PERAN GANDA PEREMPUAN SEBAGAI IBU RUMAH ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PERAN GANDA PEREMPUAN SEBAGAI IBU RUMAH ...
PERAN GANDA PEREMPUAN
SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA DAN DUKUN URUT
(PIJAT)
(Studi di Kampung Nagrog Desa Pengasinan Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk memenuhi
salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
SEVI NUR JANNAH
11170150000084
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga
dan Dukun Urut (Pijat)” disusun oleh Sevi Nur Jannah, NIM 11170150000084,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 03
Februari 2022 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh
Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial konsentrasi
Sosiologi.
Sawangan, 3 Februari 2022
Panitia Ujian Munaqosah
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sevi Nur Jannah
NIM : 11170150000084
Program Studi : Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial
Alamat : Kp. Cibarengkok Rt 01/03 No. 98 Pengasinan, Gunung
Sindur, Kab. Bogor, Jawa Barat.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul: Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah
Tangga Dan Dukun Urut (Pijat) di Kampung Nagrog Desa Pengasinan Kec.
Gunung Sindur Kab. Bogor adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan
dosen:
Nama Pembimbing I : Dr. Muhammad Arif, M.Pd.
NIP : 19700606 199702 1 002
Nama Pembimbing II : Dr. H. Nurochim, MM.
NIP : 19590715 1984 03 1003
Sawangan, 19 Januari 2022
i
ABSTRAK
Sevi Nur Jannah (11170150000084), Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga Dan Dukun Urut (Pijat) di Kampung Nagrog
Desa Pengasinan Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Skripsi pada Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2021.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui latar belakang peran
ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), (2) untuk
mengetahui gambaran peran ganda (aktivitas) yang dijalani oleh perempuan
sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), dan (3) untuk mengetahui
dampak peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut
(pijat).
Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi yang mana peneliti berupaya untuk menggali gambaran
pengalaman informan mengenai peran ganda perempuan sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang perempuan
menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) yaitu
karena a) Faktor ekonomi, b) Faktor keturunan, c) bisa sambil mengurus
keluarga/rumah. Peran ganda (kegiatan/aktivitas) yang dijalani oleh perempuan
sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) diantaranya yaitu meliputi a)
perempuan sebagai ibu rumah tangga (domestik), seperti memasak, mencuci,
membersihkan rumah, dan menyiapkan keperluan anak dan suami, b) perempuan
sebagai dukun urut (pijat) (publik), seperti mengurut pasien, selain itu juga dapat
mengerok, memandikan bayi, dan membuat ramuan (popol/sapih dan resep
tradisional). Sedangkan dampak yang dialami oleh perempuan yang menjalani
peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) yaitu a) dampak
positif, meliputi dampak ekonomi yakni bertambahnya penghasilan keluarga,
dampak sosial meliputi mudah dikenal di masyarakat , b) dampak negatif,
meliputi dampaknya terhadap kesehatan yakni badan lebih rentan sakit, lelah, letih
dan lesu, serta dampak terhadap beban kerja ganda yang ditanggung.
Kata Kunci: Peran Ganda, Perempuan, Ibu Rumah Tangga, Dukun Urut
(Pijat).
ii
ABSTRACT
Sevi Nur Jannah (11170150000084), The Dual Role of Women as
Housewives and Urut Shamans (Massage) in Kampung Nagrog, Pengasinan
Village, Kec. Mount Sindur Kab. Bogor, West Java, Indonesia.
Undergraduate Thesis at the Tadris Department of Social Sciences, Faculty
of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2021.
The purpose of this study was (1) to find out the background of the dual
role of women as housewives and urut shamans (massage), (2) to find out the
description of the dual roles (activities) undertaken by women as housewives and
urut shamans (massage), and (3) to find out the impact of dual roles on women as
housewives and urut shamans (massage).
This type of research was included in qualitative research with a
phenomenological approach where researcher seeks to explore the description of
the informants' experiences about the dual role of women as housewives and urut
shamans (massage).
The results of this study show that women’s backgrounds undergo a dual
roles as housewives and urut shamans (massage) are due to a) economic factors,
b) hereditary factors, c) can while taking care of the family/home. The dual roles
(activities/activities) undertaken by women as housewives and urut shamans
(massage) include a) women as housewives (domestic), such as cooking, washing,
cleaning the house, and preparing the needs of children and husbands, b) women
as urut shamans (massage) (public), such as massaging patients, in addition can
also slit, bathe babies, and make potions (popol/sapih and traditional recipes).
While the impacts experienced by women who carry out dual roles as housewives
and urut shamans (massage) were a) the positive impacts, including the economic
impacts of increasing family income, social impacts include easily known in the
community, b) the negative impacts, including the impacts on health. namely the
body is more susceptible to illness, fatigue, tiredness and lethargy, and the impact
on the double workload borne bye the community
Keywords: Dual Roles, Women, Housewives, Urut Shamans (Massage).
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah indahnya hidup sehingga penulis dapat menyusun Skripsi
dengan judul “Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga Dan
Dukun Urut (Pijat)”. Shalawat beserta salam juga di sanjungkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan syafaatnya kepada Nabi Muhammad dan kepada kita semua, Amin
ya robbal’alamin.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada program Strata-1 di Program
Studi Tadris IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam melakukan
penyusunan Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak
terkait, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amnay Burhanuddin Lubis, M.A., selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Sururin M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Irwan Purwanto, M.Pd, Kepala Jurusan Program Studi Tadris IPS
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si, Sekretaris Jurusan Program Studi
Tadris IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Muhammad Arief, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang sudah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, serta dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
iv
6. Bapak Dr. H. Nurochim, MM, selaku Dosen Pembimbing II yang sudah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, serta dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
7. Seluruh dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya yang ada di
jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
pemahaman kepada penuli selama menjalani proses perkuliahan.
8. Seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan
dalam pembuatan surat-surat dan sertifikat.
9. Kepada orang tua penulis yang luar biasa yang selalu mendukung, sabar dan
turut mendoakan untuk kemudahan anaknya beserta seluruh keluarga yang
sangat aku cintai
10. Kakak-kakak penulis yang telah banyak memotivasi serta memberikan
dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini.
11. Para sepupu diantaranya mela, dini, egis, farid, aji dan saudara-saudara yang
lain yang sudah sangat baik hati yang senantiasa membantu penulis
melakukan penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Masyarakat Kampung Nagrog Desa Pengasinan yang telah membantu dan
menyambut baik penulis dalam melakukan penelitian dan pengambilan data.
13. Teman-teman jurusan Sosiologi Pendidikan IPS yang senantiasa mendukung
dan membantu penulis dan sangat terbuka terhadap penulis.
14. Anggota Himpunan Mahasiswa Receh yang senantiasa selalu mendukung dan
menghibur penulis.
15. Teman-teman jurusan Pendidikan IPS Angkatan 2017, yang juga banyak
memotivasi penulis dan juga membantu dalam berbagai hal.
16. Serta semua pihak yang telah tidak dapat disebutkan disini yang sudah
membantu dan memberikan kemudahan serta kelancaran kepada penulis
dalam menyusun penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
tercapainya kesempurnaan dan perbaikan dalam Laporan Skripsi ini sehingga
v
akhirnya Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna di segala bidang,
terutama dalam bidang pendidikan dan siapa saja yang membacanya.
Sawangan, 19 Januari 2022
Penulis
vi
DAFTAR ISI
PERAN GANDA PEREMPUAN SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA DAN
DUKUN URUT (PIJAT)
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN UJIAN REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 8
KAJIAN TEORI ..................................................................................................... 8
A. Kajian Teori ................................................................................................. 8
1. Peran Ganda Perempuan ......................................................................... 8
a. Pengertian Perempuan ........................................................................ 8
b. Pengertian Peran Ganda pada Perempuan .......................................... 8
c. Macam-Macam Peran Ganda pada Perempuan ................................ 10
vii
d. Faktor Penyebab Terjadinya Peran Ganda pada Perempuan ............ 11
e. Dampak Atau Akibat Peran Ganda pada Perempuan ....................... 12
2. Dukun Urut (Pijat) ................................................................................ 13
a. Pengertian Dukun ............................................................................ 13
b. Sumber atau Asal Dukun ................................................................. 16
c. Perbedaan Dukun Dulu dan Sekarang ............................................. 17
d. Dukun Urut (Pijat) ........................................................................... 18
3. Teori Struktural Fungsional .................................................................. 22
B. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 31
BAB III ................................................................................................................. 33
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 33
B. Latar Penelitian (Setting) ........................................................................... 35
C. Metode Penelitian ...................................................................................... 36
D. Fokus Penelitian ........................................................................................ 37
E. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................... 38
F. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................................... 39
G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 45
H. Analisis Data ............................................................................................. 47
BAB IV ................................................................................................................. 49
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 49
A. Deskripsi Data ........................................................................................... 49
1. Latar belakang peran ganda pada perempuan sebagai dukun urut (pijat)
dan ibu rumah tangga .......................................................................... 50
2. Peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah tangga
dan dukun urut (pijat) .......................................................................... 57
3. Dampak peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan
dukun urut (pijat) ................................................................................. 66
B. Pembahasan ............................................................................................... 70
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 81
viii
BAB V ................................................................................................................... 82
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................................... 82
A. Kesimpulan ................................................................................................ 82
B. Implikasi .................................................................................................... 83
C. Saran .......................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 90
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan ..................................................................... 27
Tabel 3.1. Waktu Penelitian ................................................................................ 35
Tabel 3.2. Pedoman/Kisi-Kisi Wawancara ......................................................... 40
Tabel 3.3. Pedoman/Kisi-Kisi Observasi ............................................................ 44
Tabel 3.4. Kisi-Kisi/Pedoman Dokumentasi ....................................................... 45
Tabel 4.1 Rincian Narasumber ............................................................................ 49
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ............................................................................. 32
Gambar 3.1. Peta Desa Pengasinan ....................................................................... 33
Gambar 3.2. Data Kependudukan Kampung Nagrog Desa Pengasinan Tahun
2021 .................................................................................................. 34
Gambar 3.3. Wilayah Kampung Nagrog Desa Pengasinan berdasarkan Google
Maps .................................................................................................. 36
Gambar 4.1. Hasil penelitian faktor/latar belakang perempuan menjalani peran
ganda sebagai ibu rumah yang dan dukun urut (pijat) ...................... 51
Gambar 4.2. Hasil penelitian kegiatan/aktivitas perempuan yang menjalani peran
ganda sebagai sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) ...... 57
Gambar 4.3 foto ketika ibu Suhaenah sedang menyapu lantai .............................. 58
Gambar 4.4 foto ketika Ibu Eti sedang menjemur pakaian .................................... 59
Gambar 4.5 foto ketika Ibu Eneng sedang memasak di dapur ............................... 60
Gambar 4.6 foto ketika ibu Adah sedang mengepel lantai .................................... 61
Gambar 4.8 foto ketika ibu Suhaenah sedang memijat kaki pasien yang keseleo . 62
Gambar 4.9 foto ketika Ibu Eti mengurut dan mengerik pasien anak-anak ........... 63
Gambar 4.10 foto ketika Ibu Eneng sedang mengurut balita ................................. 64
Gambar 4.11 foto ketika ibu Adah memijat kaki pasien ........................................ 65
Gamber 4.7. Hasil penelitian dampak perempuan yang menjalani peran ganda
sebagai ibu rumah yang dan dukun urut (pijat) ................................ 67
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Uji Referensi ..................................................................... 91
Lampiran 2. Transkrip Wawancara ..................................................................... 98
Lampiran 3. Lembar Observasi ........................................................................ 124
Lampiran 4 Dokumentasi ................................................................................. 129
Lampiran 5. Surat Bimbingan Skripsi .............................................................. 134
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian...................................................................... 135
Lampiran 7. Biografi Penulis ............................................................................ 137
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan penduduk terbanyak
serta memiliki budaya yang sangat beragam. Hal ini tentu saja dapat berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakatnya. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi, segala aktivitas manusia mengalami perubahan dan perkembangan,
tidak terkecuali dalam bidang ekonomi, khususnya dalam sektor pekerjaan.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat ini juga menyebabkan beberapa jenis
pekerjaan berubah dan berkembang. Hal ini dikarenakan tingkat kreativitas dan
ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat terus berkembang dan beragam,
sehingga dibutuhkan suatu inovasi atau perubahan yang dapat membantu
masyarakat untuk dapat beradaptasi dan bertahan mengikuti perubahan zaman.
Banyak pekerjaan yang berubah dan digantikan oleh teknologi, sehingga
melahirkan jenis pekerjaan baru yang belum pernah ada sebelumnya, namun
banyak juga pekerjaan yang tetap mempertahankan budaya dan adat istiadat nenek
moyang. Hal ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakatnya.
Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini, perempuan
senantiasa dapat aktif dan turut andil dalam berbagai bidang yang ada di
masyarakat. Perempuan yang pada awalnya hanya dapat bekerja di rumah sebagai
ibu rumah tangga, lambat laun berkembang dan berubah hingga dapat bekerja dan
berkecimpung dalam dunia kerja, sejajar dengan laki-laki. Seiring dengan
perkembangan zaman ini, terjadilah perubahan paradigma terhadap perempuan
terkait peran dan tugasnya dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga maupun
sebagai pekerja di dalam masyarakat. Hal itu menyebabkan perempuan memiliki
dua peran sekaligus, yakni perempuan ibu rumah tangga (domestik)dan
perempuan pekerja (publik).
2
Posisi perempuan yang saat ini semakin mendapat ruang dan tempat di
dunia kerja, menyebabkan mulai banyaknya perempuan yang turun dan
berkecimpung ke ranah publik. Peran dan pekerjaan yang dilakukan oleh
perempuan sebagai ibu rumah tangga kemudian terus berubah dan berkembang,
termasuk diantaranya dalam hal meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pada
dasarnya, yang menjadi tulang punggung keluarga adalah suami atau laki-laki,
namun seiring perkembangan zaman dan adanya kebutuhan ekonomi yang terus
meningkat, akhirnya perempuan dituntut untuk turut aktif dalam membantu
perekonomian keluarganya. Namun demikian, peran dan tanggung jawab
perempuan tidak dapat dilepaskan dari kodratnya sebagai seorang ibu rumah
tangga, meskipun begitu perempuan dapat mandiri dan dianggap sebagai makhluk
sosial budaya dapat memainkan perannya sebagai ibu rumah tangga maupun
sebagai pekerja di luar rumah. Hal ini biasa terjadi pada keluarga dengan ekonomi
menengah ke bawah, dimana perempuan terdorong dan turut serta dalam
meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan keluarga dengan bekerja, salah
satunya sebagai Dukun Urut (Pijat).
Dukun merupakan salah satu jenis pekerjaan informal yang cukup akrab
di telinga masyarakat Indonesia. Dukun merupakan orang yang dapat menolong,
mengobati dan memberi bantuan dengan cara memberi jampi atau ramuan tertentu
yang dapat berasal dari alam dengan sedikit mantra (doa dan sebagainnya) yang
diucapkan ketika proses menyembuhkan si pasien.1 Dukun ini terbagi menjadi
dua, yakni dukun putih dan dukun hitam. Adapun berdasarkan pernyataan Geertz,
dukun dalam masyarakat terbagi menjadi beberapa macam tergantung pada
pembagian kerja, seperti : dukun beranak (bayi), dukun urut (pijat), dukun sihir,
dukun jampi, dukun duduk, dukun calak (orang yang memiliki kemampuan atau
ilmu untuk meng-khitan), dan sebagainya. Pembagian jenis dukun ini dilihat dari
beberapa spesialis tertentu dan kemampuan tertentu. Terdapat dukun yang
memiliki semua kemampuan atau spesialis, namun ada juga yang hanya dapat
memiliki 1 keahlian atau spesialis saja. Sehingga, dukun dapat merangkap dan
1 Arwani Ilyas, Paradigma Masyarakat Tentang Dukun (Melacak Peran dan Posisi Dalam Struktur
Sosial Politik dan Ekonomi Masyarakat), Jurnal Kontemplasi, 6, 2017, h. 310.
3
melakukan berbagai jenis pekerjaan, terkecuali dukun beranak (bayi). Karena
spesialis atau kemampuan dukun beranak hanya dimiliki oleh beberapa orang saja,
khususnya perempuan dengan segala jenis pengetahuan dan kesabaran yang
dimiliki yang kemudian diberikan kepada sang bayi dan ibunya.2 Namun, banyak
juga perempuan yang memiliki kemampuan dan spesialis tertentu yang bekerja
sebagai dukun urut (pijat).
Dukun urut (pijat) berbeda dengan terapis. Pada dasarnya dukun urut
(pijat) ini banyak dilakukan dan dikerjakan oleh laki-laki, namun tidak menutup
kemungkinan perempuan juga dapat melakukannya. Contohnya terdapat pula
beberapa perempuan yang bekerja sebagai dukun dan memiliki spesialis atau
kemampuan khusus untuk menangani dan mengobati bayi.3 Seiring dengan
perkembangan zaman, terjadi perubahan paradigma terhadap perempuan terkait
peran dan tugasnya dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga maupun dalam
masyarakat.
Sebenarnya, pada era globalisasi dan modernisasi ini cukup banyak
perempuan yang bekerja di berbagai bidang yang digeluti oleh laki-laki.
Berdasarkan kenyataan tersebut, tidak ada lagi tempat dimana perempuan tidak
dapat bekerja. Meskipun demikian, tidak banyak perempuan yang bekerja sebagai
dukun, khususnya bekerja sebagai dukun urut (pijat). Terlebih perempuan yang
menjalankan dua peran sekaligus, yakni sebagai ibu rumah tangga yang juga
bekerja sebagai dukun urut (pijat). Tidak mudah bagi perempuan bekerja sebagai
dukun urut (pijat), hal tersebut dikarenakan perlunya tenaga atau otot yang kuat
serta ilmu/pengetahuan yang cukup dan kemampuan mengobati yang memumpuni
untuk mengobati dan membantu pasien. Di samping itu juga dibutuhkan usaha
yang konsisten dan ilmu yang mendukung untuk menjadi seorang dukun urut.
Ditambah dengan perannya sebagai ibu rumah tangga yang juga mengurus
keluarga dan rumah serta perannya sebagai dukun urut (pijat) yang
mengobati/mengurut pasien. Tidak menutup kemungkinan pula, terdapat dampak
yang dihadapi dan diterima oleh perempuan yang menjalani dua peran sekaligus
2 Ibid.
3 Ibid.
4
tersebut, sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun urut (pijat).
Meskipun demikian, cukup banyak perempuan yang bekerja sebagai dukun urut
(pijat).
Adanya perempuan yang bekerja sebagai dukun urut (pijat) ini
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor dan kondisi yang mengharuskan mereka
bekerja dan berprofesi sebagai seorang dukun urut (pijat). Adanya fenomena yang
terjadi dan dialami oleh perempuan yang bekerja sebagai dukun, khususnya dukun
urut (pijat) yang ada di Kampung Nagrog Desa Pengasinan, Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor menyebabkan peneliti tertarik dan ingin membahas
lebih dalam terkait fenomena tersebut. Peneliti juga melihat bahwa cukup
banyaknya perempuan sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun
urut (pijat) di daerah ini, sehingga perlu adanya kajian dan pembahasan lebih
lanjut.
B. Identifikasi Masalah
Berikut adalah beberapa masalah yang ditemui berdasarkan latar
belakang masalah di atas, diantaranya yaitu:
1. Banyak jenis pekerjaan yang berubah dan berkembang di masyarakat seiring
adanya perkembangan zaman.
2. Terjadi perubahan paradigma terhadap perempuan terkait peran dan tanggung
jawabnya dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga dalam masyarakat
3. Adanya partisipasi aktif perempuan baik di dalam rumah tangga (domestik)
maupun di luar rumah tangga (publik)
4. Berkembangnya beban kerja ganda pada perempuan ibu rumah tangga
5. Terdapat perempuan yang bekerja sebagai dukun urut (pijat)
6. Adanya perempuan yang menjalani peran ganda sebagai seorang ibu rumah
tangga sekaligus sebagai dukun urut (pijat) di Kampung Nagrog
5
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah yang
dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1. Berkembangnya beban kerja ganda pada perempuan ibu rumah tangga
2. Terdapat perempuan yang bekerja sebagai dukun urut (pijat)
3. Adanya perempuan yang menjalani peran ganda sebagai seorang ibu rumah
tangga sekaligus sebagai dukun urut (pijat) di Kampung Nagrog
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitiannya berdasarkan pembatasan
masalah di atas adalah:
1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya peran ganda pada perempuan sebagai
ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)?
2. Bagaimana peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat)?
3. Apa saja dampak peran ganda yang terjadi pada perempuan sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat)?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui latar belakang perempuan menjalani peran ganda sebagai
ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat).
2. Untuk mengetahui peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu
rumah tangga dan dukun urut (pijat).
3. Untuk mengetahui dampak peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat).
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
6
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui dan menggambarkan peran ganda pada perempuan
sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) yang nantinya diharapkan
dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu pengetahuan yang dapat
berguna dan bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat maupun pihak terkait
lainnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga Akademis/Pendidikan:
Menjadi bahan informasi dalam rangka pengembangan IPTEK
serta sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam rangka
menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peran ganda yang
dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat).
b. Bagi Mahasiswa :
Diharapkan dapat menambah dan memperbanyak khazanah ilmu
pengetahuan dan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat
serta sebagai bahan literatur ataupun acuan untuk menambah wawasan
bagi mahasiswa, khususnya terkait peran ganda yang dijalani oleh
perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) bagi
mahasiswa Jurusan Tadris IPS maupun yang lainnya.
c. Bagi Peneliti:
Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki
peneliti dan sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam melakukan
suatu kajian yang bersifat ilmiah yang diharapkan dapat memperbanyak
khasanah ilmu pengetahauan bagi peneliti sendiri, khususnya yang
berkaitan dengan peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu
rumah tangga dan dukun urut (pijat).
d. Bagi Masyarakat:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
masyarakat, terutama mengenai peran ganda yang dijalani oleh perempuan
sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) yang nantinya dapat
7
menambah wawasan dan sebagai bahan literature bagi masyarakat,
khususnya bagi masyarakat Kampung Nagrog Desa Pengasinan,
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Peran Ganda Perempuan
a. Pengertian Perempuan
Perempuan memiliki akar kata tersendiri. Perempuan berasal dari
kata per-empu-an yang memiliki arti ahli atau mampu.1 Perempuan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai orang
(manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak,
dan menyusui;.2 Kata perempuan cenderung digunakan dalam rangka
melambangkan perempuan dalam menjalankan perannya yang tidak hanya
berada di ranah domestik, namun juga di ranah publik. Sedangkan kata
wanita, lebih banyak digunakan untuk melambangkan yang perannya berada
di ranah domestik.3
Kata perempuan yang secara etimologis berasal dari kata empu yang
berarti tuan, orang yang mahir/berkuasa, ataupun kepala, hulu, atau yang
paling besar. Sudarti dan D. Jupriono juga menulis bahwa dalam tinjauan
etimologisnya, kata perempuan bernilai cukup tinggi—tidak di bawah, tetapi
sejajar, bahkan lebih tinggi daripada kata lelaki.4 Jadi, perempuan merupakan
individu atau manusia yang dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan
1 Atikah Nur Azzah Fauziyyah, Mengembalikan Makna Kata “Perempuan”, 2019,
(https://amanat.id/mengembalikan-makna-kata-perempuan/), diakses pada tanggal 7 Januari 2022
pukul 01:02 WIB. 2Kamus Besar Bahasa lndonesia (Online), (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perempuan),
Diakses pada 31 Desember 2021 pukul 15.05 3 Wahyu Septiani, Kata Mana yang Sebaiknya Digunakan: Wanita atau Perempuan?, 2021,
(https://www.dewimagazine.com/news-art/kata-mana-yang-sebaiknya-digunakan-wanita-atau-
perempuan), 7 Januari 2022 pukul 01:22 WIB. 4 Siti Parhani, Antara Wanita dan Perempuan, Apa Bedanya?, 2021,
((https://magdalene.co/story/antara-wanita-dan-perempuan-apa-bedanya), diakses pada tanggal 7
Januari 2022 pukul 01:05 WIB.
9
menyusui. Perempuan dalam rumah tangga biasanya identik dengan sebutan
istri atau ibu.
b. Pengertian Peran Ganda
Peran adalah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan
dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan (Tobing,
2009). Peran merupakan bagian yang dinamis dari kedudukan (status)
seseorang.5 Peran diartikan sebagai salah satu kodrat yang melekat pada diri
seseorang, khususnya pada diri seorang perempuan sejak dulu kala.
Dalam teori sosial Parson, peran sendiri didefinisikan sebagai
harapan-harapan yang diorganisasi terkait dengan konteks interaksi tertentu
yang membentuk orientasi motivasional individu terhadap yang lain.6 Dengan
adanya pola-pola budaya ataupun contoh perilaku tersebut, seseorang belajar
tentang siapa mereka dan bagaimana mereka bertindak terhadap orang lain
(John Scott, 2011:228).7
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran merupakan aspek dinamis yang
melekat pada seseorang dalam situasi sosial tertentu yang dilakukan cara
menyesuaikan atau memposisikan dirinya dengan keadaan tersebut yang ada
di masyarakat yang dipengaruhi oleh seperangkat harapan orang lain kepada
yang bersangkutan.
Adapun pembagian peran menurut tujuannya yaitu:8
1) Peran domestik, merupakan kegiatan atau bagian yang dimainkan oleh
seseorang yang dikhususkan di dalam rumah tangga yang tidak
menghasilkan penghasilan, yang mana perannya hanya mengurus hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan rumah tangga saja.
2) Peran publik, merupakan kegiatan atau bagian yang dimainkan oleh
seseorang yang dilakukan di luar rumah tangga yang tujuannya untuk
mendapatkan atau memperoleh penghasilan.
5 Samsidar, Peran Ganda Wanita dalam Rumah Tangga, Jurnal An Nisa’, 12, 2019, h. 657.
6 Indah Ahdiah, Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat, Jurnal Academica Fisip Untad, 05,
2013, h. 1087. 7 Ibid.
8 Ibid., h.658.
10
Sedangkan pembagian peran yang ada didalam masyarakat,
diantaranya yaitu;9
1) Peran produktif, merupakan kegiatan kerja atau aktivitas yang dilakukan
guna menghasilkan pendapatan dalam bentuk uang guna mencukupi
kebutuhan hidup.
2) Peran reproduktif, merupakan kegiatan kerja yang dilakukan guna
menghasilkan keturunan atau menjamin kelangsungan hidup manusia.
Menurut Michelle et al (Sisca Pratiwi, 2012:10) peran ganda
disebutkan dengan konsep dualisme cultural 10
yakni terkait adanya persepsi
dalam lingkungan atau ruang domestik maupun publik. Artinya, perempuan
yang berperan ganda (dualisme cultural) memiliki citra atau konsep dengan
lingkungan domestic maupun public dalam masyarakat. Dimana peran
domestik berkaitan dengan peran dan tugasnya sebagai seorang istri, ibu dan
pengelola rumah tangga. Sedangkan peran publik berkaitan dengan peran dan
tugasnya sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat maupun organisasi
masyarakat. Dalam peran publik ini, perempuan turut aktif sebagai tenaga
kerja dalam kegiatan perekonomian (pencari nafkah) di berbagai bidang dan
kegiatan yang sesuai dengan keterampilan, pendidikan serta lapangan
pekerjaan yang tersedia.
