Post on 18-Jan-2023
IMAN, PERBUATAN DAN PEMBENARANDIALOG PAULUS DAN YAKOBUS TENTANG PEMBENARAN ABRAHAM
Oleh
CHRISTIAN TANDUKA. PENDAHULUAN
Sebagaimana judul tulisan ini, penulis berusaha
mengungkap nuansa pemberitaan Yakobus dan Paulus tentang
iman dan perbuatan sebagai dasar pembenaran (justification)
. Sepintas kita melihat bahwa salah pokok penting
pemberitaan Yakobus (dalam Surat Yakobus) tentang peranan
iman dan perbuatan dalam rangka pembenaran bertentangan
dengan pemberitaan Rasul Paulus dalam surat-suratnya.
Penelitian ini tidak mencakup Surat Yakobus secara
keseluruhan, tetapi difokuskan pada pasal 2:14-26, di
bawah perikop (LAI) “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah
mati”. Dialognya dengan Paulus, akan merujuk surat kepada
jemaat di Roma pasal 4:1-251. Pemilihan ini menyangkut
penokohan Abraham, karena tulisan ini akan lebih banyak
menyoroti pandangan Paulus dan Yakobus terhadap tokoh
Abraham dalam membangun teologianya. Memang Galatia 3:1-14
juga menyinggung iman Abraham, tetapi penulis menilai bahwa
Roma 4:1-25 lebih komprehensif. Lagipula, menurut Groenen2,
tema utama surat Roma adalah pembenaran oleh iman.
1 Sebenarnya konsep pembenaran melalui iman tidak hanya dipaparkanRasul Paulus dalam Roma 4:1-25. Tercatat beberapa perikop antara lainRoma 3:21-31; 10:4-15; Galatia 3:1-14 yang menggambarkan konsep RasulPaulus.2 Groenen, C., Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru. (Yogyakarta: Kanisius,1987), p.217
Mengikuti dialog Yakobus dan Paulus tentang hal ini
diharapkan tidak sekedar bermuara jawaban akhir :
bertentangan atau tidak bertentangan. Cukup mudah untuk
mengatakan bahwa keduanya tidak bertentangan tetapi saling
melengkapi. Cukup mudah juga untuk mengatakan Paulus
incomplete, Yakobus incomplete dan keduanya in complete.
Alasannya paling tidak adalah diterimanya dalam kanon dan
menjadi pedoman orang Kristen di segela tempat sepanjang
abad.3
Tetapi dalam membaca bagian ini, penulis tidak
seoptimis itu. Bukan karena pengaruh Luther yang menganggap
surat sebagai Surat Jerami4, yang tidak punya gaya Injil5.
Penulis tidak bermaksud untuk akhirnya menyatakan siapa
yang benar atau salah, tetapi melihat kemungkinan menelisik
lebih jauh ke dalam persoalan-persoalan yang membingkai
dinamika perkembangan Gereja pada abad-abad pertama dan
pengaruhnya dalam penulisan surat-surat rasuli.
B. DIALOG : ADA YANG BERBEDA ?
Seperti diungkapkan di atas bahwa dalam aras literasi,
pemberitaan Paulus dan Yakobus tentang iman dan perbuatan
memperlihatkan perbedaan konsep keduanya. Hal tersebut
secara eksplisit tampak dalam kontradiksi pernyataan
3 Menurut penulis, alasan ini dapat memupus daya kritis kita terhadapAlkitab karena terjebak dalam lingkaran status quo invallibilitas Alkitab.4 Frank E. Gaebelin, The Practical Epistle Of James (New York:1954), p.5.Alasan-alasannya dibahas Alfred Plummer secara garis besar. Lih.AlfredPlummer, The General Epistles of St. James and St.Jude (NY, Hodder and Stoughton,tt), p147 5 Seperti dicatat J.J.W.Gunning, Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus (Jakarta: BPKGunung Mulia: 2003), p.4.
1
keduanya tentang “iman dan perbuatan Abraham”. Yakobus
2:21,23-24 [TB 1997].
21Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-
perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di
atas mezbah ?… 23Dengan jalan demikian genaplah nas yang
mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu
Abraham disebut: "Sahabat Allah." 24Jadi kamu lihat, bahwa
manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan
hanya karena iman.
Sementara itu, Paulus dalam Roma 4:2-3 [TB 1997]
2Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka
ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan
Allah. 3Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah
Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya
sebagai kebenaran."
Tampaknya Paulus sangat menekankan Iman, sedangkan
Yakobus menekankan Perbuatan. Uniknya, perbedaan pandangan
itu merujuk kepada ketokohan Abraham. Sekiranya kepada
keduanya diberi pertanyaan : Dengan cara bagaimana Abraham
dibenarkan oleh Allah ? Apakah Abraham ketika dia Percaya
kepada janji-janji Tuhan (Kej 15:1-6) atau setelah dia
lolos uji ketika bersedia mengorbankan Ishak anaknya (Kej
22:1-14) ? Maka jawaban Paulus akan merujuk kepada Kej 15
ketika Abraham percaya kepada Tuhan yang memberikan janji
keturunan kepadanya. Sementara itu Yakobus akan memilih
tindakan Abraham (Kej 22) yang bersedia mengorbankan Ishak
2
sebagai korban bakaran di tempat yang kemudian dinamainya
Moria.
Jadi menurut Paulus, Abraham dibenarkan karena imannya .
Tetapi menurut Yakobus, Abraham dibenarkan karena perbuatan-
perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
C. IMAN, PERBUATAN DAN PEMBENARAN DALAM SURAT YAKOBUS
1. Tentang Yakobus
Penulis Surat Yakobus hanya memperkenalkan dirinya
sebagai “hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus” (Yak 1:1).
Data yang lain tidak ada. Perjanjian Baru mencatat empat
tokoh yang bernama Yakobus.6 Tetapi sebagian besar ahli
hanya memperhatikan dua tokoh yaitu Yakobus bin Zebedeus
dan Yakobus Saudara Tuhan.
Pada umumnya ada tiga pendapat yang ajukan tentang
penulis surat ini : 1)Yakobus saudara Yesus; 2) Yakobus
saudara Yesus, tetapi memakai jasa seorang jurutulis yang
fasih dengan sastra Yunani; dan 3) Seorang dari kalangan
Jemaat Yerusalem di mana Yakobus saudara Yesus (bersama
Petrus) menjadi pimpinan. Dan untuk memberi wibawa kepada
suratnya, maka nama Yakobus “dipakai”. Walaupun sekarang
ini lebih banyak (akhirnya) diterima bahwa Yakobus saudara
61) Yakobus anak Zebedeus (Mat 4:21). 2) Yakobus bin Alfeus, juga salahsatu murid (Mat 10:3). 3) Ayah Rasul Yudas (bukan Iskariot) Luk 6:16;Kis 1:13. 4) Yakobus saudara Yesus (Mat 13:55). Tetapi Plummer malahmencatat 6 orang. Dia membedakan Yakobus Saudara Yesus dengan Yakobuspemimpin Jemaat di Yerusalem. Dan juga mneyebut nama lain yaitu Yakbussaudara tiri Yesus.
