MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT ...

117
MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Studi Kasus : Komunitas Suara Kampung Sawah, Bekasi. Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Prayogo Pangestu (11141110000048) PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT ...

MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN

ANTAR UMAT BERAGAMA

Studi Kasus : Komunitas Suara Kampung Sawah, Bekasi.

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Prayogo Pangestu

(11141110000048)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

STUDI KASUS : KOMUNITAS SUARA KAMPUNG SAWAH, BEKASI.

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 September 2018

Prayogo Pangestu

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa :

Nama : Prayogo Pangestu

NIM : 11141110000048

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :

MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

STUDI KASUS : KOMUNITAS SUARA KAMPUNG SAWAH, BEKASI.

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji .

Jakarta, 27 September 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi, Pembimbing,

FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Ahmad Abrori, M.Si,

NIP. 197609182003122003 NIP.19760225200501005

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

MODAL SOSIAL DAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

STUDI KASUS : KOMUNITAS SUARA KAMPUNG SAWAH, BEKASI.

Oleh

Prayogo Pangestu

11141110000048

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Oktober 2018.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial

(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati M.Si. Dr. Joharotul Jamilah, M. Si

NIP. 197609182003122003 NIP. 196808161997032002

Penguji I, Penguji II,

Saifuddin Asrori, M.Si Mohammad Hasan Ansori,Ph.D

NIP. 197701192009121001 NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 9 Oktober 2018

Ketua Program Studi Sosiologi,

FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M. Si

NIP. 197609182003122003

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis modal sosial dan Kerukunan Antar Umat Beragama

melalui Komunitas Suara Kampung Sawah (KSKS) Bekasi . Tujuan penelitian ini

keberadaan Komunitas Suara Kampung Sawah sebagai modal sosial di

masyarakat Kampung Sawah, Bekasi. Bagaimana Modal Sosial yang terdapat di

masyarakat Kampung Sawah, Bagaimana Peran Komunitas Suara Kampung

Sawah dalam menjembatani nilai-nilai kerukunan antar umat beragama di

Kampung Sawah, Bekasi. Selain itu peneliti tertarik melihat proses Komunitas

Suara Kampung Sawah berusaha melakukan bridging menjembatani dan

mengedukasi nilai kerukunan kepada masyarakat, sehingga nilai kerukunan

menjadi ciri khas masyarakat di Kampung Sawah, Bekasi.

Kajian ini menggunakan kerangka konsep social capital tentang Kerukunan

Antar Umat Beragama di Kampung Sawah, Kota Bekasi melalui keberadaan

Komunitas Suara Kampung Sawah (KSKS). Peran dari Komunitas SKS yaitu

menjembatani persebaran informasi dan budaya kerukunan yang ada di Kampung

Sawah, Bekasi. Menurut Robert Putnam, apa yang dilakukan Komunitas SKS

merupakan cara untuk memperkuat modal sosial yang sudah ada di masyarakat

Kampung Sawah melalui kepercayaan, norma dan jaringan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan

menggunakan studi kasus (case study) pada aktivitas Komunitas SKS. Dalam

pengumpulan data, dilakukan observasi, wawancara mendalam (in-dept interview)

daan dokumentasi kegiatan di masyarakat. Sedangkan studi dokumen juga

dilakukan baik itu pada dokumen yang sudah tercatat seperti dokumen SK Notaris

Komunitas Suara Kampung Sawah, dokumen pribadi maupun tulisan – tulisan

(koran, website) dan draft action program acara siaran radio serta foto-foto

kegiatan, berita acara kegiatan yang dibuat subjek penelitian. Sedangkan dalam

analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dna penarikan

kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat trust dalam

masyarakat Kampung Sawah tercermin pada kegiatan gotong royong saat hari

raya lebaran dan natal serta tradisi Ngejotin saling berbagi antar sesama. Terdapat

pula, pada aktivitas siaran radio, terbitan koran, website dan FGD. Kemudian,

norma terbentuk pada tradisi sedekah bumi di Kampung Sawah, Bekasi. Pada hal

ini jaringan terdapat aktivitas yang terbentuk seperti temu kangen, silaturahmi

kebangsaan dan buka puasa bersama. Maupun, aktivitas Komunitas SKS dengan

menjembatani nilai kerukunan dan persaudaran di Kampung Sawah, Bekasi.

Kata Kunci : Kerukunan, Komunitas Suara Kampung Sawah (KSKS), Modal

Sosial.

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

Karunia-Nya, penulis selalu diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat berserta salam penulis haturkan salam kepada Nabi Muhammad

SAW yang selalu memberikan syafa`at kepada penulis.

Penulisan skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Jurusan Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan doa dan

bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak dengan keikhalasannya membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis dengan senang hati ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-

besarnya lebih khusus kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yaitu Bapak Prof. Dr. Zulkifli,

MA.

2. Ketua dan Sekertaris Program Studi Sosiologi yaitu Ibu Dr. Cucu Nurhayati,

M.Si dan Ibu Dr. Joharotul Jamilah. M.Si.

3. Bapak Ahmad Abrori, M,Si. Selaku Dosen pembimbing skripsi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang mendalam saya ucapkan

atas bimbingan, memberikan motivasi dan ilmunya serta kesabaran yang

telah beliau berikan kepada penulis. Semoga Allah selalu melimpahkan

berkah dan karunia -Nya kepada beliau.

4. Segenap Dosen dan Para staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa kuliah dan

memudahkan segala pengurusan masa kuliah penulis.

vii

5. Ketua, Sekretaris, Para anggota Komunitas Suara Kampung Sawah terdiri

dari Pak Edy PP, Bang Yuherisman dan lain yang tidak bisa disebutkan

semuanya. Terima kasih banyak atas meluangkan waktunya sharing dan

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Para tokoh, sesepuh Kampung Sawah ada bapak Kh. Rahmaddin afif, Pak

Jacob Napiun, Pak Matheus Nalih dan lain-lain warga Kampung Sawah yang

telah meluangkan waktunya sharing terkait masyarakat Kampung Sawah,

Bekasi.

7. Kedua orang tua penulis ayahanda Bapak Azhari dan Ibunda Titi Kirana,

M.Pd, Terima kasih banyak bapak dan ibunda ku tercinta atas berkat

motivasi dan doa yang tidak terhentinya dipanjatkan serta dukungan moril

dan materil yang tidak terhitung besarnya telah diberikan semoga saya bisa

menjadi suatu menjadi suatu kebanggan dan diberikan kesuksesan semata

untuk ayah dan ibu didunia dan diakhirat.

8. Keluarga Besar H. Abdul Somad dan Bapak Suryanto (Banten) yang telah

memberikan dukungan doa dan motivasi bagi penulis.

9. Nenek-ku tercinta Ibunda Hj.Hadijah yang telah mendoakan tiada

terhentinya dipanjatkan untuk kemudahan penulis. Kepada Adik tercinta

Galih Hadiwijoyo yang telah meminjamkan laptop bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

10. Kawan-kawan Seperjuangan MAN 2 Jakarta, lebih khususnya kepada

angkatan Kelas sosgeomi yang telah mengingatkan dan mendoakan agar

penulis lancar dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kawan-kawan Seperjuangan SMP 257 Jakarta angkatan tahun 2011, yang

telah mengingatkan dan mendoakan agar penulis lancar dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Kawan-kawan Seperjuangan MI Assalafiyah Jakarta, lebih khususnya

kepada angkatan MI tahun 2008, yang telah mengingatkan dan mendoakan

agar penulis lancar dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Keluarga Besar Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi, ada Abang Asnawi

S.Th.I, Abang Hilman Hidayat S.Sos, Abang Helmi Suhaimi S.Th.I, Abang

viii

Hisyam SH, Abang Farhan Syatiri S.Sos, Abang Jamaluddin ST, Izhar

syafawi, Ahmad Fadilah, Hazmi, Lukman, Fahmi, Hasbi, Oji, fadel, Ainul,

Reza, Riski, Bikri, Mpo Devi, Pute, Azkiyah, Mae, Suci, Siva, jeje, dan

angkatan Oplet FKMB dan lain tidak bisa dapat penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas dukungan dan semangat bagi penulis. Betawi

maju Indonesia Jaya …

14. Teman – Teman Seperjuangan KKN Yassir 54, ada Ramadhon, Fadil, ilham,

Sahrul, Aziz, Wiwi, Karvin, Fawa, Dwi, Yuni, Asri, Amel, Tina, Ulfah dll,

Terima kasih semuanya.

15. Teman – Teman tempat tinggal penulis Gg. Tadho ada bang Ali, Aldo, Acep,

Robi, Uli, dll. Terima Kasih untuk semuanya.

Jakarta, 27 September 2018

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Pernyataan Bebas Plagiarism……………………………………………………. ii

Persetujuan Pembimbing Skripsi…………………………………………...…… iii

Pengesahan Panitia Ujian Skripsi ………………………………………………. iv

Abstraksi……………………………………………………………………….… v

Kata Pengantar ………………………………..………………………………... vi

Daftar isi ……………………………………..……………………………….... ix

Daftar Table…………………………………..…………………….…….……... xi

Daftar Gambar ……………………………………………………………....... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah……………………………...……………………………. 1

B. Pertanyaan Masalah ………………………………………...………………… 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………...……….. 5

D. Tinjauan Pustaka ………………………………………………………………. 7

E. Kerangka Teoritis ……………………………………………………………… 10

F. Metode Penelitian …………………………………………………………….... 15

G. Metode Analisis Data ………………………………………………………….. 23

H. Sistematika Penulisan ……………………………………………………….… 24

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………………………..…... 25

A.1 Letak Geografis dan Demografis ……………………………………..…… 25

A.2 Kondisi Kehidupan Sosial dan Keagamaan............................................... 27

B. Deskripsi Lokasi Studio Komunitas Suara Kampung Sawah…………..….... 29

C. Sejarah berdirinya Komunitas Suara Kampung Sawah, Kota Bekasi…..... 30

D. Profil Komunitas Suara Kampung Sawah, Kota Bekasi………………….…. 33

x

E. Keanggotaan Komunitas Suara Kampung Sawah…...………………………. 34

F. Kegiatan Komunitas Suara Kampung Sawah………………………………... 36

BAB III HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

A. Modal Sosial di Masyarakat Kampung Sawah, Bekasi………………...… 40

1. Kepercayaan Sebagai Fondasi Kerukunan Umat Beragama di Kampung

Sawah, Bekasi……………………………………………………...…….. 40

2. Norma Kerukunan Antar Umat Beragama di Kampung Sawah Bekasi.... 58

3. Jaringan sosial yang dibentuk komunitas Suara Kampung Sawah untuk

menyuarakan kerukunan antar umat beragama…………………..……… 65

B. Peran Komunitas Suara Kampung Sawah Dalam Me-Bridging Nilai-Nilai

Kerukunan……………………………………………………………...…. 70

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………...…… 73

B. Saran……………………………………………………………........………. 75

Daftar Pustaka…………………………………………………...…...………… xiii

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data informan penelitian…………………………………………….…. 17

Tabel 2.1 Tabel Pekerjaan Penduduk Kelurahan Jatimurni Bekasi Tahun 2017…… 27

Tabel 2.2 Data Penduduk Menurut Agama Lokasi Penelitian………………………. 28

Tabel 2.3 Sarana Rumah Ibadah Kelurahan Jatimurni Bekasi Tahun 2017…………28

xii

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1 Peta Lokasi Kampung Sawah……………………………………………. 29

Tabel 2.2 Siaran Radio Komunitas Suara Kampung Sawah……………………….. 36

Tabel 2.3 Buletin Koran Komunitas Suara Kampung Sawah………………………. 37

Tabel 2.4 Website Komunitas Suara Kampung Sawah…………………………….. 42

Tabel 3.1 Kegiatan Keamanan Lalu Lintas Oleh Umat Nasrani Pelaksanan Hari

Idul Fitri di Masjid Al Jauhar Yasfi Tahun 2018…………………. 41

Tabel 3.2 Kegiatan Siaran Radio Komunitas Suara Kampung Sawah…………….. 45

Tabel 3.3 Kegiatan Menerbitkan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah……….. 49

Tabel 3.4 contoh bentuk tulisan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah……. 51

Tabel 3.5 contoh bentuk tulisan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah…...52

Tabel 3.6 Kegiatan Website Komunitas Suara Kampung Sawah……………… 53

Tabel 3.7 Fokus Group diskusi di Kelurahan Jatimurni tahun 2016…………… 55

Tabel 3.8 Fokus Group diskusi di Kelurahan Jatimurni tahun 2016…………… 56

Tabel 3.9 Kegiatan Sedekah Bumi di Gereja Santo Servatius tahun 2018….. 60

Tabel 3.10 Ngaduk dodol Sedekah Bumi di Gereja Servatius tahun 2018…. 63

Tabel 3.11 Kegiatan Temu Kangen di Kelurahan Jatimurni tahun 2016…66

Tabel 3.12 Silaturahmi Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama tahun 2018…. 68

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Kerukunan antar umat beragama merupakan unsur penting dalam kehidupan

berbangsa dan bermasyarakat. Di Indonesia dalam hal ini kerukunan menjadi

bagian penting seperti halnya semboyan Bhineka Tunggal Ika yang menjadi nilai

yang di maknai bersama.

Bentuk pendukung terjadinya kerukunan antar umat beragama di Indonesia,

antara lain adanya sifat bangsa Indonesia yang religius dan terdapat nilai-nilai

luhur budaya yang telah berakar dalam masyarakat seperti gotong royong, saling

menghargai atau menghormati, kebebasan menjalankan praktik ibadah sesuai

agamanya, kerja sama di kalangan intern umat beragama, antar umat beragama

dan antara umat beragama dengan pemerintah. (Hertina, 2009 : hal 8).

Kerukunan antar umat beragama berguna untuk mewujudkan kesatuan

pandangan dan kesatuan sikap, guna melahirkan kesatuan perbuatan dan tindakan

serta tanggung jawab bersama, sehingga tidak ada pihak yang melepaskan diri

dari tanggung jawab atau menyalahkan pihak lain. Kemudian, dengan kerukunan

umat beragama menyadari bahwa masyarakat dan negara adalah milik bersama

dan menjadi tanggung jawab bersama untuk memeliharanya. (Toto Suryana, 2011

: hal 134-135).

2

Selain itu, kerukunan antar umat beragama bisa digunakan sebagai cara

meminimalisir potensi konflik keagamaan yang sering kali timbul di masyarakat

multkikutural seperti Indonesia. Beberapa kasus konflik keagamaan yang terjadi

di beberapa daerah seperti di Poso ,Ambon, Sunni Jawa timur, GKI Yasmin

Bogor dan lain-lain. (Firdaus M. Yunus, 2014 : hal 222).

Kemudian, Kasus konflik keagamaan ditemukan juga di Kota Bekasi seperti

halnya kasus HKBP Pondok Timur (kasus Ciketing), kasus penolakan warga

terhadap kegiatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), GPIB Komplek Galaxi,

Persoalan 3 Gereja di Manseng Bekasi Utara dan Kasus Gereja Santa Clara

Kelurahan Harapan Baru. (Ahsanul Khalikin & Fathuri, 2016 : hal 44).

Menurut riset setara institute tahun 2015 tentang indeks kota toleran,

menunjukan ada 94 Kota di Indonesia yang memiliki indeks paling toleran teratas

yaitu Pematang Siantar, Salatiga, Singkawang, Manado dengan indeks 1,47

sedangkan, kota Bekasi menunjukkan berada di posisi 10 kota toleran terbawah

yaitu 93 dari 94 Kota. Dalam hal ini kota bekasi memiliki indeks 4,68. Kemudian,

indeks kota toleran tahun 2017 menampilkan bahwa kota Bekasi mengalami

kemajuan signifikan yaitu pada tahun 2015 berada peringkat kedua terendah di

peringkat 93 kota menjadi posisi peringkat 53 pada tahun 2017. (http://setara-

institute.org).

Selain itu data Kementerian Agama kota Bekasi tahun 2014, secara

berurutan yaitu : Islam dengan pemeluk agama 2.146.807 jiwa, Kristen 182.106

jiwa, Katolik 74.759 jiwa, Hindu 27.952 jiwa, Budha 38.450 jiwa, Konghucu 201

3

jiwa. Kemudian, data yang telah disebutkan di atas tentang jumlah penganut

agama, menunjukkan bahwa agama yang ada di kota Bekasi ini dapat hidup

berdampingan dengan baik.

Seperti fakta lainnya yang mendukung kerukunan dan toleransi di Kota

Bekasi yang berkembang cukup baik, dapat dilihat pada terpeliharanya rumah

ibadat dari berbagai agama yang ada di Kota Bekasi, menurut data Kementerian

Agama tahun 2014, untuk Islam terdapat 950 masjid 1.470 mushalla, Kristen

memiliki 78 gereja (definitif) dan 187 rumah ibadat di rumah tinggal, mall, ruko,

hotel yang dijadikan tempat ibadah. Katolik memiliki 6 gereja (definitif), Hindu 2

Pura dan 12 tempek. Budha memiliki 9 Vihara dan Konghucu memiliki 1

Kelenteng. (Ahsanul Khalikin & Fathuri, 2016 : hal 43-44).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menemukan fenomena kerukunan

antar umat beragama di daerah Kampung Sawah, Kota Bekasi. Kerukunan

tersebut sudah ada di Kampung Sawah sudah terjalin sejak dahulu, ditandai

dengan adanya rumah ibadat berdiri berdampingan seperti Masjid Al-Jauhar Yasfi

Sabilillah dengan Gereja Katolik Santo Servatius dan Gereja Kristen Pasundan.

Kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah dibentuk dari adanya

kerukunan antar masyarakat, seperti halnya kegiatan ngeriung bareng dan saling

mengunjungi antar sesama saudara dan warga dalam hari raya keagamaan. Wujud

kerukunan antar warga di Kampung Sawah tercermin dalam acara-acara besar

keagamaan seperti Idul Fitri atau Natal maupun Paskah terdapat warga yang turun

langsung turun kejalan dalam mengamankan kegiatan keagamaan dan

4

menyediakan lahan parkir bagi umat beragama di Kampung Sawah dalam hari

raya besar keagamaan. (Wartakota, 27/06/2017).

Salah satu sumbu penjaga kerukunan adalah Komunitas Suara Kampung

Sawah di Bekasi. Radio komunitas ini tak henti-hentinya menyuarakan isu

persaudaran. Hal ini dengan pertemuan sejak November 2012 dari berbagi unsur

lintas kelompok keagamaan yang ada di Kampung Sawah, Bekasi terbentuk visi

radio ini yaitu memelihara persaudaran warga Kampung Sawah. (Kompas,

20/9/2014).

Oleh karena itu, kerukunan dan persaudaraan yang sudah terbentuk sejak

dahulu. Maka, dengan itu dibuatlah kegiatan yang dapat dijadikan sarana untuk

meningkatkan masyarakat tentang nilai-nilai yang sudah puluhan tahun terbentuk.

Keberadaan Komunitas Suara Kampung Sawah berusaha melakukan bridging

menjembatani dan mengedukasi nilai kerukunan kepada masyarakat, sehingga

nilai kerukunan menjadi ciri khas masyarakat di Kampung Sawah, Bekasi.

Oleh karena itu peneliti merasa tertarik mengangkat persoalan tersebut

menjadi penelitian berjudul modal sosial dan kerukunan antar umat beragama

(studi kasus Komunitas Suara Kampung Sawah, Bekasi). Terdapat dalam metode

ini penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan

menganalisis persoalan ini peneliti menggunakan teori Kapital sosial yang

dijelaskan oleh prespektif Robert Putnam.

5

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Pertanyaan penelitian merupakan langkah yang paling penting dalam

penilitan ilmiah. pertanyaan penelitian berguna untuk mengatasi kerancuan dalam

pelaksanaan penelitian. berdasarkan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan

Pernyataan Penelitian yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian

tersebut dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Modal Sosial yang terdapat di masyarakat Kampung Sawah ?

2. Bagaimana Peran Komunitas Suara Kampung Sawah dalam menjembatani

nilai-nilai kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah, Bekasi ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Secara umum kajian ini ingin memperoleh gambaran tentang sejauhmana

modal sosial masyarakat Kampung Sawah Bekasi terhadap kerukunan antar umat

beragama. Penelitian ini berusaha menjelaskan mengenai peran Komunitas Suara

Kampung Sawah dalam menjembatani nilai-nilai kerukunan antar umat beragama

di Kampung Sawah, Bekasi. Kemudian, dari latar belakang dan pertanyaan

penelitian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a) Untuk menggambarkan peran kapital sosial yang terdapat dalam kerukunan

antar umat beragama melalui Komunitas Suara Kampung Sawah di Kampung

Sawah, Bekasi.