Peran ganda sendiri diartikan sebagai dua peran atau lebih yang
dijalankan dan dikerjakan dalam waktu yang bersamaan (di ranah domestik
maupun publik). Dimana dalam konteks ini, peran yang dimaksud adalah
peran perempuan sebagai seorang istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-
anaknya (domestik), maupun perannya sebagai perempuan didalam
masyarakat yang bekerja di luar rumah tangga (publik). Peran ganda ini
merupakan peran yang dijalani secara bersamaan dengan peran tradisional
kaum perempuan sebagai istri dan ibu dalam keluarga, yang tugas dan
perannya seperti menjadi rekan kerja ataupun teman bagi para suami dalam
9 Ibid.
10 Eka Puspitasari, “Peran Ganda Perempuan Pada Ibu Bekerja Di Desa Pakembinangun, Pakem,
Sleman, Yogyakarta” skripsi pada program studi pendidikan luar sekolah Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta, 2016, h. 14, tidak dipublikasi.
11
membina rumah tangga, dan menyediakan kebutuhan untuk rumah tangga,
serta mengasuh dan mendidik anak-anak.11
Terjadinya peran ganda yang dialami oleh kaum perempuan, berasal
dari adanya pembagian kerja yang didasarkan dari jenis kelamin yang dikenal
dengan orientasi gender. Gender sendiri menyakinkan bahwa perbedaan yang
ada pada laki-laki maupun perempuan diarahkan secara sosial dan kultural,
oleh karenanya dikenal perbedaan ciri-ciri sifat laki-laki dan perempuan.
Dimana laki-laki memiliki ciri sifat yang maskulin dengan pembawaan yang
kuat dan tegas. Sedangkan perempuan dicirikan dengan sifat yang feminim,
emosional, penyayang dan lemah lembut. Jadi, berdasarkan paparan tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa peran ganda perempuan merupakan peran
yang dilaksanakan dan dikerjakan oleh kaum perempuan sebagai suatu
aktivitas yang beragam yang dilakukan secara bersamaan. Artinya, perempuan
memiliki dualisme peran dalam kehidupan sehari-harinya yakni dalam ruang
domestic dan publik, yang bukan hanya terdiri dari satu atau dua aktivitas saja,
melainkan beberapa aktivitas yang dilakukan secara bersamaan.
c. Macam-Macam Peran Ganda Pada Perempuan
Pada dasarnya perempuan sendiri di dalam keluarga mempunyai
beberapa peran, diantaranya yakni peran perempuan sebagai ibu rumah tangga
(domestik) dan peran perempuan sebagai pencari nafkah (publik).12
1) Peran perempuan sebagai ibu rumah tangga (Domestik)
Peran Perempuan dalam keluarga merupakan peranan yang
dilaksanakan karena posisinya sebagai istri dan ibu dari anak-anak yang
ada didalam masyarakat. Adapun peran perempuan didalam keluarga
sebagai ibu rumah tangga diantaranya yaitu : a) menjaga keluarganya agar
tentram, bahagia, dan sejahterah, b) memasak, mengurus keperluan rumah
11
Mas Muhammad Ridwan. “Peran Ganda perempuan Dalam Keluarga Sebagai Buruh Pabrik Dan
Ibu Rumah Tangga Di Desa Berbek Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”. Skripsi Program Studi
Sosiologi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2012, h. 9, tidak dipublikasi. 12
Ibid.
12
tangga, mencuci, mengurus dan mendidik anak, serta melayani kebutuhan
biologis suaminya.
2) Peran perempuan sebagai pencari nafkah (Publik)
Adapun peran perempuan sebagai pencari nafkah pada saat ini
tidak hanya terbatas pada saat memasak, mengurus keperluan rumah
tangga, mencuci, mengurus dan mendidik anak, serta melayani kebutuhan
biologis suaminya dan lain sebagainnya, tetapi juga berperan dalam
mencari nafkah. Hal ini disebabkan karena faktor ekonomi dan kebutuhan
keluarga serta untuk mensejahterakan keluarganya.
Secara umum, setelah menikah perempuan biasanya menjadi seorang
istri dan ibu rumah tangga, namun jika terdapat pula perempuan yang bekerja
untuk mencari nafkah. Adanya perempuan yang bekerja dalam keluarga
bukan berarti perempuan tersebut lari dari kewajiban dan tanggung jawabnya
sebagai istri dan ibu rumah tangga. Seiring dengan adanya perkembangan
zaman, banyak perempuan yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang
tinggi untuk bekerja sesuai dengan bidangnya. Hal tersebut dilakukan guna
mensejahterakan keluarga, mencari nafkah ataupun mendorong perekonomian
rumah tangga serta meningkatkan pendapatan keluarga dengan tetap
menyesuaikan berbagai nilai-nilai dan norma yang dianut dan berlaku di
masyarakat. Terlebih jika keluarga tersebut berada dalam ekonomi kelas
menengah ke bawah, maka lazim ditemukan perempuan yang memiliki peran
ganda.
d. Faktor Pendorong Terjadinya Peran Ganda Pada Perempuan
Adanya peran ganda yang dimiliki oleh seorang perempuan di dalam
keluarga menyebabkan adanya tuntutan bahwa perempuan tersebut harus
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang mana seringkali
menghadapi berbagai rintangan dan tekanan dari masyarakat. Herawati (Sisca
Pratiwi, 2012:12) memaparkan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang
bekerja di luar rumah (publik) dapat diakibatkan karena munculnya tuntutan
ekonomi dalam keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan
13
kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju. Sedangkan
Huzaemah T Yanggo (Heri Purwanto, 2010:29), motivasi yang mendorong
perempuan terjun ke dunia kerja antara lain:13
1) Tingkat pendidikan
2) Keadaan dan kebutuhan yang mendesak
3) Kondisi perekonomian
4) Mencari kekayaan
5) Mengisi waktu luang
6) Mencari hiburan dan ketenangan
7) Mengembangkan kemampuan dan potensi (bakat).
Adapun beberapa faktor yang mendorong perempuan sebagai
seorang ibu dan istri bekerja di luar rumah yakni :14
1) Kebutuhan finansial atau ekonomi
2) Kebutuhan sosial-rasional
3) Kebutuhan aktualisasi diri, seperti : Mengisi waktu luang, Mencari hiburan
dan ketenangan, Mengembangkan kemampuan dan potensi (bakat).
e. Dampak atau Akibat Adanya Peran Ganda Pada Perempuan
Pada kenyataannya, menjadi seorang ibu rumah tangga yang juga
berprofesi sebagai perempuan karir tidak mudah, mereka memiliki tanggung
jawab dan tugas yang besar. Perempuan sebagai seorang ibu rumah tangga
harus menjalankan dan memenuhi kewajibannya sebagai seorang ibu rumah
tangga yang mengurus rumah dan keluarga, begitupun perempuan yang juga
bekerja sebagai pekerja di luar rumah juga harus memenuhi dan menjalankan
tugasnya sesuai dengan prosedur yang harus dikerjakan. Kedua hal tersebut
harus dijalankan dengan seimbang. Apabila kedua hal tersebut tidak dapat
berjalan dengan baik dan seimbang, maka akan berdampak bagi diri sendiri
13
Ibid., h.15-16. 14
Vivi Miranti, “Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Pedagang Kue Tradisional di Pasar Doping
Kelurahan Doping Kecamatan Penrang Kabupaten Wajo”, Skripsi pada program sarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar, 2019, h. 18-19, tidak dipublikasi.
14
maupun lingkungan sekitarnya (lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat
maupun lingkungan kerja).
2. Dukun Urut (Pijat)
a. Pengertian Dukun
Dalam bahasa Arab, dukun disebut Al-kaahin, kemudian
perbuatannya disebut sebagai Kahanah (perdukunan). Dalam bahasa Inggris
dukun disebut dengan Clairvoyant (dukun/tabib) yang berarti penyembuh
penyakit, hingga Psychic (cenayang/peramal) yang mana tergantung pada
keahlian dan bidangnya masing-masing.15
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Dukun diartikan
sebagai orang yang dapat mengobati, menolong orang sakit ataupun memberi
jampi-jampi (mantra, guna-guna). Sedangkan menurut Heru S.P. Saputra
dalam glosari buku Memuja Mantra, dukun memiliki arti sebagai orang yang
mempunyi Ngelmu gaib yang didapatkan dengan cara laku mistik yang
dimanfaatkan untuk membantu atau menolong orang yang membutuhkan
bantuan.16
Dukun merupakan orang ahli yang mampu berhubungan dengan roh.
Adapun menurut Badruddin Hsubky, dukun diartikan sebagai orang yang
membantu orang yang sedang berada dalam kesusahan, memudahkan urusan,
meramal sesuatu atau nasib, mengobati orang yang sakit ataupun membantu
orang bersalin.17
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dukun merupakan orang yang
memiliki ilmu dan kemampuan untuk membantu, menolong serta mengobati
orang lain dengan memberi jampi (doa, mantra, maupun guna-guna) ataupun
ramuan tertentu kepada orang yang membutuhkan.
15
Desi Kurnia Sari, “Pemahaman Masyarakat Muslim Tentang Perdukunan Di Kampung I Desa
Tembung”, Skripsi pada program Sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, 2018,
h. 20, tidak dipublikasi. 16
Arwani Ilyas, op.cit., h. 311. 17
Liza Farlina, “Dukun Pengobatan di Kesamatan Batang Merangin Kabupaten Kerinci provisi
Jambi”, Skripsi pada program Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
2005, h. 12, tidak dipublikasi.
15
Dukun sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak zaman
dulu kala. Dulu, dukun identic dengan pakaian hitam, kemenyan, serta tinggal
di gubuk tengah hutan dengan mantra-mantranya. Namun seiring
perkembangan zaman, lambat laun dukun di zaman modern tidak demikian.
Dukun bisa saja berpakaian putih ataupun bercelana jeans, tinggal di rumah
mewah dan bagus bahkan juga bisa mengisi acara di televisi.18
Berdasarkan pada praktik dan penampilannya, dukun dibedakan
menjadi 2 yaitu dukun putih dan dukun hitam. Dalam praktiknya, dukun putih
digunakan untuk menolong orang, seperti melakukan penyembuhan atau
pengobatan terhadap penyakit, mencari barang hilang dan sebagainnya.
Sedangkan untuk dukun hitam, dalam praktiknya yakni melakukan praktik-
praktik atau kegiatan yang ditujukan untuk mencelakai orang, seperti dukun
santet, dukun pele, gendam dan sebagainnya.19
Menurut Clifford Geertz dalam studinya terkait kebudayaan
masyarakat jawa, dukun terbagi menjadi 12 jenis diantaranya yaitu20
: 1)
dukun bayi (beranak), 2) dukun pijat (urut), 3) dukun prewangan (medium), 4)
dukun calak (tukang khitan atau sunat), 5) dukun wiwit (orang yang ahli
dalam upacara panen), 6) dukun temanten (orang yang ahli dalam upacara
pernikahan atau perkawinan), 7) dukun petungan (orang yang ahli dalam
meramal angka atau perhitungan), 8) dukun sihir (orang yang ahli dalam ilmu
sihir), 9) dukun susuk (orang yang ahli dalam memasukkan dan menusukkan
jarum emas di tubuh atau kulit), 10) dukun jampi (orang yang ahli dalam
membuat ramuan dengan tumbuhan dan berbagai obat tradisional), 11) dukun
siwer (orang yang ahli dalam membuang atau menunda kesialan alami), dan
12) dukun tiban (orang yang ahli dan memiliki kekuatan spiritual maupun
temporer yang berasal dari masuk roh ke dalam tubuh).
18
Sodikin, Meski Beda Penampilan, Dukun Hitam Dan Dukun Putih Ternyata.., 2020,
(https://www.islampos.com/meski-beda-penampilan-dukun-hitam-dan-dukun-putih-ternyata-
206865/), diakses pada tanggal 8 Januari 2020 pukul 08.46 WIB. 19
Ibid. 20
Arwani Ilyas, op.cit., h. 310-311
16
Geertz menjelaskan lebih jauh terkait profesi seorang dukun yang
terbagi ke dalam 3 jenis, yakni21
:
1) Dukun priyayi, merupakan sosok dukun yang lebih dikenal dengan
sebutan paranormal, yang mana dukun priyayi dapat membantu tokoh-
tokoh priyayi dalam menjalankan roda pemerintahan, misalnya dengan
menggunakan jimat yang senantiasa harus dibawa dan ditaruh ditempat
yang diinginkan oleh pelaku.
2) Dukun santri, dikenal dengan sebutan kyai. Dukun santri ini sering
menggunakan kalimat-kalimat maupun huruf yang ada dalam al-Qur’an,
sebab dipercaya memiliki kekuatan dan kemampuan untuk membantu dan
menolong penggunanya. Sehingga segala cara dan teknik yang digunakan
oleh dukun santri ini tidak berseberangan dengan ajaran maupun akidah
Islam.
3) Dukun abangan, dun abangan memang dikenal sebagai dukun,
dikarenakan orang yang berprofesi atau bekerja sebagai dukun abngan ini
menggunakan prewangan sebagai alat bantu, serta melakukan puasa untuk
mensucikan diri agar mendapatkan ilmu serta masih banyak lagi.
Di samping penjelasan di atas, terdapat pula dukun yang dapat
menyakiti atau bahkan membunuh orang lain. Dukun ini ada dikarenakan
adanya permintaan atau keinginan seseorang untuk melakukan hal tersebut,
misalnya karena adanya dendam ataupun karena adanya keinginan untuk
menghancurkan orang lain. Keberadaan dukun tersebut memang ada dan
benar adanya, namun terlepas dari hal dukun merupakan ‘Orang Pintar’ yang
keberadaannya masih ada dan dibutuhkan masyarakat.
Dukun merupakan profesi yang digeluti oleh seseorang yang berilmu
yang diperoleh dengan cara belajar atau melakukan beberapa ritual seperti
puasa, berguru ataupun bekerjasama dengan hal gaib seperti jin. Dukun pada
dasarnya tidak memiliki tempat atau posisi yang tepat di masyarakat, sehingga
ada yang menjadikan profesi atau pekerjaan ini sebagai sampingan namun ada
juga yang menjadikannya sebagai profesi utama, hal ini dikarenakan orang
21
Ibid.
17
tersebut tidak memiliki keahlian lain ataupun pekerjaan lain sehingga
menggantungkan dirinya sebagai seorang dukun.
Geertz menjelaskan dalam bukunya yang berjudul ‘Santri, Abangan
Priyayi’, bahwa dukun tidak memiliki posisi yang jelas di masyarakat bahkan
dengan beberapa stigma jelek yang mungkin oleh sebagian orang di diberikan
kepadanya, dukun semakin tidak memiliki peran maupun posisi.22
Sehingga
profesi dukun akan hilang dan digantikan oleh kemajuan teknologi dan
perkembangan zaman. Namun pada kenyataanya, hal tersebut berbanding
terbalik. Dukun memiliki eksistensi dan tempat tersendiri di dalam
masyarakat. Sehingga dukun semakin menjamur dan memiliki posisi yang
sentral di dalam masyarakat.
b. Sumber atau Asal Dukun
Beberapa hal yang membuat seseorang tertarik dan belajar untuk
menggeluti dunia dari ilmu perdukunan antara lain23
:
1) Adanya warisan dari nenek moyang atau sesepuh secara turun temurun,
2) Adanya kemampuan yang diperoleh berupa Kasyaf, Ilham, Wangsit, atau
Renungan,
3) Adanya kemampuan yang diperoleh dan bersumber dari benda-benda
pusaka yang keramat,
4) Adanya ketertarikan dan keinginan untuk menjalani ritual pemujaan
kepada setan dan penyerahan tumbal demi sesuatu yang diinginkan,
5) Adanya ketertarikan dan keinginan untuk mengikuti kegiatan dan praktik
perdukunan untuk mencari sesuatu atau manfaat tertentu,
6) Adanya dorongan atau kemampuan untuk mempelajari dan menjalani
kemampuan sebagai seorang dukun untuk memenuhi kebutuhan hidup.
22
Ibid., h. 313. 23
Desi Kurnia Sari, Op.Cit., h. 39-40.
18
c. Perbedaan Dukun Dulu dan Sekarang
Dulu, dukun identic dengan pakaian hitam, kemenyan, serta tinggal
di gubuk tengah hutan dengan mantra-mantranya. Namun seiring
perkembangan zaman, lambat laun dukun di zaman modern tidak demikian.
Dukun bisa saja berpakaian putih ataupun bercelana jeans, tinggal di rumah
mewah dan bagus bahkan juga bisa mengisi acara di televisi. 24
Perdukunan zaman dahulu berbeda dengan perdukunan zaman
modern sekarang ini, dimana umumnya dukun zaman dahulu lebih banyak
beroperasi di daerah pedalaman yang minim ilmu pengetahuan serta
kurangnya pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Umumnya masyarakat
yang mendatangi dukun adalah golongan yang tidak berilmu dan bertempat
tinggal jauh dari pusat pelayanan kesehatan atau kurangnya biaya untuk
berobat ke pusat kesehatan. Bukan hanya itu, dukun zaman dahulu sangat
mudah dikenali dengan penampilannya yang secara fisik atau zhahir berbeda,
yang mana mereka tidak menerima imbalan atau tarif yang tinggi atau
menerima sekedarnya tanpa ketentuan tarif atau harga. Bukan hanya itu saja,
dukun zaman dulu tidak menjadikan profesi dukun sebagai mata pencaharian
utama, mereka sangat memperhatikan dan menghargai norma dan nilai-nilai
yang ada dalam praktek perdukunan.25
Sedangkan dukun zaman sekarang bekerja dan melakukan kegiatan
perdukunan di kota-kota besar. Para pasiennya pun sebagian besar orang-
orang yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke atas dan juga
berpendidikan. Sebagian besar, tujuan mendatangi dukun adalah beragam dan
untuk hal-hal yang menguntungkan diri sendiri, seperti memperoleh kekayaan,
ketenaran, jabatan, kecantikan, dan sebagainya, sehingga dukun di zaman
modern tidak hanya sebatas untuk berobat. Dukun zaman modern cukup sulit
dikenali karena baik secara fisik maupun zhahirnya. Bahkan, dukun di zaman
modern ini menetapkan tarif tertentu yang terkadang cukup memberatkan
24
Sodikin, Op.cit. 25
Desi Kurnia Sari, Op.cit., h. 40.
19
pasiennya. Dukun di era ini banyak menjadikan profesi dukun sebagai mata
pencaharian atau penghasilan utama.26
d. Dukun Urut (Pijat)
Dukun yang menjadi fokus utama dalam kajian ini yaitu Dukun Urut
(Pijat). Menurut Rismi menyatakan bahwa pijat sudah ada di Indonesia sejak
zaman kerajaan dan perkembangan agama-agama yang mengurangi ajaran-
ajaran animisme.27
Adapun menurut kursusrefleksi.com mengatakan bahwa
banyak masyarakat yang mempercayai bahwa pijat tradisional merupakan
suatu cara alami yang dilakukan untuk menyegarkan tubuh dari rasa lelah
berlebih. Dan salah satu teknik yang digunakan adalah pijat tangan. Pijat jenis
ini berasal dari zaman dahulu yang dibuktikan dengan adanya lukisan pijatan
tangan dan kaki dari seorang dokter Mesir pada tahun 2330 SM (sebelum
masehi).28
Pijat sendiri sering kali dikaitkan dengan istilah urut, sedangkan
pelaku atau orangnya disebut dukun urut, tukang urut ataupun paraji yang
melakukan pijatan untuk menyembuhkan penyakit.29
Urut atau pijat
merupakan suatu aktivitas yang memberi tekanan pada anggota tubuh,
terutama kulit, otot, dan juga urat dengan menggunakan beberapa teknik
maupun metode tertentu.30
Sejak dahulu, pijat tradisional digunakan sebagai
suatu terapi pilihan rakyat untuk mengatasi segala keluhan sakit dan nyeri
yang diderita masyarakat.31
26
Ibid., h. 42. 27
Muhammad Fahmi Garna, Perancangan Media Melalui Buku Informasi Manfaat Pijat
Tradisional Untuk Kesehatan, 2016, ( https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/706/jbptunikompp-gdl-
muhammadfa-35272-10-unikom_m-i.pdf), diakses pada tanggal 8 Januari 2022 pukul 09.56. 28
Ibid. 29
Anonim, Pijat Bayi di Tukan Urut, Boleh Engga Sih?, 2019,
(https://kumparan.com/kumparanmom/pijat-bayi-di-tukang-urut-boleh-enggak-sih-
1qr2eBbP63w/full), Diakses pada tanggal 7 Januari 2022 pada pukul 02.00 WIB. 30
Agnesia Aisha, Dr. Zaidul Akbar Jelaskan Manfaat bagi yang Menyukai Urut dan Pijat, 2021,
(https://portaljember.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-162787105/dr-zaidul-akbar-jelaskan-
manfaat-bagi-yang-menyukai-urut-dan-pijat), diakses pada tanggal 8 januari 2022 pukul 09.37
WIB. 31
Matsani, dkk., Pengaruh Pijat Urut Tradisional Indonesia (Relaksasi), dan Peregangan
(Stretching) Terhadap Nyeri Punggung Bawah (LBP) yang Disebabkan Spasme Otot, Jurnal
DhammavicayaI, 5, 2021, h.22.
20
Adapun tujuan dari urut adalah lebih merujuk kepada penyembuhan
suatu penyakit. Sebagian dukun urut (pijat) dikenal juga dengan istilah tukang
pijat (urut) atau paraji.32
Dimana, urut (pijat) ini merupakan aktivitas yang
dilakukan guna melemaskan dan memperbaiki otot atau badan agar peredaran
darah menjadi lancar dan tubuh menjadi rileks sehingga badan kembali fit atau
bugar. Pada umumnya, masyarakat akan mendatangi ahli pijat atau urut
tradisional, untuk membantu masalah yang dideritanya. Sampai saat ini pijat
urut tradisional masih digunakan dan mudah ditemukan di manapun.
Adapun dukun urut (Pijat) adalah dukun yang membuka praktik pijat
dengan cara-cara asusila, bahkan di banyak daerah dukun pijat atau tukang
kusuk menggunakan jasa jin dalam praktiknya sehingga ia dapat memijat atau
mengurut dari jarak jauh. Jika seseorang melakukan pijat murni tanpa ada
unsur mistik, maka tidak baik disebut dukun. Sebab, pengobatan kusuk atau
pijat murni boleh dilakukan.33
Jadi, dapat dikatakan bahwa Dukun Urut (Pijat)
merupakan profesi yang digeluti atau dikerjakan oleh orang yang memiliki
ilmu atau kemampuan untuk memijat atau mengurut. Dukun urut (pijat)
merupakan alternatif lain yang dipilih oleh sebagian besar masyarakat sebagai
media pengobatan tradisional jika masyarakat tidak ingin pergi ke dokter.
Dukun urut (pijat) menggunakan beberapa cara dalam proses pengobatan atau
penyembuhan pasien, diantaranya yakni dengan memberikan pijatan dan
jampi (doa ataupun mantra) bahkan ramuan yang berasal dari bahan-bahan
alami atau tradisional. Dukun urut (pijat) berbeda dengan terapis.
Pada dasarnya dukun urut (pijat) ini banyak digeluti dan dikerjakan
oleh laki-laki, namun ada juga perempuan yang berprofesi sebagai Dukun
Urut (Pijat). Meskipun begitu, tidak begitu banyak perempuan yang bekerja
sebagai dukun, khususnya bekerja sebagai dukun urut (pijat). Hal tersebut
dikarenakan perlunya tenaga atau otot yang kuat ilmu yang cukup dan
kemampuan mengobati yang memumpuni untuk mengobati dan membantu
pasien. Di samping itu juga dibutuhkan usaha yang konsisten dan ilmu yang
32
Anonim, Op.cit. 33
Desi Kurnia Sari, Op.Cit.h. 46-47.
21
mendukung untuk menjadi seorang dukun, termasuk dukun urut (pijat).
Meskipun demikian, cukup banyak perempuan yang bekerja sebagai Dukun,
khususnya dukun urut (pijat).
Adanya dukun urut (pijat) perempuan di tengah masyarakat modern,
menyebabkan dukun urut (pijat) harus bisa bertahan dan eksis di tengah
perkembangan zaman yang semakin canggih. Dukun Urut (Pijat) perempuan
pada dasarnya cukup eksis, di beberapa daerah yang wilayahnya masih asri
dengan adat dan istiadat setempat. Sehingga, dukun urut (pijat) memiliki
ruang atau tempat tersendiri di hati masyarakat. Pasien yang datang
mengunjungi dukun urut (pijat) pun beragam dan memiliki tujuan yang
berbeda-beda, diantaraya yaitu : memijat badan/tubuh agar menjadi lebih
rilex, mengobati bagian tubuh yang keseleo, membuat ramuan obat-obatan
tradisional dengan memanfaatkan alam sekitar, menjampe (memberikan
mantra/doa pada tubuh dan sebagainnya), bahkan ada juga yang meminta
Dukun Urut (Pijat) untuk melakukan ritual seperti : tujuh bulanan, sunat
perempuan, mandiin bayi, dan lain sebagainnya.
Adanya kebutuhan masyarakat akan sosok dukun urut (pijat)
menjadikan profesi dukun urut (pijat) perempuan cukup dihargai dan
dibutuhkan di tengah masyarakat, selain dapat melakukan pekerjaan sebagai
tukang urut/pijat, mereka juga dapat melakukan beberapa hal ataupun
pekerjaan lain yang dibutuhkan masyarakat. Meskipun demikian, tidak mudah
menjadi seorang dukun urut (pijat), terutama bagi perempuan. Disamping
harus menjaga kodratnya sebagai seorang perempuan, dukun urut (pijat) juga
harus dapat menguasai berbagai ilmu dan ajian yang dapat mendukung dan
membantunya dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang dukun. Di
antara ilmu, ritual ataupun ajian yang biasanya dilakukan oleh dukun urut
(pijat) perempuan dalam mendukung profesinya yakni : dengan melakukan
puasa mutih, menjalankan puasa sunnah, dan lain sebagainnya.
Bahkan, pada sebagian besar perempuan yang bekerja sebagai dukun
urut (pijat) juga memiliki peran dan tanggung jawab lain, yakni sebagai ibu
rumah tangga. Adanya ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun
22
urut (pijat) yakni dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor
internal dan faktor eksternal. Bukan hanya itu, perempuan, khususnya ibu
rumah tangga yang menjalankan peran ganda sebagai sebagai dukun urut
(pijat) juga dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi, yakni adanya kebutuhan
keluarga yang kian meningkat sedangkan suami sebagai seorang pencari
nafkah tidak dapat memenuhi perannya secara penuh. Bahkan, saat ini di
dalam keluarga dengan kelas ekonomi menengah ke bawah, muncul tuntutan
bagi perempuan untuk bekerja dan sebagai seorang istri yang harus berperan
ganda dan menjalani dualism peran.
3. Teori Struktural Fungsional
Durkheim adalah seorang sosiolog pertama yang menggunakan gagasan
fungsionalis. Fungsionalis penting lainnya yaitu para antropolog sosial Inggris
pada masa antara tahun 1920 dan 1960. Dalam sosiologi abad keduapuluh, tak
diragukan bahwa terdapat tokoh terkemuka (dari tahun 1930-an hingga akhir
1950-an) yakni fungsionalis Amerika Talcott Parsons (1902-79), selain itu tokoh
lain seperti R.K.Merton (1910-) dan Kingley Davis (1908-97) juga cukup
penting.34
Teori Struktural fungsional ini membahas tentang perilaku manusia
dalam masyarakat dan bagaimana perilaku manusia itu berada dalam kondisi yang
seimbang dalam suatu organisasi atau masyarakat. Tokoh utama dalam teori
struktural fungsional ini adalah seorang sosiolog Amerika, yaitu Talcott Parsons.
Talcott Parsons lahir di Colorado Springs, California pada tanggal 13 Desember
1902. Ayahnya adalah seorang anggota parlemen yang aktif dalam gerakan
reformasi social. Talcott Parsons memperoleh gelar sarjana nya di Amherst
College dengan fokus kajian Biologi, Leisure and Tourism, dan juga filsafat.
