Post on 18-Mar-2023
i
KUALITAS HIDUP PADA REMAJA PENYANDANGAUTISME
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat S1 Psikologi
Oleh :
Via Mutiara Ratri08320147
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2012
ii
KUALITAS HIDUP PADA REMAJA PENYANDANG
AUTISME
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat S1 Psikologi
Oleh :
Via Mutiara Ratri
08320147
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul:
KUALITAS HIDUP PADA REMAJA PENYANDANG
AUTISME
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi
Sebagian Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi
Pada Tanggal
Oleh:VIA MUTIARA RATRI
08320147
Mengesahkan,
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Ketua
Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc. Sc.
Dewan Penguji Tanda tangan,
1. RA Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si., Psikolog
2. Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc. Sc.
3. Rr. Indahria Sulistyarini, S.Psi., MA.Psi
iv
PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Via Mutiara Ratri
No. Mahasiswa : 08320147
Program Studi : FPSB/Psikologi
Judul Skripsi : Kualitas Hidup Pada Remaja Penyandang Autis
Melalui surat ini saya menyatakan bahwa :
1. Selama melakukan penelitian dan pembuatan laporan penelitian skripsi
saya tidak melakukan tindak pelanggaran etika akademik dalam bentuk
apapun, seperti penjiplakan, pembuatan skripsi oleh orang lain atau
pelanggaran lain yang bertentangan dengan etika akademik yang dijunjung
tinggi Universitas Islam Indonesia. Karena itu, skripsi yang saya buat
merupakan karya ilmiah saya sebagai penulis, bukan karya jiplakan atau
karya orang lain.
2. Apabila dalam ujian skripsi saya terbukti melanggar etika akademik, maka
saya siap menerima sanksi sebagaimana aturan yang berlaku di
Universitas Islam Indonesia.
3. Apabila di kemudian hari, setelah saya lulus dari Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia ditemukan bukti secara
meyakinkan bahwa skripsi ini adalah karya jiplakan atau karya orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang ditetapkan
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta, 12 Maret 2012
Yang menyatakan
Via Mutiara Ratri
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillaahi Robbil’aalamiin
Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas nikmat, karunia dan hidayah-Nya
Sehingga karya sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalutercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
Dengan penuh sujud syukur dan cinta, spesial kupersembahkan karya ini
Kepada:
Ibunda Astuti dan Ayah Rio tercinta
Terima kasih untuk segala doa, kasih sayang, nasihat, perhatian dan semangatyang diberikan pada ananda yang tidak dapat terbalas oleh apapun
Kakak dan adikku ( mbak Putri dan dek Dzaky)
Terima kasih atas doa, semangat dan perhatiannya dalam hal apapun
Sapto Himawan
Terima kasih atas dukungan, bantuan, semangat dan perhatiannya dalammenghadapi kesulitan apapun
Semua subyek penelitianku (“Td”, “Os”. Ibu Desy, dan Ibu Henny)
Terima kasih telah berbagi kisah kalian yang sangat inspiratif dan semoga selaludiberikan jalan terbaik atas setiap keterbatasan yang ada.
vi
HALAMAN MOTTO
Artinya:
“ Dan tidaklah sekali-kali apa yang dijanjikan Tuhan itubakan didapatkan,kecuali bagi orang-orang yang bersabar. Dan siapa-siapa yang mendapatkannyamaka berarti dia sudah mendapatkan keberuntungan yang luar biasa besarnya.”
(Q.S Fushshilat:35)
Artinya:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman.”(Q.S AL-Imran:139)
vii
PRAKATA
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segal
petunjuk, kemudahan, dan kelancaran-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semata-mata
adalah Rahmat dari Allah yang maha pemurah lagi maha Penyayang. Shalawat
serta salam selalu terurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, pada
keluarga beliau, sahabat, dan umat Allah sampai akhir zaman kelak.
Penulis menyadari bahwa proses penelitian serta penyusunan skripsi ini
tidak terlepas
dari banyaknya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa moral,
material, dan spiritual sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog., selaku Dekan Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
2. Ibu Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc.Sc., selaku ketua program studi
Psikologi Fakultas Psikologi Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
3. Ibu RA. Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si., Psikolog., selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang penuh dengan kesabaran dalam memberikan
bimbingan, arahan dan semangatnya. Terima kasih segalanya Bu.
viii
4. Ibu Rr Indah Ria Sulistyarini, S.Psi., M.A., Psikolog., selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah mendampingi penulis selama menuntut
ilmu di Fakultas Psikologi Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
5. Ibu Rr Indah Ria Sulistyarini, S.Psi., M.A., Psikolog., dan Ibu Yulianti Dwi
Astuti, S.Psi., M.Soc.Sc., selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih banyak
atas bimbingan dan arahannya selama proses perbaikan skripsi.
6. Seluruh dosen pengajar Program Studi Psikologi, yang telah memberikan
banyak ilmu, pelajaran, dan pengalaman yang berharga. Terimakasih banyak
untuk Pak Sony, Pak Thobagus, Pak Haris, Pak Bachtiar, Pak Fuad, Pak Toto,
Pak Yapsir, Pak Alif, Bu Endah, Bu Rina, Bu Ratna, Bu Hepi, Bu Mira, Bu
Miftah, Bu Yulianti, Bu Sukarti, Bu Nunuk, Bu Dian, Bu Resnia, Bu Ully, Bu
Rumiani, Bu Nita.
7. Seluruh karyawan Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, yang telah memberikan
pelayanan dan informasi yang berguna demi kelancaran selama saya kuiah
dan menyelesaikan skripsi ini.
8. Para responden penelitianku beserta keluarga, terimakasih atas kerjasama dan
bantuan yang diberikan. Tetap semangat, tercapailah semua harapan dan
selalu mensyukuri kehidupan ini. Allah Maha Mengetahui jalan yang terbaik
bagi Hamba-Nya.
9. Para guru dan karyawan Sekolah Lanjutan Khusus Autisme, atas bantuannya
mengijinkan dan memberikan informasi demi mendapatkan responden
ix
penelitian serta memberikan ilmu dan data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
10. Ayahanda Riyo Sumbogo dan Ibunda Budi Astuti tercinta yang telah
memberikan segenap cinta, doa, nasehat, dukungan, perhatian, pengertian,
dan pengorbanan di setiap langkahku yang tidak dapat terbalas oleh apapun.
Semoga karya ini dapat memberi kebanggaan dan kebahagiaan bagi papa dan
mama tercinta.
11. Kakak dan adikku tersayang, Parama Ariasti Putri dan Rafif Dzaky Saputra,
atas dukungan dan perhatiannya selama ini.
12. Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dukungan sehingga penulis
dapat semangat dan sabar dalam mengerjakan skripsi ini.
13. Sapto Himawan, terimakasih atas dukungan, motivasi dan bantuannya untuk
menjadi tempat keluh kesahku menjadikan aku tetap pantang menyerah dan
bersabar dalam mengerjakan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabatku selama kuliah, Hajma Zakiya, Festiana Nurul..kita
lulusnya urut umur ya. Terimakasih atas dukungan dan doanya, semoga
semua rencana-rencana kita dapat tercapai ya, amin.
15. Semua teman-teman psikologi seperjuangan angkatan 2008 yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu. Saya akan merindukan saat kita berbagi ilmu dan
menjalani masa kuliah yang sangat menyenangkan ini.
16. Teman-teman KKN UNIT 51 yang telah menambah kisah dalam perjalanan
kehidupanku. Terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman-pengalaman
lucu dan mengesankan yang kita lalui bersama.
x
17. Para guru dan teman-teman alumni SMP N 2 Depok angkatan 2003 dan SMA
N 2 Ngaglik angkatan 2005. Terima kasih untuk segala doa, semangat, dan
perhatiannya.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis tidak dapat
melakukan hal lain untuk membalas dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, kecuali dengan panjatan doa agar amal kebaikan kelian semua
mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhir kata, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan dalam penyususan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
sempurna sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan.
Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta, Maret 2012
Via Mutiara Ratri
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................... v
PRAKATA ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
INTISARI .................................................................................................. xvi
BAB I. PENGANTAR ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
C. Manfaat Penelitian ................................................................... 9
D. Keaslian Penelitian .................................................................. 10
xii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 15
A. Kualitas Hidup ........................................................................ 15
1. Pengertian Kualitas Hidup ................................................. 15
2. Aspek-aspek Kualitas Hidup .............................................. 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ........... 19
B. Autisme .................................................................................... 22
1. Pengertian Autisme ............................................................. 22
2. Kriteria Diagnostik Gangguan Autisme ............................. 24
3. Karakteristik Autisme ........................................................ 25
4. Penyebab Autisme ............................................................. 28
5. Intervensi Untuk Anak Autisme ....................................... 29
6. Diet Dalam Autisme .......................................................... 31
C. Remaja .................................................................................... 33
1. Pengertian Remaja ............................................................. 33
D. Kualitas Hidup Pada Remaja Autis ........................................ 35
E. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 40
BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 41
A. Fokus Penelitian ...................................................................... 41
B. Desain Penelitian ..................................................................... 41
C. Subjek Penelitian ..................................................................... 43
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 44
E. Metode Analisis Data .............................................................. 53
xiii
F. Kredibilitas Data Penelitian ..................................................... 54
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ..................... 56
A. Orientasi Kancah dan Persiapan .............................................. 56
1. Orientasi Kancah .............................................................. 56
2. Persiapan Penelitian ......................................................... 57
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 59
C. Hasil Penelitian ....................................................................... 63
1. Deskripsi Umum Subjek .................................................. 63
2. Deskripsi Umum Significant other .................................. 63
3. Hasil Penilaian Skala ....................................................... 70
4. Hasil Wawancara ............................................................. 71
5. Tema, Sub Kategori, Kategori ......................................... 109
6. Dinamika Psikologis ........................................................ 145
D. Pembahasan ............................................................................ 153
BAB V. PENUTUP ................................................................................... 164
A. Kesimpulan ........................................................................... 164
B. Saran-saran ........................................................................... 166
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 168
LAMPIRAN ..............................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Panduan Wawancara ......................................................... 46
Tabel 2. Teknik Observasi .............................................................. 50
Tabel 3. Hasil Penilaian Skala ........................................................ 70
Tabel 4. Tema, Sub Kategori, Kategori .......................................... 109
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
Gambar 1. Faktor Subjek Pertama .................................................. 148
Gambar 2. Faktor Subjek Kedua ...................................................... 152
Gambar 3. Kualitas Hidup Pada Remaja Penyandang Autis ........... 163
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Verbatim subjek penelitian pertama ............................. 171
Lampiran 2. Verbatim subjek penelitian kedua ................................ 186
Lampiran 3. Verbatim significant other penelitian pertama ............. 218
Lampiran 4. Verbatim significant other penelitian kedua ................ 242
Lampiran 5. Panduan Observasi ....................................................... 251
Lampiran 6. Observasi Subjek Penelitian Pertama ........................... 252
Lampiran 7. Observasi Subjek Penelitian Kedua ............................. 255
Lampiran 8. Skala WHO Pada Subjek Penelitian Pertama ............... 258
Lampiran 9. Surat Ijin Melakukan Penelitian ................................... 263
Lampiran 10. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek
Penelitian ..................................................................... 264
Lampiran 11. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ......... 268
xvii
QUALITY OF LIFE IN ADOLESCENTS WITH AUTISM
Via Mutiara RatriRA Retno Kumolohadi
ABSTRACT
This study aims to find out the quality of life in adolescents with autism.Subjects in this study were autistic adolescents aged 17 years and 22 years, tocommunication, have an educational background since childhood to get adequatecare (treathment). Subjects in this study amounted to two people and subject'sparents as a significant other.
This study used a qualitative approach to the case study method. The samplingtechnique of this study was purposive sampling. Data collection methods used wasinterviews, scales, and observations. The data analyzed this research by contentanalysis.
These results indicate that the quality of life in people with autism to viewedfrom four aspects: physical health, psychological health, social relationships, andenvironment. For people with autism have a positive psychological impact, namely anoptimistic attitude and high motivation, negative psychological impact as people withautism to get pressure and the refusal from the public/society on limitations.All efforts are influenced by factors of education, parent’s support in developing thepotential. In this study acquired a new aspect that can improve the psychological qualityof life and social relations indirectly.
Key words: Quality of life, People with autism
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang dapat terjadi
pada siapa saja, tidak memandang status social ekonomi, pendidikan dan
budaya. Autisme merupakan gangguan pervasive yang paling berat dalam
perkembangan anak yang ditandai dengan gangguan kognitif, bahasa,
periaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autisme adalah cara berpikir
yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi
dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas.
(Kartono, 1989). Secara neurologis, anak autis adalah anak yang
mengalami hambatan perkembangan otak terutama pada area bahasa,
sosial, dan fantasi. Hambatan perkembangan inilah yang menjadikan anak
autis memiliki perilaku yang berbeda dengan anak-anak biasanya. Pada
beberapa bentuk perilaku anak autis memiliki kecenderungan yang
ekstrem.
Autisme masih dipandang sebagai kekurangan dan kelainan pada
masyarakat. Padahal, dalam hal akademik juga sering ditemukan anak-
anak yang memiliki kemampuan spesifik dan melebihi kemampuan anak
seusianya. Sekalipun demikian, rata-rata anak autis tidak memiliki
kemampuan yang sama di semua bidang. Penelitian baru-baru ini
mengungkapkan bahwa banyak penyandang autis tidak hanya lulus
sarjana, namun juga memiliki kualitas dan kemampuan yang melebihi
2
orang-orang normal pada umumnya. "Data terbaru dan pengalaman
pribadi saya menyarankan saatnya untuk mulai berpikir tentang autisme
sebagai suatu kelebihan dalam beberapa bidang, bukan beban yang harus
ditanggung," kata Dr Laurent Mottron di University of Montreal's Centre
for Excellence in Pervasive Development Disorders.
Menurut Ginanjar sampai saat ini belum ada data resmi mengenai
jumlah anak autis di Indonesia, namun lembaga sensus Amerika Serikat
melaporkan bahwa pada tahun 2004 jumlah anak dengan ciri-ciri autis di
Indonesia mencapai 475.000 orang (Kompas, 20 Juli 2005). Jumlah
penderita autisme dalam dekade terakhir ini meningkat yaitu terjadi pada 5
dari setiap 10.000 kelahiran dengan ratio perbandingan jumlah penderita
laki-laki empat kali lebih besar dibandingkan penderita wanita (Maulana,
2007). Menurut Autism Society of Canada, terdapat sekitar 200.000 orang
yang memiliki dengan spektrum autisme dan diperkirakan satu dari setiap
165 anak yang lahir di Kanada memiliki kondisi tersebut.
Gejala autisme dapat dikenal dari adanya kelainan perilaku yang
dimunculkan anak yang tidak seperti anak lainnya, misalnya menolak atau
menghindari bertatap muka dengan orang lain, terlambat bicara atau tidak
dapat berbicara, gangguan pada bahasa, menolak sentuhan dari orangtua,
gangguan lainnya dalam hal perilaku dan bermain, seperti tidak mengerti
cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama
berulang-ulang sampai berjam-jam. Dari aspek ditunjukkan dengan
perasaan dan emosi, seperti kurangnya rasa empati, misal melihat anak
3
menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak
yang sedang menangis akan dipukulnya. Gangguan pada persepsi sensoris,
misalnya mencium-cium, menggigit, atau menjilat semua benda,
tidak menyukai rabaan dan pelukan . Bila digendong cenderung merosot
untuk melepaskan diri dari pelukan (http:// www.infoibu.com/mod.php?
mod=publisher&op=viewarticle&artid=67/2011/09/28).
Gangguan autisme ini tidak dapat disembuhkan sepenuhnya
dengan berbagai macam terapi namun symptom atau gejala yang muncul
pada anak dapat dikurangi sehingga anak mampu hidup mandiri dan dapat
berinteraksi dengan orang lain, bahkan pada anak yang memiliki IQ
normal mampu mengikuti pelajaran di kelas sekolah umum. Berdasarkan
kajiannya terhadap semua studi yang dipublikasikan, Lotter (dalam
Davison, 2004) menyimpulkan bahwa hanya 5 hingga 17 persen anak
autistik yang dapat melakukan penyesuaian yang relatif baik pada masa
dewasa, menjalani hidup mandiri, namun tetap mengalami beberapa
masalah residual, seperti kegugupan sosial.
"Dawson dan individu autis lainnya telah membuktikan bahwa
penyandang autis membutuhkan lebih dari kesempatan, namun banyak
dukungan dan sedikit pengobatan. Autisme harus dijelaskan sebagai
variasi yang diterima spesies manusia, bukan sebagai kecacatan," pungkas
Mottron (www.detik.com/2011/12/28). Setiap anak yang lahir di dunia ini
berhak mempunyai tujuan hidup yang mereka inginkan, hal-hal yang perlu
dicapai dan dipenuhi. Setiap individu memiliki kualitas hidup yang
4
berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi
permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan sikap
positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika
menghadapi dengan cara yang negatif maka akan buruk pula kualitas
hidupnya. Oleh karena itu, sama halnya dengan seorang anak normal, para
penyandang autisme pun akan memiliki kualitas hidup mencukupi atau
belum mencukupi tergantung cara mereka menyikapi segala kekurangan
dan memaksimalkan segala kelebihannya.
Menurut Calman yang dikutip oleh Hermann (1993),
mengungkapkan bahwa konsep dari kualitas hidup adalah bagaimana
perbedaan antara keinginan yang ada dibandingkan perasaan yang ada
sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan “Calman’s Gap”. Calman
mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara perasaan yang
ada dengan keinginan yang sebenarnya, dicontohkan dengan
membandingkan suatu keadaan antara “dimana seseorang berada” dengan
“di mana seseorang ingin berada”. Jika perbedaan antara kedua keadaan
ini lebar, ketidakcocokan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang
tersebut rendah. Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada
antara keduanya kecil.
Definisi kualitas hidup yang sedikit berbeda dibuat berdasarkan
WHO (2003) yakni kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai
posisi mereka dalam kehidupan dilihat dari konteks budaya dan sistem
nilai dimana mereka tinggal, serta hubungannya dengan tujuan, harapan,
5
standard dan hal-hal lain yang menjadi perhatian individu. Definisi
kualitas hidup berdasarkan WHO menekankan adanya persepsi dari
individu mengenai posisi kehidupan mereka saat ini dan persepsi individu
ini dapat dipengaruhi oleh budaya dan sistem nilai dimana individu
tinggal.
Aspek-aspek kualitas hidup berdasarkan Kolman (dalam Molnar,
2009) antara lain: kehidupan keluarga (hubungan dan situasi didalam
keluarga), kesejahteraan psikologis (struktur psikologis manusia),
fungsional (pekerjaan seseorang), somatis (kesehatan), lingkungan (kerja
sama dengan lingkungan sekitar), eksistensial (kondisi kehidupan).
Bergner (dalam O’Connor, 1993) menemukan bahwa kualitas
hidup akan meningkat seiring dengan menipisnya diSkrepansi antara
tujuan yang telah dicapai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan
hal ini O’Connor (1993) mengemukakan bahwa persepsi individu
mengenai diskrepansi antara apa yang ada atau terjadi saat ini dengan apa
yang mungkin dapat ada atau terjadi merupakan faktor utama penentu
kualitas hidup individu. Dengan demikian, dapat disimpulkan pula bahwa
tinggi rendahnya kualitas hidup seseorang dapat dilihat dari diskrepansi
yang dirasakan oleh individu itu sendiri antara kondisinya kehidupan saat
ini dengan kondisi kehidupan tertentu yang ia inginkan.
Gangguan autisme pada anak dapat menjadi tekanan psikologis,
dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis yang juga merupakan salah
satu aspek yang dapat mengganggu terwujudnya suatu persepsi positif
6
dapat menentukan kualitas hidup seseorang. Namun anak yang memiliki
gangguan tersebut dapat mempunyai cara pandang tersendiri sebagai
bentuk penerimaan atas keadaan mereka terhadap pengalaman yang pernah
mereka lalui sepanjang hidup mereka. Apalagi jika penyandang autis
tersebut sudah beranjak remaja. Remaja menurut Ubaydillah (2008) adalah
masa transisi perkembangan fisik dan mental yang terjadi antara masa
anak-anak dan dewasa. Dimana, masa remaja merupakan masa pencarian
identitas seseorang, dan dimasa ini persepsi akan kualitas hidupnya mulai
ditumbuhkan, bisa berupa persepsi positif maupun negatif yang dapat
mempengaruhi kualitas kehidupan individu tersebut.
Peneliti melakukan wawancara awal dengan seorang remaja
penyandang autis, sebut saja inisial “Os”. “Os” mengaku bahwa saat
mengetahui dirinya sebagai penyandang autis, dia merasa berbeda, namun
“Os” memiliki motivasi untuk dapat diterima dalam masyarakat dan
bersyukur mendapatkan dukungan dari semua orang, sehingga dia dapat
kuliah di sebuah Universitas ternama.
Ketika wawancara “Os” menuturkan:
“Terkadang saya sedih, tapi saya harus berpikir sejenak agarkemudian bagaimana saya bisa seperti orang lainnya dan bisa diterimasama orang normal, ya bersyukur karena semuanya ya ibu saya ituterutama ee..bapak saya juga mengupayakan susah payah mencarikansekolah sampai saya ya seperti ini, walaupun semuanya itu ya kembai..eekembali pada pribadi saya sendiri juga gitu untuk berusaha, walaupunbelum baik semua, namun saya sedang dalam berusaha dan sudah dalamee setengah jalan”
Kisah lain juga dialami, sebut saja dengan inisial “Td” yang
merupakan remaja penyandang autis yang sedang bersekolah di sekolah
7
lanjutan khusus autisme. Ibu “Td” mengatakan bahwa anaknya sering
merasa putus asa sebagai penyandang autis dan dia tidak memaksakan agar
“Td” berbaur dengan lingkungan, yang terpenting anaknya dapat nyaman
dan tidak stres. Disebabkan “Td” selalu ditolak lingkungannya dan masih
sering berperilaku hiperaktif.
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh orangtua “Os” dan “Td”
yang memiliki cara berbeda dalam meningkatkan kualitas hidup anak
mereka. Seperti yang dialami Tifanny, seorang penyandang autisme yang
berusia 20 tahun. Tiffany didiagnosa autis sejak kecil dan sekarang
kegiatan Tiffany adalah Kursus lukis, terapi, kursus musik (untuk melatih
perasaan). Ibu Tiffany mengatakan bahwa mengetahui potensi Tiffany
saat melihat dia melukis.
“Selama les lukis , sudah sering lukisan Tiffany oleh sanggarnyadikirim untuk bisa ikut lomba atau berpartisipasi dalam pameran yangdiadakan di luar negeri seperti Korea, India, Polandia, Jepang dll. Waktuitu sih lukisannya masih pakai Crayon saja tidak yang lain.Sekali waktu kita juga dapat info ada tempat kursus musik yang mauterima anak SN. Jadi Tiffany juga kursus musik disana. Mulanya vokaltrus ganti keyboard. Waktu kursus musiknya mau bikin rekaman anakdidiknya,Tiffany ikut di rekam 1 lagu. Jadi ada 1 lagu di Cdnya”.(http://www.ychicenter.org/index.php?option=com_content&view=article&id=93&Itemid=81/2011/09/28)
Dari beberapa kasus tersebut dapat dilihat bahwa gambaran awal
quality of life pada remaja yang mengalami gangguan autisme cenderung
unik, karena autisme merupakan gangguan yang berfokus pada perilaku
seseorang yang mempunyai kecenderungan anti sosial maupun interaksi
terhadap lingkungan sekitar, anak hanya fokus pada diri sendiri. Padahal
interaksi sosial merupakan salah satu aspek kualitas hidup seseorang.
8
Apalagi masa remaja itu merupakan masa transisi atau masa pencarian
identitas mereka. Dengan karakteristik seperti di atas, remaja autis
memiliki pandangan yang berbeda dengan remaja yang normal seusianya
dan memiliki cara tersendiri untuk menyikapi kekurangannya untuk
melewati fase-fase perkembangan yang terjadi di dalam hidupnya.
Kualitas hidup penyandang autis selalu dipertanyakan dalam masyarakat
karena kekurangan yang dimiliki. Oleh karena itu seseorang remaja
penyandang autis juga mempunyai sisi-sisi potensi atau bakat tersendiri
untuk menunjukan kualitas hidupnya. Untuk menunjang menggali potensi
atau bakat pada penyandang autis diperlukan pendidikan dari usia dini
hingga dewasa. Penyandang autis menghadapi banyak tantangan. Menurut
pengamatan Mottron, para penyandang autis lebih cocok untuk berkarir
dalam penelitian dan ilmu pengetahuan akademik (www.detik.com). Oleh
karena itu, pentingnya pendidikan untuk anak autis adalah agar anak autis
mampu memperbaiki kualitas hidupnya. Dari uraian-uraian di atas
pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana kualitas hidup pada remaja
penyandang autisme?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
kualitas hidup pada remaja penyandang autisme.
9
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah
kajian tentang kualitas hidup pada anak yang menderita autis yang
dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu psikologi. Selain itu
juga untuk menambah kajian, khususnya dalam bidang psikologi
klinis dan psikologi perkembangan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yang dapat diambil bagi
subjek penelitian adalah untuk menambah informasi atau sudut
pandang tentang kualitas hidup dari orangtua dan anak yang di
diagnosis menderita autis.
Manfaat untuk orangtua adalah meningkatkan kualitas hidup
yang positif bagi yang memiliki anak autis, serta dapat lebih optimis
untuk mendampingi anak mereka.
Manfaat Praktis bagi lembaga terkait seperti sekolah dan
tempat terapi autis adalah membantu para pengajar, terpis dan anak
autis bahwa anak autis pun memiliki kualitas hidup yang positif,
memberikan mereka semangat, sebuah sudut pandang dan persepsi
bahwa anak autis juga mempunyai tujuan hidup yang dapat membuat
mereka tetap bisa merasakan kebahagiaan dengan kekurangan dan
10
kelebihan mereka yang dapat berupa keterampilan yang mampu
mengasah perkembangan anak.
Manfaat peneliti selanjutnya, yaitu penelitian ini dapat
dilakukan kembali pada subjek yang berbeda, untuk menambah
wawasan tentang kualitas hidup dari sudut pandang anak autis yang
berbeda-beda.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang kualitas hidup anak autisme ini belum
pernah dilakukan yang sama sebelumnya, namun penelitian tentang
kualitas hidup pernah di lakukan sebelumnya. Ada perbedaan
penelitian ini dengan sebelumnya. Penelitian tentang kualitas yang di
lakukan sebelumnya yaitu Quality of life in a sample of schizophrenic
patients with and without metabolic syndrome yang di lakukan oleh
Toma´s Sa´nchez-Aran˜a Moreno, Sergio Ruiz-Doblado, Jose´ Luis
Herna´ndez-Fleta, Ramon Tourin˜o-Gonzalez, Petra Leo´n-Pe´rez.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Membandingkan Kualitas
Hidup Pada Pasien Skizofrenia dengan sindrom metabolism dan tanpa
sindrom metabolic. Subjek penelian ini adalah pasien Skizofrenia
yang berjumlah 136 (39 diantaranya menderita sindrom metabolik).
Hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah penelitian pada pasien
Skizofrenia, sindrom metabolik dikaitkan dengan usia (p=0.035),
penerima pensiun (p=0.0005), pengobatan antipsikotik (p=0.017),
11
years of evolution (p=0.008), dan juga skor yang lebih rendah pada
EuroQol 5D ‘kondisi kesehatan saat ini ’ (p=0.035) dan
‘mobilitas’(p=0.011) ukuran. Analisis multivarian (kemunduran
logistik) menunjukan kualitas hidup terutama terkait dengan usia
(OR=3.2), sindrom metabolistik (OR=2.6), dan masalah mobilitas
(OR=2). Ketika merawat pasien Skizofrenia kita harus
mempertimbangkan komordibitas dengan sindrom metabolik, karena
selain untuk mewakili factor resiko kardiovaskular yang signifikan
dapat juga mempengaruhi, ditambah masalah pengobatan, faktor
penyakit dan variabel sosial serta lingkungan, dan kualitas hidup
pasien.
Penelitian lainnya adalah kualitas hidup orangtua yang hidup
dengan kecacatannya. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan
pemahaman kita tentang pengalaman orang tua yang hidup dengan
kecacatan termasuk bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas
hidupnya. Subyek penelitian ini adalah 143 orang tua dengan usia 51-
91 tahun dengan enam jenis cacat : demensia, depresi, cacat
intelektual, rheumatoid arthritis, cacat sensorik dan stoke. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa kemandirian dan ketergantungan
merupakan konsep subjektif, cacat pada orang tua memerlukan
perawatan yang berpusat (fokus atau intensif). Kecacatan cenderung
memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas hidup. Efek kecacatan
terhadap kualitas hidup dapat diatasi dengan menangani dengan baik
12
kecacatan tersebut. Sifat psikologis individu dapat memungkinkan
mereka untuk mengatasi dengan baik kekurangan mereka. Dukungan
sosial juga dapat mengurangi dampak dari kecacatan apapun pada
kualitas hidup.
1. Keaslian Topik
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diantaranya
mengambil tema “Kualitas Hidup Pasien Schizophrenia dengan
atau tanpa Sindrom Metabolik”, sedangkan penelitian yang ingin
dilakukan peneliti saat ini adalah “Kualitas Hidup pada Remaja
Autis”. Sehingga ada perbedaan dari aspek yang ingin diteliti oleh
peneliti saat ini dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
penelitian sebelumnya.
2. Keaslian Teori
Teori yang digunakan pada penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu Quality of life in a sample of schizophrenic
patients with and without metabolic syndrome, dimana terdapat
satu teori yang sama dan ada yang berbeda karena sumber yang
digunakan juga tidak jauh berbeda yaitu dari WHOQOL (1993),
ada beberapa teori kualitas hidup yang mengambil dari penelitian
sebelumnya sehingga tidak jauh perbedaan teori yang digunakan
antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
13
3. Keaslian Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode yang akan digunakan adalah
pendekatan kualitatif yang mengacu pada kualitas hidup remaja
autis, dengan wawancara dan observasi dua orang remaja autis.
Skala ini berdasarkan persepsi seorang remaja autis tentang
kualitas hidupnya.
Terdapat penelian sebelumnya yaitu Quality of life, emotional,
and cognitive function following acute respiratory distress
syndrome yang menggunakan metode penelitian wawancara face
to face dengan penderita dan survey menggunakan kuisioner SF-
36V2 untuk mengukur kualitas kesehatan, kuisioner Self-Esteem,
Skala Rosenberg untuk mengukur kepercayaan diri, menggunakan
The Katz Index of Independence in Activities of Daily Living
(indeks Katz atau kemandirian aktivitas sehari-hari) untuk
mengukur kemandirian.
4. Keaslian Subjek Penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah
mengambil 447 siswa autis remaja dan anak-anak dari sembilan
sekolah, usia remaja autis yang digunakan maksimal berusia 19
tahun 8 bulan. Sedangkan, penelitian yang akan dilakukan peneliti
saat ini adalah menggunakan subyek remaja autis yang berusia 16
14
tahun dan 22 tahun. Serta orangtua atau seseorang yang berperan
dalam hidup remaja autis tersebut sebagai significant other.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualitas Hidup
1. Pengertian Kualitas hidup
Menurut Fayers & Machin (dalam Kreitler & Ben, 2004) kualitas
hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka
di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu
terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan
sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu,
harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu.
Cohen dan Lazarus menyatakan kualitas hidup adalah sebuah
tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dinilai
dari proses kehidupan mereka. Keunggulan seorang individu dapat dinilai
dari tujuan hidupnya, kontrol pribadi, hubungan interpersonal,
perkembangan pribadi, intelektual, serta kondisi materi.
WHO ( World Health Organization) mendefinisikan kualitas
hidup sebagai persepsi individu tentang keberadaannya di kehidupan
dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana dia hidup dan dalam
hubungannya dengan tujuan, harapan, norma-norma, dan perhatiannya.
Jadi merupakan konsep dengan skala luas, meliputi berbagai sisi
kehidupan sesorang baik dari segi fisik, psikologis, kepercayaan pribadi,
16
dan hubungan sosial untuk berinteraksi dengan lingkungannya
(WHOQOL, 1996).
Brown dkk (1996) menyatakan kualitas hidup merupakan konsep
yang cukup sederhana, secara umum diartikan sebagai keunggulan pada
kehidupan seseorang. Bullinger (dalam brown, dkk 1996) berpendapat
bahwa kualitas hidup merupakan acuan dari kesejahteraan diri, peran fisik,
mental, emosi, sosial dan dimensi kehidupan sehari-hari yang dihadapi
seseorang.
Renwick (1996) menyatakan bahwa kualitas hidup berfokus pada
adanya perhatian langsung pada lingkungan yang ada pada masyarakat
serta karakteristik individu seperti sikap, kepercayaan, dan perilaku.
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa kualitas hidup adalah suatu persepsi yang subyektif suatu individu
terhadap posisi kehidupannya saat ini dengan kondisi kehidupan yang ia
inginkan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup
dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang
menjadi perhatian individu.
17
2. Aspek-aspek Kualitas Hidup
Menurut WHO (World Health Organization, 1996), aspek kualitas
hidup dilihat dari seluruh kualitas hidup dan kesehatan secara umum,
yaitu:
a. Kesehatan Fisik ( physical health)
Kesehatan fisik ini mencakup penyakit dan kegelisah, tidur dan
beristirahat, energi dan kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari,
ketergantungan pada obat dan bantuan medis, kapasitas pekerjaan.
b. Psikologis ( psychological health)
Mencakup kemampuan berperasaan positif, kognitif (berfikir;
belajar; mengingat; dan konsentrasi), self-esteem, penampilan dan
gambaran jasmani, perasaan negatif, kepercayaan individu.
c. Hubungan Sosial ( social relationship)
Terkait dengan hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas
seksual.
d. Lingkungan ( environment)
Mencakup kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan,
lingkungan rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian
sosial, peluang untuk memperoleh keterampilan dan informasi baru,
keikutsertaan dan peluang untuk berekreasi, aktivitas di lingkungan,
serta transportasi.
18
Renwick (1996) menyatakan aspek kualitas hidup yaitu adanya :
a. Kesejahteraan fisik, menggambarkan kondisi kesehatan fisik yang
dirasakan penderita, kebutuhan istirahat serta kemampuan dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari.
b. Kesejahteraan psikis, meliputi kepuasan, penerimaan diri,
penyesuaian emosi dan keyakinan religius dan spiritual.
c. Kesejahteraan sosial, meliputi interaksi interpersonal antara
individu dengan orang lain dan lingkungan sosial yang lebih luas,
keterlibatan individu dalam kegiatan sosial serta adanya dukungan
sosial yang diperoleh individu.
Menurut Bushchak (2004) indikator kualitas hidup antara lain :
1. Situasi ekonomi
Terkait dengan kondisi keuangan dan level ekonomi.
2. Kondisi rumah dan lingkungan sekitar
Terkait dengan bagaimana kondisi keluarga, standart akomodasi,
kepemilikan terkait suatu hal (rumah atau barang lainnya), family
support, dan lingkungan
3. Pekerjaan, pendidikan dan ketrampilan
Kehilangan pekerjaan, cara mempertahankan pekerjaan, level
pekerjaan, level pendidikan, penggunaan internet, keseimbangan
dalam bekerja.
19
4. Keseimbangan dalam bekerja
Tidak terhambat dalam melakukan aktivitas
5. Kesehatan dan pemeliharaannya
Bagaimana kondisi kesehatanannya dan pemeliharaannya
6. Subjectivie well being
Level kepuasan dan kebahagiaan, motivasi untuk kepuasan dan
ketidakpuasan, pengharapan tentang masa depan, optimis dengan
masa depan dengan kelompoknya,
7. Hubungan sosial
Bagaimana hubungan sosialnya, kentungan sisitem social yang
diperolehnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka aspek kualitas hidup dalam
penelitian ini mengacu pada WHO (World Health Organization) adalah
empat sumber yang mendasar pada kualitas hidup, yaitu kesehatan fisik,
psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Alasannya adalah penelitian
yang dikeluarkan oleh WHO indikatornya lebih lengkap dan sesuai dengan
penelitian yang digunakan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Pendapat Renwick, dkk. (1996) tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup seseorang adalah adanya kepentingan dan
kesempatan terhadap kesenangan yang sifatnya moderat, bentuknya adalah
bagaimana individu mampu menggunakan kesempatan potensial dalam
20
area being, belonging & becoming sehingga individu akan mampu
menerima dirinya pada setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupannya
dengan berjalannya proses. Gibson (1998) mengemukakan bahwa kualitas
hidup yang baik ditentukan oleh situasi, kebutuhan, faktor emosi dan
gambaran diri seseorang, termasuk di dalamnya adalah menerima dirinya.
Kualitas hidup subjek dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut
Ghozally (2005) antara lain mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan
penderitaan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis,
mengembangkan sikap empati.
Beberapa penelitian menemukan faktor-faktor individual yang
mempengaruhi kualitas hidup, menurut O’Connor (1993) mengatakan
bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi seseorang
seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara individu
sendiri dengan orang lain. Seseorang dengan harapan yang tinggi akan
memiliki energy lebih untuk memotivasi diri berperan aktif dalam
penyelesaian masalah, dan terus berkembang (Marilyn, 2004). Aspirasi
merupakan harapan dan tujuan untuk keberhasilan masa yang akan datang,
level aspirasi yang rendah akan membuat kita tidak dapat meningkatkan
performa sekaligus tidak dapat meraih kepuasan diri. Perasaan mengenai
persamaan antara individu dengan orang lain akan menumbuhkan
kepercayaaan diri dan optimism mengenai kualitas hidup yang sama yang
bisa dicapai.
21
Selain itu, terdapat juga penelitian yang menemukan faktor-faktor
budaya yang mempengaruhi kualitas hidup, menurut Fadda dan Jiron
(1999) mengemukakan bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu
yang tinggal di kota atau antara wilayah satu dengan yang lain bergantung
pada konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada
wilayah tertentu.
Berikut merupakan faktor-faktor demografi yang mempengaruhi
kualitas hidup menurut penelitian yang dilakukan para ahli, antara lain:
a. Jenis Kelamin atau gender
Menurut Ryff dan Singer ( dalam Papalia, Sterns, Feldman & Camp,
2007), mengatakan bahwa secara umum kesejahteraan laki-laki dan
perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait
dengan aspek hubungan yang bersifat positif, sedangkan kesejahteraan
laki-laki lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih
baik.
b. Usia
Menurut Wagger, Abbot, dan Lett (2004), menemukan adanya
perbedaan yang terkait usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting
pada suatu individu.
c. Pendidikan
Menurut penelitian yang dilakukan Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal,
dan Moum (2004) menemukan bahwa kualitas hidup individu akan
22
meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang
didapatkan oleh individu tersebut.
d. Pekerjaan
Menurut Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) menemukan
bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus
sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja
(atau sedang mencari pekerjaan), maupun penduduk yang tidak mampu
bekerja (atau memiliki disability tertentu).
Dari penelitian dan argumentasi beberapa ahli di atas faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas hidup dapat dibedakan, secara garis besar
menjadi tiga, yaitu secara individual, konteks budaya, dan faktor
demografi yang mencakup jenis kelamin, usia, pendidikan, serta pekerjaan.
B. Autisme
1. Pengertian Autisme
Kata Autis berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti
“diri sendiri” dan isme yang berarti suatu aliran. Autisme berarti suatu
paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autisme merupakan
suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Gejala autis mulai tampak sebelum
anak berusia 3 tahun, bahkan pada autisme infantil gejalanya sudah ada
sejak lahir (Depdiknas, 2002).
23
Menurut Kanner (dalam Safaria, 2005) autisme sebagai
gangguan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain,
gangguan bahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda,
ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitif
dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.
Menurut Hadis (2006) menjelaskan bahwa anak autis adalah
anak yang mengalami gangguan perkembangan berat yang mempengaruhi
cara seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Autisme yang terjadi pada masa kanak-kanak merupakan salah satu
gangguan yang terdapat pada kelompok gangguan perkembangan pervasif
yang dapat muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini dikenal dengan
istilah autisme infantil. Kelompok gangguan ini ditandai dengan
abnormalitas secara kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi
yang disertai minat dan gerakan yang terbatas dan berulang-ulang. Pervasif
berarti gangguan tersebut sangat berat dan luas yang dapat mempengaruhi
fungsi individu secara mendalam dalam berbagai situasi.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan secara
kualitatif yang berupa ketidakmampuan berkomunikasi dan berhubungan
dengan orang lain.
24
2. Kriteria Diagnostik Gangguan Autisme
APA (American Psychiatric Assosiation) telah menetapkan
Kriteria Diagnostik Gangguan Autisme, berdasarkan Diagnostic &
Statistical Manual of Mental Disorder IV, sebagai berikut :
A. Harus ada sedikitnya gejala dari (1), (2), dan (3)
(1). Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.
Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini:
a. Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai,
kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-
gerik yang kurang setuju.
b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya (sesuai dengan usia
anak)
c. Tidak bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain.
d. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
(2). Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, seperti ditunjukkan
minimal tedapat satu dari gejala-gejala di bawah ini:
a. Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang( tidak ada
usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa
bicara)
b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.
c. Sering menggunakn bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
25
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang
bisa meniru.
(3). Ada suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam
perilaku, minat dan kegiatan. Sedikitnya terdapat satu dari gejala-
gejala di bawah ini:
a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang
sangat khas dan berlebih-lebihan.
b. Terpaku pada satu kegiatan ritualistik atau ruinitas yang tidak
ada gunanya.
c. Melakukan gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-
ulang.
d. Sering kali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
B. Gejala-gejala diatas timbul sebelum usia 3 tahun, dan adanya
keterlambatan atau gangguan dalam bidang: (1) Interaksi sosial, (2)
Bicara atau berbahasa, (3) Cara bermain baik simbolik atau imajinatif.
C. Tidak termasuk Sindrom Rett, Gangguan Disintegrasi Masa Kanak-
kanak, dan Sindroma Asperger.
3. Karakteristik Autisme
Depdiknas dalam Hadis (2006) mendeskripsikan karakteristik anak
autis berdasarkan jenis masalah atau gangguan dalam bidang sebagai
berikut :
1. Komunikasi Verbal maupun Non Verbal
26
a. Perkembangan bahasa lambat atau tidak ada sama sekali
b.Tampak seperti tuli, sulit berbicara atau pernah berbicara
kemudian sirna
c. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, bahasanya tidak dimengerti
orang lain
d. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa
yang diinginkan, misalnya bila ingin minum menarik tangan
orang lain menuju ke tempat minum
e. Senang meniru atau membeo (echolalia)
2. Interaksi Sosial
a. Suka menyendiri
b. Tidak menengok pada saat dipanggil
c. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk
bertatapan
d. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan Sensoris
a. Sangat sensitif terhadap sentuhan, tekstur atau warna tertentu,
seperti tidak suka dipeluk, risih dan gelisah memakai baju atau
kaos bertekstur yang terasa seperti “menggelitik” dan “mengiris”
kulitnya
b. Bila mendengar suara keras, langsung menutup telinga
c. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
d. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut atau sebaliknya
27
4. Pola Bermain
a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
b. Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi
c. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda tidak
dinaiki tetapi dibalikkemudian rodanya diputar-putar
d. Menyukai benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda
e. Dapat lekat dengan benda tertentu, yang akan dipegang dan
dibawa kemana-mana, misalnya seutas tali, raket
5. Gangguan pada Perilaku
a. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-
goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar
mendekatkan mata ke televisi, lari atau berjalan bolak-balik dan
melakukan gerakan secara berulang-ulang
b. Dapat berperilaku berlebihan (excessive) atau berkekurangan
(deficient)
c. Tidak suka perubahan
d. Dapat duduk berjam-jam dengan tatapan kosong, tanpa kegiatan
6. Gangguan Emosi
a. Sering marah-marah, tertawa-tawa, dan menangis tanpa alasan
yang jelas
b. Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau
tidak dituruti keinginannya
c. Terkadang suka menyerang atau merusak
28
d. Terkadang suka berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
(menjambak rambut, menggigit tangan, memukul kepala, atau
membanting-banting badan ke lantai)
4. Penyebab Autisme
Fakta menunjukkan kepada kita bahwa masalah anak autisme telah
menjadi isu hangat yang dibicarakan oleh para pakar psikologi,
neurology, pemerhati masalah autisme, pekerja sosial, para pendidik
khusus, dan masyarakat dewasa ini.
a. Faktor-faktor genetik
Studi genetik mengenai autisme sulit dilakukan karena gangguan
ini jarang terjadi. Metode keluarga memunculkan masalah
tersendiri karena penyandang autisme hampir tidak pernah
menikah. Meskipun demikian, bukti-bukti yang muncul sangat
menunjukkan adanya basis genetik dalam gangguan autisme.
Risiko autisme pada saudara-saudara kandung dari orang-orang
yang mengalami gangguan tersebut 75 kali lebih besar dibanding
jika kasus indeks tidak mengalami gangguan autistik (McBride,
Anderson, & Shaphiro, 1996). Bukti lebih kuat mengenai transmisi
genetik autisme diperoleh dari berbagai studi terhadap orang
kembar, menemukan 60 hingga 91 persen kesesuaian bagi autisme
antara kembar identik, dibandingkan dengan tingkat kesesuaian
yang berkisar 0 hingga 20 persen pada kembar fraternal (Bailey
dkk., 1995; LeCouteur dkk., 1996; Steffenberg dkk., 1989)
29
b. Faktor-faktor neurologis
Berbagai studi EEG terdahulu terdapat anak-anak autistik
mengindikasikan bahwa banyak diantaranya yang memiliki pola
gelombang otak abnormal (a.l., Hutt dkk., 1964). Pada masa
remaja, 30 persen penyandang autistik berat dimasa kanak-kanak
mulai mengalami kejang-kejang. Prevelensi pada anak-anak yang
ibunya terinfeksi rubella semasa hamil hampir 10 kali lebih besar
dibanding pada anak-anak dalam populasi umum, dan kita
mengetahui bahwa virus rubella pada ibu hamil membahayakan
otak janin. Suatu sindrom yang mirip dengan autisme kadang
terjadi setelah sembuh dari meningitis (penyakit karena bakteri
yang menyebabkan peradangan pada membran yang melapisi
otak), ensefalitis (peradangan pada otak), dan tuberus sklerosis
(pengerasan jaringan otak) yang semuanya dapat mempengaruhi
fungsi sistem syaraf pusat. Berbagai temuan tersebut, bersama
dengan tingkat retardasi mental yang umum terdapat pada autisme,
tampaknya memperkuat adanya keterkaitan antara autisme dan
kerusakan otak (Courchesne dkk., 1988)
5. Intervensi untuk anak autisme
Berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli terhadap kelainan pada
anak autis, di peroleh beberapa bentuk perlakuan khusus untuk
meminimalisasi gangguan autis, antara lain:
30
a. Terapi biologis dengan menggunakan vitamin B6 dosis tinggi yang
dikombinasikan dengan magnesium dan dymethylglycerine (DMG)
dapat menurunkan gejala-gejala penyimpangan perilaku.
b. Play therapy, seperti bermain dengan alat sederhana yang dapat
membantu orangtua untuk berinteraksi secara aktif dengan anak
autistik. Play therapy meningkatkan kemampuan anak untuk
bersosialisasi, berkomunikasi, gerak dan kognisi, imajinasi,
sensoris dan integrasi.
c. Pendekatan melalui terapi khusus terhadap sensoris integratif atau
sensory integrative therapy approach. Pendekatan ini dilakukan
dengan modifikasi saraf neurologis yang tidak berfungsi melalui
belajar. Terapi ini dilakukan dengan pendekatan terapi berdasarkan
asumsi bahwa otak dapat dilatih untuk merasa, mengingat, dan
mampu melakukan perencanaan gerak yang lebih baik A. Jean
(dalam Geddes, 1981).
d. Pendekatan dengan intervensi biomedis. Intervensi medis baru
dapat dilaksanakan setelah diperoleh hasil tes laboratorium.
Gangguan metabolisme dapat diperbaiki dengan obat, vitamin,
suplemen, makanan, maupun dengan pengaturan diet (Budiman,
M, 2002)
e. Sosialisasi ke sekolah reguler.
Di lingkungan sekolah reguler anak-anak ini dapat dilatih untuk
kemampuan berkomunikasi dengan anak-anak sebayanya.
31
Sedangkan materi akademiknya jika mengalami kesulitan, tetap
dapat diajarkan secara one on one. perlu diingat pula bahwa bagi
anak yang autisme yang masuk sekolah reguler harus di “bayangi”
terus oleh shadower atau helper atau prompter.
d. Sekolah khusus.
Di dalam pendidikan khusus ini beiasanya telah diterapkan terapi
perilaku, terapi wicara, dan terapi okupasi. Penerapan ramuan
tersebut merupakan kelompok-kelompok materi dan aktivitas yang
diberikan dengan metode Lovaas. Pendidikan anak dengan
kebuthan khusus tidak dapat disamakan dengan pendidikan normal
atau regular, karena kelainannya sangat bervariatif dan usia mereka
juga berbeda-beda.
6. Diet Dalam Autisme
a. Diet bebas gluten dan bebas kasein ( diet GF/CF)
Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Karl Reichelt di Universitas
Oslo, ia menemukan dua kondisi yang tidak normal disebabkan
makanan kita sehari-hari. Makanan yang dimaksud, yaitu produk
susu, gandum havermut, barli (padi-padian, bijinya dipakai sabagai
bahan pembuat bir dan wiski), spelt ( jenis gandum yang pertama
dikonsumsi manusia sebelum gandum hibrida yang banyak
dibudidayakan sekarang), dan gandum hitam. Reichelt manguji
hipotesisnya dan menemukan bahwa manghilangkan makanan
pemicu tersebut dari diet seorang autis membawa kemajuan yang
32
sangat significant, baik dalam hal perilaku maupun kondisi fisik
penderita.
b. Diet karbohidrat tertentu
Penelitian yang dilakukan Dr. Sidney Haas, telah memelopori suatu
diet yang disebut Specific Carbohydrate Diet (SCD) yang
membatasi karbohidrat untuk dikonsumsi hanya dari jenis
monosakarida. Belum lama ini telah terbukti banyak anak penderita
spektrum autisme yang pencernaannya terganggu, menunjukkan
perkembangan yang signifikan pasca-penerapan diet SCD.
c. Makanan cair
Diet ini bukan makanan yang dicairkan, melainkan resep dokter
yang dibutuhkan tubuh dari otak, dapat diserap secara efisien oleh
usus yang meradang, serta dapat dicerna dengan mudah oleh tubuh.
Manfaat diet makanan cair ini adalah hilangnya gejala autisme dan
gangguan pencernaan secara menyeluruh, pola tidur penderita
menjadi lebih teratur dan kemampuan belajar menjadi lebih efektif.
d. Diet rendah oksalat
Baru-baru ini, muncul kecurigaan adanya peran oksalat dalam
autisme. Para peneliti telah menemukan kadar glutathione yang
rendah pada pasien autisme yang memiliki masalah pada saluran
sulfasi. Dengan menelusuri jalur biokimia, yang digabungkan
dengan penelitian tentang makanan yang menyebabkan timbulnya
33
gejala autisme termasuk timbulnya rasa sakit, membuat sebagian
orangtua mencoba menerapkan diet rendah oksalat.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu.
Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang
dianggap sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik
didalam itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama
kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Selain itu, remaja
remaja dalam taraf pematangan sosial menghadapi proses belajar
penyesuaian diri pada kehidupan sosial orang dewasa.
Menurut Cobb (2007), mendefinisikan remaja adalah sebagai masa
transisi dan periode yang membingungkan dalam tahap perkembangan
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Durasi, karakteristik, dan
eksistensi individu pada masa ini sangat tergantung pada faktor
sejarah, sosial, budaya dan ekonomi.
Dalam masa pencarian jati diri dan identitas diri ini remaja akan
banyak menghadapi konflik-konflik internal maupun eksternal.
Menurut Yusuf (2008) secara umum masa remaja dibagi menjadi
tiga bagian, antara lain:
a. Masa remaja awal ( 12-15 tahun)
34
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai
anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu
yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus pada
tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik
serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
b. Masa remaja pertengahan ( 15-18 tahun)
Pada masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan
berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang
penting, namun individu telah mampu mengarahkan diri sendiri
(self directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan
kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas
dan mampu membuat keputusan-keputusan awal yang
berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai.
