Skripsi Ismail 109018200047 WATERMARK.pdf

123
PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR PADA MOVING CLASS DI SMP IT DARUL ABIDIN DEPOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh: Ismail (109018200047) PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Transcript of Skripsi Ismail 109018200047 WATERMARK.pdf

PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR PADA MOVING CLASS DI SMP IT DARUL

ABIDIN – DEPOK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Ismail

(109018200047)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

ABSTRAK

Ismail, “ Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP IT Darul

Abidin – Depok”. Skripsi Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.

Penelitian ini mendeskripsikan pengelolaan sumber belajar pada moving

class dan manfaat sumber belajar dalam mendukung kegiatan pembelajaran.. Pada

model Moving class mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung

kegiatan belajar megajar, tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode

dan tentunnya lingkungan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan

belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna. Teknik pengumpulan

data yang peneliti gunakan ialah metode triangulasi. Adapun metode yang penliti

gunakan pada penelitian ini ialah, wawancara, studi dokumen dan observasi. Dari

ketiga metode tersebut peneliti melakukan komparasi dengan menggunakan

trianggulasi. Teknik ini bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Hasil dari penelitian mengenai pengelolaan media dan sumber belajar di

SMP IT Darul abidin sudah terlaksana secara baik. Hal ini dibuktikan dengan

perencanaan media yang dikelola dengan baik, penempatan media pada posisi

yang tepat, pengunaan media dengan memanfaatkan semua yang ada

dilingkungan sekolah, dan pengelolaan ruangan belajar yang bercirikan karakter

mata pelajaran sehingga kelas tersebut bisa mencerminkan mata pelajaran sesuai

dengan konsep moving class.

Kata kunci : Moving class, Sumber belajar

Abstrac

Ismail, “Management of Learning Resources On Moving Class In SMP Darul

Abidin- Depok.” Thesis Program studies Management Education Faculty of

Education and Science Teaching UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research describes the management of learning resources on moving

class and the benefits of learning resources to support learning activities. On Moving

class absolutely needs all the components that support learning activities, not only

teachers, but also the media, materials, tools, methods and environment.

In this study the authors used qualitative research methods. The general

reason to use qualitative methods because the problem is not clear holistic, complex,

and dynamic. In this research, data collection techniques that researchers use a

method of triangulation. Triangulation is defined as a technique combines various

techniques of data collection and data sources that already exist.

Results of research on media and learning resources management in IT SMP

Darul abidin already performing well. This is evidenced by a media planning

managed properly, media placement in the right position, use of media by utilizing all

existing school environment and management of learning spaces that characterized

the character of subjects. However, there are still some shortcomings in its

management, both in the management of media and design classes.

Key word : Moving class, learning resources

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan

Rahmat, Hidayah serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan

judul “Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving class”. Terwujudnya skripsi ini tidak

lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik

tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karna itu dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd Ketua Jurusan Managemen Pendidikan

3. Bapak Dr. Mu‟arif SAM, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing skripsi, atas segenap

waktu, inspirasi, arahan dan bimbingannya kepada penulis hingga akhir penulisan

skripsi ini.

4. Nurdelima Waruwu, M.Pd Sebagai Dosen Pembimbing Akademik.

5. Segenap dosen-dosen Manajemen Pendidikan yang selalu memberikan ilmu-

ilmunya sehingga penulis bisa menyelasaikan penulisan skripsi ini.

6. Ayah (Muhammad Nashir) dan Ibu(Maryuni) kedua orang tua tersayang, yang

selalu mendoakan, mendidik, mengarahkan, menasehati, sabar dan memberikan

kasih sayangnya serta dorongan moral maupun materil kepada penulis. Skripsi ini

khusus penulis persembahkan untuk kedua orang tuaku sebagai ungkapan bakti

dan cinta.

7. Keempat saudara yang luar biasa yang selalu sabar memberikan dukungan

sepenuh hati bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, Teta Muslina

Yeni, Abang Muslim Zen, Abang Dedi dan Uni Surya.

8. Kelima keponakan tersayang, Qotrunnada Jinan Athira, Naufa Lin fikria, Hasan,

Najmi dan Umeir.

9. Terima kasih sebesar – besarnya penulis ucapkan kepada segenap guru dan staff

Yayasan Darul Abidin – Depok yang telah bersedia menjadi objek penlitian dalam

penulisan skripsi ini khususnya kepada Bapak Hari selaku kepala staff HRD

Darul Abidin, Ibu Fitri widianingsih selaku kepala sekolah SMP Darul Abidin,

bpk. Dasep, Bpk. Ammar, Ibu Siti daniar, dan Ibu Vevi.

10. Sahabat – sahabat terbaik, Ahmad Amirudin Mukhlas, Andri priyatna, Ahmad

rifqi, Bayu widia prakoso, indipala mayosa, Eri Chandra, Wisnu Purbaya, Rizqi

Ramadhan, Rusyda, Rizki, Renal, Ari, Locoporta agung, Primasatya bangkit,

cengir marabunta, mulet, Ozan, Pak arif dan kang omen.

11. Keluarga besar Mas Ahmad Mukhtarul Huda, M.H yang telah banyak memberikan

dukungan selama penulisan skripsi ini.

12. Keluarga besar Bapak. Opan sopandi yang terus mendukung penulis.

13. Rekan-rekan Jurusan manajemen pendidikan, Aan, Azizatul fauziah, Muhammad

irfa‟I muslim, Rizqi Ramadhan, Rizam Nuruzzaman, Mitsni khoiri, Siti

shofwatunnida, welvy, Nita Yuliana, Aria zakara, Devi rusmaningtiyas, M.

gunawan, Mahmud hidayat, Muhammad taufik, Ardi gunawan, yanwar firan

salam, Harianto, Muhammad zaki, Ruslan, lia alfiani, fika hikayah, siti zulaiha,

indah, subkhi, muhmmad labib, ardi gunawan dan semua rekan – rekan Jurusan

Manajemen yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

14. Teman satu almamater Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Ahmad Ammirudin

mukhlas, Ahmad rijal, Hanif Ahmad, Jundi, Nurmansyah, Resnu, Wawan, Syarif,

Abdul Romdona, Andri priyatna, Filly Nugraha, sultonika, iqbal tawakal, Fikri

Abdullah, Roy septian dan semua teman – teman satu pesantern yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu yang terus menerus memberikan dorongan dan

motivasi bagi penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

15. Rekan – rekan guru dan staff Rumah belajar Berkemas, Ibu Yayah komariah,

Bpk. Budiono, Bpk. Joko, Bpk. Galih, Bpk. Wawan, ike listiani, ulfah hasanah,

Lia, Husnul, wulan dan semua rekan guru yang selalu memebreikan motivasi bagi

penulis.

16. Murid – murid SMP Berkemas yang terus menjadi inspirasi bagi penulis.

17. Murid – murid Pertamina Soccer School.

18. Murid – murid SMK Kharismawita Jurusan Pemasaran.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini, mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karna itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan,

demi perbaikan kedepanya. Amin YaaRabbal„ Alamin.

Jakarta, 22 Juli 2016

Penulis,

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar belakang ....................................................................................... 1

B. Identifikasi masalah ............................................................................... 10

C. Batasan masalah ................................................................................... 11

D. Rumusan masalah ................................................................................. 11

E. Tujuan penelitian ................................................................................... 11

F. Kegunaan penlitian ................................................................................ 12

Bab II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 13

A. Moving class .......................................................................................... 13

1. Pengertian moving class .................................................................. 14

2. Perbedaan moving class dan kelas menetap .................................... 15

3. Tujuan pelaksanaan moving class ................................................... 18

4. Kelebihan dan kekurangan moving class ........................................ 20

B. Sumber belajar moving class ................................................................. 24

1. Pengertian sumber belajar ............................................................... 24

2. Jenis – jenis sumber belajar ............................................................. 26

3. Tujuan dan fungsi sumber belajar .................................................. 29

4. Pemilihan sumber belajar ................................................................ 32

5. Pengelolaan sumber belajar moving class ....................................... 34

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 43

A. Tempat dan waktu penelitian................................................................. 43

B. Metodologi penelitian dan desain .......................................................... 43

C. Teknik dan instrumen pengumpulan data.............................................. 44

D. Teknik analisa data ................................................................................ 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 50

A.Gambaran umum SMP Darul Abidin ...................................................... 50

1.Sejarah singkat SMP Darul Abidin ................................................. 50

2. Visi, misi dan tujuan SMP Darul Abidin ....................................... 51

3.Data siswa ....................................................................................... 53

4.Data guru dan pegawai ................................................................... 54

5.Sarana dan prasarana ...................................................................... 55

B. Analisa data dan interpretasi data .......................................................... 56

1.Hasil penelitian .................................................................................... 56

A. Perencanaan media dan sumber belajar ............................................. 57

B. Penempatan media dan sumber belajar .............................................. 59

C. Penggunaan media dan sumber belajar .............................................. 61

D. Pemanfaatan media dan sumber belajar ............................................ 64

E. Perawatan media dan sumber belajar ................................................. 67

F. Pengelolaan ruang belajar .................................................................. 68

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 72

A. Kesimpulan ........................................................................................ 72

B. Saran ................................................................................................. 73

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 penempatan media majalah dinding di depan ruangan. ........... 60

Gambar 4.2 penggunaan media menggunakan barang bekas ..................... 62

Gambar 4.3 penggunaan media menggunakan barang bekas ..................... 62

Gambar 4.4 hasil karya siswa di ruang matematika .................................... 65

Gambar 4.5 hasil karya diruang IPA ............................................................ 65

Gambar 4.6 mading dan hasil karya siswa di ruang matematika …......... 66

Gambar 4.7 lemari tempat penyimpanan media .......................................... 68

Gambar 4.8 lemari yang tersedia dalam ruangan ........................................ 68

Gambar 4.9 desain kelas IPA ...................................................................... 69

Gambar 4.10 desain kelas PAI ....................................................................... 70

Gambar 4.11 desain kelas matematika ........................................................... 70

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen

pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,

metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai

tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.

Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan

rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan

mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar

dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan,

mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok

yang produktif.

Pada saat ini banyak sekolah dan guru belum menyadari akan pentingnya

pengelolaan kelas. Baik itu dari sarana maupun pengadaan media. Media yang

tersedia hanyalah papan tulis, meja guru dan meja siswa. Tak ada alat peraga yang

tersedia di kelas ataupun media yang mendukung kegiatan pembelajaran dan

menunjang rasa ingin tahu siswa. Tak jauh berbeda dengan desain kelas pada

kelas konvensional lainnya. Suasana kelas yang seperti ini seringkali membuat

siswa jenuh.

Idealnya untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, hendaknya guru

maupun pihak sekolah dapat menciptakan sumber belajar. Pengadaan sumber

belajar sendiri diharapkan dapat menjadi faktor penunjang dalam pengelolaan

kelas yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Berbeda mata

pelajarannya,maka sumber belajar yang digunakan pasti akan berbeda, hal ini

dikarenakan untuk mencapai tujuan dari standar kompetensi yang ingin dicapai

2

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu Moving class sebagai

model pembelajaran yang kelasnya yang bercirikan kepada mata pelajaran.

Moving class diharapkan dapat menjadi jawaban akan permasalahan dalam

pengelolaan kelas.

Menurut herbert simon (dick dan carey, 2006) mengartikan bahwa desain

atau model pembelajaran sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan dari sebuah

desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam pemecahan masalah dengan

memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.1 Dengan demikian, suatu model

atau desain muncul karena kebutuhan akan memecahkan suatu masalah.

Dari pendapat Herbert simon dapat kita ambil simpulkan bahwa tujuan

dari desain atau model pembelajaran ialah untuk mendapatkan solusi terbaik dari

suatu masalah. Moving class sendiri diharapkan bisa menjadi jawaban akan

masalah yang terjadi pada pengelolaan kelas dan sumber belajar. Tetapi Moving

Class tentunya bukan tidak memiliki kekurangan. Pasti ada kekurangan dalam

pelaksanaan pada model ini.Diantara beberapa kekurangan yang terdapat pada

Moving class ialah pada pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar.

Kompleksnya masalah pada pengelolaan sumber belajar tidak terbatas hanya pada

konteks yang penulis sebutkan, tetapi masih banyak kekurangan yang lain.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 Tentang Standar Isi pada Lampiran Bab III Mengenai Beban Belajar

menyebutkan bahwa ”Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan

menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau

sistem kredit semester”.2Pada sistem kredit semester (SKS) diperlukan suatu

sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik lebih aktif seperti sistem

belajar kelas bergerak (moving class).

1 Wina sanjaya, perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama,

Jakarta:Kencana prenada media grup. Hal 65 2Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, no. 22 tahun 2006, tentang

standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

3

Model pembelajaran moving class lebih menekankan kepada siswa pada

proses pembelajaran aktif (active learning). Artinya pada tatanan ini kita

dapatmengambil kesimpulan bahwa tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga

menyiapkan sumber belajar yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya..

Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang mencirikan kelas

berkarakter mata pelajaran, dengan demikian peserta didik akan berpindah tempat

sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah ditentukan. Konsep moving class

mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan

lingkungan yang dinamis sesuai dengan yang dipelajarinya.Sekalipun sistem

moving class lebih sesuai pada SKS namun tidak menutup kemungkinan

dilaksanakn pada sistem paket.

Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa

yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class mengacu pada

pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang

dinamis sesuai dengan pelajaran yang dipelajarinya. Dengan moving class, pada

saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju

ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang

mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat

menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu. Keunggulan sistem ini adalah para

siswa lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima

pelajaran. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata pelajaran

tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran. Dengan

demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan moving

class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan

bidang studi yang dipelajarinya.

Sistem belajar moving class mempunyai banyak kelebihan baik bagi

peserta didik maupun Guru. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi

pelajaran, suasana kelas menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru

lebih intensif. Bagi guru mempermudah dalam berinovasi dan berkreasi dalam

4

proses pembelajaran tertutama dalam mendesain ruangan dan menyediakan sarana

prasaran yang mendukung pembelajaran sendiri tentunya.

Dalam pelaksanaan moving class tentunya dibutuhkan banyak ruangan.

Hal ini disebabkan karena moving class merupakan sistem pembelajaran yang

setiap ruangannya mempunyai ciri kepada setiap mata pelajaran. Maka dari itu

dibutuhkan banyak ruang ,ketersediaan alat peraga dan media guna mendukung

kegiatan belajar mengajar. Ketersediaan jumlah ruangan rasanya menjadi

permasalahan yang sangat krusial.Karena masih ada sekolah yang dalam

pelaksanaan moving class, para siswa harus antri dan menunggu giliran pada saat

pemakaian ruangan terentu.

Keterampilan guru dalam penyiapan kelas dan ruangan yang sesuai

dengan mata pelajaran yang diampunya tentu harus mendapat perhatian.Jika

seorang guru bisa menciptakan konsep ruangan yang sesuai dengan mata

pelajaran tentu akan menjadi nilai tambahan pada moving class. Tetapi bagaimana

jika guru tidak dapat kreatif dalam penataan ruangnya dan tak bisa memanfaatkan

semua media untuk menjadi sumber belajar, tentu konsep moving class tidak akan

terasa perbedaannya dengan konsep belajar pada umumnya. Realita yang terjadi

dilapangan banyak guru ataupun sekolah yang belum memahami konsep moving

class. Mereka menerapkan hanya sebisanya dan hal tersebut tidak sejalan dengan

konsep pembelajaran Active learning.

Keinginan guru dalam mengelola kelas sering terbentur oleh kebijakan

manajemen sekolah. Karena manajemen sekolah mempunyai peranan penting

dalam setiap kegiatan yang berlangsung di sekolah tersebut, terutama mengenai

rancangan proses pembelajaran. Kebijakan tersebut meliputi pengadaan sarana

dan prasarana, pengadaan media, alat peraga dan juga melengkapi koleksi pustaka

yang ada. Pengadaan sarana dianggap begitu penting dalam mendukung kegiatan

belajar mengajar.

5

Model moving class tentunya membutuhkan biaya yang besar dalam

pengelolaannya.karena moving class ialah kelas yang bercirikan mata pelajaran.

Maka dari itu dibutuhkan biaya yang besar dalam pengelolaan.biaya yang besar

dibutuhkan sebagai contoh dalam pengadaan sarana dan prasarana. Baik itu

ketersediaan ruang kelas, kelengkapan media, pengadaan alat peraga.

Selain pembiayaan yang besar pada moving class juga dibutuhkan alokasi

waktu dalam proses perpindahan kelas yang dilakukan oleh siswa. Guru

membutuhkan waktu untuk penyiapan kelas kembali untuk menyiapkan proses

pembelajaran, sedangkan murid butuh waktu untuk menyiapkan diri mereka

dalam menerima proses pembelajaran selanjutnya. Setidaknya butuh waktu 5

menit sampai 10 menit bagi siswa dan guru pada proses perpindahan kelas ini.

Akibatnya banyak waktu yang terbuang. Misalnya saja waktu yang 5 menit bisa

digunakan guru untuk mengulang materi yang telah disampaikan, tetapi pada

model moving class, tentu hal ini tak bisa dilaksanakan. Karena proses

perpindahan ini juga terkadang banyak memakan waktu pada proses

perpindahannya.

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa

data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam

belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah

peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu

(AECT : 1977).

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: Sumber

belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang

secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem

instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu

sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan

keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran.

6

Pentingnya pengelolaan sumber belajar karena sebagai bagian dari unsur

kurikulum. Pengelolaan yang baik pada sumber belajar akan menjadikan proses

pembelajaran menjadi lebih efektif. Pengelolaan sumber belajar yang tepat guna

akan menjadikan pembelajaran yang disajikan lebih menarik untuk siswa dan juga

menjadikan guru akan lebih kreatif dalam pengadaan sumber belajar. Fungsi lain

yang tak kalah pentingnya dalam pengelolaan sumber belajar ialah, mempercepat

laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik.

mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak

membina dan mengembangkan gairah pada proses pembelajaran. Memberikan

dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara perancangan program

pembelajaran yang lebih sistematis; dan pengembangan bahan pengajaran yang

dilandasi oleh penelitian.Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan

meningkatkan kemampuan sumber belajar penyajian informasi dan bahan secara

lebih kongkrit.

