Iman Perbuatan dan Pembenaran

31
IMAN, PERBUATAN DAN PEMBENARAN DIALOG PAULUS DAN YAKOBUS TENTANG PEMBENARAN ABRAHAM Oleh CHRISTIAN TANDUK A. PENDAHULUAN Sebagaimana judul tulisan ini, penulis berusaha mengungkap nuansa pemberitaan Yakobus dan Paulus tentang iman dan perbuatan sebagai dasar pembenaran (justification) . Sepintas kita melihat bahwa salah pokok penting pemberitaan Yakobus (dalam Surat Yakobus) tentang peranan iman dan perbuatan dalam rangka pembenaran bertentangan dengan pemberitaan Rasul Paulus dalam surat-suratnya. Penelitian ini tidak mencakup Surat Yakobus secara keseluruhan, tetapi difokuskan pada pasal 2:14-26, di bawah perikop (LAI) “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati”. Dialognya dengan Paulus, akan merujuk surat kepada jemaat di Roma pasal 4:1-25 1 . Pemilihan ini menyangkut penokohan Abraham, karena tulisan ini akan lebih banyak menyoroti pandangan Paulus dan Yakobus terhadap tokoh Abraham dalam membangun teologianya. Memang Galatia 3:1-14 juga menyinggung iman Abraham, tetapi penulis menilai bahwa Roma 4:1-25 lebih komprehensif. Lagipula, menurut Groenen 2 , tema utama surat Roma adalah pembenaran oleh iman. 1 Sebenarnya konsep pembenaran melalui iman tidak hanya dipaparkan Rasul Paulus dalam Roma 4:1-25. Tercatat beberapa perikop antara lain Roma 3:21-31; 10:4-15; Galatia 3:1-14 yang menggambarkan konsep Rasul Paulus. 2 Groenen, C., Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru. (Yogyakarta: Kanisius, 1987), p.217

Transcript of Iman Perbuatan dan Pembenaran

IMAN, PERBUATAN DAN PEMBENARANDIALOG PAULUS DAN YAKOBUS TENTANG PEMBENARAN ABRAHAM

Oleh

CHRISTIAN TANDUKA. PENDAHULUAN

Sebagaimana judul tulisan ini, penulis berusaha

mengungkap nuansa pemberitaan Yakobus dan Paulus tentang

iman dan perbuatan sebagai dasar pembenaran (justification)

. Sepintas kita melihat bahwa salah pokok penting

pemberitaan Yakobus (dalam Surat Yakobus) tentang peranan

iman dan perbuatan dalam rangka pembenaran bertentangan

dengan pemberitaan Rasul Paulus dalam surat-suratnya.

Penelitian ini tidak mencakup Surat Yakobus secara

keseluruhan, tetapi difokuskan pada pasal 2:14-26, di

bawah perikop (LAI) “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah

mati”. Dialognya dengan Paulus, akan merujuk surat kepada

jemaat di Roma pasal 4:1-251. Pemilihan ini menyangkut

penokohan Abraham, karena tulisan ini akan lebih banyak

menyoroti pandangan Paulus dan Yakobus terhadap tokoh

Abraham dalam membangun teologianya. Memang Galatia 3:1-14

juga menyinggung iman Abraham, tetapi penulis menilai bahwa

Roma 4:1-25 lebih komprehensif. Lagipula, menurut Groenen2,

tema utama surat Roma adalah pembenaran oleh iman.

1 Sebenarnya konsep pembenaran melalui iman tidak hanya dipaparkanRasul Paulus dalam Roma 4:1-25. Tercatat beberapa perikop antara lainRoma 3:21-31; 10:4-15; Galatia 3:1-14 yang menggambarkan konsep RasulPaulus.2 Groenen, C., Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru. (Yogyakarta: Kanisius,1987), p.217

Mengikuti dialog Yakobus dan Paulus tentang hal ini

diharapkan tidak sekedar bermuara jawaban akhir :

bertentangan atau tidak bertentangan. Cukup mudah untuk

mengatakan bahwa keduanya tidak bertentangan tetapi saling

melengkapi. Cukup mudah juga untuk mengatakan Paulus

incomplete, Yakobus incomplete dan keduanya in complete.

Alasannya paling tidak adalah diterimanya dalam kanon dan

menjadi pedoman orang Kristen di segela tempat sepanjang

abad.3

Tetapi dalam membaca bagian ini, penulis tidak

seoptimis itu. Bukan karena pengaruh Luther yang menganggap

surat sebagai Surat Jerami4, yang tidak punya gaya Injil5.

Penulis tidak bermaksud untuk akhirnya menyatakan siapa

yang benar atau salah, tetapi melihat kemungkinan menelisik

lebih jauh ke dalam persoalan-persoalan yang membingkai

dinamika perkembangan Gereja pada abad-abad pertama dan

pengaruhnya dalam penulisan surat-surat rasuli.

B. DIALOG : ADA YANG BERBEDA ?

Seperti diungkapkan di atas bahwa dalam aras literasi,

pemberitaan Paulus dan Yakobus tentang iman dan perbuatan

memperlihatkan perbedaan konsep keduanya. Hal tersebut

secara eksplisit tampak dalam kontradiksi pernyataan

3 Menurut penulis, alasan ini dapat memupus daya kritis kita terhadapAlkitab karena terjebak dalam lingkaran status quo invallibilitas Alkitab.4 Frank E. Gaebelin, The Practical Epistle Of James (New York:1954), p.5.Alasan-alasannya dibahas Alfred Plummer secara garis besar. Lih.AlfredPlummer, The General Epistles of St. James and St.Jude (NY, Hodder and Stoughton,tt), p147 5 Seperti dicatat J.J.W.Gunning, Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus (Jakarta: BPKGunung Mulia: 2003), p.4.

1

keduanya tentang “iman dan perbuatan Abraham”. Yakobus

2:21,23-24 [TB 1997].

21Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-

perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di

atas mezbah ?… 23Dengan jalan demikian genaplah nas yang

mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah

memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu

Abraham disebut: "Sahabat Allah." 24Jadi kamu lihat, bahwa

manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan

hanya karena iman.

Sementara itu, Paulus dalam Roma 4:2-3 [TB 1997]

2Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka

ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan

Allah. 3Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah

Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya

sebagai kebenaran."

Tampaknya Paulus sangat menekankan Iman, sedangkan

Yakobus menekankan Perbuatan. Uniknya, perbedaan pandangan

itu merujuk kepada ketokohan Abraham. Sekiranya kepada

keduanya diberi pertanyaan : Dengan cara bagaimana Abraham

dibenarkan oleh Allah ? Apakah Abraham ketika dia Percaya

kepada janji-janji Tuhan (Kej 15:1-6) atau setelah dia

lolos uji ketika bersedia mengorbankan Ishak anaknya (Kej

22:1-14) ? Maka jawaban Paulus akan merujuk kepada Kej 15

ketika Abraham percaya kepada Tuhan yang memberikan janji

keturunan kepadanya. Sementara itu Yakobus akan memilih

tindakan Abraham (Kej 22) yang bersedia mengorbankan Ishak

2

sebagai korban bakaran di tempat yang kemudian dinamainya

Moria.

Jadi menurut Paulus, Abraham dibenarkan karena imannya .

Tetapi menurut Yakobus, Abraham dibenarkan karena perbuatan-

perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

C. IMAN, PERBUATAN DAN PEMBENARAN DALAM SURAT YAKOBUS

1. Tentang Yakobus

Penulis Surat Yakobus hanya memperkenalkan dirinya

sebagai “hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus” (Yak 1:1).

Data yang lain tidak ada. Perjanjian Baru mencatat empat

tokoh yang bernama Yakobus.6 Tetapi sebagian besar ahli

hanya memperhatikan dua tokoh yaitu Yakobus bin Zebedeus

dan Yakobus Saudara Tuhan.

