strategi dakwah pengurus masjid nurul iman blok m square

102
STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE JAKARTA SELATAN DALAM MENSYIARKAN DAKWAH ISLAM DI TENGAH PUSAT PERBELANJAAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Strata 1 Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: Fadly Zaty Mubarak 1113051000092 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 M / 2017 H

Transcript of strategi dakwah pengurus masjid nurul iman blok m square

STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

JAKARTA SELATAN DALAM MENSYIARKAN DAKWAH ISLAM DI TENGAH

PUSAT PERBELANJAAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Strata

1 Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

Fadly Zaty Mubarak

1113051000092

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 M / 2017 H

i

ABSTRAK

Fadly Zaty Mubarak

Strategi Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square Jakarta Selatan dalam

Mensyi’arkan Dakwah Islam di Tengah Pusat Perbelanjaan.

Masjid merupakan tempat suci umat Islam, yang berfungsi sebagai salah satu

sarana yang efektif untuk melakukan komunikasi langsung antara hamba dengan

Allah SWT, serta sebagai wadah untuk mensyiarkan dakwah Islam. namun faktanya,

saat ini banyak masjid yang hanya difungsikan sebagai tempat untuk menunaikan

rutinitas ibadah sholat saja, terlebih lagi dengan masjid-masjid yang terletak di pusat

perbelanjaan sehingga masjid kurang dapat difungsikan dengan baik. Oleh karena

itu, melihat betapa pentingnya peran masjid dalam mensyiarkan dakwah Islam di

tengah pusat perbelanjaan, pengurus masjid Nurul Iman Blok M dalam hal ini

memiliki startegi yang belum banyak dimiliki oleh masjid-masjid yang berada di

tengah pusat perbelanjaan khususnya, Yaitu dengan mengadakan berbagai macam

kegiatan seperti kajian rutin harian, mingguan, bulanan, kegiatan manasik haji,

mengadakan program taman Pendidikan Alqur’an (TPA) dan kelas bahasa arab.

Permasalah yang dirumusakan pada penelitian ini adalah bagaimana strategi

dakwah pengurus masjid Nurul Iman Blok M dalam mensyiarkan dakwah Islam, dan

apa saja faktor-faktor penghambat dakwah pengurus Masjid Nurul Iman Blok M

dalam menjalankan strategi dakwahnya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori startegi Fred R David, yang

berpendapat bahwa dalam melakukan sebuah startegi ada beberapa tahapan yaitu

perumusan startegi berupa sasaran dakwah, profesionalitas da’i dan efektifitas dan

efesiensi dakwah. Implementasi startegi berupa pembentukan struktur, mengadakan

kajian rutin, mengadakan TPA dan manasik haji. Evaluasi strategi terhadap kinerja

pengurus, evaluasi program kegiatan masjid. Untuk menjawab pertanyaan tersebut

peneliti melakukan pendekatan kualitatif untuk memperoleh data-data yang berkaitan

dengan strategi dakwah yang dilakukan pengurus masjid. Melalui pendekatan ini pula

peneliti mengkaji berbagai macam faktor penghambat dakwah pengurus masjid.

Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara mendalam, observasi

dan dokumentasi dengan analisis data deskrptif.

Setelah melakukan sebuah penelitian, hasil yang ditemukan dari penelitian ini

adalah, bahwa faktor yang menjadi penghambat dakwah masjid adalah Sumber Daya

Manusia (SDM), Manajemen Mall, Jama’ah Masjid dan Minimnya Donatur. Adapun

strategi pengurus masjid ialah dengan melakukan pendekatan sosiologis kepada para

pengunjung mall blok M Square dan sekitarnya, memberikan tausiah dan kajian ilmu

agama dengan da’i yang berkompeten di bidangnya, efektifitas dan efesiensi

dakwahnya dengan memeperhatikan kondisi kultur budaya para jama’ah.

Implementasi yang dilakukan pengurus masjid ialah dengan membentuk struktur

organisasi, mengadakan kajian rutin, membuat program kegiatan TPA, kelas Bahasa

arab serta program kegiatan manasik haji. Evaluasi startegi dakwah pengurus masjid

ialah mengevaluasi kinerja pengurus dan program kegiatan masjid.

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan

judul “Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square Jakarta

Selatan dalam Mensyiarkan Dakwah Islam di Tengah Pusat Perbelanjaan”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,

keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku

umatnya hingga akhir zaman.

Pada penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan

dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat

mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada

dikemudian hari.

Adapun dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak semata-mata hasil

kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak

yang telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Maka dari itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Prof. Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi beserta pembantu Dekan I bidang akademik Dr. Hj.

iii

Roudhonah, M.Ag selaku wakil dekan II bidang administrasi umum,

serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku wakil dekan III bidang

kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Program Studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam, selaku Fita Fathurokhmah M.Si Sekertaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Dr. H. Abdul Rozak A. Sastra, MA Selaku Dosen Pembimbing Skripsi,

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan yang sangat membantu dan berguna untuk penulisan skripsi

ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mendidik serta memberikan beragam ilmu yang sangat bermanfaat,

semoga ilmu-ilmu para Dosen dibalas dengan pahala yang tak

terhingga.

6. H. Azwar Wahid, selaku ketua pengurus Masjid Nurul Iman Blok M

dan Bapak Habibi Katin selaku sekertaris masjid serta seluruh jajaran

pengurus yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu

penelitian ini.

7. Kedua orang tua tercinta, ayahanda H. Ghozali Abdul Ghoni, dan

Ibunda Hj. Rohayati Idris, yang selalu memberikan doa, support dan

kasih sayangnya. Semoga doa dan kasih sayangnya mendapatkan

balasan yang tiada tara dari Allah SWT.

iv

8. Kakak dan adik tercinta Hilyah Mursilah dan Silfia Zulfa serta mas

Rickiko Hardi yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini.

9. Teman yang telah bersedia membantu bertukar pikiran dalam

menyelesaikan penelitian ini, Kamaluddin Apradi Alaqsha serta teman-

teman mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi angkatan tahun 2013 diantaranya Amel Anggraini, Clara,

Muhammad Oki Nugroho, Dimas Darmawan, Fikih Dwi Adam, Arga

Pebrian.

10. Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak

mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada mereka

semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, terdapat

banyak kekurangan dan kesalahan sehingga besar harapan penulis bagi segenap

pembaca untuk memberikan masukan yang lebih baik. Akhir kata, saya ucapkan

terima kasih

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 24 Mei 2017

Penulis,

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……….……………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………... 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian …………………... 8

D. Metodologi Penelitian………………………………………... 9

E. Tinjauan Pustaka……………………………………………... 11

F. Sistematika Penelitian………………………........................... 13

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Strategi…………………………………………………………... 15

1. Pengertian Strategi…………………………………………… 15

2. Tahap-Tahap Strategi………………………………………… 17

B. Dakwah………………………………………………………....... 18

1. Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW.....………………… 18

2. Pengertian Dakwah……………………………………….….. 20

3. Dasar Hukum Dakwah………………………………………. 23

4. Tujuan Dakwah…………………………………………….... 26

5. Unsur-Unsur Dakwah………………………………………... 27

vi

6. Sarana Dakwah………………………………………………. 35

C. Strategi Dakwah………………………………………………….. 39

1. Pengertian Strategi Dakwah………………………………….. 39

2. Macam-Macam Strategi Dakwah……………………………. 42

BAB III PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

A. Sejarah Masjid Nurul Iman Blok M Square…………………….. 47

B. Struktur Masjid Nurul Iman Blok M Square……………………. 49

C. Kegiatan Masjid Nurul Iman Blok M Square…………………… 50

D. Fasilitas Masjid Nurul Iman Blok M Square……………………. 54

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA

A. Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M Square….. 56

B. Faktor - Faktor Penghambat Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman

Blok M Square ………………………………...………………… 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………........ 71

B. Saran……………………………………………………………... 73

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 74

LAMPIRAN

v

.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan suatu aktifitas penyampaian nilai-nilai ajaran Islam yang

sangat dibutuhkan oleh manusia. Sebab dakwah merupakan bentuk ajakan kepada

manusia untuk selalu berada di jalan Allah SWT.1 Setiap muslim memegang peranan

dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat muslim lainnya. Tentunya juga harus

dengan cara dan metode yang benar. Tidak semata-mata berdakwah menyerukan nilai-

nilai Islam, mengajak untuk berada di jalan Allah SWT namun tidak memikirkan

bagaimana metode dan cara yang tepat dalam berdakwah.

Dakwah berarti menyeru manusia menuju jalan kebaikan dan menghindari jalan

kesesatan. Dalam pengertian ini mencakup pengertian tabligh (menyampaikan nilai-

nilai agama), jihad (berjuang menegakkan agama Allah), dan amar ma’ruf nahi munkar

(memperintahkan kebaikan dan melarang melakukan kejahatan). Oleh Karena itu,

dakwah merupakan proses At-Tahawwul wal At-taghayur (transformasi dan perubahan)

sesuatu yang tidak baik menuju yang baik atau sesuatu yang sudah baik menjadi yang

lebih baik lagi.2

Awal munculnya dakwah Islam tidak terlepas dari perjuangan Rasulullah SAW.

Ketika Allah SWT memerintahkan nabi Muhammad SAW untuk berdakwah secara

terang-terangan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hijr :94

1 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya), cet. 1 hlm. 3

2 Nana rukmana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2002) cet. Ke-1 hlm.164-

165

2

Artinya :

“maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan

(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”(QS. Al-Hijr : 94)3

Adapun tujuan dakwah itu sendiri adalah islamisasi kehidupan manusia dengan

cara atau metode yang mudah diterima masyarakat . Allah SWT berfirman :

Artinya :

“Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik

dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl :125).4

Dakwah dengan dasar amar ma’ruf nahi munkar akan menjadikan manusia

selalu sadar akan pentingnya sebuah amal baik terhadap perbuatan buruk. Perbuatan

yang baik tentunya akan mendatangkan kebaikan lainya. Sebaliknya perbuatan buruk

akan mendatangkan keburukan lainnya. Oleh sebab itu, faktor yang dapat

menyebabkan berhasil atau tidaknya dakwah itu sendiri adalah tergantung pada seorang

da’i yang berperan dalam mempengaruhi mad’u, meskipun dalam keberhasilan dakwah

tidak hanya ditentukan oleh seorang da’i akan tetapi, da’i memegang peranan penting

dalam menentukan keberhasilan dakwah Islam. Ada beberapa kemungkinan yang

mempengaruhi keberhasilan da’i dalam menyampaikan dakwahnya :

3 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 268

4 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hlm. 282

3

1. Karena pesan dakwah seorang da’i memang relevan dengan kebutuhan

masyarakat sehingga mereka memiliki antusias yang tinggi terhadap pesan-

pesan dakwah yang disampaikan.

2. Penampilan seorang da’i memiliki daya tarik tersendiri dalam menarik

perhatian masyarakat, untuk itu penampilan sorang da’i menjadi sangat

penting.

3. Kondisi masyarakat sedang haus akan siraman rohani, sehingga pesan-pesan

dakwah yang disampaikan akan cepat diterima oleh masyarakat. Walaupun

pesan dakwah yang disampaikan kurang jelas, merekapun akan memahami

lebih jauh maksud dan tujuannya.

4. Adanya pesan-pesan dakwah yang dikemas secara kreatif dan unik sehingga

menarik perhatian masyarakat. Dakwah islam yang dikemas secara unik dan

menarik akan lebih mudah dan cepat diterima oleh masyarakat, Karena

dengan metode atau cara dalam penyampaian pesan dakwah bersifat ringan.

Contoh: acara kesenian, dongeng, drama, bercerita dsb.5

Dalam penyampaian pesan dakwah seorang da’i harus bisa memahami siapa

mad’u atau audiens yang menjadi objek dalam menyampaikan dakwah. Karena salah

satu faktor keberhasilan dakwah adalah dengan memahami siapa audiens yang akan

menerima pesan dakwah di sinilah peran seorang da’i, hendaknya sebelum tampil

seorang da’i mencari tahu terlebih dahulu siapa yang akan menjadi objeknya. Sebab,

banyak terjadi da’i yang gagal dalam menyampaikan pesan dakwahnya di karenakan

dia tidak bisa memposisikan dirinya dihadapan para pendengar atau mad’u. Untuk itu,

memahami mad’u dalam hal dakwah menjadi sangatlah penting.

5 Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Sahid Tuhu Leley, Alqur’an dan Tantangan Modernisasi,

(Yogyakarta: Siprs, 1990), Cet. ke -1 hlm. 2

4

Seorang da’i di samping harus memahami mad’u, faktor yang tidak kalah

penting adalah ia harus bisa menguasai materi yang ingin disampaikan. Tentunya

dengan memahami betul materi, pesan yang disampaikan akan mudah dipahami oleh

mad’u. seorang da’i juga harus memiliki strategi dalam menyampaikan dakwahnya.

Karena tidak sedikit para mad’u yang merasa lelah dan bosan akan materi dakwah yang

disampaikan, untuk itu adanya sedikit hiburan disela-sela berdakwah menjadi suatu hal

yang penting contohnya, mengajak mad’u bersholawat, candaan yang dapat

mengundang tawa. Sehingga, mad’u tidak merasa bosan dan suntuk dalam

mendengarkan ceramah atau pesan dakwah.

Saat ini banyak strategi untuk berdakwah kepada masyrakat dalam menyiarkan

Islam, yaitu dengan adanya tempat ibadah yang memiliki sarana-sarana untuk menarik

masyarakat agar selalu ingat dengan kegiatan keagamaan. Masjid besar khususnya

menjadi salah satu sarana yang berperan penting dalam mesyiarkan islam. Adanya

fasilitas-fasilitas yang dihadirkan dalam masjid memiliki fasilitas untuk berdakwah.

seperti halnya Majlis ta’lim, pengajian anak-anak, tausiah merupakan kegiatan yag

mengajarkan masyarakat muslim untuk lebih memahami ilmu agama.6

Oleh Karena itu, peran dakwah adalah bagaimana aktifitas dakwah dan

program-programnya diarahkan kepada pembinaan umat agar menjadi orang yang kuat

iman, takwa dan keislamannya. Juga bagaimana dakwah dapat berhasil menghimpun

mereka menjadi sebuah kekuatan yang mengusung tugas dakwah di tengah umat

manusia, serta mampu memutar roda dakwah agar manusia dapat selalu tunduk dan

6 Yusuf Qardhawi. Membumikan Syariat Islam : keluwesan aturan ilahi untuk manusia

(Bandung : Mizan Pustaka, 2003), cet. Ke-1 hlm. 13

5

patuh kepada ajaran agama islam. Melalui dua sumber utama bagi umat islam yaitu ;

Alqur’an dan Sunnah7

Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW :

Artinya :

“Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda ; Aku meninggalkan dua perkara untuk kalian,

kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan dua perkara tersebut ; yaitu kitab

Allah dan Sunnah Nabi-Nya“(HR. Malik ).

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa, nabi berwasiat kepada para umatnya

untuk selalu berpegang teguh dengan Al-quran dan As-sunnah, untuk menyampaikan

ajaran-ajaran Al-qur’an dan Sunnah nabi, dalam hal ini masjid tidak hanya dijadikan

tempat mengerjakan ibadah shalat akan tetapi juga merupakan tempat yang paling

efektif untuk menyampaikan ilmu agama. Pada zaman dahulu. Masjid bukan hanya

dijadikan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah melainkan juga dijadikan

sarana untuk berdiskusi membentuk sebuah konsep dan startegi dakwah Islam serta

membahas perkembangan Islam saat itu, sebagaimana yang telah dicontohkan pada

zaman Rasulullah SAW. Pada saat ini, masjid masih menjadi tempat pusat

berkumpulnya umat Islam dimanapun berada, namun sangat disayangkan apabila

masjid yang begitu banyak tersebar di penjuru negeri ini hanya memiliki konsep atau

program-program sebatas untuk menunaikan kewajiban beribadah. Tidak memiliki

program lebih untuk perkembangan umat Islam. Sejatinya, selain dijadikan tempat

7 Yusuf Qardhawi. Membumikan Syariat Islam, hlm. 14

6

beribadah masjid juga dijadikan pusat perkembangan Islam. Berbagai kegiatan

keagamaan berupa ta’lim, diskusi, pelatihan-pelatihan dsb, diadakan di masjid. Jadi,

dalam hal ini masjid tidak hanya dijadikan tempat ibadah namun juga menjadi salah

satu tempat sumber agama Islam yang ada saat ini.8

Allah SWT berfirman :

.