Bahkan Parson pernah belajar pula ke London School of Economics (LSE).
Kecerdasan intelektualnya dan posisi yang sering berseberangan dengan dosennya
34
Pip Jones, dkk., Buku Pengantar Teori-teori Sosial, Terj. dari IntroducingSocial Theory, Second
Edition oleh Achmad Fedyani Saifuddin, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016), h.
91.
23
menyebabkan Parsons belajar sosiologi. Kemudian, pada tahun 1949, Parsons
terpilih menjadi presiden The American Sociological Association. Parson
mengajar di Harvard University serta menjadi dosen tamu di Cambridge.35
Parsons merupakan seorang sosiolog kontemporer Amerika yang
menggunakan pendekatan teori struktural fungsional dalam melihat dan
memandangi masyarakat sebagai sistem sosial. Parson beranggapan bahwa
masyarakat tercipta dari sistem dan struktur yang berfungsi secara otonom dan
inheren.36
Bahasa terkait fungsionalisme struktural parsons ini dimulai dengan
empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan” (action sistem). Keempat
fungsi ini dikenal dengan skema AGIL. AGIL, Suatu fungsi (function) adalah
“kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau
kebutuhan sistem” (Rocher, 1975:40).37
Menurut Parsons, masyarakat sebagai
sistem sosial harus memiliki empat fungsi imperatif yang sekaligus dikatakan
sebagai suatu sistem. Adapun keempat fungsi imperatif tersebut yaitu (A) untuk
adaptation, (G) untuk goal attainment, (I) untuk integration, dan (L) untuk
latency.38
Keempat fungsi ini dibutuhkan agar dapat bertahan dalam organisasi
atau masyarakat.
Adapun penjelasan lebih rinci terkait keempat fungsi imperatif ini,
yakni39
:
a) Adaptation (Fungsi Adaptasi)
Adaptasi merupakan sistem yang ditujukan untuk mempertahankan
sumber-sumber penting yang ada dalam system untuk menghadapi situasi
eksternal yang gawat. Yang mana sistem tersebut harus bisa menyesuaikan
diri dengan keadaan lingkungannya yang kemudian disesuaikan dengan
kebutuhannya. Artinya, fungsi ini merupakan kemampuan masyarakat untuk
35
Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Post Modern, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), h. 20. 36
Nurul Fadlianti, “Peran perempuan buruh tani merica dalam meningkatkan ekonomi keluarga di
Desa Wawondula Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur”, Skripsi pada Program sarjana
Sosiologi Universitas Negeri Makassar, 2019, tidak dipublikasi. 37
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Ke-6, Terj. dari Modern
Sociological Theory 6th Edition oleh Alimandan, (Jakarta: Kencana, 2010), h.121. 38
Sindung Haryanto.loc.cit. 39
Ibid.
24
dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya termasuk
lingkungan alam yang di dalamnya mencakup segala hal termasuk
mengumpulkan sumber kehidupan, komoditas maupun redistribusi social.
Contohnya adalah dalam ekonomi, ekonomi sendiri adalah subsistem yang
melaksanakan fungsi di masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan melalui tenaga kerja, produksi, dan alokasi. Melalui pekerjaan,
ekonomi menyesuaikan diri dengan lingkungan kebutuhan masyarakat dan
membantu masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan realitas eksternal.40
b) Goal Attainment (Fungsi Pencapaian Tujuan)
Merupakan fungsi yang mana ketika suatu sistem mengutamakan tujuan
dan memobilisasi sumber daya yang untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi,
sistem harus dapat mengartikan dan mencapai tujuan utamanya.
Artinya,menggerakkan seluruh sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
utama. Contohnya adalah dalam Pemerintah (polity) (atau sistem politik),
yang melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan mengejar tujuan-tujuan
kemasyarakatan dan memobilisasi aktor dan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.41
c) Integration (Fungsi Integrasi);
Merupakan fungsi yang dimana sistemnya melakukan proses-proses yang
terjadi di dalam sistem itu sendiri yang berguna untuk mengkoordinasi
hubungan internal yang ada diberbagai subsistem atau unit-unit sistem. Fungsi
integrasi ini berguna untuk mengatur hubungan antar bagian yang menjadi
komponennya, dimana sebuah sistem dari fungsi integrasi ini harus dapat
mengelola hubungan antar ketiga fungsi lainnya, yakni adaptation, goal
attainment dan latency. Contohnya adalah fungsi integrasi yang dilaksanakan
oleh komunitas kemasyarakatan (contoh, hukum), yang mengkoordinasikan
berbagai komponen masyarakat (Parsons dan Platt, 1973).42
d) Latency (Fungsi Latensi atau Pemeliharaan Pola)
40
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Op.cit.,h. 127. 41
Ibid., h. 127-128. 42
Ibid., h. 128.
25
Merupakan proses dimana sistem memelihara motivasi dan kesepakatan
sosial dengan menggunakan control social. Yang mana sistem dari fungsi ini
harus dapat melengkapi, memelihara maupun memperbaiki motivasi
individualnya ataupun pola-pola budayanya yang dapat mewujudkan dan
mendukung motivasi. Artinya, norma-norma dan nilai-nilai (seperti budaya,
bahasa, norma, nilai, aturan, dan sebagainya) yang ada dibuat untuk
memotivasi individu berbuat sesuatu. Contohnya adalah Sistem fiduciary
(misalnya, di sekolah, keluarga) yang menangani fungsi pemeliharaan pola
(latensi) dengan menyebarkan kultur (norma dan nilai) kepada aktor sehingga
aktor menginternalisasikan kultur itu.43
Jadi, berdasarkan paparan tersebut, parson menekankan pada hirarki yang
jelas dan terstruktur, dimulai dari tingkatan yang paling rendah hingga yang
paling tinggi. Kemudian pada tingkat integrasi terjadi dengan dua cara menurut
Parsons44
, yakni 1) masing-masing tingkatan yang lebih rendah menyediakan
suatu kondisi ataupun kekuatan yang mana diperlukan oleh tingkatan yang lebih
tinggi, 2) tingkatan yang lebih tinggi dapat mengendalikan segala sesuatu yang
disediakan atau terdapat di tingkatan yang lebih rendah.
Parsons menggunakan status-peran sebagai unit dasar dari sistem.
Konsep tersebut bukan merupakan satu aspek yang berasal dari aktor atau aspek
interaksi, melainkan lebih kepada komponen struktural dari sistem sosial. Status
di atas mengacu kepada posisi structural yang ada didalam sistem sosial, dan
peran adalah apa yang dilakukan oleh actor dalam posisinya tersebut yang dilihat
dalam konteks signifikansi fungsional untuk sistem yang lebih luas.45
Di samping
sebagai seorang strukturalis, parson juga seorang fungsionalis. Parsons
memaparkan sejumlah persyaratan fungsional dari sistem sosial, diantaranya
yaitu:
a) Pertama, sistem sosial harus terstruktur (ditata) sedemikian rupa sehingga bisa
beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan sistem lainnya.
43
Ibid. 44
Akhmad Rizqi Turama, Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons, jurnal
Eufoni, 2, 2020, h. 66-67. 45
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Op.cit. h.124.
26
b) Kedua, untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistem sosial harus mendapat
dukungan yang diperlukan dari sistem yang lain.
c) Ketiga, sistem sosial harus mampu memenuhi kebutuhan para aktornya dalam
proporsi yang signifikan.
d) Keempat, sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para
anggotanya.
e) Kelima, sistem sosial harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi
mengganggu.
f) Keenam, bila konflik akan menimbulkan kekacauan, itu harus dikendalikan
g) Kejutuh, untuk kelangsungan hidupnya, sistem sosial memerlukan bahasa.46
Meskipun sistem social senantiasa berada dalam kondisi seimbang,
namun tidak menutup kemungkinan akan mengalami perubahan. Tetapi
perubahan yang ada dalam pandangan structural fungsional ini berlangsung secara
berangsur-angsur dan berpengaruh pada berbagai penyesuaian dan perubahan
yang dilakukan oleh tiap unsur sistem. Jika dilihat dari sisi sumbernya, perubahan
ini dapat berasal dari luar maupun dari dalam, contohnya perubahan komponen
genetic penduduk yang berdampak pada perilaku dan peran sosialnya.
Fungsionalisme struktural milik Parsons yang juga dikembangkan pula
oleh para sosiolog Eropa membuat teori ini bersifat empiris, positivistic, dan
ideal.47
Terdapat asumsi yang mengatakan bahwa tindakan manusia bersifat
sukarela atau voluntaristik. Artinya, tindakan manusia tersebut didasarkan pada
dorongan kemauan, dengan menaati nilai, ide, dan norma yang telah disepakati
sebelumnya secara bersama-sama. Tindakan individu yang ada mempunyai
prerogative untuk memilih sarana ataupun alat yang diperlukan serta tujuan yang
akan dicapai dengan adanya pengaruh oleh lingkungan atau kondisi-kondisi yang
dikendalikan oleh nilai dan norma.
Parson berasumsi bahwa tindakan individu tersebut terjadi pada kondisi
dimana unsurnya sudah jelas dan pasti, sedangkan unsur lainnya digunakan oleh
sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Jadi, tindakan tersebut diasumsikan
46
Ibid., h. 125. 47
Ibid.
27
sebagai hakikat sosial yang paling kecil dan mendasar yang mana unsur di
dalamnya berupa alat, tujuan, situasi ataupun norma.48
Di dalam tindakan, sarana
ataupun alat yang telah tersedia atau ada digunakan oleh pelaku individu untuk
mencapai tujuan dengan berbagai cara yang mana individu tersebut dipengaruhi
oleh suatu kondisi yang dapat membantu dirinya dalam memilih tujuan dengan
arahan nilai, ide serta norma.
B. Hasil Penelitian Relevan
Berdasarkan pencarian judul dan kajian pustaka yang telah dilakukan,
peneliti menemukan beberapa hasil yang relevan yang berkaitan dengan penelitian
ini, yaitu:
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan
No
Nama
Penulis dan
Tahun
Judul Kesimpulan Relevansi
1 Widya
Sherliawati
(2014)
Kepercayaan
masyarakat
terhadap
dukun: studi
kasus di
lingkungan 5
Kelurahan
Yukum Jaya
Kecamatan
Terbanggi
Besar
Kabupaten
Lampung
Tengah
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa berdasarkan
kepentingan
masyarakat yang
memiliki
kepercayaan
terhadap dukun
meliputi:
kepentingan
hubungan harmonis,
kepentingan
ekonomi, dan
kepentingan
kedudukan politik.
Selanjutnya,
penyebab
kepercayaan
Persamaan:
Variable dalam
penelitian ini sama,
yaitu terkait dukun
Penelitian ini
dilakukan dengan
metode kualitatif
Teknik yang
digunakan sama,
yakni dilakukan
dengan teknik
wawancara,
observasi dan
dokumentasi
Perbedaan:
Penelitian ini
berfokus kepada
Dukun Secara
Umum
Tempat yang
48
Ibid.
28
masyarakat terhadap
dukun adalah budaya
masyarakat,
rendahnya
penyerapan terhadap
nilai dan norma
agama, dan
kebijakan
pemerintah.
digunakan dalam
penelitian ini
berbeda dengan
peneliti
Tahun dalam
penelitian ini
berbeda dengan
penelitian yang
dilakukan peneliti
2 Bayu Aji
Setiawan
(2021)
Persepsi
masyarakat
pada
pengobatan
non medis di
Desa Pang
Kemiri
Tulangan
Kabupaten
Sidoarjo.
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa (1) Persepsi
masyarakat atas
pengobatan non
medis diera modern
antara lain
masyarakat memiliki
persepsi bahwa
perkembangan
zaman memang
mempengaruhi
perubahan pola
hidup pada manusia
namun perubahan
tersebut tidak
sepenuhnya
berpengaruh pada
pengobatan alternatif
non medis. (2)
Pengobatan alternatif
non medis masih
eksis hingga saat ini
diakui oleh
masyarakat bahwa
pengobatan alternatif
non medis dianggap
masih efektif untuk
dijadikan tempat
mendapatkan
kesembuhan bagi
Persamaan:
Pembahasan dalam
penelitian ini sama,
yaitu terkait
pengobatan non
medis
Penelitian ini
dilakukan dengan
metode kualitatif
Teori yang
digunakan dalam
penelitian ini sama,
yaitu teori
Fungsionalisme
Struktural
Teknik yang
digunakan dalam
penelitian ini sama
dengan peneliti,
yakni menggunakan
teknik wawancara,
observasi dan
dokumentasi
Perbedaan:
Rumusan dan focus
dalam penelitian ini
berbeda dengan
peneliti, yakni
berfokus pada
persepsi masyarakat
Tempat dalam
penelitian berbeda
dengan peneliti,
yakni dilakukan di
29
masyarakat Desa Pang Kemiri
3 Mas
Muhammad
Ridwan
(2012)
Perempuan
dalam
keluarga
sebagai buruh
pabrik dan
ibu rumah
tangga.
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa (1) Peran istri
yang bekerja sebagai
buruh pabrik dalam
keluarga ini hampir
sebagian tidak
berubah, para istri
masih tetap bekerja
sebagai buruh pabrik
dan juga masih bisa
mengontrol
pekerjaan di rumah
sebagai ibu rumah
tangga (2) Sebagai
anak dari perempuan
pekerja pabrik,
sebagian kurang
mendapatkan kasih
sayang penuh dari
kedua orang tuanya
yang sama-sama
bekerja diluar
rumah.
Persamaan:
Variable dalam
penelitian ini sama,
yaitu terkait ibu
Rumah tangga
Penelitian ini
dilakukan dengan
metode kualitatif
Teori yang
digunakan dalam
penelitian ini sama,
yaitu teori
Fungsionalisme
Struktural
Teknik yang
digunakan dalam
penelitian ini sama
dengan peneliti,
yakni menggunakan
teknik wawancara,
observasi dan
dokumentasi
Subjek yang
digunakan dalam
penelitian ini sama,
yaitu perempuan
Perbedaan:
Penelitian ini
berfokus pada
perempuan sebagai
buruh pabrik dan
ibu rumah tangga
Tempat yang
digunakan dalam
penelitian ini
berbeda, yaitu
berada di Desa
Berbek
4 Ajeng
Restania
Putri
Peran ganda
perempuan
(studi kasus
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa Wanita yang
Persamaan:
Variable dalam
penelitian ini sama,
30
(2020) dosen
Fakultas
Dakwah
IAIN
Purwokerto)
menjalankan peran
ganda dalam rumah
tangga dan karir
dapat melakukannya
secara seimbang,
sebagai ibu rumah
tangga tidak
melupakan
kewajibannya untuk
mengurus rumah
tangga dan sebagai
wanita karir tetap
bertanggung jawab
dalam pekerjaannya
yaitu terkait peran
ganda perempuan
Penelitian ini
dilakukan dengan
metode kualitatif
Subjek yang ada
dalam penelitian ini
sama, yaitu
perempuan
Perbedaan:
Tempat yang
digunakan dalam
penelitian ini
berbeda, yaitu
berada di IAIN
Purwokerto
Penelitian ini
berbeda dengan
peneliti, yakni lebih
kepada penelitian
studi kasus
5 Suparman
(2017)
Peran ganda
istri petani
(studi kasus
di Desa
Perangian
Kecamatan
Baraka
Kabupaten
Enrekang).
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa Penyebab
perempuan buruh
tani melakukan
peran ganda adalah
faktor internal yaitu
pendapatan suami
tidak mencukupi
kebutuhan hidup
sehari hari, ditambah
dengan pengeluaran
dan jumlah
tanggungan dalam
keluarga, faktor
ekstern yaitu
lingkungan sekitar
yang berupa lahan
pertanian yang
Persamaan:
Variable dalam
penelitian ini sama,
yaitu terkait Peran
Ganda
Penelitian ini
dilakukan dengan
metode kualitatif
Teori yang
digunakan dalam
penelitian ini sama,
yaitu teori
Fungsionalisme
Struktural
Hasil penelitian
yang ada sama,
yakni penyebab
perempuan
melakukan peran
ganda adalah
ekonomi
(pendapatan suami
31
banyak
membutuhkan
tenaga buruh tani,
pendidikan yang
rendah tidak
memiliki
keterampilan yang
memadai sehingga
tidak ada peluang
untuk kerja lainya.
Bentuk peran ganda
yaitu sebagai Ibu,
merawat anak dan
suami, sebagai istri,
mendidik anak dan
ekonomi. Dampak
peran ganda bagi
keluarga yaitu
kesulitan dalam
menjalankan tugas
domestiknya, kurang
optimalnya waktu
yang dimiliki untuk
membagi peran yang
dijalankan,
Kelelahan
beraktivitas dalam
pekerjaannya secara
profesional, dan
terjadi pengeluhan
dirasakan oleh istri
terhadap suami
ketika mereka sudah
lelah dalam bekerja.
tidak mencukupi
ditamah dengan
pengeuaran
keluarga serta
dampak yang
dirasakan yakni
kelelahan
Perbedaan:
Penelitian ini
berfokus pada Istri
Petani
Tempat yang
digunakan dalam
penelitian ini
berbeda, yaitu
berada di Desa
Perangian
Pendekatan yang
digunakan berbeda
dengan peneliti,
yaitu menggunakan
pendekatan studi
kasus
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan jembatan untuk menyusun hipotesis.
Kerangka berpikir adalah argumentasi-argumentasi logis, rasional dan kritis
mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun
32
peneliti berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori. Kerangka berpikir
tidak disusun berdasarkan pada akal sehat (common sense) peneliti, tetapi
berdasarkan hasil kajian teori yang handal.49
Menurut hasil kajian yang telah
dilakukan sebelumnya tentang peran ganda yang dijalani oleh perempuan dalam
keluarga sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), maka dapat disusun
kerangka berpikir sebagai berikut :
49
Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: FITK, 2019), h. 43.
Gambar 2.1 Kerangka Bepikir
Perempuan
Latar Belakang
Dukun Urut (Pijat)
Aktivitas Peran ganda
Ibu Rumah Tangga
Dampak
Hasil Temuan
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampung Nagrog, Desa Pengasinan,
Kecamatan Gunung Sundur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Masyarakat Kampung
Nagrog Desa Pengasinan mayoritas merupakan penduduk asli yang sudah sejak
lama tinggal di Kampung Nagrog Desa Pengasinan serta sebagian besar
perempuan yang ada disini turut bekerja baik di sektor formal maupun informal.
Gambar 3.1 Peta Desa Pengasinan Kec. Gunung Sindur,
Kab. Bogor
Kampung Nagrog Desa Pengasinan merupakan salah satu kampung yang
berada di kecamatan Gunung Sindur, Bogor. Letak wilayahnya berada di dekat
perbatasan antara Jawa Barat dan Tangerang Selatan. Secara geografis, Desa
Pengasinan Terletak di 106 4’ 50” BT dan terletak di 6 21’ 30” LS. Dan secara
34
topografi, desa pengasinan ini sendiri termasuk ke dalam kategori dataran rendah
dengan ketinggian 69 meter dari permukaan laut (mdpl). Desa Pengasinan ini
pula terletak di sekitar 10 km via Prumpung dari Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PUSPIPTEK. Infrastruktur
seperti jalan, dapat dibilang kurang baik, namun beberapa jalan utama, seperti
jalan raya, bisa dibilang baik. Pada dasarnya, Desa pengasinan ini terbagi ke
dalam wilayah 7 Kampung, 7 RW dan 38 RT. Kampung atau Dusun yang ada di
Desa Pengasinan, diantaranya yaitu: Pengasinan 01, Cibarengkok 02,
Cibarengkok 03, Jeletreng 04, Nagrog 05, Kebon Kopi 06, dan Kebon Kopi 07.
Jarak antara kampung atau kampung tidak saling berjauhan yang dibatasi dan
dilintasi dengan sungai kecil yang berbatasan dengan jalan raya Bogor.
Adapun untuk Kampung Nagrog Desa Pengasinan ini memiliki jumlah
total penduduk sebanyak 1880 jiwa yang terbagi ke dalam 1 RW (RW 05),
dengan masing-masing RT, yaitu: RT 01 terdapat 302 Jiwa, RT 02 terdapat 399
jiwa, RT 03 terdapat 371 jiwa, RT 04 terdapat 336 jiwa , dan RT 05 terdapat 453
jiwa.
Gambar 3.2 Data Kependudukan Kampung Nagrog Desa Pengasinan
Tahun 2021
RW
05
RT 01
302 Jiwa
RT 02
399 jiwa
RT 03
371 jiwa
RT 04
336 jiwa
RT 05
453 jiwa
35
Penelitian ini berlangsung selama (6 enam bulan), yang dimulai pada
bulan Juli sampai bulan Desember 2021. Berikut adalah tabel detail rencana
waktu penelitian ini.
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu
Juli Ags Sep Okt Nov Des
1. Studi pendahuluan
2. Menyusun rencana penelitian
3. Merumuskan instrumen
penelitian
4. Pengumpulan data penelitian
5. Pengolahan data dan analisis data
6. Penyusunan laporan penelitian
7 Penyerahan Laporan Penelitian
B. Latar Penelitian (Setting)
Setting atau latar dalam penelitian ini berada di Desa Pengasinan,
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara khusus, peneliti
akan melakukan penelitian di Kampung Nagrog Desa Pengasinan. Dipilihnya
Kampung Nagrog Desa Pengasinan ini karena adanya pertimbangan bahwa di
tempat tersebut terdapat cukup banyak perempuan sebagai ibu rumah tangga yang
bekerja, terlebih bekerja sebagai dukun urut (pijat).
Adanya penelitian yang dilakukan di Kampung Nagrog ini dikarenakan
peneliti ingin mengetahui lebih dalam terkait cukup banyaknya ibu rumah tangga
yang juga bekerja sebagai dukun urut (pijat) dan bagaimana mereka menjalani dan
melaksanakan peran tersebut.
36
Gambar 3.3 wilayah Kampung Nagrog Desa Pengasinan Kec.Gunung
Sindur Kab.Bogor berdasarkan Google Maps
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian Kualitatif. Dimana penelitian kualitatif menurut Mantra (2004) dalam
buku Moleong (2007)1 mengemukakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam Sukudin2 Metode kualitatif
berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu,
kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara
menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada aspek pemahaman secara
mendalam terhadap suatu permasalahan. Metode penelitian kualitatif ini lebih
menekankan dan menggunakan teknik analisis secara mendalam yakni dengan
mengkaji permasalahan secara kasus per kasus, karena penelitian kualitatif ini
percaya bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah
lainnya.
1 Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : Literasi Media Publishing, 2015),
H.28 2 ibid.
37
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
fenomenologi. Menurut Faisal dalam Bungin (2003:9) mengatakan, fenomenologi
memandang terkait apa yang terlihat dan muncul di permukaan, termasuk
diantaranya pola perilaku manusia sehari-hari hanyalah suatu fenomena ataupun
gejala dari apa yang ada dan tersembunyi di “kepala” sang pelaku.3 Pendekatan
fenomenologi secara ontologis memandang realitas yang ada dalam dunia sosial
itu sifatnya subjektif dan maknawi, tergantung pada persepsi, pemahaman,
pengertian dan anggapan-anggapan yang ada.4 Pendekatan fenomenologi
memungkinkan unntuk mengetahui gambaran terkait peran ganda perempuan
sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) dengan tidak adanya (tercampur)
opini atau pendapat sebelumnya. Fenomena yang digambarkan mengangkap
sededekat dan sedetail mungkin terkait bagaimana peran ganda yang terjadi dan
dialami pada perempuan yang ada di Kampung Nagrog sebagai seorang ibu rumah
tangga yang juga berprofesi sebagai dukun ururt (pijat).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi yang mana peneliti berupaya untuk menggali gambaran
pengalaman informan mengenai Peran ganda perempuan sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat).
D. Fokus Penelitian
Adapun Fokus penelitian yang yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian
ini yaitu terkait peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun
urut (pijat).
Fokus penelitian tersebut dibuat setelah peneliti melakukan pengkajian
dengan kepustakaan yang relevan dengan yang diteliti serta mengamati beberapa
masalah dan peristiwa yang terjadi di sekitar tempat penelitian.
3 Lukman Hakim Et, al, Faktor Fosial Budaya dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat, Jurnal
Univeritas Jember, 2013, h. 2. 4 Ibid.
38
E. Subjek dan Objek Penelitian
Menurut Sugiyono, mengatakan bahwa pengertian objek penelitian ialah
suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Objek penelitian ini adalah sesuatu yang dijadikan sebagai
penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian.
Sedangkan subjek penelitian itu sendiri adalah subjek yang dituju untuk diteliti
oleh peneliti.5
Adapun subjek dalam penelitian ini terkait perempuan yang menjalani
peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan juga berperan sebagai dukun urut
(pijat) di Kampung Nagrog Desa Pengasinan, Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu juga terdapat informan pelengkap yaitu
suami, anak serta pasien perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu
rumah tangga dan dukun urut (pijat).
Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik snowball
sampling. Snowball sendiri diartikan sebagai bola atau gumpalan salju yang
bergulir dari puncak gunung es yang kian lama kiat cepat dan bertambah banyak.
Dimana dalam konteks ini, snowball sampling diartikan sebagai memilih sumber
informasi dari sedikit atau kecil kemudian menjadi semakin banyak atau
membesar jumlah sumber informasinya sampai akhirnya benar-benar diperoleh
atau ditemukan data yang diinginkan atau diharapkan.6 Jadi, teknik penentuan
sampel dalam penelitian ini pada awalnya kecil atau sedikit, lalu kemudian
membesar, ataupun sampel yang digunakan didasarkan pada penelusuran dari
sampel yang sebelumnya.7 Dimana dalam penelitian ini sumber informan utama
adalah perempuan ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun urut (pijat)
yang mengarah kepada informan kedua (anggota keluarga serta pasiennya) lalu
informan seterusnya.
5 Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”,
(Bandung:Alfabeta, 2016), Cet. XXIII, h.38. 6 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Kencana, 2014), Cet.1, h. 369. 7 Sandu Siyoto, Op.cit., 56
39
Informan yang ada dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang perempuan
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja sebagai dukun urut
(pijat), 4 anggota keluarga perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
juga bekerja sebagai dukun urut (pijat) dan 4 pasien yang memakai jasa dukun
urut (pijat) perempuan.
F. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik wawancara terstruktur dan
observasi serta dokumentasi. Dimana, ketiga teknik tersebut digunakan untuk
memperoleh dan mendapatkan serta informasi yang senantiasa saling menunjang
dan melengkapi penelitian terkait peran ganda perempuan sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat).
1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai check-list. Dimana, dalam wawancara
terstruktur ini Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada
nomor yang sesuai.8 Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini yakni dengan melakukan proses tanya jawab secara lisan
kepada dua orang atau lebih secara langsung. Peneliti menyiapkan beberapa
pedoman wawancara yang nantinya akan diajukan kepada narasumber atau
responden. Dimana, jawaban dari pertanyaan tersebut akan menjadi bahan
dasar bagi peneliti untuk dianalisis. Menurut Arikunto (1993) wawancara
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara.9 wawancara ini dilakukan untuk
mengubah data yang ada menjadi sebuah informasi secara langsung yang
diberikan oleh subjek penelitian yang ada di lapangan.10
Pendekatan
wawancara dilakukan guna mengukur apa yang diketahui dan tidak diketahui
8 Sandu Siyoto, Op.Cit., h. 77.
9 Samsu, Metode Penelitian (Teori Dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Mixed Methods Serta
Research & Development), (Jambi: Pusat Studi Agama Dan Kemasyarakatan, 2017), Cet 1, H. 96. 10
Ibid.
