Post on 13-May-2023
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikan wajib hadir tepat pada waktunya dengan batas
keterlambatan 15 menit. Praktikan yang datang melebihi
batas keterlambatan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
2. Praktikan wajib mengisi, menandatangani daftar hadir
sebelum mulai mengerjakan praktikum serta membawa kartu
praktikum yang sudah diisi foto dam dicap.
3. Praktikan yang melakukan sesuatu hal yang dianggap
membahayakan peralatan dan sekitarnya, dapat
dipersilahkan keluar dari laboratorium demi keamanan.
4. Selama praktikum, praktikan wajib mengenakan jas
praktikum.
5. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak
diperbolehkan makan, minum, merokok, bergurau, atau
hal-hal lain yang dapat mengganggu suasana praktikum.
6. Seusai praktikum, praktikan wajib membersihkan dan
merapikan laboratorium seperti semula.
7. Praktikan yang merusak atau menghilangkan peralatan,
wajib mengganti peralatan tersebur.
8. Demi kelancaran jalannya praktikum, semua praktikan
wajib mentaati tata tertib ini.
I. PENDAHULUAN
Tahap analisis adalah tahapan yang paling penting baik
dalam kegiatan penelitian maupun pengawasan mutu. Kesalahan
pada tahap ini dapat mengakibatkan kesalahan interpretasi
sehingga akan sangat merugikan baik bagi perkembangan illmu
(karena perkembangan teori yang didukung oleh data yang
salah) msupun dalam penilaian suatu bahan pangan.
Menurut Apriyantono et al (1989), kesalahan yang sering
dilakukan dalam analisis dapat bermacam-macam diantaranya:
1. Kesalahan dalam pengambilan contoh dan persiapan
sampel. Contoh yang diambil seringkali tidak dapat
mewakili seluruh bahan yang dianalisa, demikian juga
dalam mempersiapkan sampel seringkali tidak mengikuti
prosedur yang benar sehingga contoh yang dianalisa
tidak seragam atau masih banyak mengandung komponen-
komponen pengganggu.
2. Kesalahan dalam pembuatan dan penanganan pereaksi-
pereaksi yang digunakan, seperti:
a. Kesalahan dalam pembuatan larutan, dapat terjadi
apabila tidak memahami prinsip dasar mengenai
konsentrasi dan pelarutan, juga dapat terjadi
akibat mengikuti prosedur analisis tanpa
memperhatikan bahan yang digunakan.
b. Pembuatan larutan standar (untuk titrasi) yang
tidak distandarisasi lagi. Sebagai contoh, ingin
membuat larutan NaOH standar 0,1 N, yang dilakukan
hanya melarutkan 4 ram NaOH menjadi 1 liter, tanpa
distandarisasi lagi sehingga tidak diketahui
konsentrasi NaOH yang sebenarnya. Perlu diketahui
juga bahwa NaOH mudah menyerap CO2.
c. Menyimpan pereaksi pada kondisi yang tidak
semestinya dan diluar batas waktu kadaluwarsa
sehingga ada kemungkinan pereaksi yang digunakan
sudah rusak atau aktivitasnya sudah jauh
berkurang.
3. Kesalahan dalam menerapkan metode analisis
4. Kesalahan pengerjaan.
Dengan beberapa contoh kesalahan yang mungkin dilakukan
dalam analisa tersebut maka hendaknya kita berhati-hati
dalam melakukan analisis. Tiga hal terpenting yang perlu
ditekankan adalah:
1. Cara-cara pengambilan contoh dan persiapan sampel.
2. Ketepatan analisis.
3. Pemilihan metode yang tepat.
II. PENENTUAN KADAR AIR
A. TUJUAN
Mengetahui cara penentuan kadar air dengan metode
thermogravimetri.
B. DASAR TEORI
Menurut Sudarmadji et al. (1996), air dalam suatu bahan
makanan terdapat dalam tiga bentuk yaitu air bebas, air
terikat secara lemah, dan air terikat kuat.
