PERAN GANDA PEREMPUAN SEBAGAI IBU RUMAH ...

154
PERAN GANDA PEREMPUAN SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA DAN DUKUN URUT (PIJAT) (Studi di Kampung Nagrog Desa Pengasinan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh SEVI NUR JANNAH 11170150000084 PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2022

Transcript of PERAN GANDA PEREMPUAN SEBAGAI IBU RUMAH ...

PERAN GANDA PEREMPUAN

SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA DAN DUKUN URUT

(PIJAT)

(Studi di Kampung Nagrog Desa Pengasinan Kecamatan Gunung Sindur

Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk memenuhi

salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

SEVI NUR JANNAH

11170150000084

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga

dan Dukun Urut (Pijat)” disusun oleh Sevi Nur Jannah, NIM 11170150000084,

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 03

Februari 2022 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh

Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial konsentrasi

Sosiologi.

Sawangan, 3 Februari 2022

Panitia Ujian Munaqosah

LEMBAR PERNYATAAN UJIAN REFERENSI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sevi Nur Jannah

NIM : 11170150000084

Program Studi : Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial

Alamat : Kp. Cibarengkok Rt 01/03 No. 98 Pengasinan, Gunung

Sindur, Kab. Bogor, Jawa Barat.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul: Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah

Tangga Dan Dukun Urut (Pijat) di Kampung Nagrog Desa Pengasinan Kec.

Gunung Sindur Kab. Bogor adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan

dosen:

Nama Pembimbing I : Dr. Muhammad Arif, M.Pd.

NIP : 19700606 199702 1 002

Nama Pembimbing II : Dr. H. Nurochim, MM.

NIP : 19590715 1984 03 1003

Sawangan, 19 Januari 2022

i

ABSTRAK

Sevi Nur Jannah (11170150000084), Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga Dan Dukun Urut (Pijat) di Kampung Nagrog

Desa Pengasinan Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor, Jawa Barat, Indonesia.

Skripsi pada Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2021.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui latar belakang peran

ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), (2) untuk

mengetahui gambaran peran ganda (aktivitas) yang dijalani oleh perempuan

sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), dan (3) untuk mengetahui

dampak peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut

(pijat).

Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi yang mana peneliti berupaya untuk menggali gambaran

pengalaman informan mengenai peran ganda perempuan sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang perempuan

menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) yaitu

karena a) Faktor ekonomi, b) Faktor keturunan, c) bisa sambil mengurus

keluarga/rumah. Peran ganda (kegiatan/aktivitas) yang dijalani oleh perempuan

sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) diantaranya yaitu meliputi a)

perempuan sebagai ibu rumah tangga (domestik), seperti memasak, mencuci,

membersihkan rumah, dan menyiapkan keperluan anak dan suami, b) perempuan

sebagai dukun urut (pijat) (publik), seperti mengurut pasien, selain itu juga dapat

mengerok, memandikan bayi, dan membuat ramuan (popol/sapih dan resep

tradisional). Sedangkan dampak yang dialami oleh perempuan yang menjalani

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) yaitu a) dampak

positif, meliputi dampak ekonomi yakni bertambahnya penghasilan keluarga,

dampak sosial meliputi mudah dikenal di masyarakat , b) dampak negatif,

meliputi dampaknya terhadap kesehatan yakni badan lebih rentan sakit, lelah, letih

dan lesu, serta dampak terhadap beban kerja ganda yang ditanggung.

Kata Kunci: Peran Ganda, Perempuan, Ibu Rumah Tangga, Dukun Urut

(Pijat).

ii

ABSTRACT

Sevi Nur Jannah (11170150000084), The Dual Role of Women as

Housewives and Urut Shamans (Massage) in Kampung Nagrog, Pengasinan

Village, Kec. Mount Sindur Kab. Bogor, West Java, Indonesia.

Undergraduate Thesis at the Tadris Department of Social Sciences, Faculty

of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2021.

The purpose of this study was (1) to find out the background of the dual

role of women as housewives and urut shamans (massage), (2) to find out the

description of the dual roles (activities) undertaken by women as housewives and

urut shamans (massage), and (3) to find out the impact of dual roles on women as

housewives and urut shamans (massage).

This type of research was included in qualitative research with a

phenomenological approach where researcher seeks to explore the description of

the informants' experiences about the dual role of women as housewives and urut

shamans (massage).

The results of this study show that women’s backgrounds undergo a dual

roles as housewives and urut shamans (massage) are due to a) economic factors,

b) hereditary factors, c) can while taking care of the family/home. The dual roles

(activities/activities) undertaken by women as housewives and urut shamans

(massage) include a) women as housewives (domestic), such as cooking, washing,

cleaning the house, and preparing the needs of children and husbands, b) women

as urut shamans (massage) (public), such as massaging patients, in addition can

also slit, bathe babies, and make potions (popol/sapih and traditional recipes).

While the impacts experienced by women who carry out dual roles as housewives

and urut shamans (massage) were a) the positive impacts, including the economic

impacts of increasing family income, social impacts include easily known in the

community, b) the negative impacts, including the impacts on health. namely the

body is more susceptible to illness, fatigue, tiredness and lethargy, and the impact

on the double workload borne bye the community

Keywords: Dual Roles, Women, Housewives, Urut Shamans (Massage).

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah indahnya hidup sehingga penulis dapat menyusun Skripsi

dengan judul “Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga Dan

Dukun Urut (Pijat)”. Shalawat beserta salam juga di sanjungkan kepada

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan syafaatnya kepada Nabi Muhammad dan kepada kita semua, Amin

ya robbal’alamin.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada program Strata-1 di Program

Studi Tadris IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam melakukan

penyusunan Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak

terkait, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amnay Burhanuddin Lubis, M.A., selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Sururin M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Irwan Purwanto, M.Pd, Kepala Jurusan Program Studi Tadris IPS

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si, Sekretaris Jurusan Program Studi

Tadris IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Muhammad Arief, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang sudah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, serta dukungan kepada

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

iv

6. Bapak Dr. H. Nurochim, MM, selaku Dosen Pembimbing II yang sudah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, serta dukungan kepada

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

7. Seluruh dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya yang ada di

jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

pemahaman kepada penuli selama menjalani proses perkuliahan.

8. Seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan

dalam pembuatan surat-surat dan sertifikat.

9. Kepada orang tua penulis yang luar biasa yang selalu mendukung, sabar dan

turut mendoakan untuk kemudahan anaknya beserta seluruh keluarga yang

sangat aku cintai

10. Kakak-kakak penulis yang telah banyak memotivasi serta memberikan

dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

11. Para sepupu diantaranya mela, dini, egis, farid, aji dan saudara-saudara yang

lain yang sudah sangat baik hati yang senantiasa membantu penulis

melakukan penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Masyarakat Kampung Nagrog Desa Pengasinan yang telah membantu dan

menyambut baik penulis dalam melakukan penelitian dan pengambilan data.

13. Teman-teman jurusan Sosiologi Pendidikan IPS yang senantiasa mendukung

dan membantu penulis dan sangat terbuka terhadap penulis.

14. Anggota Himpunan Mahasiswa Receh yang senantiasa selalu mendukung dan

menghibur penulis.

15. Teman-teman jurusan Pendidikan IPS Angkatan 2017, yang juga banyak

memotivasi penulis dan juga membantu dalam berbagai hal.

16. Serta semua pihak yang telah tidak dapat disebutkan disini yang sudah

membantu dan memberikan kemudahan serta kelancaran kepada penulis

dalam menyusun penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak luput dari berbagai

kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar

tercapainya kesempurnaan dan perbaikan dalam Laporan Skripsi ini sehingga

v

akhirnya Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna di segala bidang,

terutama dalam bidang pendidikan dan siapa saja yang membacanya.

Sawangan, 19 Januari 2022

Penulis

vi

DAFTAR ISI

PERAN GANDA PEREMPUAN SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA DAN

DUKUN URUT (PIJAT)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN UJIAN REFERENSI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 5

D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5

BAB II ..................................................................................................................... 8

KAJIAN TEORI ..................................................................................................... 8

A. Kajian Teori ................................................................................................. 8

1. Peran Ganda Perempuan ......................................................................... 8

a. Pengertian Perempuan ........................................................................ 8

b. Pengertian Peran Ganda pada Perempuan .......................................... 8

c. Macam-Macam Peran Ganda pada Perempuan ................................ 10

vii

d. Faktor Penyebab Terjadinya Peran Ganda pada Perempuan ............ 11

e. Dampak Atau Akibat Peran Ganda pada Perempuan ....................... 12

2. Dukun Urut (Pijat) ................................................................................ 13

a. Pengertian Dukun ............................................................................ 13

b. Sumber atau Asal Dukun ................................................................. 16

c. Perbedaan Dukun Dulu dan Sekarang ............................................. 17

d. Dukun Urut (Pijat) ........................................................................... 18

3. Teori Struktural Fungsional .................................................................. 22

B. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................... 27

C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 31

BAB III ................................................................................................................. 33

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 33

B. Latar Penelitian (Setting) ........................................................................... 35

C. Metode Penelitian ...................................................................................... 36

D. Fokus Penelitian ........................................................................................ 37

E. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................... 38

F. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................................... 39

G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 45

H. Analisis Data ............................................................................................. 47

BAB IV ................................................................................................................. 49

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 49

A. Deskripsi Data ........................................................................................... 49

1. Latar belakang peran ganda pada perempuan sebagai dukun urut (pijat)

dan ibu rumah tangga .......................................................................... 50

2. Peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah tangga

dan dukun urut (pijat) .......................................................................... 57

3. Dampak peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan

dukun urut (pijat) ................................................................................. 66

B. Pembahasan ............................................................................................... 70

C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 81

viii

BAB V ................................................................................................................... 82

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................................... 82

A. Kesimpulan ................................................................................................ 82

B. Implikasi .................................................................................................... 83

C. Saran .......................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 90

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan ..................................................................... 27

Tabel 3.1. Waktu Penelitian ................................................................................ 35

Tabel 3.2. Pedoman/Kisi-Kisi Wawancara ......................................................... 40

Tabel 3.3. Pedoman/Kisi-Kisi Observasi ............................................................ 44

Tabel 3.4. Kisi-Kisi/Pedoman Dokumentasi ....................................................... 45

Tabel 4.1 Rincian Narasumber ............................................................................ 49

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ............................................................................. 32

Gambar 3.1. Peta Desa Pengasinan ....................................................................... 33

Gambar 3.2. Data Kependudukan Kampung Nagrog Desa Pengasinan Tahun

2021 .................................................................................................. 34

Gambar 3.3. Wilayah Kampung Nagrog Desa Pengasinan berdasarkan Google

Maps .................................................................................................. 36

Gambar 4.1. Hasil penelitian faktor/latar belakang perempuan menjalani peran

ganda sebagai ibu rumah yang dan dukun urut (pijat) ...................... 51

Gambar 4.2. Hasil penelitian kegiatan/aktivitas perempuan yang menjalani peran

ganda sebagai sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) ...... 57

Gambar 4.3 foto ketika ibu Suhaenah sedang menyapu lantai .............................. 58

Gambar 4.4 foto ketika Ibu Eti sedang menjemur pakaian .................................... 59

Gambar 4.5 foto ketika Ibu Eneng sedang memasak di dapur ............................... 60

Gambar 4.6 foto ketika ibu Adah sedang mengepel lantai .................................... 61

Gambar 4.8 foto ketika ibu Suhaenah sedang memijat kaki pasien yang keseleo . 62

Gambar 4.9 foto ketika Ibu Eti mengurut dan mengerik pasien anak-anak ........... 63

Gambar 4.10 foto ketika Ibu Eneng sedang mengurut balita ................................. 64

Gambar 4.11 foto ketika ibu Adah memijat kaki pasien ........................................ 65

Gamber 4.7. Hasil penelitian dampak perempuan yang menjalani peran ganda

sebagai ibu rumah yang dan dukun urut (pijat) ................................ 67

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Uji Referensi ..................................................................... 91

Lampiran 2. Transkrip Wawancara ..................................................................... 98

Lampiran 3. Lembar Observasi ........................................................................ 124

Lampiran 4 Dokumentasi ................................................................................. 129

Lampiran 5. Surat Bimbingan Skripsi .............................................................. 134

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian...................................................................... 135

Lampiran 7. Biografi Penulis ............................................................................ 137

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan penduduk terbanyak

serta memiliki budaya yang sangat beragam. Hal ini tentu saja dapat berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakatnya. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan

teknologi, segala aktivitas manusia mengalami perubahan dan perkembangan,

tidak terkecuali dalam bidang ekonomi, khususnya dalam sektor pekerjaan.

Kemajuan teknologi yang semakin pesat ini juga menyebabkan beberapa jenis

pekerjaan berubah dan berkembang. Hal ini dikarenakan tingkat kreativitas dan

ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat terus berkembang dan beragam,

sehingga dibutuhkan suatu inovasi atau perubahan yang dapat membantu

masyarakat untuk dapat beradaptasi dan bertahan mengikuti perubahan zaman.

Banyak pekerjaan yang berubah dan digantikan oleh teknologi, sehingga

melahirkan jenis pekerjaan baru yang belum pernah ada sebelumnya, namun

banyak juga pekerjaan yang tetap mempertahankan budaya dan adat istiadat nenek

moyang. Hal ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakatnya.

Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini, perempuan

senantiasa dapat aktif dan turut andil dalam berbagai bidang yang ada di

masyarakat. Perempuan yang pada awalnya hanya dapat bekerja di rumah sebagai

ibu rumah tangga, lambat laun berkembang dan berubah hingga dapat bekerja dan

berkecimpung dalam dunia kerja, sejajar dengan laki-laki. Seiring dengan

perkembangan zaman ini, terjadilah perubahan paradigma terhadap perempuan

terkait peran dan tugasnya dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga maupun

sebagai pekerja di dalam masyarakat. Hal itu menyebabkan perempuan memiliki

dua peran sekaligus, yakni perempuan ibu rumah tangga (domestik)dan

perempuan pekerja (publik).

2

Posisi perempuan yang saat ini semakin mendapat ruang dan tempat di

dunia kerja, menyebabkan mulai banyaknya perempuan yang turun dan

berkecimpung ke ranah publik. Peran dan pekerjaan yang dilakukan oleh

perempuan sebagai ibu rumah tangga kemudian terus berubah dan berkembang,

termasuk diantaranya dalam hal meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pada

dasarnya, yang menjadi tulang punggung keluarga adalah suami atau laki-laki,

namun seiring perkembangan zaman dan adanya kebutuhan ekonomi yang terus

meningkat, akhirnya perempuan dituntut untuk turut aktif dalam membantu

perekonomian keluarganya. Namun demikian, peran dan tanggung jawab

perempuan tidak dapat dilepaskan dari kodratnya sebagai seorang ibu rumah

tangga, meskipun begitu perempuan dapat mandiri dan dianggap sebagai makhluk

sosial budaya dapat memainkan perannya sebagai ibu rumah tangga maupun

sebagai pekerja di luar rumah. Hal ini biasa terjadi pada keluarga dengan ekonomi

menengah ke bawah, dimana perempuan terdorong dan turut serta dalam

meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan keluarga dengan bekerja, salah

satunya sebagai Dukun Urut (Pijat).

Dukun merupakan salah satu jenis pekerjaan informal yang cukup akrab

di telinga masyarakat Indonesia. Dukun merupakan orang yang dapat menolong,

mengobati dan memberi bantuan dengan cara memberi jampi atau ramuan tertentu

yang dapat berasal dari alam dengan sedikit mantra (doa dan sebagainnya) yang

diucapkan ketika proses menyembuhkan si pasien.1 Dukun ini terbagi menjadi

dua, yakni dukun putih dan dukun hitam. Adapun berdasarkan pernyataan Geertz,

dukun dalam masyarakat terbagi menjadi beberapa macam tergantung pada

pembagian kerja, seperti : dukun beranak (bayi), dukun urut (pijat), dukun sihir,

dukun jampi, dukun duduk, dukun calak (orang yang memiliki kemampuan atau

ilmu untuk meng-khitan), dan sebagainya. Pembagian jenis dukun ini dilihat dari

beberapa spesialis tertentu dan kemampuan tertentu. Terdapat dukun yang

memiliki semua kemampuan atau spesialis, namun ada juga yang hanya dapat

memiliki 1 keahlian atau spesialis saja. Sehingga, dukun dapat merangkap dan

1 Arwani Ilyas, Paradigma Masyarakat Tentang Dukun (Melacak Peran dan Posisi Dalam Struktur

Sosial Politik dan Ekonomi Masyarakat), Jurnal Kontemplasi, 6, 2017, h. 310.

3

melakukan berbagai jenis pekerjaan, terkecuali dukun beranak (bayi). Karena

spesialis atau kemampuan dukun beranak hanya dimiliki oleh beberapa orang saja,

khususnya perempuan dengan segala jenis pengetahuan dan kesabaran yang

dimiliki yang kemudian diberikan kepada sang bayi dan ibunya.2 Namun, banyak

juga perempuan yang memiliki kemampuan dan spesialis tertentu yang bekerja

sebagai dukun urut (pijat).

Dukun urut (pijat) berbeda dengan terapis. Pada dasarnya dukun urut

(pijat) ini banyak dilakukan dan dikerjakan oleh laki-laki, namun tidak menutup

kemungkinan perempuan juga dapat melakukannya. Contohnya terdapat pula

beberapa perempuan yang bekerja sebagai dukun dan memiliki spesialis atau

kemampuan khusus untuk menangani dan mengobati bayi.3 Seiring dengan

perkembangan zaman, terjadi perubahan paradigma terhadap perempuan terkait

peran dan tugasnya dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga maupun dalam

masyarakat.

Sebenarnya, pada era globalisasi dan modernisasi ini cukup banyak

perempuan yang bekerja di berbagai bidang yang digeluti oleh laki-laki.

Berdasarkan kenyataan tersebut, tidak ada lagi tempat dimana perempuan tidak

dapat bekerja. Meskipun demikian, tidak banyak perempuan yang bekerja sebagai

dukun, khususnya bekerja sebagai dukun urut (pijat). Terlebih perempuan yang

menjalankan dua peran sekaligus, yakni sebagai ibu rumah tangga yang juga

bekerja sebagai dukun urut (pijat). Tidak mudah bagi perempuan bekerja sebagai

dukun urut (pijat), hal tersebut dikarenakan perlunya tenaga atau otot yang kuat

serta ilmu/pengetahuan yang cukup dan kemampuan mengobati yang memumpuni

untuk mengobati dan membantu pasien. Di samping itu juga dibutuhkan usaha

yang konsisten dan ilmu yang mendukung untuk menjadi seorang dukun urut.

Ditambah dengan perannya sebagai ibu rumah tangga yang juga mengurus

keluarga dan rumah serta perannya sebagai dukun urut (pijat) yang

mengobati/mengurut pasien. Tidak menutup kemungkinan pula, terdapat dampak

yang dihadapi dan diterima oleh perempuan yang menjalani dua peran sekaligus

2 Ibid.

3 Ibid.

4

tersebut, sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun urut (pijat).

Meskipun demikian, cukup banyak perempuan yang bekerja sebagai dukun urut

(pijat).

Adanya perempuan yang bekerja sebagai dukun urut (pijat) ini

dilatarbelakangi oleh beberapa faktor dan kondisi yang mengharuskan mereka

bekerja dan berprofesi sebagai seorang dukun urut (pijat). Adanya fenomena yang

terjadi dan dialami oleh perempuan yang bekerja sebagai dukun, khususnya dukun

urut (pijat) yang ada di Kampung Nagrog Desa Pengasinan, Kecamatan Gunung

Sindur, Kabupaten Bogor menyebabkan peneliti tertarik dan ingin membahas

lebih dalam terkait fenomena tersebut. Peneliti juga melihat bahwa cukup

banyaknya perempuan sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun

urut (pijat) di daerah ini, sehingga perlu adanya kajian dan pembahasan lebih

lanjut.

B. Identifikasi Masalah

Berikut adalah beberapa masalah yang ditemui berdasarkan latar

belakang masalah di atas, diantaranya yaitu:

1. Banyak jenis pekerjaan yang berubah dan berkembang di masyarakat seiring

adanya perkembangan zaman.

2. Terjadi perubahan paradigma terhadap perempuan terkait peran dan tanggung

jawabnya dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga dalam masyarakat

3. Adanya partisipasi aktif perempuan baik di dalam rumah tangga (domestik)

maupun di luar rumah tangga (publik)

4. Berkembangnya beban kerja ganda pada perempuan ibu rumah tangga

5. Terdapat perempuan yang bekerja sebagai dukun urut (pijat)

6. Adanya perempuan yang menjalani peran ganda sebagai seorang ibu rumah

tangga sekaligus sebagai dukun urut (pijat) di Kampung Nagrog

5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah yang

dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Berkembangnya beban kerja ganda pada perempuan ibu rumah tangga

2. Terdapat perempuan yang bekerja sebagai dukun urut (pijat)

3. Adanya perempuan yang menjalani peran ganda sebagai seorang ibu rumah

tangga sekaligus sebagai dukun urut (pijat) di Kampung Nagrog

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitiannya berdasarkan pembatasan

masalah di atas adalah:

1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya peran ganda pada perempuan sebagai

ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)?

2. Bagaimana peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat)?

3. Apa saja dampak peran ganda yang terjadi pada perempuan sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat)?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui latar belakang perempuan menjalani peran ganda sebagai

ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat).

2. Untuk mengetahui peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu

rumah tangga dan dukun urut (pijat).

3. Untuk mengetahui dampak peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat).

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

6

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui dan menggambarkan peran ganda pada perempuan

sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) yang nantinya diharapkan

dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu pengetahuan yang dapat

berguna dan bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat maupun pihak terkait

lainnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lembaga Akademis/Pendidikan:

Menjadi bahan informasi dalam rangka pengembangan IPTEK

serta sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam rangka

menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam rangka

pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peran ganda yang

dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat).

b. Bagi Mahasiswa :

Diharapkan dapat menambah dan memperbanyak khazanah ilmu

pengetahuan dan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat

serta sebagai bahan literatur ataupun acuan untuk menambah wawasan

bagi mahasiswa, khususnya terkait peran ganda yang dijalani oleh

perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) bagi

mahasiswa Jurusan Tadris IPS maupun yang lainnya.

c. Bagi Peneliti:

Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki

peneliti dan sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam melakukan

suatu kajian yang bersifat ilmiah yang diharapkan dapat memperbanyak

khasanah ilmu pengetahauan bagi peneliti sendiri, khususnya yang

berkaitan dengan peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu

rumah tangga dan dukun urut (pijat).

d. Bagi Masyarakat:

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

masyarakat, terutama mengenai peran ganda yang dijalani oleh perempuan

sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) yang nantinya dapat

7

menambah wawasan dan sebagai bahan literature bagi masyarakat,

khususnya bagi masyarakat Kampung Nagrog Desa Pengasinan,

Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Peran Ganda Perempuan

a. Pengertian Perempuan

Perempuan memiliki akar kata tersendiri. Perempuan berasal dari

kata per-empu-an yang memiliki arti ahli atau mampu.1 Perempuan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai orang

(manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak,

dan menyusui;.2 Kata perempuan cenderung digunakan dalam rangka

melambangkan perempuan dalam menjalankan perannya yang tidak hanya

berada di ranah domestik, namun juga di ranah publik. Sedangkan kata

wanita, lebih banyak digunakan untuk melambangkan yang perannya berada

di ranah domestik.3

Kata perempuan yang secara etimologis berasal dari kata empu yang

berarti tuan, orang yang mahir/berkuasa, ataupun kepala, hulu, atau yang

paling besar. Sudarti dan D. Jupriono juga menulis bahwa dalam tinjauan

etimologisnya, kata perempuan bernilai cukup tinggi—tidak di bawah, tetapi

sejajar, bahkan lebih tinggi daripada kata lelaki.4 Jadi, perempuan merupakan

individu atau manusia yang dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan

1 Atikah Nur Azzah Fauziyyah, Mengembalikan Makna Kata “Perempuan”, 2019,

(https://amanat.id/mengembalikan-makna-kata-perempuan/), diakses pada tanggal 7 Januari 2022

pukul 01:02 WIB. 2Kamus Besar Bahasa lndonesia (Online), (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perempuan),

Diakses pada 31 Desember 2021 pukul 15.05 3 Wahyu Septiani, Kata Mana yang Sebaiknya Digunakan: Wanita atau Perempuan?, 2021,

(https://www.dewimagazine.com/news-art/kata-mana-yang-sebaiknya-digunakan-wanita-atau-

perempuan), 7 Januari 2022 pukul 01:22 WIB. 4 Siti Parhani, Antara Wanita dan Perempuan, Apa Bedanya?, 2021,

((https://magdalene.co/story/antara-wanita-dan-perempuan-apa-bedanya), diakses pada tanggal 7

Januari 2022 pukul 01:05 WIB.

9

menyusui. Perempuan dalam rumah tangga biasanya identik dengan sebutan

istri atau ibu.

b. Pengertian Peran Ganda

Peran adalah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan

dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan (Tobing,

2009). Peran merupakan bagian yang dinamis dari kedudukan (status)

seseorang.5 Peran diartikan sebagai salah satu kodrat yang melekat pada diri

seseorang, khususnya pada diri seorang perempuan sejak dulu kala.

Dalam teori sosial Parson, peran sendiri didefinisikan sebagai

harapan-harapan yang diorganisasi terkait dengan konteks interaksi tertentu

yang membentuk orientasi motivasional individu terhadap yang lain.6 Dengan

adanya pola-pola budaya ataupun contoh perilaku tersebut, seseorang belajar

tentang siapa mereka dan bagaimana mereka bertindak terhadap orang lain

(John Scott, 2011:228).7

Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran merupakan aspek dinamis yang

melekat pada seseorang dalam situasi sosial tertentu yang dilakukan cara

menyesuaikan atau memposisikan dirinya dengan keadaan tersebut yang ada

di masyarakat yang dipengaruhi oleh seperangkat harapan orang lain kepada

yang bersangkutan.

Adapun pembagian peran menurut tujuannya yaitu:8

1) Peran domestik, merupakan kegiatan atau bagian yang dimainkan oleh

seseorang yang dikhususkan di dalam rumah tangga yang tidak

menghasilkan penghasilan, yang mana perannya hanya mengurus hal-hal

yang berkaitan dengan kegiatan rumah tangga saja.

2) Peran publik, merupakan kegiatan atau bagian yang dimainkan oleh

seseorang yang dilakukan di luar rumah tangga yang tujuannya untuk

mendapatkan atau memperoleh penghasilan.

5 Samsidar, Peran Ganda Wanita dalam Rumah Tangga, Jurnal An Nisa’, 12, 2019, h. 657.

6 Indah Ahdiah, Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat, Jurnal Academica Fisip Untad, 05,

2013, h. 1087. 7 Ibid.

8 Ibid., h.658.

10

Sedangkan pembagian peran yang ada didalam masyarakat,

diantaranya yaitu;9

1) Peran produktif, merupakan kegiatan kerja atau aktivitas yang dilakukan

guna menghasilkan pendapatan dalam bentuk uang guna mencukupi

kebutuhan hidup.

2) Peran reproduktif, merupakan kegiatan kerja yang dilakukan guna

menghasilkan keturunan atau menjamin kelangsungan hidup manusia.

Menurut Michelle et al (Sisca Pratiwi, 2012:10) peran ganda

disebutkan dengan konsep dualisme cultural 10

yakni terkait adanya persepsi

dalam lingkungan atau ruang domestik maupun publik. Artinya, perempuan

yang berperan ganda (dualisme cultural) memiliki citra atau konsep dengan

lingkungan domestic maupun public dalam masyarakat. Dimana peran

domestik berkaitan dengan peran dan tugasnya sebagai seorang istri, ibu dan

pengelola rumah tangga. Sedangkan peran publik berkaitan dengan peran dan

tugasnya sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat maupun organisasi

masyarakat. Dalam peran publik ini, perempuan turut aktif sebagai tenaga

kerja dalam kegiatan perekonomian (pencari nafkah) di berbagai bidang dan

kegiatan yang sesuai dengan keterampilan, pendidikan serta lapangan

pekerjaan yang tersedia.