3
Yesus adalah penulisnya7, namun keberatan terhadap pendapat
itu sungguh banyak dan masuk akal.8
Dalam tulisan ini, penulis tidak akan lebih jauh
mendalami polemik penulis surat ini. Mungkin hal itu dalam
pembahasan lain.9 Namun dalam pandangan penulis, siapapun
yang menulis surat Yakobus, surat ini memberi gambaran yang
cukup jelas tentang corak teologia Yakobus saudara Tuhan,
salah satu pemimpin jemaat di Yerusalem, dan ditulis dengan
latar belakang Yahudi Kristen. Siapapun yang menulis surat
itu, tentunya menyadari bahwa nama Yakobus adalah nama yang
cukup terkenal dan berwibawa dikalangan Yahudi.10
7 Antara lain Douglas Moo, The Letter of James, (England, IVP,1985), p20 ,Alfred Plummer, The General Epistles of St. James and St.Jude,p. 25-26, D.A.HubbardHubbrad, D.A., The Book Of James (Texas, Word Books, 1980) p. 5 Tetapisemuanya masih-ragu-ragu tentang hal itu. Keputusan menerima demikian,karena tidak ada pilihan lain. 8 Gunning, Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus, pp.3-4 Gunning tiga karakteristiksurat ini. Pertama, Bahasa Surat Yakobus adalah bahasa Yunani yangcukup lancar dan indah. Kedua, nada surat ini adalah dari seorang yangmempunyai wibawa. Ketiga, isinya bukan dari dunia helenisme. Menurutnya,karakteristik kedua dan ketiga bisa saja menunjuk kepada Yakobussaudara Tuhan. Persoalan bahasa bisa mementahkan pendapat bahwaYakobus (saudara Tuhan) adalah penulis surat ini. Melihat gayabahasanya, Surat Yakobus ditulis oleh yang mengerti sastra Yunani,atau paling tidak oleh orang berbahasa Yunani, atau orang Yahudi yangcukup lama tinggal di luar Palestina. Sementara itu, data-datamenunjukkan bahwa Yakobus lahir, besar dan berkiprah di daerahPalestina.9 Neyrey mengatakan bahwa (kita) “tidak memerlukan pengarang asli untukmenjamin otoritas dan makna isi Surat Yakobus. Jadi cukup denganmengetahui konteks penulis dan konteks penerima.” Jerome H.Neyrey,“Yakobus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, ed. Dianne Bergant (Yogyakarta2002), p. 43410 Dalam hal ini penulis setuju dengan analisis Groenen dalam C.Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta, Kanisius, 1987),p. 340.
4
2. Tentang Penerima Surat Yakobus
Surat ini di kirim kepada “duabelas suku di perantauan”.
Dari alamat yang ditulis Yakobus, paling tidak kita dapat
melihat dua hal :
1. Kata dw,deka fulai/j11 (duabelas suku) tidak secara
eksplisit menunjuk suku tertentu.
2. Kata diaspora (TB: Perantauan; KJV: scattered =
terpencar-pencar, tersebar di sana-sini) tampaknya lebih
dari sekedar “merantau”, tetapi memberikan kesan
negatif.
Dari kedua poin di atas, penulis menyimpulkan bahwa
penerima surat ini adalah orang Yahudi Kristen yang berada di luar
Palestina. Gunning12 memberikan pertimbangan lain dan
memasukkan orang-orang Kristen bukan Yahudi ke dalam
kelompok penerima surat ini. Dikatakan bahwa surat ini
dikirim kepada orang yang tinggal di mana-mana, orang-orang
yang tidak berakar atau terikat pada salah satu bangsa.
Itulah yang menyebabkan surat ini dikategorikan surat Am.
Namun penulis kurang sependapat dengan pandangan itu13.
Berbicara tentang diaspora memang dapat diartikan demikian.
Tetapi keduabelas suku tidak dapat tidak, lebih spesifik
menunjuk kepada orang Yahudi. Sementara itu, dari nuansa
terjemahan terhadap kata diaspora mengidikasikan keadaan
“merantau” itu karena terdesak oleh sesuatu. Apalagi ayat
ini langsung disusul dengan pembahasan tentang pencobaan.
11Pengutipan dari bahasa Yunani dalam paper ini menggunakan GNT - TheGreek New Testament (GNT), edited by Kurt Aland, United BibleSocieties, 1975. 12 Gunning, Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus,p.613 Membaca Plummer, p. 45-46 dan Hubbard, p. 7
5
Dalam hal ini penulis setuju dengan pandangan Douglas Moo14
merujuk Kis 11:19 sebagai titik tolak adanya duabelas suku
diperantauan, yaitu pembunuhan atas Stefanus, yang juga
disetujui Saulus (Kisah 8:1a). Peristiwa inilah yang
menjadi sebagai penyebab keterserakan itu.
3. Iman dan Perbuatan dalam Yakobus 2:14-20
Nisbah antara iman dan perbuatan merupakan pokok
teologia Yakobus. Implikasi tentang hal ini tersebar dalam
seluruh surat Yakobus. Namun pasal 2:14-26 merupakan
pembahasan langsung Yakobus tentang masalah ini.
Ayat 14 dibuka dengan sebuah pertanyaan retoris.15
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia
mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu
menyelamatkan dia ?16 Sinergisnya iman dan perbuatan merupakan
penekanan Yakobus. Hanya saja, Yakobus tidak memberikan
pengertiannya terhadap “iman” ataupun “perbuatan”.
Tampaknya pengertian tentang iman sudah tidak perlu
dijelaskan lagi oleh Yakobus dengan asumsi bahwa para
14 Douglas Moo, The Letter of James, p. 58. Juga dalam bahasan Schmithals,W., Paul And James (London: Boomsbury, 1963), pp16-3715 Dan tampaknya dalam bagian ini Yakobus banyak menampilkanpertanyaan-pertanyan retorik. Tipe seperti ini agak jarang dijumpaidalam Surat-surat rasuli yang lainya. Lih. Tasker, R.V.G., The GeneralEpistle of James (London, Tyndale, 1957), p.62.16 Tentang kalimat “dapatkan iman itu menyelamatkan dia, Douglas Moomenginterpretasi perhatian Yakobus dalam sudut pandang eskhatologis.Disebutkan bahwa Yakobus hendak membawa pikiran pembacanya pada sebuahkesadaran bahwa pada saat penghakiman terakhir, masalah perbuatanmenjadi pokok penting. Tetapi penulis agak pesimis dengan argumen inidari kacamata Yakobus. Jika menghubungkan dengan teologia Matiustentang penghakiman terakhir, mungkin konsep itu benar. Tetapimenghubungkannya dengan Yakobus, akan sangat eisegetis. MasalahnyaYakobus menggunakan terminologi sw/sai di sini, bukan swthri,a. Dandidalam keseluruhan surat Yakobus, tidak pernah penggunakan kataswthri,a.
6
penerima surat ini sudah memahami dengan jelas bagaimana
iman itu mulai tumbuh dalam diri seseorang17. Pada bagian
lain Yakobus berbicara tentang iman18. Tetapi iman yang
seperti apa, tidak dijelaskan. Hal ini sehubungan dengan
karakter Surat Yakobus yang lebih merupakan khotbah atau
nasehat praktis dari pada pengajaran19. Bahkan nama Yesus
hanya disebut dua kali (1:1 dan 2:1).
Demikian halnya dengan “perbuatan”. Yakobus tidak
memberi gambaran lebih jauh mengenai pengertiannya tentang
perbuatan. Rujukan ke taurat sama sekali tidak berdasar20.
Jadi pengertian Yakobus tentang perbuatan sangat tergantung
pada apa yang melandasi perbuatan itu. Yang menjadi
persoalan bagi Yakobus adalah perbuatan sebagai langkah
lebih lanjut dari iman itu. Bahkan ketiadaan tindak lanjut
dari iman adalah penghianatan terhadap iman dan menjadikan
iman sebagai ironi.
