PLANETARIUM DAN MUSEUM DI TAMAN ISMAIL MARZUKI JAKARTA

23
BAB II TINJAUAN DATA 2.1 Tinjauan Data Umum 2.1.1 Tinjauan Umum Planetarium 2.1.1.1Pengertian Planetarium Planetarium adalah gedung teater untuk memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langit. Atap gedung biasanya berbentuk kubah setengah lingkaran. Di planetarium, penonton bisa belajar mengenai pergerakan benda-benda langit di malam hari dari berbagai tempat di bumi dan sejarah alam semesta. Planetarium berbeda dari observatorium. Kubah planetarium tidak bisa dibuka untuk meneropong bintang. Di dalam ruang pertunjukan terdapat sumber gambar berupa proyektor planetarium yang umumnya diletakkan di tengah ruangan. Proyektor dapat memperagakan pergerakan benda-benda langit sesuai dengan waktu dan lokasi. Pertunjukan berlangsung dengan narasi yang diiringi musik. Kursi memiliki sandaran bisa 10

Transcript of PLANETARIUM DAN MUSEUM DI TAMAN ISMAIL MARZUKI JAKARTA

BAB II

TINJAUAN DATA

2.1 Tinjauan Data Umum

2.1.1 Tinjauan Umum Planetarium

2.1.1.1Pengertian Planetarium

Planetarium adalah gedung teater untuk

memperagakan simulasi susunan bintang dan

benda-benda langit. Atap gedung biasanya

berbentuk kubah setengah lingkaran. Di

planetarium, penonton bisa belajar mengenai

pergerakan benda-benda langit di malam hari

dari berbagai tempat di bumi dan sejarah alam

semesta. Planetarium berbeda dari

observatorium. Kubah planetarium tidak bisa

dibuka untuk meneropong bintang.

Di dalam ruang pertunjukan terdapat sumber

gambar berupa proyektor planetarium yang

umumnya diletakkan di tengah ruangan. Proyektor

dapat memperagakan pergerakan benda-benda

langit sesuai dengan waktu dan lokasi.

Pertunjukan berlangsung dengan narasi yang

diiringi musik. Kursi memiliki sandaran bisa10

direbahkan agar penonton bisa melihat ke layar

di bagian dalam langit-langit kubah. Layar

berbentuk setengah bola, dan biasanya disusun

dari panel aluminum. Materi pertunjukan bisa

berbeda-beda bergantung kepada judul

pertunjukan dan jadwal.

2.1.1.2. Sejarah dan Perkembangan Planetarium

Planetarium mulanya adalah alat peraga

mekanik untuk memperlihatkan pergerakan benda -

benda langit seperti bintang, planet, Bulan,

dan matahari. Hingga abad ke-19, planetarium

berarti alat peraga mekanik yang disebut o

rrery. Proyektor planetarium yang pertama

dibuat pada tahun 1919 berdasarkan ide Walther

Bauersfeld dari Carl Zeiss. Pada bulan Agustus

1923, proyektor pertama yang diberi nama Model

I dipasang di pabrik Carl Zeiss di Jena.

Bauersfeld untuk pertama kali mengadakan

Gambar 2.1 Left: The first Zeiss planetarium, 1923; Right: The SpitzA-1 planetarium

Sumber: http://www.ips-planetarium.org

pertunjukan di depan publik dengan proyektor

tersebut di Deutsches Museum, München, 21

Oktober 1923. Deutsches Museum menjadi

planetarium pertama di dunia setelah proyektor

dipasang secara permanen pada bulan Mei 1925.

Di awal Perang Dunia II, proyektor dibongkar

dan disembunyikan. Setelah Deutsches Museum

yang hancur akibat Perang Dunia II dibangun

kembali, proyektor Model I kembali dipasang

pada 7 Mei 1951.