Peran ganda sendiri diartikan sebagai dua peran atau lebih yang

dijalankan dan dikerjakan dalam waktu yang bersamaan (di ranah domestik

maupun publik). Dimana dalam konteks ini, peran yang dimaksud adalah

peran perempuan sebagai seorang istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-

anaknya (domestik), maupun perannya sebagai perempuan didalam

masyarakat yang bekerja di luar rumah tangga (publik). Peran ganda ini

merupakan peran yang dijalani secara bersamaan dengan peran tradisional

kaum perempuan sebagai istri dan ibu dalam keluarga, yang tugas dan

perannya seperti menjadi rekan kerja ataupun teman bagi para suami dalam

9 Ibid.

10 Eka Puspitasari, “Peran Ganda Perempuan Pada Ibu Bekerja Di Desa Pakembinangun, Pakem,

Sleman, Yogyakarta” skripsi pada program studi pendidikan luar sekolah Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta, 2016, h. 14, tidak dipublikasi.

11

membina rumah tangga, dan menyediakan kebutuhan untuk rumah tangga,

serta mengasuh dan mendidik anak-anak.11

Terjadinya peran ganda yang dialami oleh kaum perempuan, berasal

dari adanya pembagian kerja yang didasarkan dari jenis kelamin yang dikenal

dengan orientasi gender. Gender sendiri menyakinkan bahwa perbedaan yang

ada pada laki-laki maupun perempuan diarahkan secara sosial dan kultural,

oleh karenanya dikenal perbedaan ciri-ciri sifat laki-laki dan perempuan.

Dimana laki-laki memiliki ciri sifat yang maskulin dengan pembawaan yang

kuat dan tegas. Sedangkan perempuan dicirikan dengan sifat yang feminim,

emosional, penyayang dan lemah lembut. Jadi, berdasarkan paparan tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa peran ganda perempuan merupakan peran

yang dilaksanakan dan dikerjakan oleh kaum perempuan sebagai suatu

aktivitas yang beragam yang dilakukan secara bersamaan. Artinya, perempuan

memiliki dualisme peran dalam kehidupan sehari-harinya yakni dalam ruang

domestic dan publik, yang bukan hanya terdiri dari satu atau dua aktivitas saja,

melainkan beberapa aktivitas yang dilakukan secara bersamaan.

c. Macam-Macam Peran Ganda Pada Perempuan

Pada dasarnya perempuan sendiri di dalam keluarga mempunyai

beberapa peran, diantaranya yakni peran perempuan sebagai ibu rumah tangga

(domestik) dan peran perempuan sebagai pencari nafkah (publik).12

1) Peran perempuan sebagai ibu rumah tangga (Domestik)

Peran Perempuan dalam keluarga merupakan peranan yang

dilaksanakan karena posisinya sebagai istri dan ibu dari anak-anak yang

ada didalam masyarakat. Adapun peran perempuan didalam keluarga

sebagai ibu rumah tangga diantaranya yaitu : a) menjaga keluarganya agar

tentram, bahagia, dan sejahterah, b) memasak, mengurus keperluan rumah

11

Mas Muhammad Ridwan. “Peran Ganda perempuan Dalam Keluarga Sebagai Buruh Pabrik Dan

Ibu Rumah Tangga Di Desa Berbek Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”. Skripsi Program Studi

Sosiologi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2012, h. 9, tidak dipublikasi. 12

Ibid.

12

tangga, mencuci, mengurus dan mendidik anak, serta melayani kebutuhan

biologis suaminya.

2) Peran perempuan sebagai pencari nafkah (Publik)

Adapun peran perempuan sebagai pencari nafkah pada saat ini

tidak hanya terbatas pada saat memasak, mengurus keperluan rumah

tangga, mencuci, mengurus dan mendidik anak, serta melayani kebutuhan

biologis suaminya dan lain sebagainnya, tetapi juga berperan dalam

mencari nafkah. Hal ini disebabkan karena faktor ekonomi dan kebutuhan

keluarga serta untuk mensejahterakan keluarganya.

Secara umum, setelah menikah perempuan biasanya menjadi seorang

istri dan ibu rumah tangga, namun jika terdapat pula perempuan yang bekerja

untuk mencari nafkah. Adanya perempuan yang bekerja dalam keluarga

bukan berarti perempuan tersebut lari dari kewajiban dan tanggung jawabnya

sebagai istri dan ibu rumah tangga. Seiring dengan adanya perkembangan

zaman, banyak perempuan yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang

tinggi untuk bekerja sesuai dengan bidangnya. Hal tersebut dilakukan guna

mensejahterakan keluarga, mencari nafkah ataupun mendorong perekonomian

rumah tangga serta meningkatkan pendapatan keluarga dengan tetap

menyesuaikan berbagai nilai-nilai dan norma yang dianut dan berlaku di

masyarakat. Terlebih jika keluarga tersebut berada dalam ekonomi kelas

menengah ke bawah, maka lazim ditemukan perempuan yang memiliki peran

ganda.

d. Faktor Pendorong Terjadinya Peran Ganda Pada Perempuan

Adanya peran ganda yang dimiliki oleh seorang perempuan di dalam

keluarga menyebabkan adanya tuntutan bahwa perempuan tersebut harus

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang mana seringkali

menghadapi berbagai rintangan dan tekanan dari masyarakat. Herawati (Sisca

Pratiwi, 2012:12) memaparkan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang

bekerja di luar rumah (publik) dapat diakibatkan karena munculnya tuntutan

ekonomi dalam keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan

13

kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju. Sedangkan

Huzaemah T Yanggo (Heri Purwanto, 2010:29), motivasi yang mendorong

perempuan terjun ke dunia kerja antara lain:13

1) Tingkat pendidikan

2) Keadaan dan kebutuhan yang mendesak

3) Kondisi perekonomian

4) Mencari kekayaan

5) Mengisi waktu luang

6) Mencari hiburan dan ketenangan

7) Mengembangkan kemampuan dan potensi (bakat).

Adapun beberapa faktor yang mendorong perempuan sebagai

seorang ibu dan istri bekerja di luar rumah yakni :14

1) Kebutuhan finansial atau ekonomi

2) Kebutuhan sosial-rasional

3) Kebutuhan aktualisasi diri, seperti : Mengisi waktu luang, Mencari hiburan

dan ketenangan, Mengembangkan kemampuan dan potensi (bakat).

e. Dampak atau Akibat Adanya Peran Ganda Pada Perempuan

Pada kenyataannya, menjadi seorang ibu rumah tangga yang juga

berprofesi sebagai perempuan karir tidak mudah, mereka memiliki tanggung

jawab dan tugas yang besar. Perempuan sebagai seorang ibu rumah tangga

harus menjalankan dan memenuhi kewajibannya sebagai seorang ibu rumah

tangga yang mengurus rumah dan keluarga, begitupun perempuan yang juga

bekerja sebagai pekerja di luar rumah juga harus memenuhi dan menjalankan

tugasnya sesuai dengan prosedur yang harus dikerjakan. Kedua hal tersebut

harus dijalankan dengan seimbang. Apabila kedua hal tersebut tidak dapat

berjalan dengan baik dan seimbang, maka akan berdampak bagi diri sendiri

13

Ibid., h.15-16. 14

Vivi Miranti, “Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Pedagang Kue Tradisional di Pasar Doping

Kelurahan Doping Kecamatan Penrang Kabupaten Wajo”, Skripsi pada program sarjana

Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar, 2019, h. 18-19, tidak dipublikasi.

14

maupun lingkungan sekitarnya (lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat

maupun lingkungan kerja).

2. Dukun Urut (Pijat)

a. Pengertian Dukun

Dalam bahasa Arab, dukun disebut Al-kaahin, kemudian

perbuatannya disebut sebagai Kahanah (perdukunan). Dalam bahasa Inggris

dukun disebut dengan Clairvoyant (dukun/tabib) yang berarti penyembuh

penyakit, hingga Psychic (cenayang/peramal) yang mana tergantung pada

keahlian dan bidangnya masing-masing.15

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Dukun diartikan

sebagai orang yang dapat mengobati, menolong orang sakit ataupun memberi

jampi-jampi (mantra, guna-guna). Sedangkan menurut Heru S.P. Saputra

dalam glosari buku Memuja Mantra, dukun memiliki arti sebagai orang yang

mempunyi Ngelmu gaib yang didapatkan dengan cara laku mistik yang

dimanfaatkan untuk membantu atau menolong orang yang membutuhkan

bantuan.16

Dukun merupakan orang ahli yang mampu berhubungan dengan roh.

Adapun menurut Badruddin Hsubky, dukun diartikan sebagai orang yang

membantu orang yang sedang berada dalam kesusahan, memudahkan urusan,

meramal sesuatu atau nasib, mengobati orang yang sakit ataupun membantu

orang bersalin.17

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dukun merupakan orang yang

memiliki ilmu dan kemampuan untuk membantu, menolong serta mengobati

orang lain dengan memberi jampi (doa, mantra, maupun guna-guna) ataupun

ramuan tertentu kepada orang yang membutuhkan.

15

Desi Kurnia Sari, “Pemahaman Masyarakat Muslim Tentang Perdukunan Di Kampung I Desa

Tembung”, Skripsi pada program Sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, 2018,

h. 20, tidak dipublikasi. 16

Arwani Ilyas, op.cit., h. 311. 17

Liza Farlina, “Dukun Pengobatan di Kesamatan Batang Merangin Kabupaten Kerinci provisi

Jambi”, Skripsi pada program Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta,

2005, h. 12, tidak dipublikasi.

15

Dukun sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak zaman

dulu kala. Dulu, dukun identic dengan pakaian hitam, kemenyan, serta tinggal

di gubuk tengah hutan dengan mantra-mantranya. Namun seiring

perkembangan zaman, lambat laun dukun di zaman modern tidak demikian.

Dukun bisa saja berpakaian putih ataupun bercelana jeans, tinggal di rumah

mewah dan bagus bahkan juga bisa mengisi acara di televisi.18

Berdasarkan pada praktik dan penampilannya, dukun dibedakan

menjadi 2 yaitu dukun putih dan dukun hitam. Dalam praktiknya, dukun putih

digunakan untuk menolong orang, seperti melakukan penyembuhan atau

pengobatan terhadap penyakit, mencari barang hilang dan sebagainnya.

Sedangkan untuk dukun hitam, dalam praktiknya yakni melakukan praktik-

praktik atau kegiatan yang ditujukan untuk mencelakai orang, seperti dukun

santet, dukun pele, gendam dan sebagainnya.19

Menurut Clifford Geertz dalam studinya terkait kebudayaan

masyarakat jawa, dukun terbagi menjadi 12 jenis diantaranya yaitu20

: 1)

dukun bayi (beranak), 2) dukun pijat (urut), 3) dukun prewangan (medium), 4)

dukun calak (tukang khitan atau sunat), 5) dukun wiwit (orang yang ahli

dalam upacara panen), 6) dukun temanten (orang yang ahli dalam upacara

pernikahan atau perkawinan), 7) dukun petungan (orang yang ahli dalam

meramal angka atau perhitungan), 8) dukun sihir (orang yang ahli dalam ilmu

sihir), 9) dukun susuk (orang yang ahli dalam memasukkan dan menusukkan

jarum emas di tubuh atau kulit), 10) dukun jampi (orang yang ahli dalam

membuat ramuan dengan tumbuhan dan berbagai obat tradisional), 11) dukun

siwer (orang yang ahli dalam membuang atau menunda kesialan alami), dan

12) dukun tiban (orang yang ahli dan memiliki kekuatan spiritual maupun

temporer yang berasal dari masuk roh ke dalam tubuh).

18

Sodikin, Meski Beda Penampilan, Dukun Hitam Dan Dukun Putih Ternyata.., 2020,

(https://www.islampos.com/meski-beda-penampilan-dukun-hitam-dan-dukun-putih-ternyata-

206865/), diakses pada tanggal 8 Januari 2020 pukul 08.46 WIB. 19

Ibid. 20

Arwani Ilyas, op.cit., h. 310-311

16

Geertz menjelaskan lebih jauh terkait profesi seorang dukun yang

terbagi ke dalam 3 jenis, yakni21

:

1) Dukun priyayi, merupakan sosok dukun yang lebih dikenal dengan

sebutan paranormal, yang mana dukun priyayi dapat membantu tokoh-

tokoh priyayi dalam menjalankan roda pemerintahan, misalnya dengan

menggunakan jimat yang senantiasa harus dibawa dan ditaruh ditempat

yang diinginkan oleh pelaku.

2) Dukun santri, dikenal dengan sebutan kyai. Dukun santri ini sering

menggunakan kalimat-kalimat maupun huruf yang ada dalam al-Qur’an,

sebab dipercaya memiliki kekuatan dan kemampuan untuk membantu dan

menolong penggunanya. Sehingga segala cara dan teknik yang digunakan

oleh dukun santri ini tidak berseberangan dengan ajaran maupun akidah

Islam.

3) Dukun abangan, dun abangan memang dikenal sebagai dukun,

dikarenakan orang yang berprofesi atau bekerja sebagai dukun abngan ini

menggunakan prewangan sebagai alat bantu, serta melakukan puasa untuk

mensucikan diri agar mendapatkan ilmu serta masih banyak lagi.

Di samping penjelasan di atas, terdapat pula dukun yang dapat

menyakiti atau bahkan membunuh orang lain. Dukun ini ada dikarenakan

adanya permintaan atau keinginan seseorang untuk melakukan hal tersebut,

misalnya karena adanya dendam ataupun karena adanya keinginan untuk

menghancurkan orang lain. Keberadaan dukun tersebut memang ada dan

benar adanya, namun terlepas dari hal dukun merupakan ‘Orang Pintar’ yang

keberadaannya masih ada dan dibutuhkan masyarakat.

Dukun merupakan profesi yang digeluti oleh seseorang yang berilmu

yang diperoleh dengan cara belajar atau melakukan beberapa ritual seperti

puasa, berguru ataupun bekerjasama dengan hal gaib seperti jin. Dukun pada

dasarnya tidak memiliki tempat atau posisi yang tepat di masyarakat, sehingga

ada yang menjadikan profesi atau pekerjaan ini sebagai sampingan namun ada

juga yang menjadikannya sebagai profesi utama, hal ini dikarenakan orang

21

Ibid.

17

tersebut tidak memiliki keahlian lain ataupun pekerjaan lain sehingga

menggantungkan dirinya sebagai seorang dukun.

Geertz menjelaskan dalam bukunya yang berjudul ‘Santri, Abangan

Priyayi’, bahwa dukun tidak memiliki posisi yang jelas di masyarakat bahkan

dengan beberapa stigma jelek yang mungkin oleh sebagian orang di diberikan

kepadanya, dukun semakin tidak memiliki peran maupun posisi.22

Sehingga

profesi dukun akan hilang dan digantikan oleh kemajuan teknologi dan

perkembangan zaman. Namun pada kenyataanya, hal tersebut berbanding

terbalik. Dukun memiliki eksistensi dan tempat tersendiri di dalam

masyarakat. Sehingga dukun semakin menjamur dan memiliki posisi yang

sentral di dalam masyarakat.

b. Sumber atau Asal Dukun

Beberapa hal yang membuat seseorang tertarik dan belajar untuk

menggeluti dunia dari ilmu perdukunan antara lain23

:

1) Adanya warisan dari nenek moyang atau sesepuh secara turun temurun,

2) Adanya kemampuan yang diperoleh berupa Kasyaf, Ilham, Wangsit, atau

Renungan,

3) Adanya kemampuan yang diperoleh dan bersumber dari benda-benda

pusaka yang keramat,

4) Adanya ketertarikan dan keinginan untuk menjalani ritual pemujaan

kepada setan dan penyerahan tumbal demi sesuatu yang diinginkan,

5) Adanya ketertarikan dan keinginan untuk mengikuti kegiatan dan praktik

perdukunan untuk mencari sesuatu atau manfaat tertentu,

6) Adanya dorongan atau kemampuan untuk mempelajari dan menjalani

kemampuan sebagai seorang dukun untuk memenuhi kebutuhan hidup.

22

Ibid., h. 313. 23

Desi Kurnia Sari, Op.Cit., h. 39-40.

18

c. Perbedaan Dukun Dulu dan Sekarang

Dulu, dukun identic dengan pakaian hitam, kemenyan, serta tinggal

di gubuk tengah hutan dengan mantra-mantranya. Namun seiring

perkembangan zaman, lambat laun dukun di zaman modern tidak demikian.

Dukun bisa saja berpakaian putih ataupun bercelana jeans, tinggal di rumah

mewah dan bagus bahkan juga bisa mengisi acara di televisi. 24

Perdukunan zaman dahulu berbeda dengan perdukunan zaman

modern sekarang ini, dimana umumnya dukun zaman dahulu lebih banyak

beroperasi di daerah pedalaman yang minim ilmu pengetahuan serta

kurangnya pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Umumnya masyarakat

yang mendatangi dukun adalah golongan yang tidak berilmu dan bertempat

tinggal jauh dari pusat pelayanan kesehatan atau kurangnya biaya untuk

berobat ke pusat kesehatan. Bukan hanya itu, dukun zaman dahulu sangat

mudah dikenali dengan penampilannya yang secara fisik atau zhahir berbeda,

yang mana mereka tidak menerima imbalan atau tarif yang tinggi atau

menerima sekedarnya tanpa ketentuan tarif atau harga. Bukan hanya itu saja,

dukun zaman dulu tidak menjadikan profesi dukun sebagai mata pencaharian

utama, mereka sangat memperhatikan dan menghargai norma dan nilai-nilai

yang ada dalam praktek perdukunan.25

Sedangkan dukun zaman sekarang bekerja dan melakukan kegiatan

perdukunan di kota-kota besar. Para pasiennya pun sebagian besar orang-

orang yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke atas dan juga

berpendidikan. Sebagian besar, tujuan mendatangi dukun adalah beragam dan

untuk hal-hal yang menguntungkan diri sendiri, seperti memperoleh kekayaan,

ketenaran, jabatan, kecantikan, dan sebagainya, sehingga dukun di zaman

modern tidak hanya sebatas untuk berobat. Dukun zaman modern cukup sulit

dikenali karena baik secara fisik maupun zhahirnya. Bahkan, dukun di zaman

modern ini menetapkan tarif tertentu yang terkadang cukup memberatkan

24

Sodikin, Op.cit. 25

Desi Kurnia Sari, Op.cit., h. 40.

19

pasiennya. Dukun di era ini banyak menjadikan profesi dukun sebagai mata

pencaharian atau penghasilan utama.26

d. Dukun Urut (Pijat)

Dukun yang menjadi fokus utama dalam kajian ini yaitu Dukun Urut

(Pijat). Menurut Rismi menyatakan bahwa pijat sudah ada di Indonesia sejak

zaman kerajaan dan perkembangan agama-agama yang mengurangi ajaran-

ajaran animisme.27

Adapun menurut kursusrefleksi.com mengatakan bahwa

banyak masyarakat yang mempercayai bahwa pijat tradisional merupakan

suatu cara alami yang dilakukan untuk menyegarkan tubuh dari rasa lelah

berlebih. Dan salah satu teknik yang digunakan adalah pijat tangan. Pijat jenis

ini berasal dari zaman dahulu yang dibuktikan dengan adanya lukisan pijatan

tangan dan kaki dari seorang dokter Mesir pada tahun 2330 SM (sebelum

masehi).28

Pijat sendiri sering kali dikaitkan dengan istilah urut, sedangkan

pelaku atau orangnya disebut dukun urut, tukang urut ataupun paraji yang

melakukan pijatan untuk menyembuhkan penyakit.29

Urut atau pijat

merupakan suatu aktivitas yang memberi tekanan pada anggota tubuh,

terutama kulit, otot, dan juga urat dengan menggunakan beberapa teknik

maupun metode tertentu.30

Sejak dahulu, pijat tradisional digunakan sebagai

suatu terapi pilihan rakyat untuk mengatasi segala keluhan sakit dan nyeri

yang diderita masyarakat.31

26

Ibid., h. 42. 27

Muhammad Fahmi Garna, Perancangan Media Melalui Buku Informasi Manfaat Pijat

Tradisional Untuk Kesehatan, 2016, ( https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/706/jbptunikompp-gdl-

muhammadfa-35272-10-unikom_m-i.pdf), diakses pada tanggal 8 Januari 2022 pukul 09.56. 28

Ibid. 29

Anonim, Pijat Bayi di Tukan Urut, Boleh Engga Sih?, 2019,

(https://kumparan.com/kumparanmom/pijat-bayi-di-tukang-urut-boleh-enggak-sih-

1qr2eBbP63w/full), Diakses pada tanggal 7 Januari 2022 pada pukul 02.00 WIB. 30

Agnesia Aisha, Dr. Zaidul Akbar Jelaskan Manfaat bagi yang Menyukai Urut dan Pijat, 2021,

(https://portaljember.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-162787105/dr-zaidul-akbar-jelaskan-

manfaat-bagi-yang-menyukai-urut-dan-pijat), diakses pada tanggal 8 januari 2022 pukul 09.37

WIB. 31

Matsani, dkk., Pengaruh Pijat Urut Tradisional Indonesia (Relaksasi), dan Peregangan

(Stretching) Terhadap Nyeri Punggung Bawah (LBP) yang Disebabkan Spasme Otot, Jurnal

DhammavicayaI, 5, 2021, h.22.

20

Adapun tujuan dari urut adalah lebih merujuk kepada penyembuhan

suatu penyakit. Sebagian dukun urut (pijat) dikenal juga dengan istilah tukang

pijat (urut) atau paraji.32

Dimana, urut (pijat) ini merupakan aktivitas yang

dilakukan guna melemaskan dan memperbaiki otot atau badan agar peredaran

darah menjadi lancar dan tubuh menjadi rileks sehingga badan kembali fit atau

bugar. Pada umumnya, masyarakat akan mendatangi ahli pijat atau urut

tradisional, untuk membantu masalah yang dideritanya. Sampai saat ini pijat

urut tradisional masih digunakan dan mudah ditemukan di manapun.

Adapun dukun urut (Pijat) adalah dukun yang membuka praktik pijat

dengan cara-cara asusila, bahkan di banyak daerah dukun pijat atau tukang

kusuk menggunakan jasa jin dalam praktiknya sehingga ia dapat memijat atau

mengurut dari jarak jauh. Jika seseorang melakukan pijat murni tanpa ada

unsur mistik, maka tidak baik disebut dukun. Sebab, pengobatan kusuk atau

pijat murni boleh dilakukan.33

Jadi, dapat dikatakan bahwa Dukun Urut (Pijat)

merupakan profesi yang digeluti atau dikerjakan oleh orang yang memiliki

ilmu atau kemampuan untuk memijat atau mengurut. Dukun urut (pijat)

merupakan alternatif lain yang dipilih oleh sebagian besar masyarakat sebagai

media pengobatan tradisional jika masyarakat tidak ingin pergi ke dokter.

Dukun urut (pijat) menggunakan beberapa cara dalam proses pengobatan atau

penyembuhan pasien, diantaranya yakni dengan memberikan pijatan dan

jampi (doa ataupun mantra) bahkan ramuan yang berasal dari bahan-bahan

alami atau tradisional. Dukun urut (pijat) berbeda dengan terapis.

Pada dasarnya dukun urut (pijat) ini banyak digeluti dan dikerjakan

oleh laki-laki, namun ada juga perempuan yang berprofesi sebagai Dukun

Urut (Pijat). Meskipun begitu, tidak begitu banyak perempuan yang bekerja

sebagai dukun, khususnya bekerja sebagai dukun urut (pijat). Hal tersebut

dikarenakan perlunya tenaga atau otot yang kuat ilmu yang cukup dan

kemampuan mengobati yang memumpuni untuk mengobati dan membantu

pasien. Di samping itu juga dibutuhkan usaha yang konsisten dan ilmu yang

32

Anonim, Op.cit. 33

Desi Kurnia Sari, Op.Cit.h. 46-47.

21

mendukung untuk menjadi seorang dukun, termasuk dukun urut (pijat).

Meskipun demikian, cukup banyak perempuan yang bekerja sebagai Dukun,

khususnya dukun urut (pijat).

Adanya dukun urut (pijat) perempuan di tengah masyarakat modern,

menyebabkan dukun urut (pijat) harus bisa bertahan dan eksis di tengah

perkembangan zaman yang semakin canggih. Dukun Urut (Pijat) perempuan

pada dasarnya cukup eksis, di beberapa daerah yang wilayahnya masih asri

dengan adat dan istiadat setempat. Sehingga, dukun urut (pijat) memiliki

ruang atau tempat tersendiri di hati masyarakat. Pasien yang datang

mengunjungi dukun urut (pijat) pun beragam dan memiliki tujuan yang

berbeda-beda, diantaraya yaitu : memijat badan/tubuh agar menjadi lebih

rilex, mengobati bagian tubuh yang keseleo, membuat ramuan obat-obatan

tradisional dengan memanfaatkan alam sekitar, menjampe (memberikan

mantra/doa pada tubuh dan sebagainnya), bahkan ada juga yang meminta

Dukun Urut (Pijat) untuk melakukan ritual seperti : tujuh bulanan, sunat

perempuan, mandiin bayi, dan lain sebagainnya.

Adanya kebutuhan masyarakat akan sosok dukun urut (pijat)

menjadikan profesi dukun urut (pijat) perempuan cukup dihargai dan

dibutuhkan di tengah masyarakat, selain dapat melakukan pekerjaan sebagai

tukang urut/pijat, mereka juga dapat melakukan beberapa hal ataupun

pekerjaan lain yang dibutuhkan masyarakat. Meskipun demikian, tidak mudah

menjadi seorang dukun urut (pijat), terutama bagi perempuan. Disamping

harus menjaga kodratnya sebagai seorang perempuan, dukun urut (pijat) juga

harus dapat menguasai berbagai ilmu dan ajian yang dapat mendukung dan

membantunya dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang dukun. Di

antara ilmu, ritual ataupun ajian yang biasanya dilakukan oleh dukun urut

(pijat) perempuan dalam mendukung profesinya yakni : dengan melakukan

puasa mutih, menjalankan puasa sunnah, dan lain sebagainnya.

Bahkan, pada sebagian besar perempuan yang bekerja sebagai dukun

urut (pijat) juga memiliki peran dan tanggung jawab lain, yakni sebagai ibu

rumah tangga. Adanya ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun

22

urut (pijat) yakni dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor

internal dan faktor eksternal. Bukan hanya itu, perempuan, khususnya ibu

rumah tangga yang menjalankan peran ganda sebagai sebagai dukun urut

(pijat) juga dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi, yakni adanya kebutuhan

keluarga yang kian meningkat sedangkan suami sebagai seorang pencari

nafkah tidak dapat memenuhi perannya secara penuh. Bahkan, saat ini di

dalam keluarga dengan kelas ekonomi menengah ke bawah, muncul tuntutan

bagi perempuan untuk bekerja dan sebagai seorang istri yang harus berperan

ganda dan menjalani dualism peran.

3. Teori Struktural Fungsional

Durkheim adalah seorang sosiolog pertama yang menggunakan gagasan

fungsionalis. Fungsionalis penting lainnya yaitu para antropolog sosial Inggris

pada masa antara tahun 1920 dan 1960. Dalam sosiologi abad keduapuluh, tak

diragukan bahwa terdapat tokoh terkemuka (dari tahun 1930-an hingga akhir

1950-an) yakni fungsionalis Amerika Talcott Parsons (1902-79), selain itu tokoh

lain seperti R.K.Merton (1910-) dan Kingley Davis (1908-97) juga cukup

penting.34

Teori Struktural fungsional ini membahas tentang perilaku manusia

dalam masyarakat dan bagaimana perilaku manusia itu berada dalam kondisi yang

seimbang dalam suatu organisasi atau masyarakat. Tokoh utama dalam teori

struktural fungsional ini adalah seorang sosiolog Amerika, yaitu Talcott Parsons.

