Makalah Budidaya Tanaman Tembakau
Transcript of Makalah Budidaya Tanaman Tembakau
BUDIDAYA, USAHA TANI, DAN PEMASARAN TANAMAN TEMBAKAU
(Makalah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman)
Oleh
KELOMPOK 18
Ade Fitriyani (1314131002)Elyus Setiawan (1314131036)
Magrita P.B. Sada (1314131118)
JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman tembakau (Nicotinae tabacum L) termasuk genus
Nicotinae serta familia Solanaceae. Pada mulanya tanaman
tembakau hanya digunakan oleh masyarakat India hanya
dalam upacara-upacara keagamaan mereka. Namun lambat
laun ketika budaya barat mulai mengenal tembakau,
tanaman ini menjadi salah satu
komoditas penting dalam perdagangan dunia.
Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditi yang
strategis dari jenis tanaman semusim perkebunan. Peran
tembakau bagi masyarakat cukup besar, hal ini karena
aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah
penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.
Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun
tembakau. Tembakau merupakan produk bernilai tinggi,
sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia
berperan dalam
perekonomian nasional.
Tambakau di Indonesia ada beberapa jenis, yang masing-
masing memiliki sifat spesifik. Harga jual tembakau
sangat tergantung pada kualitas tembakau dan
permintaan. Hal-hal yang mempengaruhi mutu tembakau,
baik secara langsung maupun tidak, atau disebut dengan
faktor teknis dan non-teknis. Beberapa faktor tersebut
dapat saling berkaitan ataupun berdiri sendiri dalam
menuentukan mutu tembakau. sehingga pemahaman mengenai
keterkaitan unsur-unsur tersebut perlu dimiliki,
terutama bagi pihak-pihak yang nantinya berkecimpung
di bidang
pengelolaan hasil pertanian.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
(1) Mengetahui dan menjelaskan cara teknis budidaya
tanaman tembakau
(2) Mengetahui usaha tani pada tanaman tembakau
(3) Mengetahui pemasaran tanaman tembakau
II. TEKNIS BUDIDAYA
2.1 Syarat Tumbuh
Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim
yang kering ataupun iklim yang sangat basah. Angin
kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau
dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga
berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah
yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen
di dalam tanah. Untuk tanaman tembakau dataran rendah,
curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun sedangkan untuk
tembakau dataran tinggi,
curah hujan ratarata 1.500 s.d. 3.500 mm/tahun.
Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga
produktivitasnya rendah. Oleh karena itu, lokasi untuk
tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka
dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara
yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
tembakau berkisar antara 21 s.d. 32,3 OC.
Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah
ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya.
Ketinggian tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan
tanaman tembakau adalah 0 s.d. 900 mdpl. Keasaman tanah
yang baik untuk tanaman ini adalah pH antara 5 s.d. 6.
Tanaman tembakau akan
tumbuh subur pada tanah gembur, remah, mudah mengikat
air, serta memiliki tata
air dan udara yang baik.
2.2 Persiapan Lahan
Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk menggemburkan
tanah, menekan gulma, hama, dan penyakit. Pengolahan
lahan dimulai dengan cara pembabatan jerami di sawah
atau pemabatan tunggul-tunggul pohon tegalan.
Pengolahan tanah dapat menggunakan bajak atau cangkul
saat tanah masih mengandung cukup banyak air.
Setelah dibajak, tanah langsung digulud dan siap ditanami.
Pengolahan tanah hendaknya dilaksanakan seawal mungkin,
sesaat sesudah tanaman sebelumnya dipanen, agar tanah
mempunyai waktu cukup untuk penguapan asam-asam tanah.
Persiapan dan pengolahan tanah di kebun perlu
memperhatikan jadwal semai dan umur bibit pindah taman.
Umur bibit pindah taman adalah 35 s.d. 55 hari,
sedangkan lama persiapan tanah yang baik untuk siap
taman adalah dua bulan (60 hari ). Jadi, persiapan dan
pengolahan tanah adalah 25 s.d. 55 hari sebelum semai,
tergantung pada umur bibit yang akan
dipindah taman.
Sebelum tanah diolah dibiarkan kering selama 1 bulan
(diberokan). Brujulan dilakukan seawal mungkin, guna
memperoleh derajat keasaman yang tepat, sebab sawah
yang ditanami padi mempunyai derajat keasaman (pH) 4
s.d. 5, sedangkan untuk tanaman tembakau agar dapat
hidup baik memerlukan pH sekitar 6.
Kenaikan pH dapat diperoleh dengan pengolahan tanah
secara baik dan diangin-
anginkan selama mungkin.
Pengolahan tanah diolah yang pertama dibajak dengan
traktor atau dengan bajak yang ditarik hewan.
