Post on 20-Jan-2023
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kunjungan
Kebijakan publik (public policy) merupakan bagian
kewenangan yang dimiliki negara untuk mengatur warganya
dalam mencapai tujuan negara. Salah satu tujuan negara di
bidang pendidikan yang termaktub dalam konstitusi Indonesia
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, selain upaya
menciptakan keadilan dan kesejahteraan yang merata. Posisi
kebijakan publik menjadi sangat penting disebabkan beberapa
alasan, pertama, dengan kebijakan ini, negara (baca:
pemerintah) dapat mengikat semua elemen masyarakat untuk
berjalan sesuai dengan aturan main (the rule of the game) yang
dibuat oleh pemerintah tanpa diskriminasi. Kedua, negara
secara resmi (official) mengambil satu pilihan dari sekian
banyak pilihan yang lain untuk tujan yang diinginkan.
Pilihan resmi yang diambil ini memastikan upaya yang
seragam untuk mencapai satu tujuan. Ketiga, kebijakan
publik digunakan sebagai sikap politik negara dalam
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
merespon berbagai macam masukan, dinamika yang terjadi di
masyarakat.
Pelaku dalam kebijakan publik, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hough (1984) adalah pelaku-pelaku resmi
(official actors) yang tercakup di dalamnya adalah: kepala
negara, para menteri, dan seluruh organ eksekutif. Selain
itu, organ eksekutif dan yudikatif pun menjadi pelaku resmi
dalam menghasilkan kebijakan. Undang-undang yang
dikeluarkan di negara ini seja
tinya diinisiasi oleh eksekutif dan legislatif. Kedua ranah
ini memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang, dan
legislatif mensahkan undang-undang atas persetujuan
eksekutif, dan juga sebaliknya. Perundang-undangan
turunannya pun dapat dikeluarkan oleh eksekutif guna
mengoperasionalkan undang-undang yang dibuat.
Pelaku tidak resmi (non-official actors) dapat berfungsi
untuk membuat berbagai isu yang nantinya direspons oleh
pemerintah dan DPR dalam bentuk peraturan atau perundang-
undangan. Keberadaan pelaku tidak resmi ini difungsikan
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
sebagai bagian dari saling mengontrol (check and balance)
antara lembaga negara yang diwakili oleh eksekutif dan
legislatif dan masyarakat yang bisa diwakili oleh Non
Governmental Organization (NGO). Dalam kebijakan demokrasi, check
and balance ini menjadi sesuatu yang penting, mengingat
secara filosofis, tidak boleh ada satu lembaga negara yang
berjalan tanpa adanya pengawasan. Oleh karenanya, hubungan
antara pemerintah, legislatif, yudikatif dan masyarakat
menjadi bagian yang saling mengontrol.
Dalam konteks kebijakan publik, adalah penting untuk
mengetahui bagaimana sebuah proses hukum itu digodok bagi
para mahasiswa program S-3 Ilmu Pendidikan, agar kajian
teoritis dan ilmiah yang dilakukan di dalam kelas menjadi
lebih bernilai dan tidak kehilangan ruh kekinian dan
kontekstual. Atas dasar itulah maka, dengan bimbingan
langsung Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd, mahasiswa
S-3 Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara mengadakan
kunjungan dan audiensi kepada Ketua DPR RI periode 2009-
2014, Dr. Marzuki Alie pada hari Rabu, 26 Februari 2014
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3
Dari hasil kunjungan ini, didapat berbagai macam pengayaan
pengetahuan dari pelaku pembuat kebijakan publik di bidang
pendidikan.
1.2 Tujuan Kunjungan
Sebagai bagian dari perkuliahan dan kegiatan akademik,
kunjungan ke DPR RI ini memiliki tujuan umum dan tujuan
khusus bagi mahasiswa, yaitu sebagai berikut.
A. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui bagaimana sebuah kebijakan publik
dibuat.
2. Untuk mengetahui berbagai landasan, kepentingan dan
alasan yang melandasi sebuah kebijakan.