Talcott Parsons lahir di Colorado Springs, California pada tanggal 13 Desember

1902. Ayahnya adalah seorang anggota parlemen yang aktif dalam gerakan

reformasi social. Talcott Parsons memperoleh gelar sarjana nya di Amherst

College dengan fokus kajian Biologi, Leisure and Tourism, dan juga filsafat.

Bahkan Parson pernah belajar pula ke London School of Economics (LSE).

Kecerdasan intelektualnya dan posisi yang sering berseberangan dengan dosennya

34

Pip Jones, dkk., Buku Pengantar Teori-teori Sosial, Terj. dari IntroducingSocial Theory, Second

Edition oleh Achmad Fedyani Saifuddin, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016), h.

91.

23

menyebabkan Parsons belajar sosiologi. Kemudian, pada tahun 1949, Parsons

terpilih menjadi presiden The American Sociological Association. Parson

mengajar di Harvard University serta menjadi dosen tamu di Cambridge.35

Parsons merupakan seorang sosiolog kontemporer Amerika yang

menggunakan pendekatan teori struktural fungsional dalam melihat dan

memandangi masyarakat sebagai sistem sosial. Parson beranggapan bahwa

masyarakat tercipta dari sistem dan struktur yang berfungsi secara otonom dan

inheren.36

Bahasa terkait fungsionalisme struktural parsons ini dimulai dengan

empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan” (action sistem). Keempat

fungsi ini dikenal dengan skema AGIL. AGIL, Suatu fungsi (function) adalah

“kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau

kebutuhan sistem” (Rocher, 1975:40).37

Menurut Parsons, masyarakat sebagai

sistem sosial harus memiliki empat fungsi imperatif yang sekaligus dikatakan

sebagai suatu sistem. Adapun keempat fungsi imperatif tersebut yaitu (A) untuk

adaptation, (G) untuk goal attainment, (I) untuk integration, dan (L) untuk

latency.38

Keempat fungsi ini dibutuhkan agar dapat bertahan dalam organisasi

atau masyarakat.

Adapun penjelasan lebih rinci terkait keempat fungsi imperatif ini,

yakni39

:

a) Adaptation (Fungsi Adaptasi)

Adaptasi merupakan sistem yang ditujukan untuk mempertahankan

sumber-sumber penting yang ada dalam system untuk menghadapi situasi

eksternal yang gawat. Yang mana sistem tersebut harus bisa menyesuaikan

diri dengan keadaan lingkungannya yang kemudian disesuaikan dengan

kebutuhannya. Artinya, fungsi ini merupakan kemampuan masyarakat untuk

35

Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Post Modern, (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2012), h. 20. 36

Nurul Fadlianti, “Peran perempuan buruh tani merica dalam meningkatkan ekonomi keluarga di

Desa Wawondula Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur”, Skripsi pada Program sarjana

Sosiologi Universitas Negeri Makassar, 2019, tidak dipublikasi. 37

George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Ke-6, Terj. dari Modern

Sociological Theory 6th Edition oleh Alimandan, (Jakarta: Kencana, 2010), h.121. 38

Sindung Haryanto.loc.cit. 39

Ibid.

24

dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya termasuk

lingkungan alam yang di dalamnya mencakup segala hal termasuk

mengumpulkan sumber kehidupan, komoditas maupun redistribusi social.

Contohnya adalah dalam ekonomi, ekonomi sendiri adalah subsistem yang

melaksanakan fungsi di masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungan melalui tenaga kerja, produksi, dan alokasi. Melalui pekerjaan,

ekonomi menyesuaikan diri dengan lingkungan kebutuhan masyarakat dan

membantu masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan realitas eksternal.40

b) Goal Attainment (Fungsi Pencapaian Tujuan)

Merupakan fungsi yang mana ketika suatu sistem mengutamakan tujuan

dan memobilisasi sumber daya yang untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi,

sistem harus dapat mengartikan dan mencapai tujuan utamanya.

Artinya,menggerakkan seluruh sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan

utama. Contohnya adalah dalam Pemerintah (polity) (atau sistem politik),

yang melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan mengejar tujuan-tujuan

kemasyarakatan dan memobilisasi aktor dan sumber daya untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.41

c) Integration (Fungsi Integrasi);

Merupakan fungsi yang dimana sistemnya melakukan proses-proses yang

terjadi di dalam sistem itu sendiri yang berguna untuk mengkoordinasi

hubungan internal yang ada diberbagai subsistem atau unit-unit sistem. Fungsi

integrasi ini berguna untuk mengatur hubungan antar bagian yang menjadi

komponennya, dimana sebuah sistem dari fungsi integrasi ini harus dapat

mengelola hubungan antar ketiga fungsi lainnya, yakni adaptation, goal

attainment dan latency. Contohnya adalah fungsi integrasi yang dilaksanakan

oleh komunitas kemasyarakatan (contoh, hukum), yang mengkoordinasikan

berbagai komponen masyarakat (Parsons dan Platt, 1973).42

d) Latency (Fungsi Latensi atau Pemeliharaan Pola)

40

George Ritzer & Douglas J. Goodman, Op.cit.,h. 127. 41

Ibid., h. 127-128. 42

Ibid., h. 128.

25

Merupakan proses dimana sistem memelihara motivasi dan kesepakatan

sosial dengan menggunakan control social. Yang mana sistem dari fungsi ini

harus dapat melengkapi, memelihara maupun memperbaiki motivasi

individualnya ataupun pola-pola budayanya yang dapat mewujudkan dan

mendukung motivasi. Artinya, norma-norma dan nilai-nilai (seperti budaya,

bahasa, norma, nilai, aturan, dan sebagainya) yang ada dibuat untuk

memotivasi individu berbuat sesuatu. Contohnya adalah Sistem fiduciary

(misalnya, di sekolah, keluarga) yang menangani fungsi pemeliharaan pola

(latensi) dengan menyebarkan kultur (norma dan nilai) kepada aktor sehingga

aktor menginternalisasikan kultur itu.43

Jadi, berdasarkan paparan tersebut, parson menekankan pada hirarki yang

jelas dan terstruktur, dimulai dari tingkatan yang paling rendah hingga yang

paling tinggi. Kemudian pada tingkat integrasi terjadi dengan dua cara menurut

Parsons44

, yakni 1) masing-masing tingkatan yang lebih rendah menyediakan

suatu kondisi ataupun kekuatan yang mana diperlukan oleh tingkatan yang lebih

tinggi, 2) tingkatan yang lebih tinggi dapat mengendalikan segala sesuatu yang

disediakan atau terdapat di tingkatan yang lebih rendah.

Parsons menggunakan status-peran sebagai unit dasar dari sistem.

Konsep tersebut bukan merupakan satu aspek yang berasal dari aktor atau aspek

interaksi, melainkan lebih kepada komponen struktural dari sistem sosial. Status

di atas mengacu kepada posisi structural yang ada didalam sistem sosial, dan

peran adalah apa yang dilakukan oleh actor dalam posisinya tersebut yang dilihat

dalam konteks signifikansi fungsional untuk sistem yang lebih luas.45

Di samping

sebagai seorang strukturalis, parson juga seorang fungsionalis. Parsons

memaparkan sejumlah persyaratan fungsional dari sistem sosial, diantaranya

yaitu:

a) Pertama, sistem sosial harus terstruktur (ditata) sedemikian rupa sehingga bisa

beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan sistem lainnya.

43

Ibid. 44

Akhmad Rizqi Turama, Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons, jurnal

Eufoni, 2, 2020, h. 66-67. 45

George Ritzer & Douglas J. Goodman, Op.cit. h.124.

26

b) Kedua, untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistem sosial harus mendapat

dukungan yang diperlukan dari sistem yang lain.

c) Ketiga, sistem sosial harus mampu memenuhi kebutuhan para aktornya dalam

proporsi yang signifikan.

d) Keempat, sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para

anggotanya.

e) Kelima, sistem sosial harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi

mengganggu.

f) Keenam, bila konflik akan menimbulkan kekacauan, itu harus dikendalikan

g) Kejutuh, untuk kelangsungan hidupnya, sistem sosial memerlukan bahasa.46

Meskipun sistem social senantiasa berada dalam kondisi seimbang,

namun tidak menutup kemungkinan akan mengalami perubahan. Tetapi

perubahan yang ada dalam pandangan structural fungsional ini berlangsung secara

berangsur-angsur dan berpengaruh pada berbagai penyesuaian dan perubahan

yang dilakukan oleh tiap unsur sistem. Jika dilihat dari sisi sumbernya, perubahan

ini dapat berasal dari luar maupun dari dalam, contohnya perubahan komponen

genetic penduduk yang berdampak pada perilaku dan peran sosialnya.

Fungsionalisme struktural milik Parsons yang juga dikembangkan pula

oleh para sosiolog Eropa membuat teori ini bersifat empiris, positivistic, dan

ideal.47

Terdapat asumsi yang mengatakan bahwa tindakan manusia bersifat

sukarela atau voluntaristik. Artinya, tindakan manusia tersebut didasarkan pada

dorongan kemauan, dengan menaati nilai, ide, dan norma yang telah disepakati

sebelumnya secara bersama-sama. Tindakan individu yang ada mempunyai

prerogative untuk memilih sarana ataupun alat yang diperlukan serta tujuan yang

akan dicapai dengan adanya pengaruh oleh lingkungan atau kondisi-kondisi yang

dikendalikan oleh nilai dan norma.

Parson berasumsi bahwa tindakan individu tersebut terjadi pada kondisi

dimana unsurnya sudah jelas dan pasti, sedangkan unsur lainnya digunakan oleh

sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Jadi, tindakan tersebut diasumsikan

46

Ibid., h. 125. 47

Ibid.

27

sebagai hakikat sosial yang paling kecil dan mendasar yang mana unsur di

dalamnya berupa alat, tujuan, situasi ataupun norma.48

Di dalam tindakan, sarana

ataupun alat yang telah tersedia atau ada digunakan oleh pelaku individu untuk

mencapai tujuan dengan berbagai cara yang mana individu tersebut dipengaruhi

oleh suatu kondisi yang dapat membantu dirinya dalam memilih tujuan dengan

arahan nilai, ide serta norma.

B. Hasil Penelitian Relevan

Berdasarkan pencarian judul dan kajian pustaka yang telah dilakukan,

peneliti menemukan beberapa hasil yang relevan yang berkaitan dengan penelitian

ini, yaitu:

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan

No

Nama

Penulis dan

Tahun

Judul Kesimpulan Relevansi

1 Widya

Sherliawati

(2014)

Kepercayaan

masyarakat

terhadap

dukun: studi

kasus di

lingkungan 5

Kelurahan

Yukum Jaya

Kecamatan

Terbanggi

Besar

Kabupaten

Lampung

Tengah

Hasil dari penelitian

ini menunjukkan

bahwa berdasarkan

kepentingan

masyarakat yang

memiliki

kepercayaan

terhadap dukun

meliputi:

kepentingan

hubungan harmonis,

kepentingan

ekonomi, dan

kepentingan

kedudukan politik.

Selanjutnya,

penyebab

kepercayaan

Persamaan:

Variable dalam

penelitian ini sama,

yaitu terkait dukun

Penelitian ini

dilakukan dengan

metode kualitatif

Teknik yang

digunakan sama,

yakni dilakukan

dengan teknik

wawancara,

observasi dan

dokumentasi

Perbedaan:

Penelitian ini

berfokus kepada

Dukun Secara

Umum

Tempat yang

48

Ibid.

28

masyarakat terhadap

dukun adalah budaya

masyarakat,

rendahnya

penyerapan terhadap

nilai dan norma

agama, dan

kebijakan

pemerintah.

digunakan dalam

penelitian ini

berbeda dengan

peneliti

Tahun dalam

penelitian ini

berbeda dengan

penelitian yang

dilakukan peneliti

2 Bayu Aji

Setiawan

(2021)

Persepsi

masyarakat

pada

pengobatan

non medis di

Desa Pang

Kemiri

Tulangan

Kabupaten

Sidoarjo.

Hasil dari penelitian

ini menunjukkan

bahwa (1) Persepsi

masyarakat atas

pengobatan non

medis diera modern

antara lain

masyarakat memiliki

persepsi bahwa

perkembangan

zaman memang

mempengaruhi

perubahan pola

hidup pada manusia

namun perubahan

tersebut tidak

sepenuhnya

berpengaruh pada

pengobatan alternatif

non medis. (2)

Pengobatan alternatif

non medis masih

eksis hingga saat ini

diakui oleh

masyarakat bahwa

pengobatan alternatif

non medis dianggap

masih efektif untuk

dijadikan tempat

mendapatkan

kesembuhan bagi

Persamaan:

Pembahasan dalam

penelitian ini sama,

yaitu terkait

pengobatan non

medis

Penelitian ini

dilakukan dengan

metode kualitatif

Teori yang

digunakan dalam

penelitian ini sama,

yaitu teori

Fungsionalisme

Struktural

Teknik yang

digunakan dalam

penelitian ini sama

dengan peneliti,

yakni menggunakan

teknik wawancara,

observasi dan

dokumentasi

Perbedaan:

Rumusan dan focus

dalam penelitian ini

berbeda dengan

peneliti, yakni

berfokus pada

persepsi masyarakat

Tempat dalam

penelitian berbeda

dengan peneliti,

yakni dilakukan di

29

masyarakat Desa Pang Kemiri

3 Mas

Muhammad

Ridwan

(2012)

Perempuan

dalam

keluarga

sebagai buruh

pabrik dan

ibu rumah

tangga.

Hasil dari penelitian

ini menunjukkan

bahwa (1) Peran istri

yang bekerja sebagai

buruh pabrik dalam

keluarga ini hampir

sebagian tidak

berubah, para istri

masih tetap bekerja

sebagai buruh pabrik

dan juga masih bisa

mengontrol

pekerjaan di rumah

sebagai ibu rumah

tangga (2) Sebagai

anak dari perempuan

pekerja pabrik,

sebagian kurang

mendapatkan kasih

sayang penuh dari

kedua orang tuanya

yang sama-sama

bekerja diluar

rumah.

Persamaan:

Variable dalam

penelitian ini sama,

yaitu terkait ibu

Rumah tangga

Penelitian ini

dilakukan dengan

metode kualitatif

Teori yang

digunakan dalam

penelitian ini sama,

yaitu teori

Fungsionalisme

Struktural

Teknik yang

digunakan dalam

penelitian ini sama

dengan peneliti,

yakni menggunakan

teknik wawancara,

observasi dan

dokumentasi

Subjek yang

digunakan dalam

penelitian ini sama,

yaitu perempuan

Perbedaan:

Penelitian ini

berfokus pada

perempuan sebagai

buruh pabrik dan

ibu rumah tangga

Tempat yang

digunakan dalam

penelitian ini

berbeda, yaitu

berada di Desa

Berbek

4 Ajeng

Restania

Putri

Peran ganda

perempuan

(studi kasus

Hasil dari penelitian

ini menunjukkan

bahwa Wanita yang

Persamaan:

Variable dalam

penelitian ini sama,

30

(2020) dosen

Fakultas

Dakwah

IAIN

Purwokerto)

menjalankan peran

ganda dalam rumah

tangga dan karir

dapat melakukannya

secara seimbang,

sebagai ibu rumah

tangga tidak

melupakan

kewajibannya untuk

mengurus rumah

tangga dan sebagai

wanita karir tetap

bertanggung jawab

dalam pekerjaannya

yaitu terkait peran

ganda perempuan

Penelitian ini

dilakukan dengan

metode kualitatif

Subjek yang ada

dalam penelitian ini

sama, yaitu

perempuan

Perbedaan:

Tempat yang

digunakan dalam

penelitian ini

berbeda, yaitu

berada di IAIN

Purwokerto

Penelitian ini

berbeda dengan

peneliti, yakni lebih

kepada penelitian

studi kasus

5 Suparman

(2017)

Peran ganda

istri petani

(studi kasus

di Desa

Perangian

Kecamatan

Baraka

Kabupaten

Enrekang).

Hasil dari penelitian

ini menunjukkan

bahwa Penyebab

perempuan buruh

tani melakukan

peran ganda adalah

faktor internal yaitu

pendapatan suami

tidak mencukupi

kebutuhan hidup

sehari hari, ditambah

dengan pengeluaran

dan jumlah

tanggungan dalam

keluarga, faktor

ekstern yaitu

lingkungan sekitar

yang berupa lahan

pertanian yang

Persamaan:

Variable dalam

penelitian ini sama,

yaitu terkait Peran

Ganda

Penelitian ini

dilakukan dengan

metode kualitatif

Teori yang

digunakan dalam

penelitian ini sama,

yaitu teori

Fungsionalisme

Struktural

Hasil penelitian

yang ada sama,

yakni penyebab

perempuan

melakukan peran

ganda adalah

ekonomi

(pendapatan suami

31

banyak

membutuhkan

tenaga buruh tani,

pendidikan yang

rendah tidak

memiliki

keterampilan yang

memadai sehingga

tidak ada peluang

untuk kerja lainya.

Bentuk peran ganda

yaitu sebagai Ibu,

merawat anak dan

suami, sebagai istri,

mendidik anak dan

ekonomi. Dampak

peran ganda bagi

keluarga yaitu

kesulitan dalam

menjalankan tugas

domestiknya, kurang

optimalnya waktu

yang dimiliki untuk

membagi peran yang

dijalankan,

Kelelahan

beraktivitas dalam

pekerjaannya secara

profesional, dan

terjadi pengeluhan

dirasakan oleh istri

terhadap suami

ketika mereka sudah

lelah dalam bekerja.

tidak mencukupi

ditamah dengan

pengeuaran

keluarga serta

dampak yang

dirasakan yakni

kelelahan

Perbedaan:

Penelitian ini

berfokus pada Istri

Petani

Tempat yang

digunakan dalam

penelitian ini

berbeda, yaitu

berada di Desa

Perangian

Pendekatan yang

digunakan berbeda

dengan peneliti,

yaitu menggunakan

pendekatan studi

kasus

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan jembatan untuk menyusun hipotesis.

Kerangka berpikir adalah argumentasi-argumentasi logis, rasional dan kritis

mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun

32

peneliti berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori. Kerangka berpikir

tidak disusun berdasarkan pada akal sehat (common sense) peneliti, tetapi

berdasarkan hasil kajian teori yang handal.49

Menurut hasil kajian yang telah

dilakukan sebelumnya tentang peran ganda yang dijalani oleh perempuan dalam

keluarga sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), maka dapat disusun

kerangka berpikir sebagai berikut :

49

Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: FITK, 2019), h. 43.

Gambar 2.1 Kerangka Bepikir

Perempuan

Latar Belakang

Dukun Urut (Pijat)

Aktivitas Peran ganda

Ibu Rumah Tangga

Dampak

Hasil Temuan

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Nagrog, Desa Pengasinan,

Kecamatan Gunung Sundur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Masyarakat Kampung

Nagrog Desa Pengasinan mayoritas merupakan penduduk asli yang sudah sejak

lama tinggal di Kampung Nagrog Desa Pengasinan serta sebagian besar

perempuan yang ada disini turut bekerja baik di sektor formal maupun informal.

Gambar 3.1 Peta Desa Pengasinan Kec. Gunung Sindur,

Kab. Bogor

Kampung Nagrog Desa Pengasinan merupakan salah satu kampung yang

berada di kecamatan Gunung Sindur, Bogor. Letak wilayahnya berada di dekat

perbatasan antara Jawa Barat dan Tangerang Selatan. Secara geografis, Desa

Pengasinan Terletak di 106 4’ 50” BT dan terletak di 6 21’ 30” LS. Dan secara

34

topografi, desa pengasinan ini sendiri termasuk ke dalam kategori dataran rendah

dengan ketinggian 69 meter dari permukaan laut (mdpl). Desa Pengasinan ini

pula terletak di sekitar 10 km via Prumpung dari Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PUSPIPTEK. Infrastruktur

seperti jalan, dapat dibilang kurang baik, namun beberapa jalan utama, seperti

jalan raya, bisa dibilang baik. Pada dasarnya, Desa pengasinan ini terbagi ke

dalam wilayah 7 Kampung, 7 RW dan 38 RT. Kampung atau Dusun yang ada di

Desa Pengasinan, diantaranya yaitu: Pengasinan 01, Cibarengkok 02,

Cibarengkok 03, Jeletreng 04, Nagrog 05, Kebon Kopi 06, dan Kebon Kopi 07.

Jarak antara kampung atau kampung tidak saling berjauhan yang dibatasi dan

dilintasi dengan sungai kecil yang berbatasan dengan jalan raya Bogor.

Adapun untuk Kampung Nagrog Desa Pengasinan ini memiliki jumlah

total penduduk sebanyak 1880 jiwa yang terbagi ke dalam 1 RW (RW 05),

dengan masing-masing RT, yaitu: RT 01 terdapat 302 Jiwa, RT 02 terdapat 399

jiwa, RT 03 terdapat 371 jiwa, RT 04 terdapat 336 jiwa , dan RT 05 terdapat 453

jiwa.

Gambar 3.2 Data Kependudukan Kampung Nagrog Desa Pengasinan

Tahun 2021

RW

05

RT 01

302 Jiwa

RT 02

399 jiwa

RT 03

371 jiwa

RT 04

336 jiwa

RT 05

453 jiwa

35

Penelitian ini berlangsung selama (6 enam bulan), yang dimulai pada

bulan Juli sampai bulan Desember 2021. Berikut adalah tabel detail rencana

waktu penelitian ini.

Tabel 3.1. Waktu Penelitian

No Kegiatan Waktu

Juli Ags Sep Okt Nov Des

1. Studi pendahuluan

2. Menyusun rencana penelitian

3. Merumuskan instrumen

penelitian

4. Pengumpulan data penelitian

5. Pengolahan data dan analisis data

6. Penyusunan laporan penelitian

7 Penyerahan Laporan Penelitian

B. Latar Penelitian (Setting)

Setting atau latar dalam penelitian ini berada di Desa Pengasinan,

Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara khusus, peneliti

akan melakukan penelitian di Kampung Nagrog Desa Pengasinan. Dipilihnya

Kampung Nagrog Desa Pengasinan ini karena adanya pertimbangan bahwa di

tempat tersebut terdapat cukup banyak perempuan sebagai ibu rumah tangga yang

bekerja, terlebih bekerja sebagai dukun urut (pijat).

Adanya penelitian yang dilakukan di Kampung Nagrog ini dikarenakan

peneliti ingin mengetahui lebih dalam terkait cukup banyaknya ibu rumah tangga

yang juga bekerja sebagai dukun urut (pijat) dan bagaimana mereka menjalani dan

melaksanakan peran tersebut.

36

Gambar 3.3 wilayah Kampung Nagrog Desa Pengasinan Kec.Gunung

Sindur Kab.Bogor berdasarkan Google Maps

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

penelitian Kualitatif. Dimana penelitian kualitatif menurut Mantra (2004) dalam

buku Moleong (2007)1 mengemukakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam Sukudin2 Metode kualitatif

berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu,

kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara

menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Metode penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada aspek pemahaman secara

mendalam terhadap suatu permasalahan. Metode penelitian kualitatif ini lebih

menekankan dan menggunakan teknik analisis secara mendalam yakni dengan

mengkaji permasalahan secara kasus per kasus, karena penelitian kualitatif ini

percaya bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah

lainnya.

1 Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : Literasi Media Publishing, 2015),

H.28 2 ibid.

37

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

fenomenologi. Menurut Faisal dalam Bungin (2003:9) mengatakan, fenomenologi

memandang terkait apa yang terlihat dan muncul di permukaan, termasuk

diantaranya pola perilaku manusia sehari-hari hanyalah suatu fenomena ataupun

gejala dari apa yang ada dan tersembunyi di “kepala” sang pelaku.3 Pendekatan

fenomenologi secara ontologis memandang realitas yang ada dalam dunia sosial

itu sifatnya subjektif dan maknawi, tergantung pada persepsi, pemahaman,

pengertian dan anggapan-anggapan yang ada.4 Pendekatan fenomenologi

memungkinkan unntuk mengetahui gambaran terkait peran ganda perempuan

sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) dengan tidak adanya (tercampur)

opini atau pendapat sebelumnya. Fenomena yang digambarkan mengangkap

sededekat dan sedetail mungkin terkait bagaimana peran ganda yang terjadi dan

dialami pada perempuan yang ada di Kampung Nagrog sebagai seorang ibu rumah

tangga yang juga berprofesi sebagai dukun ururt (pijat).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi yang mana peneliti berupaya untuk menggali gambaran

pengalaman informan mengenai Peran ganda perempuan sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat).

D. Fokus Penelitian

Adapun Fokus penelitian yang yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian

ini yaitu terkait peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun

urut (pijat).

Fokus penelitian tersebut dibuat setelah peneliti melakukan pengkajian

dengan kepustakaan yang relevan dengan yang diteliti serta mengamati beberapa

masalah dan peristiwa yang terjadi di sekitar tempat penelitian.

3 Lukman Hakim Et, al, Faktor Fosial Budaya dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat, Jurnal

Univeritas Jember, 2013, h. 2. 4 Ibid.

38

E. Subjek dan Objek Penelitian

Menurut Sugiyono, mengatakan bahwa pengertian objek penelitian ialah

suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Objek penelitian ini adalah sesuatu yang dijadikan sebagai

penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian.

Sedangkan subjek penelitian itu sendiri adalah subjek yang dituju untuk diteliti

oleh peneliti.5

Adapun subjek dalam penelitian ini terkait perempuan yang menjalani

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan juga berperan sebagai dukun urut

(pijat) di Kampung Nagrog Desa Pengasinan, Kecamatan Gunung Sindur,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu juga terdapat informan pelengkap yaitu

suami, anak serta pasien perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu

rumah tangga dan dukun urut (pijat).

Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik snowball

sampling. Snowball sendiri diartikan sebagai bola atau gumpalan salju yang

bergulir dari puncak gunung es yang kian lama kiat cepat dan bertambah banyak.

Dimana dalam konteks ini, snowball sampling diartikan sebagai memilih sumber

informasi dari sedikit atau kecil kemudian menjadi semakin banyak atau

membesar jumlah sumber informasinya sampai akhirnya benar-benar diperoleh

atau ditemukan data yang diinginkan atau diharapkan.6 Jadi, teknik penentuan

sampel dalam penelitian ini pada awalnya kecil atau sedikit, lalu kemudian

membesar, ataupun sampel yang digunakan didasarkan pada penelusuran dari

sampel yang sebelumnya.7 Dimana dalam penelitian ini sumber informan utama

adalah perempuan ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun urut (pijat)

yang mengarah kepada informan kedua (anggota keluarga serta pasiennya) lalu

informan seterusnya.

5 Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”,

(Bandung:Alfabeta, 2016), Cet. XXIII, h.38. 6 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:

Kencana, 2014), Cet.1, h. 369. 7 Sandu Siyoto, Op.cit., 56

39

Informan yang ada dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang perempuan

yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja sebagai dukun urut

(pijat), 4 anggota keluarga perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan

juga bekerja sebagai dukun urut (pijat) dan 4 pasien yang memakai jasa dukun

urut (pijat) perempuan.

F. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik wawancara terstruktur dan

observasi serta dokumentasi. Dimana, ketiga teknik tersebut digunakan untuk

memperoleh dan mendapatkan serta informasi yang senantiasa saling menunjang

dan melengkapi penelitian terkait peran ganda perempuan sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat).

1. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang disusun secara

terperinci sehingga menyerupai check-list. Dimana, dalam wawancara

terstruktur ini Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada

nomor yang sesuai.8 Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian ini yakni dengan melakukan proses tanya jawab secara lisan

kepada dua orang atau lebih secara langsung. Peneliti menyiapkan beberapa

pedoman wawancara yang nantinya akan diajukan kepada narasumber atau

responden. Dimana, jawaban dari pertanyaan tersebut akan menjadi bahan

dasar bagi peneliti untuk dianalisis. Menurut Arikunto (1993) wawancara

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara.9 wawancara ini dilakukan untuk

mengubah data yang ada menjadi sebuah informasi secara langsung yang

diberikan oleh subjek penelitian yang ada di lapangan.10

Pendekatan

wawancara dilakukan guna mengukur apa yang diketahui dan tidak diketahui

8 Sandu Siyoto, Op.Cit., h. 77.

9 Samsu, Metode Penelitian (Teori Dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Mixed Methods Serta

Research & Development), (Jambi: Pusat Studi Agama Dan Kemasyarakatan, 2017), Cet 1, H. 96. 10

Ibid.

40

oleh subjek penelitian terkait informasi, pengetahuan ataupun sejumlah data

yang diperlukan dalam penelitian, apa yang disukai dan tidak disukai (nilai),

dan apa yang dipikirkan subjek terkait sikap dan kepercayaan yang dianut

oleh yang diteliti (subjek).11

Adapun kriteria sampel atau informan perempuan yang menjalani

peran ganda sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai Dukun Urut

(pijat) yang ada dalam penelitian ini 1) sedang menjalani peran ganda sebagai

ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), 2) berdomisili di Kp. Nagrog Desa

Pengasinan, 3) berusia kurang dari 70 tahun. Adapun untuk kriteria sampel

atau informan keluarga perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu

rumah tangga yang juga bekerja sebagai Dukun Urut (pijat) yaitu 1) memiliki

hubungan keluarga dengan perempuan yang menjalani peran ganda, 2)

tinggal dan menetap di Kampung Nagrog. Sedangkan untuk kriteria pasien

perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun

urut (pijat), yaitu 1) pernah atau sering memakai jasa perempuan yang

menjalani peran ganda tersebut.

Dalam melakukan wawancara ini, peneliti membuat Kisi-kisi atau

pedoman wawancara sebagai berikut :

Tabel 3.2 Pedoman/Kisi-Kisi Wawancara

No Objek yang di

wawancara

Pedoman wawancara

1 Perempuan yang

menjalani peran

ganda sebagai ibu

rumah tangga yang

juga bekerja sebagai

Dukun Urut (pijat)

1) Berapa banyak anggota keluarga anda?

2) Apa pekerjaan suami anda?

3) Apa saja kegiatan sehari-hari anda?

4) Sejak kapan anda menjalani profesi sebagai

dukun urut (pijat)?

5) Dari siapa anda belajar dan apa saja yang

anda pelajari untuk menjadi seorang dukun

urut (pijat)?

11

Ibid.

41

6) Apa saja alat-alat yang dibutuhkan untuk

mendukung pekerjaan anda sebagai dukun

urut (pijat)?

7) Berapa kali dalam sehari anda menerima

pasien?

8) Selain mengurut, apa saja hal yang dapat

anda lakukan atau kerjakan sebagai

seorang dukun urut (pijat)?

9) Berapa biaya atau bayaran yang anda

peroleh atau dapatkan untuk sekali

mengurut?

10) Apa yang melatarbelakangi anda bekerja

sebagai dukun urut (pijat) sekaligus juga

berperan sebagai ibu rumah tangga?

11) Siapa yang mengurus rumah ketika anda

bekerja sebagai dukun urut (pijat)?

12) Bagaimana anda mengatur waktu anda

dalam melaksanakan peran sebagai dukun

urut (pijat) dan sebagai seorang ibu rumah

tangga?

13) Perubahan apa saja yang terjadi pada

keluarga anda ketika anda memutuskan

untuk bekerja sebagai dukun urut (pijat)?

14) Apa hambatan yang anda alami ketika anda

menjalani peran sebagai seorang dukun

urut (pijat) dan sebagai seorang ibu rumah

tangga?

15) Dampak apa yang anda rasakan/alami

ketika anda menjalani peran sebagai

seorang dukun urut (pijat) dan sebagai

seorang ibu rumah tangga?

42

2 Anggota keluarga

dari perempuan yang

menjalani peran

ganda sebagai ibu

rumah tangga yang

juga bekerja sebagai

Dukun Urut (pijat)

1. Apa pekerjaan anda?

2. Apa saja kegiatan sehari-hari anda?

3. Mengapa perempuan (istri/ibu) yang ada

dalam keluarga ini bekerja?

4. Siapa saja yang bekerja di keluarga anda?

5. Apa yang anda lakukan ketika perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam keluarga ini

bekerja?

6. Apakah anda setuju jika perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam keluarga ini

bekerja, khususnya bekerja sebagai dukun

urut (pijat)?

7. Siapa yang mengurus rumah ketika

perempuan (istri/ibu) yang ada dalam

keluarga ini memutuskan bekerja?

8. Perubahan apa yang anda rasakan/alami

ketika perempuan (istri/ibu) yang ada

dalam keluarga ini memutuskan bekerja?

9. Apa hambatan/permasalahan yang anda

rasakan ketika perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini bekerja?

10. Dampak apa yang anda rasakan/alami

ketika perempuan (istri/ibu) yang ada

dalam keluarga ini bekerja?

11. Apa pendapat anda terkait perempuan

perempuan (istri/ibu) yang bekerja atau

menjalani dua peran sekaligus yakni

sebagai ibu rumah tangga dan pekerja

sosial lainnya?

12. Apakah perempuan (istri/ibu) yang ada

dalam keluarga ini) sering meninggalkan

43

perannya sebagai seorang ibu rumah tangga

setelah memutuskan untuk bekerja juga

sebagai dukun urut (pijat)?

3 Pasien/tamu dari

Perempuan yang

menjalani peran

ganda sebagai ibu

rumah tangga yang

juga bekerja sebagai

Dukun Urut (pijat)

1) Sudah berapa lama anda pergi ke dukun

urut (pijat) ini?

2) Dari mana/siapa anda tahu dukun urut

(pijat) yang anda kunjungi sekarang?

3) Apa alasan anda pergi ke dukun urut

(pijat)?

4) Berapa biaya atau bayaran yang anda

berikan setelah mendapatkan jasa (urut)

dari dukun urut (pijat)?

5) Berapa banyak dukun urut (pijat)

perempuan yang anda ketahui?

6) Bagaimana pandangan anda terkait dukun

urut yang juga merupakan seorang ibu

rumah tangga?

7) Selain mengurut, jasa atau pekerjaan apa

lagi yang anda minta atau ajukan kepada

dukun urut (pijat)?

8) Apa saja kendala atau hambatan ketika

anda mendapatkan jasa (diurut) oleh dukun

urut (pijat) ini?

9) Mengapa anda memutuskan untuk

menggunakan jasa ibu … sebagai

pengobatan alternatif di dukun urut (pijat)

yang anda gunakan atau percayai?

2. Observasi

Observasi digunakan dalam rangka mengumpulkan data yang

memberikan gambaran tentang situasi setempat atau social setting yang

44

menjadi konteks pembahasan penelitian.12

Observasi sendiri ialah

pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang

diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai

dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis serta

dapat dikontrol keandalan dan kesahihannya.13

Metode observasi ini merupakan sebuah pengamatan yang

dilakukan secara sistematis terhadap gejala yang timbul pada objek

penelitian. Dimana, dalam melakukan observasi ini, peneliti membuat Kisi-

kisi atau pedoman observasi yang meliputi :

Tabel 3.3 Pedoman/Kisi-Kisi Observasi

No. Aspek yang diobservasi/diamati Data yang

diperoleh

1. Mengamati lingkungan tempat tinggal

perempuan yang bekerja sebagai sebagai

ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)

2.

Mengamati kegiatan perempuan yang

bekerja sebagai dukun urut (pijat) sekaligus

sebagai ibu rumah tangga dan bagaimana

ketika menjalani peran ganda tersebut;

a. Kegiatan ketika menjadi ibu rumah

tangga

b. Kegiatan ketika bekerja sebagai dukun

urut (Pijat)

Alat yang dibutuhkan untuk

mendukung pekerjaannya

Proses/kegiatan apa saja yang

dilakukan ketika sedang menerima

12

Ibid., h. 63. 13

Husaini Usman, Purnomo Setiadhy Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi Aksara,

2017), h.90.

45

pasien

3.

Mengamati anggota keluarga perempuan

yang bekerja sebagai dukun urut (pjat)

sekaligus sebagai ibu rumah tangga

4.

Mengamati pasien yang memakai jasa

perempuan yang bekerja sebagai dukun

urut (pijat)

3. Dokumentasi

Dokumentasi sendiri yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.14

Dimana, dokumentasi ini

adalah sumber yang cukup bermanfaat karena sudah tersedia sehingga

peneliti akan mudah dan relatif murah dalam mengeluarkan biaya untuk

memperolehnya. Dokumentasi ini juga merupakan sumber yang stabil dan

akurat sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis

secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi/Pedoman Dokumentasi

No Dokumen yang

Dibutuhkan

Sumber

Dokumen

1. Profil Desa Pengasinan Sekertaris Desa

3. Data Demografi Desa Pengasinan Sekertaris Desa

G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Kesalahan data berarti dapat dipastikan menghasilkan kesalahan hasil

penelitian. Karena begitu pentingnya data dalam penelitian kualitatif, maka

14

Sandu Siyoto, Op.Cit., h. 77-78.

46

keabsahan data perlu diperoleh melalui teknik pemeriksaan keabsahan, seperti

disarankan oleh Lincoln dan Guba, keabsahan data meliputi15

:

1. Kredibilitas (credibility),

Keakuratan, keabsahan dan kebenaran data yang telah dikumpulkan

dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti akan menentukan nilai kebenaran dan

ketepatan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan masalah dan

focus penelitian. Beberapa hal yang dapat dilakukan agar penelitian yang

dilakukan dapat memberikan hasil yang tepat, benar dan sesuai dengan topik

penelitian, peneliti perlu :16

a. Memperpanjang waktu penelitian ketika berada di lapangan

b. Meningkatkan ketekunan dalam proses pengamatan

c. Melakukan triangulasi sesuai dengan aturan yang ada

d. Melakukan pengecekan

e. Menganalisis kasus negatif

f. Menggunakan referensi yang tepat.

2. Transferabilitas (transferability),

Transferabilitas mempunyai konsep yang sama dengan validitas

eksternal. Penelitian kualitatif itu sifatnya kontekstual, sehingga tidak

mungkin menggeneralisasi hasil penelitian satu tempat ke wilayah populasi

lain, karena situasi sosial yang diambil bukanlah mewakili beberapa daerah,

seperti dalam penelitian kuantitatif. Hasil penelitian kualitatif di satu tempat

tertentu hanya dapat ditransfer ke tempat lain jika tempat tersebut memiliki

karakteristik yang sama dengan tempat atau situasi sosial yang sama dengan

yang telah diteliti. Oleh sebab itu, hasil penelitian hanya mungkin dapat di

transfer jika situasi sosial yang mencakup aktor (actor), tempat (place), dan

aktivitas (activity), serta konteksnya sama pula di antara kedua tempat itu.17

3. Dependabilitas (dependability) atau auditability (Reliabilitas),

Dependabilitas sendiri digunakan untuk menilai kualitas dari proses

yang ditempuh oleh peneliti. Dimana dalam hal ini peneliti harus mampu

15

Tjipto Subadi, Op.Cit., h.70. 16

A. Muri Yusuf, Op.cit., h. 394.

47

menunjukkan bukti kerja yang dilakukan selama melakukan penelitian,

memasuki lapangan, menentukan informan/sumber data penelitian,

melakukan analisis data, menguji keabsahan data, serta membuat kesimpulan

yang dilakukan oleh peneliti. Semua hal tersebut harus dapat diperlihatkan

dan ditunjukkan oleh peneliti, baik berupa bukti catatan tertulis maupun

rekaman video, foto, ataupun dokumen pendukung lainnya.18

4. Konfirmabilitas (confirmability).

Konfirmabilitas digunakan untuk menilai kualitas hasil penelitian

dengan tekanan pertanyaan apakah data dan informasi, serta interpretasi dan

lainnya didukung oleh materi yang cukup.

H. Analisis Data

Analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis

data Kualitatif dengan mengatur urutan data, mengorganisasikan data yang ada ke

dalam suatu pola, kategori maupun uraian dasar. Dimana, proses yang dilakukan

dalam analis data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang ada dan tersedia,

baik itu merupakan data primer maupun data sekunder.

Adapun proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam

melakukan penelitian ini ialah dengan melakukan : 1) Reduksi Data, 2) Display

Data, dan 3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data.19

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema 123 dan polanya dan

membuang yang tidak perlu.20

Reduksi data ini digunakaan untuk

menyerderhanakan data didapat atau diperoleh selama mengumpulkan atau

menggali data di lapangan. Dimana, dalam reduksi data ini peneliti

melakukan pemeriksaan terhadap jawaban yang diperoleh selama melakukan

wawancara dengan narasumber, yang kemudian dilakukan penyederhanaan

17

Ibid., h. 397. 18

Ibid., h. 398. 19

Sandu Siyoto, Op.Cit, h. 122. 20

Ibid, h. 122-123.

48

atau perbaikan dan penghalusan kata serta kalimat hasil wawancara ke dalam

bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Display Data

Menurut Miles dan Hubermen bahwa: Penyajian data adalah

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan. Langkah ini dilakukan dengan menyediakan

sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan.21

Dimana ini dilakukan guna melihat gambaran

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Dalam

penyajian data ini, peneliti memberikan penafsiran atau makna terhadap daya

yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Perempuan sebagai ibu rumah

tangga yang bekerja sebagai Dukun Pijat yakni dengan menguraikan data

yang telah diperoleh sesuai dengan apa yang terjadi.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa

data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang

telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang

dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan.22

Setelah peneliti memperoleh dan menyajikan serta menarik kesimpulan

sementara berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah

dianalisis, selanjutnya peneliti secara lebih rinci dan secara kuat dengan

bukti-bukti yang ada melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi data

dari hasil analisis data yang dapat dijadikan sebagai perwakilan dari seluruh

jawaban narasumber.

21

Iibid., h. 123. 22

Ibid., h. 124.

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) latar belakang perempuan

menjalani peran sebagai dukun urut (pijat) dan sebagai ibu rumah tangga di

Kampung Nagrog, dan 2) peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu

rumah tangga dan dukun urut (pijat)serta 3) dampak peran ganda yang terjadi

pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) di Kampung

Nagrog.

Berikut adalah penjelasan secara lebih rinci terkait setiap temuan dalam

penelitian. Dimana dalam penelitian ini, peneliti melibatkan 12

informan/narasumber. 12 informan ini terdiri dari 4 orang perempuan yang

menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai dukun

urut (pijat) sebagai informan utama, 4 orang anggota keluarga (suami/anak)

perempuan yang menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan bekerja

sebagai dukun urut (pijat) serta 4 orang pasien perempuan yang menjalankan

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai dukun urut (pijat).

Berikut adalah rincian data informan/narasumber, yaitu:1

Tabel 4.1 Rincian Narasumber

No. Nama Informan Usia

(Tahun) Pendidikan Keterangan

1. Ibu Suhaenah (Enah) 54 SMP Ibu Rumah Tangga &

Dukun Urut (pijat)

2. Ibu Hj. Uum S (Ibu

Eti) 68 SD

Ibu Rumah Tangga &

Dukun Urut (pijat)

1 Hasil observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di kampung Nagrog

50

3. Ibu Eneng 59 SD Ibu Rumah Tangga &

Dukun Urut (pijat)

4. Ibu Adah 51 SMA Ibu Rumah Tangga &

Dukun Urut (pijat)

5. Mela Wahuni 24 S1 Anggota keluarga

6. Selorini 43 S1 Anggota keluarga

7. Yunus 65 SD Anggota kelurga

8. Supriyanto 52 SMA Anggota keluarga

9. Dewi 33 SMA Pasien

10. Neneng 40 SMA Pasien

11. Salma 31 S1 Pasien

12. Adzi 25 SMK Pasien

Adapun penjelasan secara lebih rinci terkait setiap temuan yang diperoleh

oleh peneliti yaitu:

1. Latar belakang peran ganda pada perempuan sebagai dukun urut (pijat)

dan ibu rumah tangga

Terdapat beberapa alasan atau latar belakang yang mendasari perempuan

yang ada di Kampung Nagrog menjalani 2 peran sekaligus, bekerja sebagai

dukun urut (pijat) dan juga sebagai ibu rumah tangga diantaranya yaitu : faktor

ekonomi, yakni untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan

perekonomian keluarga, faktor keturunan, yakni adanya turunan dan

keterampilan yang diperoleh dari orangtua/keluarga yang juga berprofesi

ataupun bekerja sebagai dukun urut (pijat) menyebabkan perempuan ini turut

melestarikan dan meneruskan pekerjaan yang telah ditekuni oleh orangtua

mereka, serta bisa sambil mengurus keluarga/rumah.2

2 Hasil Observasi dan Wawancara yang dilakukan pada 19 November 2021 – 24 Desember 2021

di Kampung Nagrog

51

Gambar 4.1 hasil penelitian faktor/latar belakang perempuan menjalani

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)

a. Faktor ekonomi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekonomi merupakan salah

satu hal yang melatarbelakangi atau menjadi faktor utama mengapa

perempuan ini bekerja dan menjalani peran ganda. Mereka mengaku

bahwa pendapatan atau kebutuhan keluarga menjadi salah satu alasan

mengapa mereka bekerja sebagai dukun urut (pijat). Adanya pengeluaran

dan kebutuhan yang semakin banyak, namun pendapatan dari suami tidak

mencukupi, menyebabkan mereka menjalani peran ganda ini.

Ibu Suhaenah (54) mengaku bahwa alasan ia menjadi seorang ibu

rumah tangga sekaligus bekerja sebagai dukun urut (pijat) adalah karena

suaminya bekerja serabutan, sehingga pendapatan sangat tidak menentu,

oleh sebab itu ia bekerja juga untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

membayar biaya sekolah anak-anaknya. Seperti yang diungkapkan kepada

peneliti sebagai berikut:

“Saya sendiri memutuskan untuk menjadi tukang urut karena untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi, kebutuhan hidup, dan biaya sekolah

anak.”3

Hal serupa dipaparkan oleh Ibu Eneng (59) yang sudah cukup lama

bekerja sebagai dukun urut (pijat) mengaku bahwa alasan atau latar

belakang yang membuatnya menjalani peran ganda sebagai ibu rumah

Latar belakang perempuan menjalani peran ganda sebagai ibu

rumah tangga dan dukun urut (pijat)

Faktor ekonomi

Faktor keturunan

Bisa sambil mengurus keluarga/rumah

52

tangga dan dukun urut (pijat) adalah karena kebutuhan keluarga.

Kemudian karena usaha yang dikerjakan oleh suaminya mengalami

kebangkrutan dan kemudian ia ditipu orang, maka ia memutuskan untuk

belajar dan bekerja sebagai dukun urut (pijat).4 Begitupun Ibu Adah (51),

yang belum lama bekerja sebagai dukun urut (pijat), mengaku bahwa

alasan atau faktor yang membuatnya menjalani peran ganda sebagai ibu

rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah untuk memenuhi

perekonomian atau kebutuhan keluarga.5

Pernyataan di atas didukung oleh pernyataan dari Mela Wahyuni

(24) selaku anak dari ibu Suhaenah (54), yang memaparkan bahwa alasan

ibunya menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut

(pijat) adalah karena faktor ekonomi, yakni untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, karena ibunya (ibu Shaenah) merupakan orang yang mencari

nafkah di keluarganya. Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai

berikut:

“Untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga sih ya, karena

beliau yang mencari nafkah di keluarga ini.”6

Yunus (65) selaku suami dari Ibu Eneng (59) yang juga

mengatakan bahwa istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus

sebagai dukun urut (pijat) adalah untuk menambah pendapatan

keluarganya. Karena bapak Yunus pernah mengalami kebangkrutan ketika

menjalani usaha dan juga pernah ditipu orang, menyebabkan istrinya turut

andil dalam menambah pendapatan keluarga dengan belajar menjadi

seorang dukun urut (pijat)7

Ketika peneliti datang dan mengunjungi tempat tinggal

perempuan-perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat) ini, peneliti menemukan bahwa sebagian

3 Wawancara dengan ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog

4 Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog

5 Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog

6 Wawancara dengan Ibu Mela pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog

7 Wawancara dengan Bapak Yunus pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog

53

besar suami-suami mereka tidak bekerja alias bekerja serabutan, di antara

mereka bahkan ada juga yang bekerja sebagai tukang urut (pijat) juga.

Sehingga alasan perempuan-perempuan ini bekerja adalah untuk

membantu perekonomian keluarga dan membantu suami mencari nafkah.

Namun, dalam keadaan atau kondisi perekonomian (seperti keadaan

rumah, tingkat pendidikan anak-anak, dsb) cukup baik, dimana sebagian

besar kondisi rumah yang dimiliki perempuan-perempuan ini cukup bagus

dan besar, di samping itu juga cukup terawat. Tingkat pendidikan anak-

anaknya sebagian besar lulus Sarjana (S1) namun ada juga yang lulusan

Sekolah Menengah Atas (SMA). Meskipun demikian, dapat dikatakan

bahwa tingkat ekonomi keluarga perempuan ibu rumah tangga yang juga

bekerja sebagai dukun urut (pijat) ini cukup baik, terlebih setelah

perempuan-perempuan ini memutuskan untuk bekerja.8

b. Faktor keturunan

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa alasan atau

faktor lain yang menyebabkan perempuan ibu rumah tangga ini juga

bekerja sebagai dukun urut (pijat) adalah karena adanya faktor keturunan

yang berasal dari orangtua mereka. Dimana, orangtua menjadi salah satu

acuan atau patokan bahwa dengan bekerja sebagai dukun urut (pijat)

perempuan juga dapat menghasilkan uang yang dapat membantu

perekonomian keluarga dan juga memegang pekerjaan rumah. Oleh sebab

itu, perempuan-perempuan ini akhirnya juga memilih bekerja sebagai

dukun urut (pijat).

Ibu Suhaenah (54) mengaku bahwa alasan ia menjalani peran

ganda sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja sebagai dukun urut

(pijat) adalah karena orangtuanya merupakan seorang dukun urut (pijat)

yang juga berperan sebagai ibu rumah tangga. Sehingga berkaca dari

orangtuanya, ibu Suhaenah memutuskan untuk bekerja sebagai seorang

dukun urut (pijat) yang sekaligus dapat menjadi seorang ibu rumah tangga.

8 Hasil observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog

54

Tidak adanya keahlian atau kemampuan di bidang yang lain juga menjadi

alasan mengapa ibu Suhaenah memilih bekerja menjadi seorang dukun

urut (pijat). Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Saya dibidang yang lain tidak bisa, dibidang usaha saya sudah

bangkurt, nah kebetulan orangtua saya tukang urut, jadi saya

nurunin jadi tukang urut, dan kebutuhan saya terpenuhi jadi

tukang urut.” 9

Ibu Adah (51) mengaku bahwa alasan lain ia menjalani peran

ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah karena

adanya faktor keturunan dari orangtuanya. Orang tuanya mengajari ibu

Adah ilmu atau keahlian sebagai seorang dukun urut (pijat) yang akhirnya

digunakan oleh beliau sebagai pekerjaan yang berguna untuk memenuhi

perekonomian/kebutuhan keluarganya. Ia juga beralasan bahwa dengan

menjadi seorang dukun urut (pijat) ia bisa sekaligus mengurus keluarga,

misalnya dengan mengurus keperluan anak dan suami, memasak, dan

sebagainya. Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Di samping saya punya ilmu atau keahlian yang diturunkan dari

orangtua, juga untuk memenuhi perekonomian/kebutuhan

keluarga, jadi saya memutuskan untuk menjadi seorang dukun

urut (pijat). Suami saya pun juga begitu, untuk menambah

pendapatan. Dan karena ketika menjadi seorang dukun urut (pijat)

saya juga bisa sambil mengurus keluarga, ngurus semua sambil

ngurut.”10

Mela Wahyuni (24) sebagai anak dari ibu Suhaenah (54)

beranggapan bahwa selain faktor ekonomi, juga karena adanya faktor

keturunan dari nenek (ibu dari ibu Suhaenah).11

Sedangkan bapak

Supriyanto (52) sebagai suami dari ibu Adah (51) juga beranggapan bahwa

alasan mengapa istrinya menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga

yang kemudian juga bekerja sebagai dukun urut (pijat) adalah karena

adanya faktor keturunan, yakni adanya ilmu atau pengetahuan yang

9 Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog

10 Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog

11 Wawancara dengan Ibu Mela pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog

55

diturunkan oleh keluarga yang mana harus dilestarikan.12

Seperti yang

diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Tidak, karena itu ilmu keturunan yang harus dilestarikan.”13

c. Bisa sambil mengurus rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat alasan/latar belakang

lain menyebabkan perempuan ini menjalankan peran ganda sebagai

seorang ibu rumah tangga sekligus sebagai dukun urut (pijat), yakni karena

dengan menjadi dukun urut (pijat), perempuan juga bisa sambil mengurus

rumah (memasak, menyapu, mengepel, mencuci, dan sebagainya).

Perempuan merupakan aspek penting dalam keluarga, khususnya sebagai

seorang ibu. Peran perempuan sebagai seorang ibu sangat penting dalam

keluarga, khususnya sebagai seorang ibu rumah tangga (domestik). Ibu

juga dapat bekerja diluar daerah domestic (ibu rumah tangga) yakni

dengan bekerja sebagai seorang pekerja sosial (publik). Dimana hal ini

dilakukan guna membantu ekonomi keluarganya.

