Post on 31-Jan-2023
SISTEM PENYULUHAN PETANI TEMBAKAU
DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS MENGHADAPI PASAR
MODEREN DI DESA SAPOBONTO KECAMATAN BULUKUMPA
KABUPATEN BULUKUMBA
SUARNI
105960101111
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tembakau merupakan salah satu komoditi perkebunan yang diusahakan di
Indonesia. Usahatani tembakau selama ini ditangani oleh perkebunan negara,
perkebunan swasta dan perkebunan rakyat. Ciri umum perkebunan rakyat adalah
luas lahan yang sempit, letak terpencar, bersifat padat karya, produktivitas rendah,
teknik budidaya dan pengolahan bersifat tradisional dan sederhana. (Heriyanto,
2000).
Tembakau memiliki peranan sebagai penghasil devisa dan penyedia
lapangan kerja. Tembakau sebagai komoditi perkebunan mampu menghasilkan
pendapatan cukai dan pajak yaitu sekitar 95 %, laju kenaikan penerimaan cukai ini
jau lebih besar dibandingkan kenaikan penerimaan dalam negeri yang hanya
14,98% pertahun, peninkatan cukai pajak tersebut di sebabkan pemerintah
menaikan cukai rokok, (Anonim 2012).
Besarnya sumbangan devisa ini menjadikan tanaman tembakau sebagai
tanaman budidaya yang relatif cukup penting. Namun dalam perkembangannya,
kebutuhan bahan baku tembakau untuk industri rokok mengalami perkembangan
yang tidak seimbang antara permintaan dan hasil produksi (Fauziyah, 2010).
Tembakau merupakan tanaman perkebunan jangka pendek, sehingga
petani akan mudah beralih usahatani lain jika harga komoditi ini kurang
menguntungkan. Selain itu persoalan yang dihadapi petani tembakau adalah
petani hanya bertindak sebagai price taker (penerima harga) dalam pemasaran
2
tembakau dan lemahnya konsolidasi kelembagaan yang ada sehingga tidak
mampu untuk membantu petani merubah posisinya sebagai price maker (pembuat
harga) (Fauziyah, 2010).
Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan sejak beberapa tahun terakhir
merencanakan berbagai program pembangunan pertanian dalam pemenuhan
pangan dan perkebunan. Untuk mendukung usaha pencapaian tersebut, maka
pemerintah daerah Sulawesi selatan telah menggalakan pembangunan pangan
dan perkebunan yang di lakukan melalui dinas tanaman pangan dan hortikultura
dan perkebunan. Dalam meningkatkan manfaat dari sektor pertanian tanaman
pangan dan perkebunan maka kegiatan agribisnis dapat di pandang sebagai dasar
usaha pengembangan pertanian dari tahap pertanian subsistensi menuju tahap
modern.
Potensi yang dimiliki provinsi Sulawesi Selatan berupa areal pertanian
seluas 2.929.933 Ha atau sekitar 37 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan
potensi ini terdiri dari areal perkebunan 12,2 persen tambak 0,4 persen sawah 20,1
persen serta lahan kering 37,6 persen (Depertemen Pertanian Sulawesi Selatan
2013).
Permasalahan utama rendahnya produktivitas khususnya tembakau di
Kabupaten Bulukumba adalah perkebunan rakyat yang luasnya cukup besar tidak
di kelolah dengan baik, pengolahan kebun rakyat di lakukan secara sederhana
tanpa mengikuti tehnik – tehnik budidaya yang diajarkan.
Selain rendahnya produktivitas masalah kualitas tembakau olahan milik
masyarakat juga rendah karena peralatan yang di miliki masyarakat di Desa
3
Sapobonto sangat terbatas, mutu tembakau yang memenuhi standar dan memiliki
harga jual yang tinggi serta mampu memenuhi persyaratan kualitas yang di
perlukan rata – rata hanya yang di hasilkan oleh perkebunan besar negara dan
swasta.
Tembakau tradisional dalam Pemasaran moderen menuntut lebih dari
sekedar membantu produk yang baik, memberikan harga yang menarik serta
menyalurkan produk bagi komsumen yang dituju yaitu pengguna rokok. Industri
rokok merupakan salah satu dari sekian banyak gambaran mengenai tingkat
persaingan di banding dengan industri lainnya, meskipun banyak aturan - aturan
yang ketat di keluarkan oleh pemerinta bagi komsumen rokok, (Anonim, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul sistem penyuluhan petani tembakau dalam meningkatkan kapasitas
menghadapi pasar moderen di Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana sistem penyuluhan yang tepat bagi petani tembakau dalam
meningkatkan kapasitas menghadapi pasar moderen di Desa Sapobonto
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba ?
4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini:
Untuk mengetahui sistem penyuluhan yang tepat bagi petani tembakau
dalam meningkatkan kapasitas menghadapi pasar moderen di Desa Sapobonto
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
Kegunaan dari penelitian ini :
1. Sebagai informasi bagi para penentu kebijakan sektor pertanian dalam
merumuskan kebijakan yang akan datang khususnya dalam program
identifikasi tembakau tradisional.
2. Bahan Rujukan bagi peneliti selanjutnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk
memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua “stakeholders” agribisnis
melalui proses belajar bersama yang partisipatip, agar terjadi perubahan perilaku
pada diri setiap individu dan masyarakat untuk mengelolah kegiatan agribisnisnya
yang semakin produktif dan efesien, demi teruwujudnya kehidupan yang baik, dan
semakin sejahtra secara berkelanjutan, (Mardikanto 2003).
Van de Ban (1999) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan sebuah
intervensi sosial yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar
untuk membantu masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil
keputusan dengan baik. Margono Selamet (2000), menegaskan bahwa inti dari
kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masayarakat. Memberdayakan
berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya
yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang
bersangkutan.
Margono Slamet (2000) menekankan esensi penyuluhan sebagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak
sejak program pengentasan kemiskinan pada awal dasawarsa 1990-an. penyuluh
pembangunan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama
yang tidak terbatas pada terciptanya “better farming, better business, dan better
living, tetapi untuk memfasilitasi masyarakat (sasaran) untuk mengadopsi strategi
6
produksi dan pemasaran agar mempercepat terjadinya perubahan – perubahan
kondisi sosial, politikdan ekonomi sehingga (dalam jangka panjang) meninkatkan
taraf hidup pribadi dan masyarakatnya (SDC, 1995 dalam Mardikanto 2003).
Menurut Departemen Pertanian (2009), penyuluhan pertaniaan merupakan
suatu pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan
moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau
peraktek kehidupan sehari – hari.penyuluhan pertanian harus berpihak kepada
pengembangan individu masyarakat,berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu
penyuluhan pertanian sebagai upaya membantu masyakat agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dan meninketkan harkatnya sebagai manusia.
Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya serta
masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang
pertanian agar mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, social
maupun politik sehingga peninkatan pendapatan dan kesejahtraan mereka dapat
dicapai, (Departemen pertanian, 2002).
Penyuluhan pertanian bagian dari sistem pembangunan pertanian yang
merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) bagi
petanibeserta keluerganya anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam
pembangunan pertanian,dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu
upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta
keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk
memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada
akhirnya mampu menolong dirinya sendiri (Soeharto,2005).
7
Fungsi – fungsi penyuluhan Anwar (2000) :
a. Pemberdayaan masyarakat, khususnya untuk peningkatan mutu sumber
daya manusia.
b. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam beragan aspek pembangunan.
c. Bersama – sama institusi dan pakar pakar terkait mendukung perencanaan
pembangunan daerah.
2.2 Sistem Penyuluhan
Menurut UU RI No 16 tahun 2006 sistem penyuluhan pertanian
merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemanpuan, pengetahuan,
keterampilan, serta sikap perilaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan usaha
melalui penyuluhan.
Sistem penyuluhan menurut istilah berasal dari bahasa yunani “ sistema “
yaitu suatu kesatuan dari bagian atau komponen yang berhubungan secara teratur,
jadi dalam kata sistem terkandung pokok pikiran tengtang kesatuan bagian,
berhubungan dan teratur. (Anonim, 2011).
Sistem penyuluhan adalah sekumpulan unsur yang mempunyai fungsi dan
bergeser dalam ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama sekaligus tujuan
masing – masing. (Anonim, 2011).
Sistem penyuluhan merupakan suatu unit yang saling tergantung, saling
berhubungan (baik formal maupun informal) saling melengkapi kegiatan dan
hasil kegiatan saling membantu dalam batasan kemanpuan masing – masing
saling menuju pada tingkat yang terkoordinasi terintregrasi dan singkronisasi.
(Anonim, 2011).
8
Sistem penyuluhan adalah sistem yang terdiri dari unsur - unsur yang di
sebut subsistem, yang meliputi imput (proses) output (hasil) dan outcome
(dampak atau manfaat), dalam hubungan ini kegiatan penyuluhan pertanian
sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan, dapat di pandang sebagai
suatu sistem, (Anonim, 2011).
Sistem penyuluhan di kenal 3 pendekatan yaitu (Anonim, 2011):
1. Pendekatan Penyuluhan
a. Pendekatan individu atau perorangan
Pendekatan individu adalah pendekatan penyuluhanyang di lakukan
melelui hubungan langsu atau tatap muka antara penyuluh dengan individu
atau perorangan yang menjadi sasaran penyuluh.
b. Pendekatan kelompok
Pendekatan kelompok adalah pendekatan penyuluh yang di lakukan secara
berkelompok, di mana kelompok di jadikan sebagai alat bantu dalam
proses penyuluhan tersebut.
c. Pendekatan missal / umum
Pendekatan massal / umum adalah suatu pertemuan yang di selenggarakan
kepada masyarakat umum dengan jumlah yang cukup besar untuk
menyampaikan suatu maksud tertentu.
2. Pendekatan Metode Penyuluhan
a. Surat menyurat
metode surat menyurat merupakan metode dengan menggunakan barang-
barang cetak yang di kirim kepada kelompok sasaran, seperti, majallah.
9
b. Kunjungan
Kunjungan dalam metode ini dapat di bagi dua, yaitu ajang sana dan
kunjungan ajang karya. Ajang sana adalah kunjungan yang di lakukan di
mana para penyulah dating kerumah atau tempat tinggal kelompok sasaran
untuk bertemu kelompok sasaran. Sedankan kunjuangan ajang karya adalah
kunjungan yang di lakukan penyuluh ke lokasi di mana kelompok sasaran
melakukan aktivitas.
3. Pendekatan Tehnik Penyuluhan
a. Berbicara / berkomonikasi
Berbicara atau berkomonikasasi adalah kemanpuan seorang penyuluh
berbicara di depan umum dan mampu menkomonikasikan materi yang di
sampaikan kepada kelompok sasaran sesuai dengan makna yang
sesungguhnya.
b. Memotivasi dan Persuasi
Memotivasi dan Persuasi yaitu kemampuan memberikan dorongan dan
mempengaruhi semangat dan kemanpuan kelompok sasaran sehingga mau
melaksanakan apa yang di sampaikan.
c. Penyajian Materi
Penyajian materi adalah kemanpuan untuk menyampaikan dan mengemas
materi secara sistematis sehingga menjadi jelas dan menarik bagi kelompok
sasaran.
