Perbandingan Caleg Perempuan dalam Memenangkan Kursi di Parlemen

28
Yol.2 No. 1 Tahun2011 Daftar lsi Leo "Agustino Suryadi Bemilih.qn Gub'eqnuq Qqsllq Oqhe tsacu Eeog4 lqovirFi BEnlprr pgid3 lghun zBgit 'ogn ZQ$IS rssii 2086-8882 ffi€ €Fffi ffis @ffi i=.sfl :lM E -P;t5enbingan Slqtegi pgg peqempum HEa Memengngkgr Kur5i-diBq*men = Seli Naswati Hamka dan N3tsiq Qemikiq4n'dgri Sfi.ap fohoh t1ftm Dt'a* Nffiq Wannofri6umry lr8uoge? lskn €n Neggrj 'di lnftooeEiS, ',,,,',' {eqpgrjimEgnskso lemikir@ XeoeipilAe Nu{ Tudhi"Andoni , ,, :- I..t4og lsi tgn Koafp&i Hist'oqi*,,& ,un,' !urq! Keqqisqn BuJom Esqi nDaf,n**la.irirf n kl*i ss (s)) Komersialisd'dan Difprpnsigsi pedi Seb'uah Desa Ppr:batesan Sumateqa BEqaL, lgl3:ftr93 ' Nopriyasman eJ35: HAMKA on Maititog l_en Melaka Eawirman f,,esensi Histbriografi Musik lniJortesia Dari Hotii Hinggq ffi Jurna1 Edita Pusat Studi Informasi, Dokumentasi, dan Kesejarahan NDOKtuss ftdmfuhmemffikmtuffi

Transcript of Perbandingan Caleg Perempuan dalam Memenangkan Kursi di Parlemen

Yol.2 No. 1 Tahun2011

Daftar lsi

Leo "Agustino

Suryadi

Bemilih.qn Gub'eqnuq Qqsllq Oqhe tsacu Eeog4lqovirFi BEnlprr pgid3 lghun zBgit 'ogn ZQ$IS

rssii 2086-8882

ffi€€Fffiffis@ffii=.sfl

:lM E

-P;t5enbingan Slqtegi pgg peqempum HEa

Memengngkgr Kur5i-diBq*men =

Seli Naswati

Hamka dan N3tsiq

Qemikiq4n'dgri Sfi.ap fohoh t1ftm Dt'a* NffiqWannofri6umry

lr8uoge? lskn €n Neggrj 'di lnftooeEiS, ',,,,','

{eqpgrjimEgnskso lemikir@ XeoeipilAe Nu{Tudhi"Andoni , ,, :-

I..t4og lsi tgn Koafp&i Hist'oqi*,,& ,un,'

!urq! Keqqisqn BuJom Esqi nDaf,n**la.irirf n kl*i ss (s))

Komersialisd'dan Difprpnsigsi pedi Seb'uah DesaPpr:batesan Sumateqa BEqaL, lgl3:ftr93

'

Nopriyasman

eJ35: HAMKA on Maititog l_en MelakaEawirman

f,,esensiHistbriografi Musik lniJortesia Dari Hotii Hinggq

ffi Jurna1 EditaPusat Studi Informasi, Dokumentasi, dan Kesejarahan

NDOKtussftdmfuhmemffikmtuffi

Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011) HelalraN 46

'=P andtngan Strategl Ca1eg perempuen dalam- - liemcnangken Kursl dl Parlemen

Selli Naswati.

Repro. Majalah Aneka Minang, 2Febrtrari 1972

* Staf pengajarJurusan Sosiologi, Fakultas Ilmur Sosial (FIS) Universitas Negeri

Padang (UNP), Sumatra Barat

E d it a i Edit or Akade mik), lurnal Pusindok-U niversitas And.alas

HamueN 47

I. PendahuluYlemilu leeisla*, i,mlafr anI ielamin p,

perempuan yangSumbar sebanyal55 kursi yang I(dibandingkan d

kabupaten yang e

UmumnlJan kabupaten dada anggota DPanggota DPRDKabupaten Soloi';ga tampak pad::ldapat 6 orang '

l - i-1 ini mengalzFlukruasi

--: menunjukkeirat. Bila ditiLll?R.D Provinsis::anyak 240 {:,::-ah Caleg L:-.-eiahui Caleg

;::empuan 163

lzn data tersel:eryartisipasi pc

-a,-: unruk peneAgaknr

:erkompetisi g''

:tietapkannva u::nliakan afirma'-.'ang menl'e'lu:::cgikutkan i:::kungan peiuaI -t08 tentang Pe

E,lia I Edilor Akade

HalauaN

@IS) Universitas Negeri

Hiuueru 47Vol.2 Tahun.I, No 2 (20f0

L Dendalruluan

[emilu-legislatif 9 April 2009 rarumenunjukkan adanya peningkatanr jumlah ansgota bpno provinsi s".ut"iu g;;;^rgberjenisI kelamin perempuan. Bila pada tahun 2A04 .u,fu, r"i"ururjumlahperempuan yang menduduki posisi sebagai anggota DPRD provinsisumbar sebanyak 5 orang, -utu sekarang ini menjadi 7 orangdari totalll- kursi yang tersedia. Jumrah ini merupakan yang terbesar biladibandingkan dengan anggota D'RD perempuan di rg kota dankabupaten yangadadi Sumbar. r ------r

Umumnya, jumlah anggota DPRD perempuan pada 1g kotadan kabupaten di Sumbar, bertsar dari I hfigg"4 ;;;dlaja, bahkanada anggota DPRD kota atau kabupaten yang sama sekali tidak adaanggota DPRD perempuannya (seperti fuUifute" i.riri, Selatan,Kabupaten. solo.k):YTyorot ryu ,umtatr unggltu pp-np perempuanpga tampak pada DpRDtota padang, bahwi"paau p"rioa" 2004-2009l*?p:: 6 or anganggota DpRD pere*!,r*, namun untuk perio de 2009 _2014 ini mengalami penurunan fri"sgu .10./, yakni hanya 3 orang saja.:-: _ a"P:si jumtah anggota oFno provinsi, ko; ;u; kabupatenmr menunjukka" glT"fila_ aktivitas politisi p..;;;;;;i SumateraBarat. Bila ditilik lebih jauh rasi, dati ii rpu ^s,r;;;*k

pemilihanDPRD Provinsi p.dgl-: zoog-ioiq,r..a"p", 7 4g caronregistatif (caleg),sebanyak 240 (32,o,o/o).adarah caleg perempuan aan sog (6r,920/o)adalah Caleg Laki-laki. Sementara"pimil, p..ioa. iooa _2009 lalu,diketahui Categ untuk DpRD S"*U* r"U 1y7iOji i,"si*g* Categperempuan 163 oiang egW- dan Categ gid_fuH ,"U""i"t + 54 (74yo).Da,, data tersebut tur"put adanyap.rrirgtutu n 6yo perempuan dalarnberpartisipasi poritik lever provinsi i* igrt"mpetisi dengan caleg raki_laki untuk pemenangan suara pada pemilu 2009.Agaknya peningkatin jumlah Caleg perempuan dalamberkompetisi guna memperoleh kursi di parre"me, ,u[i..r.pas dari

:*:T:"Tf!-] ,p:*i1" iirnu"u r.i.rupa pasatnya sudah memberikantindakanafi rmatif kepadap...*p"u.,;#ffi #;#ri',ff T;;'rff;,yang menyebutkan agar partii politik fearo"rr-;;;Jrru p.*itomengikutkan minimar.3Oo/o carontegislatir por*pouri s-ematio Jetusdukungan peluang untukperempuan

"*.t, tercantum pada uu No.10/2008 tentang pem,u DpR, opii i"" iipno vakni p"r"rErrr g ayat 1

Edita (Editor Akade mik ), I urnal Pu s indo k- U niv e rcitas Andalas

Vol. 2 Tahun.l, No. Z (2011) HalaueN 48

huruf d, mengatur Parpol peserta Pemilu yang harus menyertakanketerwakilan perempuan minimal 30o/o padakepengurusan tingkat pusat.Pasal 53 mengatur daftar bakal calon yang diajukan parpol memuatsedikitnya 30% keterwakilan perempuan dan pasal ss (2) tenrangpenyusuan bakal calon, untuk setiap tiga orang bakal calon terd.apatsekurang-kurangnya satu perempuan. Ini maksudnya agfi perempuansebagai caleg juga berkesempatan menempati nomor urut kecil, sebabnomor urut posisi atas ini diyakini akan memberi peluang besar untukbisa mendapatkan jatah kursi di lembaga perwakilan. Agaknya pasal initak banyak berfungsi karena keputusan Mahkamah Konstitusi (MK)merevisi pasal2l4 uu No.10 /2a08 ini pada 23 Desember 2008 la1u.Revisi menyatakan pemenang Pemilu adalah peraih suara terbanyak tanpamelihat nomor urut. Jadi diraihnya suara terbanyaktanpamelihat nomorurut, seolah membuka peluang bagi caleg perempuan untuk bisamendapatkan kursi tanpa harus berada di nomor urutan atas.