Sejarah dibuatnya sebuah Planetarium dimulai

sejak abat ke 17, yakni seorang bangsawan

bernama Frederick III of Holstein Gottorp memesan sebuah

Globe Khusus kepada Adam Olearius dan

disempurnakan oleh Andreas Bösch. Kurang lebih 10

tahun pembuatan, yakni dari tahun 1654 sampai

1664 pembuata globe pesanan itu dibuat, hingga

rampung dan diberi nama dengan sebutan Globe of

Gottorf. Globe ini merupakan cikal

12

bakal Planetarium pertama didunia, dimana

bagian utama dari Globe atau Planetarium ini

adalah bulatan cengkung terbuat dari tembaga

dengan diameter sekitar 3,1 Meter yang ditaruh

diatas. Ilustrasi mengenai rasi bintang

terlukis di permukaan bulatan tersebut. Untuk

bintangnya, digunakan bulatan kecil dan tembaga

yang dilapisi emas. Cahaya dari lampu minyak

yang ditaruh di tengah akan membuat bintang

bintang bersinar.

Kabarnya Planetarium pertama ini sekarang

berada di Museum Kunstkammer St.Petersburg Rusia,

akan tetapi yang dipamerkan ini merupakan

Replika dari Globe of Gottorf yang asli, hal ini

disebabkan planetarium tersebut hangus terbakar

pada tahun 1717 dikarenakan perang Great

Northern. Lalu Ratu Elizabeth dari Rusia membuat

replikanya, sempat replika Globe of Gottorf

tersebut di sita oleh Jerman dan disimpan di

Gambar 2.2 Globe of GottorfSumber: Wikipedia, 23 September 2014

Dutch Admiralty hingga berakhirnya perang Dunia

II, yakni pada tahun 1947 planetarium tersebut

di kembalikan ke Rusia.

Sedangkan di abat ke 18, yakni di tahun 1744,

telah dibuat Planetarium Mekanika bernama Eise

Eisinga’s Planetarium di kota Franeker Friesland

Belanda oleh seorang Astronom Amatir asal

Belanda bernama Eise Jeltes Eisinga. Planetarium yang

sering disebut dengan sebutan “orrey” ini

dibangun dari tahun 1774 sampai tahun 1781 dan

mendapatkan pengakuan dan pujian dari Raja

William I dan Pangeran Frederik dari kerajaan Belanda,

hingga akhirnya pada tahun 1818 Planetarium

atau orrey tersebut diserahkan ke kerajaan

Belanda.

Sementara di abat ke 19, yakni ditahun 1912,

seorang Geografiwan bernama Wallace Walter Atwood

membuat Globe dengan memlubangi Globe-nya

dengan 692 lubang, hal ini beliau lakukan untuk

membuat simulasi bintang-bintang berdasarkan

magnitudo kecil sedangkan untuk mensimulasikan

matahari didalam globe ini dipasang sebuah bola

lampu bergerak. Globe ini diberinama dengan

sebutan “Atwood Globe”. Sekarang ini dipamerkan

14

di Planetarium Chicago, USA.

Dari ketiga Globe diatas merupakan cikal

bakal sebuah Planetarium sebagai alat peraga

mekanik untuk memperlihatkan pergerakan benda-

benda langit seperti bintang, planet, Bulan,

dan matahari. Hingga pada awal abat ke 20,

Planetarium mulai berintergrasi dari jenis

Mekanik menjadi Jenis Modern yakni dengan

menggunakan teknologi

2.1.1.3. Fungsi Planetarium

Fungsi dari planetarium untuk memperagakan

simulasi susunan bintang dan benda-benda langi,

penonton bisa belajar mengenai pergerakan benda-

benda langit di malam hari dari berbagai tempat di

bumi dan sejarah alam semesta. Menurut Gioabi

Fashar fungsi dari planetarium sendiri adalah :

1. Planetarium Sebagai Wahana Edukasi

Planetarium merupakan sarana wisata

pendidikan yang dapat menambah wawasan yang

sangat luas kepada pengunjung khususnya bidang

ilmu pengetahuan astronomi, karena pertunjukan

planetarium yang sering disebut juga Teater

Bintang menyajikan berbagai macam peristiwa

alam jagat raya. Di dalam teater ini ini

pengunjung diajak mengembara ke berbagai tempat

di jagad raya yang sangat luas dan menakjubkan,

sehingga pengunjung dapat memahami konsepsi

tentang alam semesta dan sekaligus memahami

akan kebesaran Sang Maha Pencipta.