Ibu Eti (68) mengaku bahwa alasan lain ia menjalani peran ganda

sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah karena dengan

menjadi seorang dukun urut (pijat) ia juga bisa mengurus keluarga

(rumah). Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Karena bisa sambil mengurus keluarga dan karena saya

mempunyai keahlian (kemampuan) untuk menjadi seorang dukun

urut (pijat) yang saya pelajari dari orang asing (luar), jadi saya

ikuti.” 14

Sedangkan ibu Adah (51) mengaku bahwa alasan lain ia menjalani

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah

karena ketika menjadi seorang dukun urut (pijat), ia juga bisa mengurus

keluarga dan mengurus hal lainnya. Sehingga tugasnya sebagai seorang

12

Wawancara dengan Bapak Supriyanto pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog 13

Hasil observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog 14

Wawancara dengan Ibu Eti pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog

56

ibu tetap bisa dilakukan dengan maksimal. Seperti yang diungkapkan

kepada peneliti sebagai berikut:

“Dan karena ketika menjadi seorang dukun urut (pijat) saya juga

bisa sambil mengurus keluarga, ngurus semua sambil ngurut.”15

Supriyanto (52) selaku suami dari ibu Adah (51) mengaku bahwa

selama ini yang mengurus rumah adalah istrinya (ibu Adah). Meskipun

istrinya bekerja sebagai seorang dukun urut (pijat), ia juga tetap

menjalankan tugasnya sebagai seornag ibu rumah tangga yang mengurus

keluarga dan rumah. Yang mana pekerjaannya sebagai dukun urut (pijat)

bisa diatur setelah pekerjaan rumah selesai dahulu.16

Berdasarkan data yang ditemukan oleh peneliti ketika mengunjungi

dan mengamati secara langsung tempat tinggal dan aktivitas perempuan

yang menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut

(pijat) ini, peneliti menemukan bahwa perempuan-perempuan ini dapat

mengurus rumah sambil mengerjakan profesinya sebagai dukun urut

(pijat). Sehingga ketika pekerjaan rumah belum selesai atau masih

dikerjakan namun disatu sisi pasien/tamu datang untuk diurut, perempuan-

perempuan ini dapat menunda pekerjaan rumah hingga pasien/tamu

tersebut pulang kemudian dilanjutkan kembali, bahkan di beberapa kondisi

tertentu ketika pasien/tamu datang, mereka disuruh untuk menunggu

hingga pekerjaan rumah selesai dilakukan. Artinya, perempuan yang

menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)

ini dapat mengatur waktu dan menjalankan peran gandanya dengan baik

tanpa meninggalkan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga ataupun

sebagai dukun urut(pijat).17

15

Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 16

Wawancara dengan Bapak Supriyanto pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog 17

Hasil observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog

57

2. Peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah tangga dan

dukun urut (pijat)

Adapun terkait kegiatan atau aktivitas yang dilakukan perempuan dalam

menjalani perannya sehari-hari sebagai dukun urut (pijat) sekaligus sebagai

ibu rumah tangga, maka ditemukan beberapa data atau temuan diantaranya

yaitu : a) perempuan sebagai ibu rumah tangga, yang bekerja dan bertanggung

jawab untuk memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan menyiapkan

keperluan anak dan suami, b) perempuan sebagai dukun urut (pijat), yang

bekerja dan bertanggung jawab untuk mengurut pasien/tamu, selain itu juga

dapat mengerok, memandikan bayi, dan membuat ramuan (popol/sapih dan

resep tradisional). 18

Gambar 4.2 hasil penelitian terkait peran ganda (kegiatan) yang dijalani

oleh perempuan sebagai sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut

(pijat)

18

Hasil Observasi dan Wawancara yang dilakukan pada 19 November 2021 – 24 Desember 2021

di Kampung Nagrog

Peran Ganda (aktivitas) yang

dilakukan perempuan dalam

menjalani perannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga

sekaligus sebagai dukun urut (pijat)

Sebagai ibu rumah tangga

Memasak

Mencuci

Membersihkan rumah

Menyiapkan keperluan anak dan suami

Sebagai dukun urut (pijat)

Mengurut

Mengerok

Memandikan bayi

Membuat ramuan (popol/sapih dan resep

obat tradisional)

58

a. Aktivitas (peran ganda) yang dilakukan pekerja perempuan sebagai ibu

rumah tangga

Aktivitas yang dilakukan perempuan sebagai ibu rumah tangga

adalah aktivitas/kegiatan harian yang harus dilakukan sebagai seorang ibu

rumah tangga. Aktivitas ini beraneka ragam, diantaranya yaitu seperti

mencuci baju, memasak, membersihkan rumah maupun menyiapkan

keperluan suami dan anak. Bagi seorang ibu rumah tangga yang bekerja,

pekerjaan ini biasa dilakukan sebelum menjalankan pekerjaannya ataupun

setelah pulang kerja. Dan berdasarkan hasil wawancara yang telah

dilakukan kepada pekerja perempuan yang berprofesi sebagai dukun urut

(pijat) ini, dapat diketahui bahwa terdapat perempuan yang melaksanakan

pekerjaan rumah tangganya dengan dibantu oleh suami ataupun anaknya,

namun ada juga perempuan yang mengatur seluruh pekerjaan rumah

tangganya seorang diri tanpa adanya bantuan dari suami ataupun anaknya

sehingga perempuan tersebut mengalami beban berja berkali-kali lipat,

yakni bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga serta bekerja sebagai

seorang dukun urut (pijat).19

Gambar 4.3 foto ketika ibu Suhaenah sedang menyapu lantai

19

Hasil Wawancara yang dilakukan pada 19 November 2021 – 28 November 2021 di Kampung

Nagrog

59

Seperti yang disampaikan oleh ibu Suhaenah (54) bahwa

aktivitas/kegiatan yang dilakukan sebagai seorang ibu rumah tangga yakni

memberikan sarapan untuk suami dan anak, kemudian melanjutkan

pekerjaan rumah yang belum dikerjakan setelah pasien/tamu pulang.

Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Saya bangun pagi-pagi, kemudian ngasih sarapan ke suami dan

anak-anak, kemudian jika ada yang ngurut saya seling dengan

ngurut, terus saya selingi lagi dengan beres-beres rumah.”20

Gambar 4.4 foto ketika Ibu Eti sedang menjemur pakaian

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibu Eti (68) bahwa aktivitas

atau kegiatan yang dilakukan sebagai seorang ibu rumah tangga yakni

bangun pagi, kemudian masak dan mencuci, kemudian melanjutkan

pekerjaan rumah kembali setelah pasien/tamu selesai diurut. Seperti yang

diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Biasanya setelah sholat subuh saya langsung masak sambil

mencuci, kemudian jika ada orang ngurut, saya suruh tunggu

20

Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog

60

sebentar, setelah selesai ngurut biasanya saya lanjutkan lagi

mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, begitu seterusnya.”21

Gambar 4.5 foto ketika Ibu Eneng sedang memasak di dapur

Hal serupa juga dikemukakan oleh Ibu Eneng (59) yang

mengatakan bahwa setelah menjalankan ibadah sholat subuh, ia

mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu dan memasak.

Kemudian pekerjaan rumah tangga lainnya dilakukan setelah tidak ada lagi

pasien/tamu yang datang untuk mengurut. Seperti yang diungkapkan

kepada peneliti sebagai berikut:

“Setelah sholat subuh biasanya saya langsung memegang

pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, memasak dan

sebagainnya sampe agak siangan, kemudian jika ada pasien

datang, saya tunda dulu pekerjaan rumah saya dan saya pegang

(urut) pasien dahulu, kemudian pekerjaan rumah dilanjut lagi jika

tidak ada lagi pasien yang datang. Seperti itu terus.”22

21

Wawancara dengan Ibu Eti pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 22

Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog

61

Gambar 4.6 foto ketika ibu Adah sedang mengepel lantai

Begitu juga yang dipaparkan oleh ibu Adah (51) bahwa pekerjaan

rumah dikerjakan terlebih dahulu sebelum pasien/tamu datang dan

dilanjutkan kembali setelah selesai mengurut. Seperti yang diungkapkan

kepada peneliti sebagai berikut:

“Biasanya jika belum ada pasien, saya mengurus pekerjaan rumah

terlebih dahulu, lalu jika ada pasien maka pekerjaan rumahnya

saya tinggal. Kemudian setelah saya selesai mengurut, saya

lanjutkan lagi memegang pekerjaan rumah. Jadi sebisa saya

mengatur waktunya saja.”23

Pernyataan di atas dibenarkan oleh anggota keluarga pekerja

perempuan, salah satunya adalah bapak Supriyanto (52) sebagai suami

dari ibu Adah (51), yang mengatakan bahwa perempuan (istrinya) tetap

menjalankan pekerjaan/tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga, yang

mana semua pekerjaan rumah tangga termasuk juga mengurus anak-anak,

semua tetap diurus dan dikerjakan oleh perempuan (istrinya).24

Pernyataan

tersebut juga didukung oleh Adzi (25) sebagai pasien/tamu ibu Adah yang

datang untuk memakai jasa dukun urut(pijat) ini, yang mengatakan bahwa

ketika diurut ia mendapat kendala atau hambatan yakni terkadang ia harus

menunggu dukun urut tersebut selesai mengerjakan pekerjaan rumah.25

Saat melakukan observasi pada bulan November 2021, peneliti

juga melihat dan mengamati secara langsung bahwa perempuan yang

23

Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 24

Wawancara dengan Bapak Supriyanto pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog

62

menjalankan peran ganda sebagai seorang ibu rumah tangga yang juga

bekerja sebagai dukun urut(pijat) ini, mengerjakan hampir semua

pekerjaan rumah, termasuk diantaranya mengepel, mencuci, memasak,

membersihkan rumah, dan sebagainya. Meskipun beberapa pekerjaan atau

kegiatan juga dibantu oleh anak mereka, namun pekerja perempuan ini

tetap menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga dengan

tetap mengerjakan berbagai aktivitas/kegiatan rumah tangga.26

b. Aktivitas (peran ganda) yang dilakukan pekerja perempuan sebagai dukun

urut (pijat)

Berdasarkan data yang ditemukan, perempuan yang menjalankan

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai dukun urut (pijat) ini

menjalankan aktivitas atau kegiatan sebagai dukun urut (pijat) yang

mencakup diantaranya mengurut, mengerok, memandikan bayi serta

membuat ramuan (popol/sapih dan resep obat tradisional). Dimana dapat

dikatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan perempuan dukun urut (pijat)

ini bukan hanya sekedar ‘mengurut’, tetapi juga terdapat aktivitas lain

yang juga tidak jauh berbeda.

Gambar 4.7 foto ketika ibu Suhaenah sedang memijat kaki

pasien yang keseleo

25

Wawancara dengan Bapak Adzi pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 26

Hasil Observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog

63

Seperti yang diungkapkan oleh ibu Suhaenah (54) bahwa selain

mengurut, hal lain yang diinginkan dan diminta pasien/tamu adalah

memandikan bayi, mengerok/mengerik, dan lain-lain. Yang mana kegiatan

ini bisa dilakukan dirumah perempuan dukun urut (pijat) ataupun rumah

pasien/tamu tersebut. Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai

berikut:

“Saya biasanya diminta tolong untuk memandikan bayi jika ada

ibu hamil yang baru melahirkan, terkadang mengerok./mengerik,

dan lain-lain.”27

Gambar 4.8 foto ketika Ibu Eti sedang mengurut dan mengerik

pasien anak-anak

Ibu Eti (68) mengungkapkan bahwa selain mengurut, pasien/tamu

biasanya konsultasi atau bertanya terkait resep obat tradisional terkait

penyakit yang sedang dialaminya, diantaranya resep sakit perut ataupun

resep susah Buang Air Kecil (Bak). Dimana, resep yang diberikan ini

berasal dari dedauan yang ada di alam, seperti daun kumis kucing, daun

alpukat, lengkuas, dan lain sebaginya. Seperti yang diungkapkan kepada

peneliti sebagai berikut:

“Biasanya selain ngurut pasien sering konsultasi terkait keluhan

ataupun penyakit yang dialami, seperti bertanya tentang sakit

perut obatnya apa, untuk tidak bisa buang air kecil obatnya apa,

ya misalnya seperti daun alpuket, daun kumis kucing, lengkuas 27

Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog

64

merah dan sebagainnya digodok (direbus kemudian diambil

airnya), jadi lebih ke dedauan (ramuan dari daun).”28

Gambar 4.9 foto ketika Ibu Eneng sedang

mengurut balita (pasiennya)

Ibu Eneng (59) memaparkan bahwa selain diurut, hal lain yang

diinginkan atau diminta pasien/tamu biasanya meminta dikerok/kerik,

memandikan bayi yang baru lahir, ataupun membuat popol (semacam

ramuan yang dibuat dari dedaunan yang dicampur dengan bahan lain).

Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Biasanya selain ngurut, pasien minta di kerik/kerok, dimandikan

bayinya untuk ibu hamil yang masih takut, membuat popol

(semacam ramuan yang dibuat dari dedaunan yang dicampur

dengan bahan lain) dan sebagainya.”29

28

Wawancara dengan Ibu Eti pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 29

Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog

65

Gambar 4.10 foto ketika ibu Adah sedang memijat kaki

pasiennya

Ibu Adah (51) memaparkan bahwa selain diurut, hal lain yang

diminta atau diinginkan pasien/tamu diantaranya yaitu lulur ataupun

kerok/ketik. Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“Paling pasien perempuan biasanya minta di lulur, ada juga yang

minta dikerok/dikerik.”30

Pemaparan di atas juga didukung oleh pernyataan dari pasien/tamu

yang memakai jasa dari perempuan yang menjalani peran ganda sebagai

ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai dukun urut (pijat) ini,

diantaranya yaitu Dewi (33), yang merupakan pasien ibu Suhaenah. Ia

memaparkan bahwa selain diurut, ia biasanya minta dilulur ataupun

dikerok/kerik ketika masuk angin.31

Begitu juga Neneng (40), yang

merupakan pasien Ibu Eti. Ia memaparkan bahwa selain diurut, hal lain

yang diminta atau diinginkan untuk dilakukan dukun (urut) adalah

meminta untuk dibuatkan air godokan (air rebusan dari dedaunan obat).32

Salma (31), selaku pasien Ibu Eneng. Ia juga memaparkan bahwa selain

diurut, hal lain yang diminta atau diajukan kepada dukun urut (pijat)

30

Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 31

Wawancara dengan Ibu Dewi pada tanggal 26 November 2021 di Kampung Nagrog 32

Wawancara dengan Ibu Neneng pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog

66

adalah meminta untuk dibuatkan popol (semacam obat tradisional yang

berasal dari deaduan yang ditumbuk halus) serta dikerok/kerik.33

Berdasarkan observasi pada bulan November 2020, peneliti melihat

dan mengamati secara langsung bahwa pasien/tamu dari perempuan yang

juga berprofesi sebagai dukun urut (pijat) ini juga dapat melakukan hal

lain selain mengurut, yakni diantaranya membuat sapih dan popol

(semacam obat tradisional yang berasal dari dedaunan yang ditumbuk

halus). Dimana sapih ini merupakan dedaunan yang digunakan untuk

menghentikan bayi minum asi ibunya, popol ini diberikan dan ditempelkan

pada tempat dimana bayi biasanya minum asi. Hal ini dilakukan agar bayi

berhenti minum asi dan beralih ke susu formula.. sedangkan popol ini ada

2 macam, ada popol untuk bayi dan popol untuk luka. Popol untuk bayi

sendiri diberikan jika bayi mengalami panas/demam, sedangkan popol

untuk luka ditujukan untuk luka luar/luka dalam cukup mengganggu

(terasa panas/terbakar).34

3. Dampak peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan

dukun urut (pijat)

Sedangkan data yang ditemukan terkait dampak yang terjadi dan dialami

oleh perempuan yang menjalani peran ganda sebagai dukun urut (pijat) dan

ibu rumah tangga, meliputi:

a) Dampak positif, meliputi dampak ekonomi yakni bertambahnya

penghasilan keluarga, dan dampak sosial meliputi mudah dikenal di

masyarakat,

b) Dampak negatif: meliputi dampaknya terhadap kesehatan yakni badan

lebih rentan sakit, lelah, letih dan lesu, serta dampak terhadap beban kerja

ganda yang ditanggung.

33

Wawancara dengan Ibu Salma pada tanggal 28 November 2021 di Kampung Nagrog 34

Hasil Observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog

67

Gamber 4.3 hasil penelitian dampak perempuan yang menjalani peran

ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)

Akibat adanya aktivitas ganda yang dilakukan oleh perempuan dalam

lingkup domestik dan publik, banyak hal yang akhirnya dialami dan dirasakan

oleh perempuan yang menjalani peran ganda ini. Berbagai dampak atau efek

yang dialami sebagai seorang ibu rumah tangga dan sebagai pekerja di sektor

publik cukup berpengaruh terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar,

baik dampak positif maupun dampak negatif. Banyaknya pekerjaan yang

dilakukan dalam satu waktu juga dapat mengakibatkan tubuh lelah dan mudah

sakit.

Hal ini juga dialami dan dirasakan oleh perempuan yang juga

menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat),

diantaranya yaitu: Dampak positif, yaitu ekonomi dan sosial. Seperti yang

diungkapkan oleh ibu Suhaenah (54) bahwa dampak yang ia rasakan dan alami

selama menjalani peran ganda sebagai seorang ibu rumah tangga serta dukun

urut (pijat) adalah dampak positif dari segi ekonomi berupa perekonomian

yang membaik sehingga dapat menyekolahkan anak-anaknya.35

Bukan hanya

itu, Ibu Eneng (59) juga memaparkan yang yang sama, yaitu bahwa dampak

Dampak perempuan yang menjalani peran

ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut

(pijat)

Positif

Ekonomi

Sosial

Negatif

Kesehatan

Adanya beban kerja ganda yang ditanggung

68

yang ia alami dan rasakan selama menjalani peran ganda sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat) adalah dampak positif dari segi ekonomi dan

sosial berupa pendapatan bertambah dan mudah dikenal orang.36

Sedangkan

Ibu Adah (51) memaparkan bahwa dampak yang ia alami dan rasakan selama

menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah

dari segi ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan keluarga.37

Hal serupa juga

dipaparkan oleh Ibu Eti (68), ia mengatakan bahwa dampak yang ia alami dan

rasakan selama menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun

urut (pijat) dari segi ekonomi dan sosial berupa penghasilan yang kian

bertambah dan lebih dikenal di masyarakat. Seperti yang diungkapkan kepada

peneliti sebagai berikut:

“Saya rasa penghasilan saya jadi lebih bertambah, sebulan saya bisa

mendapat 2 juta lebih, saya juga lebih dikenal di lingkungan

sekitar.”38

Adapun dampak negatif yang dialami oleh perempuan-perempuan

yang menjalani peran ganda ini yaitu dari segi kesehatan dan beban kerja ganda

berupa fisik yang menjadi mudah lelah dan tenaga yang kian berkurang, sulit

berkonsentrasi serta sedikit kendala ketika menyesuaikan jadwal. Seperti yang

diungkapkan oleh yang diungkapkan oleh ibu Suhaenah (54) bahwa fisik yang

dimiliki oleh beliau semakin melemah, hal ini dibuktikan dengan tenaga yang

kian berkurang setelah mengurut (lemas), sulit konsentrasi, dan sedikit sulit

mengatur waktu.seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

“...fisik saya melemah, tenaga yang berkurang setelah mengurut, sulit

konsentrasi, terus sedikit ada kendala aja ketika menyesuaikan antara

mengurus rumah dan mengurut…”39

Hal berbeda disampaikan oleh Ibu Eneng (59) yang mengatakan

bahwa hal lain yang dialami yakni dari segi kesehatan berupa mudah merasa

35

Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog 36

Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog 37

Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 38

Wawancara dengan Ibu Eti pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 39

Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog

69

letih/lelah dan merasa banyak pikiran, sulit mengatur waktu makan serta

ibadah karena banyaknya pasien/tamu. Seperti yang diungkapkan kepada

peneliti sebagai berikut:

“…Tapi, saya juga terkadang merasa letih/lelah, saya merasa banyak

pikiran saja, dan gampang terkena penyakit, terutama maag karena

telat makan, sulit mengatur waktu untuk sholat jika ada banyak

pasien.”40

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan November 2020,

bahwa peneliti mengamati dan melihat secara langsung jika perempuan yang

menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) ini

mengalami beberapa dampak atau efek yang dirasakan diantaranya yaitu

dampak positif dimana pendapatan dan ekonomi keluarga mereka meningkat

dan terpenuhi, hal ini dibuktikan dengan kondisi rumah yang cukup terawat

dan pendidikan anak yang tinggi dan baik, serta adanya kondisi dalam

masyarakat dimana perempuan yang berprofesi sebagai dukun urut (pijat) ini

cukup dikenal dan dihargai oleh masyarakat sekitar. Sedangkan dampak

negatifnya berupa kesehatan yang kian menurun, hal ini dapat dilihat dari

kondisi badan yang terlihat cukup kurus dan pola makan yang tidak teratur,

dimana perempuan ini sering meninggalkan dan mengabaikan jam makan yang

seharusnya sehingga menyebabkan munculnya penyakit yang diderita, yakni

penyakit maag. Dan juga beban kerja ganda, hal ini dapat dilihat dimana

perempuan ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai dukun urut (pijat)

ini memegang hampir semua pekerjaan rumah dan juga mengerjakan

pekerjaannya sebagai dukun urut (pijat), hal ini mengakibatkan beberapa

diantaranya cukup sulit mengatur jadwal antara mengerjakan pekerjaan rumah

tangga atau mengerjakan pekerjaannya sebagai dukun urut (pijat).41

40

Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog 41

Hasil Observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog

70

B. Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini berusaha memahami dan melihat

fenomena yang terjadi.

1. Latar belakang atau alasan yang mendasari perempuan yang ada di Kampung

Nagrog menjalani 2 peran sekaligus, yakni bekerja sebagai dukun urut (pijat)

dan juga sebagai ibu rumah tangga diantaranya yaitu karena faktor ekonomi,

yakni untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan perekonomian

keluarga. Penelitian relevan milik Suparman (2017), tentang peran ganda istri

petani (studi kasus di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang), juga memparkan hal yang serupa terkait alasan atau faktor yang

melatarbelakangi perempuan menjalankan peran ganda, salah satunya yaitu

untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Monica Rambitan (2014) juga

memaparkan bahwa ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

ataupun alasan yang mendasari mengapa perempuan/wanita tersebut memilih

bekerja atau menjadi wanita karir. Adanya kebutuhan keluarga yang kian

banyak dan tidak dapat dicukupi oleh seorang suami secara langsung dan tidak

langsung menuntut wanita sebagai seorang ibu rumah tangga yang menjadi

istri untuk turut bekerja mencari penghasilan dan penghidupan bagi

keluarganya.42

Faktor ekonomi menjadi alasan terkuat perempuan dalam keluarga

turut aktif bekerja guna menambah pendapatan dan penghasilan. Seperti

pemaparan Ibu Suhaenah, Ibu Eneng dan Ibu Adah bahwa mereka

memutuskan untuk bekerja di luar ranah domestik (rumah tangga) agar

pemenuhan kebutuhan dalam rumah tangga dapat tercukupi. Hal berbeda

dipaparkan oleh ibu Eti, bahwa alasan ia bekerja sebagai dukun urut (pijat)

dan menjalani peran ganda adalah agar dapat mengurus keluarga dan

memanfaatkan kemampuan yang dimiliki. Menurut teori klasik sumber daya

manusia (pekerja), menjelaskan bahwa individu bebas mengambil keputusan

untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah

42

Monica Rambitan, Peran Ganda Wanita Karir di Kelurahan Wengkol Kecamatan Tondano

Timur Kabupaten Minahasa, Jurnal Holistik, 2014, h. 5.

71

kerja yang diinginkannya. Teori tersebut didasarkan pada teori konsumen

yang mana individu bertujuan untuk memaksimalkan kepuasan dengan

kendala yang dihadapinya. Dengan adanya perekonomian yang rendah dan

tidak menentu dalam keluarga, menyebabkan pekerja perempuan yang ada

dalam keluarga bekerja guna memenuhi kebutuhan dan mendapatkan

pendapatan. Kenyataannya, adanya keluarga dan status pernikahan tidak

menjadi penghalang bagi perempuan untuk membantu perekonomian

keluarganya.43

Hal ini berarti bahwa bagi keluarga, aktivitas perekonomian

yang dilakukan oleh seorang ibu atau istri tersebut memberikan sumbangsih

bagi ketahanan rumah tangganya. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti

lakukan, anak dari Ibu Suhaenah dan suami dari Ibu Eneng mengatakan bahwa

perempuan (istri//Ibu) bekerja karena faktor ekonomi, yakni memenuhi

kebutuhan keluarga dan meningkatkan perekonomian. Hal ini juga didukung

oleh hasil observasi yang dibuktikan dengan kondisi rumah milik ibu

Suhaenah dan Ibu Eneng yang bekerja sekian lama yang cukup terawat dan

terlihat nyaman. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi rumah ibu Adah

yang meskipun luas dan besar, namun terkesan kurang terawat, karena

terdapat beberapa kerusakan di beberapa bagiannya.

Selanjutnya yaitu faktor keturunan, adanya turunan dan keterampilan

yang diperoleh dari orangtua/keluarga yang juga berprofesi atau bekerja

sebagai dukun urut (pijat) menyebabkan perempuan ini turut melestarikan dan

meneruskan pekerjaan yang telah ditekuni oleh orangtua/keluarga mereka.

Adanya keterampilan yang diturunkan dan diajarkan oleh orangtua ataupu

keluarga membuat perempuan yang berperan sebagai ibu rumah tangga ini

tertarik untuk terjun dan menekuni pekerjaan yang sama. Adanya pengaruh

dari minat dan kemampuan tertentu menjadi alasan dan latar belakag yang

menyebabkan mereka menjalani peran ganda sebgaai ibu rumah tangga

sekaligus sebagai dukun urut (pijat). Berdasarkan keterangan yang dipaparkan

oleh Ibu Adah, Ibu Eti, Ibu Eneng serta Ibu Suhaenah bahwa mereka berperan

43

Rio Christoper, dkk., Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja wanita sebagai Ibu

rumah tangga, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15, 2017, h.48.

72

sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun urut (pijat) karena

adanya turunan/pengaruh yang diberikan oleh orangtua/keluarga mereka

melalui keterampilan dan pengetahuan yang diberikan sebagai seorang dukun

urut (pijat). Mereka tertarik dan memiliki minat yang sama dengan

orangtua/keluarganya untuk menekuni dan menjalani pekerjaan tersebut. Hal

ini sesuai dengan Pendapat Robbins (1996:102), bahwa kemampuan adalah

kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu

pekerjaan. Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu pada

hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yakni kemampuan intelektual

dan kemampuan fisik. dan dalam (Gunarso, 1995 : 68) minat dapat

menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah

menarik minatnya.44

Dan dari hasil wawancara yang diperoleh oleh peneliti

bahwa semua anggota keluarga narasumber/informan memaparkan bahwa

perempuan (istri/ibu) bekerja sebagai dukun urut (pijat) karena adanya turunan

dari orangtua/keluarga mereka. Hal tersebut didukung oleh pernyataan

pasien/tamu dari perempuan yang bekerja sebagai dukun urut (pijat) ini, yakni

adzi yang dahulunya sering memakai jasa (ngurut) milik orangtuanya ibu

Adah.

Latar belakang atau alasan terakhir yakni para perempuan ini bisa

sambil mengurus keluarga/rumah. Perempuan yang bekerja seringkali

menghadapi masalah dan kendala dalam mengerjakan pekerjaan mereka di

tempat kerjanya. Biasanya wanita yang sudah menikah mempunyai lebih

banyak tanggungjawab keluarga daripada wanita yang belum menikah.45

Alasan lain perempuan-perempuan ini bekerja sebagai dukun urut (pijat) yakni

karena mereka dapat mengatur waktu antara mengurus rumah dan bekerja

sebagai dukun urut (pijat), yang dengan bekerja sebagai dukun urut (pijat)

mereka memiliki waktu yang fleksibel dan tidak terikat. Hal ini berdasarkan

keterangan yang dipaparkan oleh ibu Eti dan Ibu Adah bahwa alasan lain ia

44

Afriyame Manalu, dkk., Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita bekerja sebagai Buruh Harian

Lepas (BHL) di PT. Inti Indosawit Subur Muara Bulian Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten

Batanghari, Jurnal Sosio Ekonomika Bisnis, 17, 2014, h. 92. 45

Maswita, Wanita Bekerja dan Mengatur Keperluan Keluarga, Jurnal Keguruan, 5, 2017, h. 57.

73

menjalani peran ganda dan bekerja sebagai dukun urut (pijat) yakni agar dapat

sambil mengurus keluarga/rumah. Dalam lingkup keluarga yang memiliki

status sosial dengan ekonomi menengah keatas, pemisahan peran domestic

dan public ini tidak terlalu ekstrem. Tingkat pendidikan yang umumnya tinggi

juga mendorong banyaknya perempuan di kalangan ini, berkiprah dalam dunia

kerja dan menjalankan peran ganda sebagai wanita karir sekaligus sebagai ibu

rumah tangga.46

Namun hal ini jelas berbeda dengan perempuan yang

memiliki status sosial menengah kebawah, terlebih perempuan yang hidup

dalam budaya patriarki. Perempuan dengan keberadaannya dipandang lebih

tepat berkiprah dalam sektor domestic, sehingga mereka bertanggung jawab

untuk tetap menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah

tangga yang juga bekerja di ranah publik.47

Berdasarkan hasil wawancara,

ditemukan bahwa anggota keluarga (anak/suami) dari ibu Suhaenah, Ibu

Eneng dan Ibu Eti merasa meskipun perempuan yang menjalani peran ganda

ini turut andil mengerjajan dan mengurus rumah, namun anggota keluarga

yang lain (anak/suami) seringkali membantu pekerjaan rumah tangga tersebut.

Hal berbeda dipaparkan oleh suami dari ibu Adah yang semua pekerjaan

rumah dan mengurus keluarga memang dipegang dan dikerjakan oleh istrinya.