Pada umumnya ada tiga pendapat yang ajukan tentang

penulis surat ini : 1)Yakobus saudara Yesus; 2) Yakobus

saudara Yesus, tetapi memakai jasa seorang jurutulis yang

fasih dengan sastra Yunani; dan 3) Seorang dari kalangan

Jemaat Yerusalem di mana Yakobus saudara Yesus (bersama

Petrus) menjadi pimpinan. Dan untuk memberi wibawa kepada

suratnya, maka nama Yakobus “dipakai”. Walaupun sekarang

ini lebih banyak (akhirnya) diterima bahwa Yakobus saudara

61) Yakobus anak Zebedeus (Mat 4:21). 2) Yakobus bin Alfeus, juga salahsatu murid (Mat 10:3). 3) Ayah Rasul Yudas (bukan Iskariot) Luk 6:16;Kis 1:13. 4) Yakobus saudara Yesus (Mat 13:55). Tetapi Plummer malahmencatat 6 orang. Dia membedakan Yakobus Saudara Yesus dengan Yakobuspemimpin Jemaat di Yerusalem. Dan juga mneyebut nama lain yaitu Yakbussaudara tiri Yesus.

3

Yesus adalah penulisnya7, namun keberatan terhadap pendapat

itu sungguh banyak dan masuk akal.8

Dalam tulisan ini, penulis tidak akan lebih jauh

mendalami polemik penulis surat ini. Mungkin hal itu dalam

pembahasan lain.9 Namun dalam pandangan penulis, siapapun

yang menulis surat Yakobus, surat ini memberi gambaran yang

cukup jelas tentang corak teologia Yakobus saudara Tuhan,

salah satu pemimpin jemaat di Yerusalem, dan ditulis dengan

latar belakang Yahudi Kristen. Siapapun yang menulis surat

itu, tentunya menyadari bahwa nama Yakobus adalah nama yang

cukup terkenal dan berwibawa dikalangan Yahudi.10

7 Antara lain Douglas Moo, The Letter of James, (England, IVP,1985), p20 ,Alfred Plummer, The General Epistles of St. James and St.Jude,p. 25-26, D.A.HubbardHubbrad, D.A., The Book Of James (Texas, Word Books, 1980) p. 5 Tetapisemuanya masih-ragu-ragu tentang hal itu. Keputusan menerima demikian,karena tidak ada pilihan lain. 8 Gunning, Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus, pp.3-4 Gunning tiga karakteristiksurat ini. Pertama, Bahasa Surat Yakobus adalah bahasa Yunani yangcukup lancar dan indah. Kedua, nada surat ini adalah dari seorang yangmempunyai wibawa. Ketiga, isinya bukan dari dunia helenisme. Menurutnya,karakteristik kedua dan ketiga bisa saja menunjuk kepada Yakobussaudara Tuhan. Persoalan bahasa bisa mementahkan pendapat bahwaYakobus (saudara Tuhan) adalah penulis surat ini. Melihat gayabahasanya, Surat Yakobus ditulis oleh yang mengerti sastra Yunani,atau paling tidak oleh orang berbahasa Yunani, atau orang Yahudi yangcukup lama tinggal di luar Palestina. Sementara itu, data-datamenunjukkan bahwa Yakobus lahir, besar dan berkiprah di daerahPalestina.9 Neyrey mengatakan bahwa (kita) “tidak memerlukan pengarang asli untukmenjamin otoritas dan makna isi Surat Yakobus. Jadi cukup denganmengetahui konteks penulis dan konteks penerima.” Jerome H.Neyrey,“Yakobus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, ed. Dianne Bergant (Yogyakarta2002), p. 43410 Dalam hal ini penulis setuju dengan analisis Groenen dalam C.Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta, Kanisius, 1987),p. 340.

4

2. Tentang Penerima Surat Yakobus

Surat ini di kirim kepada “duabelas suku di perantauan”.

Dari alamat yang ditulis Yakobus, paling tidak kita dapat

melihat dua hal :

1. Kata dw,deka fulai/j11 (duabelas suku) tidak secara

eksplisit menunjuk suku tertentu.

2. Kata diaspora (TB: Perantauan; KJV: scattered =

terpencar-pencar, tersebar di sana-sini) tampaknya lebih

dari sekedar “merantau”, tetapi memberikan kesan

negatif.

Dari kedua poin di atas, penulis menyimpulkan bahwa

penerima surat ini adalah orang Yahudi Kristen yang berada di luar

Palestina. Gunning12 memberikan pertimbangan lain dan

memasukkan orang-orang Kristen bukan Yahudi ke dalam

kelompok penerima surat ini. Dikatakan bahwa surat ini

dikirim kepada orang yang tinggal di mana-mana, orang-orang

yang tidak berakar atau terikat pada salah satu bangsa.

Itulah yang menyebabkan surat ini dikategorikan surat Am.

Namun penulis kurang sependapat dengan pandangan itu13.

Berbicara tentang diaspora memang dapat diartikan demikian.

Tetapi keduabelas suku tidak dapat tidak, lebih spesifik

menunjuk kepada orang Yahudi. Sementara itu, dari nuansa

terjemahan terhadap kata diaspora mengidikasikan keadaan

“merantau” itu karena terdesak oleh sesuatu. Apalagi ayat

ini langsung disusul dengan pembahasan tentang pencobaan.

11Pengutipan dari bahasa Yunani dalam paper ini menggunakan GNT - TheGreek New Testament (GNT), edited by Kurt Aland, United BibleSocieties, 1975. 12 Gunning, Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus,p.613 Membaca Plummer, p. 45-46 dan Hubbard, p. 7

5

Dalam hal ini penulis setuju dengan pandangan Douglas Moo14

merujuk Kis 11:19 sebagai titik tolak adanya duabelas suku

diperantauan, yaitu pembunuhan atas Stefanus, yang juga

disetujui Saulus (Kisah 8:1a). Peristiwa inilah yang

menjadi sebagai penyebab keterserakan itu.

3. Iman dan Perbuatan dalam Yakobus 2:14-20

Nisbah antara iman dan perbuatan merupakan pokok

teologia Yakobus. Implikasi tentang hal ini tersebar dalam

seluruh surat Yakobus. Namun pasal 2:14-26 merupakan

pembahasan langsung Yakobus tentang masalah ini.

Ayat 14 dibuka dengan sebuah pertanyaan retoris.15

Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia

mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu

menyelamatkan dia ?16 Sinergisnya iman dan perbuatan merupakan

penekanan Yakobus. Hanya saja, Yakobus tidak memberikan

pengertiannya terhadap “iman” ataupun “perbuatan”.

Tampaknya pengertian tentang iman sudah tidak perlu

dijelaskan lagi oleh Yakobus dengan asumsi bahwa para

14 Douglas Moo, The Letter of James, p. 58. Juga dalam bahasan Schmithals,W., Paul And James (London: Boomsbury, 1963), pp16-3715 Dan tampaknya dalam bagian ini Yakobus banyak menampilkanpertanyaan-pertanyan retorik. Tipe seperti ini agak jarang dijumpaidalam Surat-surat rasuli yang lainya. Lih. Tasker, R.V.G., The GeneralEpistle of James (London, Tyndale, 1957), p.62.16 Tentang kalimat “dapatkan iman itu menyelamatkan dia, Douglas Moomenginterpretasi perhatian Yakobus dalam sudut pandang eskhatologis.Disebutkan bahwa Yakobus hendak membawa pikiran pembacanya pada sebuahkesadaran bahwa pada saat penghakiman terakhir, masalah perbuatanmenjadi pokok penting. Tetapi penulis agak pesimis dengan argumen inidari kacamata Yakobus. Jika menghubungkan dengan teologia Matiustentang penghakiman terakhir, mungkin konsep itu benar. Tetapimenghubungkannya dengan Yakobus, akan sangat eisegetis. MasalahnyaYakobus menggunakan terminologi sw/sai di sini, bukan swthri,a. Dandidalam keseluruhan surat Yakobus, tidak pernah penggunakan kataswthri,a.

