" PERANCANGAN JARINGAN SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK ANTAR GEDUNG AI-AA POLINEMA " Disusun Oleh
-
Upload
poltek-malang -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of " PERANCANGAN JARINGAN SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK ANTAR GEDUNG AI-AA POLINEMA " Disusun Oleh
MAKALAH
SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK
“PERANCANGAN JARINGAN SISTEM KOMUNIKASI FIBER
OPTIK ANTAR GEDUNG AI-AA POLINEMA”
Disusun Oleh :
1. Farach khoolidaziyah (3A - 07)
2. Fauziyah nuraini (3A - 08)
3. Hanifatul ilmiyyah (3A - 09)
4. Harley oktavienka (3A - 10)
5. M prakoso (3A - 16)
6. Shoim miftah (3A - 20)
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan pengiriman informasi, dibutuhkan
media transmisi yang digunakan untuk menyampaikan
informasi tersebut. Dengan berkembangnya teknologi yang
ada, maka semakin dibutuhkan suatu media transmisi yang
dapat mengirimkan informasi dengan bandwidth yang lebar
dan berkecapatan tinggi, sehingga dapat mentransmisikan
informasi voice, data, dan multimudia dalam kapasitas
yang besar. Media transmisi yang diterapkan kebanyakan
menggunakan kabel UTP, LAN dan E1 yang memiliki
bandwidth frekuensi kecil dengan kecepatan yang rata –
rata lumayan cepat.
Saat ini media yang digunakan untuk
mentransmisikan data di Polinema yaitu menggunakan
kabel tembaga sebagai media transmisinya, dimana
penggunaan media ini mempunyai kelemahan diantaranya
bandwidth yang kecil dan membutuhkan repeater untuk
komunikasi jarak jauh, sehingga jika digunakan untuk
pengiriman informasi yang membutuhkan bandwidth dalam
kapasitas yang besar akan menyebabkan sampainya
informasi tersebut membutuhkan delay yang lama dan
dimungkinkan dapat terjadi kesalahan / error pada saat
pengiriman.
Di jaman modern ini penggunaan media transmisi
tersebut telah mengalami penurunan karena sekarang
lebih popular dengan fiber optic. Fiber optic merupakan
saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil
dari sehelai rambut dan dapat digunakan untuk
mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke
tempat lain. Kecepatan transmisi informasi baik dalam
bentuk data, suara, gambar maupun video dengan
kecepatan yang sangat tinggi dan frekuensi hingga Tera
Herzh. Oleh karena itu sekarang banyak perusahaan
terutama dalam bidang telekomunikasi selular
menggunakan media transmisi fiber optic agar dapat
meningkatkan kualitas proses komunikasinya.
Dari permasalahan yang timbul seperti yang
dipaparkan diatas, dibutuhkan teknologi Fiber Optik
yang lebih mudah dan effisisen di banndingkan media
transmisi yang sudah ada. Maka dari itu akan dibuat
perencanaan kabel fiber optic antara gedung Ai dan
gedung AA untuk mempermudah pentransmisian data agar
lebih cepat.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana perancangan instalasai fiber optik antar
gedung AA dan AI di area Polinema?
2. Bagaimana menghitung Link Budget yang dibutuhkan
dalam perancangan jaringan system komunikasi optic
sesuai dengan pemetaan pemasangan di area
Politeknik Negeri Malang?
3. Berapakah besar bit rate yang bisa dilewatkan?
1.3 Tujuan
1. Dapat melakukan perencanaan jaringan optik yang
tepat untuk jaringan internet di Politeknik
Negeri Malang.
2. Mendapatkan parameter perancangan jaringan
fiber optik terutama yang terkait dengan Power
Link Budget dan Rise Time Budget yang paling
tepat dalam perancangan jaringan sesuai
dengan informasi, kebutuhan bandwidth, dan jarak
transmsi yang dibutuhkan.
