Perilaku Protes Masyarakat Pencinta Kretek Dalam Wacana Pengendalian Tembakau Skala Global

35
LEMBAR COVER TUGAS 2014 NamaNoMahasisw a AnggaHertomi No. Mahasiswa 11/317857/SP/24743 NamaMatakuliah Perilaku Politik Dosen AAGN Ari Dwipayana dan Mada Sukmajati JudulTugas Jurnal Perilaku Politik Jumlah Kata 6.140 CHECKLIST Sayatelah: Mengikutigayareferensitertentusecarakonsisten................ Memberikan soft copy tugas................................... Deklarasi Pertama, sayamenyatakandengansebenar-benarnyabahwa: Karyainimerupakanhasilkaryasayapribadi. Karyainisebagianbesarmengekspresikan ide danpemikiransaya yang disusunmenggunakan kata dangayabahasasayasendiri. Apabilaterdapatkaryaataupemikiran orang lainatausekelompok orang, karya, ide danpemikirantersebutdikutipdenganbenar, mencantumkansumbernyasertadisusunsesuaidengankaidah yang berlaku. Tidakadabagiandaritugasini yang pernahdikirimkanuntukdinilai, dipublikasikandan/ataudigunakanuntukmemenuhitugasmatakulia h lain sebelumnya. Kedua, sayamenyatakanbahwaapabilasatuataulebihketentuan di atastidakditepati, sayasadarakanmenerimasanksi minimal berupakehilanganhakuntukmenerimanilaiuntukmatakuliahini. 1

Transcript of Perilaku Protes Masyarakat Pencinta Kretek Dalam Wacana Pengendalian Tembakau Skala Global

LEMBAR COVER TUGAS 2014NamaNoMahasiswa

AnggaHertomiNo. Mahasiswa 11/317857/SP/24743NamaMatakuliah Perilaku PolitikDosen AAGN Ari Dwipayana dan Mada SukmajatiJudulTugas Jurnal Perilaku PolitikJumlah Kata 6.140

CHECKLISTSayatelah:

Mengikutigayareferensitertentusecarakonsisten................Memberikan soft copy tugas...................................

DeklarasiPertama, sayamenyatakandengansebenar-benarnyabahwa:

Karyainimerupakanhasilkaryasayapribadi. Karyainisebagianbesarmengekspresikan ide danpemikiransayayang disusunmenggunakan kata dangayabahasasayasendiri.

Apabilaterdapatkaryaataupemikiran orang lainatausekelompokorang, karya, ide danpemikirantersebutdikutipdenganbenar,mencantumkansumbernyasertadisusunsesuaidengankaidah yangberlaku.

Tidakadabagiandaritugasini yangpernahdikirimkanuntukdinilai,dipublikasikandan/ataudigunakanuntukmemenuhitugasmatakuliah lain sebelumnya.

Kedua, sayamenyatakanbahwaapabilasatuataulebihketentuan diatastidakditepati, sayasadarakanmenerimasanksi minimalberupakehilanganhakuntukmenerimanilaiuntukmatakuliahini.

1

_________________________ ____________________________TandaTangan Tanggal

PerilakuProtes Masyarakat Pencinta Kretek DalamWacana Pengendalian Tembakau Skala Global

Oleh : Angga Hertomi1

Kretek merupakan sesuatu yang tidak asing bagi masyarakatIndonesia terutama masyarakat Jawa. Persoalan terkaittembakau dan kretek dewasa ini melibatkan kepentingan asingmelawan kelompok-kelompok masyarakat pencinta kretekyang ada di Indonesia. Kepentingan asing seakan mengadudomba antara masyarakat pro kretek dan masyarakat antikretek. Dengan berbagai dukungan dari asing maupun negara,kelompok anti tembakau dan kretek terus menyudutkankeberadaan tembakau dan kretek. Perilaku protes kelompokpencinta kretek hadir sebagai bentuk perlawanan yangmenyuarakan nasib petani, buruh, dan pedagang yangmenggantungkan hidupnya dari tembakau dan kretek. Kretekharus dipandang dari kacamata yang lebih luas sebagaimanifestasi berdaulat dibidang politik, berdikari dibidangekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya.

ewasa ini isu terkait tembakau menjadi perbincangan hangat

di berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Berbagai wacana

terkait tembakau ramai dipergunjingkan baik dalam tataran

pemangku kebijakan yaitu negara, juga ramai menjadi bahan

diskusi dalam berbagai forum masyarakat sipil. Wacana yang

berkembang tidak sebatas membahas mengenai tembakau sebagai

D

1Mahasiswa Jurusan Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada

2

komoditas ekonomi, namun lebih jauh diskusi-diskusi yang ada

membahas dan mengkaji mengenai tembakau sebagai khasanah

budaya terutama kretek sebagai produk unggulan yang mempunyai

sejarah luhur di dalam dinamika masyarakat Indonesia.

Kretek dianggap sebagai sebuah bagian dari budaya bangsa

Indonesia yang melekat sejak zaman kerajaan. Jika menilik

lebih jauh tentang bagaimana kretek ada ditengah masyarakat

Indonesia, kita akan diajak kembali ke zaman dimana Roro

Mendut hidup pada masa Kerajaan Mataram. Pada masa itu rokok

kretek bukan sekedar menjadi komoditas ekonomi yang di

dipasarkan oleh Roro Mendut, namun lebih jauh kretek digunakan

sebagai alat negosiasi untuk tetap menjadi manusia yang bebas

tanpa terkekang oleh kehidupan istana sebagai selir. Tentu

dapat dilihat bagaimana kretek menjadi instrumen penting dalam

politik perdagangan dan alat diplomasi pada masa itu.

Rokok Indonesia terutama kretek pada perkembangannya di

tengah persaingan industri rokok global semakin tersudutkan

dengan berbagai regulasi serta tekanan-tekanan wacana anti

tembakau. Berbagai elemen masyarakat Indonesia mulai

kehilangan jati diri sebagai bangsa yang menghargai sejarah

dan budaya dengan melakukan berbagai upaya anti tembakau yang

tentu saja mengancam keberlangsungan industri kretek dalam

negeri. Wacana anti tembakau yang gencar dilakukan di

Indonesia menjadi keprihatinan tersendiri bagi penulis karena

dilakukan hampir di semua lapisan masyarakat termasuk

akademisi dan mahasiwa yang mempunyai rasionalitas dalam

menganalisis suatu permasalahan.

3

Sedangkan disisi lain berbagai elemen masyarakat yang

menggantungkan hidupnya pada tembakau dan industri rokok terus

terpojok dan semakin lemah tanpa adanya proteksi dari negara.

Kehadiran negara tidak dirasakan sebagai aktor pelindung dan

penyelamat, justru negara hadir sebagai fasilitator bagi upaya

pemusnahan tembakau dan kretek. Berbagai elemen masyarakat

seperti petani tembakau, buruh linting, bahkan pedagang kecil

yang menjajakan rokok tidak mendapatkan hak sebagai aktor-

aktor penting dalam memuluskan masuknya devisa yang besar ke

dalam pundi-pundi negara yang “menindas” mereka.

Dalam permasalahan ini, negara hadir malah sebagai aktor

“antagonis” bagi masyarakat pencinta kretek dan petani

tembakau. Pemerintah melalui Rencana Peraturan Pemerintah

(RPP) Pengendalian Tembakau justru memuluskan jalan bagi

matinya petani tembakau dan kretek secara perlahan-lahan namun

pasti. RPP Pengendalian Tembakau yang akhir-akhir ini menjadi

pembahasan pada tataran pemangku kebijakan memang tidak

terlalu diekspos oleh media. Namun apabila RPP tersebut resmi

di sahkan, maka dapat dipastikan akan mengancam

keberlangsungan industri rokok kretek dalam negeri yang selama

ini menjadi tulang punggung devisa negara.

