Post on 07-Jan-2023
PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR PADA MOVING CLASS DI SMP IT DARUL
ABIDIN – DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Ismail
(109018200047)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ABSTRAK
Ismail, “ Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP IT Darul
Abidin – Depok”. Skripsi Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Penelitian ini mendeskripsikan pengelolaan sumber belajar pada moving
class dan manfaat sumber belajar dalam mendukung kegiatan pembelajaran.. Pada
model Moving class mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung
kegiatan belajar megajar, tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode
dan tentunnya lingkungan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan
belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna. Teknik pengumpulan
data yang peneliti gunakan ialah metode triangulasi. Adapun metode yang penliti
gunakan pada penelitian ini ialah, wawancara, studi dokumen dan observasi. Dari
ketiga metode tersebut peneliti melakukan komparasi dengan menggunakan
trianggulasi. Teknik ini bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Hasil dari penelitian mengenai pengelolaan media dan sumber belajar di
SMP IT Darul abidin sudah terlaksana secara baik. Hal ini dibuktikan dengan
perencanaan media yang dikelola dengan baik, penempatan media pada posisi
yang tepat, pengunaan media dengan memanfaatkan semua yang ada
dilingkungan sekolah, dan pengelolaan ruangan belajar yang bercirikan karakter
mata pelajaran sehingga kelas tersebut bisa mencerminkan mata pelajaran sesuai
dengan konsep moving class.
Kata kunci : Moving class, Sumber belajar
Abstrac
Ismail, “Management of Learning Resources On Moving Class In SMP Darul
Abidin- Depok.” Thesis Program studies Management Education Faculty of
Education and Science Teaching UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research describes the management of learning resources on moving
class and the benefits of learning resources to support learning activities. On Moving
class absolutely needs all the components that support learning activities, not only
teachers, but also the media, materials, tools, methods and environment.
In this study the authors used qualitative research methods. The general
reason to use qualitative methods because the problem is not clear holistic, complex,
and dynamic. In this research, data collection techniques that researchers use a
method of triangulation. Triangulation is defined as a technique combines various
techniques of data collection and data sources that already exist.
Results of research on media and learning resources management in IT SMP
Darul abidin already performing well. This is evidenced by a media planning
managed properly, media placement in the right position, use of media by utilizing all
existing school environment and management of learning spaces that characterized
the character of subjects. However, there are still some shortcomings in its
management, both in the management of media and design classes.
Key word : Moving class, learning resources
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
Rahmat, Hidayah serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving class”. Terwujudnya skripsi ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik
tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karna itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd Ketua Jurusan Managemen Pendidikan
3. Bapak Dr. Mu‟arif SAM, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing skripsi, atas segenap
waktu, inspirasi, arahan dan bimbingannya kepada penulis hingga akhir penulisan
skripsi ini.
4. Nurdelima Waruwu, M.Pd Sebagai Dosen Pembimbing Akademik.
5. Segenap dosen-dosen Manajemen Pendidikan yang selalu memberikan ilmu-
ilmunya sehingga penulis bisa menyelasaikan penulisan skripsi ini.
6. Ayah (Muhammad Nashir) dan Ibu(Maryuni) kedua orang tua tersayang, yang
selalu mendoakan, mendidik, mengarahkan, menasehati, sabar dan memberikan
kasih sayangnya serta dorongan moral maupun materil kepada penulis. Skripsi ini
khusus penulis persembahkan untuk kedua orang tuaku sebagai ungkapan bakti
dan cinta.
7. Keempat saudara yang luar biasa yang selalu sabar memberikan dukungan
sepenuh hati bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, Teta Muslina
Yeni, Abang Muslim Zen, Abang Dedi dan Uni Surya.
8. Kelima keponakan tersayang, Qotrunnada Jinan Athira, Naufa Lin fikria, Hasan,
Najmi dan Umeir.
9. Terima kasih sebesar – besarnya penulis ucapkan kepada segenap guru dan staff
Yayasan Darul Abidin – Depok yang telah bersedia menjadi objek penlitian dalam
penulisan skripsi ini khususnya kepada Bapak Hari selaku kepala staff HRD
Darul Abidin, Ibu Fitri widianingsih selaku kepala sekolah SMP Darul Abidin,
bpk. Dasep, Bpk. Ammar, Ibu Siti daniar, dan Ibu Vevi.
10. Sahabat – sahabat terbaik, Ahmad Amirudin Mukhlas, Andri priyatna, Ahmad
rifqi, Bayu widia prakoso, indipala mayosa, Eri Chandra, Wisnu Purbaya, Rizqi
Ramadhan, Rusyda, Rizki, Renal, Ari, Locoporta agung, Primasatya bangkit,
cengir marabunta, mulet, Ozan, Pak arif dan kang omen.
11. Keluarga besar Mas Ahmad Mukhtarul Huda, M.H yang telah banyak memberikan
dukungan selama penulisan skripsi ini.
12. Keluarga besar Bapak. Opan sopandi yang terus mendukung penulis.
13. Rekan-rekan Jurusan manajemen pendidikan, Aan, Azizatul fauziah, Muhammad
irfa‟I muslim, Rizqi Ramadhan, Rizam Nuruzzaman, Mitsni khoiri, Siti
shofwatunnida, welvy, Nita Yuliana, Aria zakara, Devi rusmaningtiyas, M.
gunawan, Mahmud hidayat, Muhammad taufik, Ardi gunawan, yanwar firan
salam, Harianto, Muhammad zaki, Ruslan, lia alfiani, fika hikayah, siti zulaiha,
indah, subkhi, muhmmad labib, ardi gunawan dan semua rekan – rekan Jurusan
Manajemen yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
14. Teman satu almamater Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Ahmad Ammirudin
mukhlas, Ahmad rijal, Hanif Ahmad, Jundi, Nurmansyah, Resnu, Wawan, Syarif,
Abdul Romdona, Andri priyatna, Filly Nugraha, sultonika, iqbal tawakal, Fikri
Abdullah, Roy septian dan semua teman – teman satu pesantern yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang terus menerus memberikan dorongan dan
motivasi bagi penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
15. Rekan – rekan guru dan staff Rumah belajar Berkemas, Ibu Yayah komariah,
Bpk. Budiono, Bpk. Joko, Bpk. Galih, Bpk. Wawan, ike listiani, ulfah hasanah,
Lia, Husnul, wulan dan semua rekan guru yang selalu memebreikan motivasi bagi
penulis.
16. Murid – murid SMP Berkemas yang terus menjadi inspirasi bagi penulis.
17. Murid – murid Pertamina Soccer School.
18. Murid – murid SMK Kharismawita Jurusan Pemasaran.
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini, mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karna itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan,
demi perbaikan kedepanya. Amin YaaRabbal„ Alamin.
Jakarta, 22 Juli 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi masalah ............................................................................... 10
C. Batasan masalah ................................................................................... 11
D. Rumusan masalah ................................................................................. 11
E. Tujuan penelitian ................................................................................... 11
F. Kegunaan penlitian ................................................................................ 12
Bab II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 13
A. Moving class .......................................................................................... 13
1. Pengertian moving class .................................................................. 14
2. Perbedaan moving class dan kelas menetap .................................... 15
3. Tujuan pelaksanaan moving class ................................................... 18
4. Kelebihan dan kekurangan moving class ........................................ 20
B. Sumber belajar moving class ................................................................. 24
1. Pengertian sumber belajar ............................................................... 24
2. Jenis – jenis sumber belajar ............................................................. 26
3. Tujuan dan fungsi sumber belajar .................................................. 29
4. Pemilihan sumber belajar ................................................................ 32
5. Pengelolaan sumber belajar moving class ....................................... 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 43
A. Tempat dan waktu penelitian................................................................. 43
B. Metodologi penelitian dan desain .......................................................... 43
C. Teknik dan instrumen pengumpulan data.............................................. 44
D. Teknik analisa data ................................................................................ 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 50
A.Gambaran umum SMP Darul Abidin ...................................................... 50
1.Sejarah singkat SMP Darul Abidin ................................................. 50
2. Visi, misi dan tujuan SMP Darul Abidin ....................................... 51
3.Data siswa ....................................................................................... 53
4.Data guru dan pegawai ................................................................... 54
5.Sarana dan prasarana ...................................................................... 55
B. Analisa data dan interpretasi data .......................................................... 56
1.Hasil penelitian .................................................................................... 56
A. Perencanaan media dan sumber belajar ............................................. 57
B. Penempatan media dan sumber belajar .............................................. 59
C. Penggunaan media dan sumber belajar .............................................. 61
D. Pemanfaatan media dan sumber belajar ............................................ 64
E. Perawatan media dan sumber belajar ................................................. 67
F. Pengelolaan ruang belajar .................................................................. 68
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 72
A. Kesimpulan ........................................................................................ 72
B. Saran ................................................................................................. 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 penempatan media majalah dinding di depan ruangan. ........... 60
Gambar 4.2 penggunaan media menggunakan barang bekas ..................... 62
Gambar 4.3 penggunaan media menggunakan barang bekas ..................... 62
Gambar 4.4 hasil karya siswa di ruang matematika .................................... 65
Gambar 4.5 hasil karya diruang IPA ............................................................ 65
Gambar 4.6 mading dan hasil karya siswa di ruang matematika …......... 66
Gambar 4.7 lemari tempat penyimpanan media .......................................... 68
Gambar 4.8 lemari yang tersedia dalam ruangan ........................................ 68
Gambar 4.9 desain kelas IPA ...................................................................... 69
Gambar 4.10 desain kelas PAI ....................................................................... 70
Gambar 4.11 desain kelas matematika ........................................................... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen
pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,
metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan
rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar
dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan,
mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok
yang produktif.
Pada saat ini banyak sekolah dan guru belum menyadari akan pentingnya
pengelolaan kelas. Baik itu dari sarana maupun pengadaan media. Media yang
tersedia hanyalah papan tulis, meja guru dan meja siswa. Tak ada alat peraga yang
tersedia di kelas ataupun media yang mendukung kegiatan pembelajaran dan
menunjang rasa ingin tahu siswa. Tak jauh berbeda dengan desain kelas pada
kelas konvensional lainnya. Suasana kelas yang seperti ini seringkali membuat
siswa jenuh.
Idealnya untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, hendaknya guru
maupun pihak sekolah dapat menciptakan sumber belajar. Pengadaan sumber
belajar sendiri diharapkan dapat menjadi faktor penunjang dalam pengelolaan
kelas yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Berbeda mata
pelajarannya,maka sumber belajar yang digunakan pasti akan berbeda, hal ini
dikarenakan untuk mencapai tujuan dari standar kompetensi yang ingin dicapai
2
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu Moving class sebagai
model pembelajaran yang kelasnya yang bercirikan kepada mata pelajaran.
Moving class diharapkan dapat menjadi jawaban akan permasalahan dalam
pengelolaan kelas.
Menurut herbert simon (dick dan carey, 2006) mengartikan bahwa desain
atau model pembelajaran sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan dari sebuah
desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam pemecahan masalah dengan
memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.1 Dengan demikian, suatu model
atau desain muncul karena kebutuhan akan memecahkan suatu masalah.
Dari pendapat Herbert simon dapat kita ambil simpulkan bahwa tujuan
dari desain atau model pembelajaran ialah untuk mendapatkan solusi terbaik dari
suatu masalah. Moving class sendiri diharapkan bisa menjadi jawaban akan
masalah yang terjadi pada pengelolaan kelas dan sumber belajar. Tetapi Moving
Class tentunya bukan tidak memiliki kekurangan. Pasti ada kekurangan dalam
pelaksanaan pada model ini.Diantara beberapa kekurangan yang terdapat pada
Moving class ialah pada pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar.
Kompleksnya masalah pada pengelolaan sumber belajar tidak terbatas hanya pada
konteks yang penulis sebutkan, tetapi masih banyak kekurangan yang lain.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi pada Lampiran Bab III Mengenai Beban Belajar
menyebutkan bahwa ”Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau
sistem kredit semester”.2Pada sistem kredit semester (SKS) diperlukan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik lebih aktif seperti sistem
belajar kelas bergerak (moving class).
1 Wina sanjaya, perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama,
Jakarta:Kencana prenada media grup. Hal 65 2Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, no. 22 tahun 2006, tentang
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
3
Model pembelajaran moving class lebih menekankan kepada siswa pada
proses pembelajaran aktif (active learning). Artinya pada tatanan ini kita
dapatmengambil kesimpulan bahwa tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga
menyiapkan sumber belajar yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya..
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang mencirikan kelas
berkarakter mata pelajaran, dengan demikian peserta didik akan berpindah tempat
sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah ditentukan. Konsep moving class
mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan
lingkungan yang dinamis sesuai dengan yang dipelajarinya.Sekalipun sistem
moving class lebih sesuai pada SKS namun tidak menutup kemungkinan
dilaksanakn pada sistem paket.
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa
yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class mengacu pada
pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang
dinamis sesuai dengan pelajaran yang dipelajarinya. Dengan moving class, pada
saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju
ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang
mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat
menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu. Keunggulan sistem ini adalah para
siswa lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima
pelajaran. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata pelajaran
tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran. Dengan
demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan moving
class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan
bidang studi yang dipelajarinya.
Sistem belajar moving class mempunyai banyak kelebihan baik bagi
peserta didik maupun Guru. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi
pelajaran, suasana kelas menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru
lebih intensif. Bagi guru mempermudah dalam berinovasi dan berkreasi dalam
4
proses pembelajaran tertutama dalam mendesain ruangan dan menyediakan sarana
prasaran yang mendukung pembelajaran sendiri tentunya.
Dalam pelaksanaan moving class tentunya dibutuhkan banyak ruangan.
Hal ini disebabkan karena moving class merupakan sistem pembelajaran yang
setiap ruangannya mempunyai ciri kepada setiap mata pelajaran. Maka dari itu
dibutuhkan banyak ruang ,ketersediaan alat peraga dan media guna mendukung
kegiatan belajar mengajar. Ketersediaan jumlah ruangan rasanya menjadi
permasalahan yang sangat krusial.Karena masih ada sekolah yang dalam
pelaksanaan moving class, para siswa harus antri dan menunggu giliran pada saat
pemakaian ruangan terentu.
Keterampilan guru dalam penyiapan kelas dan ruangan yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diampunya tentu harus mendapat perhatian.Jika
seorang guru bisa menciptakan konsep ruangan yang sesuai dengan mata
pelajaran tentu akan menjadi nilai tambahan pada moving class. Tetapi bagaimana
jika guru tidak dapat kreatif dalam penataan ruangnya dan tak bisa memanfaatkan
semua media untuk menjadi sumber belajar, tentu konsep moving class tidak akan
terasa perbedaannya dengan konsep belajar pada umumnya. Realita yang terjadi
dilapangan banyak guru ataupun sekolah yang belum memahami konsep moving
class. Mereka menerapkan hanya sebisanya dan hal tersebut tidak sejalan dengan
konsep pembelajaran Active learning.
Keinginan guru dalam mengelola kelas sering terbentur oleh kebijakan
manajemen sekolah. Karena manajemen sekolah mempunyai peranan penting
dalam setiap kegiatan yang berlangsung di sekolah tersebut, terutama mengenai
rancangan proses pembelajaran. Kebijakan tersebut meliputi pengadaan sarana
dan prasarana, pengadaan media, alat peraga dan juga melengkapi koleksi pustaka
yang ada. Pengadaan sarana dianggap begitu penting dalam mendukung kegiatan
belajar mengajar.
5
Model moving class tentunya membutuhkan biaya yang besar dalam
pengelolaannya.karena moving class ialah kelas yang bercirikan mata pelajaran.
Maka dari itu dibutuhkan biaya yang besar dalam pengelolaan.biaya yang besar
dibutuhkan sebagai contoh dalam pengadaan sarana dan prasarana. Baik itu
ketersediaan ruang kelas, kelengkapan media, pengadaan alat peraga.
Selain pembiayaan yang besar pada moving class juga dibutuhkan alokasi
waktu dalam proses perpindahan kelas yang dilakukan oleh siswa. Guru
membutuhkan waktu untuk penyiapan kelas kembali untuk menyiapkan proses
pembelajaran, sedangkan murid butuh waktu untuk menyiapkan diri mereka
dalam menerima proses pembelajaran selanjutnya. Setidaknya butuh waktu 5
menit sampai 10 menit bagi siswa dan guru pada proses perpindahan kelas ini.
Akibatnya banyak waktu yang terbuang. Misalnya saja waktu yang 5 menit bisa
digunakan guru untuk mengulang materi yang telah disampaikan, tetapi pada
model moving class, tentu hal ini tak bisa dilaksanakan. Karena proses
perpindahan ini juga terkadang banyak memakan waktu pada proses
perpindahannya.
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu
(AECT : 1977).
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: Sumber
belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang
secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem
instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.
6
Pentingnya pengelolaan sumber belajar karena sebagai bagian dari unsur
kurikulum. Pengelolaan yang baik pada sumber belajar akan menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif. Pengelolaan sumber belajar yang tepat guna
akan menjadikan pembelajaran yang disajikan lebih menarik untuk siswa dan juga
menjadikan guru akan lebih kreatif dalam pengadaan sumber belajar. Fungsi lain
yang tak kalah pentingnya dalam pengelolaan sumber belajar ialah, mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik.
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah pada proses pembelajaran. Memberikan
dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara perancangan program
pembelajaran yang lebih sistematis; dan pengembangan bahan pengajaran yang
dilandasi oleh penelitian.Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan
meningkatkan kemampuan sumber belajar penyajian informasi dan bahan secara
lebih kongkrit.
