaga kerja memiliki nilai yang positif, sebaliknya

koefisien jumlah benih bernilai negatif. Pada masa tanam II diperoleh hasil bahwa

selain urea dan tenaga kerja, faktor produksi obat-obatan juga memiliki nilai

positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi. Sementara faktor produksi selain

benih yang bernilai negatif serta berpengaruh nyata terhadap produksi yaitu TSP.

Penelitian menunjukkan bahwa pada masa tanam II terjadi penurunan

tingkat efisiensi teknis petani responden. Nilai rata-rata efisiensi teknis pada masa

tanam I sebesar 0,966 sedangkan pada masa tanam II nilai rata-rata efisiensi

teknis hanya sebesar 0,899. Hal tersebut menunjukkan bahwa program benih

bersertifikat justru menurunkan efisiensi teknis rata-rata sebesar 6,935 persen.

Hasil pendugaan efek inefisiensi teknis menunjukkan bahwa pada masa tanam I

variabel yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis adalah dummy bahan organik

Page 33: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

17

dan dummy legowo. Sementara pada masa tanam II faktor-faktor yang nyata

berpengaruh dalam menjelaskan inefisiensi teknis di dalam proses produksi

adalah pengalaman, pendidikan, dan rasio urea-TSP. Hasil analisis pendapatan

menunjukkan bahwa R/C atas biaya total setelah program secara nominal

mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum program, namun secara riil

mengalami penurunan. R/C atas biaya total sebelum program sebesar 1,64

sedangkan setelah program nilai nominalnya sebesar 1,91 dan nilai riilnya sebesar

1,62.

Penelitian mengenai efisiensi usahatani padi di Kecamatan Telagasari

Kabupaten Karawang juga dilakukan oleh Hutauruk (2008). Serupa dengan

penelitian Maryono, penelitian Hutauruk ini juga mengkaji tentang pengaruh

program pemerintah dengan membandingkan efisiensi dan pendapatan usahatani

padi benih bersubsidi sebelum dan setelah program. Akan tetapi, penelitian

Hutauruk tidak hanya menganalisis efisiensi teknis tetapi juga menganalisis

efisiensi alokatif dan ekonomis. Variabel yang digunakan dalam fungsi produksi

frontier sama dengan penelitian sebelumnya hanya menambahkan variabel lain

seperti pupuk KCL dan NPK serta memecah variabel tenaga kerja menjadi dua

yaitu tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga. Di dalam model inefisiensi,

Hutauruk tidak menggunakan variabel rasio urea-TSP dan dummy bahan organik

seperti penelitian sebelumnya, melainkan menggunakan variabel besar pendapatan

di luar usahatani dan dummy status kepemilikan lahan.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang berpengaruh dalam musim

tanam dengan menggunakan benih sendiri adalah lahan, jumlah benih, pupuk

KCL, pupuk NPK, tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga.

Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi musim tanam dengan benih

bantuan pemerintah adalah lahan, pupuk KCL, dan tenaga kerja luar keluarga.

Penelitian juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan efisiensi usahatani sesudah

penggunaan benih bersubsidi dibandingkan dengan sebelum penggunaan benih

bersubsidi. Efek inefisiensi teknis dipengaruhi oleh umur bibit. Penggunaan bibit

muda akan menurunkan inefisiensi teknis sedangkan dalam pelaksanaannya petani

responden jarang menggunakan bibit muda. Pada musim tanam kedua pendapatan

tunai maupun total justru mengalami penurunan karena pada saat itu produksi dan

Page 34: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

18

harga gabah menurun. Ini ditunjukkan oleh R/C atas biaya tunai dan total yang

menurun. Dilihat dari struktur biaya, bantuan benih bersubsidi kurang berperan

dalam membantu petani karena biaya benih hanya menyumbang sebesar 1,21

persen.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan

penelitian yang dilakukan penulis, khususnya yang terkait dengan variabel-

variabel produksi dan variabel-variabel inefisiensi teknis. Sama halnya dengan

penelitian terdahulu, penulis juga memasukkan variabel atau faktor produksi

seperti lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja dalam penelitian ini. Akan

tetapi, dalam penelitian ini variabel luas lahan akan dijadikan pembobot pada

variabel dependen maupun variabel independen. Sementara variabel inefisiensi

teknis yang digunakan dalam penelitian ini dan juga yang telah digunakan pada

penelitian terdahulu antara lain variabel umur petani, pengalaman, pendidikan

formal, umur bibit, dummy keikutsertaan dalam kelompok tani, dan dummy status

kepemilikan lahan. Variabel lainnya yang akan dianalisis yaitu variabel dummy

status usahatani dan dummy kredit bank karena perbedaan status usahatani dan

sumber permodalan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis.

Page 35: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Usahatani

Definisi usahatani telah banyak diuraikan oleh beberapa pakar. Usahatani

adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat atau

permukaan bumi yang diperlukan untuk produksi pertanian (Mosher 1968, diacu

dalam Mubyarto 1989). Sementara Rifai (1980), diacu dalam Hernanto (1996)

mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang

ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Usahatani sebagai organisasi

dimaksudkan bahwa usahatani harus ada yang mengorganisir dan ada yang

diorganisir, yang mengorganisir usahatani adalah petani dibantu oleh keluarga dan

yang diorganisir adalah faktor-faktor produksi yang dikuasai. Soekartawi (2006)

menjelaskan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk

tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dari beberapa

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan usahatani adalah memperoleh

hasil produksi yang optimal agar menghasilkan pendapatan yang maksimal.

Suratiyah (2008) mengklasifikasikan usahatani menurut corak dan sifat,

organisasi, pola, dan tipe usahataninya. Penjelasan mengenai klasifikasi usahatani

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Corak dan Sifat

Berdasarkan corak dan sifat, usahatani dibagi menjadi usahatani subsisten

dan usahatani komersil. Usahatani subsisten adalah usahatani yang dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sedangkan usahatani komersil adalah

usahatani yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan dan telah memperhatikan

kualitas dan kuantitas produk.

2) Organisasi

Berdasarkan organisasi, usahatani dibagi menjadi 3, yakni usahatani

individual, kolektif, dan kooperatif. Usahatani individual adalah usahatani yang

seluruh proses dikerjakan oleh sendiri beserta keluarga. Usahatani kolektif adalah

usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu

Page 36: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

20

kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun keuntungan.

Usahatani kooperatif adalah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara

individual hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh

kelompok.

3) Pola

Berdasarkan polanya, usahatani dibagi menjadi usahatani khusus, tidak

khusus dan campuran. Usahatani khusus merupakan usahatani yang hanya

mengusahakan satu cabang usahatani saja. Usahatani tidak khusus merupakan

usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama namun

terdapat batas yang tegas. Usahatani campuran merupakan usahatani yang

mengusahakan beberapa cabang secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa

batas yang tegas, contohnya tumpang sari dan mina padi.

4) Tipe

Berdasarkan tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa jenis usahatani

berdasarkan komoditas yang diusahakan, seperti: usahatani ayam, usahatani

kambing, dan usahatani jagung.

Dalam usahatani, proses produksi dapat berjalan dengan baik apabila

semua faktor-faktor produksi yang mendukung kegiatan produksi tersebut sudah

terpenuhi. Terdapat empat faktor produksi yang selalu ada dalam usahatani, yaitu

tanah (lahan), modal, tenaga kerja, dan manajemen. Keempat faktor produksi

tersebut mempunyai fungsi yang berbeda namun saling terkait satu sama lain.

1) Tanah atau Lahan

Pada umumnya di Indonesia tanah merupakan faktor produksi yang relatif

langka dibanding dengan faktor produksi lainnya dan distribusi penguasaannya di

masyarakat tidak merata (Hernanto 1996). Tanah memiliki sifat di antaranya: luas

relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat

dipindahtangankan dan atau diperjualbelikan. Menurut Soekartawi (2002), luas

lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha yang pada akhirnya akan

mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Akan tetapi

pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya

lahan, tetapi juga segi lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan

lahan, dan topografi.

Page 37: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

21

2) Modal

Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor

produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan produk pertanian.

Hernanto (1996) membedakan modal berdasarkan sifatnya yaitu modal tetap dan

modal bergerak. Modal tetap adalah modal yang tidak habis pakai pada satu

periode produksi, seperti tanah dan bangunan. Modal bergerak adalah jenis modal

yang habis atau dianggap habis dalam satu periode proses produksi. Berdasarkan

sumbernya modal dapat dibedakan menjadi modal milik sendiri, pinjaman atau

kredit (kredit bank, pelepas uang, famili, dan lain-lain), hadiah warisan, usaha

lain, dan kontrak sewa.

3) Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan pelaku dalam usahatani yang bertugas

menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Tiga jenis tenaga kerja yang

digunakan dalam usahatani yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan

tenaga kerja mekanik (Hernanto 1996). Tenaga kerja manusia dibedakan atas

tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat

mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya

yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat

kecukupan, tingkat kesehatan, dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan

usahatani. Tenaga kerja usahatani dapat diperoleh dari dalam maupun luar

keluarga. Dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga

kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja (Soekartawi 2002). Skala

usaha akan mempengaruhi besar-kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga

menentukan jenis tenaga kerja yang diperlukan.

4) Manajemen

Hernanto (1996) menggambarkan manajemen usahatani sebagai

kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan

faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu

memberikan produksi pertanian seperti yang diharapkan. Ukuran dari

keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun

produktivitas usahanya.

Page 38: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

22

Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal

dan faktor eksternal (Hernanto 1996). Faktor internal terdiri dari petani pengelola,

tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani

mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah keluarga. Faktor internal ini

dapat dikendalikan oleh petani itu sendiri. Sementara faktor eksternal terdiri dari

sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran

hasil dan bahan usahatani, fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi petani.

3.1.2. Konsep Fungsi Produksi

Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu

proses produksi, fungsi produksi menunjukkan berapa output yang dapat

diperoleh dengan menggunakan sejumlah variabel input yang berbeda. Soekartawi

et al. (1986) mendefinisikan fungsi produksi sebagai hubungan fisik antara

masukan (input) dan produksi. Beberapa input seperti tanah, pupuk, tenaga kerja,

modal, iklim, dan sebagainya akan mempengaruhi jumlah output yang diperoleh.

Dapat dimisalkan Y adalah produksi dan Xi adalah input ke-i, maka besar

kecilnya Y juga tergantung dari besar kecilnya X1, X2, X3, ..., Xm yang dipakai.

Hubungan Y dan X secara aljabar dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, ..., Xm)

Fungsi produksi yang telah diketahui dapat digunakan untuk menduga

hasil produksi dan dapat pula dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi input

yang terbaik. Soekartawi et al. (1986) menjelaskan bahwa terdapat tiga hal yang

perlu diperhatikan dalam memilih bentuk aljabar fungsi produksi, yaitu:

1) Bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekat keadaan

usahatani sebenarnya.

2) Bentuk fungsi produksi yang digunakan mudah diukur atau dihitung secara

statistik.

3) Fungsi produksi mudah diartikan secara ekonomi dari parameter yang

menyusun fungsi produksi tersebut.

Hernanto (1996) mengungkapkan bahwa melalui fungsi produksi dapat

dilihat secara nyata bentuk hubungan dari faktor produksi yang digunakan untuk

memperoleh sejumlah produksi, dan sekaligus menunjukkan produktivitas dari

Page 39: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

23

hasil itu sendiri. Hubungan input dan output tersebut dapat digambarkan dari

produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR).

PM menunjukkan banyaknya penambahan atau pengurangan output Y

yang dihasilkan dari setiap penambahan satu-satuan input X, dengan kondisi input

lainnya tetap. Hubungan Y dan X ini dapat terjadi dalam tiga situasi, yaitu bila

PM konstan, bila PM menurun, dan bila PM meningkat (Soekartawi 2002). PM

konstan dapat diartikan bahwa setiap tambahan satu-satuan unit input X dapat

menyebabkan tambahan satu-satuan unit output Y secara proporsional. Bila terjadi

suatu peristiwa tambahan satu-satuan unit input X menyebabkan satu-satuan unit

output Y yang menurun atau decreasing productivity, maka PM menurun.

Sebaliknya, bila penambahan satu-satuan unit input X menyebabkan satu-satuan

output Y yang semakin meningkat secara tidak proporsional, maka disebut dengan

increasing productivity yang menyebabkan PM meningkat.

Produk Marjinal (PM) =

Perubahan Output

Perubahan Input =

y

x i

Produk rata-rata adalah perbandingan antara output total dengan input

produksi. Dimana output total atau produk total (PT=Y) adalah jumlah output

yang diperoleh dalam proses produksi.

Produk Rata-rata (PR) =

Ouput Total

Input Total = Y

x i

Dengan mengaitkan PT, PM, dan PR maka hubungan input dan ouput

akan lebih informatif. Artinya, dengan cara seperti itu akan dapat diketahui

elastisitas produksi yang sekaligus juga akan diketahui apakah proses produksi

yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau

sebaliknya. Elastisitas produksi (Ep) adalah presentase perubahan dari output

akibat dari presentase perubahan dari input.

Ep = y / y

x / x =

y

x

x

y =

PM

PR

Gambar 1 menunjukkan bahwa kurva produksi terbagi menjadi tiga daerah

(stage), yaitu stage I dimana sepanjang tahap ini PR terus naik, stage II dimana

terjadi penurunan PR saat PM positif, dan stage III dimana terjadi penurunan PR

saat PM negatif dan PT mulai turun.

Page 40: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

24

Gambar 1. Kurva Fungsi Produksi Sumber: Soekartawi (2002)

Stage I dimulai dari penggunaan X sebesar 0 unit sampai PR mencapai

maksimum dan berpotongan dengan PM. Daerah ini memiliki nilai elastisitas

produksi lebih besar dari satu (Ep > 1), dimana PT meningkat pada tahapan

increasing rate dan PR juga meningkat. Kondisi tersebut terjadi saat nilai PM

lebih besar dari nilai PR. Petani belum mencapai keuntungan maksimum karena

masih mampu memperoleh sejumlah produksi jika menambah sejumlah input

tertentu. Oleh karena itu, daerah ini disebut daerah irrasional atau inefisien.

Stage II dimulai pada PR maksimum dan berakhir pada PM = 0, dengan

nilai elastisitas produksi (0 < Ep < 1). Dalam keadaan demikian, tambahan

sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang

diperoleh atau mengalami penambahan hasil produksi yang semakin menurun

Y

Stage I Stage II Stage III

TP

Ep>1 0<Ep<1 Ep<0

Y

PR

PM X1 X2 X3

Page 41: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

25

(decreasing rate). Penggunaan input pada daerah ini telah optimal sehingga

disebut daerah rasional atau efisien.

Stage III merupakan daerah dimana PM pada posisi negatif dan turun

secara tajam serta PR dan PT berada pada kondisi menurun, dengan nilai

elastisitas lebih kecil dari nol (Ep < 0). Pada daerah ini upaya penambahan

sejumlah input akan merugikan bagi petani karena akan menurunkan produksi.

Penggunaan input dalam jumlah berlebih menyebabkan daerah ini sudah tidak

efisien sehingga disebut daerah irrasional.

3.1.3. Konsep Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Metode stochastic frontier adalah salah satu metode yang dapat digunakan

untuk mengukur tingkat efisiensi relatif suatu usahatani (Seiford dan Thrall 1990,

diacu dalam Coelli et al. 2005). Dalam metode tersebut digunakan data hasil

survei untuk menentukan produksi frontier terbaik. Dugaan stokastik berkaitan

dengan pengukuran kesalahan acak (random error) yang meliputi dugaan fungsi

produksi frontier dimana keluaran dari suatu usahatani merupakan fungsi dari

faktor-faktor produksi, kesalahan acak, dan inefisiensi.

Greene (1993), diacu dalam Sukiyono (2005) menjelaskan bahwa model

produksi frontier dimungkinkan untuk menduga atau memperkirakan efisiensi

relatif suatu kelompok atau usahatani tertentu yang didapatakan dari hubungan

antara produksi dan potensi produksi yang dapat dicapai. Karakterisitik model

produksi frontier untuk menduga efisiensi teknis adalah adanya pemisah dampak

dari goncangan peubah eksogen terhadap keluaran melalui kontribusi ragam yang

menggambarkan efisiensi teknis (Giannakas et al. 2003, diacu dalam Sukiyono

2005). Dengan demikian, metode frontier dapat menduga ketidakefisienan suatu

proses produksi tanpa mengabaikan galat dari modelnya.

Aigner et al. (1977); Meeusen & van den Broeck (1977), diacu dalam

Coelli et al. (2005) menjelaskan bahwa fungsi produksi stochastic frontier

merupakan fungsi produksi yang dispesifikasi untuk data silang (cross-sectional

data) yang memiliki dua komponen error term, yaitu random effects (vi) dan

inefisiensi teknis (ui). Secara matematis, fungsi produksi stochastic frontier dapat

ditulis dalam persamaan berikut:

Page 42: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

26

ln yi = xi + (vi - ui); i = 1,2,3,...,N

dimana:

yi = produksi yang dihasilkan pada waktu ke-i

xi = vektor input yang digunakan pada waktu ke-i

= vektor parameter yang akan diestimasi

vi = variabel acak yang bebas dan secara identik terdistribusi normal

(independent-identically distributed, iid.) N (0, v2), berkaitan dengan

faktor eksternal (iklim, hama)

ui = variabel acak non negatif yang diasumsikan iid., yang menggambarkan

inefisiensi teknis dalam produksi, dengan sebaran bersifat setengah normal

N (0, u2)

Model yang dinyatakan dalam persamaan di atas disebut sebagai fungsi

produksi stochastic frontier karena nilai output dibatasi oleh variabel acak

(stochastic), yaitu nilai harapan dari xiβ + vi atau exp(xiβ + vi). Random error (vi)

dapat bernilai positif dan negatif dan begitu juga output stochastic frontier

bervariasi sekitar bagian tertentu dari model frontier, exp(xiβ).

Gambar 2. Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Sumber: Coelli et al. (2005)

Struktur dasar dari model stochastic frontier dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumbu x mewakili input dan sumbu y mewakili output. Komponen dari model

x

y

xi xj

yi

yj

Fungsi produksi, y=f(exp(xβ))

Output frontier (yj*)

exp(xjβ+vj), jika vj < 0

Output frontier (yi*)

exp(xiβ+vi), jika vi > 0

Page 43: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

27

frontier yaitu f(xβ), digambarkan sesuai asumsi diminishing return to scale,

dimana jika variabel faktor produksi dengan jumlah tertentu ditambahkan secara

terus-menerus dengan jumlah yang tetap maka akhirnya akan tercapai suatu

kondisi dimana setiap penambahan satu unit faktor produksi akan menghasilkan

tambahan produksi yang semakin menurun.

Gambar 2 menjelaskan aktivitas produksi dari dua petani yang diwakili

simbol i dan j. Petani i menggunakan input sebesar xi dan menghasilkan output

sebesar yi, sedangkan petani j menggunakan input sebesar xj dan menghasilkan

output sebesar yj. Berdasarkan output batas, terlihat bahwa output frontier petani i

melampaui fungsi produksi f(xβ) sedangkan nilai output frontier petani j berada di

bawah fungsi produksi f(xβ). Hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas produksi

petani i dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan dimana variabel vi bernilai

positif. Sebaliknya, aktivitas produksi petani j dipengaruhi oleh kondisi yang tidak

menguntungkan dimana variabel vj bernilai negatif. Output frontier i dan j tidak

dapat diamati atau diukur karena random error dari keduanya tidak teramati.

Output frontier yang tak teramati tersebut dapat berada di atas atau di bawah

bagian deterministik dari model stochastic frontier, sedangkan output yang

teramati hanya dapat berada di bawah bagian deterministik dari model stochastic

frontier. Output yang teramati dapat berada di atas fungsi deterministik

frontiernya apabila random error bernilai positif dan lebih besar dari efek

inefisiensinya (misalnya yi > exp(xiβ) jika vi > ui) (Coelli et al. 2005).

3.1.4. Konsep Efisiensi dan Inefisiensi

Dalam usahatani, peranan hubungan input atau faktor produksi dengan

output merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Peranan input bukan saja

dapat dilihat dari segi macamnya atau tersedianya dalam waktu yang tepat, tetapi

juga dapat ditinjau dari segi efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut. Petani

yang rasional akan bersedia menambah input tertentu selama nilai tambah yang

dihasilkan oleh tambahan input tersebut sama atau lebih besar dibandingan

dengan tambahan biaya yang diakibatkan oleh penambahan sejumlah input

tersebut.

Farrel (1957), diacu dalam Coelli et al. (2005) mengungkapkan bahwa

efisiensi terdiri atas dua komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif.

Page 44: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

28

Efisiensi teknis memperlihatkan kemampuan usahatani atau perusahaan untuk

memperoleh hasil yang maksimal dari penggunaan sejumlah faktor produksi

tertentu. Sementara efisiensi alokatif memperlihatkan kemampuan usahatani atau

perusahaan dalam menggunakan faktor produksi secara proporsional pada tingkat

harga dan teknologi tertentu. Penggabungan efisiensi teknis dan efisiensi alokatif

akan menghasilkan efisiensi ekonomi.