Meskipun begitu masyarakat yang peduli terhadap tembakau

dan kretek terus melakukan upaya-upaya protes tandingan

sebagai antitesis kalangan anti rokok dan anti tembakau.

Berbagai elemen pencinta kretek semisal Komunitas Kretek,

Asosiasi Petani tembakau Indonesia (APTI), Aliansi Masyarakat

Tembakau Indonesia (AMTI), Asosiasi Petani Cengkeh

Indonesia(APCI), dan berbagai aliansi serta gerakan masyarakat4

yang peduli terhadap tembakau dan kretek terus melakukan

wacana tandingan dalam upaya menyelamatkan kretek dari gerusan

wacana global anti tembakau yang tengah berkembang.

Berbagai bentuk protes yang dilakukan oleh berbagai

elemen pencinta kretek dan masyarakat yang peduli tembakau

menunjukkan bahwa masyarakat mulai berani untuk menyuarakan

isu-isu terkait kedaulatan sebagai bangsa yang mempunyai

martabat ditengah gempuran wacana global. Petani, terutama

petani tembakau mulai berani menyuarakan apa yang menjadi

kepentingannya. Jika dilihat dari kacamata sosiologis, Hotman

Siahaan menganalisa bahwa fenomena ini sebagai bentuk

perlawanan simbolik petani untuk menuntut dan menegakkan

subsistensi mereka sebagai masyarakat bawah, yaitu sebagai

petani.1

Hal tersebutlah yang menjadikan penulis tertarik untuk

mengangkat bagaimana masyarakat yang peduli terhadap kretek

dari berbagai kelas sosial, profesi, berbagai kalangan umur

melakukan kegiatan protes tentang ketidakadilan yang mereka

lihat didepan mata terkait upaya pemusnahan kretek sebagai

khasanah budaya nusantara dan sebagai komoditas ekonomi yang

menghidupi berjuta-juta masyarakat Indonesia. Tentu akan

menjadi kajian yang menarik untuk melihat bagaimana momen ini

bisa saja menjadi pionir gerakan masyarakat akar rumput yang

konkret dalam era demokrasi yang semakin dewasa ini.

11Hotman. M. Siahaan , “Anarki” Sebagai Upaya Memepertahankan Subsistensi diPedesaan dalam Sudibyo, Agus :Wacana Penjarahan Dan Kekerasan Simbolik Terhadap Petani.

5

Dalam tulisan ini akan mendiskusikan secara historis

bagaimana sejarah perkembangan kretek di Indonesia dari waktu

ke waktu. Kemudian juga akan membahas bagaimana hubungan

antara kretek dengan perilaku politik dengan melihat bukti-

bukti sejarah yang ada. Dalam tulisan ini juga akan dibahas

bagaimana wacana-wacana kampanye anti rokok di munculkan oleh

asing melalui WHO. Lebih lanjut akan dibahas mengenai peran

negara dan keberpihakannya dalam perang wacana antara pencinta

kretek dan pelestari tembakau melawan kelompok masyarakat yang

mewacanakan anti rokok dan anti tembakau. Selain itu lebih

jauh akan di bahas bagaimana tindakan protes dan perlawanan

yang dilakukan oleh masyarakat pencinta kretek yang menjadikan

isu terkait tembakau dan kretek menjadi sebuah tindakan protes

secara kolektif dengan berbagai karekter perjuangan.

Sejarah Kretek

Kretek merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi

bangsa Indonesia, terutama dikalangan masyarakat perokok.

Rokok sendiri secara terminologi berasal dari istilah Belanda

“roken” yang berarti mengeluarkan asap. Sedangkan tembakau

sebagai bahan utama rokok lebih dekat dengan bahasa Portugis

“tobaco”. Dalam hal ini pengaruh Portugis dianggap sebagai pihak

yang paling berpengaruh dalam memperkenalkan tanaman tembakau

di Indonesia, karena bangsa Portugislah yang pertama kali

datang ke Indonesia dan secara besar-besaran melakukan

perdagangan rempah-rempah. Sedangkan Belanda dalam satu sisi

hanyalah sebagai pihak yang memaksa bangsa Indonesia untuk

menanam tembakau pada massa tanam paksa, terutama di Jawa dan

Sumatera.6

Berbicara mengenai kretek, tentu tidak terlepas dari

sejarah dan perkembangan rokok di Indonesia. Dalam beberapa

catatan sejarah, rokok kretek disebut telah menjadi kebutuhan

masyarakat pribumi sejak jaman penjajahan. Dalam catatan

Thomas Stamford Raffles, pada sekitar tahun 1600 rokok telah

menjelma menjadi salah satu kebutuhan hidup kaum pribumi ,

khususnya masyarakat Jawa. Tembakau awalnya masuknya ke Jawa

bersamaan dengan wafatnya Panembahan Senopati, seorang raja

Jawa Pendiri Dinasti Mataram. Hal ini beradasarkan pada Babad

Ing Sangkala bertahun 1601-1602 yang menjelaskan bahwa tembakau

dan tradisi merokok masyarakat Jawa mulai muncul setelah

panembahan Senopati wafat di Gedung Kuning1.

Lebih jauh perkembangan rokok di Indonesia semakin

menjamur, sehingga sampai saat ini muncul berbagai varian

jenis rokok yang dikenal di Indonesia. Pertama jenis rokok

yang dikenal adalah rokok tingwe, yang merupakan singkatan dari

bahasa jawa yaitu linting dewe atau dalam bahasa Indonesia bisa

diartikan sebagai rokok hasil lintingan sendiri. Rokok jenis

ini pada umumnya dibuat dengan mencampurkan tembakau, saus

cengkeh dan kemudian dibungkus dengan klobot atau kulit jagung

yang telah dikeringkan. Tradisi tingwe ini sangat populer

dikalangan masyarakat Jawa sampai saat ini, baik dilakangan

pria maupun wanita.

Jenis rokok yang kedua adalah rokok jenis klembak menyan.

Rokok ini pertama kali berkembang di daerah Cilacap, Jawa

Tengah . Rokok jenis ini memiliki keunikan tersendiri karena

1http://kudus-city.4t.com/sejarah/s-all.htm , diakses pada 8 Januari 2014, Pukul 18:32

7

selain dilinting dengan tangan, campuran saus rokok ini

tergolong aneh yaitu kemenyan. Namun ternyata ada tujuan

tertentu dari tradisi mencampurkan kemenyan dalam rokok

lintingan jenis ini, yaitu sebagai penghangat tubuh dikala

cuaca dingin. Oleh karena ini saat ini rokok jenis klembak

menyan sangat populer dikalangan masyarakat Kebumen,

Temanggung, Dieng (Wonosobo) karena daerah tersebut merupakan

dataran tinggi dengan hawa dingin.

Jenis rokok yang ketiga adalah Sigaret Putih Mesin (SPM)

yang merupakan rokok yang dibuat dengan bantuan mesin dan

menggunakan tembakau jenis Virginia, Burley, dan Oriental.

Rokok jenis ini merupakan salah satu jenis rokok generasi

pertama dan dianggap sebagai rokok satu-satunya di dunia

sebelum rokok kretek ditemukan di Jawa. Keempat, masyarakat

Indonesia juga mengenal jenis rokok rokok klobot kretek yang

disinyalir sebagai versi asli rokok kretek produksi Indonesia.

Rokok jenis ini sangat terkenal di daerah Jawa Tengah dan Jawa

Timur.