6

penerima surat ini sudah memahami dengan jelas bagaimana

iman itu mulai tumbuh dalam diri seseorang17. Pada bagian

lain Yakobus berbicara tentang iman18. Tetapi iman yang

seperti apa, tidak dijelaskan. Hal ini sehubungan dengan

karakter Surat Yakobus yang lebih merupakan khotbah atau

nasehat praktis dari pada pengajaran19. Bahkan nama Yesus

hanya disebut dua kali (1:1 dan 2:1).

Demikian halnya dengan “perbuatan”. Yakobus tidak

memberi gambaran lebih jauh mengenai pengertiannya tentang

perbuatan. Rujukan ke taurat sama sekali tidak berdasar20.

Jadi pengertian Yakobus tentang perbuatan sangat tergantung

pada apa yang melandasi perbuatan itu. Yang menjadi

persoalan bagi Yakobus adalah perbuatan sebagai langkah

lebih lanjut dari iman itu. Bahkan ketiadaan tindak lanjut

dari iman adalah penghianatan terhadap iman dan menjadikan

iman sebagai ironi.

Ayat 15-16 merupakan pencontohan Yakobus tentang

hubungan itu. Mengucapkan “selamat jalan” kepada orang yang

tidak memiliki pakaian, serta mengucapkan “selamat,

makanlah sampai kenyang” kepada orang yang tidak memiliki

makanan, dapat menjadi suatu ironi jika hal itu disertai

17 Dalam membahasan tentang penulis surat Yakobus, Hubbard mengatakanbahwa ketiadaan berita-berita atau ajaran tentang Yesus (yang namaNyahanya disebut Yakobus sebanyak dua kali), menunjukkan bahwa penerimaSurat ini memang sudah mengerti tentang hal itu. Lih. Hubbrad, D.A.,The Book Of James (Texas, Word Books, 1980)p.618 misalnya 1:3, Ujian terhadap iman; 1:6 Meminta dalam iman; 2:1 Mengamalkaniman; 2:5 Kaya dalam iman; 5:15 Doa yang lahir dari iman19 Hubbrad, D.A., The Book Of James. p.820 Mungkin ps 1:18 dan 1:25 bisa menggiring kita untuk menganggap bahwayang dimaksud “Perbuatan” oleh Yakobus adalah kesetiaap kepada Taurat.Menurut Gunning, penyataan itu menunjuk kepada Sifat kehidupan Kristenyang diilhamkan oleh kasih Allah dalam Yesus Kristus.Gunning 21

7

dengan tindakan memberi makan atau minum. Sikap demikian

mejadikan ekspresi sebelumnya menjadi sia-sia, mati.

Demikianlah iman yang tidak diaktualisasikan pada

hakekatnya adalah mati (nekra = mati, bisa juga tidak

berguna, tidak efektif - Yak 1:17).

Ayat 18, memberikan kesulitan tersendiri dalam

menafsirkannya. TB-LAI menambahkan kata “aku akan menjawab

dia”. Kata itu tidak ada dalam naskah Yunani. Tampaknya itu

adalah hasil tafsiran. Dengan membaca TB-LAI, kita akan

menangkap kesan bahwa yang berbicara adalah dua orang.

Salah satunya adalah Yakobus dan seorang penyanggah.

Masalahnya terjemahan ini bisa menimbulkan kerancuan bahkan

ada kesan bahwa jawaban Yakobus tidak kena-mengena dengan

pernyataan penyangga. Penyangga mengatakan: “padamu ada

iman ..” Tetapi Yakobus malah mengatakan “tunjukkanlah

imanmu”. Gunning menerima TB-LAI walaupun tidak konsisten

dengan pilihannya, karena pada akhirnya mengakui bahwa

penyanggah tidak menentang pandangan Yakobus.21 Namun kesan

pertentangan itu ada dalam TB-LAI.

Penulis lebih setuju menjadikan pernyataan ayat 18

sebagai pernyataan satu orang, dan tidak juga menyangga

Yakobus seperti dalam TL-LAI dan KJV22. Dia justru

meneguhkan pandangan Yakobus dengan membedakan orang yang

saleh yang mementingkan iman dan orang yang aktif yang

21 Gunning, Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus, p. 3122 TL LAI "Benar," kata setengah orang, "engkau ada iman, dan aku ada perbuatan,tunjukkanlah kepadaku imanmu itu dengan tiada perbuatanmu, maka aku pun akanmenunjukkan kepadamu imanku daripada perbuatanku. KJV Yea, a man may say, Thou hastfaith, and I have works: shew me thy faith without thy works, and I will shew thee my faith bymy works.

8

mementingkan perbuatan 23. Dan pada akhirnya menyatakan

membuat jembatan antara keduanya bahwa iman ditunjukkan

melalui perbuatan24.

Ayat 19-20 Yakobus kembali membuktikan ironi iman

tanpa perbuatan itu. Jika hanya dengan percaya saja bahwa

Allah itu Esa (Ul 6:4), setan-setanpun bisa melakukannya.

Jadi siapa yang percaya tetapi mencerminkan imannya melalui

perbuatan, dia dapat dibandingkan dengan setan.

4. Pembenaran Abraham Menurut Yakobus (Yak 2:21-26)

Dalam ayat 21-26, Yakobus menegaskan konsepnya dengan

mengajukan dua orang yaitu Abraham dan Rahab. Menurut

Yakobus, Abraham dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya,

ketika dia mempersembahkan Ishak anaknya di atas mezbah

(ayat 21). Jika bertolak dari keterangan Kejadian 15,

interpretasi Yakobus terhadap Abraham memperlihatkan

penyimpangan dari teks Kitab Suci25. Bagi Yakobus,

pembenaran itu diterima oleh Abraham ketika dia bersedia

mempersembahkan Ishak (Kej 22:1-19). Dan inilah yang

menjadi dasar bagi Yakobus mengutip Kej 15:6. "Lalu

percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan

hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Padahal dalam konteks

kisah tersebut secara keseluruhan, yang “diperhitungkan

sebagai kebenaran” bukanlah tindakan Abraham, tetapi ketika

23 Jerome H.Nerey, “Yakobus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, ed. DiammeBergant (Yogyakarta 2002), p.438. 24 Tasker, General Epistles to James, p.66. 25 Dalam hal ini Dr.Salmon mengatakan, tidak ada buku yang lebihmengecewakan dari pada Yakobus. Hal ini jugalah yang menjadi salahsatu alasan Luther menolak surat ini. Seperti yang dikutip olehPlummel The General Epistles of St. James and St.Jude. p 139.

9

dia pulih dari keraguannya sehubungan dengan ketiadaan anak

yang akan jadi ahli warisnya.

Dikisahkan dalam Kej 15:3, Abraham mengatakan "Engkau

tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang

hambaku nanti menjadi ahli warisku”. Namun Tuhan meneguhkan

perjanjian keturunan itu kepadanya dengan menggambarkan

keturunan Abraham sebanyak bintang di langit (Kej 15:5).

Lalu Abraham percaya dengan janji itu. Kepercayaan inilah

yang diperhitungkan sebagai kebenaran bagi Abraham. Jadi

sebelum dia melakukan sesuatu sehubungan dengan kepercayaan

itu, dia sudah dibenarkan. Menurut Kejadian 15:6, yang

dimaksud dengan “hal itu” adalah kepercayaan Abraham, bukan

perbuatannya. Sementara itu Yakobus merujuk pada tindakan

Abraham di Moria, padahal kitab suci tidak memberi

informasi tentang tanggapan Allah mengenai sikap Abraham.

