sistem penyuluhan petani tembakau - Universitas ...

74
SISTEM PENYULUHAN PETANI TEMBAKAU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS MENGHADAPI PASAR MODEREN DI DESA SAPOBONTO KECAMATAN BULUKUMPA KABUPATEN BULUKUMBA SUARNI 105960101111 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Transcript of sistem penyuluhan petani tembakau - Universitas ...

SISTEM PENYULUHAN PETANI TEMBAKAU

DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS MENGHADAPI PASAR

MODEREN DI DESA SAPOBONTO KECAMATAN BULUKUMPA

KABUPATEN BULUKUMBA

SUARNI

105960101111

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tembakau merupakan salah satu komoditi perkebunan yang diusahakan di

Indonesia. Usahatani tembakau selama ini ditangani oleh perkebunan negara,

perkebunan swasta dan perkebunan rakyat. Ciri umum perkebunan rakyat adalah

luas lahan yang sempit, letak terpencar, bersifat padat karya, produktivitas rendah,

teknik budidaya dan pengolahan bersifat tradisional dan sederhana. (Heriyanto,

2000).

Tembakau memiliki peranan sebagai penghasil devisa dan penyedia

lapangan kerja. Tembakau sebagai komoditi perkebunan mampu menghasilkan

pendapatan cukai dan pajak yaitu sekitar 95 %, laju kenaikan penerimaan cukai ini

jau lebih besar dibandingkan kenaikan penerimaan dalam negeri yang hanya

14,98% pertahun, peninkatan cukai pajak tersebut di sebabkan pemerintah

menaikan cukai rokok, (Anonim 2012).

Besarnya sumbangan devisa ini menjadikan tanaman tembakau sebagai

tanaman budidaya yang relatif cukup penting. Namun dalam perkembangannya,

kebutuhan bahan baku tembakau untuk industri rokok mengalami perkembangan

yang tidak seimbang antara permintaan dan hasil produksi (Fauziyah, 2010).

Tembakau merupakan tanaman perkebunan jangka pendek, sehingga

petani akan mudah beralih usahatani lain jika harga komoditi ini kurang

menguntungkan. Selain itu persoalan yang dihadapi petani tembakau adalah

petani hanya bertindak sebagai price taker (penerima harga) dalam pemasaran

2

tembakau dan lemahnya konsolidasi kelembagaan yang ada sehingga tidak

mampu untuk membantu petani merubah posisinya sebagai price maker (pembuat

harga) (Fauziyah, 2010).

Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan sejak beberapa tahun terakhir

merencanakan berbagai program pembangunan pertanian dalam pemenuhan

pangan dan perkebunan. Untuk mendukung usaha pencapaian tersebut, maka

pemerintah daerah Sulawesi selatan telah menggalakan pembangunan pangan

dan perkebunan yang di lakukan melalui dinas tanaman pangan dan hortikultura

dan perkebunan. Dalam meningkatkan manfaat dari sektor pertanian tanaman

pangan dan perkebunan maka kegiatan agribisnis dapat di pandang sebagai dasar

usaha pengembangan pertanian dari tahap pertanian subsistensi menuju tahap

modern.

Potensi yang dimiliki provinsi Sulawesi Selatan berupa areal pertanian

seluas 2.929.933 Ha atau sekitar 37 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan

potensi ini terdiri dari areal perkebunan 12,2 persen tambak 0,4 persen sawah 20,1

persen serta lahan kering 37,6 persen (Depertemen Pertanian Sulawesi Selatan

2013).

Permasalahan utama rendahnya produktivitas khususnya tembakau di

Kabupaten Bulukumba adalah perkebunan rakyat yang luasnya cukup besar tidak

di kelolah dengan baik, pengolahan kebun rakyat di lakukan secara sederhana

tanpa mengikuti tehnik – tehnik budidaya yang diajarkan.

Selain rendahnya produktivitas masalah kualitas tembakau olahan milik

masyarakat juga rendah karena peralatan yang di miliki masyarakat di Desa

3

Sapobonto sangat terbatas, mutu tembakau yang memenuhi standar dan memiliki

harga jual yang tinggi serta mampu memenuhi persyaratan kualitas yang di

perlukan rata – rata hanya yang di hasilkan oleh perkebunan besar negara dan

swasta.

Tembakau tradisional dalam Pemasaran moderen menuntut lebih dari

sekedar membantu produk yang baik, memberikan harga yang menarik serta

menyalurkan produk bagi komsumen yang dituju yaitu pengguna rokok. Industri

rokok merupakan salah satu dari sekian banyak gambaran mengenai tingkat

persaingan di banding dengan industri lainnya, meskipun banyak aturan - aturan

yang ketat di keluarkan oleh pemerinta bagi komsumen rokok, (Anonim, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul sistem penyuluhan petani tembakau dalam meningkatkan kapasitas

menghadapi pasar moderen di Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten

Bulukumba.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana sistem penyuluhan yang tepat bagi petani tembakau dalam

meningkatkan kapasitas menghadapi pasar moderen di Desa Sapobonto

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba ?

4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini:

Untuk mengetahui sistem penyuluhan yang tepat bagi petani tembakau

dalam meningkatkan kapasitas menghadapi pasar moderen di Desa Sapobonto

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

Kegunaan dari penelitian ini :

1. Sebagai informasi bagi para penentu kebijakan sektor pertanian dalam

merumuskan kebijakan yang akan datang khususnya dalam program

identifikasi tembakau tradisional.

2. Bahan Rujukan bagi peneliti selanjutnya.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk

memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua “stakeholders” agribisnis

melalui proses belajar bersama yang partisipatip, agar terjadi perubahan perilaku

pada diri setiap individu dan masyarakat untuk mengelolah kegiatan agribisnisnya

yang semakin produktif dan efesien, demi teruwujudnya kehidupan yang baik, dan

semakin sejahtra secara berkelanjutan, (Mardikanto 2003).

Van de Ban (1999) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan sebuah

intervensi sosial yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar

untuk membantu masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil

keputusan dengan baik. Margono Selamet (2000), menegaskan bahwa inti dari

kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masayarakat. Memberdayakan

berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya

yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang

bersangkutan.

Margono Slamet (2000) menekankan esensi penyuluhan sebagai kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak

sejak program pengentasan kemiskinan pada awal dasawarsa 1990-an. penyuluh

pembangunan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama

yang tidak terbatas pada terciptanya “better farming, better business, dan better

living, tetapi untuk memfasilitasi masyarakat (sasaran) untuk mengadopsi strategi

6

produksi dan pemasaran agar mempercepat terjadinya perubahan – perubahan

kondisi sosial, politikdan ekonomi sehingga (dalam jangka panjang) meninkatkan

taraf hidup pribadi dan masyarakatnya (SDC, 1995 dalam Mardikanto 2003).

Menurut Departemen Pertanian (2009), penyuluhan pertaniaan merupakan

suatu pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan

moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau

peraktek kehidupan sehari – hari.penyuluhan pertanian harus berpihak kepada

pengembangan individu masyarakat,berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu

penyuluhan pertanian sebagai upaya membantu masyakat agar mereka dapat

membantu dirinya sendiri dan meninketkan harkatnya sebagai manusia.

Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya serta

masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang

pertanian agar mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, social

maupun politik sehingga peninkatan pendapatan dan kesejahtraan mereka dapat

dicapai, (Departemen pertanian, 2002).

Penyuluhan pertanian bagian dari sistem pembangunan pertanian yang

merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) bagi

petanibeserta keluerganya anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam

pembangunan pertanian,dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu

upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta

keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk

memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada

akhirnya mampu menolong dirinya sendiri (Soeharto,2005).

7

Fungsi – fungsi penyuluhan Anwar (2000) :

a. Pemberdayaan masyarakat, khususnya untuk peningkatan mutu sumber

daya manusia.

b. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam beragan aspek pembangunan.

c. Bersama – sama institusi dan pakar pakar terkait mendukung perencanaan

pembangunan daerah.

2.2 Sistem Penyuluhan

Menurut UU RI No 16 tahun 2006 sistem penyuluhan pertanian

merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemanpuan, pengetahuan,

keterampilan, serta sikap perilaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan usaha

melalui penyuluhan.

Sistem penyuluhan menurut istilah berasal dari bahasa yunani “ sistema “

yaitu suatu kesatuan dari bagian atau komponen yang berhubungan secara teratur,

jadi dalam kata sistem terkandung pokok pikiran tengtang kesatuan bagian,

berhubungan dan teratur. (Anonim, 2011).

Sistem penyuluhan adalah sekumpulan unsur yang mempunyai fungsi dan

bergeser dalam ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama sekaligus tujuan

masing – masing. (Anonim, 2011).

Sistem penyuluhan merupakan suatu unit yang saling tergantung, saling

berhubungan (baik formal maupun informal) saling melengkapi kegiatan dan

hasil kegiatan saling membantu dalam batasan kemanpuan masing – masing

saling menuju pada tingkat yang terkoordinasi terintregrasi dan singkronisasi.

(Anonim, 2011).

8

Sistem penyuluhan adalah sistem yang terdiri dari unsur - unsur yang di

sebut subsistem, yang meliputi imput (proses) output (hasil) dan outcome

(dampak atau manfaat), dalam hubungan ini kegiatan penyuluhan pertanian

sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan, dapat di pandang sebagai

suatu sistem, (Anonim, 2011).

Sistem penyuluhan di kenal 3 pendekatan yaitu (Anonim, 2011):

1. Pendekatan Penyuluhan

a. Pendekatan individu atau perorangan

Pendekatan individu adalah pendekatan penyuluhanyang di lakukan

melelui hubungan langsu atau tatap muka antara penyuluh dengan individu

atau perorangan yang menjadi sasaran penyuluh.

b. Pendekatan kelompok

Pendekatan kelompok adalah pendekatan penyuluh yang di lakukan secara

berkelompok, di mana kelompok di jadikan sebagai alat bantu dalam

proses penyuluhan tersebut.

c. Pendekatan missal / umum

Pendekatan massal / umum adalah suatu pertemuan yang di selenggarakan

kepada masyarakat umum dengan jumlah yang cukup besar untuk

menyampaikan suatu maksud tertentu.

2. Pendekatan Metode Penyuluhan

a. Surat menyurat

metode surat menyurat merupakan metode dengan menggunakan barang-

barang cetak yang di kirim kepada kelompok sasaran, seperti, majallah.

9

b. Kunjungan

Kunjungan dalam metode ini dapat di bagi dua, yaitu ajang sana dan

kunjungan ajang karya. Ajang sana adalah kunjungan yang di lakukan di

mana para penyulah dating kerumah atau tempat tinggal kelompok sasaran

untuk bertemu kelompok sasaran. Sedankan kunjuangan ajang karya adalah

kunjungan yang di lakukan penyuluh ke lokasi di mana kelompok sasaran

melakukan aktivitas.

3. Pendekatan Tehnik Penyuluhan

a. Berbicara / berkomonikasi

Berbicara atau berkomonikasasi adalah kemanpuan seorang penyuluh

berbicara di depan umum dan mampu menkomonikasikan materi yang di

sampaikan kepada kelompok sasaran sesuai dengan makna yang

sesungguhnya.

b. Memotivasi dan Persuasi

Memotivasi dan Persuasi yaitu kemampuan memberikan dorongan dan

mempengaruhi semangat dan kemanpuan kelompok sasaran sehingga mau

melaksanakan apa yang di sampaikan.

c. Penyajian Materi

Penyajian materi adalah kemanpuan untuk menyampaikan dan mengemas

materi secara sistematis sehingga menjadi jelas dan menarik bagi kelompok

sasaran.