Masalah pada pengelolaan sumber belajar ialah kurangnya perhatian akan
semua hal yang bisa mendukung kegiatan proses pembelajaran itu sendiri. Bisa
disimpulkan bahwa proses pembelajaran hanya tergantung kepada satu sumber
belajar yaitu guru sebagai objek tunggal. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang
telah dijabarkan sebelumnya, bahwa semua hal yang mendukung kegiatan proses
pembelajaran baik itu berupa alat, media, data dan orang merupakan sumber
belajar. Fakta pada sebenarnya yang terjadi dilapangan bahwa hanya ada satu
objek tunggal. Pada permasalahan ini sekolah hanya menerapkan gaya
pembelajaran yang konvensional tanpa memanfaatkan segala sumber untuk
belajar yang tersedia.
Setidaknya ada enam komponen yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajar yaitu, pesan (message), orang (man), bahan (material), alat (device),
metode dan lingkungan. Jika enam komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara
maksimal dan optimal maka akan tercipta iklim yang kondusif dalam proses
pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi objek tunggal, tetapi cukup sebagai
fasilitator yang mengarahkan siswa kepada sumber yang diprelukan untuk
7
mendukung kegiatan belajar. Sumber belajar dan kegiatan belajar mengajar tidak
hanya terbatas pada kelas saja, tetapi semua yang dapat mendukung proses
pembelajaran sendiri. Maka dari itu dalam iklim belajar yang berbasis pada pola
pembelajaranActive learning, pengelolaan sumber belajar sangat dibutuhkan.
Active learning sendiri ialah proses pembelajaran yang bercirikan proses
pembelajaran yang aktif dimana tugas guru sebagai fasilitator yang mendampingi
kegiatan belajar siswa. Dan konsep active learning sejalan dengan Moving class.
Pentingnya pengelolaan sumber belajar yang baik dalam rangka
mendukung kegiatan pembelajaran yang kondusif. Pada model Moving class
mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung kegiatan belajar megajar,
tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode dan tentunnya
lingkungan. Pengelolaan sumber belajar erat hubungannya dengan berbagai aspek
yang terdapat pada sumber belajar itu sendiri. Dan aspek pengelolaan kelas
sebagai bagian dan unsur penting dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar yang baik ialah adanya interaksi antara guru
dan murid. Guru dapat menghidupkan suasana kelas, guru bisa menerangkan
pelajarannya dan sang murid bisa mengerti palajaran yang disampaikan sehingga
terciptalah suasana belajar yang kondusif. Maka dari itu dengan adanya model
moving class yang mana setiap guru mempunyai kelas yang sesuai dengan mata
pelajarannya. Sehingga diharapkan guru dapat mengelola kelas yang mempunyai
ciri sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Salah satu lembaga pendidikan yang menggunakan model moving class
dalam pembelajarannya adalah SMP Islam Terpadu Darul Abidin – Depok.
Sekolah ini sudah menerapkan model moving class sejak tahun 2007 dan
bersamaan dengan awal mula berdirinya sekolah. Latar belakang penerapan
moving class sendiri dalam rangka untuk memuliakan guru, karena agama islam
8
menganjurkan kepada murid untuk memuliakan kedudukan guru sebagai sumber
ilmu.3
Filosofi terhadap memuliakan guru inilah yang dicoba terapkan oleh
sekolah Darul abidin. Sebagai contoh penerapan adab memuliakan guru yang
sejalan dengan Moving Class sendiri ialah, dalam proses pembelajaran bukan lagi
guru yang mendatangi guru untuk belajar tetapi muridlah seharusnya yang
mendatangi guru. Setiap guru pada mata pelajaran diberikan tanggung jawab
untuk mengelola ruangan dan kelas. Posisi dan kedudukan guru pada sekolah ini
disebut sebagai manajer kelas. Disebut manajer kelas karena guru tersebut berhak
mengatur kelas tersebut sesuai dengan keinginannya. Dan pada kondisi ini sang
guru dituntut untuk kreatif, baik dalam penggunaan media dan penggunaan
sumber belajar yang mampu mendeskripsikan kelas berkarakter mata pelajaran.
Tantangan yang dialami oleh SMP Darul Abidin dalam penerapan model
Moving Class ialah pengelolaan waktu pada proses perpindahan kelas dan
pengkodisian kembali saat akan memulai proses pembelajaran.4 Pada proses
perpindahan ini setidaknya butuh 5 menit sampai 10 menit bagi guru dan siswa.
Bagi guru waktu ini dapat digunakan untuk pengkodisian kelas kembali dan
menunggu siswa datang dikelas masing masing sesuai mata pelajaran yang
diampunya. Sedangkan bagi siswa waktu ini digunakan sebagai proses
perpindahan dari satu kelas kepada kelas lainnya. Idealnya alokasi waktu yang
diberikan ini dapat dimanfaatkan oleh guru ataupun murid dengan sebaik baiknya,
tetapi fakta dilapangan ialah ketika proses perpindahan malah lebih banyak waktu
yang terbuang dari alokasi waktu sebenarnya.
“ Sekolah Darul Abidin memberikan alokasi waktu hingga 5 hingga 10
menit untuk proses perpindahan jam pelajaran. Jika dikalkulasikan dalam sehari
dengan empat kali pergantian mata pelajaran menjadi 20 menit. Terkadang waktu
3Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3
Desember 2015 pukul 10.51 4Kutipan wawancara dengan Bapak syarif Hidayat, pada tanggal 12 Desember 2015,
pukul 20.30
9
yang diberikan masih terasa kurang karena beberapa faktor. Contohnya siswa
yang terlambat datang ke kelas karena jauhnya ruangan yang dituju dan juga
pengkodisian siswa dan kelas untuk memulai proses pembelajaran kembali. “5
Permasalahan lain dalam pengelolaan moving class yang dialami oleh
SMP IT Darul Abidin dalam penerapannya ialah bagaimana susahnya mengatur
jadwal pelajaran. Pengaturan jadwal menjadi sangat penting dirasakan karena
sistem moving class sangat berbeda dengan sistem belajar dikelas menetap.
Karena hal yang ingin dihindari pada penggunaan suatu ruangan ialah jadwal
yang bersamaan dalam penggunaan ruangan tersebut.6 Total ada 17 jumlah
ruangan yang dimiliki SMP IT Darul Abidin dengan 12 rombongan belajar.
Jumlah ruangan yang dimiliki dibandingkan dengan rombongan belajar
sebenarnya cukup seimbang, tatapi fakta dilapangan yang terjadi masih ada
bentrokan dalam pengaturan jadawal penggunaan ruangan masih sering
bertabrakan.
Dari pengamatan yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa,
penggunaan sumber belajar dalam mendukung kegitan belajar masih kurang
dioptimalkan. Didalam ruangan kelas dilengkapi dengan meja guru, meja siswa,
papan tulis, sebuah proyektor ,rak buku dan gambar – gambar yang mencirikan
mata pelajaran tertentu. Peneliti dapat mengatakan bahwa sumber belajar yang
digunakan masih terasa kurang karena penggunaan sumber belajar masih bisa
ditambah lagi.Pengelolaan sumber belajar sangat penting kiranya. Karena Moving
Class ialah kelas yang bercirikan dan berkarakter mata pelajaran.7
Dalam rangka mewujudkan kelas yang berkarakter dan bercirikan mata
pelajaran. untuk menciptakan iklim seperti ini, guru dituntut dapat lebih
mengeksplorasi sumber belajar yang tersedia. Karena untuk menciptakan sumber
5Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3
Desember 2015 pukul 10.51 6Kutipan wawancaradengan Ibu Ria (staff kurikulum Darul Abidin), pada tanggal 18
Desember 2015 pukul 09.40 7Hasil observasi peneliti di SMP IT Darul Abidin Depok, pada tanggal 18 Desember 2015,
pukul 11.00
10
belajar kita dapat memanfaatkan semua hal yang ada disekitar lingkungan kita.
Dalam hal ini menjadi tantangan bagi para guru di Darul Abidin agar dapat lebih
kreatif menciptakan dan memanfaatkan semua hal yang bisa menjadi sumber
belajar.
Setiap kebijakan yang coba diambil dan diterapkan oleh suatu instansi
tentunya mempunyai konsekuensi tersendiri. Dan konsekuensi yang dihadapi
hendaknya dapat teratasi dengan baik dan sudah tahu cara mengatasinya. Dan
konsekuensi yang dihadapi pada penerapan kebijakan moving class terletak
bagaimana mengelola sumber belajar, pengaturan jadwal dan juga pengelolaan
kelas. Karena konsep yang ditawarkan ialah kelas yang berkarakter mata
pelajaran. Dan untuk menciptakan kelas yang berkarakter tentu dibutuhkan
kereatifitas guru untuk dapat mengelola sumber belajar.
Berdasarkan paparan di atas, maka timbul pertanyaan bagaimana
pengelolaan sumber belajar pada sekolah Darul Abidin, apakah sekolah ini sudah
bisa memanfaatkan semua hal yang bisa dijadikan sumber belajar dan bagaimana
pengelolaan pada moving class, apa saja tantangan dan hambatan yang dirasakan
oleh guru dan bagaimana tanggapan siswa ?. Mengacu pada pertanyaan tersebut,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul “ Pengelolaan Sumber
Belajar Pada Moving Class “.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan apa yang di uraikan pada latar belakang maka permasalahan
dapat di identifikasi yaitu :
1. Guru belum dapat mengelola sumber belajar yang sesuai dengan model
moving class.
2. Guru belum dapat mengelola kelas yang bercirikan mata pelajaran
3. Banyak waktu terbuang pada pergantian jam mata pelajaran karena
proses perpindahan kelas.
11
4. Kurangnya pemanfaatan semua hal yang bisa dijadikan sebagai sumber
belajar.
5. Penataan kelas dengan model yang konvensional atau stagnan sehingga
membuat siswa jenuh.
6. Pengelolaan kelas yang belum bercirikan kepada kelas berkarakter
sehingga tidak ada nilai lebih yang ditampilkan.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah, kita dapat membatasi masalah yang akan diteliti
batasannnya. Luasnya cakupan dari sumber belajar seperti yang telah penulis
uraikan pada latar belakang, maka dari itu penulis memberi batasan pada :
pengelolaan sumber belajar pada moving class
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan sumber belajar pada moving class di SMP
Darul Abidin ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk
1. Mendeskripsikan pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar pada
Moving class di SMP IT Darul Abidin.
2. Mendeskripsikan manfaat sumber belajar dalam mendukung kegiatan
pembelajaran di SMP IT Darul Abidini.
12
F. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu manfaat
secara praktis maupun teoritis :
I. Manfaat Praktis :
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu
pendidikan
b. Acuan bagi pihak sekolah dalam menerapkan kebijakan pengelolaan
sumber belajar
II. Manfaat Teoritis :
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan :
a. Bermanfaat bagi pengembangan teori tentang pengelolaan kelas
b. Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain untuk mengkaji
lebih dalam dan luas terkait pengelolaan sumber belajar dan
Moving class
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Moving Class
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.8
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan9
Berdasarkan pada uraian yang dikutip dari salinan permendikbud
mengenai standar proses hendaknya pembelajaran diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif dan menyenangkan. Dari salinan permendikbud tersebut
dapat disimpulkan bahwa stake holder diberikan keleluasaan untuk melakukan
pengembangan pada proses pembelajaran. Maka dari itu para ahli terus
melakukan inovasi untuk perkembangan bagi dunia pendidikan. Salah satu inovasi
pada pembelajaran ialah model moving class. model pembelajaran ini diharapkan
bisa menjadi salah satu jawaban bagi perkembangan dunia pendidikan.
8Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Salinan Permendikbud Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013, hal. 1 9 Ibid,.
14
1. Pengertian Moving Class
Moving Class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving berarti
pindah. Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar. Jadi moving class
adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya
Moving class adalah manajemen kelas berbasis mata pelajaran atau sebuah sistem
pembelajaran yang bercirikan kelas berkarakter mata pelajaran. Dengan moving
class, pada saat mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas
menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan.
Moving class merupakan sistem pembelajaran yang bercirikan peserta
didik yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Dengan moving class, pada saat
mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas menuju ruang
kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi peserta didik yang
mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat
menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu.10
Konsep moving class mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada
anak untuk memberikan lingkungan belajar yang dinamis sesuai dengan bidang
yang dipelajarinya. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata
pelajaran tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran.
Dengan demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan
moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai
dengan bidang studi yang dipelajarinya
Dari uraian diatas penulis dapat menjabarkan bahwa konsep moving class
ialah model pembelajaran yang menekankan pada tercitptanya lingkungan belajar
yang dinamis. Artinya pada model ini diperlukan kreatifitas bagi semua
masyarakat pendidikan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang
kondusif. Dengan moving class siswa diharapkan mampu melaksanakan proses
10Direktorat Pembinaan SMA, Juknis sistem pembelajaran model moving class di SMA,
Hal. 35.
15
pembelajaran aktif. Karena pada model ini pola pembelajaran telah di desain
menurut mata pelajaran dan bidangnya. Tentunya untuk penerapan model moving
class tidak mudah, dibutuhkan biaya yang besar dan kreatifitas. Sebagai contoh
untuk pengadaan sumber belajar, desain kelas yang sesuai dengan mata pelajaran,
pengaturan jadwal, alokasi waktu pada saat pergantian mata pelajaran dan
pengadaan media belajar dengan konsep moving class yang bercirikan karakter
mata pelajaran.
Moving class dapat disamakan dengan proses pembelajaran aktif, dimana
segala bentuk pembelajarannya memungkinkan peserta didik berperan aktif dalam
semua proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran ini sangat efektif dalam
memberikan suasana pembelajaran yang interaktif.
2. Perbedaan Moving class dan kelas menetap
Proses pembelajaran pada model Moving class tentunya sangat berbeda
dengan kelas menetap. Tentunya terdapat perbedaan mencolok pada kedua model
tersebut. Baik dari segi desain kelas, pengelolaan kelas, pengaturan jadwal dan
pengelolaan sumber belajar, berikut ini adalah perbedaan yang ada pada model
Moving class dan kelas menetap.
Setiap model pembelajaran yang diterapkan pasti memiliki konsekuensi
tersendiri. kebijakan yang diambil seharusnya sudah dipertimbangkan baik dan
buruknya. Pengelolaan dan dan penerapan model moving class dan kelas menetap
mempunyai perbedaan yang sijgninfikan. Hal ini dikarenakan Moving class
merupakan model pembelajaran yang dinamis, dimana pada pembelajarannya
para siswa yang dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya.
Dari petunjuk teknis mengenai sistem pelaksanaan moving class oleh
Direktorat pembinaan SMA, terdapat perbedaan mendasar pada pengelolaan kelas
menetap dan moving class. Adapun perbedaanya sebagai berikut ;
16
Perbedaan moving class dan kelas menetap. 11
Tabel perbedaan Moving class dan kelas menetap
No Moving Class Kelas menetap
1 Pendidik menetap dalam
ruang mata pelajaran, peserta
didik berpindah – pindah
Peserta didik menetap dalam
kelas, guru berpindah –
pindah
2 Alat peraga/ alat bantu KBM
berada di dalam ruang mata
pelajaran
Alat peraga / alat bantu KBM
harus dibawa guru berpindah
– pindah kelas
3 Ruang belajar mencirikan
kekhasan mata pelajaran
Ruang belajar tidak
mencirikan kekhasan mata
pelajaran
4 Identitas ruang belajar adalah
ruang mata pelajaran.
Identitas ruang belajar adalah
ruangan kelas
5 Setiap pergantian pelajaran
tercipta suasana baru bagi
peserta didik karena kondisi
mata pelajaran yang
suasananya berbeda – beda.
Suasana baru peseta didik
baru diperoleh sewaktu jam
istirahat dan pulang sekolah.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diidentifikasi mengenai perbedaan
mendasar pada moving class dan kelas menetap. Perbedaan ini dapat menjadi
acuan dan sebagai tolok ukur dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada
poin pertama perbedaan mencolok jelas terlihat pada jalannya kegiatan
pembelajaran. Jika pada kelas menetap guru yang berpindah kelas untuk mengisi
11
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class
di SMA, hal. 38
17
kegiatan pembelajaran, hal sebaliknya terjadi pada model moving class yaitu
muridlah yang mendatangi guru pada kegiatan pembelajaran.
Pada poin kedua perbedaan kedua model ini terletak pada desain kelas.
Jika pada kelas menetap, kelas tersebut tak mempunyai denah dan desain kelas
yang pasti karena satu kelas digunakan untuk semua kegiatan mata pelajaran.
Jelas berbeda dengan kelas bergerak, yang mana denah dan desain kelas sudah
disesuaikan dengan masing – masing mata pelajaran. Dan manfaat yang dirasakan
dengan moving class, masing – masing guru dengan mata pelajaran yang berbeda
dapat berkreasi dengan sumber belajar dan media yang bisa dihadirkan dalam
kelas tersebut.
Ciri dan ualasan pada poin ketiga tidak berbeda jauh dengan poin nomor
dua. Keduanya poin pada tabel diatas membahas tentang ciri dan kekhasan mata
pelajaran yang diidentikan dengan suatu ruangan. Desain kelas pada model
moving class disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru, dan
setiap guru bertanggung jawab akan kelas yang dikelolanya. Dan ruangan
bercirikan dengan mata pelajaran tidak kita temui pada kelas menetap. Karena
satu ruangan digunakan untuk berlangsungnya semua proses kegiatan belajar
mengajar.
