Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27, 28, dan 29)

28
BAB l PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ‘Aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Keyakinan itu dapat menimbulkan berbagai perilaku. Apabila kita berkeyakinan pada hal-hal yang baik maka perilaku kita juga ikut baik (perilaku terpuji). Dan begitu pula sebaliknya, apabila kita berkeyakinaan kepada hal-hal yang buruk maka perilaku kita juga ikut buruk atau tercela, misalnya dzolim. Era sekarang adalah era yang penuh dengan kecanggihan elektronik yang juga sering disebut era digital. Dimana kebenaran yang bisa diterima adalah kebenaran yang bisa dibuktikan oleh akal, banyak sekali orang yang mendewakan akalnya padahal akal kita mempunyai sekala yang sangat terbatas. Sekarang zaman semakin maju bisa banyak penciptaan teknologi yang serba canggih sehingga memudahkan kita dalam melakukan aktifitas, namun juga di barengi oleh krisis moral seperti sifat-sifat yang semakin subur bahkan ini Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27, 28, dan 29) | 1

Transcript of Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27, 28, dan 29)

BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

‘Aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang

tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang

meyakininya. Keyakinan itu dapat menimbulkan berbagai

perilaku. Apabila kita berkeyakinan pada hal-hal yang

baik maka perilaku kita juga ikut baik (perilaku

terpuji). Dan begitu pula sebaliknya, apabila kita

berkeyakinaan kepada hal-hal yang buruk maka perilaku

kita juga ikut buruk atau tercela, misalnya dzolim.

Era sekarang adalah era yang penuh dengan

kecanggihan elektronik yang juga sering disebut era

digital. Dimana kebenaran yang bisa diterima adalah

kebenaran yang bisa dibuktikan oleh akal, banyak sekali

orang yang mendewakan akalnya padahal akal kita

mempunyai sekala yang sangat terbatas.  Sekarang zaman

semakin maju bisa banyak penciptaan teknologi yang

serba canggih sehingga memudahkan kita dalam melakukan

aktifitas, namun juga di barengi oleh krisis moral

seperti sifat-sifat yang semakin subur bahkan ini

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 1

menyerang semua Negara, mulai dari Negara maju ataupun

berkembang.

Sejak awal, Islam datang menyeru umat manusia

untuk lepas dari kungkungan kedzaliman dan kelaliman.

Menyerukan persamaan derajat manusia di muka bumi ini,

serta merubuhkan seluruh warisan-warisan jahiliyah yang

identik dengan kedholiman. Tak ada lagi kesewenang-

wenangan kaum yang kuat, kelaliman penguasa serta

kebengisan golongan yang terpandang. Karenanya, tidak

heran kalau dalam waktu yang relatif sangat singkat,

Islam mendapat tempat istimewa di hati manusia.

Khususnya mereka yang lemah dan tertindas.

Hal ini tergambar dari ucapan seorang Rib’iy bin

Amir tatkala berdiri gagah di hadapan panglima tentara

Persia, Rustum:

ا ال�له ن� عث ت رج� اب�� خ������ اء م�ن� ل�ن� ادة م�ن� ش������ اد ع�ن������ لى ال�عن������ ادة ا# وم�ن� ال�ل�����ه، ع�ن������ ق ي' ا ض�� ن' لى ال�دب�� ها، ا# ور وم�ن� س�عت ان� ج�� لى الادي4' الاش�لام ع�دل ا#

Artinya : Sungguh Allah Ta’ala mengutus kami untuk membebaskan

manusia dari penghambaan kepada sesama menuju penghambaan

hanya kepada Allah, melepaskan lilitan belenggu kesempitan dunia

menuju kebebasan, serta mengeluarkan mereka dari kezaliman agama-

agama menuju keadilan Islam.1

1 al-Bidayah Wa al-Nihayah, Ibnu Katsir, 7/47.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 2

Sebuah pernyataan jujur, lahir dari hati ksatria

yang tulus, hingga tetap membekas sekalipun kesombongan

dan kecongkakan berupaya mencegatnya. Ketahuilah,

harta, darah dan kehormatan seorang muslim haram atas

muslim yang lain. Dalam konteks apapun, tidak

dibenarkan merampas harta, menumpahkan darah atau

mencemarkan kehormatan seorang muslim kecuali dengan

alasan kebenaran. Ini dipertegas oleh Sabda Rasulullah

SAW ketika haji wada’ (perpisahan):

ن� ا#< م ف�� اءك� م� م د< ك وال� م� Hم وا ك راض�� ع� Hم وا ك ن� Mي Pرام ب� < ح� خرمه م ك� ك وم�< ا ي�' د� ي' ه� م ف�< هر<ك� ش�ا د� ي' ه� م ف�< ك� لد< ا ي�� د� ه�

Artinya : Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram

(untuk ditumpahkan, dirampas dan dicemarkan), seperti haramnya hari

kalian ini, di negeri ini (makkah), dan bulan kalian ini.2

Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut

tentang hadits yang terdapat dalam kitab al-Mustadrok

ala al-Shahihain dalam bab Kitab al-Iman. Hadits no.

