EVALUASI KINERJA DAN PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG GUNA PENAMBAHAN LANTAI DENGAN STUDI KASUS GEDUNG...
Transcript of EVALUASI KINERJA DAN PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG GUNA PENAMBAHAN LANTAI DENGAN STUDI KASUS GEDUNG...
1
EVALUASI KINERJA DAN PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG GUNA
PENAMBAHAN LANTAI DENGAN STUDI KASUS GEDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI UNJANI
Yudi Herdiansah1)
Anto Destianto2)
R.Rangga Gumilar S.2)
Fakultas Teknik – Universitas Jenderal Achmad Yani
ABSTRAK
The desire of young people to study in university, it increase every years, It is same as growth of
university student in UNJANI especially psicholoy faculty. It encouraged university to expand psychology bulding. At first, psychology building has two floor, which serves as dekanat and partly as lecture room.
it will be expanded three-floor with the addition of lecture room.
This research will conduct a study on performance evaluation and strengthening of buildings due to the
addition of floors and provide alternative solutions strengthening of existing structures which needed.
Some things are done in collecting data is by reviewing existing building and collecting secondary data.
Modeling structure uses ETABS program v.9.2 to get members force, shape deformation, necessary of
reinforcement and the capacity ratio of beams and columns. Evaluation of structures seismic performance
subjected due to worked loads, includes evaluation of serviceability performance limit and evaluation of
ultimate performance limit. Next step is design of structural elements in order to know the dimensions of
reinforcement which required. If in checking the existing structural elements is not sufficient, then made strengthening structure used Fiber Reinforced Polymer (FRP).
From the results of the analysis, they are obtained result that existing columns structure and foundations
are still able to withstand the load due to the addition of the floor. There are several existing beam
structure beam performed using FRP reinforcement, they are beam 25/40 and 30/50 on the 2nd floor,
and beam 20/40 and 20/30 on the 3rd floor which serves as ringbalk at previous.
Kata Kunci : struktur, struktur balok, perkuatan, FRP,
1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil UNJANI
2) Alumni Jurusan Teknik Sipil UNJANI
I. PENDAHULUAN
Akibat peningkatan jumlah mahasiswa
Fakultas Psikologi UNJANI dan keterbasan
sarana infrastruktur yang ada, maka hal tersebut mendorong adanya pengembangan
gedung Fakultas Psikologi, yang semula
gedung dua lantai yang berfungsi sebagai Dekanat Fakultas Psikologi dan gedung
perkuliahan menjadi gedung tiga lantai
dengan penambahan ruang perkuliahan. Untuk itu gedung Fakultas Psikologi dijadikan
studi kasus penambahan lantaipada gedung
guna memenuhi kebutuhan ruang perkuliahan.
Dengan adanya penambahan lantai pada bangunan, maka diperlukan analisis untuk
mengetahui kemampuan struktur gedung
dalam menahan beban-beban akibat penambahan lantai bangunan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dalam penulisan ini akan dilakukan kajian mengenai evaluasi kinerja dan perkuatan
struktur gedung akibat penambahan lantai.
Hasil kajian akan menunjukan kemampuan
struktur dan dapat menentukan solusi perkuatan struktur existing apabila diperlukan.
Penyusun berharap dapat memberikan
masukan kepada pihak pengelola gedung di UNJANI, dalam melakukan penambahan
lantai pada gedung Fakultas Psikologi sebagai
solusi untuk memenuhi kebutuhan ruang perkuliahan. Mengatasi permasalahan yang
muncul akibat penambahan lantai gedung,
sehingga menjamin keamanan bagi pengguna
gedung dan kepastian hukum bagi pengelola bangunan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Standar dan Peraturan yang
digunakan
Berikut ini adalah peraturan – peraturan
yang digunakan dalam melakukan analisis
struktur gedung Psikologi UNJANI akbat penambahan lantai:
1. SNI 03–1726–2002, Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung.
2. SNI 03–2847–2002, Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung. 3. SNI 03–1727–1989, Tata Cara
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung.
II.2. Analisis Gempa
Gempa adalah getaran yang terjadi
dipermukaan bumi secara tiba - tiba yang
diakibatkan oleh aktifitas tektonik maupun
aktifitas vulkanik Perencanaan beban beban gempa untuk berbagai kategori gedung,
tergantung pada kemungkinan terjadinya
keruntuhan struktur selama umur gedung. Pengaruh gempa rencana harus dikalikan
dengan faktor keutamaan (I) dengan
persamaan berikut:
I = I1 . I2 (1)
Dimana :
I1 = Faktor keutamaan untuk menyesuaikan
perioda ulang gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya
gempa selama umur gedung.
