Post on 08-Apr-2023
MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN
ANTAR UMAT BERAGAMA
Studi Kasus : Komunitas Suara Kampung Sawah, Bekasi.
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Prayogo Pangestu
(11141110000048)
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
STUDI KASUS : KOMUNITAS SUARA KAMPUNG SAWAH, BEKASI.
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 September 2018
Prayogo Pangestu
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa :
Nama : Prayogo Pangestu
NIM : 11141110000048
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :
MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
STUDI KASUS : KOMUNITAS SUARA KAMPUNG SAWAH, BEKASI.
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji .
Jakarta, 27 September 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi, Pembimbing,
FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Ahmad Abrori, M.Si,
NIP. 197609182003122003 NIP.19760225200501005
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
STUDI KASUS : KOMUNITAS SUARA KAMPUNG SAWAH, BEKASI.
Oleh
Prayogo Pangestu
11141110000048
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Oktober 2018.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris,
Dr. Cucu Nurhayati M.Si. Dr. Joharotul Jamilah, M. Si
NIP. 197609182003122003 NIP. 196808161997032002
Penguji I, Penguji II,
Saifuddin Asrori, M.Si Mohammad Hasan Ansori,Ph.D
NIP. 197701192009121001 NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 9 Oktober 2018
Ketua Program Studi Sosiologi,
FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M. Si
NIP. 197609182003122003
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis modal sosial dan Kerukunan Antar Umat Beragama
melalui Komunitas Suara Kampung Sawah (KSKS) Bekasi . Tujuan penelitian ini
keberadaan Komunitas Suara Kampung Sawah sebagai modal sosial di
masyarakat Kampung Sawah, Bekasi. Bagaimana Modal Sosial yang terdapat di
masyarakat Kampung Sawah, Bagaimana Peran Komunitas Suara Kampung
Sawah dalam menjembatani nilai-nilai kerukunan antar umat beragama di
Kampung Sawah, Bekasi. Selain itu peneliti tertarik melihat proses Komunitas
Suara Kampung Sawah berusaha melakukan bridging menjembatani dan
mengedukasi nilai kerukunan kepada masyarakat, sehingga nilai kerukunan
menjadi ciri khas masyarakat di Kampung Sawah, Bekasi.
Kajian ini menggunakan kerangka konsep social capital tentang Kerukunan
Antar Umat Beragama di Kampung Sawah, Kota Bekasi melalui keberadaan
Komunitas Suara Kampung Sawah (KSKS). Peran dari Komunitas SKS yaitu
menjembatani persebaran informasi dan budaya kerukunan yang ada di Kampung
Sawah, Bekasi. Menurut Robert Putnam, apa yang dilakukan Komunitas SKS
merupakan cara untuk memperkuat modal sosial yang sudah ada di masyarakat
Kampung Sawah melalui kepercayaan, norma dan jaringan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan
menggunakan studi kasus (case study) pada aktivitas Komunitas SKS. Dalam
pengumpulan data, dilakukan observasi, wawancara mendalam (in-dept interview)
daan dokumentasi kegiatan di masyarakat. Sedangkan studi dokumen juga
dilakukan baik itu pada dokumen yang sudah tercatat seperti dokumen SK Notaris
Komunitas Suara Kampung Sawah, dokumen pribadi maupun tulisan – tulisan
(koran, website) dan draft action program acara siaran radio serta foto-foto
kegiatan, berita acara kegiatan yang dibuat subjek penelitian. Sedangkan dalam
analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dna penarikan
kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat trust dalam
masyarakat Kampung Sawah tercermin pada kegiatan gotong royong saat hari
raya lebaran dan natal serta tradisi Ngejotin saling berbagi antar sesama. Terdapat
pula, pada aktivitas siaran radio, terbitan koran, website dan FGD. Kemudian,
norma terbentuk pada tradisi sedekah bumi di Kampung Sawah, Bekasi. Pada hal
ini jaringan terdapat aktivitas yang terbentuk seperti temu kangen, silaturahmi
kebangsaan dan buka puasa bersama. Maupun, aktivitas Komunitas SKS dengan
menjembatani nilai kerukunan dan persaudaran di Kampung Sawah, Bekasi.
Kata Kunci : Kerukunan, Komunitas Suara Kampung Sawah (KSKS), Modal
Sosial.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
Karunia-Nya, penulis selalu diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat berserta salam penulis haturkan salam kepada Nabi Muhammad
SAW yang selalu memberikan syafa`at kepada penulis.
Penulisan skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Jurusan Sosiologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan doa dan
bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak dengan keikhalasannya membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis dengan senang hati ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya lebih khusus kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yaitu Bapak Prof. Dr. Zulkifli,
MA.
2. Ketua dan Sekertaris Program Studi Sosiologi yaitu Ibu Dr. Cucu Nurhayati,
M.Si dan Ibu Dr. Joharotul Jamilah. M.Si.
3. Bapak Ahmad Abrori, M,Si. Selaku Dosen pembimbing skripsi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang mendalam saya ucapkan
atas bimbingan, memberikan motivasi dan ilmunya serta kesabaran yang
telah beliau berikan kepada penulis. Semoga Allah selalu melimpahkan
berkah dan karunia -Nya kepada beliau.
4. Segenap Dosen dan Para staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa kuliah dan
memudahkan segala pengurusan masa kuliah penulis.
vii
5. Ketua, Sekretaris, Para anggota Komunitas Suara Kampung Sawah terdiri
dari Pak Edy PP, Bang Yuherisman dan lain yang tidak bisa disebutkan
semuanya. Terima kasih banyak atas meluangkan waktunya sharing dan
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Para tokoh, sesepuh Kampung Sawah ada bapak Kh. Rahmaddin afif, Pak
Jacob Napiun, Pak Matheus Nalih dan lain-lain warga Kampung Sawah yang
telah meluangkan waktunya sharing terkait masyarakat Kampung Sawah,
Bekasi.
7. Kedua orang tua penulis ayahanda Bapak Azhari dan Ibunda Titi Kirana,
M.Pd, Terima kasih banyak bapak dan ibunda ku tercinta atas berkat
motivasi dan doa yang tidak terhentinya dipanjatkan serta dukungan moril
dan materil yang tidak terhitung besarnya telah diberikan semoga saya bisa
menjadi suatu menjadi suatu kebanggan dan diberikan kesuksesan semata
untuk ayah dan ibu didunia dan diakhirat.
8. Keluarga Besar H. Abdul Somad dan Bapak Suryanto (Banten) yang telah
memberikan dukungan doa dan motivasi bagi penulis.
9. Nenek-ku tercinta Ibunda Hj.Hadijah yang telah mendoakan tiada
terhentinya dipanjatkan untuk kemudahan penulis. Kepada Adik tercinta
Galih Hadiwijoyo yang telah meminjamkan laptop bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kawan-kawan Seperjuangan MAN 2 Jakarta, lebih khususnya kepada
angkatan Kelas sosgeomi yang telah mengingatkan dan mendoakan agar
penulis lancar dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Kawan-kawan Seperjuangan SMP 257 Jakarta angkatan tahun 2011, yang
telah mengingatkan dan mendoakan agar penulis lancar dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Kawan-kawan Seperjuangan MI Assalafiyah Jakarta, lebih khususnya
kepada angkatan MI tahun 2008, yang telah mengingatkan dan mendoakan
agar penulis lancar dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Keluarga Besar Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi, ada Abang Asnawi
S.Th.I, Abang Hilman Hidayat S.Sos, Abang Helmi Suhaimi S.Th.I, Abang
viii
Hisyam SH, Abang Farhan Syatiri S.Sos, Abang Jamaluddin ST, Izhar
syafawi, Ahmad Fadilah, Hazmi, Lukman, Fahmi, Hasbi, Oji, fadel, Ainul,
Reza, Riski, Bikri, Mpo Devi, Pute, Azkiyah, Mae, Suci, Siva, jeje, dan
angkatan Oplet FKMB dan lain tidak bisa dapat penulis sebutkan satu
persatu. Terima kasih atas dukungan dan semangat bagi penulis. Betawi
maju Indonesia Jaya …
14. Teman – Teman Seperjuangan KKN Yassir 54, ada Ramadhon, Fadil, ilham,
Sahrul, Aziz, Wiwi, Karvin, Fawa, Dwi, Yuni, Asri, Amel, Tina, Ulfah dll,
Terima kasih semuanya.
15. Teman – Teman tempat tinggal penulis Gg. Tadho ada bang Ali, Aldo, Acep,
Robi, Uli, dll. Terima Kasih untuk semuanya.
Jakarta, 27 September 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Pernyataan Bebas Plagiarism……………………………………………………. ii
Persetujuan Pembimbing Skripsi…………………………………………...…… iii
Pengesahan Panitia Ujian Skripsi ………………………………………………. iv
Abstraksi……………………………………………………………………….… v
Kata Pengantar ………………………………..………………………………... vi
Daftar isi ……………………………………..……………………………….... ix
Daftar Table…………………………………..…………………….…….……... xi
Daftar Gambar ……………………………………………………………....... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah……………………………...……………………………. 1
B. Pertanyaan Masalah ………………………………………...………………… 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………...……….. 5
D. Tinjauan Pustaka ………………………………………………………………. 7
E. Kerangka Teoritis ……………………………………………………………… 10
F. Metode Penelitian …………………………………………………………….... 15
G. Metode Analisis Data ………………………………………………………….. 23
H. Sistematika Penulisan ……………………………………………………….… 24
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………………………..…... 25
A.1 Letak Geografis dan Demografis ……………………………………..…… 25
A.2 Kondisi Kehidupan Sosial dan Keagamaan............................................... 27
B. Deskripsi Lokasi Studio Komunitas Suara Kampung Sawah…………..….... 29
C. Sejarah berdirinya Komunitas Suara Kampung Sawah, Kota Bekasi…..... 30
D. Profil Komunitas Suara Kampung Sawah, Kota Bekasi………………….…. 33
x
E. Keanggotaan Komunitas Suara Kampung Sawah…...………………………. 34
F. Kegiatan Komunitas Suara Kampung Sawah………………………………... 36
BAB III HASIL DAN ANALISA PENELITIAN
A. Modal Sosial di Masyarakat Kampung Sawah, Bekasi………………...… 40
1. Kepercayaan Sebagai Fondasi Kerukunan Umat Beragama di Kampung
Sawah, Bekasi……………………………………………………...…….. 40
2. Norma Kerukunan Antar Umat Beragama di Kampung Sawah Bekasi.... 58
3. Jaringan sosial yang dibentuk komunitas Suara Kampung Sawah untuk
menyuarakan kerukunan antar umat beragama…………………..……… 65
B. Peran Komunitas Suara Kampung Sawah Dalam Me-Bridging Nilai-Nilai
Kerukunan……………………………………………………………...…. 70
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………...…… 73
B. Saran……………………………………………………………........………. 75
Daftar Pustaka…………………………………………………...…...………… xiii
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data informan penelitian…………………………………………….…. 17
Tabel 2.1 Tabel Pekerjaan Penduduk Kelurahan Jatimurni Bekasi Tahun 2017…… 27
Tabel 2.2 Data Penduduk Menurut Agama Lokasi Penelitian………………………. 28
Tabel 2.3 Sarana Rumah Ibadah Kelurahan Jatimurni Bekasi Tahun 2017…………28
xii
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.1 Peta Lokasi Kampung Sawah……………………………………………. 29
Tabel 2.2 Siaran Radio Komunitas Suara Kampung Sawah……………………….. 36
Tabel 2.3 Buletin Koran Komunitas Suara Kampung Sawah………………………. 37
Tabel 2.4 Website Komunitas Suara Kampung Sawah…………………………….. 42
Tabel 3.1 Kegiatan Keamanan Lalu Lintas Oleh Umat Nasrani Pelaksanan Hari
Idul Fitri di Masjid Al Jauhar Yasfi Tahun 2018…………………. 41
Tabel 3.2 Kegiatan Siaran Radio Komunitas Suara Kampung Sawah…………….. 45
Tabel 3.3 Kegiatan Menerbitkan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah……….. 49
Tabel 3.4 contoh bentuk tulisan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah……. 51
Tabel 3.5 contoh bentuk tulisan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah…...52
Tabel 3.6 Kegiatan Website Komunitas Suara Kampung Sawah……………… 53
Tabel 3.7 Fokus Group diskusi di Kelurahan Jatimurni tahun 2016…………… 55
Tabel 3.8 Fokus Group diskusi di Kelurahan Jatimurni tahun 2016…………… 56
Tabel 3.9 Kegiatan Sedekah Bumi di Gereja Santo Servatius tahun 2018….. 60
Tabel 3.10 Ngaduk dodol Sedekah Bumi di Gereja Servatius tahun 2018…. 63
Tabel 3.11 Kegiatan Temu Kangen di Kelurahan Jatimurni tahun 2016…66
Tabel 3.12 Silaturahmi Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama tahun 2018…. 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Kerukunan antar umat beragama merupakan unsur penting dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat. Di Indonesia dalam hal ini kerukunan menjadi
bagian penting seperti halnya semboyan Bhineka Tunggal Ika yang menjadi nilai
yang di maknai bersama.
Bentuk pendukung terjadinya kerukunan antar umat beragama di Indonesia,
antara lain adanya sifat bangsa Indonesia yang religius dan terdapat nilai-nilai
luhur budaya yang telah berakar dalam masyarakat seperti gotong royong, saling
menghargai atau menghormati, kebebasan menjalankan praktik ibadah sesuai
agamanya, kerja sama di kalangan intern umat beragama, antar umat beragama
dan antara umat beragama dengan pemerintah. (Hertina, 2009 : hal 8).
Kerukunan antar umat beragama berguna untuk mewujudkan kesatuan
pandangan dan kesatuan sikap, guna melahirkan kesatuan perbuatan dan tindakan
serta tanggung jawab bersama, sehingga tidak ada pihak yang melepaskan diri
dari tanggung jawab atau menyalahkan pihak lain. Kemudian, dengan kerukunan
umat beragama menyadari bahwa masyarakat dan negara adalah milik bersama
dan menjadi tanggung jawab bersama untuk memeliharanya. (Toto Suryana, 2011
: hal 134-135).
2
Selain itu, kerukunan antar umat beragama bisa digunakan sebagai cara
meminimalisir potensi konflik keagamaan yang sering kali timbul di masyarakat
multkikutural seperti Indonesia. Beberapa kasus konflik keagamaan yang terjadi
di beberapa daerah seperti di Poso ,Ambon, Sunni Jawa timur, GKI Yasmin
Bogor dan lain-lain. (Firdaus M. Yunus, 2014 : hal 222).
Kemudian, Kasus konflik keagamaan ditemukan juga di Kota Bekasi seperti
halnya kasus HKBP Pondok Timur (kasus Ciketing), kasus penolakan warga
terhadap kegiatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), GPIB Komplek Galaxi,
Persoalan 3 Gereja di Manseng Bekasi Utara dan Kasus Gereja Santa Clara
Kelurahan Harapan Baru. (Ahsanul Khalikin & Fathuri, 2016 : hal 44).
Menurut riset setara institute tahun 2015 tentang indeks kota toleran,
menunjukan ada 94 Kota di Indonesia yang memiliki indeks paling toleran teratas
yaitu Pematang Siantar, Salatiga, Singkawang, Manado dengan indeks 1,47
sedangkan, kota Bekasi menunjukkan berada di posisi 10 kota toleran terbawah
yaitu 93 dari 94 Kota. Dalam hal ini kota bekasi memiliki indeks 4,68. Kemudian,
indeks kota toleran tahun 2017 menampilkan bahwa kota Bekasi mengalami
kemajuan signifikan yaitu pada tahun 2015 berada peringkat kedua terendah di
peringkat 93 kota menjadi posisi peringkat 53 pada tahun 2017. (http://setara-
institute.org).
Selain itu data Kementerian Agama kota Bekasi tahun 2014, secara
berurutan yaitu : Islam dengan pemeluk agama 2.146.807 jiwa, Kristen 182.106
jiwa, Katolik 74.759 jiwa, Hindu 27.952 jiwa, Budha 38.450 jiwa, Konghucu 201
3
jiwa. Kemudian, data yang telah disebutkan di atas tentang jumlah penganut
agama, menunjukkan bahwa agama yang ada di kota Bekasi ini dapat hidup
berdampingan dengan baik.
Seperti fakta lainnya yang mendukung kerukunan dan toleransi di Kota
Bekasi yang berkembang cukup baik, dapat dilihat pada terpeliharanya rumah
ibadat dari berbagai agama yang ada di Kota Bekasi, menurut data Kementerian
Agama tahun 2014, untuk Islam terdapat 950 masjid 1.470 mushalla, Kristen
memiliki 78 gereja (definitif) dan 187 rumah ibadat di rumah tinggal, mall, ruko,
hotel yang dijadikan tempat ibadah. Katolik memiliki 6 gereja (definitif), Hindu 2
Pura dan 12 tempek. Budha memiliki 9 Vihara dan Konghucu memiliki 1
Kelenteng. (Ahsanul Khalikin & Fathuri, 2016 : hal 43-44).
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menemukan fenomena kerukunan
antar umat beragama di daerah Kampung Sawah, Kota Bekasi. Kerukunan
tersebut sudah ada di Kampung Sawah sudah terjalin sejak dahulu, ditandai
dengan adanya rumah ibadat berdiri berdampingan seperti Masjid Al-Jauhar Yasfi
Sabilillah dengan Gereja Katolik Santo Servatius dan Gereja Kristen Pasundan.
Kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah dibentuk dari adanya
kerukunan antar masyarakat, seperti halnya kegiatan ngeriung bareng dan saling
mengunjungi antar sesama saudara dan warga dalam hari raya keagamaan. Wujud
kerukunan antar warga di Kampung Sawah tercermin dalam acara-acara besar
keagamaan seperti Idul Fitri atau Natal maupun Paskah terdapat warga yang turun
langsung turun kejalan dalam mengamankan kegiatan keagamaan dan
4
menyediakan lahan parkir bagi umat beragama di Kampung Sawah dalam hari
raya besar keagamaan. (Wartakota, 27/06/2017).
Salah satu sumbu penjaga kerukunan adalah Komunitas Suara Kampung
Sawah di Bekasi. Radio komunitas ini tak henti-hentinya menyuarakan isu
persaudaran. Hal ini dengan pertemuan sejak November 2012 dari berbagi unsur
lintas kelompok keagamaan yang ada di Kampung Sawah, Bekasi terbentuk visi
radio ini yaitu memelihara persaudaran warga Kampung Sawah. (Kompas,
20/9/2014).
Oleh karena itu, kerukunan dan persaudaraan yang sudah terbentuk sejak
dahulu. Maka, dengan itu dibuatlah kegiatan yang dapat dijadikan sarana untuk
meningkatkan masyarakat tentang nilai-nilai yang sudah puluhan tahun terbentuk.
Keberadaan Komunitas Suara Kampung Sawah berusaha melakukan bridging
menjembatani dan mengedukasi nilai kerukunan kepada masyarakat, sehingga
nilai kerukunan menjadi ciri khas masyarakat di Kampung Sawah, Bekasi.
Oleh karena itu peneliti merasa tertarik mengangkat persoalan tersebut
menjadi penelitian berjudul modal sosial dan kerukunan antar umat beragama
(studi kasus Komunitas Suara Kampung Sawah, Bekasi). Terdapat dalam metode
ini penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan
menganalisis persoalan ini peneliti menggunakan teori Kapital sosial yang
dijelaskan oleh prespektif Robert Putnam.
5
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Pertanyaan penelitian merupakan langkah yang paling penting dalam
penilitan ilmiah. pertanyaan penelitian berguna untuk mengatasi kerancuan dalam
pelaksanaan penelitian. berdasarkan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan
Pernyataan Penelitian yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian
tersebut dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Modal Sosial yang terdapat di masyarakat Kampung Sawah ?
2. Bagaimana Peran Komunitas Suara Kampung Sawah dalam menjembatani
nilai-nilai kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah, Bekasi ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Secara umum kajian ini ingin memperoleh gambaran tentang sejauhmana
modal sosial masyarakat Kampung Sawah Bekasi terhadap kerukunan antar umat
beragama. Penelitian ini berusaha menjelaskan mengenai peran Komunitas Suara
Kampung Sawah dalam menjembatani nilai-nilai kerukunan antar umat beragama
di Kampung Sawah, Bekasi. Kemudian, dari latar belakang dan pertanyaan
penelitian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
a) Untuk menggambarkan peran kapital sosial yang terdapat dalam kerukunan
antar umat beragama melalui Komunitas Suara Kampung Sawah di Kampung
Sawah, Bekasi.