10
d. Pemilahan dan Penggunaan Alat Bantu
Pemilahan dan Penggunaan Alat Bantu yaitu kemanpuan untuk dapat
menentukan dan memanfaatkan atau menggunakan alat bantu penyuluh
yang sehingga dapat mendukun penyampaian materi yang di sajikan.
2.3 Tembakau Tradisional dan Ruang lingkupnya
2.3.1 Tembakau
Tanah asal tembakau adalah America di kemukakan pertama oleh
colombus pada tahun 1942 ketika mendarat di pulau Guanakani (San Salvador ) ia
telah melihat orang –orang Indian mengisap rokok yang di buat dari dau
tembakau yang kering dan di gulung dengan jagung (mais) dan gulungan daun –
daun ini oleh orang india disebut Tambako, (Ahmad Abdullah 1982).
Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia
pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak termaksud
golongan pangan. tembakau digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Usaha
pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. meskipun luas areal pertanian
tembakau di Indonesia, di perkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, (Herawati,
2013).
Secara garis besar tembakau Indonesia di bagi menurut penggunaanya atas
tipe-tipe (jenis) sebagai berikut :
11
a. Jenis Tembakau Cerutu
Tembakau cerutu merupakan jenis tembakau yang di hasilkan oleh 3
tempat atau daerah lama dan satu tempat daerah baru, masing – masing 2 di
daerah jawa dan satu di daerah Sumatra dan daerah baru Sulawesi. (Basuki, S dkk,
2005).
Adapun Tembakau yang di hasilkan oleh Sulawesi, tegasnya Sulawesi
Selatan, berpusat di kabupaten soppeng dan di kenal di pasaran sebagai tembakau
soppeng. pengusahaan di tempat ini bersifat baru. dari hasil – hasil yang di
peroleh kualitasnya cenderung kepada tembakau besuki. Tetapiusaha di daerah ini
tidak berjalan lama dan akhirnya berhenti karena kualitasnya kurang sesuai. (Ba
suki, S dkk, 2005).
b. Jenis Tembakau Sigaret Putih
W.D.Herawati (2013) Tembakau sigret merupakan salasatu dari jenis
tembakau yang banyak ditanam di daerah jawa dan Lombok, tembakau jenis ini
disebut juga tembakau Virginia yang mempunyai cirri khas, yaitu krosoknya
(daun yang telah diolah menjadi dau kering) tipis berwarna kuning cerah atau
oranye, kadar gula tinggi kadar nikoting sedang, dan aromanya harum. Tembakau
ini di gunakan sebagai bahan campur atau bleding pembuatan rokok dalam negeri
c. Jenis Tembakau Pipa
Pusat tembakau pipa di Indonesia adalah di Lumajang, Jawa Timur
dan umumnya hasil produksi tembakau ini diekspor ke Eropah. Tembakau majang
yang ditanam dilahan kering (Lumajang vooroogst) atau juga dikenal dengan
nama jembel Putih, dan yang ditanam di lahan sawah (naoogst) yang dikenal
12
dengan Krungsung. Tembakau jenis pipa Lumajang bersifat spesifik, tembakau ini
diolah dengan cara panas matahari. (Basuki, S dkk, 2005).
d. Jenis Tembakau Asepan
Tembakau tipe asepan adalah sejenis tembakau yang pengolahan daunnya
di lakukan dengan cara mengasap, tembakau ini mempunyai warna yang gelap,
daunnya tebal,berat, kuat dan berminyak, (Basuki, S dkk, 2005).
e. Jenis Tembakau Asli/rakyat
Tembakau asli/rakyat adalah tembakau yang di tanam oleh rakyat mulai
dari pembuatan pesemaian, pengolahan dan penanaman dan pengolahan daunnya,
sehingga siap untuk di jual di pasaran, (Basuki, S dkk, 2005).
2.3.2 Tembakau dari Segi Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus di
lakukan oleh pengusaha termaksud pengusaha tani (agribusinessman) dalam
usahanya untuk mempertahankan kelansungan hidupnya (survival), untuk
mendapatkan laba dan berkembang (Muhammad Firdaus 2012).
Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam menjalankan usaha
pertanian karna pemasaran merupakan tindakan ekonomis yang sangat berpengaru
terhadap tinggi rendahnya pendapatan ptani. Produksi yang baik akan sia – sia
harga pasar yang rendah karna tinggi produksi tidak mutlak member keuntungan
yang tinggi tampa di sertai dengan pemasaran yang baik dan efisien. ( Mubyarto,
1995).
Pemasaran adalah suatu proses social yang di dalamnya melibatkan
individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
13
inginkan dengan menciptakan dan menawarkan secara bebas mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pabrik lain. (Mursid, 2010).
Pemasaran merupakan rangkaian terhadap fungsi yang di butuhkan untuk
mengubah atau membentuk imput produk mulai dari proses produksi,
pengumpulan, pengolahan, dan penyaluran oleh grosir, pedagan pengecer sampai
komsumen (Dahl dan Hammond,2004).
Pemasaran pertanian merupakan kerangka dari semua aktifitas bisnis
dalam aliran barang atau jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi
(petani) sampai komsumen akhir yang mencakup aspek imput dan output
pertanian ( Hanafiah dan Suefaddin, 2010 ).
Dalam pemasaran hasil, petani tembakau yang sudah melakukan
kemitraan dengan pabrik rokok atau eksportir, dapat menjual hasilnya secara
mudah kepada mitra usahanya. Dalam kemitraan, petani memang mendapatkan
bantuan teknis dan input seperti bibit, pupuk dan pestisida dari mitra usahanya.
Namun harga beli tembakau dari petani hanya ditentukan secara sepihak oleh
mitra usahanya, yang kadang-kadang rendah. Untuk petani tembakau yang tidak
melakukan kemitraan usaha, saluran tataniaga tembakau cukup panjang, dan
harganya juga lebih banyak ditentukan oleh pembeli/pedagang. Dalam hal ini,
petani juga bisa mendapatkan modal, tetapi dengan tingkat bunga sangat tinggi
sehingga pada akhirnya petani juga kurang diuntungkan. Untuk tanaman non-
tembakau, seperti jagung hibrida dan cabai merah memang lebih terbuka (tidak
ada kemitraan) sehingga harganya juga lebih ditentukan oleh pedagang.
Sedangkan untuk kentang bibit, petani melakukan kemitraan dengan pengusaha
14
sehingga pasar dan harganya cukup baik. Kelebihan tembakau dibanding tanama
lain dalam pemasaran hasil adalah bahwa persaingan dalam pemasaran tembakau
hanya terjadi pada kualitas dan hanya ada sedikit persaingan antar petani.
Spektrum pemasaran tembakau juga sangat luas yang dapat menerima bermacam-
macam mutu dan karakteristik produk tembakau. Namun posisi petani selalu lebih
lemah dibanding pembeli. Hal serupa juga terjadi pada sistem penjualan terbuka
dengan pedagang, (Anonim, 2012).
Untuk pemasaran hasil tanaman alternatif memang sering terjadi
persaingan antar petani dalam mutu, pasokan, varietas, ukuran, bentuk,
keseragaman dan faktor-faktor lain, utamanya sayuran. Namun untuk padi, jagung
dan kedelai harganya saat ini masih diproteksi pemerintah melalui penetapan
harga pokok pembelian pemerintah (HPP), yang berfungsi semacam harga dasar,
sehingga terhindar dari kejatuhan harga. Untuk sayuran, seperti kentang bibit,
harganya sangat tinggi sehingga cukup kompetitif terhadap tembakau, (Anonim
2012 ).
2.3.3 Tembakau dalam Kuasa Kapitalisme
Perdagangan pasar global menjadi tembakau sebagi komoditas
menggiur.empat perusahaan raksasa tembakau internasional, yaitu Altria atau
Philips Morries, British Amerika Tambakau Internasional, dan imperial tambakau
berkompotensi mengendalikan pasar tembakau di Negara maju dan berkembang,
(Adrianto, 2013).
Sektor perdagangan tembakau meman cukup menjajikan.pada 2012 nilai
pasar tembakau global di taksir hingga 464,4 miliar dollar AS.
15
Perputaran uang di pasar tembakau internasional yang begitu tinggi
membuat Negara maju seperti uni Eropa dan Amerika Serikat memberikan
perhatian khusus dalam bentuk kebijakan politik untuk mengonrtol laju
perdagangan tembakau. Program Arikultural Policy (CAP) yang popular sejak
tahun 1950, mampu memproteksi sector tembakau Negara maju di pasar global
sekaligus meredam masuknyatembakau impor dari luar, (Adrianto, 2013).
Kebijakan politik CAP bagi Negara maju di nilai efektif mengatur pasar
tembakau, Philip Morris, British Amerika Tambacco. Japan tambacco
internasional, dalam imperial tambaco mendapat keuntungan besar dari hasil
program CAP di Negara masing – masing, (Adrianto, 2013).
Kesuksesan empat perusahaan raksasa tembakau menjadikan mereka
sebagai raja tembakau dunia. Logika umum, watak raja kebanyakan
arogam,ambisius, nafsu berkuasa tinggi. Tak ayal ekspansi demi harapan dan
demi mimpi menguasai perdagangan tembakau dunia di jalankan empat
perusahaan besar tembakau dunia tersebu, (Adrianto, 2013).
Mereka saling bersaing dan adu strategi demi perusahaan wilayah
kekuasaan tembakau di kawasan Negara maju ataupun Negara berkembang.
Indonesia sebagai Negara nomor delapan penghasil tembakau terbesar dunia,
tidak luput dari medan pertarungan para raksasa perusahaan tembakau dunia itu.
Kecerdikan pengusaha tembakau internasional mampu menguasai dan
menunggangi Negara untuk meujudkan kebijakan politik dalam bidang tebakau.
Negara menjadi instrumen politik efektif untuk memuluskan jalan perusahaan
16
tembakau global. Parahnya, Negara kita telah menjadi bagian kepentingan politik
perusahaan tembakau asing, (Adrianto, 2013).
Beralih fungsinya peran negara dari institusi mengabdi pada rakyat dan
kepentingan nasional bangsa menjadi lembaga yang berperan sebagai
kepanjangan tangan kelompok asing.
Langkah pemerintah Indonesia melindungi tembakau dan rokok lokal di
rasakan masi kurang. Sangat berbeda dari regulasi yang telah di keluarkan Negara
maju misalnya Amerika Serikat dan Uni Eropa. Terkait dengan Pertanian,
pemerintahan justru enggan memberikan subsidi. Alih – Alih memberikan
proteksi bagi petani tembakau,subsidi pupuk untuk jenis pertanian pun yang
merupakan hajat hidup 60 persen masyarakat Indonesia, semakin berkurang.
Posisi pemerintah yang lemah ini berpengaruh pada tingkat kesejahtraan rakyat
dan kendali atas rezim internasional yang akan juga menggerus sosio-ekonomi
rakyat, (Adrianto, 2013).