I2 = Faktor keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang berkaitan
dengan penyesuaian umur gedung
II.3. Evaluasi Kinerja Struktur ( Mengacu
Pada SNI 03-1726-2002 )
1. Kinerja Batas Layan
Kinerja batas layan struktur gedung
ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, untuk
membatasi terjadinya pelelehan baja dan
peretakan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan nonstruktur dan
ketidaknyamanan penghuni.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja
batas layan struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari
simpangan struktur gedung tidak boleh
melampaui 0,03/R kali tinggi tingkat yang
bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang
mana yang nilainya kecil.
2. Kinerja Batas Ultimit
Kinerja batas ultimit struktur gedung
ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi
struktur gedung diambang keruntuhan, untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat
menimbulkan korban jiwa dan untuk
mencegah benturan berbahaya antar-gedung
atau antar bagian struktur gedung yang dipisahkan dengan sela dilatasi.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja
batas ultimit struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung
dari simpangan struktur gedung, tidak boleh
melampaui 0.02 kali tingkat yang bersangkutan.
II.3. Evaluasi Analisis Kekuatan Struktur
Existing ( Mengacu pada SNI 03-2487-
2002)
1. Kapasitas kekuatan pondasi
Pondasi existing yang digunakan adalah pondasi telapak digunakan untuk mendukung
sebuah kolom dan menyebarkan beban
struktur bangunan ke tanah dasar.
Jika resultan beban eksentris dan terdapat
momen lentur yang harus didukung pondasi,
momen – momen (M) tersebut dapat
digantikan dengan beban vertical (P) yang titik tangkap gayanya berjarak e dari pusat
beban pondasi dengan :
𝑒 =𝑀
𝐴 (2)
Menurut Shmermann (1978) faktor –
faktor daya dukung untuk dipakai dalam
persamaan daya dukung Terzaghi, dapat diperkiran sebagai :
0,8 Nq, ≅ 0,8 Ny ≅ qc (3)
Dimana qc dirata – ratakan sepanjang selang kedalaman mulai sekitar B/2 di atas sampai
a,aB dibawah alas telapak. Taksiran ini harus
dapat diterapkan untuk D/B ≤ 1,5. Untuk
tanah tak berkohesi (bujur sangkar) kita dapat menggunakan :
𝑞𝑢 = 5 + 0,3. 𝑞𝑐 (4)
Dimana :
3
qu = tekanan ultimit (kN/m2)
qc = tekanan hasil sondir (kN/m2)
2. Baja tulangan
Baja tulangan didapat dari data hasil
gambar existing. Kuat lentur tulangan harus
memenuhi persyaratan yang tercantum pada peraturan SNI 03-2487-2002 yaitu ØMn ≥
Mu, dimana momen ultimit didapat dari
kombinasi pembebanan setelah dilakukan penambahan lantai.
Untuk kuat geser, persyaratan kuat geser
yang tercantum dalam SNI 03-2487-2002
adalah ØVn ≥ Vu.