6
b) Untuk mengetahui serta menemukan cara dalam memelihara kerukunan antar
umat beragama, sehingga dapat digunakan sebagai contoh referensi bagi
masyarakat di daerah lain.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
A. Secara Teoritis,
Penelitian ini bermanfaat mengembangkan kajian keilmuan, khususnya
untuk mendeskripsikan tentang teori capital sosial yakni melihat
kerukunan antar umat beragama melalui Komunitas Suara Kampung
Sawah dalam upaya menjembatani kerukunan antar umat beragama di
Kampung sawah Bekasi.
B. Secara Praktis
- Bagi Pemerintah
Peneliti berharap hasil penelitian yang diperoleh dapat bermanfaat
untuk memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam
melestarikan kearifan lokal yakni Kerukunan Antar Umat Beragama di
Kampung Sawah.
- Bagi Masyarakat Sekitar
Peneliti berharap kepada masyarakat baik dari asli penduduk Kampung
Sawah ataupun luar Kampung Sawah agar dapat menghormati kearifan
lokal ada di Kampung Sawah serta dapat memanfaatkan keberadaan
7
Komunitas Suara Kampung Sawah sebagai modal sosial untuk
melestarikan Kerukunan.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Saifuddin Asrori dalam Tesis (Universitas Indonesia, 2008) berjudul “Studi
Sosiologis Forum Konsultasi Dan Komunikasi Umat Beragama (FKKUB)
Provinsi DKI Jakarta”. menganalisa konsep sosial capital tentang dialog antar
organisasi-organisasi keagamaan yang tergabung dalam FKKUB. Pendekatan ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan studi kasus (case study) pada aktivitas
FKKUB. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa FKKUB menjalankan perannya
berlandaskan pada nilai-nilai agama bagi terciptanya hubungan antar umat
beragama yang bersifat dialogis dan keberhasilan dialog dengan model FKKUB
terletak pada hubungan yang saling mempercayai (mutual trust) antar anggota
yang secara bersama terbuka membicarkan solusi permasalahan keagamaan serta
peran konsultasi FKKUB dapat dilihat upaya mereka dalam melakukan
pembangunan wacana kerukunan dalam kehidupan beragama dan aksi bersama.
M Adlin Sila (2017) dalam risetnya berjudul “Kerukunan Umat Beragama
di Indonesia Mengelola Keragaman dari Dalam”, menganalisa penawaran ruang
dialog yang lebih luas antara pemerintah dan masyarakat sipil untuk bersama-
sama mencari sebuah titik temu atau jalan tengah (middle way) antara
penghormatan terhadap hak komunal dengan pemberian jaminan akan hak-hak
individual khusunya dalam beragama. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan jenis penelitian studi literature. Teori yang digunakan dalam
8
penelitian ini adalah teori kebudayaan dominan culture dalam Antropologi. Hasil
penelitiannya menjelaskan budaya domina culture tersebut menjadi acuan dalam
membangun hubungan antar kelompok masyarakat di Indonesia, sehingga tercipta
hubungan sosial yang harmonis. Pengelolaan keragaman yang didalamnya
pemberian jaminan kebebasan beragama dengan yang merujuk pada agama
sebagai nilai dominan.
Syamsudduha Saleh (2013) dalam risetnya berjudul “Kerukunan Umat
Beragama di Denpasar Bali”, menjelaskan kehidupan multicultural di Denpasar.
Cara mereka hidup berdampingan dengan kehidupan harmonis, bagaimana
mereka mengalami gesekan karena perbedaan agama dan etnis. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan interdisipliner yaitu
Antropologi dan Ilmu Sosial. Hasil penelitiannya menjelaskan hubungan antar
umat beragama di Denpasar adalah kesadaran masyarakat akan keberadaan
sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan harmonis di Denpasar
didasarkan oleh sikap saling menghormati dan saling menghargai atas perbedaan
agama masing-masing.
Mustolehudin (2016) dalam risetnnya “Relasi modal Sosial Dan Kerukunan
Umat Beragama : Studi Kasus Di Kecamatan Larangan, Brebes”, menjelaskan
dinamika kehidupan sosial keagamaan di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes
menggunakan prespektif modal sosial dengan membahas potensi kerukunan
masyarakat serta keterkaitan modal sosial hubungannya dengan kerukunan umat
beragama. Metode penelitian ini menggunakan mix method penggabungan antara
data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini kerukunan di masyarakatnya
9
cenderung disebabkan oleh praktik-praktik tradisi lokal yang masih dilestarikan
oleh sebagian besar masyarakat seperti, tradisi unggah-ungahan, udun-udunan,
sedekah bumi, manten abu, upacara adat manten dan puputan rumah.
Sebagai pembanding, berikut ini adalah persamaan serta perbedaan antara
literatur sebelumnya dengan penelitian ini.
Pertama, penelitian Saifuddin Asrori (2008) sama-sama menggunakan
metode kualitatif dan studi kasus (case study). Ia juga berfokus pada kapital sosial
dalam menjelaskan dialog organisasi keagamaan. Penelitian sangat relevan
dengan bahasan yang akan peneliti kaji, tetapi peneliti memiliki objek penelitian
yang berbeda yaitu Kerukunan Antar Umat Beragama di Kampung Sawah,
Bekasi.
Kedua, penelitian Adlin Sila (2016) memiliki fokus penelitian yang sama
yaitu kerukunan umat beragama, ia menggunakan teori dominan culture. Bahasan
penelitian ini cukup relevan dengan penelitian yang akan penelti tulis, tetapi teori
yang akan peneliti gunakan berbeda yaitu kapital sosial untuk membahas
Kerukunan Antar Umat Beragama di Kampung Sawah, Bekasi. .
Ketiga, penelitian Syamsudduha Saleh (2013) memiliki fokus yang sama
yaitu kerukunan antar umat beragama, ia menggunakan pendekatan antropologi.
Pembahasan kerukunan antar umat beragama yang dibahas dalam penelitian
Syamsudduha Saleh cukup relevan dengan penelitian yang akan peneliti kaji,
tetapi peneliti mengambil teori yang berbeda untuk menjelaskan masalah
kerukunan antar umat beragama yaitu dengan teori kapital sosial.
10
Keempat, penelitian Mustolehudin (2016) memiliki fokus yang sama yaitu
kerukunan antar umat beragama. Teori yang digunakan pun sama yaitu modal
sosial. Perbedaannya terletak dalam metode penelitian dimana Mustolehudin
menggunakan metode gabungan sedangkan penelitian ini lebih menekankan
metode kualitatif untuk menjelaskan masalah kerukunan antar umat beragama.
E. KERANGKA TEORI
Teori Kapital Sosial
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori kapital sosial. Teori
ini dikembangkan oleh beberapa tokoh seperti James Coleman, Robert Putnam,
Fukuyama, Bourdiue dan Robert M.Z Lawang. Secara umum, menurut Bank
Dunia ada dua versi tentang kapital sosial. Pertama, Kapital sosial menunjuk pada
norma, institusi dan hubungan sosial yang membentuk kualitas interaksi sosial
dalam masyarakat. Kedua, kapital sosial menunjuk pada norma, institusi dan
hubungan sosial yang memungkinkan orang dapat berkerja sama (Lawang, 2004 :
213).
Konsepsi kapital sosial menurut Robert D. Putnam, dengan pertimbangan
bahwa rumusan Putnam mengenai kapital sosial lebih eksplisit, jelas dan
dikonstruksikan dari acuan pustaka yang lebih luas. Putnam secara tegas
mengatakan bahwa kapital sosial bersifat produktif, yaitu sesuatu yang
memungkikan terjadinya pencapaian tujuan tertentu dan tanpa kontribusinya
tujuan itu tidak akan tercapai (Lawang, 2004 : 212).
Tidak hanya itu, Robert D. Putnam menggambarkan kapital sosial sebagai
bagian-bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma dan jaringan
11
yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan
yang terkordinasi. Putnam juga memandang dalam masyarakat perlu adanya suatu
social networks serta norma yang mendorong produktivitas komunitas (Putnam,
1993 : 167).
Kuatnya jaringan relasi tersebut sebagai sumber dari capital sosial yang
menurut Putnam: “Hubungan sosial antar individu membentuk jaringan sosial dan
norma saling mempercayai (norms of Trust) yang tumbuh dari hubungan tersebut.
Capital sosial dalam pengertian ini dapat dipahami sebagai fenomena struktural
hubungan antar teman, ketetanggan dan kolega), dan fenomena budaya (norma-
norma sosial yang „memandu‟ adanya kerja sama).
Bagi Putnam, kelompok agama maupun sosial selalu ditandai dengan
adanya hubungan saling bertanggung jawab atas kelestarian nilai-nilai dan
budayanya, menegakkan aturan tingkah laku, dan mendorong norma saling
mempercayai, ketiga elemen ini melahirkan norma kepercayan bersama (norms of
generalized trust) yang dapat mendorong terciptanya keuntungan sosial dan
efisiensi. Dengan norma kepercayaan bersama itulah kelompok keagamaan dapat
menjalin hubungan dengan kelompok lainnya (Asrori, 2008 : 10-11).
Putnam (2000) dalam Asrori (2008) menjelaskan hal yang membedakan
bentuk kapital sosial menjadi bridging social capital (kapital sosial yang
menjembatani) dan bonding social capital (kapital sosial yang terikat). Pertama,
bridging social capital ditandai oleh hubungan sosial yang bersifat terbuka
(insklusif), para anggotanya mempunyai latar belakang yang heterogen. Orientasi
kelompok ini lebih ditekankan upaya-upaya bersama dalam mencari jawaban atas
12
permasalahan bersama dan mempunyai cara pandang keluar “outward looking”.
Kedua, bonding social capital , capital social dalam bentuk ini bersifat ekslusif,
keanggotaanya biasanya didasarkan atas berbagai kesamaan, seperti kesamaan
suku, etnis dan agama, hubungan antar individu bersifat tertutup, lebih
mengutamakan solidaritas dan kepentingan kelompok. (h. 11).
Kemudian, modal sosial itu lebih beroerintasi keluar dan mampu
membangun identitas yang lebih luas serta modal sosial juga lebih baik dalam
menggubungkan aset eksternal dan persebaran informasi (Putnam 2000 : 22-23).
Selain itu Putnam juga menambahkan bahwa modal sosial yang menjembatani
menghubungkan orang yang pada kenalan-kanalan jauh yang bergerak pada
lingkaran berbeda dengan lingkup mereka sendiri, hal ini cenderung membangun
identitas yang lebih luas dan resiproritas lebih banyak ketimbang meneguhkan
pengelompokkan sempit (Field, 2016: 106-107).
Dalam hal penelitian ini menjelaskan bahwa Keberadaan Komunitas Suara
Kampung Sawah berusaha melakukan bridging menjembatani dan mengedukasi
nilai kerukunan kepada masyarakat, sehingga nilai kerukunan menjadi ciri khas
masyarakat di Kampung Sawah, Bekasi. Setelah melihat dari berbagai pandangan
para ahli dapat disimpulkan bahwa capital sosial terdiri dari 3 elemen yaitu
Kepercayaan atau Trust, Norma, Jaringan. Elemen ini memiliki definisi masing-
masing dan untuk lebih jelasnya seperti halnya berikut ini :
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan bagian dari yang ada di kapital sosial. Putnam
seperti yang dijelaskan Hasbullah (2006, 11) mendefinisikan kepercayaan sebagai
13
suatu bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan sosialnya yang
didasari oleh perasaan yakin, bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti
yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang
saling mendukung.
Menurut Lawang mengenai kepercayaan didefinisikan sebagai “ hubungan
dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu
atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial” (Lawang, 2005 : 46).
Kepercayaan (trust) memiliki implikasi positif dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan suatu kenyataan bagaimana keterkaitan orang-orang
yang memiliki rasa saling percaya (mutual trust) dalam suatu jaringan sosial
memperkuat norma-norma mengenai keharusan untuk saling membantu (Syahra,
2003 :6).
Kemudian, Lawang berpendapat ada beberapa bagaimana kepercayaan akan
terwujud yaitu, karena kedua individu atau kelompok saling kenal, karena
individu atau kelompok mempunyai nilai yang sama, karena kedua individu atau
kelompok memiliki kepentingan yang sama, karena kedua individu atau kelompok
saling percaya saja, karena kedua individu atau kelompok memiliki espektasi yang
bisa dipenuhi jika keduanya berkerja sama, dan kedua individu atau kelompok
berkomitmen pada nilai dan norma yang ada (2005 : 54-55).
b. Norma
Putnam melihat bahwa aspek terpenting dari norma adalah aspek resiprositas-
nya (timbal balik). Norma yang berasal dari resiprositas atau juga disebut Putnam
sebagai the norm of generalized resiprocity berfungsi sebagai pemecah problem
14
yang kerap muncul secara lebih efisien dalam konteks tindakan kolektif. Selain itu
the norm of generalized resiprocity juga memunculkan solidaritas dan
mendamaikan kepentingan pribadi (Putnam, 1993a : 172).
Sedangkan, R. Lawang berpendapat norma merupakan pengontrol perilaku,
sebagai penjaga nilai dan juga penjaga antara status dan peran. Norma juga
dikatakan berasal dari pertukaran yang menguntungkan dan tidak bersifat sekali
jadi. Artinya pertukaran tersebut terjadi beberapa kali ataupun berulangkali hingga
pihak yang saling melakukan pertukaran tersebut merasa memilik hak dan
kewajiban. Kemudian, norma juga bersifat resiprokal atau timbal balik dimana
kedua belah pihak yang memiliki norma tersebut terkait dengan hak dan
kewajiban (Lawang, 2005 : 70 dan 100).
Resiprocity merupakan salah satu dari unsur modal sosial. Dalam hal ini,
terjadi tukar menukar kebaikan antar individu dan kelompok (Hasbullah 2006,
10). Sebagai contoh yang ditemui di masyarakat Kampung Sawah tradisi Sedekah
Bumi baik itu dilaksanakan Gereja Katolik Servatius ataupun Gereja Kristen
Pasundan yaitu dalam acara Ngaduk dodol terdapat umat lainya termasuk muslim
membantu melancarkan kegiatan Ngaduk dodol tanpa memandang latar belakang
agama.
c. Jaringan
Bagian dalam capital sosial adalah jaringan. Terdapat ahli yang memiliki
definisi mengenai konsep jaringan. Robert M. Z Lawang menjelaskan bahwa
“Jaringan yang dibahas dalam capital sosial menunjuk pada semua hubungan
15
dengan orang lain atau dengan kelompok lain yang memungkinkan pengatasan
masalah dapat berjalan efektif dan efisien (Lawang, 2005 :63).
Dalam hal ini jaringan menentukan seberapa kuat kepercayaan tumbuh. Bagi
Putnam “semakin besar kepadatan keanggotaan asosiasional dalam suatu
masyarakat semakin besar pula anggota-anggota warga masyarakat itu saling
mempercayai” (Putnam, 1995 : 73). Jaringan juga memberikan kemudahan untuk
saling berkerjasama dalam memperoleh manfaat secara kolektif.
Jaringan sendiri tidak terbentuk dengan sendirinya. Secara singkat Lawang
menyebutkan bahwa dalam membuka jaringan, media paling ampuh ialah
pergaulan dalam pengertian umum dengan membuka diri melalui berbagai media
(Lawang, 2005 : 63).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bahwa penelitian
kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami
makna yang oleh sejumlah individu atau kelompok orang yang berasal dari
masalah sosial atau kemanusian (Creswel, 2010: 4).
Kemudian, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
mengeksplorasi, memahami makna dalam kegiatan untuk menggambarkan proses
atau bentuk kerukunan di Kampung Sawah, Bekasi melalui keberadaan
Komunitas Suara Kampung Sawah (KSKS). Hal ini meliputi Komunitas Suara
Kampung Sawah (KSKS) yang terdiri anggota dan masyarakat dalam
16
menjembatani untuk melestarikan kerukunan antar umat beragama di Kampung
Sawah, Bekasi.
Sedangkan, Creswell (2010 : 20) menjelaskan pendekatan studi kasus
merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu.
Jenis Penelitian ini adalah studi kasus untuk memperdalam proses atau
bentuk kerukunan di Kampung Sawah, Bekasi melalui keberadaan Komunitas
Suara Kampung Sawah (KSKS) dengan metode tersebut akan lebih jelas dan
mudah untuk dipahami.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang peneliti ambil untuk melakukan penelitian ini adalah di
Kampung Sawah yang terletak di Kelurahan Jatimurni, Kota Bekasi. Peneliti
mengambil lokasi penelitian disini karena tertarik dengan keberadaan Komunitas
Suara Kampung Sawah dan juga peneliti tertarik dengan kerukunan yang ada di
Kampung Sawah. Walaupun, kerukunan sejak dahulu terjadi di masyarakat
Kampung Sawah. Akan tetapi, masih ada di masyarakat Kampung Sawah yang
menggunakan nilai-nilai kerukunan melalui media komunitas. Komunitas tersebut
yang menjadi fokus penelitian yaitu Komunitas Suara Kampung Sawah karena di
Kampung Sawah ini banyak masyarakat dan tokoh untuk ikut serta menjaga dan
melestarikan kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah. Keberadaan
Komunitas Suara Kampung Sawah menjadi salah satu cara melestarikan kearifan
17
lokal Kampung Sawah yaitu kerukunan antar umat beragama. Penelitian ini
membutuhkan waktu mulai dari awal Maret hingga bulan September 2018.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau sumber data adalah orang yang padanya melekat
data penelitian (Silalahi, 2010:250). Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
Komunitas Suara Kampung Sawah yang terdiri dari Ketua Komunitas Suara
Kampung Sawah, Sekertaris, anggota dan ketua bidang dalam Komunitas Suara
Kampung Sawah, serta tokoh pemerintahan setempat dan beberapa tokoh agama
dan masyarakat di Kampung Sawah.
Kemudian, unit analisis yang akan diteliti oleh peneliti adalah Keberadaan
Komunitas Suara Kampung Sawah berusaha melakukan bridging menjembatani
dan mengedukasi nilai kerukunan kepada masyarakat melalui peran media Radio,
Koran, Website dan kegiatan insidental yang merujuk kepada kerukunan antar
umat beragama.
Table 1.1
Data Informan
No
.
NAMA USIA JENIS
KELAMIN
AGAMA ETNIS PENDIDIKAN
1. Eddy Pepe 58 tahun Laki-Laki Katolik Betawi S1
2. Yuherisman 37 tahun Laki-Laki Islam Betawi S1
3. Nur Ali Akbar 42 tahun Laki-Laki Islam Betawi S1
4. Agustinus Janor 50 tahun Laki-Laki Katolik Flores S1
5. Irwan setiadi 30 tahun Laki-Laki Katolik Betawi S1
18
6. Dadang Kotong 42 tahun Laki-Laki Protestan Betawi SMA Sederajat
7. Eko Praptanto 53 tahun Laki-Laki Katolik Jawa S1
8. Kh.Rahmaddin
Afif
70 tahun Laki-Laki Islam Betawi S2
9. Yacob Napiun 62 tahun Laki-Laki Katolik Betawi SMA Sederajat
10. Matheus Nalih 54 tahun Laki-Laki Katolik Betawi S1
11. Muhammad Ali 47 tahun Laki-Laki Islam Betawi S2
12. Marvianus 34 tahun Laki-Laki Islam Betawi S1
13. H. Sudirman 66 tahun Laki-Laki Islam Betawi S1
14. Slamet Suryadi 40 tahun Laki-Laki Islam Betawi SMA Sederajat
15. Daden Supriana 47 tahun Laki-Laki Islam Betawi SMA Sederajat
Dalam penelitian ini di tetapkan beberapa informan sebagai berikut :
1. Ketua Komunitas Suara Kampung Sawah.
2. Sekertaris Komunitas Suara Kampung Sawah.
3. Perwakilan ketua bidang Komunitas Suara Kampung Sawah
4. Anggota Komunitas Suara Kampung Sawah.
5. Tokoh Pemerintahan Kelurahan Jatimurni.
6. Tokoh Agama dan Masyarakat di sekitar Kampung Sawah.
Penelitian ini dalam penentuan informan menggunakan secara Purposive
sampling (Pemilihan sampel bertujuan) berdasarkan atas siapa subjek yang ada dalam
posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Purposive sampling
tersebut digunakan berdasarkan tiga hal : Pertama, peneliti menggunakan pada kasus
unik dan membutuhkan orang infromatif. Kedua, peneliti menggunakan teknik untuk
memilih anggota yang sulit dijangkau, populasinya terspesialisasi. Ketiga, ketika
peneliti ingin mengetahui jenis fakta dari sebuah kasus untuk investigasi yang dalam.
19
Selanjutnya, pemilihan sampel secara Purposive pada sebuah penelitian harus
berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhan data
(Neuman, 2007:142-143).
