NURLIZA
PENGETAHUAN & KETERAMPILAN
PETANI SWADAYA
(Knowledge And Competence of Independent Smallholder Farmers’)
Menuju Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan
(Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO)
PENGETAHUAN & KETERAMPILAN PETANI SWADAYA(Knowledge And Competence of Independent Smallholder Farmers’)
Menuju Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan
(Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO)
All rights reserved
@ 2018, Indonesia: Pontianak
ISBN : 978-602-5510-63-2
Cetakan Pertama, Juli 2018
Penulis : Nurliza
Kreatif : Setia Purwadi & Adi Santoso
Diterbitkan oleh :
IAIN Pontianak Press
Jalan Letjend. Suprapto No. 19 Telp./Fax. 0561-734170
Pontianak, Kalimantan Barat
iii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Buat:
Kedua orang tuakuSuami tersayang dan buah hatiku
Aysar dan Kayyisa yang telah sabar dan memahami mamanyaSemoga bisa bermanfaat
iv ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin
dan ridho-Nya dapat menyelesaikan Buku dengan judul “Pengetahuan dan
Keterampilan Petani Swadaya (Knowledge and Competence of Independent
Smallholder Farmers’): Menuju Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia
Berkelanjutan (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO.
Buku ini merupakan salah satu hasil atau output skema penelitian MP3EI
yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu menguasai
tujuan belajar yang spesifik. Buku ajar tersebut juga memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi sebagai sarana belajar
yang bersifat mandiri, sehingga dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-
masing. Semoga buku ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman
yang bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dan diberkahi oleh Allah SWT.
Penulis,
Nurliza
v ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Pendahuluan ix
Bab 1 Legalitas Dan Pengelolaan Kebun .....| 1
1.1. Deskripsi Dan Relevansi - 1
1.2. Tujuan Instruksional Khusus - 1
1.3. Pendahuluan - 1
1.4. Ketersediaan Bukti Kepemilikan Tanah - 3
1.5. Ketersediaan Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan Untuk Budidaya
(Std-B) - 7
1.6. Ketersediaan Dokumen Keanggotaan Organisasi Pekebun - 8
Bab 2 Lokasi Kebun .....| 13
2.1. Deskripsi Dan Relevansi - 13
2.2. Tujuan Instruksional Khusus - 13
2.3. Pendahuluan - 13
2.4. Kesesuaian Lokasi Kebun Dengan Tata Ruang - 14
2.5. Persyaratan Akses Lokasi Kebun Menuju Tempat Pengumpul/
Pengangkutan Tbs - 19
Bab 3 Organisasi Pekebun .....| 26
3.1. Deskripsi Dan Relevansi - 26
3.2. Tujuan Instruksional Khusus - 26
3.3. Pendahuluan - 26
3.4. Kelembagaan Pekebun - 27
3.5. Kelompok Tani - 28
3.5.1. Gapoktan - 32
3.5.2. Koperasi Atau Koperasi Unit Desa (Kud) - 35
3.6. Susunan Uraian Tugas Pengurus Organisasi Pekebun - 41
vi ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
3.6.1. Kelompok Tani - 41
3.6.2. Gapoktan - 44
3.6.3. Koperasi - 48
3.7. Rencana Kegiatan Operasional Pekebun - 52
3.8. Efektivitas Organisasi Pekebun - 59
3.9. Catatan Dan Dokumen Organisasi Kelembagaan Pekebun - 61
Bab 4. Pemilihan Bibit .....| 64
4.1. Deskripsi Dan Relevansi - 64
4.2. Tujuan Instruksional Khusus - 64
4.3. Pendahuluan - 64
4.4. Bibit Bersertifikasi - 654.5. Umur Dan Kualitas Benih Sesuai Ketentuan Teknis - 67
4.5.1. Umur Benih Yang Disalurkan - 68
4.5.2. Kualitas Benih Yang Disalurkan - 69
4.6. Ketersediaan Catatan Asal Benih - 73
Bab 5. Penanaman Lahan Mineral .....| 76
5.1. Deskripsi Dan Relevansi - 76
5.2. Tujuan Instruksional Khusus - 76
5.3. Pendahuluan - 76
5.4. Penanaman Sesuai Pedoman Teknis Budidaya Kelapa Sawit Terbaik
(GoodAgricultural Practices/Gap) - 77
5.4.1. Realisasi Luas Areal Penanaman - 77
5.4.2. Pengaturan Jumlah Tanaman Dan Jarak Tanam Sesuai Dengan
Kondisi Lapangan Dan Praktek Budidaya Perkebunan Yang Baik
- 85
5.4.3. Pembuatan Terasering Untuk Lahan Miring - 87
5.5. Catatan Pelaksanaan Penanaman - 90
5.5.1. Penanaman Baru - 90
5.5.2. Pemeliharaan - 90
5.5.3. Sarana Administrasi Lainnya Yang Ada Kaitannya Dengan
Administrasi Penanaman Baru Dan Pemeliharaan Tanaman - 90
vii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Bab 6. Pemeliharaan Tanaman .....| 93
6.1. Deskripsi Dan Relevansi - 93
6.2. Tujuan Instruksional Khusus - 93
6.3. Pendahuluan - 93
6.4. Sisipan - 95
6.5. Terasering Dan Drainase - 96
6.5.1. Terasering - 96
6.5.2. Drainase - 101
6.6. Piringan - 103
6.7. Sanitasi Kebun Dan Penyiangan Gulma - 104
6.8. Catatan Pemupukan Dan Pelaksanaan Pemeliharaan Tanaman - 105
6.8.1. Catatan Pemupukan Tanaman - 105
6.8.2. Catatan Pelaksanaan Pemeliharaan Tanaman - 106
Bab 7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt) .....| 107
7.1. Deskripsi Dan Relevansi - 107
7.2. Tujuan Instruksional Khusus - 107
7.3. Pendahuluan - 107
7.4. Kebersihan Kebun - 110
7.5. Penggunaan Musuh Alami - 111
7.6. Penggunaan Pestisida - 116
7.7. Catatan Jenis Opt - 119
7.8. Sarana - 119
7.9. Tenaga, Penyimpanan Alat Dan Bahan Kimia - 120
Bab 8. Pemanenan .....| 123
8.1. Deskripsi Dan Relevansi - 123
8.2. Tujuan Instruksional Khusus - 123
8.3. Pendahuluan - 123
8.4. Buah Panen Sesuai Pedoman Teknis Panen - 127
8.4.1. Penyiapan Tenaga Kerja, Peralatan Dan Sarana Penunjangnya -
129
8.5. Catatan Waktu Dan Lokasi Pelaksanaan Pemanenan - 138
viii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Bab 9. Pengangkutan Buah .....| 140
9.1. Deskripsi Dan Relevansi - 140
9.2. Tujuan Instruksional Khusus - 140
9.3. Pendahuluan - 140
9.4. Catatan Jumlah Pengangkutan Tbs, Nama Dan Lokasi Pabrik - 141
9.5. Penggunaan Alat Transportasi Dan Alat Pendukung Lainnya - 141
Bab 10. Penjualan Dan Kesepakatan Harga Tbs .....| 146
10.1.Deskripsi Dan Relevansi - 146
10.2.Tujuan Instruksional Khusus - 146
10.3.Pendahuluan - 146
10.4.Catatan Harga Tbs Dan Realisasi Pembelian Oleh Pembeli, Perusahaan
Dan Pabrik - 147
10.5.Sumber Informasi Harga Penetapan Harga Pembelian Tbs - 148
Bab 11. Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan .....| 154
11.1.Deskripsi Dan Relevansi - 154
11.2.Tujuan Instruksional Khusus - 154
11.3.Pendahuluan - 154
11.4.Izin Lingkungan Sesuai Sppl (Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup) - 155
11.5.Catatan Pelaksanaan Penerapan Sppl (Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup) - 161
Bab 12. Pencatatan Hasil Penerapan Perbaikan .....| 168
12.1.Deskripsi Dan Relevansi - 168
12.2.Tujuan Instruksional Khusus - 168
12.3.Pendahuluan - 168
12.4.Catatan Hasil Penerapan Perbaikan/Peningkatan - 169
ix ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
PENDAHULUAN
Isi Buku
Perkembangan pengelolaan wilayah untuk komoditas sawit di Indonesia
menunjukkan lebih dari 50 persen areal dikelola oleh petani sawit swadaya.
Namun, hasil penelitian melalui skema MP3EI di pusat wilayah dengan
populasi petani sawit mandiri terbanyak menunjukkan bahwa pengetahuan
petani sawit mandiri terkait aspek ISPO, yaitu: legalitas kebun, lokasi kebun,
organisasi pekebun dan pengelolaan kebun, pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, serta peningkatan usaha berkelanjutan menunjukkan tingkat
pengetahuan yang berada diatas rata-rata, tetapi impementasi pengetahuannya
relatif rendah sehingga memberikan kesenjangan yang tinggi. Kesenjangan
aspek peningkatan usaha berkelanjutan adalah tertinggi, diikuti aspek legalitas
kebun, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, serta organisasi pekebun
dan pengelolaan kebun. Disamping itu, rata-rata hasil produksi perusahaan
25% lebih besar dari hasil panen petani (dihitung dari Direktorat Jenderal
Perkebunan 2015). Petani yang memiliki ikatan dengan perusahaan melalui
skema PIR cenderung lebih produktif daripada petani kecil mandiri. Perbedaan
hasil panen diperkirakan sekitar 10-15% (Molenaar, Persch-Orth, et al. 2013)
hingga 11-48% (Zen, Barlow, et al. 2016). Perbedaan tersebut disebabkan
rendahnya penggunaan dan akses pupuk dan pestisida, benih berkualitas
rendah dan tidak menerapkan praktik produksi yang berkelanjutan (Donough,
Witt, et al. 2010; Molenaar, et al., 2013; Zen, Barlow, et al. 2016) sehingga
mendorong petani memperluas areal kebun untuk meningkatkan produksi
kemudian, berdampak buruk terhadap ekologis dan lingkungan.
Oleh sebab itu, upaya menggeser pola pikir petani sawit mandiri melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan menjadi urgensi penting untuk
meningkatkan kemampuan produktivitas dan daya saing, serta meredam
berbagai tudingan negatif terkait isu-isu lingkungan hidup dengan memenuhi
standar sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Fokus sasaran
adalah petani sawit mandiri dengan luas lahan tidak melebihi 25 ha yang
umumnya menghadapi persoalan terkait aspek legalitas usaha atau sebagian
besar belum memiliki sertifikat kebun; bibit yang tidak bersertifikasi karena
x ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
kurang pembinaan dan inisiatif dari pemerintah daerah; pengorganisasian
pembangunan kebun mandiri dilakukan secara individual karena organisasi
petani tidak ada atau belum terbentuk; luas kebun bervariasi dan terpisah-
pisah; sistem pemasaran hasil kelapa sawit berhubungan dengan tengkulak
karena produktivitas dan kualitas TBS rendah; infrastruktur pengangkutan
hasil produksi terbatas dan jarak antara kebun dan pabrik sangat jauh sehingga
menguntungkan tengkulak serta kendala biaya dan keterbatasan indormasi
terkait persiapan menuju sertifikasi minyak sawit berkelanjutan. Sementara itu, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 9/Permentan/OT.140/3/2011 tentang
Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian
Sustainable Palm Oil/ISPO) menyatakan bahwa penerapan Sistem
Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable
Palm Oil Certification System/ISPO) dapat dilakukan secara sukarela oleh
petani swadaya, berbeda dengan perusahan perkebuan yang memang telah
diwajibkan. Namun, tantangan dari sisi permintaan, yaitu negara pengimpor
dan sisi produksi, yaitu perusahan pengolah TBS adalah adanya standar mutu
tertentu dengan memperhatikan aspek lingkungan secara berkelanjutan.
Jadi, sertifikasi usaha kebun petani sawit mandiri harus segera diinisiasi dan dikembangkan. Sertifikasi ISPO yang diterima oleh beberapa gapoktan di Indonesia menyatakan bahwa beberapa manfaat penerima sertifikat, antara lain: keterbukaan informasi dari pemerintah maupun pihak swasta, yaitu ilmu
pengetahuan baru tentang sawit berkelanjutan; dapat memperoleh penjualan
langsung melalui virtual trading atau book and claim; akses informasi dan
harga TBS serta pabrik penyerap produk menjadi lebih terbuka; TBS dari
kebun yang bersertifikasi bisa dijual ke PKS dan perusahaan dengan harga yang lebih tinggi.
Oleh sebab itu, buku ini dirancang untuk mengatasi kesenjangan
pengetahuan yang dimiliki petani, khususnya petani swadaya berdasarkan
ISPO yang dipersyaratkan terkait beberapa aspek, yaitu: (i) Legalitas dan
Pengelolaan Kebun; (ii) Lokasi Kebun; (iii) Organisasi Pekebun; (iv) Pemilihan
Bibit; (v) Penanaman pada Lahan Mineral; (vi) Pemeliharaan Tanaman; (vii)
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); (viii) Pemanenan;
(ix) Pengangkutan Buah; (x) Penjualan dan Kesepakatan Harga TBS; (xi)
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; (xii) Pencatatan Hasil Penerapan
xi ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Perbaikan. Dengan demikian, peningkatan pengetahuan dan keterampilan
khususnya petani sawit mandiri diharapkan dapat memberikan peningkatan
insentif petani swadaya/swadaya (produktivitas, kualitas TBS, pendapatan,
efisiensi biaya); peningkatan informasi, pengetahuan dan ketrampilan petani swadaya/swadaya (perizinan, pembangunan dan pengelolaan kebun secara
efektif, harga TBS, penggunaan teknologi terkait budidaya sawit).
Tujuan Instruksional Umum
Menuju usaha kebun petani sawit swadaya yang sesuai standar Kelapa
Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO)
secara ekonomi, layak sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan
perundangan yang berlaku di Indonesia.
Deskripsi
Deskripsi buku mencakup aspek-aspek yang diidentifikasi mengalami kesenjangan pengetahuan berdasarkan standar ISPO yang dipersyaratkan
untuk memperoleh sertifikasi sebagai berikut: (i) Legalitas dan Pengelolaan Kebun; (ii) Lokasi Kebun; (iii) Organisasi Pekebun; (iv) Pemilihan Bibit;
(v) Penanaman pada Lahan Mineral; (vi) Pemeliharaan Tanaman; (vii)
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); (viii) Pemanenan;
(ix) Pengangkutan Buah; (x) Penjualan dan Kesepakatan Harga TBS; (xi)
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; (xii) Pencatatan Hasil Penerapan
Perbaikan.
Sementara itu, dasar hukum yang menjadi pedoman dalam materi buku
tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Dasar hukum yang menjadi pedoman cakupan buku ajar
Dasar Hukum Sumber
1. Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 19/Permentan/
OT.140/3/2011 telah ditetapkan
Pedoman Perkebunan Kelapa
Sawit Berkelanjutan Indonesia
(Indonesian Sustainable Palm Oil/
ISPO)
http://perundangan.pertanian.
go.id/admin/file/Permentan%20
11-2015%20ISPO.pdf
xii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Dasar Hukum Sumber
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043)
ht tp: / /dkn.or. id/wp-content /
u p l o a d s / 2 0 1 3 / 0 3 / U n d a n g -
Undang-RI-nomor-5-Tahun-
1960-tentang-Pokok-Pokok-
Dasar-Agraria.pdf
3. Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 3419)
http://indonesiabch.or.id/docs/
uu5-1990.pdf
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 46, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 3478)
http://indonesiabch.or.id/docs/
uu12-1992.pdf
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
h t tp : / /bks ikmikpikkfk i .ne t /
f i l e / d o w n l o a d / U n d a n g % 2 0
U n d a n g % 2 0 R I % 2 0 N o % 2 0
32%20Th%202009%20Ttg%20
P e r l i n d u n g a n % 2 0 & % 2 0
Pengelolaan%20Lingkungan%20
Hidup.pdf
xiii ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Dasar Hukum Sumber
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor
130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5432)
http://www.dpr.go.id/dokjdih/
document/uu/UU_2013_18.pdf
7. Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 1973 tentang Pengawasan
atas Peredaran Penggunaan
Pestisida (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1973
Nomor 12)
http://perundangan.pertanian.
go.id/admin/p_pemerintah/PP-
07-73.pdf
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 1995 tentang Perlindungan
Tanaman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 3586)
h t t p : / / w w w. b p k p . g o . i d / u u /
filedownload/4/71/1458.bpkp.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 1995 tentang Perbenihan
Tanaman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 3616)
http://indonesiabch.or.id/docs/
pp44-1995.pdf
10. Peraturan Pemerintah Nomor 40
Tahun 1996 tentang HGU, Hak
Milik, Hak Pakai Atas Tanah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3643)
h t t p : / / w w w. b p k p . g o . i d / u u /
filedownload/4/70/1418.bpkp
xiv ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Dasar Hukum Sumber
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 1999 tentang Pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor
15, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3804)
http:/ /storage.jak-stik.ac. id/
P r o d u k H u k u m / k e h u t a n a n /
P E R A T U R A N % 2 0
P E M E R I N T A H % 2 0
R E P U B L I K % 2 0
INDONESIA%20NOMOR%20
8%20TAHUN%201999.pdf
12. Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2014 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Ekosistem
Gambut. (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 209, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5580)
http://www.kemendagri.go.id/
media/documents/2014/11/13/
p/p/pp_no.71-2014.pdf
13. Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 14/Permentan/
PL.110/2/2009 tentang Pedoman
Pemanfaatan Lahan Gambut
Untuk Budidaya Kelapa Sawit
http://www.iopri.org/wp-content/
uploads/2016/10/PERMENTAN-
14-2009-PEMANFAATAN-
L A H A N - G A M B U T- U T K -
KELAPA-SAWIT.pdf
14. Permentan Nomor 11/ Permentan/
OT.140/3/2015 Tahun 2015
tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia
(INDONESIAN SUSTAINABLE
PALM OIL CERTIFICATION
SYSTEM /ISPO)
http://perundangan.pertanian.
go.id/admin/file/Permentan%20
11-2015%20ISPO.pdf.
15. Permentan No.26 tahun 2007
tentang Pedoman Perizinan
Perkebunan
h t t p : / / p e r u n d a n g a n .
per tan ian .go . id /admin / f i l e /
Permentan-26-07.pdf
xv ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Dasar Hukum Sumber
16. Keputusan Bersama Menteri
Kehutanan, Menteri Pertanian
dan Kepala Badan Pertanahan
Nasional No.364/Kpts-II/1990,
519/Kpts/Hk.050/7/1990 dan 23/
VIII/90 dan 23/VIII/1990 tentang
Ketentuan Pelepasan Kawasan
Hutan dan Pemberian Hak Guna
Usaha untuk Pengembangan
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/
userfiles/batang/SKB_364_1990.pdf
17. Proses Pengesahan Badan
Hukum Koperasi dan Persyaratan
Administrasi
http://perundangan.pertanian.
go.id/admin/file/Permentan%20
11-2015%20ISPO.pdf
18. Peraturan Kepala Badan
penyuluhan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian
Nomor: 90/Per/SM.820/J/12/12
tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengemabngan Kelembagaan
Ekonomi Petani
19. Peraturan Menteri Pertanian No.
82 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok tani dan
Gabungan Kelompok Tani
http://perundangan.pertanian.
go.id/admin/file/Permentan%20
No.82%20Tahun%202013.pdf
20. Peraturan Menteri Pertanian
No. 273/Kpts/OT.160/4/2007
tentang Pedoman Pembinaan
Kelembagaan Petani.
http://bkppp.bantulkab.go.id/
filestorage/dokumen/2014/07/
Permentan%20No.%20273%20
Th.%202007%20Pedoman%20
Pembinaan%20Kelembagaan%20
Petani.pdf
21. Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 14/Permentan/
OT.140/2/2013 tentang Pedoman
Penetapan Harga Pembelian TBS
Kelapa Sawit Produksi Pekebun
h t tp : / / d i t j enbun .pe r t an i an .
go.id/tinymcpuk/gambar/file/
Permentan_14_tahun_2013_ttg_
pembelian_TBS_Pekebun.pdf
xvi ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Dasar Hukum Sumber
22. Undang Undang No. 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati Dan Ekosistemnya
http: / /pih.kemlu.go.id/f i les/
UU%20RI%20NO%2005%20
TAHUN%201990.pdf
23. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
http://jdih.menlh.go.id/pdf/ind/
I N D - P U U - 1 - 2 0 0 9 - U U % 2 0
No.%2032%20Th%202009_
Combine.pdf
24. Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2013 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Pengrusakan
Hutan
http://www.dpr.go.id/dokjdih/
document/uu/UU_2013_18.pdf
25. PP No. 27/1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
h t t p : / / w w w. h u k u m o n l i n e .
c o m / p u s a t d a t a / d o w n l o a d /
lt4ea944be6a945/node/199
26. Keppres No. 32/1990 Tentang
Pengelolaan Kawasan hutan
Lindung
h t t p : / / p 2 t . j a t i m p r o v. g o . i d /
u p l o a d s / K U M P U L A N % 2 0
P E R A T U R A N % 2 0
P E R I Z I N A N % 2 0
P E R % 2 0 S E K T O R % 2 0
2 0 1 4 / P E N G A I R A N /
Keppres_32_1990_pengelolaan_
kawasan_lindung.pdf
27. Permentan No. 14/2009 tentang
Pedoman Pemanfaatan lahan
Gambut untuk Budidaya Kelapa
Sawit
h t t p : / / p e r u n d a n g a n .
per tan ian .go . id /admin / f i l e /
Permentan-14-09.pdf
1 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 1LEGALITAS DAN PENGELOLAAN KEBUN
1. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 1 akan menguraikan tentang Ketersediaan sertifikat tanah, akta jual beli tanah, fisik dan bukti kepemilikan tanah lainnya yang sah; Ketersediaan Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan Untuk Budidaya (STD-B); Ketersediaan
tanda bukti pekebun masuk kelompok tani dan koperasi.
1. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Pengenalan konsep tentang aspek legalitas dan pengelolaan kebun.
■ Menguraikan pendekatan, alat dan proses untuk peningkatan pengetahuan
dan kompetensi terkait aspek legalitas dan pengelolaan kebun.
1. 3. Pendahuluan
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu komoditas
yang penting dan strategis dimana lebih dari 50 persen areal perkebunan kelapa
sawit dikelola oleh perkebunan rakyat dan lebih dari 40% diantaranya adalah
petani sawit mandiri.
Permasalahan petani sawit mandiri berdasarkan temuan SPKS (Serikat
Petani Kelapa Sawit Indonesia) sejak tahun 2006, antara lain: legalitas usaha
petani swadaya masih rendah atau sebagian besar belum memiliki sertifikat kebun; Umumnya penggunaan bibit sawit yang tidak bersertifikasi karena kurangnya pembinaan dan inisiatif dari pemerintah daerah; pengorganisasian
pembangunan kebun mandiri dilakukan secara individual; luas pemasaran hasil
2 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
kelapa sawit selalu terkait dengan tengkulak karena produktivitas dan kualitas
TBS yang rendah; infrastruktur pengangkutan hasil produksi sangat terbatas
dan jarak antara kebun dan pabrik sangat jauh sehingga menguntungkan
tengkulak.
Hasil penelitian empiris sebelumnya juga memperkuat pernyataan bahwa
terdapat beberapa aspek dalam sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)
menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara pengetahuan dan ketrampilan petani swadaya terkait aspek legalitas dan pengelolaan kebun
yang sekarang telah menuntut terpenuhinya standar tersebut untuk mengakses
pasar baik domestik maupun global.
Sementara itu, setiap pelaku usaha dalam melakukan usaha perkebunan
wajib untuk memenuhi aspek legalitas lahan maupun legalitas usaha
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Aspek legalitas terkait
dengan pemenuhan beberapa prinsip dasar dalam peraturan yang di atur oleh
pemerintah.
Legalitas lahan dimaksudkan agar tidak terjadinya tumpang tindih atas hak
atau izin yang melekat atas tanah yang diusahakan, terdaftarnya hak kepemilikan
atas tanah di instansi pemerintah yang berwenang serta tidak terjadinya
tumpang tindih kepemilikan, peruntukan serta status kawasan. Sementara itu,
legalitas usaha, dimaksudkan agar dapat terdaftar dan memperoleh izin legal
dari pemerintah terhadap usaha yang dibangun serta penggunaan lahan yang
sesuai dengan peruntukan dan pemanfaatan oleh setiap pelaku usaha.
Namun, legalitas usaha yang diberikan kepada pekebun, tidak dapat
diinterpretasikan sebagai suatu izin usaha Perkebunan, melainkan persyaratan
yang bersifat administrasi oleh Dinas terkait. Memiliki legalitas lahan maupun
legalitas usaha perkebunan kelapa sawit, menjadi syarat penting bagi pekebun
swadaya dalam melakukan kerjasama penjualan TBS dengan PKS atau
perusahaan. Aspek legalitas ini juga menjadi jawaban pekebun swadaya atas
tuntutan pasar untuk menghindari praktik deforestasi, no peat (tidak melakukan
penanaman di area gambut), serta tidak melakukan usaha perkebunan di atas
lahan yang sedang berkonflik.
Oleh karena itu, untuk melakukan kerjasama pemasaran TBS, petani
3 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
swadaya khususnya perlu memastikan legalitas lahan dan legalitas usaha dari
setiap pekebun swadaya yang menjadi anggota. Dokumen legalitas lahan yaitu:
girik, Surat Keterangan Desa, SKT, Sertifikat Hak Milik (SHM). Legalitas usaha terdiri dari Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) yang didaftarkan oleh
Bupati atau Dinas Perkebunan dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) yang didaftarkan melalui Dinas
Lingkungan Hidup.
1. 4. Ketersediaan Bukti Kepemilikan Tanah
Keikutsertaan pekebun khususnya petani swadaya dalam skema ISPO
telah menjadi suatu kewajiban karena penerapannya sesuai dengan aturan
yang berlaku. Persyaratan ISPO petani plasma akan berada dibawah tanggung
jawab perkebunan inti. Sementara, petani swadaya akan dilaksanakan sendiri
kegiatannya.
Berdasarkan temuan Tim ISPO, umumnya kebun sawit dibawah pengelolaan
petani swadaya berstatus lahan tidak jelas. Bukti administrasi dapat terlihat
dari sebagian besar lahan berstatus SKT, surat garap, akta jual beli tanah, girik
atau tidak berstatus. Faktor penghambat disebabkan petani minim dana untuk
pengurusan sertifikat. Janji Badan Pertanahan Nasional yang membantu petani lewat Program Nasional Pensertifikatan Tanah (Prona) sebatas wacana. Oleh sebab itu, sertifikasi petani ini lebih praktis dan berbiaya rendah jika dilakukan berkelompok dengan membentuk kelompok legal.
Kondisi ini yang menjadi perhatian ISPO. Keberadaan Badan Pertanahan
Nasional yang duduk dalam tim ISPO akan membantu masalah legalitas yang
dihadapi petani swadaya dengan syarat lahan petani tidak berada di kawasan
hutan lindung dan taman nasional.
Bentuk-bentuk legalitas yang diperlukan oleh petani dapat berupa lahan
milik sendiri atau tanah ulayat dan tanah milik desa, khusus koperasi petani dan
kelompok nantinya diwajibkan mengantongi izin dari pejabat berwenang. Jenis-
jenis hak-hak atas tanah sebagai berikut:
■ Hak milik, yaitu hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah yang dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Hak milik dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan.
Hak milik menjadi terhapus jika: (i) Tanahnya jatuh kepada Negara akibat
4 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
pencabutan hak; penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya; ditelantarkan;
ketentuan pasal 21 ayat 3 dan 26 ayat 2; (ii) Tanahnya musnah.
■ Hak guna usaha, yaitu hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara, dalam jangka waktu 25 tahun untuk perusahaan
pertanian, perikanan atau peternakan sampai waktu paling lama 35 tahun
dan dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 25 tahun. Hak guna usaha
diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar, dengan ketentuan
bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus memakai investasi modal
yang layak dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan
zaman. Hak guna menjadi terhapus jika: (i) jangka waktunya berakhir;
(ii) b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu
syarat tidak dipenuhi; (iii) c. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum
jangka waktunya berakhir; (iv) d. dicabut untuk kepentingan umum; (v) e.
ditelantarkan; (vi) f. tanahnya musnah. Hak Guna Usaha diberikan dengan
keputusan pemberian hak oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
■ Permohonan perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atau
pembaharuannya diajukan selambat-lambatnya dua tahun sebelum
berakhirnya jangka waktu Hak Guna Usaha tersebut. Pemegang Hak
Guna Usaha berkewajiban untuk: (i) Membayar uang pemasukan kepada
Negara; (ii) Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan/
atau peternakan ses uai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan
dalam keputusan pemberian haknya; (iii) Mengusahakan sendiri tanah Hak
Guna Usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha berdasarkan kriteria
yang ditetapkan oleh instansi teknis; (iv) Membangun dan memelihara
prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam lingkungan areal
Hak Guna Usaha; (v) Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan
sumber daya alam dan menjaga kelestarian kemampuan lingkungan
hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (vi)
Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai pengunaan
Hak Guna Usaha; (vii) Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan
Hak Guna Usaha kepada Negara sesudah Hak Guna Usaha tersebut hapus;
(viii) Menyerahkan sertipikat Hak Guna Usaha yang telah hapus kepada
Kepala Kantor Pertanahan. Sementara itu, peralihan Hak Guna Usaha terjadi
dengan cara: (i) jual beli; (ii) tukar menukar; (iii) penyertaan dalam modal;
5 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
(iv) hibah; (v) pewarisan dan harus didaftarkan pada Kantor Pertanahan
dengan bukti yang dibuat oleh instansi yang berwenang.
■ Hak guna bangunan, yaitu hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-
bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu
paling lama 30 tahun yang dapat diperpanjang, dapat diperpanjang dengan
waktu paling lama 20 tahun, dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
■ Hak pakai, yaitu hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain,
yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa
atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan
dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-undang. Hak pakai diberikan
selama jangka waktu yang tertentu atau selama tanahnya dipergunakan
untuk keperluan yang tertentu; dengan cuma-cuma, dengan pembayaran
atau pemberian jasa berupa apapun; pemberian hak pakai tidak boleh
disertai syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur pemerasan.
■ Hak sewa, yaitu mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan
bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai
sewa.
■ Hak membuka tanah.
■ Hak memungut hasil hutan.
■ Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan
ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara.
Selanjutnya, sertifikat tanah merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang
bersangkutan. Akta Jual Beli (AJB) adalah dokumen yang membuktikan
adanya peralihan hak atas tanah dari pemilik sebagai penjual kepada pembeli
sebagai pemilik baru yang bersifat terang dihadapan Pejabat Pemuat Akta
Tanah (PPAT) dan dibayar lunas.Dasar hukum bukti kepenguasaan hak atas
tanah:
6 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Perubahan Hak Milik Menjadi Hak Guna
Bangunan Atau Hak Pakai Dan Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Pakai
(“Kepmen Agraria No. 16 Tahun 1997”);
■ Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah (“Permen Agraria No. 3
Tahun 1997”);
■ Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan
Konversi Hak Penguasaan atas Tanah Negara dan Ketentuan-Ketentuan
tentang Kebijaksanaan Selanjutnya (“Permen Agraria No. 9 Tahun 1965”);
■ Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 21 Tahun 1994 Tentang Tata Cara Perolehan Tanah Bagi Perusahaan
Dalam Rangka Penanaman Modal (“Kepmen Agraria No. 21 Tahun 1994”)
■ Daftar dokumen yang dapat menjadi bukti kepenguasaan hak atas tanah
lainnya:
1. Grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrivings
Ordonantie (S.1834-27), yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak
eigendom yang bersangkutan dikonversi menjadi hak milik;
2. Grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrivings
Ordonantie (S.1834-27) sejak berlakunya UUPA sampai tanggal
pendaftaran tanah dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah Nomor
10 Tahun 1961 di daerah yang bersangkutan;
3. Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan
Swapraja yang bersangkutan;
4. Sertifikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959;
5. Surat keputusan pemberian hak milik dari pejabat yang berwenang, baik
sebelum maupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban
untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua
kewajiban yang disebut di dalamnya;
6. Petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding
7 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961;
7. Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi
tanda kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak
yang dialihkan;
8. Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan;
9. Akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak
mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977
dengan disertai alas hak yang diwakafkan;
10. Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang
tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan;
11. Surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang
diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;
12. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang
dialihkan;
13. Lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII Ketentuan-ketentuan
Konversi UUPA.
Ketentuan pendaftaran tanah mencakup: (i) Pengukuran, perpetaan dan
pembukuan tanah; (ii) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak
tersebut.
1. 5. Ketersediaan Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan
Untuk Budidaya (STD-B)
Penerbitan STD-B dilakukan terhadap kebun yang luas arealnya tidak
memenuhi skala tertentu satu sampai dengan empat hektare oleh dinas yang
melaksanakan urusan di bidang perkebunan. Atau Surat Tanda Daftar Usaha
Perkebunan (STD-B) adalah keterangan yang diberikan oleh Bupati/Walikota
8 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
kepada pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan yang luas lahannya kurang
dari 25 hektar. Keberadaan Surat Tanda Daftar Usaha Budidaya Tanaman
Perkebunan (STD-B) dan surat Surat Pernyataan terhadap lahan petani sangat
penting karena STDB juga bisa digunakan sebagai syarat akses terhadap
bantuan keuangan. Misalnya mengakses dana dari Badan Pengelolaan Dana
Perkebunan Sawit (BPDP).
Formulir STD-B, bisa diambil di kantor Dishutbun, kemudian diisi dan
dikembalikan lagi, yang selanjutnya diserahkan kepada Bupati PPU untuk
disahkan dan diterbitkan. Pendaftaran lahan perkebunan STD-B harus
memiliki Surat Keterangan Tanah (SKT) dari kepala desa atau kelurahan.
