Tawuran antar pelajar di Perumpung Jakarta Timur

11
ANALISIS TERHADAP TAWURAN ANTAR PELAJAR Studi Kasus Tawuran Antar Pelajar Di Prumpung(Mu’iz Lidinillah) “Mereka memanahku bertubi-tubi sehingga panah itu hanya menembus panah” Pendahuluan Tiada hari tanpa konflik dan kekerasan. Inilah fenomena terkini yang sedang melanda negeri ini. Konflik dan kekerasan seolah sudah menjadi budaya laten dalam masyarakat kita. Sejak zaman kerajaan hingga sekarang, Indonesia tidak pernah luput dari berbagai konflik. Dalam kasus terkini, konflik yang disertai dengan kekerasan masih merebak. Kekerasan lewat aksi terorisme, bentrokan antarpendukung dalam pilkada, tawuran antarpelajar dan antarmahasiswa, tawuran antarkampung, serta pertikaian antarsuporter sepak bola. Berdasarkan berita yang ditayangkan di media cetak maupun elektronik, akhir- akhir ini semakin banyak terjadi kasus perkelahian pelajar di sebagian kota besar di Indonesia. Perkelahian di kalangan pelajar yang dikenal dengan “Tawuran Antar Pelajar” pada era sekarang ini di sebagian masyarakat tertentu bukanlah merupakan suatu pemandangan yang aneh. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi media cetak

Transcript of Tawuran antar pelajar di Perumpung Jakarta Timur

ANALISIS TERHADAP TAWURAN ANTAR PELAJAR

“Studi Kasus Tawuran Antar Pelajar Di Prumpung”

(Mu’iz Lidinillah)

“Mereka memanahku bertubi-tubi sehingga panah itu hanya menembuspanah”

Pendahuluan

Tiada hari tanpa konflikdan kekerasan. Inilahfenomena terkini yangsedang melanda negeri ini.Konflik dan kekerasanseolah sudah menjadi budayalaten dalam masyarakatkita. Sejak zaman kerajaanhingga sekarang, Indonesiatidak pernah luput dariberbagai konflik. Dalamkasus terkini, konflik yangdisertai dengan kekerasanmasih merebak. Kekerasanlewat aksi terorisme,bentrokan antarpendukungdalam pilkada, tawuranantarpelajar danantarmahasiswa, tawuran

antarkampung, sertapertikaian antarsuportersepak bola.

Berdasarkan berita yangditayangkan di media cetakmaupun elektronik, akhir-akhir ini semakin banyakterjadi kasus perkelahianpelajar di sebagian kotabesar di Indonesia.Perkelahian di kalanganpelajar yang dikenal dengan“Tawuran Antar Pelajar”pada era sekarang ini disebagian masyarakattertentu bukanlah merupakansuatu pemandangan yanganeh. Bukan hanya tawuranantar pelajar saja yangmenghiasi media cetak

tetapi tawuran antar warga,antar umat beragama, antaretnis, antar pihakkeamanan, dan antarmahasiswa. Sungguh ironisdisaat gencarnya semboyan“perdamaian itu indah’teteapi disisi lain adabeberapa kasus yangdiselesaikan dengan caratawuran.

Beberapa kota besar diIndonesia yang seringkaliterjadi tawuran. AdalahMedan, Jakarta, Bandung,dan Makassar. Jakartaadalah satu dari sekiankota besar di Indonesiayang menyumbang jumlahterbanyak terjadinyatawuran antar pelajar.Wilayah Jakarta yang seringdijadikan tempat favorituntuk tawuran antar pelajarbiasanya di Pasar Rebo,Pangkalan Jati, KebayoranLama, Blok M, Kramat Raya,Matraman, Rawa Mangun,Prumpung, Bulungan, danlain sebagainya. Tapi yangakan diungkapkan kali inihanyalah tawuran yangterjadi di Prumpung.