Nasib petani dan industri tembakau lokal meradang, bagi telur di ujung
tanduk. Pertanian tembakau Indonesia di kampung dan di tekan di berbagai
segi.satu sisi, perusahaan internasional berupaya merebut, bahkan pada titik
ekstrim ingin mematikan industri tembakau negeri ini di lain pihak, institusi
Negara lemah melindungi sektor tembakau domestic karena bekerja sebagai agen
kepentingan perusahaan asing, (Adrianto, 2013).
Perlahan tapi pasti industri tembakau lokal menjadi lemah akibat upaya
sistematis pihak asing. Negara diperdaya membuat kebijakan politik melemahkan
pertanian tembakau indonsia dan membuat keuntungan hanya dirai perusahaan
17
global. Di buatnya aturan liberalisasi perdagangan tembakau lokal, mengesahkan
Negara tidak kuat mengontrol laju perdagangan pasar tembakau di kancah
internasional. Tidak hanya itu berbagai peraturan pemerintah tentang tembakau
bersifat diskriminatif dengan tujuan melemahkan tembakau lokal kawasan bebas
rokok tembakau, iklan antitembakau, seruan atau fatwa haram rokok oleh
kelompok tertentu berbagai modus tersebut mengarah pada penghancuran
pertanian tembakau Indonesia, (Adrianto, 2013).
Industri tembakau kini tidak berdaya, Perusahaan Sampoerna diambil alih
Philip Morris.Bentoel diakuisisi Brithis American Tambacco. Selain itu industri
nasional skala kecil dan menengah rontok akibat berbagai kebijakan Negara yang
sangat restriktif, (Adrianto, 2013).
2.3.4 Tinjauan Tembakau secara Ekonomi
Dari aspek ekonomi, bagi penduduk pedesaan di daerah sentra produksi
tembakau, kesempatan kerja akan menurun karena usahatani tembakau bersifat
padat tenaga kerja. Jika proses pengeringan daun tembakau juga berlangsung di
desa tersebut, maka kehilangan kesempatan kerja juga akan makin besar.
Usahatani tanaman alternatif memang dapat mengkompensasihilangnya
kesempatan kerja namun tidak seluruhnya karena kebutuhan tenaga kerjanya
mungkin tidak sebesar pada usahatani tembakau. Masyarakat di desa-desa sentra
tembakau yang berjarak dekat dari daerah perkotaan mungkin mempunyai
kesempatan lebih besar untuk mencari pekerjaan tambahan, tetapi mereka yang
berada di desa-desa yang jauh akan mempunyai kesempatan lebih sedikit,
(Anonim, 2012 ).
18
Pengalihan usahatani tembakau ke usahatani tanaman lain tidak akan
berdampak besar pada sektor hulu yang menyediakan pupuk, pestisida, jasa alat
pertanian dan kredit usahatani karena kebutuhan jenis-jenis input tersebut pada
tanaman alternatif juga besar. Sektor hilir, utamanya pabrik rokok, juga mungkin
tidak akan terkena dampaknya secara signifikan karena dapat mengimpor bahan
baku (tembakau) dari negara lain jika diijinkan pemerintah, sebagaimana yang
sudah terjadi selama ini. Sektor pengangkutan juga tidak akan banyak terkena
dampaknya karena hasil panen tanaman alternatif juga membutuhkan sarana
pengangkutan. Pemerintah Daerah mungkin akan menentang pengalihan tanaman
tembakau ke tanaman lain karena akan menurunkan PAD (pendapatan aseli
daerah). Daerah-daerah yang menjadi sentra produksi tembakau seperti Jember,
Madura, Temanggung, dan lain-lain mungkin akan melindungi pertanian
tembakaunya. Namun untuk daerah-daerah yang bukan menjadi sentra produksi
tembakau dan peranan tembakau sangat marjinal, maka pemrintah daerah
setemapt mungkin tidak akan merasa keberatan jika tanaman tembakaunya beralih
ke tanaman lain yang dapat mendatangkan PAD lebih besar, (Anonim, 2012).
2.4 Ruang lingkup Petani
2.4.1 Pengertian Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian,
utamanya dengan cara melakukan pengolahan tanah dengan tujuan untuk
menumbuhkan dan memelihara tanaman (sererti padi, bunga, buah dan lain – lain)
dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan
19
sendiri ataunpun menjualnya ke orang lain, mereka juga dapat menyediakan bahan
mentah bagi industri buah untuk jus, wol untuk penenunan dan pembuatan
pakaian,(Anonim 2012).
Petani dapat di klasifikasikan dalam 3 kelompok ( Hermanto 2003 ) yaitu :
1. Petani gurem adalah petani kecil yang memiliki luas lahan 0,25 Ha. Petani
ini merupakan kelompok petani miskin yang memiliki sumber daya
terbatas.
2. Petani modern merupakan kelompok petani yang menggunakan tehnologi
dan memiliki orientasi keutungan melalui pemanfaatan tehnologi tersebut.
apabila petani memiliki lahan 0,25 Ha tapi pemanfaatan tehnologinya baik
dapat juga di katakan petani modern.
3. Petani primitive adalah petani petani dahulu yangbergantung pada sumber
daya dan kehidupan mereka berpidah – pindah (non modern).
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
sebagian atau seluruhkebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas
meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (temasuk penagkapan ikan)
dan pengamatan hasil laut.peranan petani sebagai pengelolah usaha tani berfungsi
mengambil keputusan dalam mengorganisasi faktor –faktor produksi yang di
ketahui (Hermanto 2003).
Petani adalah orang, baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai
lahan sendiri yang mata pencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanaman
pertanian, khusus petani di indonesia pada umumnya bukan termasuk farmer
dengan berhektar – hektar tanah pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant
20
dengan sebidang kecil sawahatau ladang, bahkan kadang – kadang hanya sekedar
buruh tani saja (Murtopo 1995) sehingga dapat di simpulkan bahwa petani adalah
seorang yang mempunyai lahan sendiri atau tidak dan sementara waktu atau tetap
menguasaisatu atau beberapa cabang usaha di bidang pertanian dalam arti yang
luas baik itu dengan tenaga sendiri atau tenaga bayaran dalam pengolahannya.
Petani secara umum diartikan sebagai seseorang yang mengurus atau
memelihara tumbuhan dan hewan. Petani dalam ilmu pertanian ini dibedakan
menjadi beberapa bagian. Hal ini dikarenakan status petani yang berbeda-beda.
Dalam kegiatan usaha pertanian, petani merangkap dua peranan yaitu sebagai
berikut : (Juliana, 2006).
1. Petani sebagai penggarap yang memiliki peranan memilihara tanaman dan
hewan agar mendapatkan hasil yang diperlukan.
2. Petani sebagai manager yang memiliki peranan sebagai pengurus, pengelola
serta bertindak sebagai sebuah pemimpin dalam kegiatan pertanian.
Dalam usaha pertaniannya, petani sebagai manager ini memiliki tiga tipe
berbeda. Perbedaan tipe ini dilihat dari status petani tersebut, (Anonim 2012).
seperti:
1. Petani pemilik yang merupakan status petani yang memiliki, mengelola,
memberi pupuk dan menuai hasil dari usaha pertaniannya.
21
2. Petani yang melakukan pengerjaan lahan sendiri dan juga mengerjakan usaha
pertanian milik orang lain. Hal ini memungkinkan petani jenis ini memiliki
pendapatan dari dua sumber sekaligus.
3. Petani penyakap yaitu seorang petani yang hanya menggarap tanah mliki
orang lain. Sehingga pendapatan petani status ini diperoleh dari bagian hasil
yang telah diambil oleh pemiliki lahan atau tanah pertaniannya.
Petani menurut Rodjak (2006) sebagai unsur usaha tani memegan perang
yang pentingdalam pemeliharaan tanaman atau ternak agar dapat tumbuh dengan
baik, ia berperan sebagai pengolah usaha tani. Petani sebagai pengolah usaha
taniberarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan
yang di miliki atau di sewa dari petani lainnya untuk kesejahtraan hidup
keluarganya. Petani yang di maksud dalam hal ini adalah orang yang bercocok
tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh
kehidupan dari kegiatan itu.
2.5 Pasar Moderen dan Pasar Tradisional
2.5.1 Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern,
umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu
dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota
masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket,
department store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada,
toko serba ada dan sebagainya, (Anonim, 2008).
22
Pasar modern merupakan pasar yang tidak banyak berbeda dari pasar
tradisional namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara
langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang
(berkode). Berada dalam bangunan dan pelayanannya di lakukan secara mandiri
(swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga barang – barang yang dijual, selain dari
bahan makanan seperti buah, sayuran dagin, sebagian besar barang lainnya yang
di jual adalah barang yang deapat bertahan lama, (Anonim, 2013).
Adapun ciri – ciri pasar modern secara umumnya (Anonim, 2013), yaitu :
1. Tidak terikat oleh suatu tempat tertentu,bisa di mana saja.
2. System pembayaran bisa di lakukan secara non tunai (transfer,paypal )atau
transaksi menggunakan alat mesin bank
3. Penjual dan pembeli tidak harus ketemu langsung.
4. Tempatnya ber-AC
5. Harga suda di tentukan sesuai ketetapan dan di berikan barcode
6. Barang yang di jual beraneka ragam dan umumnya tahan lama
7. Tempat bersih.
8. Tata tempat dalam system pengaturan barang di lakukan berdasarkan jenis
barang demi untuk mempermuda pencarian barang
9. Pembayaran di lakukan suatu induk yaitu kasir
Pasar moderen tembakau di jual dalam keeadan keadaan jadi, yaitu suda
di kemas dengan rapi dan suda berbentuk rokok . Produk rokok termasuk kategori
yang mudah di dapat dan di beli setiap waktu. Produksi rokok ini tidak lepas dari
tar dan nikotin, yang di maksud tar adalah proses pembakaran antara tembakau,
23
kertas, saos, cengkeh, dan bahan kimia yang ada dalam setiap batang rokok,
sedangkan nikotin adalah racun dari tembakau, (Anonim 2008).
Jenis produk rokok yang sudah beredar dan di pasarkan di pasar moderen
(Anonim 2008) :
1. Sigaret kretek Mesin (SKT)
Pembuatan rokok sudah menggunakan mesin, di mana pada setiap
barangnya di berikan filter untuk menyarin nikotin yang akan terhisap.
2. Sigaret Putih Mesin (SPM)
Proses pembuatan rokok dengan menggunakan peralatan yang bermesin
dengan kadar nikotin yang sangat rendah. Rokok ini biasanya merupakan
merek rokok lisensi dari luar negeri.
2.5.2 Pasar Tradisional
Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk
fisik tradisional yang menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara
langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat
baik di desa, kecamatan, dan lainnya (Anonim,2008).
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah.
Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah,
termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda
yang dimiliki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar-menawar (Pepres RI No. 112, 2007).
24
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung. Dalam
pasar tradisional terjadi proses tawar menawar, bangunan biasanya terdiri dari
kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun
suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-sehari seperti bahan
– bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian,
barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu ada juga yang menjual kue-kue
dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak di temukan di
Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan
pembeli untuk mencapai pasar (Anonim, 2007).