Pembajakan tanah dilakukan sedalam 40 cm s.d. 60cm
karena perakaran tanaman tembakau cukup dalam. Dengan
pembajakan itu, bagian tanah yang berada di dalam dapat
terbalik dan terangkat ke permukaan. Pembrujulan yang
baik dilakukan paling sedikit tiga kali dan dilakukan
sedalam mungkin. Semakin sering tanah diolah, semakin
baikpengaruhnya terutama terhadap hasil dan kualitas
serta secara tidak langsung patogen dalam tanah ikut
terbunuh oleh
terik matahari.
Pada brujulan pertama, tanah hasil bajakan dibiarkan
selama satu minggu agar bongkaran-bongkaran tanah dapat
terangin-anginkan dan terkena panas sinar matahari.
Perlakuan ini merupakan tindakan desinfection pada tanah
secara alami karena terjadi proses pemasaman (oksidasi)
zat - zat beracun (asam sulfida) yang berasal dari
dalam tabah. Dengan demikian, tanaman terhindar dari
racun asam sulfida. Selain itu, sumber-sumber penyakit,
seperti jamur Phytopthora nicotiabae
yang dapat menyebabkan penyakit lanas pada tanaman tembakau dapat hilang.
Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan kembali seminggu
kemudian. Pada pengolahan tahap kedua ini, tanah
digemburkan dengan cangkul sehingga bongkahan-bongkahan
tanah hancur dan diperoleh struktur tanah yang remah
(gembur). Kemudian, tanah diratakan dan dibiarkan lagi
selama satu minggu agar
terangin-anginkan dan terkena sinar matahari.
Seminggu setelah pengolahan tanah yang kedua, tanah
diolah lagi dengan dicangkul atau dibajak lagi.
Tujuannya adalah membalik tanah kembali sehingga tanah
berada di dalam permukaan lagi. Pada tahap tanah yang
kedua ini dapat dilakukan pemupukan dasar dan
pengapuran apabila kondisi tanah terlalu asam.
Pemupukan dasar dilakukan dengan pupuk kandang yang
telah terjadi. Pupuk kandang yang belum jadi masih
mengeluarkan energi panas sampai 75o C akibat masih
berlangsungnya penguraian dan pembusukan. Selain itu,
pupuk kandang yang belum jadi umumnya mengandung bibit-
bibit penyakit. Dengan demikian pupuk kandang yang
belum jadi dapat membahayakan mematikan tanaman. Pupuk
kandang yang telah jadi memiliki struktur yang remah,
tidak basah, dan tidak terlalu kering. Pupuk kandang
sangat baik sebagai pupuk dasar karena dapat
memperbaiki struktur tanah (daya ikat tanah menjadi
baik), memperkaya bahan
organik tanah, dan dapat menahan air dalam tanah.
Dosis pupuk kandang adalah sebanyak 25 s.d. 30 ton/ha.
Adapun untuk pengapuran dapat dapat dilakukan dengan
kapur tohor, kapur karbonat, atau kapur tembok. Selain
itu dapat menggunakan kapur karbonat atau dolomit.
Selanjutnya, tanah dibiarkan lagi selama satu minggu
agar terjadi reaksi antara tanah, pupuk
kandang, dan kapur
Seminggu sesudah itu, dilakukan pengolahan tanah secara
ringan sekaligus dibentuk bedeng-bedeng dan parit-
parit. Bedeng berfungsi untuk tempat penanaman bibit
dan parit-parir berfungsi untuk saluran irigasi dan
drainase. Penanaman tembakau biasanya menggunakan baris
tunggal, maka ukuran lebar bedeng tidak perlu terlalu
besar, cukup selebar 40 cm dan tinggi bedengan juga
sekitar 50 cm. Dengan demikian, tanaman tembakau
terhindar dari genangan air
hujan.
Jarak antar bedengan adalah 90 cm s.d. 100cm dan jarak
antar guludan merupakan lebar parit. Jarak antar
bedengan dapat pula dibuat 90 cm s.d. 100cm setiap dua
baris tanaman atau guludan dan jarak dua guludan
tersebut sekitar 50 cm. Dengan demikian, lebar parit
pada dua guludan adalah 50 cm dan lebar parit setiap
dua guludan 90 cm s.d. 100cm. Sekeliling petak-petak
guludan (bedeng) dibuat saluran pembuangan air dengan
lebar 60 cm dan dalam 60 cm. Arah bedengan yang baik
adalah membujur arah timur- barat karena sinar matahari
dapat diterima secara merata oleh seluruh tanaman.
Setelah selesai pembuatan bedeng dan arit-parit, tanah
dibiarkan lagi selama satu minggu agar terangin-angin
dan terkena sinar matahari. Satu minggu kemudian tanah
bedengan digemburkan lagi dengan
dicangkul tipis-tipis. Pada tahap ini tanah telah siap ditanami.
