Penataan Batas Wilayah Administratif dalam mendukung Tertib Administrasi Pemerintahan
-
Upload
pustral-ugm -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Penataan Batas Wilayah Administratif dalam mendukung Tertib Administrasi Pemerintahan
Penataan Batas Wilayah Administratif
dalam mendukung
Tertib Administrasi Pemerintahan
Disampaikan pada “Rapat Pembekalan Instrumen Tata Kelola Pemerintahan Bidang Tata Kelola Keuangan serta Inisiatif
Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan”
Jakarta, 15 September 2014
OUTLINE PAPARAN
1. Pendahuluan
- Urgensi Penegasan Batas Daerah
- Landasan Hukum
• UU 32 tahun 2004
• UU 4 tahun 2011
• PP 78 tahun 2007
• Permendagri 76 tahun 2012
3. Daerah Otonom Baru / Pemekaran Wilayah
4. Penegasan Batas Daerah
5. Permasalahan Sengketa Batas
5. Penutup
Good Fences Make Good Neighbors
This picture was taken last month during our trip to visit my good friend, Pam. I’m not sure exactly WHERE this
is, but somewhere between the towns of Smithfield and Strasburg, Virginia.
What I find interesting is that it appears that there are two fences built within a few inches of each other.
1. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. UU No. 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
3. PP No. 78 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,
Penghapusan dan Penggabungan
4. Permendagri 76 tahun 2012 tentang Pedoman
Penegasan Batas Daerah
Landasan Hukum
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 32/2004 membawa implikasi
arti pentingnya penegasan batas
untuk otonomi daerah
UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
Pembuatan Peta yang termasuk kategori peta tematik (IGT) diwajibkan mengacu pada IGD: • Jaring Kontrol Geodesi • Peta Dasar
Berdasarkan UU No 4/2011
BAKOSURTANAL
bertransformasi menjadi BIG
Informasi Geospasial Dasar Kedudukan Batas Wilayah pada Peta Dasar
IGD
Jaring Kontrol
Geodesi
Peta Dasar
JKHN
JKVN
JKGN
RBI
LPI
LLN
• garis pantai
• hipsografi
• perairan
• nama rupabumi
• batas wilayah
• transportasi dan utilitas
• bangunan dan fasilitas umum
• penutup lahan
Posisi Batas Indikatif Dan Definitif
Penegasan Batas
Ektraksi Batas Indikatif
Peta RBI
Peta Batas Permendagri Batas Definitif
Pem
uta
kh
iran
Peta Dasar
Peta Tematik
Permendagri 76/2012
Tupoksi Pum - Kemdagri
Tupoksi BIG
Permendagri 76/2012 Penegasan Batas Daerah menggunakan metode Kartometrik
Bagian Kesatu
Batas Daerah di Darat
Pasal 5
1. Penegasan batas daerah di darat sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4 dilakukan melalui tahapan: a. Penyiapan dokumen; b. pelacakan batas; c. Pengukuran dan penentuan posisi batas; dan d. Pembuatan peta batas;
2) Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak.
3) Tahapan penegasan batas daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b. Huruf c. Dan huruf d dilakukan dengan prinsip geodesi
Pasal 6
Penyiapan dokumen sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf a meliputi penyiapan: a. Peraturan perundang-undangan tentang pembentukan
daerah; b. Peta dasar; dan/atau c. Dokumen lain yang berkaitan dengan batas wilayah
administrasi yang disepakati para pihak
Penegasan Batas Daerah adalah
kegiatan penentuan titik-titik
koordinat batas daerah yang dapat
dilakukan dengan “metode
kartometrik” dan/atau survei di
lapangan, yang dituangkan dalam
bentuk peta dasar dengan daftar
titik-titik koordinat batas daerah
Penegasan Batas Daerah adalah
kegiatan penentuan batas secara
pasti di lapangan
Permendagri 76/2012
Permendagri 1/2006
DIG
AN
TI
Tim Penegasan Batas Daerah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, terdiri dari unsur-unsur : 1. Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum selaku Ketua Tim; 2. Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kemendagri; 3. Badan Informasi Geospasial; 4. Direktorat Topografi TNI AD; 5. Dinas Hidrografi dan Oseanografi TNI AL; dan 6. Unsur lain sesuai keperluan.