Aksi tawuran pelajar diPrumpung, Jakarta Timuryang terjadi pada tahun2000 hingga 2001 merupakansalah satu contoh darisekian banyaknya tawuranyang seringkali terjadi diJakarta. Prumpung dijadikantempat favorit bagi pelajarsekitar Prumpung untukmelakukan tawuran. Hal inidikarenakan letak geografisPrumpung yang berdekatandengan wilayah sekolah-sekolah sekitar Prumpung(Prumpung sebagai jalanpenghubung antar sekolah-sekolah tersebut). Bukanhanya jalanannya saja yangdijadikan tempat favoritmereka untuk tawuran,tetapi angkutan umum yangmelewati jalan Prumpungjuga dijadikan sebagaiobjek tawuran mereka.Banyak sekolah-sekolahsekitar Prumpung yangmelewati jalan Prumpung danjuga sebagai pelakutawuran. Sekolah tersebutdiantaranya Sekolah TeknikMenengah Negeri 3 (dikenaldengan sebutan Bonser),Sekolah Teknik Menengah

Negeri 2, Sekolah MenengahKejuruan Kemala Bhayangkari1 (dikenal dengan sebutanToeboen), dan SekolahMenengah Atas Boedi Moerni1. Jarak antar sekolah-sekolah tersebut tidakbegitu jauh sehinggaseringkali berpapasandimanapun.

Sebelum menganalisistentang tawuran antarpelajar di prumpung, akandijelaskan terlebih dulutentang paradigma dalamsosiologi. Mengutippendapat Ritzer (1992)paradigma adalah pandanganyang mendasar dari suatudisiplin ilmu tentang apayang menjadi pokokpersoalan yang semestinyadipelajarinya. Oleh Ritzer,paradigma tersebut dibagimenjadi tiga bagian besaryakni paradigma faktasosial, paradigma definisisosial dan paradigmaprilaku sosial. Oleh karenabegitu luasnya kajianparadigma dalam sosiologiini, kali ini ingindiungkapkan bagian terkecilyang ada dalam paradigma

fakta sosial yaitu berupakonflik.

Seperti diketahui, dalamparadigma fakta sosialterdapat empat variansteori yang sangat terkenaldalam rangka menganalisissebuah gagasan fenomenasosial. Ke-empat teori ituadalah Teori StrukturalFungsional, Teori Konflik,Teori Sistem dan TeoriSosiologi Makro (lihatRitzer, 1992). Kali inidibahas tentang TeoriKonflik dan sedikit teoriMerton tentang fungsi dandisfungsi, dimana keduateori ini akan dijadikanpisau analisa untuk kasustawuran yang terjadidikalangan pelajar. Teorikonflik ini sebenarnyadibangun dalam rangka untukmenentang secara langsungterhadap teorifungsionalisme struktural.Karenanya tidakmengherankan apabilaproposisi yang dikemukakanoleh penganutnyabertentangan denganproposisi yang terdapat

dalam teori fungsionalismestruktural.

Hakikat Konflik Menurut Beberapa ahli

Asumsi dasar teorikonflik adalah memandangbahwa realitas sosialsetiap masyarakat selaluberada dalam keadaankonflik yang tidakterelakan. Menurut parapenganut teori konflik,masyarakat senantiasadinamis. Dalam hal ini yangberbeda adalah penyebabkonflik, intensitasnya dandampak yangditimbulkannya.  Berikutini adalah penjelasankonflik menurut beberapaahli

Konflik menurut Ralf Dahrendorf

Danrendorf adalah tokohpewaris teori konflik Marxdan Weber.  Sosiolog iniberpandangan bahwamasyarakat mempunyai duawajah (konflik dankonsensus) sehingga teorisosiologi harus dibagimenjadi dua bagian, yakni

teori konflik dan teorikonsensus. Teori yangpertama harus mengujikonflik kepentingan danpenggunaan kekerasan yangmengikat masyarakat bersamadihadapan tekanan itu.Sedangkan teori yang keduaharus menguji nilaiintegrasi dalam masyarakat.Dengan kedua teori ini,maka Dahrendorf lebihdikenal dengan penggagasteori dialektikal(dialectical theory).