1.4 Manfaat
Dengan menggunakan fiber optik sebagai media
transmisi antar gedung AI dan AA, diharapkan suatu
komunikasi dapat ditransmisikan dengan cepat dan
menggunakan bandwidth yang lebar dibandingkan dengan
saat menggunakan kabel tembaga sebagai media
transmisinya. Dengan sistem fiber optik maka dapat
meminimalisir rugi daya yang terjadi. Hal ini
dikarenakan jarak maksimum yang diperbolehkan antara
transmiter satu dan yang lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengalirkan data di dalam jaringan,
dibutuhkan media transmisi data. Media transmisi juga
dikenal dengan sebutan media komunikasi, adalah media
yang digunakan sebagai penghubung antara pengirim dan
penerima, untuk melintaskan isyarat, dan isyarat inilah
yang akan dimanipulasi dengan berbagai macam cara dan
akan diubah kembali menjadi data. Media transmisi
adalah hal penting di dalam membangun jaringan karena
hal inilah yang menjadi acuan apakah jaringan yang
dibangun baik atau tidak, sudah memenuhi standar atau
tidak. Media ini di kelompokkan menjadi dua yaitu :
- Media berkabel (bounded media/gueded media/hard
media)
- Media tak berkabel (wireless media/unbounded
media/unguided media/soft media)
A. Media Berkabel
Dalam media berkabel, media itu sendiri adalah hal
yang terpenting. Media berkabel adalah media transmini
yang menghubungkan penerima dan pengirim yang secara
fisik dengan menggunakan kabel sebagai penghubung, yang
termasuk transmisi ini adalah :
1.Kabel Pasangan Terpilin (twisted pair cable)
Kabel pasangan terpilin biasa disebut kabel
telepon, karena biasa dipakai untuk saluran
pesawat telepon. Setiap dua kabel (disebut
sepasang) saling dipilin dengan tujuan untuk
mengurangi interferensi elektromagnetik terhadap
kabel lain atau terhadap sumber eksternal. Kabel
ini terdiri dari atas 2 atau 4 pasang kabel yang
diselubungi penyekat (isolator)
Macam kabel pasangan terpilin :
- UTP (unshielded twisted pair)
- STP (shielded twisted pair)
2.Kabel Koaksial (coaxial cable atau coax)
Kabel koaksial mengandung penghantar yang
terbuat dari tembaga pada bagian inti. Penghantar
ini diselubungi dengan penyekat (isolator) serta
diselubungi dengan ayaman kawat, selanjutnya
ayaman kawat dibungkus dengan penyekat. Kabel
koaksial biasa digunakan untuk koneksi jaringan
lokal, koneksi TV kabel atau antenna TV. Kecepatan
data berkisar 100 Mbps sampai 2,4 Gbps.
Jenis-jenis kabel koaksial adalah :
- RG-8, digunakan untuk thick Ethernet
- RG-9, digunakan untuk thick Ethernet
- RG-11, digunakan untuk thick Ethernet
- RG-58, digunakan untuk thin Ethernet
- RG-59, digunakan untuk telivisi
3.Kabel Serat Optik
Kabel serat optik ini berbeda dengan yang
lain, karena kabel serat optik membawa isyarat
data dalam bentuk berkas cahaya, kabel ini biasa
digunakan pada LAN berkecepatan gigabite per
detik. Perlu diketahui cahaya mempunyai kecepatan
300.000 km/detik dalam ruang hampa. Kecepatan
cahaya dalam media transmisi tergantung pada
kepadatan media, semakin padat maka semakin
lambat.
B. Media Tak Berkabel
Jaringan tanpa kabel merupakan suatu solusi terhadap
komunikasi yang tidak bisa dilakukan dengan jaringan
yang menghubungkan kabel, misalnya orang yang ingin
mendapatkan informasi yang sedang berada diatas mobil
atau pesawat, maka jaringan tanpa kabel diperlukan
karena koneksi kabel tidaklah mungkin digunakan. Saat
ini jaringan tanpa kabel sudah mulai marak digunakan
dengan memanfaatkan jasa satelit dan mampu memberikan
kecepatan akses yan lebih cepat dibandingkan dengan
jaringan menggunakan kabel.
Media tak berkabel adalah media transmisi yang tidak
menggunakan kabel, yang termasuk dalam media ini adalah
:
1. Mikrogelombang (microwave)
Mikrogelombang merupakan bentuk radio yan
menggunakan frekuensi tinggi (dalam satuan
gigahertz), yang melimputi kawasan UHF, SHF dan EHF.
Mikrogelombang biasa disebut transmisi garis-pandang
disebabkan antara pengirim dan penerima harus dalam
keadaan garis-pandang. Sifat ini didasarkan
karateristik frekuensi yang digunakan, dengan
gelombang frekuesi diatas 100 MHz akan menjalar
dengan arah arus. Jarak transmisi biasanya terbatas
pada 20-30 Km, karena faktor kelengkungan bumi. Jika
ingin lebih dari jarak tersebut maka perlu adanya
penambahan repeater.
Mikrogelombang banyak pakai pada system jaringan
MAN, warnet dan penyedia layanan internet (ISP).
Kelemahan Mikrogelombang yakni, rentan terhadap
cuaca, hujan dan terpengaruh terhadap pesawat
terbang yang melintas diatasnya.
2. Satelit
Satelit sebenarnya juga menggunakan Mikrogelombang
hanya saja satelit digunakan sebagai stasiun relay
yang berada diangkasa, dengan ketinggian kira-kira
480 – 22.000 mil di atas pemukaan bumi.
3. Gelombang Radio
Transmisi dengan menggunakan gelombang radio dapat
digunakan untuk mengirimkan suara ataupun data,
kelebihan transmisi ini adalah mengirmkan isyarat
dapat dapat dilakukan dengan sembarang posisi (tidak
harus lurus pandang) dan bisa dimungkinkan dalam
keadaan bergerak. Frekuensi yang digunakan anatara 3
KHz sampai 300 GHz., salah satu contoh yang
menggunakan gelombang radio seperti Pager, Telepon
Seluler, Bluetooth, WiFi, HomeRF.