Tim Penegasan Batas Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2), terdiri dari unsur-unsur : 1. Sekretaris Daerah Provinsi selaku Ketua Tim; 2. Bappeda Provinsi; 3. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional; 4. Topdam; dan 5. Unsur lain sesuai keperluan. Tim Penegasan Batas Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3), terdiri dari unsur-unsur : 1. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota selaku Ketua Tim; 2. Bappeda Kabupaten/Kota; 3. Kantor Pertanahan; 4. Topdam; dan 5. Unsur lain sesuai keperluan
Tim Penegasan Batas Daerah (PBD) sesuai Permendagri no 76 tahun 2012
Alokasi
1. UUD1945
2. UU No.32 / 2004
3. UU Pembentukan
Daerah
Delimitasi
1. UU No.32/2004
2. PP 78 / 2007
3. UU Pembentukan
Daerah
Peta Lampiran UU
Pembentukan
Daerah
Penegasan
Konflik Batas Daerah
1. UU Pembentukan
Daerah
2. Permendagri
76/2012
Administrasi /
Pengelolaan
UU No.26/2007
PP No.38/2007
Berbagai PerUU
Sektoral
-Ekonomi
-Sosial
- Politik
- Ijin Usaha
-Pertanahan
-Keamanan
Peraturan
Daerah
Permendagri batas
daerah
PEMAKNAAN TERHADAP BATAS DAERAH PADA ERA SEBELUM DAN SETELAH OTONOMI DAERAH
ORDE LAMA + ORDE BARU
OTONOMI LUAS (OTDA)
1999-2012
• SENTRALISTIK, BATAS BUKAN
FAKTOR DETERMINAN
• RELATIF TIDAK ADA
PERMASALAHAN (SENGKETA) BATAS
REFORMASI/1999
217 DOB, 13 THN
330 DAERAH PROV,
KAB/KOTA 53 THN
1945 2012
UU. No.22 1999,
UU No.32 2004
PP 129/2000
PP 78/2007
Permendagri
1/2006
Permendagri
76/2012
2013
UU No.1 1945,
UU No.22 1948 UU No. 1 1957
UU No.18 1965
UU No.5 1974.
34 Prov + 512 Kab/Kota
BATAS BERMAKNA & DIANGGAP PENTING
BARU ± 20% SEGMEN BATAS YANG
DITEGASKAN
KETIDAKJELASAN dan KETIDAK TEGASAN
MENJADI MASALAH / SENGKETA
BANYAK SENGKETA BATAS
Sumaryo,2013
PETA LAMPIRAN UU. NO.31/2003
• TIDAK ADA SKALA
• TIDAK ADA PROYEKSI PETA DAN SISTEM KOORDINAT
• TIDAK ADA DATUM GEODETIK
• DELINIASI GARIS BATAS ADA TAPI TIDAK JELAS DAN TIDAK DEFINITIF KARENA TIDAK ADA KOORDINAT
• SUMBER DATA, PEMBUAT DAN TAHUN PEMBUATAN PETA TIDAK DICANTUMKAN
Peta lampiran UU No. 56 tahun 2008
PP.78 TAHUN 2007
UU. No.32 Tahun 2004
• ADA SKALA
• ADA PROYEKSI PETA DAN SISTEM KOORDINAT
• ADA DATUM GEODETIK
• DELINIASI GARIS BATAS ADA
DOB Kab. Musirawas Utara UU no 16 tahun 2013
Kriteria teknis : 1. Menggunakan Peta Dasar RBI 2. Sistem Koordinat dan Datum Referensi sesuai IGD 3. Batas wilayah DOB ditentukan oleh Kab. Induk / Tim Pemekaran Wilayah
Fakta empirik menunjukkan bahwa boundary making yang tidak menggunakan IG berkonsep geodesi akan bermasalah
Fondasi geodesi dalam penentuan batas wilayah
• Fondasi geodesi: dasar-dasar iptek geodesi yang kuat untuk menentukan batas wilayah
• Penentuan batas wilayah diperlukan adanya dua elemen fondasi yang saling melengkapi, yaitu fondasi hukum & teknis
Status terkini : Segmen Batas Daerah
Jumlah segmen batas : 966
Segmen Permendagri (Definitif) : 225 (23.3 %)
Segmen yang terintegrasi Ina-Geoportal : 215
Secara umum pada peta Rupabumi Indonesia (RBI) yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal / BIG,
memuat batas daerah administrasi.