B. Tujuan Khusus
1. Sebagai bagian agenda perkuliahan mata kuliah
Kebijakan Publik dan Kinerja Birokrasi Pendidikan
dalam Kompleksitas Perkembangan.
2. Sebagai sarana berkomunikasi dan mengeluarkan gagasan
hasil kajian di mata kuliah Kebijakan Publik dan
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 4
Kinerja Birokrasi Pendidikan dalam Kompleksitas
Perkembangan.
3. Sebagai sarana memperkenalkan institusi Universitas
Islam Nusantara, khususnya program Pascasarjana Ilmu
Pendidikan
1.3 Manfaat Kunjungan
Kunjungan ke DPR RI ini memiliki manfaat yang besar baik
bagi mahasiswa dan juga bagi program studi Ilmu Pendidikan
Uninus. Manfaatnya adalah sebagai berikut.
A. Bagi Mahasiswa
1. mendapatkan pengayaan informasi dari salah satu
pembuat kebijakan publik.
2. mendapatkan berbagai macam informasi aktual dan isu-
isu kekinian yang terkait dengan informasi politik
serta pembuatan kebijakan.
3. mendapatkan gambaran praktis pertimbangan-
pertimbangan saat kebijakan publik dibuat.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 5
B. Bagi Prodi Ilmu Pendidikan Uninus
1. mendapatkan pengayaan informasi seputar kebijakan-
kebijakan negara di bidang pendidikan, khususnya
pendidikan tinggi.
2. pemutakhiran kajian dan teori kebijakan publik
dilihat dari sisi praktis.
1.4 Pelaksanaan Kunjungan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Februari
2014, dari mulai pukul 16.00 hingga 18.00 WIB bertempat di
ruangan ketua DPR RI, gedung Nusantara II, DPR RI, jalan
Senayan, Jakarta Pusat. Peserta kunjungan terdiri atas 30
mahasiswa program Doktor (S-3) Ilmu Pendidikan, dibimbing
oleh Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd. Peserta
berangkat dari kampus sekitar pukul 10.00 Wib, tiba di
gedung DPR RI, Senayan Jakarta Pusat, pukul 13.00,
dilanjutkan dengan pengurusan administrasi dan kelengkapan.
Setelah itu, peserta menunggu kedatangan Ketua DPR RI, Dr.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 6
Marzuki Alie, yang sedang memimpin rapat mengenai
permasalahan agraria. Tepat pukul 16.30, beliau menerima
peserta. Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd, memberikan
pengantar seputar latar belakang kunjungan dan tujuan
kunjungan ini, setelah itu, ketua DPR memberikan sedikit
kuliah singkat dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab.
Sebanyak 3 (tiga) pertanyaan disampaikan oleh perwakilan
mahasiswa, yang beberapa diantaranya menanyakan mengenai
kebijakan pendidikan dalam era otonomi daerah dan
pengambilalihan pendidikan oleh kementerian riset dan
teknologi. Setelah ketua DPR memberikan jawaban secara
lengkap dan panjang lebar, kegiatan berikutnya adalah foto
bersama dan kembali ke kampus. Peserta tiba kembali di
kampus Uninus sekitar pukul 23.30 WIB dengan selamat.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 7
BAB II. GAMBARAN UMUM LEMBAGA
2.1. Profil
Perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 20 ayat (1)
dimaksudkan untuk memperkuat DPR RI sebagai Lembaga
Legislatif yang memiliki kekuasaan membentuk undang-undang.
Selain itu, UUD RI Tahun 1945 juga memberikan hak kepada
Anggota DPR RI untuk mengajukan Usul Rancangan Undang-
Undang (RUU). Pergeseran kekuasaan membentuk undang-undang
dari Presiden kepada DPR RI merupakan langkah
konstitusional untuk memposisikan fungsi lembaga negara
secara tepat sesuai bidang tugas masing-masing, yakni DPR
RI sebagai lembaga pembentuk undang-undang (kekuasaan
legislatif) dan Presiden sebagai pelaksana undang-undang
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 8
(kekuasaan eksekutif). Pergeseran kekuasaan untuk membentuk
undang-undang tersebut pada hakekatnya merepresentasikan
perubahan pendekatan pembagian kekuasaan (distribution of power)
dengan prinsip supremasi menjadi pemisahan kekuasaan
(separation of power) dengan prinsip saling mengawasi dan
mengimbangi sebagai ciri khas yang melekat.