STD-B hanya melihat isi perkebunan yang didaftarkan. Pendaftaran usaha
budidaya perkebunan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
• Syarat Administrasi yang mencakup: Permohonan bermaterai Rp.
6000,-; Fotocopy KTP; Fotocopy surat tanah; Bukti Lunas PBB;
Mengisi formulir Data Kebun; Surat Keterangan dari Kepala Desa
dan Camat setempat
• Syarat Teknis : Rekomendasi Tim Teknis diketahui oleh Kepala
SKPD terkait
• Data pemohon yang mencakup: nama pemohon; No. Telp/Hp; Jenis
Usaha; Merek Usaha; Alamat lokasi
• Waktu Penyelesaian 7 hari kerja
1. 6. Ketersediaan dokumen keanggotaan organisasi pekebun
Buku administrasi merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi
pekebun. Melalui pembukuan administrasi yang bagus maka akan menunjang
jalannya organisasi pekebun, mendorong kelompok menjadi transparan
dan jelas. Maksud dari transparan adalah semua pihak yang terkait dengan
kelompok baik itu dinas maupun anggota beserta masyarakat pada umumnya
dapat melihat kondisi nyata kelompok dalam perkembangannya mulai berdiri
hingga sekarang. Jelas dimaksudkan bahwa oranisasi pekebun tersebut benar-
benar memiliki tujuan dan perencanaan sehingga jelas arah yang akan dituju
yaitu mensejahterakan anggota. Dokumen petani swadaya dalam kelompok
tani mencakup: (i) Daftar anggota kelompok tani; (ii) Buku daftar pengurus;
9 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
(iii) Laporan kegiatan dan fungsi atau AD/ART kelompok tani; (iv) Bukti akate
hukum pendirian kelompok tani.Sementara itu, tanda bukti petani swadaya
dalam koperasi mencakup: (i) Buku daftar anggota koperasi; (ii) Buku daftar
pengurus; (iii) Laporan AD/ART; (iv) Bukti akte hukum pendirian koperasi.
Berikut adalah contoh buku administrasi kelompok tani yang bisa dijadikan
referensi untuk kelompok tani yang baru berdiri.
■ Buku Daftar Pengurus Dan Anggota
No. Nama Umur Pendidikan Alamat Jumlah Anggota Keluarga Jabatan Keterangan
■ Buku Pemilikan Lahan Dan Ternak
No. NamaLuas Pemilikan Lahan (Ha) Pemilikan Ternak (Ekor)
KeteranganSawah Tegal Pekarangan Kolam Sapi Kambing Ayam Itik
■ Daftar Hadir Pertemuan
No. Nama Tgl.Pertemuan Tempat Tanda Tangan Keterangan
■ Buku Notulen Rapat
No. Tanggal Uraian Kesimpulan
■ Buku Kegiatan
No. Tanggal Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan
■ Buku Rencana Kegiatan
No. Jenis Kegiatan Lokasi Volume Frekuensi Biaya Jadwal Kegiatan
■ Buku Tamu
10 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
No. Tanggal Nama Jabatan/Pekerjaan Keperluan Tanda Tangan
■ Buku Kas
No. Tanggal Uraian Debet Kredit Saldo
■ Buku Inventaris Barang
No. Tanggal Pembelian/Penerimaan Asal Barang Jumlah Harga (Rp) Keadaan Keterangan
■ Buku Iuran Anggota Kelompok
No. Nama Tanggal/Bulan Jumlah Iuran
■ Buku Simpan Pinjam
No. Nama Tanggal/Bulan Jumlah Pinjaman (Rp)Angsuran
I II III IV
■ Buku Seksi Pengolahan Tanaman
No. NamaLuas Lahan (Ha)
/ Lubang
Jadwal PelaksanaanKomod-
itasKeterangan
Tgl Pengolahan Tanah Tgl Tanam
■ Buku Pemilikan Tanaman
No Nama
Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan
Padi Jagung Ketela Salak Pisang Cengkeh Lada Kelapa Tembakau
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek legalitas dan pengelolaan kebun untuk
sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian
11 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek legalitas untuk petani
sawit mandiri?
3. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pengelolaan kebun
untuk petani sawit mandiri?
4. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
penting dalam aspek legalitas dan pengelolaan kebun untuk petani
sawit mandiri?
5. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek legalitas dan pegelolaan kebun untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
legalitas dan pengelolaan kebun untuk petani sawit mandiri?
7. Apakah kebijakan dalam aspek legalitas dan pengelolaan kebun untuk
petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?
8. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat legalitas dan
pengelolaan kebun yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?
9. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
10. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek legalitas dan pengelolaan kebun?
Daftar Pustaka
INA – NITF (Indonesian National Interpretation Task Force) Indonesian.
(2016). National Interpretation Of RSPO Principles and Criteria
2013. RSPO: Geneva,Swiss
Idsert J dan Schoneveld GC. (2016). Mewujudkan Petani Kecil Sawit Mandiri
yang Lebih Produktif dan Berkelanjutan di Indonesia: Pandangan dari pengembangan tipologi petani kecil. Working Paper 217. Bogor,
Indonesia: CIFOR.
Peraturan Pemerintah No.40 tahun 1996 tentang HGU, Hak Milik, Hak Pakai
Atas Tanah. http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/70/1418.bpkp
12 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Permentan No.26 tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan Perkebunan. http://
perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan-26-07.pdf
Keputusan Bersama Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian dan Kepala
Badan Pertanahan Nasional No.364/Kpts-II/1990, 519/Kpts/
Hk.050/7/1990 dan 23/VIII/90 dan 23/VIII/1990 tentang Ketentuan
Pelepasan Kawasan Hutan dan Pemberian Hak Guna Usaha untuk
Pengembangan. https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/SKB_364_1990.pdf
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 11/Permentan/
OT.140/3/2015 tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO). http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan%2011-2015%20ISPO.pdf
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 82/Permentan/
OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani. http://perundangan.pertanian.go.id/
admin/file/Permentan%20No.82%20Tahun%202013.pdf
Proses Pengesahan Badan Hukum Koperasi dan Persyaratan Administrasi.
http://www2.depkop.go.id/phocadownload/Tata_Cara/syarat_
pendirian_koperasi.pdf
Undang-undang No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria.http://dkn.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Undang-
Undang-RI-nomor-5-Tahun-1960-tentang-Pokok-Pokok-Dasar-
Agraria.pdf
13 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 2LOKASI KEBUN
2. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 2 akan menguraikan tentangKelembagaan pekebun; Sususnan
uraian tugas pengurus organisasi pekebun; Rencana kegiatan operasional
pekebun; Efektivitas organisasi pekebun; Catatan dan dokumentasi organisasi
kelembagaan pekebun.
2. 2. Tujuan Instruksional Khusus
Menganalisis lokasi kebun yang sesuai dengan penetapan tata ruang
setempat.
2. 3. Pendahuluan
Secara sistematis pembangunan perkebunan kelapa sawit umumnya terbagi
dalam tiga tahap utama, yaitu: (i) Tahap Investigasi Lahan dan Persiapan; (ii)
Tahap Pembangunan dan Konstruksi; (iii) Tahap Operasi dan Pemeliharaan
seperti tersaji pada gambar 2.1.
14 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Gambar 2.1. Tahapan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit
Namun, perkembangan lahan kebun sawit petani swadaya yang menunjukkan
trend peningkatan karena mampu menghasilkan manfaat ekonomi telah
menimbulkan ancaman terhadap keberadaan hutan dan lingkungan. Hal
ini terjadi karena alih fungsi lahan menjadi kebun swadaya diduga dapat
memberikan beberapa dampak, yaitu: (1) penurunan keanekaragaman hayati
(Fitzherbert, et al., 2008; Koh & Wilcove, 2008); (2) meningkatkan akses
masyarakat untuk memanfaatkan lahan di dekat tepi hutan (Mayrowani,
Ashari, & Ilham, 2011); dan (3) menimbulkan permasalahan sosial terkait
kepemilikan lahan (Mahfiana, 2013). Feintrenie, Chong, & Levang (2010) bahkan menemukan bahwa masyarakat lebih memilih untuk mengorbankan
hutan daripada harus mengganti tanaman bekas perkebunan sebelumnya atau
mengganti tanaman multicrop menjadi monocrop sawit sehingga berdampak
pada degradasi lahan dan erosi. Oleh sebab itu, pengetahuan petani terkait
lokasi kebun perlu ditingkatkan melalui pelatihan sehingga tudingan bahwa
kelapa sawit menyebabkan deforestasi dan penurunan keanekaragaman hayati
dapat dihindari dan manfaat ekonomi tetap terjaga dan berkelanjutan.
2. 4. Kesesuaian Lokasi Kebun dengan Tata Ruang
Sebelum pelaksanaan pembukaan areal dimulai, perlu dianalisiskelayakannya
melalui survey pendahuluan untuk memeriksa lahan calon kebun,pemeriksaan
terkait luas yang tercantum pada ijin lokasi dengan kajian tentang kawasan
15 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
(hutan atau non hutan), aksesibilitas, status dan tata guna kawasan, kesesuaian
lahan (agroklimat, kelerengan, kelas tanah,dll), kondisi sosial ekonomi wilayah
dan dukungan masyarakat sekitar calon kebun. Bila hasil analisismenunjukkan
bahwa lahan tersebut ternyata tidak layak, maka sebaiknya tidak dilanjutkan.
Namun apabila hasil analisismenunjukkan bahwa lahan tersebut layak, maka
proses dapat dilanjutkan. Kawasan hutan yang dapat dilepaskan menjadi tanah
Usaha Pertanian adalah kawasan hutan yang berdasarkan kemampuan tanahnya
cocok untuk Usaha Pertanian dan menurut tata guna hutan tidak dipertahankan
sebagai kawasan hutan tetap atau kawasan untuk keperluan lainnya.
Selanjutnya dilakukan analisis kawasan, yaitu memahami kawasan yang
ditetapkan berdasarkan TGHK dan RTRWP. TGHK (Tata Guna Hutan
Kesepakatan) adalah pembagian hutan negara menurut fungsinya yaitu hutan
lindung, hutan konservasi, hutan produksi, serta hutan produksi yang dapat
dikonversi. TGHK ditetapkan sejak tahun 1983 oleh Departemen Kehutanan
yang disepakati oleh Pemerintah Daerah serta sektor lainnya. RTRWP (Rencana
Tata Ruang Wilayah Propinsi) adalah pembagian tata ruang wilayah propinsi
sebagai penjabaran dari Undang Undang Tata Ruang Tahun 1992. Dalam
RTRWP dikenal pembagian ruang sebagai hutan lindung, kawasan budidaya
kehutanan dan kawasan budidaya nonkehutanan. Dalam implementasinya,
sejak tahun 1993, antara TGHK dan RTRWP dipaduserasikan. Salah satu
propinsi yang hingga kini belum paduserasi adalah Kalimantan Tengah. Di
propinsi ini, masih 100 % diberlakukan TGHK, sehingga ijin lokasi yang
diterbitkan oleh Bupati setempat sering masih tumpang tindih dengan kawasan
hutan menurut ketetapan TGHK.
Oleh sebab itu, langkah awal yang penting dilakukan dalam memilih/
mengambil alih lahan adalah pemeriksaan Kawasan. Di Indonesia, ada dua
kawasan dengan Penggunaan yang berbeda, yakni Kawasan Hutan dan
Kawasan Non Hutan atau dikenal oleh kalangan perkebunan sebagai Area
Penggunaan Lain (APL). Pada Kawasan Hutan yang ditetapkan berdasarkan
TGHK maupun RTRWP, hanya Hutan Konversi yang masih memungkinkan
untuk di alih fungsikan menjadi APL apabila memperoleh persetujuan
pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan, namun dengan prosedur
yang tidak mudah dan dapat ditolak oleh Menteri Kehutanan dengan
pertimbangan tertentu. Sedangkan APL dapat digunakan untuk pengembangan
16 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
perkebunan dengan cukup mengajukan permohonan Ijin Lokasi kepada Bupati
setempat. Oleh karenanya, dalam perencanaan pembangunan perkebunan
sebaiknya tidak memilih lokasi yang masuk di dalam Kawasan Hutan dan
untuk memastikannya, perlu dilakukan Cross Check melalui Badan Pemetaan
dan Planologi Nasional yang berada di Bogor.
· Hutan Lindung
· Hutan Konservasi
Kawasan
Hutan
· Taman Hutan Raya
· Hutan Produksi
Tata Ruang
Indonesia
· Hutan Konversi
Kawasan
Non Hutan
· Area Penggunaan Lain
(APL)
Gambar 2.2. Tata Ruang Indonesia
Disamping itu, kawasan hutan pantai (mengrove) yang terletak di pulau
kecil yang luasnya kurang dari 10 (sepuluh) km2 tidak dapat dilepaskan untuk
pengembangan usaha pertanian. Selanjutnya, keputusan-keputusan yang
mempengaruhi di mana sawit diberi izin dan pada akhirnya ditanam dilakukan
dalam tiga skala ruang, yaitu:
■ Skala makro – Keputusan-keputusan Rencana Tata Ruang menentukan batas-
batas Kawasan Hutan nasional dan tanah yang tersedia untuk pertanian di
dalamnya (Hutan Produksi Konversi, atau HPK ) serta di luarnya (Kawasan
Budidaya Non-Kehutanan, atau KBNK). Pemerintah dapat menerbitkan izin
sawit pada lahan-lahan yang termasuk zona KBNK atau HPK, sementara
pengembangannya bergantung pada hasil-hasil penilaian dampak yang
dilakukan di skala yang lebih lokal.
■ Skala Meso – Keputusan-keputusan Perizinan Sawit menentukan kawasan-
kawasan dalam zona-zona KBNK dan HPK di mana pengembangan
perkebunan skala besar akan diberi izin dan pengembangannya disetujui.
17 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Penerbitan izin dan kemudian keputusan penyaringan yang dibuat pada
“skala meso” ini mengikuti suatu proses penilaian yang dimandatkan
hukum untuk mengidentifikasi: (i) Kawasan-kawasan lingkungan hidup yang peka berdasarkan kondisi bio-fisiknya (misalnya gambut dengan tebal lebih dari 3 meter) atau (ii) Faktor-faktor sosial yang menghambat
pembangunan (misalnya, lahan adat yang dikelola masyarakat yang
menentang pengembangan sawit).
■ Langkah-langkah pada skala meso untuk mendasari keputusan-keputusan
perizinan dapat mencakup keputusan pemerintah daerah mengenai daerah-
daerah yang diprioritaskan untuk produksi dan daerah yang dilindungi
(misalnya mendukung pengembangan lahan hutan gundul non-gambut),
atau keputusan perusahaan untuk membantu memenuhi persyaratan standar
Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) atau sistem sertifikasi sukarela seperti RSPO.
■ Skala Mikro – Keputusan-keputusan Perencanaan Perkebunan yang dibuat
perusahaan, sering dengan berkoordinasi dengan masyarakat setempat,
menentukan batas-batas di dalam izin perkebunan mereka yang tidak
boleh dikembangkan karena larangan hukum (misalnya, daerah penyangga
tepi sungai, gambut yang dalamnya lebih dari 3 meter atau lereng yang
terjal), keinginan anggota masyarakat setempat (misalnya lahan yang
oleh masyarakat setempat direncanakan untuk kegunaan non-sawit) atau
standar-standar sertifikasi sukarela (misalnya, daerah-daerah yang dalam RSPO digolongkan sebagai daerah Bernilai Konservasi Tinggi).
18 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Skema proses keputusan pada 3 tingkat skala keruangan yang menentukan
di mana sawit ditanam untuk daerah yang tidak sesuai untuk penanaman
berdasarkan berbagai kriteria.
Sementara itu, Undang-Undang dan Peraturan yang relevan dengan
keputusan-keputusan yang terkait dengan pemberian izin sawit dan dimana
perkebunan dikembangkan dalam kawan berizin tersebut mencakup:
19 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Diagram aliran proses memperoleh izin dan persetujuan utama untuk
pengembangan sawit di Indonesia serta UU dan peraturan terkait setiap izin:
2. 5. Persyaratan Akses Lokasi Kebun Menuju Tempat
Pengumpul/Pengangkutan TBS
Identifikasi lokasi dan jarak kebun dengan lokasi PKS mrupakan salah satu acuan untuk melakukan kerjasama yang efektif dalam penjualan TBS pekebun
swadaya. Dasar identifikasi lokasi dan jarak pabrik ini menyangkut beberapa faktor, yaitu: (i) Infrastruktur; dan (ii) Jarak antara kebun dari para pekebun
swadaya dengan lokasi PKS. Antisipasi persoalan tersebut memerlukan
adanya sarana pengangkut dan tempat pengumpulan TBS pekebun swadaya,
perbaikan infrastruktur agar proses pengangkutan menjadi lebih efektif serta
menghindari ketergantungan terhadap tengkulak.
20 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
1. Persiapan infrastuktur
Perencanaan/desain kebun diperlukan untuk merencanakan tata ruang
alam kebun dan afdeling mencakup: (i) Jaringan jalan; (ii) Areal
pembibitan; (iii) Saluran air; (iv) Lokasi afdeling dan blok.
a. Jaringan Jalan
Panjang dan kualitas jalan di kebun merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan dalam menjamin kelancaran pengangkutan
bahan, alat dan produksi serta pengontrolan lapangan.
Rencana pembuatan jaringan jalan harus selaras dengan desain kebun
secara keseluruhan, yang disesuaikan dengan kondisi topografi dan kebutuhan kebun.
Peran sistem jaringan jalan di kebun adalah sangat penting sebagai
berikut: (i) Untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil kelapa sawit
ke pabrik; (ii) Menjamin kelancaran pengangkutan pupuk dan bahan
lainnya; (iii) Memperlancar pekerjaan atau kegiatan operasional di
suatu areal atau blok; (iv) Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik
secepat mungkin: buah kelapa sawit yang dipotong hari ini harus
diolah langsung agar kandungan asam lemak bebas (FFA) tidak
tinggi, maksimal 24 jam setelah dipanen,TBS harus sudah diolah.
Berdasarkan kebutuhan di lapangan terdapat beberapa jenis jalan,
antara lain:
• Jalan utama (main road), yaitu jalan yang menghubungkan antara
satu afdeling dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik
serta menghubungkan langsung pabrik dengan jalan luar/umum.
Jalan utama dengan lebar 6 & 8 m, dilalui kendaraan lebih sering dan
lebih berat, termasuk kendaraan umum, sehingga perlu diperkeras
dengan batu. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan
infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel dan kantor.
• Jalan produksi (collection road), yaitu jalan yang berfungsi sebagai
sarana untuk mengangkut produksi TBS dari TPH. Jalan ini
terdapat diantara blok dan berhubungan dengan jalan utama, dibuat
tegak lurus terhadap baris tanaman. Jalan ini lebih kecil dari jalan
21 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
utama, dengan lebar 5 – 6 m dan pada tempat tertentu perlu
diperkeras. Untuk satu hektar diperlukan sepanjang 50 m.
• Jalan kontrol (control road), yaitu jalan yang terdapat di dalam setiap
blok. Jalan kontrol berfungsi untuk memudahkan pengontrolan areal
pada tiap blok dan sebagai batas pemisah antar blok tanaman. Jalan
ini lebarnya 4 & 5 m dan tiap hektar membutuhkan 10 m.
b. Areal Pembibitan
Pembibitan Adalah tempat untuk menumbuhkan kecambah hingga
menjadi semai/bibit dan memeliharanya sampai bibit siap ditanam
ke areal/lapangan tujuannya adalah untuk menyiapkan bibit kelapa
sawit sesuai standar dan tepat waktu untuk ditanam ke lapangan.
Kriteria lahan yang cocok untuk pembibitan sebagai berikut:
• Topografi (kemiringan)
Lokasi untuk pembibitan harus dipilh pada wilayah yang datar
dengan kemiringan 0 – 3 derajat, dekat dengan sumber air yang
cukup besar untuk irigasi namun tidak kena banjir atau tergenang.
• Area
Dalam satu hektar dapat ditempat sebanyak 19.900 polybag besar
dengan jarak 0,76 m segi tiga sama sisi. Pola ini dapat dijadikan
22 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
dasar penghitungan ukuran Pembibitan (nursery) yang akan dibuat.
Namun pola tersebut tidak selalu sama, karena dapat juga dibuat
dengan kepadatan yang lebih rendah yaitu sebanyak 13.000 polybag
besar per hektar dengan jarak 0,91 m segi tiga sama sisi. Pola ini
dibuat untuk mencegah persaingan sinar matahari antar bibit serta
lebih memudahkan untuk kontrol dan pemupukan.
• Aksesibilitas dan Jalan di Pembibitan
Jaringan jalan di main nursery dan hubungan satu dengan lainnya
harus di rancang dengan seksama dan disesuaikan dengan pola
peletakan polybag besar serta tipe irigasi penyiraman yand hendak
digunakan. Jalan keluar masuk ke main nursery juga harus dibuat
cukup lebar agar kendaraan yang membawa material bisa lewat
dengan mudah, puncaknya terutama pada periode penanaman ke
lapangan.
• Sumber air
Kebutuhan air yang cukup jernih (kualitas dan kuantitas) harus
dipastikan sebelum lahan pembibitan disiapkan. Sumber air yang
terbaik adalah bila ada danau/situ atau sungai di dekat lokasi
pembibitan. Namun bila tidak ada, sebaiknya dipersiapkan kolam
penampung air yang cukup, kurang lebih berukuran sepetanir 5(P)
x 5(L) x 3(T) untuk kemudian pompa air dengan kapasitas yang
memadai di tempatkan dekat kolam tersebut dan dihubungkan
dengan jaringan irigasi penyiraman. Jumlah kolam dan jumlah
pompa air (dengan kapasitas cukup) yang harus dipersiapkan
bergantung kepada jumlah bibit dan luas pembibitan.
• Drainage
Lokasi pembibitan yang dipilih, harus bebas dari banjir yang dapat
merusak bibit dan gudang penyimpanan material. Selain daripada
itu, lahan harus dibuat agar tidak mudah tergenang air.
c. Saluran Air
Perencanaan pembangunan saluran air didasarkan atas topografi lahan, letak sumber air, dan tinggi muka air tanah. Sistem pengeluaran
23 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
air berlebih (drainase) dibuat berdasarkan kondisi drainase areal.
Untuk lahan gambut, pengelolaan tata air sangat dominan, mengingat
karakteristik lahan gambut yang mengering dan mengkerut tidak
balik (irreversible shrinkage) apabila mengalami kekeringan.
d. Afdeling dan Blok
Luas afdeling dan blok disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi pengelolaan areal yang dikaitkan dengan kemudahan perawatan tanaman dan kegiatan panen. Luas areal satu afdeling
yang ideal berkisar 750 ha dan luas satu blok adalah 25 ha (500 m
x 500 m) untuk topografi datar, sedangkan luas blok untuk daerah dengan topografi bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 m x 400 m). Luas satu blok tersebut juga dikaitkan terhadap kepentingan
penetapan kesatuan contoh daun (KCD).
2. Jarak antara kebun dari para pekebun swadaya dengan lokasi PKS
Persyaratan umum yang harus dipenuhi agar layak antara lain: (i)
Jarak Lokasi Pabrik terjauh dari kawasan kebun sejauh-jauhnya masih
dalam radius 10 Km, dengan pertimbangan agar biaya angkut TBS
masih layak; (ii) Lokasi pabrik terletak sekurang-kurangnya 3 km dari
wilayah pemukiman dan tidak terdapat kali/sungai kecil yang mengalir
dari pabrik ke Pemukiman; (iii) Akses jalan keluar-masuk dari kebun
menuju pabrik tidak melalui jalan desa; (iv) Kondisi tanah, baik struktur
tanah maupun topograpinya tidak menimbulkan bencana tanah longsor
atau banjir; (iii) Tidak terlalu jauh dari jalan raya atau sungai besar
untuk pengeluaran/pengiriman hasil produksi CPO dan kernel ke pasar.
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek organisasi pekebun untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil
Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek organisasi pekebun
untuk petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
24 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
penting dalam aspek organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam aspek organisasi pekebun untuk petani sawit
mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat organisasi pekebun
yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
Daftar Pustaka
Feintrenie, L., Chong, W. K., & Levang, P. (2010). Why do farmers prefer
oil palm? Lessons learnt from Bungo district, Indonesia. Bogor,
Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR).
Fitzherbert, E. B., Struebig, M. J., Morel, A., Danielsen, F., Brühl, C. A., Donald,
P. F., et al. (2008). How will oil palm expansion affect biodiversity?
Trends Ecol Evol. 23(10), 538-545.
Koh, L. P., & Wilcove, D. S. (2008). Is oil palm agriculture really destroying
tropical biodiversity? Conservation Letters xx , 1–5.
Mahfiana, L. (2013). Sengketa Kepemilikan Hak Atas Tanah. Kodifikasia 7 (1), 83-102.
Mayrowani, H., Ashari, & Ilham, N. (2011). Pemanfaatan Lahan Kering di
Sekitar Hutan dalam Peningkatan Produksi Pangan (Kasus Kabupaten
Blora, Jawa Tengah)ENGAH). http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/
pdffiles/Pros_MP_Henny_2011.pdf, 98-110.
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani. http://
cybex.pertanian.go.id/files/kp/Juklak%20KEP%20final_opt.pdf
Peraturan Kepala Badan penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pertanian Nomor: 90/Per/SM.820/J/12/12 tentang Petunjuk
25 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Pelaksanaan Pengemabngan Kelembagaan Ekonomi Petani. http://
cybex.pertanian.go.id/files/kp/Juklak%20KEP%20final_opt.pdf
Peraturan Menteri Pertanian No. 82 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan
Kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani. http://perundangan.
pertanian.go.id/admin/file/Permentan%20No.82%20Tahun%202013.pdf
Peraturan Menteri Pertanian No. 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani. http://bkppp.bantulkab.go.id/
filestorage/dokumen/2014/07/Permentan%20No.%20273%20
Th.%202007%20Pedoman%20Pembinaan%20Kelembagaan%20
Petani.pdf
26 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 3ORGANISASI PEKEBUN
3. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 3 akan menguraikan tentang Kelembagaan pekebun; Susunan uraian
tugas pengurus organisasi pekebun; Efektivitas organisasi pekebun; Catatan
dan dokumentasi organisasi kelembagaan pekebun.
3. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Menguraikan pendekatan, alat dan proses untuk peningkatan pengetahuan
dan kompetensi terkait organisasi pekebun.
■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait organisasi pekebun
■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait organisasi
pekebun
3. 3. Pendahuluan
Pekebun berorganisasi menjadi indikator terpenting dalam kelembagaan
yang kuat, pekebun dapat bersatu dan secara kolektif mengembangkan sistem-
sistem yang alternatif dalam perkebunan rakyat serta sebagai syarat mudah
dalam penjualan TBS pekebun swadaya. Organisasi pekebun swadaya akan
mampu mengkonsolidasikan kelembagaannya secara berkelanjutan terkait
peningkatan kapasitas pekebun, praktek GAP berdasarkan prinsip sustainability.
Melalui kelembagaan tersebut, diperoleh identifikasi terkait jumlah pekebun swadaya, luas lahan perkebunan setiap anggota pekebun swadaya, informasi
27 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
mitra penjualan, serta informasi tentang prosentasi tonase produksi TBS
anggota. Disamping itu, kebersamaan dan keinginan untuk memperbaiki
praktik budidaya menjadi pondasi dalam menerapkan prinsip dan kriteria
ISPO. Mekanisme kontrol internal dan kelembagaan yang kuat menjadi bagi
petani yang tergabung dalam sebuah kelembagaan. Oleh sebab itu, petani perlu
bergabung dengan kelompok tani dan kelembagaan ekonomi seperti koperasi
akan mampu membentuk kekuatan kolektif yang terlembagakan sehingga
saling bersinergi dan saling melengkapi dalam menghadapi berbagai tantangan.
3. 4. Kelembagaan Pekebun
Pekebun adalah orang perseorangan warga negara Indonesia yang melakukan
usaha perkebunan dengan skala usaha tidak mencapai skala tertentu. Usaha
kebun swadaya adalah usaha Pekebun yang kebunnya dikelola sendiri oleh
pekebun sesuai peraturan perundang-undangan dengan luas maksimum 25
ha. Oleh sebab itu, kelembagaan pekebun memiliki peran penting membantu
pekebun dalam melakukan berbagai hal seperti misalnya, fungsi-fungsi
pelayanan dalam sistem budidaya perkebunan, fasilitasi akses ke lembaga-
lembaga keuangan, pemerintah, perusahaan sampai pada akses terhadap pasar.
Kelembagaan ini adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan
untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani.
Kelembagaan pekebun juga dapat memperkuat posisi tawar pekebun
swadaya dalam kerjasama pemasaran dengan perusahan. Kelembagaan
pekebun tersebut berfungsi untuk menyatukan pendekatan sistem budidaya
ditingkat pekebun swadaya yang berbeda-beda dan tidak terintegrasi dalam
pembangunan berkelanjutan.
Namun, identitas kelembagaan pekebun harus jelas dan terdokumentasi
melalui dokumen AD/ART atau surat keterangan dari Dinas Perkebunan
yang menunjukkan bentuk kelembagaan pekebun, baik berbentuk badan
usaha koperasi yang berbadan hukum maupun berupa kelompok pekebun.
Kelembagaan pekebun juga harus memiliki dokumentasi jumlah anggota
pekebun swadaya yang disertai dengan luas lahan, umur tanaman sawit, serta
informasi lainnya terkait profil dan data pekebun. Selanjutnya, paradigma pengembangan dan strategi pengembangan kelembagaan petani tersaji pada
gambar 3.1 dan 3.2.
28 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Gambar 3.1. Paradigma Pengembangan Kelembagaan Petani
Gambar 3.2. Strategi Pengembangan Kelembagaan Petani
Sementara itu, optimalisasi kelembagaan ekonomi petani mencakup: (i)
Berorientasi usaha produktif; (ii) Akses terhadap kelembagaan keuangan/
perbankan; (iii) Mampu melayani kebutuhan pengembangan agribisnis bagi
anggotanya; (iv) Mampu menghubungkan dengan sumber-sumber informasi,
teknologi, dan pasar sehingga belum mampu bersaing dengan pelaku usaha
lainnya.
3. 5. Kelompok Tani
Kelompok tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang menghimpun
diri dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian dalam tujuan, motif,
29 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
dan minat. Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dibentuk
dengan tujuan sebagai wadah komunikasi antarpetani.
Kelompok tani merupakan kumpulan petani/pekebun yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Kelompok tani juga merupakan kelembagaan petani non-formal yang
ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani dengan jumlah anggota
berkisar antara 20 sampai 25 orang petani atau disesuaikan dengan kondisi
lingkungan masyarakat dan usahataninya.
Kegiatan-kegiatan poktan yang dikelola tergantung kepada kesepakatan
anggota, dapat berdasarkan jenis usaha, unsur-unsur subsistem agribisnis
(pengadaan sarana produksi pertanian, pemasaran, pengolahan hasil pertanian,
dll). Sementara itu, prinsip-prinsip penumbuhan kelompok tani antara lain: (i)
Kebebasan; (ii) Keterbukaan; (iii) Partisipatif; (iv) Swadaya; (v) Kesetaraan;
(vi) Kemitraan.
Fungsi kelompok tani adalah sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan
unit produksi sebagai berikut:
■ Kelas belajar
Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya
guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta
tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupannya
yang lebih sejahtera;
■ Wahana kerjasama
Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasma diantara
sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan
pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan lebih
efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan;
■ Unit produksi
Usahatani yang dilaksanakan masing-masing anggota kelompoktani, secara
keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat
30 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi
kuantitas, kualitas maupun kontinuitas;
Proses Penumbuhan Kelompok tani sebagai berikut:
■ Penyuluh pertanian memberikan sosialisasi tentang penumbuhan poktan
kepada masyarakat, terutama tokoh-tokoh petani setempat dan aparat desa/
kelurahan;
■ Penumbuhan poktan dilakukan dalam pertemuan atau musyawarah petani
yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pamong desa/kelurahan, penyuluh
pertanian sebagai mitra kerja petani dan instansi terkait;
■ Selanjutnya kesepakatan membentuk poktan dituangkan dalam surat
pernyataan yang diketahui oleh penyuluh pertanian;
■ Pemilihan pengurus kelompok dilakukan secara musyawarah dan mufakat
oleh seluruh anggota. Perangkat kepengurusan kelompoktani sekurang-
kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan seksi-seksi sesuai
kebutuhan, dan dituangkan dalam berita acara yang disahkan oleh kepala
desa/lurah dan diketahui oleh penyuluh pertanian;
■ Sebagai tindak lanjut dari penumbuhan kelompoktani dan pemilihan
pengurus, maka diadakan pertemuan lanjutan yang dihadiri seluruh anggota
untuk menyusun dan/atau menetapkan rencana kerja kelompok
Pengembangan Kelompok tani sebagai berikut:
■ Penguatan Poktan Menjadi Kelembagaan Petani yang Kuat dan Mandiri:
1. Melaksanakan pertemuan/rapat anggota, rapat pengurus yang
diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan;
2. Disusunnya rencana kerja kelompok dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang diselenggarakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan
bersama dan setiap akhir penyelenggaraan dilakukan evaluasi secara
partisipatif;
3. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama;
4. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih;
31 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
5. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu sampai
hilir;
6. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;
7. Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para
petani umumnya dan anggota kelompoktani khususnya;
8. Menumbuhkan jejaring kerjasama antara poktan dengan pihak lain
dalam bentuk kemitraan;
9. Mengembangkan pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau
penyisihan hasil usaha kegiatan kelompok;
10. Melakukan penilaian klasifikasi kemampuan kelompoktani yang terdiri dari Kelas Pemula, Kelas Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas Utama.