Penerimaan lawan jenis juga sangat penting bagi individu.
c. Masa remaja akhir ( 19-22 tahun)
Pada masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki
peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha
memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of
personal identity atau pengertian terhadap identitas diri,
keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam
kelompok teman sebaya dan orang dewasa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
masa remaja adalah masa transisi, dimana individu telah
35
melewati masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja
secara psikologis adalah usia dimana individu terintregrasi
kedalam masyarakat dewasa dan usia dimana individu mulai
mencapai kematangan mental, fisik, emosional, sosial, serta
mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual.
D. Kualitas hidup pada remaja Autis
Bagi kebanyakan remaja, secara umum remaja merupakan usia
dimana masa transisi dan tahap perkembangan dari kanak-kanak ke
masa dewasa. Dalam pencarian jati diri remaja akan menemukan
konflik internal maupun konflik eksternal. Konflik internal seperti
keterbatasan yang individu miliki yang dapat menimbulkan konflik
eksternal di kemudian hari. Seperti seorang remaja autis yang
memiliki keterbatasan dalam hal komunikasi, hubungan sosial, dan
emosional. Salah satunya merupakan aspek kualitas hidup individu.
Pada umumnya.
Sebagian besar masyarakat luas belum mengetahui secara
mendetail tentang autisme. Banyak orang beranggapan bahwa anak
autis adalah anak yang memiliki perilaku atau kebiasaan berbeda
dengan anak normal seusianya yang tidak dapat dipahami oleh
sebagian masyarakat awam. Oleh karena itu, sebagian masyarakat
kurang menerima dan mengakui keberadaan anak-anak autis ini.
Penolakan terhadap anak autis ini terlihat ketika mereka sulit diterima
36
untuk belajar di sekolah-sekolah umum sebagaimana anak-anak
lainnya. Hal ini dapat menjadi beban bagi sebagian orangtua yang
memiliki anak autis. ada perasaan malu dan perasaan menjauh dari
kehidupan sosialnya (Marijani, 2003) yang dapat menyebabkan
perasaan pesimis dan tidak mengupayakan semaksimal mungkin bakat
atau potensi yang dimiliki remaja autis. Hal demikian yang
menjadikan kualitas hidup negatif. Adapula, sebuah keluarga yang
mempunyai penerimaan terhadap kondisi anak mereka yang
mengalami autisme dan mengupayakan semaksimal mungkin untuk
mengembangkan dan mengasah kemampuan lain atau bakat yang
dimiliki anak, hal demikian yang menjadikan kualitas hidup positif.
Dalam mengejar keterlambatan perkembangan yang dialami oleh
anak yang menderita autisme harus diberikan pendidikan khusus anak
autisme secara dini, untuk mengidentifikasi kemampuan lain yang
dimiliki kecuali kemampuan-kemampuan yang terhambat. Pendidikan
orang yang berkebutuhan khusus Menurut Schmid, Penny, & Johnston
(1977) merupakan suatu profesi yang mempersiapkan dan
merencanakan variabel-variabel pendidikan yang menuju pada
prevensi, pengurangan, dan penghilangan berbagai kondisi yang
secara signifikan menghasilkan keterhambatan dalam bidang
skolastik, komunikasi, gerakan (locomotor), atau fungsi penyesuaian
diri dari anak-anak. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup individu.
37
Menurut Wenar, C. Dan Kerig, P (2006), salah satu
kekurangan kemampuan yang cukup tinggi pada anak autis adalah
mind blindness, yang merupakan kelangkaan dalam memahami
keadaan psikis terhadap diri sendiri atau orang lain. Dampak dari
keterhambatan ini adalah dapat berpengaruh terhadap hubungan sosial
dan perkembangan bahasa, seperti kurangnya minat dan motivasi
dalam berbagai pengalaman dengan orang lain; berpengaruh juga
dalam perkembangan emosional, misalnya kurangya pemahaman
terhadap persesuaian antara perasaan dalam dirinya dengan ekspresi
pura-pura; serta berpengaruh pula terhadap kemampuan
berkomunikasi, misalnya kesulitan untuk dapat menyesuaikan
pandangan-pandangannya dengan orang yang dapat diajak bicara.
Keterbatasan anak autis lainnya adalah perilaku repetitif atau
berulang-ulang, perilaku stereotip dan minat yang terbatas, sarta
keterampilan visual spatial. Kekurangan yang dialami tersebut akan
berdampak terhadap anak autistik terutama dalam hubungan sosial
(social relationship) dan perkembangan bahasa (language
development). Dalam mengekspresikan emosional penyandang
autistik, mereka tidak menatap wajah orang yang diajak berbicara,
hambatan tersebut dapat berpengaruh dalam perkembangan otaknya.
(Delphie, 2009)
Kualitas hidup yang positif karena penanganan yang tepat
misalnya lingkungan harus disesuaikan dengan penyandang autisme,
38
dengan memberikan pandangan yang jelas terhadap kemampuan
penyandang autisme: kemampuan mana yang telah dicapai, mana
yang terlalu sulit, dan kemampuan mana yang akan muncul. Semakin
banyak kegiatan yang diberikan berdasarkan pada minat mereka
sendiri, makin besar pula kesempatan untuk memberikan motivasi
kerja kepada mereka, ini adalah sebuah elemen penting dalam
menciptakan lingkungan belajar dan lingkungan hidup yang positif
(Peeters, 2004)
Menentukan tujuan hidup dibutuhkan bagi pengembangan
kemampuan dimasa dewasa. Kemampuan mana yang dibutuhkan oleh
seseorang penyandang autisme untuk menimbulkan rasa mantap pada
dirinya sendiri ketika menginjak pada masa dewasa, seperti
komunikasi, kemampuan sosial, kemampuan menggunakan waktu
luang, kemampuan bekerja, dan kemampuan berperilaku kerja,
kemampuan menolong diri sendiri, dan kemampuan rumah tangga.
Bagi para penyandang autisme berkemampuan tinggi, seperti
kemampuan fungsional akademis, sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuan yang berbeda di lingkungan yang
berbeda pula. Oleh karena itu, sangat penting bagi penanganan dan
pendidikan yang baik bagi para penyandang autisme (Peeters, 2004)
Laki laki dilaporkan memiliki kualitas hidup yang lebih baik
dibandingkan wanita, demikian juga usia yang lebih muda dan orang
dengan pendidikan yang lebih tinggi dan pendapatan lebih banyak
39
secara umum mempunyai kualitas hidup yang lebih baik (Rubin,
2000).
Pandangan tersebut akan sejalan dengan keadaan remaja yang
memiliki gangguan autisme dan orangtua yang memiliki anak autisme
dalam menjalani kehidupannya. Aspek yang dapat menaikan kualitas
hidup pada anak dan keluarga yang memiliki gangguan dan anak autis
adalah secara psikologis dengan selalu berpikir positif, memberikan
harapan, memberikan pendidikan yang tepat dan pada aspek
lingkungan memberikan lingkungan yang menerima penyandang autis
seperti pada subjek kedua, dimana lingkungan tempat tinggalnya
mendukung dan menerima subjek.
Pada aspek hubungan sosial yang terkait dukungan sosial yang
baik untuk anak autis. Keadaan seperti ini akan dapat memberikan
kenyamanan dan ketentraman bagi anak yang memiliki gangguan
autis dan keluarganya dalam menjadi pribadi yang baik dan
mempunyai kualitas hidup yang positif, seperti pada kedua subjek
yang mendapatkan dukungan sosial dari keluarga, walaupun dengan
cara berbeda, dimana orangtua subjek pertama lebih mengutamakan
kenyamanan dan tidak mengembangkan kemampuan interaksi dengan
oranglain, sebaliknya orangtua subjek kedua selalu menanamkan
bagaimana caranya harus dapat memahami lingkungan sekitar dan
dapat berbaur dilingkungan.
40
E. Pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana kualitas hidup
pada remaja penyandang autis?
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kualitas hidup remaja penyandang
autis yang mendapatkan intervensi dalam bidang pendidikan di sekolah
khusus autisme dan sekolah inklusi.
B. Desain Penelitian
Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya untuk mengetahui
masalah sosial berdasarkan suatu gambaran yang kompleks dan
menyeluruh (holistik), dibentuk dengan kata-kata atau deskripsi dengan
melaporkan pandangan-pandangan yang rinci dari informan dan dilakukan
dalam setting yang alamiah (Moleong, 2007). Menurut Denzin (2004),
menjelaskan bahwa dilihat dari perspektif interaksionis simbolik,
pengamatan berperan-serta, wawancara, dan metode analisis dokumen
unggul dalam arti bahwa metode-metode tersebut memungkinkan peneliti
memadukan simbol dan interaksi, mengambil peran pihak yang diamati,
memasuki dunia sosial subjek penelitian dan menghubungkan simbol-
simbol dengan dunia sosial tersebut, merekam berbagai situasi perilaku,
mengungkapkan perubahan dan proses dan membuat konsep-konsep yang
lebih terarah.
Peneliti menyusun desain yang secara terus-menerus disesuaikan
dengan kenyataan dilapangan. Jadi tidak menggunakan desain yang telah
42
disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Metode
kualitatif digunakan dengan pertimbangan : 1). Menyesuaikan metode
kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. 2).
Menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek.
3). Lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah metode
studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang individu atau unit sosial
secara terperinci selama kurun waktu tertentu. Studi kasus memberikan
peluang atau akses yang luas terhadap peneliti untuk menelaah secara
detail, mendalam, dan menyeluruh terhadap individu yang diteliti (Bungin,
2003).
Menurut Bungin (2003), tujuan studi kasus adalah memberikan
informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses
yang memerlukan pemahaman dan penjelasan yang lebih luas dan
memberikan wawasan mengenai konsep dasar perilaku manusia. Peneliti
juga dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang tidak
dapat diduga sebelumnya dengan melakukan penyelidikan intensif. Selain
itu, studi kasus juga menyajikan data dan temuan yang bermanfaat sebagai
dasar untuk membangun latar belakang dalam permasalahan bagi
perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam. Hal ini dapat
disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk memperoleh suatu
pemahaman yang mendalam mengenai kualitas hidup pada penyandang
43
Autisme. Studi kasus dalam penelitian ini sangat banyak manfaatnya,
dimana kasus yang diangkat merupakan kasus orang-orang tertentu
ataupun kelompok dengan karakteristik tertentu, kasus yang diambil
adalah kasus yang dianggap mewakili.
C. Subjek Penelitian
Menurut Sugiyono (2009), penelitian kualitatif tidak menggunakan
populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada
pada situasi sosial tertentu. Peneliti masuk pada situasi sosial tertentu
kemudian melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang
mengalami atau dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Sugiyono
(2009) mengungkapkan bahwa penentuan sumber data pada orang yang
diwawancarai dilakukan secara purposive karena pengambilan sampel
tidak diambil secara random atau acak, tetapi dipilih dengan pertimbangan
dan tujuan tertentu. Salah satu pertimbangannya adalah terdapat diagnosa
autisme dari seorang psikolog.
Penelitian kualitatif ini mengambil dua penyandang autis dan
orangtua atau orang-orang yang dekat serta sangat berperan untuk
kesembuhan subyek menjadi significant other. Karakteristik yang harus
terpenuhi agar dapat dijadikan sebagai subjek penelitian, yaitu remaja yang
menderita autis, sudah atau sedang melalui pendidikan anak berkebutuhan
khusus maupun pendidikan di sekolah inklusi, sudah dapat diajak
berkomunikasi.
44
D. Metode Pengumpulan Data
Kualitas hidup pada penyandang autis merupakan sesuatu yang
bersifat pribadi sehingga diperlukan cara yang tepat untuk mengetahui
kualitas hidup pada penyandang autis tersebut. Cara yang dapat digunakan
peneliti untuk memperoleh data berupa, yaitu:
1) Skala Kualitas Hidup bertujuan untuk mengetahui tingkat atau
level kualitas hidup yang dimiliki.
Skala kualitas hidup dari WHO (World Health Organizations),
yang terdiri dari dua puluh enam item pertanyaan, yang telah
mewakili dari berbagai aspek kualitas hidup. Pada bagian pertama
terdapat identitas subyek, intruksi cara menjawab pertanyaan,
contoh pertanyaan. Pada pertanyaan 1 dan 2 masih mengungkap
kualitas hidup secara umum, kemudian pada pertanyaan nomor 3,
4, 10, 15, 16, 17, 18 mencakup aspek kesehatan fisik, sedangkan
pada pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, 26 mencakup aspek
psikologis, kemudian aspek hubungan sosial terdapat pada
pertanyaan nomor 20, 21, 22 serta nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24,
25 merupakan pertanyaan yang mmencakup lingkungan individu.
2) Wawancara mendalam (in depth interview).
Menurut Meleong (2007), wawancara adalah percakapan
yang mengandung maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Tujuan wawancara
45
adalah untuk mengetahui penjelasan tentang pertanyaan penelitian
dan diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih mendalam.
Menurut Esterberg (Sugiyono, 2009), terdapat beberapa
macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur
dan tidak terstruktur. Jenis wawancara semi terstruktur termasuk
dalam kategori in depth interview. Model wawancara semi
terstruktur, yaitu wawancara terfokus pada permasalahan yang akan
digali, namun ada kemungkinan pertanyaan akan terus melebar
disesuaikan dengan informasi yang diperoleh untuk mendapatkan
informasi yang lebih banyak. Komunikasi yang terjalin antara
peneliti dan subjek penelitian tidak bersifat formal sehingga subjek
dapat lebih leluasa dan tenang dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari peneliti.
Dalam wawancara, peneliti membuat persiapan wawancara
terlebih dahulu, yaitu pembuatan panduan wawancara (interview
guide). Pembuatan panduan wawancara ini disesuaikan dengan
pertanyaan penelitian. Interview guide ini berisi pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mengungkap kualitas hidup pada remaja
penyandang autis. Interview guide disusun agar dalam pelaksanaan
wawancara tetap berada dalam konteks penelitian yang dilakukan,
lebih terfokus, dan data yang diperoleh secara detail dan
mendalam.
46
Berikut ini interview guide yang digunakan dalam
penelitian ini untuk mengungkap kualitas hidup remaja penyandang
autisme:
Tabel 1
Interview guide
Aspek
Isi ( content) Pertanyaan
Kesehatan fisik - Bagaimana kondisi kesehatan anda secara
umum?
- Apa saja kegiatan yang anda lakukan
akhir-akhir ini?
- Sejauh mana kesehatan fisik
mengganggu aktivitas keseharian anda?
- Apakah istirahat anda cukup?
- Apakah anda memerlukan perawatan
medis untuk membantu kehidupan
sehari-hari?
Psikologis - Menurut anda, seperti apa hidup anda?
- Menurut anda, bagaimana menyikapi
keterbatasan yang dimiliki?
- Ceritakan kelebihan dan kekurangan
anda?
47
- Apakah anda puas dengan diri anda?
- Seberapa baik anda mampu
berkonsentrasi?
- Menurut anda, apa hikmah di balik
keterbatasan yang anda miliki?
- Sejauh mana emosional anda
mengganggu aktivitas sosial?
- Pernahkah anda merasa sangat sedih dan
tidak ada yang bisa menghibur anda?
- Menurut anda, bagaimana penampilan
anda secara jasmani?
Hubungan
sosial
- Coba ceritakan dukungan yang diberikan
oleh keluarga maupun lingkungan kepada
anda?
- Apakah anda memiliki teman lawan
jenis?bagaimana pendapat anda tentang
mereka?
- Seberapa nyaman dan amankah anda saat
berada di lingkungan sosial?
- Apa yang tidak anda sukai saat
berinteraksi dengan oranglain?
Lingkungan - Bagaimana lingkungan rumah anda?
- Bagaimana sumber keuangan anda
48
selama ini?
- Apakah selama ini anda merasa cukup
dalam hal materi?
- Menurut anda, bagaimana peluang anda
untuk berprestasi?
- Ceritakan bagaimana anda mendapatkan
informasi dan keterampilan yang telah
anda miliki?
- Bagaimana pendapat anda mengenai
lingkungan disekitar anda?
- Apakah anda terlibat dalam aktivitas di
lingkungan?
- Kendaraan apa yang biasanya anda
gunakan untuk menunjang aktivitas
anda?
- Apakah hobi anda?
- Coba ceritakan apa cita-cita anda?atau
hal yang ingin dicapai dalam hidup anda?
Selain pertanyaan-pertanyaan yang ada di interview guide,
terdapat beberapa pertanyaan lain yang lebih detail sebagai probing
dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Kemudian, terdapat juga
49
pertanyaan-pertanyaan tambahan yang dapat digunakan sebagai
pendukung untuk menggali data yang lebih mendalam.
Wawancara dilakukan peneliti pada waktu dan tempat yang
telah disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Suasana saat
berjalannya proses wawancara diusahakan santai dan senyaman
mungkin sehingga subjek dan peneliti tidak merasakan ketegangan
yang dapat menghambat proses wawancara. Seluruh proses
wawancara direkam menggunakan tape recorder dengan ijin
subjek.
3) Metode Observasi
Selain wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode
observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Penelitian secara
observasi ini akan dilakukan sebelum dan selama wawancara
berlangsung untuk membantu peneliti mengingat dan mengecek
kembali peristiwa atau hasil wawancara pada data yang bias.
Alasan peneliti menggunakan metode observasi adalah untuk
memungkinkan peneliti mengetahui lebih jelas tentang informasi
yang dibutuhkan dan sesuai dengan keadaan sebenarnya serta
bersifat eksploratif.
50
Teknik observasi
Tabel 2. Rating scale
Kegiatan dan Perilaku Subjek (Diluar Wawancara)
Fisik Mata tidak sayu
Wajah terlihat segar
Sikap berdiri
Psikologis Belajar
Beribadah
Memakai pakaian rapi
Meminta maaf jika mau meminta tolong
Senang berbicara didepan umum
51
Hubungansosial
Membantu orang lain
Menyapa orang yang dikenal
Mengunjungi teman
Bermain dengan teman sebaya
Mengucapkan terima kasih
Lingkungan Keadaan rumah bersih
Memiliki fasilitas pendukung
Suka bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahui
Bermain dengan teman di lingkungan rumah
Membaca koran atau buku
52
Kegiatan dan Perilaku Subjek (Didalam Wawancara)
Ekspresifisik Terjalin kontak mata
Bersalaman
Menggerakan tangan melakukan ritual autisme
Bergumam sendiri
Mengangguk / menggelengkan kepala
Tersenyum
53
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian ini, yaitu analisa kualitatif. Jorgensen (Poerwandari,
2005) menjelaskan bahwa analisis adalah memecah, memisah, atau
menguraikan materi penelitian kedalam bagian-bagian, elemen-
elemen atau unit-unit. Langkah-langkah yang akan dilakukan
peneliti dalam menganalisis data yang pertama adalah menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya. Kemudian, peneliti
mereduksi data dengan membuat rangkuman yang inti, proses dan
pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga agar tetap di dalamnya.
Selanjutnya, peneliti akan melakukan koding yang merupakan
proses penguraian data, pengkonsepan, dan penyusunan kembali
dengan cara baru.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan content analysis. Pada conten analysis ini dibagi
pada beberapa tahap, yaitu open coding, axial coding dan selective
coding. Open coding adalah seluruh teks dikode baris perbaris,
setelah itu dimasukkan dalam setiap tema yang berbeda. Axial
coding, yaitu kode-kode yang telah dimasukkan dalam tema dibuat
menjadi kategori-kategori. Selective coding, yaitu mencari
54
hubungan antara kategori yang selanjutnya diuji dan tema baru
dapat dikembangkan.
Setelah melakukan koding kemudian peneliti melakukan
kategorisasi, yaitu merupakan pengelompokan konsep atau tema
berdasarkan kesamaannya kemudian dilakukan pemeriksaan
keabsahan data. Setelah data diperiksa keabsahannya, kemudian
peneliti dapat masuk pada tahap interpretasi. Patton (Poerwandari,
2005) menjelaskan bahwa proses analisis dapat melibatkan konsep-
konsep yang muncul dari kata-kata atau jawaban subjek sendiri
(indigenous concepts) maupun konsep-konsep yang dikembangkan
atau dipilih peneliti untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis
(sensitizing concepts) kata-kata kunci diambil dari istilah yang
dipakai oleh subjek sendiri dimana oleh peneliti dianggap benar-
benar tepat dan dapat mewakili fenomena yang dijelaskan.
F. Kredibilitas Data Penelitian
Penelitian kualitatif harus memiliki kriteria standar validitas
dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif standar validitas dan
reliabilitas memiliki spesifikasi tersendiri. Paling sedikit terdapat
empat standar atau kriteria utama untuk menjamin keabsahan hasil
penelitian, yaitu antara lain standar kredibilitas, standar
transferabilitas, standar dependabilitas, dan standar konformitas
(Bungin, 2003).
55
Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilan
mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan
setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.
Untuk meningkatkan kredibilitas dapat dilakukan dengan
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data (Moleong,
2006)
Kredibilitas dalam penelitian ini dicapai dengan ketekunan
melakukan pengamatan, membandingkan data hasil observasi
dengan data hasil wawancara, melakukan wawancara lebih dari
satu kali agar dapat melakukan pengecekan data dan memperoleh
data yang dapat dipercaya, selaain itu, dilakukan juga wawancara
dengan significant other atau informan dari subjek penelitian.
56
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan
1. Orientasi Kancah
Pada penelitian ini dilakukan di Yogyakarta. Awalnya peneliti
sedikit mengalami kesulitan dalam mencari subjek penelitian. disebabkan
jarangnya karakteristik yang dicari oleh peneliti.
Penelitian mengenai kualitas hidup dilakukan dirumah subjek
dimana letak rumah subjek berada di pinggir kota terletak didekat
perumahan. Pada rumah subjek pertama ini dapat dikenali dengan pagar
yang tinggi dan merupakan rumah yang paling besar diantara satu
kompleks. Pertama kali saat pintu pagar dibuka terlihat beberapa mobil
berderet disamping taman yang indah. Penelitian dilakukan dirumah
subjek karena jarak antara rumah subjek dan peneliti tidak terlalu jauh,
selain itu karena permintaan orangtua subjek. Selain melakukan
pengambilan data di rumah subjek peneliti juga melakukan penelitian
dengan observasi di SLB tepatnya di salah satu kelas subjek yang terdiri
dari beberapa meja dan laptop. aktivitas subjek di rumah tidak jauh
berbeda dengan aktivitasnya di sekolah, yaitu bermain game dan laptop.
Penelitian pada subjek kedua dilakukan di kos subjek dimana letak
kos subjek berada di perumahan dosen sebuah Universitas ternama di
Yogyakarta dan tepat di belakang fakultas subjek. Di beranda kos yang
57
tidak terlalu luas tersebut terdapat dua bangku kecil dan satu meja yang
terbuat dari kayu yang di sampingnya terdapat beberapa pot bunga.
Aktivitas subjek kedua ini sebagian besar waktunya di habiskan di kos
dengan bermain game dan online karena pada semester ini subjek hanya
mengambil satu mata kuliah. Setiap dua minggu sekali subjek pulang ke
rumahnya di Bekasi dengan naik pesawat.
2. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa
persiapan, antara lain persiapan administrasi, persiapan alat ukur, dan
persiapan pengambilan data. Berikut menjelaskan mengenai persiapan-
persiapan tersebut.
a. Persiapan Administrasi
Sebelum melakukan pengambilan data penelitian, peneliti
meminta ijin atau kesediaan Subjek untuk dijadikan Subjek penelitian
dalam memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang
dilakukan. Persyaratan menjadikan Subjek antara lain, membuat surat
permohonan ijin penelitian yang dikeluarkan oleh universitas dan
surat pernyataan dari subyek yang menyatakan kesediaan menjadi
subjek penelitian.
b. Persiapan Alat Ukur
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif sehingga alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-
58
pertanyaan penelitian dengan tujuan untuk mengungkap dan menggali
lebih dalam tentang kualitas hidup remaja autis. oleh karena itu,
sebelum peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan
informasi, peneliti merancang pedoman wawancara (interview guide)
yang digunakan untuk menggali data yang ada dilapangan.
Penyusunan pedoman wawancara bertujuan agar dalam pelaksanaan
wawancara dapat menggali dan mengumpulkan informasi yang sesuai
dengan tujuan dan pertanyaan penelitian. Selain itu dapat mengetahui
tingkat kualitas hidup dapat digunakan juga skala kualitas hidup, yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas hidup remaja autis,
kemudian peneliti juga menggunakan lembar observasi yang berupa
rating scale. Selain itu, pada awalnya penelitian juga menggunakan
skala QOL untuk mengetahui tingkat kualitas hidup masing-masing
subjek, tetapi pada subjek pertama tidak dapat dilakukan karena
keadaan subjek sebagai penyandang autis dengan tingkat pemahaman
yang kurang tidak dapat mengisi skala tersebut dan hanya dapat
dilakukan pada subjek kedua. Kemudian dikarenakan kesalahan skala
yang baru disadari peneliti saat akan skoring, maka pengisian skala
diulang dan pengisian dilakukan subjek melalui email karena subjek
sedang tidak berada dikos.
c. Persiapan Pengambilan Data
Pertama kali yang dilakukan peneliti adalah membangun
rapport dengan subjek penelitian. Metode pengumpulan data dalam
59
penelitian ini adalah skala, wawancara, dan observasi. Oleh karena itu
sebelumnya peneliti mempersiapkan lembaran skala, mempersiapkan
lembaran kertas interview guide, lembar observasi, alat tulis dan alat
perekam berupa handphone untuk mempermudah peneliti dalam
mengingat informasi yang telah disampaikan oleh subjek penelitian.
B. Pelaksanaan Penelitian
Peneliti ingin mengetahui bagaimana subjek memandang seberapa
berkulitas hidupnya sebagai penyandang autis. Peneliti mulai melakukan
pengumpulan data untuk penelitian ini, yaitu pada bulan September 2011.
Setelah peneliti menemukan subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan maka subjek penelitian ini terdiri dari dua remaja individu
penyandang autistik. Pengambilan data dalam penelitian ini berlokasi di
Yogyakarta karena memang kedua subyek sedang menempuh ilmu dan
merupakan tempat tinggal salah satu subyek dan peneliti sehingga dapat
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data. Wawancara subjek
pertama dilakukan di rumah subjek, sedangkan wawancara subjek kedua
dilakukan di beranda kos subjek dikarenakan subjek kedua ini berasal dari
bekasi. Tempat wawancara disesuaikan dengan keinginan masing-masing
subjek dengan harapan agar subjek dapat nyaman dalam menyampaikan
informasi.
60
Pada awalnya, peneliti magang di sebuah sekolah khusus autis,
namun disana penyandang autis tidak memenuhi kriteria yang dapat
dijadikan subjek. Kemudian dari sana peneliti mendapatkan informasi
tentang sekolah lanjutan khusus penyandang autis yang memenuhi kriteria
peneliti dan peneliti langsung mengunjungi sekolah khusus autis tersebut.
Di salah salah satu sekolah lanjutan khusus autis, yang bernama Fredofios
terdapat remaja autis yang memenuhi kriteria untuk dijadikan subjek
penelitian pertama. Berdasarkan informasi dari pihak sekolah Fredofios,
peneliti mendapatkan informasi bahwa ada penyandang autis yang sedang
menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama diYogyakarta
yang memenuhi kriteria sebagai subjek kedua. Setelah menjalin hubungan
baik dan memberikan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan
dengan kedua subjek beserta pihak sekolah dan keluarganya, peneliti
meminta ijin atas kesediaan menjadi subjek penelitian. Akhirnya setelah
memasukkan proposal penelitian dan surat ijin penelitian kedua subjek
atau remaja penyandang autis dapat berpartisipasi dalam memberikan
informasi atau data dalam penelitian ini. Sedangkan observasi yang
digunakan sebagai pelengkap dan penguat data penelitian, dilakukan
sejalan pada sebelum wawancara untuk membangun raport terhadap
masing-masing subjek dan saat wawancara penggalian informasi pada
subjek penelitian. Dalam pengambilan data melalui metode wawancara,
peneliti berusaha untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
fleksibel dan tidak terlalu terpaku pada urutan interview guide. Peneliti
61
mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan interview guide kemudian
melakukan probing yang bertujuan untuk menggali dan mengeksplorasi
secara mendalam maksud pernyataan-pernyataan dari subjek.
Menurut peneliti hal yang menarik dalam proses pengambilan data
penelitian ini adalah komunikasi yang terjadi antara subjek dengan
peneliti. Hal tersebut dikarenakan subjek merupakan penyandang autis,
jadi antara pertanyaan dan jawaban terkadang tidak sesuai. Kesungguhan
dan antusiasme pihak keluarga subjek untuk menceritakan dan berbagi
pengetahuan tentang autisme. Hal tersebut terlihat dari saat membangun
raport dan wawancara, yaitu dengan sikap yang sangat ramah dan
kekeluargaan. Pihak keluarga subjek juga memudahkan peneliti dan
menyediakan data-data yang diperlukan untuk mendukung penelitian
Wawancara pertama dilakukan dengan subjek pertama yang
dilakukan pada hari Rabu, 7 Desember 2011, pukul 16.15 – 16.45 WIB,
bertempat di rumah Subjek. Pertemuan kedua dilakukan pada hari Kamis,
15 Desember 2011 di sekolahan subjek, yaitu di sekolah lanjutan khusus
autis untuk melakukan observasi. Selanjutnya, Subjek kedua yang
diwawancarai pada hari Selasa, 13 Desember 2011, pukul 16.45 – 18.00
WIB, bertempat di beranda kos subjek di daerah Yogyakarta. Observasi
lanjutan subjek kedua dilakukan pada hari Minggu, 18 Desember 2011 di
tempat sekitar kos subjek dan dekat lingkungan kampus subjek.
62
Selain melakukan wawancara dengan subjek penelitian, peneliti
juga melakukan wawancara dengan para significant other penelitian yang
bertujuan untuk pengecekan data dan mencari informasi yang tidak didapat
dari subjek. Peneliti melakukan wawancara dengan dua significant other,
yaitu dengan pihak keluarga adalah ibu dari subjek pertama dan subjek
kedua. Significant other tersebut adalah orang yang sangat berperan
terhadap kehidupan subjek dan tahu persis bagaimana subjek melakukan
aktivitas sehari-hari didalam kehidupannya. Saat pengambilan data
berlangsung subjek pertama tidak dapat menangkap pertanyaan peneliti
dikarenakan kekurangan dalam pemahaman menjawab pertanyaan. Oleh
karena itu sebagian pertanyaan di jawab oleh significant other. Sedangkan,
pada subjek kedua dapat memberikan informasi yang sangat lengkap,
tetapi peneliti tetap bertanya kepada orangtua subjek untuk mengkroscek
jawaban subjek melalui email dikarenakan ibu subyek tinggal di Bekasi
dan berhalangan untuk bertemu secara langsung dengan peneliti
disebabkan tidak dapat meninggalkan aktivitas. Pada saat wawancara,
significant other penelitian terlihat antusias dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sehingga informasi yang di peroleh
lengkap dan mendalam.
Wawancara dengan significant other juga dilakukan di Yogyakarta.
Wawancara dengan significant other subjek pertama, yaitu ibu subjek.
wawancara dilakukan pada hari yang sama dengan subjek, yaitu pada hari
Rabu, 7 Desember 2011, pukul 16.45 – 17.30 WIB, bertempat di rumah
63
subjek di Sleman. Sedangkan, wawancara dengan significant other kedua
dilakukan pada hari Minggu, 1 Januari 2012, pukul 07.15-11.05 WIB,
melalui email dikarenakan significant other bertempat tinggal di Bekasi
dan memiliki banyak kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan.
C. Hasil Penelitian
Setelah melakukan proses yang cukup panjang dari penyusunan
latar belakang masalah hingga pengumpulan data, maka diperoleh hasil
penelitian, sebagai berikut:
1. Deskripsi Umum
a. Subjek Pertama
Nama responden : “Td”
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Siswa sekolah lanjutan khusus autis
Agama : Islam
Asal : Jember
Suku : Jawa
Alamat : Perumahan dosen, Bulaksumur.
b. Subjek Kedua
Nama responden : “Os”
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
64
Pekerjaan : Mahasiswa jurusan Arkeologi
Agama : Islam
Asal : Bekasi
Suku : Jawa
Alamat : Jaban, Sleman.
Kedua subjek di diagnosa sebagai penyandang autisme sejak masih
kanak-kanak, dengan cara pemeriksaan yang berbeda pada masing-masing
subjek, seperti pada subjek pertama di diagnosa ASD (Autistic Spektrum
Disorder) dengan CHAT (Ceklist for autism) saat subjek berusia 12 tahun.
Sedangkan, pada subjek kedua di diagnosa mengalami autis pada usia usia
3,5 tahun dengan pemeriksaan EEG (elektroensefalografi) dan pernyataan
dari seorang orthopedagog.
Terkait kualitas hidup yang berkaitan dengan beberapa aspek, pada
aspek pertama terdapat perbedaan dari kedua subjek ini, yaitu aspek
kesehatan fisik, dimana selain sebagai penyandang autis subjek pertama
juga memiliki penyakit kejang-kejang dan membutuhkan perawatan medis
secara teratur seperti mengkonsumsi obat-obatan dua kali sehari dan
melakukan perawatan syaraf satu bulan sekali. Sedangkan, subjek kedua
secara keseluruhan kesehatan fisiknya seperti anak normal dan tidak
membutuhkan perawatan medis karena saat SMP sudah tidak boleh
mengkonsumsi obat-obatan oleh dokter. Hanya terkadang sakit ringan
seperti flu atau pusing dikarenakan pola makan.
65
Aspek psikologis pada kedua Subjek menunjukkan beberapa
kesamaan, antara lain kedua subjek sama-sama menyadari bahwa mereka
berbeda dengan orang lain dan mengerti bahwa mereka adalah penyandang
autis, terkadang masih muncul perasaan negatif berupa perasaan putus asa
dan merasa sedih saat menerima perbedaan perilaku dari orang sekitar
terkait dengan mereka adalah penyandang autis. Persamaan kedua berupa
sikap patuh akan larangan-larangan dari orang tua, sikap disiplin atau
senang akan sesuatu yang teratur, melakukan diet yang berupa tidak
makan makanan pantangan yang menyebabkan muncul perilaku tantrum.
Sedangkan, perbedaan kedua subjek adalah cara menyikapi keterbatasan
mereka. Subjek pertama memilih selalu berada di rumah dan melakukan
kegiatan yang tidak melibatkan orang lain dan lebih senang bersama
teman-temannya yang memiliki nasib yang sama. Sedangkan, subjek
kedua menyadari bahwa dirinya berbeda dengan teman sebayanya, tetapi
subjek kedua berusaha untuk membaur dan melakukan upaya untuk
diterima dalam lingkungan normal, antara lain subjek selalu meminta
nasihat kepada ibu dan saudaranya agar dapat diterima di lingkungan
dimana subjek kedua berada.
Selanjutnya kedua subjek menunjukkan persamaan dalam aspek
hubungan sosial, dimana kedua subjek akan nyaman berada dalam
lingkungan sosial dimana individu yang berada didalamnya memiliki
minat yang sama dengan dirinya, kesenangan akan melakukan kegiatan
yang menimbulkan penasaran seperti permainan komputer dan betah
66
bermain game berjam-jam atau menonton acara yang disukai hingga
mengorbankan waktu istirahat. Aktivitas kedua subjek juga terganggu
akibat autis namun terdapat perbedaan dalam kuantitasnya. Perbedaan
lainnya adalah bentuk dukungan keluarga agar kedua subjek dapat hidup
seperti anak normal lainnya. Pada subjek pertama pihak orangtua
mengutamakan kenyamanan anak dalam beraktivitas, namun pada subjek
kedua pihak keluarga terutama orang tua melakukan berbagai usaha agar
anak dapat berbaur dengan lingkungannya dengan memberikan
pengetahuan tambahan, seperti mengikuti berbagai les berupa les vokal,
berenang, musik, dan les pelajaran tambahan di sekolah SLB untuk masuk
pada lingkungan yang berbeda serta bertemu dengan guru, teman-teman
yang berbeda, upaya ini bertujuan untuk mengasah kemampuan dan
perkembangan pengetahuan dalam berinteraksi dan bersosialisasi.
Aspek lingkungan memperlihatkan persamaan dalam sumber
keuangan dimana fasilitas yang menunjang keterampilan kedua subjek
terpenuhi. Sedangkan, perbedaan dalam kendaraan yang dipakai kedua
subjek melakukan aktivitas, subjek pertama diantar jemput oleh supir
menggunakan mobil dan subjek kedua naik sepeda untuk menunjangnya
pergi kemanapun karena orang tua subjek kedua merasa khawatir dan tidak
mengijinkan subjek menggunakan kendaraan bermotor. Kebebasan dalam
lingkungan, perasaan aman serta kepercayaan orangtua yang diberikan
kepada kedua subjek berbeda, pada subjek pertama orangtua bersikap
sangat protektif sejak subjek mengalami kejang-kejang. Sedangkan, pada
67
subjek kedua mendapatkan kepercayaan lebih dari orangtua karena subjek
diijinkan menuntut ilmu jauh dari orangtua. perbedaan lingkungan tempat
tinggal dimana lingkungan subjek kedua lebih kondusif dan memahami
kondisi autisnya. Pada subjek pertama lingkungan tempat tinggal tidak
memiliki pemahaman tentang autis dan cenderung menjadikan subjek
sebagai objek jika berada di lingkungan rumah. Oleh karena itu, subjek
pertama tidak suka berada di luar rumah dia merasa nyaman berada di
dalam rumah. Selanjutnya kedua subjek memiliki perbedaan dalam
memperoleh keterampilan dan informasi baru disebabkan latar belakang
pendidikan dan cara berpikir atau pandangan orangtua kedua subjek
berbeda dalam upaya mengasah keterampilan kedua subjek.
Ekspresi fisik kedua subjek menunjukkan cara mereka berinteraksi
atau berekspresi terhadap hal-hal tertentu. Walaupun dengan terbatas dan
hanya sesaat subjek menunjukkan ekspresi terekam dalam data observasi,
antara lain: saat subjek pertama menjawab pertanyaan terkadang subjek
tersenyum dan melakukan kontak mata dalam waktu beberapa detik
kemudian mengalihkan perhatian pada hal yang sedang dia lakukan lagi.
Sedangkan pada subjek kedua kontak mata dilakukan sama, namun saat
wawancara subjek selalu tersenyum dalam menanggapi setiap pertanyaan
peneliti. Ekspresi yang menunjukkan ritual autisme juga muncul saat
wawancara berlangsung, seperti pada subjek pertama selalu melakukan
streotip dan selalu bergumam sendiri. Namun, pada subjek kedua tidak
68
pernah bergumam sendiri dan terkadang masih melakukan kegiatan
streotip atau mengulang.
Secara keseluruhan ekspresi maupun perilaku pada penyandang
autis dalam berbagai aspek dapat terlihat jelas. Walaupun, dengan waktu
yang sangat singkat dan dengan berbagai keterbatasan.
2. Deskripsi Umum Significant other
a. Significant other pertama
Nama subjek : Desi Prawoto
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Asal : Yogya
Suku : Jawa
Alamat : Jaban, Sleman
Significant other pertama adalah ibu kandung dari subjek pertama
(“Td”). Sebagai ibu kandung yang telah merawat dan membesarkan
subjek, significant other juga merupakan orang yang sangat berpengaruh
pada kehidupan subjek. Hubungan subjek dengan ibu sangat dekat.
Seringkali subjek menceritakan apa yang dia alami dan rasakan, mengeluh
berbagai hal yang tidak disukai. Significant other sangat mengetahui
perasaan dan peristiwa apa saja yang telah Subjek alami. Ibu “Td” selalu
69
memberikan dukungan penuh untuk menunjang kemampuan subjek dan
berusaha memecahkan permasalahan yang subjek hadapi.
b. Significant other kedua
Nama : Herniwatty Krisnandi
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Asal : Jawa barat
Suku : Sunda
Alamat : Bekasi
Significant other kedua adalah ibu kandung dari subjek kedua
(“Os”). Significant other ini adalah orang yang paling berpengaruh dalam
hidup subjek, dengan usaha dan kerja keras beliau subjek mampu
berkomunikasi, mengenyam pendidikan seperti sekarang ini dan mulai
dapat beradaptasi pada lingkungan baru. Saat Subjek memutuskan untuk
kuliah di Yogyakarta, subjek tinggal terpisah dengan significant other
yang tinggal di Bekasi. Walaupun begitu Hubungan subjek dengan
significant other terjalin sangat dekat dan menurut significant other subjek
merupakan orang yang selalu terbuka menceritakan perlakuan yang
diterimanya dari teman-teman barunya dan selalu mendengarkan solusi
yang diberikan keluarga untuk mengatasinya
70
3. Hasil Penilaian Skala
4.
Berdasarkan penilaian skala dari WHO yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kualitas hidup subjek secara pengukuran, maka skor
yang diperoleh dalam berbagai aspek sebagai berikut:
- Pada domain pertama atau aspek kesehatan fisik skor yang diperoleh
adalah 63
- Pada domain kedua atau aspek yang meliputi kesehatan psikologis
skornya adalah 69
- Pada domain ketiga atau aspek hubungan sosial skor menunjukkan 56
- Pada domain keempat atau aspek yang meliputi keadaan lingkungan
subjek skor yang diperoleh adalah 63
Cara penilaian Rawscore
Hasil Skor
4-20 0-100Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15
+ Q16 + Q17 + Q1824 14 63
Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19+ (6-Q26)
23 15 69
Domain 3 Q20 + Q21 + Q22 10 13 56Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14
+ Q23 + Q24 + Q2528 14 63
71
3. Hasil Wawancara
Berdasarkan data yang ditemukan pada saat wawancara dengan
subjek diperoleh data sebagai berikut:
a. Kesehatan fisik subjek
Subjek pertama secara fisik cukup sehat, namun kadang
mengalami kejang-kejang.
“Yaa, ehh kan kemarin pas dia enam belas tahundia kan kena kejang gitu ya, maksudnya kan kejangini itu bisa juga waktu kecilnya itu step, sakit apakayak panas. Ternyata itu bisa timbul lagi setelahdia besar gitu lho” (S1-W1, 325-337)
“Kalau udah pusing itu kejang mbak” (S1-W1, 197-204)
Subjek kedua cukup sehat dan tidak memiliki penyakit yang
serius
“Kondisi kesehatan secara umum cukup baikbahkan baik ya, apalagi mungkin kalau musimhujan begini ya kalau drop paling ya enggak, palingbatuk, sedikit batuk aku” (S2-W1, 15-23)
“Jarang sakit, alhamdulilah”(S2-W1, 23-24)
Pusing membatasi kedua subjek melakukan aktivitas
keseharian
“Hmm, paling pernah pusing waktu itu hmmakhirnya terpaksa satu semester satu pernah sakitpusing batuk itu terpaksa ikut ujiannya itu ikut ujiansusulan, jadi pusing dan batuk tu mengganggu,cukup mengganggu saya dan dapat mempengaruhikonsentrasi saya terhadap ujian” (S2-W1, 48-66)
72
“Bisa dia, iya “Td” apa yang dirasakan, kepalasaya berat, pusing saya pusing mama. Jadi kalau“Td” udah ngomong aduh saya pusing mama, Jadikalau “Td” udah ngomong aduh saya pusing mama,aduh waahh saya udah ini kalau “Td” udah begitu”( SO1-W1, 311-324).
“Enggak ada pengaruh cuman dia jadi enggaknyaman gitu. Saya juga jadi ketakutan, jadi kalau dirumah, ma besuk aku enggak ikut renang. Jadi, hariyang paling menakutkan saya itu hari jumat, karenaapa kalau dia harus renang itu gitu lho. Saya itukuatir kadang-kadang, kan enggak mungkin kalaumama aku mau renang, mau ini lho, kan enggakmungkin enggak boleh” (SO1-W1, 350-358).
Subjek pertama menggunakan bantuan medis berupa obat-
obatan dan perawatan syaraf untuk mengobati kejangnya tidak
berpengaruh dengan autis yang diderita.
“Iya, waktu kecil iya nah pas besar ini timbul lagijadi takutnya ah makanya harus di apa, konsumsiobat kejang juga sejak dua tahun yang lalu”
“ Bukan, bukan bukan buat autisnya tapi untukkejangnyaa” (SO1-W1, 338-341)
“Iya, “Td” karena kejangnya aja, jadi diamemerlukan perawatan medis sebulan sekali buatsyarafnya”
“Iya tapi bukan karena autisnya aja, untukkejangnya aja” (S1-W1,269-286)
Subjek kedua sudah tidak mengkonsumsi obat-obatan untuk
autis, subjek kedua mendapatkan fasilitas kesehatan dari UGM untuk
menunjang kesehatannya dari penyakit ringan.
73
“Enggak ngaruh sih buat saya obat ya” (R3-W2,125-132)
“ehh Iya, awal SMP itu stop sama dokter enggakboleh lagi” (R3-W2, 133-144)
“Kalau sakit, kalau waktu-waktu sakit iya karenakan di UGM tu ada ini apa, ehh graha medicalcenter jadi kalau udah megang kartu asuransi yangsudah dibayarkan sama spp bisa itu kalopenyakitnya ringan itu, kayak penyakit ringan ituapa batuk, pusing gitu” (S2-W1, 116-124)
Kedua subjek sama-sama melakukan diet, namun berbeda
kuantitas pengaruhnya. Subjek pertama melakukan diet ketat dan
makanan diet sangat berpengaruh pada perilakunya.
“Nah saya terapi disitu kan memang cocok-cocokan ya disitu akhirnya dikasih, eh ini eh apauntuk dietnya ini ini ini ini jadi glutein, kafein danapa ya glukosa, ya itu terus saya jalankan, yaalhamdulilah ada perkembangannya gitu lho”(SO1-W1, 75-83)
“Kalau dia itu kan kebetulan dietnya itu ketat ya,jadi enggak kalu dia. Asalkan dengan pola makananyang bener-bener ini dia. “Os” pun bilang “Os”pun kalau minum susu yang itu” ( SO1-W1, 252-265)
“ Ehh pokoknya yang tidak mengandungglukosa, ehh gula, kemudian susu murni danolahannya keju dan segala macem itu dan kemudiantepung terigu” ( SO1-W1, 266-272)
“Sangat, kalau “Td” iya”“Pernah, jadi seperti apel, apel itu juga enggakbisa dia. Buah itu yang bisa pisang, pisang itu jugaenggak bisa banyak, jeruk, semangka bisa, melonjuga enggak bisa, ehh terus ini salak itu bisa”(SO1-W1, 273-289)
74
“Warung padang karena dia diet, jadi satu-satunya yang dia boleh makan itu di mak engkingmakan udang”“Iya tapi kan udangnya boleh, tapi gak pake bumbuapa-apa, kan udangnya kan udang galah disanasama di rumah makan padang, makan apa “Td””
“Ayam pop dan udang” (S1-W1, 390-413)
Subjek kedua melakukan diet, tetapi bukan sebagai larangan
melainkah sebagai pantangan saja.
“Eh kalau “Os” sih diet itu mie”“Spageti, atau dia dari protein susu yaspageti”
“He’eem bahannya tapi dari protein susu murnijuga gak bisa”
“Roti bisa tapi enggak bisa banyak”“Susu sapi murni yang bener-bener asli darisapinya” (S2-W1, 1045-1058)
“Pernah tapi jarang kalau mie kadang-kadang, seminggu sekali itu mungkin lima harisekali”“Pantangan iya tapi enggak dilarang” (S2-W1,1059-1066)
Subjek pertama perilaku tantrum yang muncul akibat makan
makanan diet berupa perilaku hiperaktif sehingga kehilangan kontrol.
“ Tapi ya perilaku selanjutnya ya gitulah lari-lari,hiperaktif gitu ya, karena memang kontrolnyakurang” (SO1-W1, 58-63)
“Ya itulah lari-lari ke sana ke mari hiperaktifnyake luar gitu lho, hiperaktifnya keluar terus. Sayatadinya juga karena udah lama ya dari usia delapantahun dia kayak gitu kan, dari usia delapan tahuntapi dia tadinya ini apa lupa, awalnya saya kirakesurupan jadi enggak kenal jadi lari-lari gini gitu
75
lho tapi ternyata karena makanannya” (SO1-W1,290-301)
“Iya jadi rasanya dia enggak bisa mengontroldirinya sendiri. Pernah saya tanya kenapa, katanyaiya ma, pusing, dia itu kan enggak bisa kontroldirinya sendiri kan” (SO1-W1, 302-310)
Subjek kedua perilaku tantrum yang muncul akibat makan
makanan diet tidak berupa perilaku hiperaktif, melainkan emosi yang
labil.
“Pusing beberapa saat terus emosi naik labil,cenderung labil” (S2-W1, 1067-1070)
“Hilang sendiri biasanya beberapa waktu tapienggak nyampe sehari, enggak nyampe dua belasjam juga enggak nyampe” (S2-W1, 1071-1078)
Kedua subjek memiliki kesamaan senang bermain game atau
menonton televisi sehingga menyita waktu istirahat mereka.
“Jam sepuluh, main hp dulu dari pada ngapain”
“Tidur ni, kalau filmnya seru ya ditonton aja”
“ Iya, kalau gak seru ya tidur aja, kalau gak seru”(S1-W1, 215-230)
“Bangunnya jam setengah tujuh pagi,tidurnya jam dua belas malem paling cepet ya”“Setengah satu itu paling lambat” (S2-W1, 97-109)
“Ya biasa Main gitu, maen sih maen di kos juga,enggak main ke mana-mana”“Main game” (S2-W1, 110-115)
b. Kemampuan kognitif
Subjek pertama memiliki kemampuan dalam hitungan
76
“ Ya terus kalau dari segi pelajaran mungkin adabeberapa yang kecuali seperti bahasa indonesia,kemudian ips, ppkn mungkin susah ya untuk dia gitulho. Tapi, kalo yang seperti ipa, matematika, segalamacem itu” (SO1-W1, 105-111)
Ingatan yang kuat tentang suatu keadaan secara menyeluruh
“Kelebihan tu ya mungkin saya lebih mudahmengingat jalan nama-nama jalan, jalan kondisiehh nama-nama jalan, kondisi jalan, kondisijalanannya apa baik, rusak atau gimana berkelok-kelok” (R3-W2, 233-241)
Sebelum ujian subjek kedua belajar dengan mengingat dan
pemahaman sebagai satu kesatuan yang di anggap penting
“Tergantung materinya sih kalau dalam bentukujian take home saya enggak perlu asal saya udahbaca buku tinggal di salin” (S2-W1, 1014-1020)
“Iya, bukan sudah inget juga tapi paham, udahinget pun udah satu kesatuan yang gak bisadipisahin, hafal aja tapi enggak paham susah” (S2-W1, 1021-1024)
Berpikir untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi
“ Dibalik keterbatasan kita, kita harus pintar-pintar berpikir bagaimana eh bagaimana kita bisakeluar dari permasalahan ini” (S2-W1, 342-348)
c. Kemampuan berperasaan positif
Kedua subjek termasuk individu yang terbuka dengan
orangtua atas apa yang mereka alami dalam kesehariannya.
“Cerita kalau dia suka telepon suka eh sms gitu kankelihatan ya” (SO1-W1, 662-666)
77
“Pengalaman sehari-hari ya, oh ya tadi ehpengalaman sehari-hari biasanya ibu cerita tentangmasalah ni, eh ujian ini ni, ujian kalau ngeluhmasalah-masalah kuliah, kalau ngeluh masalahsikap ke temen, kalau ngeluh masalah eh matakuliahnya susah apa gitu, curhat” (S2-W1, 1176-1186)
Subjek kedua berusaha memunculkan perasaan positif
berupa penerimaan diri atas perbedaan dirinya dengan teman
sebayanya.
