evange - USD Repository

173
EVANGE PARA S Progr ELISASI D SUSTER P Di ram Studi I P KEKH FAKUL DAN TANT PRR YANG KEL iajukan untu Memperole lmu Pendid E PROGRAM HUSUSAN JURUS LTAS KEG UNIVERS Y TANGANN G BERDOM LAPA DUA SKRIP uk Memenu eh Gelar Sa dikan Kekhu Oleh Elisabeth De NIM: 0611 M STUDI IL PENDIDIK SAN ILMU GURUAN D SITAS SAN YOGYAKA 2011 NYA DI ZA MISILI DI A DEPOK PSI uhi Salah Sa arjana Pendi ususan Pend h eran Key 24008 LMU PEN KAN AGA U PENDIDI DAN ILMU NATA DHA ARTA 1 MAN SEK PAROKI S atu Syarat idikan didikan Aga DIDIKAN AMA KATO IKAN U PENDID ARMA KARANG B ST. THOM ama Katolik OLIK DIKAN BAGI MAS k

Transcript of evange - USD Repository

EVANGE

PARA S

Progr

ELISASI D

SUSTER P

Di

ram Studi I

P

KEKH

FAKUL

DAN TANT

PRR YANG

KEL

iajukan untu

Memperole

lmu Pendid

E

PROGRAM

HUSUSAN

JURUS

LTAS KEG

UNIVERS

Y

TANGANN

G BERDOM

LAPA DUA

SKRIP

uk Memenu

eh Gelar Sa

dikan Kekhu

Oleh

Elisabeth De

NIM: 0611

M STUDI IL

PENDIDIK

SAN ILMU

GURUAN D

SITAS SAN

YOGYAKA

2011

NYA DI ZA

MISILI DI

A DEPOK

PSI

uhi Salah Sa

arjana Pendi

ususan Pend

h

eran Key

24008

LMU PEN

KAN AGA

U PENDIDI

DAN ILMU

NATA DHA

ARTA

1

MAN SEK

PAROKI S

atu Syarat

idikan

didikan Aga

DIDIKAN

AMA KATO

IKAN

U PENDID

ARMA

KARANG B

ST. THOM

ama Katolik

OLIK

DIKAN

BAGI

MAS

k

iv

P E R S E M B A H A N

Saya mempersembahkan skripsi ini kepada

para suster Kongregasi Puteri Reinha Rosari

yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi

di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

v

M O T T O

“Sebagaimana Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu.”

(Yoh. 20:21)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul EVANGELISASI DAN TANTANGANNYA DI ZAMAN SEKARANG BAGI PARA SUSTER PRR YANG BERDOMISILI DI PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA DEPOK. Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis pada bidang pewartaan penulis mendalami evangelisasi yang juga merupakan karya utama Kongregasi. Untuk memperdalam pemahaman tentang evangelisasi ini penulis melakukan penelitian sederhana di komunitas PRR Cimanggis, karena di komunitas ini juga para suster terlibat dalam kegiatan-kegiatan evangelisasi baik di paroki maupun di lingkungan-lingkungan. Dalam wawancara, para suster mengungkapkan pemahaman mereka tentang evangelisasi, yang mereka pahami sebatas kegiatan-kegiatan seputar altar seperti pembinaan iman anak, rekoleksi, legio Maria, kotbah, perayaan-perayaan liturgi, katekese. Padahal sesungguhnya karya evangelisasi bersifat lebih luas. Karya evangelisasi tidak sebatas pada altar tetapi harus peka dengan masalah konkret, memikirkan solusi dan kemudian bertindak sehingga terjadi suatu pembaharuan yang baik. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, skripsi ini ditulis untuk membantu para suster di komunitas Cimanggis untuk memperluas wawasan mereka tentang evangelisasi untuk membantu meningkatkan keterlibatan mereka dalam evangelisasi. Persoalan pokok skripsi ini adalah bagaimana membantu meningkatkan pemahaman para suster tentang evangelisasi. Untuk dapat melaksanakan evangelisasi dalam dunia yang kompleks dengan berbagai tantangan ini, para suster perlu memiliki pengetahuan tentang evangelisasi dan kesadaran diri akan perutusannya dengan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan evangelisasi. Keterlibatan para suster dalam berbagai kegiatan menjadi harapan umat, maka evangelisasi perlu diwujudkan lewat kesaksian hidup, karena evangelisasi sekarang lebih menekankan kesaksian dari pada banyaknya kata-kata.

Untuk membantu memperluas wawasan dan meningkatkan keterlibatan para suster dalam evangelisasi, penulis mengusulkan agar para suster mendalami evangelisasi dengan mengikuti lokakarya tiga hari. Dalam lokakarya ini akan dibahas mengenai pokok-pokok evangelisasi. Penulis juga memberikan contoh satuan persiapan dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Model katekese ini diusulkan karena bersifat dialogis partisipatif.

ix

ABSTRACT

The title of this thesis is THE CONTEMPORER EVANGELIZATION AND CHALENGING FOR SISTERS PRR WHO LIVING AT THE PARISH OF ST. THOMAS KELAPA DUA DEPOK. The thesis was started from the interest of the writer toward evangelization, therefore the writer would like to get more understanding of evangelization which is also main works of the Congregation. To get deeper understanding of this evangelization the writer did a simple research at the community of PRR Cimanggis since the sisters in this community in volved in the evangelizing works both at the parish and society. In the interview, the sisters expressed their understanding about the evangelization. Their understanding about the evangelization was more on the church’s works such as children’s faith building, legion of Mary, sermon, liturgycal, celebration and catechesis, whereas in fact the evangelization works are wider. The evangelization works are not only about pastoral but also on the daily problems with its solutions and actions for a better change. Based on this fact, this thesis was written to help the sisters at Cimanggis community to broaden their understanding of evangelization in order to increase their participation in the evangelization works. The main problem which is found in the thesis is how to help the sisters to broaden their understanding about the evangelization. In order to be able to do the evangelization works in this era which is full of challenges, the sisters should have a knowledge about evangelization and self consciousness of their mission by involving in various evangelization works actively. The society wants the sisters to participate in the evangelization works therefore the evangelization works must be done through a professing faith since present evangelization is more focus on it than a theory. To help the sisters to brooden and increase their participation in evangelization, it is recommended for the sisters to have a knowledge about the evangelization by following three days course work. The sisters will get an explanation on the main points of evangelization in this course work. The writer also gives the example of catechize preparation by using the model of Shared Christian Praxis (SCP). The kind of model was suggested in this writing because it is participative dialogical.

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa yang

telah menyertai penulis dengan Roh kebijaksanaan dan pengetahuan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “EVANGELISASI DAN

TANTANGANNYA DI ZAMAN SEKARANG BAGI PARA SUSTER PRR

YANG BERDOMISILI DI PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA

DEPOK”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis memilih judul

skripsi tersebut dengan harapan dapat memberi sumbangan kepada para suster

agar dapat memperdalam wawasannya mengenai evangelisasi demi kelancaran

dalam menjalankan tugas perutusan Kongregasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa adanya

pendampingan, bimbingan, bantuan dan arahan dari segenap pihak. Oleh karena

itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed sebagai dosen pembimbing

utama penulisan skripsi ini, sekalipun sibuk tetap meluangkan waktu,

tenaga, pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses

penulisan berlangsung.

xi

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing akademik dan dosen

penguji II yang telah memberikan banyak perhatian kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Yosef Kristianto, SFK, M.Pd., sebagai dosen penguji ketiga yang telah

memberikan perhatian, dukungan bagi penulis dalam

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Segenap romo, bapak dan ibu dosen yang berkenan membagikan ilmu

pengetahuan, keterampilan, dan teladan spiritualitas hidup seorang pewarta

yang berguna bagi penulis selama di bangku kuliah.

5. Suster Provinsial beserta Staf Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Suster-

suster Puteri Reinha Rosari yang telah memberikan perutusan studi di Prodi

IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

6. Sr.M.Gabriela, PRR selaku pemimpin komunitas St. Fransiskus Asisi

Cimanggis dan segenap anggota komunitas yang telah memperkenankan

dan mendukung penulis selama proses penelitian berlangsung.

7. Sr.M.Katrine, PRR selaku pemimpin komunitas Magnificat Yogyakarta

beserta semua suster anggota komunitas yang telah dengan caranya masing-

masing memberikan perhatian dan dukungan bagi penulis selama menjalani

perkuliahan di IPPAK Universitas Sanata Dharma.

8. Teman-teman angkatan 2006 dan 2007 yang telah memberikan banyak

dukungan, perhatian, saran, masukan bagi penulis selama menjalani studi

dan proses penulisan berlangsung.

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI .......................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT ...................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6

C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 6

D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 7

E. Metode Penulisan .................................................................................. 7

F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 8

BAB II. POKOK-POKOK EVANGELISASI DAN TANTANGANNYA

A. Pokok-pokok Evangelisasi .................................................................... 11

1. Hakikat Evangelisasi ......................................................................... 11

a. Berdasarkan Kitab Suci ................................................................ 11

b. Berdasarkan Dokumen Gereja ..................................................... 13

c. Pandangan Para Ahli tentang Evangelisasi .................................. 18

2. Tujuan Evangelisasi .......................................................................... 20

xiv

3. Isi Evangelisasi ................................................................................. 22

4. Bentuk-Bentuk Evangelisasi ............................................................. 25

5. Para Pelaku Evangelisasi .................................................................. 33

B. Tantangan Evangelisasi ........................................................................ 40

1. Tantangan dari luar Diri .................................................................... 41

a. Tantangan Arus Besar Zaman .................................................... 41

1) Sekularisasi .......................................................................... 41

a) Dalam Bidang Keagamaan ............................................ 41

b) Dalam Bidang Moral ..................................................... 43

2) Hedonisme .......................................................................... 43

3) Materialisme ....................................................................... 44

2. Tantangan dari dalam Diri ................................................................ 45

a. Kurang Percaya Diri .................................................................. 46

b. Budaya Instan ............................................................................ 47

c. Irelevansi Penghayatan Agama dalam Hidup Sehari-hari ......... 49

BAB III. KETERLIBATAN PARA SUSTER DALAM

PELAKSANAAN EVANGELISASI DI PAROKI

ST. THOMAS KELAPA DUA

A. Keadaan Kongregasi PRR ................................................................... 52

1. Tujuan Berdirinya ........................................................................... 52

2. Visi Misi Kongregasi PRR ............................................................. 53

a. Visi ............................................................................................. 53

b. Misi ............................................................................................ 54

3. Keanggotaan dalam Periode 2006-2010 ......................................... 55

4. Karya Kerasulan ............................................................................. 56

B. Evangelisasi Para Suster PRR Cimanggis di Paroki St. Thomas

Kelapa Dua .......................................................................................... 58

1. Religius PRR .................................................................................. 58

2. Bidang-Bidang Keterlibatan Para Suster dalam Evangelisasi

di Paroki St. Thomas Kelapa Dua ................................................... 60

3. Gambaran Paroki St. Thomas Kelapa Dua ..................................... 65

xv

4. Gambaran Keterlibatan Para Suster PRR dalam Evangelisasi

di Paroki St. Thomas Kelapa Dua ................................................ 68

a. Bidang Pendidikan ..................................................................... 69

b. Bidang Sosial ............................................................................. 70

c. Bidang Kerygma ........................................................................ 72

5. Penelitian Keterlibatan Para Suster dalam Evangelisasi

Di Paroki St. Thomas ...................................................................... 73

a. Rencana Penelitian ..................................................................... 73

1. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 73

2. Tujuan Penelitian .................................................................. 75

3. Metodologi Penelitian ........................................................... 75

4. Jenis Penelitian ...................................................................... 76

5. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 76

6. Responden Penelitian ............................................................ 76

7. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 78

8. Teknik Pembahasan Data ...................................................... 79

9. Variabel Penelitian ................................................................ 80

b. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................ 80

1. Identitas Responden .............................................................. 80

2. Gambaran Mengenai Keterlibatan Para Suster

dalam Evangelisasi ................................................................ 81

3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat

dalam Evangelisasi ................................................................ 87

4. Manfaat Evangelisasi bagi Umat .......................................... 92

c. Kesimpulan Hasil Penelitian ...................................................... 98

BAB IV. USULAN PROGRAM LOKAKARYA

DALAM USAHA MENINGKATKAN KETERLIBATAN

PARA SUSTER DALAM EVANGELISASI DI

PAROKI ST. THOMAS KELAPA DEPOK

A. Latar Belakang Program ............................................................... 103

1. Tujuan Program ....................................................................... 110

xvi

2. Sasaran Program ..................................................................... 110

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................. 111

B. Uraian Program ............................................................................. 113

C. Matriks Program ........................................................................... 116

D. Salah Satu Contoh Persiapan ........................................................ 119

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 131

B. Saran ................................................................................................ 133

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 135

LAMPIRAN .................................................................................................... 137

1. Surat Ijin Kaprodi ........................................................................... (1)

2. Daftar Pertanyaan Penelitian .......................................................... (2)

3. Transkrip Hasil Wawancara dengan Para Suster ............................. (3)

4. Transkrip Hasil Wawancara dengan Umat ..................................... (15)

5. Daftar Nama-nama Suster dan Tugasnya ........................................ (19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Mat : Matius

Mrk : Markus

Luk : Lukas

Yoh : Yohanes

Kis : Kisah Para Rasul

Kor : Korintus

Rm : Roma

Tim : Timotius

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : Ad Gentes (Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner

Gereja, 7 Desember 1965)

EN : Evangelii Nuntiandi (Imbauan Apostolik Paulus VI tentang

KaryaPewartaan Injil dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975).

FABC : Federation of Asian Bishops’ Conferences (Federasi Konferensi-

Konferensi Uskup se-Asia)

GS : Gaudium et Spes (Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Gereja dalam Dunia Modern, 7 Desember 1965).

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

xviii

LG : Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Gereja, 21 November 1964).

RM : Redemptoris Missio (Ensiklik Yohanes Paulus II tentang Amanat

Misioner Gereja, 7 Desember 1990).

VC : Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

tentang pembinaan iman dalam situasi zaman sekarang, 25 Maret

1992.

C. Singkatan lainnya

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

Kan : Kanon

KAS : Keuskupan Agung Semarang

Konst : Konstitusi

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

Mgr : Monseigneur

No : Nomor

PIA : Pembinaan Iman Anak

PRR : Puteri Reinha Rosari

SCP : Shared Christian Praxis

SP : Satuan Persiapan

St : Santo

SVD : Societas Verbi Divini (Serikat Sabda Allah)

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tugas mewartakan Kabar Gembira ke seluruh dunia merupakan tugas

yang diemban oleh Gereja sejak Yesus mengutus para murid-Nya;

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum, mereka pun pergilah ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya (Mrk 16:15-16). Pernyataan di atas merupakan sebuah perintah yang ditujukan kepada

semua umat beriman yang telah menerima pembaptisan untuk terlibat dalam

pewartaan. Warta tentang keselamatan harus disampaikan kepada segala makhluk,

karena perintah itu merupakan tugas perutusan dari Yesus sendiri. Tidak ada

paksaan bahwa mereka yang mendengarkan warta itu harus percaya dan dibaptis.

Tugas mewartakan Injil ini merupakan hakekat Gereja sendiri Ad Gentes (AG 6).

Bagi seorang pewarta, tugas mewartaan Injil Kristus itu dilaksanakan di satu

pihak karena sang pewarta sendiri sebagai pengikut Kristus ia harus mengikuti

perintah Yesus dan di lain pihak karena sebagai seorang pewarta merasa adanya

keprihatinan akan keselamatan orang-orang yang belum mengenal Yesus, dengan

demikian merasa terpanggil untuk turut serta dalam mewartakan Injil ke seluruh

dunia. Dalam Konsili Vatikan II, sekali lagi dirumuskan tugas yang sama:

Oleh Karena itu, perutusan Gereja terlaksana dengan karya-kegiatannya. Demikianlah Gereja, mematuhi perintah Kristus dan digerakkan oleh rahmat serta cinta kasih Roh Kudus, hadir bagi semua orang dan bangsa dengan kenyataannya sepenuhnya, untuk dengan teladan hidup maupun pewartaannya, dengan sakramen-sakramen serta upaya-upaya rahmat lainnya menghantar mereka kepada iman, kebebasan dan damai Kristus,

2  

sehingga bagi mereka terbukalah jalan yang bebas dan teguh, untuk ikut serta sepenuhnya dalam misteri Kristus (AG 5). Artikel ini menegaskan bahwa sebagai anggota Gereja, setiap orang

beriman mempunyai kewajiban untuk menjalankan misinya yakni mewartakan

Injil. Setiap orang yang menjadi pengikut Kristus harus yakin bahwa mereka

digerakkan oleh Roh Kudus untuk melaksanakan tugas yang satu dan yang sama

yaitu mewartakan Injil Kerjaan Allah. Untuk menjalankan tugas ini, Roh Kudus

yang menguduskan umat Allah lewat pelayanan dan sakramen-sakramen,

menganugerahkan kepada orang beriman karunia-karunia khusus (bdk. 1Kor 12:7)

agar dimampukan untuk mewartakannya.

Tujuan dari kegiatan missioner Gereja menurut Vatikan II adalah

“mewartakan Injil dan menanamkan Gereja di tengah bangsa-bangsa, tempat

Gereja belum berakar” (AG 6). Tujuan ini tetap sama sepanjang masa, karena

itulah hakekat dari misi Gereja, yaitu pewartaan mengenai Yesus Kristus dan

InjilNya. Melalui Vatikan II, Gereja menegaskan kembali betapa pentingnya

berevangelisasi di tengah dunia modern ini.