27, 28, dan 29. Tentang Kedzaliman.

2 HR. Imam Bukhari no: 65, Muslim no: 2137, Abu Daud no: 1628, al-Tirmidzi no: 2085Ibnu Majah no: 3046.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 3

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penjelasan mengenai kedzaliman menurut

hadits no. 27?

2. Apa saja akibat dari sifat-sifat buruk menurut

hadits no. 28?

3. Bagaimana penjelasan fakhsya’ (berbuat kerusakan)

menurut hadits no. 29?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai kedzaliman

menurut hadits no. 27.

2. Untuk mengetahui akibat dari sifat-sifat buruk

menurut hadits no. 28.

3. Untuk mengetahui penjelasan fakhsya’ (berbuat

kerusakan) menurut hadits no. 29.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 4

BAB  II

PEMBAHASAN

A. HADITS NOMOR 27

اة۲۷/۲۷ ن� b4ب د ي' - ح��� ل< ن� ع� ا ب�� ن��� bي, ب� س�� ي' ن� ع�< ي' س�� ن� ال�ح د ب�� م�� ح ن� م� ا ب�� ن��� bاد, ب� ي4'�� > ر�د ������� ن� ن� ال�ل�������ه< ع� �������ر ب�� م ن� ع� ا ب�� ن�������� bب� , ن� ا ي��������� Hن� ا ي' س������� ن� ح� < ب�� ن� , ع� ي' ل< ل< ع� ن' ض��������< < ال�ف� ن� ب��

> ن� , ع� اض� ن���' ن� ع�< , ع� >مش ع� H���رو الا م < ع� ن� ن� ب�� , ع� ة ر د م��� ��� ن� < ال�ل���ه< ع� ن� , ب�� >ث ال�ح���ار<

ن� ر< ع� هي' < ر� ن� ن� ب�� ��ر<, ع� م ق� Hد< الا ن�� < ال�ل�ه< ع� ن� ��رو ب�� م ال ع� ال: ف��� ول ف��� ي ال�ل�ه< رس��� ل ض��

ه< ال�له لي' وا ع� ق ت� ا#< م: ل ر "وش� ك� د� لم ف�� ي�'ث "ال�ظ� د< . ال�ح ه< ول< ط ب��<

ة< > د� ه��� ول�< > اداث ي����' ي ال�ر�< > ت ا ال� ري����� ك� ا د� ن� ه� د< ع� ��� ن� < ال�ل���ه< ع� ن� ���رو ب�� م د ع� اه�< ش����ح ي' ح< لي ص� رط ع� م ۱۲/۱ ش سل< ن� م� < م�< ه واي�' ى ر< ب�4< Hا . رة ي�' ر ه�

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 5

Dari Ali Ibn Isa, dari Husain Ibn Muhammad Ibn

Ziyad, dari Abdullah Ibn Umar Ibn Aban, dari Husain Ibn

Ali, dari Fadhil Ibn Iyad, dari A’masy, dari Amir Ibn

Marrah, dari Abdullah Ibn al-Harits, dari Zuhair Ibn

Aqmar, dari Abdullah Ibn Amr, dia berkata: Rasulullah

SAW, bersabda: “Berhati-hatilah dengan kedzaliman.”

Maka al-Bukhari menyebutkan hadits dengan panjang

(lengkap).

Tambahan lafadz hadits ini yang kami sebutkan dari

Abdillah Ibn Amr adalah hadits Sahid dan Shahih

bersyarat. Dari kitab Muslim Juz 1 hal 12 dari riwayat

Abu Hurairah.3

Kezaliman adalah kerusakan di dalam fitrah

manusia, karena Allah SWT menciptakan fitrah manusia

senantiasa cenderung kepada kebaikan dan menjauhi

keburukan. Tapi, karena fitrah dapat menjadi lemah

dikarenakan rusaknya pendidikan yang diterima

seseorang, hawa nafsu, kepentingan, dan sebab-sebab

yang lain, maka manusia tidak jarang menuju ke arah

yang tidak benar dan bertentangan dengan fitrah,

meskipun fitrah orang ini masih dapat menampakkan diri

pada waktu-waktu tertentu.4

Penyebab seseorang melakukan kezaliman:3 Menyambung keterangan dari hadits dalam kitab al-Mustadrak ala al-Shahihain, bab Kitab al-Iman, No. 26.4 http://id.wikipedia.org/wiki/Zalim

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 6

1. Merasa ada kekurangan dan kelemahan di dalam diri.

Karena orang yang zalim tidak memiliki sifat-

sifat yang baik, dan dia mengetahui hal ini, maka

dia justru mengkompensasinya dengan melakukan

perbuatan zalim. Karena itulah Allah tidak mungkin

berbuat zalim, karena Dia Mahasempurna dalam segala

aspek dan tidak membutuhkan apa pun. Karena itu,

untuk apa Dia berbuat zalim.

Di dalam hadits diterangkan,

احب�' ماب��<ا¥ .ف�ت'<عل�ض�ا <ملل�ظ�ا يل<ا¥ ج�تYang merasa perlu berbuat zalim hanyalah orang yang

lemah.