II.4.Perkuatan Struktur Dengan Fiber
Reinforced Polymer (FRP)
1. Perkuatan Lentur
Kapasitas lentur balok didasarkan pada
kekuatan batas ultimit dan mengacu pada ACI
Committee 440, yang ditentukan oleh batasan kuat tekan beton dan tegangan leleh baja
tulangan serta tegangan efektif Fiber
Reinforced Polymer (FRP). Dalam analisis penampang sebagai dasar
perhitungan untuk mendapatkan Mn pada
kondisi lentur murni dapat diturunkan dari persamaan kesetimbangan gaya-gaya dalam
sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram regangan-tegangan kolom dengan beban eksentris dengan
perkuatan Fiber Reinforced Polymer (Sumber:
Ignatius C., Andreas T.,Hary C.,2008)
𝑇𝑠 + 𝑇𝑓𝑒 = 𝐶𝑐 + 𝐶𝑠 (5)
Dimana :
Ts = gaya tarik baja tulangan Tfe = gaya tarik sumbangan Fiber Reinforced
Polymer
Cc = gaya tekan beton
Cs = gaya tekan tulangan baja
Dengan memperhatikan letak titik
masing-masing resultan gaya serta ukuran
penampang, akan didapat kuat lentur nominal Mn. Tetapi kontribusi Fiber Reinforeced
Polymer masih perlu dikalikan faktor reduksi
ψf =0,85 (Ignatius C., Andreas T.,Hary
C.,2008), sehingga momen nominal total Mn
dapat dicari dengan persamaan berikut:
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠𝑓𝑠 𝑑 −𝑎
2 + 𝐴′𝑠𝑓′𝑠 𝑑 − 𝑑′ +
𝜓𝑓𝐴𝑓𝑓𝑓𝑒 ℎ − 𝑑 (6)
Karena pertimbangan kompabilitas
regangan FRP sebaiknya hanya digunakan
untuk menahan gaya tarik. Selain itu disarankan bahwa kuat lentur nominal balok
setelah diperkuat Mn tidak boleh melebihi dua
kali kuat lentur sebelum diperkuat Mno atau
𝜂𝐵 =𝑀𝑛
𝑀𝑛𝑜≤ 2.
2. Perkuatan Geser
Kuat geser nominal Vn merupakan
gabungan konstribusi beton Vc dan tulangan
geser Vs dan FRP Vf (Ignatius C., Andreas T.,Hary C.,2008). Ketahanan geser masih
dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan,
sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:
∅𝑉𝑛 = ∅ 𝑉𝑐 + 𝑉𝑠 + 𝜓𝑉𝑓 (7)
Dimana :
Ø = faktor reduksi kekuatan
Ø = 0,65 𝜓=faktor reduksi tambahan
untuk FRP
𝜓 = 0,95 untuk komponen yang ditutup
lembaran keliling penampang atau
keempat sisinya.
𝜓 = 0,85 untuk U-wrap tiga sisi atau
bentuk pelat
Kekuatan geser Vf kontribusi
FRP adalah
𝑉𝑓 =𝐴𝑓𝑣 𝑓𝑓𝑒 (𝑠𝑖𝑛𝛼 +𝑐𝑜𝑠𝛼 )𝑑𝑓
𝑆𝑓 (8)
Gambar 2. Perkuatan geser dengan perkuatan Fiber Reinforced Polymer (Sumber: Ignatius C., Andreas T.,Hary
C.,2008)
III. METODOLOGI
Gedung yang menjadi objek penelitian
adalah gedung Fakultas Psikologi Universitas
Jenderal Achmad Yani yang terletak di
Cimahi, kab. Bandung, Jawa barat.
4
Pada penelitian ini hal pertama yang
dilakukan adalah persiapan yang meliputi kajian literatur dan pengolahan data. Kajian
literatur ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang studi yang
akan dilaksanakan, sedangkan dalam melakukan pengumpulan data ada beberapa
yang harus di perhatikan yaitu :
1. Kajian Gedung Existing Pada tahapan ini dilakukan pengamatan
dan pengkajian mengenai gedung existing.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data–data sekunder meliputi gambar gedung
existing (basic drawing), data dimensi
elemen–elemen struktur, data penulangan struktur dan data wilayah gempa.
Selanjutnya melakukan pemodelan
struktur dibantu dengan program ETABS v9.2.
Gambar 3 Model Struktur Gedung dengan
ETAB v9.2.
Pada saat melakukan pemodelan struktur
dimasukan data–data pembebanan yang
meliputi beban mati sendiri, baban mati tambahan, beban hidup, dan beban gempa
yang dibutuhkan untuk melakukan analisis
struktur menggunakan program ETABS v 9.2.
Setelah melakuakan analisis dengan
program ETABS v9.2 maka diperoleh informasi sebagai berikut :
1. Gaya – gaya dalam yang bekerja pada
gedung tersebut.
2. Diagram gaya – gaya dalam. 3. Bentuk deformasi struktur akibat
beban–beban yang bekerja.
4. Kebutuhan tulangan minimum. 5. Kapasitas rasio balok dan kolom.
Selanjutnya melakukan evaluasi kinerja
struktur akibat pengaruh dari beban gempa
yang bekerja. yaitu beban gempa statik
ekuivalen dan respons spektra yang diperoleh dari hasil pemodelan struktur dengan
menggunakan program ETABS v9.2 yang
disesuaikan dengan SNI 03-1726-2002
tentang “Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung”.
