Post on 05-Feb-2023
LOGBOOK PJBL 1
PEMBAHASAN
1. Definisi
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak. Sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskular selama beberapa tahun. Stroke
merupakan yang paling sering menyebabkan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses
berpikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang
lain sebagai akibat gangguan fungsi otak. Menurut WHO,
stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vascular (Smeltzer dan Bare, 2002;
Muttaqin, 2011).
2. Epidemiologi
Stroke adalah masalah neurologic primer di AS dan
di dunia. meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan
penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir,
stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan
laju mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan
sebesar 62% untuk stroke selanjutnya. Terdapat kira-kira
2 juta orang bertahan hidup dari stroke mempunyai
beberapa kecacatan; dari angka ini, 40% memerlukan
bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Smeltzer
dan Bare, 2002). Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000
orang dengan gejala sisa akibat stroke pada setiap
tingkat umur, tetapi yang paling sering pada usia 75-85
tahun (Muttaqin, 2011).
Badan kesehatan se-Dunia (WHO) memperkirakan
sekitar 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya.
stroke merupakan penyebab kematian utama urutan kedua
pada kelompok usia di atas 60 tahun, dan urutan kelima
penyebab kematian pada kelompok usia 15-95 tahun. Di
negara-negara maju, insidensi stroke cenderung mengalami
penurunan setiap tahunnya. kondisi ini antara lain
disebabkan oleh pembatasan peredaran rokok melalui
peningkatan bea cukai rokok, serta peningkatan kepatuhan
penderita hipertensi mengontrol tekanan darahnya.
Mesikpun demikian, prevalensi (jumlah kasus lama dan
baru) penderita stroke terus bertambah seiring
meningkatnya usia harapan hidup di Negara maju. Sementara
itu, di Negara-negara miskin dan berkembang, seperti
Indonesia, insidensi stroke cenderung meningkat setiap
tahunnya meskipun sulit mendapatkan data yang akurat.
Fenomena peningkatan insidensi stroke di Negara miskin
dan berkembang disebabkan oleh beberapa alasan, di
antaranya:
a. Minimnya akses dan pemanfaatan jaminan pelayanan
kesehatan
b. Rendahnya kepatuhan berobat secara teratur penderita
penyakit kronis
c. Pola hidup yang tidak sehat
d. Minimnya komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai
stroke yang dilakukan pemerintah dan institusi
kesehatan bagi masyarakat
e. Lemahnya control pemerintah atas peredaran dan
pembatasan usia merokok, yang tercermin dari masih
rendahnya bea cukai tembakau
(Wahyu, 2009).
3. Etiologi
Sroke biasanya disebabkan oleh:
a. Trombosis Serebral. Trombosis ini terjadi pada
pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya.
Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering
kali memburuk dalam 48 jam setelah terjadinya
thrombosis. Beberapa keadaaan di bawah ini dapat
menyebabkan thrombosis otak:
- Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
aterosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut; lumen arteri
menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah, oklusi mendadak pembuluh darah karena
terjadi thrombosis, merupakan tempat terbentuknya
thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus
(embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
- Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah
kental, peningkatan viskositas/hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.
- Arteritis (radang pada arteri)
b. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah
otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Pada
umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah
ini dapat menimbulkan emboli, yaitu:
- Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit
jantung reumatik, infark miokardium, fibrilasi,
dan keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama
sekali mengeluarkan embolus-embolus kecil.
Endokarditis oleh bakteri dan nonbakteri,
menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada
endokardium.
c. Hemoragik. Perdarahan intracranial dan intraserebri
meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid
atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi
infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab otak yang paling umum terjadi:
- Aneurisma berry, biasanya defek congenital
- Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
- Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan
emboli sepsis
- Malformasi asteriovena, terjadi hubungan
persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
darah arteri langsung masuk vena
- Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang
menimbulkan penebalam dan degenerasi pembuluh
darah.
d. Hipoksia umum. Beberapa penyebab yang berhubungan
dengan hipoksia umum adalah:
- Hipertensi yang parah
- Henti jantung paru
- Curah jantung turun akibat aritmia.
e. Hipoksia lokal. Beberpaa penyebab yang berhubungan
dengan hipoksia setempat adalah:
- Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan
subarachnoid
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala
migren.