Gambar 3 menunjukkan hubungan efisiensi teknis dan alokatif dengan

pendekatan input. Garis SS’ menunjukkan kurva isoquant yang menghubungkan

titik-titik kombinasi optimum dari sejumlah input satu (x1) dengan input lainnya

(x2) untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu. Sedangkan garis AA’

menunjukkan kurva isocost yaitu garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi

penggunaan input satu (x1) dengan input lainnya (x2) yang didasarkan pada

tersedianya biaya modal.

Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Alokatif Sumber: Coelli et al. (2005)

Titik Q pada kurva merupakan titik yang efisien secara teknis karena titik

tersebut berada pada kurva isoquant. Jarak sepanjang QP adalah inefisiensi teknis,

sehingga sejumlah faktor produksi sepanjang garis tersebut dapat dikurangi tanpa

mengurangi jumlah produk yang dihasilkan. Secara matematis, efisiensi teknis

(TE) ditulis sebagai TEi = 0Q/0P.

Notasi i menunjukkan nilai efisiensi teknis dengan pendekatan orientasi

input. Nilai TEi menunjukkan derajat efisiensi teknis yang dapat dicapai dimana

x1/y

x2/y

O

A

Q’

A’

Q

P

S

R

S’

Page 45: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

29

besaran nilainya berkisar antara 0 dan 1. Jarak sepanjang RQ pada kurva adalah

inefisiensi alokatif yang menunjukkan biaya yang dapat dikurangi untuk mencapai

efisiensi alokatif. Adapun nilai efisiensi alokatif dirumuskan sebagai AEi =

0R/0Q.

Efisiensi ekonomis dicapai pada saat kurva isocost bersinggungan dengan

kurva isoquant. Efisiensi ekonomis ditunjukkan oleh titik Q’ yang merupakan

perpaduan antara efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Selain itu kurva QQ’ juga

merupakan kurva isoquant yang menunjukkan kondisi efisien secara penuh.

Secara matematis efisiensi ekonomis dirumuskan sebagai berikut :

EE = TE x AE = (0Q/0P) x (0R/0Q) = 0R/0P

Penggunaan faktor produksi yang tidak efisien dapat menyebabkan

senjang produktivitas antara produktivitas yang seharusnya dan produktivitas riil

yang dihasilkan petani. dalam menangani masalah tersebut diperlukan penelitian

untuk mengetahui sumber-sumber inefisiensi tersebut (Soekartawi 2002). Sumber-

sumber inefisiensi dapat diuji melalui dengan dua alternatif pendekatan (Daryanto

2002, diacu dalam Khotimah (2010). Pendekatan pertama adalah prosedur dua

tahap, yang mana tahap pertama terkait pendugaan terhadap skor efisiensi (efek

inefisiensi) bagi individu perusahaan dan tahap kedua merupakan pendugaan

terhadap regresi dimana skor efisiensi (ineifisiensi duaan) dinyatakan sebagai

fungsi dari variabel sosial ekonomi yang diasumsikan mempengaruhi efek

inefisiensi. Pendekatan kedua adalah prosedur satu tahap, dimana efek inefisiensi

dalam stochastic frontier dimodelkan dalam bentuk variabel yang dianggap

relevan dalam menjelaskan inefisiensi dalam proses produksi.

Model inefisiensi yang digunakan pada penelitian ini merujuk pada model

Coelli et al. (2005). Dalam mengukur inefisiensi teknis digunakan variabel ui

yang diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N (μ, σ2).

Nilai parameter distribusi (µ) efek inefisiensi teknis dapat diperoleh melalui

perhitungan sebagai berikut :

μ = δ0 + Zitδ + wit

dimana Zit pada perhitungan tersebut adalah variabel penjelas, δ adalah parameter

skalar yang dicari, dan wit adalah variabel acak.

Page 46: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

30

3.1.5. Konsep Pendapatan Usahatani

Usahatani merupakan kegiatan ekonomi sehingga analisis pendapatan

usahatani sangat penting dilakukan untuk mengukur keberhasilan kegiatan

ekonomi tersebut. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan

seluruh pengeluaran. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual, sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai

korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi atau disebut juga sebagai biaya.

Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan tunai usahatani dan

pendapatan total usahatani.

Pendapatan tunai usahatani merupakan ukuran kemampuan usahatani

untuk menghasilkan uang tunai, dihitung dari selisih antara penerimaan tunai

dengan pengeluaran tunai. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) merupakan

nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan pengeluaran

tunai usahatani (farm payment) merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian barang dan jasa usahatani. Penerimaan dan pengeluaran tunai usahatani

tidak mencakup yang berbentuk benda.

Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total

dengan pengeluaran total. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) adalah

penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi nilai penjualan hasil, nilai

penggunaan untuk konsumsi keluarga, dan jumlah penambahan inventaris.

Pengeluaran atau biaya total usahatani adalah semua biaya yang dikeluarkan

dalam usahatani, baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan seperti

penyusutan dan nilai tenaga kerja keluarga.

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap

(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya

didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya atau besarnya tidak

tergantung pada faktor-faktor produksi yang digunakan dan jumlah produksi yang

diperoleh, contohnya pajak. Sementara biaya tidak tetap atau biaya variabel

besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh, meliputi biaya untuk

sarana produksi.

Alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur pendapatan usahatani

adalah analisis R/C atau return cost ratio. Analisis R/C akan menunjukkan

Page 47: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

31

besarnya penerimaan usahatani yang diperoleh petani untuk setiap satuan biaya

yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Selain itu, nilai R/C juga dapat

menjadi alat ukur kelayakan suatu usahatani. Suatu usahatani dikatakan layak jika

usahatani tersebut memperoleh balas jasa yang sesuai atau dengan kata lain

penerimaan usahatani yang diperoleh dapat menutupi semua pengeluaran

usahatani. Nilai R/C lebih besar dari satu, maka setiap tambahan biaya yang

dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada

tambahan biaya. Sebaliknya nilai R/C lebih kecil dari satu, maka setiap tambahan

biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil

daripada tambahan biaya. Jika nilai R/C sama dengan satu, maka tambahan biaya

yang dikeluarkan akan sama besar dengan tambahan penerimaan yang didapat

sehingga diperoleh keuntungan normal. Nilai R/C dapat dihitung atas biaya tunai

(riil) dan biaya total.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Paprika merupakan salah satu komoditi eksklusif yang bersifat komersial.

Permintaan akan komoditi yang berasal dari Amerika Latin ini sangat tinggi, baik

di dalam negeri maupun di luar negeri. Menjamurnya restauran-restauran dan

hotel yang menyajikan menu makanan asing di dalam negeri, memberikan

peluang pasar yang begitu lebar bagi komoditi paprika. Sementara untuk pasar

luar negeri, paprika sebagian besar diekspor ke Singapura.

Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua merupakan sentra produksi paprika

hidroponik di Kabupaten Bandung Barat. Hampir seluruh petani paprika di desa

tersebut membudidayakan paprika di bawah naungan (protected cultivation)

berupa rumah plastik dengan menggunakan sistem hidroponik. Peluang pasar

paprika Desa Pasirlangu sangat besar karena diserap oleh pasar dalam negeri dan

juga ekspor. Permintaan paprika untuk ekspor mencapai 10 ton per minggu,

sementara petani di Desa Pasirlangu baru mampu memenuhi pasokan paprika

sebanyak 4-6 ton.

Pemenuhan permintaan paprika yang tinggi di Desa Pasirlangu masih

terkendala oleh keterbatasan produksi. Salah satu penyebab keterbatasan produksi

paprika di Desa Pasirlangu adalah produktivitas rata-rata paprika yang belum

optimal. Menurut Gunadi (2006), berdasarkan penelitian dari Balai Penelitian

Page 48: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

32

Tanaman Sayuran Lembang, tanaman paprika hidroponik yang dibudidayakan

sesuai dengan kondisi di Indonesia dapat memiliki produktivitas yang optimal

hingga mencapai 8-9 kilogram per meter persegi. Namun pada kenyataannya

produktivitas tertinggi paprika hidroponik yang mampu dicapai oleh petani di

Desa Pasirlangu hanya sebesar 5,7 kilogram per meter persegi atau 57 ton per

hektar (Laporan Profil Desa Pasirlangu 2011). Kesenjangan antara produktivitas

riil dan produktivitas potensial yang diharapkan diduga karena para petani paprika

hidroponik di Desa Pasirlangu masih menghadapi kendala di lapang khususnya

terkait dengan penggunaan faktor produksi.

Dalam penelitian ini akan dianalisis pengaruh penggunaan faktor-faktor

produksi atau input terhadap produksi paprika hidroponik dengan menggunakan

model fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier. Variabel-variabel

independen yang dimasukkan ke dalam model pendugaan fungsi produksi paprika

hidroponik adalah luas lahan greenhouse, jumlah benih, nutrisi, insektisida,

fungisida, pupuk daun, pupuk pelengkap cair, dan tenaga kerja. Namun, dalam

pendugaan model fungsi produksi, variabel luas lahan hanya digunakan sebagai

pembobot pada variabel dipenden (produksi) dan independen lainnya sehingga

variabel dependen dan semua variabel independen dibagi dengan luas lahan untuk

melihat produksi paprika hidroponik per satuan lahan dan penggunaan input-input

produksi per satuan lahan.

Selanjutnya, dilakukan dianalis inefisiensi teknis yang bertujuan untuk

mengetahui efek inefisiensi teknis pada model. Variabel yang diduga

mempengaruhi inefisiensi teknis pada usahatani paprika hidroponik yaitu umur

petani, pengalaman usahatani paprika, pendidikan formal, umur bibit, dummy

keikutsertaan dalam kelompok tani, dummy status usahatani, dummy status

kepemilikan lahan, dan dummy kredit bank. Hasil analisis fungsi produksi

stochastic frontier akan memberikan gambaran tingkat efisiensi dari masing-

masing petani yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam

pengkombinasian input-input usahatani yang optimal.

Pada penelitian ini juga akan dianalisis bagaimana penggunaan faktor-

faktor produksi akan mempengaruhi struktur biaya yang terbentuk serta

pendapatan usahatani paprika hidroponik yang diterima. Analisis pendapatan

Page 49: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

33

dalam penelitian ini meliputi pengukuran tingkat pendapatan dan analisis R/C.

Kerangka operasional penelitian ini disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

Pemenuhan permintaan pasar paprika hidroponik

Desa Pasirlangu masih terkendala dengan

keterbatasan produksi

Produktivitas paprika hidroponik Desa

Pasirlangu belum optimal

Bagaimana tingkat efisiensi teknis dan pendapatan

usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu?

Analisis Efisiensi Teknis

(Fungsi Produksi Stochastic

Frontier)

Analisis Pendapatan Usahatani:

1. Pendapatan Usahatani

2. Analisis R/C

Pendapatan Usahatani Efisiensi Teknis

Rekomendasi

Permintaan pasar terhadap paprika

hidroponik yang tinggi menuntut

hasil produksi yang maksimal

Desa Pasirlangu sebagai sentra

penghasil paprika yang berperan

penting sebagai komoditi ekspor dan

sumber pendapatan masyarakat

Page 50: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua,

Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut

dilakukan secara sengaja (purposive) yang didasarkan pertimbangan bahwa Desa

Pasirlangu merupakan sentra produksi paprika hidroponik di Kabupaten Bandung

Barat yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengambilan data dilaksanakan pada

bulan April hingga Mei 2012.

4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan

data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer

dikumpulkan dari petani responden melalui pengamatan dan wawancara secara

langsung dengan menggunakan kuisioner yang meliputi karakteristik petani

responden dan karakteristik usahatani. Data primer berupa karakteristik petani

responden seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani paprika, dan

lain sebagainya digunakan untuk mendapat gambaran umum mengenai petani

paprika di Desa Pasirlangu. Data mengenai karakteristik usahatani seperti

penggunaan faktor produksi, produksi paprika dalam satu musim tanam, dan

pertanyaan lain digunakan untuk menganalisis efisiensi teknis dan pendapatan

usahatani paprika di tempat penelitian.

Data sekunder digunakan sebagai data penunjang pada penelitian ini. Data

sekunder diperoleh dari artikel, jurnal, buku, literatur internet, serta dari berbagai

instansi terkait seperti Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian RI,

Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa

Barat, Pemerintah Desa Pasirlangu, serta beberapa sumber lain yang berkaitan

dengan penelitian ini.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 60

orang petani paprika hidroponik, berdasarkan aturan umum secara statistik yaitu

30 orang karena sudah terdistribusi normal dan dapat memprediksi populasi yang

diteliti. Pengambilan responden untuk penelitian dilakukan dengan metode

Page 51: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

35

purposive sampling. Purposive sampling dapat diartikan pengambilan sampel

berdasarkan kesengajaan dimana pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas

ciri atau sifat tertentu (Soekartawi 2006). Penelitian ini berfokus untuk melihat

efisiensi teknis petani pada tingkat teknologi tertentu sehingga petani yang

menjadi sampel adalah petani yang menggunakan sistem fertigasi manual dan

membudidayakan paprika dengan sistem hidroponik (menggunakan arang sekam

sebagai media tanamannya). Penentuan sampel tidak dilakukan secara acak karena

tidak tersedia sampel frame petani paprika di lokasi penelitian.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh diolah dan dinalisis dengan

metode kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

mendeskripsikan keragaan petani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu.

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis efisiensi teknis dan

pendapatan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu. Pada pengolahan

data, jumlah total sampel sebanyak 60 petani diseleksi menjadi 59 petani karena

jumlah 59 petani inilah yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dalam

penelitian ini. Data yang diperoleh diolah menggunakan program Microsoft Excel,

Minitab 14, dan Frontier 4.1.

4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Fungsi produksi yang digunakan pada penelitian ini adalah fungsi

produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya pada kerangka pemikiran, dalam penelitian ini variabel dependen

(produksi) dan seluruh variabel independen yang digunakan dibagi dengan luas

lahan, sehingga dalam model sudah tidak terdapat variabel luas lahan. Model

persamaan penduga fungsi produksi frontier dari usahatani paprika hidroponik

adalah sebagai berikut:

Ln Y = 0 + 1 ln B + 2 ln Nut + 3 ln Ins + 4 ln Fu + 5 ln Pd + 6 ln Pc +

7 ln TK + vi - ui

dimana:

Y = jumlah produksi paprika hidroponik per luas lahan (kg/m2)

B = jumlah benih per luas lahan (biji/m2)

Page 52: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

36

Nut = jumlah nutrisi per per luas lahan (liter/m2)

Ins = jumlah insektisida per luas lahan (liter/m2)

Fu = jumlah fungisida per luas lahan (liter/m2)

Pd = jumlah pupuk daun per luas lahan (kg/m2)

Pc = jumlah pupuk cair per luas lahan (liter/m2)

TK = jumlah tenaga kerja per luas lahan (HOK/m2)

0 = intersep

j = koefisien parameter penduga, dimana j= 1,2,3,...,7

0< j<1 (diminishing return)

ui = efek inefisiensi teknis dalam model

vi = variabel acak

vi - ui = error term total

Nilai koefisien yang diharapkan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 > 0. Nilai

koefisien positif memiliki arti dengan meningkatnya jumlah input yang digunakan

dalam produksi maka akan meningkatkan jumlah produksi paprika hidroponik.

Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, jumlah elastisitas dari masing-masing

faktor produksi yang diduga merupakan pendugaan skala usaha (return to scale).

Produksi berada pada kondisi decreasing return to scale jika j < 1, dan

sebaliknya produksi berada pada kondisi increasing return to scale jika j > 1.

Pada produksi yang memiliki kondisi contant return to scale, maka j = 1.

Namun fungsi Cobb-Douglas hanya beroperasi pada daerah I (increasing return to

scale) dan daerah II (decreasing return to scale) (Beattie et al. 1985).

4.4.2. Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis

Analisis efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

TE i

yi

exp xi

exp xi ui

exp xiexp ui

TEi adalah efisiensi teknis petani ke-i, yi adalah fungsi output

deterministik (tanpa error term), dan exp (-ui) adalah nilai harapan (mean) dari ui.

Nilai efisiensi teknis berkisar antara nol dan satu, berbanding terbalik dengan nilai

Page 53: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

37

efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah

ouput dan input tertentu (cross section data).

Pada penelitian ini, model efek inefisiensi yang digunakan mengacu pada

model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Coelli et al. (2005).

Variabel ui yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan

bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N ( i,2). Parameter distribusi

( i) efek inefisiensi teknis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

i = δ0 + δ1Z1 + δ2Z2 + δ3Z3 + δ4Z4 + δ5Z5 + δ6Z6 + δ7Z7 + δ8Z8 + wit

dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani

paprika hidroponik adalah:

Z1 = umur petani (tahun)

Z2 = pengalaman usahatani paprika (tahun)

Z3 = pendidikan formal (tahun)

Z4 = umur bibit (hari)

Z5 = dummy keikutsertaan dalam kelompok tani

Z6 = dummy status usahatani

Z7 = dummy status kepemilikan lahan

Z8 = dummy kredit bank

wit = error term

Nilai koefisien parameter yang diharapkan δ1 > 0 dan δ2, δ3, δ4, δ5, δ6, δ7,

δ8 < 0. Adapun hipotesis yang diajukan untuk model inefisiensi teknis adalah

sebagai berikut:

1. Semakin tua umur petani diduga akan berpengaruh positif terhadap inefisiensi

teknis karena dengan semakin bertambahnya umur, kondisi fisik akan semakin

melemah.

2. Semakin lama pengalaman petani dalam menjalani usahatani paprika diduga

akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis karena pengalaman akan

memberikan pembelajaran bagi para petani dalam melakukan usahatani.

3. Semakin lama pendidikan formal petani diduga akan berpengaruh negatif

terhadap inefisiensi teknis karena petani dengan tingkat pendidikan yang lebih

Page 54: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

38

tinggi diduga akan lebih mudah dalam mengadopsi teknologi dan menyerap

informasi tentang input-input produksi.

4. Semakin tua umur bibit diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi

teknis karena bibit berumur tua akan mencegah peluang terjadinya kematian

pada tanaman.

5. Dummy keikutsertaan dalam kelompok tani diduga akan berpengaruh terhadap

inefisiensi teknis. Nilai satu untuk petani anggota kelompok dan nol untuk

petani bukan anggota kelompok. Petani anggota kelompok akan memperoleh

banyak informasi melalui penyuluhan sehingga diduga akan lebih efisien.

6. Dummy status usahatani diduga akan berpengaruh terhadap inefisiensi teknis.

Nilai satu untuk petani dengan status usahatani paprika sebagai pekerjaan

utama dan nol untuk petani dengan status usahatani paprika sebagai pekerjaan

sampingan. Petani yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai

pekerjaan utama akan memiliki curahan waktu yang lebih banyak untuk

mengelola usahataninya sehingga diduga akan lebih efisien.

7. Dummy status kepemilikan lahan diduga akan berpengaruh terhadap

inefisiensi teknis karena akan mempengaruhi keseriusan petani dalam

menjalankan usahatani. Nilai satu untuk petani dengan lahan bagi hasil dan

nol untuk petani dengan lahan milik sendiri. Petani dengan status kepemilikan

lahan bagi hasil diduga akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi

sehingga akan lebih efisien secara teknis dibandingkan dengan petani dengan

lahan bagi hasil.

8. Dummy kredit bank diduga akan berpengaruh terhadap inefisiensi teknis. Nilai

satu untuk petani yang memperoleh kredit bank dan nol untuk petani yang

tidak memperoleh kredit bank. Petani yang memperoleh kredit bank akan

memiliki kemampuan menggali modal yang lebih banyak untuk membiayai

faktor produksi sehingga diduga akan lebih efisien.

Pengujian inefisiensi teknis dapat dilakukan dengan metode statistik. Hasil

pengujian Frontier 4.1 akan memberikan nilai perkiraan varians dari parameter

dalam bentuk sebagai berikut:

s2 = v

2 + u

2 dan = u

2 / s

2

Page 55: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

39

dimana s2 adalah varians dari distribusi normal, v

2 adalah varians dari vi, dan

u2 adalah varians dari ui. Nilai parameter ( ) merupakan kontribusi dari efisiensi

teknis di dalam residual error ( ) yang nilainya berkisar antara nol dan satu.

4.4.3. Uji Hipotesis

Pengujian parameter fungsi produksi stochastic frontier dan efek

inefisiensi teknis model dilakukan dengan dua tahap. Tahap yang pertama

dilakukan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menduga

parameter input-input produksi ( i). Tahap kedua dilakukan menggunakan metode

Maximum Likelihood Estimated (MLE) untuk menduga keseluruhan parameter

faktor produksi ( i), intersep ( 0), serta varians dari kedua komponen error ( v2

dan u2) pada taraf nyata sebesar .

Hipotesis pertama :

H0 : = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 = ............... δ8 = 0

H1 : = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 = ............... δ8 > 0

Hipotesis nol berarti efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika

hipotesis ini diterima maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili

data empiris. Uji yang digunakan adalah uji chi-square, dengan persamaan :

LR = -2 {ln[L(H0)/L(H1)]}

Dimana L(H0) dan L(H1) masing-masing adalah nilai fungsi likelihood

dari hipotesis nol dan hipotesis alternatif.

Kriteria uji :

LR galat satu sisi > 2restriksi (table Kodde dan Palm) maka tolak H0

LR galat satu sisi < 2restriksi (table Kodde dan Palm) maka terima H0

Hipotesis Kedua :

H0 : δ1 = 0

H1 : δ1 ≠ 0 ; i = 1,2,3,...,n

Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam

model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masing-

masing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh

terhadap inefisiensi di dalam proses produksi.