2. Tidak dapat mengendalikan syahwat.

Allah hanya menciptakan yang baik-baik saja.

Syahwat Dia berikan kepada manusia demi kebaikan

manusia. Cinta pada diri sendiri membuat orang mau

memperhatikan dan menjaga dirinya. Cinta pada harta

membuat orang mau bekerja untuk memperolehnya. Cinta

pada lawan jenis membuat orang dapat menjaga

kelangsungan umat manusia.

Tapi, jika syahwat ini melewati batasannya,

maka itu karena perbuatan manusia semata-mata dan

itu akan menjadi penyebab kesengsaraannya. Orang

yang tidak dapat mengendalikan syahwat boleh jadi

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 7

akan berbuat zalim, merasa dirinya lebih tinggi dari

orang lain, menyusahkan orang lain, bahkan membunuh

orang lain, karena dia menyangka hal itu akan

memuaskan syahwatnya.

Allah SWT berfirman:

116. Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang

sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang

melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi,

kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami

selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya

mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan

mereka adalah orang-orang yang berdosa.5

3. Mempertahankan kekuasaan

Cinta pada kekuasaan adalah salah satu nafsu

manusia yang paling berbahaya. Orang yang terkena

penyakit cinta pada kekuasaan akan berusaha

mempertahankan jabatan dan kedudukannya dengan

berbagai cara, hingga dengan membunuh, memberangus

suara orang lain, dan menelantarkan orang lain

sekalipun karena dia menyangka bahwa hal ini akan

melanggengkan kursinya. Padahal, keadilanlah yang

5 Al-Qur’an In Word Version 1.2.0 by Mohamad Taufiq, Q.S. Huud: 116.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 8

melanggengkan seseorang pada kedudukan dan

jabatannya, dan bukannya kezaliman.

Nabi saw bersabda:

<.ملل�ظ�ا عم يق ت�ب�' لاو <رق�ل�كا عم يق ت�ب�' كلل�ما ن�<ا¥“Kekuasaan itu dapat langgeng sekalipun sang

penguasa kafir kepada Allah, tapi tidak akan

langgeng jika sang penguasa berbuat zalim.”

4. Mental jongos.

Maksudnya, seseorang berbuat zalim demi

seseorang yang dituankannya. Seseorang yang

bermental jongos akan berusaha menjaga kepentingan

tuannya agar tetap bertahan sebagai tuan. Dia

bersedia melakukan kezaliman dan kejahatan apa pun

semata-mata agar tuannya memandang dirinya pantas

menjadi jongos sang tuan.6

B. HADITS NOMOR 28

اة ۲۸/۲۸ ي�4 ر ي� خ� Hو ا ي�� Hا > ن� سي' د ال�ح م ح ن� م� مد ب�� ح� Hا ا ن� bب� , ر<ي' ط< ن� > و ال�ق ي�� Hا , ه لاي���� > ف�ا ن� bو ب� ي�� Hن� ا م, ع� اص< < ع� ن� . اب�� لان� ح� ع�

6 Terjemahan dari azh-Zhulm wa azh-Zhalimun al-Ma’ayir wa al-‘Awaqib, Sayyid Ja’far asy-Syirazi.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 9

ا ن� b4ب د و وح��� ي���� Hر ا ك�� < ي�� ن� ب�� ظ� ف��� -وال�ل اق ح س��� ا ا#< ي���4 ر ي� خ� Hه- ا د ل�� م�� ح� Hن� ا م ب�� ي' راه�< ي���� ا#<

ن� ا ب�� ن� bب� , ان� لح ن� م� ي' اب�� ت�< ب� د ر, ح� ي' ك< Pن� ي� , ع� ث ي' د ال�ل م ح < م� ن� ن� ب�� , ع� لان� ح� د ع� ن' ع< س���

> ن� ب�� ى' ب�4< Hد ا ن' ع< ن� س� , ع� ر<ي' ي� ى' ال�مق ب�4< Hا رة ي�' ر ال ه� �� ال: ف� ول ف� ي ال�ل��ه< رس��� ل ال�ل��ه ض���ه< ���� لي' م ع� اك� ي�'���� ا#< م: ل ش "وش����� ح ن� وال�ف� ا#< , ف������ ش ح ف� ث� لا ال�ل����ه وال�ت ح< ش ي�' اح�< ال�ف�����

م اك� ي�'����� , وا#< ش ح< ف� ه ال�مت ي������� ا#< لم, ف�� و وال�ظ� اث ه������ لم����� وم ال�ظ� م ي�'����� اك� ي�'����� , وا#< > ه ام����� ن' > ال�قح ه وال�ش�������� ي���������� ا#< ا ف�� ن� دع� م م� ك ل ن� وا ق� ك ف� س�������� ا ق�� م, ودع� اءه� م��������� ن� د< م م� ك ل ن� وا ق� ع�������� ط ف ف��

