Post on 22-Jan-2023
Yol.2 No. 1 Tahun2011
Daftar lsi
Leo "Agustino
Suryadi
Bemilih.qn Gub'eqnuq Qqsllq Oqhe tsacu Eeog4lqovirFi BEnlprr pgid3 lghun zBgit 'ogn ZQ$IS
rssii 2086-8882
ffi€€Fffiffis@ffii=.sfl
:lM E
-P;t5enbingan Slqtegi pgg peqempum HEa
Memengngkgr Kur5i-diBq*men =
Seli Naswati
Hamka dan N3tsiq
Qemikiq4n'dgri Sfi.ap fohoh t1ftm Dt'a* NffiqWannofri6umry
lr8uoge? lskn €n Neggrj 'di lnftooeEiS, ',,,,','
{eqpgrjimEgnskso lemikir@ XeoeipilAe Nu{Tudhi"Andoni , ,, :-
I..t4og lsi tgn Koafp&i Hist'oqi*,,& ,un,'
!urq! Keqqisqn BuJom Esqi nDaf,n**la.irirf n kl*i ss (s))
Komersialisd'dan Difprpnsigsi pedi Seb'uah DesaPpr:batesan Sumateqa BEqaL, lgl3:ftr93
'
Nopriyasman
eJ35: HAMKA on Maititog l_en MelakaEawirman
f,,esensiHistbriografi Musik lniJortesia Dari Hotii Hinggq
ffi Jurna1 EditaPusat Studi Informasi, Dokumentasi, dan Kesejarahan
NDOKtussftdmfuhmemffikmtuffi
Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011) HelalraN 46
'=P andtngan Strategl Ca1eg perempuen dalam- - liemcnangken Kursl dl Parlemen
Selli Naswati.
Repro. Majalah Aneka Minang, 2Febrtrari 1972
* Staf pengajarJurusan Sosiologi, Fakultas Ilmur Sosial (FIS) Universitas Negeri
Padang (UNP), Sumatra Barat
E d it a i Edit or Akade mik), lurnal Pusindok-U niversitas And.alas
HamueN 47
I. PendahuluYlemilu leeisla*, i,mlafr anI ielamin p,
perempuan yangSumbar sebanyal55 kursi yang I(dibandingkan d
kabupaten yang e
UmumnlJan kabupaten dada anggota DPanggota DPRDKabupaten Soloi';ga tampak pad::ldapat 6 orang '
l - i-1 ini mengalzFlukruasi
--: menunjukkeirat. Bila ditiLll?R.D Provinsis::anyak 240 {:,::-ah Caleg L:-.-eiahui Caleg
;::empuan 163
lzn data tersel:eryartisipasi pc
-a,-: unruk peneAgaknr
:erkompetisi g''
:tietapkannva u::nliakan afirma'-.'ang menl'e'lu:::cgikutkan i:::kungan peiuaI -t08 tentang Pe
E,lia I Edilor Akade
HalauaN
@IS) Universitas Negeri
Hiuueru 47Vol.2 Tahun.I, No 2 (20f0
L Dendalruluan
[emilu-legislatif 9 April 2009 rarumenunjukkan adanya peningkatanr jumlah ansgota bpno provinsi s".ut"iu g;;;^rgberjenisI kelamin perempuan. Bila pada tahun 2A04 .u,fu, r"i"ururjumlahperempuan yang menduduki posisi sebagai anggota DPRD provinsisumbar sebanyak 5 orang, -utu sekarang ini menjadi 7 orangdari totalll- kursi yang tersedia. Jumrah ini merupakan yang terbesar biladibandingkan dengan anggota D'RD perempuan di rg kota dankabupaten yangadadi Sumbar. r ------r
Umumnya, jumlah anggota DPRD perempuan pada 1g kotadan kabupaten di Sumbar, bertsar dari I hfigg"4 ;;;dlaja, bahkanada anggota DPRD kota atau kabupaten yang sama sekali tidak adaanggota DPRD perempuannya (seperti fuUifute" i.riri, Selatan,Kabupaten. solo.k):YTyorot ryu ,umtatr unggltu pp-np perempuanpga tampak pada DpRDtota padang, bahwi"paau p"rioa" 2004-2009l*?p:: 6 or anganggota DpRD pere*!,r*, namun untuk perio de 2009 _2014 ini mengalami penurunan fri"sgu .10./, yakni hanya 3 orang saja.:-: _ a"P:si jumtah anggota oFno provinsi, ko; ;u; kabupatenmr menunjukka" glT"fila_ aktivitas politisi p..;;;;;;i SumateraBarat. Bila ditilik lebih jauh rasi, dati ii rpu ^s,r;;;*k
pemilihanDPRD Provinsi p.dgl-: zoog-ioiq,r..a"p", 7 4g caronregistatif (caleg),sebanyak 240 (32,o,o/o).adarah caleg perempuan aan sog (6r,920/o)adalah Caleg Laki-laki. Sementara"pimil, p..ioa. iooa _2009 lalu,diketahui Categ untuk DpRD S"*U* r"U 1y7iOji i,"si*g* Categperempuan 163 oiang egW- dan Categ gid_fuH ,"U""i"t + 54 (74yo).Da,, data tersebut tur"put adanyap.rrirgtutu n 6yo perempuan dalarnberpartisipasi poritik lever provinsi i* igrt"mpetisi dengan caleg raki_laki untuk pemenangan suara pada pemilu 2009.Agaknya peningkatin jumlah Caleg perempuan dalamberkompetisi guna memperoleh kursi di parre"me, ,u[i..r.pas dari
:*:T:"Tf!-] ,p:*i1" iirnu"u r.i.rupa pasatnya sudah memberikantindakanafi rmatif kepadap...*p"u.,;#ffi #;#ri',ff T;;'rff;,yang menyebutkan agar partii politik fearo"rr-;;;Jrru p.*itomengikutkan minimar.3Oo/o carontegislatir por*pouri s-ematio Jetusdukungan peluang untukperempuan
"*.t, tercantum pada uu No.10/2008 tentang pem,u DpR, opii i"" iipno vakni p"r"rErrr g ayat 1
Edita (Editor Akade mik ), I urnal Pu s indo k- U niv e rcitas Andalas
Vol. 2 Tahun.l, No. Z (2011) HalaueN 48
huruf d, mengatur Parpol peserta Pemilu yang harus menyertakanketerwakilan perempuan minimal 30o/o padakepengurusan tingkat pusat.Pasal 53 mengatur daftar bakal calon yang diajukan parpol memuatsedikitnya 30% keterwakilan perempuan dan pasal ss (2) tenrangpenyusuan bakal calon, untuk setiap tiga orang bakal calon terd.apatsekurang-kurangnya satu perempuan. Ini maksudnya agfi perempuansebagai caleg juga berkesempatan menempati nomor urut kecil, sebabnomor urut posisi atas ini diyakini akan memberi peluang besar untukbisa mendapatkan jatah kursi di lembaga perwakilan. Agaknya pasal initak banyak berfungsi karena keputusan Mahkamah Konstitusi (MK)merevisi pasal2l4 uu No.10 /2a08 ini pada 23 Desember 2008 la1u.Revisi menyatakan pemenang Pemilu adalah peraih suara terbanyak tanpamelihat nomor urut. Jadi diraihnya suara terbanyaktanpamelihat nomorurut, seolah membuka peluang bagi caleg perempuan untuk bisamendapatkan kursi tanpa harus berada di nomor urutan atas.
Namun seperti diuraikan sebelumnya, tampakbahwa telah terjadipergerakan naik turun jumlah keterwakilan perempuan di parlemen.Bahwa nomor suara terbanyak tak terlalu signifikan dalam menentukanperolehan kursi di parlemen bagi caleg Perempuan. Agaknya peraturanitu masih belum menunjukkan efektifitas untuk meningkatkan jumrahperempuan di parlemen. Bahkan Caleg perempuan periode 2A09-2014yang sudah menjadi legislator periode sebelumnya, dianggap sudahmemiliki modal sosial dan aset politik (seperti sudah dikenal konstituendengan pengalaman sebagai legislator selama 5 tahun) temyata tak banyakyang terpilih kembali.