10

d. Pemilahan dan Penggunaan Alat Bantu

Pemilahan dan Penggunaan Alat Bantu yaitu kemanpuan untuk dapat

menentukan dan memanfaatkan atau menggunakan alat bantu penyuluh

yang sehingga dapat mendukun penyampaian materi yang di sajikan.

2.3 Tembakau Tradisional dan Ruang lingkupnya

2.3.1 Tembakau

Tanah asal tembakau adalah America di kemukakan pertama oleh

colombus pada tahun 1942 ketika mendarat di pulau Guanakani (San Salvador ) ia

telah melihat orang –orang Indian mengisap rokok yang di buat dari dau

tembakau yang kering dan di gulung dengan jagung (mais) dan gulungan daun –

daun ini oleh orang india disebut Tambako, (Ahmad Abdullah 1982).

Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia

pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak termaksud

golongan pangan. tembakau digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Usaha

pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. meskipun luas areal pertanian

tembakau di Indonesia, di perkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, (Herawati,

2013).

Secara garis besar tembakau Indonesia di bagi menurut penggunaanya atas

tipe-tipe (jenis) sebagai berikut :

11

a. Jenis Tembakau Cerutu

Tembakau cerutu merupakan jenis tembakau yang di hasilkan oleh 3

tempat atau daerah lama dan satu tempat daerah baru, masing – masing 2 di

daerah jawa dan satu di daerah Sumatra dan daerah baru Sulawesi. (Basuki, S dkk,

2005).

Adapun Tembakau yang di hasilkan oleh Sulawesi, tegasnya Sulawesi

Selatan, berpusat di kabupaten soppeng dan di kenal di pasaran sebagai tembakau

soppeng. pengusahaan di tempat ini bersifat baru. dari hasil – hasil yang di

peroleh kualitasnya cenderung kepada tembakau besuki. Tetapiusaha di daerah ini

tidak berjalan lama dan akhirnya berhenti karena kualitasnya kurang sesuai. (Ba

suki, S dkk, 2005).

b. Jenis Tembakau Sigaret Putih

W.D.Herawati (2013) Tembakau sigret merupakan salasatu dari jenis

tembakau yang banyak ditanam di daerah jawa dan Lombok, tembakau jenis ini

disebut juga tembakau Virginia yang mempunyai cirri khas, yaitu krosoknya

(daun yang telah diolah menjadi dau kering) tipis berwarna kuning cerah atau

oranye, kadar gula tinggi kadar nikoting sedang, dan aromanya harum. Tembakau

ini di gunakan sebagai bahan campur atau bleding pembuatan rokok dalam negeri

c. Jenis Tembakau Pipa

Pusat tembakau pipa di Indonesia adalah di Lumajang, Jawa Timur

dan umumnya hasil produksi tembakau ini diekspor ke Eropah. Tembakau majang

yang ditanam dilahan kering (Lumajang vooroogst) atau juga dikenal dengan

nama jembel Putih, dan yang ditanam di lahan sawah (naoogst) yang dikenal

12

dengan Krungsung. Tembakau jenis pipa Lumajang bersifat spesifik, tembakau ini

diolah dengan cara panas matahari. (Basuki, S dkk, 2005).

d. Jenis Tembakau Asepan

Tembakau tipe asepan adalah sejenis tembakau yang pengolahan daunnya

di lakukan dengan cara mengasap, tembakau ini mempunyai warna yang gelap,

daunnya tebal,berat, kuat dan berminyak, (Basuki, S dkk, 2005).

e. Jenis Tembakau Asli/rakyat

Tembakau asli/rakyat adalah tembakau yang di tanam oleh rakyat mulai

dari pembuatan pesemaian, pengolahan dan penanaman dan pengolahan daunnya,

sehingga siap untuk di jual di pasaran, (Basuki, S dkk, 2005).

2.3.2 Tembakau dari Segi Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus di

lakukan oleh pengusaha termaksud pengusaha tani (agribusinessman) dalam

usahanya untuk mempertahankan kelansungan hidupnya (survival), untuk

mendapatkan laba dan berkembang (Muhammad Firdaus 2012).

Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam menjalankan usaha

pertanian karna pemasaran merupakan tindakan ekonomis yang sangat berpengaru

terhadap tinggi rendahnya pendapatan ptani. Produksi yang baik akan sia – sia

harga pasar yang rendah karna tinggi produksi tidak mutlak member keuntungan

yang tinggi tampa di sertai dengan pemasaran yang baik dan efisien. ( Mubyarto,

1995).

Pemasaran adalah suatu proses social yang di dalamnya melibatkan

individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

13

inginkan dengan menciptakan dan menawarkan secara bebas mempertukarkan

produk yang bernilai dengan pabrik lain. (Mursid, 2010).

Pemasaran merupakan rangkaian terhadap fungsi yang di butuhkan untuk

mengubah atau membentuk imput produk mulai dari proses produksi,

pengumpulan, pengolahan, dan penyaluran oleh grosir, pedagan pengecer sampai

komsumen (Dahl dan Hammond,2004).

Pemasaran pertanian merupakan kerangka dari semua aktifitas bisnis

dalam aliran barang atau jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi

(petani) sampai komsumen akhir yang mencakup aspek imput dan output

pertanian ( Hanafiah dan Suefaddin, 2010 ).

Dalam pemasaran hasil, petani tembakau yang sudah melakukan

kemitraan dengan pabrik rokok atau eksportir, dapat menjual hasilnya secara

mudah kepada mitra usahanya. Dalam kemitraan, petani memang mendapatkan

bantuan teknis dan input seperti bibit, pupuk dan pestisida dari mitra usahanya.

Namun harga beli tembakau dari petani hanya ditentukan secara sepihak oleh

mitra usahanya, yang kadang-kadang rendah. Untuk petani tembakau yang tidak

melakukan kemitraan usaha, saluran tataniaga tembakau cukup panjang, dan

harganya juga lebih banyak ditentukan oleh pembeli/pedagang. Dalam hal ini,

petani juga bisa mendapatkan modal, tetapi dengan tingkat bunga sangat tinggi

sehingga pada akhirnya petani juga kurang diuntungkan. Untuk tanaman non-

tembakau, seperti jagung hibrida dan cabai merah memang lebih terbuka (tidak

ada kemitraan) sehingga harganya juga lebih ditentukan oleh pedagang.

Sedangkan untuk kentang bibit, petani melakukan kemitraan dengan pengusaha

14

sehingga pasar dan harganya cukup baik. Kelebihan tembakau dibanding tanama

lain dalam pemasaran hasil adalah bahwa persaingan dalam pemasaran tembakau

hanya terjadi pada kualitas dan hanya ada sedikit persaingan antar petani.

Spektrum pemasaran tembakau juga sangat luas yang dapat menerima bermacam-

macam mutu dan karakteristik produk tembakau. Namun posisi petani selalu lebih

lemah dibanding pembeli. Hal serupa juga terjadi pada sistem penjualan terbuka

dengan pedagang, (Anonim, 2012).

Untuk pemasaran hasil tanaman alternatif memang sering terjadi

persaingan antar petani dalam mutu, pasokan, varietas, ukuran, bentuk,

keseragaman dan faktor-faktor lain, utamanya sayuran. Namun untuk padi, jagung

dan kedelai harganya saat ini masih diproteksi pemerintah melalui penetapan

harga pokok pembelian pemerintah (HPP), yang berfungsi semacam harga dasar,

sehingga terhindar dari kejatuhan harga. Untuk sayuran, seperti kentang bibit,

harganya sangat tinggi sehingga cukup kompetitif terhadap tembakau, (Anonim

2012 ).

2.3.3 Tembakau dalam Kuasa Kapitalisme

Perdagangan pasar global menjadi tembakau sebagi komoditas

menggiur.empat perusahaan raksasa tembakau internasional, yaitu Altria atau

Philips Morries, British Amerika Tambakau Internasional, dan imperial tambakau

berkompotensi mengendalikan pasar tembakau di Negara maju dan berkembang,

(Adrianto, 2013).

Sektor perdagangan tembakau meman cukup menjajikan.pada 2012 nilai

pasar tembakau global di taksir hingga 464,4 miliar dollar AS.

15

Perputaran uang di pasar tembakau internasional yang begitu tinggi

membuat Negara maju seperti uni Eropa dan Amerika Serikat memberikan

perhatian khusus dalam bentuk kebijakan politik untuk mengonrtol laju

perdagangan tembakau. Program Arikultural Policy (CAP) yang popular sejak

tahun 1950, mampu memproteksi sector tembakau Negara maju di pasar global

sekaligus meredam masuknyatembakau impor dari luar, (Adrianto, 2013).

Kebijakan politik CAP bagi Negara maju di nilai efektif mengatur pasar

tembakau, Philip Morris, British Amerika Tambacco. Japan tambacco

internasional, dalam imperial tambaco mendapat keuntungan besar dari hasil

program CAP di Negara masing – masing, (Adrianto, 2013).

Kesuksesan empat perusahaan raksasa tembakau menjadikan mereka

sebagai raja tembakau dunia. Logika umum, watak raja kebanyakan

arogam,ambisius, nafsu berkuasa tinggi. Tak ayal ekspansi demi harapan dan

demi mimpi menguasai perdagangan tembakau dunia di jalankan empat

perusahaan besar tembakau dunia tersebu, (Adrianto, 2013).

Mereka saling bersaing dan adu strategi demi perusahaan wilayah

kekuasaan tembakau di kawasan Negara maju ataupun Negara berkembang.

Indonesia sebagai Negara nomor delapan penghasil tembakau terbesar dunia,

tidak luput dari medan pertarungan para raksasa perusahaan tembakau dunia itu.

Kecerdikan pengusaha tembakau internasional mampu menguasai dan

menunggangi Negara untuk meujudkan kebijakan politik dalam bidang tebakau.

Negara menjadi instrumen politik efektif untuk memuluskan jalan perusahaan

16

tembakau global. Parahnya, Negara kita telah menjadi bagian kepentingan politik

perusahaan tembakau asing, (Adrianto, 2013).

Beralih fungsinya peran negara dari institusi mengabdi pada rakyat dan

kepentingan nasional bangsa menjadi lembaga yang berperan sebagai

kepanjangan tangan kelompok asing.

Langkah pemerintah Indonesia melindungi tembakau dan rokok lokal di

rasakan masi kurang. Sangat berbeda dari regulasi yang telah di keluarkan Negara

maju misalnya Amerika Serikat dan Uni Eropa. Terkait dengan Pertanian,

pemerintahan justru enggan memberikan subsidi. Alih – Alih memberikan

proteksi bagi petani tembakau,subsidi pupuk untuk jenis pertanian pun yang

merupakan hajat hidup 60 persen masyarakat Indonesia, semakin berkurang.

Posisi pemerintah yang lemah ini berpengaruh pada tingkat kesejahtraan rakyat

dan kendali atas rezim internasional yang akan juga menggerus sosio-ekonomi

rakyat, (Adrianto, 2013).