Sesuai dengan amanat UUD RI Tahun 1945 Pasal 20A ayat
(1), DPR RI memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Dalam menjalankan fungsinya, DPR RI memiliki
hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Disamping itu, setiap Anggota DPR RI mempunyai hak
mengajukan Rancangan Undang-undang, hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat serta hak-hak lainnya
yang diatur oleh UU.
Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR RI sebagai
lembaga legislatif yang menjalankan kekuasaan membentuk UU.
Fungsi anggaran mempertegas kedudukan DPR RI untuk
membahas, termasuk mengubah RAPBN dan menetapkan APBN yang
ditujukan bagi kesejahteraan rakyat. Kedudukan DPR RI dalam
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 9
hal penetapan APBN menjadi sentral, oleh karena apabila DPR
RI tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden,
Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu. Sedangkan
fungsi pengawasan adalah fungsi DPR RI dalam melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang, pelaksanaan
anggaran dan pelaksanaan kebijakan pemerintahan dan
pembangunan oleh Pemerintah. Penegasan fungsi dan hak DPR
RI serta hak Anggota dalam UUD RI Tahun 1945 sangat
mendukung pelaksanaan tugas DPR RI sesuai harapan dan
tuntutan rakyat.
A. Latar Belakang Pendidikan
Dari seluruh Anggota Dewan, 265 orang atau 47,7%
diantaranya berpendidikan S1, 194 orang atau 35,0%
berpendidikan S2, dan berpendidikan S3 sebanyak 43 orang
atau 7,7%. Dengan demikian, komposisi tingkat pendidikan
Anggota Dewan periode 2009-2014 memiliki kualifikasi yang
lebih baik dibanding periode sebelumnya. Untuk tingkatan
pendidikan lainnya, yaitu lulusan SMA dan sederajat
sebanyak 33 orang atau 5,9% dan lulusan diploma sebanyak 13
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
orang atau 2,3%. Terdapat 7 orang Anggota Dewan yang tidak
menyebutkan pendidikan terakhir yang ditempuh. Secara garis
besar, Anggota Dewan berpendidikan S1 dan lebih tinggi
mendominasi komposisi menurut tingkat pendidikan.
B. Representasi Perempuan
Pada periode DPR RI 2009-2014 terdapat 98 orang
perempuan menjadi Anggota Dewan atau sekitar 17,7% dari
jumlah Anggota Dewan. Jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya, di mana representasi perempuan masa itu hanya
11%, maka pada periode ini terjadi peningkatan partisipasi
perempuan di DPR RI. Hal tersebut dapat mengindikasikan
bahwasanya permasalahan kaum perempuan akan lebih
memperoleh perhatian. Namun jika dibandingkan dengan
proporsi penduduk Indonesia secara umum, maka representasi
perempuan pada lembaga perwakilan perlu ditingkatkan.
C. Domisili
Hampir separuh, yaitu 47,2% atau 262 orang Anggota
Dewan bertempat tinggal di Jakarta dan 116 orang atau 20,9%
bertempat tinggal wilayah Jawa Barat. Jika digabungkan,
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
maka lebih dari 2/3 Anggota Dewan berasal dari Jakarta dan
Jawa Barat. Jika didasarkan tempat tinggal di wilayah
provinsi, maka 81,46% Anggota Dewan bertempat tinggal di
Pulau Jawa. Walaupun gambaran tersebut belum
mempertimbangkan tempat tinggal Anggota Dewan yang pada
periode sebelumnya telah menjabat sebagai Anggota DPR RI,
namun dapat mengindikasikan bahwasanya representasi Anggota
Dewan belum proporsional terhadap distribusi penduduk
Indonesia. Jika dibandingkan distribusi penduduk di
Indonesia, maka konsentrasi penduduk di Pulau Jawa tercatat
sekitar 55% dari penduduk Nasional. Oleh karenanya,
representasi berdasarkan tempat asal perlu lebih merata
untuk dapat menyerap aspirasi dari seluruh daerah di
Indonesia.