Berdasarkan kriteria hal diatas, dalam penyeleksian subjek penelitian
sangat diperlukan dalam pertimbangan menurut kriteria khusus. Adapun, kriteria
pemilihan subjek penelitian ini yakni : Pertama, pada subjek merupakan ketua dan
sekertaris yang berpengaruh dalam Komunitas Suara Kampung Sawah. Kedua, subjek
memiliki afiliasi dan relasi terhadap Komunitas Suara Kampung Sawah. Ketiga,
subjek memiliki keterlibatan atau partisipasi langsung dalam aktifitas Komunitas
Suara Kampung Sawah. Pemilihan kriteria ini didasarkan atas efektifitas dan efisiensi
pada proses pengumpulan data.
Penelitian terhadap suatu komunitas atau organisasi selama ini dikenal
ekslusif memerlukan pendekatan tersendiri untuk memasuki medan penelitian.
Peneliti merasakan hal yang berbeda dengan inklusifitas yang terdapat di Komunitas
Suara Kampung Sawah ketika ingin melakukan persiapan penelitian di Lokasi
Kampung Sawah, Bekasi. Peneliti dihadapkan dengan keramahan dan terbuka pada
komunitas ini. Dalam hal pendekatan terhadap informan saat melakukan proses
penelitian saat itu merasakan begitu terbuka baik dari tokoh agama dan masyarakat
setempat dan ketua, sekertaris serta anggota Komunitas Suara Kampung Sawah.
Peneliti merasakan hal tersebut untuk mendapatkan izin untuk wawancara.
Kondisi yang peneliti alami jadi berbeda ketika secara informal
berkomunikasi tanpa sengaja bertemu dengan Sekertaris Komunitas Suara Kampung
Sawah di Studio Komunitas yang baru. Berjalan seiring waktu, peneliti mengabarkan
20
kepada informan melalui media handphone dan direspond untuk bertemu. Ketika
secara formal berkomunikasi dengan Sekertaris Komunitas Suara Kampung Sawah.
Pada waktu itu yang sudah ditentukan oleh Yuherisman (36 tahun), Sekertaris
Komunitas Suara Kampung Sawah ketika itu menerima peneliti sebagai tamu di
Sekertariat Lembaga yang ada di Kampung Sawah. Pada saat itu peneliti
menyampaikan maksud penelitian. Kemudian, direspond oleh beliau membantu
menyediakan peneliti untuk menyiapkan arsip dokumen atau tulisan, foto-foto dan
mempersilahkan peneliti untuk mencari data-data penelitian yang terkait.
Penelitian ini dalam Komunitas Suara Kampung Sawah memiliki
tantangan tersindiri di karenakan aktifitas komunitas tersbut sedang istirahat dan
proses pemindahan studio yang baru. Kemudian, orang yang terlibat dalam
komunitas juga memiliki waktu dan kesibukan masing-masing dan peneliti rasakan
perlu pembagian waktu untuk wawancara secara perlahan-lahan. Terlebih jika
penelitian ini melebar dari konteks akan cenderung sensitif dikarenakan ada sebab
yang tak perlu dijelaskan. Tuntutan peneliti untuk mendapatkan gambaran secara
keseluruhan tentang peran yang terdapat dalam Komunitas Suara Kampung Sawah,
mengharuskan peneliti untuk mendekati secara langsung pengalaman individu atau
tindakan di dalam keterlibatan di Komunitas Suara Kampung Sawah terhadap
kerukunan dan kearifan lokalnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pada Penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan yaitu dengan
cara, Berikut :
21
a) Observasi Langsung
Pada Penelitian ini, peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan
cara observasi langsung. Teknik Pengumpulan data ini dilakukan agar peneliti
lebih mudah memahami terlebih dahulu tentang penelitian yang akan peneliti
teliti. Dalam hal ini, peneliti akan melihat langsung dan mendengarkan kondisi
keberadaan Komunitas Suara kampung Sawah di lokasi terkait dengan tema yang
akan peneliti teliti untuk memudahkan proses ini, maka hasil observasi yang
didapatkan disimpan melalui catatan lapangan dan juga melalui alat bantu
handphone dalam bentuk rekaman suara dan foto.
b) Wawancara mendalam
Wawancara mendalam (in-depth interview) dilakukan secara semi-
terstruktur dan terbuka agar lebih fleksibel dan dapat memunculkan data yang
lebih mendalam. Kemudian, dalam Sudikan (2001:62) menjelaskan wawancara
mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan informan.
Metode wawancara mendalam dengan menggunakan tiga cara : wawancara
langsung (Face to face interview), melalui telepon (by phone) atau dalam bentuk
wawancara diskusi kelompok (forum group discussion) yang terdiri dari enam
sampai delapan perkelompok (Creswell, 2010:267). Metode ini digunakan oleh
peneliti untuk bertanya kepada informan yang dipilih untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mewawancarai beberapa
narasumber yaitu : Ketua dan Sekertaris dan Pengurus Harian Komunitas Suara
22
Kampung Sawah serta tokoh masyarakat dan tokoh agama yang terlibat.
Kemudian, dalam proses wawancara terjadi peneliti melakukan dengan
wawancara langsung ke informan ada juga melalui via whatsapp dan email karena
keterbatasan waktu bertemu informan dan media online menjadi faktor pendukung
terjadinya wawancara peneliti dalam penelitian ini.
c) Data Audio – visual
Data sekunder juga dilengkapi dengan pengumpulan materi audio-visual
dapat berupa foto-foto, video atau rekaman suara yang dikumpulkan saat
melakukan observasi atau wawancara saat berada di lapangan (Creswell,
2010:269-270). Pengumpulan Audio-visual dalam penelitian ini untuk
menggambarkan kondisi, aktifitas dan peristiwa unik ketika masa pengumpulan
data.
d) Dokumentasi
Studi domunetasi dilakukan dengan mengumpulkan arsip kesejarahan,
manuskrip, laporan-laporan resmi, atau dokumen yang terkait dengan subjek
penelitian. Sumber dokumen dapat berhasil dari dokumen publik (Koran, jurnal,
laporan riset) ataupun dokumen pribadi (buku harian, surat, buku atau koleksi
arsip pribadi). (Creswell, 2010 : 269-270). Studi dokumen ini berfungsi sebagai
dasar dan sebagai pelengkap data primer dimana sumber data ini didapatkan
langsung melalui hasil observasi dan juga wawancara. Pada penelitian ini, Peneliti
juga mendapatkan dokumentasi foto-foto kegiatan Komunitas Suara Kampung
Sawah serta dokumentasi lainnya berbentuk terbitan koran Komunitas Suara
23
Kampung Sawah dan teks Diskusi Radio, arsip laporan tahunan kelurahan tahun
2017 meliputi data-data penduduk dan data gambar lokasi penelitian.
5. Metode Analisis Data.
Data yang telah terkumpul baik dari sumber primer (observasi dan
wawancara mendalam) maupun sekunder (dokumentasi). Menurut Miles dan
Huberman beberapa tahap. (1) reducing data yaitu proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. (2) displaying data yang berarti
mengumpulkan informasi secara tersusun yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. (3) penarikan kesimpulan, ini
merupakan langkah yang melibatkan “penggambaran makna dari data yang
ditampilkan”. Peneliti menarik makna yang relevan, kemudian mensistematiskan
data berdasarkan jenis analisis yang peneliti pilih (Miles&Huberman dikutip
Marvasti, 2004:88-90).
24
G. Sistematika Penelitian
Bab I Pendahuluan, Pada bab ini membahas tentang pernyataan masalah,
pertanyaan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teoritis, metode penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II Gambaran Umum, Pada bab ini menceritakan gambaran lokasi
penelitian dan mengenai sejarah singkat keberadaan Komunitas Suara Kampung
Sawah dan kegiatan Komunitas Suara Kampung Sawah .
Bab III Hasil dan Analisis, Pada bab ini membahas tentang hasil dari temuan-
temuan yang didapatkan dilapangan dan analisis dari data yang diperoleh
peneliti.
Bab IV Penutup : Pada bab ini membahas kesimpulan dan saran dari penelitian
ini.
25
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran umum Lokasi Penelitian Jatimurni
1. Letak Geografis dan demografis Kelurahan Jatimurni
Kelurahan Jatimurni merupakan bagian dari Kampung Sawah dan menjadi
tempat wilayah keberadaan studio dari Komunitas Suara Kampung Sawah
“KSKS” yang lokasinya berada Kota Bekasi, tepatnya berada di Kecamatan
Pondokmelati yang berbatasan langsung dengan sebelah timur berbatasan
Kelurahan Jatiluhur dan Jatiasih Kota bekasi, (Tembok perumahan Puri Gading
dan Kali Cakung). Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Setu Kecamatan
Cipayung Kota madya Jakarta Timur (Kali Sunter). Kemudian, sebelah utara
berbatasan dengan Kelurahan Jatimelati Kota Bekasi (Tugu Perbatasan). sebelah
selatan berbatasan dengan Kelurahan Jatiranggon Kecamatan Jatisampurna Kota
Bekasi (Masjid At-taubah dan Gg. Ursula).
Kelurahan Jatimurni merupakan salah satu kelurahan dalam wilayah
Kecamatan Pondok melati yang memiliki luas wilayah secara administrasi seluas :
300,52 Ha, terdiri dari tanah darat 247,380 Ha dan tanah sawah : 26,120 Ha. Pada
awalnya Kelurahan Jatimurni merupakan pemekaran dari Desa Jatiranggon pada
tahun 1982 yang masuk dalam wilayah Perwakilan Jatisampurna Kecamatan
Pondokgede Kabupaten Bekasi.
26
Gambar 2.1 Peta Lokasi Kampung Sawah
Sumber Gambar :
https://www.google.com/search? =Kampung+Sawah+Bekasi.
Pada tahun 2003 Perwakilan Kecamatan Jatisampurna ditingkatkan
sestatusnya menjadi Kecamatan Jatisampurna berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Bekasi Nomor 11 tahun 2013 tentang pembentukan Kecamatan dan Kelurahan
Pemerintah Kota Bekasi, dan Kelurahan Jatimurni masuk kedalam wilayah
Kecamatan Jatisampurna. Dan pada akhirnya pada tahun 2005 seiring dengan
dibentuknya Kecamatan Pondokmelati, maka Kelurahan Jatimurni masuk
kedalam wilayah Kecamatan Pondokmelati Kota Bekasi.
27
Berdasarkan data penduduk tahun 2017 jumlah penduduk di Kelurahan
Jatimurni, Bekasi sejumlah 25.032 jiwa dengan keterangan jumlah penduduk laki-
laki terdiri 12.701 Jiwa dan perempuan 12,331 jiwa, Jatimurni memilki batas
administratif luas wilayah seluas 300,500 Ha.
Sedangkan untuk data jumlah Keluarga di Wilayah Kelurahan Jatimurni
tercatat angkanya terdiri 6,258 KK yang menetap dan berdomisili di wilayah
Jatimurni Bekasi, kemudian untuk distribusi jumlah penduduk tersebar dalam 59
Rukun Tetangga (RT) dan 8 Rukun Warga (RW).
2. Kondisi Kehidupan Sosial dan Keagamaan di Jatimurni, Bekasi.
Dalam Jenis pekerjaan yang digeluti oleh penduduk Jatimurni kebanyakan
didominasi oleh Karyawan Swasta, Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni
mencatat sebanyak 4.170 penduduk memilih bekerja sebagai Karyawan Swasta.
Kemudian, di ikuti oleh PNS yang menempati posisi di urutan kedua sebanyak
2.187 penduduk, sedangkan di posisi ketiga ditempati oleh penduduk yang mata
pencaharian sebagai Wiraswasta sebanyak 2.161 penduduk dan lainnya yang
bekerja seperti Buruh sebanyak 779 serta Pedagang sebanyak 536 orang.
Tabel 2.1. Pekerjaan Penduduk Kelurahan Jatimurni Bekasi Tahun 2017
NO. PEKERJAAN JUMLAH
1. Karyawan Swasta 4.170
2. PNS 2.187
3. Wiraswasta 2.161
28
4. Buruh 779
5. Pedagang 536
(Sumber : Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni Tahun 2017)
Kemudian, kehidupan Keagamaan di daerah Kelurahan Jatimurni mayoritas
penduduk menganut beragama Islam. Hal ini dengan berdirinya rumah ibadah
seperti masjid, mushola dan Gereja saling berdampingan. tetapi tidak hanya itu
ada juga yang menganut Katholik, Protestan, Budha, Hindu.
Tabel 2.2. Data Penduduk Menurut Agama
NO. AGAMA JUMLAH
1. ISLAM 15.003
2. KATOLIK 7.001
3. PROTESTAN 2.491
4. BUDHA 360
5. HINDU 150
Sumber : Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni Tahun 2017
Sementara untuk menggambarkan fasilitas sarana keagamaan di Kelurahan
Jatimurni terdapat beberapa bangunan rumah ibadah yang saling berdampingan.
Mulai dari berdirinya Masjid dan Musholla serta Gereja.
Tabel 2.3. Sarana Rumah Ibadah Kelurahan Jatimurni Bekasi Tahun 2017
NO. SARANA IBADAH JUMLAH
1. Masjid 18
29
2. Musholla 26
3. Gereja 12
Sumber : Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni Tahun 2017
B. Deksripsi Lokasi Studio Komunitas Suara Kampung Sawah.
Studio Komunitas Suara Kampung Sawah terletak di Jalan Gg. Peka, RT
03 / RW 002. Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi.
Ruang sekertariat Komunitas Suara Kampung Sawah menyatu dan masih berada
dalam lingkungan Rumah Bapak Umar sidiq di Kelurahan Jatimurni.
30
C. Sejarah berdirinya Komunitas Suara Kampung Sawah, Di Kota Bekasi.
Awal mula setelah ngeriung bareng pada tanggal 8 mei 2011 di Gor Yasfi
menghasilkan kegiatan yang dihadiri wakil menteri agama dan kita disebut
Daerah istimewa Kampung Sawah puisi oleh arswendo atmowiloto dan disitu ada
dialog tokoh masyarakat. Seiring perjalanannya, aktivitas keberagaman terus
bergiat dan berkeinginan membentuk komunitas. Ketika itu, kembali berkumpul
dengan keprihatinan bersama yang ada diantaranya termasuk terkikis kearifan
lokal di Kampung Sawah. Saat itu banyak kalangan muda jauh dari etika sopan
santun dan memudarnya sikap saling menghormati terlebih kepada orang tua.
Keprihatinan, tersebut yang meneruskan ngeriung bareng masyarakat di
Kampung Sawah, bagaimana cara menjaga dan melestarikan keprihatinan tersebut
menyampaikan kekhayalak umum. (Wawancara,Yuherisman 30 Juni 2018).
Awal dahulu sebelum berdiri SKS ada pelatihan-pelatihan yakni pelatihan
menulis Koran dan pelatihan penyiaran tahun 2013 sekaligus mengkader anggota
Komunitas sepakat untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai dengan media.
Ikatan persaudaraan “Kampung Sawah” mengikat masyarakat dan memberikan
kemudahan mengkader semua kalangan dengan antusias yang ada komunitas
sepakat dengan media agar bisa menyentuh sekaligus melestarikan hal-hal yang
dimiliki Kampung Sawah. Saat itu semangat untuk bermedia yang ada
berkeinginan melembagakan aktivitas tersebut menjadi Komunitas Suara
Kampung Sawah dengan disepakati kembali oleh para tokoh di Kampung Sawah
pada tanggal 17 agustus 2013. Kemudian, pembentukan surat keputusan/SK untuk
31
pengurus Komunitas Suara Kampung Sawah tahun 2013 tanpa badan hukum dan
komunitas mengatur sendiri melalui AD/ART dengan musyawarah.
Pada 8 Januari 2014 ditetapkan adanya koran Komunitas Suara Kampung
Sawah dengan keberadaan koran Komunitas Suara Kampung Sawah tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kualitas berkomunikasi yaitu melalui radio. Pada
saat koran perjalanan seiring waktu terbitan perbulan dan mendapatkan iklan.
Pengurus berencana membuat radio komunitas dengan mendapat dukungan
bantuan oleh YAKOMA-PGI dan iklan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah
serta segitiga emas (Rumah Ibadah) dari Yasfi, Gererja Katolik, Gereja Kristen
Pasundan (GKP) memberikan partisipasinya dengan bagaimana komunitas dengan
media radio. Alhamdulilah, tepat pada tanggal 14 februari 2014 Radio SKS (Suara
Kampung Sawah) secara resmi memulai siaran perdana sekaligus
mempromosikan “Ngelestariin Persodaraan”, Lewat udara. Awal frekuensi radio
baru sebatas RT, RW, Kelurahan dan akhirnya jauh sampai Radio SKS
mengudara sejak pukul lima sore hingga pukul 12 malam, jangkauan atau Radius
siaran dari Radio SKS sekitar 15 kilometer dari stasiun penyiaran dengan power
15 watt, untuk mengatasi terbatasnya jangkauan siaran dengan sistem manual,
Radio SKS menyediakan fasilitas streaming dengan jangkauan yang luas
Streaming www.radiosks.caster.fm. Kemudian, Komunitas Suara Kampung
Sawah dibadan hukum oleh notaris pada tanggal 8 Desember 2014.
(Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).
Akhirnya, berjalan dengan waktu mulai terbentuk Website Komunitas
pada sekitar awal tahun 2015. Selanjutnya, Komunitas melakukan Kegiatan
32
pelatihan Jurnalistik “Jurnalisme damai” bagi masyarakat Kampung Sawah oleh
Komunitas Suara Kampung Sawah. Pelatihan tersebut dilaksanakan 31 Mei 2014.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk pengkaderan dan regenerasi Komunitas Suara
Kampung Sawah ke depan. Di tahun berikutnya, Komunitas Suara Kampung
Sawah menyelenggarakan pelatihan jurnalistik bagi para penggiat di komunitas.
Pelatihan berjudul Jurnalisme Damai Desain dan Konten Website ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan penggiat Komunitas Suara
Kampung Sawah dalam mengelola Website. Pelatihan tersebut di laksanakan pada
9 november 2015. (Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).
Sebelumnya, aktivitas Komunitas Suara Kampung Sawah dilakukan di
sebuah kontrakan yang terletak di Kelurahan Jatimelati dekat puri gading. Awal
pada waktu itu masuk tahun 2013 sampai 2015. Kontrakan tersebut diberikan izin
menggunakan secara gratis sampai batas waktu yang diperlukan komunitas hanya
membiayai sarana listrik studio komunitas. Saat itu komunitas pindah tidak jauh
dari kontrakan tersebut masih dengan kepemilikan yang sama oleh keluarga besar
Pepe sekaligus selaku Ketua komunitas. Pada tempat studio yang baru Komunitas
mendirikan bangunan yang disebut sebagai Studio Komunitas Suara Kampung
Sawah. Setelah, berjalan di studio yang baru selama sekitar 1 tahun melakukan
siaran radio dan aktivitas pelatihan di studio tersebut. Kembali, lagi-lagi
mendapatkan kendala karena dibangunnya perumahan menyebabkan studio
komunitas terisolasi dan tidak memiliki askes jalan. Pada akhirnya, Komunitas
kembali mencari solusi untuk pindah ke daerah Kelurahan Jatimurni yang mana
diberikan hak pakai oleh bapak umar sidiq selaku tokoh masyarakat. Hingga saat
33
ini komunitas masih melakukan proses membangun studio sekertariat yang baru.
(Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).
D. Profil Komunitas Suara Kampung Sawah, Kota Bekasi.
Secara garis besar, Komunitas Suara Kampung Sawah berazaskan kepada
Pancasila dan UUD 1945. Dalam komunitas ini bersifat Independen, inovatif,
demokratis dan kekeluargaan.
Komunitas Suara Kampung Sawah berperan mewujudkan masyarakat
yang berdaya melalui kebebasan informasi, kebebasan berbicara dan berekspresi
secara bertanggung jawab sehingga dapat mengembangkan diri dan
lingkungannya serta berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupnya.
Kemudian, untuk menciptakan cita-cita itu dalam Komunitas Suara
Kampung Sawah harus peka terhadap kebutuhan masyarakat, melayani
masyarakat secara bertanggung jawab, mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal,
menghormati kemajemukan dalam bermasyarakat dan menjunjung tinggi nilai
persaudaraan yang dilandasi semangat kesukarelawanan dan independen. Oleh
karena itu, Komunitas Suara Kampung Sawah mempunyai motto “Ngelestariin
Pesodaraan”. Dalam Komunitas Suara Kampung Sawah mempunyai tujuan
memajukan anggota Komunitas agar berperan aktif, inovatif dan kreatif dalam
ngelestariin persodaraan, mewujudkan masyarakat yang demokratis, terbuka dan
berkeadilan menuju masyarakat mandiri.
(Berdasarkan Surat Keputusan SK/Notaris Komunitas Suara Kampung Sawah).
34
Komunitas Suara Kampung Sawah melalui Radio, Koran, Website
berfungsi sebagai :
1. Representasi keberadaan Komunitas Suara Kampung Sawah di Pondok
Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.
2. Wahana penguat persaudaraan warga.
3. Wahana Kemitraan.
4. Wahana Advokasi dan Informasi warga terutama di kalangan masyarakat
semi perkotaan.