ا هم, ودع� ام� رح� Hن� ا م م� ك ل ن� وا ق� ل ح ن اس� م. ف�� ه< > ات� رم� ح�Mengabarkan kepadaku Husain Ibn Ahmad al-Qinthiri,

dari Abu Qilabah, dari Abu Ashim, dari Ibn ‘Ajlan, dari

Abu Bakar Ibn Ishaq – dan lafadz hadits darinya –

mengabarkan kepadaku Ahmad Ibn Ibrahim Ibn Mahlan, dari

Ibn Bakir, dari Laits, dari Muhammad Ibn ‘Ajlan, dari

Sa’id Ibn Abi Sa’id al-Maqbari, dari Abu Hurairah

berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah orang-orang

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 10

yang berbuat kerusakan dan kerusakan (yang lebih berat)

maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berbuat kerusakan dan kerusakan (yang lebih berat). Dan

jauhilah kedzaliman, maka sesungguhnya (kedzaliman) itu

menyebabkan kegelapan di hari kiamat. Dan jauhilah rasa

pelit, maka sesungguhnya (rasa pelit) itu mendorong

orang-orang sebelummu untuk menumpahkan darah mereka.

Dan mendorong orang-orang sebelummu untuk memutus

persaudaraan mereka. Dan mendorong orang-orang

sebelummu untuk menghalalkan (merusak) kehormatan

mereka.7891011

Akhlaqul madzmumah memang sangat tidak baik jika

dimiliki oleh seseorang. Akhlak seperti itu akan

menyebabkan kerugian bagi diri sendiri maupun bagi

orang lain. Dalam hadits diatas disebutkan bahwa

berbuat kerusakan, kedzaliman, dan rasa pelit menjadi

penyebab banyak hal buruk di jaman dahulu. Seperti

pertumpahan darah, putusnya persaudaraan, bahkan

merelakan harta dan kehormatannya demi memenuhi hawa

nafsu.

7 Dikatakan dalam kitab al-Talkhish: diriwayatkan oleh Laits dan Nabil.8 Dan di takhrij oleh Ibn Abi Dunya dalam kitab as-Shamtu Mukhtashiran, No. 319.9 Ibn Hibban dalam kitab shahihnya, No. 1566 (mawarid).10 Abu Dawud dalam kitab sunannya, juz 4 hal. 58. Dari Ibn Handhaliyah.11 Ahmad dalam musnadnya, juz 2 hal. 159 dari Amru Ibn Ash.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 11

Saat ini telah tercermin hal-hal seperti yang

dicontohkan dalam hadits. Kasus-kasus korupsi yang

semakin marak di dalam negeri tanpa ada rasa malu saat

melakukannya. Terjadinya saling bunuh dengan saudara

kandung sendiri demi seorang wanita ataupun harta

warisan. Hal-hal seperti ini akan menyebabkan kerusakan

(fakhsya’) yang saling berkaitan, membawa kerusakan

yang jauh lebih besar.

Perbuatan yang buruk tidak akan pernah membuahkan

kebaikan di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, segala

sesuatu yang diperoleh melalui jalan yang salah, baik

itu berupa harta, pangkat, jabatan dan lainnya, pasti

akan berujung kebinasaan dan kehinaan. Banyak mudharat

bagi orang-orang yang melakukannya, di antaranya:

1. Sikap buruk akan memadamkan cahaya penuntun yang

dibutuhkan seorang hamba pada hari itu. Allah

Ta’ala mengabarkan keadaan orang-orang munafik

yang dholim terhadap diri mereka sendiri ketika

terusir dari keinginan mendapat imbasan cahaya

orang-orang beriman. “Pada hari ketika orang-orang

munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada

orang-orang yang beriman:

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 12

13. pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan

perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman:

"Tunggulah Kami supaya Kami dapat mengambil sebahagian dari

cahayamu". dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke

belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". lalu

diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. di

sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ

ada siksa.12

2. Perbuatan buruk membuat pelakunya bangkrut pada

hari kiamat. 

Sungguh, manusia paling celaka dan merugi adalah

mereka yang datang pada hari kiamat dengan

limpahan amal kebaikan, namun sayangnya amal-amal

itu tidak mendatangkan sedikitpun manfaat baginya.

Mereka sebagaimana disifatkan oleh Allah dalam

kitab-Nya.

3. bekerja keras lagi kepayahan,

4. memasuki api yang sangat panas (neraka),13

Termasuk diantaranya, mereka yang kerap melakukan

tindakan kedholiman terhadap orang lain.

