pembahasan jurnal destilasi
Transcript of pembahasan jurnal destilasi
RINGKASAN
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris
atau minyak terbang (essential oil, volatil oil ) yang dihasilkan oleh
tanaman. Diperoleh dari akar, batang, daun, bunga tanaman.
Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir
(pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanamannya,
umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air.Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk
pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan,
“flavoring agent” dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai
pencampur rokok kretek serta sebagai aromatheraphy.
Beberapa hal yang dapat dijadikan solusi untuk
meningkatkan kualitas minyak nilam, antara lain adalah proses
pembudidayaan tanaman nilam, teknik distilasi dan per alatan
yang digunakan, perlakuan bahan baku, proses pemurnian minyak
nilam serta pengemasan produk minyak nilam. Ada beberapa
jenis metode yang bisa dilakukan untuk memisahkan atau
mendapatkan minyak nilam, antara lain penyulingan
(distilasi), ekstraksi dan lain – lain.
Untuk menaikkan harga jual minyak atsiri dan
1
mengoptimalkan potensi minyak atsiri, maka perlu dilakukan
usaha untuk menaikkan mutunya sehingga sesuai dengan standart
mutu (SNI). Salah satu cara adalah memperbaiki teknik
destilasi dan memperbaiki kondisi operasi agar proses
distilasi dapat menghasilkan minyak atsiri dengan standart
mutu yang berlaku. Penelitian ini dilakukan dengan
memanfaatkan gelombang mikro (microwave), pertama daun
nilam sebanyak 100 gram ditambahkan pelarut atau steam untuk
variabel daun kering,untuk daun kering di labu distilasi II
diberi steam dari labu distilasi I yang bersuhu 100oC dan
tekanannya ± 1 atm yang dialirkan ke labu distilasi II,
sedangkan untuk daun kering dengan penambahan pelarut
kemudian memanaskan labu destilasi yang berisi daun nilam
dengan mengatur daya pemanas dan suhu pada proses distilasi
sesuai dengan variabel yang ditentukan. Kemudian
menampung destilat dan memisahkan air dengan minyak
menggunakan corong pemisah kemudian minyak disimpan ke dalam
freezer, kemudian menganalisa minyak yang dihasilkan. Dari
hasil penelitian diperoleh %rendemen minyak yang dihasilkan
dengan menggunakan MDP lebih besar daripada menggunakan MDS
untuk daun nilam utuh maupun daun nilam cacah (±2cm).
2
Perlakuan daun cacah (±2cm) lebih baik secara kuantitas
dibandingkan dengan perlakuan daun utuh. Dan % pactchouli
alcohol pada daun nilam cacah lebih besar dibandingkan dengan
daun nilam utuh.
BAB I
3
PENDAHULUAN
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris
atau minyak terbang (essential oil, volatil oil ) yang dihasilkan oleh
tanaman. Diperoleh dari akar, batang, daun, bunga tanaman.
Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir
(pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanamannya,
umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air.Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk
pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan,
“flavoring agent” dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai
pencampur rokok kretek serta sebagai aromatheraphy.
Komposisi dari minyak atsiri sangatlah kompleks sekitar
40 atau lebih senyawa, terutama terpenoid, yaitu sesquiterpen
- sesquiterpen dan ester[1]. Indonesia adalah satu penghasil
minyak nilam terbesar di dunia. Minyak nilam merupakan
komoditas ekspor, sebesar 85,6% dari total produksi diekspor
ke luar negeri [2]. Sebagai komoditas ekspor, harga nilam di
dalam negeri tergantung dari harga internasional, maka
kesejah-teraan petani nilam juga sangat tergantung dari
harga internasional. Walaupun Indonesia mensuplai sekitar
4
75% sampai 90 % [3,4] dari kebutuhan dunia, tetapi
keberadaan nilam di negeri ini mengalami banyak kendala
[5]. Beberapa kendala umum yang ditemui adalah a) rendahnya
rendemen minyak nilam yang diperoleh, b) mutu minyak rendah
dan beragam, c) penyediaan produk tidak kontinyu dan d) harga
yang terjadi berfluktuasi. Permasalahan-permasalahan di atas
erat kaitannya satu dengan yang lainnya sehingga diperlukan
upaya dan terobosan-terobosan baru yang saling dapat
menghilangkan permasalahan tersebut. Produksi minyak
nilam di Indonesia terkonsentrasi di tiga wilayah yang
berbeda: provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Provinsi lainnya seperti Bengkulu dan lampung dan beberapa
wilayah lainnya di Jawa sekarang sedang berusaha untuk
mengembangkan komoditas ini. Sekarang ini minyak nilam
Indonesia untuk ekspor terutama di produkasi di Aceh,
Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Minyak nilam Indonesia sangat terkenal karena memiliki
kwalitas yang paling baik di pasar dunia. Ini ditunjukkan
dengan pendudukannya mencapai 80-90% pangsa pasar
global. Pada saat ini tidak ada cukup suplai nilam untuk
memenuhi permintaan global. Volume ekspor minyak nilam
5
semakin meningkat setiap tahunnya sebesar 6% selam 10 tahun
terakhir [7,9] dan permintaan minyak nilam di seluruh dunia
tiap tahunnya adalah antara 1200-1400 ton. Karena sebesar
80-90% produksi sekarang ini dipasok oleh Indonesia.
Indonesia sebenarnya memonopoli komiditas ini. Hal ini
menghadirkan peluang tertentu bagi industri minyak nilam di
Indonesia.