1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan
inter granular dan pori-pori yang terdapat dalam
bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap
(teradsorbsi) pada permukaan koloid makromolekuler
seperti protein, pectin, pati, sellulosa. Selain
itu, air juga terdispersi di antara koloid tersebut
dan merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam sel.
Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai
sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses
pembekuan. Ikatan antara air dengan koloid tersebut
merupakan ikatan hidrogen.
3. Air dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk
hidrat. Ikatannya bersifat ionik sehingga relatif
sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak
membentuk meskipun pada 0oF.
Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat membantu
terjadinya proses kerusakan bahan makanan misalnya proses
mikrobiologis, kimiawi, enzimatik, bahkan oleh aktivitas
serangga perusak. Sedangkan air dalam bentuk lainnya tidak
membantu terjadinya proses kerusakan tersebut diatas. Oleh
karenanya kadar air bukan merupakan parameter yang absolut
untuk dapat dipakai meramalkan kecepatan terjadinya
kerusakan bahan makanan. Dalam hal ini digunakan pengertian
Aw (Activity air) untuk menentukan kemampuan air dalam
proses kerusakan bahan makanan.
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan beberpa
metode antara lain metode thermogravimetri, thermovolumetri,
kimiawi, dan fisis. Metode yang sering digunakan dalam
penentuan kadar air suatu bahan adalah metode
thermogravimetri dan thermovolumetri. Prinsip kerja dari
metode thermogravimetri adalah menguapkan air yang ada dalam
bahan dengan pemanasan, kemudian menimbang sampai berat
konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Prinsip kerja
dari metode thermovolumetri adalah menguapkan air dengan
”pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih
tinggi daripada air dan tidak campur dengan air serta
mempunyai berat jenis yang lebih rendah daripada air. Zat
kimia yang dapat digunakan antara lain: toluene, xylen,
benzene, tetrakhlorethilen, dan xylol (Sudarmadji et al.,
1996).
C. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan:
- Sampel
2. Alat:
- Timbangan - Eksikator
- Blender atau mortir dan alu - Penunjuk waktu
- Sendok - Oven
- Krus porselen - Penjepit
D. CARA KERJA
1. Cara pemanasan (AOAC, 1925)
a. Timbang sampel yang telah berupa serbuk atau bahan yang
telah dihaluskan sebanyak 1-2 gram dalam botol
timbangan yang telah bersih dan kering dan diketahui
beratnya.
b. Keringkan dalam oven pada suhu 100oC-105oC selama waktu
tertentu tergantung jenis bahannya. Untuk bahan-bahan
yang relatif kering seperti biji-bijian, kedelai,
kacang-kacangan memerlukan waktu 3-5 jam, sedangkan
bahan-bahan basah memerlukan waktu 24 jam. Makin besar
kandungan air dalam suatu bahan pangan makin lama waktu
pemanasan yang diperlukan. Panaskan lagi dalam oven 30
menit, dinginkan dalam eksikator dan ditimbang;
perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan
(selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2
mgram).
c. Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan.
%ka =
x 100%
dimana, (c + s )’ : berat cawan dan sampel awal
( c + s )ii: berat cawan dan sampel akhir
2. Cara Destilasi Toluene (AOAC, 1925)
a. Timbang bahan yang telah dibubuk halus secukupnya yang
kira-kira mengandung 2-5 mL air dan dipindahkan secara
kuantitatif ke dalam labu destilasi. Tambahkan kira-
kira 75-100 mL toluene dan pasang labu destilasi pada
alat distilasi khusus dengan penampung air menguap.
b. Atur pemanasan destilasi sampai kira-kira 4 tetes
toluene jatuh dari kondenser setiap detik.
c. Destilasi dilanjutkan sampai semua air menguap dan air
dalam penampung tidak bertambah lagi (kira-kira 1 jam).
d. Baca volume air dan hitung % kadar air dalam sampel.