Evaluasi kinerja struktur ini meliputi evaluasi
kinerja batas layan dan evaluasi kinerja batas ultimit. Jika kondisi existing tidak
memungkinkan untuk dilakukan penambahan
lantai maka dilakukan penambahan elemen
struktur penahan beban lateral.
Tahap selanjutnya yaitu menganalisis
struktur existing yang mengacu pada SNI 03-
2847-2002. Jika struktur existing tidak mampu menahan beban tambahan akibat penambahan
lantai maka dilakukan perkuatan struktur.
Perkuatan yang direkomendasikan adalah dengan metode perkuatan menggunakan Fiber
Reinforced Polymer (FRP). Metode ini
direkomendasikan karena analisis dan
pelaksanaan perkuatan struktur balok dan kolom dengan menggunakan Fiber
Reinforced Polymer (FRP) lebih mudah dan
cepat.
Kemudian setelah dilakukan perkuatan,
maka dilakukan analisis kembali pada elemen
– elemen struktur tersebut untuk mengetahui kapasitas dukung dari elemen –elemen
struktur yang telah dilakukan perkuatan
dengan Fiber Reinforced Polymer (FRP).
IV. ANALISIS, DESAIN DAN
PEMBAHASAN
IV.1. Analisis Struktur
1. Analisis Modal
Analisis modal atau eigen-value
diperlukan untuk mengetahui perilaku dinamis bangunan sekaligus perioda getar alami.
Parameter yang mempengaruhi pada Analisis
modal adalah massa dan kekakuan lateral bangunan.
Pasal 5.6 SNI-1726-2002 menyatakan
bahwa untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu
getar alami fundamental T1 dari struktur
gedung harus dibatasi, bergantung pada
koefisien ζ untuk Wilayah Gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah tingkatnya
n menurut persamaan
5
Menurut SNI-1726-2002 , untuk
wilayah 4, maka nilai ζ = 0.17. Jadi nilai T1max
untuk bangunan bertingkat 3 adalah = 0.17 * 5 = 0.51 detik.
Tabel 1. Berat Struktur Dari ETABS
Tabel 2. Perioda yang diperoleh dari ETABS
2. Evaluasi Beban Gempa
Analisa ragam spektrum respon
digunakan sebagai simulasi gempa, yaitu memakai Responspektrum Gempa Rencana
dari SNI – 1726 – 2002 , dengan asumsi
bahwa bangunan tersebut dibangun di atas
tanah sedang dan berada di wilayah 4 dari peta gempa.
a. Beban Statik Ekivalen
Untuk beban arah X adalah sebagai berikut :
𝑉𝑠𝑥 =𝐶. 𝐼.𝑊𝑡
𝑅=
0,7.1.886,647
5,5= 112,845 𝑘𝑁
Untuk beban gempa static ekivalen arah Y
adalah sebagai berikut :
𝑉𝑠𝑦 =𝐶. 𝐼.𝑊𝑡
𝑅=
0,7.1.886,647
5,5= 112,845 𝑘𝑁
b. Beban Responspektra
Nilai beban gempa (V) akibat
responspektra diperoleh dengan bantuan
program ETABS maka nilai (V) antara lain sebagai berikut:
Tabel 3. Beban Gempa Responspektra ArahX
Tabel 4. Beban Gempa Responspektra ArahY
Dari hasil Analisis beban gempa statik
ekuivalen dengan responspektra dapat disimpulkan bahwa Vxrsp = 100,34 > 0,8.Vxst
= 90,276 dan Vyrsp = 106,05 > 0,8.Vyst =
90,276 sesuai dengan SK SNI-1726-2002
(pasal 7.1.3).
3. Evaluasi Kinerja Struktur
a. Kinerja Batas Layan Berikut ini merupakan layout simpangan
arah x dan arah y hasil pemodelan.
Gambar 4. Layout simpangan arah x
Gambar 5. Layout simpangan arah y
Struktur ini mengalami simpangan (drift )
yang lebih kecil dari 0,03
𝑅∙ ℎ𝑖 atau Gempa
Nominal, jadi struktur mampu menahan
pengaruh Gempa Rencana yang diperhitungkan.
b. Kinerja Batas Ultimit
Untuk memenuhi persyaratan kinerja
batas ultimit struktur gedung, simpangan simpangan yang sudah dikalikan dengan
faktor pengali ξ harus lebih kecil dari 0,02
6
kali tinggi tingkat yang bersangkutan (SNI-
1726-2002 Pasal 8.2.2). Nilai ξ = 0,7R ( untuk struktur gedung beraturan ). Berikut ini
merupakan hasil analisi dengan ETABS.