Ayat 22, seakan akan memberi nuansa antisipatif

terhadap kemungkinan tanggapan seperti yang penulis

paparkan. Dan tentang ayat 22 itu sendiri, penulis setuju

bahwa “iman berkerja sama dengan perbuatan-perbuatan, dan

oleh perbuatan-perbuatan iman menjadi sempurna.

Persoalannya apakah iman Abraham belum sempurna ketika dia

percaya kepada Tuhan, dan baru menjadi sempurna ketika dia

bersedia mengorbankan Ishak ? Menurut Gunning26, Yakobus

mengikuti tradisi dikalangan orang Yahudi bahwa iman

Abraham bukanlah sebagai iman orang berdosa yang karena

iman itu dia diterima, melainkan sebagai iman orang benar.

Tradisi ini didasarkan pada kenyataan bahwa iman Abraham26 Gunning, Tafsiran Alkitab Surat Yakobus, p. 32, mengikuti tafsiran MartinDibelius, Johanes Scneider, J.H Ropes, dan J Moffat

10

yang diperhitungkan sebagai kebenaran itu, terlebih dahulu

sudah diawali dengan tindakan Abraham yang mau meninggalkan

negerinya dan sanak saudaranya, karena menerima dan

memegang teguh perjanjian Alah.27

Tentang Rahab, pelacur itu, Yakobus menulis bahwa dia

dibenarkan karena perbuatannnya ketika dia menyembunyikan

kedua orang pengintai Yerikho (Yos 2:1 dyb). Hal ini juga

merupakan interpretasi Yakobus terhadap peristiwa Yerikho

dalam catatan kesaksian Kitab Suci (biasa disebut

“Tanak”)28 yang juga menjadi tradisi di kalangan orang

Yahudi29. Tidak ada keterangan apakah Rahab di benarkan

atau tidak dan kapan itu terjadi. Satu-satunya infomasi

yang didapat dari Kitab Taurat adalah Rahab dibiarkan hidup

di tengah-tengah orang Israel (Yos 6:25). Sementara itu,

yang memotifasi tindakan Rahab yang menyembunyikan

pengintai adalah karena dia dan sebagian orang Yeriko sudah

mendengar tentang peristiwa Teberau, dan apa yang terjadi

pada orang Sihon Og dan Amori dan karenanya mereka menjadi

takut. Bukan karena beriman (Yos 2:9-11). Jadi dalam

catatan Kitab Suci, sebenarnya tindakan Rahab semata-mata

bertujuan mengamankan diri dari orang Israel yang memiliki

Allah yang kedahsyatannya sudah dirasakan orang Sihon, Og

27 Ronald Clements,Abraham and David, Genesis 15 and It’s meaning for Israel Tradition,London, SCM Press, 1967,p. 17-2028 Dalam tradisi Yahudi, Kitab Taurat, Kitab Nabi dan Tulisan-tulisandisebut TANAK. Lih. V Indra Sanjaya, Membaca Lima Kitab Pertama Alkitab 1(Yogyakarta, Kanisius, 2003), p. 2329 Contoh lain dari interpretasi berdasarkan dari tradisi ini juga kitalihat dalam Ibrani 11:31. “Karena iman maka Rahab, perempuan sundalitu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka,karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.”

11

dan Amori. Pikiran Rahab dalam melakukan hal itu bukan

tertuju kepada Allah Israel, tetapi orang Israel. Namun

interpretasi seperti itu juga diambil bukan berdasarkan

kisah yang tertulis dalam kitab Taurat, tetapi merupakan

bagian dari tradisi Yahudi.

Pada bagian penutup (ayat 26), Yakobus memberi

pengandaian lagi untuk menegaskan pendapatnya. Tubuh tanpa

roh adalah mati. Ini tidak dapat disangkal. Dengan jalan

demikian, untuk kali kesekian Yakobus menegaskan bahwa Iman

tanpa perbuatan adalah mati.

D. IMAN DAN PERBUATAN DALAM SURAT ROMA

1. Tentang Rasul Paulus dan Jemaat Di Roma

Mengenai identitas Paulus, di sini tidak akan

dipaparkan secara detail. Namun sehubungan dengan

pelayanannya, cukup penting untuk menekankan latarbelakang

Paulus yang lahir dari keluarga Yahudi di Kota Tarsus. Dia

seorang Yahudi yang taat dan bahkan menjadi tokoh

berpengaruh dikalangan sinagoge Yerusalem. Dia hadir (dan

menyetujui perajaman Stefanus) dan menjadi seorang

penganiaya jemaat mula-mula. Titik balik kehidupannya

adalah perjumpaan dengan Yesus dalam perjalanan ke Damsyik,

dan mengubah seluruh kehidupannya dan menjadi seorang

pekabar injil yang mengkhususkan diri kepada orang-orang

non-Yahudi.

Jemaat di Roma terbentuk jauh sebelum Paulus tiba di

Roma dan bukan oleh karya Paulus. Agaknya dibawa oleh orang

Yahudi yang “berziarah” ke Yerusalem dan bertemu dengan

ajaran baru (Kristen) - mungkin pada saat Pentakosta - dan12

mengembangkannya di Roma, bukan hanya dikalangan orang

Yahudi tetapi juga orang-orang bukan Yahudi. Tetapi seperti

yang dicatat Suetonius, tahun 49 M terjadi pertikaian

antara orang Yahudi tentang seorang tokoh bernama Chrestus.

Groenen30 mencoba menghubungkan tokoh ini dengan Kristus,

tetapi akhirnya mematahkan sendiri teorinya. Yang jelas ada

pertentangan antar sesama orang Yahudi. Akibatnya semua

orang Yahudi diusir oleh Kaisar Klaudius (Kis 18 : 2). Yang

tinggal adalah orang Kristen bukan Yahudi, dan terus

berkembang di sana. Setelah dekrit Klaudius di cabut, dan

orang Yahudi kembali tetapi tidak sebesar sebelumnya. Jadi

dalam jemaat di Roma, orang Yahudi jauh lebih sedikit

jumlahnya daripada orang non-Yahudi.

2. Tentang Surat Paulus kepada Jemaat di Roma

Surat Roma tidak terkonsentrasi pada satu masalah

seperti yang melatarbelakangi sebagian besar suratnya,

walaupun hal itu nampak dalam ps 14:1-15:13. Surat ini

dikirim sebagai pendahuluan atau lebih baik perkenalan,

karena Paulus merencanakan perjalanan ke Spanyol dan akan

singgah di sana. Lagipula Paulus menyadari bahwa jemaat

yang sudah berkembang di sana bukan karena karyanya. Dalam

memahami pernyataan Paulus dalam ps. 15:20, kita dapat

menghubungkannya dengan tradisi di kalangan Katolik yang

menyatakan peran besar Petrus dalam pendirian Jemaat di

Roma, bahkan dia meninggal di sana. Hal ini dihubungkan

dengan ketokohannya dalam peristiwa pentakosta yaitu

sebagai pengkhotbah pertama. 30Groenen, C., Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru. (Yogyakarta: Kanisius,1987), 218

13

Dari kelima tujuan penulisan surat Roma yang dicatat Van

den End, penulis memberi tekanan pada permintaan syafaat

Paulus kepada Jemaat sehubungan ada konfrontasi dengan

orang Yahudi di Yerusalem serta ketidakpastian Paulus

tentang sikap jemaat Kristen di Yerusalem terhadap

sumbangan jemaat-jemaat di Makedonia dan Akhaya yang dibawa

Paulus ke Yerusalem (15:30-31)31.