5. Wahana pemberdaya Aspirasi, Kreasi, Inovasi, serta Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia.
6. Wahana Independen dalam mengontrol atau mengawasi, mengkritisi
budaya serta berbagai kebijakan publik.
(Berdasarkan Surat Keputusan SK/Notaris Komunitas Suara Kampung Sawah).
E. Keanggotaan Komunitas Suara Kampung Sawah
Keanggotaan Komunitas Suara Kampung Sawah bersifat terbuka,
khususnya di Kampung sawah, Kecamatan Pondok melati, Kota Bekasi. Di
Indonesia pada umumnya akan dilihat dari tingkat partisipasinya dalam
penyelenggaraan penyiaran Komunitas Suara Kampung Sawah (Komunitas SKS).
Dalam keanggotaan Komunitas Suara Kampung Sawah pada dasarnya
adalah masyarakat yang ada pada lingkungan Kecamatan Pondok Melati, Kota
Bekasi adalah anggota Suara Kampung Sawah.
35
Kemudian, Anggota Komunitas Suara Kampung Sawah terdiri dari :
1. Anggota Penuh
2. Anggota Tidak Penuh
3. Simpatisan, yaitu fans yang loyal dan mendukung dengan keberadaan serta
kelangsungan Radio, Koran, Website.
Dalam pengurus Keanggotaanya terdiri dari Ketua, Sekertaris, Bendahara
dan anggota yang dipilih dan diangkat melalui Musyawarah Besar (MUBES)
terdiri dari : Dewan pendiri, Dewan Pembina, Dewan Penasehat serta Pengurus
Komunitas Suara Kampung Sawah.
1. Ketua : Barnabas Eddy Junaedi Pepe
2. Sekertaris : Yuherisman
3. Wakil Sekertaris : Yance R.
4. Bendahara : Nanik Purwanti
5. Wakil Bendahara : Lucia Yesti
6. Anggota : Aloisius Eko Praptanto
Eko Harso Manunggal
7. Bidang Radio : Irwan Setiadi Trilaksono
8. Bidang Koran : Agustinus Janor
9. Bidang Website : Nur Ali Akbar.
10. Bidang Pengembangan : Eko Novi Firmanto.
(Berdasarkan Surat Keputusan SK/Notaris Komunitas Suara Kampung Sawah).
36
F. Kegiatan Komunitas Suara Kampung Sawah
Dalam Komunitas Suara Kampung Sawah terdiri dari berbagai macam
kegiatan ada yang bersifat rutinitas dalam bentuk Bulanan serta Mingguan dan
juga kondisional. Secara umum, Komunitas Suara Kampung Sawah ini terdiri
sebagaimana media komunikasi lainnya, yang terdiri dari :
1. Radio
Gambar 2.2 Siaran Radio Komunitas Suara Kampung Sawah
Sumber : Dokumentasi Komunitas Suara Kampung Sawah tahun 2015
Kegiatan Radio Terdiri dalam Program acara berikut :
- (DIMI) Diskusi Mingguan yakni ada Kearifan lokal, Infastruktur,
Masa Muda dan Wawasan Kebangsaan. Kegiataan Siaran Diskusi
Mingguan dalam radio pada waktu setiap minggu dari Jam 08.00
sampai 10.00 WIB dengan tiap minggu berbeda topik pembahasan dan
para narasumber seperti Pemerintah setempat, Daerah dan Pusat dan
37
mengundang juga tokoh yang berkompeten menyesuaikan topik acara
diskusi mingguan.
- Goyang dangdut Diudara, Cerita Cinta , Zodiak dan Lagu-Lagu hits.
Kegiataan Rutinitas Siaran Radio pada setiap hari dari Jam 02.00
sampai 12.00 Malam (Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).
2. Koran
Gambar 2.3 Buletin Koran Komunitas Suara Kampung Sawah
Sumber Gambar:
https://www.google.co.id/search komunitas+suara+kampung+sawah.
Dalam Kegiataan Koran dahulu di cetak dengan waktu kondisional dan
pada waktu itu tiap bulan dan akhir -akhir ini dua minggu sekali. Namun,
kembali seperti awal tiap bulan sekali karena keterbatasan.
Kegiataan Koran terdapat beberapa Kolom, Seperti berikut :
- ILOK (informasi Lokal ) meliputi Kegiatan yang ada di Kampung Sawah.
- GOGOLIO meliputi (Kamus Kecil istilah Bahasa Kampung Sawah).
38
- SOMBOK (Sekapur sirih redaksi) istilah Pengeras Suara meliputi
Redaksi Koran yang mewakili koran komunitas.
- CERAH meliputi (Cerita Sejarah).
- OPINI (Olah pikir terkini) meliputi tulisan yang di kirimkan kepada
Redaksi dibatasi Seputar topik Kerukunan.
(Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).
3. Website
Gambar 2.4 Website Komunitas Suara Kampung Sawah
Sumber Gambar:
https://www.google.co.id/search =komunitas+suara+kampung+sawah.
Website Komunitas Suara Kampung Sawah dengan akses melalui
www.kampungsawah.org. Kegiatan website terdiri dari implementasi kegiatan
yang ada di koran dan radio lalu di Publikasikan melalui media online.
Guna mencapai SDM yang memadai Komunitas Suara Kampung Sawah
sering menyelenggarakan pelatihan jurnalistik bagi para penggiat di Komunitas.
39
Pelatihan berjudul Jurnalisme Damai Disain dan Konten Website ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan penggiat Komunitas Suara Kampung Sawah
dalam mengelola Website dan mendapat dukungan oleh berbagai pihak. Pelatihan
tersebut di laksanakan pada 9 november 2015.
Kemudian, Komunitas Suara Kampung Sawah dalam hal kegiatannya
tidak hanya terbatas pada media penyiaran saja. Melainkan, meliputi kegiataan
yang bersinggungan dengan masyarakat, seperti halnya.
- Kegiataan Temu Kangen pada tanggal 09 April 2016, terdiri acara Fokus
Grup Diskusi: Ngerawat Kearifan Lokal untuk Ngelestariin Pesodaraan di
Aula Kantor Kelurahan Jatimurni.
- Kegiatan Dialog pada tanggal 07 Mei 2016 dengan tema diskusi “Penetapan
Ikon dan Lokasi Monumen (SEGITIGA EMAS) serta Poyokan/Julukan dari
Kampung Sawah” di Aula Kantor Kelurahan Jatimurni.
- Gerakan 1000 kaos untuk mendukung berdirinya studio Komunitas Suara
Kampung Sawah pada tahun 2017.
- (ILMI) Iklan Layanan Masyarakat pada tahun 2016-2017 dengan melalui
Radio membahas mengkritisi kebijakan publik.
- Kemudian, Sampai proses pendirian studio baru selesai dan Komunitas
Suara Kampung Sawah terus bergerak melakukan kerjasama dengan
lembaga setempat yaitu Forum Nasional Bhineka Tunggal Ika Kota Bekasi
dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Jatimurni dengan
menyelenggarakan kegiatan silaturahmi kebangsaan dan buka puasa
bersama tahun 2018. (Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018)
40
BAB III
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
DI KAMPUNG SAWAH, BEKASI
A. Modal Sosial di Masyarakat Kampung Sawah, Bekasi
Kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah, Bekasi sudah
terbentuk sejak lama. Hal ini bisa dilihat dari beberapa praktik budaya yang sudah
dilakukan secara bersama seperti sedekah bumi, ngariung bareng dan ngejotin.
Untuk menjaga keberlangsungan dari suasana kerukunan ini, maka tokoh
masyarakat setempat sepakat membuat Komunitas Suara Kampung Sawah (SKS).
Peran dari Komunitas SKS yaitu menjembatani persebaran informasi dan
budaya kerukunan yang ada di Kampung Sawah, Bekasi. Menurut Robert Putnam,
apa yang dilakukan Komunitas SKS merupakan cara untuk memperkuat modal
sosial yang sudah ada di masyarakat Kampung Sawah melalui kepercayaan,
norma dan jaringan.
1. Kepercayaan Sebagai Fondasi Kerukunan Umat Beragama di Kampung
Sawah, Bekasi.
Kepercayaan daalam masyarakat Kampung Sawah tercermin dalam kegiatan
gotong royong saat hari raya lebaran dan natal. Budaya gotong royong biasa
dilakukan umat kristiani dan umat muslim seperti melakukan keamanan dan
41
pengadaan lahan parkir ketika berlangsungnya hari raya keagamaan di Kampung
Sawah.
Gambar 3.1 Kegiatan keamanan lalu lintas oleh Umat Nasrani pelaksanaan
hari raya idul fitri di Masjid Al-Jauhar Yasfi tahun 2018.
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar di atas, menunjukkan kepedulian umat Kristiani ketika
pelaksanaan shalat idul fitri 1439 H. Mereka melakukan tindak pengamanan
dan pengaturan lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan di sekitar masjid Al-
Jauhar Yasfi. Hal ini diceritakan oleh Yacob (62 tahun) sebagai berikut,
“Peran praktis dilapangan sebenarnya saya tidak pernah diminta
atau disuruh cuma saya sering kali, saya mengajak teman yang
lainnya itu untuk membantu pada saat sholat ied. saya datang mau
membantu untuk mengatur lalu lintas dan upaya pengamanan
kegiatan sholat ied kami mengambil peran itu, inisiatif saya dan
teman-teman”. (Wawancara Yacob, tanggal 13 Mei 2018).
Yacob berusaha mengajak umat kristiani yang lain untuk terlibat
membantu kelancaraan dari perayaan hari besar Islam. Tindakan ini merupakan
42
dasar dari munculnya modal sosial yaitu adanya hubungan pertemanan,
ketetanggan dan kolega atau norma-norma sosial yang „memandu‟ adanya kerja
sama (Asrori, 2008 : hal 10-11).
Tindakan lain yang mencerminkan adanya kerukunan antar umat beragama
di Kampung Sawah, Bekasi adalah kegiatan saling mengunjungi (silaturahmi),
kemudian ada istilah Ngejotin yaitu keluarga yang merayakan hari raya
keagamaanya mengirim makanan ke keluarga yang berbeda keyakinan. Hal ini
diceritakan oleh Muhammad Ali (47 tahun) sebagai berikut,
“Salah satu hari raya besar umat islam yaitu lebaran umat kristani masih
ada ikatan saudara mereka saling mengunjungi kesaudaranya”.
(wawancara Muhammad Ali, Lurah Jatimurni, 5 juni 2018).
Hal ini diungkapkan pula oleh Edy Pepe (58 tahun) selaku umat katolik di
Kampung Sawah bahwa, ia mengunjungi saudara dan tetangga untuk memberikan
selamat lebaran. Edy juga mendatangi Kyai Rahmaddin atau ustad Muqorobin
untuk bersilaturahmi dan mengucapkan selamat lebaran (Wawancara Edy Pepe,
pada tanggal 06 juni 2018).
Begitupun, menurut Dadang Kotong selaku umat protestan bahwa ketika
bapaknya masih hidup, ia mengajarkan Dadang untuk bersilaturahmi kepada
masyarakat yang beragama muslim, Pengalaman Dadang ketika bersilaturahmi, ia
mengelilingi tetangga atau kumpul keluarga karena kakaknya beragama Islam.
Setelah itu, Ia pergi ke rumah teman-temannya untuk bersilaturahmi dan
mengucapkan hari raya lebaran. (Wawancara, pada tanggal 26 mei 2018).
43
Tindakan ngejotin, menurut Slamet Suryadi (40 tahun) selaku umat muslim
bukan rekayasa atau spontanitas. Masing-masing umat beragama merasa
terpanggil seperti halnya Slamet melakukan tindakan ngejotin dengan mengantar
hidangan masakan kesaudara lebih tua dan tetangga non-muslim terdekat.
(Wawancara Slamet, tanggal 14 September 2018).
Sama halnya, menurut Daden Supriyatna (47 tahun) menuturkan bahwa
ketika ia kecil diminta orang tua untuk menghantarkan masakan kepada keluarga
sendiri yang dianggap dituakan. Sampai saat ini Daden selalu mempersiapkan 10
kg daging dan dalam rantangan isinya ayam, daging, sayur kentang atau dodol.
Untuk bagian keluarganya ngejotin dihantarkan ke umat agama lain yang
dituakan. Kegiatan itu jadi bukti kalo warga kita saling menghormati, bahkan
untuk toleransi itu kita lakukan sampai sejauh itu (Wawancara Dadem, tanggal 20
September 2018).
Begitupun yang dilakukan oleh Yuherisman (37 tahun), ia menjelaskan
bahwa ketika lebaran keluarganya saling mengunjungi keluarga yang lebih tua.
Yuherisman juga melakukan berbagi rezeki ke tetangga terdekat dan saudara jauh
biasanya ngejotin sebelum hari raya pada malam takbiran. Hal ini ia lakukan pula
saat malam tahun baru umat Kristiani (Wawancara, pada tanggal 06 mei 2018).
Berdasarkan, penjelasan di atas mengenai gotong royong dan kegiatan
saling mengunjungi (Ngejotin) ketika hari raya keagamaan di Kampung Sawah
merupakan beberapa upaya untuk menjaga modal sosial yang sudah ada di
44
Kampung Sawah, Bekasi. Tindakan ini juga menjadi wujud dari adanya
kepercayaan antar masing-masing orang di wilayah Kampung Sawah, Bekasi.
Kepercayaan sendiri menurut Putnam (dalam Hasbullah, 2006, 11) adalah
bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan sosialnya yang
didasari oleh perasaan yakin, bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti
yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang
saling mendukung. Terdapat trust atau kepercayaan dalam hal kegiatan gotong
royong serta kegiatan saling mengunjungi maupun istilah Ngejotin pada saat hari
raya keagamaan di Kampung Sawah. Hal ini menjadi unsur penting dalam modal
sosial karena tradisi ini bisa merekatkan hubungan dalam kelompok masyarakat di
Kampung Sawah, Bekasi. Kepercayaan melalui kegiatan di atas tidak akan
terbentuk dengan sendirinya akan tetapi membutuhkan proses dari hubungan
antara perilaku-perilaku yang sudah lama terlibat dalam kehidupan secara
kolektif.
45
Ketika kepercayaan itu sudah terbentuk, maka masyarakat berusaha
melestarikannya dengan membuat radio Komunitas Suara Kampung Sawah.
Siaran radio tersebut, berdiri pada 14 Februari 2014 dan mempunyai tagline untuk
“Ngelestariin Pesodaraan”, lewat radio.
Gambar 3.2 Kegiatan Siaran Radio Komunitas Suara Kampung Sawah
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar di atas, menunjukkan kegiatan siaran radio Suara Kampung Sawah
yang dibawakan oleh pengurus Komunitas Suara Kampung Sawah yaitu
Yuherisman dan Yance. Menurut Irwan Setiadi selaku Kordinator Radio
Komunitas Suara Kampung Sawah (SKS) menjelaskan sebagai berikut,
“Beberapa program acara yang dibawakan radio komunitas SKS diantara
lain DIMI (Diskusi Mingguan), Goyang dangdut diudara, cerita cinta.
(Wawancara, Irwan Setiadi, tanggal 6 juli 2018).
Sejak terbentuknya radio Komunitas Suara Kampung Sawah banyak
program acara yang ditampilkan seperti halnya, DIMI (diskusi mingguan),
tembang lawas, goyang dangdut diudara, cerita cinta, Sandiwara radio, dan lain-
46
lain. Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada program acara radio
Komunitas Suara Kampung Sawah yaitu Dimi (Diskusi Mingguan). Karena
peneliti melihat dalam program acara tersebut mengulas seputar keadaan
Kampung Sawah baik sisi sejarah jaman dahulu hingga perkembangan di era
zaman saat ini yaitu berusaha membahas kearifan lokal itu sendiri berupa nilai-
nilai kerukunan antar umat beragama atau infrastruktur di Kampung Sawah,
Bekasi serta wawasan kebangsaan untuk diwacanakan melalui siaran radio.
Kegiatan siaran radio dalam program acara diskusi mingguan berlangsung
setiap hari minggu pada waktu 08.00 sampai 10.00 WIB dengan berbeda topik
pembahasan. Komunitas Suara Kampung Sawah dalam kegiatan siaran diskusi
mingguan mengundang beberapa narasumber untuk terlibat seperti halnya Camat
Pondok Melati, Bekasi serta Lurah Jatimurni, tokoh setempat dan para ahli yang
berkompeten menjelaskan dengan bidang masing-masing sesuai topik
pembahasan siaran diskusi mingguan.
Berdasarkan, informan peneliti yakni bapak Edy Pepe (58 tahun) penyiar
radio yang merupakan Ketua Komunitas Suara Kampung menjelaskan bahwa
mendirikan Suara Kampung Sawah ini mempunyai tujuan mempertahankan
ataupun melestarikan suatu persaudaraan kerukunan dan keakraban serta
perdamaian yang ada di sini yaitu di Kampung Sawah. Kemudian, itu semua
terangkum dalam tagline kita di Komunitas Suara Kampung Sawah yaitu
“ngelestariin pesodaraan”. (Wawancara, pada tanggal 12 maret tahun 2018).
47
Dalam hal ini trust atau kepercayaan yang dibangun oleh Komunitas Suara
Kampung Sawah melalui bentuk siaran radio merupakan upaya menjaga modal
sosial yang terdapat di Kampung Sawah, Bekasi. Seperti halnya menurut informan
peneliti Yuherisman (37 Tahun) menuturkan bahwa :
“Kalau di Radio ada hiburan, curhatan, konsultasi penyakit dan ada lagi
setiap minggu, seminggu sekali kita ada diskusi mingguan (Dimi) kita
singkat itu memperbincangkan masalah di masyarakat sini misalkan ada
satu tema infrastruktur, minggu depannya lagi masa muda, wawasan
kebangsaan, dan kearifan lokal. sumbernya beda-beda ada juga
masyarakat yang menempatkan”.(Wawancara, Yuherisman, tanggal 6 mei
2018).
Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Eko Praptanto (53 tahun)
menuturkan bahwa :
“Karena ini Radio Komunitas tidak biasa memang ada lagu-lagu kirim
lagu salam-salam, tapi ada juga dialog-dialog mingguan gitu loh, kami
mengundang narasumber dari luar untuk memberikan sesuatu di Kampung
Sawah memberikan inspirasi segala macam untuk memberikan pencerahan
di masyarakat sini untuk terus menjaga kerukunan, kebhinekaan disini
menjaga kebangsaan yang sudah tumbuh subur disini”. (Wawancara, Eko
Praptanto, tanggal 2 juni 2018).
Jadi, peneliti melihat keberadaan radio Suara Kampung Sawah merupakan
salah satu menjaga atau melestarikan kerukunan antar umat beragama di
Kampung Sawah. Termasuk, dalam hal program acara radio Suara Kampung
Sawah yang menampilkan dialog di dalam radio melalui program acara diskusi
mingguan dengan topik yang berbeda. Seperti halnya, Agustinus Janor (50 tahun)
salah satu narasumber Diskusi Mingguan yaitu sebagai berikut,
“Radio paling dulu ada program namanya diskusi mingguan itu tentang
infrastruktur. Kita ulas ada beberapa team lalu saya sebagai narasumber
atau pemateri menyampaikan bagaimana manfaat infrastruktur itu untuk
apa. yang kita angkat infrastruktur menyangkut masalah didaerah kita
48
misalnya menyangkut selokan air”. (Wawancara Agustinus Janor, tanggal
15 Juli 2018).
Kemudian, penjelasan mengenai kepercayaan (trust) memiliki implikasi
positif dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan suatu
kenyataan bagaimana keterkaitan orang-orang yang memiliki rasa saling percaya
(mutual trust) dalam suatu jaringan sosial memperkuat norma-norma mengenai
keharusan untuk saling membantu (Syahra, 2003: 6). Adapun, modal sosial yang
terdapat di masyarakat Kampung Sawah yaitu Komunitas Suara Kampung sawah
yang merupakan titik temu di masyarakat Kampung Sawah dari lintas agama
untuk saling membantu mengembangkan media ini mengedepankan persaudaraan.
Berdasarkan, informan di atas menunjukkan bahwa kepercayaan
terwujud karena itu tebentuk oleh individu atau kelompok saling kenal, saling
percaya, mempunyai nilai dan kepentingan yang sama, memiliki ekspektasi untuk
bisa dipenuhi saling berkerja sama semua terbingkai dalam Komunitas Suara
Kampung Sawah dimana terdapat aktivitas siaran radio berusaha membangun
trust atau kepercayaan melalui siaran radio di dalam program acara diskusi
mingguan meliputi topik pembahasan berbeda-beda serta terjadi dialog interaktif
antara narasumber dengan pendengar radio komunitas membahas untuk kedepan
bersama melestarikan persaudaraan di Kampung Sawah, Bekasi.