III. PENENTUAN KADAR ABU
A. TUJUAN
Mengetahui cara penentuan kadar abu pada suatu bahan
B. DASAR TEORI
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu
bahan organik, kadar abu suatu bahan tergantung bahan dan
cara pengabuannya (Sudarmadji et al., 1996). Kadar abu ada
hubungannya dengan mineral yang dikandung oleh suatu bahan.
Mineral tersebut terdapat dalam bentuk garam organik, garam
anorganik, atau sebagai bentuk senyawa kompleks yang
bersifat organis. Penentuan kadar abu seringkali dilakukan
untuk mengendalikan garam-garam anorganik sepoerti garam
kalsium (Muljohardjo, 1988).
Prinsip kerja dari penentuan kadar abu adalah dengan
mengoksidasikan (pembakaran) semua zat organik pada suhu
tinggi, yaitu sekitar 500-600oC dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
tersebut (Sudarmadji et al., 1996).
C. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan:
- Sampel yang dihaluskan
2. Alat:
D. CARA KERJA
Cara AOAC (1925)
1. Pijarkan krus porselen dengan tutupnya dalam muffle furnace.
Dinginkan dalam oven, kemudian masukkan ke dalam
eksikator sampai dingin. Baru kemudian ditimbang.
2. Timbang sampel dalam krus porselen yang telah diketahui
beratnya (kira-kira 2 gram), selanjutnya panaskan di atas
kompor listrik sehingga bahan menjadi arang. Kemudian
pijarkan dalam muffle suhu 600oC selama 6 jam sampai
menjadi abu berwarna keputih-putihan, biarkan muffle sampai
menunjukkan suhu kamar, kemudian baru dibuka tutupnya.
Kemudian krus dimasukkan ke dalam eksikator sampai
dingin, baru kemudian ditimbang.
% wb (wet basis) = x 100%
% db (dry basis) = x 100%
IV. PENENTUAN KADAR PROTEIN
A. Tujuan
1. Mengetahui kadar protein kasar dalam bahan dengan metode
makrokjeldahl.
2. mengetahui kadar protein terlarut dengan metode Lowry-
Follin
B. Dasar Teori
Protein merupakan zat makanan yang sangat penting
bagi tubuh , karena zat ini selain berfungsi sebagai bahan
bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk
membentuk jaringan baru dan memperthankan jaringan yang
telah ada (Winarno, 1997). Protein merupakan rantai panjang
yang tersusun dari mata rantai asam-asam amino. Asam amino
adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil
[-COOH] dan satu atau lebih gugus amino [-NH2] yang salah
satunya terletak pada atom C tepat disebelah gugus
karboksil. Asam-asam amino yang berbeda-beda berikatan
melalui ikatan peptida, yaitu ikatan diantara gugus
karboksil satu asam amino dengan gugus amino dari asam amino
disampingnya.
Penentuan jumlah protein secara empiris yang umum
dilakukan adalah dengan menentukan jumlah N yang dikandung
dalam suatu bahan. Metode ini dikembangkan oleh kjeldah.
Cara kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas 2 cara,
yaitu cara makro dan semimikro. Cara makrokjeldahl digunakan
untuk contoh yang berukuran besar yaitu 1-3 g, sedang
semimikro kjeldahl dirancang untuk contoh yang berukuran
kecil yaitu 300 mg. Dalam penentuan protein seharusnya hanya
nitrogen yang berasal dari protein saja yang ditentukan.
Akan tetapi secara teknis hal ini sulit dilakukan, mengingat
kandungan jumlah senyawa lain selain protein dalam bahan
biasanya sangat sedikit maka penentuan jumlah total N ini
tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada.
Kadar protein yang ditentukan dengan cara ini disebut kadar
protein kasar (crude protein) (Sudarmadji et al., 1996).