Bluetooth yang dirancang untuk mengantikan kabel
yang menghubungkan PC ke printer dan PDA atau
telepon tanpa kabel.
WiFi dirancang agar mesin-mesin dalam kantor
berkomunikasi dengan kecepatan tinggi dan berbagi
hubungan internet dengan jarak sampai 300 kaki,
standar ini dikenal dengan sebutan IEEE 802.1b.
HomeRF merupakan teknologi yang dirancang untuk
menghubungkan PC-PC dalam rumah dengan jarak sapai
150 kaki.
4. Infra Merah
Infra merah biasa digunakan untuk komuikasi jarak
dekat, dengan kecepatan 4 Mbps, dalam penggunaanya
untuk pengendalian jarak jauh misalnya (remoute
control) pada televisi serta alat elektronik lain.
Kini infra merah digunakan sebagai media transmisi
pada LAN, juga menghubungkan mouse pada computer.
Keuntungannya :
- Kebal terhadap interferensi radio dan
elekromagnitik
- Inframerah mudah dibuat dan murah
- Instlasi mudah
- Mudah dipindah-pindah
- Keamanan inframerah lebih tinggi dari pada
gelombang radio
Kelemahannya :
- Jarak terbatas
- Infra merah tak dapat menembus diding
- Harus adal lintasan lurus dari pengirim dan
penerima
- Tidak dapat digunakan di luar ruangan,C. Teknik Modulasi Optik
Serat optik mendukung skema modulasi berikut, yang
dikenal sebagai modulasi optik.
Continuous: di optik, kita biasanya menyebutnya
modulasi intensitas, mirip dengan modulasi
analog, dengan perbedaan hanya berada di sifat
dari sinyal pembawa optik.
Diskrit: Di sini, dikenal sebagai optik on-off
keying mirip dengan shift keying dengan carrier
sinusoidal. Sinyal termodulasi terdiri dari
pulsa (on / off) amplitudo konstan.
Teknik yang umum dipakai adalah:
Phase Shift Keying (PSK), digunakan suatu
jumlah terbatas berdasarkan fase.
Frekeunsi Shift Keying (FSK), digunakan suatu
jumlah terbatas berdasarkan frekuensi.
Amplitudo Shift Keying (ASK), digunakan suatu
jumlah terbatas amplitudo. 2.5 Modulasi Optik
Teknik ini didasarkan pada variasi daya optik menurut
sinyal-sinyal listrik diterapkan pada transduser elektro-
optik. Disarankan untuk menggunakan modulasi frekuensi pulsa
untuk transmisi analog dari saluran televisi dengan serat
optik. Penggunaan serat optik sebagai media transmisi dalam
jaringan untuk komunikasi data yang menawarkan kecepatan
data yang sangat tinggi pada kisaran gigabit per detik.Media
transmisi optik menawarkan redaman sangat rendah dan
bandwidth yang lebar.
PSK (Phase Shift Keying)
Adalah modulasi yang menyatakan signal digital 1
sebagai suatu nilai tegangan tertentu dengan beda fase
tertentu pula (misalnya tegangan 1 volt beda fase 0
derajat), dan sinyal digital 0 sebagai suatu nilai
tegangan tertentu (yang sama dengan nilai tegangan
sinyal PSK bernilai 1, misalnya 1 Volt) dengan beda
fase yang berbeda (misalnya 180 derajat). Tentunya pada
teknik-teknik yang lebih rumit, Hal ini bisa di
modulasi dengan perbedaan fase yang lebih banyak lagi.
D. Jenis Serat Optik
Berdasarkan sifat karakteristiknya maka jenis serat
optik secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Multimode
Pada jenis serat optik ini penjalaran cahaya dari
satu ujung ke ujung lainnya terjadi dengan melalui
beberapa lintasan cahaya, karena itu disebut multimode.
Diameter inti (core) sesuai dengan rekomendasi dari
CCITT G.651 sebesar 50 mm dan dilapisi oleh jaket
selubung (cladding) dengan diameter 125 mm.
Sedangkan berdasarkan susunan index biasnya serat
optik multimode memiliki dua profil yaitu graded index
dan step index. Pada serat graded index, serat optik
mempunyai index bias cahaya yang merupakan fungsi dari
jarak terhadap sumbu/poros serat optik. Dengan demikian
cahaya yang menjalar melalui beberapa lintasan pada
akhirnya akan sampai pada ujung lainnya pada waktu yang
bersamaan. Berlainan dengan graded index, maka pada
serat optik step index (mempunyai index bias cahaya
sama) sinar yang menjalar pada sumbu akan sampai pada
ujung lainnya dahulu (dispersi) Hal ini dapat terjadi
karena lintasan yang melalui poros lebih pendek
dibandingkan sinar yang mengalami pemantulan pada
dinding serat optik. Sebagai hasilnya terjadi pelebaran
pulsa atau dengan kata lain mengurangi lebar bidang
frekuensi.Oleh karena itu secara praktis hanya serat
optik graded index sajalah yang dipergunakan sebagai
saluran transmisi serat optik multimode.