Beberapa hal yang dapat dijadikan solusi untuk
meningkatkan kualitas minyak nilam, antara lain adalah proses
pembudidayaan tanaman nilam, teknik distilasi dan per alatan
yang digunakan, perlakuan bahan baku, proses pemurnian minyak
nilam serta pengemasan produk minyak nilam. Ada beberapa
jenis metode yang bisa dilakukan untuk memisahkan atau
mendapatkan minyak nilam, antara lain penyulingan
(distilasi), ekstraksi dan lain – lain. Tetapi saat ini
yang sering digunakan adalah penyulingan. Dari segi
teknik distilasi yang digunakan, dengan menggunakan
metode distilasi uap-air (steam-hydro distillation) dapat
dihasilkan rendemen minyak nilam yang lebih bagus
dibandingkan denganmetode konvensional yang menggunakan
distilasi air (water distillation).
6
Selain itu, diperlukan juga kondisi operasi dan desain
alat yang optimal sehingga didapatkan minyak nilam yang
memiliki kualitas yang baik. Namun dengan metode tersebut
dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan minyak
nilam yang bagus. Oleh karena itu perlu ditemukan metode
baru yaitu microwave distillation yang dapat mempercepat proses
distilasi dengan waktu yang lebih cepat serta ketersediaan
microwave yang cukup mudah didapatkan di masyarakat.
Adapun tujuan penelitian dari jurnal ini adalah untuk
mempelajari proses pengambilan minyak nilam (patchouli alcohol)
dari daun nilam dengan menggunakan microwave distillation.
Mempelajari beberapa faktor yang berpengaruh seperti
pengaruh waktu penyulingan minyak daun nilam, kondisi daun,
perlakuan bahan (dicacah ± 2 cm dan daun utuh) terhadap
rendemen dan mutu minyak nilam yang dihasilkan.
7
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Nilam
Spesies : Pogostemon cablin Benth
Famili : Labiatae
Hasil : minyak nilam atau minyak “ patchouli”
Rendemen : 3,5
% Sumber :
daun
Komponen Penyusun : senyawa-senyawa kelompok
seskuiterpen Kegunaan : bahan pewangi
tekstil, karpet, korigen odoris (Gunawan dan
Mulyani, 2004).8
2.2. Jenis-Jenis Tanaman Nilam
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman
nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Namun, nilam aceh lebih dikenal dan telah ditanam
secara meluas. Selain itu, dikenal pula jenis nilam
jawa dan nilam sabun. Secara garis besar, jenis
nilam menurut literatur yang ada sebagai berikut
(Mangun,
2008).
2.2.1. Nilam Aceh
Nilam aceh (Pogostemon Cablin Benth atau Pogostemon Patchouli)
merupakan tanaman standar ekpor yang direkomendasikan karena memiliki aroma
9
khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi,
yaitu 2,5-5% dibandingkan jenis lain. Nilam aceh
dikenal pertama kali dan ditanam secara meluas hampir
di seluruh wilayah Aceh. Sebenarnya jenis tanaman
nilam ini berasal dari Filipina, yang kemudian
ditanam dan dikembangkan jugadi wilayah
Malaysia, Madagaskar, Brazil, serta Indonesia.
Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia
mengembangkan nilam aceh secara khusus (Mangun, 2008).
2.2.2.Nilam Jawa
Nilam jawa (Pogostemon heyneatus Benth) disebut
juga nilam hutan. Nilam ini berasal dari India dan
masuk ke Indonesia serta tumbuh meliar di beberapa
hutan di Pulau Jawa. Jenis tanaman ini hanya memiliki
minyak sekitar
0,5-1,5%. Jenis daun dan rantingnya tidak memiliki
bulu-bulu halus dan ujung daunnya agak meruncing
(Mangun, 2008).
2.2.3. Nilam10
Sabun
Zaman dahulu, tanaman nilam sabun (Pogostemon
hortensis Backer) sering digunakan untuk mencuci pakaian,
terutama kain jenis batik. Jenis nilam ini hanya
memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5%. Selain
itu, komposisi kandungan minyak yang dimiliki dan
dihasilkannya tidak baik sehingga minyak dari jenis
nilam ini tidak memperoleh pasaran dalam bisnis minyak
nilam. Oleh sebab itu, nilam jawa dan nilam sabun
tidak direkomendasikan sebagai tanaman komersial
karena kandungan minyaknya relatif sangat sedikit.
Selain itu, aroma yang dimiliki keduanya berbeda
dengan nilam aceh dan komposisi kandungan
11
minyaknya tidak baik. Keunggulan minyak nilam
Indonesia sudah dikenal sekaligus sudah diakui oleh
berbagai negara yang menjadi konsumen (importir) minyak
tersebut. Baunya lebih harum dan tahan lama bila
dibandingkan nilam produksi negri lain. Hal ini
menyebabkan nilam Indonesia disegani dipasaran
internasional (Mangun, 2008) .