Adapun ciri – ciri pasar tradisional, (Anonim, 2015), yaitu :
1. Proses jual beli barang dan lain – lain melalui proses tawar menawar harga.
2. Barang yang di jual umumnya keperluan sehari – hari dan barang campuran.
3. Harga barang yang di perjual belikan relatif murah dan terjangkau.
4. Areal pasar tradisional biasanya di tempat terbuka.
25
2.6 Kerangka Pemikiran
Karangka Pemikiran adalah rumusan-rumusan yang di buat berdasarkan
proses berfikir deduktif dalam rangka menghasilkan konsep-konsep dan proposisi
baru yang memudahkan seorang peneliti. Secara rigkas karangka Pemikiran
mecakup langkah-langkah:(Qadir Gassing dan Wahyuddin Halim, 2009).
Gambar 1. Kerangka pemikiran sistem penyuluhan petani tembakau dalam
meningkatkan kapasitas menghadapi pasar moderen di Desa
Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
SISTEM PENYULUHAN
PENGOLAHAN TEMBAKAU SECARA TRADISIONAL
PANEN
PASAR MODEREN PASAR TRADISIONAL
PEMASARAN
BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU
26
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan
pertimbangan bahwa tembakau ini memiliki potensi untuk meningkatkan
kesejahteraan petani. Selain itu, tembakau ini merupakan salah satu dari
sedikitnya komoditi yang masih bertahan di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini
di lakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2015.
3.2 Tehnik Penentuan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah petani tembakau, jumlah populasi petani
sebanyak 139 petani di tarik sampel sebanyak 15%, Dari jumlah tersebut
dilakukan teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode purposive
dimana setiap anggota dipilih secara sengaja, jumlah sampel sebanyak 20 orang
petani tradisional.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Sumber
data diperlukan untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan
fokus penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder.
27
1. Data primer
Data primer adalah yang diperoleh dari orang yang terlibat atau yang
menjadi subyek penelitian dari obyek yang diteliti, petani tradisional dan
pedagang. Data tentang informasi yang diperoleh langsung dari sampel melalui
wawancara dan pengamatan di lapangan.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang yang diperoleh dari data yang sudah
ada, seperti data monografi, dokumen, laporan, dan studi kepustakaan tentang
buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang harus digunakan
dalam mengadakan suatu penelitian, agar mendapat data sesuai dengan apa yang
diinginkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilaksanakan secara
langsung untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya dari obyek
penelitian. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan yang bertujuan untuk menjaring perilaku individu yang terjadi dalam
kenyataan sebenarnya. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini adalah
mengamati kondisi dan keadaan responden yang menjadi objek penelitian ini.
28
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan tanyajawab kepada responden untuk mendapat data yang akurat.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam
pikiran dan hati orang lain, yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui
observasi. Disamping itu juga untuk memastikan dan mengecek informasi yang
diperoleh.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan pencarian data mengenai hal-hal berupa
catatan, transkrip, buku, rapat, agenda, dan sebagainya. Teknik ini dipergunakan
untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis deskriktif kualitatif,
analisis deskriktif kualitatif digunakan untuk mengetahui sistem penyuluhan
petani tembakau dalam meningkatkan kapasitas menghadapi pasar moderen,
dimana datanya diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada
responden.
3.6 Defenisi Operasional
1. Sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian penyuluh menyampaikan
arahan atau materi ke petani tembakau tradisional.
2. Penyuluhan adalah arahan atau materi yang di sampaikan penyuluh kepada
petani tembakau tradisional.
29
3. Petani adalah orang yang melakukan suatu usahatani tembakau secara
tradisional.
4. Tembakau adalah bahan utama dalam pembuatan rokok.
5. Pasar modern adalah pasar yang di kelola secara moderen dan barang yang
dijual pula sudah di kelola secara moderen seperti tembakau menjadi rokok
yang sudah di kemas secara mesin,dengan mesin moderen.
6. Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau
menyampaikan komoditas tembakau kepada konsumen.
7. Pasar tradisional adalah pasar yang pengolahannya masih sederhana dan bahan
yang di pasarkan masih banyak yang belum di kelola dengan mesin moderen
seperti tembakau masih di jual dalam bentuk tembakau yang telah di olah
secara sederhana sekali.
30
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Desa Sapobonto adalah salah satu desa yang berada dalam Pemerintahan
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumpa Propinsi Sulawesi Selatan.
Desa Sapobonto terletak ±19 Kilometer dari Ibukota Kecamatan bulukumpa
dan ±65 Kilometer dari Ibukota Kabupaten Bulukumba. Luas wilayah Desa
Sapobonto adalah 1.035 Ha yang terbagi atas empat lima yakni dusun sapobonto,
Pattoengan, Lemponge, Munte Timur, Munte Barat, Ili, Batu Tompo, dan
Lembang, yang kesemuanya itu terdiri dari 24 RT dan 12 RW.
Desa Sapobonto berada pada Daerah yang Strategis dimana terdiri dari
Daerah Pertanian dan daerah Perkebunan sehingga sumber penghasilan utama
masyarakat Sapobonto bersumber dari Petanian dan Perkebunan .Adapun Batas-
batas Wilayah Desa Sapobonto adalah :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai dan Desa
Balangtaroang.
b. Sebelah Timur : Desa Bonto Bulaeng Kecamatan Bulukumpa dan Desa
Bonto Lohe Kecamatan Rilau Ale.
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Kindang.
d. Sebelah Barat : Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
31
4.1.2 Keadaan Iklim
Pada umumnya Kabupaten Bulukumba rata – rata mengalami curah hujan
yang maksimal termasuk Desa Sapobonto yang mana curah hujannya cukup tinggi
yang terjadi pada bulan Juli – Desember. Musim kemarau berkisar pada bulan
bulan Januari hingga bulan Juni.
4.2 Kondisi Demografis
4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.
Usia dan jenis kelamin sering dijadikan patokan untuk menggambarkan
produktivitas dan berdasarkan sensus tahun 2014, Desa Saponto memiliki jumlah
penduduk sebanyak 3.559 jiwa, yang tersebar dalam beberapa kelompok umur, di
mana penduduk laki – laki berjumlah 1.748 jiwa, dan perempuan berjumlah 1.811
jiwa, penyebaran penyebaran penduduk di Desa Sapobonto dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Di Desa
Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
No Kelompok
Umur (tahun)
Laki –
laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah Presentase(%)
1
2
3
0-14
15- 54
55+
466
1030
252
439
1080
292
905
2110
544
25,5
59,3
15,2
Jumlah 1748 1811 3559 100,0
Sumber : Kantor Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba
Tahun 2014.
32
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Tingkat pendidikan adalah merupakan hal yang sangat penting artinya bagi
suatu masyarakat,khususnya bagi kaum petani karna pendidikan berperan dalam
menerima informasi atau inovasi baru dalam perkembangan zaman. Makin tinggi
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang maka semakin cepat pula
menerima informasi atau inovasi baru. Tingkat pendidikan petani tembakau
menunjukan tingkat keterampilan dalam mengelolah usaha tani yang digelutinya,
khususnya dalam menghadapi masalah tembakau tradisianal dalam menghadapi
pasar moderen. Tingkat pendidikan yang di sajikan di sini adlah tingkat
pendidikan formal yang pernah di ikuti dan di tamatkan petani tembakau.
Mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Sapobonto Kecamatan
Bulukumpa Kabupaten Bulukumba, dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Keadaan Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sapobonto
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(Orang)
Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
Tidak Sekolah
Belum Sekolah
TK
SD
SLTP
SMU
Diploma
Perguruan tinggi
213
250
56
1754
698
445
54
89
6,0
7,0
1,6
49,3
19,6
12,5
1,5
2,5
JUMLAH 3559 100,0
Sumber : Monografi Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba, 2014.
33
Grafik 1. Keadaan Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sapobonto
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
Pada Grafik 1 menunjukan bahwa penduduk yang mempunyai tingkat
pendidikan yang tertinggi adalah SD sebanyak 1754 jiwa dengan presentase
49,3 %. sedangkan tingkat pendidikan terendah Diploma adalah sebanyak 54 jiwa
dengan presentase 1,5%, dan penduduk yang tidak sekolah sebanyak 213 jiwa
dengan presentase 6,0%, dan perlu diketahui bahwa di Desa Sapobonto
pendidikan sangat penting bagi masyarakat.
4.3 Kondisi Pertanian
4.3.1 Pola Penggunaan Lahan
Lahan adalah melakukan evaluasi sumberdaya lahan yang merupakan
proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan yang berbagai penggunaannya.
Dalam evaluasi sumberdaya lahan, ada tiga aspek yang penting untuk di
perhatikan, di perhatikan, yaitu aspek lahan, penggunaan lahan dan ekonomi
0
200
400
600
800
1000
1200
TAMAT
SEMENTARA SEKOLAH
TIDAK SEKOLAH
TIDAK TAMAT
BELUM SEKOLAH
34
lahan. berbagai aktifitas hidup dari manusia dengan mahluk hidup lainnya. lahan
tana tembakau ini merupakan warisan dari orang tuanya.
Luas lahan Desa Sapobontro yaitu 1.035 Ha, lahan ini terdiri dari lahan
perkebunan 405 Ha, lahan persawahan 340 Ha, dan lahan pemunkiman 290
Ha.penggunaan lahan dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penggunaan Lahan di Desa Sapobonto
No Jenis lahan Luas lahan
(Ha)
Presentase
(%)
1
2
3
Lahan perkebunan
Persawahan
Pemunkiman
405
340
290
40,0
32,0
28,0
Jumlah 1.035 100,0
Sumber : Data Kantor Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba.
4.3.2 Sumber Daya Manusia.
Suber daya manusia yang di maksud adalah tenaga kerja yang merupakan
salah satu produksi utama yang selalu ada dalam suatu kegiatan. Tenaga kerja
tersebut baik yang terlibat langsung mauupun tidak terlibat langsung merupakan
suatu kesatuan komonitas yang saling membutuhkan dalam segala aktifitas
kegiatan.
Sejalan dengan kegiatan ini, maka meskipun sebagai salah satu industri
yang tergolong kecil, tertentu juga melibatkan beberapa orang sebagai
sumberdaya dalam proses produksi.