Masalah pada pengelolaan sumber belajar ialah kurangnya perhatian akan

semua hal yang bisa mendukung kegiatan proses pembelajaran itu sendiri. Bisa

disimpulkan bahwa proses pembelajaran hanya tergantung kepada satu sumber

belajar yaitu guru sebagai objek tunggal. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang

telah dijabarkan sebelumnya, bahwa semua hal yang mendukung kegiatan proses

pembelajaran baik itu berupa alat, media, data dan orang merupakan sumber

belajar. Fakta pada sebenarnya yang terjadi dilapangan bahwa hanya ada satu

objek tunggal. Pada permasalahan ini sekolah hanya menerapkan gaya

pembelajaran yang konvensional tanpa memanfaatkan segala sumber untuk

belajar yang tersedia.

Setidaknya ada enam komponen yang dapat dijadikan sebagai sumber

belajar yaitu, pesan (message), orang (man), bahan (material), alat (device),

metode dan lingkungan. Jika enam komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara

maksimal dan optimal maka akan tercipta iklim yang kondusif dalam proses

pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi objek tunggal, tetapi cukup sebagai

fasilitator yang mengarahkan siswa kepada sumber yang diprelukan untuk

7

mendukung kegiatan belajar. Sumber belajar dan kegiatan belajar mengajar tidak

hanya terbatas pada kelas saja, tetapi semua yang dapat mendukung proses

pembelajaran sendiri. Maka dari itu dalam iklim belajar yang berbasis pada pola

pembelajaranActive learning, pengelolaan sumber belajar sangat dibutuhkan.

Active learning sendiri ialah proses pembelajaran yang bercirikan proses

pembelajaran yang aktif dimana tugas guru sebagai fasilitator yang mendampingi

kegiatan belajar siswa. Dan konsep active learning sejalan dengan Moving class.

Pentingnya pengelolaan sumber belajar yang baik dalam rangka

mendukung kegiatan pembelajaran yang kondusif. Pada model Moving class

mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung kegiatan belajar megajar,

tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode dan tentunnya

lingkungan. Pengelolaan sumber belajar erat hubungannya dengan berbagai aspek

yang terdapat pada sumber belajar itu sendiri. Dan aspek pengelolaan kelas

sebagai bagian dan unsur penting dalam proses belajar mengajar.

Kegiatan belajar mengajar yang baik ialah adanya interaksi antara guru

dan murid. Guru dapat menghidupkan suasana kelas, guru bisa menerangkan

pelajarannya dan sang murid bisa mengerti palajaran yang disampaikan sehingga

terciptalah suasana belajar yang kondusif. Maka dari itu dengan adanya model

moving class yang mana setiap guru mempunyai kelas yang sesuai dengan mata

pelajarannya. Sehingga diharapkan guru dapat mengelola kelas yang mempunyai

ciri sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

Salah satu lembaga pendidikan yang menggunakan model moving class

dalam pembelajarannya adalah SMP Islam Terpadu Darul Abidin – Depok.

Sekolah ini sudah menerapkan model moving class sejak tahun 2007 dan

bersamaan dengan awal mula berdirinya sekolah. Latar belakang penerapan

moving class sendiri dalam rangka untuk memuliakan guru, karena agama islam

8

menganjurkan kepada murid untuk memuliakan kedudukan guru sebagai sumber

ilmu.3

Filosofi terhadap memuliakan guru inilah yang dicoba terapkan oleh

sekolah Darul abidin. Sebagai contoh penerapan adab memuliakan guru yang

sejalan dengan Moving Class sendiri ialah, dalam proses pembelajaran bukan lagi

guru yang mendatangi guru untuk belajar tetapi muridlah seharusnya yang

mendatangi guru. Setiap guru pada mata pelajaran diberikan tanggung jawab

untuk mengelola ruangan dan kelas. Posisi dan kedudukan guru pada sekolah ini

disebut sebagai manajer kelas. Disebut manajer kelas karena guru tersebut berhak

mengatur kelas tersebut sesuai dengan keinginannya. Dan pada kondisi ini sang

guru dituntut untuk kreatif, baik dalam penggunaan media dan penggunaan

sumber belajar yang mampu mendeskripsikan kelas berkarakter mata pelajaran.

Tantangan yang dialami oleh SMP Darul Abidin dalam penerapan model

Moving Class ialah pengelolaan waktu pada proses perpindahan kelas dan

pengkodisian kembali saat akan memulai proses pembelajaran.4 Pada proses

perpindahan ini setidaknya butuh 5 menit sampai 10 menit bagi guru dan siswa.

Bagi guru waktu ini dapat digunakan untuk pengkodisian kelas kembali dan

menunggu siswa datang dikelas masing masing sesuai mata pelajaran yang

diampunya. Sedangkan bagi siswa waktu ini digunakan sebagai proses

perpindahan dari satu kelas kepada kelas lainnya. Idealnya alokasi waktu yang

diberikan ini dapat dimanfaatkan oleh guru ataupun murid dengan sebaik baiknya,

tetapi fakta dilapangan ialah ketika proses perpindahan malah lebih banyak waktu

yang terbuang dari alokasi waktu sebenarnya.

“ Sekolah Darul Abidin memberikan alokasi waktu hingga 5 hingga 10

menit untuk proses perpindahan jam pelajaran. Jika dikalkulasikan dalam sehari

dengan empat kali pergantian mata pelajaran menjadi 20 menit. Terkadang waktu

3Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3

Desember 2015 pukul 10.51 4Kutipan wawancara dengan Bapak syarif Hidayat, pada tanggal 12 Desember 2015,

pukul 20.30

9

yang diberikan masih terasa kurang karena beberapa faktor. Contohnya siswa

yang terlambat datang ke kelas karena jauhnya ruangan yang dituju dan juga

pengkodisian siswa dan kelas untuk memulai proses pembelajaran kembali. “5

Permasalahan lain dalam pengelolaan moving class yang dialami oleh

SMP IT Darul Abidin dalam penerapannya ialah bagaimana susahnya mengatur

jadwal pelajaran. Pengaturan jadwal menjadi sangat penting dirasakan karena

sistem moving class sangat berbeda dengan sistem belajar dikelas menetap.

Karena hal yang ingin dihindari pada penggunaan suatu ruangan ialah jadwal

yang bersamaan dalam penggunaan ruangan tersebut.6 Total ada 17 jumlah

ruangan yang dimiliki SMP IT Darul Abidin dengan 12 rombongan belajar.

Jumlah ruangan yang dimiliki dibandingkan dengan rombongan belajar

sebenarnya cukup seimbang, tatapi fakta dilapangan yang terjadi masih ada

bentrokan dalam pengaturan jadawal penggunaan ruangan masih sering

bertabrakan.

Dari pengamatan yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa,

penggunaan sumber belajar dalam mendukung kegitan belajar masih kurang

dioptimalkan. Didalam ruangan kelas dilengkapi dengan meja guru, meja siswa,

papan tulis, sebuah proyektor ,rak buku dan gambar – gambar yang mencirikan

mata pelajaran tertentu. Peneliti dapat mengatakan bahwa sumber belajar yang

digunakan masih terasa kurang karena penggunaan sumber belajar masih bisa

ditambah lagi.Pengelolaan sumber belajar sangat penting kiranya. Karena Moving

Class ialah kelas yang bercirikan dan berkarakter mata pelajaran.7

Dalam rangka mewujudkan kelas yang berkarakter dan bercirikan mata

pelajaran. untuk menciptakan iklim seperti ini, guru dituntut dapat lebih

mengeksplorasi sumber belajar yang tersedia. Karena untuk menciptakan sumber

5Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3

Desember 2015 pukul 10.51 6Kutipan wawancaradengan Ibu Ria (staff kurikulum Darul Abidin), pada tanggal 18

Desember 2015 pukul 09.40 7Hasil observasi peneliti di SMP IT Darul Abidin Depok, pada tanggal 18 Desember 2015,

pukul 11.00

10

belajar kita dapat memanfaatkan semua hal yang ada disekitar lingkungan kita.

Dalam hal ini menjadi tantangan bagi para guru di Darul Abidin agar dapat lebih

kreatif menciptakan dan memanfaatkan semua hal yang bisa menjadi sumber

belajar.

Setiap kebijakan yang coba diambil dan diterapkan oleh suatu instansi

tentunya mempunyai konsekuensi tersendiri. Dan konsekuensi yang dihadapi

hendaknya dapat teratasi dengan baik dan sudah tahu cara mengatasinya. Dan

konsekuensi yang dihadapi pada penerapan kebijakan moving class terletak

bagaimana mengelola sumber belajar, pengaturan jadwal dan juga pengelolaan

kelas. Karena konsep yang ditawarkan ialah kelas yang berkarakter mata

pelajaran. Dan untuk menciptakan kelas yang berkarakter tentu dibutuhkan

kereatifitas guru untuk dapat mengelola sumber belajar.

Berdasarkan paparan di atas, maka timbul pertanyaan bagaimana

pengelolaan sumber belajar pada sekolah Darul Abidin, apakah sekolah ini sudah

bisa memanfaatkan semua hal yang bisa dijadikan sumber belajar dan bagaimana

pengelolaan pada moving class, apa saja tantangan dan hambatan yang dirasakan

oleh guru dan bagaimana tanggapan siswa ?. Mengacu pada pertanyaan tersebut,

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul “ Pengelolaan Sumber

Belajar Pada Moving Class “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan apa yang di uraikan pada latar belakang maka permasalahan

dapat di identifikasi yaitu :

1. Guru belum dapat mengelola sumber belajar yang sesuai dengan model

moving class.

2. Guru belum dapat mengelola kelas yang bercirikan mata pelajaran

3. Banyak waktu terbuang pada pergantian jam mata pelajaran karena

proses perpindahan kelas.

11

4. Kurangnya pemanfaatan semua hal yang bisa dijadikan sebagai sumber

belajar.

5. Penataan kelas dengan model yang konvensional atau stagnan sehingga

membuat siswa jenuh.

6. Pengelolaan kelas yang belum bercirikan kepada kelas berkarakter

sehingga tidak ada nilai lebih yang ditampilkan.

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah, kita dapat membatasi masalah yang akan diteliti

batasannnya. Luasnya cakupan dari sumber belajar seperti yang telah penulis

uraikan pada latar belakang, maka dari itu penulis memberi batasan pada :

pengelolaan sumber belajar pada moving class

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan sumber belajar pada moving class di SMP

Darul Abidin ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk

1. Mendeskripsikan pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar pada

Moving class di SMP IT Darul Abidin.

2. Mendeskripsikan manfaat sumber belajar dalam mendukung kegiatan

pembelajaran di SMP IT Darul Abidini.

12

F. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu manfaat

secara praktis maupun teoritis :

I. Manfaat Praktis :

a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu

pendidikan

b. Acuan bagi pihak sekolah dalam menerapkan kebijakan pengelolaan

sumber belajar

II. Manfaat Teoritis :

Secara teoritis hasil penelitian diharapkan :

a. Bermanfaat bagi pengembangan teori tentang pengelolaan kelas

b. Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain untuk mengkaji

lebih dalam dan luas terkait pengelolaan sumber belajar dan

Moving class

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Moving Class

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.8

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian

kompetensi lulusan9

Berdasarkan pada uraian yang dikutip dari salinan permendikbud

mengenai standar proses hendaknya pembelajaran diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif dan menyenangkan. Dari salinan permendikbud tersebut

dapat disimpulkan bahwa stake holder diberikan keleluasaan untuk melakukan

pengembangan pada proses pembelajaran. Maka dari itu para ahli terus

melakukan inovasi untuk perkembangan bagi dunia pendidikan. Salah satu inovasi

pada pembelajaran ialah model moving class. model pembelajaran ini diharapkan

bisa menjadi salah satu jawaban bagi perkembangan dunia pendidikan.

8Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Salinan Permendikbud Tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013, hal. 1 9 Ibid,.

14

1. Pengertian Moving Class

Moving Class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving berarti

pindah. Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar. Jadi moving class

adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya

Moving class adalah manajemen kelas berbasis mata pelajaran atau sebuah sistem

pembelajaran yang bercirikan kelas berkarakter mata pelajaran. Dengan moving

class, pada saat mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas

menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan.

Moving class merupakan sistem pembelajaran yang bercirikan peserta

didik yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Dengan moving class, pada saat

mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas menuju ruang

kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi peserta didik yang

mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat

menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu.10

Konsep moving class mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada

anak untuk memberikan lingkungan belajar yang dinamis sesuai dengan bidang

yang dipelajarinya. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata

pelajaran tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran.

Dengan demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan

moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai

dengan bidang studi yang dipelajarinya

Dari uraian diatas penulis dapat menjabarkan bahwa konsep moving class

ialah model pembelajaran yang menekankan pada tercitptanya lingkungan belajar

yang dinamis. Artinya pada model ini diperlukan kreatifitas bagi semua

masyarakat pendidikan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang

kondusif. Dengan moving class siswa diharapkan mampu melaksanakan proses

10Direktorat Pembinaan SMA, Juknis sistem pembelajaran model moving class di SMA,

Hal. 35.

15

pembelajaran aktif. Karena pada model ini pola pembelajaran telah di desain

menurut mata pelajaran dan bidangnya. Tentunya untuk penerapan model moving

class tidak mudah, dibutuhkan biaya yang besar dan kreatifitas. Sebagai contoh

untuk pengadaan sumber belajar, desain kelas yang sesuai dengan mata pelajaran,

pengaturan jadwal, alokasi waktu pada saat pergantian mata pelajaran dan

pengadaan media belajar dengan konsep moving class yang bercirikan karakter

mata pelajaran.

Moving class dapat disamakan dengan proses pembelajaran aktif, dimana

segala bentuk pembelajarannya memungkinkan peserta didik berperan aktif dalam

semua proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran ini sangat efektif dalam

memberikan suasana pembelajaran yang interaktif.

2. Perbedaan Moving class dan kelas menetap

Proses pembelajaran pada model Moving class tentunya sangat berbeda

dengan kelas menetap. Tentunya terdapat perbedaan mencolok pada kedua model

tersebut. Baik dari segi desain kelas, pengelolaan kelas, pengaturan jadwal dan

pengelolaan sumber belajar, berikut ini adalah perbedaan yang ada pada model

Moving class dan kelas menetap.

Setiap model pembelajaran yang diterapkan pasti memiliki konsekuensi

tersendiri. kebijakan yang diambil seharusnya sudah dipertimbangkan baik dan

buruknya. Pengelolaan dan dan penerapan model moving class dan kelas menetap

mempunyai perbedaan yang sijgninfikan. Hal ini dikarenakan Moving class

merupakan model pembelajaran yang dinamis, dimana pada pembelajarannya

para siswa yang dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya.

Dari petunjuk teknis mengenai sistem pelaksanaan moving class oleh

Direktorat pembinaan SMA, terdapat perbedaan mendasar pada pengelolaan kelas

menetap dan moving class. Adapun perbedaanya sebagai berikut ;

16

Perbedaan moving class dan kelas menetap. 11

Tabel perbedaan Moving class dan kelas menetap

No Moving Class Kelas menetap

1 Pendidik menetap dalam

ruang mata pelajaran, peserta

didik berpindah – pindah

Peserta didik menetap dalam

kelas, guru berpindah –

pindah

2 Alat peraga/ alat bantu KBM

berada di dalam ruang mata

pelajaran

Alat peraga / alat bantu KBM

harus dibawa guru berpindah

– pindah kelas

3 Ruang belajar mencirikan

kekhasan mata pelajaran

Ruang belajar tidak

mencirikan kekhasan mata

pelajaran

4 Identitas ruang belajar adalah

ruang mata pelajaran.

Identitas ruang belajar adalah

ruangan kelas

5 Setiap pergantian pelajaran

tercipta suasana baru bagi

peserta didik karena kondisi

mata pelajaran yang

suasananya berbeda – beda.

Suasana baru peseta didik

baru diperoleh sewaktu jam

istirahat dan pulang sekolah.

Berdasarkan tabel tersebut dapat diidentifikasi mengenai perbedaan

mendasar pada moving class dan kelas menetap. Perbedaan ini dapat menjadi

acuan dan sebagai tolok ukur dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada

poin pertama perbedaan mencolok jelas terlihat pada jalannya kegiatan

pembelajaran. Jika pada kelas menetap guru yang berpindah kelas untuk mengisi

11

Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class

di SMA, hal. 38

17

kegiatan pembelajaran, hal sebaliknya terjadi pada model moving class yaitu

muridlah yang mendatangi guru pada kegiatan pembelajaran.

Pada poin kedua perbedaan kedua model ini terletak pada desain kelas.

Jika pada kelas menetap, kelas tersebut tak mempunyai denah dan desain kelas

yang pasti karena satu kelas digunakan untuk semua kegiatan mata pelajaran.

Jelas berbeda dengan kelas bergerak, yang mana denah dan desain kelas sudah

disesuaikan dengan masing – masing mata pelajaran. Dan manfaat yang dirasakan

dengan moving class, masing – masing guru dengan mata pelajaran yang berbeda

dapat berkreasi dengan sumber belajar dan media yang bisa dihadirkan dalam

kelas tersebut.

Ciri dan ualasan pada poin ketiga tidak berbeda jauh dengan poin nomor

dua. Keduanya poin pada tabel diatas membahas tentang ciri dan kekhasan mata

pelajaran yang diidentikan dengan suatu ruangan. Desain kelas pada model

moving class disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru, dan

setiap guru bertanggung jawab akan kelas yang dikelolanya. Dan ruangan

bercirikan dengan mata pelajaran tidak kita temui pada kelas menetap. Karena

satu ruangan digunakan untuk berlangsungnya semua proses kegiatan belajar

mengajar.