Page 56: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

40

Uji Statistik yang digunakan :

t-rasio = i 0

S i

t-tabel = t(α, n-k-1)

Kriteria uji :

| t-rasio| > t-tabel t(α, n-k-1) : tolak H0

| t-rasio| < t-tabel t(α, n-k-1) : terima H0

dimana: k = jumlah variabel bebas

n = jumlah pengamatan (responden)

S (δi) = simpangan baku koefisien efek inefisiensi

4.4.4. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya

tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai yaitu

pendapatan yang diperoleh atas biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani,

sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu pendapatan yang memperhitungkan

semua input milik keluarga yang juga dianggap sebagai biaya (Soekartawi 2002).

Secara matematis, penerimaan total, biaya, dan pendapatan usahatani dapat ditulis

sebagai berikut:

TR = Py x Y

TC = TFC + TVC

π tunai = TR total – TC tunai

π total = TR total – (TC tunai + Bd)

dimana :

TR total = Total penerimaan usahatani (Rupiah)

TC tunai = Total biaya tunai usahatani (Rupiah)

π = Pendapatan (Rupiah)

Bd = Biaya yang diperhitungkan (Rupiah)

Py = Harga output (Rupiah)

Y = Jumlah output (Kg)

TVC = Total biaya variabel (Rupiah)

TFC = Total biaya tetap (Rupiah)

Page 57: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

41

Analisis R/C digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani paprika

hidroponik. R/C membandingkan penerimaan kotor dengan pengeluaran

usahataninya. Perhitungan R/C dapat dirumuskan sebagai berikut:

R/C atas Biaya Tunai =

Total Penerimaan

Total Biaya Tunai =

TR

TC tunai

R/C atas Biaya Total =

Total Penerimaan

Total Biaya =

TR

TC tunai Bd

Analisis R/C digunakan untuk mengetahui besarnya penerimaan kotor

yang diterima petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu usahatani.

Apabila R/C > 1, berarti usahatani dapat dikatakan menguntungkan. Sebaliknya,

jika R/C < 1, berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan dan tidak efisien.

4.5. Batasan Operasional dan Satuan Pengukuran

Variabel yang diamati merupakan data dan informasi usahatani paprika

hidroponik yang diusahakan oleh petani. Variabel tersebut terlebih dahulu

didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada konsep

di bawah ini:

1. Produksi paprika hidroponik per luas lahan atau produktivitas paprika

hidroponik (Y) adalah jumlah panen total paprika hidroponik (paprika hijau,

merah, dan kuning) dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim

tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu kilogram per meter

persegi (kg/m2). Harga hasil produksi paprika (Py) adalah harga rata-rata di

tingkat petani pada saat panen berdasarkan jenis paprika.

2. Benih per luas lahan (B) adalah jumlah benih paprika yang digunakan dalam

setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan

pengukuran yang digunakan yaitu biji per meter persegi (biji/m2).

3. Nutrisi per luas lahan (Nut) adalah jumlah cairan nutrisi campuran (larutan

pekat dengan air) yang digunakan dalam setiap satu satuan luas lahan selama

satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu liter per

meter persegi (liter/m2).

4. Insektisida per luas lahan (Ins) adalah jumlah racun pencegah hama tanaman

paprika yang digunakan dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu

Page 58: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

42

musim tanam, dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu liter per meter

persegi (liter/m2).

5. Fungisida per luas lahan (Fu) adalah jumlah racun pencegah penyakit tanaman

paprika yang disebabkan oleh jamur yang digunakan dalam setiap satu satuan

luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang

digunakan yaitu liter per meter persegi (liter/m2).

6. Pupuk daun per luas lahan (Pd) adalah jumlah pupuk daun yang digunakan

dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan

pengukuran yang digunakan yaitu kilogram per meter persegi (kg/m2).

7. Pupuk cair per luas lahan (Pc) adalah jumlah pupuk pelengkap cair yang

digunakan dalam setiap satu satuan luas lahan selama satu musim tanam,

dengan satuan pengukuran yang digunakan yaitu liter per meter persegi

(liter/m2).

8. Tenaga kerja per luas lahan (TK) adalah jumlah tenaga kerja total yang

digunakan dalam kegiatan usahatani paprika hidroponik dalam setiap satu

satuan luas lahan selama satu musim tanam, dengan satuan pengukuran yang

digunakan yaitu Hari Orang Kerja per meter persegi (HOK/m2). Perhitungan

HOK mengabaikan jenis tenaga kerja yang digunakan apakah dari dalam

keluarga atau luar keluarga.

9. Umur petani (Z1) adalah usia petani paprika hidroponik pada saat penelitian

berlangsung yang diukur dalam satuan tahun.

10. Pengalaman berusahatani (Z2) adalah lamanya petani dalam mengusahakan

usahatani paprika yang diukur dalam satuan tahun.

11. Pendidikan formal (Z3) adalah lamanya pendidikan formal yang pernah

diperoleh petani yang diukur dalam satuan tahun.

12. Umur bibit (Z4) adalah umur bibit paprika hidroponik yang digunakan petani

pada saat dipindahkan di greenhouse tanam yang diukur dalam satuan hari.

13. Keikutsertaan dalam kelompok tani (Z5) dalam bentuk dummy. Satu untuk

petani anggota kelompok dan nol untuk petani yang bukan anggota kelompok.

14. Status usahatani (Z6) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang

menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan utama dan nol

Page 59: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

43

untuk petani yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan

sampingan.

15. Status kepemilikan lahan (Z7) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang

mengusahakan paprika hidroponik pada lahan bagi hasil dan nol untuk petani

yang mengusahakan paprika hidroponik pada lahan milik sendiri.

16. Kredit bank (Z8) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang memperoleh

kredit bank dan nol untuk petani yang tidak memperoleh kredit bank.

Page 60: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

5.1. Gambaran Umum Desa Pasirlangu

Gambaran umum Desa Pasirlangu meliputi keadaan geografi dan

administratif, kependudukan, serta sarana dan prasarana.

5.1.1. Keadaan Geografi dan Administratif

Desa Pasirlangu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Desa

Pasirlangu ke ibukota kecamatan relatif dekat, yaitu 5 kilometer, sedangkan jarak

ke ibukota kabupaten adalah 34 kilometer, dan jarak ke ibukota provinsi yaitu 25

kilometer. Batas wilayah administratif Desa Pasirlangu adalah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Purwakarta

Timur : Desa Tugu Mukti, Kecamatan Cisarua

Selatan : Desa Cimanggu, Kecamatan Ngamprah

Barat : Desa Cipada, Kecamatan Cisarua

Luas wilayah Desa Pasirlangu mencapai 1.065 hektar, dengan bentang

wilayah yang berupa perbukitan seluas 710 hektar dan lereng gunung seluas 355

hektar. Ditinjau dari ketinggiannya Desa Pasirlangu berada pada ketinggian 900-

2.050 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 20-25°C, dan curah

hujan rata-rata per tahun adalah 1.500 mm. Menurut penggunaan lahan di Desa

Pasirlangu, 88,08 hektar luas lahan digunakan sebagai lahan pemukiman, 10

hektar digunakan sebagai lahan persawahan, 7 hektar digunakan sebagai lahan

perkebunan, 1 hektar digunakan sebagai lahan kuburan, 58 hektar digunakan

sebagai lahan pekarangan, 1,56 hektar digunakan sebagai lahan perkantoran, dan

899,36 hektar digunakan sebagai prasarana umum lainnya. Sebesar 10 hektar

lahan persawahan, seluruhnya merupakan sawah irigasi setengah teknis.

Sementara lahan kering untuk tegalan atau ladang sebesar 467,49 hektar.

Lahan pertanian di Desa Pasirlangu banyak ditanami jenis tanaman

sayuran, buah-buahan, serta padi dan palawija. Beberapa komoditas sayuran yang

ditanam di desa ini adalah labu siam, paprika, cabe, tomat, kubis, mentimun,

buncis, brokoli, dan terong. Jenis sayuran yang paling banyak ditanam adalah labu

siam dengan luas lahan sekitar 74 hektar dan paprika dengan luas lahan sebesar 26

Page 61: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

45

hektar. Meskipun luas lahan paprika lebih kecil dibandingkan dengan labu siam,

tetapi paprika menjadi komoditas unggulan di Desa Pasirlangu karena memiliki

nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Jumlah keluarga yang memiliki tanah pertanian di desa ini sekitar 2.280

keluarga. Sebagian besar termasuk dalam kelompok yang memiliki tanah kurang

dari 1 hektar yaitu sebanyak 2.251 keluarga, 27 keluarga lainnya memiliki tanah

1,0-5,0 hektar, dan hanya 2 keluarga yang memiliki tanah 5,0-10 hektar.

5.1.2. Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Pasirlangu pada tahun 2011 berjumlah 9.512

jiwa, yang terdiri dari 4.810 orang penduduk laki-laki dan 4.702 orang penduduk

perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.972 kepala keluarga. Mata

pencaharian penduduk Desa Pasirlangu sebagian besar dari sektor pertanian.

Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pasirlangu

Tahun 2011

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Petani 1.534 59,55

2 Buruh Tani 933 36,22

3 PNS 23 0,89

4 Pengrajin Industri Rumah Tangga 7 0,27

5 Pedagang 29 1,13

6 Peternak 1 0,04

7 Montir 5 0,19

8 Perawat Swasta 1 0,04

9 TNI 7 0,27

10 POLRI 4 0,16

11 Pensiunan 9 0,35

12 Pengusaha Kecil dan Menengah 7 0,27

13 Karyawan Perusahaan Swasta 13 0,50

14 Karyawan Perusahaan Pemerintah 3 0,12

Jumlah 2.576 100,00

Sumber : Laporan Profil Desa Pasirlangu (2011)

Page 62: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

46

Dilihat dari tingkat pendidikan, sebanyak 25 penduduk tidak pernah

sekolah, 650 penduduk belum sekolah, 1.250 penduduk sedang sekolah, 5.438

penduduk tamat SD/sederajat, 191 penduduk pernah SD tetapi tidak tamat, 825

penduduk tamat SMP, 103 penduduk pernah SMP tetapi tidak tamat, 438

penduduk tamat SMA, dan 50 penduduk pernah SMA tetapi tidak tamat.

Sementara itu penduduk yang melanjutkan ke perguruan tinggi/sederajat

jumlahnya tidak terlalu banyak seperti tamat D1 berjumlah 5 penduduk, tamat D2

berjumlah 2 penduduk, tamat D3 sebanyak 12 penduduk, tamat S1 sebanyak 51

penduduk, dan tamat S2 sebanyak 2 penduduk.

5.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana umum yang dapat mendukung kegiatan

pemerintahan di Desa Pasirlangu antara lain :

Sarana Pemerintah Desa

Sarana jalan/perhubungan

Sarana perekonomian (kios dan warung)

Jasa transportasi

Sarana pendidikan

Sarana dan prasarana kesehatan

Sarana ibadah

Prasarana olah raga

5.2. Karakteristik Responden

Karakteristik petani responden diklasifikasikan berdasarkan usia, tingkat

pendidikan formal, pendidikan non formal (penyuluhan), status usahatani,

pengalaman usahatani, modal, luas lahan, dan status kepemilikan lahan. Keragaan

karakteristik tersebut diduga akan mempengaruhi keputusan petani dalam

melaksanakan kegiatan usahatani.

Usia petani responden di lokasi penelitian berada di antara usia 24-67

tahun. Berdasarkan distribusi usia petani responden pada Tabel 7 terlihat bahwa

sebagian besar petani responden yang melakukan usahatani paprika hidroponik

adalah petani yang berusia kurang dari 45 tahun (64,40 persen). Sebanyak 35,60

persen lainnya berusia lebih dari sama dengan 45 tahun. Hal tersebut

Page 63: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

47

menunjukkan bahwa mayoritas petani responden berada dalam usia produktif.

Petani responden dengan usia produktif umumnya memiliki kemampuan fisik dan

kinerja yang baik sehingga dapat bekerja lebih optimal.

Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012

Kelompok Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

< 25 1 1,69

25-34 11 18,64

35-44 26 44,07

45-54 18 30,51

55-64 2 3,39

> 64 1 1,69

Total 59 100,00

Usia merupakan salah satu karakteristik petani yang diduga mempengaruhi

efisiensi teknis dalam usahatani paprika hidroponik. Pertambahan umur akan

mempengaruhi kondisi fisik petani yang berakibat pada penurunan kinerja petani

tersebut. Petani yang sudah termasuk dalam ketegori tua atau usia lanjut diduga

memiliki tingkat efisiensi teknis yang lebih rendah karena berkaitan dengan

kemampuan mengalokasikan input-input produksi. Sebaliknya petani yang berusia

muda atau produktif diduga akan lebih efisien secara teknis.

Pendidikan formal merupakan salah satu karakteristik yang dapat

mempengaruhi petani paprika dalam pengambilan keputusan, terutama yang

berkaitan dengan penyerapan informasi dan penerapan teknologi paprika

hidroponik yang diperkenalkan. Seluruh petani responden di lokasi penelitian

sudah menjalankan pendidikan formal, dengan tingkat tertinggi S2 dan tingkat

terendah yaitu Sekolah Dasar. Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas petani

responden merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 37,29 persen.

Sementara petani responden lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing sebesar 27,87 persen dan 22,95

persen.

Page 64: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

48

Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Tahun

2012

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Lulusan SD 22 37,29

Lulusan SMP 17 28,81

Lulusan SMA 13 22,03

Diploma 2 3,40

S1 4 6,78

S2 1 1,69

Total 59 100,00

Selain pendidikan formal, pendidikan non-formal seperti penyuluhan juga

sangat penting dan berpengaruh dalam mengembangkan pengetahuan petani

paprika karena dengan dengan semakin berkembangnya zaman maka petani juga

dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pertanian dari waktu ke waktu serta

dapat berinovasi. Penyuluhan yang pernah diperoleh para petani responden di

antaranya mengenai Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Good Agricultural

Practices (GAP), praktek penerapan teknologi baru, dan sebagainya. Berdasarkan

hasil penelitian, lebih dari setengah petani responden atau sebesar 66,10 persen

responden telah mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan penyuluh setempat.

Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Keikutsertaan Penyuluhan Tahun

2012

Pernah Mengikuti

Penyuluhan Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 39 66,10

Tidak 20 33,90

Total 59 100,00

Tidak semua petani responden menjadikan usahatani paprika hidroponik

sebagai mata pencaharian atau sumber penghasilan utama, tetapi ada juga

sebagian kecil responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai

penghasilan sampingan. Sebanyak 54 orang responden atau 91,53 persen

responden mengandalkan penghasilan utama dari usahatani paprika hidroponik,

Page 65: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

49

sedangkan responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai

pekerjaan sampingan hanya berjumlah 5 orang atau 8,47 persen. Petani responden

yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan sampingan,

memiliki pekerjaan utama sebagai pegawai negeri ataupun wiraswasta.

Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Status Usahatani Tahun 2012

Status Usahatani Jumlah (orang) Persentase (%)

Pekerjaan Utama 54 91,53

Pekerjaan Sampingan 5 8,47

Total 59 100,00

Perbedaan status usahatani tersebut akan mempengaruhi keputusan

manajerial dalam melakukan kegiatan usahatani paprika hidroponik sehingga akan

mempengaruhi efisiensi teknis usahatani paprika hidroponik. Petani responden

yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan utama akan

memiliki curahan waktu yang lebih banyak untuk usahataninya, sedangkan petani

responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan

sampingan memiliki curahan waktu lebih sedikit untuk usahataninya sehingga

lebih banyak mempekerjakan tenaga kerja dari luar.

Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Paprika

Tahun 2012

Pengalaman Usahatani

Paprika (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

≤ 5 7 11,86

6 – 10 19 32,20

11 – 15 17 28,81

≥ 16 16 27,12

Total 59 100,00

Tabel 11 menunjukkan sebaran petani responden berdasarkan pengalaman

usahatani paprika yang dijalankan. Paprika sendiri sudah lama dikembangkan di

Desa Pasirlangu. Lamanya pengalaman usahatani paprika yang dijalankan oleh

petani responden beragam, yaitu sebanyak 32,20 persen memiliki pengalaman 6-

Page 66: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

50

10 tahun, sebanyak 28,81 persen memiliki pengalaman 11-15 tahun, dan sebanyak

27,12 persen yang memiliki pengalaman lebih dari 16 tahun. Seorang petani akan

semakin banyak memperoleh pelajaran seiring dengan semakin lamanya

pengalaman yang ia miliki. Pengalaman dan pelajaran yang dimiliki tersebut

diharapkan dapat dimanfaatkan agar dapat menghasilkan produksi yang lebih

baik.

Modal yang digunakan petani responden dalam menjalankan usahatani

paprika selain berasal dari modal sendiri dan pinjaman dari keluarga/saudara juga

dapat berasal dari kredit bank. Kredit bank yang diambil petani biasaya berasal

dari BRI dan BPR. Dari Tabel 12 terlihat bahwa petani responden yang

memperoleh kredit dari bank jumlahnya lebih sedikit dibandingkan yang tidak

memperoleh kredit bank, yaitu sebesar 18,64 persen. Akan tetapi, petani yang

memperoleh kredit bank akan memiliki kemampuan menggali modal yang lebih

banyak untuk membiayai faktor-faktor produksi dan mengembangkan

usahataninya. Selain itu, petani yang memperoleh kredit bank juga memiliki

tanggung jawab untuk dapat mengembalikan pinjaman beserta beban bunga

sehingga dalam menjalankan usahataninya dituntut agar dapat berproduksi dengan

lebih efisien.

Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Perolehan Kredit Bank Tahun 2012

Memperoleh Kredit Bank Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 11 18,64

Tidak 48 81,36

Total 59 100,00

Lahan usahatani sangat berkaitan erat dengan efisiensi penggunaan faktor

produksi usahatani paprika yang dijalankan. Luas greenhouse paprika yang berada

di Desa Pasirlangu berbeda-beda tergantung dari luas lahan yang dikuasai oleh

petani. Sebagian besar petani responden memiliki lahan seluas 1.001-2.000 m2

yaitu sebanyak 32,20 persen. Sementara petani lainnya tersebar dengan luas lahan

yang berbeda-beda. Terdapat 3 orang responden atau 5,08 persen yang memiliki

lahan dengan luas lebih dari 1 hektar. Sebaran petani responden berdasarkan luas

lahan yang dikuasainya dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 67: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

51

Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Greenhouse Tahun 2012

Luas Lahan (m2) Jumlah (orang) Persentase (%)

≤ 1.000 15 25,42

1.001-2.000 19 32,20

2.001-3.000 7 11,86

3.001-4.000 2 3,40

4.001-5.000 6 10,20

5.001-10.000 7 11,86

≥ 10.001 3 5,08

Total 59 100,00

Status kepemilikan lahan petani paprika yang menjadi responden berbeda-

beda. Sebagian besar petani responden memiliki lahan sendiri yaitu sebanyak 49

orang atau 83,05 persen dari total responden yang ada. Di lokasi penelitian juga

terdapat petani responden yang menggarap pada lahan bagi hasil. Petani yang

memiliki status kepemilikan lahan bagi hasil yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar

16,95 persen dari total responden. Status kepemilikan lahan dapat berpengaruh

dalam pengambilan keputusan usahtani dimana petani yang berusahatani paprika

hidroponik menggunakan lahan bagi hasil diduga akan memiliki rasa tanggung

jawab yang lebih besar.

Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tahun

2012

Status Kepemilikan Lahan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Lahan milik 49 83,05

Lahan bagi hasil 10 16,95

Total 59 100,00

5.3. Budidaya Paprika Hidroponik

Proses budidaya paprika hidroponik di Desa Pasirlangu, terdiri dari proses

persiapan greenhouse dan lahan, penyemaian dan pembibitan, penanaman,

pemeliharaan serta panen dan pasca panen.

Page 68: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

52

5.3.1. Persiapan Greenhouse dan Lahan

Greenhouse merupakan sarana produksi utama dalam usahatani paprika

karena karakteristik tanaman yang rentan terhadap kondisi cuaca yang tidak

menentu sehingga membutuhkan rumah khusus sebagai naungan. Terdapat dua

jenis greenhouse dalam budidaya paprika yaitu greenhouse penyemaian dan

pembibitan serta greenhouse penanaman. Umumnya greenhouse penyemaian dan

pembibitan dibuat lebih sederhana dibandingkan dengan greenhouse penanaman.

Persiapan greenhouse meliputi pembangunan greenhouse dan pembuatan

bedengan untuk greenhouse penanaman.

Konstruksi greenhouse di Desa Pasirlangu terbuat dari bambu seperti yang

terlihat pada Gambar 5a. Bagian atap ditutupi oleh plastik UV yang berfungsi

untuk mengatur cahaya yang masuk sehingga suhu dan kelembaban di dalam

greenhouse tetap terjaga. Sementara bagian dinding ditutupi oleh plastik poly

ethylene dan kasa polynet. Rata-rata ketinggian greenhouse tanam mencapai 7

meter, yaitu setinggi 4 meter diukur dari dasar lantai hingga dinding atas dan

setinggi 3 meter diukur dari dinding atas hingga atap. Sementara luas greenhouse

disesuaikan dengan jumlah tanaman yang akan masuk. Pendirian greenhouse

harus memperhatikan kekokohan bangunan dan pertukaran udara dalam

greenhouse. Instalasi yang harus ada dalam greenhouse antara lain tangki

penampung air serta nutrisi karena sumber kehidupan utama untuk jenis tanaman

hidroponik adalah air atau nutrisi.