Namun seperti diuraikan sebelumnya, tampakbahwa telah terjadipergerakan naik turun jumlah keterwakilan perempuan di parlemen.Bahwa nomor suara terbanyak tak terlalu signifikan dalam menentukanperolehan kursi di parlemen bagi caleg Perempuan. Agaknya peraturanitu masih belum menunjukkan efektifitas untuk meningkatkan jumrahperempuan di parlemen. Bahkan Caleg perempuan periode 2A09-2014yang sudah menjadi legislator periode sebelumnya, dianggap sudahmemiliki modal sosial dan aset politik (seperti sudah dikenal konstituendengan pengalaman sebagai legislator selama 5 tahun) temyata tak banyakyang terpilih kembali.

Selain peraturan yang mendukung keberadaan Caleg perempuanuntuk bisa memperoleh suara dalam pemilu, dalam konteks lokal sumatraBarat, terdapat modal sosial lainnya untuk meraup suara sebanyaknya,yakni masyarakat Sumbar yang bercirikan budaya lokal sistem matrilinealdan menerapkan sifat egaliter. Bahwa dua ciri spesifik ini dipercaya akanmemberikan kontribusi positif bagi caleg perempuan. penelitianmengenai rpayacaleg perempuan memenangkan suara pada tahun2004lalu membuktikan, bahwa terdapat kontribusi (peran mamak dan saudaraiaki-laki yang memlllki power di tengah masyarakat) kepada calegperempuan dalam upaya perolehan suara bagi mereka untuk bisa dudukdi DPRD Provinsi sumbar periode 2004-2009. Namun untuk pemilu2009 ini, ternyata strategi demikian tampaknya tak ragi berhasilditerapkan oleh legislator perempuan yang incumbent untuk kembali ikutbertarung untuk perio de 2009-2074. Dari empat incumbent legislator yang

Edita (Editor Akademik), lurnal Pusindok-Universitas Andalas

Harevau 49

diwawancarai,3 c

saudara laki-laki ydi Sumbar (suamtBahkan boleh diklegislatif yang duddan terpilih kembi

ll. DermasalaBerangkat

jauh tentangfaktcsebagai legislatorperempuan untu,Apakah modal sosistem matrilinialtua dan saudara yamendapatkan suamereka menjadi 1q

dan rakyat yang nperiode kedua, atiterkait dengan kemereka tak terpilitersebut dengan rCalegperempuan'lokal di Sumatra I

tl!. Settins Sosi3.1 Arti PeremlMinangkabau

Sumatra Biegaliter. Selain itu, r

masih cukup kentasistem matrilinial,pihak ibu dan merkomunitas adat didalam satu kaumbersama menjadi okaum mereka, yarada yang mengati

Edita ( E dit or Akade miL.

-t---'\ J

Vol.2 Tahun.I, No.2 (2011)

rcarai,3diantaranyamemilikihubungankekebarabatandengani*r-f"f.i yurg *.ojudi figur tokoh adat informal (ayah)' politikus

;it;# aln mlar ifar;, tak satupun vang terpilih kembali'

Uotetr dikata di Sumatra Batat, hanya satu perempuan-anggota

l",if yut g duduk di DPRD periode 2004-2OOg yang mampu bertahan

*d; fembali sebagai anggotaperiode untuk kedua kaltnya'

DermasalahanBerangkat dari fenome rla vatgdemikian' 3"k?'ltti lf"i*lil

d;;;'i;;;;;;;;; "'""v"duttu" mereka tak bisa lagi terpilih

;ai le gi sl ato r. Ap umt" " g""up d aya up ay"

"t11, : :1 ":t P: ::':r'";fil;? il;;;n ,,i.*""u"gkan suara sudah maksimal?

modal sosial berupa rituiritui yang dianut (sikap egaliter dan

iirig"" dalam tonteta dukungan mamak' orang

dan saudar a yaig*.,,juai totoh masyarakat tak lagi Ptq::"^ :1*ratkan suara Aari tariU kerabat di kampung? Aq*?h seflma

menjadilegislatorsrdahdirasakankehadirannya"l:1,-YltL'1llraliyat yuog -e-ititnya atau tidak, sehingga tak lagi dipilih untuk

rde kedua, atau memang persaingan politik yang keras Ut t:il:[;.;g^; kebijakan iriternal siitem Parpol yarg menyebabkan

[u iuti.rpilih iagi? Makalah ini mencoba 3e!y1b ryi"Y::na J."Su" membandingkan strategi yang dilakukal ena]n orang

perempuanyunguoSoultg'"t'".n1pttT*i*l"TI"#:f politik

;ft;"i; i"ririia"arla perioae Pemilu 2004 darl200e'

L Settlng Sosial rlan Kontel$ Lol(at Sumatra DaratlAttiPerempuao-airnru'yarakatMatrilinialdanEgaliter

SumatraBaratakrabdengankuiturdanadatMinangkabauyangealiter. Selain itu, siste* *ut itinia] na{a lStvTukut :1',t-Y'T"*f:ffiff;;^k;;A;; k"nsisten dipraktettcan hingga sekarang' Dalam

dr,.;-;;*tnia1, masyarakat menganut garis keturunan berdasarkan

pfu;k fu; dan menjadikan ibu (perempuan) sebagai posisi sentral pada

tomunitas aaat aan teiourgu iesar Tirtt,ded fomily) di kaumnya' Di

dalam satu kaum itu, terdapat seorang perempuan yang disepakati

bersama menjadi otuttg yangtewakili suaia dan aspirasi perempuan di

taum mereka, yurrg bI*u Iisebut dengan Bundo Kanduang' Bahkan

ada yang-.rrguaukuo bahwa suatu kaum itu punah' tidak ada lagi

Hita (E ttit o r Akade mik )' J ur nal Pusindok'Il niv ersitus Anddas

u yang harus menkepengurusan tingkat

yang diajukan Parpoldan pasal 55 (2) ten

orang bakal calon terdi malaudnya agar

nomor urut kecil,memberi peluang besarperwakilan. Agaknya pasalMahkamah Konstitusipada 23 Desember 2008

peraih suara terbanyakterbanyak tanpa melihatcaleg perempuan untuk bi

nomor urutan atas.tampakbahwa telahteriperempuan di parlemen-

signifikan dalam menentukan. Agaknya peraturan

untuk meningkatkan jumlahperempuan periode 2009-2014sebelumny a, dianggap sudah

i sudah dikenal konstituen5 tahun) ternyata takbanyak

keberadaan Caleg perempuandalam konteks lokal Sumatrameraup suara sebanyaknya,

budaya lokal sistem matrilinealciri spesifft ini dipercaya akanleg perempuan. Penelitian

suarapada tahan2004i (peran mamak dan saudara

h masyarakat) kepada Calegbagi mereka untuk bisa duduk

. Namun untuk Pemilutampaknya tak lagi berhasil

incumbent untuk kernbali ikutempat inatmbent legislator y ang

I urnal Pusindok-U niv ers itas Andalas

-/\\\

Vol. 2 Tahun. I, No. 2 (2011) HauvraN 50

eksistensi suku tersebut karena tak ada pihak perempuan di dalam kaum

suku tersebut yang melanjutkan keturunan mereka. Jadi tampak jelas

bahwa perempuan adalah pelanjut keturunan, perempuan penerima

warisan harta pusaka dan gelar adat. Perempuan tersebut berhakmengatur dan mengelola aset atau modal pusaka kaum. Situasi yang

demikian, seperti dikatakan Sanday menunjukkan peran besar perempuan

yang dituakan dikaumnya yarug disebut dengan Bundo Kanduang:

"...That wotnen are positioned at the core of the generational

fomily. Largely through this matrilineal social organization,

the leading figure in a Minangkabau extended fomily, usually

the oldest sister, is a symbolic 'queen mother,' or 'Bundo

Kanduangt'.

Maka tak salah bila kemudian wieringa menyebutkan bahwa

perempuan etnis minangkabau memiliki posisi yang tidak tersubordinasi,jort o sebaliknya dalamposisi yang setara dan sama yang melekat dengan

ierm egaliter. Seperti dikatakannya:"Wornen in Minangkabau society have social status in terins

of their custotns, property ownership, and egalitaianism in

the societf .

