evange - USD Repository
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of evange - USD Repository
EVANGE
PARA S
Progr
ELISASI D
SUSTER P
Di
ram Studi I
P
KEKH
FAKUL
DAN TANT
PRR YANG
KEL
iajukan untu
Memperole
lmu Pendid
E
PROGRAM
HUSUSAN
JURUS
LTAS KEG
UNIVERS
Y
TANGANN
G BERDOM
LAPA DUA
SKRIP
uk Memenu
eh Gelar Sa
dikan Kekhu
Oleh
Elisabeth De
NIM: 0611
M STUDI IL
PENDIDIK
SAN ILMU
GURUAN D
SITAS SAN
YOGYAKA
2011
NYA DI ZA
MISILI DI
A DEPOK
PSI
uhi Salah Sa
arjana Pendi
ususan Pend
h
eran Key
24008
LMU PEN
KAN AGA
U PENDIDI
DAN ILMU
NATA DHA
ARTA
1
MAN SEK
PAROKI S
atu Syarat
idikan
didikan Aga
DIDIKAN
AMA KATO
IKAN
U PENDID
ARMA
KARANG B
ST. THOM
ama Katolik
OLIK
DIKAN
BAGI
MAS
k
iv
P E R S E M B A H A N
Saya mempersembahkan skripsi ini kepada
para suster Kongregasi Puteri Reinha Rosari
yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul EVANGELISASI DAN TANTANGANNYA DI ZAMAN SEKARANG BAGI PARA SUSTER PRR YANG BERDOMISILI DI PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA DEPOK. Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis pada bidang pewartaan penulis mendalami evangelisasi yang juga merupakan karya utama Kongregasi. Untuk memperdalam pemahaman tentang evangelisasi ini penulis melakukan penelitian sederhana di komunitas PRR Cimanggis, karena di komunitas ini juga para suster terlibat dalam kegiatan-kegiatan evangelisasi baik di paroki maupun di lingkungan-lingkungan. Dalam wawancara, para suster mengungkapkan pemahaman mereka tentang evangelisasi, yang mereka pahami sebatas kegiatan-kegiatan seputar altar seperti pembinaan iman anak, rekoleksi, legio Maria, kotbah, perayaan-perayaan liturgi, katekese. Padahal sesungguhnya karya evangelisasi bersifat lebih luas. Karya evangelisasi tidak sebatas pada altar tetapi harus peka dengan masalah konkret, memikirkan solusi dan kemudian bertindak sehingga terjadi suatu pembaharuan yang baik. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, skripsi ini ditulis untuk membantu para suster di komunitas Cimanggis untuk memperluas wawasan mereka tentang evangelisasi untuk membantu meningkatkan keterlibatan mereka dalam evangelisasi. Persoalan pokok skripsi ini adalah bagaimana membantu meningkatkan pemahaman para suster tentang evangelisasi. Untuk dapat melaksanakan evangelisasi dalam dunia yang kompleks dengan berbagai tantangan ini, para suster perlu memiliki pengetahuan tentang evangelisasi dan kesadaran diri akan perutusannya dengan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan evangelisasi. Keterlibatan para suster dalam berbagai kegiatan menjadi harapan umat, maka evangelisasi perlu diwujudkan lewat kesaksian hidup, karena evangelisasi sekarang lebih menekankan kesaksian dari pada banyaknya kata-kata.
Untuk membantu memperluas wawasan dan meningkatkan keterlibatan para suster dalam evangelisasi, penulis mengusulkan agar para suster mendalami evangelisasi dengan mengikuti lokakarya tiga hari. Dalam lokakarya ini akan dibahas mengenai pokok-pokok evangelisasi. Penulis juga memberikan contoh satuan persiapan dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Model katekese ini diusulkan karena bersifat dialogis partisipatif.
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is THE CONTEMPORER EVANGELIZATION AND CHALENGING FOR SISTERS PRR WHO LIVING AT THE PARISH OF ST. THOMAS KELAPA DUA DEPOK. The thesis was started from the interest of the writer toward evangelization, therefore the writer would like to get more understanding of evangelization which is also main works of the Congregation. To get deeper understanding of this evangelization the writer did a simple research at the community of PRR Cimanggis since the sisters in this community in volved in the evangelizing works both at the parish and society. In the interview, the sisters expressed their understanding about the evangelization. Their understanding about the evangelization was more on the church’s works such as children’s faith building, legion of Mary, sermon, liturgycal, celebration and catechesis, whereas in fact the evangelization works are wider. The evangelization works are not only about pastoral but also on the daily problems with its solutions and actions for a better change. Based on this fact, this thesis was written to help the sisters at Cimanggis community to broaden their understanding of evangelization in order to increase their participation in the evangelization works. The main problem which is found in the thesis is how to help the sisters to broaden their understanding about the evangelization. In order to be able to do the evangelization works in this era which is full of challenges, the sisters should have a knowledge about evangelization and self consciousness of their mission by involving in various evangelization works actively. The society wants the sisters to participate in the evangelization works therefore the evangelization works must be done through a professing faith since present evangelization is more focus on it than a theory. To help the sisters to brooden and increase their participation in evangelization, it is recommended for the sisters to have a knowledge about the evangelization by following three days course work. The sisters will get an explanation on the main points of evangelization in this course work. The writer also gives the example of catechize preparation by using the model of Shared Christian Praxis (SCP). The kind of model was suggested in this writing because it is participative dialogical.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa yang
telah menyertai penulis dengan Roh kebijaksanaan dan pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “EVANGELISASI DAN
TANTANGANNYA DI ZAMAN SEKARANG BAGI PARA SUSTER PRR
YANG BERDOMISILI DI PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA
DEPOK”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan
Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis memilih judul
skripsi tersebut dengan harapan dapat memberi sumbangan kepada para suster
agar dapat memperdalam wawasannya mengenai evangelisasi demi kelancaran
dalam menjalankan tugas perutusan Kongregasi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa adanya
pendampingan, bimbingan, bantuan dan arahan dari segenap pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed sebagai dosen pembimbing
utama penulisan skripsi ini, sekalipun sibuk tetap meluangkan waktu,
tenaga, pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penulisan berlangsung.
xi
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji II yang telah memberikan banyak perhatian kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Yosef Kristianto, SFK, M.Pd., sebagai dosen penguji ketiga yang telah
memberikan perhatian, dukungan bagi penulis dalam
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
4. Segenap romo, bapak dan ibu dosen yang berkenan membagikan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan teladan spiritualitas hidup seorang pewarta
yang berguna bagi penulis selama di bangku kuliah.
5. Suster Provinsial beserta Staf Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Suster-
suster Puteri Reinha Rosari yang telah memberikan perutusan studi di Prodi
IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
6. Sr.M.Gabriela, PRR selaku pemimpin komunitas St. Fransiskus Asisi
Cimanggis dan segenap anggota komunitas yang telah memperkenankan
dan mendukung penulis selama proses penelitian berlangsung.
7. Sr.M.Katrine, PRR selaku pemimpin komunitas Magnificat Yogyakarta
beserta semua suster anggota komunitas yang telah dengan caranya masing-
masing memberikan perhatian dan dukungan bagi penulis selama menjalani
perkuliahan di IPPAK Universitas Sanata Dharma.
8. Teman-teman angkatan 2006 dan 2007 yang telah memberikan banyak
dukungan, perhatian, saran, masukan bagi penulis selama menjalani studi
dan proses penulisan berlangsung.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI .......................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 7
E. Metode Penulisan .................................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 8
BAB II. POKOK-POKOK EVANGELISASI DAN TANTANGANNYA
A. Pokok-pokok Evangelisasi .................................................................... 11
1. Hakikat Evangelisasi ......................................................................... 11
a. Berdasarkan Kitab Suci ................................................................ 11
b. Berdasarkan Dokumen Gereja ..................................................... 13
c. Pandangan Para Ahli tentang Evangelisasi .................................. 18
2. Tujuan Evangelisasi .......................................................................... 20
xiv
3. Isi Evangelisasi ................................................................................. 22
4. Bentuk-Bentuk Evangelisasi ............................................................. 25
5. Para Pelaku Evangelisasi .................................................................. 33
B. Tantangan Evangelisasi ........................................................................ 40
1. Tantangan dari luar Diri .................................................................... 41
a. Tantangan Arus Besar Zaman .................................................... 41
1) Sekularisasi .......................................................................... 41
a) Dalam Bidang Keagamaan ............................................ 41
b) Dalam Bidang Moral ..................................................... 43
2) Hedonisme .......................................................................... 43
3) Materialisme ....................................................................... 44
2. Tantangan dari dalam Diri ................................................................ 45
a. Kurang Percaya Diri .................................................................. 46
b. Budaya Instan ............................................................................ 47
c. Irelevansi Penghayatan Agama dalam Hidup Sehari-hari ......... 49
BAB III. KETERLIBATAN PARA SUSTER DALAM
PELAKSANAAN EVANGELISASI DI PAROKI
ST. THOMAS KELAPA DUA
A. Keadaan Kongregasi PRR ................................................................... 52
1. Tujuan Berdirinya ........................................................................... 52
2. Visi Misi Kongregasi PRR ............................................................. 53
a. Visi ............................................................................................. 53
b. Misi ............................................................................................ 54
3. Keanggotaan dalam Periode 2006-2010 ......................................... 55
4. Karya Kerasulan ............................................................................. 56
B. Evangelisasi Para Suster PRR Cimanggis di Paroki St. Thomas
Kelapa Dua .......................................................................................... 58
1. Religius PRR .................................................................................. 58
2. Bidang-Bidang Keterlibatan Para Suster dalam Evangelisasi
di Paroki St. Thomas Kelapa Dua ................................................... 60
3. Gambaran Paroki St. Thomas Kelapa Dua ..................................... 65
xv
4. Gambaran Keterlibatan Para Suster PRR dalam Evangelisasi
di Paroki St. Thomas Kelapa Dua ................................................ 68
a. Bidang Pendidikan ..................................................................... 69
b. Bidang Sosial ............................................................................. 70
c. Bidang Kerygma ........................................................................ 72
5. Penelitian Keterlibatan Para Suster dalam Evangelisasi
Di Paroki St. Thomas ...................................................................... 73
a. Rencana Penelitian ..................................................................... 73
1. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 73
2. Tujuan Penelitian .................................................................. 75
3. Metodologi Penelitian ........................................................... 75
4. Jenis Penelitian ...................................................................... 76
5. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 76
6. Responden Penelitian ............................................................ 76
7. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 78
8. Teknik Pembahasan Data ...................................................... 79
9. Variabel Penelitian ................................................................ 80
b. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................ 80
1. Identitas Responden .............................................................. 80
2. Gambaran Mengenai Keterlibatan Para Suster
dalam Evangelisasi ................................................................ 81
3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
dalam Evangelisasi ................................................................ 87
4. Manfaat Evangelisasi bagi Umat .......................................... 92
c. Kesimpulan Hasil Penelitian ...................................................... 98
BAB IV. USULAN PROGRAM LOKAKARYA
DALAM USAHA MENINGKATKAN KETERLIBATAN
PARA SUSTER DALAM EVANGELISASI DI
PAROKI ST. THOMAS KELAPA DEPOK
A. Latar Belakang Program ............................................................... 103
1. Tujuan Program ....................................................................... 110
xvi
2. Sasaran Program ..................................................................... 110
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................. 111
B. Uraian Program ............................................................................. 113
C. Matriks Program ........................................................................... 116
D. Salah Satu Contoh Persiapan ........................................................ 119
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 131
B. Saran ................................................................................................ 133
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 135
LAMPIRAN .................................................................................................... 137
1. Surat Ijin Kaprodi ........................................................................... (1)
2. Daftar Pertanyaan Penelitian .......................................................... (2)
3. Transkrip Hasil Wawancara dengan Para Suster ............................. (3)
4. Transkrip Hasil Wawancara dengan Umat ..................................... (15)
5. Daftar Nama-nama Suster dan Tugasnya ........................................ (19)
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Mat : Matius
Mrk : Markus
Luk : Lukas
Yoh : Yohanes
Kis : Kisah Para Rasul
Kor : Korintus
Rm : Roma
Tim : Timotius
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AG : Ad Gentes (Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner
Gereja, 7 Desember 1965)
EN : Evangelii Nuntiandi (Imbauan Apostolik Paulus VI tentang
KaryaPewartaan Injil dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975).
FABC : Federation of Asian Bishops’ Conferences (Federasi Konferensi-
Konferensi Uskup se-Asia)
GS : Gaudium et Spes (Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja dalam Dunia Modern, 7 Desember 1965).
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.
xviii
LG : Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964).
RM : Redemptoris Missio (Ensiklik Yohanes Paulus II tentang Amanat
Misioner Gereja, 7 Desember 1990).
VC : Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
tentang pembinaan iman dalam situasi zaman sekarang, 25 Maret
1992.
C. Singkatan lainnya
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Kan : Kanon
KAS : Keuskupan Agung Semarang
Konst : Konstitusi
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Mgr : Monseigneur
No : Nomor
PIA : Pembinaan Iman Anak
PRR : Puteri Reinha Rosari
SCP : Shared Christian Praxis
SP : Satuan Persiapan
St : Santo
SVD : Societas Verbi Divini (Serikat Sabda Allah)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tugas mewartakan Kabar Gembira ke seluruh dunia merupakan tugas
yang diemban oleh Gereja sejak Yesus mengutus para murid-Nya;
Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum, mereka pun pergilah ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya (Mrk 16:15-16). Pernyataan di atas merupakan sebuah perintah yang ditujukan kepada
semua umat beriman yang telah menerima pembaptisan untuk terlibat dalam
pewartaan. Warta tentang keselamatan harus disampaikan kepada segala makhluk,
karena perintah itu merupakan tugas perutusan dari Yesus sendiri. Tidak ada
paksaan bahwa mereka yang mendengarkan warta itu harus percaya dan dibaptis.
Tugas mewartakan Injil ini merupakan hakekat Gereja sendiri Ad Gentes (AG 6).
Bagi seorang pewarta, tugas mewartaan Injil Kristus itu dilaksanakan di satu
pihak karena sang pewarta sendiri sebagai pengikut Kristus ia harus mengikuti
perintah Yesus dan di lain pihak karena sebagai seorang pewarta merasa adanya
keprihatinan akan keselamatan orang-orang yang belum mengenal Yesus, dengan
demikian merasa terpanggil untuk turut serta dalam mewartakan Injil ke seluruh
dunia. Dalam Konsili Vatikan II, sekali lagi dirumuskan tugas yang sama:
Oleh Karena itu, perutusan Gereja terlaksana dengan karya-kegiatannya. Demikianlah Gereja, mematuhi perintah Kristus dan digerakkan oleh rahmat serta cinta kasih Roh Kudus, hadir bagi semua orang dan bangsa dengan kenyataannya sepenuhnya, untuk dengan teladan hidup maupun pewartaannya, dengan sakramen-sakramen serta upaya-upaya rahmat lainnya menghantar mereka kepada iman, kebebasan dan damai Kristus,
2
sehingga bagi mereka terbukalah jalan yang bebas dan teguh, untuk ikut serta sepenuhnya dalam misteri Kristus (AG 5). Artikel ini menegaskan bahwa sebagai anggota Gereja, setiap orang
beriman mempunyai kewajiban untuk menjalankan misinya yakni mewartakan
Injil. Setiap orang yang menjadi pengikut Kristus harus yakin bahwa mereka
digerakkan oleh Roh Kudus untuk melaksanakan tugas yang satu dan yang sama
yaitu mewartakan Injil Kerjaan Allah. Untuk menjalankan tugas ini, Roh Kudus
yang menguduskan umat Allah lewat pelayanan dan sakramen-sakramen,
menganugerahkan kepada orang beriman karunia-karunia khusus (bdk. 1Kor 12:7)
agar dimampukan untuk mewartakannya.
Tujuan dari kegiatan missioner Gereja menurut Vatikan II adalah
“mewartakan Injil dan menanamkan Gereja di tengah bangsa-bangsa, tempat
Gereja belum berakar” (AG 6). Tujuan ini tetap sama sepanjang masa, karena
itulah hakekat dari misi Gereja, yaitu pewartaan mengenai Yesus Kristus dan
InjilNya. Melalui Vatikan II, Gereja menegaskan kembali betapa pentingnya
berevangelisasi di tengah dunia modern ini.
Penegasan yang disampaikan oleh Konsili Vatikan II di atas hendak
mengatakan bahwa yang bertanggung jawab dalam karya pewartaan adalah semua
anggota Gereja tanpa kecuali. Mereka inilah yang bertugas untuk mewartakan
Injil ke segala penjuru dunia. Tugas yang sama juga dilaksanakan oleh Tarekat
Putri Reinha Rosari (PRR) yang juga merupakan bagian dari Gereja universal,
yang turut mengemban misi Gereja yaitu mewartakan Injil kepada segala bangsa
serta ikut menanggapi keprihatinan-keprihatinan yang terjadi dalam dunia dewasa
ini lewat berbagai karya pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, sosial dan
3
pastoral. Setiap karya yang dilakukan oleh PRR merupakan usaha untuk
menjalankan misi Gereja mewartakan Kabar Gembira.
Konstitusi Tarekat artikel 201 menegaskan bahwa panggilan misioner dari
semua anggota umat Allah yaitu turut serta dalam perutusan Yesus Kristus,
membawa sebanyak mungkin manusia kepada persatuan dengan Allah sebagai
asas dan dasar tujuan hidup manusia. Tarekat PRR mengambil bagian dalam misi
Gereja, sesuai dengan kharisma pendiri yaitu kerinduan agar manusia mengalami
hidup bersaudara dalam nama Yesus Kristus. Maka tugas dan kewajiban utama
bagi seorang PRR yaitu mengambil bagian secara khusus dalam karya
pembentukan jemaat beriman.
Kehadiran para suster PRR di tengah umat dalam pembentukan iman
jemaat merupakan cita-cita awal pendiri, Mgr. Gabriel Manek, SVD. Hal ini
merupakan karya utama Tarekat, maka semua suster dalam Tarekat PRR, entah
yang berprofesi sebagai katekis atau tidak diharapkan menjadi “katekis” yang
mampu mewartakan Allah baik melalui kata, sikap, maupun perbuatan yang dapat
membawa semakin banyak umat dekat dengan Allah. Karena tujuan Tarekat PRR
didirikan untuk pembentukan jemaat yang partisipatif, setiap komunitas perlu
terlibat dalam pembentukan jemaat. Setiap suster selain menjalankan tugas
pokoknya entah sebagai guru, perawat, petugas sosial, juga terlibat dan
mengambil bagian dalam pembentukan jemaat yang menjadi fokus perhatian
pendiri. Tugas dan kewajiban ini ditempatkan dalam situasi Gereja dan dunia
masa kini. Tarekat harus mampu berjuang dan bermisi dalam dunia yang sedang
berubah, dunia yang tengah mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang, di
4
mana berbagai kemudahan ditawarkan oleh kemajuan industri, ada kecenderungan
kuat untuk memiliki produk-produk baru, tetapi kerinduan manusia yang terdalam
tidak dapat dipuaskan dengan segala macam tawaran dunia.
Komunitas-komunitas PRR yang tersebar di berbagai tempat menyadari
bahwa kehadirannya merupakan bagian dari Gereja lokal sehingga sungguh-
sungguh mengambil bagian dalam segala kegiatan Gereja. Demikian juga dengan
komunitas Cimanggis yang berpelindungkan St. Fransiskus Asisi. Komunitas ini
menjalankan misi Gereja yaitu turut serta mewartakan Injil di tengah umat paroki
St. Thomas Kelapa Dua Depok. Keterlibatan para suster dalam karya pewartaan
dijiwai oleh semangat pendiri yang berfokus pada pewartaan Kerajaan Allah
dengan perhatian utama kepada orang miskin dan terlantar baik dalam dimensi
hidup rohani maupun jasmani.
Sejak tahun 2001 komunitas Cimanggis berdomisili dan turut berkarya di
tengah umat paroki St. Thomas Kelapa Dua. Dari tahun ke tahun komunitas
selalu mengalami perubahan dalam hal keanggotaan, entah perpindahan atau
penambahan anggota. Meski demikian karya pewartaan tetap menjadi bagian yang
penting dan sangat diperhatikan oleh komunitas. Setiap suster mengambil bagian
dalam tugas ini dan dengan gembira melaksanakannya. Para suster menjalankan
misi Gereja baik melalui Pendidikan Agama Katolik di sekolah, terlibat dalam
pembinaan kaum muda, Legio Maria, Bina Iman Anak Katolik (BIAK), rekoleksi
umat, katekese, dan kunjungan keluarga. Ruang gerak para suster di komunitas
Cimanggis tidak terbatas dalam lingkup Gereja tetapi para suster juga menjalin
relasi dan kerja sama dengan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan
5
kemanusiaan, misalnya mengumpulkan sembako dan membagikanya kepada
orang miskin dan terlantar, silahturami ke keluarga-keluarga Muslim pada saat
Lebaran, serta menjunjung tinggi dan menghormati budaya setempat.
Para suster yang tinggal di komunitas ini tidak semuanya berprofesi
sebagai katekis. Sebagian dari para suster kurang memiliki pengetahuan yang
memadai tentang ilmu kateketik dan ketrampilan yang cukup untuk karya-karya
yang disebutkan di atas. Meskipun pengetahuan para suster tentang evangelisasi
kurang memadai namun dalam kenyataannya para suster bisa menjalankan tugas
perutusan ini bahkan mau belajar dari orang lain khususnya Sr. M. Gabriela, PRR,
sebagai seorang pribadi yang berpengalaman dalam bidang katekese.
Kenyataan akan perkembangan dunia yang penuh dengan berbagai
tawaran menarik, arus-arus besar zaman seperti sekularisasi, materialisme,
konsumerisme, hedonisme, individualisme dan kecanggihan teknologi itu, tidak
boleh dilihat sepihak sebagai sebuah tantangan yang menakutkan dalam
pewartaan, tetapi justru menjadi sebuah kesempatan berahmat untuk mewartakan
Kristus. Berhadapan dengan kenyataan akan adanya perkembangan dunia dewasa
ini tentunya dapat membawa dampak positif maupun negatif bagi setiap manusia
juga bagi para suster sendiri dalam pewartaannya. Dampak positifnya adalah
bagaimana para suster dapat belajar memanfaatkan sarana prasarana demi makin
berkembangnya karya evangelisasi di tengah dunia, belajar untuk semakin
memahami secara baik hakekat dari evangelisasi untuk membantu para suster
dalam pelaksanaan evangelisasi. Sedangkan dampak negativnya adalah dengan
adanya perkembangan teknologi dapat melumpuhkan semangat juang karena
6
semua kebutuhan terpenuhi. Berkaitan dengan situasi dunia ini kadang para suster
dalam melaksanakan evangelisasi kurang percaya diri, bahkan karena kesibukan-
kesibukan dalam berbagai urusan sehingga kurang terlibat dalam berpastoral di
tengah umat. Berdasarkan latar belakang ini, penulis merumuskan judul skripsi
sebagai berikut: “EVANGELISASI DAN TANTANGANNYA DI ZAMAN
SEKARANG BAGI PARA SUSTER PRR YANG BERDOMISILI DI
PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA DEPOK”.
B. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya di zaman sekarang?
2. Bagaimana para suster PRR di komunitas Cimanggis melaksanakan
evangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua di tengah tantangan zaman?
3. Usaha macam apa yang perlu dilaksanakan oleh para suster untuk
meningkatkan pelaksanaan evangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua
Depok?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Mengetahui pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya di zaman
sekarang.
2. Mengetahui macam-macam karya evangelisasi yang dilaksanakan para
suster PRR di paroki St. Thomas Kelapa Dua.
7
3. Menyampaikan rencana kegiatan atau usulan program bagi para suster
agar dapat melaksanakan evangelisasi di tengah umat paroki St. Thomas
Kelapa Dua.
D. Manfaat Penulisan
1. Para suster Putri Reinha Rosari memperoleh wawasan baru mengenai
pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya.
2. Para suster PRR Cimanggis memperoleh pemahaman tentang karya
evangelisasi yang dilaksanakannya dan tantangannya di zaman sekarang.
3. Menemukan cara bagi para suster PRR Cimanggis untuk meningkatkan
pelaksanaan evangelisasi di tengah umat paroki St. Thomas Kelapa Dua
Cimanggis.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-
analitis yaitu metode yang memaparkan pokok-pokok evangelisasi dan
tantangannya, menggambarkan macam-macam karya evangelisasi para suster
PRR Cimanggis dan memahami pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya
zaman sekarang sehingga ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Dalam
membahas skripsi ini penulis menggunakan studi pustaka dari buku-buku yang
mendukung penyusunan skripsi ini juga lewat pengamatan partisipatif serta
wawancara dengan para suster dan umat.
8
F. Sistematika Penulisan
Skripsi dengan judul “Evangelisasi dan tantangannya di zaman sekarang
bagi para suster PRR yang berdomisili di Paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok”,
akan ditulis dalam lima bab dengan uraian sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan.
Bab II memberikan gambaran umum tentang pokok-pokok evangelisasi
dan tantangannya yang terbagi dalam dua pokok pembahasan. Pada bagian
pertama penulis akan menguraikan pokok-pokok evangelisasi yang meliputi:
pengertian evangelisasi, tujuan evangelisasi, isi evangelisasi, bentuk-bentuk
pelaksanaan evangelisasi dan para pelaksana evangelisasi sedangkan bagian kedua
akan memaparkan tantangan evangelisasi di zaman sekarang.
Bab III penulis akan membahas penelitian tentang keterlibatan para suster
PRR dalam evangelisasi di Paroki St. Thomas Kelapa Dua. Penulis membagi bab
ini menjadi empat pokok pembahasan. Pada bagian pertama akan memaparkan
keadaan Tarekat yang meliputi, tujuan berdirinya Tarekat PRR, visi misi Tarekat,
perkembangan keanggotaan periode 2006-2010 dan karya kerasulan Tarekat. Pada
bagian kedua akan dipaparkan mengenai evangelisasi di Paroki St.Thomas Kelapa
Dua yang meliputi: pelaksana evangelisasi yaitu para suster PRR dan bidang-
bidang keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi. Pada bagian yang ketiga,
penulis akan membahas gambaran umum paroki St. Thomas Kelapa Dua
sedangkan bagian keempat penulis memaparkan penelitian tentang keterlibatan
para suster PRR dalam evangelisasi di Paroki St. Thomas Kelapa Dua yang
9
meliputi rencana penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian serta
kesimpulan penelitian.
Bab IV membahas usulan program lokakarya. Dalam bab ini penulis
menyajikan lokakarya kepada para suster PRR di komunitas Cimanggis dalam
rangka memperluas wawasan mereka mengenai evangelisasi demi meningkatkan
keterlibatan para suster dalam evangelisasi. Penulis membagi topik tersebut
menjadi empat bagian pokok pembahasan; Bagian pertama berbicara mengenai
latar belakang penyusunan program yang meliputi tujuan, sasaran program, waktu
dan tempat pelaksanaan. Pada bagian kedua penulis akan menguraikan program
lokakarya sedangkan pada bagian ketiga penulis mengusulkan matriks lokakarya
dan bagian yang keempat memberikan contoh persiapan program yang meliputi;
identitas program, pemikiran dasar dan pengembangan langkah-langkah.
Bab V ini merupakan bab penutup. Dalam bab ini penulis menyampaikan
kesimpulan atas keseluruhan penulisan yang juga disertai dengan saran-saran yang
ditujukan kepada para suster.
10
BAB II
POKOK-POKOK EVANGELISASI DAN TANTANGANNYA
Pada latar belakang penulisan skripsi, telah dipaparkan secara singkat
Tarekat PRR dan bidang-bidang karyanya dengan fokus perhatian utama adalah
“Pembentukan Jemaat.” Itulah sebabnya pewartaan dalam aneka bentuk seperti
pendidikan, kesehatan, sosial, pastoral, adalah ladang merasulnya Kongregasi
PRR entah milik Kongregasi ataupun milik paroki atau keuskupan yang ditangani
oleh para suster.
Pada Bab II ini penulis hendak memaparkan pokok-pokok evangelisasi
dan tantangannya. Bab ini terbagi dalam dua pokok pembahasan. Dalam bagian
pertama akan dipaparkan pokok-pokok evangelisasi, yang menyangkut
pengertian, tujuan, isi, bentuk-bentuk evangelisasi dan para pelaku evangelisasi.
Bagian kedua akan membahas tantangan evangelisasi. Mengenai pembahasan
pokok-pokok evangelisasi, penulis mendasarkan diri pada himbauan Apostolik
yang disampaikan oleh Bapa Suci Paulus VI yang berjudul Evangelii Nuntiandi.
Ensiklik ini membahas tentang karya evangelisasi zaman sekarang. Selain
Evangelii Nuntiandi tulisan ini juga diperkaya oleh ensiklik Paus Yohanes Paulus
II yang berjudul Redemptoris Missio serta dokumen FABC. Pada bagian pertama
ini akan diakhiri dengan pandangan para alih tentang evangelisasi. Selain pokok-
pokok evangelisasi, pada bagian yang kedua penulis akan menguraikan berbagai
tantangan baik dari dalam diri para suster sendiri maupun tantangan dari luar diri
dalam kaitan dengan perkembangan dunia zaman ini.
11
A. Pokok-pokok Evangelisasi
Menyebarkan Kabar Gembira Kerajaan Allah adalah tugas luhur setiap
orang beriman yang tugas perutusannya dinyatakan kepada semua orang, di segala
tempat dan pada setiap kesempatan. Tugas itu akan semakin menantang, manakala
sang pewarta berhadapan dengan situasi yang menuntut persiapan lebih. Kesiapan
ini tentu tidak terbatas pada penguasaan materi pewartaan semata, melainkan juga
pemahaman yang memadai akan pokok-pokok evangelisasi, agar pewarta sendiri
terbantu dalam menjalankan tugasnya. Pada bagian ini, penulis akan memaparkan
pokok-pokok evangelisasi tersebut.
1. Hakekat Evangelisasi
a. Berdasarkan Kitab Suci
Istilah evangelisasi sebetulnya tidak secara eksplisit terdapat dalam Kitab
Suci. Istilah ini baru muncul pasca Konsili Vatikan II. Konsili menggunakan kata
evangelisasi untuk mengatakan bahwa segala kegiatan Gereja bersifat misioner
dan mesti dilihat sebagai satu-satunya karya Allah. Istilah evangelisasi yang
berarti Penginjilan (Pewartaan Kabar Gembira) sudah terdapat dalam keseluruhan
Kitab Suci. Di masa Perjanjian Baru, sejak munculnya Yesus Kristus, istilah ini
sedikit bergeser dengan tekanan pada mewartakan Kerajaan Allah kepada semua
bangsa. Sesudah kebangkitan Yesus, penulis Injil mengartikan istilah evangelisasi
sebagai usaha mewartakan Kabar Gembira (Injil) mengenai Yesus Kristus (Mrk
1:1) kepada semua bangsa (Mat 28:19-20 & Rm 10:12-18) dan kebudayaan.
12
Melalui kuasa Roh Kudus (Kis 1:8), Injil diwartakan baik kepada orang-orang
Yahudi maupun bukan Yahudi.
Pengarang Injil Markus menempatkan Yesus dan perutusan-Nya sebagai
pusat evangelisasi bagi jemaatnya. Jemaat Markus diajak untuk mengerti pribadi
Yesus yang disebut Kristus dan Tuhan itu serta misi-Nya (Mrk 1:15-16:15). Hal
yang menarik dari kisah ini adalah keterlibatan para murid yang mengikuti
perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem. Di sinilah terjadi dinamika
perkembangan evangelisasi para murid dari ketidaktahuan kepada pengertian
menyeluruh, bahkan terhadap tugas perutusan para muridNya sendiri (Hartono,
1997:17).
Woga (2009:266) mengutip dari 1Timotius 4:11-12:
“Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang yang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaan dan dalam kesucianmu”.
Ayat di atas berbicara tentang tugas perutusan seorang Timoteus muda
yang selalu mengandalkan Allah yang hidup. Paulus menaruh kepercayaan yang
penuh kepada Timoteus untuk menjalankan karya pewartaan. Paulus yakin akan
iman yang matang dan kemampuan misioner yang kuat dari seorang muda dan
terutama akan Allah Tritunggal yang senantiasa menyertai misionarisnya. Dengan
kata lain, Paulus dalam hal ini melakukan pengkaderan tenaga kaum beriman
lainnya untuk terlibat dalam mewartakan Kerajaan Allah.