Gambar 5. Bangunan Greenhouse Budidaya di Desa Pasirlangu (a) dan

Bedengan yang Ditutupi Mulsa (b)

a b

Page 69: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

53

Pada bagian dalam greenhouse penanaman dibuat bedengan-bedengan

dimana polybag akan diletakkan di atasnya. Bedengan dibuat dengan lebar 100

cm, tinggi 20-40 cm, dan jarak antar bedengan 80-100 cm, sedangkan panjang

bedengan disesuaikan dengan lahan. Bedengan ini sengaja dibuat lebih tinggi dari

lantai agar air yang keluar dari polybag akan mengalir sehingga daerah sekitar

perakaran tidak akan tergenang oleh air dan mencegah pembusukan akar. Seperti

yang terlihat pada Gambar 5b, bedengan juga ditutupi oleh plastik mulsa untuk

menghindari kontak langsung dengan tanah yang berpotensi menghasilkan gulma

dan bibit penyakit.

Sebelum penanaman, petani melakukan persiapan lahan yang meliputi

sanitasi dan sterilisasi greenhouse. Sanitasi dilakukan dengan membuang sisa

tanaman yang masih ada dan gulma di dalam greenhouse untuk menghindari

penularan penyakit dari tanaman lama. Sementara sterilisasi dilakukan dengan

menyemprotkan bahan kimia sejenis lysol dan gramoxone untuk membunuh bibit

penyakit yang dapat menyerang tanaman paprika. Untuk musim tanam

berikutnya, secara rutin dilakukan pencucian polybag tanam, plastik mulsa, dan

atap greenhouse. Pencucian atap greenhouse bertujuan untuk membersihkan

plastik UV dari lumut agar tidak menghalangi sinar matahari yang masuk.

5.3.2. Penyemaian dan Pembibitan

Varietas benih paprika merah yang umumnya digunakan oleh petani

paprika Desa Pasirlangu adalah Edison, sedangkan benih paprika kuning yang

digunakan adalah Sunny dan Capino. Baik varietas paprika merah dan kuning

semuanya merupakan benih hibrida F1.

Proses penyemaian benih paprika dilakukan dalam greenhouse khusus

dengan ukuran yang lebih kecil yaitu sekitar 16 meter persegi. Sebelum

penyemaian, benih terlebih dahulu direndam dalam air hangat selama kurang

lebih 60 menit untuk merangsang perkecambahan. Setelah direndam, benih

kemudian dikeringkan di tempat teduh. Setelah kering, benih dimasukkan satu per

satu ke dalam tray yang telah berisi arang sekam basah. Setelah itu, tray ditutup

oleh plastik mulsa hitam perak sampai sekitar 10 hari. Selama benih disemai,

petani harus selalu mengontrol suhu, tingkat kelembaban, dan kebasahan media

Page 70: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

54

arang sekam. Suhu yang baik untuk penyemaian berkisar 20-25 C dengan tingkat

kelembaban antara 70-90 persen.

Gambar 6. Penyemaian dan Pembibitan Paprika Hidroponik

Benih akan mulai berkecambah setelah berumur 10 hari. Umumnya dari

semua benih yang disemai, hanya sekitar 90 persen benih yang berhasil

berkecambah. Rata-rata jumlah benih yang disemai oleh responden untuk lahan

seluas 1.000 m2 adalah sebanyak 3.869 benih, sehingga potensi bibit yang

mungkin dihasilkan yaitu kurang lebih sebanyak 3.482 bibit. Jika telah

berkecambah, bibit sudah dapat dipindahkan ke polybag kecil dan diletakkan di

tempat yang terang. Selama proses pembibitan, petani harus tetap melakukan

penyiraman (tergantung cuaca dan keadaan media arang sekam) dan pengendalian

hama seperti thrips.

5.3.3. Penanaman

Rata-rata umur bibit yang digunakan oleh petani responden adalah yang

berumur 30 hari. Sementara rekomendasi umur bibit dari Balai Penelitian

Tanaman Sayuran yaitu yang berumur sekitar enam minggu setelah semai. Bibit

yang ditanam sebaiknya adalah bibit yang sehat atau tidak terserang hama dan

penyakit serta memiliki daun sebanyak 5-8 helai. Media tanam yang akan

ditanami bibit terlebih dahulu dibasahi dengan nutrisi kurang lebih sebanyak 500

ml per polybag. Agar bibit tidak patah dan tidak merusak daerah perakaran, maka

saat pemindahan ke polybag tanam bibit dilepas dari polybag kecil bersama

medianya dengan hati-hati. Bagian bawah polybag penanaman sebelumnya diberi

lubang sebanyak 5-10 lubang agar air yang diberikan tidak tergenang untuk

mencegah pembusukan akar. Dalam satu polybag biasanya hanya berisi satu

Page 71: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

55

tanaman dengan jarak antar tanaman yaitu sekitar 30 x 30 cm. Rata-rata populasi

tanaman paprika petani responden yaitu 3,48 pohon per m2.

5.3.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan bagian penting dari tahap budidaya yang akan

menentukan keberhasilan produksi paprika. Pemeliharaan tanaman paprika

meliputi penyiraman dan pemupukan, pengajiran, pembentukan dan pemilihan

batang produksi, pewiwilan, dan pengendalian hama dan penyakit.

5.3.4.1. Penyiraman dan pemupukan

Penyiraman dan pemupukan atau pemberian larutan nutrisi merupakan

kegiatan yang sangat vital dalam menunjang pertumbuhan paprika hidroponik.

Hal ini disebabkan dalam media tanam arang sekam yang digunakan tidak ada

penunjang air dan makanan layaknya tanah. Pemberian air dan pupuk dilakukan

secara bersamaan dalam bentuk larutan nutrisi. Sistem tersebut disebut juga

fertigasi. Sistem fertigasi yang dilakukan oleh petani responden dan sebagian

besar petani paprika hidroponik yang ada di Desa Pasirlangu masih manual, yaitu

masih menggunakan selang.

Nutrisi yang digunakan untuk tanaman paprika terdiri atas dua campuran

yaitu pupuk A dan B yang dijual sepaket dan dikenal dengan sebutan pupuk AB

Mix. Dalam pupuk AB MIX terkandung unsur makro dan mikro yang dibutuhkan

tanaman seperti KNO3, KH2PO4, K2O, MgSO4, CaNO3, SO4, Tenso Fe,

MnSO4, H3BO3, CuSO4, dan MO. Dalam penggunaannya, paket pupuk A dan B

masing-masing dilarutkan dalam drum terpisah hingga menjadi 100 liter larutan

pekat. Untuk menghasilkan larutan nutrisi yang siap siram, dari masing-masing

larutan pekat A dan B diambil 5-7 liter dan diencerkan dengan 1.000 liter air.

Gambar 7. Pupuk AB Mix (a) dan Tangki Penampung Nutrisi (b)

a b

Page 72: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

56

Pemberian nutrisi pada tanaman paprika dilakukan setiap hari dengan

frekuensi pemberian nutrisi yang dianjurkan sebanyak dua kali per hari pada saat

cuaca normal. Dari 59 orang responden, terdapat 12 orang atau 20,34 persen

responden yang memberikan nutrisi hanya satu kali per hari ditambah satu kali

penyiraman dengan air biasa. Volume pemberian nutrisi diberikan secara berpola

sesuai dengan umur tanaman. Tanaman muda diberi nutrisi sebanyak 400 ml per

tanaman per hari, tanaman yang sudah mulai berbunga diberi nutrisi sebanyak 600

ml per tanaman per hari, dan tanaman yang sudah memasuki usia produktif atau

berbuah diberi nutrisi sebanyak 1.000 ml per tanaman per hari. Untuk tanaman

yang menjelang dibongkar maka pemberian nutrisi diturunkan kembali menjadi

400 ml per tanaman per hari. Akan tetapi, para petani responden sebenarnya tidak

dapat memastikan secara tepat jumlah nutrisi yang diberikan untuk setiap tanaman

karena terkendala oleh sistem fertigasi manual yang mereka gunakan. Rata-rata

pupuk AB Mix yang dihabiskan responden untuk satu musim tanam pada

greenhouse 1.000 m2 atau 3.482 pohon adalah sekitar 25 paket atau jika

dikonversi yaitu sekitar 354.380 liter larutan nutrisi siap pakai.

Selain nutrisi, beberapa petani paprika di Desa Pasirlangu juga

memberikan pupuk daun dan pupuk pelengkap cair untuk tanaman paprika. Pupuk

daun yang digunakan antara lain Growmore yang berbentuk padat, dosis

pemakaiannya yaitu 1 gram per liter air. Sementara pupuk pelengkap cair yang

digunakan antara lain Trubus dan Atonic dengan dosis pemakaian 1 ml per liter

air. Pupuk daun biasanya dicampurkan bersama dengan larutan pekat pupuk B,

sedangkan pupuk pelengkap cair digunakan secara terpisah. Akan tetapi

pemberian kedua jenis pupuk ini bersifat kondisional, dapat disesuaikan dengan

kondisi tanaman paprika di lahan. Dalam satu musim tanam, rata-rata pupuk daun

yang dibutuhkan per 1.000 m2 adalah sebanyak 1,81 kg dan pupuk pelengkap cair

sebanyak 2,82 liter.

5.3.4.2. Pengajiran

Pengajiran tanaman paprika dilakukan saat usia 14 hari setelah tanam. Tali

yang akan digunakan untuk pengajiran telah diikatkan pada kawat yang

melintang. Ujung atas tali ajir diikatkan pada kawat yang melintang di bagian

langit-langit greenhouse, sedangkan bagian bawah tali diikatkan pada kawat yang

Page 73: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

57

melintang di dekat perakaran tanaman. Pengajiran dilakukan dengan melilitkan

tali penyangga tersebut pada batang tanaman paprika.

Gambar 8. Tanaman Paprika yang Dililitkan Tali

Pelilitan harus dilakukan secara rutin karena batang tanaman akan terus

tumbuh tinggi. Selain itu lilitan juga harus sesuai, tidak terlalu kencang agar tidak

merusak tanaman dan tidak terlalu longgar agar tanaman tidak roboh. Pengajiran

bertujuan agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus dan kokoh seperti yang terlihat

pada Gambar 8.

5.3.4.3. Pemilihan dan Pembentukan Batang Produksi

Pemilihan dan pembentukan batang produksi dilakukan pada saat tanaman

paprika berumur 21-30 hari. Dari tiga atau empat cabang yang tumbuh pada ujung

batang utama, maka hanya dipilih dua cabang saja yang akan tetap dipelihara.

Cabang yang dipilih adalah cabang yang kokoh dan membentuk sudut paling

lebar. Cabang yang dibuang dipatahkan secara manual dengan tangan tanpa

menggunakan alat bantu. Pemilihan cabang dimaksudkan agar pertumbuhan

tanaman optimal sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki kuantitas

dan kualitas yang baik.

5.3.4.4. Pewiwilan

Pewiwilan dilakukan dengan melakukan pemangkasan terhadap tunas air

dan cabang yang tidak dipelihara, pemangkasan daun dan mahkota bunga, serta

penjarangan buah. Pewiwilan atau pemangkasan perlu dilakukan agar nutrisi yang

tali penyangga

Page 74: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

58

diberikan tidak terbagi kepada bagian tanaman yang memang tidak

memerlukannya. Dengan kata lain, dengan adanya kegiatan pewiwilan maka

nutrisi yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan tepat sehingga produksi lebih

optimal. Kegiatan pewiwilan ini harus dilakukan secara rutin dan kontinyu.

Proses pemangkasan terhadap tunas air dan cabang yang tidak dipelihara

serupa dengan proses pemilihan cabang produksi utama yaitu memilih dua dari

tiga atau empat cabang yang tumbuh di bagian ketiak daun, sedangkan

pemangkasan daun dilakukan dengan membuang daun yang sudah tua atau

terkena penyakit seperti embun tepung yang menyebabkan daun menjadi putih

dan busuk. Sementara pemangkasan mahkota bunga dilakukan dengan membuang

mahkota bunga yang menjadi tempat persembunyian bagi hama thrips.

Pemangkasan tunas air yang tidak dipelihara dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Proses Pemangkasan Tunas Air yang Tidak Dipelihara

Kegiatan pewiwilan selanjutnya adalah penjarangan buah. Kegiatan

penjarangan buah akan menghasilkan buah yang terseleksi dengan baik. Buah

yang sebaiknya tidak dipelihara adalah buah yang tumbuh di dekat cabang utama

karena jika buah tersebut dibiarkan maka sebagian besar nutrisi akan terserap oleh

buah tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan batang dan mengganggu

pertumbuhan buah lainnya. Selain itu jika ada dua buah yang tumbuh secara

berdempetan maka harus dipilih salah satu saja, yaitu yang memiliki pertumbuhan

lebih baik. Adapun buah yang sudah terserang hama juga sebaiknya tidak perlu

dipelihara karena hanya akan menghasilkan buah yang berkualitas rendah.

satu dari tiga tunas air

pemangkasan tunas air

Page 75: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

59

5.3.4.5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Tanaman paprika tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit. Hama

yang menjadi musuh utama petani paprika adalah thrips yaitu berupa serangga

kecil. Sementara jenis penyakit yang menyerang tanaman paprika sebagian besar

disebabkan oleh jamur, seperti embun tepung serta busuk akar dan batang.

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan

terhadap hama dan penyakit sejak dini, serta pengendalian secara kimia dan

mekanik. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprotkan pestisida

pada tanaman yang terkena serangan hama dan penyakit, sedangkan pengendalian

mekanik dilakukan dengan memasang kertas perangkap berwarna kuning untuk

hama thrips dan juga dengan membuang tanaman yang sudah terjangkit penyakit

dan berpotensi untuk mati.

Jenis insektisida yang umumnya digunakan antara lain Demolish,

Agrimec, Supmax, Tracer, dan Buldok. Petani di Desa Pasirlangu biasa

mencampurkan dua jenis insektisida secara bersamaan karena penggunaan dua

jenis insektisida dinilai lebih efektif untuk mengendalikan hama thrips

dibandingkan dengan hanya menggunakan satu jenis insektisida. Dosis insektisida

yang digunakan adalah 0,5-1 ml per liter air per jenis pestisida, sebagai contoh

dalam satu liter air petani dapat mencampurkan 0,5 ml Demolish dengan 1 ml

Buldok atau 0,5 ml Supmax dengan 1 ml Buldok. Jenis insektisida pencampur

yang selalu dipakai adalah Buldok, sedangkan insektisida utama yang digunakan

selalu berganti-ganti setiap kegiatan penyemprotan. Penggunaan insektisida yang

berganti-ganti dilakukan agar hama thrips tidak menjadi kebal terhadap satu jenis

insektisida tertentu.

Penyemprotan insektisida rutin dilakukan setiap satu minggu sekali. Rata-

rata insektisida yang dibutuhkan oleh responden dalam satu kali penyemprotan

adalah sebanyak 294,98 ml untuk satu greenhouse dengan luas 1.000m2 atau

3.482 tanaman. Jika serangan hama sedang tinggi penyemprotan insektisida dapat

dilakukan hingga dua kali dalam seminggu. Selain disemprotkan ke tanaman

paprika, petani juga menyemprotkan insektisida pada greenhouse untuk mencegah

penyebaran hama yang tersebar melalui lubang kasa pada dinding greenhouse.

Page 76: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

60

Selain insektisida, petani juga menggunakan fungisida untuk

mengendalikan penyakit pada tanaman paprika yang disebabkan oleh jamur. Jenis

fungsisida yang umumnya digunakan petani adalah Score dan Amistartop dengan

dosis pemakaian 0,25-0,5 ml per liter air. Sama seperti pupuk daun, penggunaan

fungisida juga bersifat kondisional yaitu dapat disesuaikan dengan kondisi

tanaman di lapang. Dalam satu musim tanam, rata-rata kebutuhan fungisida untuk

lahan seluas 1.000 m2 adalah sebanyak 909,32 ml. Penyemprotan fungsida dapat

dilakukan bersamaan dengan penyemprotan insektisida maupun secara terpisah.

5.3.5. Panen dan Pasca Panen

Tanaman paprika dapat berproduksi rata-rata hingga 8 bulan dalam satu

kali periode tanam dan dapat dipanen secara kontinu selama tanaman masih

produktif. Beberapa jenis paprika yang dihasilkan oleh petani Desa Pasirlangu

diantaranya paprika hijau, paprika merah, dan paprika kuning. Paprika hijau

merupakan jenis paprika merah atau kuning yang belum berubah warna (buah

muda). Paprika dapat dipanen hijau setelah berusia 70 hari setelah tanam dan baru

dapat dipanen warna 100 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan

memotong bagian tangkai buah dengan hati-hati tanpa menggunakan peralatan

khusus.

Gambar 10. Paprika Hidroponik yang Dihasilkan di Desa Pasirlangu

Jumlah paprika yang akan dipanen hijau atau warna biasanya disesuaikan

dengan kebutuhan pasar. Buah yang siap panen ditandai dengan daging buah yang

sudah keras, persentase warna buah yang sudah mencapai 90 persen untuk panen

warna merah dan kuning, serta ukuran dan bobot yang sudah mencapai ideal.

Ukuran ideal untuk paprika yang akan dipanen yaitu yang memiliki diameter 75-

Page 77: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

61

110 mm, sedangkan bobot ideal untuk paprika yang akan dipanen adalah sekitar

160-250 gram. Bentuk yang dihasilkan adalah blocky, yaitu buah paprika yang

agak bulat dan melebar ke samping (tidak terlalu lonjong) seperti yang terlihat

pada Gambar 10.

Hasil panen kemudian dimasukkan ke dalam plastik bening besar. Para

petani biasanya hanya meletakkan hasil panen paprikanya di luar greenhouse

untuk kemudian diambil oleh para pekerja dari koperasi, kelompok tani, atau

bandar lokal untuk dibawa ke gudang. Di gudang-gudang tersebutlah baru akan

dilakukan proses sortasi, grading, penimbangan, pencatatan, dan pengemasan.

Melalui koperasi, kelompok tani, dan bandar lokal itulah proses pemasaran

paprika dilakukan.

Page 78: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani

paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas

dengan pendekatan Stochastic Production Frontier. Metode penduga yang

digunakan pada model fungsi produksi Stochastic Frontier Cobb-Douglas adalah

Maximum Likelihood Estimated (MLE). Hasil dari pendugaan fungsi produksi

tersebut akan digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu, serta menganalisis

tingkat efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis

paprika hidroponik di lokasi penelitian.

Metode MLE digunakan untuk menggambarkan hubungan antara produksi

maksimum yang dapat dicapai pada tingkat penggunaan faktor-faktor produksi

yang ada. Metode MLE dilakukan melalui proses dua tahap. Tahap pertama

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menduga parameter

teknologi dan input-input produksi. Pengujian dengan metode OLS juga dapat

mendeteksi autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas dalam fungsi

produksi. Tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan

parameter faktor produksi, intersep, dan varians kedua komponen error.

Fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas yang dibahas pada

penelitian ini dibuat dalam bentuk per satuan lahan. Cara ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya multikolinearitas. Dengan demikian, di dalam model

fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas, hasil produksi dan semua input

yang digunakan dalam usahatani paprika hidroponik dibuat dalam per satuan

lahan (m2).

Variabel independen awal yang diduga akan mempengaruhi produksi

paprika hidroponik per satuan lahan terdiri dari tujuh variabel, yaitu jumlah benih

(B), nutrisi (Nut), insektisida (Ins), fungisida (Fu), pupuk daun (Pd), pupuk

pelengkap cair (Pc), dan tenaga kerja (TK). Dari hasil analisis OLS ditemukan dua

variabel yang memiliki nilai koefisien yang negatif, yaitu pada variabel jumlah

pupuk daun dan pupuk cair (Lampiran 1). Tanda negatif yang dihasilkan diduga

karena penggunaan pupuk daun dan pupuk cair di lapang yang sudah berlebihan.

Berdasarkan pengamatan, pupuk daun dan pupuk cair tidak diberikan pada semua

Page 79: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

63

tanaman tetapi hanya diberikan pada tanaman yang kurang sehat dan jumlah

pemberiannya tidak pasti karena disesuaiakan dengan kondisi tanaman yang

membutuhkan. Peningkatkan dosis penggunaan dilakukan jika penyakit yang

menyerang tanaman sudah membahayakan. Petani cenderung hanya

memperkirakan takaran yang digunakan dan tidak ada jumlah yang pasti sehingga

diduga melebihi dosis yang dianjurkan. Akan tetapi, penggunaan pupuk daun dan

pupuk cair yang berlebihan justru dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk

sehingga dapat mengurangi produksi yang dihasilkan.

Keberadaan koefisien yang bernilai negatif sebaiknya dihindari agar

relevan dengan asumsi fungsi Cobb-Douglas yaitu dalam keadaan law of

diminishing returns untuk setiap input sehingga informasi yang diperoleh dapat

digunakan untuk melakukan upaya agar setiap penambahan input dapat

menghasilkan tambahan output yang lebih besar (Coelli et al 2005). Oleh karena

itu, dalam penentuan fungsi produksi dipilih fungsi produksi yang memiliki nilai

koefisien keseluruhan yang positif. Variabel pupuk daun dan pupuk cair

dihilangkan dari model karena memiliki nilai koefisien yang negatif.