6

b) Untuk mengetahui serta menemukan cara dalam memelihara kerukunan antar

umat beragama, sehingga dapat digunakan sebagai contoh referensi bagi

masyarakat di daerah lain.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

A. Secara Teoritis,

Penelitian ini bermanfaat mengembangkan kajian keilmuan, khususnya

untuk mendeskripsikan tentang teori capital sosial yakni melihat

kerukunan antar umat beragama melalui Komunitas Suara Kampung

Sawah dalam upaya menjembatani kerukunan antar umat beragama di

Kampung sawah Bekasi.

B. Secara Praktis

- Bagi Pemerintah

Peneliti berharap hasil penelitian yang diperoleh dapat bermanfaat

untuk memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam

melestarikan kearifan lokal yakni Kerukunan Antar Umat Beragama di

Kampung Sawah.

- Bagi Masyarakat Sekitar

Peneliti berharap kepada masyarakat baik dari asli penduduk Kampung

Sawah ataupun luar Kampung Sawah agar dapat menghormati kearifan

lokal ada di Kampung Sawah serta dapat memanfaatkan keberadaan

7

Komunitas Suara Kampung Sawah sebagai modal sosial untuk

melestarikan Kerukunan.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Saifuddin Asrori dalam Tesis (Universitas Indonesia, 2008) berjudul “Studi

Sosiologis Forum Konsultasi Dan Komunikasi Umat Beragama (FKKUB)

Provinsi DKI Jakarta”. menganalisa konsep sosial capital tentang dialog antar

organisasi-organisasi keagamaan yang tergabung dalam FKKUB. Pendekatan ini

menggunakan penelitian kualitatif dengan studi kasus (case study) pada aktivitas

FKKUB. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa FKKUB menjalankan perannya

berlandaskan pada nilai-nilai agama bagi terciptanya hubungan antar umat

beragama yang bersifat dialogis dan keberhasilan dialog dengan model FKKUB

terletak pada hubungan yang saling mempercayai (mutual trust) antar anggota

yang secara bersama terbuka membicarkan solusi permasalahan keagamaan serta

peran konsultasi FKKUB dapat dilihat upaya mereka dalam melakukan

pembangunan wacana kerukunan dalam kehidupan beragama dan aksi bersama.

M Adlin Sila (2017) dalam risetnya berjudul “Kerukunan Umat Beragama

di Indonesia Mengelola Keragaman dari Dalam”, menganalisa penawaran ruang

dialog yang lebih luas antara pemerintah dan masyarakat sipil untuk bersama-

sama mencari sebuah titik temu atau jalan tengah (middle way) antara

penghormatan terhadap hak komunal dengan pemberian jaminan akan hak-hak

individual khusunya dalam beragama. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan jenis penelitian studi literature. Teori yang digunakan dalam

8

penelitian ini adalah teori kebudayaan dominan culture dalam Antropologi. Hasil

penelitiannya menjelaskan budaya domina culture tersebut menjadi acuan dalam

membangun hubungan antar kelompok masyarakat di Indonesia, sehingga tercipta

hubungan sosial yang harmonis. Pengelolaan keragaman yang didalamnya

pemberian jaminan kebebasan beragama dengan yang merujuk pada agama

sebagai nilai dominan.

Syamsudduha Saleh (2013) dalam risetnya berjudul “Kerukunan Umat

Beragama di Denpasar Bali”, menjelaskan kehidupan multicultural di Denpasar.

Cara mereka hidup berdampingan dengan kehidupan harmonis, bagaimana

mereka mengalami gesekan karena perbedaan agama dan etnis. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan interdisipliner yaitu

Antropologi dan Ilmu Sosial. Hasil penelitiannya menjelaskan hubungan antar

umat beragama di Denpasar adalah kesadaran masyarakat akan keberadaan

sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan harmonis di Denpasar

didasarkan oleh sikap saling menghormati dan saling menghargai atas perbedaan

agama masing-masing.

Mustolehudin (2016) dalam risetnnya “Relasi modal Sosial Dan Kerukunan

Umat Beragama : Studi Kasus Di Kecamatan Larangan, Brebes”, menjelaskan

dinamika kehidupan sosial keagamaan di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes

menggunakan prespektif modal sosial dengan membahas potensi kerukunan

masyarakat serta keterkaitan modal sosial hubungannya dengan kerukunan umat

beragama. Metode penelitian ini menggunakan mix method penggabungan antara

data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini kerukunan di masyarakatnya

9

cenderung disebabkan oleh praktik-praktik tradisi lokal yang masih dilestarikan

oleh sebagian besar masyarakat seperti, tradisi unggah-ungahan, udun-udunan,

sedekah bumi, manten abu, upacara adat manten dan puputan rumah.

Sebagai pembanding, berikut ini adalah persamaan serta perbedaan antara

literatur sebelumnya dengan penelitian ini.

Pertama, penelitian Saifuddin Asrori (2008) sama-sama menggunakan

metode kualitatif dan studi kasus (case study). Ia juga berfokus pada kapital sosial

dalam menjelaskan dialog organisasi keagamaan. Penelitian sangat relevan

dengan bahasan yang akan peneliti kaji, tetapi peneliti memiliki objek penelitian

yang berbeda yaitu Kerukunan Antar Umat Beragama di Kampung Sawah,

Bekasi.

Kedua, penelitian Adlin Sila (2016) memiliki fokus penelitian yang sama

yaitu kerukunan umat beragama, ia menggunakan teori dominan culture. Bahasan

penelitian ini cukup relevan dengan penelitian yang akan penelti tulis, tetapi teori

yang akan peneliti gunakan berbeda yaitu kapital sosial untuk membahas

Kerukunan Antar Umat Beragama di Kampung Sawah, Bekasi. .

Ketiga, penelitian Syamsudduha Saleh (2013) memiliki fokus yang sama

yaitu kerukunan antar umat beragama, ia menggunakan pendekatan antropologi.

Pembahasan kerukunan antar umat beragama yang dibahas dalam penelitian

Syamsudduha Saleh cukup relevan dengan penelitian yang akan peneliti kaji,

tetapi peneliti mengambil teori yang berbeda untuk menjelaskan masalah

kerukunan antar umat beragama yaitu dengan teori kapital sosial.

10

Keempat, penelitian Mustolehudin (2016) memiliki fokus yang sama yaitu

kerukunan antar umat beragama. Teori yang digunakan pun sama yaitu modal

sosial. Perbedaannya terletak dalam metode penelitian dimana Mustolehudin

menggunakan metode gabungan sedangkan penelitian ini lebih menekankan

metode kualitatif untuk menjelaskan masalah kerukunan antar umat beragama.

E. KERANGKA TEORI

Teori Kapital Sosial

Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori kapital sosial. Teori

ini dikembangkan oleh beberapa tokoh seperti James Coleman, Robert Putnam,

Fukuyama, Bourdiue dan Robert M.Z Lawang. Secara umum, menurut Bank

Dunia ada dua versi tentang kapital sosial. Pertama, Kapital sosial menunjuk pada

norma, institusi dan hubungan sosial yang membentuk kualitas interaksi sosial

dalam masyarakat. Kedua, kapital sosial menunjuk pada norma, institusi dan

hubungan sosial yang memungkinkan orang dapat berkerja sama (Lawang, 2004 :

213).

Konsepsi kapital sosial menurut Robert D. Putnam, dengan pertimbangan

bahwa rumusan Putnam mengenai kapital sosial lebih eksplisit, jelas dan

dikonstruksikan dari acuan pustaka yang lebih luas. Putnam secara tegas

mengatakan bahwa kapital sosial bersifat produktif, yaitu sesuatu yang

memungkikan terjadinya pencapaian tujuan tertentu dan tanpa kontribusinya

tujuan itu tidak akan tercapai (Lawang, 2004 : 212).

Tidak hanya itu, Robert D. Putnam menggambarkan kapital sosial sebagai

bagian-bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma dan jaringan

11

yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan

yang terkordinasi. Putnam juga memandang dalam masyarakat perlu adanya suatu

social networks serta norma yang mendorong produktivitas komunitas (Putnam,

1993 : 167).

Kuatnya jaringan relasi tersebut sebagai sumber dari capital sosial yang

menurut Putnam: “Hubungan sosial antar individu membentuk jaringan sosial dan

norma saling mempercayai (norms of Trust) yang tumbuh dari hubungan tersebut.

Capital sosial dalam pengertian ini dapat dipahami sebagai fenomena struktural

hubungan antar teman, ketetanggan dan kolega), dan fenomena budaya (norma-

norma sosial yang „memandu‟ adanya kerja sama).

Bagi Putnam, kelompok agama maupun sosial selalu ditandai dengan

adanya hubungan saling bertanggung jawab atas kelestarian nilai-nilai dan

budayanya, menegakkan aturan tingkah laku, dan mendorong norma saling

mempercayai, ketiga elemen ini melahirkan norma kepercayan bersama (norms of

generalized trust) yang dapat mendorong terciptanya keuntungan sosial dan

efisiensi. Dengan norma kepercayaan bersama itulah kelompok keagamaan dapat

menjalin hubungan dengan kelompok lainnya (Asrori, 2008 : 10-11).

Putnam (2000) dalam Asrori (2008) menjelaskan hal yang membedakan

bentuk kapital sosial menjadi bridging social capital (kapital sosial yang

menjembatani) dan bonding social capital (kapital sosial yang terikat). Pertama,

bridging social capital ditandai oleh hubungan sosial yang bersifat terbuka

(insklusif), para anggotanya mempunyai latar belakang yang heterogen. Orientasi

kelompok ini lebih ditekankan upaya-upaya bersama dalam mencari jawaban atas

12

permasalahan bersama dan mempunyai cara pandang keluar “outward looking”.

Kedua, bonding social capital , capital social dalam bentuk ini bersifat ekslusif,

keanggotaanya biasanya didasarkan atas berbagai kesamaan, seperti kesamaan

suku, etnis dan agama, hubungan antar individu bersifat tertutup, lebih

mengutamakan solidaritas dan kepentingan kelompok. (h. 11).

Kemudian, modal sosial itu lebih beroerintasi keluar dan mampu

membangun identitas yang lebih luas serta modal sosial juga lebih baik dalam

menggubungkan aset eksternal dan persebaran informasi (Putnam 2000 : 22-23).

Selain itu Putnam juga menambahkan bahwa modal sosial yang menjembatani

menghubungkan orang yang pada kenalan-kanalan jauh yang bergerak pada

lingkaran berbeda dengan lingkup mereka sendiri, hal ini cenderung membangun

identitas yang lebih luas dan resiproritas lebih banyak ketimbang meneguhkan

pengelompokkan sempit (Field, 2016: 106-107).

Dalam hal penelitian ini menjelaskan bahwa Keberadaan Komunitas Suara

Kampung Sawah berusaha melakukan bridging menjembatani dan mengedukasi

nilai kerukunan kepada masyarakat, sehingga nilai kerukunan menjadi ciri khas

masyarakat di Kampung Sawah, Bekasi. Setelah melihat dari berbagai pandangan

para ahli dapat disimpulkan bahwa capital sosial terdiri dari 3 elemen yaitu

Kepercayaan atau Trust, Norma, Jaringan. Elemen ini memiliki definisi masing-

masing dan untuk lebih jelasnya seperti halnya berikut ini :

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan bagian dari yang ada di kapital sosial. Putnam

seperti yang dijelaskan Hasbullah (2006, 11) mendefinisikan kepercayaan sebagai

13

suatu bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan sosialnya yang

didasari oleh perasaan yakin, bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti

yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang

saling mendukung.

Menurut Lawang mengenai kepercayaan didefinisikan sebagai “ hubungan

dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu

atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial” (Lawang, 2005 : 46).

Kepercayaan (trust) memiliki implikasi positif dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal ini dibuktikan dengan suatu kenyataan bagaimana keterkaitan orang-orang

yang memiliki rasa saling percaya (mutual trust) dalam suatu jaringan sosial

memperkuat norma-norma mengenai keharusan untuk saling membantu (Syahra,

2003 :6).

Kemudian, Lawang berpendapat ada beberapa bagaimana kepercayaan akan

terwujud yaitu, karena kedua individu atau kelompok saling kenal, karena

individu atau kelompok mempunyai nilai yang sama, karena kedua individu atau

kelompok memiliki kepentingan yang sama, karena kedua individu atau kelompok

saling percaya saja, karena kedua individu atau kelompok memiliki espektasi yang

bisa dipenuhi jika keduanya berkerja sama, dan kedua individu atau kelompok

berkomitmen pada nilai dan norma yang ada (2005 : 54-55).

b. Norma

Putnam melihat bahwa aspek terpenting dari norma adalah aspek resiprositas-

nya (timbal balik). Norma yang berasal dari resiprositas atau juga disebut Putnam

sebagai the norm of generalized resiprocity berfungsi sebagai pemecah problem

14

yang kerap muncul secara lebih efisien dalam konteks tindakan kolektif. Selain itu

the norm of generalized resiprocity juga memunculkan solidaritas dan

mendamaikan kepentingan pribadi (Putnam, 1993a : 172).

Sedangkan, R. Lawang berpendapat norma merupakan pengontrol perilaku,

sebagai penjaga nilai dan juga penjaga antara status dan peran. Norma juga

dikatakan berasal dari pertukaran yang menguntungkan dan tidak bersifat sekali

jadi. Artinya pertukaran tersebut terjadi beberapa kali ataupun berulangkali hingga

pihak yang saling melakukan pertukaran tersebut merasa memilik hak dan

kewajiban. Kemudian, norma juga bersifat resiprokal atau timbal balik dimana

kedua belah pihak yang memiliki norma tersebut terkait dengan hak dan

kewajiban (Lawang, 2005 : 70 dan 100).

Resiprocity merupakan salah satu dari unsur modal sosial. Dalam hal ini,

terjadi tukar menukar kebaikan antar individu dan kelompok (Hasbullah 2006,

10). Sebagai contoh yang ditemui di masyarakat Kampung Sawah tradisi Sedekah

Bumi baik itu dilaksanakan Gereja Katolik Servatius ataupun Gereja Kristen

Pasundan yaitu dalam acara Ngaduk dodol terdapat umat lainya termasuk muslim

membantu melancarkan kegiatan Ngaduk dodol tanpa memandang latar belakang

agama.

c. Jaringan

Bagian dalam capital sosial adalah jaringan. Terdapat ahli yang memiliki

definisi mengenai konsep jaringan. Robert M. Z Lawang menjelaskan bahwa

“Jaringan yang dibahas dalam capital sosial menunjuk pada semua hubungan

15

dengan orang lain atau dengan kelompok lain yang memungkinkan pengatasan

masalah dapat berjalan efektif dan efisien (Lawang, 2005 :63).

Dalam hal ini jaringan menentukan seberapa kuat kepercayaan tumbuh. Bagi

Putnam “semakin besar kepadatan keanggotaan asosiasional dalam suatu

masyarakat semakin besar pula anggota-anggota warga masyarakat itu saling

mempercayai” (Putnam, 1995 : 73). Jaringan juga memberikan kemudahan untuk

saling berkerjasama dalam memperoleh manfaat secara kolektif.

Jaringan sendiri tidak terbentuk dengan sendirinya. Secara singkat Lawang

menyebutkan bahwa dalam membuka jaringan, media paling ampuh ialah

pergaulan dalam pengertian umum dengan membuka diri melalui berbagai media

(Lawang, 2005 : 63).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bahwa penelitian

kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami

makna yang oleh sejumlah individu atau kelompok orang yang berasal dari

masalah sosial atau kemanusian (Creswel, 2010: 4).

Kemudian, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena

mengeksplorasi, memahami makna dalam kegiatan untuk menggambarkan proses

atau bentuk kerukunan di Kampung Sawah, Bekasi melalui keberadaan

Komunitas Suara Kampung Sawah (KSKS). Hal ini meliputi Komunitas Suara

Kampung Sawah (KSKS) yang terdiri anggota dan masyarakat dalam

16

menjembatani untuk melestarikan kerukunan antar umat beragama di Kampung

Sawah, Bekasi.

Sedangkan, Creswell (2010 : 20) menjelaskan pendekatan studi kasus

merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara

cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu.

Jenis Penelitian ini adalah studi kasus untuk memperdalam proses atau

bentuk kerukunan di Kampung Sawah, Bekasi melalui keberadaan Komunitas

Suara Kampung Sawah (KSKS) dengan metode tersebut akan lebih jelas dan

mudah untuk dipahami.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang peneliti ambil untuk melakukan penelitian ini adalah di

Kampung Sawah yang terletak di Kelurahan Jatimurni, Kota Bekasi. Peneliti

mengambil lokasi penelitian disini karena tertarik dengan keberadaan Komunitas

Suara Kampung Sawah dan juga peneliti tertarik dengan kerukunan yang ada di

Kampung Sawah. Walaupun, kerukunan sejak dahulu terjadi di masyarakat

Kampung Sawah. Akan tetapi, masih ada di masyarakat Kampung Sawah yang

menggunakan nilai-nilai kerukunan melalui media komunitas. Komunitas tersebut

yang menjadi fokus penelitian yaitu Komunitas Suara Kampung Sawah karena di

Kampung Sawah ini banyak masyarakat dan tokoh untuk ikut serta menjaga dan

melestarikan kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah. Keberadaan

Komunitas Suara Kampung Sawah menjadi salah satu cara melestarikan kearifan

17

lokal Kampung Sawah yaitu kerukunan antar umat beragama. Penelitian ini

membutuhkan waktu mulai dari awal Maret hingga bulan September 2018.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau sumber data adalah orang yang padanya melekat

data penelitian (Silalahi, 2010:250). Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah

Komunitas Suara Kampung Sawah yang terdiri dari Ketua Komunitas Suara

Kampung Sawah, Sekertaris, anggota dan ketua bidang dalam Komunitas Suara

Kampung Sawah, serta tokoh pemerintahan setempat dan beberapa tokoh agama

dan masyarakat di Kampung Sawah.

Kemudian, unit analisis yang akan diteliti oleh peneliti adalah Keberadaan

Komunitas Suara Kampung Sawah berusaha melakukan bridging menjembatani

dan mengedukasi nilai kerukunan kepada masyarakat melalui peran media Radio,

Koran, Website dan kegiatan insidental yang merujuk kepada kerukunan antar

umat beragama.

Table 1.1

Data Informan

No

.

NAMA USIA JENIS

KELAMIN

AGAMA ETNIS PENDIDIKAN

1. Eddy Pepe 58 tahun Laki-Laki Katolik Betawi S1

2. Yuherisman 37 tahun Laki-Laki Islam Betawi S1

3. Nur Ali Akbar 42 tahun Laki-Laki Islam Betawi S1

4. Agustinus Janor 50 tahun Laki-Laki Katolik Flores S1

5. Irwan setiadi 30 tahun Laki-Laki Katolik Betawi S1

18

6. Dadang Kotong 42 tahun Laki-Laki Protestan Betawi SMA Sederajat

7. Eko Praptanto 53 tahun Laki-Laki Katolik Jawa S1

8. Kh.Rahmaddin

Afif

70 tahun Laki-Laki Islam Betawi S2

9. Yacob Napiun 62 tahun Laki-Laki Katolik Betawi SMA Sederajat

10. Matheus Nalih 54 tahun Laki-Laki Katolik Betawi S1

11. Muhammad Ali 47 tahun Laki-Laki Islam Betawi S2

12. Marvianus 34 tahun Laki-Laki Islam Betawi S1

13. H. Sudirman 66 tahun Laki-Laki Islam Betawi S1

14. Slamet Suryadi 40 tahun Laki-Laki Islam Betawi SMA Sederajat

15. Daden Supriana 47 tahun Laki-Laki Islam Betawi SMA Sederajat

Dalam penelitian ini di tetapkan beberapa informan sebagai berikut :

1. Ketua Komunitas Suara Kampung Sawah.

2. Sekertaris Komunitas Suara Kampung Sawah.

3. Perwakilan ketua bidang Komunitas Suara Kampung Sawah

4. Anggota Komunitas Suara Kampung Sawah.

5. Tokoh Pemerintahan Kelurahan Jatimurni.

6. Tokoh Agama dan Masyarakat di sekitar Kampung Sawah.

Penelitian ini dalam penentuan informan menggunakan secara Purposive

sampling (Pemilihan sampel bertujuan) berdasarkan atas siapa subjek yang ada dalam

posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Purposive sampling

tersebut digunakan berdasarkan tiga hal : Pertama, peneliti menggunakan pada kasus

unik dan membutuhkan orang infromatif. Kedua, peneliti menggunakan teknik untuk

memilih anggota yang sulit dijangkau, populasinya terspesialisasi. Ketiga, ketika

peneliti ingin mengetahui jenis fakta dari sebuah kasus untuk investigasi yang dalam.

19

Selanjutnya, pemilihan sampel secara Purposive pada sebuah penelitian harus

berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhan data

(Neuman, 2007:142-143).

Berdasarkan kriteria hal diatas, dalam penyeleksian subjek penelitian

sangat diperlukan dalam pertimbangan menurut kriteria khusus. Adapun, kriteria

pemilihan subjek penelitian ini yakni : Pertama, pada subjek merupakan ketua dan

sekertaris yang berpengaruh dalam Komunitas Suara Kampung Sawah. Kedua, subjek

memiliki afiliasi dan relasi terhadap Komunitas Suara Kampung Sawah. Ketiga,

subjek memiliki keterlibatan atau partisipasi langsung dalam aktifitas Komunitas

Suara Kampung Sawah. Pemilihan kriteria ini didasarkan atas efektifitas dan efisiensi

pada proses pengumpulan data.