Boleh dikatakan secara keseluruhan dalam konteks adat diSumatra Barat, perempuan sudah mendapatkan posisi yang Setara dan

tidak lagi termarginalkan karena statusnya di dalam lingkunganmasyarakat adat yang cukup dimuliakan itu. Contoh posisi mulia dan

penting itu; keputusan atas nama kaum harrls mendengarkan dan

didasarkan pada persetujuan kaum perempuan yang diwakili olehperempuan yang'dituakan' pada satu suku tertentu itu. Walaupun

demikian, sebesar apapun posisi perempuan yang sudah diperhitungkan

dan egaliter dalam tatanan adat, masih menjadi tanda tanya apakah

sistem egaliter dan matrilinial ini membawa dampak positif pula ketikaperempuan berkiprah di sektor publik lainnya seperti kiprah perempuan

di ranah politik.Untuk mengetahui lebih jauh, sesuai dengan permasalahan,

makalah ini mencoba menghimpun strategi dan kiprah politisi perempuan

di Sumatr a Barat dalam perolehan kursi di Parlemen denganmengumpulkan data dari 4 orang politisi perempuan yang menjabat

sebagai anggotaDPRD Provinsi Sumbar dan DPRD Kota Padangperiode

E dira (Edito r Akade mik)' J urnal Pusinilok-U niv ersilas Andalas

H

2h

dilfr.Ii

Eildktrddqn

dFrisnha

Ia

tu

n

I

I

rinn,n

.n:hrnlnthka

,anbatlde

an

t[,lan

Helnueu 5l Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011)

2004-2009 (masing-masing dua orang) serta dua anggota DPRD yangbaru pertama kali terpilih pada periode 2009-2A14-

3.2. Kapital SosialKonsep kapital sosial sejalan dengan konsep modalsosial. Seperti

disebutkan Fukuyama, bahwa modal sosial sebagai serangkaian nilai ataunorrna sosial yang dianut bersama, yang memberikan peluang untukbisasaling bekerjasama, dan secara luas konsep ini juga dikembangkan olehJames Colleman dalam kajian Sosiologi3. Putnam (1993,2000)menyebutkan modal sosial sebagai nTlai mutual trust kepercayaan attaraanggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnyaa. Namundalam makalah ini seterusnya lebih cendrung digunakan pemakaian katakapital sosial seperti disebutkan Robert M.Z. Lawang. Lawangmendefinsikan kapital sosial memiliki subtansi yang sama dengan paraahli sebelumnya. Bahwa Kapital Sosial merupakan suatu institusi yangdidalamnya ada interaksi sosial dan sikap individu atau kelompok dengantiga unsur ciri uthma yakni kepercayaan (t us|, jaringan (network) darrnilai-nilais.

Lebih lanjut dijelaskannya bahwa kepercayaan merupakan hasildari tindakan dan interalsi sosial dimana dalam tindakan sosial merujukpada apa yang dilakukan antara dua pihak dalam melakukan hubungantimbal balik sebagai upaya mewujudkan harapat dan kepercayaarf .

Sedangkan jaringan sosial adalah ikatan antar individu, kelompok daninstitusi yang terbentuk karena ada hubungan sosial. Jaringan sosial iniberbagai macam bentuknya ada yang disebut dengan jaringan duaan,gmda, berlapis dan sebagatnya 7.

t Lihat Peggy Reeves Sanday, "Women at the Center, Life in a ModernMatriarchy" Ithaca:Cornell University Press, 2002, hal. 20.

2 Lihat Saskia Wieringa "subversive Women", New Delhi: Raj Press, 1995. Hal3 Lihat Francis Fukuyama, "Modal Sosial" dalam Kebangkitan Peran Budaya,

kgaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia, ed Lawrence E Harrisondan Samuel P Huntington, Jakarta: LP3ES, 2n2.ha1153 dan hal 157.

a Mardian," Konversi Modal Sosial menuju Modal Politik ', diperoleh dari http:/rhardian.files.wordpress.coml2DSl05konversi-modal-sosial-menuju-modal-politik.pdf.l1Juli2009.

5 LihatRobertM.Z.Lawang, "Kapital Sosial, Dalam perspektif Sosiologik, SuaruFengantar" Depok: FISIP UI Press, 2004. Hal45 dan 70.

6Ibid. Hal.6l7Ibid. Hal.61-67

Dtra (Editor Akademik), I u r n al P u s in d ok- U niv e n itas Andalas

-.n''\-*--/? \.i.\

I

Vol. 2 Tahun. I, No. 2 (2011) Her-euaN 52

Kajian tentang tiga unsur kapital sosial, yang meliputi nilai,jaringan dan kepercayaan menjadi bagian senffal saat menguraikan strategiCaleg dalam Waya mendapatkan kursi di Parlemen dalam makalah ini.Seperti tampak dalam tabel berikut:

Tabel 1. Kapital Sosial dalam konteks Sumatra Barat

]'lI lkritalSosial Sumbar

1 Nilai-nilai Nilai tradisional masih berlaku: Egaliter, systemmatrilinial

2 Jaringan Tokoh masyarakat informal, figur piminan suku, adat,agama (Datuk penghulu, tuanku malin)

3 Kepercayaan Komunitas masyarakat yang fanatik; adat dan agama,dan konstituen sebagai basis massa

Maka dalam mewawancawai 6 orang informan, item pertanyaan

tak terlepas dari unsur yang terkait dengan kapital sosial tersebut. Bagian

berikut merupakan bahasan tenttlng data informan.

3.3. Data InforrranInforman yang berjumlah enam orang dianggap peneliti sementara

waktu cukup mewakili untuk kepentingan penulisan makalah. Variasiinforman antara lain 4 orang asli berasal dari etnis minang dan 2 orangnon Minang, namun sudah lahir dan besar di lingkungan masyarakatMinang. Juga ditemukan sejumlah perbedaan yatg dianggap mewakilisejumlah variasi Caleg DPRD perempuan di Sumbar, seperti Caleg berasal

dari partai politik yang sudah eksis di panggung politik sejak masa ordebaru, atau disebut pemain lama dan Partai pendatang baru yang cukupfenomenal bisa mengantarkan Capresnya menjadi RI 1. Berikut adalahTabel No.l dan No.2 dari hasil rekapitulasi informan yang ditemuidilapangan:

E dita ( Ediror Akade mik), Jurnal Pusindok-Universilas Andala

---\

llereveN 53 Vol.2 Tahun.I, No.2 (2011)

Table 1: Data Informan Aleg Incumbent periode 2004-2009

=EfrE

$sH

5EH

ID

-E

B_E

6g

EE#='So:E-Llf Iur= o

E.Ef H

6 fig,BH, H

E $ERE6

r$gEH E

$HHffi$M5E

HB

€BFfrE

$$s

E$ H

3Ba fi$ps*E+N

Be $EfiH"Be

Jurnal Pusindok-Univercilas AndabsMa(Editor Akademik),

r;

E dita ( Edit or Akod e mik), I urnal Pasindok-U niv ersitas Andalns

Vol.2 Tahun.I, No.2 (2011) Halala,qN 54

>r.:tr()eittr88.P-c996Oc(6H=

E€C t)(€(€

J .cg*F

E=j(g6(gjv'='= -

1'E E 9t>E;-BEa

E Eg F

=2fi t-"4 r$fr

iB;.qE*-sqEBr o oc!!, cLo(r) o.tr

(!c(!dU)

+uooEo6N/1 61 (6

@

Pe 333 ig=3 agP: ;6o)o .ooo(L oN (\r(LtL(\r (')

EEs_-660> o-

- .q'-3

e 3s;

JA

Vol.2 Tahun.I, No. Z (ZOff)

Tabel 2. Data Informan Aleg Terpilih Pertama kalinya(periode 2009-2014)

lurnal Pusindok-Universilas Andalas

narna sebenarnya.

idntaolehpeneliti

Akademik),

f,nrarraeu 55

d!or

; 2d

I.r ou> a €:j oc c i.- -.::: o d o.-

-=!.Yr>58,::

d'; a

d=d$r>! tr t

:6o )E d tr il :ed L 6 tr :-; ; -9.: ;;

o

!F

,i== u-:=: a==x'

cYli" ta:, d --'H 6 @io >;:.- >trd j -Ji c d:-A E e- .?'e_rF _'-r E;r;:;S =* EF^E igr;; i[!

=E ra E

I'e;; "i.6 9':-I e;!'

{Tc-J

L^

!cc!c c-aqjiue:o:EI

od

;v@

q=Ev !.8oVo

= d!Jzo

ii ;:.d o

? I,i s'3

oi

D

^'d a

=.- d >.t

v 5 io"< u?Z- o EV

'=x

d- ,{Eo e*

.r!e-4J

ddo P- ia>.-'::F r;zis;.: o loEIfbE 4b-"5or o d€Lld

c0

6

GE:cEuc!E'LLE

r'iOL'-';g;N>o-d E d O-ZE u - L2-Z dE dJJ

dEbo6.::.- tr 3 :3 a: 60 d : - d

= d y !o .: :6'"a ':.-

dO = o.Y uo coa(:E(].d ><!6rd

^i

'

E6do ooa u-3 tr.-tr-: dtro:tr EvF+!tr

EuOE

Antti

I

Vol. 2 Tahun. t, No. 2 (2011) HelaulN 56

lV. Diskusi Iemuan DataDalam bagian ini sejumlah temuan atas data informan

didiskusikan sesuai dengan topik masing-masing sub-judul di bawah ini.

4.1 Strategi Incumbent4.1. I Pemetaan'Wilayah

Dari 4 orang informan yang diwawancarai, arrgggota legislatif(Aleg) 2004dan Caleg 2009, (selanjutnya disebut Aleg/Caleg) semuanyamengakui telah mengupayakan beberapa langkah untukbisa duduk lagidi lembaga dewan perwakilan. Diantaranya menerapkan strategipemetaan wilayah, mempelajari dan mengetahui secara persis kondisiwilayah yang menjadi basis massa mereka, melakukan turba menemuikonstituen secara rutin, tatap muka, sosialisasi program kebijakanpembangunatpada wilayah yang menjadi basis massa dan mendatangidengan intens wilayah tersebut, dengan dibantu tim sukses dan pendukunglainnya.

