pembahasan jurnal destilasi

62
RINGKASAN Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatil oil ) yang dihasilkan oleh tanaman. Diperoleh dari akar, batang, daun, bunga tanaman. Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanamannya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan, flavoring agent” dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai pencampur rokok kretek serta sebagai aromatheraphy. Beberapa hal yang dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan kualitas minyak nilam, antara lain adalah proses pembudidayaan tanaman nilam, teknik distilasi dan per alatan yang digunakan, perlakuan bahan baku, proses pemurnian minyak nilam serta pengemasan produk minyak nilam. Ada beberapa jenis metode yang bisa dilakukan untuk memisahkan atau mendapatkan minyak nilam, antara lain penyulingan (distilasi), ekstraksi dan lain – lain. Untuk menaikkan harga jual minyak atsiri dan 1

Transcript of pembahasan jurnal destilasi

RINGKASAN

Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris

atau minyak terbang (essential oil, volatil oil ) yang dihasilkan oleh

tanaman. Diperoleh dari akar, batang, daun, bunga tanaman.

Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu

kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir

(pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanamannya,

umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut

dalam air.Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk

pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan,

“flavoring agent” dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai

pencampur rokok kretek serta sebagai aromatheraphy.

Beberapa hal yang dapat dijadikan solusi untuk

meningkatkan kualitas minyak nilam, antara lain adalah proses

pembudidayaan tanaman nilam, teknik distilasi dan per alatan

yang digunakan, perlakuan bahan baku, proses pemurnian minyak

nilam serta pengemasan produk minyak nilam. Ada beberapa

jenis metode yang bisa dilakukan untuk memisahkan atau

mendapatkan minyak nilam, antara lain penyulingan

(distilasi), ekstraksi dan lain – lain.

Untuk menaikkan harga jual minyak atsiri dan

1

mengoptimalkan potensi minyak atsiri, maka perlu dilakukan

usaha untuk menaikkan mutunya sehingga sesuai dengan standart

mutu (SNI). Salah satu cara adalah memperbaiki teknik

destilasi dan memperbaiki kondisi operasi agar proses

distilasi dapat menghasilkan minyak atsiri dengan standart

mutu yang berlaku. Penelitian ini dilakukan dengan

memanfaatkan gelombang mikro (microwave), pertama daun

nilam sebanyak 100 gram ditambahkan pelarut atau steam untuk

variabel daun kering,untuk daun kering di labu distilasi II

diberi steam dari labu distilasi I yang bersuhu 100oC dan

tekanannya ± 1 atm yang dialirkan ke labu distilasi II,

sedangkan untuk daun kering dengan penambahan pelarut

kemudian memanaskan labu destilasi yang berisi daun nilam

dengan mengatur daya pemanas dan suhu pada proses distilasi

sesuai dengan variabel yang ditentukan. Kemudian

menampung destilat dan memisahkan air dengan minyak

menggunakan corong pemisah kemudian minyak disimpan ke dalam

freezer, kemudian menganalisa minyak yang dihasilkan. Dari

hasil penelitian diperoleh %rendemen minyak yang dihasilkan

dengan menggunakan MDP lebih besar daripada menggunakan MDS

untuk daun nilam utuh maupun daun nilam cacah (±2cm).

2

Perlakuan daun cacah (±2cm) lebih baik secara kuantitas

dibandingkan dengan perlakuan daun utuh. Dan % pactchouli

alcohol pada daun nilam cacah lebih besar dibandingkan dengan

daun nilam utuh.

BAB I

3

PENDAHULUAN

Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris

atau minyak terbang (essential oil, volatil oil ) yang dihasilkan oleh

tanaman. Diperoleh dari akar, batang, daun, bunga tanaman.

Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu

kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir

(pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanamannya,

umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut

dalam air.Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk

pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan,

“flavoring agent” dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai

pencampur rokok kretek serta sebagai aromatheraphy.

Komposisi dari minyak atsiri sangatlah kompleks sekitar

40 atau lebih senyawa, terutama terpenoid, yaitu sesquiterpen

- sesquiterpen dan ester[1]. Indonesia adalah satu penghasil

minyak nilam terbesar di dunia. Minyak nilam merupakan

komoditas ekspor, sebesar 85,6% dari total produksi diekspor

ke luar negeri [2]. Sebagai komoditas ekspor, harga nilam di

dalam negeri tergantung dari harga internasional, maka

kesejah-teraan petani nilam juga sangat tergantung dari

harga internasional. Walaupun Indonesia mensuplai sekitar

4

75% sampai 90 % [3,4] dari kebutuhan dunia, tetapi

keberadaan nilam di negeri ini mengalami banyak kendala

[5]. Beberapa kendala umum yang ditemui adalah a) rendahnya

rendemen minyak nilam yang diperoleh, b) mutu minyak rendah

dan beragam, c) penyediaan produk tidak kontinyu dan d) harga

yang terjadi berfluktuasi. Permasalahan-permasalahan di atas

erat kaitannya satu dengan yang lainnya sehingga diperlukan

upaya dan terobosan-terobosan baru yang saling dapat

menghilangkan permasalahan tersebut. Produksi minyak

nilam di Indonesia terkonsentrasi di tiga wilayah yang

berbeda: provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Provinsi lainnya seperti Bengkulu dan lampung dan beberapa

wilayah lainnya di Jawa sekarang sedang berusaha untuk

mengembangkan komoditas ini. Sekarang ini minyak nilam

Indonesia untuk ekspor terutama di produkasi di Aceh,

Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Minyak nilam Indonesia sangat terkenal karena memiliki

kwalitas yang paling baik di pasar dunia. Ini ditunjukkan

dengan pendudukannya mencapai 80-90% pangsa pasar

global. Pada saat ini tidak ada cukup suplai nilam untuk

memenuhi permintaan global. Volume ekspor minyak nilam

5

semakin meningkat setiap tahunnya sebesar 6% selam 10 tahun

terakhir [7,9] dan permintaan minyak nilam di seluruh dunia

tiap tahunnya adalah antara 1200-1400 ton. Karena sebesar

80-90% produksi sekarang ini dipasok oleh Indonesia.