Penelitian terhadap suatu komunitas atau organisasi selama ini dikenal

ekslusif memerlukan pendekatan tersendiri untuk memasuki medan penelitian.

Peneliti merasakan hal yang berbeda dengan inklusifitas yang terdapat di Komunitas

Suara Kampung Sawah ketika ingin melakukan persiapan penelitian di Lokasi

Kampung Sawah, Bekasi. Peneliti dihadapkan dengan keramahan dan terbuka pada

komunitas ini. Dalam hal pendekatan terhadap informan saat melakukan proses

penelitian saat itu merasakan begitu terbuka baik dari tokoh agama dan masyarakat

setempat dan ketua, sekertaris serta anggota Komunitas Suara Kampung Sawah.

Peneliti merasakan hal tersebut untuk mendapatkan izin untuk wawancara.

Kondisi yang peneliti alami jadi berbeda ketika secara informal

berkomunikasi tanpa sengaja bertemu dengan Sekertaris Komunitas Suara Kampung

Sawah di Studio Komunitas yang baru. Berjalan seiring waktu, peneliti mengabarkan

20

kepada informan melalui media handphone dan direspond untuk bertemu. Ketika

secara formal berkomunikasi dengan Sekertaris Komunitas Suara Kampung Sawah.

Pada waktu itu yang sudah ditentukan oleh Yuherisman (36 tahun), Sekertaris

Komunitas Suara Kampung Sawah ketika itu menerima peneliti sebagai tamu di

Sekertariat Lembaga yang ada di Kampung Sawah. Pada saat itu peneliti

menyampaikan maksud penelitian. Kemudian, direspond oleh beliau membantu

menyediakan peneliti untuk menyiapkan arsip dokumen atau tulisan, foto-foto dan

mempersilahkan peneliti untuk mencari data-data penelitian yang terkait.

Penelitian ini dalam Komunitas Suara Kampung Sawah memiliki

tantangan tersindiri di karenakan aktifitas komunitas tersbut sedang istirahat dan

proses pemindahan studio yang baru. Kemudian, orang yang terlibat dalam

komunitas juga memiliki waktu dan kesibukan masing-masing dan peneliti rasakan

perlu pembagian waktu untuk wawancara secara perlahan-lahan. Terlebih jika

penelitian ini melebar dari konteks akan cenderung sensitif dikarenakan ada sebab

yang tak perlu dijelaskan. Tuntutan peneliti untuk mendapatkan gambaran secara

keseluruhan tentang peran yang terdapat dalam Komunitas Suara Kampung Sawah,

mengharuskan peneliti untuk mendekati secara langsung pengalaman individu atau

tindakan di dalam keterlibatan di Komunitas Suara Kampung Sawah terhadap

kerukunan dan kearifan lokalnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pada Penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan yaitu dengan

cara, Berikut :

21

a) Observasi Langsung

Pada Penelitian ini, peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan

cara observasi langsung. Teknik Pengumpulan data ini dilakukan agar peneliti

lebih mudah memahami terlebih dahulu tentang penelitian yang akan peneliti

teliti. Dalam hal ini, peneliti akan melihat langsung dan mendengarkan kondisi

keberadaan Komunitas Suara kampung Sawah di lokasi terkait dengan tema yang

akan peneliti teliti untuk memudahkan proses ini, maka hasil observasi yang

didapatkan disimpan melalui catatan lapangan dan juga melalui alat bantu

handphone dalam bentuk rekaman suara dan foto.

b) Wawancara mendalam

Wawancara mendalam (in-depth interview) dilakukan secara semi-

terstruktur dan terbuka agar lebih fleksibel dan dapat memunculkan data yang

lebih mendalam. Kemudian, dalam Sudikan (2001:62) menjelaskan wawancara

mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan informan.

Metode wawancara mendalam dengan menggunakan tiga cara : wawancara

langsung (Face to face interview), melalui telepon (by phone) atau dalam bentuk

wawancara diskusi kelompok (forum group discussion) yang terdiri dari enam

sampai delapan perkelompok (Creswell, 2010:267). Metode ini digunakan oleh

peneliti untuk bertanya kepada informan yang dipilih untuk memberikan

informasi yang dibutuhkan.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mewawancarai beberapa

narasumber yaitu : Ketua dan Sekertaris dan Pengurus Harian Komunitas Suara

22

Kampung Sawah serta tokoh masyarakat dan tokoh agama yang terlibat.

Kemudian, dalam proses wawancara terjadi peneliti melakukan dengan

wawancara langsung ke informan ada juga melalui via whatsapp dan email karena

keterbatasan waktu bertemu informan dan media online menjadi faktor pendukung

terjadinya wawancara peneliti dalam penelitian ini.

c) Data Audio – visual

Data sekunder juga dilengkapi dengan pengumpulan materi audio-visual

dapat berupa foto-foto, video atau rekaman suara yang dikumpulkan saat

melakukan observasi atau wawancara saat berada di lapangan (Creswell,

2010:269-270). Pengumpulan Audio-visual dalam penelitian ini untuk

menggambarkan kondisi, aktifitas dan peristiwa unik ketika masa pengumpulan

data.

d) Dokumentasi

Studi domunetasi dilakukan dengan mengumpulkan arsip kesejarahan,

manuskrip, laporan-laporan resmi, atau dokumen yang terkait dengan subjek

penelitian. Sumber dokumen dapat berhasil dari dokumen publik (Koran, jurnal,

laporan riset) ataupun dokumen pribadi (buku harian, surat, buku atau koleksi

arsip pribadi). (Creswell, 2010 : 269-270). Studi dokumen ini berfungsi sebagai

dasar dan sebagai pelengkap data primer dimana sumber data ini didapatkan

langsung melalui hasil observasi dan juga wawancara. Pada penelitian ini, Peneliti

juga mendapatkan dokumentasi foto-foto kegiatan Komunitas Suara Kampung

Sawah serta dokumentasi lainnya berbentuk terbitan koran Komunitas Suara

23

Kampung Sawah dan teks Diskusi Radio, arsip laporan tahunan kelurahan tahun

2017 meliputi data-data penduduk dan data gambar lokasi penelitian.

5. Metode Analisis Data.

Data yang telah terkumpul baik dari sumber primer (observasi dan

wawancara mendalam) maupun sekunder (dokumentasi). Menurut Miles dan

Huberman beberapa tahap. (1) reducing data yaitu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. (2) displaying data yang berarti

mengumpulkan informasi secara tersusun yang memberikan kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. (3) penarikan kesimpulan, ini

merupakan langkah yang melibatkan “penggambaran makna dari data yang

ditampilkan”. Peneliti menarik makna yang relevan, kemudian mensistematiskan

data berdasarkan jenis analisis yang peneliti pilih (Miles&Huberman dikutip

Marvasti, 2004:88-90).

24

G. Sistematika Penelitian

Bab I Pendahuluan, Pada bab ini membahas tentang pernyataan masalah,

pertanyaan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teoritis, metode penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II Gambaran Umum, Pada bab ini menceritakan gambaran lokasi

penelitian dan mengenai sejarah singkat keberadaan Komunitas Suara Kampung

Sawah dan kegiatan Komunitas Suara Kampung Sawah .

Bab III Hasil dan Analisis, Pada bab ini membahas tentang hasil dari temuan-

temuan yang didapatkan dilapangan dan analisis dari data yang diperoleh

peneliti.

Bab IV Penutup : Pada bab ini membahas kesimpulan dan saran dari penelitian

ini.

25

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran umum Lokasi Penelitian Jatimurni

1. Letak Geografis dan demografis Kelurahan Jatimurni

Kelurahan Jatimurni merupakan bagian dari Kampung Sawah dan menjadi

tempat wilayah keberadaan studio dari Komunitas Suara Kampung Sawah

“KSKS” yang lokasinya berada Kota Bekasi, tepatnya berada di Kecamatan

Pondokmelati yang berbatasan langsung dengan sebelah timur berbatasan

Kelurahan Jatiluhur dan Jatiasih Kota bekasi, (Tembok perumahan Puri Gading

dan Kali Cakung). Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Setu Kecamatan

Cipayung Kota madya Jakarta Timur (Kali Sunter). Kemudian, sebelah utara

berbatasan dengan Kelurahan Jatimelati Kota Bekasi (Tugu Perbatasan). sebelah

selatan berbatasan dengan Kelurahan Jatiranggon Kecamatan Jatisampurna Kota

Bekasi (Masjid At-taubah dan Gg. Ursula).

Kelurahan Jatimurni merupakan salah satu kelurahan dalam wilayah

Kecamatan Pondok melati yang memiliki luas wilayah secara administrasi seluas :

300,52 Ha, terdiri dari tanah darat 247,380 Ha dan tanah sawah : 26,120 Ha. Pada

awalnya Kelurahan Jatimurni merupakan pemekaran dari Desa Jatiranggon pada

tahun 1982 yang masuk dalam wilayah Perwakilan Jatisampurna Kecamatan

Pondokgede Kabupaten Bekasi.

26

Gambar 2.1 Peta Lokasi Kampung Sawah

Sumber Gambar :

https://www.google.com/search? =Kampung+Sawah+Bekasi.

Pada tahun 2003 Perwakilan Kecamatan Jatisampurna ditingkatkan

sestatusnya menjadi Kecamatan Jatisampurna berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Bekasi Nomor 11 tahun 2013 tentang pembentukan Kecamatan dan Kelurahan

Pemerintah Kota Bekasi, dan Kelurahan Jatimurni masuk kedalam wilayah

Kecamatan Jatisampurna. Dan pada akhirnya pada tahun 2005 seiring dengan

dibentuknya Kecamatan Pondokmelati, maka Kelurahan Jatimurni masuk

kedalam wilayah Kecamatan Pondokmelati Kota Bekasi.

27

Berdasarkan data penduduk tahun 2017 jumlah penduduk di Kelurahan

Jatimurni, Bekasi sejumlah 25.032 jiwa dengan keterangan jumlah penduduk laki-

laki terdiri 12.701 Jiwa dan perempuan 12,331 jiwa, Jatimurni memilki batas

administratif luas wilayah seluas 300,500 Ha.

Sedangkan untuk data jumlah Keluarga di Wilayah Kelurahan Jatimurni

tercatat angkanya terdiri 6,258 KK yang menetap dan berdomisili di wilayah

Jatimurni Bekasi, kemudian untuk distribusi jumlah penduduk tersebar dalam 59

Rukun Tetangga (RT) dan 8 Rukun Warga (RW).

2. Kondisi Kehidupan Sosial dan Keagamaan di Jatimurni, Bekasi.

Dalam Jenis pekerjaan yang digeluti oleh penduduk Jatimurni kebanyakan

didominasi oleh Karyawan Swasta, Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni

mencatat sebanyak 4.170 penduduk memilih bekerja sebagai Karyawan Swasta.

Kemudian, di ikuti oleh PNS yang menempati posisi di urutan kedua sebanyak

2.187 penduduk, sedangkan di posisi ketiga ditempati oleh penduduk yang mata

pencaharian sebagai Wiraswasta sebanyak 2.161 penduduk dan lainnya yang

bekerja seperti Buruh sebanyak 779 serta Pedagang sebanyak 536 orang.

Tabel 2.1. Pekerjaan Penduduk Kelurahan Jatimurni Bekasi Tahun 2017

NO. PEKERJAAN JUMLAH

1. Karyawan Swasta 4.170

2. PNS 2.187

3. Wiraswasta 2.161

28

4. Buruh 779

5. Pedagang 536

(Sumber : Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni Tahun 2017)

Kemudian, kehidupan Keagamaan di daerah Kelurahan Jatimurni mayoritas

penduduk menganut beragama Islam. Hal ini dengan berdirinya rumah ibadah

seperti masjid, mushola dan Gereja saling berdampingan. tetapi tidak hanya itu

ada juga yang menganut Katholik, Protestan, Budha, Hindu.

Tabel 2.2. Data Penduduk Menurut Agama

NO. AGAMA JUMLAH

1. ISLAM 15.003

2. KATOLIK 7.001

3. PROTESTAN 2.491

4. BUDHA 360

5. HINDU 150

Sumber : Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni Tahun 2017

Sementara untuk menggambarkan fasilitas sarana keagamaan di Kelurahan

Jatimurni terdapat beberapa bangunan rumah ibadah yang saling berdampingan.

Mulai dari berdirinya Masjid dan Musholla serta Gereja.

Tabel 2.3. Sarana Rumah Ibadah Kelurahan Jatimurni Bekasi Tahun 2017

NO. SARANA IBADAH JUMLAH

1. Masjid 18

29

2. Musholla 26

3. Gereja 12

Sumber : Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni Tahun 2017

B. Deksripsi Lokasi Studio Komunitas Suara Kampung Sawah.

Studio Komunitas Suara Kampung Sawah terletak di Jalan Gg. Peka, RT

03 / RW 002. Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi.

Ruang sekertariat Komunitas Suara Kampung Sawah menyatu dan masih berada

dalam lingkungan Rumah Bapak Umar sidiq di Kelurahan Jatimurni.

30

C. Sejarah berdirinya Komunitas Suara Kampung Sawah, Di Kota Bekasi.

Awal mula setelah ngeriung bareng pada tanggal 8 mei 2011 di Gor Yasfi

menghasilkan kegiatan yang dihadiri wakil menteri agama dan kita disebut

Daerah istimewa Kampung Sawah puisi oleh arswendo atmowiloto dan disitu ada

dialog tokoh masyarakat. Seiring perjalanannya, aktivitas keberagaman terus

bergiat dan berkeinginan membentuk komunitas. Ketika itu, kembali berkumpul

dengan keprihatinan bersama yang ada diantaranya termasuk terkikis kearifan

lokal di Kampung Sawah. Saat itu banyak kalangan muda jauh dari etika sopan

santun dan memudarnya sikap saling menghormati terlebih kepada orang tua.

Keprihatinan, tersebut yang meneruskan ngeriung bareng masyarakat di

Kampung Sawah, bagaimana cara menjaga dan melestarikan keprihatinan tersebut

menyampaikan kekhayalak umum. (Wawancara,Yuherisman 30 Juni 2018).

Awal dahulu sebelum berdiri SKS ada pelatihan-pelatihan yakni pelatihan

menulis Koran dan pelatihan penyiaran tahun 2013 sekaligus mengkader anggota

Komunitas sepakat untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai dengan media.

Ikatan persaudaraan “Kampung Sawah” mengikat masyarakat dan memberikan

kemudahan mengkader semua kalangan dengan antusias yang ada komunitas

sepakat dengan media agar bisa menyentuh sekaligus melestarikan hal-hal yang

dimiliki Kampung Sawah. Saat itu semangat untuk bermedia yang ada

berkeinginan melembagakan aktivitas tersebut menjadi Komunitas Suara

Kampung Sawah dengan disepakati kembali oleh para tokoh di Kampung Sawah

pada tanggal 17 agustus 2013. Kemudian, pembentukan surat keputusan/SK untuk

31

pengurus Komunitas Suara Kampung Sawah tahun 2013 tanpa badan hukum dan

komunitas mengatur sendiri melalui AD/ART dengan musyawarah.

Pada 8 Januari 2014 ditetapkan adanya koran Komunitas Suara Kampung

Sawah dengan keberadaan koran Komunitas Suara Kampung Sawah tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kualitas berkomunikasi yaitu melalui radio. Pada

saat koran perjalanan seiring waktu terbitan perbulan dan mendapatkan iklan.

Pengurus berencana membuat radio komunitas dengan mendapat dukungan

bantuan oleh YAKOMA-PGI dan iklan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah

serta segitiga emas (Rumah Ibadah) dari Yasfi, Gererja Katolik, Gereja Kristen

Pasundan (GKP) memberikan partisipasinya dengan bagaimana komunitas dengan

media radio. Alhamdulilah, tepat pada tanggal 14 februari 2014 Radio SKS (Suara

Kampung Sawah) secara resmi memulai siaran perdana sekaligus

mempromosikan “Ngelestariin Persodaraan”, Lewat udara. Awal frekuensi radio

baru sebatas RT, RW, Kelurahan dan akhirnya jauh sampai Radio SKS

mengudara sejak pukul lima sore hingga pukul 12 malam, jangkauan atau Radius

siaran dari Radio SKS sekitar 15 kilometer dari stasiun penyiaran dengan power

15 watt, untuk mengatasi terbatasnya jangkauan siaran dengan sistem manual,

Radio SKS menyediakan fasilitas streaming dengan jangkauan yang luas

Streaming www.radiosks.caster.fm. Kemudian, Komunitas Suara Kampung

Sawah dibadan hukum oleh notaris pada tanggal 8 Desember 2014.

(Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).

Akhirnya, berjalan dengan waktu mulai terbentuk Website Komunitas

pada sekitar awal tahun 2015. Selanjutnya, Komunitas melakukan Kegiatan

32

pelatihan Jurnalistik “Jurnalisme damai” bagi masyarakat Kampung Sawah oleh

Komunitas Suara Kampung Sawah. Pelatihan tersebut dilaksanakan 31 Mei 2014.

Pelatihan ini dimaksudkan untuk pengkaderan dan regenerasi Komunitas Suara

Kampung Sawah ke depan. Di tahun berikutnya, Komunitas Suara Kampung

Sawah menyelenggarakan pelatihan jurnalistik bagi para penggiat di komunitas.

Pelatihan berjudul Jurnalisme Damai Desain dan Konten Website ini

dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan penggiat Komunitas Suara

Kampung Sawah dalam mengelola Website. Pelatihan tersebut di laksanakan pada

9 november 2015. (Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).

Sebelumnya, aktivitas Komunitas Suara Kampung Sawah dilakukan di

sebuah kontrakan yang terletak di Kelurahan Jatimelati dekat puri gading. Awal

pada waktu itu masuk tahun 2013 sampai 2015. Kontrakan tersebut diberikan izin

menggunakan secara gratis sampai batas waktu yang diperlukan komunitas hanya

membiayai sarana listrik studio komunitas. Saat itu komunitas pindah tidak jauh

dari kontrakan tersebut masih dengan kepemilikan yang sama oleh keluarga besar

Pepe sekaligus selaku Ketua komunitas. Pada tempat studio yang baru Komunitas

mendirikan bangunan yang disebut sebagai Studio Komunitas Suara Kampung

Sawah. Setelah, berjalan di studio yang baru selama sekitar 1 tahun melakukan

siaran radio dan aktivitas pelatihan di studio tersebut. Kembali, lagi-lagi

mendapatkan kendala karena dibangunnya perumahan menyebabkan studio

komunitas terisolasi dan tidak memiliki askes jalan. Pada akhirnya, Komunitas

kembali mencari solusi untuk pindah ke daerah Kelurahan Jatimurni yang mana

diberikan hak pakai oleh bapak umar sidiq selaku tokoh masyarakat. Hingga saat

33

ini komunitas masih melakukan proses membangun studio sekertariat yang baru.

(Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).

D. Profil Komunitas Suara Kampung Sawah, Kota Bekasi.

Secara garis besar, Komunitas Suara Kampung Sawah berazaskan kepada

Pancasila dan UUD 1945. Dalam komunitas ini bersifat Independen, inovatif,

demokratis dan kekeluargaan.

Komunitas Suara Kampung Sawah berperan mewujudkan masyarakat

yang berdaya melalui kebebasan informasi, kebebasan berbicara dan berekspresi

secara bertanggung jawab sehingga dapat mengembangkan diri dan

lingkungannya serta berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupnya.

Kemudian, untuk menciptakan cita-cita itu dalam Komunitas Suara

Kampung Sawah harus peka terhadap kebutuhan masyarakat, melayani

masyarakat secara bertanggung jawab, mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal,

menghormati kemajemukan dalam bermasyarakat dan menjunjung tinggi nilai

persaudaraan yang dilandasi semangat kesukarelawanan dan independen. Oleh

karena itu, Komunitas Suara Kampung Sawah mempunyai motto “Ngelestariin

Pesodaraan”. Dalam Komunitas Suara Kampung Sawah mempunyai tujuan

memajukan anggota Komunitas agar berperan aktif, inovatif dan kreatif dalam

ngelestariin persodaraan, mewujudkan masyarakat yang demokratis, terbuka dan

berkeadilan menuju masyarakat mandiri.

(Berdasarkan Surat Keputusan SK/Notaris Komunitas Suara Kampung Sawah).

34

Komunitas Suara Kampung Sawah melalui Radio, Koran, Website

berfungsi sebagai :

1. Representasi keberadaan Komunitas Suara Kampung Sawah di Pondok

Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.

2. Wahana penguat persaudaraan warga.

3. Wahana Kemitraan.

4. Wahana Advokasi dan Informasi warga terutama di kalangan masyarakat

semi perkotaan.

