LOGBOOK PJBL 1 PEMBAHASAN

29
LOGBOOK PJBL 1 PEMBAHASAN 1. Definisi Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskular selama beberapa tahun. Stroke merupakan yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak. Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular (Smeltzer dan Bare, 2002; Muttaqin, 2011). 2. Epidemiologi Stroke adalah masalah neurologic primer di AS dan di dunia. meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir, stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya. Terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke mempunyai beberapa kecacatan; dari angka ini, 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Smeltzer dan Bare, 2002). Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang dengan gejala sisa akibat stroke pada setiap

Transcript of LOGBOOK PJBL 1 PEMBAHASAN

LOGBOOK PJBL 1

PEMBAHASAN

1. Definisi

Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah

kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya

suplai darah ke bagian otak. Sering ini adalah kulminasi

penyakit serebrovaskular selama beberapa tahun. Stroke

merupakan yang paling sering menyebabkan cacat berupa

kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses

berpikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang

lain sebagai akibat gangguan fungsi otak. Menurut WHO,

stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)

dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau

lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab

lain yang jelas selain vascular (Smeltzer dan Bare, 2002;

Muttaqin, 2011).

2. Epidemiologi

Stroke adalah masalah neurologic primer di AS dan

di dunia. meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan

penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir,

stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan

laju mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan

sebesar 62% untuk stroke selanjutnya. Terdapat kira-kira

2 juta orang bertahan hidup dari stroke mempunyai

beberapa kecacatan; dari angka ini, 40% memerlukan

bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Smeltzer

dan Bare, 2002). Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000

orang dengan gejala sisa akibat stroke pada setiap

tingkat umur, tetapi yang paling sering pada usia 75-85

tahun (Muttaqin, 2011).

Badan kesehatan se-Dunia (WHO) memperkirakan

sekitar 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya.

stroke merupakan penyebab kematian utama urutan kedua

pada kelompok usia di atas 60 tahun, dan urutan kelima

penyebab kematian pada kelompok usia 15-95 tahun. Di

negara-negara maju, insidensi stroke cenderung mengalami

penurunan setiap tahunnya. kondisi ini antara lain

disebabkan oleh pembatasan peredaran rokok melalui

peningkatan bea cukai rokok, serta peningkatan kepatuhan

penderita hipertensi mengontrol tekanan darahnya.

Mesikpun demikian, prevalensi (jumlah kasus lama dan

baru) penderita stroke terus bertambah seiring

meningkatnya usia harapan hidup di Negara maju. Sementara

itu, di Negara-negara miskin dan berkembang, seperti

Indonesia, insidensi stroke cenderung meningkat setiap

tahunnya meskipun sulit mendapatkan data yang akurat.

Fenomena peningkatan insidensi stroke di Negara miskin

dan berkembang disebabkan oleh beberapa alasan, di

antaranya:

a. Minimnya akses dan pemanfaatan jaminan pelayanan

kesehatan

b. Rendahnya kepatuhan berobat secara teratur penderita

penyakit kronis

c. Pola hidup yang tidak sehat

d. Minimnya komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai

stroke yang dilakukan pemerintah dan institusi

kesehatan bagi masyarakat

e. Lemahnya control pemerintah atas peredaran dan

pembatasan usia merokok, yang tercermin dari masih

rendahnya bea cukai tembakau

(Wahyu, 2009).

3. Etiologi

Sroke biasanya disebabkan oleh:

a. Trombosis Serebral. Trombosis ini terjadi pada

pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga

menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat

menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya.

Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang

sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat

terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan

penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan

iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering

kali memburuk dalam 48 jam setelah terjadinya

thrombosis. Beberapa keadaaan di bawah ini dapat

menyebabkan thrombosis otak:

- Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah

serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas

dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis

aterosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat

terjadi melalui mekanisme berikut; lumen arteri

menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran

darah, oklusi mendadak pembuluh darah karena

terjadi thrombosis, merupakan tempat terbentuknya

thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus

(embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan

terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi

perdarahan.

- Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah

kental, peningkatan viskositas/hematokrit

meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.