Pertimbangan lainnya adalah bahwa kedua variabel tersebut tidak termasuk

variabel utama dalam usahatani paprika dan tidak semua petani menggunakannya.

Adapun variabel independen yang tetap digunakan dalam model yaitu benih,

nutrisi, insektisida, fungisida, dan tenaga kerja yang seluruhnya dibuat per satuan

lahan.

6.1. Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Pendugaan parameter fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS

menunjukkan gambaran kinerja rata-rata (best fit) dari proses produksi petani pada

tingkat teknologi yang ada. Hasil estimasi model fungsi produksi Cobb-Douglas

(per satuan lahan) dengan metode OLS beserta nilai signifikansinya ditunjukkan

pada Tabel 15.

Hasil pendugaan metode OLS dengan memasukkan lima variabel tidak

menunjukkan adanya masalah multikolinearitas dan autokorelasi pada model yang

terbentuk, masing-masing dapat dilihat dari nilai VIF dan Durbin-Watson. Nilai

VIF untuk masing-masing variabel independen di dalam model tidak ada yang

lebih dari 10 dan nilai Durbin-Watson masih berada pada kisaran 2 (Lampiran 2).

Page 80: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

64

Tabel 15. Pendugaan Model Fungsi Produksi dengan Menggunakan Metode

OLS (Per Satuan Lahan)

Variabel Input Parameter Dugaan t-rasio

Intersep 1,1486* 1,59

Benih (X1) 0,7802* 3,35

Nutrisi (X2) 0,0505 0,45

Insektisida (X3) 0,0959* 1,26

Fungisida (X4) 0,0148* 1,57

Tenaga Kerja (X5) 0,0402 0,40

R-Sq 0,50

F-hitung 10,61

Log-likelihood OLS 4,8662

Keterangan:

*) nyata pada α = 20%

Nilai koefisien determinasi dan F-hitung dari model fungsi produksi rata-

rata (per luas lahan) yang terbentuk adalah sebesar 50 persen dan 10,61. Koefisien

determinasi sebesar 50 persen menunjukkan bahwa 50 persen keragaman produksi

paprika hidroponik di lokasi penelitian dapat dijelaskan oleh model dugaan yang

diperoleh, sedangkan sisanya sebesar 50 persen dijelaskan oleh variabel-variabel

lain yang tidak terdapat dalam model. Berdasarkan nilai F-hit sebesar 10,61,

secara statistik model fungsi produksi rata-rata yang terbentuk layak digunakan

untuk memprediksi produksi paprika per satuan lahan dan signifikan pada taraf

nyata 20 persen. Dari lima variabel yang ada pada model, terdapat tiga variabel

yang berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik rata-rata per satuan

lahan, yaitu variabel benih (X1), insektisida (X3), dan fungisida (X4).

Hasil pendugaan tahap kedua yaitu pendugaan model fungsi produksi

dengan menggunakan metode MLE dijelaskan oleh Tabel 16. Hasil pendugaan

tersebut menggambarkan kinerja terbaik dari petani responden pada tingkat

teknologi yang ada. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi

frontier (per satuan lahan) petani responden ditemukan berbeda dari yang

diperoleh pada fungsi produksi rata-rata (per satuan lahan). Pada tabel disajikan

parameter dugaan fungsi produksi stochastic frontier dengan metode MLE dan

nilai signifikansinya.

Page 81: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

65

Tabel 16. Pendugaan Model Fungsi Produksi dengan Menggunakan Metode

MLE (Per Satuan Lahan)

Variabel Input Parameter Dugaan t-rasio

Intersep (β0) 1,0455* 1,6873

Benih (β1) 0,9007* 4,6538

Nutrisi (β2) 0,0196 0,2244

Insektisida (β3) 0,0483 0,7246

Fungisida (β4) 0,0070 0,8479

Tenaga Kerja (β5) 0,1230* 1,3168

Sigma-squared (σ2) 0,0680*

Gamma (γ) 0,5851*

Log-likelihood MLE 14,4523

Keterangan:

*) nyata pada α = 20 %

Pada Tabel 16 disajikan nilai log-likelihood dengan metode MLE

(14,4523) adalah lebih besar dari nilai log-likelihood dengan metode OLS

(4,8662) yang berarti fungsi produksi dengan metode MLE ini adalah baik. Nilai

sigma-squared (σ2) menunjukkan distribusi dari error term inefisiensi (ui) dan

nilai 0,0680 adalah cukup kecil sehingga terdistribusi secara normal. Nilai gamma

(γ) sebesar 0,5851 mengindikasikan bahwa 58,51 persen dari error term yang

berada dalam fungsi produksi disebabkan oleh keberadaan inefisiensi teknis,

sedangkan 41,49 persen disebabkan oleh variabel kesalahan acak seperti cuaca,

hama, dan sebagainya. Ini berarti model fungsi produksi stochastic frontier yang

diperoleh dapat menunjukkan adanya keberadaan inefisiensi teknis pada model.

Adapun model yang terbentuk diperlihatkan pada persamaan di bawah ini.

Ln Y = 1,0455 + 0,9007 ln B + 0,0196 ln Nut + 0,0483 ln Ins + 0,0070 ln Fu +

0,1230 ln TK + Vi - Ui

Interpretasi Parameter Dugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Berdasarkan hasil perhitungan fungsi produksi stochastic frontier Cobb-

Douglas dengan metode MLE, diperoleh hasil bahwa faktor produksi benih dan

tenaga kerja berkorelasi positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi paprika

hidroponik per satuan lahan. Sementara, faktor produksi lainnya seperti nutrisi,

insektisida, dan fungisida meskipun bernilai positif tetapi tidak berpengaruh

Page 82: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

66

nyata. Berikut adalah interpretasi dari model fungsi produksi stochastic frontier

yang terbentuk.

1. Benih

Penggunaan benih pada usahatani paprika hidroponik bernilai positif dan

berpengaruh nyata pada taraf α = 20 persen terhadap produksi paprika hidroponik

per satuan lahan. Nilai elastisitas benih terhadap produktivitas sebesar 0,9007

menunjukkan bahwa penambahan benih sebesar satu persen akan akan

meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,9007 persen, cateris

paribus. Ini menunjukkan bahwa jumlah benih yang digunakan petani selama ini

masih memungkinkan untuk ditambah sehingga dapat menghasilkan produksi

yang lebih besar.

Benih memegang peranan utama dalam menentukan produktivitas.

Varietas benih yang berkualitas tinggi akan berpotensi menghasilkan

produktivitas yang tinggi pula. Dengan demikian, meskipun jumlah benih per

satuan lahan ditingkatkan dalam jumlah yang kecil, maka akan memiliki pengaruh

yang responsif terhadap peningkatan produksi paprika per satuan lahan.

Rata-rata penggunaan benih paprika di lokasi penelitian yaitu sebesar

3.869 biji per 1.000 m2. Dengan asumsi rata-rata benih yang berkecambah sebesar

90 persen maka tanaman paprika yang dihasilkan adalah sebanyak 3.482 pohon

per 1.000 m2 atau 3,48 pohon per m

2. Peningkatan penggunaan benih per satuan

lahan di lokasi penelitian akan meningkatkan peluang dalam menghasilkan bibit

paprika. Hal ini pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan populasi

tanaman per satuan lahan sehingga produksi paprika hidroponik yang dihasilkan

per satuan lahan juga akan semakin meningkat. Peningkatan populasi tanaman per

satuan lahan dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam.

2. Nutrisi

Faktor produksi nutrisi bernilai positif namun tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi paprika hidroponik per luas lahan. Nilai elastisitas nutrisi

terhadap produktivitas sebesar 0,0196 menunjukkan bahwa penambahan nutrisi

sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika hidroponik

sebesar 0,0196 persen, cateris paribus. Dalam usahatani paprika hidroponik,

nutrisi merupakan sumber makanan utama bagi tanaman. Ini disebabkan dalam

Page 83: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

67

media tanam arang sekam tidak terdapat unsur hara seperti yang terkandung pada

tanah sehingga nutrisi sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

Secara teoritis, tanaman paprika yang mendapatkan nutrisi yang cukup akan

meningkat produktivitasnya sehingga akan menghasilkan buah berkualitas dan

bobot buah yang besar.

Analisis fungsi produksi menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan

dimana penambahan jumlah nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan

produktivitas. Hal ini diduga karena kadar kepekatan hara yang terdapat pada

larutan nutrisi yang digunakan belum sesuai. Peningkatan volume nutrisi yang

tidak diimbangi oleh kepekatan hara yang ada dalam nutrisi akan menyebabkan

larutan nutrisi tidak dapat bekerja optimal sehingga tidak berpengaruh terhadap

peningkatan produktivitas tanaman. Kepekatan hara yang dibutuhkan berbeda-

beda tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman dimana semakin tua umur

tanaman paprika, maka tanaman tersebut akan semakin membutuhkan unsur hara.

Kepekatan hara diukur dengan EC (Electro Conductivity) meter. Akan tetapi

sebagian besar petani responden tidak mengukur nilai EC dan cenderung

menduga-duga saja karena mereka tidak memiliki alat pengukurnya sehingga

kepekatan hara dalam larutan nutrisi tidak bisa dipastikan.

Faktor teknis lain yang diduga berpengaruh terhadap efektivitas pemberian

nutrisi adalah sistem fertigasi yang masih bersifat manual. Kegiatan fertigasi yang

masih menggunakan selang mengakibatkan volume nutrisi yang diterima oleh

setiap tanaman berbeda-beda. Kondisi ini dapat berakibat pada pertumbuhan

tanaman dalam satu lahan yang tidak merata sehingga akan mempengaruhi

produktivitas tanaman itu sendiri.

3. Insektisida

Faktor produksi insektisida bernilai positif namun tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Nilai elastisitas insektisida

terhadap produktivitas sebesar 0,0483 menunjukkan bahwa penambahan

insektisida sebesar satu persen akan akan meningkatkan produktivitas paprika

hidroponik sebesar 0,0483 persen, cateris paribus. Jenis insektisida yang

digunakan oleh petani terdiri dari berbagai merek dengan dosis yang digunakan

Page 84: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

68

rata-rata 0,5-1 ml/liter air. Rata-rata penggunaan insektisida oleh petani responden

yaitu sebanyak 9.439,21 ml per 1.000 m2.

Peningkatan jumlah penggunaan insektisida bertujuan untuk mengurangi

serangan hama, terutama hama thrips. Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan

bahwa peningkatan insektisida tidak berpengaruh terhadap peningkatan

produktivitas paprika. Berdasarkan pengamatan, upaya yang dilakukan oleh

sebagian responden untuk mengatasi serangan hama thrips yang sangat tinggi di

lokasi penelitian adalah dengan meningkatkan intensitas penyemprotan insektisida

ataupun meningkatkan dosis penggunaan insektisida. Akan tetapi, pemberian

insektisida berlebih tidak efektif dalam memberantas hama. Meskipun petani

responden telah menggunakan jenis insektisida secara bergantian, tetapi

pemberian insektisida dalam jumlah yang banyak secara terus menerus justru

membuat hama thrips menjadi resisten atau kebal terhadap insektisida tersebut.

Sebaliknya, penggunaan insektisida yang berlebih dapat meningkatkan residu

pada tanaman paprika. Oleh karena itu, pengendalian hama yang tidak diterapkan

secara terpadu tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas

tanaman.

4. Fungisida

Penggunaan fungisida pada usahatani paprika hidroponik bernilai positif

dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik per satuan

lahan. Nilai elastisitas fungisida terhadap produktivitas sebesar 0,0070

menunjukkan bahwa penambahan fungisida sebesar satu persen akan akan

meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,0070 persen, cateris

paribus. Seperti halnya, insektisida, fungisida yang digunakan petani responden

juga bermacam-macam mereknya dengan dosis penggunaan rata-rata 0,25-0,5 ml

per liter air. Rata-rata jumlah fungisida yang digunakan petani responden

sebanyak 909,32 ml per 1.000 m2.

Peningkatan jumlah penggunaan fungisida bertujuan untuk mengurangi

serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Akan tetapi, hasil analisis

menunjukkan bahwa peningkatan fungisida tidak berpengaruh terhadap

peningkatan produktivitas paprika. Hal ini diduga karena variabel fungisida yang

bersifat kondisional yaitu penggunaannya hanya sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Page 85: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

69

Dibandingkan dengan serangan hama thrips, serangan jamur pada tanaman

paprika jauh lebih rendah sehingga fungisida jarang digunakan dan

penggunaannya dalam satu kali musim tanam pun dapat dikatakan sedikit.

Dengan demikian meskipun fungisida dapat berperan dalam mengurangi serangan

jamur tetapi karena penggunaannya yang sedikit dan bersifat kondisional maka

variabel fungisida ini tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman paprika

hidroponik.

5. Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja pada usahatani paprika hidroponik bernilai

positif dan berpengaruh nyata pada taraf α = 20 persen terhadap produksi paprika

hidroponik per satuan lahan. Nilai elastisitas tenaga kerja terhadap produktivitas

sebesar 0,1230 menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja sebesar satu persen

akan akan meningkatkan produktivitas paprika hidroponik sebesar 0,1230 persen,

cateris paribus. Ini menujukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan

petani selama ini masih memungkinkan untuk ditambah sehingga dapat

menghasilkan produksi yang lebih besar.

Rata-rata tenaga kerja yang digunakan mulai dari penyemaian hingga

panen yaitu sebanyak 511,39 HOK per 1.000 m2 yang merupakan tenaga kerja

total, baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga.

Penambahan tenaga kerja sangat diperlukan untuk intensifikasi pemeliharaan,

seperti pewiwilan, pemberian nutrisi, dan pengendalian hama dan penyakit karena

usahatani paprika hidroponik merupakan jenis usahatani yang membutuhkan

penanganan yang detail. Upaya penambahan yang dilakukan dapat berupa

penambahan jam kerja maupun penambahan jumlah pekerja. Hal yang perlu

diperhatikan yaitu dalam upaya penambahan tenaga kerja tidak hanya dilihat dari

segi kuantitas saja, tetapi juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas

sumber daya manusia agar lebih berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas

paprika hidroponik.

6.2. Sebaran Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis dianalisis secara simultan dengan menggunakan model

fungsi produksi stochastic frontier. Sebaran efisiensi teknis dari usahatani paprika

hidroponik di daerah penelitian ditampilkan pada Tabel 17. Dilihat dari sebaran

Page 86: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

70

efisiensi teknisnya, petani responden memiliki tingkat efisiensi teknis yang berada

pada range 0,466 sampai 0,979. Nilai indeks efisiensi hasil analisis dikategorikan

cukup efisien jika nilainya lebih besar dari 0,7. Dari hasil yang diperoleh,

sebanyak 56 petani responden atau 94,92 persen petani responden memiliki

tingkat efisiensi teknis di atas 0,7. Sementara hanya 5,08 persen petani responden

masih memiliki tingkat efisiensi di bawah 0,7 atau belum efisien secara teknis.

Tabel 17. Sebaran Efisiensi Teknis Petani Responden

Kelompok Efisiensi

Teknis Jumlah Petani Persentase (%)

TE ≤ 0,5 1 1,69

0,5 < TE ≤ 0,6 1 1,69

0,6 < TE ≤ 0,7 1 1,69

0,7 < TE ≤ 0,8 3 5,08

0,8 < TE ≤ 0,9 11 18,65

TE > 0,9 42 71,19

Total 59 100,00

Rata-rata TE 0,899

Minimum TE 0,466

Maksimum TE 0,979

Nilai rata-rata efisiensi teknis yang dicapai petani responden sebesar 0,899

atau 89,9 persen dari produktivitas maksimum. Artinya, petani paprika responden

sudah cukup efisien namun masih terdapat peluang sebesar 10,1 persen untuk

mencapai produktivitas maksimum. Tingkat efisiensi teknis yang tinggi

mencerminkan prestasi petani responden dalam keterampilan manajerial usahatani

paprika hidroponik sudah baik dan memuaskan. Sementara di sisi lain, tingkat

efisiensi teknis yang tinggi juga mencerminkan bahwa peluang untuk

meningkatkan produktivitas menjadi kecil karena kesenjangan antara tingkat

produktivitas yang telah dicapainya dengan tingkat produktivitas maksimum yang

dapat dicapai dengan sistem pengelolaan terbaik (the best practice) cukup sempit.

Dengan kata lain, agar dapat meningkatkan produktivitas secara nyata maka

dibutuhkan inovasi teknologi yang lebih maju.

Page 87: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

71

6.3. Sumber-sumber Inefisiensi Teknis

Tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh petani paprika hidroponik di

lokasi penelitian selain terkait dengan penggunaan input-input produksi juga

sangat terkait dengan sumber-sumber inefisiensi teknis seperti umur petani,

pendidikan formal, pengalaman usahatani paprika, umur bibit, keikutsertaan

dalam kelompok tani, status usahatani, status kepemilikan lahan, dan perolehan

kredit bank. Pendugaan efek inefisiensi teknis diuraikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Pendugaan Parameter Maximum-Likelihood Model Inefisiensi Teknis

Usahatani Paprika Hidroponik

Variabel Koefisien t-rasio

Intersep 0,9481* 0,9380

Umur petani 0,0268* 1,6410

Pengalaman usahatani paprika -0,0511* -1,6396

Pendidikan formal 0,0020 0,0391

Umur bibit -0,0684* -1,7945

Keikutsertaan dalam kelompok tani (dummy) -0,0859 -0,4873

Status usahatani (dummy) 0,4175 0,7816

Status kepemilikan lahan (dummy) -0,4787* -0,8916

Kredit bank (dummy) -0,4602* -1,0158

Keterangan:

*) nyata pada α = 20%

Hasil pendugaan dengan metode MLE, diketahui terdapat lima variabel

yang berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis. Variabel yang berkorelasi

negatif dan berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis paprika hidroponik yaitu

pengalaman usahatani, umur bibit, status kepemilikan lahan, dan kredit bank.

Sementara variabel yang berkorelasi positif dan berpengaruh nyata adalah umur

petani. Berikut merupakan interpretasi dari masing-masing koefien sumber

inefisiensi teknis.

1. Umur Petani

Variabel umur petani dimasukkan ke dalam model efek inefisiensi teknis

dengan dugaan berpengaruh positif terhadap inefisiensi teknis paprika hidroponik.

Page 88: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

72

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani berkorelasi positif dan

berpengaruh nyata pada taraf α = 20 persen terhadap efek inefisiensi teknis

usahatani paprika hidroponik. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal dimana

semakin tua petani maka penggunaan input produksi juga semakin tidak efisien.

Hal ini membuktikan bahwa petani yang berumur lebih muda akan menghasilkan

usahatani yang lebih efisien. Kondisi di lapang menunjukan bahwa mayoritas

petani responden (64,40 persen) berumur kurang dari 45 tahun sehingga masih

dikategorikan muda dan produktif sehingga berpotensi untuk meningkatkan

efisiensi teknis.

Dalam usahatani paprika hidroponik, petani dituntut untuk melakukan

penanganan yang intensif dan detail mulai dari persiapan tanam hingga panen.

Pertambahan umur petani akan mempengaruhi kondisi fisik sehingga kemampuan

bekerja, daya juang dalam berusaha, keinginan untuk menanggung risiko, dan

keinginan untuk menerapkan inovasi-inovasi baru akan semakin berkurang yang

pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penurunan efisiensi.

Petani yang lebih tua umumnya dianggap memiliki pengalaman yang lebih

banyak daripada petani yang muda, tetapi hasil pengamatan menunjukkan bahwa

petani yang berumur lebih tua tidak selalu memiliki pengalaman yang lebih

banyak dari petani yang lebih muda, begitupun sebaliknya. Dengan demikian,

umur petani tidak selalu menjadi tolak ukur dari pengalaman sehingga pemisahan

variabel umur petani dan pengalaman usahatani sebagai variabel yang berdiri

sendiri dalam penelitian ini dianggap relevan.

2. Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahatani diukur berdasarkan selang waktu petani responden

dalam menjalankan usahatani paprika. Pengalaman yang dimaksud adalah

pengalaman yang dihitung sejak usahatani paprika masih bersifat konvensional

(non-hidroponik) hingga menjadi usahatani paprika hidroponik. Hasil analisis

menunjukkan bahwa pengalaman usahatani paprika berkorelasi negatif dan nyata

terhadap tingkat inefisiensi teknis pada taraf α = 20 persen. Hasil ini sesuai

dengan hipotesis awal, dimana semakin lama pengalaman responden dalam

usahatani paprika maka akan semakin efisien secara teknis atau tingkat inefisiensi

akan semakin rendah.

Page 89: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

73

Lamanya pengalaman usahatani paprika petani responden beragam, yaitu

sebanyak 32,20 persen memiliki pengalaman 6-10 tahun, sebanyak 28,81 persen

memiliki pengalaman 11-15 tahun, dan sebanyak 27,12 persen yang memiliki

pengalaman lebih dari 16 tahun. Seiring dengan semakin lamanya pengalaman

yang dimiliki petani, maka akan semakin banyak pembelajaran yang diperoleh

dari kegiatan budidaya sebelumnya. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi di

masa mendatang dapat lebih mudah diatasi dengan bekal pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya.