Nasib petani dan industri tembakau lokal meradang, bagi telur di ujung

tanduk. Pertanian tembakau Indonesia di kampung dan di tekan di berbagai

segi.satu sisi, perusahaan internasional berupaya merebut, bahkan pada titik

ekstrim ingin mematikan industri tembakau negeri ini di lain pihak, institusi

Negara lemah melindungi sektor tembakau domestic karena bekerja sebagai agen

kepentingan perusahaan asing, (Adrianto, 2013).

Perlahan tapi pasti industri tembakau lokal menjadi lemah akibat upaya

sistematis pihak asing. Negara diperdaya membuat kebijakan politik melemahkan

pertanian tembakau indonsia dan membuat keuntungan hanya dirai perusahaan

17

global. Di buatnya aturan liberalisasi perdagangan tembakau lokal, mengesahkan

Negara tidak kuat mengontrol laju perdagangan pasar tembakau di kancah

internasional. Tidak hanya itu berbagai peraturan pemerintah tentang tembakau

bersifat diskriminatif dengan tujuan melemahkan tembakau lokal kawasan bebas

rokok tembakau, iklan antitembakau, seruan atau fatwa haram rokok oleh

kelompok tertentu berbagai modus tersebut mengarah pada penghancuran

pertanian tembakau Indonesia, (Adrianto, 2013).

Industri tembakau kini tidak berdaya, Perusahaan Sampoerna diambil alih

Philip Morris.Bentoel diakuisisi Brithis American Tambacco. Selain itu industri

nasional skala kecil dan menengah rontok akibat berbagai kebijakan Negara yang

sangat restriktif, (Adrianto, 2013).

2.3.4 Tinjauan Tembakau secara Ekonomi

Dari aspek ekonomi, bagi penduduk pedesaan di daerah sentra produksi

tembakau, kesempatan kerja akan menurun karena usahatani tembakau bersifat

padat tenaga kerja. Jika proses pengeringan daun tembakau juga berlangsung di

desa tersebut, maka kehilangan kesempatan kerja juga akan makin besar.

Usahatani tanaman alternatif memang dapat mengkompensasihilangnya

kesempatan kerja namun tidak seluruhnya karena kebutuhan tenaga kerjanya

mungkin tidak sebesar pada usahatani tembakau. Masyarakat di desa-desa sentra

tembakau yang berjarak dekat dari daerah perkotaan mungkin mempunyai

kesempatan lebih besar untuk mencari pekerjaan tambahan, tetapi mereka yang

berada di desa-desa yang jauh akan mempunyai kesempatan lebih sedikit,

(Anonim, 2012 ).

18

Pengalihan usahatani tembakau ke usahatani tanaman lain tidak akan

berdampak besar pada sektor hulu yang menyediakan pupuk, pestisida, jasa alat

pertanian dan kredit usahatani karena kebutuhan jenis-jenis input tersebut pada

tanaman alternatif juga besar. Sektor hilir, utamanya pabrik rokok, juga mungkin

tidak akan terkena dampaknya secara signifikan karena dapat mengimpor bahan

baku (tembakau) dari negara lain jika diijinkan pemerintah, sebagaimana yang

sudah terjadi selama ini. Sektor pengangkutan juga tidak akan banyak terkena

dampaknya karena hasil panen tanaman alternatif juga membutuhkan sarana

pengangkutan. Pemerintah Daerah mungkin akan menentang pengalihan tanaman

tembakau ke tanaman lain karena akan menurunkan PAD (pendapatan aseli

daerah). Daerah-daerah yang menjadi sentra produksi tembakau seperti Jember,

Madura, Temanggung, dan lain-lain mungkin akan melindungi pertanian

tembakaunya. Namun untuk daerah-daerah yang bukan menjadi sentra produksi

tembakau dan peranan tembakau sangat marjinal, maka pemrintah daerah

setemapt mungkin tidak akan merasa keberatan jika tanaman tembakaunya beralih

ke tanaman lain yang dapat mendatangkan PAD lebih besar, (Anonim, 2012).

2.4 Ruang lingkup Petani

2.4.1 Pengertian Petani

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian,

utamanya dengan cara melakukan pengolahan tanah dengan tujuan untuk

menumbuhkan dan memelihara tanaman (sererti padi, bunga, buah dan lain – lain)

dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan

19

sendiri ataunpun menjualnya ke orang lain, mereka juga dapat menyediakan bahan

mentah bagi industri buah untuk jus, wol untuk penenunan dan pembuatan

pakaian,(Anonim 2012).

Petani dapat di klasifikasikan dalam 3 kelompok ( Hermanto 2003 ) yaitu :

1. Petani gurem adalah petani kecil yang memiliki luas lahan 0,25 Ha. Petani

ini merupakan kelompok petani miskin yang memiliki sumber daya

terbatas.

2. Petani modern merupakan kelompok petani yang menggunakan tehnologi

dan memiliki orientasi keutungan melalui pemanfaatan tehnologi tersebut.

apabila petani memiliki lahan 0,25 Ha tapi pemanfaatan tehnologinya baik

dapat juga di katakan petani modern.

3. Petani primitive adalah petani petani dahulu yangbergantung pada sumber

daya dan kehidupan mereka berpidah – pindah (non modern).

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi

sebagian atau seluruhkebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas

meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (temasuk penagkapan ikan)

dan pengamatan hasil laut.peranan petani sebagai pengelolah usaha tani berfungsi

mengambil keputusan dalam mengorganisasi faktor –faktor produksi yang di

ketahui (Hermanto 2003).

Petani adalah orang, baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai

lahan sendiri yang mata pencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanaman

pertanian, khusus petani di indonesia pada umumnya bukan termasuk farmer

dengan berhektar – hektar tanah pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant

20

dengan sebidang kecil sawahatau ladang, bahkan kadang – kadang hanya sekedar

buruh tani saja (Murtopo 1995) sehingga dapat di simpulkan bahwa petani adalah

seorang yang mempunyai lahan sendiri atau tidak dan sementara waktu atau tetap

menguasaisatu atau beberapa cabang usaha di bidang pertanian dalam arti yang

luas baik itu dengan tenaga sendiri atau tenaga bayaran dalam pengolahannya.

Petani secara umum diartikan sebagai seseorang yang mengurus atau

memelihara tumbuhan dan hewan. Petani dalam ilmu pertanian ini dibedakan

menjadi beberapa bagian. Hal ini dikarenakan status petani yang berbeda-beda.

Dalam kegiatan usaha pertanian, petani merangkap dua peranan yaitu sebagai

berikut : (Juliana, 2006).

1. Petani sebagai penggarap yang memiliki peranan memilihara tanaman dan

hewan agar mendapatkan hasil yang diperlukan.

2. Petani sebagai manager yang memiliki peranan sebagai pengurus, pengelola

serta bertindak sebagai sebuah pemimpin dalam kegiatan pertanian.

Dalam usaha pertaniannya, petani sebagai manager ini memiliki tiga tipe

berbeda. Perbedaan tipe ini dilihat dari status petani tersebut, (Anonim 2012).

seperti:

1. Petani pemilik yang merupakan status petani yang memiliki, mengelola,

memberi pupuk dan menuai hasil dari usaha pertaniannya.

21

2. Petani yang melakukan pengerjaan lahan sendiri dan juga mengerjakan usaha

pertanian milik orang lain. Hal ini memungkinkan petani jenis ini memiliki

pendapatan dari dua sumber sekaligus.

3. Petani penyakap yaitu seorang petani yang hanya menggarap tanah mliki

orang lain. Sehingga pendapatan petani status ini diperoleh dari bagian hasil

yang telah diambil oleh pemiliki lahan atau tanah pertaniannya.

Petani menurut Rodjak (2006) sebagai unsur usaha tani memegan perang

yang pentingdalam pemeliharaan tanaman atau ternak agar dapat tumbuh dengan

baik, ia berperan sebagai pengolah usaha tani. Petani sebagai pengolah usaha

taniberarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan

yang di miliki atau di sewa dari petani lainnya untuk kesejahtraan hidup

keluarganya. Petani yang di maksud dalam hal ini adalah orang yang bercocok

tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh

kehidupan dari kegiatan itu.

2.5 Pasar Moderen dan Pasar Tradisional

2.5.1 Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern,

umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu

dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota

masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket,

department store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada,

toko serba ada dan sebagainya, (Anonim, 2008).

22

Pasar modern merupakan pasar yang tidak banyak berbeda dari pasar

tradisional namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara

langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang

(berkode). Berada dalam bangunan dan pelayanannya di lakukan secara mandiri

(swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga barang – barang yang dijual, selain dari

bahan makanan seperti buah, sayuran dagin, sebagian besar barang lainnya yang

di jual adalah barang yang deapat bertahan lama, (Anonim, 2013).

Adapun ciri – ciri pasar modern secara umumnya (Anonim, 2013), yaitu :

1. Tidak terikat oleh suatu tempat tertentu,bisa di mana saja.

2. System pembayaran bisa di lakukan secara non tunai (transfer,paypal )atau

transaksi menggunakan alat mesin bank

3. Penjual dan pembeli tidak harus ketemu langsung.

4. Tempatnya ber-AC

5. Harga suda di tentukan sesuai ketetapan dan di berikan barcode

6. Barang yang di jual beraneka ragam dan umumnya tahan lama

7. Tempat bersih.

8. Tata tempat dalam system pengaturan barang di lakukan berdasarkan jenis

barang demi untuk mempermuda pencarian barang

9. Pembayaran di lakukan suatu induk yaitu kasir

Pasar moderen tembakau di jual dalam keeadan keadaan jadi, yaitu suda

di kemas dengan rapi dan suda berbentuk rokok . Produk rokok termasuk kategori

yang mudah di dapat dan di beli setiap waktu. Produksi rokok ini tidak lepas dari

tar dan nikotin, yang di maksud tar adalah proses pembakaran antara tembakau,

23

kertas, saos, cengkeh, dan bahan kimia yang ada dalam setiap batang rokok,

sedangkan nikotin adalah racun dari tembakau, (Anonim 2008).

Jenis produk rokok yang sudah beredar dan di pasarkan di pasar moderen

(Anonim 2008) :

1. Sigaret kretek Mesin (SKT)

Pembuatan rokok sudah menggunakan mesin, di mana pada setiap

barangnya di berikan filter untuk menyarin nikotin yang akan terhisap.

2. Sigaret Putih Mesin (SPM)

Proses pembuatan rokok dengan menggunakan peralatan yang bermesin

dengan kadar nikotin yang sangat rendah. Rokok ini biasanya merupakan

merek rokok lisensi dari luar negeri.

2.5.2 Pasar Tradisional

Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk

fisik tradisional yang menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara

langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat

baik di desa, kecamatan, dan lainnya (Anonim,2008).

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah.

Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah,

termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda

yang dimiliki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau

koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang

dagangan melalui tawar-menawar (Pepres RI No. 112, 2007).

24

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung. Dalam

pasar tradisional terjadi proses tawar menawar, bangunan biasanya terdiri dari

kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun

suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-sehari seperti bahan

– bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian,

barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu ada juga yang menjual kue-kue

dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak di temukan di

Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan

pembeli untuk mencapai pasar (Anonim, 2007).