Tabel 5. Data hasil kinerja batas ultimit
Untuk kinerja batas ultimit struktur ini
dapat disimpulkan bahwa struktur tidak akan
mengalami keruntuhan pada saat di ambang
keruntuhan karna untuk simpangan yang sudah dikalikan faktor ξ lebih kecil dari
0,02h.
IV.2. Analisis Elemen Struktur Existing
1. Analisis Struktur Pondasi
Pondasi Existing gedung Fakultas Psikologi Unjani ini menggunakan pondasi
telapak dengan dimensi 1,3 m x 1,3 m. dengan
kedalaman pondasi 1,5m. Data hasil analisis
adalah sebagai berikut.
Tabel 6. Data hasil analisis pondasi existing
Dari hasil analisis pondasi yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa dimensi pondasi dan tulangan pondasi masih memadai untuk
menahan beban akibat penambahan lantai.
Jadi dalam hal ini pondasi existing tidak membutuhkan perkuatan.
2. Analisis Struktur Kolom
Berikut ini merupakan data hasil analisis
kolom.
Tabel 7. Data hasil analisis struktur kolom
existing
Dari hasil analisis kekuatan kolom dalam tiga kondisi yaitu aksial murni, momen
seimbang, momen murni, maka diperoleh
diagram interaksi kolom dimana dapat
memberikan gambaran tentang susunan
pasangan kombinasi beban aksial dan kuat
momen bagi penampang kolom yang bersangkutan.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
0 20 40 60 80
ØP
n (K
n)
ØMn (kNm)
DIAGRAM INTERAKSIKOLOM 300 X 300
fc' = 24 MPa, fy = 400 MPa
Series1
Dari tabel hasil analisis desain diatas,
struktur kolom existing tidak membutuhkan
perkuatan karena struktur kolom didesain over design. Jadi beban penambahan lantai yang
dilakukan masih bisa ditahan oleh kolom
existing.
3. Analisis Struktur Balok
Berikut ini merupakan data hasil analisis
struktur balok.
Tabel 8. Data hasil analisis struktur balok
existing
Panjang
(m)
Lebar
(m)
Tinggi
(m) Tul. Lentur Tul. Susut
1 Pondasi Telapak 1,3 1,3 0,5 D16-200 D16-200 -
No Elemen
Dimensi Pondasi Tulangan Terpasang
Perkuatan
Tul.
Lentur
Tul.
Geser
Tul.
Lentur
Tul.
Geser
FRP
Lentur
FRP
Geser
FRP
Lentur
FRP
Geser
1 Kolom Lantai 1 30/30 12 D16 D10-100 12 D16 D10-200 - - - -
2 Kolom Lantai 2 30/30 8 D16 D10-100 8 D16 D10-200 - - - -
3 Kolom Lantai 3 30/30 8 D16 D10-100 8 D16 D10-200 - - - -
Elemen Dimensi
Desain Kolom Perkuatan
Tumpuan Lapangan Tumpuan LapanganTingkat
7
Hasil analisis struktur dan penampang
balok existing lentur yang ditunjukan pada
gambar 6 s.d 9 sebagai berikut :
Gambar 6. Grafik analisis balok lentur
existing lapangan lantai 2
Gambar 7. Grafik analisis balok lentur
existing tumpuan lantai 2
Gambar 8. Grafik analisis balok lentur
existing lapangan lantai 3
Gambar 9. Grafik analisis balok lentur
existing tumpuan lantai 3
Dari Tabel 8. dan gambar 6 s.d 9
diketahui terdapat beberapa balok yang tidak
memenuhi syarat-syarat kekuatan yang
ditunjukan oleh lebih besarnya momen ultimit daripada momen nominal. Ini berarti terdapat
beberapa balok yang mempunyai rasio
kekuatan melebihi 1 (rasio kekuatan > 1). Maka harus dilakukan perkuatan struktur
tersebut. Perkuatan struktur yang digunakan
adalah dengan fiber reinforced polymer.