Ulasan pada poin keempat menjelaskan bahwa identitas ruang adalah

ruang mata pelajaran pada model moving class sedangkan pada model kelas

menetap identitas ruangan adalah kelas. Perbedaannya jelas terlihat bahwa konsep

moving class menekankan pada setiap ruangan harus memiliki ciri dan kekhasan

yang mencerminkan mata pelajaran. Bisa disimpulkan konsep moving class

menjadikan setiap kelas sebagai laboratorium pada proses pembelajarannya. Ciri

laboratorium sendiri didalam satu ruangan terdapat semua hal yang dapat

mendukung kegiatan belajar. Baik itu alat peraga, media dan sumber belajar. dan

konsep ruangan yang sekaligus mencakup laboratorium tidak dimiliki oleh kelas

menetap. Karena satu ruangan dipakai oleh bergantian oleh setiap guru dengan

mata pelajaran yang berbeda – beda.

18

Poin kelima menyebutkan bahwa perbedaan kelas bergerak dan menetap

terletak pada suasana dan kondisi kelas pada saat pergantian mata pelajaran. Pada

moving class suasana yang baru terus tercipta ketika terjadi pergantian mata

palajaran hal ini karena sirkulasi udara pada satu ruangan terus berganti karena

dalam jangka waktu 5 – 10 menit ada jeda waktu kelas kosong karena proses

pergantian mata pelajaran. Dan ketika siswa memasuki kelas yang baru suasana

baru dan sirkulasi udara telah bertukar, bisa kita simpulkan ada jeda waktu bagi

guru dan siswa untuk melanjutkan proses pembelajaran. Hal ini tentu tidak

berlaku pada kelas menetap karena dari mulai pelajaran sampai bel tanda berakhir

pelajaran siswa akan terus belajar di dalam ruangan yang sama. Praktisnya pada

kelas menetap siswa mendapat suasana baru hanya ketika jam istirahat dan waktu

pelajaran berakhir.

Perbedaan mendasar yang dapat diidentifikasi dari model moving class

dan kelas menetap ialah, desain kelas pada model moving class dibuat lebih

dinamis. Desain ruangan disesuaikan dengan mata pelajaran. Hal yang berbeda

tentu akan dijumpai pada model kelas menetap, yang mana denah kelas tidak

mengikuti mata pelajaran. Pada model kelas menetap jarang ditemukan denah

kelas yang pasti. Perbedaan desain kelas inilah yang membedakan antara kelas

menetap dan berpindah. Perbedaaan lain yang menjadi ciri pada model moving

class ialah setiap proses pergantian pelajaran murid yang mendatangi guru bukan

sebaliknya. Sehingga ketika proses pergantian kelas akan ada suasana baru yang

dialami oleh siswa. Hal ini tentunya mengurangi kejenuhan siswa, yang terus

berada didalam ruangan yang sama selama seharian penuh.

3. Tujuan pelaksanaan Moving Class

Setiap sistem pembelajaran yang diterapkan oleh satuan pendidikan

tentunya mempunyai tujuan dalam proses pembelajarannya. Baik itu tujuan dalam

jangka panjang ataupun tujuan singkatnya. Kebijakan dan sistem yang diterapkan

tentu sudah dipertimbangkan baik buruknya. Ketika tujuan direncanakan dan

sistem diterapkan, tentu ada hasil yang ingin dicapai oleh lembaga tersebut. Maka

19

dari itu moving class juga mempunyai rancangan dan tujuan agar hasil

pembelajaran lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class

yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA, bahwa penyelenggaraan

moving class bertujuan untuk ; 12

1. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran ;

a. Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena

setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkat-

perangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi

setiap siswa yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran

sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut.

b. Guru mata pelajaran dapat mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai

dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata

pelajaran lain.

2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran

Guru mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata

pelajarannya, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan hal-

hal lain.

3. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Guru

a. Guru akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap

ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata pelajaran.

b. Siswa ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk tepat waktu

pada pada saat pelajarannya.

4. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media

pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.

12 Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di

SMA, hal. 35

20

5. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan

pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.

6. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas enam poin yang menjadi dasar sebagai tujuan

moving class. Dari keenam poin tersebut kita bisa mengerucutkan menjadi tiga

poin. Adapun ketiga poin dar kesimpulan diatas ialah, Moving class bertujuan

untuk meningkatkan proses pembelajaran, Moving class meningkatkan

kedisiplinan siswa dan guru, dan yang terakhir Moving class meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa.

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran moving class

maka perlu ditetapkan strategi pelaksanaannya. Pengorganisasian Pelaksana, tugas,

kewajiban dan wewenang.

4. Kelebihan dan kekurangan Moving Class

Setiap model pembelajaran yang coba diterapkan pada satu institusi

pendidikan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Semua faktor nilai

kelebihan dan kekurangan tersebut dapat kita analisis secara mendalam dengan

analisis SWOT (strength, weakness, opurtunity dan threat). Kegunaan kita

menganalisis nilai kelebihan dan kekurangan berfungsi sebagai perbandingan

efektif atau tidaknya model pembelajaran dan kebijakan yang diambil.

Petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class yang

dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA menguraikan, moving class

mempunyai nilai lebih untuk mendukung kegiatan proses pembelajaran. Nilai

lebih yang ada pada moving class itu bisa dilihat dari keuntungannya bagi guru

dan nilai lebih bagi siswa. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh moving class

adalah ;

a. kelebihan moving class

1. Mendekatkan siswa dengan kelas mata pelajaran.

2. Karakteristik mata pelajaran yang berbeda-beda

21

3. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi pelajaran.

4. Suasana kelas lebih menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan

guru lebih intensif.

5. Moving class mempermudah guru dalam mengelola pembelajaran, lebih

kreatif dan inovatif untuk mendesain kelas.

6. Guru lebih maksimal dalam menggunakan berbagai media.

7. pemanfaatan waktu belajar lebih efesien, dan lebih mudah mengelola

suasana kelas.13

Poin – poin di atas dapat kita analisis tentang kelebihan moving class.

Hakikat dari pelaksanaan moving class ialah untuk menciptakan lingkungan

belajar yang aktif dan terintegrasi dengan mata pelajaran. Pada poin pertama

dapat kita kaji bahwa kelebihan moving class untuk mendekatkan siswa dengan

mata pelajaran. Artinya semua hal yang berhubungan dengan suatu mata pelajaran

bisa dihadirkan di dalam kelas. Hal ini berkaitan erat bagaimana untuk

menciptakan lingkungan belajar yang dinamis guna mendukung keinginan belajar

siswa dan rasa ingin tahu pada suatu objek studi.

Kelebihan pada moving class bisa kita identikasi menjadi dua. Yang

pertama nilai lebih bagi guru dan yang kedua nilai lebih yang untuk siswa. Bagi

siswa nilai lebihnya ialah siswa lebih fokus pada mata pelajaran. Siswa bisa lebih

fokus pada mata pelajaran karena kondisi ruangan benar – benar dikonsikan

sesuai dengan mata pelajaran. Sehingga dengan kelas yang bercirikan karakter

mata pelajaran diharapkan bisa menambah rasa keingitahuan siswa akan mata

pelajaran tersebut. Kelebihan lain moving class bagi siswa ialah dengan kelas

bercirikan mata pelajaran suasana belajar akan lebih menyenangkan karena semua

sumber belajar telah tersedia dalam ruangan.

Sedangkan kelebihan moving class bagi guru, lebih mudah mengelola

pembelajaran, lebih kreatif dan inkovatif dalam mendesain kelas. Pada proses

pembelajaran moving class guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengelola

13 Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di

SMA, 2010, hal. 35

22

kelas. Dengan kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran, hal ini akan

membantu guru membuat rancangan pembelajaran yang lebih terarah sesuai

dengan konsep mata pelajaran yang diajarkannya. Maka dari itu manfaat dari

moving class dapat langsung dirasakan oleh tenaga pendidik untuk meningkatkan

hasil dari proses pembelajaran.

Dari uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kelebihan dari model

moving class terdapat pada pengelolaan kelas. Guru dapat memodifikasi kelas

sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan sesuai dengan mata pelajaran apa

yang diajarkan. Di samping itu juga guru telah siap dengan materi apa yang ingin

dia ajarkan, baik dari segi pengelolaan kelas, pengadaan media yang sesuai,

pengelolaan sumber belajar dan pengadaan dari segi alat peraga.

Disamping itu diterapkannya model pengelolaan kelas ini dikarenakan

selama ini para guru sedikit kesulitan dalam hal pengelolaan kelas dan media.

Maka dari ini setidaknya model ini merupakan jawaban atas bagaimana seorang

guru dapat mengelola kelas dengan baik dan dapat mencapai hasil belajar untuk

siswa dengan maksimal. Dan dari segi aspek sosial kita dapat mengambil

pelajaran bahwa pada proses moving class siswa dapat melakukan proses interaksi

sosial antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Maka dari itu para guru

dapat lebih mengekplorasi kemampuan belajar siswanya dan bagaimana sang guru

dapat mengekplorasi kemampuan guru itu sendiri dalam proses belajar mengajar

b. Kekurangan Moving Class

Disamping kelebihan yang telah diuraikan di atas tentu ada kekurangan

dalam hal pelaksanaan pengelolaan moving class ini sendiri. Tentu ada saja poin-

poin yang mengurangi dalam pelaksanaan dan keefektifan dalam proses

pelaksanaan program ini. Baik dari segi kesiapan guru sebagai tenaga pengajar

dan fasilitator, kemudian dari siswanya sendiri apakah ada kesiapan dari siswa,

apakah dengan program ini dia merasa jenuh karna perpindahan kelas yang ia

alami dan faktor-faktor lain. Berikut ini ialah faktor-faktor yang menyebabkan

kurang efektifnya pelaksanaan moving class sendiri, antara lain :

23

1. Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurangi waktu belajar

2. Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pembelajaran

3. Pemanfaatan sumber belajar dan desain kelas belum optimal.

4. Masih sulit mengkondisikan dan mangatur siswa ketika proses

perpindahan kelas.

Dari empat poin di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam segi

pelaksanaanya ada saja faktor penghambat dari proses pelaksanaan moving class

itu sendiri. Baik dari guru itu sendiri atau dari peserta didiknya. Pada poin

pertama permasalahan pada pengelolaan dan alokasi waktu perpindahan. Waktu

perpindahan pada moving class diberikan selama 5 – 10 menit. Namun terkadang

pada proses perpindahan kelas ada saja siswa yang mengulur – ulur waktu,

sehingga mengganggu proses pembelajaran. Contohnya ialah siswa yang datang

terlambat ke ruangan mata pelajaran selanjutnya, dan bagi siswa yang suka

membolos waktu alokasi perpindahan ini digunakan untuk tidak datang ke kelas.

Dari hal ini seharusnya semua masyarakat dilingkungan sekolah yang menerapkan

model tersebut seharusnya dapat mencegah dan menanggulangi permasalahan

pada proses perpindahan kelas ini.

Faktor lain yang menjadi penghambat pelaksanaan moving class adalah

perubahan jadwal. Jika terjadi perubahan jadwal secara tiba-tiba maka tentu hal

ini akan menghambat proses pembelajaran itu sendiri. Sebagai contoh jika suatu

hari sang pendidik tak dapat hadir dan tidak mempunyai pengganti maka tentu

proses pembelajaran di kelas kosong dan para siswa tidak mempunyai kegiatan

maka proses pembeljaran akan terbengkalai. Lain halnya jika terjadi perubahan

jadwal secara tiba-tiba maka otomatis para siswa akan kebingungan karna setiap

siswa mempunyai kegiatan belajar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Maka dari itu hambatan akan perubahan jadawal yang terjadi secara tiba – tiba

seharusnya dapat ditanggulangi oleh sekolah yang bersangkutan. Cara untuk

menanggulangi peruabahan jadwal yang tiba – tiba bisa disiasati oleh pihak

sekolah baik itu guru pengganti lain ataupun wali kelas dan stakeholder sekolah

untuk dapat mengisi kekosongan kelas, baik itu memberikan tugas kepada siswa,

24

memberikan materi pengayaan dan memberi materi tambahan sehingga kelas

yang kosong ditinggalkan oleh guru yang berhalangan hadir tidak dapat hadir

tidak menganggu jalannnya proses KBM berlangsung.

Kekurangan yang dijelaskan pada poin ketiga menyebutkan bahwa

pemanfaatan sumber belajar dirasa belum optimal. Tugas guru pada model

moving class bukanlah sebagai satu – satunya sumber belajar, tetapi juga harus

bisa mengrahkan peserta didik kepada sumber belajar yang lainnya. Kenyataan

yang penulis yang temukan pada lapangan bahwa desain kelas belum optimal.

Kekurangan ini tentunya membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru dan pihak

sekolah untuk dapat menciptakan sumber belajar.

Dalam aspek psikolgis siswa ada saja faktor yang menghambat seperti

yang diuraikan pada poin nomor empat. Ketika proses perpindahan dari satu kelas

ke kelas lainnnya pasti ada saja hambatannya. Sebagai contoh ketika siswa datang

ke kelas barunya ada saja siswa yang masih susah diatur, datang sengaja terlambat

ke kelas dengan berbagai macam alasan ataupun dengan sengaja membolos untuk

menghindari mata pelajaran yang kurang disukai. Semua aspek yang menjadi

hambatan dan kekurangan dalam pelaksanaan moving class seharusnya bisa

diperhitungkan oleh pihak penyelenggara kebijakan. Model pembelajaran apapun

jika tidak dikelola dengan baik dan optimal maka tidak akan terasa hasilnya.

Maka dari itu dalam penerapan suatu model pembelajaran yang dilaksanakan pada

satuan pendidikan semua elemen harus saling membantu untuk tercapainya hasil

dan tujuan yang diingnkan. Untuk itu dalam penerapan dan pelakasanaan model

pembelajaran semua komponen harus diperhitungkan baik itu, perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.

B. Sumber Belajar Moving Class

1. Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar lingkungan

belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi

25

hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat

dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber

belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat

pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.14

Pada prinsipnya sumber belajar mencangkup orang, isi, pesan, media, alat,

teknik, dan latar lingkungan yang mengandung informasi yang dirancang atau

dimanfaaatkan untuk memfasilitasi seorang belajar sehingga memungkinkan

peserta didik untuk belajar secara mandiri. Implmentasi pemanfaatan sumber

belajar di dalam proses pembelajaran tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa

dalam proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang

menggunakan berbagai ragam sumber belajar. 15

Dari semua pendapat dan uraian dia atas dapat kita tarik kesimpulan

bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau

digunakan seseorang untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar, baik itu secara

terpisah maupun secara terkombinasi agar dapat mempermudah seseorang dalam

mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Ditinjau dari segi pemanfaatannya sumber belajar dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu :

Sumber belajar by designed : sumber belajar yg dirancang atau sengaja

dibuat dan didesain atau dipergunakan untuk membantu pembelajaran.

Contoh : Modul, slide, audio pembelajaran,dll

Sumber belajar by utilization: sumber belajar yang dimanfaatkan, dipakai,

dan dipergunakan tanpa dirancang dan telah ada di sekeliling kita.

Contoh : Pasar, museum, kebun binatang, dll

Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa, sumber belajar ada yang

memang sengaja dirancang untuk kegiatan pembelajaran dan tanpa dirancang

14 Wina sanjaya, Perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama,

Jakarta:Kencana prenada media grup, 2008 Hal. 228 15 Ibid., hal. 228

26

telah tersedia dilingkungan sekitar kita. Sumber belajar merupakan hal yang

penting untuk mendukug proses kegiatan pembelajaran.

2. Jenis – jenis sumber belajar

Sumber belajar sendiri memiliki banyak Jenisnya. Pada uraian pengertian

sumber belajar diatas sumber belajar dibedakan menjadi dua golongan besar

yaitu, sumber belajar yang sengaja dirancang dan sumber belajar yang

dimanfaatkan. Menurut AECT (Association for Educational Communication and

technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam

proses belajar, yaitu ;

a. Pesan (message)

Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan

yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti pemerintahan atau pesan yang

disampaikan guru pada proses pembelajaran. Pesan – pesan ini selain disampaikan

secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen, seperti kurikulum, peraturan

pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, satuan pelajaran, dan sebagainya.

Pesan non formal yaitu pesan yang ada dilingkungan masyarakat luas yang

digunakan sebagai nbahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah

oleh tokoh masyarakat dan ulama, prasasti, relief- relief pada candi, kitab – kitab

kuno dan peningggalan sejarah lainnya. 16

Dari uraian tersebut jenis pesan yang dapat dijadikan sumber belajar dapat

kita kategorikan menjadi dua yaitu, pesan formal dan pesan non formal. Pesan

formal sendiri ialah pesan yang disampaikan secara langsung dapat kita temukan

pada proses pembelajaran, baik itu berbentuk lisan atau tuisan.

Sedangkan pesan non formal ialah pesan yang bisa digali dan dikaji oleh

siswa secara luas, karena pesan ini banyak tersedia disekitar lingkungannya.

Tugas guru adalah bagaimana mengerahkan siswa agar dapat menemukan pesan

non formal yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

16 Ibid., hal. 229

27

b. Orang (people)

Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun

secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang

didesain khusus sebagai sumber belajar yang utama yang dididik secara

professional untuk mengajar, seperti guru, konselor, dan instruktur. Termasuk

kepala sekolah, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan lain – lain.