Pedoman penilaian klasifikasi kemampuan kelompoktani diatur lebih lanjut melalui Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan
Kelompoktani.
■ Peningkatan Kemampuan Anggota dalam Pengembangan Agribisnis
1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif agar para petani mampu
untuk membentuk dan menumbuhkembangkan kelompoknya secara
partisipatif;
2. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota poktan untuk
memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi, dan akses permodalan
yang tersedia;
3. Membantu memperlancar proses dalam mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta menyusun rencana dan memecahkan masalah yang
dihadapi dalam usahataninya;
4. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi pasar dan
peluang usaha serta menganalisis potensi wilayah dan sumber daya
yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi yang dikembangkan/
diusahakan guna memberikan keuntungan usaha yang optimal;
5. Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola usahatani
secara komersial, berkelanjutan dan akrab lingkungan;
6. Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi usaha
32 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin
permintaan pasar yang dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas;
7. Mengembangkan kemampuan anggota untuk menciptakan teknologi
yang spesifik lokalita;
8. Mendorong dan mengadvokasi agar para petani mau dan mampu
melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna memfasilitasi
pengembangan modal usaha poktan.
■ Peningkatan Kemampuan Kelompoktani dalam Menjalankan Fungsinya
sebagai (1) kelas belajar; (2) wahana kerjasama; dan (3) unit produksi.
3. 5. 1. Gapoktan
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/ot.160/4/2007
tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani, Gapoktan adalah kumpulan
beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan
skala ekonomi dan efisiensi usaha. Adanya gapoktan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dan menyediakan sarana produksi
pertanian, peningkatan, permodalan, atau perluasan usaha tani untuk para
petani dan kelompok tani dari sektor hulu dan hilir, serta peningkatan kerjasama
dan pemasaran produk.
Gabungan kelompok tani berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan
usaha bersama mulai dari sektor hulu sampai hilir secara komersial dan
berorientasi pasar. Pada tahap pengembangannya gapoktan tersebut dapat
memberikan pelayanan informasi, teknologi dan permodalan kepada anggota
kelompoknya serta menjalin kerjasama dengan pihak lain.Bagan alur kerja
gapoktan untuk poktantersaji pada gambar 3.3.
Gambar 3.3. Bagan Alur Kerja Gapoktan
33 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Ciri Gabungan Kelompok tani sebagai berikut:
■ Adanya pertemuan/rapat anggota, rapat pengurus yang diselenggarakan
secara berkala dan berkesinambungan;
■ Disusunnya rencana kerja gapoktan secara bersama dan dilaksanakan oleh
para pelaksana sesuai dengan kesepakatan, serta dilakukan evaluasi setiap
akhir pelaksanaan secara partisipasi;
■ Memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama;
■ Memiliki pencatatan administrasi dan keuangan yang rapih untuk setiap
anggota;
■ Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama mulai sektor hulu sampai
sektor hilir;
■ Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi agribisnis;
■ Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi bagi usahatani anggota
kelompoktani yang bergabung dalam gapoktan;
■ Adanya jalinan kerjasama melalui kemitraan usaha antara gapoktan dengan
pihak lain;
■ Adanya pemupukan modal usaha baik yang bersumber dari iuran anggota
maupun dari penyisihan hasil usaha gapoktan.
Fungsi Gabungan Kelompok tani sebagai berikut:
■ Unit Usaha Penyedia Sarana dan Prasarana Produksi: Gabungan
kelompoktani merupakan tempat pemberian layanan kepada seluruh anggota
untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi (pupuk termasuk pupuk
bersubsidi, benih bersertifikat, pestisida, dll) dan alat mesin pertanian, baik yang berdasarkan kredit/permodalan usahatani bagi anggota kelompoktani
yang memerlukan maupun dari swadana petani/sisa hasil usaha;
■ Unit Usahatani/Produksi: Gabungan kelompoktani dapat menjadi unit
yang memproduksi komoditas untuk memenuhi kebutuhan anggotanya
dan kebutuhan pasar sehingga dapat menjamin kuantitas, kualitas dan
kontinuitas serta stabilitas harga;
■ Unit Usaha Pengolahan: Gabungan kelompoktani dapat memberikan
34 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
pelayanan baik berupa penggunaan alat mesin pertanian maupun teknologi
dalam pengolahan hasil produksi komoditas yang mencakup proses
pengolahan, sortasi/grading dan pengepakan untuk meningkatkan nilai
tambah produk;
■ Unit Usaha Pemasaran: Gabungan kelompoktani dapat memberikan
pelayanan/fasilitasi pemasaran hasil pertanian anggotanya baik dalam
bentuk pengembangan jejaring dan kemitraan dengan pihak lain maupun
pemasaran langsung. Dalam pengembangannya gapoktan dapat memberikan
pelayanan informasi harga komoditas, agar gapoktan tumbuh dan
berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat meningkatkan
produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik bagi anggotanya;
■ Unit Usaha Keuangan Mikro (simpan-pinjam): Gabungan kelompoktani
dapat memberikan pelayanan permodalan bagi anggota, baik yang berasal
dari iuran dan/atau simpan-pinjam anggota serta sisa hasil usaha, maupun
dari perolehan kredit melalui perbankan, mitra usaha, atau bantuan
pemerintah dan swasta.
Proses Penumbuhan Gabungan Kelompok tani sebagai berikut:
■ Penyuluh pertanian memberikan sosialisasi melalui pertemuan kelompok-
kelompoktani dan pertemuan RW/dusun dalam satu desa/kelurahan.
■ Membuat surat pernyataan kesepakatan tertulis dari poktan-poktan tentang
pembentukan gapoktan
■ Langkah-langkah membentuk kesepakatan gapoktan sebagai berikut:
1. Penyuluh pertanian memfasilitasi pertemuan pembentukan gapoktan
yang dihadiri para ketua kelompoktani yang akan bergabung, aparat
desa/pamong desa, tokoh masyarakat dan instansi terkait;
2. Penyuluh pertanian memfasilitasi terbentuknya gapoktan yang meliputi
nama gapoktan dan pengurus (Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-
seksinya sesuai kebutuhan);
3. Pembentukan gapoktan tersebut dituangkan dalam berita acara
penumbuhan gapoktan yang disahkan oleh Kepala Desa/Lurah dan
diketahui oleh penyuluh pertanian dengan cara sebagai berikut:
• Daftar poktan yang memenuhi syarat untuk bergabung dalam
35 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
gapoktan selanjutnya dimasukkan dalam salah satu bahan dalam
penyusunan programa desa/kelurahan;
• Setelah programa desa disusun maka pengembangan gapoktan
menjadi bahan bagi Rencana Kerja Tahunan (RKT) Penyuluh
Pertanian.
Ketentuan Gabungan Kelompok tani sebagai berikut:
■ Gapoktan beranggotakan beberapa kelompoktani dengan persyaratan
sebagai berikut:
1. Pendirian poktan minimal telah berusia 2 tahun;
2. Tingkat kemampuan poktan minimal kelas madya;
3. Memiliki usaha kelompok yang sama atau saling melengkapi;
4. Berada dalam wilayah satu desa/kelurahan atau kecamatan;
5. Semua anggota kelompok sepakat membentuk gabungan kelompok
tani yang dibuktikan dengan pernyatan tertulis.
■ Memiliki pengurus terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-
seksi sesuai unit usaha yang dilakukan.
3. 5. 2. Koperasi atau Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan
untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggotanya, diatur dalam
Undang-Undang tentang Koperasi No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Koperasi yang dibentuk oleh minimum tiga Koperasi disebut Koperasi
Sekunder.
Persyaratan membentuk koperasi tani sebagai berikut:
■ Syarat Umum:
1. Dua rangkap Salinan Akta Pendirian koperasi dari notaris (NPAK).
2. Berita Acara Rapat Pendirian Koperasi.
3. Daftar hadir rapat pendirian koperasi
4. Foto Copy KTP Pendiri (urutannya disesuaikan dengan daftar hadir
agar mempermudah pada saat verifikasi).
36 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
5. Kuasa pendiri (Pengurus terpilih) untuk mengurus pengesahan
pembentukan koperasi.
6. Surat Bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang;kurangnya
sebesar simpanan pokok dan simpanan wajib yang wajib dilunasi para
pendiri.
7. Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga antara pengurus.
8. Surat Pernyataan Status kantor koperasi dan bukti pendukungnya
9. Dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
■ Harus ada 20 orang dianggap sebagai pendiri-pendiri koperasi untuk
berdirinya koperasi dengan persyaratan anggota sebagai berikut:
1. Mampu untuk melakukan tindakan hukum
2. Menerima landasan idiil sebagai asas dan sendi dasar koperasi
3. Sanggup dan bersedia melakukan kewajiban dan hak sebagai anggota
sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 25 tahun 1992,
Anggaran Dasar, dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan koperasi
lainnya
■ Harus ada akte pendirian koperasi yang memuat anggaran dasar koperasi
dan anggaran rumah tangga yang disusun oleh pendiri.
■ Dalam Anggaran Dasar dalam akte pendirian koperasi memuat:
1. Daftarnama pendiri
1. Nama dan tempat kedudukan
2. Maksud dan tujuan serta bidang usaha
3. Ketentuan mengenai keanggotaan
4. Kentuan mengenai Rapat Anggota
5. Ketentuan mengenai pengelolaan
6. Ketentuan mengenai permodalan
7. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya
8. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha
9. Ketentuan mengenai sanksi
37 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Telah mengembangkan usaha berkelompok yang dikelola secara komersial
dan berorientasi pasar (Rencana kegiatan usaha koperasi minimal tiga tahun
kedepan dan Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan Koperasi)
■ Memiliki aturan/norma organisasi secara tertulis yang disepakati dan ditaati
oleh semua anggota (Struktur Organisasi Koperasi)
■ Telah memiliki kepengurusan yang bertugas dalam pengembangan usaha
dan berjalan sesuai dengan tugas dan kewajibannya (Daftar susunan
pengurus dan pengawas).
Tugas/kewajiban pengurus koperasi adalah memimpin organisasi dan usaha
koperasi serta mewakilinya di muka dan di luar pengadilan sesuai dengan
keputusan rapat anggota sebagai berikut:
1. Pengurus dapat mempekerjakan seorang atau beberapa orang untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari.
2. Pengurus bertanggung jawab melaporkan kepada rapat anggota tentang
segala sesuatu yang menyangkut tata kehidupan koperasi dan segala
laporan pemeriksaan atas tata kehidupan koperasi. Khusus mengenai
laporan tertulis dari badan pemeriksa, pengurus menyampaikan pula
salinannya kepada pejabat.
3. Tiap-tiap anggota pengurus harus memberi bantuan kepada pejabat
yang sedang melakukan tugasnya.
4. Pengurus wajib menyelenggarakan rapat anggota tahunan menurut
ketentuan yang tercantum di dalam anggaran dasar.
5. Pengurus wajib mengadakan buku daftar anggota pengurus yang cara
penyusunannya dilakukan menurut ketentuan yang ditetapkan oleh
pejabat.
6. Pengurus harus menjaga kerukunan anggota dan melayaninya.
■ Telah membangun kemitraan dan jejaring usaha dengan berbagai pihak
dalam rangka pengembangan usaha (Daftar Sarana Kerja Koperasi)
■ Memiliki pencatatan administrasi organisasi yang baik.
■ Memiliki catatan usaha sederhana tetapi dilakukan secara berkesinanbungan.
38 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Memiliki rencana kerja/kegiatan dalam pengembangan usaha.
■ Ada pemupukan modal usaha atau dana keswadayaan yang berkembangbaik
yang berasal dari iuran anggota maupun penyisihan hasil usaha/kegiatan
kelompok.
■ Telah mencoba utuk mengembangkan kegiatan pengelolaan keuangan
dalam bentuk Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) atau bentuk
pengelolaan jasa keuangan lainnya.
Pembentukan koperasi tani sebagai berikut:
■ Tahap Persiapan
1. Penyuluh Pertanian melakukan identifikasi terhadap gapoktan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi koperasi sesuai dengan
persyaratan;
2. Gapoktan yang memenuhi syarat diajukan oleh Kepala BP3K kepada
Kepala BP4K di tingkat kabupaten;
3. Verifikasi dan validasi kelayakan gapoktan yang diusulkan sebagai calon koperasi tani oleh BP4K/Kelembagaan yang membidangi
penyuluhan bekerjasama dengan dinas/kantor yang menangani koperasi
di kabupaten/kota
4. Kepala BP4K dan kepala dinas/kantor yang menangani koperasi di
kabupaten/kota menyepakati gapoktan yang siap untuk difasilitasi
untuk membentuk tani;
5. Daftar Gapoktan yang memenuhi syarat selanjutnya dimasukan menjadi
salah satu bahan dalam penyusunan programa penyuluhan tingkat
kecamatan;
6. Setelah programa penyuluhan disusun, maka fasilitasi pembentukan
koperasi tani menjadi bahan bagi rencana kerja penyuluh;
7. Sosialisasi oleh penyuluh tentang manfaat dan tata cara pembentukan
koperasi yang dilakukan pada pertemuan berkala gapoktan untuk
memberikan wawasan tentang Koperasi Tani. Kegiatan sosialisasi
ini sebaiknya dengan menyertakan petugas dari dinas/kantor yang
menangani koperasi;
39 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
8. Musyawarah/rembug gapoktan untuk menyepakati pembentukan
koperasi tani, pada pertemuan ini sebaiknya dihadiri oleh petugas dari
dinas/kantor yang menangani koperasi agar untuk selanjutnya gapoktan
tersebut mendapat fasilitasi dalam mempersiapkan kelengkapan untuk
membentuk koperasi;
9. Fasilitasi berupa pendampingan oleh penyuluh pertanian bersama
dengan petugas oleh petugas dari dinas/kantor yang menangani
koperasi. Materi fasilitasi antara lain meliputi: (i) Persyaratan dan proses
pembentukan koperasi tani; (ii) Struktur, tugas, tanggung jawab dan
fungsi kepengurusan koperasi tani; (iii) Penyiapan dokumen-dokumen
kelengkapan pembentukan koperasi.
10. Pendampingan oleh penyuluh pertanian dilakukan sebagai bagian dari
kunjungan penyuluh ke kelompok tani/gapoktan sesuai dengan jadwal
yang disepakati bersama kelompok tani/gapoktan.
■ Tahap Pembentukan
1. Setelah bentuk koperasi beserta namanya telah disepakati, maka
dilakukan pendirian koperasi dengan pembuatan Akta Pendirian
Koperasi yang dibuat oleh Notaris yang terdaftar pada dinas/kantor
yang menangani koperasi.
2. Apabila akta pendirian telah diterbitkan maka koperasi tersebut, harus
memperoleh pengesahan sebagai badan hukum, apabila lingkup wilayah
kerja koperasi di kabupaten/kota maka pengesahan badan hukum dapat
diperoleh dari dinas/kantor yang menangani koperasi di kabupaten/
kota.
Prosedur Mendirikan Koperasi Koperasi sebagai berikut:
■ Persiapan pendahuluan yaitu ada orang yang mempunyai kepentingan yang
sama,ada tujuan yang sama, calon anggota sekurang-kurangnya 20 orang
dan calon anggota bertempat tinggal dalam satu wilayah tertentu.
■ Persiapan mendirikan koperasi, yaitu ada prakarsa mendirikan koperasi
secara mantap dan dapat direalisasi dalam bentuk panitia, ada konsep
anggaran dasar koperasi dan panitia mengadakan undangan rapat terhadap
calon anggota,para pejabat pemerintah dan kepala kantor koperasi setempat.
40 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Rapat pendirian koperasi, yaitu harus dibicarakan antara lain alasan yang
mereka lakukan untuk pendirian koperasi, tujuan didirikannya koperasi,
persetujuan didirikannya koperasi, perumusan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga koperasi dan pemilihan pengurus & badan pemeriksa serta
penetapan orang yang menandatangani akta pendirian koperasi.
■ Laporan dan permohonan pengakuan;
Setelah rapat pembentukan selesai, pengurus terpilih berkewajiban:
■ Membuat buku daftar anggota koperasi,
■ Membuat buku daftar pengurus,
■ Mebuat laporan telah terbentuknya koperasi kepada yang berwenang
■ Mengirim surat permohonan pengakuan badan hukum kepada kepala kantor
direktorat koperasi setempat
Proses Pengesahan Badan Hukum Koperasi tersaji pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Proses Pengesahan Badan Hukum Koperasi
41 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
3. 6. Susunan Uraian Tugas Pengurus Organisasi Pekebun
3. 6. 1. Kelompok Tani
Pengurus kelompok tani terdiri dari:
■ Ketua
1. Memimpin rapat angota poktan dalam peyusunan Rencana Usaha
Kelompok /RUK berdasarkan Rencana Usaha Anggota/RUA.
2. Menyampaikan hasil keputusan rapat anggota poktan
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan usaha kelompok sesuai
dengann hasil keputusan rapat angota poktan
4. Menyalurkan dana BLM-PUAP yang diterima poktan kepada anggota
sesuai RUA.
■ Sekretaris
Melaksanakan administrasi kegiatan gapoktan dengan rincian sebagai
berikut:
1. Membuat dan memeliharan notulen rapat, berita acara, serta dokumen
lain
2. Menyelenggarakan surat-menyurat
3. Menyelengarakan administrasi dokumen RUB (rencana usaha
bersama), RUK/rencana Usaha kelompok, RUA/rencana usaha anggota
dan kegiatan organisasi lain
4. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan poktan.
■ Bendahara
1. Melaksanakan penarikan/pencairan dana sesuai dengan jadwal
pemanfaatan oleh anggota
2. Membukukan setiap penyaluran dana (PUAP) kepada anggota
3. Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan
4. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan keuangan gapoktan.
■ Seksi Usaha tani
42 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
1. Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi
usaha tani yang menguntungkan berdasarkan info yang tersedia dalam
bidang teknologi sosial permodalan, sarana produksi dan sumberdaya
lainnya
2. Menyusun rencana definitif gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi
3. Memfasilitasi penerapn teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani
kelompok tani sesuai dengan rencana kegiatan poktan
4. Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam
pelaksanaan usaha tani
5. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama
dalam organisasi maupun kesepakatan dengan pihak lain
6. Mengevalusi kegiatan bersama dan recana kebutuhan gapoktan sebagai
bahan rencana kegiatan yang akan dating
7. Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian
sumberdaya alam
8. Mengelola administrasi secara baik
9. Merumuskan kesepakatan bersamaa baik dalam memecahkan masalah
untuk melakukan berbagai kegiatan poktan
10. Merencanakan dan melaksanakan pertemua-pertemuan berkala baik di
dalam gapoktan, antar gapoktan, atau dengan instasi/lembaga terkait
■ Seksi usaha pengolahan
1. Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil usaha
tani petani dan poktan
2. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pengusaha pengolhaan
hasil-hasil pertanian
3. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penydia pengolahan
peralatan-peralatan pertanian
4. Mengembangkan kemampuan anggota gapoktan dalam pegolahan
produk-produk hasil pertanian
43 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
5. Mengorganisasikan kegiatan produksi anggota gapoktan ke dalam unit-
unit usaha pengolahan
■ Seksi usaha sarana dan prasarana produksi
1. Menyusun perenanaan kebutuhan sarana dan prasarana setiap
anggotanya
2. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pihak penyedia sarana
prasarana produksi pertanian dengann dinas terkait dan lembaga-
lembaga usaha saprotan
3. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pihak penyedia sarana
prasarana produksi pertanian, pengolahan, pemasaran atau permodalan
■ Seksi usaha pemasaran
1. Mengidentifikasi, menganalisis potensi dan peluang pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk megembangkan komoditi yang
dikembangkan/diusahakan guna memberikan keuntungan usaha yang
lebih besar
2. Merencanakan kebutuhan pasar berdasarkan sumberdaya yang dimiliki
dengan memprhatikan segmentasi pasar
3. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pemasok-pemasok
kebutuhan pasar
4. Mngembangkan penyediaan kebutuhan-kebutuhan pasar produk
pertanian
5. Mengembangkan kemampuan memasarkan produk-produk hasil
pertanian
6. Menjalin kemitraan/kerjasama usaha dengan pihak pemasok hasil-hasil
produksi pertanian
7. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi usaha masing-
masing anggota untuk dijadikan satu unit yang menjamin pada
permintaan pasar dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas
■ Seksi keuangan mikro:
1. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa angota poktan untuk
44 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
memanfaatkan setiap informasi dan akses permodalan yang tersedia
2. Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola keuangan
mikro secara komersil
3. Mengembangkan kemampuan utk menggali sumber-sumber usaha
yang mampu meningkatkan permodalan
4. Mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu
melaksanakan kegiatan simpan pinjam guna memfasilitasi
pengembangan modal usaha.
3. 6. 2. Gapoktan
Pegurus Gapoktan terdiri dari:
■ Ketua
Ketua mengkoordinasikan, mengorganisasikan serta bertanggungjawab
penuh terhadap seluruh kegiatan gapoktan dengan rincian sebagai berikut:
1. Melaksanakan hasil keputusan rapat anggota
2. Memimpin rapat pengurus yang dihadiri pengurus poktan, komite
pengarah dan penyuluh pendamping
3. Menandatangan surat menyurat dan dokumen pelaksanaan (PUAP) dan
dokumen surat menyurat lain
4. Mewakili gapoktan dalam pertemuan dengan pihak lain
5. Megkoordinasikan pelaporan dan pertanggungjawaban dana
6. Memimpin organisasi dan administrasi gapoktan.
■ Sekretaris
Melaksanakan administrasi kegiatan gapoktan dengan rincian sebagai
berikut:
1. Membuat dan memeliharan notulen rapat, berita acara, serta dokumen
lain
2. Menyelenggarakan surat-menyurat
3. Menyelengarakan administrasi dokumen RUB (rencana usaha
45 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
bersama), RUK/rencana Usaha kelompok, RUA/rencana usaha anggota
dan kegiatan organisasi lain
4. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan gapoktan.
■ Bendahara, yaitu petani anggota yang dipilih dalam Rapat Anggota;
menangani seluruh kegiatan administrasi keuangan gapoktan, termasuk
penyaluran dan pengelolaan dana, dengan rincian sebagai berikut:
1. Melaksanakan penarikan/pencairan dana sesuai dengan jadwal
pemanfaatan oleh anggota
2. Membukukan setiap penyaluran dana (PUAP) kepada anggota
3. Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan
4. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan keuangan gapoktan.
■ Komite pengarah, yaitu komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa
yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan
penyuluh pendamping. Komite Pengarah terdiri dari seorang ketua dan dua
orang angota dengan tugas sebagai berikut:
1. Memberi masukan dan pertimbangan dalam penetapan RUB pada saat
rapat angota
2. Mengawasi penggunaan dana BLM PUAP sesuai keputusan Rapat
Anggota
3. Memberi masukan dan pertimbangan dalam penumbuhan dan
pengembangan unit usaha otonom gapoktan.
■ Pengelola gapoktan, yang berada dibawah kendali Pengurus:
1. Seksi Keuangan Mikro
a. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa angota poktan
untuk memanfaatkan setiap informasi dan akses permodalan yang
tersedia
b. Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola keuangan
mikro secara komersil
c. Mengembangkan kemampuan utk menggali sumber-sumber usaha
yang mampu meningkatkan permodalan
46 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
d. Mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu
melaksanakan kegiatan simpan pinjam guna memfasilitasi
pengembangan modal usaha.
2. Seksi Usaha tani
a. Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi
usaha tani yang menguntungkan berdasarkan info yang tersedia
dalam bidang teknologi sosial permodalan, sarana produksi dan
sumberdaya lainnya
b. Menyusun rencana definitif gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi
c. Memfasilitasi penerapn teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani
kelompok tani sesuai dengan rencana kegiatan poktan
d. Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam
pelaksanaan usaha tani
e. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama
dalam organisasi maupun kesepakatan dengan pihak lain
f. Mengevalusi kegiatan bersama dan recana kebutuhan gapoktan
sebagai bahan rencana kegiatan yang akan dating
g. Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian
sumberdaya alam
h. Mengelola administrasi secara baik
i. Merumuskan kesepakatan bersamaa baik dalam memecahkan
masalah untuk melakukan berbagai kegiatan poktan
j. Merencanakan dan melaksanakan pertemua-pertemuan berkala baik
di dalam gapoktan, antar gapoktan, atau dengan instasi/lembaga
terkait.
3. Seksi usaha pengolahan
a. Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil usaha
tani petani dan poktan
b. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pengusaha pengolhaan
47 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
hasil-hasil pertanian
c. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penydia
pengolahan peralatan-peralatan pertanian
d. Mengembangkan kemampuan anggota gapoktan dalam pegolahan
produk-produk hasil pertanian
e. Mengorganisasikan kegiatan produksi anggota gapoktan ke dalam
unit-unit usaha pengolahan
4. Seksi usaha sarana dan prasarana produksi
a. Menyusun perenanaan kebutuhan sarana dan prasarana setiap
anggotanya
b. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pihak penyedia sarana
prasarana produksi pertanian dengann dinas terkait dan lembaga-
lembaga usaha saprotan
c. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengann pihak penyedia
sarana prasarana produksi pertanian, pengolahan, pemasaran atau
permodalan
5. Seksi usaha pemasaran
a. Mengidentifikasi, menganalisis potensi dan peluang pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk megembangkan
komoditi yang dikembangkan/diusahakan guna memberikan
keuntungan usaha yang lebih besar
b. Merencanakan kebutuhan pasar berdasarkan sumberdaya yang
dimiliki dengan memprhatikan segmentasi pasar
c. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pemasok-pemasok
kebutuhan pasar
d. Mngembangkan penyediaan kebutuhan-kebutuhan pasar produk
pertanian
e. Mengembangkan kemampuan memasarkan produk-produk hasil
pertanian
f. Menjalin kemitraan/kerjasama usaha dengan pihak pemasok hasil-
48 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
hasil produksi pertanian
g. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi usaha
masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit yang menjamin
pada permintaan pasar dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas
3. 6. 3. Koperasi
Perangkat organisasi Koperasi terdiri dari:
■ Anggota
Angota bersifat pribadi dengan prinsip kebersamaan.Setiap anggota masing-
masing memiliki satu suara dalam rapat anggota tanpa memperhatikan jumlah
modal masing-masing.Setiap anggota bebas untuk masuk/keluar (anggota
berganti).Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan
koperasi tetapi apabila diperlukan dapat juga diangkat Dewan Penasehat.Tugas
Rapat anggota menetapkan sebagai berikut:
1. Anggaran Dasar,
2. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha
koperasi, serta pelaksanaan keputusan koperasi.
3. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas
4. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi,
pengesahan neraca dan perhitungan rugi laba serta kebijaksanaan yang
diambil oleh pengurus.
5. Pengesahan laporan pertanggungjawaban pengurus dan badan
pemeriksa dalam pelaksanaan tugasnya
6. Pembagian sisa hasil usaha
7. Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi
8. Menyelenggarakan rapat anggota minimal sekali dalam sebulan.
■ Pengurus
Tugas Pengurus sebagai berikut:
1. Mewakilli koperasi dimuka dan diluar pengadilan
2. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta
49 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar
3. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan kemanfaatan koperasi
sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan rapat anggota.
Susunan Pengurus terdiri dari:
1. Ketua
Tugas Ketua sebagai berikut:
a. Memimpin, mengkoordinasi, mengawasi pelaksanaan tugas anggota
Pengurus, Manajer dan Karyawan.
b. Memimpin Rapat Anggota/Rapat Anggota Tahunan
c. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Rapat Anggota/
Rapat Anggota Tahunan.
d. Memimpin rapat Pengurus, rapat Pengurus dengan Badan Pemeriksa/
Manajer.
e. Memberikan keputusan terakhir dalam kepengurusan koperasi
dengan
f. memperhatikan usul/saran/pertimbangan dari anggota pengurus
lainnya maupun manajer.
g. Mensahkan surat masuk dan keluar bersama Sekretaris untuk
kegiatan dalam bidang ideal koperasi, tata usaha, personalia dan
sebagainya.
h. Mensahkan surat masuk dan keluar bersama Bendahara untuk
kegiatan bidang keuangan
i. Mensahkan surat masuk dan keluar bersama Manajer untuk kegiatan
bidang usaha.
2. Sekretaris
Tugas Sekretaris sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan dan memelihara buku organisasi dan semua
arsip.
b. Memelihara tata kerja, merencanakan peraturan khusus serta
50 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
ketentuan lain
c. Merencanakan kegiatan operasional bidang ideal meliputi program
pendidikan,penyuluhan dan sebagainya
d. Mensahkan semua surat dan buku yang menyangkut bidang
kesejahteraan bersama Ketua
e. Bertanggungjawab dalam bidang administrasi organisasi kepada
Ketua.
f. Mengadakan hubungan dengan Bendahara dan Manajer dalam
bidang yang berkaitan.
3. Bendahara yang mempunyai tugas masing sebagai berikut :
Tugas Bendahara sebagai berikut:
a. Merencanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi.
b. Mencari dana baik dari anggota yang berupa simpanan maupun dari
bukan anggota dengan syarat yang ringan.
c. Memelihara harta kekayaan Koperasi.
d. Mengatur pengeluaran uang (biaya) agar tidak melebihi anggaran
yang telah
e. ditetapkan.
f. Mempersiapkan data dan informasi bidangnya dalam rangka
menyusun laporan organisasi baik untuk rapat anggota tahunan
maupun untuk pihak yang diperlukan.
g. Bersama dengan Manajer menandatangani/mensahkan bukti
pengeluaran uang (untuk jumlah yang melebihi wewenang Manajer).
h. Membimbing dan mengawasi pekerjaan Manajer dalam bidang
administrasi uang dan administrasi barang sesuai dengan sistem
yang dianut.
i. Melakukan pemeriksaan secara langsung jumlah uang kas dan
jumlah persediaan barang dan disesuaikan dengan catatan.
j. Mengambil langkah pengamanan tertentu untuk mencegah kerugian
51 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
koperasi.
k. Atas nama tugasnya Bendahara bertanggung jawab kepada Ketua.
4. Pengawas.
Tugas Badan Pengawas sebagai berikut:
a. Melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi, termasuk
organisasi,
b. Manajemen, usaha, keuangan, permodalan dan lain sebagainya
c. Mengawasi kebijakan operasional pengurus, yang meliputi bidang
organisasi, bidang usaha dan bidang keuangan koperasi.
d. Memeriksa, meneliti ketepatan dan kebenaran catatan organisasi,
usaha dan keuangan untuk dibandingkan dengan kenyataan yang
ada.
e. Bertanggungjawab atas kegiatan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
serta
f. merahasiakan hasil pemeriksaan kepada pihak ketiga
g. Membuat laporan pemeriksaan secara tertulis, memberikan
pendapatnya dan memberikan saran perbaikan dalam menyajikan
laporan kepada rapat anggota tahunan.
5. Pengelola koperasi yang berada dibawah kendali pengurus mencakup:
a. Manajer
Tugas Manajer sebagai berikut:
(a) Memimpin dan mengkordinasikan penyusunan rencana usaha
dan anggaran dari masing-masing bagian yang ada dibawahnya
dalam rangka menyusun rencana kerja dan mengajukan rencana
kerja tersebut kepada Pengurus.
(b) Memimpin dan mengkoordinasi semua kegiatan internal
koperasi
(c) Memberikan pengarahan dan mengawasi pelaksanaan rencana
kerja yang telah digariskan.
52 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
(d) Bersama dengan Pengurus membahas dan menyiapkan rencana
kerja dan anggaran serta mejajaki kemungkinan perluasan usaha
baru untuk diajukan kepada rapat anggota tahunan.
(e) Atas dasar Mandat/Surat Kuasa Ketua dapat menandatangani
surat perjanjian kerjasama dengan pihak luar.
(f) Mensahkan pengeluaran kas sampai batas wewenang yang
diberikan oleh Pengurus.
(g) Mengambil langkah pengamanan uang dan barang koperasi.
b. Bagian Umum
Tugas Bagian Umum sebagai berikut:
(a) Melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan
rumah tangga koperasi
(b) Melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan surat
menyurat
(c) Melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan
karyawan
c. Bagian administrasi Keuangan,
Tugas Bagian administrasi keuangan sebagai berikut:
(a) Mengatur dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan urusan kas,
(b) Mengatur dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan masalah administrasi keuangan/pembukuan ;
melaksanakan pembukuan sesuai dengan sistem yang telah
ditetapkan berdasarkan bukti yang sah, menyimpan /memelihara
semua bukti pembukuan secara teratur sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan menyimpan data keuangan untuk menyusun
laporan keuangan yang berupa Neraca dan Perhitungan Rugi/
Laba beserta lampiran dan penjelasannya
3. 7. Rencana Kegiatan Operasional Pekebun
Rencana Kegiatan oeprasional pekebun mencakup: (i) Kebutuhan sarana
53 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
produksi; (ii) Perkiraan produksi; (iii) Kegiatan pemeliharaan tanaman; (iv)
Pengendalian OPT; (v) Panen; (vi) Pengangkutan TBS; (vii) Pemeliharaan
terasering; (viii) Pemeliharaan jalan produksi; (ix) Rencana peremajaan
tanaman yang akan dilakukan.
1. Kebutuhan Sarana produksi:
■ Bahan tanaman unggul
Benih unggul bermutu bersertifikat yang berasal dari sumber benih dalam negeri yang telah ditetapkan pemerintah sebagai berikut:Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PT. PPKS) Medan; PT. Socfin Indonesia (PT.Socfindo); PT. PP London Sumatera; Indonesia,Tbk. (PT. Lonsum); PT. Bina Sawit Makmur; PT.
Tunggal Yunus Estate; PT. Dami Mas Sejahtera; PT. Bakti Tani Nusantara; PT.
Tania Selatan; PT. Sarana Inti Pratama; PT. Sasaran Ehsan Mekarsari.
Benih kelapa sawit disalurkan ke petani dalam polibeg, keadaan siap salur
berumur antara 9 – 18 bulan (sesuai kondisi setempat) dan telah disertifikasi oleh UPTD Perbenihan setempat.
■ Kesesuaian lahan
Karakteristik LahanIntensitas Faktor Pembatas
Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)
Curah hujan (mm) 1.750-3.0001.750-
1.500
1.500-
1.250< 1.250
Bulan kering (bln) < 1 1-2 2-3 > 3
Ketinggian di atas
permukaan laut0-200 200-300 300-400 > 400
Bentuk wilayah kemir-
ingan lereng
Datar-
berombak
< 8”
Berombak
bergelom-
bang
8-15”
Berge-
lombang
berbukit
15-30”
Berbukit-
ber-
gunung
> 30”
Batuan di permukaan
dan di dalam tanah
(%-volume)
< 3 3-15 15-40 > 40
Kedalaman efektif
(cm)> 100 100-75 75-50 < 50
54 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Karakteristik LahanIntensitas Faktor Pembatas
Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)
Tekstur tanah
Lempung
berdebu;
lempung
liat berpasir;
lempung
liat berdebu;
lempung
berliat
Liat; liat
berpasir;
lempung
berpasir;
lempung
Pasir ber-
lempug;
debu
Liat be-
rat; pasir
Kelas drainase Baik; sedang
Agak
terhambat;
agak cepat
Cepat;
terhambat
Sangat
cepat;
sangat
terhambat
tergenang
Keasaman tanah (pH) 5,0-6,04,0-5,0
6,0-6,5
3,5-4,0
6,5-7,0
< 3,5
> 7,0
■ Penerapan kultur teknis yang baik sejak awal, yaitu pembibitan, persiapan
lahan, pemeliharaan tanaman, penendalian hama penyakit, dan pemupukan.
■ Kualitas dan mutu panen dengan manajemen panen yang baik, yaitu dengan
tenaga yang terampil dan sarana panen memadai.
■ Efisiensi pengolahan hasil dengan integrasi yang baik mulai dari panen, pengangkutan hasil, loading ramp, sterilizer, digester, screw press dan
klarifiaksi.
2. Perkiraan produksi dapat dilihat pada tabel berikut.
55 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Keterangan: S1 = sangat sesuai; S2 = sesuai; S3 = agak sesuai
3. Kegiatan pemeliharaan tanaman
Pemeliharaa tanaman belum menghasilkan (BTM) mencakup: Pengendalian
lalang; Pengendalian gulma dipinggiran pokok; Gawangan; Pengendalian
hama dan penyakit; Pemeliharaan jalan; Pemeliharaan drainase; Pemupukan;
Pengawetan tanah dan sensus; Konsolidasi dan penyisipan.
Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) mencakup: Pemberantasan
gulma; Pembasmian alang-alang; Pemupukan; Pengendalian hama dan
penyakit; Penunasan; Pemeliharaan sarana dan prasarana; Pengawetan tanah
4. Pengendalian OPT
■ Hama:
1. Nematoda
a. Penyebab rhadinaphelenchus cocophilus. Bagian yang diserang
adalah akar.
b. Gejala: pusat mahkota mengerdil, daun baru tergulung dan tegak,
56 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
daun berubah warna menjadi kuning dan mengering, tandan buah
menjadi busuk.
c. Pengendalian : dengan meracuni pohon dengan natrium arsenit dan
setelah mati dibongkar dan dibakar.
2. Tunggau
a. Penyebab Tunggau Merah (Oliganycus). Bagian yang diserang
adalah daun.
b. Gejala: daun menjadi mengkilap dan daun berwarna bronz.
Pengendalian menggunakan aktrisida tetradifon 0,1 – 0,2%.
3. Ulat Setora
a. Penyebab setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun.
b. Gejala: daun dimakan sehingga yang tersisa hanya lidinya saja.
c. Pengendalian menggunakan insektisida Hosation 25 UI.V, sevin 85
ES, Dursban 20 EC pada konsentrasi 0,2 – 0,3%.
4. Oil Palm Bunch Moth
a. Penyebab Tiorathaba mudella. Bagian yang diserang adalah buah
muda dan kadang-kadang tandan buah.
b. Gejala: buah muda berlubang, tandan buah busuk.
c. Pengendalian menggunakan insektisida dipteres/thiodam (0,55
kg/370 liter air). Selain itu dilakukan pemberantasan biologi dengan
parasit tabuhan dan lalat parasit.
5. Kumbang Oryctes
a. Penyebab oryctes rhynoceros. Bagian yang diserang adalah titik
tumbuh, bakal daun.
b. Gejala daun seperti terpotong gunting; pada serangan berat serangga
akan mati.
c. Pengendalian peningkatan sanitasi dan pemberantasan biologi
dengan parasit jamur.
6. Babi hutan dan tikus
57 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
a. Babi hutan dan tikus biasanya menyerang tanaman kelapa sawit
yang masih muda dan hama tikus biasanya pengendalian dilakukan
dengan menggunakan/memelihara burung hantu.
■ Penyakit
1. Root Blast
a. Penyebab rhizoctonia lamcllifera dan Phythium Sp. Bagian yang
diserang adalah akar.
b. Gejala: bibit persemaian mati mendadak. Tanaman dewasa layu dan
mati. Selain itu terlihat adanya pembusukan akar.
c. Pengendalian dengan pembuatan persemai yang baik, pemberian air
irigasi di musim kemarau, pengendalian bibit lebih dari 11 bulan.
2. Garis Kuning
a. Penyebab fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
b. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna
coklat pada daun, daun mengering.
c. Pengendalian inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.
3. Dry Basal Rot
a. Penyebab ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang adalah batang.
b. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering, daun
muda mati dan kering.
c. Pengendalian adalah dengan menanam bibit yang telah di inokulasi.
1. Panen
Buah dari pohon yang masih rendah diambil dengan dodos sedangkan untuk
pohon yang tinggi diambil dengan agrek (arit bergagang bambu panjang). Cara
panen sebagai berikut:
1. Umur tanaman 4 tahun; hasil minyak = 500 kg/ha, hasil inti = 100 kg/
ha.
2. Umur tanaman 5 tahun; hasil minyak = 750 kg/ha, hasil inti = 150 kg/
ha.
58 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
3. Umur tanaman 6 tahun; hasil minyak = 1000 kg/ha, hasil inti = 200 kg/
ha.
4. Umur tanaman 7 tahun; hasil minyak = 1300 kg/ha, hasil inti = 260 kg/
ha.
5. Umur tanaman 8 tahun; hasil minyak = 1600 kg/ha, hasil inti = 320 kg/
ha.
6. Umur tanaman 9 tahun; hasil minyak = 1900 kg/ha, hasil inti = 380 kg/
ha.
7. Umur tanaman 10 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 400
kg/ha.
8. Umur tanaman 11 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 440
kg/ha.
9. Umur tanaman 12 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 450
kg/ha.
■ Pasca Panen:
1. Tandan buah diletakkan dalam piringan buah yang lepas disatukan dan
dipisahkan dari tandan.
2. Tandan buah dibawa dari tempat pengumpulan buah (TPB) dengan truk
dapat ditunda.
3. Di PTB tandan diatur dalam berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit
harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan
menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan
paling lambat 8jam setelah panen.
4. Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas
buah, dilumatkan di dalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk
mengeluarkan minyak dan dimurnikan.
5. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji
dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah
dari cangkangnya.
2. Pengangkutan TBS
59 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Pengangkutan TBS harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Pada saat menaikkan buah dan tandan ke kendaraan pengangkut
diupayakan agar buah kelapa sawit tidak memar/hancur karena
bantingan/lemparan
• TBS dalam truk harus ditutup dengan jaring agar buah tidak tercecer
selama pengangkutan
• Harus diangkut secepatnya setelah panen, maksimal 1 x 24 jam harus
sudah diolah di pabrik untuk menjaga kualitas buah dan minyak
yang dihasilkan
• Pengangkutan dari pohon yang dipanen ke tempat pemungutan hasil
(TPH).
• Pengangkutan dari TPH ke pabrik minyak kelapa sawit
3. Pemeliharaan terasering
Tujuannya agar kembali pada bentuk dan ukuran semula, memperbaiki
kembali permukaan dengan sudut miring tetap 10-15” dan memadatkan
pinggiran jika diperlukan. Pemelihaan tersebut umumnya dilakukan setahun
sekali.
4. Pemeliharaan jalan produksi
Pemeliharaan jalan produksi bertujuan sebagai berikut: memastikansemua
jalan dapat dilalui oleh semua kendaraan dalam segala cuaca; memeliharan
dan menjaga bentuk jalan sehingga tidak memberikan kesempatan air untuk
meresap, menggerus serta menggenangi badan jalan; mengganti tanah dengan
struktur baik atau dengan pengerasan sirtu/krokos; dan penimbunan/pengerasan
jalan sesuai kebutuhan dan iklim.
5. Rencana peremajaan juga harus diperhatikan disamping faktor-
faktor yang disebutkan diatas.
3. 8. Efektivitas Organisasi Pekebun
Efektivitas kelompok tani, beranggotakan antara 20 – 50 pekebun dengan
tutupan areal antara 1.000 – 1.500 ha.
60 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Pengembangan kelompok tani sebagai berikut:
■ Peningkatan Kemampuan Kelompok tani melalui:
1. Kelas belajar:
a. Menggali dan merumuskan keperluan belajar;
b. Merencanakan dan mempersiapkan keperluan belajar;
c. Menjalin kerja sama dengan sumber-sumber Informasi yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang berasal dari
sesama petani, instansi pembina maupun pihak-pihak lain;
d. Menciptakan iklim/lingkungan belajar yang sesuai;
e. Berperan aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk mendatangi/
konsultasi ke kelembagaan penyuluhan pertanian, dan sumber-
sumber informasi lainnya;
f. Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun
masalah yang dihadati anggota kelompoktani;
g. Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan
masalah maupun untuk melakukan berbagai kegiatan kelopoktani;
h. Merencanakan dan melaksanakan pertemuanpertemuan berkala
baik di dalam kelompok, antar kelompoktani atau dengan instansi/
lembaga terkait.
2. Wahanakerjasama:
a. Menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai dan
selalu berkeinginan untuk bekerja sama,
b. Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan
pandangan diantara anggota untuk mencapai tujuan bersama,
c. Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja diantara sesama
anggota sesuai dengan kesepakatan bersama
d. Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab diantara
sesama anggota,
e. Merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai
61 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota,
f. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama
dalam kelompok maupun pihak lain;
g. Menjalin kerja sama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia sarana
produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan atau permodalan,
h. Mengadakan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan
usaha anggota kelompok.
3. Unit produksi:
a. Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi
yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam
bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber
daya alam lainnya;
b. Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama dan rencana
kebutuhan kelompok atas dasar pertimbangan efisiensi;
c. Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usahatani para
anggotanya sesuai dengan rencana kegiatan kelompok;
d. Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang tetrkait dalam
pelaksanaan usahatani;
e. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama
dalam organisasi, maupun kesepakatan dengan pihak lain;
f. Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok,
sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang;
g. Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumber
daya alam dan lingkungan;
h. Mengelola administrasi secara baik.
3. 9. Catatan dan Dokumen Organisasi Kelembagaan
Pekebun
Tersedia dokumen kelompok tani dan dokumen Koperasi yang merupakan
bagian dalam administrasi Poktan, yaitu penanganan urusan yang berhubungan
dengan pencatatan, pemeliharaan, dokumentasi, pengarsipan dan penyimpanan
62 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
dokumen non keuangan dari seluruh aktivitas Poktan. Khusus masalah keuangan
disimpan sendiri oleh bendahara. Cakupan administrasi Poktan antara lain: (i)
Keanggotaan; (ii) Kepengurusan; (iii) Keuangan (buku kas, buku rekening);
(iv) Buku catatan harta dan inventaris; (v) Buku catatan informasi; (vi) Buku
catatan rapat; (vii) Buku tamu.
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek organisasi pekebun untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil
Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek organisasi pekebun
untuk petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
penting dalam aspek organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
organisasi pekebun untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam aspek organisasi pekebun untuk petani sawit
mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat organisasi pekebun
yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek organisasi pekebun?
Daftar Pustaka
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani. http://
cybex.pertanian.go.id/files/kp/Juklak%20KEP%20final_opt.pdf
63 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Peraturan Kepala Badan penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pertanian Nomor: 90/Per/SM.820/J/12/12 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengemabngan Kelembagaan Ekonomi Petani. http://
cybex.pertanian.go.id/files/kp/Juklak%20KEP%20final_opt.pdf
Peraturan Menteri Pertanian No. 82 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan
Kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani. http://perundangan.
pertanian.go.id/admin/file/Permentan%20No.82%20Tahun%202013.pdf
Peraturan Menteri Pertanian No. 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani. http://bkppp.bantulkab.go.id/
filestorage/dokumen/2014/07/Permentan%20No.%20273%20
Th.%202007%20Pedoman%20Pembinaan%20Kelembagaan%20
Petani.pdf
64 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 4PEMILIHAN BIBIT
4. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 4 akan menguraikan tentang Bibit bersertifikasi; Umur dan kualitas benis sesuai Ketentuan Teknis; Ketersediaan catatan asal benih.
4. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi pemilihan bibit
■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi pemilihan bibit
4. 3. Pendahuluan
Salah satu persoalan yang dihadapi oleh petani swadaya adalah sebagian
besar tidak memakai bibit unggul sehingga kualitas buah yang dihasilkan tidak
bagus karena cangkangnya saja yang besar sedangkan kualitas rendah. Kondisi
ini mengakibatkan harga jualnya menjadi rendah dan produktivitas juga rendah.
Lazimnya petani swadaya hanya menghasilkan 800 kilogram per hari setiap
dua hectare, sedangkan sawit plasma yang menggunakan bibit unggul mampu
menghasilkan 2 ton per hari. Sementara itu, harga jual sawit petani swadaya
jauh lebih rendah bahkan bisa mencapai selisih lebih dari 50% per kilogram.
Kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan petani swadaya dari segi modal,
kesulitan memperoleh bibit unggul dan pengetahuan petani yang rendah.
Sementara itu, pengalaman penggunaan bibit dari tempat pembibitan yang
bersertifikat seperti dari PPKS dapat menunjang posisi tawar pekebun swadaya
65 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
untuk menciptakan kerjasama penjualan TBS dengan PKS atau perusahaan.
Dalam konteks kerjasama, nilai produksi dan produktivitas menjadi tuntutan
PKS atau perusahaan, yang pada dasarnya dipengaruhi penggunaan bibit yang
berkualitas.
Oleh sebab itu, pelatihan peningkatan pengetahuan dan kompetensi petani
swadaya terkait pemilihan bibit diharapkan dapat mengatasi kelemahan
dan kesenjangan pengetahuan dilapangan sehingga dapat meningaktkan
produktivitas usaha kebun.
4. 4. Bibit BersertifikasiBibit sawit unggul perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas
buah yang didapat. Banyak calon perkebun kelapa sawit yang menganggap
mendapatkan benih sawit membutuhkan spekulasi. Mereka berusaha mencari
bibit dari satu penangkar ke penangkar yang lainnya. Mencoba mencari jalur-
jalur belakang untuk mendapatkan benih yang unggul. Namun semakin seorang
pekebun berspekulasi mendapatkan benih sawit semakin besar peluangnya
menggunakan bibit benih sawit palsu.
Bibit sawit unggul berupa kecambah, bibit klon serta bibit komersial kelapa
sawit yang siap tanam dan telah melalui seleksi dan pengujian dari program
pemuliaan tanaman dalam waktu puluhan tahun secara berkesinambungan.
Bahan tanam kelapa sawit unggul merupakan modal utama untuk mendapatkan
prdouktivitas tinggi. Dengan bahan tanam unggul maka produksi TBS dan
minyak dijamin jauh lebih tinggi dibandingkan penggunaan bibit dari benih
sawit asalan.
Bibit sawit unggul mempunyai tingkat kualitas tinggi. Maksudnya bibitnya
nanti akan tumbuh menjadi tanaman yang memiliki produktifitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta tingkat pertumbuhan antar bibit seragam.
Bibit sawit bermutu unggu dihasilkan dari proses pembibitan yang jelas
dan benar-benar terpantau. Umumnya bibit jenis ini dapat diperoleh di balai
penelitian sawit dengan harga yang bervairasi.
Ciri benih kelapa sawit yang masih kecil bersifat unggul saat tajuknya
berbentuk sempurna, pangkal batang besar dan struktur tampak gemuk pendek.
Jika diperhatikan, daun dan batangnya berkelir hijau segar. Selain itu benih juga
memiliki akar yang kokoh tidak mudah goyah dan daun normal. Hindari benih yang
66 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
berbentuk tinggi langsung, pelepah daun menutup serta kondisinya berpenyakit.
Sementara itu, persyaratan bahan tanaman unggul mencakup; (i) Rerata
produksi TBS > 30 ton/ha/thn dengan potensi TBS 40 ton/ha/tahun; (ii) Rerata
produksi CPO > 7 ton/ha/tahun; (iii) Cepat berbuah dan potensial berproduksi
tinggi; (iv) Daya adaptasi terhadap tekanan biotik (organisme pengganggu
tanaman dan lain-lain) serta abiotik (air, sinar matahari, tanah, dan lain-lain)
tinggi; (v) Laju pertumbuhan batang lambat; (vi) Pertumbuhan tanaman
seragam.
Selanjutnya, standar kecambah kelapa sawit yang baik mencakup : (i)
Panjang radikula (calon akar) dan plumula (calon batang) ± 2 cm; (ii) Warna
radikula dan plumula putih kekuningan; (iii) Arah tumbuh radikula dan plumula
berlawanan arah; (iv) Kenampakan radikula dan plumula dapat dibedakan
dengan jelas; (v) Bebas dari OPT; (vi) Berat benih minimal 0,8 g; (vii) Jenis
kesambah yang digunakan tidak boleh berasal dari satu produsen (diversifikasi) untuk mengantisipasi adanya penurunan produksi akibat cekaman dan serangan
hama penyakit; (viii) Jumlah kecambah disesuaikan dengan program tanam,
tingkat seleksi (pembibitan awal 10% dan pembibitan utama 15%), dan sisipan
(kurang lebih 5%).
Oleh sebab itu, produsen benih kelapa sawit umumnya mensyaratkan
pemesanan minimal 5000 biji, dimana kebutuhan kecambah per ha ditentukan
oleh jenis varietas, tingkat kesuburan tanah, jarak tanam dan kerapata pohon
dapat ditentukan dengan tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kebutuhan Kecambah (per ha)
Jarak Tanam (m)Kerapatan pokok/ha
Dalam barisan Antar barisan
9,2
9,0
8,5
7,98
7,78
7,36
136
143
160
Namun, pekebun juga harus berhati-hati dalam mengidentifikasi bibit asli dan palsu karena bibit palsu tersebut dapat mengakibatkan pertanaman akan
memiliki masa berbuah tanaman lebih lambat (48 bln, normal 24-36 bulan),
67 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
produksiTBS rendah, proses pengolahan tidak efisien karena banyaknya cangkang kosong sehingga pada akhirnya menurunkan pendapatan. Berikut
diuraikan secara singkat cara-cara praktis mendeteksi benih palsu melalui
ciri fisik kecambah dari benih palsu, antara lain: (i) Tempurung lebih tipis, karena diambildari kebun produksi; (ii) Permukaanbijikasardan kotor; (iii)
Persentasekematiankecambah tinggi; (iv) Tanaman banyak yang tumbuh
abnormal, pertumbuhan tidak seragam, produksi tanaman rendah dan rendemen
minyak.
4. 5. Umur dan Kualitas Benih Sesuai Ketentuan Teknis
Dalam menentukan kelapa sawit yang bermutu dan berkualitas, harus
terlebih dahulu mengenal bibit yang akan digunakan sebelum perbanyakan
atau pengembangan dalam lahan maupun kebun. Bibit yang akan digunakan
sangat mempengaruhi potensi hasil yang akan di proleh. Oleh sebab itu,
bibit kelapa sawit harus benar-benar di perhatikan sehingga perlu dilakukan
penyeleksian yang berupa pengamatan secara fisiologis internal dan eksternal sebagai berikut:
1. Pemilihan Bibit Kelapa Sawit Unggulan dan Berkualitas
Pemlihan bibit kelapa sawit berkualitas ini ada tiga macam yaitu mulai
dari pembenihan, perkecambahan (pertumbuhan tunas kecil) dan
pemilihan bibit siap tanam.
2. Pemilihan benih kepala sawit (umur 0 – 1 bulan)
Pemilihan benih ini baik dalam bentuk perkecambahan maupun dalam
bentuk masih belum percangkangan hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
• Benih memiliki tenera yang sangat ideal
• Benih memiliki perbijian dengan tempurung yang relatif kecil.
• Benih dura unggulan, memiliki biji yang tebal dan percangkangan
yang tebal.
• Perkecambahan yang baik, memiliki tunas bersih, normal dan
panjang perakaran mencapai 1-2 cm bahkan lebih.
• Benih berwarna hitam mengkilap, dilapisi dengan urat – urat kasar
berwarna kecoklatan muda, berbentuk lonjong memanjang.
68 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
• Bebas terhadap jamur, maupun tidak abnormal
• Pertumbuhan tunas dan perakaran normal
3. Pemilihan benih kecil kelapa sawit (umur 3 -4 bulan)
Pemilihan benih maupun bibit kelapa sawit yang sudah berumur 3-4
bulan yang berkualitas memiliki tanda ciri sebagai berikut:
• Memiliki beberapa helai daun muda hingga tua mengkilap.
• Memiliki percabangan besar dan duri tajam yang tampak normal.
• Memiliki perbatangan besar dan kuat menopang daun.
• Perakaran bibit kuat, dengan kedalaman mencapi 3-4 cm bahkan
lebih.
• Pertumbuhan normal, dan tidak adanya kecacatan.
• Tidak dalam terserang hama maupun penyakit.
4. Pemlihan bibit besar/ siap tanam lahan (umur 6 bulan – 1 tahunan)
Pemlihan bibit besar dan siap tanam ini, sangat mudah dilakukan karena
sudah tampak jelas berdasarkan fisiologisnya hal ini dapat ditandai dengan cara sebagi berikut:
• Memiliki daun yang sudah banyak dan berwarna hijau pekat.
• Memiliki pelepah yang sangat besar dan kuat berwarna hijau muda
maupun tua.
• Memiliki batang dan bonggol yang besar serta kuat dan kokoh.
• Tidak abnormal dan dalam terserang hama dan penyakit.
• Tingkat pertumbuhan jauh lebih cepat.
4. 5. 1. Umur benih yang disalurkan
Umur benih yang disalurkan ke petani anggota kelompok tani berumur antara
9 (sembilan) sampai dengan 18 (delapan belas) bulan dan telah disertifikasi oleh UPTD Pengawasan Mutu Benih setempat.
Pemesan benih harus dilakukan 3-6 bulan sebelum pembibitan dimulai;
pembibitan juga harus dimulai kurang lebih 15 bulan sebelum penanaman
69 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
dilapangan. Jumlah kecambah yang dipesan kurang lebih 130-1405 dari
jumlah bibit yang dibutuhkan termasuk tambahan 5-10% untuk sisipan. Jumlah
kecambah yang dipesan kurang lebih 200 kecambah per ha yang diestimasi
untuk ditanam pada 136-143 pokok per ha. Kecambah yang baru diterima
dari sumber benih terkemuka biasanya terbungkus kantong plastik bersegel
sehingga seleksi kecambah sewaktu dikeluarkan dari kotak dengan kriteria
sebagai berikut:
• Kecambah abnormal, yaitu kecambah kecil, busuk, patah, bentuk
geraham dan sebagainya
• Kecambah kembar (doubletone) setelah berumur 1,5-2 bulam dapat
dibelah dan dipisahkan sehingga jika ada salah satu yang tidak baik
dapat dibuang.
• Kecambah yang calon akarnya terlalu panjang dapat dipotong
sehingga panjang maksimalnya 3 cm.
Kecambah harus segera ditanam pada hari itu juga atau paling lama 1 hari
setelah penerimaan kecambah. Jika tidak tertanam pada waktu yagn sama
maka semua kecambah harus disimpan dalam ruangan dengna suhu < 200C.
4. 5. 2. Kualitas benih yang disalurkan
Jenis-jenis sawit yang umumnya ditanam pada areal perkebunan adalah
jenis dura, pisifera dan tenera. Masing-masing memiliki karakteristik tertentu.
Kelapa sawit Jenis Dura memiliki karakteristik antara lain: (i) Daging buah
tipis (20-65%); (ii) Tempurung tebal (20-50%) atau 2-8 mm dan luar cangkang
hampir tidak ada serabut; (iii) Biji tebal (4-20%); (iv) Rendemen minyak
rendah, yaitu 15-17 % setiap tandannya; (v) Sering dipakai sebagai induk
betina ketika melakukan program pemuliaan bibit kelapa sawit.
Sementara itu kelapa sawit Jenis Pisifera memiliki karakteristik antara
lain: (i) Daging buah tebal (92-97%); (ii) Tidak ada/tipis tempurung; (iii)
Biji kecil (3-8%); (iv) Rendemen minyak tinggi 23-25%; (v) Tandan buah
hampir selalu gugur sebelum masak sehingga jumlah minyak yang dihasilkan
sedikit; (vi) Bunga betina kelapa sawit dari jenis pisifera ini bersifat steril
sehingga sulit berkembang menjadi buah sehingga perbanyakan jenis kelapa
sawit hanya bisa dilakukan melalui persilangan dengan kelapa sawit dari jenis
70 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
yang lainnya; (vii) Memiliki kemampuan fertile sehingga bisa berkembang
biak secara mandiri; (viii) Tidak bisa digunakan sebagai tanaman komersial
untuk budidaya, melainkan sebatas indukan jantan yang berkualitas unggulan.
Selanjutnya, kelapa sawit Jenis Tenera yang biasanya ditanam di perkebunan
kelapa sawit dengan ciri-ciri sebagai berikut: (i) Daging buah sedang (60-
96%); (ii) Tempurung tipis (3-20%) atau 0,5-4 mm dan memiliki serabut yang
menyelubunginya; (iii) Biji sedang (3-15%); (iv) Daging buah kelapa sawit ini
juga tebal sehingga mampu menghasilkan minyak dalam jumlah yang lebih
banyak; (v) Biasanya indukan kelapa sawit tenera berkualitas unggul berasal
dari kelapa sawit dura deli dan kelapa sawit pisifera orijin; (vi) Kelapa sawit
tenera mampu menghasilkan tandan buah yang lebih banyak; (vii) Ukuran
diameter buah kelapa sawit dari jenis ini pun tergolong sedang, terletak di antara
dura dan pisifera. Sementara itu, ciri-ciri bibit sawit unggul yang berkualitas
dapat dilihat dari bentuk tunas, bentuk anak daun, keadaan tempurung bibit
kelapa sawit, kondisi akar kelapa sawit, kondisi bongkot, warna calon akar,
batang, dan daun, ukuran atau panjang calon batang dan bentuk bibit seperti
diuraikan berikut.
1. Bentuk tunas
Ciri-ciri bibit sawit unggul yang pertama dapat dilihat melalui mata tunasnya.
Untuk bibit yang berkualitas memiliki mata tunas yang normal dan berwarna
putih bersih. Jika mata tunas dari bibit kelapa sawit tersebut berbentuk cacat
atau berwarna kecoklatan atau kehitaman, Anda bisa mencurigai bahwa bibit
tersebut bukan bibit yang bagus dan berkualitas tinggi. Anda juga harus lebih
detail memperhatikan keadaan tunas bibit sawit yang akan Anda beli karena
tidak sedikit bibit kelapa sawit yang dijual di pasaran sudah dalam keadaan
rusak.
2. Bentuk anak daun
Selain dari mata tunasnya, ciri-ciri bibit sawit unggul juga dapat dilihat
dari bagaimana bentuk anak daun dari bibit tersebut. Bibit kelapa sawit yang
memiliki kualitas unggulan akan melebar dan tidak kusut. Bibit kelapa sawit
yang unggul juga tidak memiliki anak daun yang menggulung. Jadi, apabila
bibit sawit yang Anda beli memiliki bentuk anak daun yang kusut, sempit,
menggulung atau menguncup, bisa jadi kualitas dari bibit kelapa sawit tersebut
tidak sempurna.
71 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
3. Keadaan tempurung bibit kelapa sawit
Bibit sawit yang memiliki kualitas unggulan akan memiliki tempurung yang
berwarna hitam gelap. Ciri-ciri bibit sawit unggul jika dilihat dari tempurungnya
pun dapat diketahui dengan tempurung tersebut tidak mengalami keretakan
atau kerusakan, karena jika keadaan tempurung bibit kelapa sawit tersebut
sudah dalam kondisi yang rusak, bukan tidak mungkin bahwa isi di dalamnya
juga rusak dan akan mempengaruhi pertumbuhan pohon kelapa sawit yang
akan ditanam. Bibit kelapa sawit yang berkualitas juga memiliki tempurung
yang tidak ditumbuhi oleh serabut dan tidak berjamur. Jamur tersebut biasanya
tumbuh karena penyimpanan bibit yang tidak benar sehingga bibit tersebut
lembab yang mengakibatkan mudah ditumbuhi jamur. Keadaan bibit yang
seperti itu akan menyulitkan pertumbuhan tanaman, bahkan tidak dapat
tumbuh sama sekali.
4. Kondisi akar bibit kelapa sawit
Meskipun masih belum berbentuk tanaman, bibit kelapa sawit sudah
memiliki akar. Ciri-ciri bibit sawit unggul juga dapat dilihat dari bagaimana
kondisi akar bibit sawit tersebut ketika pertama kali Anda membelinya. Akar
bibit kelapa sawit yang tidak terlalu panjang justru menjadi penanda bahwa
bibit tersebut dalam kondisi yang berkualitas. Ukuran panjang akar bibit
kelapa sawit sendiri usahakan pilih yang panjangnya tidak lebih dari 2 sampai
3 sentimeter. Jika sudah lebih dari ukuran tersebut, dikhawatirkan bibit tersebut
tidak dapat tumbuh dengan baik karena sudah terlalu tua. Kondisi akar dari
bibit sawit yang unggul juga masih sangat segar. Hal ini dapat dilihat dari
keadaan akar yang tidak kering dan mudah patah atau lepas. Akar dari bibit
sawit yang berkualitas juga memiliki tudung, sehingga tidak langsung terbuka.
5. Kondisi bongkot atau batang di bagian bawah bibit kelapa sawit
Ciri-ciri bibit sawit unggul selanjutnya yaitu dapat diketahui dengan cara
melihat bagian bongkot atau batang yang ada di bagian bawah bibit kelapa
sawit. Seperti hampir semua tanaman lainnya, bentuk batang dari bibit kelapa
sawit yang berkualitas unggul juga gemuk dan pendek. Jangan sampai Anda
memilih bibit kelapa sawit yang memiliki bongkot tinggi dan kurus. Hal ini
karena saat pertumbuhannya, batang yang gemuk dan pendek akan jauh lebih
kuat dari pada bongkot yang tinggi dan kurus yang biasanya akan lemah dan
72 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
mudah sekali patah sebelum masuk masa pertumbuhan.
6. Warna calon akar, batang, dan daun
Berbeda dari saat sudah menjadi tanaman, warna bakal akar, batang, dan
daun bibit kelapa sawit yang unggulan sangat berbeda. Jika pada tanaman
warna akar dan batang coklat, dan daun hijau, maka ciri-ciri bibit sawit unggul
memiliki warna calon akar yang kekuning-kuningan, bahkan mendekati hijau.
Sedangkan warna pada calon batang dan calon daunnya justru bersih seperti
keputih-putihan. Oleh sebab itu, jika warna bibit sawit untuk calon akar,
batang, dan daunnya tidak demikian, sudah dipastikan bahwa bibit kelapa
sawit tersebut memiliki kualitas yang kurang baik.
7. Ukuran atau panjang calon batang bibit kelapa sawit
Panjang calon batang atau sering disebut juga dengan bongkot bibit kelapa
sawit juga dapat dijadikan acuan ciri-ciri bibit sawit unggul atau tidak. Pada
umumnya, panjang calon batang bibit kelapa sawit yang bagus yaitu berkisar
antara dua sampai tiga meter. Semakin pendek calon batang bibit kelapa sawit,
maka akan semakin baik pada saat masa pertumbuhan karena akan semakin
kuat ketika sudah ditanam di dalam tanah. Hanya saja, jika terlalu pendek atau
bahkan tidak terdapat calon batang, Anda bisa mengganti bibit kelapa sawit
tersebut dengan bibit lainnya karena jika seperti itu tandanya bibit kelapa sawit
tersebut tidak berkualitas unggul.
8. Bentuk bibit kelapa sawit
Ciri-ciri bibit sawit unggul yang terakhir yaitu dari bentuk bibit tersebut.
Bibit kelapa sawit yang berkualitas tinggi memiliki bentuk yang bulat atau
lonjong seperti buah melinjo. Bentuk bibit kelapa sawit juga tidak terdapat
cekungan-cekungan atau dalam artian lain bentuk bibit tersebut dalam keadaan
normal dan tidak cacat. Namun, bibit kelapa sawit sendiri memiliki beberapa
jenis yang masing-masing memiliki ciri-ciri yang menunjukan kualitas bibit
unggulannya yang berbeda satu dengan lainnya. Adapun jenis-jenis bibit sawit
tersebut yaitu jenis bibit sawit tenera. Ciri-ciri keunggulan dari jenis bibit
tenera yaitu memiliki biji yang tipis dan ukuran tempurung yang kecil. Hal
tersebut sangat berbeda dengan ciri-ciri bibit kelapa sawit jenis dura yang
memiliki mutu tinggi yaitu ukuran tempurungnya besar dan biji yang ada di
dalamnya tebal.