- Arteritis (radang pada arteri)

b. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah

otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Pada

umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung

yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.

Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul

kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah

ini dapat menimbulkan emboli, yaitu:

- Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit

jantung reumatik, infark miokardium, fibrilasi,

dan keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk

pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk

gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama

sekali mengeluarkan embolus-embolus kecil.

Endokarditis oleh bakteri dan nonbakteri,

menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada

endokardium.

c. Hemoragik. Perdarahan intracranial dan intraserebri

meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid

atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini

dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.

Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan

darah ke dalam parenkim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan

jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi

infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak.

Penyebab otak yang paling umum terjadi:

- Aneurisma berry, biasanya defek congenital

- Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis

- Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan

emboli sepsis

- Malformasi asteriovena, terjadi hubungan

persambungan pembuluh darah arteri, sehingga

darah arteri langsung masuk vena

- Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang

menimbulkan penebalam dan degenerasi pembuluh

darah.

d. Hipoksia umum. Beberapa penyebab yang berhubungan

dengan hipoksia umum adalah:

- Hipertensi yang parah

- Henti jantung paru

- Curah jantung turun akibat aritmia.

e. Hipoksia lokal. Beberpaa penyebab yang berhubungan

dengan hipoksia setempat adalah:

- Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan

subarachnoid

- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala

migren.

(Muttaqin, 2011)

4. Klasifikasi

Klasifikasi stroke dapat dibedakan menurut dua hal,

yaitu:

a. Klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi

dari serangan stroke meliputi:

1. Stroke Hemoragik merupakan perdarahan serebri

dan mungkin perdarahan subarkhnoid. Disebabkn

oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah

otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat

melakukan aktivitas atau saat aktif, namun

bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran

klien umumnya menurun. Stroke hemoragik adalah

disfungsi neurologis fokal yang akut dan

disebabkan oleh perdarahan primer substansi

otak yang terjadi secara spontan bukan oleh

karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena

pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler.

Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:

- Perdarahan Intraserebri (PIS)

Pecahnya pembuluh darah

(mikroanuerisma) terutama karena hipertensi

mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan

otak, membentuk massa yang menekan jaringan

otak dan menimbulkan edema otak.

Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat

mengakibatkan kematian mendadak karena

herniasi otak. Perdarahan intraserebri yang

disebabkan hipertensi sering dijumpai di

daerah putamen, thalamus, pons, dan

serebellum.

- Perdarahan Subarakhnoid (PSA)

Perdarahan ini berasal dari pecahnya

aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang

pecah ini berasal dari pembuluh darah

sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang

terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya

arteri dan keluarnya ke ruang subarkhnoid

menyebabkan TIK meningkat mendadak,

meregangnya struktur peka nyeri, dan

vapospasme pembuluh darah serebri yang

berakibat disfungsi otak global (nyeri

kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal

(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia,

dan lainnya).

Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke

ruang subarachnoid mengakibatkan terjadinya

peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya

struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri

kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku

kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput

otal lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak

juga mengakibatkan perdarahan subhialoid

pada retina dan penurunan kesadaran.

Perdarahan subarachnoid dapat mengakibatkan

vasospasme pembuluh darah serebri.

Vasospasme ini sering kali terjadi 3-5 hari

setelah timbulnya perdarahan, mencapai

puncaknya hari ke-5 sampai dengan ke-9, dan

dapat menghilang setelah minggu ke-2 sampai

dengan minggu ke-5. Timbulnya vasospasme

diduga karena interaksi antara bahan-bahan

yang berasal dari darah dan dilepaskan ke

dalam cairan serebrospinal dengan pembuluh

arteri di ruang subarachnoid. Vasospasme

ini dapat mengakibatkan disfungsi otak

global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)

maupun fokal (hemiparese, gangguan

hemisensorik, afasia, dan lainnya).

Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2

dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi

yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir

seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak

tidak mempunyai cadangan O2 sehingga jika

ada kerusakan atau kekurangan aliran darah

otak walau sebentar akan menyebabkan

gangguan fungsi. Demikian pula dengan

kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar

metabolisme otak, tidak boleh kurang dari

20 mg% karena akan menimbulkan koma.

Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh

kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila

kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan

terjadi gejala disfungsi serebri. Pada saat

otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2

melalui proses metabolic anaerob, yang

dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah

otak.

Perbedaan perdarahan intraserebri

dengan perdarahan subarachnoid dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Gejala PIS PSATimbulnya Dalam 1 jam 1-2 menitNyeri kepala Hebat Sangat hebat

Kesadaran Menurun Menurun sementara

Kejang Umum Sering fokalTanda +/- +++

rangsangan maningealHemiperase ++ +/-Gangguan sarafotak + +++

2. Stroke Nonhemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan

thrombosis serebri, biasanya terjadi saat

setelah lama beristirahat, baru bangun tidur,

atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan

namun terjadi iskemia yang menimbulkan

hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema

sekunder. Kesadaran umumnya baik.

Gejala(anamnesa)

Srokenonhemoragi

kStroke hemoragik

Awitan (onset)

Sub-akut kurang

Sangat akut/mendadak

Waktu (saat terjadi awitan)

Mendadak Saat aktivitas

peringatanBangun pagi/istirahat

-

Nyeri kepala + 50% TIA +++kejang +/- +muntah - +

Kesadaran menurun

-Kadang sedikit

+++

Koma/kesadaran menurun

+/- +++

Kaku kuduk - ++Tanda kering - +Edema pupil - +Perdarahan retina - +

brakikardia Hari ke-4 Sejak awal

Penyakit lain

Tanda adanya aterosklerosis di retina, koroner, perifer. Emboli padakelainan katub, fibrilasi, bising karotis

Hampir selalu hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung hemolisis (HHD)

Pemeriksaan darah pada LP

- +

rontgen +Kemungkinan pergeseran glandula pineal

angiografi Oklusi, stenosis

Aneurisma, AVM, massa intrahemister/vasospasme

CT scan

Densitas berkurang (lesi hipodensi)

Massa intracranialdensitas bertambah(lesi hiperdensi)

Oftalmoskop

Fenomena silangSilver wireart

Perdarahan retina atau korpus vitreum

Lumbal pungsi- Tekanan- Warna- eritrosit

NormalJernih< 250/mm3

MeningkatMerah>1000/mm3

Arteriografi Oklusi Ada pergeseran

EEG Di tengah Bergeser dari bagian tengah

b. Klasifikasi stroke dibedakan menurut perjalanan

penyakit atau stadiumnya:

1. TIA. Gangguan neurologis lokal yang terjadi

selama beberapa menit sampai beberapa jam

saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan

spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari

24 jam

2. Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih

terus berkembang, gangguan neurologis terlihat

semakin berat dan bertambah buruk. Proses

dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.

3. Stroke komplet. Gangguan neurologis yang

timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai

dengan istilahnya stroke komplet dapat diawali

oleh serangan TIA berulang

(Muttaqin, 2011).

5. Patofisiologi

Faktor-faktor risiko stroke

Aterosklerosis, hiperkoagulasi, artesis

Aneurisma, malformasi, arteriovenous

Katup jantung rusak, miokard infark, fibrilasi,

Perdarahan intraserebral

Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan

Trombosis serebral

Emboli Serebral

Stroke (cerebrovascular

Pembuluh darah oklusi

Iskemik jaringanotak

Edema dan

Perembesan darah ke dalam parenkimotak

Penekanan jaringan otak

Defisit neurologis

Infark serebral

Kerusakan terjadi pada lobus frontalkapasitas, memori, atau

Risiko Peningkatan TIK

Kehilangan control volunter

Disfungsi bahasa dan komunikasi

MK: Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan

Hemiplegia dan hemiparesis

Disartria, disfasia/afasia, apraksia

Kerusakan fungsi kognitif dan efek

Herniasi falks serebridan ke foramen magnum

MK: Hambatan mobilitas fisik

MK: Kerusakankomunikasi verbal

Lapang perhatian terbatas, kesulitan dalampemahaman, lupa, kurang motivasi, frustasi, labilitas emosional,

