Post on 07-Feb-2023
PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP
KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN
PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)
KELAS II DI SD BERCAHAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Sylva Zaezara
NIM :111134052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HALAMAN JUDUL
PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP
KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN
PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)
KELAS II DI SD BERCAHAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Sylva Zaezara
NIM :111134052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
PERSE,PSI DAi\i CARA PENANTANAhI GURU TERHADAP
KEMAMPUAII BELAJAR SISWA DENGAI\I GAI\IGGUAN PEMUSATAI\T
PERHATIAN DAN HIPERAKTIVTTAS (GPPID
KELAS II DI SD BERCAHAYA
Oleh:
Syhe ?ffiffira
NIIII:111134052
Tel& disetujui oleh:
S.Pt[,'M.Pd. langgal,, 12 Januari 2015
tanggal, t2 Januari 2015
Pembimbig,glI
Punbimbing tr
-{wBrigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., Iv{.Psi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSIPERSEPSI DAN CARA PENAI\IGANAI\I GURU TERHADAP
KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGANI GAI\IGGUATI PEMUSATAITPERHATIAN DAi\i HIPERAKTIVTIAS (GPPE} KELAS II DI SD
BERCAHA'TA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Sylva Zaezara
NIM:111134052
Telah dipertrhankan di depan panitia penguji
pada tanggal 22 J anuai 201 5
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
NamaLengkap
Ketua
Sekretaris
Anggota IAnggota tr
Anggota Itr
G. fuiNugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A.
Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.
Rusmawan, S.Pd., M.Pd.
Brigitta Ertita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi.
Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech.
Yogyakart4 22 Januai 201 5
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
lll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai setiap langkah
kehidupanku.
2. Kedua orangtuaku, Bapak Agus Tri Priyono dan Ibu Sri Iswatie
yang selalu memberi dukungan, semangat, serta doa demi
kesuksesan dan masa depanku.
3. Kakak-kakakku Hanna Istriana dan Nerry Analias, serta adikku
Foursa Christ Nikita telah memberiku semangat dan
mendoakanku.
4. Yoga Adigondo Kusumo, S.Kep., NERS yang telah menjadi
motivasi dalam hidupku.
5. Dosen-dosenku yang selalu memberikan bimbingan dan
mendidikku menjadi calon pendidik yang baik.
6. Teman-teman seperjuanganku yang selalu memberi semangat
baru dalam hidupku.
7. Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntunku
menjadi calon pendidik yang bermutu dan berkualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
MOTTO
“Kesabaran dan usaha keras akan
sanggup menghilangkan kesulitan dan
melenyapkan rintangan”
(Mario Teguh)
“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah
berdoa. Mengucap syukurlah dalam
segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus
bagi kamu”
(1 Tesalonika 5:16-18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PER}TYATAAN KEASLIAN I(ARYA
Saya menyataken dengan sesungguldilya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
mimuat karya atau bagian karya oru€ lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan atau daftar referensi, sebagaimana layaknya karyailtniatr.
Yogyakarta 12 Januari 2015
Penulis
vl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAhI PERSETUJUAI\I
PUBLIKASI KARYA ILMIAII UNTT'K KEPENTINGATI AKAI}EII{IS
Yang bertandatangan dibawah ini, mya mahasiswa Universitas sanata Dharma
Nama : Sylva Z,anzaru
NIM : l1ll34052
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERSEPSI DAI{ CARA PENAI\IGANAN GURU TERIIADAP
KEMAMPUAFI BELAIAR SISWA DENGAN GANGGUANT PEMUSATAhI
PERIIATIAN I}AI{ HIPERAKTTVITAS (GPPID KELAS II DI SI)
BERCAHAYA
Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas SanataDharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media rarn,mengelolanya di internet atiau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlumeminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetapmencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 12 J anumrn 2Al 5
Yang menyatakan
WSylva Zaezara
vu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
ABSTRAK
PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP
KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN
PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH) KELAS II DI SD
BERCAHAYA
Sylva Zaezara
NIM : 111134052
Pola perilaku yang dapat menghambat berlangsungnya kegiatan pembelajaran
di kelas adalah pola perilaku dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH). Pola perilaku anak yang mengalami GPPH
mengakibatkan munculnya berbagai persepsi antar para guru. Berdasarkan latar
belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan situasi mengenai
partisipan yang diteliti, yaitu: (1) pola perilaku siswa GPPH yang dapat
menghambat berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas, (2) mendeskripsikan
persepsi guru terhadap pola perilaku dan kemampuan belajar siswa GPPH di kelas
II SD Bercahaya, (3) mendeskripsikan penanganan guru terhadap pola perilaku
siswa GPPH selama mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD Bercahaya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi
kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Informasi yang
diperoleh peneliti berasal dari beberapa partisipan yang terkait dengan siswa yang
mengalami keterlambatan dalam belajar. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data dan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi yang telah peneliti lakukan pada beberapa
guru yang mengampu di kelas II SD Bercahaya, menunjukkan bahwa adanya
perbedaan persepsi terhadap pola perilaku siswa yang mengalami GPPH.
Munculnya perbedaan persepsi tersebut karena (1) para guru kurang memahami
secara mendalam problematika siswa yang mengalami GPPH, (2) para guru
kurang memahami betul kondisi yang dialami oleh siswa, (3) guru belum pernah
mengikuti training tentang anak berkebutuhan khusus (ABK), sehingga guru
belum mengetahui cara menangani siswa yang mengalami GPPH. Pemberian
treatment telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya pelatihan khusus,
seperti membiarkan siswa melakukan hal yang ingin dilakukan. Membiarkan atau
mendiamkan siswa yang mengalami GPPH tersebut merupakan bentuk motivasi
yang diberikan oleh guru sebagai langkah awal dalam penanganan.
Kata kunci : Persepsi guru, kemampuan belajar, cara penanganan, hiperaktivitas
(GPPH)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
ABSTRACT
TEACHER PERCEPTIONS AND RESPONSES TO THE ABILITIES OF
STUDENTS WITH ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER
(ADHD) SECOND CLASS IN SD BERCAHAYA
Sylva Zaezara
NIM : 111134052
Behavior which can impede learning activities in the class is behavior
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Behavior of children who have
ADHD causes various perceptions among teachers. Based on this background,
this research aims to describe the situation of the students who participate in ,
namely: (1) behavior of ADHD students which can impede learning activities in
the class, (2) describing the teacher's perception of the behavior and learning
ability of students in 2nd
GRADE OF BERCAHAYA ELEMENTARY SCHOOL, (3)
describing the teacher’s way to handle students who have ADHD during the
learning process in 2nd
GRADE OF BERCAHAYA ELEMENTARY SCHOOL
This research is a qualitative research with case study method. The methods
of collecting data which is used in this research are observation, interview, and
documentation. Information which is obtained by the researcher is from several
participants who are associated with students who have difficulties in learning.
Data analysis techniques which are used in this research are data reduction, data
display, and conclusion.
Based on the results of the research and discussion of the observation,
interviews, and documentation which has been done to some teachers in 2nd
GRADE OF BERCAHAYA ELEMENTARY SCHOOL shows that there are
differences in perception of the behavior of students who have ADHD. It is
because (1) the teachers do not really understand the problems of students who
have ADHD, (2) the teachers do not understand the conditions which is
experienced by students, (3) the teacher has never participated in the training of
children with special needs, so that teachers do not know how to deal with
students who have ADHD. The treatment has been done by teachers without any
special training, such as allowing students to do things they want to do. Allowing
or letting students who have ADHD is the motivation which is given by the
teachers as the first step in treatment.
Keywords: Perception of teachers, learning ability, handling, hyperactivity
(ADHD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esaatas kasih,
rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap
Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II di SD Bercahaya” dengan lancar dan tepat
waktu.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari hambatan keterbatasan waktu, pengetahuan , dan pengalaman, namun berkat
semangat dan dorongan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini dapat
diselsaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang
selalu memberikan arahan, motivasi, serta sumbangan pemikiran yang
peneliti butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing II
yang telah memberikan bantuan ide, saran, kritikan, serta bimbingan yang
sangat berguna bagi penelitian ini.
6. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengganti pembimbing I yang
selalu memberikan arahan, semangat, dan motivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Kepala Sekolah SD Bercahaya yang telah memberikan ijin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian di kelas II SD Bercahaya.
8. Guru kelas II SD Bercahaya yang telah bersedia meluangkan wakfu dan
memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi peneliti.
9. Kepada salah satu orangfua dan siswa kelas II SD Bercahaya yang telah
bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.
10. Bapak Agus Tri hiyono dan Ibu Sri Iswatie, kedua kakakku Hanna
Ishiana dan Nerry Analiag serta adikku Foursa Christ Nikita yang selalu
memberi dukungan dalam doa serta semangat demi kesuksesan dan masa
depanku.
11. Yoga Adigondo Kusumoo S.Kep., NERS yang telah menjadi penyemangat
hidupku.
12. Teman-teman seperjuanganku (Krispin4 Hani, Tian, dan lkisti) yang
selalu berbagi pengetahuan, semangat dan kecariaan dalam suka dan duka
selama berproses.
13. Teman-teman PGSD angkatan 20ll yang mernberikan dukungan dan
semangat.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itq peneliti dengan senang hati bersedia menerima
sumbangan baik pemikiran, kritilq maupun saran yang bersifat
membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 12 lam;eri 2Al5
xl
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT .............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 8
1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 8
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
1.7 Definisi Operasional .................................................................................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian ............................................................. 53
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 69
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 82
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 82
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 83
5.3 Saran ............................................................................................................ 83
DAFTAR REFERENSI ........................................................................................ 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Syarat Terjadinya Persepsi (Sunaryo, 2013) .................................... 19
Gambar 2.2. Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2004) ....................... 19
Gambar 2.3. Proses Terjadinya Persepsi menurut Sunaryo (2013) ...................... 21
Gambar 2.4. Proses dan faktor yang mempengaruhi belajar ................................ 24
Gambar 2.5. Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan ................................... 35
Gambar 3.2.Teknik Analisis Data ......................................................................... 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Gambar 3.1.Tabel Jadwal Penelitian ..................................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Teks Anekdot ..................................................................................... 88
Lampiran 2 Daftar Pedoman Wawancara ............................................................. 92
Lampiran 3 Daftar Transkrip Hasil Wawancara ................................................... 98
Lampiran 4 Studi Dokumen (Nilai Raport) ........................................................ 151
Lampiran 5 Hasil Triangulasi Data ..................................................................... 160
Lampiran 6 Daftar Cooding ................................................................................ 162
Lampiran 7 Organisasi Data ............................................................................... 168
Lampiran 8 Analisis Data.................................................................................... 173
Lampiran 9 Riwayat Peneliti ............................................................................... 175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definsi operasional. Latar belakang masalah membahas tentang alasan peneliti
mengadakan penelitian ini. Identifikasi masalah adalah pengenalan terhadap suatu
permasalahan yang ada dalam penelitian. Pembatasan masalah berisi tentang
ruang lingkup masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah memuat pokok
permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian berisikan tentang keinginan
yang dicapai oleh peneliti, dan manfaat penelitian berisikan uraian kegunaan hasil
penelitian yang dilakukan. Peneliti juga memberikan pengertian-pengertian atau
istilah-istilah untuk mempermudah pemahaman pembaca. Peneliti akan
membahas ketujuh topik tersebut secara berurutan.
1.1 Latar Belakang
Setiap individu memiliki karakteristik berbeda dengan individu lainnya.
Perbedaan ini merupakan kodrat alami setiap manusia, namun diantara perbedaan
yang ada setiap individu juga memiliki persamaan salah satunya persamaan untuk
memperoleh pendidikan. Hal ini sesuai dengan Pasal 31 UUD 1945 yang
berbunyi: Ayat (1): “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, Ayat (2):
“Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”. Berarti pendidikan sebagai salah satu Hak Azazi Manusia
(HAM) haruslah bersifat terbuka dan menjangkau semua warga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
negara tanpa terkecuali, termasuk diantaranya adalah Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK).
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang mengalami
penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan
sosialnya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus dan
disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka (Sumekar,
2009:3). Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan
khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Menurut Fadhli (2010:16) yang
menjelaskan bahwa macam ABK berdasarkan dari segi kelainan dan gangguan
mental dan dari segi fisik pada anak. Anak berkebutuhan khusus dari segi kelainan
dan gangguan mental seperti, autis, hiperaktif, asperger disorder, retardasi
mental, sindroma down, sindroma X yang rapuh dan skizofrenia. Anak
berkebutuhan khusus dari segi kelainan dan gangguan fisiknya seperti, apraxia,
sensory integration, dyslexia, diskalkulia, disgrafia, dan lain-lain.
Anak-anak berkebutuhan khusus seperti yang telah disebutkan perlu
memperoleh pendidikan, maka pemerintah menyelenggarakan sekolah inklusif
dimana anak berkebutuhan khusus dapat mengenyam pendidikan di sekolah
regular. Sekolah inklusif adalah sekolah yang melaksanakan pendidikan inklusif
yang secara realistis menganggap setiap anak memiliki kecepatan pembelajaran
berbeda (Fitriani,2012:31). Jadi, ada siswa yang bisa mencapai target bahkan
melebihi, namun ada pula siswa yang berada di bawah target yang ingin dicapai.
Hal tersebut dianggap normal karena setiap anak memiliki kemampuan dan
hambatan yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Fitriani (2012) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor pendukung
yang harus dimiliki oleh sekolah inklusif yang semua faktor ini harus
dioptimalkan seperti program, kurikulum, pendekatan, metode, dan yang lebih
penting adalah pelaksana pendidikan itu sendiri yaitu guru. Guru adalah pendidik
professional dengan utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah menurut
Rugaiyah dan Atiek (2011). Guru sebagai pelaksana pendidikan di kelas
memegang peranan penting dalam membantu kesulitan belajar siswa. Berbagai
macam gangguan kesulitan belajar yang dialami siswa, seperti gangguan
menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung yang dapat disebabkan
oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal individu itu sendiri, yaitu
disfungsi neurologis (minimal otak), sedangkan faktor eksternal berupa
lingkungan, sosial, budaya, dan fasilitas belajar yang berupa strategi pembelajaran
yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi
belajar siswa, dan pemberian ulangan yang tidak tepat (Abdurrahman. 2010:6).
Guru memiliki pandangan yang berbeda terhadap masing-masing anak di
kelas terutama pada sekolah inklusif yang kenyataannya terdapat beberapa anak
mengalami gangguan yang memerlukan pembelajaran khusus. Sesuai kenyataan
yang dialami, maka muncul persepsi dari guru terhadap tingkah perilaku yang
dilakukan oleh anak. Terkait dengan hal tersebut Walgito berpendapat, bahwa
persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian, sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar
individu (Sunaryo, 2013). Persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang,
sebagai contoh adalah guru dengan muridnya. Dengan demikian perlakuan guru
dapat menimbulkan respon tertentu dari murid pada guru tersebut. Akibatnya
respon murid tersebut akan sama dengan perlakuan guru tersebut.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada sekolah inklusif di SD
Bercahaya pada tanggal 23 Juli sampai 12 November 2014, di mana nama SD,
guru maupun siswanya merupaka pseudonym. Peneliti menemukan bahwa di kelas
dua terdapat satu anak, Norman, yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas (GPPH) di sekolah tersebut. Peneliti melihat bahwa tingkah
laku yang ditunjukan N berbeda dengan teman-teman satu kelasnya. N selalu
menunjukan sikap yang terus bergerak kesana kemari seakan-akan tubuhnya
adalah robot yang tidak bisa diam dan tidak mudah lelah untuk terus bergerak.
Ketika N sudah merasa bosan, maka pada saat itu juga perubahan emosinya cepat
sekali berubah dari yang awalnya tenang-tenang saja saat belajar di kelas,
kemudian suasana kelas menjadi tidak kondusif karena perilaku N yang terkadang
teriak-teriak menginginkan sesuatu atau karena hal lainnya.
Peneliti tidak hanya melakukan observasi, tetapi juga melakukan wawancara
dengan guru kelas II. Wawancara itu berlangsung dua kali pada tanggal 29
Oktober dan 12 November 2014. Pak P guru kelas II tersebut berkata, “Ya,
selama proses belajar berlangsung di kelas hanya 50% saja tingkat konsentrasi
yang dimiliki oleh N. Sering kali N menunjukan perilaku yang sulit untuk
berkonsentrasi terutama pada saat belajar pelajaran-pelajaran yang tidak dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
gemari selain matematika, bahasa Inggris, dan TIK. Iya, selain mata pelajaran
yang dia suka dia pasti nilai di bawah KKM. Ketika N sudah merasa bosan dia
mulai bergerak seenaknya keluar kelas”, jawab guru ketika peneliti bertanya
tentang kemampuan dan konsentrasi belajar serta perilaku N saat di kelas (guru
komunikasi pribadi, 29 Oktober 2014). Pernyataan guru yang mengatakan, “selain
mata pelajaran yang dia suka dia pasti nilai di bawah KKM” diperkuat dengan
dokumen nilai yang telah peneliti peroleh. Sesungguhnya guru kelas tersebut tidak
memahami betul kondisi apa yang sebenarnya dialami oleh N, pernyataan itu
diperkuat setelah peneliti melakukan wawancara yang kedua untuk
mentindaklanjuti pernyataan guru kelas sebelumnya pada tanggal 12 November
2014. Saat di wawancarai guru kelas berkata, “Ya kalo saya kedua-duanya, tapi
kadang-kadang menonjol ee lebih autisya kelihatan sekali”, jawab guru kelas
ketika peneliti bertanya tentang keadaan yang sesungguhnya dialami N.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas peneliti menyimpulkan,
bahwa cara pandang guru terhadap kemampuan belajar N berbeda dengan cara
pandang guru pendamping, guru ekstra, orangtua, serta dokumen hasil
pemeriksaan psikologis. Selain itu, cara pandang guru yang mengatakan N anak
autis berbeda dengan hasil dari pemeriksaan psikologis yang menjelaskan, bahwa
N bukan mengalami autis melainkan anak ADHD atau GPPH. Pernyataan peneliti
diperkuat oleh bukti dokumen dari hasil pemeriksaan terapi psikologis yang
menangani N mengatakan bahwa, “Anak memiliki suatu kondisi ysng disebut
Gangguan Pemusatan Perhatian yang disertai dengan Hiperaktivitas (GPPH)
tipe kombinasi yang merupakan gangguan neurobehavior yang berasal dari saraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yang berpengaruh pada perilaku, akibatnya mempengaruhi kemampuan kognitif,
komunikasi, pengelolaan emosi, sosialisasi, dan motorik halus”.
Selain dengan guru kelas, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru
pendamping dan guru ekstra pada tanggal 29 Oktober 2014. Peneliti menanyakan
tentang kemampuan dan konsentrasi belajar selama N di kelas. Guru pendamping
N bernama mas P mengatakan bahwa, “Baik-baik dengan pembelajaran sangat
baik dan nilainya cukup baguslah di atas rata-rata, walaupun kadang kala saja N
dapat tenang di kelas”. Partisipan berikutnya adalah guru ekstra yang bernama
Pak R ini mengajar tiga mata pelajaran sekaligus di kelas N, yaitu Olahraga,
Bahasa Inggris, dan TIK. Setidaknya Pak R sedikit mengenal dan memahami
karakter anak tersebut ketika peneliti bertanya tentang kemampuan dan
konsentrasi selama N belajar di kelas. Pak R mengatakan bahwa, “N bisa
mengikuti pembelajaran, dia tidak mengalami kesulitan dibandingan dengan yang
lain kemampuan N masih di atasnya nilai-nilainya pun tidak ada yang di bawah
5, namun ketika N sudah mulai bosan dan letih dia akan cepat-cepat
menyelesaikan itu semua dan keluar”.
Setelah melakukan wawancara dengan guru pendamping dan guru ekstra
dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya N memiliki tingkat kemampuan belajar
yang cukup baik, walaupun terkadang N tidak dapat fokus atau berkonsentrasi
dengan baik saat pembelajaran sedang berlangsung. Pernyataan tersebut diperkuat
dengan dokumen hasil pemeriksaan psikologis N yang mengatakan bahwa,
“Berdasarkan hasil pemeriksaan kecerdasan, N memiliki tingkat inteligensi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
tergolong tinggi (Persentil 95, skala CPM). Artinya N memiliki tingkat inteligensi
di atas rata-rata anak usia sebayanya dan memiliki kemampuan penalaran baik”.
Masing-masing guru mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap
ABK, karena guru tidak memahami betul apa yang dialami anak. Ada sebagian
guru yang tidak peduli terhadap perubahan emosi, tingkah laku dan permasalahan
lain yang terjadi pada N, namun ada pula guru yang membantu anak dengan
memberikan pendekatan-pendekatan, seperti mendekati anak, kemudian
menanyakan apa yang menyebabkan anak melakukan perilaku yang tidak baik
ketika proses pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman yang terjadi peneliti tertarik untuk mengkaji tentang
persepsi dan cara penanganan guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan
anak Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di SD
Bercahaya. Peneliti akan menjabarkan tentang pemahaman guru terhadap anak
berkebutuhan khusus, persepsi guru terhadap keberadaan anak berkebutuhan
khusus terutama anak hiperaktif di sekolah, persepsi guru terhadap kemampuan
atau prestasi belajar anak yang mengalami GPPH, dan cara penanganan yang
dilakukan guru terhadap anak yang mengalami GPPH. Dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemahaman atau mengetahui
gambaran persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan anak
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di SD Bercahaya.
Dari latar belakang di atas, peneliti ingin mengangkat hal tentang “Persepsi
dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II Di SD
Bercahaya”.
1.2 Identifikasi Masalah
Ada siswa yang mengalami GPPH di SD Bercahaya dan belum diketahui
adanya persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di latar belakang, maka peneliti
akan membatasi masalah tersebut oleh persepsi guru terhadap kemampuan belajar
siswa yang mengalami GPPH kelas II di SD Bercahaya.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.4.1 Bagaimanakah pola perilaku siswa dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas selama mengikuti proses pembelajaran di
kelas II SD Bercahaya?
1.4.2 Bagaimanakah persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa
dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di kelas II
SD Bercahaya?
1.4.3 Bagaimanakah cara penanganan guru terhadap pola perilaku siswa
dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas selama
mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD Bercahaya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1.5.1 Untuk mengeksplorasi pola perilaku siswa dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas selama mengikuti proses
pembelajaran di kelas II SD Bercahaya.
1.5.2 Untuk mengeksplorasi atau mengetahui gambaran persepsi guru
terhadap kemampuan belajar siswa dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas di kelas II SD Bercahaya.
1.5.3 Untuk mengeksplorasi atau mengetahui cara penanganan guru terhadap
pola perilaku siswa dengan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas selama mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD
Bercahaya.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada
dunia pendidikan tentang anak hiperaktif, kemudian untuk menambah
pengetahuan tentang penanganan yang dilakukan bagi anak hiperaktif, serta untuk
menambah pengetahuan tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak
hiperaktif.
1.6.2 Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa berkesulitan belajar pada
anak hiperaktif dan sebagai pengalaman langsung dalam melakukan penelitian
tentang hal tersebut.
1.6.2.2 Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberi
pembelajaran, pembinaan, bimbingan, dan pertimbangan dalam menangani anak
yang mengalami gangguan hiperaktif di kelas.
1.6.2.3 Bagi Orangtua Yang Memiliki Anak Hiperaktif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk para orang tua
yang memiliki anak hiperaktif. Selain itu, dapat dijadikan sebagai penambah
pengetahuan / wawasan mengenai anak hiperaktif dan orangtua dapat mengerti,
memahami, memimbing dengan baik apabila anaknya memiliki sifat hiperaktif.
Bagi para orang tua lainnya, supaya dapat memandang apa yang terjadi sebagai
hal positif dan bukan akhir dari segala-galanya. Memiliki anak yang mengalami
gangguan khusus seperti hiperaktif bukanlah hal yang buruk, jika dapat menjalani
perannya masing-masing tentunya untuk anak-anak yang membutuhkan peran
kedua orangtuanya sebagai pendorong dalam kehidupan anak kelak.
1.6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan untuk
melakukan studi tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
berkesulitan belajar pada anak hiperaktif untuk melakukan penelitian yang sejenis
sebagai pembanding dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain.
1.7 Definisi Operasional
Pada penelitian ini peneliti memberikan pengertian-pengertian agar tidak
terjadi kesalahpahaman, maka definisi yang digunakan oleh peneliti sebagai
berikut: (1) persepsi guru merupakan suatu proses pemahaman atas informasi
yang diperoleh dari luar maupun dari dalam diri individu untuk menyampaikan
anggapan tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya.
(2) Kemampuan belajar adalah potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. (3) GPPH merupakan suatu pola perilaku yang menetap pada
seorang anak, perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa
berkonsentrasi, dan bertindak sekehendak hatinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini peneliti membahas empat topik, yaitu mencakup kajian teori,
penelitian yang relevan, kerangka teori dan peryataan penelitian. Pada kajian teori
peneliti akan membahas tentang deksripsi anak yang mengalami GPPH, serta
teori-teori lain yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap kemampuan belajar
siswa yang mengalami GPPH. Penelitian yang relevan memaparkan tentang
penelitian dari orang lain yang sesuai dengan permasalahan yaitu tentang persepsi
guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH. Kerangka teori
pada landasan teori ini akan menggiring pembaca untuk memahami penelitian
yang akan dilakukan, serta pertanyaan penelitian yang membahas tentang
pertanyaan yang bersangkutan dengan rumusan masalah yang akan diteliti oleh
peneliti.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti di SD Bercahaya, peneliti menemukan siswa yang
mengalami GPPH di kelas II. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan
pernyataan Ibu Y selaku orangtua dari N yang berkata, “Setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dilakukan pemeriksaan pada psikolog N dinyatakan mengalami ADHD” (saat
diwawancarai). Selain dengan observasi peneliti juga melakukan wawancara
dengan berbagai informan dan salah satunya adalah orangtua dari N. Ibu Y ini
merupakan Ibu kandung dari N yang saat ini usia beliau 40 tahun. Ibu Y ini
merupakan Ibu rumah tangga yang memiliki anak satu, yaitu N.
N merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak G dan Ibu Y. Saat ini N
berusia 8 tahun dan bersekolah di sekolahan regular dan umum di SD Bercahaya
kelas II. Berdasarkan dari dokumen hasil evaluasi psikologis pada tanggal 22
Maret 2014 mengatakan, bahwa anak tersebut menjalani terapi di salah satu
tempat terapis sehubungan ada riwayat keterlambatan bicara yang sudah diketahui
saat usia 2 tahun. Setiap 6 bulan sekali N melakukan terapi. Hasil pemeriksaan
oleh psikologis di tempat terapis terbukti bahwa anak tersebut mengalami GPPH.
Adapun aspek-aspek yang diamati oleh psikologis, yaitu aspek komunikasi dan
kognitif, aspek sosial, emosi dan perilaku, dan terakhir adalah aspek motorik. Saat
ini akibat adanya GPPH mempengaruhi kemampuan kognitif, komunikasi,
pengelolaan emosi, sosialisasi, dan motorik halus.
Peneliti melihat bahwa anak tersebut tidak mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru dan lama. Secara aspek perilaku
emosi anak tersebut masih kurang terkontrol. Saat di TK anak sering jalan-jalan di
kelas, tugas sering tidak dikerjakan hingga selesai dan anak mengalami terlambat
berbicara. Setelah masuk SD anak sering berteriak dan memukul bila diarahkan
pada kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya, hal tersebut anak lakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
baik di rumah maupun di sekolah. Informasi tersebut berdasarkan dari dokumen
hasil pemeriksaan psikologis yang telah peneliti peroleh.
Berdasarkan aspek kognitifnya, N mendapatkan nilai yang sangat baik hanya
dalam pelajaran matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Ketiga mata pelajaran itu
adalah mata pelajaran yang tidak N suka. Artinya, selain mata pelajaran yang
disebutkan anak tidak suka dan rata-rata nilai di bawah KKM. Informasi tersebut
berdasarkan dari dokumen hasil wawancara peneliti dengan partisipan.
Kebiasaan anak di rumah senang sekali bermain lego dan gadget. N terkadang
tidak belajar (kecuali ada PR) di rumah karena sepulang sekolah ia sudah
mengikuti les. Selain itu, seusai pulang sekolah di hari tertentu anak harus
melakukan terapi. Interaksi anak di lingkungan rumah masih sangat kurang, hal
tersebut didukung oleh situasi rumah yang sangat rawan untuk anak dapat
melakukan aktifitas di luar rumah karena keluar rumah depannya sudah jalan
besar (hasil wawancara dengan Ibu Y).
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan N terlihat tidak bisa
duduk dengan tenang dan selalu saja ada hal yang dilakukan oleh N. Kebiasaan
seperti berteriak, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka memberontak ketika N harus
melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan keinginannya, dan ketika anak
sudah merasa bosan dengan pelajaran yang tidak disukai anak akan acuh tak acuh
tidak memperdulikan penjelasan dari guru. Interaksi sosial anak di sekolah dengan
guru serta teman sebayanya cukup baik dan dapat bermain bersama dengan
teman-teman sekelasnya. N dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik,
walaupun terkadang anak sulit untuk memusatkan perhatian atau berkonsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
penuh saat belajar di kelas. Hal tersebut berpengaruh pada kemampuan belajar N
saat di kelas.
2.1.2 Persepsi Guru
2.1.2.1 Pengertian Persepsi
Walgito (dalam Sunaryo, 2013:95) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai
proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima
oleh organisme atau individu, sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti dan
merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Sependapat dengan
Walgito, Sunaryo (2013) mengungkapkan bahwa persepsi adalah proses
diterimanya rangsangan melalui panca indera yang didahului oleh perhatian
sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal
yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Alat indera
tersebut adalah alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya menurut
pendapat Branca, Woodworth, and Marquis (dalam Walgito, 2010:100).
Aditomo (2008) menjelaskan bahwa persepsi adalah tindakan menyusun
informasi dari organ-organ sensorik menjadi suatu keseluruhan yang bisa
dipahami. Persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sebagai contoh
adalah guru dengan muridnya. Dengan demikian perlakuan guru dapat
menimbulkan respon tertentu dari murid pada guru tersebut. Akibatnya respon
murid tersebut akan sama dengan perlakuan guru tersebut (Satriadarma, 2001).
Persepsi dapat diartikan juga sebagai proses pemahaman ataupun pemberian
maksud atas suatu informasi terhadap stimulus, stimulus didapat dari proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
penginderaan terhadap partisipan, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala
yang diproses oleh otak (Sumanto, 2014). Persepsi menunjukan bagaimana
melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita,
dengan kata lain persepsi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dialami
manusia (Morgan, King, dan Robinson dalam Sumanto, 2014).
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa persepsi merupakan suatu proses pemahaman akan suatu informasi
terhadap stimulus, sedangkan stimulus didapat dari proses penginderaan yang
menunjukan bagaimana individu melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan
mencium adanya suatu partisipan, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala
yang diproses oleh otak.