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
13
sesuatu yang telah Ku perintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20a). Tuhan Yesus
telah memberi perintah kepada para muridnya, “Jadikanlah semua bangsa murid-
Ku, ajarlah mereka melakukan yang Kuperintahkan kepadamu”. Tuhan Yesus
memberi penekanan “jadikanlah…murid-Ku dan ajarlah mereka melakukan
perintah-Ku.” Menjadi murid itu berarti membangun hubungan intim dengan
Kristus dan setia pada perintah-Nya. Hal ini berlaku bagi semua umat Kristiani
yang telah dibaptis dan dipanggil untuk menjadi murid Yesus Kristus.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, evangelisasi dalam kerangka
pengertian alkitabiah, khususnya Perjanjian Baru dapat dimengerti sebagai kabar
gembira. Kabar gembira ini jika didasarkan pada apa yang dimaksud Paulus
adalah mewartakan Kristus dan rencana keselamatan Allah. Kemudian jika
diamati lebih dalam lagi kabar gembira di dalam Perjanjian Baru erat kaitannya
dengan istilah kesaksian, yang dalam bahasa Yunani disebut martyria.
b. Berdasarkan Dokumen Gereja
Peristilahan evangelisasi berasal dari bahasa Yunani eu-aggelion yang
berarti kabar gembira atau kabar baik. Istilah evangelisasi sebenarnya belum lama
digunakan dalam Gereja Katolik. Dalam Konsili Vatikan II istilah evangelisasi
banyak digunakan. Vatikan I yang lebih mencerminkan mentalitas abad-19, hanya
satu kali menggunakan kata Injil (=evangelium) namun tidak terdapat satu
katapun mengenai ‘Evangelisasi’. Sedangkan pada Konsili Vatikan II, kata Injil
digunakan sebanyak 157 kali “mewartakan Injil” sebanyak 18 kali dan
evangelisasi sebanyak 31 kali (Suharyo, 1993: 12). Sejak konsili Vatikan II
14
banyak dikeluarkan dokumen Gereja yang berbicara mengenai persoalan
evangelisasi dewasa ini. Setelah sinode para uskup tahun 1974, Paus Paulus VI
mengeluarkan sebuah ensiklik yang berbicara mengenai karya pewartaan Injil
pada zaman modern, yaitu Evangelii Nuntiandi. Dokumen ini merupakan sebuah
himbauan Apostolik bagi seluruh umat untuk membaharui karya pewartaan Injil
pada masa sekarang, agar Injil mampu berdialog dengan kebudayaan dan
menjawab pengharapan serta keprihatinan umat manusia.
Sejalan dengan semangat Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI (1963-1979)
lebih memberi tekanan kepada evangelisasi. Dengan memberi orientasi yang lebih
jelas kepada perutusan Gereja, Paus Paulus VI memilih tema “Evangelisasi Dalam
Dunia Modern” dalam sinode para uskup tahun 1974. Atas dasar itu, pada tahun
1975 ia menulis amanat apostolis Evangelii Nuntiandi. Dalam dokumen itu
termuat paham yang sangat kaya.
Evangelisasi merupakan rahmat dan panggilan khas bagi Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam. Gereja ada untuk mewartakan Injil, yakni untuk berkotbah dan mengajar, menjadi saluran kurnia rahmat, untuk mendamaikan para pendosa dengan Allah dan untuk mengabadikan kurban Kristus di dalam misa, yang merupakan kenangan akan kematian dan kebangkitanNya yang mulia (EN art. 14). Secara tersirat dokumen ini mengisyaratkan, bahwa jati diri Gereja adalah
mewartakan Injil. Panggilan untuk mewartakan Injil bagi Gereja merupakan suatu
rahmat sekaligus sebuah tugas sehingga Gereja berkewajiban untuk menyalurkan
rahmat tersebut kepada semua orang tanpa kecuali. Gereja adalah umat Allah,
maka rahmat dilimpahkan kepada umat manusia yang dipanggil secara khusus
untuk turut serta dalam mewartakan Injil. Pelimpahan rahmat inilah yang
memampukan umat manusia; baik kaum awam maupun para religius untuk turut
15
serta dalam mewartakan Kabar gembira tentang Kristus. Evangelisasi itu pada
akhirnya harus menyentuh jati diri manusia. Evangelisasi mengarahkan manusia
kepada kemerdekaannya sebagai anak-anak Allah yang bertanggungjawab. Pola
seperti itu tampak dalam diri Yesus Kristus sebagai pewarta Injil. Ia sendiri
mengajukan rencana dan kehendak Allah dan memperjuangkannya dalam
membebaskan orang dari kungkungan dosa pribadi, keterikatan pada belenggu
dosa sosial dan mengantar orang sampai pada pengalaman Roh Allah yang
membaharui kehidupan.
Bagi Gereja, evangelisasi (penginjilan) berarti membawa kabar baik
kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil mengubah umat
manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru (EN art 18). Evangelisasi
pertama-tama adalah kesaksian iman tentang Allah yang mengasihi dan
menyelamatkan manusia melalui dan di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu,
Gereja sebagai pekabar mesti menjadi pendengar Sabda yang baik lebih dahulu.
Setelahnya, Kabar Baik itu diwartakan kepada semua agar didengar dan diketahui,
supaya nilai-nilai injil dapat diresapi dan mempengaruhi serta membentuk hidup
manusia agar menjadi manusia baru yang hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Evangelisasi harus dipahami juga sebagai suatu “kegiatan mewartakan Kristus
kepada mereka yang belum mengenalnya dengan cara berkotbah, memberikan
katekese, memberikan sakramen baptis dan sakramen-sakramen lainnya” (EN art.
17). Melalui kegiatan-kegiatan pengajaran seperti inilah para pewarta berusaha
memperkenalkan Yesus Kristus dan karya penebusanNya bagi umat manusia.
16
Redemptoris Missio art. 42 menegaskan: “kesaksian hidup Kristen
merupakan bentuk tugas perutusan yang pertama dan tiada tergantikan”.
Sedangkan pada Evangelii Nuntiandi art. 41 tertera: “sarana pertama pewartaan
Injil adalah kesaksian hidup Kristiani yang otentik, yang diberikan kepada Allah
dan sesama dalam suatu persekutuan yang tak dapat dibinasakan oleh apapun
juga”. Pemahaman evangelisasi berdasarkan dua artikel ini adalah sebuah
desakan untuk menjadikan pengalaman iman pribadi sebagai sebuah kesaksian
bagi orang-orang yang ada di sekitar kita dengan cara hidup yang jujur, setia,
tulus, ramah, sabar dan rendah hati.
Penulis melihat bahwa evangelisasi itu dapat berkembang kalau orang-
orang beriman secara pribadi maupun Gereja secara keseluruhan, mampu
memberi kesaksian dari pengalamannya akan Allah yang membuahkan
kegembiraan dan menyelamatkan kepada sesama sehingga semakin banyak orang
yang percaya dan diselamatkan. Dengan adanya kesaksian hidup yang baik dan
benar, kita membawa semakin banyak orang untuk dekat dengan Allah. Dalam
arti, kehidupan kita membuat orang lain semakin hidup. Corak dan cara hidup
Kristiani kita merupakan satu kesaksian yang hidup dan nyata. Kita tidak dapat
memberikan kepada orang lain apa yang tidak kita miliki. Karenanya, untuk
membawa Kristus kepada orang lain, pertama-tama kita harus memiliki Kristus
dan memperlihatkan diriNya dalam kehidupan kita. Intinya, evangelisasi adalah
suatu proses pembaharuan kemanusiaan lewat kesaksian, pewartaan yang
eksplisit, ketaatan batin, masuk dalam umat, menerima tanda-tanda dan prakarsa
merasul (EN art. 24). Evangelisasi adalah suatu proses yang panjang dari jawaban
17
atas panggilan Allah untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan kata dan
perbuatan (kesaksian hidup) bahwa dalam diri Yesus Kristus, Allah yang adalah
kasih telah mencintai dunia. Dalam Sabda yang menjadi Daging, Ia telah
memberikan segala sesuatu dan telah memanggil semua manusia untuk hidup
yang baru (EN art. 26).
Evangelisasi sebagai pewartaan Sabda dibedakan menurut dua kategori
situasi (RM art. 33). Pertama, daerah-daerah di mana Kristus dan Injil belum
dikenal menuntut evangelisasi. Selanjutnya, daerah-daerah yang orang Kristennya
sudah kehilangan rasa keberimanannya dan tidak menganggap diri sebagai warga
Gereja. Pewartaan kabar gembira tidak membatasi diri pada mereka yang belum
mengenal Injil, namun juga kepada mereka yang telah mengenal Sabda-Nya.
Selain Redemptoris Misio dan Evangelii Nuntiandi, evangelisasi menurut FABC I
(Federation of Asian Bishops’ Conferences: Federasi Konferensi-
Konferensi Uskup se-Asia) berarti pelaksanaan tugas Gereja mewartakan Injil
Tuhan melalui kata dan kesaksian mengenai pengalaman akan Kristus yang
bangkit mulia dengan tekanan utama pada pembangunan Gereja lokal. Pewartaan
Injil merupakan pelaksanaan hakekat Gereja sendiri, maka Gereja Asia
berkeharusan untuk mewartakan Injil kepada bangsa Asia. Pewartaan tersebut
dilaksanakan melalui Sabda dan kesaksian agar evangelisasi dapat terjadi secara
efektif. Tanpa kesaksian hidup Gereja sendiri, pewartaan akan sulit menyentuh
hati rakyat Asia (RM art 42). Evangelisasi berarti menghidupi apa yang dilakukan
oleh Kristus agar dunia menjadi tempat yang lebih baik dan damai bagi semua
orang.
18
Berdasarkan dokumen-dokumen Gereja, baik Evangelii Nuntiandi,
Redemptoris Missio maupun Federation of Asian Bishops Conferences (FABC)
dapat ditarik kesimpulan bahwa evangelisasi merupakan pewartaan ‘Kabar
Gembira’ kepada semua manusia. Kabar gembira yang diwartakan ditujukan
kepada semua orang tanpa kecuali baik orang yang beriman Katolik atau non
Katolik. Selain itu, ia juga dapat dipahami sebagai upaya memberikan kesaksian
Injil kepada semua umat manusia serta sebagai sebuah upaya pembinaan untuk
mengubah sikap hidup umat manusia supaya semakin berkembang imannya dalam
dan akan Kristus.
c. Pandangan Para Ahli tentang Evangelisasi
Evangelisasi dapat dimengerti sebagai suatu proses yang mencakup
keseluruhan penyebaran kabar gembira Injil. Di dalam proses ini ada usaha ke
dalam dan ke luar, yaitu usaha dimana umat beriman semakin berkembang secara
terus-menerus dengan memperdalam imannya serta upaya memberi kesaksian di
dalam kehidupan mereka (Heuken, 1991:313). Sedangkan menurut, Ignatius
Suharyo (1993:12) evangelisasi biasanya diartikan sebagai pemakluman
pewartaan Kristiani yang dasariah kepada orang-orang yang belum percaya
kepada Kristus. Beliau juga mengatakan bahwa “evangelisasi baru tidak
membatasi diri pada penerusan ajaran atau memeluk agama Kristen yang semakin
banyak, tetapi menyampaikan kabar gembira kepada manusia yang utuh”
(Suharyo 1995: 66).
19
Menurut Sugiri (1994:52) evangelisasi merupakan suatu proses yang
menentukan perkembangan iman umat. Sebab dalam evangelisasi umat
mengalami perjumpaan dengan Allah dalam pengalaman hidupnya dan semakin
merasakan cintakasih Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sementara
Hardawiryana (1975:12) mengatakan bahwa “Evangelisasi adalah usaha kita
bersama sebagai umat untuk menyalurkan pengalaman iman kita kepada
masyarakat semasa dan setempat, sementara kita sendiri ikut serta menghayati
segala aspek kehidupan, yang kesemuanya merupakan satu keseluruhan, bersatu
raga dalam suatu kesatuan”. Evangelisasi dimengerti dengan beranjak dari
kenyataan bahwa karya-karya dari evangelisasi haruslah nampak terlebih dahulu
dan setelah itu dapat dinamakan evangelisasi.
Dari semua pendapat para ahli yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa evangelisasi itu sendiri adalah suatu usaha yang panjang, suatu jawaban
atas panggilan Allah untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan kata dan
perbuatan, yakni kesaksian hidup bahwa dalam diri Yesus Kristus, Allah yang
adalah kasih telah mencintai dunia. Maka sebagai manusia yang telah dicintai
Allah kita harus berani juga mencintai Dia dan berani pula menjadi saksi yang
hidup bagi orang lain dalam kata dan perbuatan kita sehari-hari. Dengan cara
demikian kita telah mengambil bagian dalam mewartakan Kristus lewat kesaksian
hidup kita sebagai orang beriman. Kesaksian hidup merupakan aspek evangelisasi
yang paling mendasar karena lewat kesaksianlah karya evangelisasi dapat
terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari umat beriman. Kesaksian hidup
20
menuntut pribadi seseorang untuk berani keluar dari dirinya sendiri dan ikut
memberikan kesaksian bagi yang lainnya.
2. Tujuan Evangelisasi
Paus Paulus VI dalam Evangelii Nuntiandi art.18 menekankan bahwa
tujuan evangelisasi adalah perubahan batin dan pertobatan. Itu berarti,
evangelisasi itu berhasil apabila pewartaan dapat diterima dan mempertobatkan
orang dari hidup bergelimang dosa kepada hidup penebusan yang ditawarkan oleh
Allah di dalam dan melalui diri Yesus Kristus. Kehidupan yang dipenuhi oleh
perkelahian, perselingkuhan, perjudian, perampokan, pemerkosaan, kemalasan,
tindak ketidakadilan di bidang ekonomi dan kebudayaan, pelanggaran HAM dan
lain sebagainya mesti diperbaharui dengan hidup yang memungkinkan orang
untuk hidup dan mengalami perlakuaan yang lebih manusiawi. Semua sikap hidup
yang melawan kemanusiaan hendaknya ditata kembali menuju hidup yang lebih
baik, hidup yang harmonis, penuh cinta, saling menghargai dan menghormati,
menciptakan keadilan dan perdamaian bagi semua orang tanpa memperhitungkan
perbedaaan. Apa yang dikatakan oleh Paus Paulus VI di atas hendaknya berguna
dan membawa dampak positif bagi manusia. Kecenderungan manusiawi kita
adalah tetap tinggal dan merasa nyaman dalam keterkungkungan dosa. Penekanan
Paus Paulus VI pada EN art.18 harus disadari sehingga dapat berbuah kebaikan.
Segala hal yang berlabel negatif hendaknya diperbaharui dan menjadi nilai positif
yang dapat membangun jati diri kita sebagai manusia beriman sehingga dapat
menjadi cermin bagi orang lain dalam berperilaku.
21
Hal ini dimaksudkan bahwa pengaruh Injil dapat mengubah manusia dari
cara hidupnya yang lama menuju manusia baru. Artinya, seseorang diharapkan
memiliki perubahan dengan cara pandang yang baru dalam hidupnya agar hati
nuraninya pun tidak dibekukan oleh pandangan lama yang membuat orang
semakin tertutup hatinya untuk tergerak menolong mereka yang miskin, terlantar
dan yang dianiaya. Diharapkan bahwa dengan adanya perubahan dalam cara
pandang seseorang dapat memampukan dan mengasah nuraninya dalam
memberikan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan.
Menurut FABC I (Federation of Asian Bishops’ Conferences) tujuan
utama dari karya evangelisasi adalah “menyalurkan pengalaman akan Kristus
yang bangkit mulia dengan mendarahdagingkan amanat dan hidup Kristus dalam
budi dan peri-hidup bangsa Asia” (No. 9 dan 30). Bentuk konkret dari
pelaksanaan tujuan evangelisasi itu akhirnya adalah membangun Gereja setempat
yang sejati, karena Gereja setempat itu sendiri merupakan perwujudan Tubuh
Kristus dalam bangsa, tempat dan waktu tertentu (No. 10). Di sini para uskup
memahami evangelisasi sebagai pelaksanaan pewartaan Injil kepada bangsa Asia
di mana Gereja hidup dan berakar.
Dari tujuan evangelisasi seperti yang dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa untuk mencapainya, evangelisasi mesti diawali dengan
pertobatan dan pembaharuan iman yang terus-menerus; baik secara pribadi
maupun bersama-sama. Gerakan ini merupakan usaha umat Kristiani untuk
membaharui diri dari sikap cinta diri, keacuhtakacuhan serta dosa pribadi dan
sosial menuju suatu komunitas yang berpartisipasi dalam karya penebusan Allah
22
dengan mengabdikan diri pada pelayanan kasih pada sesama. Dengan sikap
rendah hati dan jujur, umat Kristiani dapat mengkomunikasikan kabar gembira
mengenai Yesus Kristus sebagai tindakan Allah yang telah menyelamatkan
manusia. Pewartaan yang dibina dengan pengalaman pertobatan dan penghayatan
diri sebagai ciptaan baru akan mudah meresap dan membawa perubahan di dalam
realitas hidup manusia termasuk sejarah dan kebudayaannya. Di dalamnya umat
Kristiani tidak hanya mewartakan tindakan Yesus Kristus tetapi juga menemukan
dan menghayati kehadiran serta karyaNya secara nyata.
3. Isi Evangelisasi
Yesus Kristus sebagai Kabar Baik dari Allah merupakan penginjil pertama
dan terbesar. Ia bersedia mengurbankan hidup duniawi-Nya (EN art 7). Sebagai
pewarta kabar baik, Ia menjadikan diriNya sebagai Kabar Baik bagi orang-orang
yang dijumpai-Nya. Dengan sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, Ia menyatakan
betapa besar cinta-Nya kepada kita. Sebagai pewarta Kabar Gembira, Ia terlebih
dahulu menghayati dan mempraktekkan dalam hidup konkret-Nya dengan
mencintai dan mengasihi manusia. Dengan demikian isi evangelisasi tidak lain
adalah Yesus Kristus sendiri. Tidak ada evangelisasi yang sesungguhnya tanpa
Yesus Kristus, karena isi evangelisasi adalah Kristus. Dengan demikian, Dia
jugalah yang menjadi pusat evangelisasi. Dalam pelaksanaan, evangelisasi yang
tidak menempatkan Kristus pada pusat pemakluman akan kehilangan maknanya
yang asasi (EN art. 32).
23
Paus Paulus VI dalam Evangelii Nuntiandi artikel 26 sampai 28
menjelaskan isi evangelisasi yaitu mewartakan Injil itu pertama-tama memberikan
kesaksian bahwa dalam sabda-Nya yang menjelma, Dia telah memberi hidup
kepada segala sesuatu dan telah memanggil manusia ke hidup yang abadi. Artikel
26 sampai 28 dari Evangelii Nuntiandi dirumuskan oleh Jacobs sebagai berikut:
Mewartakan Injil adalah memaklumkan bahwa keselamatan bersifat transenden dan esktologis,bermula dalam kehidupan dan dipenuhi dalam keabadian. Keselamatan yang transenden artinya keselamatan yang berasal dari Allah dan bersifat kekal. Keselamatan yang eskatologis yaitu keselamatan di akhirat. Mewartakan Injil itu berbicara mengenai panggilan manusia ke arah persatuan dengan Allah dalam ibadat dan cinta, ke arah persatuan dengan orang-orang lain dalam cinta persaudaraan, pengampunan, pelayanan dan penyerahan diri. Mewartakan Injil itu berbicara mengenai kedosaan manusia, maka perlunya pertobatan dan perubahan hati serta budi. Rumusan di atas mau menegaskan bahwa hanya melalui pertobatan yang
sejati, maka rahmat Allah dapat mengalir kepada manusia. Oleh karena itu, semua
orang yang terlibat dalam evangelisasi haruslah mengalami pertobatan sejati
terlebih dahulu, sehingga dia dapat juga menjadi alat Tuhan untuk membawa
pertobatan bagi orang lain. Orang yang telah mengalami pertobatan yang sejati
tidak akan menjadi manusia yang sama lagi, karena dia telah mati terhadap dosa
bersama dengan Kristus (Rm 6:4). Kematiannya terhadap dosa, membuatnya
terbuka terhadap rahmat Allah. Jacobs juga membeberkan EN art 29-39 mengenai
isi pewartaan yakni pewartaan Injil memiliki dimensi pribadi, keluarga, dan sosial
yang mencakup hak-hak dan kewajiban manusia, kehidupan keluarga, kehidupan
dalam masyarakat dan kehidupan internasional, perdamaian, keadilan,
perkembangan dan pembebasan. Gereja mempunyai kewajiban untuk mewartakan
pembebasan, memberi kesaksian serta menjamin bahwa soal pembebasan hati
24
menjadi tekanan utama bagi manusia agar mereka tidak mengalami tekanan (EN
art. 36). Yang mesti diwartakan adalah perdamaian, kerukunan, keharmonisan
dan persaudaraan serta pentingnya menerima pengajaran iman dan pengalaman
konkrit dalam hidup kita sebagai umat beriman (EN art. 38).
Kebebasan beragama menduduki tempat yang utama karena hidup
beragama merupakan urusan pribadi seseorang yang mau menjalin relasi dengan
Tuhan. Dalam hal ini dianjurkan agar tidak ada paksaan dari pihak manapun untuk
merekrut seseorang dan memaksanya memilih suatu agama (EN art. 39). Sebab
hal yang paling penting adalah mewartakan jati diri Pembebas Sejati yang telah
menyelamatkan dan membebaskan kita dari belenggu dosa yakni Kristus (EN art.
38). Tidak ada seorang pun di dunia ini yang ingin dijajah, semua ingin bebas dan
merdeka.
Demikian juga kita sebagai umat Tuhan, kita semua telah dilepaskan dari
segala kuasa kegelapan oleh darahNya yang kudus, dan Tuhan Yesus telah
memindahkan kita ke dalam kerajaaNya yang kudus. Karena kebebasan kita
merupakan kebebasan yang kita terima dari Tuhan, maka tidak harus kita nikmati
sendiri saja, melainkan kita bagikan kepada mereka yang masih hidup dalam
penindasan. Tugas kita selanjutnya adalah memberitakan kepada dunia bahwa
Tuhan Yesuslah Pembebas Yang Sejati.
4. Bentuk-bentuk Pelaksanaan Evangelisasi
Pentingnya isi evangelisasi, tidak menyebabkan kita mengabaikan
pentingnya bentuk-bentuk yang digunakan dalam menyampaikan kabar baik. Hal
25
ini menjadi tugas dan tanggungjawab gembala-gembala Gereja untuk mencari
bentuk yang efektif untuk menyampaikan pesan Injil kepada umat zaman
sekarang (EN, 40). Bagi Gereja, bentuk utama dan pewartaan Injil adalah
kesaksian hidup Kristen yang otentik (EN 41) karena lewatnyalah Gereja
menghadirkan hidupnya bersama Kristus untuk memperbaharui hidup manusia.
Kesaksian hidup Kristen merupakan bentuk tugas perutusan yang pertama dan tiada tergantikan. Kristus yang tugas perutusan-Nya kita lanjutkan merupakan saksi istimewa dan model semua kesaksian Kristen (RM art. 42). Pernyataan di atas mau menegaskan bahwa evangelisasi dapat dilakukan
melalui kesaksian hidup, seterut teladan Yesus Kristus lewat penyerahan diri
secara penuh pada Allah demi membentuk persekutuan yang kuat, dan dalam
semangat yang berkobar-kobar dengan mencintai dan mengasihi orang lain (bdk.
EN art. 41). Itu berarti, kata dan tindakan harus berjalan seimbang agar orang
yang melihat dan mendengar tidak dibingungkan. Selain kesaksian yang oleh
Gereja dipandang sebagai bentuk utama dalam pewartaan, ada beberapa bentuk
lain kiranya penting juga dalam berevangelisasi. Bentuk-bentuk itu antara lain:
liturgi sabda, kotbah, katekese, media massa, peranan sakramen-sakramen, kontak
pribadi dan kesalehan popular.
Kotbah merupakan salah satu bagian terpenting dari evangelisasi. Melalui
kotbah, pesan Injil disampaikan secara sederhana, jelas, langsung, selaras dengan
kebutuhan manusia pada zamannya dengan bersumber pada ajaran Injil dan setia
pada kuasa mengajar Gereja. Kotbah seperti ini sangat bermanfaat bagi jemaat
dalam membuka hati menuju pertobatan dan juga menggerakkan mereka untuk
meneruskannya (EN art. 43). Oleh karena itu, perlu diusahakan agar kotbah yang
26
disampaikan dapat membantu menyebarkan iman, menyebabkan orang lebih
beriman, mengusahakan agar ajaran Allah dapat diterima, menyampaikan dengan
iman dan akhirnya agar hidup konkret umat beriman semakin diperdalam dan
didewasakan melalui kesaksian iman dalam kenyataan hidup sehari-hari.
Bentuk evangelisasi yang tidak boleh diabaikan adalah katekese. Katekese
sebagai komunikasi iman adalah usaha umat untuk saling bertukar pengalaman
iman, meneguhkan, mengembangkan, mengarahkan serta menggairahkan kembali
iman. Dalam komunikasi iman itu umat menyadari bahwa iman mereka
diteguhkan oleh pengalaman iman umat lainnya (Papo, 1985:14). Katekese dapat
membantu membentuk pola hidup Kristiani yakni hidup seturut teladan Yesus
Kristus yang mencerminkan cinta kasih, kesetiaan, kesabaran dan kepedulian.
Katekese ini dapat dilakukan oleh katekis di paroki, guru-guru di sekolah dan juga
orang tua di rumah dalam keluarga (EN art. 44). Katekese dapat dilakukan di
dalam keluarga karena keluarga merupakan sekolah pertama di mana dasar
kehidupan manusia dipelajari. Keluarga adalah dapur iman pertama dan utama di
mana nilai-nilai murni dalam kehidupan manusia dan iman Kristian diwarisi serta
diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Gereja menekankan bahwa ibu bapa
merupakan guru agama atau katekis pertama dan utama dalam membimbing anak-
anak mereka menjadi orang Kristiani yang beriman. Pembentukan akhlak dan
kerohanian anak-anak pada awalnya adalah tanggungjawab utama ibu dan bapa di
rumah. Tanggungjawab utama ibu bapa ini seharusnya tidak diserahkan kepada
para katekis atau pun para guru.
27
Bentuk lain yang tidak kalah pentingnya dalam evangelisasi adalah kontak
pribadi dengan sesama (EN art. 46), karena dapat membantu usaha kita dalam
mewartakan Injil. Kesediaan dan keterlibatan kita dalam berbagai kegiatan Gereja,
sikap saling menyapa, meneguhkan seperti yang dilakukan oleh para imam yang
ditekankan dalam Evangelii Nuntiandi artikel 46: “Mereka membantu umat di
dalam usaha-usahanya, membangkitkan umat bila mereka jatuh, dan selalu
menolong”. Hal ini adalah tugas utama bagi seorang pewarta.
EN art. 47 menegaskan bahwa evangelisasi tidak hanya terdiri dari kotbah
dan mengajarkan suatu doktrin, karena “pewartaan Injil harus mampu menyentuh
kehidupan kodrati maupun adikodrati”. Kehidupan adikodrati ini terungkap dalam
tujuh sakramen; sakramen ekaristi, baptis, penguatan, tobat, imamat, perkawinan,
pengurapan orang sakit. Peran evangelisasi adalah mendidik masing-masing
individu kristiani agar menghayati sakramen-sakramen dan menjalaninya dalam
kehidupan sehari-hari. Sakramen-sakramen ini mengajak umat beriman untuk
mampu bersikap murah hati dan rela berkorban, peka terhadap situasi yang terjadi
di sekitar kita dan menaggapinya.
Dalam berevangelisasi, dialog merupakan suatu hal yang wajib
diupayakan, baik dialog antar umat beriman itu sendiri untuk semakin
memperluas wawasan dan memperkokoh iman kepercayaannya maupun dialog
antar umat beragama untuk tetap menjalin relasi dan komunikasi yang baik
sebagai upaya untuk mewujudkan keadilan. Keadilan memang merupakan
masalah serius dunia saat ini. Di berbagai tempat orang berbicara dan berjuang
untuk menegakkan keadilan. Namun sampai saat ini situasi dunia dan bangsa
28
bahkan dalam Gereja sendiri masih nampak adanya ketidakadilan. Berhadapan
dengan situasi ini, Gereja perlu mengambil sikap dan tindakan konkret dalam
menegakkan keadilan demi hidup yang lebih harmonis, aman, damai dan penuh
cinta kasih sebab keadilan merupakan perwujudan cinta kasih Allah bagi manusia.
Cinta kasih menuntut keadilan yaitu kesadaran akan martabat dan hak sesama
manusia. Dalam hal ini keadilan adalah tuntutan pertama dan utama bagi cinta
kasih.
Berkaitan dengan pelaksanaan evangelisasi, para uskup se-Asia dalam
sidang pleno FABC I (Federation of Asian Bishops’ Conferences) yang diadakan
di Taipei pada tahun 1974 mengangkat tema “Evangelisasi di Asia zaman
Modern”. Dari sidang inilah lahir paradigma threedialog yaitu dialog dengan
budaya-budaya Asia, dialog dengan agama-agama Asia, dan dialog dengan kaum
miskin. Three dialog ini menentukan arah perutusan dan pastoral pewartaan yang
relevan dan kontekstual. Orientasi dasar dari FABC adalah dialog. Alasan utama
dialog ditekankan oleh FABC untuk memahami pengertiannya mengenai Gereja
dan misinya karena dengan dialog itu terjadi secara konkret Gereja yang
berinkarnasi, mempribumi dan berinkulturasi (No. 12). Pewartaan Injil kepada
Gereja setempat bisa dilakukan melalui dialog seperti yang disebutkan di atas.
Dalam dialog ini, kaum miskin dimengerti sebagai mereka yang miskin bukan
dalam nilai-nilai, kualitas ataupun potensi-potensi manusiawi. Kemiskinan lebih
pada rasa kehilangan kesempatan untuk memiliki harta agar bisa hidup secara
sungguh manusiawi. Gereja dalam hal ini berdialog dengan mereka yang miskin
bukan berarti bahwa Gereja bekerja melulu untuk mereka saja.
29
Dialog dengan kaum miskin seperti yang diungkapkan dalam FABC I di
atas, oleh penulis dimengerti sebagai suatu bentuk solidaritas dengan kaum
miskin. Melalui dialog Gereja bekerjasama dengan kaum miskin, ikut mengalami
kehidupan dan merasakan aspirasi-aspirasi mereka, memahami keputusasaan dan
harapan mereka serta berjalan bersama mereka. “Jadi, dialog dapat menjadi
peluang untuk saling berbagi kerinduan kita akan Allah dan akan persaudaraan
antara putera-puterinya” (No. 16).
Gereja menghadapi kenyataan adanya orang miskin yang sangat besar
jumlahnya di seluruh Asia. Sebagian dari mereka ini menjadi anggota Gereja
namun sebagiannya belum. Kenyataan ini menuntut Gereja Asia untuk
mengadakan dialog dengan kaum miskin dan membawa kabar gembira kepada
mereka. Gereja melihat bahwa ada hubungan erat antara pewartaan Injil yang
dibawakannya dengan pembebasan umat manusia yang mengalami penindasan.
Oleh karena itu, dengan tegas dan sadar dikutip kembali dokumen “Keadilan di
dunia” yang dikeluarkan oleh sinode para uskup tahun 1971. Dalam sinode itu
dikatakan dengan tegas bahwa:
Kegiatan demi keadilan dan peran serta dalam perombakan dunia menurut keyakinan kami merupakan dimensi hakiki pewartaan Injil, yakni misi Gereja demi penebusan umat manusia serta pembebasannya dari tiap penindasan.Pewartaan Injil dengan penekanan pada aspek pembebasannya diyakini sebagai aspek pewartaan Kabar Gembira kepada kaum miskin. Kabar gembira yang membawa harapan bahwa mereka yang mengalami pemiskinan dapat menggunakan potensi manusiawi mereka yang amat besar, mengemukakan aspirasi mereka akan dunia yang lebih penuh manusiawi dan bersaudara dalam Kristus yang memanggil Gereja-gereja Asia (No. 22). Keadilan sosial merupakan masalah serius dalam segala zaman, maka
Gereja perlu mengambil sikap dan tindakan konkret dalam melaksanakan misi
30
dengan memprioritaskan kaum miskin. Hal ini dimaksud bahwa perutusan Gereja
dalam pewartaan Injil tidak terlepas dari perjuangannya dalam mewujudkan
keadilan sosial. Kemiskinan itu tidak hanya menyangkut harta benda seseorang
tetapi menyangkut berbagai aspek hidup manusia seperti budaya, sosial, politik
dan lain sebagainya. Di bidang sosial misalnya seseorang dikatakan miskin
apabila hak dan kewajibannya sebagai manusia dalam berinteraksi dengan orang
lain menjadi terbatas atau dibatasi. Semua tindakan yang berusaha mengabaikan
hak dan kewajiban bahkan melanggar hak asasi dilihat oleh FABC sebagai
tindakan ketidakadilan struktural; ketidakadilan yang dibuat oleh manusia yang
selalu memiskinkan masyarakat, maka FABC atas nama Gereja merumuskan
salah satu kewajiban Gereja Asia yakni mewartakan kabar gembira bagi mereka
yang miskin baik rohani maupun jasmani. Kesepakatan yang dibuat itu kemudian
menjadi kewajiban evangelisasi Gereja untuk melawan ketidakadilan.
