gerakan kampung panca tertib untuk mewujudkan ketertiban ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of gerakan kampung panca tertib untuk mewujudkan ketertiban ...
GERAKAN KAMPUNG PANCA TERTIB UNTUK MEWUJUDKAN
KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT
DI KOTA YOGYAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi Pemerintahan Daerah
Disusun oleh :
AGUS WINARTO
11610037
PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”YOGYAKARTA
2020
GERAKAN KAMPUNG PANCA TERTIB UNTUK MEWUJUDKAN
KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT
DI KOTA YOGYAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi Pemerintahan Daerah
Disusun oleh :
AGUS WINARTO
11610037
PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”YOGYAKARTA
2020
ii
TESISGERAKAN KAMPUNG PANCA TERTIB UNTUK MEWUJUDKAN
KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT
DI KOTA YOGYAKARTA
disusun oleh :AGUS WINARTO
11610037
Disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal : 06 Juli 2020
Susunan Tim Penguji
Pembimbing
Dr. Supardal, M.Si ..…………………………….
Penguji I
Dr. R. Widodo Triputro, M.Si. …..………………………….
Penguji II
Ir. Muhammad Barori, M.Si ………..…………………….
Yogyakarta, 06 Juli 2020
MengetahuiDirektur Program MagisterProgram Studi Ilmu Pemerintahan
Dr. Supardal, M.Si.
vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
(Khoirunnas anfa'uhum linnas)
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain”.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dengan berkah rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “GERAKAN
KAMPUNG PANCA TERTIB UNTUK MEWUJUDKAN KETERTIBAN
UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT DI KOTA
YOGYAKARTA”.
Tesis ini Ku persembahkan untuk :
Ibu Sukisni dan Bapak Sugiatmojo (Alm), adalah ibu dan bapak kandung
penulis, yang telah mengukir jiwa dan raga penulis, dan selalu mengiringi
langkah penulis dengan doa dan ketulusan, Ibu dan Bapak mertua yang
selalu mendorong dan memotivasi serta mendoakan agar penulis selalu
diberi kemudahan untuk melanjutkan jenjang pendidikan.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………....... i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. ii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………… iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.……..……………………………………... vii
INTISARI……………………………………………………………………… viii
ABSTACT…………………………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI….……………………………………………………………….. x
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah..…………………………………………….. 1
B. Fokus Penelitian………………………………………………............ 9
C. Rumusan Masalah……………………………………………………. 10
D. Tujuan Penelitian…..……………………………………………......... 11
E. Kerangka Konseptual..……………………………………………….. 11
1. Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat…….………… 11
2. Keteraturan Sosial..……………………………………..……….. 14
3. Pengertian Kampung….…………………………………………. 17
4. Gerakan Kampung Panca Tertib………………………………… 18
6. Partisipasi Masyarakat….…………..…………………………… 19
xi
F. Metode Penelitian…………………………………………………….. 29
1. Jenis Penelitian………………………………..………………… 30
2. Obyek Penelitian.………………………………………………... 31
3. Lokasi Penelitian………………………………………………… 31
4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian..…………………………... 32
5. Teknik Pengumpulan Data………………………………………. 32
6. Teknik Analisis Data…………………………………………….. 34
BAB II PROFIL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA
YOGYAKARTA PROFIL KAMPUNG DAN KAMPUNG PANCA
TERTIB…………….…………………………………………………. 35
A. Gambaran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta………. 35
B. Gambaran Kampung di Kota Yogyakarta………..……………... 46
C. Gambaran Program Gerakan Kampung Panca Tertib.………….. 60
BAB III TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..……..………….. 64
A. Pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib.…………………… 64
B. Tahapan Gerakan Kampung Panca Tertib..……..................…….. 80
C. Merawat Gerakan Kampung Panca Tertib.….…………….……... 108
D. Peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam Gerakan Kampung
Panca Tertib………………………................................................. 123
E. Keberadaan Kampung di Kota Yogyakarta………………………. 144
xii
F. Regulasi Gerakan Kampung Panca Tertib………………………... 147
G. Mitra Strategis dan Matrik Ketugasan dalam Gerakan Kampung
Panca Tertib………………………………………………………. 154
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………....... 159
A. Kesimpulan……………………………………………………… 159
B. Saran…………………………………………………………….. 161
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Nama Kampung Beserta sebarannya……………………… 55
Tabel 2 Contoh Hasil Identifikasi Masalah dan Potensi…………………... 89
Tabel 3 Rencana Aksi Kampung Panca Tertib……………………………. 102
Tabel 4 Contoh Formulir Penjangkauan Komitmen Panca Tertib………... 103
Tabel 5 Daftar Kampung Panca Tertib Berdasarkan MOU………………. 121
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gambar Prospecting Gerakan Kampung Panca Tertib................. 82
Gambar 2 Gambar Pasca Sosialisasi Gerakan Kampung Panca Tertib…… 84
Gambar 3 Gambar FGD Identifikasi Masalah dan Potensi.......................... 87
Gambar 4 Gambar Pasca Penyusunan Komitmen Panca Tertib…………... 91
Gambar 5 Gambar Deklarasi Kampung Prawirodirjan................................. 97
Gambar 6 Gambar Deklarasi Kampung Miliran…………………………... 98
Gambar 7 Gambar Penyusunan Formulir Penjangkauan Panca Tertib……. 104
xiii
Gambar 8 Gambar Penyusunan Rencana Aksi Kampung Panca Tertib…... 104
Gambar 9 Gambar Sarasehan Gerakan Kampung Panca Tertib…………... 107
Gambar 10 Lirik Lagu Panca Tertib………………………………………... 115
Gambar 11 Notasi Balok Lagu Panca Tertib……………………………….. 116
Gambar 12 Lambang/ Maskot Gerakan Kampung Panca Tertib…...………. 117
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 164
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. 169
viii
INTISARI
Gerakan Kampung Panca Tertib adalah sebuah aktifitas sosial yang dinamisdan berkelanjutan dilaksanakan oleh segenap masyarakat dengan senantiasamembangun sinergi dengan potensi yang ada, mengedepankan edukasi secarapersuasif yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban umum dan ketenteramanmasyarakat kampung. Kota Yogyakarta dengan kepadatan penduduk tinggi terutamapada jam kerja, dan sekaligus hal ini merupakan potensi terhadap munculnyagangguan ketertiban umum, dan ketenteraman masyarakat serta mempertimbangkanjumlah Aparatur Sipil Negara penegak peraturan perudang-undangan yang sangattidak sebanding dengan jumlah penduduk, maka Gerakan Kampung Panca Tertibdengan orientasi pelibatan masyarakat secara maksimal menuju pemberdayaanmasyarakat bidang ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat mutlak dibutuhkankeberadaanya. Dengan pola Gerakan Kampung Panca Tertib yang mengedepankanedukasi secara persuasif dan pre-emptif menuju kemandirian masyarakat dalammenciptakan kondisi ketertiban umum dan kenteraman masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan obyek penelitianmewujudkan ketertiban umum dan ketnteraman masyarakat di Kota Yogyakartamelalui Gerakan Kampung Panca Tertib. Studi kasus impelementasi GerakanKampung Panca Tertib di Kota Yogyakarta dalam mewujudkan ketertiban umum danketenteraman masyarakat. Lokasi penelitian adalah di Satuan Polisi Pamong PrajaKota Yogyakarta, LPMK, Lurah, Kampung, dan Kampung Panca Tertib di KotaYogyakarta yang kita jadikan sebagai sampel. Disamping itu penelitian ini jugadilakukan terhadap beberapa anggota masyarakat yang menjadi Pelopor Ketertiban(Pekerti) dan Koordinator Forum Kampung Panca Tertib (FKPT). Teknikpengumpulan data melalui observasi lapangan, dokumentasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi Gerakan Kampung PancaTertib di Kota Yogyakarta mampu dijadikan wahana untuk mewujudkan ketertibanumum dan ketenterman masyarakat di Kota Yogyakarta, sekaligus gerakan ini untukmembangun citra positif Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta.Memaksimalkan gerakan ini agar semakin mengakar ditengah warga kampunghendaknya senantiasa dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakartadenngan memaksimalkan sosialisasi Gerakan Kampung Panca Tertib melalui aksinyata dalam menghadirkan solusi dalam mengurai permasalahan kampung. Hal yangdapat ditempuh untuk melakukan optimalisasi Gerakan Kampung Panca Tertib darihasil penelitian antara lain; menjadikan peraturan daerah Kota Yogyakarta besertaturunanya untuk membedah permasalahan kampung dan sekaligus mengidentifikasipotensi, sehingga Komitmen Panca Tertib yang dimiliki oleh setiap kampung adalahsubstansi dari kearifan lokal menuju kepatuhan terhadap ketentuan aturan yangberlaku. Hal yang tidak kalah penting untuk segera dilakukan adalahmenyederhanakan tahapan implementasi Gerakan Kampung Panca Tertib,memaksimalkan sosialisasi dengan gerakan serentak aksi nyata, melakukan revisiterhadap Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 22 Tahun 2015 tentang GerakanKampung Panca Tertib di Kota Yogyakarta.
Kata Kunci : Gerakan Kampung Panca Tertib, Ketertiban Umum dan KetentramanMasyarakat
ix
ABSTRACT
The Five Order Village Movement or Gerakan Kampung Panca Tertib is asustainable and dynamic activity implemented by the society to continuosly raiseup synergy between resources, persuasively promoting education intended toembody public order and peace of the village. The high population density ofYogyakarta city during working hours denoted potential risk for the emergence ofdisturbance of public order and public peace, and also considering the number oflaw enforcement Civil Servants that are not proportiane to the number ofpopulation, hence Gerakan Kampung Panca Tertib oriented in communityinvolvement towards community empowerment in the field of public order andcommunity peace is significantly needed. The pattern of Gerakan KampungPanca Tertib put forward persuasive and preactive education which lead up tocommunity independence in creating public order and peace.
This research used a qualitative method with the objective of manfiestingpublic order and peace in Yogyakarta society by means of Gerakan KampungPanca Tertib. Case study of implementing Gerakan Kampung Panca Tertib inorder to achieve public order and peace. The sample locus are Yogyakarta CityCivil Service Police Unit, LPMK, Lurah, Village/Kampung and Kampung PancaTertib within the city. Furthermore, this research is also held on some communitymembers from Pioneer of Order (Pekerti) and Coordinator of the Village of PancaTertib Forum. Data collection is implemented by field observation, documentationand interview.
The results showed that the implementation of Gerakan Kampung PancaTertib in Yogyakarta is not only able to be used as a media to actualize publicorder and public peace in the city of Yogyakarta, but also it can promote positiveimage of Yogyakarta City Civil Service Police Unit to be more humanist in orederto implement the slogan of Orderly Jogja with the Community. Yogyakarta CityCivil Service Police Unit should continusly maximizing this movement so that itbecomes more entrenched in the midst of the villagers, by maximizing thesocialization of the Gerakan Kampung Panca Tertib through real action inpresenting solutions in solving village problems. There are some optimalizationmethod that can be done to optimalize Gerakan Kampung Panca Tertib such as;underlying the Yogyakarta local regulation/rules to analyze village problems andidentifying potentials at the same time, hence the Commitment of Panca Tertibowned by each village is the substance of local wisdom towards compliance withapplicable rules and regulations. Other significant things to be done soon are tosimplify the implementation stages of Gerakan Kampung Panca Tertib,maximizing the dissemination through simultaneous movements of real action,revising Yogyakarta Mayor Regulation Number 22 of 2015 regarding GerakanKampung Panca Tertib in Yogyakarta City.
Keywords : The Five Order Village Movement, Public Order and Public Peace
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sedalam-dalamnya kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan semangat menuntut ilmu dan rahmat serta karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul “GERAKAN KAMPUNG
PANCA TERTIB UNTUK MEWUJUDKAN KETERTIBAN UMUM DAN
KETENTRAMAN MASYARAKAT DI KOTA YOGYAKARTA”. Karya tulis ini
disusun dalam bentuk tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Magister Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa proses penulisan tesis ini tidak dapat terlaksana
tanpa dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Atas kebaikan semua
pihak dalam mendukung penulisan tesis ini, tidak ada ucapan yang paling tepat
kecuali ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya, penulis haturkan kepada yang
terhormat :
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, Ketua STPMD “APMD”, yang telah memberi
kesempatan untuk mengikuti studi.
2. Bapak Dr. Supardal, M.Si., Direktur Program Pascasarjana (S2) STPMD
“APMD” dan seluruh staf sekretariat Pascasarjana (S2), yang telah dengan tulus
dan sepenuh hati memompakan semangat kepada penulis dengan sabar, ramah
dan solutif.
iii
3. Bapak Dr. Supardal, M.Si., sebagai Ketua Tim Penguji dan Pembimbing Tesis
yang dengan tulus memberi bimbingan tesis kepada penulis, hingga selesainya
penulisan tesis ini.
4. Bapak Dr. R. Widodo Triputro, M.Si., sebagai dosen penguji I yang telah banyak
memberikan arahan sehingga penulisan tesis ini dapat berjalan dengan lancar.
5. Bapak Ir. Muhammad Barori, M.Si., sebagai dosen penguji II yang telah banyak
memberi masukan hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
6. Bapak Drs. H. Haryadi Suyuti, Walikota Yogyakarta yang telah memberikan ijin
belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan lanjutan program Magister
Ilmu Pemerintahan.
7. Struktural pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta, Lurah, Ketua
LPMK, Koordinator FKPT, Pelopor Ketertiban, Fasilitator GKPT dan Duta
Ketertiban Kota Yogyakarta dan seluruh rekan kerja serta semua pihak yang tidak
dapat penulis sebut satu per satu yang terus membantu, sehingga dapat
diselesaikan penulisan tesis ini.
8. Ibu Sukisni dan Bapak Sugiatmojo (Alm), adalah ibu dan bapak kandung penulis,
yang telah mengukir jiwa dan raga penulis, dan selalu mengiringi langkah penulis
dengan doa dan ketulusan, Ibu dan Bapak mertua yang selalu mendorong dan
memotivasi serta mendoakan agar penulis selalu diberi kemudahan untuk
melanjutkan jenjang pendidikan.
iv
9. Istriku Nena Marlina, anak-anaku tercinta Rama Kesya Alhanun, dan Zahran
Alghifari yang selalu memberi semangat dan inspirasi dan senantiasa mendukung
dengan sepenuh hati.
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada khalayak.
Yogyakarta, 12 Juni 2020
Hormat Kami
Penulis,
Agus Winarto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, pada pasal 14 telah ditegaskan bahwa urusan
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah
urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, diantara 16
urusan wajib lainnya. Selanjutnya didalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah, antara lain
dalam pasal 37 ayat (3) disebutkan bahwa Urusan ketenteraman dan
ketertiban umum serta perlindungan masyarakat merupakan urusan Wajib
yang berkaitan dengan pelayanan dasar, sejajar dengan urusan; pendidikan,
kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan
kawasan permukiman serta urusan sosial.
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta adalah unsur pembantu
pemerintah daerah dalam menjalankan urusan ketenteraman Umum dan
Ketertiban Masyarakat. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta dalam
menjalankan perannya melalui program kebijakan yang diterjemahkan
kedalam bidang tugas. Peran dan tugas penegakkan peraturan daerah,
penyidikan dan pengendalian operasioanal dijalankan oleh Bidang
Penegakkan Peraturan Daerah. Peran dan tugas dalam pengkajian peraturan
daerah dan pengembangan Sumber Daya Manusia dijalankan melalui melalui
2
Bidang Pengembangan Kapasitas. Ketugasan Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Yogyakarta terkait pengamanan dan pengawasan dini dilaksanakan oleh
Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat. Ketugasan terkait
dengan pembinaan potensi masyarakat dan pemberdayaan satuan
perlindungan masyarakat dilaksanakan oleh Bidang Perlindungan Masyarakat
Bidang Perlindungan Masyarakat (Linmas) beserta bidang lainnya
yang merupakan salah satu bidang di Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk
berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 68 Tahun 2016 tentang
Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Yogyakarta mempunyai fungsi; perumusan kebijakan
teknis urusan pemerintahan bidang ketentraman dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat; penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan umum bidang ketentraman dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat, pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan urusan
pemerintahan di bidang ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan
masyarakat, pembinaan dan pelaksanaan tugas urusan pemerintahan bidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat,
pengelolaan kesekretariatan meliputi perencanaan umum, kepegawaian,
keuangan, evaluasi dan pelaporan, dan pelaksanaan pengawasan,
pengendalian evaluasi, dan pelaporan bidang ketentraman dan ketertiban
umum serta perlindungan masyarakat. Bidang Perlindungan Masyarakat
memiliki 2 Seksi, yaitu Seksi Pembinaan Potensi Masyarakat dan Seksi
Mobilisasi dan Pemberdayaan Linmas.
3
Merujuk pada struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Yogyakarta, maka Bidang Perlindungan Masyarakat yang didalamnya
terdapat 2 Seksi, pada khususnya Seksi Pembinaan Potensi Masyarakat
diharapkan mampu menjadi pengungkit citra positif Satuan Polisi Pamong
Praja Kota Yogyakarta, yang selama ini Satuan Polisi Pamong Praja dalam
menjalankan perannya terkesan kurang humanis ditengah-tengah warga
masyarakat Kota Yogyakarta.
Keberhasilan Gerakan Kampung Panca Tertib sangat ditentukan dari
peran dan partisipasi masyarakat. Pada tataran pelaksanaan, Gerakan
Kampung Panca Tertib menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam
menjalankan peran sebagai agen perubahan. Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Yogyakakarta sebagai leading sector Gerakan Kampung Panca Tertib
memberikan fasilitasi yang bertujuan untuk menumbuhkan partisipasi dan
swadaya masyarakat. Oleh sebab itu Gerakan Kampung Panca Tertib dimulai
dengan pengenalan gerakan dengan tokoh-tokoh kunci pada masyarakat
kampung. Wadah Gerakan Kampung Panca Tertib adalah Forum Kampung
Panca Tertib (FKPT) yang didalamnya terdiri dari tokoh/ lembaga lintas
sektor.
Gerakan Kampung Panca Tertib adalah sebuah aktivitas sosial yang
dinamis dan dilaksanakan secara berkelanjutan oleh segenap warga kampung
dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama untuk menghadirkan ketertiban
dan keteraturan sosial kampung. Cita-cita bersama hadir oleh karena adanya
“mimpi” bersama. Mimpi untuk mewujudkan kepedulian warga yang
4
senantiasa hadir disetiap sudut kehidupan kampung. Mimpi untuk
mewujudkan kebersamaan dan kegotong-royongan yang senantiasa ada dan
menjadi denyut nadi aktifitas kehidupan warga kampung. Mimpi untuk
mewujudkan kehidupan warga kampung yang guyub rukun dalam jalinan
nuansa hidup yang harmoni dan penuh kebersamaan, meskipun Kota
Yogyakarta menjadi Kota metropolitan atau bahkan menjadi kota
megapolitan sekalipun.
Mimpi segenap warga kampung tersebut kemudian disatukan dalam
sebuah tekad bulat dan diwujudkan kedalam sebuah Komitmen yang
selanjutnya disebut Komitmen Panca Tertib. Komitmen Panca Tertib adalah
nilai-nilai keteraturan dan ketertiban sosial kampung yang telah disepakati
dan merupakan hakekat janji bersama warga kampung dan dilaksanakan
bersama untuk diwujudkan dengan upaya membangun kesadaran nilai
kebersamaan yang pada akhirnya akan mengkondisikan sebuah kampung
yang senantiasa bergerak secara dinamis menuju pencapaian-pencapaian.
Pencapaian dimaksud adalah hasil dari sebuah proses membangun
kesadaran dan membangun nilai-nilai keteraturan sosial oleh segenap warga
kampung, sehingga terwujud sebuah Kampung Panca Tertib yakni kampung
dengan jalinan hidup warga masyarakat yang harmoni, guyub rukun dalam
membangun kebersamaan segenap warga kampung dan dengan sadar
memberikan hak pemenuhan ruang daerah milik jalan, jalan-jalan di
kampung difungsikan sebagaimana mestinya. Hak pejalan kaki diprioritaskan
sebagai perwujudan Tertib Daerah Milik Jalan.
5
Kampung dengan tatanan kehidupan dimana warganya setiap
melakukan aktivitas pembangunan di kampung senantiasa mengedepankan
ketaatan pada ketentuan aturan yang berlaku. Setiap warga kampung
memiliki kesadaran dan memastikan dirinya bahwa setiap kegiatan merubah,
menambah, mengurangi dan atau memperbaiki serta membangun bangunan
baru wajib memiliki Ijin mendirikan bangunan-Bangunan. Kegiatan
membangun tidak akan menabrak dan atau bahkan mengganggu fungsi-
fungsi kepentingan publik. Kesadaran mempertahankan kelestarian fasilitas
publik, sehingga fasilitas yang dimanfaatkan oleh publik terjaga dengan baik.
Kondisi demikian itu mencerminkan kampung telah berhasil melakukan
pencapaian Tertib Bangunan.
Kampung dimana warganya menjalankan aktivitas usaha dipastikan
hanya menjual barang-barang yang diperbolehkan oleh sebuah tatanan aturan.
Kampung dimana warganya selalu saling menguatkan sehingga setiap usaha
yang dilakukan dipastikan tidak menimbulkan gangguan baik gangguan
kelestarian lingkungan terlebih gangguan terhadap keamanan dan ketertiban
kampung. Warga kampung yang saling menguatkan sehingga para pelaku
UMKM dapat memiliki perijinan dan sertifikat yang selanjutnya berperan
aktif dalam Program Gandeng-Gendong Pemerintah Kota Yogyakarta.
Kondisi demikian dapat terwujud karena warga kampung yang senantiasa
memiliki komitmen kuat terhadap Tertib Usaha.
Kampung dengan tatanan lingkungan yang bersih, sejuk, sehat dan
indah. Karena seluruh Warga memiliki komitmen peduli terhadap kelestarian
6
lingkungan. Kampung yang ijo royo-royo, kepedulian yang tinggi terhadap
kebersihan kampung dari kekumuhan dan sampah. Warganya selalu peduli
terhadap sanitasi berbasis lingkungan berbasis rumah tangga. Kampung nan
asri, sejuk dan sehat, mencerminkan warga kampung memiliki Komitmen
yang tinggi terhadap Tertib Lingkungan.
Kampung dengan jalinan kehidupan sosial budaya yang selalu
menumbuhsuburkan empati dan kepedulian terhadap perkembangan dan
perubahan dinamika kampung, budaya ngaruhke dan tegur sapa berjalan
efektif. Setiap gejala sosial yang terjadi, warga kampung saling ngaruhke dan
saling menyapa. Perilaku-perilaku yang mengarah pada tindak kriminal dan
terjadinya penyakit masyarakat diantisipasi secara dini. Warga guyub rukun,
senantiasa membangun soliditas untuk meningkatkan ketahanan sosial dan
kekuatan sosial kampung. Penyalahgunaan narkoba, minuman keras dan
tindak kriminal yang dapat menggannggu stabilitas kampung diatasi secara
bersama-sama oleh segenap warga kampung. Potret kampung demikian
terwujud karena adanya kebersamaan membangun nilai dalam menghadirkan
Tertib Sosial.
Mewujudkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dalam
sebuah jalinan kehidupan di Kota Yogyakarta tidak cukup hanya dilakukan
oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan jumlah
penduduk di Kota Yogyakarta sangat tidak sebanding dengan ketersediaan
aparatur penegak peraturan perundang-undangan yang ada di Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Yogyakarta. Berdasarkan data Dinas Kependudukan Kota
7
Yogyakarta, jumlah penduduk Kota Yogyakarta sekitar 400 ribu, sedangkan
jumlah orang yang melakukan aktifitas di Kota Yogyakarta dengan berbagai
jenis kegiatan, pada waktu siang hari pada kisaran 1,3 juta. Penduduk
tersebut pada jam kerja dengan berbagai latar belakang profesi, kesemuanya
tersebut memiliki potensi untuk melakukan pelanggaran Peraturan Daerah.
Kepatuhan pada pelaksanaan Peraturan Daerah idealnya tidak hanya
ketika ada pengawasan atau patroli yang dilakukan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Yogyakarta beserta jajarannya. Tidak melakukan
pelanggaran terhadap Peraturan Daerah karena ada pengawasan atau patroli
Satuan Polisi Pamong Praja, maka kepatuhan seperti ini bersifat sementara
saja dan pada kondisi mayoritas ketika tidak ada petugas pasti akan
melakukan pelanggaran kembali.
Melakukan edukasi dan pendampingan kepada warga masyarakat
dengan basis kampung secara berkelanjutan dalam menanamkan nilai-nilai
ketertiban, kedisiplinan, kepedulian, kemandirian dan kebersamaan dalam
nuansa gotong-royong agar komunitas warga masyarakat kampung memiliki
pemahaman yang sama terhadap ketentuan peraturan yang menjadi pedoman
dalam melakukan berbagai kegiatan sangat penting untuk dilakukan. Edukasi
demikian pada akhirnya akan melahirkan insan-insan yang tidak melanggar
ketentuan aturan karena memiliki pemahaman dan kesadaran. Kepatuhan
seperti ini yang hendak kita wujudkan bersama, sehingga pada akhirnya
masyarakat sebagai pelaku utama secara mandiri dan bersama-sama
8
mewujudkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang dimulai
dari setiap sudut kampung yang ada di Kota Yogyakarta.
Pada sisi lain, minimnya jumlah aparatur penegak peraturan
daerah yang ada di Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta belum
sebanding dengan jumlah penduduk di Kota Yogyakarta. Jumlah
penduduk berdasarkan data pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Yogyakarta sekitar 400.000 jiwa, sedangkan jumlah orang
yang berkegiatan di Kota Yogyakarta pada jam kerja bisa meningkat jauh
lebih besar sekitar 1,3 juta orang. Sementara jumlah aparatur penegak
peraturan daerah yang ada di Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Yogyakarta baru sekitar 60 personil.
Keterlibatan masyarakat pada basis kampung untuk mewujudkan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat juga akan menghadirkan
situasi harmoni dan humanis dalam pelaksanaan penegakkan peraturan
daerah. Masyarakat Yogyakarta pada skala mayoritas sudah memiliki
kesadaran dan pemahaman pada ketnetuan aturan, sehingga tidak
melakukan pelanggaran, sedangkan Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Yogyakarta tidak banyak melakukan penertiban, sehingga semboyan
“Yogyakarta Tertib Bersama Masyarakat” benar-benar dapat
diwujudkan, yang selama ini citra Satuan Polisi Pamong Praja seolah
menjadi penertib yang kurang mengedepankan sisi kemanusiaan.
Penelitian terkait pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib
dalam mewujudkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di
9
Kota Yogyakarta merupakan penilitian yang belum pernah dilakukan oleh
peneliti oleh mahasiswa program Magister Ilmu Pemerintahan, sehingga
penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengangkat tema ini.
Penelitian ini dilakukan dengan harapan bahwa hasil penelitian
akan memiliki manfaat parktis dan teoritis sebagai berikut;
1. Manfaat Praktis adalah sebagai salah satu alternatif referensi
Pemerintah Kota Yogyakarta dalam pengembangan Gerakan
Kampung Panca Tertib secara berkelanjutan.
2. Manfaat teoritis adalah untuk mengembangkan dan menambah
khasanah pengetahuan dalam mewujudkan ketertiban dan
ketenteraman umum melalui Gerakan Kampung Panca Tertib di
Kota Yogyakarta.
B. Fokus Penelitian
Setelah melakukan penjelajahan umum berupa data-data awal
terkait Gerakan Kampung Panca Tertib yang telah dipelaksanaankan oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Yogyakarta, maka situasi sisoal yang menjadi ruang lingkup penelitian ini
adalah Kampung Panca Tertib yang tersebar di Kota Yogyakarta (place),
institusi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta yang
menkoordinasikan dan memberikan fasilitas pelaksanaan Gerakan
Kampung Panca Tertib (actor) dan masyarakat kampung yang menjadi
pelaku utama dalam Gerakan Kampung Panca Tertib (activity).
10
Fokus penelitian diarahkan pada;
1. Regulasi yang telah diterbitkan yang menjadi dasar Gerakan Kampung
Panca Tertib.
2. Gerakan Kampung Panca Tertib di Kota Yogyakarta.
3. Menumbuhkan Gerakan Kampung Panca Tertib.
4. Tahapan Gerakan Kampung Panca Tertib.
5. Keterlibatan masyarakat kampung dalam Gerakan Kampung Panca Tertib.
6. Merawat Gerakan Kampung Panca Tertib.
7. Evaluasi Gerakan Kampung Panca Tertib.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah diuraiakan pada latar
belakang masalah, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib di Kota
Yogyakarta ?
2. Bagaimanakah regulasi Gerakan Kampung Panca Tertib agar perannya
semakin optimal ?
11
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujaun
penelitian sebagai berikut;
1. Mendeskripsikan peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta
dalam Gerakan Kampung Panca Tertib di Kota Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib di Kota
Yogyakarta dalam mewujudkan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat.
3. Mendeskripsikan regulasi Gerakan Kampung Panca Tertib.
4. Menemukan model yang paling efektif dalam Gerakan Kampung Panca
Tertib.
E. Kerangka Konseptual
Pada landasan teori berikut dikemukakan landasan teori tentang
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, keteraturan sosial,
kampung, Gerakan Kampung Panca Tertib, Gerakan Panca Tertib dan
masyarakat sebagai aktor penggerak dalam Gerakan Kampung Panca Tertib.
1. Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat
Ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat adalah kebutuhan
dasar untuk melaksanakan berbagai kegiatan ditengah masyarakat.
12
Secara teoritis yang dimaksud dengan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat adalah;
Suatu perumusan Eropa Kontinental, konsep ketertiban umum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa:“Semua kaidah hukum
setempat yang dibuat untuk melindungi kesejahteraan umum (public
welfare) harus didahulukan dari ketentuan-ketentuan hukum asing yang
isinya dianggap bertentangan dengan kaidah hukum tersebut.
(Hardjowahono, Bayu. 2006.)
Sedangkan Kollewijn, yang menjadikan soal ketertiban umum ini
pokok dissertasinya, berpendapat bahwa kita dapat secara a priori
menentukan apakah yang termasuk ketertiban umum itu. Ahli-ahli dan
teori tidak dapat menemukan kriteriumnya; hanya sang hakim saja yang
dalam kasus dan perkara yang tertentu dapat menentukan apa yang
bertentangan dengan kepentingan umum atau ketertiban hukum.
(Hartono, Sunaryati, 1995).
Menurut Kegel, berpendapat bahwa konsep ketertiban umum
pada dasarnya berkenaan dengan “bagian yang tidak dapat disentuh dari
sistem hukum setempat”. Karena itu, hukum asing (yang seharusnya
berlaku) dapat dikesampingkan jika dianggap bertentangan dengan “the
untouchable part” Hal disebabkan karena faktor-faktor waktu dan
tempat, filsafah kenegaraan yang dianut oleh masyarakat hukum yang
bersangkutan, sistem perekonomian dan pola kebudayaan dan
13
politiknya, semuanya mempengaruhi pendapat mengenai ketertiban
umum. (Gautama, Sudargo, 1998).
Selanjutnya menurut Hukum Perdata Internasinal (HPI)
membedakan dua fungsi lembaga Ketertiban Umum, yaitu: a. Fungsi
Positif Yaitu menjamin agar aturan-aturan tertentu dari lex fori tetap
diberlakukan (tidak dikesampingkan) sebagai akibat dari pemberlakuan
hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI atau melalui proses
pendekatan HPI, terlepas dari persoalan hukum mana yang seharusnya
berlaku, atau apa pun isi kaidah/aturan lex fori yang bersangkutan. b.
Fungsi Negatif Yaitu untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah-
kaidah hukum asing jika pemberlakuan itu akan menyebabkan
pelanggaran terhadap konsep-konsep dasar lex fori. (Hartono,
Sunaryati, 1995).
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 15
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan
Ketenteraman Masyarakat, yang dimaksud Ketertiban Umum dan
Ketenteraman Masyarakat adalah suatu keadaan dinamis yang
memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dapat
melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib, dan teratur.
Dari beberapa pengertian pada definisi ketertiban umum diatas
dapat disimpulkan bahwa ketertiban umum adalah suatu aturan atau
kaidah hukum yang dibuat untuk melindungi kesejahteraan umum serta
14
kondisi dinamis yang memungkinkan kegiatan dengan tenteram, tertib
dan teratur.
2. Keteraturan Sosial
Menurut blog Muttaqin dalam laman
http://www.muttaqin.id/2016/01/pengertian-keteraturan-sosial.html,
keteraturan sosial adalah suatu keadaan di mana hubungan - hubungan
sosial berlangsung dengan selaras, serasi, dan harmonis menurut nilai -
nilai dan norma - norma yang berlaku. Artinya, setiap tindakan tanpa
adanya pihak yang dirugikan. Selain itu, terciptanya keteraturan sosial
dan masyarakat diperlukan tiga persyaratan yang mendasar, yaitu
pertama adanya kesadaran warga masyarakat akan pentingnya
menciptakan keteraturan. Kedua adanya norma sosial yang sesuai
dengan kebutuhan serta peradaban manusia. Ketiga adanya aparat
penegak hukum yang konsisten dalam menjalankan tugas fungsi dari
kewenangannya.
Menurut Muttaqin apabila dalam suatu masyarakat tidak terdapat
salah satu atau keseluruhan persyaratan tersebut. Dalam masyarakat
akan terjadi suatu kekacauan. Di mana setiap individu berperilaku tanpa
memerhatikan nilai dan norma. Orang bertindak sesuai dengan
keinginannya sendiri tanpa memedulikan kepentingan orang lain. Di
mana kesemua ini akan menimbulkan pertikaian, pertentangan,
15
kekacauan, dan ketidakselarasan. Kondisi inilah yang dinamakan
ketidakteraturan.
Bentuk konkret dari keteraturan sosial adalah adanya keselarasan
yang diwujudkan dalam kerja sama antar anggota masyarakat. Contoh:
kehidupan masyarakat yang saling membantu, saling menghargai,
saling menghormati, bergotong royong, dan lain-lain. Sedangkan
contoh ketidakteraturan antara lain tidak adanya rasa kekeluargaan,
tidak menghormati perbedaan, dan lain-lain.
Keteraturan sosial mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
interaksi sosial, hubungan tersebut dirumuskan melalui dua hal sebagai
berikut;
1. Hubungan antara keteraturan sosial dan interaksi sosial adalah,
keteraturan sosial tidak akan tercipta tanpa adanya interaksi sosial
yang selaras dan serasi dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial
yang ada.
2. Dalam suatu masyarakat yang mengalami ketidakteraturan sosial
(konflik) maka interaksi sosial akan sulit dilakukan ataupun akan
muncul interaksi sosial yang bersifat negatif.
Selanjutnya masih menurut pendapat bloq muttaqin, tahap-tahap
terjadinya keteraturan sosial, antara lain sebagai berikut;
a. Tertib Sosial (Social Order), suatu masyarakat dinyatakan telah
mencapai kondisi tertib sosial apabila dalam masyarakat telah terjadi
keselarasanantara tindakan masyarakat dengan nilai dan norma yang
16
berlaku. Ciri-ciri tertib sosial antara lain ; ada sistem nilai dan norma
yang jelas; Seluruh masyarakat mengetahui dan memahami dengan
benar norma dan nilai sosial yang berlaku; Seluruh masyarakat
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan norma dan nilai sosial
yang berlaku.
b. Order, suatu keadaan dimana suatu sistem atau tatanan norma dan
niali sosial diakui dan dipatuhi oleh warga masyarakat.
c. Keajegan, suatu keadaan yang memperlihatkan kondisi keteraturan
sosial yang tetap dan berlangsung terus-menerus.
d. Pola, bentuk umum dari interaksi sosial yang menunjukkan adanya
keteraturan yang lebih baku apabila dibandingkan dengan tertib
sosial maupun keajegan.
Terdapat tiga persyaratan yang mendasari terciptanya keteraturan
sosial dalam masyarakat, yaitu; adanya kesadaran warga masyarakat
tentang pentingnya menciptakan keteraturan, adanya norma sosial yang
sesuai dengan kebutuhan serta peradaban manusia, dan adanya aparat
penegak hukum yang konsisten dalam menjalankan tugas, fungsi, dan
wewenangnya.
Keteraturan sosial yang hendak diwujudkan ditengah-tengah
warga masyarakat kampung ada faktor pendorong dan faktor
penghambatnya, faktor pendorongnya adalah kerjasama dan akomodasi.
Sedangkan faktor penghambat terbentuknya keteraturan sosial adalah
persaingan, kontroversi dan konflik sosial.
17
3. Kampung
Kampung merupakan basis Gerakan Kampung Panca Tertib.
Lokasi ini dipilih, karena modal sosial di kampung masih terawat dengan
baik. Adapun definisi kampung adalah sebagai berikut;
Menurut wikipedia dalam laman https://id.wikipedia.org/wiki/
mendefinisikan kampung adalah suatu daerah, di mana terdapat beberapa
rumah atau keluarga yang bertempat tinggal di sana, masih dalam laman
yang sama kampung diartikan juga sebagai daerah tempat tinggal warga
menengah ke bawah di daerah kota. Kampung juga didefinisikan sebagai
nama alternatif untuk desa/kelurahan yang merupakan satuan pembagian
administratif daerah yang terkecil di bawah kecamatan/ mukim/ distrik/
banua (benua). Kampung sebagai sinonim dari istilah desa ini dipakai di
Lampung (Kab. Lampung Tengah, Tulangbawang, Tulangbawang Barat,
Mesuji, dan Way Kanan), Papua dan Kalimantan Timur (Berau dan Kutai
Barat). Sebuah kampung dipimpin oleh seorang Kepala Kampung
(Kamponghofd) sinonim dari Kades. Orang Jawa, Nusa Tenggara Barat
dan tempat-tempat tertentu mendefiniskan kampung sebagai sinonim dari
dusun. Istilah kampungan juga sering digunakan untuk merujuk kepada
sikap-sikap terbelakang, tidak tahu tata-krama dan sebagainya.
Berdasarkan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 72 Tahun
2018, kampung adalah sebutan/nama suatu tempat tertentu yang di huni
18
oleh sekelompok atau beberapa kelompok orang yang terbentuk dalam
satu atau beberapa Rukun Tetangga, dan atau Rukun Warga dalam suatu
wilayah di Kota Yogyakarta.
Sedangkan dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 22
Tahun 2015, kampung adalah kesatuan wilayah yang terbentuk dari
ikatan sosial, yang diberi nama sesuai keinginan masyarakat atau adat
yang sudah ada sebelumnya.
4. Gerakan Kampung Panca Tertib
Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan Gerakan Kampung
Panca Tertib pada penelitian ini, berikut disampaikan definisi Gerakan
Kampung Panca Tertib sebagai berikut;
Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 22 Tahun
2015, pada ketentuan umum diuraikan bahwa Kampung Panca Tertib
adalah Kampung yang mempunyai komitmen mewujudkan Gerakan
Kampung Panca Tertib (Rampung Panertib). Sedangkan Gerakan
Kampung Panca Tertib yang selanjutnya disingkat dengan Rampung
Panertib adalah suatu aktivitas sosial berbasis kampung yang dilakukan
secara dinamis dan terus menerus oleh masyarakat melalui Forum
Kampung Panca Tertib dengan didukung Pelopor Ketertiban dan Duta
Ketertiban untuk mewujudkan komitmen Panca Tertib.
19
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 15 Tahun
2018, Gerakan Panca Tertib adalah gerakan bersama yang melibatkan
seluruh elemen masyarakat yang dilaksanakan secara dinamis, terus
menerus dan berkelanjutan dengan lebih menekankan pada pelaksanaan
panca tertib yang meliputi tertib ruang milik jalan, tertib bangunan, tertib
usaha, tertib lingkungan dan tertib sosial.
5. Partisipasi Masyarakat.
Mewujudkan ruang publik yang diidamkan masyarakat hanya
akan tercapai dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat
penerima manfaat ruang publik untuk terlibat secara aktif mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan yang berkelanjutan.
Masyarakat diberi ruang yang seluas-luasnya untuk menyampaikan
“mimpi” sebuah ruang publik yang diidamkannya. Ruang Partisipasi harus
tersedia bagi masyarakat untuk mewujudkan ruang publik dimaksud.
Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa
diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi
sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok,
melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,
perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan
20
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam)
pengertian, yaitu:
a. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek
tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;
b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat
untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk
menanggapi proyek-proyek pembangunan;
c. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukannya sendiri;
d. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti
bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;
e. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat
dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring
proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal,
dan dampak-dampak sosial;
f. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.
21
Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas,
dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari
seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk
berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap
evaluasi.
Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-
155) sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu
alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap
masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan
serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan
dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih
mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa
memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak
demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
mereka sendiri.
Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah
meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik
langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan
dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan
kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang.
Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam
22
Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun
oleh Department for International Development (DFID) (dalam Monique
Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:
a. Cakupan semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang
terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek
pembangunan.
b. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap
orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta
mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam
setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan
jenjang dan struktur masing-masing pihak.
c. Transparansi,semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan
komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga
menimbulkan dialog.
d. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai
pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi
kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
e. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena
adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya
dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah
selanjutnya.
23
f. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak
lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak,
sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan,
terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu
sama lain.
g. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat
untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan
yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya
manusia.
6. Bentuk dan Tipe Partisipasi
Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat
dalam suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi
harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah
pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
dan partisipasi representatif.
Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas,
maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu
bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud)
dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata
(abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda,
tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata
24
adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan
dan partisipasi representatif.
Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar
usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan
bantuan. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk
menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga
untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu
program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan
melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain
yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa
sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk
menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program
dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Partisipasi
sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan,
menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian
atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk
berpartisipasi. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk
mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.
25
Sedangkan partisipasi representatif dilakukan dengan cara memberikan
kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau
panitia.
Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan
berkelanjutan melalui partisipasi semata. Keberhasilannya tergantung
sampai pada tipe macam apa partisipasi masyarakat dalam proses
penerapannya. Artinya, sampai sejauh mana pemahaman masyarakat
terhadap suatu program sehingga ia turut berpartisipasi.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat
mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya
dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia,
terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang
tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu;
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari
kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada
26
nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih
banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia
lainnya.
b. Jenis Kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa
mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di
dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan
perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan
tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser
dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang
semakin baik.
c. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.
Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang
terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi
peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
d. Pekerjaan dan Penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan
seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan
diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi
kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk
27
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya
bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung
oleh suasana yang mapan perekonomian.
e. Lamanya Tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan
berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal
dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan
cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam
setiap kegiatan lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut Holil (1980: 9-10), unsur-unsur dasar partisipasi
sosial yang juga dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah:
a. Kepercayaan diri masyarakat.
b. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat.
c. Tanggung jawab sosial dan komitmen masyarakat.
d. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki
keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri.
e. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterima dan
diakui sebagai/menjadi milik masyarakat.
f. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam
lingkungan masyarakat yang bersangkutan, dalam pengertian bukan
28
kepentingan umum yang semu karena penunggangan oleh
kepentingan perseorangan atau sebagian kecil dari masyarakat.
g. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha.
h. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan.
i. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah,
kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum
masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program
juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980: 10)
ada 4 poin yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang
berasal dari luar/lingkungan, yaitu:
a. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara
warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di
dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;
b. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan
keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan
bangsa yang menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat;
c. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses
dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang
memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;
d. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam
keluarga masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang
29
memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya
prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.
F. Metode Penelitian
Untuk mengetahui pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib
dalam mewujudkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, dengan
unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian
kualitatif.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dan
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (nasution, 1988:5).
Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah orang, yaitu
masyarakat yang terkait dengan pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib.
Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib,
antara lain; Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta, Lurah, LPMK,
Koordinator FKPT, Fasilitator Gerakan Kampung Panca Tertib, Duta
Ketertiban dan Pelopor Ketertiban. Satuan Polisi Pamong Praja Kotta
Yogyakarta memberikan fasilitasi pelaksanaan Gerakan Kampung Panca
Tertib, Lurah dan LPMK memberikan fasilitasi berupa anggaran dan fasilitasi
dalam bentuk lainnya, Fasilitator, duta ketertiban, koordinator FKPT dan
Pelopor ketertiban adalah unsur pelaksana Gerakan Kampung Panca Tertib.
30
Dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang didapat
akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga tujuan
penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini bukan karena
metode ini baru dan lebih “trendy”, tetapi memang permasalahan lebih tepat
dicarikan datanya dengan metode kualitatif.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif kualitatif
dengan studi kasus pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib,
masyarakat sebagai penggerak utama dan lembaga sosial di Kelurahan
sebagai pendukung pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib.
Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini berupa studi
kasus dengan analisa kualitatif, dengan mengkombinasikan pendekatan
kualitatif, analisis data sekunder dan wawancara mendalam secara
langsung (indepth interview) untuk memperoleh data-data primer. Tujuan
dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Peneliitian
deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala
menurut apa adanya (Arikunto, 1997:24). Penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan “apa
adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian
31
mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan
pengujian hipotesa (Singarimbun, 1989:4)
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah pelaksanaan Gerakan Kampung
Panca Tertib yang melibatkan berbagai unsur antara lain; Pemerintah
Kota Yogyakarta dalam hal ini adalah Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta dalam hal ini Komisi A DPRD Kota
Yogyakarta sebgai mitra kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Yogyakarta, Fasilitator Gerakan Kampung Panca Tertib, Duta Ketertiban
Kampung Panca Tertib, Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurhan
(LPMK) Lurah, Ketua Kampung, Koordinator Forum Kampung Panca
Tertib (FKPT), Pelopor Ketertiban, Lembaga Swadaya Masyarakat,
Perguruan Tinggi, RW & RT, serta masyarakat kampung sebagai basis
gerakan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini antara lain di institusi Satuan Polisi Pamong
Praja Kota Yogyakarta dan beberapa Kampung Panca Tertib yang
menjadi sampel diantara Kampung Panca Tertib yang ada di Kota
Yogyakarta.
32
4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Pemilihan informan atau subyek penelitian menggunakan tehnik
purposive, dengan memperhatikan komposisi subyek penelitian.
Penelitian ini akan menggunakan informan adalah;
a. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta sebagai pdjabat
diinstansi yang merupakan leading sector Gerakan Kampung Panca
Tertib. Informan ini diharapkan dapat menyampaikan pelaksanaan
Gerakan Kampung Panca Tertib dan tahapan-tahapannya.
b. Pejabat dan Staf di Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta
yang terlibat dalam Gerakan Kampung Panca Tertib.
c. Fasilitator Gerakan Kampung Panca Tertib dan Duta Ketertiban yang
merupakan pendamping Kampung Panca Tertib yang tersebar di Kota
Yogyakarta.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan
fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber
data dipilih, dengan mengutamakan perspectif emic, artinya
mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka
memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya. Peneliti tidak bisa
memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Teknik pengmpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan wawancara mendalam terhadap informan, dan melakukan
observasi langsung ke obyek penelitian dan dokumen. Pengumpulan data
33
merupakan suatu rangkaian penelitian melalui prosedur sistematik dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian (Nazir,
1988:21). Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui;
a. Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan kegiatan yang dilaksanakan
dengan mengamati secara langsung keselarasan antara penetapan dan
pelaksanaan kebijakan program atau kegiatan. Menurut Irwan
Abdullah (Rahmad, 2005:47), yang dicari dalam pengamatan
hakekatnya adalah tindakan manusia, interaksi dan hakekat
masyarakat yang meliputi; pola-pola perilaku dan basis nilai/idiologi,
bentuk-bentuk interaksi dan prinsip-prinsip yang melatar belakangi,
system nilai/normatif dan idiologi, struktur sosial.
Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan pada
pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib dan elemen-elemen yang
terkait dalam Gerakan Kampung Panca Tertib.
b. Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan untuk mendapatkan data baik
primer maupun sekunder, peneliti menganalisa dokumen yang
didapat dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta, pejabat
terkait dan staf, Fasilitator Gerakan Kampung Panca Tertib dan
Duta Ketertiban.
34
c. Wawancara
Wawancara diarahkan pada pencarian data primer yang
dilakukan secara mendalam kepada informan yang dipilih
(Singarimbun, 1989:6). Informasi yang diperoleh agar terfokus,
terarah dan mendalam perlu disusun pedoman wawancara.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap Kepala Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta, Fasilitator dan Duta
Ketertiban Gerakan Kampung Panca Tertib, beberapa Organisasi
Perangkaat Daerah di Pemerintah Kota Yogyakarta yang terkait,
Koordinator FKPT, LPMK dan Pelopor Ketertiban.
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles and
Huberman (Sugiyono, 2009:207).
Miles and Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara ineraktif dan berlangsung secara
terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan
datanya sampai jenuh. Teknik analisa data yang digunakan terdiri dari
tiga komponen utama, yaitu;
a. Reduksi data/ menyusun klaster-klaster.
b. Menyusun sajian data dalam bentuk konsep-konsep dan proposisi.
c. Interprestasi dan Kesimpulan.
35
BAB II
PROFIL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA YOGYAKARTAPROFIL KAMPUNG DAN KAMPUNG PANCA TERTIB
A. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta adalah salah satu
Organisasi Perangkat Daerah pada Pemerintah Kota Yogyakarta. Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta dalam menjalankan penyelenggaraan
urusan kententraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat, yang
merupakan urusan wajib dan layanan dasar yang sejajar dengan urusan
pendidikan, kesehatan, perumahan dan pemukiman, dan urusan wajib
lainnya. Satuan Polisi Pamong Praja kedudukannya sejajar dengan Dinas
Daerah yang ada di Pemerintah Kota Yogyakarta.
Tugas utama Satuan Polisi Pamong Praja adalah mengawal tegakknya
pelaksanaan Peraturan Daerah. Susunan organisasi Satuan Polisi Pamong
Praja terdiri dari Kepala Satuan dan Sekretariat yang terdiri dari; Sub Bagian
Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan, dan Sub Bagian
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta terdiri dari 4 Bindang,
dengan rincian sebagai berikut; Bidang Penegakan Peraturan Perundang-
undangan terdiri dari 2 seksi yakni Seksi Penyidikan dan Seksi Pengendalian
Operasional. Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat terdiri
dari 2 Seksi yaitu Seksi Pengamanan dan Seksi Kewaspadaan Dini. Bidang
Pengembangan Kapasitas terdiri dari 2 Seksi adalah Seksi Peningkatan
36
Kapasitas SDM dan Pengelolaan Data dan Informasi, dan Seksi Pengkajian
Peraturan Perundang-undangan. Sedangkan Bidang Perlindungan Masyarakat
terdiri dari 2 Seksi yaitu Seksi Mobilisasi dan Pemberdayaan Linmas dan
Seksi Pembinaan Potensi Masyarakat.
Kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja merupakan unsur pembantu
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan urusan kententraman, ketertiban
umum dan perlindungan masyarakat. Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin
oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan bidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat. Untuk
melaksanakan tugas dimaksud, Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai
fungsi antara lain perumusan kebijakan teknis urusan pemerintahan bidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat,
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat,
pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat, dan
pembinaan dan pelaksanaan tugas urusan pemerintahan bidang ketentraman
dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat.
pengelolaan kesekretariatan pada Satuan Polisi Pamong Praja meliputi
perencanaan umum, kepegawaian, keuangan, evaluasi dan pelaporan dan
37
pelaksanaan pengawasan, pengendalian evaluasi,dan pelaporan bidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahah daerah bidang ketentraman dan
ketertiban umum serta perlindungan masyarakat. Adapun fungsi dari Kepala
Satuan Polisi Pamong Praja adalah pengkoordinasian perumusan kebijakan
teknis bidang ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan
masyarakat, pengkoordinasian penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan umum bidang ketentraman dan ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat, pengkoordinasian penyelenggaraan urusan
pemerintahan bidang ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan
masyarakat, pengkoordinasian pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat,
pengkoordinasian pengelolaan kesekretariatan meliputi perencanaan, umum,
kepegawaian, keuangan, evaluasi dan pelaporan dan pengkoordinasian
pelaksanaan pengawasan, pengendalian evaluasi,dan pelaporan bidang
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi dimaksud Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
harus mempunyai rincian tugas yang lebih rinci dan detail.
Sekretariat pada Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang
Sekretaris yang mempunyai tugas membantu Kepala Satpol PP dalam
merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan
38
pelaporan bidang umum, perlengkapan, kepegawaian, dan keuangan. Untuk
melaksanakan tugas dimaksud Sekretariat mempunyai fungsi antara lain
penyiapan bahan koordinasi, pengolahan data dan penyusunan program kerja
di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja, penyiapan bahan administrasi,
akuntansi dan pelaporan keuangan dan pengelolaan administrasi
kepegawaian. Fungsi Sekretariat selanjutnya adalah pengelolaan persuratan,
tata naskah Satuan Polisi Pamong Praja, kearsipan, perlengkapan, rumah
tangga, perjalanan Satuan Polisi Pamong Praja, kehumasan dan protokol dan
penyiapan bahan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan program
kerja Satuan Polisi Pamong Praja. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi
sebagaimana dimaksud Sekretaris mempunyai ketugasan yang rinci dan
detail yang disusun dalam rincian tugas.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian pada Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai
tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang
pengelolaan administrasi umum, tatalaksana, kehumasan, perpustakaan,
kearsipan, dokumentasi, perlengkapan, pengelolaan barang, dan administrasi
kepegawaian. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai rincian tugas yang ditetapkan
dengan Peraturan Walikota.
Sub Bagian Keuangan pada Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin
oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas membantu
39
Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi, pembinaan,
pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang pengelolaan
administrasi keuangan dan pelaporan pertanggungjawaban. Untuk
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Sub Bagian Keuangan
mempunyai rincian tugas yang lebih detail dan rinci.
Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan pada Satuan Polisi
Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai
tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang
perencanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Untuk melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan mempunyai rincian tugas.
Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan pada Satuan Polisi
Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Satuan dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan program
Penegakan Peraturan Perundang-undangan. Untuk melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan
mempunyai fungsi antara lain pelaksanaan kebijakan dan penyiapan bahan
koordinasi penyusunan program di bidang penegakan peraturan perundang-
undangan, perencanaan program kegiatan, penyusunan petunjuk teknis dan
naskah dinas di bidang penegakan peraturan perundang-undangan,
pengkoordinasian, pengembangan dan fasilitasi program kerja di bidang
40
penegakan peraturan perundang-undangan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian program kerja di bidang penegakan peraturan perundang-
undangan dan pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan program
kerja di bidang penegakan peraturan perundang-undangan. Untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi dimaksud, Kepala Bidang Penegakan
Peraturan Perundang-undangan mempunyai rincian tugas yang ditetapkan
dengan Peraturan Walikota.
Seksi Penyidikan pada Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan
bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan,
pengamatan, penelitian dan pemeriksaan, pengendalian dan pemberian
bimbingan kegiatan di bidang penyidikan. Untuk melaksanakan tugas pokok
dimaksud, Kepala Seksi Penyidikan mempunyai rincian tugas yang
ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Seksi Pengendalian Operasional pada Satuan Polisi Pamong Praja
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di
bidang pengendalian operasional. Untuk melaksanakan tugas pokok
dimaksud Kepala Seksi Pengendalian Operasional mempunyai rincian tugas
yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat pada Satuan
Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai
41
tugas pokok membantu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dalam
merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan
mengendalikan program di bidang ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, Bidang Ketertiban
Umum dan Ketenteraman Masyarakat mempunyai fungsi antara lain
pelaksanaan kebijakan dan penyiapan bahan koordinasi penyusunan program
kerja di bidang ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, perencanaan
program kegiatan, penyusunan petunjuk teknis dan naskah dinas di bidang
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, pengkoordinasian,
pengembangan dan fasilitasi program di bidang ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat, pembinaan, pengawasan dan pengendalian
program di bidang ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dan
pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan program di bidang
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat. Untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsi dimaksud, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan
Ketenteraman Masyarakat mempunyai rincian tugas yang ditetapkan dengan
Peraturan Walikota.
Seksi Pengamanan pada Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan
bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan,
pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang pengamanan.
Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, Kepala Seksi Pengamanan
mempunyai rincian tugas yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
42
Seksi Kewaspadaan Dini pada Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin
oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan,
pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang kewaspadaan
dini. Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud Kepala Seksi Kewaspadaan
Dini mempunyai rincian tugas yang ditetapkan dngan Peraturan Walikota.
Bidang Pengembangan Kapasitas pada Satuan Polisi Pamong Praja
dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dalam merumuskan
kebijakan, mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan
program di bidang pengembangan kapasitas. Untuk melaksanakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud, Bidang Pengembangan Kapasitas mempunyai
fungsi antara lain pelaksanaan kebijakan dan penyiapan bahan koordinasi
penyusunan program kerja di bidang pengembangan kapasitas, perencanaan
program kegiatan, penyusunan petunjuk teknis dan naskah dinas di bidang
pengembangan kapasitas, pengkoordinasian, pengembangan dan fasilitasi
program di bidang pengembangan kapasitas, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian program di bidang pengembangan kapasitas dan pelaksanaan
monitoring, evaluasi, dan pelaporan program di bidang pengembangan
kapasitas. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi dimaksud, Kepala
Bidang Pengembangan Kapasitas mempunyai rincian tugas yang ditetapkan
dengan Peraturan Walikota.
43
Seksi Peningkatan Kapasitas SDM dan Pengelolaan Data dan
Informasi pada Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan
perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan
pemberian bimbingan kegiatan di bidang peningkatan kapasitas SDM dan
pengelolaan data dan informasi. Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud,
Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas SDM dan Pengelolaan Data dan
Informasi mempunyai rincian tugas yang ditetapkan dengan Peraturan
Walikota.
Seksi Pengkajian Peraturan Perundang-undangan pada Satuan Polisi
Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang
pengkajian peraturan perundangundangan. Untuk melaksanakan tugas pokok
dimaksud, Kepala Seksi Pengkajian Peraturan Perundang-undangan
mempunyai rincian tugas yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota ini.
Bidang Perlindungan Masyarakat pada Satuan Polisi Pamong Praja
dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dalam merumuskan
kebijakan, mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan
program di bidang perlindungan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas
pokok dimaksud, Bidang Perlindungan Masyarakat mempunyai fungsi antara
lain pelaksanaan kebijakan dan penyiapan bahan koordinasi penyusunan
44
program kerja di bidang perlindungan masyarakat, perencanaan program
kegiatan, penyusunan petunjuk teknis dan naskah dinas di bidang
perlindungan masyarakat, pengkoordinasian, pengembangan dan fasilitasi
program di bidang perlindungan masyarakat, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian program di bidang perlindungan masyarakat dan pelaksanaan
monitoring, evaluasi, dan pelaporan program di bidang perlindungan
masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi dimaksud, Kepala
Bidang Perlindungan Masyarakat mempunyai rincian tugas yang ditetapkan
dengan Peraturan Walikota.
Seksi Mobilisasi dan Pemberdayaan Linmas pada Satuan Polisi
Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di
bidang mobilisasi dan pemberdayaan Linmas. Untuk melaksanakan tugas
pokok dimaksud, Kepala Seksi Mobilisasi dan Pemberdayaan Linmas
mempunyai rincian tugas yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota ini.
Seksi Pembinaan Potensi Masyarakat pada Satuan Polisi Pamong
Praja dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang
pembinaan potensi masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud
Kepala Seksi Pembinaan Potensi Masyarakat mempunyai rincian tugas yang
ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
45
Tata kerja dalam pelaksanaan tugas Kepala Satuan Polisi Pamong
Praja wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
simplifikasi secara vertikal dan horizontal. Satuan Polisi Pamong Praja
bertanggungjawab memimpin, memberikan bimbingan, petunjuk, perintah
dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahannya. Satuan Polisi Pamong Praja
mengadakan rapat berkala dalam rangka memberikan bimbingan kepada
bawahannya.
Setiap Aparatur Sipil Negara di lingkungan Satuan Polisi Pamong
Praja wajib mematuhi petunjuk, perintah, dan bertanggungjawab kepada
atasan serta melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan dan
menyampaikan laporan. Setiap Aparatur Sipil Negara dalam rangka
menjamin kelancaran tugas berkewajiban memberikan saran pertimbangan
kepada atasannya.
Kelompok jabatan fungsional pada Satuan Polisi Pamong Praja
mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan bidang jabatan
fungsional masing-masing sesuai dengan berdasar pada ketentuan peraturan
perundang-undangan. Adapun Jumlah Pejabat Fungsional ditentukan sesuai
kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
46
B. Kampung di Kota Yogyakarta
Kampung sebagaimana telah diuraikan pada kerangka dasar teori
adalah sebuah komunitas masyarakat yang hidup dalam nuansa kebersamaan
dan kegotong-royongan dengan ketentuan aturan yang telah disepakati dan
dilakanakan serta dirawat bersama. Gerakan Kampung Panca Tertib
menjadikan wilayah kampung yang terdiri dari gabungan beberapa wilayah
RT dan wilayah RW sebagai basis gerakan.
Di Kota Yogyakarta, keberadaan kampung sudah memiliki
regulasi yang menguatkan keberadaan kampung. Peraturan Walikota
Yogyakarta Nomor 72 Tahun 2018 tentang Pembentukan Pengurus
Kampung, keberadaan kampung yang dipayungi dengan peraturan walikota
dimaksud memiliki pengurus pada setiap kampungnya. Pengurus Kampung
adalah lembaga sosial masyarakat yang independen, dibentuk melalui
musyawarah Pengurus RT dan RW dalam suatu kampung sebagai mitra kerja
LPMK dan Kelurahan dalam menampung, mewujudkan aspirasi serta
kebutuhan masyarakat di bidang Pembangunan.
Beberapa nama kampung menunjukkan profesi mayoritas dari
warga kampung tersebut, misalnya kampung Wirobrajan, dahulunya sebagai
tempat tinggal prajurit Kraton Yogyakarta yang bernama Wirobrojo, dan
seterusnya.
Pengurus Kampung terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan
seksi-seksi. Adapun seksi-seksi dalam pengurus kampung antara lain terdiri
dari seksi pembangunan fisik, seksi pembangunan non fisik dan seksi data
47
dan teknologi informasi. Pengurus Kampung wajib mengakomodir
perempuan sebagai bagian dari pengurus kampung dalam susunan pengurus
kampung.
Pengurus Kampung sebagai mitra kerja LPMK dan Kelurahan
yang mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan yang partisipatif,
menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan serta
mengendalikan pembangunan berbasis kampung.
Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Pengurus
Kampung mempunyai fungsi antara lain penanaman dan pemupukan rasa
persatuan dan kesatuan masyarakat kampung antara lain melalui peningkatan
swadaya dan gotong royong serta pertemuan warga baik secara berkala
maupun insidentil, pengkoordinasian perencanaan pembangunan Kampung,
antara lain melalui pendataan potensi, musyawarah pembangunan yang
partisipatif, inventarisasi dan pemecahan masalah pembangunan serta
pengendaliannya, pengkoordinasian perencanaan lembaga sosial
kemasyarakatan dalam wilayah Kampung, antara lain melalui rapat antar
lembaga sosial kemasyarakatan, perencanaan kegiatan pembangunan secara
partisipatif dan terpadu, antara lain dengan melibatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan pembangunan sebagai wujud upaya pemberdayaan
masyarakat, penggalian dan pemanfaatan sumber daya kelembagaan antara
lain melalui pelaksanaan pelestarian nilai-nilai sosial budaya, penguatan
kapasitas lembaga masyarakat, pelaksanaan dan peningkatan ekonomi
48
masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam dan pengendalian pelaksanaan
pembangunan.
Pengurus Kampung berasal dari penduduk kampung yang telah
memenuhi persyaratan. Setiap penduduk Kota Yogyakarta yang memenuhi
persyaratan berhak dipilih menjadi Pengurus Kampung. Penduduk yang
berhak dipilih dimaksud adalah penduduk tetap yang berdomisili di wilayah
Kampung setempat, terdaftar dalam Kartu Keluarga di wilayah Kampung
setempat, mempunyai Kartu Tanda Penduduk di wilayah Kampung setempat
dan memenuhi syarat sebagai pengurus Kampung.
Adapun persyaratan sebagai Pengurus Kampung antara lain laki-
laki atau perempuan berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun
atau pernah kawin, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia dan taat
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, berpendidikan sekurang-
kurangnya Sekolah Menengah Pertama atau sederajat, sehat jasmani dan
rohani, berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh
pengabdian kepada masyarakat, tidak pernah dihukum penjara karena
melakukan tindak pidana, tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, mengenal daerahnya dan
dikenal oleh masyarakat setempat, mempunyai kemampuan dan kemauan
untuk bekerja dan membangun masyarakat, telah bertempat tinggal tetap
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus, tidak
menjabat sebagai penyelenggara pemerintah di tingkat Kelurahan setempat,
49
khusus untuk seksi data dan teknologi informasi diwajibkan memiliki
kemampuan Teknologi Informasi.
Pengurus Kampung dibentuk melalui musyawarah Pengurus RT
dan RW dalam Kampung tersebut. Tahapan Musyawarah Pembentukan
Pengurus Kampung ditentukan antara lain sebagai berikut RW dalam wilayah
Kampung mengadakan rapat pembentukan Panitia Musyawarah
Pembentukan Pengurus Kampung dengan difasilitasi Lurah, Panitia
Musyawarah Pembentukan Pengurus Kampung terdiri dari 1 (satu) orang
Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris dan 1 (satu) orang atau lebih anggota bila
dipandang perlu, Panitia Musyawarah Pembentukan Pengurus Kampung
menyusun tatakala Musyawarah Pembentukan Pengurus Kampung, Panitia
Musyawarah Pembentukan Pengurus Kampung mengundang Perwakilan
Pengurus RW dan RT dengan ketentuan setiap RW dan RT diwakili 3 (tiga)
orang untuk mengikuti Musyawarah Pembentukan Pengurus Kampung;
Panitia Musyawarah Pembentukan Pengurus Kampung melaksanakan Rapat
Musyawarah Pembentukan Pengurus Kampung dengan ketentuan sebagai
setiap peserta rapat harus mengisi daftar hadir; rapat dimulai apabila telah
dihadiri sekurang-kurangnya lebih dari separuh jumlah yang diundang;
apabila yang hadir belum memenuhi lebih dari separuh jumlah yang
diundang maka rapat ditunda paling lama 15 (lima belas) menit; apabila
setelah ditunda paling lama 15 (lima belas) menit, yang hadir belum
memenuhi lebih dari separuh jumlah yang diundang, maka rapat dimulai dan
segala keputusannya dinyatakan sah.
50
Pelaksanaan rapat Musyawarah Pembentukan Pengurus Kampung
dipimpin oleh Ketua Panitia Musyawarah Pembentukan Pengurus Kampung
dengan susunan acara sebagai berikut; pembukaan; pengumuman daftar hadir
dan pengesahan peserta rapat; penerimaaan nama-nama Calon Ketua
Pengurus Kampung; penetapan dan pengumuman nama Calon Ketua
Pengurus Kampung; musyawarah pembentukan Ketua Pengurus Kampung;
pengumuman hasil Musyawarah Pembentukan Ketua Pengurus Kampung;
penandatanganan Berita Acara Musyawarah Pembentukan Ketua Pengurus
Kampung; penyusunan Pengurus Kampung; pengumuman Susunan Pengurus
Kampung; penandatanganan Berita Acara Penyusunan Pengurus Kampung;
dan penutup.
Berita Acara dimaksud disampaikan oleh Panitia Pemilihan
Pengurus Kampung kepada Lurah dengan dilampiri daftar hadir peserta rapat
paling lambat 7 (tujuh) hari sejak ditandatangani. Berdasarkan Berita Acara
dimaksud Lurah mengesahkan susunan Pengurus Kampung dalam bentuk
Keputusan Lurah. Keputusan Lurah sebagaimana dimaksud disampaikan
kepada Walikota Yogyakarta melalui Kepala Bagian Tata Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Yogyakarta paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak ditetapkan.
Pengurus Kampung dalam menjalankan tugasnya berdasarkan tata
kerja Pengurus Kampung. Tata Kerja dimaksud antara lain Ketua Pengurus
Kampung mempunyai tugas memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan
seluruh tugas dan fungsi Kampung di lingkungannya. Sekretaris Pengurus
51
Kampung mempunyai tugas membantu Ketua Pengurus Kampung dalam hal:
penyiapan dan pendokumentasian surat menyurat; penyiapan bahan-bahan
untuk pembangunan partisipasif meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pelaporan; penyiapan bahan-bahan penyelenggaraan rapat
Kampung; dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua
Pengurus Kampung. Bendahara Pengurus Kampung mempunyai tugas
membantu Ketua Pengurus Kampung dalam hal: menerima, menyimpan dan
mengeluarkan uang atas sepengetahuan Ketua Pengurus Kampung;
menerima, menyimpan, mengeluarkan barang dan surat–surat berharga atas
sepengetahuan Ketua Pengurus Kampung; menyelenggarakan pembukuan,
pencatatan dan pelaporan keuangan dan barang inventaris Kampung; dan d.
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Pengurus
Kampung. Seksi-seksi dalam kepengurusan Kampung mempunyai tugas yang
ditentukan dalam rapat Kampung.
Sekretaris, bendahara dan seksi-seksi dalam kepengurusan
Kampung bertanggungjawab kepada Ketua Pengurus Kampung. Ketua
Pengurus Kampung bertanggungjawab kepada Lurah. Masa bhakti Pengurus
Kampung sama dengan masa bhakti kepengurusan LPMK, terhitung mulai
tanggal pengesahan Lurah.
Dinamika Pengurus Kampung yang menyebabkan berkurangnya
personil kepengurusan kampung memiliki syarat dan ketentuan. Adapun
syarart dan ketentuan antara lain; mengundurkan diri; pindah tempat tinggal
dan menjadi penduduk Kelurahan lain; tidak memenuhi lagi ketentuan
52
anggota pengurus; dan sebab-sebab lain yang bertentangan dengan ketentuan
perundang-undangan atau norma-norma kehidupan masyarakat.
Apabila terdapat Pengurus Kampung yang berhenti atau
diberhentikan, maka untuk sementara waktu tugas dan fungsinya
dilaksanakan oleh Pengurus Kampung lainnya. Pergantian Pengurus
Kampung yang berhenti atau diberhentikan, dilakukan dalam Rapat
Kampung paling lambat 6 (enam) bulan sejak Pengurus Kampung yang
bersangkutan berhenti atau diberhentikan dengan mengundang seluruh
Pengurus Kampung, perwakilan Pengurus RW dengan ketentuan setiap RW
diwakili 3 (tiga) orang. Pergantian Pengurus Kampung ditetapkan dalam
Berita Acara Pergantian Pengurus Kampung. Berita Acara dimaksud
disampaikan kepada Lurah dengan dilampiri daftar hadir peserta rapat paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak ditandatangani. Berdasarkan Berita Acara
dimaksud, Lurah mengesahkan Susunan Pergantian Pengurus Kampung
dalam bentuk Keputusan Lurah. Keputusan Lurah disampaikan kepada
Walikota Yogyakarta melalui Kepala Bagian Tata Pemerintahan dan
Kesejahteraaan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Yogyakarta paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak ditetapkan.
Dalam menjalankan tugasnya Pengurus Kampung selalu
menerapkan prinsip musyswarah untuk mufakat. Musyawarah dimaksud
dalam bentuk rapat. Rapat yang dilaksanakan oleh Pengurus Kampung
meliputi : rapat Pengurus Kampung; rapat Pengurus Kampung dengan
Pengurus RW dan RT dan rapat Pengurus Kampung dengan LPMK. Rapat
53
Pengurus Kampung dihadiri oleh seluruh pengurus Kampung dan
dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan. Rapat
Pengurus Kampung dengan Pengurus RW dan RT dihadiri oleh Pengurus
Kampung dan Perwakilan Pengurus RW dan RT setempat dilaksanakan
sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan. Rapat Pengurus Kampung
dengan LPMK dihadiri oleh Pengurus Kampung dan Perwakilan Pengurus
LPMK Kelurahan setempat, dilaksanakan sekurangkurangnya sekali dalam 1
(satu) tahun. Hasil Rapat dimaksud dinyatakan sah serta dapat dijadikan dasar
keputusan Ketua Kampung.
Akuntabilitas kerja Pengurus Kampung senantiasa dikedepankan.
Untuk mewujudkan hal tersebut Pengurus Kampung dalam melakukan
pengelolaan keuangan berdasarkan pada ketentuan yang telah diberlakukan.
Pengelolaan keuangan yang diperoleh dari berbagai sumber dan pelaksanaan
kegiatan oleh Pengurus Kampung dilaporkan secara tertulis kepada
masyarakat dalam Rapat Pengurus Kampung dengan Pengurus RW dan RT
paling sedikit 6 (enam) bulan sekali dengan tembusan kepada Lurah.
Pengelolaan barang inventaris dilaporkan secara tertulis kepada masyarakat
dalam Rapat Pengurus Kampung dengan Pengurus RW dan RT paling sedikit
1 (satu) tahun sekali dengan tembusan kepada Lurah. Ketua Pengurus
Kampung membuat laporan pertanggungjawaban kepada LPMK atas
penggunaan anggaran kampung yang berasal dari hibah yang diterima
melalui LPMK. Pengelolaan keuangan Kampung yang diperoleh dari bantuan
Pemerintah Kota, Pemerintah DIY dan Pemerintah Pusat
54
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pengurus Kampung dalam menjalankan tugasnya senantiasa
dituntut untuk selalu bersinergi dengan berbagai lembaga sosial yang ada,
dalam bentuk hubungan tata kerja. Hubungan kerja Pengurus Kampung dan
RT, RW antara lain: RT dan RW menyampaikan usulan perencanaan
pembangunan kepada Pengurus Kampung; RT dan RW dapat melibatkan
Pengurus Kampung dalam rapat RT dan RW; Pengurus Kampung melibatkan
RT dan RW dalam musyawarah Kampung; dan Bekerjasama dalam kegiatan
pemberdayaan dan pembangunan masyarakat. Sedangkan hubungan kerja
Pengurus Kampung dan LPMK antara lain Pengurus kampung
menyampaikan usulan perencanaan pembangunan kepada LPMK. Pengurus
Kampung melibatkan LPMK dalam musyawarah Kampung dan bekerjasama
dalam kegiatan pemberdayaan dan pembangunan masyarakat.
Dalam rangka pemberdayaan maka Walikota, Camat dan Lurah
memfasilitasi dalam hal penataan organisasi dan tata kerja. Fasilitas
sebagaimana dimaksud, dapat berbentuk penyusunan pedoman, supervisi dan
mengembangkan kemampuan sumber daya kelembagaan.
Adapun jumlah kampung yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
Walikota Yogyakarta Nomor 72 tahun 2018 sebanyak 170 kampung. Adapun
secara detail nama-nama kampung dimaksud sbeagai berikut;
55
NO KECAMATAN/KELURAHAN
NAMAKAMPUNG
(EKS RUKUN KAMPUNG)RUKUN WARGA RUKUN TETANGGA
1 Tegalrejo
1 KricakJatimulyo 6 30Kricak Kidul 3 16Bangunrejo 4 15
Jumlahse- Kelurahan kricak 3 13 61
2 Karangwaru
Karangwaru Lor 3 14Blunyahrejo 3 17Petinggen 3 9Bangirejo 3 12Karangwaru Kidul 2 7
Jumlahse- Kelurahan Karangwaru 5 14 56
3 Tegalrejo
Tompeyan 3 9Tegalrejo 3 16Demakan 3 12Sudagaran 3 10
Jumlahse- Kelurahan Tegalrejo 4 12 47
4 BenerBener 4 14Sidomulyo 3 12
Jumlahse- Kelurahan Bener 2 7 26
Jumlahse- Kecamatan Tegalrejo 14 46 1902
2 Jetis
1 BumijoPingit 6 21Bumijo 9 16Badran 4 19
Jumlahse- Kelurahan Bumijo 3 13 57
2 CokrodiningratanCokrodiningratan 4 17Jetisharjo 3 14Cokrokusuman 4 26
Jumlahse- Kelurahan
Cokrodiningratan3 11 57
3 GowonganPenumping 3 16Gowongan 3 11Jogoyudan 7 25
Jumlahse- Kelurahan Gowongan 3 13 52
Jumlahse- Kecamatan Jetis 9 37 166
3 Gondokusuman
1 DemanganDemangan 5 17Sapem 3 11Pengok 4 16
Jumlahse- Kelurahan Demangan 3 12 44
2 Kotabaru Kotabaru 4 20Jumlah
se- Kelurahan Kotabaru 1 4 20
3 KlitrenKlitren Lor 6 27Iromejan 4 13Kepuh 6 23
Jumlahse- Kelurahan Klitren 3 16 63
4 Baciro
Mangkukusuman 3 9Danukusuman 4 14Pengok Kidul 1 4Baciro 4 13Baciro Sanggrahan 3 12Gendeng 4 35
56
Jumlahse- Kelurahan Baciro
6 21 87
5 Terban
Terban 6 29Sagan 3 14Purbonegaran 2 10Resonegaran 1 6
Jumlahse- Kelurahan Terban
4 12 58
Jumlahse- Kecamatan Gondokusuman 17 65 272
4 Danurejan
1 Suryatmajan
Ledok Macanan 1 4Gemblakan Atas 2 6Sosrokusuman 2 6Gemblakan Bawah 3 9Suryatmajan 3 9Cokrodirjan 3 9
Jumlahse- Kelurahan Suryatmajan 6 14 43
2 Tegalpanggung
Ledok Tukangan 3 15Tukangan 4 22Tegalkemuning 3 9Tegalpanggung 3 9Juminahan 3 11
Jumlahse- Kelurahan Tegalpanggung 5 16 66
3 Bausasran
Tegal Lempuyangan 2 7Lempuyangan 3 11Macanan 1 5Ronodigdayan 2 6Bausasran 4 20
Jumlahse- Kelurahan Bausasran
5 12 49
Jumlahse- Kecamatan Danurejan 16 42 158
5 Gedongtengan
1 Sosromenduran
Sitisewu 1 5Sosrowijayan Wetan 1 8Sosrowijayan Kulon 1 4Sosrodipuran 3 9Sosromenduran 1 3Pajeksan 4 13Jogonegaran 3 12
Jumlahse- Kelurahan Sosromenduran 7 14 54
2 Pringgokusuman
Jlagran 3 15Pringgokusuman 6 19Gandekan Lor 1 6Kemetiran Lor 2 6Kemetiran Kidul 3 9Sutodirjan 3 10Notoyudan 4 19
Jumlahse- Kelurahan
Pringgokusuman7 22 84
Jumlahse- Kecamatan Gedongtengen
14 36 138
6 Ngampilan
1 Ngampilan
Ngampilan 3 19Pathuk 4 19Purwodiningratan 3 12Ngadiwinatan 3 20
Jumlahse- Kelurahan Ngampilan 4 13 70
2 NotoprajanSerangan 4 26Notoprjajan 3 17
57
Suronatan 1 7Jumlah
se- Kelurahan Notroprajan3 8 50
Jumlahse- Kecamatan Ngampilan 7 21 12
7 Wirobrajan
1 Pakuncen
Tegalmulyo 3 15Kuncen 5 25Gampingan 3 11Singosaren 1 5
Jumlahse- Kelurahan Pakuncen
4 12 56
2 WirobrajanWirobrajan 7 36ketanggungan 5 22
Jumlahse- Kelurahan Wirobrajan 2 12 58
3 PatangpuluhanPatangpuluhan 7 38Sindurejan 3 13
Jumlahse- Kelurahan Patangpuluhan 2 10 51
Jumlahse- Kecamatan Wirobrajan
8 34 165
8 Mantrijeron
1 GedongkiwoSuryowijayan 7 32Gedongkiwo 5 30Dukuh 6 24
Jumlahse- Kelurahan Gedongkiwo 3 18 86
2 Suryodiningratan
Pugeran 4 16Kumendaman 4 17Suryodiningratan 5 21Minggiran 4 22
Jumlahse- Kelurahan
Suryodniningratan4 17 70
3 Mantrijeron
Ngadinegaran 4 14Mangkuyudan 4 14Jogokariyan 4 18Mantrijeron 4 13Danunegaran 4 17
Jumlahse- Kelurahan Mantrijeron 5 20 75
Jumlahse- Kecamatan mantrijeron 12 55 231
9 Kraton
1 Patehan
Ngadisuryan 3 15Patehan 2 7Nagan 2 7Taman 3 15
Jumlahse- Kelurahan Patehan
4 10 44
2 Panembahan
Langenastran 3 9Gamelan 4 14Suryoputran 3 15Panembahan 4 18Mangunnegaran 4 22
Jumlahse- Kelurahan Panembahan 5 18 78
3 Kadipaten
Kadipaten Kidul 3 11Kadipaten Kulon 3 12Kadipaten Wetan 3 11Ngasem 6 19
Jumlahse- Kelurahan Kadipaten 4 15 53
Jumlahse- Kecamatan Kraton 13 43 175
10 Gondomanan
58
1 Ngupasan
Ngupasan 3 13Ketandan 3 9Ratmakan 3 9Kauman 4 18
Jumlahse- Kelurahan Ngupasan 4 13 49
2 PrawirodirjanYudonegaran 3 9Sayidan 3 9Prawirodirjan 12 43
Jumlahse- Kelurahan Prawirodirjan 3 18 61
Jumlahse- Kecamatan Gondomanan
7 31 110
11 Pakualaman
1 Purwokinanti
Jagalan Ledoksari 1 6Jagalan Beji 2 10Purwokinanti 3 15Kepatihan 4 16
Jumlahse- Kelurahan Purwokinanti 4 10 47
2 GunungketurGunungketur 6 26Margoyasan 2 6Kauman 1 4
Jumlahse- Kelurahan Gunungketur 3 9 36
Jumlahse- Kecamatan Pakualaman
7 19 83
12 Mergangsan
1 Keparakan
Dipowinatan 3 14Pujokusuman 3 12Keparakan Lor 4 21Keparakan Kidul 3 10
Jumlahse- Kelurahan Keparakan 4 13 58
2 Wirogunan
Bintaran 3 11Surokarsan 4 14Wirogunan 3 9Joyonegaran 3 9Mergangsan Lor 3 9Nyutran 5 15Mergangsan Kidul 3 9
Jumlahse- Kelurahan Wirogunan
7 24 76
3 Brontokusuman
TimuranBrontokusumanPrawirotamanKarangkajenKaranganyarLowanu
Jumlahse- Kelurahan Brontokusuman 6 23 84
Jumlahse- Kecamatan Mergangsan 17 60 218
13 Umbulharjo
1 SemakiSanggrahan 3 9Semaki Gede 3 17Semaki Kulon 3 9
Jumlahse- Kelurahan Semaki 3 10 34
2 MujamujuMiliran 3 16Balirejo 4 18Mujamuju 4 21
Jumlahse- Kelurahan Mujamuju 3 12 55
3 TahunanTahunan 3 14Celeban 6 27
59
Tempel Wirogunan 3 9Jumlah
se- Kelurahan Tahunan3 12 50
4 WarungbotoGlagah 5 23Tegalcatak 1 3Warungboto 3 12
Jumlahse- Kelurahan Warungboto
3 9 38
5 PandeyanPandeyan 12 32Gambiran 5 20
Jumlahse- Kelurahan Pandeyan
2 13 52
6 SorosutanSorosutan 10 39Nitikan 8 27
Jumlahse- Kelurahan Sorosutan 2 18 70
7 GiwanganGiwangan 4 13Ponggalan 6 19Mendungan 3 12
Jumlahse- Kelurahan Giwangan 3 13 44
Jumlahse- Kecamatan Umbulharjo 19 87 343
14 Kotagede
1 RejowinangunGedongkuning 5 19Rejowinangun 5 19Pilahan 3 12
Jumlahse- Kelurahan Kadipaten 3 13 50
2 PrengganTimalan 5 21Prenggan 7 30Tegalgendu 1 6
Jumlahse- Kelurahan Prenggan 3 13 57
3 Purbayan
Gedongan 3 9Basen 3 17Alun-alun 4 18Purbayan 4 13
Jumlahse- Kelurahan Purbayan 4 14 58
Jumlahse- Kecamatan Kotagede 10 40 165
Jumlahse- Kota Yogyakarta 170 616 2534
Tabel 1Daftar Nama Kampung beserta sebaran Kampung di RT, RW , Keluraha, Kecamatan dan di Kota
Yogyakarta berdasarkan Perwal Kota Yogyakarta Nomor 72 Tahun 2018
60
C. Gambaran Program Gerakan Kampung Panca Tertib
Gerakan Kampung Panca Tertib merupakan program dengan
aktivitas sosial yang dinamis dan berkelanjutan dilaksanakan oleh warga
masyarakat yang terhimpun dalam Forum Kampung Panca Tertib,
didampingi secara berkelanjutan oleh Fasilitator Gerakan Kampung Panca
Tertib yang bertujuan untuk mewujudkan Komitmen Panca Tertip yang
dimiliki oleh setiap Kampung Panca Tertib. Gerakan Kampung Panca Tertib
daerah kerja wilayahnya adalah wilayah Kampung. Berdasarkan Keputusan
Walikota Yogyakarta Nomor 72 Tahun 2018 tentang Pembentukan Pengurus
Kampung, di Kota Yogyakarta memiliki 170 kampung. Dari 170 kampung
dimaksud, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta sampai dengan Mei
tahun 2020, telah mencanangkan 81 kampung sebagai Kampung Panca
Tertib. Selanjutnya gambaran pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib
adalah sebagai berikut;
1. Potret Gerakan Kampung Panca Tertib
Gerakan Kampung Panca Tertib adalah sebuah aktivitas sosial
yang dinamis dan dilaksanakan secara berkelanjutan oleh segenap warga
kampung dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama untuk
menghadirkan ketertiban dan keteraturan sosial kampung. Cita-cita
bersama hadir oleh karena adanya “mimpi” bersama. Mimpi untuk
mewujudkan kepedulian warga yang senantiasa hadir disetiap sudut
kehidupan kampung. Mimpi untuk mewujudkan kebersamaan dan
61
kegotong-royongan yang senantiasa ada dan menjadi denyut nadi aktifitas
kehidupan warga kampung. Mimpi untuk mewujudkan kehidupan warga
kampung yang guyub rukun dalam jalinan nuansa hidup yang harmoni
dan penuh kebersamaan, meskipun Kota Yogyakarta menjadi Kota
metropolitan atau bahkan menjadi kota megapolitan sekalipun.
Mimpi segenap warga kampung tersebut kemudian disatukan
dalam sebuah tekad bulat dan diwujudkan kedalam sebuah Komitmen
yang selanjutnya disebut Komitmen Panca Tertib. Komitmen Panca
Tertib adalah nilai-nilai keteraturan dan ketertiban sosial kampung yang
telah disepakati dan merupakan hakekat janji bersama warga kampung
dan dilaksanakan bersama untuk diwujudkan dengan upaya membangun
kesadaran nilai kebersamaan yang pada akhirnya akan mengkondisikan
sebuah kampung yang senantiasa bergerak secara dinamis menuju
pencapaian-pencapaian.
Pencapaian dimaksud adalah hasil dari sebuah proses
membangun kesadaran dan membangun nilai-nilai keteraturan sosial oleh
segenap warga kampung, sehingga terwujud sebuah Kampung Panca
Tertib yakni kampung dengan jalinan hidup warga masyarakat yang
harmoni, guyub rukun dalam membangun kebersamaan segenap warga
kampung dan dengan sadar memberikan hak pemenuhan ruang daerah
milik jalan, jalan-jalan di kampung difungsikan sebagaimana mestinya.
Hak pejalan kaki diprioritaskan sebagai perwujudan Tertib Daerah Milik
Jalan.
62
Kampung dengan tatanan kehidupan dimana warganya setiap
melakukan aktivitas pembangunan di kampung senantiasa
mengedepankan ketaatan pada ketentuan aturan yang berlaku. Setiap
warga kampung memiliki kesadaran dan memastikan dirinya bahwa
setiap kegiatan merubah, menambah, mengurangi dan atau memperbaiki
serta membangun bangunan baru wajib memiliki Ijin mendirikan
bangunan-Bangunan. Kegiatan membangun tidak akan menabrak dan
atau bahkan mengganggu fungsi-fungsi kepentingan publik. Kesadaran
mempertahankan kelestarian fasilitas publik, sehingga fasilitas yang
dimanfaatkan oleh publik terjaga dengan baik. Kondisi demikian itu
mencerminkan kampung telah berhasil melakukan pencapaian Tertib
Bangunan.
Kampung dimana warganya menjalankan aktivitas usaha
dipastikan hanya menjual barang-barang yang diperbolehkan oleh sebuah
tatanan aturan. Kampung dimana warganya selalu saling menguatkan
sehingga setiap usaha yang dilakukan dipastikan tidak menimbulkan
gangguan baik gangguan kelestarian lingkungan terlebih gangguan
terhadap keamanan dan ketertiban kampung. Warga kampung yang saling
menguatkan sehingga para pelaku UMKM dapat memiliki perijinan dan
sertifikat yang selanjutnya berperan aktif dalam Program Gandeng-
Gendong Pemerintah Kota Yogyakarta. Kondisi demikian dapat terwujud
karena warga kampung yang senantiasa memiliki komitmen kuat
terhadap Tertib Usaha.
63
Kampung dengan tatanan lingkungan yang bersih, sejuk, sehat
dan indah. Karena seluruh Warga memiliki komitmen peduli terhadap
kelestarian lingkungan. Kampung yang ijo royo-royo, kepedulian yang
tinggi terhadap kebersihan kampung dari kekumuhan dan sampah.
Warganya selalu peduli terhadap sanitasi berbasis lingkungan berbasis
rumah tangga. Kampung nan asri, sejuk dan sehat, mencerminkan warga
kampung memiliki Komitmen yang tinggi terhadap Tertib Lingkungan.
Kampung dengan jalinan kehidupan sosial budaya yang selalu
menumbuhsuburkan empati dan kepedulian terhadap perkembangan dan
perubahan dinamika kampung, budaya ngaruhke dan tegur sapa berjalan
efektif. Setiap gejala sosial yang terjadi, warga kampung saling ngaruhke
dan saling menyapa. Perilaku-perilaku yang mengarah pada tindak
kriminal dan terjadinya penyakit masyarakat diantisipasi secara dini.
Warga guyub rukun, senantiasa membangun soliditas untuk
meningkatkan ketahanan sosial dan kekuatan sosial kampung.
Penyalahgunaan narkoba, minuman keras dan tindak kriminal yang dapat
menggannggu stabilitas kampung diatasi secara bersama-sama oleh
segenap warga kampung. Potret kampung demikian terwujud karena
adanya kebersamaan membangun nilai dalam menghadirkan Tertib
Sosial.
162
Gerakan Kampung Panca Tertib sebagai mitra strategis dalam
melaksanakan pembangunan berbasis kampung, mengingat keberadaan
pengurus kampung belum diperankan secara maksimal.
4. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta sebagai pengampu Gerakan
Kampung Panca Tertib, hendaknya segera menyusun konsep legal
drafting peraturan walikota Yogyakarta tentang Gerakan Sekolah Panca
Tertib dan Gerakan Panca Tertib berbasis komunitas, sebagai pedoman
teknis dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 15
Tahun 2018, khususnya pasal 22 terkait Pembinaan.
5. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta bersama instansi terkait
hendaknya segera melakukan revisi terhadap Peraturan Walikota
Yogyakarta Nomor 22 Tahun 2015 tentang Gerakan Kampung Panca
Tertib Kota Yogyakarta, untuk memasukan dan mengatur hal-hal yang
belum diatur dalam perwal tersebut, sebagai berikut;
a. Tahapan Pelaksanaan Gerakan Kampung Panca Tertib
b. Maskot/ logo Gerakan Kampung Panca Tertib
c. Lagu Panca Tertib
d. Tari Panca Tertib
e. Salam Panca Tertib
f. Asosiasi Forum Kampung Panca Tertib
g. Stempel/ cap Forum Kampung Panca Tertib
h. Evaluasi/penilaian Kampung Panca Tertib
i. Penyelenggaraan Generasi Panca Tertib Award (si Pantib Award)
163
6. Perguruan tinggi di Kota Yogyakarta hendaknya menjadikan Gerakan
Kampung Panca Tertib sebagai mitra berkelanjutan dalam pelaksanaan
program pengabdian masyarakat, antara lain sebagai laboratorium
pemberdayaan masyarakat, kerjasama dalam penelitian, program Kuliah
Kerja Nyata (KKN) dan sejenisnya.
W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA
NOMOR 22 TAHUN 2015
TENTANG
GERAKAN KAMPUNG PANCA TERTIB
KOTA YOGYAKARTA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA YOGYAKARTA,
Menimbang : a.
b.
c.
d.
bahwa untuk mewujudkan kota Yogyakarta yang Bersih Sehat Indah dan Nyaman perlu menciptakan masyarakat yang tentram dan tertib;
bahwa penegakan Peraturan Daerah dengan pola operasional yang selama ini dilakukan, belum cukup mampu mengatasi seluruh persoalan ketentraman dan ketertiban yang ada; bahwa untuk mengatasi persoalan tersebut diatas, diperlukan metode untuk menumbuhkan peran serta masyarakat dalam upaya penanganan ketertiban berbasis kampung, melalui sebuah Gerakan Kampung Panca Tertib; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c di atas, maka perlu menetapkan Peraturan Walikota Yogyakarta tentang Gerakan Kampung PancaTertib.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 24);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587 ), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5094);
4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2010 tentang ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat dalam rangka penegakan Hak Asasi Manusia;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Masyarakat;
6. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1992 tentang Yogyakarta Berhati Nyaman(Lembaran Daerah Tahun 1992 Nomor 37, Seri D);
7.
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 12 tahun 2002 tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK), Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW);
8. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Tugas Pokok, Kecamatan dan Kelurahan;
9. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah;
10.
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Ketugasan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)(Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2008 Nomor 45 Seri D);
11.
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 88 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tatakerja Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta;
12 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 53 Tahun 2011 tentang Gerakan Segoro Amarto Kota Yogyakarta (Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2011 No. 53);
13 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 47 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 88 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tatakerja Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta(Berita Daerah Nomor 99 Seri D);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA TENTANG GERAKAN KAMPUNG PANCA TERTIB KOTA YOGYAKARTA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) adalah lembaga sosial
masyarakat yang independen sebagai wadah partisipasi masyarakat oleh dari dan
untuk serta dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Kelurahan dalam
menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat di bidang
Pembangunan.
2. Kampung adalah kesatuan wilayah yang terbentuk dari ikatan sosial, yang diberi
nama sesuai keinginan masyarakat atau adat yang sudah ada sebelumnya.
3. Panca Tertib adalah kondisi ketertiban yang meliputi Tertib Daerah Milik Jalan
(Damija), Tertib Bangunan, Tertib Usaha, Tertib Lingkungan dan Tertib Sosial;
4. Kampung Panca Tertib adalah Kampung yang mempunyai komitmen mewujudkan
Gerakan Kampung Panca Tertib (Rampung Panertib);
5. Gerakan Kampung Panca Tertib selanjutnya disingkat dengan Rampung Panertib
adalah suatu aktivitas sosial berbasis kampung yang dilakukan secara dinamis dan
terus menerus oleh masyarakat melalui Forum Kampung Panca Tertib dengan
didukung Pelopor Ketertiban dan Duta Ketertiban untuk mewujudkan komitmen
Panca Tertib.
6. Forum Kampung Panca Tertib merupakan media pertemuan tokoh masyarakat di
lingkungan kampung yang terdiri dari pengurus RT, RW, PKK, Karang Taruna,
Pelopor Ketertiban, Perlindungan Masyarakat (Linmas) dan unsur lainnya, yang
berfungsi sebagai sarana bermusyawarah, penyebaran informasi dan penanaman
nilai-nilai keteraturan sehingga terwujud Panca Tertib;
7. Pelopor Ketertiban selanjutnya disingkat dengan Pekerti adalah relawan yang telah
dilatih dan dibekali untuk menjadi penggerak utama dalam Gerakan Kampung
Panca Tertib (Rampung Panertib).
8. Duta Ketertiban adalah petugas yang ditunjuk oleh Dinas Ketertiban Kota
Yogyakarta sebagai perwakilan di wilayah dalam penerapan Gerakan Kampung
Panca Tertib (Rampung Panertib);
9. Daerah adalah Kota Yogyakarta;
10. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah ;
11. Walikota adalah Walikota Yogyakarta;
12. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta;
13. Dinas adalah Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta;
14. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah;
15. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah dalam wilayah
Kecamatan;
16. Camat adalah Kepala kecamatan di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta;
17. Lurah adalah Kepala Kelurahan di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Pasal 2
Maksud dari Peraturan Walikota ini sebagai pedoman dalam rangka mewujudkan
Rampung Panertib di Kota Yogyakarta.
Pasal 3
Tujuan dari Peraturan Walikota ini untuk memberdayakan masyarakat yang dapat
merubah pola sikap dan pola perilaku untuk selalu hidup teratur melalui sebuah
Rampung Panertib sehingga menumbuhkan rasa tenteram di lingkungan masyarakat.
Pasal 4
Ruang Lingkup Peraturan Walikota ini meliputi :
a. Panca Tertib; dan
b. Nilai, prinsip, pelaksanaan Rampung Panertib.
BAB II PANCA TERTIB
Pasal 5
Panca tertib terdiri dari :
a. Tertib Daerah Milik Jalan adalah pemanfaatan daerah milik jalan sesuai dengan fungsinya dan atau telah mendapatkan ijin, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Tertib Usaha adalah semua kegiatan usaha telah memiliki ijin dan memenuhi kewajiban usaha serta tidak menjual/menyediakan barang dan/atau jasa yang dilarang, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Tertib Bangunan adalah kegiatan membangun, mengubah, memperluas, mengurangi dan merawat bangunan gedung yang memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. Tertib Lingkungan adalah kondisi lingkungan yang bersih, sehat, indah dan nyaman, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Tertib Sosial adalah tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis dan bebas dari penyakit masyarakat.
BAB III NILAI DAN PRINSIP RAMPUNG PANERTIB
Pasal 6
Nilai-nilai Rampung Panertib yang dikembangkan adalah jiwa yang dibangun dalam
gerakan Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyokarto (Segoro Amarto).
Pasal 7
Prinsip-prinsip Rampung Panertib adalah :
a. Koordinasi, kesatuan, keselarasan dan penyederhanaan;
b. Musyawarah dan mufakat;
c. Partisipasi masyarakat;
d. Berkelanjutan.
BAB IV
PELAKSANAAN
Bagian Pertama
Forum Kampung Panca Tertib
Pasal 8
(1) Forum Kampung Panca Tertib yang selanjutnya disingkat FKPT dibentuk atau menggunakan forum yang sudah ada di setiap Kampung.
(2) FKPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diketahui oleh Lurah.
(3) Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran peraturan ini.
(4) Anggota FKPT terdiri dari unsur pengurus RT/RW, kader PKK, Karang Taruna, Pelopor Ketertiban, Perlindungan Masyarakat (Linmas) dan unsur masyarakat lainnya.
(5) Tugas FKPT adalah :
a. Mengidentikasi permasalahan ketentraman dan ketertiban;
b. Mewujudkan komitmen Panca Tertib;
c. Memfasilitasi dan atau membuat kesepakatan penyelesaian permasalahan Panca Tertib;
d. Membuat laporan kegiatan kepada Lurah.
Bagian Kedua
Komitmen Panca Tertib
Pasal 9
Komitmen Panca Tertib dilandasi gerakan Segoro Amarto untuk mewujudkan Panca Tertib dengan mempertimbangkan kearifan lokal.
Bagian Ketiga
Pekerti
Pasal 10
(1) Pekerti ditetapkan oleh Kepala Dinas.
(2) Tugas Pekerti adalah :
a. Menjadi penggerak utama dalam menanamkan nilai-nilai keteraturan yang tertuang dalam komitmen panca tertib;
b. Mensosialisasikan dan Mempromosikan Rampung Panertib;
c. Mengajak masyarakat untuk mewujudkan Kampung Panca Tertib;
d. Melakukan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan Panca Tertib;
e. Menjalankan tugas kesekretariatan Forum Kampung Panca Tertib;
f. Melaporkan hasil kegiatan kepada Duta Ketertiban .
Bagian Keempat
Duta Ketertiban
Pasal 11
(1) Duta Ketertiban ditugaskan oleh Kepala Dinas.
(2) Tugas Duta ketertiban adalah :
a. Melakukan observasi lapangan;
b. Melakukan pendampingan kepada FKPT dan Pekerti;
c. Memberikan pelayanan informasi Panca Tertib;
d. Monitoring dan evaluasi perkembangan Rampung Panertib;
e. Melaporkan hasil kegiatan kepada Dinas Ketertiban.
Bagian Kelima
Pemangku Kepentingan
Pasal 12
(1) Pelaksanaan Rampung Panertib melibatkan Pemangku Kepentingan :
a. Dinas;
b. SKPD terkait;
c. Lurah;
d. Kelembagaan Masyarakat.
(2) Pemangku Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d terdiri dari :
a. LPMK;
b. RT/RW;
c. PKK;
d. Karang Taruna;
e. Perlindungan Masyarakat (Linmas);
f. Unsur kelembagaan masyarakat lainnya yang ada di wilayah.
Bagian Keenam
Peran Pemangku Kepentingan
Pasal 13
(1) Peran Dinas Ketertiban :
a. Sebagai koordinator Rampung Panertib;
b. Melaksanakan perencanaan, konsolidasi, fasilitasi, evaluasi serta monitoring Rampung Panertib; dan
c. Menyusun pedoman bagi Pekerti serta Duta Ketertiban.
(2) Peran SKPD terkait :
a. Turut serta merencanakan, mengkonsolidasikan, memfasilitasi Rampung
Panertib;
b. Mengintegrasikan potensi dan aspirasi Rampung Panertib kedalam usulan
rencana, program serta kegiatan; dan
c. Memberikan pelayanan informasi sesuai fungsinya dalam rangka optimalisasi
Rampung Panertib.
(3) Peran Lurah sebagai berikut:
a. Mendorong dan memotivasi pelaksanaan Rampung Panertib; dan
b. Memfasilitasi pelaksanaan Rampung Panertib.
(4) Peran LPMK, sebagai berikut :
a. Membantu mensukseskan pelaksanaan Rampung Panertib;
b. Menggerakan unsur-unsur Rampung Panertib;
c. Mengusulkan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung Rampung Panertib dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
(5) Peran Kelembagaan Masyarakat sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (2) huruf b,c,d,e, dan f sebagai berikut :
a. Menjadi penggerak bagi proses komunikasi masyarakat dalam pelaksanaan Komitmen Panca Tertib;
b. Menjadi pelaksana berbagai kegiatan yang telah menjadi kesepakatan penyelesaian permasalahan Panca Tertib.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Walikota ini dengan penempatannya ke dalam Berita Daerah Kota Yogyakarta.
Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 22 Mei 2015
Diundangkan di Yogyakarta pada tanggal 22 Mei 2015
BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015 NOMOR 22
WALIKOTA YOGYAKARTA
ttd
HARYADI SUYUTI
SEKRETARIS DAERAH KOTA YOGYAKARTA,
ttd
TITIK SULASTRI
LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN KAMPUNG PANCA TERTIB KOTA YOGYAKARTA
DATA KAMPUNG DI KOTA YOGYAKARTA
NO KECAMATAN KELURAHAN NAMA KAMPUNG
1 Tegalrejo
Karangwaru
Karangwaru
Blunyahrejo
Petinggen
Bangirejo
Karangwaru Kidul
Kricak
Jatimulyo
Kricak Kidul
Bangunrejo
Bener
Bener
Sidomulyo
Tegalrejo
Tompeyan
Tegalrejo
Demakan Lama
Demakan Baru
Sudagaran
2 Jetis Bumijo
Pingit
Bumijo
Badran
Cokrodiningratan
Cokrokusuman
Cokrodiningratan
Jetisharjo
Gowongan
Penumping
Gowongan
Jogoyudan
3 Gondokusuman Kotabaru Kotabaru
Baciro
Danukusuman
Mangkukusuman
Pengok Kidul
Baciro
Gendeng
Baciro Sanggrahan
Demangan
Sapen
Demangan
Pengok
Terban
Terban
Reksonegaran
Sagan
Purbonegaran
Klitren
Klitren lor
Iromejan
Kepuh
Balapan Ksatrian Polri Balapan BalapanKemakmuran
NO KECAMATAN KELURAHAN NAMA KAMPUNG
4 Danurejan
Tegalpanggung
Ledok Tukangan
Tukangan
Tegalkemuning
Juminahan
Tegal panggung
Bausasran
Tegal Lempuyangan
Lempuyangan
Macanan
Ronodigdayan
Bausasran
Suryatmajan
Ledok Macanan
Gemblakan Atas
Sosrokusuman
Gemblakan Bawah
Suryatmajan
Cokrodirjan
5 Gedongtengen
Pringgokusuman
Jlagran
Pringgokusuman
Gandekan Lor
Kemetiran lor
Kemetiran Kidul
Sutodirjan
Notoyudan
Sosromenduran
Sitisewu
Sosrowijayan Wetan
Sosrowijayan Kulon
Sosrodipuran
Sosromenduran
Pajeksan
Jogonegaran
6 Ngampilan
Notoprajan
Serangan
Gendingan
Tejokusuman
Notoprajan
Suronatan
Ngampilan
Ngampilan
Patuk
Purwodiningratan
Ngadiwinatan
NO KECAMATAN KELURAHAN NAMA KAMPUNG
7 Wirobrajan
Pakuncen
Singojayan
Tegalmulyo
Ngadimulyo
Kuncen
Kleben
Gampingan
Kuncen Tegalsari
Patangpuluhan
Patangpuluhan
Bugisan
Sindurejan
Wirobrajan
Singosaren kidul
Ketanggungan
Wirobrajan
8 Mantrijeron
Mantrijeron
Ngadinegaran
Mangkuyudan
Jageran
Jogokaryan
Mantrijeron
Danugeran
Suryodiningratan
Pugeran
Kumendaman
Suryodiningratan
Minggiran
Gedongkiwo
Suryowijayan
Gedongkiwo
Dukuh
9 Kraton
Panembahan
Langenastran
Gamelan
Suryoputran
Panembahan
Mangunnegaran
Patehan
Ngadisuryan
Patehan
Nagan
Taman
Kadipaten
Kadipaten Kidul
Kadipaten Kulon
Kadipaten Wetan
Ngasem
10 Gondomanan
Prawirodirjan
Yudonegaran
Sayidan
Prawirodirjan
Ngupasan
Ngupasan
Ketandan
Ratmakan
Kauman
NO KECAMATAN KELURAHAN NAMA KAMPUNG
11 Pakualaman Gunung Ketur
Gunungketur
Margoyasan
Kauman
Purwokinanti
Jagalan Ledoksari
Jagalan Beji
Purwokinanti
Kepatihan
12 Mergangsan
Wirogunan
Bintaran
Surokarsan
Wirogunan
Mergangsan Lor
Nyutran
Joyonegaran
Mergangsan Kidul
Brontokusuman
Timuran
Brontokusuman
Prawirotaman
Karangkajen
Lowanu
Karanganyar
Keparakan
Dipowinatan
Pujokusuman
Keparan Lor
Keparakan Kidul
13 Kotagede
Rejowinangun
Gedongkuning
Karangsari
Rejowinangun
Joyowilagan
Peleman
Pilahan
Nyangkringan
Purbayan
Gedongan
Basen
Paseko
Bumen
Alun-alun
Dalem
Selokraman
Purbayan
Bonaren
Pandehan Dolahan
NO KECAMATAN KELURAHAN NAMA KAMPUNG
Kotagede Prenggan Depokan
Winong
Tinalan
Sambirejo
Prenggan
Prenggan Selatan
Darakan Timur
Patalan
Pekaten
Trunojayan
Tegalgendu
Tinalan Timur
Darakan Barat
14 Umbulharjo Mujamuju
Balerejo
Miliran
Mujamuju
Balerejo Sidobali
Tahunan
Tahunan
Celeban
Tuntungan
Tempel Wirogunan
Giwangan
Giwangan
Ponggalan
Mrican
Sanggrahan
Mendungan
Ngagglek
Malangan
Pandeyan
Pakel
Golo
Pandeyan
Kebrokan
Kalangan
Sidikan
Gambiran
Sorosutan
Sorosutan
Nitikan
Ngelak
Pakelrejo
Tungkak Sorosutan
Dagaran
Jetis
Sorogenen
Wirosaban
Nalen
Mulyorejo
Wirosaban Barat