Indonesia sebenarnya memonopoli komiditas ini. Hal ini

menghadirkan peluang tertentu bagi industri minyak nilam di

Indonesia.

Beberapa hal yang dapat dijadikan solusi untuk

meningkatkan kualitas minyak nilam, antara lain adalah proses

pembudidayaan tanaman nilam, teknik distilasi dan per alatan

yang digunakan, perlakuan bahan baku, proses pemurnian minyak

nilam serta pengemasan produk minyak nilam. Ada beberapa

jenis metode yang bisa dilakukan untuk memisahkan atau

mendapatkan minyak nilam, antara lain penyulingan

(distilasi), ekstraksi dan lain – lain. Tetapi saat ini

yang sering digunakan adalah penyulingan. Dari segi

teknik distilasi yang digunakan, dengan menggunakan

metode distilasi uap-air (steam-hydro distillation) dapat

dihasilkan rendemen minyak nilam yang lebih bagus

dibandingkan denganmetode konvensional yang menggunakan

distilasi air (water distillation).

6

Selain itu, diperlukan juga kondisi operasi dan desain

alat yang optimal sehingga didapatkan minyak nilam yang

memiliki kualitas yang baik. Namun dengan metode tersebut

dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan minyak

nilam yang bagus. Oleh karena itu perlu ditemukan metode

baru yaitu microwave distillation yang dapat mempercepat proses

distilasi dengan waktu yang lebih cepat serta ketersediaan

microwave yang cukup mudah didapatkan di masyarakat.

Adapun tujuan penelitian dari jurnal ini adalah untuk

mempelajari proses pengambilan minyak nilam (patchouli alcohol)

dari daun nilam dengan menggunakan microwave distillation.

Mempelajari beberapa faktor yang berpengaruh seperti

pengaruh waktu penyulingan minyak daun nilam, kondisi daun,

perlakuan bahan (dicacah ± 2 cm dan daun utuh) terhadap

rendemen dan mutu minyak nilam yang dihasilkan.

7

BABII

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Nilam

Spesies : Pogostemon cablin Benth

Famili : Labiatae

Hasil : minyak nilam atau minyak “ patchouli”

Rendemen : 3,5

% Sumber :

daun

Komponen Penyusun : senyawa-senyawa kelompok

seskuiterpen Kegunaan : bahan pewangi

tekstil, karpet, korigen odoris (Gunawan dan

Mulyani, 2004).8

2.2. Jenis-Jenis Tanaman Nilam

Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman

nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Namun, nilam aceh lebih dikenal dan telah ditanam

secara meluas. Selain itu, dikenal pula jenis nilam

jawa dan nilam sabun. Secara garis besar, jenis

nilam menurut literatur yang ada sebagai berikut

(Mangun,

2008).

2.2.1. Nilam Aceh

Nilam aceh (Pogostemon Cablin Benth atau Pogostemon Patchouli)

merupakan tanaman standar ekpor yang direkomendasikan karena memiliki aroma

9

khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi,

yaitu 2,5-5% dibandingkan jenis lain. Nilam aceh

dikenal pertama kali dan ditanam secara meluas hampir

di seluruh wilayah Aceh. Sebenarnya jenis tanaman

nilam ini berasal dari Filipina, yang kemudian

ditanam dan dikembangkan jugadi wilayah

Malaysia, Madagaskar, Brazil, serta Indonesia.

Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia

mengembangkan nilam aceh secara khusus (Mangun, 2008).

2.2.2.Nilam Jawa

Nilam jawa (Pogostemon heyneatus Benth) disebut

juga nilam hutan. Nilam ini berasal dari India dan

masuk ke Indonesia serta tumbuh meliar di beberapa

hutan di Pulau Jawa. Jenis tanaman ini hanya memiliki

minyak sekitar

0,5-1,5%. Jenis daun dan rantingnya tidak memiliki

bulu-bulu halus dan ujung daunnya agak meruncing

(Mangun, 2008).

2.2.3. Nilam10

Sabun

Zaman dahulu, tanaman nilam sabun (Pogostemon

hortensis Backer) sering digunakan untuk mencuci pakaian,

terutama kain jenis batik. Jenis nilam ini hanya

memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5%. Selain

itu, komposisi kandungan minyak yang dimiliki dan

dihasilkannya tidak baik sehingga minyak dari jenis

nilam ini tidak memperoleh pasaran dalam bisnis minyak

nilam. Oleh sebab itu, nilam jawa dan nilam sabun

tidak direkomendasikan sebagai tanaman komersial

karena kandungan minyaknya relatif sangat sedikit.

Selain itu, aroma yang dimiliki keduanya berbeda

dengan nilam aceh dan komposisi kandungan

11

minyaknya tidak baik. Keunggulan minyak nilam

Indonesia sudah dikenal sekaligus sudah diakui oleh

berbagai negara yang menjadi konsumen (importir) minyak

tersebut. Baunya lebih harum dan tahan lama bila

dibandingkan nilam produksi negri lain. Hal ini

menyebabkan nilam Indonesia disegani dipasaran

internasional (Mangun, 2008) .