2. Single Mode
Serat optik single mode/monomode mempunyai diameter
inti (core) yang sangat kecil 3 – 10 m m, sehingga
hanya satu berkas cahaya saja yang dapat melaluinya.
Oleh karena hanya satu berkas cahaya maka tidak ada
pengaruh index bias terhadap perjalanan cahaya atau
pengaruh perbedaan waktu sampainya cahaya dari ujung
satu sampai ke ujung yang lainnya (tidak terjadi
dispersi). Dengan demikian serat optik singlemode
sering dipergunakan pada sistem transmisi serat optik
jarak jauh atau luar kota (long haul transmission
system). Sedangkan graded index dipergunakan untuk
jaringan telekomunikasi lokal (local network).
Bit rate
(
Mbit/dt )
Jarak
repeater
multimode
Jarak
repeater
singlemode
140
280
30
20
50
35
BAB III
PERENCANAAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang denah
perencanaan instalasi Fiber Optic di area Politeknik
Negeri Malang, flowchat perencanaan sistem, dan
perhitungan Link Budget.
2.1. Denah Perencanaan Instalasi FO
Gambar 1. Denah lokasi perencanaan jaringan Fiber Optik
Keterangan Denah :
Garis kuning (--------) menggambarkan jalur perencanaan
instalasi jaringan FO dari gedung AI (Lab
Telekomunikasi) menuju gedung AA. Alasan memilih jalur
ini karena jalur tersebut dinilai paling pendek untuk
mencapai tujuan dengan jumlah belokan yang paling
sedikit.
Titik merah ( ) menggambarkan penanaman tiang baru
yang nantinya akan dipakai untuk penyangga kabel FO,
berjumlah 10 titik dari gedung asal.
Gambar 2. Tampilan jarak antar gedung pada google earth
Ganbar 3. Diagram perencanaan instalasi jaringan fiberoptik
2.3. Perhitungan Link Budget
Power Link Budget adalah besarnya daya yang
diperlukan untuk dapat mentransmisikan data atau
informasi dari satu titik ke titik lainnya,
dimana selama proses transmisi akan terjadi
redaman. Tujuan dari Power Link Budget agar dapat
mengestimasi besar daya yang dikirimkan akan lebih
besar dari redaman dan sampai di penerima akan
lebih besar atau sama dengan sensitivitas penerima.
Perhitungan Power Link Budget ini akan dilakukan
antar 2 node point to point. Dalam analisis
pembahasan Power Link Budget perhitungan untuk titik
terdekat.
Tabel 1. Keterangan dan spesifikasi yang digunakan
Titik Instalasi Gedung AI menuju Gedung AH area
PolinemaPower output LED -20 dBm (Spesifikasi pabrik)Sensitivitas
penerima
-63 dBm (didapat dari Bit Rate
terkecil pada Rise Time Budget,
sensitivitas minimum, tabel
hubungan bit rate dengan
sensitivitas).Fiber Loss 2.6 dB/km (Spesifikasi Perangkat).Konektor 0.5 dB (Spesifikasi Perangkat).Margin System 6 dB (Teks book).Panjang link 0,374 km
Untuk lebih memudahkan proses perhitungan manual yang
relatif panjang, tahapannya adalah;
1. Mendapatkan nilai power link budget
Proses yang pertama kali dilakukan adalah
mendapatkan nilai power link budget atau dengan
istilah lain namanya required margin. Power link
budget ini didapatkan dengan cara melakukan
pengurangan power output LED terhadap sensitivitas
penerima.
2. Melakukan perhitungan komponen System Loss
Kedua adalah melakukan perhitungan terhadap semua
komponen system loss yang terdiri dari :
a) Fiber loss
Dari standarisasi pabrikan didapakan nilai fiber
loss = 2.6 dB/km. Panjang link dari server
Gedung AI menuju Gedung AA sebesar 374 m atau
kalau dikonversi dalam kilometer sebesar 0.374 km,
hal ini diperlukan karena fiber loss merupakan
fungsi redaman 2.6 dB dalam 1 km atau eqivalen
dengan 1 km terjadi redaman 2.6 dB. dengan demikian
dengan cara mengalikan komponen redaman fiber
Power link budget = -20 dBm- (-63 dBm) = -20 dBm
+ 63 dBm = 43 dB.
loss dengan panjang link, total fiber loss akan
didapatkan.
b) Konektor.