Karena mereka sudah untuk kedua kalinya bertarungmemperebutkan kursi di parlemen, mereka yakin dan optimis suara yangdiperoleh sudah bisa diperkirakan. Berbeda dengan tahun 2004laht, adainforman yang mengakui bahwa saat itu sebagai caleg, ia tak tahu persisperkiraan perolehan suara yang akan didapat dan belum serius melakukanpemetaan pada wilayah pemilihannya.

"Saat itu melalarkan kampanye dan turbaberbarengan denganCaleg politikus senior lainnya yang kebetulan memilikiwilayah Dapil yang sama dengan saya. Jadi kami sama-samakampanye dengan menghimbaa agar memilih kami, sayauntuk DPRD Provinsi Sumbar dan caleg itu (menyebut satunama-red) untuk DPR-RI. Saya benar-benar masih learningby doing, tapi untuk 2009 ini agak sedikit berbeda, saya turbasendiri dan meyakinkan konstituen melalui pertemuankelompok, mendatangi dan mempersuasi mereka agarmenetapkan pilihan yang sama seperti tahun 20041a1u...,,(wawancara informan incumbent No.1, Senin, 29 Juni20Og).

Jadi tampak adabedastrategi antara aktifitas yang dilakukan padatahun 2004 detgan 2009. Informan ini tampaknya mendapatkan nilaipositif dari konstituen pada periode pertama ia terpilih karena datang

Edira ( Editor Akademik), f urnal Pusindok-U nivenilas Andalas

-5

'i\

Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011)

Dapil bersama dengan politikus senior yangsudah lebih dulu berkiprahdikenal masyarakat. Meski ia sendiri juga merupakan anak seorangk Penghulu, dan disegani masyarakat dikampung ayahnya itu,

suara banyak tak hanya di wilayah tempat daerah asal, tapidari hasil jalan bersama dengan politikus senior ini.

Ketika memasuki Pemilu 2009, Aleg/Caleg ini tak lagidengan politikus senior tersebut (kebetulan meninggal

1.5 tahun 1a1u), sehingga strategi yang dilakukan dengan melakukanwilayah dan fokus merLggarap wilayah yang diyakini banyak

ituen cendrung dilalrukan dengan upaya klasik dan standar seperi;

, sosialisasi dan mengadakan kegiatan program sesuai denganitasnya sebagai Aleg periode 2004-2009 di daerah asal pemilihan,

di wilayah kampung halaman (daerah kabupaten/Kota).Umumnya ke empat ATeg/Calegoptimis bisa meraup suara dari

pada Dapil yang mereka wakili, paling tidak jumlahnya takselisih jauh dengan perolehan suara seperti tahun 2004lal:u.isme itu terungkap dari pengakuan mereka yang sudah melakukani pemetaan wilayah terkait dengan kantong wilayah yang

masyarakatnya pasti memberikan suara pada paru CalegKonstituen mereka yang mayoritas berada pada wilayah daerah asal

, diyakini akan memberikan suara karena sudah'dibina' selama

tahun terakhir. Dibina artinya juga sering dikunjungi, didatangi,ftusi dan menjadi penyalur aspirasi serta bila perlu memberi bantuanmaterial kepada mereka sebagai anggota masyarakat.

Hanya saja, kebijakan Mahkamah Konstitusi yang menyebutkansuara terbanyak turut mempengaruhi keterpilihan, apalagi

iFkan tersebut dikeluarkan pada wakru yang berdekatan dengan waktu, sehingga tak punya banyak waktu untuk mensosialisasikan,

i dan memastikan konstituen mereka untuk tak beralihterkait dengan makin banyaknya Caleg dari Parpol Oaru). Olehitu Caleg benar-benar harus kerja keras meyakinkan konstituennyatidak mengubah pilihan, apalagi kalau konstituen diiming-imingi

ial dan finansial oleh Caleg dari Partai (berbeda danbaru) lainnya,bisa saja sistem suara terbanyak menjadi bumerang bagi Aleg danperempuan yang hanya mengandalkan kepercayaan konstituen

memilihnya lima tahun lalu. Sikap konstituen dimata .A^leg/

ini sangat beragam, ada yang bisa dipercaya, pun banyak yangberalih pilihan. Seperti diakatakan salah seorang informan:

Aludemik), Jarnal Pusindok-Univercitas Andalas

Vol.2 Tahun.I, No.2 (ZOff) Har-aueN 58

"Pemilih kadang sangat cepat berubah pilihan, dan yangloyal kadang bisa beralih, maka sistem suara terbanyakmau tak mau membuat Caleg kerja lebih keras lagi.Bahkan saya awalnya memiliki target suara pribadi akandiperoleh sekitar seribu suara, nyatanyatak tercapai (Alegini mendapatTD}-an suara pribadi). Jadi kalau kampanyeseperti prospek asuransi saja, kita cari nasabah, artinyatiap turba, pastikan konstituen memilih nama kita. BukanPartai.." (wawancara informan incumbent No.4, senin15 Juni 2009)

Senada dengan ini, informan lainnya mengatakan bahwa kadangkonstituen sulit memahami kondisi Aleg. Adakalanya bersikap tidakrasional dan menganggap mereka sudah 'begitu berjasa' memilih Alegsehingga harus diikuti kemauannya:

"Kadang konstituen kita cendrung beranggapanbahwa kita dudukdi DPRD, berkat suara yang diberikan, dan menikmati banyakfasilitas serta gaji yang besar. Jadi konstituen ini seperti memilikibanyak tuntutan; harus mendapat perhatian ekstra, termasuk soalbantuan dana, urusan keluarga pun datang berharap memint a danake anggota Dewan. Padahal sebagai anggota dewan, tugaskedewanan adaJah semua yang terkait dengan persoalan rakyatdan masyarakat di wilayah kita yang memang luas juga. Jadikosntituen memiliki banyak tuntutan dan kadang merasaterabaikan bila tuntutan tak terpenuhi," (Informan incumbentNo.3, wawancara Jumat 29 Mai 2009).

Dari pernyataan itu tampak bahwa meski sudah ada strategipemetaan wilayah, tapitetap tak ada jaminan keyakinan kosntituen akanmemilih kembali. Sejalan dengan strategi pemetaan wilayah yangmenggarap kampung halamannya masing-masing, kendala lain yangmereka temukan adanyaperbedaan konstituen tahun 2004 dengan2o0gyang dinilai AleglCaleg makin 'berani' dan tak lugu seperti dulu lagi.Konstituen yang semakin 'cerdas' langsung membuat bargain denganAleg/caleg. seperti dialami salah seorang informan, isu kelangkaanpupuk baru-baru ini menjadi topik hangat saat pertemuan yang merekabahas. ketika saat Aleg/caleg ini turba dan audiensi dengan konstiruen,sec.ra terang-terangan petani di wilayah yang dikunjungi itu menyatakanakan memilih Aleg/Caleg ini lagi bila mampu mengatasi persoalan

Edita ( Edit or Akade mik), Iurnal Pusindok-U nivercitas Andalas

z-1--/ 1

1\I\.

HauueN 59 Vol. 2 Tahun.I, No.2 (20f0

kelangkaan pupuk yang sedang mereka alami dengan langsungmembawakan pupuk yang dibutuhkan. Menanggapi siiap konstituenyang demikian, Aleg/caleg ini takberani menjanjikan akan melapangkanmereka atas kelangkaan pupuk dengan menyediakan pupuk itaumenyediakan dana kontan untuk pembeli pup;k. Sepertidiungkapkannya:

Saya menanggapi bargain tersebut dengan menjelaskantentang proses penyebab kelangkaan pupuk. Tidakmengiyakan keinginan konstituen tersebut, takut hanyasekedar janji muluk. Juga tidak menyediakan dana cashuntuk pembeli pupuk. Maka saya menjelaskan halsebenarnya secara teknis kenapa pupuk langka, tak bisadiselesaikan satu atau dua orang saja, tapi kalau sayaterpilih nanti, akan ada kebijakan sekaitan dengandistribusi pupuk tersebut agak tak terjadi kasuskelangkaan" (Informan incumbent No.l, 29 Juni2}}g)

Dari wawancara tampak bahwa strategi to the point,tidak memberiiming-iming dan tanpabanyak janji muluk menurut informan ini dianggapdektif untuk menarik hati pemilih. Ia pun tak menyediakan dana langsunguntuk perseorangan.

Terkait dengan bantuan kontan ini, para Areg/careg lain juganemiliki kesamaan pendapat bahwa mereki tak perlu memberi o*.rg-IErorang dana kontan seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) yanglagiEEn di terima banyak masyarakat kalangan bawah. Meski iru..r, aaaiiayaplitik yang dikeluarkan, pengakuan mereka, cendrung diberikan kepaiaLomunitas, kelompok, bukan perorangan. seperti Lrganisasi kaiangtruna, remaja mesjid, kelompok tani, dan pengajian.