Selain melakukan siaran radio, komunitas SKS juga menerbitkan koran. Edy
Pepe (58 tahun), mengatakan bahwa kita punya koran, radio dan website yang kita
lakukan menginformasikan suatu keberagaman Kampung Sawah, dan begitu juga
mendokumentasikan tentang kegiatan-kegiatan orang Kampung Sawah yang
49
selama ini terjadi bahkan dahulu ada dalam bentuk literasi foto-foto kita
membuatnya. (Wawancara Edy Pepe, tanggal 06 Juli 2018).
Terbatasnya ruang komunikasi dan informasi intra masyarakat Kampung
Sawah dan derasnya arus pembangunan, membuat tersendat dan terhambatnya
arus persaudaraan. Ngelestariin pesodaraan jadi tujuan utama komunitas Suara
Kampung Sawah. termasuk dengan keberadaan koran di harapkan membangun
trust dalam upaya menjaga modal sosial yang terdapat di Kampung Sawah,
Bekasi.
Gambar 3.3 Kegiatan menerbitkan koran Komunitas Suara Kampung Sawah
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar di atas, menunjukkan bentuk terbitan koran Komunitas Suara
Kampung Sawah pada tahun 2015. Terdapat beberapa kolom yang membahas
seputar Kampung Sawah, Cerita Sejarah, Atensi Pembaca (Apem), Cukilan masa
silam (Kilas), Kamus kecil istilah Kampung Sawah (Gogolio), Opini mengenai
kerukunan antar umat beragama.
50
Kemudian, kapital sosial dalam hal ini kepercayaan (trust) memiliki
implikasi positif dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan suatu
kenyataan bagaimana keterkaitan orang-orang yang memiliki rasa saling percaya
(mutual trust) dalam suatu jaringan sosial memperkuat norma-norma mengenai
keharusan untuk saling membantu (Syahra, 2003 :6). Hal dimaksud, trust yang
dibangun oleh Komunitas Suara Kampung Sawah dengan “ngelestariin
pesodaraan” melalui aktivitas koran dan mendapat tanggapan dari pembaca serta
masyarakat sekitar sehingga muncul (mutual trust) rasa saling percaya dengan
diwujudkan dipublikasi koran ketempat yang lain.
Begitupun, keberadaan koran Komunitas Suara Kampung Sawah sebagai
salah satu upaya modal sosial yang terdapat di masyarakat Kampung Sawah,
Bekasi. Trust atau kepercayaan itu tidak terwujud begitu saja, akan tetapi terdapat
penjelasan dalam salah satu rubrik koran yaitu Atensi Pembaca (Apem). Dalam
rubrik koran tersebut, terdapat tanggapan dari masyarakat atau pembaca koran
mengenai eksistensi koran Komunitas Suara Kampung Sawah yaitu berharap
masyarakat asli Kampung Sawah bisa nostalgia dengan tulisan yang dinarasikan
koran Komunitas dan sebagai perekat terbingkainya kerukunan antar umat
beragama di Kampung Sawah, Bekasi.
Sedangkan, menurut Yuherisman (37 Tahun) menjelaskan bahwa kalau
untuk koran kita tingkatkan muatan lokal baik itu kearifan lokal dan kita
utamakan dalam pelestarian kebudayaan. (Wawancara tanggal 6 mei 2018).
Begitupun, menurut peneliti koran yang merupakan kordinator koran
komunitas yaitu Agustinus janor (50 tahun) menuturkan bahwa hampir semua
51
rubrik itu sebetulnya harus bisa mewarnai kerukunan itu. menjiwai kerukunan
intinya, artinya bahwa tulisan gagasannya tersebut itu dianggap sari-sari yang
menunjang untuk menghubungkan persaudaran. bukan timbul begitu saja, budaya
yang satu menghubungkan dengan budaya lain sehingga menjadi kokoh.
(Wawancara tanggal 15 juli 2018).
Gambar 3.4 contoh bentuk tulisan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar di atas, menunjukkan salah satu bentuk tulis oleh Agustinus janor
(50 tahun) yang diterbitkan koran Komunitas Suara Kampung Sawah dalam edisi
No, 5 volume 1 halaman 3, pada 5 maret 2014 bagian kolom (cerah) cerita sejarah
lokal. Menurut Agustinus janor (50 tahun) menuturkan bahwa gagasannya adalah
bahasa digunakan sebagai salah satu medium untuk melestarikan persaudaraan
(Wawancara, Agustinus janor tanggal 15 juli 2018).
52
Gambar 3.5 contoh bentuk tulisan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar di atas, menunjukkan salah satu bentuk tulisan yang tampilkan
oleh salah satu peneliti Yuherisman (37 Tahun) yang diterbitkan koran Komunitas
Suara Kampung Sawah dalam edisi volume no. 20 tahun II halaman 4, pada bulan
oktober dan november 2015 dibagian kolom (Opini) olah pikir terkini. Menurut
peneliti koran, menjelaskan bahwa gagasan tulisan tersebut adalah pentingnya
penguatan kerukunan untuk menjaga stabilitas kehidupan umat beragama.
(Wawancara, Sekretaris Komunitas Suara Kampung Sawah, pada tanggal 6 mei
2018).
Berdasarkan, penjelasan diatas menunjukkan bahwa kepercayaan
terwujud Karena itu tebentuk oleh individu atau kelompok saling kenal, saling
percaya, mempunyai nilai dan kepentingan yang sama, memiliki ekspektasi untuk
53
bisa dipenuhi saling berkerja sama semua terbingkai dalam Komunitas Suara
Kampung Sawah dimana terdapat menerbitkan koran berusaha membangun trust
atau kepercayaan melalui berupa tulisan yang dinarasikan oleh Komunitas Suara
Kampung Sawah dalam melestarikan persaudaraan di Kampung Sawah, Bekasi.
Komunitas ini menjadi publikasi website. Bahwa publikasi website yang
di bentuk oleh Komunitas Suara Kampung Sawah yang sejak dibentuk tahun
2015.
Gambar 3.6 Kegiatan Website Komunitas Suara Kampung Sawah
Sumber Gambar:
https://www.google.co.id/search =komunitas+suara+kampung+sawah.
Gambar di atas, menunjukkan bentuk publikasi website Suara Kampung
Sawah yang tampak dengan rubrik berbeda-beda baik itu rubrik seputar kampung
sawah ataupun berhubungan dengan kerukunan. Menurut info Nur Ali Akbar (42
tahun) selaku koordinator website menjelaskan bahwa :
54
“ya gini sebetulnya kita itu mah konten juga nggak sembarang ada rubrik
disitu lokal seputar kampung sawah. Kemudian, ada tentang berita secara
umum pasti ada berita tentang berhubungan dengan kerukunan”.
(Wawancara, Nur ali akbar merupakan bidang website Komunitas Suara
Kampung Sawah, pada tanggal 22 mei 2018).
Berbeda, hal yang dikatakan menurut informan Yuherisman (37 tahun)
menjelaskan bahwa :
“Kalau website sebenarnya implementasi dari koran dan radio kita publish
disitu”. (Wawancara, Yuherisman yaitu Sekretaris Komunitas Suara
Kampung Sawah, tanggal 6 mei 2018).
Terbentuknya website Komunitas Suara Kampung Sawah merupakan cara
untuk menyampaikan informasi seputar Kampung Sawah melalui jejaring dunia
maya. Menurut kepercayaan (trust) dalam sosial kapital memiliki implikasi positif
dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan suatu kenyataan
bagaimana keterkaitan orang-orang yang memiliki rasa saling percaya (mutual
trust) dalam suatu jaringan sosial memperkuat norma-norma mengenai keharusan
untuk saling membantu (Syahra, 2003 :6). Dalam hal ini terdapat rasa saling
percaya (mutual trust) antara Komunitas Suara Kampung Sawah melalui website
dengan pembaca berita dimaksud website komunitas bisa di akses oleh semua
kalangan dan tidak hanya masyarakat Kampung Sawah tertentu yang merasakan
hal itu.
Akan tetapi, website terbentuk agar dirasakan oleh berbagai pihak dari
belahan kota dan negara lainnya ataupun masyarakat asli Kampung Sawah yang
sudah pindah bisa mengetahui informasi Kampung Sawah sewaktu dapat
mengakses website tersebut. Pada tahun 2016 Komunitas Suara Kampung Sawah
memfasilitasi sebuah kegiatan yaitu Fokus Group Diskusi. Kegiatan Fokus Group
55
Diskusi ini bersifat insidental dan merupakan rangkaian acara temu kangen yang
difasilitasi oleh Komunitas Suara Kampung Sawah.
Berdasarkan informan peneliti yang merupakan Sekertaris Komunitas
Suara Kampung Sawah yaitu Yuherisman (37) menuturkan bahwa :
“FGD karena latah sebutan, kita sering mengadakan diskusi, sebelum tren
FGD udah ada, diskusi dari semua kalangan kita sering dan semua mau
menyentuh untuk diskusi”. (Wawancara, Yuherisman tanggal 06 mei 2018).
Gambar 3.7 Fokus Group diskusi di Kelurahan Jatimurni tahun 2016
.
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar di atas, menunjukkan kegiatan Fokus Group diskusi pada tanggal
09 April tahun 2016 yang di selenggarakan di Kantor Kelurahan Jatimurni, Bekasi
merupakan bagian kegiatan Temu Kangen. Komunitas Suara Kampung Sawah
memfasilitasi fokus diskusi ini dengan tema “Ngerawat Kearifan Lokal untuk
Ngelestariin Pesodaraan” untuk pimpinan diskusi serta notulensi dari anggota
Komunitas Suara Kampung Sawah dan di ikuti oleh tokoh masyarakat beserta
masyarakat Kampung Sawah dari berbagai lintas generasi ataupun lintas agama.
56
Begitupun, menurut informan Yuherisman (37) menjelaskan bahwa di
Komunitas Suara Kampung Sawah termasuk FGD atau fokus group diskusi untuk
yang pertama, diadakan untuk menggali kearifan lokal. Tema berikutnya, mencari
nama di Kampung Sawah atau julukan. Ketiga, Fokus Group diskusi tersebut
berusaha mencoba kesepakatan dari tindaklanjut FGD atau diskusi pertama, kedua
dan ketiga berusaha ingin membangun tugu persadaraan. Terakhir, FGD itu
diadakan di Kecamatan sama hal seperti sebelumnya membahas belum ada
kesepakatan mengenai lokasi tapi sudah ketemu membangun tugu tempatnya
dibundaran kecapi. Komunitas Suara Kampung Sawah bukan menyelenggarakan
hanya memfasilitasi dan masyarakat yang berbicara. (Wawancara, 06 mei 2018).
Gambar 3.8 Fokus Group diskusi di Kelurahan Jatimurni tahun 2016
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar di atas, menunjukkan Kegiatan Fokus Group diskusi pada tanggal
07 Mei tahun 2016 yang di selenggarakan di Kantor Kelurahan Jatimurni, Bekasi.
Komunitas Suara Kampung Sawah memfasilitasi fokus diskusi ini dengan tema
57
“Dialog Penetapan Ikon dan Lokasi Monumen (Segitiga emas) Serta Penamaan
Lain Dari Kampung Sawah” untuk Kegiatan Fokus group Diskusi ini di ikuti oleh
tokoh masyarakat, tokoh pemerintahan setempat dan masyarakat Kampung
Sawah. Sama halnya yang disampaikan informan peneliti Edy Pepe (58 tahun)
bahwa,
“Sementara FGD kami lakukan untuk menjaring, mencari, mengangkat
problem serius yang ada di Kampung Sawah, sekaligus menentukan
bagaimana mengatasi problem tersebut. Dalam hal ini menyangkut
masalah persodaraan, toleransi, serta serbuan kebudayaan dari luar
Kampung Sawah”. (Wawancara, Bapak Edy Pepe yaitu Komunitas Suara
Kampung Sawah, Pada tanggal 06 juli 2018).
Kemudian, Lawang berpendapat ada beberapa bagaimana kepercayaan
akan terwujud yaitu, karena kedua individu atau kelompok saling kenal, karena
individu atau kelompok mempunyai nilai yang sama, karena kedua individu atau
kelompok memiliki kepentingan yang sama, karena kedua individu atau kelompok
saling percaya saja, karena kedua individu atau kelompok memiliki espektasi yang
bisa dipenuhi jika keduanya berkerja sama, dan kedua individu atau kelompok
berkomitmen pada nilai dan norma yang ada (2005 : 54-55).
Berdasarkan, penjelasan teoritis di atas menunjukkan bahwa kepercayaan
yang mereka bangun semua terbingkai dalam fokus group diskusi yang difasilitasi
oleh Komunitas Suara Kampung Sawah dimana terdapat aktivitas fokus group
diskusi berusaha membangun trust atau kepercayaan melalui diskusi dengan topik
pembahasan yang berbeda-beda. Keberadaan fokus group diskusi ini menjadi
wadah untuk meningkatkan kesadaran bersama masyarakat Kampung Sawah
dengan urgensi kepedulian bersama tentang nasib dan tantangan ke depan
58
masyarakat Kampung Sawah. Fokus group diskusi juga menjadi wadah untuk
menjawab perlawanan nilai-nilai dari luar Kampung Sawah agar nilai kearifan
lokal tetap terjaga dalam melestarikan persaudaraan di Kampung Sawah, Bekasi.
2. Norma Kerukunan Antar Umat Beragama di Kampung Sawah Bekasi.
Upacara sedekah bumi merupakan kearifan lokal di masyarakat
Kampung Sawah sejak dahulu bila setelah masa panen. Sedekah bumi, saat ini
masih dipopulerkan sebagian masyarakat Kampung Sawah. Salah satunya,
diselenggarakan oleh Muslim, Katolik dan Prostestan. Secara singkat, sejarah
mengenai sedekah bumi menurut informan penelitian sekaligus Tokoh agama
Gereja Katolik Servatius Kampung Sawah, Bapak Matheus Nalih (54 tahun)
menuturkan bahwa :
“Itu terjadi saat kepemimpinan Peter Oscar Cremers O.F.M pada tahun
1935, Berdasakan permintaan bapak Poespasoepadma meminta Pater
Cremers untuk sebuah upacara katolik yang sangat kuno, yakni
memberkati hasil panen padi yang tertumpuk di halaman rumah untuk
sebelum dibagikan kepada para penderep, tempatnya di rumah bapak
yafet napiun dan bapak Nias pepe, dan itu menjadi tonggak acara
sedekah bumi hingga sekarang sebagai ungkapan syukur atas rejeki
yang diterima dari alam”(Wawancara, pada tanggal 29 mei 2018).
Jadi, Sedekah bumi itu terbentuk sejak dahulu pada hasil panen berlimpah
yang dimiliki para petani Kampung Sawah untuk di doakan serta dibagikan. hal
ini menjadi tonggak acara sedekah bumi dari dahulu hingga sekarang.
Menurut salah satu tokoh masyarakat Kampung Sawah mengenai tujuan
sedekah bumi yaitu Yacob (42) menuturkan bahwa perayaan sedekah bumi itu ada
terbagi dua hal, yaitu menurut informan terdapat dua yaitu versi gereja katolik
memberikan bukti bahwa Gereja itu sebagai satu kesatuan untuk memberikan
59
terjadinya kolaborasi inkulturasi tradisi kearifan lokal dengan tradisi gereja, pada
umum nya sedekah bumi untuk melestarikan tradisi lokal budaya di Kampung
Sawah. (Wawancara, pada tanggal 13 mei 2018).
Dalam hal ini, sedekah bumi merupakan kegiatan keagamaan dengan
diawali oleh proses ucap syukur melalui doa bersama dan dirayakan oleh umat
beragama di Kampung Sawah baik itu umat beragama yang menyelenggarakan
acara tersebut atau umat beragama lainnya. Hal dimaksud, sedekah bumi
dimaknai ketika oleh umat kristiani dengan aktivitas keagamaan di Gereja atau
muslim yang menyelenggarakan kegiatan tersebut dengan doa atau tahlil bersama.
Sebetulnya, kegiatan keagamaan ini bentuk caranya berbeda tapi memaknainya
sama proses ucap syukur atas hasil bumi dan itu tidak sebatas umat beragama
tertentu dalam praktik mereka mengundang umat keagamaan lainnya untuk
terlibat, biasanya terlepas dari kegiatan doa lebih kepada pesta rakyat di acara
sedekah bumi.
Termasuk sedekah bumi yang diadakan oleh Sanggar seni sasak djikin di
Kampung Sawah tahun 2018. menurut informan penelitian marvianus (34 tahun)
menuturkan bahwa :
“Dari jaman kerajaan dahulu sudah ada, dari dahulu sudah turun
temurun. Kegiatan sedekah bumi namanya dulu babaritan dari jaman
namanya bapak saya kecil, kakek saya kecil. dulu upacara sedekah bumi
oleh sasak djikin diadakan sekitaran di jalan sasak djikin dan karena
perubahan jaman tidak mungkin kita mengadakan di jalan raya dapat
menganggu pengguna jalan, jadi acara sedekah bumi diselenggarakan di
sanggar seni sasak djikin”. (Wawancara, Marvianus yaitu Ketua sanggar
seni sasak djikin, 29 juli 2018).
60
Sama halnya, informan peneliti diatas yaitu Marvianus (34) menjelaskan
proses sedekah bumi yang dilakukan oleh Sanggar Sasak djikin dengan diawali
dzikir, tahlil biasanya dengan mengirimkan doa kepada leluhur yang sudah tiada,
biasanya dilakukan dengan ucap syukur terus menikmati makan bersama khas
betawi Kampung Sawah dan menampilkan pementasan budaya. Kalau seperti
perayaan tahun ini di sanggar paling penampilan pentas pencak silat dan teater
lenong, topeng betawi. (wawancara, pada tanggal 29 juli 2018).
Gambar 3.9 Kegiatan Sedekah Bumi di Gereja Santo Servatius tahun 2018
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan catatan peneliti, ketika berada dilapangan peneliti ikut serta
dalam kegiatan sedekah bumi pada 13 mei 2018 di halaman Gereja Katolik Santo
Servatius. Peneliti melihat proses sedekah bumi mulai dari kegiatan keagaman
misa doa bersama diberkati di Gereja dan ada tiga orang pastur membawakan
hasil panen berupa padi, sayur sayuran yang sudah diberkati untuk dibagikan
61
kepada umat untuk dinikmati bersama. Setelah itu, diadakan pesta rakyat mereka
menghadirkan makanan asli Kampung Sawah dan kesenian budaya betawi yang
terdapat di Kampung Sawah seperti Silat, Pantun, Tarian dan lain-lainya.
Kemudian, perayaan sedekah bumi dilakukan oleh umat katolik terjadi di Gereja
Katolik Servatius pada 13 mei bertepatan dengan ulang tahun pesta nama gereja.
Sedangkan, rumah ibadah lainya seperti Gereja Kristen Protestan dilakukan oleh
umat protestan di sebut ucap syukur pada bulan juli. Termasuk di sanggar seni
sasak djikin, menurut informan peneliti Marvianus (34) menjelaskan biasanya
sedekah bumi dilaksanakan pada bulan Apit atau dimaksud dengan pertengahan
bulan. (Wawancara, pada tanggal 29 juli 2018).
Dalam kegiatan sedekah bumi beberapa informan berperan dalam
keterlibatan praktik keagamaan ini. Baik itu sedekah bumi dilaksanakan oleh
Gereja Servatius atau Gereja Kristen Pasundan dan Sanggar sasak djikin. Seperti
halnya menurut informan peneliti yaitu Tokoh masyarakat Kampung sawah
Yacob (62 tahun), beliau menuturkan bahwa sebelumnya, peran saya sedekah
bumi di Servatius lebih banyak terlibat dalam perencanaan kepanitian merancang
bentuk perayaaan, dilapangan peran pribadi saya ada hal yang bersifat psikologis
seperti pada perayaan biasanya timbul kemacetan saya biasanya duduk bareng
petugas untuk menjaga. bahwa ada peran yang tidak dimiliki orang lain dan itu
insiatif pribadi pada umumnya. Kemudian, peran saya sedekah bumi selain di
katolik kadang-kadang undangan saja di Gereja Kristen Pasundan kalau disana
saya suka di berikan kesempatan untuk menyampaikan pesan kesan itu dah biasa,
62
lebih banyak sebagai undangan dalam keterlibatan (Wawancara, pada tanggal 13
mei 2018).
Sama halnya menurut informan peneliti yaitu Agustinus Janor (50 tahun)
beliau menjelaskan bahwa pada 8 tahun yang lalu saya ikut jadi kepanitian dalam
sedekah bumi di Gereja Servatius, berhubung sedekah bumi ini dilakukan setiap
tahun ada panitia penyelenggaranya maka saya dan umat lainya sebagai peserta
kegiatan (Wawancara, pada tanggal 15 juli 2018).