“Puas sih dibilang puas banget ya enggak ya, puasya karena manusia itu mempunyai keunikanmasing-masing buat saya enggak puas-puas bangettapi cukup puas, sudah puas gitu lah” (S2-W1, 301-309)
“Mau enggak mau ya suka enggak suka di terima,sekolah sama yang lainnya, namanya ya sekolah”(S2-W1, 706-710)
“Pokoknya kita selama kita tu bisamenikmati hidup itu kenapa enggak gitu jadi Cumaitu berbalik ke pribadinya orang masing-masingjadi buat aku sih hidup enggak usah dibikin repot,enggak usah dibikin, enggak usah dibikin pusingpokoknya nikmatin hidup ” (S2-W1, 145-155)
Subjek kedua mampu mengambil hikmah dari
keterbatasannya dengan bersyukur dan merasa bahagia
“Saya hikmah itu harusnya kita tu bersyukur karenamungkin masih ada banyak orang lain ya walaupunkita terbatas tapi masih ada orang lain yang jauhlebih dibawah kita jadi hikmahnya itu mampumensyukuri karena masih ada orang itu jauh jauhdibawah kita bahkan lebih parah dari saya banyakkasus-kasus seperti itu” (S2-W1, 352-363)
78
“Mencapai hidup bahagia, kalau hidup itukadang bahagia kadang enggak tapi bahagia tuudah ungkapan kesenangan kita dalamberkehidupan tu kita bisa lebih enjoy bisa lebihsantai, bahagia lah ” (S2-W1, 1331-1338)
“Bahagia sudah , karena cukup bahagia karenakebutuhan saya melebihi sudah dipenuhi yang tidakmampu tidak memahami,Alhamdulillah itu jugasudah , bahagia udah punya tabungan itu bahagia”(S2-W1, 1339-1345)
Subjek kedua dapat menahan diri dari keinginan membeli
sesuatu yang baru
“Kalau materi mungkin tergoda dengan hal-halyang baru tapi usahakan konsisten dalam hal yangudah di miliki saat ini. saya juga terpikir kalauganti-ganti barang itu pasti ntar repot lagi pasang-pasang nomor telepon apa gitu” (S2-W1, 897-907)
Optimis dalam mencapai prestasi
“Ehh untuk berprestasi tu agak susah ya karenaberprestasi itu tergantung di balik ke pribadinyamasing-masing buat “Os” tu misalnya “Os”nyamau berusaha apa gitu kan pasti sesuatu yangmustahil itu akan terjadi misalnya eh juara satu apagitu kalau selalu berusaha tapi orang tua akan tetepmenghargaiya apapun juaranya atau apa gitu, tidakmemaksa juga” (S2-W1, 914-928)
“Supaya saya tu paham, ngerti ya saya itu bisamelakukan yang penting saya berusaha gitu” (S2-W1, 644-647)
d. Perasaan negatif
Subjek pertama merasa putus asa saat menyadari sebagai
penyandang autis.
79
“Mengerti, menyadari dia juga sering mengeluhapalagi pada masa puber ini kan” (SO1-W1, 648-658)
“Dia beberapa kali itu mengeluh, mama saya iniautis saya kapan sembuhnya, saya capek jadi autis”(SO1-W1, 659-661)
“Dia bilang papa mama aku kapan ya autisnyagitu, dia tahu aku itu autis aku beda dengan yanglain gitu lho” (SO1-W1, 667-669)
Subjek kedua terkadang juga merasa putus asa saat masih tidak
bisa seperti orang lain
“kalau diingatkan supaya bisa punya kepekaanmembaca situasi, kadang dia suka nangis sedih danputus asa merasa masih saja belum bisa sepertiorang lain”(SO2-W1, email 1-01)
Ketidakpuasan terhadap upaya pengobatan yang sedang
dijalani
“Makanya kadang-kadang bulan mei, bulankemarin ke dokter bilang gini. Eh dokter, saya udahbosen deh berobat kesini, kenapa enggak sembuh-sembuh, saya mendingan berobat ke alternative ajaya dia bilang begitu” (SO1-W1,670-679)“kalau dari dokter enggak sembuh e dipuskesmas,enggak sembuh e”“Tradisional, murni, alami yang bagus enggak pakebahan kimia” (S1-W1, 52-71)
“Pokoknya saya minta ke pengobatan tradisionalaja, daripada ke dokter males” (S1-W1, 205-209)
Memendam perasaan
“Saya gak sedih, karena ditahan” (S1-W1, 361-375)
“Dalam hati gitu a pa kalau ada temen ini datengitu temen ini dateng, temen kampus apa temen
80
kampus dateng tapi dalam hati sebel eh orang sihenggak tahu tapi sebenernya marah tiba-tibamungkin itu ” (S2-W1, 390-398)
Subjek kedua, menunjukkan perasaan kecil hati dengan merasa
tidak berguna dan menyalahkan diri sendiri karena tidak dapat
melakukan sesutu seperti orang lain
“Kalau misalnya saya saya mungkin saya lempengatau bagaimana saya mungkin emosi karena sayaenggak bisa seperti orang lain, orang lain enakudah tinggal ekspresi apa aja bisa langsung bisamungkin sedikit apa jadi kadang pengen emosisama temen gak bisa apa” (S2-W1, 377-383)
“Eh enggak sih paling ini benda tapi enggakkasar-kasar juga, dimarahin ibu tapi karena“Os”nya enggak ngerti, enggak ngerti ,enggakngerti malah nyalahin diri sendiri akhirnyaterluapkanlah itu rasa nyalahin diri sendirinya itu”(S2-W1, 418-428)
“saya aduh marah saya seolah-olah saya ituenggak bisa apa-apa padahal sebenarnya saya itubisa kata ibu saya, tapi saya menganggap diri ituenggak bisa apa-apa” (S2-W1, 442-445)
“Marah sama diri sendiri jadi nyalahin diri sendirikarena merasa enggak bisa gitu, salah pahamdisitu” (S2-W1, 451-455)
e. Kepuasan penampilan fisik
Subjek pertama puas dengan penampilan fisiknya yang
perutnya kecil dan tidak gemuk
“Ya keren tapi perutnya”“ Enggak, perutnya kecil nih, kecil ni, kecil kan”“Iya, aku enggak seneng gemuk” (S1-W1, 29-51)
81
Subjek kedua puas dengan penampilan fisiknya yang tinggi
dan gigi sudah tertata rapi.
“Ya cukup puas, ya karena tinggi secara fisikpostur udah sangat tinggi udah enggak perlumenambah tinggi lagi, hehe” (S2-W1, 544-555)
“He’ee karena dulu giginya berantakan, puasakhirnya ya sudah perawatan gigi di majuin, dikawat itu di majuin gigi saya, memperbaiki rahang”(S2-W1, 556-560)
f. Harga diri
Subjek pertama ingin menunjukkan kelebihannya dalam hal
berprestasi dengan penuh pertimbangan sebelum mengikuti lomba
untuk menunjukkan self esteem di mata masyarakat
“Ohh penalti ya tendang bola gitu, dia misalkanuntuk lomba bertanding segala macem gitu maunyamenang terus, gak mau dia kalau kalah gitu” (S1-W1, 496-501)
“Iyaa yang bisa, kalau yang gak bisa banget diagak mau” (S1-W1, 502-504)
Subjek kedua berusaha menunjukkan self esteem nya dengan
meminimalkan perbedaan dirinya dengan orang lain
“Keterbatasan “Os” paling ya kita berusahamencari jalan keluar apa saja yang solusi-solusiyang ada, berpikir sejenak, menghindari darikeramaian orang, berpikir sejenak bagaimanacaranya supaya saya itu bisa supaya tetep tidakkelihatan berbeda dengan temen-temen yang laingitu” (S2-W1, 156-166)
82
g. Kemampuan personality
Subjek pertama memiliki sifat kemandirian yang tinggi untuk
mengerjakan pekerjaan rumah
“Nah, iyakan akhirnya seperti itu, makanya yaudahlah saya berubah haluan karena untukmemaksimalkan anak itu kan menurut sayaalhamdulilah maksud saya itu walaupun “Td” itudirumah sendiri, bagaimana dia tidak akan pernahkelaparan karena dia sudah bisa makanmasakannya sendiri. Dia bisa makan, dia bisa ini,terus dia bisa mencuci, dia bisa setrika gitu lho”(SO1-W1, 223-234)
“Kering pake, kering pake ya udah kalau sayaenggak ada pembantu, anggak ada ini ya silahkandi setrika sendiri di cuci sendiri” (SO1-W1, 242-251)
Subjek kedua menunjukkan kemandiriannya yang tinggi
semenjak tinggal berjauhan dengan keluarga
“Eh iya, kalau eh soalnya jagain rumah karenayang lainnya pada pergi kerumah pernah, bersih-bersih nyapu, ngepel pernah, jaga rumah tu kalaulagi enggak ada orang sama sekali” (S2-W1, 1241-1252)
“Keinginannya sekolah di arkeologi UGM ikutmemacu keinginnanya mengasah kemampuanmandirinya, dan alhamdulillah ibu berterimakasihpada UGM yang telah membantu “Os” berkembangpesat kemandirinannya, tapi memang padadasarnya sejak kecil dulu ibu sdh melatihnya pelan,tapi boomnya justru pada saat dia kuliah,subhanallah alhamdulillah! Kalau untukkemampuannnya beradaptasi memang tidaksepesat pengembangan kemandiriannya”(SO2-W1,email 1-01)
83
Subjek pertama merupakan individu yang dapat bertanggung
jawab atas dirinya sendiri.
“Sampai saat ini saya sudah senang ya karenaapa untuk memang untuk dirinya sendiri dia sudahtidak merepotkan saya ya, minimal itu ya” (SO1-W1, 863-871)
“Ya kalau saya sih itu ya mbak ya, pernah lhokemarin pas puasa, ehh pas lebaran aduh capek e,pembantu kan enggak ada gitu lho, harus masak,banyak tamu ini saya ketiduran. Makanan “Td”lupa bangun-bangun udah agak sore gitu, adu matiaku makanan “Td” belum aku masakin, “Td” “Td”“Td” ehh maaf ya mama belum buat masakan“Td”, hmm apaan ma orang aku udah makan siangbikin nasi goreng” (SO1-W1,976-992)
Subjek kedua memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
terutama dalam bidang akademik dengan rajin masuk kuliah.
“Iya, makanya kuliah dari semester satu masukkarena kuliah ini sistem mata kuliah berantai yangberlanjut, satu kesatuan mau enggak mau sayaharus masuk terus karena nanti siapa tahu yangbuat ujian itu di keluarin, karena biasanya bacabuku, fotocopy buku yang dipelajari walaupunpersiapannya enggak banyak” (S2-W1, 1025-1034)
“Ya paling ini dua kali enggak masuk, palingdua kali enggak masuk enggak pernah tiga kali,enggak pernah empat kali” (S2-W1, 1035-1044)
Kedua subjek memiliki sikap patuh yang tinggi terhadap
perintah orang tua.
“Oh, iya dia udah mengerti jadi maksudnya sepertidia misalkan gini. “Td”, eh kemarinkan sempetkena cacar, “Td” enggak boleh mandi kalau mandiboleh tapi enggak boleh pakai sabun pakai detol aja
84
gitu, antiseptik aja udah. Dia enggak mandi kanenggak mau gitu” (SO1-W1, 373-395)
“Terus ini nanti habisnya sekali pake langsungditaruh di ini biar virusnya enggak kemana-mana,dia nurut kalau seperti itu gitu lho. Misalkan, “Td”kan batuk enggak boleh makan gorengan danenggak bakalan dia makan gorengan gitu lho”(SO1-W1, 373-395)
“Iya, nurut nurut dia he’ee. “Td” enggak bolehmakan es, enggak boleh makan ini iya, karena diakarena kalau sakit dia sendiri yang merasakan gitulho makanya dia nurut. Kalau makan-makanan ituenggak bakalan dia nyuri di belakang, enggakbakalan, coba dikasih chiki dibelakang saya ataubagaimana kalau dia mau dan enggak bakalanmau” (SO1-W1, 396-411)
“Iya soalnya kemarin pas di fredofios juga kantemannya pada kalau pintu kebuka kan padakeluar-keluar semua, “Td” sih enggak dia malahenggak keluar sendiri, hehe” (SO1-W1, 522-527)
“Enggak di kasih ijin”“Kadang, ngelanggar paling kadang enggakboleh”“Enggak” (S2-W1, 1133-1146)
Subjek pertama memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam
melakukan sesuatu dan tidak menyukai hal yang tidak disiplin
hingga subjek menjadi pelit saat kakak meminjam barang miliknya
karena kakak subjek tidak disiplin
“Eh masalahnya begini lho kadang-kadang yaitulah bedanya ya, kakaknya itu enggak disiplinsebenarnya kakaknya yang salah jadi maksudnyadia kalau pinjem laptop aku setelah pake itu kabel-kabelnya dimasukin disini tapi kakaknya kanenggak kadang-kadang gitu lho, pinjem set set settaruh gitu kan”“Ya itu yang enggak suka kalau kakaknya pinjemlaptopnya dia ditungguin sampai selesai”
85
“Sama “Td”, kakaknya kan risih juga kan, udahbelum sih aku udah ngantuk, hehe emang sihkadang-kadang kakaknya yang enggak enggaktertib gitu lho he’ee” (SO1-W1, 621-647)
h. Kepercayaan individu
Pada dasarnya subjek pertama merupakan anak yang cukup
percaya diri, sebelum subjek menyadari bahwa dirinya adalah
penyandang autis.
“Bisa, iya gitu bisa dia. Oh les dia les dimana diprimagama juga ikut gitu lho makudnya pede anakini gitu lho” (SO1-W1, 112-114)
Subjek pertama merasa kurang percaya diri sejak dia
menyadari bahwa dirinya sebagai penyandang autis.
“Malu” (S1-W1, 96-105)“Kalau di hall enggak seneng”
Kedua subjek memiliki sikap religiusitas tinggi dan selalu
melaksanakan ibadah dalam keadaan apapun, walaupun terkadang
terlambat.
“Iya, persis terus mama sholat dulu biar Allahsembuh kan ya, kalau adzan kan langsung dia”(SO1-W1, 519-521)
“Iya walaupun mungki telat ya, telat maksudnyasetelah adzan, kalau pagi telat, selalu telat kalopagi” (S2-W1, 1326-1330)
Subjek kedua memiliki kesadaran atau percaya diri untuk
memperbaiki perilaku diri sendiri
“Siapa yang pengen mengubah sikap sayamaksudnya ngubah sikap itu tergantung ke saya
86
nya, ibu saya cuma bisa menasehati tapi enggakbisa mengubah saya gitu” (S2-W1, 509-513)
i. Upaya keluarga dalam mengatasi keterbatasan
Upaya orang tua subjek pertama untuk memaksimalkan
kemandirian dan membuat subjek merasa nyaman, karena subjek
pertama tidak nyaman dalam bidang akademik.
“Gitu saya pikir-pikir anak ini stres, saya juga stresakhirnya cari solusinya. Bagaimana solusi supayaanak ini nyaman gitu. Saya nyari sekolah-sekolahinklusi-inklusi itu, yah saya bilang susah yaa cumanteoritis saja ya” (SO1-W1, 137-157)
“Iya tapi itu tergantung sekolahnya, yang pentingkan lingkungannya, yang penting dia nyaman”(SO1-W1, 1043-1046)
“Makanya akhirnya saya mikir saya seperti iniharus memaksimalkan kemampuan dia” (SO1-W1,184-189)
“He’ee yang lain, maksudnya memandirikan anakini, bagaimana supaya dia bisa mandiri gitu lho.Akhirnya saya pilih fredofios tes nya juga, seleksinya juga bisa masuk disana, akhirnya ya udah sayaitu aja, jadi berbalik gitu lho” (SO1-W1, 190-194)
Upaya orang tua untuk memperkenalkan lingkungan pekerjaan
kepada subjek kedua
“Jadi kemarin e juga untuk bagaimana kita untukanak-anak ini jadi magang dimana nanti di gajiwalaupun yang menggaji mungkin orang tua nya”“He’ee melalui mereka gitu jadi biar sama temen-temennya kalau gitu lho, dia agar tahu bahwa kalauini itu harus kerja gitu lho”
“He’ee melalui mereka gitu jadi biar sama temen-temennya kalau gitu lho, dia agar tahu bahwa kalauini itu harus kerja gitu lho” (SO1-W1, 915-925)
87
Usaha orangtua subjek kedua untuk memberikan pemahaman
dan dukungan secara emosional agar subjek dapat memahami
perasaan orang lain.
“Ibu itu sudah jelasin berkali-kali kenapa kamuitu enggak ngerti-ngerti jadi seolah-olah kayakorang tuli enggak denger apa-apa gitu padahal ibubilang enggak tuli enggak, kamu enggak bodoh,kamu enggak apa gitu, tapi kamu enggak ngerti,kamu enggak berusaha memahami kadang” (S2-W1, 433-441)
“Menghiburnya itu ibu saya, ibu sayanenangin diri, nenangin saya gitu supaya sayaenggak nyalahin diri sendiri tu dan saya haruspaham, memahami, mengerti perasaan orang lain”(S2-W1, 468-480)
“Iya ibu walaupun dengan nada tegas apa gitutapi akhirnya, ehh akhirnya sekarang ngerti, enggaklangsung gitu mengajari saya mumpung ibu sayamasih hidup kalau ibu saya meninggal siapa yangnasehatin kamu” (S2-W1, 502-508)
Ibu subjek melakukan berbagai cara agar subjek memahami
atau dapat mengikuti semua pelajaran seperti teman sebayanya
dengan penuh kerja keras dan kesabaran.
“ibu mengambil inisiatif untuk tetap bertahan di SDAl Azhar karena kebetulan sekolahnya pagi,sedangkan sore hari ibu bawa untuk bimbinganremedialnya ke SLB, dengan harapan guru2 SLBtentu akan lebih mampu memahami anak2berkebutuhan khusus dibanding guru2 di sekolahreguler, dan tak jauh dari dugaan memangbimbingan remedial oleh guru2 SLB bisa membantu“Os” memahami dan menyerap pelajaran lebihbanyak dibanding dengan kemampuannya ketikabelajar di sekolah, kombinasi ini cukup membawa
88
banyak perubahan apalagi ibu memang juga selalumelibatkan diri untuk mengajari nya di rumahdengan berbekal obrolan2 santai ibu dengan guru2disekolah maupun terapis wicara danpembimbing2nya di SLB, ibu tidak mau hanyamengandalkan mereka semua, karena pikir ibujustru ibulah yang paling banyak waktu bersama“Os” dibanding mereka, jadi ibu selalu berusahamengisi waktu ibu dirmah untuk menerapkansemua teori dari tempat terapi, sekolah maupunpembimbingnya di SLB untuk ibu praktekkandirumah, dulu waktu “Os” mulai belajarmatematika ibu harus cari akal untuk bisamembantunya memahami”(SO2-W1, email 1-01)
Upaya ibu subjek kedua dalam mengatasi kesulitan belajar
subjek dan meningkatkan prestasi akademiknya.
“seperti ketika “Os” kesulitan belajar pecahanbilangan, ibu mendapat masukan dari terapisnyabahwa “Os” itu lebih mampu memahami banyakhal yang riil dan dapat dilihat, sangat tidak mampumemahami hal yg abstrak, berangkat dari info ituibu mulai coba2 dengan mengajarinya pecahanmelalui buah dan makanan kesukaannya yg ibubelah2/potong sesuai jumlah bilangan pecahanyang sedang diajarkan, begitu jg ketika “Os”belajar tentang ukuran, ibu sampai membelikannyatimbangan bebek(timbangan pasar), mengukur airdengan tabung takaran, sendok takaran danmembawanya menyusuri jalan keluar kota ,menunjukkan patok2 penunjuk jarak tempuh sambilmenghitung waktu tempuh, pergi ke bank hanyauntuk mencari uang2 receh yang sdh tak ada lagidipasaran untuk mengajarinya tentang nilai uangsekaligus mengajarinya cara melakukan transaksimenggunakan uang dan membedakannya dengancara berbarter , tapi yg paling sulit sewaktu ibumembantunya be;lajar memahami pelajaran bahasaIndonesia terutama ketika belajar peribahasa, diaselalu tidak bisa konsentrasi ketika membacaperibahasa, sibuk tertawa-tawa geli dan tidak bisamemperhatikan apa yg ibu sampaikan, dan selalumengulang ulang peribahasa yang menurutnyapaling lucu, dia sangat suka peribahasa "bagai
89
membeli kucing dalam karung", sampai sekarangkata2 itu masih bisa membuatnya tertawa gelikarena yg dia bayangkan ada orang membelikarung dan kebingungan karena karung ygdibelinya itu bergerak gerak, ya itulah kesulitananak autis , pemahaman katanya sangat terbatas,untunglah dengan bertambahnya usia “Os” sdhbisa mengalami perkembangan pesat sampai bsseperti sekarang”(SO2-W1, email 01-01)
“Dulu pernah tapi enggak fanatik-fanatik bangetCuma untuk persiapan untuk pemantapan supayaenggak remedial walaupun hasilnya ya sedikitwalaupun enggak ini-ini banget ya kecuali lesprivat, saya les privat dengan bantuan guru-guru,akhirnya saya bisa les privat dengan syaratgurunya kalau di sekolah tidak boleh, tidak bolehmengikuti les dengan guru yang mengajar gituharus beda guru itu di usahain sama ibu saya” (S2-W1, 970-982)
Upaya Ibu agar subjek kedua dapat berinteraksi dengan
lingkungan berupa selalu memperkenalkan subjek dengan
lingkungan baru
“Mengenai pertanyaan Via tadi tentang sekolahapa yang membantunya bisa seperti anak lainsebayanya?, ibu pikir bukan hanya sekolah tapijuga semua pihak yang terlibat dalampenanganannya, tapi yang paling utama tentunyaadalah keluarganya sendiri, dan juga lingkungantetangga maupun lingkungan tempat “Os” ibu beripengetahuan tambahan(les renang, les musik, lesvocal dlsb), semakin banyak ibu membawanyamasuk kelingkungan yang berbeda , teman2 ygberbeda, guru2 yg berbeda, tentu itu jadi satuterapi yang tak ada teorinya untuk perkembanganpengetahuan dan kemampuan “Os” berinteraksidan bersosialisasi”(SO2-W1, email 1-01)
90
Usaha orangtua untuk mencarikan pendidikan yang terbaik
“Beberapa waktu kemudian karena jaranginformasi pada tahun 1990, walau ada terapi apa,usaha cari sekolah-sekolah gitu, cari sekolahregular itu, cari tempat yang pas untuk sayawalaupun saya terbatas seperti ini itu tetep usahamati-matian nyari terbaik buat saya pendidikan”(S2-W1, 662-669)
j. Dukungan yang diperoleh
Kedua subjek mendapatkan dukungan dari pihak sekolah
maupun pihak keluarga agar mereka merasa tidak sendiri dan tidak
kecil hati
“Jadi alhamdulilah kita sekeluarga ini kan, eh anakkita ini kan hee kalau di fredofios kan ada kayakgethring-gethring gitu ya kegiatan bareng orang tuakegiatan yang bersama-sama gitu, jadi merekaanak-anak itu tu tidak sendiri gitu lho mereka punyaorang tua dalam keadaan seperti iu mereka tidaksendiri” (SO1-W1, 587-595)
“Hanya menyarankan gitu trus dukungannya itusupport apa saja ehh proposal pokoknyamendukung juga proposal skripsi apalah sesuaidengan minat dan kemampuan pustaka yang adagitu dan ya itu dukungannya, salah satu bentukdukungan itu” (S2-W1, 595-601)
“Ya supportnya pokoknya gimana caranya supaya“Os” tu enggak putus asa, ya pokoknya usaha gakapa-apa udah usaha nilai jelek atau apa enggakapa-apa, dihargai apapun hasilnya asal ada usahadan berdoa udah” (S2-W1, 602-609)
“Dukungan itu jelas karena, ehh karena saya dilingkungan normal, mau enggak mau saya harus dibekali oleh ibu saya atau siapa ehh bapak sayasupaya ketika dua-dua nya meninggal saya bisa,saya bisa apa ya istilahnya saya mampu, mau ehhsaya mampu beradaptasi, mampu berhubungan
91
dengan orang lain dengan baik jadi sekarang diberi cara pelan-pelan itu maksudnya” (S2-W1,627-643)
k. Keselamatan fisik dan keamanan
Subjek pertama perlu pengawasan keselamatan akibat sering
mengalami kejang dan membuat perilakunya terbatas
“Sebenarnya kalau tidak ada kejangnya sayamerasa aman ya mbak ya tapi kalau ada kejangnyaini saya itu, heee”
“Eh,hee iya kawatir,kalau enggak ada kejangnyaaman mbak, orang kalau ke mall misalkan kitamakan itu mama aku mau ke kamar mandi itusendiri dia” (SO1-W1, 412-425)
“Iya, sendiri dia kalau pesen makanan ataubagaimana, ma aku pengen ehh, ini nasi putih, diakan suka nasi putih yang dicetak gitu ya dia itusuka, oh iya pesennya disana gitu bisa. Cuma paske kamar mandi itu kita ikutin gitu, he’ee” ( SO1-W1, 426-445)
“Iya, tapi sejak kejang itu kita bawa ke mall itujuga enggak berani gitu ya. Ya, enggak apa enggakseperti dulu gitu” ( SO1-W1, 426-445)
“Enggak, belum ya alhamdulilah selama ini sihbelum pernah habis renang terus dia ada kejadiangitu sih enggak. Tapi, semoga jangan gitu ya,cuman saya aja yang jadi gitu ya saya mintapengawasan lebih lah sama “Td” gitu ya, kalaupusing “Td” enggak usah renang” (SO1-W1, 364-372)
Sikap Ibu mengantisipasi perilaku subjek pertama untuk
menjaga perasaan subjek agar tidak merasa kecewa
“Ya gitulah saya selalu bilang, saya selalu bilangsama bu dewi kan nanti kalau ada guru-guru yang
92
magang tolong dikasih tahu kalau enggak maudiganggu , enggak mau ditelepon, enggak mau disms jangan ngasih nomor telepon dengan “Td” gitulho maksudnya” (SO1-W1, 721-727)
l. Hubungan subjek dengan teman lawan jenis
Kedua subjek memiliki rasa ketertarikan terhadap lawan jenis
kedua subjek dapat mengekspresikan perasaan dengan berbagai
cara
“He’ee lagi zamannya ya, lagi masanya gitu”(SO1-W1, 690-699)
“Iya suka, kalau ketemu foto, kalau ketemu mintafoto berdua” (SO1-W1, 700-706)
“Pernah waktu SMP kelas dua itu temen sekelas,tinggi, ehh tingginya sama. Awalnya dia masihsingle ternyata udah punya cowok tapi baru ajaputus ternyata, beberapa waktu kemudian udahtahu kalau putus gitu” (S2-W1, 804-811)
“Ya nembak, tapi akhirnya enggak jadi, jadinyakaren dia udah punya pacar gitu”
“Berani sampai temen-temen nyorak-nyorak,temen sekelas tu waktu SMP” (S2-W1, 812-817)
Subjek kedua merasa saat ini tidak memikirkan lawan jenis
dan menganggap semua teman adalah sama, perempuan sebagai
orang yang dapat dipercaya pada bidang akademik
“Perempuan, eh perempuan sih kalau konteksnya temen sih oke, temen kuliah karena bisa lebihdi, kalau perempuan buat saya sih lebih bisa dipercaya, misalnya ini menginformasikan sesuatumisalnya tugas atau misalnya apa tugas-tugasdibanding laki-laki, karena laki-laki biasanya apalebih cuek sama tugas, jadi saya tu lebih,perempuan tu lebih mudah buat saya untuk
93
manfaatkan untuk misalnya itu formatnya tugasapa” (S2-W1, 723-735)
“Enggak ada sih biasa lah, semuanya tetep temantapi hubungannya biasa” (S2-W1, 736-739)
“Iya, perempuan tu Cuma lebih, eh lebih bisa dipercaya masalah seperti itu”(S2-W1, 740-742)
Subjek pertama mendapatkan perilaku dari lawan jenis yang
dapat menimbulkan perasaan suka
“Iya kalau laras itu mahasiswa yang magangdisana, ya mungkin sama “Td” kan, ya memangsaya lihat kalau ketemu kadang-kadang suka meluk,suka ini jadikan dia merasa seperti itu kan?” (SO1-W1, 707-720)
Subjek pertama telah memahami bahwa sikap lawan jenisnya
tidak mengeartikan apapun dan dirinya telah ditolak
“Enggak, kalau masalah itu sih enggak tapi yakalau dia autis ya pas dia naksir cewek itu tadi,karena di tolak kan selalu ditolak” (SO1-W1, 820-827)
“Oh enggak, enggak karena kan ternyata mbaklaras itu udah punya pacar, ternyata ini tu udahpunya suami” (SO1-W1, 828-836)
“Ya itu aja tapi kalau kehidupan sehari-harinyaenggak ya, ya pas itu tadi giliran pas dia naksircewek dan segala macem dia merasa dia itu bedagitu lho” (SO1-W1, 798-803)
m. Tanggapan negatif dari lingkungan terhadap autisme
Penolakan guru atau tenaga pengajar mengenai kemampuan
akademik
94
Ya udah di SMP gurunya mulai udah enggaknyaman, lingkungannya udah enggak bisa nerimadia”
“Gurunya itu ada yang mengerti ada yang tidak,kan beda dengan SD. Kalau SD kan gurunya cumansatu wali kelas kan paling guru agama kan gitu,tiga lah paling. Tapi, kalau SMP kan enggak satumata kuliah dan tidak semua guru kan bisamenerima” (SO1-W1, 115-129)
“Yang ibu ingin sampaikan adalah “Os” masuk disekolah reguler itu bukan karena ibu ga tahu diriatau ga nau'in kekurangan anaknya, melainkankarenna tidak ada pilihan lain, karena sewaktu ibumemutuskan untuk memasukkan “Os” ke SLB danSLB borderline dua2nya menolak dan berpendapatbahwa “Os” akan mampu bersekolah di sekolahreguler, tapi sewaktu di SD ke;as 1 sampai kelas 3kemampuannya betul2 makin tiarap, makin seringmenerima keluhan dari guru2nya, karena merekakecewa “Os” tak mampu menyerap pelajaran ygdiberikan” (SO2-W1, email 1-01)
Subjek pertama dikucilkan di lingkungan tempat tinggal dan
sering menjadi obyek
“Karena jadi objek dia, jadi dia bener-bener gaksuka gitu, jadi kalau disini gak pernah jalan-jalan,gak pernah keluar gitu, karena ya itu tadi jadiobyek orang-orang disini mereka itu enggak tahuautis itu apa” (S1-W1, 427-432)
Subjek kedua di remehkan oleh teman-teman barunya
“sewaktu KKN kemaren sempat banyak mengeluhkarena kan teman2 KKN nya ini kan bukan teman dikosan atau teman sejurusan/sefakultas yg sdh pastitidak bisa memahami perilaku anehnya dan malahbeberapa justru memperlakukannnya sebagai anakidiot yg tidak mengerti apa2,
95
menyedihkan memang tapi mau gimanalagi?”(SO2-W1, email 1-01)
“Ya itu aja tapi kalau kehidupan sehari-harinyaenggak ya, ya pas itu tadi giliran pas dia naksircewek dan segala macem dia merasa dia itu bedagitu lho” (SO1-W1, 798-803)
n. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan
Perubahan pola pikir orang tua subjek pertama dari fokus ke
akademik menjadi fokus pada kemandirian anak
“Inklusi yang mana lagi, orang setiap kita nyariinformasi, tetep aja di lempar sana di lempar sini,jadi mereka tidak terima juga gitu lho he’ee.Akhirnya saya coba ke fredofios, eh eh pola pikirsaya jadi berubah ya pola pikir saya jadi berubahbegini anak ini suruh belajar ipa, suruh belajarmatematika, suruh belajar ini terus mau untuk apagitu kan untuk apa” (SO1-W1, 158-165)
Lingkungan berpengaruh pada kenyaman subjek kedua dalam
masuk pada suasana baru seperti akan bekerja
“Tapi yang harus di kondisikan itu adalahlingkungan kerjanya gitu lho, itu yang harus dikondisikan dulu. Memang anak autis itu lebihnyaman kalau dilingkungan sendiri gitu ya”“Lingkungan sendiri misal, saya punya cateringatau apa dia kerja dengan saya dan itu lebih aman,tenang gitu lho lebih aman tapi kan susah yatergantung anak juga gitu lho” (SO1-W1, 936-950)
Lingkungan dan suasana yang cenderung dalam komunitas
sedikit berpengaruh pada konsentrasi subjek kedua
“Saya mampu berkonsentrasi ketika ehh saya baikjika kondisi-kondisi di situasi tempat sepi, eh bukanenggak ada orang sama sekali tapi orangnya sedikitehh enggak terlalu banyak tapi enggak terlalusedikit jadi ya medium-medium gitu saya misalnya
96
dikelas. Di kelas nih di arkeologi tu di angkatansaya cuma dua puluh orang”“ Nah dua puluh orang menurut saya di kelaskuliah itu ya medium lah tapi menengah cenderungmenengah ke bawah kelasnya jadi saya lebih mudahberkonsentrasi, jadi dosen lebih mudah gampangmengenalinya dan suara dosen itu lebih kedengaranjelas gitu” (S2-W1, 310-328)
Lingkungan atau teman-teman yang dapat memahami sangat
berpengaruh terhadap perilaku adaptasi subjek kedua
“yang ke empat bisa adaptasi, cepat adapasi situasiyang enggak pernah kita, cepet adaptasi tu udahseneng banget itu,” (S2-W1, 1355-1362)
“Barang kali belum parameter tadi belum,terutama tadi masalah pertemanan maupun merekasih tidak ngapa-ngapain saya, Cuma saya yangagak sulit deketin mereka gitu, tapi udah setengahjalan gitulah Hmm lupa, hehe” (S2-W1, 1363-1365)
“Mengenai perilaku memang sampai saat ini,masih jadi pe er besar untuk ibu karena “Os”masih saja suka menyendiri, msih sering merasa taknyaman berkumpul dengan teman2nya kecualiteman yg benaS2 bisa memahami” (SO2-W1, email1-01)
o. Kepedulian sosial penyandang autis terhadap lingkungan
Subjek menunjukkan perhatian terhadap orangtuanya saat
mereka sedang sakit, perilaku tersebut subjek meniru saat ibu
memperlakukan subjek di kondisi yang sama
“Iya disiplin terus dia tu rasa empatinnyayaitu luar biasa dari pada yang lain” (SO1-W1,446-458)
97
“Iya empatinya ya, terutama pas saya sakit gitu.Dia itu duh “Td” mama sakit, loh mama kenapa,mama sakit terus dia akan pengumuman samasaudaranya, kakak mama sakit ini mama mau apa,mau dibikinin teh anget ya, ini ini ini, dia seperti ituseperti apa yang saya lakukan sama dia gitu lhomisalan dia sakit”
“Iya, terus kalau misalkan saya sakit gitu diapaling ya ngecek masuk kamar, mama gimanamama sakit ya, iya gitu yang bikin saya apa yasayang sama dia gitu makanya rasa empati diabagus dia” (SO1-W1, 459-480)
“Iya, itu menurut saya lho ya yang sayarasakan terutama kalau saya sakit, kalau saya inigitu dia seperti itu, kalau saudaranya sakit ataubagaimana juga begitu dia, mama kakak sakit iniini ini nanti masuk di giniin( tangannya ditempelkandijidat) gitu lho ya, ya seperti apa yang sayalakukan sama dia, seperti itu dia, ma aku ini yakamu jangan ini ya ini ya gitu. Sama saya jugabegitu nanti setengah jam satu jam, dia kan punyakamar sendiri nanti dia masuk kamar saya, mamasih sakit ya masih ini. ya enggak ngerti apa itumembeo atau apa ya tapi kan minimal dia udah adarasa ya dia dateng gitu” (SO1-W1, 481-500)
“Iya jadi seperti itu, he’ ee saya misalkan kankalo misalkan dia sakit saya itu kan misalkan ayo“Td” kita berdoa yuk, misalkan sholat kan ayo“Td” sholat dulu minta sama Allah ya minta samaAllah buat disembuhkan, lha nah dia itu gitu lhomaksudnya” (SO1-W1, 508-518)
Subjek menunjukkan kepedulian terhadap temannya dengan
mendoakan jika ada teman atau orang yang sakit
“Kalau terhadap temen-temennya saya enggak tahuya cuman dia itu misalkan ada yang sakit siapapunlah dia denger kabar sakit, ayo kita berdoa sama-sama, kita ini” (SO1-W1, 501-507)
98
p. Pandangan anak autis terhadap lingkungan
Subjek kedua lebih merasa nyaman berada di komunitas kecil
“Iya kalau yang menurut saya yang biasa itu kankelompok kecil tapi bukan ya saya semua temen ituya temen walaupun enggak ada geng-geng an apaapalagi pokoknya kelompok temennya yang anakkuantitas sedikit, bukan temennya sedikit ya kalautemen yang kenal baik sedikit supaya saya lebihgampang untuk ngobrol-ngobrol” (S2-W1, 179-189)
Subjek kedua merasa kesulitan untuk bersosialisasi dengan
teman satu jurusan yang berbeda minat dengan dirinya
“Iya mungkin kalau sama temen satu jurusansedikit ya kesulitan” (S2-W1, 190-193)
“Tiba-tiba topik yang diomongin itu yang enggaksuka atau topik yang kurang kita minati gitu karenakan perbedaan minat itu wajar tetapi karena “Os”si karena belum bisa menerima seratus persen kangitu jadi menganggap topik udah beda ahhmenyingkir gitu, cuman sebentar habis itu nyingkir”(S2-W1, 215-232)
Subjek kedua menyadari konsep bermasyarakat dengan
berusaha mendekatkan diri terhadap lingkungan
“Ya lihat orang, lihat orang sikapnyabagaimana, sikap ini karena orang normal jadi maugak mau saya harus ngikutin mereka gitu, itukannorma kesopanan apa itu tu sebagian dari normakesopanan jadi kalau saya melanggar saya enggakditerima sama temen-temen. ” (S2-W1, 288-296)
“Kalau melanggar norma norma, normakesopanan, kalau ngulang-ngulang gitu kan
99
melanggar ya orang jadi bosen gitu” (S2-W1,297-300)
Subjek kedua dapat mengerti sikap dan perilaku yang tidakbaik
“Enggak sih, iya enggak sampe meng ini-ini bangetya, karena kelakuan temen arkeo tu ada beberapasebagian yang amburadul”“Ya mungkin apa, misalnya ada yang minum-minum gitu, minum bir pas acara pelepasan gitu.Padahal pernah dapet di kasih tahu temen katanyaada salah satu senior yang suka minum, adabeberapa yang gitu jadi itu yang bikin terkadang tuhati tu” (S2-W1, 514-527)
Subjek kedua dapat menjalin hubungan persahabatan dengan
teman yang sebagian besar memiliki minat yang sama
“Cowok-cowoknya ni satu jurusan suka bolasebagian ya tapi kalau disini mungkin ada satutemen yang enggak suka bola juga jadi istilahnyasaya gampang bersosialisasi karena dia sama-samaenggak suka apa ya”“Iya, enggak suka ngikutin bola, enggak sukangikutin apa tapi kalau lagu misalnya walaupunbeda alirannya tapi sama-sama lagu ada cukupnyambung jadi bisa lebih enak” (S2-W1, 194-209)
“Gini gini Gini, gitu kok, ada temen beda jurusan,saya menilai ini kok temennya kos lebih enak itu”(S2-W1, 536-543)
q. Peluang memperoleh keterampilan dan informasi baru
Subjek pertama mendapatkan informasi tentang pengobatan
tradisional dari televisi yang merupakan media yang terdekat oleh
subjek
“ Weh bisa, saya pernah lihat di TV kok, di TVbisa” (S1-W1, 210-214)
100
Subjek pertama mendapatkan informasi dari majalah
“ Kalau pulang, kalau habis sekolah mampirsebentar ke kios koran kemarin, mampir”“Saya beli majalah bola” (S1-W1, 522-530)
Subjek pertama mendapatkan keterampilan tentang melakukan
kegiatan sehari-hari dari sekolahnya
“ Iya, mencuci juga kan, disana diajarin juga,setrika juga di ajarin.kadang-kadang, dia maunyakalau pakai baju disukai ya dipakai terus ya?”(SO1-W1, 235-241)
“Oh iya tahu, he’ee udah tahu kan disekolahan jugaudah di ajarin” (SO1-W1,993-997)
Subjek kedua memperoleh keterampilan dan informasi baru
dari mengikuti berbagai les, seperti les musik untuk mengasah
keterampilan permainan biola
“Diajari, belajar, ikut, inisiatif ikut, pengen les,minta dibeliin biola belajar sama temen-temenmaksudnya ada gurunya gitu” (S2-W1, 260-264)
Subjek kedua mendapatkan informasi kebanyakan dari majalah
atau berita online
“Enggak kalau majalah, kan sekarang ada beritaonline jadi seneng berita online” (S2-W1, 955-966)
“He’ee jadi selalu update kayak kompas.com apagitu detik news” (S2-W1, 967-969)
r. Keterampilan yang dimiliki
Subjek pertama memiliki keterampilan berenang
“Dia jago mbak”“He’ee nyelem juga bisa, dia sukanya nyelemmalahan” (SO1-W1, 359-363)
101
Subjek pertama memiliki keterampilan memasak berbagai
jenis makanan
“Masak”“Nasi goreng sama telor”“Terus bikin apa lagi?eee, apalagi yang kemarinitu?bikin kue tahu ya?”“He’e iya”“Terus bikin apa lagi?pancake ya?”“Iya”“Terus sop bisa gak?”“Iya bisa” (S1-W1, 287-303)
“Jadi apa yang harus dia lakukan, telornya segalamacem. Dia kalau dirumah dia kalau mau masak,kita enggak boleh ikut jadi harus dia, mulai ngupasbumbu, ehh nggiling bumbu, tumis semuanya dia”(SO1-W1, 998-1006)
Subjek kedua memiliki keterampilan sekaligus merupakan
salah satu hobi memainkan alat musik yang subjek pikir memiliki
ciri khas berupa bermain alat musik biola
“Kalau musik biola tapi sekarang sedang vakumdulu sebentar”(S2-W1, 247-250)
“Alat musik yang menarik yang gitu, alat musikyang menarik yang punya ciri khas tersendiri yangbeda dengan piano mungkin ya banyak orang mainpiano apa gitu. Piano gitar itu udah banyak pasti”(S2-W1, 265-275)
s. Peluang mengembangkan keterampilan
Di sekolah subjek pertama mengadakan skill center untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa
“jadi kemarin pas dirapat saya juga mengusulkanbagaimana kalau di skill center itu ee kan selama
102
ini untuk magang itu anak cuman satu minggu itucuma satu hari”“Belum, dan enam hari itu sekolah terus sayamengusulkan bagaimana kalau anak ini tu yangudah besar-besar itu enggak usah sekolah lagi,maksud saya kalau magang, magang aja supayaanak itu enggak bingung” (SO1-W1, 876-889)
“Tapi kalau untuk kedepannya saya mengharapkansama skill center ini gitu lho” (SO1-W1, 872-875)
“Iya lha ini baru baru di bicarakan kemarin karenauntuk tahun depan pertemuan autis itu kitamengharapkan sudah ada skill center” ( SO1-W1,951-954)
Kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berupa
tawaran dari berbagai tempat untuk magang dan sebagai sarana
belajar mengenal lingkungan pekerjaan sesungguhnya
“sekarang ini ada di bu sukinah itu kemarin jugamenawarkan seperti ini jadi apa namanya kyakpercetakan, fotocopi ada yang ini, ada ada yangmenawarkan gitu lho” (SO1-W1, 926-935)
“Kemarin juga ada yang menawarkan kalu “Td”tertarik, ini ada kue ini dijual untuk anak-anakautis, oh iya nanti bisa dibikin gitu lho seperti itudia juga menawarkan” (SO1-W1, 1020-1027)
“Hehehehe, iya disitu he’ee harapan saya itu jadiya minimal itu ada juga yang ngeluarin pabrik rotiya” (SO1-W1, 1036-1042
Subjek kedua mengembangkan keterampilan dengan perasaan
ingin tahunya yang besar dan mengikuti berbagai macam les
“Keterampilan, ehh dari mana ya, les-les gitu yamungkin rasa ingin tahu, rasa ingin tahu, rasa ingintahu sama nanyananya ini gimana, ini les nyangadain apa aja ni kegiatannya apa aja ni, gitubanyak” (S2-W1, 938-954)
103
t. Gambaran masa depan penyandang autis
Subjek pertama memiliki keinginan sederhana dalam hidupnya
untuk segera bekerja untuk memperoleh uang dan dapat membeli
sesuatu yang dia inginkan, seperti subjek ingin berjualan kerupuk
agar sorenya langsung mendapatkan uang.
“Aku maunya di pabrik kerupuk aja”“Pabrik kerupuk, aku maunya jualan”“Iya, ehh puter nanti sore saya balik, mingguistirahat” (S1-W1, 537-550)
Nah, kemudian misalkan untuk untuk ya khususnyauntuk anak saya yang sudah mata duitan ya” (SO1-W1, 890-893)
“Hehe, jadi jadi udah harus dikasih pengertianbahwa kalau dengan bekerja kamu akanmendapatkan uang dan dia tahu, dia mau jualankerupuk karena nanti dapat uang gitu” (SO1-W1,894-899)
Subjek kedua memiliki cita-cita menjadi seorang arkeolog
kemudian ingin menjadi seorang dosen untuk mengembangkan
kemampuannya dalam berkomunikasi
“Awalnya karena pengen masuk arkeologi,pengennya ya jadi arkeolog lah” (S2-W1,1290-1299)
“Tapi ada entah kenapa suatu hari mungkinberubah lagi pengen jadi dosen karena ada ngeliatdosen senior tu waktu mengajar ngajarnya enak,jelas mudah di pahami tu, itu yang bikin terinspirasikarena menyampaikan materi ke mahasiswa gitu,memperbaiki kemampuan secara komunikasi juga,saya juga jadi dosen komunikasinya harus bagus”(S2-W1, 1300-1303)
104
u. Harapan masa depan penyandang autis
Subjek pertama dan orangtua memiliki harapan untuk
mengembangkan keterampilannya dan menjadi seorang ahli masak.
Ya itu harapannya saya, dia bisa mengembangkanmaksudnya untuk kedepannya itu, e ada misalnyasekolah untuk yang bisa, kalau dibilang chef terlalutinggi ya” (SO1-W1, 1007-1019)
Subjek kedua memiliki harapan untuk melanjutkan pendidikan
ke luar negeri dengan beasiswa
“Pengennya sih jauh ke luar negeri”
“Belanda nyari beasiswa entar” (S2-W1, 1304-1310)
Subjek kedua menginginkan kehidupan yang bahagia, dapat
mandiri, dapat membahagiakan kedua orangtua, diterima di
lingkungan serta dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya
“Hal yang ingin di capai itu “Os” mandiri karenadengan mandiri walaupun orang tua sudahmeninggal tapi biar enggak nyusahin apa” (S2-W1,1311-1318)
“kalau terjadi apa-apa, yang kedua lulus, bisalulus SO1, syukur-syukur bisa kuliah di SO2, doktordi S3 gitu” (S2-W1, 1319-1321)
“ itu harapan juga yang ketiga pengen dibanggaintetep enggak ngecewain di keluarga terutama orangtua, karena orang tua udah usahain susah payahgimanapun juga, usahain apa-apa buat saya gitu”(S2-W1, 1322-1325)
“Parameter kebahagiaan itu untuk mahasiswaseperti saya nilainya, enggak ngulang mata kuliahparameternya, yang pertama enggak ngulang matakuliah, yang ke dua bisa di terima di pergaulan baik
105
temen maupun kampus kakak angkatan, yang ketiga bisa nyenengin orang tua” (S2-W1, 1346-1354)
v. Kepuasan finansial
Subjek pertama merasa fasilitas yang di inginkan telah
terpenuhi
““Td” pengen apa?kalau TV kan ada ya, “Td”suka TV?”“Iya”“Oh terus sepatu ada ya?”“Iya”“Terus apa lagi yang buat sekolah ada semua
kan?”“Iya”“TV punya kan?”“He’e”“Handphone punya?”“Iya, laptop juga iya”“Suka laptop juga kan?semua kan?”“Iya, PS iya” “Udah semua” (S1-W1, 445-475)
Subjek kedua merasa secara materi sangat terpenuhi baik
dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari maupun mendukung
fasilitas untuk kuliah
“Eh cukup, pas jadi enggak terlalu kurang, tapiberlebih juga enggak tapi taraf yang cukup”“Iya itu pas malah lebih dari pas”“ barapa ya Dapat satu ehh satu” (S2-W1, 857-868)
“Eh kalau yang ehh iya kalau yang Penting-penting iya bisa tapi kadang juga patungan ditambahin patungan”(S2-W1, 873-880)
“Handphone, modem, laptop,” ( S2-W1, 881-887)
106
“Iya, bisa beli alat tulis atau apa, buku kuliahsudah ada, bisa fotocopy bisa apalah pokoknya buatkuliah penting-penting” (S2-W1, 908-913)
“Cukup terpenuhi ya karena untuk disini ya karenaselama tinggal orang tua sudah mencukupi uang”(S2-W1, 1366-1370)
w. Pendapat subjek tentang kualitas hidupnya
Subjek kedua merasa telah memiliki kualitas hidup yang cukup
baik, karena merasa kesehatannya baik dan cukup dalam hal materi
“Iya cukup baik, parameternya ya apa,kesehatan udah, paling dulu pernah sakit tapisekarang udah enggak sakit, eh parameternyajarang sakit” (S2-W1, 1371-1377)
“Yang ke dua biaya hidupnya sudah cukup, udahlebih dari cukup, biaya hidupnya dari orang tua, ehapalagi ya, ya dua itu parameter utama” (S2-W1,1378-1381)
x. Sifat autis yang masih melekat pada diri subjek
Subjek pertama belum dapat membedakan bagaimana orang
yang baik dan bagaimana orang yang tidak baik
“Enggak, enggak bisa dia, bagi dia itu semua orangbaik, enggak ada orang enggak baik, semua orangbaik” (SO1-W1, 850-854)
Subjek pertama tidak mengerti aturan kesopanan dalam
bermasyarakat, hanya mementingkan kebutuhannya sendiri dengan
menelpon orang lain tengah malam karena kepentingannya sendiri.
“Ya itu karena kan “Td” enggak tahu waktu,enggak tahu ini gitu lho maksudnya, he’ee enggaktahu kepentingan, enggak tahu tempat yang dia tahu
107
hanya kebutuhannya sendiri, orang kadang-kadangsama kepala sekolahnya sendiri sama gurunya jugajam sepuluh malem dia juga nelpon”“Iya, ehhehehehhee pernah waktu itu saya anfaldirumah gitu ya enggak ngerti sakit itu, malam itusakit jam dua belas malam dan dia langsungtelepon gurunya, pak agung ini mama sakit gimanaya, aduh hehhehe, di teleponin gitu lho semuagurunya, kan gurunya jadi bingung juga gitu lho, yadia tu gitu gitu lho, hehe( tertawa)”(SO1-W1, 728-755)
Subjek kedua masih memiliki perilaku mengulang-ulang
perkataan hingga sering menimbulkan konflik dengan Ibu.
“Kekurangannya mungkin kalau ngomong gituterkadang suka diulang-ulang sampe kadang tubikin orang kesel” (S2-W1, 276-281)“Kadang sama ibu tu suka berantem karenangomongnya sering di ulang-ulang terus atauenggak terlalu yang masalah sebenernya sepele tapidi gede-gedein gitu suka gede-gede in masalah. Yadua itu kekurangan yang sedang saya perbaiki”(S2-W1, 282-285)
y. Pengaruh pendidikan terhadap kehidupan Subjek
Sekolah subjek pertama memberikan fasilitas penunjang bakat
untuk lebih mengasah kemampuan mandirinya.