Menarik juga untuk memperhatikan bahwa pasal 1:18-11:36

yang seolah-olah menggambarkan perdebatan sengit antara

Paulus dan orang Yahudi terutama menyangkut Taurat. Jika

dihubungkan dengan belum dikenalnya Paulus oleh Jemaat di

Roma, maka dia perlu memperkenalkan ajarannya kepada

mereka. Namun gaya bahasa Paulus sangat keras seolah-olah

dia berhadapan langsung dengan orang Yahudi. Padahal jemaat

di Roma mayoritas berlatar belakang non Yahudi. Dari

catatan Tom Jacobs,32 penulis melihat dua hal. Yang pertama,

Paulus hendak menumpahkan kegundahannya tentang hubungan

yang kurang harmonis dengan jemaat di Yerusalem yang

mayoritas berlatar belakang Yahudi, termasuk kepada para

pemimpinnya yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus terutama cara

pandang terhadap Taurat. Yang kedua, Paulus hendak

mengajukan pembelaan terhadap kemungkinan tersebarnya klaim

negatif kepada Paulus di kalangan jemaat sebagai anti

Yahudi.

31 Van den End, Tafsiran Alkitab, Kitab Roma (Jakarta, BPK Gunung Mulia,2003), p.432 Tom Jacobs, Paulus, Hidup, Karya dan Teologianya (Jojga, Kanisius 1984), p67-68. Tentang masalah persembahan, Bruce mencatat bahwa ada harapanPaulus untuk menyatakan ikatan kasih antara “Mother church in Judea”dan “The churchess of the Gentiles”. F.F.Bruce, Tyndale NT Commentries:Romans (England, IVP, 1985), p. 13.

14

3. Iman dan Perbuatan menurut Paulus

Dalam ps 3:21-31 secara ringkas dapat dikatakan bahwa

ajaran Paulus tentang pembenaran didasarkan pada kenyataan

bahwa semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan

Allah (3:23), entah dia adalah orang Yahudi atau bukan, dan

oleh anugerah-Nya telah dibenarkan dengan cuma-cuma melalui

penebusan dalam Yesus Kristus (ay 24). Karena itulah dalam

ayat 21 dikatakan bahwa tanpa hukum Taurat pembenaran Allah

telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab

Taurat dan Kitab-kitab Para Nabi. Dasar untuk memperolehnya

bukanlah perbuatan tetapi berdasarkan iman (ay 27), karena

manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan

hukum Taurat (ay 28).

Mengenai iman, Paulus tidak memberikan rumusan

pengertian yang eksplisit. Van den End mengatakan bahwa

makna dari kata “iman” dalam pengajaran Paulus ini baru

dapat dilihat sepenuhnya jika dipertentangkan dengan

“perbuatan hukum taurat”. Keselamatan melalui hukum Taurat

akan berpasangan dengan sikap manusia yang berusaha

memenuhi tuntutan taurat itu. Sedangkan keselamatan tanpa

hukum Taurat berpasangan dengan sikap yang sama sekali

lain, yaitu sikap manusia yang mengharapkan keselamatan

sepenuhnya dari rahmat Allah saja. Itulah iman.33

Mengenai perbuatan, Rasul Paulus sangat pesimis

terhadap setiap upaya manusia untuk melakukan setiap

tuntutan Hukum Taurat. Dalam ayat 20, dengan tegas Rasul

Paulus menyatakan bahwa tidak seorang pun yang dapat

33 Van den End, Tafsiran Alkitab, Kitab Roma (Jakarta, BPK Gunung Mulia,2003), p.178

15

dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat.

Justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. Ajaran Rasul

Paulus ini sebenarnya merupakan refleksi dari perjalanan

kehidupannya, sekaligus menjadi keyakinannya. Bagaimanapun

juga, dalam keadaan yang sangat jauh dari iman kepada

Kristus bahkan menjadi penganiaya jemaat, dia diterima oleh

Allah untuk perkerjaan Pemberitaan Injil. Perbuatan-

perbuatan yang dulu dianggapnya baik karena didasarkannya

pada ketaatan kepada Taurat, justru menjadi suatu hal yang

dianggapnya sebagai suatu hal yang tidak berguna34.

4. Pembenaran Abraham menurut Paulus (Roma 4:1-25)

Ajaran ini sebenarnya mewarnai keseluruhan Surat

Roma35. Namun yang ditekankan di sini adalah pasal 4:1-25,

dimana Paulus menegaskan ajarannya tentang pembenaran

melalui iman (sebagaimana diuraikan pasal 3:21-31) dengan

merujuk Abraham. Dalam bagian ini, Paulus menegaskan

pandangannya, berangkat dari ketokohan Abraham, yang

menjadi kebanggaan besar bagi orang Yahudi karena mereka

adalah keturunan Abraham. Metode Paulus di sini terbilang

unik, karena hendak mematahkan sikap eksklusif orang Yahudi

justru dengan referensi yang sangat dijunjung tinggi orang

Yahudi.

34 Kita dapat membandingkannya dengan pernyataan Rasul Paulus dalamFilipi 3:1b-1635 Dunn, James D.G., Word Biblical Commentary, Volume 38a: Romans 1-8, (Dallas,Texas: Word Books, Publisher) 1998.

16

Dalam membahas bagian ini, penulis mengikuti pandangan

Van den End36 yang membagi pasal ini menjadi enam bagian,

tetapi dengan menambahkan penekanan setiap bagian :

1. Pasal 4:1-8; Manusia dibenarkan karena iman.

Penegasan ini dinyatakan dalam ayat 1 dan 2. Hal itu

dibuktikan dengan mendasarkannya pada kesaksian kitab

Suci. Yang pertama Kejadian 15:6 “Lalu percayalah

Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu

kepadanya sebagai kebenaran”. Ditambah lagi dengan

mengutip Mazmur (ayat 6) yang sering dikutip dalam

tulisan-tulisan kaum Rabi Yahudi khususnya dalam

hubungan dengan hari raya Pendamaian37 yaitu Mazmur 32:1-

2 mengenai kebahagiaaan orang yang diampuni

pelanggarannya dan dosa-dosanya diampuni. Naskah asli

untuk ayat 6 memberi kesan yang lebih tegas lagi. TB LAI

menulis: “…..dibenarkan Allah bukan berdasarkan

perbuataannya”. Tetapi dalam nakah asli tertulis : cwri.j

e;rgwn. = tanpa perbuatan.

2. Pasal 4:9-12; Abraham dibenarkan sebelum dia besunat.

Pernyataan ini menampar primordialis orang Yahudi yang

sangat ketat dengan aturan sunat38. Paulus mengungkap

sebuah kenyataan bahwa Abraham dibenarkan sebelum

disunat. Karena tanda itu diperintahkan (Kej 17:1-21)

setelah janji keturunan (Kej 15) yang dengan36 Van den End, Tafsiran Alkitab, Kitab Roma , p.20837 Ibid, p.21538 Dalam catatan Kisah Para rasul masalah sunat menjadi pokokperdebatan. Karena orang Yahudi menegaskan bahwa jika seseorang inginmenjadi Kristen, dia harus di-Yahudikan terlebih dahulu. Dan salahsatu syaratnya adalah menerima tanda Sunat sebagaimana diatur dalamHukum Taurat. Perbebatan itu menempatkan Paulus dan pemimpin Gereja diYerusalem sebagai lawan (Kis 15:1-21).

17

mempercayainya Abraham telah dibenarkan.39 Jadi Abraham

bukan hanya bapa orang bersunat, tetapi juga bapa orang-

orang yang meneladani iman Abraham sebelum dia disunat40.