5. Wahana pemberdaya Aspirasi, Kreasi, Inovasi, serta Pemberdayaan

Sumber Daya Manusia.

6. Wahana Independen dalam mengontrol atau mengawasi, mengkritisi

budaya serta berbagai kebijakan publik.

(Berdasarkan Surat Keputusan SK/Notaris Komunitas Suara Kampung Sawah).

E. Keanggotaan Komunitas Suara Kampung Sawah

Keanggotaan Komunitas Suara Kampung Sawah bersifat terbuka,

khususnya di Kampung sawah, Kecamatan Pondok melati, Kota Bekasi. Di

Indonesia pada umumnya akan dilihat dari tingkat partisipasinya dalam

penyelenggaraan penyiaran Komunitas Suara Kampung Sawah (Komunitas SKS).

Dalam keanggotaan Komunitas Suara Kampung Sawah pada dasarnya

adalah masyarakat yang ada pada lingkungan Kecamatan Pondok Melati, Kota

Bekasi adalah anggota Suara Kampung Sawah.

35

Kemudian, Anggota Komunitas Suara Kampung Sawah terdiri dari :

1. Anggota Penuh

2. Anggota Tidak Penuh

3. Simpatisan, yaitu fans yang loyal dan mendukung dengan keberadaan serta

kelangsungan Radio, Koran, Website.

Dalam pengurus Keanggotaanya terdiri dari Ketua, Sekertaris, Bendahara

dan anggota yang dipilih dan diangkat melalui Musyawarah Besar (MUBES)

terdiri dari : Dewan pendiri, Dewan Pembina, Dewan Penasehat serta Pengurus

Komunitas Suara Kampung Sawah.

1. Ketua : Barnabas Eddy Junaedi Pepe

2. Sekertaris : Yuherisman

3. Wakil Sekertaris : Yance R.

4. Bendahara : Nanik Purwanti

5. Wakil Bendahara : Lucia Yesti

6. Anggota : Aloisius Eko Praptanto

Eko Harso Manunggal

7. Bidang Radio : Irwan Setiadi Trilaksono

8. Bidang Koran : Agustinus Janor

9. Bidang Website : Nur Ali Akbar.

10. Bidang Pengembangan : Eko Novi Firmanto.

(Berdasarkan Surat Keputusan SK/Notaris Komunitas Suara Kampung Sawah).

36

F. Kegiatan Komunitas Suara Kampung Sawah

Dalam Komunitas Suara Kampung Sawah terdiri dari berbagai macam

kegiatan ada yang bersifat rutinitas dalam bentuk Bulanan serta Mingguan dan

juga kondisional. Secara umum, Komunitas Suara Kampung Sawah ini terdiri

sebagaimana media komunikasi lainnya, yang terdiri dari :

1. Radio

Gambar 2.2 Siaran Radio Komunitas Suara Kampung Sawah

Sumber : Dokumentasi Komunitas Suara Kampung Sawah tahun 2015

Kegiatan Radio Terdiri dalam Program acara berikut :

- (DIMI) Diskusi Mingguan yakni ada Kearifan lokal, Infastruktur,

Masa Muda dan Wawasan Kebangsaan. Kegiataan Siaran Diskusi

Mingguan dalam radio pada waktu setiap minggu dari Jam 08.00

sampai 10.00 WIB dengan tiap minggu berbeda topik pembahasan dan

para narasumber seperti Pemerintah setempat, Daerah dan Pusat dan

37

mengundang juga tokoh yang berkompeten menyesuaikan topik acara

diskusi mingguan.

- Goyang dangdut Diudara, Cerita Cinta , Zodiak dan Lagu-Lagu hits.

Kegiataan Rutinitas Siaran Radio pada setiap hari dari Jam 02.00

sampai 12.00 Malam (Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).

2. Koran

Gambar 2.3 Buletin Koran Komunitas Suara Kampung Sawah

Sumber Gambar:

https://www.google.co.id/search komunitas+suara+kampung+sawah.

Dalam Kegiataan Koran dahulu di cetak dengan waktu kondisional dan

pada waktu itu tiap bulan dan akhir -akhir ini dua minggu sekali. Namun,

kembali seperti awal tiap bulan sekali karena keterbatasan.

Kegiataan Koran terdapat beberapa Kolom, Seperti berikut :

- ILOK (informasi Lokal ) meliputi Kegiatan yang ada di Kampung Sawah.

- GOGOLIO meliputi (Kamus Kecil istilah Bahasa Kampung Sawah).

38

- SOMBOK (Sekapur sirih redaksi) istilah Pengeras Suara meliputi

Redaksi Koran yang mewakili koran komunitas.

- CERAH meliputi (Cerita Sejarah).

- OPINI (Olah pikir terkini) meliputi tulisan yang di kirimkan kepada

Redaksi dibatasi Seputar topik Kerukunan.

(Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018).

3. Website

Gambar 2.4 Website Komunitas Suara Kampung Sawah

Sumber Gambar:

https://www.google.co.id/search =komunitas+suara+kampung+sawah.

Website Komunitas Suara Kampung Sawah dengan akses melalui

www.kampungsawah.org. Kegiatan website terdiri dari implementasi kegiatan

yang ada di koran dan radio lalu di Publikasikan melalui media online.

Guna mencapai SDM yang memadai Komunitas Suara Kampung Sawah

sering menyelenggarakan pelatihan jurnalistik bagi para penggiat di Komunitas.

39

Pelatihan berjudul Jurnalisme Damai Disain dan Konten Website ini dimaksudkan

untuk meningkatkan kemampuan penggiat Komunitas Suara Kampung Sawah

dalam mengelola Website dan mendapat dukungan oleh berbagai pihak. Pelatihan

tersebut di laksanakan pada 9 november 2015.

Kemudian, Komunitas Suara Kampung Sawah dalam hal kegiatannya

tidak hanya terbatas pada media penyiaran saja. Melainkan, meliputi kegiataan

yang bersinggungan dengan masyarakat, seperti halnya.

- Kegiataan Temu Kangen pada tanggal 09 April 2016, terdiri acara Fokus

Grup Diskusi: Ngerawat Kearifan Lokal untuk Ngelestariin Pesodaraan di

Aula Kantor Kelurahan Jatimurni.

- Kegiatan Dialog pada tanggal 07 Mei 2016 dengan tema diskusi “Penetapan

Ikon dan Lokasi Monumen (SEGITIGA EMAS) serta Poyokan/Julukan dari

Kampung Sawah” di Aula Kantor Kelurahan Jatimurni.

- Gerakan 1000 kaos untuk mendukung berdirinya studio Komunitas Suara

Kampung Sawah pada tahun 2017.

- (ILMI) Iklan Layanan Masyarakat pada tahun 2016-2017 dengan melalui

Radio membahas mengkritisi kebijakan publik.

- Kemudian, Sampai proses pendirian studio baru selesai dan Komunitas

Suara Kampung Sawah terus bergerak melakukan kerjasama dengan

lembaga setempat yaitu Forum Nasional Bhineka Tunggal Ika Kota Bekasi

dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Jatimurni dengan

menyelenggarakan kegiatan silaturahmi kebangsaan dan buka puasa

bersama tahun 2018. (Wawancara, Yuherisman 30 Juni 2018)

40

BAB III

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

DI KAMPUNG SAWAH, BEKASI

A. Modal Sosial di Masyarakat Kampung Sawah, Bekasi

Kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah, Bekasi sudah

terbentuk sejak lama. Hal ini bisa dilihat dari beberapa praktik budaya yang sudah

dilakukan secara bersama seperti sedekah bumi, ngariung bareng dan ngejotin.

Untuk menjaga keberlangsungan dari suasana kerukunan ini, maka tokoh

masyarakat setempat sepakat membuat Komunitas Suara Kampung Sawah (SKS).

Peran dari Komunitas SKS yaitu menjembatani persebaran informasi dan

budaya kerukunan yang ada di Kampung Sawah, Bekasi. Menurut Robert Putnam,

apa yang dilakukan Komunitas SKS merupakan cara untuk memperkuat modal

sosial yang sudah ada di masyarakat Kampung Sawah melalui kepercayaan,

norma dan jaringan.

1. Kepercayaan Sebagai Fondasi Kerukunan Umat Beragama di Kampung

Sawah, Bekasi.

Kepercayaan daalam masyarakat Kampung Sawah tercermin dalam kegiatan

gotong royong saat hari raya lebaran dan natal. Budaya gotong royong biasa

dilakukan umat kristiani dan umat muslim seperti melakukan keamanan dan

41

pengadaan lahan parkir ketika berlangsungnya hari raya keagamaan di Kampung

Sawah.

Gambar 3.1 Kegiatan keamanan lalu lintas oleh Umat Nasrani pelaksanaan

hari raya idul fitri di Masjid Al-Jauhar Yasfi tahun 2018.

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar di atas, menunjukkan kepedulian umat Kristiani ketika

pelaksanaan shalat idul fitri 1439 H. Mereka melakukan tindak pengamanan

dan pengaturan lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan di sekitar masjid Al-

Jauhar Yasfi. Hal ini diceritakan oleh Yacob (62 tahun) sebagai berikut,

“Peran praktis dilapangan sebenarnya saya tidak pernah diminta

atau disuruh cuma saya sering kali, saya mengajak teman yang

lainnya itu untuk membantu pada saat sholat ied. saya datang mau

membantu untuk mengatur lalu lintas dan upaya pengamanan

kegiatan sholat ied kami mengambil peran itu, inisiatif saya dan

teman-teman”. (Wawancara Yacob, tanggal 13 Mei 2018).

Yacob berusaha mengajak umat kristiani yang lain untuk terlibat

membantu kelancaraan dari perayaan hari besar Islam. Tindakan ini merupakan

42

dasar dari munculnya modal sosial yaitu adanya hubungan pertemanan,

ketetanggan dan kolega atau norma-norma sosial yang „memandu‟ adanya kerja

sama (Asrori, 2008 : hal 10-11).

Tindakan lain yang mencerminkan adanya kerukunan antar umat beragama

di Kampung Sawah, Bekasi adalah kegiatan saling mengunjungi (silaturahmi),

kemudian ada istilah Ngejotin yaitu keluarga yang merayakan hari raya

keagamaanya mengirim makanan ke keluarga yang berbeda keyakinan. Hal ini

diceritakan oleh Muhammad Ali (47 tahun) sebagai berikut,

“Salah satu hari raya besar umat islam yaitu lebaran umat kristani masih

ada ikatan saudara mereka saling mengunjungi kesaudaranya”.

(wawancara Muhammad Ali, Lurah Jatimurni, 5 juni 2018).

Hal ini diungkapkan pula oleh Edy Pepe (58 tahun) selaku umat katolik di

Kampung Sawah bahwa, ia mengunjungi saudara dan tetangga untuk memberikan

selamat lebaran. Edy juga mendatangi Kyai Rahmaddin atau ustad Muqorobin

untuk bersilaturahmi dan mengucapkan selamat lebaran (Wawancara Edy Pepe,

pada tanggal 06 juni 2018).

Begitupun, menurut Dadang Kotong selaku umat protestan bahwa ketika

bapaknya masih hidup, ia mengajarkan Dadang untuk bersilaturahmi kepada

masyarakat yang beragama muslim, Pengalaman Dadang ketika bersilaturahmi, ia

mengelilingi tetangga atau kumpul keluarga karena kakaknya beragama Islam.

Setelah itu, Ia pergi ke rumah teman-temannya untuk bersilaturahmi dan

mengucapkan hari raya lebaran. (Wawancara, pada tanggal 26 mei 2018).

43

Tindakan ngejotin, menurut Slamet Suryadi (40 tahun) selaku umat muslim

bukan rekayasa atau spontanitas. Masing-masing umat beragama merasa

terpanggil seperti halnya Slamet melakukan tindakan ngejotin dengan mengantar

hidangan masakan kesaudara lebih tua dan tetangga non-muslim terdekat.

(Wawancara Slamet, tanggal 14 September 2018).

Sama halnya, menurut Daden Supriyatna (47 tahun) menuturkan bahwa

ketika ia kecil diminta orang tua untuk menghantarkan masakan kepada keluarga

sendiri yang dianggap dituakan. Sampai saat ini Daden selalu mempersiapkan 10

kg daging dan dalam rantangan isinya ayam, daging, sayur kentang atau dodol.

Untuk bagian keluarganya ngejotin dihantarkan ke umat agama lain yang

dituakan. Kegiatan itu jadi bukti kalo warga kita saling menghormati, bahkan

untuk toleransi itu kita lakukan sampai sejauh itu (Wawancara Dadem, tanggal 20

September 2018).

Begitupun yang dilakukan oleh Yuherisman (37 tahun), ia menjelaskan

bahwa ketika lebaran keluarganya saling mengunjungi keluarga yang lebih tua.

Yuherisman juga melakukan berbagi rezeki ke tetangga terdekat dan saudara jauh

biasanya ngejotin sebelum hari raya pada malam takbiran. Hal ini ia lakukan pula

saat malam tahun baru umat Kristiani (Wawancara, pada tanggal 06 mei 2018).

Berdasarkan, penjelasan di atas mengenai gotong royong dan kegiatan

saling mengunjungi (Ngejotin) ketika hari raya keagamaan di Kampung Sawah

merupakan beberapa upaya untuk menjaga modal sosial yang sudah ada di

44

Kampung Sawah, Bekasi. Tindakan ini juga menjadi wujud dari adanya

kepercayaan antar masing-masing orang di wilayah Kampung Sawah, Bekasi.

Kepercayaan sendiri menurut Putnam (dalam Hasbullah, 2006, 11) adalah

bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan sosialnya yang

didasari oleh perasaan yakin, bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti

yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang

saling mendukung. Terdapat trust atau kepercayaan dalam hal kegiatan gotong

royong serta kegiatan saling mengunjungi maupun istilah Ngejotin pada saat hari

raya keagamaan di Kampung Sawah. Hal ini menjadi unsur penting dalam modal

sosial karena tradisi ini bisa merekatkan hubungan dalam kelompok masyarakat di

Kampung Sawah, Bekasi. Kepercayaan melalui kegiatan di atas tidak akan

terbentuk dengan sendirinya akan tetapi membutuhkan proses dari hubungan

antara perilaku-perilaku yang sudah lama terlibat dalam kehidupan secara

kolektif.

45

Ketika kepercayaan itu sudah terbentuk, maka masyarakat berusaha

melestarikannya dengan membuat radio Komunitas Suara Kampung Sawah.

Siaran radio tersebut, berdiri pada 14 Februari 2014 dan mempunyai tagline untuk

“Ngelestariin Pesodaraan”, lewat radio.

Gambar 3.2 Kegiatan Siaran Radio Komunitas Suara Kampung Sawah

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar di atas, menunjukkan kegiatan siaran radio Suara Kampung Sawah

yang dibawakan oleh pengurus Komunitas Suara Kampung Sawah yaitu

Yuherisman dan Yance. Menurut Irwan Setiadi selaku Kordinator Radio

Komunitas Suara Kampung Sawah (SKS) menjelaskan sebagai berikut,

“Beberapa program acara yang dibawakan radio komunitas SKS diantara

lain DIMI (Diskusi Mingguan), Goyang dangdut diudara, cerita cinta.

(Wawancara, Irwan Setiadi, tanggal 6 juli 2018).

Sejak terbentuknya radio Komunitas Suara Kampung Sawah banyak

program acara yang ditampilkan seperti halnya, DIMI (diskusi mingguan),

tembang lawas, goyang dangdut diudara, cerita cinta, Sandiwara radio, dan lain-

46

lain. Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada program acara radio

Komunitas Suara Kampung Sawah yaitu Dimi (Diskusi Mingguan). Karena

peneliti melihat dalam program acara tersebut mengulas seputar keadaan

Kampung Sawah baik sisi sejarah jaman dahulu hingga perkembangan di era

zaman saat ini yaitu berusaha membahas kearifan lokal itu sendiri berupa nilai-

nilai kerukunan antar umat beragama atau infrastruktur di Kampung Sawah,

Bekasi serta wawasan kebangsaan untuk diwacanakan melalui siaran radio.

Kegiatan siaran radio dalam program acara diskusi mingguan berlangsung

setiap hari minggu pada waktu 08.00 sampai 10.00 WIB dengan berbeda topik

pembahasan. Komunitas Suara Kampung Sawah dalam kegiatan siaran diskusi

mingguan mengundang beberapa narasumber untuk terlibat seperti halnya Camat

Pondok Melati, Bekasi serta Lurah Jatimurni, tokoh setempat dan para ahli yang

berkompeten menjelaskan dengan bidang masing-masing sesuai topik

pembahasan siaran diskusi mingguan.

Berdasarkan, informan peneliti yakni bapak Edy Pepe (58 tahun) penyiar

radio yang merupakan Ketua Komunitas Suara Kampung menjelaskan bahwa

mendirikan Suara Kampung Sawah ini mempunyai tujuan mempertahankan

ataupun melestarikan suatu persaudaraan kerukunan dan keakraban serta

perdamaian yang ada di sini yaitu di Kampung Sawah. Kemudian, itu semua

terangkum dalam tagline kita di Komunitas Suara Kampung Sawah yaitu

“ngelestariin pesodaraan”. (Wawancara, pada tanggal 12 maret tahun 2018).

47

Dalam hal ini trust atau kepercayaan yang dibangun oleh Komunitas Suara

Kampung Sawah melalui bentuk siaran radio merupakan upaya menjaga modal

sosial yang terdapat di Kampung Sawah, Bekasi. Seperti halnya menurut informan

peneliti Yuherisman (37 Tahun) menuturkan bahwa :

“Kalau di Radio ada hiburan, curhatan, konsultasi penyakit dan ada lagi

setiap minggu, seminggu sekali kita ada diskusi mingguan (Dimi) kita

singkat itu memperbincangkan masalah di masyarakat sini misalkan ada

satu tema infrastruktur, minggu depannya lagi masa muda, wawasan

kebangsaan, dan kearifan lokal. sumbernya beda-beda ada juga

masyarakat yang menempatkan”.(Wawancara, Yuherisman, tanggal 6 mei

2018).

Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Eko Praptanto (53 tahun)

menuturkan bahwa :

“Karena ini Radio Komunitas tidak biasa memang ada lagu-lagu kirim

lagu salam-salam, tapi ada juga dialog-dialog mingguan gitu loh, kami

mengundang narasumber dari luar untuk memberikan sesuatu di Kampung

Sawah memberikan inspirasi segala macam untuk memberikan pencerahan

di masyarakat sini untuk terus menjaga kerukunan, kebhinekaan disini

menjaga kebangsaan yang sudah tumbuh subur disini”. (Wawancara, Eko

Praptanto, tanggal 2 juni 2018).

Jadi, peneliti melihat keberadaan radio Suara Kampung Sawah merupakan

salah satu menjaga atau melestarikan kerukunan antar umat beragama di

Kampung Sawah. Termasuk, dalam hal program acara radio Suara Kampung

Sawah yang menampilkan dialog di dalam radio melalui program acara diskusi

mingguan dengan topik yang berbeda. Seperti halnya, Agustinus Janor (50 tahun)

salah satu narasumber Diskusi Mingguan yaitu sebagai berikut,

“Radio paling dulu ada program namanya diskusi mingguan itu tentang

infrastruktur. Kita ulas ada beberapa team lalu saya sebagai narasumber

atau pemateri menyampaikan bagaimana manfaat infrastruktur itu untuk

apa. yang kita angkat infrastruktur menyangkut masalah didaerah kita

48

misalnya menyangkut selokan air”. (Wawancara Agustinus Janor, tanggal

15 Juli 2018).

Kemudian, penjelasan mengenai kepercayaan (trust) memiliki implikasi

positif dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan suatu

kenyataan bagaimana keterkaitan orang-orang yang memiliki rasa saling percaya

(mutual trust) dalam suatu jaringan sosial memperkuat norma-norma mengenai

keharusan untuk saling membantu (Syahra, 2003: 6). Adapun, modal sosial yang

terdapat di masyarakat Kampung Sawah yaitu Komunitas Suara Kampung sawah

yang merupakan titik temu di masyarakat Kampung Sawah dari lintas agama

untuk saling membantu mengembangkan media ini mengedepankan persaudaraan.

Berdasarkan, informan di atas menunjukkan bahwa kepercayaan

terwujud karena itu tebentuk oleh individu atau kelompok saling kenal, saling

percaya, mempunyai nilai dan kepentingan yang sama, memiliki ekspektasi untuk

bisa dipenuhi saling berkerja sama semua terbingkai dalam Komunitas Suara

Kampung Sawah dimana terdapat aktivitas siaran radio berusaha membangun

trust atau kepercayaan melalui siaran radio di dalam program acara diskusi

mingguan meliputi topik pembahasan berbeda-beda serta terjadi dialog interaktif

antara narasumber dengan pendengar radio komunitas membahas untuk kedepan

bersama melestarikan persaudaraan di Kampung Sawah, Bekasi.