2.1.3 Jenis – Jenis Persepsi
Jenis-jenis persepsi menurut Sunaryo (2004:94) ada dua jenis sebagai berikut:
a) Eksternal perception, yaitu terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari
luar diri individu. b) Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang berasal dari dalam diri individu dan yang menjadi partisipan adalah
dirinya sendiri. Berdasarkan jenis–jenis persepsi yang diungkapkan oleh Sunaryo,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa eksternal perception dan self
perception memiliki kesamaan, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya suatu
rangsangan hanya saja rangsangan itu muncul dari dua sisi, yaitu luar diri individu
maupun dari dalam diri individu itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Pada penelitian ini jenis persepsi yang digunakan oleh guru kelas II adalah
eksternal perception. Alasan peneliti memilih jenis persepsi eksternal perception,
yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri
individu. Faktanya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas
II persepsi itu muncul ketika guru melihat tingkah laku N yang tidak biasanya.
Artinya, N selalu menunjukan ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten,
dan ketika sudah merasa bosan N akan bergerak sesuka hatinya terkadang juga
suka memukul meja secara berulang-ulang yang menandakan bahwa N ingin
segera mengakhiri pelajaran.
2.1.4 Sifat – sifat Persepsi
Omith 2008 (dalam Kusumawati, 2010:14-15) menjelaskan bahwa sifat-sifat
persepsi dibagi menjadi 5 yaitu : (a) Persepsi adalah pengalaman, dalam
memaknai seseorang, partisipan atau peristiwa, maka orang tersebut akan
menginterpretasikan dengan pengalaman masa lalu yang menyerupainya dan
pengalaman akan menjadi pembanding untuk mempersepsikan suatu makna. (b)
Persepsi adalah selektif, seseorang melakukan seleksi pada hal-hal yang
diinginkannya dan mengabaikan yang lain. (c) Persepsi adalah penyimpulan,
artinya mempersepsi makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak
sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya, tetapi berdasarkan penangkapan
indera yang terbatas. (d) Persepsi tidak akurat, setiap persepsi yang dilakukan
seseorang mengandung kesalahan tertentu yang disebabkan oleh pengalaman
masa lalu. e) Persepsi adalah evaluatif, artinya persepsi tidak pernah partisipantif
karena interpretasi yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan merefleksikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada
partisipan yang dipersepsi.
Berdasarkan dari teori-teori tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
sifat persepsi yang muncul pada partisipan guru kelas II tersebut adalah sifat
persepsi ketiga, yaitu persepsi adalah penyimpulan. Alasan peneliti memilih sifat
persepsi adalah penyimpulan karena mempersepsikan suatu makna adalah
melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data
sesungguhnya, tetapi berdasarkan penangkapan indera yang terbatas. Faktanya,
berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II dapat disimpulkan bahwa guru
lebih menggunakan penangkapan inderanya yang terbatas untuk mengetahui
kondisi sesungguhnya yang dialami oleh N, sehingga pernyataan yang beliau
jelaskan tentang kondisi N tidak sesuai dengan fakta dari hasil dokumen
psikologis maupun dari pihak orangtua N.
2.1.5 Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi
Sunaryo (2013:106) mengemukakan bahwa syarat terjadinya persepsi
meliputi: (1) Adanya partisipan, partisipan berperan sebagai stimulus dan
pancaindra berperan sebagai reseptor. (2) Adanya perhatian sebagai langkah
pertama untuk mengadakan persepsi. (3) Adanya pancaindra sebagai reseptor
penerima stimulus. (4) Saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke
otak (pusat saraf atau pusat kesadaran), kemudian dari otak dibawa melalui saraf
motorik sebagai alat untuk mengadakan respon. Gambar di bawah berikut ini
menunjukan bagan syarat terjadinya persepsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 2.1. Syarat Terjadinya Persepsi (Sunaryo, 2013)
Walgito (2004) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang
terjadi dalam beberapa tahapan. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal
dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya
suatu stimulus oleh alat indera manusia. Kedua, tahap ini dikenal dengan proses
fisiologis yaitu proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat
indera) melalui saraf-saraf sensorik. Ketiga, tahap psikologik merupakan proses
timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor. Keempat,
merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan
perilaku. Gambar di bawah berikut ini menunjukan proses terjadinya persepsi.
Gambar 2.2. Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2004)
St : stimulus (faktor luar)
Fi : faktor intern (faktor dalam,termasuk perhatian)
Sp : struktur pribadi individu
Objek Stimulus Reseptor
(Alat Indera)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Skema di atas memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-
macam stimulus yang datang dari lingkungan, tetapi tidak semua stimulus akan
diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu melakukan seleksi terhadap
stimulus yang ada, maka saat seperti inilah perhatian berperan. Sebagai akibat dari
stimulus yang dipilih dan diterima oleh individu, maka individu mulai menyadari
dan memberikan respon.
Sependapat dengan pernyataan Walgito, Sunaryo (2013:106) mengemukakan
bahwa proses terjadinya persepsi melewati 3 tahapan sebagai berikut: a) Proses
fisik (kealaman), yaitu partisipan diberikan stimulus kemudian diterima oleh
reseptor atau alat indera. b) Proses fisiologis, terjadi melalui stimulus yang
kemudian dihantarkan ke saraf sensorik lalu diteruskan ke otak. c) Proses
psikologik, merupakan proses yang terjadi pada otak sehingga individu menyadari
stimulus yang diterima. Gambar di bawah berikut ini menunjukan proses
terjadinya persepsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Gambar 2.3. Proses Terjadinya Persepsi menurut Sunaryo (2013)
2.1.6 Kemampuan Belajar
2.1.6.1 Pengertian Kemampuan
Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Suryosubroto, 2002:161) bahwa
Ability (kemampuan) mempunyai tiga arti yaitu: (1) Achievement yang merupakan
actual ability dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Contohnya adalah tes
kemampuan belajar tentang materi tertentu. (2) Capacity yang merupakan
potensial ability dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukuran terhadap
kecakapan individu. Kemampuan ini dapat dilihat melalui pengamatan terhadap
objek yang akan diteliti. (3) Aptitude yaitu kualitas yang dapat diungkap atau
diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan tes potensi akademik.
Objek Reseptor Stimulus
Otak Saraf Sensorik
Saraf Motorik
Persepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Berdasarkan pengertian kemampuan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Seseorang dikatakan
mampu apabila bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus dilakukannya
sesuai dengan potensi yang dimiliki seseorang.
2.1.6.2 Pengertian Belajar
Siger (dalam Siregar, 2011) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
perubahan perilaku yang relative cepat yang disebabkan praktek atau pengalaman
yang sampai pada situasi tertentu. Witherington (dalam Siregar, 2011:4)
menjelaskan bahwa pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Berdasarkan pendapat
Rosdiana (dalam Suprijono, 2009) secara psikologis belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
lingkungannya dalam memahami kebutuhan hidupnya.
Ernest (dalam Sunaryo, 2013:169) menjelaskan bahwa belajar adalah dapat
melakukan sesuatu yang dilakukan individu sebelum ia belajar atau bila tingkah
lakunya berubah, cara individu menghadapi suatu situasi dapat berbeda
dibandingkan sebelum mereka belajar. Melengkapi pendapat sebelumnya,
Hamalik (dalam Sunaryo, 2013:170) mengungkapkan bahwa belajar adalah
bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam
cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Sependapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dengan Hamalik, Ahmadi (dalam Sunaryo, 2013:170) mengatakan bahwa belajar
adalah proses perubahan dalam diri manusia.
Peneliti dapat memberikan kesimpulan terkait dengan pendapat dari para ahli
di atas, bahwa belajar merupakan suatu perubahan perilaku seseorang yang
berlangsung secara cepat melalui pengalaman yang dialami serta interaksi dengan
lingkungan dalam memahami kebutuhan hidupnya dan dapat menimbulkan pola
dan reaksi.
2.1.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Sunaryo (2013:174-175), menjelaskan bahwa kegiatan belajar yang
merupakan suatu sistem memiliki 3 persoalan, yaitu input, proses, dan output.
Input berupa partisipan belajar, sasaran belajar atau individu itu sendiri. Proses,
dalam proses belajar terjadi interaksi timbal balik dari berbagai faktor yaitu,
partisipan belajar (peserta didik), pengajar atau fasilitator (guru, dosen, atau
pembimbing), metode, Alat Bantu Belajar Mengajar (ABBM), dan materi atau
bahan yang dipelajari. Output, berupa hasil belajar yang terdiri dari kemampuan
baru atau perubahan baru pada diri partisipan belajar dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak dapat menjadi dapat, dan dari tidak terampil menjadi terampil. Proses
belajar dan faktor yang mempengaruhi belajar dapat dilihat pada Gambar 2.4
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 2.4. Proses dan faktor yang mempengaruhi belajar
Sunaryo (2013)
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu faktor internal (endogen) dan eksternal (eksogen). Pertama,
faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu, yaitu faktor
fisiologis dan faktor psikologis. Kedua, faktor eksternal yang disebut juga dengan
faktor eksogen. Faktor eksternal ini berasal dari luar diri individu, yaitu faktor
sosial dan faktor non sosial. Faktor sosial adalah faktor manusia lain yang berada
di luar diri partisipan yang sedang belajar, seperti orang tua, individu yang hadir,
dan non-individu yang hadir. Selanjutnya, faktor non sosial yang dapat
mempengaruhi proses belajar adalah ABBM, metode mengajar dan faktor
lingkungan. Adanya ABBM yang lengkap dan metode mengajar yang sesuai dan
memadai akan membantu proses belajar atau sebaliknya. Terakhir adalah faktor
lingkungan termasuk udara, cuaca, waktu, tempat, sarana dan prasarana dapat
mempengaruhi proses belajar (Sunaryo, 2013:176-177).
ABBM METODE
HASIL
BELAJAR
(OUTPUT)
SUBJEK
(INPUT) PROSES BELAJAR
BAHAN
BELAJAR FASILITATOR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.1.6.4 Pengertian Kemampuan Belajar
Kemampuan adalah kesangupan, kekuatan, kapasitas dan kecakapan
seseorang untuk melakukan kegiatan sesuai dengan bakat dalam melakukan suatu
kegiatan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku seseorang yang berlangsung
secara cepat melalui pengalaman yang dialami serta interaksi dengan lingkungan
dalam memahami kebutuhan hidupnya dan dapat menimbulkan pola dan reaksi.
Berarti pengertian kemampuan belajar adalah kesangupan, kekuatan, kapasitas
dan kecakapan seseorang untuk melakukan kegiatan sesuai dengan bakat untuk
mengubah perilaku seseorang yang berlangsung melalui pengalaman yang dialami
serta interaksi dengan lingkungan dalam memahami kebutuhan hidupnya dan
dapat menimbulkan pola dan reaksi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada beberapa topik yang mempengaruhi kemampuan belajar sebagai
berikut: (1) Kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan melakukan sesuatu sesuai
bakat, (2) Perubahan perilaku, (3) Pengalaman yang dialami, (4) Interaksi dengan
lingkungan, (5) Menimbulkan pola dan reaksi.
2.1.7 Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
2.1.7.1 Pengertian Hiperaktivitas
Perilaku hiperaktif adalah adanya suatu pola perilaku yang menetap pada
seorang anak, perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa
berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya. Santrock dalam Marlina
(2008:1) menyatakan bahwa hiperaktif sebagai suatu kelainan berupa rentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
perhatian yang pendek, perhatian mudah beralih dan tingkat kegiatan fisik yang
tinggi (dalam jurnal Lejarnani, dkk., 2013.hal:346). Sependapat dengan Santrock,
Grant (2008:21) mengatakan bahwa Attention Deficit and Hyperactivity Disorder
(ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan
ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan
dan keputusan masa depan.
Menurut Barkley (dalam Grant, 2008) yang menjelaskan bahwa ciri-ciri anak
yang mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada apa
yang dilakukannya, tidak berhasil menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan
perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri,
ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat
duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan
instruksi. ia mengetahui peraturan dan mampu menjelaskan namun sepuluh menit
kemudian anak sudah tidak dapat mengendalikan perilakunya, sehingga
melakukan pelanggaran berulang-ulang.
Anak yang menderita hiperaktif tidak semua mengalami masalah penolakan
seperti pendapat yang diungkapkan oleh Hoza, dkk. (2005) anak dengan ADHD
tidak hanya menghadapi masalah penolakan akan tetapi juga menghadapi
hambatan dalam berbagai aspek dalam fungsi sosialnya dengan teman sebaya.
Menurut Fadhli (2010:39) menjelaskan bahwa anak hiperaktif adalah anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau
Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut
sebagai gangguan hiperkinetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Sependapat dengan pernyataan Fadhli, Batshaw dan Perret dalam Delphie
(2006:73) menjelaskan bahwa hiperaktif bukan merupakan penyakit melainkan
suatu gejala. Gejala itu terjadi disebabkan oleh faktor-faktor kerusakan otak,
gangguan emosional, defisit pendengaran, atau retardasi mental. Dengan demikian
anak mempunyai kelainan ina-tensi disorder dengan hiperaktif atau ina-tensi
disorder tanpa hiperaktif.
Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka pengertian hiperaktif
dapat disimpulkan menjadi satu kesatuan yang utuh.Hiperaktivitas bukan
merupakan penyakit melainkan suatu gangguan pada pola perilaku yang
diakibatkan karena kerusakan pada otak, sehingga membuat perhatian anak
hiperaktif mudah beralih dan tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Walaupun
tidak semua anak hiperaktif mengalami penolakan dalam kehidupannya, tetapi
anak hiperaktif juga akan menghadapi hambatan dari berbagai aspek dalam fungsi
sosial dengan teman sebayanya.
2.1.7.2 Karakteristik Anak Hiperaktivitas
Fadhli (2010:40) mengatakan bahwa penderita GPPH memiliki karakteristik
seperti, kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan
sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, dan sikap melanggar
tata tertib secara impulsif. Wiguna (2007:5), mengemukakan bahwa karakteristik
anak yang cenderung mengalami gangguan hiperaktif, (1) tidak bisa duduk diam
di dalam kelas, (2) tangan bergerak dengan gelisah; (3) kadang berlari-lari dan
naik di atas meja dan memanjat guru; (4) mengalami kesulitan dalam bermain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
atau dalam kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan; (5)
impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran; (6) menjawab
sebelum pertanyaan selesai atau sering menginterupsi orang lain. Anak yang
hiperaktif menunjukkan semua atau hampir semua ciri-ciri di atas.
Berdasarkan teori di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik N
sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Fadhli (2010) dan Wiguna (2007).
Peneliti dapat berkata demikian karena berdasarkan hasil observasi N selalu
menunjukkan perilaku yang disebutkan dalam teori di atas, seperti kemampuan
akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan sosial, kelalaian dalam
menghadapi situasi yang berbahaya, sikap melanggar tata tertib secara impulsive,
tidak bisa duduk diam di dalam kelas, tangan bergerak dengan gelisah, kadang
berlari-lari, impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran, dan
menjawab sebelum pertanyaan selesai atau sering menginterupsi orang lain.
2.1.7.3 Faktor – faktor Penyebab Hiperaktivitas
Martin (2008:61-76) menjelaskan beberapa penyebab anak yang mengalami
hiperaktif, yaitu akibat dari Ibu hamil yang merokok, kematangan otak yang
tertunda, cedera otak, keracunan timah hitam, bahan tambahan makanan, gula
halus, obat-obatan dan karena faktor keturunan. Menurut Aulia (2008:45-46), ada
empat faktor-faktor penyebab anak hiperaktif yaitu faktor neurologik faktor
toksik, faktor genetik, dan faktor psikososial dan lingkungan.
Pertama, faktor neurologik yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal seperti proses persalinan yang lama, distres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksi miagravidarum, atau
ekslamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Bayi yang lahir
dengan berat badan rendah, usia Ibu yang masih terlalu muda, Ibu yang merokok
dan minum-minuman alcohol juga meninggikan terjadinya hiperaktif dan
perkembangan kerja otak menjadi lambat. Faktor etiologi dalam bidang
neuoralogi yang hingga saat ini masih terjadi adalah disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin, yaitu zat aktif yang berguna
untuk memelihara proses konsentrasi.
Kedua, faktor toksi lebih menekankan pada beberapa zat makanan seperti
salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku
hiperaktif pada anak, karena kadar timah lead dalam serum darah anak akan
meningkat. Selain itu, Ibu yang merokok, mengonsumsi alkohol, dan terkena sinar
X pada saat hamil akan sangat mempengaruhi lahirnya calon anak hiperaktif.
Ketiga, pada faktor genetik ini didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif
yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35%
dari orangtua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada
anaknya, hal tersebut juga terjadi pada orangtua yang memiliki anak kembar.
Keempat, faktor psikososial dan lingkungan pada anak hiperaktif yang sering
ditemukannya hubungan yang dianggap keliru antara orangtua dengan anaknya.
Berdasarkan teori tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor
penyebab N mengalami GPPH itu sesuai dengan penjelasan yang diuangkapkan
oleh Aulia, yaitu adanya faktor toksi dan faktor genetik. Menurut Aulia, faktor
toksi lebih menekankan pada beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada
anak, karena kadar timah lead dalam serum darah anak akan meningkat,
sedangkan faktor genetik karena adanya keturunan dari pihak keluarga.
Pernyataan peneliti diperkuat dengan hasil wawancara dengan orangtua N yang
mengatakan bahwa pada saat kehamilan Ibu N suka makan-makanan yang serba
instan (junk food), selain itu ada faktor lain yang mengakibatkan N mengalami
GPPH, yaitu faktor keturunan dari ayahnya. Hasil wawancara tersebut
membuktikan bahwa adanya keterkaitan antara teori dengan data yang diperoleh.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Kurniawati,dkk. (2014) yang berjudul
”Persepsi Guru Kelas Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Di SD
Payakumbuh”. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada sekolah-
sekolah inklusi di Kecamatan Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh pada
Desember 2012-Januari 2013, peneliti menemukan terdapat kecenderungan ABK
mendapat kurang perhatian dibandingkan dengan peserta didik reguler. Pada saat
proses belajar mengajar berlangsung guru hanya terfokus perhatiannya pada anak
reguler. Guru mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap ABK. Ada
sebagian guru yang tidak peduli lagi terhadap prestasi, perilaku, dan permasalahan
ABK, namun ada pula guru yang membantu anak dengan memberikan
pendekatan-pendekatan, seperti mendekati anak, kemudian menanyakan apa yang
menyebabkan anak melakukan perilaku yang tidak baik ketika proses
pembelajaran. Berdasarkan gejala di atas, peneliti tertarik mengkaji persepsi guru
kelas terhadap anak berkebutuhan khusus di SD Payakumbuh khususnya di Kec.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Payakumbuh Utara. Peneliti akan menjabarkan tentang pemahaman guru kelas
terhadap anak berkebutuhan khusus, persepsi guru kelas terhadap keberadaan
anak berkebutuhan khusus di sekolah, persepsi guru kelas terhadap interaksi sosial
anak berkebutuhan khusus dengan guru, persepsi guru kelas terhadap interaksi
sosial anak berkebutuhan khusus dengan teman sebaya, persepsi guru kelas
terhadap prestasi belajar anak berkebutuhan khusus.
Penelitian ini mulai dilaksanakan dari tanggal 15 Juli sampai dengan 31 Juli
2013, yang terdiri dari 5 (lima) sekolah pelaksana pendidikan inklusi yang
terdapat di Kec. Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh. Dalam penelitian ini,
peneliti mengungkapkan hasil data yang diperolehnya bahwa 50,7% atau hampir
sebagian guru kelas memahami tentang anak berkebutuhan khusus, 58,2% atau
hampir sebagian guru kelas memperhatikan keberadaan anak berkebutuhan
khusus di sekolah, 58,8% atau hampir sebagian guru kelas berpersepsi bahwa
anak berkebutuhan khusus melakukan interaksi social dengan guru, 53,4% atau
hampir sebagian guru kelas berpersepsi bahwa anak berkebutuhan khusus
melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya, dan 40,8% atau sebagian kecil
guru berpersepsi bahwa anak mengalami gangguan dalam prestasi belajar.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Indianto dan Yusuf (2009) dengan
judul “Kajian terhadap Implementasi Pendidikan Inklusif sebagai Alternatif
Pemusatan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Anak Berkebutuhan Khusus di
Kabupaten Boyolali”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah ABK yang
mendapatkan pelayanan pendidikan melalui sekolah inklusi di Kabupaten
Boyolali adalah 13,3% (1173 siswa) dari total siswa sebanyak 10.059 anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Berdasarkan dari 74 sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kabupaten
Boyolali, 23,4% termasuk dalam kategori baik, 72,9% kategori cukup atau
sedang, dan 3,6% termasuk ke dalam kategori kurang. Pada hal implementasi
penyelengaraan pendidikan inklusi, diketahui bahwa 24,18% termasuk dalam
kategori baik, 47,72% kategori cukup, 28,11% kategori kurang. Sementara itu
persepsi guru terhadap pendidikan inklusi, 19,30% (tinggi), 64,20% (sedang),
16,50% (rendah). Persepsi ABK terhadap pendidikan inklusi diketahui bahwa
19,46% (positif tinggi), 53,80% (cukup positif), 26,75% (kurang positif).
Berdasarkan hasil penelitian deskriptif tersebut, dikembangkan model evaluasi
diri, POS Inklusi dan panduan pelatihan pendidikan inklusi.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Utami dan Naviati (2012) dengan judul
“Pengalaman Ibu Mengasuh Anak dengan Resiko GPPH”. Dari pihak-pihak yang
telah disebutkan pihak terpenting adalah keluarga khususnya ibu, karena ibu
adalah merupakan support system terdekat pada anak dengan GPPH pada usia
prasekolah. Kemampuan ibu dalam mengasuh secara tepat dapat meminimalkan
gejala dan akibat yang mungkin terjadi pada anak dengan resiko GPPH. Dalam
mengasuh anak resiko GPPH, membutuhkan metode khusus yang efektif
didasarkan kebutuhan khusus yang dimiliki anak.Penetapan aturan yang konsisten
serta pemberian reward and punishment dapat membantu ibu mengasuh anak
dengan resiko GPPH. Berdasarkan survei awal dan wawancara dengan tiga orang
ibu yang memiliki anak dengan resiko GPPH pada tanggal 19 April 2012,
diperoleh data bahwa ibu mengaku tidak membuatkan jadwal aktivitas secara
teratur bagi anak.Hal ini disebabkan karena ibu mengatakan sulit untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menerapkan konsistensi dalam penegakan aturan yang dijadwalkan, terlebih
karena anak dirasa masih kecil.Dalam mengasuh anak, ibu juga mengatakan
mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga. Hal tersebut yang mendorong
peneliti untuk mengeksplorasi pengalaman ibu dalam mengasuh anak dengan
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di Semarang. Metode
penelitian yang digunakan peneliti ini adalah kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dari anak yang memiliki
skor positif beresiko GPPH di Semarang.
Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan kriteria partisipan.
Dalam menentukan kriteria partisipan peneliti mendeteksi anak usia para sekolah
dengan formulir deteksi dini GPPH Abbreviated Conners Ratting Scales. Anak
dengan skor 13 atau lebih artinya anak tersebut beresiko GPPH. Besar sampel
yang dipilih peneliti adalah sejumlah lima partisipan dengan pertimbangan jumlah
tersebut telah saturasi. Wawancara mendalam dilakukan untuk pengumpulan data
dalam penelitian ini selama 15-20 menit. Lembar permohonan dan persetujuan
menjadi partisipan diberikan kepada ibu dengan anak yang beresiko GPPH.
Partisipan yang bersedia kemudian menandatangani lembar persetujuan.
Wawancara dilakukan di rumah ibu yang bersangkutan. Data kemudian diolah dan
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian dengan metode reduksi data oleh Miles
dan Huberman. Hasil penelitian ini didapatkan 4 tema yaitu penetapan aturan,
pelaksanaan pemberian penghargaan, pelaksanaan pemberian hukuman, dan
dukungan social yang diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Berdasarkan ketiga penelitian relevan yang telah dijelaskan, pertama yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati,dkk. (2011) meneliti tentang persepsi
guru terhadap anak berkebutuhan khusus. Selain itu, terdapat penelitian oleh
Indianto dan Yusuf (2009) yang meneliti tentang pendidikan inklusi pada anak
berkebutuhan khusus dan terdapat satu penelitian oleh Utami dan Naviati (2012)
yang meneliti tentang pengalaman Ibu mengasuh anak dengan resiko GPPH.
Peneliti membuat literatur map yang memuat penelitian-penelitian terdahulu
sampai dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Literatur map yang dibuat
oleh peneliti, menunjukkan hubungan antara penelitian yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan fakta-fakta yang telah
ditemukan oleh peneliti dalam penelitian, peneliti berupaya untuk mengetahui
persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan anak gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) di SD Bercahaya. Literatur map
penelitian yang relevan dapat dilihat pada berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Gambar 2.5. Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan
2.3 Kerangka Teori
Pendidikan sekolah inklusif adalah sekolah yang melaksanakan pendidikan
inklusif yang secara realistis menganggap setiap anak memiliki kecepatan
pembelajaran berbeda. SD Bercahaya adalah termasuk sekolahan yang di
dalamnya terdapat beberapa anak yang memiliki gangguan terutama Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Pengertian dari hiperaktivitas itu
sendiri adalah suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan
Pendidikan
Inklusi
Persepsi Guru Anak dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas
R. Indianto dan Munawir
Yusuf (2009) dengan judul
“Kajian terhadap
Implementasi Pendidikan
Inklusif sebagai Alternatif
Pemusatan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Anak
Berkebutuhan Khusus di
Kabupaten Boyolali”.
Desi Kurniawati,dkk.
(2014) yang berjudul
”Persepsi Guru Kelas
Terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus
Di SD Payakumbuh”.
Tri Utami dan Elsa Naviati
(2012) dengan judul
“Pengalaman Ibu Mengasuh
Anak dengan Resiko
GPPH”
Yang diteliti
Persepsi guru dengan anak GPPH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
ketidakmampuan mengatur perilakunya sendiri, khususnya untuk mengantisipasi
tindakan dan keputusan masa depan. Anak hiperaktif sangat sulit sekali untuk
mengontrol tingkah lakunya, sangat sulit diam, emosionalnya tidak stabil, mudah
terganggu dan sangat sulit untuk berkonsentrasi.
Selama proses pembelajaran di sekolah inklusi terkadang mengalami berbagai
kendala dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan guru karena sekolah inklusi
adalah sekolah yang memiliki beberapa siswanya berkebutuhan khusus.
Kemampuan belajar siswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran selama di
sekolah, sehingga guru memiliki peranan penting dalam mengatasi anak yang
mengalami GPPH terutama dari segi kemampuan atau prestasi belajarnya. Selama
proses pembelajaran dilakukan dapat menimbulkan berbagai pandangan atau
persepsi dari guru terhadap tingkah laku anak GPPH.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SD
Bercahaya terhadap siswa sekolah tersebut yang mengalami GPPH. Peneliti
melihat bahwa anak yang mengalami GPPH memiliki tingkat konsentrasi yang
kurang, perubahan perilaku dan emosi yang tidak stabil, serta kemampuan
belajarnya yang menurut guru kelasnya tidak stabil, maka guru sekolah tersebut
mempunyai pandangan atau persepsi yang berbeda terhadap konsentrasi dan
kemampuan belajar serta perubahan perilaku yang selalu ditunjukan oleh siswa
yang mengalami GPPH. Munculnya persepsi guru terhadap N berpengaruh pada
cara penanganan yang dilakukan guru. Pola perilaku yang selalu ditunjukkan N
seperti perilaku yang suka bergerak seenaknya sendiri ketika N sudah merasa
bosan, emosional yang mudah berubah-ubah mengakibatkan muncul persepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
yang akan berpengaruh pada cara penanganan. Guru lebih memilih untuk
mendiamkan N saat pola perilakunya yang tidak biasa itu muncul. Berdasarkan
uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran persepsi dan cara
penanganan guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di SD tersebut.
2.4 Pertanyaan Penelitian
Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan penelitian yang
dapat membantu pada saat melakukan penelitian :
2.4.1 Bagaimana karakteristik anak yang mengalami GPPH di SD Bercahaya?
2.4.2 Bagaimana persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak yang
mengalami GPPH di SD Bercahaya?
2.4.3 Bagaimana kemampuan belajar anak yang mengalami GPPH di SD
Bercahaya?
2.4.4 Bagaimana cara penanganan bagi anak yang mengalami GPPH di SD
Bercahaya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini menguraikan metode penelitian yang berisi tentang jenis
penelitian, setting penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian, keabsahan data, dan teknik analisis data. Jenis penelitian
akan memaparkan tentang jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini serta alasan yang digunakan. Setting penelitian menjelaskan tentang
situasi atau keadaan tempat dan waktu yang dilakukan selama penelitian.
Partisipan dalam penelitian ini berisikan tentang para partisipan yang akan diteliti
oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen penelitian
ini akan disajikan dengan menggunakan tabel alur penelitian. Keabsahan data
akan menjelaskan tentang uji kredibilitas dan transferability, sedangkan teknik
analisis data menjelaskan tentang proses awal hingga akhir dalam penelitian ini.
3.1 Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:15) penelitian kualitatif adalah suatu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
insrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive,
teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik,
memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara
induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil serta hasil penelitian yang
dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Peneliti memilih
pendekatan kualitatif ini karena pendekatan kualitatif merupakan suatu
pendekatan untuk memahami fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dan
dalam penelitian ini khususnya fenomena yang ada di SD Bercahaya. Peneliti
berpendapat bahwa jenis pendekatan kualitatif disebut dengan verstehen
(pemahaman mendalam), karena mempertanyakan makna suatu partisipan secara
mendalam dan tuntas. Alasan lain peneliti memilih jenis pendekatan kualitatif
adalah penelitian ini tidak bersifat menguji kebenaran suatu teori melainkan untuk
menarik kesimpulan fenomena yang terjadi dari data-data yang telah dikumpulkan
oleh peneliti.
Penelitian yang digunakan peneliti merupakan penelitian studi kasus.
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang menggambarkan partisipan
penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku yakni tingkah laku itu sendiri beserta
hal-hal yang melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dengan riwayat
timbulnya tingkah laku, demikian pula hal yang berkaitan dengan tingkah laku
tersebut (Arikunto, 2005:238).
Pada penelitian ini peneliti ingin menjelaskan, menggambarkan,
mendeskripsikan, memaparkan situasi mengenai partisipan yang diteliti yaitu
Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
GPPH dengan cara melakukan pendataan melalui survey langsung, observasi dan
wawancara yang relevan dengan judul yang berkaitan dengan penelitian yaitu
Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemapuan Belajar Siswa Dengan
GPPH. Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk menggambarkan persepsi yang
ditunjukkan oleh guru terhadap kemampuan belajar siswa GPPH.