Cara lain untuk menentukan kadar protein adalah
dengan metode Lowry-Follin. Protein dengan asam
fosfomolibdat dan fosfotungsat dalam suasana alkalis akan
memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada
konsentrasi protein yang ditera. Konsentrasi protein diukur
berdasarkan Optical Density pada panjang gelombang tertentu (OD
terpilih). Untuk mengetahui banayaknya protein dalam
larutan, lebih dahulu dibuat kurva standar yang melukiskan
hubungan konsentrasi dengan OD (Sudarmadji, 1996). Pada
metode lowry-Follin ini sering digunakan larutan protein
standar yaitu Bovine Serum Albumin (BSA). Albumin merupakan
salah satu jenis protein globuler yang larut dalam air dan
terkoagulasi oleh panas (Winarno, 1989)
C. Bahan dan Alat
Metode Makrokjeldahl
1. Bahan
a. Sampel
b. Katalisator (K2SO4 : HgO = 20:1)
c. H2SO4 pekat
d. Aquades
e. NaOH-Na2S2O3
f. Asam borat 4 %
g. BCG-MR
h. HCl 0,02794
2. Alat
a. Labu kjeldahl i. Alat destruksi
b. Gelas ukur j. destilator
c. Erlenmeyer l. Rak tabung reaksi
d. Tabung reaksi m. Penunjuk waktu
e. Timbangan digital n. Sendok
f. Pipet ukur
g. Propipet
h. Pipet tetes
Metode Lowry-Follin
1. Bahan 2. Alat
a. Sampel a. Gelas ukur
b. BSA 0,3 mg/l b. Erlenmeyer
c. Reagen A c. Tabung reaksi
d. Reagen B d. Vortex
e. Reagen C e. Spektrofotometer
f. Reagen D f. Kertas saring
g. Reagen E g. Pipet ukur
h. Propipet
i. Pipet tetes
j. Corong
k. Rak Tabung reaksi
l. Penunjuk waktu
m. Sendok
D. Cara Kerja
1. Penentuan Kadar Protein Cara Makrokjeldahl
a. Timbang bahan yang sudah dihaluskan sebanyak 0,2-2 gr
b. Masukkan ke dalam tabung destruksi
c. Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat dan kjeldahl tablet sebanyak
1-2 butir
d. Blanko, 20 ml H2SO4 pekat dan kjeldahl tablet sebanyak 1-
2 butir (tanpa sampel)
e. Simpan tabung destruksi pada rak yang tersedia
f. Siapkan Digestion Unit Buchi untuk destruksi dengan cara
nyalakan digestion unit dan scrubber dengan menekan
tombol power.
g. Putar dial pemanas pada alat dengan skala 10 dan biarkan
alat melakukan pemanasan selama ± 5 menit.
h. Pasang penutup tabung destruksi dan simpan rak tabung
pada samping alat.
i. Pasang saluran penghisap dari scrubber.
j. Setelah 5 menit masukkan rak tabung pada pemanas
k. Biarkan dial pemanas pada skala 10 selama 5 menit,
setelah itu putar dial pada skala 8-9.
l. Destruksi sampel selama ± 1 jam atau sampai sampel
berwarna hijau jernih
m. Angkat sampel dan tempatkan rak sampel pada samping alat
n. Putar dial sampai posisi off
o. Biarkan scrubber menyala selama 15 menit sampai asapnya
habis
p. Setelah sampel dingin matikan digestion dan scrubber, dan
lepaskan saluran penghisapnya (sampel siap didestilasi)
q. Siapkan distilation unit buchi dengan cara preheating
alat yaitu pasang tabung yang bersisi ± 100 ml aquades
pada sampel holder.
r. Pasang tabung penampung pada bagian sampel receiver
s. Putar dial ke posisi on dan tunggu sampai penampung
terisi ± 50 ml.