Andil Indonesia dalam perdagangan minyak nilam

dunia mampu mencapai lebih dari 70%, selebihnya

dipasok negara produsen lain terutama Cina, Malaysia,

dan Brazil. Karena andil yang sangat besar itu, tidak

heran kalau Indonesia pun memperoleh julukan terhormat

dalam kaitannya dengan komoditas minyak nilam, yakni

produsen minyak nilam terbesar di dunia. Meskipun

demikian prestasi tersebut hendaknya tetap

dipertahankan di kemudian hari. Artinya, kalau

komoditas ini pada waktu mendatang tidak mendapat

penanganan yang lebih seksama, tidak menutup

kemungkinan kalau negara produsen yang lain akan dapat

menggantikan posisi Indonesia. Hal ini tentu saja

sangat merugikan, mengingat devisa yang berhasil12

diraih dari hasil ekspor minyak nilam selama ini telah

cukup berperan nyata dalam ekspor nonmigas (Mangun,

2008).

Kendatipun mampu tampil pada peringkat paling

atas sebagai Negara produsen sekaligus juga

eksportir minyak nilam dunia, tetapi sampai saat

ini volume ekspor minyak nilam Indonesia masih

menunjukkkan angka yang senantiasa berfluktuasi. Salah

satu penyebabnya yaitu tingkat produksi minyak nilam

belum mantap (Mangun, 2008).

13

2.3. Manfaat Dan Kegunaan Nilam

Tanaman nilam (Pogostemin Patchouli) disebut juga

sebagai Pogostemon Cablin Benth merupakan tanaman perdu

wangi berdaun halus dan berbatang segi empat. Daun

kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak

nilam (patchouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai

kegiatan industri. Fungsi utama minyak nilam sebagai

bahan baku (fiksatif) dari komponen kandungan

utamanya yaitu patchouli alkohol (C15H26) dan sebagai

bahan pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian

(parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama.

Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan

campuran produk kosmetik (diantaranya untuk pembuatan

sabun, pasta gigi, sampoo, lotion, dan deodorant),

kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk essence

atau penambah rasa), kebutuhan farmasi (untuk

pembuatan anti radang, antifungi, anti serangga,

afrodisiak, anti inflamasi, antidepresi, antiflogistik,

serta dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku

compound dan pengawetan barang, serta berbagai

kebutuhan industri lainnya (Mangun, 2008).

14

2.4. Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa

proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk

karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia

dengan adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam

sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang

terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak

terpentin dari pohon pinus. Minyak atsiri selain

dihasilkan oleh tanaman dapat

15

juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh

enzim atau dapat dibuat secara sintesis (Ketaren,

1985).

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai

campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur

karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta

beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur

nitrogen (N) dan belerang (S). umumnya komponen kimia

dari dalam minyak atsiri terdiri dari campuran hidrogen

dan turunannya yang mengandung Oksigen yang disebut

dengan Terpen atau terpenoid. Terpen merupakan

persenyawaan hidrogen tidak jenuh dan satuan terkecil

dari molekulnya disebut isopren (CsHa). Senyawa

terpen mempunyai rangka Karbon yang terdiri dari 2

atau lebih satuan isopren. Klasifikasi dari terpen di

dasarkan atas jumlah satuan isopren yang terdapat

dalam molekulnya yaitu : monoterpen, seskuiterpen,

diterpen, triterpen, tetraterpen dan politerpen yang

masing-masing terdiri dari 2, 3, 4, 6, 8 dan n

satuan isopren. Rantai molekul terpen dalam minyak

atsiri merupakan rantai terbuka (terpen alifatis) dan16

rantai melingkar (terpen siklis) (Finer, 1959).

Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan

di pasaran internasional, sekitar 9-12 macam atau

jenis minyak atsiri di suplai dari Indonesia. Oleh

sebab itu, Indonesia termasuk negara produsen

besar yang cukup diandalkan dan menjadi negara

pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik.

Kondisi tersebut disebabkan faktor dan kondisi iklim

serta jenis dan tingkat kesuburan tanah yang dimiliki

Indonesia, yang sesuai dengan syarat tumbuh dari

tanaman nilam (patchouli), akar wangi (vetyver),

kenanga (cananga), kayu putih (cajeput), serta melati

(yasmin) (Mangun, 2008).

17

Dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak

atsiri tersebut, didapat hasil berupa minyak nilam

(patcauli oil), minyak sereh wangi (citronella), akar

wangi (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih

(cajeput), serta minyak melati (yasmin) (Mangun, 2008).

2.4.1. Keberadaan Minyak Atsiri Dalam Tanaman

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ,

seperti di dalam rambut kelenjar (pada famili

Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili

Piperaceae), di dalam saluran minyak seperti

vittae (famili Umbelliferae), di dalam rongga-rongga

skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan

Rutaceae), terkadang dalam semua jaringan (pada

famili Conaferae). Pada bunga mawar, kandungan

minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota

bunga, pada kayu manis banyak ditemui pada kulit

batang (korteks), pada famili Umbelliferae banyak

terdapat pada perikarp buah, pada Menthae sp. terdapat

dalam rambut kelenjar batang dan daun, serta pada

jeruk terdapat dalam kulit buah dan helai daun

18

(Gunawan dan Mulyani, 2004).

Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung

oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin

dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida

tertentu. Peran paling utama dari minyak atsiri

terhadap tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir

serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai

pengusir hewan-hewan pemakan daun lainnya. Namun

sebaliknya, minyak atsiri juga berfungsi sebagai

penarik serangga guna membantu terjadinya penyerbukan

19

silang dari bunga. Berdasarkan atas usul-usul

biosintetik, konstituen kimia dari minyak atsiri dapat

dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:

• Keturunan terpena yang terbentuk melalui jalur

biosintetis asam asetat mevalonat.

• Senyawa aromatik yang terbentuk lewat jalur

sintetis asam sikimat, fenil propanoid (Gunawan

dan Mulyani, 2004).

2.4.2 Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut :

• Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.

• Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau

tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu dengan

yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari

macam dan intensitas bau dari masing-masing

komponen penyusun.

• Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam,

menggigit, memberi kesan hangat sampai panas,

atau justru dingin ketika sampai dikulit,

tergantung dari jenis komponen penyusunnya.20

• Dalam keadaan mur ni (belum tercemar oleh

senyawa-senyawa lain) mudah menguap pada suhu

kamar sehingga bila diteteskan pada selembar

kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak

meninggalkan bekas noda pada kertas yang ditempel.

• Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali

dan tidak bisa berubah menjadi tengik

(rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang

tersusun oleh asam-asam lemak.

21

• Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh

lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar

matahari (terutama gelombang ultra violet), dan

panas karena terdiri dari berbagai macam komponen

penyusun.

• Indeks bias umumnya tinggi.

• Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar

bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik

karena banyak komponen penyusun yang memiliki

atom C asimetrik.

• Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air,

tetapi cukup dapat larut hingga dapat

memberikan baunya kepada air walaupun

kelarutannya sangat kecil.

• Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.4.3. Parameter Minyak Atsiri

Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar

untuk mengenali kualitas minyak atsiri meliputi:

2.4.3.1. Berat Jenis

Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting22

dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri.

Nilai berat jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai

perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada

volume air yang sama dengan volume minyak pada yang

sama pula. Berat jenis sering dihubungkan dengan

fraksi berat komponen-komponen yang terkandung

didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung

dalam minyak, maka semakin besar pula nilai

23

densitasnya. Biasanya berat jenis komponen terpen

teroksigenasi lebih besar dibandingka n dengan

terpen tak teroksigenasi (Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.3.2. Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara

kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan

cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu.

Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan

komponen-komponen yang tersusun dalam minyak atsiri

yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis

dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat

mempengaruhi nilai indeks biasnya. Semakin banyak

komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau

komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka

kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga

cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan.

Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar.

Menurut Guenther, nilai indeks juga dipengaruhi salah

satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak nilam

tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka

24

semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat

dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang

datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias

yang besar lebih bagus dibandingka n dengan minyak

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil

(Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.3.3. Putaran optik

Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan

menggunakan alat polarimeter yang nilainya dinyatakan

dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri

jika

25

ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka

memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah

kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary).

Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria

kemurnian suatu minyak atsiri (Sastrohamidjojo, 2004) .

2.4.3.4.Bilangan Asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam

minyak atsiri. Bilangan asam yang semakin besar dapat

mempengaruhi terhadap kualitas minyak atsiri. Yaitu

senyawa-senyawa asam tersebut dapat merubah bau khas

dari minyak atsiri. Hal ini dapat disebabkan oleh

lamanya penyimpanan minyak dan adanya kontak antara

minyak atsiri yang dihasilkan dengan sinar dan udara

sekitar ketika berada pada botol sampel minyak pada

saat penyimpanan. Karena sebagian komposisi minyak

atsiri jika kontak dengan udara atau berada pada

kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi

dengan udara (oksigen) yang dikatalisi oleh cahaya

sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Jika

penyimpanan minyak tidak diperhatikan atau secara26

langsung kontak dengan udara sekitar, maka akan

semakin banyak juga senyawa-senyawa asam yang

terbentuk. Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri

terutama golongan aldehid dapat membentuk gugus asam

karboksilat sehingga akan menambah nilai bilangan asam

suatu minyak atsiri. Hal ini juga dapat disebabkan

oleh penyulingan pada tekanan tinggi (temperatur

tinggi), dimana pada kondisi tersebut kemungkinan

terjadinya proses oksidasi sangat besar. Bilangan asam

adalah ukuran dari asam lemak bebas, serta dihitung

berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau

campuran asam lemak.

27

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH

0,1N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas

yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak

(Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.3.5. Kelarutan DalamAlkohol

Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus

OH. Karena alkohol dapat larut dengan minyak atsiri

maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan

tersebut terdapat komponen-komponen terpen

teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan

oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam

minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung

persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut

daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi

kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin

sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi

merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai

gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

28

semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol

(biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak

atsirinya semakin baik (Sastrohamidjojo, 2004) .

2.4.4. Metode PenyulinganMinyak Atsiri

Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga

macam metode penyulingan, yaitu :

29

2.4.4.1. Penyulingan Dengan Air

Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak

langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung

di atas air atau terendam secara sempurna tergantung

dari bobot jenis dan jumlah bahan yang

disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan

yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung,

mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau

dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau

berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak

langsung antara bahan dengan air mendidih. Beberapa

jenis bahan (misalnya bubuk buah badam, bunga mawar,

dan orange blossoms) harus disuling dengan metode ini,

karena bahan harus tercelup dan bergerak bebas dalam

air mendidih. Jika disuling dengan metode uap

langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk

gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat

berpenetrasi ke dalam bahan (Guenther, 1987).