73 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
4. 6. Ketersediaan Catatan Asal Benih
Benihbermutu saat ini hanya diperoleh melalui 10 produen benih kelapa
sawit yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian, yaitu:Puat Penelitia
Kelapa Sawit; PT. Socfin Indonesia; PT. London Sumatera; PT. Dami Mas Sejahtera; PT. Bina Sawit Makmur; PT. Tania Selatan; PT. Bakti Tani Nusantara;
PT. Sasaran Ehsan Mekarsari; PT. Sarana Inti Pratama; dan PT. Tunggal
Yunus. Secara morfologi, benih sawit palsu tidak dapat dibedakan dengan
benih unggul sehingga pembelian seharusnya dilakukan secara langsung ke
produsen dengan prosedur sebagai berikut:
• Membuat rencana penanaman jangka panjang kepada instansi terkait.
• Mengajukan Surat Permohonan Persetujuan Penyaluran Benih
Kelapa Sawit (SP3BKS) oleh perusahaan kepada Ditjenbun (Luasan
> 1000 ha). Jika luasan kurang dari 1000 ha maka akan dilimpahkan
kepada dinas perkebunan propinsi atau kabupaten.
• Penilain terhadap SP3BKS dan mengeluarkan Surat Persetujuan
Penyaluran Benih Kelapa Sawit (SP2BKS) yang berlaku selama 12
bulan ejak dikeluarkan.
• Berdasarkan SP2BKS, perusahaan pemoho mengajukan pemesan
benih kepada produsen benih.
• Berdasarkan surat tersebut produsen resmi menjawab resmi
permintaan pmbelian dan menjelaskan kesanggupan waktu
pengalokasian, syarat pembelan dan harga benih kelapa sawit.
• Produsen/sumber benih mengeluarkan surat perjanjian jual beli bnih.
• Perusahaan/pembeli menandatangani surat perjanjian jual beli dan
memenuhi persyaratan jual beli
• Perusahaan/pembeli mengambil benih di lokasi benih produsen atau
produsen mengirimkan benih ke tempat pembeli.
• Pembeli akan menerima dokumen yang mencakup: Sertifikat benih/kecambah kelapa sawit; Packing list; DO (Delivery Order); Berita
acara serah terima barang; dan dokumen lainnya
Realisasi penyaluran kecambah oleh produsen benih dilaporkan kepada
74 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Perkebunan Propinsi, Direktorat Jenderal Perkebunan cq.
Direktorat Pembenihan Jakarta, Balai Pengawan dan Peredaran Mutu Benih
Perkebunan (BP2MB) Medan dan Instalasi Pengawasan dan Peredaran Mutu
Benih (IP2MB) Dinas Perkebunan Propinsi.
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek pemilihan bibit untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil
Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pemilihan bibit untuk
petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
penting dalam aspek pemilihan bibit untuk petani sawit mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek pemilihan bibit untuk petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
pemilihan bibit untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam aspek pemilihan bibit untuk petani sawit
mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pemilihan bibit yang
dihadapi oleh petani sawit mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek pemilihan bibit?
Daftar Pustaka
Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya
75 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian. (2015). Peningkatan
Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan. Pedoman Teknis
Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit tahun 2015. http://
ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/pedum-teknis/
TANHUN-PENGEMBANGAN%20TANAMAN%20KELAPA%20
SAWIT%20%28APBN-P%202015%29
76 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 5PENANAMAN LAHAN MINERAL
5. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 5 akan menguraikan tentang Penanaman sesuai pedoman teknis
budidaya kelapa sawit terbaik (Good Agricultural Practices/GAP); Catatan
pelaksanaan penanaman.
5. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Pemahaman peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait penanaman
pada lahan mineral
■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait penanaman
pada lahan mineral
5. 3. Pendahuluan
Cara dan standar penanaman pada lahan mineral untuk kelapa sawit yang
benar merupakan faktor yang sangat penting, yaitu selain potensi genetik dan
kualitas bibit, juga akan menentukan produksi selama satu generasi/siklus
tanaman (lebih kurang 25 tahun). Penaman pada lahan mineral juga harus
sesuai pedoman teknis untuk menjamin keberhasilan dan tingkat produktivitas
yang tinggi. Oleh sebab itu pengetahuan dan kompetensi terkait penanaman
yang sesuai Pedoman Teknis Budidaya Kelapa Sawit Terbaik (GAP) kepada
petani sawit mandiri sangat penting sehingga tujuan peningkatan hasil tersebut
dapat tercapai.
77 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
5. 4. Penanaman Sesuai Pedoman Teknis Budidaya Kelapa
Sawit Terbaik (Good Agricultural Practices/GAP)
5. 4. 1. Realisasi luas areal penanaman
Sebelum dilakukan penanaman sawit maka perlu dilakukan survei areal
yang mencakup:Pemetaan tata guna tanah; Pemetaan kondisi jalan untuk akses
ke lokasi kerja; dan Pemetaan kondisi topografi dan sungai, yaitu dipetakannya letak gunung/bukit dan areal rendahan/rawa untuk perencanaan sistem drainase
dan jalan.
1. Pemetaan tata guna lahan
Kondisi tata guna lahan ini akan mempengaruhi besarnya luas efektif
lahan, ketika ternyata dilokasi tersebut banyak terdapat pemukiman
penduduk dan perlanian masyarakat yang tidak mungkin digunakan
untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit.
Survey Detil ini dilakukan terutama untuk menekan seminimal
mungkin dampak negatif dari pembukaan kawasan untuk perkebunan
dalam skala besar terhadap kepentingan masyarakat lokal, erosi tanah,
kesuburan tanah dan biodiversity; melalui upaya upaya menjaga
kelestarian alam dan fungsi sosial atas tata ruang alam semula yang
sudah terbentuk sebelumnya. Konsep ini selaras dengan standar
pengelolaan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
yang kini telah menjadi perhatian masyarakat dunia.
78 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Gambar 5.1. Zona Utama Survei Detil
Ide dasar konsep Survey Detil ini adalah melakukan prosedur pengkajian
dua Zona utama :
a. Zona Fungsional
Fokus pada pengkajian tata guna lahan masyarakat yang sudah ada,
keterjalan bukit (slope gradient) atau kedalaman rawa gambut, dan
kemungkinan adanya gangguan atas flora and fauna yang harus dilindungi.
b. Zona Spesifik
Zona yang meliputi wilayah produksi netto untuk ditata secara
spesifik pengelolaan kebun menjadi blok blok homogen yang teratur.
2. Pemetaan kondisi jalan untuk akses ke lokasi kerja
Pengukuran lahan adalah pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk
mengetahui luas dan batas batas lahan yang berseberangan yang mengacu
pada ketentuan teknis pengukuran tanah dengan Jaringan jalan terutama untuk
jalan penghubung keluar dan masuk lokasi (jalan utama, jalan produksi, jalan
koleksi, jalan panen, dan jalan piringan) dan Kondisi lahan: darat, rawa, bukit
dan sungai (rencana outlet).
79 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
3. Pemetaan kondisi topografi dan sungai
Pembangunan kebun kelapa sawit pada intinya adalah pembuatan petak
petak lahan kerja berupa blok untuk ditanami benih dan bibit kelapa sawit, blok
adalah manajemen terkecil dari suatu kebun, yang kemudian secara kolektif
membentuk afdeling atau divisi, dan beberapa afdeling atau divisi menjadi
estate. Pembuatan blok blok tanam banyak ditentukan dari bentuk kontur dan
topografi lahan/areal.
Batasan/Pengertian Blok Pembuatan Batas areal/lahan dan rancangan
blok (bloking areal) utamanya pada bidang perkebunan perlu dilaksanakan
sebagai dasar untuk penyusunan rencana kerja, yaitu meliputi sistem kerja
(perencanaan dan pengorganisasian), menentukan kebutuhan alat/tenaga kerja,
dan menentukan kebutuhan biaya.
Desain blokdapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Areal kebun dibagi menjadi blok-blok kecil berbentuk persegi
pajang, panjang blok dibuat arah barat-timur dan lebar blok dibuat
arah utara-selatan. Blok merupakan satuan terkecil dalam organisasi
kebun dan pencatatan akutansi.
• Blocking area, yaitu pembuatan batas blok untuk membuat jalan dan
parit. Batas blok lazimnya selebar 1 m dan diberi pancang kayu yang
dicat merah setiap interval 20 cm.
• Desain blok harus menggambarkan posisi jalan, parit (kanal), outlet,
emplasemen dan lain-lain.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penanaman pada lahan mineral:
■ Pancang/menandai jalur penanaman tanaman penutup tanah/tanaman
kacangan (Lgume Cover Crop/LCC).
■ Penanaman LCC untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, biologi, kimia tanah; mencegah erosi; mempertahankan kelembaban tanah; menekan
pertumbuhan gulma.
Syarat tanaman LCC: (i) akarnya bukan saingan sawit; (ii) mudah
diperbanyak secara vegetatif dan generatif; (iii) memberikan kandungan
organik yang tinggi; (iv) tahan hama penyakit dan kekeringan; (v) menekan
pertumbuhan gulma.Contoh LCC sebagai berikut:
80 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
1. Calopogonium caeruleum (CC)
Kelebihannya:
a. Tumbuh merambat dan mudah dibedakan karena daunnya hijau
mengkilat, permukaannya licin, berduri halus, berbentuk oval/hati
dengan ukuran 3-5 cm.
b. Tahan naungan, tahan bersaing dengan gulma lain, toleran terhadap
hama dan tahan kekeringan.
c. Dapat distek. Penanaman dengan stek diperlukan 1.000-1.300 stek/
ha.
Kelemahan dari CC adalah :
a. Kemampuan menghasilkan biji Rendah
b. Harga cukup mahal
2. Calopogonium mucunoides (CM)
Kelebihan:
a. Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.
b. Produksi daun selama 5 bulan dapat mencapai 20 ton sehingga
sangat baik sebagai pensuplai unsur N kedalam tanah.
c. Bijinya kecil-kecil memiliki daya tumbuh sedang.
Kelemahan:
81 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
a. Tidak tahan bersaing dengan gulma.
b. Berumur pendek.
3. Centrosema pubescens (CP), Daun berbentuk ellips, berukuran kecil
dan permukaan agak licin.
Kelebihan:
a. Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.
b. Tahan naungan dan kekeringan.
c. Dapat menghasilkan biji sebanyak 1.000 kg/ha
Kelemahan:
a. Pertumbuhan agak lambat.
b. Berumur pendek.
4. Psophocarpus palustris (PP)
Kelebihan:
a. Dapat tumbuh pada ketinggian 0-1.000 m diatas permukaan laut.
b. Tahan naungan dan kekeringan.
c. Dapat tumbuh pada tanah asam seperti gambut.
Kelemahan:
a. Pertumbuhan pada 3 bulan pertama agak lambat.
82 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
5. Mucuna cochinchinensis (MC), tumbuhnya menjalar tetapi dapat juga
tegak, batang agak kecil dan lemah, polongan biji berbulu tebal
Kelebihan:
a. Pertumbuhan sangat cepat dan dalam 3 bulan sudah 100% menutup.
b. Tumbuhan pioneer yang dapat meningkatkan kesuburan tanah
c. Memiliki keunggulan dalam mengikat unsur N (nitrogen) yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman utama (karet atau kelapa sawit)
yang belum dewasa
d. Mampu menurunkan suhu tanah pada saat kemarau.
Kelemahan:
a. Secara alamiah mati setelah 6-8 bulan.
b. Pueraria Javanica (PJ)
83 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
6. Mucuna Bracteata
Kelebihan:
a. Pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi.
b. Mudah ditanam dengan input yang rendah.
c. Tidak disukai ternak karena kandungann fenol yang tinggi.
d. Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.
e. Memiliki sifat allelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang
tinggi terhadap gulma.
f. Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat
fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.
g. Mengendalikan erosi.
h. Sebagai Leguminosae dapat menambat N bebas dari udara.
i. Relatif lebih tahan naungan dan cekaman kekeringan. Pertumbuhan
sangat cepat dan homogen, sehingga dapat menghambat laju
pertumbuhan gulma di areal TBM.
j. Mengembalikan nutrisi tanah serta mempengaruhi kehadiran
nitrogen pada tanah dengan adanya aktivitas fiksasi nitrogen di dalam bintil akar (Lehman et al., 1999).
Kelemahan:
a. Kesulitan pertumbuhan pada awal penanaman apalagi pada kondisi
cuaca panas dan curah hujan kurang. Dengan kata lain Mucuna
bracteata sangat sulit hidup pada saat ditanam namun bila telah
berhasil hidup maka pertumbuhannya akan sangat cepat sekali.
84 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Pancang tanam kelapa sawit
Jarak tanam tergantung dari jenis/tipe tanah dan jenis bibit. Rekomendasi
umumnya adalah 136 pokok/ha (9,2m x 9,2m x 9,2m) apda lahan
mineral
■ Pembuatan lubang tanam kelapa sawit
1. Lubang tanam dipersiapkan 1 bulan sebelum tanam untuk mengurangi
keasalam tanah dan mengontrol ukuran luabng yang dibuat.
2. Ukuran lubang adalah panjang 60cm, lebar 60cm dan dalam 40cm;
sedangkan tanah yang keras adalah 90cm x 60m x 60cm.
3. Tanah galian dari tanah atas (top soil) diletakkan di sebelah selatan dan
tanah bawah (sub soil) diletakkan disebelah utara secara teratur dan
seragam.
4. Setelah selesai pancang dikembalikan ke posisi semula (ditengah
lubang).
■ Ecer bibit ke lapangan
Siramlah bibit di polybag sebelum diangkat kelapangan agar kelembaban
dan persediaan air cukup untuk bibit.
■ Penanaman kelapa sawit
1. Masukkan top soil bekas galian kurang lebih 20cm ke lubang tanam
2. Tabur pupuk RP dengan dosis 500g ke luabgn tanam
3. Buka polybag dengannya dengan pisau dan usahakan bola tanah tidak
pecah.
4. Bibit letakkan tepat ditengah lubang.
5. Tebar pupuk CRF sebanyak 300 gr ke luabng sekeliling bola tanah
polybag.
85 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
6. Timbun bibit dnegan top soil ke sekeliling bibit dan dipadatkan dengan
diinjak sehingga permukaan tanah polybag sama rata dengan permukaan
lubang yang ditimbun.
5. 4. 2. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanam sesuai dengan
kondisi lapangan dan praktek budidaya perkebunan yang
baik
Memilih dengan tepat tentang Kerapatan Tanam atau Stand per Hectare
(SPH) adalah sebuah keputusan penting yang akan memberikan dampak
jangka panjang, terutama yang berkaitan dengan produktifitas merupakan jumlah pokok /pohon yang ditanam dalam satuan Hektar.
Cahaya atau sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman dalam proses
fotosintesis, dengan jarak tanam yang rapat/populasi yang tinggi maka
persaingan tanaman untuk mendapatkan cahaya akan mendorong tanaman
untuk tumbuh lebih cepat tinggi atau etiolasi. Pokok kelapa sawit etiolasi,
pelepah tindak membuka atau berbentuk V yang berakibat produksi/buah
yang dihasilkan tanaman rendah. Rendahnya produksi karena tanaman karena
penyerbukan yang tidak maksimal dan terjepitnya buah oleh pelepah, selain itu
konsentrasi tanaman mempertahankan hidup dengan upaya mendapatkan sinar
matahari. Oleh sebab itu, perlu dicari jarak tanam yang tepat agar tanaman
dapat tumbuh optimal baik pertumbuhan vegetatif maupun generatif.
Rekomendasi SPH dikeluarkan oleh penyedia kecambah dimana mereka
telah melakukan penelitian karakteristik bibit yang dihasilkan. Umumnya
SPH digunakan 143, 136 dan 125 pokok per ha. Namun ada juga bibit dengan
karateristik pelepah pendek sehingga SPH bisa mencapai 160 pokok per ha.
Namun, informasi terbaru sistem tanam sekarang ini di tanam dengan jarak
cukup rapat di kisaran 160 - 170 pk per ha. Disaat tanaman mulai terlihat
etiolasi maka dilakukan penjarangan atau thinning, hal ini mempertimbangkan
minimnya ketersediaan lahan dan penanaman diareal endemik ganoderma.
Rumus untuk menghitung SPH = 10000 /(jarak tanam x jarak baris)
Jika hanya diketahui jarak tanam, jarak baris dapat dihitung
= Jarak tanam x 0,866.
86 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Jika hanya diketahui SPH, maka jarak tanam
= √ ((10000/SPH) / 0,866)
atau Kerapatan tanam atau stand per hectar (SPH) yang direkomendasikan
sebagai berikut:
Lahan Datar hingga Bergelombang:
Terrain/Jenis Tanah:
Coastal Clay dan Alluvium 136
Coastal Clay 148
Podsolic 148
Podsolic ada problem Ganoderma 160
Marginal inland dan Peat Soil 148 – 160
Lahan Berbukit
Lahan Gambut
148 – 160
148
Jumlah populasi tanaman per satuan luas ditentukan oleh faktor-faktor, yaitu:
(i) jarak tanam yang digunakan dan (ii) model jarak tanam yang digunakan
(model segitiga sama sisi atau model persegi empat. Jarak tanam pada kelapa
sawit pada umumnya dibuat segitiga sama sisi (triangular), sedangkan arah
barisan tanaman mengarah dari Utara ke Selatan sehingga pendistribusian
sinar matahari dari arah timur cukup banyak untuk setiap tanaman.
87 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Populasi sawit per ha ditentukan dengan rumus berikut:
Populasi/ha atau jumlah tanaman/ha =
32
1
000.10 2
aa
m= 2
2866,0
000.10m
a
= (model segitiga sama sisi)
Keterangan:
a = jarak dalam barisan
32a
a = jarak antar barisan (0,866a)
5. 4. 3. Pembuatan terasering untuk lahan miring
Terasering yang digunakan dalam perkebunan sawit dapat memberikan
manfaat sebagai berikut: (i) Perawatan weeding dan kinerja prestasi tenaga kerja
pemupukan meningkat; (ii) Memudahkan pemanenan; (iii) Mempermudah
mengeluarkan TBS ke TPH; (iv) Losses TBS karena buah masuk ke guntung,
parit atau jurang, produksi menjadi lebih rendah; (v) Biaya dapat diefisienkan; (vi) Mengurangi resiko kecelakaan kerja; (vii) mencegah erosi.
Ada beberapa jenis terasering antara lain:
■ Teras individu atau tapak kuda untuk areal dengan kemiringan 8-15 derajat.
Teknis pembuatannya:
1. Tapak kuda idealnya dibuat setelah pancang/ajir
2. Ajir gunakan ajir segitiga sama sisi/mata lima.
3. Pembuatan juga masih dapat dilakukan setelah tanam, bahkan di TM
sekalipun jika diperlukan.
4. Ukuran Tapak Kuda idealnya 4 x 4 m, tapi mempertimbangkan
mahalnya pembuatan tapak kuda bisa di buat bertahap, sebelum tanam
1 × 1 m selanjutnya dilebarkan sesuai kondisi pokok hingga lebar 4 ×
4 m di saat TM.
5. Dasar 4 x 4 yaitu didasarkan jari2 piringan 2 m, dengan lebar ini cukup
membantu kegiatan panen dan sebaran brondolan jatuh.
88 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
6. Pembuatan diawali mencangkul tanah sisi atas ditimbunkan ke sisi
bawah,
7. Alat untuk meratakan tanah bisa gunakan cangkul dan skop.
8. Pembuatan dengan alat berat gunakan excavator kerjakan sebelum
tanam, jika dikerjakan setelah tanam dikhawatirkan pergerakan alat
mengganggu tanaman,
9. Excavator digunakan PC 50 atau 100 supaya lebih lincah pergerakannya
dilapangan,
10. Permukaan tapak kuda di buat dengan kemiringan ke arah dalam 10
derajat..
11. Siring tapak kuda dibuat dari karung isi tanah,
12. Siring juga bisa memanfaatkan kayu-kayuan di lapangan ex tebangan,
dengan kayu keras tahan cuaca,
13. Lakukan pemadatan/penggeblekan,
14. Buat tanggul di sisi luar/bawah tapak kuda sebagai penahan air.
Teras kontur atau teras bersambung untuk areal dengan kemiringan 15 - 30
derajat.
Teknis Pembuatannya:
1. Pastikan areal yang akan dibuat teras telah di land clearing. Jika masih
ada kayu ex tebang dorong arah bawah.
2. Pastikan kemiringan lahan 15 - 30 derajat.
3. Carilah areal paling terjal (maks 30 derajat).
89 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
4. Buat ajir dari atas ke bawah sesuai jarak antar baris, dipengaruhi oleh
SPH yang akan digunakan. Umpama 7,78 m untuk SPH 142.
5. Ajir dibuat untuk dijadikan jarak antar teras.
6. Buat ajir arah teras dengan pengajiran sesuai rata-rata air, bisa gunakan
theodolite.
7. Untuk operator bulldozer yang telah handal ajir teras tidak diperlukan.
8. Semakin datar maka jarak antar teras semakin jauh.
9. Jarak maksimal antar teras saya sarankan 10 meter. Mengapa ? Saya
akan bahas postingan selanjutnya.
10. Pastikan teras tidak terdapat tunggul dan kayu.
11. Kemiringan permukaan teras kearah dalam 10-15 derajat.
12. Pastikan teras cukup padat.
13. Lebar teras 4 m.
14. Buat sekatan/gundukan setiap 50 m untuk menahan laju arus air hujan.
15. Pengerjaan teras di mulai dari rencana teras paling atas.
16. Pengerjaan juga sebaiknya tidak pada curah hujan tinggi.
17. Untuk mencegah erosi tanam LCC di bibir teras.
18. Perbaikan teras yaitu memperbaiki longsor dengan menyiringnya
dengan karung diisi tanah.
19. Pemeliharaan teras diperlukan karena adanya longsor atau erosi.
90 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
20. Problem teras kontur yaitu teras tidak ketemu jalan sehingga pemanen
akan kesulitan saat keluarkan TBS ke TPH.
21. Maka jalan pada sektor teras dikenal jalan menggunting teras.
22. Pembuatan jalan apakah dibuat duluan atau setelah teras tidak masalah.
5. 5. Catatan Pelaksanaan Penanaman
Prosedur Administrasi berikut akan menjelaskan: (i) Penanaman baru;
(ii)Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) tahun ke 1; (iii) Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) tahun ke 2; (iv) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
tahun ke 3; (v) Tanaman Menghasilkan (TM).
5. 5. 1. Penanaman Baru
Penanaman tanaman sawit baru terbagi menjadi dua, yaitu:
■ Replanting, yaitu apabila tanaman yang akan ditanam sama jenisnya dengan
tanaman semula.
■ Konversi, yaitu apabila tanaman yang akan ditanam tidak sama jenisnya
dengan tanaman semula.
5. 5. 2. Pemeliharaan
Catatan pemeliharaan tanaman mencakup: (i) Buku Penanaman Pokok
Kelapa Sawit; (ii) Laporan Penanaman Pokok Kelapa Sawit; (iii) Perkembangan
Penanaman Baru Program Tahun 20xx; (iv) Laporan Pemeliharaan Tanaman;
(v) Laporan Rencana dan Realisasi Pemakaian Pupuk dan Pestisida; (vi)
Laporan Bulanan Pemeliharaan Tanaman per Tahun Tanam.
5. 5. 3. Sarana Administrasi lainnya yang ada kaitannya dengan
administrasi Penanaman Baru dan Pemeliharaan Tanaman
Sarana administrasi yang diperlukan terkait penanaman baru dan
pemeliharaan tanamn mencakup:
• Rencana Kerja Bulanan – lihat Prosedur Administrasi Agronomi
Umum.
• Rekapitulasi Rencana Kerja Bulanan – lihat Prosedur Administrasi
Agronomi Umum.
91 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
• Rencana Kerja Harian – lihat Prosedur Administrasi Agronomi
Umum.
• Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan - lihat Prosedur Administrasi
Agronomi Umum.
• Permintaan Pembayaran - lihat Prosedur Administrasi Agronomi
Umum.
• Kebutuhan Barang Bulanan - lihat Prosedur Administrasi Persediaan.
• Bon Pengeluaran (BP) – lihat Prosedur Administrasi Persediaan.
• Daftar Absensi - lihat Prosedur Administrasi Pengupahan.
• Laporan Premi Tunas - lihat Prosedur Administrasi Pengupahan.
• Laporan Hari Karyawan - lihat Prosedur Administrasi Personalia.
• Kartu Gudang Divisi - lihat Prosedur Administrasi Persediaan.
• Buku Pemakaian Alat Kerja - lihat Prosedur Administrasi Persediaan.
• Bon Permintaan Barang (BPB) - lihat Prosedur Administrasi
Persediaan.
• Laporan Kegiatan Bulanan Divisi – Prosedur Pelaporan Divisi.
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek penanaman pada lahan mineral untuk
sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek penanaman pada lahan
mineral untuk petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
penting dalam aspek penanaman pada lahan mineral untuk petani sawit
mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek penanaman pada lahan mineral untuk petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
92 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
penanaman pada lahan mineral untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam aspek penanaman pada lahan mineral untuk
petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat penanaman pada lahan
mineral yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek penanaman pada lahan mineral?
Daftar Pustaka
Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prosedur Administrasi Agronomi Umum. http://kebunsawit-ku.blogspot.
co.id/2013/08/prosedur-administrasi-agronomi-secara.html
Prosedur Administrasi Persediaan. http://kebunsawit-ku.blogspot.
co.id/2013/08/prosedure-administrasi-panen-tandan_6774.html
Prosedur Administrasi Pengupahan. http://download.portalgaruda.org/article.
php?article=409684&val=7994&title=SISTEM%20KERJA%20
PANEN%20DI%20PERKEBUNAN%20KELAPA%20SAWIT
Prosedur Administrasi Personalia. http://kebunsawit-ku.blogspot.
co.id/2013/08/prosedur-administrasi-penanaman-dan.html
Prosedur Pelaporan Divisi. http://kebunsawit-ku.blogspot.co.id/2013/08/
prosedur-administrasi-penanaman-dan.html
93 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 6PEMELIHARAAN TANAMAN
6. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 6 akan menguraikan tentang Sisipan; Terasering dan drainase; Piringan;
Sanitasi kebun dan penyiangan gulma; Catatan pemupukan dan pelaksanaan
pemeliharaan tanaman.
6. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait
pemeliharaan tanaman.
■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pemeliharaan tanaman
■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pemeliharaan
tanaman
6. 3. Pendahuluan
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit perlu dilakukan dalam
rangka peningkatan produktivitas. Pemeliharaan tanaman merupakan hal
yang sangat penting dalam usaha budidaya tanaman karena akan menentukan
masa perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Peralatan atau pemeliharaan
tidak hanya ditujukan pada tanaman saja tetapi juga tehadap lingkungan
tumbuhnya yang dilakukansetiap tahun atau tahunan. Pemeliharaan meliputi
beberapa kegiatan seperti penyulaman, pembuatan piringan, pengendalian
gulma, pemupukan, pemangkasan dan penyerbukan buatan. Pemangkasan
94 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh tanaman yang bersih, jumlah daun
yang optimal dalam satu pohon dan memudahkan pekerjaan pemanenan bila
tanaman sudah berproduksi. Oleh sebab itu pengetahuan dan kompetensi
terkait pemeliharaan tanaman sawit yang sesuai Pedoman Teknis Budidaya
Kelapa Sawit Terbaik (GAP) kepada petani sawit mandiri sangat penting
sehingga tujuan peningkatan hasil tersebut dapat tercapai.
Berikut saya uraikan beberapa faktor untuk pemeliharaan kelapa sawit yang
penting diperhatikan antara lain:
1. Sistem pemeliharaan beradaptasi dengan linkungan
Sistem pemeliharaan kelapa sawit harus sesuai dengan kondisi yang
ada di sekitar atau lingkungan sekitarnya, Perawatan kelapa sawit di
suatu daerah bisa berbeda dengan daerah lainnya.
2. Pengguanaan alat modern
Seiring berjalannya waktu, zaman semakin berkembang dan mengalami
perubahan era. tidak terkecuali dalam hal teknologi alat pertanian dan
perkebunan. era sekarang banyak alat pertanian yang sudah modern dan
sangat membantu pemeliharaan, terutama bisa menekan biaya untuk
tenaga kerja. Peralatan modern bisa membantu memberikan hasil yang
maksimal.
3. Penanganan gulma secara intensif
Gulma adalah tanaman pengganggu yang tumbuh di area lahan tanaman
yang kita budidayakan. Adanya gulma menjadi pesaing tanaman
kelapa sawit dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah, yang tentu
akan mengurangi unsur hara yang diserap oleh kelapa sawit yang kita
budidayakan. Gulma banyak macamnya antara lain: rumput berduri,
babandotan, sedunduk, ilalang, pisang dan sebagainya.
4. Pemberantasan hama dan penyakit
Banyak terdapat hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa
sawit. Hama dan penyakit tersebut dapat menyerang mulai dari
akar, batang, pelepah, daun, bunga dan buah. Pemberantasan hama
dan penyakit sebaiknya dilakukan sejak dini tengan motede tehnik
pengendalian, jangan sampai sudah terserang baru mencari solusi.
95 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
5. Pemupukan terjadwal
Pemupukan kelapa sawit yang baik tidak boleh sembarangan atau
asal asalan. Pemupukan kelapa sawit harus terjadwal dan konsisten.
Jangan hanya pupuk makro saja yang utama di aplikasikan, perhatikan
keseimbangan unsur hara yang di butuhkan oleh petumbuhan kelapa
sawit yang kita budidayakan.
6. Dosis pupuk yang tepat
Dosis pemupukan kelapa sawit bagi pembudidaya harus di pelajari dan
dikuasai, karena kelebihan atau kekeurangan dosis pemupukan akan
mempengaruhi produksi yang di hasilkan.
7. Mengatur penunasan
Penunasan kelapa sawit bertujuan untuk mempertahankan struktur
pohon kelapa sawit, membersihkan tanaman dan meningkatkan
produktifitasnya. Pengerjaan penunasan harus disesuaikan terhadap umur tanaman tersebut. Tanaman yang berumur kurang dari 9 tahun
tunasnya songgo 3, umur 9 sampai 15 tahun songgo 2, sementara
tanaman kelapa sawit yang umurnya lebih dari 15 tahun songgo 1.
8. Cara pemanenan yang benar
Cara pemanenan kelapa sawit yang benar harus di lakukan dengan
tehnik yang baik, jika salah, maka besar kemungkinan hal tersebut
bisa menyebabkan tanaman menjadi tidak optimal dalam proses
pertumbuhannya. Prosedur Pemanenan yang tidak benar memungkinkan
tanaman kelapa sawit sulit untuk berbunga dan berbuah.
6. 4. Sisipan
Penyisipan dilakukan supaya semua titik tanam hidup dan menghasilkan
produksi per hektar yang maksimal.Pekerjaan awal sisipan yanag terpenting
adalah sensus dan identifikasi pokok.Penyisipan dilakukan sekitar 6 bulan setelah tanam untuk mengganti tnaman yang mati akibat serangn hama atau
penyakit berat atu pertumbuhan abnormal.
Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait penyisipan antara lain:
• Penyisipan susulan dapat dilakukan sampai kelap sawit berumur
96 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
tiga tahun sehingga setelah waktu TM tidak ada lagi penyisipan agar
pertumbuhannya seragam.
• Jumlah sisipan yang normal adalah TBM 1 = 2%; TBM 2 = 1%; dan
TBM 3 = 0,5% dengan tenaga penyisip normalnya adalah 15 pokok/
HKO
• Penyisipandilakukan awal musim hujan dengan memperhatikan
sebagai berikut: (i) Tanda titik tanam yang perlu disisip dberi
pancang bendera putih; (ii) Berdasarkan data sensus harus dibuat
tanda di pokok pinggir jalan mengenai jumlah bibit yang dibutuhkan
dalam setiap barisan tanaman.
• Bibit yang ditanam untuk tanaman yang masih baru sebaiknya
menggunakan bibit yang seumur dengan yang disisip.
• Pokok sisipan ditanam pada bekas tanaman yang sudah dibongkar
supaya barisan tanman tetap lurus.
• Tanaman sisipan perlu dirawat intensif agar dapat mengejar
pertumbuhan tanaman aslinya.
6. 5. Terasering dan Drainase
6. 5. 1. Terasering
Terasering adalah penanaman dengan membuat teras-teras yang dilakukan
untuk mengurangi panjang lereng dan menahan atau memperkecil aliran
permukaan agar air dapat meresap ke dalam tanah. Pemeliharaan reasering
dilakukan sebanyak 25% per tahun dengan cara membabat rumputnya dan
teras terpelihara pada ukuran semula, yaitu 30m/HKO.
Tujuan dilakukannya teraserin, yaitu: (i) Menambah stabilitas lereng
Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng); (ii) Memperpanjang
daerah resapan air Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil
kemiringan lereng; (iii) Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off); (iv)
Dapat digunakan untuk landscaping
Jenis-jenis terasering antara lain:
■ Teras datar
97 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 %
dengan tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah.
Teras datar dibuat dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan
tanah galiannnya ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan
dan terkumpul. Pematang yang terjadi ditanami dengan rumput.
■ Teras kridit
Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 - 10
%, bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras
kridit di mulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi
dan ditanami dengan tanaman seperti caliandra.
98 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Teras gulud
Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 - 50
% dan bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah
■ Teras bangku
Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 - 30 % dan
bertujuan untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija.
99 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Teras individu
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 –
50 % yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan
di daerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup
baik sehingga memungkinkan pembuatan teras individu.