Selain peraturan yang mendukung keberadaan Caleg perempuanuntuk bisa memperoleh suara dalam pemilu, dalam konteks lokal sumatraBarat, terdapat modal sosial lainnya untuk meraup suara sebanyaknya,yakni masyarakat Sumbar yang bercirikan budaya lokal sistem matrilinealdan menerapkan sifat egaliter. Bahwa dua ciri spesifik ini dipercaya akanmemberikan kontribusi positif bagi caleg perempuan. penelitianmengenai rpayacaleg perempuan memenangkan suara pada tahun2004lalu membuktikan, bahwa terdapat kontribusi (peran mamak dan saudaraiaki-laki yang memlllki power di tengah masyarakat) kepada calegperempuan dalam upaya perolehan suara bagi mereka untuk bisa dudukdi DPRD Provinsi sumbar periode 2004-2009. Namun untuk pemilu2009 ini, ternyata strategi demikian tampaknya tak ragi berhasilditerapkan oleh legislator perempuan yang incumbent untuk kembali ikutbertarung untuk perio de 2009-2074. Dari empat incumbent legislator yang
Edita (Editor Akademik), lurnal Pusindok-Universitas Andalas
Harevau 49
diwawancarai,3 c
saudara laki-laki ydi Sumbar (suamtBahkan boleh diklegislatif yang duddan terpilih kembi
ll. DermasalaBerangkat
jauh tentangfaktcsebagai legislatorperempuan untu,Apakah modal sosistem matrilinialtua dan saudara yamendapatkan suamereka menjadi 1q
dan rakyat yang nperiode kedua, atiterkait dengan kemereka tak terpilitersebut dengan rCalegperempuan'lokal di Sumatra I
tl!. Settins Sosi3.1 Arti PeremlMinangkabau
Sumatra Biegaliter. Selain itu, r
masih cukup kentasistem matrilinial,pihak ibu dan merkomunitas adat didalam satu kaumbersama menjadi okaum mereka, yarada yang mengati
Edita ( E dit or Akade miL.
-t---'\ J
Vol.2 Tahun.I, No.2 (2011)
rcarai,3diantaranyamemilikihubungankekebarabatandengani*r-f"f.i yurg *.ojudi figur tokoh adat informal (ayah)' politikus
;it;# aln mlar ifar;, tak satupun vang terpilih kembali'
Uotetr dikata di Sumatra Batat, hanya satu perempuan-anggota
l",if yut g duduk di DPRD periode 2004-2OOg yang mampu bertahan
*d; fembali sebagai anggotaperiode untuk kedua kaltnya'
DermasalahanBerangkat dari fenome rla vatgdemikian' 3"k?'ltti lf"i*lil
d;;;'i;;;;;;;;; "'""v"duttu" mereka tak bisa lagi terpilih
;ai le gi sl ato r. Ap umt" " g""up d aya up ay"
"t11, : :1 ":t P: ::':r'";fil;? il;;;n ,,i.*""u"gkan suara sudah maksimal?
modal sosial berupa rituiritui yang dianut (sikap egaliter dan
iirig"" dalam tonteta dukungan mamak' orang
dan saudar a yaig*.,,juai totoh masyarakat tak lagi Ptq::"^ :1*ratkan suara Aari tariU kerabat di kampung? Aq*?h seflma
menjadilegislatorsrdahdirasakankehadirannya"l:1,-YltL'1llraliyat yuog -e-ititnya atau tidak, sehingga tak lagi dipilih untuk
rde kedua, atau memang persaingan politik yang keras Ut t:il:[;.;g^; kebijakan iriternal siitem Parpol yarg menyebabkan
[u iuti.rpilih iagi? Makalah ini mencoba 3e!y1b ryi"Y::na J."Su" membandingkan strategi yang dilakukal ena]n orang
perempuanyunguoSoultg'"t'".n1pttT*i*l"TI"#:f politik
;ft;"i; i"ririia"arla perioae Pemilu 2004 darl200e'
L Settlng Sosial rlan Kontel$ Lol(at Sumatra DaratlAttiPerempuao-airnru'yarakatMatrilinialdanEgaliter
SumatraBaratakrabdengankuiturdanadatMinangkabauyangealiter. Selain itu, siste* *ut itinia] na{a lStvTukut :1',t-Y'T"*f:ffiff;;^k;;A;; k"nsisten dipraktettcan hingga sekarang' Dalam
dr,.;-;;*tnia1, masyarakat menganut garis keturunan berdasarkan
pfu;k fu; dan menjadikan ibu (perempuan) sebagai posisi sentral pada
tomunitas aaat aan teiourgu iesar Tirtt,ded fomily) di kaumnya' Di
dalam satu kaum itu, terdapat seorang perempuan yang disepakati
bersama menjadi otuttg yangtewakili suaia dan aspirasi perempuan di
taum mereka, yurrg bI*u Iisebut dengan Bundo Kanduang' Bahkan
ada yang-.rrguaukuo bahwa suatu kaum itu punah' tidak ada lagi
Hita (E ttit o r Akade mik )' J ur nal Pusindok'Il niv ersitus Anddas
u yang harus menkepengurusan tingkat
yang diajukan Parpoldan pasal 55 (2) ten
orang bakal calon terdi malaudnya agar
nomor urut kecil,memberi peluang besarperwakilan. Agaknya pasalMahkamah Konstitusipada 23 Desember 2008
peraih suara terbanyakterbanyak tanpa melihatcaleg perempuan untuk bi
nomor urutan atas.tampakbahwa telahteriperempuan di parlemen-
signifikan dalam menentukan. Agaknya peraturan
untuk meningkatkan jumlahperempuan periode 2009-2014sebelumny a, dianggap sudah
i sudah dikenal konstituen5 tahun) ternyata takbanyak
keberadaan Caleg perempuandalam konteks lokal Sumatrameraup suara sebanyaknya,
budaya lokal sistem matrilinealciri spesifft ini dipercaya akanleg perempuan. Penelitian
suarapada tahan2004i (peran mamak dan saudara
h masyarakat) kepada Calegbagi mereka untuk bisa duduk
. Namun untuk Pemilutampaknya tak lagi berhasil
incumbent untuk kernbali ikutempat inatmbent legislator y ang
I urnal Pusindok-U niv ers itas Andalas
-/\\\
Vol. 2 Tahun. I, No. 2 (2011) HauvraN 50
eksistensi suku tersebut karena tak ada pihak perempuan di dalam kaum
suku tersebut yang melanjutkan keturunan mereka. Jadi tampak jelas
bahwa perempuan adalah pelanjut keturunan, perempuan penerima
warisan harta pusaka dan gelar adat. Perempuan tersebut berhakmengatur dan mengelola aset atau modal pusaka kaum. Situasi yang
demikian, seperti dikatakan Sanday menunjukkan peran besar perempuan
yang dituakan dikaumnya yarug disebut dengan Bundo Kanduang:
"...That wotnen are positioned at the core of the generational
fomily. Largely through this matrilineal social organization,
the leading figure in a Minangkabau extended fomily, usually
the oldest sister, is a symbolic 'queen mother,' or 'Bundo
Kanduangt'.
Maka tak salah bila kemudian wieringa menyebutkan bahwa
perempuan etnis minangkabau memiliki posisi yang tidak tersubordinasi,jort o sebaliknya dalamposisi yang setara dan sama yang melekat dengan
ierm egaliter. Seperti dikatakannya:"Wornen in Minangkabau society have social status in terins
of their custotns, property ownership, and egalitaianism in
the societf .
Boleh dikatakan secara keseluruhan dalam konteks adat diSumatra Barat, perempuan sudah mendapatkan posisi yang Setara dan
tidak lagi termarginalkan karena statusnya di dalam lingkunganmasyarakat adat yang cukup dimuliakan itu. Contoh posisi mulia dan
penting itu; keputusan atas nama kaum harrls mendengarkan dan
didasarkan pada persetujuan kaum perempuan yang diwakili olehperempuan yang'dituakan' pada satu suku tertentu itu. Walaupun
demikian, sebesar apapun posisi perempuan yang sudah diperhitungkan
dan egaliter dalam tatanan adat, masih menjadi tanda tanya apakah
sistem egaliter dan matrilinial ini membawa dampak positif pula ketikaperempuan berkiprah di sektor publik lainnya seperti kiprah perempuan
di ranah politik.Untuk mengetahui lebih jauh, sesuai dengan permasalahan,
makalah ini mencoba menghimpun strategi dan kiprah politisi perempuan
di Sumatr a Barat dalam perolehan kursi di Parlemen denganmengumpulkan data dari 4 orang politisi perempuan yang menjabat
sebagai anggotaDPRD Provinsi Sumbar dan DPRD Kota Padangperiode
E dira (Edito r Akade mik)' J urnal Pusinilok-U niv ersilas Andalas
H
2h
dilfr.Ii
Eildktrddqn
dFrisnha
Ia
tu
n
I
I
rinn,n
.n:hrnlnthka
,anbatlde
an
t[,lan
Helnueu 5l Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011)
2004-2009 (masing-masing dua orang) serta dua anggota DPRD yangbaru pertama kali terpilih pada periode 2009-2A14-
3.2. Kapital SosialKonsep kapital sosial sejalan dengan konsep modalsosial. Seperti
disebutkan Fukuyama, bahwa modal sosial sebagai serangkaian nilai ataunorrna sosial yang dianut bersama, yang memberikan peluang untukbisasaling bekerjasama, dan secara luas konsep ini juga dikembangkan olehJames Colleman dalam kajian Sosiologi3. Putnam (1993,2000)menyebutkan modal sosial sebagai nTlai mutual trust kepercayaan attaraanggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnyaa. Namundalam makalah ini seterusnya lebih cendrung digunakan pemakaian katakapital sosial seperti disebutkan Robert M.Z. Lawang. Lawangmendefinsikan kapital sosial memiliki subtansi yang sama dengan paraahli sebelumnya. Bahwa Kapital Sosial merupakan suatu institusi yangdidalamnya ada interaksi sosial dan sikap individu atau kelompok dengantiga unsur ciri uthma yakni kepercayaan (t us|, jaringan (network) darrnilai-nilais.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa kepercayaan merupakan hasildari tindakan dan interalsi sosial dimana dalam tindakan sosial merujukpada apa yang dilakukan antara dua pihak dalam melakukan hubungantimbal balik sebagai upaya mewujudkan harapat dan kepercayaarf .