Kelima jenis rokok yang populer di Indonesia adalah

Sigaret Kretek Tangan (SKT). Rokok jenis ini merupakan rokok

kretek pertama yang dikenalkan pertama kali oleh HM Sampoerna

sebuah perusahaan rokok di Surabaya dan Mari Kangen dari Solo.

Rokok jenis ini sampai sekarang masih dipasarkan dalam versi

asli tanpa filter. Kelima jenis rokok yang populer dikalangan

masyarakat Indonesia adalah jenis Sigaret Kretek Tangan Filter

(SKTF) yang merupakan rokok yang dibuat dengan mesin pelinting

tangan (handroling machines), dan diperkenalkan pertama kali di

Kudus pada akhir 1960-an.8

Ketujuh masyarakat Indonesia juga mengenal rokok jenis

Sigaret Kretek Mesin (SKM). Rokok jenis ini pertama kali hadir

dipasaran pada 1974 yang dianggap sebagai solusi dari

permasalah produksi rokok kretek terkait penggunaan cengkih

yang menyebabkan warna kecoklatan pada kertas pembungkus.

Dengan penerapan teknologi double –wrapping pada produksi rokok

jenis ini masalah tersebut dapat diatasi.1

Kretek sebagai salah satu varian jenis rokok yang populer

di kalangan masayarakat Indonesia lahir dari Kota Kudus,

sebuah kota kecil di utara Jawa Tengah. Pada akhir abad 19,

seorang tokoh lokal Kudus bernama Haji Djamari melakukan

eksperimen untuk menyembuhkan sakit dada yang dideritanya.

Bermula dari pengetahuannya mengenai khasiat minyak cengkeh

utuk mengobati sakit yang ia derita, Haji Djamari mencoba

membuat rokok dengan campuran rajangan cengkeh pada rajangan

daun tembakau yang kemudian dilinting.2

Hasil eksperimen Haji Djamari tersebut ternyata tidak

sia-sia. Sakit dada yang dideritanya berangsur membaik berkat

campuran rajangan cengkeh pada rokok buatannya. Memang pada

massa itu budaya merokok dan melinting sudah menjadi kebiasaan

dan gaya hidup kaum lelaki di Jawa. Dengan mengetahui khasiat

rajangan cengkeh yang dicampur dalam rokok, Haji Djamari pun

mulai menyebarkan berita tentang penemuannya kepada kerabat

dan teman-temannya, yang kemudian melahirkan istilah “rokok

obat” dikalangan masyarakat Kudus pada waktu itu. Sedangkan

istilah kretek lahir dari bunyi rokok ciptaan Haji Djamari

1Mark Hanusz, Kretek; Cultural and Heritage of Indonesia’s Clove Cigarettes, pp.13-182Sander L. Gilman and Zhou Xun Smoke: A Global History of Smoking, 2004

9

saat di bakar yaitu “kretek kretek”, yang dihasilkan oleh bunyi

cengkeh yang terbakar dalam rokok. Mulai saat itulah rokok

Haji Djamari selain dikenal dengan rokok obat juga dikenal

sebagai kretek.

Kretek dan Perilaku Politik

Kehadiran rokok terutama kretek tidak dapat dipisahkan

dari percaturan politik di Indonesia. Dalam tulisan Kretek: The

Culture and Heritage of Indonesia’s Clove Cigarettes, karya Mark Hanusz,

terungkap bahwa rokok terutama kretek tidak hanya di pahami

sebagai komoditas ekonomi unggulan ketika bangsa Indonesia

berhubungan dengan bangsa asing. Namun lebih jauh kretek

digunakan sebagai alat diplomasi dan media berpolitik bagi

sebagian besar tokoh pada masa perjuang dan setelah

kemerdeaan.

Dalam catatan Mark Hanusz dicertakan bagaimana kretek

bisa menjadi media politik yang sangat kuat bagi tokoh bangsa.

Dalam sebuah jamuan diplomatik di London, salah seorang

diplomat hebat dari Indonesia, H. Agus Salim membuat sebuah

pernyataan yang kontroversial dan cukup menggemparkan suasana

jamuan yang dihadiri bangsawan-bangsawan Kerajaan Inggris.

Pada waktu itu H. Agus Salim menghisap kretek yang dibawanya

dari Indonesia kemudian meniupkan asapnya di sekitar para tamu

yang hadir dalam jamuan. Apa yang dilakukan oleh H. Agus Salim

tentu saja memacing rasa penasaran tamu-tamu yang hadir

mengenai apa yang sebenarnya sedang dihisap oleh H. Agus

Salim. Salah seorang tamu yang hadir bertanya kepada H. Agus

Salim, “What is that thing you are smoking, Sir?”. Seketika itu H. Agus

10

Salim menjawab dengan bahasa politik yang sangat diplomatis

terkait apa yang dihisapnya. Kurang lebih H. Agus Salim

menjawab, “That, Your excellency, is the reason for which the West conquered the

world”. Tentu jawaban yang dilontarkan H. Agus Salim benar

adanya. Memang bahan baku yang digunakan untuk membuat kretek

adalah daya tarik bangsa Barat untuk datang ke Indonesia

dengan tujuan mendapatkan rempah-rempah lalu kemudian memulai

penjajahan terhadap bangsa Indonesia karena hal itu pula. 1

Jauh sebelum H. Agus Salim menggunakan kretek sebagai

alat diplomasi politik, dibagian awal tulisan ini juga telah

disinggung tentang kisah Roro Mendut yang juga menggunakan

kretek sebagai bentuk perlawanan yang sangat beraroma politis.

Roro Mendut sejatinya adalah seorang putri boyongan yang

diperuntukkan bagi penguasa Mataram. Sebagai seorang putri

boyongan tentu Roro Mendut harus bersedia menjadi selir Sang

Penguasa Mataram dan hidup di istana dengan penjagaan yang

ketat. Tidak seperti selir-selir lain yang pasrah menerima

nasib mereka hidup dalam “kurungan” istana, Roro Mendut

mempunyai gagasan untuk dapat bebas dari kekangan kehidupan

istana.

Karena sadar akan posisinya sebagai putri boyongan yang

tidak mempunyai kekuatan secara formal untuk melawan, Roro

Mendut kemudian memutuskan untuk menggunakan strategi

negosiasi untuk tetap dapat menghirup udara bebas. Kretek

dijadikan alat untuk memuluskan jalan Roro Mendut untuk dapat

keluar dari kehidupan istana sehari-hari yang kaku. Roro

1Badil, Rudy, 2011. Kretek Jawa : Gaya Hidup Lintas Budaya. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia. Hal xv

11

Mendut meninta untuk diijinkan berjualan rokok kretek di Pasar

Prawiromanten, dan akhirnya permintaan tersebut di kabulkan

oleh Tumenggung Wiraguna sebagai penguasa Mataram. Politik

perdagangan rokok ini lah yang akhirnya membawa Roro Mendut

terbebas dari kehidupan istana yang serba diatur dan

menghilangkan haknya sebagai manusia yang merdeka.1

Pada era yang lebih modern , kretek tenyata juga menjadi

alat politik yang digunakan oleh para diplomat Indonesia

sebagai oleh-oleh khas dari Indonesia apabila berkunjung ke

negara-negara sahabat. Hal ini mempertegas bahwa kretek tidak

hanya sekedar produk ekonomi, namun kretek lebih jauh harus

dipandang sebagai alat diplomasi politik. Dengan sarana kretek

sebagai oleh-oleh khas yang selalu dinanti oleh diplomat

negara lain, tidak menutup kemungkinan akan melahirkan

keputusan-keputusan dan kesepakatan penting bagi bangsa

Indonesia terkait hubungannya dengan bangsa lain.