D. Pekerjaan Awal
Menurut data KPU, Anggota Dewan pada periode ini yang
berasal dari DPR RI periode sebelumnya adalah sekitar 165
orang atau 29,7%. Artinya, sekitar 70% Anggota Dewan
periode 2009-2014 adalah anggota baru. Diantara anggota
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
baru tersebut, 183 atau 33% menyatakan pekerjaan awalnya
sebagai pegawai swasta, 13% adalah wirausahawan, dan 8%
merupakan PNS. Kelompok lain sebanyak 52 orang berprofesi
sebagai dokter, pimpinan pesantren, dan profesi lainnya.
E. Usia
Profil Anggota DPR RI dari komposisi kelompok umur sebagian
besar atau 41% berusia 41-50 tahun. Jika diasumsikan bahwa
Anggota Dewan menjalani karir politiknya sejak bergelar
sarjana, maka sebagian besar merupakan politisi kelompok
usia menengah. Sedang 38% Anggota lainnya berusia lebih
dari 50 tahun. Dengan demikian Anggota DPR RI didominasi
oleh politisi usia menengah dan dewasa.
F. Unsur Pendukung
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR RI
dibentuk Sekretariat Jenderal yang ditetapkan melalui
Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2005 tentang Sekretariat
Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
Sekretariat Jenderal DPR RI adalah aparatur pemerintah yang
tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Pimpinan DPR RI. Tugas Sekretariat Jenderal
DPR RI adalah menyelenggarakan dukungan teknis,
administratif dan keahlian kepada Dewan. Dukungan keahlian
Sekretariat Jenderal DPR RI disesuaikan dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas DPR RI di bidang legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Selama ini dukungan tersebut tercermin dari
kegiatan yang dilaksanakan kedeputian sesuai tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Dukungan keahlian
dioptimalkan melalui berbagai jenis data dan informasi
pendukung sebagai bahan masukan dalam rapat-rapat AKD,
kegiatan pengiriman tim kunjungan kerja DPR dan Anggota,
pengiriman delegasi ke berbagai forum internasional,
penerimaan dan penyaluran delegasi masyarakat, penanganan
surat-surat pengaduan, serta pendampingan dalam pembahasan
RUU dan kegiatan DPR lainnya, penyediaan bentuk bantuan
keahlian lainnya, dan penyediaan prasarana dan sarana untuk
menunjang pelaksanaan fungsi Dewan.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
Pada periode 2004-2009 Sekretariat Jenderal DPR RI
berupaya meningkatkan dukungan kepada pelaksanaan 3 (tiga)
fungsi Dewan; dalam pembahasan seluruh RUU dan membentuk
sistem unit pendukung yang secara khusus melakukan kegiatan
di bidang penyusunan RUU Usul Inisiatif DPR dengan
mengembangkan jabatan fungsional perancang UU. Dukungan
keahlian tersebut berupa penyusunan draft RUU dan naskah
akademik hingga uji material UU (judicial review) pada
persidangan MK. Sekretariat Jenderal DPR RI juga mengadakan
seminar, penelitian dan pengkajian, kunjungan ke daerah,
dan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi/universitas
dalam rangka penyusunan draft RUU dan naskah akademiknya.
Dalam proses pembahasan RUU, Sekretariat Jenderal DPR RI
memberikan dukungan fasilitas seluruh kegiatan DPR antara
lain: persiapan rapat, penyiapan data dan informasi,
penyusunan konsep kesimpulan dan notulensi rapat,
penggandaan dan distribusi hasil-hasil rapat, dan
sosialisasi RUU yang akan dibahas.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
Untuk memfasilitasi kegiatan Dewan di bidang anggaran,
Sekretariat Jenderal DPR RI memberikan dukungan teknis,
administratif dan keahlian kepada DPR RI, termasuk
koordinasi antar-unit kerja Sekretariat Jenderal DPR RI,
Sekretariat BURT, Sekretariat BANGGAR, dan instansi-
instansi pasangan kerja komisi-komisi terkait. Dukungan
juga dilakukan melalui kegiatan penelitian, pengkajian dan
analisis, pengumpulan data dan informasi bagi pembahasan
APBN, kegiatan pemantauan penggunaan dana perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah, serta pengumpulan data
dan informasi dalam bentuk database BUMN dan perkembangan
APBN. Pada periode 2010-2014, Sekretariat Jenderal DPR RI
juga merintis pembentukan jabatan fungsional analis
anggaran , menyusun prosedur kerja koordinasi dengan unit
kerja lain atau Komisi terkait dalam rapat-rapat pembahasan
APBN.