3.2 Setting Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di kelas II SD Bercahaya. SD Bercahaya
berlokasi di daerah Kota bagian Timur. SD Bercahaya terletak dalam satu
komplek dengan SMA dengan gedung belajar yang memadai serta lingkungan
halaman yang luas dan sejuk. Selain itu, sekolah memiliki halaman depan yang
luas dan layak untuk dipakai kegiatan-kegiatan olahraga maupun kegiatan-
kegiatan lainnya. Di samping halaman depan yang luas sekolah juga memiliki
halaman rumput di bagian belakang dengan luas yang memadai untuk kegiatan
lainnya.
Keadaan ekonomi masing-masing orangtua siswa yang bersekolah di SD
Bercahaya termasuk dalam golongan ekonomi menengah. Kemudian masing-
masing siswa memiliki pola asuh yang berbeda antar siswa satu dengan siswa
lainnya. Pada penelitian ini peneliti melihat seorang anak yang memiliki pola asuh
yang berbeda dengan teman lainnya dalam satu kelas. Pernyataan tersebut
diperkuat dengan penjelasan yang diungkapkan oleh salah seorang guru yang
bersangkutan. Waktu penelitian ini dimulai dari pertengahan bulan Juli sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
bulan November 2014. Waktu penelitian dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian
berikut:
Gambar 3.1.Tabel Jadwal Penelitian
No. Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan
1 Observasi keadaan lapangan
2
Pengumpulan Data
(Observasi, Wawancara, dan
Dokumen)
3 Menyusun Proposal
4 Pengecekan Data dan
Informasi
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Laporan
7 Ujian Skripsi
3.3 Partisipan Penelitian
Partisipan penelitian adalah fokus atau sasaran penelitian.Sugiyono (2010:
13) menjelaskan bahwa partisipan penelitian adalah sasaran ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal
partisipan. Pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah persepsi guru
dan kemampuan belajar anak GPPH di SD Bercahaya.
Partisipan penelitian ini adalah individu, benda atau organisme yang dijadikan
sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.
Pada penelitian kualitatif, istilah partisipan penelitian disebut sebagai informan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
yaitu pelaku yang memahami partisipan penelitian. Jadi, informan yang
dimaksudkan di sini adalah orang yang memberi informasi tentang data yang
dibutuhkan oleh peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah guru kelas, guru ekstra, guru
pendamping, dan orangtua yang memiliki persepsi terhadap pola perilaku dan
kemampuan belajar anak GPPH. Selain informan, kita juga mengenal istilah key
informan atau kunci sumber informasi. Adapun yang menjadi key informan di sini
adalah anak GPPH kelas II SD Bercahaya, yaitu N.
Partisipan awal dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami GPPH,
yaitu N. Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti dalam proses pemilihan para
partisipan tersebut, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana para partisipan tersebut mengenal pola perilaku
yang ditunjukan oleh partisipan awal (N) selama belajar di kelas. Setelah peneliti
melakukan proses pemilihan hingga terpilihnya keempat partisipan yang lain
seperti guru kelas, guru ekstra, guru pendamping dan orangtua N. Peneliti juga
melakukan wawancara yang mendalam terhadap masing-masing partisipan
dengan tujuan untuk memperoleh informasi terkait dengan pola perilaku dan
kemampuan belajar N saat di sekolah.
Wawancara secara mendalam peneliti lakukan selama tiga hari berturut-turut.
Pada hari pertama, wawancara peneliti lakukan pada tanggal 29 Oktober 2014
dengan waktu yang berbeda-beda. Pukul 09.10-09.52 peneliti melakukan
wawancara dengan guru ekstra yang mengajar tiga mata pelajaran sekaligus di
kelas N, yaitu TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga. Pada pukul 10.00-10.33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
peneliti melakukan wawancara dengan guru pendamping yang mendampingi N
selama belajar di sekolah. Wawancara peneliti lakukan pada partisipan berikutnya,
yaitu guru kelas II dari pukul 11.15-11.52.
Dalam waktu berbeda peneliti juga melakukan wawancara pada tanggal 30
Oktober 2014 dengan dua partisipan, yaitu dengan anak yang mengalami GPPH
dan orangtua anak yang mengalami GPPH. Wawancara yang peneliti lakukan
dengan orangtua N pada tanggal 30 Oktober 2014 bersambung dikarenakan pola
perilaku N yang menangis mencari keberadaan Ibunya, kemudian peneliti
melanjutkan wawancara bersama dengan orangtua N pada tanggal 31 Oktober
2014. Wawancara terakhir peneliti lakukan pada tanggal 12 November 2014 untuk
menindaklanjuti (follow up) pernyataan guru kelas yang mengatakan N
mengalami autis bukan GPPH.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang persepsi guru kemampuan belajar siswa yang
mengalami GPPH, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, teks anekdot, serta dokumentasi.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik yang
akan digunakan oleh peneliti sebagai berikut: Pertama, teknik pengumpulan data
dengan wawancara. Jenis wawancara dalam penelitian yang akan digunakan oleh
peneliti adalah wawancara semi terstruktur. Sugiyono (2008:323) menjelaskan
bahwa wawancara semi terstruktur adalah suatu teknik pengumpulan data untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Saat melakukan wawancara,
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan
oleh informan. Tujuan peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur
adalah untuk mengetahui informasi secara lebih jelas dan terpercaya dari sumber-
sumber yang ingin digali informasinya oleh peneliti yaitu guru kelas II, guru
ekstra kelas II, guru pendamping, orangtua anak GPPH dan siswa GPPH. Jika
melalui kegiatan wawancara peneliti belum memperoleh data secara maksimal,
maka peneliti perlu melakukan wawancara kembali hingga memperoleh data yang
tepat. Pedoman wawancara siswa, guru kelas II, guru ekstra kelas II, guru
pendamping, orangtua anak GPPH dapat dilihat pada lampiran 2. Transkrip hasil
wawancara dengan guru kelas II dan guru pendamping dapat dilihat pada lampiran
3.
Kedua, teknik pengumpulan data dengan observasi. Observasi adalah suatu
cara pengumpulan data yang pengisiannya didasarkan atas pengamatan langsung
terhadap sikap dan perilaku anak (Hidayat, 2011:12.10). Observasi yang
dilakukan peneliti di SD Bercahaya bertujuan untuk mencari data dari pengamatan
langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi di lapangan. Peneliti dalam
penelitian ini melibatkan siswa yang mengalami GPPH, guru kelas, guru ekstra,
guru pendamping, dan orangtua anak yang mengalami GPPH untuk mendapatkan
data yang lengkap terkait dengan hal yang akan diteliti. Alat yang digunakan oleh
peneliti selama melaksanakan observasi adalah pencatatan anecdotal record.
Pencatatan anekdot merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak
dalam situasi-situasi tertentu. Kesimpulan catatan tersebut meliputi aktivitas anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
yang bersifat positif dan negatif, kemudian penilaian dengan cara ini dapat
dilaksanakan sewaktu-waktu dengan cara menuliskan kejadian penting yang
dilakukan oleh anak (Hidayat, 2011:12.11).
Langkah awal yang peneliti lakukan sebelum melaksanakan observasi di SD
Bercahaya, yaitu memberi surat ijin penelitian kepada kepala. Setelah itu peneliti
menemui guru kelas, guru ekstra, guru pendamping, dan orangtua untuk
menanyakan kemampuan dan konsentrasi serta perubahan perilaku-emosi anak di
kelas. Berdasarkan informasi dari pihak sekolah ada dua anak yang mengalami
GPPH yaitu di kelas 1 dan kelas II. Setelah peneliti melakukan observasi secara
langsung hanya ada satu anak yang menjadi partisipan untuk penelitian ini. Alasan
peneliti memilih siswa kelas II yang menjadi partisipan penelitian, yaitu karena
hasil observasi yang dilakukan peneliti diperkuat dengan dokumen hasil
pemeriksaan dari psikolog yang menyatakan bahwa anak tersebut benar-benar
mengalami ADHD/GPPH. Aspek yang diobservasi peneliti adalah perubahan
perilaku-emosi dan kemampuan anak yang mengalami GPPH. Hasil observasi
secara keseluruhan peneliti catat dengan pencatatan anekdot yang dapat dilihat
pada lampiran 1.
Ketiga, teknik dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang. Hasil observasi
atau pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti akan lebih akurat dan
dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi (Sugiyono, 2008:340).
Dokumentasi dalam penelitian ini dapat berupa dokumen tertulis terkait dengan
kondisi N dan nilai rapot kelas I dan kelas II (lampiran 4). Tujuan peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menggunakan teknik dokumentasi adalah untuk mengetahui kemampuan belajar
N yang mengalami GPPH di kelas II SD Bercahaya.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian yaitu
peneliti itu sendiri. Peneliti yang menjadi instrument penelitian harus diuji terlebih
dahulu untuk melihat kesiapan peneliti ketika terjun di lapangan. Pengujian
peneliti tersebut dapat meliputi pemahaman peneliti terhadap metode yang akan
digunakan dalam penelitian. Pengujian peneliti dalam penelitian kualitatif melalui
evaluasi terhadap diri peneliti tersebut untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman peneliti terhadap penelitian kualitatif. Peneliti melakukan berbagai
macam tahapan untuk melakukan penelitian tersebut diantaranya menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2012). Selain peneliti itu sendiri
adapun intrumen atau alat penelitian lain yang digunakan oleh peneliti yaitu
pedoman wawancara, teks anekdot, dan dokumentasi.
3.6 Teknik Keabsahan Data
3.6.1 Uji Kredibilitas
3.6.1.1 Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan akan memungkinkan derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan. Perpanjangan pengamatan yang peneliti lakukan adalah
melakukan observasi selama proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
di luar kelas. Peneliti melakukan observasi sebanyak 4 kali pertemuan selama satu
hari pembelajaran. Pertemuan pertama dilakukan untuk pembiasaan guru dan
siswa di luar kelas dengan keberadaan peneliti. Pertemuan kedua dan ketiga
peneliti melakukan observasi di dalam kelas untuk proses analisis data yang lebih
rinci mengenai kondisi pembelajaran ketika guru sedang melakukan proses belajar
mengajar. Pada pertemuan keempat ini peneliti melakukan observasi saat proses
belajar mengajar di luar kelas. Setelah peneliti melakukan observasi sebanyak 4
kali pertemuan, peneliti juga diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi
guru pendamping selama seminggu.
3.6.1.2 Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005:330). Triangulasi yang dilakukan
peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yang
dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data. Pertama data diperoleh dari
dokumentasi, kemudian dicek dengan observasi dan wawancara. Data akan
menjadi kredibel jika pengujian data dari ketiga teknik tersebut menghasilkan data
yang sama.
Triangulasi sumber yaitu dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti, sehingga menghasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan
beberapa sumber data tersebut. Hasil triangulasi dapat dilihat pada lampiran 5.
3.6.1.3 Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah
ditemukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan catatan lapangan untuk proses
pembelajaran guru dan rekaman untuk bukti hasil wawancara. Catatan lapangan
dalam penelitan dan perekaman tersebut digunakan untuk mendukung hasil
analisis data. Selain itu digunakan juga berbagai teori yang berlainan untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Berbagai
teori pada penelitian ini telah dijelaskan pada bab II dipergunakan untuk menguji
terkumpulnya data tersebut.
3.6.2 Uji Transferability (Daya Transfer)
Peneliti melakukan tahap-tahap analisis yang objektif dan terbuka karena
peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi daya transfer bagi pembaca dalam
memberikan persepsi kepada anak yang mengalami GPPH. Kemampuan daya
transfer ini memiliki tujuan agar pembaca dapat mengerti ketika menemukan,
melihat atau mengenal, bahkan berinteraksi dengan anak yang mengalami GPPH.
Peneliti dapat membuat laporan dengan memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya, sehingga peneliti juga dapat memberi referensi
yang berarti bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian serupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif
kualitatif, dimana peneliti membahas mengenai hasil penelitian berdasarkan
persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa GPPH. Analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan,
dan setelah selesai di lapangan. Analisis dimulai setelah peneliti merumuskan dan
menjelaskan masalah. Peneliti menganalisis data dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi yang sudah
dituliskan dalam bentuk catatan anekdot, dokumen resmi yang menyatakan N
mengalami GPPH, dokumen nilai-nilai N dari kelas 1 hingga kelas II.
Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses yang berarti
pelaksanaannya mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara
intensif, yaitu setelah meninggalkan lapangan, menganalisis data memerlukan
usaha pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti,
selain menganalisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan dengan tujuan
mengkonfirmasikan teori baru yang ditemukan. Teknik analisis data yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini mengacu pada konsep yang diterapkan
oleh Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2007:308), yaitu mengklasifikasikan
analisis data dalam tiga langkah berikut:
3.7.1 Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan
lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapanga itu kemudian
disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam
serta mempermudah pelacakan kembali apa bila sewaktu-waktu data
diperlukan kembali. Pada proses ini peneliti mencari data hingga peneliti
memperoleh data yang benar-benar valid. Dalam menyajikan kebenaran
data yang diperoleh peneliti, maka data tersebut dicek ulang dengan
pembanding informan lain yang lebih memahami (lampiran 8).
3.7.2 Display Data
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan dari hasil
penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi
data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan
data memverifikasikan, sehingga menjadi kebermaknaan data. Peneliti
melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk memudahkan membaca dan
menarik kesimpulan. Penyajian data merupakan bagian dari analisis dan
mencakup reduksi data. Pada proses ini peneliti mengelompokkan hal-hal
yang serupa menjadi kelompok berdasarkan dengan tema (lampiran 8).
3.7.3 Menarik Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan yang ditemukan pada awal penelitian masih bersifat
sementara dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-
bukti yang kuat dan dapat mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi
berbentuk kesimpulan yang sementara, maka dapat dilakukan verifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
selama penelitian berlangsung sejalan dengan memberi chek dan
trianggulasi, sehingga memperoleh hasil penelitian yang signifikan.
Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008), kesimpulan
dalam penelitian kualitatif merupakan penemuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Penemuan tersebut dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya tidak jelas sehingga setelah diteliti
mejadi jelas, dapat pula berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis
atau teori. Data harus selalu diuji kebenarannya dan kesesuaiannya,
sehingga peneliti benar-benar memperoleh data yang valid. Pada tahap ini
peneliti membuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh. Langkah
berikutnya yang peneliti lakukan pada tahap ini adalah melaporkan hasil
penelitian secara lengkap (lampiran 8). Berdasarkan uraian di atas, langkah
analisis data dengan pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Reduksi data Data Sajian
Vertifikasi dan penarikan simpulan
Gambar 3.2.Teknik Analisis Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti membahas dua topik dalam hasil penelitian
diantaranya adalah hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian berisikan
tentang partisipan penelitian, setting penelitian dan deskripsi partisipan penelitian.
Deskripsi penelitian terdiri dari latar belakang informan yang disebut partisipan
(ada lima partisipan) dan problematika anak yang mengalami gangguan GPPH.
Pembahasan dalam penelitian ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang
telah peneliti lakukan selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian
SD Bercahaya merupakan sekolah yang digunakan oleh peneliti sebagai
tempat penelitian dan sekolah tersebut berlokasi di daerah Kota bagian Timur. SD
Bercahaya terletak dalam satu komplek dengan SMA dengan gedung belajar yang
memadai serta lingkungan halaman yang luas dan sejuk. Selain itu, sekolah
memiliki halaman depan yang luas dan layak untuk dipakai kegiatan-kegiatan
olahraga maupun kegiatan-kegiatan lainnya. SD tersebut memiliki ruang kelas
pararel dengan jumlah 12 kelas dan masing-masing terdiri dari 2 kelas pararel.
Peneliti melaksanakan penelitian ini di kelas II A dengan jumlah siswa 24, terdiri
dari 14 laki-laki dan 10 perempuan, namun hanya terdapat satu siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
memiliki kebutuhan khusus. Informasi tersebut peneliti peroleh setelah melakukan
wawancara dengan guru kelas II A.
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), guru kelas, guru ekstra yang
mengajar mata pelajaran TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga, guru pendamping
yang mendampingi anak selama belajar di sekolah, serta orangtua anak yang
mengalami GPPH. Partisipan awal dalam penelitian ini adalah N, siswa kelas II
yang mengalami GPPH. Partisipan lainnya yang ada dalam penelitian ini adalah
orangtua yang memiliki anak GPPH, guru yang mengajar di kelas II A SD
Bercahaya, yaitu guru kelas, guru ekstra yang mengajar tiga mata pelajaran
sekaligus di kelas II yaitu Bahasa Inggris, TIK, dan Olahraga, serta guru
pendamping yang selalu mendampingi N selama melakukan kegiatan
pembelajaran di sekolah.
4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian
4.1.2.1 Partisipan I (siswa yang mengalami GPPH)
Latar Belakang Partisipan I
Partisipan awal dalam penelitian ini adalah N, seorang siswa laki-laki berusia
8 tahun yang mengalami GPPH. Peneliti melakukan wawancara dengan N pada
tanggal 30 Oktober 2014 di ruang kelas IV B SD Bercahaya. Wawancara ini
berlangsung dari pukul 11.15-11.23, dengan perilaku N yang tidak bisa fokus dan
bergerak tanpa batas, maka saat wawancara guru pendamping ikut mendampingi
untuk menenangkan perilaku anak yang berlebihan. Peneliti sebelumnya sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
mengenal dan mengetahui perilaku siswa tersebut memiliki kebutuhan khusus
pada saat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di sekolah
tersebut selama kurang lebih tiga bulan dan saat PPL sempat satu kali untuk
mendampingi N belajar di sekolah sebelum ada guru pendamping.
Selama peneliti melakukan wawancara dengan N, peneliti mengamati tingkah
laku N yang tidak bisa diam dan ketidakmampuannya untuk fokus dalam
menjawab pertanyaan. Pada saat peneliti bertanya tentang usianya saat ini N
menjawab dengan tidak konsisten yang awal menjawab 7, kemudian menjawab
lagi 8. Ketidakkonsistenan N saat menjawab pertanyaan dari peneliti berdampak
pada jawaban-jawaban yang lain, seperti “di sekolah”, jawab N saat peneliti
bertanya tentang dimana tempat kelahirannya dan saat peneliti bertanya tahun
berapa N lahir, ia menjawab, “2014”. Menurut peneliti N kurang mampu untuk
memahami isi dari pertanyaan yang diungkapkan oleh peneliti. Peneliti juga
menilai bahwa N kurang mampu untuk memhami isi kalimat baik dalam bentuk
tertulis maupun lisan. Pernyataan peneliti diperkuat dari hasil pengamatan, dari
hasil dokumen pihak psikologis, dan dari hasil wawancara mendalam dengan guru
kelas N.
N menyukai tiga mata pelajaran saja, yaitu Matematika, Bahasa Inggris, dan
TIK. Ada satu mata pelajaran yang N tidak suka, yaitu Bahasa Indonesia. Saat
peneliti bertanya alasannya tidak suka dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, N
mulai menjawab dengan tidak fokus “menulis”, jawab N dengan nada teriak.
Peneliti kembali bertanya, “kalau N sudah merasa bosan belajar di kelas apa
yang dilakukan?”, lalu N menjawab “pulang”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan yang lain dan berdasarkan
hasil dari dokumen yang peneliti peroleh, N memiliki gangguan dalam pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas. Gangguan yang dialami N secara tidak langsung
berpengaruh pada perilaku, perubahan emosi, dan sosialnya. Selama belajar di
sekolah N menunjukan perilaku yang tidak biasanya dibandingkan dengan teman-
teman satu kelasnya, dan perubahan emosi N memuncak ketika ia sudah merasa
bosan untuk belajar. Pernyataan tersebut sesuai dengan pengalaman peneliti saat
melakukan wawancara dengan N, ia selalu menunjukan ketidakmampuannya
untuk fokus, tidak konsisten, dan ketika sudah merasa bosan ia bergerak sesuka
hatinya terkadang juga ia memukul meja secara berulang-ulang.
N merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri bapak G dan ibu Y.
Keadaan perekonomian keluarga partisipan awal ini termasuk dalam golongan
ekonomi menengah. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara saat
peneliti bertanya tentang, “pekerjaan papa apa dek?”, N menjawab, “bekerja di
Bank D”, kemudian peneliti bertanya, “kalau pekerjaan mama apa?”, lalu N
menjawab, “pekerjaan dirumah”. Ketika peneliti menindaklanjuti jawaban N
tentang “pekerjaan dirumah”, Normsn menjelaskan kembali, “ya pekerjaan
dirumah ih”, lalu N menjawab, “masak”.
Pokok permasalahan
Pada saat melakukan wawancara dengan N, peneliti menilai N belum
memahami betul isi dari pertanyaan yang peneliti tanyakan. Hal tersebut terbukti
dari jawaban-jawaban N yang tidak konsisten dan tidak sesuai dengan pertanyan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
yang disampaikan oleh peneliti. Ketika peneliti bertanya, “berapa usia N”, ia
menjawab “7”, kemudian menjawab lagi “8”. Selain itu, N juga menjawab
pertanyaan dari peneliti dengan tidak tepat, misalnya saat itu peneliti bertanya “N
lahir dimana?”,jawab N “di sekolah”. Jawaban N yang mengatakan lahir di
sekolah itu tidak sesuai dengan pernyataan ibu Y yang mengatakan bahwa N lahir
di Yogyakarta, saat peneliti melakukan wawancara dengan Ibu dari N. N kurang
memahami kalimat pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti, terlebih dengan
kondisi N yang tidak bisa fokus, cepat bosan dan duduk tenang, sehingga jawaban
yang diungkapkan oleh N tidak sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan
peneliti.
4.1.2.2 Partisipan II (guru kelas II)
Latar Belakang Partisipan II
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan II sebanyak dua kali.
Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2014 dan wawancara ini
berlangsung dari pukul 11.15-11.52 di ruang UKS. Wawancara kedua peneliti
lakukan pada tanggal 12 November 2014 dan wawancara berlangsung dari pukul
12.17-12.45 di ruang musik.
Guru kelas II di SD Bercahaya adalah seorang laki-laki yang bernama P dan
saat ini beliau berusia 51 tahun. Pak P menjadi guru di SD Bercahaya ini sudah
sejak tahun 2006 hingga sekarang. Beliau mengajar di kelas II sejak awal bekerja
di SD Bercahaya. Selama beliau mengajar banyak sekali pengalaman yang telah
diperolehnya dari tahun ke tahun dan baru tahun kali ini beliau menjumpai anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
berkebutuhan khusus di kelas tempat beliau mengajar. Guru menjumpai ada satu
anak berkebutuhan khusus yang mengalami GPPH di kelasnya, yaitu bernama N
yang saat ini berusia 8 tahun.
Guru memiliki cara pandang yang berbeda terhadap N, ketika guru melihat
perilaku anak tersebut berbeda dengan teman sekelasnya guru lebih menganggap
anak tersebut mengalami autis-hiperaktif. Peneliti menindaklanjuti pernyataan
guru yang mengatakan bahwa anak mengalami gangguan autis juga hiperaktif,
kemudian guru kelas berkata, “Ya kalo saya kedua-duanya, tapi kadang-kadang
menonjol ee lebih autisnya kelihatan sekali”, jawab guru kelas ketika peneliti
bertanya tentang keadaan yang sesungguhnya dialami N autis atau hiperaktif.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas II ini, maka peneliti
dapat meyimpulkan bahwa sesungguhnya guru tidak memahami betul kondisi
yang sedang dialami N. Pernyataan guru yang mengatakan anak mengalami autis-
hiperaktif berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh orangtua, guru
ekstra, guru pendamping, serta dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang
mendiagnosa bahwa N mengalami ADHD atau GPPH.
Problematika anak yang mengalami GPPH
Pada saat di sekolah anak selalu menunjukkan perilaku yang tidak biasa,
seperti perilaku anak yang tidak mau bertatap muka saat berbicara, perubahan
emosi secara spontan dan suka memberontak ketika anak melakukan aktivitas
tidak sesuai dengan keinginannya, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka keluar
masuk kelas tanpa ijin. Perilaku N tersebut secara tidak langsung mengganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kegiatan belajar di kelas. Berdasarkan cerita guru tersebut peneliti bertanya, “cara
penanganan apa yang dilakukan untuk mengatasi perilaku N?”, lalu guru
menjawab, “diamkan saja”. Hasil wawancara dengan guru kelas II menjelaskan
bahwa beliau merasa tidak mampu dan bukan ahlinya untuk menangani anak
berkebutuhan khusus seperti N, karena menurut beliau sendiri lebih baik
mengutamakan siswa 23 yang lain daripada menangani 1 siswa yang mengalami
gangguan khusus. Perilaku guru yang membiarkan N untuk melakukan hal yang
sesuai dengan keinginannya berpengaruh juga pada perilaku N, karena anak akan
terus melakukan hal tersebut secara berulang tanpa memperdulikan waktu jam
belajarnya di sekolah. Secara tidak langsung perilaku N yang sering berubah-ubah
seperti itu akan mempengaruhi prestasi belajarnya.
Menurut guru kelas II, ketidakmampuan N dalam memusatkan perhatian dan
berkonsentrasi selama belajar di kelas hanya 50% saja. Pernyataan tersebut
peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan Pak P yang mengatakan bahwa,
“Ya, selama proses belajar berlangsung di kelas hanya 50% saja tingkat
konsentrasi yang dimiliki oleh N. Sering kali N menunjukan perilaku yang sulit
untuk berkonsentrasi terutama pada saat belajar pelajaran-pelajaran yang tidak
dia gemari selain matematika, bahasa Inggris, dan TIK.Iya, selain mata pelajaran
yang dia suka dia pasti nilai di bawah KKM. Ketika N sudah merasa bosan dia
mulai bergerak seenaknya keluar kelas”, jawab guru ketika peneliti bertanya
tentang kemampuan dan konsentrasi belajar serta perilaku N saat di kelas.
Bedasarkan hasil wawancara guru kelas II tersebut dapat disimpulkan, bahwa
selama belajar di kelas N selalu menunjukkan perilaku yang suka bergerak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
seenaknya sendiri ketika N sudah merasa bosan. Selama di kelas N kesulitan
dalam memusatkan perhatian dan tingkat konsentrasi yang dimiliki N hanya 50%
saja. Kemampuan belajar N menurut beliau berada di rata-rata, artinya mata
pelajaran yang tidak anak suka nilainya di bawah KKM seperti Bahasa Indonesia
maupun PKn. Pada mata pelajaran yang N sukai seperti Matematika, TIK, dan
Bahasa Inggris nilainya ada di atas KKM. Informasi tentang kemampuan belajar
anak tersebut peneliti peroleh selain melakukan wawancara dengan guru kelas
juga berdasarkan dokumen hasil nilai UTS.
4.1.2.3 Partisipan III (guru ekstra yang mengajar TIK, Bahasa Inggris, dan
Olahraga)
Latar Belakang Partisipan III
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketiga ini pada tanggal 29
Oktober 2014, wawancara berlangsung selama 37 menit di ruang Lab. Komputer.
Dalam penelitian ini yang dimaksud guru ekstra adalah selain guru kelas yang
masuk ke kelas II untuk mengajar di kelas tersebut. Guru ekstra yang dimaksud
adalah seorang laki-laki yang bernama Pak R dan saat ini usia beliau adalah 41
tahun. Pak R menjadi guru di SD Bercahaya ini sudah sejak tahun 2010 yang lalu
hingga saat ini. Sebelumnya beliau pernah menjadi guru TK pada tahun 2005 di
Malang, kemudian pada tahun 2006-2010 beliau menjadi guru Bahasa Inggris di
SMP Malang. Di SD Bercahaya tersebut beliau mengajar semua kelas dari kelas
bawah sampai kelas atas. Mata pelajaran yang beliau ajarkan di kelas bawah ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tiga, yaitu Olahraga, TIK, dan Bahasa Inggris, sedangkan di kelas atas beliau
mengajar dua mata pelajaran saja, yaitu TIK dan Bahasa Inggris.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Pak R yang menceritakan
bahwa ada 2 sebenarnya anak yang berkebutuhan khusus di kelas bawah. Anak
yang lebih menonjol kekhususannya adalah N anak kelas II A. Beliau bisa
mengatakan demikian karena sejak kelas satu beliau juga mengajar di kelas N,
sehingga beliau mengetahui bahwa N mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktifitas (GPPH). Di kelas II ini beliau melihat adanya perbedaan yang
menonjol antara N dengan siswa yang lainnya, khususnya pada konsentrasi dan
kemampuan belajar serta perubahan perilaku emosi N. Baru di kelas II ini beliau
melihat adanya guru pendamping khusus yang diberikan pihak orangtua untuk
mendampingi N selama ia belajar di sekolah.
Problematika anak yang mengalami GPPH
Cara pandang beliau terhadap siswa yang mengalami GPPH dengan siswa
yang lainnya nampak berbeda. Perbedaan itu terlihat saat guru menceritakan
tentang perilaku, emosi, dan kemampuan belajar N selama di kelas. Beliau
mengatakan bahwa semuanya itu tergantung dari waktu, artinya ketika waktu
mengajarnya masih pagi kondisi N masih stabil karena menurut beliau anak belum
terlalu cape. Ketika waktu mengajar sudah terlalu siang seperti jam pulang
sekolah jam 11.00 anak pasti akan marah karena ingin cepat pulang. Beliau juga
mengatakan, bahwa N tidak mengalami kesulitan selama belajar di sekolah.
Kemampuan belajarnya jika dibandingkan dengan anak yang lain N memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
tingkat kemampuan di atas teman-temannya. Faktanya tingkat kemampuan N ada
di atas rata-rata, yaitu ketika beliau melihat nilai-nilainya tidak ada yang di bawah
5 dan paling jelek itu nilai 6.
Sama dengan partisipan yang lain ketika peneliti bertanya tentang mata
pelajaran yang paling di sukai N, kebanyakan dari partisipan menjawab TIK,
Matematika, dan Bahasa Inggris. Berdasarkan ketiga mata pelajaran yang di sukai
N tersebut hanya ada dua mata pelajaran yang Pak R ajarkan, yaitu TIK dan
Bahasa Inggris. Beliau memiliki pandangan bahwa mata pelajaran yang paling N
sukai adalah TIK saja, karena beliau menilai hobinya N lebih kearah komputer. N
tidak mengalami kesulitan pada saat mata pelajaran TIK, bahkan ketika dilihat
dari hasil nilai-nilainya N memperoleh nilai rata-rata 8.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru ekstra,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa N merupakan anak yang memiliki perilaku
berbeda dari teman sebayanya. Guru ekstra tidak mengetahui betul kondisi apa
yang sesungguhnya dialami oleh N, namun sejak kelas satu guru sudah mengenal
dan memahami perilaku N yang tidak bisa diam dan memiliki ketidakmampuan
dalam berkonsentrasi. Menurut Pak R, N memiliki tingkat emosi yang berubah-
ubah, seperti ketika anak sudah merasa bosan dengan aktivitas yang anak lakukan
ingin segera dihentikan dan cepat-cepat keluar kelas. Perubahan emosi yang
terjadi pada N saat belajar di kelas tergantung dari waktu, artinya ketika masih
pagi keadaan emosinya masih stabil dibandingkan dengan waktu belajar saat
sudah siang. Pak R juga menjelaskan, bahwa N dapat mengikuti kegiatan belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dengan baik ketika emosinya stabil dan kemampuan belajarnya berada di atas
rata-rata.