Selain melakukan siaran radio, komunitas SKS juga menerbitkan koran. Edy

Pepe (58 tahun), mengatakan bahwa kita punya koran, radio dan website yang kita

lakukan menginformasikan suatu keberagaman Kampung Sawah, dan begitu juga

mendokumentasikan tentang kegiatan-kegiatan orang Kampung Sawah yang

49

selama ini terjadi bahkan dahulu ada dalam bentuk literasi foto-foto kita

membuatnya. (Wawancara Edy Pepe, tanggal 06 Juli 2018).

Terbatasnya ruang komunikasi dan informasi intra masyarakat Kampung

Sawah dan derasnya arus pembangunan, membuat tersendat dan terhambatnya

arus persaudaraan. Ngelestariin pesodaraan jadi tujuan utama komunitas Suara

Kampung Sawah. termasuk dengan keberadaan koran di harapkan membangun

trust dalam upaya menjaga modal sosial yang terdapat di Kampung Sawah,

Bekasi.

Gambar 3.3 Kegiatan menerbitkan koran Komunitas Suara Kampung Sawah

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar di atas, menunjukkan bentuk terbitan koran Komunitas Suara

Kampung Sawah pada tahun 2015. Terdapat beberapa kolom yang membahas

seputar Kampung Sawah, Cerita Sejarah, Atensi Pembaca (Apem), Cukilan masa

silam (Kilas), Kamus kecil istilah Kampung Sawah (Gogolio), Opini mengenai

kerukunan antar umat beragama.

50

Kemudian, kapital sosial dalam hal ini kepercayaan (trust) memiliki

implikasi positif dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan suatu

kenyataan bagaimana keterkaitan orang-orang yang memiliki rasa saling percaya

(mutual trust) dalam suatu jaringan sosial memperkuat norma-norma mengenai

keharusan untuk saling membantu (Syahra, 2003 :6). Hal dimaksud, trust yang

dibangun oleh Komunitas Suara Kampung Sawah dengan “ngelestariin

pesodaraan” melalui aktivitas koran dan mendapat tanggapan dari pembaca serta

masyarakat sekitar sehingga muncul (mutual trust) rasa saling percaya dengan

diwujudkan dipublikasi koran ketempat yang lain.

Begitupun, keberadaan koran Komunitas Suara Kampung Sawah sebagai

salah satu upaya modal sosial yang terdapat di masyarakat Kampung Sawah,

Bekasi. Trust atau kepercayaan itu tidak terwujud begitu saja, akan tetapi terdapat

penjelasan dalam salah satu rubrik koran yaitu Atensi Pembaca (Apem). Dalam

rubrik koran tersebut, terdapat tanggapan dari masyarakat atau pembaca koran

mengenai eksistensi koran Komunitas Suara Kampung Sawah yaitu berharap

masyarakat asli Kampung Sawah bisa nostalgia dengan tulisan yang dinarasikan

koran Komunitas dan sebagai perekat terbingkainya kerukunan antar umat

beragama di Kampung Sawah, Bekasi.

Sedangkan, menurut Yuherisman (37 Tahun) menjelaskan bahwa kalau

untuk koran kita tingkatkan muatan lokal baik itu kearifan lokal dan kita

utamakan dalam pelestarian kebudayaan. (Wawancara tanggal 6 mei 2018).

Begitupun, menurut peneliti koran yang merupakan kordinator koran

komunitas yaitu Agustinus janor (50 tahun) menuturkan bahwa hampir semua

51

rubrik itu sebetulnya harus bisa mewarnai kerukunan itu. menjiwai kerukunan

intinya, artinya bahwa tulisan gagasannya tersebut itu dianggap sari-sari yang

menunjang untuk menghubungkan persaudaran. bukan timbul begitu saja, budaya

yang satu menghubungkan dengan budaya lain sehingga menjadi kokoh.

(Wawancara tanggal 15 juli 2018).

Gambar 3.4 contoh bentuk tulisan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar di atas, menunjukkan salah satu bentuk tulis oleh Agustinus janor

(50 tahun) yang diterbitkan koran Komunitas Suara Kampung Sawah dalam edisi

No, 5 volume 1 halaman 3, pada 5 maret 2014 bagian kolom (cerah) cerita sejarah

lokal. Menurut Agustinus janor (50 tahun) menuturkan bahwa gagasannya adalah

bahasa digunakan sebagai salah satu medium untuk melestarikan persaudaraan

(Wawancara, Agustinus janor tanggal 15 juli 2018).

52

Gambar 3.5 contoh bentuk tulisan Koran Komunitas Suara Kampung Sawah

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar di atas, menunjukkan salah satu bentuk tulisan yang tampilkan

oleh salah satu peneliti Yuherisman (37 Tahun) yang diterbitkan koran Komunitas

Suara Kampung Sawah dalam edisi volume no. 20 tahun II halaman 4, pada bulan

oktober dan november 2015 dibagian kolom (Opini) olah pikir terkini. Menurut

peneliti koran, menjelaskan bahwa gagasan tulisan tersebut adalah pentingnya

penguatan kerukunan untuk menjaga stabilitas kehidupan umat beragama.

(Wawancara, Sekretaris Komunitas Suara Kampung Sawah, pada tanggal 6 mei

2018).

Berdasarkan, penjelasan diatas menunjukkan bahwa kepercayaan

terwujud Karena itu tebentuk oleh individu atau kelompok saling kenal, saling

percaya, mempunyai nilai dan kepentingan yang sama, memiliki ekspektasi untuk

53

bisa dipenuhi saling berkerja sama semua terbingkai dalam Komunitas Suara

Kampung Sawah dimana terdapat menerbitkan koran berusaha membangun trust

atau kepercayaan melalui berupa tulisan yang dinarasikan oleh Komunitas Suara

Kampung Sawah dalam melestarikan persaudaraan di Kampung Sawah, Bekasi.

Komunitas ini menjadi publikasi website. Bahwa publikasi website yang

di bentuk oleh Komunitas Suara Kampung Sawah yang sejak dibentuk tahun

2015.

Gambar 3.6 Kegiatan Website Komunitas Suara Kampung Sawah

Sumber Gambar:

https://www.google.co.id/search =komunitas+suara+kampung+sawah.

Gambar di atas, menunjukkan bentuk publikasi website Suara Kampung

Sawah yang tampak dengan rubrik berbeda-beda baik itu rubrik seputar kampung

sawah ataupun berhubungan dengan kerukunan. Menurut info Nur Ali Akbar (42

tahun) selaku koordinator website menjelaskan bahwa :

54

“ya gini sebetulnya kita itu mah konten juga nggak sembarang ada rubrik

disitu lokal seputar kampung sawah. Kemudian, ada tentang berita secara

umum pasti ada berita tentang berhubungan dengan kerukunan”.

(Wawancara, Nur ali akbar merupakan bidang website Komunitas Suara

Kampung Sawah, pada tanggal 22 mei 2018).

Berbeda, hal yang dikatakan menurut informan Yuherisman (37 tahun)

menjelaskan bahwa :

“Kalau website sebenarnya implementasi dari koran dan radio kita publish

disitu”. (Wawancara, Yuherisman yaitu Sekretaris Komunitas Suara

Kampung Sawah, tanggal 6 mei 2018).

Terbentuknya website Komunitas Suara Kampung Sawah merupakan cara

untuk menyampaikan informasi seputar Kampung Sawah melalui jejaring dunia

maya. Menurut kepercayaan (trust) dalam sosial kapital memiliki implikasi positif

dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan suatu kenyataan

bagaimana keterkaitan orang-orang yang memiliki rasa saling percaya (mutual

trust) dalam suatu jaringan sosial memperkuat norma-norma mengenai keharusan

untuk saling membantu (Syahra, 2003 :6). Dalam hal ini terdapat rasa saling

percaya (mutual trust) antara Komunitas Suara Kampung Sawah melalui website

dengan pembaca berita dimaksud website komunitas bisa di akses oleh semua

kalangan dan tidak hanya masyarakat Kampung Sawah tertentu yang merasakan

hal itu.

Akan tetapi, website terbentuk agar dirasakan oleh berbagai pihak dari

belahan kota dan negara lainnya ataupun masyarakat asli Kampung Sawah yang

sudah pindah bisa mengetahui informasi Kampung Sawah sewaktu dapat

mengakses website tersebut. Pada tahun 2016 Komunitas Suara Kampung Sawah

memfasilitasi sebuah kegiatan yaitu Fokus Group Diskusi. Kegiatan Fokus Group

55

Diskusi ini bersifat insidental dan merupakan rangkaian acara temu kangen yang

difasilitasi oleh Komunitas Suara Kampung Sawah.

Berdasarkan informan peneliti yang merupakan Sekertaris Komunitas

Suara Kampung Sawah yaitu Yuherisman (37) menuturkan bahwa :

“FGD karena latah sebutan, kita sering mengadakan diskusi, sebelum tren

FGD udah ada, diskusi dari semua kalangan kita sering dan semua mau

menyentuh untuk diskusi”. (Wawancara, Yuherisman tanggal 06 mei 2018).

Gambar 3.7 Fokus Group diskusi di Kelurahan Jatimurni tahun 2016

.

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar di atas, menunjukkan kegiatan Fokus Group diskusi pada tanggal

09 April tahun 2016 yang di selenggarakan di Kantor Kelurahan Jatimurni, Bekasi

merupakan bagian kegiatan Temu Kangen. Komunitas Suara Kampung Sawah

memfasilitasi fokus diskusi ini dengan tema “Ngerawat Kearifan Lokal untuk

Ngelestariin Pesodaraan” untuk pimpinan diskusi serta notulensi dari anggota

Komunitas Suara Kampung Sawah dan di ikuti oleh tokoh masyarakat beserta

masyarakat Kampung Sawah dari berbagai lintas generasi ataupun lintas agama.

56

Begitupun, menurut informan Yuherisman (37) menjelaskan bahwa di

Komunitas Suara Kampung Sawah termasuk FGD atau fokus group diskusi untuk

yang pertama, diadakan untuk menggali kearifan lokal. Tema berikutnya, mencari

nama di Kampung Sawah atau julukan. Ketiga, Fokus Group diskusi tersebut

berusaha mencoba kesepakatan dari tindaklanjut FGD atau diskusi pertama, kedua

dan ketiga berusaha ingin membangun tugu persadaraan. Terakhir, FGD itu

diadakan di Kecamatan sama hal seperti sebelumnya membahas belum ada

kesepakatan mengenai lokasi tapi sudah ketemu membangun tugu tempatnya

dibundaran kecapi. Komunitas Suara Kampung Sawah bukan menyelenggarakan

hanya memfasilitasi dan masyarakat yang berbicara. (Wawancara, 06 mei 2018).

Gambar 3.8 Fokus Group diskusi di Kelurahan Jatimurni tahun 2016

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar di atas, menunjukkan Kegiatan Fokus Group diskusi pada tanggal

07 Mei tahun 2016 yang di selenggarakan di Kantor Kelurahan Jatimurni, Bekasi.

Komunitas Suara Kampung Sawah memfasilitasi fokus diskusi ini dengan tema

57

“Dialog Penetapan Ikon dan Lokasi Monumen (Segitiga emas) Serta Penamaan

Lain Dari Kampung Sawah” untuk Kegiatan Fokus group Diskusi ini di ikuti oleh

tokoh masyarakat, tokoh pemerintahan setempat dan masyarakat Kampung

Sawah. Sama halnya yang disampaikan informan peneliti Edy Pepe (58 tahun)

bahwa,

“Sementara FGD kami lakukan untuk menjaring, mencari, mengangkat

problem serius yang ada di Kampung Sawah, sekaligus menentukan

bagaimana mengatasi problem tersebut. Dalam hal ini menyangkut

masalah persodaraan, toleransi, serta serbuan kebudayaan dari luar

Kampung Sawah”. (Wawancara, Bapak Edy Pepe yaitu Komunitas Suara

Kampung Sawah, Pada tanggal 06 juli 2018).

Kemudian, Lawang berpendapat ada beberapa bagaimana kepercayaan

akan terwujud yaitu, karena kedua individu atau kelompok saling kenal, karena

individu atau kelompok mempunyai nilai yang sama, karena kedua individu atau

kelompok memiliki kepentingan yang sama, karena kedua individu atau kelompok

saling percaya saja, karena kedua individu atau kelompok memiliki espektasi yang

bisa dipenuhi jika keduanya berkerja sama, dan kedua individu atau kelompok

berkomitmen pada nilai dan norma yang ada (2005 : 54-55).

Berdasarkan, penjelasan teoritis di atas menunjukkan bahwa kepercayaan

yang mereka bangun semua terbingkai dalam fokus group diskusi yang difasilitasi

oleh Komunitas Suara Kampung Sawah dimana terdapat aktivitas fokus group

diskusi berusaha membangun trust atau kepercayaan melalui diskusi dengan topik

pembahasan yang berbeda-beda. Keberadaan fokus group diskusi ini menjadi

wadah untuk meningkatkan kesadaran bersama masyarakat Kampung Sawah

dengan urgensi kepedulian bersama tentang nasib dan tantangan ke depan

58

masyarakat Kampung Sawah. Fokus group diskusi juga menjadi wadah untuk

menjawab perlawanan nilai-nilai dari luar Kampung Sawah agar nilai kearifan

lokal tetap terjaga dalam melestarikan persaudaraan di Kampung Sawah, Bekasi.

2. Norma Kerukunan Antar Umat Beragama di Kampung Sawah Bekasi.

Upacara sedekah bumi merupakan kearifan lokal di masyarakat

Kampung Sawah sejak dahulu bila setelah masa panen. Sedekah bumi, saat ini

masih dipopulerkan sebagian masyarakat Kampung Sawah. Salah satunya,

diselenggarakan oleh Muslim, Katolik dan Prostestan. Secara singkat, sejarah

mengenai sedekah bumi menurut informan penelitian sekaligus Tokoh agama

Gereja Katolik Servatius Kampung Sawah, Bapak Matheus Nalih (54 tahun)

menuturkan bahwa :

“Itu terjadi saat kepemimpinan Peter Oscar Cremers O.F.M pada tahun

1935, Berdasakan permintaan bapak Poespasoepadma meminta Pater

Cremers untuk sebuah upacara katolik yang sangat kuno, yakni

memberkati hasil panen padi yang tertumpuk di halaman rumah untuk

sebelum dibagikan kepada para penderep, tempatnya di rumah bapak

yafet napiun dan bapak Nias pepe, dan itu menjadi tonggak acara

sedekah bumi hingga sekarang sebagai ungkapan syukur atas rejeki

yang diterima dari alam”(Wawancara, pada tanggal 29 mei 2018).

Jadi, Sedekah bumi itu terbentuk sejak dahulu pada hasil panen berlimpah

yang dimiliki para petani Kampung Sawah untuk di doakan serta dibagikan. hal

ini menjadi tonggak acara sedekah bumi dari dahulu hingga sekarang.

Menurut salah satu tokoh masyarakat Kampung Sawah mengenai tujuan

sedekah bumi yaitu Yacob (42) menuturkan bahwa perayaan sedekah bumi itu ada

terbagi dua hal, yaitu menurut informan terdapat dua yaitu versi gereja katolik

memberikan bukti bahwa Gereja itu sebagai satu kesatuan untuk memberikan

59

terjadinya kolaborasi inkulturasi tradisi kearifan lokal dengan tradisi gereja, pada

umum nya sedekah bumi untuk melestarikan tradisi lokal budaya di Kampung

Sawah. (Wawancara, pada tanggal 13 mei 2018).

Dalam hal ini, sedekah bumi merupakan kegiatan keagamaan dengan

diawali oleh proses ucap syukur melalui doa bersama dan dirayakan oleh umat

beragama di Kampung Sawah baik itu umat beragama yang menyelenggarakan

acara tersebut atau umat beragama lainnya. Hal dimaksud, sedekah bumi

dimaknai ketika oleh umat kristiani dengan aktivitas keagamaan di Gereja atau

muslim yang menyelenggarakan kegiatan tersebut dengan doa atau tahlil bersama.

Sebetulnya, kegiatan keagamaan ini bentuk caranya berbeda tapi memaknainya

sama proses ucap syukur atas hasil bumi dan itu tidak sebatas umat beragama

tertentu dalam praktik mereka mengundang umat keagamaan lainnya untuk

terlibat, biasanya terlepas dari kegiatan doa lebih kepada pesta rakyat di acara

sedekah bumi.

Termasuk sedekah bumi yang diadakan oleh Sanggar seni sasak djikin di

Kampung Sawah tahun 2018. menurut informan penelitian marvianus (34 tahun)

menuturkan bahwa :

“Dari jaman kerajaan dahulu sudah ada, dari dahulu sudah turun

temurun. Kegiatan sedekah bumi namanya dulu babaritan dari jaman

namanya bapak saya kecil, kakek saya kecil. dulu upacara sedekah bumi

oleh sasak djikin diadakan sekitaran di jalan sasak djikin dan karena

perubahan jaman tidak mungkin kita mengadakan di jalan raya dapat

menganggu pengguna jalan, jadi acara sedekah bumi diselenggarakan di

sanggar seni sasak djikin”. (Wawancara, Marvianus yaitu Ketua sanggar

seni sasak djikin, 29 juli 2018).

60

Sama halnya, informan peneliti diatas yaitu Marvianus (34) menjelaskan

proses sedekah bumi yang dilakukan oleh Sanggar Sasak djikin dengan diawali

dzikir, tahlil biasanya dengan mengirimkan doa kepada leluhur yang sudah tiada,

biasanya dilakukan dengan ucap syukur terus menikmati makan bersama khas

betawi Kampung Sawah dan menampilkan pementasan budaya. Kalau seperti

perayaan tahun ini di sanggar paling penampilan pentas pencak silat dan teater

lenong, topeng betawi. (wawancara, pada tanggal 29 juli 2018).

Gambar 3.9 Kegiatan Sedekah Bumi di Gereja Santo Servatius tahun 2018

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan catatan peneliti, ketika berada dilapangan peneliti ikut serta

dalam kegiatan sedekah bumi pada 13 mei 2018 di halaman Gereja Katolik Santo

Servatius. Peneliti melihat proses sedekah bumi mulai dari kegiatan keagaman

misa doa bersama diberkati di Gereja dan ada tiga orang pastur membawakan

hasil panen berupa padi, sayur sayuran yang sudah diberkati untuk dibagikan

61

kepada umat untuk dinikmati bersama. Setelah itu, diadakan pesta rakyat mereka

menghadirkan makanan asli Kampung Sawah dan kesenian budaya betawi yang

terdapat di Kampung Sawah seperti Silat, Pantun, Tarian dan lain-lainya.

Kemudian, perayaan sedekah bumi dilakukan oleh umat katolik terjadi di Gereja

Katolik Servatius pada 13 mei bertepatan dengan ulang tahun pesta nama gereja.

Sedangkan, rumah ibadah lainya seperti Gereja Kristen Protestan dilakukan oleh

umat protestan di sebut ucap syukur pada bulan juli. Termasuk di sanggar seni

sasak djikin, menurut informan peneliti Marvianus (34) menjelaskan biasanya

sedekah bumi dilaksanakan pada bulan Apit atau dimaksud dengan pertengahan

bulan. (Wawancara, pada tanggal 29 juli 2018).

Dalam kegiatan sedekah bumi beberapa informan berperan dalam

keterlibatan praktik keagamaan ini. Baik itu sedekah bumi dilaksanakan oleh

Gereja Servatius atau Gereja Kristen Pasundan dan Sanggar sasak djikin. Seperti

halnya menurut informan peneliti yaitu Tokoh masyarakat Kampung sawah

Yacob (62 tahun), beliau menuturkan bahwa sebelumnya, peran saya sedekah

bumi di Servatius lebih banyak terlibat dalam perencanaan kepanitian merancang

bentuk perayaaan, dilapangan peran pribadi saya ada hal yang bersifat psikologis

seperti pada perayaan biasanya timbul kemacetan saya biasanya duduk bareng

petugas untuk menjaga. bahwa ada peran yang tidak dimiliki orang lain dan itu

insiatif pribadi pada umumnya. Kemudian, peran saya sedekah bumi selain di

katolik kadang-kadang undangan saja di Gereja Kristen Pasundan kalau disana

saya suka di berikan kesempatan untuk menyampaikan pesan kesan itu dah biasa,

62

lebih banyak sebagai undangan dalam keterlibatan (Wawancara, pada tanggal 13

mei 2018).

Sama halnya menurut informan peneliti yaitu Agustinus Janor (50 tahun)

beliau menjelaskan bahwa pada 8 tahun yang lalu saya ikut jadi kepanitian dalam

sedekah bumi di Gereja Servatius, berhubung sedekah bumi ini dilakukan setiap

tahun ada panitia penyelenggaranya maka saya dan umat lainya sebagai peserta

kegiatan (Wawancara, pada tanggal 15 juli 2018).