Dalam mewujudkan pilihan ini Gereja harus sungguh-sungguh memiliki
solidaritas dengan kaum miskin. Melalui semangat ini dapat dilihat bahwa
kemiskinan ikut berperan secara utuh dan penuh dalam kehidupan serta tugas-
tugas pengutusan Gereja, bukan semata-mata sebagai obyek keprihatinan Gereja,
melainkan sebagai subyek yang aktif dan kreatif dalam menentukan arah hidup
mereka sendiri. Dapat kita lihat saat ini bahwa Gereja telah mengembangkan
koperasi kredit atau mendukung unit usaha kecil. Ada pula para imam serta para
kaum religius lainnya yang memberi pelayanan kepada kelompok-kelompok
korban pemiskinan, seperti petani, nelayan, buruh, serta anak-anak dari keluarga
31
miskin, korban konflik daerah, ataupun korban kekerasan politik.Inilah sikap-
sikap Gereja yang telah menumbuhkan perhatian kepada orang-orang miskin.
Dalam lokakarya III FABC membahas mengenai hubungan evangelisasi
dan agama-agama besar di Asia, kelompok ini membahas 3 perhatian utama, yaitu
menerima nilai-nilai agama di Asia, bantuan yang sama dan sikap terbuka untuk
belajar dari agama-agama lain dan dialog tanpa usaha untuk mempertobatkan
yang lain. Setelah melalui refleksi yang panjang, akhirnya FABC I merumuskan
pengertiannya mengenai kedudukan agama-agama lain dalam hubungannya
dengan Gereja dan tugas evangelisasinya sebagai berikut:
Dalam dialog itu kita menerima tradisi-tradisi itu sebagai unsur-unsur yang penting dan positif dalam tata laksana rencana keselamatan Allah. Padanya kita menghargai makna-makna dan nilai-nilai rohani dan etika yang mendalam. Berabad-abad lamanya tradisi-tradisi itu merupakan perbendaharaan pengalaman religius para leluhur kita, yang bagi orang-orang zaman sekarang tetap merupakan sumber cahaya dan kekuatan. Selain itu mengungkapkan secara otentik dambaan-dambaan paling luhur hati mereka serta merupakan kediaman kontemplasi dan doa mereka (No. 14).
Dari artikel di atas dapat dilihat bahwa kalau Gereja Asia mengakui bahwa
ia dapat belajar dan memperkaya diri dengan mengadakan dialog dengan agama-
agama lain, bagaimana Gereja secara konkret mempraktekannya dalam hidup
sehari-hari. Dalam dialog itu Gereja terus menerus menolong setiap anggotanya
mencari nilai-nilai positif dalam kebudayaan, moral dan sosial bangsa Asia
sendiri. Dengan demikian diharapkan bahwa Gereja Asia dapat hidup
berdampingan secara baik dengan agama-agama lain. Dengan hidup
berdampingan berarti juga Gereja dapat meresapi masyarakat Asia, menginjilinya
dari dalam dan tidak menjadi asing bagi bangsa Asia sendiri.
32
Dialog yang ketiga adalah dialog dengan kebudayaan. Salah satu masalah
penting yang dihadapi di Asia dan kawasan-kawasan lain diuraikan oleh
Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam dunia modern: “Bagaimana dinamika
hidup dan perkembangan kebudayaan baru dapat dipelihara tanpa kehilangan
kesetiaan yang nyata terhadap warisan tradisi” (GS. Art. 56). Gereja di Asia
berhadapan dengan pluralitas kebudayaan yang sudah hidup selama berabad-abad
lamanya. Di atas sudah disinggung mengenai dialog dengan agama, hal yang
serupa dapat dikatakan dengan dialog antara Gereja dengan kebudayaan. FABC I
menyebutkan bahwa dialog tersebut harus berlangsung terus menerus antara
Gereja setempat dengan tradisi-tradisi, kebudayaan dan agama tempat Gereja
berakar secara mendalam (No. 12). Dengan pernyataan ini, kiranya FABC I
mengartikan kebudayaan dalam arti yang sangat luas, menyangkut seluruh
dimensi hidup manusia. Adapun tujuan utama dialog Gereja dengan kebudayaan
adalah agar Gereja tetap relevan, mengakar dalam masyarakat di mana ia hidup
dan akhirnya tidak terasa asing bagi para pemeluknya. Sedangkan FABC No 2
(1997:133) menegaskan bahwa:
Gereja setempat lahir dan dibangun melalui perjumpaan yang mendalam dan saling memperkaya antara Injil dan suatu masyarakat beserta kebudayaan dan tradisinya yang khas, ……Inkulturasi tidak hanya berarti mengungkapkan Injil dan iman Kristiani melalui upaya budaya tertentu, melainkan mencakup juga: mengalami, memahami dan meresapkan Injil dan iman melalui sumber-sumber budaya suatu masyarakat. Hasilnya: bentuk konkret Gereja setempat di satu pihak akan dipengaruhi oleh kebudayaan, dan di lain pihak kebudayaan akan mengalami evangelisasi berkat kehidupan dan kesaksian Gereja setempat. Gereja Katolik yang berada dalam dunia, diutus dan berkarya di dalam
dunia. Gereja berhadapan dengan berbagai kebudayaan dan agama/kepercayaan.
33
Dalam menjalankan karya perutusannya Gereja berhadapan dengan budaya
setempat. Gereja mengakui dan menerima semua unsur budaya mana pun sejauh
itu dapat dipergunakan demi kemuliaan Tuhan Sang Pencipta. Gereja mesti
terbuka untuk menerima unsur dan nilai budaya yang dapat membantu
perkembangan iman Kristiani. Gereja katolik menjadi Gereja yang sangat terbuka.
Gereja mengakui bahwa banyak hal baik yang merupakan tanda kehadiran Allah
dalam kebudayaan manusia. Gereja bahkan mengakui bahwa dalam dan melalui
kebudayaan-kebudayaan manusia, iman dan karya pewartaannya dapat
berkembang, diterima, dihayati dengan lebih baik.
5. Para Pelaku Evangelisasi
Evangelisasi tidak mungkinlah tanpa karya Roh Kudus. Sesungguhnya
barulah sesudah kedatangan Roh Kudus, pada hari Pentakosta bahwa para Rasul
berangkat ke segala penjuru dunia untuk memulai karya besar evangelisasi Gereja.
Petrus menerangkan peristiwa ini sebagai pemenuhan nubuat Yoel: “Aku akan
mencurahkan Roh-Ku” (Kis 2:17). Petrus penuh dengan Roh Kudus sehingga dia
dapat berbicara kepada orang-orang mengenai Yesus, Putera Allah (Kis 4:8).
Paulus juga dipenuhi dengan Roh Kudus (Kis 9:17) sebelum mempersembahkan
diri kepada karya kerasulannya, seperti halnya Stefanus ketika dia dipilih untuk
melayani Firman dan kemudian memberikan kesaksian dengan darahnya (lihat
Kis 6:5.10; 7:55). Roh yang menyebabkan Petrus, Paulus dan Kedua Belas Rasul
berbicara, dan yang mengilhamkan kata-kata yang harus mereka ucapkan, juga
datang “pada mereka yang mendengarkan Firman” (Kis 10:44).
34
Haruslah dikatakan bahwa Roh Kudus adalah pelaku utama evangelisasi:
Dialah yang mendorong tiap individu untuk mewartakan Injil, dan Dialah yang
dalam kesadaran hati nurani menyebabkan kata penebusan diterima dan dipahami
(AG 4). Tapi dengan cara yang sama dapat dikatakan bahwa Dialah tujuan
evangelisasi. Dialah yang menggerakkan ciptaan baru, kemanusiaan baru, di mana
evangelisasi merupakan hasilnya. Dalam ensiklik Redemptoris Missio, pada butir
28 dan 29, Paus Yohanes Paulus II menggambarkan tindakan Roh Kudus:
Kegiatan dan kehadiran Roh itu tidak hanya mempengaruhi orang-perorang, melainkan juga mempengaruhi masyarakat dan sejarah, bangsa-bangsa, kebudayaan-kebudayaan dan agama-agama. Sesungguhnya, Roh itu berada di asal-muasal cita-cita dan usaha-usaha luhur yang bermanfaat bagi umat manusia dalam perjalanannya sepanjang sejarah: Roh Allah, yang dengan penyelenggaraan yang mengagumkan, memimpin jalannya sejarah dan memperbaharui muka bumi. Dalam setiap evangelisasi, kita berserah pada karya Roh Kudus, karena
Roh Kudus adalah jiwa dari Gereja. Roh Kuduslah yang memberikan kita
kekuatan untuk dapat melakukan evangelisasi dan Roh Kudus yang sama jugalah
telah dicurahkan untuk Gereja dan menjadi jiwa dari Gereja (EN art. 13). Kalau
diberdayakan terus-menerus oleh Roh Kudus, maka Gereja yang satu, kudus,
katolik dan apostolik, itu dapat menyebar ke tengah-tengah umat manusia. Pesan
berikut ini yang ditulis oleh Santo Petrus dapat diterapkan bagi umat Kristiani di
mana saja dan kapan saja:
Kepada mereka telah dinyatakan bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan orang-orang, yang oleh Roh Kudus yang diutus dari surga, menyampaikan berita Injil kepada kamu … (1Ptr 1:12).
35
Rumusan di atas menegaskan bahwa daya gerak Roh Kudus memampukan
semua umat beriman untuk merealisasikan penghayatan iman mereka dalam
bentuk yang nyata. Iman yang dihayati harus diwujudkan dalam hidup sehari-
hari dengan bersama mengambil bagian dalam pelayanan yang tertuju terutama
kepada mereka yang membutuhkan perhatian. Gereja dalam banyak kegiatan
melibatkan diri dalam segala usahanya membebaskan manusia dari kemiskinan
dan bentuk penderitaan lainnya.
Gereja baik universal maupun lokal memiliki hubungan yang erat,
sehingga tetap berjalan sesuai dengan rencana Allah. Oleh karena itu seluruh
Gereja dipanggil untuk melakukan evangelisasi yang di dalamnya ada bermacam-
macam tugas yang harus dilaksanakan (EN art. 66). Gereja harus melakukan
evangelisasi, bahkan perlu melakukan re-evangelisasi dalam dan kepada sebuah
dunia yang semakin tidak Kristiani, malah di berbagai negara yang berabad-abad
lamanya dikenal sebagai negara-negara Kristiani. Dunia semakin digerogoti oleh
sekularisme, materialisme, hedonisme, konsumerisme dan lain sebagainya. Gereja
adalah Umat Allah. Jadi, benarlah apa yang dinyatakan oleh Paus Yohanes Paulus
II: “Tidak ada satupun orang yang beriman akan Kristus, tidak satu pun lembaga
Gereja dapat menghindarkan kewajiban yang besar ini yaitu memberitakan
Kristus kepada semua bangsa” (RM art. 3). Oleh karena itu pantaslah seluruh
anggota Gereja, bersama dengan Santo Paulus, berseru: “Celakalah aku, jika aku
tidak memberitakan Injil!” (1Kor 9:16). Dengan demikian, Gereja dapat
memaklumi apa yang dinyatakan dalam Evangelii Nuntiandi 15 bahwa Gereja
36
lahir dari kegiatan evangelisasi Yesus Kristus sendiri dan para Rasul-Nya dalam
kuasa Roh Kudus.
Roh Kudus yang digambarkan sebagai pelaku utama evangelisasi,
menaungi para murid dan pelaku evangelisasi lainnya untuk turut serta dalam
berevangelisasi. Ensiklik Evangelii Nuntiandi artikel 68 sampai 72, memaparkan
dengan sangat jelas para pelaku evangelisasi. Evangelii Nuntiandi art. 68
menegaskan bahwa:
Para uskup merupakan penggati para Rasul, melalui kuasa tahbisan menerima kewibawaan untuk mengajarkan kebenaran yang diwahyukan dalam Gereja.Mereka adalah guru-guru iman, pendidik umat dalam iman dan pengkotbah-pengkotbah, sekaligus menjadi pelayan Ekaristi dan Sakramen lainnya. Sebagai imam mereka dipilih untuk mewartakan Sabda Allah dengan kewibawaannya, mengumpulkan umat Allah yang terceraiberai, memberi makan umat dengan tanda-tanda karya Kristus yang adalah Sakramen-sakramen, memberitahu umat jalan menuju keselamatan. Rumusan di atas menegaskan tugas dan tanggungjawab dari seorang uskup
dan imam yang dikuduskan dan dimeteraikan dengan sakramen imamat. Mereka
ditugaskan meneruskan dan mempertahankan ajaran Kristus melalui pewartaan
dan menguduskan umat melalui sakramen-sakramen. Mereka disebut pastor atau
gembala, karena mereka ditugaskan pula menggembalakan umat seperti seorang
gembala menggembalakan kawanan dombanya. Seorang gembala akan berusaha
agar kawanan domba tetap utuh jangan sampai ada domba yang hilang. Tugas
seorang imam meliputi tiga bidang yaitu mewartakan, menguduskan dan
menggembalakan.
Para uskup bersaksi dengan memberikan diri dan hidup sepenuhnya bagi
karya evangelisasinya demi memuliakan Allah dalam totalitasnya menghayati
kemiskinan, penyangkalan diri, kemurnian, ketulusan, dan pengurbanan diri
37
dalam kesetiaan; juga upayanya meneguhkan sesama melalui hidup doa dan
keheningan. Darminta, (1997:13) mengatakan bahwa:
Religius dan evangelisasi merupakan kenyataan yang menyentuh hakikat hidup religius, corak dan ritme hidup sehari-hari, serta kegiatan hidup religius dalam pengabdian kepada Gereja dan kemanusiaan. Hidup religius lahir dan ada demi evangelisasi, pewartaan Yesus Kristus dan nilai-nilai Injil yang dibawa serta. Kalau dikatakan bahwa hidup religius bercirikan missioner, itu berarti hidup religius harus dibangun dan dihayati berdasarkan kenyataan Gereja yang berevangelisasi. Pernyataan ini menegaskan tugas dari kaum religius. Kaum religius dalam
tugas dan pewartaan menjadi panutan umat sangat menentukan keberhasilan
evangelisasi. Oleh karena itu hidup kaum religius sendiri harus dibimbing Roh
Kudus, menjadi pendoa, akrab dengan Sabda Tuhan, dan menjadikan Ekaristi
sebagai pusat hidupnya. Karena menjadi panutan maka dalam pelaksanaan
evangelisasi religius diharapkan mampu menghayati hidupnya sebagai pelaku
evangelisasi yang bisa bekerjasama dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah
baik di keluarga maupun dalam lingkup hidup bermasyarakat.
Pelaksana evangelisasi lain adalah kaum awam. Kaum awam dipanggil
secara khusus, ditempatkan di tengah-tengah dunia dan diberi tugas tertentu
untuk melaksanakan evangelisasi. Tugas kaum awam yang utama dan pertama
adalah menggunakan setiap kemungkinan Kristiani dan penginjilan yang
tersembunyi tetapi sudah ada dan aktif dalam urusan-urusan dunia. Bidang-bidang
mereka meliputi: dunia politik yang luas dan kompleks; kemasyarakatan dan
ekonomi; kebudayaan, ilmu pengetahuan dan seni; kehidupan internasional dan
media massa. Juga mencakup kenyataan dalam kehidupan manusia, seperti
38
cintakasih manusiawi, keluarga, pendidikan anak-anak dan kaum remaja, kerja
profesional dan penderitaan (EN art. 70).
Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari
Kerajaan Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut
kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia artinya menjalankan segala macam
tugas dan pekerjaan duniawi dan berada di tengah kenyataan biasa hidup
berkeluarga dan sosial. Prasetya (2006: 25-27) mengatakan bahwa “mereka itu
pribadi-pribadi yang menghayati hidup di dalam dunia: mereka belajar, bekerja,
menjalin hubungan persahabatan, mereka adalah anggota masyarakat,
kebudayaan”. Kekhasan inilah yang menjadi lahan perjuangan hidupnya sehari-
hari, termasuk upayanya dalam memperjuangkan jati dirinya sebagai kaum awam
yang dijiwai semangat Injil yaitu menjadi garam dan terang serta menjadi saksi
bagi sesamanya berdasarkan iman, harapan dan cinta kasih. Keterlibatan kaum
awam dalam upayanya mengembangsuburkan Gereja tampak secara nyata dalam
kegiatan liturgi, pewartaan dan penggembalaan anggota Gereja (Prasetya,
2006:42).
Keterlibatan kaum awam dalam pengembangan Gereja sangat dirasakan
manfaatnya. Saat ini, di Gereja manapun kita dapat melihat dan menyaksikan
bagaimana kaum awam terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja mulai
dari anak-anak sampai orang tua. Kegiatan sekitar altar seperti: lektor, dirigen,
kor, pemazmur, prodiakon, misdinar, organis, petugas kolekte, menata dan
menghias altar, pendamping PIA, pembina komuni pertama dan masih banyak
kegiatan lainnya.
39
Selain Hirarki Gereja, biarawan/biarawati dan kaum awam bahkan
keluarga juga memiliki peran penting dalam evangelisasi (EN art. 71). Keluarga
yang sadar akan perutusan menyadari diri sebagai Gereja mini, akan terlibat dan
melibatkan diri dalam melakukan evangelisasi dan menerima evangelisasi. Orang
tua tidak hanya mengkomunikasikan Injil kepada anak-anak, tetapi anak-anak
dapat menerima Injil seperti yang dihayati oleh orang tua mereka. Dengan
demikian anak-anakpun akan melakukan hal yang sama mengikuti teladan orang
tuanya, bukan saja dalam keluarga tetapi dalam kehidupan masyarakatnya.
Telah diuraikan beberapa pelaksana evangelisasi mulai dari hirarki Gereja
sampai dengan Gereja mini yakni keluarga. Masing-masing pelaksana
evangelisasi menjalankan tugas yang telah dipercayakan kepadanya. Meski status
mereka berbeda ada uskup, pastor, bruder, suster dan awam, namun mereka punya
satu tujuan yang sama yakni menghantar semua orang untuk mencapai
keselamatan dan kebenaran akan Yesus Kristus yang membuat mereka bertobat
dan meninggalkan kehidupan lama yang penuh dosa dan memulai hidup baru.
Hidup baru yang dimaksud di sini adalah hidup dengan cara pikir yang baru dan
tindakan yang membuat semakin banyak orang tersapa untuk ikut ambil bagian
dalam tugas yang sama yakni mewartakan Injil Tuhan Yesus.
Dari berbagai uraian di atas, dapat dilihat bahwa pelaku utama
evangelisasi adalah memang Roh Kudus. Roh Kudus-lah yang mengurapi dan
memberdayakan semua pemberita Injil, juga setiap pribadi orang Kristiani untuk
tugas pewartaan. Yang jelas, tidak ada evangelisasi tanpa Roh Kudus. Selagi Roh
Kudus memenuhi Yesus dan Gereja perdana, Dia pun mengisi seluruh Gereja, diri
40
kita semua: Sri Paus, para uskup, imam, diakon, biarawan-biarawati dan kaum
awam dengan kuasa rahmatNya agar kita semua dimampukan untuk mewartakan
Injil Kerajaan Allah.
B. Tantangan Evangelisasi
Dalam hidup, manusia dihadapkan pada berbagai situasi kehidupan;
keberhasilan, keberuntungan, kegagalan dan tantangan. Situasi ini datang silih
berganti mengisi hidup manusia. Demikian juga dalam pewartaan atau
evangelisasi banyak tantangan yang dijumpai. Evangelisasi selalu menghadapi
tantangan baik dari luar maupun dari dalam.
Pada bagian ini penulis akan membahas tantangan evangelisasi baik
tantangan yang berasal dari dalam diri Gereja maupun luar diri para suster
ataupun umat sebagai pelaku evangelisasi. Tantangan dari luar seperti arus-arus
besar yang merupakan tantangan yang dihadapi manusia zaman ini (Nota Pastoral
KAS, 2002:7). Sedangkan tantangan dari dalam bisa dilihat dari dampak adanya
arus-arus besar zaman yang disebutkan sebagai tantangan dari luar yang
mempengaruhi sikap hidup dan perilaku manusia zaman ini dalam
berevangelisasi.
1. Tantangan dari luar Diri
a. Arus Besar Zaman
1) Sekularisasi
41
Istilah sekularisasi berasal dari bahasa Latin saeculum. Kata ini dipakai
untuk mengakhiri doa Kristiani berbahasa Latin:…per omnia saecula saeculorum
(…sepanjang segala masa). Sekularisasi adalah suatu arus sejarah yang bergerak
dari karakter sakral ke profan. Suatu proses di mana manusia cenderung
meninggalkan pola hidup yang berlandaskan keimanan kepada yang Ilahi dan
mulai menghayati model hidup yang dilandasi oleh keyakinan akan jaminan yang
disediakan oleh manusia dan alam (Perajaka, 1990: 76).
Nota pastoral Keuskupan Agung Semarang mengatakan bahwa
sekularisasi adalah salah satu arus besar zaman yang dipahami “sebagai suatu
proses yang mengubah secara mendasar pola berpikir, pola hidup manusia zaman
ini yang berdampak pada segala bidang kehidupan manusia” (Nota pastoral KAS,
2002:9). Bidang-bidang kehidupan manusia itu adalah:
a) Dalam Bidang Keagamaan
Nota Pastoral KAS (2002:13) mengatakan bahwa dalam bidang
keagamaan sekularisasi dapat menimbulkan kecenderungan-kecenderungan yang
tampak dalam berbagai gejala: Memisahkan hidup sehari-hari dari agama tampak
dalam ritualisme, yaitu pelaksanaan agama yang tidak seimbang karena
mengutamakan upacara-upacara keagamaan atau ritual saja, tanpa memperhatikan
hubungannya dengan hidup sehari-hari. Orang bisa saja melaksanakan upacara-
upacara keagamaan di tempat yang sakral dengan sangat khusuk namun dalam
keseharian hidupnya memperlihatkan seolah-olah tidak ada Tuhan.
42
Dikatakan bahwa agama selalu mengajarkan yang benar kepada umatnya,
tetapi justru para pengikutnya salah dalam mempraktekan ajaran agama yang
dianutnya. Misalnya agama mengajarkan untuk menciptakan kedamaian dalam
hidup berbangsa dan bernegara namun kenyataannya yang dihadapi dalam dunia
dewasa ini justru sebaliknya. Yang ada dalam bangsa dan negara ini adalah
kekerasan. Segelintir orang memanfaatkan agama demi kepentingan pribadi atau
kelompok bahkan justru menyulut kekerasan. Kekerasan ini bertentangan dengan
hakekat dari agama yang mengajar tentang kedamaian. Berhadapan dengan situasi
seperti ini diharapkan adanya pewartaan yang membawa pemahaman yang benar
mengenai agama, keterbukaan terhadap dunia melalui dialog dengan penganut
agama yang lain dan menyadari peran profetis dalam masyarakat. Nota Pastoral
KAS (2002:13) mengatakan “Orang bisa saja khusyuk melaksanakan upacara
keagamaan di tempat sakral, namun dalam keseharian cara hidupnya
memperlihatkan seolah-olah tidak ada Tuhan”.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang orang beranggapan bahwa
agama untuk kehidupan zaman sekarang ini tidak lagi membawa keselamatan
karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ketekunan dalam doa
disertai dengan perbuatan baik terhadap sesama dan keterlibatan secara aktif
dalam berbagai kegiatan di Gereja ternyata tidak berpengaruh bagi hidup manusia.
Di era modern seperti saat ini rasa religiositas seseorang dirasa semakin pudar
bahkan menghilang. Orang sibuk dengan diri sendiri dalam berbagai persaingan
hidup dan lupa mewujudkan hukum utama yaitu cinta kasih.
43
b) Dalam Bidang Moral.
Masyarakat Indonesia dikenal mempunyai budaya atau adat ketimuran. Di
mana budaya atau adat tersebut mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia yang
sesuai dengan adat ketimuran. Budaya seharusnya dijunjung tinggi dan dihargai
oleh seluruh bangsa Indonesia. Budaya menjadi cermin sikap rakyat Indonesia
pada umumnya. Salah satu adat ketimuran yang dimiliki bangsa Indonesia
memiliki rasa malu. Sebagai bangsa yang mempunyai kepribadian adat ketimuran,
budaya malu yang telah ada sejak zaman dahulu harusnya tetap kita jaga dan
lestarikan sebagai kepribadian bangsa untuk dapat tetap menjadi bangsa yang
berbudaya. Namun kenyataannya, budaya itu telah hilang seiring dengan
perkembangan zaman yang telah terjadi. Budaya asli dan kepribadian bangsa
Indonesia telah terkikis oleh zaman.
2) Hedonisme
Dokumen Konsili Vatikan II merumuskan pengertian hedonisme sebagai
kecenderungan untuk mencari kenikmatan duniawi dan jasmani semata-mata.
Paham ini menunjukan bahwa kesenangan, kenikmatan dan materi adalah tujuan
utama dalam hidup. Paham hedonisme dapat dibuktikan dengan situasi hidup
manusia zaman ini. Banyak orang berlomba-lomba mengumpulkan uang, harta
kekayaan dengan bekerja keras. Prinsip bahwa hidup hanya sekali maka perlu
dinikmati membuat manusia cenderung dalam kesendirian, menjadi egois, hidup
hanya berpusat pada diri sendiri tanpa menghiraukan orang lain bahkan
mengabaikan keluarga, masyarakat dan Gereja.
44
Orang mengumpulkan uang dan harta serta menghabiskannya karena
mengira bahwa di sinilah letak keselamatan. Sementara ada yang mengira bahwa
keselamatan terletak pada kedudukan, jabatan dan kekuasaan sehingga orang
berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Paham keselamatan demikian ini
menyesatkan karena yang dirasakan adalah kedamaian yang palsu yang hanya
bertahan sementara waktu (Nota Pastoral KAS, 2002:15).
3) Materialisme
Istilah materialisme dalam kamus filsafat (1996:593) dipahami sebagai
ajaran yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas yang spiritual
dalam metafisika, teori nilai atau dapat dipahami sebagai paham yang
mengagung-agungkan materi.
Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostiliknya tentang Hidup Bakti
(VC 89: 135) menegaskan bahwa tantangan zaman ini adalah:
Adanya gaya hidup materialistis yang haus akan harta milik, tanpa
mengindahkan keperluan-keperluan dan penderitaan-penderitaan rakyat yang
paling lemah, dan tanpa kepedulian mana pun terhadap keseimbangan sumber-
sumber daya alam.
Gaya hidup materialisme yang tentunya tidak terpisahkan dari sekularisme
dan hedonisme sudah menjadi sesuatu yang menggejala dan bahkan merasuk
dalam hidup manusia entah itu dalam sistem nilai, mentalitas maupun gaya hidup
manusia zaman sekarang. Penawaran akan gaya hidup materialisme, sekularisme,
hedonisme, dan konsumerisme banyak dipengaruhi oleh layanan iklan di televisi,
45
internet, majalah atau Koran-koran. Iklan-iklan tersebut menawarkan barang-
barang kebutuhan hidup sehari-hari misalnya berbagai jenis produk makanan,
minuman, perumahan, tempat-tempat rekreasi atau hiburan.
Manusia tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan informasinya.
Cukup hanya duduk di depan TV, membaca artikel dan mengaksesnya di program
internet maka semuanya akan dengan mudah diperoleh. Manusia bukan lagi
menjadi pemburu barang namun sebaliknya produk-produk itulah yang menjadi
pemburu manusia. Ke mana pun dan di mana pun sudah tersedia tawaran-tawaran
itu, sehingga terkadang membuat manusia tak berdaya untuk menolaknya
meskipun barang-barang itu bukan menjadi kebutuhan pokoknya. Manusia sudah
terperangkap di dalam gaya hidup yang demikian sehingga “ruang gerak dan
pilihan hidup yang bijaksana menjadi sempit”, (Darminta, 2006:3) hati nurani
menjadi tumpul dan manusia merasa tidak cukup atau puas karena tidak mampu
mengendalikan nafsu manusiawinya terhadap tawaran-tawaran yang datang silih
berganti.
2. Tantangan dari dalam Diri
Pengaruh arus globalisasi telah menghimpit segala aspek kehidupan
manusia yang kemudian mempengaruhi manusia yang terpanggil mewartakan
Injil Kerajaan Allah. Tantangan ini dapat berasal dari keadaan masyarakat modern
yang menawarkan banyak hal yang bertentangan dengan penghayatan hidup
panggilan maupun tantangan yang berasal dari dalam pribadi pewarta sendiri.
Tantangan-tantangan itu sebagai berikut:
46
a. Kurang Percaya Diri
Kurang percaya diri dalam memulai sesuatu kegiatan adalah hal yang
biasa yang tentunya dialami oleh hampir setiap manusia. Rasa tidak percaya diri
merupakan penghambat seseorang untuk dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Dan sebaliknya, bila kita mempunyai sikap percaya diri yang tinggi
maka kita bisa mengelola pergaulan kita untuk hidup yang lebih baik. Perasaan
takut salah dalam bersikap, bergaul bahkan dalam melaksanakan evangelisasi atau
suatu kegiatan adalah salah satu penyebab kurangnya rasa percaya diri. Kita
dalam hal ini telah memposisikan diri pada tempat yang keliru. Karena kita telah
memasukkan pikiran negatif (kegagalan, reaksi negatif orang lain) ke dalam
pikiran kita. Hambatan inilah yang harus kita rubah untuk selalu berpikir positif
bahwa apapun yang kita yakini dan perbuat itu baik pastilah akan diterima dengan
baik oleh orang lain. Rasa kurang percaya diri ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti minimnya pengetahuan dan pengalaman dalam berpastoral, kurang
persiapan, kurang membaca dan mencari informasi dari berbagai sumber
berkaitan dengan bidang yang ditangani.
Perasaan kurang percaya diri tentunya sangat bertolak belakang dengan
pernyataan dari Evangelii Nuntiandi art. 69 tentang kaum religius sebagai pelaku
evangelisasi. Paus Paulus VI dalam EN art. 69 menegaskan bahwa “…mereka
meninggalkan segala hal dan pergi untuk mewartakan Injil bahkan sampai ke
ujung bumi”. Dalam Ad Gentes art. 26 dikatakan bahwa “semua misionaris baik
imam, bruder, suster, awam perlu disiapkan dan dibina menurut keadaan masing-
masing, supaya mereka jangan ternyata tidak sanggup menghadapi tuntutan-
47
tuntutan karya di kemudian hari”. Sementara dalam mewartakan Injil kepada
segala bangsa, hendaklah ia dengan percaya memperkenalkan rahasia Kristus
yang dilayani sebagai utusan, sehingga dalam Dia ia berani berbicara sebagaimana
seharusnya tanpa merasa malu (Ef 6:19 & Kis 4:31).
b. Budaya Instan
Segala sesuatu yang instan memang sangat menjanjikan dan justru banyak
dikejar orang. Sebut saja makanan dan minuman instan seperti mie instan, susu
instan, sereal instan, bumbu instan dan masih banyak lagi. Produk instan membuat
kita tak perlu repot, cepat, praktis dan bisa jadi lebih hemat. Ironisnya, instan juga
menjadi bagian dari budaya kita dewasa ini.