4.1.2.4 Partisipan IV (guru pendamping)
Latar Belakang Partisipan IV
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan keempat ini pada tanggal 29
Oktober 2014, wawancara berlangsung dari pukul 10.00-10.33 di ruang
Laboratorium Komputer. Guru pendamping N adalah seorang laki-laki berusia 25
tahun. Pekerjaan mas P adalah sebagai guru atau tenaga pendamping di salah satu
lembaga ternama di kota beliau mengabdi.
Beliau bisa menjadi guru pendamping N berawal dari mendengar cerita
orangtua N yang sedang membutuhkan guru untuk mendampingi N selama belajar
di sekolah. Kebetulan N merupakan salah satu murid dari mas P saat mengikuti
les di lembaga tempat mas P mengabdi. Beliau sudah mengenal N cukup lama
sekitar 1 tahun lebih, sehingga beliau juga memahami kondisi yang sesungguhnya
dialami oleh N.
Menurut mas P, N memerlukan adanya pendampingan khusus dikarenakan
anak mengalami gangguan hiperaktif. Pada saat wawancara beliau menjelaskan
bahwa, “anak tersebut digolongkan sebagai anak hiperaktif, yang dimana ee
tingkat emosionalnya masih labil. Jadi kontrol emosinya bagi si anak belum
mampu di kontrol sendiri dan masih mempunyai ee emosional kemudian punya
dunia sendiri dalam fikirannya, sehingga untuk ber..ber..bersosialisasi dengan
teman-temannya masih harus dibimbing”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Berdasarkan jawaban mas P tersebut peneliti dapat menyimpulkan, bahwa N
merupakan anak hiperaktif yang memiliki tingkat emosinal yang tidak stabil dan
anak merasa asik dengan dunianya sendiri karena di dalam pikirannya anak
memikirkan sesuatu atau bisa di katakan anak senang berkhayal. Akibatnya,
berpengaruh pada interaksi sosial dengan teman-temannya, sehingga untuk
menangani semua itu anak masih perlu dibimbing.
Problematika Anak yang Mengalami GPPH
Sudah selama 2 bulan lebih mas P menjadi guru pendamping N.Beliau sudah
cukup memahami karakteristik N selama belajar di sekolah. Menurut beliau,
“eeeee, berproses belajarnya si N itu cukup baik saya kira, cukup baik apabila
tidak ada yang mengganggu. Kadang kala si N ini di kelas tenang dengan
pelajarannya dia tenang, dapat tugas dari guru dia cepat sekali dengan tangkas
dia mengerjakan. Kemudian dia punya imajinasi satu menggambar, kemudian dia
dengan imajinasinya sendiri dia berkhayal kaya gitu. Kemudian spontanitas
apabila ada temannya yang lewat ya dia spontanitas bergerak gitu kan, tapi itu
terkadag tapi pada saat saya dampingi ya dia dengan tenang sih”, jawab guru
pendamping ketika peneliti bertanya tentang proses pembelajaran N selama di
sekolah.
Jadi, menurut mas P N memang mengalami gangguan khusus seperti GPPH,
namun selama proses belajaranya di kelas N dapat berproses dengan baik. Baik,
yang dimaksud dengan baik adalah “satu mengikuti pelajarannya itu nilaianya
cukup baguslah di atas rata-rata. Kemudian dengan adanya pendampingan ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
perintah guru pun diterima”, ujar beliau ketika peneliti bertanya tentang maksud
dari proses belajar yang baik. N dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan
baik dan kemampuan belajarnya di atas rata-rata. Pernyataan beliau yang
mengatakan bahwa kemampuan belajaranya berada di atas rata-rata, peneliti
peroleh dari cerita mas P karena beliau tidak hanya melihat nilai-nilai di sekolah
saja, tetapi juga dari nilai-nilai saat anak les di lembaga tempat beliau mengabdi.
Selama beliau mendampingi terkadang spontanitas anak bergerak keluar
masuk kelas, memberontak karena menginginkan sesuatu yang ada dalam
pikirannya ataupun karena temannya yang mengganggu aktivitasnya. Berdasarkan
cerita dari orangtuanya, perubahan perilaku dan emosinya tersebut N lakukan
sebelum adanya pendamping, namun ketika sudah adanya pendamping perubahan
emosi dan perilaku yang spontan itu sudah mulai membaik. Pernyataan tersebut
juga diperkuat dari pernyataan Mas P yang juga menjelaskan, bahwa setelah
adanya pendamping perubahan emosi dan perilaku N sudah cukup mereda dan
tidak menggebu-gebu seperti sebelum ada pendampingan khusus.
Perilaku N yang suka memberontak dan secara spontan emosinya mudah
berubah membuat N memerlukan adanya penanganan khusus. Penanganan khusus
yang diberikan oleh mas P,yaitu dengan pelukan dan bisikan. Mas P berkata,
“saya peluk, saya berikan bisikan yang memang buat dia nyaman”, peneliti
menanggapi jawaban dari mas P, “bisikan seperti apa yang dimaksud?”, jawab
beliau “iya, mengingatkan ada apa nico, gimana nico seperti itu dan dia akan
merasa nyaman”. Hasil dari cara penanganan yang dilakukan oleh mas P, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
“anak bisa meredam emosinya dan membuat anak merasa nyaman dengan
perlakuan yang diberikan”, jawab mas P saat diwawancarai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan IV dapat disimpulkan, bahwa
selama adanya guru pendamping N dapat mengontrol emosinya, walaupun masih
perlu dibimbing oleh mas P. N dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas
dengan baik dan dapat menerima instruksi dari guru kelas. Kemampuan belajar N
menurut guru pendamping berada di atas rata-rata, nilai-nilai yang diperoleh
cukup bagus. Perubahan emosi anak mudah berubah secara spontan dan
perubahan emosi itu membuat anak jadi memberontak menginginkan sesuatu yang
ada dalam pikirannya dan keluar masuk kelas tanpa ijin. Melihat perubahan
perilaku dan emosi yang ditunjukan N, cara penanganan yang dilakukan oleh guru
pendamping adalah dengan memberikan pelukan dan bisikan untuk meredam
emosi anak dan membuat anak merasa nyaman.
4.1.2.5 Partisipan V (orangtua yang memiliki anak dengan GPPH)
Latar Belakang Partisipan V
Wawancara yang peneliti lakukan pada partisipan kelima ini berlangsung
selama dua kali berturut-turut. Pertama wawancara dilakukan di dua tempat, yaitu
ruang UKS dan kantin pada tanggal 30 Oktober 2014. Wawancara kedua peneliti
lakukan pada tanggal 31 Oktober 2014 di ruang Laoratorium Komputer.
Peneliti melakukan wawancara sebanyak dua kali dengan alasan, pertama
wawancara terpotong karena tingkah laku N yang mengetahui keberadaan Ibunya
ada di lingkungan sekolah, ketika anak melihat ada Ibunya segera ingin keluar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kelas dan menangis mencari keberadaan Ibunya, walaupun sudah ada guru
pendamping. Berdasarkan cerita dari Ibunya, N belum sepenuhnya bisa hidup
mandiri dan ketika melihat ada Ibunya di lingkungan sekolah, N segera ingin
keluar masuk kelas untuk memastikan Ibunya tetap ada di kantin dan tidak boleh
beranjak ke tempat lain selain di kantin. Kantin adalah tempat Ibunya menunggu
N sebelum adanya guru pendamping. Di hari pertama wawancara dilakukan di
dua tempat, yaitu UKS dan kantin. Sejak kejadian itu peneliti mengakhiri
wawancara di hari pertama dan melanjutkan wawancaranya pada hari berikutnya,
yaitu di ruang Laboratorium Komputer. Di hari kedua ini N juga mengetahui
keberadaan Ibunya, sehingga setiap saat N selalu keluar masuk kelas dan berjalan
menuju ke ruang Laboratorium Komputer untuk melihat keberadaan Ibunya.
Peneliti mengamati perilaku N yang tidak biasa dilakukan oleh anak
seusianya. Pada saat melakukan wawancara di hari pertama, peneliti melihat
perilaku anak yang keluar masuk kelas dengan membawa buku itu bertujuan
untuk memberitahukan kepada Ibunya, bahwa N telah berhasil menyelesaikan
tugas yang diberikan guru. Melihat perilaku N, Ibu berkata “hebat nak, kamu
hebat”, kata-kata itu selalu di ucapkan beliau sebagai bentuk motivasi untuk N.
Problematika Anak yang Mengalami GPPH
Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua N yang mengatakan, bahwa N
mengalami ADHD. Saat peneliti bertanya tentang kondisi apa yang sesungguhnya
dialami N, kemudian Ibu Y bercerita tentang kondisi awal yang sebenarnya
dialami N hingga psikolog mendiagnosa anak mengalami ADHD. Kondisi awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yang diperlihatkan anak pada saat berusia 2 tahun anak mengalami keterlambatan
dalam berbicara. Mengetahui hal tersebut langkah awal yang orangtua lakukan
adalah segera memperiksakan anak tersebut ke tumbuh kembang anak di salah
satu rumah sakit ternama daerah tempat tinggalnya dan pada akhirnya N di
diagnosa, bahwa gangguannya tersebut muncul karena faktor keturunan.
Kemudian pihak rumah sakit melakukan tes bera terhadap N untuk mengetahui
keadaan gelombang otaknya, namun kenyataannya hal tersebut tidak berhasil
dilakukan karena saat diberi obat tidur anak selalu terbangun. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu Y, bahwa N bisa mengalami keterlambatan dalam bicara
karena faktor keturanan dari Ayahnya yang juga mengalami hal serupa.
Psikologis yang menangani N menyarankan untuk mencari faktor lain karena
mungkin ada faktor lain yang menyertai, maka sejak dari situ Ibu Y mencari
solusi lain yaitu dengan melakukan terapi. Di tempat yang sama N melakukan
terapi okupasi, yaitu terapi yang bertujuan untuk menyeimbangkan otak kiri dan
otak kanan, terapi menulis karena tulisannya jelek. Terapi dilakukan oleh N setiap
seminggu 2 kali, yaitu di hari Selasa dan Kamis.
Orangtua N menjelaskan bahwa tingkat emosi anak mudah sekali naik turun,
sehingga orangtua perlu memantau setiap tingkah laku anak baik di sekolah
maupun di rumah. Perubahan emosi itu terjadi ketika anak sulit untuk diarahkan
pada kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ketika anak emosinya mulai
meningkat, maka langkah awal yang dilakukan oleh orangtua adalah memberi
penenangan pada anak. Orangtua selalu berkata, “diam, diam dulu” kemudian
ketika anak sudah diam orangtua kembali berkata, “emosinya turunkan-turunkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
kemudian ambil nafas dan keluarkan sebanyak 3 kali” , maka dengan begitu
orangtua baru bisa memberikan arahan atau nasehat. Cara penanganan yang
dilakukan beliau bertujuan untuk meredam emosional N yang mulai meningkat,
sehingga dengan begitu N dapat menurunkan emosinya secara perlahan, dapat
menerima arahan atau nasehat dengan baik, dan anak dapat kembali melakukan
aktivitasnya dengan nyaman.
Berdasarkan cerita dari Ibu Y pada saat TK N masih sulit untuk berinteraksi
dengan teman sebayanya karena anak cenderung cuek, namun saat anak mulai
bersekolah di sekolah dasar beliau melihat sedikit ada perkembangan dalam segi
sosialnya. Saat di sekolah anak dapat berinteraksi baik dengan guru dan juga
teman-temannya, tetapi tidak pada saat di rumah anak hanya di rumah saja dan
kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah.
N mempunyai kebiasaan di rumah sama dengan siswa yang lainnya yaitu
bermain dan belajar. Kenyataannya, hal yang dilakukan oleh N di rumah adalah
bermain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibunya, N di rumah senang sekali
bermain lego dan gadget. N terkadang belajar di rumah karena sepulang sekolah
ia sudah mengikuti les. Selain itu seusai pulang sekolah di hari tertentu anak harus
melakukan terapi dan setelah pulang ke rumah anak sudah merasa bosan dan
lelah, sehingga orangtua memberi kebebasan pada N untuk bermain di rumah.
Interaksi anak di lingkungan rumah masih kurang, hal tersebut di dukung oleh
situasi rumah yang sangat rawan untuk anak dapat melakukan aktivitas di luar
rumah karena keluar rumah depannya sudah jalan besar. Peneliti memperoleh
informasi tersebut berdasarkan cerita dari orangtua N.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kemudian ketika peneliti bertanya tentang kemampuan belajar N saat di
sekolah beliau hanya menjawab, “sebenarnya N itu pintar hanya saja pada mata
pelajaran tertentu, kecuali Bahasa Indonesia dan terutama PKn karena belajar
tentang perilaku sehari-hari”. Menurut beliau, N memiliki kemampuan di atas
rata-rata pada mata pelajaran tertentu. Artinya, anak dapat memperoleh nilai baik
pada mata pelajaran yang anak suka saja, tetapi tidak berlaku pada mata pelajaran
yang lain, seperti Bahasa Indonesia maupun PKn.
Berdasarkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan orangtua N,
peneliti memperoleh informasi tentang kondisi yang dialami oleh N, pola perilaku
anak baik di rumah maupun di sekolah, perubahan emosinya, serta kemampuan
belajar selama di sekolah. Peneliti dapat menyimpulkan, bahwa N memiliki pola
perilaku yang khusus dan masih memerlukan bimbingan untuk mengatasi semua
perubahan pola perilakuanya yang secara spontan mengalami perubahan.
Kemampuan belajar N di atas rata-rata, namun hanya pada mata pelajaran tertentu
saja seperti, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Jadi, pada mata pelajaran yang
lain seperti Bahasa Indonesia, PKn, dan lainnya nilai anak berada di bawah rata-
rata. Pernyataan peneliti diperkuat dari hasil dokumen nilai UTS anak di kelas II.
4.2 Pembahasan
Peneliti melaksanakan penelitian di kelas II A dengan jumlah siswa 24, terdiri
dari 14 siswa laki-lakidan 10 siswa perempuan, Informasi tersebut peneliti peroleh
dari guru kelas II A. Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas tersebut,
peneliti menemukan bahwa terdapat satu anak yang memiliki perilaku berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dari teman-temannya. Anak tersebut berjenis kelamin laki-laki yang bernama N
saat ini usia anak tersebut sudah 8 tahun. Kedua orangtuanya menyekolahkan N di
sekolahan regular dan umum tepatnya di SD Bercahaya.
Sebelum melaksanakan observasi, peneliti mengadakan pendekatan dengan
partisipan penelitian agar terciptanya keakraban antara peneliti dengan partisipan
penelitian. Observasi peneliti lakukan pada saat partisipan awal yang diteliti
sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.
Penelitian ini dilakukan selama peneliti melaksanakan PPL di SD Bercahaya
hingga peneliti menemukan lebih jauh tentang persepsi guru dan anak yang
mengalami GPPH di sekolah tersebut.
N merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri Bapak G dan Ibu Y. N
dilahirkan dari keluarga yang perekonomiannya bisa dibilang menengah dengan
keadaan orangtua yaitu Bapaknya bekerja sebagai staf Bank Danamon dan Ibunya
sebagai Ibu rumah tangga. Peneliti memperoleh infomasi ini setelah melakukan
wawancara dengan orangtua dan anak yang mengalami GPPH.
Siswa laki-laki yang mengalami GPPH tersebut secara fisik tidak terlalu
berbeda dengan siswa pada umumnya. Pihak orangtua menjelaskan tentang
kondisi awal yang diperlihatkan anak pada saat berusia 2 tahun, anak mengalami
keterlambatan dalam bicara. Melihat kenyataan yang dialami anak, orangtua
segera mencari solusi dengan memeriksaan kondisi anaknya yang mengalami
hambatan dalam bicara pada saat usianya masih 2 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Berdasarkan dokumen, hasil pemeriksaan secara afektif perasaan yang
dimiliki oleh siswa juga sama dengan siswa yang lain, hanya saja dalam
mengkomunikasikan bahasa reseptif (bagaimana anak memahami ucapan orang
lain) dan bahasa ekspresif (bagaimana anak mengungkapkan keinginan dengan
kata atau kalimat) belum berkembang secara optimal untuk seusianya sekarang.
Secara aspek sosialnya hubungan anak dengan teman sebaya secara umum sangat
mendukung. Anak banyak mendapatkan perhatian dan dukungan dari guru,
teman-teman, dan terutama dari orangtua anak tersebut. Peneliti melihat bahwa
anak tersebut tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan
lingkugan baru dan lama.
Secara aspek perilaku emosi anak tersebut masih kurang terkontrol. Saat di
TK anak sering jalan-jalan di kelas, tugas sering tidak dikerjakan hingga selesai
dan anak mengalami terlambat berbicara. Setelah masuk SD anak sering berteriak
dan memukul bila diarahkan pada kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya,
hal tersebut anak lakukan baik di rumah maupun di sekolah.
Berdasarkan aspek motoriknya, N memiliki tingkat koordinasi motorik halus
setara dengan anak usia 6 tahun 5 bulan. Artinya, N cukup bisa mengamati pola
dan menirukannya kembali dengan baik, namun N masih harus memperbanyak
latihan dan perlu diberi bimbingan untuk meningkatkan kemampuan koordinasi
visual motorik halusnya. Berdasarkan aspek kognitifnya, N mendapatkan nilai
yang sangat baik hanya dalam pelajaran matematika. Informasi tersebut
berdasarkan dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang telah peneliti
peroleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Kebiasan yang ditunjukan N pada saat di sekolah berbeda sekali dengan
kebiasaan teman sebayanya. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan
N terlihat tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu saja ada hal yang di lakukan
oleh N. Kebiasaan seperti berteriak, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka
memberontak ketika N harus melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan
keinginannya, dan ketika anak sudah merasa bosan dengan pelajaran yang tidak di
sukai N akan acuh tak acuh tidak memperdulikan penjelasan dari guru. Hasil
observasi yang diperoleh peneliti, diperkuat juga dari informasi yang diberikan
guru kelas.
Melihat karakteristik N, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
karakteristik N sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Fadhli (2010) dan
Wiguna (2007). Fadhli mengatakan bahwa penderita GPPH memiliki karakteristik
seperti, kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan
sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, dan sikap melanggar
tata tertib secara impulsif. Wiguna menjelaskan bahwa karakteristik anak yang
cenderung mengalami gangguan hiperaktif, (1) tidak bisa duduk diam di dalam
kelas, (2) tangan bergerak dengan gelisah; (3) kadang berlari-lari dan naik di atas
meja dan memanjat guru; (4) mengalami kesulitan dalam bermain atau dalam
kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan; (5) impulsivitas,
mengalami kesulitan dalam menunggu giliran; (6) menjawab sebelum pertanyaan
selesai atau sering menginterupsi orang lain. Anak yang hiperaktif menunjukkan
semua atau hampir semua ciri-ciri di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Peneliti dapat berkata demikian karena berdasarkan hasil observasi N
menunjukkan perilaku hampir semua ciri-ciri yang disebutkan dalam teori di atas,
seperti kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan
sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, sikap melanggar tata
tertib secara impulsive, tidak bisa duduk diam di dalam kelas, tangan bergerak
dengan gelisah; kadang berlari-lari, impulsivitas, mengalami kesulitan dalam
menunggu giliran, dan menjawab sebelum pertanyaan selesai atau sering
menginterupsi orang lain.
Masing-masing guru memiliki cara pandang yang berbeda terhadap perilaku,
perubahan emosi dan prestasi belajar N. Menurut Sunaryo (2013) mengungkapkan
bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang
didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan
menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar
individu. Persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sebagai contoh adalah
guru dengan muridnya. Ada dua jenis persepsi menurut Sunaryo (2004:94), yaitu
eksternal perception dan self perception. Pada penelitian ini jenis persepsi yang
digunakan oleh guru kelas II adalah eksternal perception. Alasan peneliti memilih
jenis persepsi eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsangan yang datang dari luar diri individu. Faktanya, berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan guru kelas II. Persepsi itu muncul ketika guru
melihat tingkah laku N yang tidak biasanya. Artinya, N selalu menunjukan
ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten, dan ketika sudah merasa bosan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
N akan bergerak sesuka hatinya terkadang juga suka memukul meja secara
berulang-ulang yang menandakan bahwa N ingin segera mengakhiri pelajaran.
Pada bab II telah dijelaskan sifat-sifat persepsi menurut Omith, 2008 (dalam
Kusumawati, 2010:14-15) yang menjelaskan bahwa sifat-sifat persepsi dibagi
menjadi 5 yaitu : (1) Persepsi adalah pengalaman, (2) Persepsi adalah selektif, (3)
Persepsi adalah penyimpulan, (4) Persepsi tidak akurat, (5) Persepsi adalah
evaluatif. Berdasarkan teori tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa sifat
persepsi yang muncul pada partisipan guru kelas II tersebut adalah sifat persepsi
ketiga, yaitu persepsi adalah penyimpulan. Alasan peneliti memilih sifat persepsi
adalah penyimpulan karena mempersepsikan suatu makna adalah melompat pada
suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya,
tetapi berdasarkan penangkapan indera yang terbatas. Faktanya, berdasarkan hasil
wawancara dengan guru kelas II dapat disimpulkan bahwa guru lebih
menggunakan penangkapan inderanya yang terbatas untuk mengetahui kondisi
sesungguhnya yang dialami oleh N, sehingga pernyataan yang beliau jelaskan
tentang kondisi N tidak sesuai dengan fakta dari hasil dokumen psikologis
maupun dari pihak orangtua N.
Guru kelas II memiliki pandangan berbeda terhadap N, ketika guru melihat
perilaku anak tersebut berbeda dengan teman sekelasnya guru lebih menganggap
anak tersebut mengalami gangguan autis-hiperaktif. Peneliti menindaklanjuti
pernyataan guru yang mengatakan bahwa anak mengalami gangguan autis juga
hiperaktif, kemudian guru kelas berkata, “Ya kalo saya kedua-duanya, tapi
kadang-kadang menonjol ee lebih autisya kelihatan sekali”, jawab guru kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
ketika peneliti bertanya tentang keadaan yang sesungguhnya dialami N autis atau
GPPH.
Menurut pengetahuan beliau tentang anak autis, anak yang mengalami autis
fokus hanya pada satu bidang saja dan bidang lain tidak diminati. Beliau juga
menjelaskan, bahwa anak yang menderita autis mengalami hambatan dalam
interaksi sosialnya dengan lingkungan sekitar. Beliau menganggap semua perilaku
yang ditunjukan N merupakan ciri-ciri autis, seperti ketidakmampuan anak dalam
berinteraksi dengan orang lain dan yang terutama adalah anak cenderung tidak
mau bertatap muka saat berkomunikasi. Perkataan beliau diperkuat dari cerita
salah satu temannya yang memiliki anakautis.
Sesungguhnya guru tidak memahami betul kondisi yang sedang dialami N.
Faktanya, ketika peneliti bertanya “apakah autis dan hiperaktif memiliki ciri
sama?”, lalu guru menjawab “yaa, kalo hiperaktif beda ya, karna ada anak yang
autis tapi juga hiperaktif”. Jadi, menurut beliau anak yang autis berbeda dengan
anak yang mengalami hiperaktif. Anak hiperaktif biasanya dalam gerak fisik, tapi
belum tentu juga anak mengalami autis. Pernyataan beliau diperkuat dari
pengalaman saat mengajar di kelas II dulu yang menjumpai anak mengalami
hiperaktif, anak tidak bisa duduk tenang dan suka jalan-jalan terus.
Karakteristik anak yang mengalami gangguan autis ditandai dengan adanya
keterlambatan perkembangan, baik dalam bidang komunikasi, perkembangan
motorik yang tidak seimbang, maupun dalam interaksi sosialnya. Gangguan autis
dapat dikatakan sebagai suatu gangguan perkembangan yang muncul di awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kehidupan seorang anak yang ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk
berinteraksi dengan orang lain, adanya masalah dalam hal berkomunikasi, dan
muncul kebutuhan untuk melakukan aktivitas yang sama dan berulang (Hildayani,
2013).
Pernyataan guruyang mengatakan anak mengalami autis juga hiperaktif
berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh guru ekstra, guru pendamping,
orangtua, serta dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang mendiagnosa
bahwa N mengalami ADHD atau GPPH. Berdasarkan dari hasil dokumen, anak
tersebut mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH).
Menurut Grant (2008:21) yang menjelaskan bahwa Attention Deficit and
Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang
mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk
mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak GPPH mengalami
kesulitan dalam mengendalikan gerakan-gerakan tubuhnya terutama saat anak
diharuskan untuk duduk tenang dalam waktu yang lama. Menurut Grant, kesulitan
lain yang dialami anak GPPH adalah kesulitan memusatkan perhatian dan
ketidakmampuan menerima instruksi dengan baik. Pola perilaku anak yang
demikian dapat mempengaruhi prestasi belajarnya selama di sekolah.
Rapport dan Ismond (dalam Delphie, 2006:74) menjelaskan 10 ciri-ciri anak
yang mengalami GPPH, sebagai berikut akan diuraikan: 1) selalu berjalan-jalan
memutari ruang kelas dan tidak bisa diam, 2) suka mengganggu teman-teman
sekelasnya, 3) suka berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan
jarang untuk tinggal diam menyelesaikan tugas sekolah, paling lama bisa tinggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
diam di tempat duduknya sekitar 5 sampai 10 menit, 4) mempunyai kesulitan
untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas di sekolah, 5) sangat mudah untuk
berperilaku mengacau atau mengganggu, 6) kurang memberi perhatian untuk
mendengarkan orang lain berbicara, 7) selalu mengalami kegagalan dalam
melaksanakan tugas-tugas di sekolah, 8) sulit mengikuti perintah atau suruhan
lebih dari satu dalam waktu bersamaan, 9) mempunyai masalah di beberapa
bidang studi, 10) tidak mampu menulis surat, mengeja huruf, dan berkesulitan
dalam surat menyurat.
Siswa laki-laki yang mengalami GPPH tersebut secara fisik tidak terlalu
berbeda dengan siswa pada umumnya. Peneliti melihat adanya perbedaan dari
tingkah laku yang ditunjukan N dengan teman-teman satu kelasnya. N selalu
menunjukan sikap yang terus bergerak kesana kemari, tidak bisa diam dan tidak
mudah lelah untuk terus bergerak. Peneliti mengamati pada saat pembelajaran di
dalam kelas, peneliti melihat tingkah laku anak yang tidak bisa memusatkan
perhatiannya saat guru mengajar mata pelajaran yang tidak anak sukai dan anak
merasa asik dengan dunianya sendiri, walaupun terkadang pada mata pelajaran
yang ia suka juga tidak dapat fokus dan menerima instruksi dengan baik.
Berdasarkan informasi dari guru kelas N hanya menyukai tiga mata pelajaran,
yaitu Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Selain mata pelajaran yang
disebutkan, N tidak menyukai dan merasa bosan saat belajar hal yang tidak ia
sukai. Ketika N sudah merasa bosan, maka pada saat itu juga perubahan emosinya
mudah berubah dari yang awalnya dapat mengikuti pembelajaran dengan tenang
saat di kelas, kemudian suasana kelas menjadi tidak kondusif karena perilaku N
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
yang terkadang teriak-teriak menginginkan sesuatu yang ada dalam pikirannya
atau karena hal lain. Perilaku dan perubahan emosi secara spontan seperti yang
ditunjukan N dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.
Berdasarakan hasil wawancara dengan guru kelas, kemampuan belajar N
menurut beliau nilai-nilainya ada di rata-rata. Nilai-nilai N selain pelajaran
Matematika, TIK, dan Bahasa Inggris ada di bawah KKM. Artinya, anak
memperoleh nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran yang anak suka seperti
Matematika, TIK, Bahasa Inggris, selain mata pelajaran itu seperti PKn, Bahasa
Indonesia dan lainnya anak cenderung tidak menyukai dan rata-rata nilai anak
berada di bawah KKM. Informasi tentang kemampuan belajar anak tersebut
peneliti peroleh selain melakukan wawancara dengan guru kelas juga berdasarkan
dokumen hasil nilai UTS kelas II.
Menurut guru kelas, saat di sekolah anak selalu menunjukan perilaku yang
tidak biasa seperti perilaku anak yang tidak mau bertatap muka saat berbicara,
sering berubah emosinya dan suka memberontak ketika anak melakukan aktivitas
tidak sesuai dengan keinginannya, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka keluar
masuk kelas tanpa ijin. Perilaku N tersebut secara tidak langsung sangat
mengganggu kegiatan belajar di kelas. Guru kelas merasa tidak mampu dan bukan
ahlinya untuk menangani anak berkebutuhan khusus seperti N, karena menurut
beliau sendiri lebih baik mengutamakan siswa 23 yang lain daripada menangani 1
siswa yang mengalami gangguan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Selama observasi peneliti mengamati perilaku, konsentrasi dan kemampuan
belajar anak selama di kelas. Peneliti melihat bahwa N masih memiliki tingkat
konsentrasi yang kurang serta perubahan perilaku yang dari waktu ke waktu selalu
berubah. Faktanya, yaitu ketika N sudah menyelesaikan pekerjaannya dan rasa
bosan itu mulai muncul, N akan mencari alasan untuk keluar kelas pada saat jam
pelajaran belum selesai. Hal pertama yang dilakukan N saat itu adalah menangis
karena tidak mendapat ijin dari guru pendampingnya ketika N minta keluar kelas
untuk mencuci tangan dan mencuci penghapusnya yang kotor. Berdasarkan cerita
dari guru pendamping dan orangtuanya, N memang anak yang tidak bisa kotor
atau dalam bahasa sehari-harinya yaitu “jijian”.
Melihat tingkah laku N yang berbeda dari teman sebayanya, guru kelas
memerlukan adanya guru pendamping khusus untuk menangani dan mendampingi
perilaku anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti yang dialami N selama
belajar di sekolah. Informasi tersebut peneliti dapatkan setelah melakukan
wawancara dengan guru kelas, kemudian pihak orangtua berusaha mencari guru
pendamping. Sejak awal semester kelas 2 tepatnya pada bulan Agustus tahun ini,
selama belajar di sekolah N sudah mulai mendapatkan pendampingan khusus dari
guru pendamping.