Begitupun, menurut informan peneliti yaitu Edy Pepe (58 tahun)

menuturkan bahwa saya lebih mengangkat budaya kampung sawah memakai

busana betawi kampung sawah dan mendorong supaya kearifan lokal bisa masuk

ke inkulturasi gereja dalam nuansa betawinya semacam bagian pasukan krida

wibawa dibangun untuk budaya betawi yang ada di gereja setiap tahun. Kalau

ditempat lain biasanya saya sebagai undangan misal di GKP ada acara ulang tahun

atau sedekah bumi, peran saya sebagai undangan yang penting ada silaturahmi

(Wawancara, pada tanggal 06 juni 2018).

Seperti halnya menurut informan H. Sudirman (66 tahun), beliau

menuturkan bahwa kalau sedekah bumi di Servatius ataupun di Gereja Kristen

Pasundan diundang sebagai tokoh dari salah satu agama dan saya pernah saat

acara di GKP untuk diberikan kesempatan sambutan untuk menyampaikan tradisi

bentuk rasa syukur atau budaya-nya (Wawancara, H. Sudirman tanggal 08

september 2018).

63

Kemudian, sedekah bumi tidak terbatas oleh umat beragama yang

melaksanakanya. Sama halnya di sampaikan oleh informan peneliti yaitu Dadang

kotong (42) menjelaskan bahwa kalau dahulu setiap tahun khusus bagian kumpul

atau gabung ikut kumpul bersama seperti biasanya dan ikut terlibat dilapangan

saja. kebanyakan untuk sedekah bumi yang rutin setiap tahun di Servatius atau

GKP juga ada. Paling saya bagian acara musik sebagai pembawa acara kegiatan

untuk musik (Wawancara, Dadang kotong tanggal 26 mei 2018).

Terakhir, menurut informan peneliti yaitu Yuherisman (37 Tahun)

menuruturkan bahwa dalam acara sedekah bumi saya sifatnya undangan untuk

hadir dan pada acara di Sanggar Seni Sasak djikin pernah memberikan sambutan

sebagai ketua LPM Jatimurni (Wawancara, Yuherisman tanggal 6 mei 2018).

Gambar 3.10 Ngaduk dodol Sedekah Bumi di gereja Servatius tahun 2018

Sumber : Dokumentasi Pribadi

64

Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa proses keterlibatan umat muslim

dalam kegiatan Sedekah bumi dapat dilihat kegiatan Ngaduk dodol mulai dari

bahan-bahan sampai pembuatan dodol tersebut. Menurut informan sekaligus

Tokoh agama Gereja Katolik Servatius Kampung Sawah, Matheus Nalih (54

tahun) menuturkan bahwa :

“mereka membantu kami dalam mewujudkan nuansa betawi Kampung

Sawah dengan ikut ambil bagian “Ngaduk dodol”. (Wawancara, Matheus

Nalih tanggal 13 mei 2018).

Dalam proses ngaduk dodol tidak hanya dikerjakan oleh satu orang

melainkan harus gotong royong agar hasil makanan itu matang. Bahkan, dari

kegiatan ngaduk dodol ini mencerminkan adanya eratnya persaudaran saling

membantu tanpa memandang latar belakang agama. Dalam kegiatan sedekah

bumi yang dilaksanakan di gereja baik itu di Gereja Servatius ataupun Gereja

Kristen Pasundan biasanya dalam acara perayaan sedekah bumi tersebut. Umat

beragama lainnya yang ada di Kampung Sawah di undang untuk turut hadir dalam

acara sedekah bumi. Kemudian, perayaan Sedekah bumi tidak hanya dimaknai

oleh Umat Katholik dan Protestan. Akan tetapi, Sedekah bumi dimaknai juga oleh

sanggar seni sasak djikin yang mayoritas beragama Islam.

Putnam melihat bahwa aspek terpenting dari norma adalah aspek

resiprositas-nya (timbal balik). Norma yang berasal dari resiprositas atau juga

disebut Putnam sebagai the norm of generalized resiprocity berfungsi sebagai

pemecah problem yang kerap muncul secara lebih efisien dalam konteks tindakan

kolektif. Selain itu, the norm of generalized resiprocity juga memunculkan

solidaritas dan mendamaikan kepentingan pribadi (Putnam, 1993a : 172).

65

Resiprositas terjadi karena adanya inkulturasi dalam tradisi sedekah bumi

yaitu antara agama dan budaya saling timbal balik. Seperti pada umumnya

sedekah bumi untuk melestarikan tradisi lokal budaya di Kampung Sawah.

Dalam hal ini, Resiprocity merupakan salah satu dari unsur modal sosial.

Terjadi tukar menukar kebaikan antar individu dan kelompok (Hasbullah 2006,

10). Sebagai contoh yang ditemui di masyarakat Kampung Sawah tradisi Sedekah

Bumi baik itu dilaksanakan Gereja Katolik Servatius ataupun Gereja Kristen

Pasundan yaitu dalam acara Ngaduk dodol terdapat umat lainya termasuk muslim

membantu melancarkan kegiatan Ngaduk dodol tanpa memandang latar belakang

agama.

3. Jaringan sosial yang dibentuk komunitas Suara Kampung Sawah untuk

menyuarakan kerukunan antar umat beragama.

Kegiatan Temu Kangen merupakan jaringan sosial yang dibentuk oleh

komunitas SKS. Pada tahun 2016, mereka memfasilitasi sebuah kegiatan yaitu

Temu Kangen. Berdasarkan informasi yang disampaikan Komunitas Suara

Kampung Sawah Yuherisman (37 tahun) menuturkan bahwa :

“Sebelumnya judul namanya Kriyaan karena perlu di diskusikan tentang

pakem betawi biasanya nama Kriyaan di istilahkan dalam pernikahan,

karena pernikahan itu hal yang suci. Pada akhirnya, Komunitas Suara

Kampung Sawah diskusi bersama Sanggar Seni Sasak Djikin dan berganti

nama menjadi kegiatan temu kangen”. (Wawancara, Yuherisman tanggal 06

Mei 2018).

Dalam kegiatan temu kangen komunitas SKS membuat tema ”Tinggal di

Kampung Sawah, Minum Aer Kampung Sawah, Kudu Jadi Orang Kampung

Sawah”. Maksudnya, menyampaikan cerita bahwa siapapun yang sudah tinggal

dan minum air di Kampung Sawah harus jadi orang Kampung Sawah (dalam

66

konteks kebudayaan).Sama halnya, menurut Edy Pepe (58 tahun) menuturkan

bahwa kegiatan Temu Kangen itu :

“Acara temu kangen adalah acara off-air yang menampilkan budaya

Betawi. Tujuannya sebagai acara silaturahmi masyarakat Kampung Sawah

dari berbagai generasi”. (Wawancara Edy Pepe, tanggal 06 Juli 2018).

Gambar 3.11 Kegiatan Temu Kangen di Kelurahan Jatimurni tahun 2016

Sumber : Dokumen pribadi

Gambar di atas menunjukkan kegiatan Temu Kangen pada tahun 2016,

Komunitas Suara Kampung Sawah hanya memfasilitasi kegiatan tersebut dan

kepanitian di lapangan terbentuk dan diikuti oleh masyarakat Kampung Sawah

dari berbagai lintas generasi ataupun lintas agama.

Begitupun, menurut Yacob (62 tahun) menjelaskan bahwa kegiatan itu

pertama ada sosialisasi melalui pergelaran seni budaya betawi Kampung Sawah

dan ada juga melalui fokus group diskusi, lomba permainan tradisional ada bazar

kuliner khas kampung sawah, terakhir pentas seni. Itu di inisiasikan oleh

67

Komunitas Suara Kampung Sawah itu sendiri. (Wawancara, Tokoh masyarakat

Kampung Sawah pada tanggal 13 Mei 2018).

Dalam hal ini jaringan menentukan seberapa kuat kepercayaan tumbuh.

Bagi Putnam “semakin besar kepadatan keanggotaan asosiasional dalam suatu

masyarakat semakin besar pula anggota-anggota warga masyarakat itu saling

mempercayai” (Putnam, 1995 : 73). Jaringan juga memberikan kemudahan untuk

saling berkerjasama dalam memperoleh manfaat secara kolektif. Hal dimaksud,

kolektivitas Komunitas Suara Kampung Sawah berusaha dalam membangun

jaringan serta kegiatan ini mengarah pada kerukunan antar umat beragama di

Kampung Sawah.

Jaringan sendiri tidak terbentuk dengan sendirinya. Secara singkat Lawang

menyebutkan bahwa dalam membuka jaringan, media paling ampuh ialah

pergaulan dalam pengertian umum dengan membuka diri melalui berbagai media

(Lawang, 2005 : 63). Dengan adanya temu kangen ini membentuk silaturahmi

antar generasi baik dari generasi kalangan muda maupun tua yang terdapat di

masyarakat Kampung Sawah, Bekasi.

Seperti keegiatan silaturahmi kebangsaan dan buka puasa bersama tahun

2018 merupakan kegiatan yang bersifat insidental yang dilaksanakan kerja sama

antar lembaga yang ada di Kampung Sawah yaitu Forum Nasional Bhineka

Tunggal ika Kota Bekasi berserta Komunitas Suara Kampung Sawah, LPM

Kelurahan Jatimurni. Menurut informan peneliti yaitu Yuherisman (37 tahun)

mengatakan bahwa :

68

“Sebenarnya sih, insidental ada salah satu lembaga keagamaan di

kampung sawah datang untuk menginisiasikan terlaksana kegiatan ini.

Namun, kami sambut baik untuk mereka dan mencari sumber dana lainnya

dari segitiga rumah ibadah ataupun pribadi. Kegiatan Silaturahmi

Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama ini Komunitas Suara Kampung

Sawah menjalin kerja sama dengan Fornas Bhineka Tunggal Ika dan LPM

Jatimurni”. (Wawancara, Sekertaris Komunitas Suara Kampung Sawah

pada tanggal 6 Mei 2018).

Gambar 3.12 Silaturahmi Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama tahun 2018.

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar di atas, menunjukkan kegiatan Silaturahmi Kebangsaan dan

Buka Puasa Bersama pada tahun 2018. Keterlibatan kegiatan ini berkerja sama

oleh Fornas Bhineka Tunggal Ika Kota Bekasi dan Komunitas Suara Kampung

Sawah beserta LPM jatimurni. Acara yang dilaksanakan pada 2 juni 2018, dengan

tema “Merawat Kebhinekaan Mewariskan Persaudaraan”.

Begitupun, menurut Edy Pepe (58 tahun) menjelaskan bahwa dengan

adanya dialog kebangsaan bertujuan untuk memberi pencerahan tentang

keberagaman yang menjadi masalah di Indonesia. Ketika media sosial

69

menyebarkan ujaran kebencian, hoax, fitnah dan sebagainya, maka masyarakat

Kampung Sawah harus berada dalam satu bingkai, yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Uniknya keberadaan sumber dana acara ini dibantu bersama oleh Lembaga-

lembaga keagamaan terkait yang ada di Kampung Sawah dan sekitarnya serta

pribadi-pribadi yang peduli dengan Kebhinekaan (Wawancara, Edy Pepe yaitu

Ketua Komunitas Suara Kampung Sawah, pada tanggal 06 juli 2018).

Berdasarkan catatan peneliti, ketika berada dilapangan peneliti ikut serta

dalam kegiatan silaturahmi kebangsaan dan dialog kebhinekaan sekaligus buka

puasa bersama acara tersebut pada tanggal 2 Juni tahun 2018 tempat

penyelenggaraan acara ini disamping perumahan Spring Garden Jatimurni. Dalam

hal ini peneliti melihat proses acara dengan diawali sambutan tokoh masyarakat

oleh KH. Rahmaddin Afif, penampilan keroncong Edipeni dari Gereja Kristen

Jawa dan pertunjukan kesenian hadrah dari Yasfi serta tarian Bhineka dari Gereja

Servatius.

Kemudian, dilanjutkan buka puasa bersama dihadiri oleh masyarakat

Kampung Sawah, tokoh pemerintahan, tokoh agama perwakilan rumah ibadah

yang ada di Kampung Sawah dan sampai akhir acara dialog kebangsaan di isi oleh

narasumber Gus ulil abshar. Dalam keikutsertaan kegiatan ini peneliti melihat

silaturahmi kebangsaan dan buka puasa bersama menjadi wadah bertemu tokoh-

tokoh dan masyarakat antar umat beragama di Kampung Sawah serta terjalinnya

merawat persaudaraan warga di Kampung Sawah, Bekasi.

70

Dalam hal ini jaringan menentukan seberapa kuat kepercayaan tumbuh.

Bagi Putnam “semakin besar kepadatan keanggotaan asosiasional dalam suatu

masyarakat semakin besar pula anggota-anggota warga masyarakat itu saling

mempercayai” (Putnam, 1995 : 73). Jaringan juga memberikan kemudahan untuk

saling berkerjasama dalam memperoleh manfaat secara kolektif.

B. Peran Komunitas Suara Kampung Sawah Dalam Me-Bridging Nilai-Nilai

Kerukunan.

Menurut Edy Pepe (58 tahun), mengatakan bahwa kita punya koran, radio

dan website yang kita lakukan menginformasikan suatu keberagaman Kampung

Sawah, dan begitu juga mendokumentasikan tentang kegiatan-kegiatan orang

Kampung Sawah yang selama ini terjadi bahkan dahulu ada dalam bentuk literasi

foto-foto kita membuatnya. (Wawancara Edy Pepe, tanggal 06 Juli 2018).

Putnam (2000) dalam Asrori (2008) menjelaskan hal yang membedakan

bentuk kapital sosial menjadi bridging social capital (kapital sosial yang

menjembatani) dan bonding social capital (kapital sosial yang terikat). Pertama,

bridging social capital ditandai oleh hubungan sosial yang bersifat terbuka

(insklusif), para anggotanya mempunyai latar belakang yang heterogen. Orientasi

kelompok ini lebih ditekankan upaya-upaya bersama dalam mencari jawaban atas

permasalahan bersama dan mempunyai cara pandang keluar “outward looking”.

Kedua, bonding social capital , capital social dalam bentuk ini bersifat ekslusif,

keanggotaanya biasanya didasarkan atas berbagai kesamaan, seperti kesamaan

71

suku, etnis dan agama, hubungan antar individu bersifat tertutup, lebih

mengutamakan solidaritas dan kepentingan kelompok. (h. 11).

Anggota yang ada di Komunitas Suara Kampung Sawah berasal dari suku

dan agama berbeda, mereka berkumpul lalu membicarakan suasana kerukunan

guna mengantisipasi munculnya konflik. Pengetahuan akan besarnya perbedaan

ini membuat Suara Kampung Sawah menjadi wadah bagi anggota komunitas

untuk mempelajari makna dan sejarah dari kerukunan melalui siaran-siaran di

radio,

Kapital sosial tersebut mempererat hubungan antara anggota masyarakat

serta menjadikan nya hubungan yang harmonis sehingga lebih mudah dalam

menangani permasalahan sosial yang ada. Seperti halnya, peran Komunitas Suara

Kampung Sawah dapat dilihat upaya mereka dalam melakukan pembangunan

wacana kerukunan yang sejak dahulu dalam kehidupan antar umat beragama

melalui media. Pertama, radio tidak terbatas pada program acara hiburan saja,

akan tetapi ada acara setiap seminggu sekali yaitu program acara Diskusi

Mingguan (DIMI) singkatnya memperbincangkan masalah di Masyarakat

Kampung Sawah dengan berbagai tema diskusi seperti Kearifan lokal,

Infrastruktur, Wawasan Kebangsaan, Masa Muda. Kedua, Koran lebih kepada

Muatan lokal yaitu seputar Kampung Sawah, Cerita Sejarah, kamus kecil istilah

Kampung Sawah (Gogolio), Opini mengenai kerukunan antar umat beragama.

Ketiga, Website merupakan implementasi dari kegiatan radio dan koran untuk

dipublikasikan melalui jejaring media. Keempat, Fokus Group Diskusi merupakan

ruang publik sarana diskusi yang difasilitasi oleh Komunitas Suara Kampung

72

Sawah diharapakan mencari dan mengangkat masalah yang ada di Kampung

Sawah untuk menentukan mengatasi masalah tersebut baik itu menyangkut

masalah persaudaraan ataupun menanggapi masuknya kebudayaan dari luar

Kampung Sawah, Bekasi

73

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunitas Suara Kampung Sawah berperan dalam menjembatani

persebaran informasi dan budaya kerukunan yang ada di Kampung Sawah,

Bekasi. Menurut Robert Putnam, sesuatu yang sudah dilakukan Komunitas Suara

Kampung Sawah merupakan cara untuk memperkuat modal sosial yang sudah ada

di masyarakat Kampung Sawah melalui kepercayaan, norma dan jaringan.

Pertama, Kepercayaan dalam masyarakat Kampung Sawah tercermin

dalam kegiatan gotong royong saat hari raya lebaran dan natal. Budaya gotong

royong biasa dilakukan umat kristiani dan umat muslim seperti melakukan

keamanan dan pengadaan lahan parkir ketika berlangsungnya hari raya

keagamaan di Kampung Sawah.

Tindakan lain yang mencerminkan adanya kerukunan antar umat beragama

di Kampung Sawah, Bekasi adalah kegiatan saling mengunjungi (silaturahmi),

kemudian ada istilah Ngejotin yaitu keluarga yang merayakan hari raya

keagamaanya mengirim makanan ke keluarga yang berbeda keyakinan.

Trust atau kepercayaan itu tidak terwujud begitu saja, aktivitas siaran radio

berusaha membangun trust atau kepercayaan melalui siaran radio dalam program

acara diskusi mingguan meliputi topik pembahasan berbeda-beda serta terjadi

dialog interaktif antara narasumber dengan pendengar radio komunitas membahas

untuk kedepan bersama melestarikan persaudaraan di Kampung Sawah, Bekasi.

74

Akan tetapi terdapat penjelasan dalam salah satu rubrik koran yaitu Atensi

Pembaca (Apem). Dalam rubrik koran tersebut, terdapat tanggapan dari

masyarakat atau pembaca koran mengenai eksistensi koran Komunitas Suara

Kampung Sawah yaitu berharap masyarakat asli Kampung Sawah bisa nostalgia

dengan tulisan yang dinarasikan koran Komunitas dan sebagai perekat

terbingkainya kerukunan antar umat beragama di Kampung Sawah, Bekasi.

Kedua, norma-norma kerukunan bisa dilihat dalam kegiatan sedekah bumi.

Kegiatan tersebut dimaknai ketika umat kristiani dengan aktivitas keagamaan di

Gereja atau muslim yang menyelenggarakan sedekah bumi dengan doa atau tahlil

bersama. Sebetulnya, kegiatan keagamaan ini bentuk caranya berbeda tapi

memaknainya sama proses ucap syukur atas hasil bumi dan itu tidak sebatas umat

beragama tertentu dalam praktik mereka mengundang umat keagamaan lainnya

untuk terlibat, biasanya terlepas dari kegiatan doa keagamaan dan lebih kepada

pesta rakyat di acara sedekah bumi.

Ketiga, Kegiatan Temu Kangen merupakan jaringan sosial yang dibentuk

oleh komunitas SKS. Pada tahun 2016, mereka memfasilitasi sebuah kegiatan

yaitu Temu Kangen. Dalam kegiatan temu kangen komunitas SKS membuat tema

”Tinggal di Kampung Sawah, Minum Aer Kampung Sawah, Kudu Jadi Orang

Kampung Sawah”. Maksudnya, menyampaikan cerita bahwa siapapun yang sudah

tinggal dan minum air di Kampung Sawah harus jadi orang Kampung Sawah

(dalam konteks kebudayaan)

75

Anggota yang ada di komunitas SKS berasal dari suku dan agama berbeda,

mereka berkumpul lalu membicarakan suasana kerukunan guna mengantisipasi

munculnya konflik. Pengetahuan akan besarnya perbedaan ini membuat Suara

Kampung Sawah menjadi wadah bagi anggota komunitas untuk mempelajari

makna dan sejarah dari kerukunan melalui siaran-siaran di radio, berita di koran

maupun FGD.

Pertama, radio tidak terbatas pada program acara hiburan saja, akan tetapi

ada acara setiap seminggu sekali yaitu program acara Diskusi Mingguan (DIMI)

singkatnya memperbincangkan masalah di Masyarakat Kampung Sawah dengan

berbagai tema diskusi seperti Kearifan lokal, Infrastruktur, Wawasan

Kebangsaan, Masa muda. Kedua, Koran lebih kepada Muatan lokal yaitu seputar

Kampung Sawah, cerita sejarah, kamus kecil istilah Kampung Sawah (Gogolio),

Opini mengenai kerukunan antar umat beragama. Ketiga, Website merupakan

implementasi dari kegiatan radio dan koran untuk dipublikasikan melalui jejaring

media. Keempat, Fokus Group Diskusi merupakan ruang publik sarana diskusi

yang difasilitasi oleh Komunitas Suara Kampung Sawah diharapakan mencari dan

mengangkat masalah yang ada di Kampung Sawah untuk menentukan mengatasi

masalah tersebut baik itu menyangkut masalah persaudaraan ataupun menanggapi

masuknya kebudaaan dari luar Kampung Sawah, Bekasi.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, penulis menyarankan

kepada komunitas ini terus terjalin regenerasi di masyarakat setempat agar

76

memudahkan mobilitas dalam suatu kegiatan serta komunitas ini lebih

menggiatkan kemandirian dalam melakukan perubahan sosial di masyarakat tanpa

mengharapkan bantuan. Dan menyarankan agar pentingnya pemerintah

menjadikan komunitas seperti ini sebagai praktik terbaik dalam menjalankan

kerukunan.