Begitupun, menurut informan peneliti yaitu Edy Pepe (58 tahun)
menuturkan bahwa saya lebih mengangkat budaya kampung sawah memakai
busana betawi kampung sawah dan mendorong supaya kearifan lokal bisa masuk
ke inkulturasi gereja dalam nuansa betawinya semacam bagian pasukan krida
wibawa dibangun untuk budaya betawi yang ada di gereja setiap tahun. Kalau
ditempat lain biasanya saya sebagai undangan misal di GKP ada acara ulang tahun
atau sedekah bumi, peran saya sebagai undangan yang penting ada silaturahmi
(Wawancara, pada tanggal 06 juni 2018).
Seperti halnya menurut informan H. Sudirman (66 tahun), beliau
menuturkan bahwa kalau sedekah bumi di Servatius ataupun di Gereja Kristen
Pasundan diundang sebagai tokoh dari salah satu agama dan saya pernah saat
acara di GKP untuk diberikan kesempatan sambutan untuk menyampaikan tradisi
bentuk rasa syukur atau budaya-nya (Wawancara, H. Sudirman tanggal 08
september 2018).
63
Kemudian, sedekah bumi tidak terbatas oleh umat beragama yang
melaksanakanya. Sama halnya di sampaikan oleh informan peneliti yaitu Dadang
kotong (42) menjelaskan bahwa kalau dahulu setiap tahun khusus bagian kumpul
atau gabung ikut kumpul bersama seperti biasanya dan ikut terlibat dilapangan
saja. kebanyakan untuk sedekah bumi yang rutin setiap tahun di Servatius atau
GKP juga ada. Paling saya bagian acara musik sebagai pembawa acara kegiatan
untuk musik (Wawancara, Dadang kotong tanggal 26 mei 2018).
Terakhir, menurut informan peneliti yaitu Yuherisman (37 Tahun)
menuruturkan bahwa dalam acara sedekah bumi saya sifatnya undangan untuk
hadir dan pada acara di Sanggar Seni Sasak djikin pernah memberikan sambutan
sebagai ketua LPM Jatimurni (Wawancara, Yuherisman tanggal 6 mei 2018).
Gambar 3.10 Ngaduk dodol Sedekah Bumi di gereja Servatius tahun 2018
Sumber : Dokumentasi Pribadi
64
Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa proses keterlibatan umat muslim
dalam kegiatan Sedekah bumi dapat dilihat kegiatan Ngaduk dodol mulai dari
bahan-bahan sampai pembuatan dodol tersebut. Menurut informan sekaligus
Tokoh agama Gereja Katolik Servatius Kampung Sawah, Matheus Nalih (54
tahun) menuturkan bahwa :
“mereka membantu kami dalam mewujudkan nuansa betawi Kampung
Sawah dengan ikut ambil bagian “Ngaduk dodol”. (Wawancara, Matheus
Nalih tanggal 13 mei 2018).
Dalam proses ngaduk dodol tidak hanya dikerjakan oleh satu orang
melainkan harus gotong royong agar hasil makanan itu matang. Bahkan, dari
kegiatan ngaduk dodol ini mencerminkan adanya eratnya persaudaran saling
membantu tanpa memandang latar belakang agama. Dalam kegiatan sedekah
bumi yang dilaksanakan di gereja baik itu di Gereja Servatius ataupun Gereja
Kristen Pasundan biasanya dalam acara perayaan sedekah bumi tersebut. Umat
beragama lainnya yang ada di Kampung Sawah di undang untuk turut hadir dalam
acara sedekah bumi. Kemudian, perayaan Sedekah bumi tidak hanya dimaknai
oleh Umat Katholik dan Protestan. Akan tetapi, Sedekah bumi dimaknai juga oleh
sanggar seni sasak djikin yang mayoritas beragama Islam.
Putnam melihat bahwa aspek terpenting dari norma adalah aspek
resiprositas-nya (timbal balik). Norma yang berasal dari resiprositas atau juga
disebut Putnam sebagai the norm of generalized resiprocity berfungsi sebagai
pemecah problem yang kerap muncul secara lebih efisien dalam konteks tindakan
kolektif. Selain itu, the norm of generalized resiprocity juga memunculkan
solidaritas dan mendamaikan kepentingan pribadi (Putnam, 1993a : 172).
65
Resiprositas terjadi karena adanya inkulturasi dalam tradisi sedekah bumi
yaitu antara agama dan budaya saling timbal balik. Seperti pada umumnya
sedekah bumi untuk melestarikan tradisi lokal budaya di Kampung Sawah.
Dalam hal ini, Resiprocity merupakan salah satu dari unsur modal sosial.
Terjadi tukar menukar kebaikan antar individu dan kelompok (Hasbullah 2006,
10). Sebagai contoh yang ditemui di masyarakat Kampung Sawah tradisi Sedekah
Bumi baik itu dilaksanakan Gereja Katolik Servatius ataupun Gereja Kristen
Pasundan yaitu dalam acara Ngaduk dodol terdapat umat lainya termasuk muslim
membantu melancarkan kegiatan Ngaduk dodol tanpa memandang latar belakang
agama.
3. Jaringan sosial yang dibentuk komunitas Suara Kampung Sawah untuk
menyuarakan kerukunan antar umat beragama.
Kegiatan Temu Kangen merupakan jaringan sosial yang dibentuk oleh
komunitas SKS. Pada tahun 2016, mereka memfasilitasi sebuah kegiatan yaitu
Temu Kangen. Berdasarkan informasi yang disampaikan Komunitas Suara
Kampung Sawah Yuherisman (37 tahun) menuturkan bahwa :
“Sebelumnya judul namanya Kriyaan karena perlu di diskusikan tentang
pakem betawi biasanya nama Kriyaan di istilahkan dalam pernikahan,
karena pernikahan itu hal yang suci. Pada akhirnya, Komunitas Suara
Kampung Sawah diskusi bersama Sanggar Seni Sasak Djikin dan berganti
nama menjadi kegiatan temu kangen”. (Wawancara, Yuherisman tanggal 06
Mei 2018).
Dalam kegiatan temu kangen komunitas SKS membuat tema ”Tinggal di
Kampung Sawah, Minum Aer Kampung Sawah, Kudu Jadi Orang Kampung
Sawah”. Maksudnya, menyampaikan cerita bahwa siapapun yang sudah tinggal
dan minum air di Kampung Sawah harus jadi orang Kampung Sawah (dalam
66
konteks kebudayaan).Sama halnya, menurut Edy Pepe (58 tahun) menuturkan
bahwa kegiatan Temu Kangen itu :
“Acara temu kangen adalah acara off-air yang menampilkan budaya
Betawi. Tujuannya sebagai acara silaturahmi masyarakat Kampung Sawah
dari berbagai generasi”. (Wawancara Edy Pepe, tanggal 06 Juli 2018).
Gambar 3.11 Kegiatan Temu Kangen di Kelurahan Jatimurni tahun 2016
Sumber : Dokumen pribadi
Gambar di atas menunjukkan kegiatan Temu Kangen pada tahun 2016,
Komunitas Suara Kampung Sawah hanya memfasilitasi kegiatan tersebut dan
kepanitian di lapangan terbentuk dan diikuti oleh masyarakat Kampung Sawah
dari berbagai lintas generasi ataupun lintas agama.
Begitupun, menurut Yacob (62 tahun) menjelaskan bahwa kegiatan itu
pertama ada sosialisasi melalui pergelaran seni budaya betawi Kampung Sawah
dan ada juga melalui fokus group diskusi, lomba permainan tradisional ada bazar
kuliner khas kampung sawah, terakhir pentas seni. Itu di inisiasikan oleh
67
Komunitas Suara Kampung Sawah itu sendiri. (Wawancara, Tokoh masyarakat
Kampung Sawah pada tanggal 13 Mei 2018).
Dalam hal ini jaringan menentukan seberapa kuat kepercayaan tumbuh.
Bagi Putnam “semakin besar kepadatan keanggotaan asosiasional dalam suatu
masyarakat semakin besar pula anggota-anggota warga masyarakat itu saling
mempercayai” (Putnam, 1995 : 73). Jaringan juga memberikan kemudahan untuk
saling berkerjasama dalam memperoleh manfaat secara kolektif. Hal dimaksud,
kolektivitas Komunitas Suara Kampung Sawah berusaha dalam membangun
jaringan serta kegiatan ini mengarah pada kerukunan antar umat beragama di
Kampung Sawah.
Jaringan sendiri tidak terbentuk dengan sendirinya. Secara singkat Lawang
menyebutkan bahwa dalam membuka jaringan, media paling ampuh ialah
pergaulan dalam pengertian umum dengan membuka diri melalui berbagai media
(Lawang, 2005 : 63). Dengan adanya temu kangen ini membentuk silaturahmi
antar generasi baik dari generasi kalangan muda maupun tua yang terdapat di
masyarakat Kampung Sawah, Bekasi.
Seperti keegiatan silaturahmi kebangsaan dan buka puasa bersama tahun
2018 merupakan kegiatan yang bersifat insidental yang dilaksanakan kerja sama
antar lembaga yang ada di Kampung Sawah yaitu Forum Nasional Bhineka
Tunggal ika Kota Bekasi berserta Komunitas Suara Kampung Sawah, LPM
Kelurahan Jatimurni. Menurut informan peneliti yaitu Yuherisman (37 tahun)
mengatakan bahwa :
68
“Sebenarnya sih, insidental ada salah satu lembaga keagamaan di
kampung sawah datang untuk menginisiasikan terlaksana kegiatan ini.
Namun, kami sambut baik untuk mereka dan mencari sumber dana lainnya
dari segitiga rumah ibadah ataupun pribadi. Kegiatan Silaturahmi
Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama ini Komunitas Suara Kampung
Sawah menjalin kerja sama dengan Fornas Bhineka Tunggal Ika dan LPM
Jatimurni”. (Wawancara, Sekertaris Komunitas Suara Kampung Sawah
pada tanggal 6 Mei 2018).
Gambar 3.12 Silaturahmi Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama tahun 2018.
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar di atas, menunjukkan kegiatan Silaturahmi Kebangsaan dan
Buka Puasa Bersama pada tahun 2018. Keterlibatan kegiatan ini berkerja sama
oleh Fornas Bhineka Tunggal Ika Kota Bekasi dan Komunitas Suara Kampung
Sawah beserta LPM jatimurni. Acara yang dilaksanakan pada 2 juni 2018, dengan
tema “Merawat Kebhinekaan Mewariskan Persaudaraan”.
Begitupun, menurut Edy Pepe (58 tahun) menjelaskan bahwa dengan
adanya dialog kebangsaan bertujuan untuk memberi pencerahan tentang
keberagaman yang menjadi masalah di Indonesia. Ketika media sosial
69
menyebarkan ujaran kebencian, hoax, fitnah dan sebagainya, maka masyarakat
Kampung Sawah harus berada dalam satu bingkai, yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Uniknya keberadaan sumber dana acara ini dibantu bersama oleh Lembaga-
lembaga keagamaan terkait yang ada di Kampung Sawah dan sekitarnya serta
pribadi-pribadi yang peduli dengan Kebhinekaan (Wawancara, Edy Pepe yaitu
Ketua Komunitas Suara Kampung Sawah, pada tanggal 06 juli 2018).
Berdasarkan catatan peneliti, ketika berada dilapangan peneliti ikut serta
dalam kegiatan silaturahmi kebangsaan dan dialog kebhinekaan sekaligus buka
puasa bersama acara tersebut pada tanggal 2 Juni tahun 2018 tempat
penyelenggaraan acara ini disamping perumahan Spring Garden Jatimurni. Dalam
hal ini peneliti melihat proses acara dengan diawali sambutan tokoh masyarakat
oleh KH. Rahmaddin Afif, penampilan keroncong Edipeni dari Gereja Kristen
Jawa dan pertunjukan kesenian hadrah dari Yasfi serta tarian Bhineka dari Gereja
Servatius.
Kemudian, dilanjutkan buka puasa bersama dihadiri oleh masyarakat
Kampung Sawah, tokoh pemerintahan, tokoh agama perwakilan rumah ibadah
yang ada di Kampung Sawah dan sampai akhir acara dialog kebangsaan di isi oleh
narasumber Gus ulil abshar. Dalam keikutsertaan kegiatan ini peneliti melihat
silaturahmi kebangsaan dan buka puasa bersama menjadi wadah bertemu tokoh-
tokoh dan masyarakat antar umat beragama di Kampung Sawah serta terjalinnya
merawat persaudaraan warga di Kampung Sawah, Bekasi.
70
Dalam hal ini jaringan menentukan seberapa kuat kepercayaan tumbuh.
Bagi Putnam “semakin besar kepadatan keanggotaan asosiasional dalam suatu
masyarakat semakin besar pula anggota-anggota warga masyarakat itu saling
mempercayai” (Putnam, 1995 : 73). Jaringan juga memberikan kemudahan untuk
saling berkerjasama dalam memperoleh manfaat secara kolektif.
B. Peran Komunitas Suara Kampung Sawah Dalam Me-Bridging Nilai-Nilai
Kerukunan.
Menurut Edy Pepe (58 tahun), mengatakan bahwa kita punya koran, radio
dan website yang kita lakukan menginformasikan suatu keberagaman Kampung
Sawah, dan begitu juga mendokumentasikan tentang kegiatan-kegiatan orang
Kampung Sawah yang selama ini terjadi bahkan dahulu ada dalam bentuk literasi
foto-foto kita membuatnya. (Wawancara Edy Pepe, tanggal 06 Juli 2018).
Putnam (2000) dalam Asrori (2008) menjelaskan hal yang membedakan
bentuk kapital sosial menjadi bridging social capital (kapital sosial yang
menjembatani) dan bonding social capital (kapital sosial yang terikat). Pertama,
bridging social capital ditandai oleh hubungan sosial yang bersifat terbuka
(insklusif), para anggotanya mempunyai latar belakang yang heterogen. Orientasi
kelompok ini lebih ditekankan upaya-upaya bersama dalam mencari jawaban atas
permasalahan bersama dan mempunyai cara pandang keluar “outward looking”.
Kedua, bonding social capital , capital social dalam bentuk ini bersifat ekslusif,
keanggotaanya biasanya didasarkan atas berbagai kesamaan, seperti kesamaan
71
suku, etnis dan agama, hubungan antar individu bersifat tertutup, lebih
mengutamakan solidaritas dan kepentingan kelompok. (h. 11).
Anggota yang ada di Komunitas Suara Kampung Sawah berasal dari suku
dan agama berbeda, mereka berkumpul lalu membicarakan suasana kerukunan
guna mengantisipasi munculnya konflik. Pengetahuan akan besarnya perbedaan
ini membuat Suara Kampung Sawah menjadi wadah bagi anggota komunitas
untuk mempelajari makna dan sejarah dari kerukunan melalui siaran-siaran di
radio,
Kapital sosial tersebut mempererat hubungan antara anggota masyarakat
serta menjadikan nya hubungan yang harmonis sehingga lebih mudah dalam
menangani permasalahan sosial yang ada. Seperti halnya, peran Komunitas Suara
Kampung Sawah dapat dilihat upaya mereka dalam melakukan pembangunan
wacana kerukunan yang sejak dahulu dalam kehidupan antar umat beragama
melalui media. Pertama, radio tidak terbatas pada program acara hiburan saja,
akan tetapi ada acara setiap seminggu sekali yaitu program acara Diskusi
Mingguan (DIMI) singkatnya memperbincangkan masalah di Masyarakat
Kampung Sawah dengan berbagai tema diskusi seperti Kearifan lokal,
Infrastruktur, Wawasan Kebangsaan, Masa Muda. Kedua, Koran lebih kepada
Muatan lokal yaitu seputar Kampung Sawah, Cerita Sejarah, kamus kecil istilah
Kampung Sawah (Gogolio), Opini mengenai kerukunan antar umat beragama.
Ketiga, Website merupakan implementasi dari kegiatan radio dan koran untuk
dipublikasikan melalui jejaring media. Keempat, Fokus Group Diskusi merupakan
ruang publik sarana diskusi yang difasilitasi oleh Komunitas Suara Kampung
72
Sawah diharapakan mencari dan mengangkat masalah yang ada di Kampung
Sawah untuk menentukan mengatasi masalah tersebut baik itu menyangkut
masalah persaudaraan ataupun menanggapi masuknya kebudayaan dari luar
Kampung Sawah, Bekasi
73
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunitas Suara Kampung Sawah berperan dalam menjembatani
persebaran informasi dan budaya kerukunan yang ada di Kampung Sawah,
Bekasi. Menurut Robert Putnam, sesuatu yang sudah dilakukan Komunitas Suara
Kampung Sawah merupakan cara untuk memperkuat modal sosial yang sudah ada
di masyarakat Kampung Sawah melalui kepercayaan, norma dan jaringan.
Pertama, Kepercayaan dalam masyarakat Kampung Sawah tercermin
dalam kegiatan gotong royong saat hari raya lebaran dan natal. Budaya gotong
royong biasa dilakukan umat kristiani dan umat muslim seperti melakukan
keamanan dan pengadaan lahan parkir ketika berlangsungnya hari raya
keagamaan di Kampung Sawah.
Tindakan lain yang mencerminkan adanya kerukunan antar umat beragama
di Kampung Sawah, Bekasi adalah kegiatan saling mengunjungi (silaturahmi),
kemudian ada istilah Ngejotin yaitu keluarga yang merayakan hari raya
keagamaanya mengirim makanan ke keluarga yang berbeda keyakinan.
Trust atau kepercayaan itu tidak terwujud begitu saja, aktivitas siaran radio
berusaha membangun trust atau kepercayaan melalui siaran radio dalam program
acara diskusi mingguan meliputi topik pembahasan berbeda-beda serta terjadi
dialog interaktif antara narasumber dengan pendengar radio komunitas membahas
untuk kedepan bersama melestarikan persaudaraan di Kampung Sawah, Bekasi.
74
Akan tetapi terdapat penjelasan dalam salah satu rubrik koran yaitu Atensi
Pembaca (Apem). Dalam rubrik koran tersebut, terdapat tanggapan dari
masyarakat atau pembaca koran mengenai eksistensi koran Komunitas Suara
Kampung Sawah yaitu berharap masyarakat asli Kampung Sawah bisa nostalgia
dengan tulisan yang dinarasikan koran Komunitas dan sebagai perekat
terbingkainya kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah, Bekasi.
Kedua, norma-norma kerukunan bisa dilihat dalam kegiatan sedekah bumi.
Kegiatan tersebut dimaknai ketika umat kristiani dengan aktivitas keagamaan di
Gereja atau muslim yang menyelenggarakan sedekah bumi dengan doa atau tahlil
bersama. Sebetulnya, kegiatan keagamaan ini bentuk caranya berbeda tapi
memaknainya sama proses ucap syukur atas hasil bumi dan itu tidak sebatas umat
beragama tertentu dalam praktik mereka mengundang umat keagamaan lainnya
untuk terlibat, biasanya terlepas dari kegiatan doa keagamaan dan lebih kepada
pesta rakyat di acara sedekah bumi.
Ketiga, Kegiatan Temu Kangen merupakan jaringan sosial yang dibentuk
oleh komunitas SKS. Pada tahun 2016, mereka memfasilitasi sebuah kegiatan
yaitu Temu Kangen. Dalam kegiatan temu kangen komunitas SKS membuat tema
”Tinggal di Kampung Sawah, Minum Aer Kampung Sawah, Kudu Jadi Orang
Kampung Sawah”. Maksudnya, menyampaikan cerita bahwa siapapun yang sudah
tinggal dan minum air di Kampung Sawah harus jadi orang Kampung Sawah
(dalam konteks kebudayaan)
75
Anggota yang ada di komunitas SKS berasal dari suku dan agama berbeda,
mereka berkumpul lalu membicarakan suasana kerukunan guna mengantisipasi
munculnya konflik. Pengetahuan akan besarnya perbedaan ini membuat Suara
Kampung Sawah menjadi wadah bagi anggota komunitas untuk mempelajari
makna dan sejarah dari kerukunan melalui siaran-siaran di radio, berita di koran
maupun FGD.
Pertama, radio tidak terbatas pada program acara hiburan saja, akan tetapi
ada acara setiap seminggu sekali yaitu program acara Diskusi Mingguan (DIMI)
singkatnya memperbincangkan masalah di Masyarakat Kampung Sawah dengan
berbagai tema diskusi seperti Kearifan lokal, Infrastruktur, Wawasan
Kebangsaan, Masa muda. Kedua, Koran lebih kepada Muatan lokal yaitu seputar
Kampung Sawah, cerita sejarah, kamus kecil istilah Kampung Sawah (Gogolio),
Opini mengenai kerukunan antar umat beragama. Ketiga, Website merupakan
implementasi dari kegiatan radio dan koran untuk dipublikasikan melalui jejaring
media. Keempat, Fokus Group Diskusi merupakan ruang publik sarana diskusi
yang difasilitasi oleh Komunitas Suara Kampung Sawah diharapakan mencari dan
mengangkat masalah yang ada di Kampung Sawah untuk menentukan mengatasi
masalah tersebut baik itu menyangkut masalah persaudaraan ataupun menanggapi
masuknya kebudaaan dari luar Kampung Sawah, Bekasi.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, penulis menyarankan
kepada komunitas ini terus terjalin regenerasi di masyarakat setempat agar
76
memudahkan mobilitas dalam suatu kegiatan serta komunitas ini lebih
menggiatkan kemandirian dalam melakukan perubahan sosial di masyarakat tanpa
mengharapkan bantuan. Dan menyarankan agar pentingnya pemerintah
menjadikan komunitas seperti ini sebagai praktik terbaik dalam menjalankan
kerukunan.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John W. 2010 Reseacrh design : Qualitative, Quantitative and Mixed
Approaches (terj) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Field, John. 2016. Modal Sosial. Terj Nurhadi. Jogjakarta : Kreasi Wacana.
Hasbullah, Jousari, 2006 . Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia). Jakarta : MR-United Press.
Neuman W lawrence. Basic of social research : Qualitative and Quantitative
Approaches. Pearson Education, 2007.
Marsvati, Amir B, Qualitative Research in Sociology : An Introduction. New
Dehli-London : SAGE Publications, 2004.
Lawang, Robert. 2004. Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologi (Suatu
Pengantar). Jakarta : Fisip UI Press Jakarta.
Lawang R, MZ. 2005, Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologi (Suatu
Pengantar). Jakarta : Fisip UI Press Jakarta.
Putnam Robert, D. 1993a, Making Democracy Work : Civic Traditions in modern
Italy Princeton : Priceton University Press.
________________, 2000. Bowling Alone: The Collapse and Revival of American
Community, New York : Simon and Schurster.
Silalahi, Uber, 2010. Metode Penelitian Sosial cet.2 Bandung : Refika Aditama.
xiv
Tesis
Asrori, Saifudin, 2008. Studi Sosiologis Forum Konsultasi Dan Komunikasi Umat
Beragama (FKKUB) Provinsi DKI Jakarta, Depok : Universitas Indonesia.
Jurnal :
Ahsanul Khalikin & Fathuri, 2016. Toleransi Beragama Di Daerah Rawan
Konflik Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang
Kehidupan Keagamaan, Jakarta,
Firdaus M. Yunus, 2014. Konflik Agama Di Indonesia Problem Dan Solusi
Pemecahnya Jurnal Substania, Volume 16, Nomor 2.
Hertina, 2009. Toleransi Upaya Untuk Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama,
Jurnal Toleransi (LPPM) UIN SUKA RIAU.
Mustolehudin, 2016. Relasi Modal Sosial Dan Kerukunan Umat Beragama: Studi
Kasus Di Kecamatan Larangan, Brebes. Jurnal PENAMAS, Volume 29
Nomor 1 April-Juni.
Saleh, Syamsudduha. 2013. Kerukunan Umat Beragama Di Denpasar Bali. Jurnal
Al-Fikr, Volume 17.
Sila, M Adlin, 2017. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia : Mengelola
Keragaman dari Dalam, PUSAD Paramadina.
Suryana, Toto, 2011. Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama,
Jurnal endidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 .
Sumber Online
http://setara-institute.org/indeks-kota-toleran-tahun-2017 (diakses pada tanggal 12
Oktober tahun 2018.
http://wartakota.tribunnews.com/2017/06/27/kampung-sawah-potret-nyata-
kerukunan-antar-umat-beragama (diakses pada tanggal 14 Oktober 2018).
xv
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/08/20/21483361/Ngelestarin.Persodaan
Lewat.Udara. (diakses pada tanggal 14 September 2018).
Dokumen
Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni Tahun 2017.
Draft SK/ Surat Keputusan dan Akta Notaris Komunitas Suara Kampung Sawah.
Draft Program Diskusi Mingguan Radio Komunitas Suara Kampung Sawah.
Cetakan Buletin Koran Komunitas Suara Kampung Sawah.
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan informan Yuherisman, Tanggal 06 Mei 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Yacob Napiun, Tanggal 13 Mei 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Irwan Setiadi, Tanggal 21 Mei 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Nur ali akbar, Tanggal 22 Mei 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Dadang kotong, Tanggal 26 Mei 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Matheus Nalih, Tanggal 29 Mei 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Eko Praptanto, Tanggal 2 Juni 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Edy PP, Tanggal 06 Juni 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Muhammad Ali, Tanggal 5 juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Agustinus Janor, Tanggal 15 juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Marvianus Tanggal Minggu, 29 juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan informan H. Sudirman, Tanggal Sabtu 8 September
2018.
xvi
Wawancara Pribadi dengan informan Slamet Suryadi, Tanggal 14 September
2018.
Wawancara Pribadi dengan informan Daden Supriyatna, Tanggal 20 September
2018.
DOKUMENTASI FOTO
- Foto bersama Ketua, Sekertaris dan Anggota Komunitas Suara Kampung Sawah dan
Tokoh Agama dan Tokoh masyarakat setempat.
LAMPIRAN
Data Wawancara
Nama : Pak Eddy Pepe (Ketua Komunitas Suara Kampung Sawah)
Hari dan Tanggal : Rabu, 06 juni 2018
Usia : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pensiunan
Sebelumnya peneliti melakukan pra wawancara pada tanggal 12 maret
2018, di rumah pak eddy pepe. Pada saat itu untuk membangun komunikasi
untuk melakukan penelitian dan sekaligus bertanya mengenai hal Suara
Kampung Sawah.
Suara Kampung Sawah itu apakah bapak tahu berdirinya wacana untuk apa ?
Mendirikan SKS mempunyai tujuan mempertahankan atau melestarikan suatu
persaudaraan kerukunan dan keakraban dan perdamaian yang ada di sini yaitu di
Kampung Sawah. Itu semua terangkum dalam tagline kita di Komunitas Suara
Kampung Sawah tag line “ngelestariin pesodaraan”.
Kita punya radio, Koran dan website yang kita lakukan menginformasikan suatu
Keberagaman Kampung Sawah, dan begitu juga mendokumentasikan tentang
kegiatan-kegiatan orang Kampung Sawah yang selama ini terjadi bahkan dahulu ada
dalam bentuk literasi foto-foto kita membuatnya.
Wawancara Rabu, 06 juni 2018
Menurut anda, apa hal yang mendorong terbentuk Komunitas Suara Kampung
Sawah ?
Rasa kebersamaan ingin merawat dan menjaga tradisi bersodara di Kampung Sawah
Sejak kapan wacana terbentuk Komunitas ini ?
Wacana itu dimulai dengan kegiatan NGERIUNG BARENG yang diadadakan pada 2
Januari 2007 dalam acara lintas agama yang digelar.
Menurut anda, mengapa muncul istilah Ngelestariin Pesodaraan dalam Suara
Kampung Sawah ?
Yaitu tadi ketika kami memiliki kebersamaan untuk merawat dan menjaga budaya
dan tradisi Kampung Sawah.
Apakah istilah Ngelestariin Pesodaraan merupakan nilai baru dan sebelumnya
apakah ada nilai lama yang di pegang oleh Kampung Sawah ?
Istilah NGELESTARIIN PESODARAAN adalah nilai baru yang kami angkat dalam
upaya merawat dan menjaga budaya dan tradisi Kampung Sawah.
Apakah ada kegiataan Suara Kampung Sawah yang bersinggungan dengan
masyarakat setempat ?
Selalu bersinggungan (positif) karena memang SKS ada untuk masyarakat Kampung
Sawah.
Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut (kegiatan apa bisa
dilakukan) ?
Selalu dalam Penulisan sandiwara radio, menulis ILM (iklan layanan masyarakat)
radio bentuk dari scprit , menulis berita untuk Koran, dan lain sebagainya.
Apakah ada dalam program radio yang menggambarkan tentang kerukunan
umat beragama?
Ada dan selalu ada.
Apa itu diskusi mingguan dan apakah terlibat dalam kegitaan tersebut ?
Diskusi mingguan adalah program radio dalam bentuk talk show yang intinya
membicarakan tentang infrastruktur, kemasyarakatan, kepemudaan, kearifan lokal
dengan mengundang tokoh yang Suara Kampung Sawah anggap kompeten. Dan saya
terlibat juga dalam membawa acara diskusi mingguan di radio.
Kapan saja waktu siaran radio dilangsungkan ?
Mulai pukul 17.00 – 22.00 (saat ini dalam keadaan off karena berbagai persoalan).
Mengenai Radio Suara Kampung Sawah, apa visi misi radio tersebut terbentuk
dan selain program DIMI di radio apakah ada program acara lainya di radio
yang membahas kerukunan di Kampung Sawah ?
Program DIMI ini mengajak pendengar Radio SKS untuk Bersama memikirkan
situasi terkini yang ada di Kampung Sawah. Banyak hal yang terjadi di Kampung
Sawah saat ini yang secara langsung atau pun tidak mempengaruhi situasi sosial
masyarakat Kampung Sawah. Melalui DIMI Radio SKS berupaya mengingatkan
pendengar bahwa kemajuan bisa berdampak positif juga negative.
Dalam program acara “Diskusi Mingguan”, Siapa kordinator Radio program
acara Diskusi Mingguan ? Selain itu, Bapak membawa acara diskusi mingguan
di radio apa yang bapak bahas dalam Diskusi Mingguan di Radio tersebut ?
Produser Acara DIMI : Agustinus Janor,Moderator/Host : Lucia Yesti, Bahasan :
Kearifan Lokal, Infrastruktur, Kepemudaan, Sosil Kemasyarakatan
.Mengenai kegiatan TEMU KANGEN dan Forum Group Diskusi (FGD) tahun
2016 yang diselenggarakan SKS, apa tujuan kegiatan tersebut diadakan dan
sudah berlangsung berapa kali ?
Acara temu kangen adalah acara off-air yang menampilkan budaya Betawi.
Tujuannya sebagai acara silaturahmi masyarakat Kampung Sawah dari berbagai
generasi. Sementara FGD kami lakukan untuk menjaring, mencari, mengangkat
problem serius yang ada di Kampung Sawah, sekaligus menentukan bagaimana
mengatasi problem tersebut. Dalam hal ini menyangkut masalah persodaraan,
toleransi, serta serbuan kebudayaan dari luar Kampung Sawah.
Mengenai kegiatan Dialog Kebangsan dan Buka Puasa Bersama tahun 2018,
apa tujuan kegiatan tersebut dilaksanakan dan Sumber daya Kegiatan tersebut
dari mana sehingga terlaksana ?
Dialog kebangsaan bertujuan untuk memberi pencerahan tentang keberagaman yang
menjadi masalah di Indonesia. Ketika medsos menyebarkan ujaran kebencian, hoax,
fitnah dan sebagainya, masyarakat Kampung Sawah harus berada dalam satu bingkai,
yaitu Bhineka Tunggal Ika. Uniknya sumber dana dari acara ini digotong bersama
oleh Lembaga-lembaga keagamaan yang ada di Kampung Sawah dan sekitarnya serta
pribadi-pribadi yang peduli dengan Kebhinekaan,
Menurut bapak, Praktik Keagaman apa yang mencerminkan kerukunan di
kampung Sawah sehingga masyarakatnya saling bertemu walau berbeda
keyakinan. Jelaskan
Setiap hari raya keagamaan kami saling memberi selamat, mengunjungi, dan
bersilaturahim. Bahkan ada tradisi yang terus berkembang yaitu ngejotin, yaitu
keluarga yang merayakan hari raya agamanya mengirim makanan ke keluarga yang
berbeda keyakinan.
Bagaimana peran bapak dalam kegiatan keagamaan, misalkan sedekah bumi ?
Saya mengangkat budaya kampung sawah memakai busana kampung sawah
menggunakan itu kearifan lokal saya mendorong bisa masuk ke inkulturasi di gereja
ada lagu betawinya, pasukan krida wibawa untuk menjaga budaya betawi yang ada di
gereja, jadi orang betawi asli sama menjaga dan merawat, sedekah bumi syukuran
atas hasil pane nada pesta rakyatnya,
Bagaimana peran bapak dalam kegiatan keagamaan lainya ?
Biasanya saya sebagai undangan saja Misalkan di GKP ada acara ulang tahun apa
sedekah bumi, begitu juga di yasfi atau pesantren al aziz ada kegiatan hadir sebagai
undangan aja. Undangan saya ada silaturahmi saja.
Bagaimana peran bapak dan ketelibatan dalam kehidupan sehari misalkan
lebaran hari raya ?
Saya mengunjungi untuk memberikan selamat lebaran antar saudara dan tetangga,
saya lebaran mengucapkan selamat lebaran ke kiyai rahmaddin atau ustad muqorobin
lebih pada silaturahmi aja.
Nama : Yuherisman (Sekertaris Komunitas Suara Kampung Sawah)
Hari dan Tanggal : 06 mei 2018
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Menurut anda, apa hal-hal yang mendorong terbentuk Komunitas Suara
Kampung Sawah ?
“dulu, tahun 2011 berdasarkan awal keperihatinan mulai memudar anak kepada orang
tua, melihat akhir ini yang merebah di medsos kayak apa gitu dulu-dulu di medsos
udah ada dan akhirkan kita mencoba lewat media melestarikan persodaraan lewat
radio karena bagi kita media komunitas rasa bagi kita lebih memperdekat gitu ibu
sambil masak dengerin kita, memang paling banyak kalangan ibu-ibu yang dengerin
kita, lewat Koran, kalo web yang ngeliat segmen anak muda itu contohnya program
dangdut diudara salam salam kepada saudaranya”.
Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut ?
kalo di Koran intens di Koran editor sama pak eko praptanto, kalo radio saya bikin
program bikin segmen dan itu sering.
Apakah ada dalam program radio yang menggambarkan tentang kerukunan
umat beragama ?
diskusi mingguan doang itu paling kearifan lokal sering kita perbincangkan malah
kita undang teman-teman nasional bagaimana merawat dengan lebih dari diskusi
mingguan walaupun kita sisipin setiap program ngelestariin persodaraan tagline kita.
Tujuan kegiatan Temu kangen, menurut anda apa ?
Bertemu kangen, untuk silaturahmi akbar atau besar lintar generasi dan lintas agama,
ada dialog ngumpulin tokoh masyarakat
Kenapa, FGD di SKS diadakan tujuan dan apa yang dibahas dalam FGD
tersebut serta siapa yang terlibat FGD tersebut ?
FGD karena latah sebutan, kita sering ngadain diskusi, sebelum FGD udah ada
diskusi semua kalangan mau menyentuh untuk diskusi, di SKS termasuk FGD atau
forum group diskusi untuk yang pertama diadakan, menggali kearifan lokal. Tema
berikutnya, kedua mencari nama dikampung sawah atau julukan. Ketiga, Forum
Group diskusi tersebut berusaha mencoba kesepakatan dari tindaklanjut FGD atau
diskusi pertama dan kedua, ketiga berusaha ingin membangun tugu persadaraan.
Terakhir, FGD itu diadakan di Kecamatan sama halnya membahas belum ada
kesepakatan mengenai lokasi sudah ketemu membangun tugu-nya dibundaran kecapi,
Komunitas Suara Kampung Sawah bukan menyelenggarakan hanya memfasilitasi
dan masyarakat yang berbicara. Pimpinan diskusi dan notulensi orang SKS juga
untuk terlibat orang SKS juga masyarakat, tokoh masyarakat.
Apakah abang tahu tradisi ngenjotin dalam hari raya lebaran ?
Dari dulu udah ada rantangan kalo lebaran berbagi rezeki ke non muslim termasuk
kesodara saya prostestan, sekarang masih ada terkikis pasca krisis moneter, nggak
kayak dulu, kita ada tabungan daging ngenjotin itu pas natalan selesai mau tahun baru
mereka berbagi juga, intinya untuk menjalin silaturahmi.
Bagaimana ikut serta dalam kegiatan sedekah bumi ada disetiap gkp, servas
sasak djikin abang pernah berperan ?
Iya dong kampung sawah diluar struktur, kita diundang berpartisipasi dialog sama
juga di sasak jikin ikut pengajian nya, terlibat saya sebagai pengajian waktu tahun
lalu saya sambutan sebagai ketua lpm di ulang tahun sasak jikin, karena kemarin saya
sudah kerja kemarin ada undangan juga, kalo di gkp ada undangan juga, kalo sajian
kebudayaan kita ikut, identik bebaritan masih ada yang ngejalanin ada yang nggk.
Dalam lebaran ada istilah ngejotin, bagaimana peran abang dalam hari raya
lebaran ?
Ya, peran kelurga saya saling mengunjungi yang paling tua, begitu saudara yang non
muslim, 1 hari khusus yang ada disini, dihari 3, berbagi rezeki ketetangga baru yang
agak jauh saudara, saling mengunjungi, ngejotin sebelum hari raya. Kalau natalan
pesan orang tua tapi kita keliling kesaudara non muslim malam tahun baru dan
natalan.
Nama : Yacob Napiun (Tokoh Masyarakat & Dewan Pembina SKS)
Hari dan Tanggal : 13 mei 2018
Usia : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katholik
Pekerjaan : Karyawan Wiraswasta
Menurut bapak, mengenai struktur nilai atau norma, aturan yang dibentuk
Komunitas Suara Kampung Sawah dengan “Ngelestariin pesodaraan”, apakah
nilai aturan tersebut nilai-nilai lama di masyarakat atau nilai yang diperbaharui
untuk diterapkan ?
Sumber nya inspirasi situasi kondisi yang lalu, seiring waktu harus menyesuaikan
disana ada pembaharuan. Nilai lama tetap persaudaraan, semangat gotong royong
karena dari itu tanpa memandang latar belakang, selain persaudaraan termasuk etika
saling menghargai itu nilai lamanya.
Mengapa di SKS sering diadakan Forum group diskusi, dan apa yang dibahas
di FGD tersebut ?
Ketika itu ada 2 hal satu sama lain berbeda arah tetap sama kaitan persaudaran.
Pertama, situasi politik imbas jaman pak jokowi mengenai berita hoax semacam gitu,
kedua, dalam rangka merealisasikan persaudaran dikampung sawah dalam wujud apa
ada yang mengusulkan monumen tugu persaudaraan melibatkan tokoh termasuk dari
pemerintahan memang sangat antusias sampai mengerucut tugu persaudaraan.
Apakah bapak mengetahui kegiatan temu kangen yang dibentuk SKS dan
apakah bapak terlibat ?
Kegiatan itu pertama ada sosialisasi melalui forum diskusi, lomba permainan
tradisional ada bazar kuliner khas kampung sawah, terakhir pentas seni. Itu
inisiasikan oleh komunitas SKS itu sendiri. Ide awalnya saya tapi dikembangkan
Apa tujuan perayaan Sedekah Bumi di masyarakat Kampung Sawah ?
Perayaan Sedekah bumi versi gereja katolik memberikan bukti bahwa Gereja dengan
satu kesatuan memberikan untuk terjadinya kolaborasi inkulturasi tradisi lokal
dengan tradisi gereja, umum nya melestarikan tradisi di kampung sawah. kita berbeda
waktu kalo di servas dengan ulang tahun pesta nama gereja 13 mei untuk di GKP
dengan ulang tahun mereka itu tanggal bulan juli untuk di yasfi terkait dengan lebaran
betawi bisa dikategorikan sedekah bumi.
Bagaimana proses kegiatan sedekah bumi pada saat perayaan dari awal
kegiatan sampai akhir ?
Itu dibagi dua Liturgi yang terkait dengan ibadah yang kedua lebih kepada pesta, ada
tiga pastur memakai dialek kampung sawah membawa seserahan ada padi, sayuran
dan kue, itu bagian dari ibadah itu didoakan yang itu disimpan setelah ibadah baru
disajikan untuk dimakan bersama. Termasuk Ngaduk dodol persis dengan perayaan
pesta. Awalnya ibadah baru dilanjutkan pesta, liturgi ibadahnya dan non liturgi
dengan pesta tadi. Kaitan sodara kita yang muslim mengajak ngaduk dodol itu bahan
samapai pembuatan.
Bagaimana peran bapak dalam pelaksanaan kegiatan hari raya lebaran ?
peran praktis dilapangan sebenarnya saya tidak pernah diminta atau disuruh, cuma
saya sering kali bahkan saya mengajak teman yang non-muslim itu untuk membantu
pada saat sholai id nah bagaimanapun kita punya keinginan teman-teman yang
muslim semua bisa ikut sholat id sehingga kegiatan yang mereka tangani biar kita
bantu tanpa mengurangi hak dan kewajiban teman yang muslim, kami membantu di
situ sepenuhnya karena relasi persahabatan kami yang mengundang dan membuat
melakukan itu, karena relasi persaudaraan atau persahabatan itu sehingga ketika kami
datang mau ngapain nggak ada itu udah pasti mereka sudah tau saya dan teman teman
saya datang mau membantu untuk mengatur lalulintas dan upaya pengamanan
kegiatan sholat id kami mengambil peran itu, inisiatif saya dan teman-teman.