Beranjak dari duateori di atas, Dahrendorfberpendapat bahwa posisitertentu di dalam Teorisosial Dahrendorf berfokuspada kelompok kepentingankonflik yang berkenaandengan kepemimpinan,ideologi, dan komunikasi disamping tentu saja berusahamelakukan berbagai usahauntuk menstrukturkankonflik itu sendiri, mulaidari proses terjadinyahingga intensitasnya dankaitannya dengan kekerasan.Jadi bedanya denganfungsionalisme jelas, bahwa

ia tidak memandangmasyarakat sebagai sebuahhal yang tetap/statis,namun senantiasa berubaholeh terjadinya konflikdalam masyarakat. Dalammenelaah konflik antarakelas bawah dan kelas atasmisalnya, masyarakatmendelegasikan kekuasaandan otoritas terhadapposisi yang lain.  Faktakehidupan sosial inimengerahkan Dahrendorfkepada tesis sentralnyabahwa perbedaan distribusiotoritas ”selalu menjadifaktor yang menentukankonflik sosialsistematis”. (Ritzer, George &Goodman, Douglas J, Teori SosiologiModern, Kencana Prenada MediaGroup, Jakarta, 1997.)

Konflik menurut Lewis ACoser

Penulis buku The Functonsof Social Conflict ini, mengutipdan mengembangkan gagasanGeorge Simmel untukkemudian dikembangkanmenjadi penjelasan-

penjelasan tentang konflikyang menarik. Cosermengkritik dengan caramenghubungkan berbagaigagasan Simmel denganperkembangan fakta ataufenomena yang terjadi jauhketika Simmel masih hidup.Ia juga mengkritisi danmembandingkannya dengangagasan sosiolog-sosiologklasik. Menambahkan dengangagasan seperti dinyatakanahli psikologi sepertiSigmund Freud.

Hal yang menarik dariCoser adalah bahwa iasangat disiplin dalam satutema. Coser benar-benarconcern pada satu tema-temakonflik, baik konfliktingkat eksternal maupuninternal. Ia mampu menguraikonflik dari sisi luarmaupun sisi dalam. Jikadihubungkan denganpendekatan fungsionalisme,nampak ada upaya Coseruntuk mengintegrasikanfungionalisme dengankonflik. Menurut GeorgeRitzer dalam melakukankombinasi itu, baik teorifungsionalime maupun teori

konflik akan lebih kuatketimbang berdiri sendiri.

Selama lebih dari duapuluh tahun Lewis A. Cosertetap terikat pada modelsosiologi dengan tertumpukepada struktur sosial.Pada saat yang sama diamenunjukkan bahwa modeltersebut selalu mengabaikanstudi tentang konfliksosial. Berbeda denganbeberapa ahli sosiologiyang menegaskan eksistensidua perspektif yang berbeda(teori fungsionalis danteori konflik), Cosermengungkapkan komitmennyapada kemungkinan menyatukankedua pendekatan tersebut.Coser mengakui beberapasusunan strukturalmerupakan hasil persetujuandan konsensus, suatu prosesyang ditonjolkan oleh kaumfungsional struktural,tetapi dia juga menunjukpada proses lain yaitukonflik sosial. Akan tetapipara ahli sosiologikontemporer sering melihatkonflik sebagai penyakitbagi kelompok sosial. Cosermemilih untuk menunjukkan

berbagai sumbangan konflikyang secara potensialpositif yaitu membentukserta mempertahankanstruktur suatu kelompoktertentu.

Seperti halnya Simmel,Coser tidak mencobamenghasilkan teorimenyeluruh yang mencakupseluruh fenomena sosial.Karena ia yakin bahwasetiap usaha untukmenghasilkan suatu teorisosial menyeluruh yangmencakup seluruh fenomenasosial adalah premature.Memang Simmel tidak pernahmenghasilkan risalahsebesar Emile Durkheim, MaxWeber atau Karl Marx.Namun, Simmelmempertahankan pendapatnyabahwa sosiologi bekerjauntuk menyempurnakan danmengembangkan bentuk-bentuk atau konsep- konsepsosiologi dimana isi duniaempiris dapat ditempatkan.

Konflik menurut Dom HelderCamara

Spiral kekerasan dariDom Helder Camara ini bisadikatakan sebagai buah karyateoritis tentang kekerasanyang sangat berharga. TeoriSpiral kekerasan Dom HelderCamara bersifat induktif-deduktif, diangkat dariobservasi dan pengalamanlangsung dilapangan, sehinggalebih lugas dan mudahdipahami.