Dalam hal ini dari Link Server Gedung AI menuju
Gedung AA akan dibutuhkan 2 konektor. Satu
konektor pada output LED yang merupakan komponen
berjenis ST, maka semua perangkat konektor akan
disesuaikan dengan sumber LED optik yang
digunakan dan serat optik Multimode Graded
Index. Konektor kedua berada pada perangkat
penerima receiver di Gedung AA. Dari kedua
konektor tersebut akan berkontribusi memberikan
redaman pada system transmisi. Masing –masing
konektor ST sesuai dengan data sheet yang
didapat bernilai 0.5 dB.
c) Splicing
Splicing atau sambungan antar fiber optik yang
diperlukan jikalau satu gulungan optik sudah
habis. Karena panjang sambungan kabel yang
dibutuhkan dari gedung AI menuju Gedung AA sepanjang
374 meter, maka dalam perencanaan kami ini, tidak
dibutuhkan kabel sambungan (splicing). Satu gulungan
Total Fiber Loss = 2.6 dB/km x 0.374
km = 0.97 dB.
Jadi total redaman konektor = 2 x
0.5 dB = 1 dB.
atau dengan nama yang familiar pada fiber optik
adalah haspel. Dari standarisasi Telkom, 1 haspel
rata-rata sepanjang 2-4 km. dengan mengacu pada
standarisasi ITU-T yang terbaru maka asumsi diambil
2 km/haspel. Jarak yang dibutuhkan antar node
digital billboard tidak lebih dari 2 km. Oleh
karena itu fiber optik tidak perlu displacing,
karena akan digunakan langsung panjang fiber
optik sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini
tidak ada penambahan redaman yang diakibatkan oleh
splicing.
d) Margin System
Margin System yang lebih dikenal dengan safety
margin sesuai dengan teks book teoritis
digunakan sebesar interval range 6-8 dB. Margin
system yang digunakan diambil yang minimum yaitu
6 dB dengan asumsi yang paling kecil
berkontribusi untuk penambahan redaman pada total
sytem loss.
3. Mendapatkan Power Margin.
Total sytem loss = Fiber Loss + Konektor +
Splicing + Margin System
Menghitung nilai power margin dengan cara
mengurangkan nilai Power Budget pada langkah pertama
dengan Total Sytem loss pada langkah kedua.
Power Margin adalah besarnya daya cadangan yang
dimiliki system. Power Margin merupakan nilai
selisih daya yang dipunyai system terhadap
sensitivitas minimum. Besarnya selisih daya
terima di receiver dengan sensitivitas minimum.
Untuk lebih jelasnya system receiver memilki
35.05 dB lebih positif dibandingkan dengan
sensitivitas minimum receiver.
4. Menghitung nilai Pin
Pin yaitu daya yang diterima di fotodetektor. Berbeda
dengan langkah ketiga, pada langkah ketiga di dalam
power Budget yang akan dikurangkan pada total
loss, nilai daripada Power Budget sudah
dikurangkan dengan sensitivitas penerima,
sedangkan dalam mendapatkan nilai Pin nilai daripada
power budget tidak dikurangkan dengan sensitivitas
penerima, jadi power budget dalam menghitung Pin
hanya terdiri dari daya kirim minimum Pt.
Nilai Power Margin = 43 dB – 7.94 dB = 35,05 dB.
Pin = -20 dBm – 7.94 dB = -27.94
dBm.
Perbedaan antara daya terima di receiver pada langkah
ketiga, dayanya bersatuan dB dan pada Pin
memiliki satuan dBm. Kedua daya ini akan
menjadi dua komponen yang sangat penting dalam
membuktikan kinerja power budget.
Untuk mengatahui parameter keberhasilan daya
yang dikirim ‘cukup’, power link budget ‘cukup’,
ada dua proses. Yang pertama nilai dari Power
Margin yang didapat harus lebih besar dari 0 dB
(Power Margin > 0 dB). Dan yang kedua nilai Pin
harus lebih besar sama dengan sensitivitas penerima.
Power Margin yang didapatkan pada link server
gedung AI ini sebesar 35.22 dB, power margin
lebih besar dari 0 dB ( 35.05 dB > 0 dB)
maka daya yang dikirim lebih dari cukup, tapi
bukan hanya Power Margin saja, salah satu
komponen yang berkaitan dengan sensitivitas
penerima harus juga diperhitungakan.
Pin yang didapatkan sebesar -27.94 dBm.
Nilai sensitivitas minimum sebesar -63 dBm pada
kondisi normal. Pin lebih besar sama dengan
Nilai sensitivitas penerima ( -27.94 dBm >= -63
dBm) artinya Power Link Budget yang dihitung
telah memenuhi kedua syarat tadi, power link
budget cukup dan layak diimplementasikan.
Berbeda halnya dengan Sumber LED yang
digunakan konstan, nilai sensitivitas memiliki
nilai interval minimum sebesar -63 dBm pada
kondisi normal dengan Pt minimum sebesar -20 dBm,
nilai sensitivitas memilki nilai maksimum sebesar -
46 dBm pada kondisi saturasi dengan Pt
maksimum.
Pin pada kondisi saturasi harus lebih
kecil daripada sensitivitas maksimum, Pin = -
27.94 dbm, sensitivitas maksimum -46 dbm.