Penegasan yang disampaikan oleh Konsili Vatikan II di atas hendak

mengatakan bahwa yang bertanggung jawab dalam karya pewartaan adalah semua

anggota Gereja tanpa kecuali. Mereka inilah yang bertugas untuk mewartakan

Injil ke segala penjuru dunia. Tugas yang sama juga dilaksanakan oleh Tarekat

Putri Reinha Rosari (PRR) yang juga merupakan bagian dari Gereja universal,

yang turut mengemban misi Gereja yaitu mewartakan Injil kepada segala bangsa

serta ikut menanggapi keprihatinan-keprihatinan yang terjadi dalam dunia dewasa

ini lewat berbagai karya pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, sosial dan

3  

pastoral. Setiap karya yang dilakukan oleh PRR merupakan usaha untuk

menjalankan misi Gereja mewartakan Kabar Gembira.

Konstitusi Tarekat artikel 201 menegaskan bahwa panggilan misioner dari

semua anggota umat Allah yaitu turut serta dalam perutusan Yesus Kristus,

membawa sebanyak mungkin manusia kepada persatuan dengan Allah sebagai

asas dan dasar tujuan hidup manusia. Tarekat PRR mengambil bagian dalam misi

Gereja, sesuai dengan kharisma pendiri yaitu kerinduan agar manusia mengalami

hidup bersaudara dalam nama Yesus Kristus. Maka tugas dan kewajiban utama

bagi seorang PRR yaitu mengambil bagian secara khusus dalam karya

pembentukan jemaat beriman.

Kehadiran para suster PRR di tengah umat dalam pembentukan iman

jemaat merupakan cita-cita awal pendiri, Mgr. Gabriel Manek, SVD. Hal ini

merupakan karya utama Tarekat, maka semua suster dalam Tarekat PRR, entah

yang berprofesi sebagai katekis atau tidak diharapkan menjadi “katekis” yang

mampu mewartakan Allah baik melalui kata, sikap, maupun perbuatan yang dapat

membawa semakin banyak umat dekat dengan Allah. Karena tujuan Tarekat PRR

didirikan untuk pembentukan jemaat yang partisipatif, setiap komunitas perlu

terlibat dalam pembentukan jemaat. Setiap suster selain menjalankan tugas

pokoknya entah sebagai guru, perawat, petugas sosial, juga terlibat dan

mengambil bagian dalam pembentukan jemaat yang menjadi fokus perhatian

pendiri. Tugas dan kewajiban ini ditempatkan dalam situasi Gereja dan dunia

masa kini. Tarekat harus mampu berjuang dan bermisi dalam dunia yang sedang

berubah, dunia yang tengah mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang, di

4  

mana berbagai kemudahan ditawarkan oleh kemajuan industri, ada kecenderungan

kuat untuk memiliki produk-produk baru, tetapi kerinduan manusia yang terdalam

tidak dapat dipuaskan dengan segala macam tawaran dunia.

Komunitas-komunitas PRR yang tersebar di berbagai tempat menyadari

bahwa kehadirannya merupakan bagian dari Gereja lokal sehingga sungguh-

sungguh mengambil bagian dalam segala kegiatan Gereja. Demikian juga dengan

komunitas Cimanggis yang berpelindungkan St. Fransiskus Asisi. Komunitas ini

menjalankan misi Gereja yaitu turut serta mewartakan Injil di tengah umat paroki

St. Thomas Kelapa Dua Depok. Keterlibatan para suster dalam karya pewartaan

dijiwai oleh semangat pendiri yang berfokus pada pewartaan Kerajaan Allah

dengan perhatian utama kepada orang miskin dan terlantar baik dalam dimensi

hidup rohani maupun jasmani.

Sejak tahun 2001 komunitas Cimanggis berdomisili dan turut berkarya di

tengah umat paroki St. Thomas Kelapa Dua. Dari tahun ke tahun komunitas

selalu mengalami perubahan dalam hal keanggotaan, entah perpindahan atau

penambahan anggota. Meski demikian karya pewartaan tetap menjadi bagian yang

penting dan sangat diperhatikan oleh komunitas. Setiap suster mengambil bagian

dalam tugas ini dan dengan gembira melaksanakannya. Para suster menjalankan

misi Gereja baik melalui Pendidikan Agama Katolik di sekolah, terlibat dalam

pembinaan kaum muda, Legio Maria, Bina Iman Anak Katolik (BIAK), rekoleksi

umat, katekese, dan kunjungan keluarga. Ruang gerak para suster di komunitas

Cimanggis tidak terbatas dalam lingkup Gereja tetapi para suster juga menjalin

relasi dan kerja sama dengan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan

5  

kemanusiaan, misalnya mengumpulkan sembako dan membagikanya kepada

orang miskin dan terlantar, silahturami ke keluarga-keluarga Muslim pada saat

Lebaran, serta menjunjung tinggi dan menghormati budaya setempat.

Para suster yang tinggal di komunitas ini tidak semuanya berprofesi

sebagai katekis. Sebagian dari para suster kurang memiliki pengetahuan yang

memadai tentang ilmu kateketik dan ketrampilan yang cukup untuk karya-karya

yang disebutkan di atas. Meskipun pengetahuan para suster tentang evangelisasi

kurang memadai namun dalam kenyataannya para suster bisa menjalankan tugas

perutusan ini bahkan mau belajar dari orang lain khususnya Sr. M. Gabriela, PRR,

sebagai seorang pribadi yang berpengalaman dalam bidang katekese.

Kenyataan akan perkembangan dunia yang penuh dengan berbagai

tawaran menarik, arus-arus besar zaman seperti sekularisasi, materialisme,

konsumerisme, hedonisme, individualisme dan kecanggihan teknologi itu, tidak

boleh dilihat sepihak sebagai sebuah tantangan yang menakutkan dalam

pewartaan, tetapi justru menjadi sebuah kesempatan berahmat untuk mewartakan

Kristus. Berhadapan dengan kenyataan akan adanya perkembangan dunia dewasa

ini tentunya dapat membawa dampak positif maupun negatif bagi setiap manusia

juga bagi para suster sendiri dalam pewartaannya. Dampak positifnya adalah

bagaimana para suster dapat belajar memanfaatkan sarana prasarana demi makin

berkembangnya karya evangelisasi di tengah dunia, belajar untuk semakin

memahami secara baik hakekat dari evangelisasi untuk membantu para suster

dalam pelaksanaan evangelisasi. Sedangkan dampak negativnya adalah dengan

adanya perkembangan teknologi dapat melumpuhkan semangat juang karena

6  

semua kebutuhan terpenuhi. Berkaitan dengan situasi dunia ini kadang para suster

dalam melaksanakan evangelisasi kurang percaya diri, bahkan karena kesibukan-

kesibukan dalam berbagai urusan sehingga kurang terlibat dalam berpastoral di

tengah umat. Berdasarkan latar belakang ini, penulis merumuskan judul skripsi

sebagai berikut: “EVANGELISASI DAN TANTANGANNYA DI ZAMAN

SEKARANG BAGI PARA SUSTER PRR YANG BERDOMISILI DI

PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA DEPOK”.

B. Rumusan Masalah

Penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya di zaman sekarang?

2. Bagaimana para suster PRR di komunitas Cimanggis melaksanakan

evangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua di tengah tantangan zaman?

3. Usaha macam apa yang perlu dilaksanakan oleh para suster untuk

meningkatkan pelaksanaan evangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua

Depok?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya di zaman

sekarang.

2. Mengetahui macam-macam karya evangelisasi yang dilaksanakan para

suster PRR di paroki St. Thomas Kelapa Dua.

7  

3. Menyampaikan rencana kegiatan atau usulan program bagi para suster

agar dapat melaksanakan evangelisasi di tengah umat paroki St. Thomas

Kelapa Dua.

D. Manfaat Penulisan

1. Para suster Putri Reinha Rosari memperoleh wawasan baru mengenai

pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya.

2. Para suster PRR Cimanggis memperoleh pemahaman tentang karya

evangelisasi yang dilaksanakannya dan tantangannya di zaman sekarang.

3. Menemukan cara bagi para suster PRR Cimanggis untuk meningkatkan

pelaksanaan evangelisasi di tengah umat paroki St. Thomas Kelapa Dua

Cimanggis.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-

analitis yaitu metode yang memaparkan pokok-pokok evangelisasi dan

tantangannya, menggambarkan macam-macam karya evangelisasi para suster

PRR Cimanggis dan memahami pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya

zaman sekarang sehingga ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Dalam

membahas skripsi ini penulis menggunakan studi pustaka dari buku-buku yang

mendukung penyusunan skripsi ini juga lewat pengamatan partisipatif serta

wawancara dengan para suster dan umat.

8  

F. Sistematika Penulisan

Skripsi dengan judul “Evangelisasi dan tantangannya di zaman sekarang

bagi para suster PRR yang berdomisili di Paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok”,

akan ditulis dalam lima bab dengan uraian sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan.

Bab II memberikan gambaran umum tentang pokok-pokok evangelisasi

dan tantangannya yang terbagi dalam dua pokok pembahasan. Pada bagian

pertama penulis akan menguraikan pokok-pokok evangelisasi yang meliputi:

pengertian evangelisasi, tujuan evangelisasi, isi evangelisasi, bentuk-bentuk

pelaksanaan evangelisasi dan para pelaksana evangelisasi sedangkan bagian kedua

akan memaparkan tantangan evangelisasi di zaman sekarang.

Bab III penulis akan membahas penelitian tentang keterlibatan para suster

PRR dalam evangelisasi di Paroki St. Thomas Kelapa Dua. Penulis membagi bab

ini menjadi empat pokok pembahasan. Pada bagian pertama akan memaparkan

keadaan Tarekat yang meliputi, tujuan berdirinya Tarekat PRR, visi misi Tarekat,

perkembangan keanggotaan periode 2006-2010 dan karya kerasulan Tarekat. Pada

bagian kedua akan dipaparkan mengenai evangelisasi di Paroki St.Thomas Kelapa

Dua yang meliputi: pelaksana evangelisasi yaitu para suster PRR dan bidang-

bidang keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi. Pada bagian yang ketiga,

penulis akan membahas gambaran umum paroki St. Thomas Kelapa Dua

sedangkan bagian keempat penulis memaparkan penelitian tentang keterlibatan

para suster PRR dalam evangelisasi di Paroki St. Thomas Kelapa Dua yang

9  

meliputi rencana penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian serta

kesimpulan penelitian.

Bab IV membahas usulan program lokakarya. Dalam bab ini penulis

menyajikan lokakarya kepada para suster PRR di komunitas Cimanggis dalam

rangka memperluas wawasan mereka mengenai evangelisasi demi meningkatkan

keterlibatan para suster dalam evangelisasi. Penulis membagi topik tersebut

menjadi empat bagian pokok pembahasan; Bagian pertama berbicara mengenai

latar belakang penyusunan program yang meliputi tujuan, sasaran program, waktu

dan tempat pelaksanaan. Pada bagian kedua penulis akan menguraikan program

lokakarya sedangkan pada bagian ketiga penulis mengusulkan matriks lokakarya

dan bagian yang keempat memberikan contoh persiapan program yang meliputi;

identitas program, pemikiran dasar dan pengembangan langkah-langkah.

Bab V ini merupakan bab penutup. Dalam bab ini penulis menyampaikan

kesimpulan atas keseluruhan penulisan yang juga disertai dengan saran-saran yang

ditujukan kepada para suster.

10  

BAB II

POKOK-POKOK EVANGELISASI DAN TANTANGANNYA

Pada latar belakang penulisan skripsi, telah dipaparkan secara singkat

Tarekat PRR dan bidang-bidang karyanya dengan fokus perhatian utama adalah

“Pembentukan Jemaat.” Itulah sebabnya pewartaan dalam aneka bentuk seperti

pendidikan, kesehatan, sosial, pastoral, adalah ladang merasulnya Kongregasi

PRR entah milik Kongregasi ataupun milik paroki atau keuskupan yang ditangani

oleh para suster.

Pada Bab II ini penulis hendak memaparkan pokok-pokok evangelisasi

dan tantangannya. Bab ini terbagi dalam dua pokok pembahasan. Dalam bagian

pertama akan dipaparkan pokok-pokok evangelisasi, yang menyangkut

pengertian, tujuan, isi, bentuk-bentuk evangelisasi dan para pelaku evangelisasi.

Bagian kedua akan membahas tantangan evangelisasi. Mengenai pembahasan

pokok-pokok evangelisasi, penulis mendasarkan diri pada himbauan Apostolik

yang disampaikan oleh Bapa Suci Paulus VI yang berjudul Evangelii Nuntiandi.

Ensiklik ini membahas tentang karya evangelisasi zaman sekarang. Selain

Evangelii Nuntiandi tulisan ini juga diperkaya oleh ensiklik Paus Yohanes Paulus

II yang berjudul Redemptoris Missio serta dokumen FABC. Pada bagian pertama

ini akan diakhiri dengan pandangan para alih tentang evangelisasi. Selain pokok-

pokok evangelisasi, pada bagian yang kedua penulis akan menguraikan berbagai

tantangan baik dari dalam diri para suster sendiri maupun tantangan dari luar diri

dalam kaitan dengan perkembangan dunia zaman ini.

11  

A. Pokok-pokok Evangelisasi

Menyebarkan Kabar Gembira Kerajaan Allah adalah tugas luhur setiap

orang beriman yang tugas perutusannya dinyatakan kepada semua orang, di segala

tempat dan pada setiap kesempatan. Tugas itu akan semakin menantang, manakala

sang pewarta berhadapan dengan situasi yang menuntut persiapan lebih. Kesiapan

ini tentu tidak terbatas pada penguasaan materi pewartaan semata, melainkan juga

pemahaman yang memadai akan pokok-pokok evangelisasi, agar pewarta sendiri

terbantu dalam menjalankan tugasnya. Pada bagian ini, penulis akan memaparkan

pokok-pokok evangelisasi tersebut.

1. Hakekat Evangelisasi

a. Berdasarkan Kitab Suci

Istilah evangelisasi sebetulnya tidak secara eksplisit terdapat dalam Kitab

Suci. Istilah ini baru muncul pasca Konsili Vatikan II. Konsili menggunakan kata

evangelisasi untuk mengatakan bahwa segala kegiatan Gereja bersifat misioner

dan mesti dilihat sebagai satu-satunya karya Allah. Istilah evangelisasi yang

berarti Penginjilan (Pewartaan Kabar Gembira) sudah terdapat dalam keseluruhan

Kitab Suci. Di masa Perjanjian Baru, sejak munculnya Yesus Kristus, istilah ini

sedikit bergeser dengan tekanan pada mewartakan Kerajaan Allah kepada semua

bangsa. Sesudah kebangkitan Yesus, penulis Injil mengartikan istilah evangelisasi

sebagai usaha mewartakan Kabar Gembira (Injil) mengenai Yesus Kristus (Mrk

1:1) kepada semua bangsa (Mat 28:19-20 & Rm 10:12-18) dan kebudayaan.

12  

Melalui kuasa Roh Kudus (Kis 1:8), Injil diwartakan baik kepada orang-orang

Yahudi maupun bukan Yahudi.

Pengarang Injil Markus menempatkan Yesus dan perutusan-Nya sebagai

pusat evangelisasi bagi jemaatnya. Jemaat Markus diajak untuk mengerti pribadi

Yesus yang disebut Kristus dan Tuhan itu serta misi-Nya (Mrk 1:15-16:15). Hal

yang menarik dari kisah ini adalah keterlibatan para murid yang mengikuti

perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem. Di sinilah terjadi dinamika

perkembangan evangelisasi para murid dari ketidaktahuan kepada pengertian

menyeluruh, bahkan terhadap tugas perutusan para muridNya sendiri (Hartono,

1997:17).

Woga (2009:266) mengutip dari 1Timotius 4:11-12:

“Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang yang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaan dan dalam kesucianmu”.

Ayat di atas berbicara tentang tugas perutusan seorang Timoteus muda

yang selalu mengandalkan Allah yang hidup. Paulus menaruh kepercayaan yang

penuh kepada Timoteus untuk menjalankan karya pewartaan. Paulus yakin akan

iman yang matang dan kemampuan misioner yang kuat dari seorang muda dan

terutama akan Allah Tritunggal yang senantiasa menyertai misionarisnya. Dengan

kata lain, Paulus dalam hal ini melakukan pengkaderan tenaga kaum beriman

lainnya untuk terlibat dalam mewartakan Kerajaan Allah.

“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam

nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala

13  

sesuatu yang telah Ku perintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20a). Tuhan Yesus

telah memberi perintah kepada para muridnya, “Jadikanlah semua bangsa murid-

Ku, ajarlah mereka melakukan yang Kuperintahkan kepadamu”. Tuhan Yesus

memberi penekanan “jadikanlah…murid-Ku dan ajarlah mereka melakukan

perintah-Ku.” Menjadi murid itu berarti membangun hubungan intim dengan

Kristus dan setia pada perintah-Nya. Hal ini berlaku bagi semua umat Kristiani

yang telah dibaptis dan dipanggil untuk menjadi murid Yesus Kristus.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, evangelisasi dalam kerangka

pengertian alkitabiah, khususnya Perjanjian Baru dapat dimengerti sebagai kabar

gembira. Kabar gembira ini jika didasarkan pada apa yang dimaksud Paulus

adalah mewartakan Kristus dan rencana keselamatan Allah. Kemudian jika

diamati lebih dalam lagi kabar gembira di dalam Perjanjian Baru erat kaitannya

dengan istilah kesaksian, yang dalam bahasa Yunani disebut martyria.

b. Berdasarkan Dokumen Gereja

Peristilahan evangelisasi berasal dari bahasa Yunani eu-aggelion yang

berarti kabar gembira atau kabar baik. Istilah evangelisasi sebenarnya belum lama

digunakan dalam Gereja Katolik. Dalam Konsili Vatikan II istilah evangelisasi

banyak digunakan. Vatikan I yang lebih mencerminkan mentalitas abad-19, hanya

satu kali menggunakan kata Injil (=evangelium) namun tidak terdapat satu

katapun mengenai ‘Evangelisasi’. Sedangkan pada Konsili Vatikan II, kata Injil

digunakan sebanyak 157 kali “mewartakan Injil” sebanyak 18 kali dan

evangelisasi sebanyak 31 kali (Suharyo, 1993: 12). Sejak konsili Vatikan II

14  

banyak dikeluarkan dokumen Gereja yang berbicara mengenai persoalan

evangelisasi dewasa ini. Setelah sinode para uskup tahun 1974, Paus Paulus VI

mengeluarkan sebuah ensiklik yang berbicara mengenai karya pewartaan Injil

pada zaman modern, yaitu Evangelii Nuntiandi. Dokumen ini merupakan sebuah

himbauan Apostolik bagi seluruh umat untuk membaharui karya pewartaan Injil

pada masa sekarang, agar Injil mampu berdialog dengan kebudayaan dan

menjawab pengharapan serta keprihatinan umat manusia.