Nama : Eko Praptanto (Koran Komunitas Suara Kampung Sawah )
Hari dan Tanggal : Sabtu, 2 Juni 2018
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Penulis Buku
Bagaimana fungsi Radio, Koran, Web Komunitas Suara Kampung Sawah
dalam masyarakat Kampung Sawah ?
fungsinya untuk Menjalin komunikasi antar masyarakat. Kedua, bagaimana
menghibur masyarakat, memberikan informasi tentang hal-hal baru di seputar
kelurahan dan kecamatan. Kemudian, mendidik masyarakat tentang segala hal.
karena ini Radio Komunitas tidak biasa memang ada lagu-lagu kirim lagu salam-
salam, tapi ada juga dialog-dialog mingguan gitu loh, kami mengundang narasumber
dari luar untuk memberikan sesuatu di Kampung sawah memberikan inspirasi segala
macam untuk memberikan pencerahan di masyarakat sini untuk terus menjaga
kerukunan, kebhinekaan disini menjaga kebangsaan yang sudah tumbuh subur disini.
Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut ?
Kebanyakan terlibat di Koran, kalau Moderator Diskusi mingguan Kondisional saja.
Apakah ada dalam kolom Koran yang mengambarkan tentang kerukunan umat
beragama?
Ada itu halaman terakhir selalu ada artikel tentang kerukunan, artikel bagaimana
menjaga kebhinekaan dan menjaga persodaran, karena kan kita taglinenya
ngelestariin persodaraan.
Kapan saja waktu terbitan Koran di cetak ?
Kalo dahulu sebulanan, rata sih 1000-2000.
Dimana saja hasil terbitan Koran SKS di sebarkan ?
Masing – masing bagian, dulu lu ke daerah sana ya gua daerah sini dan kedaerah
rumah lu gituan ya gratis. dulu pernah mingguan pas ada pilkada 4 tahun lalu karena
dapat bantuan bisa 2 mingguan.
Nama : Irwan setiadi (Radio, Komunitas Suara Kampung Sawah )
Hari dan Tanggal : 21 mei 2018
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Pekerjaan : LSM
Bagaimana fungsi Radio, Koran, Web Komunitas Suara Kampung Sawah
dalam masyarakat Kampung Sawah ?
masyarakat mendapatkan informasi isu-isu yang berkembang, dan bisa menjalin
silahturahmi
Apakah ada kegiataan Suara Kampung Sawah yang bersinggungan dengan
masyarakat setempat ?
Setiap kegiatan dalam produksi iklan layanan masyarakat kita selalu mengajak
masyarakat setempat dan juga ketika membuat workshop.
Apa peran yang anda lakukan dalam Komunitas Suara Kampung Sawah ?
Menjadi Koordinator Radio, dan penyiar di radio Suara Kampung Sawah.
Mengapa memilih kegiataan tersebut dan itu keahlian atau pengalaman anda ?
Karena saya pengalaman dibidang radio dan itu juga salah satu keahlian saya.
Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut ?
Selalu karena harus koordinasi dengan para penyiar, mulai dari konsep program
sampai bersiaran yang baik.
Apakah ada dalam program radio yang menggambarkan tentang kerukunan
umat beragama ?
Setiap program ada menggambarkan tentang kerukunan umat beargama
Kapan saja waktu siaran radio dilangsungkan ?
Setiap hari mulai pukul 14.00 wib - 23.00
Nama : Nur ali akbar (Web, Komunitas Suara Kampung Sawah)
Hari dan Tanggal : 22 mei 2018
Usia : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Bagaimana fungsi Radio, Koran, Web Komunitas Suara Kampung Sawah
dalam masyarakat Kampung Sawah ?
Pasti sama fungsi dasarnya menyampaikan informasi, radio, selain fungsi itu Koran
juga sebab fungsinya menjalin komunikasi karena itu komunitas perlu ada ikatan, ada
radio sehingga sampai pesannya kemasyarakat kemudian, ada juga masyarkat sini
keliatannya guyub dari berbagai macam agama sama-sama, Koran itu buletin
menyampaikan informasi gagasan buat masyarakat harus sampai lebih jauh lagi
keluar sampai ketempat lain
Menurut anda, bagaimana berkenaan perihal koordinasi dalam melaksanakan
kegiataan Web Komunitas ?
Saya sih di web menginisiasikan dan bagaimana bisa dilanjutkan, tapi sih saya yang
mengerjakan website.
Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut ?
sering terlibat biasanya Website, Koran menulis bantu-bantu menyiapkan konten,
kalo yang bisa dibantu kalo aja dimana aja
Apakah ada dalam website berita khusus yang menggambarkan tentang
kerukunan umat beragama di Kampung Sawah ?
ya gini sebetulnya kita itu mah konten juga nggak sembarang ada rubrik disitu lokal
seputar kampung sawah. Kemudian, ada tentang berita secara umum pasti ada berita
tentang berhubungan dengan kerukunan.
Apa saja yang di publikasikan dalam web Komunitas Suara Kampung Sawah ?
kadang-kadang sama dengan yang dikoran sama kita tampilkan ada offline dan online
Nama : Dadang Kotong ( Keluarga Kawin silang dan Anggota SKS )
Hari dan Tanggal : 26 mei 2018.
Usia : 42 tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Protestan
Pekerjaan : Wiraswasta
Menurut abang, kalo dalam komunitas Suara Kampung tidak harus ada di
struktur
Bisa yang penting mau ikut dan ambil bagian mau menjaga kerukunan yang ada..
Apakah, abang mengetahui nilai-nilai di masyarakat kampung sawah dalam
menjaga kerukunan yang sudah ada ?
Khusus nilai-nilai saling mengunjungi misal ada mananya ngenjotin berbagi kalo
misalnya yang lebaran banyak makanan mengatarkan saudara nya yang non-muslim
begitu juga sebaliknya mengantarkan rantangan terutama saudara, tetangga, yang
namanya ngenjotin atau rantangan ada beberapa nasi, sayur kentang ada daging, kue
kadang kita kalo anterin itu anak yang anterin dapet bagian.
Kalo nilai-nilai yang masih diterapkan di kampung sawah ?
Nilai masih diterapkan itu kayak rantangan itu masih terus ngaduk dodol hanya
sebagian saja karena ngaduk dodol modalnya gede.
Apa yang anda lakukan dalam menjaga Kerukunan di Kampung Sawah ?
Mengikuti yang sudah ada dari menjaga silaturahmi kepada sodara terutama tetangga
salah satunya saya mengadakan arisan keluarga, perkumpulan dengan teman saling
mengunjungi kerumah temen salah satunya, saya minum teh bareng kerumah-rumah.
Apakah ada kegiatan masyarakat yang mencerminkan kerukunan umat
beragama di Kampung Sawah ?
Salah satunya dengan bersilaturahmi dari rumah kerumah dengan itu ada menjalin
persodaraan.
Bisa diceritakan, bagaimana sih peran SKS dalam praktik keagamaan ?
Sedekah bumi ya itukan 1 tahun sekali, sks kita khusus kemarin servas terus sama
gkp, dari sks sebagian orang orang ikut ambil bagian kepanitian.
Bisa diceritakan, bagaimana sih peran abang dalam sedekah bumi ?
Paling saya bagian acara untuk musik, kebanyakan untuk sedekah bumi yang rutin
setiap tahun servas tetapi di GKP juga ada, bagian pembawa acara kegiatan untuk
musik, paling ikut ngaduk dodol menerangkan makanan ciri khas, paling di servas
kalo lebaran betawi di yasfi. Kalo dulu setiap tahun khusus bagian nimbrung atau
gabung ikut bareng-bareng aja yang biasa aja, ikut terlibat dilapangan saja ya.
Bisa diceritakan, bagaimana sih peran abang atau keterlibatan dalam lebaran
saling mengunjungi ?
kalau saya sama adik, kalau bapak saya masih hidup mengajarkan ke anaknya untuk
mengucapakan kepada yang beragama muslim, saya muter terutama antar tetangga, di
rumah kakak hari pertama kumpul dari keluarga saya ditempat kakak terus keteman-
teman silaturahmi mengucapkan hari raya lebaran.
Nama : Pak Matheus Nalih (Tokoh Agama Katolik)
Hari dan Tanggal : 29 mei 2018
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pendakwah dan Guru
Sebelumnya peneliti melakukan pra-wawancara pada tanggal 12 maret
2018, di Sekertariat Gereja Servatius Kampung Sawah. Pada saat itu untuk
membangun komunikasi untuk melakukan penelitian dan sekaligus bertanya .
Bapak dalam kegiatan di Suara Kampung Sawah terlibat di mana pak ?
Kalo saya sekarang sudah tidak terlibat lagi, lebih di fokus di anak muda yang ambil
bagian berhubungan dengan koran radio mereka melajutkan dulu kita mengawali dari
dikusi lintas agama.
Jadi menurut bapak, komunitas suara kampung sawah salah satu cara
mempertahkan kerukunan ?
Salah yang salah satu cara dengan mempertahakan kerukukanan, tradisi dan
kebudayaan. Bagaimana misalnya Suara Kampung Sawah mencoba berusaha
mengaungkan bahasa asli, mengaungkan lagu-lagu asli kampung sawah, Seperti
mengaungkan masalah berbentuk tarian maksud tariannya betawi dan masakannya
betawi segala macam tradisi seperti itulah yang di pertahakan oleh suara kampung
sawah.
Bagaimana cara masyarakat Kampung Sawah dalam menjaga kerukunan antar
umat ?
Orang kampung sawah seperti keset tetap terbuka sangat welcome. Saling
menghargai urusan agama masing-masing, Urusan kampung sawah soal kita bersama,
soal agama soal pemimpinnya dan soal masyarakat soal kita bersama jadi membuat
kerukunan di Kampung Sawah Jadi toleransi kalo toleransi bahasa sekarang ya, kalo
dulu saling menghargai dari masyarkat terbentuk.
Mengenai perayaan lebaran hari raya lebaran dikampung sawah, apakah saling
mengunjungi itu para tokoh atau masyarakat juga terlibat ?
Secara institusi kami dan para tokoh utama yang kami kunjungi, untuk sosial
kemasyarakatan semua umat jemaat juga terlibat saling mengunjungi saat lebaran,
terutama antar tetangga.
Menurut bapak, Bagaimana sejarah sedekah bumi itu muncul dan dilakukan
hingga sekarang ?
Itu terjadi saat kepemimpinan Peter Oscar Cremers O.F.M pada tahun 1935,
Berdasakan permintaan bapak Poespo meminta Pater Cremers untuk sebuah upacara
katolik yang sangat kuno, yakni memberkati hasil panen padi yang tertumpuk di
halaman rumah untuk sebelum dibagikan kepada para penderep, tempatnya di rumah
bapak yafet napiun dan bapak Nias pepe, dan itu menjadi tonggak acara sedekah
bumi hingga sekarang sebagai ungkapan syukur atas rejeki yang diterima dari alam.
Bagaimana sih, Proses acara sedekah bumi dari tahun ke tahun ?
Sedekah bumi dari tahun ketahun disesuaikan dengan keadaan bumi saat ini dan
karya umat dalam kehidupan sehari-hari. Maksudnya, tanah sudah digunakan untuk
rumah, Petani sudah tidak kayak dulu hasil bumi semakin sedikit, umat lebih banyak
sebagai pegawai. Tetapi ungkapan syukur tetap dilakukan hanya dalam bentuk yang
disesuaikan karena apapun juga kita masih berada diatas alam ini, tapi sekarang
ajakanya adalah ayo jaga bumi maharahim.
Terus, Untuk Keterlibatan pihak muslim dalam acara sedekah bumi biasanya
terlibat dalam bagian apa ?
Dalam ungkapan syukur itu seringkali kita bersama umat lain menyatakan ungkapan
syukurnya dalam bentuk sedikit berbeda, bagaimana masyakarat kampung sawah
bersyukur bisa hidup rukun dan damai hidup dalam bumi maharahim, biasanya dalam
bentuk dialog. Dan membantu kami dalam mewujudkan nuansa betawi Kampung
Sawah dengan ikut ambil bagian “Ngaduk dodol”.
Nama : Pak Muhammad Ali (Lurah Jati Murni)
Hari dan Tanggal : 5 Juni 2018
Usia : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Lurah
Bagaimana cara atau alat yang digunakan pemerintah dalam menjaga
kerukunan di Kampung Sawah ?
Kita pemerintah menjaga kerukunan selalu memberikan supporting terhadap
pelaksanan kegiatan ibadah misalnya pada saat hari raya umat kristiani baik itu
protestan ataupun katolik kita selalu memberikan supporting mengunjungi tempat
ibadah, memberikan dorongan semangat dan ucapan selamat untuk menjalankan
ibadah sesuai kepercayaanya masing -masing. Kita selalu memberikan pencarahan
melalui masjid-masjid untuk supporing meskipun berbeda agama.
Apa ada kegiataan masyarakat Kampung Sawah sejak dahulu hingga sekarang
dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama ?
Salah satu hari raya besar islam si umat kristani masih ada ikatan mengunjungi
kesaudaranya, begitu juga islam pada saat natalan dan tahun baru saling mengunjungi
mengucapkan dari dahulu hingga sekarang.
Apakah anda, mengetahui keberadaan Komunitas Suara Kampung Sawah ?
Saya tahu memang saya ikut didalamnya apa namanya mensupport kegiatan tersebut.
Komunitas suara kampung sawah itu salah satu media yang mengakat citra sosial
budaya orang kampung sawah dari berbagai latar etnik bukan hanya betawi bukan
hanya jawa semua nya diangkat salah satu media lokal sifatnya. Saya pikir juga
media lokal juga diperlukan paling tidak informasinya bisa sampai warga kita yang
ada khusus di kita kampung sawah.
Nama : Bang Marvianus (Ketua sanggar sasak djikin)
Hari dan Tanggal : Minggu, 29 juli 2018
Usia : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Kalau disini sedekah bumi proses acaranya, bagaimana ya pak ?
Diawali dengan dzikir, tahlil biasanya dengan mengirim doa al-fatihah buat ahli
kubur, biasanya abis kita ucap syukur berdoa bersama kalo misalnya mau makan
bersama baru ada kalo ada hiburan pementasan budaya, kalo nggk pun seperti kita
biasa kita adain paling ucap syukur karena doa karena bersyukur kita di sanggar
paling kemarin anak-anak pentas disanggar paling silat pementasan teater saja yang
ditampilkan, sebenarnya sama sih prosesnya aja gitu sih cuman yang membedakan
pelakunya aja.
Kalau disini memaknai sedekah bumi apa itu sih bang diadakan sedekah bumi ?
Pertama, mendirikan silaturahmi intinya silaturahmi, yang kedua itu kita jadi tahu
perjuangan nilai budaya bukan hanya saat ini ternyata kita dari jaman kerajaan pun
sudah melakukan ini, kalau saya hanya bagian dari hanya penerus.
Kalau disanggar sasak djikin sedekah bumi kapan ?
Dari dulu dari turun temurun, dulu upacara sedekah bumi oleh sasak djikin diadakan
sekitaran di jalan sasak djikin dan karena perubahan jaman tidak mungkin kita
mengadakan di jalan raya dapat menganggu pengguna jalan, jadi acara sedekah bumi
diselenggarakan di sanggar seni sasak djikin. Kegiatan sedekah bumi namanya dulu
babaritan dari jaman namanya bapak saya kecil, kakek saya kecil dan saya sebagai
penerus aja sih. Kalau disini faktor budaya mengikat kalo diputerin kampung sawah
kalo agama nggak bakal bisa menjadi pengeratnya, mangkanya dari kulturnya satu
dari budaya terus dari terah keturunan walaupun marganya berbeda karena
perkawinan silang jadi kuat kan nggk mungkin sodara sama sodara oh di amah
Kristen tapi dia mah abang kita kalo yang lain mah beda, kalo kita berbeda keimanan
tujuan satu kerukunan nya.
Nama : Bapak Slamet Suryadi (Ketua RW 02, Jati Murni)
Hari dan Tanggal : Jumat, 14 September 2018
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Bisa diceritakan, keterlibatan bapak dalam Kegiatan Suara Kampung Sawah ?
Kalau di SKS setiap kegiatan pasti ikut kadang-kadang ikut siaran radio waktu itu
programnya diskusi mingguan kadang-kadang temanya ganti-ganti kadang
infrastruktur iya Kearifan lokal iya kalo memang terkait sama SKS, kadang ikut bantu
bang dadang Goyang dangdut diudara, kadang di media SKS bikin video-video
pendek ikut main juga 5-6 video intinya semua kegiatan perekat persaudaraan aja.
Kampung sawah beda sama kampung lain bagaimana generasi penerus anak apa-apa
aja sih yang ada di kampung sawah.
Mau nanya pak, dalam kegiatan keagamaan ada perayaan sedekah bumi kan
ada yang dirayakan di Gereja Servas dan GKP, bisa diceritakan peran bapak
dalam keterlibatan Sedekah bumi gitu ?
Kalau sedekah bumi sifanya sih undangan, penyelenggaraan semua dari internal
gereja, kalau saya di undang saja ikut berpartisipasi misalkan sedekah bumi ada
ngaduk dodol ikut aja, makan bersama terus beberapa kali GKP saya ikut juga
berpartisipasi ada rangkaian pentasan pencak silat kita ngirim dari sasak djikin
sifanya ikut berpartisipasi saja.
Kalau hari raya lebaran, ngejotin orang muslim ngasih kenon muslim ?
Dan itu bukan rekayasa spontanitas karena kepedulian aja merasa terpanggil, ngejotin
masih ada, contoh ada 8 bersaudara kesaudara kita lebih tua selain saudara kita
tetangga non-muslim, kita mengantar hidangan masakan .
Nama : Bapak H. Sudirman (Dewan Pembina SKS)
Hari dan Tanggal : Sabtu, 8 September 2018
Usia : 66 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : Pensiunan
Bisa diceritakan, bagaimana hal yang mendasari bapak terlibat di sks ?
Karena terbentuknya paguyuban kerukunan umat beragama, dari yakoma PGI
bagaimana disini membuat radio kita membidani dengan dan akhirnya terbentuk
Mau nanya, kalo diradio bapak pernah terlibat program diskusi mingguan ?
Lurah dengan camat lebih mengarah pemerintahan, pernah dengan pak ustad tentang
orang yang mendengarkan radio atau tv, saya lebih dialog dengan canda dengan
pantun dengan bahasa dialog kampung sawah asli misal ilokan.
Bagaimana keterlibatan dan peran sks dalam praktik keagamaan atau sebatas
media saja ada kegiatan agama lainya ?
Yang jelas SKS meneruskan saja, tahunan lebaran dan natal yang pertama petugas
parkir orang non-muslim, kalo saya dalamnya sini, semacam sudah terbentuk saja
Bagaimana keterlibatan dan peran bapak dalam sedekah bumi ?
Kalau diservas dan di gkp diundang sebagai tokoh dari salah satu agama tapi kalau
yang khusus ada gabungan itu kita ikut kepanitian, setiap sedekah bumi kita harus
menapilkan adat budaya dahulu bisa ditonton anak muda sekarang, dimasukin sebagai
penasehat kalau sudah ditulis dikepanitian mau tidak mau saya harus bergabung dan
terlibat yang umum.
Kalau tidak salah bapak pernah isi sambutan dalam acara sedekah bumi ?
Ya itu saya pernah beri sambutan menyampaikan tradisi bentuk rasa syukur seperti
budaya nya, kalau apel 17 agustus ikut inpestektur upacara di servas.
Nama : Daden Supriyatna (Tokoh Masyarakat Kampung Sawah)
Hari dan Tanggal : Kamis, 20 September 2018
Usia : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Apakah abang melakukan praktik ngejotin pada saat lebaran ?
Kita anter-anterin apa lagi waktu saya masih kecil, kalau dulu saya dari orang tua
disuruh nganteri ke keluarga kita sendiri yang tua-tua, kalau itu tetap kita lakuin
sampai sekarang. Kalau masih seagama nih misalkan budaya kita yang muslim kita
masak daging bisa 10 kg lebih tentengan isi nasi ayam, daging sayur kentang yang
tua-tua dianterin ke yang tua. Suatu bukti warga kita saling menghormati. Kalau
memang yang lebih tua ya kita anterin gtu. Dari zaman orang tua, bahkan dari zaman
kakek saya tidak memandang di tua atau muda kalau yang tetangga dulu berbeda
agama dianter-anterin. Karena semakin padat itu berkurang. Kalau kaitan hubungan
darah masih tetap berlaku, di keluarga saya yang 12, kita 27 dikeluarga saya hampir
30 keluarga kalau misalkan kita ngasih ke agama yang lain yang dituain disini kita
anterin juga 30, saya nyiapi dodol segeleng kecil bahkan untuk toleransi itu kita
lakukan, sampai sejauh itu.