Seharusnya pada kondisi saturasi Pin lebih kecil dari
Sensitivitas maksimum (Pin < Sensitifitas maksimum)
pada kondisi ini tidak terjadi.
Kesimpulan yang bisa ditarik kondisi
saturasi akan terjadi dimana output sumber LED
dan sensitivitas berada dalam range minimum dan
maksimum yang berbeda. Selanjutnya nilai dari Pin
akan berada dalam range interval sensitivitas
minimum dan sensitivitas maksimun, dalam matematis
bisa dituliskan dengan (Sensitivitas minimum <
Pin < Sensitivitas maksimum) jika kondisi sumber
dan sensitivitas berbeda dalam range interval
maksimum dan minimum dan kondisi saturasi
terpenuhi. Perangkat yang dimiliki sumber LED
nilai maksimum dan minimumya sama maka kondisi
saturasi dan Pin berada dalam interval sensitivitas
minimum dan maksimum tidak bisa tercapai.
5. Perhitungan Rise Time Budget
Rise time budget diperlukan untuk tujuan
menganalisis kemampuan komponen sistem yang dirancang
dapat menjamin bahwa sistem yang didesain dapat
mentransmisikan bit rate yang dirancang, rise time
budget pada Multimode Graded Index ini sangat
perlu dilakukan karena adanya keterbatasan akibat
pengaruh dispersi pada saluran transmisi optik.
Output akhir dari analisis Rise Time Budget
ini sebagai unjuk kerja jaringan yang dirancang
layak diimplementasikan dengan salah satunya
parameter Rise Time Budget selain dari Power Link
Budget yang juga sangat berkontribusi besar menetukan
unjuk kerja perancangan jaringan. Perhitungan Rise
Time Budget ini akan dilakukan antar 2 node
point to point. Diambil sampel titik terdekat.
Nilai Rise Time Budget akan dipengaruhi 5
faktor yaitu: Ttransmitter, Tmaterial, Treceiver,
Tmodus, dan Tpandu gelombang sehingga Ttotal akan
didapatkan. Setelah Ttotal didapatkan maka kita akan
mengetahui bit rate antar node berapa yang bisa
dilewatkan dan line coding yang bisa digunakan.
Tabel 2. Keterangan data yang diperoleh
Ttransmitter LED
Server Gd. AI
2 ns (Standarisasi Telkom 2-
10 ns).Lebar Spektral (σλ) 50 nm (LED Pabrikan).Dispersi Kromatik
Material
120 ps/nm.km (Standarisasi
ITU-T G.651).Panjang link 374 m (Hasil plot GPS)Treceiver 1 ns (SI photodetector
pabrikan)Modal Distortion
Bandwidth
2500 Mhz.Km (ITU-T,
Pabrikan, TELKOM).Q 0.7, koefisien modal
distortion bandwidth
(Telkom, ITU -T,Gerd
Keiser).Diameter core 10 µm / Step index single
modeJari-jari (a) 5 µm / Step index single
modeΔ 0.01, perbedaan nilai indeks
bias core dengan cladding
(Gerd Keiser).Panjang Gelombang (λ) 850 nmΠ 3,14Cepat rambat cahaya
dalam vakum (c)
3 x10 -8 m/s.
Numerical Aperture
(NA)
0.29 (Pabrikan).
Untuk lebih memudahkan proses perhitungan manual
yang relatif panjang, tahapannya adalah:
1. Ttransmitter sesuai dengan Ttransmitter pada LED
yang direkomendasikan oleh PT TELKOM sebesar 2
ns sampai dengan 10 ns. Asumsi diambil nilai
2 ns karena semakin kecil waktu bangkit akan
berpengaruh pada Bit Error Rate yang semakin
handal dan juga bit rate yang bisa dilewatkan
akan semakin besar.
2. Tmaterial ditentukan oleh tiga komponen yaitu:
Lebar spektral, Dispersi kromatik material, dan
Panjang Link. Lebar spektral didapat dari
spesifikasi pabrikan sebesar 50 nm data terlampir
di data sheet. Dispersi Kromatik Material
mengacu pada standarisasi International
Telecommunicatin union (ITU-T) sebesar 120
ps/nm.km. Jarak antara Gd.AA dengan Gd. AH
adalah 374 meter atau 0.374 km.
3. Treceiver didapatkan dari photodetektor Si-Pin
yang digunakan. Dari data sheet spesifikasi
Tmaterial = σλ x Dm x L = 50 nm x 120
ps/nm.km x 0.374 km = 2244 ps Tmaterial = 2,2
perangkat didapatkan Treceiver sebesar 1 ns untuk
operasi gelombang pada 850 nm.