2. Pembahasan kedua terkait kegiatan atau aktivitas yang dilakukan perempuan

dalam menjalani perannya sehari-hari sebagai dukun urut (pijat) sekaligus

sebagai ibu rumah tangga (Domestik), diantaranya yaitu: perempuan sebagai

ibu rumah tangga, yang bekerja dan bertanggung jawab untuk memasak,

mencuci, membersihkan rumah, dan menyiapkan keperluan anak dan suami.

Sedangkan perempuan sebagai dukun urut (pijat) (Publik), yang bekerja dan

bertanggung jawab yakni untuk mengurut pasien/tamu, selain itu juga dapat

mengerok, memandikan bayi, dan membuat ramuan (popol/sapih dan resep

tradisional). Serupa dengan penelitian relevan yang dilakukan oleh Ajeng

Restania Putri (2020), tentang Peran ganda perempuan (studi kasus dosen

46

Endah Siswati, Berhenti Bekerja Demi Keluarga (Dilema Perempuan Karir Dalam Perspektif

Feminisme), Jurnal Translitera, 9, 2020, h. 39.

74

Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto) yang menunjukkan bahwa Wanita yang

menjalankan peran ganda dalam rumah tangga dan karir dapat melakukannya

secara seimbang. Hal ini juga dirasakan dan dialami oleh perempuan yang

menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), yang

mana mereka dapat menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga

yang mengurus pekerjaan rumah tangga dan sekaligus juga dapat menjalankan

perannya sebagai pekerja perempuan yang berprofesi sebagai dukun urut

(pijat).48

Munculnya wilayah domestik dan publik sepenuhnya bersumber dari

pembagian kerja yang didasarkan pada jenis kelamin yang mana populer

disebut dengan istilah gender.49

Gender sendiri adalah perbedaan antara laki-

laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku

yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok

masyarakat yang dapat berubah menurut waktu dan serta kondisi setempat

(Harien, 2013).50

Dalam studi gender, terdapat beberapa teori yang cukup berpengaruh,

salah satunya yaitu teori fungsionalisme struktural. Asumsi dasar dari

fungsionalisme struktural adalah sejenis pemikiran atau pandangan dalam

sosiologi yang beranggapan bahwa masyarakat sebagai suatu sistem yang

tersusun dari berbagai elemen atau bagian yang saling berkaitan dan tiap-tiap

elemennya tidak dapat dijalankan tanpa adanya hubungan atau kaitan dengan

elemen yang lain.51

Salah satu teori fungsionalisme struktural yang dikaji dan

digunakan oleh peneliti adalah fungsionalisme struktural miliki Talcottt

Parsons. Dalam fungsionalisme struktural ini, perempuan seringkali

dipengaruhi oleh struktur sosial yang ada didalam masyarakat. Peran

perempuan sangat penting, terutama didalam keluarga. Dimana keluarga

47

Ibid. 48

49

Supartiningsih, Peran Ganda Perempuan Sebuah analisis Kritis, jurnal Filsafat, 2003, h. 43. 50

Eka Novita Sari, dkk., Persepsi Kesetaraan Gender Dan Motivasi Bekerja Dalam Peningkatan

Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Pasar Tradisional Besuki Situbondo), Jurnal Universitas

Muhammadiyah Jember, 2019. 51

Bayu Aji Setiawan, “Persepsi Masyarakat Pada Pengobatan Non Medis Di Desa Pang Kemiri

Tulangan Kabupaten Sidoarjo”, Skripsi pada program sarjana Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya, Surabaya, 2021, h. 28, tidak dipublikasi.

75

merupakan bagian dari sistem sosial yang cenderung adaptif, yakni dibangun

menjadi utuh atas beberapa pranata sosial seperti norma dan nilai yang

mengikat.52

Perempuan memiliki peran dan tanggung jawab dalam keluarga,

meskipun perempuan bekerja diluar rumah (publik), namun perempuan

bekerja tetap diposisikan dan ditempatkan sebagai ibu rumah tangga yang

menjaga dan mengurus rumah, hal ini dilakukan agar kestabilan dan keutuhan

dalam keluarga tidak akan terganggu. Peran ganda yang dimiliki oleh

perempuan bekerja ini harus tetap dilaksanakan dan dikerjakan oleh

perempuan, hal ini dikarenakan peran perempuan dalam keluarga sangat

penting dan jika digantikan oleh laki-laki, maka kemungkinan besar kestabilan

keluarga akan terganggu.53

Untuk memahami lebih jauh terkait fenomena yang terjadi dengan

teori fungsionalisme struktural ini, maka Parson mengungkapkan bahwa

terdapat empat fungsi yang dibutuhkan agar dapat bertahan dalam organisasi

atau masyarakat. Adapun keempat fungsi imperatif ini terkenal dengan skema

AGIL. Adapun penjelasan lebih rinci terkait keempat fungsi imperatif ini,

yakni54

:

1) Adaptation (Fungsi Adaptasi), Adaptasi merupakan sistem yang ditujukan

untuk mempertahankan sumber-sumber penting yang ada dalam system

untuk menghadapi situasi eksternal yang gawat. Yang mana sistem

tersebut harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya

yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhannya.

2) Goal Attainment (Fungsi Pencapaian Tujuan), Merupakan fungsi yang

mana ketika suatu sistem mengutamakan tujuan dan memobilisasi sumber

daya yang untuk mencapai tujuan tersebut.

3) Integration (Fungsi Integrasi), Merupakan fungsi yang dimana sistemnya

melakukan proses-proses yang terjadi di dalam sistem itu sendiri yang

52

Suharnanik, Peran Ganda (Bekerja Sekaligus Ibu Rumah Tangga) Perempuan Muslimah Dalam

Perspektif Struktural Fungsional, jurnal Al-Hikmah, 17, 2019, h. 61. 53

Ibid., h.62. 54

Ibid.

76

berguna untuk mengkoordinasi hubungan internal yang ada diberbagai

subsistem atau unit-unit sistem.

4) Latency (Fungsi Latensi atau Pemeliharaan Pola), Merupakan proses

dimana sistem memelihara motivasi dan kesepakatan sosial dengan

menggunakan kontrol sosial.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka hubungan atau korelasi antara

fenomena yang diteliti dengan teori fungsionalisme struktural milik parson ini

adalah bahwa perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat) ini dapat menjalankan dan melakukan

Adaptation (Fungsi Adaptasi). Dimana perempuan yang menjalani peran

ganda ini dapat menempatkan atau memposisikan dirinya dengan keadaan

lingkungannya, terutama keadaan keluarganya.55

Serupa dengan penelitian

yang dilakukan oleh Mas Muhammad Ridwan (2012), tentang Perempuan

dalam keluarga sebagai buruh pabrik dan ibu rumah tangga, bahwa

perempuan (ibu/istri) yang menjalani peran ganda ini dapat menyesuaikan diri

sebagai seorang ibu rumah tangga yang bekerja di rumah (domestik) dengan

baik, mereka masih bisa bekerja sebagai dukun urut (pijat) dan juga

mengontrol pekerjaan di rumah sebagai ibu rumah tangga. Dimana mereka

dapat mengatur waktunya, antara mengerjakan pekerjaan rumah seperti

memasak, mencuci, mengerjakan pekerjaan rumah serta mengurus suami dan

anaknya dengan menyesuaikan waktu ketika mereka bekerja sebagai dukun

urut/pijat (menerima pasien). Salah satunya dialami oleh Ibu Eti (68) bahwa

aktivitas atau kegiatan yang dilakukannya sebagai seorang ibu rumah tangga

yakni bangun pagi kemudian masak dan mencuci, kemudian dilanjutkan

dengan mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, kemudian ditunda dengan

mengurut pasien dan dilanjutkan kembali mengerjakan pekerjaan rumah

setelah pasien/tamu selesai diurut. Bukan hanya itu, perempuan yang

menjalani peran ganda ini juga ternyata dapat beradaptasi dengan lingkungan

kerjanya (publik) sebagai seorang dukun urut (pijat). Perempuan ini dapat

memposisikan diri mereka ketika pasien/tamu datang untuk diurut. Mereka

77

dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya sebagai seorang dukun urut

(pijat) yang tugas dan tanggung jawabnya yakni bukan hanya mengurut,

namun juga mengerok/mengerik, memandikan bayi, melulur, membuat

ramuan (popol/sapih dan resep obat tradisional) dan lain sebagainnya. Hal ini

terjadi pada Ibu Eneng (59) yang memaparkan bahwa selain diurut, hal lain

yang biasanya diinginkan atau diminta pasien/tamu dikerok/kerik,

memandikan bayi yang baru lahir, ataupun membuat popol (semacam ramuan

yang dibuat dari dedaunan yang dicampur dengan bahan lain). Berdasarkan

pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi adaptasi dapat dipenuhi

dan dilaksanakan oleh perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu

rumah tangga dan dukun urut (pijat).

Selanjutnya Goal Attainment (Fungsi Pencapaian Tujuan), dalam hal

ini perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan

dukun urut (pijat) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan

meningkatkan perekonomian keluarga, turut melestarikan dan meneruskan

pekerjaan (sebagai dukun urut/pijat) yang telah ditekuni oleh orangtua

mereka, agar keluarga dan pekerjaan rumah dapat terurus (bisa sambil

mengurus keluarga/rumah). Namun, meskipun perempuan ini bekerja dan

menjalankan peran ganda, namun mereka berharap agar keluarga (anak dan

suami) dapat tercukupi kebutuhan dan keperluannya. Misalnya Ibu Suhaenah

(54) menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja

sebagai dukun urut (pijat) adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

membayar biaya sekolah anak-anaknya. Perempuan yang menjalani peran

ganda sebagai seorang ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah untuk

mencapai fungsi pencapaian tujuan (Goal Attainment) yang mana sebagian

besar untuk meningkatkan perekonomian agar perekonomian mereka

meningkat sehingga kebutuhan keluarga dapat terpenuhi.

Selanjutnya Integration (Fungsi Integrasi), yang mana fungsi ketiga

ini mengatur hubungan antara ketika fungsi lainnya. Dimana sistem dalam

fungsi ini melakukan proses-proses yang terjadi di dalam sistem yang

55

Mas Muhammad Ridwan, Op.cit. h.80.

78

berguna untuk mengkoordinasi hubungan internal yang ada di berbagai

subsistem atau unit-unit sistem.56

Dalam integrasi ini, perempuan yang

menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut(pijat) bisa

mengontrol ketiga fungsi yang ada, yakni fungsi adaptasi, fungsi pencapaian

tujuan dan pemeliharaan pola. Perempuan yang menjalani peran ganda ini

diharapkan dapat menghubungkan dan mengatur kegiatan sehari-hari mereka

sebagai seorang ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) dengan tujuan yang

ingin dicapai. Adanya tujuan yang ingin dicapai tersebut juga dipengaruhi

oleh pihak lain (orangtua/orang asing) yang memberikan informasi dan

memberikan pengetahuan (ajaran/ilmu) dan perempuan yang memiliki tujuan

untuk untuk meningkatkan perekonomian agar perekonomian mereka

meningkat sehingga kebutuhan keluarga dapat terpenuhi.

Dan yang terakhir yaitu Latency (Fungsi Latensi atau Pemeliharaan

Pola), yang mana sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan

memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang

menciptakan dan menopang motivasi untuk mempertahankan apa yang telah

terbentuk oleh masing-masing individu, hal ini akan terealisasi apabila sudah

terjadi keseiramaan dalam suatu sistem sosial.57

Dalam hal ini perempuan

yang menjalani peran ganda dapat mengatur dan mengontrol antara perannya

sebagai seorang ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat). Yang mana

perempuan yang dahulunya hanya bekerja didalam rumah (domestic) sebagai

seorang ibu rumah tangga yang mengurus keluarga dan rumah bertambah dan

menciptakan peran (tanggung jawab dan tugas) tambahan sebagai dukun

urut/pijat (publik) untuk meningkatkan perekonomian dan memenuhi

kebutuhan keluarganya. Perempuan ini harus dapat mempertahankan dan

memelihara apa yang telah terbentuk (sebagai seorang ibu rumah tangga dan

dukun urut/pijat) dengan kesadaran personal dari tiap-tiap individu atau

sistem yang ada dalam keluarga (anak ataupun suami). Dari data yang

diperoleh inilah, ditemukan bahwa perempuan yang menjalani peran ganda

56

Nurul Fadlianti, Op.cit. 57

Bayu Aji Setiawan, Op.cit. h. 81.

79

sebagai seorang ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) dapat memelihara

dan memperbaiki pola yang sudah terbentuk antara tanggung jawab dan

tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga ataupun sebagai dukun urut

(pijat).

3. Adapun penjelasan terakhir terkait dampak yang terjadi dan dialami oleh

perempuan yang menjalani peran ganda sebagai dukun urut (pijat) dan ibu

rumah tangga. Dalam jurnal Ninin (Kusumawati, 2012) memaparkan bahwa

“perempuan dengan peran ganda, memiliki waktu domestik dan waktu publik

yang berdampak dalam kehidupannya”58

. Adapun berdasarkan wawancara

yang dilakukan oleh peneliti bahwa dampak positif yang dialami oleh para

perempuan yang bekerja tersebut lebih kepada dampak ekonomi dan dampak

sosial. Hal yang sama dipaparkan oleh anggota keluarga (suami/anak) mereka.

Namun pemaparan berbeda disampaikan oleh Mela (anak Ibu Suhaenah)

bahwa selain dampak ekonomi, hal lain yang ia rasakan adalah dampak

Psikologis, yang mana ia merasa bahwa kurangnya kasih sayang yang

diberikan oleh perempuan (ibu) yang bekerja tersebut.

Sedangkan dampak positif yang lain yaitu dampak sosial meliputi

mudah dikenal di masyarakat. Perempuan yang menjalani peran ganda

sebagai dukun urut (pijat) ini pastinya mengalami status sosial di masyarakat,

karena adanya interaksi yang sering dan berkelanjutan antara masyarakat

sekitar, terutama pasien/tamu yang datang. persepsi masyarakat sekitar

tentang perempuan dukun urut (pijat) ini cukup baik. Hal ini dibuktikan

dengan observasi yang dilakukan dimana masyarakat, khususnya pasien/tamu

percaya dan memiliki pandangan yang baik terhadap perempuan yang

menjalani peran ganda ini karena dapat membantu orang banyak. Hal diatas

didukung oleh pemaparan para pasien/tamu, yakni Ibu Neneng, Ibu Dewi, Ibu

Salma dan Bapak Adzi yang turut mengapresiasi pekerjaan dan peran ganda

yang dijalani oleh perempuan dukun urut (pijat) ini. Perempuan untuk bekerja

di sektor produktif. Secara tidak langsung perempuan yang bekerja

58

Ninin Ramadani, Implikasi Peran Ganda Perempuan Dalam Kehidupan Keluarga Dan

Lingkungan Masyarakat, jurnal Sosietas, 6, 2016.

80

merupakan langkah untuk menghindari gunjingan dalam lingkungan

masyarakat. Sehingga tekanan dalam status sosial dalam masyarakat menjadi

menurun (Rahayu, 2017:91).59

Sedangkan untuk dampak negatif yang dirasakan dan dialami oleh

perempuan yang menjalani peran ganda ini meliputi dampak terhadap

kesehatan yakni badan lebih rentan sakit, lelah, letih dan lesu. Semua orang

jelas merasa lelah ketika mereka melakukan peran yang lebih dari satu, waktu

yang dimiliki oleh perempuan yang bekerja untuk beristirahat pun juga akan

berkurang dan terbatas dengan tetap harus menjalankan dengan baik peran

yang dimilikinya.60

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

bahwa perempuan yang menjalani peran ganda tersebut merasakan dampak

negatif bagi terkait kesehatan mereka. Hal ini terbukti dari hasil observasi

yang dapat dilihat bahwa kesehatan mereka terganggu karena pola makan

yang tidak teratur dan kondisi badan (fisik) yang cukup kurus.

Penjelasan terakhir tentang dampak yang dirasakan yakni dampak

terhadap beban kerja ganda yang ditanggung. Berkaitan dengan kesejahteraan

pribadi, meskipun perempuan pekerja sering mengalami kesulitan untuk

mengerjakan banyak tugas karena peran gandanya, tetapi mereka mengatakan

bahwa mereka akan merasa kehilangan identitas jika berhenti bekerja di luar

rumah. Beban pekerjaan yang banyak ternyata membuat perempuan pekerja

lebih sehat daripada perempuan yang tidak bekerja.61

Dan berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan peneliti bahwa perempuan yang menjalani peran

ganda ini sadar bahwa beban kerja yang dialaminya kian bertambah, beban

kerja sebagai seorang ibu rumah tangga sudah cukup banyak dan berat

ditambah dengan beban kerja sebagai dukun urut (pijat) yang tugas dan

kerjanya mengurut pasien, dan sebagainya. Hal ini didukung oleh hasil

observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa perempuan yang menjalani

peran ganda ini turut mengerjakan pekerjaan rumah seperti mengepel,

59

Hoiril Sabariman, Perempuan Pekerja (Status Dan Peran Pekerja Perempuan Penjaga Warung

Makan Kurnia), Jurnal Analisa Sosiologi, 8, 2019, h. 169. 60

Ninin Ramadani, Op.cit. 61

Endah Siswati, Op.cit. h. 41.

81

menjemur, memasak, dan sebagainya serta mengerjakan pekerjaannya juga

sebagai dukun urut (pijat) seperti mengurut, mengerok/mengerik, dan lain

sebagainnya.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengalami beberapa keterbatasan, adapun

beberapa keterbatasan tersebut antara lain, yaitu:

1. Penelitian ini melibatkan subjek yang sedikit, sehingga hasil yang diperoleh

belum tentu mewaikili subjek secara keseluruhan

2. Pada penelitian ini peneliti mengalami keterbatasan terkait waktu penelitian

yang sedikit sulit diprediksi atau diatur ketika melakukan penelitian engan

subjek atau narasumber terkait, karena harus menyesuaikan dan mengikuti

jadwal subjek atau narasumber terkait

3. Data yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian tidak dapat diperoleh

dengan maksimal, terutama terkait data monografi yang diperlukan guna

mengkaji dan mendukung proses penelitian.

82

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di

atas, maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa:

1. Latar belakang perempuan menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga

dan dukun urut (pijat) yaitu karena;

a. Faktor ekonomi, yang mana alas an mereka menjalani peran ganda ini

salah satunya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan

perekonomian keluarga,

b. Faktor keturunan, yakni karena adanya turunan dan keterampilan yang

diperoleh dari orangtua yang dulunya juga berprofesi atau bekerja sebagai

dukun urut (pijat) menyebabkan perempuan ini turut melestarikan dan

meneruskan pekerjaan yang telah ditekuni oleh orangtua mereka,

c. Bisa sambil mengurus keluarga/rumah, perempuan yang menjalankan

peran ganda ini beranggapan bahwa dengan bekerja dan menjalani profesi

sebagai dukun urut (pijat) mereka dapat sekaligus mengerjakan dan

mengurus keluarga dan rumah.

2. Peran ganda (aktivitas) yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat) diantaranya yaitu meliputi peran sebagai ibu

rumah tangga yang bekerja di dalam rumah tangga (domestik) dan peran

sebagai dukun urut (pijat) yang bekerja di luar rumah tangga (publik). Adapun

kegiatan atau aktivitas yang dijalani dan dilakukan oleh perempuan tersebut

berdasarkan data yang telah ditemukan yaitu

a. Perempuan sebagai ibu rumah tangga, yang bekerja dan bertanggung

jawab untuk memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan menyiapkan

keperluan anak dan suami,

83

b. Perempuan sebagai dukun urut (pijat), yang bekerja dan bertanggung

jawab untuk mengurut pasien, selain itu mereka juga dapat mengerok,

memandikan bayi, dan membuat ramuan (popol/sapih dan resep

tradisional).

3. Sedangkan dampak yang dialami oleh perempuan yang menjalani peran ganda

sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) berdasarkan data yang

ditemukan yaitu meliputi diantaranya

a. Dampak positif, meliputi dampak ekonomi yakni bertambahnya

penghasilan keluarga, dampak sosial meliputi mudah dikenal di

masyarakat.

b. Dampak negatif, meliputi dampaknya terhadap kesehatan yakni badan

lebih rentan sakit, lelah, letih dan lesu, serta dampak terhadap beban kerja

ganda yang ditanggung.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini

berimplikasi secara praktek maupun kepada keluarga, masyarakat ataupun

pemerintah, mengenai perempuan yang mengalami beban kerja ganda.

Masyarakat harus sadar dan memahami bahwa pekerjaan rumah tangga bukan

hanya dilakukan dan dikerjakan oleh perempuan saja, melainkan juga anggota

keluarga lain seperti suami dan anak. Hal ini perlu dipahami dan disadari bahwa

perspektif terkait perempuan sebagai ibu rumah tangga tidak harus mengerjakan

pekerjaan rumah (domestic), terlebih perempuan yang juga bekerja di luar rumah

(publik). Masyarakat perlu menyadari bahwa perempuan tidak hanya bekerja di

rumah sebagai ibu rumah tangga, namun juga dapat bekerja di luar rumah guna

meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian keluarganya. Keluarga juga harus

sadar dan membantu serta berkontribusi dalam mengerjakan pekerjaan rumah

tangga agar beban kerja yang dialami oleh perempuan yang menjalani peran

ganda ini dapat berkurang. Bukan hanya itu, pemerintah juga perlu membuat

kebijakan yang nantinya dapat meningkatkan skill dan kemampuan masyarakat,

khususnya bagi perempuan agar diperoleh profesi dan pekerjaan yang sesuai yang

84

dapat meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Dengan memperhatikan

kondisi di lapangan, pemerintah dapat memberikan kontribusi melalui berbagai

kegiatan guna menambah skill dan kemampuan yang dimiliki, khususnya kepada

perempuan yang harus bekerja guna meningkatkan perekonomian keluarganya.

C. Saran

Berdasarkan data yang ditemukan, peneliti menyarankan beberapa hal

terkait peran ganda yang dialami oleh perempuan sebagai ibu rumah tangga dan

dukun urut (pijat), diantaranya yaitu

a. Pemerintah: perlu adanya kebijakan-kebijakan yang dapat membantu

masyarakat, khususnya perempuan rumah tangga dalam meningkatkan skill

dan kemampuan guna diperoleh kualitas hidup dan meningkatkan

perekonomian keluarga dengan adanya sosialisasi di tiap daerah-daerah,

khususnya daerah yang jauh dari ibukota.

b. Keluarga: perlu adanya kesadaran bahwa pekerjaan rumah tidak hanya

dilakukan oleh perempuan rumah tangga (ibu/istri) melainkan juga tanggung

jawab semua anggota keluarga, dan perlu adanya kontribusi langsung dalam

mengerjakan pekerjaan rumah (domestik) guna meringankan dan membantu

perempuan rumah tangga (ibu/istri) agar berkurangnya dampak yang

ditimbulkan akibat menjalani peran ganda atau beban kerja ganda.

85

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Haryanto, Sindung. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Post Modern.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Jones, Pip. dkk., Buku Pengantar Teori-teori Sosial, Terj. dari Introducing Social

Theory, Second Edition oleh Achmad Fedyani Saifuddin, Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016.

Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: FITK, 2019.

Ritzer, George & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Ke-6, Terj.

dari Modern Sociological Theory 6th Edition oleh Alimandan, Jakarta:

Kencana, 2010.

Samsu, Metode Penelitian (Teori Dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Mixed

Methods Serta Research & Development), Jambi: Pusat Studi Agama

Dan Kemasyarakatan, 2017.

Siyoto, Sandu. Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Literasi Media

Publishing, 2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, Bandung:Alfabeta, 2016.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadhy Akbar. Metodologi Penelitian Sosial,

Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

Yusuf, A. Muri Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian

Gabungan, Jakarta: Kencana, 2014.

Skripsi

Fadlianti, Nurul. “Peran perempuan buruh tani merica dalam meningkatkan

ekonomi keluarga di Desa Wawondula Kecamatan Towuti Kabupaten

Luwu Timur”, Skripsi pada Universitas Negeri Makassar, Makassar:

2019, tidak dipublikasi.

86

Farlina, Liza. “Dukun Pengobatan di Kecamatan Batang Merangin Kabupaten

Kerinci Provinsi Jambi”, Skripsi pada program Sarjana Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2005, tidak dipublikasi.

Miranti, Vivi. “Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Pedagang Kue Tradisional Di

Pasar Doping Kelurahan Doping Kecamatan Penrang Kabupaten Wajo”,

Skripsi Pada Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Makassar,

Makassar: 2019, Tidak Dipublikasi.

Puspitasari, Eka. “Peran Ganda Perempuan Pada Ibu Bekerja Di Desa

Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta”, Skripsi Pada Program

Studi Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta: 2016, tidak dipublikasi.

Ridwan. Mas Muhammad. “Peran Ganda perempuan Dalam Keluarga Sebagai

Buruh Pabrik Dan Ibu Rumah Tangga Di Desa Berbek Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo”, Skripsi pada sekolah IAIN Sunan Ampel Surabaya,

Surabaya: 2012, tidak dipublikasi.

Sari, Desi Kurnia. “Pemahaman Masyarakat Muslim Tentang Perdukunan Di

Kampung I Desa Tembung”, Skripsi pada program Sarjana Universitas

Islam Negeri Sumatera Utara, Medan: 2018, tidak dipublikasi.

Setiawan, Bayu Aji. “Persepsi Masyarakat Pada Pengobatan Non Medis Di Desa

Pang Kemiri Tulangan Kabupaten Sidoarjo”, Skripsi pada program

sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya,

2021, tidak dipublikasi.

Jurnal

Ahdiah, Indah. Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat, Jurnal Academica

Fisip Untad, 05, 2013.

Christoper, Rio dkk., Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja

wanita sebagai Ibu rumah tangga, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15,

2017.

87

Hakim, Lukman. Et al, Faktor Fosial Budaya dan Orientasi Masyarakat Dalam

Berobat, Jurnal Universitas Jember, 2013.

Ilyas, Arwani. Paradigma Masyarakat Tentang Dukun (Melacak Peran dan Posisi

Dalam Struktur Sosial Politik dan Ekonomi Masyarakat), Jurnal

Kontemplasi, 6, 2017.

Manalu, Afriyame. dkk., Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita bekerja

sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) di PT. Inti Indosawit Subur Muara

Bulian Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten Batanghari, Jurnal Sosio

Ekonomika Bisnis, 17, 2014.

Maswita, Wanita Bekerja dan Mengatur Keperluan Keluarga, Jurnal Keguruan, 5,

2017.

Matsani, dkk. Pengaruh Pijat Urut Tradisional Indonesia (Relaksasi), dan

Peregangan (Stretching) Terhadap Nyeri Punggung Bawah (LBP) yang

Disebabkan Spasme Otot, Jurnal DhammavicayaI, 5, 2021.

Ramadani, Ninin. Implikasi Peran Ganda Perempuan Dalam Kehidupan Keluarga

Dan Lingkungan Masyarakat, jurnal Sosietas, 6, 2016

Rambitan, Monica. Peran Ganda Wanita Karir di Kelurahan Wengkol Kecamatan

Tondano Timur Kabupaten Minahasa, Jurnal Holistik, 2014.

Sabariman, Hoiril. Perempuan Pekerja (Status Dan Peran Pekerja Perempuan

Penjaga Warung Makan Kurnia), Jurnal Analisa Sosiologi, 8,

2019.Samsidar, Peran Ganda Wanita dalam Rumah Tangga, Jurnal An

Nisa’, 12, 2019.

Sari,Eka Novita. dkk., Persepsi Kesetaraan Gender Dan Motivasi Bekerja Dalam

Peningkatan Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Pasar Tradisional Besuki

Situbondo), Jurnal Universitas Muhammadiyah Jember, 2019. Siswati,

Endah. Berhenti Bekerja Demi Keluarga (Dilema Perempuan Karir

Dalam Perspektif Feminisme), Jurnal Translitera, 9, 2020.

Suharnanik, Peran Ganda (Bekerja Sekaligus Ibu Rumah Tangga) Perempuan

Muslimah Dalam Perspektif Struktural Fungsional, Jurnal Al-Hikmah,

17, 2019.