t. Kemudian putar dial ke posisi off dan alat siap
menganalisis sampel
u. Tambahkan 50 ml aquades ke dalam sampel yang telah
didestruksi
v. Pasang pada sampel holder
w. Tambahlan NaOH sampai berubah warna (hitam) dengan volume
500-1000 ml.
x. Tampung hasil destilasi sebanyak 150 ml ke dalam asam
borat (4%) 25 ml.
y. Hasil destilasi ditambah dengan 3-4 tetes indikator BCG-
MR.
z. Titrasi dengan 0,1 HCl, akhir titrasi ditandai dengan
timbulnya warna kuning muda (warna kuning jerami).
a. Kadar Nitrogen total dihitung dengan rumus:
Nitrogen (%) =
%
Wet basis (%) = % N x faktor konversi
(6,25)
% Dry basis (%) =
1. Penentuan Protein dengan Cara Lowry-Follin
a. Pembuatan Larutan Standar
a. Membuat larutan standar BSA 0; 0,06; 0,12; 0,18;
0,24; 0,3 mg/ml.
b. Masukkan cuplikan larutan BSA sebanyak 1 ml untuk
setiap konsentrasi ke dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan 1 ml reagen D, segera gojog dengan vortex
dan inkubasikan pada suhu ruang selama 15 menit.
c. Tambahkan 3 ml reagen E ke dalam tabung cuplikan dan
harus segera digojog vorteks secepatnya, kemudian
inkubasikan pada suhu ruang selama 45 menit dan
segera ukur absorbansinya pada 540 nm. Warna biru
yang terbentuk tetap stabil selama 45-80 menit
sesudah inkubasi.
d. Buat kurva standar BSA sehingga diperoleh garis
regresi hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi.
b. Penentuan Protein dengan cara Lowry Follin
a. Larutkan 0,25 g bahan dalam aquades hingga volume
100 ml, kemudian saring.
b. Masukkan cuplikan sebanyak 1 ml ke dalam tabung
reaksi kemudian tambahkan 1 ml reagen D, segera
gojog dengan vortex dan inkubasikan pada suhu ruang
selama 15 menit.
c. Tambahkan 3 ml reagen E ke dalam tabung cuplikan dan
harus segera digojog vorteks secepatnya, kemudian
inkubasikan pada suhu ruang selama 45 menit dan
segera ukur absorbansinya pada 540 nm. Warna biru
yang terbentuk tetap stabil selama 45-80 menit
sesudah inkubasi.
d. Hasil peneraan diplotkan ke persamaan regresi dari
larutan standar yang sudah dibuat sehingga diketahui
konsntrasi proteinnya.
Keterangan :
Pembuatan reagen yang digunakan dalam Penentuan Protein
Lowry Follin :
a. Reagen A : larutkan 100 g Na2CO3 dalam NaOH 0,5 N hingga
mencapai volume 1000 ml.
b. Reagen B : larutkan 1 g CuSO4.5H2O dalam aquades hingga
mencapai 100 ml.
c. Reagen C : larutkan 2 g K-tartrat dalam aquades hingga
mencapai volume 100 ml (Larutan A, B dan C dapat
disimpan).
d. Reagen D : campur 15 ml reagen A, 0,75 ml reagen B dan
0,75 ml reagen C kemudian digojog hingga homogen.
e. Penyediaan larutan E yaitu dengan mengencerkan 5 ml
reagen Folin-Ciocalteu 2 N menjadi volume 50 ml lalu
digojog baik.
Pembahasan Laporan:
1. Metode analisa yang digunakan pada praktikum
2. Tahap-tahap dalam analisa kadar protein
3. Fungsi perlakuan dalam analisis kadar protein
4. Fungsi reagen yang digunakan
5. Prinsip kerja alat yang digunakan
6. Hasil analisa (tinggi atau rendah beserta alasannya)
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, S., Bambang Haryono dan Suhardi. 1996. Analisa
Bahan Makan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Winarno. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan keempat. PT.