Teori Spiral Kekerasanini dapat dijelaskan daribekerjanya tiga bentukkekerasan bersifat personal,institusional, danstruktural, yaituketidakadilan, kekerasanpemberontakan sipil, danrepresi Negara. Ketiganyasaling berkait satu samalain, kemunculan kekerasansatu disusul dan menyebabkankemunculan kekerasan lainya.Dom Helder Camara menyadarisepenuhnya bahwa kekerasanmerupakan realitasmultidimensi, tidak bisadipisahkan keterkaitanyaantara kekerasan yang satudengan kekerasan lainya.

Dari ketiga bentuk kekerasan itu yang paling mendasar dan menjadi sumberutama adalah ketidak adilan. Karena sifatnya yang menjadi sumber dari kekerasan lainya. Dom Helder Camara menyebut kekerasan jenis ini dengan kekerasan no 1. Dom Helder Camara melihat kekerasan no. 1 sebagai gejala yang menimpa baik perseorangan, kelompok, maupun Negara, yang diakibatkan oleh bekerja-nya ketidakadilan sosial dan ke-timpangan ekonomi internasional.

Ketidakadilan itu terjadi sebagai akibat dariupaya elompok elit nasionalmempertahanan kepentingan mereka sehingga terpeliharasebuah struktur yang mendorong terbentuknya kondisi “sub-human”, yaitu kondisi hidup dibawah standar layar untuk hidup sebagai manusia normal.

Konflik dan kekerasanadalah deprivasikepentingan dan penistaanterhadap kebutuhan dasar

atau kehidupan manusiadalam bentuk kekerasankultural, struktural, dankekerasan langsung.

Kekerasan kulturaladalah unsur-unsur budayayang menjadi wilayahsimbolis eksistensi manusiayang menjustifikasi danmelegitimasi kekerasanstruktural dan langsung.Kekerasan strukturalmerupakan kekerasanberstruktur atau terkaitdengan struktur tertentu.Kekerasan langsung adalahkekerasan secara langsungterhadap fisik manusia dansejenisnya.

Dalam tiga kekerasanitu, nalar kekerasanmenjadi dasar yangmenjadikan kekerasandianggap sebagai sesuatuyang biasa atau dapatditoleransi dan sahdilakukan. Sebagaidampaknya, terjadi spiralkekerasan. Spiral kekerasanpada awalnya berujung padaketidakadilan danpenindasan. Ketidakadilandi sini dalam pengertian

yang luas, dari kebijakansosial, politik, ekonomiyang timpang hingga hukumyang tebang pilih. Demikianpula pengertian penindasanyang dalam realitasnyasering atau selaluberselingkuh denganketidakadilan dalamkebijakan, tindakan, dansebagainya.

Memang, ketidakadilandan penindasan sebagaikekerasan struktural tidakselalu menjadi pemicu.Dalam realitasnya,kekerasan lebih merupakanlingkaran setan yang sulitdilacak ujung pangkalnya.

Menyikapi kekerasan struktural itu, masyarakat pada awalnya diam karena tidak berdaya. Namun, emosimereka tentu tidak pernah mati. Kekerasan yang bertubi-tubi membuat merekaibarat timbunan jerami kering yang mudah tersulut api. Dalam kondisi yang benar-benar tidak berdaya, akhirnya mereka secara reflektif melakukan perlawanan.

Kekerasan struktural juga dapat berimbas pada terjadinya konflik horizontal. Umumnya disebabkan karena penerapankebijakan yang tidak adil, segregatif, yang memicu jurang perbedaan yang luas di antara golongan masyarakat.

Analisis Terhadap TawuranAntar Pelajar

Dari peristiwa tersebutsaya memasukkan beberapateori dari berbagai tokoh,diantaranya Rafl Dahrendorfyang mengungkapkan adanyakelompok semu dan kelompokkepentingan dari setiapadanya konflik. Kelompokini mempunyai otoritas dankepentingan tersediri.Dalam kasus tawuran yangterjadi di Prumpungterbukti bahwa ada salahsatu siswa sekolah lainyang diuntungkan dalamperistiwa tawuran tersebut.Keuntungan yang didapatkandari tawuran tersebutberupa ketenaran atau bisadibilang ditakuti olehsiswa-siswa sekolah lain.