88

Supartiningsih, Peran Ganda Perempuan Sebuah analisis Kritis, jurnal Filsafat,

2003.

Turama, Akhmad Rizqi. Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural Talcottt

Parsons, Eufoni, 2, 2020.

Website

Aisha, Agnesia. “Dr. Zaidul Akbar Jelaskan Manfaat bagi yang Menyukai Urut

dan Pijat”, 2021, https://portaljember.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-

162787105/dr-zaidul-akbar-jelaskan-manfaat-bagi-yang-menyukai-urut-

dan-pijat, 8 januari 2022.

Anonim, “Pijat Bayi di Tukan Urut, Boleh Engga Sih?”, 2019,

https://kumparan.com/kumparanmom/pijat-bayi-di-tukang-urut-boleh-

enggak-sih-1qr2eBbP63w/full, 7 Januari 2022.

Fauziyyah, Atikah Nur Azzah. “Mengembalikan Makna Kata “Perempuan””, 2019,

https://amanat.id/mengembalikan-makna-kata-perempuan/, 7 Januari

2022.

Kamus Besar Bahasa lndonesia (Online),

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perempuan, Diakses pada 31

Desember 2021

Muhammad Fahmi Garna, “Perancangan Media Melalui Buku Informasi Manfaat

Pijat Tradisional Untuk Kesehatan”, 2016,

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/706/jbptunikompp-gdl-

muhammadfa-35272-10-unikom_m-i.pdf, 8 Januari 2022..

Parhani, Siti. “Antara Wanita dan Perempuan, Apa Bedanya?”, 2021,

https://magdalene.co/story/antara-wanita-dan-perempuan-apa-bedanya, 7

Januari 2022.

Septiani, Wahyu. “Kata Mana yang Sebaiknya Digunakan: Wanita atau

Perempuan?”, 2021, https://www.dewimagazine.com/news-art/kata-

mana-yang-sebaiknya-digunakan-wanita-atau-perempuan, 7 Januari

2022.

89

Sodikin, “Meski Beda Penampilan, Dukun Hitam Dan Dukun Putih Ternyata..”,

2020, https://www.islampos.com/meski-beda-penampilan-dukun-hitam-

dan-dukun-putih-ternyata-206865/, 8 Januari 2020.

90

LAMPIRAN-LAMPIRAN

91

Lampiran 1. Lembar Uji Referensi

LEMBAR UJI REFERENSI

92

93

94

95

96

97

98

Lampiran 2. Transkip Wawancara

TRANSKIP WAWANCARA :

A. Perempuan yang bekerja sebagai Dukun Urut (pijat) sekaligus sebagai Ibu

Rumah Tangga

Nama : Ibu Suhaenah (Enah)

Umur : 54 Tahun

Pendidikan : SMP

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 19 November 2021 Pukul 13:50

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Berapa banyak anggota

keluarga anda?

Ada 5 orang, saya suami dan 2 anak

perempuan dan 1 anak laki-laki

2 Apa pekerjaan suami anda? Buruh serabutan

3 Apa saja kegiatan sehari-

hari anda?

Kegiatan saya kalau pagi mengurus rumah,

seperti memasak, mencuci dan mengurus

keperluan keluarga dan mengurut,

sedangkan untuk mengurut sendiri

dikerjakan setelah pekerjaan rumah selesai

4

Sejak kapan anda menjalani

profesi sebagai dukun urut

(pijat)?

Sejak 2010

5

Dari siapa anda belajar dan

apa saja yang anda pelajari

untuk menjadi seorang

dukun urut (pijat)?

Dari orangtua saya

Hal yang saya pelajari untuk menjadi

seorang tukang urut yakni seperti

meluruskan niat, menjalankan puasa senin

kamis dan mengikuti sunah-sunah Nabi, itu

saja, yang terpenting semua yang saya

pelajari untuk memperoleh ridho Allah

99

6

Apa saja alat-alat yang

dibutuhkan untuk

mendukung pekerjaan anda

sebagai dukun urut (pijat)?

Kasur untuk mengurut, minyak urut,

handbody dan uang koin (untuk

mengerok/mengerik)

7 Berapa kali dalam sehari

anda menerima pasien? Kadang 3, kadang 5, tidak menentu

8

Selain mengurut, apa saja

hal yang dapat anda lakukan

atau kerjakan sebagai

seorang dukun urut (pijat)?

Saya biasanya diminta tolong untuk

memandikan bayi jika ada ibu hamil yang

baru melahirkan, terkadang

mengerok./mengerik, dan lain-lain

9

Berapa biaya atau bayaran

yang anda peroleh atau

dapatkan untuk sekali

mengurut?

Tidak menentu, kadang besar kadang kecil,

namanya juga seikhlasnya orang. Pasien

ngasih tidak menentu, sesuai dengan

kebutuhan mereka, keadaan ekonomi

mereka, kadang besar kadang kecil.

10

Apa yang melatarbelakangi

anda bekerja sebagai dukun

urut (pijat) sekaligus juga

berperan sebagai ibu rumah

tangga?

Saya sendiri memutuskan untuk menjadi

tukang urut karena untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi, kebutuhan hidup, dan

biaya seolah anak. Saya dibidang yang lain

tidak bisa, dibidang usaha saya sudah

bangkurt, nah kebetulan orangtua saya

tukang urut, jadi saya nurunin jadi tukang

urut, dan kebutuhan saya terpenuhi jadi

tukang urut

11

Siapa yang mengurus rumah

ketika anda bekerja sebagai

dukun urut (pijat)?

Saya dan anak perempuan saya.

12

Bagaimana anda mengatur

waktu anda dalam

melaksakan peran sebagai

Saya bangun pagi-pagi, kemudian ngasih

sarapan ke suami dan anak-anak, kemudian

jika ada yang ngurut saya seling dengan

100

dukun urut (pijat) dan

sebagai seorang ibu rumah

tangga?

ngurut, terus saya selingi lagi dengan beres-

beres rumah. Jadi, fleksibel lah, sesuai

dengan keadaan dan keperluan kita. Kadang

jika tamu datang pagi, setelah selesai saya

lanjutkan dengan memasak dan

membereskan rumah. Itu aja, jadi yang

penting saya bisa membagi waktu sih antara

ngurut dan ngurus rumah

13

Perubahan apa saja yang

terjadi pada keluarga anda

ketika anda memutuskan

untuk bekerja sebagai

dukun urut (pijat)?

Saya sendiri merasa sangat berubah, dari

segi ekonomi sendiri kebutuhan keluarga

dapat terpenuhi, anak anak bisa sekolah dan

apapun yang mereka inginkan dapat saya

penuhi, dan saya juga jadi mudah dikenal

oleh orang dan dipercaya untuk ngurut,

dipanggil kesana kesini untuk mengurut,

dan banyak lagi

14

Apa hambatan yang anda

alami ketika anda menjalani

peran sebagai seorang

dukun urut (pijat) dan

sebagai seorang ibu rumah

tangga?

Hambatannya cukup banyak, misalnya

ketika ada pasien yang ke rumah dan saya

lagi ngurut diluar, terus kadang-kadang

ketika pekerjaan di rumah kaya memasak

dan sebagainnya belum selesai, ada yang

ngurut ada yang nungguin, dan terkadang

suka dipanggil untuk memandikan bayi

yang tempatnya cukup jauh, itu saja

kendalanya

15

Dampak apa yang anda

rasakan/alami ketika anda

menjalani peran sebagai

seorang dukun urut (pijat)

dan sebagai seorang ibu

Dampaknya banyak, seperti fisik saya

melemah, tenaga yang berkurang setelah

mengurut, sulit konsentrasi, terus sedikit ada

kenadala aja ketika menyesuaikan antara

mengurus rumah dan mengurut, terlebih

101

rumah tangga? karena sayasemakin tua jadi lebih ke fisik

ajasih. Tapi karena mengurut juga

perekonomian keluarga saya terbantu, saya

bisa menyekolahkan anak hingga kuliah

Nama : Ibu Hj. Uum S (Ibu Eti)

Umur : 68 Tahun

Pendidikan : SD

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 20 November 2021 Pukul 12:47

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Berapa banyak anggota

keluarga anda? Ada 3 orang, 2 laki-laki dan 1 perempuan

2 Apa pekerjaan suami anda? Suami saya sudah meninggal

3 Apa saja kegiatan sehari-hari

anda?

Mengepel, meyuci, pokoknya pekerjaan

ibu rumah tangga dan ngurut. Terkadang

saya juga ikut pengajian rutin tiap

semninggu 3 kali dan tentu aja ngurut

4

Sejak kapan anda menjalani

profesi sebagai dukun urut

(pijat)?

Saya sudah menjadi seorang dukun urut

(pijat) sejak 1992

5

Dari siapa anda belajar dan

apa saja yang anda pelajari

untuk menjadi seorang dukun

urut (pijat)?

Saya belajar dari orang luar (asing) dan

orangtua saya,

Saya mempelajari tentang obat-obatan

tradisional (dari dedaunan dan

sebagainnya) , akupuntur, dan puasa

sunnah (senin-kamis)

6 Apa saja alat-alat yang

dibutuhkan untuk mendukung

Saya biasanya hanya memakai minyak

(bisa minyak urut, minyak sayur ataupun

102

pekerjaan anda sebagai dukun

urut (pijat)?

minyak yang dibawa oleh pasien) dan

terkadang kain, itu saja

7 Berapa kali dalam sehari anda

menerima pasien?

Biasanya 3 sampai 4 orang, paling sedikit

3 orang dan paling banyak 7orang dalam

sehari

8

Selain mengurut, apa saja hal

yang dapat anda lakukan atau

kerjakan sebagai seorang

dukun urut (pijat)?

Biasanya selain ngurut pasien sering

konsultasi terkait keluhan ataupun

penyakit yang dialami, seperti bertanya

tentang sakit perut obatnya apa, untuk

tidak bisa buang air kecilobatnya apa, ya

misalnya seperti daun alpuket, daun kumis

kucing, lengkuas merah dan sebagainnya

digodok (direbus kemudian diambil

airnya), jadi lebih ke dedauan (ramuan dari

daun)

9

Berapa biaya atau bayaran

yang anda peroleh atau

dapatkan untuk sekali

mengurut?

Biasanya 50-70 ribu

10

Apa yang melatarbelakangi

anda bekerja sebagai dukun

urut (pijat) sekaligus juga

berperan sebagai ibu rumah

tangga?

Karena bisa sambil mengurus keluarga dan

karena saya mempunyai keahlian

(kemampuan) untuk menjadi seorang

dukun urut (pijat) yang saya pelajari dari

orang asing (luar), jadi saya ikuti

11

Siapa yang mengurus rumah

ketika anda bekerja sebagai

dukun urut (pijat)?

Saya sendiri, terkadang dibantu oleh

keluarga ketika mereka sedang luang aja

12

Bagaimana anda mengatur

waktu anda dalam

melaksakan peran sebagai

Biasanya setelah sholat subuh saya

langsung masak sambil mencuci,

kemudian jika ada orang ngurut, saya

103

dukun urut (pijat) dan sebagai

seorang ibu rumah tangga?

suruh tunggu sebentar, setelah selesai

ngurut biasnaya saya lanjutkan lagi

mengerjakan pekerjaan rumah yang lain,

begitu seterusnya

13

Perubahan apa saja yang

terjadi pada keluarga anda

ketika anda memutuskan

untuk bekerja sebagai dukun

urut (pijat)?

Perubahannya paling penghasilan saya jadi

bertambah

14

Apa hambatan yang anda

alami ketika anda menjalani

peran sebagai seorang dukun

urut (pijat) dan sebagai

seorang ibu rumah tangga?

Menurut saya tidak ada, paling saya sulit

mengatur waktu makan saja, jadinya sakit

maag aja

15

Dampak apa yang anda

rasakan/alami ketika anda

menjalani peran sebagai

seorang dukun urut (pijat)

dan sebagai seorang ibu

rumah tangga?

Saya rasa penghasilan saya jadi lebih

bertambah, sebulan saya bisa mendapat 2

juta lebih, saya juga lebih dikenal di

lingkungan sekitar

Nama : Ibu Eneng

Umur : 59 Tahun

Pendidikan : SD

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 21 November 2021 Pukul 15:20

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Berapa banyak anggota

keluarga anda?

Ada 6 orang, saya dan suami, lalu 4 orang

anak perempuan

104

2 Apa pekerjaan suami anda? Tidak bekerja (serabutan)

3 Apa saja kegiatan sehari-hari

anda?

Kegiatan saya mengurus rumah, mencuci

menyapu, mengepel, memasak, menjaga

warung, dan sebagainnya serta ngurut

4

Sejak kapan anda menjalani

profesi sebagai dukun urut

(pijat)?

Sejak anak terakhir saya masih kecil,

mungkin sekitar tahun 1999an

5

Dari siapa anda belajar dan

apa saja yang anda pelajari

untuk menjadi seorang dukun

urut (pijat)?

Saya belajar sendiri, dan dibantu sedikit

dengan orangtua saya

Waktu itu saya menjalani puasa saja,

seperti puasa sunnah, puasa mutih dan

belajar bagaimana teknik dan cara

mengurut yang benar, itu saja

6

Apa saja alat-alat yang

dibutuhkan untuk mendukung

pekerjaan anda sebagai dukun

urut (pijat)?

Kasur untuk mengurut, kain sebagai

tutupan jika ada perempuan yang

mengurut seluruh badan, minyak (minyak

kelapa, minyak urut ataupun minyak bayi),

uang koin untuk kerokan/kerikan, dan

bawang untuk mengerik/mengerok bayi,

karena kulit bayi sensitive jadi tidak bisa

pakai koin

7 Berapa kali dalam sehari anda

menerima pasien?

Tergantung, paling sedikit 10 orang,

paling banyak 25-30 orang perhari,

kebanyakan bayi

8

Selain mengurut, apa saja hal

yang dapat anda lakukan atau

kerjakan sebagai seorang

dukun urut (pijat)?

Biasanya selain ngurut, pasien minta di

kerik/kerok, dimandikan bayinya untuk

ibu hamil yang masih takut, membuat

popol (semacam ramuan yang dibuat dari

dedauanan yang dicampur dengan bahan

lain) dan sebagainnya

105

9

Berapa biaya atau bayaran

yang anda peroleh atau

dapatkan untuk sekali

mengurut?

Tidak menentu, tergantung kemampuan

tiap pasien, ada yang 25 ribu, 30 ribu, 50

ribu, bahkan 100 ribu. Untuk beberapa

pasien, bahkan ada yang saya gratiskan

karena merasa kasihan

10

Apa yang melatarbelakangi

anda bekerja sebagai dukun

urut (pijat) sekaligus juga

berperan sebagai ibu rumah

tangga?

Kebutuhkan keluarga. Sebenarnya suami

saya dulu kerja, kemudian bangkrut dan

kena tipu orang, jadi saya memutuskan

untuk membantu suami saya mencari

nafkah, jadi saya mulai belajar menjadi

seorang dukun urut (pijat)

11

Siapa yang mengurus rumah

ketika anda bekerja sebagai

dukun urut (pijat)?

Saya sendiri, terkadang dibantu sama

anak, tapi mereka tidak terlalu banyak

membantu

12

Bagaimana anda mengatur

waktu anda dalam

melaksakan peran sebagai

dukun urut (pijat) dan sebagai

seorang ibu rumah tangga?

Setelah sholat subuh biasanya saya

langsung memegang pekerjaan rumah

seperti mencuci, menyapu, memasak dan

sebagainnya sampe agak siangan,

kemudian jika ada pasien datang, saya

tunda dulu pekerjaan rumah saya dan saya

pegang (urut) pasien dahulu, kemudian

pekerjaan rumah dilanjut lagi jika tidak

ada lagi pasien yang datang. Seperti itu

terus.

13

Perubahan apa saja yang

terjadi pada keluarga anda

ketika anda memutuskan

untuk bekerja sebagai dukun

urut (pijat)?

Saya kira banyak, seperti perekonomian

saya bertambah, saya bisa membangun

rumah, saya bisa menyekolahkan anak

saya sampai kuliah, dan saya banyak

dipanggil oleh orang untuk ngurut mereka.

14 Apa hambatan yang anda Kadang jika saya sedang pegang pekerjaan

106

alami ketika anda menjalani

peran sebagai seorang dukun

urut (pijat) dan sebagai

seorang ibu rumah tangga?

rumah, tiba-tiba pasien datang untuk

ngurut, jadi pekerjaan rumah terpaksa saya

tunda dulu. Saya juga tidak sempat

makan/sarapan jika pasien datang terlalu

pagi, jadi saya baru bisa makan siang atau

sore setelah pasien pulang. Dan yang

terakhir paling menyesuaikan waktu

ibadah sholat, terkadang ada pasien yang

kekeuh minta diurut saat itu juga, padahal

saya belum sholat, jadi terpaksa saya tunda

sholat sampai akhir waktu.

15

Dampak apa yang anda

rasakan/alami ketika anda

menjalani peran sebagai

seorang dukun urut (pijat)

dan sebagai seorang ibu

rumah tangga?

Cukup banyak. Pendapatan saya

bertambah, saya mudah dipercaya dan

dikenal orang untuk ngurut, saya juga bisa

menyekolahkan anak saya. Tapi, saya juga

terkadang merasa letih/lelah, saya merasa

banyak pikiran saja, dan gampang terkena

penyakit, terutama maag karena telat

makan, sulit mengatur waktu untuk sholat

jika ada banyak pasien.

Nama : Ibu Adah

Umur : 51 Tahun

Pendidikan : SMA/SLTA

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 20 November 2021 Pukul 14:42

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Berapa banyak anggota

keluarga anda?

Ada 5, saya dan suami serta 2 anak laki-

laki dan 1 orang perempuan

107

2 Apa pekerjaan suami anda? Tukang urut juga

3 Apa saja kegiatan sehari-hari

anda?

Biasanya saya menyiapkan sarapan untuk

suami dan anak saya, kemudian mencuci,

mengepel, membersihkan

rumput/halaman, menggosok, pokoknya

mengurus rumah dan keluarga, dan

mengurut.

4

Sejak kapan anda menjalani

profesi sebagai dukun urut

(pijat)?

3 tahun terakhir (2018)

5

Dari siapa anda belajar dan

apa saja yang anda pelajari

untuk menjadi seorang dukun

urut (pijat)?

Dari ibu saya dan suami saya, saya

mempelajari bagaimana cara mengurut

dan doa apa saja yang biasanya dibacakan

(seperti al-fatihah dan surat-surat pendek

lainnya), saya juga puasa senin kamis, itu

saja

6

Apa saja alat-alat yang

dibutuhkan untuk mendukung

pekerjaan anda sebagai dukun

urut (pijat)?

Kasur, kain sebagai tatakan, Minyak

(minyak kelapa, minyak urut, dan

sebagainnya), dan uang koin (untuk

mengerok/mengerik)

7 Berapa kali dalam sehari anda

menerima pasien?

Kadang 2 orang, kadang 3 orang, paling

banyak 5

8

Selain mengurut, apa saja hal

yang dapat anda lakukan atau

kerjakan sebagai seorang

dukun urut (pijat)?

Paling pasien perempuan biasanya minta

di lulur, ada juga yang minta

dikerok/dikerik

9

Berapa biaya atau bayaran

yang anda peroleh atau

dapatkan untuk sekali

mengurut?

Biasanya 50 ribu, 70 ribu, atau 100 ribu

108

10

Apa yang melatarbelakangi

anda bekerja sebagai dukun

urut (pijat) sekaligus juga

berperan sebagai ibu rumah

tangga?

Di samping saya punya ilmu atau keahlian

yang diturunkan dari orangtua, juga untuk

memenuhi prekonomian/kebutuhan

keluarga, jadi saya memutuskan untuk

menjadi seorang dukun urut (pijat). Suami

saya pun juga begitu, untuk menambah

pendapatan. Dan karena ketika menjadi

seorang dukun urut (pijat) saya juga bisa

sambil mengurus keluarga, ngurus semua

sambil ngurut

11

Siapa yang mengurus rumah

ketika anda bekerja sebagai

dukun urut (pijat)?

Saya sendiri, anak saya hanya bantu-bantu

saja

12

Bagaimana anda mengatur

waktu anda dalam

melaksakan peran sebagai

dukun urut (pijat) dan sebagai

seorang ibu rumah tangga?

Biasanya jika belum ada pasien, saya

mengurus pekerjaan rumah terlebih

dahulu, lalu jika ada pasien maka

pekerjaan rumahnya saya tingga.

Kemudian setelah saya selesai

mengurut,saya lanjutkan lagi memegang

pekerjaan rumah. Jadi sebisa saya

mengatur waktunya saja

13

Perubahan apa saja yang

terjadi pada keluarga anda

ketika anda memutuskan

untuk bekerja sebagai dukun

urut (pijat)?

Alhamulillah, perekonomian saya terbantu

dan saya jadi lebih dikenal orang

14

Apa hambatan yang anda

alami ketika anda menjalani

peran sebagai seorang dukun

urut (pijat) dan sebagai

Hambatannya seperti saya jadi lebih

mudah lelah, mudah ngantuk, capek,

pokoknya seperti itu

109

seorang ibu rumah tangga?

15

Dampak apa yang anda

rasakan/alami ketika anda

menjalani peran sebagai

seorang dukun urut (pijat)

dan sebagai seorang ibu

rumah tangga?

Dampak baiknya sih saya bisa memenuhi

keinginan anak-anak saya, sekedar untuk

jajan dan keperluan lainnya

Untuk dampak buruknya sendiri, badan

saya jadi mudah lelah/capek.

B. Anggota Keluarga (suami/anak) Perempuan yang bekerja sebagai Dukun

Urut (pijat) sekaligus sebagai Ibu Rumah Tangga

Nama : Mela Wahuni (anak ibu Enah)

Umur : 24 tahun

Pendidikan : S1 (Sedang berkuliah)

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 19 November 2021 Pukul 15:56

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apa pekerjaan anda? Saya seorang mahasiswa

2 Apa saja kegiatan sehari-

hari anda?

Kegiatan saya paling menghandle

pekerjaan rumah dan kuliah

3

Mengapa perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam

keluarga ini bekerja?

Untuk membantu memnuhi kebutuhan

keluarga sih ya, karena beliau yang

mencari nafkah di keluarga ini

4 Siapa saja yang bekerja di

keluarga anda? Hanya ibu saya saja

5

Apa yang anda lakukan

ketika perempuan (istri/ibu)

yang ada dalam keluarga ini

bekerja?

Yang saya lakukan biasanya mengurus

rumah dan mengerjakan pekerjaan saya

sebagai mahasiswa

110

6

Apakah anda setuju jika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja, khususnya bekerja

sebagai dukun urut (pijat)?

Sebenarnya karena faktor ekonomi yah,

jadi saya mau tidak meu menyetujui,

karena dari nenek sayapun ada

ketutrunannya. Jadi setuju saja sih.

7

Siapa yang mengurus rumah

ketika perempuan (istri/ibu)

yang ada dalam keluarga ini

bekerja?

Saya sendiri, namun terkadang ibu saya

juga memegang pekerjaan rumah

8

Perubahan apa yang anda

rasakan/alami ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

memutuskan bekerja?

Jadi perubahan yang dialamiinya terbantu

dari segi ekonomi, kalau dari ekonomi

sendiri lebih bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari, kalau yang lainnya ibu saya

jadi lebih dikenal sama yang lain ya

9

Apa

hambatan/permasalahan

yang anda rasakan ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja?

Saya sebagai anak merasakan karena peran

ibu saya sendiri ada 2 selain sebagai ibu

rumah tangga juga sebagai seorang pencari

nafkah, jadi yang saya rasakan emosional

kurang stabil

10

Dampak apa yang anda

rasakan/alami ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja?

Dampaknya sih bagi psikologis saya ya,

karena saya pribadi kurang mendapatkan

kasih sayang karena ibu saya sibuk

bekerja, jadinya saya menjadi pribadi yang

sedikit emosional. Dampak lainnya ya

ekonomi keluarga saya sangat terbantu dan

terpenuhi, juga keluarga kami jadi

gampang dikenal di sekitar

11 Apakah perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam

Sebenarnya sih, terkadang karena

pekerjaannya suka ada yang lupa

111

keluarga ini) sering

meninggalkan perannya

sebagai seorang ibu rumah

tangga setelah memutuskan

untuk bekerja juga sebagai

dukun urut (pijat)?

mengerjakan pekerjaannya sebagai ibu

rumah tangga. Terlebih jika saya tidak

dapat mengerjakan pekerjaan tersebut,

biasanya sih lupa masak

12

Apa pendapat anda terkait

perempuan perempuan

(istri/ibu) yang bekerja atau

menjalani dua peran

sekaligus yakni sebagai ibu

rumah tangga dan

perempuan karir?

Saya pribadi sebagai perempuan,

sebenarnya tidak masalah, ibu mempunyai

banyak peran, menjadi ibu juga dan

bekerja juga. Karena tidak ada batasan

untuk itu, karena perempuan juga bisa

bekerja juga dan menjadi ibu juga.

Hebatnya perempuan disitu sih

Nama : Selorini (anak ibu Eti)

Umur : 43 Tahun

Pendidikan : Sarjana (S1)

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 25 November 2021 Pukul 20:05

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apa pekerjaan anda? Karyawan swasta

2 Apa saja kegiatan sehari-

hari anda?

Kegiatan saya sebelum berangkat bekerja

membantu ibu seperti kegiatan rumah

tangga, setelah itu saya bekerja. Setelah

pulangnya pun seperti itu juga

3

Mengapa perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam

keluarga ini bekerja?

Awalnya keturunan, untuk pendapatan

tidak terlalu berpatokan

4 Siapa saja yang bekerja di Ibu saya, saya dan suami saya

112

keluarga anda?

5

Apa yang anda lakukan

ketika perempuan (istri/ibu)

yang ada dalam keluarga ini

bekerja?

Karena saya bekerja, jadi saya hanya

melanjutkan apa yang ibu saya belum

kerjakan

6

Apakah anda setuju jika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja, khususnya bekerja

sebagai dukun urut (pijat)?

Kalau masih kuat dan mampu, saya

sebagia anak etuju dan mengizinkan,

namun jika ada dampak lain, apalagi

sekarang karena usia, jadi ya sudha

dibatasi sih

7

Siapa yang mengurus rumah

ketika perempuan (istri/ibu)

yang ada dalam keluarga ini

memutuskan bekerja?

Saya dan ibu saya, jadi terkadang bagi

tugas

8

Perubahan apa yang anda

rasakan/alami ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

memutuskan bekerja?

Dari segi ekonomi membantu, jadi

kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dan

kebutuhan lain. Kalau dari segi lain,

otomatis karena memang sebagai tukang

urut, jadi banyak yang mengenal ibu saya

9

Apa

hambatan/permasalahan

yang anda rasakan ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja?

Kalau yang saya rasakan dampaknya,

hubungan dengan keluarga jadi lebih

sedikit, lebih ke perhatian sih

10

Dampak apa yang anda

rasakan/alami ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja?

Dampaknya lebih perhatian sih ya, jadi

lebih kurang saja

113

11

Apakah perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam

keluarga ini) sering

meninggalkan perannya

sebagai seorang ibu rumah

tangga setelah memutuskan

untuk bekerja juga sebagai

dukun urut (pijat)?

Tidak ya, karena dapat mengatur

jadwalnya sendiri

12

Apa pendapat anda terkait

perempuan perempuan

(istri/ibu) yang bekerja atau

menjalani dua peran

sekaligus yakni sebagai ibu

rumah tangga dan pekerja

sosial lainnya?

Sebetulnya sulit pasti sih ya, yang penting

dapat bagi waktu untuk pekerjaan dan

untuk keluarga di rumah

Nama : Yunus Domo (suami Ibu Enengsih)

Umur : 65 Tahun

Pendidikan : SD

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 21 November 2021 Pukul 20:12

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apa pekerjaan anda? Wiraswasta

2 Apa saja kegiatan sehari-

hari anda?