Rasulullah Shalllallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

12 Al-Qur’an In Word Version 1.2.0 by Mohamad Taufiq, Q.S. al-Hadiid: 13.13 Ibid, Q.S. al-Ghasyiyah: 3-4.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 13

درون� ��� ي� Hا ا ش م� ل< مف� وا ال� ال� ��� ش ف� ل< مف� ا ال� ن� ث' > ن� ف�� م ال م� ره� ه د< اع اول ل��� ��� ن م�ال ���� ف ن� ف�� ش ا#< ل< مف� ن� ال� ي' م�< > ت م� Hى' ا > ب� Hا وم ي�'���� < ي�'���� ه ام���� ن' > ق ل ال� ص���� ام ة اب��< ن' وض�����<

اة ك� ى' ور� > ب� Hا ي4'� د و � م ف� ي ا س�� د� ف� ه�� د� � ا وف� د� ل ه�� ك�� Hال وا ا م�� د� كÝ ه�� ف� دم وس��ا د� رث� ه��� ا وض��� د� ي ه��� عط ت' ا ق�� د� ن� ه��� ه< م�< > ي4 ا ن� س�� ا ح� د� ن� وه��� ه< م�< > ي4 ا ن� س�� ن� ح� ا#< ف���� ث ي' ث� ه ف�� ي4 ا ن� س�� ل ح� � ن� ن� ق� Hي ا ض�� ف ا ت�' ه< م� �� لي' د� ع� ح��<�� Hن� ا م م�< اه� اي�'�� ظ ث خ�� ح� ر< ط�� ف��

ه< لي' م ع� ج ث� ر< ي' ط� ار< ف�< ال�ن�“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?. Para

sahabat menjawab : “Orang yang bangkrut di antara

kami adalah mereka yang tidak memiliki dirham dan

tidak pula perhiasan”.  Kemudian beliau bersabda:

“Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka

yang datang pada hari kiamat kelak dengan pahala

shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia pernah

mencela ini, menuduh ini, makan harta ini,

membunuh itu, memukul itu. Maka diambil amal

kebaikan-kebaikannya dan diberikan  kepada orang-

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 14

orang ia dholimi. Jika kebaikan milikmua telah

habis, maka diambil kesalahan-kesalahan (orang

yang ia dholimi) kemudian dipikulkan ke atas

pundaknya. Baru kemudian ia di campakkan ke dalam

api neraka”.14

3. Doa orang terdholimi pasti  diijabah oleh Allah,

sekalipun berasal dari orang fajir.

Ibnu Abbas ra berkata, ketika Rasulullah SAW

mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman, beliau

berpesan kepadanya:

> ق لوم< دعوة واي� مظ� ه ال� ي�� ا#< ش ف�� ي' ه ل� ي� Mي Pن� ب� Mي ب�� < و اث� اهلل ح� ح�<Artinya : "Takutlah terhadap doa orang yang terdholimi,

sesungguhnya tidak ada antara dia dan Allah Ta’ala tabir

penghalang”.15

Doa orang tertindas pasti memperoleh ijabah dari

Allah Ta’ala kendati keluar dari lisan pelaku dosa

dan maksiat. Hal ini dipertegas oleh Rasulullah

SAW, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah.ra

secara marfu’:

لوم< دعوة مظ� ه ال� اي�� ح� سن ن� م� ان� وا#< را ك� اح��< ورة ف�� ج� ف� لي ف�� ه< ع� س< ق� ت��14 HR. Muslim no 4678, al-Tirmidzi no: 2342, Ahmad no: 7686, al-Thabarani no: 561.15 HR. Bukhari no: 1401, Muslim no: 27, Abu Daud no: 1351, al-Tirmidzi no: 567, al-Nasaai no: 2475.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 15

Artinya : “Doa orang yang terdholimi pasti makbul,

kendatipun ia seorang yang fajir (pelaku maksiat), karena kefajiran

tersebut untuk dirinya sendiri”.16

Bahkan, akan dijawab oleh Allah Ta'ala walaupun

keluar dari lisan orang kafir, sebagaimana

diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah

shallallahu alaihi wasallam bersabda:

وا ق لوم< دعوة ات� مظ� ن� ال� ان� وا#< �<را ك� اف� ه ك� ي�� ا#< ش ف�� ي' ها ل� اث� دوت�� ح� ح�<Artinya : "Takutlah terhadap doa orang yang terdholimi,

kendati berasal dari orangkafir, sesungguhnya tidak ada antara

dia  dan Allah Ta’ala tabir penghalang”.17

Dari keterangan ini, cukup untuk kita takut

akan rintihan dan munajat orang-orang lemah dan

tertindas di sekitar kita. Doa yang mereka

lantunkan adalah doa yang sanggup menggetarkan

pintu-langit. Semuanya akan dijawab oleh-Nya,

sekalipun  berasal dari para pelaku maksiat dan

orang kafir.

Cara untuk menghindari perbuatan dzalim

Cara untuk menghindari perbuatan dzalim yaitu :

1.      Selalu berusaha untuk mengingat dan mendekatkan

diri Allah.

16 HR. Ahmad no: 8440. Hadits ini Hasan.17 HR. Ahmad no: 12091, dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no: 767.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 16

2.      Meyakini bahwa Allah selalu melihat perilaku

yang kita lakukan setiap saat.