Artinya :

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman

kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan

tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang

diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS At-

Taubah: 18).9

Ayat di atas menunjukkan bahwasannya menjaga dan memakmurkan masjid

merupakan hal yang penting, karena masjid merupakan rumah Allah yang harus selalu

dijaga dan dirawat, terlebih lagi masjid menjadi tempat untuk mensyiarkan agama

Islam. Untuk itu, melihat betapa pentingnya peran masjid dalam mensyiarkan Islam

serta menjadi salah satu strategi dakwah dalam mengajak umat untuk lebih memahami

agama maka dengan ini penulis tertarik untuk meneliti Masjid Nurul Iman Blok M,

yang mana masjid ini terletak di atas pusat perbelanjaan dan dapat menampung kurang

lebih 6000 jama’ah. Di samping itu, program-program dan kegiatan keagamaannya

cukup bagus yang belum banyak dimiliki masjid-masjid lain. Di antaranya, pengurus

masjid Nurul Iman Blok M memberikan fasilitas pelatihan manasik haji untuk kalangan

TK dan PAUD, pengurus masjid juga membuka TPA untuk anak-anak, koperasi masjid

8 Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam,( Jakarta : Pustaka Antara, 1983),

hlm. 35 9 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 190

7

dsb. Apabila kita melihat letak demografisnya, masjid ini terletak jauh dari tempat

perumahan. Dan ini menjadi unik sekali Karena tidak biasa ada Mall yang

menyediakan berbagai kegiatan kegiatan keagamaan seperti manasik haji pengajian

TPA untuk anak-anak yang terletak di atas mall. Satu hal lagi, yang menjadi salah satu

pertimbangan saya tertarik meneliti ini adalah karena adanya masjid yang dibangun di

atas mall ini tidak mendapat dukungan dari pihak mall. Dalam artian pihak mall tidak

setuju dengan adanya pembangunan masjid di atas mall.

Dari latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat

masalah untuk diteliti dengan judul “ Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman

Blok M Square Jakarta Selatan Dalam Mensyiarkan Dakwah Islam Di Tengah

Pusat Perbelanjaan ”

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam tentang objek

yang diteliti dan agar penelitian ini tetap berada dalam fokus penelitian maka

perlu diberikan batasan sebagai berikut :

a. Batasan Ruang Lingkup

Peneliti hanya fokus pada startegi dakwah yang dilakukan DKM Masjid

Nurul Iman Blok M dalam pelaksanaanya sebagai wadah dalam

mensyiarkan ajaran Islam.

b. Batasan Waktu dan Tempat

Penelitian yang mendalam dan intensif dilakukan di Masjid Nurul Iman

Blok M. Penelitian ini dilakukan tanggal 9 Maret sampai 12 Juni 2017.

8

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut ;

a. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan pengurus Masjid Nurul Iman

Blok M Square dalam kegiatannya sebagai wadah syiar Islam ditengah

pusat perbelanjaan?

b. Faktor apa saja yang menghambat pengurus masjid Nurul Iman Blok M

Square dalam mensyi’arkan dakwah Islam?

C . Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui bagaimana implementasi startegi dakwah yang dilakukan pengurus

Masjid Nurul Iman Blok M.

2. Mengetahui apa saja faktor penghambat dakwah pengurus masjid Nurul Iman

Blok M Square.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Akademis

Sebagai bahan rujukan akademis serta sebagain referensi atau perbandingan

penelitian selanjutnya bagi bidang studi ilmu dakwah dan ilmu komunikasi terkait

prihal startegi dakwah masjid Nurul Iman Blok M dalam memanfaatkan fasilitas dalam

media dakwah.

2. Manfaat Praktis

Sebagai informasi dan pedoman mengenai aktifitas keagamaan serta gambaran

media dakwah Islam yang sesuai pada masyarakat muslim di kota, serta penelitian ini

9

diharapkan dapat menambah wawasan yang luas mengenai teknik-teknik dakwah yang

dilakukan di tempat-tempat ramai seperti di pusat perbelanjaan Blok M, serta

menambah gagasan positif yang disesuaikan dengan dakwah bil lisan, bil hal, bil

qolam. hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat untuk terus

mengembangkan dan meningkatkan dakwah Islam.

D. Metodelogi Penelitian

Agar dapat membahas rumusan masalah dengan baik, maka peneliti akan

mengambil metode penelitian dengan langkah-langkah berikut ;

1. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dihasilkan dari sebuah data

yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan suatu penelitian yang bersifat

alamiah dengan mendatangi langsung tempat penelitian. Seperti yang

dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor mereka mendefinisikan bahwa

metodelogi penelitian sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data

deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang

dapat diamati.10

Tujuan adanya metode ini adalah agar dapat menggambarkan suatu

keadaan serta dapat mengambil manfaat dari penelitian berdasarkan hasil tes

wawancara dengan narasumber.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pengurus masjid Nurul Iman Blok M

Square, dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah startegi dakwah

10

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya

1989), Cet 1 hlm. 4

10

yang dilakukan pengurus masjid Nurul Iman Blok M Square dalam

mensyi’arkan dakwah Islam di tengah pusat perbelanjaan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif

analitik. Deskriptif adalah gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu,

atau gamabaran tentang suatu gejala hubungan antara dua gejala atau lebih. Sedangkan

analitik berarti uraian atau sebuah situasi atau peristiwa, dalam penyelelesaian skripsi.

Kemudian data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, tela’ah

kepustakaan.

a. Observasi

Dalam penelitian ini mengamati langsung objek yang diteliti, peneliti

melakukan observasi berkaitan dengan aktifitas keagamaan di masjid Nurul

Iman Blok M sampai akhir penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, berbentuk tanya

jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, yang mewawancarai

disebut interview (yang mengajukan pertanyaan) sedangkan yang diwawancarai

disebut interviewe yang memberi jawaban atas jawaban itu. Dalam hal ini

penulis melakukan wawancara dengan ketua masjid Bapak H. Azwar wahid,

bapak Habibi katin selaku sekertaris masjid dan bapak Asdiwar Malin selaku

ketua devisi dakwah Masjid Nurul Iman Blok M Square.

11

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik yang juga dilakukan baik dari buku,

jurnal atau sumber literatur-literatur lainya. Agar data yang diperoleh lengkap

dan akurat.

4. Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan

proses aditting yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul

serta keseluruhan berkas. Data dapat diketahui dan dinyatakan baik kemudian lanjut

ke tahap selanjutnya yaitu:

a. Data yang diperoleh melalui observasi yakni mengamati objek penelitian

secara langsung menggunakan seluruh alat panca indra kemudian penulis

menulis data secara akurat, dengan mencatat berbagai peristiwa, sikap, dan

tingkah laku yang berhubungan dengan objek.

b. Data yang diperoleh dari wawancara, yakni penulis menyalin hasil dari

wawancara ke catatan lapangan kemudian memberikan tanggapan terhadap

bagian atau point point penting .

c. Data yang diperoleh dari dokumentasi digunakan digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam menguraikan hasil dari skripsi ini.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian karya ilmiah ini, penulis terlebih dahulu melakukan

peninjauan di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yakni, di perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Perpustakan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena hal

ini menjadi penting bagi setiap mahasiswa yang ingin melakukan penelitian untuk

menghindari kesamaan judul sehingga penelitian ini tidak dapat dilanjutkan. Dalam

12

penulisan ini penulis banyak terinspirasi dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya

dan dijadikan rujukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Penelitian tentang “Strategi Dakwah Komunitas Pejuang Subuh dalam

Mengajak Sholat Subuh Berjamaah di Jakarta” yang disusun oleh Sitty Anisaa

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Dalam penelitian ini

dijelaskan bahwasannya strategi yang dilakukan oleh komunitas pejuang subuh

secara garis besar ialah melalui media online dan offline dengan memposting

berbagai manfaat dan keutamaan sholat subuh berjama’ah di masjid agar

masyarakat mau sholat subuh berjama’ah di masjid, sedangkan berbeda dengan

skripsi penulis dimana penulis lebih memfokuskan kepada strategi yang

dilakukan oleh pengurus masjid dalam meningkatkan jama’ah yang terletak di

sekitar pusat perbelanjaan.

2. Penelitian tentang “Peranan Corps Dakwah Masjid Syuhada Dalam Membina

Akhlak Remaja Di Masjid Syuhada Yogyakarta”. Yang disusun oleh Noer

Khasana Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Tahun 2007. Dalam penelitian ini dijelaskan

perihal peranan corps dakwah masjid dalam membina akhlak remaja, penelitian

ini lebih memfokuskan dalam sisi pembinaan akhlak remaja, sedangkan skripsi

penulis meneliti mengenai apa saja strategi yang dilakukan pengurus masjid

dalam meramaikan dan memakmurkan masjid yang terletak di tengah pusat

perbelanjaan.

3. Penelitian tentang “Startegi Dakwah PBNU melalui website www.nu.or.id”

yang disusun oleh Ahmad Asip Ulinnuha Jurusan Manejemen Dakwah Fakultas

13

Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2009. Penelitian ini memfokuskan prihal dakwah yang dilakukan PBNU

melalui media online. Teori yang digunakkan ialah teori SWOT yaitu (Strengts,

Weakness, Opertunities, Threats) berbeda dengan skripsi penulis yang

memfokuskan mengenai aspek dakwah pengurus masjid dalam meningkatkan

kegiatan keagaman jama’ah yang terdapat di pusat perbelanjaan.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi terbagi lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut ;

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan latar belakang masalah,

batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metedologi penelitian, tujuan pustaka dan sistematka penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis akan menjelasakan, mengenai pengertian metode,

macam-macam metode umum, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah

dan macam-macam metode dakwah.

BAB III PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

Dalam bab ini akan membahas tentang profil Masjid Nurul Iman Blok

M, gambaran umum Masjid Nurul Iman yang meliputi latar belakang

berdirinya Masjid Nurul Iman Blok M.

BAB IV ANALISIS STRATEGI DAKWAH PENGURUS MASJID NURUL

IMAN BLOK M

14

Dalam bab ini akan menganalisis tentang strategi dakwah yang

diterapkan oleh pengurus masjid Nurul Iman Blok M dalam

mensyi’arkan dakwah islam, keberhasilan dan hambatan-hambatan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari

permasalahan yang tertera.

15

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yakni kata “strateos” yang

artinya pasukan dan agenis-agenis yang artinya pemimpin.1 Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.2

Strategi merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai hal

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. strategi yang dirumuskan

haruslah strategi yang betul-betul menawarkan alternatif pemecahan,

tidak hanya dalam hal daratan konseptual, melainkan juga dalam

daratan operasional. Strategi pada hakekatnya adalah satu perencanaan

(planning) dan manajemen (management) untuk mencampai tujuan.

Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidaklah berfungsi

sebagai peta jalan saja, malainkan harus mampu menunjukan

bagaimana taktik operasionalnya.3

Sedangkan strategi secara istilah terdapat beberapa perbedaan

pendapat para ahli, namun memiliki maksud yang sama. di antaranya

adalah :

1Ali Murtopo, Sastra Kebudayaan, (Jakarta: CSIS, 1971), hlm. 4.

2Ahmad Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: PT Armico,

1984), hlm. 59. 3Onong Uchjana Effendy, Ilmu komunikasi Teori dan praktek, (Bandung: Remaja Rosda

karya, 1984). hlm. 32.

16

1. Eko Endarmoko menjelaskan bahwasannya strategi

merupakan sebuah planning, program-program, skema,

kebijakan garis haluan.4

2. Strategi menurut Pius A Partanto dan Dahlan adalah

pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

pelaksanaan gagasan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam

kurun waktu tertentu.5

3. Onong Uchyana Effendy strategi pada hakikatnya adalah

perencanaan dan menejemen untuk mencapai suatu tujuan.

Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi bukan

hanya menjadi peta jalan. Yang hanya menunjukan jalan

saja, melainkan harus juga menunjukan teknik atau cara

oprasionalnya.6

4. Menurut Ahmad S. Adnan putra yang dikutip oleh Ruslan

strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan),

sedangkan rencana suatu produk dari suatu (planning) pada

akhirnya akan membentuk suatu satu fungsi dasar dari

proses manajemen.7

Adapun menurut penulis strategi adalah suatu perencanaan yang

dipikirkan secara matang demi tercapainya suatu tujuan tertentu mulai dari

4 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia,(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

2006), hlm. 613 5Pius A Partanto dan Dahlan M, .Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Surabaya: Arkola,

2001), hlm. 97 6Effendi onong uchyana, teori dan praktek komunikasi. (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya,2010) Cet Ke-6 hlm. 32 7RoselyRuslan, Kiat dan Kampanye Public relation, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada,2002), hlm. 120

17

perumusan masalah sampai kemungkinan hambatan yang akan terjadi. Dalam

melihat pengertian di atas sebeum merumuskanya sebuah strategi, diperlukan

suatu pengetahuan yang tepat dan akurat terhadap realitas yang telah terjadi dan

berlangsung dalam kehidupan masyarakat.

2. Tahap-Tahap Strategi

Fred R David mengatakan bahwasannya dalam proses strategi ada

tahapan-tahapan yang harus diperhatikan yaitu :

1. Perumusan Strategi

Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi ialah,

pengembangan tujuan mengenai peluang dan ancaman baik external

maupun internal, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada

tahap ini adalah proses perancangan dan penyeleksian berbagai

strategi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Implementasi Strategi

Implementasi sering disebut dengan tindakan strategi, Karena

implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang

dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam

implementasi strategi ialah pengembangan budaya, menciptakan

struktur yang efektif, mempersiapkan anggaran, memanfaatkan

perkembangan informasi yang masuk. Agar tercapainya implementasi

dengan baik maka dibutuhkan adanya kedisiplinan, motivasi dan kerja

keras.

18

3. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan proses dimana manajer membandingkan

antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan.

Tentunya ini menjadi tahap terakhir yang telah dirumuskan

sebelumnya.8

Dari 3 tahapan tersebut maka tahap-tahap strategi haruslah jelas dan

terukur, mulai dari visi misi dan sasaran objek, planning / perencanaan, sumber

daya manusia (SDM), instrumen yang digunakan untuk mecapai tujuan, serta

evaluasi program.

B. Dakwah

1. Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW

Dakwah Islam muncul pada masa Rasulullah SAW, Secara umum dakwah

Rasul dibagi pada dua masa yaitu masa Makkah dan masa Madinah. Pada masa

Makkah ini dibagi menjadi empat fase : Pertama, fase rumah tangga. Kedua, fase

keluarga. Ketiga, fase konfrontasi. Keempat, fase kekuatan. Pada fase pertama

rasul melakukan dakwah secara diam-diam, yaitu hanya dengan memberi

pelajaran tentang keimanan kepada Allah SWT. Dakwah rasul pada fase pertama

ini dapat dikatakan berhasil dengan masuknya beberapa sahabat nabi di antaranya

adalah Khadijah istri nabi, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Shiddiq, dan Zaid bin

Harisah.9 Kedua. Fase keluarga, pada fase ini rasul diperintahkan untuk

8 Fred R.David, Menejemen Strategi Konsep,(Jakarta : Prenhallindo,2002), hlm. 5

9 Shafiyyurrahman Al-mubarakfuri,Sirah Nabawiyah. (Jakarta, Pustaka Alkautsar,1997),

hlm. 71-72

19

menyampaikan dakwah kepada keluarga yang terdekat, dan jangan menghiraukan

ancaman dan penghinaan kaum Quraish.

Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 94:

“Karena itu, sampaikanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dan hindari

dirimu dari orang-orang musyrik” (Al-Hijr:13:94).10

Setelah datang perintah itu, maka naiklah Muhammad Rasulullah ke

bukit Safa, seraya menyeru: “Wahai kaum Quraish”, maka berkumpullah mereka

di bukit Safa, kemudian Rasul mendakwahkan masuk Islam pada mereka.

Diantara yang hadir ada yang menerima dakwahnya, tapi kebanyakan

menolaknya, bahkan mengejek dan mengancam. Ketiga, periode konfrontasi.

Pada periode ini Rasul memulai dakwah dengan terus terang, tanpa menghiraukan

penghinaan dan ancaman. Beliau melakukan dakwah ke segala penjuru, di tempat-

tempat orang Quraish berkumpul, dalam perayaan hari raya, dan kegiatan lain

yang banyak orang berkumpul. Keempat, periode kekuatan. Dengan masuknya

Hamzah dan Umar bin Khattab ke dalam Islam yang mana mereka termasuk

orang yang disegani dan ditakuti oleh kaum quraish saat itu. Oleh karenanya,

kekuatan Islam semakin bertambah sehingga dakwah Islam dapat semakin meluas

ke seantero arab.11

10

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm.

282 11

Hamzah Tualeka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya: Indah Offset, 1993), hlm.

66

20

2. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti panggilan, seruan atau ajakan.

Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk

kata kerja (fi‟il) nya adalah berarti: memanggil, menyeru, atau mengajak (Da‟a,

Yad‟u, Da‟watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan da’i dan orang

yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad’u.12

Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:

1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai

upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar

sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan

akhirat.13

2. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin

memberikan definisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu;

mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk

(hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari

kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan

akhirat.14

3. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat

manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk

Allah dan Rasul-Nya.15

12

Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),

hlm. 406-407. 13

Toha Yahya Oemar,Ilmu Dakwah (Jakarta: Widjaja, 1983), hlm. 1 14

Ali Makhfudz, Hidayatul Mursyidin (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), hlm. 32 15

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), hlm. 17

21

4. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban

yang menjadi tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma’ruf

nahi mungkar.16

Wahidin Saputra menyebutkan dalam bukunya pengantar ilmu dakwah,

dari berbagai pendapat para ahli tentang definisi dakwah dapatlah diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan Islam

sebagai agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan kepada

seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan unsur: Da’i, Materi

Dakwah, Metode Dakwah, Media dan mad’u. dalam mencapai tujuan

dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi, transformasi,

transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat.

3. Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah SWT dan Rasulullah

Saw untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan

mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi

kehidupanya.17

Seperti yang telah dimaklumi, bahwa dakwah merupakan suatu rangkaian

kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini

dimaksud untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan

dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia.

16

Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 2000), hlm. 23 17

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), cet

ke-2, hlm. 2-3.

22

Apalagi ditinjau dari segi pendekatan system (system approach), tujuan dakwah

merupakan perpaduan unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling

membantu, saling memengaruhi dan saling berhubungan.18

Oleh karena itu dalam menyampaikan dakwah Islam, haruslah diniatkan

semata-mata karena Allah SWT sehingga seorang da’i dalam menyampaikan

dakwahnya benar-benar tulus dan ikhlas membimbing mad’u dalam mengamalkan

ajaran Islam.

Tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta

mendapat ridho dari Allah SWT.19

Adapun tujuan khusus dakwah (minor

obyektive) ini secara operasional dapat dibagi lagi kedalam beberapa tujuan yaitu:

1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk

selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT artinya mereka

diharapkan agar senantiasa mengerjakan perintah Allah dan selalu

mencegah atau meninggalkan larangan-Nya.

2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum muallaf. Penerangan

terhadap masyarakat yang muallaf jauh berbeda dengan kaum yang

sudah beriman kepada Allah (berilmu agama). Artinya untuk muallaf

disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan.

3. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada

Allah (memeluk agama Allah).

4. Membidik dan mengajarkan anak agar tidak menyimpang dari dari

fitrahnya.20

18

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 49 19

Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 37.

23

3. Dasar Hukum Dakwah

Keberadaan dakwah sangat urgent dalam Islam, antara dakwah dan Islam

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. sebagaimana diketahui dakwah

merupakan suatu usaha untuk mengajak, menyeru dan mempengaruhi manusia

agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna memperoleh kebahagiaan baik di

dunia maupun di akhirat. Setiap muslim diwajibkan menyampaikan dakwah Islam

kepada seluruh umat manusia, sehingga mereka dapat merasakan ketentraman dan

kedamaian.

Hal ini berdasarkan firman Allah Al-qur’an surat Ali Imran ayat 104 :

Artinya :

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar; merekalah

orang-orang yang beruntung”21

Dari ayat di atas, menunjukkan bahwasannya Allah SWT memerintahkan

kepada hambanya untuk selalu berdakwah mengajak manusia untuk melakukan

kebaikan dan mencegah kemungkaran dan barangsiapa yang melakukan hal

tersebut maka Allah menyebut mereka dengan sebutan orang-orang yang

beruntung, karena orang yang selalu mengajak kepada kebaikan ia akan selalu

mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakananya.

20

Moh. Ardani, Fiqih Dakwah, (Jakarta: PT.MitraCahayaUtama,2006), hlm. 16-17. 21

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya. (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 64

24

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

Artinya :

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah. Sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”.

(Q.S Ali-Imran : 110)22

Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwasannya umat Islam

merupakan umat yang paling baik yang diciptakan Allah SWT, yang

diperintahkan untuk menyeru kebaikan agar manusia senantiasa berada di jalan

Allah SWT.

Dalam hal ini Rasulullah sendiri sebagai pembawa risalah dan hamba

Allah yang ditunjuk sebagai utusan Allah telah bersabda :

Artinya :

“Dari Abi Sa‟id Al-khudhri ( Radiyallahu „anhu ) berkata : saya mendengar

Rasulullah bersabda : “Barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran maka

hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak kuasa maka dengan lisannya,

jika tidak kuasa dengan lisannya maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah

selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)23

Hadits di atas menunjukkan perintah kepada umat Islam untuk melakukan

dakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Apabila seorang muslim

mempunyai sesuatu kekuasaan tertentu maka dengan kekuasaannya itu ia

22

Al-Qur'an dan Terjemahannya . Hlm 65 23

Imam An-nawawi ; penerjemah, Muhil Dhofir, Terjemah Hadits Arba‟in An-Nawawi.

(Jakarta: Al-I’tishom, 2001), hlm. 54

25

diperintah untuk mengadakan dakwah. Jika ia hanya mampu dengan lisannya

maka dengan lisan itu ia diperintahkan untuk mengadakan seruan dakwah, bahkan

sampai diperintahkan untuk berdakwah dengan hati, seandainaya dengan lisan pun

ternyata ia tidak mampu.

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

:

)(.

Artinya :

“Dari Abdillah Bin Amr (Radhiyallahu „anhuma) : bahwasannya Nabi

Muhammad SAW. bersabda : Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat,

ceritakanlah kepada Bani Israil, tidak ada dosa. Barangsiapa yang berdusta atas

namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari

neraka”. (HR. Bukhori).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang datang dari nabi

Muhammad hendaklah disampaikan walaupun itu hanya satu ayat. Hadits ini

memiliki arti, bahwasanya berdakwah sangatlah penting walaupun itu hanya

disampaikan satu ayat saja. Karena mengajak atau menyeru umat Islam kepada

jalan yang benar merupakan kewajiban bagi sesama umat Islam.

Dakwah merupakan suatu usaha untuk mengajak, menyeru, dan

mempengaruhi manusia agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna

memperoleh kebahagian baik bahagia di dunia maupun di akhirat. Jadi, hukum

dalam melaksanakan dakwah ialah wajib dan hal ini disepakati oleh para ulama.

Namun ada perbedaan pendapat para ulama tentang kewajiban itu apakah fardhu

ain atau fardu kifayah.

26

4. Fardhu ain : maksudnya setiap orang islam yang sudah dewasa, kaya-

miskin, pandai-bodoh, semuanya tanpa terkecuali wajib melaksanakan

dakwah.

5. Fardhu kifayah : maksudnya apabila dakwah sudah disampaikan oleh

sekelompok atau sebagian orang maka gugurlah kewajiban dakwah itu

dari kewajiban seluruh kaum muslimin, sebab sudah ada yang

melaksanakan walaupun sebagian orang.24

4. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah adalah merupakan salah satu faktor yang paling penting

dan sentral. Pada tujuan dakwah inilah segenap tindakan dilakukan dengan

harapan dakwah Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Dalam

menentukan sistem dan bentuk usaha kerjasama dakwah, tujuan dakwah

merupakan landasan utamanya. Demikian juga tujuan dakwah menjadi dasar

sebagai penentuan sasaran dan strategi atau kebijakan serta langkah-langkah

operasional dakwah. Sebagai landasan penentuan sasaran dan strategi, tujuan

dakwah haruslah mengandung apa yang harus ditempuh serta luasnya scope

aktivitas dakwah. Di samping itu tujuan dakwah juga menentukan langkah-

langkah penyusunan tindakan dakwah dalam implementasinya, serta menentukan

orang-orang yang berkompeten dalam mengisi kajian-kajian Islam. Bahkan lebih

dari itu, tujuan dakwah ialah sesuatu yang senantiasa memberikan inspirasi dan

motivasi untuk mengajak mad’u mempraktekan ilmu yang telah diberikan.

24

Aminuddin Sanwar,Pengantar Ilmu Dakwah, Diktat Kuliah, (Semarang: Fakultas

Dakwah IAINWalisongo,1992), hlm. 34

27

Secara hakiki dakwah mempunyai tujuan menyampaikan kebenaran

ajaran, yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta mengajak manusia untuk

mengamalkanya. Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi 2 yaitu : tujuan yang

bersifat obyek dakwah dan materi dakwah. Dilihat dari obyek dakwah, dakwah

memiliki tujuan yaitu memperbaiki seluruh manusia dalam semua aspek,

sedangkan dilihat dari materi tujuan dakwah yaitu terdapat tiga tujuan, yang

meliputi : pertama, tujuan akidah yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi

tiap-tiap manusia. Kedua, tujuan hukum yaitu terbentuknya manusia yang

mematuhi hukum-hukum Islam yang telah disyari’atkan oleh Allah SWT. Ketiga,

tujuan akhlak yaitu terwujudnya pribadi Muslim yang berbudi luhur dan

berakhlakul karimah.25

Menurut penulis Tujuan dakwah ialah untuk berusaha menghidupkan

ajaran agama Islam sebagaimana telah dilakukan oleh baginda rasul sejak dahulu

agar masyarakat memiliki wawasan agama Islam yang luas serta menjadikan

masyarakat sebagai pribadi bertakwa yaitu pribadi yang senantiasa menjalankan

printah Allah dan menjauhi segala larangannya.

5. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini adalah bagian-bagian yang

terkait dan merupakan satu-kesatuan dalam penyelenggaraan dakwah. Hal itu juga

bisa disebut sebagai komponen-komponen dakwah,yang selajutnya gerak

dakwahdisesuaikan dengan bidang garap dari masing-masing komponen. Adapun

unsur-unsur yang dimaksud adalah:

25

Khoiru Ummatin, Kontekstualisasi Misi Dakwah Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

1994), hlm 24.

28

1) Da’i

Da’i dalam pelaksanaannya subyek dakwah dapat secara individu

atau bersama-sama. Hal ini tergantung pada besar kecilnya sekala

penyelenggaraan dakwah dan permasalahan-masalahan dakwah yang

akan digarap. Semakin luas dan kompleksnya permasalahan dakwah

yang dihadapi, tentunya semankin besar pula penyelenggaraan

dakwah, mengingat keterbatasan subyek dakwah, baik dibidang

keilmuan, pengalaman, tenaga, dan biaya, maka subyek dakwah sangat

memerlukan manajemen yang teorganisir, karena akan lebih afektif

dari pada yang secara individu dalam rangka pencampaian tujuan

dakwah.

Dalam pengertian subyek dakwah yang terorganisir, dapat

dibedakan tiga komponen, yaitu (1) Da’i, (2) Perencanaan dan (3)

Pengelola Dakwah. Sebagai seorang Da’i harus memiliki syarat-syarat

tertentu, di antaranya:26

a) Sedapat mungkin menguasai isi kandungan dengan tugas-tugas

dakwah.

b) Menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubunganya dengan

tugastugas dakwah.

c) Taqwa kepada Allah SWT, yang sudah menjadi keharusan bagi

setiap Muslim.

26

M. Mashur Amin. Metode Dakwah Islam dan Berbagai Keputusan Pembangunan

tentang Aktivitas keagamaan, (Yogyakarta: Sumbanagsih.1980), hlm 22-24.

29

2) Mad’u

Menurut Karim Zaidan Obyek dakwah adalah setiap orang atau

sekelompok orang yang dituju atau menjadi sasaran sesuatu kegiatan

dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa

mebedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit,

dan lain sebagainya adalah sebagai obyek dakwah.27

Yang mana obyek

dakwah atau tipe mad’u terbagi menjadi tiga yaitu: Mu’min, Kafir dan

Munafik. Dan Muhamad Abduh membedakan mad’u menjadi tiga

yaitu: Golongan khusus golongan awam dan golongan yang berbeda

dengan keduanya.28

3) Materi Dakwah

Materi Dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da’i

kepada mad’u, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut di

dalam Al- Qur’an dan Al- Hadits. Agama Islam yang bersifat universal

dan mengatur semua kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai

akhir zaman serta mengandung ajaran-ajaran agama Islam.29

Yang

mana ajaran agama Islam adalah diklafikasikan menjadi empat

masalah pokok yaitu :

Masalah akidah (keimanan), masalah syari’ah, masalah akhlak dan

masalah mu’amalah.30

27

A. Karim Zaidan, Asas al- Dakwah, diterjemahkan, M. Asywadie Syukur dengan judul

Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta : Media Dakwah, 1979), hlm. 68. 28

A. Karim Zaidan, Asas al- Dakwah, hlm. 23 29

Nasrudin Razak, Dienul Islam. (Bandung: Al-Ma‟ arif, 1986 ), hlm. 35 30

Nasrudin Razak, Dienul Islam, hlm. 24-31

30

4) Metode Dakwah

Metode Dakwah adalah cara yang telah teratur dan terfikir baik-

baik untuk mencapai satu maksud.31

Jadi metode dakwah adalah cara-

cara menyampaikan pesan pada objek dakwah, baik itu kepada

individu, kelompok ataupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut

mudah diterima, diyakini dan diamalkan.32

Adapun yang menjadi

rujukan metode dakwah adalah Al-Qur’an surat Al- Nahl: 16: 125

Artinya :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan–mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mareka dengan cara yang baik

sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang ebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk”. (QS, an- Nahl, 16: 125).33

Dalam ayat diatas dijelaskan bahawa metode dakwah ada tiga macam

yaitu:

a) Bil–Hikmah, yaitu memperhatikan situasi dan kondisi sasaran

dakwah, bahwa materi yang di jelaskan tidak memberatkan orang

yang dituju tidak membebani jiwa yang hendak menerimanya.34

31

W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum bahasa Indonesia, (Jakarata : Pusat pembinaan

dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Balai Pustaka, 1984 ), hlm. 649 32

Salahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip –Prinsip Dakwah Islam, (Semarang

:Ramadhoni, 1964), hlm. 111 33

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm.