“He’eee makanya “Td” dengan warungnya, kansekarang di fredofios kan setiap hari selasa gitu kanada warung kita gitu lho.” (SO1-W1, 955-961)
Subjek kedua merasa bahwa pendidikan sangat penting dan
mempengaruhi wawasan yang dimiliki
“Kalau mungkin bagi orang tua iya karenaparameternya itu sampai jenjang pendidikan tinggi,jadi udah sampai itu udah semua, masuk UMPTNitu pokoknya parameternya itu yang penting udah
108
sampai jenjang pendidikannya itu” (S2-W1, 1253-1263)
“Penting karena dengan pendidikan itu kita terusberilmu tapi ilmu juga enggak cukup”
“Sikap apa wawasan itu juga perlu, pendidikankarena menurut saya kaya SO2 S3 berarti kanmakin memperdalam kan makin, makin menyempitmateri dan makin tantangannya makin besar”(S2-W1, 1264-1274)
109
5. Tema, Sub kategori, Kategori
Tabel 3Tema, Sub kategori, kategori
KATEGORI SUB KATEGORI TEMAFisik Penyakit ringan “Kondisi kesehatan secara
umum cukup baik bahkan baikya, apalagi mungkin kalaumusim hujan begini ya kalaudrop paling ya enggak, palingbatuk, sedikit batuk aku” (S2-W1, 15-23)“Jarang sakit, alhamdulilah”(S2-W1, 23-24)
Menderita kejang-kejang
“Yaa, ehh kan kemarin pas diaenam belas tahun dia kan kenakejang gitu ya, maksudnya kankejang ini itu bisa juga waktukecilnya itu step, sakit apakayak panas. Ternyata itu bisatimbul lagi setelah dia besargitu lho” (S1-W1, 325-337)“Kalau udah pusing itu kejangmbak” (S1-W1, 197-204)
Bantuan medis Pengobatan syaraf danobat-obatan
“Iya, waktu kecil iya nah pasbesar ini timbul lagi jaditakutnya ah makanya harus diapa, konsumsi obat kejangjuga sejak dua tahun yanglalu”“ Bukan, bukan bukan buatautisnya tapi untukkejangnyaa” (SO1-W1, 338-341)“Iya, “Td” karena kejangnyaaja, jadi dia memerlukanperawatan medis sebulansekali buat syarafnya”“Iya tapi bukan karenaautisnya aja, untuk kejangnyaaja” (S1-W1,269-286)
Tidak memerlukanpengobatan yang
serius
“Enggak ngaruh sih buat sayaobat ya” (R3-W2, 125-132)
“ehh Iya, awal SMP itu stopsama dokter enggak boleh
110
lagi” (R3-W2, 133-144)“Kalau sakit, kalau waktu-waktu sakit iya karena kan diUGM tu ada ini apa, ehhgraha medical center jadikalau udah megang kartuasuransi yang sudahdibayarkan sama spp bisa itukalo penyakitnya ringan itu,kayak penyakit ringan itu apabatuk, pusing gitu” (S2-W1,116-124)
Diet “Nah saya terapi disitu kanmemang cocok-cocokan yadisitu akhirnya dikasih, eh inieh apa untuk dietnya ini ini iniini jadi glutein, kafein dan apaya glukosa, ya itu terus sayajalankan, ya alhamdulilah adaperkembangannya gitu lho”(SO1-W1, 75-83)“Kalau dia itu kan kebetulandietnya itu ketat ya, jadienggak kalu dia. Asalkandengan pola makanan yangbener-bener ini dia. “Os” punbilang “Os” pun kalau minumsusu yang itu” ( SO1-W1, 252-265)“ Ehh pokoknya yangtidak mengandung glukosa,ehh gula, kemudian susu murnidan olahannya keju dan segalamacem itu dan kemudiantepung terigu”( SO1-W1, 266-272)“Sangat, kalau “Td” iya”“Pernah, jadi seperti apel,apel itu juga enggak bisa dia.Buah itu yang bisa pisang,pisang itu juga enggak bisabanyak, jeruk, semangka bisa,melon juga enggak bisa, ehhterus ini salak itu bisa” (SO1-W1, 273-289)“Warung padang karena dia
111
diet, jadi satu-satunya yangdia boleh makan itu di makengking makan udang”“Iya tapi kan udangnya boleh,tapi gak pake bumbu apa-apa,kan udangnya kan udang galahdisana sama di rumah makanpadang, makan apa “Td””Ayam pop dan udang” (S1-W1, 390-413)“Eh kalau “Os” sih diet itumie”“Spageti, atau dia dariprotein susu ya spageti”“He’eem bahannya tapi dariprotein susu murni juga gakbisa”“Roti bisa tapi enggak bisabanyak”“Susu sapi murni yangbener-bener asli darisapinya” (S2-W1, 1045-1058)“Pernah tapi jarang kalaumie kadang-kadang, seminggusekali itu mungkin lima harisekali”“Pantangan iya tapi enggakdilarang” (S2-W1, 1059-1066)
Pengaruhperilaku autis
terhadapaktivitas
Aktivitas terganggu “Hmm, paling pernah pusingwaktu itu hmm akhirnyaterpaksa satu semester satupernah sakit pusing batuk ituterpaksa ikut ujiannya itu ikutujian susulan, jadi pusing danbatuk tu mengganggu, cukupmengganggu saya dan dapatmempengaruhi konsentrasisaya terhadap ujian” (S2-W1,48-66)“Bisa dia, iya “Td” apa yangdirasakan, kepala saya berat,pusing saya pusing mama. Jadikalau “Td” udah ngomongaduh saya pusing mama, Jadikalau “Td” udah ngomongaduh saya pusing mama, aduh
112
waahh saya udah ini kalau“Td” udah begitu” ( SO1-W1,311-324).“Enggak ada pengaruh cumandia jadi enggak nyaman gitu.Saya juga jadi ketakutan, jadikalau di rumah, ma besuk akuenggak ikut renang. Jadi, hariyang paling menakutkan sayaitu hari jumat, karena apakalau dia harus renang itu gitulho. Saya itu kuatir kadang-kadang, kan enggak mungkinkalau mama aku mau renang,mau ini lho, kan enggakmungkin enggak boleh” (SO1-W1, 350-358).
Waktu istirahatkurang
“Jam sepuluh, main hp duludari pada ngapain”“Tidur ni, kalau filmnya seruya ditonton aja”“ Iya, kalau gak seru ya tiduraja, kalau gak seru” (S1-W1,215-230)“Bangunnya jam setengahtujuh pagi, tidurnya jam duabelas malem paling cepet ya”“Setengah satu itu palinglambat” (S2-W1, 97-109)“Ya biasa Main gitu, maen sihmaen di kos juga, enggak mainke mana-mana”“Main game” (S2-W1, 110-115)
Perilaku tantrum Perilaku hiperaktif “Ya itulah lari-lari ke sana kemari hiperaktifnya ke luar gitulho, hiperaktifnya keluar terus.Saya tadinya juga karena udahlama ya dari usia delapantahun dia kayak gitu kan, dariusia delapan tahun tapi diatadinya ini apa lupa, awalnyasaya kira kesurupan jadienggak kenal jadi lari-lari ginigitu lho tapi ternyata karenamakanannya” (SO1-W1, 290-
113
301)“Iya jadi rasanya dia enggakbisa mengontrol dirinyasendiri. Pernah saya tanyakenapa, katanya iya ma,pusing, dia itu kan enggak bisakontrol dirinya sendiri kan”(SO1-W1, 302-310)
Kondisi emosi “Pusing beberapa saatterus emosi naik labil,cenderung labil” (S2-W1,1067-1070)“Hilang sendiri biasanyabeberapa waktu tapi enggaknyampe sehari, enggak nyampedua belas jam juga enggaknyampe” (S2-W1, 1071-1078)
Kemampuankognitif
Berhitung “ Ya terus kalau dari segipelajaran mungkin adabeberapa yang kecuali sepertibahasa indonesia, kemudianips, ppkn mungkin susah yauntuk dia gitu lho. Tapi, kaloyang seperti ipa, matematika,segala macem itu” (SO1-W1,105-111)
Ingatan yang kuat “Kelebihan tu ya mungkinsaya lebih mudah mengingatjalan nama-nama jalan, jalankondisi ehh nama-nama jalan,kondisi jalan, kondisijalanannya apa baik, rusakatau gimana berkelok-kelok”(R3-W2, 233-241)
Belajar sebelum ujian “Tergantung materinya sihkalau dalam bentuk ujian takehome saya enggak perlu asalsaya udah baca buku tinggal disalin” (S2-W1, 1014-1020)“Iya, bukan sudah inget jugatapi paham, udah inget punudah satu kesatuan yang gakbisa dipisahin, hafal aja tapienggak paham susah” (S2-W1,1021-1024)
Berpikir mencari “ Dibalik keterbatasan
114
solusi kita, kita harus pintar-pintarberpikir bagaimana ehbagaimana kita bisa keluardari permasalahan ini” (S2-W1, 342-348)
Kemampuanberperasaan
positif
Terbuka “Cerita kalau dia suka teleponsuka eh sms gitu kan kelihatanya” (SO1-W1, 662-666)“Pengalaman sehari-hari ya,oh ya tadi eh pengalamansehari-hari biasanya ibu ceritatentang masalah ni, eh ujianini ni, ujian kalau ngeluhmasalah-masalah kuliah, kalaungeluh masalah sikap ketemen, kalau ngeluh masalaheh mata kuliahnya susah apagitu, curhat” (S2-W1, 1176-1186)
Penerimaan diri “Puas sih dibilang puasbanget ya enggak ya, puas yakarena manusia itu mempunyaikeunikan masing-masing buatsaya enggak puas-puas bangettapi cukup puas, sudah puasgitu lah” (S2-W1, 301-309)“Mau enggak mau ya sukaenggak suka di terima, sekolahsama yang lainnya, namanyaya sekolah” (S2-W1, 706-710)“Pokoknya kita selamakita tu bisa menikmatihidup itu kenapa enggak gitujadi Cuma itu berbalik kepribadinya orang masing-masing jadi buat aku sih hidupenggak usah dibikin repot,enggak usah dibikin, enggakusah dibikin pusing pokoknyanikmatin hidup ” (S2-W1, 145-155)
Bersyukur dan merasabahagia
“Saya hikmah itu harusnyakita tu bersyukur karenamungkin masih ada banyakorang lain ya walaupun kita
115
terbatas tapi masih ada oranglain yang jauh lebih dibawahkita jadi hikmahnya itu mampumensyukuri karena masih adaorang itu jauh jauh dibawahkita bahkan lebih parah darisaya banyak kasus-kasusseperti itu” (S2-W1, 352-363)“Mencapai hidup bahagia,kalau hidup itu kadangbahagia kadang enggak tapibahagia tu udah ungkapankesenangan kita dalamberkehidupan tu kita bisa lebihenjoy bisa lebih santai,bahagia lah ” (S2-W1, 1331-1338)“Bahagia sudah , karenacukup bahagia karenakebutuhan saya melebihi sudahdipenuhi yang tidak mamputidak memahami,Alhamdulillahitu juga sudah , bahagia udahpunya tabungan itu bahagia”(S2-W1, 1339-1345)
Menahan diri “Kalau materi mungkintergoda dengan hal-hal yangbaru tapi usahakan konsistendalam hal yang udah di milikisaat ini. saya juga terpikirkalau ganti-ganti barang itupasti ntar repot lagi pasang-pasang nomor telepon apagitu” (S2-W1, 897-907)
Optimis “Ehh untuk berprestasi tuagak susah ya karenaberprestasi itu tergantung dibalik ke pribadinya masing-masing buat “Os” tu misalnya“Os”nya mau berusaha apagitu kan pasti sesuatu yangmustahil itu akan terjadimisalnya eh juara satu apagitu kalau selalu berusaha tapiorang tua akan tetepmenghargaiya apapun
116
juaranya atau apa gitu, tidakmemaksa juga” (S2-W1, 914-928)“Supaya saya tu paham,ngerti ya saya itu bisamelakukan yang penting sayaberusaha gitu” (S2-W1, 644-647)
Perasaan negatif Putus asa “Mengerti, menyadari dia jugasering mengeluh apalagi padamasa puber ini kan” (SO1-W1,648-658)“Dia beberapa kali itumengeluh, mama saya iniautis saya kapan sembuhnya,saya capek jadi autis” (SO1-W1, 659-661)“Dia bilang papa mama akukapan ya autisnya gitu, diatahu aku itu autis aku bedadengan yang lain gitu lho”(SO1-W1, 667-669)“kalau diingatkan supaya bisapunya kepekaan membacasituasi, kadang dia suka nangissedih dan putus asa merasamasih saja belum bisa sepertiorang lain”(SO2-W1, email 1-01)
Ketidakpuasan “Makanya kadang-kadangbulan mei, bulan kemarin kedokter bilang gini. Eh dokter,saya udah bosen deh berobatkesini, kenapa enggak sembuh-sembuh, saya mendinganberobat ke alternative aja yadia bilang begitu” (SO1-W1,670-679)“kalau dari dokter enggaksembuh e dipuskesmas, enggaksembuh e”“Tradisional, murni, alamiyang bagus enggak pake bahankimia” (S1-W1, 52-71)“Pokoknya saya minta kepengobatan tradisional aja,
117
daripada ke dokter males”(S1-W1, 205-209)
Memendam perasaanmarah dan sedih
“Saya gak sedih, karenaditahan” (S1-W1, 361-375)“Dalam hati gitu a pa kalauada temen ini dateng itu temenini dateng, temen kampus apatemen kampus dateng tapidalam hati sebel eh orang sihenggak tahu tapi sebenernyamarah tiba-tiba mungkin itu ”(S2-W1, 390-398)
Kecil hati,menyalahkan diri
sendiri dan merasatidak berguna
“Kalau misalnya saya sayamungkin saya lempeng ataubagaimana saya mungkinemosi karena saya enggak bisaseperti orang lain, orang lainenak udah tinggal ekspresi apaaja bisa langsung bisamungkin sedikit apa jadikadang pengen emosi samatemen gak bisa apa” (S2-W1,377-383)“Eh enggak sih paling inibenda tapi enggak kasar-kasarjuga, dimarahin ibu tapikarena “Os”nya enggakngerti, enggak ngerti ,enggakngerti malah nyalahin dirisendiri akhirnya terluapkanlahitu rasa nyalahin dirisendirinya itu” (S2-W1, 418-428)“saya aduh marah sayaseolah-olah saya itu enggakbisa apa-apa padahalsebenarnya saya itu bisa kataibu saya, tapi sayamenganggap diri itu enggakbisa apa-apa” (S2-W1, 442-445)“Marah sama diri sendiri jadinyalahin diri sendiri karenamerasa enggak bisa gitu, salahpaham disitu” (S2-W1, 451-455)
118
Kepuasanpenampilan fisik
Puas dengan perutkecil dan tidak gemuk
“Ya keren tapi perutnya”“ Enggak, perutnya kecil nih,kecil ni, kecil kan”“Iya, aku enggak senenggemuk” (S1-W1, 29-51)
Puas dengan tinggibadan dan gigi yang
sudah dirawat
“Ya cukup puas, ya karenatinggi secara fisik postur udahsangat tinggi udah enggakperlu menambah tinggi lagi,hehe” (S2-W1, 544-555)“He’ee karena dulu giginyaberantakan, puas akhirnya yasudah perawatan gigi dimajuin, di kawat itu di majuingigi saya, memperbaikirahang”(S2-W1, 556-560)
Harga diri Memperlihatkankelebihannya
“Ohh penalti ya tendang bolagitu, dia misalkan untuk lombabertanding segala macem gitumaunya menang terus, gakmau dia kalau kalah gitu” (S1-W1, 496-501)“Iyaa yang bisa, kalau yanggak bisa banget dia gak mau”(S1-W1, 502-504)
Meminimalisirperbedaaan
“Keterbatasan “Os” paling yakita berusaha mencari jalankeluar apa saja yang solusi-solusi yang ada, berpikirsejenak, menghindari darikeramaian orang, berpikirsejenak bagaimana caranyasupaya saya itu bisa supayatetep tidak kelihatan berbedadengan temen-temen yang laingitu” (S2-W1, 156-166)
Kemampuanpersonality
Mandiri “Nah, iyakan akhirnya sepertiitu, makanya ya udahlah sayaberubah haluan karena untukmemaksimalkan anak itu kanmenurut saya alhamdulilahmaksud saya itu walaupun“Td” itu dirumah sendiri,bagaimana dia tidak akanpernah kelaparan karena diasudah bisa makan masakannya
119
sendiri. Dia bisa makan, diabisa ini, terus dia bisamencuci, dia bisa setrika gitulho” (SO1-W1, 223-234“Kering pake, kering pake yaudah kalau saya enggak adapembantu, anggak ada ini yasilahkan di setrika sendiri dicuci sendiri” (SO1-W1, 242-251)“Eh iya, kalau eh soalnyajagain rumah karena yanglainnya pada pergi kerumahpernah, bersih-bersih nyapu,ngepel pernah, jaga rumah tukalau lagi enggak ada orangsama sekali” (S2-W1, 1241-1252)“Keinginannya sekolah diarkeologi UGM ikut memacukeinginnanya mengasahkemampuan mandirinya, danalhamdulillah ibuberterimakasih pada UGMyang telah membantu “Os”berkembang pesatkemandirinannya, tapimemang pada dasarnya sejakkecil dulu ibu sdhmelatihnya pelan, tapiboomnya justru pada saat diakuliah, subhanallahalhamdulillah! Kalau untukkemampuannnya beradaptasimemang tidak sepesatpengembangankemandiriannya”(SO2-W1,email 1-01)
Tanggung jawab atasdirinya sendiri
“Sampai saat ini saya sudahsenang ya karena apa untukmemang untuk dirinya sendiridia sudah tidak merepotkansaya ya, minimal itu ya” (SO1-W1, 863-871)“Ya kalau saya sih itu ya mbakya, pernah lho kemarin pas
120
puasa, ehh pas lebaran aduhcapek e, pembantu kan enggakada gitu lho, harus masak,banyak tamu ini sayaketiduran. Makanan “Td” lupabangun-bangun udah agaksore gitu, adu mati akumakanan “Td” belum akumasakin, “Td” “Td” “Td” ehhmaaf ya mama belum buatmasakan “Td”, hmm apaan maorang aku udah makan siangbikin nasi goreng” (SO1-W1,976-992)“Iya, makanya kuliah darisemester satu masuk karenakuliah ini sistem mata kuliahberantai yang berlanjut, satukesatuan mau enggak mausaya harus masuk terus karenananti siapa tahu yang buatujian itu di keluarin, karenabiasanya baca buku, fotocopybuku yang dipelajari walaupunpersiapannya enggak banyak”(S2-W1, 1025-1034)“Ya paling ini dua kalienggak masuk, paling dua kalienggak masuk enggak pernahtiga kali, enggak pernah empatkali” (S2-W1, 1035-1044)
Sikap patuh “Oh, iya dia udah mengertijadi maksudnya seperti diamisalkan gini. “Td”, ehkemarinkan sempet kena cacar,“Td” enggak boleh mandikalau mandi boleh tapi enggakboleh pakai sabun pakai detolaja gitu, antiseptik aja udah.Dia enggak mandi kan enggakmau gitu” (SO1-W1, 373-395)“Terus ini nanti habisnyasekali pake langsung ditaruh diini biar virusnya enggakkemana-mana, dia nurut kalauseperti itu gitu lho. Misalkan,
121
“Td” kan batuk enggak bolehmakan gorengan dan enggakbakalan dia makan gorengangitu lho” (SO1-W1, 373-395)“Iya, nurut nurut dia he’ee.“Td” enggak boleh makan es,enggak boleh makan ini iya,karena dia karena kalau sakitdia sendiri yang merasakangitu lho makanya dia nurut.Kalau makan-makanan ituenggak bakalan dia nyuri dibelakang, enggak bakalan,coba dikasih chiki dibelakangsaya atau bagaimana kalau diamau dan enggak bakalan mau”(SO1-W1, 396-411)“Iya soalnya kemarin pas difredofios juga kan temannyapada kalau pintu kebuka kanpada keluar-keluar semua,“Td” sih enggak dia malahenggak keluar sendiri, hehe”(SO1-W1, 522-527)“Enggak di kasih ijin”“Kadang,ngelanggar palingkadang enggak boleh”“Enggak” (S2-W1, 1133-1146)
Sikap disiplin “Eh masalahnya begini lhokadang-kadang ya itulahbedanya ya, kakaknya ituenggak disiplin sebenarnyakakaknya yang salah jadimaksudnya dia kalau pinjemlaptop aku setelah pake itukabel-kabelnya dimasukindisini tapi kakaknya kanenggak kadang-kadang gitulho, pinjem set set set taruhgitu kan”“Ya itu yang enggak sukakalau kakaknya pinjemlaptopnya dia ditungguinsampai selesai”“Sama “Td”, kakaknya kan
122
risih juga kan, udah belum sihaku udah ngantuk, hehe emangsih kadang-kadang kakaknyayang enggak enggak tertib gitulho he’ee” (SO1-W1, 621-647)
Kepercayaanindividual
Beribadah bentukkepercayaan kepada
Tuhan
“Iya, persis terus mamasholat dulu biar Allah sembuhkan ya, kalau adzan kanlangsung dia” (SO1-W1, 519-521)“Iya walaupun mungki telatya, telat maksudnya setelahadzan, kalau pagi telat, selalutelat kalo pagi” (S2-W1, 1326-1330)
Percaya diri “Bisa, iya gitu bisa dia. Oh lesdia les dimana di primagamajuga ikut gitu lho makudnyapede anak ini gitu lho” (SO1-W1, 112-114)“Siapa yang pengen mengubahsikap saya maksudnya ngubahsikap itu tergantung ke sayanya, ibu saya cuma bisamenasehati tapi enggak bisamengubah saya gitu” (S2-W1,509-513)
Tidak percaya diri “Malu” (S1-W1, 96-105)“Kalau di hall enggak seneng”
Usaha keluargauntuk mengatasi
keterbatasan
Memberikankenyamanan
“Gitu saya pikir-pikir anak inistres, saya juga stres akhirnyacari solusinya. Bagaimanasolusi supaya anak ini nyamangitu. Saya nyari sekolah-sekolah inklusi-inklusi itu, yahsaya bilang susah yaa cumanteoritis saja ya” (SO1-W1,137-157)“Iya tapi itu tergantungsekolahnya, yang penting kanlingkungannya, yang pentingdia nyaman” (SO1-W1, 1043-1046)
Memaksimalkankemandirian
“Makanya akhirnya saya mikirsaya seperti ini harusmemaksimalkan kemampuan
123
dia” (SO1-W1, 184-189)“He’ee yang lain, maksudnyamemandirikan anak ini,bagaimana supaya dia bisamandiri gitu lho. Akhirnyasaya pilih fredofios tes nyajuga, seleksi nya juga bisamasuk disana, akhirnya yaudah saya itu aja, jadi berbalikgitu lho” (SO1-W1, 190-194)
Memberikanpemahaman
“Ibu itu sudah jelasinberkali-kali kenapa kamu ituenggak ngerti-ngerti jadiseolah-olah kayak orang tulienggak denger apa-apa gitupadahal ibu bilang enggak tulienggak, kamu enggak bodoh,kamu enggak apa gitu, tapikamu enggak ngerti, kamuenggak berusaha memahamikadang” (S2-W1, 433-441)“Menghiburnya itu ibusaya, ibu saya nenangin diri,nenangin saya gitu supayasaya enggak nyalahin dirisendiri tu dan saya haruspaham, memahami, mengertiperasaan orang lain” (S2-W1,468-480)“Iya ibu walaupun dengannada tegas apa gitu tapiakhirnya, ehh akhirnyasekarang ngerti, enggaklangsung gitu mengajari sayamumpung ibu saya masihhidup kalau ibu sayameninggal siapa yangnasehatin kamu” (S2-W1, 502-508)
Meningkatkankemampuan akademis
“ibu mengambil inisiatif untuktetap bertahan di SD Al Azharkarena kebetulan sekolahnyapagi, sedangkan sore hari ibubawa untuk bimbinganremedialnya ke SLB, denganharapan guru2 SLB tentu akan
124
lebih mampu memahami anak2berkebutuhan khususdibanding guru2 di sekolahreguler, dan tak jauh daridugaan memang bimbinganremedial oleh guru2 SLB bisamembantu “Os” memahamidan menyerap pelajaran lebihbanyak dibanding dengankemampuannya ketika belajardi sekolah, kombinasi ini cukupmembawa banyak perubahanapalagi ibu memang jugaselalu melibatkan diri untukmengajari nya di rumahdengan berbekal obrolan2santai ibu dengan guru2disekolah maupun terapiswicara dan pembimbing2nyadi SLB, ibu tidak mau hanyamengandalkan mereka semua,karena pikir ibu justru ibulahyang paling banyak waktubersama “Os” dibandingmereka, jadi ibu selaluberusaha mengisi waktu ibudirmah untuk menerapkansemua teori dari tempat terapi,sekolah maupunpembimbingnya di SLB untukibu praktekkan dirumah, duluwaktu “Os” mulai belajarmatematika ibu harus cari akaluntuk bisa membantunyamemahami”(SO2-W1, email 1-01)“seperti ketika “Os” kesulitanbelajar pecahan bilangan, ibumendapat masukan dariterapisnya bahwa “Os” itulebih mampu memahamibanyak hal yang riil dan dapatdilihat, sangat tidak mampumemahami hal yg abstrak,berangkat dari info itu ibumulai coba2 dengan
125
mengajarinya pecahan melaluibuah dan makanankesukaannya yg ibubelah2/potong sesuai jumlahbilangan pecahan yang sedangdiajarkan, begitu jg ketika“Os” belajar tentang ukuran,ibu sampai membelikannyatimbangan bebek(timbanganpasar), mengukur air dengantabung takaran, sendoktakaran dan membawanyamenyusuri jalan keluar kota ,menunjukkan patok2 penunjukjarak tempuh sambilmenghitung waktu tempuh,pergi ke bank hanya untukmencari uang2 receh yang sdhtak ada lagi dipasaran untukmengajarinya tentang nilaiuang sekaligus mengajarinyacara melakukan transaksimenggunakan uang danmembedakannya dengan caraberbarter , tapi yg paling sulitsewaktu ibu membantunyabe;lajar memahami pelajaranbahasa Indonesia terutamaketika belajar peribahasa, diaselalu tidak bisa konsentrasiketika membaca peribahasa,sibuk tertawa-tawa geli dantidak bisa memperhatikan apayg ibu sampaikan, dan selalumengulang ulang peribahasayang menurutnya paling lucu,dia sangat suka peribahasa"bagai membeli kucing dalamkarung", sampai sekarangkata2 itu masih bisamembuatnya tertawa gelikarena yg dia bayangkan adaorang membeli karung dankebingungan karena karung ygdibelinya itu bergerak gerak,ya itulah kesulitan anak autis,
126
pemahaman katanya sangatterbatas, untunglah denganbertambahnya usia “Os” sdhbisa mengalami perkembanganpesat sampai bs sepertisekarang”(SO2-W1, email 01-01)“Dulu pernah tapi enggakfanatik-fanatik banget Cumauntuk persiapan untukpemantapan supaya enggakremedial walaupun hasilnya yasedikit walaupun enggak ini-inibanget ya kecuali les privat,saya les privat dengan bantuanguru-guru, akhirnya saya bisales privat dengan syaratgurunya kalau di sekolah tidakboleh, tidak boleh mengikutiles dengan guru yangmengajar gitu harus beda guruitu di usahain sama ibu saya”(S2-W1, 970-982)
Mengenalkan padaberbagai lingkungan
baru
“Mengenai pertanyaan Viatadi tentang sekolah apayang membantunya bisaseperti anak lain sebayanya?,ibu pikir bukan hanya sekolahtapi juga semua pihak yangterlibat dalam penanganannya,tapi yang paling utamatentunya adalah keluarganyasendiri, dan juga lingkungantetangga maupun lingkungantempat “Os” ibu beripengetahuan tambahan(lesrenang, les musik, les vocaldlsb), semakin banyak ibumembawanya masukkelingkungan yang berbeda ,teman2 yg berbeda, guru2 ygberbeda, tentu itu jadi satuterapi yang tak ada teorinyauntuk perkembanganpengetahuan dan kemampuan“Os” berinteraksi dan
127
bersosialisasi”(SO2-W1,email 1-01)
Mencarikanpendidikan yang
terbaik
“Beberapa waktu kemudiankarena jarang informasi padatahun 1990, walau ada terapiapa, usaha cari sekolah-sekolah gitu, cari sekolahregular itu, cari tempat yangpas untuk saya walaupun sayaterbatas seperti ini itu tetepusaha mati-matian nyariterbaik buat saya pendidikan”(S2-W1, 662-669
Dukungan yangdiperoleh
Dari pihak sekolah “Jadi alhamdulilah kitasekeluarga ini kan, eh anakkita ini kan hee kalau difredofios kan ada kayakgethring-gethring gitu yakegiatan bareng orang tuakegiatan yang bersama-samagitu, jadi mereka anak-anak itutu tidak sendiri gitu lho merekapunya orang tua dalamkeadaan seperti iu merekatidak sendiri” (SO1-W1, 587-595)
Dukungan darikeluarga
“Hanya menyarankan gitu trusdukungannya itu support apasaja ehh proposal pokoknyamendukung juga proposalskripsi apalah sesuai denganminat dan kemampuan pustakayang ada gitu dan ya itudukungannya, salah satubentuk dukungan itu” (S2-W1,595-601)“Ya supportnya pokoknyagimana caranya supaya “Os”tu enggak putus asa, yapokoknya usaha gak apa-apaudah usaha nilai jelek atau apaenggak apa-apa, dihargaiapapun hasilnya asal adausaha dan berdoa udah” (S2-W1, 602-609)“Dukungan itu jelas
128
karena, ehh karena saya dilingkungan normal, mauenggak mau saya harus dibekali oleh ibu saya atau siapaehh bapak saya supaya ketikadua-dua nya meninggal sayabisa, saya bisa apa yaistilahnya saya mampu, mauehh saya mampu beradaptasi,mampu berhubungan denganorang lain dengan baik jadisekarang di beri cara pelan-pelan itu maksudnya” (S2-W1,627-643)
Keamanan Memerlukanpengawasan secara
fisik
“Sebenarnya kalau tidakada kejangnya saya merasaaman ya mbak ya tapi kalauada kejangnya ini saya itu,heee”“Eh,hee iya kawatir,kalauenggak ada kejangnya amanmbak, orang kalau ke mallmisalkan kita makan itu mamaaku mau ke kamar mandi itusendiri dia” (SO1-W1, 412-425)“Iya, sendiri dia kalau pesenmakanan atau bagaimana, maaku pengen ehh, ini nasi putih,dia kan suka nasi putih yangdicetak gitu ya dia itu suka, ohiya pesennya disana gitu bisa.Cuma pas ke kamar mandi itukita ikutin gitu, he’ee” ( SO1-W1, 426-445)“Iya, tapi sejak kejang itukita bawa ke mall itu jugaenggak berani gitu ya. Ya,enggak apa enggak sepertidulu gitu” ( SO1-W1, 426-445)“Enggak, belum yaalhamdulilah selama ini sihbelum pernah habis renangterus dia ada kejadian gitu sihenggak. Tapi, semoga jangan
129
gitu ya, cuman saya aja yangjadi gitu ya saya mintapengawasan lebih lah sama“Td” gitu ya, kalau pusing“Td” enggak usah renang”(SO1-W1, 364-372)
Pengawasanpsikologis
“Ya gitulah saya selalu bilang,saya selalu bilang sama budewi kan nanti kalau ada guru-guru yang magang tolongdikasih tahu kalau enggak maudiganggu , enggak mauditelepon, enggak mau di smsjangan ngasih nomor telepondengan “Td” gitu lhomaksudnya” (SO1-W1, 721-727)
Hubungandengan lawan
jenis
Ketertarikan dalammenunjukkan
perasaan
“He’ee lagi zamannya ya,lagi masanya gitu” (SO1-W1,690-699)“Pernah waktu SMP kelasdua itu temen sekelas, tinggi,ehh tingginya sama. Awalnyadia masih single ternyata udahpunya cowok tapi baru ajaputus ternyata, beberapawaktu kemudian udah tahukalau putus gitu” (S2-W1,804-811)“Iya suka, kalau ketemu foto,kalau ketemu minta fotoberdua” (SO1-W1, 700-706)“Ya nembak, tapi akhirnyaenggak jadi, jadinya karen diaudah punya pacar gitu”“Berani sampai temen-temen nyorak-nyorak, temensekelas tu waktu SMP” (S2-W1, 812-817)
Berhubungan sekedaruntuk urusan
akademik
“Perempuan, ehperempuan sih kalau konteksnya temen sih oke, temenkuliah karena bisa lebih di,kalau perempuan buat saya sihlebih bisa di percaya, misalnyaini menginformasikan sesuatu
130
misalnya tugas atau misalnyaapa tugas-tugas dibandinglaki-laki, karena laki-lakibiasanya apa lebih cuek samatugas, jadi saya tu lebih,perempuan tu lebih mudahbuat saya untuk manfaatkanuntuk misalnya itu formatnyatugas apa” (S2-W1, 723-735)“Enggak ada sih biasa lah,semuanya tetep teman tapihubungannya biasa” (S2-W1,736-739)“Iya, perempuan tu Cumalebih, eh lebih bisa di percayamasalah seperti itu”(S2-W1,740-742)
Perlakuan lawan jenisterhadap subjek
“Iya kalau laras itu mahasiswayang magang disana, yamungkin sama “Td” kan, yamemang saya lihat kalauketemu kadang-kadang sukameluk, suka ini jadikan diamerasa seperti itu kan?”(SO1-W1, 707-720)
Menyadari penolakandari lawan jenis
“Enggak, kalau masalah itusih enggak tapi ya kalau diaautis ya pas dia naksir cewekitu tadi, karena di tolak kanselalu ditolak” (SO1-W1, 820-827)“Oh enggak, enggak karenakan ternyata mbak laras ituudah punya pacar, ternyata initu udah punya suami” (SO1-W1, 828-836)“Ya itu aja tapi kalaukehidupan sehari-harinyaenggak ya, ya pas itu tadigiliran pas dia naksir cewekdan segala macem dia merasadia itu beda gitu lho” (SO1-W1, 798-803)
Tanggapannegatif darilingkungan
Penolakan guruterhadap kondisi
akademik
“Ya udah di SMP gurunyamulai udah enggak nyaman,lingkungannya udah enggak
131
bisa nerima dia”“Gurunya itu ada yangmengerti ada yang tidak, kanbeda dengan SD. Kalau SDkan gurunya cuman satu walikelas kan paling guru agamakan gitu, tiga lah paling. Tapi,kalau SMP kan enggak satumata kuliah dan tidak semuaguru kan bisa menerima”(SO1-W1, 115-129)“Yang ibu ingin sampaikanadalah “Os” masuk di sekolahreguler itu bukan karena ibuga tahu diri atau ga nau'inkekurangan anaknya,melainkan karenna tidak adapilihan lain, karena sewaktuibu memutuskan untukmemasukkan “Os” ke SLB danSLB borderline dua2nyamenolak dan berpendapatbahwa “Os” akan mampubersekolah di sekolah reguler,tapi sewaktu di SD ke;as 1sampai kelas 3 kemampuannyabetul2 makin tiarap, makinsering menerima keluhan dariguru2nya, karena merekakecewa “Os” tak mampumenyerap pelajaran ygdiberikan” (SO2-W1, email 1-01)
Sering dijadikanobyek di lingkungan
tempat tinggal
“Karena jadi objek dia, jadidia bener-bener gak suka gitu,jadi kalau disini gak pernahjalan-jalan, gak pernah keluargitu, karena ya itu tadi jadiobyek orang-orang disinimereka itu enggak tahu autisitu apa” (S1-W1, 427-432)
Dianggap anak idiot “sewaktu KKN kemarensempat banyak mengeluhkarena kan teman2 KKN nyaini kan bukan teman di kosanatau teman
132
sejurusan/sefakultas yg sdhpasti tidak bisa memahamiperilaku anehnya dan malahbeberapa justrumemperlakukannnya sebagaianak idiot yg tidak mengertiapa2,menyedihkan memang tapimau gimana lagi?”(SO2-W1,email 1-01)“Ya itu aja tapi kalaukehidupan sehari-harinyaenggak ya, ya pas itu tadigiliran pas dia naksir cewekdan segala macem dia merasadia itu beda gitu lho” (SO1-W1, 798-803)
Pengaruhlingkungan
terhadapperkembangan
Perubahan pola pikir “Inklusi yang mana lagi, orangsetiap kita nyari informasi,tetep aja di lempar sana dilempar sini, jadi mereka tidakterima juga gitu lho he’ee.Akhirnya saya coba kefredofios, eh eh pola pikir sayajadi berubah ya pola pikir sayajadi berubah begini anak inisuruh belajar ipa, suruhbelajar matematika, suruhbelajar ini terus mau untuk apagitu kan untuk apa” (SO1-W1,158-165)
Adaptasi lingkungankerja
“Tapi yang harus dikondisikan itu adalahlingkungan kerjanya gitu lho,itu yang harus di kondisikandulu. Memang anak autis itulebih nyaman kalaudilingkungan sendiri gitu ya”“Lingkungan sendiri misal,saya punya catering atau apadia kerja dengan saya dan itulebih aman, tenang gitu lholebih aman tapi kan susah yatergantung anak juga gitu lho”(SO1-W1, 936-950)
Pengaruh komunitas “Saya mampu berkonsentrasi
133
kecil terhadapkonsentrasi
ketika ehh saya baik jikakondisi-kondisi di situasitempat sepi, eh bukan enggakada orang sama sekali tapiorangnya sedikit ehh enggakterlalu banyak tapi enggakterlalu sedikit jadi ya medium-medium gitu saya misalnyadikelas. Di kelas nih diarkeologi tu di angkatan sayacuma dua puluh orang”“ Nah dua puluh orangmenurut saya di kelas kuliahitu ya medium lah tapimenengah cenderungmenengah ke bawah kelasnyajadi saya lebih mudahberkonsentrasi, jadi dosenlebih mudah gampangmengenalinya dan suara dosenitu lebih kedengaran jelasgitu” (S2-W1, 310-328)
Pengaruh padaperilaku adaptasi
“yang ke empat bisa adaptasi,cepat adapasi situasi yangenggak pernah kita, cepetadaptasi tu udah senengbanget itu,” (S2-W1, 1355-1362)“Barang kali belumparameter tadi belum,terutama tadi masalahpertemanan maupun merekasih tidak ngapa-ngapain saya,Cuma saya yang agak sulitdeketin mereka gitu, tapi udahsetengah jalan gitulah Hmmlupa, hehe” (S2-W1, 1363-1365)“Mengenai perilaku memangsampai saat ini, masih jadi peer besar untuk ibu karena“Os” masih saja sukamenyendiri, msih seringmerasa tak nyaman berkumpuldengan teman2nya kecualiteman yg benaS2 bisa
134
memahami” (SO2-W1, email1-01)
Kepeduliansosial
Empati “Iya disiplin terus dia turasa empatinnya yaitu luarbiasa dari pada yang lain”(SO1-W1, 446-458)
Sikap perhatian saatkeluarga sakit
“Iya empatinya ya, terutamapas saya sakit gitu. Dia itu duh“Td” mama sakit, loh mamakenapa, mama sakit terus diaakan pengumuman samasaudaranya, kakak mama sakitini mama mau apa, maudibikinin teh anget ya, ini iniini, dia seperti itu seperti apayang saya lakukan sama diagitu lho misalan dia sakit”“Iya, terus kalau misalkansaya sakit gitu dia paling yangecek masuk kamar, mamagimana mama sakit ya, iya gituyang bikin saya apa ya sayangsama dia gitu makanya rasaempati dia bagus dia” (SO1-W1, 459-480)“Iya, itu menurut saya lhoya yang saya rasakanterutama kalau saya sakit,kalau saya ini gitu dia sepertiitu, kalau saudaranya sakitatau bagaimana juga begitudia, mama kakak sakit ini iniini nanti masuk di giniin(tangannya ditempelkan dijidat)gitu lho ya, ya seperti apa yangsaya lakukan sama dia, sepertiitu dia, ma aku ini ya kamujangan ini ya ini ya gitu. Samasaya juga begitu nantisetengah jam satu jam, dia kanpunya kamar sendiri nanti diamasuk kamar saya, ma masihsakit ya masih ini. ya enggakngerti apa itu membeo atauapa ya tapi kan minimal diaudah ada rasa ya dia dateng
135
gitu” (SO1-W1, 481-500)“Iya jadi seperti itu, he’ eesaya misalkan kan kalomisalkan dia sakit saya itu kanmisalkan ayo “Td” kita berdoayuk, misalkan sholat kan ayo“Td” sholat dulu minta samaAllah ya minta sama Allahbuat disembuhkan, lha nah diaitu gitu lho maksudnya” (SO1-W1, 508-518)
Berdoa untuk temanyang sakit
“Kalau terhadap temen-temennya saya enggak tahu yacuman dia itu misalkan adayang sakit siapapun lah diadenger kabar sakit, ayo kitaberdoa sama-sama, kita ini”(SO1-W1, 501-507)
Pandangan anakautis terhadap
lingkungan
Lebih nyaman beradadi komunitas kecil
“Iya kalau yang menurutsaya yang biasa itu kankelompok kecil tapi bukan yasaya semua temen itu ya temenwalaupun enggak ada geng-geng an apa apalagi pokoknyakelompok temennya yang anakkuantitas sedikit, bukantemennya sedikit ya kalautemen yang kenal baik sedikitsupaya saya lebih gampanguntuk ngobrol-ngobrol” (S2-W1, 179-189)
Kesulitan ngobroldengan teman yang
berbeda minat
“Iya mungkin kalau samatemen satu jurusan sedikit yakesulitan” (S2-W1, 190-193)“Tiba-tiba topik yangdiomongin itu yang enggaksuka atau topik yang kurangkita minati gitu karena kanperbedaan minat itu wajartetapi karena “Os” si karenabelum bisa menerima seratuspersen kan gitu jadimenganggap topik udah bedaahh menyingkir gitu, cumansebentar habis itu nyingkir”
136
(S2-W1, 215-232)Menyadari diterima
oleh lingkunganadalah hal penting
“Ya lihat orang, lihatorang sikapnya bagaimana,sikap ini karena orang normaljadi mau gak mau saya harusngikutin mereka gitu, itukannorma kesopanan apa itu tusebagian dari normakesopanan jadi kalau sayamelanggar saya enggakditerima sama temen-temen. ”(S2-W1, 288-296)“Kalau melanggar normanorma, norma kesopanan,kalau ngulang-ngulang gitukan melanggar ya orang jadibosen gitu” (S2-W1,297-300)
Terdapat teman yangperilakunya tidak baik
“Enggak sih, iya enggaksampe meng ini-ini banget ya,karena kelakuan temen arkeotu ada beberapa sebagian yangamburadul”“Ya mungkin apa, misalnyaada yang minum-minum gitu,minum bir pas acarapelepasan gitu. Padahalpernah dapet di kasih tahutemen katanya ada salah satusenior yang suka minum, adabeberapa yang gitu jadi ituyang bikin terkadang tu hatitu” (S2-W1, 514-527)
Menjalin pershabatandengan teman yang
memiliki minat yangsama
“Cowok-cowoknya ni satujurusan suka bola sebagianya tapi kalau disini mungkinada satu temen yang enggaksuka bola juga jadi istilahnyasaya gampang bersosialisasikarena dia sama-sama enggaksuka apa ya”“Iya, enggak suka ngikutinbola, enggak suka ngikutin apatapi kalau lagu misalnyawalaupun beda alirannya tapisama-sama lagu ada cukupnyambung jadi bisa lebih
137
enak” (S2-W1, 194-209)“Gini gini Gini, gitu kok, adatemen beda jurusan, sayamenilai ini kok temennya koslebih enak itu” (S2-W1, 536-543)
Peluangmemperolehketerampilandan informasi
baru
Informasi pengobatantradisional dari
televisi
“ Weh bisa, saya pernah lihatdi TV kok, di TV bisa” (S1-W1, 210-214)
Informasi olahragadari majalah
“Subjek pertama mendapatkaninformasi dari majalah Kalaupulang, kalau habis sekolahmampir sebentar ke kios korankemarin, mampir”“Saya beli majalah bola” (S1-W1, 522-530)
Mendapatkanketerampilan kegiatan
sehari-hari darisekolah
“ Iya, mencuci juga kan,disana diajarin juga, setrikajuga di ajarin.kadang-kadang,dia maunya kalau pakai bajudisukai ya dipakai terus ya?”(SO1-W1, 235-241)“Oh iya tahu, he’ee udah tahukan disekolahan juga udah diajarin” (SO1-W1,993-997)
Memperolehketerampilan bermain
biola dari les
“Diajari, belajar, ikut, inisiatifikut, pengen les, minta dibeliinbiola belajar sama temen-temen maksudnya ada gurunyagitu” (S2-W1, 260-264)
Mengakses informasidari internet
“Enggak kalau majalah, kansekarang ada berita online jadiseneng berita online” (S2-W1,955-966)“He’ee jadi selalu updatekayak kompas.com apa gitudetik news” (S2-W1, 967-969)
Keterampilanyang dimiliki
Memilikiketerampilan
berenang
“Dia jago mbak”“He’ee nyelem juga bisa, diasukanya nyelem malahan”(SO1-W1, 359-363)
Memilikiketerampilan
memasak
“Masak”“Nasi goreng sama telor”“Terus bikin apa lagi?eee,
138
apalagi yang kemarin itu?bikinkue tahu ya?”“He’e iya”“Terus bikin apa
lagi?pancake ya?”“Iya”
“Terus sop bisa gak?”“Iya bisa” (S1-W1, 287-303)
“Jadi apa yang harus dialakukan, telornya segalamacem. Dia kalau dirumah diakalau mau masak, kita enggakboleh ikut jadi harus dia, mulaingupas bumbu, ehh nggilingbumbu, tumis semuanya dia”(SO1-W1, 998-1006)
Memilikiketerampilan bermain
biola
“Kalau musik biola tapisekarang sedang vakum dulusebentar”(S2-W1, 247-250)“Alat musik yang menarikyang gitu, alat musik yangmenarik yang punya ciri khastersendiri yang beda denganpiano mungkin ya banyakorang main piano apa gitu.Piano gitar itu udah banyakpasti” (S2-W1, 265-275)
Peluangmengembangkan
keterampilan
Skill center ataumagang
“jadi kemarin pas dirapat sayajuga mengusulkan bagaimanakalau di skill center itu ee kanselama ini untuk magang ituanak cuman satu minggu ituCuma satu hari”“Belum, dan enam hari itusekolah terus sayamengusulkan bagaimana kalauanak ini tu yang udah besar-besar itu enggak usah sekolahlagi, maksud saya kalaumagang, magang aja supayaanak itu enggak bingung”(SO1-W1, 876-889)“Tapi kalau untuk kedepannyasaya mengharapkan sama skillcenter ini gitu lho” (SO1-W1,872-875)
139
“Iya lha ini baru baru dibicarakan kemarin karenauntuk tahun depan pertemuanautis itu kita mengharapkansudah ada skill center” ( SO1-W1, 951-954)
Mendapat tawaranmagang
“sekarang ini ada di busukinah itu kemarin jugamenawarkan seperti ini jadiapa namanya kayakpercetakan, fotocopi ada yangini, ada ada yang menawarkangitu lho” (SO1-W1, 926-935)“Kemarin juga ada yangmenawarkan kalu “Td”tertarik, ini ada kue ini dijualuntuk anak-anak autis, oh iyananti bisa dibikin gitu lhoseperti itu dia jugamenawarkan” (SO1-W1,1020-1027)“Hehehehe, iya disitu he’eeharapan saya itu jadi yaminimal itu ada juga yangngeluarin pabrik roti ya”(SO1-W1, 1036-1042
memiliki rasa ingintahu yang besar
dengan mengikutiberbagai les
“Keterampilan, ehh darimana ya, les-les gitu yamungkin rasa ingin tahu, rasaingin tahu, rasa ingin tahusama nanyananya ini gimana,ini les nya ngadain apa aja nikegiatannya apa aja ni, gitubanyak” (S2-W1, 938-954)
Gambaran masadepan
penyandangautis
Bekerja dan cepatmendapatkan uang
“Aku maunya di pabrikkerupuk aja”“Pabrik kerupuk, aku maunyajualan”“Iya, ehh puter nanti soresaya balik, minggu istirahat”(S1-W1, 537-550)“Nah, kemudian misalkanuntuk untuk ya khususnyauntuk anak saya yang sudahmata duitan ya” (SO1-W1,890-893)
140
“Hehe, jadi jadi udah harusdikasih pengertian bahwakalau dengan bekerja kamuakan mendapatkan uang dandia tahu, dia mau jualankerupuk karena nanti dapatuang gitu” (SO1-W1, 894-899)
Keinginan menjadiarkeolog
“Awalnya karena pengenmasuk arkeologi, pengennyaya jadi arkeolog lah” (S2-W1,1290-1299)
Menjadi dosen agardapat memperbaiki
komunikasi
“Tapi ada entah kenapa suatuhari mungkin berubah lagipengen jadi dosen karena adangeliat dosen senior tu waktumengajar ngajarnya enak,jelas mudah di pahami tu, ituyang bikin terinspirasi karenamenyampaikan materi kemahasiswa gitu, memperbaikikemampuan secara komunikasijuga, saya juga jadi dosenkomunikasinya harus bagus”(S2-W1, 1300-1303)
Pengharapanmasa depan
Dapat masuk sekolahmemasak agarmenjadi chef
“Ya itu harapannya saya, diabisa mengembangkanmaksudnya untuk kedepannyaitu, e ada misalnya sekolahuntuk yang bisa, kalau dibilangchef terlalu tinggi ya” (SO1-W1, 1007-1019)
Hidup mandiri “Hal yang ingin di capai itu“Os” mandiri karena denganmandiri walaupun orang tuasudah meninggal tapi biarenggak nyusahin apa” (S2-W1, 1311-1318)
Sekolah ke luar negeri “Pengennya sih jauh ke luarnegeri”“Belanda nyari beasiswaentar” (S2-W1, 1304-1310)
Melanjutkanpendidikan setinggi-
tingginya
“kalau terjadi apa-apa, yangkedua lulus, bisa lulus SO1,syukur-syukur bisa kuliah diSO2, doktor di S3 gitu” (S2-
141
W1, 1319-1321)Membanggakan
orangtua“ itu harapan juga yang ketigapengen dibanggain tetepenggak ngecewain di keluargaterutama orang tua, karenaorang tua udah usahain susahpayah gimanapun juga,usahain apa-apa buat sayagitu” (S2-W1, 1322-1325)
Dapat nilai bagus danditerima dilingkungan
“Parameter kebahagiaan ituuntuk mahasiswa seperti sayanilainya, enggak ngulang matakuliah parameternya, yangpertama enggak ngulang matakuliah, yang ke dua bisa diterima di pergaulan baik temenmaupun kampus kakakangkatan, yang ke tiga bisanyenengin orang tua” (S2-W1,1346-1354)
Kepuasanfinansial
Semua fasilitas yangdinginkan terpenuhi
““Td” pengen apa?kalau TVkan ada ya, “Td” suka TV?”“Iya”“Oh terus sepatu ada ya?”
“Iya”“Terus apa lagi yang buatsekolah ada semua kan?”“Iya”“TV punya kan?”