2.4.4.2. Penyulingan Dengan Air Dan Uap

Pada metode penyulingan ini, bahan olah

30

diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang.

Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air

berada tidak jauh dari bawah saringan. Air dapat

dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh

yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari

metode ini adalah:

1. uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas.

2. bahan yang disuling hanya berhubungan dengan

uap dan tidak dengan air panas (Guenther, 1987).

31

2.4.4.3. Penyulingan Dengan Uap

Metode ketiga disebut penyulingan uap, atau

penyulingan uap langsung dan prinsipnya sama dengan

yang telah dibicarakan diatas, kecuali air tidak

diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap

jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih

dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap

melingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan,

dan uap bergerak keatas melalui bahan yang terletak di

atas saringan (Guenther, 1987).

Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar

dari ketiga proses penyulingan. Tetapi bagaimanapun

juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan

kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti,

karena tergantung pada metode yang dipakai dan

reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya

penyulingan (Guenther, 1987).

2.5. Kandungan Kimia Minyak Atsiri

Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa

tunggal, tetapi merupakan campuran komponen yang

32

terdiri dari tipe-tipe berbeda. Berdasarkan cara

isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat

dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :

1) Kelompok yang mengkr istal pada suhu rendah, misalnya stearoptena.

2) Kelompok senyawa yang dapat dipisahkan

melalui proses destilasi bertingkat.

3) Kelompok senyawa yang dipisahkan

melalui proses kristalisasi bertingkat.

33

4) Kelompok senyawa yang

pemisahannya dilakukan melalui

kromatografi.

5) Kelompok senyawa yang diisolasi melalui proses-proses kimia

(Gunawan dan Mulyani, 2004).

Dengan pesatnya kemajuan instrumentasi analitik,

telah dapat dilakukan identifikasi yang tepat

atas penyusun minyak atsiri, termasuk

konstituen runutanya. Minyak atsiri sebagian besar

terdiri dari senyawa terpen, yaitu suatu senyawa

produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke

dalam satuan-satuan isopren. Satuan-satuan isopren

(C5H8) ini terbentuk asetat melalui jalur biosintesis

asam mevalonat dan merupakan rantai bercabang lima

satuan atom karbon yang mengandung dua ikatan rangkap

(Gunawan dan Mulyani, 2004).

Selama proses biosintesis, satuan isopren saling

bergabung membentuk rantai yang lebih panjang dengan

kepala ke ekor. Jumlah persatuan yang bergandengan

dalam satuan terpen dapat dijadikan pedoman untuk

klasifikasi senyawa-senyawa ini. Senyawa yang terdiri34

dari 2 satuan isopren disebut sebagai mono (rumus

molekul C10H16), senyawa yang mengandung 3 satuan

isopren disebut seskuiterpen (C15H24), yang

mengandung 4 satuan isopren disebut triterpena

(C30H48), dan seterusnya (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Terpen yang paling sering terdapat sebagai komponen penyusun minyak

atsiri adalah monoterpen. Monoterpen banyak ditemui

dalam bentuk asiklis, monosiklis, serta bisiklis

sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi

seperti alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi, dan

ester. Terpen lain di bawah

35

monoterpen yang berperan penting sebagai

penyusun minyak atsiri adalah seskuiterpen dan

diterpen (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak

atsiri adalah senyawa golongan fenil propan. Senyawa

ini mengandung cincin fenil C6 dengan rantai samping

berupa propana C3 (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Minyak yang dihasilkan adalah minyak nilam

(patchouli). minyak ini digunakan sebagai (fiksatif)

dalam industri parfum, sabun, dan tonik rambut,

minyak ini juga digunakan dalam pembuatan sabun dan

kosmetik. Minyak nilam menciptakan bau yang khas

dalam suatu campuran, karena bau minyak nilam yang

enak dan wangi (Ketaren, 1985). Minyak nilam yang

diperoleh dengan cara destilasi air dan uap dari daun

nilam, dalam perdagangan disebut patchouli oil yaitu nama

sejaenis tanaman yang banyak di Hindustan. Pada

mulanya tanaman nilam dipakai sebagai pewangi

selendang oleh orang India, karena baunya yang khas

(Guenther, 1987).36

Minyak Nilam adalah minyak yang diperoleh

dengan cara penyulingan uap daun tanaman Pogostemon

cablin BETNH (Dewan Standarisasi

Nasional,

1998). Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk

seluruh dunia, karena setiap negara penghasil dan

pengekspor menentukan standar mutu minyak nilam

sendiri, misalnya standar mutu minyak nilam dari

Indonesia (SNI 06-2385-1998) Spesifikasi minyak nilam

menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 1.

37

Tabel 1. Spesifikasi Syarat Mutu Minyak Nilam Menurut SNI06-2385-1998,

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1.

2.

3.

4.

5

.6.

7.

7.1

7.2

7.3

7.4

Warna

Bobot jenis

20°C /20°C

Indeks bias

Kelarutan dalametanol 90%

pada suhu 20°C ± 3°C

Bilangan

asam

Bilangan

ester Zat-

zat asing

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kuning muda sampai

coklat tua

0,943-0,983

1,504-1,514

Larutan (jernih)

atau

opalesensi

ringan dalam

perbandingan

volume

1:10

Maks. 5.0

Maks. 10.0

Negatif

2.5.1. Kandungan Utama Minyak Nilam

Minyak nilam terdiri dari persenyawaan terpen

dengan alkohol-alkohol. Aldehid dan ester-ester

memberikan bau khas misalnya patchouli alkohol.