Pengolahan tanah yang intensif dapat menciptakan media
tanam yang baik sehingga pertumbuhan tanaman dan
pembentukan hasil dapat meningkat. Pengolahan tanah
yang intensif dapat meningkatkan peredaran udara
(oksigen) di dalam tanah, meningkatkan tata air,
meningkatkan penguraian zat-zat hara, meningkatkan
aktivitas biologis tanah sehingga mempercepat proses
penguraian bahan organic tanah (humus) menjadi zat yang
bermanfaat bagi tanaman. Di samping itu, pengolahan
tanah dapat menghilangkan zat- zat beracun di dalam
tanah, tanah menjadi bersih dari tanaman lain dan
rumput-rumput yang mengganggu pertumbuhan tanaman
tembakau, kesuburan tanah terpelihara, dan
memudahkan pemeliharaan tanaman di kebun.
2.2.1 Pengolahan Tanah dengan Pembrujulan
Pembrujulan di tanah ringan dibuka tanpa dibasahi
terlebih dahulu. Ditanah yang berat, bila terpaksa
dibasahi, agar pembrujulan dilaksanakan pada kondisi
tercapainya jangka olah, pembrujulan dilakukan sedalam
lapis olah. Pengolahan terbagi menjadi dua tahap yaitu
pembrujulan (pembukaan tanah) dan penggaruan
(penghalusan), pojokan dicangkul. Setiap pasang sapi
dapat menyelesaikan 1/8 Ha per hari kerja. Jadi 1 Ha
memerlukan 8 pasang sapi, sehingga setiap Ha sampai
pengolahan masak tergantung derajat berat tanah
memerlukan 24 s.d. 32
pasang sapi
2.2.2 Pengolahan Tanah dan Penebalan Lapis Olah denganPenggarpuan
Mula-mula dilakukan pembrujulan/pembalikan setebal
lapis olah, dipasang ajir (trocok) sesuai jarak larikan
70 x 100cm (jarak tanaman 100 x 70 x 45 cm ) atau jarak
larikan 60 x 100 cm ( jarak tanaman 100 x 60 x 45 cm ).
Tanah atas/tanah olah dengan jarak 60 cm atau 70 cm
dikesampingkan dibentuk gudulan sementara dan pada
waktunya ditanami sesuai jarak tersebut. Tanah di
bawahnya digerjuk sedalam satu cangkul, jika masih
mungkin lebih dalam pakai garpu. Saat gulud 1, setelah
tanah gerjugan kering, tanah yang dikesampingkan
dikembalikan lagi dan
dibentuk guludan sesungguhnya. Tanah bagian bawah pada
jarak 100 cm digerjuk
dan setelah kering saat gulud ll dibumbunkan sehingga guludan tambah tinggi
2.2.3 Pembersihan Sisa Tanaman
Sebelum dilakukan pembrujulan, sisa tanaman harus
dikumpulkan ketepi dan dibakar. Dilarang membenamkan
sisa-sisa tersebut karena dapat menjadi sarang
hama antara lain ulat tanah disamping menjadi sumber penyakit
2.2.4 Penentuan Jarak Tanam
Setelah bedeng-bedeng siap ditanami, jarak tanam
ditentukan dengan memberikan tanda dan setiap tanda
dilubangi untuk tempat penanaman bibit. Jarak tanam
yang ditentukan untuk budi daya tembakau dapat beragam
menurut jenis/tipe tembakau yang ditaman dan tujuan
dari penanaman. Jarak tanam sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, pembentukan kualitas daun, dan
jumlah produksi
per satuan luas.
Tanaman tembakau yang ditanam dengan jarak tanam rapat
(jumlah populasi 20.000 s.d. 30.000 tanaman / Ha)
menghasilkan daun lebih kecil dari lapis. Apabila
tujuan penanaman menghendaki daun yang tipis dan halus,
maka jarak tanam harus rapat. Misalnya, jenis tembakau
cerutu yang menghendaki daun tipis
dan halus, maka jarak tanamnya adalah 90 cm x 70 cm.
2.3 Benih dan Penanaman
Benih tembakau berukuran sangat kecil sehingga bedangan
harus dibuat secermat mungkin. Lahan dicangkul 2 s.d. 3
kali agar tanah cukup gembur dan cukup terkena sinar
matahari dan angin. Kemudian dibuat bedengan setinggi
20 s.d. 30 cm dan membujur ke utara-selatan. Panjang
bedengan 5 m dan lebar 1 m. Bedengan diberi atap yang
terbuat dari jerami, alang-alang, daun kelapa atau
plastik yang dapat dibuka dn ditutup. Benih ditabur
sekitar 2g/10m2 bedengan. Penaburan benih dapat secara
kering dicampur dengan pasir atau abu dapur.
Kemudian bedengan ditutup dengan pasir tidak lebih dari2 mm.
Penanaman dapat dilakukan di lahan tegal maupun sawah.