40
oleh subjek penelitian terkait informasi, pengetahuan ataupun sejumlah data
yang diperlukan dalam penelitian, apa yang disukai dan tidak disukai (nilai),
dan apa yang dipikirkan subjek terkait sikap dan kepercayaan yang dianut
oleh yang diteliti (subjek).11
Adapun kriteria sampel atau informan perempuan yang menjalani
peran ganda sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai Dukun Urut
(pijat) yang ada dalam penelitian ini 1) sedang menjalani peran ganda sebagai
ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), 2) berdomisili di Kp. Nagrog Desa
Pengasinan, 3) berusia kurang dari 70 tahun. Adapun untuk kriteria sampel
atau informan keluarga perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu
rumah tangga yang juga bekerja sebagai Dukun Urut (pijat) yaitu 1) memiliki
hubungan keluarga dengan perempuan yang menjalani peran ganda, 2)
tinggal dan menetap di Kampung Nagrog. Sedangkan untuk kriteria pasien
perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun
urut (pijat), yaitu 1) pernah atau sering memakai jasa perempuan yang
menjalani peran ganda tersebut.
Dalam melakukan wawancara ini, peneliti membuat Kisi-kisi atau
pedoman wawancara sebagai berikut :
Tabel 3.2 Pedoman/Kisi-Kisi Wawancara
No Objek yang di
wawancara
Pedoman wawancara
1 Perempuan yang
menjalani peran
ganda sebagai ibu
rumah tangga yang
juga bekerja sebagai
Dukun Urut (pijat)
1) Berapa banyak anggota keluarga anda?
2) Apa pekerjaan suami anda?
3) Apa saja kegiatan sehari-hari anda?
4) Sejak kapan anda menjalani profesi sebagai
dukun urut (pijat)?
5) Dari siapa anda belajar dan apa saja yang
anda pelajari untuk menjadi seorang dukun
urut (pijat)?
11
Ibid.
41
6) Apa saja alat-alat yang dibutuhkan untuk
mendukung pekerjaan anda sebagai dukun
urut (pijat)?
7) Berapa kali dalam sehari anda menerima
pasien?
8) Selain mengurut, apa saja hal yang dapat
anda lakukan atau kerjakan sebagai
seorang dukun urut (pijat)?
9) Berapa biaya atau bayaran yang anda
peroleh atau dapatkan untuk sekali
mengurut?
10) Apa yang melatarbelakangi anda bekerja
sebagai dukun urut (pijat) sekaligus juga
berperan sebagai ibu rumah tangga?
11) Siapa yang mengurus rumah ketika anda
bekerja sebagai dukun urut (pijat)?
12) Bagaimana anda mengatur waktu anda
dalam melaksanakan peran sebagai dukun
urut (pijat) dan sebagai seorang ibu rumah
tangga?
13) Perubahan apa saja yang terjadi pada
keluarga anda ketika anda memutuskan
untuk bekerja sebagai dukun urut (pijat)?
14) Apa hambatan yang anda alami ketika anda
menjalani peran sebagai seorang dukun
urut (pijat) dan sebagai seorang ibu rumah
tangga?
15) Dampak apa yang anda rasakan/alami
ketika anda menjalani peran sebagai
seorang dukun urut (pijat) dan sebagai
seorang ibu rumah tangga?
42
2 Anggota keluarga
dari perempuan yang
menjalani peran
ganda sebagai ibu
rumah tangga yang
juga bekerja sebagai
Dukun Urut (pijat)
1. Apa pekerjaan anda?
2. Apa saja kegiatan sehari-hari anda?
3. Mengapa perempuan (istri/ibu) yang ada
dalam keluarga ini bekerja?
4. Siapa saja yang bekerja di keluarga anda?
5. Apa yang anda lakukan ketika perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam keluarga ini
bekerja?
6. Apakah anda setuju jika perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam keluarga ini
bekerja, khususnya bekerja sebagai dukun
urut (pijat)?
7. Siapa yang mengurus rumah ketika
perempuan (istri/ibu) yang ada dalam
keluarga ini memutuskan bekerja?
8. Perubahan apa yang anda rasakan/alami
ketika perempuan (istri/ibu) yang ada
dalam keluarga ini memutuskan bekerja?
9. Apa hambatan/permasalahan yang anda
rasakan ketika perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini bekerja?
10. Dampak apa yang anda rasakan/alami
ketika perempuan (istri/ibu) yang ada
dalam keluarga ini bekerja?
11. Apa pendapat anda terkait perempuan
perempuan (istri/ibu) yang bekerja atau
menjalani dua peran sekaligus yakni
sebagai ibu rumah tangga dan pekerja
sosial lainnya?
12. Apakah perempuan (istri/ibu) yang ada
dalam keluarga ini) sering meninggalkan
43
perannya sebagai seorang ibu rumah tangga
setelah memutuskan untuk bekerja juga
sebagai dukun urut (pijat)?
3 Pasien/tamu dari
Perempuan yang
menjalani peran
ganda sebagai ibu
rumah tangga yang
juga bekerja sebagai
Dukun Urut (pijat)
1) Sudah berapa lama anda pergi ke dukun
urut (pijat) ini?
2) Dari mana/siapa anda tahu dukun urut
(pijat) yang anda kunjungi sekarang?
3) Apa alasan anda pergi ke dukun urut
(pijat)?
4) Berapa biaya atau bayaran yang anda
berikan setelah mendapatkan jasa (urut)
dari dukun urut (pijat)?
5) Berapa banyak dukun urut (pijat)
perempuan yang anda ketahui?
6) Bagaimana pandangan anda terkait dukun
urut yang juga merupakan seorang ibu
rumah tangga?
7) Selain mengurut, jasa atau pekerjaan apa
lagi yang anda minta atau ajukan kepada
dukun urut (pijat)?
8) Apa saja kendala atau hambatan ketika
anda mendapatkan jasa (diurut) oleh dukun
urut (pijat) ini?
9) Mengapa anda memutuskan untuk
menggunakan jasa ibu … sebagai
pengobatan alternatif di dukun urut (pijat)
yang anda gunakan atau percayai?
2. Observasi
Observasi digunakan dalam rangka mengumpulkan data yang
memberikan gambaran tentang situasi setempat atau social setting yang
44
menjadi konteks pembahasan penelitian.12
Observasi sendiri ialah
pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai
dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis serta
dapat dikontrol keandalan dan kesahihannya.13
Metode observasi ini merupakan sebuah pengamatan yang
dilakukan secara sistematis terhadap gejala yang timbul pada objek
penelitian. Dimana, dalam melakukan observasi ini, peneliti membuat Kisi-
kisi atau pedoman observasi yang meliputi :
Tabel 3.3 Pedoman/Kisi-Kisi Observasi
No. Aspek yang diobservasi/diamati Data yang
diperoleh
1. Mengamati lingkungan tempat tinggal
perempuan yang bekerja sebagai sebagai
ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)
2.
Mengamati kegiatan perempuan yang
bekerja sebagai dukun urut (pijat) sekaligus
sebagai ibu rumah tangga dan bagaimana
ketika menjalani peran ganda tersebut;
a. Kegiatan ketika menjadi ibu rumah
tangga
b. Kegiatan ketika bekerja sebagai dukun
urut (Pijat)
Alat yang dibutuhkan untuk
mendukung pekerjaannya
Proses/kegiatan apa saja yang
dilakukan ketika sedang menerima
12
Ibid., h. 63. 13
Husaini Usman, Purnomo Setiadhy Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi Aksara,
2017), h.90.
45
pasien
3.
Mengamati anggota keluarga perempuan
yang bekerja sebagai dukun urut (pjat)
sekaligus sebagai ibu rumah tangga
4.
Mengamati pasien yang memakai jasa
perempuan yang bekerja sebagai dukun
urut (pijat)
3. Dokumentasi
Dokumentasi sendiri yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.14
Dimana, dokumentasi ini
adalah sumber yang cukup bermanfaat karena sudah tersedia sehingga
peneliti akan mudah dan relatif murah dalam mengeluarkan biaya untuk
memperolehnya. Dokumentasi ini juga merupakan sumber yang stabil dan
akurat sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis
secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi/Pedoman Dokumentasi
No Dokumen yang
Dibutuhkan
Sumber
Dokumen
1. Profil Desa Pengasinan Sekertaris Desa
3. Data Demografi Desa Pengasinan Sekertaris Desa
G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Kesalahan data berarti dapat dipastikan menghasilkan kesalahan hasil
penelitian. Karena begitu pentingnya data dalam penelitian kualitatif, maka
14
Sandu Siyoto, Op.Cit., h. 77-78.
46
keabsahan data perlu diperoleh melalui teknik pemeriksaan keabsahan, seperti
disarankan oleh Lincoln dan Guba, keabsahan data meliputi15
:
1. Kredibilitas (credibility),
Keakuratan, keabsahan dan kebenaran data yang telah dikumpulkan
dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti akan menentukan nilai kebenaran dan
ketepatan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan masalah dan
focus penelitian. Beberapa hal yang dapat dilakukan agar penelitian yang
dilakukan dapat memberikan hasil yang tepat, benar dan sesuai dengan topik
penelitian, peneliti perlu :16
a. Memperpanjang waktu penelitian ketika berada di lapangan
b. Meningkatkan ketekunan dalam proses pengamatan
c. Melakukan triangulasi sesuai dengan aturan yang ada
d. Melakukan pengecekan
e. Menganalisis kasus negatif
f. Menggunakan referensi yang tepat.
2. Transferabilitas (transferability),
Transferabilitas mempunyai konsep yang sama dengan validitas
eksternal. Penelitian kualitatif itu sifatnya kontekstual, sehingga tidak
mungkin menggeneralisasi hasil penelitian satu tempat ke wilayah populasi
lain, karena situasi sosial yang diambil bukanlah mewakili beberapa daerah,
seperti dalam penelitian kuantitatif. Hasil penelitian kualitatif di satu tempat
tertentu hanya dapat ditransfer ke tempat lain jika tempat tersebut memiliki
karakteristik yang sama dengan tempat atau situasi sosial yang sama dengan
yang telah diteliti. Oleh sebab itu, hasil penelitian hanya mungkin dapat di
transfer jika situasi sosial yang mencakup aktor (actor), tempat (place), dan
aktivitas (activity), serta konteksnya sama pula di antara kedua tempat itu.17
3. Dependabilitas (dependability) atau auditability (Reliabilitas),
Dependabilitas sendiri digunakan untuk menilai kualitas dari proses
yang ditempuh oleh peneliti. Dimana dalam hal ini peneliti harus mampu
15
Tjipto Subadi, Op.Cit., h.70. 16
A. Muri Yusuf, Op.cit., h. 394.
47
menunjukkan bukti kerja yang dilakukan selama melakukan penelitian,
memasuki lapangan, menentukan informan/sumber data penelitian,
melakukan analisis data, menguji keabsahan data, serta membuat kesimpulan
yang dilakukan oleh peneliti. Semua hal tersebut harus dapat diperlihatkan
dan ditunjukkan oleh peneliti, baik berupa bukti catatan tertulis maupun
rekaman video, foto, ataupun dokumen pendukung lainnya.18
4. Konfirmabilitas (confirmability).
Konfirmabilitas digunakan untuk menilai kualitas hasil penelitian
dengan tekanan pertanyaan apakah data dan informasi, serta interpretasi dan
lainnya didukung oleh materi yang cukup.
H. Analisis Data
Analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis
data Kualitatif dengan mengatur urutan data, mengorganisasikan data yang ada ke
dalam suatu pola, kategori maupun uraian dasar. Dimana, proses yang dilakukan
dalam analis data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang ada dan tersedia,
baik itu merupakan data primer maupun data sekunder.
Adapun proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian ini ialah dengan melakukan : 1) Reduksi Data, 2) Display
Data, dan 3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data.19
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema 123 dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.20
Reduksi data ini digunakaan untuk
menyerderhanakan data didapat atau diperoleh selama mengumpulkan atau
menggali data di lapangan. Dimana, dalam reduksi data ini peneliti
melakukan pemeriksaan terhadap jawaban yang diperoleh selama melakukan
wawancara dengan narasumber, yang kemudian dilakukan penyederhanaan
17
Ibid., h. 397. 18
Ibid., h. 398. 19
Sandu Siyoto, Op.Cit, h. 122. 20
Ibid, h. 122-123.
48
atau perbaikan dan penghalusan kata serta kalimat hasil wawancara ke dalam
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Display Data
Menurut Miles dan Hubermen bahwa: Penyajian data adalah
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan. Langkah ini dilakukan dengan menyediakan
sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan.21
Dimana ini dilakukan guna melihat gambaran
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Dalam
penyajian data ini, peneliti memberikan penafsiran atau makna terhadap daya
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Perempuan sebagai ibu rumah
tangga yang bekerja sebagai Dukun Pijat yakni dengan menguraikan data
yang telah diperoleh sesuai dengan apa yang terjadi.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa
data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang
telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang
dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan.22
Setelah peneliti memperoleh dan menyajikan serta menarik kesimpulan
sementara berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah
dianalisis, selanjutnya peneliti secara lebih rinci dan secara kuat dengan
bukti-bukti yang ada melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi data
dari hasil analisis data yang dapat dijadikan sebagai perwakilan dari seluruh
jawaban narasumber.
21
Iibid., h. 123. 22
Ibid., h. 124.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) latar belakang perempuan
menjalani peran sebagai dukun urut (pijat) dan sebagai ibu rumah tangga di
Kampung Nagrog, dan 2) peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu
rumah tangga dan dukun urut (pijat)serta 3) dampak peran ganda yang terjadi
pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) di Kampung
Nagrog.
Berikut adalah penjelasan secara lebih rinci terkait setiap temuan dalam
penelitian. Dimana dalam penelitian ini, peneliti melibatkan 12
informan/narasumber. 12 informan ini terdiri dari 4 orang perempuan yang
menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai dukun
urut (pijat) sebagai informan utama, 4 orang anggota keluarga (suami/anak)
perempuan yang menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan bekerja
sebagai dukun urut (pijat) serta 4 orang pasien perempuan yang menjalankan
peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai dukun urut (pijat).
Berikut adalah rincian data informan/narasumber, yaitu:1
Tabel 4.1 Rincian Narasumber
No. Nama Informan Usia
(Tahun) Pendidikan Keterangan
1. Ibu Suhaenah (Enah) 54 SMP Ibu Rumah Tangga &
Dukun Urut (pijat)
2. Ibu Hj. Uum S (Ibu
Eti) 68 SD
Ibu Rumah Tangga &
Dukun Urut (pijat)
1 Hasil observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di kampung Nagrog
50
3. Ibu Eneng 59 SD Ibu Rumah Tangga &
Dukun Urut (pijat)
4. Ibu Adah 51 SMA Ibu Rumah Tangga &
Dukun Urut (pijat)
5. Mela Wahuni 24 S1 Anggota keluarga
6. Selorini 43 S1 Anggota keluarga
7. Yunus 65 SD Anggota kelurga
8. Supriyanto 52 SMA Anggota keluarga
9. Dewi 33 SMA Pasien
10. Neneng 40 SMA Pasien
11. Salma 31 S1 Pasien
12. Adzi 25 SMK Pasien
Adapun penjelasan secara lebih rinci terkait setiap temuan yang diperoleh
oleh peneliti yaitu:
1. Latar belakang peran ganda pada perempuan sebagai dukun urut (pijat)
dan ibu rumah tangga
Terdapat beberapa alasan atau latar belakang yang mendasari perempuan
yang ada di Kampung Nagrog menjalani 2 peran sekaligus, bekerja sebagai
dukun urut (pijat) dan juga sebagai ibu rumah tangga diantaranya yaitu : faktor
ekonomi, yakni untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan
perekonomian keluarga, faktor keturunan, yakni adanya turunan dan
keterampilan yang diperoleh dari orangtua/keluarga yang juga berprofesi
ataupun bekerja sebagai dukun urut (pijat) menyebabkan perempuan ini turut
melestarikan dan meneruskan pekerjaan yang telah ditekuni oleh orangtua
mereka, serta bisa sambil mengurus keluarga/rumah.2
2 Hasil Observasi dan Wawancara yang dilakukan pada 19 November 2021 – 24 Desember 2021
di Kampung Nagrog
51
Gambar 4.1 hasil penelitian faktor/latar belakang perempuan menjalani
peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)
a. Faktor ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekonomi merupakan salah
satu hal yang melatarbelakangi atau menjadi faktor utama mengapa
perempuan ini bekerja dan menjalani peran ganda. Mereka mengaku
bahwa pendapatan atau kebutuhan keluarga menjadi salah satu alasan
mengapa mereka bekerja sebagai dukun urut (pijat). Adanya pengeluaran
dan kebutuhan yang semakin banyak, namun pendapatan dari suami tidak
mencukupi, menyebabkan mereka menjalani peran ganda ini.
Ibu Suhaenah (54) mengaku bahwa alasan ia menjadi seorang ibu
rumah tangga sekaligus bekerja sebagai dukun urut (pijat) adalah karena
suaminya bekerja serabutan, sehingga pendapatan sangat tidak menentu,
oleh sebab itu ia bekerja juga untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
membayar biaya sekolah anak-anaknya. Seperti yang diungkapkan kepada
peneliti sebagai berikut:
“Saya sendiri memutuskan untuk menjadi tukang urut karena untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi, kebutuhan hidup, dan biaya sekolah
anak.”3
Hal serupa dipaparkan oleh Ibu Eneng (59) yang sudah cukup lama
bekerja sebagai dukun urut (pijat) mengaku bahwa alasan atau latar
belakang yang membuatnya menjalani peran ganda sebagai ibu rumah
Latar belakang perempuan menjalani peran ganda sebagai ibu
rumah tangga dan dukun urut (pijat)
Faktor ekonomi
Faktor keturunan
Bisa sambil mengurus keluarga/rumah
52
tangga dan dukun urut (pijat) adalah karena kebutuhan keluarga.
Kemudian karena usaha yang dikerjakan oleh suaminya mengalami
kebangkrutan dan kemudian ia ditipu orang, maka ia memutuskan untuk
belajar dan bekerja sebagai dukun urut (pijat).4 Begitupun Ibu Adah (51),
yang belum lama bekerja sebagai dukun urut (pijat), mengaku bahwa
alasan atau faktor yang membuatnya menjalani peran ganda sebagai ibu
rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah untuk memenuhi
perekonomian atau kebutuhan keluarga.5
Pernyataan di atas didukung oleh pernyataan dari Mela Wahyuni
(24) selaku anak dari ibu Suhaenah (54), yang memaparkan bahwa alasan
ibunya menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut
(pijat) adalah karena faktor ekonomi, yakni untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, karena ibunya (ibu Shaenah) merupakan orang yang mencari
nafkah di keluarganya. Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai
berikut:
“Untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga sih ya, karena
beliau yang mencari nafkah di keluarga ini.”6
Yunus (65) selaku suami dari Ibu Eneng (59) yang juga
mengatakan bahwa istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus
sebagai dukun urut (pijat) adalah untuk menambah pendapatan
keluarganya. Karena bapak Yunus pernah mengalami kebangkrutan ketika
menjalani usaha dan juga pernah ditipu orang, menyebabkan istrinya turut
andil dalam menambah pendapatan keluarga dengan belajar menjadi
seorang dukun urut (pijat)7
Ketika peneliti datang dan mengunjungi tempat tinggal
perempuan-perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat) ini, peneliti menemukan bahwa sebagian
3 Wawancara dengan ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog
4 Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog
5 Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog
6 Wawancara dengan Ibu Mela pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog
7 Wawancara dengan Bapak Yunus pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog
53
besar suami-suami mereka tidak bekerja alias bekerja serabutan, di antara
mereka bahkan ada juga yang bekerja sebagai tukang urut (pijat) juga.
Sehingga alasan perempuan-perempuan ini bekerja adalah untuk
membantu perekonomian keluarga dan membantu suami mencari nafkah.
Namun, dalam keadaan atau kondisi perekonomian (seperti keadaan
rumah, tingkat pendidikan anak-anak, dsb) cukup baik, dimana sebagian
besar kondisi rumah yang dimiliki perempuan-perempuan ini cukup bagus
dan besar, di samping itu juga cukup terawat. Tingkat pendidikan anak-
anaknya sebagian besar lulus Sarjana (S1) namun ada juga yang lulusan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Meskipun demikian, dapat dikatakan
bahwa tingkat ekonomi keluarga perempuan ibu rumah tangga yang juga
bekerja sebagai dukun urut (pijat) ini cukup baik, terlebih setelah
perempuan-perempuan ini memutuskan untuk bekerja.8
b. Faktor keturunan
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa alasan atau
faktor lain yang menyebabkan perempuan ibu rumah tangga ini juga
bekerja sebagai dukun urut (pijat) adalah karena adanya faktor keturunan
yang berasal dari orangtua mereka. Dimana, orangtua menjadi salah satu
acuan atau patokan bahwa dengan bekerja sebagai dukun urut (pijat)
perempuan juga dapat menghasilkan uang yang dapat membantu
perekonomian keluarga dan juga memegang pekerjaan rumah. Oleh sebab
itu, perempuan-perempuan ini akhirnya juga memilih bekerja sebagai
dukun urut (pijat).
Ibu Suhaenah (54) mengaku bahwa alasan ia menjalani peran
ganda sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja sebagai dukun urut
(pijat) adalah karena orangtuanya merupakan seorang dukun urut (pijat)
yang juga berperan sebagai ibu rumah tangga. Sehingga berkaca dari
orangtuanya, ibu Suhaenah memutuskan untuk bekerja sebagai seorang
dukun urut (pijat) yang sekaligus dapat menjadi seorang ibu rumah tangga.
8 Hasil observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog
54
Tidak adanya keahlian atau kemampuan di bidang yang lain juga menjadi
alasan mengapa ibu Suhaenah memilih bekerja menjadi seorang dukun
urut (pijat). Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:
“Saya dibidang yang lain tidak bisa, dibidang usaha saya sudah
bangkurt, nah kebetulan orangtua saya tukang urut, jadi saya
nurunin jadi tukang urut, dan kebutuhan saya terpenuhi jadi
tukang urut.” 9
Ibu Adah (51) mengaku bahwa alasan lain ia menjalani peran
ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah karena
adanya faktor keturunan dari orangtuanya. Orang tuanya mengajari ibu
Adah ilmu atau keahlian sebagai seorang dukun urut (pijat) yang akhirnya
digunakan oleh beliau sebagai pekerjaan yang berguna untuk memenuhi
perekonomian/kebutuhan keluarganya. Ia juga beralasan bahwa dengan
menjadi seorang dukun urut (pijat) ia bisa sekaligus mengurus keluarga,
misalnya dengan mengurus keperluan anak dan suami, memasak, dan
sebagainya. Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:
“Di samping saya punya ilmu atau keahlian yang diturunkan dari
orangtua, juga untuk memenuhi perekonomian/kebutuhan
keluarga, jadi saya memutuskan untuk menjadi seorang dukun
urut (pijat). Suami saya pun juga begitu, untuk menambah
pendapatan. Dan karena ketika menjadi seorang dukun urut (pijat)
saya juga bisa sambil mengurus keluarga, ngurus semua sambil
ngurut.”10
Mela Wahyuni (24) sebagai anak dari ibu Suhaenah (54)
beranggapan bahwa selain faktor ekonomi, juga karena adanya faktor
keturunan dari nenek (ibu dari ibu Suhaenah).11
Sedangkan bapak
Supriyanto (52) sebagai suami dari ibu Adah (51) juga beranggapan bahwa
alasan mengapa istrinya menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga
yang kemudian juga bekerja sebagai dukun urut (pijat) adalah karena
adanya faktor keturunan, yakni adanya ilmu atau pengetahuan yang
9 Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog
10 Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog
11 Wawancara dengan Ibu Mela pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog
55
diturunkan oleh keluarga yang mana harus dilestarikan.12
Seperti yang
diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:
“Tidak, karena itu ilmu keturunan yang harus dilestarikan.”13
c. Bisa sambil mengurus rumah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat alasan/latar belakang
lain menyebabkan perempuan ini menjalankan peran ganda sebagai
seorang ibu rumah tangga sekligus sebagai dukun urut (pijat), yakni karena
dengan menjadi dukun urut (pijat), perempuan juga bisa sambil mengurus
rumah (memasak, menyapu, mengepel, mencuci, dan sebagainya).
Perempuan merupakan aspek penting dalam keluarga, khususnya sebagai
seorang ibu. Peran perempuan sebagai seorang ibu sangat penting dalam
keluarga, khususnya sebagai seorang ibu rumah tangga (domestik). Ibu
juga dapat bekerja diluar daerah domestic (ibu rumah tangga) yakni
dengan bekerja sebagai seorang pekerja sosial (publik). Dimana hal ini
dilakukan guna membantu ekonomi keluarganya.
Ibu Eti (68) mengaku bahwa alasan lain ia menjalani peran ganda
sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah karena dengan
menjadi seorang dukun urut (pijat) ia juga bisa mengurus keluarga
(rumah). Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:
“Karena bisa sambil mengurus keluarga dan karena saya
mempunyai keahlian (kemampuan) untuk menjadi seorang dukun
urut (pijat) yang saya pelajari dari orang asing (luar), jadi saya
ikuti.” 14
Sedangkan ibu Adah (51) mengaku bahwa alasan lain ia menjalani
peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah
karena ketika menjadi seorang dukun urut (pijat), ia juga bisa mengurus
keluarga dan mengurus hal lainnya. Sehingga tugasnya sebagai seorang
12
Wawancara dengan Bapak Supriyanto pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog 13
Hasil observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog 14
Wawancara dengan Ibu Eti pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog
56
ibu tetap bisa dilakukan dengan maksimal. Seperti yang diungkapkan
kepada peneliti sebagai berikut:
“Dan karena ketika menjadi seorang dukun urut (pijat) saya juga
bisa sambil mengurus keluarga, ngurus semua sambil ngurut.”15
Supriyanto (52) selaku suami dari ibu Adah (51) mengaku bahwa
selama ini yang mengurus rumah adalah istrinya (ibu Adah). Meskipun
istrinya bekerja sebagai seorang dukun urut (pijat), ia juga tetap
menjalankan tugasnya sebagai seornag ibu rumah tangga yang mengurus
keluarga dan rumah. Yang mana pekerjaannya sebagai dukun urut (pijat)
bisa diatur setelah pekerjaan rumah selesai dahulu.16
Berdasarkan data yang ditemukan oleh peneliti ketika mengunjungi
dan mengamati secara langsung tempat tinggal dan aktivitas perempuan
yang menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut
(pijat) ini, peneliti menemukan bahwa perempuan-perempuan ini dapat
mengurus rumah sambil mengerjakan profesinya sebagai dukun urut
(pijat). Sehingga ketika pekerjaan rumah belum selesai atau masih
dikerjakan namun disatu sisi pasien/tamu datang untuk diurut, perempuan-
perempuan ini dapat menunda pekerjaan rumah hingga pasien/tamu
tersebut pulang kemudian dilanjutkan kembali, bahkan di beberapa kondisi
tertentu ketika pasien/tamu datang, mereka disuruh untuk menunggu
hingga pekerjaan rumah selesai dilakukan. Artinya, perempuan yang
menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)
ini dapat mengatur waktu dan menjalankan peran gandanya dengan baik
tanpa meninggalkan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga ataupun
sebagai dukun urut(pijat).17
15
Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 16
Wawancara dengan Bapak Supriyanto pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog 17
Hasil observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog
57
2. Peran ganda yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah tangga dan
dukun urut (pijat)
Adapun terkait kegiatan atau aktivitas yang dilakukan perempuan dalam
menjalani perannya sehari-hari sebagai dukun urut (pijat) sekaligus sebagai
ibu rumah tangga, maka ditemukan beberapa data atau temuan diantaranya
yaitu : a) perempuan sebagai ibu rumah tangga, yang bekerja dan bertanggung
jawab untuk memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan menyiapkan
keperluan anak dan suami, b) perempuan sebagai dukun urut (pijat), yang
bekerja dan bertanggung jawab untuk mengurut pasien/tamu, selain itu juga
dapat mengerok, memandikan bayi, dan membuat ramuan (popol/sapih dan
resep tradisional). 18
Gambar 4.2 hasil penelitian terkait peran ganda (kegiatan) yang dijalani
oleh perempuan sebagai sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut
(pijat)
18
Hasil Observasi dan Wawancara yang dilakukan pada 19 November 2021 – 24 Desember 2021
di Kampung Nagrog
Peran Ganda (aktivitas) yang
dilakukan perempuan dalam
menjalani perannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga
sekaligus sebagai dukun urut (pijat)
Sebagai ibu rumah tangga
Memasak
Mencuci
Membersihkan rumah
Menyiapkan keperluan anak dan suami
Sebagai dukun urut (pijat)
Mengurut
Mengerok
Memandikan bayi
Membuat ramuan (popol/sapih dan resep
obat tradisional)
58
a. Aktivitas (peran ganda) yang dilakukan pekerja perempuan sebagai ibu
rumah tangga
Aktivitas yang dilakukan perempuan sebagai ibu rumah tangga
adalah aktivitas/kegiatan harian yang harus dilakukan sebagai seorang ibu
rumah tangga. Aktivitas ini beraneka ragam, diantaranya yaitu seperti
mencuci baju, memasak, membersihkan rumah maupun menyiapkan
keperluan suami dan anak. Bagi seorang ibu rumah tangga yang bekerja,
pekerjaan ini biasa dilakukan sebelum menjalankan pekerjaannya ataupun
setelah pulang kerja. Dan berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan kepada pekerja perempuan yang berprofesi sebagai dukun urut
(pijat) ini, dapat diketahui bahwa terdapat perempuan yang melaksanakan
pekerjaan rumah tangganya dengan dibantu oleh suami ataupun anaknya,
namun ada juga perempuan yang mengatur seluruh pekerjaan rumah
tangganya seorang diri tanpa adanya bantuan dari suami ataupun anaknya
sehingga perempuan tersebut mengalami beban berja berkali-kali lipat,
yakni bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga serta bekerja sebagai
seorang dukun urut (pijat).19
Gambar 4.3 foto ketika ibu Suhaenah sedang menyapu lantai
19
Hasil Wawancara yang dilakukan pada 19 November 2021 – 28 November 2021 di Kampung
Nagrog
59
Seperti yang disampaikan oleh ibu Suhaenah (54) bahwa
aktivitas/kegiatan yang dilakukan sebagai seorang ibu rumah tangga yakni
memberikan sarapan untuk suami dan anak, kemudian melanjutkan
pekerjaan rumah yang belum dikerjakan setelah pasien/tamu pulang.
Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:
“Saya bangun pagi-pagi, kemudian ngasih sarapan ke suami dan
anak-anak, kemudian jika ada yang ngurut saya seling dengan
ngurut, terus saya selingi lagi dengan beres-beres rumah.”20
Gambar 4.4 foto ketika Ibu Eti sedang menjemur pakaian
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibu Eti (68) bahwa aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan sebagai seorang ibu rumah tangga yakni
bangun pagi, kemudian masak dan mencuci, kemudian melanjutkan
pekerjaan rumah kembali setelah pasien/tamu selesai diurut. Seperti yang
diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:
“Biasanya setelah sholat subuh saya langsung masak sambil
mencuci, kemudian jika ada orang ngurut, saya suruh tunggu
20
Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog
60
sebentar, setelah selesai ngurut biasanya saya lanjutkan lagi
mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, begitu seterusnya.”21
Gambar 4.5 foto ketika Ibu Eneng sedang memasak di dapur
Hal serupa juga dikemukakan oleh Ibu Eneng (59) yang
mengatakan bahwa setelah menjalankan ibadah sholat subuh, ia
mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu dan memasak.
Kemudian pekerjaan rumah tangga lainnya dilakukan setelah tidak ada lagi
pasien/tamu yang datang untuk mengurut. Seperti yang diungkapkan
kepada peneliti sebagai berikut:
“Setelah sholat subuh biasanya saya langsung memegang
pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, memasak dan
sebagainnya sampe agak siangan, kemudian jika ada pasien
datang, saya tunda dulu pekerjaan rumah saya dan saya pegang
(urut) pasien dahulu, kemudian pekerjaan rumah dilanjut lagi jika
tidak ada lagi pasien yang datang. Seperti itu terus.”22
21
Wawancara dengan Ibu Eti pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 22
Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog
61
Gambar 4.6 foto ketika ibu Adah sedang mengepel lantai
Begitu juga yang dipaparkan oleh ibu Adah (51) bahwa pekerjaan
rumah dikerjakan terlebih dahulu sebelum pasien/tamu datang dan
dilanjutkan kembali setelah selesai mengurut. Seperti yang diungkapkan
kepada peneliti sebagai berikut:
“Biasanya jika belum ada pasien, saya mengurus pekerjaan rumah
terlebih dahulu, lalu jika ada pasien maka pekerjaan rumahnya
saya tinggal. Kemudian setelah saya selesai mengurut, saya
lanjutkan lagi memegang pekerjaan rumah. Jadi sebisa saya
mengatur waktunya saja.”23
Pernyataan di atas dibenarkan oleh anggota keluarga pekerja
perempuan, salah satunya adalah bapak Supriyanto (52) sebagai suami
dari ibu Adah (51), yang mengatakan bahwa perempuan (istrinya) tetap
menjalankan pekerjaan/tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga, yang
mana semua pekerjaan rumah tangga termasuk juga mengurus anak-anak,
semua tetap diurus dan dikerjakan oleh perempuan (istrinya).24
Pernyataan
tersebut juga didukung oleh Adzi (25) sebagai pasien/tamu ibu Adah yang
datang untuk memakai jasa dukun urut(pijat) ini, yang mengatakan bahwa
ketika diurut ia mendapat kendala atau hambatan yakni terkadang ia harus
menunggu dukun urut tersebut selesai mengerjakan pekerjaan rumah.25
Saat melakukan observasi pada bulan November 2021, peneliti
juga melihat dan mengamati secara langsung bahwa perempuan yang
23
Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 24
Wawancara dengan Bapak Supriyanto pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog
62
menjalankan peran ganda sebagai seorang ibu rumah tangga yang juga
bekerja sebagai dukun urut(pijat) ini, mengerjakan hampir semua
pekerjaan rumah, termasuk diantaranya mengepel, mencuci, memasak,
membersihkan rumah, dan sebagainya. Meskipun beberapa pekerjaan atau
kegiatan juga dibantu oleh anak mereka, namun pekerja perempuan ini
tetap menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga dengan
tetap mengerjakan berbagai aktivitas/kegiatan rumah tangga.26
b. Aktivitas (peran ganda) yang dilakukan pekerja perempuan sebagai dukun
urut (pijat)
Berdasarkan data yang ditemukan, perempuan yang menjalankan
peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai dukun urut (pijat) ini
menjalankan aktivitas atau kegiatan sebagai dukun urut (pijat) yang
mencakup diantaranya mengurut, mengerok, memandikan bayi serta
membuat ramuan (popol/sapih dan resep obat tradisional). Dimana dapat
dikatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan perempuan dukun urut (pijat)
ini bukan hanya sekedar ‘mengurut’, tetapi juga terdapat aktivitas lain
yang juga tidak jauh berbeda.
Gambar 4.7 foto ketika ibu Suhaenah sedang memijat kaki
pasien yang keseleo
25
Wawancara dengan Bapak Adzi pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 26
Hasil Observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog
63
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Suhaenah (54) bahwa selain
mengurut, hal lain yang diinginkan dan diminta pasien/tamu adalah
memandikan bayi, mengerok/mengerik, dan lain-lain. Yang mana kegiatan
ini bisa dilakukan dirumah perempuan dukun urut (pijat) ataupun rumah
pasien/tamu tersebut. Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai
berikut:
“Saya biasanya diminta tolong untuk memandikan bayi jika ada
ibu hamil yang baru melahirkan, terkadang mengerok./mengerik,
dan lain-lain.”27
Gambar 4.8 foto ketika Ibu Eti sedang mengurut dan mengerik
pasien anak-anak
Ibu Eti (68) mengungkapkan bahwa selain mengurut, pasien/tamu
biasanya konsultasi atau bertanya terkait resep obat tradisional terkait
penyakit yang sedang dialaminya, diantaranya resep sakit perut ataupun
resep susah Buang Air Kecil (Bak). Dimana, resep yang diberikan ini
berasal dari dedauan yang ada di alam, seperti daun kumis kucing, daun
alpukat, lengkuas, dan lain sebaginya. Seperti yang diungkapkan kepada
peneliti sebagai berikut:
“Biasanya selain ngurut pasien sering konsultasi terkait keluhan
ataupun penyakit yang dialami, seperti bertanya tentang sakit
perut obatnya apa, untuk tidak bisa buang air kecil obatnya apa,
ya misalnya seperti daun alpuket, daun kumis kucing, lengkuas 27
Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog
64
merah dan sebagainnya digodok (direbus kemudian diambil
airnya), jadi lebih ke dedauan (ramuan dari daun).”28
Gambar 4.9 foto ketika Ibu Eneng sedang
mengurut balita (pasiennya)
Ibu Eneng (59) memaparkan bahwa selain diurut, hal lain yang
diinginkan atau diminta pasien/tamu biasanya meminta dikerok/kerik,
memandikan bayi yang baru lahir, ataupun membuat popol (semacam
ramuan yang dibuat dari dedaunan yang dicampur dengan bahan lain).
Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:
“Biasanya selain ngurut, pasien minta di kerik/kerok, dimandikan
bayinya untuk ibu hamil yang masih takut, membuat popol
(semacam ramuan yang dibuat dari dedaunan yang dicampur
dengan bahan lain) dan sebagainya.”29
28
Wawancara dengan Ibu Eti pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 29
Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog
65
Gambar 4.10 foto ketika ibu Adah sedang memijat kaki
pasiennya
Ibu Adah (51) memaparkan bahwa selain diurut, hal lain yang
diminta atau diinginkan pasien/tamu diantaranya yaitu lulur ataupun
kerok/ketik. Seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:
“Paling pasien perempuan biasanya minta di lulur, ada juga yang
minta dikerok/dikerik.”30
Pemaparan di atas juga didukung oleh pernyataan dari pasien/tamu
yang memakai jasa dari perempuan yang menjalani peran ganda sebagai
ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai dukun urut (pijat) ini,
diantaranya yaitu Dewi (33), yang merupakan pasien ibu Suhaenah. Ia
memaparkan bahwa selain diurut, ia biasanya minta dilulur ataupun
dikerok/kerik ketika masuk angin.31
Begitu juga Neneng (40), yang
merupakan pasien Ibu Eti. Ia memaparkan bahwa selain diurut, hal lain
yang diminta atau diinginkan untuk dilakukan dukun (urut) adalah
meminta untuk dibuatkan air godokan (air rebusan dari dedaunan obat).32
Salma (31), selaku pasien Ibu Eneng. Ia juga memaparkan bahwa selain
diurut, hal lain yang diminta atau diajukan kepada dukun urut (pijat)
30
Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 31
Wawancara dengan Ibu Dewi pada tanggal 26 November 2021 di Kampung Nagrog 32
Wawancara dengan Ibu Neneng pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog
66
adalah meminta untuk dibuatkan popol (semacam obat tradisional yang
berasal dari deaduan yang ditumbuk halus) serta dikerok/kerik.33
Berdasarkan observasi pada bulan November 2020, peneliti melihat
dan mengamati secara langsung bahwa pasien/tamu dari perempuan yang
juga berprofesi sebagai dukun urut (pijat) ini juga dapat melakukan hal
lain selain mengurut, yakni diantaranya membuat sapih dan popol
(semacam obat tradisional yang berasal dari dedaunan yang ditumbuk
halus). Dimana sapih ini merupakan dedaunan yang digunakan untuk
menghentikan bayi minum asi ibunya, popol ini diberikan dan ditempelkan
pada tempat dimana bayi biasanya minum asi. Hal ini dilakukan agar bayi
berhenti minum asi dan beralih ke susu formula.. sedangkan popol ini ada
2 macam, ada popol untuk bayi dan popol untuk luka. Popol untuk bayi
sendiri diberikan jika bayi mengalami panas/demam, sedangkan popol
untuk luka ditujukan untuk luka luar/luka dalam cukup mengganggu
(terasa panas/terbakar).34
3. Dampak peran ganda pada perempuan sebagai ibu rumah tangga dan
dukun urut (pijat)
Sedangkan data yang ditemukan terkait dampak yang terjadi dan dialami
oleh perempuan yang menjalani peran ganda sebagai dukun urut (pijat) dan
ibu rumah tangga, meliputi:
a) Dampak positif, meliputi dampak ekonomi yakni bertambahnya
penghasilan keluarga, dan dampak sosial meliputi mudah dikenal di
masyarakat,
b) Dampak negatif: meliputi dampaknya terhadap kesehatan yakni badan
lebih rentan sakit, lelah, letih dan lesu, serta dampak terhadap beban kerja
ganda yang ditanggung.
33
Wawancara dengan Ibu Salma pada tanggal 28 November 2021 di Kampung Nagrog 34
Hasil Observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog
67
Gamber 4.3 hasil penelitian dampak perempuan yang menjalani peran
ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)
Akibat adanya aktivitas ganda yang dilakukan oleh perempuan dalam
lingkup domestik dan publik, banyak hal yang akhirnya dialami dan dirasakan
oleh perempuan yang menjalani peran ganda ini. Berbagai dampak atau efek
yang dialami sebagai seorang ibu rumah tangga dan sebagai pekerja di sektor
publik cukup berpengaruh terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar,
baik dampak positif maupun dampak negatif. Banyaknya pekerjaan yang
dilakukan dalam satu waktu juga dapat mengakibatkan tubuh lelah dan mudah
sakit.
Hal ini juga dialami dan dirasakan oleh perempuan yang juga
menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat),
diantaranya yaitu: Dampak positif, yaitu ekonomi dan sosial. Seperti yang
diungkapkan oleh ibu Suhaenah (54) bahwa dampak yang ia rasakan dan alami
selama menjalani peran ganda sebagai seorang ibu rumah tangga serta dukun
urut (pijat) adalah dampak positif dari segi ekonomi berupa perekonomian
yang membaik sehingga dapat menyekolahkan anak-anaknya.35
Bukan hanya
itu, Ibu Eneng (59) juga memaparkan yang yang sama, yaitu bahwa dampak
Dampak perempuan yang menjalani peran
ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut
(pijat)
Positif
Ekonomi
Sosial
Negatif
Kesehatan
Adanya beban kerja ganda yang ditanggung
68
yang ia alami dan rasakan selama menjalani peran ganda sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat) adalah dampak positif dari segi ekonomi dan
sosial berupa pendapatan bertambah dan mudah dikenal orang.36
Sedangkan
Ibu Adah (51) memaparkan bahwa dampak yang ia alami dan rasakan selama
menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah
dari segi ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan keluarga.37
Hal serupa juga
dipaparkan oleh Ibu Eti (68), ia mengatakan bahwa dampak yang ia alami dan
rasakan selama menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun
urut (pijat) dari segi ekonomi dan sosial berupa penghasilan yang kian
bertambah dan lebih dikenal di masyarakat. Seperti yang diungkapkan kepada
peneliti sebagai berikut:
“Saya rasa penghasilan saya jadi lebih bertambah, sebulan saya bisa
mendapat 2 juta lebih, saya juga lebih dikenal di lingkungan
sekitar.”38
Adapun dampak negatif yang dialami oleh perempuan-perempuan
yang menjalani peran ganda ini yaitu dari segi kesehatan dan beban kerja ganda
berupa fisik yang menjadi mudah lelah dan tenaga yang kian berkurang, sulit
berkonsentrasi serta sedikit kendala ketika menyesuaikan jadwal. Seperti yang
diungkapkan oleh yang diungkapkan oleh ibu Suhaenah (54) bahwa fisik yang
dimiliki oleh beliau semakin melemah, hal ini dibuktikan dengan tenaga yang
kian berkurang setelah mengurut (lemas), sulit konsentrasi, dan sedikit sulit
mengatur waktu.seperti yang diungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:
“...fisik saya melemah, tenaga yang berkurang setelah mengurut, sulit
konsentrasi, terus sedikit ada kendala aja ketika menyesuaikan antara
mengurus rumah dan mengurut…”39
Hal berbeda disampaikan oleh Ibu Eneng (59) yang mengatakan
bahwa hal lain yang dialami yakni dari segi kesehatan berupa mudah merasa
35
Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog 36
Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog 37
Wawancara dengan Ibu Adah pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 38
Wawancara dengan Ibu Eti pada tanggal 20 November 2021 di Kampung Nagrog 39
Wawancara dengan Ibu Suhaenah pada tanggal 19 November 2021 di Kampung Nagrog
69
letih/lelah dan merasa banyak pikiran, sulit mengatur waktu makan serta
ibadah karena banyaknya pasien/tamu. Seperti yang diungkapkan kepada
peneliti sebagai berikut:
“…Tapi, saya juga terkadang merasa letih/lelah, saya merasa banyak
pikiran saja, dan gampang terkena penyakit, terutama maag karena
telat makan, sulit mengatur waktu untuk sholat jika ada banyak
pasien.”40
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan November 2020,
bahwa peneliti mengamati dan melihat secara langsung jika perempuan yang
menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) ini
mengalami beberapa dampak atau efek yang dirasakan diantaranya yaitu
dampak positif dimana pendapatan dan ekonomi keluarga mereka meningkat
dan terpenuhi, hal ini dibuktikan dengan kondisi rumah yang cukup terawat
dan pendidikan anak yang tinggi dan baik, serta adanya kondisi dalam
masyarakat dimana perempuan yang berprofesi sebagai dukun urut (pijat) ini
cukup dikenal dan dihargai oleh masyarakat sekitar. Sedangkan dampak
negatifnya berupa kesehatan yang kian menurun, hal ini dapat dilihat dari
kondisi badan yang terlihat cukup kurus dan pola makan yang tidak teratur,
dimana perempuan ini sering meninggalkan dan mengabaikan jam makan yang
seharusnya sehingga menyebabkan munculnya penyakit yang diderita, yakni
penyakit maag. Dan juga beban kerja ganda, hal ini dapat dilihat dimana
perempuan ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai dukun urut (pijat)
ini memegang hampir semua pekerjaan rumah dan juga mengerjakan
pekerjaannya sebagai dukun urut (pijat), hal ini mengakibatkan beberapa
diantaranya cukup sulit mengatur jadwal antara mengerjakan pekerjaan rumah
tangga atau mengerjakan pekerjaannya sebagai dukun urut (pijat).41
40
Wawancara dengan Ibu Eneng pada tanggal 21 November 2021 di Kampung Nagrog 41
Hasil Observasi yang dilakukan pada bulan November 2021 di Kampung Nagrog
70
B. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini berusaha memahami dan melihat
fenomena yang terjadi.
1. Latar belakang atau alasan yang mendasari perempuan yang ada di Kampung
Nagrog menjalani 2 peran sekaligus, yakni bekerja sebagai dukun urut (pijat)
dan juga sebagai ibu rumah tangga diantaranya yaitu karena faktor ekonomi,
yakni untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan perekonomian
keluarga. Penelitian relevan milik Suparman (2017), tentang peran ganda istri
petani (studi kasus di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang), juga memparkan hal yang serupa terkait alasan atau faktor yang
melatarbelakangi perempuan menjalankan peran ganda, salah satunya yaitu
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Monica Rambitan (2014) juga
memaparkan bahwa ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
ataupun alasan yang mendasari mengapa perempuan/wanita tersebut memilih
bekerja atau menjadi wanita karir. Adanya kebutuhan keluarga yang kian
banyak dan tidak dapat dicukupi oleh seorang suami secara langsung dan tidak
langsung menuntut wanita sebagai seorang ibu rumah tangga yang menjadi
istri untuk turut bekerja mencari penghasilan dan penghidupan bagi
keluarganya.42
Faktor ekonomi menjadi alasan terkuat perempuan dalam keluarga
turut aktif bekerja guna menambah pendapatan dan penghasilan. Seperti
pemaparan Ibu Suhaenah, Ibu Eneng dan Ibu Adah bahwa mereka
memutuskan untuk bekerja di luar ranah domestik (rumah tangga) agar
pemenuhan kebutuhan dalam rumah tangga dapat tercukupi. Hal berbeda
dipaparkan oleh ibu Eti, bahwa alasan ia bekerja sebagai dukun urut (pijat)
dan menjalani peran ganda adalah agar dapat mengurus keluarga dan
memanfaatkan kemampuan yang dimiliki. Menurut teori klasik sumber daya
manusia (pekerja), menjelaskan bahwa individu bebas mengambil keputusan
untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah
42
Monica Rambitan, Peran Ganda Wanita Karir di Kelurahan Wengkol Kecamatan Tondano
Timur Kabupaten Minahasa, Jurnal Holistik, 2014, h. 5.
71
kerja yang diinginkannya. Teori tersebut didasarkan pada teori konsumen
yang mana individu bertujuan untuk memaksimalkan kepuasan dengan
kendala yang dihadapinya. Dengan adanya perekonomian yang rendah dan
tidak menentu dalam keluarga, menyebabkan pekerja perempuan yang ada
dalam keluarga bekerja guna memenuhi kebutuhan dan mendapatkan
pendapatan. Kenyataannya, adanya keluarga dan status pernikahan tidak
menjadi penghalang bagi perempuan untuk membantu perekonomian
keluarganya.43
Hal ini berarti bahwa bagi keluarga, aktivitas perekonomian
yang dilakukan oleh seorang ibu atau istri tersebut memberikan sumbangsih
bagi ketahanan rumah tangganya. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti
lakukan, anak dari Ibu Suhaenah dan suami dari Ibu Eneng mengatakan bahwa
perempuan (istri//Ibu) bekerja karena faktor ekonomi, yakni memenuhi
kebutuhan keluarga dan meningkatkan perekonomian. Hal ini juga didukung
oleh hasil observasi yang dibuktikan dengan kondisi rumah milik ibu
Suhaenah dan Ibu Eneng yang bekerja sekian lama yang cukup terawat dan
terlihat nyaman. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi rumah ibu Adah
yang meskipun luas dan besar, namun terkesan kurang terawat, karena
terdapat beberapa kerusakan di beberapa bagiannya.
Selanjutnya yaitu faktor keturunan, adanya turunan dan keterampilan
yang diperoleh dari orangtua/keluarga yang juga berprofesi atau bekerja
sebagai dukun urut (pijat) menyebabkan perempuan ini turut melestarikan dan
meneruskan pekerjaan yang telah ditekuni oleh orangtua/keluarga mereka.
Adanya keterampilan yang diturunkan dan diajarkan oleh orangtua ataupu
keluarga membuat perempuan yang berperan sebagai ibu rumah tangga ini
tertarik untuk terjun dan menekuni pekerjaan yang sama. Adanya pengaruh
dari minat dan kemampuan tertentu menjadi alasan dan latar belakag yang
menyebabkan mereka menjalani peran ganda sebgaai ibu rumah tangga
sekaligus sebagai dukun urut (pijat). Berdasarkan keterangan yang dipaparkan
oleh Ibu Adah, Ibu Eti, Ibu Eneng serta Ibu Suhaenah bahwa mereka berperan
43
Rio Christoper, dkk., Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja wanita sebagai Ibu
rumah tangga, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15, 2017, h.48.
72
sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai dukun urut (pijat) karena
adanya turunan/pengaruh yang diberikan oleh orangtua/keluarga mereka
melalui keterampilan dan pengetahuan yang diberikan sebagai seorang dukun
urut (pijat). Mereka tertarik dan memiliki minat yang sama dengan
orangtua/keluarganya untuk menekuni dan menjalani pekerjaan tersebut. Hal
ini sesuai dengan Pendapat Robbins (1996:102), bahwa kemampuan adalah
kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan. Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu pada
hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yakni kemampuan intelektual
dan kemampuan fisik. dan dalam (Gunarso, 1995 : 68) minat dapat
menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah
menarik minatnya.44
Dan dari hasil wawancara yang diperoleh oleh peneliti
bahwa semua anggota keluarga narasumber/informan memaparkan bahwa
perempuan (istri/ibu) bekerja sebagai dukun urut (pijat) karena adanya turunan
dari orangtua/keluarga mereka. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
pasien/tamu dari perempuan yang bekerja sebagai dukun urut (pijat) ini, yakni
adzi yang dahulunya sering memakai jasa (ngurut) milik orangtuanya ibu
Adah.
Latar belakang atau alasan terakhir yakni para perempuan ini bisa
sambil mengurus keluarga/rumah. Perempuan yang bekerja seringkali
menghadapi masalah dan kendala dalam mengerjakan pekerjaan mereka di
tempat kerjanya. Biasanya wanita yang sudah menikah mempunyai lebih
banyak tanggungjawab keluarga daripada wanita yang belum menikah.45
Alasan lain perempuan-perempuan ini bekerja sebagai dukun urut (pijat) yakni
karena mereka dapat mengatur waktu antara mengurus rumah dan bekerja
sebagai dukun urut (pijat), yang dengan bekerja sebagai dukun urut (pijat)
mereka memiliki waktu yang fleksibel dan tidak terikat. Hal ini berdasarkan
keterangan yang dipaparkan oleh ibu Eti dan Ibu Adah bahwa alasan lain ia
44
Afriyame Manalu, dkk., Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita bekerja sebagai Buruh Harian
Lepas (BHL) di PT. Inti Indosawit Subur Muara Bulian Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten
Batanghari, Jurnal Sosio Ekonomika Bisnis, 17, 2014, h. 92. 45
Maswita, Wanita Bekerja dan Mengatur Keperluan Keluarga, Jurnal Keguruan, 5, 2017, h. 57.
73
menjalani peran ganda dan bekerja sebagai dukun urut (pijat) yakni agar dapat
sambil mengurus keluarga/rumah. Dalam lingkup keluarga yang memiliki
status sosial dengan ekonomi menengah keatas, pemisahan peran domestic
dan public ini tidak terlalu ekstrem. Tingkat pendidikan yang umumnya tinggi
juga mendorong banyaknya perempuan di kalangan ini, berkiprah dalam dunia
kerja dan menjalankan peran ganda sebagai wanita karir sekaligus sebagai ibu
rumah tangga.46
Namun hal ini jelas berbeda dengan perempuan yang
memiliki status sosial menengah kebawah, terlebih perempuan yang hidup
dalam budaya patriarki. Perempuan dengan keberadaannya dipandang lebih
tepat berkiprah dalam sektor domestic, sehingga mereka bertanggung jawab
untuk tetap menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah
tangga yang juga bekerja di ranah publik.47
Berdasarkan hasil wawancara,
ditemukan bahwa anggota keluarga (anak/suami) dari ibu Suhaenah, Ibu
Eneng dan Ibu Eti merasa meskipun perempuan yang menjalani peran ganda
ini turut andil mengerjajan dan mengurus rumah, namun anggota keluarga
yang lain (anak/suami) seringkali membantu pekerjaan rumah tangga tersebut.
Hal berbeda dipaparkan oleh suami dari ibu Adah yang semua pekerjaan
rumah dan mengurus keluarga memang dipegang dan dikerjakan oleh istrinya.
2. Pembahasan kedua terkait kegiatan atau aktivitas yang dilakukan perempuan
dalam menjalani perannya sehari-hari sebagai dukun urut (pijat) sekaligus
sebagai ibu rumah tangga (Domestik), diantaranya yaitu: perempuan sebagai
ibu rumah tangga, yang bekerja dan bertanggung jawab untuk memasak,
mencuci, membersihkan rumah, dan menyiapkan keperluan anak dan suami.