Berikut ini merupakan data hasil analisis geser balok existing.
Tabel 9. Data hasil analisis geser balok existing
0.000
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
Balok 20/40
Balok 25/40 tipikal
1
Balok 25/40 tipikal
2
Balok 25/40 tipikal
3
Balok 25/40 tipikal
4
Balok 25/40 tipikal
5
Balok 25/40 tipikal
6
Balok 25/40 tipikal
7
Balok 30/50 tipikal
1
Balok 30/50 tipikal
2
Balok 30/50 tipikal
3
Balok 15/30
kN
m Mu
ØMn
0.000
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
Balok 20/40
Balok 25/40 tipikal
1
Balok 25/40 tipikal
2
Balok 25/40 tipikal
3
Balok 25/40 tipikal
4
Balok 25/40 tipikal
5
Balok 25/40 tipikal
6
Balok 25/40 tipikal
7
Balok 30/50 tipikal
1
Balok 30/50 tipikal
2
Balok 30/50 tipikal
3
Balok 15/30
kN
m Mu
ØMn
0.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
Balok 20/40 Tipikal 1
Balok 20/40 Tipikal 2
Balok 20/40 Tipikal 3
Balok 20/40 Tipikal 4
Balok 20/30 Tipikal 1
Balok 20/30 Tipikal 2
Balok 20/30 Tipikal 3
kN
m Mu
∅Mn
0.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
Balok 20/40 Tipikal 1
Balok 20/40 Tipikal 2
Balok 20/40 Tipikal 3
Balok 20/40 Tipikal 4
Balok 20/30 Tipikal 1
Balok 20/30 Tipikal 2
Balok 20/30 Tipikal 3
kN
m
Mu
∅Mn
8
Hasil analisis struktur dan penampang
balok existing geser yang ditunjukan pada
gambar 10 s.d 13 sebagai berikut :
Gambar 10. Grafik analisis balok geser
existing lapangan lantai 2
Gambar 11. Grafik analisis balok geser
existing tumpuan lantai 2
Gambar 12. Grafik analisis balok geser
existing lapangan lantai 3
Gambar 13. Grafik analisis balok geser
existing tumpuan lantai 3
Dari tabel dan gambar 4.14 s.d 4.17 dapat disimpulkan bahwa untuk tulangan
geser masih memenuhi syarat-syarat kekuatan
yang ditunjukan oleh perbandingan antara
momen ultimit masih lebih kecil dari momen nominal. Ini berarti rasio kekuatan untuk
analisis geser lebih keci dari 1( rasio kekuatan
< 1). Maka tidak perlu dilakukan perkuatan lagi untuk analisis geser ini.
Berikut ini adalah gambar denah letak balok
yang menunjukan posisi balok yang akan
dilakukan perkuatan FRP :
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
Balok 20/40
Balok 25/40 tipikal
1
Balok 25/40 tipikal
2
Balok 25/40 tpikal
3
Balok 25/40 tipikal
4
Balok 25/40 tipikal
5
Balok 25/40 tipikal
6
Balok 25/40 tipikal
7
Balok 30/50 tipikal
1
Balok 30/50 tipikal
2
Balok 30/50 tipikal
3
Balok 15/30
kNm Vu
ØVn
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
Balok 20/40
Balok 25/40 tipikal
1
Balok 25/40 tipikal
2
Balok 25/40
tpikal 3
Balok 25/40 tipikal
4
Balok 25/40 tipikal
5
Balok 25/40 tipikal
6
Balok 25/40 tipikal
7
Balok 30/50 tipikal
1
Balok 30/50 tipikal
2
Balok 30/50 tipikal
3
Balok 15/30
kN
m Vu
ØVn
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
Balok 20/40 tipikal 1
Balok 20/40 tipikal 2
Balok 20/40 tipikal 3
Balok 20/40 tipikal 4
Balok 20/30 tipikal 1
Balok 20/30 tipikal 2
Balok 20/30 tipikal 3
kN
m
Vu
ØVn
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
Balok 20/40 tipikal 1
Balok 20/40 tipikal 2
Balok 20/40 tipikal 3
Balok 20/40 tipikal 4
Balok 20/30 tipikal 1
Balok 20/30 tipikal 2
Balok 20/30 tipikal 3
kN
m
Vu
ØVn
9
B23 B24 B25 B26 B28 B29 B30
B65 B66 B67 B68 B70 B71 B72
B86 B897 B88 B89 B90 B91
B129 B130 B131 B132 B134 B135 B136
B109 B114 B115
B33
B54
B75
B96
B118
B34
B55
B76
B97
B119
B77
B98
B36
B57
B78
B99
B121
B37
B59
B80
B100
B122
B38
B60
B81
B101
B123
B39
B61
B82