Pada lahan tegal yang tidak memiliki pengairan teknis
atau tadah hujan, penanaman dilakukan pada April dan
Mei. Di lahan sawah yang merupakan lahan yang
berpengairan teknis, penanaman dapat dilakukan pada
bulan Mei dan Juni, atau tergantung dengan cuaca yang
berkembang pada musim tanam yang bersangkutan. Secara
umum lahan harus terbuka, mendapatkan sinar matahari
penuh, memiliki musim kemarau yang tegas, minimal 4
bulan kering sepanjang tahun. Tanah mengandung khlor
(>80 ppm) yang umumnya dekat pantai atau mendapatkan
pengairan dari air tanah/sumur atau irigasi berkadar
khlor > 25 ppm dihindari sebagai lahan penanaman
tembakau. Lahan yang baik untuk ditanami tembakau
adalah bekas tanaman padi. Lahan bekas tanaman cabe,
terung, tembakau dan tanaman
Solanaceae lainnya harus dihindarkan
Empat puluh lima hari s.d. lima puluh hari (45 s.d. 50)
setelah benih ditabur, bibit ditanam pada tanah guludan
di lahan yang telah dipilih dengan luasan yang sesuai
dan perlu diketahui sebelum penanaman bibit perlu
diadakan pemangkasan, agar
tidak terjadi stagnasi.
2.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman mutlak dilakukan dalam setiap
praktik budidaya karena
dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen.
2.4.1 Penyiraman
Pemberian air pada tanaman tembakau dilakukan secara
individual. Penyiraman dapat dilakukan sebanyak 39 kali
selama pertumbuhan. Kebutuhan air untuk tembakau sawah
dengan tegalan berbeda, yaitu masing-masing memerlukan
0,5 l dan 2 l air per tanaman tiap penyiraman.
Intensitas penyiraman setara dengan 194
mm dan 52 mm air untuk masing-masing tembakau tegalan dan sawah.
2.4.2 Pendagiran, Pembubuan, dan Penyiangan
Tembakau gunung dan tegal ditanam lansung di atas
guludan. Tanaman didangir setelah umur tiga minggu.
Sambil didangir dan dibumbun, dilakukan penyiangan
gulma. Tindakan tersebut diullang lagi saat tanaman
berumur lima minggu dan
terakhir pada saat umur tujuh minggu.
2.4.3 Pemupukan
Pemupukan pada tanaman tembakau disesuaikan dengan
kandungan unsur hara yang ada pada tanah dan kebutuhan
tanaman. Pemberian pupuk N dilakukan 2 kali, yaitu
setengah dosis pada umur satu minggu dan setengah dosis
lainnya diberikan pada umur tiga minggu . Pemberian
pupuk dengan cara memasukan
pupuk ke dalam lubang yang dibuat dengan tugal.
2.4.4 Pemangkasan
Saat mulai keluar bunga, tanaman perlu dilakukan
pemangkasan. pemangkasan dilakukan dengan memangkas 3
daun di bawah daun bendera sehingga akan dihasilkan 11
s.d. 13 daun produksi. Pemangkasan dilakukan untuk
mengalihkan pertumbuhan bunga dan buah ke arah
pertumbuhan daun-daun atas dapat tumbuh
tebal dan besar.
2.4.5 Penunasan
Tembakau yang sudah di pangkas akan tumbuh tunas
lateral. Dengan adanya tunas tersebut, energi
pertumbuhan akar terkuras. Untuk mengefektifkan
pertumbuhan maka tunas lateral harus dibuang. Penunasan
dilakukan setiap tiga
minggu sekali.
2.5 Pupuk dan Pemupukan
Pemupukan tembakau dilaksanakan sejak pembibitan sampai
dengan di lapangan (tanaman). Untuk menjamin
efektivitas dan efisiensi pemupukan, serta mengingat
keadaan lingkungan, potensi lahan, dan sifat pupuk yang
diberikan, maka hal penting yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan pemupukan adalah jenis
pupuk.
2.5.1 Jenis Pupuk
Pupuk yang digunakan pada tahap pembibitan berbeda
dengan pupuk dasar (pupuk pendahuluan) atau pupuk pada
lobang tanam. Untuk itu perlu diketahui pupuk apa saja
yang digunakan untuk bibit, pupuk pada lubang tanam,
dan pupuk pendahuluan. Adapun jenis pupuk yang
digunakan untuk tanaman tembakau adalah pupuk yang
digunakan pada saat pembibitan dan pupuk yang
digunakan di
lapangan
(1) Jenis pupuk yang digunakan saat pembibitan adalah
Guano dan pupuk
NURSYAFER.
a. Guano 9,8 x 38 x 14,3 (Guano bibit) yaitu pupuk
majemuk yang
mengandung unsur hara N: 9,8 %: P2O5 : 38 % dan
K2O: 14,3 %. Pupuk ini berwarna putih, berbentuk
kristal, sangat mudah larut dalam air.
b. Pupuk NURSYAFER, adalah pupuk majemuk yang
diformulasikan khusus
oleh Ir. Erwin, MS sebagai pengganti pupuk Guano
bibit di kemudian hari. Pupuk ini berbentuk
granulair dan berwarna kelabu, pada beberapa
bagian pupuk ada yang sedikit sukar larut dalam
air, sehingga perlu pengadukan yang kuat. Bila
menggunakan gembor pada saat aplikasi di lapangan
akan dijumpai sisa bubuk yang tidak larut di dasar
gembor. Bagian yang sukar larut ini adalah unsur
Calsium atau CaO. Bagian yang sukar larut ini juga
merupakan Amelorasi, yaitu bahan pembaik sifat
tanah, sehingga dapat
digunakan sebagai pupuk pada tanaman.