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John W. 2010 Reseacrh design : Qualitative, Quantitative and Mixed

Approaches (terj) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Field, John. 2016. Modal Sosial. Terj Nurhadi. Jogjakarta : Kreasi Wacana.

Hasbullah, Jousari, 2006 . Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia

Indonesia). Jakarta : MR-United Press.

Neuman W lawrence. Basic of social research : Qualitative and Quantitative

Approaches. Pearson Education, 2007.

Marsvati, Amir B, Qualitative Research in Sociology : An Introduction. New

Dehli-London : SAGE Publications, 2004.

Lawang, Robert. 2004. Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologi (Suatu

Pengantar). Jakarta : Fisip UI Press Jakarta.

Lawang R, MZ. 2005, Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologi (Suatu

Pengantar). Jakarta : Fisip UI Press Jakarta.

Putnam Robert, D. 1993a, Making Democracy Work : Civic Traditions in modern

Italy Princeton : Priceton University Press.

________________, 2000. Bowling Alone: The Collapse and Revival of American

Community, New York : Simon and Schurster.

Silalahi, Uber, 2010. Metode Penelitian Sosial cet.2 Bandung : Refika Aditama.

xiv

Tesis

Asrori, Saifudin, 2008. Studi Sosiologis Forum Konsultasi Dan Komunikasi Umat

Beragama (FKKUB) Provinsi DKI Jakarta, Depok : Universitas Indonesia.

Jurnal :

Ahsanul Khalikin & Fathuri, 2016. Toleransi Beragama Di Daerah Rawan

Konflik Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang

Kehidupan Keagamaan, Jakarta,

Firdaus M. Yunus, 2014. Konflik Agama Di Indonesia Problem Dan Solusi

Pemecahnya Jurnal Substania, Volume 16, Nomor 2.

Hertina, 2009. Toleransi Upaya Untuk Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama,

Jurnal Toleransi (LPPM) UIN SUKA RIAU.

Mustolehudin, 2016. Relasi Modal Sosial Dan Kerukunan Umat Beragama: Studi

Kasus Di Kecamatan Larangan, Brebes. Jurnal PENAMAS, Volume 29

Nomor 1 April-Juni.

Saleh, Syamsudduha. 2013. Kerukunan Umat Beragama Di Denpasar Bali. Jurnal

Al-Fikr, Volume 17.

Sila, M Adlin, 2017. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia : Mengelola

Keragaman dari Dalam, PUSAD Paramadina.

Suryana, Toto, 2011. Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama,

Jurnal endidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 .

Sumber Online

http://setara-institute.org/indeks-kota-toleran-tahun-2017 (diakses pada tanggal 12

Oktober tahun 2018.

http://wartakota.tribunnews.com/2017/06/27/kampung-sawah-potret-nyata-

kerukunan-antar-umat-beragama (diakses pada tanggal 14 Oktober 2018).

xv

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/08/20/21483361/Ngelestarin.Persodaan

Lewat.Udara. (diakses pada tanggal 14 September 2018).

Dokumen

Laporan tahunan Kelurahan Jatimurni Tahun 2017.

Draft SK/ Surat Keputusan dan Akta Notaris Komunitas Suara Kampung Sawah.

Draft Program Diskusi Mingguan Radio Komunitas Suara Kampung Sawah.

Cetakan Buletin Koran Komunitas Suara Kampung Sawah.

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan informan Yuherisman, Tanggal 06 Mei 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Yacob Napiun, Tanggal 13 Mei 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Irwan Setiadi, Tanggal 21 Mei 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Nur ali akbar, Tanggal 22 Mei 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Dadang kotong, Tanggal 26 Mei 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Matheus Nalih, Tanggal 29 Mei 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Eko Praptanto, Tanggal 2 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Edy PP, Tanggal 06 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Muhammad Ali, Tanggal 5 juli 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Agustinus Janor, Tanggal 15 juli 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Marvianus Tanggal Minggu, 29 juli 2018.

Wawancara Pribadi dengan informan H. Sudirman, Tanggal Sabtu 8 September

2018.

xvi

Wawancara Pribadi dengan informan Slamet Suryadi, Tanggal 14 September

2018.

Wawancara Pribadi dengan informan Daden Supriyatna, Tanggal 20 September

2018.

DOKUMENTASI FOTO

- Foto bersama Ketua, Sekertaris dan Anggota Komunitas Suara Kampung Sawah dan

Tokoh Agama dan Tokoh masyarakat setempat.

LAMPIRAN

Data Wawancara

Nama : Pak Eddy Pepe (Ketua Komunitas Suara Kampung Sawah)

Hari dan Tanggal : Rabu, 06 juni 2018

Usia : 58 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Pekerjaan : Pensiunan

Sebelumnya peneliti melakukan pra wawancara pada tanggal 12 maret

2018, di rumah pak eddy pepe. Pada saat itu untuk membangun komunikasi

untuk melakukan penelitian dan sekaligus bertanya mengenai hal Suara

Kampung Sawah.

Suara Kampung Sawah itu apakah bapak tahu berdirinya wacana untuk apa ?

Mendirikan SKS mempunyai tujuan mempertahankan atau melestarikan suatu

persaudaraan kerukunan dan keakraban dan perdamaian yang ada di sini yaitu di

Kampung Sawah. Itu semua terangkum dalam tagline kita di Komunitas Suara

Kampung Sawah tag line “ngelestariin pesodaraan”.

Kita punya radio, Koran dan website yang kita lakukan menginformasikan suatu

Keberagaman Kampung Sawah, dan begitu juga mendokumentasikan tentang

kegiatan-kegiatan orang Kampung Sawah yang selama ini terjadi bahkan dahulu ada

dalam bentuk literasi foto-foto kita membuatnya.

Wawancara Rabu, 06 juni 2018

Menurut anda, apa hal yang mendorong terbentuk Komunitas Suara Kampung

Sawah ?

Rasa kebersamaan ingin merawat dan menjaga tradisi bersodara di Kampung Sawah

Sejak kapan wacana terbentuk Komunitas ini ?

Wacana itu dimulai dengan kegiatan NGERIUNG BARENG yang diadadakan pada 2

Januari 2007 dalam acara lintas agama yang digelar.

Menurut anda, mengapa muncul istilah Ngelestariin Pesodaraan dalam Suara

Kampung Sawah ?

Yaitu tadi ketika kami memiliki kebersamaan untuk merawat dan menjaga budaya

dan tradisi Kampung Sawah.

Apakah istilah Ngelestariin Pesodaraan merupakan nilai baru dan sebelumnya

apakah ada nilai lama yang di pegang oleh Kampung Sawah ?

Istilah NGELESTARIIN PESODARAAN adalah nilai baru yang kami angkat dalam

upaya merawat dan menjaga budaya dan tradisi Kampung Sawah.

Apakah ada kegiataan Suara Kampung Sawah yang bersinggungan dengan

masyarakat setempat ?

Selalu bersinggungan (positif) karena memang SKS ada untuk masyarakat Kampung

Sawah.

Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut (kegiatan apa bisa

dilakukan) ?

Selalu dalam Penulisan sandiwara radio, menulis ILM (iklan layanan masyarakat)

radio bentuk dari scprit , menulis berita untuk Koran, dan lain sebagainya.

Apakah ada dalam program radio yang menggambarkan tentang kerukunan

umat beragama?

Ada dan selalu ada.

Apa itu diskusi mingguan dan apakah terlibat dalam kegitaan tersebut ?

Diskusi mingguan adalah program radio dalam bentuk talk show yang intinya

membicarakan tentang infrastruktur, kemasyarakatan, kepemudaan, kearifan lokal

dengan mengundang tokoh yang Suara Kampung Sawah anggap kompeten. Dan saya

terlibat juga dalam membawa acara diskusi mingguan di radio.

Kapan saja waktu siaran radio dilangsungkan ?

Mulai pukul 17.00 – 22.00 (saat ini dalam keadaan off karena berbagai persoalan).

Mengenai Radio Suara Kampung Sawah, apa visi misi radio tersebut terbentuk

dan selain program DIMI di radio apakah ada program acara lainya di radio

yang membahas kerukunan di Kampung Sawah ?

Program DIMI ini mengajak pendengar Radio SKS untuk Bersama memikirkan

situasi terkini yang ada di Kampung Sawah. Banyak hal yang terjadi di Kampung

Sawah saat ini yang secara langsung atau pun tidak mempengaruhi situasi sosial

masyarakat Kampung Sawah. Melalui DIMI Radio SKS berupaya mengingatkan

pendengar bahwa kemajuan bisa berdampak positif juga negative.

Dalam program acara “Diskusi Mingguan”, Siapa kordinator Radio program

acara Diskusi Mingguan ? Selain itu, Bapak membawa acara diskusi mingguan

di radio apa yang bapak bahas dalam Diskusi Mingguan di Radio tersebut ?

Produser Acara DIMI : Agustinus Janor,Moderator/Host : Lucia Yesti, Bahasan :

Kearifan Lokal, Infrastruktur, Kepemudaan, Sosil Kemasyarakatan

.Mengenai kegiatan TEMU KANGEN dan Forum Group Diskusi (FGD) tahun

2016 yang diselenggarakan SKS, apa tujuan kegiatan tersebut diadakan dan

sudah berlangsung berapa kali ?

Acara temu kangen adalah acara off-air yang menampilkan budaya Betawi.

Tujuannya sebagai acara silaturahmi masyarakat Kampung Sawah dari berbagai

generasi. Sementara FGD kami lakukan untuk menjaring, mencari, mengangkat

problem serius yang ada di Kampung Sawah, sekaligus menentukan bagaimana

mengatasi problem tersebut. Dalam hal ini menyangkut masalah persodaraan,

toleransi, serta serbuan kebudayaan dari luar Kampung Sawah.

Mengenai kegiatan Dialog Kebangsan dan Buka Puasa Bersama tahun 2018,

apa tujuan kegiatan tersebut dilaksanakan dan Sumber daya Kegiatan tersebut

dari mana sehingga terlaksana ?

Dialog kebangsaan bertujuan untuk memberi pencerahan tentang keberagaman yang

menjadi masalah di Indonesia. Ketika medsos menyebarkan ujaran kebencian, hoax,

fitnah dan sebagainya, masyarakat Kampung Sawah harus berada dalam satu bingkai,

yaitu Bhineka Tunggal Ika. Uniknya sumber dana dari acara ini digotong bersama

oleh Lembaga-lembaga keagamaan yang ada di Kampung Sawah dan sekitarnya serta

pribadi-pribadi yang peduli dengan Kebhinekaan,

Menurut bapak, Praktik Keagaman apa yang mencerminkan kerukunan di

kampung Sawah sehingga masyarakatnya saling bertemu walau berbeda

keyakinan. Jelaskan

Setiap hari raya keagamaan kami saling memberi selamat, mengunjungi, dan

bersilaturahim. Bahkan ada tradisi yang terus berkembang yaitu ngejotin, yaitu

keluarga yang merayakan hari raya agamanya mengirim makanan ke keluarga yang

berbeda keyakinan.

Bagaimana peran bapak dalam kegiatan keagamaan, misalkan sedekah bumi ?

Saya mengangkat budaya kampung sawah memakai busana kampung sawah

menggunakan itu kearifan lokal saya mendorong bisa masuk ke inkulturasi di gereja

ada lagu betawinya, pasukan krida wibawa untuk menjaga budaya betawi yang ada di

gereja, jadi orang betawi asli sama menjaga dan merawat, sedekah bumi syukuran

atas hasil pane nada pesta rakyatnya,

Bagaimana peran bapak dalam kegiatan keagamaan lainya ?

Biasanya saya sebagai undangan saja Misalkan di GKP ada acara ulang tahun apa

sedekah bumi, begitu juga di yasfi atau pesantren al aziz ada kegiatan hadir sebagai

undangan aja. Undangan saya ada silaturahmi saja.

Bagaimana peran bapak dan ketelibatan dalam kehidupan sehari misalkan

lebaran hari raya ?

Saya mengunjungi untuk memberikan selamat lebaran antar saudara dan tetangga,

saya lebaran mengucapkan selamat lebaran ke kiyai rahmaddin atau ustad muqorobin

lebih pada silaturahmi aja.

Nama : Yuherisman (Sekertaris Komunitas Suara Kampung Sawah)

Hari dan Tanggal : 06 mei 2018

Usia : 37 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Menurut anda, apa hal-hal yang mendorong terbentuk Komunitas Suara

Kampung Sawah ?

“dulu, tahun 2011 berdasarkan awal keperihatinan mulai memudar anak kepada orang

tua, melihat akhir ini yang merebah di medsos kayak apa gitu dulu-dulu di medsos

udah ada dan akhirkan kita mencoba lewat media melestarikan persodaraan lewat

radio karena bagi kita media komunitas rasa bagi kita lebih memperdekat gitu ibu

sambil masak dengerin kita, memang paling banyak kalangan ibu-ibu yang dengerin

kita, lewat Koran, kalo web yang ngeliat segmen anak muda itu contohnya program

dangdut diudara salam salam kepada saudaranya”.

Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut ?

kalo di Koran intens di Koran editor sama pak eko praptanto, kalo radio saya bikin

program bikin segmen dan itu sering.

Apakah ada dalam program radio yang menggambarkan tentang kerukunan

umat beragama ?

diskusi mingguan doang itu paling kearifan lokal sering kita perbincangkan malah

kita undang teman-teman nasional bagaimana merawat dengan lebih dari diskusi

mingguan walaupun kita sisipin setiap program ngelestariin persodaraan tagline kita.

Tujuan kegiatan Temu kangen, menurut anda apa ?

Bertemu kangen, untuk silaturahmi akbar atau besar lintar generasi dan lintas agama,

ada dialog ngumpulin tokoh masyarakat

Kenapa, FGD di SKS diadakan tujuan dan apa yang dibahas dalam FGD

tersebut serta siapa yang terlibat FGD tersebut ?

FGD karena latah sebutan, kita sering ngadain diskusi, sebelum FGD udah ada

diskusi semua kalangan mau menyentuh untuk diskusi, di SKS termasuk FGD atau

forum group diskusi untuk yang pertama diadakan, menggali kearifan lokal. Tema

berikutnya, kedua mencari nama dikampung sawah atau julukan. Ketiga, Forum

Group diskusi tersebut berusaha mencoba kesepakatan dari tindaklanjut FGD atau

diskusi pertama dan kedua, ketiga berusaha ingin membangun tugu persadaraan.

Terakhir, FGD itu diadakan di Kecamatan sama halnya membahas belum ada

kesepakatan mengenai lokasi sudah ketemu membangun tugu-nya dibundaran kecapi,

Komunitas Suara Kampung Sawah bukan menyelenggarakan hanya memfasilitasi

dan masyarakat yang berbicara. Pimpinan diskusi dan notulensi orang SKS juga

untuk terlibat orang SKS juga masyarakat, tokoh masyarakat.

Apakah abang tahu tradisi ngenjotin dalam hari raya lebaran ?

Dari dulu udah ada rantangan kalo lebaran berbagi rezeki ke non muslim termasuk

kesodara saya prostestan, sekarang masih ada terkikis pasca krisis moneter, nggak

kayak dulu, kita ada tabungan daging ngenjotin itu pas natalan selesai mau tahun baru

mereka berbagi juga, intinya untuk menjalin silaturahmi.

Bagaimana ikut serta dalam kegiatan sedekah bumi ada disetiap gkp, servas

sasak djikin abang pernah berperan ?

Iya dong kampung sawah diluar struktur, kita diundang berpartisipasi dialog sama

juga di sasak jikin ikut pengajian nya, terlibat saya sebagai pengajian waktu tahun

lalu saya sambutan sebagai ketua lpm di ulang tahun sasak jikin, karena kemarin saya

sudah kerja kemarin ada undangan juga, kalo di gkp ada undangan juga, kalo sajian

kebudayaan kita ikut, identik bebaritan masih ada yang ngejalanin ada yang nggk.

Dalam lebaran ada istilah ngejotin, bagaimana peran abang dalam hari raya

lebaran ?

Ya, peran kelurga saya saling mengunjungi yang paling tua, begitu saudara yang non

muslim, 1 hari khusus yang ada disini, dihari 3, berbagi rezeki ketetangga baru yang

agak jauh saudara, saling mengunjungi, ngejotin sebelum hari raya. Kalau natalan

pesan orang tua tapi kita keliling kesaudara non muslim malam tahun baru dan

natalan.

Nama : Yacob Napiun (Tokoh Masyarakat & Dewan Pembina SKS)

Hari dan Tanggal : 13 mei 2018

Usia : 62 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katholik

Pekerjaan : Karyawan Wiraswasta

Menurut bapak, mengenai struktur nilai atau norma, aturan yang dibentuk

Komunitas Suara Kampung Sawah dengan “Ngelestariin pesodaraan”, apakah

nilai aturan tersebut nilai-nilai lama di masyarakat atau nilai yang diperbaharui

untuk diterapkan ?

Sumber nya inspirasi situasi kondisi yang lalu, seiring waktu harus menyesuaikan

disana ada pembaharuan. Nilai lama tetap persaudaraan, semangat gotong royong

karena dari itu tanpa memandang latar belakang, selain persaudaraan termasuk etika

saling menghargai itu nilai lamanya.

Mengapa di SKS sering diadakan Forum group diskusi, dan apa yang dibahas

di FGD tersebut ?

Ketika itu ada 2 hal satu sama lain berbeda arah tetap sama kaitan persaudaran.

Pertama, situasi politik imbas jaman pak jokowi mengenai berita hoax semacam gitu,

kedua, dalam rangka merealisasikan persaudaran dikampung sawah dalam wujud apa

ada yang mengusulkan monumen tugu persaudaraan melibatkan tokoh termasuk dari

pemerintahan memang sangat antusias sampai mengerucut tugu persaudaraan.

Apakah bapak mengetahui kegiatan temu kangen yang dibentuk SKS dan

apakah bapak terlibat ?

Kegiatan itu pertama ada sosialisasi melalui forum diskusi, lomba permainan

tradisional ada bazar kuliner khas kampung sawah, terakhir pentas seni. Itu

inisiasikan oleh komunitas SKS itu sendiri. Ide awalnya saya tapi dikembangkan

Apa tujuan perayaan Sedekah Bumi di masyarakat Kampung Sawah ?

Perayaan Sedekah bumi versi gereja katolik memberikan bukti bahwa Gereja dengan

satu kesatuan memberikan untuk terjadinya kolaborasi inkulturasi tradisi lokal

dengan tradisi gereja, umum nya melestarikan tradisi di kampung sawah. kita berbeda

waktu kalo di servas dengan ulang tahun pesta nama gereja 13 mei untuk di GKP

dengan ulang tahun mereka itu tanggal bulan juli untuk di yasfi terkait dengan lebaran

betawi bisa dikategorikan sedekah bumi.

Bagaimana proses kegiatan sedekah bumi pada saat perayaan dari awal

kegiatan sampai akhir ?

Itu dibagi dua Liturgi yang terkait dengan ibadah yang kedua lebih kepada pesta, ada

tiga pastur memakai dialek kampung sawah membawa seserahan ada padi, sayuran

dan kue, itu bagian dari ibadah itu didoakan yang itu disimpan setelah ibadah baru

disajikan untuk dimakan bersama. Termasuk Ngaduk dodol persis dengan perayaan

pesta. Awalnya ibadah baru dilanjutkan pesta, liturgi ibadahnya dan non liturgi

dengan pesta tadi. Kaitan sodara kita yang muslim mengajak ngaduk dodol itu bahan

samapai pembuatan.

Bagaimana peran bapak dalam pelaksanaan kegiatan hari raya lebaran ?

peran praktis dilapangan sebenarnya saya tidak pernah diminta atau disuruh, cuma

saya sering kali bahkan saya mengajak teman yang non-muslim itu untuk membantu

pada saat sholai id nah bagaimanapun kita punya keinginan teman-teman yang

muslim semua bisa ikut sholat id sehingga kegiatan yang mereka tangani biar kita

bantu tanpa mengurangi hak dan kewajiban teman yang muslim, kami membantu di

situ sepenuhnya karena relasi persahabatan kami yang mengundang dan membuat

melakukan itu, karena relasi persaudaraan atau persahabatan itu sehingga ketika kami

datang mau ngapain nggak ada itu udah pasti mereka sudah tau saya dan teman teman

saya datang mau membantu untuk mengatur lalulintas dan upaya pengamanan

kegiatan sholat id kami mengambil peran itu, inisiatif saya dan teman-teman.