Dalam sebuah planetarium digital dapat juga

menampilkan berbagai jenis pertunjukan baru

dalam format multimedia, dengan pertunjukan

audiovisual yang sangat menarik dalam balutan

khasanah astronomi. Pada jenis pertunjukan ini

menghadirkan hal-hal yang berkaitan dengan alam

semesta yang manusia tinggali. Selain

pertunjukan simulasi langit ataupun multimedia,

pada beberapa planetarium juga kadang terdapat

sarana prasarana observasi benda-benda langit

untuk menyaksikan fenomena atau kejadian-

kejadian alam lainnya.

2. Planetarium sebagai Sarana Hiburan

Planetarium merupakan alternatif sarana

hiburan bagi masyarakat umum, hal ini ditandai

dengan menjadikan planetarium sebagai salah

satu alternatif tempat rekreasi keluarga.

Selain berperan sebagai wahana edukasi,

16

planetarium juga berperan sebagai wahana

rekreasi untuk para orang tua ke pada anak

maupun pada anak didiknya (murid). Planetarium

juga masuk dalam program pariwisata setiap

negara, guna membantu devisa negara, walaupun

ruang lingkupnya masih kecil. Kadang juga

Planetarium dijadikan sarana hiburan musik

orchestra yang mempunyai latarbelakang

pemandangan simulasi benda-benda langit sebagai

latarnya.

3. Sebagai Tempat Penelititian atau

Pengamatan

Observatorium berperan sebagai lembaga ilmiah

yang bukan hanya menjadi tempat berpikir dan

bekerja para astronom profesional, tetapi juga

merupakan tempat bagi masyarakat untuk mengenal

dan menghargai sains. Dalam terminologi ekonomi

modern, Observatorium berperan sebagai public

good. Dalam perjalanan penelitiannya,

seringkali sebuah observatorium melahirkan

berbagai macam temuan baru di dunia astronomi

secara khususnya, dan dalam ilmu pengetahuan

secara umum.

2.1.1.4 Jenis Planetarium

Jenis – jenis planetarium memang berbeda –

beda karena planetarium adalah tempat

pertunjukan yang dimana di beberapa negara

memiliki planetarium sendiri, dengan kapasitas

untuk pengunjung dan ruang pameran yang berbeda

– beda, yaitu :

1. Planetarium Khusus

Planetarium khusus adalah planetarium yang

hanya digunakan untuk tujuan edukasi maupun

penelitian semata. Seperti minsalnya pada

sekolah - sekolah umum, universitas maupun pada

sekolah latihan militer (angkatan udara dan

angkatan laut).

Contoh :

• Observatorium Bosscha di Lembang (Jawa

Barat) yang dikelola oleh Jurusan Astronomi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Institut Teknologi Bandung

• Observatorium Matahari Watukosek atau

(Watukosek Solar Observatory/WKSO) di

Gempol, Pasuruan (Jawa Timur) yang khususnya

memusatkan penelitiannya pada matahari.

2.Planetarium Umum18

Planetarium umum adalah merupakan planetarium

yang terbuka bagi masyarakat umum, tujuannya

mendidik dan menghibur baik secara informatif

maupun secara ekspresif. Biasanya pertunjukan

dan program acaranya lebih menarik serta

fasilitas penunjangnya lebih lengkap.

Planetarium tipe ini dapat dibedakan lagi

menjadi :

• Planetarium formal, yaitu planetarium yang

memiliki pengelolaan tersendiri walaupun

bergabung dengan fasilitas lain tapi

hubungannya saling menunjang.

• Planetarium pelengkap, merupakan bagian

dari science centre atau museum yang

berfungsi untuk menggairahkan pengunjung.

Contoh : − Planetarium Jakarta

− Planetarium Angkatan Laut Surabaya

− Planetarium Jagad Raya Tenggarong

Di Kalimantan Timur

2.1.1.5 Fasilitas Planetarium

Fasilitas Planetarium adalah:

1. Ruang pertunjukan

Ruang pertunjukan merupakan salah satu

fasilitas di Planetarium yang menggunakan

sebuah kubah setengah lingkaran sebagai layar.