Biasanya mengantar istri, menjaga warung

dan terkadang bantu menguru rumah

3

Mengapa perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam

keluarga ini bekerja?

Untuk bantu nambah pendapatan, dulu

saya pernah bekerja dan mencoba berbagai

pekerjaan tapi bangkrut, akhirnya istri

saya coba belajar jadi tukang urut dn

114

jadinya lanjut sampai sekarang

4 Siapa saja yang bekerja di

keluarga anda? Istri saya, saya hanya jaga warung

5

Apa yang anda lakukan

ketika perempuan (istri/ibu)

yang ada dalam keluarga ini

bekerja?

Biasanya saya bantu jaga warung atau

mgurus rumah yang satunya karena disana

kan tidak ada siapa-siapa

6

Apakah anda setuju jika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja, khususnya bekerja

sebagai dukun urut (pijat)?

Ya setuju, untuk beli ini itu kan juga

karena istri saya bekerja

7

Siapa yang mengurus rumah

ketika perempuan (istri/ibu)

yang ada dalam keluarga ini

memutuskan bekerja?

Terkadang ngurus rumah sendiri,

terkadang dibantu anak, jika saya sedang

fit terkang juga saya bantu

8

Perubahan apa yang anda

rasakan/alami ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

memutuskan bekerja?

Pendapatan jadi lebih bertambah dan bisa

beli ini itu dengan mudah, anak juga dapat

sekolah sampai bangku kuliah

9

Apa

hambatan/permasalahan

yang anda rasakan ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja?

Beberapa kerjaan rumah jadi tidak

terpegang aja, terkadang tidak sempat

makan, tidak sempat sarapan, ada juga

tamu yang datang tengah malam minta di

urut atau maranin istri saya karena istrinya

di rumah lagi sakit, jadi menganggu waktu

istirahat

10 Dampak apa yang anda

rasakan/alami ketika

Saya jadi kurang mendapat perhatian istri,

karena istri saya juga kerja nyari uang dan

115

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja?

ngurus pekerjaan rumah, jadi terkadang

saya kurang diperhatiin saja. Tapi disatu

sisi keluarga saya jadi makin dikenal

orang karena istri saya bisa ngurut dan

dipercaya orang untuk ngurut, saya juga

punya beberapa rumah, intinya ekonomi

membaik lah

11

Apakah perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam

keluarga ini) sering

meninggalkan perannya

sebagai seorang ibu rumah

tangga setelah memutuskan

untuk bekerja juga sebagai

dukun urut (pijat)?

Bukan menginggalkan, tapi karena banyak

pasien, jadinya tidak kepegang, tidak

sempat dikerjakan

12

Apa pendapat anda terkait

perempuan perempuan

(istri/ibu) yang bekerja atau

menjalani dua peran

sekaligus yakni sebagai ibu

rumah tangga dan

perempuan karir?

Selama itu baik dan tidak melanggar

kondratnya sebagai seorang istri dan ibu

rumah tangga, saya pikir tidak masalah

Nama : Supriyanto (suami ibu Adah)

Umur : 52 Tahun

Pendidikan : SMA

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 19 November 2021 Pukul 17:44

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

116

1 Apa pekerjaan anda? Pekerjaan saya ngurut tradisional

2 Apa saja kegiatan sehari-

hari anda? Kegiatan saya sehati-hari saya ya ngurut

3

Mengapa perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam

keluarga ini bekerja?

Kalau menurut saya, karena itu bukan

sebagai pekrjaan jadi sebagai turunan, jadi

harus dilestarikan dan diteruskan

4 Siapa saja yang bekerja di

keluarga anda? Saya, istri saya dan anak saya

5

Apa yang anda lakukan

ketika perempuan (istri/ibu)

yang ada dalam keluarga ini

bekerja?

Ya biasanya saya nganter istri saya, jadi

kalau ada pasien yang istrinya diurut sama

istri saya, terkadnag suaminya juga ingin

diurut

6

Apakah anda setuju jika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja, khususnya bekerja

sebagai dukun urut (pijat)?

Tidak, karena itu ilmu keturunan yang

harus dilestarikan.

7

Siapa yang mengurus rumah

ketika perempuan (istri/ibu)

yang ada dalam keluarga ini

memutuskan bekerja?

Tetap, istri saya. Karena kalau jadi tukang

urut, waktunya kan bisa kita atur. Kita

ngatur waktunya supaya pekerjaan rumah

beres dulu

8

Perubahan apa yang anda

rasakan/alami ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

memutuskan bekerja?

Perubahannya lebih ke ekonomi, sekarang

kalau mau beli apa saja bisa, kalau dulu

kan harus dipikir-pikir dulu

9

Apa

hambatan/permasalahan

yang anda rasakan ketika

perempuan (istri/ibu) yang

Tidak ada

117

ada dalam keluarga ini

bekerja?

10

Dampak apa yang anda

rasakan/alami ketika

perempuan (istri/ibu) yang

ada dalam keluarga ini

bekerja?

Dampaknya pendapatan rumah tangga jadi

lebih meningkat. Komunikasi semakin

enak, Kehidupan semakin meningkat, itu

saja.

11

Apakah perempuan

(istri/ibu) yang ada dalam

keluarga ini) sering

meninggalkan perannya

sebagai seorang ibu rumah

tangga setelah memutuskan

untuk bekerja juga sebagai

dukun urut (pijat)?

Tidak, istri saya tetap menjalankan

pekerjaannyasebagai seorang ibu. Semua

pekerjaan, anak-anak tetap diurus.

12

Apa pendapat anda terkait

perempuan perempuan

(istri/ibu) yang bekerja atau

menjalani dua peran

sekaligus yakni sebagai ibu

rumah tangga dan

perempuan karir?

Sebenarnya secara umum peremouan tidak

boleh bekerja, laki-laki yang harus

mencari nafkah. Tapi untuk zaman modern

ini, ya kalau menurut saya bagus

perempuan bekerja, asalakan jangan

melebihi batasanya. Kadang-kadang kalau

sudah mempunyai gaji besar lupa sama

keluarga lupa sama suami

C. Pasien Perempuan yang bekerja sebagai Dukun Urut (pijat) sekaligus

sebagai Ibu Rumah Tangga

Nama : Dewi (pasien ibu Enah)

Umur : 33 Tahun

Alamat : Dramaga, Bogor

118

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 26 November 2021 Pukul 17:53

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1

Sudah berapa lama anda

pergi ke dukun urut (pijat)

ini?

Sudah hampir 7 tahun

2

Dari mana/siapa anda tahu

dukun urut (pijat) yang anda

kunjungi sekarang?

Dari saudara saya yang tinggal nggak jauh

dari sini

3 Apa alasan anda pergi ke

dukun urut (pijat)?

Biasanya karena saya ngerasa engga enak

badan, pegal-pegal, karena capek

beraktivitas

4

Berapa biaya atau bayaran

yang anda berikan setelah

mendapatkan jasa (urut)

dari dukun urut (pijat)?

Biasanya minimial saya kasih 100 ribuan,

tergantung apa yang diurut, kalau

diurutnya sebadan, saya kasih 100 ribu

5

Berapa banyak dukun urut

(pijat) perempuan yang

anda ketahui?

Ada sih bebera orang, jaraknya cukup jauh

6

Bagaimana pandangan anda

terkait dukun urut yang juga

merupakan seorang ibu

rumah tangga?

Kalau menurut saya, luar biasa sih ya.

Mereka seorangibu rumah tngga terus bisa

sambil melakukan kegiatan lain, itu cukup

meakjubkan, karena tidak mudah

menjalankan 2 peran sekaligus seperti itu

7

Selain mengurut, jasa atau

hal apa lagi yang anda

minta atau ajukan kepada

dukun urut (pijat)?

Saya biasanya minta diurut sambil dilulur,

atau ketika masuk angina saya minta

dikerik/kerok

8 Apa saja kendala atau Kendalanya tidak banyak sih ya, Cuma

119

hambatan ketika anda

mendapatkan jasa (diurut)

oleh dukun urut (pijat) ini?

mungkin karena saya ini jauh ya dari

dramaga, jadi saya harus menyesuaikan

jadwal tukang urutnya dengan kedatangan

saya. Kalau ketika sedang diurut tidak ada

kendala atau hambatan, paling disela

dengan mengangkat telfon saja.

9

Mengapa anda memutuskan

untuk menggunkan jasa ibu

Enah sebagai penngobatan

alternatif di dukun urut

(pijat) yang anda gunakan

atau percayai?

Mungkin karena cocok kali ya, saya

ngerasa setelah ngurut dari ibu ini, lebih

enak aja. Kalau di orang lain, kurang, jadi

ya cocok-cocokan aja sih

Nama : Neneng (Pasien Ibu Eti)

Umur : 40 Tahun

Alamat : Nagrog

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 20 November 2021 pukul 12:33

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1

Sudah berapa lama anda

pergi ke dukun urut (pijat)

ini?

Sudah lama, dari masih gadis

2

Dari mana/siapa anda tahu

dukun urut (pijat) yang anda

kunjungi sekarang?

Karena saya tinggal disini, jadi saya tau

sendiri dan orangtua juga sering bilang

kalau lagi nggak enak badan pergi saja ke

ibu itu, sepert itu

3 Apa alasan anda pergi ke

dukun urut (pijat)?

Selain abis minum obat merasa masih

belum nyaman, ya ke tukang urut,

120

mungkin masih ada urat-uratnya yang

masih harus dilurusin, biar enak aja

4

Berapa biaya atau bayaran

yang anda berikan setelah

mendapatkan jasa (urut)

dari dukun urut (pijat)?

Tarifnya dari 50 ribu, 70 ribu hingga

100ribu

5

Berapa banyak dukun urut

(pijat) perempuan yang

anda ketahui?

Di kampung ini sih kurnag lebih ada 5

orang

6

Bagaimana pandangan anda

terkait dukun urut yang juga

merupakan seorang ibu

rumah tangga?

Alhamdulillah sih ya, sebagai tukang urut

itu keahlian, jarang ornag bisa jarang

orang punya keahlian itu

7

Selain mengurut, jasa atau

hal apa lagi yang anda

minta atau ajukan kepada

dukun urut (pijat)?

Minta air godokan (air rebusan obat-

obatan dari dedauan obat) kan biasanya

tukang urut tuh tau ya racikan-racikan obat

8

Apa saja kendala atau

hambatan ketika anda

mendapatkan jasa (diurut)

oleh dukun urut (pijat) ini?

Kendalanya paling nunggu dia rapih

dahulu (mengurus rumah)

9

Mengapa anda memutuskan

untuk menggunkan jasa ibu

Eti sebagai penngobatan

alternatif di dukun urut

(pijat) yang anda gunakan

atau percayai?

Selain dekat, sudah terpercaya dari dulu

Nama : Salma (Pasien Ibu Enengsih)

Umur : 31

121

Alamat : Setu, Tangerang Selatan

Pendidikan : Sarjana (S1)

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 28 November 2021 Pukul 14:50

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1

Sudah berapa lama anda

pergi ke dukun urut (pijat)

ini?

Baru 1 tahun kebelakang

2

Dari mana/siapa anda tahu

dukun urut (pijat) yang anda

kunjungi sekarang?

Dari orangtua saya

3 Apa alasan anda pergi ke

dukun urut (pijat)?

Karena anak saya sih ya, anaknya sedikit

rewel. Dibawa ke doker masih tetap rewel,

jadi saya bawa ke tukang urut

4

Berapa biaya atau bayaran

yang anda berikan setelah

mendapatkan jasa (urut)

dari dukun urut (pijat)?

Mulai 50 ribuan

5

Berapa banyak dukun urut

(pijat) perempuan yang

anda ketahui?

Saya belum tau banyak, Cuma yang baru

saya tahu ini saja

6

Bagaimana pandangan anda

terkait dukun urut yang juga

merupakan seorang ibu

rumah tangga?

Hebat sih ya, soalnya saya juga merasakan

kan ya, jadi ibu rumah tanggaitu tidak

mudah, apalagi ditambah jadi pekerja yang

juga berprofesi sebagai tukang urut, berat

sih ya pasti

7

Selain mengurut, jasa atau

pekerjaan apa lagi yang

anda minta atau ajukan

kepada dukun urut (pijat)?

Biasanya saya minta dibuat popol, karena

kan kadang anak saja suka rewel, sudah

minum obat tapi tetap rewel, akhirnya

minta dibuatkan popol dari dedaunan

122

untuk di pakaikan di jidat atau kepala bayi

saya. Terkadang juga dikerok/kerik

punggungnya pakai bawang

8

Apa saja kendala atau

hambatan ketika anda

mendapatkan jasa (diurut)

oleh dukun urut (pijat) ini?

Yang saya rasakan oaling ketika banyak

antrian saja, jadi saya harus menunggu

cukup lama, terlebih jika Ibu Eneng ini

sedang pergi keluar dan tidak pasti pulang

jam berapanya

9

Mengapa anda memutuskan

untuk menggunkan jasa Ibu

Enengsebagai jasa

penngobatan alternatif di

dukun urut (pijat) yang

anda gunakan atau

percayai?

Karena saya dapat rekomendasi dari

mertua saya, katanya ibu ini cukup bagus

untuk ngurut, terutama ngurut bayi

Nama : Adzi (pasien Ibu Adah)

Umur : 25

Alamat : Serpong, Tangerang Selatan

Pendidikan : SMK

Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 20 November 2021 pukul 15:26

WIB

No. Pertanyaan Jawaban

1

Sudah berapa lama anda

pergi ke dukun urut (pijat)

ini?

Dari kecil sudah pergi ke tukang urut

2

Dari mana/siapa anda tahu

dukun urut (pijat) yang anda

kunjungi sekarang?

Dari keluarga saya, disarankan untuk pergi

ke ibu ini saja seperti itu

123

3 Apa alasan anda pergi ke

dukun urut (pijat)?

Karena kebetulan saya tidak suka obat,jadi

saya pergi ngurut. Sekalian refleksi badan

sih biar lebih enak

4

Berapa biaya atau bayaran

yang anda berikan setelah

mendapatkan jasa (urut)

dari dukun urut (pijat)?

Biasanya saya kasih 50 ribu

5

Berapa banyak dukun urut

(pijat) perempuan yang

anda ketahui?

Yang saya tahu, dimapung ini Cuma ada 3

6

Bagaimana pandangan anda

terkait dukun urut yang juga

merupakan seorang ibu

rumah tangga?

Luar biasa hebat. Jadi sekaligus dia

berprofesi sebagai tukang urut dia juga

bisa menghandle pekerjaan rumahnya

7

Selain mengurut, jasa atau

hal apa lagi yang anda

minta atau ajukan kepada

dukun urut (pijat)?

Selain ngurus, saya sekalian di kerik/kerok

8

Apa saja kendala atau

hambatan ketika anda

mendapatkan jasa (diurut)

oleh dukun urut (pijat) ini?

Ketika lagi diurut, mesti ditunda dengan

pekerjaan rumah yang belum selesai

Mengapa anda memutuskan

untuk menggunkan jasa ibu

Adah sebagai penngobatan

alternatif di dukun urut

(pijat) yang anda gunakan

atau percayai?

Dulu sih awalnya sama ornagtua ibu Adah,

karena dari kecil. Terus karena ornagtua

ibu Adah meninggal, jadi larinya ke beliau

124

Lampiran 3. Lembar Observasi

Hasil Observasi Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga Dan

Dukun Urut (Pijat)

Aktivitas/ Kejadian :

1. Mengamati lingkungan tempat tinggal perempuan yang bekerja sebagai

sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)

2. Mengamati aktivitas/kegiatan perempuan yang bekerja sebagai sebagai ibu

rumah tangga dan dukun urut (pijat)

3. Mengamati anggota keluarga perempuan yang bekerja sebagai dukun urut

(pjat) sekaligus sebagai ibu rumah tangga

4. Mengamati pasien yang memakai jasa perempuan yang bekerja sebagai dukun

urut (pijat)

Tempat : Kampung Nagrog Desa Pengasinan

Observer/ Peneliti : Sevi Nur Jannah

Tanggal : 19 November 2021 – 24 Desember 2021

Deskripsi :

1. Mengamati lingkungan tempat tinggal perempuan yang bekerja sebagai

sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada

bulan November – Desember 2021, ditemukan bahwa hampir semua

perempuan yang menjalani peran ganda ini memiliki rumah dan tempat

tinggal yang cukup layak dan bagus, hal ini dibuktikan dengan lingkungan

yang terawatt, rumah yang nyaman, bagus dan terawatt. Meskipun ada salah

satu dukun urut (pasien) yang memiliki rumah yang atapnya bolong disana

sini, namun rumah ini dapat dikatakan cukup terawat dan rapi, lingkungan

yang terjaga kebersihannya dan bunga serta tanaman yang tumbuh subur.

2. Mengamati kegiatan perempuan yang bekerja sebagai sebagai ibu rumah

tangga dan dukun urut (pijat) dan bagaimana ketika menjalani peran ganda

tersebut;

125

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada

bulan November – Desember 2021, ditemukan data bahwa perempuan yang

menjalani peran ganda ini dapat melakukan tugas dan perannya dengan baik,

mereka dapat mengatur waktu wantara mengerjakan pekerjaan rumah dan

bekerja sebagai seorang dukun urut (pijat), mereka dapat menjalankan dua

peran tersebut dengan baik dan efisien, hal tersebut dipaparkan sebagai

berikut:

a) Kegiatan ketika menjadi ibu rumah tangga

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November 2021

menunjukkan bahwa perempuan yang menjalani peran ganda ini

melakukan aktivitas atau kegiatan sama seperti ibu rumah tangga pada

umumnya. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan diantaranya itu

memasak, mencuci, membersihkan rumah, serta menyiapkan keperluan

anak dan suami. Kagiatan yang dilakukan tersebut biasanya dimulai

setelah mereka melaksanakan sholat subuh,kemudian dilanjutkan dengan

mengerjakan pekerjaan rumah sampai pagi atau sampai ada pasien/tamu

yang datang untuk diurut. Setelah tamu/pasien tersebut pulang,

perempuan-perempuan ini kemudian melanjutkan pekerjaan rumah lain

yang belum sempat dikerjakan. Hal ini terus berlanjut hingga sore, bahkan

malam. Mereka senantiasa melaksakan aktivitas atau pekerjaan rumah

dengan santai dan fleksibel. Di antara keluarga perempuan yang menjalani

peran ganda ini bahkan ada yang turut membantu mengerjakan pekerjaan

rumah.

b) Kegiatan ketika bekerja sebagai dukun urut (Pijat)

Berdasarkan observasi atau pengamatan yang dilakukan pada bulan

November 2021– Desember 2022, kegiatan perempuan yang menjalankan

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) ini sebagai

seorang dukun urut (pijat) yaitu mengurut, terdapat kegiatan lain yang

dilakukan, diantaranya yaitu mengerok, memandikan bayi, membuat

ramuan (popol/sapih dan resep obat tradisional. Kegiatan ini tidak

dilakukan oleh semua dukun urut (pijat) yang diteliti, melainkan terdapat

126

beberapa yang kegiatannya hanya mengurut saja. Salah satu di antara

perempuan-perempuan yang diteliti oleh peneliti yaitu ibu Suhaenah,

dimana kegiatan atau aktivitas yang biasanya dilakukan sebagai seorang

dukun urut (pijat) yaitu menguru, mengerok, memandikan bayi, melulur,

dan sebagainnya.

Kegiatan yang dilakukan oleh perempuan-perempuan ini sebagai seorang

dukun urut (pijat) ini bukan hanya dilakukan atau dikerjakan di rumah

perempuan dukun urut (pijat) saja, melainkan juga di rumah pasien/tamu

mereka. Kegiatan ini dilakukan mulai dari hari sampai dengan malam hari,

sesuai dengan tamu/pasien yang datang berkunjung. Perempuan dukun

urut (pijat) ini melakukan pekerjaannya setiap hari, mulai dari hari senin

sampai dengan minggu. Adapun dalam menerima pasien, perempuan ini

seringkali pergi ke rumah pasien/tamu yang bersangkutan, ada yang

dijemput oleh tamu/pasien tersebut, namun ada pula yang tidak.

Alat yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaannya

Dalam pengamatan dan observasi yang dilakukan di atas, peneliti

melihat dan mengamati bahwa terdapat alat/perlengkapan yang

dibutuhkan dalam menjalankanpekerjaannya sebagai seorang dukun

urut (pijat), diantaranya yaitu : handbody dan atau minyak

oles/kelapa/pijat, karpet/kain yang digunakan untuk alas, uang koin

yang digunakan untuk mengerok, bahkan ada juga yang menggunakan

bawang untukmenngerok anak balita.

Proses/kegiatan apa saja yang dilakukan ketika sedang menerima pasien

Dalam menjalankan kegiatannya sebagai seorang dukun urut (pijat),

perempuan ini mengurut pasien dengan tangan ( terkadang kedua

tangan, terkadang hanya satu tangan). Namun, sebelum pasien/tamu

diurut, permepuan dukun urut(pijat) ini mengoleskan minyak/handbody

ke bagian yang akan diurut agar mempermudah proses mengurut. Untuk

kegiatan mengerik/mengerok pun sama, perempuan dukun urut ini

membalurkan minyak/handbosy terlebih dahulu, kemudian aru

mengerok/mengerik dengan koin/bawang untuk anak balita.

127

2. Mengamati anggota keluarga perempuan yang bekerja sebagai dukun urut

(pjat) sekaligus sebagai ibu rumah tangga

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada bulan November – desember

2022, peneliti menemukan bahwa nggota keluarga perempuan yang menjalani

peran ganda sebagai dukun urut (pijat) ini kurang membantu

kegiatan/aktivitas yang dikerjakan baik itu pekerjaan rumah tangga

maupunpekerjaan yang lainnya. Namun meskipun demian, terdapat juga

anggota keluarga yang turur membentu mengerjakan pekerjaan rumah.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, para suami dari perempuan dukun

urut(pijat) ini memiliki profesiatau pekerjaan yang tidak menentu (serabutan),

mereka berdiam di rumah dan melakukan pekerjaan lain yang sekiranya bisa

mereka kerjakan, terkadang para suami ini juga mengantarkan istri

(perempuan dukun urut/pijat) ke rumah pasien/tamu mereka. Sedangkan

untuk anak-anak mereka, sebagian besar anak-anak dukun urut (pijat) ini

masih bersekolah (SMP, SMA, Perguruan Tinggi), sehingga mereka tidak

cukup banyak membantu pekerjaan atau aktivitas ibu (perempuan dukun

urut/pijat) mereka.

3. Mengamati pasien yang memakai jasa perempuan yang bekerja sebagai

dukun urut (pijat)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, psien/tamu yang dating ke

perempuan dukun urut (pijat) ini sebagaian besar perempuan, meskipun ada

juga yang laki-laki. Pasien/tamu ini berasal dari berbagai tempat, adayang

dekat bahkan juga da yang jauh, hal ini dibuktikan dengan adnaya

pasien/tamu yang datang dengan berjalan kaki, menaiki motor, dan juga

menaiki mobil. Kebanyakan dari mereka datang untuk dipijat, dikerok/kerik,

dan sebagainnya. Mereka dating biasanya tidak sendirian, melainkan bersama

anak ataupun anggota keluarga yang lain, bahkan ada juga yang megajak

teman/tetangga mereka. Adapun upah/bayaran yang diberikan oleh

pasien/tamu ini sebagaian besar anatara 30 ribu-100 ribu rupiah, uang tersebut

128

dimasukkan ke dalam amplop putih, beru kemudian diberikan setelah mereka

selesai diurut dan sebagainnya.

129

Lampiran 4. Dokumentasi

Foto bersama ibu Eti Foto bersama ibu Eneng

Foto bersama ibu Suhaenah Foto bersama ibu Adah

130

Foto penampakan rumah ibu

Suhaenah

Foto Penampakan rumah ibu Eti

Foto Penampakan Rumah Ibu Adah Foto penampakan rumah Ibu Eneng

Foto Penampakan rumah ibu Adah Foto Penampakan rumah ibu Eneng

131

Foto ketika ibu Adah sedang memijat

pasienn

Foto ketika Ibu Suhaenah sedang

Memijat Pasien

Foto Ketika Ibu Eneng sedang

memijat Pasien

Foto Ketika Ibu Eti sedang

memijat/mengerok pasien

Foto ibu Adah sedang

mengepel

Foto Ibu Eti sedang

mengepel

Foto Ibu Suhaenah

sedang menyapu

132

Foto ibu Suhaenah sedang

memasak

Foto Ibu Eneng sedang

memasak

Foto ibu Eti sedang

Menjemur pakaian

Foto alat-alat yang digunakan oleh ibu Suhaenah untuk mendukung proses

mengurut

Foto alat-alat yang digunakan

oleh ibu Eneng untuk

mendukung proses mengurut

Foto alat-alat yang digunakan

oleh ibu Adah untuk

mendukung proses mengurut

133

Foto ketika bersama

pasien dan ketika pasien

sedang menunggu di

rumah ibu Eneng

Foto ketika keluarga ibu

Adah sedang berkumpul

di Rumah

Foto Bersama Bapak

Unus (keluarga ibu

Eneng)

Foto bersama bapak

Supriyanto (keluarga

Ibu Adah)

Foto bersama ibu Elo

(keluarga Ibu Eti)

Foto bersama ibu

Mela (keluarga ibu

Suhaenah)

Foto bersama pasien ibu

Eneng

Foto bersama pasien ibu

Adah

Foto bersama pasien ibu

Suhaenah

134

Lampiran 5. Surat Bimbingan

135

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian

136

137

Lampiran 7. Biografi Penulis

Sevi Nur Jannah atau biasa dipanggil Sepi,

merupakan anak yang lahir di Tangerang, 26 September

1998. Penulis lahir dari keluarga sederhana yang cukup

bahagia. Anak bungsu yang lahir dari Ibu Nengsih dan

Bapak Yunus Domo. Memiliki 3 orang saudari,

diantaranya Yulisyah, Alin (alm) dan Nurhasanah.

Memiliki 2 keponakan yang sangat lucu dan bawel, serta

tinggal di lingkungan yang ramah dan penuh kekeluargaan.

Penulis bertempat tinggal di Kp. CIbarengkok, Rt 01/03

No. 98 Desa Pengasinan Kecamatan Gunung Sindur,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia.

Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis dimulai dengan SDN

Babakan 2 (2006-2011), kemudian dilanjutkan ke jenjang berikutnya di MTs

Pembangunan Nurus Islam 1408 (2011-2014), dan berikutnya di MAN 1 Kota

Tangerang Selatan (2014-2017). Kemudian pada tahun 2017, penulis melanjutkan

pendidikan ke Perguruan Tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

program studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial dengan konsentrasi Sosiologi.

Selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi ini, penulis bertemu dengan

banyak sekali orang dengan berbagai pemikiran dan sudut pandang yang berbeda.

Penulis sangat bersyukur kerena dapat memperoleh wawasan dan pengalaman

yang luar biasa yang nantinya dapat berguna bagi kehidupan penulis setelah lulus

dari kampus ini.

Adapun pengalaman organisasi internal kampus yang pernah penulis ikuti

diantaranya yaitu Himpunan Qori-Qoriah (HIQMA) UIN Jakarta sebagai salah

satu anggota. Adapun organisasi eksternal kampus yang pernah diikuti yaitu

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Penulis juga pernah mengikuti beberapa

kegiatan kepanitiaan dankegiatan relawan, baik di dalam kampus maupun di luar

kampus. Selain itu pula, penulis juga pernah melakukan beberapa penelitian

lapangan pada mata kuliah Sosiologi Pesedaan dan Perkotaan serta mata kuliah

terkait lainnya. Penulis pernah mengajar sebagai guru pengganti di MTs

Pembangunan Nurul Islam serta telah menjalani praktek mengajar di MAN 1 Kota

Tangerang Selatan. Bila terdapat pertanyaan yang ingin diajukan kepada penulis,

silahkan hubungi melalui e-mail: [email protected].

.