(2) Jenis pupuk yang digunakan di lapangan (pupuk
tanaman) adalah pupuk
pendahuluan atau pupuk dasar. Jenis pupuk tersebut
adalah Thomasslakkelmeel (TSM), Rock Phosphate,
Zwavelzure Kali, dan Zwavelzure Amoniak.
a. Thomasslakkenmeel (TSM): mengandung 17-19 %
P2O5 larut
dalam asam citrat dan 48-50 % CaO. Pupuk ini
merupakan terak baja dan merupakan lmbah padat
dari pabrik baja. Pupuk TSM berwarna hitam,
berbentuk butiran yang sangat halus dan sukar
larut dalam air.
b. Rock Phosphate (RP) atau Batuan Fosfat Alam
mengandung 27-30
% P2O5 larut dalam asam keras dan 40-42 % CaO.
Dapat digunakan sebagai pengganti pupk TSM,
meskipun tidak sebaik pupuk TSm yang kadar
phosphat dan calsium lebih rendah dan sangat
sesuai untuk lahan tembakau.
c. Zwavelzure Kali (ZK) atau disebut juga pupuk
Kalium Sulfat
(K2SO4) adalah pupuk yang mengandung 48 s.d. 50 %
K2O dan diusahakan tidak mengandung Chlor lebih
dari 0,5 %. Pada tanah-tanah tertentu, pupuk ini
tidak digunakan. Pupuk ZK berbentuk butiran halus
berwarna krem, reaksinya bersifat netral, namun
penggunaan secara berkelanjutan akan menyebabkan
pH tanah menjadi asam.
d. Zwavelzure Amoniak (ZA) nama lainnya adalah
Ammonium
Sulfat atau (NH4)2SO4 mengandung 21 % N dan 72 % SO4.
2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman TembakauHama Tanaman tembakau
Budidaya tanaman tembakau tidak selalu berjalan lancar,
terdapat hama dan penyakit yang bisa menghambat
pertumbuhan tanaman tembakau bahkan
mempengaruhi hasil panennya.
2.6.1 Hama Tanaman Tembakau
Hama pada tanaman tembakau adalah ulat grayak, ulat
tanah, ulat penggerek
pucuk, kutu-kutuan, serta hama lainnya.
a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ), tanaman yang terkena
hama ini memiliki
gejala berupa lubang-lubang tidak beraturan dan
berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian
hama ini adalah dengan cara pangkas dan bakar
sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari.
b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ), tanaman yang terkena
hama ini memiliki gejala
daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda
sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian hama ini
adalah dengan cara pangkas daun sarang
telur/ulat, penggenangan sesaat.
c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) tanaman yang
terkena hama ini memiliki
gejala daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang
dan habis. Pengendalian hama ini adalah dengan cara
kumpulkan dan musnah telur / ulat,
sanitasi kebun.
d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) tanaman yang terkena
hama ini memiliki gejala
bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman
kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya
mati. Pengendalian hama ini adalah dengan cara
sanitasi kebun.
e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.)
pembawa penyakit
yang disebabkan virus. Pengendalian hama ini adalah
dengan cara predator
Koksinelid dan Natural BVR.
f. Hama lainnya seperti gangsir (Gryllus mitratus ),
jangkrik (Brachytrypes
portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni
(Solenopsis
geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).
2.6.2 Penyakit Tanaman Tembakau
Penyakit pada tanaman tembakau antara lain adalah
hangus batang, lanas, patik
daun, bercak coklat, busuk daun, penyakit virus.
a. Hangus batang ( damping off ) yang disebabkan oleh
jamur Rhizoctonia solani.
Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala
batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan
berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar.
Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara cabut
tanaman yang terserang
dan bakar.
b. Lanas yang disebabkan oleh Phytophora parasitica var.
nicotinae.
Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala
timbul bercak-bercak pada
daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang,
terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan
mati. Pengendalian penyakit ini adalah dengan
cara cabut tanaman yang terserang dan bakar
c. Patik daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora
nicotianae. Tanaman
yang terkena penyakit ini memiliki gejala di atas
daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat,
bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah
robek. Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara
desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah
intensif, gunakan air bersih, bongkar dan
bakar tanaman terserang.
d. Bercak coklat yang disebabkan oleh jamur Alternaria
longipes. Tanaman yang
terkena penyakit ini memiliki gejala timbul bercak-
bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini
juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur
juga menyerang batang dan biji. Pengendalian penyakit
ini adalah dengan cara
mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
e. Busuk daun yang disebabkan oleh bakteri Sclerotium
rolfsii. Tanaman
yang terkena penyakit ini memiliki gejala mirip
dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila
diteliti diselubungi oleh massa cendawan.
Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara cabut
dan bakar tanaman
terserang, dan semprot Natural GLIO.
f. Penyakit Virus yang disebabkan oleh virus mozaik
(Tobacco Virus Mozaic,
(TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimun
(Cucumber Mozaic Virus). Tanaman yang terkena penyakit ini
memiliki gejala pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara menjaga
sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi dicabut dan
dibakar
2.7 Panen dan Pasca Panen
Setelah budidadaya, hal penting yang perlu dilakukan
adalah pemanenan serta
pengolahan pasca panen.2.7.1 Pemanenan
Pemanenan adalah suatu tahapan budidaya tembakau yang
sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas
panenan yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemananenan adalah kematangan daun, keseragaman daun
dalam proses penanaman, serta penanganan daun hasil panenan.
Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen
berdasarkan tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai
dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2
sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu
minggu hingga daun
tanaman habis
Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 s.d. 100 hari.
Pemetikan dilakukan 1 s.d. 3 helai daun dengan selang
waktu 2 s.d. 6 hari. Waktu pemetikan tembakau Na Oogst
dilakukan pagi hari (sebelum fotosintesis), sedangkan
untuk tembakau Voor Oogst dilakukan pada sore hari
(setelah fotosintesis). Komposisi daun tembakau terdiri
dari: daun pasir (3 s.d. 4 lembar), daun kaki (4 s.d. 6
lembar), daun tengah (6 s.d. 8 lembar) dan daun pucuk
(2 s.d. 4 lembar). Setelah dipetik, daun disusun dalam
keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang masih
berembun dan diatur posisi tidur kalau daun sudah
kering, proses selanjutnya adalah menunggu pengolahan
berikutnya sesuai kegunaan dari masing-masing
jenis tembakau
Ciri daun tembakau yang telah masak adalah warna daun
sudah mulai hijau kekuningan dengan sebagian ujung dan
tepi daun berwama coklat, warna tangkai daun hijau
kuning keputih-putihan, posisi daun/tulang daun
mendatar, dan kadang-kadang pada lembaran daun ada
bintik-bintik coklat sebagai lambang
ketuaan
2.7.2 Pascapanen
Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih perlu
pengolahan sebelum sampai pada konsumen akhir. Proses
yang berlangsung sejak dari daun basah sampai daun
kering (krosok/rajangan) hingga menjadi bahan atau
produk akhir merupakan bagian dari pasca panen. Untuk
mendapatkan hasil akhir yang baik, kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan pada penanganan daun tembakau
setelah
di panen antara lain.
2.7.3 Pengumpulan
Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan
varietas. Kemasakan
daun, ukuran daun, dan kecacatan daun. Daun yang
dipetik jangan sampai terlipat atau tertekan secara
mekanis dan dihindari kontak langsung dengan sinar
matahari.
2.7.4 Penyortiran dan penggolongan
Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling
mudah dilakukan berdasarkan warna daun yaitu: Trash
(apkiran) dengan warna daun hitam, Slick (licin/mulus)
dengan warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin)
dengan warna daun kuning (seperti warna buah jeruk
lemon) dan More grany side (sedikit
kasar) dengan warna daun antara kuning-oranye.
2.7.5 Curing
Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar
air dari daun tembakau basah yang dipanen dalam keadaan
hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang
berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan
tembakau saja. Petani tidak menyadari bahwa sel-sel di
dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah dipanen.
Tujuan Curing: Melepaskan air daun tembakau hidup dari
kadar air 80 s.d. 90 % menjadi 10 s.d. 15 %. Perubahan
warna dari zat hijau daun menjadi warna oranye dengan
aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses.
Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah
kapasitas daun di dalam oven. Sebagai contoh untuk oven
ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha, sedangkan
5 x 5 x 7 rak maksimum 2,8 Ha. Juga cuaca waktu proses,
kalau musim hujan harus lebih longgar daripada waktu
musim kering. Beberapa tahapan curing, yaitu
penguningan, pengikatan warna, pengeringan lembar daun,
dan
pengeringan gagang.
(a) Penguningan
Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan
warna dari hijau ke warna kuning, karena hilangnya zat
hijau daun / klorofil ke zat kuning daun dan terjadi
penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa
terjadi pada suhu 32 s.d. 42 derajat celcius. Proses
ini harus dilakukan secara perlahan-lahan waktu yang
diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya berlangsung
selama 55 s.d. 58 jam. Pada saat ini awalnya semua
ventilasi ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi
apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange
ventilasi atas dibuka
1/4, proses ini sangat menentukan terhadap hasil curling.
(b) Pengikatan Warna
Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik
lembar daun maupun tulang daun, maka secara pertiahan-
lahan suhu dinaikkan. Pada saat proses ini terjadi,
maka apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap
akan berwama hijau, sebaliknya apabila sudah berwama
kuning orange maka hasil curing akan kuning orange.