3. Pendidikan Formal

Pendidikan formal diukur dari jumlah waktu (tahun) yang ditempuh petani

dalam menjalankan masa pendidikan formalnya. Variabel ini dianggap sebagai

tolak ukur dari kemampuan manajerial petani. Hasil analisis menunjukkan bahwa

variabel pendidikan formal berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap

inefisiensi teknis. Nilai koefisien parameter yang positif menunjukkan bahwa

semakin lama pendidikan formal yang dijalani petani maka akan semakin

meningkatkan inefisiensi teknis.

Koefisien yang bernilai positif bertolak belakang dengan hipotesis awal.

Akan tetapi lamanya waktu pendidikan formal yang ditempuh responden tidak

berpengaruh terhadap efisiensi teknisnya. Hal ini diduga karena penerapan

budidaya paprika hidroponik di lokasi penelitian tidak melalui pendidikan secara

formal, namun dengan mempraktikan secara langsung di lapang. Adapun

mayoritas petani responden adalah lulusan SD (37,29 persen) dan lulusan SMP

(28,81 persen) yang termasuk dalam tingkat pendidikan yang rendah. Peningkatan

keterampilan dan manajerial petani responden sebaiknya lebih diutamakan

melalui pendidikan non-formal seperti pelatihan, penyuluhan, dan lokakarya.

4. Umur Bibit

Umur bibit menunjukkan hubungan negatif dan berpengaruh nyata

terhadap inefisiensi teknis pada taraf α = 20 persen. Hasil ini sesuai dengan

dugaan awal bahwa semakin tua umur bibit maka akan semakin menurunkan

inefisiensi dalam produksi paprika hidroponik atau dengan kata lain semakin tua

bibit yang digunakan akan semakin efisien secara teknis. Rata-rata petani paprika

menanam bibit yang berusia 30 hari setelah semai sedangkan umur bibit yang

Page 90: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

74

direkomendasikan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran yaitu sekitar 6 minggu

atau 42 hari setelah semai. Penggunaan bibit yang masih berusia muda akan

berisiko tinggi terhadap kematian tanaman karena masih rentan terhadap serangan

hama dan penyakit serta belum dapat melakukan penyesuaian terhadap suhu di

dalam greenhouse penanaman. Sebaliknya bibit yang berusia lebih tua akan lebih

mudah beradaptasi dengan kondisi di greenhouse penanaman sehingga terhindar

dari risiko kematian dini.

5. Keikutsertaan dalam Kelompok Tani

Keikutsertaan dalam kelompok tani diukur dengan dummy, dimana petani

anggota kelompok tani diberi nilai 1 dan petani bukan anggota kelompok tani

diberi nilai 0. Variabel dummy keikutsertaan dalam kelompok tani dimasukkan

dalam model efek inefisiensi teknis dengan dugaan berpengaruh negatif terhadap

inefisiensi teknis usahatani paprika hidroponik. Hasil yang diperoleh sesuai

dugaan awal dimana petani yang tergabung dalam kelompok tani akan lebih

efisien secara teknis dibandingkan dengan petani yang tidak bergabung dengan

kelompok tani, namun ditemukan tidak berpengaruh nyata.

Hasil ini analisis berkaitan dengan data di lapang dimana jumlah petani

yang tergabung dan tidak tergabung dalam kelompok tani proporsinya hampir

seimbang, sehingga hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata. Data menunjukkan

bahwa sebanyak 31 orang (52,54 persen) adalah anggota kelompok tani dan

sebanyak 28 orang (47,46 persen) bukan anggota kelompok tani. Selain itu,

berdasarkan pengamatan, peran kelompok-kelompok tani yang ada di lokasi

penelitian tidak berjalan sebagaimana mestinya. Petani anggota kelompok tani

cenderung bekerja sendiri-sendiri dan kurang ada koordinasi terkait dengan aspek

teknis atau budidaya di lapang. Kegiatan penyuluhan juga tidak rutin dilakukan

karena pelaksanaannya tergantung pada kesedian PPL dalam memberikan materi

penyuluhan dan kesepakatan dari anggota.

6. Status Usahatani

Status usahatani di lokasi penelitian diukur dengan dummy, dimana petani

yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan utama diberi

nilai 1 dan petani yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai

pekerjaan sampingan diberi nilai 0. Nilai variabel dummy status usahatani

Page 91: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

75

berkorelasi positif terhadap inefisiensi teknis namun tidak berpengaruh nyata.

Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa petani yang menjadikan usahatani

paprika hidroponik sebagai pekerjaan sampingan lebih efisien dibandingkan

dengan petani yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan

utama.

Berdasarkan data di lapang, mayoritas petani responden yaitu sebanyak 54

orang (91,53 persen) menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan

utama dan hanya 5 orang (8,47 persen) yang menjadikan usahatani paprika

hidroponik sebagai pekerjaan sampingan. Hasil analisis membuktikan bahwa

status usahatani tidak mempengaruhi tingkat inefisiensi usahatani paprika

hidroponik di lokasi penelitian. Hal ini diduga karena kemampuan antara petani

yang menganggap usahatani paprika sebagai pekerjaan utama dengan petani yang

menganggap usahatani paprika sebagai pekerjaan sampingan berada pada level

yang setara, meskipun petani yang menganggap usahatani paprika sebagai

pekerjaan sampingan memiliki curahan waktu yang lebih sedikit dibandingakn

dengan petani yang menganggap usahatani paprika sebagai pekerjaan utama.

7. Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan responden diukur dengan dummy, dimana petani

yang menggunakan lahan bagi hasil diberi nilai 1 dan petani yang menggunakan

lahan milik sendiri diberi nilai 0. Status kepemilikan lahan bernilai negatif dan

berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani paprika pada taraf α = 20

persen. Hal ini menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan mempengaruhi

tingkat inefisiensi teknis usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian. Nilai

koefisien positif yang sesuai dengan hipotesis awal menunjukkan bahwa petani

yang mengusahakan paprika hidroponik pada lahan bagi hasil lebih efisien secara

teknis dibandingkan dengan petani yang mengusahakan paprika hidroponik di

lahan milik sendiri. Berdasarkan data terdapat 49 orang (83,05 persen) petani

yang mengusahakan paprika di lahan milik, sedangkan sisanya yaitu 10 orang

(16,95 persen).

Petani yang mengusahakan paprika hidroponik di lahan bagi hasil akan

memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar dan lebih termotivasi untuk

menjalankan usahataninya dengan lebih baik. Semakin besar hasil produksi yang

Page 92: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

76

dicapai maka nilai bagi hasil yang diperolehnya juga akan semakin besar,

sebaliknya jika hasil produksi yang dicapai kecil maka nilai bagi hasil yang

diperolehnya juga akan semakin kecil. Oleh karena itu, petani yang

mengusahakan paprika hidroponik di lahan bagi hasil akan mempergunakan

peluang yang ada dengan lebih baik.

8. Kredit Bank

Variabel kredit bank diukur dengan dummy, dimana petani yang

memperoleh kredit bank diberi nilai 1 dan petani yang tidak memperoleh kredit

bank diberi nilai 0. Dugaan awal hubungan kredit bank terhadap efisiensi teknis

usahatani yaitu petani yang memperoleh kredit akan memiliki efisiensi yang lebih

besar karena petani akan memiliki kemampuan menggali modal lebih banyak

untuk membiayai dan mengembangkan usahataninya. Selain itu petani yang

memperoleh kredit bank akan lebih berusaha untuk mengelola usahataninya

dengan penggunaan input produksi yang lebih efisien untuk dapat mengembalikan

kredit yang dipinjamnya.

Hasil analisis pada Tabel 18 sesuai dengan dugaan awal bahwa kredit bank

berkorelasi negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani paprika hidroponik dan

berpengaruh nyata pada taraf α = 20 persen. Ini menunjukkan bahwa bank sebagai

lembaga keuangan formal dapat berperan dalam meningkatkan efisiensi teknis

paprika hidroponik. Akan tetapi, dari total 59 petani responden, hanya sebagian

kecil (18,64 persen) petani responden yang memperoleh kredit bank untuk

tambahan modal usahataninya.

Page 93: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

PAPRIKA HIDROPONIK

Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis

penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan

usahatani paprika hidroponik dalam penelitian ini dilakukan untuk satu periode

tanam, mulai dari persiapan tanam hingga panen. Untuk memudahkan

perhitungan dan analisis, luasan lahan greenhouse dalam penelitian ini telah

dikonversi menjadi 1.000 m2. Alasan lainnya dalam pengambilan luasan tersebut

yaitu karena luasan lahan greenhouse yang dimiliki sebagian besar petani

responden adalah sebesar 1.000 m2.

7.1. Penerimaan Usahatani Paprika Hidroponik

Analisis terhadap penerimaan usahatani paprika hidroponik di Desa

Pasirlangu merupakan analisis atas penerimaan tunai. Penerimaan tunai

merupakan penerimaan yang langsung diperoleh dalam bentuk uang tunai dari

hasil penjualan paprika hidroponik. Penerimaan tidak tunai tidak dimasukkan ke

dalam analisis dengan pertimbangan bahwa seluruh hasil panen paprika

hidroponik yang dihasilkan oleh responden langsung dijual dan tidak ada yang

disimpan untuk konsumsi rumah tangga ataupun digunakan untuk bibit.

Tabel 19. Penerimaan Usahatani Paprika Hidroponik per 1.000 m2

di Desa

Pasirlangu Periode Tanam 2011-2012

Penerimaan Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) Nilai (Rp)

Paprika hijau 3.384,74 9.475,00 32.070.411,50

Paprika merah 2.030.84 13.500,00 27.416.340,00

Paprika kuning 1.353.89 16.000,00 21.662.240.00

Penerimaan tunai 81.148.991,50

Penerimaan non tunai 0

Total penerimaan 81.148.991,50

Penerimaan usahatani paprika hidroponik dihitung dari hasil perkalian

antara jumlah produksi paprika hidroponik yang dihasilkan selama satu periode

tanam dengan harga jual rata-rata yang diterima petani. Jumlah rata-rata produksi

Page 94: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

78

paprika hidroponik di lokasi penelitian pada musim tanam terakhir adalah

6.769,47 kg per 1.000 m2 untuk ketiga jenis paprika yang dihasilkan. Jenis paprika

yang paling banyak dipanen adalah paprika hijau karena kebutuhan pasar akan

paprika jenis ini sangat tinggi, khususnya untuk pasar dalam negeri. Jumlah

produksi paprika hijau adalah sebesar 3.384.74 kg dengan harga jual rata-rata Rp

9.475,00. Sementara produksi paprika merah sebesar 2.030,84 dengan harga jual

rata-rata Rp 13.500,00 dan produksi paprika kuning sebesar 1.353,89 dengan

harga jual rata-rata Rp 16.000,00. Penerimaan tunai sekaligus penerimaan total

yang diperoleh petani responden dari hasil penjualan semua jenis paprika

hidroponik adalah sebesar Rp 81.148.991,50.

7.2. Biaya Usahatani Paprika Hidroponik

Biaya usahatani paprika hidroponik terdiri dari dua bagian, yaitu biaya

tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani

responden meliputi biaya benih, arang sekam, biaya pemupukan, biaya

pengendalian OPT, biaya sterilisasi lahan, biaya tenaga kerja luar keluarga

(TKLK), biaya air dan listrik, serta pajak lahan. Sementara itu biaya yang

diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung tapi harus

diperhitungkan sebagai pengeluaran petani untuk kegiatan usahatani. Biaya yang

diperhitungkan oleh petani responden meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga

(TKDK), biaya penyusutan, dan sewa lahan. Gambaran biaya usahatani paprika

hidroponik disajikan pada Tabel 20.

Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani responden adalah biaya

pemupukan yaitu sebesar 20,88 persen dari biaya total, yang terdiri atas biaya

nutrisi 20,53 persen, pupuk cair 0,22 persen, dan pupuk daun 0,13 persen.

Komponen biaya pemupukan yang terbesar berasal dari nutrisi yaitu sebesar Rp

11.124.000,44 atau 20,53 persen dari biaya total. Jumlah rata-rata penggunaan

nutrisi yang sudah siap siram adalah 354.380 liter per 1.000 m2. Biaya untuk

nutrisi menjadi biaya terbesar karena harga pupuk AB Mix yang merupakan

bahan utama nutrisi cukup mahal jika dibandingkan input yang lain yaitu Rp

445.000,00 per paket. Selain itu nutrisi juga merupakan sumber makanan utama

bagi tanaman paprika hidroponik karena dalam teknik hidroponik tanaman tidak

memperoleh makanan dari media arang sekam. Oleh karena itu, para petani

Page 95: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

79

responden harus memberikan nutrisi setiap hari pada tanaman paprika agar

tanaman dapat tumbuh secara maksimal. Namun demikian, hasil analisis fungsi

produksi menunjukkan bahwa penggunaan nutrisi tidak berpengaruh nyata

terhadap peningkatan produktivitas paprika, dengan demikian petani diharapkan

dapat lebih menekan penggunaan nutrisi agar dapat menghemat pengeluaran.

Tabel 20. Biaya Usahatani Paprika Hidroponik per 1.000 m2 di Desa Pasirlangu

Periode Tanam 2011-2012

Keterangan Jumlah

fisik

Harga satuan

(Rp) Nilai (Rp)

Persentase

(%)

Biaya tunai

Benih (biji)

(-) Merah 2.902 1.600,00 4.643.200,00 8,57

(-) Kuning 967 1.700,00 1.643.900,00 3,03

Arang sekam (karung) 438 8.000,00 3.504.000,00 6,47

Nutrisi (liter) 354,380 31,39 11.124.000,44 20,53

Pupuk cair (liter) 2,82 42.000,00 118.315,23 0,22

Pupuk daun (kg) 1,81 40.000,00 72.487,65 0,13

Insektisida (liter) 9,44 547.500,00 5.167.965,76 9,54

Fungisida (liter) 0,91 534.000,00 485.590,84 0,90

Gramoxone (liter) 0,22 55.000,00 12.208,76 0,02

Lysol (liter) 1.04 11.000,00 11.477,92 0,02

TKLK

(-) Tetap (pohon/8 bulan) 3.482 1.600,00 5.571.200,00 10,28

(-) Tidak tetap (HOK) 38,98 35.000,00 1.364.300,00 2,52

Biaya air 133.407,52 133.407,52 0.25

Biaya listrik 398.999,95 398.999,95 0,74

Pajak lahan (1.000 m2/8 bulan) 66.666,67 66.666,67 0,12

Total biaya tunai 34.317.726,73 63,33

Biaya diperhitungkan

TKDK (HOK) 245,12 35.000,00 8.579.200,00 15,83

Penyusutan GH dan alat 9.295.955,56 9.295.955,56 17,15

Sewa lahan (1.000 m2/8 bulan) 2.000.000,00 2.000.000,00 3,69

Total biaya diperhitungkan 19.875.155,56 36,67

Total biaya 54.192.882,29 100,00

Page 96: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

80

Biaya terbesar kedua adalah biaya penyusutan yang termasuk dalam biaya

yang diperhitungkan, yaitu sebesar Rp 9.295.955,56 atau 17,15 persen dari biaya

total. Biaya penyusutan merupakan nilai dari penyusutan atas bangunan

greenhouse dan peralatan investasi yang digunakan dengan mempertimbangkan

umur teknis bangunan dan peralatan. Adapun peralatan investasi yang dibutuhkan

dalam usahatani paprika hidroponik antara lain torn nutrisi, drum nutrisi, drum

obat, selang, sprayer gendong, sprayer tangan tray, mulsa, polybag pembibitan,

polybag penanaman, tali ajir, gelas ukur, tangga, dan perlengkapan lainnya.

Tingginya modal pembuatan greenhouse dan mahalnya harga peralatan investasi

yang dibutuhkan dalam usahatani paprika hidroponik menjadikan nilai penyusutan

cukup besar.

Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, baik tenaga kerja dalam

keluaraga (TKDK) maupun tenaga kerja luar keluaraga (TKLK), menjadi

komponen biaya terbesar selanjutnya. Biaya TKDK yang dikeluarkan oleh petani

responden adalah sebesar Rp 8.579.200,00 atau 15,83 persen dari biaya total.

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh TKDK dapat mencakup seluruh kegiatan

budidaya paprika hidroponik mulai dari persiapan lahan, penyemaian dan

pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pembongkaran tanaman. Sementara

itu, biaya TKLK dalam usahatani paprika hidroponik lebih kecil dibandingkan

dengan biaya TKDK, yaitu sebesar Rp 6.935.500,00 atau 12,80 persen dari biaya

total. Tenaga kerja luar keluarga terbagi menjadi dua, yaitu TKLK tetap dan

TKLK tidak tetap. Dari total 12,80 persen biaya yang dikeluarkan untuk TKLK,

sebanyak 10,28 persen berasal dari biaya TKLK tetap dan hanya 2,52 persen yang

berasal dari biaya TKLK tidak tetap. Biaya yang dikeluarkan untuk TKLK tetap

ditentukan berdasarkan jumlah pohon yang dirawat. Upah per pohon per bulan

yaitu sebesar Rp 200,00, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk TKLK tetap

selama satu periode tanam delapan bulan untuk 3.482 pohon adalah sebesar Rp

5.571.200,00. Sementara itu, upah untuk TKLK tidak tetap dihitung per hari yaitu

sebesar Rp 35.000,00 per HOK. Tenaga kerja luar keluarga tidak tetap ini

biasanya digunakan untuk kegiatan budidaya selain pemeliharaan.

Komponen biaya terbesar lainnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk

benih, yang terdiri dari biaya benih paprika merah sebesar 8,57 persen dari biaya

Page 97: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

81

total dan biaya benih paprika kuning sebesar 3,03 persen dari biaya total. Rata-

rata benih yang disemai oleh petani responden adalah sebanyak 3.869 biji per

1.000 m2, dengan proporsi benih paprika merah sebanyak 75 persen dan benih

paprika kuning sebesar 25 persen dari total benih paprika keseluruhan. Tanaman

paprika di Desa Pasirlangu dibudidayakan dalam media arang sekam. Rata-rata

arang sekam yang digunakan, dalam satu periode tanam adalah sebanyak 438

karung. Biaya yang dikeluarkan untuk arang sekam adalah Rp 3.504.000,00 atau

6,47 persen dari biaya total.

Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian OPT dibagi menjadi dua yaitu

biaya untuk pembelian insektisida dan fungisida. Biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian insektisida jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian fungisida karena tanaman paprika yang lebih rentan

terhadap serangan hama thrips sehingga pemberian insektisida menjadi kegiatan

wajib yang harus dilakukan secara rutin, sedangkan pemberian fungisida bersifat

kondisional. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian insektisida adalah sebesar

Rp 5.167.965,76 atau 9,54 persen atas biaya total. Sementara biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian fungisida adalah sebesar Rp 485.590,84 atau 0,90

persen atas biaya total.

Komponen biaya lainnya yang memiliki proporsi yang kecil atas biaya

total adalah biaya sterilisasi lahan, biaya air, dan biaya listrik. Biaya sterilisasi

lahan meliputi biaya bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses sterilisasi

lahan seperti gramoxone dan lysol, masing-masing sebesar 0,02 persen dari biaya

total. Sementara biaya air yang dikeluarkan selama satu periode tanam adalah

sebesar 0,25 dari biaya total dan biaya listrik sebesar 0,74 dari biaya total.

Biaya pajak lahan dan biaya sewa lahan dihitung dalam jangka waktu satu

periode tanam paprika hidroponik, yaitu delapan bulan. Rata-rata biaya yang

dikeluarkan untuk pajak lahan adalah sebesar Rp 1.400,00 per tumbak per tahun

(1 tumbak=14 m2). Untuk lahan greenhouse seluas 1.000 m

2 pajak lahan yang

dikeluarkan adalah sebesar Rp 100.000,00 per tahun. Dalam satu periode tanam

delapan bulan, pajak lahan yang dikeluarkan petani yaitu sebesar Rp 66.666,67

atau 0,12 persen dari biaya total. Sementara itu, biaya sewa lahan rata-rata adalah

sebesar Rp 42.000 per tumbak per tahun sehingga biaya sewa lahan per tahun per

Page 98: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

82

m2 yaitu sebesar Rp 3.000,00. Untuk lahan greenhouse seluas 1.000 m

2 biaya

sewa lahan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.000.000,00 per tahun. Dalam

satu periode tanam delapan bulan, pajak lahan yang dikeluarkan petani yaitu

sebesar Rp 2.000.000,00 atau 3,69 persen dari biaya total.

Total biaya yang dibutuhkan untuk usahatani paprika hidroponik selama

satu periode tanam adalah sebesar Rp 54.192.882,29. Proporsi biaya tunai

terhadap biaya total usahatani paprika hidroponik yaitu sebesar 63,33 persen,

sedangkan proporsi biaya diperhitungkan terhadap biaya total adalah sebesar

36,67 persen. Proporsi biaya diperhitungkan relatif lebih kecil dibandingkan

dengan biaya tunai. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar input yang

digunakan dalam usahatani paprika hidroponik sebagian besar dibayar tunai.

7.3. Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik

Pendapatan usahatani paprika hidroponik merupakan selisih antara

penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani. Komponen pendapatan

usahatani ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya

total.