Ayat 15-16 merupakan pencontohan Yakobus tentang
hubungan itu. Mengucapkan “selamat jalan” kepada orang yang
tidak memiliki pakaian, serta mengucapkan “selamat,
makanlah sampai kenyang” kepada orang yang tidak memiliki
makanan, dapat menjadi suatu ironi jika hal itu disertai
17 Dalam membahasan tentang penulis surat Yakobus, Hubbard mengatakanbahwa ketiadaan berita-berita atau ajaran tentang Yesus (yang namaNyahanya disebut Yakobus sebanyak dua kali), menunjukkan bahwa penerimaSurat ini memang sudah mengerti tentang hal itu. Lih. Hubbrad, D.A.,The Book Of James (Texas, Word Books, 1980)p.618 misalnya 1:3, Ujian terhadap iman; 1:6 Meminta dalam iman; 2:1 Mengamalkaniman; 2:5 Kaya dalam iman; 5:15 Doa yang lahir dari iman19 Hubbrad, D.A., The Book Of James. p.820 Mungkin ps 1:18 dan 1:25 bisa menggiring kita untuk menganggap bahwayang dimaksud “Perbuatan” oleh Yakobus adalah kesetiaap kepada Taurat.Menurut Gunning, penyataan itu menunjuk kepada Sifat kehidupan Kristenyang diilhamkan oleh kasih Allah dalam Yesus Kristus.Gunning 21
7
dengan tindakan memberi makan atau minum. Sikap demikian
mejadikan ekspresi sebelumnya menjadi sia-sia, mati.
Demikianlah iman yang tidak diaktualisasikan pada
hakekatnya adalah mati (nekra = mati, bisa juga tidak
berguna, tidak efektif - Yak 1:17).
Ayat 18, memberikan kesulitan tersendiri dalam
menafsirkannya. TB-LAI menambahkan kata “aku akan menjawab
dia”. Kata itu tidak ada dalam naskah Yunani. Tampaknya itu
adalah hasil tafsiran. Dengan membaca TB-LAI, kita akan
menangkap kesan bahwa yang berbicara adalah dua orang.
Salah satunya adalah Yakobus dan seorang penyanggah.
Masalahnya terjemahan ini bisa menimbulkan kerancuan bahkan
ada kesan bahwa jawaban Yakobus tidak kena-mengena dengan
pernyataan penyangga. Penyangga mengatakan: “padamu ada
iman ..” Tetapi Yakobus malah mengatakan “tunjukkanlah
imanmu”. Gunning menerima TB-LAI walaupun tidak konsisten
dengan pilihannya, karena pada akhirnya mengakui bahwa
penyanggah tidak menentang pandangan Yakobus.21 Namun kesan
pertentangan itu ada dalam TB-LAI.
Penulis lebih setuju menjadikan pernyataan ayat 18
sebagai pernyataan satu orang, dan tidak juga menyangga
Yakobus seperti dalam TL-LAI dan KJV22. Dia justru
meneguhkan pandangan Yakobus dengan membedakan orang yang
saleh yang mementingkan iman dan orang yang aktif yang
21 Gunning, Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus, p. 3122 TL LAI "Benar," kata setengah orang, "engkau ada iman, dan aku ada perbuatan,tunjukkanlah kepadaku imanmu itu dengan tiada perbuatanmu, maka aku pun akanmenunjukkan kepadamu imanku daripada perbuatanku. KJV Yea, a man may say, Thou hastfaith, and I have works: shew me thy faith without thy works, and I will shew thee my faith bymy works.
8
mementingkan perbuatan 23. Dan pada akhirnya menyatakan
membuat jembatan antara keduanya bahwa iman ditunjukkan
melalui perbuatan24.
Ayat 19-20 Yakobus kembali membuktikan ironi iman
tanpa perbuatan itu. Jika hanya dengan percaya saja bahwa
Allah itu Esa (Ul 6:4), setan-setanpun bisa melakukannya.
Jadi siapa yang percaya tetapi mencerminkan imannya melalui
perbuatan, dia dapat dibandingkan dengan setan.
4. Pembenaran Abraham Menurut Yakobus (Yak 2:21-26)
Dalam ayat 21-26, Yakobus menegaskan konsepnya dengan
mengajukan dua orang yaitu Abraham dan Rahab. Menurut
Yakobus, Abraham dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya,
ketika dia mempersembahkan Ishak anaknya di atas mezbah
(ayat 21). Jika bertolak dari keterangan Kejadian 15,
interpretasi Yakobus terhadap Abraham memperlihatkan
penyimpangan dari teks Kitab Suci25. Bagi Yakobus,
pembenaran itu diterima oleh Abraham ketika dia bersedia
mempersembahkan Ishak (Kej 22:1-19). Dan inilah yang
menjadi dasar bagi Yakobus mengutip Kej 15:6. "Lalu
percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Padahal dalam konteks
kisah tersebut secara keseluruhan, yang “diperhitungkan
sebagai kebenaran” bukanlah tindakan Abraham, tetapi ketika
23 Jerome H.Nerey, “Yakobus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, ed. DiammeBergant (Yogyakarta 2002), p.438. 24 Tasker, General Epistles to James, p.66. 25 Dalam hal ini Dr.Salmon mengatakan, tidak ada buku yang lebihmengecewakan dari pada Yakobus. Hal ini jugalah yang menjadi salahsatu alasan Luther menolak surat ini. Seperti yang dikutip olehPlummel The General Epistles of St. James and St.Jude. p 139.
9
dia pulih dari keraguannya sehubungan dengan ketiadaan anak
yang akan jadi ahli warisnya.
Dikisahkan dalam Kej 15:3, Abraham mengatakan "Engkau
tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang
hambaku nanti menjadi ahli warisku”. Namun Tuhan meneguhkan
perjanjian keturunan itu kepadanya dengan menggambarkan
keturunan Abraham sebanyak bintang di langit (Kej 15:5).
Lalu Abraham percaya dengan janji itu. Kepercayaan inilah
yang diperhitungkan sebagai kebenaran bagi Abraham. Jadi
sebelum dia melakukan sesuatu sehubungan dengan kepercayaan
itu, dia sudah dibenarkan. Menurut Kejadian 15:6, yang
dimaksud dengan “hal itu” adalah kepercayaan Abraham, bukan
perbuatannya. Sementara itu Yakobus merujuk pada tindakan
Abraham di Moria, padahal kitab suci tidak memberi
informasi tentang tanggapan Allah mengenai sikap Abraham.
Ayat 22, seakan akan memberi nuansa antisipatif
terhadap kemungkinan tanggapan seperti yang penulis
paparkan. Dan tentang ayat 22 itu sendiri, penulis setuju
bahwa “iman berkerja sama dengan perbuatan-perbuatan, dan
oleh perbuatan-perbuatan iman menjadi sempurna.
Persoalannya apakah iman Abraham belum sempurna ketika dia
percaya kepada Tuhan, dan baru menjadi sempurna ketika dia
bersedia mengorbankan Ishak ? Menurut Gunning26, Yakobus
mengikuti tradisi dikalangan orang Yahudi bahwa iman
Abraham bukanlah sebagai iman orang berdosa yang karena
iman itu dia diterima, melainkan sebagai iman orang benar.