Kelompok kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di

lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya politisi, tenaga

kesehatan, pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, polisi, pengusaha dan lain – lain. 17

Makna singkat dari sumber belajar ialah semua hal yang dapat mendukung

kegiatan belajar mengajar. Dan menurut uraian diatas tentang kategori orang yang

bisa dijadikan sumber belajar kita dapat menyimpulkan, bahwa kategori orang

yang dapat dijadikan sumber belajar bukan hanya terbatas pada lingkugan sekolah

saja. Pendapat mengenai orang yang bisa dijadikan sumber belajar hanya guru

merupakan sebuah kesalahan. Karena orang yang bisa menjadi sumber belajar

ialah bukan hanya guru saja, tetapi semua orang bisa menjadi sumber belajar.

c. Bahan (Matterials)

Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan

pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT

(Over Head Transparency), program slide, alat peraga dan sebagainya (biasanya

disebut software).

Maksud dari bahan pada uraian diatas ialah, semua bahan yang bisa

dijadikan sebagai sumber belajar. Bahan yang dimaksud disini ialah semua media

yang bisa digunakan sebagai sumber belajar. Konsep mengenai sumber belajar

sendiri seharusnya mempunyai arti yang luas dan tak terbatas. Karena hakikatnya

sumber belajar itu bisa dicari, digali dan dikaji dari semua aspek yang ada.

17 Ibid.,

28

d. Alat (Device)

Alat yang dimaksud adalah benda – benda yang berbentuk fisik sering

disebut juga perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk menyajikan

bahan – bahan pada butir 3 diatas. Di dalamnya mencakup multimedia projector,

slide projector, OHP, film tape recorder, opaqe projector, dan sebagainya. 18

e. Teknik (technique)

Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang

dalam memberikan pelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya

mencakup ceramah, permainan / simulasi, Tanya jawab, sosio drama (role play)

dan sebagainya. 19

Berbicara mengenai teknik, tak ubahnya kita berbicara mengenai metode

pembelajaran. Teknik sendiri merupakan cara seorang guru dalam menyampaikan

pelajarannya. Berbeda mata pelajarannya, berbeda juga cara seorang guru dalam

menggunakan metode pembelajarannya. Dan untuk teknik sendiri seharusnya

guru bisa menggunakan metode yang bervariasi agar pembelajarannya

berlangsung lebih menarik. Dan teknik sendiri termasuk sebagai salah satu

sumber belajar, dan bisa menjadi rangsangan bagi siswa untuk menambah rasa

ketertarikan pada pelajaran yang disampaikan oleh guru.

F. Latar (setting)

Latar atau lingkungan yag berada di dalam sekolah maupun lingkungan

yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak

secara khusus disiapkan untuk pembelajaran ; termasuk di dalamnya adalah

pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, tempat

workshop, halaman sekolah, kebun sekolah dan lainnya. 20

18 Ibid., hal. 229 19 Ibid., hal. 230 20 Ibid.,

29

Semua yang ada lingkungan baik yang berada di dalam sekolah ataupun

yang berada diluar lingkungan sekolah dapat diajadikan sumber belajar. Jika di

ruang lingkup sekolah, lingkungan memang sengaja dirancang dengan

sedeimikian rupa untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Tetapi di

lingkungan luar sekolah, untuk menemukan sumber belajar siswa harus jeli

melihat latar yang bisa menjadi sumber belajar.

3. Tujuan dan fungsi sumber belajar

a. Tujuan sumber belajar

Sumber belajar berkaitan erat dengan segala sesuatu yang memungkinkan

siswa dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi lingkungan fisik, bahan

dan alat yang digunakan, personal, petugas perpustakaan, ahli media dan semua

orang yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan

dalam pengalaman belajar. 21

Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, dimana

guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa penerima pesan. Pesan yang

dikirimkan oleh guru berupa pesan isi/materi pelajaran yang dituangkan kedalam

simbol – simbol komunikasi baik verbal (kata- kata & tulisan) maupun non

verbal, proses ini dinamakan encoding.22

Menurut Edgar dale, pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila

hanya disampaikan malalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan tejadinya

verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan

mengerti tanpa makna yang terkandung dalam kata tersebut. 23

Dari pendapat Edgar dale, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan dan

manfaat dari sumber belajar ialah untuk lebih menghidupkan suasana belajar.

21 Muhammad Rohman & Sofan Amri, Strategi dan desain pengembangan sistem

pembelajaran, Jakarta ; Pustaka raya, 2013. Hal. 179 22 Wina sanjaya, perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama,

Jakarta:Kencana prenada media grup, 2008, Hal. 205 23 Ibid., 206

30

Manfaat lain yang di dapat dari sumber belajar adalah agar siswa lebih dapat

memahami pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Penggunaan sumber

belajar yang tepat tentunya menambah ketertarikan siswa pada materi pelajaran

yang disampaikan.

Perananan sumber belajar sendiri dapat memberikan pengalaman langsung

bagi siswa dalam proses pembelajarannya. Sebagai contoh peranana media dan

sumber belajar sangat diperlukan siswa pada mata pelajaran tertentu. Contohnya,

ketika siswa yang ingin mengetahui tentang kehidupan di dasar laut tidak akan

mengerti jika hanya disampaikan secara lisan, jika guru menampilkan media dan

sumber belajar yang sesuai, maka baru siswa akan mengerti tentang kehidupan

dasar laut. maka dari itu peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam

suatu kegiatan belajar mengajar.

b. Fungsi sumber belajar

Manfaat dan tujuan dari pengelolaan sumber belajar untuk efektivitas

dan efisiensi kegiatan proses mengajar melalui pengembangan sistem

intruksional. fungsi dari sumber belajar itu adalah untuk menghindari proses

belajar yang verbal dan hanya satu arah saja. Melalui sumber belajar pembelajaran

yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret dengan menggunakan media.

Menurut akhmad sudrajat sumber belajar memiliki macam – macam

fungsi, diantara fungsi sumber belajar sebagai berikut ;

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran.

4. Lebih memantapkan pembelajaran.

5. Memungkinkan belajar secara seketika.

31

6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan

menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.24

Dari paparan poin – poin diatas dapat disimpulkan bahwa, fungsi dari

sumber belajar ialah untuk membuat proses pembelajaran berjalan lebih efektif.

Dari poin – poin diatas kita dapat mengkaji lebih dalam tentang fungsi dari

sumber belajar.

Dari point pertama dapat kita jabarkan bahwa fungsi dari sumber belajar

adalah mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu

secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi,

sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. kesimpulan

yang penulis ambil bahwa kegunaan sumber belajar ialah untuk membantu guru

dalam proses pembelajarannya, sehingga pelajaran yang tadinya dianggap

membosankan bisa dapat lebih hidup dengan adanya bantuan dari sumber belajar.

Pada point kedua tentang kegunaan sumber belajar dijelaskan bahwa

sumber belajar memberikan pembelajaran yang sifatnya lebih individual. Artinya

kegunaan sumber belajar disini ialah mengurangi kontrol guru yang kaku dan

tradisional dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai

dengan kemampuannnya. Peranan sumber belajar pada poin kedua ialah

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar secara mandiri, dan

guru sendiri hanya bertugas mengarahkan siswanya dalam proses pembelajaran.

Poin ketiga menjelaskan bahwa sumber belajar memberikan dasar yang

lebih ilmiah terhadap proses pembelajaran. perancangan program pembelajaran

yang lebih sistematis dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh

penelitian. Fungi dari sumber belajar yang dapat kita ambil pada poin ketiga ialah,

sumber belajar membantu guru untuk melakukan pemetaan pada proses

pembelajaran. Pemetaan dapat membantu guru dalam melakukan langkah –

langkah pada proses pembelajarannya.

24 Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar,

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/,diunduh pada senin, 15 Februari 2016

32

Fungsi yang disebutkan pada poin nomor empat, bahwa sumber belajar

lebih memantapkan pembelajaran. Maksud dari memantapkan pembelajaran,

penyajian informasi dan bahan bisa ditampilkan secara lebih kongkrit. Sumber

belajar dapat menjadikan pembelajaran lebih mudah dimengerti oleh siswa. Hal

ini tentunya untuk menghindari salah pegertian makna dari pelajaran yang

disampaikan oleh guru kepada siswa.

Penjelasan dari poin kelima bahwa sumber belajar dapat mengurangi

kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas

yang sifatnya kongkrit. Kemdian sumber belajar juga memberikan pengetahuan

yang sifatnya langsung. Fungsi sumber belajar pada poin kelima sama dengan

poin keempat yang intinya untuk dapat menghindari salah pengertian dalam

proses penyampaian pembelajaran oleh guru. Maka dari itu guru seharusnya dapat

menciptakan dan mengarahkan siswa pada sumber belajar yang tepat guna

mendukung kegiatan belajar – mengajar.

Dan yang terakhir tentang penjelasan mengenai fungsi sumber belajar,

bahwa sumber belajar seharusnya menampilkan dan menyajikan informasi yang

lebih luas kepada siswa. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi pada saat ini

untuk menyajikan informasi yang luas, tentu bukan hal yang sulit.

Fungsi – fungsi di atas sekaligus menggambarkan dan menjelaskan

tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan

pencapaian hasil pembelajaran siswa.

4. Pemilihan sumber belajar

Pemilihan sumber belajar seharusnya memperhatikan berbagai macam

aspek. Pada poin pengertian mengenai sumber belajar telah dijelaskan bahwa

sumber belajar terbagi menjadi dua. Ada sumber belajar yang sengaja dirancang

dan sumber belajar yang dapat dimanfaatkan. Untuk pengadaan sumber belajar

dan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar hendaknya hakikat dari sumber

belajar bahwa sumber belajar bisa dimanfaatkan dari apa yang ada dan tersedia

33

disekitar lingkungan sekolah. Tidak terpaku pada satu jenis sumber belajar bisa

ialah sesuatu media dan perlengkapan yang dirancag untuk mendukung kegiatan

pembelajaran.

Menurut Akhmad sudrajat, Dalam memilih sumber belajar harus

memperhatikan kriteria sebagai berikut 25

:

a) ekonomis: Tidak harus terpatok pada harga yang mahal

Pengadaan sumber belajar sendiri hendaknya menganut asas ekonomis,

bahwa sumber belajar yang baik tidak harus mahal, hal ini bisa disiasati

dengan memanfaatkan sumber yang tersedia disekitar lingkungan sekolah.

b) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka.

Sumber belajar harusnya bersifat praktis. Kriteria praktis disini

menunjukan bahwa sumber belajar yang akan digunakan bisa ditemukan

dimana saja, dapat mudah dimengerti baik poleh siswa ataupun guru dan

sumber belajar yang digunakan tidak memerlukan tempat yang besar.

c) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita.

Kriteria mudah pada pengadaan sumber belajar mempunyai arti bahwa

pengadaan sumber belajar tersebut bersifat mudah, baik itu untuk

pengadaan atapun untuk ditemukan dilingkungan sekitar.

d) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional.

Pemanfaatan sumber belajar yang bersifat fleksibel bisa digunakan untuk

berbagai macam kegiatan

e) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar,

dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.

Dari semua kriteria untuk pemiilihan sumber belajar. hendaknya dalam

pemilihan sumber belajar harus mempertimbangkan kriteria bahwa sumber belajar

bisa dengan memanfaatkan semua yang telah tersedia dilingkungan sekolah

ataupun diluar lingkungan sekolah. Dan dalam pengadaan sumber belajar tersebut

25 Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar,

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/,diunduh pada senin, 3 Maret 2016

34

tidak memerlukan biaya atau dana yang besar. Sesuai dengan sebuah pepatah

bahwa, ”alam terkembang jadi guru “. Pepatah tersebut mengajarkan bahwa alam

telah menyediakan semuanya untuk dapat dimanfaatkan dan bisa dipelajari.

5. Pengelolaan sumber belajar moving class

Jika kita berbicara mengenai pengelolaan sumber belajar, maka kita tak

akan jauh berbicara dari aspek paling penting dari pengelolaan sumber belajar itu

sendiri yaitu, pengelolaan kelas. Adapun kalau kita ingin menguraikan sumber

belajar sendiri akan sangat banyak aspek yang akan kita kaji, maka dari itu penulis

akan mengkaji satu persatu komponen sumber belajar ini.

Menurut Drs. Winarno hamiseno (1978,hlm.1) manejemen adalah sumber

subtantifa dari mengelola, sedangkan mengelola adalah suatu tindakan yang

dimulai dari penyusunan data, merencana, megorganisasikan, melaksanakan

sampai dengan pengawasan penelitian. Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan

menghasilkan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan

peningkatan pengeloaan selanjutnya. 26

Dengan demikian Pengelolaan Sumber Belajar dapat diartikan sebagai

Kegiatan mengelola, mengatur, memanaj segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk membantu tiap orang untuk belajar menampilkan kompetensinya. Sumber

belajar dibagi menjadi dua yang pertama sumber belajar yang segaja dirancang,

yang kedua sumber belajar yang bisa dimanfaatkan.

a. Rancangan pengelolaan sumber belajar moving class

Merujuk kepada petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat

pembinaan SMA mengenai sistem moving class. Maka ada poin – poin yang bisa

menjadi rujukan mengenai pengelolaannya, adapun poin tersebut merpakan

perbedaan pengelolaan moving class dan kelas menetap. Perbedaan tersebut juga

bisa dijadikan sebagai prinsip pengelolaan moving class, yaitu ;

26 Suharsimi arikunto, Pengelolaan kelas dan siswa cetakan keempat, Jakarta: PT. Raja

grafindo, 2004. Hal 7

35

1. Pendidik menetap dalam ruang mata pelajaran, peserta didik berpindah –

pindah ; 27

Maksud dari uraian tersebut ialah, bahwa pada model moving class yang

melakukan proses perpindahan ialah murid dan guru diam pada

ruangannya masing- masing. Hal ini dikarenakan setiap guru diberikan

tanggung jawab untuk mengelola ruangan yang sesuai dengan mata

pelajarannya. Pada hal poin ini guru bebas melakukan penataan bangku,

pengadaaan media dan pengelolaan sumber belajar yang sesuai dengan

mata pelajarannya. Maka dari itu diperlukan kreatifitas guru .untuk

menciptakan suasana kelas yang menyenangkan agar proses pembelajaran

berlangsung lebih menarik dan meningkatkan motivasi siswa untuk

belajar.

2. Alat peraga/ alat bantu KBM berada di dalam ruang mata pelajaran ; 28

Pada model pembelajaran Moving class, guru tidak lagi harus membawa

alat – alat peraga atau media berpindah – pindah kelas. Karena setiap guru

telah mempunyai ruangannya. Ruangan yang menjadi tanggung jawab

masing – masing guru telah tersedia beragam alat peraga dan media untuk

membantu kegiatan pembelajaran. Pada praktisnya model Moving class

lebih memudahkan guru dalam penataan media, karena setiap media dan

alat bantu pembelajaran sudah harus tersedia di dalam kelas.

3. Ruang belajar mencirikan kekhasan mata pelajaran ; 29

Prinsip pengelolaan pada moving class ialah ruang belajar berbasis mata

pelajaran. Artinya pada moving class setiap ruangan telah dipersiapkan

untuk satu mata pelajaran. dan semua media yang digunakan dalam proses

pembelajaran baik itu media, alat peraga, alat bantu dan bahan pustaka

yang terkait dengan mata pelajaran telah tersida di dalam ruangan kelas.

Pengaturan tempat duduk peserta didik juga dapat divariasikan sesuai

dengan kekhasan mata pelajaran dan metode pembelajaran untuk

27 Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class

di SMA, 2010, hal. 35 28 Ibid,. 29 Ibid.,

36

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, komunikatif, kondusif

sehingga menunjang proses pembelajaran yang diinginkan dalam

pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.

4. Identitas ruang belajar adalah ruang mata pelajaran ; 30

Salah satu ciri yang menonjol pada moving class dibandingkan dengan

sistem pembelajaran yang lain, setiap ruangan mempunyai ciri dan

kekhasan pada suatu mata pelajaran. Ada juga sebagian sekolah yang

menyiasati identitas ruangan belajarnya dengan memberikan nama tokoh

yang berkaitan dengan mata pelajaran, contohnya ruang bahasa Indonesia

diberikan nama kelas Sutan Takdir Alisyahbana, ruangan belajar IPS

diberi nama ruangan Patih Gajah Mada. Ada juga sekolah yang

memberikan nama untuk setiap ruang mata pelajaran diberi nomor dan

nama mata pelajaran sebagai identitas ruang. dalam hal pemberian

identitas ruangan sekolah diberikan kebebasan untuk memberikan nama

ataupun nomor untuk menunjukan kekhasan pada setiap ruangan.

5. Sekolah terlebih dahulu menganalisis kebutuhan jumlah ruang mata

pelajaran yang diperlukan dengan cara menghitung keseluruhan jam setiap

mata pelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XII, hasilnya dibagi

dengan jumlah jam yang ditetapkan dalam satu minggu. 31

Contoh : Mata pelajaran Bahasa Indonesia:

Jumlah rombongan belajar kelas X, XI dan XII masing-masing sebanyak 9

kelas dan jumlah jam per minggu adalah 4 jam pelajaran.

Jumlah jam belajar per minggu ditetapkan sekolah 42 jam

Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas X = 9 x 4 = 36 jam

Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas XI = 9 x 4 = 36 jam

Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas XII = 9 x 4 = 36 jam

Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas X, XI, XII = 108 jam

30 Ibid. 31 Ibid.,hal. 43

37

Jumlah ruang mata pelajaran yang diperlukan untuk mata pelajaran Bahasa

Indonesia adalah = 108/42 = 2,57 » 3. Artinya Bahasa Indonesia

memerlukan 3 ruangan. Dengan menghitung jumlah ruang yang

diperlukan setiap mata pelajaran seperti di atas maka dapat diketahui

jumlah seluruh ruang mata pelajaran yang dibutuhkan.