4. Tmodus, bergantung pada 3 faktor yaitu: Modal
distortion bandwidth (Bo) yaitu Bandwidth pada
panjang kabel 1 km, faktor q, dan panjang
link. Pabrikan merekomendasikan nilai modal
distortion (Bo) ≥ 200 MHz.Km, sedangkan ITU-T
merekomendasikan ≥ 1000 MHz.Km dan ≥ 2000
MHz.Km. Bo ini akan sangat berpengaruh pada
Bit Rate yang bisa dilewatkan dalam sistem
ini, dengan dasar tadi asumsi yang diambil untuk Bo =
2500 MHz.Km atau eqivalen dengan 2.5 GHz.Km. Semakin
besar Bo maka akan semakin kecil Tmodus dan
nilai Ttotal. Dengan seperti itu maka selisih Ttotal
akan semakin jauh terhadap Tsistem yang artinya
sistem layak diimplementasikan secara rise time
budget dan juga bit rate yang dilewatkan akan
semakin besar. Nilai Bo paling tidak
dipengaruhi oleh empat hal yaitu: prosedur
pabrikan dalam pembuatan, komposisi fiber, fiber
itu sendiri, dan design dari Fiber Optik.
Jadi untuk dapat melewatkan bit rate yang besar
dalam sistem bergantung sekali pada 4 hal tadi,
jika teknologi rekayasa Fiber semakin berkembang
dari empat hal tadi yang sudah disebutkan maka
bit rate berapapun yang akan dilewatkan menjadi
sangat mungkin. Tmodus yang memberikan
kontribusi paling besar dalam Ttotal. Nilai
konstanta q dari standarisasi ITU-T dan yang
digunakan TELKOM berada dalam range interval 0<q<1.
Secara umum digunakan nilai q sebesar 0.7.
panjang lintasan dari Server Gedung AI menuju
Gedung AA sebesar 374 meter atau 0.374 km. Sesuai
dengan formula :
Tmodus = (440 x Lq) km/Bo MHz.km
Tmodus yang sangat berkontribusi paling besar dalam
nilai akhir Ttotal dibandingkan dengan nilai rise
time yang lain, oleh karenanya itu pembahasan
rise time Tmodus relatif lebih panjang.
5. Tpandu gelombang(Tw), untuk mendapatkan nilai Tpandu
gelombang (Tw) prosedurnya yang paling panjang
dibandingkan dengan Rise Time yang lainnya.
Mendapatkan nilai V yaitu banyaknya mode yang
merambat dalam Fiber Optik. V = (2 x π x a
x NA) / λ. Maka jika nilai-nilainya dimasukan
ke alam rumus tersebut V = (2 x 3.14 x 5 µm x 0.29)
/ 850 nm = 10.71
Mendapatkan nilai indeks bias 1 (Core). NA =
n1 x (2 x Δ)0.5. dengan NA=0.29 dan Δ=0.01. Jadi
untuk mendapatkan nilai n1 :
Tmodus =(440 x (0.374)0,7 Km / 2500 Mhz.Km) = 0.0142 µs = 14.2ns.
n1 = ((NA)2 / 2 x Δ)-0,5
n1 = ((0.29)2 / 2 x 0.01)0,5 = 2.05
Mendapatkan nilai indeks bias 2 (Cladding).
NA = (n12 – n22)0.5, untuk mendapatkan n2 :
n2 = ((n12 –(NA)2)0,5, NA= 0.29 dan n1 =
2.05, jadi
n2=((2.05)2-(0.29)2)0.5 = (4,2 – 0,0841)0,5 = 2,03
Mendapatkan nilai Tw = Tpandu gelombang =
((L/c).(n1-n2).(1-(π/V)). Jarak dalam satuan meter
agak bisa saling menghilangkan dengan satuan c
yaitu m/s, (n1-n2) dan (1-(π/V)) tidak
berdimensi dan tidak bersatuan. Hasil dari Tw
dalam dimensi waktu yaitu sekon dan setelah itu
dikonversi(dikalikan dengan 10^9 ns) agar hasil
akhir Tw dalam ns sama dengan rise time yang
lain. Maka
Tw = ((374/3 x 10 -8) x (2.05 - 2.03) x (1 –
(3.14/10,71)))
= (1,24) x (0,02) x (0,706) = 1.75 x 10-8
s = (1.75 x 10-8 x 109) = 17.5 ns.
6. Setelah Ttransmitter, Tmaterial, Treceiver,
Tmodus, dan Tpandu gelombang didapatkan, maka
dalam tahap ke-enam ini akan dihitung Ttotal
rise time budget, rumus total nya, Ttotal = ((Ttx)2
+ (Tmat)2 + (Trx)2 + (Tmod)2 + (Tw)2)0,5.