Sejalan dengan semangat Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI (1963-1979)

lebih memberi tekanan kepada evangelisasi. Dengan memberi orientasi yang lebih

jelas kepada perutusan Gereja, Paus Paulus VI memilih tema “Evangelisasi Dalam

Dunia Modern” dalam sinode para uskup tahun 1974. Atas dasar itu, pada tahun

1975 ia menulis amanat apostolis Evangelii Nuntiandi. Dalam dokumen itu

termuat paham yang sangat kaya.

Evangelisasi merupakan rahmat dan panggilan khas bagi Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam. Gereja ada untuk mewartakan Injil, yakni untuk berkotbah dan mengajar, menjadi saluran kurnia rahmat, untuk mendamaikan para pendosa dengan Allah dan untuk mengabadikan kurban Kristus di dalam misa, yang merupakan kenangan akan kematian dan kebangkitanNya yang mulia (EN art. 14). Secara tersirat dokumen ini mengisyaratkan, bahwa jati diri Gereja adalah

mewartakan Injil. Panggilan untuk mewartakan Injil bagi Gereja merupakan suatu

rahmat sekaligus sebuah tugas sehingga Gereja berkewajiban untuk menyalurkan

rahmat tersebut kepada semua orang tanpa kecuali. Gereja adalah umat Allah,

maka rahmat dilimpahkan kepada umat manusia yang dipanggil secara khusus

untuk turut serta dalam mewartakan Injil. Pelimpahan rahmat inilah yang

memampukan umat manusia; baik kaum awam maupun para religius untuk turut

15  

serta dalam mewartakan Kabar gembira tentang Kristus. Evangelisasi itu pada

akhirnya harus menyentuh jati diri manusia. Evangelisasi mengarahkan manusia

kepada kemerdekaannya sebagai anak-anak Allah yang bertanggungjawab. Pola

seperti itu tampak dalam diri Yesus Kristus sebagai pewarta Injil. Ia sendiri

mengajukan rencana dan kehendak Allah dan memperjuangkannya dalam

membebaskan orang dari kungkungan dosa pribadi, keterikatan pada belenggu

dosa sosial dan mengantar orang sampai pada pengalaman Roh Allah yang

membaharui kehidupan.

Bagi Gereja, evangelisasi (penginjilan) berarti membawa kabar baik

kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil mengubah umat

manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru (EN art 18). Evangelisasi

pertama-tama adalah kesaksian iman tentang Allah yang mengasihi dan

menyelamatkan manusia melalui dan di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu,

Gereja sebagai pekabar mesti menjadi pendengar Sabda yang baik lebih dahulu.

Setelahnya, Kabar Baik itu diwartakan kepada semua agar didengar dan diketahui,

supaya nilai-nilai injil dapat diresapi dan mempengaruhi serta membentuk hidup

manusia agar menjadi manusia baru yang hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Evangelisasi harus dipahami juga sebagai suatu “kegiatan mewartakan Kristus

kepada mereka yang belum mengenalnya dengan cara berkotbah, memberikan

katekese, memberikan sakramen baptis dan sakramen-sakramen lainnya” (EN art.

17). Melalui kegiatan-kegiatan pengajaran seperti inilah para pewarta berusaha

memperkenalkan Yesus Kristus dan karya penebusanNya bagi umat manusia.

16  

Redemptoris Missio art. 42 menegaskan: “kesaksian hidup Kristen

merupakan bentuk tugas perutusan yang pertama dan tiada tergantikan”.

Sedangkan pada Evangelii Nuntiandi art. 41 tertera: “sarana pertama pewartaan

Injil adalah kesaksian hidup Kristiani yang otentik, yang diberikan kepada Allah

dan sesama dalam suatu persekutuan yang tak dapat dibinasakan oleh apapun

juga”. Pemahaman evangelisasi berdasarkan dua artikel ini adalah sebuah

desakan untuk menjadikan pengalaman iman pribadi sebagai sebuah kesaksian

bagi orang-orang yang ada di sekitar kita dengan cara hidup yang jujur, setia,

tulus, ramah, sabar dan rendah hati.

Penulis melihat bahwa evangelisasi itu dapat berkembang kalau orang-

orang beriman secara pribadi maupun Gereja secara keseluruhan, mampu

memberi kesaksian dari pengalamannya akan Allah yang membuahkan

kegembiraan dan menyelamatkan kepada sesama sehingga semakin banyak orang

yang percaya dan diselamatkan. Dengan adanya kesaksian hidup yang baik dan

benar, kita membawa semakin banyak orang untuk dekat dengan Allah. Dalam

arti, kehidupan kita membuat orang lain semakin hidup. Corak dan cara hidup

Kristiani kita merupakan satu kesaksian yang hidup dan nyata. Kita tidak dapat

memberikan kepada orang lain apa yang tidak kita miliki. Karenanya, untuk

membawa Kristus kepada orang lain, pertama-tama kita harus memiliki Kristus

dan memperlihatkan diriNya dalam kehidupan kita. Intinya, evangelisasi adalah

suatu proses pembaharuan kemanusiaan lewat kesaksian, pewartaan yang

eksplisit, ketaatan batin, masuk dalam umat, menerima tanda-tanda dan prakarsa

merasul (EN art. 24). Evangelisasi adalah suatu proses yang panjang dari jawaban

17  

atas panggilan Allah untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan kata dan

perbuatan (kesaksian hidup) bahwa dalam diri Yesus Kristus, Allah yang adalah

kasih telah mencintai dunia. Dalam Sabda yang menjadi Daging, Ia telah

memberikan segala sesuatu dan telah memanggil semua manusia untuk hidup

yang baru (EN art. 26).

Evangelisasi sebagai pewartaan Sabda dibedakan menurut dua kategori

situasi (RM art. 33). Pertama, daerah-daerah di mana Kristus dan Injil belum

dikenal menuntut evangelisasi. Selanjutnya, daerah-daerah yang orang Kristennya

sudah kehilangan rasa keberimanannya dan tidak menganggap diri sebagai warga

Gereja. Pewartaan kabar gembira tidak membatasi diri pada mereka yang belum

mengenal Injil, namun juga kepada mereka yang telah mengenal Sabda-Nya.

Selain Redemptoris Misio dan Evangelii Nuntiandi, evangelisasi menurut FABC I

(Federation of Asian Bishops’ Conferences: Federasi Konferensi-

Konferensi Uskup se-Asia) berarti pelaksanaan tugas Gereja mewartakan Injil

Tuhan melalui kata dan kesaksian mengenai pengalaman akan Kristus yang

bangkit mulia dengan tekanan utama pada pembangunan Gereja lokal. Pewartaan

Injil merupakan pelaksanaan hakekat Gereja sendiri, maka Gereja Asia

berkeharusan untuk mewartakan Injil kepada bangsa Asia. Pewartaan tersebut

dilaksanakan melalui Sabda dan kesaksian agar evangelisasi dapat terjadi secara

efektif. Tanpa kesaksian hidup Gereja sendiri, pewartaan akan sulit menyentuh

hati rakyat Asia (RM art 42). Evangelisasi berarti menghidupi apa yang dilakukan

oleh Kristus agar dunia menjadi tempat yang lebih baik dan damai bagi semua

orang.

18  

Berdasarkan dokumen-dokumen Gereja, baik Evangelii Nuntiandi,

Redemptoris Missio maupun Federation of Asian Bishops Conferences (FABC)

dapat ditarik kesimpulan bahwa evangelisasi merupakan pewartaan ‘Kabar

Gembira’ kepada semua manusia. Kabar gembira yang diwartakan ditujukan

kepada semua orang tanpa kecuali baik orang yang beriman Katolik atau non

Katolik. Selain itu, ia juga dapat dipahami sebagai upaya memberikan kesaksian

Injil kepada semua umat manusia serta sebagai sebuah upaya pembinaan untuk

mengubah sikap hidup umat manusia supaya semakin berkembang imannya dalam

dan akan Kristus.

c. Pandangan Para Ahli tentang Evangelisasi

Evangelisasi dapat dimengerti sebagai suatu proses yang mencakup

keseluruhan penyebaran kabar gembira Injil. Di dalam proses ini ada usaha ke

dalam dan ke luar, yaitu usaha dimana umat beriman semakin berkembang secara

terus-menerus dengan memperdalam imannya serta upaya memberi kesaksian di

dalam kehidupan mereka (Heuken, 1991:313). Sedangkan menurut, Ignatius

Suharyo (1993:12) evangelisasi biasanya diartikan sebagai pemakluman

pewartaan Kristiani yang dasariah kepada orang-orang yang belum percaya

kepada Kristus. Beliau juga mengatakan bahwa “evangelisasi baru tidak

membatasi diri pada penerusan ajaran atau memeluk agama Kristen yang semakin

banyak, tetapi menyampaikan kabar gembira kepada manusia yang utuh”

(Suharyo 1995: 66).

19  

Menurut Sugiri (1994:52) evangelisasi merupakan suatu proses yang

menentukan perkembangan iman umat. Sebab dalam evangelisasi umat

mengalami perjumpaan dengan Allah dalam pengalaman hidupnya dan semakin

merasakan cintakasih Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sementara

Hardawiryana (1975:12) mengatakan bahwa “Evangelisasi adalah usaha kita

bersama sebagai umat untuk menyalurkan pengalaman iman kita kepada

masyarakat semasa dan setempat, sementara kita sendiri ikut serta menghayati

segala aspek kehidupan, yang kesemuanya merupakan satu keseluruhan, bersatu

raga dalam suatu kesatuan”. Evangelisasi dimengerti dengan beranjak dari

kenyataan bahwa karya-karya dari evangelisasi haruslah nampak terlebih dahulu

dan setelah itu dapat dinamakan evangelisasi.

Dari semua pendapat para ahli yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan

bahwa evangelisasi itu sendiri adalah suatu usaha yang panjang, suatu jawaban

atas panggilan Allah untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan kata dan

perbuatan, yakni kesaksian hidup bahwa dalam diri Yesus Kristus, Allah yang

adalah kasih telah mencintai dunia. Maka sebagai manusia yang telah dicintai

Allah kita harus berani juga mencintai Dia dan berani pula menjadi saksi yang

hidup bagi orang lain dalam kata dan perbuatan kita sehari-hari. Dengan cara

demikian kita telah mengambil bagian dalam mewartakan Kristus lewat kesaksian

hidup kita sebagai orang beriman. Kesaksian hidup merupakan aspek evangelisasi

yang paling mendasar karena lewat kesaksianlah karya evangelisasi dapat

terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari umat beriman. Kesaksian hidup

20  

menuntut pribadi seseorang untuk berani keluar dari dirinya sendiri dan ikut

memberikan kesaksian bagi yang lainnya.

2. Tujuan Evangelisasi

Paus Paulus VI dalam Evangelii Nuntiandi art.18 menekankan bahwa

tujuan evangelisasi adalah perubahan batin dan pertobatan. Itu berarti,

evangelisasi itu berhasil apabila pewartaan dapat diterima dan mempertobatkan

orang dari hidup bergelimang dosa kepada hidup penebusan yang ditawarkan oleh

Allah di dalam dan melalui diri Yesus Kristus. Kehidupan yang dipenuhi oleh

perkelahian, perselingkuhan, perjudian, perampokan, pemerkosaan, kemalasan,

tindak ketidakadilan di bidang ekonomi dan kebudayaan, pelanggaran HAM dan

lain sebagainya mesti diperbaharui dengan hidup yang memungkinkan orang

untuk hidup dan mengalami perlakuaan yang lebih manusiawi. Semua sikap hidup

yang melawan kemanusiaan hendaknya ditata kembali menuju hidup yang lebih

baik, hidup yang harmonis, penuh cinta, saling menghargai dan menghormati,

menciptakan keadilan dan perdamaian bagi semua orang tanpa memperhitungkan

perbedaaan. Apa yang dikatakan oleh Paus Paulus VI di atas hendaknya berguna

dan membawa dampak positif bagi manusia. Kecenderungan manusiawi kita

adalah tetap tinggal dan merasa nyaman dalam keterkungkungan dosa. Penekanan

Paus Paulus VI pada EN art.18 harus disadari sehingga dapat berbuah kebaikan.

Segala hal yang berlabel negatif hendaknya diperbaharui dan menjadi nilai positif

yang dapat membangun jati diri kita sebagai manusia beriman sehingga dapat

menjadi cermin bagi orang lain dalam berperilaku.

21  

Hal ini dimaksudkan bahwa pengaruh Injil dapat mengubah manusia dari

cara hidupnya yang lama menuju manusia baru. Artinya, seseorang diharapkan

memiliki perubahan dengan cara pandang yang baru dalam hidupnya agar hati

nuraninya pun tidak dibekukan oleh pandangan lama yang membuat orang

semakin tertutup hatinya untuk tergerak menolong mereka yang miskin, terlantar

dan yang dianiaya. Diharapkan bahwa dengan adanya perubahan dalam cara

pandang seseorang dapat memampukan dan mengasah nuraninya dalam

memberikan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan.

Menurut FABC I (Federation of Asian Bishops’ Conferences) tujuan

utama dari karya evangelisasi adalah “menyalurkan pengalaman akan Kristus

yang bangkit mulia dengan mendarahdagingkan amanat dan hidup Kristus dalam

budi dan peri-hidup bangsa Asia” (No. 9 dan 30). Bentuk konkret dari

pelaksanaan tujuan evangelisasi itu akhirnya adalah membangun Gereja setempat

yang sejati, karena Gereja setempat itu sendiri merupakan perwujudan Tubuh

Kristus dalam bangsa, tempat dan waktu tertentu (No. 10). Di sini para uskup

memahami evangelisasi sebagai pelaksanaan pewartaan Injil kepada bangsa Asia

di mana Gereja hidup dan berakar.

Dari tujuan evangelisasi seperti yang dipaparkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa untuk mencapainya, evangelisasi mesti diawali dengan

pertobatan dan pembaharuan iman yang terus-menerus; baik secara pribadi

maupun bersama-sama. Gerakan ini merupakan usaha umat Kristiani untuk

membaharui diri dari sikap cinta diri, keacuhtakacuhan serta dosa pribadi dan

sosial menuju suatu komunitas yang berpartisipasi dalam karya penebusan Allah

22  

dengan mengabdikan diri pada pelayanan kasih pada sesama. Dengan sikap

rendah hati dan jujur, umat Kristiani dapat mengkomunikasikan kabar gembira

mengenai Yesus Kristus sebagai tindakan Allah yang telah menyelamatkan

manusia. Pewartaan yang dibina dengan pengalaman pertobatan dan penghayatan

diri sebagai ciptaan baru akan mudah meresap dan membawa perubahan di dalam

realitas hidup manusia termasuk sejarah dan kebudayaannya. Di dalamnya umat

Kristiani tidak hanya mewartakan tindakan Yesus Kristus tetapi juga menemukan

dan menghayati kehadiran serta karyaNya secara nyata.

3. Isi Evangelisasi

Yesus Kristus sebagai Kabar Baik dari Allah merupakan penginjil pertama

dan terbesar. Ia bersedia mengurbankan hidup duniawi-Nya (EN art 7). Sebagai

pewarta kabar baik, Ia menjadikan diriNya sebagai Kabar Baik bagi orang-orang

yang dijumpai-Nya. Dengan sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, Ia menyatakan

betapa besar cinta-Nya kepada kita. Sebagai pewarta Kabar Gembira, Ia terlebih

dahulu menghayati dan mempraktekkan dalam hidup konkret-Nya dengan

mencintai dan mengasihi manusia. Dengan demikian isi evangelisasi tidak lain

adalah Yesus Kristus sendiri. Tidak ada evangelisasi yang sesungguhnya tanpa

Yesus Kristus, karena isi evangelisasi adalah Kristus. Dengan demikian, Dia

jugalah yang menjadi pusat evangelisasi. Dalam pelaksanaan, evangelisasi yang

tidak menempatkan Kristus pada pusat pemakluman akan kehilangan maknanya

yang asasi (EN art. 32).