Nama : Eko Praptanto (Koran Komunitas Suara Kampung Sawah )

Hari dan Tanggal : Sabtu, 2 Juni 2018

Usia : 53 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Penulis Buku

Bagaimana fungsi Radio, Koran, Web Komunitas Suara Kampung Sawah

dalam masyarakat Kampung Sawah ?

fungsinya untuk Menjalin komunikasi antar masyarakat. Kedua, bagaimana

menghibur masyarakat, memberikan informasi tentang hal-hal baru di seputar

kelurahan dan kecamatan. Kemudian, mendidik masyarakat tentang segala hal.

karena ini Radio Komunitas tidak biasa memang ada lagu-lagu kirim lagu salam-

salam, tapi ada juga dialog-dialog mingguan gitu loh, kami mengundang narasumber

dari luar untuk memberikan sesuatu di Kampung sawah memberikan inspirasi segala

macam untuk memberikan pencerahan di masyarakat sini untuk terus menjaga

kerukunan, kebhinekaan disini menjaga kebangsaan yang sudah tumbuh subur disini.

Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut ?

Kebanyakan terlibat di Koran, kalau Moderator Diskusi mingguan Kondisional saja.

Apakah ada dalam kolom Koran yang mengambarkan tentang kerukunan umat

beragama?

Ada itu halaman terakhir selalu ada artikel tentang kerukunan, artikel bagaimana

menjaga kebhinekaan dan menjaga persodaran, karena kan kita taglinenya

ngelestariin persodaraan.

Kapan saja waktu terbitan Koran di cetak ?

Kalo dahulu sebulanan, rata sih 1000-2000.

Dimana saja hasil terbitan Koran SKS di sebarkan ?

Masing – masing bagian, dulu lu ke daerah sana ya gua daerah sini dan kedaerah

rumah lu gituan ya gratis. dulu pernah mingguan pas ada pilkada 4 tahun lalu karena

dapat bantuan bisa 2 mingguan.

Nama : Irwan setiadi (Radio, Komunitas Suara Kampung Sawah )

Hari dan Tanggal : 21 mei 2018

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Pekerjaan : LSM

Bagaimana fungsi Radio, Koran, Web Komunitas Suara Kampung Sawah

dalam masyarakat Kampung Sawah ?

masyarakat mendapatkan informasi isu-isu yang berkembang, dan bisa menjalin

silahturahmi

Apakah ada kegiataan Suara Kampung Sawah yang bersinggungan dengan

masyarakat setempat ?

Setiap kegiatan dalam produksi iklan layanan masyarakat kita selalu mengajak

masyarakat setempat dan juga ketika membuat workshop.

Apa peran yang anda lakukan dalam Komunitas Suara Kampung Sawah ?

Menjadi Koordinator Radio, dan penyiar di radio Suara Kampung Sawah.

Mengapa memilih kegiataan tersebut dan itu keahlian atau pengalaman anda ?

Karena saya pengalaman dibidang radio dan itu juga salah satu keahlian saya.

Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut ?

Selalu karena harus koordinasi dengan para penyiar, mulai dari konsep program

sampai bersiaran yang baik.

Apakah ada dalam program radio yang menggambarkan tentang kerukunan

umat beragama ?

Setiap program ada menggambarkan tentang kerukunan umat beargama

Kapan saja waktu siaran radio dilangsungkan ?

Setiap hari mulai pukul 14.00 wib - 23.00

Nama : Nur ali akbar (Web, Komunitas Suara Kampung Sawah)

Hari dan Tanggal : 22 mei 2018

Usia : 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Bagaimana fungsi Radio, Koran, Web Komunitas Suara Kampung Sawah

dalam masyarakat Kampung Sawah ?

Pasti sama fungsi dasarnya menyampaikan informasi, radio, selain fungsi itu Koran

juga sebab fungsinya menjalin komunikasi karena itu komunitas perlu ada ikatan, ada

radio sehingga sampai pesannya kemasyarakat kemudian, ada juga masyarkat sini

keliatannya guyub dari berbagai macam agama sama-sama, Koran itu buletin

menyampaikan informasi gagasan buat masyarakat harus sampai lebih jauh lagi

keluar sampai ketempat lain

Menurut anda, bagaimana berkenaan perihal koordinasi dalam melaksanakan

kegiataan Web Komunitas ?

Saya sih di web menginisiasikan dan bagaimana bisa dilanjutkan, tapi sih saya yang

mengerjakan website.

Apakah anda, sering terlibat dalam kegiataan tersebut ?

sering terlibat biasanya Website, Koran menulis bantu-bantu menyiapkan konten,

kalo yang bisa dibantu kalo aja dimana aja

Apakah ada dalam website berita khusus yang menggambarkan tentang

kerukunan umat beragama di Kampung Sawah ?

ya gini sebetulnya kita itu mah konten juga nggak sembarang ada rubrik disitu lokal

seputar kampung sawah. Kemudian, ada tentang berita secara umum pasti ada berita

tentang berhubungan dengan kerukunan.

Apa saja yang di publikasikan dalam web Komunitas Suara Kampung Sawah ?

kadang-kadang sama dengan yang dikoran sama kita tampilkan ada offline dan online

Nama : Dadang Kotong ( Keluarga Kawin silang dan Anggota SKS )

Hari dan Tanggal : 26 mei 2018.

Usia : 42 tahun.

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Protestan

Pekerjaan : Wiraswasta

Menurut abang, kalo dalam komunitas Suara Kampung tidak harus ada di

struktur

Bisa yang penting mau ikut dan ambil bagian mau menjaga kerukunan yang ada..

Apakah, abang mengetahui nilai-nilai di masyarakat kampung sawah dalam

menjaga kerukunan yang sudah ada ?

Khusus nilai-nilai saling mengunjungi misal ada mananya ngenjotin berbagi kalo

misalnya yang lebaran banyak makanan mengatarkan saudara nya yang non-muslim

begitu juga sebaliknya mengantarkan rantangan terutama saudara, tetangga, yang

namanya ngenjotin atau rantangan ada beberapa nasi, sayur kentang ada daging, kue

kadang kita kalo anterin itu anak yang anterin dapet bagian.

Kalo nilai-nilai yang masih diterapkan di kampung sawah ?

Nilai masih diterapkan itu kayak rantangan itu masih terus ngaduk dodol hanya

sebagian saja karena ngaduk dodol modalnya gede.

Apa yang anda lakukan dalam menjaga Kerukunan di Kampung Sawah ?

Mengikuti yang sudah ada dari menjaga silaturahmi kepada sodara terutama tetangga

salah satunya saya mengadakan arisan keluarga, perkumpulan dengan teman saling

mengunjungi kerumah temen salah satunya, saya minum teh bareng kerumah-rumah.

Apakah ada kegiatan masyarakat yang mencerminkan kerukunan umat

beragama di Kampung Sawah ?

Salah satunya dengan bersilaturahmi dari rumah kerumah dengan itu ada menjalin

persodaraan.

Bisa diceritakan, bagaimana sih peran SKS dalam praktik keagamaan ?

Sedekah bumi ya itukan 1 tahun sekali, sks kita khusus kemarin servas terus sama

gkp, dari sks sebagian orang orang ikut ambil bagian kepanitian.

Bisa diceritakan, bagaimana sih peran abang dalam sedekah bumi ?

Paling saya bagian acara untuk musik, kebanyakan untuk sedekah bumi yang rutin

setiap tahun servas tetapi di GKP juga ada, bagian pembawa acara kegiatan untuk

musik, paling ikut ngaduk dodol menerangkan makanan ciri khas, paling di servas

kalo lebaran betawi di yasfi. Kalo dulu setiap tahun khusus bagian nimbrung atau

gabung ikut bareng-bareng aja yang biasa aja, ikut terlibat dilapangan saja ya.

Bisa diceritakan, bagaimana sih peran abang atau keterlibatan dalam lebaran

saling mengunjungi ?

kalau saya sama adik, kalau bapak saya masih hidup mengajarkan ke anaknya untuk

mengucapakan kepada yang beragama muslim, saya muter terutama antar tetangga, di

rumah kakak hari pertama kumpul dari keluarga saya ditempat kakak terus keteman-

teman silaturahmi mengucapkan hari raya lebaran.

Nama : Pak Matheus Nalih (Tokoh Agama Katolik)

Hari dan Tanggal : 29 mei 2018

Usia : 54 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Pekerjaan : Pendakwah dan Guru

Sebelumnya peneliti melakukan pra-wawancara pada tanggal 12 maret

2018, di Sekertariat Gereja Servatius Kampung Sawah. Pada saat itu untuk

membangun komunikasi untuk melakukan penelitian dan sekaligus bertanya .

Bapak dalam kegiatan di Suara Kampung Sawah terlibat di mana pak ?

Kalo saya sekarang sudah tidak terlibat lagi, lebih di fokus di anak muda yang ambil

bagian berhubungan dengan koran radio mereka melajutkan dulu kita mengawali dari

dikusi lintas agama.

Jadi menurut bapak, komunitas suara kampung sawah salah satu cara

mempertahkan kerukunan ?

Salah yang salah satu cara dengan mempertahakan kerukukanan, tradisi dan

kebudayaan. Bagaimana misalnya Suara Kampung Sawah mencoba berusaha

mengaungkan bahasa asli, mengaungkan lagu-lagu asli kampung sawah, Seperti

mengaungkan masalah berbentuk tarian maksud tariannya betawi dan masakannya

betawi segala macam tradisi seperti itulah yang di pertahakan oleh suara kampung

sawah.

Bagaimana cara masyarakat Kampung Sawah dalam menjaga kerukunan antar

umat ?

Orang kampung sawah seperti keset tetap terbuka sangat welcome. Saling

menghargai urusan agama masing-masing, Urusan kampung sawah soal kita bersama,

soal agama soal pemimpinnya dan soal masyarakat soal kita bersama jadi membuat

kerukunan di Kampung Sawah Jadi toleransi kalo toleransi bahasa sekarang ya, kalo

dulu saling menghargai dari masyarkat terbentuk.

Mengenai perayaan lebaran hari raya lebaran dikampung sawah, apakah saling

mengunjungi itu para tokoh atau masyarakat juga terlibat ?

Secara institusi kami dan para tokoh utama yang kami kunjungi, untuk sosial

kemasyarakatan semua umat jemaat juga terlibat saling mengunjungi saat lebaran,

terutama antar tetangga.

Menurut bapak, Bagaimana sejarah sedekah bumi itu muncul dan dilakukan

hingga sekarang ?

Itu terjadi saat kepemimpinan Peter Oscar Cremers O.F.M pada tahun 1935,

Berdasakan permintaan bapak Poespo meminta Pater Cremers untuk sebuah upacara

katolik yang sangat kuno, yakni memberkati hasil panen padi yang tertumpuk di

halaman rumah untuk sebelum dibagikan kepada para penderep, tempatnya di rumah

bapak yafet napiun dan bapak Nias pepe, dan itu menjadi tonggak acara sedekah

bumi hingga sekarang sebagai ungkapan syukur atas rejeki yang diterima dari alam.

Bagaimana sih, Proses acara sedekah bumi dari tahun ke tahun ?

Sedekah bumi dari tahun ketahun disesuaikan dengan keadaan bumi saat ini dan

karya umat dalam kehidupan sehari-hari. Maksudnya, tanah sudah digunakan untuk

rumah, Petani sudah tidak kayak dulu hasil bumi semakin sedikit, umat lebih banyak

sebagai pegawai. Tetapi ungkapan syukur tetap dilakukan hanya dalam bentuk yang

disesuaikan karena apapun juga kita masih berada diatas alam ini, tapi sekarang

ajakanya adalah ayo jaga bumi maharahim.

Terus, Untuk Keterlibatan pihak muslim dalam acara sedekah bumi biasanya

terlibat dalam bagian apa ?

Dalam ungkapan syukur itu seringkali kita bersama umat lain menyatakan ungkapan

syukurnya dalam bentuk sedikit berbeda, bagaimana masyakarat kampung sawah

bersyukur bisa hidup rukun dan damai hidup dalam bumi maharahim, biasanya dalam

bentuk dialog. Dan membantu kami dalam mewujudkan nuansa betawi Kampung

Sawah dengan ikut ambil bagian “Ngaduk dodol”.

Nama : Pak Muhammad Ali (Lurah Jati Murni)

Hari dan Tanggal : 5 Juni 2018

Usia : 47 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Lurah

Bagaimana cara atau alat yang digunakan pemerintah dalam menjaga

kerukunan di Kampung Sawah ?

Kita pemerintah menjaga kerukunan selalu memberikan supporting terhadap

pelaksanan kegiatan ibadah misalnya pada saat hari raya umat kristiani baik itu

protestan ataupun katolik kita selalu memberikan supporting mengunjungi tempat

ibadah, memberikan dorongan semangat dan ucapan selamat untuk menjalankan

ibadah sesuai kepercayaanya masing -masing. Kita selalu memberikan pencarahan

melalui masjid-masjid untuk supporing meskipun berbeda agama.

Apa ada kegiataan masyarakat Kampung Sawah sejak dahulu hingga sekarang

dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama ?

Salah satu hari raya besar islam si umat kristani masih ada ikatan mengunjungi

kesaudaranya, begitu juga islam pada saat natalan dan tahun baru saling mengunjungi

mengucapkan dari dahulu hingga sekarang.

Apakah anda, mengetahui keberadaan Komunitas Suara Kampung Sawah ?

Saya tahu memang saya ikut didalamnya apa namanya mensupport kegiatan tersebut.

Komunitas suara kampung sawah itu salah satu media yang mengakat citra sosial

budaya orang kampung sawah dari berbagai latar etnik bukan hanya betawi bukan

hanya jawa semua nya diangkat salah satu media lokal sifatnya. Saya pikir juga

media lokal juga diperlukan paling tidak informasinya bisa sampai warga kita yang

ada khusus di kita kampung sawah.

Nama : Bang Marvianus (Ketua sanggar sasak djikin)

Hari dan Tanggal : Minggu, 29 juli 2018

Usia : 34 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : islam

Pekerjaan : wiraswasta

Kalau disini sedekah bumi proses acaranya, bagaimana ya pak ?

Diawali dengan dzikir, tahlil biasanya dengan mengirim doa al-fatihah buat ahli

kubur, biasanya abis kita ucap syukur berdoa bersama kalo misalnya mau makan

bersama baru ada kalo ada hiburan pementasan budaya, kalo nggk pun seperti kita

biasa kita adain paling ucap syukur karena doa karena bersyukur kita di sanggar

paling kemarin anak-anak pentas disanggar paling silat pementasan teater saja yang

ditampilkan, sebenarnya sama sih prosesnya aja gitu sih cuman yang membedakan

pelakunya aja.

Kalau disini memaknai sedekah bumi apa itu sih bang diadakan sedekah bumi ?

Pertama, mendirikan silaturahmi intinya silaturahmi, yang kedua itu kita jadi tahu

perjuangan nilai budaya bukan hanya saat ini ternyata kita dari jaman kerajaan pun

sudah melakukan ini, kalau saya hanya bagian dari hanya penerus.

Kalau disanggar sasak djikin sedekah bumi kapan ?

Dari dulu dari turun temurun, dulu upacara sedekah bumi oleh sasak djikin diadakan

sekitaran di jalan sasak djikin dan karena perubahan jaman tidak mungkin kita

mengadakan di jalan raya dapat menganggu pengguna jalan, jadi acara sedekah bumi

diselenggarakan di sanggar seni sasak djikin. Kegiatan sedekah bumi namanya dulu

babaritan dari jaman namanya bapak saya kecil, kakek saya kecil dan saya sebagai

penerus aja sih. Kalau disini faktor budaya mengikat kalo diputerin kampung sawah

kalo agama nggak bakal bisa menjadi pengeratnya, mangkanya dari kulturnya satu

dari budaya terus dari terah keturunan walaupun marganya berbeda karena

perkawinan silang jadi kuat kan nggk mungkin sodara sama sodara oh di amah

Kristen tapi dia mah abang kita kalo yang lain mah beda, kalo kita berbeda keimanan

tujuan satu kerukunan nya.

Nama : Bapak Slamet Suryadi (Ketua RW 02, Jati Murni)

Hari dan Tanggal : Jumat, 14 September 2018

Usia : 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : islam

Pekerjaan : wiraswasta

Bisa diceritakan, keterlibatan bapak dalam Kegiatan Suara Kampung Sawah ?

Kalau di SKS setiap kegiatan pasti ikut kadang-kadang ikut siaran radio waktu itu

programnya diskusi mingguan kadang-kadang temanya ganti-ganti kadang

infrastruktur iya Kearifan lokal iya kalo memang terkait sama SKS, kadang ikut bantu

bang dadang Goyang dangdut diudara, kadang di media SKS bikin video-video

pendek ikut main juga 5-6 video intinya semua kegiatan perekat persaudaraan aja.

Kampung sawah beda sama kampung lain bagaimana generasi penerus anak apa-apa

aja sih yang ada di kampung sawah.

Mau nanya pak, dalam kegiatan keagamaan ada perayaan sedekah bumi kan

ada yang dirayakan di Gereja Servas dan GKP, bisa diceritakan peran bapak

dalam keterlibatan Sedekah bumi gitu ?

Kalau sedekah bumi sifanya sih undangan, penyelenggaraan semua dari internal

gereja, kalau saya di undang saja ikut berpartisipasi misalkan sedekah bumi ada

ngaduk dodol ikut aja, makan bersama terus beberapa kali GKP saya ikut juga

berpartisipasi ada rangkaian pentasan pencak silat kita ngirim dari sasak djikin

sifanya ikut berpartisipasi saja.

Kalau hari raya lebaran, ngejotin orang muslim ngasih kenon muslim ?

Dan itu bukan rekayasa spontanitas karena kepedulian aja merasa terpanggil, ngejotin

masih ada, contoh ada 8 bersaudara kesaudara kita lebih tua selain saudara kita

tetangga non-muslim, kita mengantar hidangan masakan .

Nama : Bapak H. Sudirman (Dewan Pembina SKS)

Hari dan Tanggal : Sabtu, 8 September 2018

Usia : 66 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : islam

Pekerjaan : Pensiunan

Bisa diceritakan, bagaimana hal yang mendasari bapak terlibat di sks ?

Karena terbentuknya paguyuban kerukunan umat beragama, dari yakoma PGI

bagaimana disini membuat radio kita membidani dengan dan akhirnya terbentuk

Mau nanya, kalo diradio bapak pernah terlibat program diskusi mingguan ?

Lurah dengan camat lebih mengarah pemerintahan, pernah dengan pak ustad tentang

orang yang mendengarkan radio atau tv, saya lebih dialog dengan canda dengan

pantun dengan bahasa dialog kampung sawah asli misal ilokan.

Bagaimana keterlibatan dan peran sks dalam praktik keagamaan atau sebatas

media saja ada kegiatan agama lainya ?

Yang jelas SKS meneruskan saja, tahunan lebaran dan natal yang pertama petugas

parkir orang non-muslim, kalo saya dalamnya sini, semacam sudah terbentuk saja

Bagaimana keterlibatan dan peran bapak dalam sedekah bumi ?

Kalau diservas dan di gkp diundang sebagai tokoh dari salah satu agama tapi kalau

yang khusus ada gabungan itu kita ikut kepanitian, setiap sedekah bumi kita harus

menapilkan adat budaya dahulu bisa ditonton anak muda sekarang, dimasukin sebagai

penasehat kalau sudah ditulis dikepanitian mau tidak mau saya harus bergabung dan

terlibat yang umum.

Kalau tidak salah bapak pernah isi sambutan dalam acara sedekah bumi ?

Ya itu saya pernah beri sambutan menyampaikan tradisi bentuk rasa syukur seperti

budaya nya, kalau apel 17 agustus ikut inpestektur upacara di servas.

Nama : Daden Supriyatna (Tokoh Masyarakat Kampung Sawah)

Hari dan Tanggal : Kamis, 20 September 2018

Usia : 47 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Apakah abang melakukan praktik ngejotin pada saat lebaran ?

Kita anter-anterin apa lagi waktu saya masih kecil, kalau dulu saya dari orang tua

disuruh nganteri ke keluarga kita sendiri yang tua-tua, kalau itu tetap kita lakuin

sampai sekarang. Kalau masih seagama nih misalkan budaya kita yang muslim kita

masak daging bisa 10 kg lebih tentengan isi nasi ayam, daging sayur kentang yang

tua-tua dianterin ke yang tua. Suatu bukti warga kita saling menghormati. Kalau

memang yang lebih tua ya kita anterin gtu. Dari zaman orang tua, bahkan dari zaman

kakek saya tidak memandang di tua atau muda kalau yang tetangga dulu berbeda

agama dianter-anterin. Karena semakin padat itu berkurang. Kalau kaitan hubungan

darah masih tetap berlaku, di keluarga saya yang 12, kita 27 dikeluarga saya hampir

30 keluarga kalau misalkan kita ngasih ke agama yang lain yang dituain disini kita

anterin juga 30, saya nyiapi dodol segeleng kecil bahkan untuk toleransi itu kita

lakukan, sampai sejauh itu.