Depresi sarafkardiovaskuler dan

Koma

MK: Ketidakefektifan kopingMK: Disfungsi

Intake nutrisitidak adekuat

Kelemahan fisik umum Kegagalan

kardiovaskuler dan

MK: Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari

MK:Ketidakmam-puan PerawatanDiri (ADL) Kematian

Penurunan tingkat kesadaran

Disfungsi persepsi visual spasial

MK: Gangguan proses keluargaMK: AnsietasMK: Risiko hambatan

MK: Gangguan sensorik presepsi

MK: Risiko trauma (cedera)

MK: Risiko kerusakan integritas

Penekanan jaringan setempat

Kemampuan batuk menurun, kurang mobilitas fisik,dan produksi

Disfungsi kandung kemih dan saluran pencernaan

(Muttaqin, 2011)

6. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko stroke, yaitu:

a. Hipertensi merupakan faktor risiko utama. Pengendalian

hipertensi adalah kunci untuk mencegah stroke

b. Penyakit kardiovaskular-embolisme serebri berasal dari

jantung:

- Penyakit arteri koronaria

- Gagal jantung kongestif

- Hipertrofi ventrikel kiri

- Abnormalitas irama (khususnya fibrilasi atrium)

- Penyakit jantung kongestif

c. Kolesterol tinggi

d. Obesitas

e. Peningkatan hemtokrit meningkatkan risiko infark

serebri

f. Diabetes, dikaitkan dengan aterogenesis terakselerasi

g. Kontrasepsi oral (khususnya disertai hipertensi,

meroko, dan kadar estrogen tinggi)

h. Merokok

i. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)

j. Konsumsi alcohol

MK: gangguan eliminasi

MK: Ketidakefektifan

Made Kariasa menjelaskan dari hasil data penelitian

di Oxford, Inggris bahwa penduduk yang mengalami stroke

disebabkan kondisi-kondisi berikut:

a. Tekanan darah tinggi tetapi tidak mengetahui (50-60%)

b. Serangan jantung iskemik (30%)

c. Serangan iskemik sesaat (24%)

d. Penyakit arteri lain (23%)

e. Denyut jantung tidak teratur (14%)

f. Diabetes mellitus (9%)

(Smeltzer dan Bare, 2002; Muttaqin, 2011).

7. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis stroke dapat dilihat dari

deficit neurologiknya, yaitu:

a. Defisit Lapangan Penglihatan

1. Homonimus heminopsia (kehilangan setengah lapang

penglihatan):

- Tidak menyadari orang atau objek di tempat

hehilangan penglihatan

- Mengabaikan salah satu sisi tubuh

- Kesulitan menilai jarak

2. Kehilangan penglihatan perifer:

- Kesulitan melihat pada malam hari

- Tidak menyadari objek atau batas objek

3. Diplopia:

- Penglihatan ganda

b. Defisit Motorik

1. Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi tubuh):

- Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang

sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)

2. Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi):

- Paralisis wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang

sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)

3. Ataksia:

- Berjalan tidak mantap, tegak

- Tidak mampu menyatukan kaki. Perlu dasar berdiri

yang luas

4. Disartria:

- Kesulitan dalam membentuk kata

5. Disfagia:

- Kesulitan dalam menelan

c. Defisit Sensori

1. Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari

lesi):

- Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh

- Kesulitan dalam propriosepsi

d. Defisit Verbal

1. Afasia ekspresif:

- Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami

- Mungkin mampu bicara dalam respon kata-tunggal

2. Afasia reseptif:

- Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan

- Mampu bicara tetapi tidak masuk akal

3. Afasia global:

- Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif

e. Defisit Kognitif

- Kehilangan memori jangka pendek dan panjang

- Penurunan lapang perhatian

- Kerusakan kemampuan untuk berkosentrasi

- Alasan abstrak buruk

- Perubahan penilaian

f. Defisit Emosional

- Kehilangan control diri

- Labilitas emosional

- Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan

stress

- Depresi

- Menarik diri

- Rasa takut, bermusuhan, dan marah

- Perasaan isolasi

(Smeltzer dan Bare, 2002).

8. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam

membantu menegakkan diagnosis klien stroke meliputi:

a. Angiografi Serebri. Membantu menentukan penyebab dari

stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena

atau adanya rupture dan untuk mencari sumber

perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.

b. Lumbal Pungsi. Tekanan yang meningkat dan disertai

bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya

hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada

intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan

adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang

merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif,

sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor

masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.

c. CT Scan. Memperlihatkan secara spesifik letak edema,

posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau

iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil

pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,

kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke

permukaan otak.

d. Magenetic Imaging Resonance (MRI). Dengan menggunakan

gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta

besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil

pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami

lesi infark akibat dar hemoragik.

e. USG Doppler. Untuk mengidentifikasi adanya penyakit

arteriovena (masalah sistem karotis)

f. EEG. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah

yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark

sehingga menurunnya impuls liistrik dalam jaringan

otak.

g. Pemeriksaan Darah Rutin

h. Pemeriksaan Kimia Darah. Pada stroke akut dapat

terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250

mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun

kembali

i. Pemeriksaan Darah Lengkap. Untuk mencari kelainan pada

darah itu sendiri

(Muttaqin, 2011).

9. Penatalaksanaan Medis

Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi

diuretic untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai

tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.

Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya

atau memberatnya thrombosis atau embolisasi dari tempat

lain dalam sistem kardiovaskuler. Medikasi anti-trombosit

dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat

penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.

Pada penatalaksanaan pasien stroke fase akut,

yaitu; pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit

dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya,

pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat

diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48 sampai 72 jam.

Dengan mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat

adalah prioritas dalam fase akut ini.

- Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi

telungkup dengan kepala tempat tidur agak

ditinggikan sampai tekanan vena serebral

berkurang

- Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu

untuk pasien dengan stroke massif, karena henti

pernapasan biasanya faktor yang mengancam

kehidupan pada situasi ini

- Pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal

(aspirasi, atelektasis, pneumonia), yang mungkin

berkaitan dengan kehilangan refleks jalan napas,

imobilitas, atau hipoventilasi

- Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran

dan irama serta tanda gagal jantung kongestif

(Smeltzer dan Bare, 2002).

10. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama : Mbah Parno

Usia : 65 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Tidak terkaji

Status Pernikahan : Bercerai

b. Status Kesehatan Saat Ini

Keluhan utama : Mbah Parno mengeluh tidak bisa

menggerakkan tangan dan kakinya yang

sebelah kanan

Lama keluhan : Tidak terkaji (biasanya serangan

stroke hemoragik sering kali

berlangsung sangat mendadak pada

saat klien sedang melakukan

aktivitas)

Kualitas keluhan : Tidak terkaji

Faktor pencetus : Merokok (merokok adalah

salah satu faktor risiko stroke)

Faktor pemberat : Minum kopi setiap saat,

sarapan dengan segelas kopi dan

rokok, jarang makan siang, makan

malam banyak dan sebagian besar

daging dan karbohidrat. Baru

bercerai dengan istrinya dan anak

satu-satunya memilih bersama ibunya.

Upaya yang telah dilakukan : Tidak terkaji

c. Riwayat Kesehatan Saat Ini

Mbah Parno biasanya sarapan dengan rokok dan

segelas kopi, jarang makan siang, dan makan

malamnya sangat banyak. Suatu pagi Mbah Parno

mengeluh tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya

yang sebelah kanan.

d. Riwayat Kesehatan Terdahulu

Kecelakaan (jenis & waktu) : tidak terkaji

Operasi (jenis & waktu) : tidak terkaji

Penyakit :

- Kronis: tidak terkaji

- Akut : tidak terkaji

Terakhir masuk rumah sakit : tidak terkaji

Alergi : tidak terkaji

Imunisasi : tidak terkaji

Kebiasaan :

- Merokok: setiap saat

- Kopi : setiap saat

- Alcohol : tidak terkaji

Obat-obat yang digunakan : tidak terkaji

(biasanya ada riwayat hipertensi, riwayat stroke

sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung,

anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral

yang lama, penggunaan obat-obat antikoagulan,

aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan

kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang

sering digunakan klien, seperti pemakaian obat

antihipertensi, antilipidema, penghambat beta, dan

lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol

dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian

riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat

penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk

mengkaji lebih lanjut dan untuk memberikan tindakan

selanjutnya.)