Di bidang pengawasan, Sekretariat Jenderal DPR RI
mendukung pelaksanaan tugas DPR RI melalui raker, RDP, RDPU
dan berbagai pertemuan konsultasi. Di samping itu,
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
Sekretariat Jenderal DPR RI juga membantu kegiatan DPR RI
dalam kunjungan lapangan dan kunjungan kerja ke berbagai
provinsi serta menyusun laporan yang akan dibahas dengan
Kementerian atau instansi terkait. Terkait peningkatan
kualitas pelayanan kepada DPR RI, Sekretariat Jenderal
berpartisipasi aktif dalam forum yang mewadahi para pejabat
Sekretariat Jenderal di tingkat regional dan internasional,
yaitu Association of Secretary
Jumlah PegawaiSekretariat
Jenderal DPR RINo.
Status Kepegawaian Jumlah (Orang)
1. Pegawai Negeri Sipil (termasuk 96 CPNS)
1443
2. Honorer Perumahan 523. Honorer Gedung dan
Tamu (Dungtam) 20
4. Honorer Pengamanan dan Pengendalian (Pamdal)
53
5. Tenaga Kontrak (outsource)
300
Jumlah 1868
Jumlah TenagaFungsionalSekretariat
Jenderal DPR RINo.
Penugasan Jumlah (Orang)
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
1. Medis dan Paramedis 332. Arsiparis 193. Pustakawan 74. Pranata Komputer 185. Peneliti 816. Calon Perancang RUU 27
Jumlah 185
Jumlah TenagaAhli DPR RI
Periode 2009-2014 No.
Penugasan Jumlah (Orang)
1. Tenaga Ahli Anggota 5602. Tenaga Ahli AK Dewana. Komisi 60b. Badan 45c. Pimpinan 183. Fraksi 76
Jumlah 759
2.2. Visi dan Misi
Sesuai dengan kedudukan Rencana Strategis sebagai
pedoman antara untuk mengarahkan pencapaian tujuan jangka
panjang pelaksanaan tugas konstitusional Dewan Perwakilan
Rakyat RI, maka Rencana Strategis memuat Visi1 dan Misi2
jangka panjang sebagai landasan dalam menyiapkan arah
kebijakan 5 (lima) tahun ke depan. Visi DPR RI yang menjadi
acuan dalam penyusunan Rencana Strategis 2010 – 2014
adalah:
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
Terwujudnya DPR RI sebagai Lembaga Perwakilan yang kredibel dalam
mengemban tanggung jawab mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur
Lembaga Perwakilan yang kredibel, merupakan nilai dasar dalam
pelaksanaan tanggungjawab perwakilan rakyat yang efektif,
akuntabel, transparan, aspiratif, responsif dan akomodatif.
Masyarakat adil dan makmur, merupakan tujuan ideal
pembangunan masyarakat madani yang berkualitas, sejahtera
lahir dan batin, dan demokratis dalam karsa dan karya
pembangunan Republik Indonesia.
Misi DPR RI pada hakekatnya merupakan upaya penjabaran Visi
DPR RI agar lebih fokus dan terarah dengan mempertimbangkan
kondisi dan perkembangan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, tanggungjawab pokok, dan kelembagaan DPR RI yang
berlangsung selama ini.
Misi DPR RI merupakan landasan perumusan strategi,
kebijakan, dan program kelembagaan DPR RI, terutama dalam
kerangka sistem perencanaan jangka panjang, jangka menengah
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1
yang diwakili Rencana Strategis, dan rencana kerja tahunan.