23  

Paus Paulus VI dalam Evangelii Nuntiandi artikel 26 sampai 28

menjelaskan isi evangelisasi yaitu mewartakan Injil itu pertama-tama memberikan

kesaksian bahwa dalam sabda-Nya yang menjelma, Dia telah memberi hidup

kepada segala sesuatu dan telah memanggil manusia ke hidup yang abadi. Artikel

26 sampai 28 dari Evangelii Nuntiandi dirumuskan oleh Jacobs sebagai berikut:

Mewartakan Injil adalah memaklumkan bahwa keselamatan bersifat transenden dan esktologis,bermula dalam kehidupan dan dipenuhi dalam keabadian. Keselamatan yang transenden artinya keselamatan yang berasal dari Allah dan bersifat kekal. Keselamatan yang eskatologis yaitu keselamatan di akhirat. Mewartakan Injil itu berbicara mengenai panggilan manusia ke arah persatuan dengan Allah dalam ibadat dan cinta, ke arah persatuan dengan orang-orang lain dalam cinta persaudaraan, pengampunan, pelayanan dan penyerahan diri. Mewartakan Injil itu berbicara mengenai kedosaan manusia, maka perlunya pertobatan dan perubahan hati serta budi. Rumusan di atas mau menegaskan bahwa hanya melalui pertobatan yang

sejati, maka rahmat Allah dapat mengalir kepada manusia. Oleh karena itu, semua

orang yang terlibat dalam evangelisasi haruslah mengalami pertobatan sejati

terlebih dahulu, sehingga dia dapat juga menjadi alat Tuhan untuk membawa

pertobatan bagi orang lain. Orang yang telah mengalami pertobatan yang sejati

tidak akan menjadi manusia yang sama lagi, karena dia telah mati terhadap dosa

bersama dengan Kristus (Rm 6:4). Kematiannya terhadap dosa, membuatnya

terbuka terhadap rahmat Allah. Jacobs juga membeberkan EN art 29-39 mengenai

isi pewartaan yakni pewartaan Injil memiliki dimensi pribadi, keluarga, dan sosial

yang mencakup hak-hak dan kewajiban manusia, kehidupan keluarga, kehidupan

dalam masyarakat dan kehidupan internasional, perdamaian, keadilan,

perkembangan dan pembebasan. Gereja mempunyai kewajiban untuk mewartakan

pembebasan, memberi kesaksian serta menjamin bahwa soal pembebasan hati

24  

menjadi tekanan utama bagi manusia agar mereka tidak mengalami tekanan (EN

art. 36). Yang mesti diwartakan adalah perdamaian, kerukunan, keharmonisan

dan persaudaraan serta pentingnya menerima pengajaran iman dan pengalaman

konkrit dalam hidup kita sebagai umat beriman (EN art. 38).

Kebebasan beragama menduduki tempat yang utama karena hidup

beragama merupakan urusan pribadi seseorang yang mau menjalin relasi dengan

Tuhan. Dalam hal ini dianjurkan agar tidak ada paksaan dari pihak manapun untuk

merekrut seseorang dan memaksanya memilih suatu agama (EN art. 39). Sebab

hal yang paling penting adalah mewartakan jati diri Pembebas Sejati yang telah

menyelamatkan dan membebaskan kita dari belenggu dosa yakni Kristus (EN art.

38). Tidak ada seorang pun di dunia ini yang ingin dijajah, semua ingin bebas dan

merdeka.

Demikian juga kita sebagai umat Tuhan, kita semua telah dilepaskan dari

segala kuasa kegelapan oleh darahNya yang kudus, dan Tuhan Yesus telah

memindahkan kita ke dalam kerajaaNya yang kudus. Karena kebebasan kita

merupakan kebebasan yang kita terima dari Tuhan, maka tidak harus kita nikmati

sendiri saja, melainkan kita bagikan kepada mereka yang masih hidup dalam

penindasan. Tugas kita selanjutnya adalah memberitakan kepada dunia bahwa

Tuhan Yesuslah Pembebas Yang Sejati.

4. Bentuk-bentuk Pelaksanaan Evangelisasi

Pentingnya isi evangelisasi, tidak menyebabkan kita mengabaikan

pentingnya bentuk-bentuk yang digunakan dalam menyampaikan kabar baik. Hal

25  

ini menjadi tugas dan tanggungjawab gembala-gembala Gereja untuk mencari

bentuk yang efektif untuk menyampaikan pesan Injil kepada umat zaman

sekarang (EN, 40). Bagi Gereja, bentuk utama dan pewartaan Injil adalah

kesaksian hidup Kristen yang otentik (EN 41) karena lewatnyalah Gereja

menghadirkan hidupnya bersama Kristus untuk memperbaharui hidup manusia.

Kesaksian hidup Kristen merupakan bentuk tugas perutusan yang pertama dan tiada tergantikan. Kristus yang tugas perutusan-Nya kita lanjutkan merupakan saksi istimewa dan model semua kesaksian Kristen (RM art. 42). Pernyataan di atas mau menegaskan bahwa evangelisasi dapat dilakukan

melalui kesaksian hidup, seterut teladan Yesus Kristus lewat penyerahan diri

secara penuh pada Allah demi membentuk persekutuan yang kuat, dan dalam

semangat yang berkobar-kobar dengan mencintai dan mengasihi orang lain (bdk.

EN art. 41). Itu berarti, kata dan tindakan harus berjalan seimbang agar orang

yang melihat dan mendengar tidak dibingungkan. Selain kesaksian yang oleh

Gereja dipandang sebagai bentuk utama dalam pewartaan, ada beberapa bentuk

lain kiranya penting juga dalam berevangelisasi. Bentuk-bentuk itu antara lain:

liturgi sabda, kotbah, katekese, media massa, peranan sakramen-sakramen, kontak

pribadi dan kesalehan popular.

Kotbah merupakan salah satu bagian terpenting dari evangelisasi. Melalui

kotbah, pesan Injil disampaikan secara sederhana, jelas, langsung, selaras dengan

kebutuhan manusia pada zamannya dengan bersumber pada ajaran Injil dan setia

pada kuasa mengajar Gereja. Kotbah seperti ini sangat bermanfaat bagi jemaat

dalam membuka hati menuju pertobatan dan juga menggerakkan mereka untuk

meneruskannya (EN art. 43). Oleh karena itu, perlu diusahakan agar kotbah yang

26  

disampaikan dapat membantu menyebarkan iman, menyebabkan orang lebih

beriman, mengusahakan agar ajaran Allah dapat diterima, menyampaikan dengan

iman dan akhirnya agar hidup konkret umat beriman semakin diperdalam dan

didewasakan melalui kesaksian iman dalam kenyataan hidup sehari-hari.

Bentuk evangelisasi yang tidak boleh diabaikan adalah katekese. Katekese

sebagai komunikasi iman adalah usaha umat untuk saling bertukar pengalaman

iman, meneguhkan, mengembangkan, mengarahkan serta menggairahkan kembali

iman. Dalam komunikasi iman itu umat menyadari bahwa iman mereka

diteguhkan oleh pengalaman iman umat lainnya (Papo, 1985:14). Katekese dapat

membantu membentuk pola hidup Kristiani yakni hidup seturut teladan Yesus

Kristus yang mencerminkan cinta kasih, kesetiaan, kesabaran dan kepedulian.

Katekese ini dapat dilakukan oleh katekis di paroki, guru-guru di sekolah dan juga

orang tua di rumah dalam keluarga (EN art. 44). Katekese dapat dilakukan di

dalam keluarga karena keluarga merupakan sekolah pertama di mana dasar

kehidupan manusia dipelajari. Keluarga adalah dapur iman pertama dan utama di

mana nilai-nilai murni dalam kehidupan manusia dan iman Kristian diwarisi serta

diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Gereja menekankan bahwa ibu bapa

merupakan guru agama atau katekis pertama dan utama dalam membimbing anak-

anak mereka menjadi orang Kristiani yang beriman. Pembentukan akhlak dan

kerohanian anak-anak pada awalnya adalah tanggungjawab utama ibu dan bapa di

rumah. Tanggungjawab utama ibu bapa ini seharusnya tidak diserahkan kepada

para katekis atau pun para guru.

27  

Bentuk lain yang tidak kalah pentingnya dalam evangelisasi adalah kontak

pribadi dengan sesama (EN art. 46), karena dapat membantu usaha kita dalam

mewartakan Injil. Kesediaan dan keterlibatan kita dalam berbagai kegiatan Gereja,

sikap saling menyapa, meneguhkan seperti yang dilakukan oleh para imam yang

ditekankan dalam Evangelii Nuntiandi artikel 46: “Mereka membantu umat di

dalam usaha-usahanya, membangkitkan umat bila mereka jatuh, dan selalu

menolong”. Hal ini adalah tugas utama bagi seorang pewarta.

EN art. 47 menegaskan bahwa evangelisasi tidak hanya terdiri dari kotbah

dan mengajarkan suatu doktrin, karena “pewartaan Injil harus mampu menyentuh

kehidupan kodrati maupun adikodrati”. Kehidupan adikodrati ini terungkap dalam

tujuh sakramen; sakramen ekaristi, baptis, penguatan, tobat, imamat, perkawinan,

pengurapan orang sakit. Peran evangelisasi adalah mendidik masing-masing

individu kristiani agar menghayati sakramen-sakramen dan menjalaninya dalam

kehidupan sehari-hari. Sakramen-sakramen ini mengajak umat beriman untuk

mampu bersikap murah hati dan rela berkorban, peka terhadap situasi yang terjadi

di sekitar kita dan menaggapinya.

Dalam berevangelisasi, dialog merupakan suatu hal yang wajib

diupayakan, baik dialog antar umat beriman itu sendiri untuk semakin

memperluas wawasan dan memperkokoh iman kepercayaannya maupun dialog

antar umat beragama untuk tetap menjalin relasi dan komunikasi yang baik

sebagai upaya untuk mewujudkan keadilan. Keadilan memang merupakan

masalah serius dunia saat ini. Di berbagai tempat orang berbicara dan berjuang

untuk menegakkan keadilan. Namun sampai saat ini situasi dunia dan bangsa

28  

bahkan dalam Gereja sendiri masih nampak adanya ketidakadilan. Berhadapan

dengan situasi ini, Gereja perlu mengambil sikap dan tindakan konkret dalam

menegakkan keadilan demi hidup yang lebih harmonis, aman, damai dan penuh

cinta kasih sebab keadilan merupakan perwujudan cinta kasih Allah bagi manusia.

Cinta kasih menuntut keadilan yaitu kesadaran akan martabat dan hak sesama

manusia. Dalam hal ini keadilan adalah tuntutan pertama dan utama bagi cinta

kasih.

Berkaitan dengan pelaksanaan evangelisasi, para uskup se-Asia dalam

sidang pleno FABC I (Federation of Asian Bishops’ Conferences) yang diadakan

di Taipei pada tahun 1974 mengangkat tema “Evangelisasi di Asia zaman

Modern”. Dari sidang inilah lahir paradigma threedialog yaitu dialog dengan

budaya-budaya Asia, dialog dengan agama-agama Asia, dan dialog dengan kaum

miskin. Three dialog ini menentukan arah perutusan dan pastoral pewartaan yang

relevan dan kontekstual. Orientasi dasar dari FABC adalah dialog. Alasan utama

dialog ditekankan oleh FABC untuk memahami pengertiannya mengenai Gereja

dan misinya karena dengan dialog itu terjadi secara konkret Gereja yang

berinkarnasi, mempribumi dan berinkulturasi (No. 12). Pewartaan Injil kepada

Gereja setempat bisa dilakukan melalui dialog seperti yang disebutkan di atas.

Dalam dialog ini, kaum miskin dimengerti sebagai mereka yang miskin bukan

dalam nilai-nilai, kualitas ataupun potensi-potensi manusiawi. Kemiskinan lebih

pada rasa kehilangan kesempatan untuk memiliki harta agar bisa hidup secara

sungguh manusiawi. Gereja dalam hal ini berdialog dengan mereka yang miskin

bukan berarti bahwa Gereja bekerja melulu untuk mereka saja.

29  

Dialog dengan kaum miskin seperti yang diungkapkan dalam FABC I di

atas, oleh penulis dimengerti sebagai suatu bentuk solidaritas dengan kaum

miskin. Melalui dialog Gereja bekerjasama dengan kaum miskin, ikut mengalami

kehidupan dan merasakan aspirasi-aspirasi mereka, memahami keputusasaan dan

harapan mereka serta berjalan bersama mereka. “Jadi, dialog dapat menjadi

peluang untuk saling berbagi kerinduan kita akan Allah dan akan persaudaraan

antara putera-puterinya” (No. 16).

Gereja menghadapi kenyataan adanya orang miskin yang sangat besar

jumlahnya di seluruh Asia. Sebagian dari mereka ini menjadi anggota Gereja

namun sebagiannya belum. Kenyataan ini menuntut Gereja Asia untuk

mengadakan dialog dengan kaum miskin dan membawa kabar gembira kepada

mereka. Gereja melihat bahwa ada hubungan erat antara pewartaan Injil yang

dibawakannya dengan pembebasan umat manusia yang mengalami penindasan.

Oleh karena itu, dengan tegas dan sadar dikutip kembali dokumen “Keadilan di

dunia” yang dikeluarkan oleh sinode para uskup tahun 1971. Dalam sinode itu

dikatakan dengan tegas bahwa:

Kegiatan demi keadilan dan peran serta dalam perombakan dunia menurut keyakinan kami merupakan dimensi hakiki pewartaan Injil, yakni misi Gereja demi penebusan umat manusia serta pembebasannya dari tiap penindasan.Pewartaan Injil dengan penekanan pada aspek pembebasannya diyakini sebagai aspek pewartaan Kabar Gembira kepada kaum miskin. Kabar gembira yang membawa harapan bahwa mereka yang mengalami pemiskinan dapat menggunakan potensi manusiawi mereka yang amat besar, mengemukakan aspirasi mereka akan dunia yang lebih penuh manusiawi dan bersaudara dalam Kristus yang memanggil Gereja-gereja Asia (No. 22). Keadilan sosial merupakan masalah serius dalam segala zaman, maka

Gereja perlu mengambil sikap dan tindakan konkret dalam melaksanakan misi

30  

dengan memprioritaskan kaum miskin. Hal ini dimaksud bahwa perutusan Gereja

dalam pewartaan Injil tidak terlepas dari perjuangannya dalam mewujudkan

keadilan sosial. Kemiskinan itu tidak hanya menyangkut harta benda seseorang

tetapi menyangkut berbagai aspek hidup manusia seperti budaya, sosial, politik

dan lain sebagainya. Di bidang sosial misalnya seseorang dikatakan miskin

apabila hak dan kewajibannya sebagai manusia dalam berinteraksi dengan orang

lain menjadi terbatas atau dibatasi. Semua tindakan yang berusaha mengabaikan

hak dan kewajiban bahkan melanggar hak asasi dilihat oleh FABC sebagai

tindakan ketidakadilan struktural; ketidakadilan yang dibuat oleh manusia yang

selalu memiskinkan masyarakat, maka FABC atas nama Gereja merumuskan

salah satu kewajiban Gereja Asia yakni mewartakan kabar gembira bagi mereka

yang miskin baik rohani maupun jasmani. Kesepakatan yang dibuat itu kemudian

menjadi kewajiban evangelisasi Gereja untuk melawan ketidakadilan.

Dalam mewujudkan pilihan ini Gereja harus sungguh-sungguh memiliki

solidaritas dengan kaum miskin. Melalui semangat ini dapat dilihat bahwa

kemiskinan ikut berperan secara utuh dan penuh dalam kehidupan serta tugas-

tugas pengutusan Gereja, bukan semata-mata sebagai obyek keprihatinan Gereja,

melainkan sebagai subyek yang aktif dan kreatif dalam menentukan arah hidup

mereka sendiri. Dapat kita lihat saat ini bahwa Gereja telah mengembangkan

koperasi kredit atau mendukung unit usaha kecil. Ada pula para imam serta para

kaum religius lainnya yang memberi pelayanan kepada kelompok-kelompok

korban pemiskinan, seperti petani, nelayan, buruh, serta anak-anak dari keluarga

31  

miskin, korban konflik daerah, ataupun korban kekerasan politik.Inilah sikap-

sikap Gereja yang telah menumbuhkan perhatian kepada orang-orang miskin.

Dalam lokakarya III FABC membahas mengenai hubungan evangelisasi

dan agama-agama besar di Asia, kelompok ini membahas 3 perhatian utama, yaitu

menerima nilai-nilai agama di Asia, bantuan yang sama dan sikap terbuka untuk

belajar dari agama-agama lain dan dialog tanpa usaha untuk mempertobatkan

yang lain. Setelah melalui refleksi yang panjang, akhirnya FABC I merumuskan

pengertiannya mengenai kedudukan agama-agama lain dalam hubungannya

dengan Gereja dan tugas evangelisasinya sebagai berikut:

Dalam dialog itu kita menerima tradisi-tradisi itu sebagai unsur-unsur yang penting dan positif dalam tata laksana rencana keselamatan Allah. Padanya kita menghargai makna-makna dan nilai-nilai rohani dan etika yang mendalam. Berabad-abad lamanya tradisi-tradisi itu merupakan perbendaharaan pengalaman religius para leluhur kita, yang bagi orang-orang zaman sekarang tetap merupakan sumber cahaya dan kekuatan. Selain itu mengungkapkan secara otentik dambaan-dambaan paling luhur hati mereka serta merupakan kediaman kontemplasi dan doa mereka (No. 14).

Dari artikel di atas dapat dilihat bahwa kalau Gereja Asia mengakui bahwa

ia dapat belajar dan memperkaya diri dengan mengadakan dialog dengan agama-

agama lain, bagaimana Gereja secara konkret mempraktekannya dalam hidup

sehari-hari. Dalam dialog itu Gereja terus menerus menolong setiap anggotanya

mencari nilai-nilai positif dalam kebudayaan, moral dan sosial bangsa Asia

sendiri. Dengan demikian diharapkan bahwa Gereja Asia dapat hidup

berdampingan secara baik dengan agama-agama lain. Dengan hidup

berdampingan berarti juga Gereja dapat meresapi masyarakat Asia, menginjilinya

dari dalam dan tidak menjadi asing bagi bangsa Asia sendiri.