Wacana Anti Tembakau

Tembakau dan rokok selalu menjadi kambing hitam dalam

beberapa kasus penyakit yang menyebabkan kematian. Tembakau

dan rokok dianggap sebagai biang keladi munculnya berbagai

macam penyakit yang mengerikan. Berbagai kelompok masyarakat

maupun Lembaga Swadaya Masyarakat tergerak melakukan berbagai

bentuk penolakan atas kehadiran tembakau dan rokok. Berbagai

1Badil, Rudy, 2011. Kretek Jawa : Gaya Hidup Lintas Budaya. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia. Hal.xviii

12

macam varian kampanye antitembakau dan rokok terjadi merata

hampir diseluruh lapisan dan elemen masyarakat.

Rokok juga dipersalahkan dalam meluasnya kemiskinan di

Indonesia karena rokok dianggap sebagai beban biaya ekonomi

dan sosial bagi masyarakat miskin. Kelompok anti tembakau dan

rokok melempar wacana bahwa kerugian akibat merokok yang

terjadi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 200 juta dolar

Amerika. Disebutkan pula pada tahun 2005 kerugian secara

langsung dan tidak langsung akibat tembakau dan rokok di

Indonesia yang meliputi kerugian karena kematian dini, sakit,

dn kecacatan mencapai angka US $ 18,5 Milyar atau sekitar

167,1 Triliun rupiah.1

Kampanye anti tembakau bukan sesuatu yang bisa dianggap

sepele, berbagai kepentingan termasuk kepentingan asing turut

mengambil peran dalam upaya mematikan tembakau dan industri

rokok nasional. WHO sebagai induk organisasi kesehatan dunia

mengeluarkan sebuah strategi bernama Strategi MPOWER23, yaitu

sebuah strategi pengendalian tembakau yang menurut penulis

akan mematikan tembakau dan industri rokok nasional. Strategi

MPOWER merupakan sebuah singkatan dari beberapa langkah WHO

untuk melalukan pengendalian terhadap kematian yang mereka

klaim disebabkan oleh tembakau.

Isi dari stretegi MPOWER tersebut antara lain :

1Kosen, S (2007). ’Penghitungan Beban Ekonomi Tembakau Berdasarkan Data Penyakit dan Biaya RS 2005’. Dipresentasikan pada KONAS IAKMI 2007. Tidak dipublikasikan.2WHO, ‘WHO report on the Tobacco Epidemic’, 20083WHO, country office for Indonesia, MPOWER, Upaya Pengendalian Konsumsi Tembakau.

13

1. Monitor Penggunaan Tembakau dan Pencegahannya

Monitor penggunaan tembakau dan dampak yang

ditimbulkannya harus diperkuat untuk kepentingan

perumusan kebijakan. Saat ini dua pertiga negara

berkembang di seluruh dunia tidak memiliki data dasar

penggunaan tembakau pada anak muda dan orang dewasa.

Hampir dua pertiga perokok tinggal di sepuluh negara dan

Indonesia menduduki posisi ketiga.1

2. Perlindungan terhadap Asap Tembakau

Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang

menghisap rokok tetapi juga orang di sekitarnya (perokok

pasif). Lebih dari separuh negara di dunia, dengan populasi

mendekati dua pertiga penduduk dunia, masih membolehkan

merokok di kantor pemerintah, tempat kerja dan di dalam

gedung. Perlindungan terhadap asap tembakau hanya efektif

apabila diterapkan Kawasan Tanpa Rokok 100%.

3. Optimalkan Dukungan untuk Berhenti Merokok

Tiga dari empat perokok di seluruh dunia menyatakan ingin

berhenti merokok namun bantuan komprehensif yang tersedia

baru dapat menjangkau 5% nya. Bantuan yang dapat diberikan

adalah: 1) Pelayanan konsultasi bantuan berhenti merokok

yang terintegrasi di pelayanan kesehatan primer; 2)

Quitline: Telepon layanan bantuan berhenti merokok yang

mudah diakses dan cuma-cuma; 3) Terapi obat yang murah

dengan pengawasan dokter.

1Global Tobacco Control Report 2008. Data merupakan estimasi dari laporan survey yang masuk dari tiap negara.

14

4. Waspadakan Masyarakat akan Bahaya Tembakau

Walaupun sebagian besar perokok tahu bahwa rokok

berbahaya bagi kesehatan, namun kebanyakan dari mereka

tidak tahu apa bahayanya. Karena itulah, pesan kesehatan

wajib dicantumkan dalam bentuk gambar.

5. Eliminasi iklan, Promosi dan Sponsor terkait Tembakau

Pemasaran tembakau memiliki peranan besar dalam

meningkatkan gangguan kesehatan dan kematian karena

tembakau. Larangan terhadap promosi produk tembakau adalah

senjata yang ampuh untuk memerangi tembakau. Sepuluh tahun

sejak inisiasi larangan iklan rokok dijalankan, konsumsi

rokok di negara dengan larangan iklan turun sembilan kali

lipat dibandingkan dengan negara tanpa larangan iklan.1

6. Raih Kenaikan Cukai Tembakau

Dengan menaikkan cukai tembakau, harga rokok menjadi

lebih mahal. Hal ini merupakan cara yang paling efektif

dalam menurunkan pemakaian tembakau dan mendorong perokok

untuk berhenti.

Selain itu WHO juga mengeluarkan apa yang dikenal dengan

Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang digadang akan

menjadi hukum internasional terkait pengendalian tembakau.

FCTC diklaim oleh WHO sebagai pelindung generasi yang akan

datang dari bahaya tembakau serta produk-produknya termasuk1Saffer H. ‘Tobacco Advertising and Promotion’. In: Jha P. Chaloupka Fl, eds. Tobacco Control in Developing Countries. Oxford, Oxford University Press, 2000.

15

kretek Indonesia. WHO berpendapat bahwa dengan dikeluarkannya

FCTC yang mulai efektif sejak tanggal 27 Februari 2005 ini,

akan berpengaruh besar terhadap upaya penanggulangan bahaya

tembakau seperti kehancuran kesehatan, konsekuensi sosial,

lingkungan dan ekonomi. 1

Adapun pokok-pokok isi dari FCTC yang dikeluarkan oleh

WHO, akan ditampikan pada tabel di bawah ini:

WHO FRAMEWORK CONVENTION ON TOBACCO CONTROL (WHO FCTC)STATUS INDONESIA SAAT INI

Pasaldalam FCTC

Ringkasan Pasal Status Indonesia Saat Ini

5.3Perlindungankebijakanpengendaliantembakaudaripengaruhindustritembakau

Para Pihak harusmelindungi kebijakanpengendalian tembakaudari tujuan komersildan kepentingan lainindustri tembakausesuai UU.

Pengaruh industritembakau:

Tidak ada regulasi /peraturan pemerintahuntuk melindungipengendalian tembakaudari pengaruh industritembakau.

Industri tembakau telahmenyusun peta masa depanindustri tembakau diIndonesia, yang jugamencantumkan komponenkesehatan.

WHO FRAMEWORK CONVENTION ON TOBACCO CONTROL (WHO FCTC)STATUS INDONESIA SAAT INI

PasaldalamFCTC

Ringkasan Pasal Status Indonesia Saat Ini

6. Hargadan Cukai

Para pihak harusmempertimbangkan

Rata-rata cukai rokok saatini adalah 37% dari harga

1WHO Framework Convention on Tobacco Control’, Fifty-Sixth World Health Assembly, 21 May 2003

16

untukmengurangipermintaanterhadaptembakau

tujuan Kesehatannasional dalammenetapkankebijakan pajak danharga produktembakau, termasukpenjualan bebaspajak dan cukai,serta melaporkantingkat pajak dankecenderungankonsumsi dalampertemuan berkala

Tarif cukaiseharusnya mencapai2/3 dari harga jualeceran.

jual eceran. Pajak pertambahan nilai

(PPN) adalah 8,4% dari hargajual eceran.

Peraturan Menteri KeuanganNo. 203/PMK.011/2008 yangberlakuefektif 1 Februari2009 memasukkantarifcukaiyang berkisarantara Rp.80 –Rp.290 perbatang/gramuntukrokokkretekdanrokokputihserta Rp.40 – Rp.200untukkreteklintingdengan HJEterendah Rp.217perbatang/gram dan HJEtertinggilebihdari Rp.660perbatang/gramuntukrokokkretekdanrokokputih. Sedangkan HJE terendahRp.234 perbatang/gram danHJE tertinggilebihdariRp.590 perbatang/gramuntukkreteklinting.Batasanjumlahproduksipabriklebihdari 2 milyarbatang(gol.I); tidaklebihdari 2milyarbatang (gol.II)untukrokokkretek,rokokputihdankreteklintingsertatidaklebihdari 500jutabatang (gol.III)kreteklinting.

8.Perlindunganterhadappaparanasaprokok

Para pihak harusmemberlakukan danmenerapkanperaturan KawasanTanpa Asap Rokok diwilayah hukummasing-masing danmenyebar luaskanperaturan ini ke

Menurut PP 19/2003: ruangpublik, tempat pelayanankesehatan, perkantoran,tempat pendidikan, ruangbermain anak, tempat ibadahserta transportasi umumdinyatakan sebagai daerahbebas asap rokok.Tetapi,peraturan ini tidak

17

wilayah hukumlainnya diperkantoran,tempat-tempat umumtertutup, dantransportasi umum.

diterapkan secara efektif. Pengelola ruang publik

(tempat-tempat umum) danperkantoran yang menyediakanruang khusus merokokdiwajibkan memasangventilasi udara untukmenghindari gangguankesehatan pada non perokok,walaupun sebenarnyaventilasi ini tidak efektif.

Transportasi umum bisamenyediakan tempat khususuntuk perokok yang secarafisik terpisah sertadilengkapi dengan ventilasiudara yang sesuai denganpersyaratan dari DepartemenPerhubungan.

Pasaldalam FCTC

Ringkasan Pasal Status Indonesia Saat Ini

11.Kemasandan labelproduktembakau

Para pihak harusmenerapkan peraturantermasuk persyaratanpenempatan labelperingatan kesehatan(health warnings) secarabergantian sertapesan-pesan lainnyayang sesuai padakemasan produktembakau. Peringatankesehatan meliputisedikitnya 30% (secaraideal adalah 50% ataulebih) dari luastampilan utama danmencantumkan gambar

Peringatan kesehatandalam bentuk kalimatharus dicantumkan padakemasan: “Merokok dapatmenyebabkan kanker,serangan jantung,impotensi, danmembahayakan kehamilanserta perkembanganjanin.”

Peringatan kesehatandalam bentuk kalimatdicetak di bagianbelakang kemasan rokokdengan pinggiran selebar1mm dalam warna yangkontras antara huruf danwarna dasar, denganukuran minimal 3 mm.

18

atau piktogram, sertamencegah kemasan danlabel yang salah,menyesatkan ataumenipu.

Tidak ada peraturanmengenai istilah-istilahyang menyesatkan sepertilow tar, light, ultra light,mild.

13. Iklan,promosidansponsorship dariindustrirokok

Para pihak harusmenerapkan pelaranganyang komprehensifterhadap seluruhiklan, promosi dansponsorship dariproduk tembakau.

Iklan, sponsorship danpromosi rokokdiperbolehkan di mediaelektronik, cetak danluar ruang.

Semua bentuk iklan harusmencantumkan peringatankesehatan (healthwarnings).

Iklan di mediaelektronik dilarang daripukul 05.00 – 21.30.

Iklan tidak bolehmemperlihatkan kemasanrokok, orang merokok,gambar atau kalimat yangterkait dengan anak-anak, remaja dan wanitahamil serta menampilkanmerek produk.

Pemberian produk gratis(free sample) atau hadiahdalam bentuk rokok atauproduk lain yangmenampilkan merek dagangdilarang.

Sumber : www.ino.searo.who.int/.../Tobacco_Initiative

Dengan melihat pokok isi FCTC yang dikeluarkan oleh WHO

diatas, tentu apa yang dilakukan WHO sangat merugikan pasar

tembakau dan industri rokok kretek nasional. Walaupun saat ini

Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Pasifikyang tidak

meratifikasi adanya FCTC tersebut, namun bukan tidak mungkin

19

dengan berbagai tekanan baik dari dalam negeri maupun dari

pihak asing, suatu saat Indonesia akan meratifikasi FCTC pada

akhirnya.

Ternayata wacana dan kampanye anti tembakau dan rokok

tidak hanya dilakukan oleh WHO dan berbagai korporasi farmasi

asing saja. Di dalam negeri sendiri, berbagai kelompok

masyarakat dari berbagai elemen tengah gencar-gencarnya

melakukan kampanye anti tembakau dan rokok. Mereka seakan

dibutakan oleh data-data yang bersumber dari asing untuk

menolak kehadiran tembakau dan rokok ditengah kehidupan

masyarakat Indonesia. Berbagai bentuk kampanye dilakukan

dengan tidak mempertimbangan dampak besar hilangnya tembakau

dan industri rokok yang ada di Indonesia saat ini.

Berbagai elemen masyarakat mulai dari aktivis kesehatan

dan kelompok masyarakat lain seakan menutup mata terhadap

dampak matinya industri rokok di Indonesia. Wacana bahwa rokok

adalah barang konsumsi yang haram sempat di lempar ke publik

beberapa waktu yang lalu. MUI sebagai otoritas sertifikasi

hahal-haram yang ada di Indonesia sempat akan mengeluarkan

fatwa haram terhadap rokok. Hal tersebut terlihat kurang masuk

akal dan dilandasi oleh pengetahuan agama yang dangkal sebagai

sebuah majelis ulama. MUI seakan buta bahwa sebagian besar

Kyai dan tokoh agama di banyak pondok pesantren yang ada di

Indonesia adalah perokok aktif. Jikalau benar rokok adalah

barang yang haram, maka bagaimanakah ajaran-ajaran yang

disebarkan oleh para Kyai selama ini? Sungguh apa yang di

wacanakan oleh MUI merupakan sesuatu yang konyol dan mengada-

ada karena rokok terutama kretek merupakan sebuah produk20

budaya yang tidak relevan apabila disandingkan dengan urusan

keyakinan dan agama.

Fakta lain terkait kampanye anti rokok yang membuat

penulis merasa prihatin adalah kampanye anti rokok yang

dilakukan oleh kalangan mahasiwa di Indonesia. Contoh nyata

adalah wacana anti rokok yang sempat dilempar oleh Badan

Eksekutif Mahasiswa –Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah

Mada periode 2012-2013 melalui berbagai cara termasuk melalui

akun twitter. Sungguh sebuah tindakan yang kontradiktif

tentunya jika melihat sejarah bahwa Universitas Gadjah Mada

adalah kampus kerakyatan dan kampus Pancasila dimana setiap

tindakan yang diambil oleh warganya harus mencerminkan sikap

yang mencari selamatnya rakyat kecil, termasuk petani tembakau

dan semua elemen masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada

industri rokok nasional, bukan mencari selamatnya diri sendiri

terutama selamatnya korporasi asing di balik kampanye anti

tembakau.

Peran Negara Dalam Mematikan Industri Rokok Kretek Dalam Negeri

Tidak dapat dipungkiri dewasa ini berbagai peraturan dan

regulasi yang dibuat oleh pemerintah hampir semua tidak

terlepas dari kepentingan asing. Berbagai macam produk

regulasi yang dikeluarkan oleh negara kerap kali merugikan

rakyatnya sendiri yang seharusnya menjadi prioritas dalam

sebuah kebijakan. Regulasi yang dikeluarkan dibuat bukan

berdasarkan apa yang dibutuhkan masyarakat namun berbagai

21

peraturan yang mengikat tersebut seringkali justru

mengakomodir berbagai kepentingan asing.

Berbagai permasalahan terkait regulasi yang dikeluarkan

oleh pemerintah tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan

pengaruh masuknya liberalisasi modal asing ke Indonesia.

Kembali menelisik pada sejarah masuknya modal asing ke

Indonesia juga tidak terlepas dari konspirasi besar penjatuhan

Soekarno dengan kudeta yang dilakukan oleh Soeharto berbuntut

panjang pada perubahan wajah Indonesia yang berdikari secara

ekonomi pada masa rezim Orde Lama menuju Indonesia dengan

wajah kapitalisme dengan diterapkannya politik pintu terbuka.

Lahirnya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 yang mengatur penanaman

modal asing telah membuka pintu bagi masuknya pintu bagi

investor asing.

Runtuhnya kekuasaan Soekarno mau tidak mau harus dibayar

mahal dengan masuknya korporasi asing yang menanamkan modalnya

di Indonesia. Perubahan ini merupakan ciri dari primitive

accumulation dimana terjadi proses penumpukan kekayaan yang

bertumpu pada hak milik pribadi, yang didahului atau dilakukan

dengan kekerasan yang berdarah-darah.1

Akibat dari masuknya modal asing yang tidak terkontrol di

Indonesia akhirnya menyebabkan keserakahan bangsa asing untuk

mengeruk sebanyak-banyaknya kekayaan bangsa Indonesia. Tidak

cukup sampai disitu, penjajahan yang semestinya telah berakhir

lebih kurang lebih 68 tahun yang lalu ternyata bentuk

penjajahan yang baru masih menggerogoti bangsa Indonesia.1http://www.rodazaman.info/2013/09/sejarah-liberalisasi-investasi-di- indonesia/ , diakses pada 10 Januari 2014, Pukul 14:12

22

Negara yang seakan buta dan menutup mata tidak belajar pada

kasus punahnya kepopuleran produk ekspor Indonesia pada masa

silam seperti kopra, jamu, dan garam dalam kasus pro kontra

tentang kretek. Negara dalam hal ini tidak mau belajar

bagaimana pasar kopra Indonesia mati karena Amerika melempar

isu bahwa minyak kelapa merupakan sumber penyakit karena

mengandung kolesterol yang tinggi. Amerika sebagai negara

penghasil minyak kedelai terbesar mengkampanyekan anti minyak

kelapa untuk memuluskan upaya penguasaan pasar minyak goreng

di dunia.1

Tindakan negara yang seharusnya menjadi benteng utama

yang melindungi para petani tembakau dan pelaku usaha kretek

justru mencerminkan perilaku yang sebaliknya. Digodoknya RPP

Pengendalian tembakau merupakan bukti konkret bahwa negara

cenderung berpikiran pragmatis. Dalih menciptakan lingkungan

yang sehat dengan pengendalian tembakau dan produk-produk

unggulannya merupakan buah pemikiran yang pragmatis. Dasar

pembuatan regulasi terkait nasib tembakau dan kretek dirasa

kental dengan aroma pragmatisme. Hanya hasil survey asing yang

menunjukkan angka-angka kematian karena produk tembakau yang

dijadikan dasar dalam perumusan RPP Pengendalian Tembakau.

Pemerintah yang seyogyanya dapat mengambil tindakan

secara kritis dalam permasalahan kretek ternyata tidak mampu

mengambil peran sebagai institusi yang adil. Dalam membentuk

regulasi terkait kretek dan tembakau pemerintah cenderung

hanya memandang permasalahan kretek dan tembakau dengan

1http://komunitaskretek.or.id/?p=2443 , diakses pada 10 Januari 2014, Pukul 14:20

23

perspektif rational choice yang sebenarnya merupakan buah titipan

korporasi rokok asing. Tidak ada upaya melibatkan masyarakat

yang menggantungkan hidupnya dari produk tembakau dalam

perumusan RPP Pengendalian Tembakau. Negara tidak mau bekerja

keras dengan mengkaji lebih dalam terkait masalah tembakau dan

kretek yang ada, serta selalu mengamini apa yang diwacanakan

oleh asing, terutama perusahaan farmasi berskala global dan

korporasi “rokok putih” yang mempunyai kepentingan besar dalam

upaya penghapusan kretek.

Dalam kasus perang wacana terkait pro-kontra kehadiran

kretek, negara cenderung tidak memperhatikan bagaimana manfaat

kretek dan tembakau bagi warga masyarakatnya. Kemunafikan

terjadi ketika negara tidak mempertimbangakan berapa jumlah

devisa yang disumbangkan oleh cukai rokok lokal bagi

pendapatan negara. Negara dalam hal ini telah melakukan upaya-

upaya mematikan industri rokok lokal yang selama ini menopang

kemandirian ekonomi masyarakat. Berbagai aturan terkait iklan

rokok diberlakukan dengan berbagai cara mulai dari peringatan

keras di kemasan rokok sampai dengan pengaturan jam tayang

iklan rokok mencerminkan sikap diskriminasi pemerintah

terhadap rokokdan tembakau.

Selain itu negara juga mempunyai andil dalam merosotnya

nilai ekspor tembakau Indonesia ke pasar global. Kurangnya

perhatian pemerintah terhadap para petani tembakau menyebabkan

sempitnya akses petani untuk memasarkan hasil tanaman

tembakaunya ke berbagai produsen rokok. Selain itu nilai

subsidi bagi petani di Indonesia cenderung kecil padahal

sektor pertanian yang maju akan menjadi tonggak kemandirian24

suatu bangsa. Hal ini berbeda dengan keadaan petani dibebepa

negara yang dilindungi serta didampingi dalam melakukan

kegiatan bertani serta pendistribusian hasil pertanian. 1

Perilaku Protes Kelompok-Kelompok Pro Tembakau dan Kretek

Hebatnya gempuran dan berbagai upaya penghancuran

tembakau dan industri rokok nasional memicu reaksi keras dari

kalangan masyarakat yang pro terhadap kehadiran tembakau dan

rokok kretek. Alasan mereka cukup kuat dalam melakukan

berbagai aksi protes menentang upaya pemusnahan tembakau dan

rokok kretek nasional. Tidak hanya terkait dengan kepentingan

pribadi dan kelompok sebagai perokok, namun lebih jauh

munculnya gerakan-gerakan protes terhadap upaya pemusnahan

tembakau dan rokok didasari beberapa hal pokok yang menyangkut

hajat hidup berjuta-juta rakyat Indonesia yang menggantungkan

hidupnya dari tembakau dan indutsri rokok nasional.

Berbagai bentuk protes dilakukan oleh masyarakat yang

peduli akan nasib tembakau dan kretek di Indonesia. Mulai dari

protes dalam bentuk tulisan dan buku yang diplomatis sampai

dengan aksi turun jalan untuk menyuarakan apa yang menjadi

kepentingan mereka serta kepentingan aktor-aktor yang

menggantungkan hidupnya pada temnbakau dan industri rokok

ktretek.