Gramedia. Jakarta
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan kedelapan. PT.
Gramedia. Jakarta
V. PENENTUAN LEMAK DAN MINYAK
A Tujuan
1. Mempelajari metode analisa lemak dan minyak dari segi
kuantitatif dan kualitatif.
2. Mengetahui kadar lemak dan minyak pada produk perikanan
dengan ekstraksi soxhlet.
3. Menentukan angka asam.
B. Dasar Teori
Lemak dan minyak merupakan golongan lipida yang
memiliki daya larut dalam pelarut organik seperti ester,
eter, benzena, dan kloroform, sebaliknya ia tidak larut
dalam air. Secara difinitif lemak dapat diartikan sebagai
semua bahan organik dan mempunyai kecenderungan non polar.
(Sudarmadji et al., 1996). Minyak dan lemak terdiri dari
trigliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan
asam lemak rantai panjang. Molekul lemak disintesa dari
proses kondensasi dari satu molekul gliserol dangan tiga
molekul asam lemak. Trigliserida berwujud padat maupun cair
tergantung dari asam lemak penyusunya.
O O
CH2OH H O C R CH2 O C R
O O
CHOH + H O C R CH O C R
+ H2O
O O
CH2OH H O C R CH2 O C R
Lemak dan mnyak mempunayi struktur kimia umum yang
sama. Dalam penggunaan secara umum, kata lemak (” fat ”)
dipakai untuk menyebut trigliserida yang padat pada suhu
udara biasa, sedangkan kata minyak (”oil”) dipakai untuk
menyebut senyawa yang cair pada suhu tersebut. Perbedaan
antara lemak dan minyak disebabkan karena terdapatnya asam-
asam lemakyang berbeda. Lemak mengandung asam-asam lemak
jenuh yang terdistribusi di antara trigliserida-trigliserida
sedangkan minyak mempunyai sejumlah besar asam lemak tidak
jenuh. Adanya asam lemak tidak jenuh menyebabkan lebih
rendahnya titik lincir (slip point), yaitu suhu dimana lemak
atau minyak mulai mencair. (Gaman dan Sherrington 1994)
Analisa lemak dan minyak dapat dilakukan secara
kuantitatif dan kualitatif. Analisa lemak dan minyak secara
kuantitatif dilakukan dengan metode ekstraksi soxhlet,
sedangkan secara kualitatif dapat dilakuakan melalui
penentuan angka asam, angka penyabunan, dan angka iod.
Prinsip yang digunakan dalam penentuan kadar lemak kasar
secara kuantitatif adalah ekstraksi bahan yang diduga
mengandung lemak dan minayk dengan Soxhlet dan pelarut eter.
(Sudarmadji et al., 1996).
Angka asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebeas,
serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak
atau campuran asam lemak. Angka asam dinyatakan sebagai KOH
0,1 N yang digunakan untuk menetralisir asam lemak bebas
yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Ketaren 1986).
Angka asam yang besar menunjukan asam lemak bebas yang besar
yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses
pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam maka
makin rendah kualitas (Sudarmadji et al., 1996).
C. Bahan dan Alat
1. Bahan
a. Sampel
b. Petrolium eter
c. Alkohol 95% netral
d. 0,1 N laruaan KOH satandar
e. Indikator pp
f. Indikator bromothymol-blue
2. Alat
a. Timbangan digital
b. Alat soxhlet
c. Kertas saring
d. Botol timbang
e. Oven
f. Erlenmeyer
D. Cara Kerja
1. Penentuan kadar lemak dan minyak dengan Soxhlet
Oven Solvent Cup pada suhu 1050C selama 1jam
Dinginkan dalam eksikator selama 30 menit
Timbang Solvent Cup tersebut, diketahui = b (berat
solvent cup)
Timbang sampel 3-10 g (tergantung dari perkiraan kadar
lmak kasarnya), masukkan dalam kertas saring.