Andil Indonesia dalam perdagangan minyak nilam
dunia mampu mencapai lebih dari 70%, selebihnya
dipasok negara produsen lain terutama Cina, Malaysia,
dan Brazil. Karena andil yang sangat besar itu, tidak
heran kalau Indonesia pun memperoleh julukan terhormat
dalam kaitannya dengan komoditas minyak nilam, yakni
produsen minyak nilam terbesar di dunia. Meskipun
demikian prestasi tersebut hendaknya tetap
dipertahankan di kemudian hari. Artinya, kalau
komoditas ini pada waktu mendatang tidak mendapat
penanganan yang lebih seksama, tidak menutup
kemungkinan kalau negara produsen yang lain akan dapat
menggantikan posisi Indonesia. Hal ini tentu saja
sangat merugikan, mengingat devisa yang berhasil12
diraih dari hasil ekspor minyak nilam selama ini telah
cukup berperan nyata dalam ekspor nonmigas (Mangun,
2008).
Kendatipun mampu tampil pada peringkat paling
atas sebagai Negara produsen sekaligus juga
eksportir minyak nilam dunia, tetapi sampai saat
ini volume ekspor minyak nilam Indonesia masih
menunjukkkan angka yang senantiasa berfluktuasi. Salah
satu penyebabnya yaitu tingkat produksi minyak nilam
belum mantap (Mangun, 2008).
13
2.3. Manfaat Dan Kegunaan Nilam
Tanaman nilam (Pogostemin Patchouli) disebut juga
sebagai Pogostemon Cablin Benth merupakan tanaman perdu
wangi berdaun halus dan berbatang segi empat. Daun
kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak
nilam (patchouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai
kegiatan industri. Fungsi utama minyak nilam sebagai
bahan baku (fiksatif) dari komponen kandungan
utamanya yaitu patchouli alkohol (C15H26) dan sebagai
bahan pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian
(parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama.
Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan
campuran produk kosmetik (diantaranya untuk pembuatan
sabun, pasta gigi, sampoo, lotion, dan deodorant),
kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk essence
atau penambah rasa), kebutuhan farmasi (untuk
pembuatan anti radang, antifungi, anti serangga,
afrodisiak, anti inflamasi, antidepresi, antiflogistik,
serta dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku
compound dan pengawetan barang, serta berbagai
kebutuhan industri lainnya (Mangun, 2008).
14
2.4. Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa
proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk
karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam
sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang
terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak
terpentin dari pohon pinus. Minyak atsiri selain
dihasilkan oleh tanaman dapat
15
juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh
enzim atau dapat dibuat secara sintesis (Ketaren,
1985).
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai
campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur
karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur
nitrogen (N) dan belerang (S). umumnya komponen kimia
dari dalam minyak atsiri terdiri dari campuran hidrogen
dan turunannya yang mengandung Oksigen yang disebut
dengan Terpen atau terpenoid. Terpen merupakan
persenyawaan hidrogen tidak jenuh dan satuan terkecil
dari molekulnya disebut isopren (CsHa). Senyawa
terpen mempunyai rangka Karbon yang terdiri dari 2
atau lebih satuan isopren. Klasifikasi dari terpen di
dasarkan atas jumlah satuan isopren yang terdapat
dalam molekulnya yaitu : monoterpen, seskuiterpen,
diterpen, triterpen, tetraterpen dan politerpen yang
masing-masing terdiri dari 2, 3, 4, 6, 8 dan n
satuan isopren. Rantai molekul terpen dalam minyak
atsiri merupakan rantai terbuka (terpen alifatis) dan16
rantai melingkar (terpen siklis) (Finer, 1959).
Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan
di pasaran internasional, sekitar 9-12 macam atau
jenis minyak atsiri di suplai dari Indonesia. Oleh
sebab itu, Indonesia termasuk negara produsen
besar yang cukup diandalkan dan menjadi negara
pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik.
Kondisi tersebut disebabkan faktor dan kondisi iklim
serta jenis dan tingkat kesuburan tanah yang dimiliki
Indonesia, yang sesuai dengan syarat tumbuh dari
tanaman nilam (patchouli), akar wangi (vetyver),
kenanga (cananga), kayu putih (cajeput), serta melati
(yasmin) (Mangun, 2008).
17
Dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak
atsiri tersebut, didapat hasil berupa minyak nilam
(patcauli oil), minyak sereh wangi (citronella), akar
wangi (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih
(cajeput), serta minyak melati (yasmin) (Mangun, 2008).
2.4.1. Keberadaan Minyak Atsiri Dalam Tanaman
Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ,
seperti di dalam rambut kelenjar (pada famili
Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili
Piperaceae), di dalam saluran minyak seperti
vittae (famili Umbelliferae), di dalam rongga-rongga
skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan
Rutaceae), terkadang dalam semua jaringan (pada
famili Conaferae). Pada bunga mawar, kandungan
minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota
bunga, pada kayu manis banyak ditemui pada kulit
batang (korteks), pada famili Umbelliferae banyak
terdapat pada perikarp buah, pada Menthae sp. terdapat
dalam rambut kelenjar batang dan daun, serta pada
jeruk terdapat dalam kulit buah dan helai daun
18
(Gunawan dan Mulyani, 2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung
oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin
dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida
tertentu. Peran paling utama dari minyak atsiri
terhadap tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir
serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai
pengusir hewan-hewan pemakan daun lainnya. Namun
sebaliknya, minyak atsiri juga berfungsi sebagai
penarik serangga guna membantu terjadinya penyerbukan
19
silang dari bunga. Berdasarkan atas usul-usul
biosintetik, konstituen kimia dari minyak atsiri dapat
dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:
• Keturunan terpena yang terbentuk melalui jalur
biosintetis asam asetat mevalonat.