38

Patchouli alkohol merupakan senyawa yang menentukan

bau minyak nilam dan

39

merupakan komponen yang terbesar. Komponen

penyusun dari minyak nilam adalah benzaldehid,

karyofilen, patchoulena, bulnesen dan patchouli

alkohol (Ketaren, 1985).

2.5.2. Parameter MutuMinyak Nilam

Beberapa parameter yang digunakan untuk

mengetahui standar mutu minyak nilam meliputi:

2.5.2.1.Bobot JenisMinyak Nilam

Prinsip Bobot jenis minyak nilam berdasarkan

perbandingan antara berat minyak dengan berat air

pada volume dan suhu (Dewan Standarisasi Nasional,

1995). Cara penentuan bobot jenis minyak nilam yaitu

dengan menggunakan alat piknometer. Piknometer dicuci

dan dibersihkan, kemudian dibasuh berturut-turut

dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer

dan tutupnya dikeringkan dengan arus udara kering.

Didiamkan pinometer di dalam lemari timbangan

selama 30 menit dan ditimbang (m). Piknometer diisi

dengan air suling yang telah dididihkan pada suhu

40

20°C. sambil menghindari adanya gelembung gelembung

udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air

pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit sisipkan

penutupnya kemudian dikeringkan piknometernya.

Piknometer didiamkan dalam lemari timbangan selama 30

menit, kemudian ditimbang dengan isinya (m1).

Piknometer tersebut dikosongkan, dan dicuci dengan

etanol dan dietil eter. Kemudian dikeringkan dengan

arus udara kering. Piknometer diisi dengan

contoh minyak dan hindari adanya gelembung-

gelembung udara. Piknometer dan penutupnya

dimasukkan kembali dalam

41

penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama

30 menit dan dikeringkan piknometer tersebut.

Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama

30 menit kemudian ditimbang dengan isinya (m2)

(Dewan Standarisasi Nasional,

1995).

2.5.2.2.Indeks BiasMinyak Nilam

Prinsip indeks bias minyak nilam didasarkan pada

pengukuran langsung sudut bias minyak yang

dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap (Dewan

Standarisasi Nasional, 1995). Cara penentuan indeks

bias minyak nilam yaitu dengan menggunakan alat

refraktometer. Air dialirkan melalui refraktometer

agar alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan

dilakukan, Suhu tidak boleh berbeda lebih dari ± 2°C

dari suhu referensi dan terus dipertahankan dengan

toleransi ± 0,2°C. Sebelum minyak tersebut

diletakkan di dalam alat, minyak harus berada pada

suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan

42

dilakukan. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil

(Dewan Standarisasi Nasional, 1995).

2.5.2.3.Bilangan AsamMinyak Nilam

Prinsip bilangan asam minyak nilam didasarkan atas

Jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk

menentralkan asam –asam bebas yang terdapat dalam

1 gram minyak Nilam (Dewan Standarisasi

Nasional, 1995). Cara penentuan bilangan asam minyak

nilam sangat sederhana, yaitu dengan cara minyak nilam

ditimbang 4 ± 0,05 gram, dilarutkan dalam 4ml etanol

netral pada

43

labu saponifikasi. ditambah 5 tetes larutan

Fenolftaein sebagai indikator. Larutan tersebut

dititrasi dengan KOH 0,4 N sampai warna merah muda

(Dewan Standarisasi Nasional, 1995).

2.5.2.4. Bilangan EsterMinyak Nilam

Prinsip bilangan ester minyak nilam berdasarkan

penyabunan ester-ester dengan larutan alkali

mentitrasi kembali kelebihan alkali tersebut (Dewan

Standarisasi Nasional, 1995). Cara penentuan

bilangan ester minyak nilam terlebih dahulu

dilakukan pengujian blanko, caranya labu

penyabunan diisi dengan beberapa potong batu didih

atau porselen, lalu ditambahkan 5ml etanol dan 25ml

larutan KOH 0,5 N dalam alkohol, direfluks di atas

penangas air mendidih selama 1 (satu) jam setelah

larutan mendidih, diamkan larutan hingga menjadi

dingin. Kondensor refluks dilepaskan dan ditambahkan 5

tetes larutan Fenolftaein dan kemudian dinetralkan

dengan HCl 0,5 N (Dewan Standarisasi Nasional, 1995).

44

Pada waktu yang sama dan dalam kondisi yang sama,

ditimbang contoh 4 gram ± 0,05 gram dan dimasukan ke

dalam labu. Dididihkan dengan hati-hati ditambahkan 25

ml larutan KOH 0,5 dalam alkohol dan beberapa potong

batu didih atau porselen kemudian dibiarkan larutan

menjadi dingin. Kondensator refluks dilepaskan,

ditambahkan 5 tetes larutan PP dan larutan dinetralkan

dengan HCl 0,5 N seperti pada penentuan blanko (Dewan

Standarisasi Nasional, 1995).

45

2.5.3. Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam

Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan

baku pengikat (fiksatif) dari kandungan utamanya

patchouli alcohol (C15H26) dan sebagai bahan

pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian

(Parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih

lama. Selain itu, minyak nilam digunakan

sebagai salah satu bahan campuran produk

kosmetik (di antaranya untuk pembuatan

sabun, pasta gigi, sampo, lotion dan deodorant),

kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk

essence atau penambah rasa), kebutuhan

farmasi (untuk pembuatan obat anti radang,

antifungi, antiserangga, serta dekongestan),

kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan

pengawet barang, serta berbagai kebutuhan

industri lainnya (Mangun, 2008).