Adapun ciri – ciri pasar tradisional, (Anonim, 2015), yaitu :

1. Proses jual beli barang dan lain – lain melalui proses tawar menawar harga.

2. Barang yang di jual umumnya keperluan sehari – hari dan barang campuran.

3. Harga barang yang di perjual belikan relatif murah dan terjangkau.

4. Areal pasar tradisional biasanya di tempat terbuka.

25

2.6 Kerangka Pemikiran

Karangka Pemikiran adalah rumusan-rumusan yang di buat berdasarkan

proses berfikir deduktif dalam rangka menghasilkan konsep-konsep dan proposisi

baru yang memudahkan seorang peneliti. Secara rigkas karangka Pemikiran

mecakup langkah-langkah:(Qadir Gassing dan Wahyuddin Halim, 2009).

Gambar 1. Kerangka pemikiran sistem penyuluhan petani tembakau dalam

meningkatkan kapasitas menghadapi pasar moderen di Desa

Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

SISTEM PENYULUHAN

PENGOLAHAN TEMBAKAU SECARA TRADISIONAL

PANEN

PASAR MODEREN PASAR TRADISIONAL

PEMASARAN

BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU

26

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa

Kabupaten Bulukumba. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan

pertimbangan bahwa tembakau ini memiliki potensi untuk meningkatkan

kesejahteraan petani. Selain itu, tembakau ini merupakan salah satu dari

sedikitnya komoditi yang masih bertahan di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini

di lakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2015.

3.2 Tehnik Penentuan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah petani tembakau, jumlah populasi petani

sebanyak 139 petani di tarik sampel sebanyak 15%, Dari jumlah tersebut

dilakukan teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode purposive

dimana setiap anggota dipilih secara sengaja, jumlah sampel sebanyak 20 orang

petani tradisional.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Sumber

data diperlukan untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan

fokus penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan

data sekunder.

27

1. Data primer

Data primer adalah yang diperoleh dari orang yang terlibat atau yang

menjadi subyek penelitian dari obyek yang diteliti, petani tradisional dan

pedagang. Data tentang informasi yang diperoleh langsung dari sampel melalui

wawancara dan pengamatan di lapangan.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang yang diperoleh dari data yang sudah

ada, seperti data monografi, dokumen, laporan, dan studi kepustakaan tentang

buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang harus digunakan

dalam mengadakan suatu penelitian, agar mendapat data sesuai dengan apa yang

diinginkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilaksanakan secara

langsung untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya dari obyek

penelitian. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

partisipan yang bertujuan untuk menjaring perilaku individu yang terjadi dalam

kenyataan sebenarnya. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini adalah

mengamati kondisi dan keadaan responden yang menjadi objek penelitian ini.

28

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengadakan tanyajawab kepada responden untuk mendapat data yang akurat.

Tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam

pikiran dan hati orang lain, yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui

observasi. Disamping itu juga untuk memastikan dan mengecek informasi yang

diperoleh.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan pencarian data mengenai hal-hal berupa

catatan, transkrip, buku, rapat, agenda, dan sebagainya. Teknik ini dipergunakan

untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis deskriktif kualitatif,

analisis deskriktif kualitatif digunakan untuk mengetahui sistem penyuluhan

petani tembakau dalam meningkatkan kapasitas menghadapi pasar moderen,

dimana datanya diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada

responden.

3.6 Defenisi Operasional

1. Sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian penyuluh menyampaikan

arahan atau materi ke petani tembakau tradisional.

2. Penyuluhan adalah arahan atau materi yang di sampaikan penyuluh kepada

petani tembakau tradisional.

29

3. Petani adalah orang yang melakukan suatu usahatani tembakau secara

tradisional.

4. Tembakau adalah bahan utama dalam pembuatan rokok.

5. Pasar modern adalah pasar yang di kelola secara moderen dan barang yang

dijual pula sudah di kelola secara moderen seperti tembakau menjadi rokok

yang sudah di kemas secara mesin,dengan mesin moderen.

6. Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau

menyampaikan komoditas tembakau kepada konsumen.

7. Pasar tradisional adalah pasar yang pengolahannya masih sederhana dan bahan

yang di pasarkan masih banyak yang belum di kelola dengan mesin moderen

seperti tembakau masih di jual dalam bentuk tembakau yang telah di olah

secara sederhana sekali.

30

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Sapobonto adalah salah satu desa yang berada dalam Pemerintahan

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumpa Propinsi Sulawesi Selatan.

Desa Sapobonto terletak ±19 Kilometer dari Ibukota Kecamatan bulukumpa

dan ±65 Kilometer dari Ibukota Kabupaten Bulukumba. Luas wilayah Desa

Sapobonto adalah 1.035 Ha yang terbagi atas empat lima yakni dusun sapobonto,

Pattoengan, Lemponge, Munte Timur, Munte Barat, Ili, Batu Tompo, dan

Lembang, yang kesemuanya itu terdiri dari 24 RT dan 12 RW.

Desa Sapobonto berada pada Daerah yang Strategis dimana terdiri dari

Daerah Pertanian dan daerah Perkebunan sehingga sumber penghasilan utama

masyarakat Sapobonto bersumber dari Petanian dan Perkebunan .Adapun Batas-

batas Wilayah Desa Sapobonto adalah :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai dan Desa

Balangtaroang.

b. Sebelah Timur : Desa Bonto Bulaeng Kecamatan Bulukumpa dan Desa

Bonto Lohe Kecamatan Rilau Ale.

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Kindang.

d. Sebelah Barat : Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

31

4.1.2 Keadaan Iklim

Pada umumnya Kabupaten Bulukumba rata – rata mengalami curah hujan

yang maksimal termasuk Desa Sapobonto yang mana curah hujannya cukup tinggi

yang terjadi pada bulan Juli – Desember. Musim kemarau berkisar pada bulan

bulan Januari hingga bulan Juni.

4.2 Kondisi Demografis

4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.

Usia dan jenis kelamin sering dijadikan patokan untuk menggambarkan

produktivitas dan berdasarkan sensus tahun 2014, Desa Saponto memiliki jumlah

penduduk sebanyak 3.559 jiwa, yang tersebar dalam beberapa kelompok umur, di

mana penduduk laki – laki berjumlah 1.748 jiwa, dan perempuan berjumlah 1.811

jiwa, penyebaran penyebaran penduduk di Desa Sapobonto dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Di Desa

Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

No Kelompok

Umur (tahun)

Laki –

laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Jumlah Presentase(%)

1

2

3

0-14

15- 54

55+

466

1030

252

439

1080

292

905

2110

544

25,5

59,3

15,2

Jumlah 1748 1811 3559 100,0

Sumber : Kantor Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba

Tahun 2014.

32

4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tingkat pendidikan adalah merupakan hal yang sangat penting artinya bagi

suatu masyarakat,khususnya bagi kaum petani karna pendidikan berperan dalam

menerima informasi atau inovasi baru dalam perkembangan zaman. Makin tinggi

tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang maka semakin cepat pula

menerima informasi atau inovasi baru. Tingkat pendidikan petani tembakau

menunjukan tingkat keterampilan dalam mengelolah usaha tani yang digelutinya,

khususnya dalam menghadapi masalah tembakau tradisianal dalam menghadapi

pasar moderen. Tingkat pendidikan yang di sajikan di sini adlah tingkat

pendidikan formal yang pernah di ikuti dan di tamatkan petani tembakau.

Mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Sapobonto Kecamatan

Bulukumpa Kabupaten Bulukumba, dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keadaan Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sapobonto

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

Tidak Sekolah

Belum Sekolah

TK

SD

SLTP

SMU

Diploma

Perguruan tinggi

213

250

56

1754

698

445

54

89

6,0

7,0

1,6

49,3

19,6

12,5

1,5

2,5

JUMLAH 3559 100,0

Sumber : Monografi Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten

Bulukumba, 2014.

33

Grafik 1. Keadaan Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sapobonto

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

Pada Grafik 1 menunjukan bahwa penduduk yang mempunyai tingkat

pendidikan yang tertinggi adalah SD sebanyak 1754 jiwa dengan presentase

49,3 %. sedangkan tingkat pendidikan terendah Diploma adalah sebanyak 54 jiwa

dengan presentase 1,5%, dan penduduk yang tidak sekolah sebanyak 213 jiwa

dengan presentase 6,0%, dan perlu diketahui bahwa di Desa Sapobonto

pendidikan sangat penting bagi masyarakat.

4.3 Kondisi Pertanian

4.3.1 Pola Penggunaan Lahan

Lahan adalah melakukan evaluasi sumberdaya lahan yang merupakan

proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan yang berbagai penggunaannya.

Dalam evaluasi sumberdaya lahan, ada tiga aspek yang penting untuk di

perhatikan, di perhatikan, yaitu aspek lahan, penggunaan lahan dan ekonomi

0

200

400

600

800

1000

1200

TAMAT

SEMENTARA SEKOLAH

TIDAK SEKOLAH

TIDAK TAMAT

BELUM SEKOLAH

34

lahan. berbagai aktifitas hidup dari manusia dengan mahluk hidup lainnya. lahan

tana tembakau ini merupakan warisan dari orang tuanya.

Luas lahan Desa Sapobontro yaitu 1.035 Ha, lahan ini terdiri dari lahan

perkebunan 405 Ha, lahan persawahan 340 Ha, dan lahan pemunkiman 290

Ha.penggunaan lahan dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penggunaan Lahan di Desa Sapobonto

No Jenis lahan Luas lahan

(Ha)

Presentase

(%)

1

2

3

Lahan perkebunan

Persawahan

Pemunkiman

405

340

290

40,0

32,0

28,0

Jumlah 1.035 100,0

Sumber : Data Kantor Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten

Bulukumba.

4.3.2 Sumber Daya Manusia.

Suber daya manusia yang di maksud adalah tenaga kerja yang merupakan

salah satu produksi utama yang selalu ada dalam suatu kegiatan. Tenaga kerja

tersebut baik yang terlibat langsung mauupun tidak terlibat langsung merupakan

suatu kesatuan komonitas yang saling membutuhkan dalam segala aktifitas

kegiatan.

Sejalan dengan kegiatan ini, maka meskipun sebagai salah satu industri

yang tergolong kecil, tertentu juga melibatkan beberapa orang sebagai

sumberdaya dalam proses produksi.