Selama proses pembelajaran belangsung, anak yang mengalami GPPH
memerlukan penanganan khusus. Guru memiliki peranan penting dalam
menangani anak yang mengalami GPPH. Ada beberapa prinsip dasar dalam
menangani anak yang mengalami GPPH dalam proses pembelajaran di kelas,
menurut Pfiffner dan Barkley (dalam Hildayani, 2013) sebagai berikut : 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
instruksi hendaknya disampaikan secara jelas, tegas, dan disajikan dalam berbagai
bentuk, tidak hanya secara lisan tetapi juga visual (tulisan/gambar), 2)
konsekuensi (positif/negatif) atas perilaku harus segera diberikan, tidak ditunda-
tunda, 3) konsekuensi harus dikenakan lebih sering, dibanding dengan anak
lainnya, 4) bentuk konsekuensi lebih tegas, 5) bentuk penguatan, terutama
penghargaan harus diubah atau diberikan secara bergiliran, dan terakhir 6) kunci
utamanya adalah antisipasi. Guru harus siap dengan berbagai rencana, terutama
selama masa jeda di sela kegiatan atau perpindahan jam pelajaran untuk
meyakinkan bahwa anak memahami perubahan aturan yang akan terjadi.
Segala upaya telah guru lakukan untuk memberi kenyamanan bagi semua
siswa kelas II A, baik yang mengalami gangguan khusus maupun yang tidak
mengalami gangguan khusus. Upaya yang telah guru lakukan seperti meminta
adanya guru pendamping untuk mendampingi N selama belajar di sekolah. Hal
tersebut guru lakukan dengan tujuan agar guru bisa lebih fokus selama mengajar
dan materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
Sebelum adanya guru pendamping, tidak ada cara penanganan khusus yang
dilakukan oleh guru kelas II untuk mengatasi perilaku N yang tidak biasa, seperti
perilaku anak yang tidak mau bertatap muka saat berbicara, perubahan emosi
secara spontan dan suka memberontak ketika anak melakukan aktivitas tidak
sesuai dengan keinginannya, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka keluar masuk
kelas tanpa ijin. Cara penanganan dan bentuk motivasi yang diberikan guru
terhadap perilaku anak, yaitu “diamkan saja”. Menurut beliau, hanya itu yang
bisa dilakukan karena beliau merasa tidak mampu dan bukan ahlinya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
menangani anak berkebutuhan khusus seperti N. Sebelumnya, guru juga belum
pernah mengikuti training atau pelatihan khusus untuk menangani anak yang
mengalami kebutuhan khusus, seperti N yang mengalami GPPH.
Guru berharap dengan adanya guru pendamping setiap perilaku yang N
lakukan dapat dipantau dan ditangani dengan baik tanpa menimbulkan kekacauan
saat belajar di kelas. Secara keseluruhan pernyataan tersebut peneliti simpulkan
berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan. Pernyataan peneliti
tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan guru kelas II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB V
PENUTUP
Bab V ini berisi tentang kesimpulan secara keseluruhan dari kegiatan
penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan berisi tentang
rangkuman hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian berisi tentang
keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini, sedangkan saran berisi tentang
masukan bagi para pembaca, peneliti selanjutnya, ataupun orangtua yang memiliki
anak yang mengalami GPPH.
5.1 Kesimpulan
Pola perilaku siswa yang mengalami GPPH selama proses pembelajaran
sedang berlangsung, N selalu menunjukan ketidakmampuan dalam mengatur
perilakunya, tidak bisa berkonsentrasi, bertindak sekehendak hatinya, tidak bisa
duduk tenang, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka berkhayal, dan emosi mudah
berubah-ubah saat melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH tidak stabil. Siswa memperoleh
nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran yang anak suka seperti Matematika,
Bahasa Inggris, dan TIK.
Persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH,
berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa setiap guru yang
mengampu di kelas II SD Bercahaya memiliki kesamaan dengan teori tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
anak GPPH, namun persepsi guru terkait dengan kondisi siswa yang mengalami
GPPH tidak memiliki kesamaan dengan teori anak GPPH.
Terkait dengan pola perilaku yang ditunjukan N, maka pemberian treatment
telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya pelatihan khusus, seperti
membiarkan siswa melakukan hal yang ingin dilakukan. Membiarkan atau
mendiamkan siswa yang mengalami GPPH itu menunjukan perilakunya yang
tidak biasa merupakan bentuk motivasi yang diberikan guru sebagai langkah awal
dalam penanganan. Kurangnya pemahaman guru tentang anak GPPH disebabkan
karena guru belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang cara terbaik
menangani anak berkebutuhan khusus terutama cara penanganan bagi anak yang
mengalami GPPH.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kesulitan peneliti untuk menentukan
waktu dan tempat yang tepat agar dapat melaksanakan wawancara dengan
orangtua N. Hal tersebut terjadi karena peneliti harus menyesuaikan dengan jam N
belajar di kelas, jika tidak maka N akan mencari Ibunya. Peneliti melakukan
wawancara sebanyak dua kali karena keterbatasan waktu dan tempat tersebut.
5.3 Saran
Dalam penelitian, seorang peneliti harus mampu memberikan sesuatu yang
berguna bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun saran-
saran yang peneliti berikan setelah peneliti meneliti permasalahan ini adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
5.3.1 Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini disarankan untuk menambah
pengetahuan dan memperbanyak informasi tentang anak yang mengalami GPPH,
persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak di sekolah dengan anak yang
mengalami GPPH, serta cara penanganan yang tepat bagi anak yang mengalami
GPPH. Selain itu, penelitian ini berguna sebagai sumber informasi agar peneliti
selanjutnya tidak mengalami kesulitan dalam menentukan waktu dan tempat
untuk melaksanakan penelitian dan tidak mengalami kebingungan ketika
melaksanakan penelitian dengan metode yang sama.
5.3.2 Bagi Guru
Peranan guru sangat dominan dalam membentuk karakter siswa. Saran bagi
guru yang anak didiknya mengalami GPPH agar dapat menyikapi dan
menangani setiap perilaku anak dengan baik. Bagi guru yang mempunyai anak
didik yang mengalami GPPH, hendaknya lebih memperhatikan lagi kebutuhan
anak, memahami karakteristik anak, serta memberikan pelayanan yang merata
kepada seluruh anak tanpa membeda-bedakan tingkat kecerdasan, kondisi fisik
maupun psikis anak. Guru kelas hendaknya juga berkolaborasi dengan guru
pembimbing khusus, kemudian sama-sama menangani dan memberikan
pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga potensi yang ada pada anak
berkebutuhan khusus dapat berkembang dengan optimal. Selain itu, guru di
sarankan untuk mengikuti seminar atau training untuk menambah pengetahuan
cara penanganan bagi anak GPPH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
5.3.3 Bagi para Orangtua
Bagi para orang tua yang anaknya mengalami GPPH agar selalu memberikan
semangat kepada anak tersebut dan tetap setia mendampingi dan memantau setiap
perilaku dan kemajuan belajar anak, supaya anak tersebut dapat selalu mengikuti
pelajaran yang diberikan di sekolah dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
DAFTAR REFERENSI
Aditomo, A. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya:Buku Teks Utama
Dalam Kelas Psikologi Lintas Budaya Tingkat Awal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:
PT.Refika Aditama.
Fadhli, A. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Fitriani, F. (2012). Menggali Potensi Di Sekolah Inklusif. Lentera Insan.
Grant. (2008). Terapi untuk Anak ADHD untuk Anak Hiperaktif, Sulit
Berkonsentrasi, Tidak Aktif, Kurang Perhatian,dll. Jakarta: PT.Bhuana
Ilmu Populer.
Hildayani, d. (2013). Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan
Khusus). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Hoza, d. (2005). What aspects of peer relationship are impaired in children with
attention deficit hyperactivity disorder. Journal of consulting and clinical
psychologi American psychologycal accociation, 411-423. (diakses pada
tanggal 18-4-2014).
Kusumawati. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Lejarnani, d. (2013). Efektifitas Teknik Rilaksasi Dalam Mengurangi Waktu
Perilaku Hiperaktif Anak Tunagrahita Ringan Di SDLB N 20 Pondok II
Pariaman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Volume 2, Nomor 3., 346.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu (diakses pada tanggal 25-02-
2014).
Moleong, L. J. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Omith. (2008). Essays and Theses. Retrieved April 18, 2014, from
http://www.scribd.com.school work
Rugaiyah, d. (2011). Profesi Kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Siregar, E. d. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogo: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumanto. (2014). Psikologi Umum. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic
Publishing Service).
Sumekar, G. (2009). Anak Berkebutuhan Khusus Cara Membantu Mereka Agar
Berhasil dalam Pendidikan Inklusif. Padang: UNP Press.
Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Utami, d. (2012). Pengalaman Ibu Mengasuh Anak dengan Resiko GPPH. Journal
Nursing Studies Volume 1, Nomor 1, 237-243.
Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offest.
Walgito. (2004). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: ANDI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LAMPIRAN 1
TEKS ANEKDOT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Teks Anekdot
Nama : N
Umur : 8 tahun
Lokasi : SD Bercahaya
Observer : Sylva Zaezara
Aspek yang diamati : Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Peneliti melaksanakan observasi langsung sebanyak empat kali dengan
rentang waktu yang berbeda-beda. Berikut peneliti akan mendeskripsikan hasil
dari observasi yang telah dilakukan peneliti. Observasi mulai dilaksanakan dari
bulan Juli sampai Oktober 2014 di SD Bercahaya. Langkah awal yang peneliti
lakukan sebelum melaksanakan observasi di SD Bercahaya, yaitu memberi surat
ijin penelitian kepada kepala sekolah. Setelah meminta ijin kepada kepala sekolah,
kemudian setelah itu menemui guru kelas, guru ekstra, guru pendamping, dan
orangtua untuk meminta ijin dan peneliti melakukan observasi partisipatif pasif.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif karena aspek yang akan diamati
peneliti intelegensi dan konsentrasi belajar, serta perubahan perilaku-emosi siswa
yang menglami GPPH. Hasil penelitian secara keseluruhan akan peneliti
deskripsikan sebagai berikut.
Pada bulan pertama peneliti melakukan observasi tanggal 23 Juli 2014,
peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di luar kelas saat mata pelajaran
olahraga. Peneliti mengamati tingkah laku N yang tidak bisa diam dan tidak bisa
menerima instruksi dengan baik saat mengikuti pelajaran olahraga di luar kelas.
Observasi kedua dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2014, peneliti mengamati
kegiatan belajar di dalam kelas. Pada saat itu peneliti belum melihat adanya guru
yang mendampingi N saat pembelajaran. Peneliti melihat tingkah laku anak yang
tidak bisa memusatkan perhatiannya saat guru mengajar mata pelajaran yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
anak sukai dan anak merasa asik dengan dunianya sendiri. Berdasarkan informasi
dari guru kelas N hanya menyukai tiga mata pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa
Inggris, dan TIK. Selain mata pelajaran yang disebutkan N tidak menyukai dan
merasa bosan saat belajar hal yang tidak ia sukai. Hal tersebut secara tidak
langsung mempengaruhi prestasi belajarnya. Selain mata pelajaran yang tidak N
sukai rata-rata nilainya di bawah KKM. Peneliti dapat berkata demikian, karena
pernyataan tersebut diperkuat dengan dokumen nilai yang peneliti peroleh dari
guru.
Observasi ketiga berlangsung pada tanggal 28 Oktober 2014, saat itu peneliti
melakukan pengamatan di dalam kelas. Saat melakukan pengamatan yang ketiga
ini peneliti sudah melihat ada guru khusus yang bertugas untuk mendampingi N
selama belajar di sekolah. Observasi berlangsung setelah istirahat pertama hingga
jam les selesai, yaitu dari pukul 09.00-12.30. Selama observasi peneliti
mengamati perilaku, konsentrasi dan kemampuan belajar anak selama di kelas.
Pada observasi yang ketiga ini, peneliti melihat bahwa N masih memiliki tingkat
konsentrasi yang kurang serta perubahan perilaku yang dari waktu ke waktu selalu
berubah. Faktanya, yaitu ketika N sudah menyelesaikan pekerjaannya dan rasa
bosan itu mulai muncul, N akan mencari alasan untuk keluar kelas pada saat jam
pelajaran belum selesai. Hal pertama yang dilakukan saat itu adalah menangis
karena tidak mendapat ijin dari guru pendampingnya ketika N minta keluar kelas
untuk mencuci tangan dan mencuci penghapusnya yang kotor.
Berdasarkan cerita dari guru pendamping dan orangtuanya, N memang anak
yang tidak bisa kotor kalau dalam bahasa sehari-harinya itu “jijian”. Walaupun
pernyataan sebelumnya N memang anak yang tidak bisa kotor, namun hal kedua
yang dilakukan N adalah memainkan ludahnya sendiri dengan tangan. Kemudian
oleh guru pendampingnya N disuruh mencuci tangannya hingga bersih. N tidak
mudah lelah, dia selalu bergerak kesana kemari dan kemudian hal ketiga yang
dilakukannya adalah melepas sepatu di saat jam pelajaran masih berlangsung. N
merasa tidak nyaman karena didalam sepatu ada sesuatu yang mengganjal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kakinya, walaupun pada akhirya sepatu itu akan dipakai lagi setelah N kotoran
dalam sepatu itu kepada guru pendampingya.
Kegiatan observasi berikutnya berlangsung pada tanggal 29 Oktober 2014
dan peneliti melakukan pengamatan di luar kelas saat jam olahraga berlagsung
selama 3 jam berturut-turut dari pukul 07.00-08.45. Pada saat itu peneliti melihat
N sedang duduk sendiri asik dengan sesuatu yang dia pegang yaitu cat air
berwarna kuning. N terlihat menghindar dari teman-temannya dan asik berjalan-
jalan sesuka hatinya. N terlihat tidak bisa mengikuti kegiatan olahraga dengan
baik. Ketika peneliti mencoba mendekati dan sedikit melakukan perbincangan N
terlihat acuh tak acuh dan tidak berusaha menjawab dengan baik apa yang peneliti
tanyakan, namun N selalu memperlihatkan sesuatu yang sedang dia pegangnya
dan berkata “yellow”. Kemudian kembali dengan tingkah lakunya yang tidak bisa
diam terus berjalan tanpa merasa lelah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LAMPIRAN 2
DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 2.1
Pedoman Wawancara dengan Siswa
1. Riwayat Siswa
- Nama (disamarkan)
- Usia
- Jumlah saudara kandung
- Hobi
2. Kegiatan Belajar
- Di rumah
- Di sekolah
- Hal yang dilakukan saat bosan belajar di sekolah
- Akibat melakukan hal itu
3. Mata Pelajaran
- Pelajaran yang disukai
- Pelajaran yang tidak disukai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 2.2
Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas II
1. Identitas Guru
- Pengalaman guru mengajar
2. Ciri-ciri yang dimiliki siswa yang mengalami GPPH
- Secara Fisik
- Secara kognitif
- Secara afektif
- Secara psikomotorik
3. Persepsi guru
- Cara mengetahui bahwa anak tersebut mengalami GPPH
- Cara penanganan terhadap anak yang mengalami GPPH
- Upaya atau motivasi
4. Nilai
- Nilai yang diperoleh anak yang mengalami GPPH
- Perubahan nilai sampai saat ini
- Kesulitan dalam pemberian nilai
5. Interaksi
- Interaksi di dalam kelas dengan guru
- Interaksi di dalam kelas dengan siswa lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 2.3
Pedoman Wawancara dengan Guru Ekstra Kelas II
(Mengajar TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga)
1. Identitas Guru
- Pengalaman guru mengajar
2. Ciri-ciri yang dimiliki siswa yang mengalami GPPH
- Secara Fisik
- Secara kognitif
- Secara afektif
- Secara psikomotorik
3. Persepsi guru
- Cara mengetahui bahwa anak tersebut mengalami GPPH
- Cara penanganan terhadap anak yang mengalami GPPH
- Upaya atau motivasi
4. Nilai
- Nilai yang diperoleh anak yang mengalami GPPH
- Perubahan nilai
5. Interaksi
- Interaksi di dalam kelas dengan guru
- Interaksi di dalam kelas dengan siswa lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 2.4
Pedoman Wawancara dengan Guru Pendamping
1. Identitas Guru
- Pengalaman guru menjadi pendamping
2. Ciri-ciri yang dimiliki siswa yang mengalami GPPH
- Secara Fisik
- Secara kognitif
- Secara afektif
- Secara psikomotorik
3. Persepsi guru
- Cara mengetahui bahwa anak tersebut mengalami GPPH
- Cara penanganan terhadap anak yang mengalami GPPH
- Upaya atau motivasi
4. Interaksi
- Interaksi siswa di sekolah
- Interaksi siswa di rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 2.5
Pedoman Wawancara dengan Orangtua Anak yang Mengalami GPPH
1. Identitas
- Profesi orangtua
- Jumlah anak
2. Kebiasaan Anak
- Setelah pulang sekolah
- Saat belajar dirumah
3. Nilai yang diperoleh anak
4. Interaksi
- Interaksi di lingkungan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
LAMPIRAN 3
DAFTAR TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 3.1
Transkrip Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II
Waktu Pelaksanaan : 29 Oktober 2014
Pukul : 11.15-11.52
Pertanyaan Jawaban
Gini pak e sebelumnya saya mau nanya nama lengkapnya bapak siapa?
F… P…. R..
(mengulangi pembicaraan guru)
F. P. R.
Pak P mengajar kelas berapa ee di SD ini?
Di dua A (mengulangi jawaban guru)
Dua A
Ee seperti yang sudah saya liat juga e..e di kelas dua A itu ada anak
yang mengalami GPPH tidak pak?
GPPH itu maksudnya e mengalami gangguan pemusatan atau perhatian
dan hiperaktifitas di kelasnya bapak?
Hee,eemmm
Iyaaa (menanggapi jawaban dari guru)
eeee…
Ya cuma satu itu namanya N. Udah toh.
Itu saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
ee N tadi…
Kenapa bapak bisa bilang kalo N itu dinyatakan hiperaktif itu ada bukti
apa gitu?
Heee,eemmm (menanggapi pernyataan guru)
eeeeeeemmmmmm, gitu.
Hiperaktif (dengan tegas saya menanggapi pernyataan dari guru)
Hee,em …
Seperti itu…
Okeh.
(menanggapi pernyataan dari guru)
eeeeeee, kalo bukti fisik dari mamanya kan belum yaa..
tapi dari pendampingnya kan saya pernah omong-omong saya
menanyakan kok N itu, apakah ada sesuatu yang istimewa
dari anak? Dia bilang pendamping yang laki-laki itu yang
dari apa kumon itu bilang N itu autis hiperaktif ya.
Jadi ee dari cirinya aja kalo autis itu anak itu tidak mau
bertatap muka, bertatap muka secara langsung, dan kalo kita
e memberi perintah itu harus bertatap muka, tatap mata
dengan mata, kalo tidak ee perintah kita itu hanya dianggap
angin lalu aja.
Berarti dia memahami dan melaksanakan perintah itu ya dari
tatap mata. Itu tu yang secara mudah kalo anak itu
dikatakan… ee autis ya autis.
Kalo masalah bukti fisik orangtua mungkin hanya
memberikan kepada kepala sekolah saja, kalo saya kan ga
tau, tapi kalo dia sudah mengakui itu lebih baik dari pada
tertutup. Permasalahan orangtuanya itu menyekolahkan disini
itukan karna memang eeee ya mungkin dari segi biaya bisa,
tapi kalo repotnya yaa bahwa guru di SD Sang Timur tidak
ada yang berkompeten untuk menangani anak-anak seperti
itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Kalo ee selama belajar berartikan Pak P baru sekali ini menangani anak
seperti ini di kelas gitu ya pak?
He,eh iyaaa (menanggapi jawaban guru)
Iyaa, menangani
Selama belajar apakah bisa N itu memusatkan perhatian atau
berkonsentrasi penuh pada pembelajaran yang diajarkan oleh Pak P?
Hemm……….. hemm………
Oke.
He,em…
Iya.
Yaa mungkin hanya 50% ya, 50% kalo saya 50%. Karena
terus terang dia akan mengerjakan cepat-cepat, cepat selesai.
Anak masih ribut, dia sudah bekerja terutama pelajaran-
pelajaran yang dia gemari matematika ya, dan bahasa Inggris
lalu komputer. Kalo bahasa Inggris, komputer saya tidak
mengajar ekstra ada gurunya sendiri.
Oooooohh gitu..
Pihak lain,, oooh yaa…
Ooohh gitu..
Oooohh gitu..
Pendamping N.
Nah, tapi kalo pelajaran selain matematika dia memang
cenderungnya menolak artinya dia itu cepat bosan..ya cepat
bosan, karna memang ndak suka. Yang namanya gak suka
anak hiperaktif itu tidak bisa dipaksakan nanti malah kita bisa
merepotkan lingkungannya. Lingkungannya itu artinya e
siswa yang lain, makanya begitu dia selesai ya sudah saya
diamkan aja yang jelas dia tidak mengganggu temannya, beda
kalo dulu kelas satu sering mengganggu.
Kalo gurunya menjelaskan dia tidak..tidak apa.. tidak
keinginan mereka dia akan protes, tapi dengan adanya
pendamping itu bisa untuk istilahnya ee mengontrol N, ya
mengontrol N. Artinya eee guru yang tidak bisa..apa seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Okee..
(menanggapi jawaban dari guru kelas)
saya ya tidak bisa mengatasi bisa di atasi oleh
pendampingnya.
Tadikan bapak bilang eee bahwa N itu ya hanya 50% bisa mengikuti
pembelajaran dengan konsentrasi yang penuh. Iyaaa..
Ada contohnya gak pak, misalnya selama belajar gitu?
Hee,emm.
Yaaaaaaa, ini sih ini kalo hasilnya hasilnya memang dia
menginginkan nilainya itu seratus, nilainya seratus biarpun
kenyataannya yaa kalo matematika ini mungkin ee bisa di
atas KKM ya hasilnya kalo itu yang saya amati untuk bidang
matematika. Tapi untuk bidang Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegara itu kadang-kadang kalo pas agak sulit itu dia
bisa di bawah KKM.
Eeeeeeeeemmmmmm, berarti pembelajaran yang selain dia tidak suka
bisa di bawah KKM?
Iyaa, selain yang dia suka dia pasti di bawah KKM.
Bahasa Indonesia juga sama, misalnya kalo dia itu
banyak..kan ada yang menulis, menulis halus. Misalkan
menulis halus, kan tegak bersambung itukan udah ada
aturannya kan ada garis, ada garis tidak boleh melebihi garis,
tapi mereka selalu melunjak, tapi kalo disuruh menghapus dia
selalu N selalu berontak kan dia tidak “saya ndak mau”, ya
makanya saya diamkan daripada mereka… ya udah saya
biarkan.
Tapi biarpun sudah ada pendampingnya, sudah di arahkan dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Oooohh gitu,,
Iyaa..
Eeeeemmmm…
eee he,emm
pasti berteriak-teriak, makanya ya biarkan aja yang penting
dia nulis, dia nulis ee tidak diinginkan yang namanya nulis
halus kan pelan, yang namanya nulis halus kan keatas itu tipis
kebawah itukan tebal. Nah, istilah kalo dulu kan menulis
tebal tipis yaa, itukan tulis latin tegak bersambung, tapi kalo
N ya sudah ndak ada apa rambu-rambu itu rambu-rambu
udah melunjak. Karna dia memang udah, udah apa ya seperti
itu anaknya, makanya kalo nulis halus ya nilainya C selalu C.
tapi ya mungkin kalo saya anggap bagus sedikit ya tak kasih
B min, tapi min tidak pernah B.
Ooh gitu.
Pokoknya yang dia….
B… oohh (menanggapi jawaban guru dengan sedikit tertawa)
Eeeeemmm,, okee
Ya itukan sebagai bukti untuk bahasa Indonesia.
Lalu ini eee apah kalo ada jawaban yang yang apa suruh
melengkapi, melengkapi yaa dia itu keinginan kalo pas
melengkapi inginnya dia itu ini ya sudah. Padahal harusnya
adalah jawaban yang lain, tapi dia ndak mau. Ya biarpun
pendampingnya sudah mengatakan endak harusnya ini, dia
kadang-kadang gak.
Tetep memberontak tidak mau gitu?
Oohh gitu,
Iyaa mempertahankan..tetapi ketika sudah ditulis, misalkan
anak-anak ada yang menulis jawabannya itu yang punya udah
jawabanya itu dan tidak sesuai dengan N dihapus. Iyaa, itu
yang aktifnya itu berontak kadang-kadang sering dia
bertentangan dengan anak-anak. Ya mungkin kalo nulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
terlalu banyak,, makanya kalo saya misalkan contoh konkret
jumlah soal saya tidak pernah menyebutkan berapa.
Kalo misalnya menyebutkan?
Hee,eh
Kalo menyebutkan sepuluh nanti kerepotannya kan waktu
itukan kita idak bisa menjamin. Waktu itukan misalkan
setelah istirahat misalkan dari jam 09.00 sampai jam 10.45.
kalo sampai.. yang N, pak soalnya berapa? Sampai berapa?
Saya tidak pernah menyebutkan jumlah, pasti pelajaran kita
sampai jam 10.45.
Hee,emm
Oooooowwwwww,,
Hapus…. (sedikit tertawa)
yang lain
(menanggapi pertanyaan dari guru)
Eeemmmm,,,
Karna pernah saya menyebutkan jumlah terucap saya tidak
tidak secara sengaja menyebutkan sampai sepuluh padahal
waktu itukan masih banyak itukan bisa dimanfatkan untuk
penambahan soal untuk bentuk yang lain sesuai dengan KD
misalkan itu N ndak mau protes, nanti halaman sepuluh
sebelas dihapus kan kasihan yang yang lain, makanya saya
terus wha ya kalo sudah gitu saya ganti dengan pelajaran
yang misalnya menggambar kan sudah stop. Menggambar
tapi saya ambil yang berhubungan dengan misalnya kita tadi
pas bicara mengenai wisata saya misalkan gambar yang
berhubungan dengan pantai berhubungan dengan wisata. Ya
sudahkan, biar anak itu tidak terlalu banyak berontak lalu
kalo dia berontak kan lalu menggangu lingkungannya.
Karena anak autis tidak pernah, gak mau tau dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
lingkungan sekitarnya.
Untuk sosialisasi juga sangat kurang.
Kalo misalnya mendengar cerita bapak tadi ya pelajaran yang disukai
sama yang tidak disukai , menurut bapak itu logika dan penalaran N itu
bagaimana anak hiperaktif kaya N?
He,eh..
Ohhh, he,em maksudnya..
Eeeeeee, kalo menurut masnya itu untuk menalarnya itu..ini
apa, kalo masnya itukan bilangnya sesuai sudah dari… apa..
eee penelitian dari psikiaternya ya yang katanya ada. Itu
katanya memang di bawah rata-rata untuk nalar. Jadi kadang-
kadang juga kerepotan kalo bentuk-bentuk jawaban- jawaban
yang sulit, kadangkan dia terus Tanya “maksudnya apa?”.
Kalo anak yang lainnya sudah tau, begitu mbaca soal sudag
tau arahnya, maksudnya. Tapi kalo N tanya “ini maksudnya
apa?” (dengan nada meniru gaya N bicara) sama
pemban..pendampinnya. Nah, pendampingnya lalu a
menjelaskan seperti itu.
Nah, itu yang yang bisa jadi dikatan masnya bahwa daya
nalarnya N itu tidak..tidak begitu sempurna. Artinya, di
bawah rata-rata teman sebayanya mereka.
Kalo logikanya masih bisa?
Ooooohhhh,, tidak sesuai yang diinginkan.
Logikanyaa, juga sama kadang-kadang logikanya dalam
matematika dia dong yaa, tapi kalo nanti logika dalam PKn,
dalam bidang apa eeee bahasa Indonesia. Sebagai contoh aja
soal PKn misalkan, tuliskan tindakanmu atau sikapmu sesuai
dengan sila ke.. pertama, kan tindakan apa kan jelas tindakan
tapi tindakan itukan tingkah lakukan. Tapi yang ditulis N
adalah sila pertamanya, yang yang itu tindakan yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Pendampingnya (menanggapi jawaban dari guru)
Okee..
sesuai yang diinginkan. Dadi nulisnya hanya ketuhanan yang
maha Esa. Dia dong ketuhanan, tapi ini salah marah. “betul..
kan sila pertama” (dengan menirukan gaya bicara N) yang
saya tanyakan adalah tindakan apa yang kamu lakukan sesuai
dengan sila pertama. Dia kemudian lalu berpikir dibantu
oleh…. Pembantu, pendampingnya baru dong, ooohh ya
sudah dihapus yaa dengan marah-marah. Lalu ya Cuma
berdoa pada Tuhan, kan tindakan Cuma itu aja.
Kalo dari perilakunya pak, bagaimana N menyikapi semua kegiatan
yang tadi bapak jelaskan di kelas, selama pembelajaran di kelas N
gimana?
Ohh gitu..
Yaaaa anu ndak ndak, acuh tak acuh.
Yaaa ya yang namanya itu untuk memperhatikan ya ndak
bisa, karna kalo saya me….nerangkan itukan tidak bisa
saya… yang namanya autis kan mata, menjelaskan mata ke
mata ndak bisa. Kalo saya fokus pada N yang 23 siswa berarti
saya kesampingkan.
Berarti maksudnya acuh tak acuh disini gimana pak?
Berarti….. eeee sendirinya.
Ya udah dia tidak me… saya menjelaskan dia asik dengan
dunianya sendiri menggambar. Yang lainnya mendengarkan
itu N asik dengan dunianya sendiri, yaitu entah itu doa pagi
ya asik dengan dunianya sendiri.
Menggambar pake spidol hitam kalo ndak lupa bawa ya
marah.
Kalo misalnya pak pak memberikan suatu instruksi ya atau perintah
apakah N harus tangkap atau berulang kali?
Tulis. Kalo tulis dia lebih mudah kan dia kan membaca lalu
akan tanya sama apa..pendampingnya maksdunya apa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
biarpun saya udah menjelaskan tapi diakan memang harus
perlu… pendampingan.
Ohh tulis,,, (menanggapi jawaban guru)
Pendampingan (merespon jawaban dari guru)
Memang..memang si N kan harus sekolah khusus, harus
pendampingan secara khusus, biarpun nanti dalam
tingkatannya mereka akan… pertama didampingi secara
khusus, kemudian nanti yang kedua sudah saya di sekolahan
khusus.
Disini tadikan Pak P bilang ee memberikan suatu perintah atau
instruksi dengan ditulis gitu ya pak.
Tulis aja. Saya selalu selalu tulis.
Apa e tapi dengan tulis itu N langsung paham terus langsung N bisa
menjalankan perintah itu dengan baik?
Iya.
Ooooooohhh, bisa..
(menanggapi jawaban dari guru)
Yaaaaa, bisa kan kalo..yang namanya kelas dua perintahny
akan selalu simple ya tidak bertela-tele, misalkan gambarkan
misalkan gambarkan atau tuliskan apa…
Berarti menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh anak?
Iya kata-kata yang mudah dipahami anak, terutama ya itukan
saya mencari kan juga untuk membantu N sendiri daripada
saya memberi..yang rumit lalu dia nanti gak suka nanti ee
akhirnya aka berontak lagi.
Berontak lagi? Yaa itu marah
Berarti kalo misalnya N merasa bosan gitu pak langsung..? Yaa sudah. Dia jalan keluar seenaknya aja. Bosan gitu ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
keluar.