282 34

Abdullah Sihata, Dakwah Islamiah, (Jakarta: Bulan Bintang 2003), hlm. 6

31

Pada dasarnya, metode dakwah bi al-hikmah merupakan penyeruan

atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif,

dilakukan dengan adil, penuh kesabaran, dan ketabahan, sesauai

dengan risalah al-nubuwaah dan ajaran Al-Qur’an. Dengan

demikian terungkaplah apa yang seharusnya secara al-haq (benar)

terposisikannya sesuatu secara proporsional. Dengan kata lain,

model dakwah ini memiliki pengertian semua aktifitas dakwah

yang selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi objek

dakwah, Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan

realistis sesuai tantangan dan kebutuhan dengan memperhatikan

kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, serta situasi

sosial kultural lingkungan mad’u.35

Dalam metode dakwah bi al-hikmah, al-Qur’an menawarkan

beberapa bentuk bahasa,36

di antaranya :

1. Qoulan Baligha (Perkataan yang membekas pada jiwa)

Ungkapan qoulan baligha terdapat pada surah An-Nisa’

ayat 63 dengan firman-Nya:

Artinya :

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui

apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah

kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan

35

Enjang AS dan Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung : Widya Padjadjaran,

2009), hlm. 88 36

H. Munzier Suparta dan Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana 2003), hlm. 167

32

katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada

jiwa mereka” (QS. An Nisa : 63).37

2. Qoulan Layyinan (Perkataan yang lembut) Term Qaulan

Layyinan terdapat dalam surah Thoha ayat 43- 44 secara

harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut (layyin).

Artinya :

“Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun, sesungguhnya dia

telah melampaui batas, maka berbicarah kamu berdua

kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,

mudahmudahan ia ingat atau takut”. (Q.S. Thoha: 43-

44).38

3. Qaulan Marufan (Perkataan yang Baik) Menurut Jalaluddin

Rahmat, qaulan ma’rufan adalah perkataan yang baik.

Allah menggunakan frase ini ketika berbicara tentang

kewajiban orang-orang kaya atau orang kuat terhadap

orang-orang yang miskin atau lemah. Qaulan ma’rufan

berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan

pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan

pemecahan terhadap kesulitan kepada orang lemah, jika

kita tidak dapat membantu secara material, kita bisa

membantu dengan non material.

37

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm. 89 38

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hlm.315

33

Surah An-Nisa ayat 5, yang berbunyi :

Artinya :

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang

sempurna akalnya harta (mereka dalam kekuasaanmu) yang

dijadikan allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka

belanja dan pakaian (dari hasil itu) dan ucapkanlah kepada

mereka kata-kata yang baik (Q.S;An-Nisa:5 )39

b) Mau„idzatul Hasanah, memberi nasehat dan mengingatkan orang

lain dengan bahasa yang baik yang dapat menguguh hatinya

sehingga mad’u bersedia dan dapat menerima nasehat tersebut.

Menurut Enjang AS, Al mau’idzah al-hasanah, memiliki

pengertian sebagai berikut:

1. Pelajaran dan nasehat yang baik, berpaling dari perbuatan

jelek melalui tarhib dan targhib (dorongan dan motifasi)

penjelasan, keterangan, gaya bahasa. Peringatan, penuturan,

contoh terdalam, pengarahan, dan pencegah dengan cara

halus.

2. Pelajaran, keterangan, penuturan, peringatan, pengarahan,

dengan gaya bahasa mengesankan, atau menyentuh dan

terpatri dalam naluri.

39

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, hlm. 78

34

3. Simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-

dalil yang memuaskan melalui al-qaul al-rafiq (ucapan

lembut dengan penuh kasih sayang).

4. Kelembutan hati menyentuh jiwa dan memperbaiki

peningkatan amal.

5. Nasihat, bimbingan, dan arahan untuk kemaslahatan.

Dilakukan dengan baik dan penuh dengan tanggung jawab,

akrab, komunikatif, mudah dicerna, dan terkesan di hati

sanubari mad’u.40

c) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, berdakwah dengan cara

sebaikbaiknya dengan tidak memberikan tertekanan-tekanan yang

memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.41

Dalam hal ini kita juga bisa memakai metode uswatun hasanah yang

pernah dilakukan yaitu dakwah dengan cara memberikan contoh langsung

terhadap mad’u tentang kebaikan. Dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21

Artinya :

“Sesungguhnya telah ada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah “ (QS, Al-Ahzab 21).42

40

Enjang AS dan Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung : Widya Padjadjaran,

2009 ), hlm. 89-90 41

Nawari Ismail dan Ki. Muna Al-Mahfudz, filsafat dakwah, Ilmu Dakwah dan

Penerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), hlm. 15

35

6. Sarana Dakwah

Komunikasi dakwah dapat berlangsung dengan media atau tanpa media.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan media sebagai saluran

penyampaian ajaran Islam dalam komunikasi dakwah merupakan suatu

keniscayaan karena cepat atau lambat masyarakat akan dipengaruhi oleh media

komunikasi. Komunikasi dakwah yang berlangsung dengan media perlu

mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait dengan tatanannya. Bila tidak,

akan mengalami kegagalan.

Asep Saeful menyebutkan dalam bukunya “metode penelitian dakwah”

yang dimaksud sarana dakwah yaitu segala sesuatu yang membantu terlaksananya

dakwah. Dalam pembangunan seperti sekarang ini dakwah harus menyesuaikan

dengan situasi dan kondisi yang semakin berubah ke arah yang lebih maju untuk

itu, di samping keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’i juga ditentukan oleh

sarana dan prasarananya, di zaman sekarang ini banyak instrumen yang dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan dakwah instrumen-instrumen tersebut dapat

dijadikan alat pendukung dakwah, di antaranya meliputi :

a. Media Visual

Yaitu alat yang dapat dioprasikan untuk kepentingan dakwah yang dapat

ditangkap oleh indera penglihatan, contohnya film, gambar atau melalui foto-foto

kegiatan Islami.

42

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Depok : Al-Huda, 2002), hlm.

421

36

b. Media Auditif

Yaitu alat-alat yang dapat dioprasikan sebagai sarana pendengar,

contohnya: radio, tape recorder, telepon, telegram dan lain-lain.

c. Media Cetak

Yaitu semua bentuk cetakan yang ditulis dan dihimpun dalam sebuah

cetakan, contohnya : buku, surat kabar, buletin, dan sebagainya.43

Dakwah melalui social network dinilai sangat efektif dan potensial dengan

berbagai alasan, di antaranya :

1. Mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan biaya

dan energi yang relatif terjangkau.

2. Pengguna jasa internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti

berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah.

3. Para pakar dan ulama yang berada dibalik media dakwah via social

network bisa lebih konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan

peristiwa yang menuntut status hukum syar’i.

4. Dakwah melalui social network telah menjadi salah satu pilihan

masyarakat. Berbagai situs dan mereka bebas memilih materi dakwah

yang mereka sukai, dengan demikian pemaksaaan kehendak bisa dihindari.

5. Cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiyah via

social network bisa menjangkau segmentasi yang luas. 44

43

Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah,

(Bandung: Pustaka Setia, 2003),Cet.ke-1, hlm.43

44Ade Setiawan, “Dakwah dalam Cyber Media (Social Network)” dalam

http://adesmedia.blogspot.com/2013/02/dakwah-dalam-cyber-mediasosial-network.html (Diakses

pada tanggal 28 Maret 2017 pukul 21.39 WIB).

37

Berdakwah melalui sosial media (social network) di internet tergolong

cukup mudah dan sangat praktis. Tidak hanya jangkauannya yang sangat luas,

internet juga menghilangkan batas-batas rasisme, golongan, agama dan lainnya,

sehingga internet menjadi media bebas untuk menuangkan pemikiran seseorang

dalam sebuah tulisan dan video serta tidak terbatas oleh waktu. Ulasan

pembahasannya pun akan lebih gamblang, mengena dan dapat ditelaah

pembacanya kapan pun dan dimana pun mereka berada. Jadi, untuk mengulas

sebuah permasalahan yang banyak terjadi di masyarakat, seorang da’i harus

memiliki wawasan yang luas serta pengalaman baik bersifat pribadi atau

pengalaman yang didapatkan dari orang lain. Bahkan dengan berdakwah melalui

internet yang salah satunya memanfaatkan social network, juru dakwah bisa

mendapatkan ribuan bahkan jutaan mad’u. Dalam memperluas dakwah, tidak ada

salahnya kalau memanfaatkan social network yang telah berkembang pesat saat

ini. Social network menjadi salah satu media paling efektif untuk menyalurkan

bakat atau pemikiran karena internet digunakan dan diakses secara global oleh

seluruh manusia yang ada di muka bumi ini.

Macam-macam metode dakwah menurut beberapa pakar yaitu:

1) Metode ceramah

Metode ini disebut public speaking (berbicara di depan

publik) karena sifat komunikasinya lebih banyak searah dari

pendakwah ke audiensi, sekalipun sering juga diselingi atau diakhiri

dengan komunikasi dua arah dalam bentuk tanya jawab. Umumnya,

38

pesan-pesan dakwah yang disampaikan dengan ceramah bersifat

ringan, informatif, dan tidak mengundang perdebatan.

Dari segi persiapannya, Glenn R. Capp dalam Rahmat membagi

empat macam ceramah atau pidato yaitu pidato improptu (pidato

yang dilakukan secara spontan, tanpa adanya persiapan sebelumnya),

pidato manuskrip (pidato dengan membaca naskah yang sudah

dipersiapan sebelumnya), pidato memoriter (pidato dengan hafalan

kata demi kata dari isi pidato yang telah di persiapkan), pidato

Eksempore (pidato dengan persiapan berupa outline/garis besar dan

supporting points atau pembahasan penunjang. Jenis yang terahir ini

paling baik dan paling banyak digunakan oleh para ahli pidato.45

2) Metode Diskusi

Metode ini dimaksudkan untuk mendorong mitra dakwah

berfikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbangkan

dalam suatu masalah agama yang terkandung banyak kemungkinan-

kemungkinan jawaban atau dengan kata lain bertukar fikiran tentang

suatu masalah.

3) Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama

Yaitu metode yang pada dasarnya membina dan melestarikan

fitrah anak yang dibawa sejak lahir, yakni fitrah beragama dan

mendapat pendidikan. Pendekatannya melalui lembaga-lembaga

pendidikan seperti pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun

45

Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya 2008), 359-360

39

perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman

maupun melalui majelis ta’lim.

4) Metode Tanya Jawab

Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab untuk

mengetahui sejauh mana ingatan atau fikiran seorang dalam

memahami atau menguasai materi dakwah. Disamping itu, untuk

merangsang perhatian bagi penerima dakwah dan sebagai ulangan

atau salingan dalam pembicaraan.46

C. Strategi Dakwah

1. Pengertian Strategi Dakwah

Menurut Asmuni Syukir, strategi dakwah sama artinya dengan metode,

siasat, maupun taktik dakwah. Strategi dakwah adalah cara-cara yang

digunakan oleh seorang mubaligh (komunikator) untuk mencapai tujuan

tertentu, atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain, strategi

dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan yang menempatkan

penghargaan yang mulia atas diri manusia.47

Menurut Ali Aziz, Strategi dakwah ialah sesuai yang disebutkan dalam Al

Qur’an surat an –Nahl ayat 125 yaitu; Hikmah, Mauidatul Hasanah, Mujadalah.48

Dalam perihal strategi dakwah seorang da’i yang memperhatikan mad’u

dari berbagai macam aspek sebelum ia berdakwah maka hal tersebut dikenal

dengan analisa strategi dakwah dimana penjabarannya yaitu analisa subyek

46 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm 25

47 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), hlm.

32. 48 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 157

40

dakwah, analisa materi dakwah dan analisa obyek dakwah. Sehingga dalam

pelaksanaannya akan sangat mempengaruhi metode dakwah atau model

penyampaian dakwah yang akan digunakan. Metode penyampaian dakwah dapat

berupa : Dakwah bil lisan, dakwah bil qalbu atau bil hikmah, dakwah bil kalam,

dakwah bil mauidah hasanah, dakwah bil uswatun hasanah dan juga bisa dakwah

melalui metode berdebat. Maka sangat diperlukan dalam pelakanaan strategi akan

adanya metode dakwah terapkan.

Untuk mencapai keberhasilan dakwah secara maksimal, maka diperlukan

berbagai faktor penunjang, di antaranya adalah strategi dakwah yang tepat

sehingga dakwah mengena sasaran. Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah

haruslah memperhatikan beberapa asas dakwah, di antaranya adalah:

1. Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya

dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses dakwah.

2. Asas kemampuan dan keahlian da’i: Asas ini menyangkut pembahasan

mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i sebagai subjek

dakwah.

3. Asas sosiologi: Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan

dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik

pemerintah setempat, mayoritas agama di suatu daerah, filsofis sasaran

dakwah, sosio kultural sasaran dakwah dan sebagainya.

4. Asas psikologi: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya

dengan kejiwaan manusia. Karena mad’u memiliki karakter unik dan

41

berbeda-beda, sehingga pertimbangan masalah psikologis harus

diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah.

5. Asas aktivitas dan efisien: Asas ini adalah aktivitas yang ada dalam

kegiatan dakwah itu sendiri harus disesuaikan antara biaya, waktu,

maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapian hasilnya. Sehingga

hasilnya dapat diperoleh secara maksimal.49

Dengan mempertimbangkan asas-asas di atas, seorang da’i hanya butuh

memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi

mad’u.

Ada beberapa faktor yang harus benar-benar diperhatikan dan

dipertimbangkan dalam strategi dakwah Islam, di antaranya:

a. Da’i memiliki khasanah ilmu yang luas termasuk iptek, sehingga

dalam dakwahnya sesuai dengan tuntutan masyarakat.50

b. Da’i harus mengembangkan wawasan keilmuan, karena dalam

penyampaian dakwah tentunya banyak perselisihan dan perbedaan

pendapat mad’u yang dapat menimbulkan berbagai pertanyaan kepada

da’i.

c. Da’i bisa menyesuaikan kultur mad’u sehingga dalam dakwahnya

seorang da’i bisa diterima dengan baik.

49

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,hlm. 32 50

Rafi’udin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung

CV.Pustaka Setia, 1997), hlm 79-80.

42

2. Macam – Macam Strategi Dakwah

Syekh Muhammad Abu Fatah Al-Bayanuni membagi strategi dakwah

menjadi tiga bentuk, yaitu:

1) Strategi Sentimentil (al-manhaj al-„athifi)

Adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakan

perasaan dan batin mad’u agar mad’u. Memberikan mad’u nasihat

yang mengesankan, memanggil dengan penuh kelembutan, atau

memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode

yang dikembangkan dari strategi ini. Strategi dakwah ini biasanya

diterapkan pada mad’u yang terpinggirkan (marginal), kaum

perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, para mualaf, orang-

orang miskin, anak yatim dan sebagainya. Strategi ini diterapkan Nabi

Muhammad saat menghadapi kaum musyrik di Makkah dengan

menekankan aspek kemanusiaan, perhatian kepada fakir miskin, kasih

sayang sehingga mereka merasa dihormati dan di muliakan.51

2) Strategi Rasional (al-manhaj al-aqli)

Strategi rasional (al-manhaj al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa

metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini

mendorong mad’u untuk berfikir, merenungkan, dan mengambil

pelajaran mad’u. Contohnya adalah kasus adanya nabi palsu, kita perlu

berfikir dan merenungkan apakah benarbenar ada, padahal di dalam al-

Qur’an sudah dijelaskan bahwa nabi terahir adalah Nabi Muhamad.

51

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 351.

43

Cara ini juga dapat juga diterapkan untuk berdiskusi dengan orang-

orang yang cerdik.

3) Strategi Indrawi (al-manhaj al-hissi).

Dinamakan sebagai strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Ia

didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah

yang berorientasi pada pancra indra dan berpegang teguh pada hasil

penelitian dan percobaan. Di antara metode yang dihimpun oleh

strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama.

Seperti dalam film atau pentas drama yang mengandung banyak

hikmah dan faedah. 52

Asmuni Syukir menambahkan beberapa strategi dakwah selain yang

disebutkan di atas, yaitu :

1. Percakapan Antar Pribadi yaitu percakapan bebas antara dai dengan

individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi

bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam

percakapan atau mengobrol untuk aktifitas dakwah, seorang dai harus

bisa mengarahkan pembicaraannya kepada hal-hal yang baik,

mempengaruhi mereka ke jalan Allah.