Siapkan Fat Ekstraktor Buchi dengan cara : hidupkan
alat dengan menekan tombol power utama di sebelah kanan
belakang bawah.
Pilih nomor program yang diinginkan antara 0-50, pada
alat yang telah di program.
Tekan SELECT sampai display berkedip.
Pilih Pengerjaan ekstrak yang diinginkan, terdapat 4
mode yaitu, SOXHLET STANDART, SOXHLET WARM, HOT
EXTRACTION dan CONTINOUR. Pilih SOXHLET STANDART untuk
penerjaan sampel pada umumnya, gunakan panah atas bawah
untuk merubah.
Tekan NEXT (tanda panah kanan)
STEP 1 (langkah untuk ekstraksi)
Tekan NEXT, tentukan derajat pemanasan pada lower
heating berdasarkan pelarut yang digunakan (lihat
Operating Manual Buchi)
Tekan NEXT sampai lampu CYCLE menyala, tentukan
banyaknya siklus ekstraksi dengan menekan panah atas
bawah.
Tekan NEXT sampai dengan lampu H :MIN menyala, tentukan
waktu yang diperlukan untuk proses ekstraksi dengan
menekan tombol atas bawah.
Tekan NEXT sampai display STEP berubah menjadi STEP 2.
STEP 2 (langkah untuk RINSING)
Tekan NEXT sampai tombol HEATING menyala, tentukan
derajat panas yang diperlukan, biasanya diprogram sama
dengan derajat panas STEP 1.
Tekan NEXT, tentukan waktu yang diperlukan untuk
membilas agar jangan ada sampel yang masih tersisa di
extraction chamber.
Tekan NEXT sampai display STEP berubah menjadi STEP 3
STEP 3 (langkah untuk DRYING)
Tekan NEXT, tentukan derjat panas heater.
Tekan NEXT, tentukan waktu yang diperlukan untuk
mengeringkan sampel pada Solvent Cup.
Tekan SELECT sampai display tidak ada yang berkedip.
Tekan START untuk memulai proses.
Masukkan sampel yang telah dibungkus kertas saring ke
dalam timble.
Masukkan Petrolium Benzen sebnayak 120 ml.
Pasang Solvent Cup dan alat ekstraksi apada fat
Ekstractor Buchi, mulai proses ekstraksi lemak.
Tekan tombol START untuk mulai proses ekstraksi lemak.
Setelah selesai, solvent cup dan hasil ekstraksi
diambil dan dioven pada suhu 1050C selama 1 jam
Kadar Lemak (%wb) =
Kadar Lemak (%db) =
Dinginkan solven cup dalam eksikator selama 30 menit
dan ditimbang,
Hitung kadar lemak kasar (Ekstrak) dengan rumus :
Keterangan :
(b+s)* : berat labu + sampel konstan
b : berat labu
s : berat sampel
KA : kadar air
Mode SOXLET STANDART dengan pelarut Petrolium Benzen 60 –
800C
Volume pelarut : 120 ml
Waktu Ekstraksi : 150 menit
Heating Setting : Step 1 1:9 t : 120 menit
Step 2 1:9 t : 5 menit
Step 3 1:7 t : 15 menit
2. Penentuan angka asam
a. Timbang 10 – 20 gram lemak atau minyak, masukkan ke
dalam Erlenmeyer dan tambahkan 50 mL alkohol 95%
netral. Setelah ditutup dengan pendingin balik,
panaskan sampai mendidih dan digojog kuat-kuat untuk
melarutkan asam lemak bebasnya.
b. Setelah dingin, larutan lemak dititrasi dengan 0,1 N
larutan KOH standar memakai indikator PP. Akhir titrasi
tercapai bila terbentuk warna merah muda yang tidak
hilang selama menit. Apabila cairan yang dititrasi
berwarna gelap dapat ditambah pelarut yang cukup banyak
atau dipakai indikator bromothymol-blue sampai berwarna
biru.