Tradisi ini didasarkan pada kenyataan bahwa iman Abraham26 Gunning, Tafsiran Alkitab Surat Yakobus, p. 32, mengikuti tafsiran MartinDibelius, Johanes Scneider, J.H Ropes, dan J Moffat
10
yang diperhitungkan sebagai kebenaran itu, terlebih dahulu
sudah diawali dengan tindakan Abraham yang mau meninggalkan
negerinya dan sanak saudaranya, karena menerima dan
memegang teguh perjanjian Alah.27
Tentang Rahab, pelacur itu, Yakobus menulis bahwa dia
dibenarkan karena perbuatannnya ketika dia menyembunyikan
kedua orang pengintai Yerikho (Yos 2:1 dyb). Hal ini juga
merupakan interpretasi Yakobus terhadap peristiwa Yerikho
dalam catatan kesaksian Kitab Suci (biasa disebut
“Tanak”)28 yang juga menjadi tradisi di kalangan orang
Yahudi29. Tidak ada keterangan apakah Rahab di benarkan
atau tidak dan kapan itu terjadi. Satu-satunya infomasi
yang didapat dari Kitab Taurat adalah Rahab dibiarkan hidup
di tengah-tengah orang Israel (Yos 6:25). Sementara itu,
yang memotifasi tindakan Rahab yang menyembunyikan
pengintai adalah karena dia dan sebagian orang Yeriko sudah
mendengar tentang peristiwa Teberau, dan apa yang terjadi
pada orang Sihon Og dan Amori dan karenanya mereka menjadi
takut. Bukan karena beriman (Yos 2:9-11). Jadi dalam
catatan Kitab Suci, sebenarnya tindakan Rahab semata-mata
bertujuan mengamankan diri dari orang Israel yang memiliki
Allah yang kedahsyatannya sudah dirasakan orang Sihon, Og
27 Ronald Clements,Abraham and David, Genesis 15 and It’s meaning for Israel Tradition,London, SCM Press, 1967,p. 17-2028 Dalam tradisi Yahudi, Kitab Taurat, Kitab Nabi dan Tulisan-tulisandisebut TANAK. Lih. V Indra Sanjaya, Membaca Lima Kitab Pertama Alkitab 1(Yogyakarta, Kanisius, 2003), p. 2329 Contoh lain dari interpretasi berdasarkan dari tradisi ini juga kitalihat dalam Ibrani 11:31. “Karena iman maka Rahab, perempuan sundalitu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka,karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.”
11
dan Amori. Pikiran Rahab dalam melakukan hal itu bukan
tertuju kepada Allah Israel, tetapi orang Israel. Namun
interpretasi seperti itu juga diambil bukan berdasarkan
kisah yang tertulis dalam kitab Taurat, tetapi merupakan
bagian dari tradisi Yahudi.
Pada bagian penutup (ayat 26), Yakobus memberi
pengandaian lagi untuk menegaskan pendapatnya. Tubuh tanpa
roh adalah mati. Ini tidak dapat disangkal. Dengan jalan
demikian, untuk kali kesekian Yakobus menegaskan bahwa Iman
tanpa perbuatan adalah mati.
D. IMAN DAN PERBUATAN DALAM SURAT ROMA
1. Tentang Rasul Paulus dan Jemaat Di Roma
Mengenai identitas Paulus, di sini tidak akan
dipaparkan secara detail. Namun sehubungan dengan
pelayanannya, cukup penting untuk menekankan latarbelakang
Paulus yang lahir dari keluarga Yahudi di Kota Tarsus. Dia
seorang Yahudi yang taat dan bahkan menjadi tokoh
berpengaruh dikalangan sinagoge Yerusalem. Dia hadir (dan
menyetujui perajaman Stefanus) dan menjadi seorang
penganiaya jemaat mula-mula. Titik balik kehidupannya
adalah perjumpaan dengan Yesus dalam perjalanan ke Damsyik,
dan mengubah seluruh kehidupannya dan menjadi seorang
pekabar injil yang mengkhususkan diri kepada orang-orang
non-Yahudi.
Jemaat di Roma terbentuk jauh sebelum Paulus tiba di
Roma dan bukan oleh karya Paulus. Agaknya dibawa oleh orang
Yahudi yang “berziarah” ke Yerusalem dan bertemu dengan
ajaran baru (Kristen) - mungkin pada saat Pentakosta - dan12
mengembangkannya di Roma, bukan hanya dikalangan orang
Yahudi tetapi juga orang-orang bukan Yahudi. Tetapi seperti
yang dicatat Suetonius, tahun 49 M terjadi pertikaian
antara orang Yahudi tentang seorang tokoh bernama Chrestus.
Groenen30 mencoba menghubungkan tokoh ini dengan Kristus,
tetapi akhirnya mematahkan sendiri teorinya. Yang jelas ada
pertentangan antar sesama orang Yahudi. Akibatnya semua
orang Yahudi diusir oleh Kaisar Klaudius (Kis 18 : 2). Yang
tinggal adalah orang Kristen bukan Yahudi, dan terus
berkembang di sana. Setelah dekrit Klaudius di cabut, dan
orang Yahudi kembali tetapi tidak sebesar sebelumnya. Jadi
dalam jemaat di Roma, orang Yahudi jauh lebih sedikit
jumlahnya daripada orang non-Yahudi.
2. Tentang Surat Paulus kepada Jemaat di Roma
Surat Roma tidak terkonsentrasi pada satu masalah
seperti yang melatarbelakangi sebagian besar suratnya,
walaupun hal itu nampak dalam ps 14:1-15:13. Surat ini
dikirim sebagai pendahuluan atau lebih baik perkenalan,
karena Paulus merencanakan perjalanan ke Spanyol dan akan
singgah di sana. Lagipula Paulus menyadari bahwa jemaat
yang sudah berkembang di sana bukan karena karyanya. Dalam
memahami pernyataan Paulus dalam ps. 15:20, kita dapat
menghubungkannya dengan tradisi di kalangan Katolik yang
menyatakan peran besar Petrus dalam pendirian Jemaat di
Roma, bahkan dia meninggal di sana. Hal ini dihubungkan
dengan ketokohannya dalam peristiwa pentakosta yaitu
sebagai pengkhotbah pertama. 30Groenen, C., Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru. (Yogyakarta: Kanisius,1987), 218
13
Dari kelima tujuan penulisan surat Roma yang dicatat Van
den End, penulis memberi tekanan pada permintaan syafaat
Paulus kepada Jemaat sehubungan ada konfrontasi dengan
orang Yahudi di Yerusalem serta ketidakpastian Paulus
tentang sikap jemaat Kristen di Yerusalem terhadap
sumbangan jemaat-jemaat di Makedonia dan Akhaya yang dibawa
Paulus ke Yerusalem (15:30-31)31.
Menarik juga untuk memperhatikan bahwa pasal 1:18-11:36
yang seolah-olah menggambarkan perdebatan sengit antara
Paulus dan orang Yahudi terutama menyangkut Taurat. Jika
dihubungkan dengan belum dikenalnya Paulus oleh Jemaat di
Roma, maka dia perlu memperkenalkan ajarannya kepada
mereka. Namun gaya bahasa Paulus sangat keras seolah-olah
dia berhadapan langsung dengan orang Yahudi. Padahal jemaat
di Roma mayoritas berlatar belakang non Yahudi. Dari
catatan Tom Jacobs,32 penulis melihat dua hal. Yang pertama,
Paulus hendak menumpahkan kegundahannya tentang hubungan
yang kurang harmonis dengan jemaat di Yerusalem yang
mayoritas berlatar belakang Yahudi, termasuk kepada para
pemimpinnya yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus terutama cara
pandang terhadap Taurat. Yang kedua, Paulus hendak
mengajukan pembelaan terhadap kemungkinan tersebarnya klaim
negatif kepada Paulus di kalangan jemaat sebagai anti
Yahudi.