■ Teras kebun.
Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara
30 – 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman
100 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman
sehingga pada areal tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan
biasanya ditutup oleh vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras
dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam
pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yang
berdampingan dibiarkan tidak diolah.
■ Teras saluran
Teras saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah
teknik konservasi tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu
yang dibuat untuk meresapkan air ke dalam tanah serta menampung
sedimen-sedimen dari bidang olah.
101 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Teras batu
Teras dengan penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak
yang sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring.
6. 5. 2. Drainase
Prinsip dasar drainase adalah menyekap air, kemudian mengumpulkannya,
dan membuang air yang berlebih keluar areal sehingga harus dirancang dalam
bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi (spot heigh) yang mengacu pada peta topografi dan mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat dengan meemperhatikan hal sebagai berikut:
• Dilihat dari kondisi areal, baik tergenang secara permanen maupun
sementara merupakan indikasi adanya banjir.
• Volume air yang perlu di drainase.
• Jenis tanah, apakah areal tersebut bergambut atau mengandung pirit
• Peningkatkan hasil produksi.
• Sistem transportasi yang akan digunakan, apakah jalan (darat) atau
sungai/kanal (yang berfungsi sebagai media transportasi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan drainase adalah Kepemilikan
lahan yang akan dilalui oleh saluran drainase dan Dampak terhadap lingkungan
setelah dibangun drainase. Sementara itu, tujuanpembuatan drainase antara
lain:
• Membuang kelebihan air di musim hujan dan
mempertahankan air pada musim kemarau sehingga mengendalikan
kedalaman water table maksimum 60 cm.
102 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
• Khusus untuk tanah yang mengandung pirit (Fe2SO4), drainase
berfungsi juga untuk mencuci pirit.
• Khusus tanah bergambut selain menjaga kelembaban juga berfungsi
mengurangi kemasaman tanah, agar tanah memiliki kondisi
rhizosphere yang sesuai bagi tanaman.
• Kedalaman permukaan air tanah pada parit kebun diusahakan agar
tidak terlalu jauh dari akar tanaman, jika permukaan air terlalu dalam
maka oksidasi berlebih akan mempercepat perombakan gambut,
sehingga gambut cepat mengalami subsiden (penurunan).
Tipe-Tipe drainase yang digunakan antara lain:
• Parit Sirip adalah saluran yang ada pada blok-blok, yang dibuat tiap
beberapa lajur tanaman tergantung kondisi tanah. Ujung parit sirip
berhubungan dengan saluran tersier.
• Kanal Tersier adalah saluran yang menerima limpasan dari parit-
parit sirip.
• Kanal sekunder adalah kanal yang menerima beban limpasan dari
kanal-kanal tersier.
• Kanal semi primer adalah kanal yang menerima beban limpasan
dari kanal tersier dan kanal sekunder. Kanal semi primer merupakan
alternative dari kanal sekunder dikarenakan debit yang tertampung
melebihi kapasitas dari kanal sekunder.
• Kanal primer adalah kanal yang menerima beban limpasan dari
kanal-kanal sekunder dan kanal semi primer. Dengan demikian debit
terbesar ada pada bagian hilir saluran primer.
• Pada bagian hilir saluran primer terdapat outlet yang menghubungkan
lahan kebun dengan lahan di luar kebun yang telah dibatasi dengan
tanggul.
Teknis pembuatan drainase antara lain:
• Peta kontur atau spot heigh agar pola aliran air dapat diketahui.
• Pembatasan wilayah areal yang akan di drainese dengan dibuatkannya
tanggul keliling sehingga membentuk folder tertutup yang berfungsi
103 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
untuk mencegah aliran air dari luar areal atau disebut juga zona tata
air.
• Perhitungan lebar saluran yang dibutuhkan.
• Saluran air harus membentuk suatu jaringan dan saling berhubungan,
di mana saluran drainase lapangan (parit sirip) bermuara pada
drainase pengumpul (kanal tersier/sekunder/primer) dan drainase
pengumpul bermuara pada drainase pembuangan (outlet).
• Pembuatan penampang saluran air harus semakin membesar pada
daerah hilir sesuai dengan urutan drainase lapangan, pengumpul,
dan pembuangan.
• Pada bagian hilir dibuatkan bangunan pintu air agar air dilahan dapat
di atur sesuai kebutuhan tanaman.
• Kendala pembuatan drainase:
• Biasanya terjadi pada saluran pembuangan/outlet menuju sungai.
Kendala tersebut berupa masalah sosial dan kondisi outlet tidak
memadai (air di luar lebih tinggi dibanding air di areal studi atau
daya tampung outlet kurang dibanging dengan DAS sungai tersebut).
• Sebagian besar managemen kebun sering mengabaikan sistem
tata air dan lebih mengutamakan target tanam, akibatnya bila pada
musim hujan areal tersebut malah kebanjiran yang seharusnya areal
tersebut aman dari masalah tersebut.
6. 6. Piringan
Piringan adalah pekerjaan membasmi dan membersih rumput (gulma) yang
tumbuh di piringan pokok termasuk tunggul dan kayu. Piringan dilakukan
di sekitar lahan tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai tempat untuk
menyebarkan pupuk agar efisien diserap tanaman. Piringan juga merupakan daerah jatuhnya buah kelapa sawit sehingga kondisi piringan harus senantiasa
bersih dari gangguan gulma. Piringan merupakan daerah yang berada di sekitar
pokok kelapa sawit yang berbentuk lingkaran dengan diameter ± 4 m.
Tujuan pemeliharaan piringan antara lain: (i) Mengurangi kompetisi gulma
terhadap tanaman dalam penyerapan unsur hara, air dan sinar matahari; (ii)
104 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Mempermudah pekerja untuk melakukan pemupukan dan kontrol di lapangan
bagi tanaman yang ditanam. Sementara itu, teknik pemeliharaan piringan: (i)
secara manual, yaitu tenaga manusia dengan menggunakan cangkul untuk
membentuk piringan pada pokok sesuai dengan diameter yang di tentukan
dan membabat gulma yang tumbuh di sekitar piringan; (ii) secara kimia, yaitu
dengan menggunakan herbisida.
Pembuatan piringan biasanya dilakukan secara manual terlebih dahulu
setelah itu dilakukan secara kimia.
Lebar piringan menurut umur kelapa sawit yaitu:
• Tanaman umur 2-6 bulan lebar piringan jari jari 60 cm,
• Tanaman umur 6-12 bulan lebar piringan jari jari 75 cm,
• Tanaman umur 12-24 bulan lebar piringan jari jari 100 cm,
• Tanaman umur 24-36 bulan lebar piringan jari jari 100-125 cm,
• Tanaman umur lebih dari 24 bulan lebar piringan jari jari 200 cm.
6. 7. Sanitasi Kebun dan Penyiangan Gulma.
Sanitasi adalah kegiatan menjaga kebersihan kebutn dengan cara
membersihkan areal pertanaman dari gulam, daun-daun, ranting bekas
pangkasan dan bua-buahan yang busuk atau rontok.Tujuan sanitasi adalah
menjamin proses produksi tanman berlangsung secara maksimul dengan
menekan resiko serangan organisme penganggu tanaman serta menekan
persaingan oleh tumbuhan lain untuk mendaptkan unsur hara dan sinar
matahari.Sasaran sanitasi adalah lahan menjadi bersih dan bebas dari gangguan
gulma sehingga sehingga tanaman dapat tumbuh optimal dengan menggunakan
cangkul dan sabit untuk menghilangkan gulma.
Kegiatan sanitasi mencakup:
■ Pengendalian gulma.
Tempat pengendalian gulma sebagai berikut:
1. Piringan (contoh: sembung serambat, alang-alang dan borreria alata.
2. Gawangan (contoh: alang-alang, rumput melala, rumput lempuyangan,
rumput sarang buaya, sembung rambat, pakis kawat, putihan, tembelek,
105 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
senduduk, herendong, mempelas, pakis kadal, paitan, babadotan, ara
tanah)
3. Pasar pikul yang terletak diantara 2 barisan tanaman yang dipakai untuk
jalan panen.
4. TPH
■ Pemangkasan(prunning)
Pemangkasan adalah membersihkan tanaman kelapa sawit dari pelepah-
pelepah yang mengganggu dan menjaga tingkat keseimbangannya. Waktu
pengerjaan pemangkasan ini bertepatan dengan saat melakukan kastrasi
yakni ketika tanaman sudah berusia sekitar 17-19 bulan.
Kegiatan prunning antara lain: Pembersihan tunas pasir; Penunasan selektif;
Penunasan periodik; Penyusunan pelepah; dan Organisasi tunas.
■ Kastrasi
Pembuangan bunga bunga pertama baik jantan maupun betina serta buah-
buah pasir pada tanaman Kelapa Sawit yang belum siap untuk memasuki
masa panen normal. Tujuan kastrasiadalah memaksimalkan fase vegetatif
pada tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh pada fase Generatif; dan
mencegah terserangnya hama penyakit pada tanaman. Kastrasi mulai di
hentikan 6 bulan sebelum tanaman memasuki masa panen. Jika pada usia
tanaman 24 bulan tanaman sudah panen, di usia 12 bulan tanaman mulai
dilakukan Kastrasi & memasuki usia 18 bulan Kastrasi sudah di hentikan.
6. 8. Catatan Pemupukan dan Pelaksanaan Pemeliharaan
Tanaman
6. 8. 1. Catatan pemupukan tanaman
Catatan rencana dan realisasi pemakaian pupuk dan pestisida yang
berisi catatan penggunaan Pupuk dan Pestisida, serta sebagai pembanding
untuk ketepatan antara rencana dan kenyataan pelaksanaan setiap bulannya;
penyajiannya dipisah antara TBB dan TM.Sumber data dapat diperoleh dari
Rencana Pemakaian Bahan dari Rencana kerja Tahunan, Rencana Kerja
Bulanan, dan Realisasi Kegiatan Pekerjaan Pada bulan tersebut.
106 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
6. 8. 2. Catatan pelaksanaan pemeliharaan tanaman
Catatan pemeliharaan tanamanpertahun berfungsi untuk mengikhtisarkan
kegiatan pemeliharaan; penyajian dipisan antara TBBM dan TM berdasarkan
tahun tanamnya yang kemudian menjadi bagian dari catatan bulanan masing-
masing kegiatan.
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek pemeliharaan tanaman untuk sistem
sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable
Palm Oil Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pemeliharaan tanaman
untuk petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/penting
dalam aspek pemeliharaan tanaman untuk petani sawit mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek pemeliharaan tanaman untuk petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
pemeliharaan tanaman untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam aspek pemeliharaan tanaman untuk petani
sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pemeliharaan tanaman
yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek pemeliharaan tanaman?
Daftar Pustaka
Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya
107 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 7PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN (OPT)
7. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 7 akan menguraikan tentang Kebersihan kebun; Penggunaan musuh
alami; Penggunaan pestisida; Catatan jenis OPT; Sarana; Tenaga, penyimpanan
alat dan bahan kimia.
7. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait
pengendalaian organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pengendalaian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait
pengendalaian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
7. 3. Pendahuluan
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman secara Terpadu/PHT
memiliki arti penting dalam mendukung adanya pertanian berkelanjutan. Hal
ini dikarenakan konsep dalam PHT selaras dengan konsep dalam Pertanian
Berkelanjutan. Disamping itu, PHT dan Pertanian Berkelanjutan merupakan
suatu kebijakan pemerintah yang disahkan dalam Undang-Undang. Adapun
Landasan hukum dan dasar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman adalah
Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman,
108 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan
Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/ OT/9/1997 tentang Pedoman
Pengendalian OPT.
Tindakan dalam mendeteksi keberadaan hama dan penyakit pada waktu yang
lebih dini menjadi prioritas mutlak untuk dilaksanakan. Keuntungan deteksi dini
adalah selain memudahkan tindakan pencegahan dan pengendaliannya juga agar
tidak terjadi ledakan serangan yang tidak terkendali/terduga. Secara ekonomis
biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan jauh lebih rendah daripada
pengendalian serangan hama/penyakit yang sudah menyebar luas dengan
meninjau Prinsip dan Kriteria 2.1.7. dalam ISPO.
Pengendalian OPT juga merupakan suatu tindakan dalam proses perawatan
tanaman di perkebunan kelapa sawit, dalam pengendalian langkah yang
dilakukan sebaiknya lebih mempertimbangkan kelestarian hidup flora & fauna yang bukan merupakan target OPT. Diperlukan pengetahuan dari siklus hidup
hama dan penyakit yang merupakan titik kritis (crucial point) karena akan
menjadi dasar acuan pengambilan keputusan pengendalian.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu/PHT atau Integrated Pest
Management/IPM adalah komponen integral dari Sistem Pertanian
Berkelanjutan. PHT bertujuan tidak hanya mengendalikan populasi hama
tetapi juga meningkatkan produksi dan kualitas produksi serta meningkatkan
penghasilan dan kesejahteraan petani. Cara dan metode yang digunakan adalah
dengan memadukan teknik-teknik pengendalian hama secara kompatibel serta
tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Dengan demikian, pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia,
terpadu) dan waktu pengendalian yang dianggap paling cocok menjadi
latar belakang keberhasilan pengendalian OPT tersebut. Pengelolaan kebun
menuntut adanya kemampuan untuk dapat meramalkan berbagai kemungkinan
ledakan hama dan penyakit yang potensial. Perkiraan tersebut dapat bertitik
tolak dari kondisi alam, iklim dan jenis hama dan penyakit yang spesifik ada di areal, dinilai dari situasi dan kondisi yang paling memungkinkan.
Penerapan pengendalian organisme pengganggu tanaman secara terpadu
yang ramah lingkungan juga merupakan sistem peringatan dini diterapkan
untuk memantau keseimbangan komposisi organisme pada ekosistem di
109 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
perkebunan sehingga setiap perkembangan yang mungkin berdampak
terhadap produktifitas tanaman dapat diantisipasi secara efektif dan dengan biaya yang rasional. Sistem peringatan dini menghindarkan terjadinya ledakan
hama dan penyakit tanaman yang dapat memengaruhi produktifitas dan biaya dengan signifikan. Pemeliharaan keseimbangan komposisi antara organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan musuh alaminya menjadi kunci dalam
pengendalian hama terpadu. Musuh alami mungkin tersedia secara alamiah
atau didatangkan khusus untuk menciptakan keseimbangan dalam ekosistem.
Pada pengendalian hama terpadu, penggunaan pestisida adalah pilihan
terakhir, dengan penetapan jenis dan jumlah yang boleh digunakan diatur secara
ketat dan tunduk pada regulasi pemerintah. Ada lima indikator dalam penerapan
pengendalian OPT, yaitu: (i) Tersedia SOP pengamatan dan pengendalian
OPT; (ii) Tersedia SOP penanganan limbah pestisida; (iii) Tersedia rekaman
pelaksanaan pengamatan dan pengendalian OPT; (iv) Tersedia rekaman jenis
pestisida (sintetik dan nabati) dan agen pengendali hayati (parasitoid,predator,
agens hayati, feromon,dll) yang digunakan; (v) Tersedia rekaman jenis tanaman
inang musuh alami OPT.
Selanjutnya, strandar Operasional Prosedur (SOP) dan intruksi dalam
pengendalian OPT sebagai berikut:
■ Pengendalian OPT dilakukan secara terpadu atau pengendalian hama
terpadu/PHT, yaitu memadukan berbagai teknik pengendalian secara
mekanis, biologis, fisik dan kimiawi.
■ Diterapkan sistem peringatan dini (Early Warning Sistem/EWS) melalui
pengamatan OPT secara berkala Early Warning Sistem yang merupakan
sistem pemantauan organisme pengganggu tanaman yang dilakukan secara
kontinyu dan konsisten sesuai interval tertentu mutlak dilakukan agar
kondisi OPT dapat diketahui secara dini.
■ Tersedia sarana pengendalian sesuai SOP atau instruksi kerja, Petunjuk
praktis cara-cara pengendalian OPT seperti informasi dosis, konsentrasi dan
volume semprot dari pestisida sangat penting untuk menghindari kesalahan
teknis dalam bekerja, kelengkapan alat pelindung diri, cara operasional
alat pengendalian, jenis pestisida yang disarankan diperlukan agar tidak
membahayakan bagi pekerja dan lingkungan.
110 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Tersedia tenaga (regu) pengendali yang sudah terlatih, Regu atau tim
pengendali OPT terdiri dari orang-orang khusus yang sudah terlatih dengan
program pelatihan khusus secara konsisten dan kontinyu, tercatat dan
terdokumentasi nama-nama orang. Dokumentasi bahwa yang bersangkutan
telah mendapatkan pelatihan akan mendukung dalam kelengkapan sertifikasi ISPO.
■ Tersedia gudang penyimpanan alat dan bahan pengendali OPT, Penyimpanan
material pestisida perlu diperhatikan berdasarkan kandungan bahan aktif
dan kemasan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, meletakkan
material secara terstuktur dengan baik berdasarkan jenis pestisida
(herbisida, insektisida, fungisida, rodentisida dll). Menyediakan kartu stok
pengeluaran dan pemasukan material, didukung catatan tanggal pembelian
dan kadaluarsa, penggunaan material dan lokasi aplikasi. Penyimpanan
di dalam gudang sedemikian terstruktur untuk menghindari gangguan
pencemaran bagi manusia dan lingkungan.
Oleh sebab itu pengetahuan dan kompetensi terkait pengendalian organisme
pengganggu tanaman secara terpadu yang sesuai Pedoman Teknis Budidaya
Kelapa Sawit Terbaik (GAP) kepada petani sawit mandiri sangat penting
sehingga tujuan peningkatan hasil tersebut dapat tercapai.
7. 4. Kebersihan Kebun
Kebersihan kebun dapat dilakukan dengan kastrasi dan sanitasi. Kastrasi
adalah membuang semua produk generatif, yatu bunga jantan, bunga betina
dan seluruh buah yang bertujuan mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang
tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif penguatan batang yang lebih besar)
dan merangsang pembentukan bunga betina yag sempurna sehingga persiapan
ke status TM. Kastrasi dilakukan pda tanaman setelah umur 14 bulan yang
akan mengeluarkan bungan tetapi belum sempurna membentuk buah sampai
umur 23 bulan sehingga tidak ekonomis.
Sementara itu. sanitasi adalah membersihkan pohon kelapa sawit dari
sampah/kotoran yang berasal dari bunga dan pelepah kering agar tidak emnajdi
pemicu munculnya serangan hama dan penyakit.Alat dan bahan untuk kastrasi
dan sanitasi adalah pencabut bunga, mata dodos, dan gancu.
111 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
7. 5. Penggunaan Musuh Alami
Jenis-jenis penggunaan musuh alami sebagai berikut:
■ Hama:
1. Ulat api
Ulat api termasuk ke dalam famili Limacodidae, ordo Lepidoptera
(bangsa ngengat). Salah satu genus ulat api, yaitu Chalcocelis bertubuh
mirip buah kolang-kaling, tanpa satupun duri beracun, berwarna putih
kehijau-hijauan, dan tidak berkaki atau Ulat Kolang-kaling dengan pupa
ulat api berbentuk bulat mirip telur, berwarna coklat tua, dan bertekstur
agak keras, dan melekat pada daun. Ngengat berwarna coklat kusam.
Gejala serangan dapat melumpuhkan metabolisme pertumbuhan
tanaman kelapa sawit:
a. Ulat api memakan daun
b. Jenis ulat api yang menyerang kelapa sawit antara lain Setothosea
asigna, Setora nitens, Darna trima, dan Ploneta diducta, namun
jenis ulat api yang banyak menyerang sawit adalah S. asigna dan S.
nitens.
Cara pengendalian:
a. Kimia: penyemprotan pestisida metadol sesuai umur tanaman. Jika
tanaman tinggi maka di pakai cara pengasapan dari sore hingga
malam karena angin sekitar akan berkurang dan mengurangi
pencemaran lingkunagan.
b. Hayati: penggunaan kumbang kepik dan bunga tunera yang sengaja ditanam di setiap tanaman depan sebanyak 5 buah bunga tunera.
2. Tikus
Gejala serangan: menyerang akar tanaman.Cara pengendalian:
a. Kimia: penggunaan klerak CIU (terutama Sapindus rarak De
Candole atau S. mukorossi) atau dikenal juga sebagai rerek atau
lamuran adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya
yang dipakai sebagai deterjen tradisional.
112 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
b. Hayati: menggunakan burung hantu.
3. Landak
Gejala serangan: rusaknya tanaman yang muda karena tercabut dari
lubang tanamnya.Cara pengendalian:
a. Penggunakan jaring yang di pagarkan di sekeliling tanaman kelapa
sawit
b. Menggunakanburung hantu.
4. Babi
Gejala serangan: memakan umbut dan buah sawit yang sudah
membrondol di tanah, dan tandan buah di pohon yang masih terjangkau.
Carapengendalian:
a. Menggunakan electric-fence dengan ketinggian kawat teratas 1,5
m, dengan 4 kawat, sekaligus untuk mencegah babi hutan. Cara ini
efektif jika dibarengi dengan membuat barier terbuka tanpa pohon
selebar 7,5 – 10 m antara kawat dan tepi hutan, mengikuti sepanjang
jalur kawat. Listrik dengan tegangan 50 – 100 volt diaktifkan mulai
jam 17.00 hingga 06.00.Menggunakanburung hantu.
b. Membangun parit isolasi selebar 3 m dan dalamnya 2,5 m di sepanjang
perbatasan areal kebun dengan hutan. Tanah galian ditempatkan di
bagian dalam kebun. Kegiatan ini dapat dilakukan menggunakan
alat berat seperti back hoe atau ekskavator. Hasil yang lebih baik
jika cara ini dikombinasikan dengan cara di atas.
5. Nematoda
a. Penyebab rhadinaphelenchus cocophilus. Bagian yang diserang
adalah akar.
b. Gejala: pusat mahkota mengerdil, daun baru tergulung dan tegak,
daun berubah warna menjadi kuning dan mengering, tandan buah
menjadi busuk.
c. Pengendalian: dengan meracuni pohon dengan natrium arsenit dan
setelah mati dibongkar dan dibakar.
113 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
6. Tunggau
a. Penyebab Tunggau Merah (Oliganycus). Bagian yang diserang
adalah daun.
b. Gejala: daun menjadi mengkilap dan daun berwarna bronz.
Pengendalian menggunakan aktrisida tetradifon 0,1 – 0,2%.
7. Ulat Setora
a. Penyebab setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun.
b. Gejala: daun dimakan sehingga yang tersisa hanya lidinya saja.
c. Pengendalian menggunakan insektisida Hosation 25 UI.V, sevin 85
ES, Dursban 20 EC pada konsentrasi 0,2 – 0,3%.
8. Oil Palm Bunch Moth
a. Penyebab Tiorathaba mudella. Bagian yang diserang adalah buah
muda dan kadang-kadang tandan buah.
b. Gejala: buah muda berlubang, tandan buah busuk.
c. Pengendalian menggunakan insektisida dipteres/thiodam (0,55
kg/370 liter air). Selain itu dilakukan pemberantasan biologi dengan
parasit tabuhan dan lalat parasit.
9. Kumbang Oryctes
a. Penyebab oryctes rhynoceros. Bagian yang diserang adalah titik
tumbuh, bakal daun.
b. Gejala daun seperti terpotong gunting; pada serangan berat serangga
akan mati.
c. Pengendalian peningkatan sanitasi dan pemberantasan biologi
dengan parasit jamur.
■ Penyakit:
1. Busuk pangkal batang sawit (Ganoderma)
Penyebab: jamur patogen Ganoderma boninense. Gejala serangan:
daunnya menguning dan layu kemudian pelepahnya terkulai ke tanah
yang dimulai pada pelepah daun yang tua.
114 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Gejala awal beberapa pelepah daun yang berada di pucuk berwarna
pucat seperti kekurangan unsur hara. Gejala lanjut: (i) Daun mengalami
nekrosis dimulai dari daun tua kemudian ke daun yang lebih muda; (ii)
Pelepah daun akan patah dan menggantung dan pupus (pelepah daun
muda) tidak bisa membuka dan terkumpul lebih banyak dari biasanya
(lebih dari 3 pelepah); (iii) 6-12 bulan kemudian tanaman akan mati; (iv)
Penampang batang yang terserang berwarna coklat muda dengan garis
seperti pita yang disebut daerah/zona reaksi yaitu tempat berkumpulnya
gum bahan buah/Fruting bodies/terbentuk pada bagian bawah batang
atau pada akar yang sakit biasanya badan buah ini muncul ketika
tanaman sudah mati atau rubuh. Cara penanggulangannya:
a. Membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman di bekas areal
kelapa dan kelapa sawit, lahan harus benar-benar bersih dari tunggul
kelapa dan kelapa sawit
b. Mencegah penularan penyakit dalam kebun. Pohon yang sudah
menunjukkan gejala sakit pada daun umumnya tidak dapat ditolong
lagi, maka dianjurkan agar pohon tersebut diracun, kemudian
ditebang. Tunggul dan akar-akarnya digali dalam radius 60 cm b.
Bila ditemukan pohon dengan gejala serangan awal, dapat dilakukan
pembelahan surgery. Bagian yang membusuk diambil kemudian
luka tersebut ditutup dengan penutup luka (protectant) misalnya ter,
arang.
c. Melakukan pengamatan rutin 1-3 kali setahun oleh orang yang
telah berpengalaman. Adanya pembusukan di dalam batang dapat
dideteksi dengan memukul-mukul pangkal batang
d. Pengendalian secara kultur teknis untuk menghindari infeksi
(Ganoderma sp) dilakukan pembuatan lubang tanam besar (big hole)
berukuran 3 x 3 x 0,8 m.
e. Pengendalian secara hayati dengan melakukan aplikasi Trichoderma
spp atau Gliocladium sp.
f. Pengendalian secara kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan
aktif triadimenol dan Triademorph 10-20 cc untuk menahan
perkembangan penyakit
115 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
2. Penyakit akar Blast disease
Penyebab: cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp dengan
gejala serangan:
a. Bila menyerang pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit
secara mendadak.
b. Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi
layu, kemudian tanaman mati.
c. Kalau perakaran tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan pada
akar.
Cara pengendalian:
a. Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan bibit sehat dan
kuat.
b. Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat mencegah
terjadinya gangguan penyakit ini.
3. Penyakit garis kuning pada daun
Penyebab: cendawan Fusarium oxysporum dengan gejala serangan:
a. Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun belum membuka.
b. Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval
berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.
c. Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.
d. Cara pengendalian: menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit
tersebut.
4. Penyakit batang dry basal rot
Penyebab: cendawan Ceratocyctis paradoxa dengan gejala serangan:
a. Tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan.
b. Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap berwarna hijau untuk
beberapa saat, meskipun pada akhirnya akan membusuk dan
mongering.
c. Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan karena terjadinya
116 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
pembusukan (busuk kering) pada pangkal batang.
d. Cara pengendalian : menanam bibit yang bebas infeksi penyakit ini.
■ Gulma:
Contoh dan jenis penanganan gulma sebagai berikut:
1. Teki ladang (Cyperus rotundus)
Gejala serangan adalah memiliki daya tahan luar biasa terhadap
pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah
yang mampu bertahan berbulan-bulan; memiliki jalur fotosintesisC4
yang menjadikannya sangat efisien dalam ‘menguasai’ areal pertanian secara cepat.Cara pengendalian adalah penyemprotan pestisida
2. Pakis
Gejala serangan adalah spesifiknya tidak terlihat, hanya sekedar gulma pegganggu dan tidak merugikan.Cara pengendalian adalahpengikisan
dan pembersihan pada saat pemanenan
3. Ilalang (Imperata cylindrical)
Gejala serangan adalah tertutupnya tanaman dan terhambatnya
perkembangan akar tanaman dan bisa mendatangkan hama lain.Cara
pengendalian adalah tebas secara menyeluruh dan pestisida.
7. 6. Penggunaan Pestisida
Pestisida yang digunakan telah terdaftar di Komisi Pestisida Kementrian
Pertanian melalui buku panduan nama pestisida, produsen dan merek dagang
sesuai target OPT yang biasa disebut Buku Hijau Komisi Pestisida (Kompes)
atau pestisida yang telah terdaftar di Komisi Pestisida Kementrian Pertanian
yang dikeluarkan setiap tahun sebagai buku panduan nama pestisida, produsen
dan merek dagang sesuai target OPT. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
penggunaan herbisida sebagai berikut:
1. Jenis herbisida (berdasarkan cara kerjanya)
a. Herbisida Kontak
Paling aman karena hanya membunuh jaringan tanaman yang terkena
semprotan herbisida, sehingga tidak mempengaruhi perkembangan
117 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
pertumbuhan tanaman utama. Bahan aktif herbisida kontak contohnya
adalah Paraquate (contohnya Gramaxone, Supretox, Topzone dan
Rolixone) – Glufosinate.
b. Herbisida Sistemik/Translokasi
Herbisida ini masuk kedalam jaringan tanaman melalui daun
maupun akar, dan ditranslokasikan keseluruh jaringan tanaman dan
mengganggu physiologis tanaman sehingga menyebabkan kematian
gulma. Bahan aktif herbisida adalah: (i)2.4 - D Amine – Glyphosate;
(ii) Fluazifop - butyl - Metsulfuron methyl
2. Jenis-jenis gulma
Jenis-jenis gulma mencakup: (i) Gulma daun sempit (rumput-rumputan);
(ii) Gulma daun lebar (anak kayu); (iii) Gulma pakis-pakisan.
3. Golongan gulma
Golongan gulm terbagi berdasarkan tingkan kompetisinya antara lain:
a. Kelas A: Sangat berbahaya karena sangat kompetitif, megneluarkan
zat racun yang menghambat, sebagai inang alternatif hama dan
penyakit serta reduri. Contoh: rumput melata, rumput lemuyangan,
rumput sarang buaya, lalang, bunga tahi ayam, putihan, herendong,
senduduk, memepelas, pakis udang, pakis kawat.
b. Kelas B: sangat berbahaya karena sanat kompetitif yang harus
dikendalikan dan apabila eprlu harus dimusnahkan. Contoh: rumput
kawatan, rumput lilit kain, rumput gajah, jakut jampang, rumput
kemarau, teki, pengorak, mikana, kucingan.
c. Kelas C: dapat ditoleransi karena kurang kompetitif, tetapi memrlukan
pengendalian yang teratur dan bermanfaat untuk mencegah erosi.
Contoh: rumput pakisan, rumput grintingan, rumput panik, rumput
cakar ayam, rumput kerbau, gendong anak, pakis larat.
d. Kelas D: gulma bermanfaat karena kurang kompetitif dan
keberadaannya perlu dipertahankan. Contoh: babadotan, maman, ara
tanah dan Hytis capitate
118 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
4. Identifikasi gulma
Gulma dapat teridentifikasi menjadi:
a. Gulma rumput umumnya menggunakan bahan aktif glifosfat/
sulfosat/ammonium glufosinat.
b. Gulma daun lebar umumnya menggunakan metsulfuron methyl
c. Gulma pakisan umumnya menggunakan paraquat dicampur dengan
metsulfuron methyl
5. Waktuaplikasi, rotasi, dosis dan konsentrasi untuk gulma
Waktu aplikasi herbisida karena gulma sangat peka terhadap herbisida
saat gulma masih muda dan cuaca kering. Sementara itu, rotasi adalah
program penyemprotan dan intervalnya perlu dibuat berdasarkan kondisi
lapangan.Dosis yang digunakan akan ditentukan oleh jenis gulma
sasaran dan kondisi gulma yang akan dikendalikan; dan konsentrasi
adalahperbandingan antara herbisida dalam larutan yang dinyatakan
dalam persen, disesuaikan dengan anjuran pemakaian.
6. Kalibrasi, yaitu proses verifikasi keakuratan alat ukur (alat semprot) sesuai dengan rancangannya yang mencakup”
7. Alat semprot
Alat semprot yang digunakan dapat berupa Sprayer gendong “Solo”;
Sprayer gendong “CP15”; CDA (Controled Droplet Application); dan
Alat semprot bermesin.
8. Tenaga, transportasi dan aplikasi herbisida yang tepat
9. Konsep penyemprotan
Penyemprotan dilakukan degan kecepatan yang sesuai (dapat
menempuh jarak anara 0,5-0,8 m/detik); dengan ketinggian nozel yang
konstan, yaitu ±45 cm dari permukaan gulma sasaran (agar didapat
lebar semprot yang optimal).
10. Tim unit semprot (TUS)
11. Laporan yang terkait pemakaian herbisida, luas yang disemprot
dan ouput per HKO.
119 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
12. Penanganan limbah
Penanganan limbah harus disesuaikan dengan petunjuk penanganan
limbah pada label maupun pedoman kebijakan penanganan,
penyimpanan dan pembuangan bahan tersebut; tidakmembiarkan areal
bukan sasaran, saluran air, tanaman pertanian tercemar herbisida.
7. 7. Catatan Jenis OPT
Laporan/dokumentasi jenis OPT mencakup parasitoid, predator, agensia
hayati, feromon, dan lain-lain adalah: (i) Pemakaian dan pengeluaran herbisida;
(ii) Luas yang disemprot; (iii) Output per HKO.Laporan ini sebaiknya
terdokumentasi dan dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.
Tujuannya adalah kondisi OPT dapat diketahui secara dini untuk mendapatkan
tindak lanjut apabila kondisi OPT sudah melampaui batas kritis atau jika
diperlukan agar ada sistem peringatan dini (Early Warning Sistem/EWS).
Catatan pengeluaran dan pemakaian pestisida sebaiknya terdokumentasi
dengan baik. Penanganan limbah pestisida juga harus dilakukan sesuai petunjuk
teknis untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan. Limbah
pestisida berupa sisa material yang sudah kadaluarsa, kemasan habis pakai
dikelola sedemikian rupa sesuai aturan agar tidak mengakibatkan pencemaran
terhadap lingkungan.