Sampai saat ini batas yang dimuta dalam peta RBI merupakan Batas Daerah Indikatif, sehingga
selalu dicantumkan catatan (disklaimer) ::
“Peta Rupabumi ini bukan referensi resmi mengenai garis-garis batas administrasi nasional dan internasional. Jika terdapat kesalahan pada peta ini, harap memberitahukan kepada Bakosurtanal/BIG”
Pencantuman catatan tersebut dimaksudkan agar para pengguna peta RBI memaklumi
bahwa garis batas administrasi seperti batas provinsi, batas Kabupaten , batas
kecamatan sampai batas desa belum merupakan referensi resmi batas bagi pemerintah.
Batas Daerah Pada Peta Rupa Bumi
Data Sekunder:
Pemda
Peta Manuskrip Penarikan batas
(Manuskrip)
Survei
Kelengkapan
Lapangan
&Toponimi
Editing
Updating
Indikasi Batas
Administrasi
Ajudikasi
Pengolahan GIS
Survei Lapangan
Penarikan Batas Daerah yang dilakukan oleh BIG sudah melalui proses teknis dan masukan dari daerah dan kemendagri, serta proses adjudikasi, akan tetapi hasilnya tetap Batas Indikatif karena belum melalui proses penegasan oleh Tim PBD dan ditetapkan dengan Permendagri.
PROSEDUR PENARIKAN BATAS DAERAH Peta RBI
Contoh Peta
Manuskrip
Survei Batas
Wilayah dan
Toponimi
PETA MANUSKRIP RBI
Bukti persetujuan
daerah – daerah terkait dalam
kegiatan Ajudikasi
UPAYA PERCEPATAN PENEGASAN BATAS
• Peta batas indikatif yang akurat dapat membantu mempercepat proses penegasan dan meminimalisir konflik batas.
• Pada umumnya batas daerah di Indonesia menggunakan batas alam atau batas buatan.
• Perbaikan dapat dilakukan saat proses penarikan, dengan memperhatikan penggunaan batas alam dan batas buatan.
• Dibutuhkan ketersediaan data DEM yang teliti, data citra satelit resolusi tinggi atau foto udara dalam mendukung penegasan batas secara Kartometrik.
CONTOH PENARIKAN BATAS INDIKATIF DENGAN KARTOMETRIS Segmen Kab.Parigi Moutong – Buol (Batas alam punggungan bukit)
Kab. Parigi Moutong
Kab. Toli - Toli
Kab. Buol
Kab. Parigi Moutong
Kab. Buol
Segmen Batas Kab.Parigi Moutong
– Kab.Buol dibatasi oleh
punggungan bukit maka penarikan
batas indikatif segmen ini dapat
dilakukan secara kartometris
dengan menggunakan bantuan
DEM atau Kontur.