35

4.3.3 Sarana Dan Prasarana.

Sarana dan perasarana yang di miliki Desa Sapobonto Kecamatan

Bulukumpa Kabupaten Bulukuba Tahun 2014 dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sarana dan Prasrana Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten

Bulukumba 2014

No Prasarana Jumlah

1

2

3

4

5

Sarana Pemerintahan :

Kantor Kepala Desa

Sarana Pendidikan :

TKA / TPA

SD

SLTP

MA

Sarana Peribadatan

Masjid

Sarana irigasi :

Irigasi semi teknis

Sarana umum :

Posyandu

Pustu

Perpipaan airbersih

MCK Umum

Jembatan

Jalan

Lapangan sepak bola

1 unit

5 unit

3 unit

2 unit

1 unit

12 unit

10 titik

5 unit

1 unit

5 unit

1 unit

7 unit

20 km

1 unit

Sumber : Kantor Desa Sapobonto, 2014

36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Petani Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani tembakau yang ada di Desa

Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Karakteristik petani

responden dalam penelitian ini meliputi, umur, tingkat pendidikan, jumlah

tanggungan keluarga, pengalama berusaha tani dan luas lahan. Karakteristik

petani responden adalah sebagai berikut :

5.1.1 Umur Petani

Umur petani dapat mempengaruhi keterampilan petani serta keberhasilan

dalam pengelolaan suatu cabang usahatani yang di usahakan. Umumnya petani

yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang relatif besar di

bandingkan dengan petani umur tua. Akan tetapi petani yang lebih tuah memiliki

lebih banyak pengalaman sehingga lebih berhati – hati dalam proses

pengambilan keputusan terutama usaha tani yang menuntut adanya resiko yang

tinggi. Ditribusi presentase umur petani responden di sajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah dan Presentase umur petani responden di Desa Sapobonto

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

No Umur

(Tahun)

Jumlah

(Orang )

Presentase

(%)

1

2

3

4

5

21 – 29

30 – 38

39 – 47

48 – 56

57 – 65

3

7

2

5

3

15,0

35,0

10,0

25,0

15,0

Jumlah 20 100,0

Sumber :Data Primer yang telah di olah 2015

37

Pada Tabel 5 dapat di jelaskan bahwa secara umum responden merupakan

umur produktif dengan kisaran 15 % berada pada kisaran umur 21-29 tahun,

35,0% pada kisaran umur 30-38 tahun,10 % berada pada 39-47 tahun, dan 25,0%

berada pada kisaran umur 48-56 tahun. Sedangkan 10,0 % lainnya berada pada

kisaran umur kurang produktif .

Umur seorang petani berpengaruh terhadap kemanpuan fisik dalam

meluangkan waktu dan tenaga kerja baik dalam pekerjaan mencari bnafkah.

Makin tua umur seseorang petani makin sedikit kemempuan fisiknya dalam

bekerja khususnya dalam hal ini kemampuannya dalam mengalokasikan fisiknya

dalam usahatani pengolahan tembakau.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani mempengaruhi perubahan perilaku dan

memunkinkan dirinya berpartisipasi dalam kehidupan sosial untuk meninkatkan

kesejahtraan bangsa dan kehidupannya.hal ini terjadi oleh karena pendidikan yang

cukup memotivasi seseorang untuk banyak berbuat dalam memenuhi kebutuhan

sendiri. Adapun presentase tingkat pendidikan petani responden dilihat pada

Tabel 6.

38

Tabel 6. Jumlah dan Presentase tingkat pendidikan petani responden di Desa

Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

No Pendidikan Jumlah

(Orang)

Presentase

(%)

1

2

3

4

Tidak Tamat SD

SD

SLTP

SLTA

7

4

4

5

35,0

20,0

20,0

25,0

Jumlah 20 100,0

Sumber data : Data Primer yang telah di olah 2015

Tabel 6 dapat di jelaskan bahwa 35,0% tidak tamat SD, dan 20%

berpendidikan SD, SLTP 20%, dan SLTA 25 %. Hal ini memberikan gambaran

bahwa umumnya tingkat pendidikan responden tinggi telah ada mencapai pada

tingkat SLTA namun masih di jumpai yang tidak tamat SD sebanyak 7 orang

(35 %), kondisi ini berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam hal tehnik

pengolahan tembakau,salah satunya adalah tehnik pemasaran ke pasar moderen.

5.1.3 Pengalaman Berusaha Tani Responden

Pengalaman berusahatani sangat penting dalam dalam rangka pengelolaan

usahatani. Pengalaman berhubungan dengan keterampilan penggunaan tehnologi,

dan jika di dukun oleh umur petani yang produktif, maka petani akan lebih

mampu melakukan penerapan tehnologi dalam usahataninya.

Pengalaman dalam berusahatani merupakan faktor yang cukup menunjang

seorang petani dalam meningkatkan produktivitas dan kemanpuan kerjanya

dalam berusatani. Disamping itu pengalaman berusahatani juga sangat

memberikan dampak terhadap terhadap problem (masalah ) terhadap inovasi

baru.untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 7.

39

Tabel 7. Jumlah dan Presentse pengalaman berusaha tani petani Responden di

Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

No Pengalaman

(Tahun)

Jumlah

(orang)

Presentase

(%)

1

2

3

4

10-14

15-19

20-24

25-50

7

5

2

6

35,0

25,0

10,0

30,0

Jumlah 20 100,0

Sumber : Data primer yang telah di olah 2015

Tabel 7 menunjukan bahwa responden mempunyai berusaha tani 10 – 14

tahun sebesar 35,0% , 25,0%, 15- 19 tahun, 10,0 % 20 -24 tahun dan pengalaman

25 -50 tahun sebanyak 30,0%. Dengan demikian di simpulkan bahwa petani

responden telah mempunyai pengalaman berusaha tani tembakau yang cukup

lama sehingga pada dasarnya responden melakukan pengolahan tembakau

tradisional sejak dahulu oleh karena itu upaya dalam menghadpi pasar moderen

mereka harus meninkatkan produksi dan mutu yang baik, pengalaman responden

yang cukup lama dalam melakukan kegiatan ini perlu dukungan dan metode

penyuluhan yang efektif dan efisien.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Secara tidak langsung banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi

tinkat kesejahtraan keluarga petani. Di pihak lain besarnya tanggungan keluarga

adalah beban yang berat bagi petani dalam, menghidupi keluarganya, namun di

sisi lain merupakan tenaga kerja apabila anggota keluarga laki–laki dan suda

cukup dewasa. Jumlah anggota keluarga petani responden di jelaskan pada

Tabel 8.

40

Tabel 8. Jumlah dan presentase Tanggungan Keluarga Petani responden di Desa

Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

No Tanggungan keluarga

(Orang )

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1

2

3

1-2

3-4

5-6

12

5

3

60,0

25,0

15,0

Jumlah 20 100,0

Sumber : Data primer yang telah di olah 2015.

Tabel 8 mengemukakan bahwa 60,0%, petani responden mempunyai

jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1 sampai 2 orang, 25,0% sebanyak 3

sampai 4 orang,15,0% sebanyak lebih dari 5 sampai 6 orang. Hal ini memberikan

indikasi bahwa jumlah tanggungan keluarga petani di anggap cukup relatif besar

karena sebagian besar (25,0 %) mempunyai tanggungan keluarga >2 orang.

Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan alokasi waktu

petanikhususnya dalam melakukan pengolahan tembakau. Jumlah tanggungan

keluarga yang banyak akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahtraan keluarga

dan akan menuntut anggota keluarga lainnya misalnya ibutani dan anak – anak

membantu dalam meluangkan waktu dan tenaganya dalam pengolahan tembakau.

5.1.5 Luas Lahan

Luas lahan yang di miliki dapat member gambaran bahwa makin luas

lahan yang dimiliki, maka semakin tinggi status sosial ekonomi petani hal ini

disebabkan petani yang memiliki lahan yang lebih luas adalah petani yang

41

mempunyai kemanpuan ekonomi di banding dengan petani yang memiliki luas

lahan yang kurang luas.

Di daerah pedesaan seseorang petani yang memiliki lahan yang luas secara

otomatis memiliki status sosial yang lebih tinggi di banding dengan yang

memiliki luas lahan yang kurang luas.

Luas lahan usahatani petani responden di Desa Sapobonto Kecamatan

Bulukumpa Kabupaten bulukumba dapat di sajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah dan Presentase luas lahan petani responden di Desa Sapobonto

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

No Luas Lahan

(Ha)

Jumlah

(Orang)

Presentase

(%)

1

2

0,50 – 0,75

0,76 – 1,01

17

3

85,0

15,0

Jumlah 20 100,0

Sumber : Data Primer yang telah di olah 2015.

5.2 Sistem Pengolahan Petani Tembakau Tradisional

5.2.1 Sistem Pengolahan Tembakau Tradisional

Sistem pengolahan tembakau tradisional di Desa Sapobonto saat ini masih

sangat tradisional, walaupun sudah ada mesin moderen yang di berikan

pemerintah namun alat tersebut tidak di pergunakan karena hasil dari mesin tidak

sesuai yang diinginkan petani, yaitu mengurangi mutu tembakau. Hal ini di

ungkapkan Oleh ketua kelompok Tani Dusun Pattoengan Bapak Syukri.

Berdasarkan data di lapangan, adapun cara pengolahan tembakau tradisional di

Desa Sapobonto dapat di lihat pada Gambar 2 :

42

Gambar 2. Alur pengolahan tembakau.

1. Panen

a. Umur Panen

Pemanenanan atau pemetikan daun tembakau yang terbaik adalah pada

saat tanaman cukup umur dan daun- daunnya telah matang petik yang dicirikan

dengan warna hijau kekuning – kuningan. Daun - daun yang demikian akan

menghasilkan krosok yang bermutu tinggi dan aromanya tajam.

Krosok tembakau yang bermutu tinggi mempunyai nilai jual yang tinggi.

Namun, pada beberapa hal, misalnya karena permintaan pasar dan letak daun

pada batang, maka pemetikan yang terbaik dapat di lakukan pada tingkat daun

PANEN

SORTASI, PEMERAMAN, PENGGULUNGAN

PERAJANGAN

PENGEMASAN DALAM BAMBU

PEMASARAN

PENGERINGAN

PENGEMASAN DENGAN DAUN PISANG

PENGASAPAN

43

yang hampir masak. Karena bila di petik tepat masak dan masak sekali kualitas

daun setelah pengeringan justru mengalami kemerosotan terutama aromanya.

Tembakau tradisional untuk pemetikan yang baik adalah pada tingkat tepat

masak atau hampir masak, pemetikan pada tingkat ini akan menghasilkan krosok

yang berwarna keabu – abuan dan elastis, ( mudah digulung ) Pemetikan daun

muda atau daun tua akan menghasilkan krosok yang rapuh (tidak elastis) sulit di

gulung, dan warna yang tidak menarik.

Tembakau yang di petik lewat umur daunnya sudah terlalu tua yang

dicirikan dengan warna kuning tua yang menghasilkan krosok yang bermutu

rendah.

b. Cara panen

Cara memanen daun tembakau di lakukan dengan menebang batang

pertama beserta daun – daunnya tepat pada pangkal batangnya atau hanya

memetik daun – daunnya saja tampa menebang batangnya. Penggunaan kedua

cara tersebut tergantung pada:

1. Jenis atau varietas

Berdasarkan data di lapangan varietas tembakau yang ada yaitu :

a. Tembakau Reli

Tembakau reli merupakan tembakau yang berdaun agak kecil panjang dan

pohonnya agak tinggi sekitar 1meter, dan mutunya menurut responden sangat

bagus.

44

b. Tembakau Nippong

Tembakau Nippong merupakan tebakau yang berdaun lebar dengan

ukuran tingga 75 cm dan memiliki daun yang banyak hanya saja mutunya agak

kurang.

2. Keseragaman

Pemasakan daun, karena ada beberapa jenis tembakau yang memiliki

waktu masak yang bersamaan dan beberapa varietas tembakau tidak memiliki

waktu yang bersamaan pada proses pemasakan daun.