Sedangkan jaringan sosial adalah ikatan antar individu, kelompok daninstitusi yang terbentuk karena ada hubungan sosial. Jaringan sosial iniberbagai macam bentuknya ada yang disebut dengan jaringan duaan,gmda, berlapis dan sebagatnya 7.
t Lihat Peggy Reeves Sanday, "Women at the Center, Life in a ModernMatriarchy" Ithaca:Cornell University Press, 2002, hal. 20.
2 Lihat Saskia Wieringa "subversive Women", New Delhi: Raj Press, 1995. Hal3 Lihat Francis Fukuyama, "Modal Sosial" dalam Kebangkitan Peran Budaya,
kgaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia, ed Lawrence E Harrisondan Samuel P Huntington, Jakarta: LP3ES, 2n2.ha1153 dan hal 157.
a Mardian," Konversi Modal Sosial menuju Modal Politik ', diperoleh dari http:/rhardian.files.wordpress.coml2DSl05konversi-modal-sosial-menuju-modal-politik.pdf.l1Juli2009.
5 LihatRobertM.Z.Lawang, "Kapital Sosial, Dalam perspektif Sosiologik, SuaruFengantar" Depok: FISIP UI Press, 2004. Hal45 dan 70.
6Ibid. Hal.6l7Ibid. Hal.61-67
Dtra (Editor Akademik), I u r n al P u s in d ok- U niv e n itas Andalas
-.n''\-*--/? \.i.\
I
Vol. 2 Tahun. I, No. 2 (2011) Her-euaN 52
Kajian tentang tiga unsur kapital sosial, yang meliputi nilai,jaringan dan kepercayaan menjadi bagian senffal saat menguraikan strategiCaleg dalam Waya mendapatkan kursi di Parlemen dalam makalah ini.Seperti tampak dalam tabel berikut:
Tabel 1. Kapital Sosial dalam konteks Sumatra Barat
]'lI lkritalSosial Sumbar
1 Nilai-nilai Nilai tradisional masih berlaku: Egaliter, systemmatrilinial
2 Jaringan Tokoh masyarakat informal, figur piminan suku, adat,agama (Datuk penghulu, tuanku malin)
3 Kepercayaan Komunitas masyarakat yang fanatik; adat dan agama,dan konstituen sebagai basis massa
Maka dalam mewawancawai 6 orang informan, item pertanyaan
tak terlepas dari unsur yang terkait dengan kapital sosial tersebut. Bagian
berikut merupakan bahasan tenttlng data informan.
3.3. Data InforrranInforman yang berjumlah enam orang dianggap peneliti sementara
waktu cukup mewakili untuk kepentingan penulisan makalah. Variasiinforman antara lain 4 orang asli berasal dari etnis minang dan 2 orangnon Minang, namun sudah lahir dan besar di lingkungan masyarakatMinang. Juga ditemukan sejumlah perbedaan yatg dianggap mewakilisejumlah variasi Caleg DPRD perempuan di Sumbar, seperti Caleg berasal
dari partai politik yang sudah eksis di panggung politik sejak masa ordebaru, atau disebut pemain lama dan Partai pendatang baru yang cukupfenomenal bisa mengantarkan Capresnya menjadi RI 1. Berikut adalahTabel No.l dan No.2 dari hasil rekapitulasi informan yang ditemuidilapangan:
E dita ( Ediror Akade mik), Jurnal Pusindok-Universilas Andala
---\
llereveN 53 Vol.2 Tahun.I, No.2 (2011)
Table 1: Data Informan Aleg Incumbent periode 2004-2009
=EfrE
$sH
5EH
ID
-E
B_E
6g
EE#='So:E-Llf Iur= o
E.Ef H
6 fig,BH, H
E $ERE6
r$gEH E
$HHffi$M5E
HB
€BFfrE
$$s
E$ H
3Ba fi$ps*E+N
Be $EfiH"Be
Jurnal Pusindok-Univercilas AndabsMa(Editor Akademik),
r;
E dita ( Edit or Akod e mik), I urnal Pasindok-U niv ersitas Andalns
Vol.2 Tahun.I, No.2 (2011) Halala,qN 54
>r.:tr()eittr88.P-c996Oc(6H=
E€C t)(€(€
J .cg*F
E=j(g6(gjv'='= -
1'E E 9t>E;-BEa
E Eg F
=2fi t-"4 r$fr
iB;.qE*-sqEBr o oc!!, cLo(r) o.tr
(!c(!dU)
+uooEo6N/1 61 (6
@
Pe 333 ig=3 agP: ;6o)o .ooo(L oN (\r(LtL(\r (')
EEs_-660> o-
- .q'-3
e 3s;
JA
Vol.2 Tahun.I, No. Z (ZOff)
Tabel 2. Data Informan Aleg Terpilih Pertama kalinya(periode 2009-2014)
lurnal Pusindok-Universilas Andalas
narna sebenarnya.
idntaolehpeneliti
Akademik),
f,nrarraeu 55
d!or
; 2d
I.r ou> a €:j oc c i.- -.::: o d o.-
-=!.Yr>58,::
d'; a
d=d$r>! tr t
:6o )E d tr il :ed L 6 tr :-; ; -9.: ;;
o
!F
,i== u-:=: a==x'
cYli" ta:, d --'H 6 @io >;:.- >trd j -Ji c d:-A E e- .?'e_rF _'-r E;r;:;S =* EF^E igr;; i[!
=E ra E
I'e;; "i.6 9':-I e;!'
{Tc-J
L^
!cc!c c-aqjiue:o:EI
od
;v@
q=Ev !.8oVo
= d!Jzo
ii ;:.d o
? I,i s'3
oi
D
^'d a
=.- d >.t
v 5 io"< u?Z- o EV
'=x
d- ,{Eo e*
.r!e-4J
ddo P- ia>.-'::F r;zis;.: o loEIfbE 4b-"5or o d€Lld
c0
6
GE:cEuc!E'LLE
r'iOL'-';g;N>o-d E d O-ZE u - L2-Z dE dJJ
dEbo6.::.- tr 3 :3 a: 60 d : - d
= d y !o .: :6'"a ':.-
dO = o.Y uo coa(:E(].d ><!6rd
^i
'
E6do ooa u-3 tr.-tr-: dtro:tr EvF+!tr
EuOE
Antti
I
Vol. 2 Tahun. t, No. 2 (2011) HelaulN 56
lV. Diskusi Iemuan DataDalam bagian ini sejumlah temuan atas data informan
didiskusikan sesuai dengan topik masing-masing sub-judul di bawah ini.
4.1 Strategi Incumbent4.1. I Pemetaan'Wilayah
Dari 4 orang informan yang diwawancarai, arrgggota legislatif(Aleg) 2004dan Caleg 2009, (selanjutnya disebut Aleg/Caleg) semuanyamengakui telah mengupayakan beberapa langkah untukbisa duduk lagidi lembaga dewan perwakilan. Diantaranya menerapkan strategipemetaan wilayah, mempelajari dan mengetahui secara persis kondisiwilayah yang menjadi basis massa mereka, melakukan turba menemuikonstituen secara rutin, tatap muka, sosialisasi program kebijakanpembangunatpada wilayah yang menjadi basis massa dan mendatangidengan intens wilayah tersebut, dengan dibantu tim sukses dan pendukunglainnya.
Karena mereka sudah untuk kedua kalinya bertarungmemperebutkan kursi di parlemen, mereka yakin dan optimis suara yangdiperoleh sudah bisa diperkirakan. Berbeda dengan tahun 2004laht, adainforman yang mengakui bahwa saat itu sebagai caleg, ia tak tahu persisperkiraan perolehan suara yang akan didapat dan belum serius melakukanpemetaan pada wilayah pemilihannya.
"Saat itu melalarkan kampanye dan turbaberbarengan denganCaleg politikus senior lainnya yang kebetulan memilikiwilayah Dapil yang sama dengan saya. Jadi kami sama-samakampanye dengan menghimbaa agar memilih kami, sayauntuk DPRD Provinsi Sumbar dan caleg itu (menyebut satunama-red) untuk DPR-RI. Saya benar-benar masih learningby doing, tapi untuk 2009 ini agak sedikit berbeda, saya turbasendiri dan meyakinkan konstituen melalui pertemuankelompok, mendatangi dan mempersuasi mereka agarmenetapkan pilihan yang sama seperti tahun 20041a1u...,,(wawancara informan incumbent No.1, Senin, 29 Juni20Og).