Jalan kesana kemari di kelas gitu?
Iyaaa.
Kalo di kelas ndak ndak..lah kadang-kadang misalkan di
kelas itu kalo jalan itu melihat suatu barang yang..bagi N itu
suatu hal yang baru pasti akan diminta.
Oooooo,, berarti ketika bosan dia mencari seseuatu yang dia..?
Iyaaaa, mencari sesuatu. Biasanya, makanya oleh..oleh
mamahnya disediakan spidol hitam dia kan kalo bosan ya
sudah gambar.
Eeeeeemmmm,, oh gitu..
Masih banyak, ooooooo…..
Sempurna.. okee
Oohh gitu…
Iya. Pokok men dia itu prinsipnya gini tugas saya selesai,
misalkan ada soal sepuluh ya sudah selesai. Ya memang
waktunya masih panjang, maka saya tidak mengatakan
sampai sepuluh soal ndak, tapi sepuluh di papan tulis itukan
sepuluh kan.., itu bagi N bisa dia cepat biarpun nanti
pekerjaannya tidak sempurna pasti ada yang salah, tapi dia
cepat.
Tapi bagi teman yang lain itu….baru ada yang mengerjakan
sampai nomer tiga, ada yang baru mengerjakan sampai nomer
lima, ada yang enam, tapi bagi mereka anak-anak yang lain
itu bisa sempurna. Biarpun ada beberapa anak seperti Aang,
Desto, Natan, Raka itu ya lelet lambat ya kemampuannya dan
anak ini kalo secara apa..matematika pelajaran matematika
dia kalah dengan N.
Iya.
Eee, Pak P kan sering melihat ee N gitu selalu bergerak dan seolah- Eeeeeeeeeeeeeeeee…..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
olah ee tubuhnya itu digerakan oleh mesin gitu loh pak dan tidak
pernah lelah gitu.
Ya itu tadi… istilahnya dia itu apa ya…
Apakah dengan tingkah lakunya yang seperti itu, perilaku yang seperti
itu dapat berinteraksi dengan teman atau guru dengan baik?
Hee,,eem …
Hee,eemmm…
He,emm..
Hemmm…
Kaloooo dengan teman itu biasanya saat istirahat, tapi kalo
pelajaran kan dia sudah asik dengan dunianya sendiri dengan
menggambar-gambar itu.
Ya…
Tapi kaloo udah anu yaaaa….itu.
Dia mengerjakan satu sampe, satu sampe sepuluh misalnya,
sampe tiga soal itu udah lalu keluar yo entah cuci tangan ato
penghapusnya dicuci pokok men dia itu selalu itu keluar,
selalu ingin keluar.
Kalo yang ya saya tidak bisa apa..me..ngekang mereka,
daripada teriak-teriak yak an ya sudah.
Berarti e sebenarnya ee in..eee N itu punya interaksi sosial yang baik
tidak pak? Kalo sosial yang baik tidak.
Kurang ya?
Yaaa… yang baik.
Ya, artinya gini yang ndak baik itu namanya pinjam selalu
bilang “saya pinjam” dan kalo mengembalikan pasti
“terimakasih” gitukan kalo yang baik.
N ndak.
N itu mengambil biarpun di dalam tas dia buka tas.
Ya biarpun ndak ada, misalkan.
Misalkan dia mau pinjam spidol, spidolnya yang hitam itukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Eeeeemmmmmmm,
dia bawa, spidol hitam itu kan habis tidak bisa digunakan.
Dia selalu punya ingatan bahwa yang sering membawa spidol
ini si A, si B.
Eeeeemmmmmm, berarti sudah tau sia..?
Oooohhhh,
Ooooooooooooooooooo……
Oooooooooohhhhh, gitu.
Iya. Makanya dia akan mendatangi si A si B dan dia selalu
minta spidol hitam, biarpun si A dan si B itu sudah saya
larang untuk tidak membawa.
Saya ndak bawa N, ndak bawa“
Dia gak percaya pasti akan membuka. Buka tas di udal-udal
ndak ada marah.
Terus nangis?
Hee,em..
Oke.
Dia dia akan terus mencari yang lain cari yang lain yang
lainnya.
Dadi makanya oleh pendampingnya itu selalu di..di.. yaa..
di…
Artinya kalo yang sama mas nya itukan dipegang mukanya
tatap mata “ndak ada, ndak boleh” gitukan.
Makanya seperti itu.
Tadi bapak bilang ee interaksinya sangat kurang e yaa gak sangat,
maksudnya ada kurang gitu. He,eh.. Iyaa..ada kurang.
Hal apa yang membuat, kira-kira membuat ku..ee anak itu kurang
berinteraksi apa ya pak?
Apakah dari pihak..?
Yaitu tadi, egonya egonya.
Egonya N cukup tinggi, lalu apa...(sambil mengecap suara).
Eeeeeeeeeeeeeeeeeee, sosialnya mereka itu kurang apalagi
tidak di dukung terus terang dia itu kan di lingkungannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Egonya N.
Ooh gitu..
(menanggapi jawaban guru)
juga tidak bermain dengan orang lain.
Kalo dari penilaian gitu pak, apakah setiap mapel ee kecuali
matematika gitu ya pak yang lain mapel ee nilai-nilai kaya PKn gitu
semuanya bener-bener di bawah rata-rata semua pak?
Kecuali matematika, kecuali yang dia suka gitu (menanggapi
pembicaraan guru)
Yaaa gak.
Tergantung… yaitu tadi..
Kecuali yang dia suka iya.
Kaloooooooo nilainya ya kadang-kadang ya naik turun, naik
turun, naik turun gitu mba itu aja.
Oooooooohh,
He,em
Pendamping.
Tergantung… iyaaaa
Dari bentuk e misalkan PKn, kalo bentuknya itu hanya silang
kan ada toh yang pake tanda centang misalkan yang dibaca,
misalkan apakah ini sesuai dengan sila ini? Dia bisa.
Tapi kalo sudah nulis dengan kata-kata itu kadang-kadang yo
melenceng jauh.
Misalnya kalo ulangan kan kalo latihannya dibimbing oleh
anu kan pendamping ndak masalah, tapi kalo ulangan
pendampingnya langsung lepas itu kadang-kadang dia
tidak..menjawab tidak sesuai dengan perintah apa yang
ditanyakan.
Ya.., memang hasilnya tidak tidak begitu jelek. Tapikan
kadang-kadang pas KKM, tapi suatu saat dia di atas KKM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Okeh. jadi ga pasti.
Ya, tapi kalo matematika dia selalu di atas KKM, mungkin
bahasa Inggris juga selalu di atas KKM kaloo saya liat ee nile
UTS nya itukan kelihatan sekali. Nilenya bisa..bisa liat itu
dari bahasa, dari PKn dan matematika selalu di atas bahasa
atau PKn.
Tapi yang tema kedua itu dia bisa..jadi tergantung bentuk,
bentuk soal.
eeeee..
Pak P tadi bisa mengatakan ee gak eeeee mengatakan se..cerita
semuanya tentang N gitu. Sekarang ee pandangan bapak atau persepsi
bapak terhadap ee anak seperti N itu gimana pak?
Cara pandang bapak melihat tingkah laku N yang hiperaktif kesana
kemari, gitu selama ini?
Hiperaktif (mencoba menanggapi pembicaraan guru)
He,em..
(menanggapi pernyataan dari guru)
Eeeemmm,
Yyaaaaaaaa, kaloo saya yaa yang penting kalo dia tidak
mengganggu temannya ya saya diamkan aja..wooongg e
mereka woong…….
Saya udah agak tau dikit kalo yang namanya
hip..opo…hiperaktif opo … hiperaktif autis itukan selalu
dengan dunianya sendiri.
Makanya ya biarkan aja yang penting kan ini bukan sekolah
khusus ya kan?
Ini sekolah umum saya harus eeeee bisa merangkul
semuanya, biarpun yang satu bermasalah ya saya terima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Oohhh gitu…
Hee,emmm
Okeh..
Tapi kalo kalo anak yang lain seperti N ya saya marahi, jalan-
jalan itu saya marahi. Pasti akan saya marahi, karna memang
mereka bukan seperti N ya kan, makanya yaa dengan ee
pembinaan yaa saya tegur ndak boleh, kamu ndak boleh
jalan-jalan, ndak boleh ini…. Ya kan.
Tapi kalo N..... ya sudah, wong mereka cuma jalan ya ndak
mengganggu cuma hanya keluar aja.
Dia mau misalkan aja dia mau kebelakang, ya udah dia
langsung nyeruntul aja.
Tapi kalo yang lain kan selalu, “ pak, ..” selalu ada ijin, “pak
saya ijin mau kebelakang”, ya kan.
Mau minum aja yang paling sederhana , datang “pak boleh
ndak saya minum?“, “oh, boleh”.
Tapi kalo N ya ndak ambil aja….
Iyaa beda sekali (dengan nada lirih).
Ya pak, dengan dengan segala pemberontak N sering berontak gitu
pak, terus suka jalan-jalan sendiri gitu cara penanganan bapak gimana,
misalnya e agar N untuk tenang dulu lah sejenak jangan jalan-jalan
dulu.
eeeeeeeeeee,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Ada cara penanganan khusus gak yang bapak berikan?
Yaa, he,eh (menanggapi jawaban guru)
Ohh gitu…
Kalo saya bukan ahlinya ya.
Makanya yaaa…. Saya diamkan sejauh anak itu tidak
mengganggu. Karna kalo saya tekan, dia akan berontak lalu
akan membuat gaduh, suasana kelas tidak nyaman berartikan
saya merugikan siswa yang 23 itu.
Dari pada saya menekan ehermm hanya untuk mereka untuk
tenang lalu dia berontak.
Kan saya, prinsip saya mengutamakan yang 23 itu. Karna
memang saya tidak tidak tidak ahli untuk menangani itu, ya
kan.
(guru menjawab pertanyaan dengan batuk-batuk)
Beda kalo di sekolah khusus autis, di autis senter itukan satu
anak satu pendamping, itukan sudah jelas kalo disinikan saya
ndak bisa.
Karna kalo saya menangani N terus yang lain terabaikan
nanti wali murid yang 23 banyak yang protes. Ya kan.
(guru batuk-batuk lagi)
Oh ya pak mungkin….(belum selesai bicar)
Pendamping, adanya pendampingkan karna protesnya wali
murid.
Iyaa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Oooohh, yaa..oohhh, gitu pihak sekolah…. (belum selesai bicara
dipotong lagi oleh guru)
Oke, bener.
Dulu..dulu kan e di kelassatu kan ndak ada makanya banyak
berontak dan terus terang guru yang satu kan selalu mee apa..
memproteksi.
Tapi saya melihat dengan pengalaman guru yang di kelas satu
dengan memproteksi N selalu memberontak, saya kan e cari
celahnya gimana toh N itu…
Ohohh, ya udah biarkan aja, keluar cari mamanya ya udah
biarkan aja.
Saya tidak mengikuti N mau cari nananaaaaaaa…..
Yang penting N keluar mamanya ada ya sudah. Nanti dia
suruh masukkan ya mau masukan N bukan saya eee apa
mamanya kan. Kalo saya ngetut..ngetutke lalu yang e yang 23
itu bubar, pelajaran saya tidak tercapai, materi saya tidak
selesai. Saya ya udah memang anak itu bukan di sekolahan
umum, makanya yaaa saya sejauh dia tidak merugikan
temannya saya biarkan.
Eee, kan bapak baru menangani N di kelas dua ini ya pak.
Adanya pendampingan itu sejak awal semester kelas dua atau baru
berapa bulan ini sebelum awal semester?
Iya, he,eh …
Iya kelas dua.
Iyaa, kemaren baruu agustus kan pertengahan agustus itu aja.
Yaaa setelah itu e pertama kali kan mungkin mbak-mbak PPL
sudah mendampingikan, jelas itu.
Nah, itukan itu dalam rangka orangtua mencari pendamping
kan tidak semudah mencari pendamping seperti itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Pendamping
(menanggapi cerita dari guru)
Memang pada saat itu memaaang pendampingnya itu yang
putri itu memang sebenernya pas dia psikiater khusus autis,
tapi permasalahanya kan dia kuliah, masih nulis skripsi, lalu
dia ditambah lagi menikah maka dia keluar, ya diakan juga
orang jawa timur kan tidak bisa itu……
Dan sekarang pendampingnya yang laki-laki itu masnya dari
kumon yang bisa… ya memang N juga les disana di kumon.
Kan memang dia suka matematika ya dia nuruti (dengan nada
lirih).
Eeeeeemm….
Yang satunya inikan perawat, yang namanya perawat itu kan
iyaa secara langsung kan udah di didik menangani anak ini
kan paling ndak kan dalam satu semester ada, ya kan.
Kalo saya yaaa ndak ada cuma saya hanya belajar dari
pengalaman di kelas satu seperti apa saya terapkan ya sudah.
He,emm
Iyaaa….
Suruh jangan keluar gitu?
(tertawa mendengarkan cerita dari guru)
Saya ndak mau terus terang dengan mamanya dengan suster,
“ suster saya ndak mau kalo N buat ulah misalkan keluar
terus saya ngetutke, menahan saya ndak mau.
Iya, saya ndak “N jangan keluar”, dia berontak. Kalo
berontak 23 anak ini yaaaaaaaaaaa… ya keteteran kan.
Makanya saya biarkan aja, mau dia mau…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Eeeemm,,,,
Eeeemmmm,,,,
He,em
Jadi ya sebetulnya kalo secara pendidik ya salah yaa tapi saya
tidak akan mau mengorbankan yang lebih banyak karna
pengalaman jangan sampe saya itu di protes oleh wali murid
hanya gara-gara saya itu fokus pada N.itu saja.
Tapi saya adil pada semuanya, ya kan?
Kalo saya fokus nah yang lain yang 23 keteteran dia nanti
pasti akan laporkan dirumah. Dia selalu akan dipantau oleh
orangtuanya bagaimana?
Ooooooooohhhhh,
Terus dilaporkan?
Eeemmmmm,
Yang namanya N itu dari kelas I dipantau terus dan sampai
anak itu dan selalu menulis, dulu kelas satu kan ada buku e
yang namanya buku apa e refleksi itu kan kemudian menulis,
menulis hari ini saya sed..sedih karna tidak bisa pelajaran
dengan nyaman karna N gini..gini..gini..
Hampir semua rata-rata sikap, hampir semua itu kan,
hari ini perhatian guru hanya pada N, saya tidak pernah
diperhatikan.
Saya jangan sampai seperti itu, kan ini sekolah umum
BUKAN sekolah khusus.
Tetapi ya karna sudah sekolah sudah menerima mau ndak
mau yaa..kita juga harus menerima biarpun amat sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
keberatan, kwualahan .
Milik dia?
emmmm
Apalagi kalo saya marah, misalkan aja kalo menggunakan
laptop nah ini..
Karna segala sesuatu barang yang ada
itu dianggap oleh N itu miliknya, itu repotnya sekali.
Jadi apa yang dia temenya punya langsung diamil?
Oooohhhhh,
Kembalikan
Iyaaaaa, itu milik ku….
Biarpun nanti yaa hanya saja setelah dijelaskan itu bukan
punya dia toh, kembalikan.
Kembalikan kadang-kadang kalo dia di mod a dikembalikan
jalan, kalo ndak ya di lempar.
Oohhhh,,
Sesukanya dia berarti ya?
(sambil tertawa)
Okeh.
Iyaa yaa, makanya itu tadi sesuka..
Dulukan pernah mengalami belum adanya pendamping sampe
sekarang udah adanya pendamping apa Pak perbedaannya?
Emmmm,,
He,em
Iyaaa..
Yaa, perbedaannya kalo ada pendampingkan mudah-mudah
ee saya tidak kerepotan untuk mengatasi N.
Jadi, saya bisa fokus memberi materi atau pembelajaran pada
anak-anak itu udah fokus, ya kan..
Karna segala sesuatu gerak N yang menyimpang, itukan
sudah di atasi oleh pendampingnya, ya kan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
biarpun dia, misalkan mau keluar gitukan terkadang
pendampingnya kan menarik, mau kemana?
Eeee mau… nneeee….
Tapikan juga, pendampingkan juga juga tau. Kalo dia udah
teriak, ya udah di lepas.
Karna juga ingin tidak mengganggu lingkungannya.
Ya itu aja.
Terakhir pak, ee karna Pak P itu guru kelasnya N gitu.
Eeee bentuk motivasi apa yang diberikan e untuk N supaya ya
pembelajarannya ya bisa dia terima juga?
Memberi kebebasan N?
Ohhh gitu,
Penalarannya gak…
Iyaa
Emmmmm….
Yaa, motivasinya yaaaa..
Apa ya?(dengan nada lirih)
Ya memberi kebebasan mereka aja, y kan..
Karna kalo terus terang N …
Iya kebebasan N, apa yang..yang ingin N inginkan ya sudah
saya biarkan aja.
Ya soalnya kan, mereka, N itukan tidak bisa yoo tadi Logika
untuk dan penalarannya ..dan dia he,hem perkembangannya
itu lambat, lambat sekali.
Makanya, eeee kalo mungkin di sekolah khusus mungkin
juga tidak perkembangan nalarnya juga lambat ee makanya
oleh orangtuanya di sekolahkan umum.
Biarpun toh nanti suatu saat nanti perkembangan nalar itu
akan mentok, tok itu ada levelnya. Itu menurut, menurut
psikologinya itu ada level mentok tidak bisa berkembang.
Tidak bisa berkembang berdasarkan psikologi yang itu mengatakan…
Katanya… (sambil tertawa)
Iyaaa, psikologi.
Katanya menurut mas nya itu, tapikan yang namanya ee yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
iya di atas kan beda dengan yang di bawah, ya.
Sudah di tok, di fonis bahwa itu pasti tidak bisa sembuh
fonis, tapi kenyataannya mungkin sembuhkan?
Ini yang namanya penyakit HIV, fonis pasti mati toh dengan
pertolongan orang lain bisa e itukan bisa sembuh.
E, Pak P pernah eee dari orangtua gitu pernah berbicara tentang N?
Ee saya secara langsung ndak pernah menanyakan ke
orangtua
Menanyakan napa N? Enggak?
Enggak,
Ooh gitu,
Napa Pak?
Eee, e yaa …inikan, saya hanya menjaga etis ya, saya tidak.
Beda kalo orangtuanya, bercerita Pak saya mau cerita N biar
….
Itukan lebih enak, daripada saya bercerita, saya saya selalu
mengetahui N itu dari pendampingnya.
He,em
Biarpun itu tindakan tindakan yang salah, tapi saya memang
ndak mau eeekalo seperti itu seolah-olah itu kok saya kalo
dengan orangtuanya seolah-olah kalo saya, kalo terus ingin
tau gitu..
Emmm,
Artinya betul kalo ingin tau gitu, tapi yaitu tadi ee kalo
mereka memang sifatnya tertutup orangtuanya tertutup..
Ya memang kalo dia itu ingin cari bicaranya mungkin dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
akan terbuka, tapi yaitu tadi saya Cuma punya perasaan ndak
enak aja.
Eemmm..
He,em
He,eh
Ya sudahlah, kaloo seperti itu ya udahlah. Pokok men prinsip
saya, kalo orangtuanya mau bercerita tentang N pada saya ya
monggo, tapi yang jelas saya tidak akan utik-utik menenai
keadaan N.
Tapi ada itu gak Pak, ee apa pihak sekolah punya dokumen khusus?
Ohh gitu,
He,emmm
Naaahh, itu yag tau suster..
Apakah, memang dulu pernah suster minta apakah itu
diberikan apa ndak itu…
Tapi dari pihak orangtua itu bagaimana Pak?
Eeemm,,
Yaitu tadikan, pada saat itu eeee…
Mungkin yang ini aja yaa, yang sekarang ini aja ya..
Ini baru, mungkin apakah suster juga memberi, diberi
fotokopi dari psikiaternya atau yang apa itu istilahnya apa…
terapinya itu, saya juga kurag tau karna saya gak pernah tidak
pernah menanyakan kaya gitu lagi.
Karna yang penting bagi saya yang saya minta bahwa N
harus ada pendamping.
Iya
Pembelajaran
Begitu ada pendamping yaa saya lego.
Pembelajaran pasti saya akan berhasil dan bisa berjalan ya
biarpun tidak 100 persen, karna bagaimanapun juga yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Iya
ABK hee,emm
Fokus, iyaa
(sambil tertawa)
Iya pak,
Emmmm
He,em
Oh iyaa
namanya di kelas itu ada anak khusus itu tidak, tidak bisa 100
persen.
Beda sekolah yang, kelas yang lain ya kan bisa fokus, bisa
tenang ya.
Apalagi kalo sudah N berontak, itu yang 4 anak itu tadi ikut-
ikut, mencari perhatian.
Em, cari perhatian.
Biarpun yaaa itu, tapi dengan adanya pendamping itukan saya
bisa, paling tidak bisa e mengatasi 4 anak yang punya, punya
apa..sering buat ulah, ulahnya ya karna faktor X biasanya dari
N.
Kalo dari rumah udah gak bisa saya…apalagi kalo udah
dirumah bermain bukan dengan teman sebaya, dengan teman
yang lebih dewasa itu weisss tobat wes.
Okeh, terimaksih ya Pak. Iya, sama-sama.
Waktu pelaksanaan follow up : 12 November 2014
Eee, pak kemaren eee saat beberapa hari yang lalu kan sudah
wawancara tentang N ya pak yaa.
Ee, sesungguhnya apa yang dialami N toh pak? Kok, kok bapak bisa
mengatakan ee kadang N itu hiperaktif juga autis gitu?
Eemmmmm,
Iya.
Iya.
Eee gini, kalo autisnya kan jelas sekali kalo orang, ya ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Eeeeemmmmm,
Eemmm, gitu
hanya sebagai opo ee kata masnya itu loh yang selalu
membimbing itu kalo autis itu kan katanya kan hanya opo,
fokus hanya satu bidang tertentu ya, dan bidang yang lain
tidak diminati.
Juga nanti terhadap lingkungannya jadi dia hanya asik pada
dirinya sendiri dan tidak mauuu, tidak mau e apa
beeerrr..sosialisasi atau berhubungan interaktif dengan
sekitarnya.
Kadang-kadang, eee juga bisa timbul dua-duanya itu saat dia
itu tidak opo, tidak apa cocok ya dengan keinginannya.
Ya, misalkan aja eeeee guru sudah memberi soal misalkan
iya.
Soal itu tidak berkenan bagi N dan bagi temannya itu soal
sebetulnya soal yang sangat berkenan, tapi bagi N tidak
berkenan, maka oleh N akan di hapus ya.
Nah, dihapus lalu anak-anak berteriak whuuuuuuuu…. , tapi
ya N cuek aja seperti N tidak bersalah.
Iya.
Itu ciri, itu itu ciri opo hiperr..aktif..
Ya itu ciri hiperaktif yang autis ya seperti itu.
Yaaa, ya itu hanya sebagian kecil saja ya, mungkin juga nanti
dalam hal yang lain juga mungkin sering menyakiti dirinya
sendiri, memukul-mukul meja itukan sakit.
Iya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Sering pak?
Eeemmmmm,
Emm,
Emmmmm,
He,em
Nasehat
Biasanya dia kalo tidak berkenan ya pelajaran, dia kan yang
disukai matematika, setiap pelajaran di awali dia selalu, pak
matematika pak.
Tapi kalo saya mengajar yang lain, dia pasti akan memukul
meja,, drrruuug..drrrruuuggg…. langsung protes.
Kan kita tidak bisa yang namanyaaaa..apa.. tematik itu selalu
diawali dengan matematika, kan kita harus diawali dengan
bercerita dulu ya.
Nah ini sebagai gambaran eee, ya mungkin e yang lain-
lainnya juga banyak ya penyakit, e N sering nyakitin
temannya secara tiba-tiba dia mukul, secara tiba-tiba
apa..mendorong ya, padahal anak itu tidak melakukan
kesalahan pada N.
Hanya dia mungkin memori kelas satu pernah disakiti
eepernah digoda, memang kalo dulu kelas I teman-temannya
masih menggoda, ya kan.
Begitu di kelas II sudah saru e saya ajarkan bagi teman-
temannya, jangan sekali-sekali menggoda N yaitu pada saat
biasanya saat N ndak masuk saya akan memberi masukan
pada anak-anak biar e N tidak tersinggung.
Ya biarpun dia itu tidak tau, tapikan kadang-kadang kan ndak
enak dengan pendampingnya yang itu saja.
Pokok men ya hanya kalo dia itu memorinya timbul untuk
menyakiti temannya si A si B yaa langsung aja berdiri lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Emm, iyaa
Oke
Ohh gitu,
Eemmmm,
kadang-kadang mukul, dorong, atau nanti kalo mau pinjam
itu yaa seenaknya tanpa permisi atau tanpa apa.. saya mau
pijam ini, pinjam setip, pinjam pensil, buku, penggaris.
Dan nanti kalo mengembalikan ya hanya di taro tidak
mengucapkan terimakasih atau yang kadang, kadang-kadang
yang sering menyakitkan si empunya itu adalah dilempar,
dikembalikan dengan dilempar.
Tadikan bapak bilang, cerita kalo N itu hiperaktif autis ya seperti yang
bapak ceritakan.
Eee, itu autisnya di lihat dari mananya pak?
Emm, he,emm
Iya itu kalo autis
He,em
Iya.
Nah, kalo autis e ini hanya saya bila.. ee omong-omong
dengan mas nya itu pendampingnya kok mas kok e autis,
kemudian dia bercerita ciri-ciri, ciri-cirinya kalo orang autis
itu berkomunikasi itu harus bertatap muka, bertatap mata
dengan mata,
Kalo tidak nanti ee opo perintah yang akan kita berikan itu
nanti tidak, tidak sampai pada memori atau dia tidak akan
melakukan, dia hanya e masuk kuping keluar kuping aja.
Dan iya autis, dan saya juga omong-omong dengan teman-
teman yang lain di lingkungan, karna juga ada yang warga
yang anaknya autis, tapi saya tidak eee paham opo tau
anaknya, tapi dari beberapa orang kalo kumpul-kumpul itu
seperti itu, e apa kalo bicara ya memang harus bertatap mata,
kalo ndak yaaa dia asik dengan dunianya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Bagaimana dengan ini? Iya, N sama.
Oohh, gitu ya
Emmmm,,
Ohh gitu,
Dia selalu asik dengan dunianya sendiri, makanya kalo saya
misalkan memerintahkan, misalkan suruh duduk atau suruh
diam itu selalu ee saya kalo dia ndak mau menatap mata, ya
kepalanya akan saya pegang biar mata ketemu dengan mata
saya, lalu saya memberi instruksi dan dia tau.
Kalo hiperaktifnya?
Nah, hiperktifnya ya keusilannya N itu karna, karna dia asik
dengan dunianya lalu apa yang dia tim..bulll dalam
pikirannya itukan kadang-kadang berbeda dengan situasi
pembelajaran.
Misalkan aja, kita sudah belajar misalkan anak-anak asik
mengerjakan tugas misalkan, entah itu tugas berhubungan
degan PPkn atau bahasa, tapi dia malah menggambar.
Eeeemmm,,
Eemm,
Tapi nanti kalo ditegur marah, ya dengan itu tadi mukul-
mukul meja, lalu dengan berteriak, nah tapi saya diamkan
karna saya ndak mau membuat suasana sekolah kelas itu
gaduh.
Ketika bapak diamkan, apa yang(dipotong saat belum selesai bertanya)
Iya dia asik, N asik dengan dunianya sendiri.
Ya nanti akan ..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Berpengaruh pada kemampuan belajarnya gak pak?
Eeeeeeeeeemmmmm,
Iyaaa, memang nanti kemampuan belajarnya kan tidak full
ya, tidak full ya, tidak seperti temannya.
Ya biarpun ya hasilnya kalo ulangan kadang-kadang kalo
baca soal ya kalo ndak tau ya di kan pasti tanya
pendampingnya.
Makanya, N itu amat tergantung dengan pendampingnya,
bahkan kalo nulis aja, baca di papan tulis itu selalu minta
tolong pada pendamping, itu apa.
Ya, tanya maksudnya.
Eeemmm, gitu yaa
Okeh.
Oh, ya
Dampingi
okeh
Lalu pendampingnya ya menerangkan maksudnya gini.
Padahal anak-anak, teman-temannya tidak usah Tanya pada
saya sudah tau maksudnya kalimat itu, tapi ya kalo N ya
harus di..beri penjelaskan dari pendampingnya.
Tapi kalo menurut Pak P sendiri autis sama hiperaktif itu sama gak
pak?
Mempunyai ciri sama gak?
Yaa, kalo...
kalo hiperaktif beda ya, karna ada anak yang tidak autis tapi
juga hiperaktif.
Kalo hiperaktif kan biasanya dalam gerak fisik ya, gerak fisik
tapi belum tentu dia itu autis.
Karna pengalaman saya dulu mengajar di kelas II juga ada
yang sukanya hiperaktif ya, dia tidak bisa duduk, dia itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Jalan..
Emmmm,
Ohh gitu,
Maksudnya,…
Dua-duanya itu eee apa pak?
hanya jalan-jalan , tapikan itukan bisa di..di atasi dengan
hukuman.
Dia akan menyadari dan diaaa akan mee…instropeksi diri
dan membatasi.
Wes, contohnya saja di kelas saya Orva. Orva itukan di kelas
aktif jalan, di kelas II juga jalan, suka jalan, tapi aktifnya dia
kan hanya jalan dan ingin bicara toh.
Tapi dengan kejadian ee,, dengan hukuman mereka kalo ee
karna dia itu tau maksudnya mengapa kok saya itu di hokum.
Ooh, saya di hukum karna saya itu banyak jalan. Makanya
biar saya tidak di hukum berarti saya tidak jalan dan dia
sekarang udah berkurang itu kalo hiper..hiperakif ya itu
bisa,bisa.
Tapi kalo autis itu dua-duanya bisa timbul.
Iya.
Misalnya gini, dua-duanya eeee bisa timbul gini, N itu
kadang-kadang kalo jenuh di kelas dia kan keluar, jalan
keluar tanpaaa bilang pak, bu maaf ma..ma..mau keluar mau
apa.
Biasanya anak-anak kalo keluar itukan selalu bilang mau
kebelakang, mau rautin, mau buang sampah, tapi Noco ya
cuek aja seperti di..di… apa di kelas, di depan kelas itu tidak
ada gurunya, ya jalan.
Biarpun saya baru menerangkan, yaitu ciri orang autis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Eemmm,
saya, saya juga omong-omong dengan pendampingnya kok
seperti…
Iya, dia hanya mengiya.
Ya memang N seperti itu, itu ya memang…
Apa lagi itu ciri autis seperti itu, iya memang seperti itu.
Kadang-kadang timbul seperti itu, keaktifannya ya keaktifan
dia gerak.
Berarti eeee, ee hiperaktifnya itu lebih di lihat dari psikomotoriknya? Iyaaa, psikomotoriknya. Dia dia..