Ulasan pada poin keempat menjelaskan bahwa identitas ruang adalah
ruang mata pelajaran pada model moving class sedangkan pada model kelas
menetap identitas ruangan adalah kelas. Perbedaannya jelas terlihat bahwa konsep
moving class menekankan pada setiap ruangan harus memiliki ciri dan kekhasan
yang mencerminkan mata pelajaran. Bisa disimpulkan konsep moving class
menjadikan setiap kelas sebagai laboratorium pada proses pembelajarannya. Ciri
laboratorium sendiri didalam satu ruangan terdapat semua hal yang dapat
mendukung kegiatan belajar. Baik itu alat peraga, media dan sumber belajar. dan
konsep ruangan yang sekaligus mencakup laboratorium tidak dimiliki oleh kelas
menetap. Karena satu ruangan dipakai oleh bergantian oleh setiap guru dengan
mata pelajaran yang berbeda – beda.
18
Poin kelima menyebutkan bahwa perbedaan kelas bergerak dan menetap
terletak pada suasana dan kondisi kelas pada saat pergantian mata pelajaran. Pada
moving class suasana yang baru terus tercipta ketika terjadi pergantian mata
palajaran hal ini karena sirkulasi udara pada satu ruangan terus berganti karena
dalam jangka waktu 5 – 10 menit ada jeda waktu kelas kosong karena proses
pergantian mata pelajaran. Dan ketika siswa memasuki kelas yang baru suasana
baru dan sirkulasi udara telah bertukar, bisa kita simpulkan ada jeda waktu bagi
guru dan siswa untuk melanjutkan proses pembelajaran. Hal ini tentu tidak
berlaku pada kelas menetap karena dari mulai pelajaran sampai bel tanda berakhir
pelajaran siswa akan terus belajar di dalam ruangan yang sama. Praktisnya pada
kelas menetap siswa mendapat suasana baru hanya ketika jam istirahat dan waktu
pelajaran berakhir.
Perbedaan mendasar yang dapat diidentifikasi dari model moving class
dan kelas menetap ialah, desain kelas pada model moving class dibuat lebih
dinamis. Desain ruangan disesuaikan dengan mata pelajaran. Hal yang berbeda
tentu akan dijumpai pada model kelas menetap, yang mana denah kelas tidak
mengikuti mata pelajaran. Pada model kelas menetap jarang ditemukan denah
kelas yang pasti. Perbedaan desain kelas inilah yang membedakan antara kelas
menetap dan berpindah. Perbedaaan lain yang menjadi ciri pada model moving
class ialah setiap proses pergantian pelajaran murid yang mendatangi guru bukan
sebaliknya. Sehingga ketika proses pergantian kelas akan ada suasana baru yang
dialami oleh siswa. Hal ini tentunya mengurangi kejenuhan siswa, yang terus
berada didalam ruangan yang sama selama seharian penuh.
3. Tujuan pelaksanaan Moving Class
Setiap sistem pembelajaran yang diterapkan oleh satuan pendidikan
tentunya mempunyai tujuan dalam proses pembelajarannya. Baik itu tujuan dalam
jangka panjang ataupun tujuan singkatnya. Kebijakan dan sistem yang diterapkan
tentu sudah dipertimbangkan baik buruknya. Ketika tujuan direncanakan dan
sistem diterapkan, tentu ada hasil yang ingin dicapai oleh lembaga tersebut. Maka
19
dari itu moving class juga mempunyai rancangan dan tujuan agar hasil
pembelajaran lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class
yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA, bahwa penyelenggaraan
moving class bertujuan untuk ; 12
1. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran ;
a. Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena
setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkat-
perangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi
setiap siswa yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran
sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut.
b. Guru mata pelajaran dapat mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai
dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata
pelajaran lain.
2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran
Guru mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata
pelajarannya, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan hal-
hal lain.
3. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Guru
a. Guru akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap
ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata pelajaran.
b. Siswa ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk tepat waktu
pada pada saat pelajarannya.
4. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media
pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
12 Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di
SMA, hal. 35
20
5. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan
pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.
6. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas enam poin yang menjadi dasar sebagai tujuan
moving class. Dari keenam poin tersebut kita bisa mengerucutkan menjadi tiga
poin. Adapun ketiga poin dar kesimpulan diatas ialah, Moving class bertujuan
untuk meningkatkan proses pembelajaran, Moving class meningkatkan
kedisiplinan siswa dan guru, dan yang terakhir Moving class meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran moving class
maka perlu ditetapkan strategi pelaksanaannya. Pengorganisasian Pelaksana, tugas,
kewajiban dan wewenang.
4. Kelebihan dan kekurangan Moving Class
Setiap model pembelajaran yang coba diterapkan pada satu institusi
pendidikan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Semua faktor nilai
kelebihan dan kekurangan tersebut dapat kita analisis secara mendalam dengan
analisis SWOT (strength, weakness, opurtunity dan threat). Kegunaan kita
menganalisis nilai kelebihan dan kekurangan berfungsi sebagai perbandingan
efektif atau tidaknya model pembelajaran dan kebijakan yang diambil.
Petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA menguraikan, moving class
mempunyai nilai lebih untuk mendukung kegiatan proses pembelajaran. Nilai
lebih yang ada pada moving class itu bisa dilihat dari keuntungannya bagi guru
dan nilai lebih bagi siswa. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh moving class
adalah ;
a. kelebihan moving class
1. Mendekatkan siswa dengan kelas mata pelajaran.
2. Karakteristik mata pelajaran yang berbeda-beda
21
3. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi pelajaran.
4. Suasana kelas lebih menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan
guru lebih intensif.
5. Moving class mempermudah guru dalam mengelola pembelajaran, lebih
kreatif dan inovatif untuk mendesain kelas.
6. Guru lebih maksimal dalam menggunakan berbagai media.
7. pemanfaatan waktu belajar lebih efesien, dan lebih mudah mengelola
suasana kelas.13
Poin – poin di atas dapat kita analisis tentang kelebihan moving class.
Hakikat dari pelaksanaan moving class ialah untuk menciptakan lingkungan
belajar yang aktif dan terintegrasi dengan mata pelajaran. Pada poin pertama
dapat kita kaji bahwa kelebihan moving class untuk mendekatkan siswa dengan
mata pelajaran. Artinya semua hal yang berhubungan dengan suatu mata pelajaran
bisa dihadirkan di dalam kelas. Hal ini berkaitan erat bagaimana untuk
menciptakan lingkungan belajar yang dinamis guna mendukung keinginan belajar
siswa dan rasa ingin tahu pada suatu objek studi.
Kelebihan pada moving class bisa kita identikasi menjadi dua. Yang
pertama nilai lebih bagi guru dan yang kedua nilai lebih yang untuk siswa. Bagi
siswa nilai lebihnya ialah siswa lebih fokus pada mata pelajaran. Siswa bisa lebih
fokus pada mata pelajaran karena kondisi ruangan benar – benar dikonsikan
sesuai dengan mata pelajaran. Sehingga dengan kelas yang bercirikan karakter
mata pelajaran diharapkan bisa menambah rasa keingitahuan siswa akan mata
pelajaran tersebut. Kelebihan lain moving class bagi siswa ialah dengan kelas
bercirikan mata pelajaran suasana belajar akan lebih menyenangkan karena semua
sumber belajar telah tersedia dalam ruangan.
Sedangkan kelebihan moving class bagi guru, lebih mudah mengelola
pembelajaran, lebih kreatif dan inkovatif dalam mendesain kelas. Pada proses
pembelajaran moving class guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengelola
13 Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di
SMA, 2010, hal. 35
22
kelas. Dengan kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran, hal ini akan
membantu guru membuat rancangan pembelajaran yang lebih terarah sesuai
dengan konsep mata pelajaran yang diajarkannya. Maka dari itu manfaat dari
moving class dapat langsung dirasakan oleh tenaga pendidik untuk meningkatkan
hasil dari proses pembelajaran.
Dari uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kelebihan dari model
moving class terdapat pada pengelolaan kelas. Guru dapat memodifikasi kelas
sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan sesuai dengan mata pelajaran apa
yang diajarkan. Di samping itu juga guru telah siap dengan materi apa yang ingin
dia ajarkan, baik dari segi pengelolaan kelas, pengadaan media yang sesuai,
pengelolaan sumber belajar dan pengadaan dari segi alat peraga.
Disamping itu diterapkannya model pengelolaan kelas ini dikarenakan
selama ini para guru sedikit kesulitan dalam hal pengelolaan kelas dan media.
Maka dari ini setidaknya model ini merupakan jawaban atas bagaimana seorang
guru dapat mengelola kelas dengan baik dan dapat mencapai hasil belajar untuk
siswa dengan maksimal. Dan dari segi aspek sosial kita dapat mengambil
pelajaran bahwa pada proses moving class siswa dapat melakukan proses interaksi
sosial antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Maka dari itu para guru
dapat lebih mengekplorasi kemampuan belajar siswanya dan bagaimana sang guru
dapat mengekplorasi kemampuan guru itu sendiri dalam proses belajar mengajar
b. Kekurangan Moving Class
Disamping kelebihan yang telah diuraikan di atas tentu ada kekurangan
dalam hal pelaksanaan pengelolaan moving class ini sendiri. Tentu ada saja poin-
poin yang mengurangi dalam pelaksanaan dan keefektifan dalam proses
pelaksanaan program ini. Baik dari segi kesiapan guru sebagai tenaga pengajar
dan fasilitator, kemudian dari siswanya sendiri apakah ada kesiapan dari siswa,
apakah dengan program ini dia merasa jenuh karna perpindahan kelas yang ia
alami dan faktor-faktor lain. Berikut ini ialah faktor-faktor yang menyebabkan
kurang efektifnya pelaksanaan moving class sendiri, antara lain :
23
1. Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurangi waktu belajar
2. Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pembelajaran
3. Pemanfaatan sumber belajar dan desain kelas belum optimal.
4. Masih sulit mengkondisikan dan mangatur siswa ketika proses
perpindahan kelas.
Dari empat poin di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam segi
pelaksanaanya ada saja faktor penghambat dari proses pelaksanaan moving class
itu sendiri. Baik dari guru itu sendiri atau dari peserta didiknya. Pada poin
pertama permasalahan pada pengelolaan dan alokasi waktu perpindahan. Waktu
perpindahan pada moving class diberikan selama 5 – 10 menit. Namun terkadang
pada proses perpindahan kelas ada saja siswa yang mengulur – ulur waktu,
sehingga mengganggu proses pembelajaran. Contohnya ialah siswa yang datang
terlambat ke ruangan mata pelajaran selanjutnya, dan bagi siswa yang suka
membolos waktu alokasi perpindahan ini digunakan untuk tidak datang ke kelas.
Dari hal ini seharusnya semua masyarakat dilingkungan sekolah yang menerapkan
model tersebut seharusnya dapat mencegah dan menanggulangi permasalahan
pada proses perpindahan kelas ini.
Faktor lain yang menjadi penghambat pelaksanaan moving class adalah
perubahan jadwal. Jika terjadi perubahan jadwal secara tiba-tiba maka tentu hal
ini akan menghambat proses pembelajaran itu sendiri. Sebagai contoh jika suatu
hari sang pendidik tak dapat hadir dan tidak mempunyai pengganti maka tentu
proses pembelajaran di kelas kosong dan para siswa tidak mempunyai kegiatan
maka proses pembeljaran akan terbengkalai. Lain halnya jika terjadi perubahan
jadwal secara tiba-tiba maka otomatis para siswa akan kebingungan karna setiap
siswa mempunyai kegiatan belajar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Maka dari itu hambatan akan perubahan jadawal yang terjadi secara tiba – tiba
seharusnya dapat ditanggulangi oleh sekolah yang bersangkutan. Cara untuk
menanggulangi peruabahan jadwal yang tiba – tiba bisa disiasati oleh pihak
sekolah baik itu guru pengganti lain ataupun wali kelas dan stakeholder sekolah
untuk dapat mengisi kekosongan kelas, baik itu memberikan tugas kepada siswa,
24
memberikan materi pengayaan dan memberi materi tambahan sehingga kelas
yang kosong ditinggalkan oleh guru yang berhalangan hadir tidak dapat hadir
tidak menganggu jalannnya proses KBM berlangsung.
Kekurangan yang dijelaskan pada poin ketiga menyebutkan bahwa
pemanfaatan sumber belajar dirasa belum optimal. Tugas guru pada model
moving class bukanlah sebagai satu – satunya sumber belajar, tetapi juga harus
bisa mengrahkan peserta didik kepada sumber belajar yang lainnya. Kenyataan
yang penulis yang temukan pada lapangan bahwa desain kelas belum optimal.
Kekurangan ini tentunya membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru dan pihak
sekolah untuk dapat menciptakan sumber belajar.
Dalam aspek psikolgis siswa ada saja faktor yang menghambat seperti
yang diuraikan pada poin nomor empat. Ketika proses perpindahan dari satu kelas
ke kelas lainnnya pasti ada saja hambatannya. Sebagai contoh ketika siswa datang
ke kelas barunya ada saja siswa yang masih susah diatur, datang sengaja terlambat
ke kelas dengan berbagai macam alasan ataupun dengan sengaja membolos untuk
menghindari mata pelajaran yang kurang disukai. Semua aspek yang menjadi
hambatan dan kekurangan dalam pelaksanaan moving class seharusnya bisa
diperhitungkan oleh pihak penyelenggara kebijakan. Model pembelajaran apapun
jika tidak dikelola dengan baik dan optimal maka tidak akan terasa hasilnya.
Maka dari itu dalam penerapan suatu model pembelajaran yang dilaksanakan pada
satuan pendidikan semua elemen harus saling membantu untuk tercapainya hasil
dan tujuan yang diingnkan. Untuk itu dalam penerapan dan pelakasanaan model
pembelajaran semua komponen harus diperhitungkan baik itu, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
B. Sumber Belajar Moving Class
1. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar lingkungan
belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi
25
hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat
dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber
belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat
pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.14
Pada prinsipnya sumber belajar mencangkup orang, isi, pesan, media, alat,
teknik, dan latar lingkungan yang mengandung informasi yang dirancang atau
dimanfaaatkan untuk memfasilitasi seorang belajar sehingga memungkinkan
peserta didik untuk belajar secara mandiri. Implmentasi pemanfaatan sumber
belajar di dalam proses pembelajaran tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa
dalam proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang
menggunakan berbagai ragam sumber belajar. 15
Dari semua pendapat dan uraian dia atas dapat kita tarik kesimpulan
bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau
digunakan seseorang untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar, baik itu secara
terpisah maupun secara terkombinasi agar dapat mempermudah seseorang dalam
mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
Ditinjau dari segi pemanfaatannya sumber belajar dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
Sumber belajar by designed : sumber belajar yg dirancang atau sengaja
dibuat dan didesain atau dipergunakan untuk membantu pembelajaran.
Contoh : Modul, slide, audio pembelajaran,dll
Sumber belajar by utilization: sumber belajar yang dimanfaatkan, dipakai,
dan dipergunakan tanpa dirancang dan telah ada di sekeliling kita.
Contoh : Pasar, museum, kebun binatang, dll
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa, sumber belajar ada yang
memang sengaja dirancang untuk kegiatan pembelajaran dan tanpa dirancang
14 Wina sanjaya, Perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama,
Jakarta:Kencana prenada media grup, 2008 Hal. 228 15 Ibid., hal. 228
26
telah tersedia dilingkungan sekitar kita. Sumber belajar merupakan hal yang
penting untuk mendukug proses kegiatan pembelajaran.
2. Jenis – jenis sumber belajar
Sumber belajar sendiri memiliki banyak Jenisnya. Pada uraian pengertian
sumber belajar diatas sumber belajar dibedakan menjadi dua golongan besar
yaitu, sumber belajar yang sengaja dirancang dan sumber belajar yang
dimanfaatkan. Menurut AECT (Association for Educational Communication and
technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam
proses belajar, yaitu ;
a. Pesan (message)
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan
yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti pemerintahan atau pesan yang
disampaikan guru pada proses pembelajaran. Pesan – pesan ini selain disampaikan
secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen, seperti kurikulum, peraturan
pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, satuan pelajaran, dan sebagainya.
Pesan non formal yaitu pesan yang ada dilingkungan masyarakat luas yang
digunakan sebagai nbahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah
oleh tokoh masyarakat dan ulama, prasasti, relief- relief pada candi, kitab – kitab
kuno dan peningggalan sejarah lainnya. 16
Dari uraian tersebut jenis pesan yang dapat dijadikan sumber belajar dapat
kita kategorikan menjadi dua yaitu, pesan formal dan pesan non formal. Pesan
formal sendiri ialah pesan yang disampaikan secara langsung dapat kita temukan
pada proses pembelajaran, baik itu berbentuk lisan atau tuisan.
Sedangkan pesan non formal ialah pesan yang bisa digali dan dikaji oleh
siswa secara luas, karena pesan ini banyak tersedia disekitar lingkungannya.
Tugas guru adalah bagaimana mengerahkan siswa agar dapat menemukan pesan
non formal yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
16 Ibid., hal. 229
27
b. Orang (people)
Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun
secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang
didesain khusus sebagai sumber belajar yang utama yang dididik secara
professional untuk mengajar, seperti guru, konselor, dan instruktur. Termasuk
kepala sekolah, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan lain – lain.
Kelompok kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di
lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya politisi, tenaga
kesehatan, pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, polisi, pengusaha dan lain – lain. 17
Makna singkat dari sumber belajar ialah semua hal yang dapat mendukung
kegiatan belajar mengajar. Dan menurut uraian diatas tentang kategori orang yang
bisa dijadikan sumber belajar kita dapat menyimpulkan, bahwa kategori orang
yang dapat dijadikan sumber belajar bukan hanya terbatas pada lingkugan sekolah
saja. Pendapat mengenai orang yang bisa dijadikan sumber belajar hanya guru
merupakan sebuah kesalahan. Karena orang yang bisa menjadi sumber belajar
ialah bukan hanya guru saja, tetapi semua orang bisa menjadi sumber belajar.
c. Bahan (Matterials)
Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan
pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT
(Over Head Transparency), program slide, alat peraga dan sebagainya (biasanya
disebut software).
Maksud dari bahan pada uraian diatas ialah, semua bahan yang bisa
dijadikan sebagai sumber belajar. Bahan yang dimaksud disini ialah semua media
yang bisa digunakan sebagai sumber belajar. Konsep mengenai sumber belajar
sendiri seharusnya mempunyai arti yang luas dan tak terbatas. Karena hakikatnya
sumber belajar itu bisa dicari, digali dan dikaji dari semua aspek yang ada.
17 Ibid.,
28
d. Alat (Device)
Alat yang dimaksud adalah benda – benda yang berbentuk fisik sering
disebut juga perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk menyajikan
bahan – bahan pada butir 3 diatas. Di dalamnya mencakup multimedia projector,
slide projector, OHP, film tape recorder, opaqe projector, dan sebagainya. 18
e. Teknik (technique)
Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang
dalam memberikan pelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya
mencakup ceramah, permainan / simulasi, Tanya jawab, sosio drama (role play)
dan sebagainya. 19
Berbicara mengenai teknik, tak ubahnya kita berbicara mengenai metode
pembelajaran. Teknik sendiri merupakan cara seorang guru dalam menyampaikan
pelajarannya. Berbeda mata pelajarannya, berbeda juga cara seorang guru dalam
menggunakan metode pembelajarannya. Dan untuk teknik sendiri seharusnya
guru bisa menggunakan metode yang bervariasi agar pembelajarannya
berlangsung lebih menarik. Dan teknik sendiri termasuk sebagai salah satu
sumber belajar, dan bisa menjadi rangsangan bagi siswa untuk menambah rasa
ketertarikan pada pelajaran yang disampaikan oleh guru.
F. Latar (setting)
Latar atau lingkungan yag berada di dalam sekolah maupun lingkungan
yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak
secara khusus disiapkan untuk pembelajaran ; termasuk di dalamnya adalah
pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, tempat
workshop, halaman sekolah, kebun sekolah dan lainnya. 20
18 Ibid., hal. 229 19 Ibid., hal. 230 20 Ibid.,
29
Semua yang ada lingkungan baik yang berada di dalam sekolah ataupun
yang berada diluar lingkungan sekolah dapat diajadikan sumber belajar. Jika di
ruang lingkup sekolah, lingkungan memang sengaja dirancang dengan
sedeimikian rupa untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Tetapi di
lingkungan luar sekolah, untuk menemukan sumber belajar siswa harus jeli
melihat latar yang bisa menjadi sumber belajar.
3. Tujuan dan fungsi sumber belajar
a. Tujuan sumber belajar
Sumber belajar berkaitan erat dengan segala sesuatu yang memungkinkan
siswa dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi lingkungan fisik, bahan
dan alat yang digunakan, personal, petugas perpustakaan, ahli media dan semua
orang yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan
dalam pengalaman belajar. 21
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, dimana
guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa penerima pesan. Pesan yang
dikirimkan oleh guru berupa pesan isi/materi pelajaran yang dituangkan kedalam
simbol – simbol komunikasi baik verbal (kata- kata & tulisan) maupun non
verbal, proses ini dinamakan encoding.22
Menurut Edgar dale, pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila
hanya disampaikan malalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan tejadinya
verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan
mengerti tanpa makna yang terkandung dalam kata tersebut. 23
Dari pendapat Edgar dale, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan dan
manfaat dari sumber belajar ialah untuk lebih menghidupkan suasana belajar.
21 Muhammad Rohman & Sofan Amri, Strategi dan desain pengembangan sistem
pembelajaran, Jakarta ; Pustaka raya, 2013. Hal. 179 22 Wina sanjaya, perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama,
Jakarta:Kencana prenada media grup, 2008, Hal. 205 23 Ibid., 206
30
Manfaat lain yang di dapat dari sumber belajar adalah agar siswa lebih dapat
memahami pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Penggunaan sumber
belajar yang tepat tentunya menambah ketertarikan siswa pada materi pelajaran
yang disampaikan.
Perananan sumber belajar sendiri dapat memberikan pengalaman langsung
bagi siswa dalam proses pembelajarannya. Sebagai contoh peranana media dan
sumber belajar sangat diperlukan siswa pada mata pelajaran tertentu. Contohnya,
ketika siswa yang ingin mengetahui tentang kehidupan di dasar laut tidak akan
mengerti jika hanya disampaikan secara lisan, jika guru menampilkan media dan
sumber belajar yang sesuai, maka baru siswa akan mengerti tentang kehidupan
dasar laut. maka dari itu peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam
suatu kegiatan belajar mengajar.
b. Fungsi sumber belajar
Manfaat dan tujuan dari pengelolaan sumber belajar untuk efektivitas
dan efisiensi kegiatan proses mengajar melalui pengembangan sistem
intruksional. fungsi dari sumber belajar itu adalah untuk menghindari proses
belajar yang verbal dan hanya satu arah saja. Melalui sumber belajar pembelajaran
yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret dengan menggunakan media.
Menurut akhmad sudrajat sumber belajar memiliki macam – macam
fungsi, diantara fungsi sumber belajar sebagai berikut ;
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran.
4. Lebih memantapkan pembelajaran.
5. Memungkinkan belajar secara seketika.
31
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.24
Dari paparan poin – poin diatas dapat disimpulkan bahwa, fungsi dari
sumber belajar ialah untuk membuat proses pembelajaran berjalan lebih efektif.
Dari poin – poin diatas kita dapat mengkaji lebih dalam tentang fungsi dari
sumber belajar.
Dari point pertama dapat kita jabarkan bahwa fungsi dari sumber belajar
adalah mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu
secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi,
sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. kesimpulan
yang penulis ambil bahwa kegunaan sumber belajar ialah untuk membantu guru
dalam proses pembelajarannya, sehingga pelajaran yang tadinya dianggap
membosankan bisa dapat lebih hidup dengan adanya bantuan dari sumber belajar.
Pada point kedua tentang kegunaan sumber belajar dijelaskan bahwa
sumber belajar memberikan pembelajaran yang sifatnya lebih individual. Artinya
kegunaan sumber belajar disini ialah mengurangi kontrol guru yang kaku dan
tradisional dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai
dengan kemampuannnya. Peranan sumber belajar pada poin kedua ialah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar secara mandiri, dan
guru sendiri hanya bertugas mengarahkan siswanya dalam proses pembelajaran.
Poin ketiga menjelaskan bahwa sumber belajar memberikan dasar yang
lebih ilmiah terhadap proses pembelajaran. perancangan program pembelajaran
yang lebih sistematis dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh
penelitian. Fungi dari sumber belajar yang dapat kita ambil pada poin ketiga ialah,
sumber belajar membantu guru untuk melakukan pemetaan pada proses
pembelajaran. Pemetaan dapat membantu guru dalam melakukan langkah –
langkah pada proses pembelajarannya.
24 Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar,
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/,diunduh pada senin, 15 Februari 2016
32
Fungsi yang disebutkan pada poin nomor empat, bahwa sumber belajar
lebih memantapkan pembelajaran. Maksud dari memantapkan pembelajaran,
penyajian informasi dan bahan bisa ditampilkan secara lebih kongkrit. Sumber
belajar dapat menjadikan pembelajaran lebih mudah dimengerti oleh siswa. Hal
ini tentunya untuk menghindari salah pegertian makna dari pelajaran yang
disampaikan oleh guru kepada siswa.
Penjelasan dari poin kelima bahwa sumber belajar dapat mengurangi
kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas
yang sifatnya kongkrit. Kemdian sumber belajar juga memberikan pengetahuan
yang sifatnya langsung. Fungsi sumber belajar pada poin kelima sama dengan
poin keempat yang intinya untuk dapat menghindari salah pengertian dalam
proses penyampaian pembelajaran oleh guru. Maka dari itu guru seharusnya dapat
menciptakan dan mengarahkan siswa pada sumber belajar yang tepat guna
mendukung kegiatan belajar – mengajar.
Dan yang terakhir tentang penjelasan mengenai fungsi sumber belajar,
bahwa sumber belajar seharusnya menampilkan dan menyajikan informasi yang
lebih luas kepada siswa. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi pada saat ini
untuk menyajikan informasi yang luas, tentu bukan hal yang sulit.
Fungsi – fungsi di atas sekaligus menggambarkan dan menjelaskan
tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan
pencapaian hasil pembelajaran siswa.
4. Pemilihan sumber belajar
Pemilihan sumber belajar seharusnya memperhatikan berbagai macam
aspek. Pada poin pengertian mengenai sumber belajar telah dijelaskan bahwa
sumber belajar terbagi menjadi dua. Ada sumber belajar yang sengaja dirancang
dan sumber belajar yang dapat dimanfaatkan. Untuk pengadaan sumber belajar
dan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar hendaknya hakikat dari sumber
belajar bahwa sumber belajar bisa dimanfaatkan dari apa yang ada dan tersedia
33
disekitar lingkungan sekolah. Tidak terpaku pada satu jenis sumber belajar bisa
ialah sesuatu media dan perlengkapan yang dirancag untuk mendukung kegiatan
pembelajaran.
Menurut Akhmad sudrajat, Dalam memilih sumber belajar harus
memperhatikan kriteria sebagai berikut 25
:
a) ekonomis: Tidak harus terpatok pada harga yang mahal
Pengadaan sumber belajar sendiri hendaknya menganut asas ekonomis,
bahwa sumber belajar yang baik tidak harus mahal, hal ini bisa disiasati
dengan memanfaatkan sumber yang tersedia disekitar lingkungan sekolah.
b) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka.
Sumber belajar harusnya bersifat praktis. Kriteria praktis disini
menunjukan bahwa sumber belajar yang akan digunakan bisa ditemukan
dimana saja, dapat mudah dimengerti baik poleh siswa ataupun guru dan
sumber belajar yang digunakan tidak memerlukan tempat yang besar.
c) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita.
Kriteria mudah pada pengadaan sumber belajar mempunyai arti bahwa
pengadaan sumber belajar tersebut bersifat mudah, baik itu untuk
pengadaan atapun untuk ditemukan dilingkungan sekitar.
d) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional.
Pemanfaatan sumber belajar yang bersifat fleksibel bisa digunakan untuk
berbagai macam kegiatan
e) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar,
dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
Dari semua kriteria untuk pemiilihan sumber belajar. hendaknya dalam
pemilihan sumber belajar harus mempertimbangkan kriteria bahwa sumber belajar
bisa dengan memanfaatkan semua yang telah tersedia dilingkungan sekolah
ataupun diluar lingkungan sekolah. Dan dalam pengadaan sumber belajar tersebut
25 Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar,
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/,diunduh pada senin, 3 Maret 2016
34
tidak memerlukan biaya atau dana yang besar. Sesuai dengan sebuah pepatah
bahwa, ”alam terkembang jadi guru “. Pepatah tersebut mengajarkan bahwa alam
telah menyediakan semuanya untuk dapat dimanfaatkan dan bisa dipelajari.
5. Pengelolaan sumber belajar moving class
Jika kita berbicara mengenai pengelolaan sumber belajar, maka kita tak
akan jauh berbicara dari aspek paling penting dari pengelolaan sumber belajar itu
sendiri yaitu, pengelolaan kelas. Adapun kalau kita ingin menguraikan sumber
belajar sendiri akan sangat banyak aspek yang akan kita kaji, maka dari itu penulis
akan mengkaji satu persatu komponen sumber belajar ini.
Menurut Drs. Winarno hamiseno (1978,hlm.1) manejemen adalah sumber
subtantifa dari mengelola, sedangkan mengelola adalah suatu tindakan yang
dimulai dari penyusunan data, merencana, megorganisasikan, melaksanakan
sampai dengan pengawasan penelitian. Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan
menghasilkan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan
peningkatan pengeloaan selanjutnya. 26
Dengan demikian Pengelolaan Sumber Belajar dapat diartikan sebagai
Kegiatan mengelola, mengatur, memanaj segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk membantu tiap orang untuk belajar menampilkan kompetensinya. Sumber
belajar dibagi menjadi dua yang pertama sumber belajar yang segaja dirancang,
yang kedua sumber belajar yang bisa dimanfaatkan.
a. Rancangan pengelolaan sumber belajar moving class
Merujuk kepada petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat
pembinaan SMA mengenai sistem moving class. Maka ada poin – poin yang bisa
menjadi rujukan mengenai pengelolaannya, adapun poin tersebut merpakan
perbedaan pengelolaan moving class dan kelas menetap. Perbedaan tersebut juga
bisa dijadikan sebagai prinsip pengelolaan moving class, yaitu ;
26 Suharsimi arikunto, Pengelolaan kelas dan siswa cetakan keempat, Jakarta: PT. Raja
grafindo, 2004. Hal 7
35
1. Pendidik menetap dalam ruang mata pelajaran, peserta didik berpindah –
pindah ; 27
Maksud dari uraian tersebut ialah, bahwa pada model moving class yang
melakukan proses perpindahan ialah murid dan guru diam pada
ruangannya masing- masing. Hal ini dikarenakan setiap guru diberikan
tanggung jawab untuk mengelola ruangan yang sesuai dengan mata
pelajarannya. Pada hal poin ini guru bebas melakukan penataan bangku,
pengadaaan media dan pengelolaan sumber belajar yang sesuai dengan
mata pelajarannya. Maka dari itu diperlukan kreatifitas guru .untuk
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan agar proses pembelajaran
berlangsung lebih menarik dan meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar.
2. Alat peraga/ alat bantu KBM berada di dalam ruang mata pelajaran ; 28
Pada model pembelajaran Moving class, guru tidak lagi harus membawa
alat – alat peraga atau media berpindah – pindah kelas. Karena setiap guru
telah mempunyai ruangannya. Ruangan yang menjadi tanggung jawab
masing – masing guru telah tersedia beragam alat peraga dan media untuk
membantu kegiatan pembelajaran. Pada praktisnya model Moving class
lebih memudahkan guru dalam penataan media, karena setiap media dan
alat bantu pembelajaran sudah harus tersedia di dalam kelas.
3. Ruang belajar mencirikan kekhasan mata pelajaran ; 29
Prinsip pengelolaan pada moving class ialah ruang belajar berbasis mata
pelajaran. Artinya pada moving class setiap ruangan telah dipersiapkan
untuk satu mata pelajaran. dan semua media yang digunakan dalam proses
pembelajaran baik itu media, alat peraga, alat bantu dan bahan pustaka
yang terkait dengan mata pelajaran telah tersida di dalam ruangan kelas.
Pengaturan tempat duduk peserta didik juga dapat divariasikan sesuai
dengan kekhasan mata pelajaran dan metode pembelajaran untuk
27 Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class
di SMA, 2010, hal. 35 28 Ibid,. 29 Ibid.,
36
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, komunikatif, kondusif
sehingga menunjang proses pembelajaran yang diinginkan dalam
pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
4. Identitas ruang belajar adalah ruang mata pelajaran ; 30
Salah satu ciri yang menonjol pada moving class dibandingkan dengan
sistem pembelajaran yang lain, setiap ruangan mempunyai ciri dan
kekhasan pada suatu mata pelajaran. Ada juga sebagian sekolah yang
menyiasati identitas ruangan belajarnya dengan memberikan nama tokoh
yang berkaitan dengan mata pelajaran, contohnya ruang bahasa Indonesia
diberikan nama kelas Sutan Takdir Alisyahbana, ruangan belajar IPS
diberi nama ruangan Patih Gajah Mada. Ada juga sekolah yang
memberikan nama untuk setiap ruang mata pelajaran diberi nomor dan
nama mata pelajaran sebagai identitas ruang. dalam hal pemberian
identitas ruangan sekolah diberikan kebebasan untuk memberikan nama
ataupun nomor untuk menunjukan kekhasan pada setiap ruangan.
5. Sekolah terlebih dahulu menganalisis kebutuhan jumlah ruang mata
pelajaran yang diperlukan dengan cara menghitung keseluruhan jam setiap
mata pelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XII, hasilnya dibagi
dengan jumlah jam yang ditetapkan dalam satu minggu. 31
Contoh : Mata pelajaran Bahasa Indonesia:
Jumlah rombongan belajar kelas X, XI dan XII masing-masing sebanyak 9
kelas dan jumlah jam per minggu adalah 4 jam pelajaran.
Jumlah jam belajar per minggu ditetapkan sekolah 42 jam
Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas X = 9 x 4 = 36 jam
Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas XI = 9 x 4 = 36 jam
Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas XII = 9 x 4 = 36 jam
Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas X, XI, XII = 108 jam
30 Ibid. 31 Ibid.,hal. 43
37
Jumlah ruang mata pelajaran yang diperlukan untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia adalah = 108/42 = 2,57 » 3. Artinya Bahasa Indonesia
memerlukan 3 ruangan. Dengan menghitung jumlah ruang yang
diperlukan setiap mata pelajaran seperti di atas maka dapat diketahui
jumlah seluruh ruang mata pelajaran yang dibutuhkan.
Dari uraian yang penulis kutip mengenai pengelolaan moving class
menurut petunjuk teknis dari Direktorat pembinaan SMA dapat disimpulkan
bahwa, pengelolaan pada moving class memiliki ciri utama pada ialah bagaimana
guru maupun pihak penyelenggara kebijakan merancang ruang belajar yang
berbasis pada mata pelajaran, Sehingga tercipta suasana pembejaran yang
menyenangkan dan menghilangkan kejenuhan pada siswa.
b. Pengelolaan ruang belajar-mengajar
Moving class merupakan sistem pembelajaran yang berbasis pada mata
pelajaran, oleh karena itu pengelolaan pada ruang akan sangat berbeda dengan
pengelolaan ruangan dan desain kelas pada umumnya. Adapun pengelolaan pada
ialah sebagai berikut ;
1) Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik
mata pelajaran/rumpun mata pelajaran. 32
guru memiliki wewenang untuk mendesain kelas sesuai dengan mata
pelajarannya, baik itu penataan bangku, penggunaan media dan pemilihan
sumber belajar.
2) Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media pembelajaran
yang sesuai, jadwal mengajar guru, tata tertib peserta didik dan daftar
inventaris yang ditempel di dinding.33
Manfaat dari media yang sesuai dengan mata pelajaran dapat
menumbuhkan semangat dan motivasi siswa pada pembelajaran, selain
juga sebagai prasyarat terlesenggaranya moving class.
32 Tim pelaksana program rintisan sekolah kategori mandiri(SKM) SMAN 9 YOGYAKARTA,
Rancangan program pembelajaran dengan sistem Moving class ; 2008. hal.6 33 Ibid.
38
3) Tiap rumpun mata pelajaran diupayakan dilengkapi dengan prasarana
multimedia. 34
penggunaan prasarana diatur oleh penanggung jawab Rumpun Mata
Pelajaran
4) Guru bertanggung jawab terhadap ruang belajar yang ditempatinya. 35
Setiap guru telah memiliki ruangan masing – masing untuk dikelola
dengan sebaik baik baiknya. pengelolaan tersebut meliputi, mengelola
media, pengaturan bangku, penataan ruang, pencahayaan dan kelengkapan
daftar pustaka. Tanggung jawab guru bukan hanya menjadi mengajar
tetapi juga sebagai manajer kelas.
c. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
Sumber belajar dikategorikan menjadi dua, yaitu ; sumber belajar yang
sengaja dirancang dan sumber belajar yang bisa dimanfaatkan. Dari kedua
kategori tersebut ada sumber belajar yang bisa dimanfaatkan, yaitu lingkungan.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan
memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran
siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari :
lingkungan sosial dan lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan
untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan
alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat
menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam
memlihara dan melestarikan alam.
Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara
membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk
menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai
34 Ibid. 35 Ibid.
39
sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Untuk menentukan sumber belajar, paling
tidak ada tiga langkah yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Membuat daftar kebutuhan melalui identifikasi sumber dan sarana
pembelajaran yang diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas
atau sekolah. 36
Pengelola perlu membuat daftar inventarisasi sumber dan sarana belajar
yang tersedia di sekitar sekolah, baik yang ada di lingkugan sekolah
seperti media pembelajaran, laboratorium, dan fasilitas yang ada di
dalamnya, masjid/mushala, maupun yang ada di luar madrasah, seperti
fasilitas di masyarakat yang tersedia di sekitar sekolah. Fasilitas ini tidak
sekedar yang berupa benda mati (non-human) namun juga bisa yang
berupa manusia seperti Tokoh agama (kiai/ustadz), lembaga pengelola
zakat dan shadaqah (ZIS), praktisi atau ahli tertentu di sekitar madrasah
yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran.
2. Setelah proses identifikasi dan inventarisasi tentang sumber belajar selesai,
perlu dilakukan penggolongan ketersediaan alat, bahan atau sumber
belajar tersebut.37
Tujuan dari penggolongan ini adalah untuk mengetahui ketersediaan
sumber belajar di sekitar madrasah. Dari proses ini akan diketahui sumber
belajar yang sebenarnya sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar namun belum tersedia sehingga ada upaya konkrit dari
pengelola untuk mengadakannya, baik melalui pembelian, pembuatan
sendiri, maupun peminjaman.
3. Bila sumber belajar tersebut tersedia, maka para guru tinggal
memanfaatkannya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Apabila ditemukan sumber belajar yang sudah tersedia, namun belum
36 Ely inayah, Manajemen sumber belajar,
http://elyinayah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-sumber-belajar.html, diunduh pada ; rabu, 23 Maret 2016.
37 Ibid.
40
sepenuhnya dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran,
maka guru perlu memodifikasi atau menyesuaikan sumber belajar tersebut.
Berdasarkan kutipan dari uraian di atas maka, hakikat pada pengelolaan
sumber belajar dibagi menjadi tiga yaitu, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perencanaan meliputi sumber belajar apa saja yang dibutuhkan dan apa yang
tersedia di lingkungan sekolah sehingga, guru maupun pihak sekolah dapat
melaksanakan identifikasi pada sumber yang dibutuhkan.
Pelaksanaan artinya ketika semua sumber telah tersedia tinggal digunakan
saja, sumber belajar yang telah tersedia dilapangan sehingga dari pengelolaannya
dapat dilihat mana saja sumber belajar yang relevant digunakan dan mana yang
tidak sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran. poin terakhir ialah evaluasi
fungsinya untuk menilai fungsi dari sumber belajar yang telah digunakan, apakah
sumber belajar tersebut sesuai dan tepat guna pada suatu pembelajaran atau tidak.
d. Tips dan trik pelaksanaan moving class
setiap model pembelajaran yang diterapkan oleh suatu sekolah pasti
memiliki permasalahan, dan setiap permasalahan hendaknya sudah dapat
diantisipasi dan dapat disiasati bagaimana cara penanggulangannya. Berikut ini
merupakan tips dan trik dalam pelaksanaan moving class ;
1. Untuk efektifitas dan efisiensi waktu dalam penyusunan jadwal pelajaran
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :38
a. Perpindahan kelompok belajar diusahakan ke ruang mata pelajaran
yang terdekat;
b. Bagi guru mata pelajaran yang merangkap (mengajar lebih dari satu
mata pelajaran) yang berarti menggunakan lebih dari satu ruang mata
pelajaran, diusahakan jadwal mengajarnya pada hari yang berbeda.
2. Ruang mata pelajaran adalah ruang guru oleh karena itu guru selalu berada
di ruang mata pelajaran selama kegiatan belajar-mengajar.39
38 Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di
SMA, 2010, hal. 43
41
3. Guru mata pelajaran diharapkan selalalu memantau kehadiran siswa
terutama sewaktu perpindahan pembelajaran.40
4. Antisipasi masalah 41
;
Tabel antisipasi masalah pada moving class
NO MASALAH ANTISIPASI MASALAH
1 Banyaknya waktu yang
terbuang sewaktu
perpindahan belajar
Membudayakan disiplin waktu
perpindahan belajar
Membudayakan peserta didik jalan
cepat
Meningkatkan kepedulian guru
bagi peserta didik yang terlambat
hadir
2 Keributan sewaktu
perpindahan belajar
Penyusunan jadwal harus memperhatikan
Perpindahan pada kelas yang
terdekat
3 Kekurangan meja dan kursi
peserta didik
Jumlah meja dan kursi mengikuti jumlah
peseta didik yang terbanyak
4 Kebersihan ruang mata
pelajaran
Menjadwalkan piket peserta didik
ruang mata pelajaran
Meningkatkan kepedulian setiap
guru mata pelajaran
Pemeriksaan jadwal piket peserta
didik setiap saat oleh penanggung
jawab mapel / koordinator
5 Peserta didik yang bolos
belajar
Pengecekan kehadiran peserta
didik oleh guru mata pelajaran
Pemeriksaan absensi peserta didik
setiap saat oleh guru piket.
39 Ibid. 40 Ibid. 41 Ibid.
42
Berdasarkan uraian di atas mengenai tips dan trik pengelolaan moving
class, dapat menjadi acuan bagi pengambil kebijakan untuk mengatasi
permasalahan apa saja yang akan dihadapi pada pembelajaran. Selain juga
kesiapan pada pelaksanaan, setiap sekolah harus dapat memperidiksi masalah
yang akan terjadi dan cara mengatasi setiap permasalahan pada moving class.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di SMP Islam terpadu Darul Abidin – Depok.
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada tanggal 18 Mei 2016 s/d 30 Mei
2016
B. Metodologi Penelitian dan Desain
Penelitian kualitatif selalu berangkat dari masalah. Dan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif, dan akan berkembang atau
berganti setelah penelitian berada di lapangan.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai macam sumber
dengan menggunankan teknik penumpulan data yang bermacam – macam
(triangulasi). Dan dilakukan terus – menerus sampai datanya jenuh. 42
Dengan pengamatan terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data
tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun
tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisa data belum ada pola
jelasnya, oleh karena itu peneliti sering mengalami kesulitan dalam analisis.
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena
permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga
tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian
kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner atau pedoman wawancara.
Salain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam,
menemukan pola, hipotesis dan teori.
42 Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta,Hal. 243
44
C. Teknik dan instrumen pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian ialah mendapatkan data. 43
Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar yang ditetapkan.
Ada dua hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif,
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Karena itu
seorang peneliti harus melakukan validasi.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen yang mana
instrumen ini kiranya dapat mendukung keabsahan dari penelitian. Menyusun
instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi
mengumpulkan data jauh lebih penting lagi. Apa lagi jika peneliti menggunakan
metode yang memilki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.
Untuk itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani
secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu
pengumpulan variabel yang tepat. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu ;
wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang dari ketiga teknik tersebut
merupakan sebagian dari metode pengumpulan data.
1. Wawancara
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan` oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee). Interviewee digunakan
untuk peneliti menilai bagaimana pengelolaan sumber belajar dan media
dilaksanakan pada sekolah Darul abidin.
43 Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, Hal. 224
45
Tujuan dari wawancara yang peneliti laksanakan ialah untuk mengetahui
bagaimana pengelolaan media dan sumber belajar pada model moving class
dilaksanakan pada SMP IT Darul Abidin. Apakah terdapat perbedaan pengelolaan
media dan sumber belajar pada model kelas menetap dan moving class.
Adapun narasumber yang peneliti wawancarai ialah kepala sekolah dan guru
dari masing – masing rumpun mata pelajaran, yaitu antara lain ;
a. Kepala sekolah SMP IT Darul Abidin
b. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Social (IPS)
c. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
d. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
e. Guru mata pelajaran matematika
f. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Pedoman wawancara
Agar wawancara dapat berjalan sesuai dengan tujuan dari penelitian,
maka dari itu perlu dibuat suatu pedoman wawancara. Pedoman wawancara
dibuat agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai penglelolaan media
dan sumber belajar di SMP IT Darul Abidin. Adapun pedoman wawancara
sebagai berikut ;
Pedoman wawancara
Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP Darul Abidin
Karakteristik narasumber :
Bidang studi yang diajarkan :
1. pengelolaan sumber belajar dan media pada suatu kelas
2. Media pembelajaran yang tersedia dikelas
3. Manfaat penggunaan media dan sumber belajar pada proses
pembelajaran
4. Alasan penerapan desain kelas yang digunakan pada kelas yang diajar
5. hambatan dalam pelaksanaan moving class
6. Keseuaian perangkat pembelajaran dengan karakteristik mata pelajaran
46
7. Hambata guru dalam penggunaan berbagai media dan sumber belajar
8. Kriteria dalam pemilihan sumber belajar
2. Observasi
Menurut Nasution (1988), observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi.44
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan orang yang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Tujuan dari pelaksanaan
observasi ini ialah untuk mengetahui pengelolaan media dan sumber belajar di
SMP IT Darul abidin. Apakah media yang digunakan telah sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan juga apakah media yang digunakan oleh guru memiliki
keterkaitan dengan materi.
Maka dari itu perlu kiranya disusun sebuah instrumen obeservasi, agar
penilaian yang peneliti lakukan mempunyai tolak ukur yang jelas pada objek yang
akan diteliti.
Instrumen observasi sumber belajar dan media pembelajaran
No Objek observasi 1 2 3 4 5
A Perencanaan media dan sumber belajar
B Penempatan media dan umber belajar
C Proses penggunaan sumber belajar dan media
D Pemanfaatan media dan sumber belajar
E Perawatan media dan sumber belajar
F Pengelolaan ruangan belajar
Indikator ini menggunakan skala likert dari 1 sampai 5 berpedoman pada
interpretasi menurut Suharsimi arikunto rinciannya sebagai berikut :
44 Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, Hal. 226
47
1. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh < 10%
2. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval < 40%
3. Cukup, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41 – 60%
4. Baik, jika nilai yang dieroleh berada pada interval 61 – 80%
5. Sangat baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81 – 100%
Untuk mendapatkan hasil dari pengelohan data pada instrumen observasi
penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan rumus persentase sebagai
berikut ;
45
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Number of case ( banyaknya responden)
Indikator observasi tersebut untuk mendapatkan hasil gambaran dari
observasi yang peneliti lakukan. Adapun sasaran dan objek dari observasi ini ialah
beberapa rumpun mata pelajaran, yaitu antara lain ;
. 1. Rumpun mata pelajaran Pendidikan agama islam
2. Rumpun mata pelajaran Ilmu pengetahuan alam
3. Rumpun mata pelajaran Ilmu pengetahuan sosial
4. Rumpun mata pelajaran Bahasa Indonesia
5. Rumpun mata pelajaran matematika
3. Studi Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya monumental dari seseorang. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam
45 Anas sudjono, Pengantar statistik pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo),hal. 43
48
penelitian kualitatif. 46
Hasil dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/
dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen.
Tujuan dari studi dokumen merupakan sebagai penguat dan pelengkap dari
metode penelitian, hingga akhirnya ketiga teknik pengumpulan data, baik
wawancara, observasi dan dokumen akan diambil menjadi kesimpulan dari
penelitian. Data yang penulis peroleh dilapangan melalui obeservasi, wawancara,
dan studi dokumentasi tersebut dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan
penelitian, kemudian dilakukan penyesuaian data. Berikut ini adalah dokumen
yang peneliti jadikan sebagai bagian dari bahan penelitian ;
Tabel jenis dokumen
No Jenis dokumen Keterangan
1 Profil sekolah Ada
2 Sejarah sekolah Ada
3 Program kegiatan sekolah Ada
4 Visi dan misi sekolah Ada
5 Rancangan pelaksanaan pembelajaran Ada
6 Silabus pembelajaran Ada
7 Dokumentasi Ada
D. Teknik Analisa Data
Pada penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan
metode triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. 47
46 Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, Hal. 240 47 Ibid., hal. 241
49
Dalam hal triangulasi , Susan staiback (1988) menyatakan bahwa tujuan
dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena tetapi
lebih pada peningkatan peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.48
Nilai dari teknik pengumpulan data dengan trianggulasi adalah untuk
mengetahui data yang telah diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau
kontrakdiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik trianggulasi dalam
pengumpulan dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih
konsisten, tuntas dan pasti. Dengan trianggulasi akan lebih meningkatkan
kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu kekuatan.
Bagan diatas menggambarkan mengenai teknik analisa data yang penulis
gunakan, dapat disimpulkan bahwa semua sumber data diambil dari sumber yang
sama tetapi teknik yang digunakan bermacam – macam. Tujuan dari analisis data
yang penulis lakukan tidak lain untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pada
sumber belajar dilaksanakan, baik pada proses perencanaan, penggunaan,
pemanfaatan dan pengelolaan ruang belajar dengan menggunakan konsep moving
class. faktor apa saja yang membedakan antara pengelolaan media dan sumber
belajar pada model kelas menetap dan moving class.
48 Ibid.,
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Sumber data
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP IT Darul Abidin
1. Sejarah singkat SMP IT Darul Abidin
SMP IT Darul Abidin beralamat di Jl. Karet Hijau No. 52 Beji, Depok,
Jawa Barat. Sekolah ini didirikan pada tahun 2006 dan mulai beroperasi pada
tahun 2007. Pada awal berdirinya sekolah ini, hanya menyelenggarakan
pendidikan untuk tingkat dasar saja seperti TK dan SD. SMP IT Darul Abidin
bernaung dibawah yayasan SIT (Sekolah islam terpadu) Darul Abidin.
Yayasan Darul Abidin sebagai yayasan pendidikan yang sangat “concern”
dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas telah 14 (empat belas) tahun
menjalankan kegiatan ini dan diminati masyarakat untuk tingkat TK dan SD.
Sekolah Menengah Pertama Darul Abidin adalah sekolah menengah
pertama yang mengembangkan buadaya riset (penelitian) dengan memanfaatkan
ICT (Information & Communication Technology) secara optimal. selain itu juga
disediakan program bagi siwa-siswi untuk menguasai dan terbiasa menggunakan
bahasa inggris dalam komunikasi sehari-hari.
Selama empat belas tahun perjalanan yayasan Darul Abidin mengalami
perkembangan secara signifikan dalam, baik prestasi akademis maupun non
akademis, perkembangan jumlah siswa dan perkembangan sarana dan prasarana.
Seiring berjalannya waktu SMP Darul Abidin berkembang menjadi sekolah yang
banyak diminati. Hal ini terbukti pada saat pendaftaran siswa baru selama tiga
tahun terakhir selalu bertambah. Total ada 12 rombongan belajar secara
keseluruhan dan 4 kelas pada setiap tingkatan kelasnya. Dan juga jumlah
keseluruhan guru dan pegawai khusus untuk SMP Darul Abidin ada 28 orang.
Dan jumlah keseluruhan siswa 307 orang.
51
2. Visi dan misi dan tujuan SMP IT Darul Abidin
Sebagai sebuah lembaga pendidikan SMP IT Darul Abidin perlu memiliki
Visi dan Misi serta tujuan yang jelas. Adapun Visi, Misi dan tujuan SMP IT Darul
abidin adalah sebagai berikut:
a. Visi
“To be an Islamic Educational Institution that Develop Robbani
Generation and Strive for Excellence”
Sebagai sebuah lembaga pendidikan visi merupakan cerminan dan sebagai
cita-cita yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan. Sama halnya dengan cita-
cita yang ingin dicapai oleh SMP IT Darul Abidin. Dengan visi yang dimiliki
SMP IT Darul Abidin ingin menjadi sebuah lembaga pendidikan islam yang bisa
mencetak generasi rabbani dengan keislaman yang kuat. Namun demikian visi
tersebut harus dikaji ulang, karena visi tersebut masih terlalu dalam ukurannya.
b. Misi
Islamic character
Holistic education
Engaging & joy learning
Misi merupakan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai visi yang
telah ditetapkan bersama-sama. Misi di atas diharapkan mampu untuk dilakukan
dengan baik dan dapat mendukung terhadap pencapain visi yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, pihak sekolah harus mampu melaksanakan misi tersebut dalam
bentuk kegiatan yang nyata sehingga ada manfaat yang didapat dari kegiatan
tersebut untuk mencapai visi yang telah ditetapkan bersama-sama.
Dalam mewujudkan visi diatas perlu kiranya langkah – langkah agar visi
dan misi tersebut dapat tercapai. Adapun usaha agar visi dan misi dapat tercapai
melalui beberapa kegiatan sebagai berikut.
52
1. Kegiatan Majelis Pagi :
Kegiatan pagi yang melibatkan siswa & dewan guru untuk
melaksanakan kegiatan sholat dhuha, tilawah, dan belajar berlatih
public speaking menyampaikan kultum keislaman. Dan
Mempersiapkan dari segi jasadiah & ruhiyah
2. Mentoring :
Kegiatan yang dikemas secara terbuka sebagai sarana atau wadah
pendalaman agama Islam untuk mencapai SKL keislaman JSIT agar
peserta didik memiliki religiusitas sesuai dng perkembangan
psikologis remaja.
Home room time : muhasabah diri bagi siswa dan sebagai sarana
pendekatan siswa dengan wali kelas nya.
3. The first two week :
Sebuah agenda kegiatan yg difokuskan pada pembentukan karakter
siswa melalui diskusi dan sharing rules serta dilanjutkan dengan
simulasi coba langsung. Ketika karakter sdh dibentuk, diharapkan
nilai yg sdh ditanamkan akan menjadi long lasting habit.
4. Kelas pilihan :
Kelas pilihan dibentuk sebagai cara sekolah menghargai keragaman
minat dan bakat juga bagian dari pengembangan kecerdasan majemuk
siswa secara spesifik, adapun Kelas yang ditawarkan antara lain; seni
lukis, seni Kriya, seni fotografi, seni bela diri, game flash, Seni music
& alat, seni vokal, seni teater, seni tari.
5. Kelas komunitas :
Kelas komunitas dibentuk sebagai cara sekolah menghargai perbedaan
indvidu dan keragaman minat dan bakat juga bagian dari
pengembangan kecerdasan majemuk siswa secara spesifik. Siswa
berhak memilih komunitas yang paling diminati untuk djadikan
komunitas berinterksinya selama satu tahun ajaran. Pada setiap akhir
semester akan disiapkan satu hari sebagai hari unjuk kemampuan
komunitas. Adapun kelas komunitas yang ditawarkan ialah : history
53
lovers, social science, english story telling, poem lovers, food lovers,
KIR community, green community/DSB, leadership, history
community.
6. Student Lead Conference (SLC) :
Bagian dari cara sekolah untuk menyiapkan seorang pemimpin di masa
depan. Sekolah memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk
memilih dan memiliki sebuah proyek di setiap semester. Proyek akan
dipresentasikan di akhir semester dalam sebuah konferensi dan dihadiri
oleh orang tua.
Berdasarkan visi dan misi SMP IT Darul abidin, peneliti menilai bahwa
masih terdapat hal-hal yang bersifat umum dan perlu untuk dibuat rumusan yang
lebih khusus lagi sehingga tujuan yang akan dicapai akan lebih jelas. Kegiatan
yang penulis sebutkan di atas hanya sebagian dari macam – macam kegiatan yang
ada di sekolah Darul Abidin. Tentunya semua kegiatan tersebut dirancang untuk
mendukung tercapainya Visi dan Misi yang dimiliki oleh sekolah.
3. Data siswa
Data siswa pada SMP IT Darul Abidin yang penulis tampilkan ialah data
siswa selama tiga tahun terakhir, dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Selama
tiga tahun terakhir jumlah siswa relatif tetap walaupun jumlah siswa yang ingin
mendaftar terus bertambah dari tahun ke tahunnya.
Tabel data siswa
Tahun
ajaran
Pendaf
tar
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
siswa Jumla
h
rombel
Siswa jumlah
rombel
siswa Jumla
h
rombel
siswa rom
bel
2013/2014 150 104 4 100 4 98 4 302 12
2014/2015 165 104 4 104 4 99 4 307 12
2015/2016 176 101 4 102 4 104 4 307 12
54
Berdasarkan tabel data siswa di atas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan jumlah siswa berdasarkan peminat yang ingin mendaftar terus
bertambah dari tahun ke tahun. Demi menjaga suasana kondusif dalam proses
pembelajaran maka sekolah ini menetapkan jumlah siswa disesuaikan dengan
ketersediaan sarana dan prasarana.
4. Data guru dan pegawai
Untuk menunjang Proses Belajar Mengajar (PBM) perlu didukung oleh
tenaga pendidik dan kependidikan. Jumlah guru yang terdapat di SMP IT Darul
Abidin yaitu berjumlah 23 orang, jumlah guru tersebut sebagian besar merupakan
Sarjana Strata 1 yang memiliki kemampuan diberbagai macam disiplin ilmu.
Tabel data guru
No Nama Jabatan Bidang studi
1 Fitri widya ayuningsih Kepala sekolah IPS
2 Sumiati Wakil kepala sekolah IPA
3 Arif Rahman Wali kelas 7A IPA
4 Nurul badriah Wali kelas 7B Bahasa inggris
5 Ranti muria Wali kelas 7C Pendidikan Agama Islam
6 Ainun rohmiatun Wali kelas 7D Bimbingan konseling
7 Ria agustina Wali kelas 8A IPA
8 Erika Wali kelas 8B Bahasa Inggris
9 Rukiyah Wali kelas 8C IPS
10 Fevi shofiah Wali kelas 8D IPA
11 Eptiarti rahayu Wali kelas 9A IPS
12 Gunawan Wali kelas 9B IPS
13 Siti Dahniar Wali kelas 9C Matematika
14 Siti chairunnisa Wali kelas 9D Matematika
15 Ria Agustina Guru bidang studi Matematika
16 Yaofik fadhil Guru bidang studi Bahasa Arab
55
5. Sarana dan prasarana
Fasilitas pendukung yang terdapat di SMP IT Darul Abidin ialah sebagai
berikut :
Tabel data sarana dan prasarana
NO Fasilitas Jumlah Kondisi
1 Ruang kelas 14 ruang Baik
2 Laboratorium IPA 1 ruang Baik
3 Laboratorium bahasa -
4 Laboratorium komputer 3 ruang Baik
5 Ruang perpustakaan 1 ruang Baik
6 Ruang kesenian -
7 Ruang keterampilan -
8 Kamar mandi guru dan siswa 10 ruang Baik
9 Ruang kantor guru 1 ruang Baik
10 Lapangan futsal 1 buah Baik
11 Ruang aula 1 ruang Baik
Berdasarkan data tabel di atas dan diperkuat dengan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, seluruh ruang yang ada di SMP IT Darul Abidin dalam
17 Dasep Supiadin Guru bidang studi Bahasa indonesia
18 Nurfadhilah Widiarti Guru bidang studi Bahasa Indonesia
19 Imam Supargo Guru bidang studi Bahasa Indonesia
20 Ardhi Guru bidang studi IPA
21 Ammar iskarima Guru bidang studi Pendidikan Agama islam
22 Wisnu perdana Bimbingan konseling Bimbingan konseling
24 Solichin PJOK -
23 Adi septian Bimbingan al-quran Bimbingan Alquran
56
keadaan baik dan dapat dipergunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, diharapkan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik
dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Analisa dan interpretasi data
Data diperoleh melalui wawancara dengan guru, observasi dan studi
dokumen. Setelah data terkumpul hasil dari wawancara, observasi dan studi
dokumen, maka data yang telah peneliti dapatkan diolah menggunakan teknik
triangulasi. Pengolahan data menggunakan trianggulasi ialah teknik
penggabungan dari semua metode pengeolahan data. Kegunaan teknik ini ialah
untuk mengambil gambaran dan kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis
laksanakan.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan
sumber belajar pada model moving class. Apakah terdapat perbedaan yang
signinfikan antara model kelas menetap dan kelas bergerak, tentunya hal ini
menjadi kajian yang menarik bagi peneliti untuk mengkaji secara lebih mendalam.
1. Hasil penelitian
Hasil penelitian ini merupakan komparasi dari semua teknik yang
penelii gunakan, dari semua teknik tersebut peneliti mengambil kesimpulan
yang bisa menggambarkan penelitian. Dari kedua metode tersebut diharapkan
nantinya didapatkan kesesuian data, baik dari wawancara dan pengamatan yang
peneliti lakukan mengenai pengeloaan sumber belajar pada moving class.
Seperti telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya, bahwa peneliti
menggunakan intrumen observasi dengan menggunakan skala likert. Tujuan dari
instrumen observasi agar penelitian yang penulis laksanakan lebih terarah dan
memiliki tolak ukur yang jelas. Adapun keterangan nilai yang penulis gunakan
ialah sebagai berikut ;1 = Tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = cukup, 4 = baik, 5 =
sangat baik, dan hasil dari observasi yang peneliti lakukan akan dijelaskan pada
tabel di bawah ini.
57
Tabel hasil observasi
No Indikator
Skor
1 2 3 4 5
1 Perencanaan sumber/media
pembelajaran
- - 10% 90% -
2 Penempatan media/sumber
belajar
- - 15% 77,5
%
7,5%
3 Penggunaan media/sumber
belajar
- - 10% 87% 3,4%
4 Pemanfaatan media/sumber
belajar
- - 20% 70% 10%
5 Perawatan media/sumber
belajar
- - 20% 80% -
6 Pengelolaan ruangan belajar - - 12% 84% 4%
A. Perencanaan media/ sumber belajar
Berbicara mengenai perencanaan sendiri merupakan aspek yang paling
penting dalam sebuah pengelolaan. Karena dari sebuah rencana maka akan
terbentuk sebuah program yang harus dilaksanakan. Dari sebuah rencana juga
akan dapat gambaran dan tujuan yang akan dicapai dari suatu program.
Hasil dari observasi yang peneliti dapatkan pada poin perencanaan media
dan sumber belajar adalah, 90% perencanaan media dan sumber belajar yang guru
lakukan untuk kegiatan pembelajaran bisa dikatakan baik. Sedangkan 10%
bernilai cukup. Proses penilaian ini peneliti lakukan dengan pengamatan secara
langsung. Observasi penulis laksanakan di lima kelas yang berbeda dengan
rumpun mata pelajaran yang juga berbeda. secara garis besarnya dapat dikatakan
bahwa perencanaan sumber belajar berlangsung baik.
58
Fenomena menarik dari perencanaan media dan sumber yang peneliti
temukan ialah, para guru dikalisifikasikan berdasarkan kemampuannya mengenai
penguasaan metode pembelajaran dan pengelolaan media. Klasifikasi kemampuan
para guru adalah : guru muda untuk guru yang masih minim pengalaman. Guru
muda akan selalu diberikan pelatihan untuk mengembangkan kemampuannya
dalam pengelolaan sumber belajar. klasifikasi lain ialah guru middle atinya guru
yang sudah mempunyai pengalaman dan telah melewati pelatihan tetapi
perkembangannya perlu harus selalu dipantau. Selanjutnya ialah guru ahli yang
sudah mumpuni dalam penguasaan media dan metode pengajaran. Para guru ahli
inilah yang memeberikan pelatihan kepada guru muda. 49
Dari kutipan
wawancara tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa proses perencanaan media
dan sumber belajar di SMP IT Darul Abidin berjalan dengan baik dan
berkesinambungan.
Proses perencanaan media dan sumber belajar juga terdapat pada silabus
dan RPP. Dimana sekolah sendiri telah menetapkan standarisasi mengenai
perencanaan media baik itu terkait dengan kesesuian materi pelajaran dan
keseuian dengan prinsip belajar aktif. 50
Perencanaan sumber belajar sendiri
menjadi hal yang sangat penting pada model moving clas. Karena moving sendiri
mempunyai arti suatu pembelajaran yang berkarakter mata pelajaran. maka dari
itu pengelolaan media dan sumber belajar harus mendapat perhatian yang lebih.
Perencanaan media pembelajaran tentu harus ada aspek–aspek yang
diperhatikan yang bisa dijadikan sebagai komponen penilaian dalam ukuran
perencanaan tersebut. Yang pertama, media yang guru gunakan pada proses
pembelajarannya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada kelas yang
peneliti amati kiranya media yang digunakan telah sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
49 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada
tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30 50 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada
tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30
59
Selanjutnya sumber belajar dan media memiliki keterkaitan dengan materi.
Media yang digunakan memang seharusnya memiliki keterkaitan dengan materi,
sebagai contoh media yang digunakan pada pelajaran bahasa Indonesia, guru
menggunakan koran sebagai media pembelajaran. media tersebut mudah
ditemukan dan mudah dimengerti oleh siswa. Kesesuian antara materi
pembelajaran dengan media yang digunakan harus menjadi petimbangan pertama
bagi guru, sebab dalam pendekatan sistem tujuan pembelajaran adalah komponen
yang utama dalam proses pembelajaran.
Perencanaan sumber belajar juga harus bersifat mudah ditemukan
dilingkugan sekitar, artinya dalam hal pemanfaatan media mudah ditemukan dari
lingkungan. Hal ini meungkinkan siswa untuk dapat berkreasi dalam proses
pembelajarannya. secara umum peneliti menilai perencanaan media dan sumber
belajar di SMP Darul Abidin telah terancang dengan baik.
B. Penempatan media dan sumber belajar
Penempatan media dan sumber belajar merupakan bagian penting
pengelolaan media. Hal ini dikarenakan pada aspek inilah media akan dinilai.
Apakah penempatannya sudah tepat atau belum. Dikarenakan SMP Darul Abidin
menerapkan model moving class, maka penempatan media pada setiap kelas
bersifat paten dan tak banyak perubahan. Hal ini dikarenakan untuk
menggambarkan bahwa sekolah ini telah siap dalam penerapan model moving
class, dalam rangka menyelengggarakan kelas yang berkarakter mata pelajaran.
Penempatan media yang cukup menarik bagi peneliti ialah, peneliti
menjumpai di depan setiap ruang kelas terdapat majalah dinding. Yang mana
fungsi dari setiap majalah dinding tersebut berisi info, artikel, ulasan ataupun
tulisan yang berkaitan erat dengan materi pelajaran pada suatu ruangan tersebut.
Berikut ini contoh akan peneliti tampilkan penempatan media majalah dinding
yang ada di depan ruang mata pelajaran IPS .
Gambar 4.1
60
Contoh penempatan media majalah dinding di depan ruangan.
Aspek penempatan media juga berkaitan erat dengan pengelolaan kelas.
Hal ini dikarenakan dengan penempatan media diharapkan guru sudah bisa
menguasai denah kelasnya. Dengan penempatan media di tempat yang tepat dapat
di nilai apakah media yang digunakan bisa menjangkau seluruh siswa pada proses
pembelajarannya.
Berdasarkan hasil presentase yang peneliti tampilkan pada tabel di atas, maka
variasi presentase nilai pada hasil pengamatan beragam. Untuk presentase
kategori cukup sebanyak 15%, kategori baik 77,5% dan kategori sagat baik 7,5%.
Adanya variasi nilai pada indikator penempatan media dan sumber belajar
dikarenakan setiap guru memiliki cara tersendiri dalam penempatan media yang
mereka gunakan, peneliti mengambil nilai presentase terbesar dalam penempatan
media dan sumber belajar yaitu nilai dengan kategori baik. Adapun bagian
indikator yang menjadi penilaiannya ialah ;
Dari semua indikator di atas peneliti mengambil garis besar dengan
membuat presentase secara keseluruhan bahwa dalam penempatan media di SMP
Darul abidin termasuk baik, hal ini karena setiap guru mempunyai tanggung
61
jawab dalam mengelola setiap ruangannya masing – masing. Dari bagian
indikator yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa penempatan
media tidak hanya melibatkan guru sebagai subjek tunggal tetapi juga siswa
dilibatkan dalam penempatannya. Baik dalam kemudahan untuk diakses oleh guru
atau siswa tetapi juga apakah media tersebut harus mudah dilihat dan dijangkau.
Penggunaan konsep moving class di sekolah ini telah diterapkan secara
maksimal, walaupun masih terdapat kekurangan. Walau demikian bukti bahwa
konsep moving class coba diaplikan dengan baik ialah, setiap guru memiliki
rungannya sendiri untuk dikelola sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
C. Penggunaan media dan sumber belajar
Hakikat dari Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar
lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil belajar.
Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja,
namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan
berbagai sumber belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan
mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.51
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pengunaan media dan
sumber belajar sangat diperlukan baik oleh guru maupun siswa dalam kegiatan
pembelajarannya. penggunaan media diharapkan dapat membantu siswa lebih
tertarik dan bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media juga
membuat proses pembelajaran lebih menarik.
Hasil observasi yang peneliti lakukan di SMP Darul Abidin mengenai
penggunaan media dan sumber belajar cukup beragam presentasenya. Dari
pengamatan yang peneliti lakukan dalam penggunnaan media, presentase untuk
kategori cukup sebanyak 10%, 87% kategori baik, dan 3,4% sangat baik.
Pelaksanaan observasi yang peneliti laksanakan di lima ruangan yang berbeda
dengan rumpun mata pelajaran yang berbeda juga. Pada pelaksanaan observasi ini
51 Dr.Wina sanjaya 2008, Perencanaan dan desain sitem pembelajaran cetakan pertama,
Jakarta:Kencana prenada media grup. Hal. 228
62
banyak hal menarik yang peneliti temukan. Para guru di SMP Darul Abidin
memang diharuskan untuk kreatif dalam penggunaan media. Baik menggunakan
media pembelajaran yang telah tersedia dikelas masing–masing ataupun berkreasi
dengan media pilihan guru itu sendiri.
Penggunaaan media dan sumber belajar yang dikelola oleh guru
hendaknya menerapkan prinsip dan kriteria dalam pengelolaanya. Dari
pengamatan yang peneliti lakukan, para guru cukup kreatif dalam penggunaan
media. Sebagai contoh pada mata pelajaran IPA, guru cukup menggunakan botol
bekas air mineral yang bisa dijadikan pot tanaman, kemudian di dalam tempat
tersebut diletakkan potongan busa sebagai pengganti tanah. Pada praktek
pelajaran tersebut guru menerapkan prinsip bahwa media mudah ditemukan,
mudah digunakan dan juga muda dimanfaatkan baik oleh guru maupun siswa.
Dibawah ini akan peneliti tampilkan contoh penggunaan media oleh guru
menggunakan barang bekas sebagai pot tanaman.
Gambar 4.2 Gambar 4.3
Dalam penggunaan media setiap guru tentu mempunyai kriteria tersendiri
dalam pemilhannya, kriteria yang ditetapkan oleh guru siharapkan sesuai dan
dapat membantu guru pada proses pembelajarannya. Berikut ini kriteria beberapa
guru dalam penggunaan media;
“Kriteria saya dalam penggunaan media dan sumber belajar ialah mudah
dicari dan efisien” 52
52 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada
tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30
63
“Dalam pemilihan sumber belajar, penggunaan media harus dipilih
dengan kriteria awet,utuh dan update”53
Dari kutipan wawancara dan gambar di atas yang peneliti tampilkan dapat
disimpulkan bahwa pengunaan media hendaknya menggunakan prinsip mudah.
Bukan saja hanya mudah bagi guru saja tetapi juga bagi murid dan yang paling
penting dalam penggunaan media ialah objek yang akan digunakan sebagai media
mudah ditemukan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Penggunaan
berbagai media yang dilakukan oleh guru di SMP Darul Abidin telah menjadi ciri
khas pada sekolah ini, karena sekolah ini telah lama menerapkan model moving
class. Pada model moving class keratifitas guru dalam pengelolaan media dan
sumber belajar sangat ditekankan. Untuk menerapkan model pembelajaran
moving class, penggunaan media menjadi nilai lebih pada proses
pembelajarannya.
Cara dari setiap guru dalam penggunaan media bermacam – macam, ada
yang menggunakan media yang bersifat ekonomis dan mudah ditemukan di
sekitar sekolah, ada guru yang menggunakan media dari sampah – sampah bekas
kemudian disulap menjadi media pembelajaran yang menarik, dan ada juga guru
yang menggunakan media yang berbasis internet, sehingga siswa juga dapat
bereksplorasi dalam mencari sumber belajar selain dari buku teks pelajaran.
Bagaimanapun juga secara keseluruhan poin ketiga mengenai penggunaan media
dan sumber belajar di SMP Darul Abidin peneliti simpulkan secara keseluruhan
berkategori baik.
E. Pemanfaatan media dan sumber belajar
Dilihat dari segi pemanfaatan media memberikan sangat banyak manfaat
baik untuk guru ataupun siswa dalam proses pembelajaran. media dapat
memberikan pengalaman langsung dan nyata bagi siswa dalam proses
53 Kutipan wawancara dengan Bapak Dasep ( Guru Bahasa indonesia), pada tanggal 19
Mei 2016 pukul 14.30
64
pembelajarannya. media dan sumber belajar juga menghindari pembelajaran yang
bersifat abstrak dan verbalisme, yang mana pembelajaran hanya berlangsung satu
arah dari murid ke guru. Konsep moving class yang diterapkan oleh SMP Darul
Abidin menekankan pada penggunaan media sebagai alat bantu guru dalam
proses pembelajarannya.
Pemanfaatan media dan sumber belajar mempunyai banyak kriteria, yang
mana dari kriteria tersebut peneliti menetapkan menjadi bagian dari objek
penilaian ketika melaksanakan observasi. Media yang digunakan oleh guru
hendaknya bersifat efektif. Maksud dari efektif sendiri ialah media mudah
digunakan dan mudah ditemukan dari lingkungan sekitar sekolah. Kemudahan
dalam pengoperasian media ini sendiri tidak hanya bersifat mudah bagi guru tapi
juga murid. Pemanfaatan media yang peneliti temukan selama penelitian baik dari
hasil wawancara maupun observasi tidak jauh berbeda. pemanfaatan media yang
dilakukan oleh guru cukup kreatif. Salah contoh dokumentasinya telah peneliti
tampilkan pada poin nomer tiga, Yang mana kreatifitas guru dalam pemanfaatan
dan penggunaan media di SMP Darul Abidin tidak dibatasi oleh manajemen
sekolah.
Pemanfaatan media yang dilaksakan oleh guru di SMP Darul Abidin
terbagi menjadi dua, yaitu media yang telah tersedia dan media yang diciptakan
sendiri oleh guru.54
Contoh media yang telah paten dan tersedia dikelas seperti
infokus, alat peraga dan mading. media yang telah tersedia tersebut tinggal
dimanfaatkan saja oleh guru pada proses pembelajarannya. Sedangkan media
yang diciptakan dan dikreasikan ialah media yang belum tersedia dikelas, pada
poin ini bukan hanya tugas guru untuk menciptakan media tetapi juga arahan guru
untuk siswa dalam memanfaatkan media dari lingkungan sekitar.
Dalam pemanfaatan media guru juga sebaiknya melibatkan peserta didik.
Pada setiap kelas yang peneliti jumpai, disetiap ruangan ada hasil karya anak
yang berkaitan dengan materi pembelajaran. dan didepan setiap ruangan kelas
54 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada
tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30
65
tersedia mading kelas. Mading kelas ini dikelola oleh guru penaggung jawab
setiap ruangan bersama para peserta didik. dalam hal ini peneliti simpulkan bahwa
siswa juga dilibatkan juga memiliki keterlibatan dalam mengelola media dan
sumber belajar. Gambar dan poto berikut akan menampilkan pemanfaatan media
yang dikelola oleh guru dan siswa berupa hasil karya siswa yang dipajang di
dalam ruangan.
Gambar 4.4 (contoh hasil karya siswa di ruangan Matematika)
Gambar 4.5 (contoh hasil karya siswa di ruangan IPA)
Gambar 4.6
66
Mading dan hasil karya siswa pada ruangan matematika
Hasil pengamatan pada pemanfaatan media dan sumber belajar yang
peneliti laksanakan di SMP IT Darul Abidin ialah untuk kategori nilai cukup
sebanyak 20%, untuk kategori baik mendapatkan presentase 70% dan kategori
sangat baik mendapatkan presentase sebanyak 10%. Secara keseluruhan hasil
observasi pemanfaatan media dan sumber belajar peneliti nilai berlangsung secara
baik.
. Dari pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan bisa
disimpulkan bahwa untuk pemanfaatan media sendiri tergantung bagaimana
kreatifitas guru dalam mencari dan menggali media yang relevan dengan
materinya. Sebagai contoh untuk mata pelajaran ipa guru menggunakan media
botol plastik yang kemudian diisi dengan sedikit potongan dari busa untuk media
prkatikum IPA. Dalam pelajaran bahasa Indonesia guru menggunakan media
cetak (Koran) untuk membantunya dalam menjelaskan materi yang memiliki
keterkaitan dengan materi. Artinya pemanfaatan media yang dilaksakan bisa
peneliti simpulkan sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan tingginya presentase
kategori nilai baik.
67
F. Perawatan media dan sumber belajar
Perawatan media pembelajaran yang diteliti ialah, bagaimana perawatan
tersebut dilakukan sebelum pemakaian media, ketika pemakaian media dan
setelah penggunaan media. Pada SMP Darul Abidin, tanggung jawab perawatan
media diserahkan kepada setiap guru pada ruangan yang dikelolanya. “Dengan
diterapkannya konsep moving class, pengelolaan media, kelas, dan desain kelas
diserahkan kepada setiap manajer kelas atau guru kelas tersebut.” 55
“Untuk perawatan media pembelajaran pihak sekolah sangat mendukung,
hal ini terbukti ketika infokus di ruangan bahasa Indonesia rusak seminggu
kemudian pihak yayasan dan sekolah sudah mengganti dengan infokus yang
baru”.56
Dari kutipan wawancara tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa untuk
perawatan media pembelajaran tiddak hanya menjadi tanggung jawab guru tetapi
juga di dukung oleh pihak sekolah, baik dalam pengadaan ataupun perawatan.
Perawatan media disekolah ini dilakukan dengan rutin baik sebelum
pembelajaran ataupun sesudah pembelajaran. perawatan dan pengecekan media
dilakukan oleh guru masing-masing.
Media yang digunakan di SMP Darul Abidin memiliki ruang khusus
penyimpanan, karena setiap media yang dibutuhkan oleh guru telah tersedia
diruangannya masing-masing. Untuk pengelolaan baik pengadaan ataupun
perawatan media pembelajaran, konsep moving class sangat membantu guru
dikarenakan setiap ruangan dibentuk sebagai kelas yang berkarakter mata
pelajaran.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan media dan sumber belajar
pada SMP Darul Abidin terawat sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan kondisi
kelas yang bersih dan di setiap ruangan yang peneliti masuki tersedia lemari untuk
55 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada
tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30 56 Kutipan wawancara dengan Bapak Dasep ( Guru Bahasa indonesia), pada tanggal 19
Mei 2016 pukul 14.30
68
penyimpanan berbagai macam media pembelajaran. baik media pembelajaran
cetak (buku, koran dan lain-lain) ataupun alat peraga. Berikut ini adalah gambar
lemari untuk penyimpanan media.
Gambar 4.7 Gambar 4.8
Contoh lemari tempat penyimpanan dan perawatan media
Dari keseluruhan hasil dari pengamatan peneliti mengenai perawatan
media dan sumber belajar, medapatkan kriteria nilai cukup sebanyak 20% dan
nilai dengan kriteria baik sebanyak 80%. Dapat peneliti simpulkan bahwa
perawatan media dan sumber belajar pada SMP IT Darul Abidin bisa dikatakan
baik. Terbukti dengan tinggi hasil presentase dengan nilai baik di dapatkan
dengan rasio 80%.
F. Pengelolaan ruang belajar
Pengeloaan ruang belajar pada moving class merupakan elemen yang
paling penting. Hal ini dikarenakan dengan menerapkan moving class diharapkan
guru bisa membuat pembelajaran lebih efektif dan kelas yang digunakan bisa di
desain menjadi kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran. desain kelas yang
bercirikan karakter mata pelajaran menjadi pembeda antara kelas menetap dan
kelas bergerak. Keunggulan pada model moving class terletak pada pengelolaan
69
media dan sumber pembelajaran. oleh karena itu pengelolaan ruang belajar
menjadi faktor penting yang peneliti jadikan penilaian.
Baik dari wawancara ataupun observasi yang peneliti lakukan di SMP
Darul Abidin, peneliti menyimpulkan bahwa hampir semua ruang mata pelajaran
bercirikan mata pelajaran. ketetepan dari pihak yayasan dan sekolah untuk
menerapkan konsep moving class telah berlangsug sejak lama, bahkan sejak
pertama kali sekolah ini berdiri tahun 2007. Maka dari itu semua elemen baik itu
guru, kepala sekolah, wakil kurikulum dan bagian sarana prasarana bekerja sama
dalam menerapkan model moving class pada proses pembelajran.
Setiap ruangan yang peneliti masuki telah tersedia media, baik media
yang disediakan oleh pihak sekolah seperti meja, papan tulis, infokus, alat peraga
dan sumber pustaka. Adapun media hasil kreasi setiap guru di setiap kelas
berbeda, media ini bisa dibuat oleh guru ataupun media hasil karya siswa yang
dipajang di mading kelas ataupun di dalam kelas. Berikut ini akan peneliti
tampilkan contoh gambar pengelolaan ruang kelas yang ada di SMP Darul Abidin.
Gambar 4.9
Contoh desain kelas IPA
70
Gambar 4.10 (Contoh desain kelas Pendidikan Agama islam)
Gambar 4.11 (contoh desain kelas Matematika)
Dari gambar di atas dapat disimpulkan setiap kelas mempunyai desain
tersendiri, hal ini dilakukan untuk menunjukkan ciri khas dari setiap ruangan
sehingga dapat mencerminkan karakter mata pelajaran. contohnya pada ruang
mata pelajaran PAI tidak menggunakan bangku sama sekali hal ini untuk
memudahkan guru ketika melaksanakan praktek mata pelajarannya. Sebagai
contoh praktek sholat, baik itu praktek sholat jenazah, sholalt khauf dan lain-lain.
71
Media yang tersedia di setiap ruangan juga berbeda, bukan hanya desainnya saja
yang berbeda. Media pada suatu ruangan di sekolah yang menerapkan konsep
moving class diharapkan dapat menggambarkan ruangan sesuai dengan karakter
mata pelajaran. Dalam hal ini SMP Darul Abidin telah berusaha untuk
menerapkan dengan sebaik – baiknya dan sesuai dengan konsep moving class.
berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan guru mengenai ketersediaan
media ;
“Media yang tersedia dikelas yang saya ajar, infokus, koran, mading dan
hasil karya siswa dan juga bahan pustaka yang terkait dengan materi
pelajaran seperti cerpen dan novel”57
“Media yang tersedia dikelas saya, ada peta, globe, hasil karya anak,
infokus, bahan pustaka terkait mata pelajaran dan sejarah islam”58
Hasil dari obesrvasi yang peneliti dapatkan pada indikator pengelolaan
ruang belajar ialah, tinggi presentase untuk nilai cukup sebanyak 12%, presentase
dengan nilai baik sebanyak 84% dan kriteria dengan nilai sangat baik sebanyak
4%. Mengenai pengelolaan ruangan belajar di SMP IT Darul Abidin peneliti
simpulkan bernilai baik, walaupun masih ada kekurangan. Kekurangan pada
pengelolaan ruang ialah sekolah belum dapat menampilkan pengelolaan ruang
belajar yang benar- benar berkarakter mata pelajaran. Karena pada model moving
class sendiri pengelolaan ruang belajar menjadi hal yang paling penting. Dari
pengelolaan ruangan mata pelajaran dapat kita lihat seberapa baiknya pengelolaan
pada media, maka dari itu peneliti bisa mengambil kesimpulan apakah moving
class berjalan dengan efektif ataukah tidak, bisa dilihat dari bagaimana cara
sekolah tersebut mengelola ruangan belajarnya. Secara keseluruhan peneliti
menyimpulkan bahwa pengelolaan ruang belajar berjalan dengan baik.
57 Kutipan wawancara dengan Bapak Dasep ( Guru Bahasa indonesia), pada tanggal 19
Mei 2016 pukul 14.30 58 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada
tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30
72
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa temuan sebagai berikut ;
1. Perencanaan sumber belajar secara keseluruhan berjalan dengan baik.
Proses ini telah direncanakan jauh hari yaitu pada saat rapat kerja guru
pada awal semester. Terkait dengan perencaan media dan sumber belajar
guru diklasifikasikan menurut kemampuan mereka, baik itu guru muda
ataupun guru ahli. Dan juga pemanfaatan sumber belajar dilingkungan
juga kerap digunakan oleh guru. Namun demikian perencanaan sumber
belajar harus dilakukan dengan lebih baik lagi, untuk dapat menciptakan
media yang sesuai dengan karakter mata pelajara, karena masih ada
beberapa media yang kurang sesuai dengan mata pelajaran.
2. Penempatan media daan sumber belajar yang dikelola oleh guru disetiap
ruangan berjalan dengan baik. Media sudah ditempatkan di posisi yang
tepat dengan penilaian mudah dilihat oleh siswa, mudah dioperasikan oleh
guru dan penempatan media tidak menempati banyak ruang. pengelolaan
dan tata ruang kelas pada sekolah ini pengelolaannya diserahkan kepada
setiap guru penanggung jawab ruangan.
3. Penggunaan media dan sumber belajar berlangsung dengan baik. Media
yang digunakan mudah dioperasikan guru dan juga mudah ,dioperasikan
oleh siswa. Media yang digunakan ada yang bersifat tetap dan telah
tersedia di dalam kelas tersebut, ada juga media yang dimanfaatkan dari
berbagai macam sumber seperti barang bekas, koran, artikel, internet dan
lainnya. Peran sumber belajar sendiri membantu guru dalam pembelajaran
dan membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi.
4. Pemanfaatan media dan sumber belajar sangat dipengaruhi dengan
kratifitas guru untuk membentuk sumber belajar sendiri. Dari hasil yang
peneliti temukan, para guru disekolah ini menggunakan berbagai macam
73
media untuk membantu proses pembelajrannya. Pemanfaatan media
menggunakan berbagai macam sumber baik sumber belajar dan media
elektronik, media cetak dan media barang bekas. Secara keseluruhan
pemanfaatan media berlangsung dengan baik.
5. Perawatan media dan sumber belajar berlangsung secara berkala, baik
sebelum digunakan ataupun setelah media digunakan. Perhatian pihak
sekolah dan yayasan dalam perawatan cukup baik untuk perawatan media,
hal ini terbukti jika ada kerusakan dan guru melapor kepada pihak kepala
sarana dan prasarana maka respon dari pihak sekolah akan dengan cepat
memperbaiki kerusakan yang terjadi pada suatu media.
6. Pengenlolaan ruang belajar merupakan suatu bagian terpenting pada
konsep moving class. perbedaan mendasar pada model kelas menetap dan
kelas bergerak ialah pada pengeloaan ruang. secara keseluruhan
pengelolaan ruang belajar di SMP IT Darul Abidin telah berjalan dengan
baik dan semua ruagan bercirikan karakter mata pelajaran.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa umumnya
pengelolaan sumber belajar sudah terlaksana secara baik. Hal ini dibuktikan
dengan perencanaan media yang dikelola dengan baik, penempatan media pada
posisi yang tepat, pengunaan media dengan memanfaatkan semua yang ada
dilingkungan sekolah, dan pengelolaan ruangan belajar yang bercirikan karakter
mata pelajaran sehingga kelas tersebut bisa mencerminkan mata pelajaran.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Hendaknya perencanaan media seharusnya benar-benar disiapkan dengan
matang, apakah media yang digunakan sudah tepat atau belum.
2. Hendaknya penempatan media yang bersifat krusial seperti alat peraga
seharusnya tersedia di setiap ruangan.
74
3. Hendaknya Perawatan media seharusnya bukan hanya menjadi tanggung
jawab guru tetapi juga siswa. Sehingga jika ada kerusakan tidak harus
menunggu perbaikan dari pihak sekolah.
4. Hendaknya pengelolaan ruang dapat mencerminkan karakter mata pelajaran
setiap ruang.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar,
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-
mengefektifkan-pembelajaran-siswa/,diunduh pada senin, 15 Februari
2016.
Anas Sudjono, Pengantar statistik pendidikan. Jakarta : PT. Raja grafindo
persada, 1987, hal. 43
Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta :
Rineka cipta, 2010. Cetakan keempat : Jakarta : PT. Raja grafindo persada,
1996.
Arikunto, Suharsimi. Pengelolaan kelas dan siswa. Cetakan keempat, Jakarta : PT.
Raja grafindo, 1996.
Asep Suryana & Suryadi, Pengelolaan pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2009.
Ati sumiyati, Rochyati, Chadijah dan Sjukma siam, Perencanaan pengajaran
berdasarkan sistem. Jakarta : CV. Praktika aksara semesta, 2009.
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving
class di SMA, 2010.
Ely inayah, Manajemen sumber belajar.
http://elyinayah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-sumber-
belajar.html, diunduh pada ; rabu, 23 Maret 2016.
Hamalik, Oemar. Proses belajar mengajar. Jakarta : PT : Bumi karsa, 2004.
Mohammad rohman & soffan amri, strategi dan desain pengembangaan sistem
pembelajaran. Jakarta : Prestasi pustaka karya, 2013.
Nana sudjana. Penilaian hasil belajar mengajar. Bandung : Remaja rosdakarya,
2001.
Peraturan menteri pendidikan nasional RI, no.22 tahun 2006, tentang standar isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan, salinan permendikbud tentang
standar proses pendidikan dasar dan menengah, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013.
Slameto, Proses belajar mengajar dalam sistem kredit semester. Jakarta : Bumi
aksara, cetakan 1, 1991.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan desain sistem pebelajaran. Jakarta : kencana
pranada media grup,2008.
Tim pelaksana program rintisan sekolah kategori mandiri(SKM) SMAN 9
YOGYAKARTA, Rancangan program pembelajaran dengan sistem
Moving class ; 2008.
Pedoman wawancara untuk guru
Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP Darul Abidin –
Depok
Karakteristik narasumber
Nama narasumber : …
Bidang studi yang diajarkan :
1. Bagaimana pengelolaan sumber belajar pada sekolah ini dilaksanakan?
2. Apa saja media pembelajaran yang tersedia dikelas yang bapak/ ibu ajar?
3. Media apa saja yang paling sering bapak/ibu gunakan dalam proses
pembelajaran?
4. Apa saja manfaat bapak/ibu ketika menggunakan sumber belajar pada proses
pembelajaran?
5. Apa saja kriteria bapak / ibu dalam menentukan pemilihan sumber belajar ?
6. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam penggunaan berbagai macam
media?
7. Apa alasan bapak/ibu menerapkan desain kelas yang digunakan pada kelas
yang diajar ?
8. Berapa lama desain kelas digunakan?
9. Adakah hambatan dalam pelaksanaan moving class ?
10. Apakah perangkat pembelajaran yang bapak/ ibu gunakan telah sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran?
11. Bagaimana dukungan pihak sekolah dalam pengelolaan sumber belajar?
12. Menurut bapak/ibu apakah penerapan moving class bisa meningkatkan
efektifitas dalam proses pembelajaran ?
13. Menurut bapak/ibu, apakah dengan model moving class siswa dapat lebih
aktif pada proses pembelajaran?
14. Menurut bapak/ibu, Apakah moving class meninngkatkan keberanian siswa
dalam bertanya pada kegiatan pembelajaran?
15. Apakah dengan model moving class siswa menjadi lebih termotivasi pada
pembelajaran ?
16. Apakah moving class lebih mempermudah guru dalam menggunakan berbagai
macam media ?
17. Apakah sumber belajar telah dimanfaatkan secara maksimal ?
18. Apa saja hambatan yang dialami guru dalam penggunaan berbagai macam
sumber belajar/ media pembelajaran ?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMPIT Darul Abidin
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Pertemuan Ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 9. Memahami isi berita dari radio/televisi
Kompetensi Dasar : 9.1.Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana,
kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan/
atau ditonton melalui radio/televisi
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
Mampu menemukan pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan pokok-pokok
berita
Mampu menuliskan pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar
II. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi siswa mampu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa,
dan bagaimana) yang didengar dan/atau ditonton melalui radio/televisi;
Melalui pengamatan siswa mampu menuliskan pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
III. Materi Ajar
Cara menemukan pokok-pokok berita dan implementasinya
IV. Metode Pembelajaran
– Contoh – Latihan
– Tanya jawab – Diskusi
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
Menyiapkan siswa utuk baca do’a
Mengabsen siswa
Apersepsi :
Bertanya jawab tentang tema ”Kebakaran” dan hal-hal yang harus diperhatikan serta
teknik mendengarkan berita dari radio/televisi
Bertanya jawab tentang topik berita yang disukai siswa
Memotivasi :
• menemukan pokok-pokok berita
B. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture dan mimik yang
tepat
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan
dipelajari dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar
lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
memfasilitasi peserta didik dapat menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana,
kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan/atau ditonton melalui radio/televisi.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi Peserta didik Mendengarkan pembacaan teks berita
Bertanya jawab tentang pokok-pokok berita yang didengar
Mendengarkan teks berita pada latihan
Mengidentifikasi kata-kata kunci
Mengidentifikasi pokok-pokok berita berdasarkan kata-kata kunci
Menjawab pertanyaan tentang isi teks
Membuat pertanyaan lain tentang isi teks
Mengubah sajian berita tersebut menjadi sajian berita live report
Menyampaikan kembali isi berita secara lisan
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif.
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
Memberikan penguatan materi yang baru dibelajarkan
Menyimpulkan cara menemukan pokok-pokok berita dan mengemukakan kembali berita
yang didengar/ditonton melalui radio/televisi
V. Sumber/Bahan/Alat
Berita dari radio/televisi yang diperdengarkan
Teks berita dari majalah/surat kabar yang dibacakan
Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
VI. Penilaian
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian Instrumen
Mampu menemukan
pernyataan-pernyataan yang
merupakan jawaban dari
pertanyaan pokok-pokok
berita
Mampu menuliskan pokok-
pokok berita dengan ejaan
yang benar
Tes lisan
Tes tulis
Uraian
Uraian
Kemukakan secara lisan
pokok-pokok berita yang
terdapat di dalam berita yang
kamu dengarkan!
Tuliskan pokok-pokok berita
dengan singkat!
Bentuk
tes:
lisan
dan
tertulis
Keteran
gan
Skor
maksim
um 3 (3
× 5) =
45
Nilai
akhir :
Skor yang diperoleh
X 100
Skor maksimum
Mengetahui,
Kepala SMPIT Darul Abidin
(Fitri Widya Ayuningsih, S.Pd.)
NIK : 20100604
Depok, Januari 2016
Guru Mapel Bhs Indonesia.
( Dasep Supiadin, S.Pd.)
NIK : 20150609
No Aspek Penilaian Bobot Nilai
1 Menemukan pokok-pokok berita
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
5
2 Mengemukakan kembali berita
a. Baik (3)
b. Kurang baik (2)
c. Tidak baik (1)
5
3 Menjawab pertanyaan tentang isi berita
a. Semua benar (3)
b. Sebagian besar benar (2)
c. Sebagian besar salah (1)
5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMPIT Darul Abidin
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2x pertemuan )
Standar Kompetensi : 9. Memahami isi berita dari radio/televisi
Kompetensi Dasar : 9.2. Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton
melalui radio/televisi
I. Indikator Pencapain Konpetensi
• Mampu menuliskan pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar
• Mampu merangkai pokok-pokok berita secara bervariasi menjadi teks berita
• Mampu menulis satu teks berita
• Mampu menyunting berita yang ditulis
II. Tujuan Pembelajaran
- Pertemuan Pertama:
o Melalui diskusi siswa mampu menganalisis pokok-pokok berita yang didengar dengan ejaan
yang benar
o Melalui diskusi siswa mampu merangkai pokok-pokok berita secara bervariasi menjadi
teks berita
- Pertemuan Kedua :
o Melalui penugasan siswa mampu menulis satu teks berita
o Melalui diskusi siswa mampu menyunting teks berita tulisan sendiri atau teman
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
III. Materi Ajar
Cara mengemukakan kembali berita dan implementasinya
IV. Metode Pembelajaran
– Contoh – Diskusi
– Tanya jawab – Penugasan
– Latihan
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
Pertemuan Pertama :
Apersepsi :
• Mengkondisikan/ merapikan siswa untuk siap mengikuti KBM;
• Membaca do’a bersama- sama;
• Mengabsen siswa/ Mencatat siswa yang tidak hadir;
• Bertanya jawab tentang berita tema Ekonomi dan Bencana Alam;
• Membuka kembali ingatan siswa tentang kegiatan mendengarkan berita.
Memotivasi :
Menyampaikan kembali isi berita tersebut
B. Kegiatan Inti•
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang
tepat
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar
lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
memfasilitasi peserta didik dapat Mendengarkan pembacaan teks berita ”Dana Nasabah
Bank Global Hari Ini Dicairkan” yang akan dibacakan oleh salah satu teman
Tiap anak membuat dua pertanyaan pada kertas, kemudian dikocok
Siswa mengambil dua gulungan kertas tersebut, dan menjawab pertanyaannya
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun
tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif.
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
A. Kegiatan Awal
Pertemuan Kedua :
Apersepsi :
• Mengkondisikan/ merapikan siswa untuk siap mengikuti KBM;
• Membaca do’a bersama- sama;
• Mengabsen siswa/ Mencatat siswa yang tidak hadir;
• Bertanya jawab tentang tema ”Lingkungan”
• Membuka kembali ingatan siswa tentang kegiatan mendengarkan berita dan cara menemukan
pokok-pokok berita.
Memotivasi :
cara Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui radio/ televisi.
B. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang
tepat
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar
lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
memfasilitasi peserta didik dapat membacakan teks berita ”Tanaman Guttapercha
Terancam Punah” dengan memerhatikan intonasi, artikulasi, dan ekspresi
Menyampaikan kembali isi berita tersebut
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun
tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif.
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
Menyimpulkan cara Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui radio/
televisi.
VI. Sumber/Bahan/Alat
Berita dari radio/televisi/rekaman yang diperdengarkan
Teks berita dari majalah/surat kabar yang dibacakan
Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
VII. Penilaian
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian Instrumen
Mampu menuliskan
pokok-pokok berita
dengan ejaan yang benar
Mampu merangkai
pokok-pokok berita
secara bervasiasi menjadi
teks berita
Mampu menyunting
berita yang ditulis
Tes tulis
Tes
praktik/
kinerja
Uraian
Uji petik
kerja
Tulis pokok-pokok berita
dengan singkat!
Tulislah teks berita
dengan cara merangkai
secara bervariasi pokok-
pokok berita!
Suntinglah teks beritamu
dan berita temanmu!
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No Aspek Penilaian Bobot Nilai
1 1. Keberanian mengungkapkan kembali isi berita
a. Berani (3)
b. Kurang berani (2)
c. Tidak berani (1)
5
2 2. Menjawab pertanyaan tentang teks
a. Semua benar (3)
b. Sebagian besar benar (2)
c. Sebagian besar salah (1)
5
3 3. Menggunakan penghubung yang
a. Tepat (3)
5
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
Keterangan
Skor maksimum 3 (3 × 5) = 45
Nilai akhir : Skor yang diperoleh
X 100
Skor maksimak
Mengetahui,
Kepala SMPIT Darul Abidin
(Fitri Widya Ayuningsih, S.Pd.)
NIK : 20100604
Depok, Januari 2016
Guru Mapel Bhs Indonesia.
( Dasep Supiadin, S.Pd.)
NIK : 20150609
Silabus Pembelajaran Kelas VIII SMP IT Darul Abidin
SILABUS PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP IT Darul Abidin
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII (Delapan) /1 (Satu)
Standar Kompetensi : Mendengarkan
1. Memahami wacana lisan berbentuk laporan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
1.1.Menganalisis
laporan
Penganalisisan
laporan perjalanan
o Mendengarkan
laporan perjalanan
siswa
o Menuliskan pokok-
pokok laporan yang
diperdengarkan
dengan kalimat
singkat
o Bertanya jawab
tentang laporan yang
diperdengarkan
o Menganalisis pola
urutan waktu atau
ruang dalam laporan
yang diperdengarkan.
Mampu menuliskan
pokok-pokok laporan
yang didengarkan dengan
kalimat singkat
Mampu menganalisis
pola urutan waktu, ruang,
atau topik dalam laporan
yang didengarkan.
Mampu menuliskan
pokok-pokok laporan
yang didengarkan dengan
pilihan kata yang
sederhana
Mampu menyebutkan
pola urutan waktu, ruang,
atau topik dalam laporan
yang didengarkan
Tes lisan
Tes tulis
Dafttar
pertanyaan
Uraian
Tulislah enam
pokok laporan
dari laporan
yang kamu
dengarkan!
Tentukan pola
urutan laporan
dan buktikan
dengan cara
mencuplik
isinya!
4 X 40’ Narasumber
(Siswa)
Karakter siswa yang diharapkan : Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
Silabus Pembelajaran Kelas VIII SMP IT Darul Abidin
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
1.2. Menanggapi isi
laporan
Cara menanggapi
laporan perjalanan
dan implementasi-
nya
o Mendengarkan
laporan perjalanan
siswa
o Menuliskan pokok-
pokok isi laporan
perjalanan dengan
kalimat singkat
o Memberikan
tanggapan, kritik,
saran terhadap
laporan perjalanan
siswa
Mampu menanggapi
laporan perjalanan teman
dengan mengajukan
pertanyaan atau pendapat
Mampu memberikan
masukan terhadap
laporan perjalanan teman
Mampu menanggapi
laporan perjalanan teman
dengan bahasa yang
sederhana
Observasi
Observasi
Lembar
observasi
Lembar
observasi
Apakah
tanggapan
siswa diikuti
pendapat?
Selalu;
kadang-
kadang; tidak
pernah
Apakah
tanggapan
siswa berupa
pertanyaan?
Selalu;
kadang-
kadang; tidak
pernah
Apakah
tanggapan
siswa berupa
saran? Selalu;
kadang-
kadang; tidak
pernah
2 X 40’ Narasumber
(siswa)
Karakter siswa yang diharapkan : Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.