2. Demonstrasi yaitu suatu metode dakwah dimana seorang dai

memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya,

dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang diinginkan. 53

52

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm 353. 53

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), hlm.

144-146

44

3. Pendidikan dan Pengajaran Agama Pendidikan dan pengajaran agama

dapat pula di jadikan sebagai metode dakwah, sebab dalam definisi

dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan sebagai dua

sifat, yakni bersifat pembinaan (melestarikan dan membina agar tetap

beriman) dan pengembangan (sasaran dakwah). Hakekat pendidikan

agama adalah penanaman moral beragama kepada anak, sedangkan

pengajaran agama adalah memberikan pengetahuan-pengetahuan agama

kepada anak. Antara aktifitas pengajaran agama dan pendidikan agama,

keduanya saling berkaitan, bahkan pengajaran merupakan alat perantara

pendidikan, sehingga istilah itu sering hanya disebut dengan pendidikan

saja.54

4. Mengunjungi Rumah Metode dakwah yang di rasa efektif untuk

dilaksanakan dalam rangka mengembangkan maupun membina umat

Islam adalah metode dakwah dengan mengunjungi rumah obyek

dakwah, karena selain melaksanakan aktifitas dakwah, metode ini pada

hakekatnya mengadakan silaturrahmi, dimana silaturrahmi menjadi

kewajiban bagi umat Islam. Jadi, disamping merupakan aktifitas

dakwah, metode ini juga sekaligus menunaikan kewajiban.55

Miftakh Farid dalam bukunya “Refleksi Islam” membagi strategi dakwah

menjadi 3 bagian yaitu:

a. Strategi dakwah yat luu- alaihim aayatih (strategi komunikasi) yaitu

strategi penyampaian pesan-pesan dakwah kepada umat yang

54

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dalam Islam, hlm. 157 55

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dalam Islam, hlm. 160-161

45

memiliki konsekuensi terpeliharanya hubungan insani secara sehat

dan bersahaja, sehingga dakwah tetap memberikan fungsi maksimal

bagi kepentingan hidup dan kehidupan.

b. Strategi dakwah yuzakkiihim (strategi dakwah melalui proses

pembersihan sikap dan prilaku atau di sebut strategi tazkiyah) yaitu

pembersihan yang dimaksud agar terjadi perubahan individu

masyarakat sesuai dengan watak Islam sebagai agama manusia

karena itu dakwah salah satunya mengemban misi memanusiakan

manusia sekaligus memelihara keutuhan Islam sebagai agama

rahmatan lil’alamin.

c. Strategi dakwah yu‟alimul hummul kitaaba wal hikmah (strategi

yang dilakukan melalui proses pendidikan), yakni proses

pembebasan manusia dari berbagai penjara kebodohan yang sering

melilit kemerdekaan dan kreatifitas.56

Disamping strategi dakwah

menurut sejarah Nabi, terdapat pula strategi dakwah yang di terapkan

oleh Walisongo,57

di antaranya yaitu ;

1) Modeling

Lewat kharisma yang dipancarkan oleh walisongo yang

dipersonifikasikan oleh para auliya dan kiyai, telah terjunjung

tinggi dari masa ke masa. Model walisongo yang diikuti para

ulama di kemudian hari telah menunjukkan pengaruh yang

56

Miftah Farid, Refleksi Islam, (Bandung: Pusdi Press, 2001), hlm. 48 57

Abdurrahman Mas’ud, Pesantren dan Walisongo: Sebuah Interaksi dalam Dunia

Pendidikan. Dalam makalah komprehensif Progam Doktor Saerozi, Pola dan Startegi Dakwah di

Kalangan Masyarakat Nelayan ,(Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2013), hlm. 17-19.

46

seignifikan antara pemimpin agama dan masyarakat yang

membawa mereka pada kepemimpinan yang protektif dan efektif.

1) Substantif

Walisongo dalam berdakwah mengutamakan pendekatan

substantif dengan tujuan agar Islam mudah difahami oleh

masyarakat Jawa pesisiran pada waktu itu,. Pendekatan seperti ini

dikatakan oleh Abdurrahman Mas’ud adalah a matter of approach

atau means, alat untuk mencapai tujuan yang tidak mengurangi

substansi dan signifikansi ajaran yang diberikan. Dengan kata lain,

wisdom (kebijakan), dan mau‟idzhoh hasanah adalah cara yang

dipilih sesuai dengan ajaran al-Qur’an (an-Nahl, 125).

47

47

BAB III

PROFIL MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

A. Sejarah Masjid Nurul Iman Blok M Square

Blok M Square merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang dimiliki

oleh PD Pasar Jaya, yang dulu dikenal dengan nama Aldiron Plaza dan Pasar

Melawai yang kemudian digabung jadi satu dan dikembangkan menjadi trade mall

di kawasan Jakarta Selatan. Dan inilah salah satu pusat perbelanjaan yang sangat

ramai dengan aktifitas jual beli antara pedagang dan masyarakat, dikarenakan

sarana dan fasilitasnya yang sangat lengkap. Dan salah satunya adalah berupa

sebuah Masjid yang sangat megah, Pembangunan Masjid Nurul Iman tidak

terlepas dari komunitas beberapa pedagang urang awak (orang Minangkabau/

orang padang) yang berinisiatif untuk memperluas halaman masjid yang dibangun

di lantai 7 gedung Blok M Square ini. Masjid ini bernama Masjid Nurul Iman

Blok M Square.1 Dengan posisinya yang berada di puncak gedung pusat

perbelanjaan yang sangat ramai, menandakan pengelola gedung ini sekan-akan

hendak menyatakan kepada dunia bahwa kegiatan ibadah haruslah lebih tinggi

dan lebih diutamakan dari pada kegiatan duniawi yang bersifat hedonisme.

Untuk menuju ke lantai tujuh, bisa menggunakan lift, atau kalau tak mau

menunggu lama, bisa juga menggunakan escalator. Pada pintu lift jelas tertulis

petunjuk bahwa di lantai 7 ada sebuah masjid. Bila sudah berada di lantai tujuh

yang sebagian digunakan untuk lahan parkir dan sebaagian besar lagi digunakan

1Asdiwar Malin, Ketua Divisi Dakwah, Wawancara pribadi, Masjid Nurul Iman Blok M

Square Jakarta Selatan, Rabu 29 Maret 2017. Pukul 16.15

48

untuk membangun masjid, maka akan terlihatlah miniatur Ka'bah yang digunakan

umat Islam untuk latihan manasik haji. Miniatur Kabah ini dibuat semirip

mungkin dengan Ka'bah yang ada di Mekkah. Ada miniatur Hajar

Aswad dan Maqam Ibrahim, dan di depannya berdirilah Masjid Nurul Iman Blok

M Square yang sangat megah.

Memasuki teras masjid, ada tempat penitipan sepatu dan sandal yang

cukup luas dan itu tidak dipungut bayaran alias gratis. Tempat masuk jamaah pria

dan wanita dipisahkan, jadi kemungkinan untuk berbaur sangat kecil. Masjid

Nurul Iman Blok M Square ini memiliki tempat wudhu dan toilet yang cukup

bersih. Tempat Wudhu pria berada di area selatan-barat daya bangunan,

sedangkan untuk wanita berada di area utara-timur laut masjid. Setelah berwudhu

para pengunjung akan masuk ke ruang utama masjid yang digunakan untuk sholat

berjamaah dengan melalui pintu yang memiliki dua daun pintu yang sangat

artistik dan lebar.

Masjid Nurul Iman Blok M Square sangatlah megah dan luasnya mencapai

3000 meter persegi sehingga dapat menampung jamaah sebanyak kurang lebih

6000 orang. Kehadiran Masjid Nurul Iman Blok M Square laksana sebuah Oase

yang menyegarkan sebagai pelepas dahaga akan keimanan dan kerinduan kepada

Sang Khaliq di tengah hiruk pikuk aktifitas masyarakat menerobos padang

kemacetan Kota Jakarta yang tidak pernah kunjung usai. Saat kaki menapak ke

dalam masjid, hamparan karpet merah memenuhi masjid ini, meskipun sebagian

karpet nampak tergulung karena tidak terpakai. Langit-langitnya yang penuh

lukisan awan dan dihiasi dengan ornamen masjid di Madinah yang dilengkapi

lampu hias menambah kemegahan masjid ini. Ada hijab memanjang terbuat dari

49

besi dan kain hijau yang terbentang membatasi antara jamaah wanita dan jamaah

pria. Rasanya begitu nyaman berada dalam masjid ini, tak terasa bahwa masjid ini

berada di lantai tujuh gedung pusat perbelanjaan yang super ramai di Kota

Jakarta.

B. Struktur Kepengurusan Masjid Nurul Iman

Struktur kepengurusan di masjid Nurul Iman Blok M terdiri dari dewan

penasehat, dewan pembina, ketua dan wakil ketua, bendahara, sekretaris, bidang

pembangunan dan pengembangan, bidang sosial, bidang usaha, bidang keamanan,

bidang dakwah, bidang protokol, bidang Pendidikan dan humas.

Dewan penasehat bertugas sebagai penasehat masjid serta sebagai

pengawas dari setiap kegiatan yang dilaksanakan seluruh pengurus masjid.

Kemudian, dewan pembina bertugas sebagai pembina pengurus masjid, mereka

yang termasuk di dalam dewan pembina masjid bertugas membimbing dan

membina seluruh pengurus masjid dalam memakmurkan masjid. Ketua bertugas

memantau setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus, ketua juga bertugas

menerima dan menolak kegiatan yang akan dilaksanakan. Sedangkan wakil ketua

bertugas mewakili seluruh kegiatan ketua jika ketua berhalangan dalam

melaksanakan tugasnya. Selanjutnya, bendahara bertugas mencatat dan membuat

laporan keuangan setiap harinya yang kemudian diumumkan kepada jama’ah

setiap minggunya. Sedangkan wakil bendahara bertugas mewakili bendahara jika

ia berhalangan dalam melaksanakan tugasnya. Sekretaris bertugas mencatat dan

mengatur jadwal-jadwal kegiatan masjid, sedangkan wakilnya mewakili jika

sekretaris berhalangan melaksanakan tugasnya. Selain itu, ketua memiliki

50

anggota-anggota yang mengatur setiap aspek peranan masjid. Seperti halnya

bidang kenaziran, bidang ini mengatur setiap ibadah-ibadah yang dilakukakan di

masjid dan mengatur acara-acara hari besar Islam. Kemudian ada juga bidang

pembangunan dan pengembangan, bidang ini bertugas merencanakan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan, membangun dan memelihara masjid dan menjaga

kebersihan serta keamanan masjid. Masjid ini juga memiliki anggota yang

bertugas di bidang sosial, dalam bidang sosial ini anggota menjaga silaturahim

antar pengurus dengan jama’ah, pengurus juga menyediakan seksi muslimah

terkhusus jama’ah perempuan yang ingin meningkatkan silaturahim, dan pengurus

juga melakukan manasik haji dan umrah serta melakukan pembinaan remaja

masjid. Pada bidang usaha, pengurus melakukan pengumpulan zakat, infaq dan

shadaqah serta masjid memiliki bisinis aqua dan gas elpiji yang berfungsi untuk

membantu memenuhi kebutuhan jama’ah, maka penguruslah yang bertugas

mengelolanya. Dan yang terakhir, ketua memiliki anggota di bidang pendidikan

dan kesehatan yang bertugas mengatur dan mengelola pendidikan dan kesehatan

yang dibutuhkan di masjid. Untuk struktur lebih detail bisa di lihat di dalam

lampiran.2

C. Kegiatan Masjid Nurul Iman

1. Kajian Mingguan

Masjid Nurul Iman sering mengadakan kajian setiap hari khususnya pada

setiap selesai salat fardhu tidak hanya itu kegiatan yang terus menerus yang ada

disekitar halaman masjid Nurul Iman yaitu halaqah artinya lingkaran dan liqo`

artinya pertemuan. Secara istilah halaqah berarti pengajian dimana orang-orang

2 Bapak Habibi Katin, Sekertaris Masjid, Wawancara pribadi, Masjid Nurul Iman Blok

M Square Jakarta Selatan, Rabu 29 Maret 2017. Pukul 16.30

51

yang ikut dalam pengajian itu duduk melingkar. Dalam bahasa lain bisa juga

disebut majelis taklim, atau forum yang bersifat ilmiyah. Istilah halaqah ini sangat

umum di timur tengah dan biasa dilakukan di banyak masjid. Materinya bisa

berkaitan dengan kitab tertentu seperti aqidah, fikih, hadits, sirah dan seterusnya.

Contoh yang paling mudah bisa kita dapati di Nurul Iman. Setiap hari selalu

dipenuhi dengan halaqah yang diisi oleh para masyaikh / ustadz yang merupakan

pakar di bidangnya. Sedangkan istilah liqo` lebih umum dari halaqah, karena

isinya bisa saja bukan merupakan kajian ilmiyah, tetapi bisa diisi dengan rapat,

pertemuan, musyawarah dan seterusnya. Istilah halaqah dan liqo di Indonesia

umumnya sering dikaitkan dengan pengajian dalam format kelompok kecil antar 5

s/d 10 orang, dimana ada satu orang yang bertindak sebagai narasumber yang

sering diistilahkan dengan murabbi / pembina. Secara umum, format halaqah

dengan jumlah terbatas ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya

adalah bahwa anggota dari halaqah itu biasanya adalah orang-orang yang sudah

terpilih melalui semacam seleksi. Sehingga lebih mudah untuk penangannya

ketimbang bila jumlahnya terlalu banyak. Sehingga kontroling dari murabbi bisa

lebih sempurna. Dari sisi ilmu dan wawasan, halaqah kecil ini akan sangat

tergantung dari wawasan sang murabbi. Bila kemampuannya baik, maka

umumnya anggotanya pun punya wawasan yang baik. Sehingga meski pada

beberapa sisi ada kelebihannya, tapi halaqah kecil ini perlu juga dilengkapi

dengan penambahan ilmu-ilmu keislaman secara lebih lanjut dan lebih luas, bila

ingin mencetak orang-orang yang ahli dalam bidang syariah Islam. Sekedar ikut

halaqah yang jam pertemuannya hanya 2-3 jam sepekan tentu sangat kurang bila

tujuannya adalah mendalami ilmu-ilmu keislaman. Apalagi bila sang murabbi

52

terbatas ilmu dan kemampuan bahasa arabnya. Liqo atau halaqah hanyalah

sebuah format metode pembinaan yang selama ini cukup efektif untuk melahirkan

kader-kader yang dibutuhkan. Tetapi esensinya adalah membina dan melahirkan

afrad (individu) yang memiliki kriteria tertentu seperti beraqidah yang shahih dan

syamil, beribadah yang berkualitas, akhlaq yang mulia, produktif dalam beramal

dan seterusnya. Murabbi sebenarnya memiliki peran yang sangat signifikan dalam

membina dan membentuk binaannya.

2. Tabligh Akbar

Kegiatan Tabligh Akbar merupakan konsep untuk membangun

komunikasi dalam rangka silaturrahmi antara sesama sesama umat. Tabligh Akbar

di Masjid Nurul Iman diadakan seminggu sekali. Dalam hal memberi dan berbagi

ilmu agama pada kondisi dan situasi tertentu. Artinya berbagi dan memberi

tentang kebaikan dan kebenaran, sehingga tidak heran dalam kegiatan

tersebut diisi dengan ceramah-ceramah agama atau tausyah yang dikomandankan

oleh ustadz-ustadz, baik ustadz lokal maupun nasional. Jadi, Tabligh Akbar itu

sesungguhnya adalah upaya membangun persatuan umat untuk melakukan

komunikasi intelektual, spiritual dan sosial antara sesama, sehingga tujuan agama

dan tujuan sosial dapat terwujud dengan baik.3

Tabligh Akbar juga merupakan upaya untuk membangun persatuan dan

kesatuan umat baik dalam menegakkan sariah agama maupun dalam membangun

komitmen sosial. Dalam hal ini Masjid Nurul Iman sering mengadakan agenda

rutin tiap bulannya untuk Tabligh Akbar yang mendatangkan para ustadz yang

didukung dengan keahlian khusus di bidang disiplin ilmu agama Islam.