“He’e”“Handphone punya?”“Iya, laptop juga iya”“Suka laptop juga kan?semuakan?”“Iya, PS iya” “Udah semua”(S1-W1, 445-475)
Fasilitis kuliahterpenuhi
“Eh cukup, pas jadi enggakterlalu kurang, tapi berlebihjuga enggak tapi taraf yangcukup”“Iya itu pas malah lebih daripas”“ barapa ya Dapat satu ehhsatu” (S2-W1, 857-868)“Eh kalau yang ehhiya kalau yang Penting -
142
penting iya bisa tapi kadangjuga patungan di tambahinpatungan”(S2-W1, 873-880)“Handphone, modem, laptop,”( S2-W1, 881-887)“Iya, bisa beli alat tulisatau apa, buku kuliah sudahada, bisa fotocopy bisa apalahpokoknya buat kuliah penting-penting” (S2-W1, 908-913)“Cukup terpenuhi ya karenauntuk disini ya karena selamatinggal orang tua sudahmencukupi uang” (S2-W1,1366-1370)
PandanganSubjek tentangkualitas hidup
Sudut pandangkesehatan fisik
“Iya cukup baik,parameternya ya apa,kesehatan udah, paling dulupernah sakit tapi sekarangudah enggak sakit, ehparameternya jarang sakit”(S2-W1, 1371-1377)
Sudut pandangkeuangan
“Yang ke dua biaya hidupnyasudah cukup, udah lebih daricukup, biaya hidupnya dariorang tua, eh apalagi ya, yadua itu parameter utama”(S2-W1, 1378-1381)
Sifat autis yangmasih melekat
Tidak dapatmembedakan sifat
seseorang
“Enggak, enggak bisa dia,bagi dia itu semua orang baik,enggak ada orang enggak baik,semua orang baik” (SO1-W1,850-854)
Hanya mementingkankepentingannya
sendiri
“Ya itu karena kan “Td”enggak tahu waktu, enggaktahu ini gitu lho maksudnya,he’ee enggak tahukepentingan, enggak tahutempat yang dia tahu hanyakebutuhannya sendiri, orangkadang-kadang sama kepalasekolahnya sendiri samagurunya juga jam sepuluhmalem dia juga nelpon”“Iya, ehhehehehhee pernahwaktu itu saya anfal dirumah
143
gitu ya enggak ngerti sakit itu,malam itu sakit jam dua belasmalam dan dia langsungtelepon gurunya, pak agung inimama sakit gimana ya, aduhhehhehe, di teleponin gitu lhosemua gurunya, kan gurunyajadi bingung juga gitu lho, yadia tu gitu gitu lho, hehe(tertawa)”(SO1-W1, 728-755)
Perilaku mengulang “Kekurangannya mungkinkalau ngomong gitu terkadangsuka diulang-ulang sampekadang tu bikin orang kesel”(S2-W1, 276-281)“Kadang sama ibu tu sukaberantem karena ngomongnyasering di ulang-ulang terusatau enggak terlalu yangmasalah sebenernya sepeletapi di gede-gedein gitu sukagede-gede in masalah. Ya duaitu kekurangan yang sedangsaya perbaiki” (S2-W1, 282-285)
Pengaruhpendidikan
terhadapkehidupan
Pendidikan akademisSarana untuk
membanggakan orangtua
“Kalau mungkin bagi orangtua iya karena parameternyaitu sampai jenjang pendidikantinggi, jadi udah sampai ituudah semua, masuk UMPTNitu pokoknya parameternya ituyang penting udah sampaijenjang pendidikannya itu”(S2-W1, 1253-1263)
Mengembangkanwawasan yang
dimiliki
“Penting karena denganpendidikan itu kita terusberilmu tapi ilmu juga enggakcukup”“Sikap apa wawasan itu jugaperlu, pendidikan karenamenurut saya kaya SO2 S3berarti kan makinmemperdalam kan makin,makin menyempit materi danmakin tantangannya makinbesar”(S2-W1, 1264-1274)
144
Pendidikan sekolahkhusus
Mengembangkan hobimenjadi keterampilan
yang bermanfaat
“He’eee makanya “Td”dengan warungnya, kansekarang di fredofios kansetiap hari selasa gitu kan adawarung kita gitu lho.” (SO1-W1, 955-961)
145
6. Dinamika Psikologis Subjek Pertama
Sebagai penyandang autis, subjek memiliki kondisi kesehatan fisik
yang tidak begitu baik, disebabkan sejak berumur 16 tahun subjek
menunjukkan gejala penyakit lain berupa demam tinggi dan step yang
setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut subjek menderita kejang-
kejang. Oleh karena itu subjek memerlukan bantuan medis untuk
menunjang aktivitasnya sehari-hari berupa pengobatan yang teratur dengan
mengkonsumsi obat-obatan dua kali sehari dan melakukan perawatan
syaraf satu bulan sekali. Sebagai upaya meminimalisir perilaku autisme
dengan mengontrol perilaku hiperaktif subjek melakukan diet ketat.
Sebelum subjek masuk ke sekolah lanjutan khusus autis, subjek
pernah duduk di sekolah reguler sampai kelas dua SMP dan orang tua
subjek memutuskan mencari sekolah yang sesuai dikarenakan pada
lingkungan normal tidak dapat bertoleransi atas keterlambatan akademis
yang dialami subjek dan lingkungan tempat tinggal tidak menerima subjek
sebagai penyandang autis.
Kehidupan sebagai penyandang autis memberikan dampak
psikologis tersendiri dalam diri subjek, yang mencakup dampak positif dan
negatif. Dampak positif dari diri subjek sebagai seorang penyandang autis,
yaitu subjek lebih memiliki kemandirian yang tinggi, dapat bertanggung
jawab atas dirinya sendiri. Dampak psikologis yang positif dapat dirasakan
oleh subjek karena adanya dukungan sosial dari keluarga. Dampak
psikologis positif pun tidak akan dapat dirasakan oleh subjek apabila pihak
146
keluarga tidak memberikan dukungan berupa usaha penyembuhan untuk
meminimalkan keadaan autisnya dan memaksimalkan segala kelebihan
yang dimiliki subjek.
Dampak negatif sebagai penyandang autis yang dirasakan oleh
subjek, yaitu perasaan putus asa saat mengetahui bahwa dirinya sebagai
penyandang autis. Subjek menyadari pada masa puberitas dimana subjek
memiliki rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. Subjek benar-benar
menyadari bahwa dirinya memiliki perbedaan dengan lingkungan
disekitarnya saat subjek mendapatkan penolakan dari lawan jenis yang
disukai dan subjek sering mengeluhkan hal seperti itu dengan orangtuanya
menyampaikan bahwa subjek merasa lelah dengan keterbatasan yang
dimiliki. Sampai saat sedang memeriksakan diri di dokter Subjek
mengeluhkan kepada dokter yang menanganinya bahwa subjek merasa
capek karena autisnya dan mempertanyakan kapan subjek sembuh dari
autis dan tidak lagi menjadi berbeda dengan lingkungannya khususnya
dengan teman lawan jenis subjek. Semua dampak negatif yang dialami
subjek membuat orang tua subjek melakukan suatu upaya atau tindakan
untuk dapat mengurangi perasaan negatif tersebut, di antaranya
memaksimalkan kemampuan lain yang dimiliki subjek. Keterampilan yang
dapat menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup subjek,
seperti keterampilan yang dimiliki yaitu dapat memasak dan memiliki
banyak kesempatan untuk mengembangkan bakat yang subjek miliki.
Salah satu peluang mengembangkan bakat subjek adalah adanya skill
147
center yang merupakan program kemandirian di sekolah, dimana subjek
dikenalkan pada dunia pekerjaan.
Sikap enggan subjek keluar rumah dan berbaur dengan lingkungan
masyarakat yang tidak menerima keadaan subjek, tidak membuat rasa
kepedulian yang tinggi pada keluarga berkurang. Subjek merupakan
individu yang menunjukkan kepedulian terhadap keluarga yang sedang
sakit, walaupun perilaku empatinya meniru apa yang dilakukan orang tua
subjek saat subjek mengalami kondisi yang sama. Subjek memiliki cara
tersendiri untuk membuat kenyamanan pada dirinya sendiri dengan lebih
senang melakukan kegiatan dirumah yang tidak melibatkan orang lain
seperti menonton televisi, bermain play station dan bermain game internet
di laptop. Selain kenyamanan yang diperoleh dari barang yang di sukainya,
subjek mendapatkan kenyamanan dari dalam diri dengan rajin beribadah
dan berdoa saat sedang sakit ataupun teman dan keluarganya yang sedang
sakit.
Perilaku subjek diatas dapat menunjukkan bagaimana kelebihan
yang dimiliki dan keterbatasan sebagai seorang penyandang autistik dalam
menjalani kehidupan dapat saling melengkapi walaupun kualitas hidup
subjek belum mencukupi disebabkan belum adanya pemahaman secara
keseluruhan.
Dinamika psikologis pada subjek pertama dijelaskan dalam gambar
dibawah ini:
149
Dinamika Psikologis Subjek Kedua
Subjek kedua merupakan penyandang autis berusia 22 tahun, anak ketiga
dari tiga bersaudara. Diketahui sebagai penyandang autis saat duduk di kelas tiga
sekolah dasar, namun sebelum didignosa autistik orang tua subjek sudah
mengetahui ada yang berbeda dikarenakan hasil tes laboratorium yang
menyatakan bahwa terjadi pengapuran dan kerusakan di beberapa pusat syaraf.
Sejak saat itu subjek melakukan beberapa terapi untuk menunjang
perkembangannya, terutama untuk mengatasi masalah keterlambatan bidang
akademis.
Sebagai penyandang autis, subjek menunjukkan kondisi fisik yang sudah
baik, dikarenakan subjek sudah tidak membutuhkan bantuan medis seperti obat-
obatan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama karena sudah
diberhentikan oleh dokter yang menangani, tetapi subjek masih melakukan diet
yang berpengaruh pada kestabilan emosi dan yang berpengaruh pada rasa pusing.
Latar belakang pendidikan subjek sebelum masuk ke Universitas Gajah
Mada, subjek selalu masuk di sekolah reguler dengan bantuan remidial dari
tenaga pengajar sekolah luar biasa dan melalui bimbingan Ibu subjek, dimana Ibu
subjek ikut belajar dan mentransfer ilmu dari terapis-terapis subjek untuk
mengajarkan sendiri dirumah. Oleh karena itu orangtua khususnya Ibu merupakan
orang yang paling berperan dalam memberikan pemahaman tentang berbagai
pelajaran dengan cara-cara yang dapat dimengerti oleh subjek.
Kehidupan sebagai penyandang autis memberikan dampak psikologis
tersendiri dalam diri subjek, yang mencakup dampak positif dan negatif. Dampak
150
positif dari diri subjek sebagai seorang penyandang autis, yaitu subjek memiliki
keterampilan lain yang dapat diasah, dapat berpikir positif, baik dalam
kemandiriannya, mengerti dan menyadari atas keterbatasan yang dimilikinya.
Subjek memiliki sikap optimisme dan mau selalu belajar memahami sekelilingnya
agar dapat diterima didalam lingkungan bermasyarakat, mau berusaha untuk
keluar dari keterbatasan yang dimiliki dengan membuka wawasan dan mau
menyesuaikan dengan lingkungan normal serta semangat untuk berhasil dalam
akademik untuk pencapaian karirnya. Dampak psikologis positif dapat dirasakan
oleh subjek karena adanya dukungan yang besar dari pihak keluarga, diri sendiri
maupun lingkungan. Dampak positif oleh subjek tidak dapat dirasakan oleh
subjek, apabila keluarga tidak mengupayakan berbagai cara untuk memberikan
penanganan secara dini, pendidikan yang tepat untuk menggali kemampuan
subjek, baik kemampuan akademik maupun kemampuan yang menunjang
bakatnya dan membekali subjek dengan nasihat yang dapat subjek terapkan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Dampak negatif sebagai penyandang autistik yang dirasakan oleh subjek
yaitu merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, dimana masa-
masa sulit yang dirasakan subjek dalam beradaptasi adalah saat tahun-tahun ajaran
baru. Selain itu, subjek merasa berbeda dari teman-teman sebayanya, sulit
mengekspresikan perasaan dan memahami orang lain, terkadang muncul perasaan
sedih serta diabaikan dilingkungan sosial. Semua dampak negatif yang dialami,
membuat subjek melakukan suatu upaya atau tindakan untuk dapat mengatasi dan
mengalihkan perasaan negatif tersebut. Diantaranya dengan mendekatkan diri
151
kepada Allah dengan rajin beribadah dan berdoa, mengasah rasa empati dan
memahami lingkungan sekitar serta selalu berusaha melakukan berbagai cara
dengan meminta nasihat dan pendapat dari saudara untuk masuk dan diterima
dalam lingkungan sosial. Rasa optimisme yang tinggi terhadap masa depan dan
keinginan untuk menyelesaikan kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang paling tinggi. Adanya usaha penerimaan diri terhadap keterbatasan membuat
subjek merasa bersyukur dan mengambil hikmah dari setiap keterbatasannya
untuk selalu berusaha bahagia.
Dinamika psikologis pada subjek kedua dijelaskan dalam gambar dibawah
ini:
153
D. Pembahasan
Penyandang autis memiliki gangguan ketidakmampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain, gangguan bahasa yang ditunjukkan dengan
penguasaan yang tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya
aktivitas bermain repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan
keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam
lingkungannya. Kanner (dalam Safaria, 2005). Oleh karena itu, individu
autistik sering dipandang memiliki dunia sendiri, perilaku tersebut dapat
dirubah dengan dukungan penuh dari pihak keluarga untuk memberikan
terapi yang tepat dan mengalihkan perilaku autistiknya ke kegiatan yang
dapat mengembangkan potensinya.
Secara umum dikarenakan gangguan yang dialami penyandang
autis menjalani kehidupannya dengan berbagai keterbatasan yang
memberikan pengaruh dalam memaknai kualitas hidupnya. Sikap
lingkungan masyarakat yang seringkali menganggap remeh seorang
penyandang autis menambah sekat sosialisasi para penyandang autis
terhadap lingkungan. Pada umumnya penyandang autis hanya dapat
menggantungkan dirinya kepada keluarga dikarenakan
ketidakmampuannya dalam menyelesaikan tugas.
Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh tingkat kualitas
hidup yang berbeda pada masing-masing subjek. setelah menjabarkan
temuan penelitian berupa tema-tema ke dalam sub kategori dan kategori
154
maka selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai kualitas hidup pada
penyandang autis.
Berdasarkan data yang diperoleh, Dua Subjek menjalani kehidupan
sebagai penyandang autis. Kehidupan seperti layaknya orang normal dan
perilaku yang dapat diterima didalam lingkungan bermasyarakat
merupakan keterbatasan yang paling mendominasi seorang penyandang
autis, dimana penerimaan lingkungan sosial adalah salah satu aspek yang
menunjukkan kualitas hidup positif seseorang. Hal ini sesuai pendapat
Raphael (dalam Renwick dkk, 1996) menyatakan bahwa kualitas hidup
berfokus pada adanya perhatian langsung pada lingkungan yang ada pada
masyarakat serta karakteristik individu seperti sikap, kepercayaan, dan
perilaku.
Berdasarkan karakteristik autisme, ciri khas penyandang autis
adalah kelemahan dalam berkomunikasi, seperti yang terjadi pada kedua
Subjek dimana gejala pertama yang terlihat adalah keterlambatan berbicara
dan walaupun sudah dapat berkomunikasi secara verbal, kedua Subjek
terkadang masih kesulitan dalam pemahaman kata-kata dan sering tidak
nyambung dalam komunikasi dengan orang lain yang berpengaruh
terhadap pola interaksi kepada individu lain, apalagi pada Subjek pertama
yang sering menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan. Hal itu sesuai dengan Paul (dalam Davison, 2004) yang
menunjukkan bahwa kelemahan komunikasi dapat menjadi penyebab
kelemahan sosial pada anak-anak dengan autisme dan bukan sebaliknya.
155
Hubungan kausal tersebut diperkuat oleh sering munculnya perilaku afeksi
dan bergantung yang spontan pada anak-anak tersebut setelah mereka
dilatih untuk berbicara, meskipun demikian, sekalipun mereka telah belajar
berbicara, orang-orang dengan autisme sering kali kurang memiliki
spontanitas verbal dan jarang berekspresi secara verbal serta penggunaan
bahasa mereka tidak selalu tepat. Hal ini juga selaras dengan Subjek
kedua, yaitu merasa kesulitan dalam keinginan menunjukkan ekspresi
perasaan melalui ekspresi wajah dan merasa memiliki ekspresi muka
lempeng yang sering memicu kekesalan subjek karena menjadi individu
yang berbeda dengan orang normal.
Masalah lain yang sering kali menghambat pembelajaran anak-
anak dengan autisme adalah selektivitas mereka yang berlebihan dalam
mengarahkan perhatian, bila perhatian si anak terfokus pada suatu aspek
tertentu dalam suatu tugas atau situasi, maka muatan lain, termasuk yang
memiliki relevansi dapat diabaikan sama sekali (Lovaas dkk, 1971). Hal
tersebut sesuai dengan keadaan kedua subjek. Pada subjek pertama
menunjukkan ketertarikan pada suatu hal akan terlihat saat akan membeli
sesuatu atau yang berkaitan dengan barang elektroniknya, subjek akan
menanyakan hal-hal yang sangat detail kepada penjualnya hingga sering
kali penjualnya tidak dapat menjawab pertanyaan subjek. Sama halnya
dengan subjek pertama, bahwa Subjek kedua juga sangat antusias jika
sesuatu terkait dengan minatnya maka subjek akan mengulang-ulang
perkataannya sampai sering kali menimbulkan konflik dengan orang tua
156
yang menginginkan subjek kedua menghilangkan kebiasaannya, tetapi jika
tiba-tiba ada teman dalam komunitas yang mengobrol tentang hal yang
bukan minatnya maka subjek akan menarik diri dari komunitas tersebut
dan hal itu merupakan suatu yang dapat menghambat subjek dalam
beradaptasi di lingkungan baru.
Pendidikan menjadi sangat penting bagi penyandang autis, dimana
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki dapat terasah dan berkembang
akibat pendidikan yang sesuai dengan masing-masing anak bisa juga
berupa terapi yang tepat. Menurut penelitian yang dilakukan Wahl,
Rustoen, Hanestad, Lerdal, dan Moum (2004) menemukan bahwa kualitas
hidup individu akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat
pendidikan yang didapatkan oleh individu tersebut. Sesuai dengan keadaan
Subjek kedua dimana subjek telah menempuh pendidikan sampai jenjang
Universitas. Berbeda dengan subjek kedua, pada subjek pertama terakhir
mendapatkan pendidikan akademis saat duduk di kelas dua SMP dan
melanjutkan pendidikan di sekolah khusus autisme (Priyatna, 2010)
menyatakan bahwa tidak seperti disekolah pada umumnya, tipe sekolah
khusus autis mempunyai kurikulum pendidikan yang berbeda. Dimana di
sekolah ini lebih menekankan pada pengembangan keahlian dalam
berkomunikasi dan kompetensi sosial.
Dampak positif sebagai penyandang autis yang dirasakan, yaitu
pada subjek pertama memiliki sikap empati yang tinggi terhadap
kesusahan yang dialami oleh keluarga dan teman-teman dilingkungan
157
tertentu berupa perhatian, sikap khawatir akan keadaan keluarga dan selalu
mendoakan jika ada keluarga yang sakit. Hal ini merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup individu menurut Ghozally
(dalam Larasati, 2005) antara lain mengenali diri sendiri, adaptasi,
merasakan penderitaan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap
optimis, mengembangkan sikap empati. Selanjutnya, pada subjek kedua
menunjukkan sikap berusaha beradaptasi, sikap optimis dalam menatap
masa depan walaupun dengan keterbatasan yang subjek sadari. Kedua
subjek penyandang autis ini menyadari perbedaan yang mereka miliki
dengan orang lain, menyadari keterbatasan yang ada pada diri mereka.
Oleh karena itu kedua subjek cukup mengenali diri sendiri walaupun
dengan cara yang berbeda.
Kualitas hidup seseorang erat kaitannya dengan gambaran
kehidupan individual. Menurut O’Connor (1993) faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup adalah standard referensi seseorang seperti
harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara individu sendiri
dengan orang lain. Sama halnya pada dua Subjek yang memiliki perasaan
peka terhadap persamaan dengan individu lain, dimana mereka menyadari
sebagai seorang penyandang autis memiliki sedikit persamaan dan merasa
lebih berbeda dengan teman sebaya maupun orang di lingkungan subjek.
Level aspirasi yang rendah akan membuat kita tidak dapat meningkatkan
performa sekaligus tidak dapat meraih kepuasan diri. Hal ini serupa
dengan kedua subjek yang masih sering kali merasa sedih dan putus asa
158
saat lingkungan memperlakukan mereka sebagai orang yang berbeda
dengan lingkungan normal.
Seseorang dengan harapan yang tinggi akan memiliki energi lebih
untuk memotivasi diri berperan aktif dalam penyelesaian masalah, dan
terus berkembang (Bluvoldan Marilyn, 2004). Pada subjek kedua yang
sejak awal berada di lingkungan pendidikan reguler, sudah cukup ditempa
dengan konsekuensi dapat mengejar keterlambatan perilaku maupun
akademik, dengan demikian subjek kedua memiliki cita-cita yang
merupakan hasil pemikiran dari pengalaman sebelumnya dan memiliki
pengharapan yang tinggi akan hidupnya, subjek kedua ini memiliki
harapan untuk menjadi seorang arkeolog atau seorang dosen dimana
membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik, ingin melanjutkan
pendidikan setinggi-tingginya dan dapat hidup mandiri serta diterima
dilingkungan dimana subjek berada. Subjek dapat memiliki harapan
tersebut karena motivasi yang besar dari pihak keluarga terutama ibu yang
telah bersusah payah mengupayakan pendidikan yang terbaik bagi subjek
dan menanamkan sikap positif dan motivasi dari diri sendiri yang sangat
kuat untuk menyesuaikan dengan lingkungan normal, bersikap adaptif
dengan diri sendiri dan memiliki kemauan yang besar untuk hidup normal.
Berbeda dengan subjek kedua yang memiliki harapan dan motivasi dari
dalam dirinya, justru pada subjek pertama yang memiliki harapan tentang
masa depan adalah orangtua, karena pada subjek pertama belum dapat
memahami dan berpikir sendiri mencari solusi atas masalah yang sedang
159
dialami berupa keterbatasannya sebagai penyandang autis. Oleh karena itu
subjek pertama hanya menjalani apa yang diusahakan oleh orangtua untuk
mengasah bakat yang dimiliki menjadi peluang untuk membuka masa
depan subjek pertama. Kedua Subjek masing-masing memiliki dampak
psikologis positif dan negatif. Memiliki usaha yang berbeda dalam
mengatasi permasalahan dan keterbatasan yang dimiliki dengan dukungan
dari keluarga.
Subjek kedua lebih dapat mengambil hikmah dari permasalahan
yang ada dan terus belajar untuk dapat diterima di lingkungan masyarakat.
Berbagai studi pemantauan yang memfokuskan pada individu
autistik yang tidak mengalami retardasi mental dan memiliki
keberfungsian tinggi mengidentifikasikan bahwa sebagian besar tidak
membutuhkan perawatan dirumah penampungan dan beberapa diantaranya
mampu belajar di perguruan tinggi dan membiayai diri sendiri dengan
bekerja Yirmiya & Sigman (dalam Davison, 2004). Namun, banyak orang
dewasa dengan autisme yang mampu berfungsi secara mandiri tetap
menunjukkan hendaya dalam hubungan sosial (Howlin, Mawhood, &
Rutter 2001). Hal tersebut sesuai dengan keadaan kedua subjek
penyandang autis, dimana pada subjek pertama memiliki orientasi dalam
menghasilkan uang dan memiliki peluang untuk bekerja. Pada subjek
kedua, dimana penyandang autis ini sedang menempuh pendidikan
disebuah Universitas dan memiliki harapan untuk melanjutkan pendidikan
setinggi-tingginya dan menjadi seorang arkeolog ataupun dosen.
160
Pendidikan yang menjadi salah satu faktor terpenting yang
mempengaruhi kualitas hidup penyandang autis terdapat peran yang besar
dari orangtua, dimana pendidikan yang diberikan pada orangtua lebih
bermanfaat bagi anak daripada penanganan berbasis klinik atau rumah
sakit. Orangtua hadir dalam berbagai situasi yang berbeda dan waktu yang
lebih panjang dengan anak autis sehingga dapat membantu anak-anak
menggeneralisasikan manfaat yang mereka peroleh. Koegel dan para
koleganya (1982) menunjukkan bahwa 25 hingga 30 jam pelatihan bagi
orangtua sama efektifnya dengan 200 jam penanganan langsung di klinik
dalam memperbaiki perilaku anak-anak autistik.
Sebagai remaja penyandang autisme, dimana kedua subjek dalam
ketidakmampuannya melakukan segala hal ini orangtua yang melakukan
berbagai usaha untuk memaksimalkan segala potensi penyandang autis
agar dapat menjalani kehidupan secara baik dalam berbagai aspek.
Menurut Pandawa (2011) pada dasarnya sikap over protective ibu muncul
karena rasa sayang dan khawatir berlebihan terhadap anak. Tapi justru
sikap yang berlebihan ini akan memberikan dampak yang kurang baik bagi
anak, seperti tidak bisa mandiri, tidak punya rasa tanggungjawab, anak jadi
egois, tidak bisa menerima kritik, dan tidak percaya diri. Sama halnya
dengan subjek pertama, dimana subjek pertama tidak suka berbaur dengan
lingkungan tempat tinggal, itu disebabkan prioritas orangtua subjek lebih
menekankan pada kenyamanan dan kemandirian subjek yang menjadikan
subjek tidak mengasah rasa percaya diri dalam berbaur dilingkungan
161
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan latar belakang kesehatan, tingkat
keparahan autisme, dan penolakan dari lingkungan normal, selain sebagai
penyandang autis subjek juga mengalami kejang-kejang yang cukup
membuat ibu subjek trauma karena pernah jatuh dari motor karena subjek
tiba-tiba kejang saat dibonceng ibunya. Berbeda dengan subjek pertama.
Subjek kedua mengalami kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan baru
dan penolakan dari pihak tertentu dikarenakan keterlambatan akademik,
namun orangtua subjek berusaha meningkatkan kemampuan subjek
dengan segala macam cara dan selalu menanamkan sikap unuk selalu
berusaha memahami lingkungan normal.
Sebagai seorang remaja penyandang autis banyak hal positif yang
telah dilakukan kedua subjek untuk meningkatkan kualitas hidup. Kualitas
hidup pada masa dewasa penyandang autis dapat diprediksikan, antara
lain: optimalisasi minat dan bakat para penyandang autis sejak dini agar
pada masa dewasa menjadi individu yang bermanfaat untuk diri sendiri
dan orang banyak, dalam lingkungan penyandang autis harus berusaha
berbaur dengan lingkungan karena tidak selamanya dapat bergantung pada
orangtua.
Jika penyandang autis ingin memiliki quality of life yang baik,
maka perlu ditempuh upaya-upaya yang sebagian besar telah dilakukan
kedua subjek, sebagai berikut: dari dalam diri penyandang autis sendiri,
yaitu motivasi dan sikap positif yang harus selalu ditanamkan untuk
menghindarkan dari sifat putus asa dan kecil hati dalam menghadapi
162
ketidakmampuan dalam berbagai aspek kehidupan dan optimis dalam
mengembangkan potensi untuk masa depan penyandang autis. kemudian
dari lingkungan penyandang autis diharapkan memahami kondisi dan ikut
membantu para penyandang autis untuk berbaur dengan lingkungan.
Secara umum, dinamika temuan dalam penelitian ini dijelaskan
dalam gambar dibawah ini:
164
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis data pada penelitian ini, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa kualitas hidup tergantung pada cara memandang kehidupan
dan cara lingkungan menanggapi penyandang autis memiliki pengaruh pagi
penyandang autis untuk menentukan kualitas hidupnya, diantaranya kesehatan
fisik, psikologis, hubungan sosial, lingkungan, dan spiritual.
Dilihat dari kedua subjek ini terdapat dampak positif dan negatif yang
dapat mencerminkan kualitas hidup yang baik. Untuk mendapatkan kualitas hidup
yang baik dengan penelitian ini menggabungkan sisi positif dari kedua subjek,
yaitu: memiliki kepedulian dan rasa empati terhadap keluarga dan teman tertentu
yang sedang sakit, rasa percaya diri, adaptif terhadap diri sendiri, dapat berpikir
positif dan memiliki usaha yang keras untuk memahami lingkungan. Fokus
orangtua untuk meminimalisir ketidakmampuan penyandang autis dengan
berbagai cara, antara lain: pengobatan yang teratur dan memaksimalkan potensi
yang dimiliki pada masing-masing anak. Pada kedua subjek memiliki sisi spiritual
yang baik, namun saat beranjak remaja spiritual lebih mewarnai kualitas hidup
subjek pertama walaupun sisi spiritual tidak terlihat eksplisit, namun berperan
penting dalam menumbuhkan aspek psikologis dan hubungan sosial.
Dampak negatif sebagai penyandang autis yang dirasakan subjek, yaitu
merasakan putus asa karena merasa diperlakukan berbeda dilingkungan sosial,
165
merasa sedih saat merasa berbeda dengan orang normal, merasa memiliki
keterbatasan dalam melakukan hal tertentu. Dan untuk subjek pertama merasa
tidak puas dengan pengobatan secara medis karena merasa tidak dapat sembuh.
Dari kedua subjek menunjukkan terdapat perbedaan karakteristik kualitas
hidup, terdapat 4 aspek yang mempengaruhi kualitas hidup, para subjek memiliki
aspek kualitas hidup yang dominan berbeda pada masing-masing subjek
dikarenakan latar belakang pendidikan yang berbeda. dari kedua subjek, yang
semua aspek mewakili apa yang terjadi dan yang sedang diusahakan untuk
menggambarkan kualitas hidup lebih baik, yaitu subjek kedua, dimana dalam
kesehatan dan psikologis sudah cukup baik dan dapat memaknai hidupnya untuk
selalu bahagia, aspek lingkungan pun sebagian besar dapat mendukung kondisi
subjek, kemudian pada aspek hubungan sosial subjek menyadari dan berusaha
untuk dapat lebih diterima dalam lingkungan sosial. Jadi kedua subjek memiliki
kemampuan dalam meningkatkan kualitas hidup dengan tingkatan yang berbeda
dan sudut pandang yang berbeda. dimana kualitas hidup subjek kedua lebih
mencukupi.
Dalam penelitian ini ditemukan aspek baru, yaitu spiritual dimana aspek
ini menumbuhkan aspek psikologis dan sosial dan berpengaruh dalam pola asuh
keluarga subjek dalam menumbuhkan kualitas hidup yang baik.
166
B. Saran
Berdasarkan proses dan hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa
saran yang relevan kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi subjek
Bagi subjek diharapkan melakukan aktivitas yang dapat
mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan minat masing-
masing subjek. Seperti pada subjek pertama dengan memgembangkan potensi
memasak dan pada subjek kedua dapat mulai bermain musik, mengasah
keterampilan dalam bermain alat musik lainnya dan mengembangkan potensi
akademik yang dimiliki.
2. Bagi keluarga dan masyarakat
Keluarga merupakan pihak yang terpenting untuk memberikan
pengobatan dan memaksimalkan kemampuan subjek, teman, dan masyarakat
sehingga masing-masing subjek dapat diterima dan dipahami dilingkungan
masyarakat dan tidak merasa di kucilkan karena dilahirkan sebagai penyandang
autis.
3. Bagi penyandang autis
Bagi penyandang autis dengan berbagai kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki diharapkan dapat lebih menerima keadaannya, tetapi dengan tetap
selalu berusaha memperbaiki kondisi diri dan dan mengembangkan potensi
yang dimilikinya untuk menjalani kehidupan dengan positif walaupun sebagai
167
penyandang autis sekaligus. Ikutilah berbagai pengobatan untuk
meminimalisasi perilaku autis dan mentaati diet. Selain itu, berusaha membuka
diri untuk masuk kedalam lingkungan normal sedikit demi sedikit dan jangan
pernah puus asa untuk berusaha terus belajar memahami sesama, berdoa, dan
tetap mensyukuri kehidupan walaupun menjadi penyandang autis karena
kondisi tersebut merupakan anugerah dari Allah dan masih ada hikmah dari
keterbatasan yang dirasakan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Setelah mendapatkan jawaban dari penelitian ini, ditemukan aspek baru
yang berperan penting dalam kualitas hidup penyandang autisme, yaitu
spiritual. Oleh karena itu, peneliti mengajukan saran kepada peneliti
selanjutnya, yaitu diharapkan agar dapat meneliti variabel spiritual lebih lanjut,
karena spiritual bisa menjadi aspek penting dalam dalam membangun kualitas
hidup yang baik. Penelitian kualitas hidup penyandang autis ini semoga dapat
dijadikan suatu pedoman bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
171
Lampiran 1
Koding: S1-W1
A. Identitas Subjek
Nama subjek : “Td”
Usia : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Jenis pekerjaan : Siswa sekolah lanjutan khusus autis
Alamat : jalan Sunan Ampel 161A, Jaban, Sleman.
B. Waktu dan Lokasi Wawancara
Tanggal Wawancara : 7 Desember 2011
Waktu Wawancara : Pukul 16.15 – 16.45 WIB
Lokasi Wawancara : Rumah subjek di Jalan Sunan Ampel, Sleman.
C. Keterangan
IE : Interviewee
IR : Interviewer
172
Baris Uraian Tema1
5
10
15
20
25
30
35
40
45
IR : “Hmm Kamu, mau mbak via mau tanyayaa?”
IE : “Diam (mengangguk)”IR : “Oh ya nama lengkap kamu siapa?”IE : “Malu e”IR : “Nama lengkap kok”IE : “Darmayu Pratyakso atau Nyipratno
panggilnya nunung”IR : “Siapa tadi? Harmayo”IE : “Darmayo Pratyakso”IR : “Oh Darmayo Pratyakso”IE : “Kalo Nyipratno panggilannya nunung”IR : “Nama lengkap kamu?”IE : “Iya kamu, kalau nunung tuNyiprayetno”IR : “Itu nunung siapa?”IE : “Nyi prayetno atau nunung”IR : “Itu siapa?”IE : “Pelawak”IR : “Oh pelawak”IE : “Tau nunung enggak?”IR : “Tau”IE : “Nyi prayetno”IR : “Kalau nama lengkap kamu?”IE : “Darmayu pratyekso”IR : “Tapi kok bisa di panggil todi?”IE : “Kalau nunung tu nama asli”IR : “Kalau kamu kok?”IE : “Enggak apa-apa”IR : “Oh iya, kalau kamu seneng enggak sama
penampilan fisik eh jasmani kamusekarang?”
IE : “Ehh”IR : “ Tinggi badan kamu, rambut kamu udah
puas belum?”IE : “Belum, enggak puas e, opick itu enggak
keren kan perutnya”IR : “Kalau kamu keren enggak?”IE : “Ya keren tapi perutnya”IR : “berarti kamu udah seneng ya?udah
seneng? enggak kayak opick?”IE : “ Enggak, perutnya kecil nih, kecil ni,
kecil kan”IR : “Iya, berarti udah seneng kan kamu?”IE : “Udah”
Pembukaan(W1, 1-7)
Saat ditanya tidaknyambung(S1-W1, 8- 28)
Puas denganpenampilan fisik(S1-W1, 29-51)
173
50
55
60
65
70
75
80
85
90
IR : “Kamu seneng enggak gemuk?”IE : “Iya, aku enggak seneng gemuk”IR : “Kalau gemuk jalannya susah ya?”IE : “Iya ni”IR : “ Kalau badan kamu kan enak ya buat
jalan?”IE : “Iya”IR : “Kamu sering capek enggak?”IE : “Eh tau kimia enggak?”IR : “Tau”IE : “obat kimia tu enggak sembuh e
dipuskesmas, enggak sembuh e”IR : “Sembuhnya pake obat apa?”IE : “Tradisional, murni, alami yang bagus
enggak pake bahan kimia”IR : “Misalnya apa?minyak kayu putih?”IE : “Bukan obat tradisional”IR : “Kamu seneng ya pake obattradisional?”IE : “Iya, daripada obat kimia rumah sakit”IR : “kenapa?”IE : “Yang di rumah sakit, itu ada bahan
kimianya e”IR : “Jadi sembuh enggak?”IE : “ Jadi, kalau obat dari kimia itu enggak
bisa sembuh e, enggak bisa”IR : “Tapi kamu seneng?”IE : “Belum pernah e, belum pernah e”IR : “Kamu sering capek enggak?kalau
sekolah, pergi gitu?”IE : “Enggak, aku di rumah”IR : “Dirumah istirahat ya?kamu liburan mau
ke mana?”IE : “Di rumah aja, aku takut e”IR : “Kamu sering liburan enggak kalau libur?
pergi kemana gitu?”IE : “Ke rumah”IR : “Kalau liburan pernah enggak pergi sama
mama papa?”IE : “(Diam)”IR : “Kamu enggak seneng liburan?”IE : “Seneng sih tapi di rumah aja”IR : “Pernah liburan enggak kamu?”IE : “Pernah”IR : “Kemana?”IE : “Ke jember ke jawa barat ke pengobatan
Suka obat tradisionaldaripada obat dokter(S1-W1, 52-71)
Merasa nyaman didalam rumah (S1-W1, 72-85)
Ingin sekali kepengobatantradisional(S1-W1, 86-90)
Suka mengunjungi
174
95
100
105
110
115
120
125
130
135
tradisional”IR : “ Liburannya kemana aja? Ke Jember
terus?”IE : “Bandung”IR : “Ngapain aja kamu disana?”IE : “Ke tempatnya jarum cokelat”IR : “Kamu merasa percaya diri enggak?”IE : “Eh kenapa?”IR : “Kamu merasa percaya diri enggak?malu-
malu enggak?”IE : “Malu”IR : “Kalau di depan orang gitu kamu malu
enggak?”IE : “Iya”IR : “Kenapa?”IE : “Enggak tahu”IR : “ Ada enggak kamu kalau kamu
kesulitan ada yang mbantuingitu?yang sering bantuin kamu siapa?”
IE : “Bantuin nyiram”IR : “Nyiram apa?”IE : “Tanaman”IR : “Siapa? kamu?”IE : “Aku enggak pernah bantuin”IR : “ Kalau orang yang suka bantuin kamu
siapa? Kalau kamu ngapain enggakbisa yang bantuin kamu siapa?”
IE : “Enggak tahu”IR : “Oh yang sering bantuin mama ya?”IE : “Enggak pernah”IR : “Enggak pernah?”IE : “Iya”IR : “Kalau kamu sedih gitu yang hibursiapa?”IE : “Hibur?”IR : “Yang nghibur kamu biar kamuketawa?”IE : “Anu eh almarhum, almarhum pelawak
saya”IR : “Menghibur kamu nya gimana? Kamu biar
bisa ketawanya gimana?”IE : “Ketawa sambil itu nonton ku sebut
namamu, tau ku sebut namamuenggak?”
IR : “Siapa itu kamu?siapa? siapa?”IE : “Ehh”
produk iklan(S1-W1, 91-95)
Tdpemalu
(S1-W1, 96-105)
Tidak sukamembantu (S1-W1,106-113)
Merasa terhibur saatmenonton idolanya(S1-W1, 114-133)
Tidak suka tanaman(S1-W1, 134-143)
175
140
145
150
155
160
165
170
175
180
IR : “Kamu siapa yang ngasih semangat?”IE : “Yang ngasih semangat itu siapa?”IR : “Iya kalau kamu lagi males sekolah itu
yang ngasih semangat siapa?mama”IE : “Males apa?”IR : “Ya males sekolah atau males ngapain”IE : “Males pertanian”IR : “Pertanian ngapain?bunga?”IE : “Iya males pertanian”IR : “ Eh apa, kamu secara umum itu
kesehatannya gimana? kamu sehatgak?”
IE : “Sehat”IE2 : “Terus?”IE : “Baik”IE2 : “Suka sakit apa?”IE : “Itu pusing”IE2 : “Pusing?”IE : “He’e”IR : “Terus kegiatan kamu akhir-akhir ini
apa?”IE : “Main dirumah”IR : “Terus?”IE : “Main hp dirumah, komputer iya, PS iya,
nontonTV iya”
IE2 : “Kalau nonton TV, nontonnya apa?”IE : “Cuma satu MNC TV ma”IE2 : “Iya, apa yang ditonton?sukanya nonton
apa? nonton kuis atau nonton apa?”IE : “Kuis,”IE2 : “Kuis apa yang ditonton?”IE : “Deal or no deal”IR : “He’e”IE2 : “Terus?”IE : “Udah itu aja ma”IE2 : “Kenapa suka nonton itu?”IE : “Karna aku mau ke jakarta untuk main”IE2 : “Kenapa kok pengen main?”IE : “Iya karna aku pengen main soalnya”IE2 : “Biar apa?”IE : “Biar dapet uang banyak”IE2 : “Terus uangnya untuk apa?”IE : “Untuk beli, untuk beli anu, untuk beli
elektronik saya”IE2 : “Emang kalau dapet uang banyak mau
Kondisi saat ini sehat(S1-W1, 144-149)
Penyakit yang seringdialami adalah pusing(S1-W1, 150-153)
Senang main mediaelektronik(S1-W1, 154-159)
Suka menonton acaraMNC TV(S1-W1, 160-169)
Alasan sukamenonton kuis (S1-W1, 170-175)
Konsumtif padabarang elektronik(S1-W1, 176-191)
176
185
190
195
200
205
210
215
220
225
untuk beli apa?”IE : “Anu, laptop”IE2 : “Lho kan udah punya?”IE : “Bukan begitu, nanti kalau rusak saya
beli lagi saja”IE2 : “Terus beli apa lagi?”IE : “Beli pulsa, beli pulsa iya, hmm”IR : “Terus beli apa lagi?”IE : “Hmm”IE2 : “Beli apa lagi?pulsa, laptop terus beli apa
lagi?”IE : “Hmm, pulsa, laptop”IE2 : “Udah?”IE : “Kalau Ipad saya enggak berani”IR : “Kenapa?”IE : “Kan uangnya banyak e soalnya”IE2 : “Hmm, Kalau Ipad mahal”IR : “Oh mahal iya, terus kalau kamu sakit apa
pusing gitu mengganggu aktivitaskamu gak?”
IE : “Iya ganggu”IR : “Kenapa?apa alasannya?”IE : “Anu”IE2 : “Kalau udah pusing itu kejang mbak”IR : “Ohh iyaa,”IE : “Pokoknya saya minta ke pengobatan
tradisional aja, daripada ke doktermales”
IR : “Kenapa ?”IE : “Diobati”IE2 : “ Kan diobati, kalau di pengobatan
tradisional kan gak bisa nyembuhinpusing”
IE : “ Weh bisa, saya pernah lihat di TVkok, di TV bisa”
IR : “Kalau kamu istirahatnya cukupenggak?”IE : “Iya cukup, eehh”IE2 : “Tidurnya jam berapa kamu coba?”IE : “Kalau filmnya seru”IE2 : “Tidurnya jam berapa kalau malem?”IE : “Jam sepuluh, main hp dulu dari pada
ngapain”IE2 : “Terus kalau siang jam berapa?”IE : “Siang gak tau”IE2 : “Kok gak tau, berarti gak pernah tidur
Mengerti barang yangmahal (RI-W1, 192-196)
Pusingmengakibatkankejang (S1-W1, 197-204)
Tidak puas denganpengobatan dokter(S1-W1, 205-209)
Sumber informasiutama adalah televisi(S1-W1, 210-214)
Istirahat tergantungacara televisi (S1-W1, 215-230)
177
230
235
240
245
250
255
260
265
270
275
ni”IE : “Tidur ni, kalau filmnya seru ya ditonton
aja”IE2 : “gak tidur siang?”IE : “ Iya, kalau gak seru ya tidur aja, kalau
gak seru”IR : “Ohh”IE : “Karna soalnya saya suka sama MNC TV
daripada”IR : “Kalau seru itu gimana kamu?”IE : “Contohnya almarhum Hendra cipta,terus
almarhum basuki, eh jangan dinkmaaf”
IE2 : “Film yang disukai apa?Hidayahmu ya?”IE : “Enggak”IE2 : “Apa?”IE : “Cerita siang sama layar kemilau”IR : “ Hmm”IE : “Terus nanti kalau ada konser saya beli
kaosnya aja daripada daripada yanglain”
IR : “Kenapa?”IE : “MNC TV MNC”IE2 : “Kalau, kalau apa namanya, dia kalau
minta kaos itu, kaos yang lain gakmau, itu kaos-kaos iklan
gitu, iklan rokok yaa? ”IE : “Bukan, seperti kaos ini MNC TV kalau
besuk ada konser sini, mending sayabeli kaos MNC TV ajadaripada TV yang lain”
IR : “Kenapa bagus yaa?”IE : “Iya”IE2 : “Kalau ada SCTV gak beli?”IE : “Beli kemarin terus”IE2 : “Kalau ada nanti kamu gak beli?”IE : “Enggak, ehh kalau MNC TV daripada
daripada aku ke makasar, daripadasaya ke makasar, mama
aja yang ke makasar”IE2 : “He’e beli apa?”IE : “Liburan aja, tapi jangan belikan aku kaos
anu lho yang sana”IR : “Iya”IE : “Udah selesai?”IE2 : “Belum”
Suka denganalmarhum HendraCipta (S1-W1, 231-237)
Suka menontoncerita siang dan layarkemilau (S1-W1,238-242)
Menyukai kaosproduksi MNC TV(S1-W1, 243-268)
Membutuhkanperawatan syaraf danobat(S1-W1,269-286)
178
280
285
290
295
300
305
310
315
320
IR : “Bentar y, terus kamu memerlukanperawatan medis gitu gak ya kamu?”
IE2 : “Iya, Kamu karena kejangnya aja, jadi diamemerlukan perawatan medis sebulansekali buat syarafnya.”
IR : “Ohh”IE2 : “Iya tapi bukan karena autisnya aja, untuk
kejangnya aja, setiap hari minum obatberapa kali kamu?”
IE : “Dua”IE2 : “Pagi sekali, sore sekali ya?”IE : “Iya”IE2 : “Tapi bukan untuk autisnya”IR : “ Ohh iyaa, terus tadi kamu minum obat
ya?”IE : “He’e”IR : “ Oh kalau menurut kamu, kamu apa ya,
punya kelebihan apa?”IE2 : “Kamu pinternya apa?”IR : “Iya, pinternya apa?”IE : “Main”IE2 : “Selain main?”IE : “Masak”IR : “Iya, terus masak apa kamu?”IE : “Nasi goreng sama telor”IR : “Hmm iyaa”IE2 : “Terus bikin apa lagi?eee, apalagi yang
kemarin itu?bikin kue tahu ya?”IE : “He’e iya”IE2 : “Terus bikin apa lagi?pancake ya?”IE : “Iya”IE2 : “Terus sop bisa gak?”IE : “Iya bisa, aduh udah belum ini”IE2 : “Belum”IE : “Aduh, laptopku selak rusak ni”IE2 : “Apanya yang rusak?”IE : “Laptopku selak rusak ni (gelisah)”IE2 : “Bi, matiin laptopnya ( berteriak
memanggil bibi dirumah)”IE : “Laptopnya selak rusak, ada modemnya”IE2 : “ Enggak, nini laptopnya kamu bawa
kesini”IE : “Selak rusak ini”IE2 : “Iya, nini bawa laptopnya kesini”IR : “Terus, apa kamu gak sukanya apa?”IE : “Gak suka nari, yang suka itu”
Keterampilan berupamemasak (S1-W1,287-303)
Panik kalaubarangnya rusak (S1-W1, 304-314)
Tidak suka nari (S1-W1, 315-337)
179
325
330
335
340
345
350
355
360
365
IE2 : “Gak suka nari dia, kenapa kamu itu gaksuka nari?”
IE : “Karena ivan pelajarannya lain, makanyasaya itu pilih ikut aja, saya pilih ikutaja, ivan atau opick”
IE2 : “Dia bilang kalau nari itu cewek”IE : “Ikut..ikut aja”IR : “Oh, soalnya enggak ada temennya ya
kamu?”IE : “Iya”IE2 : “Kalau nari cewek-cewek ya?”IE : “Iya, soalnya musim kemarin, musim
kemarin saya ikut nari tapi lakinyasaya cuma satu”
IE2 : “Hehe, ohh laki-lakinya Cuma satu”IR : “Hehe”IE : “Iya,musim kemarin, musim lalu”IE2 : “ Jadi karena yang besar-besar seperti
kayak ivan sama opick, dia maunyasama kayak ivan sama opick, makanyadia juga enggak mau ikut”
IR : “ Oh, hehe, ehh apa sejauh mana emosikamu mengganggu aktivitas?”
IE2 : “Eh, kalo pas lagi ini aja mbak, kalononton film yang kekerasan yangpakai pukul-pukulan itu dia sukaterbawa emosinya, suka mukulpapanya, tapi sekarangsudah enggak ya kamu?”
IE : “Iya”IE2 : “Sudah pinter ya sekarang ya, kalau
dulu”IE : “ Iya terus wallpapernya Hendra sucipto
tak taruk ke hp nya papa”IE2 : “Kenapa?”IE : “Ya buat papa aja, daripada foto lain
wallpapernya”IE2 : “Kan bagusan fotonya mama kalau gitu,
cantikan mama daripada Hendro ciptokan?”
IR : “Hehehe”IE2 : “Iyakan?”IE : “He’ee”IE2 : “Ya itu, ya gini”IR : “Kalau kamu pernah merasa sedih?”IE : “Iya sedih, karena”
Emosi mudahterpancing (S1-W1,338-348)
Memiliki sikapmengatur (S1-W1,349-360)
Menyembunyikanperasaan sedih (S1-W1, 361-375)
180
370
375
380
385
390
395
400
405
410
IE2 : “Iya apa, kalau apa?”IE : “Kalau pas layat saya gak sedih”IE2 : “Oh pas layat gak sedih, kenapa kok gak
sedih?”IE : “Layat ke tempatnya pak catur”IE2 : “Iya, kenapa gak sedih coba?”IE : “Saya gak sedih, karena ditahan”IE2 : “Oh ditahan”IR : “Iyaa”IE : “Iya aku cuma diem aja”IE2 : “Ohh diem aja, pak catur itu gurunya dia,
deket sama dia, waktu pak caturmeninggal dia layat kesana gitu”
IR : “Oh yaa, lalu”IE2 : “Tapi dia enggak mengerti, bahwa karena
dia nonton disinetron itu kalau orangmeninggal itu hidup lagi”
IR : “Oh iyaa”IE2 : “ Nah, ternyata pak catur kok gak
kembali-kembali setelah itu dia barumenyadari kok pak catur gak ada yagitu lho maksudnya, terus pak catursekarang dimana coba?”
IE : “Di makamIE2 : “Dimakam, dibawah tanah yaa?”IE : “Iya, sudah dipanggil sama Allah, masuk
surga sudah dipanggil sama Allah”IR : “Iyaa oh, kamu rasa senangnya kalau
kenapa?”IE2 : “Kamu merasa senang kalau apa?pas
waktu apa? kalau senang”IE : “Eeee, pas opo yo”IE2 : “Dapet duit ya?”IE : “Dapet rezeki”IE2 : “Dapat rezeki dia senang, trus makan
dimana yang kamu senang kamu?”IE : “Diwarung”IE2 : “Diwarung mana?”IE : “Padang sama udang”IE2 : “Warung padang karena dia diet, jadi
satu-satunya yang dia boleh makan itudi mak engking makan udang”
IR : “Ohh itu seafood ya?”IE2 : “Iya tapi kan udangnya boleh, tapi gak
pake bumbu apa-apa, kan udangnyakan udang galah disana sama di rumah
Sinetronmempengaruhipemahamannya (S1-W1, 376-379)Memahami sesuatudengan berjalannyawaktu (S1-W1, 380-389)
Senang saatmendapat rezeky danmakanan yangdisukai(S1-W1, 390-413)
181
415
420
425
430
435
440
445
450
455
makan padang, makan apa kamubiasanya?”
IE : “Ayam pop dan udang”IE2 : “Ayam pop itu yang bikin dia seneng
gitu”IR : “Eee ohh terus menurut kamu tu
dukungan yang diberikan olehkeluarga dan lingkungan itu sepertiapa?”
IE2 : “Enggak ngerti dia”IR : “Hee enggak ngerti ya, oh kamu seneng
gak kalau berada dilingkungan luargitu?”
IE : “Kalo aku”IE2 : “Kamu suka enggak kalau ke masjid
gitu?”IE : “Enggak seneng”IE2 : “Kenapa enggak seneng?”IE : “Mending disini aja, dirumah”IE2 : “Karena jadi objek dia, jadi dia bener-
bener gak suka gitu, jadi kalau disinigak pernah jalan-jalan, gak pernahkeluar gitu, karena ya itu tadi jadiobyek orang-orang disini mereka ituenggak tahu autis itu apa”
IR : “Eee iyaa, ee kamu yang enggak disukaisaat bicara sama orang lain itu apa?”
IE2 : “Tu kamu ngobrol sama mbak viasebelnya kenapa?”
IR : “Eh iya”IE2 : “Suka enggak ngomong sama mbak via
sekarang ini?”IE : “Enggak tahu, gini ada yang lupa ni pak
catur meninggal pada juni lalu pasditinggal mama pergi”
IR : “Oh yaa”IE : “Iya”IE2 : “Enggak bisa dia”IR : “Iya, ehh menurut kamu, kamu
fasilitasnya terpenuhi enggak?”IE2 : “Apa yang kurang dirumah ini kamu,
kamu pengen apa yang enggak adadirumah ini coba?”
IE : “Yang enggak ada rumah?”IE2 : “Kamu pengen apa?kalau TV kan ada ya,
kamu suka TV?”