B124
B40
B62
B83
B104
B126
B133
B125
B44 B45 B46 B47 B49 B50 B51
B92 B93
B110 B111 B112 B113
B35
B56
B102 B103
B27
B69
B48
B2 B3 B4 B5 B7 B8B1 B10B6
B150 B151 B152 B153 B155 B157B149 B158B154 B156
B19B18B17B16B15B14B13B12
B139 B140 B141 B142 B143 B144 B147B146B145
B42
B63
B84
B105
B127
B148
B32
B53
B74
B95
B117
B138
B11 B20 B21
B9
B22
B64
B85
B128
B108
B43
B31
B73
B94
B137
B116
B52
B41
B8
B79
B120
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
24.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
15.00
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 14. Denah balok dengan perkuatan lantai 2
Gambar 15. Denah balok dengan perkuatan lantai 3
10
IV.3. Desain Elemen Struktur
1. Struktur Pelat
Pelat lantai yang di desain adalah pelat
lantai 3, sedangkan untuk pelat lantai 2
merupakan pelat lantai existing dari gedung Psikologi yang dianalisis untuk mengetahui
kemampuan daya dukung untuk menahan
baban. Data hasil desain pelat adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Data hasil desain pelat
2. Struktur Pelat tangga
Data penulangan pelat tangga disajikan
dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 11. Data Hasil Desain Struktur Pelat Tangga
3. Struktur Balok
Data penulangan balok disajikan dalam
bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 12. Data Hasil Desain Struktur Balok
4. Struktur Kolom
Data penulangan kolom disajikan dalam
bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 13. Data Hasil Desain Struktur kolom
IV.4. Desain Perkuatan Struktur
Untuk menambah kapasitas lentur dan
geser balok, digunakan perkuatan fiber
reinforced polymer yang direkatkan pada sisi permukaan balok yang diperkuat dengan
bantuan perekat epoxy. Seperti terlihat pada
gambar ilustrasi dibawah ini.
Gambar 16. Ilustrasi desain perkuatan
struktur balok dengan FRP
Data hasil desain perkuatan struktur balok
ditunjukan pada tabel 14 dibawah ini.
Tabel 14. Data hasil desain perkuatan struktur
balok
Hasil analisis struktur dan penampang
balok existing yang ditunjukan pada gambar
17 s.d 4.38 sebagai berikut :
Gambar 17. Grafik desain perkuatan
balok dilapangan lantai 2
1 Pelat Lantai 3 120 ø8-200 ø8-200
No. ElemenTebal Pelat
(mm)Tulangan Arah X Tulangan Arah Y
0.000
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
Balok 25/40 tipikal 6 Balok 30/50 tipikal 1 Balok 30/50 tipikal 2
kN
m
Grafik Perbandingan Mu & Mn Lapangan BalokPada Lantai 2
Mu
Mn w/t FRP
Mn with FRP
11
Gambar 18. Grafik desain perkuatan
balok ditumpuan lantai 2
Gambar 19. Grafik desain perkuatan
balok dilapangan lantai 3
Gambar 20. Grafik desain perkuatan
balok ditumpuan lantai 3
Dari tabel dan gambar grafik hasil desain
perkuatan diatas dapat disimpulkan bahwa
balok mengalami peningkatan momen
nominal setelah dilakukan perkuatan dengan fiber reinforced polymer.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan perhitungan
struktur gedung F. Psikologi UNJANI dengan
penambahan lantai, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kinerja struktur terhadap beban gempa
masih memenuhi persyaratan pada SNI 03 – 1726 – 2002.
2. Kapasitas struktur pondasi existing masih
memenuhi persyaratan kekuatan terhadap
beban tambahan akibat penambahan lantai.
3. Tidak dibutuhkan perkuatan pada struktur
kolom existing, karena dimensi dan konfigurasi tulangan masih mencukupi
untuk menahan beban beban akibat
penambahan lantai.