32  

Dialog yang ketiga adalah dialog dengan kebudayaan. Salah satu masalah

penting yang dihadapi di Asia dan kawasan-kawasan lain diuraikan oleh

Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam dunia modern: “Bagaimana dinamika

hidup dan perkembangan kebudayaan baru dapat dipelihara tanpa kehilangan

kesetiaan yang nyata terhadap warisan tradisi” (GS. Art. 56). Gereja di Asia

berhadapan dengan pluralitas kebudayaan yang sudah hidup selama berabad-abad

lamanya. Di atas sudah disinggung mengenai dialog dengan agama, hal yang

serupa dapat dikatakan dengan dialog antara Gereja dengan kebudayaan. FABC I

menyebutkan bahwa dialog tersebut harus berlangsung terus menerus antara

Gereja setempat dengan tradisi-tradisi, kebudayaan dan agama tempat Gereja

berakar secara mendalam (No. 12). Dengan pernyataan ini, kiranya FABC I

mengartikan kebudayaan dalam arti yang sangat luas, menyangkut seluruh

dimensi hidup manusia. Adapun tujuan utama dialog Gereja dengan kebudayaan

adalah agar Gereja tetap relevan, mengakar dalam masyarakat di mana ia hidup

dan akhirnya tidak terasa asing bagi para pemeluknya. Sedangkan FABC No 2

(1997:133) menegaskan bahwa:

Gereja setempat lahir dan dibangun melalui perjumpaan yang mendalam dan saling memperkaya antara Injil dan suatu masyarakat beserta kebudayaan dan tradisinya yang khas, ……Inkulturasi tidak hanya berarti mengungkapkan Injil dan iman Kristiani melalui upaya budaya tertentu, melainkan mencakup juga: mengalami, memahami dan meresapkan Injil dan iman melalui sumber-sumber budaya suatu masyarakat. Hasilnya: bentuk konkret Gereja setempat di satu pihak akan dipengaruhi oleh kebudayaan, dan di lain pihak kebudayaan akan mengalami evangelisasi berkat kehidupan dan kesaksian Gereja setempat. Gereja Katolik yang berada dalam dunia, diutus dan berkarya di dalam

dunia. Gereja berhadapan dengan berbagai kebudayaan dan agama/kepercayaan.

33  

Dalam menjalankan karya perutusannya Gereja berhadapan dengan budaya

setempat. Gereja mengakui dan menerima semua unsur budaya mana pun sejauh

itu dapat dipergunakan demi kemuliaan Tuhan Sang Pencipta. Gereja mesti

terbuka untuk menerima unsur dan nilai budaya yang dapat membantu

perkembangan iman Kristiani. Gereja katolik menjadi Gereja yang sangat terbuka.

Gereja mengakui bahwa banyak hal baik yang merupakan tanda kehadiran Allah

dalam kebudayaan manusia. Gereja bahkan mengakui bahwa dalam dan melalui

kebudayaan-kebudayaan manusia, iman dan karya pewartaannya dapat

berkembang, diterima, dihayati dengan lebih baik.

5. Para Pelaku Evangelisasi

Evangelisasi tidak mungkinlah tanpa karya Roh Kudus. Sesungguhnya

barulah sesudah kedatangan Roh Kudus, pada hari Pentakosta bahwa para Rasul

berangkat ke segala penjuru dunia untuk memulai karya besar evangelisasi Gereja.

Petrus menerangkan peristiwa ini sebagai pemenuhan nubuat Yoel: “Aku akan

mencurahkan Roh-Ku” (Kis 2:17). Petrus penuh dengan Roh Kudus sehingga dia

dapat berbicara kepada orang-orang mengenai Yesus, Putera Allah (Kis 4:8).

Paulus juga dipenuhi dengan Roh Kudus (Kis 9:17) sebelum mempersembahkan

diri kepada karya kerasulannya, seperti halnya Stefanus ketika dia dipilih untuk

melayani Firman dan kemudian memberikan kesaksian dengan darahnya (lihat

Kis 6:5.10; 7:55). Roh yang menyebabkan Petrus, Paulus dan Kedua Belas Rasul

berbicara, dan yang mengilhamkan kata-kata yang harus mereka ucapkan, juga

datang “pada mereka yang mendengarkan Firman” (Kis 10:44).

34  

Haruslah dikatakan bahwa Roh Kudus adalah pelaku utama evangelisasi:

Dialah yang mendorong tiap individu untuk mewartakan Injil, dan Dialah yang

dalam kesadaran hati nurani menyebabkan kata penebusan diterima dan dipahami

(AG 4). Tapi dengan cara yang sama dapat dikatakan bahwa Dialah tujuan

evangelisasi. Dialah yang menggerakkan ciptaan baru, kemanusiaan baru, di mana

evangelisasi merupakan hasilnya. Dalam ensiklik Redemptoris Missio, pada butir

28 dan 29, Paus Yohanes Paulus II menggambarkan tindakan Roh Kudus:

Kegiatan dan kehadiran Roh itu tidak hanya mempengaruhi orang-perorang, melainkan juga mempengaruhi masyarakat dan sejarah, bangsa-bangsa, kebudayaan-kebudayaan dan agama-agama. Sesungguhnya, Roh itu berada di asal-muasal cita-cita dan usaha-usaha luhur yang bermanfaat bagi umat manusia dalam perjalanannya sepanjang sejarah: Roh Allah, yang dengan penyelenggaraan yang mengagumkan, memimpin jalannya sejarah dan memperbaharui muka bumi. Dalam setiap evangelisasi, kita berserah pada karya Roh Kudus, karena

Roh Kudus adalah jiwa dari Gereja. Roh Kuduslah yang memberikan kita

kekuatan untuk dapat melakukan evangelisasi dan Roh Kudus yang sama jugalah

telah dicurahkan untuk Gereja dan menjadi jiwa dari Gereja (EN art. 13). Kalau

diberdayakan terus-menerus oleh Roh Kudus, maka Gereja yang satu, kudus,

katolik dan apostolik, itu dapat menyebar ke tengah-tengah umat manusia. Pesan

berikut ini yang ditulis oleh Santo Petrus dapat diterapkan bagi umat Kristiani di

mana saja dan kapan saja:

Kepada mereka telah dinyatakan bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan orang-orang, yang oleh Roh Kudus yang diutus dari surga, menyampaikan berita Injil kepada kamu … (1Ptr 1:12).

35  

Rumusan di atas menegaskan bahwa daya gerak Roh Kudus memampukan

semua umat beriman untuk merealisasikan penghayatan iman mereka dalam

bentuk yang nyata. Iman yang dihayati harus diwujudkan dalam hidup sehari-

hari dengan bersama mengambil bagian dalam pelayanan yang tertuju terutama

kepada mereka yang membutuhkan perhatian. Gereja dalam banyak kegiatan

melibatkan diri dalam segala usahanya membebaskan manusia dari kemiskinan

dan bentuk penderitaan lainnya.

Gereja baik universal maupun lokal memiliki hubungan yang erat,

sehingga tetap berjalan sesuai dengan rencana Allah. Oleh karena itu seluruh

Gereja dipanggil untuk melakukan evangelisasi yang di dalamnya ada bermacam-

macam tugas yang harus dilaksanakan (EN art. 66). Gereja harus melakukan

evangelisasi, bahkan perlu melakukan re-evangelisasi dalam dan kepada sebuah

dunia yang semakin tidak Kristiani, malah di berbagai negara yang berabad-abad

lamanya dikenal sebagai negara-negara Kristiani. Dunia semakin digerogoti oleh

sekularisme, materialisme, hedonisme, konsumerisme dan lain sebagainya. Gereja

adalah Umat Allah. Jadi, benarlah apa yang dinyatakan oleh Paus Yohanes Paulus

II: “Tidak ada satupun orang yang beriman akan Kristus, tidak satu pun lembaga

Gereja dapat menghindarkan kewajiban yang besar ini yaitu memberitakan

Kristus kepada semua bangsa” (RM art. 3). Oleh karena itu pantaslah seluruh

anggota Gereja, bersama dengan Santo Paulus, berseru: “Celakalah aku, jika aku

tidak memberitakan Injil!” (1Kor 9:16). Dengan demikian, Gereja dapat

memaklumi apa yang dinyatakan dalam Evangelii Nuntiandi 15 bahwa Gereja

36  

lahir dari kegiatan evangelisasi Yesus Kristus sendiri dan para Rasul-Nya dalam

kuasa Roh Kudus.

Roh Kudus yang digambarkan sebagai pelaku utama evangelisasi,

menaungi para murid dan pelaku evangelisasi lainnya untuk turut serta dalam

berevangelisasi. Ensiklik Evangelii Nuntiandi artikel 68 sampai 72, memaparkan

dengan sangat jelas para pelaku evangelisasi. Evangelii Nuntiandi art. 68

menegaskan bahwa:

Para uskup merupakan penggati para Rasul, melalui kuasa tahbisan menerima kewibawaan untuk mengajarkan kebenaran yang diwahyukan dalam Gereja.Mereka adalah guru-guru iman, pendidik umat dalam iman dan pengkotbah-pengkotbah, sekaligus menjadi pelayan Ekaristi dan Sakramen lainnya. Sebagai imam mereka dipilih untuk mewartakan Sabda Allah dengan kewibawaannya, mengumpulkan umat Allah yang terceraiberai, memberi makan umat dengan tanda-tanda karya Kristus yang adalah Sakramen-sakramen, memberitahu umat jalan menuju keselamatan. Rumusan di atas menegaskan tugas dan tanggungjawab dari seorang uskup

dan imam yang dikuduskan dan dimeteraikan dengan sakramen imamat. Mereka

ditugaskan meneruskan dan mempertahankan ajaran Kristus melalui pewartaan

dan menguduskan umat melalui sakramen-sakramen. Mereka disebut pastor atau

gembala, karena mereka ditugaskan pula menggembalakan umat seperti seorang

gembala menggembalakan kawanan dombanya. Seorang gembala akan berusaha

agar kawanan domba tetap utuh jangan sampai ada domba yang hilang. Tugas

seorang imam meliputi tiga bidang yaitu mewartakan, menguduskan dan

menggembalakan.

Para uskup bersaksi dengan memberikan diri dan hidup sepenuhnya bagi

karya evangelisasinya demi memuliakan Allah dalam totalitasnya menghayati

kemiskinan, penyangkalan diri, kemurnian, ketulusan, dan pengurbanan diri

37  

dalam kesetiaan; juga upayanya meneguhkan sesama melalui hidup doa dan

keheningan. Darminta, (1997:13) mengatakan bahwa:

Religius dan evangelisasi merupakan kenyataan yang menyentuh hakikat hidup religius, corak dan ritme hidup sehari-hari, serta kegiatan hidup religius dalam pengabdian kepada Gereja dan kemanusiaan. Hidup religius lahir dan ada demi evangelisasi, pewartaan Yesus Kristus dan nilai-nilai Injil yang dibawa serta. Kalau dikatakan bahwa hidup religius bercirikan missioner, itu berarti hidup religius harus dibangun dan dihayati berdasarkan kenyataan Gereja yang berevangelisasi. Pernyataan ini menegaskan tugas dari kaum religius. Kaum religius dalam

tugas dan pewartaan menjadi panutan umat sangat menentukan keberhasilan

evangelisasi. Oleh karena itu hidup kaum religius sendiri harus dibimbing Roh

Kudus, menjadi pendoa, akrab dengan Sabda Tuhan, dan menjadikan Ekaristi

sebagai pusat hidupnya. Karena menjadi panutan maka dalam pelaksanaan

evangelisasi religius diharapkan mampu menghayati hidupnya sebagai pelaku

evangelisasi yang bisa bekerjasama dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah

baik di keluarga maupun dalam lingkup hidup bermasyarakat.

Pelaksana evangelisasi lain adalah kaum awam. Kaum awam dipanggil

secara khusus, ditempatkan di tengah-tengah dunia dan diberi tugas tertentu

untuk melaksanakan evangelisasi. Tugas kaum awam yang utama dan pertama

adalah menggunakan setiap kemungkinan Kristiani dan penginjilan yang

tersembunyi tetapi sudah ada dan aktif dalam urusan-urusan dunia. Bidang-bidang

mereka meliputi: dunia politik yang luas dan kompleks; kemasyarakatan dan

ekonomi; kebudayaan, ilmu pengetahuan dan seni; kehidupan internasional dan

media massa. Juga mencakup kenyataan dalam kehidupan manusia, seperti

38  

cintakasih manusiawi, keluarga, pendidikan anak-anak dan kaum remaja, kerja

profesional dan penderitaan (EN art. 70).

Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari

Kerajaan Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut

kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia artinya menjalankan segala macam

tugas dan pekerjaan duniawi dan berada di tengah kenyataan biasa hidup

berkeluarga dan sosial. Prasetya (2006: 25-27) mengatakan bahwa “mereka itu

pribadi-pribadi yang menghayati hidup di dalam dunia: mereka belajar, bekerja,

menjalin hubungan persahabatan, mereka adalah anggota masyarakat,

kebudayaan”. Kekhasan inilah yang menjadi lahan perjuangan hidupnya sehari-

hari, termasuk upayanya dalam memperjuangkan jati dirinya sebagai kaum awam

yang dijiwai semangat Injil yaitu menjadi garam dan terang serta menjadi saksi

bagi sesamanya berdasarkan iman, harapan dan cinta kasih. Keterlibatan kaum

awam dalam upayanya mengembangsuburkan Gereja tampak secara nyata dalam

kegiatan liturgi, pewartaan dan penggembalaan anggota Gereja (Prasetya,

2006:42).

Keterlibatan kaum awam dalam pengembangan Gereja sangat dirasakan

manfaatnya. Saat ini, di Gereja manapun kita dapat melihat dan menyaksikan

bagaimana kaum awam terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja mulai

dari anak-anak sampai orang tua. Kegiatan sekitar altar seperti: lektor, dirigen,

kor, pemazmur, prodiakon, misdinar, organis, petugas kolekte, menata dan

menghias altar, pendamping PIA, pembina komuni pertama dan masih banyak

kegiatan lainnya.

39  

Selain Hirarki Gereja, biarawan/biarawati dan kaum awam bahkan

keluarga juga memiliki peran penting dalam evangelisasi (EN art. 71). Keluarga

yang sadar akan perutusan menyadari diri sebagai Gereja mini, akan terlibat dan

melibatkan diri dalam melakukan evangelisasi dan menerima evangelisasi. Orang

tua tidak hanya mengkomunikasikan Injil kepada anak-anak, tetapi anak-anak

dapat menerima Injil seperti yang dihayati oleh orang tua mereka. Dengan

demikian anak-anakpun akan melakukan hal yang sama mengikuti teladan orang

tuanya, bukan saja dalam keluarga tetapi dalam kehidupan masyarakatnya.

Telah diuraikan beberapa pelaksana evangelisasi mulai dari hirarki Gereja

sampai dengan Gereja mini yakni keluarga. Masing-masing pelaksana

evangelisasi menjalankan tugas yang telah dipercayakan kepadanya. Meski status

mereka berbeda ada uskup, pastor, bruder, suster dan awam, namun mereka punya

satu tujuan yang sama yakni menghantar semua orang untuk mencapai

keselamatan dan kebenaran akan Yesus Kristus yang membuat mereka bertobat

dan meninggalkan kehidupan lama yang penuh dosa dan memulai hidup baru.

Hidup baru yang dimaksud di sini adalah hidup dengan cara pikir yang baru dan

tindakan yang membuat semakin banyak orang tersapa untuk ikut ambil bagian

dalam tugas yang sama yakni mewartakan Injil Tuhan Yesus.

Dari berbagai uraian di atas, dapat dilihat bahwa pelaku utama

evangelisasi adalah memang Roh Kudus. Roh Kudus-lah yang mengurapi dan

memberdayakan semua pemberita Injil, juga setiap pribadi orang Kristiani untuk

tugas pewartaan. Yang jelas, tidak ada evangelisasi tanpa Roh Kudus. Selagi Roh

Kudus memenuhi Yesus dan Gereja perdana, Dia pun mengisi seluruh Gereja, diri

40  

kita semua: Sri Paus, para uskup, imam, diakon, biarawan-biarawati dan kaum

awam dengan kuasa rahmatNya agar kita semua dimampukan untuk mewartakan

Injil Kerajaan Allah.

B. Tantangan Evangelisasi

Dalam hidup, manusia dihadapkan pada berbagai situasi kehidupan;

keberhasilan, keberuntungan, kegagalan dan tantangan. Situasi ini datang silih

berganti mengisi hidup manusia. Demikian juga dalam pewartaan atau

evangelisasi banyak tantangan yang dijumpai. Evangelisasi selalu menghadapi

tantangan baik dari luar maupun dari dalam.

Pada bagian ini penulis akan membahas tantangan evangelisasi baik

tantangan yang berasal dari dalam diri Gereja maupun luar diri para suster

ataupun umat sebagai pelaku evangelisasi. Tantangan dari luar seperti arus-arus

besar yang merupakan tantangan yang dihadapi manusia zaman ini (Nota Pastoral

KAS, 2002:7). Sedangkan tantangan dari dalam bisa dilihat dari dampak adanya

arus-arus besar zaman yang disebutkan sebagai tantangan dari luar yang

mempengaruhi sikap hidup dan perilaku manusia zaman ini dalam

berevangelisasi.

1. Tantangan dari luar Diri

a. Arus Besar Zaman

1) Sekularisasi

41  

Istilah sekularisasi berasal dari bahasa Latin saeculum. Kata ini dipakai

untuk mengakhiri doa Kristiani berbahasa Latin:…per omnia saecula saeculorum

(…sepanjang segala masa). Sekularisasi adalah suatu arus sejarah yang bergerak

dari karakter sakral ke profan. Suatu proses di mana manusia cenderung

meninggalkan pola hidup yang berlandaskan keimanan kepada yang Ilahi dan

mulai menghayati model hidup yang dilandasi oleh keyakinan akan jaminan yang

disediakan oleh manusia dan alam (Perajaka, 1990: 76).

Nota pastoral Keuskupan Agung Semarang mengatakan bahwa

sekularisasi adalah salah satu arus besar zaman yang dipahami “sebagai suatu

proses yang mengubah secara mendasar pola berpikir, pola hidup manusia zaman

ini yang berdampak pada segala bidang kehidupan manusia” (Nota pastoral KAS,

2002:9). Bidang-bidang kehidupan manusia itu adalah:

a) Dalam Bidang Keagamaan

Nota Pastoral KAS (2002:13) mengatakan bahwa dalam bidang

keagamaan sekularisasi dapat menimbulkan kecenderungan-kecenderungan yang

tampak dalam berbagai gejala: Memisahkan hidup sehari-hari dari agama tampak

dalam ritualisme, yaitu pelaksanaan agama yang tidak seimbang karena

mengutamakan upacara-upacara keagamaan atau ritual saja, tanpa memperhatikan

hubungannya dengan hidup sehari-hari. Orang bisa saja melaksanakan upacara-

upacara keagamaan di tempat yang sakral dengan sangat khusuk namun dalam

keseharian hidupnya memperlihatkan seolah-olah tidak ada Tuhan.

42  

Dikatakan bahwa agama selalu mengajarkan yang benar kepada umatnya,

tetapi justru para pengikutnya salah dalam mempraktekan ajaran agama yang

dianutnya. Misalnya agama mengajarkan untuk menciptakan kedamaian dalam

hidup berbangsa dan bernegara namun kenyataannya yang dihadapi dalam dunia

dewasa ini justru sebaliknya. Yang ada dalam bangsa dan negara ini adalah

kekerasan. Segelintir orang memanfaatkan agama demi kepentingan pribadi atau

kelompok bahkan justru menyulut kekerasan. Kekerasan ini bertentangan dengan

hakekat dari agama yang mengajar tentang kedamaian. Berhadapan dengan situasi

seperti ini diharapkan adanya pewartaan yang membawa pemahaman yang benar

mengenai agama, keterbukaan terhadap dunia melalui dialog dengan penganut

agama yang lain dan menyadari peran profetis dalam masyarakat. Nota Pastoral

KAS (2002:13) mengatakan “Orang bisa saja khusyuk melaksanakan upacara

keagamaan di tempat sakral, namun dalam keseharian cara hidupnya

memperlihatkan seolah-olah tidak ada Tuhan”.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang orang beranggapan bahwa

agama untuk kehidupan zaman sekarang ini tidak lagi membawa keselamatan

karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ketekunan dalam doa

disertai dengan perbuatan baik terhadap sesama dan keterlibatan secara aktif

dalam berbagai kegiatan di Gereja ternyata tidak berpengaruh bagi hidup manusia.

Di era modern seperti saat ini rasa religiositas seseorang dirasa semakin pudar

bahkan menghilang. Orang sibuk dengan diri sendiri dalam berbagai persaingan

hidup dan lupa mewujudkan hukum utama yaitu cinta kasih.

43  

b) Dalam Bidang Moral.

Masyarakat Indonesia dikenal mempunyai budaya atau adat ketimuran. Di

mana budaya atau adat tersebut mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia yang

sesuai dengan adat ketimuran. Budaya seharusnya dijunjung tinggi dan dihargai

oleh seluruh bangsa Indonesia. Budaya menjadi cermin sikap rakyat Indonesia

pada umumnya. Salah satu adat ketimuran yang dimiliki bangsa Indonesia

memiliki rasa malu. Sebagai bangsa yang mempunyai kepribadian adat ketimuran,

budaya malu yang telah ada sejak zaman dahulu harusnya tetap kita jaga dan

lestarikan sebagai kepribadian bangsa untuk dapat tetap menjadi bangsa yang

berbudaya. Namun kenyataannya, budaya itu telah hilang seiring dengan

perkembangan zaman yang telah terjadi. Budaya asli dan kepribadian bangsa

Indonesia telah terkikis oleh zaman.

2) Hedonisme

Dokumen Konsili Vatikan II merumuskan pengertian hedonisme sebagai

kecenderungan untuk mencari kenikmatan duniawi dan jasmani semata-mata.

Paham ini menunjukan bahwa kesenangan, kenikmatan dan materi adalah tujuan

utama dalam hidup. Paham hedonisme dapat dibuktikan dengan situasi hidup

manusia zaman ini. Banyak orang berlomba-lomba mengumpulkan uang, harta

kekayaan dengan bekerja keras. Prinsip bahwa hidup hanya sekali maka perlu

dinikmati membuat manusia cenderung dalam kesendirian, menjadi egois, hidup

hanya berpusat pada diri sendiri tanpa menghiraukan orang lain bahkan

mengabaikan keluarga, masyarakat dan Gereja.

44  

Orang mengumpulkan uang dan harta serta menghabiskannya karena

mengira bahwa di sinilah letak keselamatan. Sementara ada yang mengira bahwa

keselamatan terletak pada kedudukan, jabatan dan kekuasaan sehingga orang

berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Paham keselamatan demikian ini

menyesatkan karena yang dirasakan adalah kedamaian yang palsu yang hanya

bertahan sementara waktu (Nota Pastoral KAS, 2002:15).

3) Materialisme

Istilah materialisme dalam kamus filsafat (1996:593) dipahami sebagai

ajaran yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas yang spiritual

dalam metafisika, teori nilai atau dapat dipahami sebagai paham yang

mengagung-agungkan materi.

Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostiliknya tentang Hidup Bakti

(VC 89: 135) menegaskan bahwa tantangan zaman ini adalah:

Adanya gaya hidup materialistis yang haus akan harta milik, tanpa

mengindahkan keperluan-keperluan dan penderitaan-penderitaan rakyat yang

paling lemah, dan tanpa kepedulian mana pun terhadap keseimbangan sumber-

sumber daya alam.

Gaya hidup materialisme yang tentunya tidak terpisahkan dari sekularisme

dan hedonisme sudah menjadi sesuatu yang menggejala dan bahkan merasuk

dalam hidup manusia entah itu dalam sistem nilai, mentalitas maupun gaya hidup

manusia zaman sekarang. Penawaran akan gaya hidup materialisme, sekularisme,

hedonisme, dan konsumerisme banyak dipengaruhi oleh layanan iklan di televisi,

45  

internet, majalah atau Koran-koran. Iklan-iklan tersebut menawarkan barang-

barang kebutuhan hidup sehari-hari misalnya berbagai jenis produk makanan,

minuman, perumahan, tempat-tempat rekreasi atau hiburan.

Manusia tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan informasinya.

Cukup hanya duduk di depan TV, membaca artikel dan mengaksesnya di program

internet maka semuanya akan dengan mudah diperoleh. Manusia bukan lagi

menjadi pemburu barang namun sebaliknya produk-produk itulah yang menjadi

pemburu manusia. Ke mana pun dan di mana pun sudah tersedia tawaran-tawaran

itu, sehingga terkadang membuat manusia tak berdaya untuk menolaknya

meskipun barang-barang itu bukan menjadi kebutuhan pokoknya. Manusia sudah

terperangkap di dalam gaya hidup yang demikian sehingga “ruang gerak dan

pilihan hidup yang bijaksana menjadi sempit”, (Darminta, 2006:3) hati nurani

menjadi tumpul dan manusia merasa tidak cukup atau puas karena tidak mampu

mengendalikan nafsu manusiawinya terhadap tawaran-tawaran yang datang silih

berganti.

2. Tantangan dari dalam Diri

Pengaruh arus globalisasi telah menghimpit segala aspek kehidupan

manusia yang kemudian mempengaruhi manusia yang terpanggil mewartakan

Injil Kerajaan Allah. Tantangan ini dapat berasal dari keadaan masyarakat modern

yang menawarkan banyak hal yang bertentangan dengan penghayatan hidup

panggilan maupun tantangan yang berasal dari dalam pribadi pewarta sendiri.

Tantangan-tantangan itu sebagai berikut:

46  

a. Kurang Percaya Diri

Kurang percaya diri dalam memulai sesuatu kegiatan adalah hal yang

biasa yang tentunya dialami oleh hampir setiap manusia. Rasa tidak percaya diri

merupakan penghambat seseorang untuk dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya. Dan sebaliknya, bila kita mempunyai sikap percaya diri yang tinggi

maka kita bisa mengelola pergaulan kita untuk hidup yang lebih baik. Perasaan

takut salah dalam bersikap, bergaul bahkan dalam melaksanakan evangelisasi atau

suatu kegiatan adalah salah satu penyebab kurangnya rasa percaya diri. Kita

dalam hal ini telah memposisikan diri pada tempat yang keliru. Karena kita telah

memasukkan pikiran negatif (kegagalan, reaksi negatif orang lain) ke dalam

pikiran kita. Hambatan inilah yang harus kita rubah untuk selalu berpikir positif

bahwa apapun yang kita yakini dan perbuat itu baik pastilah akan diterima dengan

baik oleh orang lain. Rasa kurang percaya diri ini dapat disebabkan oleh berbagai

faktor seperti minimnya pengetahuan dan pengalaman dalam berpastoral, kurang

persiapan, kurang membaca dan mencari informasi dari berbagai sumber

berkaitan dengan bidang yang ditangani.

Perasaan kurang percaya diri tentunya sangat bertolak belakang dengan

pernyataan dari Evangelii Nuntiandi art. 69 tentang kaum religius sebagai pelaku

evangelisasi. Paus Paulus VI dalam EN art. 69 menegaskan bahwa “…mereka

meninggalkan segala hal dan pergi untuk mewartakan Injil bahkan sampai ke

ujung bumi”. Dalam Ad Gentes art. 26 dikatakan bahwa “semua misionaris baik

imam, bruder, suster, awam perlu disiapkan dan dibina menurut keadaan masing-

masing, supaya mereka jangan ternyata tidak sanggup menghadapi tuntutan-

47  

tuntutan karya di kemudian hari”. Sementara dalam mewartakan Injil kepada

segala bangsa, hendaklah ia dengan percaya memperkenalkan rahasia Kristus

yang dilayani sebagai utusan, sehingga dalam Dia ia berani berbicara sebagaimana

seharusnya tanpa merasa malu (Ef 6:19 & Kis 4:31).

b. Budaya Instan

Segala sesuatu yang instan memang sangat menjanjikan dan justru banyak

dikejar orang. Sebut saja makanan dan minuman instan seperti mie instan, susu

instan, sereal instan, bumbu instan dan masih banyak lagi. Produk instan membuat

kita tak perlu repot, cepat, praktis dan bisa jadi lebih hemat. Ironisnya, instan juga

menjadi bagian dari budaya kita dewasa ini.

Sekarang ini hidup terasa mengambang dalam dunia yang serba cepat dan

instant, pengorbanan, sikap pantang menyerah dan setia dalam kesulitan terasa

semakin memudar dalam kehidupan bermasyarakat atau dalam lingkup hidup

membiara. Setiap orang harus berusaha dan bekerja untuk hidup. Tidak ada suatu

pun yang didapat tanpa pengorbanan dan usaha. Sulit terjadi jika orang hanya

menginginkan hasilnya tanpa melakukan sesuatu. “seorang yang tidak mau

bekerja janganlah ia makan” (2Tes 3:10). Demikian Paulus mengingatkan. Jadi

usaha, kerja dan pengorbanan bukanlah soal enak dan tidak enak tetapi lebih

kepada soal hidup. Karena dalam kisah penciptaan dunia hal ini sudah dinyatakan

oleh Tuhan “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu” (Kej 3:19). Jika

demikian celakalah bagi orang yang malas, karena hidupnya hanya akan dipenuhi

oleh mimpi dan keinginan yang fana. Benar bahwa banyak hal tergantung pada

48  

keinginan kita, namun sangat tidak dibenarkan bila kita malas untuk menjalani

proses yang benar. Perjuangan panjang dalam menanggapai sesuatu merupakan

sarana pembelajaran yang bernilai sangat penting. Supaya kita mengalami proses

pembelajaran yang benar dan tentunya dapat kita nikmati, sudah semestinya kita

harus berkorban. Tidak ada keberhasilan tanpa pengorbanan diri. Suparno

(2007a:139) mengatakan bahwa:

Walaupun budaya instan dapat mendorong orang lebih berpikir cepat dan menyelesaikan pekerjaan secara efisien dan efektif namun mempunyai dampak negativ tidak memiliki daya tahan dalam pergulatan bila mengalami kesulitan, frustasi dan putus asa. Rumusan di atas menegaskan bahwa budaya instan dapat dilihat dari dua

sisi. Sisi positif adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia akan dengan

mudah didapat. Orang tidak perlu mencari dengan bersusah payah. Namun di lain

pihak dapat membahayakan atau melumpuhkan daya juang orang dalam berbagai

kegiatan. Kenyataan akan adanya budaya instan ini perlu mendapat perhatian yang

serius dari para pewarta agar dapat memafaatkan peluang akan realitas dunia ini

dalam pewartaannya sehingga semakin banyak orang yang hidup dalam kesadaran

dan berani bangkit untuk hidup dengan tekun berjuang, kerja keras dalam

mengupayakan hidup yang layak baik dari segi rohani maupun jasmani.

c. Irelevansi Penghayatan Agama dalam Hidup Sehari-hari

Konferensi Wali Gereja Indonesia (Iman Katolik, 1996:158) menegaskan

bahwa:

Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti luas. Dalam agama iman mendapat bentuk yang khas, yang memampukan orang beriman mengkomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman

49  

maupun tidak. Dalam agama orang memperlihatkan sikap hatinya di hadapan Allah. Sikap manusia di hadapan Allah khususnya iman, harapan dan kasih. Berangkat dari pernyataan di atas dapat kita lihat kenyataan yang ada

dalam diri setiap manusia dewasa ini dalam keterlibatannya di Gereja baik dalam

mengikuti perayaan ekaristi pada hari Minggu atau pun pada hari raya besar

seperti Natal dan Paskah. Manusia dewasa ini mempunyai kesadaran yang sangat

tinggi akan hidup keagamaannya. Kerinduan hati untuk memperoleh keselamatan

dan kebahagiaan dalam hidup mendorong manusia dewasa ini untuk semakin

meningkatkan spiritualitas hidupnya dalam berbagai kegiatan rohani. Namun

kenyataannya manusia cenderung memisahkan hidup sehari-hari dari agama

artinya pelaksanaan agama tidak seimbang dengan sikap dan perilaku hidup

sehari-hari. “Orang bisa saja khusyuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan

di tempat-tempat sakral, namun dalam keseharian cara hidupnya memperlihatkan

seolah-olah Tuhan tidak ada” (Nota Pastoral KAS, 2002:13). Cara hidup demikian

dapat membuat orang mudah terpengaruh atau bahkan terjerumus dalam tindakan-

tindakan jahat seperti praktek ketidakadilan, kekerasan, perampasan hak,

pemerkosaan, dan kekerasan lainnya. Keuskupan Agung Semarang dalam nota

pastoralnya (2002:14) mengatakan bahwa anjuran untuk semakin mengutamakan

praktek agama telah gagal mengurangi, apalagi memberantas praktek korupsi,

kolusi dan nepotisme atau biasa disebut dengan istilah KKN itu.

Situasi yang disebutkan di atas menjadi tantangan berat bagi kita dalam

evangelisasi. Maka hal ini menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan agar

dalam evangelisasi kita mengupayakan suatu bentuk pewartaan yang benar-benar

50  

menghantar orang sampai menemukan keadilan, kebahagiaan, kedamaian yang

semuanya dimulai dari diri sendiri dan harus diwujudnyatakan dalam kehidupan

sehari-hari artinya penghayatan hidup keagamaan kita harus direalisasikan dalam

tindakan nyata. Kesadaran akan hidup keagamaan sebagai sesuatu yang melekat

erat baik secara lahiriah dan batiniah belum dimiliki sepenuhnya. Orang

merayakan keagamaan hanya sebagai suatu rutinitas belaka sehingga tidak

mempraktekkan apa yang dihayati di altar itu dalam keseharian hidup dengan

menciptakan keadilan, kedamaian, kerukunan dan sikap-sikap hidup yang

membangun suasana persatuan dan persaudaraan.

 

51  

BAB III

KETERLIBATAN PARA SUSTER PRR

DALAM PELAKSANAAN EVANGELISASI DI PAROKI ST. THOMAS

KELAPA DUA DEPOK

Pada bab II penulis telah memaparkan pokok-pokok evangelisasi yang

meliputi: pengertian, tujuan, isi, bentuk-bentuk, dan pelaku evangelisasi yang

didasarkan pada dokumen EN dan RM serta tanggapan para ahli dan tantangan

evangelisasi zaman sekarang. Pada bab III ini penulis memaparkan keterlibatan

para suster dalam berevangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok.

Penulis membagi bab ini menjadi empat pokok pembahasan. Pada bagian

pertama, penulis akan memaparkan mengenai keadaan Tarekat yang meliputi

tujuan berdirinya, visi misi, keanggotaan dan karya kerasulan. Bagian kedua

penulis memaparkan mengenai evangelisasi di Paroki St. Thomas Kelapa Dua

Depok yang meliputi: para suster PRR sebagai pelaksana evangelisasi, bidang-

bidang keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi. Pada bagian ketiga ini

penulis akan memaparkan gambaran tentang paroki St. Thomas Kelapa Dua

Depok. Sedangkan pada bagian keempat penulis memaparkan penelitian tentang

keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi di Paroki St. Thomas Kelapa Dua

Depok yang meliputi: rencana penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian

serta kesimpulan penelitian.

52  

  

A. Keadaan Kongregasi PRR

1. Tujuan berdirinya

Keadaan jemaat di Larantuka Flores Timur pada abad ke-16 sangat

memprihatinkan, baik dari segi jasmani maupun rohani. Ditinjau dari segi rohani

pada masa itu mereka hidup sebagai kelompok umat yang kecil tanpa bimbingan

imam. Meski demikian mereka tetap berjuang hidup dan bertahan dalam imannya

akan Yesus Kristus dengan tekun dalam devosi kepada Bunda Maria. Dalam hal

iman, mereka berakar pada misteri kesengsaraan dan kebangkitan Kristus dan

Maria adalah pelindung mereka. Ketiadaan imam tidak menghalangi

perkembangan iman mereka, justru mereka sendiri mengatur hidup agamanya di

bawah pimpinan awam yang terpilih. Sedangkan bila dilihat dari segi

ekonominya, umat yang kecil, dengan latar belakang alam yang tandus, tetap

berharap dalam imannya akan Yesus Kristus, sumber keselamatan dan

kebahagiaan mereka. Situasi awal inilah yang mendorong Mgr. Gabriel Manek

SVD mendirikan Kongregasi PRR. Adapun tujuan berdirinya Kongregasi

ditegaskan dalam konstitusi artikel 102 yakni: pertama, memuliakan Tuhan

dengan cara hidup sebagai religius PRR dalam mengejar kekudusan seturut

teladan Bunda Maria. Kedua, sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas iman umat,

di mana umat tetap bertahan selama berabad-abad dalam berbagai kesulitan dan

tantangan tanpa adanya bimbingan hirarki. Ketiga, sebagai tanda syukur kepada

Bunda Maria Ratu Rosari yang melindungi umat dalam usaha melawan kekuatan-

kekuatan dosa.

53  

  

2. Visi Misi Kongregasi PRR

a. Visi

Kata visi berasal dari bahasa latin “videre” yang berarti melihat,

memandang. Visi sendiri berarti suatu pandangan dasar, suatu wawasan yang

menggerakkan orang atau sekelompok orang kepada komitmen, terhadap suatu

cita-cita atau perjuangan bersama. Visi pada hakekatnya merupakan suatu

idealisme yang hendak dicapai sekaligus landasan dasar bagi seseorang atau

kelompok tertentu dalam meraih cita-cita. Harapan-harapan ini pun menjadi cita-

cita Kongregasi PRR. Cita-cita ini mengandung arti dan makna untuk dihayati

oleh setiap anggota Kongregasi (Tafaib, 2007:22).

Visi Kongregasi PRR adalah:

Pembentukan jemaat beriman yang kembali ke akarnya yang murni yaitu misteri salib dan kebangkitan Kristus. Jemaat yang dicita-citakan pendiri adalah jemaat yang partisipatif dengan ciri-cirinya: mampu mendayagunakan kharismanya, mampu bekerjasama membangun Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus, berpusat pada Kristus, mampu berfungsi sosial, memasyarakat dan meragi dalam membangun masyarakat, jemaat yang berpegang pada kesatuan Roh Kudus yang membuatnya menjadi jemaat yang berfungsi kritis, yaitu mampu dalam menghadapi tantangan nilai dunia zaman ini, memasyarakat dengan warna Kerajaan Allah yakni persaudaraan, damai, cinta kasih (Konst, art. 103). Visi di atas menegaskan apa yang menjadi harapan Mgr. Gabriel Manek,

SVD sebagai pendiri Kongregasi PRR. Beliau mengharapkan agar Kongregasi

yang didirikannya ini menjalankan visi di atas dengan fokus pelayanan terhadap

pengembangan iman umat secara menyeluruh. Beliau menghendaki agar di mana

pun para suster berkarya, sebagai seorang PRR harus mampu membangun jemaat

54  

  

yang berciri Kristiani. Ciri jemaat Kristiani adalah jemaat yang tekun dalam

beribadah, jemaat yang mampu bertahan dalam penderitaan dan salib hidup,

jemaat yang selalu mengarahkan hatinya kepada Tuhan. Maksud pendiri dengan

jemaat yang partisipatif adalah jemaat yang aktif dalam membangun Gereja, yang

sadar akan situasi dan terlibat aktif dalam membantu melayani semua anggota

dengan mengamalkan kebenaran dalam cinta kasih. Pembentukan jemaat di sini

bukan berarti usaha untuk mengkristenkan orang dari aliran lain, tetapi lebih

kepada seorang PRR yang mampu melibatkan diri dan membangun kerja sama

dengan kaum awam bahkan mampu mengkaderkan tenaga pastoral agar semakin

banyak orang terlibat di dalam mewartakaan Kristus. Pembentukan jemaat dapat

dilakukan melalui bidang-bidang karya, di mana lewat karya itu para suster dapat

bertemu dengan banyak orang. Kepada merekalah berita tentang Kerajaan Allah

disampaikan agar semakin banyak orang percaya dan diselamatkan. Setiap karya

merupakan kesempatan yang baik untuk mewartakan Injil sambil itu

memberdayakan mereka untuk turut mengambil bagian dalam misi Yesus.

b. Misi

Misi Kongregasi Puteri Reinha Rosari (Konst, art. 104) adalah:

Melibatkan diri dalam karya pastoral, melibatkan diri dalam pelayanan di berbagai karya kerasulan; pendidikan, kesehatan, sosial sesuai dengan kebutuhan Gereja setempat. Memperhatikan dan memperjuangkan keadilan dan keselamatan bagi mereka yang miskin, terbelenggu, tertindas rohani dan jasmani.

55  

  

Hal penting yang ditekankan dalam misi di atas adalah peran serta para

suster dalam berbagai bidang karya. Melibatkan diri dalam berbagai karya

kerasulan entah karya milik Kongregasi atau lembaga lain merupakan suatu

kesempatan bagi para suster menyebarkan nilai-nilai Kerajaan Allah; keadilan,

kebaikan, kesejahteraan, kedamaian, persaudaraan dan cinta kasih. Nilai-nilai ini

diterapkan lewat berbagai bidang karya di mana para suster bertemu dengan

manusia yang menjadi subjek pelayanan. Keterlibatan para suster dalam karya

pastoral merupakan bagian dari panggilan hidup sebagai seorang religius. Seorang

PRR harus mampu melibatkan diri dalam pelayanan di berbagai bidang karya

sesuai dengan perkembangan zaman. Misi Kongregasi yang dijabarkan penulis di

atas dapat disesuaikan dengan kebutuhan Gereja dan masyarakat setempat di

mana para suster berkarya yakni menanggapi situasi konkret beserta tantangan

dan tuntutan-tuntutanya.

3. Keanggotaan dalam Periode 2006-2010

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir Kongregasi PRR berkembang

dengan pesat dari segi keanggotaanya maupun dari perluasan wilayah untuk

pengembangan karya kerasulan. Jumlah anggota Kongregasi dalam jangka waktu

lima tahun terhitung dari tahun 2006 sampai 2010 adalah 399 suster. Musyawarah

Umum VI (MU) mencatat dari jumlah tersebut di atas, suster yang berkaul kekal

ada 269 orang, kaul sementara berjumlah 100 orang dan novis 30 orang. Para

novis tersebar di tiga negara yakni di Indonesia (Riangkemie-Larantuka Flores) 21

suster, Kenya Afrika (Eldoret) 2 suster, dan Timor Leste (Liquica) 7 suster

56  

  

(Laporan MU VI, 2010:4). Dari jumlah suster yang ada ini, kebanyakan berasal

dari Nusa Tenggara Timur namun sejalan dengan perkembangan dan perluasan

komunitas-komunitas di berbagai tempat banyak calon mulai berdatangan dari

berbagai tempat seperti Papua, Kalimantan, Kenya dan Timor Leste.

Melihat tuntutan zaman serta perkembangan Gereja yang semakin pesat di

mana adanya permintaan dari keuskupan-keuskupan maka selama periode 2006 –

2010 ada 15 suster yang diutus untuk studi patoral di berbagai universitas baik

dalam maupun luar negeri (Laporan MU VI, 2010: 85). Selain pastoral, bidang

pendidikan, sosial dan kesehatan juga menjadi fokus perhatian Kongregasi. 27

suster diutus untuk studi kesehatan, 29 bagian pendidikan, 3 suster bagian sosial,

2 suster studi ekonomi dan 2 suster lagi sekretaris. Jumlah suster yang studi pada

periode ini adalah 78 suster.

4. Karya Kerasulan

Konstitusi Tarekat PRR mengatakan bahwa:

Karya adalah tempat di mana para suster bertemu dengan Tuhan dan sesama. Maka sangat penting dalam karya kerasulan bukan kerja itu sendiri melainkan bagaimana memberikan kesaksian akan kebaikan Allah dan bagaimana membawa Kristus kepada sesama yang dilayani lewat jenis karya yang ditangani setiap anggota Kongregasi (Konstitusi PRR, 113.4).

Artikel konstitusi di atas mau menekankan bahwa karya merupakan jalan

atau pintu masuk bagi para suster untuk bertemu dengan Allah. Berbagai karya

kerasulan yang dijalankan oleh para suster merupakan sebuah kesempatan yang

baik untuk membawa umat kepada Kristus dan sebaliknya juga menghantar

57  

  

Kristus Sang Pencipta kepada umat. Karena itu dalam pelaksanaan karya para

suster sebagai pelaku dari karya-karya itu harus menunjukkan kesaksian hidup

yang dapat menghantar umat untuk mengenal Allah dan karya ciptaanNya.

Tindakan pelayanan bagi sesama (khususnya yang miskin dan menderita)

merupakan tindakan nyata yang memuat paling tidak dua unsur yaitu membangun

relasi dengan sesama dan relasi dengan Allah. Tanpa kasih orang sulit untuk

peduli terhadap mereka yang miskin. Tanpa peduli terhadap mereka ynag miskin

dan menderita orang sulit membangun relasi dengan Allah. karena Allah dapat

dikasihi dalam diri sesama yang menderita. Kehadiran Allah nampak dalam diri

orang-orang miskin baik jasmani maupun secara rohani. Kenyataan akan hidup ini

menggugah hati para suster untuk memperhatikan mereka lewat berbagai karya

pelayanan. Kehadiran PRR sebagai persekutuan religius di tengah Gereja dan

masyarakat umumnya, terutama tampak dalam karya kerasulan dan amal baktinya

lewat beberapa bidang karya antara lain: pendidikan, kesehatan, sosial dan

pastoral. Dalam dan melalui karya-karya inilah para suster secara nyata

menghadirkan dan memperkenalkan Kristus kepada banyak orang sehingga

semakin banyak orang mengenal dan percaya kepada Kristus bahkan pada karya-

karyaNya.

Christus Dominus artikel 33 menegaskan bahwa:

Semua religius termasuk juga para anggota lembaga-lembaga lain yang mengikrarkan nasihat-nasihat Injil wajib secara intensif dan dengan tekun menyumbangkan jerih payah mereka untuk pembangunan dan pengembangan seluruh Tubuh Mistik Kristus dan demi kesejahteraan Gereja-Gereja (CD art. 33)

58  

  

Dalam usaha menjawab panggilan, tiap-tiap Kongregasi hidup bakti

berusaha untuk komitmen dengan apa yang sudah menjadi keputusannya yakni

turut serta dalam mewartakan Kristus dalam setiap bidang karya. Tugas yang

paling utama hadirnya sebuah Kongregasi hidup bakti dalam sebuah wilayah

Gereja adalah membantu karya pastoral paroki setempat dengan semangat

Kongregasi demi keselamatan banyak orang. Keterlibatan sebuah Kongregasi

dalam misi Gereja dengan berjuang bersama untuk membawa Yesus kepada

manusia dan sebaliknya manusia kepada Yesus agar Ia yang kita wartakan dapat

dikenal dan dikasihi. Pokok yang penting dalam setiap karya kerasulan adalah

kesaksian hidup karena menjadi point penting dalam evangelisasi. Olehnya setiap

religius yang membaktikan dirinya demi Gereja hendaknya berusaha dalam setiap

pelayanannya untuk memberikan kesaksian agar orang lainpun dapat bersaksi

tentang Kristus dan karyaNya.

B. Evangelisasi Para Suster PRR Cimanggis di Paroki St. Thomas Kelapa

Dua Depok

1. Religius PRR

Sebagai perwujudan syukur atas rahmat iman yang diperoleh dan atas

iman yang menyelamatkan umat dalam sejarah perjalanan hidupnya, Mgr. Gabriel

Manek, SVD mendirikan Kongregasi PRR sebagai wadah hidup bakti dalam

Gereja yang berpartisipasi penuh dalam pembentukan jemaat. Dalam kaitan

dengan ini maka segala karya apapun bentuknya yang dijalankan oleh suster-

suster merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah sebagai

59  

  

penyelenggara kehidupan. Kongregasi PRR dipanggil untuk membaktikan dirinya

semata-mata demi kemuliaan Allah dan kepentingan iman umat. Ungkapan rasa

syukur ini dinyatakan dalam karya yang ditangani oleh para suster di setiap

komunitas di mana para suster berkarya. Kongregasi PRR sebagai Kongregasi

yang aktif dan kontemplatif merupakan bagian dari Gereja. Karenanya semua

anggota Kongregasi turut mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja yakni

terlibat dalam karya pewartaan. Tugas utama seorang PRR adalah mewartakan

Kerajaan Allah kepada semua orang tanpa kecuali. Berhubungan dengan

keterlibatan ini Kitab Hukum Kanonik menegaskan bahwa:

Anggota-anggota Tarekat hidup bakti, justru karena mereka membaktikan diri kepada pelayanan Gereja dengan pengudusan diri itu, wajib berkarya secara khusus dalam kegiatan misioner dengan cara yang khas bagi Tarekat mereka sendiri (KHK, 1999. Kan. 783). Hakikat terdalam keberadaan karya misi Gereja adalah melanjutkan tugas

perutusan Kristus yaitu memperkenalkan Allah Bapa ke dalam dunia dan

menghadirkan keselamatan bagi manusia. Dalam kaitan dengan tugas perutusan

Kristus ini, Gereja dalam hal ini bekerja sama dengan Kongregasi-kongregasi

hidup bakti untuk memperkenalkan Allah Bapa dan berusaha membawa

keselamatan bagi manusia dengan cara yang khas dari masing-masing

Kongregasi. Melalui karya misi, para religius dalam hal ini sebagai pelaku dari

karya misi sendiri perlu sadar bahwa ia adalah saksi bagi dunia maka perlu

menghayati keberadaannya dalam perutusannya dengan memberi kesaksian dalam

sikap dan tindakannya.

60  

  

2. Bidang-Bidang Keterlibatan Para Suster dalam Evangelisasi

Berkaitan dengan bidang-bidang keterlibatan para suster dalam

evangelisasi, Redemptoris Misio menekankan bahwa:

Pewartaan tetaplah merupakan prioritas dari tugas perutusan. Gereja tidak dapat menghindari perintah yang jelas dari Kristus, ataupun tidak dapat memisahkan orang dari “kabar baik” tentang kenyataan bahwa mereka dicintai dan diselamatkan Allah. Semua bentuk kegiatan misioner diarahkan kepada pewartaan yang menyingkapkan dan memberikan jalan masuk ke dalam misteri, misteri yang ada di inti terdalam dari tugas perutusan dan hidup Gereja, sebagai tempat bergantung dan kembalinya semua karya penginjilan (RM art. 44). Artikel di atas menekankan tugas Gereja dalam perutusannya. Yang

dimaksudkan dengan Gereja adalah umat Allah yang dipanggil dan diberi tugas

serta tanggungjawab dalam melaksanakan evangelisasi. Ditekankan dalam artikel

ini bahwa evangelisasi merupakan tugas yang utama maka perlu mendapat

prioritas dalam pelaksanaannya. Karena Gereja adalah umat Allah maka menjadi

jelas bahwa evangelisasi adalah tugas semua umat beriman. Tugas semua orang

beriman yang telah dimeterai dengan sakramen pembaptisan untuk mewartakan

Kristus kepada mereka yang tidak atau belum mengenal Allah. Di sinilah Gereja

diajak untuk tanggap terhadap segala situasi yang terjadi dan bersedia memberi

jawab atas situasi itu dengan terlibat di dalam pelayanan terhadap manusia,

berpihak pada kaum miskin dan yang tertindas dan membantu mereka menuju

pembebasan sejati. Melalui Gereja dan anggota-anggotanya, Kristus mengutus

untuk mewartakan Kabar Baik. Sebagai anggota Gereja yang telah dipanggil dan

diberi tugas mewartakan Kabar Gembira kepada semua manusia, para suster

diharapkan mampu berperan secara aktif dalam tugas perutusan tersebut. Kristus

dapat diwartakan di mana saja dan lewat apa saja termasuk bidang-bidang karya

61  

  

misalnya pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Lewat bidang-bidang ini Gereja

turut mewartakan Kerajaan Allah bagi semua orang tanpa membeda-bedakan.

Semua bidang karya ini diarahkan kepada evangelisasi dan dalam pelaksanaannya

diharapakan agar para pelaku evangelisasi sendiri berani memberikan kesaksian

mengenai karya keselamatan Kristus karena kesaksian merupakan bentuk yang

paling pokok dari evangelisasi itu sendiri. Melalui bidang-bidang karya inilah

pelaku evangelisasi berusaha memperkenalkan Yesus Kristus dan karya

penebusanNya bagi umat manusia (EN art. 17). Hal ini mau menyatakan bahwa

pada dasarnya evangelisasi merupakan suatu proses di mana seorang pewarta

diurapi dengan rahmat pengutusan dan berusaha memperkenalkan Allah lewat

bidang-bidang karya tersebut.

Kongregasi PRR juga dipanggil dan diberi kepercayaan untuk terlibat

dalam mewartakan Kristus. Mewartakan Injil pertama-tama berarti memberikan

kesaksian dalam hidup secara sederhana dan langsung mengenai Allah yang

diwahyukan oleh Yesus Kristus dalam Roh Kudus (EN art. 26). Allah yang

diwartakan tidak terlepas dari kesaksian hidup kita sehari-hari dalam keluarga,

masyarakat dan dimanapun kita berada. Dengan demikian cinta kasih Allah

semakin nyata dalam tindakan dan perbuatan kita terhadap sesama. Dengan

mencintai dan mengasihi sesama, Allah hadir bagi kita sehingga satu dengan yang

lainnya adalah saudara. Cara para suster mewartakan Kristus adalah dengan

terlibat dalam karya-karya Kongregasi yaitu: pendidikan, kesehatan, sosial dan

pastoral. Lewat bidang-bidang karya ini para suster berusaha untuk

memperkenalkan Kristus.