Tabel 21. Perhitungan Pendapatan dan Rasio Penerimaan Terhadap Biaya (R/C)

Usahatani Paprika Hidroponik per 1.000 m2 di Desa Pasirlangu

Periode Tanam 2011-2012

Komponen Nilai (Rp)

A. Penerimaan Tunai 81.148.991,50

B. Penerimaan Diperhitungkan -

C. Total Penerimaan (A+B) 81.148.991,50

D. Biaya Tunai 34.317.726,73

E. Biaya Diperhitungkan 19.875.155,56

F. Total Biaya 54.198.580,56

Pendapatan atas Biaya Tunai (C-D) 46.831.264,77

Pendapatan atas Biaya Total (C-F) 26.956.109,21

R/C atas Biaya Tunai 2,36

R/C atas Biaya Total 1,50

Page 99: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

83

Analisis R/C digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara nilai

output terhadap nilai inputnya sehingga dapat diketahui efisiensi pendapatan

usahatani yang dijalankan oleh para petani paprika di Desa Pasirlangu. Suatu

usahatani dikatakan efisien apabila memiliki R/C lebih dari satu. Penerimaan

usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah sebesar Rp

81.148.991,50, sedangkan biaya tunai yang dikeluarkan untuk usahatani paprika

hidroponik adalah sebesar Rp 34.317.726,73 dan biaya total yang dikeluarkan

adalah sebesar Rp 54.198.580,56.

Berdasarkan Tabel 21 terlihat bahwa pendapatan atas biaya tunai usahatani

paprika hidroponik bernilai positif, yaitu sebesar Rp 46.831.264,77. Ini

menunjukkan bahwa usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian

memberikan keuntungan bagi petani sebesar Rp 46.831.264,77 atas biaya tunai

yang dikeluarkannya selama satu periode tanam per luasan lahan 1.000 m2.

Sementara pendapatan atas biaya total yang diperoleh juga bernilai positif, yaitu

sebesar Rp 26.956.109,21. Ini menunjukkan bahwa usahatani paprika hidroponik

di lokasi penelitian memberikan keuntungan bagi petani sebesar Rp 26.956.109,21

atas biaya total yang dikeluarkannya selama satu periode tanam per luasan lahan

1.000 m2.

Nilai R/C usahatani paprika hidroponik atas biaya tunai yang diperoleh

petani responden adalah sebesar 2,36. Nilai R/C 2,36 menunjukkan bahwa setiap

Rp 1.000,00 biaya tunai yang dikeluarkan petani dalam kegiatan usahatani paprika

hidroponik akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.360,00. Sedangkan nilai

R/C atas biaya total adalah sebesar 1,50. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap

Rp 1.000,00 biaya total yang dikeluarkan petani dalam kegiatan usahatani paprika

hidroponik akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.500,00. Berdasarkan hasil

analisis R/C maka kegiatan usahatani paprika hidroponik yang dilakukan oleh

petani paprika hidroponik Desa Pasirlangu yang menjadi responden pada

penelitian ini sudah efisien dan menguntungkan untuk diusahakan karena nilai

R/C atas biaya tunai maupun R/C atas biaya total bernilai lebih dari satu.

Jika dibandingkan dengan penelitian serupa yang pernah dilakukan

Kusnanto (2000), hasil analisis R/C atas biaya total yang dihasilkan penulis pada

penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan nilai R/C atas biaya total yang

Page 100: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

84

dihasilkan pada penelitian terdahulu,baik pada petani golongan I maupun petani

golongan II. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa analisis R/C atas biaya

total petani golongan I (petani yang memiliki luas lahan rumah plastik lebih kecil

dari rata-rata luas lahan rumah plastik seluruh petani contoh) adalah sebesar 1,13

sedangkan R/C atas biaya total petani golongan II (petani yang memiliki luas

lahan rumah plastik lebih besar dari rata-rata luas lahan rumah plastik seluruh

petani contoh) adalah sebesar 1,36.Nilai R/C atas biaya total sebesar 1,13 dan 1,36

tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan hasil R/C atas biaya total pada

penelitian ini yaitu 1,50. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang

diperoleh petani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu saat ini semakin

meningkat.

Penelitian mengenai pendapatan usahatani paprika hidroponik pernah

dilakukan oleh Setyarini (2011). Perbedaannya yaitu terletak pada tingkat

teknologi yang digunakan, dimana pada penelitian tersebut tanaman paprika

hidroponik dibudidayakan menggunakan sistem pengairan irigasi tetes (drip

irigation) dan setiap polybag ditanam dua pohon paprika. Hasil analisis

menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya total yang diperoleh selama satu

periode tanam per luasan 1.000 m2 adalah sebesar Rp 76.872.317,00 dengan R/C

atas biaya total sebesar 1,75 yang lebih besar dibandingan dengan R/C atas biaya

total pada penelitian ini yaitu 1,50. Ini menunjukkan bahwa usahatani paprika

hidroponik yang dilakukan pada tingkat teknologi yang lebih tinggi dapat

memberikan keuntungan yang lebih besar.

Hasil R/C suatu usahatani dapat menggambarkan efisiensi pendapatan

usahatani tersebut. Semakin efisien secara teknis maka diharapkan petani juga

akan semakin efisien dalam pendapatannya. Penelitian mengenai pendapatan dan

efisiensi teknis usahatani pernah dilakukan oleh Ekaningtias (2011) pada komoditi

horenso atau bayam jepang. Pada penelitian tersebut diperoleh nilai efisiensi

teknis dan R/C atas biaya total yang tergolong tinggi, dimana nilai efisiensi teknis

yaitu sebesar 0,870 dan nilai R/C atas biaya total sebesar 2,72. Dibandingkan

dengan penelitian tersebut, nilai R/C pada penelitian ini lebih kecil yaitu sebesar

0,50, meskipun nilai efisiensi teknis yang diperoleh pada penelitian ini tinggi

Page 101: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

85

yaitu sebesar 0,899. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi

yang tinggi tidak selalu dikuti oleh efisiensi pendapatan yang tinggi pula.

Analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani sama-sama

menggambarkan hubungan antara produksi yang dicapai dengan sejumlah faktor

produksi yang ada. Akan tetapi dalam analisis efisiensi teknis, produksi dan

faktor-faktor produksi diukur berdasarkan jumlah fisiknya saja, sedangkan pada

pendapatan usahatani, produksi dan faktor-faktor produksi diukur berdasarkan

besaran rupiahnya. Dalam pengalokasian faktor-faktor produksi, petani paprika

hidroponik yang menjadi responden cenderung lebih mempertimbangkan jumlah

fisik faktor-faktor produksi yang digunakan dan tidak terlalu mempermasalahkan

tingginya harga faktor-faktor produksi tersebut karena petani lebih berorientasi

pada maksimisasi produksi.

Page 102: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka kesimpulan

yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Penggunaan benih dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap

peningkatan produksi paprika hidroponik per satuan lahan. Sementara

faktor produksi lainnya seperti nutrisi, insektisida, dan fungisida tidak

berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi paprika hidroponik per

satuan lahan.

2. Tingkat efisiensi teknis rata-rata yang dicapai oleh petani paprika

hidroponik adalah sebesar 89,9 persen dari produktivitas maksimum. Hal

ini menunjukkan bahwa usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu

sudah efisien, tetapi masih terdapat peluang sebesar 10,1 persen untuk

mencapai produktivitas maksimum. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata

terhadap inefisiensi teknis usahatani paprika hidroponik adalah umur

petani, pengalaman, umur bibit, status kepemilikan lahan, dan kredit bank.

Umur petani berpengaruh positif terhadap inefisiensi teknis, sedangkan

pengalaman, umur bibit, status kepemilikan lahan, dan kredit bank

berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.

3. Hasil analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik menunjukkan

pendapatan atas biaya tunai maupun biaya total di lokasi penelitian

bernilai positif dan nilai R/C atas biaya tunai maupun atas biaya total lebih

besar dari satu. Dengan demikian usahtani paprika hidroponik di lokasi

penelitian mampu memberikan keuntungan bagi petani.

8.2. Saran

1. Upaya peningkatan produktivitas hendaknya dilakukan dengan melakukan

pendekatan sosialisasi terkait penggunaan input benih dan tenaga kerja

pada jumlah yang optimal.

2. Mengingat tingkat efisiensi teknis rata-rata yang dicapai petani sudah

tinggi maka peluang untuk meningkatkan produktivitas menjadi kecil

karena kesenjangan antara tingkat produktivitas yang telah dicapainya

Page 103: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

87

dengan tingkat produktivitas maksimum yang dapat dicapai dengan sistem

pengelolaan terbaik (best practice) cukup sempit. Dengan demikian, agar

dapat meningkatkan produktivitas secara nyata maka dibutuhkan inovasi

teknologi yang lebih maju seperti penggunaan drip irrigation pada sistem

fertigasi.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis tingkat efisiensi alokatif

dan ekonomis untuk mendapatkan analisis efisiensi yang lebih

komprehensif.

Page 104: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga W, Gunadi N, Moekasan TK, Subhan. 2007. Identifikasi potensi dan

kendala produksi paprika di rumah plastik. J Hort 17 (1): 88-98.

Andarwati AU. 2011. Efisiensi teknis usahatani kentang dan faktor yang

mempengaruhi di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara [skripsi].

Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Beattie R, C Robert Taylor. 1985. Ekonomi Produksi. Soeratno J, penerjemah.

Yogyakarta: UGM Press. Terjemahan dari The Economics of Production.

[BI] Bank Indonesia. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat.

http://www.bi.go.id/. [7 Februari 2012]

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama

Sosial-Ekonomi Indonesia Agustus 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Coelli TJ. 1996. A Guide to Frontier Version 4.1: A Computer Program for

Stochastic Frontier Production and Cost Function Estimation. Armidale:

University of New England.

Coelli TJ, Rao DSP, O’Donnel CJ, Battese GE. 2005. An Introduction to

Efficiency and Productivity Analysis. Second Edition. New York: Springer

Science and Business Media, Inc.

[Ditjenhort] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Pengelolaan Data dan

Informasi Ditjen Hortikultura. Jakarta: Kementerian Pertanian.

[Ditjenhort] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Produksi Sayuran di

Indonesia Tahun 2006-2010.

http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/eksekutif%20horti%28ATAP

%202010%29/Produksi-Sayuran.htm. [7 Februari 2012].

Dinas Peternakan Provinsi Banten. 2011. GEMA Sayuran untuk Tingkatkan

Konsumsi Sayuran. http://www.distanak.bantenprov.go.id/berita-137-

gema-sayuran-untuk-tingkatkan-konsumsi-sayuran-.html. [7 Februari

2012]

Ekaningtias D. 2011. Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani bayam

jepang (horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten

Cianjur Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Gunadi N et al. 2008. Pertumbuhan dan hasil tanaman paprika yang ditanam pada

dua tipe konstruksi rumah plastik dan dua jenis media tanam. J Hort 18

(3): 295-306.

Page 105: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

89

Gunadi N, Moekasan TK, Prabaningrum L, De Putter H, Everaarts A. 2006.

Budidaya Tanaman Paprika (Capsicum annuum var. grossum) di dalam

Rumah Plastik. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.

Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Cet ke-7. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Hutauruk TLP. 2008. Analisis efisiensi usahatani padi benih bersubsidi di

Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat: pendekatan

stochastic production frontier [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Hydroponics Indonesia. 2011. Greenhouse Sayuran. http://www.hidroponik.org/.

[9 Februari 2012]

Khotimah, Husnul. 2010. Analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani ubi

jalar di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat [skripsi].

Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Kartikasari D. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

usahatani paprika hidroponik di Kecamatan Parongpong Kabupaten

Bandung [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kusnanto H. 2000. Analisis Usahatani dan keunggulan komparatif-kompetitif

paprika hidroponik di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten

Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Lingga P. 2007. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cet ke-27. Jakarta:

PT. Penebar Swadaya.

Maryono. 2008. Analisis Efisiensi teknis dan pendapatan usahatani padi program

benih bersertifikat: pendekatan stochastic frontier (studi kasus di Desa

Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang) [skripsi].

Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Ed ke-3. Jakarta: PT Pustaka

LP3ES Indonesia.

Prihmantoro H, Indriani YH. 1998. Hidroponik Sayuran Semusim untuk Bisnis

dan Hobi. Cet ke-3. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Prihmantoro H, Indriyani YH. 2003. Paprika Hidroponik dan Nonhidroponik.

Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Setyarini R. 2011. Pengaruh risiko produksi paprika hidroponik di PT. Kusuma

Satria Dinasari Wisatajaya Batu Malang [skripsi]. Bogor: Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan

Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI-Press.

Page 106: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

90

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Cet ke-

4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press.

Sukiyono K. 2005. Faktor penentu tingkat efisiensi usahatani cabai merah di

Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agro

Ekonomi 23 (Oktober): 176-190.

Suratiyah K. 2008. Ilmu Usahatani. Cet ke-2. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Tanjung I. 2003. Efisiensi teknis dan ekonomis petani kentang di Kabupaten

Solok Propinsi Sumatera Barat: analisis stochastic frontier [tesis]. Bogor:

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 107: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

LAMPIRAN

Page 108: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

92

Lampiran 1. Hasil Output Minitab Fungsi Produksi Model 1

Regression Analysis: Ln Y/L versus Ln B/L, Ln Nut/L, ... The regression equation is

Ln Y/L = 0.964 + 0.768 Ln B/L + 0.071 Ln Nut/L + 0.0920 Ln Ins/L

+ 0.0157 Ln Fu/L - 0.00444 Ln Pd/L - 0.00234 Ln Pc/L + 0.052 Ln

TK/L

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 0.9639 0.7681 1.25 0.215

Ln B/L 0.7678 0.2369 3.24 0.002 2.8

Ln Nut/L 0.0708 0.1176 0.60 0.550 2.2

Ln Ins/L 0.09199 0.07757 1.19 0.241 1.4

Ln Fu/L 0.015688 0.009981 1.57 0.122 1.1

Ln Pd/L -0.004445 0.006305 -0.70 0.484 1.2

Ln Pc/L -0.002339 0.006029 -0.39 0.700 1.1

Ln TK/L 0.0516 0.1030 0.50 0.618 1.5

S = 0.238140 R-Sq = 50.7% R-Sq(adj) = 43.9%

PRESS = 3.87041 R-Sq(pred) = 33.97%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 7 2.96905 0.42415 7.48 0.000

Residual Error 51 2.89224 0.05671

Total 58 5.86129

Source DF Seq SS

Ln B/L 1 2.66061

Ln Nut/L 1 0.01377

Ln Ins/L 1 0.11722

Ln Fu/L 1 0.13155

Ln Pd/L 1 0.02681

Ln Pc/L 1 0.00484

Ln TK/L 1 0.01425

Unusual Observations

Obs Ln B/L Ln Y/L Fit SE Fit Residual St Resid

17 1.39 2.4849 1.9903 0.0863 0.4946 2.23R

39 1.55 1.2730 2.0216 0.0758 -0.7486 -3.32R

59 1.39 1.4816 1.9458 0.0692 -0.4642 -2.04R

R denotes an observation with a large standardized residual.

Durbin-Watson statistic = 2.08999

Page 109: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

93

Lampiran 2. Hasil Output Minitab Fungsi Produksi Model 2

Regression Analysis: Ln Y/L versus Ln B/L, Ln Nut/L, ... The regression equation is

Ln Y/L = 1.15 + 0.780 Ln B/L + 0.050 Ln Nut/L + 0.0959 Ln Ins/L + 0.0148

Ln Fu/L + 0.0402 Ln TK/L

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 1.1486 0.7237 1.59 0.118

Ln B/L 0.7802 0.2331 3.35 0.002 2.8

Ln Nut/L 0.0505 0.1129 0.45 0.657 2.1

Ln Ins/L 0.09593 0.07618 1.26 0.213 1.4

Ln Fu/L 0.014762 0.009373 1.57 0.121 1.0

Ln TK/L 0.04016 0.09940 0.40 0.688 1.4

S = 0.235088 R-Sq = 50.0% R-Sq(adj) = 45.3%

PRESS = 3.64672 R-Sq(pred) = 37.78%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 5 2.93217 0.58643 10.61 0.000

Residual Error 53 2.92913 0.05527

Total 58 5.86129

Source DF Seq SS

Ln B/L 1 2.66061

Ln Nut/L 1 0.01377

Ln Ins/L 1 0.11722

Ln Fu/L 1 0.13155

Ln TK/L 1 0.00902

Unusual Observations

Obs Ln B/L Ln Y/L Fit SE Fit Residual St Resid

12 0.74 1.2122 1.1603 0.1351 0.0519 0.27 X

17 1.39 2.4849 2.0120 0.0779 0.4729 2.13R

39 1.55 1.2730 2.0518 0.0645 -0.7788 -3.44R

R denotes an observation with a large standardized residual.

X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Durbin-Watson statistic = 2.18913

Page 110: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

94

Lampiran 3. Hasil Output Frontier Usahatani Paprika Hidroponik

Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)

instruction file = terminal

data file = DTA.txt

Tech. Eff. Effects Frontier (see B&C 1993)

The model is a production function

The dependent variable is logged

the ols estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 0.11485586E+01 0.72369079E+00 0.15870847E+01

beta 1 0.78023201E+00 0.23305155E+00 0.33478945E+01

beta 2 0.50450187E-01 0.11286872E+00 0.44698112E+00

beta 3 0.95930514E-01 0.76182335E-01 0.12592225E+01

beta 4 0.14761625E-01 0.93731872E-02 0.15748779E+01

beta 5 0.40162637E-01 0.99403804E-01 0.40403522E+00

sigma-squared 0.55266562E-01

log likelihood function = 0.48661938E+01

the estimates after the grid search were :

beta 0 0.13814154E+01

beta 1 0.78023201E+00

beta 2 0.50450187E-01

beta 3 0.95930514E-01

beta 4 0.14761625E-01

beta 5 0.40162637E-01

delta 0 0.00000000E+00

delta 1 0.00000000E+00

delta 2 0.00000000E+00

delta 3 0.00000000E+00

delta 4 0.00000000E+00

delta 5 0.00000000E+00

delta 6 0.00000000E+00

delta 7 0.00000000E+00

delta 8 0.00000000E+00

sigma-squared 0.10386855E+00

gamma 0.82000000E+00

iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.65229562E+01

0.13814154E+01 0.78023201E+00 0.50450187E-01 0.95930514E-01

0.14761625E-01

0.40162637E-01 0.00000000E+00 0.00000000E+00 0.00000000E+00

0.00000000E+00

0.00000000E+00 0.00000000E+00 0.00000000E+00 0.00000000E+00

0.00000000E+00

0.10386855E+00 0.82000000E+00

gradient step

iteration = 5 func evals = 42 llf = 0.97498414E+01

0.13789879E+01 0.78288480E+00 0.46959486E-01 0.10998991E+00

0.82667352E-02

0.58868335E-01 0.74501259E-03 0.24000078E-01-0.35777817E-01-

0.18654152E-01

-0.20740936E-01-0.58895500E-02 0.45220962E-02-0.42149480E-02-

0.89023446E-02

0.12137575E+00 0.81353719E+00

iteration = 10 func evals = 59 llf = 0.11555666E+02

Page 111: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

95

0.13322500E+01 0.79239257E+00 0.30782289E-01 0.70102551E-01

0.68234236E-02

0.16377237E+00 0.37825750E-01 0.25650830E-01-0.35677722E-01-

0.16675117E-02

-0.26510016E-01-0.10046517E+00 0.15356798E+00-0.12714182E+00-

0.21428882E+00

0.86423156E-01 0.78188155E+00

iteration = 15 func evals = 78 llf = 0.13503990E+02

0.76679721E+00 0.86432894E+00 0.61550414E-01 0.26669215E-01

0.60263380E-02

0.13028566E+00 0.59359710E+00 0.23632121E-01-0.44053760E-01-

0.50610976E-02

-0.48807212E-01-0.59383156E-01 0.36834471E+00-0.33460798E+00-

0.28647964E+00

0.67600659E-01 0.67558261E+00

iteration = 20 func evals = 150 llf = 0.14449519E+02

0.10457701E+01 0.90065302E+00 0.19570645E-01 0.48256877E-01

0.69974958E-02

0.12306214E+00 0.94859405E+00 0.26782501E-01-0.51019038E-01

0.19377179E-02

-0.68366184E-01-0.85870761E-01 0.41742915E+00-0.47817004E+00-

0.45946150E+00

0.68021517E-01 0.58549445E+00

iteration = 25 func evals = 185 llf = 0.14452108E+02

0.10455329E+01 0.90066854E+00 0.19594191E-01 0.48255454E-01

0.70002983E-02

0.12304846E+00 0.94814062E+00 0.26808759E-01-0.51056962E-01

0.19941820E-02

-0.68400032E-01-0.85922542E-01 0.41753065E+00-0.47871258E+00-

0.46011602E+00

0.67980127E-01 0.58512762E+00

iteration = 27 func evals = 199 llf = 0.14452273E+02

0.10455215E+01 0.90066834E+00 0.19595629E-01 0.48255975E-01

0.70004579E-02

0.12304681E+00 0.94808523E+00 0.26810681E-01-0.51059591E-01

0.19984047E-02

-0.68401981E-01-0.85925010E-01 0.41754124E+00-0.47873988E+00-

0.46015516E+00

0.67977605E-01 0.58510420E+00

the final mle estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 0.10455215E+01 0.61965630E+00 0.16872604E+01

beta 1 0.90066834E+00 0.19353320E+00 0.46538183E+01

beta 2 0.19595629E-01 0.87316391E-01 0.22442096E+00

beta 3 0.48255975E-01 0.66593139E-01 0.72463883E+00

beta 4 0.70004579E-02 0.82561975E-02 0.84790340E+00

beta 5 0.12304681E+00 0.93442409E-01 0.13168198E+01

delta 0 0.94808523E+00 0.10107482E+01 0.93800338E+00

delta 1 0.26810681E-01 0.16337607E-01 0.16410409E+01

delta 2 -0.51059591E-01 0.31142264E-01 -0.16395594E+01

delta 3 0.19984047E-02 0.51073110E-01 0.39128315E-01

delta 4 -0.68401981E-01 0.38118391E-01 -0.17944614E+01

delta 5 -0.85925010E-01 0.17632222E+00 -0.48731811E+00

delta 6 0.41754124E+00 0.53419242E+00 0.78163079E+00

delta 7 -0.47873988E+00 0.53693771E+00 -0.89161158E+00

delta 8 -0.46015516E+00 0.45298596E+00 -0.10158265E+01

sigma-squared 0.67977605E-01 0.27329550E-01 0.24873298E+01

gamma 0.58510420E+00 0.21288963E+00 0.27483923E+01

log likelihood function = 0.14452273E+02

LR test of the one-sided error = 0.19172159E+02

with number of restrictions = *

Page 112: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

96

[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]

number of iterations = 27

(maximum number of iterations set at : 100)

number of cross-sections = 59

number of time periods = 1

total number of observations = 59

thus there are: 0 obsns not in the panel

covariance matrix :