Sedangkan perempuan sebagai dukun urut (pijat) (Publik), yang bekerja dan
bertanggung jawab yakni untuk mengurut pasien/tamu, selain itu juga dapat
mengerok, memandikan bayi, dan membuat ramuan (popol/sapih dan resep
tradisional). Serupa dengan penelitian relevan yang dilakukan oleh Ajeng
Restania Putri (2020), tentang Peran ganda perempuan (studi kasus dosen
46
Endah Siswati, Berhenti Bekerja Demi Keluarga (Dilema Perempuan Karir Dalam Perspektif
Feminisme), Jurnal Translitera, 9, 2020, h. 39.
74
Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto) yang menunjukkan bahwa Wanita yang
menjalankan peran ganda dalam rumah tangga dan karir dapat melakukannya
secara seimbang. Hal ini juga dirasakan dan dialami oleh perempuan yang
menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat), yang
mana mereka dapat menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga
yang mengurus pekerjaan rumah tangga dan sekaligus juga dapat menjalankan
perannya sebagai pekerja perempuan yang berprofesi sebagai dukun urut
(pijat).48
Munculnya wilayah domestik dan publik sepenuhnya bersumber dari
pembagian kerja yang didasarkan pada jenis kelamin yang mana populer
disebut dengan istilah gender.49
Gender sendiri adalah perbedaan antara laki-
laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku
yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok
masyarakat yang dapat berubah menurut waktu dan serta kondisi setempat
(Harien, 2013).50
Dalam studi gender, terdapat beberapa teori yang cukup berpengaruh,
salah satunya yaitu teori fungsionalisme struktural. Asumsi dasar dari
fungsionalisme struktural adalah sejenis pemikiran atau pandangan dalam
sosiologi yang beranggapan bahwa masyarakat sebagai suatu sistem yang
tersusun dari berbagai elemen atau bagian yang saling berkaitan dan tiap-tiap
elemennya tidak dapat dijalankan tanpa adanya hubungan atau kaitan dengan
elemen yang lain.51
Salah satu teori fungsionalisme struktural yang dikaji dan
digunakan oleh peneliti adalah fungsionalisme struktural miliki Talcottt
Parsons. Dalam fungsionalisme struktural ini, perempuan seringkali
dipengaruhi oleh struktur sosial yang ada didalam masyarakat. Peran
perempuan sangat penting, terutama didalam keluarga. Dimana keluarga
47
Ibid. 48
49
Supartiningsih, Peran Ganda Perempuan Sebuah analisis Kritis, jurnal Filsafat, 2003, h. 43. 50
Eka Novita Sari, dkk., Persepsi Kesetaraan Gender Dan Motivasi Bekerja Dalam Peningkatan
Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Pasar Tradisional Besuki Situbondo), Jurnal Universitas
Muhammadiyah Jember, 2019. 51
Bayu Aji Setiawan, “Persepsi Masyarakat Pada Pengobatan Non Medis Di Desa Pang Kemiri
Tulangan Kabupaten Sidoarjo”, Skripsi pada program sarjana Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, Surabaya, 2021, h. 28, tidak dipublikasi.
75
merupakan bagian dari sistem sosial yang cenderung adaptif, yakni dibangun
menjadi utuh atas beberapa pranata sosial seperti norma dan nilai yang
mengikat.52
Perempuan memiliki peran dan tanggung jawab dalam keluarga,
meskipun perempuan bekerja diluar rumah (publik), namun perempuan
bekerja tetap diposisikan dan ditempatkan sebagai ibu rumah tangga yang
menjaga dan mengurus rumah, hal ini dilakukan agar kestabilan dan keutuhan
dalam keluarga tidak akan terganggu. Peran ganda yang dimiliki oleh
perempuan bekerja ini harus tetap dilaksanakan dan dikerjakan oleh
perempuan, hal ini dikarenakan peran perempuan dalam keluarga sangat
penting dan jika digantikan oleh laki-laki, maka kemungkinan besar kestabilan
keluarga akan terganggu.53
Untuk memahami lebih jauh terkait fenomena yang terjadi dengan
teori fungsionalisme struktural ini, maka Parson mengungkapkan bahwa
terdapat empat fungsi yang dibutuhkan agar dapat bertahan dalam organisasi
atau masyarakat. Adapun keempat fungsi imperatif ini terkenal dengan skema
AGIL. Adapun penjelasan lebih rinci terkait keempat fungsi imperatif ini,
yakni54
:
1) Adaptation (Fungsi Adaptasi), Adaptasi merupakan sistem yang ditujukan
untuk mempertahankan sumber-sumber penting yang ada dalam system
untuk menghadapi situasi eksternal yang gawat. Yang mana sistem
tersebut harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya
yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhannya.
2) Goal Attainment (Fungsi Pencapaian Tujuan), Merupakan fungsi yang
mana ketika suatu sistem mengutamakan tujuan dan memobilisasi sumber
daya yang untuk mencapai tujuan tersebut.
3) Integration (Fungsi Integrasi), Merupakan fungsi yang dimana sistemnya
melakukan proses-proses yang terjadi di dalam sistem itu sendiri yang
52
Suharnanik, Peran Ganda (Bekerja Sekaligus Ibu Rumah Tangga) Perempuan Muslimah Dalam
Perspektif Struktural Fungsional, jurnal Al-Hikmah, 17, 2019, h. 61. 53
Ibid., h.62. 54
Ibid.
76
berguna untuk mengkoordinasi hubungan internal yang ada diberbagai
subsistem atau unit-unit sistem.
4) Latency (Fungsi Latensi atau Pemeliharaan Pola), Merupakan proses
dimana sistem memelihara motivasi dan kesepakatan sosial dengan
menggunakan kontrol sosial.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka hubungan atau korelasi antara
fenomena yang diteliti dengan teori fungsionalisme struktural milik parson ini
adalah bahwa perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat) ini dapat menjalankan dan melakukan
Adaptation (Fungsi Adaptasi). Dimana perempuan yang menjalani peran
ganda ini dapat menempatkan atau memposisikan dirinya dengan keadaan
lingkungannya, terutama keadaan keluarganya.55
Serupa dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mas Muhammad Ridwan (2012), tentang Perempuan
dalam keluarga sebagai buruh pabrik dan ibu rumah tangga, bahwa
perempuan (ibu/istri) yang menjalani peran ganda ini dapat menyesuaikan diri
sebagai seorang ibu rumah tangga yang bekerja di rumah (domestik) dengan
baik, mereka masih bisa bekerja sebagai dukun urut (pijat) dan juga
mengontrol pekerjaan di rumah sebagai ibu rumah tangga. Dimana mereka
dapat mengatur waktunya, antara mengerjakan pekerjaan rumah seperti
memasak, mencuci, mengerjakan pekerjaan rumah serta mengurus suami dan
anaknya dengan menyesuaikan waktu ketika mereka bekerja sebagai dukun
urut/pijat (menerima pasien). Salah satunya dialami oleh Ibu Eti (68) bahwa
aktivitas atau kegiatan yang dilakukannya sebagai seorang ibu rumah tangga
yakni bangun pagi kemudian masak dan mencuci, kemudian dilanjutkan
dengan mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, kemudian ditunda dengan
mengurut pasien dan dilanjutkan kembali mengerjakan pekerjaan rumah
setelah pasien/tamu selesai diurut. Bukan hanya itu, perempuan yang
menjalani peran ganda ini juga ternyata dapat beradaptasi dengan lingkungan
kerjanya (publik) sebagai seorang dukun urut (pijat). Perempuan ini dapat
memposisikan diri mereka ketika pasien/tamu datang untuk diurut. Mereka
77
dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya sebagai seorang dukun urut
(pijat) yang tugas dan tanggung jawabnya yakni bukan hanya mengurut,
namun juga mengerok/mengerik, memandikan bayi, melulur, membuat
ramuan (popol/sapih dan resep obat tradisional) dan lain sebagainnya. Hal ini
terjadi pada Ibu Eneng (59) yang memaparkan bahwa selain diurut, hal lain
yang biasanya diinginkan atau diminta pasien/tamu dikerok/kerik,
memandikan bayi yang baru lahir, ataupun membuat popol (semacam ramuan
yang dibuat dari dedaunan yang dicampur dengan bahan lain). Berdasarkan
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi adaptasi dapat dipenuhi
dan dilaksanakan oleh perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu
rumah tangga dan dukun urut (pijat).
Selanjutnya Goal Attainment (Fungsi Pencapaian Tujuan), dalam hal
ini perempuan yang menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan
dukun urut (pijat) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan
meningkatkan perekonomian keluarga, turut melestarikan dan meneruskan
pekerjaan (sebagai dukun urut/pijat) yang telah ditekuni oleh orangtua
mereka, agar keluarga dan pekerjaan rumah dapat terurus (bisa sambil
mengurus keluarga/rumah). Namun, meskipun perempuan ini bekerja dan
menjalankan peran ganda, namun mereka berharap agar keluarga (anak dan
suami) dapat tercukupi kebutuhan dan keperluannya. Misalnya Ibu Suhaenah
(54) menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja
sebagai dukun urut (pijat) adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
membayar biaya sekolah anak-anaknya. Perempuan yang menjalani peran
ganda sebagai seorang ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) adalah untuk
mencapai fungsi pencapaian tujuan (Goal Attainment) yang mana sebagian
besar untuk meningkatkan perekonomian agar perekonomian mereka
meningkat sehingga kebutuhan keluarga dapat terpenuhi.
Selanjutnya Integration (Fungsi Integrasi), yang mana fungsi ketiga
ini mengatur hubungan antara ketika fungsi lainnya. Dimana sistem dalam
fungsi ini melakukan proses-proses yang terjadi di dalam sistem yang
55
Mas Muhammad Ridwan, Op.cit. h.80.
78
berguna untuk mengkoordinasi hubungan internal yang ada di berbagai
subsistem atau unit-unit sistem.56
Dalam integrasi ini, perempuan yang
menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut(pijat) bisa
mengontrol ketiga fungsi yang ada, yakni fungsi adaptasi, fungsi pencapaian
tujuan dan pemeliharaan pola. Perempuan yang menjalani peran ganda ini
diharapkan dapat menghubungkan dan mengatur kegiatan sehari-hari mereka
sebagai seorang ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) dengan tujuan yang
ingin dicapai. Adanya tujuan yang ingin dicapai tersebut juga dipengaruhi
oleh pihak lain (orangtua/orang asing) yang memberikan informasi dan
memberikan pengetahuan (ajaran/ilmu) dan perempuan yang memiliki tujuan
untuk untuk meningkatkan perekonomian agar perekonomian mereka
meningkat sehingga kebutuhan keluarga dapat terpenuhi.
Dan yang terakhir yaitu Latency (Fungsi Latensi atau Pemeliharaan
Pola), yang mana sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan
memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang
menciptakan dan menopang motivasi untuk mempertahankan apa yang telah
terbentuk oleh masing-masing individu, hal ini akan terealisasi apabila sudah
terjadi keseiramaan dalam suatu sistem sosial.57
Dalam hal ini perempuan
yang menjalani peran ganda dapat mengatur dan mengontrol antara perannya
sebagai seorang ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat). Yang mana
perempuan yang dahulunya hanya bekerja didalam rumah (domestic) sebagai
seorang ibu rumah tangga yang mengurus keluarga dan rumah bertambah dan
menciptakan peran (tanggung jawab dan tugas) tambahan sebagai dukun
urut/pijat (publik) untuk meningkatkan perekonomian dan memenuhi
kebutuhan keluarganya. Perempuan ini harus dapat mempertahankan dan
memelihara apa yang telah terbentuk (sebagai seorang ibu rumah tangga dan
dukun urut/pijat) dengan kesadaran personal dari tiap-tiap individu atau
sistem yang ada dalam keluarga (anak ataupun suami). Dari data yang
diperoleh inilah, ditemukan bahwa perempuan yang menjalani peran ganda
56
Nurul Fadlianti, Op.cit. 57
Bayu Aji Setiawan, Op.cit. h. 81.
79
sebagai seorang ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) dapat memelihara
dan memperbaiki pola yang sudah terbentuk antara tanggung jawab dan
tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga ataupun sebagai dukun urut
(pijat).
3. Adapun penjelasan terakhir terkait dampak yang terjadi dan dialami oleh
perempuan yang menjalani peran ganda sebagai dukun urut (pijat) dan ibu
rumah tangga. Dalam jurnal Ninin (Kusumawati, 2012) memaparkan bahwa
“perempuan dengan peran ganda, memiliki waktu domestik dan waktu publik
yang berdampak dalam kehidupannya”58
. Adapun berdasarkan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti bahwa dampak positif yang dialami oleh para
perempuan yang bekerja tersebut lebih kepada dampak ekonomi dan dampak
sosial. Hal yang sama dipaparkan oleh anggota keluarga (suami/anak) mereka.
Namun pemaparan berbeda disampaikan oleh Mela (anak Ibu Suhaenah)
bahwa selain dampak ekonomi, hal lain yang ia rasakan adalah dampak
Psikologis, yang mana ia merasa bahwa kurangnya kasih sayang yang
diberikan oleh perempuan (ibu) yang bekerja tersebut.
Sedangkan dampak positif yang lain yaitu dampak sosial meliputi
mudah dikenal di masyarakat. Perempuan yang menjalani peran ganda
sebagai dukun urut (pijat) ini pastinya mengalami status sosial di masyarakat,
karena adanya interaksi yang sering dan berkelanjutan antara masyarakat
sekitar, terutama pasien/tamu yang datang. persepsi masyarakat sekitar
tentang perempuan dukun urut (pijat) ini cukup baik. Hal ini dibuktikan
dengan observasi yang dilakukan dimana masyarakat, khususnya pasien/tamu
percaya dan memiliki pandangan yang baik terhadap perempuan yang
menjalani peran ganda ini karena dapat membantu orang banyak. Hal diatas
didukung oleh pemaparan para pasien/tamu, yakni Ibu Neneng, Ibu Dewi, Ibu
Salma dan Bapak Adzi yang turut mengapresiasi pekerjaan dan peran ganda
yang dijalani oleh perempuan dukun urut (pijat) ini. Perempuan untuk bekerja
di sektor produktif. Secara tidak langsung perempuan yang bekerja
58
Ninin Ramadani, Implikasi Peran Ganda Perempuan Dalam Kehidupan Keluarga Dan
Lingkungan Masyarakat, jurnal Sosietas, 6, 2016.
80
merupakan langkah untuk menghindari gunjingan dalam lingkungan
masyarakat. Sehingga tekanan dalam status sosial dalam masyarakat menjadi
menurun (Rahayu, 2017:91).59
Sedangkan untuk dampak negatif yang dirasakan dan dialami oleh
perempuan yang menjalani peran ganda ini meliputi dampak terhadap
kesehatan yakni badan lebih rentan sakit, lelah, letih dan lesu. Semua orang
jelas merasa lelah ketika mereka melakukan peran yang lebih dari satu, waktu
yang dimiliki oleh perempuan yang bekerja untuk beristirahat pun juga akan
berkurang dan terbatas dengan tetap harus menjalankan dengan baik peran
yang dimilikinya.60
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
bahwa perempuan yang menjalani peran ganda tersebut merasakan dampak
negatif bagi terkait kesehatan mereka. Hal ini terbukti dari hasil observasi
yang dapat dilihat bahwa kesehatan mereka terganggu karena pola makan
yang tidak teratur dan kondisi badan (fisik) yang cukup kurus.
Penjelasan terakhir tentang dampak yang dirasakan yakni dampak
terhadap beban kerja ganda yang ditanggung. Berkaitan dengan kesejahteraan
pribadi, meskipun perempuan pekerja sering mengalami kesulitan untuk
mengerjakan banyak tugas karena peran gandanya, tetapi mereka mengatakan
bahwa mereka akan merasa kehilangan identitas jika berhenti bekerja di luar
rumah. Beban pekerjaan yang banyak ternyata membuat perempuan pekerja
lebih sehat daripada perempuan yang tidak bekerja.61
Dan berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti bahwa perempuan yang menjalani peran
ganda ini sadar bahwa beban kerja yang dialaminya kian bertambah, beban
kerja sebagai seorang ibu rumah tangga sudah cukup banyak dan berat
ditambah dengan beban kerja sebagai dukun urut (pijat) yang tugas dan
kerjanya mengurut pasien, dan sebagainya. Hal ini didukung oleh hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa perempuan yang menjalani
peran ganda ini turut mengerjakan pekerjaan rumah seperti mengepel,
59
Hoiril Sabariman, Perempuan Pekerja (Status Dan Peran Pekerja Perempuan Penjaga Warung
Makan Kurnia), Jurnal Analisa Sosiologi, 8, 2019, h. 169. 60
Ninin Ramadani, Op.cit. 61
Endah Siswati, Op.cit. h. 41.
81
menjemur, memasak, dan sebagainya serta mengerjakan pekerjaannya juga
sebagai dukun urut (pijat) seperti mengurut, mengerok/mengerik, dan lain
sebagainnya.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengalami beberapa keterbatasan, adapun
beberapa keterbatasan tersebut antara lain, yaitu:
1. Penelitian ini melibatkan subjek yang sedikit, sehingga hasil yang diperoleh
belum tentu mewaikili subjek secara keseluruhan
2. Pada penelitian ini peneliti mengalami keterbatasan terkait waktu penelitian
yang sedikit sulit diprediksi atau diatur ketika melakukan penelitian engan
subjek atau narasumber terkait, karena harus menyesuaikan dan mengikuti
jadwal subjek atau narasumber terkait
3. Data yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian tidak dapat diperoleh
dengan maksimal, terutama terkait data monografi yang diperlukan guna
mengkaji dan mendukung proses penelitian.
82
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di
atas, maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa:
1. Latar belakang perempuan menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga
dan dukun urut (pijat) yaitu karena;
a. Faktor ekonomi, yang mana alas an mereka menjalani peran ganda ini
salah satunya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan
perekonomian keluarga,
b. Faktor keturunan, yakni karena adanya turunan dan keterampilan yang
diperoleh dari orangtua yang dulunya juga berprofesi atau bekerja sebagai
dukun urut (pijat) menyebabkan perempuan ini turut melestarikan dan
meneruskan pekerjaan yang telah ditekuni oleh orangtua mereka,
c. Bisa sambil mengurus keluarga/rumah, perempuan yang menjalankan
peran ganda ini beranggapan bahwa dengan bekerja dan menjalani profesi
sebagai dukun urut (pijat) mereka dapat sekaligus mengerjakan dan
mengurus keluarga dan rumah.
2. Peran ganda (aktivitas) yang dijalani oleh perempuan sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat) diantaranya yaitu meliputi peran sebagai ibu
rumah tangga yang bekerja di dalam rumah tangga (domestik) dan peran
sebagai dukun urut (pijat) yang bekerja di luar rumah tangga (publik). Adapun
kegiatan atau aktivitas yang dijalani dan dilakukan oleh perempuan tersebut
berdasarkan data yang telah ditemukan yaitu
a. Perempuan sebagai ibu rumah tangga, yang bekerja dan bertanggung
jawab untuk memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan menyiapkan
keperluan anak dan suami,
83
b. Perempuan sebagai dukun urut (pijat), yang bekerja dan bertanggung
jawab untuk mengurut pasien, selain itu mereka juga dapat mengerok,
memandikan bayi, dan membuat ramuan (popol/sapih dan resep
tradisional).
3. Sedangkan dampak yang dialami oleh perempuan yang menjalani peran ganda
sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) berdasarkan data yang
ditemukan yaitu meliputi diantaranya
a. Dampak positif, meliputi dampak ekonomi yakni bertambahnya
penghasilan keluarga, dampak sosial meliputi mudah dikenal di
masyarakat.
b. Dampak negatif, meliputi dampaknya terhadap kesehatan yakni badan
lebih rentan sakit, lelah, letih dan lesu, serta dampak terhadap beban kerja
ganda yang ditanggung.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
berimplikasi secara praktek maupun kepada keluarga, masyarakat ataupun
pemerintah, mengenai perempuan yang mengalami beban kerja ganda.
Masyarakat harus sadar dan memahami bahwa pekerjaan rumah tangga bukan
hanya dilakukan dan dikerjakan oleh perempuan saja, melainkan juga anggota
keluarga lain seperti suami dan anak. Hal ini perlu dipahami dan disadari bahwa
perspektif terkait perempuan sebagai ibu rumah tangga tidak harus mengerjakan
pekerjaan rumah (domestic), terlebih perempuan yang juga bekerja di luar rumah
(publik). Masyarakat perlu menyadari bahwa perempuan tidak hanya bekerja di
rumah sebagai ibu rumah tangga, namun juga dapat bekerja di luar rumah guna
meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian keluarganya. Keluarga juga harus
sadar dan membantu serta berkontribusi dalam mengerjakan pekerjaan rumah
tangga agar beban kerja yang dialami oleh perempuan yang menjalani peran
ganda ini dapat berkurang. Bukan hanya itu, pemerintah juga perlu membuat
kebijakan yang nantinya dapat meningkatkan skill dan kemampuan masyarakat,
khususnya bagi perempuan agar diperoleh profesi dan pekerjaan yang sesuai yang
84
dapat meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Dengan memperhatikan
kondisi di lapangan, pemerintah dapat memberikan kontribusi melalui berbagai
kegiatan guna menambah skill dan kemampuan yang dimiliki, khususnya kepada
perempuan yang harus bekerja guna meningkatkan perekonomian keluarganya.
C. Saran
Berdasarkan data yang ditemukan, peneliti menyarankan beberapa hal
terkait peran ganda yang dialami oleh perempuan sebagai ibu rumah tangga dan
dukun urut (pijat), diantaranya yaitu
a. Pemerintah: perlu adanya kebijakan-kebijakan yang dapat membantu
masyarakat, khususnya perempuan rumah tangga dalam meningkatkan skill
dan kemampuan guna diperoleh kualitas hidup dan meningkatkan
perekonomian keluarga dengan adanya sosialisasi di tiap daerah-daerah,
khususnya daerah yang jauh dari ibukota.
b. Keluarga: perlu adanya kesadaran bahwa pekerjaan rumah tidak hanya
dilakukan oleh perempuan rumah tangga (ibu/istri) melainkan juga tanggung
jawab semua anggota keluarga, dan perlu adanya kontribusi langsung dalam
mengerjakan pekerjaan rumah (domestik) guna meringankan dan membantu
perempuan rumah tangga (ibu/istri) agar berkurangnya dampak yang
ditimbulkan akibat menjalani peran ganda atau beban kerja ganda.
85
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Haryanto, Sindung. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Post Modern.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Jones, Pip. dkk., Buku Pengantar Teori-teori Sosial, Terj. dari Introducing Social
Theory, Second Edition oleh Achmad Fedyani Saifuddin, Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016.
Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: FITK, 2019.
Ritzer, George & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Ke-6, Terj.
dari Modern Sociological Theory 6th Edition oleh Alimandan, Jakarta:
Kencana, 2010.
Samsu, Metode Penelitian (Teori Dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Mixed
Methods Serta Research & Development), Jambi: Pusat Studi Agama
Dan Kemasyarakatan, 2017.
Siyoto, Sandu. Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Literasi Media
Publishing, 2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung:Alfabeta, 2016.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadhy Akbar. Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: Bumi Aksara, 2017.
Yusuf, A. Muri Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian
Gabungan, Jakarta: Kencana, 2014.
Skripsi
Fadlianti, Nurul. “Peran perempuan buruh tani merica dalam meningkatkan
ekonomi keluarga di Desa Wawondula Kecamatan Towuti Kabupaten
Luwu Timur”, Skripsi pada Universitas Negeri Makassar, Makassar:
2019, tidak dipublikasi.
86
Farlina, Liza. “Dukun Pengobatan di Kecamatan Batang Merangin Kabupaten
Kerinci Provinsi Jambi”, Skripsi pada program Sarjana Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2005, tidak dipublikasi.
Miranti, Vivi. “Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Pedagang Kue Tradisional Di
Pasar Doping Kelurahan Doping Kecamatan Penrang Kabupaten Wajo”,
Skripsi Pada Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Makassar,
Makassar: 2019, Tidak Dipublikasi.
Puspitasari, Eka. “Peran Ganda Perempuan Pada Ibu Bekerja Di Desa
Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta”, Skripsi Pada Program
Studi Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta: 2016, tidak dipublikasi.
Ridwan. Mas Muhammad. “Peran Ganda perempuan Dalam Keluarga Sebagai
Buruh Pabrik Dan Ibu Rumah Tangga Di Desa Berbek Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo”, Skripsi pada sekolah IAIN Sunan Ampel Surabaya,
Surabaya: 2012, tidak dipublikasi.
Sari, Desi Kurnia. “Pemahaman Masyarakat Muslim Tentang Perdukunan Di
Kampung I Desa Tembung”, Skripsi pada program Sarjana Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, Medan: 2018, tidak dipublikasi.
Setiawan, Bayu Aji. “Persepsi Masyarakat Pada Pengobatan Non Medis Di Desa
Pang Kemiri Tulangan Kabupaten Sidoarjo”, Skripsi pada program
sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya,
2021, tidak dipublikasi.
Jurnal
Ahdiah, Indah. Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat, Jurnal Academica
Fisip Untad, 05, 2013.
Christoper, Rio dkk., Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja
wanita sebagai Ibu rumah tangga, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15,
2017.
87
Hakim, Lukman. Et al, Faktor Fosial Budaya dan Orientasi Masyarakat Dalam
Berobat, Jurnal Universitas Jember, 2013.
Ilyas, Arwani. Paradigma Masyarakat Tentang Dukun (Melacak Peran dan Posisi
Dalam Struktur Sosial Politik dan Ekonomi Masyarakat), Jurnal
Kontemplasi, 6, 2017.
Manalu, Afriyame. dkk., Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita bekerja
sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) di PT. Inti Indosawit Subur Muara
Bulian Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten Batanghari, Jurnal Sosio
Ekonomika Bisnis, 17, 2014.
Maswita, Wanita Bekerja dan Mengatur Keperluan Keluarga, Jurnal Keguruan, 5,
2017.
Matsani, dkk. Pengaruh Pijat Urut Tradisional Indonesia (Relaksasi), dan
Peregangan (Stretching) Terhadap Nyeri Punggung Bawah (LBP) yang
Disebabkan Spasme Otot, Jurnal DhammavicayaI, 5, 2021.
Ramadani, Ninin. Implikasi Peran Ganda Perempuan Dalam Kehidupan Keluarga
Dan Lingkungan Masyarakat, jurnal Sosietas, 6, 2016
Rambitan, Monica. Peran Ganda Wanita Karir di Kelurahan Wengkol Kecamatan
Tondano Timur Kabupaten Minahasa, Jurnal Holistik, 2014.
Sabariman, Hoiril. Perempuan Pekerja (Status Dan Peran Pekerja Perempuan
Penjaga Warung Makan Kurnia), Jurnal Analisa Sosiologi, 8,
2019.Samsidar, Peran Ganda Wanita dalam Rumah Tangga, Jurnal An
Nisa’, 12, 2019.
Sari,Eka Novita. dkk., Persepsi Kesetaraan Gender Dan Motivasi Bekerja Dalam
Peningkatan Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Pasar Tradisional Besuki
Situbondo), Jurnal Universitas Muhammadiyah Jember, 2019. Siswati,
Endah. Berhenti Bekerja Demi Keluarga (Dilema Perempuan Karir
Dalam Perspektif Feminisme), Jurnal Translitera, 9, 2020.
Suharnanik, Peran Ganda (Bekerja Sekaligus Ibu Rumah Tangga) Perempuan
Muslimah Dalam Perspektif Struktural Fungsional, Jurnal Al-Hikmah,
17, 2019.
88
Supartiningsih, Peran Ganda Perempuan Sebuah analisis Kritis, jurnal Filsafat,
2003.