CONTOH PENARIKAN BATAS INDIKATIF DENGAN KARTOMETRIS Segmen Kota Gorontalo – Kab.Gorontalo (Daerah Datar)
Kota Gorontalo
dan
Kab.Gorontalo
dibatasi oleh
sungai di daerah
datar, sehingga
tidak dapat
dilakukan
penarikan batas
secara
kartometris
dengan bantuan
DEM. Oleh
karena itu
penarikan batas
secara
kartometris
dilakukan dengan
bantuan Citra
Satelit Resolusi
tinggi atau Foto
Udara.
Penarikan secara kartometris
Segmen Kota Gorontalo – Kab. Bonebolango (Daerah Datar)
Kota Gorontalo dan
Kab.Bonebolango
dibatasi oleh objek
buatan (Jalan) di daerah
datar sehingga
penarikan batas
indikatif dapat dilakukan
secara kartografis
dengan bantuan citra
resolusi tinggi atau foto
udara. Penarikan secara kartometris
Fungsi Utama Ina-Geoportal: Pencarian IG Integrasi IG Analisa IG (Melalui GIS
Desktop) Berbagi Pakai IG (Data &
Aplikasi) Membuat Peta Publikasi IG dan Peta
Diseminasi Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Tematik (IGT) Melalui Portal Geospasial Nasional : Ina-GeoPortal http://maps.ina-sdi.or.id atau http://tanahair.Indonesia.go.id
Diseminasi Informasi Geospasial Dasar (IGD) Untuk Tata Batas Wilayah Melalui Portal Geospasial Nasional : Ina-GeoPortal http://maps.ina-sdi.or.id atau http://tanahair.Indonesia.go.id
Akses, Display, Update Informasi Geospasial Dasar (IGD) Untuk Tata Batas Wilayah Melalui Portal Pemetaan Partisipatif Nasional : Ina-GeoParticipatory http://petakita.ina-sdi.or.id
Akses, Display, Update Informasi Geospasial Dasar (IGD) Untuk Tata Batas Wilayah Melalui Portal Pemetaan Partisipatif Nasional : Ina-GeoParticipatory http://petakita.ina-sdi.or.id
Kegunaan Peta (IG) dalam Penataan Batas Daerah
1. Sebagai alat untuk memilih letak(Alokasi) dan mendefinisikan batas (Delimitasi),
2. Sebagai alat negosiasi untuk mencapai kesepakatan batas
3. Sebagai media untuk menampilkan hasil-hasil kesepakatan dalam delimitasi yang akan dilampirkan dalam produk hukum dan nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam tahap demarkasi,
4. Untuk menggambarkan dan menyajikan batas wilayah yang telah dibuat pada tahap delimitasi dan demarkasi.
Peluang dan tantangan batas daerah
• Pemekaran wilayah terus berlangsung • Segmen batas daerah:
– Selesai Permendagri 225 segmen – Belum tuntas 741 segmen
• UU no 6 / 2014 tentang Desa : - Penegasan Batas Desa - Dana Alokasi Desa terkait dengan luas desa
• Tantangan – Percepatan penegasan – Alternatif kebijakan – Peran Litbang – Peningkatan SDM dan Teknologi Informasi Geospasial
PENUTUP
• UU No. 4/2011 tentang informasi Geospasial mengikat semua pihak
untuk melakukan pemetaan dengan referensi dan standar yang sama
• BIG harus berperan aktif dalam proses Alokasi, Delimitasi, Delineasi
dan Demarkasi dalam penegasan batas daerah
• Data Geospasial di wilayah perbatasan perlu didokumentasikan karena
berkaitan dengan aspek legal dan sejarah
• Permendagri 76/2012 menggantikan permendagri 1/2006 untuk
memberikan alternatif metode penegasan batas daerah
• Mutlak diperlukan data-data Geospasial berikut untuk penegasan
batas daerah :
Peta Rupabumi dengan skala yang memadai
Peta Citra Tegak Resolusi Tinggi
DEM Resolusi yang memadai
Data/Peta pendukung lainnya