Tidak suka beradadilingkungan luarrumah (S1-W1, 414-426)
Dikucilkan olehlingkungan tempattinggal (S1-W1, 427-432)
Tidak mengerti artitidak suka denganoranglain(S1-W1,433-444)
Semua fasilitasterpenuhi (S1-W1,445-475)
182
460
465
470
475
480
485
490
495
500
505
IE : “Iya”IE2 : “Oh terus sepatu ada ya?”IE : “Iya”IE2 : “Terus apa lagi yang buat sekolah ada
semua kan?”IE : “Iya”IE2 : “TV punya kan?”IE : “He’e”IE2 : “Handphone punya?”IE : “Iya, laptop juga iya”IE2 : “Suka laptop juga kan?semua kan?”IE : “Iya, PS iya”IE2 : “He’ee jadi kamu apa yang gak punya?
pengen apa lagi tapi masih belumada?”
IE : “Hee..eee”IE2 : “Udah semua?”IE : “Dipikir dulu aja nanti”IE2 : “Lho”IR : “Eehh hee”IE : “Bingung e”IE2 : “Berarti enggak tu mbak”IE : “Liburan nanti aku mau ke jakarta mau
main kuis”IR : “Ehh deal or no deal ya”IE : “Iya, mau main”IR : “Terus Kamu berprestasi, peluang buat
berprestasi apa? Kalau disekolahprestasinya kamu apa?”
IE2 : “Kamu seneng jadi juara apa?”IE : “Juara lomba semester dua”IE2 : “Terus, ehh dulu pernah lomba apa ya
yang lomba anak berkebutuhan khususjuara apa?masukin bola ya?”
IE : “Iya”IE2 : “Masukin bola pernah, terus juara apa
kamu?”IE : “Lupa e yang dibantul, kalo yang di
cangkringan juara satu”IR : “Ohh iya iyaa”IE2 : “Juara satu lomba apa?”IE : “Penalti”IE2 : “Ohh penalti ya tendang bola gitu, dia
misalkan untuk lomba bertandingsegala macem gitu maunya menangterus, gak mau dia kalau kalah gitu”
Ingin liburan kejakarta (S1-W1,476-479)
Prestasi yang diraih(S1-W1, 480-495)
Ingin menonjolkanprestasi (S1-W1, 496-501)
Penuh pertimbangan(S1-W1, 502-504)
Senang mengikuti
183
510
515
520
525
530
535
540
545
550
IR : “Hmm”IE2 : “Dia harus harus”IR : “Yang bisa?”IE2 : “Iyaa yang bisa, kalau yang gak bisa
banget dia gak mau”IR : “Terus besuk mau lomba apa?”IE : “Besuk belum tahu, besuk desember ini
belum ada pengumuman e”IR : “Ohh”IE : “Nunggu pengumuman e, tapi desember
ini lombanya disekolah aja, disekolahaja”
IR : “Tapi kamu seneng ya ikut lomba?”IE : “Iya”IR : “Kenapa?”IE : “Karena desember itu semester satu dua
kali, ikut lomba dua kali, juni samadesember”
IR : “Hmm kamu kalau berangkat sekolah naikapa?”
IE : “Naik bareng mbak tia”IE2 : “Naik mobil dijemput”IE : “Nanti mbak tia mampir”IR : “Mampir kesini?”IE : “Kalau pulang, kalau habis sekolah
mampir sebentar ke kios korankemarin, mampir”
IR : “Kalo ke kios koran kamu beli apa?”IE : “Saya beli majalah bola”IR : “Kamu senang baca bola?”IE : “Iya”IR : “Kalau keterampilan yang kamu punya?
kamu bisa apa lagiketerampilannya?bisa buat apa?”
IE : “Menggambar”IR : “Iya”IE : “Kalau ke eee”IR : “Oh iyaa, kamu besuk mau jadi apa?”IE2 : “Kalau besar kamu mau jadi apa?”IE : “Aku mau kerja disini aja”IE2 : “Kerja dimana?”IE : “Ehh hee disinni ada pabrik kerupuk gak
ya?”IE2 : “Lohh hoho”IE : “Aku maunya di pabrik kerupuk aja”IE2 : “Oh pabrik kerupuk”
berbagai lomba (S1-W1, 505-517)
Transportasi kesekolah(S1-W1, 518-521)
Suka membacamajalah olahraga (S1-W1, 522-530)
Senang menggambar(S1-W1, 531-536)
Keinginan bekerjayang waktu kerjanyapasti(S1-W1, 537-550)
Orientasi kamu lebih
184
555
560
565
570
575
580
585
590
595
IR : “Iya”IE : “Pabrik kerupuk, aku maunya jualan”IE2 : “Oh jualan kerupuk?”IE : “Iya, ehh puter nanti sore saya balik,
minggu istirahat”IE2 : “Kenapa pilih jual kerupuk?”IE : “Karena pengen uang”IE2 : “Oh gitu, dia pengen cepet punya uang,
makanya besuk sekolahan dia maungadakan skill center”
IE : “Minggunya istirahat”IE2 : “Jadi apa namanya itu, anak-anaknya
nanti bekerja, magang dan sebagainyagitu, jadi masih segini udah mataduitan hehe”
IR : “Ohh hehehe iyaa”IE2 : “Tapi dia sudah mengenal uang gitu,
untuk beli pulsa dan segala macem”IR : “Kamu seneng enggak ngomong di
banyak orang?”IE : “Kalau di hall enggak”IR : “Enggak seneng?”IE : “Enggak”IR : “Kenapa?”IE : “Enggak apa-apa”IR : “Malu ya?”IE : “He’ee, pas nonton video kemarin aku di
marahin mama e suruh pulang kerumah”
IR : “Enggak boleh nonton video? Kenapaenggak boleh? Mama marahnyagimana kamu?”
IE : “Saya nonton sendiri”IR : “Mama enggak tahu?”IE : “Enggak”IR : “Kalau di rumah enggak pernah nonton
video?”IE : “Pernah”IR : “Tapi mama tahu enggak?”IE : “Pernah”IR : “Tapi mama tahu enggak? Mama tahu
enggak?”IE : “Mama marah besar e”IR : “Kalau kamu nonton video?”IE : “Iya”IR : “Emang kamu nonton video apa?”
pada mendapatkanuang(S1-W1, 551-560)
Pemahaman tentangmanfaat uang (S1-W1, 561-563)Tidak percaya diridalam lingkungan(S1-W1, 564-571)
Dilarang orangtuamenonton videosinetron (572-595)
Suka mendengarkanmusik dengan suara
185
600
605
610
615
620
625
630
635
IE : “Itu hidayahmu, karena saya suka MNCTV soalnya”
IR : “Iya, tapi mama enggak boleh?”IE : “He’ee”IR : “Bolehnya nonton tv aja?”IE : “He’ee kalau tv sama aja”IR : “Kalau nonton tv boleh?IE : “Iya tapi kan videonya mati papa lagi
nyetir enggak boleh keras-kerasvideonya”
IR : “Oh kalau di mobil enggak boleh?”IE : “He’ee”IR : “Berarti kalau nonton video di mobil
enggak boleh ya?”IE : “Iya boleh sih tapi”IR : “Enggak boleh keras-keras?”IE : “Iya kan aku enggak nyetir”IR : “Tapi kamu senengnya nonton videoya?”IE : “He’ee, aku suka sama dewa e”IR : “Seneng nyanyi?”IE : “Dengerin musik”IR : “Kamu deket enggak sama kakak?”IE : “Aku enggak berani e”IR : “Kenapa?”IE : “Takut”IR : “Takut sama kakak? Sama kakak kamu?
kenapa? kenapa kamu kenapa takut?”IE : “(diam)”IR : “Kamu deket sama kakak?”IE : “Enggak”IR : “Sama adik?”IE : “Adik juga enggak mau”IR : “Siapa yang enggak mau?”IE : “(Diam)”IR : “Oh jadi ya sudah itu saja”IE : “Iya, terimakasih”IR : “Terimakasih ya”IE : “Iya waktunya habis”IE2 : “Hehehehe (Tersenyum)”IR : “Hehehe”IE : “Mau melanjutkan main e”
keras (S1-W1, 596-612)
Kedekatan dengansaudara kurang (S1-W1, 613-625)
Penutupan(S1-W1, 626-639)
186
Lampiran 2
Koding: S2-W1
A. Identitas Subjek
Nama subjek : “Os”
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Jenis pekerjaan : Mahasiswa Universitas Negeri
Alamat : Pondok timur mas C I/6 Bekasi
B. Waktu dan Lokasi Wawancara
Tanggal Wawancara : 13 Desember 2011
Waktu Wawancara : Pukul 16.45 – 18.00 WIB
Lokasi Wawancara : Beranda Kos Subjek di perumahan dosen UGM
Bulak Sumur blok E3-B55281 Yogyakarta.
C. Keterangan
IE : Interviewee
IR : Interviewer
187
Uraian Tema1
5
10
15
20
25
30
35
40
IR : “selamat sore Anda”IE : “Selamat sore”IR : “Eh apa, saya eh aku kita udah kenal ya,
saya mau minta bantuan Anda untukpenelitian ya, wawancara jadi sayalangsung tanya aja ya. Eh nama lengkapAnda siapa? ”
IE : “Natrio catra yosusha”IR : “umurnya? ”IE : “22 tahun”IR : “Hmm, Anda berapa bersaudara? ”IE : “tiga bersaudara dan tiga bersaudara”IR : “Anda anak terakhir? ”IE : “Tiga dari tiga bersaudara. Ragil”IR : “Terus menurut Anda tu bagaimana kondisi
kesehatan Anda secara umum? ”IE : “Kondisi kesehatan secara umum cukup
baik bahkan baik ya, apalagi mungkinkalau musim hujan begini ya”
IR : “Kenapa kalau musim hujan? ”IE : “Kalau drop paling ya enggak, paling
batuk, sedikit batuk aku”IR : “Jadi Anda jarang sakit ya? ”IE : “Jarang sakit, alhamdulilah”IR : “Iya, terus kegiatan yang Anda lakukan apa
akhir-akhir ini? ”IE : “Hari ini? ”IR : “Akhir-akhir ini”IE : “Akhir-akhir ini, oh paling yah kemarin
hehe, pulang kerumah karna eh”IR : “Karena libur ya? ”IE : “Bukan libur sih , dosennya dosennya
enggak ada terus habis itu pengenmelarikan diri saja karena materinyamungkin itu kurang menarik aja materipertemuan itu, terus ya paling akhir-akhirini ya kuliah ini kan udah mau selesai,kuliah kuliah kuliah, kuliah cuma sekaliseminggu terus ke perpus”
IR : “Terus kalau hari libur atau hari kosong ituselain kuliah Anda ngapain aja? ”
IE : “Main”IR : “Main sama temen? ”
Pembukaan(W2, 1-14)
Kesehatannyasehat (S2-W1, 15-24)
Menghindar darihal yang tidakmenarik (S2-W1,25-36)
Kegiatan dikampus (S2-W1,37-39)Aktivitas diluarkampus (S2-W1,40-47)
188
45
50
55
60
65
70
75
80
85
IE : “Main sama temen kos”IR : “Kalau di kos Anda ngapain? ”IE : “Jalan sama temen kos kadang, maen ke
kamar temen kos”IR : “ Sejauh mana kesehatan fisik,
mengganggu apa aktivitas kesehariannyaAnda? ”
IE : “Kesehatan fisik mengganggu? ”IR : “Iya”IE : “Apa? Sejauh mana kegiatan? ”IR : “Sejauh mana kesehatan fisik itu
mengganggu aktivitas Anda, jadiseandainya Anda mau ngapain tapi enggakjadi gara-gara pusing atau kenapa gitupernah enggak? ”
IE : “Hmm, paling pernah pusing waktu ituhmm akhirnya terpaksa satu semester satupernah sakit pusing batuk itu terpaksa ikutujiannya itu ikut ujian susulan, jadi pusingdan batuk tu mengganggu, cukupmengganggu saya dan dapatmempengaruhi konsentrasi saya terhadapujian
IR : “Pusingnya itu kenapa Anda? ”IE : “Waktu itu pusingnya mungkin karena pola
makannya enggak teratur gitu, apa makanmemang tiga kali sehari tapi telat gitu”
IR : “Oh, he’emm tapi itu sering makan telat? ”IE : “Jarang”IR : “Ohh jarang”IE : “Hanya waktu-waktu tertentu, situasi-
situasi tertentu yang memaksa untukterpaksa”
IR : “Misalnya apa situasi tertentu? ”IE : “Kegiatan-kegiatan dikampus apa acara-
acara, mungkin acara sama temen atauapa”
IR : “Kalau di kampus Anda kegiatannya apa?Ikut organisasi atau apa? ”
IE : “Enggak, enggak ikut kegiatan apa-apa”IR : “Cuma main aja ya? ”IE : “He’eee, kampus - ngampus, ngampus-
perpus, ngampus-perpus walaupun perpusitu enggak setiap saat itu terkadang”
IR : “Kalau di perpus berarti Anda bacanyabuku, buku jurusan kuliah? ”
Pusingmenggangguaktivitas (S2-W1,48-66)
Penyebab pusingadalah pola makan(S2-W1, 67-76)
Kegiatan yangmempengaruhipola makan (S2-W1, 77-80)Tidak aktiforganisasi (S2-W1,81-84)
Waktu ke perpus(S2-W1, 85-87)
Kegiatan keperpustakaan (S2-
189
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
IE : “Perpus jurusan, he’ee, materi-materibiasanya saya ke perpus buat keperluantugas, keperluan tugas, keperluankelompok, ujian, untuk referensi-referensidi suruh sama dosen atau mungkinbiasanya mungkin ngobrol bentar samatemen-temen”
IR : “Anda istirahatnya itu cukup enggak? ”IE : “Iya berubah-berubah sih, kadang mungkin
tengah malem bangun jam tujuh, jamsetengan tujuh itu”
IR : “Setengah tujuh malem? ”IE : “Apa? Oh bukan”IR : “Oh tidurnya? ”IE : “Bangunnya jam setengah tujuh pagi,
tidurnya jam dua belas malem palingcepet ya”
IR : “Paling cepet jam dua belas malemmalahan? ”
IE : “Setengah satu itu paling lambat”IR : “Anda kok tidur kok malam banget
kenapa? ”IE : “Ya biasa Main gitu, maen sih maen di kos
juga, enggak main ke mana-mana”IR : “Mainnya tu main game apa? ”IE : “Main game”IR : “Anda memerlukan perawatan medis gak
buat aktivitas sehari-hari? ”IE : “Kalau sakit, kalau waktu-waktu sakit iya
karena kan di UGM tu ada ini apa, ehhgraha medical center jadi kalau udahmegang kartu asuransi yang sudahdibayarkan sama spp bisa itu kalopenyakitnya ringan itu, kayak penyakitringan itu apa batuk, pusing gitu”
IR : “Oh Anda apa sekarang sering minumobat enggak? ”
IE : “Apa? ”IR : “Obat, ya kalau misalnya buat autisnya
gitu enggak ya? ”IE : “Enggak ngaruh sih buat saya obat ya”IR : “Oh enggak ya? ”IE : “Enggak ada reaksi apa-apa, sejauh ini ya”IR : “Minum obatnya dulu ya soalnya ibu
pernah bilang kalau Anda minum obatnyaitu pas stopnya tu pas SMP ya kalau
W1, 88-96)
Kebiasaan tidurlarut malam (S2-W1, 97-109)
Alasan tidur larutmalam adalahmain game (S2-W1, 110-115)
Fasilitas kesehatandi UGM (S2-W1,116-124)
Obat tidakmemberikan efekpada autisnya (S2-W1, 125-132)
Tidak minum obatautis sejak tigaSMP (S2-W1, 133-
190
140
145
150
155
160
165
170
175
180
enggak salah? ”IE : “ehh Iya, awal SMP itu stop sama dokter
enggak boleh lagi”IR : “Jadi sampai sekarang Anda enggak
pernah minum obat”IE : “He’ee ya kecuali kalau obat misalnya lagi
sakit, ohh beda ya”IR : “Iya ya, kalau sakit biasa aja ya? ”IE : “ Sakit biasa aja kalau batuk, pilek, flu”IR : “Eh menurut Anda tu seperti apa hidup
Anda? ”IE : “Hidup, eh unik”IR : “Terus? ”IE : “Pokoknya kita selama kita tu bisa
menikmati hidup itu kenapa enggak gitujadi Cuma itu berbalik ke pribadinyaorang masing-masing jadi buat aku sihhidup enggak usah dibikin repot, enggakusah dibikin, enggak usah dibikin pusingpokoknya nikmatin hidup ”
IR : “Kalau menurut Anda tu, bagaimanamenyikapi keterbatasan Anda gitumisalnya? ”
IE : “Keterbatasan Anda paling ya kita berusahamencari jalan keluar apa saja yang solusi-solusi yang ada, berpikir sejenak,menghindari dari keramaian orang,berpikir sejenak bagaimana caranyasupaya saya itu bisa supaya tetep tidakkelihatan berbeda dengan temen-temenyang lain gitu”
IR : “Tapi Anda senang keramaian enggak? ”IE : “Terkadang iya, terkadang tidak hanya
kondisi-kondisi tertentu”IR : “Misalnya apa? ”IE : “Kalau terlalu rame itu mungkin kalau
yang nonton konser, nonton acara yangorangnya penuh satu gedung itu enggakberaturan pokoknya enggak beraturangitu, kayak nonton acara konser apa yangsemuanya itu dapet tempat duduk gitu”
IR : “Kalau itu mau ya? ”IE : “He’ee”IR : “Kalau sama temen-temen gitu sering
ngobrol-ngobrol gitu ? ”IE : “Iya kalau yang menurut saya yang biasa
144)
Pandangan dancara menikmatihidup (S2-W1,145-155)
Upayamemperoleh hargadiri yang baik(S2-W1, 156-166)
Tidak suka halyang tidakberaturan (S2-W1,167-178)
Senang bertemandengan jumlahsedikit (S2-W1,
191
185
190
195
200
205
210
215
220
225
itu kan kelompok kecil tapi bukan ya sayasemua temen itu ya temen walaupunenggak ada geng-geng an apa apalagipokoknya kelompok temennya yang anakkuantitas sedikit, bukan temennya sedikitya kalau temen yang kenal baik sedikitsupaya saya lebih gampang untukngobrol-ngobrol”
IR : “Jadi Anda merasa kesulitan enggak buatbersosialisasi? ”
IE : “Iya mungkin kalau sama temen satujurusan sedikit ya kesulitan”
IR : “Misalnya apa kesulitannya? ”IE : “Ngobrol bola gitu kan Anda enggak suka
bola ni ”IR : “Iya”IE : “Cowok-cowoknya ni satu jurusan suka
bola sebagian ya tapi kalau disini mungkinada satu temen yang enggak suka bolajuga jadi istilahnya saya gampangbersosialisasi karena dia sama-samaenggak suka apa ya”
IR : “Bola? ”IE : “Iya, enggak suka ngikutin bola, enggak
suka ngikutin apa tapi kalau lagu misalnyawalaupun beda alirannya tapi sama-samalagu ada cukup nyambung jadi bisa lebihenak”
IR : “Kalau Anda suka lagu apa? ”IE : “Klasik, klasik kecuali rok, kecuali jazz”IR : “Klasik tu misalnya lagunya? ”IE : “Lagunya kubahannya mozart, kick
fourten”IR : “Oh yaa, Anda kalau berhadapan sama
orang ini enggak sukanya apa? ”IE : “Apanya? ”IR : “Kalau enggak suka sama orang
berhadapan gitu enggak sukanya apa? ”IE : “Tiba-tiba topik yang diomongin itu yang
enggak suka atau topik yang kurang kitaminati gitu karena kan perbedaan minat ituwajar tetapi karena Saya si karena belumbisa menerima seratus persen kan gitu jadimenganggap topik udah beda ahhmenyingkir gitu, cuman sebentar habis itunyingkir”
179-189)
Kesulitansosialisasi denganteman satu jurusan(S2-W1, 190-193)Merasa nyamandengan yangmemiliki hobisama (S2-W1, 194-209)
suka musik klasik(S2-W1, 210-214)
kesulitanbersosialisasidisebabkanperbedaan minatlawan bicara (S2-W1, 215-232)
192
230
235
240
245
250
255
260
265
270
IR : “Berarti Anda lebih seneng sama orangyang hobinya sama ya? ”
IE : “Apa enggak ya enggak harus mirip persistapi walaupun serupa tapi gak bangetmaksudnya”
IR : “Ceritakan kelebihan dan kekurangan Andaitu gimana? ”
IE : “Kelebihan tu ya mungkin saya lebihmudah mengingat jalan nama-nama jalan,jalan kondisi ehh nama-nama jalan,kondisi jalan, kondisi jalanannya apa baik,rusak atau gimana berkelok-kelok”
IR : “Anda hafal gitu ya? ”IE : “He’ee nama-nama jalan terus”IR : “Terus Anda sukanya apa?hobinya Anda
Apa? ”IE : “Hobi paling ya main internet, internet
working gitu ”IR : “Kalau musik? ”IE : “Kalau musik biola tapi sekarang sedang
vakum dulu sebentar”IR : “Kenapa? Eh ini kuliah ya? ”IE : “Iya proposal itu”IR : “Kalau dulu Anda sering main biola ya? ”IE : “Iya”IR : “Dimana? ”IE : “Macem-macem, dulu waktu SD saya ikut
asamble of sama temen-temen SD saya,temen SD Saya tu yang kebetulan ikuteskul itu jadi dalam acara perpisahannyakelas enam SD waktu itu kelas empat SDmembawakan lagu untuk perpisahan”
IR : “Jadi bisa sendiri apa? ”IE : “Diajari, belajar, ikut, inisiatif ikut, pengen
les, minta dibeliin biola belajar samatemen-temen maksudnya ada gurunyagitu”
IR : “Tapi Andanya sendiri yang pengenmain biola? ”
IE : “Iya”IR : “Kenapa pengen main biola? ”IE : “Alat musik yang menarik yang gitu, alat
musik yang menarik yang punya ciri khastersendiri yang beda dengan pianomungkin ya banyak orang main piano apagitu. Piano gitar itu udah banyak pasti”
Hafal nama dankondisi jalan (S2-W1, 233-241)
Hobi berupa bioladan online (S2-W1, 242-246)
Alasan vakummain biola (S2-W1, 247-250)
Peluang berprestasimain biola (S2-W1, 251-259)
Cara mengasahketerampilan (S2-W1, 260-264)
Senang dengansesuatu yangberbeda (S2-W1,265-275)
193
275
280
285
290
295
300
305
310
315
IR : “Oh Anda mau yang beda gitu ya? ”IE : “He’ee”IR : “Hmm kalau menurut Anda, Anda
punya kekurangan apa? ”IE : “Kekurangannya mungkin kalau ngomong
gitu terkadang suka diulang-ulang sampekadang tu bikin orang kesel”
IR : “He’ee”IE : “Kadang sama ibu tu suka berantem karena
ngomongnya sering di ulang-ulang terusatau enggak terlalu yang masalahsebenernya sepele tapi di gede-gedein gitusuka gede-gede in masalah. Ya dua itukekurangan yang sedang saya perbaiki”
IR : “Terus Anda cara menyikapinya itugimana? ”
IE : “Ya lihat orang, lihat orang sikapnyabagaimana, sikap ini karena orang normaljadi mau gak mau saya harus ngikutinmereka gitu, itukan norma kesopanan apaitu tu sebagian dari norma kesopanan jadikalau saya melanggar saya enggakditerima sama temen-temen. ”
IR : “He’ee”IE : “Kalau melanggar norma norma, norma
kesopanan, kalau ngulang-ngulang gitukan melanggar ya orang jadi bosen gitu”
IR : “Eh apakah Anda tu puas enggak sama diriAnda? ”
IE : “Puas sih dibilang puas banget ya enggakya, puas ya karena manusia itumempunyai keunikan masing-masing buatsaya enggak puas-puas banget tapi cukuppuas, sudah puas gitu lah”
IR : “Sudah bersyukur ya? ”IE : “He’ee”IR : “Seberapa baik Anda tu mampu
berkonsentrasi dalam suatu hal gitu? ”IE : “Saya mampu berkonsentrasi ketika ehh
saya baik jika kondisi-kondisi di situasitempat sepi, eh bukan enggak ada orangsama sekali tapi orangnya sedikit ehhenggak terlalu banyak tapi enggak terlalusedikit jadi ya medium-medium gitu sayamisalnya dikelas. Di kelas nih di arkeologitu di angkatan saya Cuma dua puluh
Perilakumengulang (S2-W1, 276-281)
Masalah yangmenimbulkankonflik (S2-W1,282-285)Memperbaiki sikap(S2-W1,286-287)Menyikapiperbedaan denganmematuhi aturandalam masyarakat(S2-W1, 288-296)
Memahamikonsekuensibermasyarakat (S2-W1,297-300)Puas dengankeunikan yangdimiliki (S2-W1,301-309)
dapatberkonsentrasiditempat yangcenderung sepi(S2-W1, 310-328)
194
320
325
330
335
340
345
350
355
360
365
orang”IR : “He’emm”IE : “ Nah dua puluh orang menurut saya di
kelas kuliah itu ya medium lah tapimenengah cenderung menengah ke bawahkelasnya jadi saya lebih mudahberkonsentrasi, jadi dosen lebih mudahgampang mengenalinya dan suara dosenitu lebih kedengaran jelas gitu
IR : “ Jadi seangkatan itu Cuma dua puluhorang? ”
IE : “Iya”IR : “Ohh itu satu kelas ya? ”IE : “ He’ehh, satu angkatan, satu angkatan sih
karena jumlah mahasiswa arkeologi tutergolong sedikit ya minimal empat, puluhpaling banyak empat puluh”
IR : “ Itu biasanya tu kalau di arkeologi tubanyakan cowok apa cewek Anda? ”
IE : “Seimbang”IR : “Oh seimbang”IE : “Kalau di angkatan Saya ya”IR : “ Kalau menurut Anda tu ehh apa
hikmahnya dibalik keterbatasan Anda? ”IE : “ Dibalik keterbatasan kita, kita harus
pintar-pintar berpikir bagaimana ehbagaimana kita bisa keluar daripermasalahan ini”
IR : “He’ehh”IE : “Apa ya dengan kata lain tu kita dengan di
kasih Allah tu dengan cara berpikirbagaimana dan kemudian yang itu ya buatsaya hikmah itu harusnya kita tubersyukur karena mungkin masih adabanyak orang lain ya walaupun kitaterbatas tapi masih ada orang lain yangjauh lebih dibawah kita jadi hikmahnya itumampu mensyukuri karena masih adaorang itu jauh jauh dibawah kita bahkanlebih parah dari saya banyak kasus-kasusseperti itu”
IR : “Jadi Anda bersyukur gitu ya? ”IE : “He’ee dua hikmah itu berpikir sama
bersyukur”IR : “Berpikir sama bersyukur he’ee, eh sejauh
mana emosional Anda tu mempengaruhi
Jumlah mahasiswaarkeologi sedikit(S2-W1, 329-336)
Mahasiswaarkeologiseimbang antargender (S2-W1,337-341)Mencari solusi ataspermasalahan (S2-W1, 342-348)
Hikmahnya adalahdapat berpikir (S2-W1, 349-351)Bersyukur (S2-W1, 352-363)
Perasaan yangmenonjol adaah
195
370
375
380
385
390
395
400
405
410
aktivitas Anda? ”IE : “Emosional itu elemen yang salah satu
elemen yang berpengaruh”IR : “He’ee”IE : “Eh elemen ini dimana karena emosional
itu menjadikan supaya kita itu tu supayadidalam konteks apa? ”
IR : “Eh ee sejauh mana emosional itumengganggu aktivitas Anda? ”
IE : “Emosi itu? ”IR : “Iya emosi”IE : “Kalau misalnya saya saya mungkin saya
lempeng atau bagaimana saya mungkinemosi karena saya enggak bisa sepertiorang lain, orang lain enak udah tinggalekspresi apa aja bisa langsung bisamungkin sedikit apa jadi kadang pengenemosi sama temen gak bisa apa”
IR : “Kalau Anda sering enggak marah tiba-tibaatau sedih tiba-tiba gitu? ”
IE : “Oh kalau marah tiba-tiba mungkin jarangya enggak sering”
IR : “Tapi pernah Anda? ”IE : “Pernah”IR : “Kenapa?misalkan apa? ”IE : “Dalam hati gitu a pa kalau ada temen ini
dateng itu temen ini dateng, temenkampus apa temen kampus dateng tapidalam hati sebel eh orang sih enggak tahutapi sebenernya marah tiba-tiba mungkinitu ”
IR : “Didalam hati ya? ”IE : “Simpan didalam hati ”IR : “Tapi Anda enggak menunjukkan? ”IE : “Daripada berantem, daripada bertengkar
lebih baik saya simpan saja mau ngomongjuga salah”
IR : “Tapi Anda enggak pernah menunjukkangitu ya? ”
IE : “Enggak, malah berantem entar”IR : “Kalau dirumah gitu Anda pernah enggak
tiba-tiba marah? ”IE : “Eh kesel karena, kesel karena apa itu
misalnya ih enggak dapet ya”IR : “Misalnya apa? ”IE : “Eh nonton TV, TV nya udah ada, bapak
emosi (S2-W1,364-376)
Tidak dapatmengekspresikanperasaan lewatekspresi muka (S2-W1, 377-383)
Mengontrol emosi(S2-W1, 384-389)
Memendamperasaan marah(S2-W1, 390-398)
Tidakmenunjukkanperilaku agresif(S2-W1, 399-405)
Mengerti bahwatidak perlumemperbesarmasalah (S2-W1,406-417)
196
415
420
425
430
435
440
445
450
455
pengen nonton di atas itu kadang kesel,harusnya masalah sepele kok gitu kan adaTV juga yang nganggur gitu eh kesel gitu”
IR : “Eh keselnya tapi cuma didalem hati ajagitu?”
IE : “He’ee”IR : “Enggak yang marah-marah gitu? ”IE : “Marah sih iya”IR : “Marahnya gimana? Anda pernah enggak
marah mukul meja apa apa gitu? ”IE : “Eh enggak sih paling ini benda tapi
enggak kasar-kasar juga, dimarahin ibutapi karena Sayanya enggak ngerti, enggakngerti ,enggak ngerti malah nyalahin dirisendiri akhirnya terluapkanlah itu rasanyalahin diri sendirinya itu”
IR : “Misalnya gimana itu biasanya? ”IE : “Ya dinasehatin itu karena ngulang-
ngulang pembicaraan dan masalah sepeledi gede-gedein itu”
IR : “Ibu tu biasanya marahnya itu gimana, ehkalau Anda ngulang-ngulang? ”
IE : “Ibu itu sudah jelasin berkali-kali kenapakamu itu enggak ngerti-ngerti jadi seolah-olah kayak orang tuli enggak denger apa-apa gitu padahal ibu bilang enggak tulienggak, kamu enggak bodoh, kamuenggak apa gitu, tapi kamu enggak ngerti,kamu enggak berusaha memahami kadangsaya aduh marah saya seolah-olah saya ituenggak bisa apa-apa padahal sebenarnyasaya itu bisa kata ibu saya, tapi sayamenganggap diri itu enggak bisa apa-apa”
IR : “Anda tapi ngomong sama ibu enggakitu?”
IE : “Enggak sih, enggak bentak-bentak sihCuma miss comunication jadi salahpaham”
IR : “Oh tapi Anda merasa marah sama dirisendiri?”
IE : “Marah sama diri sendiri jadi nyalahin dirisendiri karena merasa enggak bisa gitu,salah paham disitu”
IR : “Pernah enggak Anda merasa sangat sedihgitu? ”
IE : “Sedih, sedih gitu mungkin apa, ehh
Suka menyalahkandiri sendiri (S2-W1, 418-428)
Mengulangpembicaraan (S2-W1, 429-432)
Cara ibu memberipemahaman padaOs (S2-W1, 433-441)
menganggap dirisendiri tidakberguna (S2-W1,442-445)memahami kesalahpahaman dengandiri sendiri (S2-W1, 446-450)
menyalahkan dirisendiri (S2-W1,451-455)
Sedih saatkeinginannya tidak
197
460
465
470
475
480
485
490
500
505
keinginan sesuatu tu enggak kesampaianmisalnya kayak keinginan apa kakak gituapa ya, enggak tahu juga ya gmanapokoknya sedihnya itu karena suatu halyang keinginan-keinginannya tidakkesampaian, misalnya mungkin enggakenggak bisa liburan nih semester ini,semester ini kayaknya enggak bisa karenaacara-acara keluarga gitu”
IR : “Pernah enggak Anda itu sedih gitu tapienggak ada yang menghibur? ”
IE : “Sedih? ”IR : “He’ee Anda merasa sedih, sedih merasa
seandainya kayak Anda apa, Andamenyalahkan diri sendiri kan Anda sedih,lha itu pernah enggak ada yang menghiburgitu? ”
IE : “Menghiburnya itu ibu saya, ibu sayanenangin diri, nenangin saya gitu supayasaya enggak nyalahin diri sendiri tu dansaya harus paham, memahami, mengertiperasaan orang lain, tapi karena sayabener-bener masih rasa nyalahin dirisendirinya masih itu akhirnya saya emosi,ibu saya jadi emosi juga gitu”
IR : “He’ee”IE : “Jadilah”IR : “Biasanya kalau emosi-emosi gitu
gimana?”IE : “Awalnya tenang tapi karena kesalahan
saya, sikap saya”IR : “Hmm terus berarti kalau sama-sama
emosi gitu Anda eh tapi enggak berantemsama ibu?”
IE : “Ya mungkin berantem kecil, tapi enggak,bukan yang gimana gitu”
IR : “Ohh”IE : “Cuma miss comunication, salah paham”IR : “Berarti biasanya yang sering menghibur
Anda itu ibu ya? ”IE : “Iya ibu walaupun dengan nada tegas apa
gitu tapi akhirnya, ehh akhirnya sekarangngerti, enggak langsung gitu mengajarisaya mumpung ibu saya masih hidupkalau ibu saya meninggal siapa yangnasehatin kamu, siapa yang pengen
terpenuhi (S2-W1,456-467)
Ibu mengajarkanOs memahamioranglain (S2-W1,468-480)
Menyalahkan dirisendiri memicuemosi denganibu(S2-W1, 481-485)Menyadarikesalahan (S2-W1,486-501)
Pengaruh nasihatibu terhadapperubahan sikapOs (S2-W1, 502-508)
198
510
515
520
525
530
535
540
545
550
mengubah sikap saya maksudnya ngubahsikap itu tergantung ke saya nya, ibu sayaCuma bisa menasehati tapi enggak bisamengubah saya gitu”
IR :“Kalau sama temen-temen gitu Andasering enggak, ehh curhat cerita-ceritagitu? ”
IE : “Paling ya, tapi bukan masalah pribadi,masalah temen tapi yang komunitas kecil,komunitas kecil”
IR : “Kalau Anda enggak suka gitu ya? ”IE : “Enggak sih, iya enggak sampe meng ini-
ini banget ya, karena kelakuan temenarkeo tu ada beberapa sebagian yangamburadul”
IR : “Misalnya apa amburadulnya Anda? nakalgitu ya? ”
IE : “Mungkin apa”IR : “Gimana? ”IE : “Ya mungkin apa, misalnya ada yang
minum-minum gitu, minum bir pas acarapelepasan gitu. Padahal pernah dapet dikasih tahu temen katanya ada salah satusenior yang suka minum, ada beberapayang gitu jadi itu yang bikin terkadang tuhati tu”
IR : “Gimana?kok gini gitu ya? ”IE : “Gini gini Gini, gitu kok, ada temen beda
jurusan, saya menilai ini kok temennyakos lebih enak itu”
IR : “Oh temennya Anda yang deket itu malahbukan satu jurusan? ”
IE : “He’ee”IR : “Beda jurusan? ”IE : “Iya sastra”IR : “Hmm kalau menurut Anda tu bagaimana
penampilan Anda secara jasmani? Andapuas gak? ”
IE : “Ya cukup puas, ya karena tinggi secarafisik postur udah sangat tinggi udahenggak perlu menambah tinggi lagi, hehe”
IR : “Hehe”IE : “Enggak perlu tinggi lagi”IR : “Berarti Anda seneng tinggi? ”IE : “Iya, gigi juga sudah diperbaiki karena
kemarin juga sudah dikawat, ditambal
Kesadaranmerubah perilakusendiri (S2-W1,509-513)
Perilaku kenakalanteman (S2-W1,514-535)
Bersahabat denganbeda jurusan (S2-W1, 536-543)
Sangat puasdengan penampilanfisik (S2-W1, 544-555)
199
555
560
565
570
575
580
585
590
595
600
untuk gigi”IR : “Oh Anda dulu pernah di kawat? ”IE : “He’ee karena dulu giginya berantakan,
puas akhirnya ya sudah perawatan gigi dimajuin, di kawat itu di majuin gigi saya,memperbaiki rahang”
IR : “Berarti Anda secara personal udah puassoalnya udah di perbaiki ya? ”
IE : “Dan posturnya udah terlalu tinggi itu,sudah cukup”
IR : “Tapi Anda seneng enggak postur tubuhtinggi gitu? ”
IE : “Ya seneng mungkin karena ehh karenamisal ngambil buku di perpus, ada yangrak buku, ada yang ngambil tangga untukitu mungkin sejengkal bisa aku ambil gitu,itu kadang suka di manfaatin sama temen,temen pengen nyari buku tapi tinggi itukalau di rumah suruh ambil bendatangannya itu yang bisa nyampe cumaSaya itu”
IR : “Cuma Anda? ”IE : “He’ee dirumah”IR : “Berarti Anda apa merasa, ehh sudah
merasa puas ya? ”IE : “Iya”IR : “Coba ceritakan dukungan yang diberikan
keluarga maupun lingkungan, emmkepada Anda? ”
IE : “Contohnya Orang Tua,eh saya kuliah diarkeologi UGM, universitas ternamamungkin ya”
IR : “He’ee”IE : “Ya yang ternama gitu mungkin ya jelas
dosen-dosennya, waktu itu ya mendukungusaha, mendukung apa lagi ya untuksemester ini mendukung banget kalausemakin cepat lulus itu semakin baguswalaupun tidak memaksa”
IR : “Ohh ya”IE : “Hanya menyarankan gitu trus
dukungannya itu support apa saja ehhproposal pokoknya mendukung jugaproposal skripsi apalah sesuai denganminat dan kemampuan pustaka yang adagitu dan ya itu dukungannya, salah satu
Merawatpenampilan(S2-W1, 556-560)
Manfaat berbadantinggi (S2-W1,561-580)
Percaya diri (S2-W1, 581-587)
Dukungan bidangakademis (S2-W1,588-594)
Keluargamendukung minatOs (S2-W1, 595-601)
200
605
610
615
620
625
630
635
640
645
bentuk dukungan itu”IR : “Tapi dukungannya secara support
dukungan gitu ya?”IE : “Ya supportnya pokoknya gimana caranya
supaya Saya tu enggak putus asa, yapokoknya usaha gak apa-apa udah usahanilai jelek atau apa enggak apa-apa,dihargai apapun hasilnya asal ada usahadan berdoa udah”
IR : “Anda terbuka enggak sama ibu kalaunilainya jelek gini?”
IE : “Iya”IR : “Anda bilang?”IE : “Iya, bu iya bilang kadang nilai segini bu,
IP”IR : “Kalau IP Anda berapa?”IE : “Ehh”IR : “IP Anda?”IE : “Berapa ya, terendah tu 2,95”IR : “Punya Anda berapa?”IE : “Terendah”IR : “Terendah di mana? Di satu jurusan?”IE : “Terendah di satu semester”IR : “IP nya Anda?”IE : “He’ee tapi ada temen yang jauh, jauh di
bawah lagi”IR : “Kalau dukungan apa, dukungan untuk
kesembuhan Anda itu?”IE : “Kenapa?”IR : “Ehh kalau dukungan yang di berikan
keluarga untuk kesembuhan Anda gittu?”IE : “He’ee”IR : “Kalau Anda udah bisa jadi seperti ini”IE : “Dukungan itu jelas karena, ehh karena
saya di lingkungan normal, mau enggakmau saya harus di bekali oleh ibu sayaatau siapa ehh bapak saya supaya ketikadua-dua nya meninggal saya bisa, sayabisa apa ya istilahnya saya mampu, mauehh saya mampu beradaptasi, mampuberhubungan dengan orang lain denganbaik jadi sekarang di beri cara pelan-pelanitu maksudnya”
IR : “Diberi cara pelan-pelan maksudnya?”IE : “Supaya saya tu paham, ngerti ya saya itu
bisa melakukan yang penting saya
Keluargamenumbuhkansikap optimis Os(S2-W1, 602-609)
Sikap terbuka atasnilai (S2-W1, 610-615)
IP cukup baik (S2-W1, 616-623)
Percaya diri bidangakademik ( S2-W1,624-626)Peran orangtuauntuk Osberadaptasidilingkungan (S2-W1, 627-643)
Hal yangterpenting adalahberusaha (S2-W1,
201
650
655
660
665
670
675
680
685
690
berusaha gitu”IR : “Kalau, ehh kalau apa yang di lakukan ibu
Anda biar Anda sembuh gitu dari kecil?”IE : “Ehh iya ehh apa ya, dukungan sih cukup
berhasil ya, keberhasilan tu”IR : “Diobatin enggak gitu sama ibu?”IE : “Ya pokoknya sih, ya kurang pas ya
pokoknya keberhasilan, tolak ukurparameter keberhasilan, keberhasilan gitudeh di berhasilkan untuk usaha apapungimana ya itu penanganan saya secaradini, penanganan secara dini, terapi apa,terapi gitu walau mungkin masalah diet-diet itu”
IR : “He’ee”IE : “Beberapa waktu kemudian karena jarang
informasi pada tahun 1990, walau adaterapi apa, usaha cari sekolah-sekolahgitu, cari sekolah regular itu, cari tempatyang pas untuk saya walaupun sayaterbatas seperti ini itu tetep usaha mati-matian nyari terbaik buat sayapendidikan”
IR : “Oh Anda dulu sekolahnya di sekolahreguler terus?”
IE : “Reguler terus, reguler terus walaupun yadengan terpaksa gitu akhirnya di terimadengan itu”
IR : “Dengan terpaksa gimana? Yang terpaksapihak sekolahnya itu atau?”
IE : “Iya sekolah, pihak sekolahnya terpaksa”IR : “Kenapa?”IE : “Karena kemampuan akademiknya pas-pas
an dulu ya”IR : “Tapi Anda bisa mengikuti?”IE : “Nyaris enggak naik kelas tapi di naikkan”IR : “Oh Anda dulu pernah, nyaris enggak naik
kelas?”IE : “Iya”IR : “Itu kelas berapa?”IE : “Kelas satu SD”IR : “Oh kelas satu SD, masih kecil kok ya”IE : “Iya langganan remedial kalo dulu”IR : “Tapi masih SD?”IE : “Iya”IR : “SMP nya Anda?”
644-647)Keberhasilanpenanganan Os(S2-W1, 648-661)
Usaha orangtuamencaripendidikan terbaik(S2-W1, 662-669)
Keterpaksaanpihak sekolah (S2-W1, 670-678)
Kemampuanakademik yangkurang padaawalnya (S2-W1,679-691)
Masalah utama
202
695
700
705
710
715
720
725
730
735
IE : “Sudah cukup membaik walaupun waktusemester satu anjlok lagi karena masalahadaptasi, waktu semester dua udahmengalami peningkatan, ranking naik,naik drastis gitu. Pokoknya penyakit itumulai pas awal-awal karena itu masalahadaptasi kan adaptasi itu orang itu beda-beda, tapi adaptasi buat saya tapi di awaltu susah banget gitu”
IR : “Susahnya gimana Anda?”IE : “Adaptasi pastinya sama temen-temennya,
lingkungannya, cara mengajar guru-gurunya ada yang enak ada yang enggak”
IR : “Kalau misal enggak enak gitu Andangapain?”
IE : “Mau enggak mau ya suka enggak suka diterima, sekolah sama yang lainnya,namanya ya sekolah”
IR : “Jadi Anda enggak pernah ya sekolah disekolah khusus autis gitu ya?”
IE : “Enggak, dulu belum ada ya, dulu karenabukan belum ada tapi jarang lah”
IR : “Iya, eh kebanyakan tu temen Anda tu laki-laki apa ada yang lawan jenis?”
IE : “Apa ya?”IR : “Temennya Anda tu laki-laki atau
perempuan?”IE : “Seimbang sih ya”IR : “Kalau yang deket Anda?”IE : “Laki”IR : “Oh laki-laki, kalau pendapat Anda tentang
perempuan itu gimana?”IE : “Perempuan, eh perempuan sih kalau
konteks nya temen sih oke, temen kuliahkarena bisa lebih di, kalau perempuan buatsaya sih lebih bisa di percaya, misalnya inimenginformasikan sesuatu misalnya tugasatau misalnya apa tugas-tugas dibandinglaki-laki, karena laki-laki biasanya apalebih cuek sama tugas, jadi saya tu lebih,perempuan tu lebih mudah buat sayauntuk manfaatkan untuk misalnya ituformatnya tugas apa”
IR : “Kalau temen deket perempuan gitu Andapernah enggak?”
IE : “Enggak ada sih biasa lah, semuanya tetep
adalah penyesuaiandengan lingkunganbaru (S2-W1, 692-705)
Penerimaan diri(S2-W1, 706-710)
Saat itu jarang adasekolah autis (S2-W1, 711-714)
Dapat bertemandengan berbagaigender (S2-W1,715-722)
Pandangan tentangperempuan segiakademik (S2-W1,723-735)
Menganggapsemua teman (S2-W1, 736-739)
203
740
745
750
755
760
765
770
775
780
teman tapi hubungannya biasa”IR : “Anda lebih suka gitu ya?”IE : “Iya, perempuan tu Cuma lebih, eh lebih
bisa di percaya masalah seperti itu”IR : “Hmm seberapa aman dan nyaman gitu
apa Anda saat berada di lingkungansosial? Nyaman enggak Anda ada dilingkungan sosial? Rasa aman gak?adakekhawatiran apa gitu enggak?”
IE : “Oh enggak kekhawatiran. Saya kawatir,saya tetep khawatir karena angkatanarkeolog ni kadang meledek saya, tidaklangsung meledek-meledek saya tapi sayaenggak bisa bales bercandaannya temenmungkin susah gitu”
IR : “Meledeknya misalnya apa Anda?”IE : “Gimana ya bercanda itu, bales bercandaan
orang susah agak”IR : “Pernah enggak Anda di ejek?”IE : “Udah lupa, tapi zaman masih SD kelas
satu sampai SD kelas berapa pokoknyaawal-awal SD masih sering hampir tiaphari rasanya itu enggak enak di gangguingitu di gangguin apalah”
IR : “Kalau di gangguin itu Anda ngapain?Diem aja apa?”
IE : “Takut, panik, cemas terus pengen nangisgitu”
IR : “Tapi enggak marah-marah gitu?”IE : “Marah tapi udah lupa ya gimana”IR : “He’ee “IE : “Udah lama soalnya “IR : “Kalau di SMP, SMA, kuliah ini pernah
enggak?”IE : “Apa?”IR : “Kalau semenjak SMA, kuliah gitu pernah
enggak?”IE : “Tapi jumlahnya udah jauh lebih
berkurang, udah enggak ada, tapi bercandagitu”
IR : “Oh bercandanya itu tetep ngeledekin Andagitu?”
IE : “Tapi enggak, ehh iya gitu enggak separahwaktu zaman SD itu udah jauh lebihberkurang”
IR : “Tapi kadang-kadang ada enggak temen
Kelebihanperempuan (S2-W1, 740-742)Kesulitanberinteraksidengan orang lain(S2-W1, 743-756)
Sikap teman saatOs SD (S2-W1,757-762)
Perasaan tidaknyaman (S2-W1,763-770)
Mulai SMPlingkungan sudahmendukung (S2-W1, 771-783)
Merasa
204
785
790
795
800
805
810
815
820
825
830
yang menyinggung perasaan Anda?”IE : “Kata-kata temen yang meyinggung
perasaan itu ada ya”IR : “Misalnya?”IE : “Gimana ya? Bingung saya”IR : “He’ee, pernah enggak temen ngatain Anda
autis gitu pernah enggak?”IE : “Enggak, enggak pernah di kampus juga
enggak pernah”IR : “Berarti Anda merasa nyaman?”IE : “Sebenarnya kalau merasa nyaman
mungkin iya tapi ada tabiat-tabiat temenyang bikin saya risih deket trus gitu,sebenernya sih nyaman”
IR : “Iya”IE : “Karena enggak ada yang ngejek-ngejek
gila apa, enggak-enggak, enggak ada yangkayak gitu. SMA SMP juga enggakpernah”
IR : “Kalau dulu zaman-zaman SMA gitupernah enggak Anda naksir cewek?”
IE : “Pernah waktu SMP kelas dua itu temensekelas, tinggi, ehh tingginya sama.Awalnya dia masih single ternyata udahpunya cowok tapi baru aja putus ternyata,beberapa waktu kemudian udah tahu kalauputus gitu”
IR : “Tapi apa yang dilakukan Anda?”IE : “Ya nembak, tapi akhirnya enggak jadi,
jadinya karen dia udah punya pacar gitu”IR : “Tapi Anda berani nembak gitu?”IE : “Berani sampai temen-temen nyorak-
nyorak, temen sekelas tu waktu SMP”IR : “Iya, kalau SMA gitu?”IE : “Enggak”IR : “Oh enggak, kalau kuliah ini juga
enggak?”IE : “Enggak”IR : “Kenapa enggak?”IE : “Mau konsentrasi kuliah dulu”IR : “Terus apa yang enggak Anda sukai saat
berinteraksi dengan orang lain itu apa?”IE : “Misalnya tiba-tiba ngobrol sama temen-
temen tu tapi dengan inisiatif ngomongtapi dengan ehh topik yang tidak sayasukai misalnya tentang bola, ehh
tersinggung (S2-W1, 784-786)Lingkungankampusmendukung (S2-W1, 787-793)
Sikap teman yangsedikitmengganggu (S2-W1, 794-799)
Teman yangpengertian (S2-W1, 800-803)
Perempuan yangdisukai (S2-W1,804-811)
Menunjukanperasaan suka (S2-W1, 812-817)
Hanya fokuskuliah (S2-W1,818-824)
Topik yang tidakmenarik (S2-W1,825-834)
205
835
840
845
850
855
860
865
870
875
bagaimana segala hal tentang bola,mungkin film tidak terlalu update tentangfilm walaupun Cuma tahu gitu-gitudoang”
IR : “Kalau berinteraksi kayak apa eh tatapmuka atau bersalaman itu udah enggakmasalah ya buat Anda?”
IE : “Enggak sih”IR : “Kadang-kadang risih gitu enggak?”IE : “Enggak”IR : “Oh ya, bagaimana lingkungan rumahnya
Anda? Eh Anda tu lingkungannya di kotaatau?”
IE : “Ya masuk kota sih sebenernya”IR : “Dimana? Bekasi ya?”IE : “He’ee Bekasi”IR : “Kalau di lingkungan rumah Anda tu ehh
jadi rumahnya banyak gitu apa gimana?”IE : “Ohh iya tapi karena anak-anaknya udah
pada gede jadi rumahnya terasa sepi gitujadi udah udah sering gimana ya,pokoknya nyaman, karena anak-anaknyaudah pada gede-gede gitu udah padakuliah atau apa mencar-mencar gitu, adayang ke luar kota gimana jadi tetepkondusif”
IR : “He’ee, bagaimana sumber keuangan Andaselama ini?”
IE : “Eh cukup, pas jadi enggak terlalu kurang,tapi berlebih juga enggak tapi taraf yangcukup”
IR : “Biasanya Anda uang tu di pakai sebulanya?”