Turama, Akhmad Rizqi. Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural Talcottt
Parsons, Eufoni, 2, 2020.
Website
Aisha, Agnesia. “Dr. Zaidul Akbar Jelaskan Manfaat bagi yang Menyukai Urut
dan Pijat”, 2021, https://portaljember.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-
162787105/dr-zaidul-akbar-jelaskan-manfaat-bagi-yang-menyukai-urut-
dan-pijat, 8 januari 2022.
Anonim, “Pijat Bayi di Tukan Urut, Boleh Engga Sih?”, 2019,
https://kumparan.com/kumparanmom/pijat-bayi-di-tukang-urut-boleh-
enggak-sih-1qr2eBbP63w/full, 7 Januari 2022.
Fauziyyah, Atikah Nur Azzah. “Mengembalikan Makna Kata “Perempuan””, 2019,
https://amanat.id/mengembalikan-makna-kata-perempuan/, 7 Januari
2022.
Kamus Besar Bahasa lndonesia (Online),
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perempuan, Diakses pada 31
Desember 2021
Muhammad Fahmi Garna, “Perancangan Media Melalui Buku Informasi Manfaat
Pijat Tradisional Untuk Kesehatan”, 2016,
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/706/jbptunikompp-gdl-
muhammadfa-35272-10-unikom_m-i.pdf, 8 Januari 2022..
Parhani, Siti. “Antara Wanita dan Perempuan, Apa Bedanya?”, 2021,
https://magdalene.co/story/antara-wanita-dan-perempuan-apa-bedanya, 7
Januari 2022.
Septiani, Wahyu. “Kata Mana yang Sebaiknya Digunakan: Wanita atau
Perempuan?”, 2021, https://www.dewimagazine.com/news-art/kata-
mana-yang-sebaiknya-digunakan-wanita-atau-perempuan, 7 Januari
2022.
89
Sodikin, “Meski Beda Penampilan, Dukun Hitam Dan Dukun Putih Ternyata..”,
2020, https://www.islampos.com/meski-beda-penampilan-dukun-hitam-
dan-dukun-putih-ternyata-206865/, 8 Januari 2020.
98
Lampiran 2. Transkip Wawancara
TRANSKIP WAWANCARA :
A. Perempuan yang bekerja sebagai Dukun Urut (pijat) sekaligus sebagai Ibu
Rumah Tangga
Nama : Ibu Suhaenah (Enah)
Umur : 54 Tahun
Pendidikan : SMP
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 19 November 2021 Pukul 13:50
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1 Berapa banyak anggota
keluarga anda?
Ada 5 orang, saya suami dan 2 anak
perempuan dan 1 anak laki-laki
2 Apa pekerjaan suami anda? Buruh serabutan
3 Apa saja kegiatan sehari-
hari anda?
Kegiatan saya kalau pagi mengurus rumah,
seperti memasak, mencuci dan mengurus
keperluan keluarga dan mengurut,
sedangkan untuk mengurut sendiri
dikerjakan setelah pekerjaan rumah selesai
4
Sejak kapan anda menjalani
profesi sebagai dukun urut
(pijat)?
Sejak 2010
5
Dari siapa anda belajar dan
apa saja yang anda pelajari
untuk menjadi seorang
dukun urut (pijat)?
Dari orangtua saya
Hal yang saya pelajari untuk menjadi
seorang tukang urut yakni seperti
meluruskan niat, menjalankan puasa senin
kamis dan mengikuti sunah-sunah Nabi, itu
saja, yang terpenting semua yang saya
pelajari untuk memperoleh ridho Allah
99
6
Apa saja alat-alat yang
dibutuhkan untuk
mendukung pekerjaan anda
sebagai dukun urut (pijat)?
Kasur untuk mengurut, minyak urut,
handbody dan uang koin (untuk
mengerok/mengerik)
7 Berapa kali dalam sehari
anda menerima pasien? Kadang 3, kadang 5, tidak menentu
8
Selain mengurut, apa saja
hal yang dapat anda lakukan
atau kerjakan sebagai
seorang dukun urut (pijat)?
Saya biasanya diminta tolong untuk
memandikan bayi jika ada ibu hamil yang
baru melahirkan, terkadang
mengerok./mengerik, dan lain-lain
9
Berapa biaya atau bayaran
yang anda peroleh atau
dapatkan untuk sekali
mengurut?
Tidak menentu, kadang besar kadang kecil,
namanya juga seikhlasnya orang. Pasien
ngasih tidak menentu, sesuai dengan
kebutuhan mereka, keadaan ekonomi
mereka, kadang besar kadang kecil.
10
Apa yang melatarbelakangi
anda bekerja sebagai dukun
urut (pijat) sekaligus juga
berperan sebagai ibu rumah
tangga?
Saya sendiri memutuskan untuk menjadi
tukang urut karena untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi, kebutuhan hidup, dan
biaya seolah anak. Saya dibidang yang lain
tidak bisa, dibidang usaha saya sudah
bangkurt, nah kebetulan orangtua saya
tukang urut, jadi saya nurunin jadi tukang
urut, dan kebutuhan saya terpenuhi jadi
tukang urut
11
Siapa yang mengurus rumah
ketika anda bekerja sebagai
dukun urut (pijat)?
Saya dan anak perempuan saya.
12
Bagaimana anda mengatur
waktu anda dalam
melaksakan peran sebagai
Saya bangun pagi-pagi, kemudian ngasih
sarapan ke suami dan anak-anak, kemudian
jika ada yang ngurut saya seling dengan
100
dukun urut (pijat) dan
sebagai seorang ibu rumah
tangga?
ngurut, terus saya selingi lagi dengan beres-
beres rumah. Jadi, fleksibel lah, sesuai
dengan keadaan dan keperluan kita. Kadang
jika tamu datang pagi, setelah selesai saya
lanjutkan dengan memasak dan
membereskan rumah. Itu aja, jadi yang
penting saya bisa membagi waktu sih antara
ngurut dan ngurus rumah
13
Perubahan apa saja yang
terjadi pada keluarga anda
ketika anda memutuskan
untuk bekerja sebagai
dukun urut (pijat)?
Saya sendiri merasa sangat berubah, dari
segi ekonomi sendiri kebutuhan keluarga
dapat terpenuhi, anak anak bisa sekolah dan
apapun yang mereka inginkan dapat saya
penuhi, dan saya juga jadi mudah dikenal
oleh orang dan dipercaya untuk ngurut,
dipanggil kesana kesini untuk mengurut,
dan banyak lagi
14
Apa hambatan yang anda
alami ketika anda menjalani
peran sebagai seorang
dukun urut (pijat) dan
sebagai seorang ibu rumah
tangga?
Hambatannya cukup banyak, misalnya
ketika ada pasien yang ke rumah dan saya
lagi ngurut diluar, terus kadang-kadang
ketika pekerjaan di rumah kaya memasak
dan sebagainnya belum selesai, ada yang
ngurut ada yang nungguin, dan terkadang
suka dipanggil untuk memandikan bayi
yang tempatnya cukup jauh, itu saja
kendalanya
15
Dampak apa yang anda
rasakan/alami ketika anda
menjalani peran sebagai
seorang dukun urut (pijat)
dan sebagai seorang ibu
Dampaknya banyak, seperti fisik saya
melemah, tenaga yang berkurang setelah
mengurut, sulit konsentrasi, terus sedikit ada
kenadala aja ketika menyesuaikan antara
mengurus rumah dan mengurut, terlebih
101
rumah tangga? karena sayasemakin tua jadi lebih ke fisik
ajasih. Tapi karena mengurut juga
perekonomian keluarga saya terbantu, saya
bisa menyekolahkan anak hingga kuliah
Nama : Ibu Hj. Uum S (Ibu Eti)
Umur : 68 Tahun
Pendidikan : SD
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 20 November 2021 Pukul 12:47
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1 Berapa banyak anggota
keluarga anda? Ada 3 orang, 2 laki-laki dan 1 perempuan
2 Apa pekerjaan suami anda? Suami saya sudah meninggal
3 Apa saja kegiatan sehari-hari
anda?
Mengepel, meyuci, pokoknya pekerjaan
ibu rumah tangga dan ngurut. Terkadang
saya juga ikut pengajian rutin tiap
semninggu 3 kali dan tentu aja ngurut
4
Sejak kapan anda menjalani
profesi sebagai dukun urut
(pijat)?
Saya sudah menjadi seorang dukun urut
(pijat) sejak 1992
5
Dari siapa anda belajar dan
apa saja yang anda pelajari
untuk menjadi seorang dukun
urut (pijat)?
Saya belajar dari orang luar (asing) dan
orangtua saya,
Saya mempelajari tentang obat-obatan
tradisional (dari dedaunan dan
sebagainnya) , akupuntur, dan puasa
sunnah (senin-kamis)
6 Apa saja alat-alat yang
dibutuhkan untuk mendukung
Saya biasanya hanya memakai minyak
(bisa minyak urut, minyak sayur ataupun
102
pekerjaan anda sebagai dukun
urut (pijat)?
minyak yang dibawa oleh pasien) dan
terkadang kain, itu saja
7 Berapa kali dalam sehari anda
menerima pasien?
Biasanya 3 sampai 4 orang, paling sedikit
3 orang dan paling banyak 7orang dalam
sehari
8
Selain mengurut, apa saja hal
yang dapat anda lakukan atau
kerjakan sebagai seorang
dukun urut (pijat)?
Biasanya selain ngurut pasien sering
konsultasi terkait keluhan ataupun
penyakit yang dialami, seperti bertanya
tentang sakit perut obatnya apa, untuk
tidak bisa buang air kecilobatnya apa, ya
misalnya seperti daun alpuket, daun kumis
kucing, lengkuas merah dan sebagainnya
digodok (direbus kemudian diambil
airnya), jadi lebih ke dedauan (ramuan dari
daun)
9
Berapa biaya atau bayaran
yang anda peroleh atau
dapatkan untuk sekali
mengurut?
Biasanya 50-70 ribu
10
Apa yang melatarbelakangi
anda bekerja sebagai dukun
urut (pijat) sekaligus juga
berperan sebagai ibu rumah
tangga?
Karena bisa sambil mengurus keluarga dan
karena saya mempunyai keahlian
(kemampuan) untuk menjadi seorang
dukun urut (pijat) yang saya pelajari dari
orang asing (luar), jadi saya ikuti
11
Siapa yang mengurus rumah
ketika anda bekerja sebagai
dukun urut (pijat)?
Saya sendiri, terkadang dibantu oleh
keluarga ketika mereka sedang luang aja
12
Bagaimana anda mengatur
waktu anda dalam
melaksakan peran sebagai
Biasanya setelah sholat subuh saya
langsung masak sambil mencuci,
kemudian jika ada orang ngurut, saya
103
dukun urut (pijat) dan sebagai
seorang ibu rumah tangga?
suruh tunggu sebentar, setelah selesai
ngurut biasnaya saya lanjutkan lagi
mengerjakan pekerjaan rumah yang lain,
begitu seterusnya
13
Perubahan apa saja yang
terjadi pada keluarga anda
ketika anda memutuskan
untuk bekerja sebagai dukun
urut (pijat)?
Perubahannya paling penghasilan saya jadi
bertambah
14
Apa hambatan yang anda
alami ketika anda menjalani
peran sebagai seorang dukun
urut (pijat) dan sebagai
seorang ibu rumah tangga?
Menurut saya tidak ada, paling saya sulit
mengatur waktu makan saja, jadinya sakit
maag aja
15
Dampak apa yang anda
rasakan/alami ketika anda
menjalani peran sebagai
seorang dukun urut (pijat)
dan sebagai seorang ibu
rumah tangga?
Saya rasa penghasilan saya jadi lebih
bertambah, sebulan saya bisa mendapat 2
juta lebih, saya juga lebih dikenal di
lingkungan sekitar
Nama : Ibu Eneng
Umur : 59 Tahun
Pendidikan : SD
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 21 November 2021 Pukul 15:20
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1 Berapa banyak anggota
keluarga anda?
Ada 6 orang, saya dan suami, lalu 4 orang
anak perempuan
104
2 Apa pekerjaan suami anda? Tidak bekerja (serabutan)
3 Apa saja kegiatan sehari-hari
anda?
Kegiatan saya mengurus rumah, mencuci
menyapu, mengepel, memasak, menjaga
warung, dan sebagainnya serta ngurut
4
Sejak kapan anda menjalani
profesi sebagai dukun urut
(pijat)?
Sejak anak terakhir saya masih kecil,
mungkin sekitar tahun 1999an
5
Dari siapa anda belajar dan
apa saja yang anda pelajari
untuk menjadi seorang dukun
urut (pijat)?
Saya belajar sendiri, dan dibantu sedikit
dengan orangtua saya
Waktu itu saya menjalani puasa saja,
seperti puasa sunnah, puasa mutih dan
belajar bagaimana teknik dan cara
mengurut yang benar, itu saja
6
Apa saja alat-alat yang
dibutuhkan untuk mendukung
pekerjaan anda sebagai dukun
urut (pijat)?
Kasur untuk mengurut, kain sebagai
tutupan jika ada perempuan yang
mengurut seluruh badan, minyak (minyak
kelapa, minyak urut ataupun minyak bayi),
uang koin untuk kerokan/kerikan, dan
bawang untuk mengerik/mengerok bayi,
karena kulit bayi sensitive jadi tidak bisa
pakai koin
7 Berapa kali dalam sehari anda
menerima pasien?
Tergantung, paling sedikit 10 orang,
paling banyak 25-30 orang perhari,
kebanyakan bayi
8
Selain mengurut, apa saja hal
yang dapat anda lakukan atau
kerjakan sebagai seorang
dukun urut (pijat)?
Biasanya selain ngurut, pasien minta di
kerik/kerok, dimandikan bayinya untuk
ibu hamil yang masih takut, membuat
popol (semacam ramuan yang dibuat dari
dedauanan yang dicampur dengan bahan
lain) dan sebagainnya
105
9
Berapa biaya atau bayaran
yang anda peroleh atau
dapatkan untuk sekali
mengurut?
Tidak menentu, tergantung kemampuan
tiap pasien, ada yang 25 ribu, 30 ribu, 50
ribu, bahkan 100 ribu. Untuk beberapa
pasien, bahkan ada yang saya gratiskan
karena merasa kasihan
10
Apa yang melatarbelakangi
anda bekerja sebagai dukun
urut (pijat) sekaligus juga
berperan sebagai ibu rumah
tangga?
Kebutuhkan keluarga. Sebenarnya suami
saya dulu kerja, kemudian bangkrut dan
kena tipu orang, jadi saya memutuskan
untuk membantu suami saya mencari
nafkah, jadi saya mulai belajar menjadi
seorang dukun urut (pijat)
11
Siapa yang mengurus rumah
ketika anda bekerja sebagai
dukun urut (pijat)?
Saya sendiri, terkadang dibantu sama
anak, tapi mereka tidak terlalu banyak
membantu
12
Bagaimana anda mengatur
waktu anda dalam
melaksakan peran sebagai
dukun urut (pijat) dan sebagai
seorang ibu rumah tangga?
Setelah sholat subuh biasanya saya
langsung memegang pekerjaan rumah
seperti mencuci, menyapu, memasak dan
sebagainnya sampe agak siangan,
kemudian jika ada pasien datang, saya
tunda dulu pekerjaan rumah saya dan saya
pegang (urut) pasien dahulu, kemudian
pekerjaan rumah dilanjut lagi jika tidak
ada lagi pasien yang datang. Seperti itu
terus.
13
Perubahan apa saja yang
terjadi pada keluarga anda
ketika anda memutuskan
untuk bekerja sebagai dukun
urut (pijat)?
Saya kira banyak, seperti perekonomian
saya bertambah, saya bisa membangun
rumah, saya bisa menyekolahkan anak
saya sampai kuliah, dan saya banyak
dipanggil oleh orang untuk ngurut mereka.
14 Apa hambatan yang anda Kadang jika saya sedang pegang pekerjaan
106
alami ketika anda menjalani
peran sebagai seorang dukun
urut (pijat) dan sebagai
seorang ibu rumah tangga?
rumah, tiba-tiba pasien datang untuk
ngurut, jadi pekerjaan rumah terpaksa saya
tunda dulu. Saya juga tidak sempat
makan/sarapan jika pasien datang terlalu
pagi, jadi saya baru bisa makan siang atau
sore setelah pasien pulang. Dan yang
terakhir paling menyesuaikan waktu
ibadah sholat, terkadang ada pasien yang
kekeuh minta diurut saat itu juga, padahal
saya belum sholat, jadi terpaksa saya tunda
sholat sampai akhir waktu.
15
Dampak apa yang anda
rasakan/alami ketika anda
menjalani peran sebagai
seorang dukun urut (pijat)
dan sebagai seorang ibu
rumah tangga?
Cukup banyak. Pendapatan saya
bertambah, saya mudah dipercaya dan
dikenal orang untuk ngurut, saya juga bisa
menyekolahkan anak saya. Tapi, saya juga
terkadang merasa letih/lelah, saya merasa
banyak pikiran saja, dan gampang terkena
penyakit, terutama maag karena telat
makan, sulit mengatur waktu untuk sholat
jika ada banyak pasien.
Nama : Ibu Adah
Umur : 51 Tahun
Pendidikan : SMA/SLTA
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 20 November 2021 Pukul 14:42
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1 Berapa banyak anggota
keluarga anda?
Ada 5, saya dan suami serta 2 anak laki-
laki dan 1 orang perempuan
107
2 Apa pekerjaan suami anda? Tukang urut juga
3 Apa saja kegiatan sehari-hari
anda?
Biasanya saya menyiapkan sarapan untuk
suami dan anak saya, kemudian mencuci,
mengepel, membersihkan
rumput/halaman, menggosok, pokoknya
mengurus rumah dan keluarga, dan
mengurut.
4
Sejak kapan anda menjalani
profesi sebagai dukun urut
(pijat)?
3 tahun terakhir (2018)
5
Dari siapa anda belajar dan
apa saja yang anda pelajari
untuk menjadi seorang dukun
urut (pijat)?
Dari ibu saya dan suami saya, saya
mempelajari bagaimana cara mengurut
dan doa apa saja yang biasanya dibacakan
(seperti al-fatihah dan surat-surat pendek
lainnya), saya juga puasa senin kamis, itu
saja
6
Apa saja alat-alat yang
dibutuhkan untuk mendukung
pekerjaan anda sebagai dukun
urut (pijat)?
Kasur, kain sebagai tatakan, Minyak
(minyak kelapa, minyak urut, dan
sebagainnya), dan uang koin (untuk
mengerok/mengerik)
7 Berapa kali dalam sehari anda
menerima pasien?
Kadang 2 orang, kadang 3 orang, paling
banyak 5
8
Selain mengurut, apa saja hal
yang dapat anda lakukan atau
kerjakan sebagai seorang
dukun urut (pijat)?
Paling pasien perempuan biasanya minta
di lulur, ada juga yang minta
dikerok/dikerik
9
Berapa biaya atau bayaran
yang anda peroleh atau
dapatkan untuk sekali
mengurut?
Biasanya 50 ribu, 70 ribu, atau 100 ribu
108
10
Apa yang melatarbelakangi
anda bekerja sebagai dukun
urut (pijat) sekaligus juga
berperan sebagai ibu rumah
tangga?
Di samping saya punya ilmu atau keahlian
yang diturunkan dari orangtua, juga untuk
memenuhi prekonomian/kebutuhan
keluarga, jadi saya memutuskan untuk
menjadi seorang dukun urut (pijat). Suami
saya pun juga begitu, untuk menambah
pendapatan. Dan karena ketika menjadi
seorang dukun urut (pijat) saya juga bisa
sambil mengurus keluarga, ngurus semua
sambil ngurut
11
Siapa yang mengurus rumah
ketika anda bekerja sebagai
dukun urut (pijat)?
Saya sendiri, anak saya hanya bantu-bantu
saja
12
Bagaimana anda mengatur
waktu anda dalam
melaksakan peran sebagai
dukun urut (pijat) dan sebagai
seorang ibu rumah tangga?
Biasanya jika belum ada pasien, saya
mengurus pekerjaan rumah terlebih
dahulu, lalu jika ada pasien maka
pekerjaan rumahnya saya tingga.
Kemudian setelah saya selesai
mengurut,saya lanjutkan lagi memegang
pekerjaan rumah. Jadi sebisa saya
mengatur waktunya saja
13
Perubahan apa saja yang
terjadi pada keluarga anda
ketika anda memutuskan
untuk bekerja sebagai dukun
urut (pijat)?
Alhamulillah, perekonomian saya terbantu
dan saya jadi lebih dikenal orang
14
Apa hambatan yang anda
alami ketika anda menjalani
peran sebagai seorang dukun
urut (pijat) dan sebagai
Hambatannya seperti saya jadi lebih
mudah lelah, mudah ngantuk, capek,
pokoknya seperti itu
109
seorang ibu rumah tangga?
15
Dampak apa yang anda
rasakan/alami ketika anda
menjalani peran sebagai
seorang dukun urut (pijat)
dan sebagai seorang ibu
rumah tangga?
Dampak baiknya sih saya bisa memenuhi
keinginan anak-anak saya, sekedar untuk
jajan dan keperluan lainnya
Untuk dampak buruknya sendiri, badan
saya jadi mudah lelah/capek.
B. Anggota Keluarga (suami/anak) Perempuan yang bekerja sebagai Dukun
Urut (pijat) sekaligus sebagai Ibu Rumah Tangga
Nama : Mela Wahuni (anak ibu Enah)
Umur : 24 tahun
Pendidikan : S1 (Sedang berkuliah)
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 19 November 2021 Pukul 15:56
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa pekerjaan anda? Saya seorang mahasiswa
2 Apa saja kegiatan sehari-
hari anda?
Kegiatan saya paling menghandle
pekerjaan rumah dan kuliah
3
Mengapa perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam
keluarga ini bekerja?
Untuk membantu memnuhi kebutuhan
keluarga sih ya, karena beliau yang
mencari nafkah di keluarga ini
4 Siapa saja yang bekerja di
keluarga anda? Hanya ibu saya saja
5
Apa yang anda lakukan
ketika perempuan (istri/ibu)
yang ada dalam keluarga ini
bekerja?
Yang saya lakukan biasanya mengurus
rumah dan mengerjakan pekerjaan saya
sebagai mahasiswa
110
6
Apakah anda setuju jika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja, khususnya bekerja
sebagai dukun urut (pijat)?
Sebenarnya karena faktor ekonomi yah,
jadi saya mau tidak meu menyetujui,
karena dari nenek sayapun ada
ketutrunannya. Jadi setuju saja sih.
7
Siapa yang mengurus rumah
ketika perempuan (istri/ibu)
yang ada dalam keluarga ini
bekerja?
Saya sendiri, namun terkadang ibu saya
juga memegang pekerjaan rumah
8
Perubahan apa yang anda
rasakan/alami ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
memutuskan bekerja?
Jadi perubahan yang dialamiinya terbantu
dari segi ekonomi, kalau dari ekonomi
sendiri lebih bisa memenuhi kebutuhan
sehari-hari, kalau yang lainnya ibu saya
jadi lebih dikenal sama yang lain ya
9
Apa
hambatan/permasalahan
yang anda rasakan ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja?
Saya sebagai anak merasakan karena peran
ibu saya sendiri ada 2 selain sebagai ibu
rumah tangga juga sebagai seorang pencari
nafkah, jadi yang saya rasakan emosional
kurang stabil
10
Dampak apa yang anda
rasakan/alami ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja?
Dampaknya sih bagi psikologis saya ya,
karena saya pribadi kurang mendapatkan
kasih sayang karena ibu saya sibuk
bekerja, jadinya saya menjadi pribadi yang
sedikit emosional. Dampak lainnya ya
ekonomi keluarga saya sangat terbantu dan
terpenuhi, juga keluarga kami jadi
gampang dikenal di sekitar
11 Apakah perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam
Sebenarnya sih, terkadang karena
pekerjaannya suka ada yang lupa
111
keluarga ini) sering
meninggalkan perannya
sebagai seorang ibu rumah
tangga setelah memutuskan
untuk bekerja juga sebagai
dukun urut (pijat)?
mengerjakan pekerjaannya sebagai ibu
rumah tangga. Terlebih jika saya tidak
dapat mengerjakan pekerjaan tersebut,
biasanya sih lupa masak
12
Apa pendapat anda terkait
perempuan perempuan
(istri/ibu) yang bekerja atau
menjalani dua peran
sekaligus yakni sebagai ibu
rumah tangga dan
perempuan karir?
Saya pribadi sebagai perempuan,
sebenarnya tidak masalah, ibu mempunyai
banyak peran, menjadi ibu juga dan
bekerja juga. Karena tidak ada batasan
untuk itu, karena perempuan juga bisa
bekerja juga dan menjadi ibu juga.
Hebatnya perempuan disitu sih
Nama : Selorini (anak ibu Eti)
Umur : 43 Tahun
Pendidikan : Sarjana (S1)
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 25 November 2021 Pukul 20:05
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa pekerjaan anda? Karyawan swasta
2 Apa saja kegiatan sehari-
hari anda?
Kegiatan saya sebelum berangkat bekerja
membantu ibu seperti kegiatan rumah
tangga, setelah itu saya bekerja. Setelah
pulangnya pun seperti itu juga
3
Mengapa perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam
keluarga ini bekerja?
Awalnya keturunan, untuk pendapatan
tidak terlalu berpatokan
4 Siapa saja yang bekerja di Ibu saya, saya dan suami saya
112
keluarga anda?
5
Apa yang anda lakukan
ketika perempuan (istri/ibu)
yang ada dalam keluarga ini
bekerja?
Karena saya bekerja, jadi saya hanya
melanjutkan apa yang ibu saya belum
kerjakan
6
Apakah anda setuju jika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja, khususnya bekerja
sebagai dukun urut (pijat)?
Kalau masih kuat dan mampu, saya
sebagia anak etuju dan mengizinkan,
namun jika ada dampak lain, apalagi
sekarang karena usia, jadi ya sudha
dibatasi sih
7
Siapa yang mengurus rumah
ketika perempuan (istri/ibu)
yang ada dalam keluarga ini
memutuskan bekerja?
Saya dan ibu saya, jadi terkadang bagi
tugas
8
Perubahan apa yang anda
rasakan/alami ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
memutuskan bekerja?
Dari segi ekonomi membantu, jadi
kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dan
kebutuhan lain. Kalau dari segi lain,
otomatis karena memang sebagai tukang
urut, jadi banyak yang mengenal ibu saya
9
Apa
hambatan/permasalahan
yang anda rasakan ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja?
Kalau yang saya rasakan dampaknya,
hubungan dengan keluarga jadi lebih
sedikit, lebih ke perhatian sih
10
Dampak apa yang anda
rasakan/alami ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja?
Dampaknya lebih perhatian sih ya, jadi
lebih kurang saja
113
11
Apakah perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam
keluarga ini) sering
meninggalkan perannya
sebagai seorang ibu rumah
tangga setelah memutuskan
untuk bekerja juga sebagai
dukun urut (pijat)?
Tidak ya, karena dapat mengatur
jadwalnya sendiri
12
Apa pendapat anda terkait
perempuan perempuan
(istri/ibu) yang bekerja atau
menjalani dua peran
sekaligus yakni sebagai ibu
rumah tangga dan pekerja
sosial lainnya?
Sebetulnya sulit pasti sih ya, yang penting
dapat bagi waktu untuk pekerjaan dan
untuk keluarga di rumah
Nama : Yunus Domo (suami Ibu Enengsih)
Umur : 65 Tahun
Pendidikan : SD
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 21 November 2021 Pukul 20:12
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa pekerjaan anda? Wiraswasta
2 Apa saja kegiatan sehari-
hari anda?
Biasanya mengantar istri, menjaga warung
dan terkadang bantu menguru rumah
3
Mengapa perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam
keluarga ini bekerja?