3. Pasal 4:13-16; Perjanjian Allah bukan didasarkan pada

Taurat.

Dalam bagian ini Paulus menguraikan tempat Hukum Taurat

dalam rangka ajaran mengenai pembenaran oleh iman.

Paulus sama sekali tidak menolak mentah-mentah Taurat.

Masalahnya hukum Taurat tidak akan memungkinkan manusia

memperoleh kebenaran. Lagi pula perjanjian itu bukan

berdasar pada dan diterima melalui hukum Taurat. Sebab

dengan adanya hukum Taurat, maka pelanggaran akan muncul

(ay 15) dan pelanggaran terhadap hukum akan berhadapan

dengan hukuman. Tetapi jika berdasar pada kasih karunia

(16) yang diperoleh melalui iman, maka kebenaran itu

berlaku bagi semua orang, baik yang memiliki/mengenal

Taurat maupun yang tidak mengenalnya.41

4. Pasal 4:17-22. Iman Abraham.

Paulus menjelaskan tentang iman Abraham, bahwa secara

manusia, sebenarnya dia tidak punya dasar untuk berharap

(ayat 18). Tubuhnya semakin lemah, dan rahim Sarah

(secara manusia) sudah tertutup. Namun dia tetap percaya

kepada janji Allah. Itulah yang menjadi dasar pembenaran

Abraham.39 Ada yang mengatakan 14 tahun, ada juga yang mengatakan 29 tahun. 40 Bd. Dunn, James D.G., Word Biblical Commentary, Volume 38a: Romans 1-8,41 TB-LAI bisa menyesatkan dengan menambahkan kata “hidup” dalammenerjemahkan tw/| evk tou/ no,mou., seakan-akan Paulus memberiapresiasi kepada orang yang hidup menurut hukum Taurat. Padahal yangdimaksudkan adalah orang yang memiliki, mengenal Taurat. Dalampengkalimatan van Den End: Mereka yang termasuk golongan Taurat. Lih vanden End, 234.

18

5. Pasal 4:23-25 Manusia dibenarkan karena Iman.

Paulus menyeberang pada hakekat iman Kristen bertolak

dari iman Abraham, yaitu percaya kepada Allah yang telah

membangkitkan Yesus. Inilah yang sebenarnya menjadi

tujuan utama Paulus. Melalui iman kepada Kristus yang

dibangkitkan, setiap orang akan dibenarkan.

E. CATATAN ANALITIS

Mengikuti perkembangan pemikiran Paulus dan Yakobus

tentang iman, perbuatan, dan pembenaran, penulis mencatat

beberapa hal. Tetapi Penulis hendak membedakan dua bagian

tulisan Yakobus. Yang pertama menyangkut pasal 2:14-20 dan

ayat 21-26.

1. Pentingnya Iman dan Perbuatan: Pre-conversion dan Post-

conversion

Adanya perbedaan pandangan antara Yakobus dan Paulus

tentang iman dan perbuatan sebenarnya dipisahkan oleh

titik berangkat masing-masing. Inilah yang dimaksud dalam

sub topik di atas yang mengacu pada analisis Morris42 dan

Douglas Moo. Paulus berbicara tentang perbuatan pada titik

pre-vonversion, sedangkan Yakobus pada titik post-conversion.

Paulus menolak menjadikan “perbuatan” sebagai dasar

untuk memperoleh pembenaran. Seseorang tidak akan

dibenarkan melalui perbuatannya. Perbuatan yang dimaksud

sesuai situasi yang melatarbelakangi penulisan surat Roma

adalah hukum Taurat. Upaya apapun yang dilakukan manusia

tidak akan membuatnya tiba pada titik di mana dia layak

42 Istilah ini dari Analisis Morris C.L., Tyndale NT Commentry: James.

19

menerima pembenaran itu. Mempedomani hukum Taurat malah

akan semakin memperjelas ketidakmampuan itu, sebab adanya

hukum senantiasa berpasangan dengan pelanggaran. Dalam

hal ini Paulus sangat menolak gaya legalisme Yahudi.

Setelah berbicara tentang “pembenaran” oleh iman,

Paulus (dalam Surat Roma) memang berhenti dan tidak

memberi bahasan tentang tindak lanjut dari iman yang

membenarkan itu. Hal ini disebabkan kebutuhan yang

mendesak saat itu bahwa ada paham yang berbenturan

mengenai pembenaran oleh iman atau pembenaran melalui

ketaatan kepada hukum Taurat. Tetapi bukan berarti bahwa

dalam keseluruhan teologia Paulus, dia selalu berhenti

pada konsep iman yang membenarkan itu. Dia juga banyak

berbicara mengenai buah-buah iman43.

Sementara itu, Yakobus (khususnya dalam Yak 2:14-26)

menolak eksistensi iman yang tidak dinyatakan melalui

perbuatan. Iman yang demikian adalah iman yang mati.

Yakobus sendiri tidak mendefinisikan apa yang dia maksud

dengan iman. Hal itu membuktikan bahwa memang Yakobus

bergerak dari titik post-conversion. Hal ini kembali lagi

memberikan gambaran tentang situasi yang dihadapi penulis

Surat Yakobus dimana perihal iman sudah cukup dikenal.

Bahkan mungkin karena sudah menjadi sangat populer

43 Kita bisa mencatat antara lain kepada jemaat di Tesalonika (I Tes2:12) “… dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengankehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya; atau Kepada jemaat di Kolose (Kol 1:10) sehingga hidupmu layak dihadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamumemberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalampengetahuan yang benar tentang Allah; juga kepada jemaat di Efesus (Ef4:1) “supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggilberpadanan dengan panggilan itu”.

20

sehingga iman itu menjadi hampa karena tidak disertai

dengan perbuatan. Karena itu, Yakobus lebih mengedepankan

aspek-etis praktis daripada aspek doktrinal, yang sangat

ditekankan Paulus. Plummel mengatakan Yakobus lebih

mementingkan agenda dibanding credenda 44. Mana yang lebih

penting dari keduanya, tergantung pada konteks yang

dihadapi. Karena itu perbedaan penekanan Paulus dan

Yakobus disebabkan perbedaan konteks pemberitaan mereka.

2. Pembenaran Abraham : Kontradiktif.

Baik Paulus maupun Yakobus memakai pola Yahudi tentang

diperlukannya dua orang saksi dalam mengemukakan pendapat

agar pendapat itu memperoleh pembenaran/wibawa. Keduanya

mengutip ayat yang sama untuk mengukuhkan pandangan mereka,

yaitu Kejadian 15:645 tetapi untuk tujuan yang berbeda.

Yakobus mengutip ayat tersebut untuk meneguhkan orang

Yahudi di perantauan, namun Paulus justru terkesan

“menyerang” orang Yahudi yang legalistik.

Paulus menginterpretasi Abraham dengan sangat taat

kepada kitab Suci. Bahkan kronologi iman Abraham dari janji

keturunan sampai peneguhan perjanjian melalui sunat

diinterpretasi dengan sangat baik berdasarkan kitab Taurat.

Walapun dia mengabaikan suatu teori yang berkembang dalam

“Abrahamologi-nya” orang Yahudi bahwa upaya Abraham

bertahan dalam pencobaan/pengujian imannya layak disebut

sebagai perbuatan amal, sehingga mereka berani mengatakan

44 Plummel The General Epistles of St. James and St.Jude. p136. 45 Dalam Teks Yunani, keduanya menggunakan terminologi yang sama. Dankutipan itu diambil dari Perjanjian Lama berbahasa Yunani(Septuaginta), tanpa perubahan sedikitpun.

21

bahwa Abraham dibenarkan karena perbuatannya46. Namun

secara umum, upayanya untuk menempatkan orang non-Yahudi

dalam kerangka perjanjian menggunakan interpretasi yang

sangat berdasar dan akhirnya sampai pada konsep “Abraham

dibenarkan karena Iman”

Lain halnya dengan Yakobus. Seandainya dalam

mengajukan konsepnya Yakobus berhenti pada ayat 20, maka

dinamika perjumpaan konsep dengan Paulus tidak akan memberi

kesan perbedaan teologis. Memang cukup beralasan jika

Yakobus merujuk Abraham. Apalagi surat ini hendak ditujukan

kepada orang berlatar belakang budaya Yahudi. Jadi tokoh

Abraham harus dimunculkan. Hal ini biasa dalam diskusi-

diskusi rabinis. Namun interpretasinya kepada Abraham

justru membuat konsepnya memberi kesan perbedaan teologis.

Yakobus menunjuk tindakan Abraham di Moria sebagai

alasan Tuhan membenarkan dia. Padahal setting teks yang

dikutip jauh sebelumnya, bahkan sebelum Ishak lahir.

Demikian pula rujukan terhadap Rahab. Yakobus sangat yakin

bahwa Rahab dibenarkan karena perbuatannya. Padahal Kitab

Suci tidak pernah menyatakan bahwa : Rahab dibenarkan. Yang

terjadi adalah Rahab diperkenankan hidup di antara orang

Israel. Dalam hal ini, tampaknya Yakobus sangat dipengaruhi

oleh tradisi lisan Yahudi tentang Abraham dalam

menginterpretasi kesaksian kitab Suci tentang dua tokoh

tersebut dan akhirnya sampai pada simpulan yang bersifat

teologis: “Abraham dibenarkan karena Perbuatannya, bukan

karena iman saja” (Yak 2:23-24).

46 Seperti yang dicatat Jerome Neyrey, p.256.

22

3. Perbedaan : Upaya kontekstualisasi yang menghasilkan

perbedaan teologis.

Memahami teks Yakobus 2:14-26 secara keseluruhan di

atas, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa kerangka

teologia Paulus dengan Yakobus tentang iman dan perbuatan

dalam rangka pembenaran memang berbeda.47 Perbedaan ini

juga bisa dihubungkan dengan dinamika kebersamaan Kristen

Yahudi (dibawah trio pemimpin: Petrus, Yohanes dan Yakobus)

dengan Kristen Non Yahudi (dalam pelayanan Paulus). Walther

Schmithas48 dalam bukunya : Paul and James memberi perhatian

terhadap ketegangan antara Jemaat di Yerusalem (yang

berlatar belakang Yahudi) dan jemaat-jemaat di luar

Yerusalem, terutama yang berlatar belakang non-Yahudi.49

Namun lepas dari pergumulan ahli tentang hubungan

Gereja di Yerusalem dengan Paulus, menurut penulis hal itu47 Kita bisa melihat berbedaan itu dalam membandingkan konsep Paulusdan Yakobus (dalam bagain lain) tentang Ibadah. Roma 12:1 Karena itu,saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamumempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yangberkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Lihat perbedaannya dengankonsep Yak 1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita,ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjagasupaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.48Schmithals, Walther, Paul And James, p.13, walapun dia tidak pernahmenyebut atau mengutip surat Yakobus. Karena baginya, penulis suratYakobus bukan Yakobus saudara Tuhan, pemimpin jemaat di Yerusalem.49 Dia mengutip F.C. Baur ahli PB Protestan Jerman, pendiri TubingenSchool, yang mengatakan bahwa berbicara tentang Paulus dan Yakobus,berarti berbicara tentang Gereja Yahudi dan Gereja non Yahudi.Ditegaskan adanya pertentangan antara Paulus dan Yakobus (bersamaGereja di Yerusalem). Sementara itu, masih dalam bahasan Schmithas,J. Munk memberi sebuah pernyataan yang agak menghibur bahwa “GentileChristians and Jewish Christians, always lived and taught in complete harmony”. WalaupunW.Schmithals juga tidak yakin dengan pandangan Tubingen, namun jugatidak optimis dengan kata-kata penghiburan Munk. Kalaulah mereka itusaling melengkapi, namun kita harus jujur terhadap apa yang mendasaripertentangan itu. Masalah Yakobus dan Paulus tetapi harus menjadisebuah pertanyaan yang menantang.

23

berkaitan dengan kontekstualisasi. Orang Kristen Yahudi

memahami iman dalam budaya mereka sebagai orang Yahudi yang

mewarisi berbagai aturan. Walaupun mereka sudah mengenal

Kristus dan ajaranNya, namun identitas mereka sebagai orang

Yahudi tidak akan bisa digeser begitu saja. Sementara itu,

sangat wajar jika Rasul Paulus yang melayani di lingkungan

orang-orang non-Yahudi tidak menempatkan pelaksanaan

berbagai macam aturan sebagai bagian dari upaya

memperkenalkan injil kepada orang-orang non-Yahudi yang

tidak mengenal Naurat. Namun upaya kontekstualisasi itu

telah menghasilkan interpretasi teologis yang berbeda.

Pada awal-awal pemaparan Yakobus (2:14-20) kita bisa

berasumsi bahwa perbedaan itu disebabkan desakan konteks

berteologi mereka masing-masing serta berbedaan penekanan

keduanya (Surat Yakobus bersifat Praktis, tetapi Surat Roma

bersifat doktrinal) . Namun ketika mulai masuk dalam

interpretasi terhadap Abraham, maka perbedaan konsep

teologis itu mengemuka. Menurut Paulus, Abraham dibenarkan

karena iman, sedangkan menurut Yakobus, Abraham dibenarkan

karena perbuatannya bukan hanya karena iman. 50

Perbedaan inilah yang menjadi salah satu landasan

perdebatan dalam proses kanonisasi dikemudian hari.

Irenaeus (130) awalnya memasukkan Surat Yakobus ke dalam

kanon. Namun kemudian Origenes (254) dan Eusebius (339)

menolaknya Kanon. Barulah pada tahun 367, surat Yakobus

50 D. Gutrie (peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2 (Jakarta YKBK,2000), 174mengatakan bahwa keduanya menggunakan “pembenaran” dalam pengertianyang berbeda. Tetapi hal itu tidak tidak akan kita temukan dalamnaskah Yunani, karena keduanya memakai terminologi dari kata dasar :dikaio,w.

24

diterima dalam kanon (Athanasius). Namun pada zaman

reformasi, Luther menolaknya dalam kanon, walaupun dia

tidak mendapat banyak dukungan. Keberatan Luther, terutama

pada konsep pembenaran yang diajukan Yakobus. Tetapi

mengingat nilai surat ini memberikan banyak petunjuk hidup

secara etis, maka persoalan yang dikemukakan Luther menjadi

terpinggirkan.51

F. DIALOG YAKOBUS DAN PAULUS DALAM KONTEKS INDONESIA

Catatan aplikatif ini menyangkut dua hal yang penulis

temukan dalam mengikuti dialog Yakobus dan Paulus tentang

iman, perbuatan dan pembenaran. Hal ini berimplikasi dua

hal yaitu perbuatan sebagai aktualisasi iman, dan masalah

kontekstualisasi.

1 Antara Orthodoksi dan Orthopraksi

lepas dari cara berfikir Yakobus yang mendasarkan

pendapatnya pada tradisi, apa yang hendak dikemukakannya

layak diapresiasi dalam kehidupan Kekristenan di Indonesia.