(Muttaqin, 2011)
4. Klasifikasi
Klasifikasi stroke dapat dibedakan menurut dua hal,
yaitu:
a. Klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi
dari serangan stroke meliputi:
1. Stroke Hemoragik merupakan perdarahan serebri
dan mungkin perdarahan subarkhnoid. Disebabkn
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
klien umumnya menurun. Stroke hemoragik adalah
disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi
otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena
pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler.
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
- Perdarahan Intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah
(mikroanuerisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan
otak, membentuk massa yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan edema otak.
Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebri yang
disebabkan hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons, dan
serebellum.
- Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya
aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang
pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang
terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang subarkhnoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, dan
vapospasme pembuluh darah serebri yang
berakibat disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia,
dan lainnya).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke
ruang subarachnoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri
kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku
kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput
otal lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak
juga mengakibatkan perdarahan subhialoid
pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarachnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebri.
Vasospasme ini sering kali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan, mencapai
puncaknya hari ke-5 sampai dengan ke-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke-2 sampai
dengan minggu ke-5. Timbulnya vasospasme
diduga karena interaksi antara bahan-bahan
yang berasal dari darah dan dilepaskan ke
dalam cairan serebrospinal dengan pembuluh
arteri di ruang subarachnoid. Vasospasme
ini dapat mengakibatkan disfungsi otak
global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia, dan lainnya).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak mempunyai cadangan O2 sehingga jika
ada kerusakan atau kekurangan aliran darah
otak walau sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari
20 mg% karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila
kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan
terjadi gejala disfungsi serebri. Pada saat
otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2
melalui proses metabolic anaerob, yang
dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah
otak.
Perbedaan perdarahan intraserebri
dengan perdarahan subarachnoid dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Gejala PIS PSATimbulnya Dalam 1 jam 1-2 menitNyeri kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokalTanda +/- +++
rangsangan maningealHemiperase ++ +/-Gangguan sarafotak + +++
2. Stroke Nonhemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan
thrombosis serebri, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur,
atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Gejala(anamnesa)
Srokenonhemoragi
kStroke hemoragik
Awitan (onset)
Sub-akut kurang
Sangat akut/mendadak
Waktu (saat terjadi awitan)
Mendadak Saat aktivitas
peringatanBangun pagi/istirahat
-
Nyeri kepala + 50% TIA +++kejang +/- +muntah - +
Kesadaran menurun
-Kadang sedikit
+++
Koma/kesadaran menurun
+/- +++
Kaku kuduk - ++Tanda kering - +Edema pupil - +Perdarahan retina - +
brakikardia Hari ke-4 Sejak awal
Penyakit lain
Tanda adanya aterosklerosis di retina, koroner, perifer. Emboli padakelainan katub, fibrilasi, bising karotis
Hampir selalu hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung hemolisis (HHD)
Pemeriksaan darah pada LP
- +
rontgen +Kemungkinan pergeseran glandula pineal
angiografi Oklusi, stenosis
Aneurisma, AVM, massa intrahemister/vasospasme
CT scan
Densitas berkurang (lesi hipodensi)
Massa intracranialdensitas bertambah(lesi hiperdensi)
Oftalmoskop
Fenomena silangSilver wireart
Perdarahan retina atau korpus vitreum
Lumbal pungsi- Tekanan- Warna- eritrosit
NormalJernih< 250/mm3
MeningkatMerah>1000/mm3
Arteriografi Oklusi Ada pergeseran
EEG Di tengah Bergeser dari bagian tengah
b. Klasifikasi stroke dibedakan menurut perjalanan
penyakit atau stadiumnya:
1. TIA. Gangguan neurologis lokal yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam
saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari
24 jam
2. Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih
terus berkembang, gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3. Stroke komplet. Gangguan neurologis yang
timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai
dengan istilahnya stroke komplet dapat diawali
oleh serangan TIA berulang
(Muttaqin, 2011).