Untuk bantu nambah pendapatan, dulu
saya pernah bekerja dan mencoba berbagai
pekerjaan tapi bangkrut, akhirnya istri
saya coba belajar jadi tukang urut dn
114
jadinya lanjut sampai sekarang
4 Siapa saja yang bekerja di
keluarga anda? Istri saya, saya hanya jaga warung
5
Apa yang anda lakukan
ketika perempuan (istri/ibu)
yang ada dalam keluarga ini
bekerja?
Biasanya saya bantu jaga warung atau
mgurus rumah yang satunya karena disana
kan tidak ada siapa-siapa
6
Apakah anda setuju jika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja, khususnya bekerja
sebagai dukun urut (pijat)?
Ya setuju, untuk beli ini itu kan juga
karena istri saya bekerja
7
Siapa yang mengurus rumah
ketika perempuan (istri/ibu)
yang ada dalam keluarga ini
memutuskan bekerja?
Terkadang ngurus rumah sendiri,
terkadang dibantu anak, jika saya sedang
fit terkang juga saya bantu
8
Perubahan apa yang anda
rasakan/alami ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
memutuskan bekerja?
Pendapatan jadi lebih bertambah dan bisa
beli ini itu dengan mudah, anak juga dapat
sekolah sampai bangku kuliah
9
Apa
hambatan/permasalahan
yang anda rasakan ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja?
Beberapa kerjaan rumah jadi tidak
terpegang aja, terkadang tidak sempat
makan, tidak sempat sarapan, ada juga
tamu yang datang tengah malam minta di
urut atau maranin istri saya karena istrinya
di rumah lagi sakit, jadi menganggu waktu
istirahat
10 Dampak apa yang anda
rasakan/alami ketika
Saya jadi kurang mendapat perhatian istri,
karena istri saya juga kerja nyari uang dan
115
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja?
ngurus pekerjaan rumah, jadi terkadang
saya kurang diperhatiin saja. Tapi disatu
sisi keluarga saya jadi makin dikenal
orang karena istri saya bisa ngurut dan
dipercaya orang untuk ngurut, saya juga
punya beberapa rumah, intinya ekonomi
membaik lah
11
Apakah perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam
keluarga ini) sering
meninggalkan perannya
sebagai seorang ibu rumah
tangga setelah memutuskan
untuk bekerja juga sebagai
dukun urut (pijat)?
Bukan menginggalkan, tapi karena banyak
pasien, jadinya tidak kepegang, tidak
sempat dikerjakan
12
Apa pendapat anda terkait
perempuan perempuan
(istri/ibu) yang bekerja atau
menjalani dua peran
sekaligus yakni sebagai ibu
rumah tangga dan
perempuan karir?
Selama itu baik dan tidak melanggar
kondratnya sebagai seorang istri dan ibu
rumah tangga, saya pikir tidak masalah
Nama : Supriyanto (suami ibu Adah)
Umur : 52 Tahun
Pendidikan : SMA
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 19 November 2021 Pukul 17:44
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
116
1 Apa pekerjaan anda? Pekerjaan saya ngurut tradisional
2 Apa saja kegiatan sehari-
hari anda? Kegiatan saya sehati-hari saya ya ngurut
3
Mengapa perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam
keluarga ini bekerja?
Kalau menurut saya, karena itu bukan
sebagai pekrjaan jadi sebagai turunan, jadi
harus dilestarikan dan diteruskan
4 Siapa saja yang bekerja di
keluarga anda? Saya, istri saya dan anak saya
5
Apa yang anda lakukan
ketika perempuan (istri/ibu)
yang ada dalam keluarga ini
bekerja?
Ya biasanya saya nganter istri saya, jadi
kalau ada pasien yang istrinya diurut sama
istri saya, terkadnag suaminya juga ingin
diurut
6
Apakah anda setuju jika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja, khususnya bekerja
sebagai dukun urut (pijat)?
Tidak, karena itu ilmu keturunan yang
harus dilestarikan.
7
Siapa yang mengurus rumah
ketika perempuan (istri/ibu)
yang ada dalam keluarga ini
memutuskan bekerja?
Tetap, istri saya. Karena kalau jadi tukang
urut, waktunya kan bisa kita atur. Kita
ngatur waktunya supaya pekerjaan rumah
beres dulu
8
Perubahan apa yang anda
rasakan/alami ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
memutuskan bekerja?
Perubahannya lebih ke ekonomi, sekarang
kalau mau beli apa saja bisa, kalau dulu
kan harus dipikir-pikir dulu
9
Apa
hambatan/permasalahan
yang anda rasakan ketika
perempuan (istri/ibu) yang
Tidak ada
117
ada dalam keluarga ini
bekerja?
10
Dampak apa yang anda
rasakan/alami ketika
perempuan (istri/ibu) yang
ada dalam keluarga ini
bekerja?
Dampaknya pendapatan rumah tangga jadi
lebih meningkat. Komunikasi semakin
enak, Kehidupan semakin meningkat, itu
saja.
11
Apakah perempuan
(istri/ibu) yang ada dalam
keluarga ini) sering
meninggalkan perannya
sebagai seorang ibu rumah
tangga setelah memutuskan
untuk bekerja juga sebagai
dukun urut (pijat)?
Tidak, istri saya tetap menjalankan
pekerjaannyasebagai seorang ibu. Semua
pekerjaan, anak-anak tetap diurus.
12
Apa pendapat anda terkait
perempuan perempuan
(istri/ibu) yang bekerja atau
menjalani dua peran
sekaligus yakni sebagai ibu
rumah tangga dan
perempuan karir?
Sebenarnya secara umum peremouan tidak
boleh bekerja, laki-laki yang harus
mencari nafkah. Tapi untuk zaman modern
ini, ya kalau menurut saya bagus
perempuan bekerja, asalakan jangan
melebihi batasanya. Kadang-kadang kalau
sudah mempunyai gaji besar lupa sama
keluarga lupa sama suami
C. Pasien Perempuan yang bekerja sebagai Dukun Urut (pijat) sekaligus
sebagai Ibu Rumah Tangga
Nama : Dewi (pasien ibu Enah)
Umur : 33 Tahun
Alamat : Dramaga, Bogor
118
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 26 November 2021 Pukul 17:53
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1
Sudah berapa lama anda
pergi ke dukun urut (pijat)
ini?
Sudah hampir 7 tahun
2
Dari mana/siapa anda tahu
dukun urut (pijat) yang anda
kunjungi sekarang?
Dari saudara saya yang tinggal nggak jauh
dari sini
3 Apa alasan anda pergi ke
dukun urut (pijat)?
Biasanya karena saya ngerasa engga enak
badan, pegal-pegal, karena capek
beraktivitas
4
Berapa biaya atau bayaran
yang anda berikan setelah
mendapatkan jasa (urut)
dari dukun urut (pijat)?
Biasanya minimial saya kasih 100 ribuan,
tergantung apa yang diurut, kalau
diurutnya sebadan, saya kasih 100 ribu
5
Berapa banyak dukun urut
(pijat) perempuan yang
anda ketahui?
Ada sih bebera orang, jaraknya cukup jauh
6
Bagaimana pandangan anda
terkait dukun urut yang juga
merupakan seorang ibu
rumah tangga?
Kalau menurut saya, luar biasa sih ya.
Mereka seorangibu rumah tngga terus bisa
sambil melakukan kegiatan lain, itu cukup
meakjubkan, karena tidak mudah
menjalankan 2 peran sekaligus seperti itu
7
Selain mengurut, jasa atau
hal apa lagi yang anda
minta atau ajukan kepada
dukun urut (pijat)?
Saya biasanya minta diurut sambil dilulur,
atau ketika masuk angina saya minta
dikerik/kerok
8 Apa saja kendala atau Kendalanya tidak banyak sih ya, Cuma
119
hambatan ketika anda
mendapatkan jasa (diurut)
oleh dukun urut (pijat) ini?
mungkin karena saya ini jauh ya dari
dramaga, jadi saya harus menyesuaikan
jadwal tukang urutnya dengan kedatangan
saya. Kalau ketika sedang diurut tidak ada
kendala atau hambatan, paling disela
dengan mengangkat telfon saja.
9
Mengapa anda memutuskan
untuk menggunkan jasa ibu
Enah sebagai penngobatan
alternatif di dukun urut
(pijat) yang anda gunakan
atau percayai?
Mungkin karena cocok kali ya, saya
ngerasa setelah ngurut dari ibu ini, lebih
enak aja. Kalau di orang lain, kurang, jadi
ya cocok-cocokan aja sih
Nama : Neneng (Pasien Ibu Eti)
Umur : 40 Tahun
Alamat : Nagrog
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 20 November 2021 pukul 12:33
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1
Sudah berapa lama anda
pergi ke dukun urut (pijat)
ini?
Sudah lama, dari masih gadis
2
Dari mana/siapa anda tahu
dukun urut (pijat) yang anda
kunjungi sekarang?
Karena saya tinggal disini, jadi saya tau
sendiri dan orangtua juga sering bilang
kalau lagi nggak enak badan pergi saja ke
ibu itu, sepert itu
3 Apa alasan anda pergi ke
dukun urut (pijat)?
Selain abis minum obat merasa masih
belum nyaman, ya ke tukang urut,
120
mungkin masih ada urat-uratnya yang
masih harus dilurusin, biar enak aja
4
Berapa biaya atau bayaran
yang anda berikan setelah
mendapatkan jasa (urut)
dari dukun urut (pijat)?
Tarifnya dari 50 ribu, 70 ribu hingga
100ribu
5
Berapa banyak dukun urut
(pijat) perempuan yang
anda ketahui?
Di kampung ini sih kurnag lebih ada 5
orang
6
Bagaimana pandangan anda
terkait dukun urut yang juga
merupakan seorang ibu
rumah tangga?
Alhamdulillah sih ya, sebagai tukang urut
itu keahlian, jarang ornag bisa jarang
orang punya keahlian itu
7
Selain mengurut, jasa atau
hal apa lagi yang anda
minta atau ajukan kepada
dukun urut (pijat)?
Minta air godokan (air rebusan obat-
obatan dari dedauan obat) kan biasanya
tukang urut tuh tau ya racikan-racikan obat
8
Apa saja kendala atau
hambatan ketika anda
mendapatkan jasa (diurut)
oleh dukun urut (pijat) ini?
Kendalanya paling nunggu dia rapih
dahulu (mengurus rumah)
9
Mengapa anda memutuskan
untuk menggunkan jasa ibu
Eti sebagai penngobatan
alternatif di dukun urut
(pijat) yang anda gunakan
atau percayai?
Selain dekat, sudah terpercaya dari dulu
Nama : Salma (Pasien Ibu Enengsih)
Umur : 31
121
Alamat : Setu, Tangerang Selatan
Pendidikan : Sarjana (S1)
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 28 November 2021 Pukul 14:50
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1
Sudah berapa lama anda
pergi ke dukun urut (pijat)
ini?
Baru 1 tahun kebelakang
2
Dari mana/siapa anda tahu
dukun urut (pijat) yang anda
kunjungi sekarang?
Dari orangtua saya
3 Apa alasan anda pergi ke
dukun urut (pijat)?
Karena anak saya sih ya, anaknya sedikit
rewel. Dibawa ke doker masih tetap rewel,
jadi saya bawa ke tukang urut
4
Berapa biaya atau bayaran
yang anda berikan setelah
mendapatkan jasa (urut)
dari dukun urut (pijat)?
Mulai 50 ribuan
5
Berapa banyak dukun urut
(pijat) perempuan yang
anda ketahui?
Saya belum tau banyak, Cuma yang baru
saya tahu ini saja
6
Bagaimana pandangan anda
terkait dukun urut yang juga
merupakan seorang ibu
rumah tangga?
Hebat sih ya, soalnya saya juga merasakan
kan ya, jadi ibu rumah tanggaitu tidak
mudah, apalagi ditambah jadi pekerja yang
juga berprofesi sebagai tukang urut, berat
sih ya pasti
7
Selain mengurut, jasa atau
pekerjaan apa lagi yang
anda minta atau ajukan
kepada dukun urut (pijat)?
Biasanya saya minta dibuat popol, karena
kan kadang anak saja suka rewel, sudah
minum obat tapi tetap rewel, akhirnya
minta dibuatkan popol dari dedaunan
122
untuk di pakaikan di jidat atau kepala bayi
saya. Terkadang juga dikerok/kerik
punggungnya pakai bawang
8
Apa saja kendala atau
hambatan ketika anda
mendapatkan jasa (diurut)
oleh dukun urut (pijat) ini?
Yang saya rasakan oaling ketika banyak
antrian saja, jadi saya harus menunggu
cukup lama, terlebih jika Ibu Eneng ini
sedang pergi keluar dan tidak pasti pulang
jam berapanya
9
Mengapa anda memutuskan
untuk menggunkan jasa Ibu
Enengsebagai jasa
penngobatan alternatif di
dukun urut (pijat) yang
anda gunakan atau
percayai?
Karena saya dapat rekomendasi dari
mertua saya, katanya ibu ini cukup bagus
untuk ngurut, terutama ngurut bayi
Nama : Adzi (pasien Ibu Adah)
Umur : 25
Alamat : Serpong, Tangerang Selatan
Pendidikan : SMK
Tempat dan waktu wawancara : Kp. Nagrog, 20 November 2021 pukul 15:26
WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1
Sudah berapa lama anda
pergi ke dukun urut (pijat)
ini?
Dari kecil sudah pergi ke tukang urut
2
Dari mana/siapa anda tahu
dukun urut (pijat) yang anda
kunjungi sekarang?
Dari keluarga saya, disarankan untuk pergi
ke ibu ini saja seperti itu
123
3 Apa alasan anda pergi ke
dukun urut (pijat)?
Karena kebetulan saya tidak suka obat,jadi
saya pergi ngurut. Sekalian refleksi badan
sih biar lebih enak
4
Berapa biaya atau bayaran
yang anda berikan setelah
mendapatkan jasa (urut)
dari dukun urut (pijat)?
Biasanya saya kasih 50 ribu
5
Berapa banyak dukun urut
(pijat) perempuan yang
anda ketahui?
Yang saya tahu, dimapung ini Cuma ada 3
6
Bagaimana pandangan anda
terkait dukun urut yang juga
merupakan seorang ibu
rumah tangga?
Luar biasa hebat. Jadi sekaligus dia
berprofesi sebagai tukang urut dia juga
bisa menghandle pekerjaan rumahnya
7
Selain mengurut, jasa atau
hal apa lagi yang anda
minta atau ajukan kepada
dukun urut (pijat)?
Selain ngurus, saya sekalian di kerik/kerok
8
Apa saja kendala atau
hambatan ketika anda
mendapatkan jasa (diurut)
oleh dukun urut (pijat) ini?
Ketika lagi diurut, mesti ditunda dengan
pekerjaan rumah yang belum selesai
Mengapa anda memutuskan
untuk menggunkan jasa ibu
Adah sebagai penngobatan
alternatif di dukun urut
(pijat) yang anda gunakan
atau percayai?
Dulu sih awalnya sama ornagtua ibu Adah,
karena dari kecil. Terus karena ornagtua
ibu Adah meninggal, jadi larinya ke beliau
124
Lampiran 3. Lembar Observasi
Hasil Observasi Peran Ganda Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga Dan
Dukun Urut (Pijat)
Aktivitas/ Kejadian :
1. Mengamati lingkungan tempat tinggal perempuan yang bekerja sebagai
sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)
2. Mengamati aktivitas/kegiatan perempuan yang bekerja sebagai sebagai ibu
rumah tangga dan dukun urut (pijat)
3. Mengamati anggota keluarga perempuan yang bekerja sebagai dukun urut
(pjat) sekaligus sebagai ibu rumah tangga
4. Mengamati pasien yang memakai jasa perempuan yang bekerja sebagai dukun
urut (pijat)
Tempat : Kampung Nagrog Desa Pengasinan
Observer/ Peneliti : Sevi Nur Jannah
Tanggal : 19 November 2021 – 24 Desember 2021
Deskripsi :
1. Mengamati lingkungan tempat tinggal perempuan yang bekerja sebagai
sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat)
Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada
bulan November – Desember 2021, ditemukan bahwa hampir semua
perempuan yang menjalani peran ganda ini memiliki rumah dan tempat
tinggal yang cukup layak dan bagus, hal ini dibuktikan dengan lingkungan
yang terawatt, rumah yang nyaman, bagus dan terawatt. Meskipun ada salah
satu dukun urut (pasien) yang memiliki rumah yang atapnya bolong disana
sini, namun rumah ini dapat dikatakan cukup terawat dan rapi, lingkungan
yang terjaga kebersihannya dan bunga serta tanaman yang tumbuh subur.
2. Mengamati kegiatan perempuan yang bekerja sebagai sebagai ibu rumah
tangga dan dukun urut (pijat) dan bagaimana ketika menjalani peran ganda
tersebut;
125
Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada
bulan November – Desember 2021, ditemukan data bahwa perempuan yang
menjalani peran ganda ini dapat melakukan tugas dan perannya dengan baik,
mereka dapat mengatur waktu wantara mengerjakan pekerjaan rumah dan
bekerja sebagai seorang dukun urut (pijat), mereka dapat menjalankan dua
peran tersebut dengan baik dan efisien, hal tersebut dipaparkan sebagai
berikut:
a) Kegiatan ketika menjadi ibu rumah tangga
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November 2021
menunjukkan bahwa perempuan yang menjalani peran ganda ini
melakukan aktivitas atau kegiatan sama seperti ibu rumah tangga pada
umumnya. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan diantaranya itu
memasak, mencuci, membersihkan rumah, serta menyiapkan keperluan
anak dan suami. Kagiatan yang dilakukan tersebut biasanya dimulai
setelah mereka melaksanakan sholat subuh,kemudian dilanjutkan dengan
mengerjakan pekerjaan rumah sampai pagi atau sampai ada pasien/tamu
yang datang untuk diurut. Setelah tamu/pasien tersebut pulang,
perempuan-perempuan ini kemudian melanjutkan pekerjaan rumah lain
yang belum sempat dikerjakan. Hal ini terus berlanjut hingga sore, bahkan
malam. Mereka senantiasa melaksakan aktivitas atau pekerjaan rumah
dengan santai dan fleksibel. Di antara keluarga perempuan yang menjalani
peran ganda ini bahkan ada yang turut membantu mengerjakan pekerjaan
rumah.
b) Kegiatan ketika bekerja sebagai dukun urut (Pijat)
Berdasarkan observasi atau pengamatan yang dilakukan pada bulan
November 2021– Desember 2022, kegiatan perempuan yang menjalankan
peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dukun urut (pijat) ini sebagai
seorang dukun urut (pijat) yaitu mengurut, terdapat kegiatan lain yang
dilakukan, diantaranya yaitu mengerok, memandikan bayi, membuat
ramuan (popol/sapih dan resep obat tradisional. Kegiatan ini tidak
dilakukan oleh semua dukun urut (pijat) yang diteliti, melainkan terdapat
126
beberapa yang kegiatannya hanya mengurut saja. Salah satu di antara
perempuan-perempuan yang diteliti oleh peneliti yaitu ibu Suhaenah,
dimana kegiatan atau aktivitas yang biasanya dilakukan sebagai seorang
dukun urut (pijat) yaitu menguru, mengerok, memandikan bayi, melulur,
dan sebagainnya.
Kegiatan yang dilakukan oleh perempuan-perempuan ini sebagai seorang
dukun urut (pijat) ini bukan hanya dilakukan atau dikerjakan di rumah
perempuan dukun urut (pijat) saja, melainkan juga di rumah pasien/tamu
mereka. Kegiatan ini dilakukan mulai dari hari sampai dengan malam hari,
sesuai dengan tamu/pasien yang datang berkunjung. Perempuan dukun
urut (pijat) ini melakukan pekerjaannya setiap hari, mulai dari hari senin
sampai dengan minggu. Adapun dalam menerima pasien, perempuan ini
seringkali pergi ke rumah pasien/tamu yang bersangkutan, ada yang
dijemput oleh tamu/pasien tersebut, namun ada pula yang tidak.
Alat yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaannya
Dalam pengamatan dan observasi yang dilakukan di atas, peneliti
melihat dan mengamati bahwa terdapat alat/perlengkapan yang
dibutuhkan dalam menjalankanpekerjaannya sebagai seorang dukun
urut (pijat), diantaranya yaitu : handbody dan atau minyak
oles/kelapa/pijat, karpet/kain yang digunakan untuk alas, uang koin
yang digunakan untuk mengerok, bahkan ada juga yang menggunakan
bawang untukmenngerok anak balita.
Proses/kegiatan apa saja yang dilakukan ketika sedang menerima pasien
Dalam menjalankan kegiatannya sebagai seorang dukun urut (pijat),
perempuan ini mengurut pasien dengan tangan ( terkadang kedua
tangan, terkadang hanya satu tangan). Namun, sebelum pasien/tamu
diurut, permepuan dukun urut(pijat) ini mengoleskan minyak/handbody
ke bagian yang akan diurut agar mempermudah proses mengurut. Untuk
kegiatan mengerik/mengerok pun sama, perempuan dukun urut ini
membalurkan minyak/handbosy terlebih dahulu, kemudian aru
mengerok/mengerik dengan koin/bawang untuk anak balita.
127
2. Mengamati anggota keluarga perempuan yang bekerja sebagai dukun urut
(pjat) sekaligus sebagai ibu rumah tangga
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada bulan November – desember
2022, peneliti menemukan bahwa nggota keluarga perempuan yang menjalani
peran ganda sebagai dukun urut (pijat) ini kurang membantu
kegiatan/aktivitas yang dikerjakan baik itu pekerjaan rumah tangga
maupunpekerjaan yang lainnya. Namun meskipun demian, terdapat juga
anggota keluarga yang turur membentu mengerjakan pekerjaan rumah.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, para suami dari perempuan dukun
urut(pijat) ini memiliki profesiatau pekerjaan yang tidak menentu (serabutan),
mereka berdiam di rumah dan melakukan pekerjaan lain yang sekiranya bisa
mereka kerjakan, terkadang para suami ini juga mengantarkan istri
(perempuan dukun urut/pijat) ke rumah pasien/tamu mereka. Sedangkan
untuk anak-anak mereka, sebagian besar anak-anak dukun urut (pijat) ini
masih bersekolah (SMP, SMA, Perguruan Tinggi), sehingga mereka tidak
cukup banyak membantu pekerjaan atau aktivitas ibu (perempuan dukun
urut/pijat) mereka.
3. Mengamati pasien yang memakai jasa perempuan yang bekerja sebagai
dukun urut (pijat)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, psien/tamu yang dating ke
perempuan dukun urut (pijat) ini sebagaian besar perempuan, meskipun ada
juga yang laki-laki. Pasien/tamu ini berasal dari berbagai tempat, adayang
dekat bahkan juga da yang jauh, hal ini dibuktikan dengan adnaya
pasien/tamu yang datang dengan berjalan kaki, menaiki motor, dan juga
menaiki mobil. Kebanyakan dari mereka datang untuk dipijat, dikerok/kerik,
dan sebagainnya. Mereka dating biasanya tidak sendirian, melainkan bersama
anak ataupun anggota keluarga yang lain, bahkan ada juga yang megajak
teman/tetangga mereka. Adapun upah/bayaran yang diberikan oleh
pasien/tamu ini sebagaian besar anatara 30 ribu-100 ribu rupiah, uang tersebut
128
dimasukkan ke dalam amplop putih, beru kemudian diberikan setelah mereka
selesai diurut dan sebagainnya.
129
Lampiran 4. Dokumentasi
Foto bersama ibu Eti Foto bersama ibu Eneng
Foto bersama ibu Suhaenah Foto bersama ibu Adah
130
Foto penampakan rumah ibu
Suhaenah
Foto Penampakan rumah ibu Eti
Foto Penampakan Rumah Ibu Adah Foto penampakan rumah Ibu Eneng
Foto Penampakan rumah ibu Adah Foto Penampakan rumah ibu Eneng
131
Foto ketika ibu Adah sedang memijat
pasienn
Foto ketika Ibu Suhaenah sedang
Memijat Pasien
Foto Ketika Ibu Eneng sedang
memijat Pasien
Foto Ketika Ibu Eti sedang
memijat/mengerok pasien
Foto ibu Adah sedang
mengepel
Foto Ibu Eti sedang
mengepel
Foto Ibu Suhaenah
sedang menyapu
132
Foto ibu Suhaenah sedang
memasak
Foto Ibu Eneng sedang
memasak
Foto ibu Eti sedang
Menjemur pakaian
Foto alat-alat yang digunakan oleh ibu Suhaenah untuk mendukung proses
mengurut
Foto alat-alat yang digunakan
oleh ibu Eneng untuk
mendukung proses mengurut
Foto alat-alat yang digunakan
oleh ibu Adah untuk
mendukung proses mengurut
133
Foto ketika bersama
pasien dan ketika pasien
sedang menunggu di
rumah ibu Eneng
Foto ketika keluarga ibu
Adah sedang berkumpul
di Rumah
Foto Bersama Bapak
Unus (keluarga ibu
Eneng)
Foto bersama bapak
Supriyanto (keluarga
Ibu Adah)
Foto bersama ibu Elo
(keluarga Ibu Eti)
Foto bersama ibu
Mela (keluarga ibu
Suhaenah)
Foto bersama pasien ibu
Eneng
Foto bersama pasien ibu
Adah
Foto bersama pasien ibu
Suhaenah
137
Lampiran 7. Biografi Penulis
Sevi Nur Jannah atau biasa dipanggil Sepi,
merupakan anak yang lahir di Tangerang, 26 September
1998. Penulis lahir dari keluarga sederhana yang cukup
bahagia. Anak bungsu yang lahir dari Ibu Nengsih dan
Bapak Yunus Domo. Memiliki 3 orang saudari,
diantaranya Yulisyah, Alin (alm) dan Nurhasanah.
Memiliki 2 keponakan yang sangat lucu dan bawel, serta
tinggal di lingkungan yang ramah dan penuh kekeluargaan.
Penulis bertempat tinggal di Kp. CIbarengkok, Rt 01/03
No. 98 Desa Pengasinan Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis dimulai dengan SDN
Babakan 2 (2006-2011), kemudian dilanjutkan ke jenjang berikutnya di MTs
Pembangunan Nurus Islam 1408 (2011-2014), dan berikutnya di MAN 1 Kota
Tangerang Selatan (2014-2017). Kemudian pada tahun 2017, penulis melanjutkan
pendidikan ke Perguruan Tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
program studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial dengan konsentrasi Sosiologi.
Selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi ini, penulis bertemu dengan
banyak sekali orang dengan berbagai pemikiran dan sudut pandang yang berbeda.
Penulis sangat bersyukur kerena dapat memperoleh wawasan dan pengalaman
yang luar biasa yang nantinya dapat berguna bagi kehidupan penulis setelah lulus
dari kampus ini.
Adapun pengalaman organisasi internal kampus yang pernah penulis ikuti
diantaranya yaitu Himpunan Qori-Qoriah (HIQMA) UIN Jakarta sebagai salah
satu anggota. Adapun organisasi eksternal kampus yang pernah diikuti yaitu
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Penulis juga pernah mengikuti beberapa
kegiatan kepanitiaan dankegiatan relawan, baik di dalam kampus maupun di luar
kampus. Selain itu pula, penulis juga pernah melakukan beberapa penelitian
lapangan pada mata kuliah Sosiologi Pesedaan dan Perkotaan serta mata kuliah
terkait lainnya. Penulis pernah mengajar sebagai guru pengganti di MTs
Pembangunan Nurul Islam serta telah menjalani praktek mengajar di MAN 1 Kota
Tangerang Selatan. Bila terdapat pertanyaan yang ingin diajukan kepada penulis,
silahkan hubungi melalui e-mail: [email protected].
.