Sekarang masukan nilai-nilai pada tahap
selanjutnya ke rumus Ttotal tersebut. Dari
hasil perhitungan pada tahap sebelumnya Ttx = 2 ns,
Tmat = 2,2 ns, Trx= 1 ns, Tmod = 14,2 ns dan Tw=
17,5 ns. Masukan input-input rise time budget
tersebut ke rumus Ttotal
7. Mendapatkan output nilai Tsistem. Hal ini akan
berpengaruh pada line coding, RZ atau NRZ yang akan
kita gunakan, karena 2 tipe line coding itu
saja yang digunakan dalam sistem komunikasi
fiber optik, bukan hanya line coding saja
tetapi yang penting juga adalah pada bit rate
yang bisa dilewatkan dalam sistem ini. Pada tahap
ini yang menjadi masukan adalah bit rate, jika
dimasukan bit rate tertentu akan didapat dua
output nilai Tsistem, yang pertama output nilai
untuk kode RZ dengan memakai formula
Tsys=(0.35/Bit Rate) dan output nilai yang kedua
adalah Tsys untuk kode NRZ dengan menggunakan
formula, Tsys=(0.70/R), jika output nilai Tsys
baik untuk line coding RZ maupun NRZ lebih kecil dari
Ttotal maka system ini tidak bisa
diimplementasikan, Rise Time Budget Tidak
memenuhi, bit rate yang dilewatkan dalam system
Ttotal = ((2)2 + (2,2)2 + (1)2 + (14,2)2 +
(17.5)2)0,5 = 22,75 ns.
terlalu besar maka bit rate harus diturunkan
sampai dengan treshold maksimum bit rate yang
bisa dilewatkan dalam system ini yaitu
parameter rise time budget terpenuhi
(Ttotal<Tsys) bisa RZ atau NRZ terpenuhi dan layak,
bisa saja salah satu dari dua line coding tersebut
yang layak walaupun kemungkinannya untuk nilai bit
rate maksimum akan menggunakan NRZ dan bit rate
dibawah threshold maksimum sudah pasti dapat
dilewatkan. Jika output nilai Tsys baik untuk
line coding RZ maupun NRZ lebih besar dari Ttotal
maka system ini bisa diimplementasikan, Rise
Time Budget memenuhi, bit rate bisa dilewatkan
dalam sytem ini hal yang sama dengan treatment
pada kondisi sebelumnya bit rate harus dinaikan
sampai dengan threshold maksimum bit rate yang bisa
dilewatkan dalam system ini yaitu parameter rise
time budget terpenuhi (Ttotal<Tsys) dan bit rate
dibawah threshold maksimum sudah pasti dapat
dilewatkan. Untuk pertama kali gunakanlah kode
RZ apakah Tsys kode RZ bisa lebih besar dari Ttotal,
Jika bisa maka kode RZ bisa diimplementasikan, tetapi
jika Tsys RZ lebih kecil dari Ttotal maka RZ tidak
bisa diimplementasikan. Sesudah menghitung dan
mengetahui RZ tidak bisa, maka akan dilakukan
perhitungan Tsys NRZ. Jika Tsys NRZ lebih besar dari
Ttotal maka system bisa diimplementasikan.
Dari hasil pada langkah ketujuh ini,
Treshold maksimum bit rate yang bisa dilewatkan
dalam system transmisi dari server Gd. AI menuju
Gd. AA yang merupakan titik terpendek dari server
adalah sebesar 11.1 Mbps, apabila bit rate
lebih besar dari 11.1 Mbps system tidak layak,
bisa dilihat dengan indikator rise time budget yang
tidak memenuhi, sedangkan apabila dibawah 11.1
Mbps system layak bisa dilihat dengan indikator
rise time budget yang memenuhi. Pada kondisi bit
rate maksimum 11.1 Mbps didapatkan nilai Tsytem
untuk line coding RZ sebesar 17,5 ns, nilai
Ttotal pada tahap keenam adalah 22,75 ns, Ttotal >
Tsys berarti rise time budget tidak memenuhi untuk
line coding RZ dan system untuk line coding RZ
‘tidak layak’. Nilai Tsystem untuk line coding
NRZ sebesar 63.06 ns, Ttotal 22,75 ns, dalam hal
ini Ttotal < Tsys berarti rise time budget
terpenuhi memenuhi untuk line coding NRZ dan
system layak diimplementasikan dengan line coding
NRZ.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perencanaan instalasi Fiber Optik sebagai media
transmisi di area Polinema dilakukan antara Gedung
AI dan Gedung AA dengan jarak keduanya sepanjang
link lintasan kabel 374 m / 0.374 km dengan mode
point to point.
2. Perhitungan Power Link Budget didapatkan sebesar
43 dB.
3. Perhitungan semua sistem Loss didapatkan nilai
Fiber Loss= 0,97 dB, Konektor 1 dB, No splicing (0
dB), Margin Sustem 6 dB, sehingga didapatkan total
System Loss sebesar 7,94 dB.
4. Pin (daya yang diterima di photodetector) yang
didapatkan sebesar
-27.94 dBm. Nilai sensitivitas minimum
sebesar -63 dBm pada kondisi normal. Pin
lebih besar sama dengan Nilai sensitivitas
penerima ( -27.94 dBm >= -63 dBm) artinya
Power Link Budget yang dihitung telah memenuhi
kedua syarat tadi, power link budget cukup
dan layak diimplementasikan.
6. Rise time budget menggunakan line coding NRZ yang
sesuai untuk sistem