7. 8. Sarana
Sarana pengendalian sesuai SOP atau instruksi kerja.Petunjuk praktis
cara-cara pengendalian OPT seperti informasi dosis, konsentrasi dan volume
semprot dari pestisida sangat penting untuk menghindari kesalahan teknis dalam
bekerja, kelengkapan alat pelindung diri, cara operasional alat pengendalian,
jenis pestisida yang disarankan diperlukan agar tidak membahayakan bagi
pekerja dan lingkungan.
Selanjutnya, tersedia sarana pengendalian sesuai SOP atau instruksi
kerja, Petunjuk praktis cara-cara pengendalian OPT seperti informasi
dosis, konsentrasi dan volume semprot dari pestisida sangat penting untuk
menghindari kesalahan teknis dalam bekerja, kelengkapan alat pelindung diri,
cara operasional alat pengendalian, jenis pestisida yang disarankan diperlukan
agar tidak membahayakan bagi pekerja dan lingkungan.
120 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Oleh sebab itu, pelaksanaan penyemprotan harus memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
• Pengecekan kapasitas alat semprot dengan mengisi air menggunakan
tabung ukur.
• Pengecekan pola semprot, lebar semprotan dan volume output
sebelum menggunakan nozzel baru.
• Penyemprotan searah dengan angin, hentikan penyemprotan apabila
angin kuat.
• Kondisi lapangan akan menentukan cara semprotan
• Menenetukan tinggi nozzel dan arah stik.
• Penutupan yang maksimum dengan menyesuaikan antara stik dengan
pola semprotan nozzel.
• Apabila penyemprotan berdekatan dengan tanaman, merendahkan
stik dan kurangi tekanan semprot untuk memeperkecil percikan pada
tanaman tersebut.
• Berjalan pada langkah yang diinginkan dengan mantap (seperti yang
telah dideterminasi saat kalibrasi).
7. 9. Tenaga, Penyimpanan Alat dan Bahan Kimia
Tersedia tenaga (regu) pengendali yang sudah terlatih, Regu atau tim
pengendali OPT terdiri dari orang-orang khusus yang sudah terlatih dengan
program pelatihan khusus secara konsisten dan kontinyu, tercatat dan
terdokumentasi nama-nama orang. Dokumentasi bahwa yang bersangkutan
telah mendapatkan pelatihan akan mendukung dalam kelengkapan sertifikasi ISPO. Tenaga yang telah terlatih harus mengetahui bagaimana mengenali pola-
pola gulma dan memperlambat untuk memberikan dosis yang sedikit lebih
tinggi untuk mempengaruhi bahkan mematikan seluruh gulma.
Disamping itu, diperlukan adanya gudang penyimpanan alat dan bahan
pengendali OPT. Penyimpanan material pestisida perlu diperhatikan
berdasarkan kandungan bahan aktif dan kemasan untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan, meletakkan material secara terstuktur dengan baik
berdasarkan jenis pestisida (herbisida, insektisida, fungisida, rodentisida dll).
121 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Menyediakan kartu stok pengeluaran dan pemasukan material, didukung
catatan tanggal pembelian dan kadaluarsa, penggunaan material dan lokasi
aplikasi. Penyimpanan di dalam gudang sedemikian terstruktur untuk
menghindari gangguan pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Oleh sebab
itu, penyimpanan alat dan bahan kimia pengendalian OPT harus memperhatikan
sebagai berikut:
• Penyimpanan material pestisida perlu diperhatikan berdasarkan
kandungan bahan aktif dan kemasan.
• Meletakkan material secara terstuktur dengan baik berdasarkan jenis
pestisida (herbisida, insektisida, fungisida, rodentisida dll).
• Menyediakan kartu stok pengeluaran dan pemasukan material,
didukung catatan tanggal pembelian dan kadaluarsa, penggunaan
material dan lokasi aplikasi.
• Penyimpanan di dalam gudang sedemikian terstruktur untuk
menghindari gangguan pencemaran bagi manusia dan lingkungan.
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT) untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT) untuk petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
penting dalam aspek pengendalian organisme pengganggu tanaman
(OPT) untuk petani sawit mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) untuk
petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) untuk petani
sawit mandiri?
122 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
6. Apakah kebijakan dalam aspek pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT) untuk petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan
pembangunan terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pengendalian
organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dihadapi oleh petani sawit
mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT)?
Daftar Pustaka
Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya
Mengelola Organisme Pengganggu Tanaman Kelapa Sawit Secara Bijak
Menuju Kehidupan Berkelanjutan http://brondolan-info.blogspot.
co.id/2014/07/mengelola-organisme-pengganggu-tanaman_4109.
html
123 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 8PEMANENAN
8. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 8 akan menguraikan tentang Buah panen sesuai Pedoman Teknis Panen;
Catatan waktu dan lokasi pelaksanaan pemanenan.
8. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Mengidentifikasi faktor-faktor untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pemanenan
■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pemanenan
8. 3. Pendahuluan
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai
dengan pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan
buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil
ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).
Panen juga merupakan kegiatan memotong tandan buah pada tingkat
kematangan yang optimum mengutip semua brondolan yang jatuh berada
di dalam atau di luar piringan, kemudian mengumpulkannya ke Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH), ukuran 2 x 3 m yang letaknya diujung pasar pikul
di pinggir jalan Collection Road (CR), masing –masing dengan jarak 3 rintis
untuk 1 TPH pada hari yang sama, sampai pengangkutan ke pabrik yang
meliputi pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan
pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).
124 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan
tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan
pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam pencapain
produktivitas. Disamping itu, penentuan sistem panen pada tanaman kelapa
sawit bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak (redemen) yang tinggi
serta mutu minyak baik atas pertimbangan kandungan ALB (FFA) yang
rendah. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengikuti ketentuan panen yang telah
ditetapkan seperti kriteria panen, rotasi panen, pengumpulan brondolan, dan
lain-lain. Tandan yang telah dipanen harus diangkut pada hari yang sama
ke pabrik dan diolah pada hari itu juga. Dengan demikian, secara sistematis
tujuan panen adalah FFB Quantity, FFB Quality, dan Completely Harvesting.
Completely Harvesting adalah panen yang dilakukan dengan sempurna. Tidak
ada buah masak yang tidak dipanen dan buah mentah yang dipanen.
Demikian juga untuk pengutipannya tidak ada yang tertinggal di areal.
Pekerjaan ini sangat erat hubungannya dengan kualitas pengawasan, sistem
pembayaran dan premi, serta sistem denda. Sementara itu, FFB Quantity
berhubungan erat dengan infrastruktur, jumlah tenaga pamanen, produktivitas
pemanen, dan potensi yield/ha dan FFB Quality berhubungan erat dengan
rotasi/pusingan panen, kualitas jalan, pengawasan, dan sistem grading yang
dilaksanakan di lapangan, serta sistem evakuasi buah dari piringan ke TPH
maupun transport dari TPH ke PKS.
Panduan dalam proses panen kelapa sawit yang harus diperhatikan oleh
pekebun antara lain:
1. Mengetahui kriteria pohon yang layak panen
Sebelum membahas mengenai langkah-langkah panen kelapa sawit,
ulasan mengenai karakteristik buah kelapa sawit yang layak untuk
dipanen perlu diketahui terlebih dahulu. Untuk mengetahui apakah
kelapa sawit sudah bisa dipanen adalah dengan memeriksa berat tandan
kelapa sawit. Jika bobot tandan kelapa sawit lebih dari 10 kg, berarti
tandan tersebut layak dipanen. Anda juga bisa menandai apakah tandan
tersebut bisa dipanen melalui butir buah sawit yang jatuh. Jika ada
sekitar 10 buah yang jatuh, berarti Anda sudah bisa mulai memanen.
Kriteria layak panen juga bisa dilihat dari tampilan buah kelapa sawit.
125 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Buah yang mengalami perubahan warna kulit menjadi merah jingga
biasanya telah dianggap matang dan bisa dipanen. Buah dengan warna
tersebut bisa diartikan sebagai buah yang telah memiliki kandungan
minyak pada tingkatan maksimal.
Selain kriteria layak panen, norma panen dari salah satu komoditi utama
Indonesia ini juga penting untuk diketahui. Pada panen pertama dimana
saat itu kelapa sawit berumur 3 tahun, jumlah tandan kelapa sawit yang
dihasilkan per hektar-nya adalah 0,6 ton. Sementara itu, hasil panen akan
meningkat 0,2 ton dari panen awal saat pohon kelapa sawit berumur
4 tahun. Untuk pohon kelapa sawit yang telah berumur 5 tahun, hasil
panen per hektar-nya adalah 1,2 ton. Petani bisa mendapatkan hasil
panen hingga 1,5 ton per hektar saat pohon kelapa sawit berumur di
atas 5 tahun.
2. Memahami cara panen berdasarkan usia pohon kelapa sawit
Panen kelapa sawit memiliki 2 cara yang biasa dipakai. Kedua cara
tersebut ditentukan berdasarkan tinggi pohon kelapa sawit itu sendiri.
Panen pada pohon kelapa sawit yang masih berumur di bawah 7 tahun
bisa dilakukan dengan menggunakan alat dodos. Alat yang memiliki
lebar 10-72,5 cm tersebut dikombinasikan dengan tongkat kayu atau
pipa besi. Sementara itu, untuk pohon yang telah berusia di atas 7 tahun,
proses panen dilakukan dengan egrek. Alat tersebut disambungkan
dengan batang bamboo atau pipa alumunium.
Selain kedua jenis alat tersebut, kegiatan panen juga memerlukan alat
lain berupa kapak, batu asah, jaring panen, dan kereta dorong atau alat
pikul. Kapak nantinya diperlukan untuk memotong tangkai tandan
buah segar (TBS) sedangkan batu asah diperlukan untuk melancipkan
alat pemotong sehingga proses pemotongan lebih mudah. Karena TBS
kelapa sawit cukup besar dan berat, Anda memerlukan alat pengangkut
seperti pemikul atau kereta dorong sehingga pengangkutan lebih mudah.
3. Mengaplikasikan sistem panen
Sistem yang pada umumnya digunakan oleh mandor saat panen kelapa
sawit adalah sistem ancak atau disebut juga petak. Pada umumnya,
sistem ini memiliki 3 jenis pembagian yaitu ancak tetap, ancak giring
126 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
tetap, dan ancak giring murni. Pada ancak tetap, pemanen bertanggung
jawab untuk menyelesaikan tugas memanen pada area yang sama alias
tidak berpindah-pindah. Sistem ancak ini paling cocok diterapkan
untuk area lahan yang curam dan memiliki kontur tanam tidak sama.
Ada kelebihan, ada pula kekurangan. Terkait hal ini, sistem ancak yang
satu ini kurang cepat dalam menyuplai kelapa sawit ke pabrik. Hal ini
karena aplikasi sistem bergerak lebih lambat.
Sementara itu, sistem ancak giring murni memiliki keuntungan dari segi
ketersediaan pekerjanya. Karena sistem ini cocok diaplikasikan untuk
perkebunan yang memiliki banyak pekerja, transportasi buah tertinggal
saat panen pun memiliki kemungkinan lebih kecil. Sayangnya, sistem
ancak ini cenderung membuat produktivitas menjadi rendah karena
setiap pekerja selalu berganti-ganti tanggungan area. Sebagai upaya
perbaikan dari sistem ancak giring murni, kemudian muncullah sistem
ancak giring tetap.
4. Melakukan runtutan aktivitas panen
Pada saat tanaman kelapa sawit dipanen, ada beberapa kegiatan yang
dilakukan. Kegiatan tersebut meliputi pemotongan tandan, pengambilan
tandan buah siap panen dengan alat dodos, pengutipan bondolan, dan
pengangkutan hasil panen ke tempat pemungutan hasil (TPH). Pada
panen kelapa sawit tersebut, tangkai buah kelapa sawit yang telah
dipotong juga harus dibersihkan dari kotoran tandan. Dengan begitu,
tandan buah kelapa sawit sudah terlihat bersih saat diangkut ke tempat
pengumpulan hasil.
Karena lahan pohon kelapa sawit pada umumnya cukup luas, aktivitas
panen kelapa sawit biasanya membutuhkan tenaga pekerja. Pekerja
yang dipilih harus memiliki keterampilan memanen yang bagus. Tenaga
pemanen ini nantinya akan mendapatkan jatah memanen pada luasan
area yang ditentukan oleh mandor. Disamping memiliki keterampilan
memanen, pemanen juga harus dapat mengusahakan agar tandan yang
matang dapat dipanen semua. Jika tidak, kualitas kelapa sawit yang
dipanen akan menurun karena terlalu lama di pohonnya. Tidak hanya
itu, butiran kelapa sawit yang tidak segera dipanen juga akan semakin
banyak yang rontok ke tanah.
127 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Secara sistematis, berikut langkah-langkah atau cara panen kelapa sawit
meliputi beberapa tahapan, yaitu:
• Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
• Memotong pelepah daun yang menyangga buah kelapa sawit
• Menyusun pelepah di tengah gawangan dengan rapi
• Mengambil tandan buah kelapa sawit menggunakan alat yang
dipersiapkan yaitu dodos atau egrek. Pemotongan tandan tersebut
tidak boleh di atas 2 cm dari pangkal.
• Meletakkan tandan pada piringan dan brondolan yang telah
dibersihkan dari tanah dan kotoran di tempat terpisah.
• Menandai penebang dengan nomor
• Menumpuk pelepah daun yang sebelumnya dipotong rapi.
5. Melakukan rotasi panen
Rotasi panen merupakan selang waktu atau rentang waktu antara panen
yang terakhir kali dilakukan dengan panen berikutnya untuk area yang
sama. Artinya, pemanen bisa melakukan panen kelapa sawit kembali di
area yang sama setelah rentang waktu tertentu. Pada umumnya, rotasi
panen pada perkebunan kelapa sawit adalah 7 hari.
Oleh sebab itu pengetahuan dan kompetensi terkait pemanenan yang
sesuai Pedoman Teknis Budidaya Kelapa Sawit Terbaik (GAP) kepada
petani sawit mandiri sangat penting sehingga tujuan peningkatan hasil
tersebut dapat tercapai.
8. 4. Buah Panen Sesuai Pedoman Teknis Panen
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya
akanmengambil bagian yangpaling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan
buahyang menghasilkan minyak kelapa sawit dan intikelapa sawit dan
tetapmembiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampi batas
usiaekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit
berkisar25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan
yangdilakukan termasuk cara pemananen.
128 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Namun, jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan kelapa sawit bergantung
dariberbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan
buahpada saat dipanen dan penangananyasampai di PKS. Namun, tanaman
kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun.Pada
tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi
12-14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandantergantung
pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya.Jumlah buah
pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Matang panen
kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi.Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merahjingga, sedangkan secara
fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yangmaksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saatmatang tersebut dicirikan pula oleh
membrondolnya buah.
Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan
tanamanmenghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama
kalidipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan
pertandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak.
Standar ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat
danpengalaman pekerja. Sementara itu, kriteria panen normal umumnya
terjadi pada saat kelapa sawit yang berumur 3 tahun adalah 0.6 ton/hk; pada
saat kelapa sawit berumur 4 tahun adalah 0.8 ton/hk; pada saat kelapa sawit
berumur5 tahun adalah 1.2 ton/hk; dan pada saat kelapa sawit berumur diatas
5 tahun adalah 1.5 ton/hk.
Adapun tingkat kematangan tandan buah kelapa sawit yang lazimnya
menjadi salah satu indikatoryang digunakan tersaji dibawah ini:
129 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Selanjutnya, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg
tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan. Kriteria panen yang diharapkan
adalah bila tingkat kematangan buah sudah mencapai fraksi kematangan 1–3
dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis
sistem panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap.
8. 4. 1. Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan sarana penunjangnya
8. 4. 1. 1. Persiapan pemanenan
Pelaksanaan panen buah perlu memperhatikan kondisi areal, penyediaan
tenaga kerja pemotong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan
alat alat kerja.Seksi potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok
yang akan dipanen setiap hari akan terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar),
selain itu juga harus dihindari adanya potongan potongan ancak panen, agar
satu seksi selesai pada satu hari.Tanggal pelaksanaan permulaan panen pada
kondisi normal dapat dimulai setelah 28 atau 30 bulan sejak penanaman
Dasar penentuan tenaga panen untuk setiap kebun kelapa sawit diperhitungkan
1:1, pada periode produksi rendah (low crop) jumlah pembrondol bisa lebih
sedikit dari jumlah pemanenan atau dihitung berdasarkan produksi TBS
setahun, brondolan, output dan hari efektif setahun sebagai berikut:
Kebutuhan pemanen = Total produksi TBS setahun – brondolan
Rata-rata output pemanen x Hari efektif setahun
Perencanan jumlah pemanen pada areal baru berhubung produktivitas
pemanen secara rata-rata belum didapatkan dapat dilakukan perkiraan sebagai
berikut:
■ Panen dengan dodos adalah 0.04 HKO/Ha untuk areal datar manual.
■ Panen dengan dodos adalah 0.06 HKO/Ha uantuk areal gambut berbukit.
8. 4. 1. 2. Pelaksanaan pemanenan
Pemanen harus menjaga peralatannya dalam keadaan baik, dan tajam.
Semua tenaga kerja panen harus sudah tiba di ancak panen sedini dan sepagi
mungkin, untuk meningkatkan produktifitas dan out put tenaga kerja pemanen.
130 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Pelaksanaan panensebagai berikut:
■ Pusingan panen dijaga antara 7-8 hari disesuaikan dengan kondisi buah,
sehingga % brondol terhadap janjang 7 –10 %. Hal ini perlu, guna menjaga
mutu CPO yang dihasilkan yang terbaik dengan rendemen tertinggi & FFA
terendah serta keseimbangan biaya terjaga sehingga jangan terlalu banyak
waktu untuk mengutip brondolan di piringan.
■ Buah harus diletakkan oleh pemanen di TPH secara beraturan pada tempat
yang telah ditentukan (TPH yang bernomor). Interval TPH adalah setiap
tiga pasar rintis adalah satu TPH (3:1).
■ Pemanen dalam setiap hari harus diusahakan terkonsentrasi jangan
terpencar- pencar dari satu mandoran dengan mandoran lainnya, dan juga
arah majunya dari satu kapvelt ke kapvelt lainnya diusahakan menurut atau
melawan putaran jarum jam, kedua aspek ini perlu dalam rangka efisiensi transport.
■ Menghindari adanya potongan–potangan ancak panen di satu mondoran
artinya di usahakan agar satu kadvelt selesai di potong dalam satu hari.
■ Sesudah selesai dipotong satu pasar rintis pemanen harus langsung
mengeluarkan buah ke TPH. Hal ini agar transport buah sudah dapat
dimulai paling lambat pkl. 08.30 setiap hari, oleh karena itu krani panen
harus secepatnya memeriksa dan menerima buah dengan pemberian tanda
pemeriksaan. Tidak dibenarkan kendaraan menunggu krani transport, tetapi
krani transport yang menunggu kendaraan.
■ Realisasi tonase buah yang dipotong setiap hari harus hampir sama dengan
tonase taksasi buah yang dibuat kemarin sorenya dengan cara mandor harus
terlebih dahulu melaksanakan sensus produksi harian, hal ini diperlukan
untuk tepatnya pengaturan & penentuan jumlah pemanen, kendaraan yang
akan disediakan.
■ Panen buah hari minggu sebaiknya dihindari untuk memberikan kesempatan
waktu untuk perbaikan alat –alat transport buah dan kesempatan istirahat
kepada para pemanen, sopir, dan kernet.
Tata laksana (SOP) panen sebagai berikut:
■ Angka Kerapatan Panen untuk mengatur kebutuhan tenaga pemanen yang
131 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
menyediakan sarana transport dihitung dengan cara sebagai berikut:
Pohon contoh: sebanyak 100 pohon per blok (16-25 ha). Diambil dari
baris no .5,15,35,45 masing-masing sebanyak 20 pohon. Kemudian, hitung
tandan yang sudah bisa dipanen keesokan harinya, misalnya 24 tandan.
Kerapatan panen (KP)= 24/100 = 0,24 atau 1 : 4 artinya dari setiap 4 pohon
akan dipanen 1 tandan matang. Bila berat rata-rata 1 tandan = 12 kg.
Jadi prakiraan panen adalah 0,24 x 2.240 x 12 kg = 6.451 kg
Bila kapasitas (PN = Prestasi Normal) 1 orang tenaga panen = 800 kg
diperlukan 8 orang pemanen sehingga truk/kendaraan sesuaikan dengan
produksi tersebut.
■ Rotasi tanam
Rotasi adalah waktu yg di perlukan antara panen terahir dengan panen
berikutnya pada tempat yg sama. Perkebunan kelapa sawit pada umumnya
menggunakan rotasi panen 7 hari artinya satu areal harus dimasuki oleh
pemanen tiap 7 hari.Rotasi panen di anggap baik bila buah tidak terlalu
matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7 artinya dalam satu minggu
terdapat 5 hari 2 hari untuk sisa pemeliharaan alat panen dan masing-masing
ancak panen diulang 7 hari berikutnya.
Rotasi panen di afdelling/kebun diatur dan disesuaikan dengan hari kerja
pabrik yakni sebagai berikut :
6/7 artinya 6 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Sabtu) (biasanya
hanya pada waktu musim panen puncak)
5/7 artinya 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Jumat)
■ Kepveld
Kapveld yaitu luas areal panen harian. Contoh: Senin-Kamis @ 170 ha atau
11 blok/hari sedangkan pada hari jumat panen hari pendek hanya 6 blok.
■ Sistempanen
Untuk memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktifitas panen yang tinggi mandor menentukan sistem ancak/petak. Satu ancak terdiri dari
2-4 baris tanaman yang berdekatan tergantung pada kerapatan buah masak.
132 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Area panen harus di bagi menjadi 5 atau 6 bagian tergantung dari berapa
hari kerja. Sistem pengancakan terdiri dari tiga sistem yaitu:Ancak giring
murni; Ancak giring tetap; dan Ancak tetap
■ Organisasi panen
Persiapan kebutuhan tenaga berdasarkan luasan, yaitu luas areal yang
dipanen dibagi kemampuan pemanen.Peralatan panen sebagai berikut:
a. Berumur < 7thn menggunakan Dodos dg lebar 10-12,5 cm, Kantong/
piring untuk pengutipan brondolan, Kapak kecil atau parang untuk
memotong tangkai TBS dan batu asah, Kereta dorong (lori)/ alat
pikul/angkong, dan Jaring panen.
b. Berumur > 7 thn menggunakan Egrek, Kapak kecil dan batu asah,
Kereta dorong (lori)/ alat pikul, dan Jaring panen
133 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Cara panen
Cara panen sebagai berikut:
1. Pelepah yang menyangga (songgo) buah matang dipotong
2. Tandan matang dipotong tangkainya
3. Brondolan yang ada diketiak pelepah diambil/dikorek
4. Tandan dibawa ke jalan pikul, brondolan di piringan dikumpulkan
5. Pelepah disusun digawangan mati dan dipotong menjadi 3 bagian.
6. Setelah selesai pindah ke pohon berikutnya.
■ Pengumpulan ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
1. Buah diangkut dengan goni/pikulan atau kereta sorong ke TPH setelah
selesai memanen 2 jam
2. TPH 1:6, 1 TPH tiap 6 gawangan
3. Tangkai tandan dipotong mepet atau berbentuk huruf V (cangkem/
mulut kodok)
4. Tandan disusun tiap 10 tandan (tandan kecil) atau 5 (bila tandan besar)
5. Nomor pemanen ditulis pada tangkai tandan
■ Prestasi panen
Prestasi panen dilakukan sebagai berikut:
1. Kapasitas Panen/Basis Tugas/Prestasi Normal : Jumlah kg tandan yang
harus diselesaikan dalam 1 hari kerja oleh tiap-tiap pemanen
2. Basis Borong/Basis Premi : Jumlah kg TBS dalam basis tugas yang
tidak dapat preminya/hanya upah standar
3. Besarnya kapasitas panen dan basis borong ditentukan oleh umur
tanaman, keadaan buah (kerapatan panen), topografi areal, semakin sulit pelaksanaan panen basis borongnya diturunkan.
Contoh basis borong (BB)
Keterangan : pada umur 3-4 tahun dengan produksi 8 ton TBS/ha/thn dan
berat rata-rata tandan 4 kg per pemanen harus memanen 250/4 = 62 tandan
134 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
tiap hari untuk mencapai nilai minimum/basis borong.
Norma panen menurut Ian Rankie dan Thomas Fair Hurst sebagai berikut:
8. 4. 1. 3. Penetapan kriteria matang panen dan putaran panen
sesuai petunjuk teknis.
Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal
dalam daging buah dan kandungan asam lemak bebas serendah mungkin
dengan kriteria penetapan matang panen adalah Kurang matang (12,5% – 25%
buah luar membrondol) buah berwarna kemerahan; Matang 1 (25% – 60%
buah luar membrondol) buah berwarna merah mengkilat; dan Matang 2 (50%
- 75% buah luar membrondol) buah berwarna orange.
Atau acuan kriteria matang panen sebagai berikut:
Umur
TanamanBJR (Kg) Brondolan Kematangan Buah
3-7 tahun < 10
0-9 butir/janjang Buah mentah
≥10 butir/janjang Buah masak
>50% membrondol Buah lewat masak
>75% membrondol Janjang kosong/busuk
8-20 tahun 10-20
0-13 Buah masih mentah
≥14 Buah telah masak
>50% membrondol Buah lewat masak
>75% membrondol Janjang kosong/busuk
135 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
> 20 tahun < 25
0-24 Buah masih mentah
≥25 Buah telah mask
>50% membrondol Buah lewat msak
>75% membrondol Janjang kosong/busuk
Hal-hal yang haus diperhatikan untuk memperoleh mutu panen yang
baikmencakup:
1. Berat TBS yang di panen minimal 3 kg per tandan
2. Pemotongan buah dapat dilakukan bila di piringan telah dijumpai 2
butir brondolan untuk setiap kg TBS yang lepas secara alami
3. Brondolan yang terdapat dipiringan dan ketiak daun pelepah harus
dikutip dan diangkut ke TPH.
4. Gagang/tangkai buah yang tertinggal ditandan, dipotong sependek
mungkin untuk TBS yang beratnya dibawah 15 kg, dan dipotong
berbentuk (V)/ mulut kodok untuk tandan yang beratnya > 15 kg.
5. Tandan Buah Segar (TBS ) yang terdapat di Tempat Pengumpulan Hasil
(TPH) harus matang panen dan buah mentah tidak boleh ada .
6. Di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) tidak diperkenankan adanya
janjang kosong.
7. Tandan Buah Segar (TBS) yang dipanen hari itu juga dalam waktu 24
jam harus diangkut ke PKS dan tidak diperkenankan bermalam di TPH
(Restan).
8. Buah dan brondolan yang dikirim ke PKS harus bersih, dan tidak
bercampur dengan pasir serta sampah lainnya.
9. Untuk brondol lepas disusun disamping TBS yang harus dilapisi dengan
karung goni ex pupuk yang telah dibelah.
Sementara itu, kualitas TBS ditentukan berdasarkan hasil sortasi, oil content
TBS yang relevan dengan umur tanaman, persentase brondolan yang terkutip,
dan kebersihan buah seperti diuraikan berikut.
1. Hasil sortasi
Sortasi/grading adalah suatu kegiatan penyortiran tandan buah segar
136 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
sebagai yang diterima pabrik yang berfungsi untuk mengetahui
kualitas dari TBS yang diterima pabrik; data laporan balik ke estate/
kebun atas kualitas TBS yang di kirim; salah satu parameter yang akan
mempengaruhi hasil dan kualitas produksi pabrik; dan sebagai acuan
dalam pembayaran TBS pihak ketiga.Sortasi TBS dilakukan melalui 2
(dua) cara antara lain:
a. Pemeriksaan secara acak, minimal 5% (lima persen) dari truk yang
datang dari setiap bagian kebun (afdeling) di loading ramp pabrik,
TBS dalam truk dibongkar dilantai untuk dilakukan sortasi
b. Pemeriksaan total dilakukan masing-masing truk yang dating dari
setiap kebun/afdeling/supplier di loading ramp pabrik, TBS dalam
truck dibongkar dilantai untuk dilakukan sortasi
2. Oil content TBS yang relevan dengan umur tanaman
Oil content TBS dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut.
3. Persentase brondolan yang terkutip
Fraks
kematanganJumlah brondolan yang lepas/tandan Derajad
0Brondolan lepas < 3 per tandan, buah
warna hitamMentah
137 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
1Diantara 3 per tandan s/d < standart mini-
mum
Kurang
matang
2-3Antara 2 butir s/d 50 % brondol lepas dari
tandanMatang
4Membrondol > 50 % dari total brondol di
tandanLewat matang
5Brondol tersebar s/d tidak ada sama sekali
di tandan
Janjang
kosong
4. Kebersihan buah
Disamping itu, TBS yang diterima di pabrik harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
• Brondolan harus dikirim ke pabrik dan jumlah brondolan minimal
12,5% (dua belas koma lima persen) dari berat TBS keseluruhan
yang diterima pabrik;
• Tandan terdiri dari buah mentah 0% (nol persen), buah matang
minimal 95% (sembilan puluh lima persen) dan buah lewat matang
maksimal 5% (lima persen);
• Tandan tidak boleh bergagang panjang;
• Tidak terdapat tandan yang kosong;
• Tandan maupun brondolan segar dalam karung, harus bebas dari
sampah, tanah, pasir atau benda lainnya;
• Tidak terdapat TBS yang dikirim ke pabrik beratnya kurang dari 3
Kg (tiga kilogram) per tandan.
Pusingan/Rotasi tanaman adalah waktu yang diperlukan antara panen
pertama dan panen berikutnya pada ancak/lokasi panen yang sama.
Rotasi panen beruhubungan dengan kerapatan panen atau jumlah
janjang yang dapat dipanen dalam jumlah pokok, luasan tertentu.
Pusingan panen dijaga antara 7-8 hari disesuaikan dengan kondisi
buah, sehingga % brondol terhadap janjang 7 –10% untuk menjaga
mutu CPO yang dihasilkan yang terbaik dengan rendemen tertinggi &
FFA terendah serta keseimbangan biaya terjaga sehingga jangan terlalu
138 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
banyak waktu untuk mengutip brondolan di piringan.
8. 5. Catatan Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Pemanenan
Catatan/dokumentasi pengawasanumumnya dilakukan terkaitTahun tanam;
Blok panen; Waktu panen; Jumlah pohon yang dipanen; Jumlah pohon yg
dipanen; tidak dikutip brondolan; Jumlah yg layak dipanen tetapi tidak dipanen;
Jumlah buah mentah yang dipanen; Jumlah buah dengan tangkai panjang; dan
Jumlah Pohon dengan pelepah tidak dipotong dengan baik.
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek pemanenan untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil
Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pemanenan untuk
petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
penting dalam aspek pemanenan untuk petani sawit mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek pemanenan untuk petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
pemanenan untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam aspek pemanenan untuk petani sawit mandiri
sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pemanenan yang
dihadapi oleh petani sawit mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek pemanenan?
139 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Daftar Pustaka
Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya
Materi Pelatihan BMDP A: Panen dan Pengangkutan Kelapa Sawit. https://
id.scribd.com/doc/209336436/Makalah-Panen
140 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 9PENGANGKUTAN BUAH
9. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 9 akan menguraikan tentang Catatan jumlah pengangkutan TBS; Nama
dan lokasi pabrik.
9. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Pemahaman tentang catatan jumlah pengangkutan TBS serta nama dan
lokasi pabrik untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi sesuai
petunjuk teknis
■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait
pengangkuatan buah sesuai petunjuk teknis
9. 3. Pendahuluan
Dalam membangun suatu perkebunan kelapa sawit, persyaratan ayng
harus diperhitungkan adalah transportasi atau pengangkutan karena hasil
yang diproduksi oleh tanaman itu sendiri cukup tinggi, yaitu mencapai FFB/
Ha sebesar TBS antara 20–30 ton sehingga keterlambatan pengangkutan
akan mempengaruhi proses pengolahan dan kapasitas pabrik yang
selanjutnya menurunkan mutu minyak atau kadar FFA menjadi naik.
Keterlambatan pengangkutan juga akan menyulitkan kontrol
terhadap ekstraksiminyak, karena kadar air didalam buah tersebut akan turun
sehingga BJR dan ekstrasinya menurun. Peluang brondolan yang hilang dari
TPH juga akan berpotensi lebih besar akibat pengangkutan yang tidak tepat.
141 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Oleh sebab itu, pengetahuan petani terkait pengangkutan buah kelapa sawit
perlu ditingkatkan melalui pelatihan sehingga aspek ISPO terpenuhi dan mutu
produk yang dihasilkan dari kelapa sawit juga dapat terjaga sesuai dengan
standar ISPO.
9. 4. Catatan Jumlah Pengangkutan TBS, Nama dan Lokasi
Pabrik
Laporan/dokumentasi pengiriman TBS umumnya mencakupTanggal TBS
diangkut ke pabrik; Nomor Surat Pengantar Buah dan nomor polisi kendaraan
yang mengangkut buah tersebut; Tahun tanam areal asal TBS dipanen; Jumlah
janjang TBS yang diangkut, dibagi per tahun tanam; dan Kg TBS yang diangkut
menurut timbangan OF (Kartu Timbangan OF).
9. 5. Penggunaan Alat Transportasi dan Alat Pendukung
Lainnya
Penggunaan alat transportasi dan alat pendukung lainnya yang sesuai
bertujuan sebagai berikut:
• Pengangkutan buah (TBS dan brondolan) dari lapangan ke pabrik
harus segera dilakukan pada hari itu juga setelah buah dipanen.