5. Patofisiologi
Faktor-faktor risiko stroke
Aterosklerosis, hiperkoagulasi, artesis
Aneurisma, malformasi, arteriovenous
Katup jantung rusak, miokard infark, fibrilasi,
Perdarahan intraserebral
Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
Trombosis serebral
Emboli Serebral
Stroke (cerebrovascular
Pembuluh darah oklusi
Iskemik jaringanotak
Edema dan
Perembesan darah ke dalam parenkimotak
Penekanan jaringan otak
Defisit neurologis
Infark serebral
Kerusakan terjadi pada lobus frontalkapasitas, memori, atau
Risiko Peningkatan TIK
Kehilangan control volunter
Disfungsi bahasa dan komunikasi
MK: Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan
Hemiplegia dan hemiparesis
Disartria, disfasia/afasia, apraksia
Kerusakan fungsi kognitif dan efek
Herniasi falks serebridan ke foramen magnum
MK: Hambatan mobilitas fisik
MK: Kerusakankomunikasi verbal
Lapang perhatian terbatas, kesulitan dalampemahaman, lupa, kurang motivasi, frustasi, labilitas emosional,
Depresi sarafkardiovaskuler dan
Koma
MK: Ketidakefektifan kopingMK: Disfungsi
Intake nutrisitidak adekuat
Kelemahan fisik umum Kegagalan
kardiovaskuler dan
MK: Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari
MK:Ketidakmam-puan PerawatanDiri (ADL) Kematian
Penurunan tingkat kesadaran
Disfungsi persepsi visual spasial
MK: Gangguan proses keluargaMK: AnsietasMK: Risiko hambatan
MK: Gangguan sensorik presepsi
MK: Risiko trauma (cedera)
MK: Risiko kerusakan integritas
Penekanan jaringan setempat
Kemampuan batuk menurun, kurang mobilitas fisik,dan produksi
Disfungsi kandung kemih dan saluran pencernaan
(Muttaqin, 2011)
6. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko stroke, yaitu:
a. Hipertensi merupakan faktor risiko utama. Pengendalian
hipertensi adalah kunci untuk mencegah stroke
b. Penyakit kardiovaskular-embolisme serebri berasal dari
jantung:
- Penyakit arteri koronaria
- Gagal jantung kongestif
- Hipertrofi ventrikel kiri
- Abnormalitas irama (khususnya fibrilasi atrium)
- Penyakit jantung kongestif
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Peningkatan hemtokrit meningkatkan risiko infark
serebri
f. Diabetes, dikaitkan dengan aterogenesis terakselerasi
g. Kontrasepsi oral (khususnya disertai hipertensi,
meroko, dan kadar estrogen tinggi)
h. Merokok
i. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
j. Konsumsi alcohol
MK: gangguan eliminasi
MK: Ketidakefektifan
Made Kariasa menjelaskan dari hasil data penelitian
di Oxford, Inggris bahwa penduduk yang mengalami stroke
disebabkan kondisi-kondisi berikut:
a. Tekanan darah tinggi tetapi tidak mengetahui (50-60%)
b. Serangan jantung iskemik (30%)
c. Serangan iskemik sesaat (24%)
d. Penyakit arteri lain (23%)
e. Denyut jantung tidak teratur (14%)
f. Diabetes mellitus (9%)
(Smeltzer dan Bare, 2002; Muttaqin, 2011).