3.      Meyakini bahwa Allah akan membalas segala

perbuatan yang dilakukan. Apabila yang kita lakukan

baik maka Allah akan membalas dengan hal yang baik dan

begitu pula sebaliknya.18

C. HADITS NOMOR 29

ا۲۹/۲۹ ن� b4ب د و ح� ي�� Hر ا ك� د ي�� م� ح� Hن� ا اق ب�� ح س�� ن� ا#< وث� ب�� ي��' Hا ا ن�� bه, ب� ي�' > ق د ال�ق� م� ح م�

ن� ا ب�� ن���������� bب� , ث� ال�< د ع����������� م��������� ح ن� م� ا ب�� ن���������� bب� , ق اي��< ن� ش���������� ل, ع� ن' ôب� را ش��������� ن� ا#< , ع� مش ع� Hا

ن� م, ع� ي' راه�< ي����� ن� ا#< , ع� ه م��� لق د< ع� ��� ن� < ع� ن� ي' ال�ل���ه, ع� ت�< ي ال�ي� ل ه< ال�ل���ه ض���� ��� لي' م ع� ل وش����ش ي' ل� ال: ن� "ف� م�< Hال�مو > عان� ال�ط < ولا ي��< عان� ش< ولا ال�ل اح�< . ولا ال�ف� ء< ي' > د� "ال�ن�

ا د� ي�'ث ه���� د< ح ح���� ي' ح< لي' ص���� رط< ع� د ش��� ��� ف , ف�� > ن� ي' ح� ن' ا ال�س��� ح� ن ح� لاء< ا< Hو ه��� رواة < ت��< ال����

ن� م ع� م, ث� ر<ه�< ح���� ùم ا ي��ر ل� úك Hاة, وا �� ح�� خ�ر< ا ي�' ن� م� مك< ن� ي�' Hال ا �� ف ه< ت�' �� ي' ه ق�� ي�4�� Hد لا ا �� وح�� د ي�' ن��� ع�<18 http://berandakeluarga.wordpress.com/2009/02/11/3-tips-menghadapi-godaan-keimanan/ diakses 8 April 2014.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 17

اث�< ح ص��� Hا >مش ع� Hل الا ن' ôب� را ش�� < وا#< ن� ش ب�� ون�� ي' ي�'�� ع< ت' >Pي م ال�س�� ر<ه�< ي' ��>Pب د ك� �� م, وف� ه�< د< > ن' وس���Ýارك� مش ش������� ع� Hي' الا ف�< ه ماع������ ن� ح�� ه< م�< وخ�< ي' لا س������� ر ف�� ك<������ ن� ه ب�' د ل������ ف�������ر ه ال�ت ي������� ا ع� د� ه������ ت��<

. > ي�'ث د< ال�حDari Abu Bakar Ahmad Ibn Ishaq Ibn Ayub al-Faqih,

dari Muhammad Ibn Ghalib, dari Muhammad Ibn Sabiq, dari

Israil, dari A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari

Abdullah, dari Nabi SAW bersabda: “Tidak termasuk orang

mukmin, orang-orang yang mencela, para pelaknat, para

perusak, dan orang-orang yang keji”.192021222324252627

19 Adh-Dhahabi diam (tidak memberikan komentar) tentang hadits inidalam kitab al-Talkhish.20 Dikatakan dalam kitab al-Faidh: at-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini Hasan Gharib. Namun tidak disebutkan sebab dan mani’nya. 21 Ibn Qatthan berkata: hadits ini tidak layak dianggap sahih, karena didalamnya terdapat Muhammad Ibn Sabiq al-Baghdadi, dan Ia dha’if (cacat), walaupun hadits ini masyhur. Barangkali sebagian ulama’ menganggapnya tsiqah.22 Imam Daruqutni berkata: hadits ini Marfu’ dan Mauquf. Dan condong pada Mauquf.23 At-Tirmidzi dalam kitab sunannya No.1977. dia berkata: Hadits ini Hasan Gharib.24 Al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra, juz 10 hal. 193 dan 243.25 Ibn Hibban dalm kitab shahihnya, salah satu nomor dianggap Ihsan, dan No. 48 dianggap Mawarid.26 Ditakhrij oleh Imam Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad. No. 312 dan 332.27 Dan di takhrij oleh Ibn Abi Dunya dalam kitab as-Shamtu Mukhtashiran, No. 324.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 18

Sudah sangat jelas disebutkan dalam hadits diatas.

Bahwa Nabi Muhammad SAW melarang berbagai sifat

tercela. Beliau bahkan menganggap seorang muslim yang

melakukan sifat tercela tersebut bukan termasuk

golongan orang mukmin, yang berarti tidak akan selamat

dari siksa api neraka. Dari hadits ini, ada banyak

contoh perbuatan buruk, namun penulis ingin mencoba

menjelaskan salah satu perbuatan buruk yaitu berbuat

kerusakan (fakhsya’).