Jadi tampak adabedastrategi antara aktifitas yang dilakukan padatahun 2004 detgan 2009. Informan ini tampaknya mendapatkan nilaipositif dari konstituen pada periode pertama ia terpilih karena datang
Edira ( Editor Akademik), f urnal Pusindok-U nivenilas Andalas
-5
'i\
Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011)
Dapil bersama dengan politikus senior yangsudah lebih dulu berkiprahdikenal masyarakat. Meski ia sendiri juga merupakan anak seorangk Penghulu, dan disegani masyarakat dikampung ayahnya itu,
suara banyak tak hanya di wilayah tempat daerah asal, tapidari hasil jalan bersama dengan politikus senior ini.
Ketika memasuki Pemilu 2009, Aleg/Caleg ini tak lagidengan politikus senior tersebut (kebetulan meninggal
1.5 tahun 1a1u), sehingga strategi yang dilakukan dengan melakukanwilayah dan fokus merLggarap wilayah yang diyakini banyak
ituen cendrung dilalrukan dengan upaya klasik dan standar seperi;
, sosialisasi dan mengadakan kegiatan program sesuai denganitasnya sebagai Aleg periode 2004-2009 di daerah asal pemilihan,
di wilayah kampung halaman (daerah kabupaten/Kota).Umumnya ke empat ATeg/Calegoptimis bisa meraup suara dari
pada Dapil yang mereka wakili, paling tidak jumlahnya takselisih jauh dengan perolehan suara seperti tahun 2004lal:u.isme itu terungkap dari pengakuan mereka yang sudah melakukani pemetaan wilayah terkait dengan kantong wilayah yang
masyarakatnya pasti memberikan suara pada paru CalegKonstituen mereka yang mayoritas berada pada wilayah daerah asal
, diyakini akan memberikan suara karena sudah'dibina' selama
tahun terakhir. Dibina artinya juga sering dikunjungi, didatangi,ftusi dan menjadi penyalur aspirasi serta bila perlu memberi bantuanmaterial kepada mereka sebagai anggota masyarakat.
Hanya saja, kebijakan Mahkamah Konstitusi yang menyebutkansuara terbanyak turut mempengaruhi keterpilihan, apalagi
iFkan tersebut dikeluarkan pada wakru yang berdekatan dengan waktu, sehingga tak punya banyak waktu untuk mensosialisasikan,
i dan memastikan konstituen mereka untuk tak beralihterkait dengan makin banyaknya Caleg dari Parpol Oaru). Olehitu Caleg benar-benar harus kerja keras meyakinkan konstituennyatidak mengubah pilihan, apalagi kalau konstituen diiming-imingi
ial dan finansial oleh Caleg dari Partai (berbeda danbaru) lainnya,bisa saja sistem suara terbanyak menjadi bumerang bagi Aleg danperempuan yang hanya mengandalkan kepercayaan konstituen
memilihnya lima tahun lalu. Sikap konstituen dimata .A^leg/
ini sangat beragam, ada yang bisa dipercaya, pun banyak yangberalih pilihan. Seperti diakatakan salah seorang informan:
Aludemik), Jarnal Pusindok-Univercitas Andalas
Vol.2 Tahun.I, No.2 (ZOff) Har-aueN 58
"Pemilih kadang sangat cepat berubah pilihan, dan yangloyal kadang bisa beralih, maka sistem suara terbanyakmau tak mau membuat Caleg kerja lebih keras lagi.Bahkan saya awalnya memiliki target suara pribadi akandiperoleh sekitar seribu suara, nyatanyatak tercapai (Alegini mendapatTD}-an suara pribadi). Jadi kalau kampanyeseperti prospek asuransi saja, kita cari nasabah, artinyatiap turba, pastikan konstituen memilih nama kita. BukanPartai.." (wawancara informan incumbent No.4, senin15 Juni 2009)
Senada dengan ini, informan lainnya mengatakan bahwa kadangkonstituen sulit memahami kondisi Aleg. Adakalanya bersikap tidakrasional dan menganggap mereka sudah 'begitu berjasa' memilih Alegsehingga harus diikuti kemauannya:
"Kadang konstituen kita cendrung beranggapanbahwa kita dudukdi DPRD, berkat suara yang diberikan, dan menikmati banyakfasilitas serta gaji yang besar. Jadi konstituen ini seperti memilikibanyak tuntutan; harus mendapat perhatian ekstra, termasuk soalbantuan dana, urusan keluarga pun datang berharap memint a danake anggota Dewan. Padahal sebagai anggota dewan, tugaskedewanan adaJah semua yang terkait dengan persoalan rakyatdan masyarakat di wilayah kita yang memang luas juga. Jadikosntituen memiliki banyak tuntutan dan kadang merasaterabaikan bila tuntutan tak terpenuhi," (Informan incumbentNo.3, wawancara Jumat 29 Mai 2009).
Dari pernyataan itu tampak bahwa meski sudah ada strategipemetaan wilayah, tapitetap tak ada jaminan keyakinan kosntituen akanmemilih kembali. Sejalan dengan strategi pemetaan wilayah yangmenggarap kampung halamannya masing-masing, kendala lain yangmereka temukan adanyaperbedaan konstituen tahun 2004 dengan2o0gyang dinilai AleglCaleg makin 'berani' dan tak lugu seperti dulu lagi.Konstituen yang semakin 'cerdas' langsung membuat bargain denganAleg/caleg. seperti dialami salah seorang informan, isu kelangkaanpupuk baru-baru ini menjadi topik hangat saat pertemuan yang merekabahas. ketika saat Aleg/caleg ini turba dan audiensi dengan konstiruen,sec.ra terang-terangan petani di wilayah yang dikunjungi itu menyatakanakan memilih Aleg/Caleg ini lagi bila mampu mengatasi persoalan
Edita ( Edit or Akade mik), Iurnal Pusindok-U nivercitas Andalas
z-1--/ 1
1\I\.
HauueN 59 Vol. 2 Tahun.I, No.2 (20f0
kelangkaan pupuk yang sedang mereka alami dengan langsungmembawakan pupuk yang dibutuhkan. Menanggapi siiap konstituenyang demikian, Aleg/caleg ini takberani menjanjikan akan melapangkanmereka atas kelangkaan pupuk dengan menyediakan pupuk itaumenyediakan dana kontan untuk pembeli pup;k. Sepertidiungkapkannya:
Saya menanggapi bargain tersebut dengan menjelaskantentang proses penyebab kelangkaan pupuk. Tidakmengiyakan keinginan konstituen tersebut, takut hanyasekedar janji muluk. Juga tidak menyediakan dana cashuntuk pembeli pupuk. Maka saya menjelaskan halsebenarnya secara teknis kenapa pupuk langka, tak bisadiselesaikan satu atau dua orang saja, tapi kalau sayaterpilih nanti, akan ada kebijakan sekaitan dengandistribusi pupuk tersebut agak tak terjadi kasuskelangkaan" (Informan incumbent No.l, 29 Juni2}}g)
Dari wawancara tampak bahwa strategi to the point,tidak memberiiming-iming dan tanpabanyak janji muluk menurut informan ini dianggapdektif untuk menarik hati pemilih. Ia pun tak menyediakan dana langsunguntuk perseorangan.
Terkait dengan bantuan kontan ini, para Areg/careg lain juganemiliki kesamaan pendapat bahwa mereki tak perlu memberi o*.rg-IErorang dana kontan seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) yanglagiEEn di terima banyak masyarakat kalangan bawah. Meski iru..r, aaaiiayaplitik yang dikeluarkan, pengakuan mereka, cendrung diberikan kepaiaLomunitas, kelompok, bukan perorangan. seperti Lrganisasi kaiangtruna, remaja mesjid, kelompok tani, dan pengajian.
*1.2. Kapital Sosial
- Keempat Aleg/careg sepakat bahwa kapital sosial berupajrringan, organisasi dan dukungan kerabat sangat penting daram upiyureraup suara sebanyaknya. Berdasarkan data pad,a tibel informan,Ernuanya memiliki jaringan organisasi yang sudih mereka geluti sejakbih dari 10 tahun lalu, entah itu mereka sebagai aktifis organisasi sosialbmasyarakatan atau kampus. pastinya, mereka sudah memasuki-anisasi
politik atau partai politik pada momen usai gerakan reformasi!98.lalu. seiring dengan terbukanya kran reformuJ du, banyaknyaprtai baru yang bermunculan, perempuan seperti menemukan wadah
(Editor Akademik), lurnal Pusindok-Ilniversitas Andalas
Vo[ 2 Tahun. I, No. 2 (Z0U) Helauau 60
untuk berpartisipasi politik, mereka terlibat dengan beragam pilihan partaipolitik. Bahkan pemerintah dengan kebijakan quota 3}%ba;iperempuanturut memberi peluang perempuan untuk terlibat sebagai kandidatlegislatif.