Minyak nilam mempunyai banyak

keunggulan. Selain bermanfaat bagi berbagai

46

ragam kebutuhan industri, masa panen tanaman

nilam relaif singkat dan pengendalian tanaman

relative mudah dan potensi pasarnya sudah jelas.

Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena

kuota ekspor dan sampai saat ini belum ditemukan

bahan sintetis atau bahan pengganti yang dapat

menyamai manfaat minyak nilam ini. Oleh sebab

itu, kondisi dan potensi minyak nilam

tersebut merupakan basic power (Mangun, 2008).

BAB III

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, digunakan daun nilam aceh

(Pogostemon cablin Benth) sebagai objek penelitian. Pada

daun nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) diberikan

beberapa perlakuan untuk menghasilkan minyak atsiri

yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Adapun perlakuan yang diberikan untuk meningkatkan

47

mutu dari minyak atsiri nilam aceh ini adalah

sebagai berikut :

1. Penggunaan metode destilasi microwave baik dengan

pelarut, steam, maupun daun basah

2. Perbedaan ukuran daun baik dicacah dan dibiarkan

utuh

3. Perbedaan suhu pada proses pemanasan

4. Perbedaan waktu destilasi

Pada penelitian ini, pertama-tama daun nilam

aceh yang akan diisolasi minyak atsirinya diambil.

Adapun varietas daun nilam aceh yang digunakan

adalah varietas sidikalang yang dialmbil dari daerah

Klaten. Setelah itu, daun dijemur kurang lebih

selama 3-4 hari sehingga kandungan air yang terdapat

pada daun tersebut sekitar 14-17%.

Terdapat perbedaan perlakuan yang dilakukan

yaitu daun nilam aceh yang digunakan adalah daun

yang dicacah dengan ukuran ± 2cm dan daun nilam utuh

yaitu dengan ukuran sekitar 4-5cm. Selain itu juga

digunakan daun yang tidak melewati proses

48

pengeringan dan langsung di destilasi.

Untuk meningkatkan kualitas dari minyak atsiri

yang dihasilkan oleh daun nilam aceh ini adalah

penggunaan gelombang mikro(microwave) yang akan

meningkatkan randemen dari minyak atsiri yang

dihasilkan. Adapun prinsip dari microwave distillation

atau destilasi uap air dengan gelombang mikro ini

adalah penambahan microwave akan berpengaruh pada

variabel suhu. Adapun fungsi microwave ini adalah agar

pemanasan lebih merata sehingga panas dibangkitkan

dari dalam bahan dan sifat panasnya lebih selektif

sehingga energi yang digunakan akan lebih kecil.

Adapun rangkaian alat dari micriwave distillation ini

adalah sebagai berikut :

49

Keterangan gambar 1 :

1. Labu leher dua 7.Termokopel

2. Pengatur daya 8 .Heating mantle

3. Pengatur timer 9. Pengatur suhu

4. Kondensor Liebig 10.termometer

5. Corong pemisah 11.Labu (1000 ml)

6. Erlenmeyer

Gambar 1. Skema Peralatan Microwave Distillation dengan

Steam

Pertama, sebanyak 100 gram daun nilam aceh

50

ditimbang dan kemudian dimasukkan kedalam labu

destilasi berleher dua. Selanjutnya, air dimasukkan

kedalam labu destiasi yang lain dan dipanaskan dengan

menggunakan heating mantle. Adapun fungsi dari air yang

dipanaskan ini adalah sebagain steam generator yang

merupakan salah satu variabel dalam penelitian ini.

setelah itu, pemanas microwave dinyalakan dan diatur

suhunya sesuai dengan variabel suhu yang telah

ditentukan. Adapun fungsi penggunaan microwave agar

pemanasan mrata dan panas bersifat selektif serta

berasala dari komponen yang didestilasi itu sendiri.

Selanjutnya, waktu diukur dari destilat pertama

menetes hingga proses destilasi dihentikan. Destilat

yang dihasilkan langsung menetes menuju corong pemisah.

Hal ini dikarenakan komponen destiulat yaitu minyak

atsiri akan dipisahkan dari air yang masih terkandung

di dalamnya.

Setelah minyak atsiri dipisahkan dengan air,

kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk

selanjutnya disimpan di dalam freezer. Adapun fungsi

penyimpanan minyak atsiri di dalam freezer aga dihasilkan

51

minya atsiri yang telah bebas dari air. Selanjutnya

dilakukan penelitian dengan menggunakan metode microwave

distillation dengan menggunakan pelarut. Adapun langkah

kerjanya sama, namun tidak menggunakan steam generator.

Setelah proses destilasi selesai dilakukan,

dilanjutkan dengan analisa minyak atsiri yang telah

bebas dari air. Dari segi waktu destilasi, diperoleh

hasil yang berbeda. Adapun perbedaan ini disajikan pada

grafik seperti yang terdapa di bawah ini :

Hubungan rendemen terhadap waktu minyak untuk

suhu 1200C

Dari grafik diatas, dapat dianalisa bahwa pada

52

sumbu x terdapat waktu yang digunakan sedangkan pada

sumbu y terdapat rendemen yang dihasikan untuk setiap

waktu. Adapun waktu optimum yang dapat menghasilkan

rendemen maksimum adalah sekitar 60-120 menit. Walaupun

pada wakru sekitar 120-140 menit terdapat peningkatan

rendeman, namun kandungan minyak atsiri pada daun nilam

sudah berkurang dan kemungkinan daun nilam akan hangus.