• Senyawa aromatik yang terbentuk lewat jalur
sintetis asam sikimat, fenil propanoid (Gunawan
dan Mulyani, 2004).
2.4.2 Sifat-Sifat Minyak Atsiri
Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut :
• Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.
• Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau
tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu dengan
yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari
macam dan intensitas bau dari masing-masing
komponen penyusun.
• Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam,
menggigit, memberi kesan hangat sampai panas,
atau justru dingin ketika sampai dikulit,
tergantung dari jenis komponen penyusunnya.20
• Dalam keadaan mur ni (belum tercemar oleh
senyawa-senyawa lain) mudah menguap pada suhu
kamar sehingga bila diteteskan pada selembar
kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak
meninggalkan bekas noda pada kertas yang ditempel.
• Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali
dan tidak bisa berubah menjadi tengik
(rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang
tersusun oleh asam-asam lemak.
21
• Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh
lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar
matahari (terutama gelombang ultra violet), dan
panas karena terdiri dari berbagai macam komponen
penyusun.
• Indeks bias umumnya tinggi.
• Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar
bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik
karena banyak komponen penyusun yang memiliki
atom C asimetrik.
• Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air,
tetapi cukup dapat larut hingga dapat
memberikan baunya kepada air walaupun
kelarutannya sangat kecil.
• Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.4.3. Parameter Minyak Atsiri
Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar
untuk mengenali kualitas minyak atsiri meliputi:
2.4.3.1. Berat Jenis
Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting22
dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri.
Nilai berat jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada
volume air yang sama dengan volume minyak pada yang
sama pula. Berat jenis sering dihubungkan dengan
fraksi berat komponen-komponen yang terkandung
didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung
dalam minyak, maka semakin besar pula nilai
23
densitasnya. Biasanya berat jenis komponen terpen
teroksigenasi lebih besar dibandingka n dengan
terpen tak teroksigenasi (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.3.2. Indeks Bias
Indeks bias merupakan perbandingan antara
kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan
cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu.
Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan
komponen-komponen yang tersusun dalam minyak atsiri
yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis
dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat
mempengaruhi nilai indeks biasnya. Semakin banyak
komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau
komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka
kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga
cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan.
Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar.
Menurut Guenther, nilai indeks juga dipengaruhi salah
satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak nilam
tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka
24
semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat
dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang
datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias
yang besar lebih bagus dibandingka n dengan minyak
atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil
(Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.3.3. Putaran optik
Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan
menggunakan alat polarimeter yang nilainya dinyatakan
dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri
jika
25
ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka
memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah
kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary).
Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria
kemurnian suatu minyak atsiri (Sastrohamidjojo, 2004) .
2.4.3.4.Bilangan Asam
Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam
minyak atsiri. Bilangan asam yang semakin besar dapat
mempengaruhi terhadap kualitas minyak atsiri. Yaitu
senyawa-senyawa asam tersebut dapat merubah bau khas
dari minyak atsiri. Hal ini dapat disebabkan oleh
lamanya penyimpanan minyak dan adanya kontak antara
minyak atsiri yang dihasilkan dengan sinar dan udara
sekitar ketika berada pada botol sampel minyak pada
saat penyimpanan. Karena sebagian komposisi minyak
atsiri jika kontak dengan udara atau berada pada
kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi
dengan udara (oksigen) yang dikatalisi oleh cahaya
sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Jika
penyimpanan minyak tidak diperhatikan atau secara26
langsung kontak dengan udara sekitar, maka akan
semakin banyak juga senyawa-senyawa asam yang
terbentuk. Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri
terutama golongan aldehid dapat membentuk gugus asam
karboksilat sehingga akan menambah nilai bilangan asam
suatu minyak atsiri. Hal ini juga dapat disebabkan
oleh penyulingan pada tekanan tinggi (temperatur
tinggi), dimana pada kondisi tersebut kemungkinan
terjadinya proses oksidasi sangat besar. Bilangan asam
adalah ukuran dari asam lemak bebas, serta dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau
campuran asam lemak.
27
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH
0,1N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas
yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak
(Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.3.5. Kelarutan DalamAlkohol
Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus
OH. Karena alkohol dapat larut dengan minyak atsiri
maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan
tersebut terdapat komponen-komponen terpen
teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan
oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam
minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung
persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut
daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi
kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin
sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi
merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai
gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
28
semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol
(biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak
atsirinya semakin baik (Sastrohamidjojo, 2004) .
2.4.4. Metode PenyulinganMinyak Atsiri
Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga
macam metode penyulingan, yaitu :
29
2.4.4.1. Penyulingan Dengan Air
Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak
langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung
di atas air atau terendam secara sempurna tergantung
dari bobot jenis dan jumlah bahan yang
disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan
yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung,
mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau
dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau
berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak
langsung antara bahan dengan air mendidih. Beberapa
jenis bahan (misalnya bubuk buah badam, bunga mawar,
dan orange blossoms) harus disuling dengan metode ini,
karena bahan harus tercelup dan bergerak bebas dalam
air mendidih. Jika disuling dengan metode uap
langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk
gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat
berpenetrasi ke dalam bahan (Guenther, 1987).
2.4.4.2. Penyulingan Dengan Air Dan Uap
Pada metode penyulingan ini, bahan olah
30
diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang.
Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air
berada tidak jauh dari bawah saringan. Air dapat
dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh
yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari
metode ini adalah:
1. uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas.