Kapital sosial lainnya yang juga menjadi aset politik terutamadalam konteks lokal sumatra Barat tampak ketika para Aleg/Calegmemanfataakn nilai buday a setempat dalambentuk mendapat aumngankerabat, anggota keluarga besar yang juga dekat dengan kegiatan potititdan menjadi publik figur di tengah komunitasnya. Dari 4 incumbent ini,3 diantaranya memiliki hubungan dengan kerabat laki-laki seperti adaAleg/caleg ya..g ayahnya sebagai Datuk penghuru pada suku dankaumnnya, suami dan kakak sebagai politikus di tingkarsumatra Barat.sebagai tokoh informal di tengah masyarakat, sang Datuk penghulu yangterpandang ini turut mempengaruhi keterpilihan caleg. Datuk penghulumengajak ninik mamak dan kemenakannya untuk memberikan suarapada calegyang menjadi kerabat mereka. pengakuan seorang Al eg/Caleg,ia selalu melekatkan nama ayahnya di belakang rrumuryu paaa setiapspanduk, pamflet, bahkan baliho yang dipajang, baik periode 2004 raluatau yang 2009 kemarin ini. sejalan dengan itu Aleglcaleg iniberpendapat bahwa masyarakat pemilih masih cendrung -endrrkorg du,memilih orang yang mereka kenal, maka dengan melekatkan namaayahnya itu diharapkan akan dikenal sebagai anaknya Datuk yangdisegani orang sekampung.
Pengakuan informan lain, dengan adartyasuami sebagai politikusdan kakak yang juga politikus, strategi pemenangan suara biia dlperolehlewat dukungan dan bantuan mereka dalam bentuk mempengaruhi,mengajak relasi suami untuk memilih mereka, termasuk saat melakukanlobi politik atau pertemuan-pertemuan. para Aleg dan caleg ini tidakmenafikan perlunya atggaraidana untuk berkampanye dan mendapatkansuara konstituen, tapi hal-hal bersifat non materil pun, seperti dampingandari orang yang sudah biasa di dunia politik amat mendukung. Hanyasaja dari 3 informan tersebut, meski sudah memanfaatkan str*egi danmendayagunakan kapital sosial yang dimiliki, entah itu dalam kelompokorganisasi majelis taklim, organisasi perempuan dan kelompok pengajian,tampaknya masih belum bisa mendongkrak perolehan io*u mereka.Meski biaya material finansiar untuk ongkos politik yang merekakeluarkan lebih besar dari pemilu tahun 2004laht, ternyata masih belumbisa menjamin akan terpilih lagi. Justru yang terpilih kembali d,ari 4incumbent ini bukanlah Aleg/calegyarg n e-iliki Lerabat dekat seperti
Edila ( Editor Akodemik), lurnal Pusindok-Univercitas Andalas
Vol.2 Tahun.I. No.2 (2011)HeralleN 6l
mkoh informal. Informan No.3 adalah (satu-satunya Aleg perempuan di
sumbar) yang duduk kembali untuk kedua kalinya di parlemen. Informan
ini tidak memiliki hubungan kerabat dengan tokoh informal, namun
s'rminya mendukung sepenuhnya atas aktifitas politik yang dilakukan'
tra pun menganggap -bahwa
salah satu bentuk aset politik yang mesti
dimiliki Caleg, k.pe.cuyuu, konstituen merupakan modal besar yang
kus tetap dijaga. DiungkaPkannYa:
"Saya sering interaksi, berbincang dan memberikan
bantuan kepada kelompok-kelompok kecil yang
membutuhkan, misalnya dengan kelompok pedagang
ikan segar keliling, pedang buah keliling, kelompok seni
tradisional. Saya berdialog dengan mereka dan membantu
kebutuhan kelompok, misalnya dengan membelikan alat
musik, bantuan dana untuk tambahan modal dagatg
mereka. Jadi kerjasama yang begini lebih membangun
figur saya dengan kedekatan emosi. Meski tak dinafikanjuga ada loyalitas yang diukur dengan materi," (wawancara
informan No.4, Senin 15 Juni 2009).
Diungkapkan juga oleh informan ini bahwa kepercayaan
;tituen itu sangat penting baginya, tapi lebih sangat penting lagi
iaga kepercayaan tonstituin yang sudah diperoleh 5 tahun lalu. Maka*rk segan-segan secara rutin menghabiskan waktu akhir minggUnya
nrk m*endatangi konstituen, turba, mengadakan program binaan'
iskusi, dan tatap muka lainnya kepada konstituen' Seperti
tkannya:"Kepercayaan dari masyarakat sangat penting, mending
kehilangan waktu istirahat atau tidur daripada kehilangan
kepercayaan masyarakat. Karena susah membentuk
kepercayaan itu lagi. Maka harus all out berkunjung ke
konstituen, 40 jam di kantor dewan seminggu, 4 jam
perhari selama 7 haisekitar 28 jam di wilayah konstituen,
malah kadang lebih karena Sabtu Mrnggu biasanya mulai
daripagi, maka adaiadisekitar 36-an jam semingguuntukkonstituen. Ini saya lakukan rutin terutama sejak 3 tahun
terakhir ini". (Wawarrcara Informan incumbent No'4,Senin 15 Juni 2009).
(Editor Akad.emik), J ur nal P u s in d ok -Il niv e rc ila s A ndalas
Vol. 2 Tahun. t No.2 (2011) HalerueN 62
Jadi tampaknya Aleg/aabgsatu ini memanfatkan aspek kapital
sosial, tak hanya melalui jaringan, dan nilai-nilai yang dianut dimasyarakat Sumbar dan partai politik yang menaunginya, namunkepercayaan konstituen juga tetap diiaga.
4.2 Strateg, AIeg Terpilih Pertama kalinya4.2.1. Pemetaan'Wilayah, Fokus dan Konsisten
Sama halnya dengan Caleg incumbent, dua informan yang baru
saja terpilih untuk pertama kafunya sebagai Aleg ini mengaku memiliki
strategi menerapkan sistem pemetaan wilayah yang sudah dipelajari
berdasar pengalaman ketika Pemilu tahun 2004 lalu. Dapat dipahami,
karena mereka 'pemain lama' atau orang yang dulunya iruga suda!
bertarung di arena politik, namun masih sebatas penggembira, tidak
terpilih menjadi arrggota dewan karena saat itu mereka sebagai Caleg
dengan nomor o*i s dan 7. Lagipula sistem Pemilu 2004 ketika itu
tidak mengenal suara terbanyak, hanya berdasar nomor urut belaka.
Informan No.5 yang menjadi caleg nomor urut 2 pada Pemilu
2009 ini mengakubelajar dari pengalaman gagal tahun 2004lalu. Bahwa
dulu tahun 2004lafuia ditempatkan padaDapil tV (Wilayah Padang
Selatan, Bungus Teluk Kabung) suara yang diperoleh ketika itu cukup
banyak (1.50-0 suara), bahkan kalau memakai sistem suara terbanyak
suaan bisa duduk, hanya karenposisinya pada nomor urut yang besar,
makanya tak terPilihBelajar dari situasi 5 tahun lalu itu, strategi yang dipakai pada
Pemilu 200i ini ia mempelajari peluang dimana suara dari massa bisa
banyak diraih dan bagaimana agar nomor urut dapat yang kecil. Awalnya
pimpinan Parpol meletal&an Aleg informan nomor 5 ini sebagai caleg
paaiOapflI, namun setelah dipelajari, teroyata peluang di sana kecil,
t**u r.iama Caleg dari Parpol yang sama salingbersaing; lagipula nomor
urutnya jadi nomor urut 4 dan massa yang ingin diperoleh suaranya
cukup kitat bersaing dengan Parpol lain. Al*rimya ia pelajari lagi dan
sampai pada keputusan minta pindah wilayah pemilihan:
"Kita harus pintar baca dan lihat situasi, setelah saya
pelajari, saya berkesimprrlan kalau saya nxau dapatbanyak
slulra, saya harus ke Dapil I, Padang Barut dan Padang
TJtara, saya perkirakan disini saingan kecil dan ternyata
memang di wilayah ini saja saya dapat seribu delapan
ratus snara dan di Padang Utara tiga ratus tujuh puluh
Edit a ( E dil or Akade mik), J ar nal Pusinilok-U nivercitas
.4
IIaobl,)r
Ifc,LavaN 63 Vol. 2 Tahun.I, No. 2 (2011)
tiga suara." (Wawancara Informan No.5, Sabtu 13 Juni200e).
Dari pernyataan tersebut tampak bahwa informan inimenganalisis dan melakukan pemetaan secara realistis mengenai jumlahmassa yang dimiliki dan luas lahan yang diperebutkan.