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke dapat dilihat dari
deficit neurologiknya, yaitu:
a. Defisit Lapangan Penglihatan
1. Homonimus heminopsia (kehilangan setengah lapang
penglihatan):
- Tidak menyadari orang atau objek di tempat
hehilangan penglihatan
- Mengabaikan salah satu sisi tubuh
- Kesulitan menilai jarak
2. Kehilangan penglihatan perifer:
- Kesulitan melihat pada malam hari
- Tidak menyadari objek atau batas objek
3. Diplopia:
- Penglihatan ganda
b. Defisit Motorik
1. Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi tubuh):
- Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang
sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
2. Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi):
- Paralisis wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang
sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
3. Ataksia:
- Berjalan tidak mantap, tegak
- Tidak mampu menyatukan kaki. Perlu dasar berdiri
yang luas
4. Disartria:
- Kesulitan dalam membentuk kata
5. Disfagia:
- Kesulitan dalam menelan
c. Defisit Sensori
1. Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari
lesi):
- Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
- Kesulitan dalam propriosepsi
d. Defisit Verbal
1. Afasia ekspresif:
- Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami
- Mungkin mampu bicara dalam respon kata-tunggal
2. Afasia reseptif:
- Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan
- Mampu bicara tetapi tidak masuk akal
3. Afasia global:
- Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
e. Defisit Kognitif
- Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
- Penurunan lapang perhatian
- Kerusakan kemampuan untuk berkosentrasi
- Alasan abstrak buruk
- Perubahan penilaian
f. Defisit Emosional
- Kehilangan control diri
- Labilitas emosional
- Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan
stress
- Depresi
- Menarik diri
- Rasa takut, bermusuhan, dan marah
- Perasaan isolasi
(Smeltzer dan Bare, 2002).
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam
membantu menegakkan diagnosis klien stroke meliputi:
a. Angiografi Serebri. Membantu menentukan penyebab dari
stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena
atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
b. Lumbal Pungsi. Tekanan yang meningkat dan disertai
bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya
hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan
adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor
masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT Scan. Memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak.
d. Magenetic Imaging Resonance (MRI). Dengan menggunakan
gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami
lesi infark akibat dar hemoragik.
e. USG Doppler. Untuk mengidentifikasi adanya penyakit
arteriovena (masalah sistem karotis)
f. EEG. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah
yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls liistrik dalam jaringan
otak.
g. Pemeriksaan Darah Rutin
h. Pemeriksaan Kimia Darah. Pada stroke akut dapat
terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250
mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali
i. Pemeriksaan Darah Lengkap. Untuk mencari kelainan pada
darah itu sendiri
(Muttaqin, 2011).
9. Penatalaksanaan Medis
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi
diuretic untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai
tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya
atau memberatnya thrombosis atau embolisasi dari tempat
lain dalam sistem kardiovaskuler. Medikasi anti-trombosit
dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
Pada penatalaksanaan pasien stroke fase akut,
yaitu; pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit
dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya,
pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat
diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48 sampai 72 jam.
Dengan mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat
adalah prioritas dalam fase akut ini.
- Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi
telungkup dengan kepala tempat tidur agak
ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang
- Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu
untuk pasien dengan stroke massif, karena henti
pernapasan biasanya faktor yang mengancam
kehidupan pada situasi ini
- Pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal
(aspirasi, atelektasis, pneumonia), yang mungkin
berkaitan dengan kehilangan refleks jalan napas,
imobilitas, atau hipoventilasi
- Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran
dan irama serta tanda gagal jantung kongestif
(Smeltzer dan Bare, 2002).
10. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Mbah Parno
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tidak terkaji
Status Pernikahan : Bercerai
b. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama : Mbah Parno mengeluh tidak bisa
menggerakkan tangan dan kakinya yang
sebelah kanan
Lama keluhan : Tidak terkaji (biasanya serangan
stroke hemoragik sering kali
berlangsung sangat mendadak pada
saat klien sedang melakukan
aktivitas)
Kualitas keluhan : Tidak terkaji
Faktor pencetus : Merokok (merokok adalah
salah satu faktor risiko stroke)
Faktor pemberat : Minum kopi setiap saat,
sarapan dengan segelas kopi dan
rokok, jarang makan siang, makan
malam banyak dan sebagian besar
daging dan karbohidrat. Baru
bercerai dengan istrinya dan anak
satu-satunya memilih bersama ibunya.