Dari uraian yang penulis kutip mengenai pengelolaan moving class

menurut petunjuk teknis dari Direktorat pembinaan SMA dapat disimpulkan

bahwa, pengelolaan pada moving class memiliki ciri utama pada ialah bagaimana

guru maupun pihak penyelenggara kebijakan merancang ruang belajar yang

berbasis pada mata pelajaran, Sehingga tercipta suasana pembejaran yang

menyenangkan dan menghilangkan kejenuhan pada siswa.

b. Pengelolaan ruang belajar-mengajar

Moving class merupakan sistem pembelajaran yang berbasis pada mata

pelajaran, oleh karena itu pengelolaan pada ruang akan sangat berbeda dengan

pengelolaan ruangan dan desain kelas pada umumnya. Adapun pengelolaan pada

ialah sebagai berikut ;

1) Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik

mata pelajaran/rumpun mata pelajaran. 32

guru memiliki wewenang untuk mendesain kelas sesuai dengan mata

pelajarannya, baik itu penataan bangku, penggunaan media dan pemilihan

sumber belajar.

2) Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media pembelajaran

yang sesuai, jadwal mengajar guru, tata tertib peserta didik dan daftar

inventaris yang ditempel di dinding.33

Manfaat dari media yang sesuai dengan mata pelajaran dapat

menumbuhkan semangat dan motivasi siswa pada pembelajaran, selain

juga sebagai prasyarat terlesenggaranya moving class.

32 Tim pelaksana program rintisan sekolah kategori mandiri(SKM) SMAN 9 YOGYAKARTA,

Rancangan program pembelajaran dengan sistem Moving class ; 2008. hal.6 33 Ibid.

38

3) Tiap rumpun mata pelajaran diupayakan dilengkapi dengan prasarana

multimedia. 34

penggunaan prasarana diatur oleh penanggung jawab Rumpun Mata

Pelajaran

4) Guru bertanggung jawab terhadap ruang belajar yang ditempatinya. 35

Setiap guru telah memiliki ruangan masing – masing untuk dikelola

dengan sebaik baik baiknya. pengelolaan tersebut meliputi, mengelola

media, pengaturan bangku, penataan ruang, pencahayaan dan kelengkapan

daftar pustaka. Tanggung jawab guru bukan hanya menjadi mengajar

tetapi juga sebagai manajer kelas.

c. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar

Sumber belajar dikategorikan menjadi dua, yaitu ; sumber belajar yang

sengaja dirancang dan sumber belajar yang bisa dimanfaatkan. Dari kedua

kategori tersebut ada sumber belajar yang bisa dimanfaatkan, yaitu lingkungan.

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan

memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran

siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.

Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari :

lingkungan sosial dan lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan

untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan

alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat

menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam

memlihara dan melestarikan alam.

Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara

membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk

menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai

34 Ibid. 35 Ibid.

39

sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Untuk menentukan sumber belajar, paling

tidak ada tiga langkah yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Membuat daftar kebutuhan melalui identifikasi sumber dan sarana

pembelajaran yang diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas

atau sekolah. 36

Pengelola perlu membuat daftar inventarisasi sumber dan sarana belajar

yang tersedia di sekitar sekolah, baik yang ada di lingkugan sekolah

seperti media pembelajaran, laboratorium, dan fasilitas yang ada di

dalamnya, masjid/mushala, maupun yang ada di luar madrasah, seperti

fasilitas di masyarakat yang tersedia di sekitar sekolah. Fasilitas ini tidak

sekedar yang berupa benda mati (non-human) namun juga bisa yang

berupa manusia seperti Tokoh agama (kiai/ustadz), lembaga pengelola

zakat dan shadaqah (ZIS), praktisi atau ahli tertentu di sekitar madrasah

yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran.

2. Setelah proses identifikasi dan inventarisasi tentang sumber belajar selesai,

perlu dilakukan penggolongan ketersediaan alat, bahan atau sumber

belajar tersebut.37

Tujuan dari penggolongan ini adalah untuk mengetahui ketersediaan

sumber belajar di sekitar madrasah. Dari proses ini akan diketahui sumber

belajar yang sebenarnya sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan

belajar mengajar namun belum tersedia sehingga ada upaya konkrit dari

pengelola untuk mengadakannya, baik melalui pembelian, pembuatan

sendiri, maupun peminjaman.

3. Bila sumber belajar tersebut tersedia, maka para guru tinggal

memanfaatkannya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Apabila ditemukan sumber belajar yang sudah tersedia, namun belum

36 Ely inayah, Manajemen sumber belajar,

http://elyinayah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-sumber-belajar.html, diunduh pada ; rabu, 23 Maret 2016.

37 Ibid.

40

sepenuhnya dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran,

maka guru perlu memodifikasi atau menyesuaikan sumber belajar tersebut.

Berdasarkan kutipan dari uraian di atas maka, hakikat pada pengelolaan

sumber belajar dibagi menjadi tiga yaitu, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Perencanaan meliputi sumber belajar apa saja yang dibutuhkan dan apa yang

tersedia di lingkungan sekolah sehingga, guru maupun pihak sekolah dapat

melaksanakan identifikasi pada sumber yang dibutuhkan.

Pelaksanaan artinya ketika semua sumber telah tersedia tinggal digunakan

saja, sumber belajar yang telah tersedia dilapangan sehingga dari pengelolaannya

dapat dilihat mana saja sumber belajar yang relevant digunakan dan mana yang

tidak sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran. poin terakhir ialah evaluasi

fungsinya untuk menilai fungsi dari sumber belajar yang telah digunakan, apakah

sumber belajar tersebut sesuai dan tepat guna pada suatu pembelajaran atau tidak.

d. Tips dan trik pelaksanaan moving class

setiap model pembelajaran yang diterapkan oleh suatu sekolah pasti

memiliki permasalahan, dan setiap permasalahan hendaknya sudah dapat

diantisipasi dan dapat disiasati bagaimana cara penanggulangannya. Berikut ini

merupakan tips dan trik dalam pelaksanaan moving class ;

1. Untuk efektifitas dan efisiensi waktu dalam penyusunan jadwal pelajaran

perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :38

a. Perpindahan kelompok belajar diusahakan ke ruang mata pelajaran

yang terdekat;

b. Bagi guru mata pelajaran yang merangkap (mengajar lebih dari satu

mata pelajaran) yang berarti menggunakan lebih dari satu ruang mata

pelajaran, diusahakan jadwal mengajarnya pada hari yang berbeda.

2. Ruang mata pelajaran adalah ruang guru oleh karena itu guru selalu berada

di ruang mata pelajaran selama kegiatan belajar-mengajar.39

38 Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di

SMA, 2010, hal. 43

41

3. Guru mata pelajaran diharapkan selalalu memantau kehadiran siswa

terutama sewaktu perpindahan pembelajaran.40

4. Antisipasi masalah 41

;

Tabel antisipasi masalah pada moving class

NO MASALAH ANTISIPASI MASALAH

1 Banyaknya waktu yang

terbuang sewaktu

perpindahan belajar

Membudayakan disiplin waktu

perpindahan belajar

Membudayakan peserta didik jalan

cepat

Meningkatkan kepedulian guru

bagi peserta didik yang terlambat

hadir

2 Keributan sewaktu

perpindahan belajar

Penyusunan jadwal harus memperhatikan

Perpindahan pada kelas yang

terdekat

3 Kekurangan meja dan kursi

peserta didik

Jumlah meja dan kursi mengikuti jumlah

peseta didik yang terbanyak

4 Kebersihan ruang mata

pelajaran

Menjadwalkan piket peserta didik

ruang mata pelajaran

Meningkatkan kepedulian setiap

guru mata pelajaran

Pemeriksaan jadwal piket peserta

didik setiap saat oleh penanggung

jawab mapel / koordinator

5 Peserta didik yang bolos

belajar

Pengecekan kehadiran peserta

didik oleh guru mata pelajaran

Pemeriksaan absensi peserta didik

setiap saat oleh guru piket.

39 Ibid. 40 Ibid. 41 Ibid.

42

Berdasarkan uraian di atas mengenai tips dan trik pengelolaan moving

class, dapat menjadi acuan bagi pengambil kebijakan untuk mengatasi

permasalahan apa saja yang akan dihadapi pada pembelajaran. Selain juga

kesiapan pada pelaksanaan, setiap sekolah harus dapat memperidiksi masalah

yang akan terjadi dan cara mengatasi setiap permasalahan pada moving class.

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakasanakan di SMP Islam terpadu Darul Abidin – Depok.

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada tanggal 18 Mei 2016 s/d 30 Mei

2016

B. Metodologi Penelitian dan Desain

Penelitian kualitatif selalu berangkat dari masalah. Dan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif, dan akan berkembang atau

berganti setelah penelitian berada di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai macam sumber

dengan menggunankan teknik penumpulan data yang bermacam – macam

(triangulasi). Dan dilakukan terus – menerus sampai datanya jenuh. 42

Dengan pengamatan terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data

tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun

tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisa data belum ada pola

jelasnya, oleh karena itu peneliti sering mengalami kesulitan dalam analisis.

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif. Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena

permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga

tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian

kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner atau pedoman wawancara.

Salain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam,

menemukan pola, hipotesis dan teori.

42 Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta,Hal. 243

44

C. Teknik dan instrumen pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian ialah mendapatkan data. 43

Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar yang ditetapkan.

Ada dua hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas

instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif,

yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Karena itu

seorang peneliti harus melakukan validasi.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen yang mana

instrumen ini kiranya dapat mendukung keabsahan dari penelitian. Menyusun

instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi

mengumpulkan data jauh lebih penting lagi. Apa lagi jika peneliti menggunakan

metode yang memilki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.

Untuk itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani

secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu

pengumpulan variabel yang tepat. Adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu ;

wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang dari ketiga teknik tersebut

merupakan sebagian dari metode pengumpulan data.

1. Wawancara

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan,

adalah sebuah dialog yang dilakukan` oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee). Interviewee digunakan

untuk peneliti menilai bagaimana pengelolaan sumber belajar dan media

dilaksanakan pada sekolah Darul abidin.

43 Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, Hal. 224

45

Tujuan dari wawancara yang peneliti laksanakan ialah untuk mengetahui

bagaimana pengelolaan media dan sumber belajar pada model moving class

dilaksanakan pada SMP IT Darul Abidin. Apakah terdapat perbedaan pengelolaan

media dan sumber belajar pada model kelas menetap dan moving class.

Adapun narasumber yang peneliti wawancarai ialah kepala sekolah dan guru

dari masing – masing rumpun mata pelajaran, yaitu antara lain ;

a. Kepala sekolah SMP IT Darul Abidin

b. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Social (IPS)

c. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

d. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

e. Guru mata pelajaran matematika

f. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

a. Pedoman wawancara

Agar wawancara dapat berjalan sesuai dengan tujuan dari penelitian,

maka dari itu perlu dibuat suatu pedoman wawancara. Pedoman wawancara

dibuat agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai penglelolaan media

dan sumber belajar di SMP IT Darul Abidin. Adapun pedoman wawancara

sebagai berikut ;

Pedoman wawancara

Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP Darul Abidin

Karakteristik narasumber :

Bidang studi yang diajarkan :

1. pengelolaan sumber belajar dan media pada suatu kelas

2. Media pembelajaran yang tersedia dikelas

3. Manfaat penggunaan media dan sumber belajar pada proses

pembelajaran

4. Alasan penerapan desain kelas yang digunakan pada kelas yang diajar

5. hambatan dalam pelaksanaan moving class

6. Keseuaian perangkat pembelajaran dengan karakteristik mata pelajaran

46

7. Hambata guru dalam penggunaan berbagai media dan sumber belajar

8. Kriteria dalam pemilihan sumber belajar

2. Observasi

Menurut Nasution (1988), observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.

Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi.44

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan orang yang diamati

atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Tujuan dari pelaksanaan

observasi ini ialah untuk mengetahui pengelolaan media dan sumber belajar di

SMP IT Darul abidin. Apakah media yang digunakan telah sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan juga apakah media yang digunakan oleh guru memiliki

keterkaitan dengan materi.

Maka dari itu perlu kiranya disusun sebuah instrumen obeservasi, agar

penilaian yang peneliti lakukan mempunyai tolak ukur yang jelas pada objek yang

akan diteliti.

Instrumen observasi sumber belajar dan media pembelajaran

No Objek observasi 1 2 3 4 5

A Perencanaan media dan sumber belajar

B Penempatan media dan umber belajar

C Proses penggunaan sumber belajar dan media

D Pemanfaatan media dan sumber belajar

E Perawatan media dan sumber belajar

F Pengelolaan ruangan belajar

Indikator ini menggunakan skala likert dari 1 sampai 5 berpedoman pada

interpretasi menurut Suharsimi arikunto rinciannya sebagai berikut :

44 Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, Hal. 226

47

1. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh < 10%

2. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval < 40%

3. Cukup, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41 – 60%

4. Baik, jika nilai yang dieroleh berada pada interval 61 – 80%

5. Sangat baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81 – 100%

Untuk mendapatkan hasil dari pengelohan data pada instrumen observasi

penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan rumus persentase sebagai

berikut ;

45

P : Persentase

F : Frekuensi

N : Number of case ( banyaknya responden)

Indikator observasi tersebut untuk mendapatkan hasil gambaran dari

observasi yang peneliti lakukan. Adapun sasaran dan objek dari observasi ini ialah

beberapa rumpun mata pelajaran, yaitu antara lain ;

. 1. Rumpun mata pelajaran Pendidikan agama islam

2. Rumpun mata pelajaran Ilmu pengetahuan alam

3. Rumpun mata pelajaran Ilmu pengetahuan sosial

4. Rumpun mata pelajaran Bahasa Indonesia

5. Rumpun mata pelajaran matematika

3. Studi Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya monumental dari seseorang. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam

45 Anas sudjono, Pengantar statistik pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo),hal. 43

48

penelitian kualitatif. 46

Hasil dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/

dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen.

Tujuan dari studi dokumen merupakan sebagai penguat dan pelengkap dari

metode penelitian, hingga akhirnya ketiga teknik pengumpulan data, baik

wawancara, observasi dan dokumen akan diambil menjadi kesimpulan dari

penelitian. Data yang penulis peroleh dilapangan melalui obeservasi, wawancara,

dan studi dokumentasi tersebut dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan

penelitian, kemudian dilakukan penyesuaian data. Berikut ini adalah dokumen

yang peneliti jadikan sebagai bagian dari bahan penelitian ;

Tabel jenis dokumen

No Jenis dokumen Keterangan

1 Profil sekolah Ada

2 Sejarah sekolah Ada

3 Program kegiatan sekolah Ada

4 Visi dan misi sekolah Ada

5 Rancangan pelaksanaan pembelajaran Ada

6 Silabus pembelajaran Ada

7 Dokumentasi Ada

D. Teknik Analisa Data

Pada penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan

metode triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada. 47

46 Sugiyono, Metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, Bandung : Alfabeta, Hal. 240 47 Ibid., hal. 241

49

Dalam hal triangulasi , Susan staiback (1988) menyatakan bahwa tujuan

dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena tetapi

lebih pada peningkatan peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.48

Nilai dari teknik pengumpulan data dengan trianggulasi adalah untuk

mengetahui data yang telah diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau

kontrakdiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik trianggulasi dalam

pengumpulan dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih

konsisten, tuntas dan pasti. Dengan trianggulasi akan lebih meningkatkan

kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu kekuatan.

Bagan diatas menggambarkan mengenai teknik analisa data yang penulis

gunakan, dapat disimpulkan bahwa semua sumber data diambil dari sumber yang

sama tetapi teknik yang digunakan bermacam – macam. Tujuan dari analisis data

yang penulis lakukan tidak lain untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pada

sumber belajar dilaksanakan, baik pada proses perencanaan, penggunaan,

pemanfaatan dan pengelolaan ruang belajar dengan menggunakan konsep moving

class. faktor apa saja yang membedakan antara pengelolaan media dan sumber

belajar pada model kelas menetap dan moving class.

48 Ibid.,

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Sumber data

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP IT Darul Abidin

1. Sejarah singkat SMP IT Darul Abidin

SMP IT Darul Abidin beralamat di Jl. Karet Hijau No. 52 Beji, Depok,

Jawa Barat. Sekolah ini didirikan pada tahun 2006 dan mulai beroperasi pada

tahun 2007. Pada awal berdirinya sekolah ini, hanya menyelenggarakan

pendidikan untuk tingkat dasar saja seperti TK dan SD. SMP IT Darul Abidin

bernaung dibawah yayasan SIT (Sekolah islam terpadu) Darul Abidin.

Yayasan Darul Abidin sebagai yayasan pendidikan yang sangat “concern”

dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas telah 14 (empat belas) tahun

menjalankan kegiatan ini dan diminati masyarakat untuk tingkat TK dan SD.

Sekolah Menengah Pertama Darul Abidin adalah sekolah menengah

pertama yang mengembangkan buadaya riset (penelitian) dengan memanfaatkan

ICT (Information & Communication Technology) secara optimal. selain itu juga

disediakan program bagi siwa-siswi untuk menguasai dan terbiasa menggunakan

bahasa inggris dalam komunikasi sehari-hari.

Selama empat belas tahun perjalanan yayasan Darul Abidin mengalami

perkembangan secara signifikan dalam, baik prestasi akademis maupun non

akademis, perkembangan jumlah siswa dan perkembangan sarana dan prasarana.

Seiring berjalannya waktu SMP Darul Abidin berkembang menjadi sekolah yang

banyak diminati. Hal ini terbukti pada saat pendaftaran siswa baru selama tiga

tahun terakhir selalu bertambah. Total ada 12 rombongan belajar secara

keseluruhan dan 4 kelas pada setiap tingkatan kelasnya. Dan juga jumlah

keseluruhan guru dan pegawai khusus untuk SMP Darul Abidin ada 28 orang.

Dan jumlah keseluruhan siswa 307 orang.