Strategi menggarap wilayah yang menjadi basis massa dengantonsisten dan fokus tampak pulapada informan nomor 6. Informan inisebagai Caleg dari Dapil II Sumbar (terdiri dari Kabupaten Agam, KotaBukittinggi, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman ). Caleg inihanya melakukan audiensi, turba dan mendatangi berbagai basismassanya pada satu-satunya wilayah daerah kampung asalnya saja ditawasan Kabupaten Padang Pariaman persisnya di wilayah Kayutanam,Sicincin, Pakandangan,IJlakan, Nan Sabaris dankecamatan 6X11 EnamLingkung.
Keyakinan dan konsistensi menggarap satu lokasi KabupatenPadang Pariaman yang juga menjadi kampung asal si Caleg menjadistrateginya. Hal itu karena sebelumnya sudah mempelajari karakteristikpe.nduduk dan budaya daerah Kabupaten Padang Pariaman tersebutyakni dengan cara mendekati komunitas dan kelompok serta pendudukyang menjadi basis massa, mengumpulkan keluarga besar Ninik Mamakdan Datuk.
"Setelah mengumpulkan semuanya dan menghimpunkekuatan yang bisa dimiliki, maka saya intens berada dikampung ini, bahkan selama 6 bulan menjelang Pemilu rutinhidup berdekatan dan melakuk anberbagaikegiatan denganmasyarakat dan kelompok organisasi di kampung. Pulangke Padang, tempat keluarga menetap, hanya sekaliseminggu sekadar ganti pakaian dan mengisi kulkas yangkosong. Bahkan mungkin tidak percaya bahwa ada acarakampanye a?$arpartai Golkar di Bukittinggi mendatangkanpimpinan pusat, saya tidak hadir di sana, karena waktunyabentrok dengan kegiatan di lokasi basis massa saya, sayalebih memilih yang terakhir ini, namun dipertanyakanbanyak kolega partai." (Wawancara informan No.6 Sabtu,11 Juli 2009).
Pernyataan informan di atas menunjukkan keteguhannya untuktetap fokus pada wilayah kampung asalnya itu, bahkan disebutkaninforman ini selama Februari-April, menjelang Pemilu ia hanya bisa tidur
Wa (Editor Akademik), Jurnal Pusindok-U niversilas Andalas
ta
tn
-lalas
I" J
,,I
HemlanN 65 Vol. 2 Tahun. t, No. Z (Zoff)
etnis mereka akan diconterng untuk Pemilu nanti,".(wawancara Informan nomor 5, Sabtu 13 Juni 2009).
Sementara itu informan nomol 6 memiliki kapital sosial dalam bentukjaringan komunitas kelompok seperti Kelompok Senam Lansia, PKK,
Posyandu. Lebih lanjut, ia memiliki posisi atau status dalam lingkungan
adatsebagai Ketua Bundo Kanduang Kabupaten PadangPariaman- Posisi
jabatanfi"gt"p adat ini amat menguntungkan Caleg ini, sebab institusi
adat dansegala kegiatan pada wilayah yang menjadi basis massanya amat
dihargai komunitas setempat."sebagai Ketua Bundo Kanduang, saya merasa beruntung'
Sebab posisi itu merupakan arena yang amat gampang
dimasuki Caleg, efektif untuk melakukan sosialisasi,kampanye di setiap iven acara adat," (wawancara informan
nomor 6, Sabtu, 11 Juli 2009).
Kapital sosial lainnya yang juga tak kalah penting adalah
kemudahan alses pada tokoh informal dan tokoh adat dikomunitas yang
oenj adi basis massa nya, karena keluarga dan kerabat dekat berada dalam
posisi 'terpandang' di komunitas adat setempat. Kakak kandung Caleg
zdalag Datuk Penghulu, pimpinan suku Sikumbang, Ayah (Haji AbdulSaleh Tuanku Mudo yang dipanggil Buya) dikenal masyarakat sebagai
Tuanku Haji. Tuanku Haji juga dikenal sebagai tokoh informal, orang
IETtama di Sicincin yang datang ke Kota Padang, ibukota provinsi,
fukerja dan menetap di Padang, terakhir Pensiun Wakil KanwiTIzndgp2g. Otomatis masyarakat setempat mengenal dan menyebutC-aleg ini sebagai Anak Tuangku {ji. Situasi yang demikian dipahamiceali oleh Caleg ini. Ia yakin, berdasar pengamatan, pengalaman dan
Snag telah dipelajari karakteristiknya, bahwa masyarakat KabupatenPadang Pariaman wilayah basis massanya masih kuat kultur ketokohanidormal seperti ninik mamak, tuangku dan kelompok relijiusnya. Kondisiffi dijadikan peluang untuk perolehan suara sebanyak-banyaknya.
{.3. Caleg Gagal dan Aleg Terpilih lagiDari 6 informan yang digali infomasi dar. datanya, ternyata 3
Grtg lolos bisa duduk di lembaga dewan perwakilan sedangkan tigalagi&il'k. Uraian sebelumnya mengenai strategi dan modal sosial yang terkaithgan 6 informan di atas turut mempengaruhi faktor keterpilihan.
h(MitorAkademik), Jurnal Pusindok-U niversitas Andalas
Em
Vol.2 Tahun.I, No. Z (ZOU)HelaueN 66
untuk mengetahui.lebih jauh penyeb ab gagar dan suksesnya Careg ini,selain dari pemanfaatan kapital sosial aan strategi yurrg Jijutunkan, bisapula dilihat dari dua faktor; eksternal dan intemal.
4.3.1 Faktor Elsternala) Kebiiakan Parpol
Kebijakan internar parpor agakaya turut sebagai salah satu darisekian banyak faktor mereka terpilih atau tidal. Keterpilihan(elektabilitas) informan nomor 3 ini agaknya j.oga tak terlepas daridukungan p artainya. Diakui bahwa partaipotiiit ietagai kendarian yangmemang memiliki kordinasi cukup bagus dan mengarrggup semua pihak1e_rtluat
dalam pemenangan pemilu. Informan yu"g u.i"u"ng di bawahPKS ini mengakui bahwa kebijakan parpolnya l"t"p berperan strategisagar kadernya bisa dyduk di parremen. rurpot uertanggung jawabdaram
{!ram membangkitkan kepercayan konstituen ke batei,-sebau suaracaleg juga untuk partai. Agenda partai meribatkan cab{)ebgterpilihdalam tiap program ke massa konstituen.
. Bila peran pa{pol lemah, maka Caleg dalam parpol yang samabisa jadi saling sikut-sikutan. Hal ini tampak pada2ltegtiaigyungtak lagi terpilih, mereka berasal dari parpol ying menurut mJreka terkesankurang memiliki kekuatan untuk konsisten dengan aturan standarpenentuan caleg, meski sudah ada aturan namun tak sepenuhnyadipatuhi, masih ada kepentingan politisi (laki-laki) untuk mendominasi.Informan No. I dari PBB, mestinya bisa dalam posisi nomor urut r , namun'mengalah' untuk berada di posisi nomor urut 2,karcnaambisi koleganyayang juga jadi caleg lainnya sangat kuat untuk bisa menang. sepertidikatakannya:
"secara atural-partai saya bisa pada posisi nomor urut 1,namun kemudian menerima untuk posisi nomor urvt 2dan cukup percaya dan optimis dingan sistem suaraterbanyak. Tapi ternyata memang gagaljuga untuk duduklagi" (Wawancara informu, no.i J"rrirrig forri 2O0g).
Sedikit berbeda_dengan kegagalan informan nomor l, kegagalanyang dialami informan No.2 untuk bisa sebagai Aleg lagi terkiit uetJrapahal misalnya, trik untuk kampanye bareng a."gu;.i.g yurrg m.*ifiUnomor urut sama untuk caleg tingkat pusat, provinsi din-kota. Nomorurut caleg yang sama menurutnya, akan lebih mudah diingat konstituenkalau didatangi 3 orang caleg dengan nomor urut sama. serain itu,aturan partai dalam menempatkan dirinya sebagai Caleg ditingkat yang
Edita ( Editor Almde mik), lurnal Pusindok-ltnivenitas Andalas
-*
Vol. 2 Tahun . I, No. 2 (2011)HeuiueN 67
berbeda saat menjadi Aleg, cukup membuatnya dalam posisi yang kurang
menguntungkan:-'AwalnyasayaberpikirakantetapjadiCalegtingkatkota'
tapi kemudian dapat surat pemberitahuan dari Parpol'
saya dipastikan ikut dalam Pemilihan Tingkat provinsi
Sumbar dan itu waktunya sangat dekat dengan deadline
memasukkannamacategkeKPU,sehinggasayatakpunya banyak waktu untuk sosialiasi pada Dapil I[' 5
iituyut di Sumbar yang menjadi tempat suara saya
dihitung. Saya abai dt'gu" strategi untuk memetakan
suara terba "yi*-"A"di
wilayah mana pada level provinsi'
mungkininiresikokarenadulunyasebagaiAnggotaDPRD Kota Padang dengan basis massa di Koto Tagah
dan Nanggalo. -" 1*u*u'c-ara informan No'2 Senin 29 Juni
2009).