*1.2. Kapital Sosial

- Keempat Aleg/careg sepakat bahwa kapital sosial berupajrringan, organisasi dan dukungan kerabat sangat penting daram upiyureraup suara sebanyaknya. Berdasarkan data pad,a tibel informan,Ernuanya memiliki jaringan organisasi yang sudih mereka geluti sejakbih dari 10 tahun lalu, entah itu mereka sebagai aktifis organisasi sosialbmasyarakatan atau kampus. pastinya, mereka sudah memasuki-anisasi

politik atau partai politik pada momen usai gerakan reformasi!98.lalu. seiring dengan terbukanya kran reformuJ du, banyaknyaprtai baru yang bermunculan, perempuan seperti menemukan wadah

(Editor Akademik), lurnal Pusindok-Ilniversitas Andalas

Vo[ 2 Tahun. I, No. 2 (Z0U) Helauau 60

untuk berpartisipasi politik, mereka terlibat dengan beragam pilihan partaipolitik. Bahkan pemerintah dengan kebijakan quota 3}%ba;iperempuanturut memberi peluang perempuan untuk terlibat sebagai kandidatlegislatif.

Kapital sosial lainnya yang juga menjadi aset politik terutamadalam konteks lokal sumatra Barat tampak ketika para Aleg/Calegmemanfataakn nilai buday a setempat dalambentuk mendapat aumngankerabat, anggota keluarga besar yang juga dekat dengan kegiatan potititdan menjadi publik figur di tengah komunitasnya. Dari 4 incumbent ini,3 diantaranya memiliki hubungan dengan kerabat laki-laki seperti adaAleg/caleg ya..g ayahnya sebagai Datuk penghuru pada suku dankaumnnya, suami dan kakak sebagai politikus di tingkarsumatra Barat.sebagai tokoh informal di tengah masyarakat, sang Datuk penghulu yangterpandang ini turut mempengaruhi keterpilihan caleg. Datuk penghulumengajak ninik mamak dan kemenakannya untuk memberikan suarapada calegyang menjadi kerabat mereka. pengakuan seorang Al eg/Caleg,ia selalu melekatkan nama ayahnya di belakang rrumuryu paaa setiapspanduk, pamflet, bahkan baliho yang dipajang, baik periode 2004 raluatau yang 2009 kemarin ini. sejalan dengan itu Aleglcaleg iniberpendapat bahwa masyarakat pemilih masih cendrung -endrrkorg du,memilih orang yang mereka kenal, maka dengan melekatkan namaayahnya itu diharapkan akan dikenal sebagai anaknya Datuk yangdisegani orang sekampung.

Pengakuan informan lain, dengan adartyasuami sebagai politikusdan kakak yang juga politikus, strategi pemenangan suara biia dlperolehlewat dukungan dan bantuan mereka dalam bentuk mempengaruhi,mengajak relasi suami untuk memilih mereka, termasuk saat melakukanlobi politik atau pertemuan-pertemuan. para Aleg dan caleg ini tidakmenafikan perlunya atggaraidana untuk berkampanye dan mendapatkansuara konstituen, tapi hal-hal bersifat non materil pun, seperti dampingandari orang yang sudah biasa di dunia politik amat mendukung. Hanyasaja dari 3 informan tersebut, meski sudah memanfaatkan str*egi danmendayagunakan kapital sosial yang dimiliki, entah itu dalam kelompokorganisasi majelis taklim, organisasi perempuan dan kelompok pengajian,tampaknya masih belum bisa mendongkrak perolehan io*u mereka.Meski biaya material finansiar untuk ongkos politik yang merekakeluarkan lebih besar dari pemilu tahun 2004laht, ternyata masih belumbisa menjamin akan terpilih lagi. Justru yang terpilih kembali d,ari 4incumbent ini bukanlah Aleg/calegyarg n e-iliki Lerabat dekat seperti

Edila ( Editor Akodemik), lurnal Pusindok-Univercitas Andalas

Vol.2 Tahun.I. No.2 (2011)HeralleN 6l

mkoh informal. Informan No.3 adalah (satu-satunya Aleg perempuan di

sumbar) yang duduk kembali untuk kedua kalinya di parlemen. Informan

ini tidak memiliki hubungan kerabat dengan tokoh informal, namun

s'rminya mendukung sepenuhnya atas aktifitas politik yang dilakukan'

tra pun menganggap -bahwa

salah satu bentuk aset politik yang mesti

dimiliki Caleg, k.pe.cuyuu, konstituen merupakan modal besar yang

kus tetap dijaga. DiungkaPkannYa:

"Saya sering interaksi, berbincang dan memberikan

bantuan kepada kelompok-kelompok kecil yang

membutuhkan, misalnya dengan kelompok pedagang

ikan segar keliling, pedang buah keliling, kelompok seni

tradisional. Saya berdialog dengan mereka dan membantu

kebutuhan kelompok, misalnya dengan membelikan alat

musik, bantuan dana untuk tambahan modal dagatg

mereka. Jadi kerjasama yang begini lebih membangun

figur saya dengan kedekatan emosi. Meski tak dinafikanjuga ada loyalitas yang diukur dengan materi," (wawancara

informan No.4, Senin 15 Juni 2009).

Diungkapkan juga oleh informan ini bahwa kepercayaan

;tituen itu sangat penting baginya, tapi lebih sangat penting lagi

iaga kepercayaan tonstituin yang sudah diperoleh 5 tahun lalu. Maka*rk segan-segan secara rutin menghabiskan waktu akhir minggUnya

nrk m*endatangi konstituen, turba, mengadakan program binaan'

iskusi, dan tatap muka lainnya kepada konstituen' Seperti

tkannya:"Kepercayaan dari masyarakat sangat penting, mending

kehilangan waktu istirahat atau tidur daripada kehilangan

kepercayaan masyarakat. Karena susah membentuk

kepercayaan itu lagi. Maka harus all out berkunjung ke

konstituen, 40 jam di kantor dewan seminggu, 4 jam

perhari selama 7 haisekitar 28 jam di wilayah konstituen,

malah kadang lebih karena Sabtu Mrnggu biasanya mulai

daripagi, maka adaiadisekitar 36-an jam semingguuntukkonstituen. Ini saya lakukan rutin terutama sejak 3 tahun

terakhir ini". (Wawarrcara Informan incumbent No'4,Senin 15 Juni 2009).

(Editor Akad.emik), J ur nal P u s in d ok -Il niv e rc ila s A ndalas

Vol. 2 Tahun. t No.2 (2011) HalerueN 62

Jadi tampaknya Aleg/aabgsatu ini memanfatkan aspek kapital

sosial, tak hanya melalui jaringan, dan nilai-nilai yang dianut dimasyarakat Sumbar dan partai politik yang menaunginya, namunkepercayaan konstituen juga tetap diiaga.

4.2 Strateg, AIeg Terpilih Pertama kalinya4.2.1. Pemetaan'Wilayah, Fokus dan Konsisten

Sama halnya dengan Caleg incumbent, dua informan yang baru

saja terpilih untuk pertama kafunya sebagai Aleg ini mengaku memiliki

strategi menerapkan sistem pemetaan wilayah yang sudah dipelajari

berdasar pengalaman ketika Pemilu tahun 2004 lalu. Dapat dipahami,

karena mereka 'pemain lama' atau orang yang dulunya iruga suda!

bertarung di arena politik, namun masih sebatas penggembira, tidak

terpilih menjadi arrggota dewan karena saat itu mereka sebagai Caleg

dengan nomor o*i s dan 7. Lagipula sistem Pemilu 2004 ketika itu

tidak mengenal suara terbanyak, hanya berdasar nomor urut belaka.

Informan No.5 yang menjadi caleg nomor urut 2 pada Pemilu

2009 ini mengakubelajar dari pengalaman gagal tahun 2004lalu. Bahwa

dulu tahun 2004lafuia ditempatkan padaDapil tV (Wilayah Padang

Selatan, Bungus Teluk Kabung) suara yang diperoleh ketika itu cukup

banyak (1.50-0 suara), bahkan kalau memakai sistem suara terbanyak

suaan bisa duduk, hanya karenposisinya pada nomor urut yang besar,

makanya tak terPilihBelajar dari situasi 5 tahun lalu itu, strategi yang dipakai pada

Pemilu 200i ini ia mempelajari peluang dimana suara dari massa bisa

banyak diraih dan bagaimana agar nomor urut dapat yang kecil. Awalnya

pimpinan Parpol meletal&an Aleg informan nomor 5 ini sebagai caleg

paaiOapflI, namun setelah dipelajari, teroyata peluang di sana kecil,

t**u r.iama Caleg dari Parpol yang sama salingbersaing; lagipula nomor

urutnya jadi nomor urut 4 dan massa yang ingin diperoleh suaranya

cukup kitat bersaing dengan Parpol lain. Al*rimya ia pelajari lagi dan

sampai pada keputusan minta pindah wilayah pemilihan:

"Kita harus pintar baca dan lihat situasi, setelah saya

pelajari, saya berkesimprrlan kalau saya nxau dapatbanyak

slulra, saya harus ke Dapil I, Padang Barut dan Padang

TJtara, saya perkirakan disini saingan kecil dan ternyata

memang di wilayah ini saja saya dapat seribu delapan

ratus snara dan di Padang Utara tiga ratus tujuh puluh

Edit a ( E dil or Akade mik), J ar nal Pusinilok-U nivercitas

.4

IIaobl,)r

Ifc,LavaN 63 Vol. 2 Tahun.I, No. 2 (2011)

tiga suara." (Wawancara Informan No.5, Sabtu 13 Juni200e).