3 H. Azwar Wahid, Ketua Masjid Nurul Iman Blok M Square, Wawancara pribadi,

Masjid Nurul Iman Blok M Square Jakarta Selatan, Rabu 29 Maret 2017. Pukul 14.15

53

3. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Masjid Nurul Iman

Salah satu program kegiatan masjid Nurul Iman Blok M ini menjadi

sangat unik dan menarik, karena tidak biasa ada masjid yang terletak di atas pusat

perbelanjaan membuat program kegiatan semacam ini. pengurus masjid

berinisiatif mengadakan kegiatan TPA untuk anak-anak tentunya dengan tujuan

agar mereka mampu dan mengenal Al-qur’an sejak dini. Selain kegiatan belajar

membaca iqra dan Al-quran terdapat kegiatan lainnya. Diantaranya adalah ;

program tahsin Al-qur’an, program belajar Bahasa Arab, program kaligrafi.

Program ini mendapatkan respon yang baik oleh para jama’ah, walaupun masjid

Nurul Iman terletak di puncak gedung mall Blok M square, namun kegiatan ini

dapat berjalan dengan baik. Kegiatan TPA ini berlangsung dari hari senin-

jum’at.

Program tahsin Al-qur’an merupakan program yang diperuntukkan bagi

mereka yang sudah mengenal huruf hijaiyah dan sudah memiliki kemampuan

dalam membaca Al qur’an. Program ini memiliki tujuan agar jama’ah dapat

membaca dengan baik dan benar.

Selanjutnya ada program belajar Bahasa arab, program ini diperuntukkan

bagi mereka yang ingin mempelajari dan memperdalam Bahasa arab. Program

termasuk banyak diminati oleh banyak jama’ah. Dalam program ini diajarkan

percakapan dan grammatical arab atau lebih dikenal dengan ilmu Nahwu Shorof

sampai.

4. Manasik Haji

Manasik Haji adalah peragaan atau latihan sebelum melakukan perjalanan

ke tanah suci. Latihan ini dilakukan secara bersama sama dengan rombongan

54

jama’ah lainnya dengan mengelilingi miniatur ka’bah. Selain itu juga pengenalan

beberapa tempat keagamaan yang ada di tanah suci akan disosialisasikan oleh

pembimbing rombongan yang biasanya dipimpin oleh seorang Ustadz. Pelatihan

manasik haji ini diperuntukan bagi anak- anak TK Islam dan PAUD sebagai salah

satu pendidikan agama sejak dini untuk mengenal proses pelaksanaan Ibadah Haji

Lokasi Manasik Haji Blok M Square tepat berada di pelataran Masjid

Nurul Iman. Selain Miniatur Ka’bah, Manasik Haji Blok M Square juga

dilengkapi tempat Tawaf, Sa’i, lempar jumroh, Makam Ibrahim), Hijr Ismail &

Hajr Aswad. Pengarahan yang dipimpin oleh pembimbing haji sebelum latihan

manasik dilaksanakan, kami siapkan Function Room dengan kapasitas 500 orang.

Ada beberapa paket pilihan untuk para calon Jama’ah, mulai dari pengadaan

Coffee Break, Snack sampai kepada Makan Siang dan beberapa kemudahan

lainnya. Tempat ini dibuka untuk umum dari jam 08.00 – 19.00 WIB.4

D. Fasilitas Masjid Nurul Iman

Fasilitas yang terdapat di Masjid Nurul Iman juga di lengkapi dengan

miniatur Baitullah. Mulai dari Kabah, Hijr Ismail, Hajr Aswad, Terowongan

Mina, Muzdalifah, Arafah dan Tempat Melontar Jumrah. Tak hanya itu ada

taman kecil yang cantik menghiasi Masjid yang megah ini. Bahkan banyak

dari pengunjung Mall yang berniat melaksanakan sholat di Masjid ini tidak

menyangka bahwa ada Masjid semegah ini di Lantai Paling Atas Pusat

Perbelanjaan. Masjid Nurul Iman sangat direkomendasikan untuk

4 Bapak Habibi Katin, Sekertaris Masjid, Wawancara pribadi, Masjid Nurul Iman Blok

M Square Jakarta Selatan, Rabu 29 Maret 2017. Pukul 16.30

55

melaksanakan sholat dan juga untuk umat muslim yang ingin mengenal

Dakwah Sunnah.5

a. Masjid Nurul Iman Blok M Square sangatlah megah dan luasnya mencapai

3000 meter persegi sehingga dapat menampung jamaah sebanyak kurang

lebih 6000 orang.

b. Tempat masuk jamaah pria dan wanita dipisahkan, jadi kemungkinan

untuk berbaur sangat kecil.

c. Masjid Nurul Iman Blok M Square ini memiliki tempat wudhu dan toilet

yang cukup bersih.

d. Tempat Wudhu yang sangat luas dan untuk tempat wudhu pria berada di

area selatan-barat daya bangunan, sedangkan untuk wanita berada di area

utara-timur laut masjid. Tempat wudhu di Masjid Nurul Iman memiliki

kesamaan dengan yang ada di Masjid Nabawi di Madinah dengan ciri khas

paying besar untuk melindungi dari panas dan hujan.

e. Ruang utama masjid yang digunakan untuk sholat berjamaah dengan

melalui pintu yang memiliki dua daun pintu yang sangat artistik dan lebar.

f. Tersedia pendingin udara (AC) di dalam ruang utama masjid Nurul Iman,

sehingga para jamaah dapat beribadah dengan khusyuk.

g. Tersedia lemari khusus untuk barang milik para jamaah yang kehilangan

barang ataupun tertinggal dalam masjid.

h. Tempat penitipan sepatu dan sandal yang cukup luas dan itu tidak

dipungut bayaran alias gratis.

5 Asdiwar Malin, Ketua Devisi Dakwah, Wawancara pribadi, Masjid Nurul Iman Blok M

Square Jakarta Selatan, Rabu 29 Maret 2017. Pukul 16.00

56

BAB IV

ANALISIS DAN TEMUAN DATA

A. Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M

Strategi merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai hal guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. strategi yang dirumuskan haruslah strategi

yang betul-betul menawarkan alternatif pemecahan, tidak hanya dalam hal

konseptual, melainkan juga dalam operasional. Strategi pada hakekatnya adalah

satu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai

tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidaklah berfungsi

sebagai peta jalan saja, malainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik

operasionalnya.

Organisasi yang memiliki strategi yang baik akan dapat lebih mudah

mengetahui langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai

sebuah target tujuan, pencapaian target di sini bukan hanya menjadi faktor utama

melainkan juga menjadi indikasi berhasil tidaknya sebuah strategi yang

direncanakan. Tidak terlepas masjid Nurul Iman Blok M. Masjid yang terletak di

atas gedung mall Blok M Square ini tentunya harus memiliki strategi yang baik

untuk meningkatkan aktifitas keagamaan di masjid. hal yang terpenting di sini

adalah bagaimana agar para jama’ah selalu meramaikan masjid bukan hanya

untuk menunaikan solat 5 waktu saja melainkan juga dalam kegiatan-kegiatan

lainnya seperti kajian rutin yang dilaksanakan di masjid. Sehingga masjid ini

difungsikan dengan maksimal walaupun posisinya yang berjauhan dari perumahan

warga.

57

Masjid Nurul Iman Blok M ini Berawal dari ruangan kecil yang berada di

pasar melawai. Para pengunjung dan pedagang memanfaatkannya untuk tempat

ibadah sehari-hari, kemudian para pedagang pasar berinistatif untuk

menjadikannya sebagai musholla dan di namakanlah musholla Nurul Iman. Pada

tahun 2007, Pasar melawai mengalami kebakaran yang menghanguskan hampir

seluruh ruko, oleh sebab itu, pada tahun 2009, dibangun kembali mall baru yang

lebih besar yaitu mall Blok M Square dan sekarang menjadi salah satu pusat

perbelanjaan favorit yang ada di Jakarta Selatan dengan fasilitas masjid besar dan

megah yang terletak di atas mall.

1. Perumusan Strategi Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M

Perumusan strategi dakwah adalah bentuk perencanaan yang dilakukan oleh

pengurus masjid Nurul Iman Blok M Square dengan tujuan untuk meningkatkan

kegiatan keagamaan jama’ah masjid. Sangat disayangkan apabila ada masjid yang

terletak di atas mall seperti masjid-masjid lainnya yang berada di tengah pusat

perbelanjaan kurang difungsikan dengan baik. Dengan demikian, masjid tersebut

sangat minim sekali jama’ah yang melakukan kegiatan keagamaan di sana. oleh

karena itu melihat fakta yang ada. Pengurus masjid Nurul Iman Blok M Square

dalam strateginya mencoba untuk memiliki keunikan tersendiri sehingga mampu

menarik perhatian para jama’ah dengan membangun masjid di atas gedung mall

Blok M Square yang terletak di atas pusat perbelanjaan dengan kapasitas jama’ah

kurang lebih 6000 jama’ah. Salah satu faktor yang membuat menarik adalah

dengan arsitektur dan ornamen masjid yang megah dan mewah membuat kesan

seperti masjid nabawi yang terletak di Madinah.

58

Adapun perumusan strategi pengurus masjid Nurul Iman Blok M Square

ialah:

a. Sasaran dakwah

Sasaran dakwah pengurus masjid Nurul Iman Blok M Square

untuk seluruh kalangan mulai dari anak-anak sampai dewasa khususnya

bagi masyarakat sekitar. Pada umumnya masyarakat yang berada sekitar

Blok M ialah para pedagang dan pengunjung mall. Terihat dari program-

program yang ada, pengurus masjid Nurul Iman Blok M ini memberikan

program kegiatan yang diperuntukkan bagi anak-anak, remaja serta

dewasa. Akan tetapi, dengan adanya kegiatan dan program yang menarik

seperti program manasik haji, program tahsin qur’an dll menjadikan

masjid Nurul Iman Blok M ini bukan hanya dikunjungi oleh warga

sekitar namun juga oleh masyarakat luar kota. Khususnya dengan

adanya kegiatan manasik haji. Banyak masyarakat luar kota yang

memilih masjid Nurul Iman Blok M Square sebagai tempat latihan.

Hal ini sesuai dengan Asas sosiologi dalam dakwah : Asas ini

membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi

sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah setempat, mayoritas

agama disuatu daerah, filsofis sasaran dakwah, sosio kultural sasaran

dakwah dan sebagainya.

b. Profesionalitas da’i

Dalam dakwah keahlian dan kemampuan da’i menjadi sangat

penting. Karena untuk mengajak dan mempengaruhi mad’u seorang da’i

harus memiliki keahlian dan wawasan yang luas dalam bidang agama

59

sehingga dapat memberikan pemahaman yang baik kepada mad’u. Di

samping itu, da’i juga harus memperhatikan asas sosiologi mad’u,

karena setiap mad’u memiliki kultur budaya dan tingkat intelektual yang

berbeda-beda, oleh sebab itu seorang da’i haruslah mampu

menyesuaikan materi dakwah dengan kondisi mad’u yang dituju.

Hal ini sesuai dengan asas kemampuan dan keahlian da’i dalam

menyampaikan dakwahnya

c. Efektifitas dan Efesiensi Dakwah

Efektifitas merupakan pencapaian tujuan secara tepat atau memilih

tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan

menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga

diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-

tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan efisiensi yaitu penggunaan

sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum.

Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan

dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan

penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan

keluaran yang diterima.

Adapun efektifitas dan efisiensi dakwah yang dimaksud di sini

adalah dimana setiap mengadakan kegiatan dakwahnya, pengurus

Masjid Nurul Iman Blok M selalu mempertimbangkan antara waktu,

tenaga serta keadaan mad’u agar dakwahnya berjalan dengan efektif dan

efisien. Hal ini sesuai dengan asas strategi dakwah yang bernama asas

60

efektifitas dan efisiensi, yaitu asas yang dalam aktifitas dakwahnya harus

dapat menyeimbangkan antara baik, waktu ataupun tenaga yang

dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya.

2. Implementasi Strategi Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M

Implementasi strategi adalah sejumlah total aktivitas dan pilihan yang

dibutuhkan untuk dapat menjalankan sebuah perencanaan strategis. Implementasi

strategi merupakan proses berbagai strategi dan kebijakan berubah menjadi

tindakan melalui pengembangan progam, anggaran, dan prosedur. Sekali suatu

strategi dan seperangkat kebijakan dibentuk, fokus manajemen strategis bergeser

pada implementasinya. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan

setelah strategi disusun, implementasi merupakan kuci sukses manajemen

strategis

Adanya sebuah rencana tanpa sebuah implementasi akan sia-sia oleh

karena itu, dalam proses tindakan atau implementasi haruslah disesuaikan dengan

kondisi yang terjadi di lapangan, melihat bagaimana kultur budaya mad’u,

bagaimana tangkat intelektualitas mad’u, sehingga program-program

implementasi dapat terlaksana dengan baik.

Untuk mendukung implementasi strategi yang telah dirumuskan oleh

pengurus masjid Nurul Iman Blok M, para pengurus masjid harus saling bekerja

sama satu dengan lainnya dalam mengembangkan program, merancang anggaran

dan prosedur yang diperlukan untuk mewujudkan apa yang telah dirumuskan.

Hal ini berarti para pengurus masjid tersebut memiliki kewajiban masing-masing

dalam bertugas agar aktifitas dakwah masjid Nurul Iman Blok M tetap berjalan

61

dengan baik. Dalam implementasinya untuk memudahkan agar kegiatan masjid

dapat berjalan dengan baik pengurus masjid membentuk sebuah struktur

organisasi.

a. Membentuk Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap

bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau lembaga dalam

menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di

harapakan dan di inginkan. Struktur Organisasi menggambarkan

dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan

yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi.

Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan

wewenang antara satu dengan lainya, jadi ada satu pertanggung

jawaban apa yang akan di kerjakan.

Struktur kepengurusan di masjid Nurul Iman Blok M terdiri dari

dewan penasehat, dewan pembina, ketua dan wakil ketua, bendahara,

sekretaris, bidang pembangunan dan pengembangan, bidang sosial,

bidang usaha, bidang keamanan, bidang dakwah, bidang protokol,

bidang Pendidikan dan humas.

Setiap anggota pengurus masjid tentunya harus dapat bertanggung

jawab kepada pimpinannya atau kepada atasannya yang telah

memberikan kewenangan, karena pelaksanaan atau implementasi

kewenangan tersebut yang akan dipertanggungjawabkan.

62

b. Mengadakan kajian

Kajian rutin yang diadakan di masjid Nurul Iman Blok M

merupakan upaya pengurus masjid dalam berdakwah di tengah pusat

perbelanjaan Blok M. Dengan tujuan agar masyarakat tetap dapat

menuntut ilmu dan beribadah walaupun disibukakan dengan kegiatan

bisnis di sana. Oleh karenanya, pengurus masjid Nurul Iman Blok M

berinisiatif untuk menggunakan pengeras suara baik di dalam maupun

di luar masjid sehingga pengunjung dan para pedagang bisa ikut

mendengarkan kajian yang ada di masjid Nurul Iman Blok M.