35
4.3.3 Sarana Dan Prasarana.
Sarana dan perasarana yang di miliki Desa Sapobonto Kecamatan
Bulukumpa Kabupaten Bulukuba Tahun 2014 dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sarana dan Prasrana Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba 2014
No Prasarana Jumlah
1
2
3
4
5
Sarana Pemerintahan :
Kantor Kepala Desa
Sarana Pendidikan :
TKA / TPA
SD
SLTP
MA
Sarana Peribadatan
Masjid
Sarana irigasi :
Irigasi semi teknis
Sarana umum :
Posyandu
Pustu
Perpipaan airbersih
MCK Umum
Jembatan
Jalan
Lapangan sepak bola
1 unit
5 unit
3 unit
2 unit
1 unit
12 unit
10 titik
5 unit
1 unit
5 unit
1 unit
7 unit
20 km
1 unit
Sumber : Kantor Desa Sapobonto, 2014
36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Petani Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani tembakau yang ada di Desa
Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Karakteristik petani
responden dalam penelitian ini meliputi, umur, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, pengalama berusaha tani dan luas lahan. Karakteristik
petani responden adalah sebagai berikut :
5.1.1 Umur Petani
Umur petani dapat mempengaruhi keterampilan petani serta keberhasilan
dalam pengelolaan suatu cabang usahatani yang di usahakan. Umumnya petani
yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang relatif besar di
bandingkan dengan petani umur tua. Akan tetapi petani yang lebih tuah memiliki
lebih banyak pengalaman sehingga lebih berhati – hati dalam proses
pengambilan keputusan terutama usaha tani yang menuntut adanya resiko yang
tinggi. Ditribusi presentase umur petani responden di sajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah dan Presentase umur petani responden di Desa Sapobonto
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
No Umur
(Tahun)
Jumlah
(Orang )
Presentase
(%)
1
2
3
4
5
21 – 29
30 – 38
39 – 47
48 – 56
57 – 65
3
7
2
5
3
15,0
35,0
10,0
25,0
15,0
Jumlah 20 100,0
Sumber :Data Primer yang telah di olah 2015
37
Pada Tabel 5 dapat di jelaskan bahwa secara umum responden merupakan
umur produktif dengan kisaran 15 % berada pada kisaran umur 21-29 tahun,
35,0% pada kisaran umur 30-38 tahun,10 % berada pada 39-47 tahun, dan 25,0%
berada pada kisaran umur 48-56 tahun. Sedangkan 10,0 % lainnya berada pada
kisaran umur kurang produktif .
Umur seorang petani berpengaruh terhadap kemanpuan fisik dalam
meluangkan waktu dan tenaga kerja baik dalam pekerjaan mencari bnafkah.
Makin tua umur seseorang petani makin sedikit kemempuan fisiknya dalam
bekerja khususnya dalam hal ini kemampuannya dalam mengalokasikan fisiknya
dalam usahatani pengolahan tembakau.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan petani mempengaruhi perubahan perilaku dan
memunkinkan dirinya berpartisipasi dalam kehidupan sosial untuk meninkatkan
kesejahtraan bangsa dan kehidupannya.hal ini terjadi oleh karena pendidikan yang
cukup memotivasi seseorang untuk banyak berbuat dalam memenuhi kebutuhan
sendiri. Adapun presentase tingkat pendidikan petani responden dilihat pada
Tabel 6.
38
Tabel 6. Jumlah dan Presentase tingkat pendidikan petani responden di Desa
Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
No Pendidikan Jumlah
(Orang)
Presentase
(%)
1
2
3
4
Tidak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
7
4
4
5
35,0
20,0
20,0
25,0
Jumlah 20 100,0
Sumber data : Data Primer yang telah di olah 2015
Tabel 6 dapat di jelaskan bahwa 35,0% tidak tamat SD, dan 20%
berpendidikan SD, SLTP 20%, dan SLTA 25 %. Hal ini memberikan gambaran
bahwa umumnya tingkat pendidikan responden tinggi telah ada mencapai pada
tingkat SLTA namun masih di jumpai yang tidak tamat SD sebanyak 7 orang
(35 %), kondisi ini berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam hal tehnik
pengolahan tembakau,salah satunya adalah tehnik pemasaran ke pasar moderen.
5.1.3 Pengalaman Berusaha Tani Responden
Pengalaman berusahatani sangat penting dalam dalam rangka pengelolaan
usahatani. Pengalaman berhubungan dengan keterampilan penggunaan tehnologi,
dan jika di dukun oleh umur petani yang produktif, maka petani akan lebih
mampu melakukan penerapan tehnologi dalam usahataninya.
Pengalaman dalam berusahatani merupakan faktor yang cukup menunjang
seorang petani dalam meningkatkan produktivitas dan kemanpuan kerjanya
dalam berusatani. Disamping itu pengalaman berusahatani juga sangat
memberikan dampak terhadap terhadap problem (masalah ) terhadap inovasi
baru.untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 7.
39
Tabel 7. Jumlah dan Presentse pengalaman berusaha tani petani Responden di
Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
No Pengalaman
(Tahun)
Jumlah
(orang)
Presentase
(%)
1
2
3
4
10-14
15-19
20-24
25-50
7
5
2
6
35,0
25,0
10,0
30,0
Jumlah 20 100,0
Sumber : Data primer yang telah di olah 2015
Tabel 7 menunjukan bahwa responden mempunyai berusaha tani 10 – 14
tahun sebesar 35,0% , 25,0%, 15- 19 tahun, 10,0 % 20 -24 tahun dan pengalaman
25 -50 tahun sebanyak 30,0%. Dengan demikian di simpulkan bahwa petani
responden telah mempunyai pengalaman berusaha tani tembakau yang cukup
lama sehingga pada dasarnya responden melakukan pengolahan tembakau
tradisional sejak dahulu oleh karena itu upaya dalam menghadpi pasar moderen
mereka harus meninkatkan produksi dan mutu yang baik, pengalaman responden
yang cukup lama dalam melakukan kegiatan ini perlu dukungan dan metode
penyuluhan yang efektif dan efisien.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Secara tidak langsung banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi
tinkat kesejahtraan keluarga petani. Di pihak lain besarnya tanggungan keluarga
adalah beban yang berat bagi petani dalam, menghidupi keluarganya, namun di
sisi lain merupakan tenaga kerja apabila anggota keluarga laki–laki dan suda
cukup dewasa. Jumlah anggota keluarga petani responden di jelaskan pada
Tabel 8.
40
Tabel 8. Jumlah dan presentase Tanggungan Keluarga Petani responden di Desa
Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
No Tanggungan keluarga
(Orang )
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1
2
3
1-2
3-4
5-6
12
5
3
60,0
25,0
15,0
Jumlah 20 100,0
Sumber : Data primer yang telah di olah 2015.
Tabel 8 mengemukakan bahwa 60,0%, petani responden mempunyai
jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1 sampai 2 orang, 25,0% sebanyak 3
sampai 4 orang,15,0% sebanyak lebih dari 5 sampai 6 orang. Hal ini memberikan
indikasi bahwa jumlah tanggungan keluarga petani di anggap cukup relatif besar
karena sebagian besar (25,0 %) mempunyai tanggungan keluarga >2 orang.
Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan alokasi waktu
petanikhususnya dalam melakukan pengolahan tembakau. Jumlah tanggungan
keluarga yang banyak akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahtraan keluarga
dan akan menuntut anggota keluarga lainnya misalnya ibutani dan anak – anak
membantu dalam meluangkan waktu dan tenaganya dalam pengolahan tembakau.
5.1.5 Luas Lahan
Luas lahan yang di miliki dapat member gambaran bahwa makin luas
lahan yang dimiliki, maka semakin tinggi status sosial ekonomi petani hal ini
disebabkan petani yang memiliki lahan yang lebih luas adalah petani yang
41
mempunyai kemanpuan ekonomi di banding dengan petani yang memiliki luas
lahan yang kurang luas.
Di daerah pedesaan seseorang petani yang memiliki lahan yang luas secara
otomatis memiliki status sosial yang lebih tinggi di banding dengan yang
memiliki luas lahan yang kurang luas.
Luas lahan usahatani petani responden di Desa Sapobonto Kecamatan
Bulukumpa Kabupaten bulukumba dapat di sajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah dan Presentase luas lahan petani responden di Desa Sapobonto
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
No Luas Lahan
(Ha)
Jumlah
(Orang)
Presentase
(%)
1
2
0,50 – 0,75
0,76 – 1,01
17
3
85,0
15,0
Jumlah 20 100,0
Sumber : Data Primer yang telah di olah 2015.
5.2 Sistem Pengolahan Petani Tembakau Tradisional
5.2.1 Sistem Pengolahan Tembakau Tradisional
Sistem pengolahan tembakau tradisional di Desa Sapobonto saat ini masih
sangat tradisional, walaupun sudah ada mesin moderen yang di berikan
pemerintah namun alat tersebut tidak di pergunakan karena hasil dari mesin tidak
sesuai yang diinginkan petani, yaitu mengurangi mutu tembakau. Hal ini di
ungkapkan Oleh ketua kelompok Tani Dusun Pattoengan Bapak Syukri.
Berdasarkan data di lapangan, adapun cara pengolahan tembakau tradisional di
Desa Sapobonto dapat di lihat pada Gambar 2 :
42
Gambar 2. Alur pengolahan tembakau.
1. Panen
a. Umur Panen
Pemanenanan atau pemetikan daun tembakau yang terbaik adalah pada
saat tanaman cukup umur dan daun- daunnya telah matang petik yang dicirikan
dengan warna hijau kekuning – kuningan. Daun - daun yang demikian akan
menghasilkan krosok yang bermutu tinggi dan aromanya tajam.
Krosok tembakau yang bermutu tinggi mempunyai nilai jual yang tinggi.
Namun, pada beberapa hal, misalnya karena permintaan pasar dan letak daun
pada batang, maka pemetikan yang terbaik dapat di lakukan pada tingkat daun
PANEN
SORTASI, PEMERAMAN, PENGGULUNGAN
PERAJANGAN
PENGEMASAN DALAM BAMBU
PEMASARAN
PENGERINGAN
PENGEMASAN DENGAN DAUN PISANG
PENGASAPAN
43
yang hampir masak. Karena bila di petik tepat masak dan masak sekali kualitas
daun setelah pengeringan justru mengalami kemerosotan terutama aromanya.
Tembakau tradisional untuk pemetikan yang baik adalah pada tingkat tepat
masak atau hampir masak, pemetikan pada tingkat ini akan menghasilkan krosok
yang berwarna keabu – abuan dan elastis, ( mudah digulung ) Pemetikan daun
muda atau daun tua akan menghasilkan krosok yang rapuh (tidak elastis) sulit di
gulung, dan warna yang tidak menarik.
Tembakau yang di petik lewat umur daunnya sudah terlalu tua yang
dicirikan dengan warna kuning tua yang menghasilkan krosok yang bermutu
rendah.
b. Cara panen
Cara memanen daun tembakau di lakukan dengan menebang batang
pertama beserta daun – daunnya tepat pada pangkal batangnya atau hanya
memetik daun – daunnya saja tampa menebang batangnya. Penggunaan kedua
cara tersebut tergantung pada:
1. Jenis atau varietas
Berdasarkan data di lapangan varietas tembakau yang ada yaitu :
a. Tembakau Reli
Tembakau reli merupakan tembakau yang berdaun agak kecil panjang dan
pohonnya agak tinggi sekitar 1meter, dan mutunya menurut responden sangat
bagus.
44
b. Tembakau Nippong
Tembakau Nippong merupakan tebakau yang berdaun lebar dengan
ukuran tingga 75 cm dan memiliki daun yang banyak hanya saja mutunya agak
kurang.
2. Keseragaman
Pemasakan daun, karena ada beberapa jenis tembakau yang memiliki
waktu masak yang bersamaan dan beberapa varietas tembakau tidak memiliki
waktu yang bersamaan pada proses pemasakan daun.
3. Perlakuan Budidaya
Pemanenan daun di lakukan dengan cara pemetikan, pemetikan daun di
lakukan perlembar berdasarkan tingkat kemasakan dan letaknnya pada batang,
pemetikan di lakukan pada daun – daun yang masak lebih dahulu, sedangkan yang
belum masak di simpan dulu untuk di petik pada waktu berikutnya setelah
mencapai tingkat kemasakan tepat masak. Pemetikan daun yang di lakukan
dengan tangan, selanjutnya pemetikan dapat di lakukan selang 3-5 hari. Biasanya
sekali petik hanya 2-4 helai daun tiap tanaman.
Permasalahan yang kadang terjadi yaitu bila pemanenan di lakukan dengan
menebang batangnya tepat pada pangkal, terkadang ada daun tembakau yang
belum tepat masak, daun tersebut bisa kotor / tergores saat diangkut ke tempat
penampungan tembakau
c. Saat panen
Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting di perhatikan dalam
mendapatkan kualitas panen yang tinggi, adapun yang harus di perhatikan :
45
kematangan daun, keseragaman daun dalam proses penanaman, dan penanganan
daun hasil panen.
Sebagian besar dari varietas tembakau di panen berdasarkan tingkat
kematangan daunnya di lakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan
pemetikan duan sampai tiga daun pada setiap tanaman dengan interval satu
minggu hingga daun tanaman habis.
Secara umum saat yang baik untuk memetik daun tembakau adalah pagi
atau sore hari dalam keadaan cucaca cerah.
d. Hal –hal yang harus di perhatikan pada saat panen
1. Pemanenan daun tembakau harus cukup umur, tidak terlalu muda dan
tidak terlalu tua.
2. Semua daun tembakau harus di perhatikan baik daun bagian bawah
maupun bagian atas.
3. Harus teliti dalam mengangkut daun tembakau, agar tidak terjadi
kerusakan.
4. Harus memperhatikan varietas yang di tanam dan waktu pemanenan yang
tepat.
2. Pascapanen
Pascapanen Tembakau di Desa Sapobonto berdasarkan data di lapamgan
melalui respoden petani di kerjakan apabila selesai panen, hal ini masih di
kerjakan secara tradisional, adapun langkah – langkahnya sebagai berikut :
46
1. Sortasi, Pemeraman,Penggulungan
Setelah sampai di tempat penyimpanan daun tembakau, kemudian di
lakukan pemeraman, dengan cara daun – daun tembakau di susun pada posisi
pangkal ibu tulang daun di bagian bawah. Pada saat penyusunan daun tersebut
sekaligus di lakukan sortasi, yaitu daun – daun yang terlalu mudah atau terlalu tua
yang ikut di panen di pisahkan.
Penyusunan daun di lakukan satu lapis agar daun tembakau tidak rusak,
baik karena tertindih maupun oleh panas yang timbul akibat proses pemeraman itu
sendiri terutama bila tumpukannya terlalu banyak, apabila di lakukan bersusun
maka tiap susunan di lakukan pada semacam rak sehingga tidak saling menindih.
Lantai tempat pemeraman umumnya di beri alas akar atau anyaman bambu pada
kondisi kering,untuk menjaga agar daun tembakau tidak banyak kehilangan air
selama proses pemeraman berlangsung selama 2 hari 2 malam. Pada bagian atas
setiap susunan daun tembakau di beri penutup daun pisang, sedangkan pada saat
basah daun tembakau di atur tidak terlalu rapat dan sebaiknya di susun di atas
anyaman bambu sehingga terjadi aerasi untuk pengurangan kandungan air, agar
daun tembakau tidak busuk.
Setelah pemeraman pertama kemudian di lakukan sortasi dan
penghilangan ibu tulang daun tembakau yang terlalu masak atau masi berwarna
hijau (mudah) di pisahkan. Sedangkan daun – daun yang terpilih dan di hilangkan
ibu tulang daunnya, tujuan dari penghilangan ibu tulang agar hasil rajangan
tembakau tidak hancur dan menghasilkan tekstur yang baik. Kemudian di gulung
dengan posisi daun yang berwarna lebih masak diluar dan daun yang lebih mudah
47
di dalam, selanjutnya di peram lagi selama semalam agar daun – daun yang lebih
mudah beruah menjadi lebih masak hingga siap untuk di rajang, tiap gulungan
terdiri dari 15-20 lembar.
2. Perajangan
Perajangan merupakan proses pemotongan daun tembakau yang
mempunyai tujuan mengembangkan potensi mutu kimia di dalam daun dan
sekaligus akan mempercepat selesainya pengeringan.
Pekerjaan merajang daun tembakau di lakukan dengan menempatkan
gulungan daun tembakau pada alat perajang yang terbuat dari kayu kemudian
mengiris gulungan – gulungan daun tebakau dengan ukuran rajangan berkisar
0,5 – 1,0 mm.
Menghindari terlalu banyak daun tembakau rajangan yang memar, maka
pisau yang di gunakan harus benar – benar tajam ( pisau khusus ) karena itu pada
alat perajang di lengkapi dengan batu pengasah yang setiap saat dapat di gunakan.
Perajangan sebaiknya di lakukan pada saat menjelang matahari terbit, sehingga
setelah di Rajang tembakau segera di keringkan. Jika terlalu lama waktu
perajangan dengan pengeringan maka dapat menurunkan mutunya karena warna
tembakau menjadi kusam.
3. Pengeringan
Pengeringan di lakukan pada widing yang terbuat dari anyaman bambu
dengan ukuran 1m × 2,5m, tembakau yang telah di rajang di campur dengan hati –
hati agar homogen. Kemudian di atur lurus di atas anyaman bambu dengan
ketebalan 1-2 cm searah panjang widing, tembakau dalam widing di usahakan
48
selalu tegak lurus dengan datangnya cahaya matahari dan tidak menyentuh tanah
untuk mempercepat pengeringan di lakukan pembalikan sekali dalam sehari
sekitar pukul 11.00 pengeringan ini berlangsung selama 4 hari 4 malam dengan
tingkat kekeringan 100 % agar menghasilkan mutu yang berkualitas dan tidak
mudah rusak.
4. Pengemasan dengan Bambu
Setelah tembakau menjadi cukup lemas kemudian di gulung dengan hati –
hati dengan di kemas dalam tikar daun siwolan / lontara. Selanjutnya rajangan
tembakau yang suda di kemas dalam tikar di simpan terlebih dahulu selama
semalam sampai tembakau rajangan benar – benar lemas kemudian di kemas
dalam bambu dengan cara, rajangan tembakau di masukan ke alat penggulungan
(panggapaneng ) kemudian digulung lalu di masukan kedalam bambu kemudian
di tumbuk kedalam agar merapat degan ukuran ketebalan 1,5 cm dan diameter
tergantung dari bambu yang di gunakan, panjang bambu 75 cm, dalam satu bambu
berisi 46-47 gulungan tembakau, kemasan bambu yang di gunakan karena itu
lebih muda di temukan dan memberi bentuk yang menarik, juga memudahkan
untuk pengopena, dan menghidari jamur yang tumbuh.
5. Pengasapan
Tembakau yang suda di kemas dalam bambu di asapi di atas bara api,
tembakau dalam open harus sering di balik agar kematangannya merata,
pengopenan di lakukan selama 4 hari jika api terus menerus menyalah dan 8 hari
jika apinya tidak menyala terus menerus.
49
6. Pengemasan dengan daun pisang
Tembakau yang siapa untuk di jual di eceran biasanya di keluarkan dari
bambu kemudian di kemas dengan menggunakan daun pisang tujuannya agar
tembakau tidak kering atau basah pada saat di jual. Ukuran tembakau dalam
kemasan tidak di tentukan jumlah gulungannya karena tergantung dari lebar daun
pisang yang di gunakan karena pada saat di jual itu di buka kembali dan di jual
pergulungan kecil.
7. Pemasaran
Tembakau yang sudah di kemas dalam bambu maupun dalam kemasan
daun pisang biasanya di pasarkan di pasar yang terletak di pedesaan dan biasanya
juga ada pedagang yang dari luar Kabupaten, yaitu dari Kabupaten Bulukumba
sendiri Sinjai, Bantaeng, dan Malakaji Kabupaten Gowa, yang mendatangi
langsung petani untuk membeli tembakau yang di kemas dalam bambu.
3. Standar Mutu
Mutu tembakau sangat beragam dan penilaiannya yang bersifat manual
dan visual sangat sangat tergantung pada kebutuhan pabrik rokok.walaupun
demikian secara umum standar mutu tembakau meliputi warna, bodi, aroma,
tingkat kekeringan,kebersihan, kemurnian, ketuaan daun, posisi daun dan lebar
rajangan,(Anonim 2012 ).
Mutu tembakau yang terdapat di lokasi penelitian yaitu bervariasi sampai
ke tingkat 3. Tingkat pertama merupakan mutu yang paling bagus baik aromanya,
bodi,dan tampilan warnanya dengan harga perkemasan bambu Rp.180.000. ke
atas Tingkat kedua mutu agak sedikit berkuran terlihat di tampilan warna dan
50
aroma,dengan harga perkemasan bambu Rp. 100.00 ke atas. Sedangkan tingkat
ketiga merupakan tingkat yang paling rendah dengan harga yang bervariasi mulai
dari harga Rp. 50.000 – Rp 100.000 perkemasan bambu, karena bagian ini hasil
daun yang paling bawah dan istilah di lapangan di sebut matuna (dalam bahasa
setempat).
Tingkat pertama kualitasnya sudah bisa masuk di pasar moderen karna
sudah memenuhi kriteria yang di inginkan di pasar moderen, hanya saja belum
bisa di pasarkan ke pasar moderen karna jumlahnya masi sangat kurang.
4. Kondisi Pemasaran Tembakau Tradisional
Berdasarkan penelitian di lapangan masalah yang di hadapi petani dalam
pasar moderen yakni masalah pemasaran dimana petani dalam hal ini belum
menguasai akses pemasaran, juga belum adanya kerjasama petani tembakau
tradisional kepada pihak perusahaan yang terkenal. Jadi untuk saat ini semua
responden petani memasarkan hasil produksi tembakau tradisional di pasar
tradisional yang terletak di pedesaan, di sebabkan oleh produksi tembakau yang di
hasilkan oleh petani dengan penguasaan lahan yang relatif kecil.
Sampai saat ini pengembangan jaringan pemasaran hasil produksi
tembakau masih terkendala oleh banyak masalah di antaranya keterbatasan petani
dalam penggunaan tehnologi, komunikasi dan informasi,akses permodalan sarana
dan prasarana, serta pemasaran yang belum mendukung, rencana produksi yang
kurang jelas.
Masalah penggunaan tehnologi di Desa Sapobonto, petani belum
memiliki mesin sendiri, dan petani belum bisa menggunakan mesin moderen.
51
Problem informasi, kurangnya informasi dari penyuluh ke petani tentang
pemasaran tembakau begitu pulah ke petani pihak lain, kurangnya komunikasi
yang terjalin antara petani dan penyuluh.
Pemasaran tembakau tradisional hanya melalui pedagan eceran, belum
bisa sampai ke pedagan besar, di akibatkan karena belum ada pedagan besar yang
menawarkan kerja sama dengan pihak petani.