Sekarang ini hidup terasa mengambang dalam dunia yang serba cepat dan
instant, pengorbanan, sikap pantang menyerah dan setia dalam kesulitan terasa
semakin memudar dalam kehidupan bermasyarakat atau dalam lingkup hidup
membiara. Setiap orang harus berusaha dan bekerja untuk hidup. Tidak ada suatu
pun yang didapat tanpa pengorbanan dan usaha. Sulit terjadi jika orang hanya
menginginkan hasilnya tanpa melakukan sesuatu. “seorang yang tidak mau
bekerja janganlah ia makan” (2Tes 3:10). Demikian Paulus mengingatkan. Jadi
usaha, kerja dan pengorbanan bukanlah soal enak dan tidak enak tetapi lebih
kepada soal hidup. Karena dalam kisah penciptaan dunia hal ini sudah dinyatakan
oleh Tuhan “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu” (Kej 3:19). Jika
demikian celakalah bagi orang yang malas, karena hidupnya hanya akan dipenuhi
oleh mimpi dan keinginan yang fana. Benar bahwa banyak hal tergantung pada
48
keinginan kita, namun sangat tidak dibenarkan bila kita malas untuk menjalani
proses yang benar. Perjuangan panjang dalam menanggapai sesuatu merupakan
sarana pembelajaran yang bernilai sangat penting. Supaya kita mengalami proses
pembelajaran yang benar dan tentunya dapat kita nikmati, sudah semestinya kita
harus berkorban. Tidak ada keberhasilan tanpa pengorbanan diri. Suparno
(2007a:139) mengatakan bahwa:
Walaupun budaya instan dapat mendorong orang lebih berpikir cepat dan menyelesaikan pekerjaan secara efisien dan efektif namun mempunyai dampak negativ tidak memiliki daya tahan dalam pergulatan bila mengalami kesulitan, frustasi dan putus asa. Rumusan di atas menegaskan bahwa budaya instan dapat dilihat dari dua
sisi. Sisi positif adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia akan dengan
mudah didapat. Orang tidak perlu mencari dengan bersusah payah. Namun di lain
pihak dapat membahayakan atau melumpuhkan daya juang orang dalam berbagai
kegiatan. Kenyataan akan adanya budaya instan ini perlu mendapat perhatian yang
serius dari para pewarta agar dapat memafaatkan peluang akan realitas dunia ini
dalam pewartaannya sehingga semakin banyak orang yang hidup dalam kesadaran
dan berani bangkit untuk hidup dengan tekun berjuang, kerja keras dalam
mengupayakan hidup yang layak baik dari segi rohani maupun jasmani.
c. Irelevansi Penghayatan Agama dalam Hidup Sehari-hari
Konferensi Wali Gereja Indonesia (Iman Katolik, 1996:158) menegaskan
bahwa:
Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti luas. Dalam agama iman mendapat bentuk yang khas, yang memampukan orang beriman mengkomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman
49
maupun tidak. Dalam agama orang memperlihatkan sikap hatinya di hadapan Allah. Sikap manusia di hadapan Allah khususnya iman, harapan dan kasih. Berangkat dari pernyataan di atas dapat kita lihat kenyataan yang ada
dalam diri setiap manusia dewasa ini dalam keterlibatannya di Gereja baik dalam
mengikuti perayaan ekaristi pada hari Minggu atau pun pada hari raya besar
seperti Natal dan Paskah. Manusia dewasa ini mempunyai kesadaran yang sangat
tinggi akan hidup keagamaannya. Kerinduan hati untuk memperoleh keselamatan
dan kebahagiaan dalam hidup mendorong manusia dewasa ini untuk semakin
meningkatkan spiritualitas hidupnya dalam berbagai kegiatan rohani. Namun
kenyataannya manusia cenderung memisahkan hidup sehari-hari dari agama
artinya pelaksanaan agama tidak seimbang dengan sikap dan perilaku hidup
sehari-hari. “Orang bisa saja khusyuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan
di tempat-tempat sakral, namun dalam keseharian cara hidupnya memperlihatkan
seolah-olah Tuhan tidak ada” (Nota Pastoral KAS, 2002:13). Cara hidup demikian
dapat membuat orang mudah terpengaruh atau bahkan terjerumus dalam tindakan-
tindakan jahat seperti praktek ketidakadilan, kekerasan, perampasan hak,
pemerkosaan, dan kekerasan lainnya. Keuskupan Agung Semarang dalam nota
pastoralnya (2002:14) mengatakan bahwa anjuran untuk semakin mengutamakan
praktek agama telah gagal mengurangi, apalagi memberantas praktek korupsi,
kolusi dan nepotisme atau biasa disebut dengan istilah KKN itu.
Situasi yang disebutkan di atas menjadi tantangan berat bagi kita dalam
evangelisasi. Maka hal ini menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan agar
dalam evangelisasi kita mengupayakan suatu bentuk pewartaan yang benar-benar
50
menghantar orang sampai menemukan keadilan, kebahagiaan, kedamaian yang
semuanya dimulai dari diri sendiri dan harus diwujudnyatakan dalam kehidupan
sehari-hari artinya penghayatan hidup keagamaan kita harus direalisasikan dalam
tindakan nyata. Kesadaran akan hidup keagamaan sebagai sesuatu yang melekat
erat baik secara lahiriah dan batiniah belum dimiliki sepenuhnya. Orang
merayakan keagamaan hanya sebagai suatu rutinitas belaka sehingga tidak
mempraktekkan apa yang dihayati di altar itu dalam keseharian hidup dengan
menciptakan keadilan, kedamaian, kerukunan dan sikap-sikap hidup yang
membangun suasana persatuan dan persaudaraan.
51
BAB III
KETERLIBATAN PARA SUSTER PRR
DALAM PELAKSANAAN EVANGELISASI DI PAROKI ST. THOMAS
KELAPA DUA DEPOK
Pada bab II penulis telah memaparkan pokok-pokok evangelisasi yang
meliputi: pengertian, tujuan, isi, bentuk-bentuk, dan pelaku evangelisasi yang
didasarkan pada dokumen EN dan RM serta tanggapan para ahli dan tantangan
evangelisasi zaman sekarang. Pada bab III ini penulis memaparkan keterlibatan
para suster dalam berevangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok.
Penulis membagi bab ini menjadi empat pokok pembahasan. Pada bagian
pertama, penulis akan memaparkan mengenai keadaan Tarekat yang meliputi
tujuan berdirinya, visi misi, keanggotaan dan karya kerasulan. Bagian kedua
penulis memaparkan mengenai evangelisasi di Paroki St. Thomas Kelapa Dua
Depok yang meliputi: para suster PRR sebagai pelaksana evangelisasi, bidang-
bidang keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi. Pada bagian ketiga ini
penulis akan memaparkan gambaran tentang paroki St. Thomas Kelapa Dua
Depok. Sedangkan pada bagian keempat penulis memaparkan penelitian tentang
keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi di Paroki St. Thomas Kelapa Dua
Depok yang meliputi: rencana penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian
serta kesimpulan penelitian.
52
A. Keadaan Kongregasi PRR
1. Tujuan berdirinya
Keadaan jemaat di Larantuka Flores Timur pada abad ke-16 sangat
memprihatinkan, baik dari segi jasmani maupun rohani. Ditinjau dari segi rohani
pada masa itu mereka hidup sebagai kelompok umat yang kecil tanpa bimbingan
imam. Meski demikian mereka tetap berjuang hidup dan bertahan dalam imannya
akan Yesus Kristus dengan tekun dalam devosi kepada Bunda Maria. Dalam hal
iman, mereka berakar pada misteri kesengsaraan dan kebangkitan Kristus dan
Maria adalah pelindung mereka. Ketiadaan imam tidak menghalangi
perkembangan iman mereka, justru mereka sendiri mengatur hidup agamanya di
bawah pimpinan awam yang terpilih. Sedangkan bila dilihat dari segi
ekonominya, umat yang kecil, dengan latar belakang alam yang tandus, tetap
berharap dalam imannya akan Yesus Kristus, sumber keselamatan dan
kebahagiaan mereka. Situasi awal inilah yang mendorong Mgr. Gabriel Manek
SVD mendirikan Kongregasi PRR. Adapun tujuan berdirinya Kongregasi
ditegaskan dalam konstitusi artikel 102 yakni: pertama, memuliakan Tuhan
dengan cara hidup sebagai religius PRR dalam mengejar kekudusan seturut
teladan Bunda Maria. Kedua, sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas iman umat,
di mana umat tetap bertahan selama berabad-abad dalam berbagai kesulitan dan
tantangan tanpa adanya bimbingan hirarki. Ketiga, sebagai tanda syukur kepada
Bunda Maria Ratu Rosari yang melindungi umat dalam usaha melawan kekuatan-
kekuatan dosa.
53
2. Visi Misi Kongregasi PRR
a. Visi
Kata visi berasal dari bahasa latin “videre” yang berarti melihat,
memandang. Visi sendiri berarti suatu pandangan dasar, suatu wawasan yang
menggerakkan orang atau sekelompok orang kepada komitmen, terhadap suatu
cita-cita atau perjuangan bersama. Visi pada hakekatnya merupakan suatu
idealisme yang hendak dicapai sekaligus landasan dasar bagi seseorang atau
kelompok tertentu dalam meraih cita-cita. Harapan-harapan ini pun menjadi cita-
cita Kongregasi PRR. Cita-cita ini mengandung arti dan makna untuk dihayati
oleh setiap anggota Kongregasi (Tafaib, 2007:22).
Visi Kongregasi PRR adalah:
Pembentukan jemaat beriman yang kembali ke akarnya yang murni yaitu misteri salib dan kebangkitan Kristus. Jemaat yang dicita-citakan pendiri adalah jemaat yang partisipatif dengan ciri-cirinya: mampu mendayagunakan kharismanya, mampu bekerjasama membangun Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus, berpusat pada Kristus, mampu berfungsi sosial, memasyarakat dan meragi dalam membangun masyarakat, jemaat yang berpegang pada kesatuan Roh Kudus yang membuatnya menjadi jemaat yang berfungsi kritis, yaitu mampu dalam menghadapi tantangan nilai dunia zaman ini, memasyarakat dengan warna Kerajaan Allah yakni persaudaraan, damai, cinta kasih (Konst, art. 103). Visi di atas menegaskan apa yang menjadi harapan Mgr. Gabriel Manek,
SVD sebagai pendiri Kongregasi PRR. Beliau mengharapkan agar Kongregasi
yang didirikannya ini menjalankan visi di atas dengan fokus pelayanan terhadap
pengembangan iman umat secara menyeluruh. Beliau menghendaki agar di mana
pun para suster berkarya, sebagai seorang PRR harus mampu membangun jemaat
54
yang berciri Kristiani. Ciri jemaat Kristiani adalah jemaat yang tekun dalam
beribadah, jemaat yang mampu bertahan dalam penderitaan dan salib hidup,
jemaat yang selalu mengarahkan hatinya kepada Tuhan. Maksud pendiri dengan
jemaat yang partisipatif adalah jemaat yang aktif dalam membangun Gereja, yang
sadar akan situasi dan terlibat aktif dalam membantu melayani semua anggota
dengan mengamalkan kebenaran dalam cinta kasih. Pembentukan jemaat di sini
bukan berarti usaha untuk mengkristenkan orang dari aliran lain, tetapi lebih
kepada seorang PRR yang mampu melibatkan diri dan membangun kerja sama
dengan kaum awam bahkan mampu mengkaderkan tenaga pastoral agar semakin
banyak orang terlibat di dalam mewartakaan Kristus. Pembentukan jemaat dapat
dilakukan melalui bidang-bidang karya, di mana lewat karya itu para suster dapat
bertemu dengan banyak orang. Kepada merekalah berita tentang Kerajaan Allah
disampaikan agar semakin banyak orang percaya dan diselamatkan. Setiap karya
merupakan kesempatan yang baik untuk mewartakan Injil sambil itu
memberdayakan mereka untuk turut mengambil bagian dalam misi Yesus.
b. Misi
Misi Kongregasi Puteri Reinha Rosari (Konst, art. 104) adalah:
Melibatkan diri dalam karya pastoral, melibatkan diri dalam pelayanan di berbagai karya kerasulan; pendidikan, kesehatan, sosial sesuai dengan kebutuhan Gereja setempat. Memperhatikan dan memperjuangkan keadilan dan keselamatan bagi mereka yang miskin, terbelenggu, tertindas rohani dan jasmani.
55
Hal penting yang ditekankan dalam misi di atas adalah peran serta para
suster dalam berbagai bidang karya. Melibatkan diri dalam berbagai karya
kerasulan entah karya milik Kongregasi atau lembaga lain merupakan suatu
kesempatan bagi para suster menyebarkan nilai-nilai Kerajaan Allah; keadilan,
kebaikan, kesejahteraan, kedamaian, persaudaraan dan cinta kasih. Nilai-nilai ini
diterapkan lewat berbagai bidang karya di mana para suster bertemu dengan
manusia yang menjadi subjek pelayanan. Keterlibatan para suster dalam karya
pastoral merupakan bagian dari panggilan hidup sebagai seorang religius. Seorang
PRR harus mampu melibatkan diri dalam pelayanan di berbagai bidang karya
sesuai dengan perkembangan zaman. Misi Kongregasi yang dijabarkan penulis di
atas dapat disesuaikan dengan kebutuhan Gereja dan masyarakat setempat di
mana para suster berkarya yakni menanggapi situasi konkret beserta tantangan
dan tuntutan-tuntutanya.
3. Keanggotaan dalam Periode 2006-2010
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir Kongregasi PRR berkembang
dengan pesat dari segi keanggotaanya maupun dari perluasan wilayah untuk
pengembangan karya kerasulan. Jumlah anggota Kongregasi dalam jangka waktu
lima tahun terhitung dari tahun 2006 sampai 2010 adalah 399 suster. Musyawarah
Umum VI (MU) mencatat dari jumlah tersebut di atas, suster yang berkaul kekal
ada 269 orang, kaul sementara berjumlah 100 orang dan novis 30 orang. Para
novis tersebar di tiga negara yakni di Indonesia (Riangkemie-Larantuka Flores) 21
suster, Kenya Afrika (Eldoret) 2 suster, dan Timor Leste (Liquica) 7 suster
56
(Laporan MU VI, 2010:4). Dari jumlah suster yang ada ini, kebanyakan berasal
dari Nusa Tenggara Timur namun sejalan dengan perkembangan dan perluasan
komunitas-komunitas di berbagai tempat banyak calon mulai berdatangan dari
berbagai tempat seperti Papua, Kalimantan, Kenya dan Timor Leste.
Melihat tuntutan zaman serta perkembangan Gereja yang semakin pesat di
mana adanya permintaan dari keuskupan-keuskupan maka selama periode 2006 –
2010 ada 15 suster yang diutus untuk studi patoral di berbagai universitas baik
dalam maupun luar negeri (Laporan MU VI, 2010: 85). Selain pastoral, bidang
pendidikan, sosial dan kesehatan juga menjadi fokus perhatian Kongregasi. 27
suster diutus untuk studi kesehatan, 29 bagian pendidikan, 3 suster bagian sosial,
2 suster studi ekonomi dan 2 suster lagi sekretaris. Jumlah suster yang studi pada
periode ini adalah 78 suster.
4. Karya Kerasulan
Konstitusi Tarekat PRR mengatakan bahwa:
Karya adalah tempat di mana para suster bertemu dengan Tuhan dan sesama. Maka sangat penting dalam karya kerasulan bukan kerja itu sendiri melainkan bagaimana memberikan kesaksian akan kebaikan Allah dan bagaimana membawa Kristus kepada sesama yang dilayani lewat jenis karya yang ditangani setiap anggota Kongregasi (Konstitusi PRR, 113.4).
Artikel konstitusi di atas mau menekankan bahwa karya merupakan jalan
atau pintu masuk bagi para suster untuk bertemu dengan Allah. Berbagai karya
kerasulan yang dijalankan oleh para suster merupakan sebuah kesempatan yang
baik untuk membawa umat kepada Kristus dan sebaliknya juga menghantar
57
Kristus Sang Pencipta kepada umat. Karena itu dalam pelaksanaan karya para
suster sebagai pelaku dari karya-karya itu harus menunjukkan kesaksian hidup
yang dapat menghantar umat untuk mengenal Allah dan karya ciptaanNya.
Tindakan pelayanan bagi sesama (khususnya yang miskin dan menderita)
merupakan tindakan nyata yang memuat paling tidak dua unsur yaitu membangun
relasi dengan sesama dan relasi dengan Allah. Tanpa kasih orang sulit untuk
peduli terhadap mereka yang miskin. Tanpa peduli terhadap mereka ynag miskin
dan menderita orang sulit membangun relasi dengan Allah. karena Allah dapat
dikasihi dalam diri sesama yang menderita. Kehadiran Allah nampak dalam diri
orang-orang miskin baik jasmani maupun secara rohani. Kenyataan akan hidup ini
menggugah hati para suster untuk memperhatikan mereka lewat berbagai karya
pelayanan. Kehadiran PRR sebagai persekutuan religius di tengah Gereja dan
masyarakat umumnya, terutama tampak dalam karya kerasulan dan amal baktinya
lewat beberapa bidang karya antara lain: pendidikan, kesehatan, sosial dan
pastoral. Dalam dan melalui karya-karya inilah para suster secara nyata
menghadirkan dan memperkenalkan Kristus kepada banyak orang sehingga
semakin banyak orang mengenal dan percaya kepada Kristus bahkan pada karya-
karyaNya.
Christus Dominus artikel 33 menegaskan bahwa:
Semua religius termasuk juga para anggota lembaga-lembaga lain yang mengikrarkan nasihat-nasihat Injil wajib secara intensif dan dengan tekun menyumbangkan jerih payah mereka untuk pembangunan dan pengembangan seluruh Tubuh Mistik Kristus dan demi kesejahteraan Gereja-Gereja (CD art. 33)
58
Dalam usaha menjawab panggilan, tiap-tiap Kongregasi hidup bakti
berusaha untuk komitmen dengan apa yang sudah menjadi keputusannya yakni
turut serta dalam mewartakan Kristus dalam setiap bidang karya. Tugas yang
paling utama hadirnya sebuah Kongregasi hidup bakti dalam sebuah wilayah
Gereja adalah membantu karya pastoral paroki setempat dengan semangat
Kongregasi demi keselamatan banyak orang. Keterlibatan sebuah Kongregasi
dalam misi Gereja dengan berjuang bersama untuk membawa Yesus kepada
manusia dan sebaliknya manusia kepada Yesus agar Ia yang kita wartakan dapat
dikenal dan dikasihi. Pokok yang penting dalam setiap karya kerasulan adalah
kesaksian hidup karena menjadi point penting dalam evangelisasi. Olehnya setiap
religius yang membaktikan dirinya demi Gereja hendaknya berusaha dalam setiap
pelayanannya untuk memberikan kesaksian agar orang lainpun dapat bersaksi
tentang Kristus dan karyaNya.
B. Evangelisasi Para Suster PRR Cimanggis di Paroki St. Thomas Kelapa
Dua Depok
1. Religius PRR
Sebagai perwujudan syukur atas rahmat iman yang diperoleh dan atas
iman yang menyelamatkan umat dalam sejarah perjalanan hidupnya, Mgr. Gabriel
Manek, SVD mendirikan Kongregasi PRR sebagai wadah hidup bakti dalam
Gereja yang berpartisipasi penuh dalam pembentukan jemaat. Dalam kaitan
dengan ini maka segala karya apapun bentuknya yang dijalankan oleh suster-
suster merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah sebagai
59
penyelenggara kehidupan. Kongregasi PRR dipanggil untuk membaktikan dirinya
semata-mata demi kemuliaan Allah dan kepentingan iman umat. Ungkapan rasa
syukur ini dinyatakan dalam karya yang ditangani oleh para suster di setiap
komunitas di mana para suster berkarya. Kongregasi PRR sebagai Kongregasi
yang aktif dan kontemplatif merupakan bagian dari Gereja. Karenanya semua
anggota Kongregasi turut mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja yakni
terlibat dalam karya pewartaan. Tugas utama seorang PRR adalah mewartakan
Kerajaan Allah kepada semua orang tanpa kecuali. Berhubungan dengan
keterlibatan ini Kitab Hukum Kanonik menegaskan bahwa:
Anggota-anggota Tarekat hidup bakti, justru karena mereka membaktikan diri kepada pelayanan Gereja dengan pengudusan diri itu, wajib berkarya secara khusus dalam kegiatan misioner dengan cara yang khas bagi Tarekat mereka sendiri (KHK, 1999. Kan. 783). Hakikat terdalam keberadaan karya misi Gereja adalah melanjutkan tugas
perutusan Kristus yaitu memperkenalkan Allah Bapa ke dalam dunia dan
menghadirkan keselamatan bagi manusia. Dalam kaitan dengan tugas perutusan
Kristus ini, Gereja dalam hal ini bekerja sama dengan Kongregasi-kongregasi
hidup bakti untuk memperkenalkan Allah Bapa dan berusaha membawa
keselamatan bagi manusia dengan cara yang khas dari masing-masing
Kongregasi. Melalui karya misi, para religius dalam hal ini sebagai pelaku dari
karya misi sendiri perlu sadar bahwa ia adalah saksi bagi dunia maka perlu
menghayati keberadaannya dalam perutusannya dengan memberi kesaksian dalam
sikap dan tindakannya.
60
2. Bidang-Bidang Keterlibatan Para Suster dalam Evangelisasi
Berkaitan dengan bidang-bidang keterlibatan para suster dalam
evangelisasi, Redemptoris Misio menekankan bahwa:
Pewartaan tetaplah merupakan prioritas dari tugas perutusan. Gereja tidak dapat menghindari perintah yang jelas dari Kristus, ataupun tidak dapat memisahkan orang dari “kabar baik” tentang kenyataan bahwa mereka dicintai dan diselamatkan Allah. Semua bentuk kegiatan misioner diarahkan kepada pewartaan yang menyingkapkan dan memberikan jalan masuk ke dalam misteri, misteri yang ada di inti terdalam dari tugas perutusan dan hidup Gereja, sebagai tempat bergantung dan kembalinya semua karya penginjilan (RM art. 44). Artikel di atas menekankan tugas Gereja dalam perutusannya. Yang
dimaksudkan dengan Gereja adalah umat Allah yang dipanggil dan diberi tugas
serta tanggungjawab dalam melaksanakan evangelisasi. Ditekankan dalam artikel
ini bahwa evangelisasi merupakan tugas yang utama maka perlu mendapat
prioritas dalam pelaksanaannya. Karena Gereja adalah umat Allah maka menjadi
jelas bahwa evangelisasi adalah tugas semua umat beriman. Tugas semua orang
beriman yang telah dimeterai dengan sakramen pembaptisan untuk mewartakan
Kristus kepada mereka yang tidak atau belum mengenal Allah. Di sinilah Gereja
diajak untuk tanggap terhadap segala situasi yang terjadi dan bersedia memberi
jawab atas situasi itu dengan terlibat di dalam pelayanan terhadap manusia,
berpihak pada kaum miskin dan yang tertindas dan membantu mereka menuju
pembebasan sejati. Melalui Gereja dan anggota-anggotanya, Kristus mengutus
untuk mewartakan Kabar Baik. Sebagai anggota Gereja yang telah dipanggil dan
diberi tugas mewartakan Kabar Gembira kepada semua manusia, para suster
diharapkan mampu berperan secara aktif dalam tugas perutusan tersebut. Kristus
dapat diwartakan di mana saja dan lewat apa saja termasuk bidang-bidang karya
61
misalnya pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Lewat bidang-bidang ini Gereja
turut mewartakan Kerajaan Allah bagi semua orang tanpa membeda-bedakan.
Semua bidang karya ini diarahkan kepada evangelisasi dan dalam pelaksanaannya
diharapakan agar para pelaku evangelisasi sendiri berani memberikan kesaksian
mengenai karya keselamatan Kristus karena kesaksian merupakan bentuk yang
paling pokok dari evangelisasi itu sendiri. Melalui bidang-bidang karya inilah
pelaku evangelisasi berusaha memperkenalkan Yesus Kristus dan karya
penebusanNya bagi umat manusia (EN art. 17). Hal ini mau menyatakan bahwa
pada dasarnya evangelisasi merupakan suatu proses di mana seorang pewarta
diurapi dengan rahmat pengutusan dan berusaha memperkenalkan Allah lewat
bidang-bidang karya tersebut.
Kongregasi PRR juga dipanggil dan diberi kepercayaan untuk terlibat
dalam mewartakan Kristus. Mewartakan Injil pertama-tama berarti memberikan
kesaksian dalam hidup secara sederhana dan langsung mengenai Allah yang
diwahyukan oleh Yesus Kristus dalam Roh Kudus (EN art. 26). Allah yang
diwartakan tidak terlepas dari kesaksian hidup kita sehari-hari dalam keluarga,
masyarakat dan dimanapun kita berada. Dengan demikian cinta kasih Allah
semakin nyata dalam tindakan dan perbuatan kita terhadap sesama. Dengan
mencintai dan mengasihi sesama, Allah hadir bagi kita sehingga satu dengan yang
lainnya adalah saudara. Cara para suster mewartakan Kristus adalah dengan
terlibat dalam karya-karya Kongregasi yaitu: pendidikan, kesehatan, sosial dan
pastoral. Lewat bidang-bidang karya ini para suster berusaha untuk
memperkenalkan Kristus.
62
Bagi Mgr. Gabriel Manek, pendidikan adalah kunci utama kemajuan.
Maka semasa hidup dan karyanya beliau memberi perhatian pada bidang
pendidikan dengan membuka dan membangun sekolah-sekolah untuk mendidik
anak-anak pada masa itu. Keyakinan akan pendidikan sebagai kunci utama
kemajuan cukup menjiwai para suster yang merasul di bidang pendidikan
sehingga terus menerus mengusahakan pendidikan yang baik dan bermutu dari
segi ilmu maupun perkembangan iman peserta didik. Karya pendidikan formal
mendapat perhatian sesuai dengan tuntutan zaman dan keprihatinan serta
kebutuhan Gereja lokal maka Kongregasi dalam kaitan dengan kebutuhan Gereja
dan keprihatinan mendirikan sekolah mulai dari Play group sampai Sekolah
Menengah Pertama (Laporan MU VI, 2010:59). Untuk menangani sekolah-
sekolah ini tentunya perlu tenaga yang mampu dan profesional dalam bidang
pendidikan, maka Kongregasi setiap tahun mengutus anggotanya untuk studi guna
memperdalam pengetahuannya.
Mgr. Gabriel Manek, pendiri Kongregasi PRR mencita-citakan agar
manusia perlu mendapatkan keselamatan secara utuh baik rohani maupun jasmani.
Maka selain mengusahakan pendidikan beliau juga tidak mengabaikan bidang
karya lainnya namun tetap memperhatikan semuanya. Perhatianya menyeluruh
dan memberi dukungan penuh pada karya-karya yang ada. Situasi dan kondisi
umat Allah pada masa penggembalaannya terlebih ketika menyaksikan kehidupan
para penderita kusta yang dikucilkan di Tanjung Naga-Lembata memberinya
inspirasi untuk mendirikan rumah sakit lepra di Lewoleba-Lembata yang saat ini
ditangani oleh para suster Kongregasi CIJ (Bataona, 1995:81). Dalam
63
perkembangan selanjutnya Kongregasi memiliki dua rumah sakit; rumah sakit
Bunda Pengharapan di Marauke Papua dan khusus untuk para penderita lepra di
Naob NTT, juga ada beberapa poliklinik dan BP/BKIA milik Kongregasi
(Laporan MU VI, 2010:61).
Dalam perjalanannya selama 53 tahun Kongregasi PRR tetap terbuka
terhadap situasi dunia dan perkembangannya. Ada begitu banyak hal yang
memprihatinkan yang membuat para suster tergerak hati untuk melakukan aksi
nyata bagi kelangsungan serta kesejateraan hidup banyak orang khususnya mereka
yang kecil, lemah, miskin dan terlantar. Wujud dari aksi itu adalah dengan
mendirikan rehabilitasi kusta, asrama, panti asuhan juga menangani SLB milik
pemerintah daerah Flores Timur. Wadah-wadah ini dapat menampung sekian
banyak orang sehingga mereka pun bisa mendapatkan pelayanan dan
pendampingan yang memadai demi hidup mereka di kemudian hari.
Kongregasi PRR juga aktif dalam berbagai pembinaan rohani umat maka
dibangun rumah retret St. Maria Weri Larantuka. Warna pelayanan pastoral dalam
Kongregasi cukup hidup dan nyata. Bidang pastoral paroki dijalankan di setiap
komunitas baik oleh anggota dalam profesi khusus sebagai katekis, maupun oleh
anggota komunitas dari bermacam-macam profesi seperti guru, perawat dan
petugas sosial dalam berbagai bidang pewartaan seperti pendampingan Legio
Maria, membimbing rekoleksi, pembinaan putra putri altar, pendampingan kaum
muda, pembinaan iman anak (PIA), kunjungan keluarga, pembinaan persiapan
komuni pertama, katekumen. Konstituasi Kongregasi PRR artikel 201
menegaskan bahwa “panggilan misioner dari semua anggota umat Allah yaitu
64
turut serta dalam perutusan Yesus Kristus, membawa sebanyak mungkin manusia
kepada persatuan dengan Allah sebagai asas dan dasar tujuan hidup manusia”.
Kongregasi PRR mengambil bagian dalam misi Gereja ini, sesuai dengan
kebutuhan Gereja setempat dalam berbagai bidang karya seperti yang disebutkan
di atas.
Demikianlah gambaran keterlibatan para suster dalam evangelisasi yang
diaplikasikan dalam karya-karya Kongregasi. Di sini penulis memaparkan karya-
karya Kongregasi sebagai bentuk keterlibatan para suster dalam melaksanakan
evangelisasi. Melalui bidang-bidang karya ini para suster berusaha untuk
mewujudkan bentuk nyata dari evangelisasi itu sendiri seperti apa yang sudah
ditegaskan dalam Evangelisasi Nuntiandi tentang bentuk-bentuk evangelisasi
yakni kesaksian hidup. Kesaksian hidup merupakan suatu bentuk evangelisasi
yang sangat ditekankan dalam EN. Oleh sebab itu setiap pelaku evangelisasi
dalam melaksanakan evangelisasi harus berani memberi kesaksian hidup,
berprilaku yang baik, menjadi contoh dan teladan hidup, baik dalam kata maupun
tindakan. Evangelisasi dilakukan dengan memberi kesaksian hidup akan lebih
menyentuh hati setiap orang. Kata-kata yang disampaikan dalam evangelisasi
harus ditunjukkan dalam tindakan agar semua orang yang mendengar mampu
bersaksi juga kepada orang lain. Kesaksian hidup dinyatakan melalui tindakan
memberi perhatian dan cinta kepada orang kecil, lemah, miskin dan tersingkar,
menegakkan keadilan bagi kaum tertindas. Di sinilah harapan pendiri Kongregasi
agar di mana pun dan karya apa pun yang ditangani para suster harus mampu
membangun jemaat yang berciri Kristiani. Hal yang perlu ditekankan adalah para
65
suster mampu menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam setiap bidang karya agar
umat yang menerima evangelisasi juga mampu merealisasikannya dalam hidup
sehari-hari agar semakin banyak orang diselamatkan. Sesuai dengan semangat dan
cita-cita pendiri Kongregasi maka para suster dalam karyanya juga berusaha
mewujudkan apa yang menjadi harapan Mgr. Gabriel Manek, SVD dengan
berusaha untuk mengkaderkan tenaga pastoral awam. Pengkaderan tenaga yang
dilakukan dengan membentuk kelompok katekis, kaum muda bahkan guru-guru
agama desa yang aktif dalam berbagai kegiatan Gereja dihimpun dan diberi
pembekalan, diajar dan dilatih untuk menjadi katekis. Mereka menjadi tenaga
pastoral yang siap melaksanakan tugas perutusan Gereja setempat seperti
mengajar calon baptis, memimpin doa dan memimpin ibadat sabda jika tidak ada
perayaan ekaristi. Keterlibatan para katekis atau tenaga pastoral awam dalam
berbagai karya kerasulan Gereja membuat mereka sangat dihargai oleh umat
setempat. Hal yang menunjang mereka dalam pelaksanaan misi Gereja ini adalah
kesaksian dan keteladanan hidup mereka di tengah masyarakat.
3. Gambaran Paroki St. Thomas Kelapa Dua.
Gereja Santo Thomas di Kelapa Dua, pada awalnya diprakarsai oleh
beberapa warga Katolik yang terdiri atas 5 keluarga dan 7 bujangan yang berada
di Kelapa Dua, khususnya para Anggota ABRI yang bertempat tinggal di sekitar
Kompleks BRIMOB yang dimotori oleh Bapak J.R. Rahadeth. Para warga Katolik
sering mengadakan pertemuan/ibadat sabda di rumah-rumah warga. Kegiatan ini
66
berlangsung hingga tahun 1970. Pada waktu itu Kelapa Dua masih termasuk
dalam wilayah Paroki Keluarga Kudus Cibinong.
Pada tahun 1970 mulailah diadakan Misa Kudus secara rutin sebulan
sekali. Misa Kudus pertama kali dipimpin oleh Romo. C. Cipto Kusumo, Pr,
kemudian untuk selanjutnya dipimpin oleh Pastor J. Salim, Pr, dan Pastor G. E.
Ruys, OFM. secara bergantian. Pada waktu itu para warga Katolik belum
memiliki tempat khusus, sehingga Misa Kudus diselenggarakan di rumah-rumah
warga, garasi-garasi, bahkan dibawah pohon rindang (pohon waru). Umat terus
bertambah dan frekuensi Misa Kudus ditingkatkan menjadi satu minggu sekali.
Pada tahun 1974 datanglah Romo Felix Teguh Suwarno, Pr. yang memberikan
bimbingan dan juga memberikan Misa Kudus secara rutin. Romo Felix Teguh
Suwarno, Pr, kemudian digantikan oleh Pastor J. Salim Pr. Pada tahun 1976 umat
Katolik di Kelapa Dua mendapatkan hibah tanah dari Bapak Karno, Komandan
Pangkalan (BRIMOB sekarang) yang berlokasi di Jl. Asrama BRIMOB (Jl. Akses
UI sekarang). Kemudian pada tahun 1977 di atas tanah itu mulailah dibangun
gedung gereja yang diprakarsai oleh Pastor J. Salim, Pr. Pada tanggal 3 Juli 1978
gedung baru ini diresmikan oleh Bapak Uskup Bogor Mgr. Ignatius Harsono, Pr
dengan nama pelindung Santo Thomas. Pada waktu itu secara resmi berdirilah
Stasi Santo Thomas. Pastor yang memberikan Misa Kudus pertama kali di Gereja
baru adalah Pastor B. Sudjarwo, Pr, kemudian Pastor J.E. Rijper, OFM, Pastor
Diaz Viera, SVD, Pastor A. Broto Wiratmo, Pr, dan akhirnya Romo Felix Teguh
Suwarno, Pr. Tahun 1990 Romo Felix Teguh Suwarno, Pr. ditempatkan di Stasi
Santo Thomas. Romo Felix Teguh Suwarno, Pr. berkeinginan mengembangkan
67
Stasi menjadi Paroki. Umat bertambah dengan sangat pesat, pada tahun 1991
sudah mencapai 2379 jiwa. Upaya Romo Felix Teguh Suwarno, Pr. berhasil,
sehingga pada tanggal 23 April 1991 Stasi Santo Thomas berubah menjadi Paroki
Santo Thomas, dan diresmikan oleh Bapak Uskup Bogor Mgr. Ignatius Harsono,
Pr. sehingga secara resmi terpisah dari Paroki Keluarga Kudus Cibinong. Untuk
meningkatkan pelayanan pada tahun ini Romo Thomas Saidi, Pr diperbantukan di
Paroki Santo Thomas. Umat terus bertambah, karena di Kelapa Dua banyak
dibangun perumahan baru (±20 kompleks), sehingga kapasitas gedung gereja
tidak memadai lagi. Untuk itu pada bulan Mei 1992, renovasi/pembangunan
gereja agar dapat menampung umat yang semakin bertambah.
Renovasi/pembangunan gereja memakan waktu ± 14 bulan dan pada tanggal 20
Juni 1993 gedung gereja baru diresmikan oleh Dan Pus BRIMOB, bapak Kolonel
Drs. A. Fachrie B. dan diberkati oleh Bapak Uskup Bogor Mgr. Ignatius Harsono,
Pr. Bangunan Gereja sekarang berukuran 1200 meter persegi di atas tanah seluas
1500 meter persegi dengan kapasitas 1000 orang.
Tahun 1995 jabatan Pastor Kepala Paroki diserah terimakan dari Romo
Felix Teguh Suwarno, Pr. kepada Romo T. Suhardi, Pr. Perkembangan umat
semakin pesat, sehingga beban pelayanan menjadi semakin berat, sehingga pada
awal tahun 1997 Romo T. Suhardi, Pr. memiliki inisiatif untuk memekarkan
wilayah dan lingkungan untuk meningkatkan pelayanan yang terpadu dan
menyeluruh serta untuk mengembangkan pelayanan di Gereja basis. Pada tahun
1998 Romo Jimmy Rampengan Pr mendampingi Romo Suhardi sebagai gembala
di Paroki St. Thomas. Sesuai dengan keputusan Kapolri, gedung gereja akan
68
dipindahkan dalam Kompleks BRIMOB bagian belakang paling lambat dalam
waktu 10 tahun. Tahun 1993 Paroki Santo Thomas memiliki gedung gereja baru,
diresmikan 20 Juni 1993. Jumlah umat 3.330 jiwa. Tahun 1997 Paroki Santo
Thomas memiliki jumlah umat 4715 jiwa sehingga dimekarkan menjadi 11
wilayah dan 29 lingkungan. Dibentuk Stasi Bunda Maria Ratu di Sukatani yang
meliputi 3 wilayah dan 7 lingkungan.
4. Gambaran Keterlibatan Para Suster PRR dalam Evangelisasi di
Paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok
Penulis telah menguraikan sebelumnya tentang Kongregasi PRR dengan
berbagai karya kerasulan yang ditanganinya. Menurut konstitusi Kongregasi PRR
art. 103 orientasi pastoral Kongregasi PRR pada pokoknya adalah “Pembentukaan
Jemaat”. Jemaat adalah persekutuan orang beriman setempat. Proses
Pembentukan Jemaat mengandaikan kualitas-kualitas kepemimpinan yang
mencakup bakat refleksi dan bakat pelaksanaan. Tidak hanya pejabat Gereja yang
mempunyai kualifikasi sebagai pemimpin, tetapi juga orang awam, maka
pembentukan jemaat adalah usaha untuk melibatkan banyak orang beriman, di
mana mereka itulah yang diharapkan untuk berpartisipasi dalam pembentukan
jemaat setempat. Adapun jemaat yang dicita-citakan pendiri adalah jemaat yang
partisipatif, berfungsi sosial, berakar dalam budaya setempat, jemaat yang
berfungsi kritis dan yang memasyarakat dengan warna Kerajaan Allah. Atas
dasar inilah di setiap komunitas dan setiap pribadi suster baik yang berprofesi
sebagai katekis atau tidak, wajib melaksanakannya. Hal ini disadari sebagai
69
bentuk tanggungjawab masing-masing suster atas panggilan hidupnya sebagai
seorang religius PRR yang dipanggil secara khusus untuk mengabdikan diri secara
total kepada Allah lewat karya-karya Kongregasi.
Karya-karya kerasulan yang dijalankan para suster di komunitas-
komunitas merupakan perpanjangan karya Kongregasi. Para suster diutus oleh
Kongregasi untuk menangani suatu karya dan bertanggungjawab atas karya
tersebut meskipun karya yang ditangani adalah karya keuskupan atau paroki. Para
suster melaksanakannya sebagai bentuk keterlibatan dalam melaksanakan
evangelisasi. Demikian juga dengan para suster yang berkarya di Cimanggis.
Bidang-bidang karya yang dilaksanakan oleh para suster adalah:
a. Bidang Pendidikan
Gravissium Educationis menegaskan dua tujuan dasar pendidikan yaitu
memperkembangkan pribadi manusia dan memperjuangkan kesejahteraan umum.
Tentunya dua tujuan ini menjadi satu kesatuan dan tidak dapat berdiri sendiri
artinya bahwa perkembangan yang terjadi dalam diri seorang peserta didik tidak
akan terwujud jika itu dipisahkan dari usahanya bagaimana mewujudkan
kesejahteraan dalam perjuangan hidup. Pendidikan yang diselenggarakan oleh
suster-suster PRR merupakan upaya untuk mengembangkan peserta didik menjadi
manusia seutuhnya baik dalam hal iman yang nantinya diwujudnyatakan dalam
kehidupan di tengah masyarakat maupun perkembangan kesadaran dan
menumbuhkan rasa peduli pada lingkungan sekitarnya. Dengan demikian peserta
70
didik mampu memanfaatkan diri dan semua ciptaan Tuhan secara bijaksana untuk
mencapai kebahagiaan diri dan sesama.
Para suster yang tinggal di komunitas Cimanggis juga berkarya di bidang
pendidikan. Lembaga pendidikan tempat para suster berkarya bukan milik Tarekat
PRR namun para suster bekerja pada lembaga atau yayasan lain. Para suster
bekerja sebagai Guru Agama Katolik di beberapa sekolah yakni Taman Kanak
Ignatius Slamet Riyadi, Sekolah Dasar Pangudi Rahayu dan Sekolah Dasar
Katolik Bunda Maria Sukatani. Lembaga pendidikan yang penulis sebutkan di
atas adalah milik awam bukan milik paroki, namun berada di wilayah paroki St.
Thomas Kelapa Dua Depok Keuskupan Bogor.
b. Bidang Sosial
Sejak berdirinya Kongregasi, karya sosial memang menjadi perhatian para
suster dalam kerasulan. Keadaan dan situasi nyata yang dihadapi para suster di
lapangan menggerakkan hati mereka untuk melayani dengan berbuat baik kepada
orang miskin dan kecil, sakit dan cacat. Perhatian dan pelayanan sosial karitatif
banyak dilakukan oleh para suster, baik secara komunitas maupun secara pribadi
lewat bidang karya masing-masing. Dalam pelaksanaannya bantuan dapat saja
berupa dana atau benda yang diharapkan merupakan dasar atau modal untuk
melaksanakan langkah selanjutnya misalnya memberi dana untuk modal usaha,
beasiswa yang membekali seseorang dengan pengetahuan dan ketrampilan untuk
bekerja, menunjukkan lowongan pekerjaan. Karya sosial ini dilaksanakan secara
khusus dalam bentuk lembaga oleh suatu kelompok atau komunitas tertentu
71
namun dapat juga dilaksanakan oleh suster-suster secara perorangan dalam bentuk
bantuan kepada orang-orang yang ada di sekitar komunitas antara lain kenalan,
karyawan, keluarganya, orang-orang yang membutuhkan bantuan yang ada di
sekitar komunitas seperti pemulung, tukang becak, anak-anak yatim piatu dan
lain-lain.
Dalam pelaksanaannya para suster bekerja sama dengan berbagai lembaga
dan donatur seperti pastor paroki, lembaga pendidikan, panti asuhan dan lembaga-
lembaga non formal. Pihak-pihak yang disebutkan ini telah bekerja sama dengan
para suster dalam membantu berbagai kebutuhan orang-orang kecil. Bantuan yang
diberikan dapat berupa uang atau barang yang kemudian diberikan secara
langsung atau lewat komunitas-komunitas dan diteruskan kepada mereka yang
membutuhkan. Selain bantuan dari donatur, para suster dalam komunitas ini
khususnya dan PRR umumnya mempunyai suatu kegiatan yang sudah lama
berjalan yakni penjualan kalender. Cara yang ditempuh dalam kaitan dengan
penjualan kalender adalah para suster turun ke paroki-paroki yang ada di Jakarta
pada hari Minggu dan menawarkannya kepada umat. Hasil penjualan kalender itu
diserahkan kepada suster yang menangani keuangan dan digunakan untuk segala
kegiatan baik jasmani maupun rohani para penderita kusta. Bagi penulis,
penjualan kalender merupakan suatu kesempatan yang istimewa bagi para suster
bertemu dengan umat sekaligus memperkenalkan Kongregasi PRR, karya-
karyanya dan lebih dari itu suster-suster secara langsung mengajak umat untuk
turut terlibat dalam karya Allah yakni berbuat baik kepada mereka yang sakit,
lemah, miskin dan yang terlantar.
72
c. Bidang Kerygma
Dalam usaha membangun Kerajaan Allah, katekese merupakan bagian
yang penting. Para suster terlibat dalam mengajar agama di sekolah,
mempersiapkan anak-anak dan orang dewasa baik di sekolah maupun di paroki
untuk menerima Sakramen Baptis, Komuni Pertama, katekumen, pendampingan
Legio Maria, rekoleksi kaum muda dan orang tua, kunjungan keluarga dan
kerasulan doa. Kerasulan kunjungan keluarga rutin dilakukan oleh para suster.
Kunjungan keluarga merupakan suatu kebiasaan yang sudah dijalankan oleh para
suster di setiap komunitas. Kongregasi sendiri menetapkan hari Rabu sebagai hari
kunjungan. Para suster selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi umatnya
secara rutin terutama mereka yang miskin, sakit dan menderita. Kunjungan ini
ternyata memberi warna tersendiri bagi keluarga-keluarga yang dikunjungi.
Kegiatan kunjungan keluarga yang dibuat oleh para suster mengajak kaum awam
untuk turut serta dalam melaksanakannya. Ketika ada umat yang sakit, mengalami
kesulitan atau kurang terlibat disapa lewat kunjungan keluarga. Kaum awam
bekerja sama dalam hal ini dengan menginformasikan dan mengajak para suster
untuk terlibat di dalam mengunjungi mereka yang sakit, miskin dan menderita.
Berkaitan dengan keterlibatan para suster dalam bidang ini penulis melihat
bahwa tugas sebagai seorang pewarta bukan sebuah tugas yang ringan atau
mudah. Mengapa? Karena bidang ini berkaitan dengan pembentukan iman
seseorang kepada Yesus Kristus. Tugas ini menuntut keterlibatan seluruh diri dari
pewarta sendiri. Dan hal ini nampak dalam diri para suster di komunitas ini.
Dalam seluruh gerak pewartaan para suster sungguh memberikan diri baik waktu,
73
tenaga dan pikiran. Para suster dijiwai semangat merasul, telah berjuang dan
berusaha memberi bantuan demi penyebarluasan iman Gereja. Meskipun tidak
semua suster berprofesi sebagai katekis tetapi dalam pelaksanaan, sangat hidup
dan kreatif.
5. Penelitian Keterlibatan Para Suster PRR dalam Evangelisasi di
Paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok
Pada bagian penelitian ini, penulis akan menjabarkannya dalam tiga
bagian. Bagian pertama rencana penelitian yang meliputi: latar belakang, tujuan
penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, responden, teknik
pembahasan dan variabel penelitian. Bagian kedua penulis akan melaporkan hasil
penelitian yang meliputi: responden dan pembahasan keterlibatan para suster
dalam evangelisasi. Sedangkan bagian ketiga memaparkan kesimpulan hasil
penelitian.
a. Rencana Penelitian
1. Latar Belakang Penelitian
Dalam penelitian ini, pokok permasalahan yang mau diangkat penulis,
apakah keterlibatan para suster PRR dalam pewartaan di paroki St. Thomas
sungguh ikut memperkembangkan hidup beriman umat? Tugas mewartakan Injil
adalah tugas semua orang beriman termasuk di dalamnya adalah para suster PRR.
Berdasarkan kenyataan yang penulis dengar melalui sharing suster yang pernah
bertugas di komunitas Cimanggis dan anggota komunitas Cimanggis yang penulis
74
hubungi, penulis mendapatkan informasi mengenai keterlibatan para suster dalam
evangelisasi. Para suster menjalankan evangelisasi dalam berbagai bentuk
kegiatan baik dalam segi rohani seperti pembinaan iman anak, remaja dan kaum
muda, pembinaan bagi calon komuni pertama, katekumenat, Legio Maria dan
kunjungan keluarga maupun segi hidup jasmani seperti memperhatikan orang
kecil, lemah, miskin, dan tersingkir (KLMT) yang ada di sekitarnya. Kegiatan
pewartaan yang dilaksanakan oleh para suster itu membantu perkembangan dan
pendewasaan iman mereka dan kesejahteraan hidup merekapun menjadi lebih
terjamin. Penulis melihat bahwa inilah satu bentuk pewartaan yang nyata sehingga
banyak orang dapat mengalami kebahagiaan, kegembiraan dan sukacita atas hidup
yang diterimanya dari Allah melalui pelayanan para suster.
Kegiatan pewartaan yang dilaksanakan ini tidak sekedar kegiatan yang
diwariskan oleh pendiri sehingga menjadi suatu rutinitas yang harus dilakukan
oleh para suster juga tidak mengejar target atau jumlah yang dilayani tetapi para
suster dalam hal ini lebih mengupayakan pembentukan jemaat yang semakin
dewasa. Dalam pelayanan kemanusiaan para suster tidak hanya memberi bantuan
kepada mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir (KLMT) tetapi turut
memberdayakan mereka dalam berbagai pekerjaan demi pemenuhan kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Di sinilah tampak pewartaan Kerajaan Allah secara
nyata yang dilaksanakan oleh para suster. Bagi penulis segala bentuk kegiatan
merupakan keikutsertaan para suster PRR dalam tugas perutusan Gereja yakni
mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah. Dalam melaksanakan evangelisasi,
para suster sering dihadapkan pada berbagai kesibukan. Kesibukan-kesibukan
75
inilah yang terkadang membuat para suster merasa lelah, jenuh. Dengan demikian
kesibukan bisa saja menjadi alasan bagi para suster untuk tidak terlibat dalam
evangelisasi. Pada bagian ini penulis akan mengadakan penelitian dengan maksud
mengetahui dampak evangelisasi para suster PRR Cimanggis, bagi perkembangan
iman umat, juga mengetahui faktor pendukung dan penghambat juga manfaat
evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua. Data yang diperoleh
penulis dalam penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran untuk
meningkatkan keterlibatan para suster PRR di komunitas Cimanggis dalam
berevangelisasi.
2. Tujuan Penelitian
a. Memperoleh gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam
evangelisasi.
b. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi.
c. Mengetahui manfaat evangelisasi bagi perkembangan iman jemaat di
paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok.
3. Metodologi Penelitian
Pembahasan mengenai metodologi penelitian ini mencakup beberapa hal
antara lain jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian,
variabel penelitian, teknik pengumpulan data serta laporan dan pembahasan hasil
penelitian.
76
4. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Menurut Azwar (1997:5) penelitian kualitatif menekankan
analisisnya pada proses penyimpulan terhadap dinamika hubungan antar
fenomena dan hasil penelitian itu diamati dengan menggunakan logika ilmiah.
Sedangkan Husaini dan Purnomo (2008:130) mengatakan bahwa penelitian ini
diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, sesuai dengan
pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis dengan kata-kata yang
melatarbelakangi responden.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Juli – 21 Juli 2011 di komunitas PRR
Cimanggis Jakarta.
6. Responden Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah para suster PRR di
komunitas Cimanggis dan umat. Secara keseluruhan jumlah anggota komunitas
Cimanggis sebanyak 15 suster. Penulis tidak mengambil data dari semua suster
tetapi penulis membatasi jumlah responden menjadi 8 orang suster yang akan
penulis wawancarai karena dari 15 ini tidak semuanya terlibat aktif dalam
evangelisasi. Selain para suster penulis juga akan mendapatkan data dari umat
paroki. Para suster di komunitas Cimanggis yang menentukan siapakah umat yang
akan penulis wawancarai karena merekalah yang lebih mengenal umat. Jumlah
77
umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua adalah 7000 jiwa. Dari jumlah yang ada
penulis membatasi dengan mewawancarai 5 umat. Alasan penulis membatasi
jumlah responden 5 orang umat karena subyek penelitian yang utama adalah para
suster dan keterlibatan mereka dalam evangelisasi. Umat yang penulis
wawancarai dari berbagai kelompok kategorial yakni mudika 1 orang, Legio
Maria 2 orang, pengurus Lingkungan 1 dan 1 lagi adalah pendamping PIA
sehingga jumlah responden menjadi 13 orang: 8 orang suster dan 5 umat. Mereka
ini adalah anggota komunitas yang terlibat secara aktif dalam evangelisasi
sedangkan untuk umat penulis memandang penting untuk mengetahui manfaat
evangelisasi yang dilaksanakan oleh para suster bagi hidup beriman umat.
Penulis mewawancarai umat yang terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan
entah di lingkup paroki ataupun lingkungan. Lima orang umat ini diharapkan
dapat memberikan data dalam kaitannya dengan keterlibatan para suster di tengah
umat dan bagaimana manfaat atau pengaruh evangelisasi bagi perkembangan
iman mereka. Dengan demikian penulis berharap dapat mengemukakan cara yang
lebih tepat supaya dapat dilakukan oleh para suster dalam evangelisasi
selanjutnya. Adapun alasan mengapa penulis hanya memilih 13 responden karena
jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif di mana
penelitian ini lebih menekankan intensitas wawancara demi mendapatkan data
yang benar-benar dibutuhkan dan mengandung makna bukan jumlah responden
yang ditekankan. Dalam penelitian ini juga penulis menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sample
dengan pertimbangan tertentu atau disebut dengan teknik sampel bertujuan.
78
Sampel ini juga cocok untuk penelitian kualitatif yang tidak melakukan
generalisasi (Sugiyono, 2010:124).
7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara yang sifatnya
mendalam (in-depth interview) yaitu tanya jawab yang terbuka antara peneliti dan
yang diteliti untuk memperoleh data tentang evangelisasi yang sudah
dilaksanakan. Ada dua jenis wawancara yakni: wawancara terstruktur (structured
interview) dan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview). Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti harus sudah
mempersiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama dan pewawancara mencatat semua
jawaban dari responden. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya
(Sugiyono, 2005:73-74). Sedangkan Dapiyanta (2008: 25) menyatakan bahwa
wawancara sebagai alat pengumpulan data mempunyai kelebihan antara lain:
bebas dikenakan pada siapapun, dapat merupakan teknik pelengkap atau
bersamaan teknik lain, luwes, hal-hal yang kurang jelas dapat diperjelas, bahasa
yang digunakan dapat disesuaikan dengan responden.
79
Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara terstruktur. Namun
sebelum menyusun pertanyaan penulis juga melakukan pra observasi singkat
lewat para suster yang ada di komunitas Cimanggis untuk mengetahui gerak karya
evangelisasi para suster dan situasi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua. Hal
ini dimaksud agar dapat membantu penulis mengenal lebih dahulu umat dan
situasinya. Penulis sebelum mengadakan wawancara dengan responden terlebih
dahulu menyiapkan panduan wawancara. Instrumen yang digunakan dalam
wawancara ini adalah panduan pertanyaan, MP3 atau perekam suara. Selain
wawancara penulis sendiri terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh para suster berkaitan dengan evangelisasi.
8. Teknik Pembahasan Data
Dalam pembahasan ini, hal pertama yang penulis lakukan adalah
mereduksi data yang tidak dibutuhkan selanjutnya penulis melakukan generalisasi
dengan menyatukan data-data yang berhubungan atau berkaitan dengan tujuan
penelitian sehingga data-data yang diperoleh melalui reduksi dapat memperlancar
penulis untuk melakukan tafsiran terhadap data yang sudah diperoleh (Husaini &
Purnomo, 2008:130).
9. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah
keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.
80
NO VARIABEL ITEM JMLH
1 Gambaran mengenai keterlibatan para suster
PRR dalam evangelisasi.
1,2,3 3
2 Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
evangelisasi.
4, 5,6,7 4
3 Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St.
Thomas Kelapa Dua Depok.
8,9,10,11 4
4 TOTAL 11
b. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang sudah
dilaksanakan sekaligus membahas hasil penelitian berdasarkan variabel dan
dipisahkan antara umat dan suster.
1. Identitas Responden
Jumlah responden yang penulis wawancarai berjumlah 13 yaitu 8 orang
suster dan 5 orang umat. Proses wawancara berlangsung sendiri-sendiri
disesuaikan dengan waktu para suster dan umat. Tempat wawancara bagi para
suster berlangsung di komunitas PRR Cimanggis sedangkan umat ada yang
penulis temui di rumah bahkan ada yang dengan rela datang ke komunitas. Waktu
wawancara antara responden satu dengan lainnya berbeda tergantung dari jawaban
yang diberikan oleh responden. Informasi lain berkaitan dengan keterlibatan para
81
suster dalam evangelisasi baik di paroki maupun di lingkungan, penulis dapatkan
dari Sr.M.Gabriela, PRR sebagai pemimpin komunitas.
Table 1: Identitas Responden (N:13)
NO KETERANGAN JUMLAH
(1) (2) (3)
1 Kaul Kekal 3
2 Kaul sementara 5
3 Umat 5
Berdasarkan tabel 1 di atas jumlah responden dalam penelitian ini ada 13
responden, yang terdiri dari suster yang berkaul kekal ada 3 responden, suster yang
berkaul sementara ada 5 responden dan 5 respondennya adalah umat.
2. Gambaran Mengenai Keterlibatan Para Suster dalam Evangelisasi
Agar dapat mengetahui gambaran keterlibatan para suster dalam
evangelisasi, penulis menggali pengalaman para suster melalui wawancara.
Penulis akan menyampaikan hasil wawancara dengan responden yang sudah
dirangkum dalam table-tabel berikut
82
Tabel 2. Gambaran Mengenai Keterlibatan Para Suster PRR dalam
Evangelisasi
(N=8)
No Pertanyaan Jawaban Jlh
1 a. Apa yang suster
pahami tentang
evangelisasi?
b. Mengapa suster
terlibat dalam
evangelisasi?
Mewartakan Kristus dalam berbagai
kerasulan, lewat kotbah, katekese dan
tindakan nyata sehingga dapat
menghantar umat untuk bertemu
dengan Yesus dan memperoleh
keselamatan.
8
Karena evangelisasi adalah tugas saya
sebagai orang Katolik juga sebagai
religius terutama sebagai religius PRR
karena evangelisasi adalah tugas
utama seorang PRR.
6
Karena dengan evangelisasi yang saya
lakukan akan membawa umat untuk
mengalami Kerajaan Allah.
1
Karena sebagai PRR kita hadir
bersama umat dan mengambil bagian
dalam tritugas Yesus yakni sebagai
imam, nabi dan raja.
1
83
Dari hasil wawancara penulis dengan responden pada tabel di atas, maka
dapat diperoleh gambaran keterlibatan para suster dalam evangelisasi. Pada item
1a, dari hasil wawancara dengan masing-masing suster penulis mendapatkan
2 Menurut suster apa
tujuan evangelisasi?
Agar semakin banyak orang mengerti
dan memahami Injil Kerajaan Allah
serta mengenal Yesus dan akhirnya
menghantar orang mengikuti Yesus
dalam hidup mereka.
6
Agar mereka yang didampingi
mengalami kegembiraan berkat iman
mereka kepada Allah dan akhirnya
terlibat dalam melaksanakan
evangelisasi.
2
3 Bagaimana cara suster
berevangelisasi?
Cara saya berevangelisasi lewat
partisipasi atau keterlibatan dalam
kelompok-kelompok kategorial seperti
Legio Maria, BIAK, kor, pemazmur,
pendalaman iman, kunjungan keluarga
dan katekumen.
4
Saya berevangelisasi melalui mengajar
agama di sekolah.
2
Lewat teladan hidup sehari-hari 2
84
gambaran bagaimana pemahaman para suster tentang evangelisasi. Dari 8
responden yang penulis wawancarai hampir semua mempunyai pemahaman yang
sama tentang evangelisasi. Para suster memahami evangelisasi adalah mewartakan
Kristus dalam berbagai kerasulan dengan berkotbah, katekese dan tindakan hidup
sehari-hari sehingga semakin banyak orang mengalami keselamatan. Dengan
pemahaman ini para suster dimampukan untuk semakin berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan Gereja.
Pada item 1b, 6 orang responden menyatakan bahwa mereka terlibat
karena kesadaran akan tugas utama sebagai orang Katolik juga sebagai religius
khususnya sebagai seorang PRR di mana tugas utama PRR adalah evangelisasi.
Ada juga yang mengatakan bahwa dengan keterlibatan mereka dalam evangelisasi
dapat menghantar atau membawa umat mengalami Kerajaan Allah dan bersama
umat mengambil bagian dalam tritugas Kristus yakni sebagai imam, nabi dan raja.
Kesadaran diri dan tanggungjawab yang diemban sebagai orang beriman Katolik
adalah suatu hal yang patut dicontoh karena dengan kesadaran ini akan memacu
orang untuk setia dan bertanggungjawab dengan tugas pewartaannya. Sedangkan
2 orang responden lainnya yakni 1 orang responden mengatakan bahwa dengan
evangelisasi akan membawa umat untuk mengalami Kerajaan Allah dan 1
responden lagi mengatakan bahwa dengan evangelisasi dapat mengambil bagian
bersama umat dalam tugas-tugas Yesus yakni sebagai imam, nabi dan raja.
Pada item no 2, 6 orang responden menyatakan bahwa tujuan evangelisasi
adalah agar semakin banyak orang mengerti dan memahami Injil Kerajaan Allah
serta mengenal Yesus dan akhirnya menghantar orang mengikuti Yesus dalam
85
hidup mereka, sedangkan 2 orang responden menyatakan bahwa agar mereka
yang didampingi mengalami kegembiraan berkat iman mereka kepada Allah dan
akhirnya ikut terlibat dalam melaksanakan evangelisasi.
Pada item no 3, tentang cara responden berevangelisasi ada 4 orang
responden memberi jawaban yang sama yaitu mereka dapat melakukan
evangelisasi melalui keterlibatan dalam kelompok-kelompok kategorial seperti
Legio Maria, BIAK, kor, pemazmur, pemandu pendalaman iman, kunjungan
keluarga, katekumen. Melalui bidang-bidang ini mereka dapat mewartakan Yesus,
juga melayani kebutuhan orang-orang kecil lewat karya sosial. Pelayanannya
terhadap orang-orang kecil inilah dirasa sebagai suatu perjumpaannya dengan
Tuhan sekaligus suatu kesempatan mengajak mereka untuk memiliki hati yang
berbelaskasih, mencintai dan mau membantu siapa saja yang membutuhkan
bantuan tanpa membeda-bedakan. 2 orang responden menyatakan bahwa cara
mereka berevangelisasi dengan mengajar agama di sekolah dan 2 orang
responden lainnya menyatakan bahwa cara mereka berevangelisasi adalah lewat
keteladanan hidup.
Berdasarkan hasil wawancara sebagaimana yang sudah penulis rumuskan
di atas, penulis menemukan bahwa responden pada umumnya memiliki
pemahaman yang baik tentang evangelisasi. Dengan adanya pemahaman ini para
suster dibantu untuk dapat melaksanakan evangelisasi karena sebagai seorang
pelaku evangelisasi minimal mempunyai pemahaman atau memiliki ilmu tentang
evangelisasi untuk membantu dirinya sendiri dalam menjalankan tugas
perutusannya. Pemahaman yang baik tentang evangelisasi sangat membantu
86
keterlibatan mereka dalam evangelisasi. Hal ini dapat dilihat dalam setiap jawaban
mereka pada item 1b tentang alasan keterlibatan mereka dalam evangelisasi. Dari
jawaban-jawaban yang diberikan, penulis dapat menafsirkan bahwa setiap suster
memiliki kesadaran yang cukup besar akan tugasnya sebagai orang Kristen dan
PRR khususnya dalam melaksanakan evangelisasi. Tanggungjawab atas karya
besar ini diwujudkan dalam keterlibatan mereka di tengah umat baik di tingkat
paroki maupun lingkungan dalam berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan itu antara
lain: Bina Iman Anak (BIA) Legio Maria, pendamping katekumen, kunjungan
keluarga maupun hadir sebagai umat dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan
seperti kor, sharing Kitab Suci bersama, mengadakan baksos, pengumpulan
pakaian layak pakai yang dibagi-bagikan kepada kaum miskin dan mengasuh
anak-anak yang kehilangan kasih sayang orang tua dan yang tidak mampu secara
ekonomi.
Menarik bagi penulis apa yang dikatakan tentang cara evangelisasi melalui
kunjungan keluarga. Dalam wawancara responden mensharingkan pengalaman
perjumpaannya dengan umat yang dikunjungi dan apa saja yang dilakukan ketika
kunjungan. Bagi responden kunjungan keluarga adalah bagian dari kerasulan
PRR. Para suster hadir dan mendengarkan, merasakan pengalaman hidup baik
suka maupun duka. Bagi responden yang hidup di kota dengan berbagai
kesibukan tentunya membuat orang merasa penat, lelah bahkan bisa stress. Maka
kehadiran para suster di tengah umat atau keluarga membuat mereka merasa
bahagia karena dapat mendengarkan mereka. Kebiasaan yang baik yang selalu
dibuat oleh para suster dalam komunitas ini adalah mengakhiri kunjungan dengan
87
mengajak keluarga berdoa bersama. Dan ketika kembali di komunitas pun semua
suster diajak untuk mendoakan berbagai kepentingan umat atau keluarga yang
dikunjungi.
Dari semua jawaban di atas penulis menemukan bahwa rata-rata semua
suster memiliki pemahaman yang baik tentang evangelisasi namun cara dan
bentuk dari evangelisasi itu sendiri masih dipahami sebatas kegiatan-kegiatan
yang bersifat rohani seperti yang sudah penulis sebutkan di atas. Dari 8 responden
hanya 1 responden mengatakan bahwa evangelisasi dilaksanakan secara nyata
dalam pelayanannya kepada orang-orang kecil, lemah, miskin dan yang tersingkir.
Hal ini menunjukan partisipasinya sebagai umat beriman dalam mewujudkan cinta
kasih dalam tindakan konkret sehari-hari.
3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Para Suster dalam
Evangelisasi
Pada bagian ini sebelum menguraikan faktor-faktor baik pendukung
maupun penghambat penulis juga mau mengetahui respon umat terhadap
evangelisasi dan bagaimana pengaruh dari evangelisasi itu sendiri bagi iman umat.
Dalam melaksanakan evangelisasi tentunya ada hal-hal yang dirasa sebagai
pendukung yang memacu para suster dalam evangelisasi. Tentunya para suster
juga mengalami adanya hambatan dalam evangelisasi sehingga belum secara
maksimal melaksanakannya. Berikut ini wawancara penulis dengan responden
mengenai faktor-faktor yang dirasa sebagai pendukung dan penghambat dalam
evangelisasi.
88
Tabel 2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Evangelisasi.
(N:8)
No Pertanyaan Jawaban Responden Jmlh
5 Bagaimana
respon/tanggapan umat
terhadap evangelisasi yang
suster laksanakan?
Pada umumnnya umat sangat
antusias dengan kehadiran dan
keterlibatan para suster dalam
berbagai kegiatan. Segala kegiatan
yang dilaksanakan oleh para suster
selalu ditanggapi dengan antusias
melalui keteribatan dan keaktifan
umat dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
8
6 Apakah evangelisasi yang
suster laksanakan
berpengaruh pada hidup
beriman umat?
Sangat berpengaruh. Hal ini dapat
disaksikan lewat sharing
pengalaman iman umat sendiri
entah dalam kunjungan keluarga
ataupun dalam acara-acara tertentu
seperti sharing Kitab Suci dan
sebagainya.
5
Saya tidak bisa memastikan apakah
itu berpengaruh bagi perkembangan
hidup beriman umat sendiri atau
tidak tetapi bahwa ada harapan agar
3
89
apa yang diwartakan berpengaruh
bagi hidup beriman umat.
7 Faktor apa saja yang
mendukung suster dalam
evangelisasi?
Dukungan komunitas dan Tarekat 3
Kepercayaan dari umat dan pastor
paroki
2
Evangelisasi adalah karya utama
PRR dan wajib dilaksanakan oleh
semua suster PRR.
2
Kesadaran bahwa evangelisasi
adalah tugas semua umat Katolik
yang sudah menerima sakreman
pembaptisan.
1
8 Faktor apa saja yang
menjadi penghambat
dalam evangelisasi?
Kurang percaya diri akan
kemampuan yang dimiliki.
2
Kesibukan dan kurang prioritas.
3
Kurangnya pengetahuan tentang
evangelisasi.
2
Egois, ada kesempatan tetapi
menunda-nunda.
1
90
Dari tabel di atas diketahui bahwa 8 orang responden mengatakan bahwa
umat sangat antusias dan semangat. Mereka menanggapi dengan antusias apa
yang disampaikan oleh para suster. Pada item 6, 5 orang responden menyatakan
bahwa evangelisasi yang disampaikan sangat berpengaruh pada hidup umat
sendiri. Hal ini dapat diketahui atau disaksikan lewat sharing pengalaman iman
umat ketika para suster mengadakan kunjungan ataupun dalam sharing
pendalaman Kitab Suci di lingkungan. Sedangkan 3 orang responden menyatakan
bahwa mereka tidak bisa memastikan apakah evangelisasi yang disampaikan itu
berpengaruh bagi hidup umat atau tidak. Namun dalam pelaksanaannya mereka
mempunyai harapan agar apa yang disampaikan bisa berpengaruh bagi
perkembangan iman umat itu sendiri. Item no 7, ada 3 orang responden
menyatakan bahwa dukungan komunitas dan Tarekat, 2 orang responden
menyatakan bahwa faktor pendukung adalah kepercayaan umat dan pastor paroki
sedangkan 1 orang responden menyatakan bahwa faktor yang mendukung adalah
adanya kesadaran bahwa evangelisasi adalah tugas semua umat yang sudah
dibaptis. Pada item no 8, 2 orang responden merasa bahwa yang menghambat
mereka dalam evangelisasi adalah kurang percaya pada diri sendiri. Hal ini
disebabkan karena responden sebelum melaksanakan evangelisasi sudah
dibayangi oleh rasa pesimis bahwa umat yang mendengarkan adalah orang-orang
yang berpendidikan dan tahu segalanya daripada dirinya. 3 orang responden
mengatakan bahwa faktor yang menghambat adalah kesibukan dan kurang
prioritas sedangkan 2 orang responden lainnya menyatakan bahwa pengetahuan
mereka tentang evangelisasi sangat terbatas meskipun arti dari evangelisasi sudah
91
dipahami. Sedangkan 1 responden menyatakan bahwa adanya sikap egois atau
mementingkan diri sendiri dari pada menjalankan evangelisasi.
Pada tabel ke-2 ini penulis menemukan bahwa ada begitu banyak faktor
yang mendorong responden untuk menjalankan evangelisasi. Hal pertama yang
dirasa sebagai pendukung adalah kemauan dari diri sendiri. Responden
mengemukakan hal ini karena baginya menjalankan suatu karya kerasulan tanpa
kemauan dari diri sendiri akan sia-sia, meskipun ada dukungan dan dorongan serta
kepercayaan dari komunitas tetapi jika tidak ada kemauan dari diri sendiri tidak
ada gunanya. Sedangkan responden lainnya mengatakan bahwa faktor yang utama
adalah dukungan komunitas dan kepercayaan dari Tarekat. Komunitas selalu
memberi semangat dan memotivasi agar mereka terlibat dalam menjalankan
evangelisasi. Hal lain yang dikemukakan sebagai faktor yang mendukung
pelaksanaan evangelisasi adalah adanya kesadaran bahwa evangelisasi adalah
warisan pendiri Kongregasi dan merupakan karya utama Kongregasi maka semua
suster wajib melaksanakannya.
Dalam melaksanakan evangelisasi para suster menemukan adanya faktor-
faktor yang mendukung namun kenyataan tidak bisa dipungkiri bahwa para suster
juga dihadapkan pada berbagai kesibukan membuat mereka menjadi pribadi yang
egois, selalu mendahulukan kepentingannya sendiri bahkan lebih memprihatinkan
lagi adalah menjadikannya sebagai alasan untuk tidak terlibat aktif dalam
evangelisasi.
92
4. Manfaat Evangelisasi dari Para Suster bagi Umat di Paroki St. Thomas
Kelapa Dua Depok
Pada bagian ini melalui wawancara penulis menggali manfaat evangelisasi
bagi umat, mengetahui harapan umat mengenai bentuk-bentuk evangelisasi yang
diinginkan dan yang perlu ditingkatkan oleh para suster dalam melaksanakan
evangelisasi. Tabel berikut ini merupakan hasil rangkuman jawaban wawancara
antara penulis dengan responden.
Tabel 3. Manfaat Evangelisasi dari Para Suster bagi Umat
di Paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok
(N:5)
No Pertanyaan Jawaban Responden Jmlh
9. a.
Apakah dengan
mendapatkan pembinaan
dari para suster iman anda
semakin diteguhkan?
Dalam hal apa?
Pembinaan dari para suster
semakin memperteguh iman saya
bahkan membuat saya menjadi
pribadi yang semakin matang dan
dewasa dalam bersikap.
5
Saya yang dahulunya jarang
berdoa semakin rajin berdoa dan
mengikuti perayaan ekaristi pada
hari Minggu dan kadang pada hari
biasa.
2
93
Menjadi teladan hidup bagi orang
lain.
1
Lebih aktif dan giat dalam
berbagai kegiatan baik di Gereja
maupun di tengah masyarakat.
2
10 Manfaat apa yang anda
peroleh dari evangelisasi?
Memperoleh kedamaian, sukacita
dan semakin memperteguh,
memperkokoh iman saya.
3
Lebih dekat dengan Tuhan dan
semakin peduli terhadap hidup
orang lain.
1
Hidup saya menjadi lebih baru. 1
11 Bentuk-bentuk evangelisasi
seperti apa yang anda
harapkan?
Bentuk yang lebih nyata yang
diharapkan adalah kesaksian
hidup karena akan lebih
menyentuh hati umat yang
dilayani.
4
Sharing Kitab Suci bersama 1
12. a
Apakah anda juga
bertindak sebagai pelaku
evangelisasi?
Saya pernah bertindak sebagai
pelaku evangelisasi
4
94
b.
Apa bentuknya? Saya tidak tahu apakah yang saya
lakukan itu adalah bentuk
evangelisasi tetapi yang jelas
bahwa saya pernah terlibat dalam
mendampingi anak-anak Boncel
1
Sebagai pemandu pendalaman
Kitab Suci, Lektor, kor
lingkungan.
2
Kunjungan keluarga dan orang
sakit.
2
13 Apakah ada hal-hal yang
perlu ditingkatkan oleh
para suster?
Kehadiran para suster dalam
setiap kegiatan.
2
Kreativitas agar umat tidak jenuh
dan bosan.
2
Kunjungan keluarga 1
Pada item no 9 bagian a, 5 orang responden menyatakan bahwa pembinaan
dari para suster dirasa sangat membantu dan semakin memperteguh iman mereka
dengan alasan masing-masing yang dijawab pada bagian b. Ada yang mengatakan
bahwa dengan adanya pendampingan dari para suster mereka mengalami adanya
perubahan dalam hidup mereka misalnya dulunya malas berdoa dan mengikuti
perayaan ekaristi sekarang lebih rajin dan tekun dalam berdoa juga lebih rajin
merayakan ekaristi pada hari Minggu bahkan kadang pada hari biasa entah di
95
paroki maupun di komunitas PRR. Ada pula yang menyatakan bahwa bisa
menjadi teladan hidup bagi orang lain baik yang seagama maupun agama lain
sedangkan 2 orang responden menyatakan bahwa pembinaan para suster
mengajak mereka untuk lebih aktif melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di
lingkungan Gereja maupun di tengah masyarakat. Pada item 10, 3 orang
responden menyatakan bahwa manfaat evangelisasi bagi mereka adalah
memperoleh kedamaian batin, sukacita dan semakin memperteguh iman mereka.
Kesibukan dalam rutinitas kadang membuat mereka merasa jenuh, bosan dan
merasa kering dalam hidup.
Keterlibatan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan para suster
membuat mereka menemukan semangat hidup baru. 1 orang responden
menyatakan bahwa kegitan-kegiatan seperti Legio Maria, ekaristi, mengikuti koor
membuat dirinya semakin dekat dengan Tuhan bahkan semakin peduli dengan
orang lain, secara khusus mengunjungi orang sakit, memberi peneguhan bagi yang
mengalami sakit dan yang hilang harapan. Item 11, 4 orang responden
menyatakan bahwa bentuk nyata yang diharapkan adalah kesaksian hidup karena
akan lebih menyentuh hati umat.
Kesaksian hidup dari seorang religius di tengah umat dalam setiap
keterlibatannya akan lebih menyentuh hati. Kesaksian mereka ini sangat berkesan
yakni dengan memberikan diri dan hidup sepenuhnya bagi karya evangelisasi
demi memuliakan Allah dengan menghayati kemiskinan, penyangkalan diri,
kemurnian, ketulusan, dan pengurbanan diri dalam kesetiaan; juga upayanya
meneguhkan sesama melalui hidup doa dan keheningan (EN art. 69). 1 orang
96
responden menyatakan bahwa bentuk evangelisasi yang diharapkan adalah lewat
sharing Kitab Suci bersama. Hal ini disampaikan karena bagi mereka sharing
Kitab Suci akan sangat membantu mereka untuk semakin mencintai Kitab Suci
serta mengajak mereka untuk tekun dan setia dalam membaca dan
merenungkannya. Pada item 12a, 4 orang responden menyatakan bahwa mereka
pernah bertindak sebagai pelaku evangelisasi sedangkan 1 orang responden
menyatakan bahwa ia sendiri tidak tahu apakah yang dia lakukan itu, disebut atau
termasuk dalam evangelisasi atau tidak. Hal ini disebabkan karena merasa diri
sebagai orang awam yang kurang memahami evangelisasi. Meski kurang
memiliki pemahaman tentang evangelisasi tetapi keterlibatan mereka dalam
kegiatan-kegiatan seperti mendampingi anak-anak tetap bahkan kegiatan lainnya
tidak pernah surut.
Bentuk-bentuk dari evangelisasi pada item 12b dijawab oleh masing-
masing responden sesuai dengan yang pernah dilakukannya yakni 1 orang
responden menyatakan bahwa bentuk evangelisasi yang dilakukannya adalah
lewat pendampingan anak-anak, 2 orang responden menyatakan bahwa bentuk
evangelisasi adalah dengan keterlibatan sebagai pemandu pendalaman Kitab Suci,
Lektor, ikut kor lingkungan. Sedangkan 2 orang lagi menyatakan bahwa mereka
melaksanakan evangelisasi dalam bentuk mengunjungi orang sakit dan
mendoakan mereka. Pada item no 13, 2 orang responden menyatakan bahwa
bentuk evangelisasi yang perlu ditingkatkan oleh para suster adalah kehadiran
dalam setiap kegiatan. Hadirnya suster-suster dalam setiap kegiatan evangelisasi
menjadi harapan bagi mereka khususnya dalam BIAK (Bina Iman Anak Katolik).
97
Para suster diharapkan meningkatkan kreativitas untuk menemukan hal-hal baru
agar suasana pertemuan menjadi lebih hidup, bermakna dan tidak membosankan.
Hal ini dikemukakan oleh 2 orang responden sedangkan 1 orang responden
menyatakan bahwa yang perlu ditingkatkan adalah kunjungan keluarga.
Bagi responden kunjungan keluarga merupakan bentuk evangelisasi yang
sederhana karena lewat kunjungan keluarga inipun nilai-nilai Kerajaan Allah
dapat disampaikan. Dalam kunjungan keluarga hendaknya orang yang
berkunjung perlu bersikap rendah hati dan mau mendengarkan, mengerti serta
memahami keluarga atau orang yang dikunjungi. Dengan sikap demikian orang
atau keluarga yang dikunjungi akan merasa tersapa, terhibur dan merasa
diperhatikan. Melalui kunjungan keluarga ini diharapkan agar keluarga-keluarga
tidak hanya mengerti secara teori ajaran-ajaran Kristus, tetapi mereka juga dapat
menghayati ajaran-ajaran itu dalam kehidupan keluarga mereka setiap hari dengan
bersikap, bertutur kata yang baik yang bisa membuat orang lain juga merasa
tersapa karena kesaksian hidup sebagai orang beriman.
Dari setiap jawaban yang diberikan dapat dipahami bahwa evangelisasi
yang disampaikan oleh para suster sangat berpengaruh pada hidup beriman umat.
Penulis mendengar secara langsung ungkapan umat tentang keterlibatan para
suster dalam kaitannya dengan evangelisasi. Keterlibatan para suster dalam
berbagai kegiatan di tingkat paroki maupun lingkungan sangat diharapkan oleh
umat. Tentunya harapan ini didasari pada pengalaman iman masing-masing umat
dalam kebersamaannya dengan para suster entah lewat keterlibatan para suster
dalam berbagai kegiatan ataupun kesaksian hidup.
98
Dalam hal ini penulis sangat tertarik dan kagum dengan pengalaman iman
Stephanus Prabowo Soesatio. Dalam wawancara beliau mensharingkan
pengalaman tentang keterlibatan dalam kelompok Legio Maria, yang berawal dari
ajakkan teman untuk bergabung menjadi anggota Legio Maria. Semula beliau
adalah seorang seniman. Sebagai seorang seniman ia lebih banyak menghabiskan
waktu dengan berbagai kegiatan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Beliau kurang menyadari status hidupnya sebagai orang katolik yang bertugas
mewartakan Kerajaan Allah lewat kealihannya dalam dunia seni. Ajakan teman
ini menjadi “pintu masuk” baginya dalam mewartakan Kerajaan Allah melalui
tugasnya entah dalam kelompok Orang Muda Katolik (OMK) ataupun Legio
Maria. Dalam perjalanan hidup selanjutnya beliau menjadi pribadi yang sangat
aktif dalam kegiatan-kegiatan Gerejani bahkan dipercaya menjadi koordinator
Legio Maria dan berbagai kegiatan lainnya dalam lingkungan seperti memandu
pendalaman Kitab Suci. Beliau mengatakan bahwa semua yang dilakukannya
adalah rencana Tuhan baginya. Bukan suatu kebetulan ketika bertemu dan
berkenalan dengan para suster semakin membuat dirinya terlibat dalam berbagai
kegiatan. Dengan demikian Stephanus Prabowo Soesatio telah menjadi pelaksana
evangelisasi yang baik.
c. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa para suster memahami dengan cukup baik istilah maupun
makna evangelisasi, namun penulis merasa bahwa pemahaman akan evangelisasi
99
ini masih perlu ditingkatkan. Pemahaman para suster tentang evangelisasi masih
terbatas pada kegiatan-kegiatan rohani; pembinaan iman anak, rekoleksi, Legio
Maria, katekese lain sebagainya. Dalam pengamatan penulis selama berada di
komunitas Cimanggis, sebenarnya evangelisasi sudah dilaksanakan oleh para
suster dalam berbagai bentuk kegiatan seperti memperhatikan orang-orang kecil,
lemah, miskin dan terlantar. Semua dilakukan dengan tujuan untuk
menyejahterakan mereka baik lahir maupun batin. Namun itu tidak disadari
karena terbatasnya pemahaman tentang evangelisasi. Dari 8 orang responden
hanya 1 responden yang menyatakan bahwa evangelisasi dapat dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk mengubah hidup orang lain menjadi
lebih baik seperti memberi perhatian dan cinta kepada mereka yang kecil, lemah,
miskin dan yang tersingkir. Meskipun pemahaman tentang evangelisasi hanya
seputar kegiatan yang bersifat rohani tidak menyurutkan keinginan dan kemauan
para suster dalam evangelisasi. Dalam keterbatasan itu mereka tetap antusias,
semangat dan gembira melaksanakannya. Hal ini menunjukan bahwa para suster
memiliki kesadaran bahwa sebagai seorang beriman katolik dan seorang religius
dipanggil secara khusus sebagai pelaku dari evangelisasi itu sendiri. Kesadaran
akan tugas pokok inilah yang membuat para suster terlibat dalam mewartakan Injil
Kerajaan Allah.
Keterlibatan para suster dalam evangelisasi tidak terlepas dari dukungan
komunitas dan kesadaran akan tugas utama orang Katolik dan sebagai PRR yaitu
turut serta dalam mewartakan Kerajaan Allah. Komunitas selalu mendukung
setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh para suster entah di Gereja ataupun
100
lingkungan. Semua suster menyadari bahwa masing-masing dipanggil untuk
menjalankan tugas perutusan Gereja. Kesadaran akan pentingnya evangelisasi ini
telah membuat para suster berani terlibat. Dalam pelaksanaan para suster juga
menemukan bahwa ada faktor yang kadang menjadi penghambat sehingga
membuat para suster tidak terlibat secara aktif dalam evangelisasi seperti
kesibukan, egois dan kurang prioritas dalam hidup. Kehadiran dan keterlibatan
para suster dalam evangelisasi memberi dampak dan pengaruh bagi
perkembangan iman umat sekaligus mengajak umat untuk terlibat sebagai pelaku
evangelisasi. Keterlibatan umat dalam evangelisasi juga merupakan suatu hal
yang sangat ditekankan dalam Evengelii Nuntiandi artikel 14 yang menekankan
tugas kaum awam untuk mewartakan Injil merupakan panggilan yang khas bagi
Gereja. Umat menanggapi panggilan Allah untuk terlibat dalam mewartakan Injil
dan bertanggungjawab atas kepercayaan itu dengan tekun dan setia menjalankan
evangelisasi. Keterlibatan umat dalam evangelisasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara dan bentuk yakni sebagai lektor, pemazmur, pemandu pendalaman
iman, koordinator Legio Maria, mendampingi anak-anak dan berbagai kegiatan
lainnya. Umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua berpartisipasi aktif dalam
mewartakan Kristus. Di sisi lain umat mengharapkan agar para suster tetap
terlibat dalam evangelisasi karena kehadiran para suster membawa semangat baru
bagi umat. Harapan umat bagi para suster dalam melaksanakan evangelisasi agar
meskipun sibuk diusahakan tetap hadir, selain itu diharapkan agar dalam
evangelisasi para suster dapat lebih kreatif agar umat tidak merasa jenuh dan
bosan. Selain hal-hal yang diungkapkan umat untuk ditingkatkan para suster juga
101
perlu diberi penjelasan mengenai evangelisasi untuk lebih mampu mengerti dan
memahami dengan lebih baik dan benar evangelisasi. Hal ini dimaksud agar dapat
membantu para suster dalam tugas perutusan Tarekat karena evangelisasi adalah
kerasulan utama Kongregasi dan merupakan warisan pendiri.
Dalam kaitan dengan tugas ini, semua suster dalam berbagai profesi harus
memahami dengan baik dan benar tentang evangelisasi baik sebagai perawat, guru
dan petugas sosial. Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis akan
mengadakan lokakarya bagi para suster. Dengan mengadakan lokakarya tersebut
diharapkan para suster dapat semakin mengenal dan memahami dengan baik dan
benar evangelisasi agar dapat membantu para suster untuk lebih aktif dalam
evangelisasi.
102
BAB IV
USULAN PROGRAM LOKAKARYA SEBAGAI SALAH SATU USAHA
MENINGKATKAN KETERLIBATAN PARA SUSTER PRR DALAM
EVANGELISASI DI PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA CIMANGGIS
Pada bab IV ini, penulis akan menindaklanjuti temuan pada bab
sebelumnya dengan menguraikan beberapa gagasan pokok yang akan menjadi
usulan program yang relevan dan diharapkan dapat membantu meningkatkan
keterlibatan para suster PRR di komunitas Cimanggis dalam berevangelisasi.
Dalam mempersiapkan suatu usulan program perlu diketahui untuk siapa program
ini ditujukan, apa yang menjadi kebutuhan dari para peserta, dan rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan. Dalam bab IV ini penulis akan menyajikan bagaimana
meningkatkan keterlibatan para suster PRR Cimanggis dalam evangelisasi melalui
lokakarya. Lokakarya adalah suatau kegiatan di mana berkumpulnya sekelompok
orang untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Lokakarya
merupakan salah satu program yang penulis pakai dalam kaitan dengan usulan
program pada bab ini. Penulis mengusulkan agar diadakan lokakarya bagi para
suster karena bagi penulis lokakarya dengan waktu tiga hari dirasa efektif juga
sebagai salah satu langkah awal yang ditawarkan penulis dalam membantu
meningkatkan keterlibatan para suster dalam berevangelisasi.
Penulis membagi bab IV ini menjadi tiga pokok pembahasan. Bagian
pertama membahas latar belakang yang meliputi; tujuan, sasaran, waktu dan
tempat pelaksanaan serta uraian program. Bagian kedua berisi matriks program
sedangkan bagian ketiga memberikan contoh satuan persiapan (SP).
103
A. Latar Belakang Program
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di komunitas PRR
Cimanggis Bekasi, penulis menemukan permasalahan pokok yakni bahwa para
suster yang ada di komunitas ini dalam memahami evangelisasi masih terbatas
pada kegiatan-kegiatan yang bersifat rohani seperti Pembinaan Iman Anak (PIA)
Legio Maria, katekese, dan kegiatan-kegiatan yang bersifat rohani lainnya. Bahwa
pemahaman demikian tidak salah namun para suster perlu menyadari bahwa
pewartaan Injil itu tidak terpisahkan dengan aspek kehidupan manusia lainnya.
Pewartaan Injil mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Para suster belum
menampakan adanya pemahaman tentang evangelisasi dalam kaitan dengan
solidaritas atau perhatian terhadap yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir
(KLMT). Kegiatan dan pelayanan sosial yang dilaksanakan dalam komunitas
kurang disadari sebagai bagian dari evangelisasi. Hal ini disebabkan karena
terbatasnya pemahaman dan pengetahuan mereka tentang hakekat dan tujuan dari
evangelisasi di zaman sekarang. Seorang pewarta perlu memiliki pengetahuan
tentang evangelisasi namun juga memiliki berbagai ketrampilan agar bisa
menolong dirinya dalam melaksanakan evangelisasi. Mengenai hal ini penulis
juga menemukan apa yang dikemukakan umat dalam wawancara. Dalam
wawancara umat mengemukakan bahwa suasana yang dibangun kurang
komunikatif dan kurang kreatif sehingga suasananya nampak kaku dan
membosankan.
Pewartaan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mempunyai
tujuan yang paling utama yaitu untuk mewartakan sabda Tuhan. Pewartaan itu
104
juga berisikan pesan-pesan, nasihat-nasihat yang dapat membawa manusia kepada
Kristus dan kesatuan dengan Gereja. Dalam mewartakan Kabar Gembira tentang
keselamatan Allah pun dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dengan
perkembangan dunia yang semakin maju antara lain dengan kemajuan IPTEK,
Gereja menyadari bahwa umat mulai jenuh mendengarkan kata-kata. Keadaan
inilah yang mendorong Gereja untuk menggunakan sarana-sarana yang modern
dalam pewartaan Injil (EN, art. 42). Bila sarana-sarana ini digunakan untuk
mewartakan Injil, sarana-sarana ini dapat memperluas wilayah-wilayah di mana
Sabda Allah dapat didengar, hampir tanpa batas dan dapat dijangkau jutaan
manusia. Gereja akan merasa bersalah di hadirat Tuhan jika tidak memanfaatkan
sarana-sarana modern yang ampuh ini, yang dari hari ke hari semakin
disempurnakan oleh keterampilan manusia. Dengan sarana-sarana modern ini
pesan Injil dapat menjangkau sejumlah besar orang, tetapi juga mampu untuk
menembus hati nurani setiap individu (EN art. 45).
Pada intinya evangelisasi adalah suatu proses yang kompleks yang terdiri dari
macam-macam unsur yakni pembaharuan hidup manusia, kesaksian, pewartaan
yang eksplisit, ketaatan batin, menjemaat dan kerasulan (EN art.24). Pembaharuan
hidup, kesaksian, kesejateraan lahir batin, dialog merupakan unsur-unsur pokok
dari evangelisasi. Hakekat evangelisasi ditegaskan oleh Paus Paulus VI sebagai
membawa kabar gembira kepada semua orang tanpa kecuali dan melalui
pewartaan ini diharapkan agar Injil yang disampaikan dapat mengubah umat
sehingga dapat menjadi manusia baru. Menjadi manusia baru artinya beralih dari
cara hidup lama yang dirasa sebagai sesuatu hal yang merugikan baik diri sendiri
105
maupun orang banyak untuk masuk pada hidup yang baru. Hidup yang dipenuhi
dengan kedamaian, sukacita, kegembiraan. Setiap orang pasti mendambakan
suasana hidup yang damai, tenang, bahagia dan berkecukupan. Namun
kenyataannya situasi yang ada tidak seperti yang didambakan atau yang
diharapkan. Situasi dan keadaan umat di zaman sekarang diwarnai oleh berbagai
krisis yang berkepanjangan seperti banyaknya tindakan kekerasan, peperangan,
korupsi yang merajalela dalam berbagai bidang hidup yang mengakibatkan
kemiskinan dan penderitaan sekian banyak orang dan masih banyak tindakan
kekerasan yang mengakibatkan orang hidup dalam kecemasan, kegelisahan dan
ketakutan. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di mana saja dan kapan saja.
Pewartaan Injil di tengah kecemasan, kegelisahan, ketakutan dan penderitaan
dunia ini semakin urgen maka semua orang dipanggil untuk melaksanakan tugas
mewartakan Injil. Tugas ini bukan hanya terletak pada tanggungjawab orang-
orang tertentu saja melainkan pada semua orang Kristiani karena Gereja pada
dasarnya adalah missioner (Ad Gentes, 2). Tugas perutusan yang paling nyata saat
ini adalah solidaritas kepada mereka yang miskin, sakit, kelaparan, mereka yang
berjuang mendambakan keadilan, kebebasan dan kedamaian (EN, 31.34). Misi
Gereja mewartakan Kerajaan Allah dengan mengutamakan kaum miskin dan
tertindas ini, menuntut semua orang beriman kristiani berpartisipasi mengatasi
masalah tersebut. Mgr. Gabriel Manek, SVD termasuk salah satu tokoh yang
tanggap dan peduli terhadap situasi kemiskinan pada zamannya. Kenyataan akan
adanya kemiskinan dan penderitaan yang beliau jumpai dalam karya
pelayanannya, tampak nyata dalam diri mereka yang lapar, sakit dan tertindas.
106
Untuk menanggapi masalah kemiskinan dan penderitaan yang ada, Mgr. Manek
tidak melakukan sesuatu yang hebat tetapi lebih pada hal-hal yang praktis sesuai
situasi dan kondisi wilayah setempat. Maka PRR sebagai Kongregasi religius
mengikuti teladan dan semangat Mgr. Gabriel Manek. Dengan demikian setiap
komunitas PRR di mana pun berkarya hendaknya memperhatikan mereka yang
kecil, lemah, miskin dan terlantar. Kenyataan akan adanya kemiskinan,
penindasan, kekerasan dan sebagainya ditanggapi oleh komunitas-komunitas PRR
di manapun. Hal yang sama dialami oleh para suster di komunitas Cimanggis.
Kesadaran hidup sebagai religius PRR dalam menghidupi semangat pendiri
menjiwai gerak hidup komunitas dalam pelayanannya yakni melayani mereka
yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Dalam keseharian para suster melakukan
apa yang menjadi harapan dan cita-cita pendiri namun itu kurang disadari sebagai
bentuk dari evangelisasi. Pemahaman akan evangelisasi masih terbatas pada
kegiatan-kegiatan rohani.
Evangelisasi tidak akan lengkap bila Injil belum dapat menyentuh secara
kongkret hidup manusia. Evangelisasi memperhitungkan interaksi yang terus
menerus antara Injil dan hidup manusia yang kongkret. Heryatno (1992:79)
mengatakan bahwa Gereja sungguh mewartakan Injil bila evangelisasi yang
dilakukan berpusat pada kebutuhan penyempurnaan manusia lebih-lebih mereka
yang tertindas dan miskin, sehingga dialog hidup dengan kondisi yang aktual yang
dihadapi oleh orang-orang miskin dan tertindas menjadi medan komunikasi iman
dan komunikasi perjuangan hidup. Untuk itu evangelisasi menegaskan warta yang
107
menyerukan nilai-nilai cinta kasih dan menjunjung martabat kehidupan manusia
sebagai warta pembebasan.
Gereja Asia melihat bahwa ada hubungan yang erat antara pewartaan Injil
yang dibawakannya dengan pembebasan umat manusia yang mengalami
ketertindasan seperti itu. Pewartaan Injil dengan penekanan pada aspek
pembebasannya ini diyakini sebagai aspek “pewartaan Kabar Gembira kepada
kaum miskin”. Tugas pembebasan kaum miskin itu berhubungan erat dengan
tugas evangelisasi karena melalui “pewartaan kabar gembira kepada kaum
miskin” kehidupan Kritus dimasukan ke dalam upaya-upaya bangsa Asia untuk
mewujudkan pengembangan manusiawi, keadilan, persaudaraan dan perdamaian
sejati (No. 28).
Sebagai salah satu negara di Asia, Indonesia tidak terlepas dari ketiga realitas
yakni banyaknya agama besar yang lahir dan hidup di Asia, kebudayaan yang
beranekaragam dan banyaknya orang miskin. Kemiskinan tampaknya masih
menjadi kenyataan hidup banyak warga Indonesia. Dalam konteks masyarakat
Indonesia seperti itu, Gereja hadir dan mewartakan Injil. Gereja menyadari adanya
tantangan besar yang mesti dihadapi. Gereja menyadari bahwa keberadaannya di
tengah masyarakat Indonesia merupakan panggilan Allah yang penuh rahmat
dalam pemenuhan rencana keselamatan Allah. Gereja di Indonesia menyadari
bahwa keberadaannya tidak terlepas dari realitas konteks Indonesia itu sendiri.
Gereja hadir di tengah realitas masyarakat Indonesia yang pluri-agama, pluri-
budaya, dan kemiskinan. Tantangan besar yang dihadapi Gereja ialah bagaimana
pewartaan Injil dapat berlangsung secara kontekstual. Berkaitan dengan situasi
108
Asia umumnya dan Indonesia khususnya Gereja akhirnya mencari arah yang tepat
dalam mewartakan Injil dengan berfokus pada tiga dialog di atas sesuai dengan
keadaan yang tengah dialami oleh umatnya.
Evangelisasi merupakan karya utama Kongregasi PRR, maka setiap anggota
apapun profesinya wajib melaksanakannya. Dan, fokus dari evangelisasi yang
dilaksanakan adalah pembentukan jemaat sesuai dengan yang dicita-citakan oleh
pendiri Kongregasi. Maka dalam pelaksanaannya para suster menjalankan karya
ini sesuai dengan apa yang diharapakan oleh pendiri. Model umat atau jemaat
yang dicita-citakan adalah jemaat yang partisipatif yang mengabdi kepada
Kerajaan Allah dan turut menegakan nilai-nilai Kerajaan Allah. Selain
mewartakan Injil para suster juga terlibat dalam memperhatikan orang-orang
kecil, lemah, miskin dan tertindas. Inilah bentuk nyata dari evangelisasi yang
harus dilaksanakan. Dengan cara demikian semakin banyak orang diselamatkan
dan mengalami pembebasan.
Oleh karena itu untuk membahas permasalahan-permasalahan tersebut di atas
maka penulis mengusulkan program yang akan dilaksanakan dalam bentuk
lokakarya selama tiga hari dengan materi, metode dan sarana yang dapat
menunjang dan membantu meningkatkan keterlibatan para suster dalam
evangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Bekasi. Lokakarya ini
direncanakan akan dilaksanakan dalam kerangka SCP (Shared Christian Praxis).
Melalui model ini diharapkan para suster dapat mengungkapkan, mendalami,
mengkomunikasikan pengalaman imanya dan mendialogkannya dengan visi dan
tradisi kristiani serta menginterpretasikan dan mewujudkan dalam tindakan
109
konkret sehari-hari. Melalui dialog itu, dari para suster diharapkan muncul
kesadaran dan semangat baru dalam menjalankan evangelisasi.
Model Shared Christian Praxis (SCP) terdiri dari lima langkah yang saling
berkaitan yaitu:
a. Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual
Pada langkah ini para peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman
hidup sehari-hari dengan memanfaatkan sarana yang sesuai dengan situasi peserta,
sehingga peserta semakin terbantu memaknai pengalaman hidupnya sehari-hari
(Heryatno, 1997:5).
b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
Langkah kedua ini mengajak peserta untuk mendalami pengalaman hidupnya
yang telah disharingkannya pada langkah pertama. Dengan mendalami
pengalaman hidupnya, peserta diharapkan sampai pada suatu kesadaran kritis
akan pengalaman hidupnya (Heryatno, 1997:5-6).
c. Langkah Ketiga: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Terjangkau
Pada langkah ketiga ini peserta diajak untuk menggali pengalaman iman
Kristianinya dengan mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan visi Kristiani agar
lebih mengena untuk kehidupan peserta yang kontekstual (Heryatno, 1997:6).
d. Langkah Keempat: Interpretasi Dialektis antara Pengalaman dan Visi Hidup
Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani.
Peserta diajak untuk mendialogkan pengalaman yang sudah mereka olah pada
langkah-langkah sebelumnya dengan isi pokok pada langkah ketiga yakni nilai-
nilai tradisi dan visi Kristiani yang dapat meneguhkan dengan demikian
110
mengundang mereka untuk secara aktif menemukan kesadaran baru untuk lebih
bersemangat dalam mewujudkan imannya agar nilai-nilai Kerajaan Allah semakin
dapat dirasakan dalam kebersamaan (Heryatno, 1997:7).
e. Langkah V: Keterlibatan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di
Dunia
Langkah yang terakhir ini bertujuan untuk mendorong peserta supaya sampai
pada tindakan konkrit bagaimana peserta menghidupi iman Kristiani pada konteks
hidup yang telah dianalisa dan dipahami, direfleksikan dan dinilai secara kreatif
dan bertanggungjawab (Heryatno, 1997:7).
1. Tujuan Program
Adapun tujuan dari lokakarya ini adalah: 1. Menggali pengalaman para suster dalam evangelisasi supaya dapat
meningkatkan keterlibatan mereka dalam berevangelisasi di paroki St.
Thomas Kelapa Dua Depok.
2. Menambah wawasan para suster PRR mengenai pokok-pokok evangelisasi
3. Membantu para suster untuk membuat program serta merencanakan aksi
nyata yang hendak dilaksanakan sehingga evangelisasi dapat diwujudkan
dalam tindakan konkret.
2. Sasaran Program
Lokakarya ini ditujukan bagi para suster PRR yang berkarya di komunitas
Cimanggis supaya wawasan mereka semakin diperluas agar mereka menemukan
111
cara dan semangat baru dalam evangelisasi. Dengan mengetahui pokok-pokok
evangelisasi dan tantangannya di tengah zaman yang kian berubah ini diharapakan
para suster semakin berani dan siap untuk terlibat dalam melaksanakan
evangelisasi.
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan lokakarya ditargetkan selama tiga hari. Rencana
pelaksanaannya pada tanggal 03-05 Januari tahun 2012. Penetapan waktu
pelaksanaan ini dikarenakan masih dalam suasana libur Natal dan semua suster
tidak disibukkan dengan berbagai kegiatan. Pertemuan akan dilaksanakan mulai
pukul 08.00 sampai dengan 22.00. Waktu tiga hari ini dirasa cukup untuk
memperdalam pengetahuan tentang evangelisasi dan keterlibatan para suster
dalam berevangelisasi. Hari pertama: para suster diajak untuk mengolah dan
merefleksikan pengalamannya dalam berevangelisasi. Dalam kaitan dengan
menggali pengalaman dalam berevangelisasi para suster diajak pula untuk
menemukan tantangan-tantangan apa saja yang ditemukan para suster dalam
evangelisasi secara khusus dalam paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok. Pada
hari kedua para suster diajak untuk mendalami pokok-pokok evangelisasi. Pokok-
pokok evangelisasi itu antara lain: pengertian evangelisasi, tujuan evangelisasi, isi
evangelisasi, bentuk-bentuk evangelisasi dan pelaku evangelisasi. Pertemuan hari
kedua ini dengan tujuan agar para suster dapat memperoleh wawasan tentang
evangelisasi. Setelah mengolah, merefleksikan dan menemukan kesadaran baru
serta visi baru melalui penggalian pengalaman dan mendapatkan wawasan
112
mengenai pokok-pokok evangelisasi maka pada hari ketiga para suster diajak
untuk membuat perencanaan. Perencanaan itu dibuat dan akan ditindaklanjuti oleh
para suster dalam rekoleksi bulanan komunitas.
Penulis mengusulkan tempat pelaksanaan lokakarya di rumah retret PRR
Bekasi dengan alasan rumah retret Bekasi merupakan tempat yang cukup luas,
suasananya aman, selain itu memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung
lokakarya ini seperti aula yang mampu menampung banyak peserta, laptop, LCD
dan sound system. Penentuan tanggal dan rumah retret sebagai tempat pelaksanaan
lokakarya tentunya harus atas persetujuan dari pihak pengelola rumah retret maka
dalam hal ini harus ada kerja sama dan komunikasi yang baik dengan pihak
pengelola. Dalam pelaksanaan penulis akan melibatkan Sr.M.Gabriella, PRR
untuk menyampaikan materi tentang pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya
di zaman sekarang. Penulis memilih Sr.M.Gabriella, PRR karena beliau memiliki
pengetahuan yang memadai tentang evangelisasi dan dalam kaitan dengan visi
misi Kongregasi beliau sebagai suster perdana dalam Kongregasi lebih
mendalaminya. Materi tentang pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya ini
akan disampaikan pada hari kedua sedangkan hari pertama dan hari ketiga penulis
akan mendampingi peserta untuk menggali pengalaman sampai membuat rencana
kegiatan yang siap untuk dilaksanakan.
B. Uraian Program
Berikut ini penulis sampaikan uraian program lokakarya yang disusun
dalam sebuah bagan dan kemudian dijabarkan dalam satuan persiapan lokakarya.
113
Program ini disesuaikan dengan kebutuhan para suster untuk meningkatkan
keterlibatan mereka dalam melaksanakan evangelisasi. Berdasarkan hasil
penelitian yang penulis temukan maka penulis mengajukan program ini dengan
tema utama: Evangelisasi dan Tantangannya pada Masyarakat Sekarang. Dari
tema umum akan dijabarkan lagi dalam sub-sub tema yang akan dilaksanakan
dalam tiga hari berturut-turut. Hari pertama dengan dua sub tema menggali
pengalaman para suster dalam berevangelisasi dan tantangan evangelisasi di
zaman sekarang. Penulis menempatkan dua sub tema ini pada hari pertama
dengan tujuan agar para suster dapat menemukan hal positif yang perlu
dipertahankan dan dikembangkan dan berusaha menemukan hal-hal negativ yang
perlu ditingkatkan dalam evangelisasi serta dapat mengetahui berbagai
tantangannya dalam dunia saat ini dengan demikian para suster dapat menemukan
cara baru dan memperoleh semangat baru dalam berevangelisasi.
Pada hari kedua akan diadakan empat kali pertemuan dengan tema-tema
sebagai berikut: Sesi I dengan tema pokok-pokok evangelisasi; pokok-pokok
evangelisasi yang akan dibahas pada sesi ini ialah pengertian dan tujuan
evangelisasi. Pada bagian pengertian penulis akan menguraikan pengertian
evangelisasi itu berdasarkan dokumen Gereja, menurut para alih dan Kitab Suci.
Setelah para suster memperoleh wawasan mengenai evangelisasi maka pada sesi
III ini para suster diajak untuk mendalami tema dialog sebagai strategi
evangelisasi sedangkan pada sesi IV, berbicara tentang Kongregsai PRR dalam
karya evangelisasi. Tema sesi I sampai sesi IV saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Pemberi materi pada hari kedua ini penulis bersama Sr.M.Gabriela, PRR.
114
Beliau sebagai orang yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang evangelisasi. Pokok-pokok evangelisasi terdiri dari; pengertian
evangelisasi, tujuan evangelisasi, isi evangelisasi, bentuk-bentuk evangelisasi dan
pelaku evangelisasi. Tema ini disodorkan dengan tujuan agar wawasan para suster
tentang evangelisasi semakin diperluas. Pembicaraan mengenai pokok-pokok
evangelisasi akan dilanjutkan dengan tiga dialog yakni dialog dengan agama-
agama, dialog dengan kebudayaan dan dialog dengan orang miskin. Yang
dimaksud dengan tiga dialog di atas adalah berdialog dengan orang miskin,
kebudayaan dan agama-agama lewat perjumpaan, kerjasama, kebersamaan.
Hal utama yang menjadi fokus perhatian pendiri dalam mendirikan
Kongregasi PRR dan dijabarkan dalam visi Kongregasi adalah pembentukan
jemaat yang partisipatif. Yang dimaksudkan dengan jemaat yang partisipatif disini
adalah jemaat yang dengan kemampuan kharismanya yang berbeda-beda,
berpartisipasi aktif dalam membangun Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus.
Partisipasi aktif dalam membangun Gereja berarti membangun kesadaran diri
sebagai anggota Gereja, kita mempunyai tugas dan kewajiban untuk
melaksanakan misi Gereja yakni mewartakan Kerajaan Allah dengan
mengutamakan kaum miskin, lemah dan tertindas.
Usaha untuk mewujudkan visi Kongregasi ini direalisasikan dalam
kerasulan-kerasulan nyata Kongregasi dengan cara: keterlibatan para suster dalam
berbagai kegiatan pastoral Gereja setempat baik pastoral umum maupun pastoral
dalam proses pembentukan jemaat. Seorang PRR mampu melibatkan diri dalam
pelayanan di berbagai bidang karya sesuai dengan kebutuhan Gereja setempat
115
sesuai perkembangan zaman. Kongregasi PRR dipanggil untuk melaksanakan
kerasulan yang secara khas diwujudkan dalam pelbagai usaha untuk melayani
yang miskin dan menderita melalui karya-karya, seperti: pendidikan, pelayanan
kesehatan, karya sosial, dan pendampingan iman lewat karya pastoral Gereja.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa keberpihakan kepada kaum miskin
menjadi suatu kenyataan yang hidup dan menjadi bagian integral dari cara hidup
dan perutusan Gereja mewartakan Injil.
Sesudah menggali pengalaman, menemukan tantangan-tantangan
evangelisasi di zaman ini, dan mengetahui secara jelas tentang evangelisasi, pada
hari ketiga para suster diajak untuk membuat suatu perencanaan. Waktu
disediakan secukupnya agar para suster dapat membuat suatu perencanaan untuk
dilaksanakan. Dan, sebagai penutup dari lokakarya ini kesempatan diberikan
kepada para suster untuk memplenokan apa yang sudah mereka rencanakan untuk
diketahui dan dikoreksi bersama demi penyempurnaannya.
Melalui tema umum dan sub-sub tema yang penulis tawarkan dalam
lokakarya ini diharapkan agar para suster dapat menggali, menemukan,
memahami dan merencanakan tindakan konkret untuk dapat ditindaklanjuti dalam
berevangelisasi.
116
C. Matriks Program
MATRIKS LOKAKARYA TIGA HARI SEBAGAI SALAH SATU USAHA
MENINGKATKAN KETERLIBATAN PARA SUSTER DALAM EVANGELISASI
DI PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA CIMANGGIS.
Tema Pokok : Evangelisasi dan Tantangannya Dalam Masyarakat Sekarang.
Tujuan Umum : Membantu para suster agar semakin memahami evangelisasi dan pokok-pokoknya serta tantangan zaman sekarang,
sehingga semakin terlibat dalam pelaksanaannya.
NO JUDUL PERTEMUAN TUJUAN
MATERI METODE SARANA
a HARI PERTAMA. Selasa, 03 Januari 2012
1 Menggali pengalaman para suster dalam berevangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok
Membantu para suster agar dapat menemukan faktor-faktor yang dirasakan sebagai pendukung dan penghambat yang perlu diperjuangkan dalam melaksanakan evangelisasi.
Sesi I : 16.30-18.30 Menggali pengalaman keterlibatan para suster dalam hidup menggeraja.
-Refleksi pribadi -Sharing bersama -Diskusi kelompok dan pleno
- Hand out - Lap top - LCD - Soundsystem
2 Tantangan Evangelisasi di zaman sekarang di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok
Agar para suster dapat mengetahui berbagai macam tantangan dalam dunia ini dan semakin berani serta siap menghadapinya.
Sesi II: 19.30-21. 30 Tantangan dari dalam diri dan tantangan dari masyarakat
- Refleksi pribadi -Sharing pengalaman -Diskusi dan pleno
bersama
-Lap Top -LCD -Wireless -Rol kabel
117
b HARI KEDUA. Rabu, 04 Januari 2012
3 Pokok-pokok evangelisasi Membantu meningkatkan wawasan para suster agar semakin terlibat aktif dalam menjalankan tugas perutusan Gereja dalam mewartakan Kabar Gembira.
Sesi I: 08.00-10.00 - Pengertian evangelisasi
Menurut: • Dokumen Gereja • Para alhi • Kitab Suci
- Tujuan evangelisas
-Ceramah - Tanya Jawab -Dialog -Diskusi kelompok dan pleno
-Hand out -Lap top -LCD
4 Lanjutan pokok-pokok evangelisasi
Membantu meningkatkan wawasan para suster agar semakin terlibat aktif dalam menjalankan tugas perutusan Gereja dalam mewartakan Kabar Gembira.
Sesi II: 10.30-12.30 Lanjutan materi sesi I - Isi evangelisasi - Bentuk-bentuk
evangelisasi ‐ Pelaku evangelisasi
-Ceramah - Tanya Jawab -Dialog -Diskusi kelompok dan pleno
-Hand out -Lap top -LCD
5 Dialog sebagai strategi evangelisasi
Membantu para suster untuk mengetahui tiga macam dialog yakni dialog dengan agama-agama, kebudayaan dan orang miskin sebagai metode dan proses dalam evangelisasi
Sesi III: 16.30-18.30 -Dialog dengan agama- agama -Dialog dengan kebudayaan -Dialog dengan orang miskin
- Ceramah - Tanya Jawab - Diskusi - Diskusi kelompok dan pleno.
-Hand out -Lap top -LCD -Soundsystem
6 Kongregasi PRR dalam karya evangelisasi
Membantu para suster untuk memahami tujuan berdirinya Kongregasi, visi misi Kongregasi agar dengan pemahaman itu para suster semakin sadar dan lebih fokus dalam menjalankan karya-karya Kongregasi.
Sesi IV: 19.30-21.30 ‐ Tujuan berdirinya Kongregasi ‐ Visi misi Kongregasi ‐ Karya-karya Kongregasi
- Refleksi - Diskusi dan pleno - Tanya Jawab
118
Keterangan Sumber Bahan: A. Dokumen Gerejawi no.6. (2007). Evangelii Nuntiandi. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
B. _______________ no.14. (2008). Redemptoris Missio. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
C. FABC I. (1974). Pewartaan Injil di Asia Zaman Sekarang. Taipei, Taiwan.
D. Hardawiryana, R. 1975. Evangelisasi Dunia Ketiga. Yogyakarta: Kanisius.
E. Konstitusi & Direktorium Kongregasi PRR. (1987). Manuskrip yang dikeluarkan oleh Kongregasi PRR sebagai hasil
musyawarah umum I, 27 November s/d 16 Desember 1985 di Riangkemie, Larantuka.
c HARI KETIGA. Kamis, 05 Januari 2012
7 Rencana dan Aksi Membantu para suster agar dapat menyusun program serta menentukan waktu melaksanakan program tersebut.
Sesi I: 08.00-10.00 -Membuat program -Merencanakan waktu pelaksanaannya.
- Diskusi kelompok
‐ Lembar kerja ‐ Alat tulis
8 Pleno Membantu para suster agar dapat mempresentasekan program yang sudah disusunnya untuk disempurnakan bersama.
Sesi II: 10.30-12.30 - Mempresentasikan program - Mengevaluasi proses dari
awal hingga akhir
- Presentasi - Refleksi Pribadi
-Lembar Evaluasi -Alat tulis
119
D. Salah Satu Contoh Satuan Persiapan Lokakarya tentang Pokok-pokok
Evangelisasi
a. Identitas Pertemuan
1. Judul pertemuan : Pokok-pokok Evangelisasi
2. Tujuan : Membantu meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan para suster sebagai pelaku
evangelisasi agar semakin terlibat aktif dalam
berbagai kegiatan di paroki St. Thomas Kelapa Dua
Depok.
3. Peserta : Para Suster
4. Tempat : Rumah Retret Bekasi
5. Hari/Tanggal : Rabu, 04 Januari 2012
6. Metode : Nonton, Sharing kelompok, diskusi kelompok.
Refleksi pribadi, informasi, tanya jawab.
7. Sarana : Buku Puji Syukur, Teks Evangelii Nuntiandi, laptop, LCD, Slide
8. Materi : - Pengertian Evangelisasi
- Tujuan dan isi evangelisasi
- Bentuk-bentuk pelaksanaan dan pelaku
evangelisasi
- Dialog sebagai strategi evangelisasi
- Kongregasi PRR dalam karya evangelisasi
9. Sumber bahan : Bahan skripsi bab II dan III
120
b. Pemikiran Dasar
Dalam kenyataan hidup sehari-hari telah kita temui banyak peristiwa hidup
yang terjadi. Ada ketidakadilan, kekerasan dalam rumah tangga, pemaksaan
kehendak, penindasan, kelaparan, keterasingan, penyakit, peperangan, adanya
budaya hidup mewah, konsumerisme, hedonisme dan sebagainya. Situasi seperti
ini tentunya membuat manusia mengalami kegelisahan, kecemasan, ketakutan dan
berbagai perasaan yang membelenggu hidup mereka. Berhadapan dengan dunia
yang diwarnai aneka ragam situasi ini, tentunya mereka membutuhkan perhatian
dan uluran tangan dari orang lain, maka kita dipanggil untuk membantu mereka
dalam meringankan beban hidup mereka. Bantuan dapat kita berikan lewat
berbagai cara lewat dukungan baik material, moril maupun spiritual. Situasi dunia
ini meminta perhatian yang lebih dari semua orang untuk terlibat di dalamnya,
maka kita semua tanpa kecuali dipanggil untuk terlibat dalam mewartakan kabar
gembira karena tugas perutusan itu sendiri melibatkan semua umat manusia dan
menjadi tanggungjawab semua umat beriman; para uskup, para imam, biarawan-
biarawati maupun kaum awam.
Evangelii Nuntiandi merupakan ensiklik yang berisi tentang karya
pewartaan Injil di zaman modern. Di dalam surat edaran ini, Bapa Suci Paulus VI,
mengetengahkan kepada Gereja tentang pokok-pokok evangelisasi antara lain;
pengertian evangelisasi, tujuan evangelisasi, isi evangelisasi, bentuk-bentuk
evangelisasi dan pelaku evangelisasi. Beliau menegaskan bahwa evangelisasi
berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan dan diharapkan
melalui Injil yang diwartakan dapat mempengaruhi umat manusia dari dalam
121
dirinya sehingga menjadi manusia yang baru. Bagi semua orang yang mendengar
dan menerima Kabar Baik diharapkan mengalami kebahagiaan dalam hidupnya
bahkan pembaharuan dan perubahan hidup. Perubahan-perubahan yang dialami
akan membuat manusia menjadi pribadi yang peduli, peka dan tanggap terhadap
situasi dunia zaman ini, teristimewa kepekaan hati untuk turut memperhatikan dan
memperjuangkan keadilan dan kesejateraan hidup bagi mereka yang kecil, lemah,
miskin dan tertindas. Keterlibatan dalam pelayanan sosial ini tidak hanya dirasa
sebagai tuntutan pastoral tetapi merupakan bagian hakiki dari tugas Gereja.
Melalui pertemuan ini, kita berharap agar para suster semakin mampu
memahami evangelisasi dan pokok-pokok penting yang disampaikan dalam
evangelisasi demi memperluas wawasan dan membantu diri sendiri dalam
berevangelisasi. Melalui pertemuan ini juga diharapkan agar wawasan para suster
semakin diperluas bahwa karya evangelisasi zaman sekarang bukan hanya melalui
kotbah, perayaan-perayaan liturgi, katekese, pembinaan iman anak, legio Maria,
rekoleksi dan sebagainya namun melalui pelayanan yang konkret di tengah
masyarakat. Dengan pemahaman ini para suster semakin mampu menghayati
panggilannya sebagai seorang religius PRR dan menyadari tugas perutusannya
dengan mengambil bagian dalam mewartakan Injil.
c. Pengembangan Langkah-Langkah
1. Pembuka
a) Pengantar
122
Para suster yang terkasih dalam nama Yesus Kristus, kita berkumpul di
tempat ini sebagai murid-murid Yesus dalam satu keluarga untuk menanggapi
undangan Tuhan. Ia mengundang kita, untuk bersama-sama menggali,
merefleksikan keterlibatan kita dalam kegiatan-kegiatan di paroki serta bersama-
sama mendalami dokumen-dokumen Gereja yang berbicara tentang evangelisasi
yakni Evangelii Nuntiandi dan Redemptoris Missio.
Semoga kita semua dalam pertemuan ini dapat memperoleh pengetahuan
yang memadai tentang evangelisasi untuk membantu kita dalam pelaksanaannya
dan kiranya kita semakin diperkaya dengan materi-materi yang akan disampaikan
dalam pertemuan ini. Oleh karena itu marilah kita awali pertemuan ini dengan
lagu pembukaan.
Lagu pembuka PS no. 691 (Yesus diutus Bapa)
b) Doa pembuka
Allah Bapa yang maha baik, kami bersyukur dan berterima kasih atas rahmat
yang telah Engkau limpahkan pada kami hingga saat ini. Kami juga mengucap
syukur karena pada kesempatan ini kami Kau kumpulkan sebagai satu ikatan
persaudaraan dalam namaMu. Pada kesempatan ini pula kami secara bersama-
sama hendak menggali pengalaman iman kami dan merefleksikan sejauhmana
kami telah menghayati panggilan hidup kami sebagai seorang PRR dalam
melaksanakan evangelisasi. Sudilah kiranya Engkau senantiasa menyertai dan
mendampingi kami selama proses pertemuan ini dan membuka hati serta pikiran
agar kami mampu memahami dengan baik arti dari evangelisasi sehingga kami
123
semakin diperkaya untuk memajukan karya evangelisasi sendiri dalam perutusan
kami. Seluruh proses pertemuan ini kami serahkan ke dalam tanganMu demi
kemuliaan namaMu, kini dan sepanjang masa. Amin.
2. Langkah I: Pengungkapan pengalaman hidup peserta.
a. Menyaksikan Slide “Pewartaan Yesus di tengah situasi dunia saat ini”.
b. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami kisah tadi
dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut:
1) Apa kesan anda setelah menyaksikan kisah tadi?
2) Apakah yang dilakukan Yesus di tengah situasi zaman dalam kisah
tadi? Bagaimana tanggapan anda?
3) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dalam keterlibatan anda di tengah
umat?
c. Rangkuman
Dalam slide tadi dikisahkan berbagai peristiwa orang-orang yang
mengalami penderitaan seperti: kelaparan, penyakit, keterbatasan
pendidikan, kemiskinan, peperangan bahkan tantangan-tantangan dunia
dewasa ini materialisme, konsumerisme, individualisme, gaya hidup mewah
dan sebagainya. Situasi ini ada dan sangat dekat dengan hidup kita bahkan
kita jumpai dalam pelayanan kita. Dalam situasi seperti ini kita juga melihat
Yesus yang sedang mewartakan Kabar Gembira. Kehadiran Yesus dalam
kisah tadi memberikan daya dorong, motivasi dan semangat hidup bagi
124
mereka. Mereka memperoleh sapaan, kekuatan, pengharapan akan hidup
yang bahagia. Situasi yang digambarkan dalam kisah tadi bila dipandang
dengan kacamata manusiawi, kita akan merasa tergoda karena tawaran
dunia begitu memikat. Namun marilah para suster kita belajar untuk
menerima tantangan dunia ini dengan berani. terlibat dalam karya
evangelisasi.
3. Langkah II: Refleksi kritis terhadap pengalaman faktual
a. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau kisah tadi
dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:
- Mengapa para suster mau terlibat dalam menjalankan evangelisasi?
b. Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan
arahan rangkuman singkat, misalnya: ada banyak faktor yang menyebabkan
kita untuk melakukan tugas perutusan. Misalnya situasi dunia saat ini yang
dipenuhi dengan berbagai keprihatinan, tawaran yang membuat orang
menjadi cemas, takut, gelisah akan hidupnya sendiri. Karena situasi
semacam ini orang bisa saja meninggalkan imannya akan Yesus Kristus dan
mencari kesenangan, kepuasan batin dengan cara lain. Kenyataan ini
mengundang kita untuk turut terlibat dalam menyampaikan Kabar Gembira
agar semua orang percaya dan tetap bertahan dalam imannya akan Yesus
Kristus. Evangelisasi merupakan cara kita mempertemukan Allah dengan
125
manusia dan sebaliknya manusia semakin dekat dengan Allah Sang
Pencipta.
4. Langkah III: Mengusahakan supaya tradisi dan visi Kristiani lebih
terjangkau
a. Pendamping membagikan teks dari dokumen Gereja Evangelii Nuntiandi
dan Redemptoris Missio tentang evangelisasi kepada peserta.
b. Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi artikel-artikel dari dokumen yang diberikan
dengan dibantu beberapa pertanyaan, sebagai berikut:
1) Apa yang dikatakan teks tersebut? Apa yang anda pahami tentang
evangelisasi?
2) Bagaimana anda memahami keseluruhan teks tersebut dalam karya
pewartaan?
c. Pendamping memberikan penegasan.
Evangelisasi merupakan kegiatan mewartakan Injil atau menyampaikan
Kabar Baik pada seluruh umat manusia, mulai dari anak-anak, remaja, kaum
muda bahkan kepada orang dewasa maupun orang tua, kepada yang beriman
katolik ataupun yang berbeda keyakinan dengan kita. Dengan situasi dunia
yang semakin maju dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dan
berbagai peristiwa yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan setiap orang
dipanggil untuk mewartakan kabar gembira bagi semua mereka yang
126
mengalami penderitaan dan ketidakadilan bahkan kepada mereka yang
melakukan atau bertindak tidak adil, yang mengakibatkan orang lain
menderita dengan harapan agar melalui pewartaan Injil dapat mempengaruhi
hidup mereka agar mengalami perubahan dan perkembangan dalam
hidupnya. Karena inilah hakekat dari Gereja sendiri yaitu mewartakan
Kabar Gembira dan akhirnya membawa pertobatan dan pembaharuan hidup.
5. Langkah IV: Interpretasi dialektis antara praksis dan visi peserta
dengan tradisi dan visi Kristiani
a. Pengantar
Para suster yang terkasih, dalam ensiklik yang kita baca dan
renungkan kita telah menemukan apa yang menjadi harapan Gereja melalui
hamba Allah Bapa Suci Paulus VI bagi kita yakni agar kita menjadi mitra
kerja Yesus puteranya dalam mewartakan Injil kepada semua orang dan
seluruh dunia. Tugas ini telah dipercayakan kepada kita. Maka kita sebagai
pelaku dari evangelisasi itu sendiri harus berani menghadapi segala
tantangan itu dan memiliki pengetahuan yang memadai untuk membantu
kita dalam pelaksanaanya. Perlu disadari bahwa pewartaan Injil di tengah
dunia tidak terlepas dari tantangan, baik yang bersifat membangun atau
memotivasi maupun yang menghambat. Oleh sebab itu, perlunya kesadaran
dari kita semua untuk memperdalam wawasan kita juga persiapan secara
rohani agar selalu siap menghadapi berbagai tantangan yang ada dengan
127
tetap mengandalkan Allah dan meletakkan segala apa yang menjadi rencana
kita dalam tugas pewartaan ini ke dalam tanganNya sehingga apa yang kita
kerjakan merupakan kehendak Allah sendiri bukan kehendak manusia.
Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, melalui pertemuan ini,
Allah menyadarkan kembali panggilan kita sebagai religius PRR untuk
mewartakan Injil dengan selalu mendasarkan hidup pada Sang Pewarta
Sejati, Yesus Kristus. Sebagai bahan refleksi kita untuk semakin menyadari
dan menghayati panggilan kita sebagai pewarta Injil di tengah dunia yang
kian kompleks dengan berbagai persoalan hidup ini untuk meneruskan
pewartaanNya dengan bersandar pada kehendakNya bukan kehendak kita.
b. Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menyadari pentingnya evangelisasi
dalam dunia yang penuh dengan tantangan ini sehingga terwujudlah sikap
peduli dan berani serta kesiapsediaan menerima perutusan meski ada banyak
tantangan. Kita mencoba merenungkan pertanyaan berikut:
1) Sikap-sikap mana yang diteladankan oleh Bapa Suci Paulus VI dalam EN
untuk kita perjuangkan agar kita semakin terlibat dalam evangelisasi?
2) Bagaimana sikap suster ketika menghadapi tantangan dalam dunia saat
ini?
c. Peserta diberi kesempatan untuk merenungkan pesan Injil dengan situasi
konkrit mereka sejenak secara sendiri-sendiri dengan diiringi musik
instrumen berdasarkan panduan pertanyaan di atas. Setelah itu peserta diberi
kesempatan untuk mengungkapkan buah-buah permenungannya secara
singkat.
128
6. Langkah V: Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan
Allah di dunia
a. Pengantar.
Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah di awal
pertemuan kita bersama-sama menggali pengalaman kita mewartakan Injil
di tengah dunia yang penuh tantangan ini kita perlu juga mendalami secara
pribadi pokok-pokok evangelisasi agar membantu kita untuk lebih
memahami dengan baik maksud dari amanat Agung Yesus Kristus bagi kita
dalam melaksanakan misiNya. Yesus sendiri pun pernah berkata “jangan
takut aku menyertai engkau sampai akhir zaman” semoga tantangan yang
ada yang dialami di tengah dunia ini tidak membuat kita sebagai pewarta
sendiri merasa takut atau gelisah tetapii kita hendaknya semakain yakin
bahwa Ia akan dan selalu menyertai kita di mana dan kapapun.
Akhirnya pengalaman kita mewartakan Injil diterangi dengan Terang
Yesus sebagai Pewarta Sejati, sehingga kita mendapat wawasan dan
pandangan baru dalam tugas perutusan kita. Kita memperoleh semangat
baru untuk meneruskan pewartaan Injil dalam seluruh aspek kehidupan kita
dengan sepenuh hati.
b. Memikirkan niat bersama dan bentuk keterlibatan kita dalam
evangellisasiUntuk itu, sekarang marilah kita membangun rencana konkrit
dalam hati kita masing-masing untuk dilaksanakan dalam hidup selanjutnya
dengan bantuan pertanyaan berikut:
129
1) Niat apa yang hendak kita lakukan bersama-sama untuk semakin
memahami evangelisasi sehigga dapat memperluas wawasan kita?
2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat
tersebut?
c. Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan
sendiri-sendiri tentang niat pribadi/bersama yang akan dilakukan.
d. Niat-niat pribadi dapat diungkapkan dalam kelompok untuk saling
memperteguh.
e. Kemudian pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan
mendiskusikan bersama guna menemukan niat bersama secara konkret yang
akan segera diwujudkan, agar mereka semakin membaharui pemahaman
mereka mengenai evangelisasi dan tantangannya dalam dunia sekarang ini.
Setelah melewati langkah demi langkah dalam kegiatan ini sekarang
marilah kita membuat rencana kegiatan dan merumuskan rencana itu secara
konkrit apa yang hendak kita laksanakan dalam evangelisasi sebagai bentuk
keterlibatan kita?
7. Doa permohonan:
untuk memperteguh rencana tersebut, peserta diajak uuntuk memanjatkan
doa-doa permohonan yang diawali oleh pendamping dan ditutup dengan doa
Bapa Kami.
8. Lagu penutup: Jangan takut, Aku menyertaimu
9. Penutup
130
Doa penutup
Tuhan Yesus Kristus teladan hidup kami, kami mengucapkan syukur
atas tanggung jawab yang Engkau percayakan kepada kami sebagai abdiMu
di tengah-tengah Gereja dan masyarakat. Engkau telah memberi kami
tanggungjawab untuk mewartakan kabar gembira ke seluruh dunia.
Mampukanlah kami agar kami selalu dapat memahami segala perintah-Mu
secara khusus yang berkaitan dengan pewartaan kami. Bimbinglah kami
dalam menghadapi bermacam tantangan dan permasalahan. Tanpa bantuan
dan bimbinganMu kami orang lemah ini sering tidak mampu untuk
melaksanakan tugas perutusan secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu
buatlah kami semakin merasakan kegembiraan dalam tugas perutusan
sehingga kami mampu memberikan kesaksian iman dalam hidup kami
sehari-hari, khusunya dalam tugas-tugas kami dalam paroki di mana kami
berkarya. Dikau kami puji kini dan sepanjang masa. Amin.
131
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, penulis akan menyimpulkan keseluruhan skripsi ini. Penulis
juga akan menyampaikan saran yang dapat membantu para suster PRR di
komunitas Cimanggis dalam upaya meningkatkan keterlibatan mereka dalam
berevangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok.
A. KESIMPULAN
Evangelisasi adalah membawa Kabar Baik kepada segala tingkat
kemanusiaan. Evangelisasi tidak dipahami sebatas kegiatan-kegiatan rohani tetapi
dapat dilakukan lewat pelayanan konkret yang sedang dialami umat dengan
demikian Kabar Baik tentang Yesus Kristus dan karya keselamatan-Nya diterima
oleh semua tingkat manusia. Kabar baik itu diberitakan kepada semua orang tanpa
kecuali; kepada mereka yang miskin, kaya, tua ataupun muda bahkan dalam
situasi dunia dan tantangan-tantangannya saat ini pun evangelisasi dijalankan agar
semua orang yang hidup dalam penderitaan, tekanan, penindasan dan terjerumus
dalam arus zaman dapat menjadi manusia baru. Manusia baru yang diharapkan
adalah manusia yang mampu bersikap kritis terhadap perkembangan zaman,
mampu membuat pembedaan roh, manusia yang peduli dengan hidup orang lain.
Intinya melalui Injil tersebut diharapkan agar manusia dapat mengalami sapaan
dan sentuhan kasih Allah dan mampu hidup menurut kehendak Allah.
Para suster yang berdomisili di komunitas Cimanggis terlibat dalam
kegiatan-kegiatan rohani baik di lingkup paroki maupun di lingkungan di mana
132
para suster berada. Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan baik kegiatan yang
bersifat rohani seperti pembinaan iman anak (PIA), rekoleksi, katekese,
pembinaan persiapan komuni pertama maupun terlibat dalam bidang-bidang karya
lainnnya seperti pendidikan, kunjungan keluarga, pelayanan sosial karitatif
dengan merangkul orang-orang kecil, mereka yang tidak memiliki rumah, anak-
anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua dan yatim piatu. Keterlibatan
para suster dalam berbagai kegiatan yang disebutkan di atas merupakan usaha
untuk menghadirkan dan menampakan kebaikan Allah yang nyata dan konkret
dalam hidup sehari-hari. Lewat bidang-bidang karya itu, para suster berusaha
untuk menampakkan wajah Allah yang pengasih dan pemurah sehingga orang-
orang yang berada dalam kesulitan, persoalan dapat hidup dalam kegembiraan.
Selain itu, sebagai pelaku evangelisasi itu harus berani memberikan kesaksian
tentang Allah karena pewartaan di zaman yang penuh dengan tantangan ini
banyaknya kata-kata sudah tidak relevan lagi dengan zaman ini, yang diharapkan
adalah kesaksian hidup karena sebagai pewarta yang telah dipanggil dan diutus
harus berani tanggap dan terlibat dalam menata dunia menjadi lebih baik.
Melihat pentingnya keterlibatan para suster dalam evangelisasi, penulis
merasa penting untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman penulis sendiri
maupun para suster di komunitas Cimanggis dalam lokakarya yang diadakan
selama tiga hari. Di dalam kegiatan lokakarya akan dibahas mengenai evangelisasi
dan pokok-pokoknya dan diharapkan agar kegiatan ini menghantar para suster
untuk memahami evangelisasi secara baik. Sebagai pelaku evangelisasi perlu
memperluas wawasan demi memperlancar karya perutusan. Dengan demikian
133
penulis dan para suster PRR di komunitas Cimanggis mampu terlibat dalam
kegiatan-kegiatan di paroki dengan lebih aktif dan berani.
B. SARAN
Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, penulis menyampaikan beberapa saran
yang dapat membantu meningkatkan keterlibatan para suster dalam
berevangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok. Adapun saran tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Dalam usaha meningkatkan keterlibatan dalam berevangelisasi, para suster
perlu memperluas wawasannya tentang pokok-pokok evangelisasi. Untuk
memperluas wawasan mengenai pokok-pokok evangelisasi dapat dilakukan
dengan cara yang sederhanan saja yakni dengan mengikuti lokakarya yang
diadakan guna meningkatkan wawasan mereka tentang evangelisasi. Selain
pokok-pokok evangelisasi, para suster juga harus tahu secara baik situasi
yang terjadi dalam dunia saat ini, agar dalam berevangelisasi dapat
mewartakan Kabar Gembira tentang Yesus Kristus dengan baik pula.
2. Untuk memperluas wawasan para suster juga dapat mengikuti berbagai
kegiatan yang diselenggarakan di paroki seperti KEP (kursus evangelisasi
pribadi), seminar-seminar tentang evangelisasi dan berbagai bentuk kegiatan
karitatif yang dapat membantu para suster untuk memahami evangelisasi
tidak sebatas kegiatan rohani namun dapat dipahami secara lebih luas. Karena
pelayanan-pelayanan karitatif merupakan usaha Gereja untuk menghadirkan
Kerajaan Allah.
134
3. Para suster perlu mengadakan pertemuan katekese secara rutin, sekali dalam
sebulan dengan mengundang umat sebagai pesertanya. Dengan cara ini
diharapkan agar pengetahuan yang sudah diterima selama tiga hari dalam
lokakarya itu dapat membantu para suster dalam mengembangkan karya
evangelisasi.
135
DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Dapiyanta, FX. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Buku Ajar Mahasiswa IPPAK-USD. Darminta, J. 1997. Religius dan evangelisasi dalam kemiskinan. Yogyakarta:
Kanisius Dokumen Konsili Vatikan II. (1962). (R. Hardawiryana, SJ. Penerjemah).
Konstitusi Pastoral “Gaudium et Spes” tentang Gereja dalam Dunia Modern. Jakarta: Obor.
_________________________. (1991). Gravissimum Educationis. Ajaran dan Pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik. Jakarta: Kerja Sama Konferensi Waligereja Indonesia Majelis Nasional Pendidikan Katolik & Grasindo
________________________. (1993). (R. Hardawiryana, SJ. Penerjemah). Konstitusi Dogmatis “Lumen Gentium” tentang Gereja. Jakarta: Obor.
FABC I. (1974). Pewartaan Injil di Asia Zaman Sekarang. Taipei, Taiwan. Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese
(F. X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Puskat. Hadiwiyata, A.S. (1993). Evangelisasi Baru dan Kerasulan Kitab Suci.
Yogyakarta: Kanisius. Hardawiryana, R. 1975. Evangelisasi Dunia Ketiga. Yogyakarta: Kanisius. Hartono. Vict. (1997). “Evangelisasi Baru” menurut Injil Markus. Dalam
Fenomena edisi VIII.hh 14-15: FTW-USD Heuken, A.SJ. (1991). Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Jacobs, Tom. (1994). Isi Evangelisasi berdasarkan EN. Umat Baru. hh 324-325 Keuskupan Banjar Masin. (2007). Surat Gembala. Kirchberger, Georg. (2004). Misi Evangelisasi Penghayatan Iman. Maumere:
Ledalero. Komisi KKI & KKM KWI. (1994). Evangelisasi di Asia. Jakarta: BNKKI. Komisi Kongregasi Hidup Bakti dan Lembaga Hidup Kerasulan. (1986). Vita
Consecrata. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Kongregasi PRR. (1985). Konstitusi dan Direktorium. Lebao Larantuka Kongregasi PRR. (2010). Laporan Keadaan Kongregasi PRR. Manuskrip yang
dikeluarkan oleh Kongregasi PRR sebagai hasil Musyawarah Umum VI di Lebao Larantuka.
KWI. (2006). Kitab Hukum Kanonik. Jakarta: KWI. Lembaga Alkitab Indonesia. (2006). Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
dalam terjemahan baru yang dilakukan oleh LAI, dikutip dari Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Lorens Bagus. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.hh.593
Nota Pastoral, KAS. (2002). Mengahayati Iman Dalam Arus-arus Besar Zaman ini. Yogyakarta: Kanisius.
136
Papo, Jacob. (1987). Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah. Paulus VI. (2006). Evangelii Nuntiandi. (J. Hadiwikarta, Penerjemah). Jakarta:
Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975). Perajaka, M. (1990). Dalam Seri Buku Vox. Sekularisme. Ende: Nusa Indah Prasetya. (2006). Keterlibatan Awam Sebagai Anggota Gereja. Dioma: Malang. Seri Dokumen Gereja. (1977). Pewartaan Injil Kepada Bangsa-bangsa. (Marcel
Beding, Penerjemah) Seri Dokuemen FABC No. 2. (1997). Dokumen Sidang-Sidang Para Uskup Se-
Asia. Staf Dosen Program Studi IPPAK. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi.
Yogyakarta: Prodi IPPAK-USD. Sugiri, L. (1994). Misi Evangelisasi. Jakarta: Shekinah. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Suharyo, I. (1993). “Evangelisasi Baru dalam Kerasulan Kitab Suci”. A.S.
Hadiwiyata. (ed.). Dalam Evangelisasi Baru dan Kerasulan Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius
Suparno, P. (2007). Saat Jubah Bikin Gerah. Jilid I. Yogyakarta: Kanisius Tafaib, M. (2007). Biji Gandum itu Harus Mati untuk Menghasilkan Buah. Dioma
Malang Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. (2008). Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara. Woga, Edmund. (2009). Misi, Misiologi dan Evangelisasi di Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius. Yohanes Paulus II. (1992). Redemptoris Missio. (Frans Borgias dan Alfons S.
Suhardi, Penerjemah) Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1990).
(2)
Lampiran 2: Daftar Pertanyaan Penelitian
Daftar pertanyaan wawancara terstruktur untuk para suster PRR di komunitas Cimanggis
A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi. 1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Dan mengapa suster
terlibat dalam evangelisasi? 2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan? 3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi
4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan? 5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup
beriman umat? 6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan? 7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua
Cimanggis.
8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda
semakin diperteguh? Dalam hal apa?
9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?
10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?
11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?
12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?
(3)
Lampiran 3: Transkip Hasil Wawancara dengan Para Suster Hari/Tanggal : Selasa, 12 Juli 2011 Responden 1: Sr.M.Servia, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.
1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Dan mengapa suster terlibat
dalam evangelisasi?
Yang saya pahami tentang evangelisasi adalah mewartakan tentang Kristus
kepada orang lain dalam berbagai kerasulan.
Saya terlibat karena saya merasa bahwa evangelisasi adalah tugas saya
sebagai orang katolik apalagi sebagai seorang religius yang tentunya memiliki
tugas untuk mewartakan Allah.
2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?
Tujuan yang pertama adalah supaya semakin banyak orang mengenal Allah
juga lewat pewartaan semakin banyak orang dipertobatkan bagi mereka yang
menjauh dari Allah.
3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?
Cara saya berevangelisasi adalah lewat kerasulan kategorial seperti Legio
Maria. Dalam kelompok ini saya dipercaya sebagai pembina rohani yakni
setiap kali pertemuan saya membawakan alukusio. Selain itu saya juga
terlibat dalam kegiatan-kegiatan lingkungan seperti kor, ibadat dan
pendalaman Kitab Suci.
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi
4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?
Selama saya dipercaya sebagai pendamping rohani saya melihat bahwa para
legioner dalam mengikuti kegiatan ini sangat antusias dan semangat. Mereka
sangat respek dan tanggap dengan apa yang dikatakan lewat alukusio yang
saya bawahkan.
5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman
umat?
(4)
Bagi saya sangat berpengaruh karena lewat sharing pengalaman mereka
sendiri sering mendengarkan bagaimana usaha dan perjuangan mereka dalam
mengambil bagian sebagai umat beriman dalam berbagai kegiatan.
6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Hal yang saya rasa sebagai faktor yang mendukung adalah: pengertian dan
kerja sama dalam komunitas. Dukungan komunitas saya rasa sebagai faktor
yang utama karena yang saya laksanakan itu bukan atas kehendak diri sendiri
tetapi merupakan tugas kerasulan bersama. Selain dukungan komunitas saya
juga menemukan bahwa evangelisasi adalah karya utama Tarekat dan itu
menjadi tanggungjawab semua suster untuk menjalankannya.
7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Faktor yang menghambat adalah kadang saya merasa kurang percaya diri,
merasa tidak bisa dan juga karena kesibukan-kesibukan yang kadang
membuat saya tidak bisa terlibat dalam berbagai kegiatan baik di tingkat
paroki maupun lingkungan.
Hari/Tanggal : Selasa, 12 Juli 2011 Responden 2: Sr.M.Elensiata, PRR
A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.
1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Dan mengapa suster terlibat
dalam evangelisasi?
Bagi saya evangelisasi adalah mewartakan kepada orang lain tentang Kristus
lewat kotbah, katekese dan lain-lainnya dan itu tidak hanya disampaikan
lewat kata-kata tetapi lebih pada kesaksian hidup saya sebagai orang beriman.
2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?
Tujuan: agar orang yang saya bimbing bisa mengalami kegembiraan berkat
iman mereka sendiri, mengalami bahwa di dalam hidup ini ada Tuhan ketika
mereka mengalami kesulitan dan tantangan dalam hidup mereka
(5)
3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?
Cara saya berevangelisasi dengan ikut dalam ibadat-ibadat di lingkungan,
mendampingi Legio Maria, terlibat dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan
seperti kor lingkungan, sharing Kitab Suci.
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi
4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?
Pada umumnya umat sangat senang bahkan ketika ada kegiatan di lingkungan
atau Gereja dengan sangat senang mereka menjemput dengan mobil mereka.
5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman
umat?
Secara pribadi saya tidak bisa memastikan bahwa orang yang saya bimbing
akan berubah karena pewartaan saya tetapi saya mempunyai harapan agar apa
yang saya sampaikan suatu waktu orang tersebut akan lebih mantap dan
semakin dewasa dalam beriman.
6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Karena saya adalah seorang suster dan dipercayai dan itu adalah tugas saya
juga. Selain itu bahwa evangelisasi merupakan karya Tarekat dan kewajiban
semua anggota untuk menjalankannya.
7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Dari dalam diri sendiri kurang tergerak hati, kurang percaya diri dan pesimis
karena minimnya pengetahuan tentang evangelisasi.
Hari/Tanggal : Kamis, 14 Juli 2011 Responden 3: Sr.M.Maxiani, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.
(6)
1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam
evangelisasi?
Yang saya pahami tentang evangelisasi adalah mewartakan Injil dalam
tindakan nyata, yang mana lewat tindakan itu diharapkan agar semakin
banyak orang diselamatkan berkat imannya sendiri.
Bagi saya terlibat dalam evangelisasi adalah suatu hal yang penting karena
evangelisasi adalah tugas utama dari seorang PRR.
2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?
Tujuan evangelisasi menurut saya adalah: agar semakin banyak orang
mengenal dan mengikuti Yesus juga memperoleh keselamatan.
3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?
Saya teribat dalam evangelisasi melalui membagikan pengalaman iman atau
sharing pengalaman iman ketika berada di tengah umat dalam berbagai
kegiatan, dengan memimpin doa, kunjungan keluarga dan memberi
peneguhan bagi yang mengalami kesulitan dalam hidup.
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi
4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?
Bagi saya umat sangat respon dan tanggap terhadap apa yang diwartakan.
5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman
umat?
Bagi saya dalam evangelisasi atau pewartaan sebagai pelaku evangelisasi
tentunya saya mengharapkan agar apa yang saya sampaikan bisa berdampak
bagi perkembangan iman umat sendiri. keterlibatan umat dalam berbagai
kegiatan baik di lingkungan maupun di Gereja merupakan salah satu bentuk
dampak dari karya evangelisasi yang dilakukan oleh para suster.
6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
(7)
Bagi saya faktor yang mendukung adalah kesadaran bahwa evangelisasi
adalah tugas semua orang beriman termasuk diri saya, dukungan dan
kepercayaan komunitas.
7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Yang menghambat adalah kesibukan dan kurangnya pemahaman akan
evangelisasi.
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Juli 2011 Responden 4: Sr.M.Prisila, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.
1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam
evangelisasi?
Kita mewartakan tentang Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal
Kristus. Mewartakan hal-hal yang baik kepada orang-orang yang mau kita
dampingi.
Saya mau terlibat karena merupakan tugas utama saya sebagai seorang
religius khususnya sebagai seorang PRR.
2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?
Bagi saya tujuan evangelisasi adalah Agar orang yang didampingi itu dapat
memahami, mengerti tentang injil Kerajaan Allah dan akhirnya mengikuti
Kristus.
3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?
Cara saya berevangelisasi: lewat bidang pendidikan. Dengan mengajar di
sekolah saya mewartakan Kristus lewat bahan atau materi yang saya
sampaikan juga kesaksiaan hidup saya baik bagi anak-anak maupun para
guru.
(8)
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi
4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?
Umat sangat senang dan terbuka serta tanggap terhadap apa yang
dilaksanakan oleh saya sendiri ataupun suster-suster lainnya.
5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman
umat?
Dilihat dari karya evangelisasi yang saya laksanakan yakni bidang pendidikan
saya melihat bahwa apa yang saya sampaikan lewat Pendidikan Agama
Katolik selalu ada kegiatan nyata dari materi-materi yang diajarkan sehingga
anak-anak dilatih misalnya dalam hal memberi dan menghormati umat
beragama lain. Dalam kaitan dengan ini saya bisa mengatakan bahwa ada
pengaruhnya terhadap perkembangan iman anak sendiri.
6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Rasa tanggungjawab terhadap karya Kongregasi, merasa sebagai orang
beriman yang bertugas mewartakan Kerajaan Allah, dukungan komunitas.
7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Kurang percaya atas kemampuan yang dimiliki, belum tahu tentang
evangelisasi secara baik.
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Juli 2011 Responden 5: Sr.M.Wilhelmin,PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.
1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam
evangelisasi?
Bagi saya evangelisasi: kita mewartakan kabar baik kepada orang lain melalui
pengetahuan, sikap dan keteladanan kita
(9)
Saya terlibat karena menyadari bahwa evangelisasi adalah tugas orang kritsen
dan bahwa sebagai suster PRR pewartaan adalah tugas utama seorang PRR.
2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?
Menurut saya tujuannya adalah orang yang mendengarkan bisa mengenal
Yesus dan mengikuti setiap ajaranNya.
3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?
Bina iman, katekumen, katekese. Hadir di tengah umat dalam ibadat, kor
bersama umat
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi
4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?
Tanggapan umat: ada rasa ingin tahu lebih jauh tentang apa yang saya
sampaikan. Misalnya dalam pembinaan terhadap katekumen saya
memberikan materi tentang Gereja sebagai umat Allah, ada banyak hal yang
ditanyakan tentang Gereja dan tradisi-tradisinya.
5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman
umat?
Saya belum bisa memberikan suatu jawaban pasti bahwa pembinaan terhadap
katekumen itu dapat berpengaruh tetapi saya merasa bahwa ada pengaruh
terhadap iman orang yang mendapat pendampingan tersebut karena bisa
dilihat dari kemauan dan intensitas kehadirannya dalam mengikuti
pembinaan.
6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Adanya kemauan dari diri sendiri, dukungan dari komunitas, penerimaan dari
umat, kesadaran sebagai seorang PRR pewartaan adalah karya utama PRR.
7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Egois, ada kesempatan tetapi menunda-nunda, kemalasan.
(10)
Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Juli 2011 Responden 6: Sr.M.Advocata, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.
1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam
evangelisasi?
Salah satu tugas saya sebagai seorang religius adalah ikut ambil bagian dalam
tugas pewartaan dalam ragam kegiatan dan tidak hanya lewat kata-kata atau
hal yang luar biasa tetapi lewat kesaksian hidup sebagai seorang beriman
karena bagi saya lewat kesaksian lebih mengenah dari pada banyaknya kata-
kata.
2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?
Tujuan: mewartakan Kristus sambil mengajak orang lain untuk terlibat atau
ambil bagian dalam evangelisasi.
3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?
Cara saya berevangelisasi: memberikan renungan atau alukusio, kunjungan
keluarga dan orang-orang sakit, mendengarkan sharing pengalaman orang
lain dan meneguhkan.
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi
4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?
Saya merasa kehadiran saya sangat diterima dan dihargai. Dalam hal ini juga
berkaitan dengan materi atau bahan yang disampaikan umat dengan sangat
antusias mendengar bahkan apa yang kurang dimengerti ditanyakan lagi.
5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman
umat?
Berpengaruh kenyataan saya lihat misalnya kehadiran kami dalam kor atau
kegiatan pendalaman iman yang biasanya hadir hanya sedikit semakin hari
semakin bertambah jumlahnya.
6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
(11)
Pemberian diri, dukungan komunitas, semangat hidup mgr. Gabriel Manek
yang dan yang utama adalah kesadaran sebagai orang beriman yang punya
tanggungjawab dalam evangelisasi.
7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Faktor yang menghambat kadang-kadang ada rasa jenuh, bosan dan malas
juga kesibukan dalam berbagai urusan komunitas.
Hari/Tanggal : Senin, 18 Juli 2011 Responden 7: Sr.M.Teodeta, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.
1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam
evangelisasi?
Kalau menurut saya evangelisasi adalah kehadiran dan keterlibatan saya di
tengah umat lewat kata dan kesaksian hidup saya
Mau terlibat karena itu yang bisa saya lakukan untuk membawa umat kepada
pemahaman yang lebih tentang kerajaan Allah adalah sukacita, kebahagiaan,
membawa umat untuk mengalami kerajaan Allah.
2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?
Tujuan evangelisasi: yang pertama adalah agar semakin banyak orang
mengenal Yesus, menjawabi kebutuhan umat, …
3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?
Cara saya berevangelisasi lewat BIAK, Legio Maria, mengajar PAK di
sekolah, karya sosial kepada orang miskin dan terlantar, kor bersama umat di
lingkungan
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi
4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?
Umat senang dengan kehadiran kita dalam berbagai bidang pelayanan di
mana kita terlibat.
(12)
5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman
umat?
Ada pengaruh. Misalnya anak-anak yang nakal, yang kurang peduli, tidak
mau mendengarkan pada saat pelajaran berlangsung diarahkan lewat cerita
bergambar atau teladan hidup orang-orang kudus, lebih fokus memperhatikan
mereka. Saya merasa bahwa dengan cara ini cukup membantu mereka dalam
perkembangan hidup beriman mereka.
6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Dukungan dari komunitas, kehadrian kita sebagai seorang suster dihargai,
sebagai seorang PRR harus menjalankan tugas pewartaan
7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Merasa tidak PD karena saya belum banyak pengalaman dan pengetahuan,
tidak punya kemampuan yang lebih, kesibukan di komunitas.
Hari/Tanggal : Rabu, 20 Juli 2011 Responden 8: Sr.M.Wilfrida, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.
1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam
evangelisasi?
Kalau pemahaman saya tentang evangelisasi: turut mewartakan keselamatan
bagi banyak orang. Kaitan dengan Kongregasi kita hidup mengumat. Artinya
ada bersama-sama dengan umat lewat keterlibatan kita sebagai PRR di tengah
umat dengan mengambil bagian dalam tritugas Kristus yakni sebagai imam,
nabi dan raja dalam pembentukan jemaat.
2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?
Tujuan dari evangelisasi orang semakin mengenal Allah, berpihak pada orang
miskin, lemah dan terlantar juga menjemaat dengan hadir di tengah umat
dalam berbagai kegiatan.
3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?
(13)
Cara saya berevangelisasi adalah dengan ikut terlibat dalam Legio Maria,
ambil bagian dalam Liturgi Paroki, mendampingi rekoleksi lingkungan.
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi
4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?
Sejauh ini apa yang dilaksanakan oleh para suster dalam kaitan dengan
evangelisasi sangat dihargai, diterima baik oleh umat dan menurut pengakuan
umat sendiri mereka merasa terbantu dalam berbagai kegiatan berkat
kehadiran para suster.
5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman
umat?
Saya tidak bisa memberi jawaban pasti bahwa evangelisasi yang dilaksanakan
itu berpengaruh pada hidup beriman umat tetapi bahwa ada harapan bahwa
apa yang disampaikan dapat berdampak pada kehidupan beriman umat.
6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Kepercayaan dari Kongregasi, motivasi yang diberikan oleh komunitas,
kerjasama sebagai korps, dukungan dari pastor paroki dan umat.
7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster
laksanakan?
Kesibukan kerja sehingga kadang kurang prioritas.
(14)
Lampiran 4: Transkrip Hasil Wawancara dengan Umat
C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua
Cimanggis.
Tanggal 13 Juli 2011: Responden 1: Armon
8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda
semakin diperteguh? Dalam hal apa?
Saya merasa dengan adanya pembinaan dari para suster saya semakin
semangat dalam mengikuti berbagai kegiatan dalam Gereja tidak hanya
dilingkup Legio Maria saja tetapi lebih luas lagi yakni dalam berbagai
kegiatan yakni dalam masyarakat dengan kesaksian hidup sebagai orang
katolik.
9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?
Dengan mengikuti evangelisasi saya merasa adanya kedamaian,
ketenangan dan sukacita dan semakin memperteguh iman secara pribadi
dalam mencintai Tuhan dan sesama.
10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?
Saya harapkan agar ada bentuk lain dari evangelisasi selain lewat Legio
Maria para suster juga bisa lewat kesaksian hidup karena dengan melihat
kesaksian hidup dari kaum religius akan lebih menyentuh hati banyak
orang.
11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?
Selama ini saya baru terlibat dalam kelompok Legio Maria dan bentuk dari
evangelisasi yang saya buat adalah mendampingi anak-anak usia dini
dalam belajar.
12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?
Yang harus ditingkatkan adalah kehadiran suster karena dengan kehadiran
suster saja umat sudah merasa semakin diperteguh
C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua
Cimanggis.
(15)
Tanggal 13 Juli 2011: Responden 2: Franky
8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda
semakin diperteguh? Dalam hal apa?
Kalau berpengaruh ya…sangat berpengaruh bagi perkembangan iman
saya. Dengan mendapat dari suster saya juga bisa memberikan atau
menyampaikan kepada orang lain misalnya mengajar anak-anak.
9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?
Lebih dekat dengan Tuhan dan peduli terhadap kehidupan orang lain.
10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?
Bentuk lain yang saya harapkan adalah selain suster-suster mendampingi
Legio Maria bisa juga memberikan katekese atau pendalaman Kitab Suci
dalam lingkup kategorial lainnya bagi mudika atau mahasiswa di kampus.
11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?
Saya sendiri sejauh ini terlibat dalam kegiatan di Gereja sebagai Lektor
dan mengajar atau mendampingi anak-anak di Boncel
12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?
Yang perluh ditingkatkan sih…ya keterlibatan suster-suster meskipun
sibuk diusahakan agar tetap hadir karena kehadiran para suster sangat
dibutuhkan di tengah umat. Dengan hadir saja umat sudah merasa senang
apalagi lewat pendampingan dan pembinaan
C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua
Cimanggis.
Tanggal 14 Juli 2011: Responden 3: Mas Bowo
8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda
semakin diperteguh? Dalam hal apa?
Bagi saya dengan mendapatkan pembinaan dari para suster saya yang
dulunya jarang ke Gereja baik pada hari Minggu maupun hari biasa bisa
mengikuti perayaan ekaristi dan saya merasa dengan mengikuti perayaan
Ekaristi iman saya semakin diperteguh dan mantap.
9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?
(16)
Bagi saya dengan memperoleh pendampingan atau pembinaan dari para
suster saya merasa semakin diperteguh dan semakin dewasa dalam
beriman
10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?
Secara pribadi selama mengikuti Legio Maria, saya punya keinginan untuk
ada hal baru atau ya paling tidak bentuk lain dari Legio Maria, seperti
membaca dan sharing Kitab Suci bersama
11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?
Secara pribadi saya tidak tahu apakah yang saya laksanakan itu adalah
evangelisasi tetapi saya punya pengalaman dilingkup wilayah saya
dipercaya untuk memandu pendalaman Kitab Suci dan juga memimpin
doa.
12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?
Kalau dalam hal penyampaian materi sih…suster-suster sangat mampu
ya… tetapi yang perlu ditingkatkan adalah kreativitas agar umat tidak
jenuh atau bosan.
C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua
Cimanggis.
Tanggal 19 Juli 2011: Responden 4: Bu Stella.
8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda
semakin diperteguh? Dalam hal apa?
Saya rasakan bahwa dengan mendapat pembinaan dari para suster saya
semakin diperteguh dalam hal iman karena tidak hanya lewat materi yang
didapatkan tetapi lewat kesaksian hidup para suster yang rela
mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran demi iman umat sendiri.
9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?
Semakin memperdalam dan memperkokoh iman saya secara pribadi, saya
lebih mengenal Yesus dan karya-karyaNya.
10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?
(17)
Bagi saya kehadiran dan keterlibatan para suster sangat penting di tengah
umat, maka kesaksian hidup para suster dapat menjadi teladan dan contoh
bagi umat.
11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?
Ya..dengan melihat sendiri pembinaan dari para suster saya secara pribadi
termotivasi untuk melaksanakannya dalam tindakan nyata yakni saya
dapat mengunjungi umat tidak hanya umat katolik tetapi juga umat dari
agama lain selain itu hal-hal kecil saja yang saya bisa buat adalah dengan
berdoa bersama orang-orang sakit dan mengajak lebih banyak orang untuk
aktif dalam kegiatan-kegiatan misalnya latihan kor, kegiatan bakti sosial.
12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?
Ya yang masih kurang sih..ngga ada ya tapi yang perlu suster-suster
pertahankan dan tingkatkan adalah kunjungan keluarga dan keterlibatan
para suster dalam ragam kegiatan karena bagi saya hadirnya suster-suster
memberi warna yang lain.
C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua
Cimanggis.
Tanggal 20 Juli 2011: Responden 5: Bu Hani
8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda
semakin diperteguh? Dalam hal apa?
Kehadiran para suster dalam berbagai kegiatan baik di lingkungan maupun
di Gereja, bagi saya sangat membantu dan secara pribadi pembinaan-
pembinaan para suster saya rasakan semakin diperteguh apalagi dalam
setiap pendampingan para suster selalu memberikan sharing pengalaman
dan semakin memperteguh iman umat.
9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?
Kalau saya lihat dalam pendalaman Kitab Suci saya bisa lebih mengenal
Tuhan, hidup saya menjadi lebih baru dari hari ke hari selain itu saya
sendiri dapat memperoleh kedamaian.
10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?
(18)
Ya…berkaitan dengan perkembangan zaman, kehadiran para suster di
tengah umat sangat diharapkan terlebih lagi kesaksian hidup menjadi hal
yang sangat penting karena dengan demikian umat juga dapat belajar
bagaimana menjadi pribadi yang bisa menjadi contoh bagi orang lain.
11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?
Ya..kalau sebagai pelaku evangelisasi saya di universitas tempat mengajar
hal utama yang saya tunjukan adalah kesaksian hidup saya sebagai orang
katolik sedangkan dalam kegiatan-kegiatan di paroki dan lingkungan saya
ikut ambil bagian dalam kor, menjadi pemandu pendalaman Kitab suci.
12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?
Apa ya…bagi saya yang perlu diperhatikan atau ditingkatkan adalah soal
keterlibatan para suster dalam kegiatan-kegiatan karena kehadiran para
suster di tengah umat itu dapat menggerakan dan mendorong umat yang
selama ini kurang aktif bisa tergerak untuk terlibat. Dalam pembinaan
iman anak kalau bisa ditingkatkan kreatifitas misalnya cerita kitab suci
tidak hanya dinarasikan tetapi bisa juga didramatisasikan atau pakai cerita
bergambar dan jika bisa tenaga pendampingan tidak hanya satu orang
tetapi bisa ditambah lagi.
Usul: supaya kegiatan BIAK tidak terjadi saja pada hari Minggu tetapi
bisa pada hari lain dan itu bisa dilakukan di lingkungan karena bagi saya
pada hari Minggu saja tidak cukup.
(19)
Lampiran 5: Daftar Nama-nama Suster dan Tugasnya
NO
NAMA- NAMA SUSTER
TUGAS-TUGASNYA
1 Sr.M.Gabriella, PRR Pemimpin Komunitas, team pencari dana,
Koordinator pekerja sosial, Pastoral
2 Sr.M.Albertine, PRR Wakil Pemimpin komunitas, penanggungjawab
wirausaha
3 Sr.M.Emanuella, PRR Wirausaha Rosario, pekerja sosial
4 Sr.M.Rafaella, PRR Konveksi, Pekerja sosial
5 Sr.M.Paulin, PRR Pertanian, Pastoral
6 Sr.M.Wilfrida, PRR Wakil Pemimpin komunitas 2, pekerja sosial,
pastoral (Liturgi paroki)
7 Sr.M.Servia, PRR Penanggungjawab wirausaha Rosario, pastoral
(Legio Maria)
8 Sr.M.Wilhelmine, PRR Studi kedokteran UKRIDA, pastoral kaum muda
9 Sr.M.Maxiani, PRR Studi kedokteran UKRIDA, pastoral
10 Sr.M.Aldegonda, PRR Guru TKK, Pastoral (PIA)
11 Sr.M.Advocata, PRR Studi Informatika computer, pastoral (Legio
Maria)
12 Sr.M.Teodeta, PRR Menangani expedisi Kongregasi, Pastoral (PIA)
13 Sr.M.Ancita, PRR Studi Analis
14 Sr.M.Elenora, PRR Studi Keperawatan
15 Sr.M.Florensia, PRR Guru Agama SD
16 Sr.M.Priska, PRR Guru Agama SD