Kalo autisnya?
Tapi timbul,
Duanya…
Oke.
Autisnya kan sebenarnya juga sama juga, istilahnya dari…
Tapi lebih timbul kee… ke…
Iyaa..
Tapi menurut Pak P sendiri melihat N itu lebih ke yang hipernya
saja… (pembicaraan dipotong oleh guru)
Atau…
Berarti…
Dua-duanya.
Kalo saya melihat dua-duanya, tapi ya kadang-kadanng
leb….bih menonjol ke autisnya kelihatan sekali
Ooooohhh, contohnya apa Pak? Yaa tadi itu.
Ohh yang banyak itu,
Oooww,
He,em,
Iya, iya pokok men pelajaran yang selalu dia suka Cuma tiga
ya Matematika, Bahasa Inggris, TIK.
TIK aja kalo di kasih teori dia marah.
Eeemmmm,
Yang namanya komputer itu harus berhadapan pada..tidak
semua pelajaran komputer harus di komputer kan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Iyaa..
Mungkin ada nulisnya dulu kan untuk menulis perintah atau
untuk anak mengetahui, oh ini bagian ini, fungsinya untuk ini
kan.
Ya memang alangkah baiknya juga dengan praktek kan,
tapikan yang namanya apa… menulis itu kan juga perlu biar
anak tau maksudnya apa.
Okeh.
Iyaa
Okeh.
Kan tidak semuanya punya buku.
Berarti bapak melihat N itu cara pa.., e apa persepsi bapak terhadap N
ya anak itu lebih ke itu sssttttt…. ke…?
Iyaa.
Eeemm,,
Eeemm,,
Iyaa.
Lebih ke..kalo saya ke autis ya.
Ya memang kalo aktifnya kan tidak semua bisa opo, bisa
timbul.
Kan timbulnya saat keinginan dia, ya kan.
Dia itu mau apa, ya itu baru keaktifannya dia.
Kalo ndak yaa bisa aja satu hari itu duduk.
Tenang?
(sambil tertawa)
Menggambar sendiri..
Oke.. oke
Tenang.
Tapi yaitu sambil dia asik dengan menggambar.
Iya, itu itu.
Iya.. Contoh aja olahraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Okeh.
Eeeemm,
He,emm
Saya amati dari jauh itu, dia itu yaa jalan sampai dia itu cape.
Makanya setelah pelajaran olahraga PJOK itu kan da 2 jam,
itu untuk mulaiii….
Temaa…
Mulaii..
E pertengahan tema 2 sampai tema 3 nanti 4 ini, itu tidak
akan pernah saya kasih materi.
Karna kalo saya materi wuaahhh, nanti yang namanya N akan
membuat kisruh kelas dengan ngamuk
Kan dia teriak-teriak kan merasa badan cape.
Makanya saya mengambil kebijakan yaitu di buku tema itu
kana da kegiatan yang berhubungan dengan PJOK.
Kalo misalnya PJOK nya itu permainan, kan..kan kadang-
kadang oleh guru olahraganya ndak, tidak di ajarkan.
Nah, itu saya ambil untuk bermain.
Contohnya lompat tali seperti tadi, teruusss apa eee bentik ya
kalo di Jawa bentik, tapi kalo di buku tema itu permaianan
kayu malele dari Papua itu kan.
Nah, itu kan hanya untuk mee…biar situasiii..kelas itu bisa
mempraktekan apa yang berhubungan dengan materi.
Kalo saya kasih materi, biasanya ya berhubungan dengan
SBK, seni budaya misalkan nyanyi, lalu ee apa keterampilan
ya melipat atau menganyam, lalu meng..menggambar.
Jadi berhubungan-berhubungan yang tidak banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Eeemmmm,
Okeh.
men..menguras atau dengan pikiran.
Karna kalo dengan pikiran pengalaman saya tema 1 dan tema
2 pertengahan itu yang namanya N pasti akan selalu membuat
ulah.
Kan ternyata dia cape..cape..cape..
Nah, dengan teriakan cape dia akan memancing bagi anak-
anak yang..yang bermasalah.
Tadikan bapak bilang cape, kalo cape terus dia buat ulah gitu pak? Iya.
Berarti kalo di lihat dari apar e apa pernyataan bapak tadi itu lebih
kemananya pak? Yaitu…
Hiperaktifnya apa ke….
Oooohhh,
He,em
Yaaa, tampil aktifnya itu aktifnya.
Jadi, dia tidak menginginkan eee kan dia tidak suka kan
dengan melihat pelajaran itu, maka dia cape.
Ya kalo pas baik dia hanya tidur saya ndak masalah.
Lebih baik saya, temannya Pak N tidur.
Saya biarkan aja, udah biarkan.
Saya selalu bilang dengan opo, pengaw e pendampingnya
kalo N tidur biarkan aja udah.
Dari pada di bangunkan nanti marah..
Pernah pak?
(sambil tertawa)
Ooowww,
Okeh.
Ohh gitu,
Iya, sekali itu pernah tidur saya biarkan udah.
Ndak masalah ya, karna memang ya namanya olahraga kan N
tidak focus pada pelajaran olahraganya, tapi asik dengan
dirinya sendiri jalan-jalan.
Lainnya pada baris ya dia jalan-jalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Eeemm,
Okeh.
Suruh baris ya ndak bisa, karna memang, memang yang ada
di pikirannya bukan sesuai dengan keinginan mereka ya
seperti itu.
Ya berartikan lebih ke..ee autis.
Iya.
Autisnya kan gambarannya jelas kalo, kalo orang autis kan
diatur kalo tidak sesuai dengan keinginannya yoo ndak bisa.
Beda kalo dengan orang normal.
Berarti harus main mata ya pak?
Ooohh, gitu.
He,em.
Eemm,
Iya, main mata.
Perintah kita harus main mata itu aja kalo dia menolak itu
pasti dengan teriak, dengan nangis yaa.
Jadi dia itu mau menerima, tapi dengan terpaksa.
Ya contohnya aja konkreat yang namanya udara panas,gerak,
kita harus apa?
Kan nyalain kipas angin toh?
N ndak boleh.
Ndak boleh.
Terus?
Ohhh, (sambil tertawa)
Ooww,
Eeemm,
Lah akhirnya ya anak-anak kan ribut.
Anak-anak ributkan.
Pak ndak nyaman, panas, saya ndak bisa konsentrasi.
133akan?
Tapi N ndak boleh, ndak boleh nyalakan.
Akhirnya saya ya, saya dengan N sama..pendampingnya
akhirnya suka bentrok kan. Bagaimanapun juga saya juga
akan e opo, me..mengurusi anak yang paling besar, saya ndak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Oke, Pak. akan mau ngalah dengan hanya anak satu itu.
Kalo memang suruh keluar yaaa, saya kalo ndak mau atran
bapak ya pulang kelar gitu aja dan itu sudah kalo memang
dengan opo pendampingnya seperti itu.
Dan pendampingnya, yaitu memang baik.
Memang harus seperti ditegaskan aja.
Kalo dia melanggar aturan di suruh keluar atau…
Kalo memang kalo ada mamanya malah panggilkan
mamanya aja sekalian.
Itu sudah dia N akan berteriak-teriak.
Ya, berarti e bapak bisa menyatakan N mengalami autis dari semua
tingkah laku yang dia tunjukan gitu?
Iya.
Tingkah lakunya.
Ya udah makasih ya pak….
Ya memang, yaa… itu yang di sebut dari pengamatan, tapi
dari psikiater kan bisa beda.
Iyaa, he,eh..
ya ini kan menurut dari bapak, pandangan bapak..
He,emm
Ya sudah makasih ya pak.
Kan kalo yang…
Sudah punya datanya toh?
Kan sudah memang menunjukan itu toh, ke arahnya itu . . . .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Lampiran 3.2
Transkrip Hasil Wawancara Guru Pendamping
Waktu Pelaksanaan : 29 Oktober 2014
Pukul : 10.00-10.33
Pertanyaan Jawaban
Sebelumnya namanya mas siapa ya?
lengkap?
P,
P P
Usianya berapa mas?
25 tahun
Mas itu bekerjanya di… Saya di pendampingan……pendampingan anak sih
pendampingan anak
Tepatnya maksudnya ada di…
Lembaga, lembaganya lembaga kumon
Ohh gitu… Yang ngelesin gitu ya mas, ya bukan? Bukan yaaa?
Oooohhhh gitu, oke. (menanggapi pernyataan dari mas P)
Kalo ngelesin sih….. Cuma pendampingan sih saya
lebih ke pendampingan
Gini, eeeeee saya mau nanya. Eee aa apah ada keperluan apa mas kok saya
waktu PPL di sini melihat mas gitu di SD ini gitu ada keperluan apa?
Eeem, yang pasti saya punya kepentingan.
Kepentingan saya pendampingan untuk anak, ee
ngelindungin anak, eeee kemudian untuk apa yaaa
untuk meng…. mengcover seorang anak demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
kebaikan anak
Ooooohhhhhh gitu…. Gitu sih, lebih yang pastinya sih saya lebih
mendukung perlindungan anak, perlindungan anaknya.
Pendampingan terhadap siapa mas?
Pendampingan terhadap N anak sekolahan sini
Emmm yaa oke… berarti tadi mas bilangkan lebih mengcover atau lebih
mendampingi N. Oke.
He,eh pendampingan N untuk perlindungan N
Awalnya itu bagaimana kok bisa menjadi pendampingnya dari N?
Eeeeee, awalanya sih saya dari ee dari pihak orangtua
pihak keluarga bercerita kondisi di sekolahan gitukan.
Eeeeeee kemudian karena kebutuhan di sekolahan
harus ada pendamping, ee dari beberapa kasus yang
terjadi kemudian e pihak sekolahan ataupun orangtua
itu menyarankan gitukan adanya pendampingan
kemudian kemudian saya diberitahn, kemudian saya
selanjutnya mengiyakan untuk bisa mendampingi N
ini di sekolahan gitu.
Ohh gitu, berarti pihak orang….pertama dari pihak sekolah yang
membutuhkan
orangtua orangtua
Ooohh, orangtua yang disuruh oleh pihak sekolah untuk mencari
pendampingan untuk mendampingi N?
Orangtua, Iyaaaa untuk mecari pendampingan.
Iyaaaaa…
Apa yang sebenarnya dialami N sih mas kok bisa mendapatkan
pendampingan khusus gitu?
Eeeeeeeeee, kalo …
Kalo keb ee N ini hiperaktif, digolongkan sebagai
anak hiperkatif yang dimana ee tingkat emosionalnya
masih labil. Jadi kontrol emosinya bagi si anak belum
mampu di kontrol sendiri dan masih mempunyai ee
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
emosional kemudian punya dunia sendiri dalam
fikirannya, sehingga untuk ber..ber..bersosialisasi
dengan teman-temannya masih harus dibimbing.
Oke sosialnya masih kurang ya? Iya
Eee, kan tadi mas nya bilang bahwa N itukan dikatakan anak hiperaktif ya? Hee,emm
Adakah hal atau contoh yang memperlihatkan bahwa anak itu tuh si N itu
benar-benar mengalami hiperaktif? Buktinya ee ada contoh realnya?
Buk… Eee kalo untuk contoh ee satu si anak e dan
imajinasinya itu ini mempunyai e daya khayal tinggi,
imajinasi tinggi dan imajinasinya itu sangat
mempengaruhi dia untuk mempengaruhi si N ini untuk
spotanitas bergerak tanpa disadari dan itu membuat
orang-orang yang disekitarnya merasa e kenapa
gitukan, merasa kenapa kemudian merasa saya salah
apa, padahal secara spontan N ini bergerak karena
dunia khayalya itu.
Emmmm……
Ada contoh lain gitu mas?
sebentar mas (sambil berjalan menuju kearah pintu)
Tadikan mas nya bilang e esi N ini punya daya imajinasi tinggi ya yang
mempengaruhi dia menjadi hiperaktif bergerak kesana kemari?
Terus ada yang lain yang mungkin,,,,
Iyaa
Kalo hal lain lebih cenderung ee melihat barang yang
memang dia sukai dan spontanitas lagi si anak ini
langsung mengambil dan itu ee inilah suatu gejala
hiperaktif yang tiba-tiba dia harus mengambil
sebenernya dia tidak ingin memiliki, namun hanya
ingin melihat.
Hanya ingin melihat? Hanya ingin melihat saja
Tapi nanti ujung-ujungnya dikembalikan?
Ooooohhhhhh,,
Dikembalikan, tapi tanpa eee kalo secara yang ee
anak-anak yang biasa itu pasti saya dengan sebutan
panggil nama ee apa meminjam, kalo si N itu langsung
jadi spontanitas tanpa meminta tanpa eee apa ya, saya
pinjam dulu tidak dengan kalimat…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Ijin….
Iyaaa tidak dengan ijin, dengan spontanitas. Iyaaa,
seperti itu.
Gini, masnya kan tadi bilang bahwa anak itu ya daya imajinasinya tinggi dan
lain-lain. Nah, atas dasar apa mas nya kok bisa memberikan contoh seperti itu
bahwa N itu hiperaktif?
Kalo sebagai contoh yang tadi itu ee saat
pendampingan terkadang bukan terkadang, tapi e
seringkali seringkali setelah melakukan aktivitas,
melakukan aktivitas dia belajar kemudian dia harus ee
si N ini membayangkan bahwa dia menonton film
kartun.
Eeeeeeee, seperti avenger, seperti dora, jadi dan selalu
didalam benaknya dia
berbicara dengan film-film itu dan dia menokohkan
salah satunya kadang kala seperti itu.
Contohnya pernah?
Ooowwhhhh, gituu….
Ohhh, ketawa sendiri, berbicara sendiri?
(sambil ketawa mendengar cerita)
Pernah, seperti dora.
Dia menokohkan dora, kemudian ee menyebutkan ee
apa ya namanya ya di tokoh itu film itu gitukan.
Eee Dora ee memanggil temannya si siapa yang
namanya cowo itu yang temennya dora yang
kemudian manggil itu, tapi dengan dirina sendiri jadi
tidak dengan lingkungannya.
Jadi dengan dirinya sendiri ketawa sendiri.
Iyaa berbicara sendiri, mengkhayalkan bahwa dirinya
merupakan salah satu tokoh disitu, seperti itu.
Dan kemudian kalo ee saat dia menyukai barang
seperti tokoh-tokoh itu dia akan menyukai dia akan
melihat, dan dan dia menyebutkan tokoh itu dengan
baik, tidak ada ee satu halpun yang salah, dengan baik
dia sebutkan walaupun dia dengan berbahasa inggris,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
karena bahasa inggrisnya cukup baiklah kalo dibilang
seperti itu.
Eeeeee,ada hal atau mungkin kan tadi dari contoh saja ya mas disitu ee mas
nya melihat karena mendampingi N selama pembelajaran.
Apakah ada hal lain yang memperkuat pernyataan N bahwa N mengalami
sedikit kelainan khusus atau kebutuhan khusus gitu?
Gitu okeh…
Kalau,,, data atau hal yang memang apa ya yang saya
miliki saya belum ada data karena saya hanya sebagai
pendamping dan saya mengalami.
eeee kalo data secara real itu kepada ke orangtua sih
ataupun ataupun dengan yang psikiaternya seperti itu.
Sesungguhnya gini apa yang membuat N itu bisa seperti sekarang punya
kebutuhan khusus hiperaktif ini?
Mungkin sedikit,,
Kaaallloooooooooooooooo……. Flashbacknya sih,
kalo saya certia dari kedua orangtuanya ee satu
gejalanya adalah si N ini baru umur 1,5 tahun sampai
2 tahun baru bisa bicara. Yaaaaa kalo di istilahya kami
sih ….
Satu berapa?
1,5 tahun sampai 2 tahun sekitar itu baru bisa bicara.
Telat ngomonglah kalo dibilang dengan bahasa saya
telat ngomong.
Dari situ eee gejala-gejala itu muncul dengan ya
akhirnya di..dalam lingkungan keluarganya diberikan
suatu tontonan-tontonan yang artinya e emosonalnya
kemudian tidak stabil gitu loh.
Ohh gitu,
Oke. Iya, seperti yang ee dengan gadgetlah istilahnya gitu.
Berarti faktor dari pihak keluarga, maksudnyaa..
Oohh gitu….
Kalooo keturunan itu belum, ee kalo keturunan ndak
ada cuman karna gejala….
kalo yang e makanan eee itu pasti ada karna beberapa
konsumsi yang diberikan e sewaktu kehamilan
mamahnya pun ee saat bercerita mamahnya pun juga
mengkonsumsi yaa, seperti seafood kemudian yang
pokoknya hal-hal yang sebenarnya untuk kehamilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
tidak boleh dan harus porsinya tidak banyak e
mungkin kelebihan seperti itu bilangnya dari
mamahnya seperti itu.
Berarti pernyataan masnya ini dikuatkan oleh pernyataan dari Ibunya yang
menjelaskan bahwa waktu hamil suka makan-makanan junkfood gitu?
Iyaaaaaaaa………
Iyaaaa, iyaaa, yaaa, yaaaaaaaaaa…….. seperti itu.
Ohhh, berarti …
Mungkin dari kedua orangtua gak ada yang mengalami keturunan gitu mas?
Riwayat hidupnya (saat menanggapi pembicaraan mas P)
Tidak ada kalo secara, kalo riwayat dari iyaaa riwayat
hidupnya seperti mamahnya bercerita tidak ada e yang
mempunyai e apa namanya gejala seperti ini tidak ada
dan kalo mamahnya bilang seperti itu tadi karena
kebutuhan yang pas kehamilan itu aja.
Mungkin dari gak ada faktor lain ee selain keluarga mas? Keluar, keluarga
inti gitu selain keluarga inti tidak ada?
Saya sih tidak mengetahui secara pasti karena ee
keterbatasan saya untuk e berkomunikasi apa untuk
menelusuri pun saya tidak tidak tidak berani untuk hal
seperti itu.
Berarti eee sudah lama ya N itu mengalami ini? Berarti dari usia 1,5 tahun
sampai sekarang dan itu nanti e biasanya kalo anak hiperaktif kaya N itu
bertahan,,,,, eee maksudnya itu bukan bertahan, ee di usia dewasa nanti
apakah akan berhenti sekolah dipertengahan atau ?
Iya..
Ohh bisa?
(menanggapi pembicaraan mas P)
Iyaaaaa, sudah cukup lama.. sampai sekarang.
Eeee, gejala…gejalanya ini atau… (sedikit tersendat-
sendat)
Kalo gejalanya ini bisa diantisipasi. Iyaa sangat bisa
sekali, tapi memang harus membutuhkan waktu cukup
lama. Karena kontroling dari, ya itu tadi kontroling
dari satu keluarga orangtuanya kontrolingnya itu harus
dari makanan, kemudian dari e tingkah laku, dari
sosial dia harus diperkenalkan dengan lingkup
sosialnya. Kemudian kalopun di sekolahan ya harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
memang salah satunya memang ada pendampingan
seperti yang mungkin karena itu nanti akan menjadi
solusi antisipasi yang membuat si anak eee tidak
merasa benar sendiri, karena pada saat ini egonya,
emosionalnya, egoisnya masih tinggi sekali dan dia
merasa ini yang paling benar bagi dia, tapi apabila ada
memang yang bisa diarahkan dari orang yang lebih
memahami itu akan menjadi eeee lebih baik lagi dan
akan kembali seperti semula normal.
Oke, eee
Perilaku kan tadi kan masnya bilang dari sejak satu setengah tahun sampai
dua tahun awalnya itu sulit berbicara hanya itu saja?
Terlambat (menambahkan pembicaraan dari mas P)
Sulit,,,, eee kalo dibilang sulit e apa ya telat
ngomongnya jadi bukan sulit, tapi telat, terlambatlah
istilahnya.
Iyaaaaaa, keterlambatan disitu.
Kalo faktor lainnya, ee setau saya masih itu karna dari
informasi yang diberikan mamahnya itu, hee,eehh
iyaa….
Nah itu tadi pihak dari orangtuanya sendiri, ya khususnya keluarganya
keluarga besar dari ee N itu me… apa sudah menerima atau memahami
keadaan dari N yang seperti sekarang belum?
Sudah memahami, sudah sangat memahami..
memahami dan menerima kondisi.. Ee maka dari itu e
kedua orangtuanya pun juga memberikan ee
pendampingan gitu kan. Jadi menyadari bahwa ee ini
anak mempunyai ee kelebihan istilahnya, kelebihan
yang memang harus dikontrol dan e demi
perlindungan si anak itu sendiri dan lingkungannya.
Oke.
Eeeeee disini bagaiamana ee mas P itu tau jika orangtua atau dari pihak
kelarganya itu sudah tau atau menerima keadaan N?
Eeee, setau saya setau saya karena ee beberapa kali
dengan konsultasi dengan saya dan e pihak yang lain
itu merasakan saat ini sangat lebih baik daripada
sewaktu dia masih TK, karena sewaktu TK e masih
masih .. apa ya merasa bahwa anaknya ini seperti anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
biasa normal, tapi e dalam jangka waktu ang memang
sudah berlalu ini sudah mengetahui gejala-gejala
karena ada informasi-informasi yang dari luar dan itu
membuat orangtuanya membuka mata ini yang terjadi
dan si N ini adalah spesial bagi keluarganya.
Dan saat ini masih ikut terapis juga kok, masih ikut
terapis untuk terapi apa emosional.
Dia lebih ikut terapinya terapi emosional?
Iyaaaaaa, terapi emosional saja untuk meredam
emosionalnya eeee awalnya memang di teriak-teriak,
kemudian dia bentak-bentak, kemudian dia marah-
marah dengan tidak ada sebab apapun. Kemudian
sewaktu e selama setahun lebih ini ikut terapis dan
kondisinya cukup baiklah.
Itu berapa? masnya tau tidak, berapa seminggu sekali terapi?
Ohh seminggu dua kali, dimana itu mas?
Iyaaaaa, seminggu dua kali.
Iyaaaaa, seminggu dua kali.
Di kota gede.
Ohh gitu, sama mas nya juga?
Oooohhh , beda terapisnya yaa? (menanggapi jawaban mas P)
Enggak, enggak…. eeeeee beda beda, beda terapisnya.
Iya
Kalo masnya kan udah mendampingi N berarti berapa lama, satu bulan ada?
Ooooooooohhhhhhhhhh,,,,
Sayaa kaloo.. eeee 2 bulanan kalo untuk
mendampingi, tapi ya kalo untuk bertemu ataupun
untuk tatap muka itu saya ketemu dengan N lebih dari
1 tahunan, 1 tahun.
Iyaaaa, saya lebih lebih cukup lama lah bertemu
dengan N setelah TK ee ya setelah TK. Ee yaaa
hamper 2 tahun saya ketemu N, eee dia karna ikut
kumon kemudian saya bertemu. Dari situ kemudian
mamahnya banyak cerita hal yang kebutuhan N seperti
apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Oke, tadikan sudah lama ya mas 1 tahun?
Gimana kalo misalnya di kelas itu bagaimana mas, berproses selama
belajarnya itu gimana?
Cukup lama.
Eeeee, berproses belajarnya si N N itu cukup baik saya
kira, cukup baik apabila tidak ada yang eee
mengganggu. Kadag kala e si N ini di kelas tenang
dengan pelajarannya dia tenang, kemudian ada
memang e dan temannya yang yang… sedikit bergerak
kemudian spontanitas tadi karena setelah dia
mengerjakan atau dapet tugas dari guru dia cepat
sekali dengan tangkas dia mengerjakan.
Eeeeee dan saat itu pasti ada pekerjaan lain yang
memang dia harus kerjakan apa, kemudian dia punya
imajinasi satu menggambar, kemudian dia dengan
imajinasinya sendiri dia berkhayal kaya gitu.
Kemudian spontanitas apabila ada temannya yang
lewat ya dia spontanitas bergerak gitu kan, tapi itu
terkadag tapi pada saat saya dampingi ya dia dengan
tenang sih.
Berarti anak itu bisa dikatakan bisa mengikuti pembelajaran dengan baik? Baik-baik dengan pembelajaran sangat baik.
Eeee maksudnya baik itu seperti apa mas?
Satu mengikuti pelajarannya itu nilaianya cukup
baguslah di atas rata-rata. Kemudian dengan
pendampigan ini, apah namanya.. perintah guru pun
diterima.
Sebelumnya tidak?
Sebelumnya saat dengan mamanya saya kurang tau ee
apa namanya ee memang harus dikontrol. Kalo pada
saat ini yang memang ada pendampingan cukup
terkontrol dengan pembelajaran dengan perintah guru.
Berarti N bisa mengikuti pembelajaran, hanya saja ketika kalo kemaren saya
melakukan pengamatan N kok sempat memberontak gitu? Apa yang
eeeeeeeee,,,,,,
itu bukan pembelajaran, bukan saat pada belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
mengganggu pembelajara dia?
oooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhh
terkadang karena dia sudah selesai kerena dia sudah
selesai, kemudian dia mau ngapain tidak ngapa-
ngapain, yaitu tadi dia berkhayal kemudian dia
menggambar, kemudian disitu kalo memang ada
barang kotor yang memang dia ingin membersihkan.
Kalo kemaren yang memang sempat dilihat itu adalah
penghapus yang sempat kotor yang kemudian
mencuci, dalam artian mencuci itu ternyata dia hanya
ingin main air gitu..
Jadi hanya untuk alasan saja dan disitu memang kalo
memang diingatkan eee si N jam berapa harus seperti
apa jadi dia menjadi kebisaan karna dari awal
kemaren-kemaren mungkin dijadikan, diiyakan, pak
saya mau ijin “iya, iya”.
Dari situ jadi kebiasaan N apabila itu dari awal sudah
diantisipasi ee diberikan patokan waktu si N pasti
tidak akan melakukan.
eeeee
Bagaimana perubahan emosinya sekarang?
Dari yang mungkin mas kenal sebelumnya sampai yang sekarang menjadi
pendampingnya N di kelas dua ini emosinya.
eeeeeeeeeee, kalo perubahannya lebih baik sekarang
dari yang ee menggebu-gebu, setelah ada
pendampingan e cukup mereda, tidak menggebu-gebu
lagi mampu diantisipasilah.
eeee, kalo misal di kelas sendiri perubahan emosinya apa? Eeeee katanya kan
apakah pernah menyakiti dengan emosinya dia yang mungkin udah bosan
dengan pembelajaran di kelas mungkin menyakiti temannya atau?
Iyaaa (menanggapi cerita dari mas P)
Saya kira tidak.
eeeeeee, untuk menyakiti ataupun apa namanya
menjahili seperti itu pada temannya saya kira tidak,
karena eee si N ini cenderung memang lebih ke
khayalannya ke menggambar.
Apabila dia tidak digoda atau tidak diganggu yang lain
dia tidak akan berontak. Ya contohnya kadang kala ee
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
saat berbaris gitukan, eee pipinya di pegang-pegang,
kemudian di goda-goda, kemudian dari hal-hal seperti
itu ee si N kadang tidak nyaman.
Ee tapi kan namanya anak-anak ya tidak mungkin
akan selalu selalu ndak boleh ndak boleh, ee tidak
cukup baik juga biarkan bersosialisasi untuk
berkembang cuma e pembatasannya dan terkontrol-
kontrol pada si anak lainnya bisa. Gitu aja sih..
Tadi masnya kan bilang kalo misalnya contoh ketika baris gak hanya baris
sih saya pernah melihat di cubit pipinya, dipegang-pegang terus digoda-
godain, nah itu apakah N emosinya langsung berubah dengan anak-anak yang
gangguin dia atau gimana?
Yang tadi tenang-tenang saja…
Kaloooooo,,,,,, iyaaaa
Berubah pasti karena karena saat itu apah N itu tetep
dalam dalam kondisi yang tidak ada kegiatan dia pasti
berkhayal. Di difikirannya ada sesuatu yang memang
kita gak tau dia diam-diam berfikiran apa. Kemudian
ee temannya datang kemudian berkumpul seperti itu
eee dia menyapa N, kemudian memegang pipinya N
kadang kala saling memeluk, tapi kadang kala dengan
pelukan yang terlalu banyak kadang kan teman-
temannya memang satu dua orang yang memeluk,
kemudian ketika temannya datang berrombongan
kemudian memeluk semua, dia merasa tidak nyaman
dan memberontak emosinya, kemudian ee apa
namanya meluap tapi cuma saat itu saja, setelah itu ya
tidak apa-apa karena temannya juga sudah pergi
masing-masing dijalan ya biasa, tapi dengan masih
mempunyai pikiran yang lain. Dia jalan ataupun yang
lain di masih dia ee apa namanya tetap punya punya
khayalan sendiri. Dan dan itu tidak bisa dialihkan.
Eeee, kayak tadi banyak temen-temennya yang ngrubungi N kan punya Dia kalo di… kalo banyak gitu dia mendorong agar ee
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
khayalan, jadi ketika N merasa tidak nyaman dia akan memberontak, Apakah
memberontaknya akan melukai dirinya sendiri atau melukai temen-temen
yang memeluknya itu atau…?
lepas dari N, karna mereka banyak yang memeluk
kemudian dia karna karna banyak mungkin berfikiran
disitu kemudian tangannya bergerak, kemudian ya
lepas semua dan setelah itu tidak.
Kalo menyakiti diri sendiri tidak atau menyakiti orang
lain tidak. Cuma kadang spontanitasnya tadi, ada
barang apa yang memang anu tidak sengaja ataupun
memang bercanda tapi e ikarna kondisinya N seperti
ini orang berpikiran lain bahwa dia melukai, tapi
padahal tidak. Kemudian ee, kadang kala nco itu juga
merasa kesal dengan dirinya sendiri gregetanlah
istilahnya seperti itu kesal dengan dirinya sendiri.
Eeeee kan pas posisi memang eeee khayalannya itu
berubah, berfikirnya berubah kemudian dia kesal
sendiri dengan gregetan e kemudian (nada terdengar
terbatah-batah) dan itu pun memang harus di antisipasi
agar tidak tidak meledak gitu kan, nah satu dengan
pelukan ataupun dengan sapaan yang buat dia nyaman.
Eeeee, bagaimana tindakan mas P ketika melihat N itu tidak mampu
mengontrol emosinya?
Saya peluk.
Saya peluk, saya bisikan, saya berikan bisikan yang
memang buat dia nyaman. Beri pelukan.
Bisikan seperti apa maksudnya, mengingatkan? Iya, mengingatkan ada apa N, gimana N seperti itu dan
dia akan merasa nyaman.
Okeh. Terus hasilnya dari itu apakah langsung,,? (pertanyaan belum selesai
langsung dijawab)
Iya, langsung meredam. Emosinya lagsung meredam
eeeee dan dia merasa saya nyaman.
Dengan emosi yang tidak stabil tadi bisakah N itu eee maksudnya langsung
jadi e emosinya dia tadinya tidak stabil terus langsung bisa normal kembali?
Dan terus bisa berinteraksi dengan temannya?
Bisa.
Dengan… dengan iya berinteraksi lagi karna….
Mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Ohh, berarti ini yaa mudahberubah sekali. eeeee saat dia emosional kemudian di emosioalnya itu
kita redam dia akan kembali seperti normal kembali
seperti biasa, tapi kemudian kalau apabila ada hal yang
memang emosinya tinggi lagi ya seperti itu.
Jadi ee tidak terduga, karna eee di kalo saya liat ee
cuma apa ya namanya dia mempunyai dua dua hal
difikirannya , dia belajar, dia main.
Karna…..
Oohh, belajar dan main?
Iyaa, belajar dan main. Karna tingkatan umurnya kalo
dibilang sekarang umur tujuh tahun dia berfikirnya dia
masih lima tahun.
Oke.
Contoh kalo misalnya di kelas apa mas? Kalo e emosinya tadi itu loh mas
berinteraksi, dari emosi langsung dalam waktu sekejap bisa berinteraksi lagi
dengan yang lain, pernakah mas mejumpai itu?
Eeeeeeeeeeeeeeeee, itu posisi dia kehilangan apa
bawaannya buku gambar atau bawaan bukunya tidak
ada kemudian ee dia marah gitukan. Dia marah dia
kemana saya perlu buku ini. Dia marah kemudian ee
saat ditenangkan ee pake buku lain dan diberikan e
perintah yang memang sama bukunya dan dia merasa
tenang.
Oohh gitu?
Yaa, jadi untuk berontaknya kemudian untuk
emosionalnya yang tinggi tadi kemudian meredam
seperti itu.
Kalo dinasehati dengan buku lain bisa menggambar langsung emosinya bisa
meredam?
Iyaaaaaa, iyaaaa…..
Iyaaaa, yaaa.
Oke, terakhir ya mas.
Eeeeeeee selama menjadi pendamping N, motivasi apa yang selalu diberikan
kepada N sehingga N itu bisa memahami instruksi, bisa memahami semua
nasehat dari keluarga maupun pendamping, maupun psikiater. Motivasi apa
yang mas nya berikan?
Kalooo,, eheemm (sedikit batuk) saya motivasinya
sih..
Iyaa.
Kalo motivasinya eeeeeeeeeeeeeeeeeeee kemandirian
biar N bisa mandiri, N bisa menjadi hebat, N jadi anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Yang di kelas aja. baik. Itu seperti itu sih yang memang yang pasnya
yang paling seneng dia, N jadi hebat. N mau jadi
hebat, pasti hebat
Ooo giru..
Hanya dengan perkataan itu ya?
Iyaa, dengan bahasa yang memang bagi dia kalimat itu
oke buat saya buat N. Kata hebat itu sangat melekat
banget dengan dia.
Contohnya apa mas, di kelas mas misalnya?
Kalo dia sudah selesai menyelesaikan pekerjaannya
dia em ee di perintahkan untuk menulis yang ada
dipapan tulis, kemudian kadang kala kan kalo dia tidak
ee tidak sesuai dengannnnnnnn harapannya dia
dengann yang ditulis dia hanya seharusnya sepuluh
tapi dengan gurunya ada lima belas soal dia akan
marah, tapi apabila dia bisa menyelesaikannya N hebat
N coba bisa jadi anak hebat gak, jadi anak hebat kan
jadi lima belas dan diacungkan jempol dia akan jadi
cukup baik.
Kalo e pengamatan saya gitu ya mas dan dari e mas nya sendiri pernah cerita
ke saya. Kalo misalnya di kelas gitu ya, e misalnya ada guru kelas menulis
gitu, tapi ketika N belum selesai atau belum ini langsung dihapus kaya gitu?
Ooooooooooooooooohhhhhhhh……
Kalo masalah belum selesai kalo dia e se…setau saya
selesai dia pasti akan selesai, Cuma kadang kalo dia
terlalu banyak, terlalu banyak dia harus tulis dia akan
marah. Karna e dia merasa mungkin e e apa tidak
terbiasa gitukan untuk coba tulis….
Jadi ee kemaren saya juga konsultasi dengan Pak P
sendiri dengan wali kelasny sendiri, ee Pak P sudah
mengetahui gejalanya jadi tidak memberikan point
kepada N entah itu mau oh sekarang lima belas ya,
tidak.
Tapi nanti dulu paling enggak Pak P sudah
mengetahui kondisinya dan tidak memberikan point
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
berapa nomer yang dia harus tulis, gitukan. Terserah
nanti e dia mau seandainya pas sudah-sudah sepuluh
ya diem dulu, kemudian baru dia menuliskan kembali
kemudian dari situ N mengikutinya. Karna kadang
kala yang dipikirannya kalo itu ya itu dan ya itu tadi
egonya tinggi, jadi kalo eee tidak sesuai dengan dia,
dia marah. Makanya tadi dari situ ee sudah ada
gejalnya yaa paling gak dipahami. Karna menulisnya
N pun juga e artinya temponya juga cukup baik, cuma
memang tulisannya hanya saya kira memang harus
perlu-perlu latihan seperti itu sih.
Nah, mas nya kan sudah mendampingi N gitu yaa.
Pembelajaran apa sih yang sekiranya itu paaaaling dia suka?
Gambar berartiiii…
Ohh gitu,
Gambar.
Gambar, bahasa inggris, matematika itu yang paling
dia sukai.
Iya.
Eeee dari, kenapa mas nya bisa bilang gitu?
Apakah dari nilainya yang bagus, nilainya yang tinggi terus atau bagaimana?
Ka….
eeeeeee, kalo nilai sih saya tidak terlalu berfikir kesitu
karna itu plus nya aja.
Kaa…. Penilaian saya dia cenderung skillnya. Saya
mencoba untuk skil nya agar emosionalya juga e
terkontrol dengan seperti itu. Dia dengan berhitung
riwayatnya sih kalo berhitung dari kakeknya, eee
kakeknya jago dengan matematika. Saya kira itu.
Kakek? Iya kakeknya jago matematika dia dosen kalo ga salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
dosen matematika. Kemudian e papa nya itu staf
danamon, staf bank cukup lumayan lah dibilangnya.
Masih sampai sekarang?
Masih kalo papa nya masih di bank. Eee kemudian eee
skilnya dia menggambar dia deng… menggambar
yang memang dia sukai dia cukup bagus dan bahasa
inggris karna riwayatnya dari dulu sudah didengarkan
film-film kartun yang berbau bahasa inggris. Jadi
dalam fikirannya pun juga itu dan cara ngomongnya
pun kadang logatnya logat bahasa Inggris gitu.
Skillnya sih yang saya nilai.
Ohh gitu..
Ya oke, terimakasih mas sudah menyisakan waktu... Oke, okee…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
LAMPIRAN 4
STUDI DOKUMEN (Nilai Raport)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Deskripsi Studi Dokumen
(Nilai Rapot)
Pada penelitian ini selain menggunakan observasi dan wawancara peneliti
juga menggunakan dokumen untuk melengkapi data-data yang telah terkumpul.
Dokumenyang dimaksud peneliti adalah nilai rapotsiswa yang mengalami GPPH
dari kelas I semester 1 dan semester 2 hingga nilai UTS kelas II. Berdasarkan nilai
rapot yang telah N peroleh terlihat bahwa saat kelas I baik di semester 1 maupun
semester 2 nilai-nilai N cukup baik, yaitu berada di atas KKM pada semua mata
pelajaran. Salah satu contohnya nilai rapot pada mata pelajaran yang N tidak suka,
yaitu Bahasa Indonesia dengan batas KKM yang ditentukan adalah 65, sedangkan
nilai yang diperoleh N berada di atas KKM, yaitu 88.
Nilai-nilai rapot N saat di kelas I berbeda dengan nilai UTS N saat di kelas II.
Pada mata pelajaran yang N suka nilai-nilainya berada di atas KKM yang
ditentukan, namun pada mata pelajaran yang tidak N suka seperti mata pelajaran
Bahasa Indonesia saat di kelas I mendapatkan nilai di atas KKM dengan nilai 88,
namun saat di kelas II N mendapatkan nilai UTS di bawah KKM dengan nilai
48.Perubahan nilai tersebut terlihat ketika kelas I N memperoleh nilai yang cukup
baik berada di atas rata-rata KKM yang ditentukan, namun pada saat N kelas II
semester awal terjadi penurunan nilai walaupun hanya pada mata pelajaran
tertentu.
Penurunan nilai yang terjadi pada N merupakan aspek kogntitif yang dicapai
oleh N mulai dari kelas I sampai kelas II.Adapun aspeklainnya yang dinilaidalam
rapot yaitu aspek pengembangan diri dan kepribadian. Aspek-aspek tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
tertulis bahwa di rapot kelas I mendapatkan nilai rata-rata B, sedangkan di kelas II
mendapatkan nilai rata-rata B. Artinya, bahwa siswa tersebut hanya rendah di
aspek kognitifnya saja, sedangkan di aspek afektif dan psikomotorik tidak begitu
terlihat.Berdasarkan fakta yang peneliti peroleh dapat disimpulkan bahwa pada
aspek kognitif terjadi perubahan, namun pada aspek pengembangan diri dan
kepribadian di kelas II terjadi sedikit perubahan. Setiap perubahannilai rapot N
dari kelas 1 hingga kelas 2 dapat dilihat pada bukti dokumen yang peneliti peroleh
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
REKAPITULASI NILAI RAPOR KELAS 1 SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Dokumen di atas merupakanbuktihasil rekapitulasi nilai rapor pada setiap
mata pelajaran(aspek kognitif).Pada saat kelas 1 semester Inilai N cukup baik,
walaupun N memperoleh peringkat ke-22 dari 26 siswa.Nilai N dapat dilihat pada
baris yang diberi tanda warna kuning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
DAFTAR NILAI KEPRIBADIANDAN PENGEMBANGAN DIRI KELAS 1
SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Dokumen di atas merupakan daftar nilai kepribadian dan pengembangan diri
pada setiap mata pelajaran.Terlihat pada baris yang diberi tanda warna kuning
bahwa nilai kepribadian dan pengembangan diri N pada setiap mata pelajaran
cukup baik dengan rata-rata nilai yang diperoleh N adalah B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
REKAPITULASI NILAI RAPOR KELAS 1 SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Bukti dokumen rekapitulasi nilai rapor kelas 1 semster II pada setiap mata
pelajaran menunjukan bahwa N menduduki peringkat ke-24 dari 26 siswa.Bukti
nilai tersebut menunjukan bahwa aspek kognitif N mengalami penurunan dari
nilai sebelumnya di semester I. Pada kelas 1 semester I N memperoleh rata-rata
nilai 82,30 dengan peringkat ke-22, sedangkan pada kelas 1 semester II N
mengalami penurunan nilai dengan rata-rata nilai 78,50 dan berada di peringkat
ke-24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
DAFTAR NILAI KEPRIBADIANDAN PENGEMBANGAN DIRI KELAS 1
SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Dokumen di atas merupakan daftar nilai kepribadian dan pengembangan diri
pada setiap mata pelajaran kelas 1 semester II.Terlihat pada baris yang diberi
tanda warna kuning bahwa nilai kepribadian dan pengembangan diri N pada setiap
mata pelajaran cukup baik, walaupun ada satu mata pelajaran yaitu Seni Lukis
yang memperoleh nilai C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
LAPORAN HASIL ULANGAN TENGAH SEMESTER I KELAS 2
TAHUN PELAJARAN 2014-2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Bukti dokumen laporan hasil ulangan tengah semester I kelas 2 menunjukan
bahwa N memperoleh nilai yang rendah berada di bawah KKM pada tema 1,
namun tidak pada mata pelajaran yang N suka. Artinya, N memperoleh nilai di
atas KKM pada mata pelajaran yang N suka, kecuali pada mata pelajaran tentang
bahasa Indonesia dan perilaku seperti PKn. Dapat dilihat pula nilai N pada tema 2,
N memperoleh nilai yang cukup baik. Pada aspek kognitif N mengalami
perubahan nilai di setiap semesternya, namun perubahan juga terjadi pada aspek
pengembangan diri dan kepribadian rata-rata N memperoleh predikat “B-“.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
LAMPIRAN 5
HASIL TRIANGULASI DATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Hasil Triangulasi Data
a. Latar Belakang Siswa dan Keluarga (Wawancara Orang Tua dan Anak)
b. Ciri-Ciri Siswa yang Mengalami GPPH (Observasi dan Wawancara
dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, dan Guru Pendamping, serta
bukti dokumen tertulis)
c. Kebiasaan Di Rumah (Wawancara dengan Orang Tua dan Anak)
d. Kebiasaan Di Sekolah (Observasi dan Wawancara dengan Guru kelas II,
Guru Ekstra kelas II, dan Guru Pendamping)
e. Aspek Kognitif Anak (Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II, Guru
Ekstra kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua, serta bukti dokumen
tertulis)
f. Aspek Afektif (Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra
kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua, serta bukti dokumen tertulis)
g. Aspek Psikomotoriknya(Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II,
Guru Ekstra kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua, serta bukti
dokumen tertulis)
h. Interaksi dengan lingkungan sekitar pada saat di rumah (Wawancara
dengan Orang Tua)
i. Interaksi dengan lingkungan sekitar pada saat di sekolah (Observasi,
Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, Guru Pendamping
dan Orang Tua)
j. Perubahan nilai dari kelas I sampai dengan kelas II (Bukti dokumen nilai
rapot)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
LAMPIRAN 6
DAFTAR COODING
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Lampiran 6.1
Cooding Guru Kelas II
Jawaban Tematik
F P R Identitas guru, yaitu
nama, dan profesi
guru. Dua A
eeee…Ya cuma satu itu namanya N. Udah toh. Itu saja.
Ciri-ciri anak secara
fisik
eeeeeee, kalo bukti fisik dari mamanya kan belum yaa..
Jadi ee dari cirinya aja kalo autis itu anak itu tidak mau
bertatap muka, bertatap muka secara langsung, dan kalo
kita e memberi perintah itu harus bertatap muka, tatap
mata dengan mata, kalo tidak ee perintah kita itu hanya
dianggap angin lalu aja.
Yaa mungkin hanya 50% ya, 50% kalo saya 50%.
Karena terus terang dia akan mengerjakan cepat-cepat,
cepat selesai. Anak masih ribut, dia sudah bekerja
terutama pelajaran-pelajaran yang dia gemari
matematika ya, dan bahasa Inggris lalu komputer.
Tingkat konsentrasi,
pusat perhatian
siswa, mata pelajaran
yang di sukai, dan
sikap siswa terhadap
mata pelajaran yang
tidak di sukai.
Nah, tapi kalo pelajaran selain matematika dia memang
cenderungnya menolak artinya dia itu cepat bosan..ya
cepat bosan, karna memang ndak suka.
Yaaaaaaa, ini sih ini kalo hasilnya hasilnya memang dia
menginginkan nilainya itu seratus, nilainya seratus
biarpun kenyataannya yaa kalo matematika ini mungkin
ee bisa di atas KKM ya hasilnya kalo itu yang saya
amati untuk bidang matematika. Tapi untuk bidang
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegara itu kadang-
kadang kalo pas agak sulit itu dia bisa di bawah KKM.
Ciri-ciri kognitif
(nilai yang diperoleh
N)
kalo nulis halus ya nilainya C selalu C. tapi ya mungkin
kalo saya anggap bagus sedikit ya tak kasih B min, tapi
min tidak pernah B.
Ya itukan sebagai bukti untuk bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Ya, tapi kalo matematika dia selalu di atas KKM,
mungkin bahasa Inggris juga selalu di atas KKM kaloo
saya liat ee nile UTS nya itukan kelihatan sekali.
Nilenya bisa..bisa liat itu dari bahasa, dari PKn dan
matematika selalu di atas bahasa atau PKn.
Iyaa, selain yang dia suka dia pasti di bawah KKM.
hiperaktif autis itukan selalu dengan dunianya sendiri.
Ciri psikomotorik
(selalu bergerak
selama belajar di
sekolah) dan ciri
afektif
Yaa sudah. Dia jalan keluar seenaknya aja. Bosan gitu
ya keluar.
Dia mengerjakan satu sampe, satu sampe sepuluh
misalnya, sampe tiga soal itu udah lalu keluar yo entah
cuci tangan ato penghapusnya dicuci pokok men dia itu
selalu itu keluar, selalu ingin keluar.
Dia mau misalkan aja dia mau kebelakang, ya udah dia
langsung nyeruntul aja.
Mau minum aja yang paling sederhana , datang “pak
boleh ndak saya minum?“, “oh, boleh”. Tapi kalo N ya
ndak ambil aja.
Yaitu tadi, egonya egonya.Egonya N cukup tinggi,
Kalo sosial yang baik tidak. Ya, artinya gini yang ndak
baik itu namanya pinjam selalu bilang “saya pinjam”
dan kalo mengembalikan pasti “terimakasih” gitukan
kalo yang baik.N ndak. Interaksi sosial di
lingkungan sekolah Eeeeeeeeeeeeeeeeeee, sosialnya itu kurang apalagi
tidak di dukung terus terang dia itu kan di
lingkungannya juga tidak bermain dengan orang lain.
Tapi dari pendampingnya kan saya pernah omong-
omong saya menanyakan kok N itu, apakah ada sesuatu
yang istimewa dari anak? Dia bilang pendamping yang
laki-laki itu yang dari apa kumon itu bilang N itu autis
hiperaktif ya.
Persepsi guru: cara
mengetahui anak
tersebut mengalami
GPPH dan cara
menyikapi Kalo saya bukan ahlinya ya. Makanya yaa... Saya
diamkan sejauh anak itu tidak mengganggu. Karna kalo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
saya tekan, dia akan berontak lalu akan membuat
gaduh, suasana kelas tidak nyaman berartikan saya
merugikan siswa yang 23 itu.
Iyaa. Lebih ke.. kalo saya ke autis ya. Persepsi guru
terhadap kondisi
siswa dan kondisi
tersebut berpengaruh
pada kemampuan
belajarnya (setelah
dilakukan follow up)
Iyaaa, memang nanti kemampuan belajarnya kan tidak
full ya, tidak full ya, tidak seperti
temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Lampiran 6.2
Cooding Guru Pendamping
Jawaban Tematik
P, P P
Identitas guru, yaitu
nama, pengalaman
guru
25 tahun
Saya di pendampingan……pendampingan anak sih
pendampingan anak
Lembaga, lembaganya lembaga kumon
Kalo ngelesin sih….. Cuma pendampingan sih saya
lebih ke pendampingan
Eeem, yang pasti saya punya kepentingan. Kepentingan
saya pendampingan untuk anak, ee ngelindungin anak,
eeee kemudian untuk apa yaaa untuk meng….
mengcover seorang anak demi kebaikan anak
Gitu sih, lebih yang pastinya sih saya lebih mendukung
perlindungan anak, perlindungan anaknya.
Pendampingan terhadap N anak sekolahan sini
Ciri-ciri anak secara
fisik
Eeeeeeeeee, kalo …Kalo keb ee N ini hiperaktif,
digolongkan sebagai anak hiperkatif
secara spontan N ini bergerak karena dunia khayalya
itu.
Baik-baik dengan pembelajaran sangat baik. Ciri-ciri kognitif
(nilai yang diperoleh
N)
Satu mengikuti pelajarannya itu nilaianya cukup
baguslah di atas rata-rata. Kemudian dengan
pendampigan ini, apah namanya.. perintah guru pun
diterima.
tingkat emosionalnya masih labil. Jadi kontrol
emosinya bagi si anak belum mampu di kontrol sendiri
Ciri-ciri afektif
eeeeeeeeeee, kalo perubahannya lebih baik sekarang
dari yang ee menggebu-gebu, setelah ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
pendampingan e cukup mereda, tidak menggebu-gebu
lagi mampu diantisipasilah.
Buk… Eee kalo untuk contoh ee satu si anak e dan
imajinasinya itu ini mempunyai e daya khayal tinggi,
imajinasi tinggi dan imajinasinya itu sangat
mempengaruhi dia untuk mempengaruhi si N ini untuk
spotanitas bergerak tanpa disadari dan itu membuat
orang-orang yang disekitarnya merasa e kenapa
gitukan, merasa kenapa kemudian merasa saya salah
apa, padahal secara spontan N ini bergerak karena
dunia khayalya itu.
Ciri psikomotorik
(selalu bergerak
secara spontan)
punya dunia sendiri dalam fikirannya, sehingga untuk
ber..ber..bersosialisasi dengan teman-temannya masih
harus dibimbing.
Interaksi sosial di
anak
Eeeeee, awalanya sih saya dari ee dari pihak orangtua
pihak keluarga bercerita kondisi di sekolahan gitukan.
Persepsi guru: cara
mengetahui anak
tersebut mengalami
GPPH, cara
menyikapi dan
motivasi yang
diberikan
Saya peluk. Saya peluk, saya bisikan, saya berikan
bisikan yang memang buat dia nyaman. Beri pelukan
Iya, mengingatkan ada apa N, gimana N seperti itu dan
dia akan merasa nyaman.
Iya, langsung meredam. Emosinya lagsung meredam
eeeee dan dia merasa saya nyaman.
Kalooo,, eheemm (sedikit batuk) saya motivasinya sih..
Iyaa. Kalo motivasinya eeeeeeeeeeeeeeeeeeee
kemandirian biar N bisa mandiri, N bisa menjadi hebat,
N jadi anak baik. Itu seperti itu sih yang memang yang
pasnya yang paling seneng dia, N jadi hebat. N mau
jadi hebat, pasti hebat
Iyaa, dengan bahasa yang memang bagi dia kalimat itu
oke buat saya buat N. Kata hebat itu sangat melekat
banget dengan dia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
LAMPIRAN 7
ORGANISASI DATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Organisasi Data
Masalah : Persepsi Guru terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH).
Sumber : Observasi, wawancara, dan dokumentasi
Tema Deskripsi
Ciri-Ciri siswa yang mengalami
GPPH
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti mengenai ciri-ciri
siswa yang mengalami GPPH, yaitu secara fisik N terlihat seperti anak normal lain usia
sebayanya. Selama berlangsungnya pembelajaran di kelas, N selalu menunjukan
ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten, tidak bias duduk tenang, dan ketika
sudah merasa bosan ia pasti akan bergerak sesuka hatinya terkadang juga ia memukul
meja secara berulang-ulang. Adapun ciri-ciri lainnya yang seing anak perlihatkan juga,
yaitu sulit berkonsentrasi, suka melamun, suka berimanjinasi,serta keluar masuk kelas
tanpa ijin, misalkan ingin cuci tangan atau ingin ke kamar mandi N langsung keluar
tanpa ijin pada guru yang sedang mengajar.
Persepsi Guru terhadap
Kemampuan Belajar siswa yang
mengalami GPPH
Kognitif :
Berdasarkan hasil observasi,wawancara dan dokumen yang telah peneliti peroleh terkait
dengan persepsi guru dilihat dari aspek kognitifnya, sebagian besar partisipan ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
mengatakan bahwa kemampuan belajar N cukup baik di atas rata-rata dibandingkan
teman-temannya, namun ada partisipan yang mengatakan bahwa kemampuan belajar N
berada di bawah KKM. Artinya, N akan memperoleh nilai di atas KKM hanya pada
mata pelajaran Matematika saja. Pernyataan tersebutu dapat dibuktikan pada hasil studi
dokumen hasil rapor yang telah peneliti peroleh dari kelas 1 hingga pertengahan
semester I kelas 2. Nilai yang di peroleh N mengalami perubahan di setiap semesternya.
Saat kelas 1 semester I N memperoleh nilai di atas KKM pada semua mata pelajaran,
pada semester II terjadi perubahan nilai, kemudian saat kelas 2 terlihat pada nilai UTS
N memperoleh nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran tertentu saja.
Afektif :
Kemampuan afektif yang dimiliki oleh siswa yang mengalami GPPH seperti N ini
memiliki perasaan yang mudah berubah-ubah, misalkan saja pada saat pembelajaran di
kelas N terlihat gelisah dan tingkat emosinya yang tinggi membuat N suka marah jika
melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Pernyataan peneliti tersebut
dibuktikan setelah peneliti melakukan observasi langsung dan wawancara dengan
partisipan.Berdasarkan dokumen, hasil pemeriksaan psikologi secara afektif perasaan
yang dimiliki oleh siswa juga sama dengan siswa yang lain, hanya saja dalam
mengkomunikasikan bahasa reseptif (bagaimana anak memahami ucapan orang lain)
dan bahasa ekspresif (bagaimana anak mengungkapkan keinginan dengan kata atau
kalimat) belum berkembang secara optimal untuk seusianya sekarang.
Psikomotorik :
Kebiasan yang ditunjukan N pada saat di sekolah berbeda sekali dengan
kebiasaanteman sebayanya. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan N
terlihat tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu saja ada hal yang di lakukan oleh N.
Kebiasaan seperti berteriak, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka memberontakketika N
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
harus melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan keinginannya, dan ketika anak
sudah merasa bosan dengan pelajaran yang tidak di sukai N akan acuh tak acuh tidak
memperdulikan penjelasan dari guru. Hasil observasi yang diperoleh peneliti, diperkuat
juga dari informasi yang diberikan guru kelas.Berdasarkan hasil dokumen pemeriksaan
menyatakan bahwa aspek motorikN memiliki tingkat koordinasi motorik halus setara
dengan anak usia 6 tahun 5 bulan. Artinya, N cukup bisa mengamati pola dan
menirukannya kembali dengan baik, namun N masih harus memperbanyak latihan dan
perlu diberi bimbingan untuk meningkatkan kemampuan koordinasi visual motorik
halusnya.
Interaksi Siswa di sekolah dan
di rumah
Interaksi di sekolah :
Interaksi Udin dengan guru tidak ada hambatan, lancar-lancar saja dan anak itu kalau
ada apa-apa memang mau bertanya misalnya belum paham, halaman berapa, mau
bertanya anak itu, jadi dengan guru tidak ada rasa takut, biasannya kalau ada apa-apa
berbicara terlebih dahulu. Udin tidak nampak beda dengan yang lain hanya ketika
mengerjakan tugas menerima pelajaran mengalami keterlambatan jadi seperti santai
terus tanpa beban iya lambanlah, kalu istilahnya anak yang slow learner itu dibanding
yang lain. Udin adalah anak yang pendiam, gak pernah tanya laporan gak pernah
ditanya juga diam dan susah untuk berkomunikasinya menurut guru Agama.
Interaksi di rumah :
Udin ketika dirumah mempunyai sikap yang sama dengan teman yang tetapi sama
adiknya suka usil tetapi kalau di rumah jarang ngobrol sama bapak ibunya.
Perubahan nilai Dilihat dari nilai rapotnya yang pertama yaitu kelas II menuju kelas 3 itu mepet KKM ,
kelas 3 ke kelas 4 juga mempet bahkan ada nilai yang kurang dari KKM tetapi sudah
mulai aktif dan berbicara di depan walaupun kurang lancar itu juga sudah nilai positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
dan mendukung karena jika seandainya tidak naik kelas anak itu malah tidak mau
sekolah dan pindah sekolah tidak mau maka menjadi masalah juga orang tuannya, maka
dari sekolah mempunyai kebijakan dinaikkan yang penting punya kelebihan,
maksudnya kelebihan itu dari ini bimbingan itu ada kemajuan gitu. Setelah Udin
menginjak di kelas IV perubahan nilai paling sedikit sekali paling naik berapa angka.
Selain itu sudah diberi materi yang sama juga tidak bisa mengerjakan sehingga butuh
penanganan yang khusus, kadang tugasnya juga harus mencukupkan semua anak
sedangkan mereka yang mengalami keterlambatan iya tetap kita perlakukan sama
dengan yang lain tidak di anak tirikan tetapi tetap diberikan layanan, layanannya
berbeda dengan anak-anak yang lain terutama untuk nilai sudah kami bedakan bobot
soal juga berusaha kami bedakan. Nilai 6 di anak yang lain itu beda dengan nilai 6 di
anak-anak tertentu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
LAMPIRAN 8
ANALISIS DATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Contoh Bagan Analisis Data
Catatan Lapangan
Peneliti mengadakan penelitian ini dengan teknik
pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan teknik
pengumpulan data tersebut peneliti menemukan siswa
kelas II SD Bercahaya yang mengalami GPPH.
Reduksi Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti, baik dari hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti
mengkategorikan atau mentemakan yang
menjadi temuan peneliti dari hasil pengumpulan
data. Peneliti menemukan adanya persepsi guru
tentang kemampuan belajar siswa yang
mengalami GPPH.
Display Data
Hasil yang di dapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
munculnya persepsi dari guru terhadap kemampuan belajar siswa
yang mengalami GPPH kurang sesuai dengan teori tentang anak
GPPH. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa guru kurang
memahami secara mendalam problematika siswa yang mengalami
GPPH selama proses belajar di kelas dan kurangnya pemahaman
mengenai apa yang terjadi di dalam diri Norman, sehingga cara
penanganan yang diberikan guru terhadap Norman belum
sepenuhnya terpenuhi disebabkan oleh kurangnya pelatihan yang
diterima guru tentang cara penanganan terhadap siswa yang
mengalami GPPH.
Kesimpulan
Peneliti menyimpulkan bahwa guru kelas tidak memahami
betul kondisi siswa secara mendalam. Melalui pengamatan
guru secara pribadi menilai bahwa siswa mengalami autis dan
bukan mengalami GPPH. Persepsi guru kelas terhadap siswa
tersebut menimbulkan berbagai perbedaan pandangan antara
partisipan satu dengan partisipan lainnya. Persepsi guru yang
mengatakan autis dan bukan mengalami GPPH tersebut tidak
sesuai dengan dokumen tertulis yang peneliti peroleh dari
pihak psikolog. Upaya yang dilakukan guru tidak dapat
sepenuhnya dijalankan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman guru tentang penanganan anak berkebutuhan
khusus. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya
pelatihan khusus untuk menanggani anak yang mengalami
GPPH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
LAMPIRAN 9
RIWAYAT PENELITI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
RIWAYAT PENELITI
Sylva Zaezara, lahir di kota Cilacap Jawa Tengah pada
tanggal 18 Juni 1993. Peneliti telah menempuh jenjang
pendidikan formal sejak tahun 1998-1999 di TK Yayasan
Kartika Jaya Cilacap, kemudian peneliti melanjutkan ke
jenjang Sekolah Dasar sejak tahun 1999-2005 di SD N
Donan 04 Cilacap. Pada tahun 2005-2008 peneliti kembali
melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama, yaitu di SMP Pius
Cilacap. Setelah lulus SMP, peneliti melanjutkan pendidikannya pada tahun 2008-
2011 di SMA YOS Sudarso Cilacap. Setelah lulus dari bangku SMA di tahun
2011, peneliti kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di
Universitas Sanata Dharma dan terdaftar sebagai mahasiswi S1-PGSD dengan
NIM 111134052. Semasa menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma
peneliti pernah mengikuti kegiatan Jalinan Kasih UKM Kerohanian pada tahun
2011. Selain itu peneliti mengikuti kepanitiaan di luar kampus pada kegiatan
lomba mewarnai dan melukis anak SD dalam rangka memperingati hari Kartini
pada tahun 2014 di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI