pengetahuan & keterampilan petani swadaya

187

Transcript of pengetahuan & keterampilan petani swadaya

NURLIZA

PENGETAHUAN & KETERAMPILAN

PETANI SWADAYA

(Knowledge And Competence of Independent Smallholder Farmers’)

Menuju Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan

(Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO)

PENGETAHUAN & KETERAMPILAN PETANI SWADAYA(Knowledge And Competence of Independent Smallholder Farmers’)

Menuju Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan

(Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO)

All rights reserved

@ 2018, Indonesia: Pontianak

ISBN : 978-602-5510-63-2

Cetakan Pertama, Juli 2018

Penulis : Nurliza

Kreatif : Setia Purwadi & Adi Santoso

Diterbitkan oleh :

IAIN Pontianak Press

Jalan Letjend. Suprapto No. 19 Telp./Fax. 0561-734170

Pontianak, Kalimantan Barat

iii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Buat:

Kedua orang tuakuSuami tersayang dan buah hatiku

Aysar dan Kayyisa yang telah sabar dan memahami mamanyaSemoga bisa bermanfaat

iv ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin

dan ridho-Nya dapat menyelesaikan Buku dengan judul “Pengetahuan dan

Keterampilan Petani Swadaya (Knowledge and Competence of Independent

Smallholder Farmers’): Menuju Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

Berkelanjutan (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO.

Buku ini merupakan salah satu hasil atau output skema penelitian MP3EI

yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat

pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu menguasai

tujuan belajar yang spesifik. Buku ajar tersebut juga memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi sebagai sarana belajar

yang bersifat mandiri, sehingga dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-

masing. Semoga buku ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman

yang bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dan diberkahi oleh Allah SWT.

Penulis,

Nurliza

v ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

DAFTAR ISI

Kata Pengantar iv

Daftar Isi v

Pendahuluan ix

Bab 1 Legalitas Dan Pengelolaan Kebun .....| 1

1.1. Deskripsi Dan Relevansi - 1

1.2. Tujuan Instruksional Khusus - 1

1.3. Pendahuluan - 1

1.4. Ketersediaan Bukti Kepemilikan Tanah - 3

1.5. Ketersediaan Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan Untuk Budidaya

(Std-B) - 7

1.6. Ketersediaan Dokumen Keanggotaan Organisasi Pekebun - 8

Bab 2 Lokasi Kebun .....| 13

2.1. Deskripsi Dan Relevansi - 13

2.2. Tujuan Instruksional Khusus - 13

2.3. Pendahuluan - 13

2.4. Kesesuaian Lokasi Kebun Dengan Tata Ruang - 14

2.5. Persyaratan Akses Lokasi Kebun Menuju Tempat Pengumpul/

Pengangkutan Tbs - 19

Bab 3 Organisasi Pekebun .....| 26

3.1. Deskripsi Dan Relevansi - 26

3.2. Tujuan Instruksional Khusus - 26

3.3. Pendahuluan - 26

3.4. Kelembagaan Pekebun - 27

3.5. Kelompok Tani - 28

3.5.1. Gapoktan - 32

3.5.2. Koperasi Atau Koperasi Unit Desa (Kud) - 35

3.6. Susunan Uraian Tugas Pengurus Organisasi Pekebun - 41

vi ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

3.6.1. Kelompok Tani - 41

3.6.2. Gapoktan - 44

3.6.3. Koperasi - 48

3.7. Rencana Kegiatan Operasional Pekebun - 52

3.8. Efektivitas Organisasi Pekebun - 59

3.9. Catatan Dan Dokumen Organisasi Kelembagaan Pekebun - 61

Bab 4. Pemilihan Bibit .....| 64

4.1. Deskripsi Dan Relevansi - 64

4.2. Tujuan Instruksional Khusus - 64

4.3. Pendahuluan - 64

4.4. Bibit Bersertifikasi - 654.5. Umur Dan Kualitas Benih Sesuai Ketentuan Teknis - 67

4.5.1. Umur Benih Yang Disalurkan - 68

4.5.2. Kualitas Benih Yang Disalurkan - 69

4.6. Ketersediaan Catatan Asal Benih - 73

Bab 5. Penanaman Lahan Mineral .....| 76

5.1. Deskripsi Dan Relevansi - 76

5.2. Tujuan Instruksional Khusus - 76

5.3. Pendahuluan - 76

5.4. Penanaman Sesuai Pedoman Teknis Budidaya Kelapa Sawit Terbaik

(GoodAgricultural Practices/Gap) - 77

5.4.1. Realisasi Luas Areal Penanaman - 77

5.4.2. Pengaturan Jumlah Tanaman Dan Jarak Tanam Sesuai Dengan

Kondisi Lapangan Dan Praktek Budidaya Perkebunan Yang Baik

- 85

5.4.3. Pembuatan Terasering Untuk Lahan Miring - 87

5.5. Catatan Pelaksanaan Penanaman - 90

5.5.1. Penanaman Baru - 90

5.5.2. Pemeliharaan - 90

5.5.3. Sarana Administrasi Lainnya Yang Ada Kaitannya Dengan

Administrasi Penanaman Baru Dan Pemeliharaan Tanaman - 90

vii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Bab 6. Pemeliharaan Tanaman .....| 93

6.1. Deskripsi Dan Relevansi - 93

6.2. Tujuan Instruksional Khusus - 93

6.3. Pendahuluan - 93

6.4. Sisipan - 95

6.5. Terasering Dan Drainase - 96

6.5.1. Terasering - 96

6.5.2. Drainase - 101

6.6. Piringan - 103

6.7. Sanitasi Kebun Dan Penyiangan Gulma - 104

6.8. Catatan Pemupukan Dan Pelaksanaan Pemeliharaan Tanaman - 105

6.8.1. Catatan Pemupukan Tanaman - 105

6.8.2. Catatan Pelaksanaan Pemeliharaan Tanaman - 106

Bab 7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt) .....| 107

7.1. Deskripsi Dan Relevansi - 107

7.2. Tujuan Instruksional Khusus - 107

7.3. Pendahuluan - 107

7.4. Kebersihan Kebun - 110

7.5. Penggunaan Musuh Alami - 111

7.6. Penggunaan Pestisida - 116

7.7. Catatan Jenis Opt - 119

7.8. Sarana - 119

7.9. Tenaga, Penyimpanan Alat Dan Bahan Kimia - 120

Bab 8. Pemanenan .....| 123

8.1. Deskripsi Dan Relevansi - 123

8.2. Tujuan Instruksional Khusus - 123

8.3. Pendahuluan - 123

8.4. Buah Panen Sesuai Pedoman Teknis Panen - 127

8.4.1. Penyiapan Tenaga Kerja, Peralatan Dan Sarana Penunjangnya -

129

8.5. Catatan Waktu Dan Lokasi Pelaksanaan Pemanenan - 138

viii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Bab 9. Pengangkutan Buah .....| 140

9.1. Deskripsi Dan Relevansi - 140

9.2. Tujuan Instruksional Khusus - 140

9.3. Pendahuluan - 140

9.4. Catatan Jumlah Pengangkutan Tbs, Nama Dan Lokasi Pabrik - 141

9.5. Penggunaan Alat Transportasi Dan Alat Pendukung Lainnya - 141

Bab 10. Penjualan Dan Kesepakatan Harga Tbs .....| 146

10.1.Deskripsi Dan Relevansi - 146

10.2.Tujuan Instruksional Khusus - 146

10.3.Pendahuluan - 146

10.4.Catatan Harga Tbs Dan Realisasi Pembelian Oleh Pembeli, Perusahaan

Dan Pabrik - 147

10.5.Sumber Informasi Harga Penetapan Harga Pembelian Tbs - 148

Bab 11. Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan .....| 154

11.1.Deskripsi Dan Relevansi - 154

11.2.Tujuan Instruksional Khusus - 154

11.3.Pendahuluan - 154

11.4.Izin Lingkungan Sesuai Sppl (Surat Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup) - 155

11.5.Catatan Pelaksanaan Penerapan Sppl (Surat Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup) - 161

Bab 12. Pencatatan Hasil Penerapan Perbaikan .....| 168

12.1.Deskripsi Dan Relevansi - 168

12.2.Tujuan Instruksional Khusus - 168

12.3.Pendahuluan - 168

12.4.Catatan Hasil Penerapan Perbaikan/Peningkatan - 169

ix ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

PENDAHULUAN

Isi Buku

Perkembangan pengelolaan wilayah untuk komoditas sawit di Indonesia

menunjukkan lebih dari 50 persen areal dikelola oleh petani sawit swadaya.

Namun, hasil penelitian melalui skema MP3EI di pusat wilayah dengan

populasi petani sawit mandiri terbanyak menunjukkan bahwa pengetahuan

petani sawit mandiri terkait aspek ISPO, yaitu: legalitas kebun, lokasi kebun,

organisasi pekebun dan pengelolaan kebun, pengelolaan dan pemantauan

lingkungan, serta peningkatan usaha berkelanjutan menunjukkan tingkat

pengetahuan yang berada diatas rata-rata, tetapi impementasi pengetahuannya

relatif rendah sehingga memberikan kesenjangan yang tinggi. Kesenjangan

aspek peningkatan usaha berkelanjutan adalah tertinggi, diikuti aspek legalitas

kebun, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, serta organisasi pekebun

dan pengelolaan kebun. Disamping itu, rata-rata hasil produksi perusahaan

25% lebih besar dari hasil panen petani (dihitung dari Direktorat Jenderal

Perkebunan 2015). Petani yang memiliki ikatan dengan perusahaan melalui

skema PIR cenderung lebih produktif daripada petani kecil mandiri. Perbedaan

hasil panen diperkirakan sekitar 10-15% (Molenaar, Persch-Orth, et al. 2013)

hingga 11-48% (Zen, Barlow, et al. 2016). Perbedaan tersebut disebabkan

rendahnya penggunaan dan akses pupuk dan pestisida, benih berkualitas

rendah dan tidak menerapkan praktik produksi yang berkelanjutan (Donough,

Witt, et al. 2010; Molenaar, et al., 2013; Zen, Barlow, et al. 2016) sehingga

mendorong petani memperluas areal kebun untuk meningkatkan produksi

kemudian, berdampak buruk terhadap ekologis dan lingkungan.

Oleh sebab itu, upaya menggeser pola pikir petani sawit mandiri melalui

peningkatan pengetahuan dan keterampilan menjadi urgensi penting untuk

meningkatkan kemampuan produktivitas dan daya saing, serta meredam

berbagai tudingan negatif terkait isu-isu lingkungan hidup dengan memenuhi

standar sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Fokus sasaran

adalah petani sawit mandiri dengan luas lahan tidak melebihi 25 ha yang

umumnya menghadapi persoalan terkait aspek legalitas usaha atau sebagian

besar belum memiliki sertifikat kebun; bibit yang tidak bersertifikasi karena

x ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

kurang pembinaan dan inisiatif dari pemerintah daerah; pengorganisasian

pembangunan kebun mandiri dilakukan secara individual karena organisasi

petani tidak ada atau belum terbentuk; luas kebun bervariasi dan terpisah-

pisah; sistem pemasaran hasil kelapa sawit berhubungan dengan tengkulak

karena produktivitas dan kualitas TBS rendah; infrastruktur pengangkutan

hasil produksi terbatas dan jarak antara kebun dan pabrik sangat jauh sehingga

menguntungkan tengkulak serta kendala biaya dan keterbatasan indormasi

terkait persiapan menuju sertifikasi minyak sawit berkelanjutan. Sementara itu, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 9/Permentan/OT.140/3/2011 tentang

Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian

Sustainable Palm Oil/ISPO) menyatakan bahwa penerapan Sistem

Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable

Palm Oil Certification System/ISPO) dapat dilakukan secara sukarela oleh

petani swadaya, berbeda dengan perusahan perkebuan yang memang telah

diwajibkan. Namun, tantangan dari sisi permintaan, yaitu negara pengimpor

dan sisi produksi, yaitu perusahan pengolah TBS adalah adanya standar mutu

tertentu dengan memperhatikan aspek lingkungan secara berkelanjutan.

Jadi, sertifikasi usaha kebun petani sawit mandiri harus segera diinisiasi dan dikembangkan. Sertifikasi ISPO yang diterima oleh beberapa gapoktan di Indonesia menyatakan bahwa beberapa manfaat penerima sertifikat, antara lain: keterbukaan informasi dari pemerintah maupun pihak swasta, yaitu ilmu

pengetahuan baru tentang sawit berkelanjutan; dapat memperoleh penjualan

langsung melalui virtual trading atau book and claim; akses informasi dan

harga TBS serta pabrik penyerap produk menjadi lebih terbuka; TBS dari

kebun yang bersertifikasi bisa dijual ke PKS dan perusahaan dengan harga yang lebih tinggi.

Oleh sebab itu, buku ini dirancang untuk mengatasi kesenjangan

pengetahuan yang dimiliki petani, khususnya petani swadaya berdasarkan

ISPO yang dipersyaratkan terkait beberapa aspek, yaitu: (i) Legalitas dan

Pengelolaan Kebun; (ii) Lokasi Kebun; (iii) Organisasi Pekebun; (iv) Pemilihan

Bibit; (v) Penanaman pada Lahan Mineral; (vi) Pemeliharaan Tanaman; (vii)

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); (viii) Pemanenan;

(ix) Pengangkutan Buah; (x) Penjualan dan Kesepakatan Harga TBS; (xi)

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; (xii) Pencatatan Hasil Penerapan

xi ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Perbaikan. Dengan demikian, peningkatan pengetahuan dan keterampilan

khususnya petani sawit mandiri diharapkan dapat memberikan peningkatan

insentif petani swadaya/swadaya (produktivitas, kualitas TBS, pendapatan,

efisiensi biaya); peningkatan informasi, pengetahuan dan ketrampilan petani swadaya/swadaya (perizinan, pembangunan dan pengelolaan kebun secara

efektif, harga TBS, penggunaan teknologi terkait budidaya sawit).

Tujuan Instruksional Umum

Menuju usaha kebun petani sawit swadaya yang sesuai standar Kelapa

Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO)

secara ekonomi, layak sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan

perundangan yang berlaku di Indonesia.

Deskripsi

Deskripsi buku mencakup aspek-aspek yang diidentifikasi mengalami kesenjangan pengetahuan berdasarkan standar ISPO yang dipersyaratkan

untuk memperoleh sertifikasi sebagai berikut: (i) Legalitas dan Pengelolaan Kebun; (ii) Lokasi Kebun; (iii) Organisasi Pekebun; (iv) Pemilihan Bibit;

(v) Penanaman pada Lahan Mineral; (vi) Pemeliharaan Tanaman; (vii)

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); (viii) Pemanenan;

(ix) Pengangkutan Buah; (x) Penjualan dan Kesepakatan Harga TBS; (xi)

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; (xii) Pencatatan Hasil Penerapan

Perbaikan.

Sementara itu, dasar hukum yang menjadi pedoman dalam materi buku

tersaji pada tabel 1.

Tabel 1. Dasar hukum yang menjadi pedoman cakupan buku ajar

Dasar Hukum Sumber

1. Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 19/Permentan/

OT.140/3/2011 telah ditetapkan

Pedoman Perkebunan Kelapa

Sawit Berkelanjutan Indonesia

(Indonesian Sustainable Palm Oil/

ISPO)

http://perundangan.pertanian.

go.id/admin/file/Permentan%20

11-2015%20ISPO.pdf

xii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Dasar Hukum Sumber

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun

1960 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 2043)

ht tp: / /dkn.or. id/wp-content /

u p l o a d s / 2 0 1 3 / 0 3 / U n d a n g -

Undang-RI-nomor-5-Tahun-

1960-tentang-Pokok-Pokok-

Dasar-Agraria.pdf

3. Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1990

Nomor 49, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia

Nomor 3419)

http://indonesiabch.or.id/docs/

uu5-1990.pdf

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992

Nomor 46, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia

Nomor 3478)

http://indonesiabch.or.id/docs/

uu12-1992.pdf

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5059)

h t tp : / /bks ikmikpikkfk i .ne t /

f i l e / d o w n l o a d / U n d a n g % 2 0

U n d a n g % 2 0 R I % 2 0 N o % 2 0

32%20Th%202009%20Ttg%20

P e r l i n d u n g a n % 2 0 & % 2 0

Pengelolaan%20Lingkungan%20

Hidup.pdf

xiii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Dasar Hukum Sumber

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2013 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Perusakan Hutan

(Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2013 Nomor

130, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5432)

http://www.dpr.go.id/dokjdih/

document/uu/UU_2013_18.pdf

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7

Tahun 1973 tentang Pengawasan

atas Peredaran Penggunaan

Pestisida (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1973

Nomor 12)

http://perundangan.pertanian.

go.id/admin/p_pemerintah/PP-

07-73.pdf

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 1995 tentang Perlindungan

Tanaman (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1995

Nomor 12, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia

Nomor 3586)

h t t p : / / w w w. b p k p . g o . i d / u u /

filedownload/4/71/1458.bpkp.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 44

Tahun 1995 tentang Perbenihan

Tanaman (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1995

Nomor 85, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia

Nomor 3616)

http://indonesiabch.or.id/docs/

pp44-1995.pdf

10. Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1996 tentang HGU, Hak

Milik, Hak Pakai Atas Tanah

(Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1996 Nomor

58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3643)

h t t p : / / w w w. b p k p . g o . i d / u u /

filedownload/4/70/1418.bpkp

xiv ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Dasar Hukum Sumber

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8

tahun 1999 tentang Pemanfaatan

Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar

(Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor

15, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3804)

http:/ /storage.jak-stik.ac. id/

P r o d u k H u k u m / k e h u t a n a n /

P E R A T U R A N % 2 0

P E M E R I N T A H % 2 0

R E P U B L I K % 2 0

INDONESIA%20NOMOR%20

8%20TAHUN%201999.pdf

12. Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2014 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Ekosistem

Gambut. (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 209, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia

Nomor 5580)

http://www.kemendagri.go.id/

media/documents/2014/11/13/

p/p/pp_no.71-2014.pdf

13. Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 14/Permentan/

PL.110/2/2009 tentang Pedoman

Pemanfaatan Lahan Gambut

Untuk Budidaya Kelapa Sawit

http://www.iopri.org/wp-content/

uploads/2016/10/PERMENTAN-

14-2009-PEMANFAATAN-

L A H A N - G A M B U T- U T K -

KELAPA-SAWIT.pdf

14. Permentan Nomor 11/ Permentan/

OT.140/3/2015 Tahun 2015

tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia

(INDONESIAN SUSTAINABLE

PALM OIL CERTIFICATION

SYSTEM /ISPO)

http://perundangan.pertanian.

go.id/admin/file/Permentan%20

11-2015%20ISPO.pdf.

15. Permentan No.26 tahun 2007

tentang Pedoman Perizinan

Perkebunan

h t t p : / / p e r u n d a n g a n .

per tan ian .go . id /admin / f i l e /

Permentan-26-07.pdf

xv ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Dasar Hukum Sumber

16. Keputusan Bersama Menteri

Kehutanan, Menteri Pertanian

dan Kepala Badan Pertanahan

Nasional No.364/Kpts-II/1990,

519/Kpts/Hk.050/7/1990 dan 23/

VIII/90 dan 23/VIII/1990 tentang

Ketentuan Pelepasan Kawasan

Hutan dan Pemberian Hak Guna

Usaha untuk Pengembangan

https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/

userfiles/batang/SKB_364_1990.pdf

17. Proses Pengesahan Badan

Hukum Koperasi dan Persyaratan

Administrasi

http://perundangan.pertanian.

go.id/admin/file/Permentan%20

11-2015%20ISPO.pdf

18. Peraturan Kepala Badan

penyuluhan dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pertanian

Nomor: 90/Per/SM.820/J/12/12

tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengemabngan Kelembagaan

Ekonomi Petani

19. Peraturan Menteri Pertanian No.

82 Tahun 2013 tentang Pedoman

Pembinaan Kelompok tani dan

Gabungan Kelompok Tani

http://perundangan.pertanian.

go.id/admin/file/Permentan%20

No.82%20Tahun%202013.pdf

20. Peraturan Menteri Pertanian

No. 273/Kpts/OT.160/4/2007

tentang Pedoman Pembinaan

Kelembagaan Petani.

http://bkppp.bantulkab.go.id/

filestorage/dokumen/2014/07/

Permentan%20No.%20273%20

Th.%202007%20Pedoman%20

Pembinaan%20Kelembagaan%20

Petani.pdf

21. Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 14/Permentan/

OT.140/2/2013 tentang Pedoman

Penetapan Harga Pembelian TBS

Kelapa Sawit Produksi Pekebun

h t tp : / / d i t j enbun .pe r t an i an .

go.id/tinymcpuk/gambar/file/

Permentan_14_tahun_2013_ttg_

pembelian_TBS_Pekebun.pdf

xvi ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Dasar Hukum Sumber

22. Undang Undang No. 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumberdaya

Alam Hayati Dan Ekosistemnya

http: / /pih.kemlu.go.id/f i les/

UU%20RI%20NO%2005%20

TAHUN%201990.pdf

23. Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

http://jdih.menlh.go.id/pdf/ind/

I N D - P U U - 1 - 2 0 0 9 - U U % 2 0

No.%2032%20Th%202009_

Combine.pdf

24. Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2013 tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Pengrusakan

Hutan

http://www.dpr.go.id/dokjdih/

document/uu/UU_2013_18.pdf

25. PP No. 27/1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan

h t t p : / / w w w. h u k u m o n l i n e .

c o m / p u s a t d a t a / d o w n l o a d /

lt4ea944be6a945/node/199

26. Keppres No. 32/1990 Tentang

Pengelolaan Kawasan hutan

Lindung

h t t p : / / p 2 t . j a t i m p r o v. g o . i d /

u p l o a d s / K U M P U L A N % 2 0

P E R A T U R A N % 2 0

P E R I Z I N A N % 2 0

P E R % 2 0 S E K T O R % 2 0

2 0 1 4 / P E N G A I R A N /

Keppres_32_1990_pengelolaan_

kawasan_lindung.pdf

27. Permentan No. 14/2009 tentang

Pedoman Pemanfaatan lahan

Gambut untuk Budidaya Kelapa

Sawit

h t t p : / / p e r u n d a n g a n .

per tan ian .go . id /admin / f i l e /

Permentan-14-09.pdf

1 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 1LEGALITAS DAN PENGELOLAAN KEBUN

1. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 1 akan menguraikan tentang Ketersediaan sertifikat tanah, akta jual beli tanah, fisik dan bukti kepemilikan tanah lainnya yang sah; Ketersediaan Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan Untuk Budidaya (STD-B); Ketersediaan

tanda bukti pekebun masuk kelompok tani dan koperasi.

1. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Pengenalan konsep tentang aspek legalitas dan pengelolaan kebun.

■ Menguraikan pendekatan, alat dan proses untuk peningkatan pengetahuan

dan kompetensi terkait aspek legalitas dan pengelolaan kebun.

1. 3. Pendahuluan

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu komoditas

yang penting dan strategis dimana lebih dari 50 persen areal perkebunan kelapa

sawit dikelola oleh perkebunan rakyat dan lebih dari 40% diantaranya adalah

petani sawit mandiri.

Permasalahan petani sawit mandiri berdasarkan temuan SPKS (Serikat

Petani Kelapa Sawit Indonesia) sejak tahun 2006, antara lain: legalitas usaha

petani swadaya masih rendah atau sebagian besar belum memiliki sertifikat kebun; Umumnya penggunaan bibit sawit yang tidak bersertifikasi karena kurangnya pembinaan dan inisiatif dari pemerintah daerah; pengorganisasian

pembangunan kebun mandiri dilakukan secara individual; luas pemasaran hasil

2 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

kelapa sawit selalu terkait dengan tengkulak karena produktivitas dan kualitas

TBS yang rendah; infrastruktur pengangkutan hasil produksi sangat terbatas

dan jarak antara kebun dan pabrik sangat jauh sehingga menguntungkan

tengkulak.

Hasil penelitian empiris sebelumnya juga memperkuat pernyataan bahwa

terdapat beberapa aspek dalam sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)

menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara pengetahuan dan ketrampilan petani swadaya terkait aspek legalitas dan pengelolaan kebun

yang sekarang telah menuntut terpenuhinya standar tersebut untuk mengakses

pasar baik domestik maupun global.

Sementara itu, setiap pelaku usaha dalam melakukan usaha perkebunan

wajib untuk memenuhi aspek legalitas lahan maupun legalitas usaha

berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Aspek legalitas terkait

dengan pemenuhan beberapa prinsip dasar dalam peraturan yang di atur oleh

pemerintah.

Legalitas lahan dimaksudkan agar tidak terjadinya tumpang tindih atas hak

atau izin yang melekat atas tanah yang diusahakan, terdaftarnya hak kepemilikan

atas tanah di instansi pemerintah yang berwenang serta tidak terjadinya

tumpang tindih kepemilikan, peruntukan serta status kawasan. Sementara itu,

legalitas usaha, dimaksudkan agar dapat terdaftar dan memperoleh izin legal

dari pemerintah terhadap usaha yang dibangun serta penggunaan lahan yang

sesuai dengan peruntukan dan pemanfaatan oleh setiap pelaku usaha.

Namun, legalitas usaha yang diberikan kepada pekebun, tidak dapat

diinterpretasikan sebagai suatu izin usaha Perkebunan, melainkan persyaratan

yang bersifat administrasi oleh Dinas terkait. Memiliki legalitas lahan maupun

legalitas usaha perkebunan kelapa sawit, menjadi syarat penting bagi pekebun

swadaya dalam melakukan kerjasama penjualan TBS dengan PKS atau

perusahaan. Aspek legalitas ini juga menjadi jawaban pekebun swadaya atas

tuntutan pasar untuk menghindari praktik deforestasi, no peat (tidak melakukan

penanaman di area gambut), serta tidak melakukan usaha perkebunan di atas

lahan yang sedang berkonflik.

Oleh karena itu, untuk melakukan kerjasama pemasaran TBS, petani

3 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

swadaya khususnya perlu memastikan legalitas lahan dan legalitas usaha dari

setiap pekebun swadaya yang menjadi anggota. Dokumen legalitas lahan yaitu:

girik, Surat Keterangan Desa, SKT, Sertifikat Hak Milik (SHM). Legalitas usaha terdiri dari Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) yang didaftarkan oleh

Bupati atau Dinas Perkebunan dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan

dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) yang didaftarkan melalui Dinas

Lingkungan Hidup.

1. 4. Ketersediaan Bukti Kepemilikan Tanah

Keikutsertaan pekebun khususnya petani swadaya dalam skema ISPO

telah menjadi suatu kewajiban karena penerapannya sesuai dengan aturan

yang berlaku. Persyaratan ISPO petani plasma akan berada dibawah tanggung

jawab perkebunan inti. Sementara, petani swadaya akan dilaksanakan sendiri

kegiatannya.

Berdasarkan temuan Tim ISPO, umumnya kebun sawit dibawah pengelolaan

petani swadaya berstatus lahan tidak jelas. Bukti administrasi dapat terlihat

dari sebagian besar lahan berstatus SKT, surat garap, akta jual beli tanah, girik

atau tidak berstatus. Faktor penghambat disebabkan petani minim dana untuk

pengurusan sertifikat. Janji Badan Pertanahan Nasional yang membantu petani lewat Program Nasional Pensertifikatan Tanah (Prona) sebatas wacana. Oleh sebab itu, sertifikasi petani ini lebih praktis dan berbiaya rendah jika dilakukan berkelompok dengan membentuk kelompok legal.

Kondisi ini yang menjadi perhatian ISPO. Keberadaan Badan Pertanahan

Nasional yang duduk dalam tim ISPO akan membantu masalah legalitas yang

dihadapi petani swadaya dengan syarat lahan petani tidak berada di kawasan

hutan lindung dan taman nasional.

Bentuk-bentuk legalitas yang diperlukan oleh petani dapat berupa lahan

milik sendiri atau tanah ulayat dan tanah milik desa, khusus koperasi petani dan

kelompok nantinya diwajibkan mengantongi izin dari pejabat berwenang. Jenis-

jenis hak-hak atas tanah sebagai berikut:

■ Hak milik, yaitu hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah yang dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Hak milik dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan.

Hak milik menjadi terhapus jika: (i) Tanahnya jatuh kepada Negara akibat

4 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

pencabutan hak; penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya; ditelantarkan;

ketentuan pasal 21 ayat 3 dan 26 ayat 2; (ii) Tanahnya musnah.

■ Hak guna usaha, yaitu hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai

langsung oleh Negara, dalam jangka waktu 25 tahun untuk perusahaan

pertanian, perikanan atau peternakan sampai waktu paling lama 35 tahun

dan dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 25 tahun. Hak guna usaha

diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar, dengan ketentuan

bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus memakai investasi modal

yang layak dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan

zaman. Hak guna menjadi terhapus jika: (i) jangka waktunya berakhir;

(ii) b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu

syarat tidak dipenuhi; (iii) c. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum

jangka waktunya berakhir; (iv) d. dicabut untuk kepentingan umum; (v) e.

ditelantarkan; (vi) f. tanahnya musnah. Hak Guna Usaha diberikan dengan

keputusan pemberian hak oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

■ Permohonan perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atau

pembaharuannya diajukan selambat-lambatnya dua tahun sebelum

berakhirnya jangka waktu Hak Guna Usaha tersebut. Pemegang Hak

Guna Usaha berkewajiban untuk: (i) Membayar uang pemasukan kepada

Negara; (ii) Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan/

atau peternakan ses uai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan

dalam keputusan pemberian haknya; (iii) Mengusahakan sendiri tanah Hak

Guna Usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha berdasarkan kriteria

yang ditetapkan oleh instansi teknis; (iv) Membangun dan memelihara

prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam lingkungan areal

Hak Guna Usaha; (v) Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan

sumber daya alam dan menjaga kelestarian kemampuan lingkungan

hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (vi)

Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai pengunaan

Hak Guna Usaha; (vii) Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan

Hak Guna Usaha kepada Negara sesudah Hak Guna Usaha tersebut hapus;

(viii) Menyerahkan sertipikat Hak Guna Usaha yang telah hapus kepada

Kepala Kantor Pertanahan. Sementara itu, peralihan Hak Guna Usaha terjadi

dengan cara: (i) jual beli; (ii) tukar menukar; (iii) penyertaan dalam modal;

5 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

(iv) hibah; (v) pewarisan dan harus didaftarkan pada Kantor Pertanahan

dengan bukti yang dibuat oleh instansi yang berwenang.

■ Hak guna bangunan, yaitu hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-

bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu

paling lama 30 tahun yang dapat diperpanjang, dapat diperpanjang dengan

waktu paling lama 20 tahun, dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

■ Hak pakai, yaitu hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari

tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain,

yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan

pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam

perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa

atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan

dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-undang. Hak pakai diberikan

selama jangka waktu yang tertentu atau selama tanahnya dipergunakan

untuk keperluan yang tertentu; dengan cuma-cuma, dengan pembayaran

atau pemberian jasa berupa apapun; pemberian hak pakai tidak boleh

disertai syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur pemerasan.

■ Hak sewa, yaitu mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan

bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai

sewa.

■ Hak membuka tanah.

■ Hak memungut hasil hutan.

■ Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan

ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara.

Selanjutnya, sertifikat tanah merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang

bersangkutan. Akta Jual Beli (AJB) adalah dokumen yang membuktikan

adanya peralihan hak atas tanah dari pemilik sebagai penjual kepada pembeli

sebagai pemilik baru yang bersifat terang dihadapan Pejabat Pemuat Akta

Tanah (PPAT) dan dibayar lunas.Dasar hukum bukti kepenguasaan hak atas

tanah:

6 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Perubahan Hak Milik Menjadi Hak Guna

Bangunan Atau Hak Pakai Dan Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Pakai

(“Kepmen Agraria No. 16 Tahun 1997”);

■ Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah (“Permen Agraria No. 3

Tahun 1997”);

■ Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan

Konversi Hak Penguasaan atas Tanah Negara dan Ketentuan-Ketentuan

tentang Kebijaksanaan Selanjutnya (“Permen Agraria No. 9 Tahun 1965”);

■ Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 21 Tahun 1994 Tentang Tata Cara Perolehan Tanah Bagi Perusahaan

Dalam Rangka Penanaman Modal (“Kepmen Agraria No. 21 Tahun 1994”)

■ Daftar dokumen yang dapat menjadi bukti kepenguasaan hak atas tanah

lainnya:

1. Grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrivings

Ordonantie (S.1834-27), yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak

eigendom yang bersangkutan dikonversi menjadi hak milik;

2. Grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrivings

Ordonantie (S.1834-27) sejak berlakunya UUPA sampai tanggal

pendaftaran tanah dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah Nomor

10 Tahun 1961 di daerah yang bersangkutan;

3. Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan

Swapraja yang bersangkutan;

4. Sertifikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959;

5. Surat keputusan pemberian hak milik dari pejabat yang berwenang, baik

sebelum maupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban

untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua

kewajiban yang disebut di dalamnya;

6. Petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding

7 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1961;

7. Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi

tanda kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat

sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak

yang dialihkan;

8. Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya

belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan;

9. Akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak

mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977

dengan disertai alas hak yang diwakafkan;

10. Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang

tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan;

11. Surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang

diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

12. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang

dialihkan;

13. Lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII Ketentuan-ketentuan

Konversi UUPA.

Ketentuan pendaftaran tanah mencakup: (i) Pengukuran, perpetaan dan

pembukuan tanah; (ii) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak

tersebut.

1. 5. Ketersediaan Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan

Untuk Budidaya (STD-B)

Penerbitan STD-B dilakukan terhadap kebun yang luas arealnya tidak

memenuhi skala tertentu satu sampai dengan empat hektare oleh dinas yang

melaksanakan urusan di bidang perkebunan. Atau Surat Tanda Daftar Usaha

Perkebunan (STD-B) adalah keterangan yang diberikan oleh Bupati/Walikota

8 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

kepada pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan yang luas lahannya kurang

dari 25 hektar. Keberadaan Surat Tanda Daftar Usaha Budidaya Tanaman

Perkebunan (STD-B) dan surat Surat Pernyataan terhadap lahan petani sangat

penting karena STDB juga bisa digunakan sebagai syarat akses terhadap

bantuan keuangan. Misalnya mengakses dana dari Badan Pengelolaan Dana

Perkebunan Sawit (BPDP).

Formulir STD-B, bisa diambil di kantor Dishutbun, kemudian diisi dan

dikembalikan lagi, yang selanjutnya diserahkan kepada Bupati PPU untuk

disahkan dan diterbitkan. Pendaftaran lahan perkebunan STD-B harus

memiliki Surat Keterangan Tanah (SKT) dari kepala desa atau kelurahan.

STD-B hanya melihat isi perkebunan yang didaftarkan. Pendaftaran usaha

budidaya perkebunan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

• Syarat Administrasi yang mencakup: Permohonan bermaterai Rp.

6000,-; Fotocopy KTP; Fotocopy surat tanah; Bukti Lunas PBB;

Mengisi formulir Data Kebun; Surat Keterangan dari Kepala Desa

dan Camat setempat

• Syarat Teknis : Rekomendasi Tim Teknis diketahui oleh Kepala

SKPD terkait

• Data pemohon yang mencakup: nama pemohon; No. Telp/Hp; Jenis

Usaha; Merek Usaha; Alamat lokasi

• Waktu Penyelesaian 7 hari kerja

1. 6. Ketersediaan dokumen keanggotaan organisasi pekebun

Buku administrasi merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi

pekebun. Melalui pembukuan administrasi yang bagus maka akan menunjang

jalannya organisasi pekebun, mendorong kelompok menjadi transparan

dan jelas. Maksud dari transparan adalah semua pihak yang terkait dengan

kelompok baik itu dinas maupun anggota beserta masyarakat pada umumnya

dapat melihat kondisi nyata kelompok dalam perkembangannya mulai berdiri

hingga sekarang. Jelas dimaksudkan bahwa oranisasi pekebun tersebut benar-

benar memiliki tujuan dan perencanaan sehingga jelas arah yang akan dituju

yaitu mensejahterakan anggota. Dokumen petani swadaya dalam kelompok

tani mencakup: (i) Daftar anggota kelompok tani; (ii) Buku daftar pengurus;

9 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

(iii) Laporan kegiatan dan fungsi atau AD/ART kelompok tani; (iv) Bukti akate

hukum pendirian kelompok tani.Sementara itu, tanda bukti petani swadaya

dalam koperasi mencakup: (i) Buku daftar anggota koperasi; (ii) Buku daftar

pengurus; (iii) Laporan AD/ART; (iv) Bukti akte hukum pendirian koperasi.

Berikut adalah contoh buku administrasi kelompok tani yang bisa dijadikan

referensi untuk kelompok tani yang baru berdiri.

■ Buku Daftar Pengurus Dan Anggota

No. Nama Umur Pendidikan Alamat Jumlah Anggota Keluarga Jabatan Keterangan

■ Buku Pemilikan Lahan Dan Ternak

No. NamaLuas Pemilikan Lahan (Ha) Pemilikan Ternak (Ekor)

KeteranganSawah Tegal Pekarangan Kolam Sapi Kambing Ayam Itik

■ Daftar Hadir Pertemuan

No. Nama Tgl.Pertemuan Tempat Tanda Tangan Keterangan

■ Buku Notulen Rapat

No. Tanggal Uraian Kesimpulan

■ Buku Kegiatan

No. Tanggal Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan

■ Buku Rencana Kegiatan

No. Jenis Kegiatan Lokasi Volume Frekuensi Biaya Jadwal Kegiatan

■ Buku Tamu

10 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

No. Tanggal Nama Jabatan/Pekerjaan Keperluan Tanda Tangan

■ Buku Kas

No. Tanggal Uraian Debet Kredit Saldo

■ Buku Inventaris Barang

No. Tanggal Pembelian/Penerimaan Asal Barang Jumlah Harga (Rp) Keadaan Keterangan

■ Buku Iuran Anggota Kelompok

No. Nama Tanggal/Bulan Jumlah Iuran

■ Buku Simpan Pinjam

No. Nama Tanggal/Bulan Jumlah Pinjaman (Rp)Angsuran

I II III IV

■ Buku Seksi Pengolahan Tanaman

No. NamaLuas Lahan (Ha)

/ Lubang

Jadwal PelaksanaanKomod-

itasKeterangan

Tgl Pengolahan Tanah Tgl Tanam

■ Buku Pemilikan Tanaman

No Nama

Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan

Padi Jagung Ketela Salak Pisang Cengkeh Lada Kelapa Tembakau

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek legalitas dan pengelolaan kebun untuk

sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian

11 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek legalitas untuk petani

sawit mandiri?

3. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pengelolaan kebun

untuk petani sawit mandiri?

4. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

penting dalam aspek legalitas dan pengelolaan kebun untuk petani

sawit mandiri?

5. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek legalitas dan pegelolaan kebun untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

legalitas dan pengelolaan kebun untuk petani sawit mandiri?

7. Apakah kebijakan dalam aspek legalitas dan pengelolaan kebun untuk

petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?

8. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat legalitas dan

pengelolaan kebun yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?

9. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

10. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek legalitas dan pengelolaan kebun?

Daftar Pustaka

INA – NITF (Indonesian National Interpretation Task Force) Indonesian.

(2016). National Interpretation Of RSPO Principles and Criteria

2013. RSPO: Geneva,Swiss

Idsert J dan Schoneveld GC. (2016). Mewujudkan Petani Kecil Sawit Mandiri

yang Lebih Produktif dan Berkelanjutan di Indonesia: Pandangan dari pengembangan tipologi petani kecil. Working Paper 217. Bogor,

Indonesia: CIFOR.

Peraturan Pemerintah No.40 tahun 1996 tentang HGU, Hak Milik, Hak Pakai

Atas Tanah. http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/70/1418.bpkp

12 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Permentan No.26 tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan Perkebunan. http://

perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan-26-07.pdf

Keputusan Bersama Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian dan Kepala

Badan Pertanahan Nasional No.364/Kpts-II/1990, 519/Kpts/

Hk.050/7/1990 dan 23/VIII/90 dan 23/VIII/1990 tentang Ketentuan

Pelepasan Kawasan Hutan dan Pemberian Hak Guna Usaha untuk

Pengembangan. https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/SKB_364_1990.pdf

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 11/Permentan/

OT.140/3/2015 tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO). http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan%2011-2015%20ISPO.pdf

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 82/Permentan/

OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan

Gabungan Kelompok Tani. http://perundangan.pertanian.go.id/

admin/file/Permentan%20No.82%20Tahun%202013.pdf

Proses Pengesahan Badan Hukum Koperasi dan Persyaratan Administrasi.

http://www2.depkop.go.id/phocadownload/Tata_Cara/syarat_

pendirian_koperasi.pdf

Undang-undang No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria.http://dkn.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Undang-

Undang-RI-nomor-5-Tahun-1960-tentang-Pokok-Pokok-Dasar-

Agraria.pdf

13 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 2LOKASI KEBUN

2. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 2 akan menguraikan tentangKelembagaan pekebun; Sususnan

uraian tugas pengurus organisasi pekebun; Rencana kegiatan operasional

pekebun; Efektivitas organisasi pekebun; Catatan dan dokumentasi organisasi

kelembagaan pekebun.

2. 2. Tujuan Instruksional Khusus

Menganalisis lokasi kebun yang sesuai dengan penetapan tata ruang

setempat.

2. 3. Pendahuluan

Secara sistematis pembangunan perkebunan kelapa sawit umumnya terbagi

dalam tiga tahap utama, yaitu: (i) Tahap Investigasi Lahan dan Persiapan; (ii)

Tahap Pembangunan dan Konstruksi; (iii) Tahap Operasi dan Pemeliharaan

seperti tersaji pada gambar 2.1.

14 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Gambar 2.1. Tahapan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit

Namun, perkembangan lahan kebun sawit petani swadaya yang menunjukkan

trend peningkatan karena mampu menghasilkan manfaat ekonomi telah

menimbulkan ancaman terhadap keberadaan hutan dan lingkungan. Hal

ini terjadi karena alih fungsi lahan menjadi kebun swadaya diduga dapat

memberikan beberapa dampak, yaitu: (1) penurunan keanekaragaman hayati

(Fitzherbert, et al., 2008; Koh & Wilcove, 2008); (2) meningkatkan akses

masyarakat untuk memanfaatkan lahan di dekat tepi hutan (Mayrowani,

Ashari, & Ilham, 2011); dan (3) menimbulkan permasalahan sosial terkait

kepemilikan lahan (Mahfiana, 2013). Feintrenie, Chong, & Levang (2010) bahkan menemukan bahwa masyarakat lebih memilih untuk mengorbankan

hutan daripada harus mengganti tanaman bekas perkebunan sebelumnya atau

mengganti tanaman multicrop menjadi monocrop sawit sehingga berdampak

pada degradasi lahan dan erosi. Oleh sebab itu, pengetahuan petani terkait

lokasi kebun perlu ditingkatkan melalui pelatihan sehingga tudingan bahwa

kelapa sawit menyebabkan deforestasi dan penurunan keanekaragaman hayati

dapat dihindari dan manfaat ekonomi tetap terjaga dan berkelanjutan.

2. 4. Kesesuaian Lokasi Kebun dengan Tata Ruang

Sebelum pelaksanaan pembukaan areal dimulai, perlu dianalisiskelayakannya

melalui survey pendahuluan untuk memeriksa lahan calon kebun,pemeriksaan

terkait luas yang tercantum pada ijin lokasi dengan kajian tentang kawasan

15 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

(hutan atau non hutan), aksesibilitas, status dan tata guna kawasan, kesesuaian

lahan (agroklimat, kelerengan, kelas tanah,dll), kondisi sosial ekonomi wilayah

dan dukungan masyarakat sekitar calon kebun. Bila hasil analisismenunjukkan

bahwa lahan tersebut ternyata tidak layak, maka sebaiknya tidak dilanjutkan.

Namun apabila hasil analisismenunjukkan bahwa lahan tersebut layak, maka

proses dapat dilanjutkan. Kawasan hutan yang dapat dilepaskan menjadi tanah

Usaha Pertanian adalah kawasan hutan yang berdasarkan kemampuan tanahnya

cocok untuk Usaha Pertanian dan menurut tata guna hutan tidak dipertahankan

sebagai kawasan hutan tetap atau kawasan untuk keperluan lainnya.

Selanjutnya dilakukan analisis kawasan, yaitu memahami kawasan yang

ditetapkan berdasarkan TGHK dan RTRWP. TGHK (Tata Guna Hutan

Kesepakatan) adalah pembagian hutan negara menurut fungsinya yaitu hutan

lindung, hutan konservasi, hutan produksi, serta hutan produksi yang dapat

dikonversi. TGHK ditetapkan sejak tahun 1983 oleh Departemen Kehutanan

yang disepakati oleh Pemerintah Daerah serta sektor lainnya. RTRWP (Rencana

Tata Ruang Wilayah Propinsi) adalah pembagian tata ruang wilayah propinsi

sebagai penjabaran dari Undang Undang Tata Ruang Tahun 1992. Dalam

RTRWP dikenal pembagian ruang sebagai hutan lindung, kawasan budidaya

kehutanan dan kawasan budidaya nonkehutanan. Dalam implementasinya,

sejak tahun 1993, antara TGHK dan RTRWP dipaduserasikan. Salah satu

propinsi yang hingga kini belum paduserasi adalah Kalimantan Tengah. Di

propinsi ini, masih 100 % diberlakukan TGHK, sehingga ijin lokasi yang

diterbitkan oleh Bupati setempat sering masih tumpang tindih dengan kawasan

hutan menurut ketetapan TGHK.

Oleh sebab itu, langkah awal yang penting dilakukan dalam memilih/

mengambil alih lahan adalah pemeriksaan Kawasan. Di Indonesia, ada dua

kawasan dengan Penggunaan yang berbeda, yakni Kawasan Hutan dan

Kawasan Non Hutan atau dikenal oleh kalangan perkebunan sebagai Area

Penggunaan Lain (APL). Pada Kawasan Hutan yang ditetapkan berdasarkan

TGHK maupun RTRWP, hanya Hutan Konversi yang masih memungkinkan

untuk di alih fungsikan menjadi APL apabila memperoleh persetujuan

pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan, namun dengan prosedur

yang tidak mudah dan dapat ditolak oleh Menteri Kehutanan dengan

pertimbangan tertentu. Sedangkan APL dapat digunakan untuk pengembangan

16 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

perkebunan dengan cukup mengajukan permohonan Ijin Lokasi kepada Bupati

setempat. Oleh karenanya, dalam perencanaan pembangunan perkebunan

sebaiknya tidak memilih lokasi yang masuk di dalam Kawasan Hutan dan

untuk memastikannya, perlu dilakukan Cross Check melalui Badan Pemetaan

dan Planologi Nasional yang berada di Bogor.

· Hutan Lindung

· Hutan Konservasi

Kawasan

Hutan

· Taman Hutan Raya

· Hutan Produksi

Tata Ruang

Indonesia

· Hutan Konversi

Kawasan

Non Hutan

· Area Penggunaan Lain

(APL)

Gambar 2.2. Tata Ruang Indonesia

Disamping itu, kawasan hutan pantai (mengrove) yang terletak di pulau

kecil yang luasnya kurang dari 10 (sepuluh) km2 tidak dapat dilepaskan untuk

pengembangan usaha pertanian. Selanjutnya, keputusan-keputusan yang

mempengaruhi di mana sawit diberi izin dan pada akhirnya ditanam dilakukan

dalam tiga skala ruang, yaitu:

■ Skala makro – Keputusan-keputusan Rencana Tata Ruang menentukan batas-

batas Kawasan Hutan nasional dan tanah yang tersedia untuk pertanian di

dalamnya (Hutan Produksi Konversi, atau HPK ) serta di luarnya (Kawasan

Budidaya Non-Kehutanan, atau KBNK). Pemerintah dapat menerbitkan izin

sawit pada lahan-lahan yang termasuk zona KBNK atau HPK, sementara

pengembangannya bergantung pada hasil-hasil penilaian dampak yang

dilakukan di skala yang lebih lokal.

■ Skala Meso – Keputusan-keputusan Perizinan Sawit menentukan kawasan-

kawasan dalam zona-zona KBNK dan HPK di mana pengembangan

perkebunan skala besar akan diberi izin dan pengembangannya disetujui.

17 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Penerbitan izin dan kemudian keputusan penyaringan yang dibuat pada

“skala meso” ini mengikuti suatu proses penilaian yang dimandatkan

hukum untuk mengidentifikasi: (i) Kawasan-kawasan lingkungan hidup yang peka berdasarkan kondisi bio-fisiknya (misalnya gambut dengan tebal lebih dari 3 meter) atau (ii) Faktor-faktor sosial yang menghambat

pembangunan (misalnya, lahan adat yang dikelola masyarakat yang

menentang pengembangan sawit).

■ Langkah-langkah pada skala meso untuk mendasari keputusan-keputusan

perizinan dapat mencakup keputusan pemerintah daerah mengenai daerah-

daerah yang diprioritaskan untuk produksi dan daerah yang dilindungi

(misalnya mendukung pengembangan lahan hutan gundul non-gambut),

atau keputusan perusahaan untuk membantu memenuhi persyaratan standar

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) atau sistem sertifikasi sukarela seperti RSPO.

■ Skala Mikro – Keputusan-keputusan Perencanaan Perkebunan yang dibuat

perusahaan, sering dengan berkoordinasi dengan masyarakat setempat,

menentukan batas-batas di dalam izin perkebunan mereka yang tidak

boleh dikembangkan karena larangan hukum (misalnya, daerah penyangga

tepi sungai, gambut yang dalamnya lebih dari 3 meter atau lereng yang

terjal), keinginan anggota masyarakat setempat (misalnya lahan yang

oleh masyarakat setempat direncanakan untuk kegunaan non-sawit) atau

standar-standar sertifikasi sukarela (misalnya, daerah-daerah yang dalam RSPO digolongkan sebagai daerah Bernilai Konservasi Tinggi).

18 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Skema proses keputusan pada 3 tingkat skala keruangan yang menentukan

di mana sawit ditanam untuk daerah yang tidak sesuai untuk penanaman

berdasarkan berbagai kriteria.

Sementara itu, Undang-Undang dan Peraturan yang relevan dengan

keputusan-keputusan yang terkait dengan pemberian izin sawit dan dimana

perkebunan dikembangkan dalam kawan berizin tersebut mencakup:

19 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Diagram aliran proses memperoleh izin dan persetujuan utama untuk

pengembangan sawit di Indonesia serta UU dan peraturan terkait setiap izin:

2. 5. Persyaratan Akses Lokasi Kebun Menuju Tempat

Pengumpul/Pengangkutan TBS

Identifikasi lokasi dan jarak kebun dengan lokasi PKS mrupakan salah satu acuan untuk melakukan kerjasama yang efektif dalam penjualan TBS pekebun

swadaya. Dasar identifikasi lokasi dan jarak pabrik ini menyangkut beberapa faktor, yaitu: (i) Infrastruktur; dan (ii) Jarak antara kebun dari para pekebun

swadaya dengan lokasi PKS. Antisipasi persoalan tersebut memerlukan

adanya sarana pengangkut dan tempat pengumpulan TBS pekebun swadaya,

perbaikan infrastruktur agar proses pengangkutan menjadi lebih efektif serta

menghindari ketergantungan terhadap tengkulak.

20 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

1. Persiapan infrastuktur

Perencanaan/desain kebun diperlukan untuk merencanakan tata ruang

alam kebun dan afdeling mencakup: (i) Jaringan jalan; (ii) Areal

pembibitan; (iii) Saluran air; (iv) Lokasi afdeling dan blok.

a. Jaringan Jalan

Panjang dan kualitas jalan di kebun merupakan salah satu faktor

yang sangat menentukan dalam menjamin kelancaran pengangkutan

bahan, alat dan produksi serta pengontrolan lapangan.

Rencana pembuatan jaringan jalan harus selaras dengan desain kebun

secara keseluruhan, yang disesuaikan dengan kondisi topografi dan kebutuhan kebun.

Peran sistem jaringan jalan di kebun adalah sangat penting sebagai

berikut: (i) Untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil kelapa sawit

ke pabrik; (ii) Menjamin kelancaran pengangkutan pupuk dan bahan

lainnya; (iii) Memperlancar pekerjaan atau kegiatan operasional di

suatu areal atau blok; (iv) Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik

secepat mungkin: buah kelapa sawit yang dipotong hari ini harus

diolah langsung agar kandungan asam lemak bebas (FFA) tidak

tinggi, maksimal 24 jam setelah dipanen,TBS harus sudah diolah.

Berdasarkan kebutuhan di lapangan terdapat beberapa jenis jalan,

antara lain:

• Jalan utama (main road), yaitu jalan yang menghubungkan antara

satu afdeling dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik

serta menghubungkan langsung pabrik dengan jalan luar/umum.

Jalan utama dengan lebar 6 & 8 m, dilalui kendaraan lebih sering dan

lebih berat, termasuk kendaraan umum, sehingga perlu diperkeras

dengan batu. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan

infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel dan kantor.

• Jalan produksi (collection road), yaitu jalan yang berfungsi sebagai

sarana untuk mengangkut produksi TBS dari TPH. Jalan ini

terdapat diantara blok dan berhubungan dengan jalan utama, dibuat

tegak lurus terhadap baris tanaman. Jalan ini lebih kecil dari jalan

21 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

utama, dengan lebar 5 – 6 m dan pada tempat tertentu perlu

diperkeras. Untuk satu hektar diperlukan sepanjang 50 m.

• Jalan kontrol (control road), yaitu jalan yang terdapat di dalam setiap

blok. Jalan kontrol berfungsi untuk memudahkan pengontrolan areal

pada tiap blok dan sebagai batas pemisah antar blok tanaman. Jalan

ini lebarnya 4 & 5 m dan tiap hektar membutuhkan 10 m.

b. Areal Pembibitan

Pembibitan Adalah tempat untuk menumbuhkan kecambah hingga

menjadi semai/bibit dan memeliharanya sampai bibit siap ditanam

ke areal/lapangan tujuannya adalah untuk menyiapkan bibit kelapa

sawit sesuai standar dan tepat waktu untuk ditanam ke lapangan.

Kriteria lahan yang cocok untuk pembibitan sebagai berikut:

• Topografi (kemiringan)

Lokasi untuk pembibitan harus dipilh pada wilayah yang datar

dengan kemiringan 0 – 3 derajat, dekat dengan sumber air yang

cukup besar untuk irigasi namun tidak kena banjir atau tergenang.

• Area

Dalam satu hektar dapat ditempat sebanyak 19.900 polybag besar

dengan jarak 0,76 m segi tiga sama sisi. Pola ini dapat dijadikan

22 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

dasar penghitungan ukuran Pembibitan (nursery) yang akan dibuat.

Namun pola tersebut tidak selalu sama, karena dapat juga dibuat

dengan kepadatan yang lebih rendah yaitu sebanyak 13.000 polybag

besar per hektar dengan jarak 0,91 m segi tiga sama sisi. Pola ini

dibuat untuk mencegah persaingan sinar matahari antar bibit serta

lebih memudahkan untuk kontrol dan pemupukan.

• Aksesibilitas dan Jalan di Pembibitan

Jaringan jalan di main nursery dan hubungan satu dengan lainnya

harus di rancang dengan seksama dan disesuaikan dengan pola

peletakan polybag besar serta tipe irigasi penyiraman yand hendak

digunakan. Jalan keluar masuk ke main nursery juga harus dibuat

cukup lebar agar kendaraan yang membawa material bisa lewat

dengan mudah, puncaknya terutama pada periode penanaman ke

lapangan.

• Sumber air

Kebutuhan air yang cukup jernih (kualitas dan kuantitas) harus

dipastikan sebelum lahan pembibitan disiapkan. Sumber air yang

terbaik adalah bila ada danau/situ atau sungai di dekat lokasi

pembibitan. Namun bila tidak ada, sebaiknya dipersiapkan kolam

penampung air yang cukup, kurang lebih berukuran sepetanir 5(P)

x 5(L) x 3(T) untuk kemudian pompa air dengan kapasitas yang

memadai di tempatkan dekat kolam tersebut dan dihubungkan

dengan jaringan irigasi penyiraman. Jumlah kolam dan jumlah

pompa air (dengan kapasitas cukup) yang harus dipersiapkan

bergantung kepada jumlah bibit dan luas pembibitan.

• Drainage

Lokasi pembibitan yang dipilih, harus bebas dari banjir yang dapat

merusak bibit dan gudang penyimpanan material. Selain daripada

itu, lahan harus dibuat agar tidak mudah tergenang air.

c. Saluran Air

Perencanaan pembangunan saluran air didasarkan atas topografi lahan, letak sumber air, dan tinggi muka air tanah. Sistem pengeluaran

23 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

air berlebih (drainase) dibuat berdasarkan kondisi drainase areal.

Untuk lahan gambut, pengelolaan tata air sangat dominan, mengingat

karakteristik lahan gambut yang mengering dan mengkerut tidak

balik (irreversible shrinkage) apabila mengalami kekeringan.

d. Afdeling dan Blok

Luas afdeling dan blok disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi pengelolaan areal yang dikaitkan dengan kemudahan perawatan tanaman dan kegiatan panen. Luas areal satu afdeling

yang ideal berkisar 750 ha dan luas satu blok adalah 25 ha (500 m

x 500 m) untuk topografi datar, sedangkan luas blok untuk daerah dengan topografi bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 m x 400 m). Luas satu blok tersebut juga dikaitkan terhadap kepentingan

penetapan kesatuan contoh daun (KCD).

2. Jarak antara kebun dari para pekebun swadaya dengan lokasi PKS

Persyaratan umum yang harus dipenuhi agar layak antara lain: (i)

Jarak Lokasi Pabrik terjauh dari kawasan kebun sejauh-jauhnya masih

dalam radius 10 Km, dengan pertimbangan agar biaya angkut TBS

masih layak; (ii) Lokasi pabrik terletak sekurang-kurangnya 3 km dari

wilayah pemukiman dan tidak terdapat kali/sungai kecil yang mengalir

dari pabrik ke Pemukiman; (iii) Akses jalan keluar-masuk dari kebun

menuju pabrik tidak melalui jalan desa; (iv) Kondisi tanah, baik struktur

tanah maupun topograpinya tidak menimbulkan bencana tanah longsor

atau banjir; (iii) Tidak terlalu jauh dari jalan raya atau sungai besar

untuk pengeluaran/pengiriman hasil produksi CPO dan kernel ke pasar.

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek organisasi pekebun untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil

Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek organisasi pekebun

untuk petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

24 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

penting dalam aspek organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam aspek organisasi pekebun untuk petani sawit

mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat organisasi pekebun

yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

Daftar Pustaka

Feintrenie, L., Chong, W. K., & Levang, P. (2010). Why do farmers prefer

oil palm? Lessons learnt from Bungo district, Indonesia. Bogor,

Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR).

Fitzherbert, E. B., Struebig, M. J., Morel, A., Danielsen, F., Brühl, C. A., Donald,

P. F., et al. (2008). How will oil palm expansion affect biodiversity?

Trends Ecol Evol. 23(10), 538-545.

Koh, L. P., & Wilcove, D. S. (2008). Is oil palm agriculture really destroying

tropical biodiversity? Conservation Letters xx , 1–5.

Mahfiana, L. (2013). Sengketa Kepemilikan Hak Atas Tanah. Kodifikasia 7 (1), 83-102.

Mayrowani, H., Ashari, & Ilham, N. (2011). Pemanfaatan Lahan Kering di

Sekitar Hutan dalam Peningkatan Produksi Pangan (Kasus Kabupaten

Blora, Jawa Tengah)ENGAH). http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/

pdffiles/Pros_MP_Henny_2011.pdf, 98-110.

Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani. http://

cybex.pertanian.go.id/files/kp/Juklak%20KEP%20final_opt.pdf

Peraturan Kepala Badan penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pertanian Nomor: 90/Per/SM.820/J/12/12 tentang Petunjuk

25 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Pelaksanaan Pengemabngan Kelembagaan Ekonomi Petani. http://

cybex.pertanian.go.id/files/kp/Juklak%20KEP%20final_opt.pdf

Peraturan Menteri Pertanian No. 82 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan

Kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani. http://perundangan.

pertanian.go.id/admin/file/Permentan%20No.82%20Tahun%202013.pdf

Peraturan Menteri Pertanian No. 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman

Pembinaan Kelembagaan Petani. http://bkppp.bantulkab.go.id/

filestorage/dokumen/2014/07/Permentan%20No.%20273%20

Th.%202007%20Pedoman%20Pembinaan%20Kelembagaan%20

Petani.pdf

26 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 3ORGANISASI PEKEBUN

3. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 3 akan menguraikan tentang Kelembagaan pekebun; Susunan uraian

tugas pengurus organisasi pekebun; Efektivitas organisasi pekebun; Catatan

dan dokumentasi organisasi kelembagaan pekebun.

3. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Menguraikan pendekatan, alat dan proses untuk peningkatan pengetahuan

dan kompetensi terkait organisasi pekebun.

■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait organisasi pekebun

■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait organisasi

pekebun

3. 3. Pendahuluan

Pekebun berorganisasi menjadi indikator terpenting dalam kelembagaan

yang kuat, pekebun dapat bersatu dan secara kolektif mengembangkan sistem-

sistem yang alternatif dalam perkebunan rakyat serta sebagai syarat mudah

dalam penjualan TBS pekebun swadaya. Organisasi pekebun swadaya akan

mampu mengkonsolidasikan kelembagaannya secara berkelanjutan terkait

peningkatan kapasitas pekebun, praktek GAP berdasarkan prinsip sustainability.

Melalui kelembagaan tersebut, diperoleh identifikasi terkait jumlah pekebun swadaya, luas lahan perkebunan setiap anggota pekebun swadaya, informasi

27 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

mitra penjualan, serta informasi tentang prosentasi tonase produksi TBS

anggota. Disamping itu, kebersamaan dan keinginan untuk memperbaiki

praktik budidaya menjadi pondasi dalam menerapkan prinsip dan kriteria

ISPO. Mekanisme kontrol internal dan kelembagaan yang kuat menjadi bagi

petani yang tergabung dalam sebuah kelembagaan. Oleh sebab itu, petani perlu

bergabung dengan kelompok tani dan kelembagaan ekonomi seperti koperasi

akan mampu membentuk kekuatan kolektif yang terlembagakan sehingga

saling bersinergi dan saling melengkapi dalam menghadapi berbagai tantangan.

3. 4. Kelembagaan Pekebun

Pekebun adalah orang perseorangan warga negara Indonesia yang melakukan

usaha perkebunan dengan skala usaha tidak mencapai skala tertentu. Usaha

kebun swadaya adalah usaha Pekebun yang kebunnya dikelola sendiri oleh

pekebun sesuai peraturan perundang-undangan dengan luas maksimum 25

ha. Oleh sebab itu, kelembagaan pekebun memiliki peran penting membantu

pekebun dalam melakukan berbagai hal seperti misalnya, fungsi-fungsi

pelayanan dalam sistem budidaya perkebunan, fasilitasi akses ke lembaga-

lembaga keuangan, pemerintah, perusahaan sampai pada akses terhadap pasar.

Kelembagaan ini adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan

untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani.

Kelembagaan pekebun juga dapat memperkuat posisi tawar pekebun

swadaya dalam kerjasama pemasaran dengan perusahan. Kelembagaan

pekebun tersebut berfungsi untuk menyatukan pendekatan sistem budidaya

ditingkat pekebun swadaya yang berbeda-beda dan tidak terintegrasi dalam

pembangunan berkelanjutan.

Namun, identitas kelembagaan pekebun harus jelas dan terdokumentasi

melalui dokumen AD/ART atau surat keterangan dari Dinas Perkebunan

yang menunjukkan bentuk kelembagaan pekebun, baik berbentuk badan

usaha koperasi yang berbadan hukum maupun berupa kelompok pekebun.

Kelembagaan pekebun juga harus memiliki dokumentasi jumlah anggota

pekebun swadaya yang disertai dengan luas lahan, umur tanaman sawit, serta

informasi lainnya terkait profil dan data pekebun. Selanjutnya, paradigma pengembangan dan strategi pengembangan kelembagaan petani tersaji pada

gambar 3.1 dan 3.2.

28 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Gambar 3.1. Paradigma Pengembangan Kelembagaan Petani

Gambar 3.2. Strategi Pengembangan Kelembagaan Petani

Sementara itu, optimalisasi kelembagaan ekonomi petani mencakup: (i)

Berorientasi usaha produktif; (ii) Akses terhadap kelembagaan keuangan/

perbankan; (iii) Mampu melayani kebutuhan pengembangan agribisnis bagi

anggotanya; (iv) Mampu menghubungkan dengan sumber-sumber informasi,

teknologi, dan pasar sehingga belum mampu bersaing dengan pelaku usaha

lainnya.

3. 5. Kelompok Tani

Kelompok tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang menghimpun

diri dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian dalam tujuan, motif,

29 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

dan minat. Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dibentuk

dengan tujuan sebagai wadah komunikasi antarpetani.

Kelompok tani merupakan kumpulan petani/pekebun yang dibentuk atas

dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,

sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota. Kelompok tani juga merupakan kelembagaan petani non-formal yang

ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani dengan jumlah anggota

berkisar antara 20 sampai 25 orang petani atau disesuaikan dengan kondisi

lingkungan masyarakat dan usahataninya.

Kegiatan-kegiatan poktan yang dikelola tergantung kepada kesepakatan

anggota, dapat berdasarkan jenis usaha, unsur-unsur subsistem agribisnis

(pengadaan sarana produksi pertanian, pemasaran, pengolahan hasil pertanian,

dll). Sementara itu, prinsip-prinsip penumbuhan kelompok tani antara lain: (i)

Kebebasan; (ii) Keterbukaan; (iii) Partisipatif; (iv) Swadaya; (v) Kesetaraan;

(vi) Kemitraan.

Fungsi kelompok tani adalah sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan

unit produksi sebagai berikut:

■ Kelas belajar

Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya

guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta

tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga

produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupannya

yang lebih sejahtera;

■ Wahana kerjasama

Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasma diantara

sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan

pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan lebih

efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan;

■ Unit produksi

Usahatani yang dilaksanakan masing-masing anggota kelompoktani, secara

keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat

30 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi

kuantitas, kualitas maupun kontinuitas;

Proses Penumbuhan Kelompok tani sebagai berikut:

■ Penyuluh pertanian memberikan sosialisasi tentang penumbuhan poktan

kepada masyarakat, terutama tokoh-tokoh petani setempat dan aparat desa/

kelurahan;

■ Penumbuhan poktan dilakukan dalam pertemuan atau musyawarah petani

yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pamong desa/kelurahan, penyuluh

pertanian sebagai mitra kerja petani dan instansi terkait;

■ Selanjutnya kesepakatan membentuk poktan dituangkan dalam surat

pernyataan yang diketahui oleh penyuluh pertanian;

■ Pemilihan pengurus kelompok dilakukan secara musyawarah dan mufakat

oleh seluruh anggota. Perangkat kepengurusan kelompoktani sekurang-

kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan seksi-seksi sesuai

kebutuhan, dan dituangkan dalam berita acara yang disahkan oleh kepala

desa/lurah dan diketahui oleh penyuluh pertanian;

■ Sebagai tindak lanjut dari penumbuhan kelompoktani dan pemilihan

pengurus, maka diadakan pertemuan lanjutan yang dihadiri seluruh anggota

untuk menyusun dan/atau menetapkan rencana kerja kelompok

Pengembangan Kelompok tani sebagai berikut:

■ Penguatan Poktan Menjadi Kelembagaan Petani yang Kuat dan Mandiri:

1. Melaksanakan pertemuan/rapat anggota, rapat pengurus yang

diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan;

2. Disusunnya rencana kerja kelompok dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang diselenggarakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan

bersama dan setiap akhir penyelenggaraan dilakukan evaluasi secara

partisipatif;

3. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama;

4. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih;

31 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

5. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu sampai

hilir;

6. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;

7. Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para

petani umumnya dan anggota kelompoktani khususnya;

8. Menumbuhkan jejaring kerjasama antara poktan dengan pihak lain

dalam bentuk kemitraan;

9. Mengembangkan pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau

penyisihan hasil usaha kegiatan kelompok;

10. Melakukan penilaian klasifikasi kemampuan kelompoktani yang terdiri dari Kelas Pemula, Kelas Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas Utama.

Pedoman penilaian klasifikasi kemampuan kelompoktani diatur lebih lanjut melalui Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan

Kelompoktani.

■ Peningkatan Kemampuan Anggota dalam Pengembangan Agribisnis

1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif agar para petani mampu

untuk membentuk dan menumbuhkembangkan kelompoknya secara

partisipatif;

2. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota poktan untuk

memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi, dan akses permodalan

yang tersedia;

3. Membantu memperlancar proses dalam mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta menyusun rencana dan memecahkan masalah yang

dihadapi dalam usahataninya;

4. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi pasar dan

peluang usaha serta menganalisis potensi wilayah dan sumber daya

yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi yang dikembangkan/

diusahakan guna memberikan keuntungan usaha yang optimal;

5. Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola usahatani

secara komersial, berkelanjutan dan akrab lingkungan;

6. Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi usaha

32 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin

permintaan pasar yang dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas;

7. Mengembangkan kemampuan anggota untuk menciptakan teknologi

yang spesifik lokalita;

8. Mendorong dan mengadvokasi agar para petani mau dan mampu

melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna memfasilitasi

pengembangan modal usaha poktan.

■ Peningkatan Kemampuan Kelompoktani dalam Menjalankan Fungsinya

sebagai (1) kelas belajar; (2) wahana kerjasama; dan (3) unit produksi.

3. 5. 1. Gapoktan

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/ot.160/4/2007

tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani, Gapoktan adalah kumpulan

beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan

skala ekonomi dan efisiensi usaha. Adanya gapoktan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dan menyediakan sarana produksi

pertanian, peningkatan, permodalan, atau perluasan usaha tani untuk para

petani dan kelompok tani dari sektor hulu dan hilir, serta peningkatan kerjasama

dan pemasaran produk.

Gabungan kelompok tani berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan

usaha bersama mulai dari sektor hulu sampai hilir secara komersial dan

berorientasi pasar. Pada tahap pengembangannya gapoktan tersebut dapat

memberikan pelayanan informasi, teknologi dan permodalan kepada anggota

kelompoknya serta menjalin kerjasama dengan pihak lain.Bagan alur kerja

gapoktan untuk poktantersaji pada gambar 3.3.

Gambar 3.3. Bagan Alur Kerja Gapoktan

33 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Ciri Gabungan Kelompok tani sebagai berikut:

■ Adanya pertemuan/rapat anggota, rapat pengurus yang diselenggarakan

secara berkala dan berkesinambungan;

■ Disusunnya rencana kerja gapoktan secara bersama dan dilaksanakan oleh

para pelaksana sesuai dengan kesepakatan, serta dilakukan evaluasi setiap

akhir pelaksanaan secara partisipasi;

■ Memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama;

■ Memiliki pencatatan administrasi dan keuangan yang rapih untuk setiap

anggota;

■ Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama mulai sektor hulu sampai

sektor hilir;

■ Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi agribisnis;

■ Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi bagi usahatani anggota

kelompoktani yang bergabung dalam gapoktan;

■ Adanya jalinan kerjasama melalui kemitraan usaha antara gapoktan dengan

pihak lain;

■ Adanya pemupukan modal usaha baik yang bersumber dari iuran anggota

maupun dari penyisihan hasil usaha gapoktan.

Fungsi Gabungan Kelompok tani sebagai berikut:

■ Unit Usaha Penyedia Sarana dan Prasarana Produksi: Gabungan

kelompoktani merupakan tempat pemberian layanan kepada seluruh anggota

untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi (pupuk termasuk pupuk

bersubsidi, benih bersertifikat, pestisida, dll) dan alat mesin pertanian, baik yang berdasarkan kredit/permodalan usahatani bagi anggota kelompoktani

yang memerlukan maupun dari swadana petani/sisa hasil usaha;

■ Unit Usahatani/Produksi: Gabungan kelompoktani dapat menjadi unit

yang memproduksi komoditas untuk memenuhi kebutuhan anggotanya

dan kebutuhan pasar sehingga dapat menjamin kuantitas, kualitas dan

kontinuitas serta stabilitas harga;

■ Unit Usaha Pengolahan: Gabungan kelompoktani dapat memberikan

34 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

pelayanan baik berupa penggunaan alat mesin pertanian maupun teknologi

dalam pengolahan hasil produksi komoditas yang mencakup proses

pengolahan, sortasi/grading dan pengepakan untuk meningkatkan nilai

tambah produk;

■ Unit Usaha Pemasaran: Gabungan kelompoktani dapat memberikan

pelayanan/fasilitasi pemasaran hasil pertanian anggotanya baik dalam

bentuk pengembangan jejaring dan kemitraan dengan pihak lain maupun

pemasaran langsung. Dalam pengembangannya gapoktan dapat memberikan

pelayanan informasi harga komoditas, agar gapoktan tumbuh dan

berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat meningkatkan

produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik bagi anggotanya;

■ Unit Usaha Keuangan Mikro (simpan-pinjam): Gabungan kelompoktani

dapat memberikan pelayanan permodalan bagi anggota, baik yang berasal

dari iuran dan/atau simpan-pinjam anggota serta sisa hasil usaha, maupun

dari perolehan kredit melalui perbankan, mitra usaha, atau bantuan

pemerintah dan swasta.

Proses Penumbuhan Gabungan Kelompok tani sebagai berikut:

■ Penyuluh pertanian memberikan sosialisasi melalui pertemuan kelompok-

kelompoktani dan pertemuan RW/dusun dalam satu desa/kelurahan.

■ Membuat surat pernyataan kesepakatan tertulis dari poktan-poktan tentang

pembentukan gapoktan

■ Langkah-langkah membentuk kesepakatan gapoktan sebagai berikut:

1. Penyuluh pertanian memfasilitasi pertemuan pembentukan gapoktan

yang dihadiri para ketua kelompoktani yang akan bergabung, aparat

desa/pamong desa, tokoh masyarakat dan instansi terkait;

2. Penyuluh pertanian memfasilitasi terbentuknya gapoktan yang meliputi

nama gapoktan dan pengurus (Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-

seksinya sesuai kebutuhan);

3. Pembentukan gapoktan tersebut dituangkan dalam berita acara

penumbuhan gapoktan yang disahkan oleh Kepala Desa/Lurah dan

diketahui oleh penyuluh pertanian dengan cara sebagai berikut:

• Daftar poktan yang memenuhi syarat untuk bergabung dalam

35 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

gapoktan selanjutnya dimasukkan dalam salah satu bahan dalam

penyusunan programa desa/kelurahan;

• Setelah programa desa disusun maka pengembangan gapoktan

menjadi bahan bagi Rencana Kerja Tahunan (RKT) Penyuluh

Pertanian.

Ketentuan Gabungan Kelompok tani sebagai berikut:

■ Gapoktan beranggotakan beberapa kelompoktani dengan persyaratan

sebagai berikut:

1. Pendirian poktan minimal telah berusia 2 tahun;

2. Tingkat kemampuan poktan minimal kelas madya;

3. Memiliki usaha kelompok yang sama atau saling melengkapi;

4. Berada dalam wilayah satu desa/kelurahan atau kecamatan;

5. Semua anggota kelompok sepakat membentuk gabungan kelompok

tani yang dibuktikan dengan pernyatan tertulis.

■ Memiliki pengurus terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-

seksi sesuai unit usaha yang dilakukan.

3. 5. 2. Koperasi atau Koperasi Unit Desa (KUD)

Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan

untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggotanya, diatur dalam

Undang-Undang tentang Koperasi No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Koperasi yang dibentuk oleh minimum tiga Koperasi disebut Koperasi

Sekunder.

Persyaratan membentuk koperasi tani sebagai berikut:

■ Syarat Umum:

1. Dua rangkap Salinan Akta Pendirian koperasi dari notaris (NPAK).

2. Berita Acara Rapat Pendirian Koperasi.

3. Daftar hadir rapat pendirian koperasi

4. Foto Copy KTP Pendiri (urutannya disesuaikan dengan daftar hadir

agar mempermudah pada saat verifikasi).

36 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

5. Kuasa pendiri (Pengurus terpilih) untuk mengurus pengesahan

pembentukan koperasi.

6. Surat Bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang;kurangnya

sebesar simpanan pokok dan simpanan wajib yang wajib dilunasi para

pendiri.

7. Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga antara pengurus.

8. Surat Pernyataan Status kantor koperasi dan bukti pendukungnya

9. Dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan

■ Harus ada 20 orang dianggap sebagai pendiri-pendiri koperasi untuk

berdirinya koperasi dengan persyaratan anggota sebagai berikut:

1. Mampu untuk melakukan tindakan hukum

2. Menerima landasan idiil sebagai asas dan sendi dasar koperasi

3. Sanggup dan bersedia melakukan kewajiban dan hak sebagai anggota

sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 25 tahun 1992,

Anggaran Dasar, dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan koperasi

lainnya

■ Harus ada akte pendirian koperasi yang memuat anggaran dasar koperasi

dan anggaran rumah tangga yang disusun oleh pendiri.

■ Dalam Anggaran Dasar dalam akte pendirian koperasi memuat:

1. Daftarnama pendiri

1. Nama dan tempat kedudukan

2. Maksud dan tujuan serta bidang usaha

3. Ketentuan mengenai keanggotaan

4. Kentuan mengenai Rapat Anggota

5. Ketentuan mengenai pengelolaan

6. Ketentuan mengenai permodalan

7. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya

8. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha

9. Ketentuan mengenai sanksi

37 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Telah mengembangkan usaha berkelompok yang dikelola secara komersial

dan berorientasi pasar (Rencana kegiatan usaha koperasi minimal tiga tahun

kedepan dan Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan Koperasi)

■ Memiliki aturan/norma organisasi secara tertulis yang disepakati dan ditaati

oleh semua anggota (Struktur Organisasi Koperasi)

■ Telah memiliki kepengurusan yang bertugas dalam pengembangan usaha

dan berjalan sesuai dengan tugas dan kewajibannya (Daftar susunan

pengurus dan pengawas).

Tugas/kewajiban pengurus koperasi adalah memimpin organisasi dan usaha

koperasi serta mewakilinya di muka dan di luar pengadilan sesuai dengan

keputusan rapat anggota sebagai berikut:

1. Pengurus dapat mempekerjakan seorang atau beberapa orang untuk

melakukan pekerjaan sehari-hari.

2. Pengurus bertanggung jawab melaporkan kepada rapat anggota tentang

segala sesuatu yang menyangkut tata kehidupan koperasi dan segala

laporan pemeriksaan atas tata kehidupan koperasi. Khusus mengenai

laporan tertulis dari badan pemeriksa, pengurus menyampaikan pula

salinannya kepada pejabat.

3. Tiap-tiap anggota pengurus harus memberi bantuan kepada pejabat

yang sedang melakukan tugasnya.

4. Pengurus wajib menyelenggarakan rapat anggota tahunan menurut

ketentuan yang tercantum di dalam anggaran dasar.

5. Pengurus wajib mengadakan buku daftar anggota pengurus yang cara

penyusunannya dilakukan menurut ketentuan yang ditetapkan oleh

pejabat.

6. Pengurus harus menjaga kerukunan anggota dan melayaninya.

■ Telah membangun kemitraan dan jejaring usaha dengan berbagai pihak

dalam rangka pengembangan usaha (Daftar Sarana Kerja Koperasi)

■ Memiliki pencatatan administrasi organisasi yang baik.

■ Memiliki catatan usaha sederhana tetapi dilakukan secara berkesinanbungan.

38 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Memiliki rencana kerja/kegiatan dalam pengembangan usaha.

■ Ada pemupukan modal usaha atau dana keswadayaan yang berkembangbaik

yang berasal dari iuran anggota maupun penyisihan hasil usaha/kegiatan

kelompok.

■ Telah mencoba utuk mengembangkan kegiatan pengelolaan keuangan

dalam bentuk Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) atau bentuk

pengelolaan jasa keuangan lainnya.

Pembentukan koperasi tani sebagai berikut:

■ Tahap Persiapan

1. Penyuluh Pertanian melakukan identifikasi terhadap gapoktan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi koperasi sesuai dengan

persyaratan;

2. Gapoktan yang memenuhi syarat diajukan oleh Kepala BP3K kepada

Kepala BP4K di tingkat kabupaten;

3. Verifikasi dan validasi kelayakan gapoktan yang diusulkan sebagai calon koperasi tani oleh BP4K/Kelembagaan yang membidangi

penyuluhan bekerjasama dengan dinas/kantor yang menangani koperasi

di kabupaten/kota

4. Kepala BP4K dan kepala dinas/kantor yang menangani koperasi di

kabupaten/kota menyepakati gapoktan yang siap untuk difasilitasi

untuk membentuk tani;

5. Daftar Gapoktan yang memenuhi syarat selanjutnya dimasukan menjadi

salah satu bahan dalam penyusunan programa penyuluhan tingkat

kecamatan;

6. Setelah programa penyuluhan disusun, maka fasilitasi pembentukan

koperasi tani menjadi bahan bagi rencana kerja penyuluh;

7. Sosialisasi oleh penyuluh tentang manfaat dan tata cara pembentukan

koperasi yang dilakukan pada pertemuan berkala gapoktan untuk

memberikan wawasan tentang Koperasi Tani. Kegiatan sosialisasi

ini sebaiknya dengan menyertakan petugas dari dinas/kantor yang

menangani koperasi;

39 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

8. Musyawarah/rembug gapoktan untuk menyepakati pembentukan

koperasi tani, pada pertemuan ini sebaiknya dihadiri oleh petugas dari

dinas/kantor yang menangani koperasi agar untuk selanjutnya gapoktan

tersebut mendapat fasilitasi dalam mempersiapkan kelengkapan untuk

membentuk koperasi;

9. Fasilitasi berupa pendampingan oleh penyuluh pertanian bersama

dengan petugas oleh petugas dari dinas/kantor yang menangani

koperasi. Materi fasilitasi antara lain meliputi: (i) Persyaratan dan proses

pembentukan koperasi tani; (ii) Struktur, tugas, tanggung jawab dan

fungsi kepengurusan koperasi tani; (iii) Penyiapan dokumen-dokumen

kelengkapan pembentukan koperasi.

10. Pendampingan oleh penyuluh pertanian dilakukan sebagai bagian dari

kunjungan penyuluh ke kelompok tani/gapoktan sesuai dengan jadwal

yang disepakati bersama kelompok tani/gapoktan.

■ Tahap Pembentukan

1. Setelah bentuk koperasi beserta namanya telah disepakati, maka

dilakukan pendirian koperasi dengan pembuatan Akta Pendirian

Koperasi yang dibuat oleh Notaris yang terdaftar pada dinas/kantor

yang menangani koperasi.

2. Apabila akta pendirian telah diterbitkan maka koperasi tersebut, harus

memperoleh pengesahan sebagai badan hukum, apabila lingkup wilayah

kerja koperasi di kabupaten/kota maka pengesahan badan hukum dapat

diperoleh dari dinas/kantor yang menangani koperasi di kabupaten/

kota.

Prosedur Mendirikan Koperasi Koperasi sebagai berikut:

■ Persiapan pendahuluan yaitu ada orang yang mempunyai kepentingan yang

sama,ada tujuan yang sama, calon anggota sekurang-kurangnya 20 orang

dan calon anggota bertempat tinggal dalam satu wilayah tertentu.

■ Persiapan mendirikan koperasi, yaitu ada prakarsa mendirikan koperasi

secara mantap dan dapat direalisasi dalam bentuk panitia, ada konsep

anggaran dasar koperasi dan panitia mengadakan undangan rapat terhadap

calon anggota,para pejabat pemerintah dan kepala kantor koperasi setempat.

40 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Rapat pendirian koperasi, yaitu harus dibicarakan antara lain alasan yang

mereka lakukan untuk pendirian koperasi, tujuan didirikannya koperasi,

persetujuan didirikannya koperasi, perumusan anggaran dasar dan anggaran

rumah tangga koperasi dan pemilihan pengurus & badan pemeriksa serta

penetapan orang yang menandatangani akta pendirian koperasi.

■ Laporan dan permohonan pengakuan;

Setelah rapat pembentukan selesai, pengurus terpilih berkewajiban:

■ Membuat buku daftar anggota koperasi,

■ Membuat buku daftar pengurus,

■ Mebuat laporan telah terbentuknya koperasi kepada yang berwenang

■ Mengirim surat permohonan pengakuan badan hukum kepada kepala kantor

direktorat koperasi setempat

Proses Pengesahan Badan Hukum Koperasi tersaji pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Proses Pengesahan Badan Hukum Koperasi

41 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

3. 6. Susunan Uraian Tugas Pengurus Organisasi Pekebun

3. 6. 1. Kelompok Tani

Pengurus kelompok tani terdiri dari:

■ Ketua

1. Memimpin rapat angota poktan dalam peyusunan Rencana Usaha

Kelompok /RUK berdasarkan Rencana Usaha Anggota/RUA.

2. Menyampaikan hasil keputusan rapat anggota poktan

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan usaha kelompok sesuai

dengann hasil keputusan rapat angota poktan

4. Menyalurkan dana BLM-PUAP yang diterima poktan kepada anggota

sesuai RUA.

■ Sekretaris

Melaksanakan administrasi kegiatan gapoktan dengan rincian sebagai

berikut:

1. Membuat dan memeliharan notulen rapat, berita acara, serta dokumen

lain

2. Menyelenggarakan surat-menyurat

3. Menyelengarakan administrasi dokumen RUB (rencana usaha

bersama), RUK/rencana Usaha kelompok, RUA/rencana usaha anggota

dan kegiatan organisasi lain

4. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan poktan.

■ Bendahara

1. Melaksanakan penarikan/pencairan dana sesuai dengan jadwal

pemanfaatan oleh anggota

2. Membukukan setiap penyaluran dana (PUAP) kepada anggota

3. Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan

4. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan keuangan gapoktan.

■ Seksi Usaha tani

42 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

1. Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi

usaha tani yang menguntungkan berdasarkan info yang tersedia dalam

bidang teknologi sosial permodalan, sarana produksi dan sumberdaya

lainnya

2. Menyusun rencana definitif gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi

3. Memfasilitasi penerapn teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani

kelompok tani sesuai dengan rencana kegiatan poktan

4. Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam

pelaksanaan usaha tani

5. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama

dalam organisasi maupun kesepakatan dengan pihak lain

6. Mengevalusi kegiatan bersama dan recana kebutuhan gapoktan sebagai

bahan rencana kegiatan yang akan dating

7. Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian

sumberdaya alam

8. Mengelola administrasi secara baik

9. Merumuskan kesepakatan bersamaa baik dalam memecahkan masalah

untuk melakukan berbagai kegiatan poktan

10. Merencanakan dan melaksanakan pertemua-pertemuan berkala baik di

dalam gapoktan, antar gapoktan, atau dengan instasi/lembaga terkait

■ Seksi usaha pengolahan

1. Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil usaha

tani petani dan poktan

2. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pengusaha pengolhaan

hasil-hasil pertanian

3. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penydia pengolahan

peralatan-peralatan pertanian

4. Mengembangkan kemampuan anggota gapoktan dalam pegolahan

produk-produk hasil pertanian

43 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

5. Mengorganisasikan kegiatan produksi anggota gapoktan ke dalam unit-

unit usaha pengolahan

■ Seksi usaha sarana dan prasarana produksi

1. Menyusun perenanaan kebutuhan sarana dan prasarana setiap

anggotanya

2. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pihak penyedia sarana

prasarana produksi pertanian dengann dinas terkait dan lembaga-

lembaga usaha saprotan

3. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pihak penyedia sarana

prasarana produksi pertanian, pengolahan, pemasaran atau permodalan

■ Seksi usaha pemasaran

1. Mengidentifikasi, menganalisis potensi dan peluang pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk megembangkan komoditi yang

dikembangkan/diusahakan guna memberikan keuntungan usaha yang

lebih besar

2. Merencanakan kebutuhan pasar berdasarkan sumberdaya yang dimiliki

dengan memprhatikan segmentasi pasar

3. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pemasok-pemasok

kebutuhan pasar

4. Mngembangkan penyediaan kebutuhan-kebutuhan pasar produk

pertanian

5. Mengembangkan kemampuan memasarkan produk-produk hasil

pertanian

6. Menjalin kemitraan/kerjasama usaha dengan pihak pemasok hasil-hasil

produksi pertanian

7. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi usaha masing-

masing anggota untuk dijadikan satu unit yang menjamin pada

permintaan pasar dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas

■ Seksi keuangan mikro:

1. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa angota poktan untuk

44 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

memanfaatkan setiap informasi dan akses permodalan yang tersedia

2. Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola keuangan

mikro secara komersil

3. Mengembangkan kemampuan utk menggali sumber-sumber usaha

yang mampu meningkatkan permodalan

4. Mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu

melaksanakan kegiatan simpan pinjam guna memfasilitasi

pengembangan modal usaha.

3. 6. 2. Gapoktan

Pegurus Gapoktan terdiri dari:

■ Ketua

Ketua mengkoordinasikan, mengorganisasikan serta bertanggungjawab

penuh terhadap seluruh kegiatan gapoktan dengan rincian sebagai berikut:

1. Melaksanakan hasil keputusan rapat anggota

2. Memimpin rapat pengurus yang dihadiri pengurus poktan, komite

pengarah dan penyuluh pendamping

3. Menandatangan surat menyurat dan dokumen pelaksanaan (PUAP) dan

dokumen surat menyurat lain

4. Mewakili gapoktan dalam pertemuan dengan pihak lain

5. Megkoordinasikan pelaporan dan pertanggungjawaban dana

6. Memimpin organisasi dan administrasi gapoktan.

■ Sekretaris

Melaksanakan administrasi kegiatan gapoktan dengan rincian sebagai

berikut:

1. Membuat dan memeliharan notulen rapat, berita acara, serta dokumen

lain

2. Menyelenggarakan surat-menyurat

3. Menyelengarakan administrasi dokumen RUB (rencana usaha

45 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

bersama), RUK/rencana Usaha kelompok, RUA/rencana usaha anggota

dan kegiatan organisasi lain

4. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan gapoktan.

■ Bendahara, yaitu petani anggota yang dipilih dalam Rapat Anggota;

menangani seluruh kegiatan administrasi keuangan gapoktan, termasuk

penyaluran dan pengelolaan dana, dengan rincian sebagai berikut:

1. Melaksanakan penarikan/pencairan dana sesuai dengan jadwal

pemanfaatan oleh anggota

2. Membukukan setiap penyaluran dana (PUAP) kepada anggota

3. Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan

4. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan keuangan gapoktan.

■ Komite pengarah, yaitu komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa

yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan

penyuluh pendamping. Komite Pengarah terdiri dari seorang ketua dan dua

orang angota dengan tugas sebagai berikut:

1. Memberi masukan dan pertimbangan dalam penetapan RUB pada saat

rapat angota

2. Mengawasi penggunaan dana BLM PUAP sesuai keputusan Rapat

Anggota

3. Memberi masukan dan pertimbangan dalam penumbuhan dan

pengembangan unit usaha otonom gapoktan.

■ Pengelola gapoktan, yang berada dibawah kendali Pengurus:

1. Seksi Keuangan Mikro

a. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa angota poktan

untuk memanfaatkan setiap informasi dan akses permodalan yang

tersedia

b. Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola keuangan

mikro secara komersil

c. Mengembangkan kemampuan utk menggali sumber-sumber usaha

yang mampu meningkatkan permodalan

46 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

d. Mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu

melaksanakan kegiatan simpan pinjam guna memfasilitasi

pengembangan modal usaha.

2. Seksi Usaha tani

a. Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi

usaha tani yang menguntungkan berdasarkan info yang tersedia

dalam bidang teknologi sosial permodalan, sarana produksi dan

sumberdaya lainnya

b. Menyusun rencana definitif gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi

c. Memfasilitasi penerapn teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani

kelompok tani sesuai dengan rencana kegiatan poktan

d. Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam

pelaksanaan usaha tani

e. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama

dalam organisasi maupun kesepakatan dengan pihak lain

f. Mengevalusi kegiatan bersama dan recana kebutuhan gapoktan

sebagai bahan rencana kegiatan yang akan dating

g. Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian

sumberdaya alam

h. Mengelola administrasi secara baik

i. Merumuskan kesepakatan bersamaa baik dalam memecahkan

masalah untuk melakukan berbagai kegiatan poktan

j. Merencanakan dan melaksanakan pertemua-pertemuan berkala baik

di dalam gapoktan, antar gapoktan, atau dengan instasi/lembaga

terkait.

3. Seksi usaha pengolahan

a. Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil usaha

tani petani dan poktan

b. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pengusaha pengolhaan

47 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

hasil-hasil pertanian

c. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penydia

pengolahan peralatan-peralatan pertanian

d. Mengembangkan kemampuan anggota gapoktan dalam pegolahan

produk-produk hasil pertanian

e. Mengorganisasikan kegiatan produksi anggota gapoktan ke dalam

unit-unit usaha pengolahan

4. Seksi usaha sarana dan prasarana produksi

a. Menyusun perenanaan kebutuhan sarana dan prasarana setiap

anggotanya

b. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pihak penyedia sarana

prasarana produksi pertanian dengann dinas terkait dan lembaga-

lembaga usaha saprotan

c. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pihak penyedia

sarana prasarana produksi pertanian, pengolahan, pemasaran atau

permodalan

5. Seksi usaha pemasaran

a. Mengidentifikasi, menganalisis potensi dan peluang pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk megembangkan

komoditi yang dikembangkan/diusahakan guna memberikan

keuntungan usaha yang lebih besar

b. Merencanakan kebutuhan pasar berdasarkan sumberdaya yang

dimiliki dengan memprhatikan segmentasi pasar

c. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pemasok-pemasok

kebutuhan pasar

d. Mngembangkan penyediaan kebutuhan-kebutuhan pasar produk

pertanian

e. Mengembangkan kemampuan memasarkan produk-produk hasil

pertanian

f. Menjalin kemitraan/kerjasama usaha dengan pihak pemasok hasil-

48 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

hasil produksi pertanian

g. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi usaha

masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit yang menjamin

pada permintaan pasar dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas

3. 6. 3. Koperasi

Perangkat organisasi Koperasi terdiri dari:

■ Anggota

Angota bersifat pribadi dengan prinsip kebersamaan.Setiap anggota masing-

masing memiliki satu suara dalam rapat anggota tanpa memperhatikan jumlah

modal masing-masing.Setiap anggota bebas untuk masuk/keluar (anggota

berganti).Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan

koperasi tetapi apabila diperlukan dapat juga diangkat Dewan Penasehat.Tugas

Rapat anggota menetapkan sebagai berikut:

1. Anggaran Dasar,

2. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha

koperasi, serta pelaksanaan keputusan koperasi.

3. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas

4. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi,

pengesahan neraca dan perhitungan rugi laba serta kebijaksanaan yang

diambil oleh pengurus.

5. Pengesahan laporan pertanggungjawaban pengurus dan badan

pemeriksa dalam pelaksanaan tugasnya

6. Pembagian sisa hasil usaha

7. Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi

8. Menyelenggarakan rapat anggota minimal sekali dalam sebulan.

■ Pengurus

Tugas Pengurus sebagai berikut:

1. Mewakilli koperasi dimuka dan diluar pengadilan

2. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta

49 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar

3. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan kemanfaatan koperasi

sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan rapat anggota.

Susunan Pengurus terdiri dari:

1. Ketua

Tugas Ketua sebagai berikut:

a. Memimpin, mengkoordinasi, mengawasi pelaksanaan tugas anggota

Pengurus, Manajer dan Karyawan.

b. Memimpin Rapat Anggota/Rapat Anggota Tahunan

c. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Rapat Anggota/

Rapat Anggota Tahunan.

d. Memimpin rapat Pengurus, rapat Pengurus dengan Badan Pemeriksa/

Manajer.

e. Memberikan keputusan terakhir dalam kepengurusan koperasi

dengan

f. memperhatikan usul/saran/pertimbangan dari anggota pengurus

lainnya maupun manajer.

g. Mensahkan surat masuk dan keluar bersama Sekretaris untuk

kegiatan dalam bidang ideal koperasi, tata usaha, personalia dan

sebagainya.

h. Mensahkan surat masuk dan keluar bersama Bendahara untuk

kegiatan bidang keuangan

i. Mensahkan surat masuk dan keluar bersama Manajer untuk kegiatan

bidang usaha.

2. Sekretaris

Tugas Sekretaris sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan dan memelihara buku organisasi dan semua

arsip.

b. Memelihara tata kerja, merencanakan peraturan khusus serta

50 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

ketentuan lain

c. Merencanakan kegiatan operasional bidang ideal meliputi program

pendidikan,penyuluhan dan sebagainya

d. Mensahkan semua surat dan buku yang menyangkut bidang

kesejahteraan bersama Ketua

e. Bertanggungjawab dalam bidang administrasi organisasi kepada

Ketua.

f. Mengadakan hubungan dengan Bendahara dan Manajer dalam

bidang yang berkaitan.

3. Bendahara yang mempunyai tugas masing sebagai berikut :

Tugas Bendahara sebagai berikut:

a. Merencanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi.

b. Mencari dana baik dari anggota yang berupa simpanan maupun dari

bukan anggota dengan syarat yang ringan.

c. Memelihara harta kekayaan Koperasi.

d. Mengatur pengeluaran uang (biaya) agar tidak melebihi anggaran

yang telah

e. ditetapkan.

f. Mempersiapkan data dan informasi bidangnya dalam rangka

menyusun laporan organisasi baik untuk rapat anggota tahunan

maupun untuk pihak yang diperlukan.

g. Bersama dengan Manajer menandatangani/mensahkan bukti

pengeluaran uang (untuk jumlah yang melebihi wewenang Manajer).

h. Membimbing dan mengawasi pekerjaan Manajer dalam bidang

administrasi uang dan administrasi barang sesuai dengan sistem

yang dianut.

i. Melakukan pemeriksaan secara langsung jumlah uang kas dan

jumlah persediaan barang dan disesuaikan dengan catatan.

j. Mengambil langkah pengamanan tertentu untuk mencegah kerugian

51 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

koperasi.

k. Atas nama tugasnya Bendahara bertanggung jawab kepada Ketua.

4. Pengawas.

Tugas Badan Pengawas sebagai berikut:

a. Melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi, termasuk

organisasi,

b. Manajemen, usaha, keuangan, permodalan dan lain sebagainya

c. Mengawasi kebijakan operasional pengurus, yang meliputi bidang

organisasi, bidang usaha dan bidang keuangan koperasi.

d. Memeriksa, meneliti ketepatan dan kebenaran catatan organisasi,

usaha dan keuangan untuk dibandingkan dengan kenyataan yang

ada.

e. Bertanggungjawab atas kegiatan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan

serta

f. merahasiakan hasil pemeriksaan kepada pihak ketiga

g. Membuat laporan pemeriksaan secara tertulis, memberikan

pendapatnya dan memberikan saran perbaikan dalam menyajikan

laporan kepada rapat anggota tahunan.

5. Pengelola koperasi yang berada dibawah kendali pengurus mencakup:

a. Manajer

Tugas Manajer sebagai berikut:

(a) Memimpin dan mengkordinasikan penyusunan rencana usaha

dan anggaran dari masing-masing bagian yang ada dibawahnya

dalam rangka menyusun rencana kerja dan mengajukan rencana

kerja tersebut kepada Pengurus.

(b) Memimpin dan mengkoordinasi semua kegiatan internal

koperasi

(c) Memberikan pengarahan dan mengawasi pelaksanaan rencana

kerja yang telah digariskan.

52 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

(d) Bersama dengan Pengurus membahas dan menyiapkan rencana

kerja dan anggaran serta mejajaki kemungkinan perluasan usaha

baru untuk diajukan kepada rapat anggota tahunan.

(e) Atas dasar Mandat/Surat Kuasa Ketua dapat menandatangani

surat perjanjian kerjasama dengan pihak luar.

(f) Mensahkan pengeluaran kas sampai batas wewenang yang

diberikan oleh Pengurus.

(g) Mengambil langkah pengamanan uang dan barang koperasi.

b. Bagian Umum

Tugas Bagian Umum sebagai berikut:

(a) Melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan

rumah tangga koperasi

(b) Melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan surat

menyurat

(c) Melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan

karyawan

c. Bagian administrasi Keuangan,

Tugas Bagian administrasi keuangan sebagai berikut:

(a) Mengatur dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan urusan kas,

(b) Mengatur dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan masalah administrasi keuangan/pembukuan ;

melaksanakan pembukuan sesuai dengan sistem yang telah

ditetapkan berdasarkan bukti yang sah, menyimpan /memelihara

semua bukti pembukuan secara teratur sesuai dengan peraturan

yang berlaku dan menyimpan data keuangan untuk menyusun

laporan keuangan yang berupa Neraca dan Perhitungan Rugi/

Laba beserta lampiran dan penjelasannya

3. 7. Rencana Kegiatan Operasional Pekebun

Rencana Kegiatan oeprasional pekebun mencakup: (i) Kebutuhan sarana

53 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

produksi; (ii) Perkiraan produksi; (iii) Kegiatan pemeliharaan tanaman; (iv)

Pengendalian OPT; (v) Panen; (vi) Pengangkutan TBS; (vii) Pemeliharaan

terasering; (viii) Pemeliharaan jalan produksi; (ix) Rencana peremajaan

tanaman yang akan dilakukan.

1. Kebutuhan Sarana produksi:

■ Bahan tanaman unggul

Benih unggul bermutu bersertifikat yang berasal dari sumber benih dalam negeri yang telah ditetapkan pemerintah sebagai berikut:Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PT. PPKS) Medan; PT. Socfin Indonesia (PT.Socfindo); PT. PP London Sumatera; Indonesia,Tbk. (PT. Lonsum); PT. Bina Sawit Makmur; PT.

Tunggal Yunus Estate; PT. Dami Mas Sejahtera; PT. Bakti Tani Nusantara; PT.

Tania Selatan; PT. Sarana Inti Pratama; PT. Sasaran Ehsan Mekarsari.

Benih kelapa sawit disalurkan ke petani dalam polibeg, keadaan siap salur

berumur antara 9 – 18 bulan (sesuai kondisi setempat) dan telah disertifikasi oleh UPTD Perbenihan setempat.

■ Kesesuaian lahan

Karakteristik LahanIntensitas Faktor Pembatas

Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)

Curah hujan (mm) 1.750-3.0001.750-

1.500

1.500-

1.250< 1.250

Bulan kering (bln) < 1 1-2 2-3 > 3

Ketinggian di atas

permukaan laut0-200 200-300 300-400 > 400

Bentuk wilayah kemir-

ingan lereng

Datar-

berombak

< 8”

Berombak

bergelom-

bang

8-15”

Berge-

lombang

berbukit

15-30”

Berbukit-

ber-

gunung

> 30”

Batuan di permukaan

dan di dalam tanah

(%-volume)

< 3 3-15 15-40 > 40

Kedalaman efektif

(cm)> 100 100-75 75-50 < 50

54 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Karakteristik LahanIntensitas Faktor Pembatas

Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)

Tekstur tanah

Lempung

berdebu;

lempung

liat berpasir;

lempung

liat berdebu;

lempung

berliat

Liat; liat

berpasir;

lempung

berpasir;

lempung

Pasir ber-

lempug;

debu

Liat be-

rat; pasir

Kelas drainase Baik; sedang

Agak

terhambat;

agak cepat

Cepat;

terhambat

Sangat

cepat;

sangat

terhambat

tergenang

Keasaman tanah (pH) 5,0-6,04,0-5,0

6,0-6,5

3,5-4,0

6,5-7,0

< 3,5

> 7,0

■ Penerapan kultur teknis yang baik sejak awal, yaitu pembibitan, persiapan

lahan, pemeliharaan tanaman, penendalian hama penyakit, dan pemupukan.

■ Kualitas dan mutu panen dengan manajemen panen yang baik, yaitu dengan

tenaga yang terampil dan sarana panen memadai.

■ Efisiensi pengolahan hasil dengan integrasi yang baik mulai dari panen, pengangkutan hasil, loading ramp, sterilizer, digester, screw press dan

klarifiaksi.

2. Perkiraan produksi dapat dilihat pada tabel berikut.

55 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Keterangan: S1 = sangat sesuai; S2 = sesuai; S3 = agak sesuai

3. Kegiatan pemeliharaan tanaman

Pemeliharaa tanaman belum menghasilkan (BTM) mencakup: Pengendalian

lalang; Pengendalian gulma dipinggiran pokok; Gawangan; Pengendalian

hama dan penyakit; Pemeliharaan jalan; Pemeliharaan drainase; Pemupukan;

Pengawetan tanah dan sensus; Konsolidasi dan penyisipan.

Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) mencakup: Pemberantasan

gulma; Pembasmian alang-alang; Pemupukan; Pengendalian hama dan

penyakit; Penunasan; Pemeliharaan sarana dan prasarana; Pengawetan tanah

4. Pengendalian OPT

■ Hama:

1. Nematoda

a. Penyebab rhadinaphelenchus cocophilus. Bagian yang diserang

adalah akar.

b. Gejala: pusat mahkota mengerdil, daun baru tergulung dan tegak,

56 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

daun berubah warna menjadi kuning dan mengering, tandan buah

menjadi busuk.

c. Pengendalian : dengan meracuni pohon dengan natrium arsenit dan

setelah mati dibongkar dan dibakar.

2. Tunggau

a. Penyebab Tunggau Merah (Oliganycus). Bagian yang diserang

adalah daun.

b. Gejala: daun menjadi mengkilap dan daun berwarna bronz.

Pengendalian menggunakan aktrisida tetradifon 0,1 – 0,2%.

3. Ulat Setora

a. Penyebab setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun.

b. Gejala: daun dimakan sehingga yang tersisa hanya lidinya saja.

c. Pengendalian menggunakan insektisida Hosation 25 UI.V, sevin 85

ES, Dursban 20 EC pada konsentrasi 0,2 – 0,3%.

4. Oil Palm Bunch Moth

a. Penyebab Tiorathaba mudella. Bagian yang diserang adalah buah

muda dan kadang-kadang tandan buah.

b. Gejala: buah muda berlubang, tandan buah busuk.

c. Pengendalian menggunakan insektisida dipteres/thiodam (0,55

kg/370 liter air). Selain itu dilakukan pemberantasan biologi dengan

parasit tabuhan dan lalat parasit.

5. Kumbang Oryctes

a. Penyebab oryctes rhynoceros. Bagian yang diserang adalah titik

tumbuh, bakal daun.

b. Gejala daun seperti terpotong gunting; pada serangan berat serangga

akan mati.

c. Pengendalian peningkatan sanitasi dan pemberantasan biologi

dengan parasit jamur.

6. Babi hutan dan tikus

57 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

a. Babi hutan dan tikus biasanya menyerang tanaman kelapa sawit

yang masih muda dan hama tikus biasanya pengendalian dilakukan

dengan menggunakan/memelihara burung hantu.

■ Penyakit

1. Root Blast

a. Penyebab rhizoctonia lamcllifera dan Phythium Sp. Bagian yang

diserang adalah akar.

b. Gejala: bibit persemaian mati mendadak. Tanaman dewasa layu dan

mati. Selain itu terlihat adanya pembusukan akar.

c. Pengendalian dengan pembuatan persemai yang baik, pemberian air

irigasi di musim kemarau, pengendalian bibit lebih dari 11 bulan.

2. Garis Kuning

a. Penyebab fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.

b. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna

coklat pada daun, daun mengering.

c. Pengendalian inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.

3. Dry Basal Rot

a. Penyebab ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang adalah batang.

b. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering, daun

muda mati dan kering.

c. Pengendalian adalah dengan menanam bibit yang telah di inokulasi.

1. Panen

Buah dari pohon yang masih rendah diambil dengan dodos sedangkan untuk

pohon yang tinggi diambil dengan agrek (arit bergagang bambu panjang). Cara

panen sebagai berikut:

1. Umur tanaman 4 tahun; hasil minyak = 500 kg/ha, hasil inti = 100 kg/

ha.

2. Umur tanaman 5 tahun; hasil minyak = 750 kg/ha, hasil inti = 150 kg/

ha.

58 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

3. Umur tanaman 6 tahun; hasil minyak = 1000 kg/ha, hasil inti = 200 kg/

ha.

4. Umur tanaman 7 tahun; hasil minyak = 1300 kg/ha, hasil inti = 260 kg/

ha.

5. Umur tanaman 8 tahun; hasil minyak = 1600 kg/ha, hasil inti = 320 kg/

ha.

6. Umur tanaman 9 tahun; hasil minyak = 1900 kg/ha, hasil inti = 380 kg/

ha.

7. Umur tanaman 10 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 400

kg/ha.

8. Umur tanaman 11 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 440

kg/ha.

9. Umur tanaman 12 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 450

kg/ha.

■ Pasca Panen:

1. Tandan buah diletakkan dalam piringan buah yang lepas disatukan dan

dipisahkan dari tandan.

2. Tandan buah dibawa dari tempat pengumpulan buah (TPB) dengan truk

dapat ditunda.

3. Di PTB tandan diatur dalam berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit

harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan

menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan

paling lambat 8jam setelah panen.

4. Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas

buah, dilumatkan di dalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk

mengeluarkan minyak dan dimurnikan.

5. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji

dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah

dari cangkangnya.

2. Pengangkutan TBS

59 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Pengangkutan TBS harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Pada saat menaikkan buah dan tandan ke kendaraan pengangkut

diupayakan agar buah kelapa sawit tidak memar/hancur karena

bantingan/lemparan

• TBS dalam truk harus ditutup dengan jaring agar buah tidak tercecer

selama pengangkutan

• Harus diangkut secepatnya setelah panen, maksimal 1 x 24 jam harus

sudah diolah di pabrik untuk menjaga kualitas buah dan minyak

yang dihasilkan

• Pengangkutan dari pohon yang dipanen ke tempat pemungutan hasil

(TPH).

• Pengangkutan dari TPH ke pabrik minyak kelapa sawit

3. Pemeliharaan terasering

Tujuannya agar kembali pada bentuk dan ukuran semula, memperbaiki

kembali permukaan dengan sudut miring tetap 10-15” dan memadatkan

pinggiran jika diperlukan. Pemelihaan tersebut umumnya dilakukan setahun

sekali.

4. Pemeliharaan jalan produksi

Pemeliharaan jalan produksi bertujuan sebagai berikut: memastikansemua

jalan dapat dilalui oleh semua kendaraan dalam segala cuaca; memeliharan

dan menjaga bentuk jalan sehingga tidak memberikan kesempatan air untuk

meresap, menggerus serta menggenangi badan jalan; mengganti tanah dengan

struktur baik atau dengan pengerasan sirtu/krokos; dan penimbunan/pengerasan

jalan sesuai kebutuhan dan iklim.

5. Rencana peremajaan juga harus diperhatikan disamping faktor-

faktor yang disebutkan diatas.

3. 8. Efektivitas Organisasi Pekebun

Efektivitas kelompok tani, beranggotakan antara 20 – 50 pekebun dengan

tutupan areal antara 1.000 – 1.500 ha.

60 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Pengembangan kelompok tani sebagai berikut:

■ Peningkatan Kemampuan Kelompok tani melalui:

1. Kelas belajar:

a. Menggali dan merumuskan keperluan belajar;

b. Merencanakan dan mempersiapkan keperluan belajar;

c. Menjalin kerja sama dengan sumber-sumber Informasi yang

diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang berasal dari

sesama petani, instansi pembina maupun pihak-pihak lain;

d. Menciptakan iklim/lingkungan belajar yang sesuai;

e. Berperan aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk mendatangi/

konsultasi ke kelembagaan penyuluhan pertanian, dan sumber-

sumber informasi lainnya;

f. Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun

masalah yang dihadati anggota kelompoktani;

g. Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan

masalah maupun untuk melakukan berbagai kegiatan kelopoktani;

h. Merencanakan dan melaksanakan pertemuanpertemuan berkala

baik di dalam kelompok, antar kelompoktani atau dengan instansi/

lembaga terkait.

2. Wahanakerjasama:

a. Menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai dan

selalu berkeinginan untuk bekerja sama,

b. Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan

pandangan diantara anggota untuk mencapai tujuan bersama,

c. Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja diantara sesama

anggota sesuai dengan kesepakatan bersama

d. Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab diantara

sesama anggota,

e. Merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai

61 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota,

f. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama

dalam kelompok maupun pihak lain;

g. Menjalin kerja sama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia sarana

produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan atau permodalan,

h. Mengadakan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan

usaha anggota kelompok.

3. Unit produksi:

a. Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi

yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam

bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber

daya alam lainnya;

b. Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama dan rencana

kebutuhan kelompok atas dasar pertimbangan efisiensi;

c. Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usahatani para

anggotanya sesuai dengan rencana kegiatan kelompok;

d. Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang tetrkait dalam

pelaksanaan usahatani;

e. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama

dalam organisasi, maupun kesepakatan dengan pihak lain;

f. Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok,

sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang;

g. Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumber

daya alam dan lingkungan;

h. Mengelola administrasi secara baik.

3. 9. Catatan dan Dokumen Organisasi Kelembagaan

Pekebun

Tersedia dokumen kelompok tani dan dokumen Koperasi yang merupakan

bagian dalam administrasi Poktan, yaitu penanganan urusan yang berhubungan

dengan pencatatan, pemeliharaan, dokumentasi, pengarsipan dan penyimpanan

62 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

dokumen non keuangan dari seluruh aktivitas Poktan. Khusus masalah keuangan

disimpan sendiri oleh bendahara. Cakupan administrasi Poktan antara lain: (i)

Keanggotaan; (ii) Kepengurusan; (iii) Keuangan (buku kas, buku rekening);

(iv) Buku catatan harta dan inventaris; (v) Buku catatan informasi; (vi) Buku

catatan rapat; (vii) Buku tamu.

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek organisasi pekebun untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil

Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek organisasi pekebun

untuk petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

penting dalam aspek organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam aspek organisasi pekebun untuk petani sawit

mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat organisasi pekebun

yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek organisasi pekebun?

Daftar Pustaka

Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani. http://

cybex.pertanian.go.id/files/kp/Juklak%20KEP%20final_opt.pdf

63 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Peraturan Kepala Badan penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pertanian Nomor: 90/Per/SM.820/J/12/12 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pengemabngan Kelembagaan Ekonomi Petani. http://

cybex.pertanian.go.id/files/kp/Juklak%20KEP%20final_opt.pdf

Peraturan Menteri Pertanian No. 82 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan

Kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani. http://perundangan.

pertanian.go.id/admin/file/Permentan%20No.82%20Tahun%202013.pdf

Peraturan Menteri Pertanian No. 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman

Pembinaan Kelembagaan Petani. http://bkppp.bantulkab.go.id/

filestorage/dokumen/2014/07/Permentan%20No.%20273%20

Th.%202007%20Pedoman%20Pembinaan%20Kelembagaan%20

Petani.pdf

64 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 4PEMILIHAN BIBIT

4. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 4 akan menguraikan tentang Bibit bersertifikasi; Umur dan kualitas benis sesuai Ketentuan Teknis; Ketersediaan catatan asal benih.

4. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi pemilihan bibit

■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi pemilihan bibit

4. 3. Pendahuluan

Salah satu persoalan yang dihadapi oleh petani swadaya adalah sebagian

besar tidak memakai bibit unggul sehingga kualitas buah yang dihasilkan tidak

bagus karena cangkangnya saja yang besar sedangkan kualitas rendah. Kondisi

ini mengakibatkan harga jualnya menjadi rendah dan produktivitas juga rendah.

Lazimnya petani swadaya hanya menghasilkan 800 kilogram per hari setiap

dua hectare, sedangkan sawit plasma yang menggunakan bibit unggul mampu

menghasilkan 2 ton per hari. Sementara itu, harga jual sawit petani swadaya

jauh lebih rendah bahkan bisa mencapai selisih lebih dari 50% per kilogram.

Kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan petani swadaya dari segi modal,

kesulitan memperoleh bibit unggul dan pengetahuan petani yang rendah.

Sementara itu, pengalaman penggunaan bibit dari tempat pembibitan yang

bersertifikat seperti dari PPKS dapat menunjang posisi tawar pekebun swadaya

65 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

untuk menciptakan kerjasama penjualan TBS dengan PKS atau perusahaan.

Dalam konteks kerjasama, nilai produksi dan produktivitas menjadi tuntutan

PKS atau perusahaan, yang pada dasarnya dipengaruhi penggunaan bibit yang

berkualitas.

Oleh sebab itu, pelatihan peningkatan pengetahuan dan kompetensi petani

swadaya terkait pemilihan bibit diharapkan dapat mengatasi kelemahan

dan kesenjangan pengetahuan dilapangan sehingga dapat meningaktkan

produktivitas usaha kebun.

4. 4. Bibit BersertifikasiBibit sawit unggul perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas

buah yang didapat. Banyak calon perkebun kelapa sawit yang menganggap

mendapatkan benih sawit membutuhkan spekulasi. Mereka berusaha mencari

bibit dari satu penangkar ke penangkar yang lainnya. Mencoba mencari jalur-

jalur belakang untuk mendapatkan benih yang unggul. Namun semakin seorang

pekebun berspekulasi mendapatkan benih sawit semakin besar peluangnya

menggunakan bibit benih sawit palsu.

Bibit sawit unggul berupa kecambah, bibit klon serta bibit komersial kelapa

sawit yang siap tanam dan telah melalui seleksi dan pengujian dari program

pemuliaan tanaman dalam waktu puluhan tahun secara berkesinambungan.

Bahan tanam kelapa sawit unggul merupakan modal utama untuk mendapatkan

prdouktivitas tinggi. Dengan bahan tanam unggul maka produksi TBS dan

minyak dijamin jauh lebih tinggi dibandingkan penggunaan bibit dari benih

sawit asalan.

Bibit sawit unggul mempunyai tingkat kualitas tinggi. Maksudnya bibitnya

nanti akan tumbuh menjadi tanaman yang memiliki produktifitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta tingkat pertumbuhan antar bibit seragam.

Bibit sawit bermutu unggu dihasilkan dari proses pembibitan yang jelas

dan benar-benar terpantau. Umumnya bibit jenis ini dapat diperoleh di balai

penelitian sawit dengan harga yang bervairasi.

Ciri benih kelapa sawit yang masih kecil bersifat unggul saat tajuknya

berbentuk sempurna, pangkal batang besar dan struktur tampak gemuk pendek.

Jika diperhatikan, daun dan batangnya berkelir hijau segar. Selain itu benih juga

memiliki akar yang kokoh tidak mudah goyah dan daun normal. Hindari benih yang

66 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

berbentuk tinggi langsung, pelepah daun menutup serta kondisinya berpenyakit.

Sementara itu, persyaratan bahan tanaman unggul mencakup; (i) Rerata

produksi TBS > 30 ton/ha/thn dengan potensi TBS 40 ton/ha/tahun; (ii) Rerata

produksi CPO > 7 ton/ha/tahun; (iii) Cepat berbuah dan potensial berproduksi

tinggi; (iv) Daya adaptasi terhadap tekanan biotik (organisme pengganggu

tanaman dan lain-lain) serta abiotik (air, sinar matahari, tanah, dan lain-lain)

tinggi; (v) Laju pertumbuhan batang lambat; (vi) Pertumbuhan tanaman

seragam.

Selanjutnya, standar kecambah kelapa sawit yang baik mencakup : (i)

Panjang radikula (calon akar) dan plumula (calon batang) ± 2 cm; (ii) Warna

radikula dan plumula putih kekuningan; (iii) Arah tumbuh radikula dan plumula

berlawanan arah; (iv) Kenampakan radikula dan plumula dapat dibedakan

dengan jelas; (v) Bebas dari OPT; (vi) Berat benih minimal 0,8 g; (vii) Jenis

kesambah yang digunakan tidak boleh berasal dari satu produsen (diversifikasi) untuk mengantisipasi adanya penurunan produksi akibat cekaman dan serangan

hama penyakit; (viii) Jumlah kecambah disesuaikan dengan program tanam,

tingkat seleksi (pembibitan awal 10% dan pembibitan utama 15%), dan sisipan

(kurang lebih 5%).

Oleh sebab itu, produsen benih kelapa sawit umumnya mensyaratkan

pemesanan minimal 5000 biji, dimana kebutuhan kecambah per ha ditentukan

oleh jenis varietas, tingkat kesuburan tanah, jarak tanam dan kerapata pohon

dapat ditentukan dengan tabel 4.1.

Tabel 4.1. Kebutuhan Kecambah (per ha)

Jarak Tanam (m)Kerapatan pokok/ha

Dalam barisan Antar barisan

9,2

9,0

8,5

7,98

7,78

7,36

136

143

160

Namun, pekebun juga harus berhati-hati dalam mengidentifikasi bibit asli dan palsu karena bibit palsu tersebut dapat mengakibatkan pertanaman akan

memiliki masa berbuah tanaman lebih lambat (48 bln, normal 24-36 bulan),

67 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

produksiTBS rendah, proses pengolahan tidak efisien karena banyaknya cangkang kosong sehingga pada akhirnya menurunkan pendapatan. Berikut

diuraikan secara singkat cara-cara praktis mendeteksi benih palsu melalui

ciri fisik kecambah dari benih palsu, antara lain: (i) Tempurung lebih tipis, karena diambildari kebun produksi; (ii) Permukaanbijikasardan kotor; (iii)

Persentasekematiankecambah tinggi; (iv) Tanaman banyak yang tumbuh

abnormal, pertumbuhan tidak seragam, produksi tanaman rendah dan rendemen

minyak.

4. 5. Umur dan Kualitas Benih Sesuai Ketentuan Teknis

Dalam menentukan kelapa sawit yang bermutu dan berkualitas, harus

terlebih dahulu mengenal bibit yang akan digunakan sebelum perbanyakan

atau pengembangan dalam lahan maupun kebun. Bibit yang akan digunakan

sangat mempengaruhi potensi hasil yang akan di proleh. Oleh sebab itu,

bibit kelapa sawit harus benar-benar di perhatikan sehingga perlu dilakukan

penyeleksian yang berupa pengamatan secara fisiologis internal dan eksternal sebagai berikut:

1. Pemilihan Bibit Kelapa Sawit Unggulan dan Berkualitas

Pemlihan bibit kelapa sawit berkualitas ini ada tiga macam yaitu mulai

dari pembenihan, perkecambahan (pertumbuhan tunas kecil) dan

pemilihan bibit siap tanam.

2. Pemilihan benih kepala sawit (umur 0 – 1 bulan)

Pemilihan benih ini baik dalam bentuk perkecambahan maupun dalam

bentuk masih belum percangkangan hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

• Benih memiliki tenera yang sangat ideal

• Benih memiliki perbijian dengan tempurung yang relatif kecil.

• Benih dura unggulan, memiliki biji yang tebal dan percangkangan

yang tebal.

• Perkecambahan yang baik, memiliki tunas bersih, normal dan

panjang perakaran mencapai 1-2 cm bahkan lebih.

• Benih berwarna hitam mengkilap, dilapisi dengan urat – urat kasar

berwarna kecoklatan muda, berbentuk lonjong memanjang.

68 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

• Bebas terhadap jamur, maupun tidak abnormal

• Pertumbuhan tunas dan perakaran normal

3. Pemilihan benih kecil kelapa sawit (umur 3 -4 bulan)

Pemilihan benih maupun bibit kelapa sawit yang sudah berumur 3-4

bulan yang berkualitas memiliki tanda ciri sebagai berikut:

• Memiliki beberapa helai daun muda hingga tua mengkilap.

• Memiliki percabangan besar dan duri tajam yang tampak normal.

• Memiliki perbatangan besar dan kuat menopang daun.

• Perakaran bibit kuat, dengan kedalaman mencapi 3-4 cm bahkan

lebih.

• Pertumbuhan normal, dan tidak adanya kecacatan.

• Tidak dalam terserang hama maupun penyakit.

4. Pemlihan bibit besar/ siap tanam lahan (umur 6 bulan – 1 tahunan)

Pemlihan bibit besar dan siap tanam ini, sangat mudah dilakukan karena

sudah tampak jelas berdasarkan fisiologisnya hal ini dapat ditandai dengan cara sebagi berikut:

• Memiliki daun yang sudah banyak dan berwarna hijau pekat.

• Memiliki pelepah yang sangat besar dan kuat berwarna hijau muda

maupun tua.

• Memiliki batang dan bonggol yang besar serta kuat dan kokoh.

• Tidak abnormal dan dalam terserang hama dan penyakit.

• Tingkat pertumbuhan jauh lebih cepat.

4. 5. 1. Umur benih yang disalurkan

Umur benih yang disalurkan ke petani anggota kelompok tani berumur antara

9 (sembilan) sampai dengan 18 (delapan belas) bulan dan telah disertifikasi oleh UPTD Pengawasan Mutu Benih setempat.

Pemesan benih harus dilakukan 3-6 bulan sebelum pembibitan dimulai;

pembibitan juga harus dimulai kurang lebih 15 bulan sebelum penanaman

69 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

dilapangan. Jumlah kecambah yang dipesan kurang lebih 130-1405 dari

jumlah bibit yang dibutuhkan termasuk tambahan 5-10% untuk sisipan. Jumlah

kecambah yang dipesan kurang lebih 200 kecambah per ha yang diestimasi

untuk ditanam pada 136-143 pokok per ha. Kecambah yang baru diterima

dari sumber benih terkemuka biasanya terbungkus kantong plastik bersegel

sehingga seleksi kecambah sewaktu dikeluarkan dari kotak dengan kriteria

sebagai berikut:

• Kecambah abnormal, yaitu kecambah kecil, busuk, patah, bentuk

geraham dan sebagainya

• Kecambah kembar (doubletone) setelah berumur 1,5-2 bulam dapat

dibelah dan dipisahkan sehingga jika ada salah satu yang tidak baik

dapat dibuang.

• Kecambah yang calon akarnya terlalu panjang dapat dipotong

sehingga panjang maksimalnya 3 cm.

Kecambah harus segera ditanam pada hari itu juga atau paling lama 1 hari

setelah penerimaan kecambah. Jika tidak tertanam pada waktu yagn sama

maka semua kecambah harus disimpan dalam ruangan dengna suhu < 200C.

4. 5. 2. Kualitas benih yang disalurkan

Jenis-jenis sawit yang umumnya ditanam pada areal perkebunan adalah

jenis dura, pisifera dan tenera. Masing-masing memiliki karakteristik tertentu.

Kelapa sawit Jenis Dura memiliki karakteristik antara lain: (i) Daging buah

tipis (20-65%); (ii) Tempurung tebal (20-50%) atau 2-8 mm dan luar cangkang

hampir tidak ada serabut; (iii) Biji tebal (4-20%); (iv) Rendemen minyak

rendah, yaitu 15-17 % setiap tandannya; (v) Sering dipakai sebagai induk

betina ketika melakukan program pemuliaan bibit kelapa sawit.

Sementara itu kelapa sawit Jenis Pisifera memiliki karakteristik antara

lain: (i) Daging buah tebal (92-97%); (ii) Tidak ada/tipis tempurung; (iii)

Biji kecil (3-8%); (iv) Rendemen minyak tinggi 23-25%; (v) Tandan buah

hampir selalu gugur sebelum masak sehingga jumlah minyak yang dihasilkan

sedikit; (vi) Bunga betina kelapa sawit dari jenis pisifera ini bersifat steril

sehingga sulit berkembang menjadi buah sehingga perbanyakan jenis kelapa

sawit hanya bisa dilakukan melalui persilangan dengan kelapa sawit dari jenis

70 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

yang lainnya; (vii) Memiliki kemampuan fertile sehingga bisa berkembang

biak secara mandiri; (viii) Tidak bisa digunakan sebagai tanaman komersial

untuk budidaya, melainkan sebatas indukan jantan yang berkualitas unggulan.

Selanjutnya, kelapa sawit Jenis Tenera yang biasanya ditanam di perkebunan

kelapa sawit dengan ciri-ciri sebagai berikut: (i) Daging buah sedang (60-

96%); (ii) Tempurung tipis (3-20%) atau 0,5-4 mm dan memiliki serabut yang

menyelubunginya; (iii) Biji sedang (3-15%); (iv) Daging buah kelapa sawit ini

juga tebal sehingga mampu menghasilkan minyak dalam jumlah yang lebih

banyak; (v) Biasanya indukan kelapa sawit tenera berkualitas unggul berasal

dari kelapa sawit dura deli dan kelapa sawit pisifera orijin; (vi) Kelapa sawit

tenera mampu menghasilkan tandan buah yang lebih banyak; (vii) Ukuran

diameter buah kelapa sawit dari jenis ini pun tergolong sedang, terletak di antara

dura dan pisifera. Sementara itu, ciri-ciri bibit sawit unggul yang berkualitas

dapat dilihat dari bentuk tunas, bentuk anak daun, keadaan tempurung bibit

kelapa sawit, kondisi akar kelapa sawit, kondisi bongkot, warna calon akar,

batang, dan daun, ukuran atau panjang calon batang dan bentuk bibit seperti

diuraikan berikut.

1. Bentuk tunas

Ciri-ciri bibit sawit unggul yang pertama dapat dilihat melalui mata tunasnya.

Untuk bibit yang berkualitas memiliki mata tunas yang normal dan berwarna

putih bersih. Jika mata tunas dari bibit kelapa sawit tersebut berbentuk cacat

atau berwarna kecoklatan atau kehitaman, Anda bisa mencurigai bahwa bibit

tersebut bukan bibit yang bagus dan berkualitas tinggi. Anda juga harus lebih

detail memperhatikan keadaan tunas bibit sawit yang akan Anda beli karena

tidak sedikit bibit kelapa sawit yang dijual di pasaran sudah dalam keadaan

rusak.

2. Bentuk anak daun

Selain dari mata tunasnya, ciri-ciri bibit sawit unggul juga dapat dilihat

dari bagaimana bentuk anak daun dari bibit tersebut. Bibit kelapa sawit yang

memiliki kualitas unggulan akan melebar dan tidak kusut. Bibit kelapa sawit

yang unggul juga tidak memiliki anak daun yang menggulung. Jadi, apabila

bibit sawit yang Anda beli memiliki bentuk anak daun yang kusut, sempit,

menggulung atau menguncup, bisa jadi kualitas dari bibit kelapa sawit tersebut

tidak sempurna.

71 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

3. Keadaan tempurung bibit kelapa sawit

Bibit sawit yang memiliki kualitas unggulan akan memiliki tempurung yang

berwarna hitam gelap. Ciri-ciri bibit sawit unggul jika dilihat dari tempurungnya

pun dapat diketahui dengan tempurung tersebut tidak mengalami keretakan

atau kerusakan, karena jika keadaan tempurung bibit kelapa sawit tersebut

sudah dalam kondisi yang rusak, bukan tidak mungkin bahwa isi di dalamnya

juga rusak dan akan mempengaruhi pertumbuhan pohon kelapa sawit yang

akan ditanam. Bibit kelapa sawit yang berkualitas juga memiliki tempurung

yang tidak ditumbuhi oleh serabut dan tidak berjamur. Jamur tersebut biasanya

tumbuh karena penyimpanan bibit yang tidak benar sehingga bibit tersebut

lembab yang mengakibatkan mudah ditumbuhi jamur. Keadaan bibit yang

seperti itu akan menyulitkan pertumbuhan tanaman, bahkan tidak dapat

tumbuh sama sekali.

4. Kondisi akar bibit kelapa sawit

Meskipun masih belum berbentuk tanaman, bibit kelapa sawit sudah

memiliki akar. Ciri-ciri bibit sawit unggul juga dapat dilihat dari bagaimana

kondisi akar bibit sawit tersebut ketika pertama kali Anda membelinya. Akar

bibit kelapa sawit yang tidak terlalu panjang justru menjadi penanda bahwa

bibit tersebut dalam kondisi yang berkualitas. Ukuran panjang akar bibit

kelapa sawit sendiri usahakan pilih yang panjangnya tidak lebih dari 2 sampai

3 sentimeter. Jika sudah lebih dari ukuran tersebut, dikhawatirkan bibit tersebut

tidak dapat tumbuh dengan baik karena sudah terlalu tua. Kondisi akar dari

bibit sawit yang unggul juga masih sangat segar. Hal ini dapat dilihat dari

keadaan akar yang tidak kering dan mudah patah atau lepas. Akar dari bibit

sawit yang berkualitas juga memiliki tudung, sehingga tidak langsung terbuka.

5. Kondisi bongkot atau batang di bagian bawah bibit kelapa sawit

Ciri-ciri bibit sawit unggul selanjutnya yaitu dapat diketahui dengan cara

melihat bagian bongkot atau batang yang ada di bagian bawah bibit kelapa

sawit. Seperti hampir semua tanaman lainnya, bentuk batang dari bibit kelapa

sawit yang berkualitas unggul juga gemuk dan pendek. Jangan sampai Anda

memilih bibit kelapa sawit yang memiliki bongkot tinggi dan kurus. Hal ini

karena saat pertumbuhannya, batang yang gemuk dan pendek akan jauh lebih

kuat dari pada bongkot yang tinggi dan kurus yang biasanya akan lemah dan

72 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

mudah sekali patah sebelum masuk masa pertumbuhan.

6. Warna calon akar, batang, dan daun

Berbeda dari saat sudah menjadi tanaman, warna bakal akar, batang, dan

daun bibit kelapa sawit yang unggulan sangat berbeda. Jika pada tanaman

warna akar dan batang coklat, dan daun hijau, maka ciri-ciri bibit sawit unggul

memiliki warna calon akar yang kekuning-kuningan, bahkan mendekati hijau.

Sedangkan warna pada calon batang dan calon daunnya justru bersih seperti

keputih-putihan. Oleh sebab itu, jika warna bibit sawit untuk calon akar,

batang, dan daunnya tidak demikian, sudah dipastikan bahwa bibit kelapa

sawit tersebut memiliki kualitas yang kurang baik.

7. Ukuran atau panjang calon batang bibit kelapa sawit

Panjang calon batang atau sering disebut juga dengan bongkot bibit kelapa

sawit juga dapat dijadikan acuan ciri-ciri bibit sawit unggul atau tidak. Pada

umumnya, panjang calon batang bibit kelapa sawit yang bagus yaitu berkisar

antara dua sampai tiga meter. Semakin pendek calon batang bibit kelapa sawit,

maka akan semakin baik pada saat masa pertumbuhan karena akan semakin

kuat ketika sudah ditanam di dalam tanah. Hanya saja, jika terlalu pendek atau

bahkan tidak terdapat calon batang, Anda bisa mengganti bibit kelapa sawit

tersebut dengan bibit lainnya karena jika seperti itu tandanya bibit kelapa sawit

tersebut tidak berkualitas unggul.

8. Bentuk bibit kelapa sawit

Ciri-ciri bibit sawit unggul yang terakhir yaitu dari bentuk bibit tersebut.

Bibit kelapa sawit yang berkualitas tinggi memiliki bentuk yang bulat atau

lonjong seperti buah melinjo. Bentuk bibit kelapa sawit juga tidak terdapat

cekungan-cekungan atau dalam artian lain bentuk bibit tersebut dalam keadaan

normal dan tidak cacat. Namun, bibit kelapa sawit sendiri memiliki beberapa

jenis yang masing-masing memiliki ciri-ciri yang menunjukan kualitas bibit

unggulannya yang berbeda satu dengan lainnya. Adapun jenis-jenis bibit sawit

tersebut yaitu jenis bibit sawit tenera. Ciri-ciri keunggulan dari jenis bibit

tenera yaitu memiliki biji yang tipis dan ukuran tempurung yang kecil. Hal

tersebut sangat berbeda dengan ciri-ciri bibit kelapa sawit jenis dura yang

memiliki mutu tinggi yaitu ukuran tempurungnya besar dan biji yang ada di

dalamnya tebal.

73 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

4. 6. Ketersediaan Catatan Asal Benih

Benihbermutu saat ini hanya diperoleh melalui 10 produen benih kelapa

sawit yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian, yaitu:Puat Penelitia

Kelapa Sawit; PT. Socfin Indonesia; PT. London Sumatera; PT. Dami Mas Sejahtera; PT. Bina Sawit Makmur; PT. Tania Selatan; PT. Bakti Tani Nusantara;

PT. Sasaran Ehsan Mekarsari; PT. Sarana Inti Pratama; dan PT. Tunggal

Yunus. Secara morfologi, benih sawit palsu tidak dapat dibedakan dengan

benih unggul sehingga pembelian seharusnya dilakukan secara langsung ke

produsen dengan prosedur sebagai berikut:

• Membuat rencana penanaman jangka panjang kepada instansi terkait.

• Mengajukan Surat Permohonan Persetujuan Penyaluran Benih

Kelapa Sawit (SP3BKS) oleh perusahaan kepada Ditjenbun (Luasan

> 1000 ha). Jika luasan kurang dari 1000 ha maka akan dilimpahkan

kepada dinas perkebunan propinsi atau kabupaten.

• Penilain terhadap SP3BKS dan mengeluarkan Surat Persetujuan

Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2BKS) yang berlaku selama 12

bulan ejak dikeluarkan.

• Berdasarkan SP2BKS, perusahaan pemoho mengajukan pemesan

benih kepada produsen benih.

• Berdasarkan surat tersebut produsen resmi menjawab resmi

permintaan pmbelian dan menjelaskan kesanggupan waktu

pengalokasian, syarat pembelan dan harga benih kelapa sawit.

• Produsen/sumber benih mengeluarkan surat perjanjian jual beli bnih.

• Perusahaan/pembeli menandatangani surat perjanjian jual beli dan

memenuhi persyaratan jual beli

• Perusahaan/pembeli mengambil benih di lokasi benih produsen atau

produsen mengirimkan benih ke tempat pembeli.

• Pembeli akan menerima dokumen yang mencakup: Sertifikat benih/kecambah kelapa sawit; Packing list; DO (Delivery Order); Berita

acara serah terima barang; dan dokumen lainnya

Realisasi penyaluran kecambah oleh produsen benih dilaporkan kepada

74 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Perkebunan Propinsi, Direktorat Jenderal Perkebunan cq.

Direktorat Pembenihan Jakarta, Balai Pengawan dan Peredaran Mutu Benih

Perkebunan (BP2MB) Medan dan Instalasi Pengawasan dan Peredaran Mutu

Benih (IP2MB) Dinas Perkebunan Propinsi.

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek pemilihan bibit untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil

Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pemilihan bibit untuk

petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

penting dalam aspek pemilihan bibit untuk petani sawit mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek pemilihan bibit untuk petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

pemilihan bibit untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam aspek pemilihan bibit untuk petani sawit

mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pemilihan bibit yang

dihadapi oleh petani sawit mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek pemilihan bibit?

Daftar Pustaka

Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola

Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya

75 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian. (2015). Peningkatan

Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan. Pedoman Teknis

Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit tahun 2015. http://

ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/pedum-teknis/

TANHUN-PENGEMBANGAN%20TANAMAN%20KELAPA%20

SAWIT%20%28APBN-P%202015%29

76 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 5PENANAMAN LAHAN MINERAL

5. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 5 akan menguraikan tentang Penanaman sesuai pedoman teknis

budidaya kelapa sawit terbaik (Good Agricultural Practices/GAP); Catatan

pelaksanaan penanaman.

5. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Pemahaman peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait penanaman

pada lahan mineral

■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait penanaman

pada lahan mineral

5. 3. Pendahuluan

Cara dan standar penanaman pada lahan mineral untuk kelapa sawit yang

benar merupakan faktor yang sangat penting, yaitu selain potensi genetik dan

kualitas bibit, juga akan menentukan produksi selama satu generasi/siklus

tanaman (lebih kurang 25 tahun). Penaman pada lahan mineral juga harus

sesuai pedoman teknis untuk menjamin keberhasilan dan tingkat produktivitas

yang tinggi. Oleh sebab itu pengetahuan dan kompetensi terkait penanaman

yang sesuai Pedoman Teknis Budidaya Kelapa Sawit Terbaik (GAP) kepada

petani sawit mandiri sangat penting sehingga tujuan peningkatan hasil tersebut

dapat tercapai.

77 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

5. 4. Penanaman Sesuai Pedoman Teknis Budidaya Kelapa

Sawit Terbaik (Good Agricultural Practices/GAP)

5. 4. 1. Realisasi luas areal penanaman

Sebelum dilakukan penanaman sawit maka perlu dilakukan survei areal

yang mencakup:Pemetaan tata guna tanah; Pemetaan kondisi jalan untuk akses

ke lokasi kerja; dan Pemetaan kondisi topografi dan sungai, yaitu dipetakannya letak gunung/bukit dan areal rendahan/rawa untuk perencanaan sistem drainase

dan jalan.

1. Pemetaan tata guna lahan

Kondisi tata guna lahan ini akan mempengaruhi besarnya luas efektif

lahan, ketika ternyata dilokasi tersebut banyak terdapat pemukiman

penduduk dan perlanian masyarakat yang tidak mungkin digunakan

untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit.

Survey Detil ini dilakukan terutama untuk menekan seminimal

mungkin dampak negatif dari pembukaan kawasan untuk perkebunan

dalam skala besar terhadap kepentingan masyarakat lokal, erosi tanah,

kesuburan tanah dan biodiversity; melalui upaya upaya menjaga

kelestarian alam dan fungsi sosial atas tata ruang alam semula yang

sudah terbentuk sebelumnya. Konsep ini selaras dengan standar

pengelolaan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan

yang kini telah menjadi perhatian masyarakat dunia.

78 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Gambar 5.1. Zona Utama Survei Detil

Ide dasar konsep Survey Detil ini adalah melakukan prosedur pengkajian

dua Zona utama :

a. Zona Fungsional

Fokus pada pengkajian tata guna lahan masyarakat yang sudah ada,

keterjalan bukit (slope gradient) atau kedalaman rawa gambut, dan

kemungkinan adanya gangguan atas flora and fauna yang harus dilindungi.

b. Zona Spesifik

Zona yang meliputi wilayah produksi netto untuk ditata secara

spesifik pengelolaan kebun menjadi blok blok homogen yang teratur.

2. Pemetaan kondisi jalan untuk akses ke lokasi kerja

Pengukuran lahan adalah pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk

mengetahui luas dan batas batas lahan yang berseberangan yang mengacu

pada ketentuan teknis pengukuran tanah dengan Jaringan jalan terutama untuk

jalan penghubung keluar dan masuk lokasi (jalan utama, jalan produksi, jalan

koleksi, jalan panen, dan jalan piringan) dan Kondisi lahan: darat, rawa, bukit

dan sungai (rencana outlet).

79 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

3. Pemetaan kondisi topografi dan sungai

Pembangunan kebun kelapa sawit pada intinya adalah pembuatan petak

petak lahan kerja berupa blok untuk ditanami benih dan bibit kelapa sawit, blok

adalah manajemen terkecil dari suatu kebun, yang kemudian secara kolektif

membentuk afdeling atau divisi, dan beberapa afdeling atau divisi menjadi

estate. Pembuatan blok blok tanam banyak ditentukan dari bentuk kontur dan

topografi lahan/areal.

Batasan/Pengertian Blok Pembuatan Batas areal/lahan dan rancangan

blok (bloking areal) utamanya pada bidang perkebunan perlu dilaksanakan

sebagai dasar untuk penyusunan rencana kerja, yaitu meliputi sistem kerja

(perencanaan dan pengorganisasian), menentukan kebutuhan alat/tenaga kerja,

dan menentukan kebutuhan biaya.

Desain blokdapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

• Areal kebun dibagi menjadi blok-blok kecil berbentuk persegi

pajang, panjang blok dibuat arah barat-timur dan lebar blok dibuat

arah utara-selatan. Blok merupakan satuan terkecil dalam organisasi

kebun dan pencatatan akutansi.

• Blocking area, yaitu pembuatan batas blok untuk membuat jalan dan

parit. Batas blok lazimnya selebar 1 m dan diberi pancang kayu yang

dicat merah setiap interval 20 cm.

• Desain blok harus menggambarkan posisi jalan, parit (kanal), outlet,

emplasemen dan lain-lain.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penanaman pada lahan mineral:

■ Pancang/menandai jalur penanaman tanaman penutup tanah/tanaman

kacangan (Lgume Cover Crop/LCC).

■ Penanaman LCC untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, biologi, kimia tanah; mencegah erosi; mempertahankan kelembaban tanah; menekan

pertumbuhan gulma.

Syarat tanaman LCC: (i) akarnya bukan saingan sawit; (ii) mudah

diperbanyak secara vegetatif dan generatif; (iii) memberikan kandungan

organik yang tinggi; (iv) tahan hama penyakit dan kekeringan; (v) menekan

pertumbuhan gulma.Contoh LCC sebagai berikut:

80 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

1. Calopogonium caeruleum (CC)

Kelebihannya:

a. Tumbuh merambat dan mudah dibedakan karena daunnya hijau

mengkilat, permukaannya licin, berduri halus, berbentuk oval/hati

dengan ukuran 3-5 cm.

b. Tahan naungan, tahan bersaing dengan gulma lain, toleran terhadap

hama dan tahan kekeringan.

c. Dapat distek. Penanaman dengan stek diperlukan 1.000-1.300 stek/

ha.

Kelemahan dari CC adalah :

a. Kemampuan menghasilkan biji Rendah

b. Harga cukup mahal

2. Calopogonium mucunoides (CM)

Kelebihan:

a. Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.

b. Produksi daun selama 5 bulan dapat mencapai 20 ton sehingga

sangat baik sebagai pensuplai unsur N kedalam tanah.

c. Bijinya kecil-kecil memiliki daya tumbuh sedang.

Kelemahan:

81 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

a. Tidak tahan bersaing dengan gulma.

b. Berumur pendek.

3. Centrosema pubescens (CP), Daun berbentuk ellips, berukuran kecil

dan permukaan agak licin.

Kelebihan:

a. Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.

b. Tahan naungan dan kekeringan.

c. Dapat menghasilkan biji sebanyak 1.000 kg/ha

Kelemahan:

a. Pertumbuhan agak lambat.

b. Berumur pendek.

4. Psophocarpus palustris (PP)

Kelebihan:

a. Dapat tumbuh pada ketinggian 0-1.000 m diatas permukaan laut.

b. Tahan naungan dan kekeringan.

c. Dapat tumbuh pada tanah asam seperti gambut.

Kelemahan:

a. Pertumbuhan pada 3 bulan pertama agak lambat.

82 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

5. Mucuna cochinchinensis (MC), tumbuhnya menjalar tetapi dapat juga

tegak, batang agak kecil dan lemah, polongan biji berbulu tebal

Kelebihan:

a. Pertumbuhan sangat cepat dan dalam 3 bulan sudah 100% menutup.

b. Tumbuhan pioneer yang dapat meningkatkan kesuburan tanah

c. Memiliki keunggulan dalam mengikat unsur N (nitrogen) yang

sangat dibutuhkan oleh tanaman utama (karet atau kelapa sawit)

yang belum dewasa

d. Mampu menurunkan suhu tanah pada saat kemarau.

Kelemahan:

a. Secara alamiah mati setelah 6-8 bulan.

b. Pueraria Javanica (PJ)

83 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

6. Mucuna Bracteata

Kelebihan:

a. Pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi.

b. Mudah ditanam dengan input yang rendah.

c. Tidak disukai ternak karena kandungann fenol yang tinggi.

d. Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.

e. Memiliki sifat allelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang

tinggi terhadap gulma.

f. Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat

fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.

g. Mengendalikan erosi.

h. Sebagai Leguminosae dapat menambat N bebas dari udara.

i. Relatif lebih tahan naungan dan cekaman kekeringan. Pertumbuhan

sangat cepat dan homogen, sehingga dapat menghambat laju

pertumbuhan gulma di areal TBM.

j. Mengembalikan nutrisi tanah serta mempengaruhi kehadiran

nitrogen pada tanah dengan adanya aktivitas fiksasi nitrogen di dalam bintil akar (Lehman et al., 1999).

Kelemahan:

a. Kesulitan pertumbuhan pada awal penanaman apalagi pada kondisi

cuaca panas dan curah hujan kurang. Dengan kata lain Mucuna

bracteata sangat sulit hidup pada saat ditanam namun bila telah

berhasil hidup maka pertumbuhannya akan sangat cepat sekali.

84 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Pancang tanam kelapa sawit

Jarak tanam tergantung dari jenis/tipe tanah dan jenis bibit. Rekomendasi

umumnya adalah 136 pokok/ha (9,2m x 9,2m x 9,2m) apda lahan

mineral

■ Pembuatan lubang tanam kelapa sawit

1. Lubang tanam dipersiapkan 1 bulan sebelum tanam untuk mengurangi

keasalam tanah dan mengontrol ukuran luabng yang dibuat.

2. Ukuran lubang adalah panjang 60cm, lebar 60cm dan dalam 40cm;

sedangkan tanah yang keras adalah 90cm x 60m x 60cm.

3. Tanah galian dari tanah atas (top soil) diletakkan di sebelah selatan dan

tanah bawah (sub soil) diletakkan disebelah utara secara teratur dan

seragam.

4. Setelah selesai pancang dikembalikan ke posisi semula (ditengah

lubang).

■ Ecer bibit ke lapangan

Siramlah bibit di polybag sebelum diangkat kelapangan agar kelembaban

dan persediaan air cukup untuk bibit.

■ Penanaman kelapa sawit

1. Masukkan top soil bekas galian kurang lebih 20cm ke lubang tanam

2. Tabur pupuk RP dengan dosis 500g ke luabgn tanam

3. Buka polybag dengannya dengan pisau dan usahakan bola tanah tidak

pecah.

4. Bibit letakkan tepat ditengah lubang.

5. Tebar pupuk CRF sebanyak 300 gr ke luabng sekeliling bola tanah

polybag.

85 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

6. Timbun bibit dnegan top soil ke sekeliling bibit dan dipadatkan dengan

diinjak sehingga permukaan tanah polybag sama rata dengan permukaan

lubang yang ditimbun.

5. 4. 2. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanam sesuai dengan

kondisi lapangan dan praktek budidaya perkebunan yang

baik

Memilih dengan tepat tentang Kerapatan Tanam atau Stand per Hectare

(SPH) adalah sebuah keputusan penting yang akan memberikan dampak

jangka panjang, terutama yang berkaitan dengan produktifitas merupakan jumlah pokok /pohon yang ditanam dalam satuan Hektar.

Cahaya atau sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman dalam proses

fotosintesis, dengan jarak tanam yang rapat/populasi yang tinggi maka

persaingan tanaman untuk mendapatkan cahaya akan mendorong tanaman

untuk tumbuh lebih cepat tinggi atau etiolasi. Pokok kelapa sawit etiolasi,

pelepah tindak membuka atau berbentuk V yang berakibat produksi/buah

yang dihasilkan tanaman rendah. Rendahnya produksi karena tanaman karena

penyerbukan yang tidak maksimal dan terjepitnya buah oleh pelepah, selain itu

konsentrasi tanaman mempertahankan hidup dengan upaya mendapatkan sinar

matahari. Oleh sebab itu, perlu dicari jarak tanam yang tepat agar tanaman

dapat tumbuh optimal baik pertumbuhan vegetatif maupun generatif.

Rekomendasi SPH dikeluarkan oleh penyedia kecambah dimana mereka

telah melakukan penelitian karakteristik bibit yang dihasilkan. Umumnya

SPH digunakan 143, 136 dan 125 pokok per ha. Namun ada juga bibit dengan

karateristik pelepah pendek sehingga SPH bisa mencapai 160 pokok per ha.

Namun, informasi terbaru sistem tanam sekarang ini di tanam dengan jarak

cukup rapat di kisaran 160 - 170 pk per ha. Disaat tanaman mulai terlihat

etiolasi maka dilakukan penjarangan atau thinning, hal ini mempertimbangkan

minimnya ketersediaan lahan dan penanaman diareal endemik ganoderma.

Rumus untuk menghitung SPH = 10000 /(jarak tanam x jarak baris)

Jika hanya diketahui jarak tanam, jarak baris dapat dihitung

= Jarak tanam x 0,866.

86 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Jika hanya diketahui SPH, maka jarak tanam

= √ ((10000/SPH) / 0,866)

atau Kerapatan tanam atau stand per hectar (SPH) yang direkomendasikan

sebagai berikut:

Lahan Datar hingga Bergelombang:

Terrain/Jenis Tanah:

Coastal Clay dan Alluvium 136

Coastal Clay 148

Podsolic 148

Podsolic ada problem Ganoderma 160

Marginal inland dan Peat Soil 148 – 160

Lahan Berbukit

Lahan Gambut

148 – 160

148

Jumlah populasi tanaman per satuan luas ditentukan oleh faktor-faktor, yaitu:

(i) jarak tanam yang digunakan dan (ii) model jarak tanam yang digunakan

(model segitiga sama sisi atau model persegi empat. Jarak tanam pada kelapa

sawit pada umumnya dibuat segitiga sama sisi (triangular), sedangkan arah

barisan tanaman mengarah dari Utara ke Selatan sehingga pendistribusian

sinar matahari dari arah timur cukup banyak untuk setiap tanaman.

87 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Populasi sawit per ha ditentukan dengan rumus berikut:

Populasi/ha atau jumlah tanaman/ha =

32

1

000.10 2

aa

m= 2

2866,0

000.10m

a

= (model segitiga sama sisi)

Keterangan:

a = jarak dalam barisan

32a

a = jarak antar barisan (0,866a)

5. 4. 3. Pembuatan terasering untuk lahan miring

Terasering yang digunakan dalam perkebunan sawit dapat memberikan

manfaat sebagai berikut: (i) Perawatan weeding dan kinerja prestasi tenaga kerja

pemupukan meningkat; (ii) Memudahkan pemanenan; (iii) Mempermudah

mengeluarkan TBS ke TPH; (iv) Losses TBS karena buah masuk ke guntung,

parit atau jurang, produksi menjadi lebih rendah; (v) Biaya dapat diefisienkan; (vi) Mengurangi resiko kecelakaan kerja; (vii) mencegah erosi.

Ada beberapa jenis terasering antara lain:

■ Teras individu atau tapak kuda untuk areal dengan kemiringan 8-15 derajat.

Teknis pembuatannya:

1. Tapak kuda idealnya dibuat setelah pancang/ajir

2. Ajir gunakan ajir segitiga sama sisi/mata lima.

3. Pembuatan juga masih dapat dilakukan setelah tanam, bahkan di TM

sekalipun jika diperlukan.

4. Ukuran Tapak Kuda idealnya 4 x 4 m, tapi mempertimbangkan

mahalnya pembuatan tapak kuda bisa di buat bertahap, sebelum tanam

1 × 1 m selanjutnya dilebarkan sesuai kondisi pokok hingga lebar 4 ×

4 m di saat TM.

5. Dasar 4 x 4 yaitu didasarkan jari2 piringan 2 m, dengan lebar ini cukup

membantu kegiatan panen dan sebaran brondolan jatuh.

88 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

6. Pembuatan diawali mencangkul tanah sisi atas ditimbunkan ke sisi

bawah,

7. Alat untuk meratakan tanah bisa gunakan cangkul dan skop.

8. Pembuatan dengan alat berat gunakan excavator kerjakan sebelum

tanam, jika dikerjakan setelah tanam dikhawatirkan pergerakan alat

mengganggu tanaman,

9. Excavator digunakan PC 50 atau 100 supaya lebih lincah pergerakannya

dilapangan,

10. Permukaan tapak kuda di buat dengan kemiringan ke arah dalam 10

derajat..

11. Siring tapak kuda dibuat dari karung isi tanah,

12. Siring juga bisa memanfaatkan kayu-kayuan di lapangan ex tebangan,

dengan kayu keras tahan cuaca,

13. Lakukan pemadatan/penggeblekan,

14. Buat tanggul di sisi luar/bawah tapak kuda sebagai penahan air.

Teras kontur atau teras bersambung untuk areal dengan kemiringan 15 - 30

derajat.

Teknis Pembuatannya:

1. Pastikan areal yang akan dibuat teras telah di land clearing. Jika masih

ada kayu ex tebang dorong arah bawah.

2. Pastikan kemiringan lahan 15 - 30 derajat.

3. Carilah areal paling terjal (maks 30 derajat).

89 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

4. Buat ajir dari atas ke bawah sesuai jarak antar baris, dipengaruhi oleh

SPH yang akan digunakan. Umpama 7,78 m untuk SPH 142.

5. Ajir dibuat untuk dijadikan jarak antar teras.

6. Buat ajir arah teras dengan pengajiran sesuai rata-rata air, bisa gunakan

theodolite.

7. Untuk operator bulldozer yang telah handal ajir teras tidak diperlukan.

8. Semakin datar maka jarak antar teras semakin jauh.

9. Jarak maksimal antar teras saya sarankan 10 meter. Mengapa ? Saya

akan bahas postingan selanjutnya.

10. Pastikan teras tidak terdapat tunggul dan kayu.

11. Kemiringan permukaan teras kearah dalam 10-15 derajat.

12. Pastikan teras cukup padat.

13. Lebar teras 4 m.

14. Buat sekatan/gundukan setiap 50 m untuk menahan laju arus air hujan.

15. Pengerjaan teras di mulai dari rencana teras paling atas.

16. Pengerjaan juga sebaiknya tidak pada curah hujan tinggi.

17. Untuk mencegah erosi tanam LCC di bibir teras.

18. Perbaikan teras yaitu memperbaiki longsor dengan menyiringnya

dengan karung diisi tanah.

19. Pemeliharaan teras diperlukan karena adanya longsor atau erosi.

90 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

20. Problem teras kontur yaitu teras tidak ketemu jalan sehingga pemanen

akan kesulitan saat keluarkan TBS ke TPH.

21. Maka jalan pada sektor teras dikenal jalan menggunting teras.

22. Pembuatan jalan apakah dibuat duluan atau setelah teras tidak masalah.

5. 5. Catatan Pelaksanaan Penanaman

Prosedur Administrasi berikut akan menjelaskan: (i) Penanaman baru;

(ii)Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) tahun ke 1; (iii) Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) tahun ke 2; (iv) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

tahun ke 3; (v) Tanaman Menghasilkan (TM).

5. 5. 1. Penanaman Baru

Penanaman tanaman sawit baru terbagi menjadi dua, yaitu:

■ Replanting, yaitu apabila tanaman yang akan ditanam sama jenisnya dengan

tanaman semula.

■ Konversi, yaitu apabila tanaman yang akan ditanam tidak sama jenisnya

dengan tanaman semula.

5. 5. 2. Pemeliharaan

Catatan pemeliharaan tanaman mencakup: (i) Buku Penanaman Pokok

Kelapa Sawit; (ii) Laporan Penanaman Pokok Kelapa Sawit; (iii) Perkembangan

Penanaman Baru Program Tahun 20xx; (iv) Laporan Pemeliharaan Tanaman;

(v) Laporan Rencana dan Realisasi Pemakaian Pupuk dan Pestisida; (vi)

Laporan Bulanan Pemeliharaan Tanaman per Tahun Tanam.

5. 5. 3. Sarana Administrasi lainnya yang ada kaitannya dengan

administrasi Penanaman Baru dan Pemeliharaan Tanaman

Sarana administrasi yang diperlukan terkait penanaman baru dan

pemeliharaan tanamn mencakup:

• Rencana Kerja Bulanan – lihat Prosedur Administrasi Agronomi

Umum.

• Rekapitulasi Rencana Kerja Bulanan – lihat Prosedur Administrasi

Agronomi Umum.

91 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

• Rencana Kerja Harian – lihat Prosedur Administrasi Agronomi

Umum.

• Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan - lihat Prosedur Administrasi

Agronomi Umum.

• Permintaan Pembayaran - lihat Prosedur Administrasi Agronomi

Umum.

• Kebutuhan Barang Bulanan - lihat Prosedur Administrasi Persediaan.

• Bon Pengeluaran (BP) – lihat Prosedur Administrasi Persediaan.

• Daftar Absensi - lihat Prosedur Administrasi Pengupahan.

• Laporan Premi Tunas - lihat Prosedur Administrasi Pengupahan.

• Laporan Hari Karyawan - lihat Prosedur Administrasi Personalia.

• Kartu Gudang Divisi - lihat Prosedur Administrasi Persediaan.

• Buku Pemakaian Alat Kerja - lihat Prosedur Administrasi Persediaan.

• Bon Permintaan Barang (BPB) - lihat Prosedur Administrasi

Persediaan.

• Laporan Kegiatan Bulanan Divisi – Prosedur Pelaporan Divisi.

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek penanaman pada lahan mineral untuk

sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek penanaman pada lahan

mineral untuk petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

penting dalam aspek penanaman pada lahan mineral untuk petani sawit

mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek penanaman pada lahan mineral untuk petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

92 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

penanaman pada lahan mineral untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam aspek penanaman pada lahan mineral untuk

petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat penanaman pada lahan

mineral yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek penanaman pada lahan mineral?

Daftar Pustaka

Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola

Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya.

Prosedur Administrasi Agronomi Umum. http://kebunsawit-ku.blogspot.

co.id/2013/08/prosedur-administrasi-agronomi-secara.html

Prosedur Administrasi Persediaan. http://kebunsawit-ku.blogspot.

co.id/2013/08/prosedure-administrasi-panen-tandan_6774.html

Prosedur Administrasi Pengupahan. http://download.portalgaruda.org/article.

php?article=409684&val=7994&title=SISTEM%20KERJA%20

PANEN%20DI%20PERKEBUNAN%20KELAPA%20SAWIT

Prosedur Administrasi Personalia. http://kebunsawit-ku.blogspot.

co.id/2013/08/prosedur-administrasi-penanaman-dan.html

Prosedur Pelaporan Divisi. http://kebunsawit-ku.blogspot.co.id/2013/08/

prosedur-administrasi-penanaman-dan.html

93 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 6PEMELIHARAAN TANAMAN

6. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 6 akan menguraikan tentang Sisipan; Terasering dan drainase; Piringan;

Sanitasi kebun dan penyiangan gulma; Catatan pemupukan dan pelaksanaan

pemeliharaan tanaman.

6. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait

pemeliharaan tanaman.

■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pemeliharaan tanaman

■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pemeliharaan

tanaman

6. 3. Pendahuluan

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit perlu dilakukan dalam

rangka peningkatan produktivitas. Pemeliharaan tanaman merupakan hal

yang sangat penting dalam usaha budidaya tanaman karena akan menentukan

masa perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Peralatan atau pemeliharaan

tidak hanya ditujukan pada tanaman saja tetapi juga tehadap lingkungan

tumbuhnya yang dilakukansetiap tahun atau tahunan. Pemeliharaan meliputi

beberapa kegiatan seperti penyulaman, pembuatan piringan, pengendalian

gulma, pemupukan, pemangkasan dan penyerbukan buatan. Pemangkasan

94 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh tanaman yang bersih, jumlah daun

yang optimal dalam satu pohon dan memudahkan pekerjaan pemanenan bila

tanaman sudah berproduksi. Oleh sebab itu pengetahuan dan kompetensi

terkait pemeliharaan tanaman sawit yang sesuai Pedoman Teknis Budidaya

Kelapa Sawit Terbaik (GAP) kepada petani sawit mandiri sangat penting

sehingga tujuan peningkatan hasil tersebut dapat tercapai.

Berikut saya uraikan beberapa faktor untuk pemeliharaan kelapa sawit yang

penting diperhatikan antara lain:

1. Sistem pemeliharaan beradaptasi dengan linkungan

Sistem pemeliharaan kelapa sawit harus sesuai dengan kondisi yang

ada di sekitar atau lingkungan sekitarnya, Perawatan kelapa sawit di

suatu daerah bisa berbeda dengan daerah lainnya.

2. Pengguanaan alat modern

Seiring berjalannya waktu, zaman semakin berkembang dan mengalami

perubahan era. tidak terkecuali dalam hal teknologi alat pertanian dan

perkebunan. era sekarang banyak alat pertanian yang sudah modern dan

sangat membantu pemeliharaan, terutama bisa menekan biaya untuk

tenaga kerja. Peralatan modern bisa membantu memberikan hasil yang

maksimal.

3. Penanganan gulma secara intensif

Gulma adalah tanaman pengganggu yang tumbuh di area lahan tanaman

yang kita budidayakan. Adanya gulma menjadi pesaing tanaman

kelapa sawit dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah, yang tentu

akan mengurangi unsur hara yang diserap oleh kelapa sawit yang kita

budidayakan. Gulma banyak macamnya antara lain: rumput berduri,

babandotan, sedunduk, ilalang, pisang dan sebagainya.

4. Pemberantasan hama dan penyakit

Banyak terdapat hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa

sawit. Hama dan penyakit tersebut dapat menyerang mulai dari

akar, batang, pelepah, daun, bunga dan buah. Pemberantasan hama

dan penyakit sebaiknya dilakukan sejak dini tengan motede tehnik

pengendalian, jangan sampai sudah terserang baru mencari solusi.

95 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

5. Pemupukan terjadwal

Pemupukan kelapa sawit yang baik tidak boleh sembarangan atau

asal asalan. Pemupukan kelapa sawit harus terjadwal dan konsisten.

Jangan hanya pupuk makro saja yang utama di aplikasikan, perhatikan

keseimbangan unsur hara yang di butuhkan oleh petumbuhan kelapa

sawit yang kita budidayakan.

6. Dosis pupuk yang tepat

Dosis pemupukan kelapa sawit bagi pembudidaya harus di pelajari dan

dikuasai, karena kelebihan atau kekeurangan dosis pemupukan akan

mempengaruhi produksi yang di hasilkan.

7. Mengatur penunasan

Penunasan kelapa sawit bertujuan untuk mempertahankan struktur

pohon kelapa sawit, membersihkan tanaman dan meningkatkan

produktifitasnya. Pengerjaan penunasan harus disesuaikan terhadap umur tanaman tersebut. Tanaman yang berumur kurang dari 9 tahun

tunasnya songgo 3, umur 9 sampai 15 tahun songgo 2, sementara

tanaman kelapa sawit yang umurnya lebih dari 15 tahun songgo 1.

8. Cara pemanenan yang benar

Cara pemanenan kelapa sawit yang benar harus di lakukan dengan

tehnik yang baik, jika salah, maka besar kemungkinan hal tersebut

bisa menyebabkan tanaman menjadi tidak optimal dalam proses

pertumbuhannya. Prosedur Pemanenan yang tidak benar memungkinkan

tanaman kelapa sawit sulit untuk berbunga dan berbuah.

6. 4. Sisipan

Penyisipan dilakukan supaya semua titik tanam hidup dan menghasilkan

produksi per hektar yang maksimal.Pekerjaan awal sisipan yanag terpenting

adalah sensus dan identifikasi pokok.Penyisipan dilakukan sekitar 6 bulan setelah tanam untuk mengganti tnaman yang mati akibat serangn hama atau

penyakit berat atu pertumbuhan abnormal.

Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait penyisipan antara lain:

• Penyisipan susulan dapat dilakukan sampai kelap sawit berumur

96 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

tiga tahun sehingga setelah waktu TM tidak ada lagi penyisipan agar

pertumbuhannya seragam.

• Jumlah sisipan yang normal adalah TBM 1 = 2%; TBM 2 = 1%; dan

TBM 3 = 0,5% dengan tenaga penyisip normalnya adalah 15 pokok/

HKO

• Penyisipandilakukan awal musim hujan dengan memperhatikan

sebagai berikut: (i) Tanda titik tanam yang perlu disisip dberi

pancang bendera putih; (ii) Berdasarkan data sensus harus dibuat

tanda di pokok pinggir jalan mengenai jumlah bibit yang dibutuhkan

dalam setiap barisan tanaman.

• Bibit yang ditanam untuk tanaman yang masih baru sebaiknya

menggunakan bibit yang seumur dengan yang disisip.

• Pokok sisipan ditanam pada bekas tanaman yang sudah dibongkar

supaya barisan tanman tetap lurus.

• Tanaman sisipan perlu dirawat intensif agar dapat mengejar

pertumbuhan tanaman aslinya.

6. 5. Terasering dan Drainase

6. 5. 1. Terasering

Terasering adalah penanaman dengan membuat teras-teras yang dilakukan

untuk mengurangi panjang lereng dan menahan atau memperkecil aliran

permukaan agar air dapat meresap ke dalam tanah. Pemeliharaan reasering

dilakukan sebanyak 25% per tahun dengan cara membabat rumputnya dan

teras terpelihara pada ukuran semula, yaitu 30m/HKO.

Tujuan dilakukannya teraserin, yaitu: (i) Menambah stabilitas lereng

Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng); (ii) Memperpanjang

daerah resapan air Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil

kemiringan lereng; (iii) Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off); (iv)

Dapat digunakan untuk landscaping

Jenis-jenis terasering antara lain:

■ Teras datar

97 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 %

dengan tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah.

Teras datar dibuat dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan

tanah galiannnya ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan

dan terkumpul. Pematang yang terjadi ditanami dengan rumput.

■ Teras kridit

Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 - 10

%, bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras

kridit di mulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi

dan ditanami dengan tanaman seperti caliandra.

98 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Teras gulud

Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 - 50

% dan bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah

■ Teras bangku

Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 - 30 % dan

bertujuan untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija.

99 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Teras individu

Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 –

50 % yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan

di daerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup

baik sehingga memungkinkan pembuatan teras individu.

■ Teras kebun.

Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara

30 – 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman

100 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman

sehingga pada areal tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan

biasanya ditutup oleh vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras

dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam

pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yang

berdampingan dibiarkan tidak diolah.

■ Teras saluran

Teras saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah

teknik konservasi tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu

yang dibuat untuk meresapkan air ke dalam tanah serta menampung

sedimen-sedimen dari bidang olah.

101 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Teras batu

Teras dengan penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak

yang sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring.

6. 5. 2. Drainase

Prinsip dasar drainase adalah menyekap air, kemudian mengumpulkannya,

dan membuang air yang berlebih keluar areal sehingga harus dirancang dalam

bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi (spot heigh) yang mengacu pada peta topografi dan mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat dengan meemperhatikan hal sebagai berikut:

• Dilihat dari kondisi areal, baik tergenang secara permanen maupun

sementara merupakan indikasi adanya banjir.

• Volume air yang perlu di drainase.

• Jenis tanah, apakah areal tersebut bergambut atau mengandung pirit

• Peningkatkan hasil produksi.

• Sistem transportasi yang akan digunakan, apakah jalan (darat) atau

sungai/kanal (yang berfungsi sebagai media transportasi).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan drainase adalah Kepemilikan

lahan yang akan dilalui oleh saluran drainase dan Dampak terhadap lingkungan

setelah dibangun drainase. Sementara itu, tujuanpembuatan drainase antara

lain:

• Membuang kelebihan air di musim hujan dan

mempertahankan air pada musim kemarau sehingga mengendalikan

kedalaman water table maksimum 60 cm.

102 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

• Khusus untuk tanah yang mengandung pirit (Fe2SO4), drainase

berfungsi juga untuk mencuci pirit.

• Khusus tanah bergambut selain menjaga kelembaban juga berfungsi

mengurangi kemasaman tanah, agar tanah memiliki kondisi

rhizosphere yang sesuai bagi tanaman.

• Kedalaman permukaan air tanah pada parit kebun diusahakan agar

tidak terlalu jauh dari akar tanaman, jika permukaan air terlalu dalam

maka oksidasi berlebih akan mempercepat perombakan gambut,

sehingga gambut cepat mengalami subsiden (penurunan).

Tipe-Tipe drainase yang digunakan antara lain:

• Parit Sirip adalah saluran yang ada pada blok-blok, yang dibuat tiap

beberapa lajur tanaman tergantung kondisi tanah. Ujung parit sirip

berhubungan dengan saluran tersier.

• Kanal Tersier adalah saluran yang menerima limpasan dari parit-

parit sirip.

• Kanal sekunder adalah kanal yang menerima beban limpasan dari

kanal-kanal tersier.

• Kanal semi primer adalah kanal yang menerima beban limpasan

dari kanal tersier dan kanal sekunder. Kanal semi primer merupakan

alternative dari kanal sekunder dikarenakan debit yang tertampung

melebihi kapasitas dari kanal sekunder.

• Kanal primer adalah kanal yang menerima beban limpasan dari

kanal-kanal sekunder dan kanal semi primer. Dengan demikian debit

terbesar ada pada bagian hilir saluran primer.

• Pada bagian hilir saluran primer terdapat outlet yang menghubungkan

lahan kebun dengan lahan di luar kebun yang telah dibatasi dengan

tanggul.

Teknis pembuatan drainase antara lain:

• Peta kontur atau spot heigh agar pola aliran air dapat diketahui.

• Pembatasan wilayah areal yang akan di drainese dengan dibuatkannya

tanggul keliling sehingga membentuk folder tertutup yang berfungsi

103 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

untuk mencegah aliran air dari luar areal atau disebut juga zona tata

air.

• Perhitungan lebar saluran yang dibutuhkan.

• Saluran air harus membentuk suatu jaringan dan saling berhubungan,

di mana saluran drainase lapangan (parit sirip) bermuara pada

drainase pengumpul (kanal tersier/sekunder/primer) dan drainase

pengumpul bermuara pada drainase pembuangan (outlet).

• Pembuatan penampang saluran air harus semakin membesar pada

daerah hilir sesuai dengan urutan drainase lapangan, pengumpul,

dan pembuangan.

• Pada bagian hilir dibuatkan bangunan pintu air agar air dilahan dapat

di atur sesuai kebutuhan tanaman.

• Kendala pembuatan drainase:

• Biasanya terjadi pada saluran pembuangan/outlet menuju sungai.

Kendala tersebut berupa masalah sosial dan kondisi outlet tidak

memadai (air di luar lebih tinggi dibanding air di areal studi atau

daya tampung outlet kurang dibanging dengan DAS sungai tersebut).

• Sebagian besar managemen kebun sering mengabaikan sistem

tata air dan lebih mengutamakan target tanam, akibatnya bila pada

musim hujan areal tersebut malah kebanjiran yang seharusnya areal

tersebut aman dari masalah tersebut.

6. 6. Piringan

Piringan adalah pekerjaan membasmi dan membersih rumput (gulma) yang

tumbuh di piringan pokok termasuk tunggul dan kayu. Piringan dilakukan

di sekitar lahan tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai tempat untuk

menyebarkan pupuk agar efisien diserap tanaman. Piringan juga merupakan daerah jatuhnya buah kelapa sawit sehingga kondisi piringan harus senantiasa

bersih dari gangguan gulma. Piringan merupakan daerah yang berada di sekitar

pokok kelapa sawit yang berbentuk lingkaran dengan diameter ± 4 m.

Tujuan pemeliharaan piringan antara lain: (i) Mengurangi kompetisi gulma

terhadap tanaman dalam penyerapan unsur hara, air dan sinar matahari; (ii)

104 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Mempermudah pekerja untuk melakukan pemupukan dan kontrol di lapangan

bagi tanaman yang ditanam. Sementara itu, teknik pemeliharaan piringan: (i)

secara manual, yaitu tenaga manusia dengan menggunakan cangkul untuk

membentuk piringan pada pokok sesuai dengan diameter yang di tentukan

dan membabat gulma yang tumbuh di sekitar piringan; (ii) secara kimia, yaitu

dengan menggunakan herbisida.

Pembuatan piringan biasanya dilakukan secara manual terlebih dahulu

setelah itu dilakukan secara kimia.

Lebar piringan menurut umur kelapa sawit yaitu:

• Tanaman umur 2-6 bulan lebar piringan jari jari 60 cm,

• Tanaman umur 6-12 bulan lebar piringan jari jari 75 cm,

• Tanaman umur 12-24 bulan lebar piringan jari jari 100 cm,

• Tanaman umur 24-36 bulan lebar piringan jari jari 100-125 cm,

• Tanaman umur lebih dari 24 bulan lebar piringan jari jari 200 cm.

6. 7. Sanitasi Kebun dan Penyiangan Gulma.

Sanitasi adalah kegiatan menjaga kebersihan kebutn dengan cara

membersihkan areal pertanaman dari gulam, daun-daun, ranting bekas

pangkasan dan bua-buahan yang busuk atau rontok.Tujuan sanitasi adalah

menjamin proses produksi tanman berlangsung secara maksimul dengan

menekan resiko serangan organisme penganggu tanaman serta menekan

persaingan oleh tumbuhan lain untuk mendaptkan unsur hara dan sinar

matahari.Sasaran sanitasi adalah lahan menjadi bersih dan bebas dari gangguan

gulma sehingga sehingga tanaman dapat tumbuh optimal dengan menggunakan

cangkul dan sabit untuk menghilangkan gulma.

Kegiatan sanitasi mencakup:

■ Pengendalian gulma.

Tempat pengendalian gulma sebagai berikut:

1. Piringan (contoh: sembung serambat, alang-alang dan borreria alata.

2. Gawangan (contoh: alang-alang, rumput melala, rumput lempuyangan,

rumput sarang buaya, sembung rambat, pakis kawat, putihan, tembelek,

105 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

senduduk, herendong, mempelas, pakis kadal, paitan, babadotan, ara

tanah)

3. Pasar pikul yang terletak diantara 2 barisan tanaman yang dipakai untuk

jalan panen.

4. TPH

■ Pemangkasan(prunning)

Pemangkasan adalah membersihkan tanaman kelapa sawit dari pelepah-

pelepah yang mengganggu dan menjaga tingkat keseimbangannya. Waktu

pengerjaan pemangkasan ini bertepatan dengan saat melakukan kastrasi

yakni ketika tanaman sudah berusia sekitar 17-19 bulan.

Kegiatan prunning antara lain: Pembersihan tunas pasir; Penunasan selektif;

Penunasan periodik; Penyusunan pelepah; dan Organisasi tunas.

■ Kastrasi

Pembuangan bunga bunga pertama baik jantan maupun betina serta buah-

buah pasir pada tanaman Kelapa Sawit yang belum siap untuk memasuki

masa panen normal. Tujuan kastrasiadalah memaksimalkan fase vegetatif

pada tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh pada fase Generatif; dan

mencegah terserangnya hama penyakit pada tanaman. Kastrasi mulai di

hentikan 6 bulan sebelum tanaman memasuki masa panen. Jika pada usia

tanaman 24 bulan tanaman sudah panen, di usia 12 bulan tanaman mulai

dilakukan Kastrasi & memasuki usia 18 bulan Kastrasi sudah di hentikan.

6. 8. Catatan Pemupukan dan Pelaksanaan Pemeliharaan

Tanaman

6. 8. 1. Catatan pemupukan tanaman

Catatan rencana dan realisasi pemakaian pupuk dan pestisida yang

berisi catatan penggunaan Pupuk dan Pestisida, serta sebagai pembanding

untuk ketepatan antara rencana dan kenyataan pelaksanaan setiap bulannya;

penyajiannya dipisah antara TBB dan TM.Sumber data dapat diperoleh dari

Rencana Pemakaian Bahan dari Rencana kerja Tahunan, Rencana Kerja

Bulanan, dan Realisasi Kegiatan Pekerjaan Pada bulan tersebut.

106 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

6. 8. 2. Catatan pelaksanaan pemeliharaan tanaman

Catatan pemeliharaan tanamanpertahun berfungsi untuk mengikhtisarkan

kegiatan pemeliharaan; penyajian dipisan antara TBBM dan TM berdasarkan

tahun tanamnya yang kemudian menjadi bagian dari catatan bulanan masing-

masing kegiatan.

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek pemeliharaan tanaman untuk sistem

sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable

Palm Oil Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pemeliharaan tanaman

untuk petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/penting

dalam aspek pemeliharaan tanaman untuk petani sawit mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek pemeliharaan tanaman untuk petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

pemeliharaan tanaman untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam aspek pemeliharaan tanaman untuk petani

sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pemeliharaan tanaman

yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek pemeliharaan tanaman?

Daftar Pustaka

Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola

Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya

107 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 7PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU

TUMBUHAN (OPT)

7. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 7 akan menguraikan tentang Kebersihan kebun; Penggunaan musuh

alami; Penggunaan pestisida; Catatan jenis OPT; Sarana; Tenaga, penyimpanan

alat dan bahan kimia.

7. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait

pengendalaian organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pengendalaian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait

pengendalaian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

7. 3. Pendahuluan

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman secara Terpadu/PHT

memiliki arti penting dalam mendukung adanya pertanian berkelanjutan. Hal

ini dikarenakan konsep dalam PHT selaras dengan konsep dalam Pertanian

Berkelanjutan. Disamping itu, PHT dan Pertanian Berkelanjutan merupakan

suatu kebijakan pemerintah yang disahkan dalam Undang-Undang. Adapun

Landasan hukum dan dasar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman adalah

Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman,

108 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan

Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/ OT/9/1997 tentang Pedoman

Pengendalian OPT.

Tindakan dalam mendeteksi keberadaan hama dan penyakit pada waktu yang

lebih dini menjadi prioritas mutlak untuk dilaksanakan. Keuntungan deteksi dini

adalah selain memudahkan tindakan pencegahan dan pengendaliannya juga agar

tidak terjadi ledakan serangan yang tidak terkendali/terduga. Secara ekonomis

biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan jauh lebih rendah daripada

pengendalian serangan hama/penyakit yang sudah menyebar luas dengan

meninjau Prinsip dan Kriteria 2.1.7. dalam ISPO.

Pengendalian OPT juga merupakan suatu tindakan dalam proses perawatan

tanaman di perkebunan kelapa sawit, dalam pengendalian langkah yang

dilakukan sebaiknya lebih mempertimbangkan kelestarian hidup flora & fauna yang bukan merupakan target OPT. Diperlukan pengetahuan dari siklus hidup

hama dan penyakit yang merupakan titik kritis (crucial point) karena akan

menjadi dasar acuan pengambilan keputusan pengendalian.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu/PHT atau Integrated Pest

Management/IPM adalah komponen integral dari Sistem Pertanian

Berkelanjutan. PHT bertujuan tidak hanya mengendalikan populasi hama

tetapi juga meningkatkan produksi dan kualitas produksi serta meningkatkan

penghasilan dan kesejahteraan petani. Cara dan metode yang digunakan adalah

dengan memadukan teknik-teknik pengendalian hama secara kompatibel serta

tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Dengan demikian, pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia,

terpadu) dan waktu pengendalian yang dianggap paling cocok menjadi

latar belakang keberhasilan pengendalian OPT tersebut. Pengelolaan kebun

menuntut adanya kemampuan untuk dapat meramalkan berbagai kemungkinan

ledakan hama dan penyakit yang potensial. Perkiraan tersebut dapat bertitik

tolak dari kondisi alam, iklim dan jenis hama dan penyakit yang spesifik ada di areal, dinilai dari situasi dan kondisi yang paling memungkinkan.

Penerapan pengendalian organisme pengganggu tanaman secara terpadu

yang ramah lingkungan juga merupakan sistem peringatan dini diterapkan

untuk memantau keseimbangan komposisi organisme pada ekosistem di

109 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

perkebunan sehingga setiap perkembangan yang mungkin berdampak

terhadap produktifitas tanaman dapat diantisipasi secara efektif dan dengan biaya yang rasional. Sistem peringatan dini menghindarkan terjadinya ledakan

hama dan penyakit tanaman yang dapat memengaruhi produktifitas dan biaya dengan signifikan. Pemeliharaan keseimbangan komposisi antara organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan musuh alaminya menjadi kunci dalam

pengendalian hama terpadu. Musuh alami mungkin tersedia secara alamiah

atau didatangkan khusus untuk menciptakan keseimbangan dalam ekosistem.

Pada pengendalian hama terpadu, penggunaan pestisida adalah pilihan

terakhir, dengan penetapan jenis dan jumlah yang boleh digunakan diatur secara

ketat dan tunduk pada regulasi pemerintah. Ada lima indikator dalam penerapan

pengendalian OPT, yaitu: (i) Tersedia SOP pengamatan dan pengendalian

OPT; (ii) Tersedia SOP penanganan limbah pestisida; (iii) Tersedia rekaman

pelaksanaan pengamatan dan pengendalian OPT; (iv) Tersedia rekaman jenis

pestisida (sintetik dan nabati) dan agen pengendali hayati (parasitoid,predator,

agens hayati, feromon,dll) yang digunakan; (v) Tersedia rekaman jenis tanaman

inang musuh alami OPT.

Selanjutnya, strandar Operasional Prosedur (SOP) dan intruksi dalam

pengendalian OPT sebagai berikut:

■ Pengendalian OPT dilakukan secara terpadu atau pengendalian hama

terpadu/PHT, yaitu memadukan berbagai teknik pengendalian secara

mekanis, biologis, fisik dan kimiawi.

■ Diterapkan sistem peringatan dini (Early Warning Sistem/EWS) melalui

pengamatan OPT secara berkala Early Warning Sistem yang merupakan

sistem pemantauan organisme pengganggu tanaman yang dilakukan secara

kontinyu dan konsisten sesuai interval tertentu mutlak dilakukan agar

kondisi OPT dapat diketahui secara dini.

■ Tersedia sarana pengendalian sesuai SOP atau instruksi kerja, Petunjuk

praktis cara-cara pengendalian OPT seperti informasi dosis, konsentrasi dan

volume semprot dari pestisida sangat penting untuk menghindari kesalahan

teknis dalam bekerja, kelengkapan alat pelindung diri, cara operasional

alat pengendalian, jenis pestisida yang disarankan diperlukan agar tidak

membahayakan bagi pekerja dan lingkungan.

110 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Tersedia tenaga (regu) pengendali yang sudah terlatih, Regu atau tim

pengendali OPT terdiri dari orang-orang khusus yang sudah terlatih dengan

program pelatihan khusus secara konsisten dan kontinyu, tercatat dan

terdokumentasi nama-nama orang. Dokumentasi bahwa yang bersangkutan

telah mendapatkan pelatihan akan mendukung dalam kelengkapan sertifikasi ISPO.

■ Tersedia gudang penyimpanan alat dan bahan pengendali OPT, Penyimpanan

material pestisida perlu diperhatikan berdasarkan kandungan bahan aktif

dan kemasan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, meletakkan

material secara terstuktur dengan baik berdasarkan jenis pestisida

(herbisida, insektisida, fungisida, rodentisida dll). Menyediakan kartu stok

pengeluaran dan pemasukan material, didukung catatan tanggal pembelian

dan kadaluarsa, penggunaan material dan lokasi aplikasi. Penyimpanan

di dalam gudang sedemikian terstruktur untuk menghindari gangguan

pencemaran bagi manusia dan lingkungan.

Oleh sebab itu pengetahuan dan kompetensi terkait pengendalian organisme

pengganggu tanaman secara terpadu yang sesuai Pedoman Teknis Budidaya

Kelapa Sawit Terbaik (GAP) kepada petani sawit mandiri sangat penting

sehingga tujuan peningkatan hasil tersebut dapat tercapai.

7. 4. Kebersihan Kebun

Kebersihan kebun dapat dilakukan dengan kastrasi dan sanitasi. Kastrasi

adalah membuang semua produk generatif, yatu bunga jantan, bunga betina

dan seluruh buah yang bertujuan mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang

tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif penguatan batang yang lebih besar)

dan merangsang pembentukan bunga betina yag sempurna sehingga persiapan

ke status TM. Kastrasi dilakukan pda tanaman setelah umur 14 bulan yang

akan mengeluarkan bungan tetapi belum sempurna membentuk buah sampai

umur 23 bulan sehingga tidak ekonomis.

Sementara itu. sanitasi adalah membersihkan pohon kelapa sawit dari

sampah/kotoran yang berasal dari bunga dan pelepah kering agar tidak emnajdi

pemicu munculnya serangan hama dan penyakit.Alat dan bahan untuk kastrasi

dan sanitasi adalah pencabut bunga, mata dodos, dan gancu.

111 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

7. 5. Penggunaan Musuh Alami

Jenis-jenis penggunaan musuh alami sebagai berikut:

■ Hama:

1. Ulat api

Ulat api termasuk ke dalam famili Limacodidae, ordo Lepidoptera

(bangsa ngengat). Salah satu genus ulat api, yaitu Chalcocelis bertubuh

mirip buah kolang-kaling, tanpa satupun duri beracun, berwarna putih

kehijau-hijauan, dan tidak berkaki atau Ulat Kolang-kaling dengan pupa

ulat api berbentuk bulat mirip telur, berwarna coklat tua, dan bertekstur

agak keras, dan melekat pada daun. Ngengat berwarna coklat kusam.

Gejala serangan dapat melumpuhkan metabolisme pertumbuhan

tanaman kelapa sawit:

a. Ulat api memakan daun

b. Jenis ulat api yang menyerang kelapa sawit antara lain Setothosea

asigna, Setora nitens, Darna trima, dan Ploneta diducta, namun

jenis ulat api yang banyak menyerang sawit adalah S. asigna dan S.

nitens.

Cara pengendalian:

a. Kimia: penyemprotan pestisida metadol sesuai umur tanaman. Jika

tanaman tinggi maka di pakai cara pengasapan dari sore hingga

malam karena angin sekitar akan berkurang dan mengurangi

pencemaran lingkunagan.

b. Hayati: penggunaan kumbang kepik dan bunga tunera yang sengaja ditanam di setiap tanaman depan sebanyak 5 buah bunga tunera.

2. Tikus

Gejala serangan: menyerang akar tanaman.Cara pengendalian:

a. Kimia: penggunaan klerak CIU (terutama Sapindus rarak De

Candole atau S. mukorossi) atau dikenal juga sebagai rerek atau

lamuran adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya

yang dipakai sebagai deterjen tradisional.

112 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

b. Hayati: menggunakan burung hantu.

3. Landak

Gejala serangan: rusaknya tanaman yang muda karena tercabut dari

lubang tanamnya.Cara pengendalian:

a. Penggunakan jaring yang di pagarkan di sekeliling tanaman kelapa

sawit

b. Menggunakanburung hantu.

4. Babi

Gejala serangan: memakan umbut dan buah sawit yang sudah

membrondol di tanah, dan tandan buah di pohon yang masih terjangkau.

Carapengendalian:

a. Menggunakan electric-fence dengan ketinggian kawat teratas 1,5

m, dengan 4 kawat, sekaligus untuk mencegah babi hutan. Cara ini

efektif jika dibarengi dengan membuat barier terbuka tanpa pohon

selebar 7,5 – 10 m antara kawat dan tepi hutan, mengikuti sepanjang

jalur kawat. Listrik dengan tegangan 50 – 100 volt diaktifkan mulai

jam 17.00 hingga 06.00.Menggunakanburung hantu.

b. Membangun parit isolasi selebar 3 m dan dalamnya 2,5 m di sepanjang

perbatasan areal kebun dengan hutan. Tanah galian ditempatkan di

bagian dalam kebun. Kegiatan ini dapat dilakukan menggunakan

alat berat seperti back hoe atau ekskavator. Hasil yang lebih baik

jika cara ini dikombinasikan dengan cara di atas.

5. Nematoda

a. Penyebab rhadinaphelenchus cocophilus. Bagian yang diserang

adalah akar.

b. Gejala: pusat mahkota mengerdil, daun baru tergulung dan tegak,

daun berubah warna menjadi kuning dan mengering, tandan buah

menjadi busuk.

c. Pengendalian: dengan meracuni pohon dengan natrium arsenit dan

setelah mati dibongkar dan dibakar.

113 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

6. Tunggau

a. Penyebab Tunggau Merah (Oliganycus). Bagian yang diserang

adalah daun.

b. Gejala: daun menjadi mengkilap dan daun berwarna bronz.

Pengendalian menggunakan aktrisida tetradifon 0,1 – 0,2%.

7. Ulat Setora

a. Penyebab setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun.

b. Gejala: daun dimakan sehingga yang tersisa hanya lidinya saja.

c. Pengendalian menggunakan insektisida Hosation 25 UI.V, sevin 85

ES, Dursban 20 EC pada konsentrasi 0,2 – 0,3%.

8. Oil Palm Bunch Moth

a. Penyebab Tiorathaba mudella. Bagian yang diserang adalah buah

muda dan kadang-kadang tandan buah.

b. Gejala: buah muda berlubang, tandan buah busuk.

c. Pengendalian menggunakan insektisida dipteres/thiodam (0,55

kg/370 liter air). Selain itu dilakukan pemberantasan biologi dengan

parasit tabuhan dan lalat parasit.

9. Kumbang Oryctes

a. Penyebab oryctes rhynoceros. Bagian yang diserang adalah titik

tumbuh, bakal daun.

b. Gejala daun seperti terpotong gunting; pada serangan berat serangga

akan mati.

c. Pengendalian peningkatan sanitasi dan pemberantasan biologi

dengan parasit jamur.

■ Penyakit:

1. Busuk pangkal batang sawit (Ganoderma)

Penyebab: jamur patogen Ganoderma boninense. Gejala serangan:

daunnya menguning dan layu kemudian pelepahnya terkulai ke tanah

yang dimulai pada pelepah daun yang tua.

114 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Gejala awal beberapa pelepah daun yang berada di pucuk berwarna

pucat seperti kekurangan unsur hara. Gejala lanjut: (i) Daun mengalami

nekrosis dimulai dari daun tua kemudian ke daun yang lebih muda; (ii)

Pelepah daun akan patah dan menggantung dan pupus (pelepah daun

muda) tidak bisa membuka dan terkumpul lebih banyak dari biasanya

(lebih dari 3 pelepah); (iii) 6-12 bulan kemudian tanaman akan mati; (iv)

Penampang batang yang terserang berwarna coklat muda dengan garis

seperti pita yang disebut daerah/zona reaksi yaitu tempat berkumpulnya

gum bahan buah/Fruting bodies/terbentuk pada bagian bawah batang

atau pada akar yang sakit biasanya badan buah ini muncul ketika

tanaman sudah mati atau rubuh. Cara penanggulangannya:

a. Membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman di bekas areal

kelapa dan kelapa sawit, lahan harus benar-benar bersih dari tunggul

kelapa dan kelapa sawit

b. Mencegah penularan penyakit dalam kebun. Pohon yang sudah

menunjukkan gejala sakit pada daun umumnya tidak dapat ditolong

lagi, maka dianjurkan agar pohon tersebut diracun, kemudian

ditebang. Tunggul dan akar-akarnya digali dalam radius 60 cm b.

Bila ditemukan pohon dengan gejala serangan awal, dapat dilakukan

pembelahan surgery. Bagian yang membusuk diambil kemudian

luka tersebut ditutup dengan penutup luka (protectant) misalnya ter,

arang.

c. Melakukan pengamatan rutin 1-3 kali setahun oleh orang yang

telah berpengalaman. Adanya pembusukan di dalam batang dapat

dideteksi dengan memukul-mukul pangkal batang

d. Pengendalian secara kultur teknis untuk menghindari infeksi

(Ganoderma sp) dilakukan pembuatan lubang tanam besar (big hole)

berukuran 3 x 3 x 0,8 m.

e. Pengendalian secara hayati dengan melakukan aplikasi Trichoderma

spp atau Gliocladium sp.

f. Pengendalian secara kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan

aktif triadimenol dan Triademorph 10-20 cc untuk menahan

perkembangan penyakit

115 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

2. Penyakit akar Blast disease

Penyebab: cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp dengan

gejala serangan:

a. Bila menyerang pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit

secara mendadak.

b. Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi

layu, kemudian tanaman mati.

c. Kalau perakaran tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan pada

akar.

Cara pengendalian:

a. Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan bibit sehat dan

kuat.

b. Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat mencegah

terjadinya gangguan penyakit ini.

3. Penyakit garis kuning pada daun

Penyebab: cendawan Fusarium oxysporum dengan gejala serangan:

a. Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun belum membuka.

b. Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval

berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.

c. Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.

d. Cara pengendalian: menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit

tersebut.

4. Penyakit batang dry basal rot

Penyebab: cendawan Ceratocyctis paradoxa dengan gejala serangan:

a. Tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan.

b. Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap berwarna hijau untuk

beberapa saat, meskipun pada akhirnya akan membusuk dan

mongering.

c. Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan karena terjadinya

116 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

pembusukan (busuk kering) pada pangkal batang.

d. Cara pengendalian : menanam bibit yang bebas infeksi penyakit ini.

■ Gulma:

Contoh dan jenis penanganan gulma sebagai berikut:

1. Teki ladang (Cyperus rotundus)

Gejala serangan adalah memiliki daya tahan luar biasa terhadap

pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah

yang mampu bertahan berbulan-bulan; memiliki jalur fotosintesisC4

yang menjadikannya sangat efisien dalam ‘menguasai’ areal pertanian secara cepat.Cara pengendalian adalah penyemprotan pestisida

2. Pakis

Gejala serangan adalah spesifiknya tidak terlihat, hanya sekedar gulma pegganggu dan tidak merugikan.Cara pengendalian adalahpengikisan

dan pembersihan pada saat pemanenan

3. Ilalang (Imperata cylindrical)

Gejala serangan adalah tertutupnya tanaman dan terhambatnya

perkembangan akar tanaman dan bisa mendatangkan hama lain.Cara

pengendalian adalah tebas secara menyeluruh dan pestisida.

7. 6. Penggunaan Pestisida

Pestisida yang digunakan telah terdaftar di Komisi Pestisida Kementrian

Pertanian melalui buku panduan nama pestisida, produsen dan merek dagang

sesuai target OPT yang biasa disebut Buku Hijau Komisi Pestisida (Kompes)

atau pestisida yang telah terdaftar di Komisi Pestisida Kementrian Pertanian

yang dikeluarkan setiap tahun sebagai buku panduan nama pestisida, produsen

dan merek dagang sesuai target OPT. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan

penggunaan herbisida sebagai berikut:

1. Jenis herbisida (berdasarkan cara kerjanya)

a. Herbisida Kontak

Paling aman karena hanya membunuh jaringan tanaman yang terkena

semprotan herbisida, sehingga tidak mempengaruhi perkembangan

117 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

pertumbuhan tanaman utama. Bahan aktif herbisida kontak contohnya

adalah Paraquate (contohnya Gramaxone, Supretox, Topzone dan

Rolixone) – Glufosinate.

b. Herbisida Sistemik/Translokasi

Herbisida ini masuk kedalam jaringan tanaman melalui daun

maupun akar, dan ditranslokasikan keseluruh jaringan tanaman dan

mengganggu physiologis tanaman sehingga menyebabkan kematian

gulma. Bahan aktif herbisida adalah: (i)2.4 - D Amine – Glyphosate;

(ii) Fluazifop - butyl - Metsulfuron methyl

2. Jenis-jenis gulma

Jenis-jenis gulma mencakup: (i) Gulma daun sempit (rumput-rumputan);

(ii) Gulma daun lebar (anak kayu); (iii) Gulma pakis-pakisan.

3. Golongan gulma

Golongan gulm terbagi berdasarkan tingkan kompetisinya antara lain:

a. Kelas A: Sangat berbahaya karena sangat kompetitif, megneluarkan

zat racun yang menghambat, sebagai inang alternatif hama dan

penyakit serta reduri. Contoh: rumput melata, rumput lemuyangan,

rumput sarang buaya, lalang, bunga tahi ayam, putihan, herendong,

senduduk, memepelas, pakis udang, pakis kawat.

b. Kelas B: sangat berbahaya karena sanat kompetitif yang harus

dikendalikan dan apabila eprlu harus dimusnahkan. Contoh: rumput

kawatan, rumput lilit kain, rumput gajah, jakut jampang, rumput

kemarau, teki, pengorak, mikana, kucingan.

c. Kelas C: dapat ditoleransi karena kurang kompetitif, tetapi memrlukan

pengendalian yang teratur dan bermanfaat untuk mencegah erosi.

Contoh: rumput pakisan, rumput grintingan, rumput panik, rumput

cakar ayam, rumput kerbau, gendong anak, pakis larat.

d. Kelas D: gulma bermanfaat karena kurang kompetitif dan

keberadaannya perlu dipertahankan. Contoh: babadotan, maman, ara

tanah dan Hytis capitate

118 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

4. Identifikasi gulma

Gulma dapat teridentifikasi menjadi:

a. Gulma rumput umumnya menggunakan bahan aktif glifosfat/

sulfosat/ammonium glufosinat.

b. Gulma daun lebar umumnya menggunakan metsulfuron methyl

c. Gulma pakisan umumnya menggunakan paraquat dicampur dengan

metsulfuron methyl

5. Waktuaplikasi, rotasi, dosis dan konsentrasi untuk gulma

Waktu aplikasi herbisida karena gulma sangat peka terhadap herbisida

saat gulma masih muda dan cuaca kering. Sementara itu, rotasi adalah

program penyemprotan dan intervalnya perlu dibuat berdasarkan kondisi

lapangan.Dosis yang digunakan akan ditentukan oleh jenis gulma

sasaran dan kondisi gulma yang akan dikendalikan; dan konsentrasi

adalahperbandingan antara herbisida dalam larutan yang dinyatakan

dalam persen, disesuaikan dengan anjuran pemakaian.

6. Kalibrasi, yaitu proses verifikasi keakuratan alat ukur (alat semprot) sesuai dengan rancangannya yang mencakup”

7. Alat semprot

Alat semprot yang digunakan dapat berupa Sprayer gendong “Solo”;

Sprayer gendong “CP15”; CDA (Controled Droplet Application); dan

Alat semprot bermesin.

8. Tenaga, transportasi dan aplikasi herbisida yang tepat

9. Konsep penyemprotan

Penyemprotan dilakukan degan kecepatan yang sesuai (dapat

menempuh jarak anara 0,5-0,8 m/detik); dengan ketinggian nozel yang

konstan, yaitu ±45 cm dari permukaan gulma sasaran (agar didapat

lebar semprot yang optimal).

10. Tim unit semprot (TUS)

11. Laporan yang terkait pemakaian herbisida, luas yang disemprot

dan ouput per HKO.

119 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

12. Penanganan limbah

Penanganan limbah harus disesuaikan dengan petunjuk penanganan

limbah pada label maupun pedoman kebijakan penanganan,

penyimpanan dan pembuangan bahan tersebut; tidakmembiarkan areal

bukan sasaran, saluran air, tanaman pertanian tercemar herbisida.

7. 7. Catatan Jenis OPT

Laporan/dokumentasi jenis OPT mencakup parasitoid, predator, agensia

hayati, feromon, dan lain-lain adalah: (i) Pemakaian dan pengeluaran herbisida;

(ii) Luas yang disemprot; (iii) Output per HKO.Laporan ini sebaiknya

terdokumentasi dan dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.

Tujuannya adalah kondisi OPT dapat diketahui secara dini untuk mendapatkan

tindak lanjut apabila kondisi OPT sudah melampaui batas kritis atau jika

diperlukan agar ada sistem peringatan dini (Early Warning Sistem/EWS).