Materi kajian yang dipilih oleh pengurus masjid Nurul Iman Blok

M memfokuskan kepada materi kajian tauhid, fiqih ibadah, fiqih

muamalah atau bisnis. Karena pengurus melihat para mad’u mayoritas

berprofesi sebagai pedagang sehingga materi kajian ini sangat cocok

dan sesuai dengan keadaan mad’u dan para pengunjung di mall. Di

samping itu bentuk implementasi dakwah lainya dari pengurus masjid

Nurul Iman Blok M ialah dengan menghadirkan para da’i yang

berkompeten untuk mengisi kajian rutin di masjid Nurul Iman. Di

antaranya ialah : Ustadz Dr. Khalid Basalamah, MA, Ustadz Subhan

Bawazier, Ustadz Dr. Syafiq Riza basalamah, MA.

Dalam asas profesionalitas da’i disebutkan bahwa seorang da’i

harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan

dakwahnya. Agar da’i dapat mempengaruhi mad’u, untuk mengikuti

nilai-nilai islam yang telah disampaikan

63

Selain itu di Masjid Nurul Iman Blok M Square setiap ada kajian

dan Tabligh Akbar di upload ke Youtube hal ini selaras pada zaman

modern seperti sekarang ini, telah berkembang sarana-sarana

komunikasi yang merupakan media dalam meyampaikan pesan seperti

televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar bahkan internet

dengan segala aplikasinya. Dengan banyaknya media yang ada, maka

da’i harus dapat memilih media yang paling efektif untuk mencapai

tujuan dakwah.

Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan

dihadapkan kepada perkembangan dan kemajuan teknologi

komunikasi yang semakin canggih, memerlukan suatu adaptasi

terhadap kemajuan itu. Artinya, dakwah dituntut untuk dikemas

dengan terapan media komunikasi sesuai dengan aneka mad’u

(komunikan) yang dihadapi. Laju perkembangan zaman berpacu

dengan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak

terkecuali teknologi komunikasi yang merupakan suatu sarana yang

menghubungkan suatu masyarakat dengan masyarakat di belahan bumi

lain.

Kecanggihan teknologi komunikasi seperti halnya social network

yang merupakan bagian dari internet ikut mempengaruhi seluruh aspek

kehidupan manusia termasuk di dalamnya kegiatan dakwah sebagai

salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu

pengethauan. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses dakwah bisa

terjadi dengan menggunakan berbgai sarana atau media, karena

64

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memungkinkan

hal itu, dengan demikian pesan dakwah dapat menyebar sangat cepat

dengan jangkauan serta tempat yang sangat luas. Dalam suatu proses

dakwah, seorang da’i dapat menggunakan berbagai sarana atau media.

Salah satu media tersebut adalah dengan memanfaatkan keberadaan

social network yang saat ini merupakan aplikasi-aplikasi yang sangat

diminati oleh khalayak. Dewasa ini, dapat dilihat bahwa telah banyak

da’i baik individu maupun dalam sebuah organisasi dakwah yang

melakukan kegiatan dakwahnya dengan memanfaatkan social network

sebagai media dalam berdakwah. Bahkan yang harus diperhatikan,

salah satu unsur keberhasilan dalam berdakwah adalah kepandaian

seorang da’i dalam memilih dan menggunakan sarana atau media yang

ada.

c. Mengadakan Taman Pendidikan Al-quran (TPA)

Pendidikan dan Pengajaran Agama dapat pula di jadikan sebagai

metode dakwah, sebab dalam definisi dakwah telah disebutkan bahwa

dakwah dapat diartikan sebagai dua sifat, yakni bersifat pembinaan

(melestarikan dan membina agar tetap beriman) dan pengembangan

(sasaran dakwah). Hakekat pendidikan agama adalah penanaman

moral beragama kepada anak, sedangkan pengajaran agama adalah

memberikan pengetahuan-pengetahuan agama kepada anak. Antara

aktifitas pengajaran agama dan pendidikan agama, keduanya saling

berkaitan, bahkan pengajaran merupakan alat perantara pendidikan,

sehingga istilah itu sering hanya disebut dengan pendidikan saja. Salah

65

satu program kegiatan masjid Nurul Iman Blok M ini menjadi sangat

unik dan menarik, karena tidak biasa ada masjid yang terletak di atas

pusat perbelanjaan membuat program kegiatan semacam ini. pengurus

masjid berinisiatif mengadakan kegiatan TPA untuk anak-anak

tentunya dengan tujuan agar mereka mampu dan mengenal Al-qur’an

sejak dini. Selain kegiatan belajar membaca iqra dan Al-quran

terdapat kegiatan lainnya. Diantaranya adalah ; program tahsin Al-

qur’an, program belajar Bahasa Arab, yang diperuntukkan untuk laki-

laki dan perempuan. Program ini mendapatkan respon yang baik oleh

para jama’ah, walaupun masjid Nurul Iman terletak di puncak gedung

mall Blok M Square, namun kegiatan ini dapat berjalan dengan baik.

d. Manasik Haji

Manasik Haji adalah peragaan atau latihan sebelum melakukan

perjalanan ke tanah suci. Latihan ini dilakukan secara bersama sama

dengan rombongan jama’ah lainnya dengan mengelilingi miniatur

ka’bah (dibuat seperti sebenarnya). Selain itu juga pengenalan

beberapa tempat keagamaan yang ada di tanah suci akan

disosialisasikan oleh pembimbing rombongan yang biasanya dipimpin

oleh seorang Ustadz. Pelatihan manasik Haji diperuntukan juga bagi

anak- anak TK Islam sebagai salah satu pendidikan agama sejak dini

untuk mengenal proses pelaksanaan Ibadah Haji.

3. Evaluasi Strategi Pengurus Masjid Nurul Iman Blok M

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan dalam meningkatkan kualitas,

kinerja, atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus

evaluasi adalah individu. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa

66

yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya, informasi ini

digunakan untuk perbaikan suatu program selanjutnya.

Tujuan evaluasi adalah untuk menjamin pencapaian sasaran atau untuk

mengetahui tingkat pencapaian sasaran suatu lembaga, terutama untuk

mengetahui bila terjadi kesalahan suatu program kegiatan agar segera diperbaiki,

sehingga sasaran atau tujuan dapat tercapai sesuai dengan harapan.

a. Kinerja Pengurus

Evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan untuk

mengetahui hasil pekerjaan dan kinerja individu. Di samping itu, juga

untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan

tanggung jawab yang sesuai kepada seseorang sehingga dapat

melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang.

Pengurus masjid Nurul Iman Blok M tentunya memiliki tugas dan

tanggung jawab masing-masing, dalam mengevaluasi kinerja pengurus,

ketua pengurus masjid Nurul Iman Blok M Bapak H. Azwar Wahid selalu

memberikan pengarahan kepada masing-masing pengurus agar dapat .

selalu mengelola dan memilihara masjid dengan baik. Terlebih lagi dalam

setiap kegiatan yang ada di masjid Nurul Iman Blok M.

Pengurus yang kurang memiliki kinerja dengan baik, biasanya

akan diberikan nasehat dan arahan pada rapat internal pengurus. Karena

dalam implementasinya pengurus yang mendapatkan tugas haruslah

memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi sehingga masjid dapat terkelola

dengan baik.

67

b. Evaluasi program kegiatan masjid

Evaluasi program kegiatan masjid Nurul Iman Blok M ini menjadi

sangat penting dilakukan, karena tanpa adanya kegiatan tentunya masjid

Nurul Iman yang begitu besar dan megah tidak dapat berfungsi dengan

baik. Sehingga adanya kegiatan masjid itu menjadi faktor utama untuk

meningkatkan jama’ah dan aktifitas masjid.

Setiap harinya di masjid Nurul Iman Blok M selalu diadakan

pengajian rutin yang membahas tentang berbagai macam persoalan agama

diantara kitab yang dikaji ialah : Kitabul Kabair (Dosa-dosa Besar), Kitab

sholat, Kitab Bulughul marom, Kitab Tauhid. Ustadz yang mengisi

pengajian tidak hanya menyampaikan tausiah namun juga memberikan

kesempatan kepada para jama’ah untuk bertanya apapun perihal islam.

Selain kegiatan pengajian rutin pengurus masjid Nurul Iman Blok M juga

membuat program kegiatan diantaranya latihan manasik haji, TPA, Tahsin

qur’an, program belajar Bahasa arab dan masih banyak lagi. Tentunya

dengan kegiatan yang banyak, masid Nurul Iman Blok M harus

mengevaluasi hasil dari kegiatan yang ada. Apabila kegiatan tersebut

mendapat respon yang baik dari jama’ah sekitar maka kegiatan tersebut

akan dilanjutkan dan dikembangkan untuk lebih baik lagi.

B. Faktor - Faktor Penghambat Dakwah Pengurus Masjid Nurul Iman

Blok M Square

Faktor penghambat merupakan faktor yang menjadi suatu kendala

dalam mencapai sebuah tujuan. Dalam menjalankan segala misi sebuah

organisasi tentunya memiliki faktor-faktor penghambat yang dapat

68

mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Organisasi yang kurang

memahami sebuah hambatan dalam menjalankan sebuah misinya maka

akan sangat mudah untuk mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan.

Oleh karenanya, sebuah organisasi dalam implementasinya haruslah dapat

mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat misi organisasi.

Melihat betapa pentingnya mengetahui faktor penghambat dalam

dakwah, pengurus masjid Nurul Iman Blok M mengantisipasi dengan

selalu mengadakan rapat dan kordinasi kepada pihak-pihak yang

bersangkutan. Sehingga segala permasalahan dapat di atasi dengan cara

bermusyawarah.

Dalam hal ini pengurus masjid Nurul Iman Blok M Square

mengkategorikan ada 2 faktor penghambat :

1. Faktor Internal

a. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang

sangat penting dan harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan

organisasi atau lembaga. Sumber daya manusia merupakan

elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lainnya,

karena manusia itu sendiri yang mengendalikan dan

menjalankan sebuah visi misi sebuah organisasi.

Sumber daya manusia harus dikelola dengan baik untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi atau lembaga.

Masjid Nurul Iman Blok M masih membutuhkan SDM

yang lebih banyak lagi untuk membantu pengelolaan masjid.

69

Karena melihat masjid memiliki luas sekitar 3000 meter

dengan taman dan halaman parkir, tentunya membutuhkan

tenaga ekstra. Di samping itu, pengurus masjid Nurul Iman

Blok M juga sedang melakukan pembangunan tempat Wudhu

baru dengan ornamen seperti masjid Nabawi yang berada di

Madinah.

2. Faktor Eksternal

a. Manajemen Mall Blok M Square

Masjid Nurul Iman Blok M ini terletak di atas gedung Mall

Blok M Square yang mana dalam menjalankan segala bentuk

kegiatan dan aktifitas masjid harus dikordinasikan dengan baik

oleh pengelola mall. Mall yang terletak di tengah kota Jakarta

ini dimiliki oleh PD Pasar Jaya dulu dikenal dengan

nama Aldiron Plaza dan Pasar Melawai yang kemudian di

gabung jadi satu dan dikembangkan menjadi trade mall di

kawasan Jakarta Selatan.

Adanya masjid yang terletak di puncak mall Blok M ini

tidak dibangun atas pengelola mall Blok M Square akan tetapi

berdasarkan inisiatif dari para pedagang yang berada di mall

Blok M Square dan sekitarnya. Oleh karenanya, masjid ini

tidak mendapatkan dukungan oleh manajemen masjid.

b. Jama’ah Masjid

Masjid Nurul Iman Blok M yang terletak di tengah pusat

perbelanjaan memiliki ruang yang cukup luas dan dapat

70

menampung jama’ah kurang lebih sebanyak 6000 jama’ah.

Jama’ah masjid merupakan salah satu faktor terpenting dalam

dakwah islam, seperti yang kita ketahui dalam ilmu dakwah,

mad’u merupakan salah satu bagian dari unsur dakwah itu

sendiri. Mad’u di sini adalah jama’ah masjid Masjid Nurul

Iman Blok M yang berada di mall dan sekitarnya. Tentunya,

masjid Nurul Iman Blok M tidak dapat berfungsi dengan

maksimal apabila jama’ah tidak memiliki kegiatan keagamaan

di dalam masjid. Sebagaimana masjid lainnya yang terletak di

pusat perbelanjan lainnya.

c. Minim Donatur

Masjid ini berdiri atas dasar inisiatif dari pedagang yang

berada di mall Blok M, awal pembangunan masjid pun

mendapatkan banyak kritik oleh orang-orang sekitar tidak

terkecuali para pengelola mall yang tidak setuju pembangunan

masjid di atas gedung. Dikarenakan memang para manajer dan

investor mall Blok M Square berasal dari kalangan non

muslim.

71

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang Strategi pengurus

masjid Nurul Iman Blok M Square dalam mensyi’arkan dakwah Islam di tengah pusat

perbelanjaan, maka dengan ini penulis akan merangkum beberapa hal penting

sebagai kesimpulan akhir dari karya ilmiah ini, yaitu sebagai berikut :

Masjid Nurul Iman Blok M memiliki beberapa faktor penghambat dalam

mensyiarkan dakwah Islam di pusat perbelanjaan. Hal ini dibagi menjadi dua faktor :

a. Faktor Internal

Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia menjadi salah satu faktor internal masjid, karena

masjid Nurul Iman Blok M ini dibangun cukup luas dan memiliki banyak

agenda kegiatan keagamaan. Oleh karenanya, pengurus masjid

membutuhkan banyak SDM untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi dalam berdakwah.

b. Faktor Eksternal

1) Manajemen Mall

Manajemen mall blok M Square menjadi salah satu faktor penghambat

dalam pembangunan masjid Nurul Iman Blok M Square, pada awal

berdirinya masjid Nurul Iman pengelola mall tidak setuju dengan

adanya masjid yang dibangun di atas mall, akan tetapi setelah

72

bermusyawarah antara pengurus dan pihak mall akhirnya pihak mall

setuju namun tidak memberikan donasi dalam pembangunan masjid.

2) Jama’ah Masjid

Jama’ah yang berada di masjid Nurul Iman Blok M merupakan

pengunjung dan para pedagang mall, mereka datang hanya pada waktu

tertentu saja untuk sekedar menunaikan ibadah kewajiban. sehingga

masjid Nurul Iman yang dibangun dengan kapasitas jama’ah sampai

6000 jama’ah ini terlihat kurang berfungsi secara maksimal.

3) Minim Donatur

Dalam proses pembangunan masjid Nurul Iman Blok M pengurus

masjid masih kekurangan donatur, oleh karenanya dalam

pembangunan masjid ini sebagian besar pengurus menggunakan dana

dari hasil penggalangan jama’ah.

Dalam mengantisipasi beberapa faktor penghambat masjid Nurul Iman Blok

M pengurus masjid memiliki strategi yang cukup efektif dan efisian. Adapun tahap-

tahapannya sebagai berikut :

a. Sasaran dakwah

Sasaran dakwah yang dilakukan pengurus masjid Nurul Iman Blok M

sudah terlaksana. Terlihat dari banyaknya jama’ah yang datang untuk

menunaikan Ibadah atau mengikuti berbagai kajian agama.

73

b. Profesionalitas Da’i

Pengurus masjid dalam startegi dakwahnya menghadirkan da’i yang

berkempeten dalam bidangnya seperti Ustadz Dr. Kholid Basalamah,

MA, Ustadz Subhan Bawazier, MA Ustadz Dr. Syafiq Riza

Basalamah, MA

c. Efektifitas dan Efesiensi Dakwah

Dari berbagai macam kegiatan masjid seperti kajian rutin, manasik

haji, TPA, bahasa arab terbukti banyak jama’ah yang berminat

mengikuti program kegiatan tersebut. Oleh sebab itu, dalam hal ini

pengurus telah berhasil dalam menjalankan strategi dakwah.

B. Saran

Pada akhir penulisan ini penulis akan memberikan sedikit saran yang

diharapkan semoga dapat memberikan manfaat untuk masjid Nurul Iman Blok

M Square :

1. Agar kegiatan masjid dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan untuk

para pengurus masjid seluruhnya untuk tetap menjaga koordinasi serta

menumbuhkan rasa tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan tugas

masing-masing.