Ketidaklancaran transport akan mambuat proses mutu yang tidak
baik yang sekaligus berdampak kepada nilai jual hasil produksi.
• Operasi pengangkutan hendaknya selalu saling mendukung dengan
operasi panen dan pengolahan, karena sifat pengoperasiannya
merupakan suatu segitiga (triangle) hubungan yang bersifat `` tiga
dalam satu `` sub –sistem yang mengarah kepada satu sistem induk,
yaitu: objective PAO (Panen – Angkut – Olah).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan alat
transportasi dan alat pendukung lainnya, yaitu:
• Ketersediaan alat transportasi serta sarana pendukungnya.
• Buah harus terjaga dari kerusakan, kontaminasi, kehilangan dan
ketepatan waktu sampai di tempat pengolahan.
• Jarak kebun ke pabrik pengolah dapat menjamin kualitas buah tetap
baik.
142 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
• Kapasitas angkut dari truk harus dibatasi yaitu maksimal 5-6 ton/trip
(untuk sejenis kendaraan seperti Mitsubishi PS 100 atau PS 120).
Demikian juga jadwal tiba kendaraan truk ke lokasi panen dan tiba
di pabrik harus diatur sedemikian rupa agar operasional kendaraan
optimal dan proses pengolahan di pabrik berjalan lancar.
• Kendaraan truk harus sudah mulai mengangkut pukul 7.00 pagi dan
tandan pertama diharapkan dapat sampai di pabrik pada pukul 9.00
sedangkan tandan terakhir selambat-lambatnya pukul 22.00. Setiap
kendaraan truk dilayani oleh 2 atau 3 orang tukang muat bongkar
dan 1 orang kerani muat.
• Tandan diusahakan tidak terbanting dan karung brondolan diletakan
disebelah atas. Tandan busuk dan tandan kosong jangan ikut
terangkut ke pabrik serta semua brondolan dipastikan dimuat ke
dalam kendaraan
• Di pabrik, karung kosong bekas brondolan dikumpulkan dan
dikembalikan ke afdeling yang bersangkutan.
• TBS yang tercecer (jatuh) di jalan harus dipungut kembali. Apabila
diperlukan, TBS di dalam truk memakai jaring (terutama pada saat
perjalanan cukup jauh dan melawati jalan negara atau kondisi jalan
rusak berat).
Transport buah/TBS merupakan mata rantai dari tiga proses kegiatan di
perkebunan Kelapa Sawit yaitu perawatan, panen dan pengangkutan. Ada empat
hal yang menjadi sasaran kelancaran pengangkutan buah, yaitu:Menjaga agar
ALB (asam lemak bebas) produksi harian 2 – 3 %; Kapasitas atau kelancaran
pengolahan di pabrik; Keamanan TBS di lapangan; Biaya (Rp/Kg TBS)
transport yang minimum. Faktor yang mempengaruhi kelancaran transport
buah sawit/FFB meliputi:
■ Organisasi Potong Buah
Rotasi panen dijaga antara 6 – 8 hari sehingga persentase brondolan terhadap
janjang maksimum 7 – 9%. Hal ini perlu agar tidak terlalu banyak waktu
yang dibutuhkan untuk mengangkat brondolan dari TPH ke kendaraan.
Diusahakan agar satu seksi selesai dipotong dalam satu hari, artinya sedapat
mungkin dihindari pengulangan panen.
143 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
■ Bentuk/Pola Jalan
Jalan–jalan buntu (tidak tembus) diminimumkan dan sebaiknya tidak ada.
Pada areal yang berbukit maka diusahakan jalan dibangun di kaki bukit,
bukan di atas bukit.
■ Kondisi/Perawatan Jalan
Faktor utama kelancaran transport yaitu kondisi perawatan jalan itu sendiri,
bukan kurangnya unit transportasi. Merupakan gejala umum di perkebunan
selama ini, waktu yang disediakan perusahaan untuk road grader banyak
digunakan untuk menarik kendaraan yang kepater karena kerusakan
jalan. Sebaiknya pemanfaatan road grader seperti ini harus dihindari atau
ditiadakan, road grader hanya untuk membentuk dan merawat jalan.
■ Jenis/Tipe Alat Transport
Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai disuatu perkebunan
didasari oleh faktor jarak afdeling/blok dengan pabrik.
■ Kondisi/Perawatan Alat Transport.
Perawatan alat–alat transport seringkali merupakan titik lemah yang
disebabkan oleh banyak faktor, terutama akibat kurangnya pengetahuan
tehnis. Aspek–aspek yang kurang mendapatkan perhatian yaitu:Lemahnya
pengetahuan tehnis; Kurang disiplinnya jadwal perawatan; Muatan (tonase)
kendaraan berlebihan; pengetahuan tehnis sopir yang minim; Kondisi jalan
yang tidak memadai; Transport TBS sampai larut malam; Sistem premi
transport yang kurang menarik, dan beberapa hal lainnya.
Untuk menghitung jumlah kebutuhan kendaraan truk pengangkut buah
harus memper-timbangkan produksi buah setahun dan faktor-faktor lain,
yaitu:Kondisi jalan dan jembatan; Kecepatan kendaraan; Jarak lokasi panen;
Lamanya muat buah di lapangan; dan Lamanya pembongkaran buah di pabrik
Contoh perhitungan menentukan lama perjalanan (trip) kendaraan:
Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit
Lamanya muat buah ke dalam truk = 40 menit
Lamanya bongkar buah di pabrik = 20 menit
144 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Jarak pabrik ke lokasi panen = 20 km
Kecepatan rata-rata kendaraan truk = 40 km/jam
Maka lama perjalanan kendaraan = (40+20 menit)+{(2×20 km)/40 km/
jam}= 120 menit atau 2 jam
Contoh perhitungan menentukan jumlah trip kendaraan:
Hari kerja kendaraan truk per hari = 10 jam
Maka jumlah trip kendaraan truk = 10 jam/2 x 1 trip = 5 trip/hari
Contoh menentukan jumlah buah diangkut:
Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit
Maka jumlah buah diangkut ke pabrik = 5 ton x 5 trip/hari = 25 ton/
hari/unit
Contoh menentukan jumlah pemanen:
Prestasi pemanen per hari (7 jam) = 700 kg/hari atau = 100 kg/jam
Maka jumlah buah dipanen 2 jam = 100 kg/jam x 2 jam = 200 kg
Menyediakan 5 ton buah/2 jam = 5.000 kg/200 kg x 1 pemanen = 25
pemanen
Contohmenentukan luas areal dipanen:
Produksi buah per ha per tahun = 20 ton/ha/tahun
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)
Maka jumlah buah per pusingan = 20.000 kg/52 = 385 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah = 5.000 kg/385 kg x 1 ha = 12,99 ha
Untuk 1 hari kerja truk (10 jam) = 5 x 12,99 ha = 64,95 ha
Contoh menentukan jumlah kendaraan truk:
Luas areal panen (TM) = 600 ha
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)
Maka luas areal panen per hari = 600 ha/5 = 120 ha
Jumlah truk yang diperlukan = 120 ha/64,95 ha/truk = 1,85 truk
145 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek pengangkutan buah untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil
Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pengangkutan buah
untuk petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
penting dalam aspek pengangkutan buah untuk petani sawit mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek pengangkutan buah untuk petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
pengangkutan buah untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam aspek pengangkutan buah untuk petani sawit
mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pengangkutan buah
yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek pengangkutan buah?
Daftar Pustaka
Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya
Materi Pelatihan BMDP A: Panen dan Pengangkutan Kelapa Sawit. https://
id.scribd.com/doc/209336436/Makalah-Panen
146 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 10PENJUALAN DAN KESEPAKATAN HARGA TBS
10. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 10 akan menguraikan tentang Catatan harga TBS dan realisasi pembelian
oleh pembeli, perusahaan dan pabrik; Sumber informasi harga penetapan harga
pembelian TBS.
10. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait
penjualan dan kesepakatan harga TBS
■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait penjualan
dan kesepakatan harga TBS
10. 3. Pendahuluan
Saat ini, disparitas harga tandai buah segar (TBS) dari petani sawit swadaya
dan plasma sangat mencolok. Kon disi itu juga berimbas ke pendapatan mere-
ka, terutama di saat harga TBS anjlok. Ketika harga sawit anjlok di pasaran
dunia, petani sawit swadaya yang tidak memiliki perusahaan sebagai mitra
bapak angkatnya,terombang ambing. Harga jual nya tidak menentu, dan tidak
ada patokan yang menjadi acuan karena berdasarkan kesepa katan jual beli
antara si petani dengan pembeli. Sementara itu, harga sawit petani plasma
ditentukan berdasarkan hasil rapat harga yang setiap pe kan dibahas Dinas
Perkebunan (Disbun) Riau bersama perwak ilan perusahaan perkebunan dan
perwakilan petani plasma. Oleh sebab itu, pengetahuan petani terkait penjualan
dan kesepakatan harga TBS perlu ditingkatkan melalui pelatihan sehingga
147 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
perbedaan harga TBS sawit antara petani plasma dan pet ani swadaya dapat
dikurangi dan sesuai standar ISPO yang dipersyaratkan.
10. 4. Catatan Harga TBS dan Realisasi Pembelian oleh
Pembeli, Perusahaan dan Pabrik
Tata cara pembelian dan pembayaran sebagai berikut:
• Kelembagaan pekebun (atas nama semua pekebun) menyerahkan
TBS kepada perusahaan inti sesuai dengan perjanjian.
• Penimbangan TBS di pabrik dilakukan oleh perusahaan inti/mitra
dan disaksikan oleh petugas yang mewakili dari kelembagaan
pekebun.
• Petugas yang mewakili kelembagaan pekebun mencatat besarnya
penyetoran hasil TBS masing-masing anggotanya dan tembusannya
disampaikan kepada perusahaan inti/mitra.
• Biaya angkut TBS dari kebun sampai ke pabrik menjadi beban
pekebun.
• Hasil pembelian TBS pekebun dibayarkan oleh perusahaan inti
kepada pekebun setelah dikurangi kewajiban-kewajiban pekebun
sesuai dengan ketentuan. Pembayaran dilakukan minimal 1 (satu) kali
sebulan atau berdasarkan kesepakatan bersama antara kelembagaan
pekebun dengan perusahaan inti.
Sanksi diberlakukan bagi seluruh TBS yang diolah di pabrik sebagai berikut:
■ Buah mentah (gabungan fraksi 00 dengan fraksi 0) didenda sebesar 50% x
berat BM x berat TBS yang diterima dengan pengertian:
Angka 50% : efisiensi yang dicapai pabrik bila mengolah buah mentah.
BM : persentase buah sangat mentah.
■ Buah lewat matang didenda sebesar 25% x (BLM – 5%) x berat TBS yang
diterima, dengan pengertian:
Angka 25% : banyaknya brondolan yang tidak terkutip karena Lewat
matang.
148 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BLM : persentase jumlah buah lewat matang.
Angka 5% : batasan BLM yang diperbolehkan.
■ Tandan kosong didenda sebesar 100% x TK x berat TBS yang diterima
dengan pengertian bahwa TK menunjukkan persentase jumlah tandan
kosong.
■ Buah gagang panjang (BG) didenda sebesar 1% x BG x berat TBS yang
diterima dengan pengertian:
Angka 1% : perkiraan berat gagang panjang dan berat TBS.
BG : persentase jumlah tandan bergagang panjang.
■ Brondolan yang diterima lebih kecil dari 12,5% didenda sebesar 30% x
(12,5% - X) x berat TBS yang diterima, dengan pengertian:
Angka 30% : kadar minyak dan inti sawit dalam brondolan.
X : persentase jumlah brondolan yang dikirim.
■ Brondolan yang diterima harus bersih, jika diterima kotor didenda sebesar
2 x berat kotor.
■ TBS yang dikirim ke pabrik beratnya minimal 3 Kg per tandan, jika kurang
dari 3 Kg per tandan didenda sebesar 70% x berat TBS yang diterima
■ TBS yang diterima di pabrik perusahaan inti/mitra lebih dari 48 (empat
puluh delapan) jam setelah panen dikenakan denda.
Namun, jika buah yang dikirim memenuhi persyaratan, maka kepada yang
bersangkutan diberi insentif sebesar 4% (empat persen) dari TBS yang diterima
pabrik. Oleh sebab itu, diperlukan dokumentasi/catatan terkait pedoman
penyerahan TBS ke pabrik; tersedia dokumen penerimaan TBS yang sesuai
dan tidak sesuai dengan persyaratan; dan tersedia dokumen realisasi pembelian
oleh perusahaan.
10. 5. Sumber Informasi Harga Penetapan Harga Pembelian
TBS
Penimbangan TBS dilakukan di pabrik perusahaan inti/mitra dengan
timbangan yang telah ditera secara periodik oleh instansi berwenang yaitu
Badan Metrologi.Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan harga jual
149 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
sawit petani swadaya dengan petani plasma, yaitu: (i) Minimnya pembinaan
yang dilakukan oleh instansi pemerintahan baik dl kabupaten maupun
provinsi; (ii) Tidak memakai pola kemitraan; (iii) Ada indikasi bahwa petani
menggu nakan bibit unggul tidak bersertifikat (palsu); (iv) Kebiasaan petani hanya mengambil sawit tapi biji brondolan yang jatuh tidak diambil. Padahal
brondolan itu paling tinggi rendemennya.
Penyebab nilai TBS yang rendah umumnya mencakup: (i) Panen yang tidak
konsisten dalam mempertahankan mutu CPO; (ii) Tidak menerapkan rotasi
panen, kriteria matang panen sehingga ditemukan presentase buah mentah
yang tinggi, ganggang panjang, buah busuk, buah kotor, dan buah peram;
(iii) Pemupukan yang tidak sesuai anjuran; (iv) Menaman jenis dura; (v)
Pengiriman buah tidak konsisten dan sering menghindari sortasi panen dengan
mengirimkan buah pada malam hari.
Pemerintah menetapkan TBS atas dasar kandungan CPO dan kualitas TBS.
Sementara itu, penetapan rendemen CPO dan kernel TBS sebagai berikut:
1. Ditetapkan regional (tiap provinsi) untuk mengurangi lalu lalang TBS
dalam kabupaten
2. Berdasarkan umur tanaman karena pembentukan minyak berkorelasi
positif dengan pertambahan umur tanaman.
3. Ditetapkan secara periodik
4. Ditetapkan untuk jenis tenera, sedangkan jenis dura ditetapkan
5. Jenis tanaman yan direkomendasikan adalah tenera, dumpy (DyP) dan
oleifera
Mekanisme proses penetapan harga TBS untuk pembelian dari petani
swadaya sebagai berikut:
1. Tahapan pemeriksaan kebun swadaya untuk implementasi harga tetapan
pemerintah untuk pembelian swadaya:
a. Sensus sebelum ditandatangai perjanjian mitra, yang dilakukan oleh
pihak independen
b. Uji oil content (menggantikan rendemen tabek permentan) yang
disesuaikan dengan umur tanaman
150 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
c. Klasifiaksi tanah (S1, S2, S3 atau kela lainnya)
d. Teknik budidaya seperti historis pemupukan
e. Buah yang dipanen harus mengikuti norma panen yang tertuang
pada Permentan 14 tahun 2014
2. Pemerintah ikut menandatangani perjanjian mitra (triparti)
3. Petani swadaya harus patuh pada perjanjian dan tidak dapat berperan
sebagai pedagang pengumpul
4. Petani tidak boleh menjual TBS keluar akibat harga diluar lebih rendah
5. Pemerintah berhak melakukan penalty pada pekebun yang menjual
TBS keluar
6. PKS wajib membeli TBS petani swadaya sesuai harga yang ditetapkan
bersama
Dasar penentuan harga adalah Harga TBS berdasarkan formula; Harga
CPO dan kernel; dan Harga pembanding KBP,GAPKI, KLEC dan
Rotterdam. Sementara itu, indeks “K” adalah indeks proporsi yang
dinyatakan dalam persentase (%) yang menunjukkan bagian yang
diterima oleh pekebun.
Faktor K hasil perhitungan oleh PKS di tentukan berdasarkan:Harga
biaya transportasi; Biaya pemasaran; Biaya pengolahan; Biaya
penyusutan; Rendemen CPO dan inti sawityang dilihat berdasarkan
rendemen tabel; dan Biaya operasional tidak langsung perusahaan inti.
7. Tim menetapkan harga sesuai umur tanaman
Besarnya indeks “K” ditetapkan paling kurang 1 (satu) kali setiap bulan
oleh Gubernur dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Dinas atas
nama Gubernur berdasarkan usulan Tim Penetapan Harga Pembelian
TBS.Tim Penetapan Harga TBS dibentuk oleh Gubernur dengan
keanggotaan terdiri dari unsur: Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota;
Dinas Provinsi, Kabupaten/Kota; Perusahaan Perkebunan; Wakil
Pekebun (kelembagaan pekebun); dan Instansi terkait lainnya.
Tim Penetapan Harga Pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas:
151 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
1. Merumuskan dan mengusulkan besarnya Indeks “K” kepada Gubernur;
2. Memantau penerapan besarnya Indeks “K” serta komponen lainnya
yang terkait dalam rumus harga pembelian TBS;
3. Memantau pelaksanaan penerapan penetapan rendemen minyak sawit
kasar (CPO) dan inti sawit (PK);
4. Memantau pelaksanaan ketentuan dan penetapan harga pembelian TBS;
5. Menyampaikan harga rata-rata penjualan minyak sawit kasar (CPO) dan
inti sawit (PK) kepada perusahaan dan pekebun/kelembagaan pekebun
secara periodik;
6. Menyelesaikan permasalahan yang timbul antara perusahaan dan
pekebun/kelembagaan pekebun
Penetapan harga dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan berdasarkan
harga riil rata-rata tertimbang minyak sawit kasar (CPO) dan inti sawit (PK)
sesuai realisasi penjualan ekspor (FOB) dan lokal masing-masing perusahaan.
Harga pembelian TBS oleh Perusahaan didasarkan pada rumus harga pembelian
TBS. Harga pembelian TBS merupakan harga franko pabrik pengolahan kelapa
sawit. Harga pembelian TBS bukan merupakan harga dasar TBS.
Rumus harga pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sebagai berikut:
Keterangan:
H TBS : Harga TBS yang diterima oleh pekebun di tingkat
pabrik (Rp/Kg)
K : Indeks proporsi yang menunjukan bagian yang diterima
oleh pekebun (%)
Hms : Harga rata-rata minyak sawit kasar (CPO) tertimbang
realisasi penjualan ekspor (FOB) dan lokal masing-mas-
ing perusahaan pada periode sebelumnya (Rp/Kg)
Rms : Rendemen minyak sawit kasar (CPO) (%)
152 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
His : Harga rata-rata inti sawit (PK) tertimbang realisasi pen-
jualan ekspor (FOB) dan lokal masing-masing perusa-
haan pada periode sebelumnya (Rp/Kg)
Ris : Rendemen inti sawit (PK), dinyatakan dalam persentase
(%).
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS untuk
sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian
Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek penjualan dan
kesepakatan harga TBS untuk petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/penting
dalam aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS untuk petani sawit
mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS untuk petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
penjualan dan kesepakatan harga TBS untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS
untuk petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan
terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat penjualan dan
kesepakatan harga TBS yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek penjualan dan kesepakatan harga TBS?
153 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Daftar Pustaka
Pardamean, Maruli. (2017). Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit: Mengelola
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya
Materi Pelatihan BMDP A: Panen dan Pengangkutan Kelapa Sawit. https://
id.scribd.com/doc/209336436/Makalah-Panen
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/OT.140/2/2013 tentang
Pedoman Penetapan Harga Pembelian TBS Kelapa Sawit Produksi
Pekebun. http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Permentan_14_tahun_2013_ttg_pembelian_TBS_Pekebun.pdf
154 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 11PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
11. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 11 akan menguraikan tentang Izin lingkungan sesuai SPPL (Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup);
Catatan pelaksanaan penerapan SPPL (Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup).
11. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait
pengelolaan dan pemantauan lingkungan
■ Menganalisis peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait pengelolaan
dan pemantauan lingkungan
11. 3. Pendahuluan
Kelestarian lingkungan sangat penting dalam sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sehingga pengelolaan dan pemantauan lingkungan
menjadi salah satu persyaratan yang harus dilakukan perusahaan perkebunan
sawit untuk mendapatkan sertifikat ISPO. Pengelolaan lingkungan harus memperhatikan keberadaan kawasan lindung di sekitar kebun, tidak terdapat
overlapping antara kawasan lindung dan kebun dan harus ada buffer zone di
antaranya jika terdapat kawasan lindung, posisi sungai di kebun juga harus
sesuai ketentuan, kebun yang berada di pinggir laut harus memperhatikan
intrusi air laut dan bagaimana keberadaan hutan bakau di sekitar kebun. Oleh
sebab itu, pengetahuan petani terkait pengelolaan dan pemantauan lingkungan
155 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
perlu ditingkatkan melalui pelatihan sehingga sesuai standar ISPO yang
dipersyaratkan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup akibat
perkebunan sawit.
11. 4. Izin Lingkungan Sesuai SPPL (Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup)
Izin Lingkungan adalah Izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan (Pasal 1 angka 35 UU No. 32 tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 1
angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan).
Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan. (Pasal 40 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009). Penerbit izin lingkungan
mencakup:
■ Menteri, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi
UKL-UPL yang diterbitkan oleh Menteri;
■ gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi
UKL-UPL yang diterbitkan oleh gubernur; dan
■ bupati/walikota, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh bupati/walikota. (Pasal 47
ayat (1) UU No 32/2009)
Prosedur permohonan izin lingkungan sebagai berikut:
1. Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh
penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
2. Permohonan Izin Lingkungan disampaikan bersamaan dengan
pengajuan penilaian ANDAL dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKL-
UPL.
3. Permohonan Izin Lingkungan harus dilengkapi dengan: Dokumen
Amdal atau formulir UKL-UPL; Dokumen pendirian Usaha dan/atau
Kegiatan; dan Profil Usaha dan/atau Kegiatan.
156 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
4. Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota wajib mengumumkan permohonan Izin Lingkungan
5. Pengumuman untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal
dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melalui
multimedia dan papan pengumuman di lokasi Usaha dan/atau Kegiatan
paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak dokumen Andal dan
RKL-RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi.
6. Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
pengumuman dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
sejak diumumkan.
7. Saran, pendapat, dan tanggapan dapat disampaikan melalui wakil
masyarakat yang terkena dampak dan/atau organisasi masyarakat yang
menjadi anggota Komisi Penilai Amdal.
8. Pengumuman untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL
dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota. melalui
multimedia dan papan pengumuman di lokasi Usaha dan/atau Kegiatan
paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak formulir UKL-UPL yang
diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi.
9. Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
pengumuman dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diumumkan.
10. Saran, pendapat, dan tanggapan dapat disampaikan kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
157 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Sementara itu, penerbitan izin lingkungan mencakup:
1. Izin Lingkungan diterbitkan oleh: a. Menteri, untuk Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang
diterbitkan oleh Menteri; b. gubernur, untuk Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan
oleh gubernur; dan c. bupati/walikota, untuk Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh
bupati/walikota.
2. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
setelah dilakukannya pengumuman permohonan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44; dan
3. Izin lingkungan diterbitkan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.
4. Izin Lingkungan paling sedikit memuat: a. persyaratan dan kewajiban
yang dimuat dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL; b. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan c. berakhirnya Izin
Lingkungan.
5. Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa
wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
Izin Lingkungan mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
6. Izin Lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin Usaha
dan/atau Kegiatan.
7. Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota wajib diumumkan melalui media massa dan/atau
multimedia.
8. Pengumuman dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak
diterbitkan.
Pemegang Izin Lingkungan berkewajiban sebagai berikut:
1. Menatati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Izin Lingkungan
158 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
2. Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan
dan kewajiban dalam Izin Lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota; disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan.
3. Menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan
hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 53 PP No.
27 th 2012)
Pemegang Izin Lingkungan yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif meliputi:Teguran
tertulis; Paksaan pemerintah; Pembekuan Izin Lingkungan; Pencabutan Izin
Lingkungan. (Psal 71 PP 27 Th 2012).Selanjutnya, perubahan izin lingkungan
meliputi:
1. Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan
2. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
3. Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup
4. Terdapat perubahan dampak dan/atau risiko terhadap lingkungan hidup
berdasarkan hasil kajian analisis risiko lingkungan hidup dan/atau audit
lingkungan hidup yang diwajibkan
5. Tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau Kegiatan dalam jangka
waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Izin Lingkungan.
6. Kriteria perubahan izin lingungan hidup:
7. Perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang berpengaruh
terhadap lingkungan hidup;
8. Penambahan kapasitas produksi;
9. Perubahan spesifikasi teknik yang memengaruhi lingkungan;
10. Perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
11. Perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau Kegiatan;
12. Perubahan waktu atau durasi operasi Usaha dan/atau Kegiatan;
159 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
13. Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan yang belum tercakup di
dalam Izin Lingkungan;
14. Terjadi perubahan kebijakan pemerintah yang ditujukan dalam rangka
peningkatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan/atau
15. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat
peristiwa alam atau karena akibat lain, sebelum dan pada waktu Usaha
dan/atau Kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan
Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan
terhadap lingkungan hidup antara lain: Jumlah manusia yang akan terkena
dampak; Luas wilayah persebaran dampak; Intensitas dan lamanya dampak
berlangsung; Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
Sifatnya kumulatif dampak; Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya
(irreversible) dampak.
Oleh sebab itu, ada kawasan yang harus diperhatikan, yaitu kawasan lindung
yang mencakup:
■ Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya.
1. Kawasan Hutan Lindung
a. Kawasan Hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah,
curah hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih
dan/atau
c. Kawasan Hutan yang mempunyai ketinggian diatas permukaan laut
2.000 meter atau lebih.
2. Kawasan Bergambut.
Tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat
dibagian hulu sungai dan rawa.
3. Kawasan Resapan Air
Curah hujan yang tinggi, struktur tanah meresapkan air dan bentuk
geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.
■ Kawasan Perlindungan setempat.
160 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
1. Sempadan Pantai.
Daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk
dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
2. Sempadan Sungai.
a. Sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50
meter di kiri kanan anak sungai yang berada diluar pemukiman.
b. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15
meter.
3. Kawasan Sekitar Danau/Waduk.
Daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
4. Kawasan Sekitar Mata Air.
Sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
■ Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya.
1. Kawasan Suaka Alam.
Terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah
perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa.
2. Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainya.
Kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara
sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa
keragaman dan/atau keunikan ekosistem.
3. Kawasan Pantai Berhutan Bakau.
Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat.
4. Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tunbuhan dan satwa yang
161 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
beragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki
akses yang baik untuk keperluan pariwisata.
5. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs
purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang
mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
■ Kawasan Rawan Bencana Alam.
Kawasan yang diidetifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor.
11. 5. Catatan Pelaksanaan Penerapan SPPL (Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup)
Dokumentasi/catatan pelaksanaan penerapan SPPL harus memperhatikan
ketentuan isi SPPL yang mencakup:
• Melaksanakan ketertiban umum dan senantiasa membina hubungan
baik dengan tetangga sekitar.
• Menjaga kesehatan, kebersihan, dan keindahan di lingkungan usaha.
• Bertanggung jawab terhadap kerusakan dan/atau pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut.
• Bersedia dipantau dampak lingkungan dari usaha dan/atau
kegiatannya oleh pejabat yang berwenang.
• Menjaga kelestarian sumber daya alam dn lingkungan hidup di
lokasi dan sekitar tempat usaha dan/atau kegiatan.
• Apabila kami lalai untuk melaksanakan pernyataan pada angka 1
sampai angka 5 di atas, kami bersedia bertanggung jawab sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tanggungjawab dalam SPPL terhadap dampak lingkungan antara lain: (i)
Sampah yang terdiri dari: Plastik , Kertas, Kardus, Kaca/Beling, bekas tempat
obat; (ii) Barang/Obat yang kadaluarsa; (iii) Gangguan Lalu Lintas; (iv) Polusi
udara karena debu maupun asap kendaraan bermotor; (v) Air Hujan.
166 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan
untuk sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pengelolaan dan
pemantauan lingkungan untuk petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
penting dalam aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk
petani sawit mandiri?
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk petani sawit
mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan
untuk petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan
terkait?
7. Apakah isu-isu/permasalahan lingkungan akibat pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang dihadapi oleh petani sawit mandiri?
8. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
167 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
9. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan?
Daftar Pustaka
Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati Dan Ekosistemnya. http://pih.kemlu.go.id/files/UU%20RI%20NO%2005%20TAHUN%201990.pdf
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. http://jdih.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-1-
2009-UU%20No.%2032%20Th%202009_Combine.pdf
PP No. 27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. http://www.
hukumonline.com/pusatdata/download/lt4ea944be6a945/node/199
Keppres No. 32/1990 Tentang Pengelolaan Kawasan hutan Lindung. http://
p2t.jatimprov.go.id/uploads/KUMPULAN%20PERATURAN%20
PERIZINAN%20PER%20SEKTOR%202014/PENGAIRAN/
Keppres_32_1990_pengelolaan_kawasan_lindung.pdf
168 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
BAB 12PENCATATAN HASIL PENERAPAN PERBAIKAN
12. 1. Deskripsi dan Relevansi
Bab 12 akan menguraikan tentang Catatan hasil penerapan perbaikan/
peningkatan.
12. 2. Tujuan Instruksional Khusus
■ Pemahaman untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi terkait
pencatatan hasil penerapan perbaikan.
12. 3. Pendahuluan
Selama ini petani swadaya sangat terbatas dalam mendokumentasi kegiatan
usaha kebunnya terutama terkait peningkatan perbaikan hasil, padahal
aspek tersebut menjadi salah satu kriteria penting dalam penilaian sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Dokumentasi terkait peningkatan
perbaikan hasil sangat bermanfaat untuk penilaian yang berisikan sampai
sejauh mana usaha kebun telah menerapkan prinsip dan kriteria ISPO.
Manfaat lainnya adalah mencegah kesalahan informasi yang berulang atau
mencegah tumpang tindih; meningkatkan ketelitian dalam pengelolaan kebun;
pemanfaatan waktu dan biaya; perencanaan usaha kebun; menajga mutu panen;
perlindungan hukum; dan langkah antisipatif. Oleh sebab itu, pengetahuan
petani terkait dokumentasi atau pencatatan peningkatan perbaikan hasil perlu
ditingkatkan melalui pelatihan sehingga kemampuan dan ketrampilan petani
swadaya menjadi meningkat dan tujuan standarisasi ISPO tercapai.
169 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
12. 4. Catatan Hasil Penerapan Perbaikan/Peningkatan
Perbaikan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi internal dan/atau saran
saran dari berbagai lembaga/instansi terkait. Perbaikan/peningkatan juga
sebagai tindak lanjut kesepakatan kelompok tani dan/atau koperasi. Tujuan
pencatatan dan dokumentasi, yaitu: (i)Mengambil dan menyimpan data tentang
aktivitas usaha kebun dengan efektif dan efisien; (ii) Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan; (iii) Melakukan kontrol agar
data-data disimpan dan diproses dengan akurat.
Aspek-aspek pencatatan dokumentasi dalam usaha kebun dan peningkatan
perbaikan dapat mencakup: (i) Pembelian dan proses pembelian; (ii)
Pembenihan dan pembibitan; (iii) Pemeliharaan kebun TBM & TM; (iv)
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT); (v) Pemanenan; (vi)
Pengangkutan buah; (vii) Penjualan TBS.
Sistem perbaikan praktek-praktek di perkebunan harus mengikuti
perkembangan informasi dan teknologi terbaru dan mempunyai mekanisma
penyebaran informasi dan teknologi terbaru tersebut. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan secara teratur dengan memonitor dan mengkaji ulang
aktivitas pekebun dan mendapatkan informasi dan teknologi terbaru untuk
perbaikan yang kontinu terutama pada aktivitas utama yang terdiri atas:
Pengurangan penggunaan bahan-bahan kimia tertentu; Dampak lingkungan;
Pengurangan dan pemanfaatan limbah; Polusi dan emisi; Dampak sosial; dan
Usaha-usaha perbaikan prakatek-praktek tersebut dan penyebarannya harus
didokumentasikan.
Tugas
1. Seberapa pentingkah aspek pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk
sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ISPO)?
2. Apakah yang menjadi faktor kunci dalam aspek pencatatan hasil
penerapan perbaikan untuk petani sawit mandiri?
3. Apakah keberlanjutan (sustainability) merupakan faktor sensitif/
penting dalam aspek pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk petani
sawit mandiri?
170 ■ Pengetahuan & Keterampilan Petani Swadaya - Nurliza
4. Apakah ada kebijakan/strategi yang anda ketahui untuk membangun
aspek pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk petani sawit mandiri?
5. Apakah yang menjadi instrumen atau alat kebijakan dalam aspek
pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk petani sawit mandiri?
6. Apakah kebijakan dalam pencatatan hasil penerapan perbaikan untuk
petani sawit mandiri sejalan dengan kebijakan pembangunan terkait?
7. Apakah ada koordinasi antara petani sawit mandiri dan instansi yang
terkait?
8. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani
sawit mandiri terkait aspek pencatatan hasil penerapan perbaikan?
Daftar Pustaka
Catatan Mengenai Persiapan Perusahaan Untuk Diaudit Dengan Prinsip Dan
Kriteria RSPO. https://puputwawan.wordpress.com/2011/09/06/
catatan-mengenai-persiapan-perusahaan-untuk-diaudit-dengan-
prinsip-dan-kriteria-rspo/
Sawit-Watch. (2011). Panduan Dasar Memantau dan Meahami Penerapan
Prinsip dan Kriteria RSPO. Bogor, Indonesia: Sawit Watch. https://
sawitwatch.or.id/download/b
Top Related