Jadi penonton bukannya melihat layar ke depan

seperti bioskop, melainkan ke atas. Jadi

disekeliling ruangan ada ratusan layar yang

dihubungkan menjadi satu dan di tengah ruangan,

kira-kira di titik fokus atap kubah, terdapat

bolah proyektor dengan lensa yaitu proyektor,

yang nanti akan memantulkan gambar ke layar-

layar tersebut. Bentuk proyektor ini sekilas

mirip bola lampu disko, namun bedanya proyektor

ini menembakkan gambar-gambar ke atas kubah

sehingga membentuk tampilan gambar seperti 3

dimensi

Kursinya berjumlah banyak dan bisa direbahkan

hingga nyaris terlentang, sehingga penonton

dapat mengambil posisi senyaman mungkin ketika

pertunjukan berlangsung. Mulai tahun 1933 telah

mempunyai fasilitas pertunjukan alternatif

yaitu slide-show yang menggunakan fasilitas

multimedia. Animasi dinamika alam semesta

ditampilkan dengan suasana mirip bioskop. Namun

untuk masa mendatang bukan hanya slide-show

saja, melainkan digabung dengan video film,

laser disk, dan CD-ROM..20

2. Ruang Pameran

Gambar dan model miniatur adalah alat yang

dapat digunakan untuk memperluas wawasan

pengetahuan mengenai benda-benda langit. Jarak

pemisah yang amat jauh dan pengaruh angkasa dan

keterbatasan mata membuat kita tak tahu banyak

tentang sifat-sifat benda langit yang

sebenarnya. Oleh karena itu gambar-gambar yang

dipotret atau dideteksi oleh peralatan

astronomi, baik yang dilakukan di Bumi maupun

yang berada diangkasa dan ruang angkasa, besar

manfaatnya untuk kita ketahui ciri-ciri yang

tampak didalamnya. Model miniatur dapat

membantu menjelaskan rupa, bentuk dan dimensi

benda-benda yang ditirukan.

3. Peralatan Planetarium

Proyektor planetarium di produksi dalam

beberapa jenis , masing -masing mempunyai

kekuatan fokus tertentu yang akan mempengaruhi

besaran kubah layar. Jenis – jenis proyektor :

1. Jenis kecil , digunakan untuk besar layar

dengan diameter 6m, 8m, dengan kapasitas 30 -

90orang .

2. Jenis sedang , digunakan untuk besar layar

dengan diameter 12.5m, 15m, dengan kapasitas

120 - 300 orang.

3. Jenis besar , digunakan untuk besar layar

dengan diameter 20m 23m, 25m, degan kapasitas

250 - 600 orang.

Besar kubah layar mempengaruhi besar

kapasitas penonton yang dapat

ditampung,walaupun hal ini juga di pengaruhi

oleh susunan kursi dan pemilihan sistem lantai

(datar atau miring). Dalam perencanaan

Planetarium ini dipakai proyektor jenis besar

dengan pertimbangan memakai kapasitas yang

besar, sehingga masih cukup untuk menampung

kenaikan jumlah penonton. Peralatan:

1. Proyektor utama .instrumen proyektor utama

terdiri dari sistem lensa ,lampu berdaya besar

dan motor penggerak yang dirancang untuk

menempatkan posisi bintang, planet, matahari,

bulan secara presisi pada layar kubah.

Proyektor ini terletak dibawah dan tidak

terhalang. Persyaratan teknis proyektor:

• Harus disimpan dalam ruang bebas debu. Maka

ruang perlu dikondisikan.22

• Kelembapan tidak boleh lebuh dari70%

• Suhu berkisar 150C – 300C

2. Proyektor pembantu.Letaknya dapat

ditempatkan di sekitar proyektor utama.

proyektor ini terdiri dari :

1. Proyektor shooting star

2. Proyektor efek pelangi

3. Proyektor komet

4. Proyektor panorama proyektor meteor

5. Proyekyor slide

6. Proyektor efek

3. Peralatan omnimax Pada prinsipnya serupa

proyektor film biasa, tetapi ukuran film lebih

besar yaitu : 70mm dengan lensa khusus. Posisi

film yang diputar adalah secara horizontal ,

karena itu di perlukan tempat khusus untuk film

tersebut sehingga ukuran ruang proyektor

menjadi jauh lebih besar. Persyaratan teknis

ruang proyektor :

a. Ruang bebas debu dan getaran

b. Kelembapan 50%

c. Suhu ruang 20c

d. Perlu fasilitas air dan udara untuk

pendingin

2.1.2 Tinjauan Umum Observatorium

2.1.2.1 Pengertian Observatorium

Observatorium adalah sebuah lokasi dengan

perlengkapan yang diletakkan secara permanen

agar dapat melihat langit dan peristiwa yang

berhubungan dengan angkasa. Menurut sejarah,

observatorium bisa sesederhana sextant (untuk

mengukur jarak di antara bintang) sampai

sekompleks Stonehenge (untuk mengukur musim

lewat posisi matahari terbit dan terbenam).