51

2. Visi dan misi dan tujuan SMP IT Darul Abidin

Sebagai sebuah lembaga pendidikan SMP IT Darul Abidin perlu memiliki

Visi dan Misi serta tujuan yang jelas. Adapun Visi, Misi dan tujuan SMP IT Darul

abidin adalah sebagai berikut:

a. Visi

“To be an Islamic Educational Institution that Develop Robbani

Generation and Strive for Excellence”

Sebagai sebuah lembaga pendidikan visi merupakan cerminan dan sebagai

cita-cita yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan. Sama halnya dengan cita-

cita yang ingin dicapai oleh SMP IT Darul Abidin. Dengan visi yang dimiliki

SMP IT Darul Abidin ingin menjadi sebuah lembaga pendidikan islam yang bisa

mencetak generasi rabbani dengan keislaman yang kuat. Namun demikian visi

tersebut harus dikaji ulang, karena visi tersebut masih terlalu dalam ukurannya.

b. Misi

Islamic character

Holistic education

Engaging & joy learning

Misi merupakan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai visi yang

telah ditetapkan bersama-sama. Misi di atas diharapkan mampu untuk dilakukan

dengan baik dan dapat mendukung terhadap pencapain visi yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu, pihak sekolah harus mampu melaksanakan misi tersebut dalam

bentuk kegiatan yang nyata sehingga ada manfaat yang didapat dari kegiatan

tersebut untuk mencapai visi yang telah ditetapkan bersama-sama.

Dalam mewujudkan visi diatas perlu kiranya langkah – langkah agar visi

dan misi tersebut dapat tercapai. Adapun usaha agar visi dan misi dapat tercapai

melalui beberapa kegiatan sebagai berikut.

52

1. Kegiatan Majelis Pagi :

Kegiatan pagi yang melibatkan siswa & dewan guru untuk

melaksanakan kegiatan sholat dhuha, tilawah, dan belajar berlatih

public speaking menyampaikan kultum keislaman. Dan

Mempersiapkan dari segi jasadiah & ruhiyah

2. Mentoring :

Kegiatan yang dikemas secara terbuka sebagai sarana atau wadah

pendalaman agama Islam untuk mencapai SKL keislaman JSIT agar

peserta didik memiliki religiusitas sesuai dng perkembangan

psikologis remaja.

Home room time : muhasabah diri bagi siswa dan sebagai sarana

pendekatan siswa dengan wali kelas nya.

3. The first two week :

Sebuah agenda kegiatan yg difokuskan pada pembentukan karakter

siswa melalui diskusi dan sharing rules serta dilanjutkan dengan

simulasi coba langsung. Ketika karakter sdh dibentuk, diharapkan

nilai yg sdh ditanamkan akan menjadi long lasting habit.

4. Kelas pilihan :

Kelas pilihan dibentuk sebagai cara sekolah menghargai keragaman

minat dan bakat juga bagian dari pengembangan kecerdasan majemuk

siswa secara spesifik, adapun Kelas yang ditawarkan antara lain; seni

lukis, seni Kriya, seni fotografi, seni bela diri, game flash, Seni music

& alat, seni vokal, seni teater, seni tari.

5. Kelas komunitas :

Kelas komunitas dibentuk sebagai cara sekolah menghargai perbedaan

indvidu dan keragaman minat dan bakat juga bagian dari

pengembangan kecerdasan majemuk siswa secara spesifik. Siswa

berhak memilih komunitas yang paling diminati untuk djadikan

komunitas berinterksinya selama satu tahun ajaran. Pada setiap akhir

semester akan disiapkan satu hari sebagai hari unjuk kemampuan

komunitas. Adapun kelas komunitas yang ditawarkan ialah : history

53

lovers, social science, english story telling, poem lovers, food lovers,

KIR community, green community/DSB, leadership, history

community.

6. Student Lead Conference (SLC) :

Bagian dari cara sekolah untuk menyiapkan seorang pemimpin di masa

depan. Sekolah memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk

memilih dan memiliki sebuah proyek di setiap semester. Proyek akan

dipresentasikan di akhir semester dalam sebuah konferensi dan dihadiri

oleh orang tua.

Berdasarkan visi dan misi SMP IT Darul abidin, peneliti menilai bahwa

masih terdapat hal-hal yang bersifat umum dan perlu untuk dibuat rumusan yang

lebih khusus lagi sehingga tujuan yang akan dicapai akan lebih jelas. Kegiatan

yang penulis sebutkan di atas hanya sebagian dari macam – macam kegiatan yang

ada di sekolah Darul Abidin. Tentunya semua kegiatan tersebut dirancang untuk

mendukung tercapainya Visi dan Misi yang dimiliki oleh sekolah.

3. Data siswa

Data siswa pada SMP IT Darul Abidin yang penulis tampilkan ialah data

siswa selama tiga tahun terakhir, dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Selama

tiga tahun terakhir jumlah siswa relatif tetap walaupun jumlah siswa yang ingin

mendaftar terus bertambah dari tahun ke tahunnya.

Tabel data siswa

Tahun

ajaran

Pendaf

tar

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

siswa Jumla

h

rombel

Siswa jumlah

rombel

siswa Jumla

h

rombel

siswa rom

bel

2013/2014 150 104 4 100 4 98 4 302 12

2014/2015 165 104 4 104 4 99 4 307 12

2015/2016 176 101 4 102 4 104 4 307 12

54

Berdasarkan tabel data siswa di atas dapat disimpulkan bahwa

perkembangan jumlah siswa berdasarkan peminat yang ingin mendaftar terus

bertambah dari tahun ke tahun. Demi menjaga suasana kondusif dalam proses

pembelajaran maka sekolah ini menetapkan jumlah siswa disesuaikan dengan

ketersediaan sarana dan prasarana.

4. Data guru dan pegawai

Untuk menunjang Proses Belajar Mengajar (PBM) perlu didukung oleh

tenaga pendidik dan kependidikan. Jumlah guru yang terdapat di SMP IT Darul

Abidin yaitu berjumlah 23 orang, jumlah guru tersebut sebagian besar merupakan

Sarjana Strata 1 yang memiliki kemampuan diberbagai macam disiplin ilmu.

Tabel data guru

No Nama Jabatan Bidang studi

1 Fitri widya ayuningsih Kepala sekolah IPS

2 Sumiati Wakil kepala sekolah IPA

3 Arif Rahman Wali kelas 7A IPA

4 Nurul badriah Wali kelas 7B Bahasa inggris

5 Ranti muria Wali kelas 7C Pendidikan Agama Islam

6 Ainun rohmiatun Wali kelas 7D Bimbingan konseling

7 Ria agustina Wali kelas 8A IPA

8 Erika Wali kelas 8B Bahasa Inggris

9 Rukiyah Wali kelas 8C IPS

10 Fevi shofiah Wali kelas 8D IPA

11 Eptiarti rahayu Wali kelas 9A IPS

12 Gunawan Wali kelas 9B IPS

13 Siti Dahniar Wali kelas 9C Matematika

14 Siti chairunnisa Wali kelas 9D Matematika

15 Ria Agustina Guru bidang studi Matematika

16 Yaofik fadhil Guru bidang studi Bahasa Arab

55

5. Sarana dan prasarana

Fasilitas pendukung yang terdapat di SMP IT Darul Abidin ialah sebagai

berikut :

Tabel data sarana dan prasarana

NO Fasilitas Jumlah Kondisi

1 Ruang kelas 14 ruang Baik

2 Laboratorium IPA 1 ruang Baik

3 Laboratorium bahasa -

4 Laboratorium komputer 3 ruang Baik

5 Ruang perpustakaan 1 ruang Baik

6 Ruang kesenian -

7 Ruang keterampilan -

8 Kamar mandi guru dan siswa 10 ruang Baik

9 Ruang kantor guru 1 ruang Baik

10 Lapangan futsal 1 buah Baik

11 Ruang aula 1 ruang Baik

Berdasarkan data tabel di atas dan diperkuat dengan hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti, seluruh ruang yang ada di SMP IT Darul Abidin dalam

17 Dasep Supiadin Guru bidang studi Bahasa indonesia

18 Nurfadhilah Widiarti Guru bidang studi Bahasa Indonesia

19 Imam Supargo Guru bidang studi Bahasa Indonesia

20 Ardhi Guru bidang studi IPA

21 Ammar iskarima Guru bidang studi Pendidikan Agama islam

22 Wisnu perdana Bimbingan konseling Bimbingan konseling

24 Solichin PJOK -

23 Adi septian Bimbingan al-quran Bimbingan Alquran

56

keadaan baik dan dapat dipergunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian, diharapkan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik

dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Analisa dan interpretasi data

Data diperoleh melalui wawancara dengan guru, observasi dan studi

dokumen. Setelah data terkumpul hasil dari wawancara, observasi dan studi

dokumen, maka data yang telah peneliti dapatkan diolah menggunakan teknik

triangulasi. Pengolahan data menggunakan trianggulasi ialah teknik

penggabungan dari semua metode pengeolahan data. Kegunaan teknik ini ialah

untuk mengambil gambaran dan kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis

laksanakan.

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan

sumber belajar pada model moving class. Apakah terdapat perbedaan yang

signinfikan antara model kelas menetap dan kelas bergerak, tentunya hal ini

menjadi kajian yang menarik bagi peneliti untuk mengkaji secara lebih mendalam.

1. Hasil penelitian

Hasil penelitian ini merupakan komparasi dari semua teknik yang

penelii gunakan, dari semua teknik tersebut peneliti mengambil kesimpulan

yang bisa menggambarkan penelitian. Dari kedua metode tersebut diharapkan

nantinya didapatkan kesesuian data, baik dari wawancara dan pengamatan yang

peneliti lakukan mengenai pengeloaan sumber belajar pada moving class.

Seperti telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya, bahwa peneliti

menggunakan intrumen observasi dengan menggunakan skala likert. Tujuan dari

instrumen observasi agar penelitian yang penulis laksanakan lebih terarah dan

memiliki tolak ukur yang jelas. Adapun keterangan nilai yang penulis gunakan

ialah sebagai berikut ;1 = Tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = cukup, 4 = baik, 5 =

sangat baik, dan hasil dari observasi yang peneliti lakukan akan dijelaskan pada

tabel di bawah ini.

57

Tabel hasil observasi

No Indikator

Skor

1 2 3 4 5

1 Perencanaan sumber/media

pembelajaran

- - 10% 90% -

2 Penempatan media/sumber

belajar

- - 15% 77,5

%

7,5%

3 Penggunaan media/sumber

belajar

- - 10% 87% 3,4%

4 Pemanfaatan media/sumber

belajar

- - 20% 70% 10%

5 Perawatan media/sumber

belajar

- - 20% 80% -

6 Pengelolaan ruangan belajar - - 12% 84% 4%

A. Perencanaan media/ sumber belajar

Berbicara mengenai perencanaan sendiri merupakan aspek yang paling

penting dalam sebuah pengelolaan. Karena dari sebuah rencana maka akan

terbentuk sebuah program yang harus dilaksanakan. Dari sebuah rencana juga

akan dapat gambaran dan tujuan yang akan dicapai dari suatu program.

Hasil dari observasi yang peneliti dapatkan pada poin perencanaan media

dan sumber belajar adalah, 90% perencanaan media dan sumber belajar yang guru

lakukan untuk kegiatan pembelajaran bisa dikatakan baik. Sedangkan 10%

bernilai cukup. Proses penilaian ini peneliti lakukan dengan pengamatan secara

langsung. Observasi penulis laksanakan di lima kelas yang berbeda dengan

rumpun mata pelajaran yang juga berbeda. secara garis besarnya dapat dikatakan

bahwa perencanaan sumber belajar berlangsung baik.

58

Fenomena menarik dari perencanaan media dan sumber yang peneliti

temukan ialah, para guru dikalisifikasikan berdasarkan kemampuannya mengenai

penguasaan metode pembelajaran dan pengelolaan media. Klasifikasi kemampuan

para guru adalah : guru muda untuk guru yang masih minim pengalaman. Guru

muda akan selalu diberikan pelatihan untuk mengembangkan kemampuannya

dalam pengelolaan sumber belajar. klasifikasi lain ialah guru middle atinya guru

yang sudah mempunyai pengalaman dan telah melewati pelatihan tetapi

perkembangannya perlu harus selalu dipantau. Selanjutnya ialah guru ahli yang

sudah mumpuni dalam penguasaan media dan metode pengajaran. Para guru ahli

inilah yang memeberikan pelatihan kepada guru muda. 49

Dari kutipan

wawancara tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa proses perencanaan media

dan sumber belajar di SMP IT Darul Abidin berjalan dengan baik dan

berkesinambungan.

Proses perencanaan media dan sumber belajar juga terdapat pada silabus

dan RPP. Dimana sekolah sendiri telah menetapkan standarisasi mengenai

perencanaan media baik itu terkait dengan kesesuian materi pelajaran dan

keseuian dengan prinsip belajar aktif. 50

Perencanaan sumber belajar sendiri

menjadi hal yang sangat penting pada model moving clas. Karena moving sendiri

mempunyai arti suatu pembelajaran yang berkarakter mata pelajaran. maka dari

itu pengelolaan media dan sumber belajar harus mendapat perhatian yang lebih.

Perencanaan media pembelajaran tentu harus ada aspek–aspek yang

diperhatikan yang bisa dijadikan sebagai komponen penilaian dalam ukuran

perencanaan tersebut. Yang pertama, media yang guru gunakan pada proses

pembelajarannya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada kelas yang

peneliti amati kiranya media yang digunakan telah sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

49 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada

tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30 50 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada

tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30

59

Selanjutnya sumber belajar dan media memiliki keterkaitan dengan materi.

Media yang digunakan memang seharusnya memiliki keterkaitan dengan materi,

sebagai contoh media yang digunakan pada pelajaran bahasa Indonesia, guru

menggunakan koran sebagai media pembelajaran. media tersebut mudah

ditemukan dan mudah dimengerti oleh siswa. Kesesuian antara materi

pembelajaran dengan media yang digunakan harus menjadi petimbangan pertama

bagi guru, sebab dalam pendekatan sistem tujuan pembelajaran adalah komponen

yang utama dalam proses pembelajaran.

Perencanaan sumber belajar juga harus bersifat mudah ditemukan

dilingkugan sekitar, artinya dalam hal pemanfaatan media mudah ditemukan dari

lingkungan. Hal ini meungkinkan siswa untuk dapat berkreasi dalam proses

pembelajarannya. secara umum peneliti menilai perencanaan media dan sumber

belajar di SMP Darul Abidin telah terancang dengan baik.

B. Penempatan media dan sumber belajar

Penempatan media dan sumber belajar merupakan bagian penting

pengelolaan media. Hal ini dikarenakan pada aspek inilah media akan dinilai.

Apakah penempatannya sudah tepat atau belum. Dikarenakan SMP Darul Abidin

menerapkan model moving class, maka penempatan media pada setiap kelas

bersifat paten dan tak banyak perubahan. Hal ini dikarenakan untuk

menggambarkan bahwa sekolah ini telah siap dalam penerapan model moving

class, dalam rangka menyelengggarakan kelas yang berkarakter mata pelajaran.

Penempatan media yang cukup menarik bagi peneliti ialah, peneliti

menjumpai di depan setiap ruang kelas terdapat majalah dinding. Yang mana

fungsi dari setiap majalah dinding tersebut berisi info, artikel, ulasan ataupun

tulisan yang berkaitan erat dengan materi pelajaran pada suatu ruangan tersebut.

Berikut ini contoh akan peneliti tampilkan penempatan media majalah dinding

yang ada di depan ruang mata pelajaran IPS .

Gambar 4.1

60

Contoh penempatan media majalah dinding di depan ruangan.

Aspek penempatan media juga berkaitan erat dengan pengelolaan kelas.

Hal ini dikarenakan dengan penempatan media diharapkan guru sudah bisa

menguasai denah kelasnya. Dengan penempatan media di tempat yang tepat dapat

di nilai apakah media yang digunakan bisa menjangkau seluruh siswa pada proses

pembelajarannya.

Berdasarkan hasil presentase yang peneliti tampilkan pada tabel di atas, maka

variasi presentase nilai pada hasil pengamatan beragam. Untuk presentase

kategori cukup sebanyak 15%, kategori baik 77,5% dan kategori sagat baik 7,5%.

Adanya variasi nilai pada indikator penempatan media dan sumber belajar

dikarenakan setiap guru memiliki cara tersendiri dalam penempatan media yang

mereka gunakan, peneliti mengambil nilai presentase terbesar dalam penempatan

media dan sumber belajar yaitu nilai dengan kategori baik. Adapun bagian

indikator yang menjadi penilaiannya ialah ;

Dari semua indikator di atas peneliti mengambil garis besar dengan

membuat presentase secara keseluruhan bahwa dalam penempatan media di SMP

Darul abidin termasuk baik, hal ini karena setiap guru mempunyai tanggung

61

jawab dalam mengelola setiap ruangannya masing – masing. Dari bagian

indikator yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa penempatan

media tidak hanya melibatkan guru sebagai subjek tunggal tetapi juga siswa

dilibatkan dalam penempatannya. Baik dalam kemudahan untuk diakses oleh guru

atau siswa tetapi juga apakah media tersebut harus mudah dilihat dan dijangkau.

Penggunaan konsep moving class di sekolah ini telah diterapkan secara

maksimal, walaupun masih terdapat kekurangan. Walau demikian bukti bahwa

konsep moving class coba diaplikan dengan baik ialah, setiap guru memiliki

rungannya sendiri untuk dikelola sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.

C. Penggunaan media dan sumber belajar

Hakikat dari Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar

lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil belajar.

Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja,

namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan

berbagai sumber belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan

mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.51

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pengunaan media dan

sumber belajar sangat diperlukan baik oleh guru maupun siswa dalam kegiatan

pembelajarannya. penggunaan media diharapkan dapat membantu siswa lebih

tertarik dan bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media juga

membuat proses pembelajaran lebih menarik.