Dari pernyataan tersebut tampak bahwa informan inimenganalisis dan melakukan pemetaan secara realistis mengenai jumlahmassa yang dimiliki dan luas lahan yang diperebutkan.

Strategi menggarap wilayah yang menjadi basis massa dengantonsisten dan fokus tampak pulapada informan nomor 6. Informan inisebagai Caleg dari Dapil II Sumbar (terdiri dari Kabupaten Agam, KotaBukittinggi, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman ). Caleg inihanya melakukan audiensi, turba dan mendatangi berbagai basismassanya pada satu-satunya wilayah daerah kampung asalnya saja ditawasan Kabupaten Padang Pariaman persisnya di wilayah Kayutanam,Sicincin, Pakandangan,IJlakan, Nan Sabaris dankecamatan 6X11 EnamLingkung.

Keyakinan dan konsistensi menggarap satu lokasi KabupatenPadang Pariaman yang juga menjadi kampung asal si Caleg menjadistrateginya. Hal itu karena sebelumnya sudah mempelajari karakteristikpe.nduduk dan budaya daerah Kabupaten Padang Pariaman tersebutyakni dengan cara mendekati komunitas dan kelompok serta pendudukyang menjadi basis massa, mengumpulkan keluarga besar Ninik Mamakdan Datuk.

"Setelah mengumpulkan semuanya dan menghimpunkekuatan yang bisa dimiliki, maka saya intens berada dikampung ini, bahkan selama 6 bulan menjelang Pemilu rutinhidup berdekatan dan melakuk anberbagaikegiatan denganmasyarakat dan kelompok organisasi di kampung. Pulangke Padang, tempat keluarga menetap, hanya sekaliseminggu sekadar ganti pakaian dan mengisi kulkas yangkosong. Bahkan mungkin tidak percaya bahwa ada acarakampanye a?$arpartai Golkar di Bukittinggi mendatangkanpimpinan pusat, saya tidak hadir di sana, karena waktunyabentrok dengan kegiatan di lokasi basis massa saya, sayalebih memilih yang terakhir ini, namun dipertanyakanbanyak kolega partai." (Wawancara informan No.6 Sabtu,11 Juli 2009).

Pernyataan informan di atas menunjukkan keteguhannya untuktetap fokus pada wilayah kampung asalnya itu, bahkan disebutkaninforman ini selama Februari-April, menjelang Pemilu ia hanya bisa tidur

Wa (Editor Akademik), Jurnal Pusindok-U niversilas Andalas

ta

tn

-lalas

I" J

,,I

HemlanN 65 Vol. 2 Tahun. t, No. Z (Zoff)

etnis mereka akan diconterng untuk Pemilu nanti,".(wawancara Informan nomor 5, Sabtu 13 Juni 2009).

Sementara itu informan nomol 6 memiliki kapital sosial dalam bentukjaringan komunitas kelompok seperti Kelompok Senam Lansia, PKK,

Posyandu. Lebih lanjut, ia memiliki posisi atau status dalam lingkungan

adatsebagai Ketua Bundo Kanduang Kabupaten PadangPariaman- Posisi

jabatanfi"gt"p adat ini amat menguntungkan Caleg ini, sebab institusi

adat dansegala kegiatan pada wilayah yang menjadi basis massanya amat

dihargai komunitas setempat."sebagai Ketua Bundo Kanduang, saya merasa beruntung'

Sebab posisi itu merupakan arena yang amat gampang

dimasuki Caleg, efektif untuk melakukan sosialisasi,kampanye di setiap iven acara adat," (wawancara informan

nomor 6, Sabtu, 11 Juli 2009).

Kapital sosial lainnya yang juga tak kalah penting adalah

kemudahan alses pada tokoh informal dan tokoh adat dikomunitas yang

oenj adi basis massa nya, karena keluarga dan kerabat dekat berada dalam

posisi 'terpandang' di komunitas adat setempat. Kakak kandung Caleg

zdalag Datuk Penghulu, pimpinan suku Sikumbang, Ayah (Haji AbdulSaleh Tuanku Mudo yang dipanggil Buya) dikenal masyarakat sebagai

Tuanku Haji. Tuanku Haji juga dikenal sebagai tokoh informal, orang

IETtama di Sicincin yang datang ke Kota Padang, ibukota provinsi,

fukerja dan menetap di Padang, terakhir Pensiun Wakil KanwiTIzndgp2g. Otomatis masyarakat setempat mengenal dan menyebutC-aleg ini sebagai Anak Tuangku {ji. Situasi yang demikian dipahamiceali oleh Caleg ini. Ia yakin, berdasar pengamatan, pengalaman dan

Snag telah dipelajari karakteristiknya, bahwa masyarakat KabupatenPadang Pariaman wilayah basis massanya masih kuat kultur ketokohanidormal seperti ninik mamak, tuangku dan kelompok relijiusnya. Kondisiffi dijadikan peluang untuk perolehan suara sebanyak-banyaknya.

{.3. Caleg Gagal dan Aleg Terpilih lagiDari 6 informan yang digali infomasi dar. datanya, ternyata 3

Grtg lolos bisa duduk di lembaga dewan perwakilan sedangkan tigalagi&il'k. Uraian sebelumnya mengenai strategi dan modal sosial yang terkaithgan 6 informan di atas turut mempengaruhi faktor keterpilihan.

h(MitorAkademik), Jurnal Pusindok-U niversitas Andalas

Em

Vol.2 Tahun.I, No. Z (ZOU)HelaueN 66

untuk mengetahui.lebih jauh penyeb ab gagar dan suksesnya Careg ini,selain dari pemanfaatan kapital sosial aan strategi yurrg Jijutunkan, bisapula dilihat dari dua faktor; eksternal dan intemal.

4.3.1 Faktor Elsternala) Kebiiakan Parpol

Kebijakan internar parpor agakaya turut sebagai salah satu darisekian banyak faktor mereka terpilih atau tidal. Keterpilihan(elektabilitas) informan nomor 3 ini agaknya j.oga tak terlepas daridukungan p artainya. Diakui bahwa partaipotiiit ietagai kendarian yangmemang memiliki kordinasi cukup bagus dan mengarrggup semua pihak1e_rtluat

dalam pemenangan pemilu. Informan yu"g u.i"u"ng di bawahPKS ini mengakui bahwa kebijakan parpolnya l"t"p berperan strategisagar kadernya bisa dyduk di parremen. rurpot uertanggung jawabdaram

{!ram membangkitkan kepercayan konstituen ke batei,-sebau suaracaleg juga untuk partai. Agenda partai meribatkan cab{)ebgterpilihdalam tiap program ke massa konstituen.

. Bila peran pa{pol lemah, maka Caleg dalam parpol yang samabisa jadi saling sikut-sikutan. Hal ini tampak pada2ltegtiaigyungtak lagi terpilih, mereka berasal dari parpol ying menurut mJreka terkesankurang memiliki kekuatan untuk konsisten dengan aturan standarpenentuan caleg, meski sudah ada aturan namun tak sepenuhnyadipatuhi, masih ada kepentingan politisi (laki-laki) untuk mendominasi.Informan No. I dari PBB, mestinya bisa dalam posisi nomor urut r , namun'mengalah' untuk berada di posisi nomor urut 2,karcnaambisi koleganyayang juga jadi caleg lainnya sangat kuat untuk bisa menang. sepertidikatakannya:

"secara atural-partai saya bisa pada posisi nomor urut 1,namun kemudian menerima untuk posisi nomor urvt 2dan cukup percaya dan optimis dingan sistem suaraterbanyak. Tapi ternyata memang gagaljuga untuk duduklagi" (Wawancara informu, no.i J"rrirrig forri 2O0g).