tj,1
rt
;Iri
rn
Paikirotr
.en
trlng
--,b
B Sistem dan Praktek PemiluPelaksanaanp.-ir"legislatifberjalanlancarmeskisejumlah
nmtes dari beberap a Culeg gagalsempat bermunculan' namun setidaknya
Gtrrra keseluruhan rr"ti"r"p"*ilu Legislatif bisa diterima' Hanya saja
m:h tetap adapenilaian minus dari Caleg yang melgalami langsung
& kali proses pemitit ar, 2004 dar- 2009' Menurut informan nomor 2'
turn Pemilu kali ini banyak suara CalegymLg hilu"q' Bahwa.dalam
Jadi terlihat bahwa kebijakan pattaimenempatkan Caleg
rda level yang tak didu garlyasangat beresiko untuk bisa merebut
hnyak suara.
rrc penghitungan suara tak ada jaminan bahwa suara caleg tidak hilang'
trycrti dikatakannYa:' "Diprediksi suara hilang itu banyak, karena ada sekitar tiga
.ribulebihTPSdiSurnbar,kalauPemilu2004suaradariTPSdrbawa ke kelurahan dulu dan ada tabulasi dan lengkap dengan
formulisCldikelurahan.NamunPemilu200ginidariTPSi""gt""g ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PFK) di
fd-uti", tak lagi ke kelurahan, sehingga aturan yang dibuat
KPU ini rawan dengan kehilangan suara, kalaupun mau protes
harus ada formulir-Cl, Nah formulir Cl juga tak ada' Selain
itu dijumpai penggelembungan suara," (wawancara informan
lncumUent nomor 2, Senin 15 Juni 2009)'
Akademik), f umal Pusinilok'U niversilas Andalas
.,... . ...,"rs;;ii,i**ral6i&aldB*[,ita*;u,
VoL 2 Tahun. I, No. 2 (2011) HalnrleN 68
senada dengan pernyataan informan nomor 2, informan nomor 4
juga merasakan perbedaan signifikan pelaksanaafl sistem Pemilu 2004
a*gu" pemilu 2b09. Bahkan ia menyebutkan adanya pembelokan isupemilu Legislatif yang dikaitkan dengan isu Pilpres. Disebutkannya:
'Ada isu yang dihembuskan di tengah masyarakat bahwa
siapa yang ingin presiden SBY terpilih, maka pilih partai
tertentu, padahal dalam Pemilu Legislatif, tak ada
hubungan dengan pilihan Parpol. Akhirnya Caleg yang
murni bekeria dapat suara memenuhi BPP, tapi karena
suara partainya sedikit tak memenuhi kuota, takterpilihlah Caleg ini sebagai Aleg," (Wawancara
Informan No.3, Jumat 29 Mai 2009)'
Kondisi lain yang diamati para caleg gagal ini adalah kertas
lembaran untuk mencontreng, yang berisi nama-nama caleg, lumayan
besar sehingga membuat konstituen kerepotan dan kebingungan
menentukan mana yang akan dipilih mengingat foto caleg di lembaran
tersebut. Apalagr biia konstituennya tak teliti dan ingin yang mudah saja.
Seperti dikatakan informan nomor 2:^ "Banyak konstituen umumnya suka yang simpel saja,
cendrungmemilihcalegpadaurutanatasdanabaimelihatkeseluruhan gambar Caleg atau nomor urut yang berada
di bagian bawah, yah mungkin kerepotan juga dengan
lembaran kertas yang besar itu" (Wawancara Senin, 15
Juni 2009).
Masih terkait dengan konstituen, kendala lain yang ditemukan adalah
pandangan konstituen dan masyarakat umumnyayarLg masih cendrung
tersifat primordial. Seperti dikatakan informan no 1:
"Konstituen masih memilih Caleg berdasar kesukuan'
Banyak yang masih berpikir, lebih b aikurang kampuang awak
nan naiak. (Jrang yang awak krnal. Mereka masih belum
memikirkan soal potensi dan kapabilitas Caleg," ungkapnya
(wawancara Senin 29 Juri,2009).
Tampak jelas informan masih memiliki keyakinan bahwa
masyarakit pemilih cendrung berpikiran tradisional dan cendrung
Edira ( Edit or Akade mik )' I urnal Pusindok- U nive nitas
llererrlaN 69 Vol.2 Tahun. t, No. Z (ZOff)
etnosentris.
L3.2. Faktor Internalf,apasitas Potensi Diri Caleg
nenjadi amat dihargai masyarakat dan-dipandang -;rd;;; nilai lebihdalam pemenangan pemilu.
Kemampuan dan kapasitas careg daram mengembangkan potensi9 9."*t menjadi Aleg merupakan asiek yung u ir-.rr.i*tun pula.Kualitas pribadi seorang poiitiri p...rop,ru., itu bisa diferoleh darilrngalaman pekerja,al dan organisasi, tingkat p."aiait*lprofesi dandalam konteks lokal di sumatra Barat yut ri d.ogu, p"rili mereka dicngah komunitas adat. Jgt2Ttansebagai Ketua Bundo Kurarurg (rembaga,datyangkhusus mewakili suara kium perempuan daram tatananad.at)
-Dari 6 informan yang diwawancarai dan ditanya kuaritas sebagai
dalam konteks l). pendidikan dan profesi, i). p"rrgufu*uu,nnisli dan 3). Peran-status dalam keluarga dan kau-, h-yu"iofo.-*f:::_i:1T:b 3 aspek tersebut dafam kategori,ung*-p"rti,rg.
nya menjawab yang sangat penting adarahp"rrlidikur,"p.oi.ri au.,s-peran ditengah komunitas. sementara informan rai""iu *.rrru*ut
.kb-"f":ilan Caleg menjadi Aleg dan kegagalan Aleg untukkembali di periode kgdua tak terlefas banyak asp"k, _iui aurieksternal seperti praktek sistem pimilu dan kebijakan parpor
?f:.::-l],1!ne.ti *:tilr: dan potensi ungsui ,i cui.e i*.v5, rrg*i' Namun aspek lain yang rebih berperan besar dalam pemenanganilu adalah kiat dan upuyu yang menjadi stratlgi --
autu*mperjuangkan dan meraih kursi dewan perwakilan. Hal pentingII-":_ |?ird sosiat atau modal sosial juga meqjadi bagian d*i ur.,
aspek tersebut dalam kriteria penting.
Analisa Dembahasatr
y?ng memainkan peran dominan ortot Uiru _".ra;pu*u.r ro*uyak.seperti dikatakan J.A Booth dan p.B Richard yang mengarrikanpolitik sebagai aktifitas warga negara untuk mencalai r.r[-,iuruu,demokrasis,makadalamtpay;*;6"ii;;hr;;;T#i"lr"**,
8 Mardian," Konversi Modalsosiar menuju Modar politik,,, diperoreh dari htp:/
ffi: *-**ss.com/200g/05lkonveni-rirodal-sosial-menuju-.oaur-poritit.par.
(Editor Akademik), I urnal Pus indok-Il niv enitas Andalas
TIii'
dh,5;
j
Vol.2 Tahun.I, No.2 (ZOU)HaLarr.reN 70
itu diperlukan strategi dan usahayangada.
mengelola modal atau kapital sosial
Dalam hal strategi, semua Aleg/Ca\eg cendrung berstrategimelakukan pemetaan wilayah, turba dan berhadapan dengai, kosntitue;,tapi agaknya ya.,g benar-benar mempelajari situasi dal karakteristikmasyarakat yang menjadi basis massa dan menganarisa wilayah yangberpeluang untuk memberikan suara terbanyak tak sepenuhnya dilakukanoleh keenam Caleg. Hanya 3 caleg terpilih yuog *.-perlihatkankegigihan, konsistensi dan kejelian dalam melihat pJru.rg dimana danbagaimana suara banyak bisa diraih. Contohnyu irfo.riu, nomor 5mengajukan usulan pindah Dapil ke pimpinan parpolnya, setelah iamengkalkulasi perkiraan suara yang akan diperoleh. Bila masih tetap dio"prl yang ditunjuk parpolnya, kemungkinan dia akan mendapat sriarasedikit dan tak terpilih jadi Aleg.
Semua CaGg p"r.r.rpoui agaknya memiliki ide yang sama untuktidak memberikan dana kontan secara langsung pada konstituen secaraperorangan. Tampaknya tindakan ini mereka ambil karena bisa jaditerkait kondisi finansial (dana minim) atau berpikiran bahwa meski sudahdiberi, belum tentu masyarakat mau memilih, maka dalam situasi ini,jaringan sosial dan kepercayaan dengan membina kedekatan emosionalcaleg dengan pemilih menjadi hal penting untuk bisa berkiprah dan eksisdi ranah politik.