Observatorium modern biasanya berisi satu

atau lebih teleskop yang terpasang secara

permanen yang berada dalam gedung dengan

kubah yang berputar atau yang dapat

dilepaskan. Dalam dua dasawarsa terakhir,

banyak observatorium luar angkasa sudah

diluncurkan, memperkenalkan penggunaan baru

istilah ini.

2.1.2.2. Sejarah Observatorium

Menurut catatan sejarah, observatorium

pertama yang di buat manusia adalah yang di

bangun pada zaman Yunani kuno oleh seorang

24

asronom yang bernama Hipparchus pada tahun

150 SM. Sejak saat itu di seluruh dunia

membangun observatorium hanya mencontoh

mentah-mentah bangunan ini hingga belakangan

ilmuwan Islam lah yang mengoreksinya. Tahun

1259 M, Nasir ad-Din at-Tusi lah yang

melakukan hal itu. Ia memimpin beberapa

astronom Muslim untuk membangun sebuah

observatorium di Malagha. Observatorium itu

pun dilengkapi dengan perpustakaan yang

koleksi bukunya mencapai 400 ribu judul

lebih.

Selain itu, sebuah obsernatorium yang

lebih canggih dibangun di Samarkand dengan

nama Ulugh Beg. Seorang ahli astronomi Barat,

Kevin Krisciunas dalam tulisannya berjudul

The Legacy of Ulugh Beg mengungkapkan,

Gambar 2.1 Nasir ad-Din at-Tusi dan ilustrasi observatorium MalaghaSumber: https://oediku.wordpress.com/

obserbatorium termegah yang dibangun sarjana

Muslim adalah Ulugh Beg. Observatorium itu di

bangun seorang penguasa keturunan Mongol yang

bertahta di Samarkand bernama Muhammad

Taragai Ulugh Beg (1393-1449). Dia adalah

pejabat yang menaruh perhatian terhadap

astronomi. Ketertarikannya itu bermula ketika

dia mengunjungi observatorium di Malagha yang

di bangun oleh astronom terkemuka, Nasir ad-

Din at-Tusi.

Geliat pengkajian astronomi di Samarkand

mulai berlangsung pada tahun 1201 M. Namun

aktivitas astronomi yang sesungguhnya di

wilayah kekuasaan Ulugh Beg mulai berlangsung

sejak tahun 1408 M. Sejak saat itu semangat26

Gambar 2.1 Observatorium Ulugh Beg di Samarkand Sumber: https://oediku.wordpress.com/

pengkajian astronomi di Samarkand mencapai

puncaknya ketika pejabat dan ahli astronomi

itu memerintahkan membangun sebuah

observatorium Ulugh Beg (sesuai dengan

namanya) untuk kepentingan penelitian. Namun

sayang, setelah Ulugh Beg meninggal maka

observatorium itu mulai di abaikan hingga

akhirnya rusak dan terbengkalai.

2.1.2.3. Fungsi Observatorium

2.1.2.4. Jenis Observatorium

2.1.2.4. Fasilitas Observatorium

2.1.2 Tinjauan Umum Planetarium Di Indonesia

2.1.2.3. Pengertian Planetarium Di

Indonesia

2.1.2.4. Sejarah Planetarium Di Indonesia

2.1.2.4. Fungsi Planetarium Di Indonesia

2.1 Tinjauan Data Khusus

2.1.1 Planetarium Dan Ovservatorium Jakarta

2.1.1.1 Pengertian Planetarium Dan

Ovservatorium Jakarta

Planetarium dan Observatorium Jakarta

adalah satu dari tiga wahana simulasi langit

di Indonesia selain di Kutai, Kalimantan

Timur, dan Surabaya, Jawa Timur. Planetarium

tertua ini letaknya di Taman Ismail Marzuki,

Jakarta. Planetarium Jakarta merupakan sarana

wisata pendidikan yang dapat menyajikan

pertunjukan / peragaan simulasi perbintangan

atau benda-benda langit. Pengunjung diajak

mengembara di jagat raya untuk memahami

konsepsi tentang alam semesta melalui acara

demi acara.