3. Perlakuan Budidaya

Pemanenan daun di lakukan dengan cara pemetikan, pemetikan daun di

lakukan perlembar berdasarkan tingkat kemasakan dan letaknnya pada batang,

pemetikan di lakukan pada daun – daun yang masak lebih dahulu, sedangkan yang

belum masak di simpan dulu untuk di petik pada waktu berikutnya setelah

mencapai tingkat kemasakan tepat masak. Pemetikan daun yang di lakukan

dengan tangan, selanjutnya pemetikan dapat di lakukan selang 3-5 hari. Biasanya

sekali petik hanya 2-4 helai daun tiap tanaman.

Permasalahan yang kadang terjadi yaitu bila pemanenan di lakukan dengan

menebang batangnya tepat pada pangkal, terkadang ada daun tembakau yang

belum tepat masak, daun tersebut bisa kotor / tergores saat diangkut ke tempat

penampungan tembakau

c. Saat panen

Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting di perhatikan dalam

mendapatkan kualitas panen yang tinggi, adapun yang harus di perhatikan :

45

kematangan daun, keseragaman daun dalam proses penanaman, dan penanganan

daun hasil panen.

Sebagian besar dari varietas tembakau di panen berdasarkan tingkat

kematangan daunnya di lakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan

pemetikan duan sampai tiga daun pada setiap tanaman dengan interval satu

minggu hingga daun tanaman habis.

Secara umum saat yang baik untuk memetik daun tembakau adalah pagi

atau sore hari dalam keadaan cucaca cerah.

d. Hal –hal yang harus di perhatikan pada saat panen

1. Pemanenan daun tembakau harus cukup umur, tidak terlalu muda dan

tidak terlalu tua.

2. Semua daun tembakau harus di perhatikan baik daun bagian bawah

maupun bagian atas.

3. Harus teliti dalam mengangkut daun tembakau, agar tidak terjadi

kerusakan.

4. Harus memperhatikan varietas yang di tanam dan waktu pemanenan yang

tepat.

2. Pascapanen

Pascapanen Tembakau di Desa Sapobonto berdasarkan data di lapamgan

melalui respoden petani di kerjakan apabila selesai panen, hal ini masih di

kerjakan secara tradisional, adapun langkah – langkahnya sebagai berikut :

46

1. Sortasi, Pemeraman,Penggulungan

Setelah sampai di tempat penyimpanan daun tembakau, kemudian di

lakukan pemeraman, dengan cara daun – daun tembakau di susun pada posisi

pangkal ibu tulang daun di bagian bawah. Pada saat penyusunan daun tersebut

sekaligus di lakukan sortasi, yaitu daun – daun yang terlalu mudah atau terlalu tua

yang ikut di panen di pisahkan.

Penyusunan daun di lakukan satu lapis agar daun tembakau tidak rusak,

baik karena tertindih maupun oleh panas yang timbul akibat proses pemeraman itu

sendiri terutama bila tumpukannya terlalu banyak, apabila di lakukan bersusun

maka tiap susunan di lakukan pada semacam rak sehingga tidak saling menindih.

Lantai tempat pemeraman umumnya di beri alas akar atau anyaman bambu pada

kondisi kering,untuk menjaga agar daun tembakau tidak banyak kehilangan air

selama proses pemeraman berlangsung selama 2 hari 2 malam. Pada bagian atas

setiap susunan daun tembakau di beri penutup daun pisang, sedangkan pada saat

basah daun tembakau di atur tidak terlalu rapat dan sebaiknya di susun di atas

anyaman bambu sehingga terjadi aerasi untuk pengurangan kandungan air, agar

daun tembakau tidak busuk.

Setelah pemeraman pertama kemudian di lakukan sortasi dan

penghilangan ibu tulang daun tembakau yang terlalu masak atau masi berwarna

hijau (mudah) di pisahkan. Sedangkan daun – daun yang terpilih dan di hilangkan

ibu tulang daunnya, tujuan dari penghilangan ibu tulang agar hasil rajangan

tembakau tidak hancur dan menghasilkan tekstur yang baik. Kemudian di gulung

dengan posisi daun yang berwarna lebih masak diluar dan daun yang lebih mudah

47

di dalam, selanjutnya di peram lagi selama semalam agar daun – daun yang lebih

mudah beruah menjadi lebih masak hingga siap untuk di rajang, tiap gulungan

terdiri dari 15-20 lembar.

2. Perajangan

Perajangan merupakan proses pemotongan daun tembakau yang

mempunyai tujuan mengembangkan potensi mutu kimia di dalam daun dan

sekaligus akan mempercepat selesainya pengeringan.

Pekerjaan merajang daun tembakau di lakukan dengan menempatkan

gulungan daun tembakau pada alat perajang yang terbuat dari kayu kemudian

mengiris gulungan – gulungan daun tebakau dengan ukuran rajangan berkisar

0,5 – 1,0 mm.

Menghindari terlalu banyak daun tembakau rajangan yang memar, maka

pisau yang di gunakan harus benar – benar tajam ( pisau khusus ) karena itu pada

alat perajang di lengkapi dengan batu pengasah yang setiap saat dapat di gunakan.

Perajangan sebaiknya di lakukan pada saat menjelang matahari terbit, sehingga

setelah di Rajang tembakau segera di keringkan. Jika terlalu lama waktu

perajangan dengan pengeringan maka dapat menurunkan mutunya karena warna

tembakau menjadi kusam.

3. Pengeringan

Pengeringan di lakukan pada widing yang terbuat dari anyaman bambu

dengan ukuran 1m × 2,5m, tembakau yang telah di rajang di campur dengan hati –

hati agar homogen. Kemudian di atur lurus di atas anyaman bambu dengan

ketebalan 1-2 cm searah panjang widing, tembakau dalam widing di usahakan

48

selalu tegak lurus dengan datangnya cahaya matahari dan tidak menyentuh tanah

untuk mempercepat pengeringan di lakukan pembalikan sekali dalam sehari

sekitar pukul 11.00 pengeringan ini berlangsung selama 4 hari 4 malam dengan

tingkat kekeringan 100 % agar menghasilkan mutu yang berkualitas dan tidak

mudah rusak.

4. Pengemasan dengan Bambu

Setelah tembakau menjadi cukup lemas kemudian di gulung dengan hati –

hati dengan di kemas dalam tikar daun siwolan / lontara. Selanjutnya rajangan

tembakau yang suda di kemas dalam tikar di simpan terlebih dahulu selama

semalam sampai tembakau rajangan benar – benar lemas kemudian di kemas

dalam bambu dengan cara, rajangan tembakau di masukan ke alat penggulungan

(panggapaneng ) kemudian digulung lalu di masukan kedalam bambu kemudian

di tumbuk kedalam agar merapat degan ukuran ketebalan 1,5 cm dan diameter

tergantung dari bambu yang di gunakan, panjang bambu 75 cm, dalam satu bambu

berisi 46-47 gulungan tembakau, kemasan bambu yang di gunakan karena itu

lebih muda di temukan dan memberi bentuk yang menarik, juga memudahkan

untuk pengopena, dan menghidari jamur yang tumbuh.

5. Pengasapan

Tembakau yang suda di kemas dalam bambu di asapi di atas bara api,

tembakau dalam open harus sering di balik agar kematangannya merata,

pengopenan di lakukan selama 4 hari jika api terus menerus menyalah dan 8 hari

jika apinya tidak menyala terus menerus.

49

6. Pengemasan dengan daun pisang

Tembakau yang siapa untuk di jual di eceran biasanya di keluarkan dari

bambu kemudian di kemas dengan menggunakan daun pisang tujuannya agar

tembakau tidak kering atau basah pada saat di jual. Ukuran tembakau dalam

kemasan tidak di tentukan jumlah gulungannya karena tergantung dari lebar daun

pisang yang di gunakan karena pada saat di jual itu di buka kembali dan di jual

pergulungan kecil.

7. Pemasaran

Tembakau yang sudah di kemas dalam bambu maupun dalam kemasan

daun pisang biasanya di pasarkan di pasar yang terletak di pedesaan dan biasanya

juga ada pedagang yang dari luar Kabupaten, yaitu dari Kabupaten Bulukumba

sendiri Sinjai, Bantaeng, dan Malakaji Kabupaten Gowa, yang mendatangi

langsung petani untuk membeli tembakau yang di kemas dalam bambu.

3. Standar Mutu

Mutu tembakau sangat beragam dan penilaiannya yang bersifat manual

dan visual sangat sangat tergantung pada kebutuhan pabrik rokok.walaupun

demikian secara umum standar mutu tembakau meliputi warna, bodi, aroma,

tingkat kekeringan,kebersihan, kemurnian, ketuaan daun, posisi daun dan lebar

rajangan,(Anonim 2012 ).

Mutu tembakau yang terdapat di lokasi penelitian yaitu bervariasi sampai

ke tingkat 3. Tingkat pertama merupakan mutu yang paling bagus baik aromanya,

bodi,dan tampilan warnanya dengan harga perkemasan bambu Rp.180.000. ke

atas Tingkat kedua mutu agak sedikit berkuran terlihat di tampilan warna dan

50

aroma,dengan harga perkemasan bambu Rp. 100.00 ke atas. Sedangkan tingkat

ketiga merupakan tingkat yang paling rendah dengan harga yang bervariasi mulai

dari harga Rp. 50.000 – Rp 100.000 perkemasan bambu, karena bagian ini hasil

daun yang paling bawah dan istilah di lapangan di sebut matuna (dalam bahasa

setempat).

Tingkat pertama kualitasnya sudah bisa masuk di pasar moderen karna

sudah memenuhi kriteria yang di inginkan di pasar moderen, hanya saja belum

bisa di pasarkan ke pasar moderen karna jumlahnya masi sangat kurang.

4. Kondisi Pemasaran Tembakau Tradisional

Berdasarkan penelitian di lapangan masalah yang di hadapi petani dalam

pasar moderen yakni masalah pemasaran dimana petani dalam hal ini belum

menguasai akses pemasaran, juga belum adanya kerjasama petani tembakau

tradisional kepada pihak perusahaan yang terkenal. Jadi untuk saat ini semua

responden petani memasarkan hasil produksi tembakau tradisional di pasar

tradisional yang terletak di pedesaan, di sebabkan oleh produksi tembakau yang di

hasilkan oleh petani dengan penguasaan lahan yang relatif kecil.

Sampai saat ini pengembangan jaringan pemasaran hasil produksi

tembakau masih terkendala oleh banyak masalah di antaranya keterbatasan petani

dalam penggunaan tehnologi, komunikasi dan informasi,akses permodalan sarana

dan prasarana, serta pemasaran yang belum mendukung, rencana produksi yang

kurang jelas.

Masalah penggunaan tehnologi di Desa Sapobonto, petani belum

memiliki mesin sendiri, dan petani belum bisa menggunakan mesin moderen.

51

Problem informasi, kurangnya informasi dari penyuluh ke petani tentang

pemasaran tembakau begitu pulah ke petani pihak lain, kurangnya komunikasi

yang terjalin antara petani dan penyuluh.

Pemasaran tembakau tradisional hanya melalui pedagan eceran, belum

bisa sampai ke pedagan besar, di akibatkan karena belum ada pedagan besar yang

menawarkan kerja sama dengan pihak petani.

Rencana produksi tembakau tradisional biasanya tidak sesuai antara yang

di harapkan petani misalnya, petani menunggu hasil yang melimpah sesuai yang

mereka budidayakan tetapi hasilnya tidak sesuai malah sangat menurun.