0.38397393E+00 -0.16690744E-01 -0.36466125E-01 0.30509461E-01

0.22311488E-03

0.50593991E-02 -0.28257796E-01 -0.35541886E-04 0.19568924E-02

0.23146745E-02

-0.23080083E-02 0.19501100E-01 0.60302448E-01 -0.22016772E-01

0.10516994E-01

-0.23831892E-02 -0.54252709E-02

-0.16690744E-01 0.37455099E-01 -0.88755228E-02 -0.24416187E-02 -

0.25095680E-06

-0.87356376E-02 -0.42466440E-01 0.39640769E-03 0.96983580E-03 -

0.12943358E-02

0.18569424E-02 0.27797931E-02 -0.30429981E-01 -0.38914693E-01 -

0.22839173E-02

0.30812384E-03 -0.18096945E-02

-0.36466125E-01 -0.88755228E-02 0.76241522E-02 -0.12872011E-02

0.30185929E-04

0.15371447E-02 0.15885271E-01 -0.12676465E-03 -0.32073388E-03

0.40169832E-04

-0.26356332E-03 -0.26981997E-02 0.95579257E-03 0.15591403E-01 -

0.17176729E-02

0.27866002E-03 0.22400325E-02

0.30509461E-01 -0.24416187E-02 -0.12872011E-02 0.44346461E-02 -

0.14303593E-04

-0.94783908E-03 0.32169514E-03 0.12879601E-03 0.51818666E-04

0.52017553E-03

-0.53782323E-03 0.11552961E-02 0.45736032E-02 -0.80705572E-03 -

0.42704085E-02

-0.44461968E-03 -0.20540219E-02

0.22311488E-03 -0.25095680E-06 0.30185929E-04 -0.14303593E-04

0.68164796E-04

-0.77763716E-04 -0.60811510E-03 0.66581445E-05 -0.63893538E-06

0.66385747E-04

-0.34198631E-04 -0.61842516E-04 0.58134132E-03 0.43287248E-03 -

0.11004647E-03

-0.18792839E-04 -0.21355636E-03

0.50593991E-02 -0.87356376E-02 0.15371447E-02 -0.94783908E-03 -

0.77763716E-04

0.87314838E-02 -0.13517144E-02 -0.18920698E-03 -0.18235161E-04 -

0.86556858E-03

0.34678209E-03 0.13296962E-02 0.62003541E-02 0.55986955E-02

0.10137385E-01

0.67471035E-03 0.52083177E-02

-0.28257796E-01 -0.42466440E-01 0.15885271E-01 0.32169514E-03 -

0.60811510E-03

-0.13517144E-02 0.10216119E+01 -0.66747612E-02 0.68062090E-02 -

0.21269556E-01

-0.16085138E-01 0.10667505E-01 -0.13803032E+00 0.16309596E+00

0.70894979E-01

0.91205301E-02 0.62582799E-01

-0.35541886E-04 0.39640769E-03 -0.12676465E-03 0.12879601E-03

0.66581445E-05

-0.18920698E-03 -0.66747612E-02 0.26691740E-03 -0.31544124E-03

0.52951475E-03

-0.30375442E-03 -0.14940425E-03 0.13804238E-02 -0.33477940E-02 -

0.36619921E-02

Page 113: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

97

-0.26192533E-03 -0.26198891E-02

0.19568924E-02 0.96983580E-03 -0.32073388E-03 0.51818666E-04 -

0.63893538E-06

-0.18235161E-04 0.68062090E-02 -0.31544124E-03 0.96984059E-03 -

0.99873380E-03

0.43925378E-03 0.70512746E-04 -0.49220657E-02 0.13992244E-02

0.53965540E-02

0.31703721E-03 0.36361425E-02

0.23146745E-02 -0.12943358E-02 0.40169832E-04 0.52017553E-03

0.66385747E-04

-0.86556858E-03 -0.21269556E-01 0.52951475E-03 -0.99873380E-03

0.26084625E-02

-0.86671165E-03 -0.15005667E-02 0.10124127E-01 -0.17440889E-02 -

0.98865078E-02

-0.72461101E-03 -0.59727426E-02

-0.23080083E-02 0.18569424E-02 -0.26356332E-03 -0.53782323E-03 -

0.34198631E-04

0.34678209E-03 -0.16085138E-01 -0.30375442E-03 0.43925378E-03 -

0.86671165E-03

0.14530118E-02 0.34062345E-03 -0.83604059E-02 -0.10704609E-02

0.29579359E-02

0.28789319E-03 0.32832886E-02

0.19501100E-01 0.27797931E-02 -0.26981997E-02 0.11552961E-02 -

0.61842516E-04

0.13296962E-02 0.10667505E-01 -0.14940425E-03 0.70512746E-04 -

0.15005667E-02

0.34062345E-03 0.31089525E-01 -0.97241172E-02 -0.30375445E-01

0.76867760E-02

0.29570467E-03 0.43285472E-02

0.60302448E-01 -0.30429981E-01 0.95579257E-03 0.45736032E-02

0.58134132E-03

0.62003541E-02 -0.13803032E+00 0.13804238E-02 -0.49220657E-02

0.10124127E-01

-0.83604059E-02 -0.97241172E-02 0.28536154E+00 0.38382239E-01

0.46782996E-01

-0.20818944E-02 -0.14661690E-01

-0.22016772E-01 -0.38914693E-01 0.15591403E-01 -0.80705572E-03

0.43287248E-03

0.55986955E-02 0.16309596E+00 -0.33477940E-02 0.13992244E-02 -

0.17440889E-02

-0.10704609E-02 -0.30375445E-01 0.38382239E-01 0.28830211E+00 -

0.12077251E-01

0.34672000E-02 0.39537532E-01

0.10516994E-01 -0.22839173E-02 -0.17176729E-02 -0.42704085E-02 -

0.11004647E-03

0.10137385E-01 0.70894979E-01 -0.36619921E-02 0.53965540E-02 -

0.98865078E-02

0.29579359E-02 0.76867760E-02 0.46782996E-01 -0.12077251E-01

0.20519628E+00

0.48648035E-02 0.49789427E-01

-0.23831892E-02 0.30812384E-03 0.27866002E-03 -0.44461968E-03 -

0.18792839E-04

0.67471035E-03 0.91205301E-02 -0.26192533E-03 0.31703721E-03 -

0.72461101E-03

0.28789319E-03 0.29570467E-03 -0.20818944E-02 0.34672000E-02

0.48648035E-02

0.74690432E-03 0.49944562E-02

-0.54252709E-02 -0.18096945E-02 0.22400325E-02 -0.20540219E-02 -

0.21355636E-03

0.52083177E-02 0.62582799E-01 -0.26198891E-02 0.36361425E-02 -

0.59727426E-02

0.32832886E-02 0.43285472E-02 -0.14661690E-01 0.39537532E-01

0.49789427E-01

0.49944562E-02 0.45321993E-01

Page 114: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

98

technical efficiency estimates :

firm year eff.-est.

1 1 0.97878580E+00

2 1 0.95907349E+00

3 1 0.96268337E+00

4 1 0.91158690E+00

5 1 0.97210455E+00

6 1 0.93941797E+00

7 1 0.82568667E+00

8 1 0.97055371E+00

9 1 0.93081365E+00

10 1 0.94704166E+00

11 1 0.96949073E+00

12 1 0.96398027E+00

13 1 0.96324475E+00

14 1 0.76714054E+00

15 1 0.96446041E+00

16 1 0.90929896E+00

17 1 0.97438937E+00

18 1 0.89939104E+00

19 1 0.92763099E+00

20 1 0.97343344E+00

21 1 0.95068540E+00

22 1 0.86138811E+00

23 1 0.85097427E+00

24 1 0.92540170E+00

25 1 0.85080657E+00

26 1 0.96253267E+00

27 1 0.87363551E+00

28 1 0.94910659E+00

29 1 0.92025135E+00

30 1 0.71289376E+00

31 1 0.96436174E+00

32 1 0.95737032E+00

33 1 0.82388573E+00

34 1 0.93713839E+00

35 1 0.77062198E+00

36 1 0.90887421E+00

37 1 0.90236314E+00

38 1 0.93206455E+00

39 1 0.46601647E+00

40 1 0.95916947E+00

41 1 0.96097800E+00

42 1 0.92499346E+00

43 1 0.91743654E+00

44 1 0.96423214E+00

45 1 0.94941243E+00

46 1 0.92638280E+00

47 1 0.90591710E+00

48 1 0.91519935E+00

49 1 0.89721477E+00

50 1 0.80782660E+00

51 1 0.88946812E+00

52 1 0.94390869E+00

53 1 0.93219580E+00

54 1 0.96121066E+00

55 1 0.67278022E+00

56 1 0.88135302E+00

57 1 0.90722660E+00

58 1 0.93957573E+00

59 1 0.57036844E+00

mean efficiency = 0.89927849E+00

Page 115: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

99

Lampiran 4.

KUISIONER PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN

USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

(Kasus: Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Dian Puspitasari

Nomor Responden :

Nama Responden :

Alamat :

Desa/Kelurahan :

Kecamatan :

Kabupaten : Bandung Barat

Provinsi : Jawa Barat

Tanggal Wawancara :

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 116: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

100

A. Identitas dan Karakteristik Responden

1. Nama petani : .....................................................................

2. Jenis kelamin : L / P

3. Umur : .......... tahun

4. Status dalam rumah tangga :

(a) Kepala Keluarga (b) Istri/Ibu RT (c) Anak

5. Pendidikan formal responden : .......... tahun

6. Jumlah tanggungan keluarga : .......... orang

7. Status usahatani*) :

(a) Pekerjaan utama (b) Pekerjaan sampingan *) pekerjaan dilihat dari curahan waktu kerja

Jika sebagai pekerjaan sampingan, pekerjaan utamanya ..............................

8. Pengalaman bertani paprika hidroponik : .......... tahun

9. Tergabung dalam kelompok tani/koperasi :

(a) Ya, nama kelompok tani/koperasi .............................., bergabung sejak

tahun ..........., berperan sebagai ...............................................................

(b) Tidak, alasannya .....................................................................................

10. Pernah mengikuti penyuluhan yang terkait dengan usahatani paprika:

(a) Ya, isilah tabel berikut

No. Jenis Pendidikan/Penyuluhan Lama (bulan) Keterangan

1.

2.

3.

4.

(b) Tidak, alasannya .....................................................................................

11. Luas lahan (greenhouse) paprika hidroponik : ............... m2

12. Jumlah tanaman paprika hidroponik : ............... pohon

13. Status kepemilikan lahan :

(a) Milik sendiri (b) Sewa (c) Bagi Hasil

14. Pengelolaan usahatani

(a) Digarap sendiri (b) Digarap orang lain

B. Pola Tanam dalam Greenhouse pada Musim Tanam Terakhir

1. Waktu tanam : .......... bulan.

2. Intensitas tanam paprika hidroponik dalam satu tahun : .......... kali/tahun.

3. Sistem budidaya : (a) Monokultur (b) Tumpang sari dengan ..............

Pola tanam tahun 2011

Periode (bulan)

Komoditi

Luas tanam

Page 117: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

101

C. Usahatani Paprika Hidroponik pada Musim Tanam Terakhir

1. Sarana Produksi

a) Input

No. Uraian Satuan Jumlah Harga satuan

(Rp) Nilai (Rp)

1. Lahangreenhouse m2

2. Arang sekam kg

3. Benih Paprika

a. Merah

b. Kuning

c. ............

d. ............

biji

4. Nutrisi liter

5. Pestisida liter

6. Obat cair liter

7. Pupuk daun kg

8.

9.

10.

11.

12.

13.

b) Bangunan dan Alat

No. Uraian Jumlah Harga satuan

(Rp) Nilai (Rp)

Umur

ekonomis

(tahun)

1. Greenhousepenan

aman

2. Greenhousepenye

maian

3. Sprayer gendong

4. Hand sprayer

5. Drum besar

6. Tray pembibitan

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Page 118: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

102

Tenaga Kerja

Aktivitas

Dalam Keluarga Luar Keluarga

Pria Wanita Pria Wanita

org hari jam/hr org hari jam/hr org hari jam/hr Upah/hr

(Rp) org hari jam/hr

Upah/hr

(Rp)

Sterilisasi GH

Persiapan lahan

Penyemaian dan Pembibitan

Pengisian media ke polybag

Penanaman

Pengajiran

Perawatan

Pemangkasan

Pengendalian HPT

a. ...............

b. ...............

Panen

Pasca Panen

a. Penyortiran

b. Penyimpanan

c. Pegangkutan

d. Pembersihan

Pembongkaran

TOTAL

Page 119: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

103

2. Produksi

Uraian Volume (kg) Persentase (%) Harga (Rp/kg) Nilai (Rp)

Dijual

a. Paprika hijau

b. Paprika merah

c. Paprika kuning

d. Paprika ............

Dikonsumsi

sendiri

a. Paprika hijau

b. Paprika merah

c. Paprika kuning

d. Paprika ............

Lainnya ..............

TOTAL 100

D. Opini/Persepsi

a) Persiapan Lahan dan Greenhouse

1. Apakah melakukan sanitasi dan sterilisasi greenhouse?

(a) Ya, dengan cara ...............................................................................

..................................................................................................................

(b) Tidak, alasannya ......................................................................................

2. Pembuatan bedengan

Lebar : .......... cm Panjang : .......... cm

Tinggi : .......... cm Jarak antar bedengan : .......... cm

b) Penyemaian dan Pembibitan

1. Asal perolehan benih : .........................................................

2. Varietas benih yang digunakan

Paprika merah : .........................................................

Paprika kuning : .........................................................

Paprika .......... : .........................................................

Paprika .......... : .........................................................

3. Alasan pemilihan varietas benih : (urutan prioritas)

( ) Produktivitas tinggi

( ) Tahan terhadap serangan hama

( ) Harga jual yang tinggi

( ) Lainnya ...................................

4. Apakah ada perlakuan tambahan pada proses penyemaian dan pembibitan?

(a) Ya, sebutkan ............................................................................................

(b) Tidak.

5. Apakah melakukan perbanyakan bibit sendiri?

(a) Ya, dengan cara .......................................................................................

(b) Tidak.

6. Apakah kesulitan dalam memperoleh bibit?

(a) Ya, alasannya ...........................................................................................

(b) Tidak.

Page 120: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

104

c) Penanaman

1. Umur bibit yang digunakan : ............... hari

2. Rata-rata jumlah bibit per polibag : ............... bibit

3. Jarak antar tanaman

a) Tanaman paprika cabang dua : ............... cm

b) Tanaman paprika cabang tiga : ............... cm

4. Musim tanam

(a) Musim kemarau (c) Akhir musim kemarau awal musim hujan

(b) Musim hujan (d) Akhir musim hujan awal musim kemarau

Alasan ...........................................................................................................

5. Waktu penanaman : bulan ...............

d) Pemeliharaan

1. Penyiraman dan Pemupukan (Pemberian Larutan Nutrisi)

a) Asal perolehan pupuk : .........................................................

b) Kebutuhan larutan nutrisi dan frekuensi pemberian larutan nutrisi

Fase tanaman Kebutuhan Nutrisi

Setiap Pemberian (ml)

Frekuensi Pemberian

Nutrisi (kali/hari)

Fase muda

Fase berbunga

Fase berbuah

Fase dewasa/siap

dibongkar

c) Teknik penyiraman/sistem irigasi yang digunakan

Alasan .....................................................................................................

2. Pemilihan dan Pembentukan Cabang Produksi

a) Ya, dilakukan saat tanaman berumur .......... hari dengan cara

..................................................................................................................

Tujuannya ...............................................................................................

b) Tidak, alasanya .......................................................................................

3. Pengajiran (Pelilitan)

a) Tali penyangga yang digunakan .............................................................

b) Dilakukan saat tanaman berumur .......... hari dengan cara

..................................................................................................................

4. Pewiwilan (Pemangkasan)

a) Apakah melakukan pemangkasan tunas air dan cabang yang tidak

dipelihara?

(a) Ya, dilakukan sebanyak .......... kali.

(b) Tidak, alasannya ...............................................................................

b) Apakah melakukan pembuangan mahkota bunga yang terkena hama?

(a) Ya, dilakukan sebanyak .......... kali.

(b) Tidak, alasannya ...............................................................................

c) Apakah melakukan penjarangan buah?

(a) Ya, dilakukan sebanyak .......... kali.

(b) Tidak, alasannya ...............................................................................

Page 121: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

105

e) Pengendalian Hama dan Penyakit

1. Jenis hama dan penyakit : .....................................................................

........................................................................................................................

2. Jenis pengendalian : (pilihan bisa lebih dari satu)

(a) Teknik budidaya, dengan cara ...............................................................

(b) Mekanis, dengan cara ............................................................................

(c) Kimia, dengan cara ................................................................................

3. Jika menggunakan pestisida, frekuensi pemberian pestisida :

(a) Rutin .......... kali seminggu dengan rata-rata jumlah yang diberikan

.......... ml setiap kali penyemprotan.

(b) Tidak menentu, tergantung dari jumlah hama yang menyerang.

f) Panen

1. Frekuensi pemanenan sebanyak .......... kali per musim tanam.

a) Panen buah matang hijau dilakukan sebanyak .......... kali setelah

tanaman paprika berumur .......... hari

b) Panen buah matang berwarna dilakukan sebanyak .......... kali setelah

tanaman paprika berumur .......... hari.

2. Waktu panen : pagi/sore

g) Pasca Panen

1. Penyortiran : (a) Ya (b) Tidak

Proses penyortiran berdasarkan ....................................................................

2. Penyimpanan : (a) Ya (b) Tidak

a) Lama penyimpanan : .....................................................................

b) Tempat penyimpanan : .....................................................................

3. Pengangkutan : (a) Ya (b) Tidak

Proses pengangkutan .....................................................................................

4. Pembersihan : (a) Ya (b) Tidak

Proses pembersihan .......................................................................................

h) Pemasaran

1. Hasil panen dijual kepada:

No. Uraian Volume (kg) Persentase (%) Alasan*)

1. Pedagang pengumpul

2. Koperasi

3. Kelompok Tani

4. Pasar

5. Pabrik pengolahan

6. Lainnya .................

Total 100 *) 1= harga lebih tinggi; 2= ikatan kerjasama; 3= meminjam uang; 4=Lainnya ...........

2. Persepsi tentang kemudahan menjual hasil panen:

1= sangat mudah; 2= mudah, 3= agak sulit; 4= sulit

Page 122: ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHATANI … · USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA ... KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ... peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani

106

E. Permodalan dan Kendala Usahatani Paprika Hidroponik

1. Sumber modal untuk usahatani: (pilihan bisa lebih dari satu)

(a) Sendiri

(b) Kredit program ....................

(c) Pinjaman Bank ....................

(d) Keluarga/Saudara

(e) Rentenir

(f) Lainnya ...............................

2. Kendala dan masalah dalam usahatani paprika hidroponik

a) Terkait dengan input produksi (ketersediaan, harga, cara mendapatkan,

dll) ...........................................................................................................

..................................................................................................................

b) Terkait dengan on farm (HPT, ketersediaan air, cuaca, dll) ...................

..................................................................................................................

..................................................................................................................

c) Terkait dengan pemanenan dan pascapanen (gagal panen, biaya

penyimpanan, dll) ...................................................................................

..................................................................................................................

d) Terkait dengan pemasaran (harga, kesulitan memasarkan, daya tawar,

dll) ...........................................................................................................

..................................................................................................................

e) Permasalahan lainnya …………………………………………………..

..................................................................................................................