Selanjutnya sayamemasukkan ungkapan Lewis ACoser yang mengungkapkanbahwa Konflik dengankelompok lain dapatmemperkuat kembaliidentitas kelompok danmelindunginya agar tidaklebur ke dalam dunia sosialsekelilingnya. Ini jugamenjadi acuan dariperistiwa tawuran yangmelanggengkan kelompokdengan cara tawuran. Dalamkasus tawuran pelajar bilaberangkat dari pendapatLewis A Coser tersebut,tawuran antar pelajar yangsering terjadi di Prumpungmerupakan tawuran untukmempertahankan diri danmempertahankan identitassekolah. Karena mereka yangberkonflik itu apabilamemenangkan tawuran, adalahhal yang membanggakan.

Berlanjut ke DomHelder Camara tentangpendapatnya bahwa kekerasanmerupakan realitasmultidimensi, tidak bisadipisahkan keterkaitanyaantara kekerasan yang satudengan kekerasan lainya,

tawuran antar pelajarterjadi berawal darikonflik individu yangterjadi dari kedua sekolahyang terlibat aksi tawurantersebut. Misalnya merekamemperebutkan wanita ataumereka berdua mempunyaimasalah yang tidak adakaitanya dengan sekolahmereka. Lalu yang terjadikonflik itu semakin panjanghingga melibatkan teman-teman sepermainanya. Dariteman-teman sepermainanitu, konflik pun berlanjutke sekolah. Dari situlahnanti akan muncul tawuranantar pelajar sekolah.

Bila disamakan denganpikiran Dom Helder Camara,kekerasan individu itudisebut kekerasan no.1,lalu berlanjut ke temansepermainan itu merupakankekerasan no.2, dan tawuranantar pelajar merupakankekerasan no.3. Inilah yangdisebut oleh Dom HelderCamara sebagai 3 lingkaransetan. Kekerasan no. 1mengikuti kekerasan no.2,kekerasan no.2 mengikuti

kekerasan no.3, dankekerasan no 3 mengikutikekerasan no.1.

Juga tidak lupamemasukkan teori Mertonmengenai sisi fungsi dandisfungsi dari setiaplembaga. Terlihat bahwasekolah memang mempunyaibanyak fungsi untukmasyarakat, tetapi jugaterdapat sisi disfungsidari sekolah denganterjadinya peristiwatawuran pelajar tersebut.memang ini menjadi fungsiyang tidak diinginkan darisekolah namun inilahkonsekuensi dari lembagasosial yang tidak dapatdiprediksi selalumenimbulkan fungsi positifdan negatif.

Bila digabungkan semuaanalisis diatas dapat kitaberi kesimpulan bahwatawuran pelajar yangterjadi di Prumpungmerupakan konflik yangbermula dari perseorangan,berlanjut ke kelompokkecil, lalu berlanjut kekelompok yang lebih besar,

dan dapat kita ketahuisebenarnya kedua belahpihak itu memilikikepentingan masing-masing.

Kesimpulan

Konflik dan kekerasantidak mustahil mampumembawa bangsa ini ke tarafyang sangat berbahaya.Apalagi jika kekerasandianggap sebagai solusidari permasalahan. Sungguhsangat disayangkan, bilakemudian hukum rimbadijadikan alasan untukmenyelesaikan masalah.Artinya, yang melaksanakanhukum itu adalah kekuatan,bukan hukum itu sendiri.

Kita sadar, ancaman konflik dan kekerasan di Indonesia dapat datang setiap saat dengan pola danmodus yang bermacam-macam. Oleh karena itu, diperlukanstrategi resolusi konflik yang jitu, teruji, dan dapat dipertanggungjawabkanbersama-sama.

Daftar Pustaka

Ritzer, George & Goodman, Douglas J.1997. Teori Sosiologi Modern, KencanaPrenada Media Group, Jakarta.

Segara, Bambu. 2001. Telaah KritisAnalisis “Fungsi” Dari Robert K. Merton.

Susilo, Rachmad K. D. 2008. Dua PuluhTokoh Sosiologi Modern. Yogyakarta:Ar-ruz Media

Trijono, Lambang. 2000. SpiralKekerasan. Yogyakarta: Insist Pressbekerjasama dengan Pustaka Pelajar

Poloma. Margaret M. SosiologiKontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.