Selain itu, tujuan digunakannya microwave distillation

pada penelitian ini agar waktu yang digunakan untuk

mengisolasi minyak atsiri dari daun nilam ini menjadi

lebih efektif dan singkat dibandingkan metode yang

digunakan sebelumnya yaitu hydro distillation maupun hydro-

steam distillation. Berikut merupakan tabel perbandingan

rendeman yang dihasilkan serta lama waktu proses

pengisolasian minyak atsiri dari daun nilam aceh.

Hasil penelitian

microwave distillation

Bangkit Yotama dan

Yuni

Pratidina 2011

53

Parameter

yang

Dianalisa

%

rendeman1,3

6-2,46

1,46-waktu

MDP

MDS

1,36-2,46

1,46-1,95

60-120menit 120-

140menit

Convential

steam

sprager

agigator

1,94

1,97

8 jam

8 jam

dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dengan

menggunakan metode microwave distillation akan mempersingkat

waktu dan rendeman yang dihasilkan lebih tinggi.

Dari pengaruh ukuran daun, dapat dianalisis bahwa

ukuran mempengaruhi rendeman yang dihasilkan. Dimana

daun yang dicacah akan menghasilkan rendeman yang lebih

tinggi. hal ini disebabkan, dengan memperluas permukaan

bidang sentuh akan memercepat laju reaksi. Selain itu

juga, menurut literatur proses pencacahan(perajangan)

54

akan menyebabkan kelenja-kelenjar minyak menjadi

terbuka sehingga lebih mudah dihasilkan minyak

atsirinya. Sehingga volume minyak atsiri yang

dihasilkan akan lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri

yang dihasilkan oleh daun yang utuh. Hal itu dapat

dilihat dari grafik dibawah ini.

Hubungan rendemen terhadap waktu minyak pada MDP suhu

1050C

55

Hubungan rendemen terhadap waktu minyak pada MDS suhu

1050C

Dari grafik diatas, dapat dianalisis bahwa dengan

metode apapun, apabila daun nilam yang digunakan telah

dicacah akan menghasilkan minyak atsiri dengan rendeman

yang lebih tinggi.

Selanjutnya, yang terpenting adalah pengaruh

metode destilasi yang digunakan. Karena variabel yang

diberi yaitu microwave distillation dengan steam serta

microwave distillation dengan pelarut. Dari kedua metode

tersebut, dapat diketahui bahwa metode microwave

56

distillation dengan pelarut menghasilkan rendeman yang

lebih tinggi, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Hubungan rendemen terhadap waktu minyak pada daun

utuh (4-5cm) suhu 1200C

Hubungan rendemen terhadap waktu minyak pada daun

cacah(±2cm) suhu 1200C

Dari kedua gtafik diatas, terlihat bahwa dengan

57

menggunakan metode microwave distillation dengan pelarut

menghasilkan rendeman yang lebih tinggi dengan waktu

60 menit karena dengan menggunakan pelarut dapat

membantu membuka pori-pori daun nilam yang mana

terdapat kantung-kantung minyak di dalamnya. Sehingga

pada proses destilasi, minyak-minyak tersebut akan

ikut menguap beserta pelarut yang digunakan.

Selain variabel-variabel diatas, suhu juga

mempengaruhi rendeman dari minyak atsiri nilam yang

dihasilkan. Dimana pada penelitian, suhu optimum untuk

mengasilkan minyak atsiri dengan rendeman yang tinggi

adalah suhu 120°.

Pengaruh suhu ini dapat kita lihat dari grafik dibawah

ini.

58

Grafik hubungan waktu vs rendemen minyak pada daun MDP

daun cacah (±2cm)

Dari beberapa variabel diatas dan hasil analisa

kualitas minyak nilam, diketahui bahwa minyak nilam

yang dihasilkan sudah sesuai dengan SNI. Hanya terdapat

perbedaan pada densitas karena minyak nilam yang

dihasilkan ada percobaan mengandung molekul air

sehingga densitas yang dihasilkan lebih berat

dibandingkan densitas minyak nilam yang sesuai dengan

SNI.

Adapun komponen utama dari minyak nilam ini adalah

patchouli alcohol, dimana patchouli alcohol lebih banyak

dihasilkan dari daun nilam yang dicacah dibandingkan

daun nilam yang utuh.

BAB IV

59

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan di dalam makalah ini, dapat diperoleh

beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kualitas dari minyak atsiri dari

daun nilam dapat digunakan metode microwave distillation

2. Metode yang lebih baik untuk meningkatkan nilai

rendeman dari minyak atsiri daun nilam adalah metode

microwave distillation dengan pelarut.

3. Variabel yang mempengaruhi kualitas dari minyak

atsiri daun nilam adalah waktu, suhu, metode, serta

ukuran dari daun nilam

4. Komponen utama dari minyak atsiri daun nilam adalah

patchouli alcohol.

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai

berikut :

1. Pada metode microwave distillation dengan pelarut,

sebaiknya minyak atsiri yang dihasilkan dikurangi

60

kandungan airnya agar densitasnya sesuai dengan

densitas yang sudah ditetapkan oleh SNI.

DAFTAR PUSTAKA

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri (Jilid I). Penerjemah

S. Ketaren. Universitas Indonesia (UI- Press).

Jakarta

Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri.

Balai Pustaka. Jakarta.

Mangun, H.M.S. (2009). Nilam. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Sastrohamidjojo,H. 2002. Kimia MinyakAtsiri. FMIPA UGM.

Yogyakarta.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 1991.”Minyak Nilam”.

Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.

61

62