5. Masalah Pengolahan Tembakau

Masalah pengolahan tembakau yang terdapat di Desa Sapoboto yaitu :

1. Tehnologi, alat yang di gunakan pada saat ini masi sangat tradisional sekali.

2. Mutu tembakau masih sangat kurang sehingga belum bisa masuk ke pasar

moderen dan bekerjasama dengan perusahaan terkenal.

3. Kemasan, penggunaan kemasan tembakau masih terbuat dari bambu dan

daun pisang sehingga banyak orang belum tertarik untuk membelinya.

4. Modal, semua responden petani dalam pengolahan tembakau menggunakan

modal sendiri yang sangat terbatas, padahal dalam pengolahan tembakau ini

sangat memerlukan modal yang besar untuk memperoleh hasil yang baik

5. Pemasaran, saat ini petani belum menguasai akses pemasaran sehingga

pedagang yang masuk seenaknya saja menentukan harga tanpa

memperhatikan seberapa besar modal yang telah di keluarkan.

52

5.2.2 Sistem Penyuluhan Tembakau Dalam Menghadapi Pasar Moderen

Sistem penyuluhan yang di lakukan di Desa Sapobonto Kecamatan

Bulukumpa Kabupaten Bulukumba berdasarkan penelitian dari respoden di

lapangan, penyuluh memberikan arahan dan motivasi adapun sistem yang di

tempuh penyuluh dalam menyampaikan.

a. Metode Penyuluhan Petani Tembakau

1 Kunjungan

Kunjungan yang di lakukan penyuluh yaitu mendatangi langsung petani

dan kelompok tani membicrakan problem yang sebenarnya di alami petani

tembakau, dan penyuluh juga ikut serta membantu petani mengatasi problem

dengan memberikan gambaran dan motivasi kepada petani. Kunjungan yang di

lakukan penyuluh di Desa Sapobonto ini tidak secara rutin hanya sekali dalam

musim tanam (4 – 5 bulan) sehingga petani kurang terampil dalam pengolahan

tembakau menghadapi pasar moderen. Penyuluh juga tidak intensif mendatangi

petani penyuluh seharusnya dating minimal sekali dalam sebulan.

Penyuluh yang melakukan kunjungan ke petani mengadakan pertemuan di

sekola tani tembakau dan penyuluh juga terjun langsung kelapangan, penyuluh

yang melakukan kunjungan di sekolah tani tembakau memberikan materi serta

arahan kepada respoden petani di Desa Sapobonto mengenai cara pengolahan

tembakau. Sedangkan penyuluh yang terjun ke lahan pertanian tembakau mereka

memberikan contoh kepada responden tentang pengolahan tembakau.

53

2 Studi banding

Dari data di lapangan, studi banding yang pernah di laksanakan kelompok

tani tembakau, yaitu penyuluh mengajak seluruh ketua kelompok tani tembakau

untuk mengikuti stadi banding di Soppeng pada tanggal 11-13 Mei 2015 guna

untuk melihat usaha tani tembakau yang lebih maju dan moderen alasan penyuluh

mengajak petani yaitu untuk melihat secara langsung sistem pengolahan tembakau

secara moderen agar petani dapat menjadikan acuan untuk memajukan usaha

pertanian tembakau di Desa Sapobonto.

Hal – hal yang di dapat responden petani saat mengikuti studi banding di

Soppeng mereka memiliki pengalaman serta menambah wawasannya tentang

pengolahan usaha tani tembakau yang sudah moderen di mulai dari sistem

pengolahannya sampai ke pemasaranya bahkan sampai ke konsumennya.

Responden juga mengatakan bahwa usaha tani tembakau di sana maju

karena lahan yang di gunakan cukup luas dan sistem kelompok tani juga efektif

bahkan sudah kerja sama dengan perusahaan Rokok.

b. Penggunaan Media Penyuluhan

Kemanpuan agen penyuluhan untuk mempengaruhi petani mengalami

peningkatan, sebagian di sebabkan oleh pembangunan di bidang tehnologi

komonikasi dan informasi, dan sebagian lagi penggunaan ilmu-ilmu social dalam

penyuluhan, (Van Den Ban, 1999).

Berdasarkan penelitian yang di dapat di lapangan penggunaan media

penyuluhan yang di gunakan yaitu media komonikasi, petani lebih mudah

memahami informasi penyuluh melalui media komonikasi langsung, karena ketika

54

mendapatkan informasi petani ingin mengetahui lebih dalam tentang informasi

tersebut.

c. Adopsi Tehnologi Petani Tembakau

Perbedaan tingkat adopsi tehnologi umunya di pengaruhi oleh karakteristik

inovasi antara lain dalam aspek :

1. Tingkat kemudahan dalam mencoba aspek yang di tawarkan

Kemudahan dalam mencoba aspek yang di tawarkan adalah seberapa besar

kemungkinan sinergi tehnologi informasi dalam iplementasi, kemudahan di coba

ada hubungannya dengan kemudahan memilah sebagai contoh pada petani, bahwa

petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah di coba dalam skala kecil di

lahannya sendiri dan terbukti lebih baik daripada mengadopsi dalam skala besar.

2. Tingkat keuntungan dari biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang akan di

peroleh

Keuntungan relatif di lihat dari kemungkinan inovasi membuat petani mencapai

tujuannya dengan lebih baik atau biaya yang lebih renda daripada yang telah di

keluarkan sebelumnya. Keuntungan relatif dapat di pengaruhi oleh pemberian

insentif pada petani, misalnya menyedikan benih dengan harga subsidi, dan

tehnologi yang siap untuk di gunakan.

3. Tingkat kemudahan dari pemahaman dan penerapan inovasi

Inovasi sering gagal karena tidak di terapkan secara benar, beberapa di antaranya

memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Sebagai contoh adakalanya

lebih penting memperkenalkan sekumpulan paket inovasi yang relatif sederhana

tetapi saling berkaitan, walaupun kaitan – kaitan tersebut sulit di pahami.

55

d. Inovasi Tehnologi Penyuluhan

Inovasi pertanian adalah segala sesuatu yang di hasilkan melalui kegiatan

penelitian dan pengkajian pertanian untuk membantu perkebangan pertanian

secara umum. Secara umum, inovasi pertanian dapat berupa produk (varietas

benih), pengetahuan (knawledge), maupun alat mesin pertanian.

Berdasarkan penelitian inovasi tehnologi penyuluhan yang di lakukan

penyuluh yakni pemberian benih dan tehnologi, namun yang tidak di terimah

petani yakni masalah tehnologi karena mereka tidak tertarik dengan alat tersebut,

petani masih tetap memnggunakan alat tradisi yang di wariskan, mereka

menganggap bahwa alat tradisi itu lebih baik hasilnya di bandingkan dengan

tehnologi mesin yang di bagikan penyuluh.

5.2.3 Sistem Pemasaran Hasil Produksi Tembakau Ke Pasar Moderen

Dari data di lapangan menunjukan bahwa hasil produksi tembakau belum

bisa di pasarkan di pasar moderen, hal tersebut terjadi produksi tembakau

menurun tiap tahunnya. Hasil produksi ini juga belum bisa masuk ke pasar

moderen karena belum memenuhi syarat, belum adanya hubungan kerja sama ini

di ungkapkan oleh Respoden yang bernama pak Aldi yang berprofesi sebagai

petani juga pedagang.

Tembakau tradisional ini hanya bisa di pasarkan di pasar tradisional karna

tidak bisa masuk di pasar moderen, pemasaran tembakau ini walaupun tidak bisa

di pasarkan di pasar moderen namun pemasarannya di pasar tradisional itu sudah

meluas bahkan sudah ke daerah lain. Yaitu Bulukumba sendiri, Sinjai, Bantaeng,

56

Malakaji Kabupaten Gowa, walaupun belum mencakup unsur pemasaran,daerah

lain masih memili membeli karena harganya murah namun mutunya bagus.

Dari penelitian sebelumnya di Kabupaten Pati dengan produk tembakau

pati pemasarannya sudah terbilang moderen karena sudah menggunakan empat

unsur, iklan, promosi penjualan, personal selling, dan publisitas. Personal salling

menjadi metode komonikasi pemasaran paling efektif dan banyak di lakukan oleh

pelaku usaha industri rokok di pati. Industi rokok di pati umumnya mengandalkan

komonikasi pemasaran melalui personal selling (sales) di area pasar. komunikasi

pemasaran iklan, promosi penjualan, dan publisitas masih jarang di gunakan oleh

industri rokok di Kabupaten Pati.

Perbandingan pemasaran antara di Kabupaten Pati dan Kabupaten

Bulukumba sangat terlihat jelas, di Kabupaten Pati periklananya sudah ada dan

juga sudah bekerja sama dengan pihak perusahaan sedangkan di Kabupaten

Bulukumba belum ada periklanannya dan juga belum kerja sama dengan pihak

perusahaan.

5.2.4 Keterkaitan Antara Penyuluh dan Pembangunan Pertnian

Pembangunan pertanian adalah suatu upaya yang merubah proses

peningkatan produksi pertanian, perilaku petani, corak masing-masing usaha tani,

atau mengubah perbandingan antara biaya dan nilai hasil bagi tiap perusahaan

pertanian. Secara lebih konprensif, pembangunan pertanian di artikan sebagai

suatu proses peningkatan produktivitassistem pertanian yang di lakukan oleh

berbagai pihak, seperti pemerintah dan pemangku kepentingan, dengan cara

57

memanfaatkan beragam sumber daya alam, ilmu pengetahuan dan tehnolog,

modal, sumber daya manusia dan kelembagaan yang di tujukan untuk

meningkatkan kesejahteraankeluarga dan masyarakat pertanian,(Anonim, 2011).

Penyuluh berperan untuk membantu masyarakaat desa dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang belum terlaksana,untuk meningkatkan

produktivitas, penyuluh juga menyebarkan hasil-hasil penelitian. Penyuluh

berperan untuk memberikan akses kepada petani imput produksi dan selalu

merespon terhadap perubahan yang terjadi di sekitar.perumusan lain dari tujuan

penyuluh pertanianadalah untuk membantu petani agar dapat meningkatkan

keterampilannya dalam mengambil keputusan tentang produksi, pemasaran, dan

investasi dalam usaha taninya.

Petani membutuhkan suatu dorongan semangat, mereka membutuhkan

rekan yang akan menyemangati dan mendampingi mereka dalam mengelolah

usahataninya.

58

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sapobonto Kecamatan Bulukumpa

Kabupaten Bulukumba menunjukan bahwa Sistem Penyuluhan Petani Tembakau

dalam Meningkatkan Kapasitas Menghadapi Pasar Moderen di Desa Sapobonto

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba menunjukan bahwa untuk sistem

penyuluhan bagi petani masih sangat minim untuk meningkatkan kapasitas

produksi dan mutu tembakau, dan permodalan yang digunakan sangat terbatas

karena belum ada koperasi peminjaman dana, alat yang di gunakan masih

tradisional yang di wariskan secara turun temurun, Selain itu belum efektifnya

kelompok tani dalam mengelolah tembakau, sistem penyuluhan tembakau yang

dilakukan penyuluh yaitu, metode penyuluhan, penggunaan media penyuluhan,

adopsi tehnologi petani tembakau, inovasi tehnologi penyuluhan. Keterkaitan

antara penyuluh sangat erat namun pada hakikatnya penyuluh masih kurang

perhatiannya kepetani tembakau dalam membantu mengatasi masalah yang

mereka hadapi.