Sedikit berbeda_dengan kegagalan informan nomor l, kegagalanyang dialami informan No.2 untuk bisa sebagai Aleg lagi terkiit uetJrapahal misalnya, trik untuk kampanye bareng a."gu;.i.g yurrg m.*ifiUnomor urut sama untuk caleg tingkat pusat, provinsi din-kota. Nomorurut caleg yang sama menurutnya, akan lebih mudah diingat konstituenkalau didatangi 3 orang caleg dengan nomor urut sama. serain itu,aturan partai dalam menempatkan dirinya sebagai Caleg ditingkat yang

Edita ( Editor Almde mik), lurnal Pusindok-ltnivenitas Andalas

-*

Vol. 2 Tahun . I, No. 2 (2011)HeuiueN 67

berbeda saat menjadi Aleg, cukup membuatnya dalam posisi yang kurang

menguntungkan:-'AwalnyasayaberpikirakantetapjadiCalegtingkatkota'

tapi kemudian dapat surat pemberitahuan dari Parpol'

saya dipastikan ikut dalam Pemilihan Tingkat provinsi

Sumbar dan itu waktunya sangat dekat dengan deadline

memasukkannamacategkeKPU,sehinggasayatakpunya banyak waktu untuk sosialiasi pada Dapil I[' 5

iituyut di Sumbar yang menjadi tempat suara saya

dihitung. Saya abai dt'gu" strategi untuk memetakan

suara terba "yi*-"A"di

wilayah mana pada level provinsi'

mungkininiresikokarenadulunyasebagaiAnggotaDPRD Kota Padang dengan basis massa di Koto Tagah

dan Nanggalo. -" 1*u*u'c-ara informan No'2 Senin 29 Juni

2009).

tj,1

rt

;Iri

rn

Paikirotr

.en

trlng

--,b

B Sistem dan Praktek PemiluPelaksanaanp.-ir"legislatifberjalanlancarmeskisejumlah

nmtes dari beberap a Culeg gagalsempat bermunculan' namun setidaknya

Gtrrra keseluruhan rr"ti"r"p"*ilu Legislatif bisa diterima' Hanya saja

m:h tetap adapenilaian minus dari Caleg yang melgalami langsung

& kali proses pemitit ar, 2004 dar- 2009' Menurut informan nomor 2'

turn Pemilu kali ini banyak suara CalegymLg hilu"q' Bahwa.dalam

Jadi terlihat bahwa kebijakan pattaimenempatkan Caleg

rda level yang tak didu garlyasangat beresiko untuk bisa merebut

hnyak suara.

rrc penghitungan suara tak ada jaminan bahwa suara caleg tidak hilang'

trycrti dikatakannYa:' "Diprediksi suara hilang itu banyak, karena ada sekitar tiga

.ribulebihTPSdiSurnbar,kalauPemilu2004suaradariTPSdrbawa ke kelurahan dulu dan ada tabulasi dan lengkap dengan

formulisCldikelurahan.NamunPemilu200ginidariTPSi""gt""g ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PFK) di

fd-uti", tak lagi ke kelurahan, sehingga aturan yang dibuat

KPU ini rawan dengan kehilangan suara, kalaupun mau protes

harus ada formulir-Cl, Nah formulir Cl juga tak ada' Selain

itu dijumpai penggelembungan suara," (wawancara informan

lncumUent nomor 2, Senin 15 Juni 2009)'

Akademik), f umal Pusinilok'U niversilas Andalas

.,... . ...,"rs;;ii,i**ral6i&aldB*[,ita*;u,

VoL 2 Tahun. I, No. 2 (2011) HalnrleN 68

senada dengan pernyataan informan nomor 2, informan nomor 4

juga merasakan perbedaan signifikan pelaksanaafl sistem Pemilu 2004

a*gu" pemilu 2b09. Bahkan ia menyebutkan adanya pembelokan isupemilu Legislatif yang dikaitkan dengan isu Pilpres. Disebutkannya:

'Ada isu yang dihembuskan di tengah masyarakat bahwa

siapa yang ingin presiden SBY terpilih, maka pilih partai

tertentu, padahal dalam Pemilu Legislatif, tak ada

hubungan dengan pilihan Parpol. Akhirnya Caleg yang

murni bekeria dapat suara memenuhi BPP, tapi karena

suara partainya sedikit tak memenuhi kuota, takterpilihlah Caleg ini sebagai Aleg," (Wawancara

Informan No.3, Jumat 29 Mai 2009)'

Kondisi lain yang diamati para caleg gagal ini adalah kertas

lembaran untuk mencontreng, yang berisi nama-nama caleg, lumayan

besar sehingga membuat konstituen kerepotan dan kebingungan

menentukan mana yang akan dipilih mengingat foto caleg di lembaran

tersebut. Apalagr biia konstituennya tak teliti dan ingin yang mudah saja.

Seperti dikatakan informan nomor 2:^ "Banyak konstituen umumnya suka yang simpel saja,

cendrungmemilihcalegpadaurutanatasdanabaimelihatkeseluruhan gambar Caleg atau nomor urut yang berada

di bagian bawah, yah mungkin kerepotan juga dengan

lembaran kertas yang besar itu" (Wawancara Senin, 15

Juni 2009).

Masih terkait dengan konstituen, kendala lain yang ditemukan adalah

pandangan konstituen dan masyarakat umumnyayarLg masih cendrung

tersifat primordial. Seperti dikatakan informan no 1:

"Konstituen masih memilih Caleg berdasar kesukuan'

Banyak yang masih berpikir, lebih b aikurang kampuang awak

nan naiak. (Jrang yang awak krnal. Mereka masih belum

memikirkan soal potensi dan kapabilitas Caleg," ungkapnya

(wawancara Senin 29 Juri,2009).

Tampak jelas informan masih memiliki keyakinan bahwa

masyarakit pemilih cendrung berpikiran tradisional dan cendrung

Edira ( Edit or Akade mik )' I urnal Pusindok- U nive nitas

llererrlaN 69 Vol.2 Tahun. t, No. Z (ZOff)

etnosentris.

L3.2. Faktor Internalf,apasitas Potensi Diri Caleg

nenjadi amat dihargai masyarakat dan-dipandang -;rd;;; nilai lebihdalam pemenangan pemilu.

Kemampuan dan kapasitas careg daram mengembangkan potensi9 9."*t menjadi Aleg merupakan asiek yung u ir-.rr.i*tun pula.Kualitas pribadi seorang poiitiri p...rop,ru., itu bisa diferoleh darilrngalaman pekerja,al dan organisasi, tingkat p."aiait*lprofesi dandalam konteks lokal di sumatra Barat yut ri d.ogu, p"rili mereka dicngah komunitas adat. Jgt2Ttansebagai Ketua Bundo Kurarurg (rembaga,datyangkhusus mewakili suara kium perempuan daram tatananad.at)

-Dari 6 informan yang diwawancarai dan ditanya kuaritas sebagai

dalam konteks l). pendidikan dan profesi, i). p"rrgufu*uu,nnisli dan 3). Peran-status dalam keluarga dan kau-, h-yu"iofo.-*f:::_i:1T:b 3 aspek tersebut dafam kategori,ung*-p"rti,rg.

nya menjawab yang sangat penting adarahp"rrlidikur,"p.oi.ri au.,s-peran ditengah komunitas. sementara informan rai""iu *.rrru*ut

.kb-"f":ilan Caleg menjadi Aleg dan kegagalan Aleg untukkembali di periode kgdua tak terlefas banyak asp"k, _iui aurieksternal seperti praktek sistem pimilu dan kebijakan parpor

?f:.::-l],1!ne.ti *:tilr: dan potensi ungsui ,i cui.e i*.v5, rrg*i' Namun aspek lain yang rebih berperan besar dalam pemenanganilu adalah kiat dan upuyu yang menjadi stratlgi --

autu*mperjuangkan dan meraih kursi dewan perwakilan. Hal pentingII-":_ |?ird sosiat atau modal sosial juga meqjadi bagian d*i ur.,

aspek tersebut dalam kriteria penting.

Analisa Dembahasatr

y?ng memainkan peran dominan ortot Uiru _".ra;pu*u.r ro*uyak.seperti dikatakan J.A Booth dan p.B Richard yang mengarrikanpolitik sebagai aktifitas warga negara untuk mencalai r.r[-,iuruu,demokrasis,makadalamtpay;*;6"ii;;hr;;;T#i"lr"**,

8 Mardian," Konversi Modalsosiar menuju Modar politik,,, diperoreh dari htp:/

ffi: *-**ss.com/200g/05lkonveni-rirodal-sosial-menuju-.oaur-poritit.par.

(Editor Akademik), I urnal Pus indok-Il niv enitas Andalas

TIii'

dh,5;

j

Vol.2 Tahun.I, No.2 (ZOU)HaLarr.reN 70

itu diperlukan strategi dan usahayangada.

mengelola modal atau kapital sosial

Dalam hal strategi, semua Aleg/Ca\eg cendrung berstrategimelakukan pemetaan wilayah, turba dan berhadapan dengai, kosntitue;,tapi agaknya ya.,g benar-benar mempelajari situasi dal karakteristikmasyarakat yang menjadi basis massa dan menganarisa wilayah yangberpeluang untuk memberikan suara terbanyak tak sepenuhnya dilakukanoleh keenam Caleg. Hanya 3 caleg terpilih yuog *.-perlihatkankegigihan, konsistensi dan kejelian dalam melihat pJru.rg dimana danbagaimana suara banyak bisa diraih. Contohnyu irfo.riu, nomor 5mengajukan usulan pindah Dapil ke pimpinan parpolnya, setelah iamengkalkulasi perkiraan suara yang akan diperoleh. Bila masih tetap dio"prl yang ditunjuk parpolnya, kemungkinan dia akan mendapat sriarasedikit dan tak terpilih jadi Aleg.