Komunitas Kretek merupakan salah satu wujud protes dan

perlawanan masyarakat Indonesia terhadap tekanan-tekanan yang

1http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/11/02/rokok-kretek-ironi-dan- manfaatnya-500102.html, diakses pada 12 Januari 2014, Pukul 09:00

25

dilakukan oleh berbagai pihak baik dari dalam negeri maupun

asing terhadap tembakau dan kretek Indonesia. Komunitas ini

berdiri pada bulan Oktober 2010 di Kota Jember sebagai salah

satu kota penghasil tembakau terbaik Indonesia. Setidaknya

ada dua lini besar pembelaan Komunitas Kretek terhadap

tembakau dan rokok kretek. Pertama, bahwa sumber-sumber

ekonomi yang menjadi sumber penghidupan orang banyak harus

tetap berada ditangan rakyat. Kedua, melakukan wacana

tandingan atas apa yang diwacanakan oleh industri-industri

rokok asing dan perusahaan farmasi internasional dalam

melakukan operasi dagangnya. Wacana tandingan ini dianggap

penting sebagai perlindungan akan matinya kekritisan serta

kebekuan pikiran publik dalam memandang persoalan tembakau dan

kretek.1

Bentuk perilaku protes dari komunitas kretek antara lain

dengan melakukan penerbitan buku terkait rasionalitas dalam

pembelaan dan perlindungan terhadap tembakau dan rokok kretek

dari tekanan-tekanan yang terus mengalir serta menggerogoti

alam pikir logis publik terkait tembakau dan kretek. Ada

beberapa buku yang telah diterbitkan sebagai bentuk kesadaran

dan tindakan nyata atas kepedulian terhadap aset bangsa

bernama kretek. Buku yang telah diterbitkan oleh Komunitas

Kretek antara lain , Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota, Kriminalisasi

Berujung Monopoli, Perempuan Berbicara Kretek, Membunuh Indonesia:

Konspirasi Global Penghancuran Kretek, Muslihat Kapitalis Global: Selingkuh

1http://komunitaskretek.or.id/?page_id=2 , diaskes pada 12 Januari 2014, Pukul 17:42

26

Industri Farmasi dengan Perusahaan Rokok AS, dan Tembakau, Negara, dan

Keserakahan Modal Asing.1

Selain dengan menulis buku sebagai wujud pembelaan

terhadap tembakau dan kretek, Komunitas kretek juga terlibat

dalam gerakan antar lingkaran dan organisasi masyarakat yang

peduli terhadap nasib tembakau dan kretek Indonesia. Komunitas

Kretek turut terlibat dalam deklarasi Koalisi Nasional

Penyelamatan Tembakau (KNPK) sebagai akselerator dan

konfedarasi gerakan pada ranah wacana serta sebagai wujud

keterlibatan dalam pergerakan secara kolektif. Komunitas

kretek juga melakukan upaya-upaya perlawana dan penyadaran

khalayak melalui hadirnya sebuah website yang bertujuan

menyerap partisipasi publik serta menumbuhkan pikiran kritis

terkait isu tembakau dan kretek.

Selain melalui tulisan sebagai media protes, Komunitas

Kretek juga melakukan berbagai aksi demonstrasi di beberapa

daerah. Berbagai momen dimanfaatkan oleh Komunitas Kretek

sebagai momentum menyuarakan apa yang menjadi kegelisahan

Komunitas Kretek yang mewakili suara dari masyarakat yang

peduli akan nasib tembakau dan kretek Indonesia dari upaya

penggerogotan oleh asing. Sebagai contoh nyata adalah aksi

yang dilakukan oleh Komunitas Kretek di Wonosobo pada 30 April

2013 bersama APTI dan KNPK. Setidaknya ada tiga hal yang

menjadi tuntutan dalam aksi tersebut. Pertama, mendorong

pemerintah agar mencabut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109

1http://komunitaskretek.or.id/?page_id=2 , diakses pada 14 Januari 2014, Pukul 13:04

27

Tahun 2012. Kedua, petani menolak impor tembakau. Ketiga, segera

sahkan RUU Pertembakauan yang berkeadilan dan berkedaulatan.1

Berbagai bentuk protes dilakukan oleh berbagai elemen

masyarakat yang berhubungan langsung dengan tembakau dan

kretek. Aksi demonstrasi ribuan petani dan buruh pabrik rokok

terjadi di berbagai sudut kota di Indonesia. Petani tembakau

dan buruh pabrik rokok nasional mengecam apa yang dilakukan

oleh pemerintah terhadap upaya-upaya pengendalian tembakau

yang dinialai menciderai keadilan bagi para petani tembakau

dan buruh. Pemerintah dianggap tidak bisa membuat sesuatu

kebijakan yang adil terkait tembakau dan rokok kretek.

Pemerintah cenderung hanya melihat satu sisi saja yaitu

kesehatan publik dalam merumuskan kebijakan terkait tembakau

dan rokok. Peran tembakau dan rokok diabaikan padahal tembakau

dan industri rokok telah menghidupi sekitar 30 juta petani

tembakau serta pekerja pabrik rokok. Pemerintah harusnya

menyadari bahwa insudtri rokok telah menyumbang pemasukan

negara dari cukai sebesar 84 triliun rupiah pada tahun 2012.

Angka ini jauh lebih besar apa dari pemasukan negara PT.

Freeport yang hanya sebesar 9 triliun setiap tahunnya.2

Belajar dari sejarah pergerakan kaum tani seperti yang

terjadi pada isu tembakau dan kretek, kita bisa belajar dengan

gerakan-gerakan protes yang dilakukan petani pada abad 19.

Petani yang dianggap lugu dan berpendidikan rendah ternyata

1http://komunitaskretek.or.id/?p=2317 , dikases pada 14 Januari 2014, Pukul 13:302http://regional.kompas.com/read/2013/05/31/16005538/ Petani.Tembakau.Demo.Tolak.Hari.Tanpa.Rokok, dikases pada 14 Januari 2014, Pukul 19: 44

28

memiliki kekuatan besar berupa militansi ketika bergerak

secara kolektif melawan penindasan. Walaupun gerakan petani

selama ini cenderung menurun dan dianggap loyo, namun dengan

lahirnya isu tentang pemusnahan tembakau dan kretek di

Indonesia telah melahirkan gerakan-gerakan protes dari

masyarakat akar rumput termasuk petani dan buruh. Petani

tembakau dan buruh berani melakukan protes tentang

ketidakadilan tata kelola pemerintahan yang menyudutkan kaum

tani dan buruh rokok nasional. Hal ini mengingatkan kita pada

pergerakan dan protes-protes petani pada abad 19. 1

Bentuk protes tidak hanya dilakukan oleh Komunitas

Kretek, petani dan buruh pabrik rokok saja. Protes atas

ketidakadilan kebijakan juga datang dari tokoh nasional yang

peduli dengan tembakau dan kretek Indonesia. Salah satu tokoh

yang memprotes keras berbagai kebijakan yang berusaha

menyudutkan tembakau dan kretek adalah Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Ketidaksepakatan Sri Sultan terhadap berbagai bentuk kampanye

anti rokok dituangkan dalam pernyataannya yang mengungkapkan

bahwa kampanye anti rokok perlu konsensus, bukan hanya

dibilang haram atau merusak kesehatan. Menurut Sri Sultan,

sebab jika tidak diwaspadai secara politis mudah dituanggangi

kepentingan bisnis global yang akan mematikan industri rokok

nasional. Mengutip buku Nicotine War, Perang Nikotin dan para Pedagang

Obat, karya Wanda Hamilton, Sri Sultan HB X menegaskan bahwa

kampanye global memerangi rokok merupakan rekayasa perusahaan

farmasi trans-nasional. Kampanye anti rokok merupakan sebuah1http://www.unisosdem.org/article_detail.php? aid=12589&coid=4&caid=33&gid=3, diakses pada 14 januari 2014, Pukul 19: 50