Angka Asam =
VI. KADAR GARAM
A. Tujuan
1. Mengetahui metode pengujian kadar garam pada produk
perikanan.
2. Mengetahui kualitas produk dilihat dari kadar garamnya.
B. Dasar Teori
Garam adalah salah satu bahan pengawet yang digunakan
untuk mengawetkan hasil perikanan. Tujuan utama dari
penggaraman sama dengan tujuan dari proses pengawetan atau
pengawetan lainnya yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan
daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses penggaraman
menjadi lebih awet karena garam dapat menghambat atau
membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan (Afrianto
dan Liviawaty, 1989). Di samping mengakibatkan terjadinya
proses osmosis pada sel daging ikan, larutan garam juga
menyebabkan proses osmosis pada sel-sel mikroorganisme
sehingga terjadi plasmolisis (kadar air dalam sel bakteri
berkurang, lama-kelamaan bakteri akan mati). Pengaraman
ikan biasanya diikuti dengan proses pengeringan untuk
mengurangi kadar air dalam daging ikan. Dengan demikian,
pertumbuhan bakteri akan semakin terhambat (Moeljanto,
1992).
C. Alat dan Bahan
1. Bahan
a. Sampel uji
b. Larutan AgNO3 0,1 N
Timbang 16,8 gr AgNO3 kristal (yang telah dikeringkan
pada suhu 120oC), larutkan dalam sedikit aquadest,
kemudian jadikan volume 1 lt dengan menambahkan aqades
sampai tanda. Lartan harus disiapkan daam keadaan
gelap.
Standarisasi larutan AgNO3 :
- Timbang 200 mg KCl (BM=74,55), lalu masukkan dalam
Erlenmeyer.
- Tambahkan 25 m aquades
- Tambahkan 2-3 tetes laruan K2CrO4.
- Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai timbul warna oranye
(kecokatan)
N AgNO3 = gr KCl / 0,07455 x ml AgNO3
c. Larutan K2CrO4 5%
2. Alat
a. Timbangan analitik
b. Blender
c. Erlenmeyer
d. Labu takar
e. Pipet ukur
f. Buret
g. Kempot
D. Cara Kerja
Metode Kohman (Winton, dkk. dalam Sudarmadji. Dkk., 1997)
1. Timbang 5 gr sampe yang telah dihaluskan terlebih
dahulu.
2. Sampel diekstraksi dengan 10-20 ml aquades panas
(suhu80oC), tunggu beberapa saat sampai semua garam NaCl
larut dan terpisah dengan lemak. Ekstraksi diulang
beberapa kali (8-10 kali). Jika contoh berbendtuk
padatan, disaring dan dicuci beberapa kali.
3. Cairan hasil ekstraksi ditampung dalam Erlenmeyer, dan
dicampur dengan baik.
4. Selanjtnya tambahkan 3 ml larutan K2CrO4 5% dan titrasi
dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai tetap berwarna oranye
(kecoklatan).
Kadar garam =
Hasil Pengujian Kadar Garam
DAFTAR PUSTAKA
AOAC, 1925. Method of Analysis of Second Edition. Association of
Official Agricultural Chemists. Washington, D.C.
AOAC, 1990. Official Method of Analysis. Assosiation of Official
Agricultural Chemists. Washington, D.C.
Apriyantono A., D. Fardiaz, N. Puspitasari, Sedarnawati dan
S. Budiyantono. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan.
PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gaman, P. M., Sherrington K.B. 1994. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu
Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jilid I. Terjemahan Maggi
Thenawidjaja. Erlangga. Jakarta.
Sudarmadji, S., Bambang Haryono dan Suhardi. 1996. Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Librty. Yogyakarta.
Winarno, F. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan ke 4, Gramedia.
Jakarta.