Catatan pengeluaran dan pemakaian pestisida sebaiknya terdokumentasi

dengan baik. Penanganan limbah pestisida juga harus dilakukan sesuai petunjuk

teknis untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan. Limbah

pestisida berupa sisa material yang sudah kadaluarsa, kemasan habis pakai

dikelola sedemikian rupa sesuai aturan agar tidak mengakibatkan pencemaran

terhadap lingkungan.

7. 8. Sarana

Sarana pengendalian sesuai SOP atau instruksi kerja.Petunjuk praktis

cara-cara pengendalian OPT seperti informasi dosis, konsentrasi dan volume

semprot dari pestisida sangat penting untuk menghindari kesalahan teknis dalam

bekerja, kelengkapan alat pelindung diri, cara operasional alat pengendalian,

jenis pestisida yang disarankan diperlukan agar tidak membahayakan bagi

pekerja dan lingkungan.

Selanjutnya, tersedia sarana pengendalian sesuai SOP atau instruksi

kerja, Petunjuk praktis cara-cara pengendalian OPT seperti informasi

dosis, konsentrasi dan volume semprot dari pestisida sangat penting untuk

menghindari kesalahan teknis dalam bekerja, kelengkapan alat pelindung diri,

cara operasional alat pengendalian, jenis pestisida yang disarankan diperlukan

agar tidak membahayakan bagi pekerja dan lingkungan.

120 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Oleh sebab itu, pelaksanaan penyemprotan harus memperhatikan beberapa

hal sebagai berikut:

• Pengecekan kapasitas alat semprot dengan mengisi air menggunakan

tabung ukur.

• Pengecekan pola semprot, lebar semprotan dan volume output

sebelum menggunakan nozzel baru.

• Penyemprotan searah dengan angin, hentikan penyemprotan apabila

angin kuat.

• Kondisi lapangan akan menentukan cara semprotan

• Menenetukan tinggi nozzel dan arah stik.

• Penutupan yang maksimum dengan menyesuaikan antara stik dengan

pola semprotan nozzel.

• Apabila penyemprotan berdekatan dengan tanaman, merendahkan

stik dan kurangi tekanan semprot untuk memeperkecil percikan pada

tanaman tersebut.

• Berjalan pada langkah yang diinginkan dengan mantap (seperti yang

telah dideterminasi saat kalibrasi).

7. 9. Tenaga, Penyimpanan Alat dan Bahan Kimia

Tersedia tenaga (regu) pengendali yang sudah terlatih, Regu atau tim

pengendali OPT terdiri dari orang-orang khusus yang sudah terlatih dengan

program pelatihan khusus secara konsisten dan kontinyu, tercatat dan

terdokumentasi nama-nama orang. Dokumentasi bahwa yang bersangkutan

telah mendapatkan pelatihan akan mendukung dalam kelengkapan sertifikasi ISPO. Tenaga yang telah terlatih harus mengetahui bagaimana mengenali pola-

pola gulma dan memperlambat untuk memberikan dosis yang sedikit lebih

tinggi untuk mempengaruhi bahkan mematikan seluruh gulma.

Disamping itu, diperlukan adanya gudang penyimpanan alat dan bahan

pengendali OPT. Penyimpanan material pestisida perlu diperhatikan

berdasarkan kandungan bahan aktif dan kemasan untuk mencegah hal-hal

yang tidak diinginkan, meletakkan material secara terstuktur dengan baik

berdasarkan jenis pestisida (herbisida, insektisida, fungisida, rodentisida dll).

121 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Menyediakan kartu stok pengeluaran dan pemasukan material, didukung

catatan tanggal pembelian dan kadaluarsa, penggunaan material dan lokasi

aplikasi. Penyimpanan di dalam gudang sedemikian terstruktur untuk

menghindari gangguan pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Oleh sebab

itu, penyimpanan alat dan bahan kimia pengendalian OPT harus memperhatikan

sebagai berikut:

• Penyimpanan material pestisida perlu diperhatikan berdasarkan

kandungan bahan aktif dan kemasan.

• Meletakkan material secara terstuktur dengan baik berdasarkan jenis

pestisida (herbisida, insektisida, fungisida, rodentisida dll).

• Menyediakan kartu stok pengeluaran dan pemasukan material,

didukung catatan tanggal pembelian dan kadaluarsa, penggunaan

material dan lokasi aplikasi.

• Penyimpanan di dalam gudang sedemikian terstruktur untuk

menghindari gangguan pencemaran bagi manusia dan lingkungan.

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek pengendalian organisme pengganggu

tanaman (OPT) untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pengendalian organisme

pengganggu tanaman (OPT) untuk petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

penting dalam aspek pengendalian organisme pengganggu tanaman

(OPT) untuk petani sawit mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) untuk

petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) untuk petani

sawit mandiri?

122 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

6. Apakah kebijakan dalam aspek pengendalian organisme pengganggu

tanaman (OPT) untuk petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan

pembangunan terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pengendalian

organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dihadapi oleh petani sawit

mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek pengendalian organisme pengganggu

tanaman (OPT)?

Daftar Pustaka

Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola

Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya

Mengelola Organisme Pengganggu Tanaman Kelapa Sawit Secara Bijak

Menuju Kehidupan Berkelanjutan http://brondolan-info.blogspot.

co.id/2014/07/mengelola-organisme-pengganggu-tanaman_4109.

html

123 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 8PEMANENAN

8. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 8 akan menguraikan tentang Buah panen sesuai Pedoman Teknis Panen;

Catatan waktu dan lokasi pelaksanaan pemanenan.

8. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pemanenan

■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pemanenan

8. 3. Pendahuluan

Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai

dengan pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan

buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil

ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).

Panen juga merupakan kegiatan memotong tandan buah pada tingkat

kematangan yang optimum mengutip semua brondolan yang jatuh berada

di dalam atau di luar piringan, kemudian mengumpulkannya ke Tempat

Pengumpulan Hasil (TPH), ukuran 2 x 3 m yang letaknya diujung pasar pikul

di pinggir jalan Collection Road (CR), masing –masing dengan jarak 3 rintis

untuk 1 TPH pada hari yang sama, sampai pengangkutan ke pabrik yang

meliputi pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan

pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).

124 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan

tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan

pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam pencapain

produktivitas. Disamping itu, penentuan sistem panen pada tanaman kelapa

sawit bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak (redemen) yang tinggi

serta mutu minyak baik atas pertimbangan kandungan ALB (FFA) yang

rendah. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengikuti ketentuan panen yang telah

ditetapkan seperti kriteria panen, rotasi panen, pengumpulan brondolan, dan

lain-lain. Tandan yang telah dipanen harus diangkut pada hari yang sama

ke pabrik dan diolah pada hari itu juga. Dengan demikian, secara sistematis

tujuan panen adalah FFB Quantity, FFB Quality, dan Completely Harvesting.

Completely Harvesting adalah panen yang dilakukan dengan sempurna. Tidak

ada buah masak yang tidak dipanen dan buah mentah yang dipanen.

Demikian juga untuk pengutipannya tidak ada yang tertinggal di areal.

Pekerjaan ini sangat erat hubungannya dengan kualitas pengawasan, sistem

pembayaran dan premi, serta sistem denda. Sementara itu, FFB Quantity

berhubungan erat dengan infrastruktur, jumlah tenaga pamanen, produktivitas

pemanen, dan potensi yield/ha dan FFB Quality berhubungan erat dengan

rotasi/pusingan panen, kualitas jalan, pengawasan, dan sistem grading yang

dilaksanakan di lapangan, serta sistem evakuasi buah dari piringan ke TPH

maupun transport dari TPH ke PKS.

Panduan dalam proses panen kelapa sawit yang harus diperhatikan oleh

pekebun antara lain:

1. Mengetahui kriteria pohon yang layak panen

Sebelum membahas mengenai langkah-langkah panen kelapa sawit,

ulasan mengenai karakteristik buah kelapa sawit yang layak untuk

dipanen perlu diketahui terlebih dahulu. Untuk mengetahui apakah

kelapa sawit sudah bisa dipanen adalah dengan memeriksa berat tandan

kelapa sawit. Jika bobot tandan kelapa sawit lebih dari 10 kg, berarti

tandan tersebut layak dipanen. Anda juga bisa menandai apakah tandan

tersebut bisa dipanen melalui butir buah sawit yang jatuh. Jika ada

sekitar 10 buah yang jatuh, berarti Anda sudah bisa mulai memanen.

Kriteria layak panen juga bisa dilihat dari tampilan buah kelapa sawit.

125 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Buah yang mengalami perubahan warna kulit menjadi merah jingga

biasanya telah dianggap matang dan bisa dipanen. Buah dengan warna

tersebut bisa diartikan sebagai buah yang telah memiliki kandungan

minyak pada tingkatan maksimal.

Selain kriteria layak panen, norma panen dari salah satu komoditi utama

Indonesia ini juga penting untuk diketahui. Pada panen pertama dimana

saat itu kelapa sawit berumur 3 tahun, jumlah tandan kelapa sawit yang

dihasilkan per hektar-nya adalah 0,6 ton. Sementara itu, hasil panen akan

meningkat 0,2 ton dari panen awal saat pohon kelapa sawit berumur

4 tahun. Untuk pohon kelapa sawit yang telah berumur 5 tahun, hasil

panen per hektar-nya adalah 1,2 ton. Petani bisa mendapatkan hasil

panen hingga 1,5 ton per hektar saat pohon kelapa sawit berumur di

atas 5 tahun.

2. Memahami cara panen berdasarkan usia pohon kelapa sawit

Panen kelapa sawit memiliki 2 cara yang biasa dipakai. Kedua cara

tersebut ditentukan berdasarkan tinggi pohon kelapa sawit itu sendiri.

Panen pada pohon kelapa sawit yang masih berumur di bawah 7 tahun

bisa dilakukan dengan menggunakan alat dodos. Alat yang memiliki

lebar 10-72,5 cm tersebut dikombinasikan dengan tongkat kayu atau

pipa besi. Sementara itu, untuk pohon yang telah berusia di atas 7 tahun,

proses panen dilakukan dengan egrek. Alat tersebut disambungkan

dengan batang bamboo atau pipa alumunium.

Selain kedua jenis alat tersebut, kegiatan panen juga memerlukan alat

lain berupa kapak, batu asah, jaring panen, dan kereta dorong atau alat

pikul. Kapak nantinya diperlukan untuk memotong tangkai tandan

buah segar (TBS) sedangkan batu asah diperlukan untuk melancipkan

alat pemotong sehingga proses pemotongan lebih mudah. Karena TBS

kelapa sawit cukup besar dan berat, Anda memerlukan alat pengangkut

seperti pemikul atau kereta dorong sehingga pengangkutan lebih mudah.

3. Mengaplikasikan sistem panen

Sistem yang pada umumnya digunakan oleh mandor saat panen kelapa

sawit adalah sistem ancak atau disebut juga petak. Pada umumnya,

sistem ini memiliki 3 jenis pembagian yaitu ancak tetap, ancak giring

126 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

tetap, dan ancak giring murni. Pada ancak tetap, pemanen bertanggung

jawab untuk menyelesaikan tugas memanen pada area yang sama alias

tidak berpindah-pindah. Sistem ancak ini paling cocok diterapkan

untuk area lahan yang curam dan memiliki kontur tanam tidak sama.

Ada kelebihan, ada pula kekurangan. Terkait hal ini, sistem ancak yang

satu ini kurang cepat dalam menyuplai kelapa sawit ke pabrik. Hal ini

karena aplikasi sistem bergerak lebih lambat.

Sementara itu, sistem ancak giring murni memiliki keuntungan dari segi

ketersediaan pekerjanya. Karena sistem ini cocok diaplikasikan untuk

perkebunan yang memiliki banyak pekerja, transportasi buah tertinggal

saat panen pun memiliki kemungkinan lebih kecil. Sayangnya, sistem

ancak ini cenderung membuat produktivitas menjadi rendah karena

setiap pekerja selalu berganti-ganti tanggungan area. Sebagai upaya

perbaikan dari sistem ancak giring murni, kemudian muncullah sistem

ancak giring tetap.

4. Melakukan runtutan aktivitas panen

Pada saat tanaman kelapa sawit dipanen, ada beberapa kegiatan yang

dilakukan. Kegiatan tersebut meliputi pemotongan tandan, pengambilan

tandan buah siap panen dengan alat dodos, pengutipan bondolan, dan

pengangkutan hasil panen ke tempat pemungutan hasil (TPH). Pada

panen kelapa sawit tersebut, tangkai buah kelapa sawit yang telah

dipotong juga harus dibersihkan dari kotoran tandan. Dengan begitu,

tandan buah kelapa sawit sudah terlihat bersih saat diangkut ke tempat

pengumpulan hasil.

Karena lahan pohon kelapa sawit pada umumnya cukup luas, aktivitas

panen kelapa sawit biasanya membutuhkan tenaga pekerja. Pekerja

yang dipilih harus memiliki keterampilan memanen yang bagus. Tenaga

pemanen ini nantinya akan mendapatkan jatah memanen pada luasan

area yang ditentukan oleh mandor. Disamping memiliki keterampilan

memanen, pemanen juga harus dapat mengusahakan agar tandan yang

matang dapat dipanen semua. Jika tidak, kualitas kelapa sawit yang

dipanen akan menurun karena terlalu lama di pohonnya. Tidak hanya

itu, butiran kelapa sawit yang tidak segera dipanen juga akan semakin

banyak yang rontok ke tanah.

127 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Secara sistematis, berikut langkah-langkah atau cara panen kelapa sawit

meliputi beberapa tahapan, yaitu:

• Mempersiapkan peralatan yang diperlukan

• Memotong pelepah daun yang menyangga buah kelapa sawit

• Menyusun pelepah di tengah gawangan dengan rapi

• Mengambil tandan buah kelapa sawit menggunakan alat yang

dipersiapkan yaitu dodos atau egrek. Pemotongan tandan tersebut

tidak boleh di atas 2 cm dari pangkal.

• Meletakkan tandan pada piringan dan brondolan yang telah

dibersihkan dari tanah dan kotoran di tempat terpisah.

• Menandai penebang dengan nomor

• Menumpuk pelepah daun yang sebelumnya dipotong rapi.

5. Melakukan rotasi panen

Rotasi panen merupakan selang waktu atau rentang waktu antara panen

yang terakhir kali dilakukan dengan panen berikutnya untuk area yang

sama. Artinya, pemanen bisa melakukan panen kelapa sawit kembali di

area yang sama setelah rentang waktu tertentu. Pada umumnya, rotasi

panen pada perkebunan kelapa sawit adalah 7 hari.

Oleh sebab itu pengetahuan dan kompetensi terkait pemanenan yang

sesuai Pedoman Teknis Budidaya Kelapa Sawit Terbaik (GAP) kepada

petani sawit mandiri sangat penting sehingga tujuan peningkatan hasil

tersebut dapat tercapai.

8. 4. Buah Panen Sesuai Pedoman Teknis Panen

Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya

akanmengambil bagian yangpaling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan

buahyang menghasilkan minyak kelapa sawit dan intikelapa sawit dan

tetapmembiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampi batas

usiaekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit

berkisar25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan

yangdilakukan termasuk cara pemananen.

128 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Namun, jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan kelapa sawit bergantung

dariberbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan

buahpada saat dipanen dan penangananyasampai di PKS. Namun, tanaman

kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun.Pada

tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi

12-14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandantergantung

pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya.Jumlah buah

pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Matang panen

kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi.Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merahjingga, sedangkan secara

fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yangmaksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saatmatang tersebut dicirikan pula oleh

membrondolnya buah.

Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan

tanamanmenghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama

kalidipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan

pertandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak.

Standar ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat

danpengalaman pekerja. Sementara itu, kriteria panen normal umumnya

terjadi pada saat kelapa sawit yang berumur 3 tahun adalah 0.6 ton/hk; pada

saat kelapa sawit berumur 4 tahun adalah 0.8 ton/hk; pada saat kelapa sawit

berumur5 tahun adalah 1.2 ton/hk; dan pada saat kelapa sawit berumur diatas

5 tahun adalah 1.5 ton/hk.

Adapun tingkat kematangan tandan buah kelapa sawit yang lazimnya

menjadi salah satu indikatoryang digunakan tersaji dibawah ini:

129 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Selanjutnya, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg

tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan. Kriteria panen yang diharapkan

adalah bila tingkat kematangan buah sudah mencapai fraksi kematangan 1–3

dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis

sistem panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap.

8. 4. 1. Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan sarana penunjangnya

8. 4. 1. 1. Persiapan pemanenan

Pelaksanaan panen buah perlu memperhatikan kondisi areal, penyediaan

tenaga kerja pemotong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan

alat alat kerja.Seksi potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok

yang akan dipanen setiap hari akan terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar),

selain itu juga harus dihindari adanya potongan potongan ancak panen, agar

satu seksi selesai pada satu hari.Tanggal pelaksanaan permulaan panen pada

kondisi normal dapat dimulai setelah 28 atau 30 bulan sejak penanaman

Dasar penentuan tenaga panen untuk setiap kebun kelapa sawit diperhitungkan

1:1, pada periode produksi rendah (low crop) jumlah pembrondol bisa lebih

sedikit dari jumlah pemanenan atau dihitung berdasarkan produksi TBS

setahun, brondolan, output dan hari efektif setahun sebagai berikut:

Kebutuhan pemanen = Total produksi TBS setahun – brondolan

Rata-rata output pemanen x Hari efektif setahun

Perencanan jumlah pemanen pada areal baru berhubung produktivitas

pemanen secara rata-rata belum didapatkan dapat dilakukan perkiraan sebagai

berikut:

■ Panen dengan dodos adalah 0.04 HKO/Ha untuk areal datar manual.

■ Panen dengan dodos adalah 0.06 HKO/Ha uantuk areal gambut berbukit.

8. 4. 1. 2. Pelaksanaan pemanenan

Pemanen harus menjaga peralatannya dalam keadaan baik, dan tajam.

Semua tenaga kerja panen harus sudah tiba di ancak panen sedini dan sepagi

mungkin, untuk meningkatkan produktifitas dan out put tenaga kerja pemanen.

130 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Pelaksanaan panensebagai berikut:

■ Pusingan panen dijaga antara 7-8 hari disesuaikan dengan kondisi buah,

sehingga % brondol terhadap janjang 7 –10 %. Hal ini perlu, guna menjaga

mutu CPO yang dihasilkan yang terbaik dengan rendemen tertinggi & FFA

terendah serta keseimbangan biaya terjaga sehingga jangan terlalu banyak

waktu untuk mengutip brondolan di piringan.

■ Buah harus diletakkan oleh pemanen di TPH secara beraturan pada tempat

yang telah ditentukan (TPH yang bernomor). Interval TPH adalah setiap

tiga pasar rintis adalah satu TPH (3:1).

■ Pemanen dalam setiap hari harus diusahakan terkonsentrasi jangan

terpencar- pencar dari satu mandoran dengan mandoran lainnya, dan juga

arah majunya dari satu kapvelt ke kapvelt lainnya diusahakan menurut atau

melawan putaran jarum jam, kedua aspek ini perlu dalam rangka efisiensi transport.

■ Menghindari adanya potongan–potangan ancak panen di satu mondoran

artinya di usahakan agar satu kadvelt selesai di potong dalam satu hari.

■ Sesudah selesai dipotong satu pasar rintis pemanen harus langsung

mengeluarkan buah ke TPH. Hal ini agar transport buah sudah dapat

dimulai paling lambat pkl. 08.30 setiap hari, oleh karena itu krani panen

harus secepatnya memeriksa dan menerima buah dengan pemberian tanda

pemeriksaan. Tidak dibenarkan kendaraan menunggu krani transport, tetapi

krani transport yang menunggu kendaraan.

■ Realisasi tonase buah yang dipotong setiap hari harus hampir sama dengan

tonase taksasi buah yang dibuat kemarin sorenya dengan cara mandor harus

terlebih dahulu melaksanakan sensus produksi harian, hal ini diperlukan

untuk tepatnya pengaturan & penentuan jumlah pemanen, kendaraan yang

akan disediakan.

■ Panen buah hari minggu sebaiknya dihindari untuk memberikan kesempatan

waktu untuk perbaikan alat –alat transport buah dan kesempatan istirahat

kepada para pemanen, sopir, dan kernet.

Tata laksana (SOP) panen sebagai berikut:

■ Angka Kerapatan Panen untuk mengatur kebutuhan tenaga pemanen yang

131 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

menyediakan sarana transport dihitung dengan cara sebagai berikut:

Pohon contoh: sebanyak 100 pohon per blok (16-25 ha). Diambil dari

baris no .5,15,35,45 masing-masing sebanyak 20 pohon. Kemudian, hitung

tandan yang sudah bisa dipanen keesokan harinya, misalnya 24 tandan.

Kerapatan panen (KP)= 24/100 = 0,24 atau 1 : 4 artinya dari setiap 4 pohon

akan dipanen 1 tandan matang. Bila berat rata-rata 1 tandan = 12 kg.

Jadi prakiraan panen adalah 0,24 x 2.240 x 12 kg = 6.451 kg

Bila kapasitas (PN = Prestasi Normal) 1 orang tenaga panen = 800 kg

diperlukan 8 orang pemanen sehingga truk/kendaraan sesuaikan dengan

produksi tersebut.

■ Rotasi tanam

Rotasi adalah waktu yg di perlukan antara panen terahir dengan panen

berikutnya pada tempat yg sama. Perkebunan kelapa sawit pada umumnya

menggunakan rotasi panen 7 hari artinya satu areal harus dimasuki oleh

pemanen tiap 7 hari.Rotasi panen di anggap baik bila buah tidak terlalu

matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7 artinya dalam satu minggu

terdapat 5 hari 2 hari untuk sisa pemeliharaan alat panen dan masing-masing

ancak panen diulang 7 hari berikutnya.

Rotasi panen di afdelling/kebun diatur dan disesuaikan dengan hari kerja

pabrik yakni sebagai berikut :

6/7 artinya 6 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Sabtu) (biasanya

hanya pada waktu musim panen puncak)

5/7 artinya 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Jumat)

■ Kepveld

Kapveld yaitu luas areal panen harian. Contoh: Senin-Kamis @ 170 ha atau

11 blok/hari sedangkan pada hari jumat panen hari pendek hanya 6 blok.

■ Sistempanen

Untuk memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktifitas panen yang tinggi mandor menentukan sistem ancak/petak. Satu ancak terdiri dari

2-4 baris tanaman yang berdekatan tergantung pada kerapatan buah masak.

132 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Area panen harus di bagi menjadi 5 atau 6 bagian tergantung dari berapa

hari kerja. Sistem pengancakan terdiri dari tiga sistem yaitu:Ancak giring

murni; Ancak giring tetap; dan Ancak tetap

■ Organisasi panen

Persiapan kebutuhan tenaga berdasarkan luasan, yaitu luas areal yang

dipanen dibagi kemampuan pemanen.Peralatan panen sebagai berikut:

a. Berumur < 7thn menggunakan Dodos dg lebar 10-12,5 cm, Kantong/

piring untuk pengutipan brondolan, Kapak kecil atau parang untuk

memotong tangkai TBS dan batu asah, Kereta dorong (lori)/ alat

pikul/angkong, dan Jaring panen.

b. Berumur > 7 thn menggunakan Egrek, Kapak kecil dan batu asah,

Kereta dorong (lori)/ alat pikul, dan Jaring panen

133 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Cara panen

Cara panen sebagai berikut:

1. Pelepah yang menyangga (songgo) buah matang dipotong

2. Tandan matang dipotong tangkainya

3. Brondolan yang ada diketiak pelepah diambil/dikorek

4. Tandan dibawa ke jalan pikul, brondolan di piringan dikumpulkan

5. Pelepah disusun digawangan mati dan dipotong menjadi 3 bagian.

6. Setelah selesai pindah ke pohon berikutnya.

■ Pengumpulan ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)

1. Buah diangkut dengan goni/pikulan atau kereta sorong ke TPH setelah

selesai memanen 2 jam

2. TPH 1:6, 1 TPH tiap 6 gawangan

3. Tangkai tandan dipotong mepet atau berbentuk huruf V (cangkem/

mulut kodok)

4. Tandan disusun tiap 10 tandan (tandan kecil) atau 5 (bila tandan besar)

5. Nomor pemanen ditulis pada tangkai tandan

■ Prestasi panen

Prestasi panen dilakukan sebagai berikut:

1. Kapasitas Panen/Basis Tugas/Prestasi Normal : Jumlah kg tandan yang

harus diselesaikan dalam 1 hari kerja oleh tiap-tiap pemanen

2. Basis Borong/Basis Premi : Jumlah kg TBS dalam basis tugas yang

tidak dapat preminya/hanya upah standar

3. Besarnya kapasitas panen dan basis borong ditentukan oleh umur

tanaman, keadaan buah (kerapatan panen), topografi areal, semakin sulit pelaksanaan panen basis borongnya diturunkan.

Contoh basis borong (BB)

Keterangan : pada umur 3-4 tahun dengan produksi 8 ton TBS/ha/thn dan

berat rata-rata tandan 4 kg per pemanen harus memanen 250/4 = 62 tandan

134 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

tiap hari untuk mencapai nilai minimum/basis borong.

Norma panen menurut Ian Rankie dan Thomas Fair Hurst sebagai berikut:

8. 4. 1. 3. Penetapan kriteria matang panen dan putaran panen

sesuai petunjuk teknis.

Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal

dalam daging buah dan kandungan asam lemak bebas serendah mungkin

dengan kriteria penetapan matang panen adalah Kurang matang (12,5% – 25%

buah luar membrondol) buah berwarna kemerahan; Matang 1 (25% – 60%

buah luar membrondol) buah berwarna merah mengkilat; dan Matang 2 (50%

- 75% buah luar membrondol) buah berwarna orange.

Atau acuan kriteria matang panen sebagai berikut:

Umur

TanamanBJR (Kg) Brondolan Kematangan Buah

3-7 tahun < 10

0-9 butir/janjang Buah mentah

≥10 butir/janjang Buah masak

>50% membrondol Buah lewat masak

>75% membrondol Janjang kosong/busuk

8-20 tahun 10-20

0-13 Buah masih mentah

≥14 Buah telah masak

>50% membrondol Buah lewat masak

>75% membrondol Janjang kosong/busuk

135 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

> 20 tahun < 25

0-24 Buah masih mentah

≥25 Buah telah mask

>50% membrondol Buah lewat msak

>75% membrondol Janjang kosong/busuk

Hal-hal yang haus diperhatikan untuk memperoleh mutu panen yang

baikmencakup:

1. Berat TBS yang di panen minimal 3 kg per tandan

2. Pemotongan buah dapat dilakukan bila di piringan telah dijumpai 2

butir brondolan untuk setiap kg TBS yang lepas secara alami

3. Brondolan yang terdapat dipiringan dan ketiak daun pelepah harus

dikutip dan diangkut ke TPH.

4. Gagang/tangkai buah yang tertinggal ditandan, dipotong sependek

mungkin untuk TBS yang beratnya dibawah 15 kg, dan dipotong

berbentuk (V)/ mulut kodok untuk tandan yang beratnya > 15 kg.

5. Tandan Buah Segar (TBS ) yang terdapat di Tempat Pengumpulan Hasil

(TPH) harus matang panen dan buah mentah tidak boleh ada .

6. Di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) tidak diperkenankan adanya

janjang kosong.

7. Tandan Buah Segar (TBS) yang dipanen hari itu juga dalam waktu 24

jam harus diangkut ke PKS dan tidak diperkenankan bermalam di TPH

(Restan).

8. Buah dan brondolan yang dikirim ke PKS harus bersih, dan tidak

bercampur dengan pasir serta sampah lainnya.

9. Untuk brondol lepas disusun disamping TBS yang harus dilapisi dengan

karung goni ex pupuk yang telah dibelah.

Sementara itu, kualitas TBS ditentukan berdasarkan hasil sortasi, oil content

TBS yang relevan dengan umur tanaman, persentase brondolan yang terkutip,

dan kebersihan buah seperti diuraikan berikut.

1. Hasil sortasi

Sortasi/grading adalah suatu kegiatan penyortiran tandan buah segar

136 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

sebagai yang diterima pabrik yang berfungsi untuk mengetahui

kualitas dari TBS yang diterima pabrik; data laporan balik ke estate/

kebun atas kualitas TBS yang di kirim; salah satu parameter yang akan

mempengaruhi hasil dan kualitas produksi pabrik; dan sebagai acuan

dalam pembayaran TBS pihak ketiga.Sortasi TBS dilakukan melalui 2

(dua) cara antara lain:

a. Pemeriksaan secara acak, minimal 5% (lima persen) dari truk yang

datang dari setiap bagian kebun (afdeling) di loading ramp pabrik,

TBS dalam truk dibongkar dilantai untuk dilakukan sortasi

b. Pemeriksaan total dilakukan masing-masing truk yang dating dari

setiap kebun/afdeling/supplier di loading ramp pabrik, TBS dalam

truck dibongkar dilantai untuk dilakukan sortasi

2. Oil content TBS yang relevan dengan umur tanaman

Oil content TBS dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut.

3. Persentase brondolan yang terkutip

Fraks

kematanganJumlah brondolan yang lepas/tandan Derajad

0Brondolan lepas < 3 per tandan, buah

warna hitamMentah

137 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

1Diantara 3 per tandan s/d < standart mini-

mum

Kurang

matang

2-3Antara 2 butir s/d 50 % brondol lepas dari

tandanMatang

4Membrondol > 50 % dari total brondol di

tandanLewat matang

5Brondol tersebar s/d tidak ada sama sekali

di tandan

Janjang

kosong

4. Kebersihan buah

Disamping itu, TBS yang diterima di pabrik harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

• Brondolan harus dikirim ke pabrik dan jumlah brondolan minimal

12,5% (dua belas koma lima persen) dari berat TBS keseluruhan

yang diterima pabrik;

• Tandan terdiri dari buah mentah 0% (nol persen), buah matang

minimal 95% (sembilan puluh lima persen) dan buah lewat matang

maksimal 5% (lima persen);

• Tandan tidak boleh bergagang panjang;

• Tidak terdapat tandan yang kosong;

• Tandan maupun brondolan segar dalam karung, harus bebas dari

sampah, tanah, pasir atau benda lainnya;

• Tidak terdapat TBS yang dikirim ke pabrik beratnya kurang dari 3

Kg (tiga kilogram) per tandan.

Pusingan/Rotasi tanaman adalah waktu yang diperlukan antara panen

pertama dan panen berikutnya pada ancak/lokasi panen yang sama.

Rotasi panen beruhubungan dengan kerapatan panen atau jumlah

janjang yang dapat dipanen dalam jumlah pokok, luasan tertentu.

Pusingan panen dijaga antara 7-8 hari disesuaikan dengan kondisi

buah, sehingga % brondol terhadap janjang 7 –10% untuk menjaga

mutu CPO yang dihasilkan yang terbaik dengan rendemen tertinggi &

FFA terendah serta keseimbangan biaya terjaga sehingga jangan terlalu

138 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

banyak waktu untuk mengutip brondolan di piringan.

8. 5. Catatan Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Pemanenan

Catatan/dokumentasi pengawasanumumnya dilakukan terkaitTahun tanam;

Blok panen; Waktu panen; Jumlah pohon yang dipanen; Jumlah pohon yg

dipanen; tidak dikutip brondolan; Jumlah yg layak dipanen tetapi tidak dipanen;

Jumlah buah mentah yang dipanen; Jumlah buah dengan tangkai panjang; dan

Jumlah Pohon dengan pelepah tidak dipotong dengan baik.

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek pemanenan untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil

Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pemanenan untuk

petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

penting dalam aspek pemanenan untuk petani sawit mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek pemanenan untuk petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

pemanenan untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam aspek pemanenan untuk petani sawit mandiri

sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pemanenan yang

dihadapi oleh petani sawit mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek pemanenan?

139 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Daftar Pustaka

Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola

Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya

Materi Pelatihan BMDP A: Panen dan Pengangkutan Kelapa Sawit. https://

id.scribd.com/doc/209336436/Makalah-Panen

140 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 9PENGANGKUTAN BUAH

9. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 9 akan menguraikan tentang Catatan jumlah pengangkutan TBS; Nama

dan lokasi pabrik.

9. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Pemahaman tentang catatan jumlah pengangkutan TBS serta nama dan

lokasi pabrik untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi sesuai

petunjuk teknis

■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait

pengangkuatan buah sesuai petunjuk teknis

9. 3. Pendahuluan

Dalam membangun suatu perkebunan kelapa sawit, persyaratan ayng

harus diperhitungkan adalah transportasi atau pengangkutan karena hasil

yang diproduksi oleh tanaman itu sendiri cukup tinggi, yaitu mencapai FFB/

Ha sebesar TBS antara 20–30 ton sehingga keterlambatan pengangkutan

akan mempengaruhi proses pengolahan dan kapasitas pabrik yang

selanjutnya menurunkan mutu minyak atau kadar FFA menjadi naik.

Keterlambatan pengangkutan juga akan menyulitkan kontrol

terhadap ekstraksiminyak, karena kadar air didalam buah tersebut akan turun

sehingga BJR dan ekstrasinya menurun. Peluang brondolan yang hilang dari

TPH juga akan berpotensi lebih besar akibat pengangkutan yang tidak tepat.

141 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Oleh sebab itu, pengetahuan petani terkait pengangkutan buah kelapa sawit

perlu ditingkatkan melalui pelatihan sehingga aspek ISPO terpenuhi dan mutu

produk yang dihasilkan dari kelapa sawit juga dapat terjaga sesuai dengan

standar ISPO.

9. 4. Catatan Jumlah Pengangkutan TBS, Nama dan Lokasi

Pabrik

Laporan/dokumentasi pengiriman TBS umumnya mencakupTanggal TBS

diangkut ke pabrik; Nomor Surat Pengantar Buah dan nomor polisi kendaraan

yang mengangkut buah tersebut; Tahun tanam areal asal TBS dipanen; Jumlah

janjang TBS yang diangkut, dibagi per tahun tanam; dan Kg TBS yang diangkut

menurut timbangan OF (Kartu Timbangan OF).