Karena pada suhu 43 s.d. 52 °C ini terjadi pengikatan
warna. Sehingga apabila warna daun pada proses
penguningan belum sempuna, maka jangan terburu-buru
menaikkan temperatur lebih dari 42 °C. Pada tahapan ini
ventilasi dibuka secara bertahap, sedikit demi sedikit
sampai akhirnya dibuka seluruhnya. Waktu yang
diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18
s.d. 19 jam.
(c) Pengeringan Lembar Daun
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam
lembar daun dengan cara menaikkan suhu 53 s.d. 62 °C.
Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka, karena air yang
keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang
harus dibuang keluar oven agar tidak kembali ke daun.
Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa kering apabila
dipegang, tapi tulang daun masih terasa basah daun
terlihat keriput atau
keriting waktu yang dibutuhkan lebih kurang 30 s.d. 32jam.
(d) Pengeringan Gagang
Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63 s.d. 72 °C.
Pada saat ini air yang bisa dilepas di dalam batang
daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini ventilasi
mulai ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk
menjaga kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %.
Ciri-ciri tahapan ini bisa selesai apabila seluruh
tulang daun sudah kering, dan bila ditekuk batangnya
akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa
tahap ini berjalan baik 5 s.d. 8 jam sebelum proses
berakhir, seluruh ventilasi harus ditutup agar
kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini memerlukan
waktu normalnya 30 s.d. 32 jam jangan pernah menaikkan
suhu oven
diatas 72o C, karena tembakau akan terbakar.
Panen dan pasca panen merupakan salah satu hal yang
sangat penting dalam budidaya tembakau, yang berguna
untuk menjaga kualitas dan kuantitas tembakau
yang dihasilkan.
III. USAHA TANI DAN PEMASARAN
3.1 Usaha Tani
Analisa usaha tani tanaman tembakau Kasturi di
Kabupaten Jember disajikan pada
Tabel 1.
Tabel .1 Analisis usaha tani tanaman tembakau Kasturidi Kabupaten Jember
No JenisKegiatan
Rotasi
Volume
Satuan
HargaSatuan(Rp)
Jumlah(Rp)
1.Biaya TetapSewa Lahan
1
0,05 Ha2.000.00
0 100.000Sub TotalI
100.000
2.
Biaya tidak tetap
Bahan :
Bibit Tembakau
11.650
Bibit 200 330.000
Kapur Dolomit
15 Kg 1.000 5.000
Pupuk Urea
124,4 Kg 1.800 43.920
Pupuk ZA 1 28 Kg 1.450 40.600Pupuk Sp36
116 Kg 2.000 32.000
Pupuk ZK 1 4 Kg 8.000 32.000
Decis1
0,292Liter 150.000 43.800
Dursban1
0,384Liter 130.000 49.920
Dethane 1 0,085 Kg 90.000 7.650
Canon1
0,192Liter 80.000 15.360
Sujen 1 15 Kg 1.500 22.500
Tenaga Kerja
Juring1
60Meter 650 39.000
Tabel 1 (Lanjutan)
No JenisKegiatan
Rotasi
Volume
Satuan
HargaSatuan(Rp)
Jumlah(Rp)
Pengolahan Lahan I 1 0,05 Ha 700.000 35.000Pengolahan Lahan II
10,05 Ha 700.000 35.000
Pengolahan Lahan III
10,05 Ha 700.000 35.000
Pengolahan Lahan IV
10,05 Ha 700.000 35.000
Manisi / Tepar 1 1 HKP 15.000 15.000
Penanaman 2 2 HKW 15.000 60.000Penyiraman
11 HKW 15.000 15.000
Gulud I 1 1 HKP 20.000 20.000Gulud II 1 1 HKP 20.000 20.000Gulud III 1 1 HKP 20.000 20.000Pemupukan 4 1 HKW 15.000 60.000Pengairan / Torap 1 0,05 Ha
1.000.000 50.000
Cari Telur Cari Ulat
11 HKW 15.000 60.000
Pengendalian Hama & Penyakit
31 KHP 20.000 60.000
Topping 1 1 HKW 15.000 15.000Wiwil 3 1 HKW 15.000 45.000Panen 4 2 HKW 15.000 120.000Gulung / Angkut
41 HKP 15.000 60.000
Penyujenan
41 HKW 15.000 60.000
Penjemuran
101 HKW 15.000 150.000
Rempos 4 1 HKW 15.000 60.000Ngebal 1 1 HKP 20.000 20.000Angkut Pabrik
11 Kali 30.000 30.000
Sub totalII
1.741.750
Total Biaya Produksi
1.841.750
Total biaya produksi
= Fixed cost +Variable cost
= Rp.100.000 + Rp. 1.741.750
= Rp. 1.841.750
Populasi tanaman
= 800 tanaman
Rata-rata berat krosok per tanaman = 0,127 kg
Total berat krosok = 101,73 kg
Tabel 2 Hasil penjualan tembakau Kasturi Varietas Jepon
Grade Harga (Rp) Berat (Kg)
Jumlah (Rp)
1 31.000 23,17 718.2702 28.000 8,25 231.0003 27.000 9,68 261.3604 24.000 4,76 114.2405 22.000 5,39 118.5806 19.500 10,47 204.1657 18.000 8,61 154.9808 14.000 2,66 37.2409 12.000 1,77 21.24010 10.000 5,47 54.70011 8.500 2,90 24.65012 5.500 16,90 92.95013 4.000 1,70 6.800
Jumlah 101,73 kg 2.040.175
Total penerimaan = Rp 2.040.175
Harga rata- rata per kg = Rp 20.054,80
Laba/ Rugi = Rp
2.040.175 – Rp 1.841.750
= Rp198.425 (Laba)
Tabel.3 Hasil analisis akhir usaha tani tembakauKasturi ddi Kabupaten Jember
No Komponen Analisis Hasil1 Populasi tanaman 800 tanaman2 Berat krosok 101,73 kg
3 Harga jual rata-rata/kg Rp 20.054,80
4 Total biaya produksi Rp 1.841.750Tabel. 3 (Lanjutan)
No Komponen Analisis Hasil5 Total hasil penjualan Rp 2.040.1756 Laba Rp 198.4257 BEP rupiah Rp 666.666,678 BEP unit 34,09 kg9 BEP harga Rp 18.104,3010 R/C ratio 1,1111 B/C ratio 0,11
3.2 Pemasaran
Pemasaran dari tanaman tembakau ini sendiri terbagi
menjadi dua, yaitu penjualan dalam bentuk daun dan
penjualan dalam bentuk olahan seperti rokok dan cerutu.