31 Van den End, Tafsiran Alkitab, Kitab Roma (Jakarta, BPK Gunung Mulia,2003), p.432 Tom Jacobs, Paulus, Hidup, Karya dan Teologianya (Jojga, Kanisius 1984), p67-68. Tentang masalah persembahan, Bruce mencatat bahwa ada harapanPaulus untuk menyatakan ikatan kasih antara “Mother church in Judea”dan “The churchess of the Gentiles”. F.F.Bruce, Tyndale NT Commentries:Romans (England, IVP, 1985), p. 13.
14
3. Iman dan Perbuatan menurut Paulus
Dalam ps 3:21-31 secara ringkas dapat dikatakan bahwa
ajaran Paulus tentang pembenaran didasarkan pada kenyataan
bahwa semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan
Allah (3:23), entah dia adalah orang Yahudi atau bukan, dan
oleh anugerah-Nya telah dibenarkan dengan cuma-cuma melalui
penebusan dalam Yesus Kristus (ay 24). Karena itulah dalam
ayat 21 dikatakan bahwa tanpa hukum Taurat pembenaran Allah
telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab
Taurat dan Kitab-kitab Para Nabi. Dasar untuk memperolehnya
bukanlah perbuatan tetapi berdasarkan iman (ay 27), karena
manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan
hukum Taurat (ay 28).
Mengenai iman, Paulus tidak memberikan rumusan
pengertian yang eksplisit. Van den End mengatakan bahwa
makna dari kata “iman” dalam pengajaran Paulus ini baru
dapat dilihat sepenuhnya jika dipertentangkan dengan
“perbuatan hukum taurat”. Keselamatan melalui hukum Taurat
akan berpasangan dengan sikap manusia yang berusaha
memenuhi tuntutan taurat itu. Sedangkan keselamatan tanpa
hukum Taurat berpasangan dengan sikap yang sama sekali
lain, yaitu sikap manusia yang mengharapkan keselamatan
sepenuhnya dari rahmat Allah saja. Itulah iman.33
Mengenai perbuatan, Rasul Paulus sangat pesimis
terhadap setiap upaya manusia untuk melakukan setiap
tuntutan Hukum Taurat. Dalam ayat 20, dengan tegas Rasul
Paulus menyatakan bahwa tidak seorang pun yang dapat
33 Van den End, Tafsiran Alkitab, Kitab Roma (Jakarta, BPK Gunung Mulia,2003), p.178
15
dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat.
Justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. Ajaran Rasul
Paulus ini sebenarnya merupakan refleksi dari perjalanan
kehidupannya, sekaligus menjadi keyakinannya. Bagaimanapun
juga, dalam keadaan yang sangat jauh dari iman kepada
Kristus bahkan menjadi penganiaya jemaat, dia diterima oleh
Allah untuk perkerjaan Pemberitaan Injil. Perbuatan-
perbuatan yang dulu dianggapnya baik karena didasarkannya
pada ketaatan kepada Taurat, justru menjadi suatu hal yang
dianggapnya sebagai suatu hal yang tidak berguna34.
4. Pembenaran Abraham menurut Paulus (Roma 4:1-25)
Ajaran ini sebenarnya mewarnai keseluruhan Surat
Roma35. Namun yang ditekankan di sini adalah pasal 4:1-25,
dimana Paulus menegaskan ajarannya tentang pembenaran
melalui iman (sebagaimana diuraikan pasal 3:21-31) dengan
merujuk Abraham. Dalam bagian ini, Paulus menegaskan
pandangannya, berangkat dari ketokohan Abraham, yang
menjadi kebanggaan besar bagi orang Yahudi karena mereka
adalah keturunan Abraham. Metode Paulus di sini terbilang
unik, karena hendak mematahkan sikap eksklusif orang Yahudi
justru dengan referensi yang sangat dijunjung tinggi orang
Yahudi.
34 Kita dapat membandingkannya dengan pernyataan Rasul Paulus dalamFilipi 3:1b-1635 Dunn, James D.G., Word Biblical Commentary, Volume 38a: Romans 1-8, (Dallas,Texas: Word Books, Publisher) 1998.
16
Dalam membahas bagian ini, penulis mengikuti pandangan
Van den End36 yang membagi pasal ini menjadi enam bagian,
tetapi dengan menambahkan penekanan setiap bagian :
1. Pasal 4:1-8; Manusia dibenarkan karena iman.
Penegasan ini dinyatakan dalam ayat 1 dan 2. Hal itu
dibuktikan dengan mendasarkannya pada kesaksian kitab
Suci. Yang pertama Kejadian 15:6 “Lalu percayalah
Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran”. Ditambah lagi dengan
mengutip Mazmur (ayat 6) yang sering dikutip dalam
tulisan-tulisan kaum Rabi Yahudi khususnya dalam
hubungan dengan hari raya Pendamaian37 yaitu Mazmur 32:1-
2 mengenai kebahagiaaan orang yang diampuni
pelanggarannya dan dosa-dosanya diampuni. Naskah asli
untuk ayat 6 memberi kesan yang lebih tegas lagi. TB LAI
menulis: “…..dibenarkan Allah bukan berdasarkan
perbuataannya”. Tetapi dalam nakah asli tertulis : cwri.j
e;rgwn. = tanpa perbuatan.
2. Pasal 4:9-12; Abraham dibenarkan sebelum dia besunat.
Pernyataan ini menampar primordialis orang Yahudi yang
sangat ketat dengan aturan sunat38. Paulus mengungkap
sebuah kenyataan bahwa Abraham dibenarkan sebelum
disunat. Karena tanda itu diperintahkan (Kej 17:1-21)
setelah janji keturunan (Kej 15) yang dengan36 Van den End, Tafsiran Alkitab, Kitab Roma , p.20837 Ibid, p.21538 Dalam catatan Kisah Para rasul masalah sunat menjadi pokokperdebatan. Karena orang Yahudi menegaskan bahwa jika seseorang inginmenjadi Kristen, dia harus di-Yahudikan terlebih dahulu. Dan salahsatu syaratnya adalah menerima tanda Sunat sebagaimana diatur dalamHukum Taurat. Perbebatan itu menempatkan Paulus dan pemimpin Gereja diYerusalem sebagai lawan (Kis 15:1-21).
17
mempercayainya Abraham telah dibenarkan.39 Jadi Abraham
bukan hanya bapa orang bersunat, tetapi juga bapa orang-
orang yang meneladani iman Abraham sebelum dia disunat40.
3. Pasal 4:13-16; Perjanjian Allah bukan didasarkan pada
Taurat.
Dalam bagian ini Paulus menguraikan tempat Hukum Taurat
dalam rangka ajaran mengenai pembenaran oleh iman.
Paulus sama sekali tidak menolak mentah-mentah Taurat.