9. 5. Penggunaan Alat Transportasi dan Alat Pendukung

Lainnya

Penggunaan alat transportasi dan alat pendukung lainnya yang sesuai

bertujuan sebagai berikut:

• Pengangkutan buah (TBS dan brondolan) dari lapangan ke pabrik

harus segera dilakukan pada hari itu juga setelah buah dipanen.

Ketidaklancaran transport akan mambuat proses mutu yang tidak

baik yang sekaligus berdampak kepada nilai jual hasil produksi.

• Operasi pengangkutan hendaknya selalu saling mendukung dengan

operasi panen dan pengolahan, karena sifat pengoperasiannya

merupakan suatu segitiga (triangle) hubungan yang bersifat `` tiga

dalam satu `` sub –sistem yang mengarah kepada satu sistem induk,

yaitu: objective PAO (Panen – Angkut – Olah).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan alat

transportasi dan alat pendukung lainnya, yaitu:

• Ketersediaan alat transportasi serta sarana pendukungnya.

• Buah harus terjaga dari kerusakan, kontaminasi, kehilangan dan

ketepatan waktu sampai di tempat pengolahan.

• Jarak kebun ke pabrik pengolah dapat menjamin kualitas buah tetap

baik.

142 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

• Kapasitas angkut dari truk harus dibatasi yaitu maksimal 5-6 ton/trip

(untuk sejenis kendaraan seperti Mitsubishi PS 100 atau PS 120).

Demikian juga jadwal tiba kendaraan truk ke lokasi panen dan tiba

di pabrik harus diatur sedemikian rupa agar operasional kendaraan

optimal dan proses pengolahan di pabrik berjalan lancar.

• Kendaraan truk harus sudah mulai mengangkut pukul 7.00 pagi dan

tandan pertama diharapkan dapat sampai di pabrik pada pukul 9.00

sedangkan tandan terakhir selambat-lambatnya pukul 22.00. Setiap

kendaraan truk dilayani oleh 2 atau 3 orang tukang muat bongkar

dan 1 orang kerani muat.

• Tandan diusahakan tidak terbanting dan karung brondolan diletakan

disebelah atas. Tandan busuk dan tandan kosong jangan ikut

terangkut ke pabrik serta semua brondolan dipastikan dimuat ke

dalam kendaraan

• Di pabrik, karung kosong bekas brondolan dikumpulkan dan

dikembalikan ke afdeling yang bersangkutan.

• TBS yang tercecer (jatuh) di jalan harus dipungut kembali. Apabila

diperlukan, TBS di dalam truk memakai jaring (terutama pada saat

perjalanan cukup jauh dan melawati jalan negara atau kondisi jalan

rusak berat).

Transport buah/TBS merupakan mata rantai dari tiga proses kegiatan di

perkebunan Kelapa Sawit yaitu perawatan, panen dan pengangkutan. Ada empat

hal yang menjadi sasaran kelancaran pengangkutan buah, yaitu:Menjaga agar

ALB (asam lemak bebas) produksi harian 2 – 3 %; Kapasitas atau kelancaran

pengolahan di pabrik; Keamanan TBS di lapangan; Biaya (Rp/Kg TBS)

transport yang minimum. Faktor yang mempengaruhi kelancaran transport

buah sawit/FFB meliputi:

■ Organisasi Potong Buah

Rotasi panen dijaga antara 6 – 8 hari sehingga persentase brondolan terhadap

janjang maksimum 7 – 9%. Hal ini perlu agar tidak terlalu banyak waktu

yang dibutuhkan untuk mengangkat brondolan dari TPH ke kendaraan.

Diusahakan agar satu seksi selesai dipotong dalam satu hari, artinya sedapat

mungkin dihindari pengulangan panen.

143 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

■ Bentuk/Pola Jalan

Jalan–jalan buntu (tidak tembus) diminimumkan dan sebaiknya tidak ada.

Pada areal yang berbukit maka diusahakan jalan dibangun di kaki bukit,

bukan di atas bukit.

■ Kondisi/Perawatan Jalan

Faktor utama kelancaran transport yaitu kondisi perawatan jalan itu sendiri,

bukan kurangnya unit transportasi. Merupakan gejala umum di perkebunan

selama ini, waktu yang disediakan perusahaan untuk road grader banyak

digunakan untuk menarik kendaraan yang kepater karena kerusakan

jalan. Sebaiknya pemanfaatan road grader seperti ini harus dihindari atau

ditiadakan, road grader hanya untuk membentuk dan merawat jalan.

■ Jenis/Tipe Alat Transport

Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai disuatu perkebunan

didasari oleh faktor jarak afdeling/blok dengan pabrik.

■ Kondisi/Perawatan Alat Transport.

Perawatan alat–alat transport seringkali merupakan titik lemah yang

disebabkan oleh banyak faktor, terutama akibat kurangnya pengetahuan

tehnis. Aspek–aspek yang kurang mendapatkan perhatian yaitu:Lemahnya

pengetahuan tehnis; Kurang disiplinnya jadwal perawatan; Muatan (tonase)

kendaraan berlebihan; pengetahuan tehnis sopir yang minim; Kondisi jalan

yang tidak memadai; Transport TBS sampai larut malam; Sistem premi

transport yang kurang menarik, dan beberapa hal lainnya.

Untuk menghitung jumlah kebutuhan kendaraan truk pengangkut buah

harus memper-timbangkan produksi buah setahun dan faktor-faktor lain,

yaitu:Kondisi jalan dan jembatan; Kecepatan kendaraan; Jarak lokasi panen;

Lamanya muat buah di lapangan; dan Lamanya pembongkaran buah di pabrik

Contoh perhitungan menentukan lama perjalanan (trip) kendaraan:

Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit

Lamanya muat buah ke dalam truk = 40 menit

Lamanya bongkar buah di pabrik = 20 menit

144 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Jarak pabrik ke lokasi panen = 20 km

Kecepatan rata-rata kendaraan truk = 40 km/jam

Maka lama perjalanan kendaraan = (40+20 menit)+{(2×20 km)/40 km/

jam}= 120 menit atau 2 jam

Contoh perhitungan menentukan jumlah trip kendaraan:

Hari kerja kendaraan truk per hari = 10 jam

Maka jumlah trip kendaraan truk = 10 jam/2 x 1 trip = 5 trip/hari

Contoh menentukan jumlah buah diangkut:

Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit

Maka jumlah buah diangkut ke pabrik = 5 ton x 5 trip/hari = 25 ton/

hari/unit

Contoh menentukan jumlah pemanen:

Prestasi pemanen per hari (7 jam) = 700 kg/hari atau = 100 kg/jam

Maka jumlah buah dipanen 2 jam = 100 kg/jam x 2 jam = 200 kg

Menyediakan 5 ton buah/2 jam = 5.000 kg/200 kg x 1 pemanen = 25

pemanen

Contohmenentukan luas areal dipanen:

Produksi buah per ha per tahun = 20 ton/ha/tahun

Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)

Maka jumlah buah per pusingan = 20.000 kg/52 = 385 kg

Untuk menyediakan 5 ton buah = 5.000 kg/385 kg x 1 ha = 12,99 ha

Untuk 1 hari kerja truk (10 jam) = 5 x 12,99 ha = 64,95 ha

Contoh menentukan jumlah kendaraan truk:

Luas areal panen (TM) = 600 ha

Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)

Maka luas areal panen per hari = 600 ha/5 = 120 ha

Jumlah truk yang diperlukan = 120 ha/64,95 ha/truk = 1,85 truk

145 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek pengangkutan buah untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil

Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pengangkutan buah

untuk petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

penting dalam aspek pengangkutan buah untuk petani sawit mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek pengangkutan buah untuk petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

pengangkutan buah untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam aspek pengangkutan buah untuk petani sawit

mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pengangkutan buah

yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek pengangkutan buah?

Daftar Pustaka

Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola

Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya

Materi Pelatihan BMDP A: Panen dan Pengangkutan Kelapa Sawit. https://

id.scribd.com/doc/209336436/Makalah-Panen

146 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 10PENJUALAN DAN KESEPAKATAN HARGA TBS

10. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 10 akan menguraikan tentang Catatan harga TBS dan realisasi pembelian

oleh pembeli, perusahaan dan pabrik; Sumber informasi harga penetapan harga

pembelian TBS.

10. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait

penjualan dan kesepakatan harga TBS

■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait penjualan

dan kesepakatan harga TBS

10. 3. Pendahuluan

Saat ini, disparitas harga tandai buah segar (TBS) dari petani sawit swadaya

dan plasma sangat mencolok. Kon disi itu juga berimbas ke pendapatan mere-

ka, terutama di saat harga TBS anjlok. Ketika harga sawit anjlok di pasaran

dunia, petani sawit swadaya yang tidak memiliki perusahaan sebagai mitra

bapak angkatnya,terombang ambing. Harga jual nya tidak menentu, dan tidak

ada patokan yang menjadi acuan karena berdasarkan kesepa katan jual beli

antara si petani dengan pembeli. Sementara itu, harga sawit petani plasma

ditentukan berdasarkan hasil rapat harga yang setiap pe kan dibahas Dinas

Perkebunan (Disbun) Riau bersama perwak ilan perusahaan perkebunan dan

perwakilan petani plasma. Oleh sebab itu, pengetahuan petani terkait penjualan

dan kesepakatan harga TBS perlu ditingkatkan melalui pelatihan sehingga

147 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

perbedaan harga TBS sawit antara petani plasma dan pet ani swadaya dapat

dikurangi dan sesuai standar ISPO yang dipersyaratkan.

10. 4. Catatan Harga TBS dan Realisasi Pembelian oleh

Pembeli, Perusahaan dan Pabrik

Tata cara pembelian dan pembayaran sebagai berikut:

• Kelembagaan pekebun (atas nama semua pekebun) menyerahkan

TBS kepada perusahaan inti sesuai dengan perjanjian.

• Penimbangan TBS di pabrik dilakukan oleh perusahaan inti/mitra

dan disaksikan oleh petugas yang mewakili dari kelembagaan

pekebun.

• Petugas yang mewakili kelembagaan pekebun mencatat besarnya

penyetoran hasil TBS masing-masing anggotanya dan tembusannya

disampaikan kepada perusahaan inti/mitra.

• Biaya angkut TBS dari kebun sampai ke pabrik menjadi beban

pekebun.

• Hasil pembelian TBS pekebun dibayarkan oleh perusahaan inti

kepada pekebun setelah dikurangi kewajiban-kewajiban pekebun

sesuai dengan ketentuan. Pembayaran dilakukan minimal 1 (satu) kali

sebulan atau berdasarkan kesepakatan bersama antara kelembagaan

pekebun dengan perusahaan inti.

Sanksi diberlakukan bagi seluruh TBS yang diolah di pabrik sebagai berikut:

■ Buah mentah (gabungan fraksi 00 dengan fraksi 0) didenda sebesar 50% x

berat BM x berat TBS yang diterima dengan pengertian:

Angka 50% : efisiensi yang dicapai pabrik bila mengolah buah mentah.

BM : persentase buah sangat mentah.

■ Buah lewat matang didenda sebesar 25% x (BLM – 5%) x berat TBS yang

diterima, dengan pengertian:

Angka 25% : banyaknya brondolan yang tidak terkutip karena Lewat

matang.

148 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BLM : persentase jumlah buah lewat matang.

Angka 5% : batasan BLM yang diperbolehkan.

■ Tandan kosong didenda sebesar 100% x TK x berat TBS yang diterima

dengan pengertian bahwa TK menunjukkan persentase jumlah tandan

kosong.

■ Buah gagang panjang (BG) didenda sebesar 1% x BG x berat TBS yang

diterima dengan pengertian:

Angka 1% : perkiraan berat gagang panjang dan berat TBS.

BG : persentase jumlah tandan bergagang panjang.

■ Brondolan yang diterima lebih kecil dari 12,5% didenda sebesar 30% x

(12,5% - X) x berat TBS yang diterima, dengan pengertian:

Angka 30% : kadar minyak dan inti sawit dalam brondolan.

X : persentase jumlah brondolan yang dikirim.

■ Brondolan yang diterima harus bersih, jika diterima kotor didenda sebesar

2 x berat kotor.

■ TBS yang dikirim ke pabrik beratnya minimal 3 Kg per tandan, jika kurang

dari 3 Kg per tandan didenda sebesar 70% x berat TBS yang diterima

■ TBS yang diterima di pabrik perusahaan inti/mitra lebih dari 48 (empat

puluh delapan) jam setelah panen dikenakan denda.

Namun, jika buah yang dikirim memenuhi persyaratan, maka kepada yang

bersangkutan diberi insentif sebesar 4% (empat persen) dari TBS yang diterima

pabrik. Oleh sebab itu, diperlukan dokumentasi/catatan terkait pedoman

penyerahan TBS ke pabrik; tersedia dokumen penerimaan TBS yang sesuai

dan tidak sesuai dengan persyaratan; dan tersedia dokumen realisasi pembelian

oleh perusahaan.

10. 5. Sumber Informasi Harga Penetapan Harga Pembelian

TBS

Penimbangan TBS dilakukan di pabrik perusahaan inti/mitra dengan

timbangan yang telah ditera secara periodik oleh instansi berwenang yaitu

Badan Metrologi.Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan harga jual

149 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

sawit petani swadaya dengan petani plasma, yaitu: (i) Minimnya pembinaan

yang dilakukan oleh instansi pemerintahan baik dl kabupaten maupun

provinsi; (ii) Tidak memakai pola kemitraan; (iii) Ada indikasi bahwa petani

menggu nakan bibit unggul tidak bersertifikat (palsu); (iv) Kebiasaan petani hanya mengambil sawit tapi biji brondolan yang jatuh tidak diambil. Padahal

brondolan itu paling tinggi rendemennya.

Penyebab nilai TBS yang rendah umumnya mencakup: (i) Panen yang tidak

konsisten dalam mempertahankan mutu CPO; (ii) Tidak menerapkan rotasi

panen, kriteria matang panen sehingga ditemukan presentase buah mentah

yang tinggi, ganggang panjang, buah busuk, buah kotor, dan buah peram;

(iii) Pemupukan yang tidak sesuai anjuran; (iv) Menaman jenis dura; (v)

Pengiriman buah tidak konsisten dan sering menghindari sortasi panen dengan

mengirimkan buah pada malam hari.

Pemerintah menetapkan TBS atas dasar kandungan CPO dan kualitas TBS.

Sementara itu, penetapan rendemen CPO dan kernel TBS sebagai berikut:

1. Ditetapkan regional (tiap provinsi) untuk mengurangi lalu lalang TBS

dalam kabupaten

2. Berdasarkan umur tanaman karena pembentukan minyak berkorelasi

positif dengan pertambahan umur tanaman.

3. Ditetapkan secara periodik

4. Ditetapkan untuk jenis tenera, sedangkan jenis dura ditetapkan

5. Jenis tanaman yan direkomendasikan adalah tenera, dumpy (DyP) dan

oleifera

Mekanisme proses penetapan harga TBS untuk pembelian dari petani

swadaya sebagai berikut:

1. Tahapan pemeriksaan kebun swadaya untuk implementasi harga tetapan

pemerintah untuk pembelian swadaya:

a. Sensus sebelum ditandatangai perjanjian mitra, yang dilakukan oleh

pihak independen

b. Uji oil content (menggantikan rendemen tabek permentan) yang

disesuaikan dengan umur tanaman

150 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

c. Klasifiaksi tanah (S1, S2, S3 atau kela lainnya)

d. Teknik budidaya seperti historis pemupukan

e. Buah yang dipanen harus mengikuti norma panen yang tertuang

pada Permentan 14 tahun 2014

2. Pemerintah ikut menandatangani perjanjian mitra (triparti)

3. Petani swadaya harus patuh pada perjanjian dan tidak dapat berperan

sebagai pedagang pengumpul

4. Petani tidak boleh menjual TBS keluar akibat harga diluar lebih rendah

5. Pemerintah berhak melakukan penalty pada pekebun yang menjual

TBS keluar

6. PKS wajib membeli TBS petani swadaya sesuai harga yang ditetapkan

bersama

Dasar penentuan harga adalah Harga TBS berdasarkan formula; Harga

CPO dan kernel; dan Harga pembanding KBP,GAPKI, KLEC dan

Rotterdam. Sementara itu, indeks “K” adalah indeks proporsi yang

dinyatakan dalam persentase (%) yang menunjukkan bagian yang

diterima oleh pekebun.

Faktor K hasil perhitungan oleh PKS di tentukan berdasarkan:Harga

biaya transportasi; Biaya pemasaran; Biaya pengolahan; Biaya

penyusutan; Rendemen CPO dan inti sawityang dilihat berdasarkan

rendemen tabel; dan Biaya operasional tidak langsung perusahaan inti.

7. Tim menetapkan harga sesuai umur tanaman

Besarnya indeks “K” ditetapkan paling kurang 1 (satu) kali setiap bulan

oleh Gubernur dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Dinas atas

nama Gubernur berdasarkan usulan Tim Penetapan Harga Pembelian

TBS.Tim Penetapan Harga TBS dibentuk oleh Gubernur dengan

keanggotaan terdiri dari unsur: Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota;

Dinas Provinsi, Kabupaten/Kota; Perusahaan Perkebunan; Wakil

Pekebun (kelembagaan pekebun); dan Instansi terkait lainnya.

Tim Penetapan Harga Pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mempunyai tugas:

151 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

1. Merumuskan dan mengusulkan besarnya Indeks “K” kepada Gubernur;

2. Memantau penerapan besarnya Indeks “K” serta komponen lainnya

yang terkait dalam rumus harga pembelian TBS;

3. Memantau pelaksanaan penerapan penetapan rendemen minyak sawit

kasar (CPO) dan inti sawit (PK);

4. Memantau pelaksanaan ketentuan dan penetapan harga pembelian TBS;

5. Menyampaikan harga rata-rata penjualan minyak sawit kasar (CPO) dan

inti sawit (PK) kepada perusahaan dan pekebun/kelembagaan pekebun

secara periodik;

6. Menyelesaikan permasalahan yang timbul antara perusahaan dan

pekebun/kelembagaan pekebun

Penetapan harga dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan berdasarkan

harga riil rata-rata tertimbang minyak sawit kasar (CPO) dan inti sawit (PK)

sesuai realisasi penjualan ekspor (FOB) dan lokal masing-masing perusahaan.

Harga pembelian TBS oleh Perusahaan didasarkan pada rumus harga pembelian

TBS. Harga pembelian TBS merupakan harga franko pabrik pengolahan kelapa

sawit. Harga pembelian TBS bukan merupakan harga dasar TBS.

Rumus harga pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan sebagai berikut:

Keterangan:

H TBS : Harga TBS yang diterima oleh pekebun di tingkat

pabrik (Rp/Kg)

K : Indeks proporsi yang menunjukan bagian yang diterima

oleh pekebun (%)

Hms : Harga rata-rata minyak sawit kasar (CPO) tertimbang

realisasi penjualan ekspor (FOB) dan lokal masing-mas-

ing perusahaan pada periode sebelumnya (Rp/Kg)

Rms : Rendemen minyak sawit kasar (CPO) (%)

152 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

His : Harga rata-rata inti sawit (PK) tertimbang realisasi pen-

jualan ekspor (FOB) dan lokal masing-masing perusa-

haan pada periode sebelumnya (Rp/Kg)

Ris : Rendemen inti sawit (PK), dinyatakan dalam persentase

(%).

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS untuk

sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian

Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek penjualan dan

kesepakatan harga TBS untuk petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/penting

dalam aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS untuk petani sawit

mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS untuk petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

penjualan dan kesepakatan harga TBS untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS

untuk petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan

terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat penjualan dan

kesepakatan harga TBS yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS?

153 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Daftar Pustaka

Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola

Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya

Materi Pelatihan BMDP A: Panen dan Pengangkutan Kelapa Sawit. https://

id.scribd.com/doc/209336436/Makalah-Panen

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/OT.140/2/2013 tentang

Pedoman Penetapan Harga Pembelian TBS Kelapa Sawit Produksi

Pekebun. http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Permentan_14_tahun_2013_ttg_pembelian_TBS_Pekebun.pdf

154 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 11PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

11. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 11 akan menguraikan tentang Izin lingkungan sesuai SPPL (Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup);

Catatan pelaksanaan penerapan SPPL (Surat Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup).

11. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait

pengelolaan dan pemantauan lingkungan

■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pengelolaan

dan pemantauan lingkungan

11. 3. Pendahuluan

Kelestarian lingkungan sangat penting dalam sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sehingga pengelolaan dan pemantauan lingkungan

menjadi salah satu persyaratan yang harus dilakukan perusahaan perkebunan

sawit untuk mendapatkan sertifikat ISPO. Pengelolaan lingkungan harus memperhatikan keberadaan kawasan lindung di sekitar kebun, tidak terdapat

overlapping antara kawasan lindung dan kebun dan harus ada buffer zone di

antaranya jika terdapat kawasan lindung, posisi sungai di kebun juga harus

sesuai ketentuan, kebun yang berada di pinggir laut harus memperhatikan

intrusi air laut dan bagaimana keberadaan hutan bakau di sekitar kebun. Oleh

sebab itu, pengetahuan petani terkait pengelolaan dan pemantauan lingkungan

155 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

perlu ditingkatkan melalui pelatihan sehingga sesuai standar ISPO yang

dipersyaratkan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup akibat

perkebunan sawit.

11. 4. Izin Lingkungan Sesuai SPPL (Surat Pernyataan

Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Hidup)

Izin Lingkungan adalah Izin yang diberikan kepada setiap orang yang

melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam

rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat

memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan (Pasal 1 angka 35 UU No. 32 tahun

2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 1

angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan).

Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau

kegiatan. (Pasal 40 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009). Penerbit izin lingkungan

mencakup:

■ Menteri, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi

UKL-UPL yang diterbitkan oleh Menteri;

■ gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi

UKL-UPL yang diterbitkan oleh gubernur; dan

■ bupati/walikota, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau

Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh bupati/walikota. (Pasal 47

ayat (1) UU No 32/2009)

Prosedur permohonan izin lingkungan sebagai berikut:

1. Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh

penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa kepada

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

2. Permohonan Izin Lingkungan disampaikan bersamaan dengan

pengajuan penilaian ANDAL dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKL-

UPL.

3. Permohonan Izin Lingkungan harus dilengkapi dengan: Dokumen

Amdal atau formulir UKL-UPL; Dokumen pendirian Usaha dan/atau

Kegiatan; dan Profil Usaha dan/atau Kegiatan.

156 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

4. Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan, Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota wajib mengumumkan permohonan Izin Lingkungan

5. Pengumuman untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal

dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melalui

multimedia dan papan pengumuman di lokasi Usaha dan/atau Kegiatan

paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak dokumen Andal dan

RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi.

6. Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap

pengumuman dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja

sejak diumumkan.

7. Saran, pendapat, dan tanggapan dapat disampaikan melalui wakil

masyarakat yang terkena dampak dan/atau organisasi masyarakat yang

menjadi anggota Komisi Penilai Amdal.

8. Pengumuman untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL

dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota. melalui

multimedia dan papan pengumuman di lokasi Usaha dan/atau Kegiatan

paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak formulir UKL-UPL yang

diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi.

9. Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap

pengumuman dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak

diumumkan.

10. Saran, pendapat, dan tanggapan dapat disampaikan kepada Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

157 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Sementara itu, penerbitan izin lingkungan mencakup:

1. Izin Lingkungan diterbitkan oleh: a. Menteri, untuk Keputusan

Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang

diterbitkan oleh Menteri; b. gubernur, untuk Keputusan Kelayakan

Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan

oleh gubernur; dan c. bupati/walikota, untuk Keputusan Kelayakan

Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh

bupati/walikota.

2. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota

setelah dilakukannya pengumuman permohonan Izin Lingkungan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44; dan

3. Izin lingkungan diterbitkan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan

Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.

4. Izin Lingkungan paling sedikit memuat: a. persyaratan dan kewajiban

yang dimuat dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau

Rekomendasi UKL-UPL; b. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan

oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan c. berakhirnya Izin

Lingkungan.

5. Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa

wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,

Izin Lingkungan mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan

perundangundangan.

6. Izin Lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin Usaha

dan/atau Kegiatan.

7. Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota wajib diumumkan melalui media massa dan/atau

multimedia.

8. Pengumuman dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak

diterbitkan.

Pemegang Izin Lingkungan berkewajiban sebagai berikut:

1. Menatati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Izin Lingkungan

158 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

2. Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan

dan kewajiban dalam Izin Lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota; disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan.

3. Menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan

hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 53 PP No.

27 th 2012)

Pemegang Izin Lingkungan yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif meliputi:Teguran

tertulis; Paksaan pemerintah; Pembekuan Izin Lingkungan; Pencabutan Izin

Lingkungan. (Psal 71 PP 27 Th 2012).Selanjutnya, perubahan izin lingkungan

meliputi:

1. Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan

2. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

3. Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup

4. Terdapat perubahan dampak dan/atau risiko terhadap lingkungan hidup

berdasarkan hasil kajian analisis risiko lingkungan hidup dan/atau audit

lingkungan hidup yang diwajibkan

5. Tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau Kegiatan dalam jangka

waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Izin Lingkungan.

6. Kriteria perubahan izin lingungan hidup:

7. Perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang berpengaruh

terhadap lingkungan hidup;

8. Penambahan kapasitas produksi;

9. Perubahan spesifikasi teknik yang memengaruhi lingkungan;

10. Perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;

11. Perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau Kegiatan;

12. Perubahan waktu atau durasi operasi Usaha dan/atau Kegiatan;

159 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

13. Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan yang belum tercakup di

dalam Izin Lingkungan;

14. Terjadi perubahan kebijakan pemerintah yang ditujukan dalam rangka

peningkatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan/atau

15. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat

peristiwa alam atau karena akibat lain, sebelum dan pada waktu Usaha

dan/atau Kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan

Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan

terhadap lingkungan hidup antara lain: Jumlah manusia yang akan terkena

dampak; Luas wilayah persebaran dampak; Intensitas dan lamanya dampak

berlangsung; Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;

Sifatnya kumulatif dampak; Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya

(irreversible) dampak.

Oleh sebab itu, ada kawasan yang harus diperhatikan, yaitu kawasan lindung

yang mencakup:

■ Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya.

1. Kawasan Hutan Lindung

a. Kawasan Hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah,

curah hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau

b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih

dan/atau

c. Kawasan Hutan yang mempunyai ketinggian diatas permukaan laut

2.000 meter atau lebih.

2. Kawasan Bergambut.

Tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat

dibagian hulu sungai dan rawa.

3. Kawasan Resapan Air

Curah hujan yang tinggi, struktur tanah meresapkan air dan bentuk

geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.

■ Kawasan Perlindungan setempat.

160 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

1. Sempadan Pantai.

Daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk

dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

2. Sempadan Sungai.

a. Sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50

meter di kiri kanan anak sungai yang berada diluar pemukiman.

b. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang

diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15

meter.

3. Kawasan Sekitar Danau/Waduk.

Daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional

dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

4. Kawasan Sekitar Mata Air.

Sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.

■ Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya.

1. Kawasan Suaka Alam.

Terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah

perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa.

2. Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainya.

Kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara

sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa

keragaman dan/atau keunikan ekosistem.

3. Kawasan Pantai Berhutan Bakau.

Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan

terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat.

4. Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tunbuhan dan satwa yang

161 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

beragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki

akses yang baik untuk keperluan pariwisata.

5. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs

purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang

mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

■ Kawasan Rawan Bencana Alam.

Kawasan yang diidetifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor.

11. 5. Catatan Pelaksanaan Penerapan SPPL (Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan Hidup)

Dokumentasi/catatan pelaksanaan penerapan SPPL harus memperhatikan

ketentuan isi SPPL yang mencakup:

• Melaksanakan ketertiban umum dan senantiasa membina hubungan

baik dengan tetangga sekitar.

• Menjaga kesehatan, kebersihan, dan keindahan di lingkungan usaha.

• Bertanggung jawab terhadap kerusakan dan/atau pencemaran

lingkungan yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut.

• Bersedia dipantau dampak lingkungan dari usaha dan/atau

kegiatannya oleh pejabat yang berwenang.

• Menjaga kelestarian sumber daya alam dn lingkungan hidup di

lokasi dan sekitar tempat usaha dan/atau kegiatan.

• Apabila kami lalai untuk melaksanakan pernyataan pada angka 1

sampai angka 5 di atas, kami bersedia bertanggung jawab sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tanggungjawab dalam SPPL terhadap dampak lingkungan antara lain: (i)

Sampah yang terdiri dari: Plastik , Kertas, Kardus, Kaca/Beling, bekas tempat

obat; (ii) Barang/Obat yang kadaluarsa; (iii) Gangguan Lalu Lintas; (iv) Polusi

udara karena debu maupun asap kendaraan bermotor; (v) Air Hujan.

162 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Contoh Format SPPLsebagai berikut.

163 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

164 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

165 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

166 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan

untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pengelolaan dan

pemantauan lingkungan untuk petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

penting dalam aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk

petani sawit mandiri?

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk petani sawit

mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan

untuk petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan

terkait?

7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pengelolaan dan

pemantauan lingkungan yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?

8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

167 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan?

Daftar Pustaka

Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayati Dan Ekosistemnya. http://pih.kemlu.go.id/files/UU%20RI%20NO%2005%20TAHUN%201990.pdf

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. http://jdih.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-1-

2009-UU%20No.%2032%20Th%202009_Combine.pdf

PP No. 27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. http://www.

hukumonline.com/pusatdata/download/lt4ea944be6a945/node/199

Keppres No. 32/1990 Tentang Pengelolaan Kawasan hutan Lindung. http://

p2t.jatimprov.go.id/uploads/KUMPULAN%20PERATURAN%20

PERIZINAN%20PER%20SEKTOR%202014/PENGAIRAN/

Keppres_32_1990_pengelolaan_kawasan_lindung.pdf

168 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

BAB 12PENCATATAN HASIL PENERAPAN PERBAIKAN

12. 1. Deskripsi dan Relevansi

Bab 12 akan menguraikan tentang Catatan hasil penerapan perbaikan/

peningkatan.

12. 2. Tujuan Instruksional Khusus

■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait

pencatatan hasil penerapan perbaikan.

12. 3. Pendahuluan

Selama ini petani swadaya sangat terbatas dalam mendokumentasi kegiatan

usaha kebunnya terutama terkait peningkatan perbaikan hasil, padahal

aspek tersebut menjadi salah satu kriteria penting dalam penilaian sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Dokumentasi terkait peningkatan

perbaikan hasil sangat bermanfaat untuk penilaian yang berisikan sampai

sejauh mana usaha kebun telah menerapkan prinsip dan kriteria ISPO.

Manfaat lainnya adalah mencegah kesalahan informasi yang berulang atau

mencegah tumpang tindih; meningkatkan ketelitian dalam pengelolaan kebun;

pemanfaatan waktu dan biaya; perencanaan usaha kebun; menajga mutu panen;

perlindungan hukum; dan langkah antisipatif. Oleh sebab itu, pengetahuan

petani terkait dokumentasi atau pencatatan peningkatan perbaikan hasil perlu

ditingkatkan melalui pelatihan sehingga kemampuan dan ketrampilan petani

swadaya menjadi meningkat dan tujuan standarisasi ISPO tercapai.

169 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

12. 4. Catatan Hasil Penerapan Perbaikan/Peningkatan

Perbaikan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi internal dan/atau saran

saran dari berbagai lembaga/instansi terkait. Perbaikan/peningkatan juga

sebagai tindak lanjut kesepakatan kelompok tani dan/atau koperasi. Tujuan

pencatatan dan dokumentasi, yaitu: (i)Mengambil dan menyimpan data tentang

aktivitas usaha kebun dengan efektif dan efisien; (ii) Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan; (iii) Melakukan kontrol agar

data-data disimpan dan diproses dengan akurat.

Aspek-aspek pencatatan dokumentasi dalam usaha kebun dan peningkatan

perbaikan dapat mencakup: (i) Pembelian dan proses pembelian; (ii)

Pembenihan dan pembibitan; (iii) Pemeliharaan kebun TBM & TM; (iv)

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); (v) Pemanenan; (vi)

Pengangkutan buah; (vii) Penjualan TBS.

Sistem perbaikan praktek-praktek di perkebunan harus mengikuti

perkembangan informasi dan teknologi terbaru dan mempunyai mekanisma

penyebaran informasi dan teknologi terbaru tersebut. Kegiatan tersebut

dapat dilakukan secara teratur dengan memonitor dan mengkaji ulang

aktivitas pekebun dan mendapatkan informasi dan teknologi terbaru untuk

perbaikan yang kontinu terutama pada aktivitas utama yang terdiri atas:

Pengurangan penggunaan bahan-bahan kimia tertentu; Dampak lingkungan;

Pengurangan dan pemanfaatan limbah; Polusi dan emisi; Dampak sosial; dan

Usaha-usaha perbaikan prakatek-praktek tersebut dan penyebarannya harus

didokumentasikan.

Tugas

1. Seberapa pentingkah aspek pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk

sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?

2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pencatatan hasil

penerapan perbaikan untuk petani sawit mandiri?

3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/

penting dalam aspek pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk petani

sawit mandiri?

170 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza

4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun

aspek pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk petani sawit mandiri?

5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek

pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk petani sawit mandiri?

6. Apakah kebijakan dalam pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk

petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?

7. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang

terkait?

8. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani

sawit mandiri terkait aspek pencatatan hasil penerapan perbaikan?

Daftar Pustaka

Catatan Mengenai Persiapan Perusahaan Untuk Diaudit Dengan Prinsip Dan

Kriteria RSPO. https://puputwawan.wordpress.com/2011/09/06/

catatan-mengenai-persiapan-perusahaan-untuk-diaudit-dengan-

prinsip-dan-kriteria-rspo/

Sawit-Watch. (2011). Panduan Dasar Memantau dan Meahami Penerapan

Prinsip dan Kriteria RSPO. Bogor, Indonesia: Sawit Watch. https://

sawitwatch.or.id/download/b