IE : “Iya itu pas malah lebih dari pas”IR : “Biasanya berapa Anda?”IE : “ barapa ya Dapat satu ehh satu”IR : “Satu juta gitu?”IE : “Iya”IR : “Ditabung , ehh seneng enggak Anda di
tabung?”IE : “Di tabung kalau memungkinkan di
tabung”IR : “Jadi kalau Anda butuh buku atau apa gitu
bilang sama ibu?”IE : “Eh kalau yang ehh iya kalau yang
Penting -penting iya bisa tapi kadang juga
Tidak bermasalahdengan kontakfisik (S2-W1, 835-840)
Nyaman dankondusif denganlingungan rumahyang sepi (S2-W1,841-856)
Keuangan yangterpenuhi (S2-W1,857-868)
Suka menabung(S2-W1, 869-872)
Dapat mengaturkeuangan (S2-W1,873-880)
206
880
885
890
895
900
905
910
915
920
patungan di tambahin patungan”IR : “Ditambahin sama tabungannya Anda?”IE : “He’ee patungan dengan orang tua
misalnya”IR : “Kalau fasilitas Anda itu terpenuhi enggak
disini?”IE : “Fasilitas?”IR : “He’ee”IE : “Fasilitas itu ya terpenuhi “IR : “Misalnya apa handphone, laptop?”IE : “Handphone, modem, laptop,”IR : “Ada enggak keinginan Anda yang belum
terpenuhi gitu?”IE : “Liburan ke luar negeri itu”IR : “He’ee”IE : “Liburan ke negeri tetangga gitu, memori
eksternal karena kapasitasnya kecil karenakapasitasnya hard disk sudah terpakai jadibutuh alat penyimpanan, media biarkinerjanya enggak berat”
IR : “Berarti selama ini Anda cukup enggakdalam hal materi?”
IE : “Kalau materi mungkin tergoda dengan hal-hal yang baru tapi usahakan konsistendalam hal yang udah di miliki saat ini.saya juga terpikir kalau ganti-ganti barangitu pasti ntar repot lagi pasang-pasangnomor telepon apa gitu”
IR : “Jadi Anda telah merasa cukup?”IE : “Cukup, ya walaupun enggak puas tapi
levelnya ya cukup”IR : “Yang penting kebutuhan-kebutuhan Anda
kuliah terpenuhi ya?”IE : “Iya, bisa beli alat tulis atau apa, buku
kuliah sudah ada, bisa fotocopy bisaapalah pokoknya buat kuliah penting-penting”
IR : “Menurut Anda tu bagaimana peluangAnda untuk berprestasi?”
IE : “Peluang?”IR : “Iya”IE : “Peluang buat berprestasi?”IR : “He’ee”IE : “Ehh untuk berprestasi tu agak susah ya
karena berprestasi itu tergantung di balikke pribadinya masing-masing buat Saya tu
Fasilitas terpenuhi( S2-W1, 881-887)
Keinginan yangbelum terpenuhi(S2-W1, 888-896)
Kemampuanmenahan diri (S2-W1, 897-907)
Fasilitas kuliahterpenting (S2-W1,908-913)
Optimis (S2-W1,914-928)
207
925
930
935
940
945
950
955
960
965
misalnya Sayanya mau berusaha apa gitukan pasti sesuatu yang mustahil itu akanterjadi misalnya eh juara satu apa gitukalau selalu berusaha tapi orang tua akantetep menghargaiya apapun juaranya atauapa gitu, tidak memaksa juga”
IR : “Kalau selama ini Anda pernah enggakdapet juara apa gitu?”
IE : “Pernah dulu juara harapan aritmatika”IR : “Terus?”IE : “Ya udah lupa itu karena udah lama banget
itu”IR : “Terus kalau main musik itu pernah
enggak Anda dapet juara?”IE : “Enggak”IR : “Ceritakan bagaimana Anda tu
mendapatkan informasi dan keterampilangitu yang udah Anda miliki?”
IE : “Apa ya? Informasi?”IR : “Informasi he’ee, Anda dapet informasi itu
biasanya darimana?”IE : “ Info apa?”IR : “Info ehh dari keterempilan yang Anda
miliki gitu?”IE : “He’eehh”IR : “Itu biasanya Anda dapat informasi itu
darimana?”IE : “Keterampilan, ehh dari mana ya, les-les
gitu ya mungkin rasa ingin tahu, rasa ingintahu, rasa ingin tahu sama nanyananya inigimana, ini les nya ngadain apa aja nikegiatannya apa aja ni, gitu banyak”
IR : “Jadi Cuma nanya-nanya? Ada dari TVatau majalah gitu enggak Anda?”
IE : “Apa?”IR : “Kalau informasi-informasi, Anda seneng
baca buku gitu enggak?”IE : “Enggak sih baca buku sih enggak, paling
baca buku kuliah ya kadang iya, kadangenggak”
IR : “Kalau buku majalah atau novel apa gituseneng enggak?”
IE : “Enggak kalau majalah, kan sekarang adaberita online jadi seneng berita online
IR : “Jadi seneng online ya?”IE : “He’ee jadi selalu update kayak
Prestasi bidangakademik (S2-W1,929-937)
Peluangmemperolehketerampilan (S2-W1, 938-954)
Suka mengaksesinformasi online(S2-W1, 955-966)
Sumber informasi(S2-W1, 967-969)
208
970
975
980
985
990
995
1000
1005
1010
kompas.com apa gitu detik news”IR : “Jadi kayak keterampilan, ehh jadi Anda
dulu tu les-les pelajaran ya”IE : “Dulu pernah tapi enggak fanatik-fanatik
banget Cuma untuk persiapan untukpemantapan supaya enggak remedialwalaupun hasilnya ya sedikit walaupunenggak ini-ini banget ya kecuali les privat,saya les privat dengan bantuan guru-guru,akhirnya saya bisa les privat dengan syaratgurunya kalau di sekolah tidak boleh,tidak boleh mengikuti les dengan guruyang mengajar gitu harus beda guru itu diusahain sama ibu saya”
IR : “Kalau di kuliah ini Anda kesulitan enggakkalau buat belajar?”
IE : “Eh bahasa inggrisnya tebel diktatnya gitu,refleknya kadang suka susah gitu,bacaannya banyak”
IR : “Kesulitannya Cuma itu?”IE : “Bacaannya banyak, sulit”IR : “Pelajaran yang Anda sukai kuliah ini
apa?”IE : “Eh apa ya, bingung.. fosiologi karena
tentang permusiuman jadi standarisasimuseum jadi bagaimana museum diindonesia tahu kenapa museum itu sepigitu, ada strategi apa supaya itu menjadihal yang menarik apa bukan hanyamenyimpan benda-benda antik gitu”
IR : “Awalnya Anda kenapa bisa tertarik samaarkeologi gitu?”
IE : “Arkeologi itu kan mempelajar ilmupeninggalan masa lalu tapi bisamenjelaskan berbagai hal tentang sudutpandang tidak seperti waktu zamansekolah hanya bisa menjelaskan yangsudah di jelaskan dibuku itu tapi melaluiberdasarkan penelitian-penelitian iniakhirnya jadi tahu ini mengapa jadikenapa candi di dirikan jadi ada berbagaimacam alasan yang membuat sayasemakin berpikir dari pendapat berapa ahliini, borobudur ini ada beberapa ahli yangmengatakan ini ini ini gini “
IR : “Anda hafal enggak materi-materi di luar
Upayameningkatkanakademik denganles dan privat (S2-W1, 970-982)
Kesulitan bahasainggris (S2-W1,983-989)
Berpikir kreatif(S2-W1, 990-998)
Ketertarikanterhadap bendabersejarah (S2-W1,999-1013)
Ingatan yang kuat
209
1015
1020
1025
1030
1035
1040
1045
1050
1055
1060
kepala gini?”IE : “Tergantung materinya sih kalau dalam
bentuk ujian take home saya enggak perluasal saya udah baca buku tinggal di salin “
IR : “Jadi enggak perlu di cari-cari udah ingetya?”
IE : “Iya, bukan sudah inget juga tapi paham,udah inget pun udah satu kesatuan yanggak bisa dipisahin, hafal aja tapi enggakpaham susah”
IR : “Anda biasanya kalau baca harus pahamya?”
IE : “Iya, makanya kuliah dari semester satumasuk karena kuliah ini sistem matakuliah berantai yang berlanjut, satukesatuan mau enggak mau saya harusmasuk terus karena nanti siapa tahu yangbuat ujian itu di keluarin, karena biasanyabaca buku, fotocopy buku yang dipelajariwalaupun persiapannya enggak banyak”
IR : “Berarti Anda kuliahnya sering eh pernahenggak, enggak masuk gitu?”
IE : “Ya paling ini dua kali enggak masuk,paling dua kali enggak masuk enggakpernah tiga kali, enggak pernah empatkali”
IR : “Berarti dari dulu Anda sering masuk ya?”IE : “Apa?”IR : “Sering berangkat kuliah?”IE : “Iya”IR : “Kemarin yang tentang diet itu ya Anda,
itu dietnya apa aja?”IE : “Eh kalau Saya sih diet itu mie”IR : “He’ee”IE : “Spageti, atau dia dari protein susu ya
spageti”IR : “Karena dari tepung terigu juga ya”IE : “He’eem bahannya tapi dari protein susu
murni juga gak bisa”IR : “Roti gitu?”IE : “Roti bisa tapi enggak bisa banyak”IR : “Terus apa lagi Anda?”IE : “Susu sapi murni yang bener-bener asli
dari sapinya”IR : “Itu juga bener-bener enggak boleh makan
itu?”
(S2-W1, 1014-1020)
Pemahaman kuat(S2-W1, 1021-1024)
Tanggung jawabatas kuliahnya (S2-W1, 1025-1034)
Rajin berangkatkuliah (S2-W1,1035-1044)
Jenis makanan diet(S2-W1, 1045-1058)
Pantanganmakanan (S2-W1,1059-1066)
210
1065
1070
1075
1080
1085
1090
1095
1100
1105
IE : “Pernah tapi jarang kalau mie kadang-kadang, seminggu sekali itu mungkin limahari sekali”
IR : “Oh tapi pantangan tapi enggak begituya?”
IE : “Pantangan iya tapi enggak dilarang”IR : “Oh jadi kalo seandainya melanggar Anda
dampaknya apa?”IE : “Pusing beberapa saat terus emosi naik
labil, cenderung labil”IR : “Terus habis itu hilang?”IE : “Hilang sendiri biasanya beberapa waktu
tapi enggak nyampe sehari, enggaknyampe dua belas jam juga enggaknyampe”
IR : “Tapi emosinya hanya di dalam diri gituya?”
IE : “Iya, secara fisik ya”IR : “Terus bagaimana pendapat Anda
mengenai lingkungan sekitar Anda?”IE : “Eh lingkungan bagi saya itu cukup
terbuka, dalam arti eh dalam arti semuabisa menerima, saya memiliki kebebasanuntuk ya berekspresi kebebasan untukmenyampaikan pendapat, kebebasan untukberbicara, kebebasan untuk apa ya selamakebebasan itu ya itu termasuk pada teman-teman”
IR :“Berarti lingkungan Anda mendukung ya?”IE : “Cukup mendukung”IR : “Berarti Anda enggak ada masalah kalau di
lingkungan?”IE : “He’ee cukup mendukung lah”IR : “Eh Anda terlibat enggak dalam aktivitas
di lingkungan?”IE : “Kalau terlibat aktivitas sih enggak ikut
apa-apa ya, enggak ikut organisasi apa-apaterus enggak ikut ehh, enggak ikutpokoknya enggak ikut yang sifatnya BEMapa gitu, paling ya hee terlibatnya dalamarti misalnya diperbantukan dalamkegiatan apa, kegiatan apa gitu
IR : “Oh terkadang aja gitu?”IE : “Eh pernah dulu waktu zaman-zamannya
baru masuk kuliah khusus jurusan, itubikin stan terus jaga, kerjasama terlibat
Makananberpengaruh padaemosi (S2-W1,1067-1070)Kuantitasgangguan emosi(S2-W1, 1071-1078)
Dukunganlingkungan berupakebebasan (S2-W1, 1079-1093)
Keterlibatan dalamlingkungan (S2-W1, 1094-1107)
211
1110
1115
1120
1125
1130
1135
1140
1145
1150
saya dilibatkan”IR : “Anda juga seneng?”IE : “Seneng sih karena selain itu nambah
pengalaman, juga kerja gitu ada jugawaktu ini latihan inagurasi di libatkanwalaupun hanya pemain figuran itu,pokoknya wajib eh wajib ikut tanpakecuali”
IR : “Terus Anda kalau pergi kemana-mana itubiasanya pakai kendaraan apa?”
IE : “Eh kendaraan sepeda karena sepeda motoritu sebenarnya ada di rumah cuma orangtua enggak kasih ijin”
IR : “Ehh”IE : “Katanya takutnya resikonya eh resikonya
khawatir resiko”IR : “Itu kalau pergi jauh-jauh gitu Anda?”IE : “Oh kalau pergi jauh-jauh?”IR : “He’ee”IE : “Kendaraan umum kayak trans jogya”IR : “Oh iyaa”IE : “Angkot ya sampe yang cuma sampai
ashar gitu, oh mungkin kalau ada acara-acara apa-apa mungkin misalnya waktuacara jurusan ke candi-candi gitunumpang ke motor temen gitu”
IR : “Eh tapi Anda bisa naik motor enggak?”IE : “Enggak, dulu sih pernah latihan tapi di
rumah sudah lupa”IR : “Enggak boleh sama ibu ya?”IE : “Enggak di kasih ijin”IR : “Anda pernah enggak melanggar misalnya
ibu enggak boleh ini terus Andamelanggar itu pernah enggak?”
IE : “Kadang, ngelanggar paling kadangenggak boleh, ngelanggar apa, banyak?”
IR : “Ya seandainya ibu enggak bolehinngijinin naik motor, pernah enggak Andanyuri-nyuri naik motor gitu?”
IE : “Enggak”IR : “Enggak ya?”IE : “Enggak, karena dari SMA sebelum naik
sepeda bolak-balik, naik ojek”IR : “Soalnya biar lebih aman aja ya?”IE : “Iya, terus karena sekolahnya sama dengan
kakak jadi boncengan sama kakak, eh
Dapat berbaurdenganlingkungan( S2-W1, 1108-1114)
Alattransportasinyaadalah sepeda dankendaraan umum(S2-W1, 1115-1128)
Sikap memintabantuan (S2-W1,1129-1132)
Patuh denganperintah orangtua(S2-W1, 1133-1146)
Memiliki sikaptolong menolongterhadap saudara(S2-W1, 1147-1154)
212
1155
1160
1165
1170
1175
1180
1185
1190
1195
waktu itu kakak tu SMA saya SMPboncengan bareng”
IR : “Terus Anda kedekatan sama saudara,keluarga itu gimana?”
IE : “Gimana ya kalau saudara, terus keluargaitu mungkin kalau saudara ya jarangketemu ya”
IR : “Iya”IE : “Maksudnya ya bukan keluarga inti karena
ketemunya saat moment-moment tertentukayak lebaran atau mungkin ada acarakeluarga apa resepsi dan lain sebagainyatapi kalau keluarga inti itu dekat karenaselama saya ada di rumah itu setiap hariketemu gitu walaupun eh sekarang kakak-kakak saya itu, kakak kedua saya terutamaenggak ketemu bahkan baru tengah malembaru ketemu karena ngelembur kerja,kalau kakak pertama masih bisa ketemu,setiap hari ketemu karena pulang itumungkin paling telat itu jam delapan, jamtujuh kalau enggak ada lembur juga tapisibuk kerja”
IR : “Anda sering cerita berukar pikiran gituenggak?”
IE : “Sering”IR : “Sama kakak?”IE : “Pengalaman sehari-hari ya, oh ya tadi eh
pengalaman sehari-hari biasanya ibu ceritatentang masalah ni, eh ujian ini ni, ujiankalau ngeluh masalah-masalah kuliah,kalau ngeluh masalah sikap ke temen,kalau ngeluh masalah eh mata kuliahnyasusah apa gitu, curhat”
IR : “Oh tapi kalau kakak kedua emang enggakpernah ketemu ya Anda?”
IE : “Kenapa?”IR : “Kalau kakak kedua emang lagi jarang di
rumah ya?”IE : “Setiap hari ada cuma pulangnya kalau hari
kerja dari pagi sampai malem, malemnyajuga malem menjelang dini hari palingcepet ya jam setengah dua belas malemtapi ya tetap masih bertatap muka ya kalausaya belum tidur, kalau sekarang-sekarangya”
Jarang bertemudengan keluargabesar (S2-W1,1155-1164)
Perhatian dengansaudara (S2-W1,1165-1175)
Kebiasaan sharingdengan anggotakeluarga (S2-W1,1176-1186)
Kepedulianterhadap keluarga(S2-W1, 1187-1204)
213
1200
1205
1210
1215
1220
1225
1230
1235
1240
IR : “Iya”IE : “Masih job training”IR : “Oh berarti apa Anda apa tu kakaknya udah
kerja semua?”IE : “He’ee, udah kerja, yang satu udah nikah,
yang kedua tahun depan insyaallah”IR : “Anda sering enggak menghubungi
keluarga kalau di kos?”IE : “Paling kontak eh dulu pernah waktu
zaman-zaman masuk awal kuliah paketelpon cdma esia ya”
IR : “Oh iyaa yaa”IE : “Itu terkadang-kadang kalau ada yang
darurat banget apa gitu baru, tapi kalausekarang kan ada bb, semua pakai bb jadibbman paling maksimal itu”
IR : “Setiap hari Anda bbm an sama ibu itu?”IE : “Eh enggak terkadang, kadang-kadang
enggak setiap hari”IR : “Kalau ibu sering ngontrol kegiatan Anda
enggak setiap hari?ngapain aja ini”IE : “Eh kadang, enggak sih kalau sekarang
enggak ya, jarang bukannya enggakpernah ya jarang”
IR : “Oh ya menurut Anda tu kemandiriannyaAnda tu udah mandiri belum dalampekerjan rumah atau apa-apa?”
IE : “Belum karena kalau alasannya beberapaalasan ni karena saya misalnya sayabersih-bersih kapan susah ngatur jadwalbersih-bersih kamar gitu, di rumahterbiasa dengan pembantu gitu jadi agaksulit gitu, itu kesulitan yang pertama”
IR : “He’ee”IE : “Kesulitan yang kedua ngatur-ngatur
jadwal, misalnya kapan ya oke kalaukuliah ya no problem karena udah jamnya,udah itu kecuali ada kuliah penggantingatur jadwal lagi kapan harus lama di kosjuga harus di kampus dengan pengertian tuya untuk keperluan tugas itu sedikit sulitjuga sih tapi enggak sulit-sulit amat sih”
IR : “Anda kalau di rumah berarti pernahmengerjakan pekerjaan rumah enggak?”
IE : “Selalu kalau zaman sekolah dulu”IR : “Jadi bantu-bantu ibu gitu?”
Memaksimalkanteknologi (S2-W1,1205-1214)
Intensitaskomunikasi denganorangtua (S2-W1,1215-1222)
Hambatanmengerjakanpekerjaan rumah(S2-W1, 1223-1240)
Sikap bertanggungjawab (S2-W1,1241-1252)
214
1245
1250
1255
1260
1265
1270
1275
1280
1285
1290
IE : “Eh iya, kalau eh soalnya jagain rumahkarena yang lainnya pada pergi kerumahpernah, bersih-bersih nyapu, ngepelpernah, jaga rumah tu kalau lagi enggakada orang sama sekali”
IR : “Jadi Anda bisa kok ya mengerjakanpekerjaan rumah?”
IE : “Cukup bisa alhamdulilah”IR : “Oh ya kalau menurut Anda tu Anda sudah
bisa di banggakan gitu enggak?”IE : “Kalau mungkin bagi orang tua iya karena
parameternya itu sampai jenjangpendidikan tinggi, jadi udah sampai ituudah semua, masuk UMPTN itu pokoknyaparameternya itu yang penting udahsampai jenjang pendidikannya itu”
IR : “Tinggi ya?”IE : “Tinggi enggak males - malesan,
parameternya ya enggak Cuma itu aja”IR : “Kalau menurut Anda itu pendidikan itu
penting enggak Anda?”IE : “Penting karena dengan pendidikan itu kita
terus berilmu tapi ilmu juga enggak cukupya?”
IR : “Iya”IE : “Sikap apa wawasan itu juga perlu,
pendidikan karena menurut saya kaya S2S3 berarti kan makin memperdalam kanmakin, makin menyempit materi danmakin tantangannya makin besar”
IR : “Berarti menurut Anda tu pendidikan tuberpengaruh ya buat kehidupan Anda?”
IE : “Jelas, sepertinya kalau S1 tu kurang ya,ada yang kurang gitu?”
IR : “Iya”IE : “Kalau S2 kan ada peminatan ini
peminatan itu”IR : “Jadi kalau Anda bisa seperti ini tu
pendidikan dari dulu, dari kecil tuberpengaruh sekali ya?”
IE : “Berpengaruh”IR : “Oh ya hobi Anda apa?”IE : “Hobi tu biasa kadang nonton tv, main
internet, baca berita, sosial working, maingame online, main game”
IR : “Oh ya coba ceritakan cita-cita Anda itu
Pendidikan suatuyangmembanggakan(S2-W1, 1253-1263)
Sikap danwawasan adalahpelengkappendidikan (S2-W1, 1264-1274)
Tidak mudahmerasa puas (S2-W1, 1275-1281)
Pendidikan sangatberpengaruh (S2-W1, 1282-1285)
Senang pada mediaelektronik (S2-W1,1286-1289)
Telah memilikiperubahan cara
215
1295
1300
1305
1310
1315
1320
1325
1330
1335
apa?”IE : “Awalnya karena pengen masuk arkeologi,
pengennya ya jadi arkeolog lah”IR : “He’eem”IE : “Tapi ada entah kenapa suatu hari mungkin
berubah lagi pengen jadi dosen karena adangeliat dosen senior tu waktu mengajarngajarnya enak, jelas mudah di pahami tu,itu yang bikin terinspirasi karenamenyampaikan materi ke mahasiswa gitu,memperbaiki kemampuan secarakomunikasi juga, saya juga jadi dosenkomunikasinya harus bagus”
IR : “Jadi Anda pengen S2 ngelanjutinpendidikan gitu enggak?”
IE : “He’ee”IR : “Anda pengen S2 ke mana?”IE : “Pengennya sih jauh ke luar negeri”IR : “Oh”IE : “Belanda nyari beasiswa entar”IR : “Terus hal yang ingin di capai Anda dalam
kehidupan itu apa?”IE : “Hal yang ingin di capai?”IR : “He’ee”IE : “Hal yang ingin di capai itu Saya mandiri
karena dengan mandiri walaupun orangtua sudah meninggal tapi biar enggaknyusahin apa, kalau terjadi apa-apa, yangkedua lulus, bisa lulus S1, syukur-syukurbisa kuliah di S2, doktor di S3 gitu, ituharapan juga yang ketiga pengendibanggain tetep enggak ngecewain dikeluarga terutama orang tua, karena orangtua udah usahain susah payah gimanapunjuga, usahain apa-apa buat saya gitu”
IR :“Kalau Anda apa sering ibadah gitu enggakAnda?”
IE : “Iya walaupun mungkin telat ya, telatmaksudnya setelah adzan, kalau pagi telat,selalu telat kalo pagi”
IR : “Berarti apa hal yang ingin dicapai Andatadi itu tadi ada lagi gak Anda? Apa yangbermanfaat gitu?”
IE : “Mencapai hidup bahagia, kalau hidup itukadang bahagia kadang enggak tapibahagia tu udah ungkapan kesenangan kita
pandang (S2-W1,1290-1299)
Inginmengembangkankemampuan (S2-W1, 1300-1303)Keinginanmelanjutkanpendidikan (S2-W1, 1304-1310)
Keinginan mandiri(S2-W1, 1311-1318)
Pendidikan tinggi(S2-W1, 1322-1325)
Selalu beribadah(S2-W1, 1326-1330)
Bahagia adalahungkapan rasasyukur (S2-W1,1331-1338)
216
1340
1345
1350
1355
1360
1365
1370
1375
1380
dalam berkehidupan tu kita bisa lebihenjoy bisa lebih santai, bahagia lah ”
IR : “Menurut Anda, sekarang Anda sudahbahagia belum?”
IE : “Bahagia sudah , karena cukup bahagiakarena kebutuhan saya melebihi sudahdipenuhi yang tidak mampu tidakmemahami,Alhamdulillah itu juga sudah ,bahagia udah punya tabungan itu bahagia”
IR : “Parameter kebahagiaan Anda apa?”IE : “Parameter kebahagiaan itu untuk
mahasiswa seperti saya nilainya, enggakngulang mata kuliah parameternya, yangpertama enggak ngulang mata kuliah,yang ke dua bisa di terima di pergaulanbaik temen maupun kampus kakakangkatan, yang ke tiga bisa nyenenginorang tua, yang ke empat eh pokoknyayang ke empat bisa adaptasi, cepat adapasisituasi yang enggak pernah kita, cepetadaptasi tu udah seneng banget itu,”
IR : “Terus Anda menurut Anda apa sudah bisaberadaptasi?”
IE : “Barang kali belum parameter tadi belum,terutama tadi masalah pertemanan maupunmereka sih tidak ngapa-ngapain saya,Cuma saya yang agak sulit deketin merekagitu, tapi udah setengah jalan gitulahHmm lupa, hehe”
IR : “Oh ya menurut Anda tu kualitas hidupAnda tu gimana? Apa udah”
IE : “Cukup terpenuhi ya karena untuk disini yakarena selama tinggal orang tua sudahmencukupi uang”
IR : “Berarti menurut Anda tu apa, eh kualitashidup Anda tu udah cukup baik apa?”
IE : “Iya cukup baik, parameternya ya apa,kesehatan udah, paling dulu pernah sakittapi sekarang udah enggak sakit, ehparameternya jarang sakit”
IR : “He’eeh”IE : “Yang ke dua biaya hidupnya sudah cukup,
udah lebih dari cukup, biaya hidupnya dariorang tua, eh apalagi ya, ya dua ituparameter utama”
IR : “Anda sudah merasa senang kok ya? Ada
Merasa bahagia(S2-W1, 1339-1345)
Harapan berhasildalam akademik,keluarga, danditerimadilingkungan (S2-W1, 1346-1354)
Kesulitan dalamberteman adalahberadaptasi (S2-W1, 1355-1357)Berusaha berteman(S2-W1, 1358-1365)
Materi sangatterpenuhi (S2-W1,1366-1370)
Sehat secara fisik(S2-W1, 1371-1377)
Biaya hidupterpenuhi (S2-W1,1378-1381)
Perasaan khawatir
217
1385
1390
1395
1400
1405
1410
enggak Anda hal yang mengganjal apagitu?”
IE : “Mengganjal paling ya apa sih belummandiri seratus persen takutnya orang tuameninggal, kadang kepikiran gitu kokkalau di yogya ibu lagi sakit, khawatir, dihati itu ada yang nyangkut itu”
IR : “Cuma itu aja Anda?”IE : “ hah?”IR : “Cuma itu aja berarti?”IE : “Iya, keluarga iya”IR : “Jadi menurut Anda, Anda tu kualitas
hidupnya sudah cukup baik ya?”IE : “Sudah”IR : “Jadi sampai sekarang dari kecil Anda
peningkatannya sudah bagus gitu yaAnda?”
IE : “Iya semakin, eh kalau grafik berarti naik”IR : “Hehe”IE : “Kalau grafik”IR : “Iya, eh jadi itu aja Anda, eh jadi makasih
eh apa Anda udah banyak bantuin untukskripsi”
IE : “Iya sama-sama, kalau buat skripsi enggakapa-apa, penting gitu, Seneng bisa bantugitu”
IR : “Iya, soalnya apa Anda udah bantu banget,udah banyak manfaatnya”
IE : “Eh gak apa-apa, jadi punya temen barujuga”
IR : “Iya, makasih banyak ya Anda”IE : “Iya”
(S2-W1, 1382-1389)
Merasa berkualitashidup positif (S2-W1, 1390-1396)
Banyak kemajuan(S2-W1, 1397-1402)
Ikhlas membantu(S2-W1, 1403-1412)
Penutupan (S2-W1, 1413-1414)
218
Lampiran 3
Koding: SO1-W1
A. Identitas Subjek
Nama subjek : Prihatsari Prawoto
Usia : 44 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jenis pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Sunan Ampel 161A, Jaban, Sleman.
B. Waktu dan Lokasi Wawancara
Tanggal Wawancara : 7 Desember 2011
Waktu Wawancara : Pukul 16.45 – 17.30 WIB
Lokasi Wawancara : Rumah significant other di Jalan Sunan Ampel,
Sleman
C. Keterangan
IE : Interviewee
IR : Interviewer
219
Baris Uraian Tema1
5
10
15
20
25
30
35
40
45
IR : “Ibu, saya mau tanya juga sama ibu?”IE : “Boleh boleh boleh”IR : “ Apa, ya kalau ini tadi jenis yang
dialami “Td” ini asperger ya bu?”IE : “Asperger iya, jenisnya asperger”IR : “Terus pendidikan yang seperti apa bu
yang sudah pernah “Td” jalani darimasih kecil ?”
IE : “Oh kalau masih kecil itu kebetulankan saya pindah-pindah ya, jadimaksudnya bapaknya pindah-pindah, dari saya mengetahui diaautis itu eh pada waktu usia tigatahun, kenapa anak ini gak bisangomong, cuman gak ngerti ini apagitu, kalau ke dokter itu diperiksasemuanya sehat semuanya gitu kan,cuman saya ngerasa kok ada yangbeda dengan perilaku anak ini, padawaktu itu kami tugasnya dikalimantan , terus akhirnya kesinidiperiksa ke tumbuh kembang anak.Di Profesor Sumartini”.
IR : “Oh iyaa”IE : “He’ee terus diperiksa disitu, terus
dilihat..lihat-lihat, oh ini sepertinyaada gangguan pada syarafsosialisasinya gitu yang tidakberkembang imbang gitu lho. Jadiwaktu itu tu autis tu bener-bener apasih ini gitu lho kenapa sih ini terusakhirnya saya, waktu itu gakngomong sama sekali, akhirnya sayaitu dikasih karena jauh ya dikasihbekal untuk menerapi dia sendirigitu lho”
IR : “Oh iyaa, jadi ibu sendiri?”IE : “ Saya terapi sendiri, jadi kalau
misalkan dia makan segala macemuntuk mefokuskan eh matanya jugaseperti itu. Jadi kalau misalkan,makan kan biasanya cuman nyari,nunjuk dan kita kasih gitu ya”
IR : “He’ee, iya”IE : “Jadi itu udah langsung dirubah
Pembukaan(W1, 1-5)
Gejala autis berupaketerlambatanbicara(SO1-W1, 6-19)
Diagnosa awal berupagangguan pada syaraf(SO1-W1, 20-29)
Minimnya penetahuantentang autis (SO1-W1, 30-33)
Terapi wicaradilakukan ibu sendiri(SO1-W1, 34-50)
220
50
55
60
65
70
75
80
85
90
polanya gitu lho, pola pola itunyadirubah. Makan, M-A-K-A-N jadidia harus ngomong, harus ngomong,harus dia ngomong kalau gakngomong enggak dikasih makan,biarin aja kan lama-lama dia akanterdesak kan jadi terpaksa dia untukngomong gitu lho”.
IR : “Iya”IE : “Emang keras sih saya ini, tapi
alhamdulilah dia ngomong”.IR : “He’eemm”IE : “ Tapi ya perilaku selanjutnya ya
gitulah lari-lari, hiperaktif gitu ya,karena memang kontrolnya kurang,terus dari itu kita pindah keSelekonto, selekonto itu”
IR : “ He’eem”IE : “ Terus itu “Td” tu pas dua SD. Anak
ini ada kenapa ya kok anak ini,cuman di TK itu dia udah bisa nulis,udah bisa ini”.
IR : “Ohh”IE : “Udah bisa ini jadi nulis langsung gak
usah ngajarin gitu lho, apa bisa nulisbisa gitu lho”
IR : “Eh, hee’ee jadi TK sama SD nya jugaSD biasa ya?”
IE : “ He umum umum, terus di ini sayatahu eh terapi Profesor Keni”
IR : “Oh yaa”IE : “Nah saya terapi disitu kan memang
cocok-cocokan ya disitu akhirnyadikasih, eh ini eh apa untuk dietnyaini ini ini ini jadi glutein, kafein danapa ya glukosa, ya itu terus sayajalankan, ya alhamdulilah adaperkembangannya gitu lho. Dia SDSD normal gitu lho, masuknya SDumum”
IR : “He’ee”IE : “Iya, he’ee juga lulusnya di sini juga”IR : “SD nya disini?”IE : “He’eh, lulus SD nya disitu itu”IR : “Jadi ibu pas udah pindah-pindah disini?”IE : “Iya, pindah disini, he’ee, kelas lima saya
Keberhasilan terapiwicara( SO1-W1, 51-57)
Perilakunya berupahiperaktif (SO1-W1,58-63)
Bagus dalamketerampilan motorikhalus (SO1-W1, 64-74)
Terapi yang cocokadalah diet (SO1-W1,75-83)
Kehidupan masihseperti anak normal(SO1-W1, 84-104)
221
95
100
105
110
115
120
125
130
135
pindah disini. Naik sepeda sendiri,kan SD nya disitu, naik sepedasendiri, ini sendiri gak masalah,berangkat pagi pulang, ini-ini sendirigitu lho, dia tidak itu, dari SD keSMP, SMP nah ini mulai adaproblem gitu lho, maksudnyaproblem dengan lingkungannya gitu”.
IR : “Jadi “Td” sempet sekolah di SMP?”IE : “SMP, SMP umum, MAN disini”IR : “Oh, ya”IE : “ Ya terus kalau dari segi pelajaran
mungkin ada beberapa yang kecualiseperti bahasa indonesia, kemudianips, ppkn mungkin susah ya untukdia gitu lho. Tapi, kalo yang sepertiipa, matematika, segala macem itu”.
IR : “Bisa?”IE : “Bisa, iya gitu bisa dia. Oh les dia les
dimana di primagama juga ikut gitulho makudnya pede anak ini gitu lho.Ya udah di SMP gurunya mulai udahenggak nyaman, lingkungannyaudah enggak bisa nerima dia”.
IR : “ Tapi gurunya mengerti enggak ya bu?”IE : “Gurunya itu ada yang mengerti ada
yang tidak, kan beda dengan SD.Kalau SD kan gurunya cuman satuwali kelas kan paling guru agamakan gitu, tiga lah paling. Tapi, kalauSMP kan enggak satu mata kuliahdan tidak semua guru kan bisamenerima”.
IR : “Iya”IE : “Akhirnya gitu mulai timbul, kenapa
begini begini begini dan yangmenyedihkan lagi itu hampir setiaphari itu saya dipanggil di sekolahan,yang katanya “Td” mukulin oranglah, yang katanya ini. “Td” kenapa,katanya saya disuruh dengan temensaya dengan ini gitu lho. Akhirnyakan lingkungannya enggakmendukung ya”.
IR : “Iya”IE : “Gitu saya pikir-pikir anak ini stres, saya
Menguasai hitungandaripada pemahaman(SO1-W1, 105-111)
Sebenarnya “Td” anakpercaya diri(SO1-W1,112-114)Penolakan oleh guru(SO1-W1, 115-129)
Lingkungan tidakmendukung (SO1-W1,130-136)
Gagal mencari sekolah
222
140
145
150
155
160
165
170
175
180
juga stres akhirnya cari solusinya.Bagaimana solusi supaya anak ininyaman gitu. Saya nyari sekolah-sekolah inklusi-inklusi itu, yah sayabilang susah yaa cuman teoritis sajaya”
“Inklusi itu barangkali untuk cacatfisik, mereka bisa menerimanya.Tapi, kalau yang seperti anak autis,down syndrom mereka enggak mauuntuk itu. Jadi cuman ngomong aja”.
IR : “Iya, jadi Cuma di teori nya aja ya?”.IE : “Teorinya mereka inklusi anu anu
anu, enggaktidak tidak”.IR : “Tapi pernah di coba enggak bu, itu
“Td” di masukin sekolah inklusi?”.IE : “Inklusi yang mana lagi, orang setiap
kita nyari informasi, tetep aja dilempar sana di lempar sini, jadimereka tidak terima juga gitu lhohe’ee. Akhirnya saya coba kefredofios, eh eh pola pikir saya jadiberubah ya pola pikir saya jadiberubah begini anak ini suruh belajaripa, suruh belajar matematika, suruhbelajar ini terus mau untuk apa gitukan untuk apa”.
IR : “Iya”IE : “ He’ ee, ya maaf bukan saya
mengecilkan arti anak autis, tohmemang dia, eh eh apa namanya luarbiasa ibaratnya itu. Seperti osha, kalauosha itu lingkungannya enak karenamulai TK sampai dia kuliah eh SMAitu sekolahnya sama, temennya sama,guru-guru nya sama”.
IR : “Ohh, iya”IE : “He’ee, jadi kan mulai ini sama terus
jadi temennya itu udah tahu gitu lho”.IR : “Oh iya, jadi enaknya ya?”.IE : “He’ee enaknya disitu, kalau disini
kan enggak ada, enggak ada yangmempunyai seperti itu, Al-azhar kangak ada, muhamadiyah pun kanpindah-pindah, tidak ada yang satusekolahan terus gitu, nah seperti itu,
inklusi(SO1-W1, 137-157)
Perubahan pola pikirberupa tidakberorientasi padapendidikan akademik(SO1-W1, 158-165)
Pengaruh lingkunganpada pendidikan(SO1-W1, 166-183)
223
185
190
195
200
205
210
215
220
225
makanya akhirnya saya mikir sayaseperti ini harus memaksimalkankemampuan dia”.
IR : “Iya, yang lain ya?”IE : “He’ee yang lain, maksudnya
memandirikan anak ini, bagaimanasupaya dia bisa mandiri gitu lho.Akhirnya saya pilih fredofios tes nyajuga, seleksi nya juga bisa masukdisana, akhirnya ya udah saya ituaja, jadi berbalik gitu lho”.
IR : “Ohh iya arahnya ya?.IE : “Berbalik berbalik gitu, saya pikir
sekarang orang-orang yang normalaja tidak tentu gitu lho”.
IR : “Iya”IE : “Iya kan?”IR : “Iya”IE : “Kenapa buang-buang waktu untuk
memikirkan akademiknya untukanak ini gitu lho, kalaupun kalau itukalau dia merasa nyaman si enggakapa-apa gitu kayak javelin gitu, diamerasa nyaman lingkungannyamendukung gak masalah.Sebenarnya ada satu juga saudarakita yang autis juga, maksudnyaanaknya temen gitu ya, di semarang.SMP dulu dia gak ngalaminsekarang di SMA dia ngalamingurunya tidak nyaman, mulai seringdipanggil ibunya sering ini itulahkadang-kadang, karena apa guru-guru gak mau itu yang mereka koar-koar inklusi inklusi inklusi ituternyata itu gurunya yang tidaksiap”.
IR : “Iya, akhirnya itu yang terpenting itupengajarnya ya bu?”.
IE : “Nah, iyakan akhirnya seperti itu,makanya ya udahlah saya berubahhaluan karena untukmemaksimalkan anak itu kanmenurut saya alhamdulilah maksudsaya itu walaupun “Td” itu dirumahsendiri, bagaimana dia tidak akan
Fokus orangtua adalahkemandirian anak(SO1-W1, 184-189)
Solusi kemandirianberupa sekolah khususautis (SO1-W1, 190-194)
“Td” tidak nyamandengan pendidikanakademik (SO1-W1,195-206)
Permasalah utamaanak autis adalahlingkungan (SO1-W1,207-222)
Dapat mengerjakanpekerjaan rumah(SO1-W1, 223-234)
224
230
235
240
245
250
255
260
265
270
275
pernah kelaparan karena dia sudahbisa makan masakannya sendiri. Diabisa makan, dia bisa ini, terus diabisa mencuci, dia bisa setrika gitulho”.
IR : “Mencuci ini di kucek itu?”.IE : “ Iya, mencuci juga kan, disana
diajarin juga, setrika juga diajarin.kadang-kadang, dia maunyakalau pakai baju disukai ya dipakaiterus ya?”.
IR : “Iya, he’ee”.IE : “Kering pake, kering pake ya udah
kalau saya enggak ada pembantu,anggak ada ini ya silahkan di setrikasendiri di cuci sendiri”.
IR : “Tapi enggak membahayakan gitubu?”.
IE : “Oh, enggak kan udah di ajarin gitulho”.
IR : “Oh iya”IE : “Seperti itu, berubahlah gitu he’emm”IR : “Terus menurut ibu tu, perilaku di
rumah tu gimana bu?”.IE : “Kalau dia itu kan kebetulan dietnya itu
ketat ya, jadi enggak kalu dia.Asalkan dengan pola makanan yangbener-bener ini dia. Osha pun bilangosha pun kalau minum susu yangitu”.
IR : “Susu murni”.IE : “Iya, susu murni dia pusing gitu lho”.IR : “He’ee”IE : “Ya memang seperti itu”.IR : “Kalau “Td” biasanya apa bu?”.IE : “Banyak”IR : “Pokoknya yang boleh cuman itu tadi
ya?”.IE : “ Ehh pokoknya yang tidak
mengandung glukosa, ehh gula,kemudian susu murni dan olahannyakeju dan segala macem itu dankemudian tepung terigu”.
IR : “Ohh, itu dampaknya juga terlihatkalo “Td”?”.
IE : “Sangat, kalau “Td” iya”.
Peluang memperolehketerampilan (SO1-W1, 235-241)
“Td” merupakan anakyang mandiri (SO1-W1, 242-251)
Melakukan diet ketat( SO1-W1, 252-265)
Makanan diet “Td”( SO1-W1, 266-272)
Pengaruh diet (SO1-W1, 273-289)
225
280
285
290
295
300
305
310
315
320
IR : “ Kalau pernah salah maka n itupernah?”.
IE : “Pernah, jadi seperti apel, apel itujuga enggak bisa dia. Buah itu yangbisa pisang, pisang itu juga enggakbisa banyak, jeruk, semangka bisa,melon juga enggak bisa, ehh terusini salak itu bisa”.
IR : “Ehh, iya”.IE : “Kalau lainnya, pernah saya kasih
apel, saya pikir kan, apa salahnyaapel lho ya”.
IR : “Hehe, iya”.IE : “Tapi enggak bisa ternyata”.IR : “Tahunya enggak bisa gimana itu
bu?”.IE : “Ya itulah lari-lari ke sana ke mari
hiperaktifnya ke luar gitu lho,hiperaktifnya keluar terus. Sayatadinya juga karena udah lama yadari usia delapan tahun dia kayakgitu kan, dari usia delapan tahun tapidia tadinya ini apa lupa, awalnyasaya kira kesurupan jadi enggakkenal jadi lari-lari gini gitu lho tapiternyata karena makanannya”.
IR : “Ternyata karena makanannya jadiberpengaruh?”.
IE : “Iya jadi rasanya dia enggak bisamengontrol dirinya sendiri. Pernahsaya tanya kenapa, katanya iya ma,pusing, dia itu kan enggak bisakontrol dirinya sendiri kan?”.
IR : “Iya”.IE : “Mau gimana mau gimana”.IR : “Iya, soalnya osha juga pernah bilang
kok pernah temennya ngajak minumsusu. Tapi, katanya dia pusingbanget, iya”.
IE : “Oh, ho’oo iya pusing banget memangseperti itu”.
IR : “Ehh, kalau “Td” belum bisamengutarakan seperti itu?”.
IE : “Bisa dia, iya “Td” apa yangdirasakan, kepala saya berat, pusingsaya pusing mama. Jadi kalau “Td”
Diet berpengaruh padahiperaktif(SO1-W1,290-301)
Saat hiperaktif “Td”kehilangan kontrol(SO1-W1, 302-310)
Gejala tantrum adalahpusing ( SO1-W1,311-324)
226
325
330
335
340
345
350
355
360
365
udah ngomong aduh saya pusingmama, aduh waahh saya udah inikalau “Td” udah begitu”.
IR : “Kalau “Td” bilang pusing, ibu gimanabu?”.
IE : “Yaa, ehh kan kemarin pas dia enambelas tahun dia kan kena kejang gituya, maksudnya kan kejang ini itubisa juga waktu kecilnya itu step,sakit apa kayak panas. Ternyata itubisa timbul lagi setelah dia besar gitulho”.
IR : “Tapi, “Td” mengalami waktu kecilstep?”.
IE : “Iya, waktu kecil iya nah pas besar initimbul lagi jadi takutnya ah makanyaharus di apa, konsumsi obat kejangjuga sejak dua tahun yang lalu”.
IR : “Jadi obatnya kejang bukan obatautis?”.
IE : “ Bukan, bukan bukan buat autisnyatapi untuk kejangnyaa”.
IR : “Pengaruh enggak tu bu kejangnyasama autisnya?”.
IE : “Enggak”.IR : “Oh enggak sama sekali ya?”.IE : “Enggak ada pengaruh cuman dia jadi
enggak nyaman gitu. Saya juga jadiketakutan, jadi kalau di rumah, mabesuk aku enggak ikut renang. Jadi,hari yang paling menakutkan sayaitu hari jumat, karena apa kalau diaharus renang itu gitu lho. Saya itukuatir kadang-kadang, kan enggakmungkin kalau mama aku maurenang, mau ini lho, kan enggakmungkin enggak boleh”.
IR : “Tapi “Td”nya malah mau renang?”.IE : “Dia jago mbak”IR : “Oh jagoo, hee?”.IE : “He’ee nyelem juga bisa, dia sukanya
nyelem malahan”.IR : “Tapi kadang-kadang malah itu ya?”.IE : “Enggak, belum ya alhamdulilah
selama ini sih belum pernah habisrenang terus dia ada kejadian gitu sih
“Td” menderitakejang-kejang (SO1-W1, 325-337)
Mengkonsumsi obatakibat kejang (SO1-W1, 338-341)
Kejang tidakmempengaruhi autis (SO1-W1, 342-349)
Pusing dan kejangmengganggu aktivitas(SO1-W1, 350-358)
“Td” pintar berenang(SO1-W1, 359-363)
Memerlukanpengawasan khusus(SO1-W1, 364-372)
227
370
375
380
385
390
395
400
405
410
enggak. Tapi, semoga jangan gituya, cuman saya aja yang jadi gitu yasaya minta pengawasan lebih lahsama “Td” gitu ya, kalau pusing“Td” enggak usah renang”.
IR : “Tapi “Td” tau ya bu, oh saya pusingjadi enggak ikut renang?”.
IE : “Oh iya tau dia, he’ee tau”.IR : “Jadi dia sebenernya sudah, ehh apa
ya mengetahui perasaannya ini?”.IE : “Oh, iya dia udah mengerti jadi
maksudnya seperti dia misalkan gini.“Td”, eh kemarinkan sempet kenacacar, “Td” enggak boleh mandikalau mandi boleh tapi enggak bolehpakai sabun pakai detol aja gitu,antiseptik aja udah. Dia enggakmandi kan enggak mau gitu”.
IR : “Iya”.IE : “Terus ini nanti habisnya sekali pake
langsung ditaruh di ini biar virusnyaenggak kemana-mana, dia nurutkalau seperti itu gitu lho. Misalkan,“Td” kan batuk enggak boleh makangorengan dan enggak bakalan diamakan gorengan gitu lho”.
IR : “Ya malah lebih nurut dari pada anakbiasa lebih nurut ya?”.
IE : “Iya, nurut nurut dia he’ee. “Td”enggak boleh makan es, enggakboleh makan ini iya, karena diakarena kalau sakit dia sendiri yangmerasakan gitu lho makanya dianurut. Kalau makan-makanan ituenggak bakalan dia nyuri dibelakang, enggak bakalan, cobadikasih chiki dibelakang saya ataubagaimana kalau dia mau danenggak bakalan mau”.
IR : “Berarti dia sudah mempunyai rasapatuh ya?”.
IE : “Iya, kalau patuhnya sih iya soalnyakalau ada apa-apa yang dia rasakandia sendiri kan bukan kita gitu”.
IR : “Oh, lha terus kalau ibu tu sebagaiorang tua “Td” tu sudah merasa
Sikap patuh tinggi(SO1-W1, 373-395)
Bertanggung jawabatas dirinya sendiri(SO1-W1, 396-411)
Kejang berpengaruhpada kemandirian dan
228
415
420
425
430
435
440
445
450
455
aman belum bu kalau melepaskan“Td”?”.
IE : “Sebenarnya kalau tidak adakejangnya saya merasa aman yambak ya tapi kalau ada kejangnya inisaya itu, heee”.
IR : “Kawatir ya bu ya?”.IE : “Eh, hee iya kawatir, kalau enggak
ada kejangnya aman mbak, orangkalau ke mall misalkan kita makanitu mama aku mau ke kamar mandiitu sendiri dia”.
IR : “Eh, he’ee”.IE : “Iya, sendiri dia kalau pesen makanan
atau bagaimana, ma aku pengen ehh,ini nasi putih, dia kan suka nasi putihyang dicetak gitu ya dia itu suka, ohiya pesennya disana gitu bisa. Cumapas ke kamar mandi itu kita ikutingitu, he’ee”.
IR : “He’ee, tapi kalau dikamar mandi, ohhdi kamar mandi umum ya?”.
IE : “Iyaa, dikamar mandi umum, bukandirumah ya kalau di mall gitu, ehhtapi kalau dulu mah enggak, kalaudulu kalau dulu ma, aku mau kekamar mandi, oh iya sebelah sanabisa dia”.
IR : “Oh seelum kejang-kejang ya?”.IE : “Iya, tapi sejak kejang itu kita bawa
ke mall itu juga enggak berani gituya. Ya, enggak apa enggak sepertidulu gitu”.
IR : “Kalau menurut ibu tu apa kelebihan“Td” bu?”.
IE : “Apa ya kelebihan dia itu , kalaumenurut saya disiplin ya dia itu, diadisiplin ya memang semua autis itudisiplin ya tapi kadang-kadang kanada juga yang enggak disiplin ya?”.
IR : “Iya ada bu”.IE : “Iya disiplin terus dia tu rasa
empatinnya yaitu luar biasa daripada yang lain”.
IR : “Itu malah justru empatinya ya?”.IE : “Iya empatinya ya, terutama pas saya
kepercayaan orangtua(SO1-W1, 412-425)
Kepercayaan orangtuaakibat kejang ( SO1-W1, 426-445)
Memiliki kedisplinandan sikap empati yangtinggi(SO1-W1, 446-458)
Menunjukkan
229
460
465
470
475
480
485
490
495
500
505
sakit gitu. Dia itu duh “Td” mamasakit, loh mama kenapa, mama sakitterus dia akan pengumuman samasaudaranya, kakak mama sakit inimama mau apa, mau dibikinin tehanget ya, ini ini ini, dia seperti ituseperti apa yang saya lakukan samadia gitu lho misalan dia sakit”.
IR : “Ohh, he’ee”.IE : ““Td” harus begini harus begini dan
dia juga begitu”.IR : “Dan dia menyerap informasi gitu?”.IE : “Iya, terus kalau misalkan saya sakit
gitu dia paling ya ngecek masukkamar, mama gimana mama sakitya, iya gitu yang bikin saya apa yasayang sama dia gitu makanya rasaempati dia bagus dia”.
IR : “Padahal biasanya kalau anak autis ituyang terganggu kan emosinya yatante?”.
IE : “Iya, he’ee”.IR : “Tapi itu kok malah empatinya yang
bagus ya?”.IE : “Iya, itu menurut saya lho ya yang
saya rasakan terutama kalau sayasakit, kalau saya ini gitu dia sepertiitu, kalau saudaranya sakit ataubagaimana juga begitu dia, mamakakak sakit ini ini ini nanti masuk diginiin( tangannya ditempelkandijidat) gitu lho ya, ya seperti apayang saya lakukan sama dia, sepertiitu dia, ma aku ini ya kamu janganini ya ini ya gitu. Sama saya jugabegitu nanti setengah jam satu jam,dia kan punya kamar sendiri nantidia masuk kamar saya, ma masihsakit ya masih ini. ya enggak ngertiapa itu membeo atau apa ya tapi kanminimal dia udah ada rasa ya diadateng gitu”.
IR : “Kalau terhadap temen-temennya diajuga gitu?”.
IE : “Kalau terhadap temen-temennya sayaenggak tahu ya cuman dia itu
perhatian (SO1-W1,459-480)
Memiliki kepedulianyang tinggi padakeluarga (SO1-W1,481-500)
Sikap empati padatemannya(SO1-W1, 501-507)
230
510
515
520
525
530
535
540
545
550
misalkan ada yang sakit siapapun lahdia denger kabar sakit, ayo kitaberdoa sama-sama, kita ini”.