Dalam hal kapital sosiar, konteks lokal SumatraBaratnilai-nilaibudaya masyarakat setempat (sebagai salah satu aspek kapital sosial)yang egaliter memandang kedudukan yang sama perempuan dan laki-laki dalam konteks adat, danmenerapkan sistem matrilinial. Nilai budaya_demikian ini diharapkan akan berdampak pada keleluasaan perempuanMinang untuk berkiprah di sektor publik dan turut berimbas menjadifaktor dominan untuk mendapatkan simpati dari komunitas masyarakatsetempat.
Dalam kasus informan nomor 6, kapasitas dirinya sebagai KetuaBundo Kanduang, tokoh pimpinan adat yang mewakili suara kaumperempuan di komunitas adat setempat menjadi nilai tambah. Statustersebut sebagai arena untuk bersosialisasi, dikenal masyarakat setempatdan mengenal lebih dekat dengan masyarakat. Aihasil, ia yakinmendapatkan suara banyak pada wilayah daerah asarnya itu saja'tanpaharus susah payah menggarap massa di Kabupaten dan tota rainny uyingmemang menjadi haknya untuk menggarap wilayah tersebut.
E dita ( E dit or Akode mik), furnal Pusindok-Ilniversiias Andalas
II5
,FfA
-&
Hererr,reN 7l Vol. 2 Tahun.I, No. 2 (2011)
Keyakinannya untuk memperoleh suara secara pribadi (akhirnyanemperoleh sebanyak 7.575) semakin bertambah karena sudahterstrategi mempelaj ari karakteristik masyar akat y ang menj adi basisDassa nya itu, yang masih cenderung bersifat etnosentris, lebihaengutamakan putra daerah (anak nagari dan kaum kerabat). Ditambah
fui dengan status laki-laki disekitarnya (kakak kandung, ayah dan mamak)
lnng menjadi pendukung, tim sukses adalah kerabat dekatnya, orangtrpandang di tengah masyarakat, yakni sebagai Datuk Penghulu danpsnuka agama yang disegani.
Namun agaknya kondisi ini tak bisa digeneralisasi, harus
-lihatnya secara kontekstual dan kasus per kasus, karena kasus yang
iinforman nomor 1, yang juga memiliki ayah sebagai tokoh adat
dikenal luas tak sepenuhnya bisa memberikan dukungan untukkalinya kepada Caleg ini. Agaknya yang menjadi persoalan
inan adalah membangun dan mempertahankan jejaring yang sudah
dan memelihara kepercayaan konstituen yang sudah diraih lima tahunya.
Dalam aspek kepercayaan dan jaringan, kasus informan nomorterpilih kembali sebagai Aleg untuk kedua kalinya, dan hubungankonstituennya tak harus dengan materi saja, atau mengandalkan
kerabat semata, tapi membangun bentuk komunikasi dan ketokohanmelalui kedekatan emosional yang sudah dilakukan jauh hari sebelum
periode berikutnya. Caleg informan nomor 3 ini mengolahsosial dari aspek keperc ay aandengan konsisten kepada konstituen,
munikasi instens, bertatap muka, melakukan binaan danjaringan yang dibuat secara pribadi, bukan atas nama partai
diutamakan dan dijaga. Meski jaringan itu pada komunitas kecils€p€rti pedagang ikan keliling, pedagangbuah. Namun semua itu
nnya dalam upaya memelihara kepercayaan yang sudahlima tahun lalu.
Informan nomor 6 jtga melakukan ha1 sama, dekat dengan, fokus dan konsisten sehingga kadang rela berjauhan dengan
untuk melakukan binaan dan persuasi kepada komunitasnya.a dalam lupaya membentuk jaringan dan simpati masyarakat.
Muara dari adanya jaringan yang dibentuk dengan masyarakatkelompok binaan Caleg yang pada akhrinya akan berujunglnya kepercayaan konstituen untuk memberikan hak pilihnya
C-aleg yang diyakini akan mampu menyalurkan aspirasi mereka.
Akademik), I ur nal P us in d o k - U niv e rc itas Andalas
*._-^
-t/
\:'
Vol. 2 Tahun. t No. 2 (20f0 HaLelaaN 72
Hanya saja membangun kepercayaan, seperti ini tidak terungkap pada 3Aleg dan caleg lainnya, bahwa mereka meski telah melaksanakan strategimemelihara kepercayaan dengan harus turba ke masyarakat binaan, tapitampak tak segigih dan serutin yang dilakukan 3 Aleg terpilih periode2009-2014. Bahwa berhadapandengan konstituen sekian jam perminggu,bahkan hanya tidur 3-5 jam sehari dua bulan mejelang pemilu Legislatifrela dilakukan Caleg yang terpilih ini.
Pemanfaatan nilai-nilai sosial budaya yang berada di komunitassetempat juga dikelola dengan baik oleh Caleg non ernis Minang. Salahseorang caleg etnis Tiog Hoa membuktikanya, bahwa informan nomor5 ini cukup jeli memanfaatkan kapital sosial yang dimiliki. Memanfaatkanpola komunikasi dari mulut ke mulut kepada kelompok organisasi,kelompok ibadah dan pertemanan sebagai jaringan yang diandalkan untukbisa memilihnya.
Meski terdapat variasi bentuk pemmfaatan kapital sosial untukperolehan suara, bila dibawakan ke situasi politik lokal di sumbar sekarangini, nilai-nilai tersebut masih merupakan suatu bentuk ikatan tradisionalyang mewarnai sistem politik di Sumatra Barat sekarang ini.
Vl. Simpulan1. Perbandingan strategi caleg perempuan dalam memenangkan kursi dilembaga perwakilan di sumatra Barat sangat terkait dengan strategipemetaan wilayah dan pengelolaan kapital sosial yang dimiliki dan modalsosial yang ada di sekitar lingkungan para caleg. Dalam hal strategi,semua caleg berada dalam garis yang sama, dengan melakukan pemetaanwilayah, namun tindak lanjutnya setelah itu berbeda-beda.2. variasi keunggulan, kelebihan dan kekurangan masing-masing Careg/Aleg dapat dilihat dari kemampuan Aleg mengelola kapital sosial yangdimiliki. Bahwa ternyata kejelian dan konsistensi dalam memelihara,membangun kepercayaan konstituen, membina jaring anyarryada menjadifaktor dominan untuk bisa mendapatkan simpati konstituen. Kegagalancaleg untuk duduk kembali periode berikutnya disebabkan banyak faktorsalah satunya dari strategi dan memanfaatkan kapital sosial yang ada,dan juga harus dilihat kasus per kasus. Namun cukup jelas praktek pemiludan kebijakan intemal Parpol turut mempengaruhi perolehan suara Caleg.3. Terkait dengan sistem nilai budaya lokal yang berperan dalam perolehansuara untuk bisa duduk di Parlemen, perempuan politisi di sumatra Barattak terlepas dari ikatan-ikatan tradisional yang masih melekat erat denganbudaya Minangkabau. Bahwa hubungan emosionar dengan komunitas
E dita ( E dit or Akade mi.k), I urnal Pus indok-U niv enitas Andalas
masyarakat dan posisi j abatanadat baik yang dimiliki politisi perempuannnau kerabat perempuan sangat menentukan daram mendapat simpatidan suara pemilih,{ Bagi etnis non Minang tapi berpolitik di Ranah Minang, substansi dariitatan tradisional berupa hubungan saling kenal dan eniosionat denganmasyarakatpemilih olehpara Caleg dan kerabatnyajuga merupakan ikatanuadisional yang menjadi strategi dalam proses mendapatkan simpatifu suara dari parapemilih.
Eerarvrar.r 73 Vol.2 Tahun. t, No. Z (ZOff)
--[--
uJrama' Francls. 2002. "[,iodal sosial" ha]. 153-157 dalamKebangkitan Peran Budays, Bagaimana Ni],ai-Ntlail"iembentuk Kemajuan tianusia, ed Lawrence E Harrison danSamuel P Huntington, Jakarta: LplES.
ng, Robert l,:.2. ZOO4. Rapital Sosia-I, Daiam perspektifSosloTogik, Suatu pengantar, Depok: FISIP UI press.n," Konversi tiodal Soslal menuju tiodal poIitik,,, diperoleh11 JuIl 2009. darl webstte httpt/lmardlan.f lles.wordpress.com/ 20 og / 05 /konversi-modat-sosial-menu ju-modal-polltik.pdf .
t, Pegg1, Reeves. ZOOZ. htomen at the Center, Ltfe in a l,iodernt"iatriarchs, fthaca:Cornell Universitl, press.a, Saskia. 1995. Subyersjye Vonen, New Delhi: Raj press.
(Editor Akadernik), lurnal Pusindok-Universitas Andahs