Hasil observasi yang peneliti lakukan di SMP Darul Abidin mengenai

penggunaan media dan sumber belajar cukup beragam presentasenya. Dari

pengamatan yang peneliti lakukan dalam penggunnaan media, presentase untuk

kategori cukup sebanyak 10%, 87% kategori baik, dan 3,4% sangat baik.

Pelaksanaan observasi yang peneliti laksanakan di lima ruangan yang berbeda

dengan rumpun mata pelajaran yang berbeda juga. Pada pelaksanaan observasi ini

51 Dr.Wina sanjaya 2008, Perencanaan dan desain sitem pembelajaran cetakan pertama,

Jakarta:Kencana prenada media grup. Hal. 228

62

banyak hal menarik yang peneliti temukan. Para guru di SMP Darul Abidin

memang diharuskan untuk kreatif dalam penggunaan media. Baik menggunakan

media pembelajaran yang telah tersedia dikelas masing–masing ataupun berkreasi

dengan media pilihan guru itu sendiri.

Penggunaaan media dan sumber belajar yang dikelola oleh guru

hendaknya menerapkan prinsip dan kriteria dalam pengelolaanya. Dari

pengamatan yang peneliti lakukan, para guru cukup kreatif dalam penggunaan

media. Sebagai contoh pada mata pelajaran IPA, guru cukup menggunakan botol

bekas air mineral yang bisa dijadikan pot tanaman, kemudian di dalam tempat

tersebut diletakkan potongan busa sebagai pengganti tanah. Pada praktek

pelajaran tersebut guru menerapkan prinsip bahwa media mudah ditemukan,

mudah digunakan dan juga muda dimanfaatkan baik oleh guru maupun siswa.

Dibawah ini akan peneliti tampilkan contoh penggunaan media oleh guru

menggunakan barang bekas sebagai pot tanaman.

Gambar 4.2 Gambar 4.3

Dalam penggunaan media setiap guru tentu mempunyai kriteria tersendiri

dalam pemilhannya, kriteria yang ditetapkan oleh guru siharapkan sesuai dan

dapat membantu guru pada proses pembelajarannya. Berikut ini kriteria beberapa

guru dalam penggunaan media;

“Kriteria saya dalam penggunaan media dan sumber belajar ialah mudah

dicari dan efisien” 52

52 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada

tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30

63

“Dalam pemilihan sumber belajar, penggunaan media harus dipilih

dengan kriteria awet,utuh dan update”53

Dari kutipan wawancara dan gambar di atas yang peneliti tampilkan dapat

disimpulkan bahwa pengunaan media hendaknya menggunakan prinsip mudah.

Bukan saja hanya mudah bagi guru saja tetapi juga bagi murid dan yang paling

penting dalam penggunaan media ialah objek yang akan digunakan sebagai media

mudah ditemukan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Penggunaan

berbagai media yang dilakukan oleh guru di SMP Darul Abidin telah menjadi ciri

khas pada sekolah ini, karena sekolah ini telah lama menerapkan model moving

class. Pada model moving class keratifitas guru dalam pengelolaan media dan

sumber belajar sangat ditekankan. Untuk menerapkan model pembelajaran

moving class, penggunaan media menjadi nilai lebih pada proses

pembelajarannya.

Cara dari setiap guru dalam penggunaan media bermacam – macam, ada

yang menggunakan media yang bersifat ekonomis dan mudah ditemukan di

sekitar sekolah, ada guru yang menggunakan media dari sampah – sampah bekas

kemudian disulap menjadi media pembelajaran yang menarik, dan ada juga guru

yang menggunakan media yang berbasis internet, sehingga siswa juga dapat

bereksplorasi dalam mencari sumber belajar selain dari buku teks pelajaran.

Bagaimanapun juga secara keseluruhan poin ketiga mengenai penggunaan media

dan sumber belajar di SMP Darul Abidin peneliti simpulkan secara keseluruhan

berkategori baik.

E. Pemanfaatan media dan sumber belajar

Dilihat dari segi pemanfaatan media memberikan sangat banyak manfaat

baik untuk guru ataupun siswa dalam proses pembelajaran. media dapat

memberikan pengalaman langsung dan nyata bagi siswa dalam proses

53 Kutipan wawancara dengan Bapak Dasep ( Guru Bahasa indonesia), pada tanggal 19

Mei 2016 pukul 14.30

64

pembelajarannya. media dan sumber belajar juga menghindari pembelajaran yang

bersifat abstrak dan verbalisme, yang mana pembelajaran hanya berlangsung satu

arah dari murid ke guru. Konsep moving class yang diterapkan oleh SMP Darul

Abidin menekankan pada penggunaan media sebagai alat bantu guru dalam

proses pembelajarannya.

Pemanfaatan media dan sumber belajar mempunyai banyak kriteria, yang

mana dari kriteria tersebut peneliti menetapkan menjadi bagian dari objek

penilaian ketika melaksanakan observasi. Media yang digunakan oleh guru

hendaknya bersifat efektif. Maksud dari efektif sendiri ialah media mudah

digunakan dan mudah ditemukan dari lingkungan sekitar sekolah. Kemudahan

dalam pengoperasian media ini sendiri tidak hanya bersifat mudah bagi guru tapi

juga murid. Pemanfaatan media yang peneliti temukan selama penelitian baik dari

hasil wawancara maupun observasi tidak jauh berbeda. pemanfaatan media yang

dilakukan oleh guru cukup kreatif. Salah contoh dokumentasinya telah peneliti

tampilkan pada poin nomer tiga, Yang mana kreatifitas guru dalam pemanfaatan

dan penggunaan media di SMP Darul Abidin tidak dibatasi oleh manajemen

sekolah.

Pemanfaatan media yang dilaksakan oleh guru di SMP Darul Abidin

terbagi menjadi dua, yaitu media yang telah tersedia dan media yang diciptakan

sendiri oleh guru.54

Contoh media yang telah paten dan tersedia dikelas seperti

infokus, alat peraga dan mading. media yang telah tersedia tersebut tinggal

dimanfaatkan saja oleh guru pada proses pembelajarannya. Sedangkan media

yang diciptakan dan dikreasikan ialah media yang belum tersedia dikelas, pada

poin ini bukan hanya tugas guru untuk menciptakan media tetapi juga arahan guru

untuk siswa dalam memanfaatkan media dari lingkungan sekitar.

Dalam pemanfaatan media guru juga sebaiknya melibatkan peserta didik.

Pada setiap kelas yang peneliti jumpai, disetiap ruangan ada hasil karya anak

yang berkaitan dengan materi pembelajaran. dan didepan setiap ruangan kelas

54 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada

tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30

65

tersedia mading kelas. Mading kelas ini dikelola oleh guru penaggung jawab

setiap ruangan bersama para peserta didik. dalam hal ini peneliti simpulkan bahwa

siswa juga dilibatkan juga memiliki keterlibatan dalam mengelola media dan

sumber belajar. Gambar dan poto berikut akan menampilkan pemanfaatan media

yang dikelola oleh guru dan siswa berupa hasil karya siswa yang dipajang di

dalam ruangan.

Gambar 4.4 (contoh hasil karya siswa di ruangan Matematika)

Gambar 4.5 (contoh hasil karya siswa di ruangan IPA)

Gambar 4.6

66

Mading dan hasil karya siswa pada ruangan matematika

Hasil pengamatan pada pemanfaatan media dan sumber belajar yang

peneliti laksanakan di SMP IT Darul Abidin ialah untuk kategori nilai cukup

sebanyak 20%, untuk kategori baik mendapatkan presentase 70% dan kategori

sangat baik mendapatkan presentase sebanyak 10%. Secara keseluruhan hasil

observasi pemanfaatan media dan sumber belajar peneliti nilai berlangsung secara

baik.

. Dari pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan bisa

disimpulkan bahwa untuk pemanfaatan media sendiri tergantung bagaimana

kreatifitas guru dalam mencari dan menggali media yang relevan dengan

materinya. Sebagai contoh untuk mata pelajaran ipa guru menggunakan media

botol plastik yang kemudian diisi dengan sedikit potongan dari busa untuk media

prkatikum IPA. Dalam pelajaran bahasa Indonesia guru menggunakan media

cetak (Koran) untuk membantunya dalam menjelaskan materi yang memiliki

keterkaitan dengan materi. Artinya pemanfaatan media yang dilaksakan bisa

peneliti simpulkan sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan tingginya presentase

kategori nilai baik.

67

F. Perawatan media dan sumber belajar

Perawatan media pembelajaran yang diteliti ialah, bagaimana perawatan

tersebut dilakukan sebelum pemakaian media, ketika pemakaian media dan

setelah penggunaan media. Pada SMP Darul Abidin, tanggung jawab perawatan

media diserahkan kepada setiap guru pada ruangan yang dikelolanya. “Dengan

diterapkannya konsep moving class, pengelolaan media, kelas, dan desain kelas

diserahkan kepada setiap manajer kelas atau guru kelas tersebut.” 55

“Untuk perawatan media pembelajaran pihak sekolah sangat mendukung,

hal ini terbukti ketika infokus di ruangan bahasa Indonesia rusak seminggu

kemudian pihak yayasan dan sekolah sudah mengganti dengan infokus yang

baru”.56

Dari kutipan wawancara tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa untuk

perawatan media pembelajaran tiddak hanya menjadi tanggung jawab guru tetapi

juga di dukung oleh pihak sekolah, baik dalam pengadaan ataupun perawatan.

Perawatan media disekolah ini dilakukan dengan rutin baik sebelum

pembelajaran ataupun sesudah pembelajaran. perawatan dan pengecekan media

dilakukan oleh guru masing-masing.

Media yang digunakan di SMP Darul Abidin memiliki ruang khusus

penyimpanan, karena setiap media yang dibutuhkan oleh guru telah tersedia

diruangannya masing-masing. Untuk pengelolaan baik pengadaan ataupun

perawatan media pembelajaran, konsep moving class sangat membantu guru

dikarenakan setiap ruangan dibentuk sebagai kelas yang berkarakter mata

pelajaran.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan media dan sumber belajar

pada SMP Darul Abidin terawat sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan kondisi

kelas yang bersih dan di setiap ruangan yang peneliti masuki tersedia lemari untuk

55 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada

tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30 56 Kutipan wawancara dengan Bapak Dasep ( Guru Bahasa indonesia), pada tanggal 19

Mei 2016 pukul 14.30

68

penyimpanan berbagai macam media pembelajaran. baik media pembelajaran

cetak (buku, koran dan lain-lain) ataupun alat peraga. Berikut ini adalah gambar

lemari untuk penyimpanan media.

Gambar 4.7 Gambar 4.8

Contoh lemari tempat penyimpanan dan perawatan media

Dari keseluruhan hasil dari pengamatan peneliti mengenai perawatan

media dan sumber belajar, medapatkan kriteria nilai cukup sebanyak 20% dan

nilai dengan kriteria baik sebanyak 80%. Dapat peneliti simpulkan bahwa

perawatan media dan sumber belajar pada SMP IT Darul Abidin bisa dikatakan

baik. Terbukti dengan tinggi hasil presentase dengan nilai baik di dapatkan

dengan rasio 80%.

F. Pengelolaan ruang belajar

Pengeloaan ruang belajar pada moving class merupakan elemen yang

paling penting. Hal ini dikarenakan dengan menerapkan moving class diharapkan

guru bisa membuat pembelajaran lebih efektif dan kelas yang digunakan bisa di

desain menjadi kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran. desain kelas yang

bercirikan karakter mata pelajaran menjadi pembeda antara kelas menetap dan

kelas bergerak. Keunggulan pada model moving class terletak pada pengelolaan

69

media dan sumber pembelajaran. oleh karena itu pengelolaan ruang belajar

menjadi faktor penting yang peneliti jadikan penilaian.

Baik dari wawancara ataupun observasi yang peneliti lakukan di SMP

Darul Abidin, peneliti menyimpulkan bahwa hampir semua ruang mata pelajaran

bercirikan mata pelajaran. ketetepan dari pihak yayasan dan sekolah untuk

menerapkan konsep moving class telah berlangsug sejak lama, bahkan sejak

pertama kali sekolah ini berdiri tahun 2007. Maka dari itu semua elemen baik itu

guru, kepala sekolah, wakil kurikulum dan bagian sarana prasarana bekerja sama

dalam menerapkan model moving class pada proses pembelajran.

Setiap ruangan yang peneliti masuki telah tersedia media, baik media

yang disediakan oleh pihak sekolah seperti meja, papan tulis, infokus, alat peraga

dan sumber pustaka. Adapun media hasil kreasi setiap guru di setiap kelas

berbeda, media ini bisa dibuat oleh guru ataupun media hasil karya siswa yang

dipajang di mading kelas ataupun di dalam kelas. Berikut ini akan peneliti

tampilkan contoh gambar pengelolaan ruang kelas yang ada di SMP Darul Abidin.

Gambar 4.9

Contoh desain kelas IPA

70

Gambar 4.10 (Contoh desain kelas Pendidikan Agama islam)

Gambar 4.11 (contoh desain kelas Matematika)

Dari gambar di atas dapat disimpulkan setiap kelas mempunyai desain

tersendiri, hal ini dilakukan untuk menunjukkan ciri khas dari setiap ruangan

sehingga dapat mencerminkan karakter mata pelajaran. contohnya pada ruang

mata pelajaran PAI tidak menggunakan bangku sama sekali hal ini untuk

memudahkan guru ketika melaksanakan praktek mata pelajarannya. Sebagai

contoh praktek sholat, baik itu praktek sholat jenazah, sholalt khauf dan lain-lain.

71

Media yang tersedia di setiap ruangan juga berbeda, bukan hanya desainnya saja

yang berbeda. Media pada suatu ruangan di sekolah yang menerapkan konsep

moving class diharapkan dapat menggambarkan ruangan sesuai dengan karakter

mata pelajaran. Dalam hal ini SMP Darul Abidin telah berusaha untuk

menerapkan dengan sebaik – baiknya dan sesuai dengan konsep moving class.

berikut ini merupakan kutipan wawancara dengan guru mengenai ketersediaan

media ;

“Media yang tersedia dikelas yang saya ajar, infokus, koran, mading dan

hasil karya siswa dan juga bahan pustaka yang terkait dengan materi

pelajaran seperti cerpen dan novel”57

“Media yang tersedia dikelas saya, ada peta, globe, hasil karya anak,

infokus, bahan pustaka terkait mata pelajaran dan sejarah islam”58

Hasil dari obesrvasi yang peneliti dapatkan pada indikator pengelolaan

ruang belajar ialah, tinggi presentase untuk nilai cukup sebanyak 12%, presentase

dengan nilai baik sebanyak 84% dan kriteria dengan nilai sangat baik sebanyak

4%. Mengenai pengelolaan ruangan belajar di SMP IT Darul Abidin peneliti

simpulkan bernilai baik, walaupun masih ada kekurangan. Kekurangan pada

pengelolaan ruang ialah sekolah belum dapat menampilkan pengelolaan ruang

belajar yang benar- benar berkarakter mata pelajaran. Karena pada model moving

class sendiri pengelolaan ruang belajar menjadi hal yang paling penting. Dari

pengelolaan ruangan mata pelajaran dapat kita lihat seberapa baiknya pengelolaan

pada media, maka dari itu peneliti bisa mengambil kesimpulan apakah moving

class berjalan dengan efektif ataukah tidak, bisa dilihat dari bagaimana cara

sekolah tersebut mengelola ruangan belajarnya. Secara keseluruhan peneliti

menyimpulkan bahwa pengelolaan ruang belajar berjalan dengan baik.

57 Kutipan wawancara dengan Bapak Dasep ( Guru Bahasa indonesia), pada tanggal 19

Mei 2016 pukul 14.30 58 Kutipan wawancara dengan Ibu fitri (kepala sekolah Darul abidin dan guru IPS), pada

tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.30

72

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik beberapa temuan sebagai berikut ;

1. Perencanaan sumber belajar secara keseluruhan berjalan dengan baik.

Proses ini telah direncanakan jauh hari yaitu pada saat rapat kerja guru

pada awal semester. Terkait dengan perencaan media dan sumber belajar

guru diklasifikasikan menurut kemampuan mereka, baik itu guru muda

ataupun guru ahli. Dan juga pemanfaatan sumber belajar dilingkungan

juga kerap digunakan oleh guru. Namun demikian perencanaan sumber

belajar harus dilakukan dengan lebih baik lagi, untuk dapat menciptakan

media yang sesuai dengan karakter mata pelajara, karena masih ada

beberapa media yang kurang sesuai dengan mata pelajaran.

2. Penempatan media daan sumber belajar yang dikelola oleh guru disetiap

ruangan berjalan dengan baik. Media sudah ditempatkan di posisi yang

tepat dengan penilaian mudah dilihat oleh siswa, mudah dioperasikan oleh

guru dan penempatan media tidak menempati banyak ruang. pengelolaan

dan tata ruang kelas pada sekolah ini pengelolaannya diserahkan kepada

setiap guru penanggung jawab ruangan.

3. Penggunaan media dan sumber belajar berlangsung dengan baik. Media

yang digunakan mudah dioperasikan guru dan juga mudah ,dioperasikan

oleh siswa. Media yang digunakan ada yang bersifat tetap dan telah

tersedia di dalam kelas tersebut, ada juga media yang dimanfaatkan dari

berbagai macam sumber seperti barang bekas, koran, artikel, internet dan

lainnya. Peran sumber belajar sendiri membantu guru dalam pembelajaran

dan membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi.

4. Pemanfaatan media dan sumber belajar sangat dipengaruhi dengan

kratifitas guru untuk membentuk sumber belajar sendiri. Dari hasil yang

peneliti temukan, para guru disekolah ini menggunakan berbagai macam

73

media untuk membantu proses pembelajrannya. Pemanfaatan media

menggunakan berbagai macam sumber baik sumber belajar dan media

elektronik, media cetak dan media barang bekas. Secara keseluruhan

pemanfaatan media berlangsung dengan baik.