e. Riwayat Keluarga

Tidak terkaji (biasanya ada riwayat keluarga

yang menderita hipertensi, diabetes mellitus atau

adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu).

f. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum: tidak terkaji (umumnya suara bicara

kadang mengalami gangguan, yaitu sukar mengerti,

kadang tidak bisa bicara)

Kesadaran: Compos Mentis (umumnya mengalami

penurunan kesadaran)

TTV: tidak terkaji (umumnya tekanan darah

meningkat, denyut nadi bervariasi)

Tinggi badan: tidak terkaji

Berat badan: tidak terkaji

2. Ekstermitas:

a. Atas: tidak bisa menggerakkan tangan sebelah

kanan

b. Bawah: tidak bisa menggerakkan kaki sebelah

kanan

Umumnya pemeriksaan sistem motorik:

Stroke adalah penyakit motor neuron atas

dan mengakibatkan kehilangan control volunteer

terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor

atas melintas, gangguan control motor volunteer

pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan

kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang

berlawanan dari otak.

- Inspeksi umum, didapatkan hemiplegia

(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi

pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis

atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah

tanda yang lain

- Fasikulasi didapatkan pada otot-otot

ekstremitas

- Tonus otot didapatkan meningkat

- Kekuatan otot, pada penilaian dengan

menggunakan nilai kekuatan oto pada sisi yang

sakit didapatkan nilai 0

- Keseimbangan dan koordinasi, mengalami

gangguan karena hemiparese dan hemiplegia

3. Pemeriksaan saraf cranial

Saraf I. Biasanya pada klien stroke tidak ada

kelainan pada fungsi penciuman

Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena

gangguan jaras sensorik primer di antara mata dan

korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial

(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam

area spasial) sering terlihat pada klien dengan

hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat

memakai pakaian tanpa bantuan karena

ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke

bagian tubuh

Saraf III, IV, dan VI. Apabila akibat stroke

mengakibatkan paralisis sesisi otot-otot okularis

didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat

unilateral di sisi yang sakit

Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan

paralisis saraf trigenimus, didapatkan penurunan

kemampuan koordinasi gerakan mengunyah.

Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral dan

kelumpuhan sesisi otot-otot pterigoideus internus

dan eksternus

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas

normal, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke

bagian sisi yang sehat

Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif

dan tuli persepsi

Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik,

kesukaran membuka mulut

Saraf XI. Tidak ada atrofi otot

sternokleidomastoideus dan trapezius

Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada

satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecapan

normal.

g. Pemeriksaan Penunjang: tidak terkaji

h. Terapi: tidak terkaji

i. Kesimpulan: Mbah Parno mengalami penyakit stroke

B. Analisis Data

Data Etiologi MasalahDS: Mengeluh tidak bisa menggerakkan tangan dan kakisebelah kananDO: klien terlihat ada gangguan berjalan, saat berjalan dibantu orang lain, tidak bisa melalukan aktivitas seperti bersalaman dengan perawat

Faktor risiko

Stroke

Deficitneurologis

Kehilangancontrol volunteer

Hemiplegia danhemiparesis

Hambatanmobilitas fisik

Hambatanmobilitas fisik

DS: sarapan rokok dan segelas kopi, jarang makan

Faktor resiko

Stroke

Ketidakseimbangannutrisi: kurangdari kebutuhan

tubuh

siang, makan malam banyak dan sebagian besar daging dan karbohidratBaru bercerai dengan istrinyadan anak satu-satunya memilihikut ibunya sehingga klien hidup sendiriDO: Klien terlihat kurus,lemah, dan pucat. CRT lebih dr 2 detik

Defisitneurologis

Tangan dan kakikanan tidak bisa

bergerak

Hidup sendiri

Susah untukmemenuhi

kebutuhan nutrisi

Ketidakseimbangannutrisi: kurangdari kebutuhan

tubuh

DS: Mengeluh tidak bisa menggerakkan tangan dan kakisebelah kanan. Baru bercerai dan anak satu-satunya ikut ibunyaDO: Klien tidakbisa melakukan aktivitas seperti mandi, makan, dan berpakaian.

Faktor risiko

Stroke

Deficitneurologis

Tidak bisamenggerakkan

tangan dan kakikanan

Hidup sendiri

Susah untukmelakukanaktivitasbiasanya

Deficit perawatandiri: mandi

Deficit perawatandiri: mandi

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan

penurunan kendali otot ditandai dengan tidak bisa

menggerakkan tangan dan kaki kanan

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh yang berhubungan dengan faktor biologis

ditandai dengan sarapan rokok dan kopi, jarang

makan siang, makan malam penuh daging dan

karbohidrat, dan hidup sendiri

3. Deficit perawatan diri: mandi yang berhubungan

dengan gangguan neuromuscular ditandai dengan tidak

bisa menggerakkan tangan dan kaki kanannya

D. Asuhan Keperawatan

1. Diagnosa 1: Hambatan mobilitas fisik yang

berhubungan dengan penurunan kendali otot ditandai

dengan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki

kanan

Tujuan : Setelah dilakukan …x 24 jam hambatan

mobilitas fisik teratasi

Kriteria hasil : nilai indakator 5

NOC: Mobility

Indikatorhasil

Severelycompromise

d

Substantially

compromised

Moderatelycompromise

d

Mildlycompromise

d

Notcompromise

dBalance √Coordination √Gait √Muscle movement √

Transfer performance √

Walking √Body positioning performance

Intervensi (NIC): Exercise therapy: ambulation

- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana

ambulasi sesuai dengan kebutuhan

- Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang

teknik ambulasi

- Monitor vital sign sebelum/sesudah latihan dan

lihat respon pasien saat latihan

- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs

secara mandiri sesuai kemampuan

- Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan

bantu penuhi kebutuhan ADLs

- Berikan alat bantu jika klien memerlukan

- Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika diperlukan

2. Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan faktor

biologis ditandai dengan sarapan rokok dan kopi,

jarang makan siang, makan malam penuh daging dan

karbohidrat, dan hidup sendiri

Tujuan : Setelah …x24 jam nutrisi kurang teratasi

Kriteria hasil : Indikator hasil 5

NOC : Nutritional status

Indikatorhasil

Severedeviatonfromnormalrange

Substantialdeviaton

from normalrange

Moderatedeviatonfromnormalrange

Milddeviatonfromnormalrange

Nodeviatonfromnormalrange

Nutrition intake √

Food intake √Fluid intake √Energy √Weight/heightratio √

Intervensi (NIC): Nutrition Management

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi

serat untuk mencegah konstipasi

- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan

harian

- Monitor intake nutrisi

- Informasikan pada klien dan keluarga tentang

manfaat nutrisi

- Sediakan pilihan makanan yang cocok

- Anjurkan banyak minum

- Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama

makan

- Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

3. Diagnosa 3: Deficit perawatan diri: mandi yang

berhubungan dengan gangguan neuromuscular ditandai

dengan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki

kanannya

Tujuan : setelah …x24 jam deficit perawat diri

teratasi

Kriteria hasil : Indikator hasil 5

NOC: Self care: Activity of Daily Living (ADLs)

Indikatorhasil

Severelycompromise

d

Substantially

compromised

Moderatelycompromise

d

Mildlycompromise

d

Notcompromise

dEating √Dressing √Toileting √Bathing √Grooming √Hygiene √Oral hygiene √

Walking √Transfer performance √

Intervensi (NIC): Self-Care Assistance

- Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang

mandiri

- Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu

untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,

toileting, dan makan

- Sediakan bantuan sampai klien mampu secara untuk

melakukan self care

- Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-

hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki

- Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri

bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya

- Ajarkan klien/keluarga untuk mendorong

kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika

pasien tidak mampu untuk melakukannya

- Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai

kemampuan

- Pertimbangkan usia klien jika mendorong

pelaksanaan aktivitas sehari-hari

Daftar Pustaka

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan

Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Wahyu, Genis Ginanjar. 2009. Stroke Hanya Menyerang Orang Tua?.

Yogyakarta: Bentang Pustaka