Rencana produksi tembakau tradisional biasanya tidak sesuai antara yang
di harapkan petani misalnya, petani menunggu hasil yang melimpah sesuai yang
mereka budidayakan tetapi hasilnya tidak sesuai malah sangat menurun.
5. Masalah Pengolahan Tembakau
Masalah pengolahan tembakau yang terdapat di Desa Sapoboto yaitu :
1. Tehnologi, alat yang di gunakan pada saat ini masi sangat tradisional sekali.
2. Mutu tembakau masih sangat kurang sehingga belum bisa masuk ke pasar
moderen dan bekerjasama dengan perusahaan terkenal.
3. Kemasan, penggunaan kemasan tembakau masih terbuat dari bambu dan
daun pisang sehingga banyak orang belum tertarik untuk membelinya.
4. Modal, semua responden petani dalam pengolahan tembakau menggunakan
modal sendiri yang sangat terbatas, padahal dalam pengolahan tembakau ini
sangat memerlukan modal yang besar untuk memperoleh hasil yang baik
5. Pemasaran, saat ini petani belum menguasai akses pemasaran sehingga
pedagang yang masuk seenaknya saja menentukan harga tanpa
memperhatikan seberapa besar modal yang telah di keluarkan.
52
5.2.2 Sistem Penyuluhan Tembakau Dalam Menghadapi Pasar Moderen
Sistem penyuluhan yang di lakukan di Desa Sapobonto Kecamatan
Bulukumpa Kabupaten Bulukumba berdasarkan penelitian dari respoden di
lapangan, penyuluh memberikan arahan dan motivasi adapun sistem yang di
tempuh penyuluh dalam menyampaikan.
a. Metode Penyuluhan Petani Tembakau
1 Kunjungan
Kunjungan yang di lakukan penyuluh yaitu mendatangi langsung petani
dan kelompok tani membicrakan problem yang sebenarnya di alami petani
tembakau, dan penyuluh juga ikut serta membantu petani mengatasi problem
dengan memberikan gambaran dan motivasi kepada petani. Kunjungan yang di
lakukan penyuluh di Desa Sapobonto ini tidak secara rutin hanya sekali dalam
musim tanam (4 – 5 bulan) sehingga petani kurang terampil dalam pengolahan
tembakau menghadapi pasar moderen. Penyuluh juga tidak intensif mendatangi
petani penyuluh seharusnya dating minimal sekali dalam sebulan.
Penyuluh yang melakukan kunjungan ke petani mengadakan pertemuan di
sekola tani tembakau dan penyuluh juga terjun langsung kelapangan, penyuluh
yang melakukan kunjungan di sekolah tani tembakau memberikan materi serta
arahan kepada respoden petani di Desa Sapobonto mengenai cara pengolahan
tembakau. Sedangkan penyuluh yang terjun ke lahan pertanian tembakau mereka
memberikan contoh kepada responden tentang pengolahan tembakau.
53
2 Studi banding
Dari data di lapangan, studi banding yang pernah di laksanakan kelompok
tani tembakau, yaitu penyuluh mengajak seluruh ketua kelompok tani tembakau
untuk mengikuti stadi banding di Soppeng pada tanggal 11-13 Mei 2015 guna
untuk melihat usaha tani tembakau yang lebih maju dan moderen alasan penyuluh
mengajak petani yaitu untuk melihat secara langsung sistem pengolahan tembakau
secara moderen agar petani dapat menjadikan acuan untuk memajukan usaha
pertanian tembakau di Desa Sapobonto.
Hal – hal yang di dapat responden petani saat mengikuti studi banding di
Soppeng mereka memiliki pengalaman serta menambah wawasannya tentang
pengolahan usaha tani tembakau yang sudah moderen di mulai dari sistem
pengolahannya sampai ke pemasaranya bahkan sampai ke konsumennya.
Responden juga mengatakan bahwa usaha tani tembakau di sana maju
karena lahan yang di gunakan cukup luas dan sistem kelompok tani juga efektif
bahkan sudah kerja sama dengan perusahaan Rokok.
b. Penggunaan Media Penyuluhan
Kemanpuan agen penyuluhan untuk mempengaruhi petani mengalami
peningkatan, sebagian di sebabkan oleh pembangunan di bidang tehnologi
komonikasi dan informasi, dan sebagian lagi penggunaan ilmu-ilmu social dalam
penyuluhan, (Van Den Ban, 1999).
Berdasarkan penelitian yang di dapat di lapangan penggunaan media
penyuluhan yang di gunakan yaitu media komonikasi, petani lebih mudah
memahami informasi penyuluh melalui media komonikasi langsung, karena ketika
54
mendapatkan informasi petani ingin mengetahui lebih dalam tentang informasi
tersebut.
c. Adopsi Tehnologi Petani Tembakau
Perbedaan tingkat adopsi tehnologi umunya di pengaruhi oleh karakteristik
inovasi antara lain dalam aspek :
1. Tingkat kemudahan dalam mencoba aspek yang di tawarkan
Kemudahan dalam mencoba aspek yang di tawarkan adalah seberapa besar
kemungkinan sinergi tehnologi informasi dalam iplementasi, kemudahan di coba
ada hubungannya dengan kemudahan memilah sebagai contoh pada petani, bahwa
petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah di coba dalam skala kecil di
lahannya sendiri dan terbukti lebih baik daripada mengadopsi dalam skala besar.
2. Tingkat keuntungan dari biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang akan di
peroleh
Keuntungan relatif di lihat dari kemungkinan inovasi membuat petani mencapai
tujuannya dengan lebih baik atau biaya yang lebih renda daripada yang telah di
keluarkan sebelumnya. Keuntungan relatif dapat di pengaruhi oleh pemberian
insentif pada petani, misalnya menyedikan benih dengan harga subsidi, dan
tehnologi yang siap untuk di gunakan.
3. Tingkat kemudahan dari pemahaman dan penerapan inovasi
Inovasi sering gagal karena tidak di terapkan secara benar, beberapa di antaranya
memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Sebagai contoh adakalanya
lebih penting memperkenalkan sekumpulan paket inovasi yang relatif sederhana
tetapi saling berkaitan, walaupun kaitan – kaitan tersebut sulit di pahami.
55
d. Inovasi Tehnologi Penyuluhan
Inovasi pertanian adalah segala sesuatu yang di hasilkan melalui kegiatan
penelitian dan pengkajian pertanian untuk membantu perkebangan pertanian
secara umum. Secara umum, inovasi pertanian dapat berupa produk (varietas
benih), pengetahuan (knawledge), maupun alat mesin pertanian.
Berdasarkan penelitian inovasi tehnologi penyuluhan yang di lakukan
penyuluh yakni pemberian benih dan tehnologi, namun yang tidak di terimah
petani yakni masalah tehnologi karena mereka tidak tertarik dengan alat tersebut,
petani masih tetap memnggunakan alat tradisi yang di wariskan, mereka
menganggap bahwa alat tradisi itu lebih baik hasilnya di bandingkan dengan
tehnologi mesin yang di bagikan penyuluh.
5.2.3 Sistem Pemasaran Hasil Produksi Tembakau Ke Pasar Moderen
Dari data di lapangan menunjukan bahwa hasil produksi tembakau belum
bisa di pasarkan di pasar moderen, hal tersebut terjadi produksi tembakau
menurun tiap tahunnya. Hasil produksi ini juga belum bisa masuk ke pasar
moderen karena belum memenuhi syarat, belum adanya hubungan kerja sama ini
di ungkapkan oleh Respoden yang bernama pak Aldi yang berprofesi sebagai
petani juga pedagang.
Tembakau tradisional ini hanya bisa di pasarkan di pasar tradisional karna
tidak bisa masuk di pasar moderen, pemasaran tembakau ini walaupun tidak bisa
di pasarkan di pasar moderen namun pemasarannya di pasar tradisional itu sudah
meluas bahkan sudah ke daerah lain. Yaitu Bulukumba sendiri, Sinjai, Bantaeng,
56
Malakaji Kabupaten Gowa, walaupun belum mencakup unsur pemasaran,daerah
lain masih memili membeli karena harganya murah namun mutunya bagus.
Dari penelitian sebelumnya di Kabupaten Pati dengan produk tembakau
pati pemasarannya sudah terbilang moderen karena sudah menggunakan empat
unsur, iklan, promosi penjualan, personal selling, dan publisitas. Personal salling
menjadi metode komonikasi pemasaran paling efektif dan banyak di lakukan oleh
pelaku usaha industri rokok di pati. Industi rokok di pati umumnya mengandalkan
komonikasi pemasaran melalui personal selling (sales) di area pasar. komunikasi
pemasaran iklan, promosi penjualan, dan publisitas masih jarang di gunakan oleh
industri rokok di Kabupaten Pati.
Perbandingan pemasaran antara di Kabupaten Pati dan Kabupaten
Bulukumba sangat terlihat jelas, di Kabupaten Pati periklananya sudah ada dan
juga sudah bekerja sama dengan pihak perusahaan sedangkan di Kabupaten
Bulukumba belum ada periklanannya dan juga belum kerja sama dengan pihak
perusahaan.
5.2.4 Keterkaitan Antara Penyuluh dan Pembangunan Pertnian
Pembangunan pertanian adalah suatu upaya yang merubah proses
peningkatan produksi pertanian, perilaku petani, corak masing-masing usaha tani,
atau mengubah perbandingan antara biaya dan nilai hasil bagi tiap perusahaan
pertanian. Secara lebih konprensif, pembangunan pertanian di artikan sebagai
suatu proses peningkatan produktivitassistem pertanian yang di lakukan oleh
berbagai pihak, seperti pemerintah dan pemangku kepentingan, dengan cara
57
memanfaatkan beragam sumber daya alam, ilmu pengetahuan dan tehnolog,
modal, sumber daya manusia dan kelembagaan yang di tujukan untuk
meningkatkan kesejahteraankeluarga dan masyarakat pertanian,(Anonim, 2011).
Penyuluh berperan untuk membantu masyarakaat desa dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang belum terlaksana,untuk meningkatkan
produktivitas, penyuluh juga menyebarkan hasil-hasil penelitian. Penyuluh
berperan untuk memberikan akses kepada petani imput produksi dan selalu
merespon terhadap perubahan yang terjadi di sekitar.perumusan lain dari tujuan
penyuluh pertanianadalah untuk membantu petani agar dapat meningkatkan
keterampilannya dalam mengambil keputusan tentang produksi, pemasaran, dan
investasi dalam usaha taninya.
Petani membutuhkan suatu dorongan semangat, mereka membutuhkan
rekan yang akan menyemangati dan mendampingi mereka dalam mengelolah
usahataninya.
58
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba menunjukan bahwa Sistem Penyuluhan Petani Tembakau
dalam Meningkatkan Kapasitas Menghadapi Pasar Moderen di Desa Sapobonto
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba menunjukan bahwa untuk sistem
penyuluhan bagi petani masih sangat minim untuk meningkatkan kapasitas
produksi dan mutu tembakau, dan permodalan yang digunakan sangat terbatas
karena belum ada koperasi peminjaman dana, alat yang di gunakan masih
tradisional yang di wariskan secara turun temurun, Selain itu belum efektifnya
kelompok tani dalam mengelolah tembakau, sistem penyuluhan tembakau yang
dilakukan penyuluh yaitu, metode penyuluhan, penggunaan media penyuluhan,
adopsi tehnologi petani tembakau, inovasi tehnologi penyuluhan. Keterkaitan
antara penyuluh sangat erat namun pada hakikatnya penyuluh masih kurang
perhatiannya kepetani tembakau dalam membantu mengatasi masalah yang
mereka hadapi.