Al-Fahsya’ (اء حس�� dalam tafsir DEPAG-RI diartikan ( ال�ف�dengan perbuatan keji. Arti seperti ini kurang jelas

dan tegas. Bila kita buka dalam kamus Al Munawwir,

artinya sangat tegas-jelas dan banyak, dari sekian arti

tersebut tidak ada yang baik. Al-Fahsya’ adalah suatu

sikap/amalan yang buruk, jelek, jorok, cabul, kikir,

bakhil, kata-kata kotor, kata yang tidak bisa diterima

oleh akal sehat, dan kata fail / pelakunya diartikan

zina.28

90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang

dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.29

28 http://maktabah-jamilah.blogspot.com/2010/04/sholat-itu-mencegah-perbuatan-keji-dan.html, diakses 8 April 2014.29 Al-Qur’an In Word Version 1.2.0 by Mohamad Taufiq, Q.S. an-

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 19

Untuk membahas fakhsya’ lebih jauh karena dalam

ayat ini mempunyai pesan yang sangat lengkap terkait

dengan fakhsya’. Dalam ayat ini penulis mencoba

memahaminya melewati tafsiran Ibnu ‘Abbasb, at Thabari

dan Ibnu Katsir. Diawali dengan tafsiran Ibnu ‘Abbas

dengan tafsiran kata-perkata sebagi berikut:

  ن� ا¥< مر اهلل ا�� ل< ي�' عد� ال�� < ي��< سان� ح�� ا¥< اء< وال� ن ب' ي' وا¥< ى د�< �ب ف ر� ال��هي ت�� < وب�' ن� اء< ع� س ح� ف� ر< ال�� ك من�� ي'< وال�� ع�� ت� م� وال�� ك ظ� ع< Mم� ت� ك عل رون� ل� ك� د� ي�

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) untuk berbuat

adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum

kerabat; dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Tafsir ayat diambil dari tafsiran Ibnu ‘Abbas

ن� ا¥< مر اهلل ا�� ل< ي�' عد� ال�� ي��<   “Sesungguhnya Allah memerintahkan

untuk berbuat adil, dan adil disini difahami

untuk bertauhid mengesakan Allah”

سان� ح�� diarikan melaksakan fardu-fardu dan dikatan“ والا¥<

berbuat baik kepada semua manusia”

اء< ن ب' ي' وا¥< ى د�< �ب ف ر� ال�� “diartikan  silaturrahim atau membagikanhak-hak bagi kerabat”

هي ت�� < وب�' ن� اء< ع� س ح� ف� ال�� “melarang dari semua perbuatan maksiat”

Nahl: 90.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 20

ر< ك من�� sesuatu“ وال�� yang tidak dikenal oleh syariat

yaitu Al Qur’an dan sunnah

ي'< ع�� ت� ”terus menerus berbuat aniyaya“ وال��

م� ك ظ� ع< Mت� “Allah melarang kalian berbuat fakhsya’ dan

baghi”

م� ك عل رون� ل� ك� د� ي� “agar kalian mengambil pelajaran dengan

mengikuti Al Qur’an”30

At Thabari menjelaskan  penafsirannya tentang ayat

ini adalah bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan

kitab kepada Muhammad dan diperintahan untuk berlaku

adil. Adil adalah “sadar” yang dalam kesadarnnya itu

mengakui dzat-dzat yang telah member nikmat  dan

bersyukurlah terhadap anugahnya dan pujilah Dia yang

member nikmat. Dan adil juga diartikan tidak menyembah

berhala yang tidak  mempunyai hak untuk dipuji.

Sesungguhnya hanya orang yang bodoh yang memuji

berhala-berhala tersebut, dan dia tidak memberikan

nikmat maka tidak pantas untuk di syukuri.maka wajib

hukumnya untuk bersaksi tiada Tuhan selain Allah.

Melihat penjelasan at Thabari memang tidak beda dengan

penafsirannya Ibnu ‘Abbas bahwa adil adalah bersaksi

bahwa tiada Tuhan selain Allah.31

30 Al maktabah as Syamilah, tafsir Ibnu ‘Abbas.31 Al Maktabah as Syamilah tafsir at Thabari

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 21

Ibnu Katsir membagi hukum perintah bahwa adil itu

syariah dan berbuat bagus itu sunnah.yang di

dukung dari:

126. dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan

Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu[846].

akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih

baik bagi orang-orang yang sabar.

[846] Maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas mereka

janganlah melebihi dari siksaan yang ditimpakan atas kita.32

40. dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang

serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik[1345] Maka

pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai

orang-orang yang zalim.

[1345] Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik

kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.33

32 Al-Qur’an In Word Version 1.2.0 by Mohamad Taufiq, Q.S. an-Nahl: 126.33 Ibid, Q.S. as-Syura: 40.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 22

45. dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At

Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata,

hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi,

dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak

kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa

baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang

diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.34

Dalam Ibnu katsir falfawaahisa sesuatu yang

diharamkan  dan mungkar adalah wujud dzahir perbuatan

dari sesuatu yang diharamkan.35

Sudah menjadi rahasia umum bahwa manusia modern

menderita kerusakan jiwa yang dapat ditelusuri pada

kuantifikasi dan intelektualisasi realitas, kemudian

karena kerusakan jiwa maka berpotensilah untuk

berprilaku fahsya. Memang perbuatan fahsya’ telah

muncul beribu-ribu abad yang lalu yang kemudian

berkembang dan semakin merajai, dan menjadi hal yang

biasa.

Penulis mencoba merumuskan penyebab dari sekian

banyak menjadi dua yaitu:

1. Kerusakan jiwa

2. Kultur barat yang dominan, khususnya pada abad

terakhir ini, mengenal hanya dua bentuk ilmu

pengetahuan : kongkret (indrawi) dan abstrak

(konseptual)

34 Ibid, Q.S. al-Maidah: 45.35 Al Maktabah as Syamilah Tafsir Ibnu Katsir.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 23

Kita mempunyai kesan-kesan indra, dan kita

mempunyai gagasan-gagasan. Pernyataan “kemanapun kamu

menghadap di situlah wajah Tuhan” dipandang bukan

sebagai pernyataan fakta indrawi ataupun hipotesis

valid yang disimpulkan dari pengalaman indrawi

melainkan pernyataan dari imajinasi agama. Menurut

prasangka  budaya barat, baik pernyataan itu memberikan

inspirasi atau hiburan, pernyataan itu imajiner dan apa

yang imajiner berarti tidak riel.

Dengan kerusakan jiwa yang dipengaruhi oleh budaya

itu menjadi penyebab seseorang untuk mempunyai

berperilaku fakhsa conth: karena jiwa kita telah rusak

maka secara psikologis kita akan mudah sekali merah dan

secara otomatis akal tidak bisa berfungsi secara

normal.untuk melakukan pencegahan penulis menghubungkan

dengan ayat  al Quran yang diatatas sebenarnya sudah

ada didalm kandungan ayat diatas namun penulis

memberikan solusi awal yaitu dengan cara :

1. Mulailah mengenali emosi diri-sendiri

2. Belajarlah mengendalikan emosi, jangan sampai kita

yang dikendalikan emosi. Kalau dalam agama islam

melakukannya dengan  shalat karena dalam shalat

kita sebenarnya disuruh untu mengistirahatkan akal

dan hati untuk perkara dunia.36           

36Ahmad Taufik Nasution. Metode Penjernihan Hati : MelejitkanKecerdasan Emosi dan Spiritual melalui Rukun Iman. 2005. Bandung:Al Bayan.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 24

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 25

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam ajaran Islam, Dzalim merupakan perilaku

tercela yang harus dihindari setiap Mu’min. Karena

sesungguhnya perbuatan dzalim dapat merugikan

pelakunya atau yang didzalimi dalam kehidupan dunia

maupun akhirat. Agar setiap Mu’min tidak terjebak pada

perbuatan dzalim maka harus memahami salah satu sifat

tercela ini (dzalim), kemudian secara konsisten

menjaga diri agar tidak terjerumus pada perbuatan

dzalim.

Berbuat kerusakan (fakhsya’) jauh lebih buruk

dibandingkan dengan berbuat dzalim. Fakhsya’ bukan

hanya mencelakai diri sendiri dan orang lain saja.

Namun juga menimbulkan efek buruk seperti hilangnya

moral, adanya pertumpahan darah, hingga melepaskan

kehormatan.

Setiap perbuatan tercela itu akan menimbulkan

banyak madhorot, jadi jauhilah perbuatan-perbuatan

yang tercela sehingga kita dapat menjadi orang-orang

yang baik dihadapan manusia dan Allah SWT.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 26

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an In Word Version 1.2.0 by Mohamad Taufiq.

Nasution, Ahmad Taufik. Metode Penjernihan Hati :

Melejitkan Kecerdasan Emosi dan Spiritual melalui Rukun Iman. 2005.

Bandung: Al Bayan.

Sayyid Ja’far asy-Syirazi, azh-Zhulm wa azh-Zhalimun

al-Ma’ayir wa al-‘Awaqib,. t.t.

Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, juz 4. t.t.

Al Maktabah as Syamilah, Tafsir at Thabari, t.t.

Al Maktabah as Syamilah, Tafsir Ibnu Katsir. t.t.

Al Maktabah as Syamilah, Tafsir Ibnu ‘Abbas. t.t.

Al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, juz 10. t.t.

At-Tirmidzi, kitab al-Faidh. t.t.

At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi. t.t.

Ibn Abi Dunya, as-Shamtu Mukhtashiran. t.t.

Ibn Hibban, Shahih Ibn Hibban. t.t.

Ibnu Katsir, al-Bidayah Wa al-Nihayah, Juz 7. t.t.

Imam Bukhari, al-Adab al-Mufrad. t.t.

Syaikh al-Albani, al-Silsilah al-Shahihah. t.t.

Musnad Ahmad, juz 2. t.t.

http://berandakeluarga.wordpress.com/2009/02/11/3-

tips-menghadapi-godaan-keimanan/ diakses 8 April 2014.

http://id.wikipedia.org/wiki/Zalim, diakses 8

April 2014.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 27

http://maktabah-jamilah.blogspot.com/2010/04/

sholat-itu-mencegah-perbuatan-keji-dan.html, diakses 8

April 2014.

Al-Mustadrak ala al-Shahihain: Kitab al-Iman (27,28, dan 29) | 28