4. Dibutuhkan pekuatan pada sebagian besar struktur balok existing dengan
menggunakan FRP, karena tidak mampu
menahan momen akibat penambahan beban.
5. Dimensi dan konfigurasi penulangan pada
pelat lantai tidak dilakukan perkuatan karena pada pelat tidak terjadi perubahan
fungsi atau alih fungsi bangunan sehingga
bebannya tidak berubah.
V.2. Saran
1. Pada mekanisme pelaksanaan
pemasangan FRP, diharapkan dilakukan
secara hati – hati, karena kekuatan yang dihasilkan oleh FRP seperti yang
disajikan pada analisis di atas, dapat
diperoleh secara maksimal, apabila mengikuti SOP (Spesification
Operational Procedure) yang ada untuk
pemasangan FRP.
2. Dalam melakukan analisis perkuatan dengan menggunakan Fiber Reinforced
Polimer harus tepat dalam memprediksi
beban yang bekerja sebelum dilakukan perkuatan, untuk menentukan regangan
awal sebelum dilakukan perkuatan
sehingga dapat menentukan akurasi
perhitungan yang tepat. 3. Diharapkan sambungan elemen struktur
yang baru dengan elemen struktur
existing dapat dipastikan menyatu menjadi satu kesatuan yang monolit
sehingga kinerja struktur dapat bekerja
dengan masimal.
VI. DAFTAR PUSTAKA
ACI Committee 440. (2002) ACI 440.2R-02,
Guide for the Design and Construction of
Externally Bonded FRP Systems for
Strengthening Concrete Structures, (TT) :
American Concrete Institute.
0.000
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
Balok 25/40 tipikal 6 Balok 30/50 tipikal 1 Balok 30/50 tipikal 2
kN
m
Grafik Perbandingan Mu & Mn Tumpuan BalokPada Lantai 2
Mu
Mn w/t FRP
Mn with FRP
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Balok 20/40 Tipikal 1
Balok 20/40 Tipikal 2
Balok 20/40 Tipikal 3
Balok 20/40 Tipikal 4
Balok 20/30 Tipikal 3
kN
m
Grafik Perbandingan Mu & Mn Lapangan BalokPada Lantai 3
Mu
Mn w/t FRP
Mn with FRP
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
Balok 20/40 Tipikal 1
Balok 20/40 Tipikal 2
Balok 20/40 Tipikal 3
Balok 20/40 Tipikal 4
Balok 20/30 Tipikal 3
kN
m
Grafik Perbandingan Mu & Mn Tumpuan BalokPada Lantai 3
Mu
Mn w/t FRP
Mn with FRP
12
Andrianto, H.R. 2007. Analisis Struktur
Gedung dengan ETABS Versi 9.0.7. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo.
Badan Standar Nasional. (2002). SNI 03 –
2847 – 2002, Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Bandung : Badan Standar Nasional
Bowles, J.E. 1991. Analisis dan Desain
Pondasi. Jakarta: Erlangga.
Christiawan, I., Triwiyono, A., dan Christiady
H. (2008). Evaluasi Kinerja dan Perkuatan
Struktur Gedung Guna Alih Fungsi Bangunan
(Studi Kasus : Perubahan Ruang Kelas Menjadi Ruang Perpustakaan Pada Lantai II
Gedung G Universitas Semarang).
Dewobroto, W. (2005). Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa dengan Analisa
Pushover.
Herdiansyah, Y. 2008. Analisis Lentur Balok
Tulangan Ganda. Diktat Kuliah. Bandung:
tidak diterbitkan.
__2008. Analisis dan Desain Kolom Pendek
terhadap Beban Konsentrik. Diktat Kuliah. Bandung: tidak diterbitkan.
__2008. Analisis dan Perencanaan Lentur.
Diktat Kuliah. Bandung: tidak diterbitkan.
__2008. Perencanaan Kolom Beton
Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan
Beban Aksial. Diktat Kuliah. Bandung: tidak diterbitkan.
Kusuma,G . 1991. Analisis dan Desain
Pondasi. Jakarta: Erlangga.
Nawy, E. G. (Eds). 1990. Beton Bertulang Suatu Pendekeatan Dasar. Bandung : PT.
Eresco.
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Permukiman. (2002). SNI – 1726 –
2002, Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung.
Bandung: Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah.
Winter G. dan Nilson Arthur H. (Eds). 1993.
Perencanaan Struktur Beton Bertulang. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.