Pada kenyataannya, dalam pembicaraan tentang iman Kristen,

kadang-kadang Gereja lebih banyak bergumul pada masalah

orthodoksi ketimbang orthopraksi 52. Tekanan pada masalah

pembenaran berdasarkan iman sering mengurung Kekristenan

dalam lingkaran ortodoksi. Mungkin ini disebabkan doktrin

sola fide Calvin dan Luther yang pernah menolak Surat Yakobus

51 Stephen Sykes, The Histori of Atonement, London, Darton, Longman andTodd, 1997.p. 53-62. Juga D. Gutrie (peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2,p. 54752 Meminjam istilah Knitter dalam Paul F.Knitter, Menggugat ArogansiKekristenan, Yogyakarta, Kanisius, 2005.

25

dalam kanon bahkan menganggapnya setengah Kristen53. Dalam

hal ini kita harus mengakui langkah maju saudara-saudara

dari Gereja Katolik Roma yang sangat menekankan aktualisasi

iman. Hal ini terlihat misalnya dari gerakan teologia

pembebasan yang lebih banyak muncul dari kalangan Katolik.

Penulis tidak bermaksud mengubah doktrin “pembenaran

oleh iman” dan mengubahnya menjadi “pembenaran oleh

perbuatan”. Yang harus diupayakan adalah aktualisasi

pembenaran itu. Mendefinisikan ibadah yang sejati bukan

hanya “mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang

kudus” (Paulus, Roma 12:1) tetapi juga “mengunjungi yatim piatu

dan janda-janda dalam kesusahan mereka” (Yakobus 1:27), sebab

Yesus Kristus telah memaklumkan: bukan setiap orang yang berseru

kepada-Ku: “Tuhan, Tuhan!” akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan

dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (Matius 7:21).

Hal ini juga sekaligus berimplikasi pada hubungan

antar agama, yang menjadi pergumulan klasik Kekristenan di

Indonesia yang sering mengurung Gereja dalam Minority Complex.

Jika kita terlalu menekankan orthodoksi kita akan terseret

pada polarisasi “yang beriman” dan “yang tidak beriman”.

Prinsip ini akan selalu membawa ketegangan dalam hubungan

dengan penganut agama lain. Tetapi dengan menekankan

orthopraksi, iman Kristen dapat memberi arti untuk

memberitakan “Kabar Sukacita”, bukan secara verbal, tetapi

bentuk nyata. Dalam hal ini penulis sependapat dengan

Knitter yang mengusulkan Pluralisme korelasional yang

bertanggungjawab secara Global.54

53 D. Gutrie (peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2, p.54754 Paul F.Knitter, Menggugat Arogansi Kekristenan, p. 60-66

26

2. Kontekstualisasi yang bertanggungjawab

Seperti telah diuraikan di atas bahwa masalah

perbedaan teologis tentang masalah pembenaran antara

Paulus dan Yakobus sebenarnya berawal dari upaya

kontekstualisasi. Yakobus mengkontekstualkan pengajarannya

pada orang-orang berlatar belakang Yahudi, sedangkan Paulus

kepada non-Yahudi. Namun upaya itu telah menghasilkan

intepretasi yang berbeda terhadap satu kesaksian Kitab

Suci. Masalahnya perbedaan interpretasi itu bukan hanya

menyangkut hal praktis, tetapi sudah menghasilkan statement

teologis55.

Upaya berteologia dalam konteks Indonesia telah

menjadi pergumulan yang mengemuka di kalangan Gereja-gereja

di Indonesia akhir-akhir ini. Tentunya hal ini sangat

positif agar penghayatan iman Jemaat benar-benar lahir dari

Identitas dan pergumulan mereka. Gereja-gereja di Indonesia

lahir dan bertumbuh sebagai buah pekabaran Injil dari

Barat. Secara doktrinal, konsep yang dibawa oleh para

missionaris lahir dari penggumulan iman dalam identitas

mereka sebagai orang Barat serta pergumulan kontemporer

55 Dalam hal ini penulis melihat sikap para ahli yang terkesan hendakmenyembunyikan hal ini. Tetapi penulis memahami bahwa pendapat merekamenyangkut penjagaan wibawa Kitab suci di hadapan jemaat. Catatandalam Dictionary of Biblical Imagery dan New Dictionary of Biblical Theology sangatmengesampingkan penyataan Yakobus: “dibenarkan karena perbuatan, bukanhanya iman”. Juga dalam seri Kamus dan Ensiklopedia yang lain, mis.Alexander, T. (ed), New Dictionary of Biblical Theology, (Downers Grove, Ill:InterVarsity Press) 2000; Hawthorne, Gerald F. (eds), Dictionary of Paul andHis Letters, (Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press) 1998; Evans Craig,Dictionary of New Testament Background, (Downers Grove, IL: Inter-VarsityPress) 2000. The New Bible Dictionary, (Wheaton, Illinois: Tyndale HousePublishers, Inc.) 1962. Ryken, Leland; Wilhoit, James C.; Longman III,Tremper, Dictionary of Biblical Imagery, (Downers Grove, Ill: InterVarsityPress), 1998.

27

yang mereka hadapi. Dengan demikian, penerapannya dalam

konteks Indonesia harus disesuaikan dengan idenitas dan

pergumulan lokal, dengan melakukan reinterpretasi. Namun

hal ini tentunya harus diwaspadai agar upaya

kontekstualisasi tidak menjadikan iman Kristen jatuh ke

dalam liberalisme atau relativisme dan melahirkan

interpretasi teologia yang tidak Alkitabiah.

oooooo

28

BIBLIOGRAFI

Alexander, T. (ed), New Dictionary of Biblical Theology, (Downers

Grove, Ill: InterVarsity Press) 2000;

Bruce, F.F., Tyndale NT Commentries: Romans, England, Inter

Varsity Press, 1985

Clements, Ronald ,Abraham and David, Genesis 15 and It’s Meaning for

Israel Tradition, London, SCM Press, 1967

Craig A. Evans, (eds) Dictionary of New Testament Background,

(Downers Grove, IL: Inter-Varsity Press) 2000.

Dunn, James D.G., Word Biblical Commentary, Volume 38a: Romans 1-8,

(Dallas, Texas: Word Books, Publisher) 1998

Groenen, C., Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakartaa:

Kanisius, 1987

Gaebelin Frank E., The Practical Epistle Of James, New York, Great

Neck 1954

Gunning, J.J.W., Tafsiran Alkitab, Surat Yakobus, Jakarta: BPK

Gunung Mulia: 2003

Gutrie, D. (peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2, Jakarta,

YKBK,2000

Hawthorne, Gerald F. (eds), Dictionary of Paul and His Letters,

Downer’s Grove, IL: InterVarsity Press 1998;

Hubbrad, D.A., The Book Of James, Texas, Word Books, 1980

Jacobs, Tom, Paulus, Hidup, Karya dan Teologianya, Yogyakarta,

Kanisius 1984

Knitter, Paul F., Menggugat Arogansi Kekristenan, Yogyakarta,

Kanisius, 2005.

Moo, Douglas, The Letter of James, England, IVP,1985

29

Morris C.L., Tyndale NT Commentry: James.

Neyrey, Jerome H., “Yakobus” dalam Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,

ed. Dianne Bergant Yogyakarta, Kanisius, 2002

Plummer, Alfred, The General Epistles of St. James and St.Jude, NY,

Hodder and Stoughton, tt)

Ryken, Leland, (eds) Dictionary of Biblical Imagery, Downers

Grove, Ill: InterVarsity Press, 1998

Sanjaya, V Indra, Membaca Lima Kitab Pertama Alkitab 1

(Yogyakarta, Kanisius, 2003), p. 23

Schmithals, Walther, Paul And James, London: Boomsbury, 1963

Sykes Stephen, The Histori of Atonement, London, Darton, Longman

and Todd, 1997.

Tasker, R.V.G., The General Epistle of James, London, Tyndale,

1957.

Van den End, Tafsiran Alkitab, Kitab Roma, Jakarta, BPK Gunung

Mulia, 2003

30