29

upaya dari perusahaan farmasi internasional yang menyuap USD

750,000 untuk mendukung kampanye WHO’s Nocotine Replacement Therapy

yang memuluskan langkah perusahaan farmasi dalam memanfaatkan

nikotin sebagai obat-obatan. Kampanye anti rokok menurut apa

yang disampaikan oleh Sri Sultan merupakan sebuah produk

propaganda ilmu pengetahuan sampah yang menggantikan produk

ilmu pengetahuan yang didasarkan pada kejujuran.1

Selain dari tokoh nasional, bentuk protes terhadap

ketidakadilan juga datang dari kalangan budayawan. Salah satu

contoh budayawan yang menentang keras upaya pemusnahan

tembakau dan rokok kretek adalah Mohammad Sobary yang

menyampaikan kritik atas ketidakadilan pemerintah melalui buku

berjudul Membunuh Indonesia serta menulis berbagai essay di

berbagai media massa. Mohammad Sobary mengungkapkan bahwa

dalam selinting rokok terkandung makna budaya yang telah

tertanam kuat dalam alam pikir masyarakat Indonesia. Berbagai

tradisi dan upacara adat yang dilakukan masyarakat Indonesia

tidak dapat dipisahkan dari kretek sebagai media “ritual”.

Kretek bukan sebatas produk tembakau yang harus dilindungi

keberadaannya, namun Mohammad Sobary menyandingkan kretek

dengan cerutu Havana yang identik dengan Fidel Castro, seorang

tokoh besar yang lahir dari negara kecil yang resisten

terhadap kolonialisme, yang menggunakan cerutu sebagai media

kebajikan politik kebanggaan negerinya agar tidak jatuh dalam

keserakahan bangsa asing. 2

1http://komunitaskretek.or.id/?p=2562 , diakases pada 15 Januari 2014, Pukul05:042Badil, Rudy, 2011. Kretek Jawa : Gaya Hidup Lintas Budaya. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia. Hal.xv

30

Kesimpulan

Kretek sebagai kebanggaan bangsa Indonesia tidak semata

dipandang sebagai produk ekonomi, namun lebih jauh dipandang

sebagai produk budaya dan alat politik dalam diplomasi bangsa

Indonesia dengan bangsa asing. Berbagai kampanye anti rokok

yang merebak di berbagai penjuru tanah air, lahir bukan dari

buah pemikiran yang logis dengan melihat kondisi Indonesia

saat ini. Indonesia yang ada saat ini bukan lagi negara yang

dapat dipandang sebagai negara yang berdaulat dibidang

politik, berdikari dibidang ekonomi dan berkepribadian di

bidang budaya. Kretek menjadi jawaban akhir akan kondisi

negara yang tidak lagi bisa disebut negara berdaulat

dalampandangan penulis. Kretek menjadi salah satu alat yang

menguatkan posisi tawar bangsa kita atas kekuatan bangsa

asing. Kretek merupakan salah satu buah budaya dan politik

yang masih sanggup bertahan dalam gempuran kepentingan

korporasi asing.

Diantara masyarakat yang menolak kehadiran tembakau dan

rokok ternyata masih banyak kelompok masyarakat yang

memperjuangkan keberadaan tembakau dan kretek. Berbagai bentuk

protes dilakukan untuk memperkuat posisi kretek agar tidak

musnah dari bumi Indonesia. Perilaku protes yang dilakukan

oleh masyarakat yang peduli akan tembakau dan kretek dilakukan

tidak melulu lewat aksi demonstrasi dengan pengerahan massa.

Namun di luar itu, kelompok maupun individu-individu melakukan

31

berbagai bentuk protes dengan langkah-langkah diplomatis,

melalui tulisan misalkan. Apa yang mereka suarakan merupakan

wujud keresahan petani, buruh, pedagang, bahkan insan-insan

penikmat kretek yang ada diseantero Indonesia. Kelompok–

kelompok yang menentang hadirnya kebijakan yang berpotensi

mematikan tembakau dan industri rokok kretek Indonesia hadir

sebagai saluran representasi informal ketika negara tidak lagi

dapat mendengar apa yang menjadi permasalahan rakyatya terkait

tembakau dan kretek. Berbagai bentuk protes yang dilakukan

masyarakat peduli tembakau dan kretek merupakan wujud

pergerakan kolektif yang berpotensi memuculkan kekuatan luar

biasa yang menjadi tonggak pergerakan masyarakat akar rumput

dalam menyuarakan protes terhadap ketidakadilan penguasa.

Daftar Pustaka

Badil, Rudy, 2011. Kretek Jawa : Gaya Hidup Lintas Budaya. Jakarta :

Kepustakaan Populer Gramedia.

Sander L. Gilman and Zhou Xun Smoke: A Global History of Smoking,

2004

Hotman. M. Siahaan , “Anarki” Sebagai Upaya Memepertahankan

Subsistensi di Pedesaan dalam Sudibyo, Agus :Wacana Penjarahan

Dan Kekerasan Simbolik Terhadap Petani.

32

Mark Hanusz, Kretek; Cultural and Heritage of Indonesia’s Clove Cigarettes

Kosen, S (2007). ’Penghitungan Beban Ekonomi Tembakau

Berdasarkan Data Penyakit dan Biaya RS 2005’. Dipresentasikan

pada KONAS IAKMI 2007. Tidak dipublikasikan.

WHO, ‘WHO report on the Tobacco Epidemic’, 2008

WHO, country office for Indonesia, MPOWER, Upaya Pengendalian

Konsumsi Tembakau.

Global Tobacco Control Report 2008. Data merupakan estimasi dari

laporan survey yang masuk dari tiap negara.

Saffer H. ‘Tobacco Advertising and Promotion’. In: Jha P.

Chaloupka Fl, eds. Tobacco Control in Developing Countries. Oxford,

Oxford University Press, 2000.

WHO Framework Convention on Tobacco Control’, Fifty-Sixth

World Health Assembly, 21 May 2000

http://www.rodazaman.info/2013/09/sejarah-liberalisasi-

investasi-di-indonesia/ , diakses pada 10 Januari 2014, Pukul

14:15

http://komunitaskretek.or.id/?p=2443, diakses pada 10 Januari

2014, Pukul 14:20

33

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/11/02/rokok-kretek-

ironi-dan-manfaatnya-500102.html, diakses pada 12 Januari

2014, Pukul 09:00

http://komunitaskretek.or.id/?page_id=2, diaskes pada 12

Januari 2014, Pukul 17:42

http://komunitaskretek.or.id/?page_id=2, diakses pada 14

Januari 2014, Pukul 13:04

http://komunitaskretek.or.id/?p=2317, dikases pada 14 Januari

2014, Pukul 13:30

http://kudus-city.4t.com/sejarah/s-all.htm, diakses pada 8

Januari 2014, diakses pada pukul 18:32

http://regional.kompas.com/read/2013/05/31/16005538/

Petani.Tembakau.Demo.Tolak.Hari.Tanpa.Rokok, dikases pada 14

Januari 2014, Pukul 19: 44

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?

aid=12589&coid=4&caid=33&gid=3, diakses pada 14 januari 2014,

Pukul 19: 50

http://komunitaskretek.or.id/?p=2562, diakases pada 15 Januari

2014, Pukul 05:04

34

35