2. bahan yang disuling hanya berhubungan dengan
uap dan tidak dengan air panas (Guenther, 1987).
31
2.4.4.3. Penyulingan Dengan Uap
Metode ketiga disebut penyulingan uap, atau
penyulingan uap langsung dan prinsipnya sama dengan
yang telah dibicarakan diatas, kecuali air tidak
diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap
jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih
dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap
melingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan,
dan uap bergerak keatas melalui bahan yang terletak di
atas saringan (Guenther, 1987).
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar
dari ketiga proses penyulingan. Tetapi bagaimanapun
juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan
kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti,
karena tergantung pada metode yang dipakai dan
reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya
penyulingan (Guenther, 1987).
2.5. Kandungan Kimia Minyak Atsiri
Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa
tunggal, tetapi merupakan campuran komponen yang
32
terdiri dari tipe-tipe berbeda. Berdasarkan cara
isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat
dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
1) Kelompok yang mengkr istal pada suhu rendah, misalnya stearoptena.
2) Kelompok senyawa yang dapat dipisahkan
melalui proses destilasi bertingkat.
3) Kelompok senyawa yang dipisahkan
melalui proses kristalisasi bertingkat.
33
4) Kelompok senyawa yang
pemisahannya dilakukan melalui
kromatografi.
5) Kelompok senyawa yang diisolasi melalui proses-proses kimia
(Gunawan dan Mulyani, 2004).
Dengan pesatnya kemajuan instrumentasi analitik,
telah dapat dilakukan identifikasi yang tepat
atas penyusun minyak atsiri, termasuk
konstituen runutanya. Minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari senyawa terpen, yaitu suatu senyawa
produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke
dalam satuan-satuan isopren. Satuan-satuan isopren
(C5H8) ini terbentuk asetat melalui jalur biosintesis
asam mevalonat dan merupakan rantai bercabang lima
satuan atom karbon yang mengandung dua ikatan rangkap
(Gunawan dan Mulyani, 2004).
Selama proses biosintesis, satuan isopren saling
bergabung membentuk rantai yang lebih panjang dengan
kepala ke ekor. Jumlah persatuan yang bergandengan
dalam satuan terpen dapat dijadikan pedoman untuk
klasifikasi senyawa-senyawa ini. Senyawa yang terdiri34
dari 2 satuan isopren disebut sebagai mono (rumus
molekul C10H16), senyawa yang mengandung 3 satuan
isopren disebut seskuiterpen (C15H24), yang
mengandung 4 satuan isopren disebut triterpena
(C30H48), dan seterusnya (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Terpen yang paling sering terdapat sebagai komponen penyusun minyak
atsiri adalah monoterpen. Monoterpen banyak ditemui
dalam bentuk asiklis, monosiklis, serta bisiklis
sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi
seperti alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi, dan
ester. Terpen lain di bawah
35
monoterpen yang berperan penting sebagai
penyusun minyak atsiri adalah seskuiterpen dan
diterpen (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak
atsiri adalah senyawa golongan fenil propan. Senyawa
ini mengandung cincin fenil C6 dengan rantai samping
berupa propana C3 (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Minyak yang dihasilkan adalah minyak nilam
(patchouli). minyak ini digunakan sebagai (fiksatif)
dalam industri parfum, sabun, dan tonik rambut,
minyak ini juga digunakan dalam pembuatan sabun dan
kosmetik. Minyak nilam menciptakan bau yang khas
dalam suatu campuran, karena bau minyak nilam yang
enak dan wangi (Ketaren, 1985). Minyak nilam yang
diperoleh dengan cara destilasi air dan uap dari daun
nilam, dalam perdagangan disebut patchouli oil yaitu nama
sejaenis tanaman yang banyak di Hindustan. Pada
mulanya tanaman nilam dipakai sebagai pewangi
selendang oleh orang India, karena baunya yang khas
(Guenther, 1987).36
Minyak Nilam adalah minyak yang diperoleh
dengan cara penyulingan uap daun tanaman Pogostemon
cablin BETNH (Dewan Standarisasi
Nasional,
1998). Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk
seluruh dunia, karena setiap negara penghasil dan
pengekspor menentukan standar mutu minyak nilam
sendiri, misalnya standar mutu minyak nilam dari
Indonesia (SNI 06-2385-1998) Spesifikasi minyak nilam
menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 1.
37
Tabel 1. Spesifikasi Syarat Mutu Minyak Nilam Menurut SNI06-2385-1998,
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1.
2.
3.
4.
5
.6.
7.
7.1
7.2
7.3
7.4
Warna
Bobot jenis
20°C /20°C
Indeks bias
Kelarutan dalametanol 90%
pada suhu 20°C ± 3°C
Bilangan
asam
Bilangan
ester Zat-
zat asing
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kuning muda sampai
coklat tua
0,943-0,983
1,504-1,514
Larutan (jernih)
atau
opalesensi
ringan dalam
perbandingan
volume
1:10
Maks. 5.0
Maks. 10.0
Negatif
2.5.1. Kandungan Utama Minyak Nilam
Minyak nilam terdiri dari persenyawaan terpen
dengan alkohol-alkohol. Aldehid dan ester-ester
memberikan bau khas misalnya patchouli alkohol.
38
merupakan komponen yang terbesar. Komponen
penyusun dari minyak nilam adalah benzaldehid,
karyofilen, patchoulena, bulnesen dan patchouli
alkohol (Ketaren, 1985).
2.5.2. Parameter MutuMinyak Nilam
Beberapa parameter yang digunakan untuk
mengetahui standar mutu minyak nilam meliputi:
2.5.2.1.Bobot JenisMinyak Nilam
Prinsip Bobot jenis minyak nilam berdasarkan
perbandingan antara berat minyak dengan berat air
pada volume dan suhu (Dewan Standarisasi Nasional,
1995). Cara penentuan bobot jenis minyak nilam yaitu
dengan menggunakan alat piknometer. Piknometer dicuci
dan dibersihkan, kemudian dibasuh berturut-turut
dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer
dan tutupnya dikeringkan dengan arus udara kering.
Didiamkan pinometer di dalam lemari timbangan
selama 30 menit dan ditimbang (m). Piknometer diisi
dengan air suling yang telah dididihkan pada suhu
40
20°C. sambil menghindari adanya gelembung gelembung
udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air
pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit sisipkan
penutupnya kemudian dikeringkan piknometernya.
Piknometer didiamkan dalam lemari timbangan selama 30
menit, kemudian ditimbang dengan isinya (m1).
Piknometer tersebut dikosongkan, dan dicuci dengan
etanol dan dietil eter. Kemudian dikeringkan dengan
arus udara kering. Piknometer diisi dengan
contoh minyak dan hindari adanya gelembung-
gelembung udara. Piknometer dan penutupnya
dimasukkan kembali dalam
41
penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama
30 menit dan dikeringkan piknometer tersebut.
Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama
30 menit kemudian ditimbang dengan isinya (m2)
(Dewan Standarisasi Nasional,
1995).
2.5.2.2.Indeks BiasMinyak Nilam
Prinsip indeks bias minyak nilam didasarkan pada
pengukuran langsung sudut bias minyak yang
dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap (Dewan
Standarisasi Nasional, 1995). Cara penentuan indeks
bias minyak nilam yaitu dengan menggunakan alat
refraktometer. Air dialirkan melalui refraktometer
agar alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan
dilakukan, Suhu tidak boleh berbeda lebih dari ± 2°C
dari suhu referensi dan terus dipertahankan dengan
toleransi ± 0,2°C. Sebelum minyak tersebut
diletakkan di dalam alat, minyak harus berada pada
suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan
42
dilakukan. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil
(Dewan Standarisasi Nasional, 1995).
2.5.2.3.Bilangan AsamMinyak Nilam
Prinsip bilangan asam minyak nilam didasarkan atas
Jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk
menentralkan asam –asam bebas yang terdapat dalam
1 gram minyak Nilam (Dewan Standarisasi
Nasional, 1995). Cara penentuan bilangan asam minyak
nilam sangat sederhana, yaitu dengan cara minyak nilam
ditimbang 4 ± 0,05 gram, dilarutkan dalam 4ml etanol
netral pada
43
labu saponifikasi. ditambah 5 tetes larutan
Fenolftaein sebagai indikator. Larutan tersebut
dititrasi dengan KOH 0,4 N sampai warna merah muda
(Dewan Standarisasi Nasional, 1995).
2.5.2.4. Bilangan EsterMinyak Nilam
Prinsip bilangan ester minyak nilam berdasarkan
penyabunan ester-ester dengan larutan alkali
mentitrasi kembali kelebihan alkali tersebut (Dewan
Standarisasi Nasional, 1995). Cara penentuan
bilangan ester minyak nilam terlebih dahulu
dilakukan pengujian blanko, caranya labu
penyabunan diisi dengan beberapa potong batu didih
atau porselen, lalu ditambahkan 5ml etanol dan 25ml
larutan KOH 0,5 N dalam alkohol, direfluks di atas
penangas air mendidih selama 1 (satu) jam setelah
larutan mendidih, diamkan larutan hingga menjadi
dingin. Kondensor refluks dilepaskan dan ditambahkan 5
tetes larutan Fenolftaein dan kemudian dinetralkan
dengan HCl 0,5 N (Dewan Standarisasi Nasional, 1995).
44
Pada waktu yang sama dan dalam kondisi yang sama,
ditimbang contoh 4 gram ± 0,05 gram dan dimasukan ke
dalam labu. Dididihkan dengan hati-hati ditambahkan 25
ml larutan KOH 0,5 dalam alkohol dan beberapa potong
batu didih atau porselen kemudian dibiarkan larutan
menjadi dingin. Kondensator refluks dilepaskan,
ditambahkan 5 tetes larutan PP dan larutan dinetralkan
dengan HCl 0,5 N seperti pada penentuan blanko (Dewan
Standarisasi Nasional, 1995).
45
2.5.3. Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam
Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan
baku pengikat (fiksatif) dari kandungan utamanya
patchouli alcohol (C15H26) dan sebagai bahan
pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian
(Parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih
lama. Selain itu, minyak nilam digunakan
sebagai salah satu bahan campuran produk
kosmetik (di antaranya untuk pembuatan
sabun, pasta gigi, sampo, lotion dan deodorant),
kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk
essence atau penambah rasa), kebutuhan
farmasi (untuk pembuatan obat anti radang,
antifungi, antiserangga, serta dekongestan),
kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan
pengawet barang, serta berbagai kebutuhan
industri lainnya (Mangun, 2008).
Minyak nilam mempunyai banyak
keunggulan. Selain bermanfaat bagi berbagai
46
ragam kebutuhan industri, masa panen tanaman
nilam relaif singkat dan pengendalian tanaman
relative mudah dan potensi pasarnya sudah jelas.
Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena
kuota ekspor dan sampai saat ini belum ditemukan
bahan sintetis atau bahan pengganti yang dapat
menyamai manfaat minyak nilam ini. Oleh sebab
itu, kondisi dan potensi minyak nilam
tersebut merupakan basic power (Mangun, 2008).
BAB III
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, digunakan daun nilam aceh
(Pogostemon cablin Benth) sebagai objek penelitian. Pada
daun nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) diberikan
beberapa perlakuan untuk menghasilkan minyak atsiri
yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Adapun perlakuan yang diberikan untuk meningkatkan
47
mutu dari minyak atsiri nilam aceh ini adalah
sebagai berikut :
1. Penggunaan metode destilasi microwave baik dengan
pelarut, steam, maupun daun basah
2. Perbedaan ukuran daun baik dicacah dan dibiarkan
utuh
3. Perbedaan suhu pada proses pemanasan
4. Perbedaan waktu destilasi
Pada penelitian ini, pertama-tama daun nilam
aceh yang akan diisolasi minyak atsirinya diambil.
Adapun varietas daun nilam aceh yang digunakan
adalah varietas sidikalang yang dialmbil dari daerah
Klaten. Setelah itu, daun dijemur kurang lebih
selama 3-4 hari sehingga kandungan air yang terdapat
pada daun tersebut sekitar 14-17%.
Terdapat perbedaan perlakuan yang dilakukan
yaitu daun nilam aceh yang digunakan adalah daun
yang dicacah dengan ukuran ± 2cm dan daun nilam utuh
yaitu dengan ukuran sekitar 4-5cm. Selain itu juga
digunakan daun yang tidak melewati proses
48
pengeringan dan langsung di destilasi.
Untuk meningkatkan kualitas dari minyak atsiri
yang dihasilkan oleh daun nilam aceh ini adalah
penggunaan gelombang mikro(microwave) yang akan
meningkatkan randemen dari minyak atsiri yang
dihasilkan. Adapun prinsip dari microwave distillation
atau destilasi uap air dengan gelombang mikro ini
adalah penambahan microwave akan berpengaruh pada
variabel suhu. Adapun fungsi microwave ini adalah agar
pemanasan lebih merata sehingga panas dibangkitkan
dari dalam bahan dan sifat panasnya lebih selektif
sehingga energi yang digunakan akan lebih kecil.
Adapun rangkaian alat dari micriwave distillation ini
adalah sebagai berikut :
49
Keterangan gambar 1 :
1. Labu leher dua 7.Termokopel
2. Pengatur daya 8 .Heating mantle
3. Pengatur timer 9. Pengatur suhu
4. Kondensor Liebig 10.termometer
5. Corong pemisah 11.Labu (1000 ml)
6. Erlenmeyer
Gambar 1. Skema Peralatan Microwave Distillation dengan
Steam
Pertama, sebanyak 100 gram daun nilam aceh
50
ditimbang dan kemudian dimasukkan kedalam labu
destilasi berleher dua. Selanjutnya, air dimasukkan
kedalam labu destiasi yang lain dan dipanaskan dengan
menggunakan heating mantle. Adapun fungsi dari air yang
dipanaskan ini adalah sebagain steam generator yang
merupakan salah satu variabel dalam penelitian ini.
setelah itu, pemanas microwave dinyalakan dan diatur
suhunya sesuai dengan variabel suhu yang telah
ditentukan. Adapun fungsi penggunaan microwave agar
pemanasan mrata dan panas bersifat selektif serta
berasala dari komponen yang didestilasi itu sendiri.
Selanjutnya, waktu diukur dari destilat pertama
menetes hingga proses destilasi dihentikan. Destilat
yang dihasilkan langsung menetes menuju corong pemisah.
Hal ini dikarenakan komponen destiulat yaitu minyak
atsiri akan dipisahkan dari air yang masih terkandung
di dalamnya.
Setelah minyak atsiri dipisahkan dengan air,
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk
selanjutnya disimpan di dalam freezer. Adapun fungsi
penyimpanan minyak atsiri di dalam freezer aga dihasilkan
51
minya atsiri yang telah bebas dari air. Selanjutnya
dilakukan penelitian dengan menggunakan metode microwave
distillation dengan menggunakan pelarut. Adapun langkah
kerjanya sama, namun tidak menggunakan steam generator.
Setelah proses destilasi selesai dilakukan,
dilanjutkan dengan analisa minyak atsiri yang telah
bebas dari air. Dari segi waktu destilasi, diperoleh
hasil yang berbeda. Adapun perbedaan ini disajikan pada
grafik seperti yang terdapa di bawah ini :
Hubungan rendemen terhadap waktu minyak untuk
suhu 1200C
Dari grafik diatas, dapat dianalisa bahwa pada
52
sumbu x terdapat waktu yang digunakan sedangkan pada
sumbu y terdapat rendemen yang dihasikan untuk setiap
waktu. Adapun waktu optimum yang dapat menghasilkan
rendemen maksimum adalah sekitar 60-120 menit. Walaupun
pada wakru sekitar 120-140 menit terdapat peningkatan
rendeman, namun kandungan minyak atsiri pada daun nilam
sudah berkurang dan kemungkinan daun nilam akan hangus.
Selain itu, tujuan digunakannya microwave distillation
pada penelitian ini agar waktu yang digunakan untuk
mengisolasi minyak atsiri dari daun nilam ini menjadi
lebih efektif dan singkat dibandingkan metode yang
digunakan sebelumnya yaitu hydro distillation maupun hydro-
steam distillation. Berikut merupakan tabel perbandingan
rendeman yang dihasilkan serta lama waktu proses
pengisolasian minyak atsiri dari daun nilam aceh.
Hasil penelitian
microwave distillation
Bangkit Yotama dan
Yuni
Pratidina 2011
53
Parameter
yang
Dianalisa
%
rendeman1,3
6-2,46
1,46-waktu
MDP
MDS
1,36-2,46
1,46-1,95
60-120menit 120-
140menit
Convential
steam
sprager
agigator
1,94
1,97
8 jam
8 jam
dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dengan
menggunakan metode microwave distillation akan mempersingkat
waktu dan rendeman yang dihasilkan lebih tinggi.
Dari pengaruh ukuran daun, dapat dianalisis bahwa
ukuran mempengaruhi rendeman yang dihasilkan. Dimana
daun yang dicacah akan menghasilkan rendeman yang lebih
tinggi. hal ini disebabkan, dengan memperluas permukaan
bidang sentuh akan memercepat laju reaksi. Selain itu
juga, menurut literatur proses pencacahan(perajangan)
54
akan menyebabkan kelenja-kelenjar minyak menjadi
terbuka sehingga lebih mudah dihasilkan minyak
atsirinya. Sehingga volume minyak atsiri yang
dihasilkan akan lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri
yang dihasilkan oleh daun yang utuh. Hal itu dapat
dilihat dari grafik dibawah ini.
Hubungan rendemen terhadap waktu minyak pada MDP suhu
1050C
55
Hubungan rendemen terhadap waktu minyak pada MDS suhu
1050C
Dari grafik diatas, dapat dianalisis bahwa dengan
metode apapun, apabila daun nilam yang digunakan telah
dicacah akan menghasilkan minyak atsiri dengan rendeman
yang lebih tinggi.
Selanjutnya, yang terpenting adalah pengaruh
metode destilasi yang digunakan. Karena variabel yang
diberi yaitu microwave distillation dengan steam serta
microwave distillation dengan pelarut. Dari kedua metode
tersebut, dapat diketahui bahwa metode microwave
56
distillation dengan pelarut menghasilkan rendeman yang
lebih tinggi, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Hubungan rendemen terhadap waktu minyak pada daun
utuh (4-5cm) suhu 1200C
Hubungan rendemen terhadap waktu minyak pada daun
cacah(±2cm) suhu 1200C
Dari kedua gtafik diatas, terlihat bahwa dengan
57
menggunakan metode microwave distillation dengan pelarut
menghasilkan rendeman yang lebih tinggi dengan waktu
60 menit karena dengan menggunakan pelarut dapat
membantu membuka pori-pori daun nilam yang mana
terdapat kantung-kantung minyak di dalamnya. Sehingga
pada proses destilasi, minyak-minyak tersebut akan
ikut menguap beserta pelarut yang digunakan.
Selain variabel-variabel diatas, suhu juga
mempengaruhi rendeman dari minyak atsiri nilam yang
dihasilkan. Dimana pada penelitian, suhu optimum untuk
mengasilkan minyak atsiri dengan rendeman yang tinggi
adalah suhu 120°.
Pengaruh suhu ini dapat kita lihat dari grafik dibawah
ini.
58
Grafik hubungan waktu vs rendemen minyak pada daun MDP
daun cacah (±2cm)
Dari beberapa variabel diatas dan hasil analisa
kualitas minyak nilam, diketahui bahwa minyak nilam
yang dihasilkan sudah sesuai dengan SNI. Hanya terdapat
perbedaan pada densitas karena minyak nilam yang
dihasilkan ada percobaan mengandung molekul air
sehingga densitas yang dihasilkan lebih berat
dibandingkan densitas minyak nilam yang sesuai dengan
SNI.
Adapun komponen utama dari minyak nilam ini adalah
patchouli alcohol, dimana patchouli alcohol lebih banyak
dihasilkan dari daun nilam yang dicacah dibandingkan
daun nilam yang utuh.
BAB IV
59
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di dalam makalah ini, dapat diperoleh
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kualitas dari minyak atsiri dari
daun nilam dapat digunakan metode microwave distillation
2. Metode yang lebih baik untuk meningkatkan nilai
rendeman dari minyak atsiri daun nilam adalah metode
microwave distillation dengan pelarut.
3. Variabel yang mempengaruhi kualitas dari minyak
atsiri daun nilam adalah waktu, suhu, metode, serta
ukuran dari daun nilam
4. Komponen utama dari minyak atsiri daun nilam adalah
patchouli alcohol.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :
1. Pada metode microwave distillation dengan pelarut,
sebaiknya minyak atsiri yang dihasilkan dikurangi
60
kandungan airnya agar densitasnya sesuai dengan
densitas yang sudah ditetapkan oleh SNI.
DAFTAR PUSTAKA
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri (Jilid I). Penerjemah
S. Ketaren. Universitas Indonesia (UI- Press).
Jakarta
Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri.
Balai Pustaka. Jakarta.
Mangun, H.M.S. (2009). Nilam. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sastrohamidjojo,H. 2002. Kimia MinyakAtsiri. FMIPA UGM.
Yogyakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 1991.”Minyak Nilam”.
Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
61