Oleh karena itu, penetapan Misi DPR RI menjadi penting
untuk mengarahkan kegiatan selama lima tahun ke depan,
penetapan prioritas, dan menjaga keberlanjutan kegiatan DPR
RI.
Prinsip yang dianut dalam perumusan Misi DPR RI 2010 –
2014 adalah :
1) Visi DPR RI menjadi basis untuk perumusan Misi DPR RI
dan perumusan strategi dan kebijakan, program, dan
indikator kinerja program DPR RI.
2) Misi DPR RI mengacu kepada tuntutan kinerja pelaksanaan
tugas-tugas pokok
lembaga perwakilan.
3) Misi DPR RI mengakomodasikan potensi dan kendala secara
substantif yang
dihadapi lembaga perwakilan.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka Misi DPR RI
dirumuskan menjadi :
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
1. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi legislasi yang efisien
dan efektif.
2. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran negara
yang akuntabel dan transparan.
3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang
transparan dan efektif.
4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif, responsif dan
akomodatif
dengan pemaknaan sebagai berikut :
1. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi legislasi yang
efisien dan efektif, yakni membangun dan memperkuat
tata kelola dalam pembentukan Undang-Undang melalui
pola dukungan yang profesional, cermat dan akurat.
2. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran negara
yang akuntabel dan transparan, yakni meningkatkan
akuntabilitas dan ketepatan alokasi anggaran negara
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang
transparan dan efektif, yakni membangun keterbukaan
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
dan akses bagi masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan
Undang-Undang, pemerintahan, penggunaan anggaran
pembangunan, dan kebijakan Pemerintah.
4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif,
responsif dan akomodatif, yakni membangun lembaga
perwakilan yang kuat dalam memperjuangkan aspirasi
masyarakat dan meningkatkan akses dalam penyerapan
aspirasi masyarakat melalui pola dukungan keahlian
serta prasarana dan sarana komunikasi yang lengkap,
akurat, dan menjangkau masyarakat.
2.3. Struktur Organisasi DPR Menurut UUD 1945 dan Sekretariat
Jenderal
Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen telah mengamanatkan
susunan struktur lembaga negara, dengan menambahkan lembaga
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK) dan
Komisi Yudisial (KY), sebagaimana yang terlihat dalam gambar 2.1
berikut:
Sebagaimana yang nampak dalam gambar di atas, dapat terlihat
bahwa posisi DPR sejajar dengan lembaga kepresidenan, BPK, MPR,
DPD, MA, MK dan KY. Di dalam tubuh DPR sendiri terdapat fraksi-
fraksi dan komisi-komisi. Untuk menunjang kinerja DPR, maka
disediakanlah sekretariat jenderal yang dipimpin oleh pejabat
esalon I (sekretaris jenderal) bersama wakil, sebagaimana gambar
2.2 berikut ini.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
Sekretariat jenderal berfungsi untuk mendukung kinerja
anggota dewan. Sekretaris jenderal membawahi 9 biro dengan
tugas pokok dan fungsinya. Sumber daya manusia dalam
secretariat jenderal ini terdiri atas pegawai negeri sipil,
honor dan tenaga alih daya (outsourcing).
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
BAB III. HASIL KUNJUNGAN
Beberapa topik yang dibahas dalam pertemuan dengan Ketua
DPR RI, Dr. Marzuki Alie adalah sebagai berikut. Pertama,
isu mengenai pengelolaan otonomi daerah yang penuh dengan
kesemrawutan. Dalam hal ini, Marzuki Alie menyatakan bahwa
otonomi daerah di Indonesia merupakan kebijakan yang hanya
ada di Indonesia, tidak ada contohnya di negara lain. Oleh
karenanya, adalah wajar apabila disebut sebagai otonomi
daerah setengah hati. Kebijakan otonomi daerah di bidang
pendidikan terlihat menjauh dari cita-cita awal semangat
otonomi daerah sendiri. Disparitas kualitas pendidikan yang
teramat tajam diantara setiap daerah, mengakibatkan
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
pemerintah pusat tidak hanya memberikan standar-standar
minimal yang harus dicapai oleh satuan pendidikan, namun
juga sudah memberikan kebijakan yang praktis, padahal
kebijakan praktis dan operasional itu merupakan domain
kewenangan daerah.
Tidak hanya itu, kepala daerah yang dipilih oleh
rakyat, memainkan kekuasaan politisnya untuk menarik
pegawai negeri sipil (PNS) dan para guru untuk berkompetisi
secara politik. Wajar yang terjadi apabila PNS yang dekat
dengan sumbu kekuasaan akan cepat naik pangkat, maka
sebaliknya, bila PNS tidak ikut serta berkompetisi secara
politis, maka meski ia memiliki kemampuan yang unggul, ia
tidak akan menduduki tempat sesuai kemampuannya. Contoh
yang sangat jelas adalah fenomena ujian nasional (UN). Saat
nilai UN diklaim sebagai ukuran kesuksesan pembangunan,
maka kepala daerah akan menekan kepala dinas, kepala
sekolah dan guru. Ujung-ujungnya, disetiap level birokrasi
terjadi apa yang disebut sebagai “tujuan menghalalkan
segala cara” (The end justifies a mean). Tidak hanya itu,
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
persebaran guru pun menjadi masalah tersendiri. Dalam
hitungan pusat, rasio guru dan siswa sudah ideal. Namun di
lapangan, daerah masih kekurangan guru. Ternyata ini
diakibatkan sebaran guru yang tidak merata, akibat tidak
tegasnya daerah dalam mendistribusikan sumber daya guru.
Masalah lainnya dalam otonomi daerah adalah disebabkan
rakyat dapat memilih langsung kepala daerahnya, maka yang
terjadi adalah kepemimpinan di pusat, provinsi dan daerah,
cenderung tidak sama, beragam. Konsekuensinya, mimpi
presiden, tidaklah sama dengan mimpi gubernur dan mimpi
walikota/bupati. Ini diakibatkan para pemimpin pusat dan
daerah ini berasal dari partai yang berbeda, yang menjadi
rival dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah.
Sehingga, visi Indonesia akan seperti apa nampak tidak
seragam dan sinergis. Beberapa hal yang patut
dipertimbangkan dalam mengatasi otonomi daerah ini adalah
dengan mendorong adanya revisi kajian undang-undang
pemerintah daerah. Selain itu, dalam konteks peningkatan
mutu pendidikan, Marzuki Alie mendorong adanya pembuatan
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
standarisasi guru, untuk melengkapi kompetensi-kompetensi
minimal yang harus dimiliki guru.
Kedua, isu mengenai kepemimpinan. Marzuki Alie
mensyaratkan seorang pemimpin harus mengetahui persoalan
bangsa secara detail, tidak hanya melihat masalah dari
kulitnya. Marzuki Alie menyitir ASEAN Community 2015 yang
sama sekali tidak nampak direspons oleh kementerian
pendidikan dan kebudayaan, padahal ASEAN Community ini
sesungguhnya menjadi ancaman bagi warga Indonesia disaat
publik Indonesia tidak siap dalam menghadapi ASEAN
Community ini. Bisa dibayangkan, siswa-siswa Indonesia yang
tidak dilengkapi sertifikasi keahlian, akan dikalahkan oleh
siswa-siswa dari negara-negara tetangga yang tidak hanya
memiliki kemampuan keterampilan, tetapi juga dilengkapi
dengan sertifikasi.
Ketiga, Marzuki Alie mengkritisi kebijakan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. M. Nuh, yang
dianggapnya terlalu kaku dan cenderung berorientasi kepada
perguruan tinggi negeri. Aturan mengenai penyelenggaraan
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
pendidikan, sesungguhnya tidak lagi membedakan sekolah
negeri dan swasta. Keduanya adalah sama, tanpa
diskriminasi. Apalagi perguruan tinggi swasta yang
berjumlah sekitar 3100 ini menyumbang 80% dalam
penghitungan Indeks Pembangunan Manusia, sisanya 93 PTN
hanya menyumbang 20% saja. Mendikbud seringkali membuat
kebijakan yang berkiblat kepada perguruan tinggi negeri,
tidak mampu mengubah mindset bahwa negara seharusnya
mendukung masyarakat yang mendirikan sekolah atau perguruan
tinggi. Misalnya, peraturan menteri yang membatasi usia
dosen tetap non pns (dosen tetap yayasan) di usia 50 tahun,
yang menutup kemungkinan dosen-dosen pns saat pensiun
bekerja sebagai dosen tetap di swasta. Padahal pengalaman
para dosen yang senior ini sangat membantu bagi perguruan
tinggi swasta, meski mereka sudah pensiun. Dengan kata
lain, birokrasi Indonesia ini masih menjalankan tugasnya
berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan hukum. Oleh
karenanya, perlu suatu saat, menteri pendidikan dan
kebudayaan ini diangkat dari dosen perguruan tinggi swasta.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2
Ketiga, isu mengenai Kementerian Riset dan Teknologi
yang diberi wewenang untuk menjalankan perguruan tinggi,
Marzuki Alie menyebutkan bahwa setiap perubahan nomenklatur
kementerian beserta tugas pokok dan fungsinya, harus
sepersetujuan dewan, dengan mekanisme rapat-rapat komisi
dan disahkan dalam rapat paripurna. Sebagai contoh, saat
terjadi reshuffle kabinet dan perubahan beberapa nomenklatur
kementerian, seperti pariwisata dan industri kreatif,
pendidikan dan kebudayaan, SBY segera menghubungi ketua DPR
untuk diminta persetujuannya. Disebabkan pengumuman reshuffle
ini akan segera disampaikan kepada rakyat besok harinya,
maka dewan melakukan rapat secara marathon, hingga kemudian
persetujuan dari dewan dapat dikeluarkan. Oleh karenanya,
wacana mengenai pemindahan wewenang pengelolaan dan
tanggung jawab pendidikan tinggi dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktrorat
Pendidikan Tinggi, ke Kementerian Riset dan Teknologi,
sejauh ini tidak diwacanakan oleh eksekutif kepada
legislatif. Sehingga nampaknya, hal ini tidak akan terjadi.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3
Pada bagian akhir, Marzukie Alie menyatakan bahwa
sebagai pemimpin yang negarawan, kesesuaian antara
kebijakan dan fakta yang terjadi di lapangan sangatlah
penting, apalagi Indonesia memiliki sejumlah potensi
masalah yang membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang
mendalam untuk memecahkannya.
BAB IV. PENUTUP
Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi
hasil kunjungan ke DPR RI.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pertemuan dengan Ketua DPR RI, Dr.
Marzuki Alie, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kebijakan otonomi daerah yang dikeluarkan pada tahun
1999 masih jauh dari apa yang dicita-citakan,
khususnya dalam bidang kebijakan pendidikan.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3
2. Pemerintah selaku pembuat dan pelaksana kebijakan
seharusnya bersikap adil, tidak diskriminatif,
terhadap perguruan tinggi swasta yang bersama-sama
berkontribusi mewujudkan amanah konstitusi dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Pemerintah seharusnya memiliki visi yang sama baik
dari pusat hingga ke daerah, terlebih lagi dalam
merespons ASEAN-China Community pada tahun 2015
mendatang.
4. Pemerintah bersama-sama dewan melakukan fungsi dan
kewenangannya untuk tujuan menciptakan masyarakat yang
berkeadilan di segala aspek kehidupan.
4.2 Rekomendasi
Adapun rekomendasi terkait dengan tindak lanjut kunjungan
ini adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan kunjungan yang serupa perlu dilakukan kepada
kementerian pendidikan dan kebudayaan atau direktorat
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3
jenderal (pejabat esalon I) sebagai sarana memberikan
gagasan hasil kajian kebijakan publik dalam pendidikan
mahasiswa program S-3 Ilmu pendidikan.
2. Hasil kunjungan ini bisa dijadikan sebagai referensi
dan bahan untuk penelitian desertasi mahasiswa yang
tertarik dalam kajian kebijakan publik, manajemen
birokrasi pendidikan.
Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3