IR : “He’ee, he’ee ohh”.IE : “Iya jadi seperti itu, he’ ee saya
misalkan kan kalo misalkan dia sakitsaya itu kan misalkan ayo “Td” kitaberdoa yuk, misalkan sholat kan ayo“Td” sholat dulu minta sama Allahya minta sama Allah buatdisembuhkan, lha nah dia itu gitu lhomaksudnya”.
IR : “Oh iyaa, he’ee persis gitu ya tante?”.IE : “Iya, persis terus mama sholat dulu
biar Allah sembuh kan ya, kalauadzan kan langsung dia”.
IR : “Langsung sholat ya?”.IE : “Iya, he’ee”.IR : “Iya soalnya kemarin pas di fredofios
juga kan temannya pada kalau pintukebuka kan pada keluar-keluarsemua, “Td” sih enggak dia malahenggak keluar sendiri, hehe”.
IE : “Hehe, he’ee”.IR : “Jadi kalau kegiatan “Td” yang
kegiatannya mengganggukesehatannya ya cuma yang kejangya?”.
IE : “Iya, kalau kejang yang pertama ituyang bikin saya trauma kan pas sayanaik motor itu, pas naik motor mbakjatuh gluduk gluduk gluduk gitu”.
IR : “Tiba-tiba gitu ya?”.IE : “Tiba - tiba he’ee, itulah yang bikin
saya he’emm”.IR : “Tapi itu enggak apa-apa?”.IE : “Alhamdulilah enggak apa-apa lah
gitu, itulah yang bikin saya traumasekali”.
IR : “Tapi kalau autisnya enggak masalahya berarti? kerena mungkin autis itukalau salah makan aja ya tante?”.
IE : “Iya, salah makan aja, ehh ini nya salahmakan”.
IR : “Ehh kalau menurut ibu tu “Td” pernahmemperlihatkan perasaan
Meniru sikap orangtua(SO1-W1, 508-518)
Rajin untuk beribadah,(SO1-W1, 519-521)
Taat pada aturan(SO1-W1, 522-527)
Alasan ibu “Td”khawatir (SO1-W1,528-542)
Tantrum autisdisebabkan karenasalah makan (SO1-W1, 543-547)
Sedih saatkeinginannya tidakterpenuhi (SO1-W1,548-571)
231
555
560
565
570
575
580
585
590
595
sedihnya?”IE : “Oh iyaa, kalau sedih terutama kalau ini
ya, apa namanya kalau enggakditurutin, terus kalau apa yaemosinya itu kalau papa nyaharusnya jadwalnya pulang terusenggak pulang itu tu dia ini”
IR : “Dia sedih?”IE : “Sedih”IR : “Terus memperlihatkannya gimana
tante?”IE : “Eh, heee raut wajahnya maksudnya gitu
lho. Papa kok enggak jadi pulangsih ma terus papa kalau ngapain sihma kok ini sih ma gitu lho gitu”
IR : “Jadi pedulinya tinggi sekali ya?”IE : “Oh iya bukan gitu kalau papa nya
pulang itu pasti kan adakepengenannya itu pengen apa
pengen apa gitu”IR : “Oh itu ya, hehe”IE : “Itu jadi sedihnya di situ, hehe”IR : “Kalau sama, ehh kalo “Td” tu berapa
bersaudara tante?”IE : “Tiga”IR : “Tiga, eh “Td” anak?”IE : “Anak kedua”IR : “Anak kedua he’ee”IE : “Jadi dia punya kakak ada adiknya”IR : “Kalau kakaknya udah kelas berapa?”IE : “Udah kuliah, he’ee”IR : “Jauh ya jaraknya?”IE : “Eh enggak sih, enggak terlalu jauh
semester lima kakaknya kelahirantahun sembilan dua, dia kelahiransembilan empat, enggak jauh”
IR : “Eh enggak jauh”IE : “Jadi alhamdulilah kita sekeluarga ini
kan, eh anak kita ini kan hee kalau difredofios kan ada kayak gethring-gethring gitu ya kegiatan barengorang tua kegiatan yang bersama-sama gitu, jadi mereka anak-anak itutu tidak sendiri gitu lho merekapunya orang tua dalam keadaanseperti iu mereka tidak sendiri”
“Td” merupakan anakkedua (SO1-W1, 572-586)
Dukungan anak autisadalah keluarga(SO1-W1, 587-595)
Saudaramemperlakukan “Td”
232
600
605
610
615
620
625
630
635
640
IR : “Eh terus kalau saudara-saudara nya“Td” menyikapi perilaku “Td”gitu?”
IE : “Oh enggak masalah”IR : “Enggak masalah itu ya”IE : “Iya enggak masalah dan mereka
misalkan mereka enggak sukamereka ya bilang enggak suka gitulho. Kan kadang-kadang “Td” sukapelit kan?”
IR : “Oh iyaa yaa,”IE : “He’ee dia pelit gitu, eh misalkan
kakaknya mau pinjem laptop punyadia, ehh dia ini kan ini ini ini enggakboleh, terus suatu saat “Td” maupinjem laptopnya kakaknya, ohhenggak bisa gini gini gini kamuharus begini begini gitu lho, hehe.Jadi mereka juga memperlakukanhal yang sama gitu lho.”
IR : “Jadi memperlakukannya seperti anakbiasa”
IE : “Seperti anak biasa, kalau enggakcocok “Td” salah ya dimarahin, sayapun seperti itu kalau salah yadimarahin”
IR : “Tapi “Td” tu kalau kakak nya pinjemlagi gitu boleh gak tante?”
IE : “Eh masalahnya begini lho kadang-kadang ya itulah bedanya ya,kakaknya itu enggak disiplinsebenarnya kakaknya yang salah jadimaksudnya dia kalau pinjem laptopaku setelah pake itu kabel-kabelnyadimasukin disini tapi kakaknya kanenggak kadang-kadang gitu lho,pinjem set set set taruh gitu kan”
IR : “He’eeh”IE : “Ya itu yang enggak suka kalau kakaknya
pinjem laptopnya dia ditungguinsampai selesai”
IR : “Sama “Td”?”IE : “Sama “Td”, kakaknya kan risih juga
kan, udah belum sih aku udahngantuk, hehe emang sih kadang-kadang kakaknya yang enggak
sama dengan anaknormal (SO1-W1,596-602)
Aturan dalam keluarga“Td” adalah sebabakibat (SO1-W1, 603-620)
“Td” tidak senangdengan perilaku yangtidak disiplin (SO1-W1, 621-647)
233
645
650
655
660
665
670
675
680
685
enggak tertib gitu lho he’ee”IR : “Kalau “Td”nya sih malah biasa aja
ya tante?”IE : “Iya, enggak enggak enggak gitu sih
enggak kalau saya bilang tidak bisabegitu kamu yang enggak tertib kekakaknya gitu.”
IR : “Eh, he’ee kalau menurut ibu tu“Td” tu sudah mengerti belum kalaudia tu apa beda sama anak lainnyagitu?”
IE : “Mengerti, menyadari dia juga seringmengeluh apalagi pada masa puberini kan”
IR : “Iya”IE : “Dia ada beberapa cewek yang dia
taksir gitu ya yang anak magang-magang gitu”
IR : “Oh oh iya”IE : “Dia beberapa kali itu mengeluh,
mama saya ini autis saya kapansembuhnya, saya capek jadi autis”
IR : “Terus emang bisa kalau, ehh ehhtante taunya “Td” sukanya itu diacerita ya?”
IE : “Cerita kalau dia suka telepon suka ehsms gitu kan kelihatan ya, dia bilangpapa mama aku kapan ya autisnyagitu, dia tahu aku itu autis aku bedadengan yang lain gitu lho, makanyakadang-kadang bulan mei, bulankemarin ke dokter bilang gini. Ehdokter, saya udah bosen deh berobatkesini, kenapa enggak sembuh-sembuh, saya mendingan berobat kealternative aja ya dia bilang begitu,saya enggak enak sama dokkternyadikiranya saya yang ngajarin, kokalternative gitu lho”
IR : “Oh he’ee”IE : “Iya soalnya itu bisa menyembuhkan
penyakit kejang, bisamenyembuhkan penyakit eh apaautis gitu”
IR : “Berarti mendapat informasi itudarimana tante?”
Menyadari perilakuautis(SO1-W1, 648-658)
Merasa putus asa(SO1-W1, 659-661)
“Td” merupakanindividu yang terbuka(SO1-W1, 662-666)
“Td” merasa berbeda(SO1-W1, 667-669)
“Td” tidak puasdengan pengobatandokter (SO1-W1,670-679)
Pandangan “Td”tentang alternative(SO1-W1, 680-683)
Sumber informasi“Td” adalah televisi(SO1-W1, 684-687)
Perasa (SO1-W1, 688-689)
234
690
695
700
705
710
715
720
725
730
735
IE : “Dari TV”IR : “Oh dari TV ya”IE : “He’ee kan sering ada. Iya gitu merasa
dia kalau beda”IR : “Jadi dari segi menyukai lawan jenis
itu aja ya tante?”IE : “Iya, he’ee karena memang sekarang
ini kan lagi ini lagi”IR : “Puber ya?”IE : “He’ee lagi zamannya ya, lagi
masanya gitu”IR : “Tapi dia mengungkapkan enggak
tante kalo suka ceweknya tu yanggini gini”
IE : “Oh enggak, dia tu enggak adaspesifik untuk dia”
IR : “Cuman suka ini”IE : “Iya suka, kalau ketemu foto, kalau
ketemu minta foto berdua”IR : “Yang minta “Td”?”IE : “Iya, ayoo foto berdua dulu”IR : “Kalau magang itu sekolahnya masih
tante?”IE : “Oh enggak kalau magang ini yang
mahasiswa-mahasiswa ini”IR : “Oh itu mahasiswa?”IE : “Iya kalau laras itu mahasiswa yang
magang disana, ya mungkin sama“Td” kan, ya memang saya lihatkalau ketemu kadang-kadang sukameluk, suka ini jadikan dia merasaseperti itu kan?”
IR : “Iya, laras kan merasanya masih kecilgitu-gitu ya?”
IE : “Ya gitulah saya selalu bilang, sayaselalu bilang sama bu dewi kan nantikalau ada guru-guru yang magangtolong dikasih tahu kalau enggakmau diganggu , enggak mauditelepon, enggak mau di sms janganngasih nomor telepon dengan “Td”gitu lho maksudnya. Ya itu karenakan “Td” enggak tahu waktu, enggaktahu ini gitu lho maksudnya, he’eeenggak tahu kepentingan, enggaktahu tempat yang dia tahu hanya
“Td” sedang masapuber (SO1-W1, 690-699)
Dapatmengekspresikanperasaan (SO1-W1,700-706)
Sikap mahasiswamagang pada “Td”(SO1-W1, 707-720)
Sikap ibumengantisipasiperilaku “Td” (SO1-W1, 721-727)
“Td” hanya mengertikepentingan dankebutuhannya sendiri,(SO1-W1, 728-755)
235
740
745
750
755
760
765
770
775
780
kebutuhannya sendiri, orang kadang-kadang sama kepala sekolahnyasendiri sama gurunya juga jamsepuluh malem dia juga nelpon”
IR : ““Td”?”IE : “He’ee hehehe”IR : “Nelpon kepala sekolahnya?”IE : “Iya, ehhehehehhee pernah waktu itu
saya anfal dirumah gitu ya enggakngerti sakit itu, malam itu sakit jamdua belas malam dan dia langsungtelepon gurunya, pak agung inimama sakit gimana ya, aduhhehhehe, di teleponin gitu lho semuagurunya, kan gurunya jadi bingungjuga gitu lho, ya dia tu gitu gitu lho,hehe( tertawa)”
IR : “Kalau dia ya biasa aja ya telepon gituya?”
IE : “Iya, ya telepon gimana ini gimanamamaku mamaku sakit ini gitu lho,hehehehehe. Jadi memang enggakmengerti waktu yang dia tahu adalahkepentingan saya gitu kan?”
IR : “He’ee, terus seberapa besar menurutibu, “Td” bisa memahami sesuatuhal?”
IE : “ Aduh, tergantung ya”IR : “He’ee”IE : “Maksudnya tergantung dia tertarik
dengan hal itu atau enggak, kalauenggak ya enggak bakalan diapaham-paham gitu.”
IR : “Kalau tertariknya sama apa?”IE : “Ya ini sama play station, ini kan
masuk bengkel”IR : “Oh rusak?”IE : “He’ ee rusak. Sebenarnya hari ini
udah jadi tapi ah nanti aja lah rabu,ya itu dia kan ini udah ribut dia kanini udah jadi ini gitu, tu kan diatanya ancer-ancernya, trus bilang tudek bawa kaset satu untuk nyobananti itu, kadang enggak ngerti dia,tu kan udah ribut sendiri, hehe”
IR : “Iya, hehe”
“Td” akan memahamisesuatu sedetail-detailnya jika sesuaidengan minat(SO1-W1,756-784)
236
785
790
795
800
805
810
815
820
825
IE : “Tu jangan sampe ke banting jangansampe ini kan”
IR : “Hehehe”IE : “Hehe, sebenernya udah banyak yang
kepotong”IR : “Jadi kalau memahami suatu hal itu
yang dia sukai aja ya itu tante?”IE : “Iya yang dia sukai, yang di sukai
kalau misalkan beli handphone gitu.Ayo “Td” beli handphone yaudahkita nungguin dia yang tanya selalusama mbaknya”
IR : “Jadi “Td” memperlakukannya hampirsama aja ya tante sama anaknormal?”
IE : “Ya kalau saya biasa aja sihmemperlakukan biasa ya”
IR : “Iya”IE : “He’ee enggak membedakan dia gitu
lho”IR : “Jadi dia mungkin persepsi nya”IE : “Ya itu aja tapi kalau kehidupan
sehari-harinya enggak ya, ya pas itutadi giliran pas dia naksir cewek dansegala macem dia merasa dia itubeda gitu lho, Seperti makanan diamemang di masakkan sendiri tapisebisa mungkin kan kita miripkanmbak. Jadi misalkan soto, kitamasak soto dia juga soto, kita capcaydia juga capcay tapi beda bumbugitu lho, beda bumbu, beda minyak,beda bahan”
IR : “Jadi “Td” punya sendiri ya?”IE : “Punya sendiri Cuma kita masakkan
beda. Misalkan, kita bikin bihunyaudah bihun ya sama gitu lho tapibeda bumbu juga gitu lho, jadi kalaumakanan dirumah ya sebisa mungkindisamakan dan kalau di luar kitamakan yang kira-kira “Td” bisamakan”
IR : ““Td”nya juga enggak merasa terbeda-beda kan ya tante?”
IE : “Enggak, kalau masalah itu sih enggaktapi ya kalau dia autis ya pas dia
Tahu kemauan sendiri(SO1-W1, 785-789)
Perlakuan keluargaterhadap “Td” (SO1-W1, 790-797)
Merasa ditolak karenaautis(SO1-W1, 798-803)
Sikap keluargameminimalisirperbedaan “Td” (SO1-W1, 804-819)
Penolakan dari orangyang disukai (SO1-W1, 820-827)
237
830
835
840
845
850
855
860
865
870
naksir cewek itu tadi, karena di tolakkan selalu ditolak”
IR : “Iya”IE : “Selalu di tolak gitu”IR : “Tapi mungkin penolaknnya juga
mungkin “Td” udah mengerti kalauoh ini berarti di tolak?”
IE : “Ya karena,”IR : “Apa “Td” mengungkapkan?”IE : “Oh enggak, enggak karena kan
ternyata mbak laras itu udah punyapacar, ternyata ini tu udah punyasuami”
IR : “Jadi “Td” naksirnya malah sama yanglebih tua ya tante?”
IE : “Ya iyaa yang ngayomi dia, dia kanenggak tahu tua apa enggak”
IR : “Eh, iyaa”IE : “Maksudnya ya pokoknya yang baik
sama dia, ini dia”IR : “Kalau sebaya ya enggak mungkin ya
tante?”IE : “Kalau sebaya enggak”IR : “Ohh, tapi dia tahu suka tahu arti suka
gitu?”IE : “Tahu, tahu artinya suka”IR : “Apa “Td” tu bisa memahami oh orang
ini enggak baik , orang ini baik gitu”IE : “Enggak, enggak bisa dia, bagi dia itu
semuaorang baik, enggak ada orangenggak baik, semua orang baik”
IR : “Tapi kalau dia ehh pergi kemanasendiri maksudnya tante takutenggak kalau dibohongi apagimana?”
IE : “Eh, enggak ya kan selalu dengan sayagitu lho dan kalau sama saya,kembalian dia juga tahu gitu.Enggak sih memang.”
IR : “Eh kalau ibu sudah puas blum buterhadap kemajuan-kemajuansekarang ini?”
IE : “Saat ini?”IR : “Iya”IE : “Sampai saat ini saya sudah senang
ya karena apa untuk memang untuk
Mengerti arti sebuahpenolakan (SO1-W1,828-836)
Merasakan rasa sukadari apa yang diarasakan (SO1-W1,837-849)
Perasaan positif (SO1-W1, 850-854)
Selalu ditemani (SO1-W1, 855-862)
Mengandalkan dirisendiri (SO1-W1, 863-871)
Peluangmengembangkan
238
875
880
885
890
895
900
905
910
915
dirinya sendiri dia sudah tidakmerepotkan saya ya, minimal itu ya”
IR : “He’ee”IE : “Tapi kalau untuk kedepannya saya
mengharapkan sama skill center inigitu lho. Jadi di skill center beginijadi kemarin pas dirapat saya jugamengusulkan bagaimana kalau diskill center itu ee kan selama iniuntuk magang itu anak cuman satuminggu itu Cuma satu hari”
IR : “Eh iya”IE : “Satu hari dia magang”IR : “Oh “Td” itu magang ya?”IE : “Belum, dan enam hari itu sekolah
terus saya mengusulkan bagaimanakalau anak ini tu yang udah besar-besar itu enggak usah sekolah lagi,maksud saya kalau magang, magangaja supaya anak itu enggak bingung.Nah, kemudian misalkan untukuntuk ya khususnya untuk anak sayayang sudah mata duitan ya”
IR : “Iya”IE : “Hehe, jadi jadi udah harus dikasih
pengertian bahwa kalau denganbekerja kamu akan mendapatkanuang dan dia tahu, dia mau jualankerupuk karena nanti dapat uanggitu”
IR : “Tapi kenapa ehh”IE : “Kenapa?”IR : “Kenapa dia kok tahu jualan kerupuk”IE : “Nah kalau jualan kan kita suka
kerupuk, kerupuk kan begitu ini ehhini begitu dia kerja kerupuknya initetep dia dapet uang”
IR : “Oh iya”IE : “Kan begitu langsung dapet uang, kan
cepet, paling seneng kan belikerupuk”
IR : “Oh iya ya”IE : “Mungkin enak ya jadi tukang
kerupuk itu begitu ini langsung ini”IR : “Hmmm”IE : “Jadi kemarin e juga untuk bagaimana
keterampilan(SO1-W1, 872-875)Upaya orangtua agaranak magang (SO1-W1, 876-889)
“Td” sangat mengertiuang (SO1-W1, 890-893)
“Td” mengerti tujuanbekerja (SO1-W1,894-899)
Memahami sesuatumelalui apa yang diasuka(SO1-W1,900-906)
Ingin cepat dapat uang(SO1-W1, 907-914)
Cara pihak sekolahdan orangtuamengenalkan duniapekerjaan (SO1-W1,915-925)
239
920
925
930
935
940
945
950
955
960
965
kita untuk anak-anak ini jadi magangdimana nanti di gaji walaupun yangmenggaji mungkin orang tua nya”
IR : “He’ee yang penting dia tahu ya”IE : “He’ee orang tua sendiri tapi melalui”IR : “Melalui sana ya?”IE : “He’ee melalui mereka gitu jadi biar
sama temen-temennya kalau gitulho, dia agar tahu bahwa kalau ini ituharus kerja gitu lho”
IR : “Tapi biasanya itu tu magang dimanasih?”
IE : “Banyak ya banyak”IR : “Oh banyak”IE : “sekarang ini ada di bu sukinah itu
kemarin juga menawarkan seperti inijadi apa namanya kyak percetakan,fotocopi ada yang ini, ada ada yangmenawarkan gitu lho”
IR : “Oh gitu”IE : “Tapi yang harus di kondisikan itu
adalah lingkungan kerjanya gitu lho,itu yang harus di kondisikan dulu.Memang anak autis itu lebih nyamankalau dilingkungan sendiri gitu ya”
IR : “Oh, he’ee iya”IE : “Lingkungan sendiri misal, saya punya
catering atau apa dia kerja dengansaya dan itu lebih aman, tenang gitulho lebih aman tapi kan susah yatergantung anak juga gitu lho”
IR : “Iya”IE : “Itu tetep di gaji tapi yang nggaji
orang tua nya tapi melalui mereka”IR : “Oh biasanya gitu?”IE : “Iya lha ini baru baru di bicarakan
kemarin karena untuk tahun depanpertemuan autis itu kitamengharapkan sudah ada skill center”
IR : “Jadi “Td” tu lebih ke memasak gitu yatante?”
IE : “He’eee makanya “Td” denganwarungnya, kan sekarang di fredofioskan setiap hari selasa gitu kan adawarung kita gitu lho.”
IR : “Ohh”
Banyak tawaranmagang (SO1-W1,926-935)
Tidak berusahamenyesuaikan diridenganlingkungan(SO1-W1,936-950)
Harapan orangtuauntuk anak autisadalah skill center(SO1-W1, 951-954)Fasilitas penunjangbakat disekolahterpenuhi (SO1-W1,955-961)
Dapat bekerjasamadilingkungan tertentu(SO1-W1, 962-975)
240
970
975
980
985
990
995
1000
1005
1010
IE : “Jadi dia masak, jadi setiap pagi diananya teman-temannya mau pesenapa, mau pesen apa”
IR : “Yng masak “Td”?”IE : “Iya yang masak “Td”, yang belanja
itu tia kayaknya ya, he’ee tia, yangnjualin yang ngantar-ngantat kan ituini, terus yang nerima duitnya itusiapa gitu lho”
IR : “Oh oh soalnya kemarin denger “Td”bilang mau mau tanya sama gurunyamau masak apa gitu, hehe”
IE : “Oh gitu, hehehe, he’ee”IR : “He’ee iya”IE : “Ya kalau saya sih itu ya mbak ya,
pernah lho kemarin pas puasa, ehhpas lebaran aduh capek e, pembantukan enggak ada gitu lho, harusmasak, banyak tamu ini sayaketiduran. Makanan “Td” lupabangun-bangun udah agak sore gitu,adu mati aku makanan “Td” belumaku masakin, “Td” “Td” “Td” ehhmaaf ya mama belum buat masakan“Td”, hmm apaan ma orang akuudah makan siang bikin nasi goreng”
IR : “Beli nasi?”IE : “Iya bikin nasi”IR : “Oh bikin sendiri?”IE : “He’ ee bikin sendiri udah he’ ee
hehehe”IR : “Jadi “Td” udah tahu bahannya “Td” tu
ini ini ini?”IE : “Oh iya tahu, he’ee udah tahu kan
disekolahan juga udah di ajarin”IR : “Oh iya”IE : “Jadi apa yang harus dia lakukan,
telornya segala macem. Dia kalaudirumah dia kalau mau masak, kitaenggak boleh ikut jadi harus dia,mulai ngupas bumbu, ehh nggilingbumbu, tumis semuanya dia”
IR : “Masaknya buat “Td” sendiri apa?”IE : “Untuk dia sendiri, he’ee untuk dia
sendiri he’ee”IR : “Oh, terus kalau tante itu harapannya
Memiliki inisiatif(SO1-W1,976-992)
Sekolah mengajarkanbanyak hal(SO1-W1,993-997)
Melakukan pekerjaanpenuh (SO1-W1, 998-1006)
Peluang masa depan(SO1-W1, 1007-1019)
241
1015
1020
1025
1030
1035
1040
1045
1050
155
apa tante?”IE : “Ya itu harapannya saya, dia bisa
mengembangkan maksudnya untukkedepannya itu, e ada misalnyasekolah untuk yang bisa, kalaudibilang chef terlalu tinggi ya”
IR : “Iya”IE : “Sekolah masak untuk bikin mandiri
gitu, misalnya untuk bikin kuekering, untuk di jual minimal untukanak autis itu aja”
IR : “Oh iya”IE : “Kemarin juga ada yang menawarkan
kalu “Td” tertarik, ini ada kue inidijual untuk anak-anak autis, oh iyananti bisa dibikin gitu lho seperti itudia juga menawarkan”
IR : ““Td” juga memang dia potensinyasudah memasak gitu ya?”
IE : “Iya, he’eem dia seneng gitu lho”IR : “Jadi malah kalau dipikir “Td” malah
lebih mandirinya udah kuat yatante?”
IE : “Iya”IR : “KemandiriannyaIE : “Iya, malah kakaknya udah kuliah
suruh masak aja susah”IR : “Iya, saya juga gitu, hehehe”IE : “Hehehehe, iya disitu he’ee harapan
saya itu jadi ya minimal itu ada jugayang ngeluarin pabrik roti ya”
IR : “He’ee”IE : “Pabrik roti itu juga nawarin
bagaimana kalau magang di tempatdia”
IR : “Oh malah nawarin ya?”IE : “Iya tapi itu tergantung sekolahnya,
yang penting kan lingkungannya,yang penting dia nyaman”
IR : “Oh iya”IE : “Ya gitu lah orang tua autis, hehehe”IR : “Hehehe, iya makasih ya tante udah
bantuin”IE : “Iya, sama-sama”
Kesempatan yang baik(SO1-W1, 1020-1027)
Anak yang palingmandiri (SO1-W1,1028-1035)
Banyak kesempatan(SO1-W1, 1036-1042)
Rasa nyaman adalahfokus orangtua “Td”(SO1-W1, 1043-1046)
Penutupan(SO1-W1, 1047-1055)
242
Lampiran 4
Koding: SO2-W1
A. Identitas Subjek
Nama subjek : Herniwatty Krisnandi
Usia :53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jenis pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pondok Timur Mas C I/6 Bekasi.
B. Waktu dan Lokasi Wawancara
Tanggal Wawancara : 1 Januari 2012
Waktu Wawancara : Pukul 07.15-11.05 WIB
Lokasi Wawancara : Melalui Email
C. Keterangan
IE : Interviewee
IR : Interviewer
243
Dari: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Kepada: "mama_natrio@yahoo.com" <mama_natrio@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 7:15Judul: wawancara :))
selamat pagi bu, maav ya bu, saya meminta waktu ibu sebentar..untuk melengkapidata saya tentang “Os”, saya mau mewawancarai ibu selaku ibunya “Os” yangpastinya memiliki peran yang sangat penting untuk pencapaian “Os” sampai saatini ya bu..eh pertanyaan pertama saya, upaya penyembuhan dan pendidikanseperti apa saja yang telah “Os” jalani sejak kecil yang membuat “Os” sampaiseperti sekarang ini bu?
Dari: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Kepada: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 7:27Judul: Bls: wawancara :))
Selamat pagi Via, tidak apa , kebetulan ibu sedang sedikit santai pagi ini.Mengenai “Os” karena ibu baru mendapat diagnosa autis pada “Os” daridokternya itu pada saat “Os” sudah kelas 3 SD, jadi waktu “Os” usia sebelum ituibu tidak terlalu banyak berpikir ini itu, ibu sebagai orangtua ya hanya melakukanapapun yang ibu lakukan pada “Os” itu tidak jauh beda dengan apa yg ibu lakukanpada anak2 ibu yang lain, hanya saja karena saat itu sudah ada peringatan daridokter syarafnya bahwa dari hasil test lab nya terdeteksi ada pengapuran padabeberapa bagian syaraf yang menandakan bahwa “Os” pernah mengalami infeksidan peradangan pada otak dan sudah sembuh, ibu berusaha tidak terlalumenekankan tuntutan akademis pada “Os” seperti pada kakak2nya, ibu berusahauntuk menahan diri dan mengikuti saja alur dan aliran perkembangankemampuannya saja, tapi setelah mengetahui kondisi yang sesungguhnya , ibuberusaha mencari informasi tentang autis , penyebab dan penanganannya, tapi saatitu di Indonesia memang informasi tentang autis masih susah didapat, kebetulanfak Psi Univ Atmajaya mengundang pakar autis dari Ausie, ibu memberanikandiri ikut seminar dan pelatihan terapi dengan menggunakan teori Lovaas, tapikarena kemampuan bahasa Inggris ibu sangat terbatas, dan juga memang aksen
244
Australianya itu susah sekali ibu tangkap, jadinya ibu coba pelajari sendiri sajasecara garis besarnya, selebihnya betul2 hanya mengandalkan naluri seorang ibuyang sudah seharusnya mengetahui kebutuhan anak berkebutuhan khususnya
Dari: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Kepada: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 7:40Judul: Bls: wawancara :))
iyaa bu, kemudian dengan kemampuan akademik “Os” sekarang ini yang bisadibilang bagus ya bu, sekolah apa saja yang bisa membuat pendidikan “Os”seperti pada anak sebaya nya?”Os” sekolah di sekolah regular terus ya bu?
Dari: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Kepada: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 7:50Judul: Bls: wawancara :))
Seperti yang ibu paparkan dalam buku Tumbuh di tengah badai, ibu selaluberusaha untuk tidak banyak menuntut terutama dari sisi akademis, olehkarenanya ibu sambil berusaha mencari sekolah yang mau menerimanya ibu jugaberusaha keras mencari dan menggali potensi lain yg “Os” miliki yangmemungkinkan untuk dikembangkan sebagai tindakan antisipatifbilamana memang taka ada sekolah yang mau menerimanya sebagai siswa..Yabetul “Os” selalu sekolah di sekolah reguler karena tak punya pilihan lain sepertisekarang, dulu satu2nya harapan untuk bersekolah hanya sekolah reguler, tidakada sekolah khusus , home schooling atau inklusi seperti sekarang, memangsempat putus asa sewaktu menghadapi kenyataan tak ada satupun sekolah yangmau menerimanya ,setiap playgroup yg didatangi selalu menolak dengan halusmaupun ketus...sempat terpuruk dan baru bisa punya harapan setelah bertemudengan ibu Kasur, “Os” sempat bersekolah disana selama 2 tahun(sampai kelasTK kecil) dan ketika TK besar karena ketidak tahuan, ibu melakukan perbuatanbodoh dengan mengeluarkannya dari sekolah bagus itu, terbontang bantingmencari sekolah lain yang menurut ibu akan bisa memberikan pelajaran calistunguntuk persiapan tes masuk ke SD , begitu bodohnya ibu saat itu karena andaikata
245
ibu mau bersabar dan tidak menuntut banyak pada “Os” yg memiliki keterbatasankemampuan saat itu, mungkin “Os” bisa menjadi lebih baik dari sekarang, tapiakhirnya ibu sadari bahwa kesalahan ibu ini juga mungkin adalah jalan dari Tuhanuntuk “Os” bisa sampai di SD Al Azhar walau dengan cara yg sama sekali takpernah bisa ibu tebak
Dari: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Kepada: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 8:15Judul: Bls: wawancara :))
iyaa bu, kemudian dengan kemampuan akademik “Os” sekarang ini yang bisadibilang bagus ya bu, sekolah apa saja yang bisa membuat pendidikan “Os”seperti pada anak sebaya nya?”Os” sekolah di sekolah regular terus ya bu?
Dari: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Kepada: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 8:33Judul: Bls: wawancara :))
Yang ibu ingin sampaikan adalah “Os” masuk di sekolah reguler itu bukankarena ibu ga tahu diri atau ga nau'in kekurangan anaknya, melainkan karennatidak ada pilihan lain, karena sewaktu ibu memutuskan untuk memasukkan “Os”ke SLB dan SLB borderline dua2nya menolak dan berpendapat bahwa “Os” akanmampu bersekolah di sekolah reguler, tapi sewaktu di SD ke;as 1 sampai kelas 3kemampuannya betul2 makin tiarap, makin sering menerima keluhan dariguru2nya, karena mereka kecewa “Os” tak mampu menyerap pelajaran ygdiberikan, ibu mengambil inisiatif untuk tetap bertahan di SD Al Azhar karenakebetulan sekolahnya pagi, sedangkan sore hari ibu bawa untuk bimbinganremedialnya ke SLB, dengan harapan guru2 SLB tentu akan lebih mampumemahami anak2 berkebutuhan khusus dibanding guru2 di sekolah reguler, dantak jauh dari dugaan memang bimbingan remedial oleh guru2 SLB bisamembantu “Os” memahami dan menyerap pelajaran lebih banyak dibandingdengan kemampuannya ketika belajar di sekolah, kombinasi ini cukup membawabanyak perubahan apalagi ibu memang juga selalu melibatkan diri untuk
246
mengajari nya di rumah dengan berbekal obrolan2 santai ibu dengan guru2disekolah maupun terapis wicara dan pembimbing2nya di SLB, ibu tidak mauhanya mengandalkan mereka semua, karena pikir ibu justru ibulah yang palingbanyak waktu bersama “Os” dibanding mereka, jadi ibu selalu berusaha mengisiwaktu ibu dirmah untuk menerapkan semua teori dari tempat terapi, sekolahmaupun pembimbingnya di SLB untuk ibu praktekkan dirumah, dulu waktu “Os”mulai belajar matematika ibu harus cari akal untuk bisa membantunya memahami,seperti ketika “Os” kesulitan belajar pecahan bilangan, ibu mendapat masukandari terapisnya bahwa “Os” itu lebih mampu memahami banyak hal yang riil dandapat dilihat, sangat tidak mampu memahami hal yg abstrak, berangkat dari infoitu ibu mulai coba2 dengan mengajarinya pecahan melalui buah dan makanankesukaannya yg ibu belah2/potong sesuai jumlah bilangan pecahan yang sedangdiajarkan, begitu jg ketika “Os” belajar tentang ukuran, ibu sampaimembelikannya timbangan bebek(timbangan pasar), mengukur air dengan tabungtakaran, sendok takaran dan membawanya menyusuri jalan keluar kota ,menunjukkan patok2 penunjuk jarak tempuh sambil menghitung waktu tempuh,pergi ke bank hanya untuk mencari uang2 receh yang sdh tak ada lagi dipasaranuntuk mengajarinya tentang nilai uang sekaligus mengajarinya cara melakukantransaksi menggunakan uang dan membedakannya dengan cara berbarter , tapi ygpaling sulit sewaktu ibu membantunya be;lajar memahami pelajaran bahasaIndonesia terutama ketika belajar peribahasa, dia selalu tidak bisa konsentrasiketika membaca peribahasa, sibuk tertawa-tawa geli dan tidak bisamemperhatikan apa yg ibu sampaikan, dan selalu mengulang ulang peribahasayang menurutnya paling lucu, dia sangat suka peribahasa "bagai membeli kucingdalam karung", sampai sekarang kata2 itu masih bisa membuatnya tertawa gelikarena yg dia bayangkan ada orang membeli karung dan kebingungan karenakarung yg dibelinya itu bergerak gerak, ya itulah kesulitan anak autis ,pemahaman katanya sangat terbatas, untunglah dengan bertambahnya usia “Os”sdh bisa mengalami perkembangan pesat sampai bs seperti sekarang
Dari: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Kepada: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 8:45Judul: Bls: wawancara :))
iyaa bu, mungkin karena masuk disekolah reguler itu malah justru dapat membuatperilaku “Os” meniru perilaku teman sebayanya sedikit demi sedikit yaa bu..kemudian perilaku “Os” dirumah dan lingkungan sekitar bagaimana saat inibu?menurut wawancara saya dengan “Os” bahwa menurut saya “Os” telah dapatberinteraksi dan berusaha untuk diterima dalam lingkungannya..benarkan bu?
247
Dari: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Kepada: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 8:56Judul: Bls: wawancara :))
Mengenai pertanyaan Via tadi tentang sekolah apa yang membantunya bisaseperti anak lain sebayanya?, ibu pikir bukan hanya sekolah tapi juga semua pihakyang terlibat dalam penanganannya, tapi yang paling utama tentunya adalahkeluarganya sendiri, dan juga lingkungan tetangga maupun lingkungan tempat“Os” ibu beri pengetahuan tambahan(les renang, les musik, les vocal dlsb),semakin banyak ibu membawanya masuk kelingkungan yang berbeda , teman2 ygberbeda, guru2 yg berbeda, tentu itu jadi satu terapi yang tak ada teorinya untukperkembangan pengetahuan dan kemampuan “Os” berinteraksi dan bersosialisasi
Dari: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Kepada: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 9:05Judul: Bls: wawancara :))
iya bu, dan berarti ibu sengaja membwa “Os” pada lingkungan agar “Os” dapatmemahami lingkungan kan bu?dan menurut ibu bagaimana dengan kemandirian“Os” bu?dan menurut saya sepertinya “Os” saat ini tertarik pada akademik ya bukarena “Os” memiliki rencana-rencana untuk melanjutkan pendidikan yang lebihtinggi..subhanallah:))
Dari: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Kepada: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 9:25Judul: Bls: wawancara :))
Keinginannya sekolah di arkeologi UGM ikut memacu keinginnanya mengasahkemampuan mandirinya, dan alhamdulillah ibu berterimakasih pada UGM yangtelah membantu “Os” berkembang pesat kemandirinannya, tapi memang padadasarnya sejak kecil dulu ibu sdh melatihnya pelan, tapi boomnya justru pada saatdia kuliah, subhanallah alhamdulillah! Kalau untuk kemampuannnya beradaptasi
248
memang tidak sepesat pengembangan kemandiriannya, tapi setidaknya dia selaluberusaha terus dengan sesekali konsultasi ke ibu atau kakak2nya mengenai carayang lebih baik untuk lbh diterima lingkungannnya, masih blm sesempurna oranglain tapi itu adalah satu prestasi yg luar biasa di mata ibu
Dari: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Kepada: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 9:35Judul: Bls: wawancara :))
oh ya perilaku dirumah dan lingkungan sekitar pada saat ini ya bu
Dari: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Kepada: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 10:00Judul: Bls: wawancara :))
Mengenai perilaku memang sampai saat ini, masih jadi pe er besar untuk ibukarena “Os” masih saja suka menyendiri, msih sering merasa tak nyamanberkumpul dengan teman2nya kecuali teman yg benar2 bisa memahami , sewaktuKKN kemaren sempat banyak mengeluh karena kan teman2 KKN nya ini kanbukan teman di kosan atau teman sejurusan/sefakultas yg sdh pasti tidak bisamemahami perilaku anehnya dan malah beberapa justru memperlakukannnyasebagai anak idiot yg tidak mengerti apa2, menyedihkan memang tapi maugimana lagi?, seperti sekarang ”Os” lama libur dirumah, dia jarang keluar kamar ,tidak ada usaha untuk kontak teman2 SMA ato SMPnya dulu utnuk ketemuan,atau main kerumah mereka, padahal ibu sudah berusaha selalu mengingatkansupaya dia tidak menutup diri seperti itu, kalau dengan anggota keluarga sihmalah kadang suka menjengkelkan karena suka mengajak ngobrol justru pada saatorang lain sedang ada kesibukan, kalau diingatkan supaya bisa punya kepekaanmembaca situasi, kadang dia suka nangis sedih dan putus asa merasa masih sajabelum bisa seperti orang lain
Dari: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Kepada: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 10:10Judul: Bls: wawancara :))
tapi ada upaya “Os” untuk memperbaiki saat menyadari dia berbeda bu?
249
berarti “Os” hanya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang telah dapatmemahami “Os” bu?apakah dilingkungan kos dan kampus “Os” mengetahui kalau“Os”autis?
Dari: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Kepada: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 10:42Judul: Bls: wawancara :))
iya dan untuk menyiapkan ”Os” ibu sudah membekalinya dengan selalumembangkitkan rasa pe de nya , mengatakan bahwa autis bknlah aib, tapi justruterimalah sebagai satu kelebihan yg Tuhan berikan, oleh karena ibu sdh yakin“Os” bisa pe de dan tdk akan membuat kata autis itu menjadikannya minder, ibuselalu berusaha terbuka dan berterus terang mengenai kondisi “Os”, ibu selalumenekankan pada siapapun bahwa kondisi autis pada “Os” itu bkn keinginannya ,juga bkn keinginan ortunya,melainkan takdir Tuhanlah yang membuatnya sepertiitu sama seperti takdir orang menjadi miskin, menjadi kaya, menjadi terkenaldsejenisnya, semua itu adalah rahasia Illahi, ibu juga selalu mengatakan bahwa“Os” tdk butuh simpati melainkan empati, “Os” tidk butuh dikasihani melainkanditerima dan dipahami apa adanya , kebanyakan sih bisa mengerti tapi ada jugayang masih sulit mengerti...yah itulah realita yang harus “Os” dan keluarga hadapi
Dari: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Kepada: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 januari 2012 10:51Judul: Bls: wawancara :))
iya bu kemudian menurut ibu kualitas hidup “Os” dari kesehatannya, hubungansosialnya dan lingkungannya telah cukup baik?apakah ibu sudah percaya danyakin untuk kehidupan “Os” yang akan datang?
Dari: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Kepada: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 10:55Judul: Bls: wawancara :)
250
Kalau rasa gamang sudah pasti ada, tapi ibu sangat yakin dan percaya bahwaAllah tak akan membiarkan “Os” sendiri, sekalipun ibu mungkin nanti sdh tiadadengan melihat kehidupan “Os” sekarang, ibu sudah jauh lebih bisa pervcayabahwa dia akan selalu mampu mengembangkan kemampuannya denganpertolongan Allah
Dari: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Kepada: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Dikirim: Minggu, 1 Januari 2012 10:59Judul: Bls: wawancara :)
o ya Via satu hal yang perlu ibu ingatkan bahwa autisme itu bukan penyakitmelainkan kelainan pada perkembangan syaraf otak , jadi tidak ada istilah sembuhmelainkan perbaikan kwalitas hidup agar bisa survive ketika dia harus hidupsendiri dan terjun ditengah masyarakat dan mampu memberikan sumbangsihuntuk sesama, agama , bangsa dan negara dengan segala kemampuan ygdimilikinya...
Dari: Via Mutiara ratri <viamutiararatri@yahoo.com>Kepada: Herniwatty Krisnandi <mama_natrio@yahoo.com>Dikirim: Sabtu, 1 Januari 2011 11:05Judul: Bls: wawancara :))
yaa bu, dan “Os” sudah dapat mengembangkan kualitas hidup menjadi lebih baikya bu..dan selamat ya untuk ibu yang telah menjadi ibu yang hebat pastinyaa..ohya terimakasih ya bu, sekian dulu wawancara kita, banyak sekali hal yang sayapelajari dari ibu dan “Os”, saya ingin terus belajar smoga menjadi pribadi pantangmenyerah seperti ibu :)
251
PANDUAN OBSERVASI
Tujuan : Mengetahui kegiatan dan perilaku sehari-hari subjek,
khususnya yang berkaitan dengan data dan informasi yang
diberikan.
Objek yang diteliti : Penyandang autis
Hal yang diamati (Di luar sesi wawancara):
1. Perlakuan lingkungan, keluarga, dan orang sekitar terhadap penyandang autis
2. Sikap subjek terhadap keluarga, lingkungan, dan orang sekitar
3. Kegiatan yang dilakukan
Hal yang diamati (Dalam sesi wawancara):
1. Ekspresi fisik
252
Lampiran 6
HASIL OBSERVASI
a. Subjek Pertama
Tujuan : Acuan pertanyaan wawancara dan memperkuat data
wawancara
Tempat : Rumah subjek dan lingkungan sekolah subjek
Waktu : Sebelum wawancara, saat wawancara, dan setelah
wawancara
Teknik observasi : Covert, Non-Partisipan, Alamiah
Metode : Rating scale
Kegiatan dan Perilaku Subjek (DiluarWawancara)
Fisik Mata tidaksayu
Wajah terlihat segar
Sikap berdiri
Psikologis Belajar
Beribadah
253
Memakai pakaian rapi
Meminta maaf jika mau meminta tolong
Senang berbicara didepan umum
Hubungan sosial Membantu orang lain
Menyapa orang yang dikenal
Mengunjungi teman
Bermain dengan teman sebaya
Mengucapkan terimakasih
Lingkungan Keadaan rumah bersih
Memiliki fasilitas pendukung
254
Suka bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahui
Senangbermaindenganteman di lingkunganrumah
Membaca Koran atau buku
Kegiatan dan Perilaku Subjek (DiluarWawancara)
Ekspresi fisik Terjalin kontak mata
Bersalaman
Menggerakan tangan melakukan ritual autisme
Bergumam sendiri
Mengangguk / menggelengkan kepala
Tersenyum
255
Lampiran 7
HASIL OBSERVASI
b. Subjek Kedua
Tujuan : Acuan pertanyaan wawancara dan memperkuat data
wawancara
Tempat : Kos subjek dan lingkungan kampus subjek
Waktu : Sebelum wawancara, saat wawancara, dan setelah
wawancara
Teknik observasi : Covert, Non-Partisipan, Alamiah
Metode : Behavioral Check List
Kegiatan danPerilakuSubjek (Diluar Wawancara)
Fisik Mata tidak sayu
Wajah terlihat segar
Sikap berdiri
Psikologis Belajar
Beribadah
256
Memakai pakaian rapi
Meminta maaf jika mau meminta tolong
Senang berbicara didepan umum
Hubungan sosial Membantu orang lain
Menyapa orang yang dikenal
Mengunjungi teman
Bermain dengan teman sebaya
Mengucapkan terimakasih
Lingkungan Keadaan rumah bersih
Memiliki fasilitas pendukung
257
Suka bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahui
Bermain dengan teman di lingkungan rumah
Membaca Koran atau buku
Kegiatan dan Perilaku Subjek (Didalam Wawancara)
Ekspresi fisik Terjalin kontak mata
Bersalaman
Menggerakan tangan melakukan ritual autisme
Bergumam sendiri
Mengangguk / menggelengkan kepala
Tersenyum
258
Skala subjek kedua
Sebelum Anda mulai kami ingin meminta Anda untuk menjawab beberapapertanyaan umum tentang diri Anda: dengan melingkari jawaban yang dianggapbenar atau dengan mengisi di tempat yang disediakan
Apa jenis kelamin anda? Laki-laki perempuan
Kapankah anda lahir? 20 / 11 / 1989
hari / bulan / tahunApa pendidikan tertinggi yang anda terima? Tidak ada sama sekali
sekolah dasar
sekolah lanjutan
sekolah tinggi
apa status perkawinan anda? Singlemenikah
Apakah saat ini Anda sakit? Iya tidak
Jika ada sesuatu yang salah dengan kesehatan Anda,
apa yang Anda pikirkan? Merasa tidak nyaman dan segera berobat terhadappenyakit/masalah
intruksi
Penilaian ini bertanya bagaimana tentang kualitas hidup anda, kesehatan, ataubidang lain dalam kehidupan Anda. Jawablah semua pertanyaan. Jika Anda tidakyakin tentang yang respon untuk memberikan sebuah pertanyaan, silahkan pilihsalah satu yang muncul mostappropriate. Hal ini sering dapat respon pertamaAnda
Perlu diketahui standar Anda, harapan, kesenangan dan kekhawatiran. Kamimeminta Anda berpikir tentang kehidupan Anda dalam dua minggu terakhir.Misalnya, berpikir tentang dua minggu terakhir, pertanyaannya sebagai berikut:
Apakah Anda mendapatkanjenis dukungan yang Andabutuhkan dari orang lain?
Tidak pernah
1
Jarang
2
Kadang
3
Sering
4
penuh
5
259
Anda harus melingkari angka yang paling cocok berapa banyak dukungan yangAnda dapatkan dari orang lain selama dua minggu terakhir. Jadi, Anda akanlingkaran nomor 4 jika Anda mendapat banyak dukungan dari orang lain sebagaiberikut:
Apakah Anda mendapatkanjenis dukungan yang Andabutuhkan dari orang lain?
Tidak pernah
1
Jarang
2
Kadang
3
Sering
4
penuh
5
Anda akan melingkari nomor 1 jika Anda tidak mendapatkan dukungan yang Andabutuhkan dari orang lain dalam dua minggu terakhir.
Silahkan baca setiap pertanyaan, menilai perasaan-perasaan Anda, dan lingkarannomor pada skala untuk setiap pertanyaan yang memberikan jawaban terbaikuntuk Anda
Sangatburuk
Buruk Sedang Baik Baiksekali
1 bagaimana anda menilaitingkat kualitas hidupanda?
1 2 3 4 5
Sangattidakpuas
Tidakpuas
Sedang Puas Sangatpuas
2 seberapa puaskah andadengan kesehatan anda?
1 2 3 4 5
260
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini menanyakan tentang berapa banyak Anda telahmengalami hal-hal tertentu dalam dua minggu terakhir
Tidakpernah
Jarang Kadang sering Selalu
3 Sejauh mana anda merasabahwa rasa sakit secarafisik menghalangi untukmelakukan apa yang perludilakukan?
1 2 3 4 5
4 Berapa banyak andamemerlukan perawatan
medis yangberfungsi dalam kehidupanAnda?
1 2 3 4 5
5 Berapa banyak andamenikmati hidup?
1 2 3 4 5
6 Seberapa besar Andamerasa hidup anda menjadilebih bermakna?
1 2 3 4 5
7 Seberapa baik andamampu berkonsentrasi?
1 2 3 4 5
8 Seberapa aman yang Andarasakan dalam kehidupansehari-hari Anda?
1 2 3 4 5
9 seberapa sehatkahlingkungan fisik anda?
1 2 3 4 5
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini menanyakan tentang bagaimana Anda mengalami ataumampu melakukan beberapa hal dalam dua minggu terakhir
Tidakpernah
Jarang Kadang Sebagianbesar
Selalu
10 Apakah Anda memilikienergi yang cukup untukkehidupan sehari-hari?
1 2 3 4 5
11 Apakah Anda dapat 1 2 3 4 5
261
menerima penampilantubuh Anda?
12 Apakah Anda memilikiuang yang cukup untukmemenuhi kebutuhanAnda?
1 2 3 4 5
13 bagaimana ketersediaaninformasi yang andaperlukan dalamkeseharian hidup anda?
1 2 3 4 5
14 Sejauh mana Andamempunyai kesempatanuntuk liburan?
1 2 3 4 5
Sangatburuk
Buruk Sedikitburuk
Baik Baiksekali
15 Seberapa baik yang andadapatkan disekitar anda?
1 2 3 4 5
Pertanyaan-pertanyaan berikut meminta anda untuk mengatakan seberapa baik atau puasanda tentang berbagai aspek kehidupan selama dua minggu terakhir
Sangattidakpuas
Tidakpuas
Sedang Puas Sangatpuas
16 Seberapa puaskah andadengan tidur anda?
1 2 3 4 5
17 Seberapa puas andadengan kemampuanuntuk melakukanaktivitas kesehariananda?
1 2 3 4 5
18 seberapa puas andadengan kapasitas bekerjaanda?
1 2 3 4 5
262
19 Seberapa puas andadengan diri anda sendiri?
1 2 3 4 5
20 Seberapa puas andadengan hubungan pribadianda?
1 2 3 4 5
21 Seberapa puas andadengan kehidupan seksualanda?
1 2 3 4 5
22 Seberapa puas andamendapatkan dukungandari teman?
1 2 3 4 5
23 Seberapa puas andadengan kondisi tempattinggal anda?
1 2 3 4 5
24 Seberapa puas andadengan akses andaterhadap pelayanankesehatan?
1 2 3 4 5
25 Seberapa puas andadengan transportasi anda?
1 2 3 4 5
Pertanyaan berikut mengacu pada beberapa sering anda merasa atau mengalami hal-haltertentu dalam dua minggu terakhir
Tidakpernah
Jarang Kadang Sering Selalu
26 Seberapa sering andamemiliki perasaan negatifseperti suasana hatiburuk, putus asa,kecemasan, dan depresi?
1 2 3 4 5
Apakah seseorang anda membantu untuk mengisi ini? Tidak Sama Sekali
Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk mengisi form ini? 1-2 Jam
263
Apakah anda mempunyai komentar tentang penilaian ini?
Penilaian ini menjadi salah satu tolok ukur bagaimana mengetahui dan melihat tingkatkelayakan seseorang atau individu dari berbagai aspek seperti kesehatan dan psikologis,sehingga hasil yang diharapkan mampu mengetahui tingkat kelayakan individu tersebutdalam menjalani kehidupannya
Terimakasih atas bantuannya ^_^