Pada pemasaran dalam bentuk daun, penjual ada yang
memilih menjadi penimbun daun serta ada pula yang
memilih menjadi perajang daun, sedangkan pada
agroindustri tembakau sebuah perusahaan akan menjual
produk olahan mereka kepada konsumen dalam bentuk rokok
atau cerutu yang sudah ada di dalam kemasan. Pemasaran
rokok tidak hanya dilakukan di dalam negeri tetapi
juga dilakukan di luar negeri dengan cara ekspor.
Tingginya nilai tembakau membuat beberapa negara
termasuk Indonesia dapat berperan dalam perekonomian
nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa,
sumber penerimaan pemerintah melalui pajak/cukai,
sumber pendapatan petani dan lapangan kerja masyarakat.
Seiring dengan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan
kesehatandan lingkungan menyebabkan kehadiran tembakau
dan rokok ditentang banyak kalangan. Produksi tembakau
yang mulai awal 2000-an menurun lebih cepat dari pada
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembuatan makalah ini adalah :
(1) Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah
ataupun dataran tinggi
tergantung pada varietasnya, suhu udara yang cocok
untuk pertumbuhan tanamn tembakau berkisar antara
21 sampai dengan 32,30 C., benih tembakau berukuran
sangat kecil sehingga bedangan harus dibuat
secermat mungkin, penanaman dapat dilakukan di
lahan tegal ataupun sawah, pemupukan tembakau
dilakukan sejak pembibitan sampai dengan di
lapangan, panen
dilakukan pada umur tanaman 90 sampai dengan 100 hari.
(2) Analisa usaha tani tembakau kasturi di Kabupaten
Jember untuk luas lahan
0,05 Ha adalah populasi tanaman 800 tanaman, berat
krosok seberat 101,73 kg, harga jual rata-rata per-
kg sebesar Rp 20.054,80, total biaya produksi
sebesar Rp 1.841.750, total penghasilan penjualan
sebesar Rp 2.040.175,
serta laba sebesar Rp 198.425.
(3) Pemasaran dari tanaman tembakau ini terbagi
menjadi dua yaitu penjualan
dalam bentuk daun dan penjualan dalam bentuk olahan
seperti rokok dan
cerutu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ahmad. 1982.Budidaya Tembakau.CV Yasaguna. Jakarta
Anugrahayu, Nevadea Tiara. 2013 . Jurnal : Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Tembakau Vorstenlanden Di Provinsi Jawa Tengah. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Cahyono.Bambang.1998.Tembakau Budi Daya dan Analisi Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta
Firmansyah,H.2010. Teknik Budidaya Tanaman Tembakau. http://binaukm.com
/2010/05. Diakses pada tanggal 12 oktober 2014 pukul 13.00 WIB.
Joanna, Amanda Dwiluthfia. 2000. Jurnal : Peranan Sektor Tembakau dan
Industri Rokok dalam Perekonomian Indonesia. Universitas Gunadarma. Jakarta.
Nasutio,H.2009. Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Tembakau.
Departemen Teknologi Peranian, Fakultas Pertanian,Universitas Sumatra Utara.
Prabowo, Abror.2010. Budidaya Tembakau. http://teknis-budidaya.blogspot.
com/2010 /01/budidaya-tembakau.html. Diakses pada tanggal 11 oktober 2014 pukul 10.44 WIB.
Safei, Imam.2010. Budidaya Tembakau. http://pematangtahalo.blogspot.com/2010
/01/budidaya-tembakau.html. Diakses pada tanggal 11 oktober 2014 pukul 10.31 WIB.