2. Dalam starteginya, Masjid Nurul Iman Blok M sudah cukup bagus. namun

alangkah baiknya dalam meningkatkan jama’ah masjid. pengurus dapat

membuat program kegiatan baru yang lebih menarik lagi. Sehingga

dakwah Islam di tengah pusat perbelanjaan dapat menarik minat jama’ah

lebih banyak lagi.

74

DAFTAR PUSTAKA

A. Karim Zaidan, Asas al- Dakwah, diterjemahkan, M. Asywadie Syukur dengan

judul Dasar Dasar Ilmu Dakwah. Jakarta : Media Dakwah, 1979.

Amin, M, Mashur. Metode Dakwah Islam dan Berbagai Keputusan Pembangunan

tentang Aktivitas keagamaan. Yogyakarta: Sumbanagsih.1980.

Amin, Syamsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.

Ardani, Moh. Fiqih Dakwah. Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2006.

Arifin, Ahmad. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: PT.

Armico, 1984

Aziz, Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009.

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta, Logos, 1997

David, Fred R. Menejemen Strategi Konsep. Jakarta : Prenhallindo, 2002

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya. Depok : Al-Huda, 2002.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu komunikasi Teori dan praktek. Bandung: Remaja

Rosda karya, 1984.

Enjang A.S, dan Aliyuddin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya

Padjadjaran, 2009.

Farid, Miftah. Refleksi Islam. Bandung: Pusdi Press, 2001.

Hamzah Tualeka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah. Surabaya: Indah Offset, 1993.

Ismail, Nawari, dan Al-Mahfudz, Ki Muna, filsafat dakwah, Ilmu Dakwah dan

Penerapannya. Jakarta: Bulan Bintang, 2004.

Ma’arif, Ahmad Syafi’i, dan Leley, Sahid Tuhu. Alqur’an dan Tantangan

Modernisasi. Yogyakarta: Siprs 1990.

Mas’ud, Abdurrahman. Pesantren dan Walisongo: Sebuah Interaksi dalam Dunia

Pendidikan. Dalam makalah komprehensif Progam Doktor Saerozi, Pola

dan Startegi Dakwah di Kalangan Masyarakat Nelayan. Semarang: IAIN

Walisongo Semarang, 2013.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosda

Karya 1989.

Muhtadi, Asep, Saeful, dan Safei. Agus Ahmad. Metode Penelitian Dakwah.

Bandung: Pustaka Setia, 2003.

Munawir Ahmad Warson, Kamus al-Munawir. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Munir, Muhammad. Manajemen Dakwah. Jakarta: kencana, 2006.

Murtopo, Ali. Sastra Kebudayaan. Jakarta: CSIS, 1971.

Partanto, Pius, A. dan Dahlan, M,, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:

Arkola, 2001.

Poerwadarminto, W.J.S. Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarata : Pusat

pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Balai Pustaka, 1984.

Qardhawi, Yusuf. Membumikan Syariat Islam : keluwesan aturan ilahi untuk

manusia, Bandung : Mizan Pustaka, 2003.

Rafi’udin dan Djalil, Maman Abdul. Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung CV.

Pustaka Setia, 1997.

Razak, Nasrudin. Dienul Islam. Bandung: Al-Ma’arif, 1986.

Rukmana, Nana. Masjid dan Dakwah. Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2002.

Ruslan, Rosely. Kiat dan Kampanye Public relation. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002.

Sanusi, Salahudin. Pembahasan Sekitar Prinsip –Prinsip Dakwah Islam.

Semarang : Ramadhoni, 1964.

Sanwar, Aminuddin. Pengantar Ilmu Dakwah, Diktat Kuliah, Semarang: Fakultas

Dakwah IAIN Walisongo, 1992.

Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Sihata, Abdullah. Dakwah Islamiah.. Jakarta: Bulan Bintang, 2003

Suparta, Munzier, dan Hefni. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2003.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al- Ikhlas, 1983.

Tasmara, Toto. komunikasi dakwah. Jakarta : Gaya Media Pratama,1997.

Ummatin, Khoiru. Kontekstualisasi Misi Dakwah Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1994.

Sumber Internet

Ade Setiawan, “Dakwah dalam Cyber Media (Social Network)” dalam

http://adesmedia.blogspot.com/2013/02/dakwah-dalam-cyber-mediasosial-

network.html

TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : H. Azwar Wahid

Jabatan : Ketua Pengurus Masjid Nurul Iman

Waktu/ Tempat : 28 Maret 2017 Pukul : 14.15 / Masjid Nurul Iman

1. Apa latar belakang pembangunan masjid Nurul Iman ?

Jawaban :

Pembangunan Masjid Nurul Iman tidak terlepas dari komunitas beberapa

pedagang urang awak (orang Minangkabau/ orang padang) yang

berinisiatif untuk memperluas halaman masjid yang dibangun di lantai 7

gedung Blok M Square ini. Masjid ini bernama Masjid Nurul Iman Blok

M Square. Dengan posisinya yang berada dipuncak gedung pusat

perbelanjaan yang sangat ramai, menandakan pengelola gedung ini sekan-

akan hendak menyatakan kepada dunia bahwa kegiatan ibadah haruslah

lebih tinggi dan lebih diutamakan daripada kegiatan duniawi yang bersifat

hedonisme.

2. Apa saja hambatan dalam pembangunan Masjid Nurul Iman Blok M

Square?

Jawaban :

Hambatan dalam pembangunan masjid ini terletak pada finansial, karena

masjid ini dibangun atas dasar inisiatif dari kelompok pedangang sekitar,

terlebih lagi dari pihak mall sendiri tidak setuju dengan adanya

pembangunan masjid yang terletak di atas mall.

3. Apa Fasilitas yang ada dalam Masjid Nurul Iman ?

Jawaban :

Masjid Nurul Iman Blok M Square sangatlah megah dan luasnya mencapai

3000 meter persegi sehingga dapat menampung jamaah sebanyak kurang

lebih 6000 orang. Tempat masuk jamaah pria dan wanita dipisahkan, jadi

kemungkinan untuk berbaur sangat kecil. Masjid Nurul Iman Blok M

Square ini memiliki tempat wudhu dan toilet yang cukup bersih Tempat

Wudhu yang sangat luas dan untuk tempat wudhu pria berada di area

selatan-barat daya bangunan, sedangkan untuk wanita berada di area utara-

timur laut masjid. Ruang utama masjid yang digunakan untuk sholat

berjamaah dengan melalui pintu yang memiliki dua daun pintu yang

sangat artistik dan lebar. Tersedia pendingin udara (AC) di dalam ruang

utama masjid Nurul Iman, sehingga para jamaah dapat beribadah dengan

khusyuk.

4. Strategi apa yang dilakukan oleh Pengurus masjid Nurul Iman

sehingga para pengunjung mall tertarik untuk melakukan aktivitas

ibadah ?

Jawaban :

Kegiatan kajian dan Tabligh akbar dan dakwah sunnah yang dilakukan

oleh pengurus Masjid Nurul Iman selain itu kami memfasilitasi langit-

langitnya yang penuh lukisan awan dan dihiasi dengan ornamen masjid

yang ada di Madinah selain itu dilengkapi lampu hias menambah

kemegahan masjid ini. Ada hijab memanjang terbuat dari besi dan kain

hijau yang terbentang membatasi antara jamaah wanita dan jamaah pria.

Rasanya begitu nyaman berada dalam masjid ini, tak terasa bahwa masjid

ini berada di lantai tujuh gedung pusat perbelanjaan yang super ramai di

Kota Jakarta

5. Media apa yang digunakan oleh Masjid Nurul Iman sehingga setiap

kajian yang diadakan di Masjid Nurul Iman dapat diketahui oleh

semua masyarakat ?

Jawaban :

Di Masjid Nurul Iman setiap ada kajian dan Tabligh Akbar di upload ke

Youtube hal ini selaras pada zaman modern seperti sekarang ini, telah

berkembang sarana-sarana komunikasi yang merupakan media dalam

meyampaikan pesan seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat

kabar bahkan internet dengan segala aplikasinya. Dengan banyaknya

media yang ada, maka da’i harus dapat memilih media yang paling efektif

untuk mencapai tujuan dakwah.

6. Apakah Ada para ulama dari timur tengah yang pernah berkunjung

ke Masjid Nurul Iman ?

Jawaban :

Banyak para ulama dan para syaikh yang pernah berkunjung ke Masjid

Nurul Iman untuk memberikan tausiah dan kajian kepada jama’ah masjid.

di antaranya para ulama dari Arab Saudi, Turki, Sudan dan Mesir.

7. Apakah imam yang bertugas di masjid Nurul Iman Blok M ini

melalui proses seleksi terlebih dahulu ?

Jawaban :

Iya, Para imam yang bertugas di masjid Nuru Iman Blok M ini diharuskan

melaui seleksi terlebih dahulu dan yang diutamakan ialah mereka para

ustadz yang hafidz qur’an, fasih, dan memiliki suara yang merdu.

8. Apa saja kegiatan yang ada di Masjid Nurul Iman ?

Jawaban :

TPA, Manasik Haji dan Umroh, kajian mingguan, bulanan, kelas arab

Dan ada beberapa kegiatan di bulan suci ramadhan seperti buka puasa dan

I’tikaf di masjid.

9. Dari sisi arsitektur masjid ini berkiblat kemana ?

Jawaban :

Dari sisi arsitektur masjid ini mengarah kepada arsitektur masjid nabawi,

terlebih lagi dengan adanya payung-payung besar yang terletak di luar

masjid memberikan kesan nuansa masjid nabawi yang begitu indah.

10. Jam berapa kegiatan operasional Masjid Nurul Iman ?

Jawaban :

kegiatan operasional Masjid Nurul Iman Mall Blok M Square Lantai 7

mulai dari solat subuh sampai jam 10 Malam.

Ketua Masjid Nurul Iman Blok M

Bpk. H. Azwar Wahid

TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Bapak Habibi Katin

Jabatan : Sekertaris Pengurus Masjid Nurul Iman

Waktu/ Tempat : 28 Maret 2017 Pukul : 16.30 / Masjid Nurul Iman

1. Apa latar belakang pembangunan masjid Nurul Iman ?

Jawaban :

Didirikannya Masjid Nurul Iman Blok M Square ini berdasarkan keluhan

beberapa pedagang yang merasa kesulitan untuk melakukan ibadah di

pusat perbelanjaan blok m. akhirnya dibangunlah musholla kecil yang

terletak di sudut ruangan yang dahulu masih dikenal dengan Aldiron

Plaza. Lambat laun, musholla ini selalu dipenuhi oleh jamaah yang berasal

dari kalangan pedagang dan pengunjung, sehingga pada akhirnya pengurus

musholla berinisiatif untuk membangun masjid yang lebih besar yang

terletak di atas pusat perbelanjaan.

2. Bagimana struktur Kepengurusan Masjid Nurul Iman ?

Jawaban :

Struktur kepengurusan di masjid Nurul Iman Blok M terdiri dari dewan

penasehat, dewan pembina, ketua dan wakil ketua, bendahara dan wakil

bendahara, sekretaris dan wakil sekretaris, bidang pembangunan dan

pengembangan, bidang sosial, bidang usaha, serta bidang pendidikan dan

kesehatan.

3. Apa saja tugas-tugas yang dilakukan sekertaris masjid ?

Jawaban :

Sekertaris masjid memiliki tugas untuk mencatat segala kebutuhan sarana

prasarana yang dibutuhkan masjid membuat surat undangan apabila ada

acara yang akan diselanggarakan di masjid, membuat struktur

kepengurusan dan masih banyak lagi

4. Strategi apa yang dilakukan oleh Pengurus masjid Nurul Iman

sehingga para pengunjung mall tertarik untuk melakukan aktivitas

ibadah ?

Jawaban :

Di antara strategi pengurus Masjid Nurul Iman Blok M ialah dengan

menjaga keindahan serta merawat sarana prasarana yang ada di masjid,

sehingga selalu memberikan kenyaman kepada para jamaah karena di

samping para jamaah melaksanakan ibadah tidak sedikit pula yang

mengabadikan dirinya dengan berfoto bersama keluarga di masjid ini.

5. Media apa yang digunakan oleh Masjid Nurul Iman sehingga setiap

kajian yang diadakan di Masjid Nurul Iman dapat diketahui oleh

semua masyarakat ?

Jawaban :

Kami sebagai pengurus masjid dalam mensyiarkan dakwah berusaha untuk

mengikuti perkembangan zaman seperti sekarang ini, dengan tujuan agar

dakwah islam dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa

terbatas oleh karenanya kami menggunakan media diantaranya youtube,

facebook, Instragram dan media social lainnya untuk menunjang dakwah

islam.

6. Apakah Ada para ulama dari timur tengah yang pernah berkunjung

ke Masjid Nurul Iman ?

Jawaban :

Banyak para ulama dan para syaikh yang pernah berkunjung ke Masjid

Nurul Iman, bahkan para pejabat negara pernah ada yang berkunjung ke

masjid ini.

7. Apakah imam yang bertugas di masjid Nurul Iman Blok M ini

melalui proses seleksi terlebih dahulu ?

Jawaban :

Betul sekali, kami sebagai pengurus sangat selektif sekali dalam memilih

imam karena imam juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan

jama’ah masjid, oleh karena itu kami kami memprioritaskan imam yang

sudah hafal 30 juz dan memiliki suara yang merdu.

Sekertaris Masjid Nurul Iman Blok M

Bpk. Habibi Katin

TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Ahmad Wildan

Jabatan : Pengunjung Masjid Nurul Iman

Waktu/ Tempat : 28 Maret 2017 Pukul: 17.00 / Masjid Nurul Iman

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai Masjid Nurul Iman Blok M ?

Jawaban :

Masjid Nurul Iman Blok M merupakan masjid yang bagus, dilihat dari sini

ornamennya masjid ini terlihat sangat indah, terlebih lagi di tambah

dengan ada miniatur ka’bah yang sangat menyerupai aslinya serta ada

tempat wudhu dengan payung besar seperti di Masjid Nabawi.

2. Apakah anda sering mengunjungi masjid ini?

Jawaban :

Ya, saya sering mengunjungi masjid ini, bahkan setiap kajian yang

diadakan khususnya apabila pematerinya adalah ustadz Kholid Basalamah

saya tidak pernah absen mengikuti kajiannya.

3. Kegiatan apa saja yang anda ikuti di masjid ini ?

Jawaban :

Saya hanya mengikuti kajian-kajian rutin yang diadakan perpekan, karena

kesibukan yang tidak bias saya tinggalkan.

4. Apa pesan dan kesan untuk masjid ini?

Jawaban :

Sejauh ini, Masjid Nurul Iman Blok M saya nilai memiliki kepengurusan

sangat baik, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu

mengenai masalah pengunjung yang kurang memiliki kesadaran untuk ikut

jaga dan merawat keindahan masjid.

SUSUNAN PENGURUS

MASJID NURUL IMAN BLOK M SQUARE

Pembina : Walikota Jakarta Selatan

Camat Kebayoran Baru

Lurah Melawai

Penasehat : Dr. H. Elfa Hendri Mukhlis, M.A

H. Irsal Pilson

Umar Lathief

H. Nasrun Saleh

Ketua Umum : H. Azwar Wahid / H. Sagi

Ketua Bid. Organisasi : Ir. Nizarman

Ketua Harian Masjid : H. Yufrinal Abdullah

Bendahara : H. Hefrizal

Sekretaris : Habibi Katin

Seksi Dakwah

1. Yuni Fauzar

Seksi Humas

1. Jasimin

2. M. Dalfi

Seksi Dana & Pembangunan

1. H. Deky Idris

2. H. Ir. Zainul Ikhwan

3. Dharma G Wallad

4. Luthfi

5. H. Novriansyah/Buya

6. H. Chaidir Ibrahim

7. Yulnir Leter

Seksi Keamanan

1. Richo Sabani 2. Mursyid

Seksi Protokol

1. Yuni Fauzar

2. Abdul Jabar

Seksi Bidang Teknik

1. Untung

\