Upaya yang telah dilakukan : Tidak terkaji
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Mbah Parno biasanya sarapan dengan rokok dan
segelas kopi, jarang makan siang, dan makan
malamnya sangat banyak. Suatu pagi Mbah Parno
mengeluh tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya
yang sebelah kanan.
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Kecelakaan (jenis & waktu) : tidak terkaji
Operasi (jenis & waktu) : tidak terkaji
Penyakit :
- Kronis: tidak terkaji
- Akut : tidak terkaji
Terakhir masuk rumah sakit : tidak terkaji
Alergi : tidak terkaji
Imunisasi : tidak terkaji
Kebiasaan :
- Merokok: setiap saat
- Kopi : setiap saat
- Alcohol : tidak terkaji
Obat-obat yang digunakan : tidak terkaji
(biasanya ada riwayat hipertensi, riwayat stroke
sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang
sering digunakan klien, seperti pemakaian obat
antihipertensi, antilipidema, penghambat beta, dan
lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol
dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih lanjut dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.)
e. Riwayat Keluarga
Tidak terkaji (biasanya ada riwayat keluarga
yang menderita hipertensi, diabetes mellitus atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu).
f. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: tidak terkaji (umumnya suara bicara
kadang mengalami gangguan, yaitu sukar mengerti,
kadang tidak bisa bicara)
Kesadaran: Compos Mentis (umumnya mengalami
penurunan kesadaran)
TTV: tidak terkaji (umumnya tekanan darah
meningkat, denyut nadi bervariasi)
Tinggi badan: tidak terkaji
Berat badan: tidak terkaji
2. Ekstermitas:
a. Atas: tidak bisa menggerakkan tangan sebelah
kanan
b. Bawah: tidak bisa menggerakkan kaki sebelah
kanan
Umumnya pemeriksaan sistem motorik:
Stroke adalah penyakit motor neuron atas
dan mengakibatkan kehilangan control volunteer
terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor
atas melintas, gangguan control motor volunteer
pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak.
- Inspeksi umum, didapatkan hemiplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis
atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah
tanda yang lain
- Fasikulasi didapatkan pada otot-otot
ekstremitas
- Tonus otot didapatkan meningkat
- Kekuatan otot, pada penilaian dengan
menggunakan nilai kekuatan oto pada sisi yang
sakit didapatkan nilai 0
- Keseimbangan dan koordinasi, mengalami
gangguan karena hemiparese dan hemiplegia
3. Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I. Biasanya pada klien stroke tidak ada
kelainan pada fungsi penciuman
Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena
gangguan jaras sensorik primer di antara mata dan
korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam
area spasial) sering terlihat pada klien dengan
hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke
bagian tubuh
Saraf III, IV, dan VI. Apabila akibat stroke
mengakibatkan paralisis sesisi otot-otot okularis
didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral di sisi yang sakit
Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan
paralisis saraf trigenimus, didapatkan penurunan
kemampuan koordinasi gerakan mengunyah.
Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral dan
kelumpuhan sesisi otot-otot pterigoideus internus
dan eksternus
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas
normal, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke
bagian sisi yang sehat
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif
dan tuli persepsi
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik,
kesukaran membuka mulut
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada
satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecapan
normal.
g. Pemeriksaan Penunjang: tidak terkaji
h. Terapi: tidak terkaji
i. Kesimpulan: Mbah Parno mengalami penyakit stroke
B. Analisis Data
Data Etiologi MasalahDS: Mengeluh tidak bisa menggerakkan tangan dan kakisebelah kananDO: klien terlihat ada gangguan berjalan, saat berjalan dibantu orang lain, tidak bisa melalukan aktivitas seperti bersalaman dengan perawat
Faktor risiko
Stroke
Deficitneurologis
Kehilangancontrol volunteer
Hemiplegia danhemiparesis
Hambatanmobilitas fisik
Hambatanmobilitas fisik
DS: sarapan rokok dan segelas kopi, jarang makan
Faktor resiko
Stroke
Ketidakseimbangannutrisi: kurangdari kebutuhan
tubuh
siang, makan malam banyak dan sebagian besar daging dan karbohidratBaru bercerai dengan istrinyadan anak satu-satunya memilihikut ibunya sehingga klien hidup sendiriDO: Klien terlihat kurus,lemah, dan pucat. CRT lebih dr 2 detik
Defisitneurologis
Tangan dan kakikanan tidak bisa
bergerak
Hidup sendiri
Susah untukmemenuhi
kebutuhan nutrisi
Ketidakseimbangannutrisi: kurangdari kebutuhan
tubuh
DS: Mengeluh tidak bisa menggerakkan tangan dan kakisebelah kanan. Baru bercerai dan anak satu-satunya ikut ibunyaDO: Klien tidakbisa melakukan aktivitas seperti mandi, makan, dan berpakaian.
Faktor risiko
Stroke
Deficitneurologis
Tidak bisamenggerakkan
tangan dan kakikanan
Hidup sendiri
Susah untukmelakukanaktivitasbiasanya
Deficit perawatandiri: mandi
Deficit perawatandiri: mandi
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
penurunan kendali otot ditandai dengan tidak bisa
menggerakkan tangan dan kaki kanan
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan faktor biologis
ditandai dengan sarapan rokok dan kopi, jarang
makan siang, makan malam penuh daging dan
karbohidrat, dan hidup sendiri
3. Deficit perawatan diri: mandi yang berhubungan
dengan gangguan neuromuscular ditandai dengan tidak
bisa menggerakkan tangan dan kaki kanannya
D. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa 1: Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan penurunan kendali otot ditandai
dengan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki
kanan
Tujuan : Setelah dilakukan …x 24 jam hambatan
mobilitas fisik teratasi
Kriteria hasil : nilai indakator 5
NOC: Mobility
Indikatorhasil
Severelycompromise
d
Substantially
compromised
Moderatelycompromise
d
Mildlycompromise
d
Notcompromise
dBalance √Coordination √Gait √Muscle movement √
Transfer performance √
Walking √Body positioning performance
√
Intervensi (NIC): Exercise therapy: ambulation
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan kebutuhan
- Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang
teknik ambulasi
- Monitor vital sign sebelum/sesudah latihan dan
lihat respon pasien saat latihan
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
- Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs
- Berikan alat bantu jika klien memerlukan
- Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
2. Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan faktor
biologis ditandai dengan sarapan rokok dan kopi,
jarang makan siang, makan malam penuh daging dan
karbohidrat, dan hidup sendiri
Tujuan : Setelah …x24 jam nutrisi kurang teratasi
Kriteria hasil : Indikator hasil 5
NOC : Nutritional status
Indikatorhasil
Severedeviatonfromnormalrange
Substantialdeviaton
from normalrange
Moderatedeviatonfromnormalrange
Milddeviatonfromnormalrange
Nodeviatonfromnormalrange
Nutrition intake √
Food intake √Fluid intake √Energy √Weight/heightratio √
Intervensi (NIC): Nutrition Management
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian
- Monitor intake nutrisi
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
- Sediakan pilihan makanan yang cocok
- Anjurkan banyak minum
- Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
- Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
3. Diagnosa 3: Deficit perawatan diri: mandi yang
berhubungan dengan gangguan neuromuscular ditandai
dengan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki
kanannya
Tujuan : setelah …x24 jam deficit perawat diri
teratasi
Kriteria hasil : Indikator hasil 5
NOC: Self care: Activity of Daily Living (ADLs)
Indikatorhasil
Severelycompromise
d
Substantially
compromised
Moderatelycompromise
d
Mildlycompromise
d
Notcompromise
dEating √Dressing √Toileting √Bathing √Grooming √Hygiene √Oral hygiene √
Walking √Transfer performance √
Intervensi (NIC): Self-Care Assistance
- Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang
mandiri
- Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
toileting, dan makan
- Sediakan bantuan sampai klien mampu secara untuk
melakukan self care
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki
- Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya
- Ajarkan klien/keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk melakukannya
- Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai
kemampuan
- Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari
Daftar Pustaka