6.2 SARAN
Sebaiknya penyuluh memberi lebih intensif dan memberi penyuluhan
sarana untuk meningkatkan kapasitas tembakau menghadapi pasar moderen dan
berperan aktif dalam membantu petani meningkatkan pengetahuan dan
memberikan solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi baik yang sekarang
59
maupun yang akan datang. Dalam hal di beri rantai pemasaran dan perdagangan
sarana dan prasarana untuk bisa masuk ke pasar moderen, hal ini petani merasa
terbantu dalam menghadapi beban, supaya komoditi ini mampu bertahan untuk di
kembangkan dalam membantu nilai ekonomi masyarakat Desa Sapobonto.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. eksistensi pasar tradisional dengan moderen.html di akses 18 April
2015
Anonim, 2008 Eksistensi Pasar Tradisional Ditengah Pesona PasarModern(online).. http:// di akses18 April 2015.
Anonim, 2011. Pengertian sistem penyuluhan.furgoninspired.blogspot.com. di akses
27 juli 2015.
Anonim, 2012. Proposal Penelitian Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Pendapatan Petani Tembakau di Kecamata Lareh Sago.
Halaban(on-line).. http:// D4 PPGT blog .html di akses 11 Maret 2015.
Anonim, 2015.Defenisi atau pengertian defenisi pasar tradisional dan ciri – ciri.
www.pengertianku net umum. Di akses 24 juli 2015.
Abdullah, Achmad. 1991. Cara Panen dan Pengolahan Daun Tembakau. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Badan Litbang Pertanian.
Abdullah Ahmad, dan Soedarmanto,1982,Budidaya tembakau. Jakarta : CV
Yasaguna.
Adrianto, 2013. Tembakau dalam kuasa kapitalisme. Yokyakarta
Basuki Sesanti; Suwarso, Sri Yulaikah dan Fathkur Rochman. 2005. Status Plasma
Nuftah Tanaman Tembakau, dalam Buku Pedoman PengelolaanPlasma
Nuftah Perkebunan. Pulitbang Perkebunan, Badan Litbang Pertanian.dan
Roni A. rusli Jakarta
Ben, 1999. Pengertian penyuluhan pertanian. http://www.deptan penyuluh.htm. di
akses 18 April 2015.
Departemen. Pertanian 2002. penyuluhan pertanian. http://www.deptan
penyuluh.htm. di akses 18 April 2015.
Departemen. Pertanian 2009. Penyuluhan pertanian. http:/www.deptan penyuluh.htm
.di akses 18 April 2015.
Departemen Pertanian Sulawesi Selatan, potensi provensi,Pertanian, 2013.
Dahl dan Hammond,2004.Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan,Pengendali
an Dan Implementasi,Edisi Ke Sembilan. Terjemahan Oleh Hendra Dan
Teguh.
Fauziyah, E. 2010. Analisis efisiensi teknis usahatani tembakau. Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo.
Firdaus Muhammad,2012. Manajemen agribisnis edisi I cetakan ke empat Jakarta :
Bumi Aksara.
Heriyanto, A. 2000. Analisis pendapatan usahatani dan efisiensi produksi tembakau
Madura program intensifikasi tembakau rakyat.Bogor.
Hermanto,F 2003. ilmu usaha tani.jakarta: penerbit swadaya Indonesia agency for
agricultural research and development, Jakarta
Hanafi dan Suefanddin, 2010, Pengantar Ekonomi Pertanian.edisi I Yokyakarta.
Herawati Wahyu Dewi. 2013, Tehnik Budidaya Tembakau Varietas Virgina. Edisi I
Jogjakarta.
Hudojo, 1990. Pengertian masalah menurut para ahli.http : www.arti.com. htm. di
akses 18 April 2015.
Juliana 2006.ilmu usahatani adalah merupakan cabang ilmu pertanian. Penerbit
Universitas Indonesia.
Mardikanto,2003.Penyuluhan Pembangunan Pertanian.UNS Press. Surakarta.
Mursid, 2010. Pengertian pemasaran. http://www htm. di akses 18 April 2015.
Mubyarto, 1995. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta : LP3S.
Rodjak, 2006. Pembangunan pertanian.jakarta : Bumi aksara
Soehartono,N.P.2005 redefenisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Pusat
pembangunan agrobisnis dan perhutanan sosial. Surakarta.
Qadir Gassing, Wahyuddin Halim, 2009.pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah.Penerbit Alauddin Press Makassar.
Lampiran 1 :Questioner Sistem Penyuluhan Petani Tembakau dalam
Meningkatkan Kapasitas Menghadapi Pasar Moderen Di Desa
Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba
QUESTIONER PENELITIAN
Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Umur Responden : Thn
3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden :
4. Jumlah Tanggungan Keluarga : Orang
5. Pengalaman Berusahatani Responden : Thn
6. Luas Lahan : Ha
7. Pekerjaan Pokok Responden :
8. Pekerjaan Saampingan
Indeks Permasalahan
1. Bagaimana sistem pengolahan tembakau tradisional, apakah dalam
pengolahannya sudah menggunakan alat modern atau belum?
Alasan : ……………………………………………………………………
…...…………………………...…………………………………
Jelaskan :……………………………………………………………………
…..…………………………………………………………………
2. Panen dan pasca panen
a. Pada saat umur berapa tanaman Tembakau di panen?
b. Bagai mana cara pemanenan tembakau?
c. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemanenan tembakau ?
d. Apa yang perlu di perhatikan dalam pemanenan tembakau?
e. Apa yang harus di lakukan dalam pengolahan pasca panen tembakau?
3. Apaka produksi hasil tembakau tradisional langsung di jual atau di simpan
dulu.?
Alasan :…………………………………………………………………
………………………………...………………………………
Jelaskan : ………………………………………………………………
………………………………………………………………..
4. Apakah hasil produksi tembakau di jual langsung ke pedagan besar ?
Alasan :…………………………………………………………………
……………………...……………..…………………………
Jelaskan : ………………………………………………………………
………………………………………………………………..
5. Bagai mana sistem penyuluhan dalam pemasaran hasil produksi tembakau
tradisional ke pasar moderen ?
Alasan :.........................................................................................................
.................................................................................................
Jelaskan : .......................................................................................................
......................................................................................................
6. Apakah dalam pemasaran tembakau tradisional ke pasar modern
mengalami problem ( masalah)?
Alasan :……………………………………………………………………
…………………..………………...………………………………
Jelaskan : …………………………………………………………………
……………………………………………………………………
7. Bagaimanakah kaitannya sistem penyuluhan tembakau tradisional dengan
pemasaran ?
Alasan : ……………………………………………………………...…
………………………………………………………………
Jelaskan : ………………………………………………………………
…………………………………………………………………
8. Bagaimana keterlibatan penyuluh dalam mengatasi problem pemasaran
tembakau ?
Alasan :……………………………………………………………...…
…………………………………………………………………
Jelaskan : ………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Lampiran 2. Identitas Responden
No Nama Responden
Tinkat Pendidi
kan
Umur (Tahun)
Pengalaman Usaha Tani
Luas Lahan
(ha)
Tanggungan keluarga
(Orang)
1 Adil SD 34 15 0,65 1
2 Aldi SD 31 14 0,55 4
3 Sabar SMP 32 11 0,50 2
4 Askar SMP 32 13 0,50 3
5 P.lide - 55 15 0,65 1
6 P. syukri SMA 43 19 0,50 3
7 P. saenal SMA 41 19 0,55 3
8 P. jamile - 57 24 0,70 2
9 Lukman SMA 29 13 0,50 2
10 P. tampa - 54 25 0,75 1
11 Ahmad SMP 29 12 0,50 2
12 P. baddong - 54 25 0,50 2
13 P. syamsudding - 53 23 0,95 6
14 Hj. Amiruddin SMA 58 35 0,77 1
15 Anwar SMA 38 18 0,55 5
16 P. becce - 59 35 0,50 1
17 P. sanupe SD 35 12 0,70 5
18 Sulaeman SD 29 13 0,55 2
19 M. ali SMP 35 17 0,55 2
20 P. mahamuddin - 58 28 0,65 4
Lampiran 3. Foto Dokumentasi penelitian
Gambar 1. Wawancara dengan ketua kelompok tani Tembakau Bapak Syukri.
Gambar 2. Wawancara dengan responden bapak Aldi (petani dan pedagang) dan bapak
Sulaeman (petani).
Gambar 3 tanaman tembakau
(a). tembakau usia 2 bulan (b). tembakau usia 3 bulan
Gambar 4 pemanenan daun tembakau
(a).pemanenan daun bawah (b). pemanenan daun bagian tengah ke atas
Gambar 5. sortasi, pemeraman,penggulungan
(a). sortasi dan penggulungan (b). pemeraman
Gambar. 6. perajamaman daun gulungan tembakau.
(a). perajangan berdiri (b). alat perajangan dudu
Gambar. 7. pengeringan rajangan tembakau dalam weding.
(
a). pengeringan (b). alat pengeringan (weding)
Gambar. 8. Cara Pengemasan rajangan tembakau dalam bambu.
(a). rajangan tembakau yang telah di jemur (b). penggulungan rajangan tembakau
Gambar. 9. cara pengemasan rajangan tembakau ke dalam bambu.
(a).gulungan tembakau yang dimasukan dalam (b). penumbukan tembakau dalam kemasan
Bambu
Gambar . 12. alat pengemasan rajangan tembakau.
Gambar 13 alat perajaman daun tembakau
(a). perajaman tembakau yang mesin. (b). perajaman tembakau yang tradisional.
Gambar.14.cara Pengemasan tembakau dalam daun pisang
(a).gulungan tembakau yang mau di kemas (b). pengemasan tembakau kedalam daun
dalam daun pisang pisang
Gambar 16. Tembakau tradisional dalam bentuk kemasan daun pisang yang siap di
pasarkan
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Bulukumba tanggal 14 April 1993 dari
ayah Asri dan ibu Murni. Penulis merupakan anak ke dua
dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang di lalui penulis adalalah SD Negeri
No 223 Kampung Baru Sinjai Borong, SMP negeri 1 Sinjai Borong dan lulus
pada tahun 2008, kemudian MAN Tanete Bulukumba dan lulus pada tahun
2011. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kuliah kerja
propesi (KKP) di Pangkep dan magan, pada tahun 2015.
Selain itu penulis juga pernah aktif menjadi pengurus Himpunan agribisnis
priode 2014/2015. tugas akhir dalam pendidikan tinggi di selesaikan menulis
skripsi yang berjudul “Sistem Penyuluhan Petani Tembakau Dalam
Meningkatkan Kapasitas Menghadapi Pasar Moderen di Desa Sapobonto
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.