Planetarium Jakarta berdiri tahun 1964

diprakarsai Presiden Soekarno dan diserahkan

ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 1969.

Di tempat ini juga tersedia ruang pameran

benda- benda angkasa yang menyuguhkan

berbagai foto serta keterangan lengkap dari

berbagai bentuk galaksi, teori-teori

pembentukan galaksi disertai pengenalan

tokoh-tokoh di balik munculnya teori.

Di ruang pameran ini, ada juga pajangan

baju antariksa yang digunakan mengarungi

angkasa, termasuk mendarat di bulan. Beberapa

28

peralatan lain untuk pengamatan antariksa

turut dipamerkan.

Selain pertunjukan Teater Bintang dan

multimedia / citra ganda, Planetarium &

Observatorium Jakarta juga menyediakan sarana

prasarana observasi benda-benda langit

melalui peneropongan secara langsung, untuk

menyaksikan fenomena / kejadian-kejadian alam

lainnya, seperti gerhana bulan, gerhana

matahari, komet dan lain-lain.

2.1.1.1 Sejarah Planetarium Dan

Ovservatorium Jakarta

Planetarium dan Observatorium Jakarta

dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia

mulai tahun 1964, atas gagasan Presiden

Soekarno dengan harapan agar bangsa Indonesia

sedikit demi sedikit mengenal berbagai macam

benda langit dan berbagai peristiwa di luar

angkasa. Selain dana dari pemerintah,

Planetarium dan Observatorium Jakarta ini

juga didanai oleh Gabungan Koperasi Batik

Indonesia.

Pada tahun 1968, gedung beserta peralatan

planetarium berhasil diselesaikan. Pada

tanggal 10 November pada tahun yang sama,

Planetarium dan Observatorium Jakarta

diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali

Sadikin bersamaan dengan diresmikannya Pusat

Kesenian Jakarta—Taman Ismail Marzuki.

Pertunjukan Planetarium mulai dibuka

untuk umum pada tanggal 1 Maret 1969,

menggunakan proyektor Universal buatan

perusahaan Carl Zeiss, Jerman. Tanggal 1

Maret itu kemudian dijadikan hari ulang tahun

Planetarium.

Pada tahun 1984, Pemerintah DKI Jakarta

membentuk Organisasi Penyelenggara Tugas dan

Fungsi Planetarium dan Observatorium sebagai

pengganti status awal Proyek Planetarium

menjadi Badan Pengelola Planetarium dan

Observatorium Jakarta. Kepala Badan Pengelola

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas-

tugasnya langsung kepada Gubernur Provinsi

DKI Jakarta. Perubahan status ini tertuang

dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

Nomor 2209 Tahun 1984.

30

Pada tahun 1996, Badan Pengelola

Planetarium dan Observatorium Jakarta

melakukan renovasi gedung sekaligus

pemutakhiran peralatan pertunjukan dengan

mengganti proyektor utama dengan yang lebih

canggih dan dikontrol sepenuhnya oleh program

komputer. Proyektor Universal diganti dengan

Proyektor Universarium Model VIII, bahan

layar kubah diganti dengan yang baru dan

garis tengahnya dikurangi dari 23 meter

menjadi 22 meter. Lantainya ditinggikan dan

dibuat bertingkat. Seluruh kursi dibuat

menghadap ke arah Selatan dan jumlahnya

dikurangi dari 500 ke 320 kursi.

Pada tahun 2002, Badan Pengelola

Planetarium dan Observatorium Jakarta

mengalami perubahan status dari organisasi

nonstruktural menjadi organisasi struktural

berupa Unit Pelaksana Teknis di bawah Dinas

Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi DKI

Jakarta. Perubahan status ini tertuang dalam

Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor

118 Tahun 2002.

2.1.1.1 Data Fisik Planetarium Dan

Ovservatorium Jakarta

32