6.2 SARAN

Sebaiknya penyuluh memberi lebih intensif dan memberi penyuluhan

sarana untuk meningkatkan kapasitas tembakau menghadapi pasar moderen dan

berperan aktif dalam membantu petani meningkatkan pengetahuan dan

memberikan solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi baik yang sekarang

59

maupun yang akan datang. Dalam hal di beri rantai pemasaran dan perdagangan

sarana dan prasarana untuk bisa masuk ke pasar moderen, hal ini petani merasa

terbantu dalam menghadapi beban, supaya komoditi ini mampu bertahan untuk di

kembangkan dalam membantu nilai ekonomi masyarakat Desa Sapobonto.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. eksistensi pasar tradisional dengan moderen.html di akses 18 April

2015

Anonim, 2008 Eksistensi Pasar Tradisional Ditengah Pesona PasarModern(online).. http:// di akses18 April 2015.

Anonim, 2011. Pengertian sistem penyuluhan.furgoninspired.blogspot.com. di akses

27 juli 2015.

Anonim, 2012. Proposal Penelitian Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Pendapatan Petani Tembakau di Kecamata Lareh Sago.

Halaban(on-line).. http:// D4 PPGT blog .html di akses 11 Maret 2015.

Anonim, 2015.Defenisi atau pengertian defenisi pasar tradisional dan ciri – ciri.

www.pengertianku net umum. Di akses 24 juli 2015.

Abdullah, Achmad. 1991. Cara Panen dan Pengolahan Daun Tembakau. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Badan Litbang Pertanian.

Abdullah Ahmad, dan Soedarmanto,1982,Budidaya tembakau. Jakarta : CV

Yasaguna.

Adrianto, 2013. Tembakau dalam kuasa kapitalisme. Yokyakarta

Basuki Sesanti; Suwarso, Sri Yulaikah dan Fathkur Rochman. 2005. Status Plasma

Nuftah Tanaman Tembakau, dalam Buku Pedoman PengelolaanPlasma

Nuftah Perkebunan. Pulitbang Perkebunan, Badan Litbang Pertanian.dan

Roni A. rusli Jakarta

Ben, 1999. Pengertian penyuluhan pertanian. http://www.deptan penyuluh.htm. di

akses 18 April 2015.

Departemen. Pertanian 2002. penyuluhan pertanian. http://www.deptan

penyuluh.htm. di akses 18 April 2015.

Departemen. Pertanian 2009. Penyuluhan pertanian. http:/www.deptan penyuluh.htm

.di akses 18 April 2015.

Departemen Pertanian Sulawesi Selatan, potensi provensi,Pertanian, 2013.

Dahl dan Hammond,2004.Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan,Pengendali

an Dan Implementasi,Edisi Ke Sembilan. Terjemahan Oleh Hendra Dan

Teguh.

Fauziyah, E. 2010. Analisis efisiensi teknis usahatani tembakau. Fakultas Pertanian

Universitas Trunojoyo.

Firdaus Muhammad,2012. Manajemen agribisnis edisi I cetakan ke empat Jakarta :

Bumi Aksara.

Heriyanto, A. 2000. Analisis pendapatan usahatani dan efisiensi produksi tembakau

Madura program intensifikasi tembakau rakyat.Bogor.

Hermanto,F 2003. ilmu usaha tani.jakarta: penerbit swadaya Indonesia agency for

agricultural research and development, Jakarta

Hanafi dan Suefanddin, 2010, Pengantar Ekonomi Pertanian.edisi I Yokyakarta.

Herawati Wahyu Dewi. 2013, Tehnik Budidaya Tembakau Varietas Virgina. Edisi I

Jogjakarta.

Hudojo, 1990. Pengertian masalah menurut para ahli.http : www.arti.com. htm. di

akses 18 April 2015.

Juliana 2006.ilmu usahatani adalah merupakan cabang ilmu pertanian. Penerbit

Universitas Indonesia.

Mardikanto,2003.Penyuluhan Pembangunan Pertanian.UNS Press. Surakarta.

Mursid, 2010. Pengertian pemasaran. http://www htm. di akses 18 April 2015.

Mubyarto, 1995. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta : LP3S.

Rodjak, 2006. Pembangunan pertanian.jakarta : Bumi aksara

Soehartono,N.P.2005 redefenisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Pusat

pembangunan agrobisnis dan perhutanan sosial. Surakarta.

Qadir Gassing, Wahyuddin Halim, 2009.pedoman Penulisan Karya Tulis

Ilmiah.Penerbit Alauddin Press Makassar.

Lampiran 1 :Questioner Sistem Penyuluhan Petani Tembakau dalam

Meningkatkan Kapasitas Menghadapi Pasar Moderen Di Desa

Sapobonto Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba

QUESTIONER PENELITIAN

Identitas Responden

1. Nama Responden :

2. Umur Responden : Thn

3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden :

4. Jumlah Tanggungan Keluarga : Orang

5. Pengalaman Berusahatani Responden : Thn

6. Luas Lahan : Ha

7. Pekerjaan Pokok Responden :

8. Pekerjaan Saampingan

Indeks Permasalahan

1. Bagaimana sistem pengolahan tembakau tradisional, apakah dalam

pengolahannya sudah menggunakan alat modern atau belum?

Alasan : ……………………………………………………………………

…...…………………………...…………………………………

Jelaskan :……………………………………………………………………

…..…………………………………………………………………

2. Panen dan pasca panen

a. Pada saat umur berapa tanaman Tembakau di panen?

b. Bagai mana cara pemanenan tembakau?

c. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemanenan tembakau ?

d. Apa yang perlu di perhatikan dalam pemanenan tembakau?

e. Apa yang harus di lakukan dalam pengolahan pasca panen tembakau?

3. Apaka produksi hasil tembakau tradisional langsung di jual atau di simpan

dulu.?

Alasan :…………………………………………………………………

………………………………...………………………………

Jelaskan : ………………………………………………………………

………………………………………………………………..

4. Apakah hasil produksi tembakau di jual langsung ke pedagan besar ?

Alasan :…………………………………………………………………

……………………...……………..…………………………

Jelaskan : ………………………………………………………………

………………………………………………………………..

5. Bagai mana sistem penyuluhan dalam pemasaran hasil produksi tembakau

tradisional ke pasar moderen ?

Alasan :.........................................................................................................

.................................................................................................

Jelaskan : .......................................................................................................

......................................................................................................

6. Apakah dalam pemasaran tembakau tradisional ke pasar modern

mengalami problem ( masalah)?

Alasan :……………………………………………………………………

…………………..………………...………………………………

Jelaskan : …………………………………………………………………

……………………………………………………………………

7. Bagaimanakah kaitannya sistem penyuluhan tembakau tradisional dengan

pemasaran ?

Alasan : ……………………………………………………………...…

………………………………………………………………

Jelaskan : ………………………………………………………………

…………………………………………………………………

8. Bagaimana keterlibatan penyuluh dalam mengatasi problem pemasaran

tembakau ?

Alasan :……………………………………………………………...…

…………………………………………………………………

Jelaskan : ………………………………………………………………

…………………………………………………………………

Lampiran 2. Identitas Responden

No Nama Responden

Tinkat Pendidi

kan

Umur (Tahun)

Pengalaman Usaha Tani

Luas Lahan

(ha)

Tanggungan keluarga

(Orang)

1 Adil SD 34 15 0,65 1

2 Aldi SD 31 14 0,55 4

3 Sabar SMP 32 11 0,50 2

4 Askar SMP 32 13 0,50 3

5 P.lide - 55 15 0,65 1

6 P. syukri SMA 43 19 0,50 3

7 P. saenal SMA 41 19 0,55 3

8 P. jamile - 57 24 0,70 2

9 Lukman SMA 29 13 0,50 2

10 P. tampa - 54 25 0,75 1

11 Ahmad SMP 29 12 0,50 2

12 P. baddong - 54 25 0,50 2

13 P. syamsudding - 53 23 0,95 6

14 Hj. Amiruddin SMA 58 35 0,77 1

15 Anwar SMA 38 18 0,55 5

16 P. becce - 59 35 0,50 1

17 P. sanupe SD 35 12 0,70 5

18 Sulaeman SD 29 13 0,55 2

19 M. ali SMP 35 17 0,55 2

20 P. mahamuddin - 58 28 0,65 4

Lampiran 3. Foto Dokumentasi penelitian

Gambar 1. Wawancara dengan ketua kelompok tani Tembakau Bapak Syukri.

Gambar 2. Wawancara dengan responden bapak Aldi (petani dan pedagang) dan bapak

Sulaeman (petani).

Gambar 3 tanaman tembakau

(a). tembakau usia 2 bulan (b). tembakau usia 3 bulan

Gambar 4 pemanenan daun tembakau

(a).pemanenan daun bawah (b). pemanenan daun bagian tengah ke atas

Gambar 5. sortasi, pemeraman,penggulungan

(a). sortasi dan penggulungan (b). pemeraman

Gambar. 6. perajamaman daun gulungan tembakau.

(a). perajangan berdiri (b). alat perajangan dudu

Gambar. 7. pengeringan rajangan tembakau dalam weding.

(

a). pengeringan (b). alat pengeringan (weding)

Gambar. 8. Cara Pengemasan rajangan tembakau dalam bambu.

(a). rajangan tembakau yang telah di jemur (b). penggulungan rajangan tembakau

Gambar. 9. cara pengemasan rajangan tembakau ke dalam bambu.

(a).gulungan tembakau yang dimasukan dalam (b). penumbukan tembakau dalam kemasan

Bambu

Gambar 10. Pengesapan Tembakau

.

Gambar 11 gulungan tembakau yang siap di gunakan

Gambar . 12. alat pengemasan rajangan tembakau.

Gambar 13 alat perajaman daun tembakau

(a). perajaman tembakau yang mesin. (b). perajaman tembakau yang tradisional.

Gambar.14.cara Pengemasan tembakau dalam daun pisang

(a).gulungan tembakau yang mau di kemas (b). pengemasan tembakau kedalam daun

dalam daun pisang pisang

Gambar 16. Tembakau tradisional dalam bentuk kemasan daun pisang yang siap di

pasarkan

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bulukumba tanggal 14 April 1993 dari

ayah Asri dan ibu Murni. Penulis merupakan anak ke dua

dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang di lalui penulis adalalah SD Negeri

No 223 Kampung Baru Sinjai Borong, SMP negeri 1 Sinjai Borong dan lulus

pada tahun 2008, kemudian MAN Tanete Bulukumba dan lulus pada tahun

2011. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kuliah kerja

propesi (KKP) di Pangkep dan magan, pada tahun 2015.

Selain itu penulis juga pernah aktif menjadi pengurus Himpunan agribisnis

priode 2014/2015. tugas akhir dalam pendidikan tinggi di selesaikan menulis

skripsi yang berjudul “Sistem Penyuluhan Petani Tembakau Dalam

Meningkatkan Kapasitas Menghadapi Pasar Moderen di Desa Sapobonto

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.