Masalahnya hukum Taurat tidak akan memungkinkan manusia
memperoleh kebenaran. Lagi pula perjanjian itu bukan
berdasar pada dan diterima melalui hukum Taurat. Sebab
dengan adanya hukum Taurat, maka pelanggaran akan muncul
(ay 15) dan pelanggaran terhadap hukum akan berhadapan
dengan hukuman. Tetapi jika berdasar pada kasih karunia
(16) yang diperoleh melalui iman, maka kebenaran itu
berlaku bagi semua orang, baik yang memiliki/mengenal
Taurat maupun yang tidak mengenalnya.41
4. Pasal 4:17-22. Iman Abraham.
Paulus menjelaskan tentang iman Abraham, bahwa secara
manusia, sebenarnya dia tidak punya dasar untuk berharap
(ayat 18). Tubuhnya semakin lemah, dan rahim Sarah
(secara manusia) sudah tertutup. Namun dia tetap percaya
kepada janji Allah. Itulah yang menjadi dasar pembenaran
Abraham.39 Ada yang mengatakan 14 tahun, ada juga yang mengatakan 29 tahun. 40 Bd. Dunn, James D.G., Word Biblical Commentary, Volume 38a: Romans 1-8,41 TB-LAI bisa menyesatkan dengan menambahkan kata “hidup” dalammenerjemahkan tw/| evk tou/ no,mou., seakan-akan Paulus memberiapresiasi kepada orang yang hidup menurut hukum Taurat. Padahal yangdimaksudkan adalah orang yang memiliki, mengenal Taurat. Dalampengkalimatan van Den End: Mereka yang termasuk golongan Taurat. Lih vanden End, 234.
18
5. Pasal 4:23-25 Manusia dibenarkan karena Iman.
Paulus menyeberang pada hakekat iman Kristen bertolak
dari iman Abraham, yaitu percaya kepada Allah yang telah
membangkitkan Yesus. Inilah yang sebenarnya menjadi
tujuan utama Paulus. Melalui iman kepada Kristus yang
dibangkitkan, setiap orang akan dibenarkan.
E. CATATAN ANALITIS
Mengikuti perkembangan pemikiran Paulus dan Yakobus
tentang iman, perbuatan, dan pembenaran, penulis mencatat
beberapa hal. Tetapi Penulis hendak membedakan dua bagian
tulisan Yakobus. Yang pertama menyangkut pasal 2:14-20 dan
ayat 21-26.
1. Pentingnya Iman dan Perbuatan: Pre-conversion dan Post-
conversion
Adanya perbedaan pandangan antara Yakobus dan Paulus
tentang iman dan perbuatan sebenarnya dipisahkan oleh
titik berangkat masing-masing. Inilah yang dimaksud dalam
sub topik di atas yang mengacu pada analisis Morris42 dan
Douglas Moo. Paulus berbicara tentang perbuatan pada titik
pre-vonversion, sedangkan Yakobus pada titik post-conversion.
Paulus menolak menjadikan “perbuatan” sebagai dasar
untuk memperoleh pembenaran. Seseorang tidak akan
dibenarkan melalui perbuatannya. Perbuatan yang dimaksud
sesuai situasi yang melatarbelakangi penulisan surat Roma
adalah hukum Taurat. Upaya apapun yang dilakukan manusia
tidak akan membuatnya tiba pada titik di mana dia layak
42 Istilah ini dari Analisis Morris C.L., Tyndale NT Commentry: James.
19
menerima pembenaran itu. Mempedomani hukum Taurat malah
akan semakin memperjelas ketidakmampuan itu, sebab adanya
hukum senantiasa berpasangan dengan pelanggaran. Dalam
hal ini Paulus sangat menolak gaya legalisme Yahudi.
Setelah berbicara tentang “pembenaran” oleh iman,
Paulus (dalam Surat Roma) memang berhenti dan tidak
memberi bahasan tentang tindak lanjut dari iman yang
membenarkan itu. Hal ini disebabkan kebutuhan yang
mendesak saat itu bahwa ada paham yang berbenturan
mengenai pembenaran oleh iman atau pembenaran melalui
ketaatan kepada hukum Taurat. Tetapi bukan berarti bahwa
dalam keseluruhan teologia Paulus, dia selalu berhenti
pada konsep iman yang membenarkan itu. Dia juga banyak
berbicara mengenai buah-buah iman43.
Sementara itu, Yakobus (khususnya dalam Yak 2:14-26)
menolak eksistensi iman yang tidak dinyatakan melalui
perbuatan. Iman yang demikian adalah iman yang mati.
Yakobus sendiri tidak mendefinisikan apa yang dia maksud
dengan iman. Hal itu membuktikan bahwa memang Yakobus
bergerak dari titik post-conversion. Hal ini kembali lagi
memberikan gambaran tentang situasi yang dihadapi penulis
Surat Yakobus dimana perihal iman sudah cukup dikenal.
Bahkan mungkin karena sudah menjadi sangat populer
43 Kita bisa mencatat antara lain kepada jemaat di Tesalonika (I Tes2:12) “… dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengankehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya; atau Kepada jemaat di Kolose (Kol 1:10) sehingga hidupmu layak dihadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamumemberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalampengetahuan yang benar tentang Allah; juga kepada jemaat di Efesus (Ef4:1) “supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggilberpadanan dengan panggilan itu”.
20
sehingga iman itu menjadi hampa karena tidak disertai
dengan perbuatan. Karena itu, Yakobus lebih mengedepankan
aspek-etis praktis daripada aspek doktrinal, yang sangat
ditekankan Paulus. Plummel mengatakan Yakobus lebih
mementingkan agenda dibanding credenda 44. Mana yang lebih
penting dari keduanya, tergantung pada konteks yang
dihadapi. Karena itu perbedaan penekanan Paulus dan
Yakobus disebabkan perbedaan konteks pemberitaan mereka.
2. Pembenaran Abraham : Kontradiktif.
Baik Paulus maupun Yakobus memakai pola Yahudi tentang
diperlukannya dua orang saksi dalam mengemukakan pendapat
agar pendapat itu memperoleh pembenaran/wibawa. Keduanya
mengutip ayat yang sama untuk mengukuhkan pandangan mereka,
yaitu Kejadian 15:645 tetapi untuk tujuan yang berbeda.
Yakobus mengutip ayat tersebut untuk meneguhkan orang
Yahudi di perantauan, namun Paulus justru terkesan
“menyerang” orang Yahudi yang legalistik.
Paulus menginterpretasi Abraham dengan sangat taat
kepada kitab Suci. Bahkan kronologi iman Abraham dari janji
keturunan sampai peneguhan perjanjian melalui sunat
diinterpretasi dengan sangat baik berdasarkan kitab Taurat.
Walapun dia mengabaikan suatu teori yang berkembang dalam
“Abrahamologi-nya” orang Yahudi bahwa upaya Abraham
bertahan dalam pencobaan/pengujian imannya layak disebut
sebagai perbuatan amal, sehingga mereka berani mengatakan
44 Plummel The General Epistles of St. James and St.Jude. p136. 45 Dalam Teks Yunani, keduanya menggunakan terminologi yang sama. Dankutipan itu diambil dari Perjanjian Lama berbahasa Yunani(Septuaginta), tanpa perubahan sedikitpun.
21
bahwa Abraham dibenarkan karena perbuatannya46. Namun
secara umum, upayanya untuk menempatkan orang non-Yahudi
dalam kerangka perjanjian menggunakan interpretasi yang
sangat berdasar dan akhirnya sampai pada konsep “Abraham
dibenarkan karena Iman”
Lain halnya dengan Yakobus. Seandainya dalam
mengajukan konsepnya Yakobus berhenti pada ayat 20, maka
dinamika perjumpaan konsep dengan Paulus tidak akan memberi
kesan perbedaan teologis. Memang cukup beralasan jika
Yakobus merujuk Abraham. Apalagi surat ini hendak ditujukan
kepada orang berlatar belakang budaya Yahudi. Jadi tokoh
Abraham harus dimunculkan. Hal ini biasa dalam diskusi-
diskusi rabinis. Namun interpretasinya kepada Abraham
justru membuat konsepnya memberi kesan perbedaan teologis.
Yakobus menunjuk tindakan Abraham di Moria sebagai
alasan Tuhan membenarkan dia. Padahal setting teks yang
dikutip jauh sebelumnya, bahkan sebelum Ishak lahir.
Demikian pula rujukan terhadap Rahab. Yakobus sangat yakin
bahwa Rahab dibenarkan karena perbuatannya. Padahal Kitab
Suci tidak pernah menyatakan bahwa : Rahab dibenarkan. Yang
terjadi adalah Rahab diperkenankan hidup di antara orang
Israel. Dalam hal ini, tampaknya Yakobus sangat dipengaruhi
oleh tradisi lisan Yahudi tentang Abraham dalam
menginterpretasi kesaksian kitab Suci tentang dua tokoh
tersebut dan akhirnya sampai pada simpulan yang bersifat
teologis: “Abraham dibenarkan karena Perbuatannya, bukan
karena iman saja” (Yak 2:23-24).
46 Seperti yang dicatat Jerome Neyrey, p.256.
22
3. Perbedaan : Upaya kontekstualisasi yang menghasilkan
perbedaan teologis.
Memahami teks Yakobus 2:14-26 secara keseluruhan di
atas, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa kerangka
teologia Paulus dengan Yakobus tentang iman dan perbuatan
dalam rangka pembenaran memang berbeda.47 Perbedaan ini
juga bisa dihubungkan dengan dinamika kebersamaan Kristen
Yahudi (dibawah trio pemimpin: Petrus, Yohanes dan Yakobus)
dengan Kristen Non Yahudi (dalam pelayanan Paulus). Walther
Schmithas48 dalam bukunya : Paul and James memberi perhatian
terhadap ketegangan antara Jemaat di Yerusalem (yang
berlatar belakang Yahudi) dan jemaat-jemaat di luar
Yerusalem, terutama yang berlatar belakang non-Yahudi.49
Namun lepas dari pergumulan ahli tentang hubungan
Gereja di Yerusalem dengan Paulus, menurut penulis hal itu47 Kita bisa melihat berbedaan itu dalam membandingkan konsep Paulusdan Yakobus (dalam bagain lain) tentang Ibadah. Roma 12:1 Karena itu,saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamumempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yangberkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Lihat perbedaannya dengankonsep Yak 1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita,ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjagasupaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.48Schmithals, Walther, Paul And James, p.13, walapun dia tidak pernahmenyebut atau mengutip surat Yakobus. Karena baginya, penulis suratYakobus bukan Yakobus saudara Tuhan, pemimpin jemaat di Yerusalem.49 Dia mengutip F.C. Baur ahli PB Protestan Jerman, pendiri TubingenSchool, yang mengatakan bahwa berbicara tentang Paulus dan Yakobus,berarti berbicara tentang Gereja Yahudi dan Gereja non Yahudi.Ditegaskan adanya pertentangan antara Paulus dan Yakobus (bersamaGereja di Yerusalem). Sementara itu, masih dalam bahasan Schmithas,J. Munk memberi sebuah pernyataan yang agak menghibur bahwa “GentileChristians and Jewish Christians, always lived and taught in complete harmony”. WalaupunW.Schmithals juga tidak yakin dengan pandangan Tubingen, namun jugatidak optimis dengan kata-kata penghiburan Munk. Kalaulah mereka itusaling melengkapi, namun kita harus jujur terhadap apa yang mendasaripertentangan itu. Masalah Yakobus dan Paulus tetapi harus menjadisebuah pertanyaan yang menantang.
23
berkaitan dengan kontekstualisasi. Orang Kristen Yahudi
memahami iman dalam budaya mereka sebagai orang Yahudi yang
mewarisi berbagai aturan. Walaupun mereka sudah mengenal
Kristus dan ajaranNya, namun identitas mereka sebagai orang
Yahudi tidak akan bisa digeser begitu saja. Sementara itu,
sangat wajar jika Rasul Paulus yang melayani di lingkungan
orang-orang non-Yahudi tidak menempatkan pelaksanaan
berbagai macam aturan sebagai bagian dari upaya
memperkenalkan injil kepada orang-orang non-Yahudi yang
tidak mengenal Naurat. Namun upaya kontekstualisasi itu
telah menghasilkan interpretasi teologis yang berbeda.
Pada awal-awal pemaparan Yakobus (2:14-20) kita bisa
berasumsi bahwa perbedaan itu disebabkan desakan konteks
berteologi mereka masing-masing serta berbedaan penekanan
keduanya (Surat Yakobus bersifat Praktis, tetapi Surat Roma
bersifat doktrinal) . Namun ketika mulai masuk dalam
interpretasi terhadap Abraham, maka perbedaan konsep
teologis itu mengemuka. Menurut Paulus, Abraham dibenarkan
karena iman, sedangkan menurut Yakobus, Abraham dibenarkan
karena perbuatannya bukan hanya karena iman. 50
Perbedaan inilah yang menjadi salah satu landasan
perdebatan dalam proses kanonisasi dikemudian hari.
Irenaeus (130) awalnya memasukkan Surat Yakobus ke dalam
kanon. Namun kemudian Origenes (254) dan Eusebius (339)
menolaknya Kanon. Barulah pada tahun 367, surat Yakobus
50 D. Gutrie (peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2 (Jakarta YKBK,2000), 174mengatakan bahwa keduanya menggunakan “pembenaran” dalam pengertianyang berbeda. Tetapi hal itu tidak tidak akan kita temukan dalamnaskah Yunani, karena keduanya memakai terminologi dari kata dasar :dikaio,w.
24
diterima dalam kanon (Athanasius). Namun pada zaman
reformasi, Luther menolaknya dalam kanon, walaupun dia
tidak mendapat banyak dukungan. Keberatan Luther, terutama
pada konsep pembenaran yang diajukan Yakobus. Tetapi
mengingat nilai surat ini memberikan banyak petunjuk hidup
secara etis, maka persoalan yang dikemukakan Luther menjadi
terpinggirkan.51
F. DIALOG YAKOBUS DAN PAULUS DALAM KONTEKS INDONESIA
Catatan aplikatif ini menyangkut dua hal yang penulis
temukan dalam mengikuti dialog Yakobus dan Paulus tentang
iman, perbuatan dan pembenaran. Hal ini berimplikasi dua
hal yaitu perbuatan sebagai aktualisasi iman, dan masalah
kontekstualisasi.
1 Antara Orthodoksi dan Orthopraksi
lepas dari cara berfikir Yakobus yang mendasarkan
pendapatnya pada tradisi, apa yang hendak dikemukakannya
layak diapresiasi dalam kehidupan Kekristenan di Indonesia.
Pada kenyataannya, dalam pembicaraan tentang iman Kristen,
kadang-kadang Gereja lebih banyak bergumul pada masalah
orthodoksi ketimbang orthopraksi 52. Tekanan pada masalah
pembenaran berdasarkan iman sering mengurung Kekristenan
dalam lingkaran ortodoksi. Mungkin ini disebabkan doktrin
sola fide Calvin dan Luther yang pernah menolak Surat Yakobus
51 Stephen Sykes, The Histori of Atonement, London, Darton, Longman andTodd, 1997.p. 53-62. Juga D. Gutrie (peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2,p. 54752 Meminjam istilah Knitter dalam Paul F.Knitter, Menggugat ArogansiKekristenan, Yogyakarta, Kanisius, 2005.
25
dalam kanon bahkan menganggapnya setengah Kristen53. Dalam
hal ini kita harus mengakui langkah maju saudara-saudara
dari Gereja Katolik Roma yang sangat menekankan aktualisasi
iman. Hal ini terlihat misalnya dari gerakan teologia
pembebasan yang lebih banyak muncul dari kalangan Katolik.
Penulis tidak bermaksud mengubah doktrin “pembenaran
oleh iman” dan mengubahnya menjadi “pembenaran oleh
perbuatan”. Yang harus diupayakan adalah aktualisasi
pembenaran itu. Mendefinisikan ibadah yang sejati bukan
hanya “mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus” (Paulus, Roma 12:1) tetapi juga “mengunjungi yatim piatu
dan janda-janda dalam kesusahan mereka” (Yakobus 1:27), sebab
Yesus Kristus telah memaklumkan: bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: “Tuhan, Tuhan!” akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan
dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (Matius 7:21).
Hal ini juga sekaligus berimplikasi pada hubungan
antar agama, yang menjadi pergumulan klasik Kekristenan di
Indonesia yang sering mengurung Gereja dalam Minority Complex.
Jika kita terlalu menekankan orthodoksi kita akan terseret
pada polarisasi “yang beriman” dan “yang tidak beriman”.
Prinsip ini akan selalu membawa ketegangan dalam hubungan
dengan penganut agama lain. Tetapi dengan menekankan
orthopraksi, iman Kristen dapat memberi arti untuk
memberitakan “Kabar Sukacita”, bukan secara verbal, tetapi
bentuk nyata. Dalam hal ini penulis sependapat dengan
Knitter yang mengusulkan Pluralisme korelasional yang
bertanggungjawab secara Global.54
53 D. Gutrie (peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2, p.54754 Paul F.Knitter, Menggugat Arogansi Kekristenan, p. 60-66
26
2. Kontekstualisasi yang bertanggungjawab
Seperti telah diuraikan di atas bahwa masalah
perbedaan teologis tentang masalah pembenaran antara
Paulus dan Yakobus sebenarnya berawal dari upaya
kontekstualisasi. Yakobus mengkontekstualkan pengajarannya
pada orang-orang berlatar belakang Yahudi, sedangkan Paulus
kepada non-Yahudi. Namun upaya itu telah menghasilkan
intepretasi yang berbeda terhadap satu kesaksian Kitab
Suci. Masalahnya perbedaan interpretasi itu bukan hanya
menyangkut hal praktis, tetapi sudah menghasilkan statement
teologis55.
Upaya berteologia dalam konteks Indonesia telah
menjadi pergumulan yang mengemuka di kalangan Gereja-gereja
di Indonesia akhir-akhir ini. Tentunya hal ini sangat
positif agar penghayatan iman Jemaat benar-benar lahir dari
Identitas dan pergumulan mereka. Gereja-gereja di Indonesia
lahir dan bertumbuh sebagai buah pekabaran Injil dari
Barat. Secara doktrinal, konsep yang dibawa oleh para
missionaris lahir dari penggumulan iman dalam identitas
mereka sebagai orang Barat serta pergumulan kontemporer
55 Dalam hal ini penulis melihat sikap para ahli yang terkesan hendakmenyembunyikan hal ini. Tetapi penulis memahami bahwa pendapat merekamenyangkut penjagaan wibawa Kitab suci di hadapan jemaat. Catatandalam Dictionary of Biblical Imagery dan New Dictionary of Biblical Theology sangatmengesampingkan penyataan Yakobus: “dibenarkan karena perbuatan, bukanhanya iman”. Juga dalam seri Kamus dan Ensiklopedia yang lain, mis.Alexander, T. (ed), New Dictionary of Biblical Theology, (Downers Grove, Ill:InterVarsity Press) 2000; Hawthorne, Gerald F. (eds), Dictionary of Paul andHis Letters, (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1998; Evans Craig,Dictionary of New Testament Background, (Downers Grove, IL: Inter-VarsityPress) 2000. The New Bible Dictionary, (Wheaton, Illinois: Tyndale HousePublishers, Inc.) 1962. Ryken, Leland; Wilhoit, James C.; Longman III,Tremper, Dictionary of Biblical Imagery, (Downers Grove, Ill: InterVarsityPress), 1998.
27
yang mereka hadapi. Dengan demikian, penerapannya dalam
konteks Indonesia harus disesuaikan dengan idenitas dan
pergumulan lokal, dengan melakukan reinterpretasi. Namun
hal ini tentunya harus diwaspadai agar upaya
kontekstualisasi tidak menjadikan iman Kristen jatuh ke
dalam liberalisme atau relativisme dan melahirkan
interpretasi teologia yang tidak Alkitabiah.
oooooo
28
BIBLIOGRAFI
Alexander, T. (ed), New Dictionary of Biblical Theology, (Downers
Grove, Ill: InterVarsity Press) 2000;
Bruce, F.F., Tyndale NT Commentries: Romans, England, Inter
Varsity Press, 1985
Clements, Ronald ,Abraham and David, Genesis 15 and It’s Meaning for
Israel Tradition, London, SCM Press, 1967
Craig A. Evans, (eds) Dictionary of New Testament Background,
(Downers Grove, IL: Inter-Varsity Press) 2000.
Dunn, James D.G., Word Biblical Commentary, Volume 38a: Romans 1-8,
(Dallas, Texas: Word Books, Publisher) 1998
Groenen, C., Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakartaa:
Kanisius, 1987
Gaebelin Frank E., The Practical Epistle Of James, New York, Great
Neck 1954
Gunning, J.J.W., Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus, Jakarta: BPK
Gunung Mulia: 2003
Gutrie, D. (peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2, Jakarta,
YKBK,2000
Hawthorne, Gerald F. (eds), Dictionary of Paul and His Letters,
Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press 1998;
Hubbrad, D.A., The Book Of James, Texas, Word Books, 1980
Jacobs, Tom, Paulus, Hidup, Karya dan Teologianya, Yogyakarta,
Kanisius 1984
Knitter, Paul F., Menggugat Arogansi Kekristenan, Yogyakarta,
Kanisius, 2005.
Moo, Douglas, The Letter of James, England, IVP,1985
29
Morris C.L., Tyndale NT Commentry: James.
Neyrey, Jerome H., “Yakobus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,
ed. Dianne Bergant Yogyakarta, Kanisius, 2002
Plummer, Alfred, The General Epistles of St. James and St.Jude, NY,
Hodder and Stoughton, tt)
Ryken, Leland, (eds) Dictionary of Biblical Imagery, Downers
Grove, Ill: InterVarsity Press, 1998
Sanjaya, V Indra, Membaca Lima Kitab Pertama Alkitab 1
(Yogyakarta, Kanisius, 2003), p. 23
Schmithals, Walther, Paul And James, London: Boomsbury, 1963
Sykes Stephen, The Histori of Atonement, London, Darton, Longman
and Todd, 1997.
Tasker, R.V.G., The General Epistle of James, London, Tyndale,
1957.
Van den End, Tafsiran Alkitab, Kitab Roma, Jakarta, BPK Gunung
Mulia, 2003
30