Semua CaGg p"r.r.rpoui agaknya memiliki ide yang sama untuktidak memberikan dana kontan secara langsung pada konstituen secaraperorangan. Tampaknya tindakan ini mereka ambil karena bisa jaditerkait kondisi finansial (dana minim) atau berpikiran bahwa meski sudahdiberi, belum tentu masyarakat mau memilih, maka dalam situasi ini,jaringan sosial dan kepercayaan dengan membina kedekatan emosionalcaleg dengan pemilih menjadi hal penting untuk bisa berkiprah dan eksisdi ranah politik.

Dalam hal kapital sosiar, konteks lokal SumatraBaratnilai-nilaibudaya masyarakat setempat (sebagai salah satu aspek kapital sosial)yang egaliter memandang kedudukan yang sama perempuan dan laki-laki dalam konteks adat, danmenerapkan sistem matrilinial. Nilai budaya_demikian ini diharapkan akan berdampak pada keleluasaan perempuanMinang untuk berkiprah di sektor publik dan turut berimbas menjadifaktor dominan untuk mendapatkan simpati dari komunitas masyarakatsetempat.

Dalam kasus informan nomor 6, kapasitas dirinya sebagai KetuaBundo Kanduang, tokoh pimpinan adat yang mewakili suara kaumperempuan di komunitas adat setempat menjadi nilai tambah. Statustersebut sebagai arena untuk bersosialisasi, dikenal masyarakat setempatdan mengenal lebih dekat dengan masyarakat. Aihasil, ia yakinmendapatkan suara banyak pada wilayah daerah asarnya itu saja'tanpaharus susah payah menggarap massa di Kabupaten dan tota rainny uyingmemang menjadi haknya untuk menggarap wilayah tersebut.

E dita ( E dit or Akode mik), furnal Pusindok-Ilniversiias Andalas

II5

,FfA

-&

Hererr,reN 7l Vol. 2 Tahun.I, No. 2 (2011)

Keyakinannya untuk memperoleh suara secara pribadi (akhirnyanemperoleh sebanyak 7.575) semakin bertambah karena sudahterstrategi mempelaj ari karakteristik masyar akat y ang menj adi basisDassa nya itu, yang masih cenderung bersifat etnosentris, lebihaengutamakan putra daerah (anak nagari dan kaum kerabat). Ditambah

fui dengan status laki-laki disekitarnya (kakak kandung, ayah dan mamak)

lnng menjadi pendukung, tim sukses adalah kerabat dekatnya, orangtrpandang di tengah masyarakat, yakni sebagai Datuk Penghulu danpsnuka agama yang disegani.

Namun agaknya kondisi ini tak bisa digeneralisasi, harus

-lihatnya secara kontekstual dan kasus per kasus, karena kasus yang

iinforman nomor 1, yang juga memiliki ayah sebagai tokoh adat

dikenal luas tak sepenuhnya bisa memberikan dukungan untukkalinya kepada Caleg ini. Agaknya yang menjadi persoalan

inan adalah membangun dan mempertahankan jejaring yang sudah

dan memelihara kepercayaan konstituen yang sudah diraih lima tahunya.

Dalam aspek kepercayaan dan jaringan, kasus informan nomorterpilih kembali sebagai Aleg untuk kedua kalinya, dan hubungankonstituennya tak harus dengan materi saja, atau mengandalkan

kerabat semata, tapi membangun bentuk komunikasi dan ketokohanmelalui kedekatan emosional yang sudah dilakukan jauh hari sebelum

periode berikutnya. Caleg informan nomor 3 ini mengolahsosial dari aspek keperc ay aandengan konsisten kepada konstituen,

munikasi instens, bertatap muka, melakukan binaan danjaringan yang dibuat secara pribadi, bukan atas nama partai

diutamakan dan dijaga. Meski jaringan itu pada komunitas kecils€p€rti pedagang ikan keliling, pedagangbuah. Namun semua itu

nnya dalam upaya memelihara kepercayaan yang sudahlima tahun lalu.

Informan nomor 6 jtga melakukan ha1 sama, dekat dengan, fokus dan konsisten sehingga kadang rela berjauhan dengan

untuk melakukan binaan dan persuasi kepada komunitasnya.a dalam lupaya membentuk jaringan dan simpati masyarakat.

Muara dari adanya jaringan yang dibentuk dengan masyarakatkelompok binaan Caleg yang pada akhrinya akan berujunglnya kepercayaan konstituen untuk memberikan hak pilihnya

C-aleg yang diyakini akan mampu menyalurkan aspirasi mereka.

Akademik), I ur nal P us in d o k - U niv e rc itas Andalas

*._-^

-t/

\:'

Vol. 2 Tahun. t No. 2 (20f0 HaLelaaN 72

Hanya saja membangun kepercayaan, seperti ini tidak terungkap pada 3Aleg dan caleg lainnya, bahwa mereka meski telah melaksanakan strategimemelihara kepercayaan dengan harus turba ke masyarakat binaan, tapitampak tak segigih dan serutin yang dilakukan 3 Aleg terpilih periode2009-2014. Bahwa berhadapandengan konstituen sekian jam perminggu,bahkan hanya tidur 3-5 jam sehari dua bulan mejelang pemilu Legislatifrela dilakukan Caleg yang terpilih ini.

Pemanfaatan nilai-nilai sosial budaya yang berada di komunitassetempat juga dikelola dengan baik oleh Caleg non ernis Minang. Salahseorang caleg etnis Tiog Hoa membuktikanya, bahwa informan nomor5 ini cukup jeli memanfaatkan kapital sosial yang dimiliki. Memanfaatkanpola komunikasi dari mulut ke mulut kepada kelompok organisasi,kelompok ibadah dan pertemanan sebagai jaringan yang diandalkan untukbisa memilihnya.

Meski terdapat variasi bentuk pemmfaatan kapital sosial untukperolehan suara, bila dibawakan ke situasi politik lokal di sumbar sekarangini, nilai-nilai tersebut masih merupakan suatu bentuk ikatan tradisionalyang mewarnai sistem politik di Sumatra Barat sekarang ini.

Vl. Simpulan1. Perbandingan strategi caleg perempuan dalam memenangkan kursi dilembaga perwakilan di sumatra Barat sangat terkait dengan strategipemetaan wilayah dan pengelolaan kapital sosial yang dimiliki dan modalsosial yang ada di sekitar lingkungan para caleg. Dalam hal strategi,semua caleg berada dalam garis yang sama, dengan melakukan pemetaanwilayah, namun tindak lanjutnya setelah itu berbeda-beda.2. variasi keunggulan, kelebihan dan kekurangan masing-masing Careg/Aleg dapat dilihat dari kemampuan Aleg mengelola kapital sosial yangdimiliki. Bahwa ternyata kejelian dan konsistensi dalam memelihara,membangun kepercayaan konstituen, membina jaring anyarryada menjadifaktor dominan untuk bisa mendapatkan simpati konstituen. Kegagalancaleg untuk duduk kembali periode berikutnya disebabkan banyak faktorsalah satunya dari strategi dan memanfaatkan kapital sosial yang ada,dan juga harus dilihat kasus per kasus. Namun cukup jelas praktek pemiludan kebijakan intemal Parpol turut mempengaruhi perolehan suara Caleg.3. Terkait dengan sistem nilai budaya lokal yang berperan dalam perolehansuara untuk bisa duduk di Parlemen, perempuan politisi di sumatra Barattak terlepas dari ikatan-ikatan tradisional yang masih melekat erat denganbudaya Minangkabau. Bahwa hubungan emosionar dengan komunitas

E dita ( E dit or Akade mi.k), I urnal Pus indok-U niv enitas Andalas

masyarakat dan posisi j abatanadat baik yang dimiliki politisi perempuannnau kerabat perempuan sangat menentukan daram mendapat simpatidan suara pemilih,{ Bagi etnis non Minang tapi berpolitik di Ranah Minang, substansi dariitatan tradisional berupa hubungan saling kenal dan eniosionat denganmasyarakatpemilih olehpara Caleg dan kerabatnyajuga merupakan ikatanuadisional yang menjadi strategi dalam proses mendapatkan simpatifu suara dari parapemilih.

Eerarvrar.r 73 Vol.2 Tahun. t, No. Z (ZOff)

--[--

uJrama' Francls. 2002. "[,iodal sosial" ha]. 153-157 dalamKebangkitan Peran Budays, Bagaimana Ni],ai-Ntlail"iembentuk Kemajuan tianusia, ed Lawrence E Harrison danSamuel P Huntington, Jakarta: LplES.

ng, Robert l,:.2. ZOO4. Rapital Sosia-I, Daiam perspektifSosloTogik, Suatu pengantar, Depok: FISIP UI press.n," Konversi tiodal Soslal menuju tiodal poIitik,,, diperoleh11 JuIl 2009. darl webstte httpt/lmardlan.f lles.wordpress.com/ 20 og / 05 /konversi-modat-sosial-menu ju-modal-polltik.pdf .

t, Pegg1, Reeves. ZOOZ. htomen at the Center, Ltfe in a l,iodernt"iatriarchs, fthaca:Cornell Universitl, press.a, Saskia. 1995. Subyersjye Vonen, New Delhi: Raj press.

(Editor Akadernik), lurnal Pusindok-Universitas Andahs