5. Perawatan media dan sumber belajar berlangsung secara berkala, baik

sebelum digunakan ataupun setelah media digunakan. Perhatian pihak

sekolah dan yayasan dalam perawatan cukup baik untuk perawatan media,

hal ini terbukti jika ada kerusakan dan guru melapor kepada pihak kepala

sarana dan prasarana maka respon dari pihak sekolah akan dengan cepat

memperbaiki kerusakan yang terjadi pada suatu media.

6. Pengenlolaan ruang belajar merupakan suatu bagian terpenting pada

konsep moving class. perbedaan mendasar pada model kelas menetap dan

kelas bergerak ialah pada pengeloaan ruang. secara keseluruhan

pengelolaan ruang belajar di SMP IT Darul Abidin telah berjalan dengan

baik dan semua ruagan bercirikan karakter mata pelajaran.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa umumnya

pengelolaan sumber belajar sudah terlaksana secara baik. Hal ini dibuktikan

dengan perencanaan media yang dikelola dengan baik, penempatan media pada

posisi yang tepat, pengunaan media dengan memanfaatkan semua yang ada

dilingkungan sekolah, dan pengelolaan ruangan belajar yang bercirikan karakter

mata pelajaran sehingga kelas tersebut bisa mencerminkan mata pelajaran.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Hendaknya perencanaan media seharusnya benar-benar disiapkan dengan

matang, apakah media yang digunakan sudah tepat atau belum.

2. Hendaknya penempatan media yang bersifat krusial seperti alat peraga

seharusnya tersedia di setiap ruangan.

74

3. Hendaknya Perawatan media seharusnya bukan hanya menjadi tanggung

jawab guru tetapi juga siswa. Sehingga jika ada kerusakan tidak harus

menunggu perbaikan dari pihak sekolah.

4. Hendaknya pengelolaan ruang dapat mencerminkan karakter mata pelajaran

setiap ruang.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar,

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-

mengefektifkan-pembelajaran-siswa/,diunduh pada senin, 15 Februari

2016.

Anas Sudjono, Pengantar statistik pendidikan. Jakarta : PT. Raja grafindo

persada, 1987, hal. 43

Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta :

Rineka cipta, 2010. Cetakan keempat : Jakarta : PT. Raja grafindo persada,

1996.

Arikunto, Suharsimi. Pengelolaan kelas dan siswa. Cetakan keempat, Jakarta : PT.

Raja grafindo, 1996.

Asep Suryana & Suryadi, Pengelolaan pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2009.

Ati sumiyati, Rochyati, Chadijah dan Sjukma siam, Perencanaan pengajaran

berdasarkan sistem. Jakarta : CV. Praktika aksara semesta, 2009.

Direktorat Pembinaan SMA, Juknis pelaksanaan sistem pembelajaran moving

class di SMA, 2010.

Ely inayah, Manajemen sumber belajar.

http://elyinayah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-sumber-

belajar.html, diunduh pada ; rabu, 23 Maret 2016.

Hamalik, Oemar. Proses belajar mengajar. Jakarta : PT : Bumi karsa, 2004.

Mohammad rohman & soffan amri, strategi dan desain pengembangaan sistem

pembelajaran. Jakarta : Prestasi pustaka karya, 2013.

Nana sudjana. Penilaian hasil belajar mengajar. Bandung : Remaja rosdakarya,

2001.

Peraturan menteri pendidikan nasional RI, no.22 tahun 2006, tentang standar isi

untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan, salinan permendikbud tentang

standar proses pendidikan dasar dan menengah, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit

Alfabeta, 2013.

Slameto, Proses belajar mengajar dalam sistem kredit semester. Jakarta : Bumi

aksara, cetakan 1, 1991.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan desain sistem pebelajaran. Jakarta : kencana

pranada media grup,2008.

Tim pelaksana program rintisan sekolah kategori mandiri(SKM) SMAN 9

YOGYAKARTA, Rancangan program pembelajaran dengan sistem

Moving class ; 2008.

Pedoman wawancara untuk guru

Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class Di SMP Darul Abidin –

Depok

Karakteristik narasumber

Nama narasumber : …

Bidang studi yang diajarkan :

1. Bagaimana pengelolaan sumber belajar pada sekolah ini dilaksanakan?

2. Apa saja media pembelajaran yang tersedia dikelas yang bapak/ ibu ajar?

3. Media apa saja yang paling sering bapak/ibu gunakan dalam proses

pembelajaran?

4. Apa saja manfaat bapak/ibu ketika menggunakan sumber belajar pada proses

pembelajaran?

5. Apa saja kriteria bapak / ibu dalam menentukan pemilihan sumber belajar ?

6. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam penggunaan berbagai macam

media?

7. Apa alasan bapak/ibu menerapkan desain kelas yang digunakan pada kelas

yang diajar ?

8. Berapa lama desain kelas digunakan?

9. Adakah hambatan dalam pelaksanaan moving class ?

10. Apakah perangkat pembelajaran yang bapak/ ibu gunakan telah sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran?

11. Bagaimana dukungan pihak sekolah dalam pengelolaan sumber belajar?

12. Menurut bapak/ibu apakah penerapan moving class bisa meningkatkan

efektifitas dalam proses pembelajaran ?

13. Menurut bapak/ibu, apakah dengan model moving class siswa dapat lebih

aktif pada proses pembelajaran?

14. Menurut bapak/ibu, Apakah moving class meninngkatkan keberanian siswa

dalam bertanya pada kegiatan pembelajaran?

15. Apakah dengan model moving class siswa menjadi lebih termotivasi pada

pembelajaran ?

16. Apakah moving class lebih mempermudah guru dalam menggunakan berbagai

macam media ?

17. Apakah sumber belajar telah dimanfaatkan secara maksimal ?

18. Apa saja hambatan yang dialami guru dalam penggunaan berbagai macam

sumber belajar/ media pembelajaran ?

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMPIT Darul Abidin

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VIII/2

Pertemuan Ke- : 1

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi : 9. Memahami isi berita dari radio/televisi

Kompetensi Dasar : 9.1.Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana,

kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan/

atau ditonton melalui radio/televisi

I. Indikator Pencapaian Kompetensi

Mampu menemukan pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan pokok-pokok

berita

Mampu menuliskan pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar

II. Tujuan Pembelajaran

Melalui diskusi siswa mampu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa,

dan bagaimana) yang didengar dan/atau ditonton melalui radio/televisi;

Melalui pengamatan siswa mampu menuliskan pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar

Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

III. Materi Ajar

Cara menemukan pokok-pokok berita dan implementasinya

IV. Metode Pembelajaran

– Contoh – Latihan

– Tanya jawab – Diskusi

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal

Menyiapkan siswa utuk baca do’a

Mengabsen siswa

Apersepsi :

Bertanya jawab tentang tema ”Kebakaran” dan hal-hal yang harus diperhatikan serta

teknik mendengarkan berita dari radio/televisi

Bertanya jawab tentang topik berita yang disukai siswa

Memotivasi :

• menemukan pokok-pokok berita

B. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture dan mimik yang

tepat

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan

dipelajari dan belajar dari aneka sumber;

menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar

lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

memfasilitasi peserta didik dapat menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana,

kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan/atau ditonton melalui radio/televisi.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

memfasilitasi Peserta didik Mendengarkan pembacaan teks berita

Bertanya jawab tentang pokok-pokok berita yang didengar

Mendengarkan teks berita pada latihan

Mengidentifikasi kata-kata kunci

Mengidentifikasi pokok-pokok berita berdasarkan kata-kata kunci

Menjawab pertanyaan tentang isi teks

Membuat pertanyaan lain tentang isi teks

Mengubah sajian berita tersebut menjadi sajian berita live report

Menyampaikan kembali isi berita secara lisan

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa

percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,

maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui

berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar

yang telah dilakukan,

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam

mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik

yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi

aktif.

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan

penguatan dan penyimpulan

C. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup, guru:

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan

pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara

konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program

pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

Memberikan penguatan materi yang baru dibelajarkan

Menyimpulkan cara menemukan pokok-pokok berita dan mengemukakan kembali berita

yang didengar/ditonton melalui radio/televisi

V. Sumber/Bahan/Alat

Berita dari radio/televisi yang diperdengarkan

Teks berita dari majalah/surat kabar yang dibacakan

Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

VI. Penilaian

Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Teknik

Penilaian

Bentuk

Penilaian Instrumen

Mampu menemukan

pernyataan-pernyataan yang

merupakan jawaban dari

pertanyaan pokok-pokok

berita

Mampu menuliskan pokok-

pokok berita dengan ejaan

yang benar

Tes lisan

Tes tulis

Uraian

Uraian

Kemukakan secara lisan

pokok-pokok berita yang

terdapat di dalam berita yang

kamu dengarkan!

Tuliskan pokok-pokok berita

dengan singkat!

Bentuk

tes:

lisan

dan

tertulis

Keteran

gan

Skor

maksim

um 3 (3

× 5) =

45

Nilai

akhir :

Skor yang diperoleh

X 100

Skor maksimum

Mengetahui,

Kepala SMPIT Darul Abidin

(Fitri Widya Ayuningsih, S.Pd.)

NIK : 20100604

Depok, Januari 2016

Guru Mapel Bhs Indonesia.

( Dasep Supiadin, S.Pd.)

NIK : 20150609

No Aspek Penilaian Bobot Nilai

1 Menemukan pokok-pokok berita

a. Tepat (3)

b. Kurang tepat (2)

c. Tidak tepat (1)

5

2 Mengemukakan kembali berita

a. Baik (3)

b. Kurang baik (2)

c. Tidak baik (1)

5

3 Menjawab pertanyaan tentang isi berita

a. Semua benar (3)

b. Sebagian besar benar (2)

c. Sebagian besar salah (1)

5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMPIT Darul Abidin

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VIII/2

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2x pertemuan )

Standar Kompetensi : 9. Memahami isi berita dari radio/televisi

Kompetensi Dasar : 9.2. Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton

melalui radio/televisi

I. Indikator Pencapain Konpetensi

• Mampu menuliskan pokok-pokok berita dengan ejaan yang benar

• Mampu merangkai pokok-pokok berita secara bervariasi menjadi teks berita

• Mampu menulis satu teks berita

• Mampu menyunting berita yang ditulis

II. Tujuan Pembelajaran

- Pertemuan Pertama:

o Melalui diskusi siswa mampu menganalisis pokok-pokok berita yang didengar dengan ejaan

yang benar

o Melalui diskusi siswa mampu merangkai pokok-pokok berita secara bervariasi menjadi

teks berita

- Pertemuan Kedua :

o Melalui penugasan siswa mampu menulis satu teks berita

o Melalui diskusi siswa mampu menyunting teks berita tulisan sendiri atau teman

Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

Berani ( courage )

III. Materi Ajar

Cara mengemukakan kembali berita dan implementasinya

IV. Metode Pembelajaran

– Contoh – Diskusi

– Tanya jawab – Penugasan

– Latihan

V. Langkah-Langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal

Pertemuan Pertama :

Apersepsi :

• Mengkondisikan/ merapikan siswa untuk siap mengikuti KBM;

• Membaca do’a bersama- sama;

• Mengabsen siswa/ Mencatat siswa yang tidak hadir;

• Bertanya jawab tentang berita tema Ekonomi dan Bencana Alam;

• Membuka kembali ingatan siswa tentang kegiatan mendengarkan berita.

Memotivasi :

Menyampaikan kembali isi berita tersebut

B. Kegiatan Inti•

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang

tepat

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi

yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber;

menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar

lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

memfasilitasi peserta didik dapat Mendengarkan pembacaan teks berita ”Dana Nasabah

Bank Global Hari Ini Dicairkan” yang akan dibacakan oleh salah satu teman

Tiap anak membuat dua pertanyaan pada kertas, kemudian dikocok

Siswa mengambil dua gulungan kertas tersebut, dan menjawab pertanyaannya

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun

tertulis, secara individual maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang

dihasilkan;

memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa

percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,

maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui

berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar

yang telah dilakukan,

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam

mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik

yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi

aktif.

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan

penguatan dan penyimpulan

C. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup, guru:

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan

pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara

konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program

pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

A. Kegiatan Awal

Pertemuan Kedua :

Apersepsi :

• Mengkondisikan/ merapikan siswa untuk siap mengikuti KBM;

• Membaca do’a bersama- sama;

• Mengabsen siswa/ Mencatat siswa yang tidak hadir;

• Bertanya jawab tentang tema ”Lingkungan”

• Membuka kembali ingatan siswa tentang kegiatan mendengarkan berita dan cara menemukan

pokok-pokok berita.

Memotivasi :

cara Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui radio/ televisi.

B. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang

tepat

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi

yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber;

menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar

lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

memfasilitasi peserta didik dapat membacakan teks berita ”Tanaman Guttapercha

Terancam Punah” dengan memerhatikan intonasi, artikulasi, dan ekspresi

Menyampaikan kembali isi berita tersebut

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun

tertulis, secara individual maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang

dihasilkan;

memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa

percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,

maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui

berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar

yang telah dilakukan,

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam

mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik

yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi

aktif.

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan

penguatan dan penyimpulan

C. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan penutup, guru:

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan

pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara

konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program

pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

Menyimpulkan cara Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui radio/

televisi.

VI. Sumber/Bahan/Alat

Berita dari radio/televisi/rekaman yang diperdengarkan

Teks berita dari majalah/surat kabar yang dibacakan

Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

VII. Penilaian

Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Teknik

Penilaian

Bentuk

Penilaian Instrumen

Mampu menuliskan

pokok-pokok berita

dengan ejaan yang benar

Mampu merangkai

pokok-pokok berita

secara bervasiasi menjadi

teks berita

Mampu menyunting

berita yang ditulis

Tes tulis

Tes

praktik/

kinerja

Uraian

Uji petik

kerja

Tulis pokok-pokok berita

dengan singkat!

Tulislah teks berita

dengan cara merangkai

secara bervariasi pokok-

pokok berita!

Suntinglah teks beritamu

dan berita temanmu!

Bentuk tes: lisan dan tertulis

No Aspek Penilaian Bobot Nilai

1 1. Keberanian mengungkapkan kembali isi berita

a. Berani (3)

b. Kurang berani (2)

c. Tidak berani (1)

5

2 2. Menjawab pertanyaan tentang teks

a. Semua benar (3)

b. Sebagian besar benar (2)

c. Sebagian besar salah (1)

5

3 3. Menggunakan penghubung yang

a. Tepat (3)

5

b. Kurang tepat (2)

c. Tidak tepat (1)

Keterangan

Skor maksimum 3 (3 × 5) = 45

Nilai akhir : Skor yang diperoleh

X 100

Skor maksimak

Mengetahui,

Kepala SMPIT Darul Abidin

(Fitri Widya Ayuningsih, S.Pd.)

NIK : 20100604

Depok, Januari 2016

Guru Mapel Bhs Indonesia.

( Dasep Supiadin, S.Pd.)

NIK : 20150609

Silabus Pembelajaran Kelas VIII SMP IT Darul Abidin

SILABUS PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP IT Darul Abidin

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VIII (Delapan) /1 (Satu)

Standar Kompetensi : Mendengarkan

1. Memahami wacana lisan berbentuk laporan

Kompetensi

Dasar

Materi

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik

Penilaian

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

1.1.Menganalisis

laporan

Penganalisisan

laporan perjalanan

o Mendengarkan

laporan perjalanan

siswa

o Menuliskan pokok-

pokok laporan yang

diperdengarkan

dengan kalimat

singkat

o Bertanya jawab

tentang laporan yang

diperdengarkan

o Menganalisis pola

urutan waktu atau

ruang dalam laporan

yang diperdengarkan.

Mampu menuliskan

pokok-pokok laporan

yang didengarkan dengan

kalimat singkat

Mampu menganalisis

pola urutan waktu, ruang,

atau topik dalam laporan

yang didengarkan.

Mampu menuliskan

pokok-pokok laporan

yang didengarkan dengan

pilihan kata yang

sederhana

Mampu menyebutkan

pola urutan waktu, ruang,

atau topik dalam laporan

yang didengarkan

Tes lisan

Tes tulis

Dafttar

pertanyaan

Uraian

Tulislah enam

pokok laporan

dari laporan

yang kamu

dengarkan!

Tentukan pola

urutan laporan

dan buktikan

dengan cara

mencuplik

isinya!

4 X 40’ Narasumber

(Siswa)

Karakter siswa yang diharapkan : Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Silabus Pembelajaran Kelas VIII SMP IT Darul Abidin

Kompetensi

Dasar

Materi

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik

Penilaian

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

1.2. Menanggapi isi

laporan

Cara menanggapi

laporan perjalanan

dan implementasi-

nya

o Mendengarkan

laporan perjalanan

siswa

o Menuliskan pokok-

pokok isi laporan

perjalanan dengan

kalimat singkat

o Memberikan

tanggapan, kritik,

saran terhadap

laporan perjalanan

siswa

Mampu menanggapi

laporan perjalanan teman

dengan mengajukan

pertanyaan atau pendapat

Mampu memberikan

masukan terhadap

laporan perjalanan teman

Mampu menanggapi

laporan perjalanan teman

dengan bahasa yang

sederhana

Observasi

Observasi

Lembar

observasi

Lembar

observasi

Apakah

tanggapan

siswa diikuti

pendapat?

Selalu;

kadang-

kadang; tidak

pernah

Apakah

tanggapan

siswa berupa

pertanyaan?

Selalu;

kadang-

kadang; tidak

pernah

Apakah

tanggapan

siswa berupa

saran? Selalu;

kadang-

kadang; tidak

pernah

2 X 40’ Narasumber

(siswa)

Karakter siswa yang diharapkan : Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.