62  

  

Bagi Mgr. Gabriel Manek, pendidikan adalah kunci utama kemajuan.

Maka semasa hidup dan karyanya beliau memberi perhatian pada bidang

pendidikan dengan membuka dan membangun sekolah-sekolah untuk mendidik

anak-anak pada masa itu. Keyakinan akan pendidikan sebagai kunci utama

kemajuan cukup menjiwai para suster yang merasul di bidang pendidikan

sehingga terus menerus mengusahakan pendidikan yang baik dan bermutu dari

segi ilmu maupun perkembangan iman peserta didik. Karya pendidikan formal

mendapat perhatian sesuai dengan tuntutan zaman dan keprihatinan serta

kebutuhan Gereja lokal maka Kongregasi dalam kaitan dengan kebutuhan Gereja

dan keprihatinan mendirikan sekolah mulai dari Play group sampai Sekolah

Menengah Pertama (Laporan MU VI, 2010:59). Untuk menangani sekolah-

sekolah ini tentunya perlu tenaga yang mampu dan profesional dalam bidang

pendidikan, maka Kongregasi setiap tahun mengutus anggotanya untuk studi guna

memperdalam pengetahuannya.

Mgr. Gabriel Manek, pendiri Kongregasi PRR mencita-citakan agar

manusia perlu mendapatkan keselamatan secara utuh baik rohani maupun jasmani.

Maka selain mengusahakan pendidikan beliau juga tidak mengabaikan bidang

karya lainnya namun tetap memperhatikan semuanya. Perhatianya menyeluruh

dan memberi dukungan penuh pada karya-karya yang ada. Situasi dan kondisi

umat Allah pada masa penggembalaannya terlebih ketika menyaksikan kehidupan

para penderita kusta yang dikucilkan di Tanjung Naga-Lembata memberinya

inspirasi untuk mendirikan rumah sakit lepra di Lewoleba-Lembata yang saat ini

ditangani oleh para suster Kongregasi CIJ (Bataona, 1995:81). Dalam

63  

  

perkembangan selanjutnya Kongregasi memiliki dua rumah sakit; rumah sakit

Bunda Pengharapan di Marauke Papua dan khusus untuk para penderita lepra di

Naob NTT, juga ada beberapa poliklinik dan BP/BKIA milik Kongregasi

(Laporan MU VI, 2010:61).

Dalam perjalanannya selama 53 tahun Kongregasi PRR tetap terbuka

terhadap situasi dunia dan perkembangannya. Ada begitu banyak hal yang

memprihatinkan yang membuat para suster tergerak hati untuk melakukan aksi

nyata bagi kelangsungan serta kesejateraan hidup banyak orang khususnya mereka

yang kecil, lemah, miskin dan terlantar. Wujud dari aksi itu adalah dengan

mendirikan rehabilitasi kusta, asrama, panti asuhan juga menangani SLB milik

pemerintah daerah Flores Timur. Wadah-wadah ini dapat menampung sekian

banyak orang sehingga mereka pun bisa mendapatkan pelayanan dan

pendampingan yang memadai demi hidup mereka di kemudian hari.

Kongregasi PRR juga aktif dalam berbagai pembinaan rohani umat maka

dibangun rumah retret St. Maria Weri Larantuka. Warna pelayanan pastoral dalam

Kongregasi cukup hidup dan nyata. Bidang pastoral paroki dijalankan di setiap

komunitas baik oleh anggota dalam profesi khusus sebagai katekis, maupun oleh

anggota komunitas dari bermacam-macam profesi seperti guru, perawat dan

petugas sosial dalam berbagai bidang pewartaan seperti pendampingan Legio

Maria, membimbing rekoleksi, pembinaan putra putri altar, pendampingan kaum

muda, pembinaan iman anak (PIA), kunjungan keluarga, pembinaan persiapan

komuni pertama, katekumen. Konstituasi Kongregasi PRR artikel 201

menegaskan bahwa “panggilan misioner dari semua anggota umat Allah yaitu

64  

  

turut serta dalam perutusan Yesus Kristus, membawa sebanyak mungkin manusia

kepada persatuan dengan Allah sebagai asas dan dasar tujuan hidup manusia”.

Kongregasi PRR mengambil bagian dalam misi Gereja ini, sesuai dengan

kebutuhan Gereja setempat dalam berbagai bidang karya seperti yang disebutkan

di atas.

Demikianlah gambaran keterlibatan para suster dalam evangelisasi yang

diaplikasikan dalam karya-karya Kongregasi. Di sini penulis memaparkan karya-

karya Kongregasi sebagai bentuk keterlibatan para suster dalam melaksanakan

evangelisasi. Melalui bidang-bidang karya ini para suster berusaha untuk

mewujudkan bentuk nyata dari evangelisasi itu sendiri seperti apa yang sudah

ditegaskan dalam Evangelisasi Nuntiandi tentang bentuk-bentuk evangelisasi

yakni kesaksian hidup. Kesaksian hidup merupakan suatu bentuk evangelisasi

yang sangat ditekankan dalam EN. Oleh sebab itu setiap pelaku evangelisasi

dalam melaksanakan evangelisasi harus berani memberi kesaksian hidup,

berprilaku yang baik, menjadi contoh dan teladan hidup, baik dalam kata maupun

tindakan. Evangelisasi dilakukan dengan memberi kesaksian hidup akan lebih

menyentuh hati setiap orang. Kata-kata yang disampaikan dalam evangelisasi

harus ditunjukkan dalam tindakan agar semua orang yang mendengar mampu

bersaksi juga kepada orang lain. Kesaksian hidup dinyatakan melalui tindakan

memberi perhatian dan cinta kepada orang kecil, lemah, miskin dan tersingkar,

menegakkan keadilan bagi kaum tertindas. Di sinilah harapan pendiri Kongregasi

agar di mana pun dan karya apa pun yang ditangani para suster harus mampu

membangun jemaat yang berciri Kristiani. Hal yang perlu ditekankan adalah para

65  

  

suster mampu menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam setiap bidang karya agar

umat yang menerima evangelisasi juga mampu merealisasikannya dalam hidup

sehari-hari agar semakin banyak orang diselamatkan. Sesuai dengan semangat dan

cita-cita pendiri Kongregasi maka para suster dalam karyanya juga berusaha

mewujudkan apa yang menjadi harapan Mgr. Gabriel Manek, SVD dengan

berusaha untuk mengkaderkan tenaga pastoral awam. Pengkaderan tenaga yang

dilakukan dengan membentuk kelompok katekis, kaum muda bahkan guru-guru

agama desa yang aktif dalam berbagai kegiatan Gereja dihimpun dan diberi

pembekalan, diajar dan dilatih untuk menjadi katekis. Mereka menjadi tenaga

pastoral yang siap melaksanakan tugas perutusan Gereja setempat seperti

mengajar calon baptis, memimpin doa dan memimpin ibadat sabda jika tidak ada

perayaan ekaristi. Keterlibatan para katekis atau tenaga pastoral awam dalam

berbagai karya kerasulan Gereja membuat mereka sangat dihargai oleh umat

setempat. Hal yang menunjang mereka dalam pelaksanaan misi Gereja ini adalah

kesaksian dan keteladanan hidup mereka di tengah masyarakat.

3. Gambaran Paroki St. Thomas Kelapa Dua.

Gereja Santo Thomas di Kelapa Dua, pada awalnya diprakarsai oleh

beberapa warga Katolik yang terdiri atas 5 keluarga dan 7 bujangan yang berada

di Kelapa Dua, khususnya para Anggota ABRI yang bertempat tinggal di sekitar

Kompleks BRIMOB yang dimotori oleh Bapak J.R. Rahadeth. Para warga Katolik

sering mengadakan pertemuan/ibadat sabda di rumah-rumah warga. Kegiatan ini

66  

  

berlangsung hingga tahun 1970. Pada waktu itu Kelapa Dua masih termasuk

dalam wilayah Paroki Keluarga Kudus Cibinong.

Pada tahun 1970 mulailah diadakan Misa Kudus secara rutin sebulan

sekali. Misa Kudus pertama kali dipimpin oleh Romo. C. Cipto Kusumo, Pr,

kemudian untuk selanjutnya dipimpin oleh Pastor J. Salim, Pr, dan Pastor G. E.

Ruys, OFM. secara bergantian. Pada waktu itu para warga Katolik belum

memiliki tempat khusus, sehingga Misa Kudus diselenggarakan di rumah-rumah

warga, garasi-garasi, bahkan dibawah pohon rindang (pohon waru). Umat terus

bertambah dan frekuensi Misa Kudus ditingkatkan menjadi satu minggu sekali.

Pada tahun 1974 datanglah Romo Felix Teguh Suwarno, Pr. yang memberikan

bimbingan dan juga memberikan Misa Kudus secara rutin. Romo Felix Teguh

Suwarno, Pr, kemudian digantikan oleh Pastor J. Salim Pr. Pada tahun 1976 umat

Katolik di Kelapa Dua mendapatkan hibah tanah dari Bapak Karno, Komandan

Pangkalan (BRIMOB sekarang) yang berlokasi di Jl. Asrama BRIMOB (Jl. Akses

UI sekarang). Kemudian pada tahun 1977 di atas tanah itu mulailah dibangun

gedung gereja yang diprakarsai oleh Pastor J. Salim, Pr. Pada tanggal 3 Juli 1978

gedung baru ini diresmikan oleh Bapak Uskup Bogor Mgr. Ignatius Harsono, Pr

dengan nama pelindung Santo Thomas. Pada waktu itu secara resmi berdirilah

Stasi Santo Thomas. Pastor yang memberikan Misa Kudus pertama kali di Gereja

baru adalah Pastor B. Sudjarwo, Pr, kemudian Pastor J.E. Rijper, OFM, Pastor

Diaz Viera, SVD, Pastor A. Broto Wiratmo, Pr, dan akhirnya Romo Felix Teguh

Suwarno, Pr. Tahun 1990 Romo Felix Teguh Suwarno, Pr. ditempatkan di Stasi

Santo Thomas. Romo Felix Teguh Suwarno, Pr. berkeinginan mengembangkan

67  

  

Stasi menjadi Paroki. Umat bertambah dengan sangat pesat, pada tahun 1991

sudah mencapai 2379 jiwa. Upaya Romo Felix Teguh Suwarno, Pr. berhasil,

sehingga pada tanggal 23 April 1991 Stasi Santo Thomas berubah menjadi Paroki

Santo Thomas, dan diresmikan oleh Bapak Uskup Bogor Mgr. Ignatius Harsono,

Pr. sehingga secara resmi terpisah dari Paroki Keluarga Kudus Cibinong. Untuk

meningkatkan pelayanan pada tahun ini Romo Thomas Saidi, Pr diperbantukan di

Paroki Santo Thomas. Umat terus bertambah, karena di Kelapa Dua banyak

dibangun perumahan baru (±20 kompleks), sehingga kapasitas gedung gereja

tidak memadai lagi. Untuk itu pada bulan Mei 1992, renovasi/pembangunan

gereja agar dapat menampung umat yang semakin bertambah.

Renovasi/pembangunan gereja memakan waktu ± 14 bulan dan pada tanggal 20

Juni 1993 gedung gereja baru diresmikan oleh Dan Pus BRIMOB, bapak Kolonel

Drs. A. Fachrie B. dan diberkati oleh Bapak Uskup Bogor Mgr. Ignatius Harsono,

Pr. Bangunan Gereja sekarang berukuran 1200 meter persegi di atas tanah seluas

1500 meter persegi dengan kapasitas 1000 orang.

Tahun 1995 jabatan Pastor Kepala Paroki diserah terimakan dari Romo

Felix Teguh Suwarno, Pr. kepada Romo T. Suhardi, Pr. Perkembangan umat

semakin pesat, sehingga beban pelayanan menjadi semakin berat, sehingga pada

awal tahun 1997 Romo T. Suhardi, Pr. memiliki inisiatif untuk memekarkan

wilayah dan lingkungan untuk meningkatkan pelayanan yang terpadu dan

menyeluruh serta untuk mengembangkan pelayanan di Gereja basis. Pada tahun

1998 Romo Jimmy Rampengan Pr mendampingi Romo Suhardi sebagai gembala

di Paroki St. Thomas. Sesuai dengan keputusan Kapolri, gedung gereja akan

68  

  

dipindahkan dalam Kompleks BRIMOB bagian belakang paling lambat dalam

waktu 10 tahun. Tahun 1993 Paroki Santo Thomas memiliki gedung gereja baru,

diresmikan 20 Juni 1993. Jumlah umat 3.330 jiwa. Tahun 1997 Paroki Santo

Thomas memiliki jumlah umat 4715 jiwa sehingga dimekarkan menjadi 11

wilayah dan 29 lingkungan. Dibentuk Stasi Bunda Maria Ratu di Sukatani yang

meliputi 3 wilayah dan 7 lingkungan.

4. Gambaran Keterlibatan Para Suster PRR dalam Evangelisasi di

Paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok

Penulis telah menguraikan sebelumnya tentang Kongregasi PRR dengan

berbagai karya kerasulan yang ditanganinya. Menurut konstitusi Kongregasi PRR

art. 103 orientasi pastoral Kongregasi PRR pada pokoknya adalah “Pembentukaan

Jemaat”. Jemaat adalah persekutuan orang beriman setempat. Proses

Pembentukan Jemaat mengandaikan kualitas-kualitas kepemimpinan yang

mencakup bakat refleksi dan bakat pelaksanaan. Tidak hanya pejabat Gereja yang

mempunyai kualifikasi sebagai pemimpin, tetapi juga orang awam, maka

pembentukan jemaat adalah usaha untuk melibatkan banyak orang beriman, di

mana mereka itulah yang diharapkan untuk berpartisipasi dalam pembentukan

jemaat setempat. Adapun jemaat yang dicita-citakan pendiri adalah jemaat yang

partisipatif, berfungsi sosial, berakar dalam budaya setempat, jemaat yang

berfungsi kritis dan yang memasyarakat dengan warna Kerajaan Allah. Atas

dasar inilah di setiap komunitas dan setiap pribadi suster baik yang berprofesi

sebagai katekis atau tidak, wajib melaksanakannya. Hal ini disadari sebagai

69  

  

bentuk tanggungjawab masing-masing suster atas panggilan hidupnya sebagai

seorang religius PRR yang dipanggil secara khusus untuk mengabdikan diri secara

total kepada Allah lewat karya-karya Kongregasi.

Karya-karya kerasulan yang dijalankan para suster di komunitas-

komunitas merupakan perpanjangan karya Kongregasi. Para suster diutus oleh

Kongregasi untuk menangani suatu karya dan bertanggungjawab atas karya

tersebut meskipun karya yang ditangani adalah karya keuskupan atau paroki. Para

suster melaksanakannya sebagai bentuk keterlibatan dalam melaksanakan

evangelisasi. Demikian juga dengan para suster yang berkarya di Cimanggis.

Bidang-bidang karya yang dilaksanakan oleh para suster adalah:

a. Bidang Pendidikan

Gravissium Educationis menegaskan dua tujuan dasar pendidikan yaitu

memperkembangkan pribadi manusia dan memperjuangkan kesejahteraan umum.

Tentunya dua tujuan ini menjadi satu kesatuan dan tidak dapat berdiri sendiri

artinya bahwa perkembangan yang terjadi dalam diri seorang peserta didik tidak

akan terwujud jika itu dipisahkan dari usahanya bagaimana mewujudkan

kesejahteraan dalam perjuangan hidup. Pendidikan yang diselenggarakan oleh

suster-suster PRR merupakan upaya untuk mengembangkan peserta didik menjadi

manusia seutuhnya baik dalam hal iman yang nantinya diwujudnyatakan dalam

kehidupan di tengah masyarakat maupun perkembangan kesadaran dan

menumbuhkan rasa peduli pada lingkungan sekitarnya. Dengan demikian peserta

70  

  

didik mampu memanfaatkan diri dan semua ciptaan Tuhan secara bijaksana untuk

mencapai kebahagiaan diri dan sesama.

Para suster yang tinggal di komunitas Cimanggis juga berkarya di bidang

pendidikan. Lembaga pendidikan tempat para suster berkarya bukan milik Tarekat

PRR namun para suster bekerja pada lembaga atau yayasan lain. Para suster

bekerja sebagai Guru Agama Katolik di beberapa sekolah yakni Taman Kanak

Ignatius Slamet Riyadi, Sekolah Dasar Pangudi Rahayu dan Sekolah Dasar

Katolik Bunda Maria Sukatani. Lembaga pendidikan yang penulis sebutkan di

atas adalah milik awam bukan milik paroki, namun berada di wilayah paroki St.

Thomas Kelapa Dua Depok Keuskupan Bogor.

b. Bidang Sosial

Sejak berdirinya Kongregasi, karya sosial memang menjadi perhatian para

suster dalam kerasulan. Keadaan dan situasi nyata yang dihadapi para suster di

lapangan menggerakkan hati mereka untuk melayani dengan berbuat baik kepada

orang miskin dan kecil, sakit dan cacat. Perhatian dan pelayanan sosial karitatif

banyak dilakukan oleh para suster, baik secara komunitas maupun secara pribadi

lewat bidang karya masing-masing. Dalam pelaksanaannya bantuan dapat saja

berupa dana atau benda yang diharapkan merupakan dasar atau modal untuk

melaksanakan langkah selanjutnya misalnya memberi dana untuk modal usaha,

beasiswa yang membekali seseorang dengan pengetahuan dan ketrampilan untuk

bekerja, menunjukkan lowongan pekerjaan. Karya sosial ini dilaksanakan secara

khusus dalam bentuk lembaga oleh suatu kelompok atau komunitas tertentu

71  

  

namun dapat juga dilaksanakan oleh suster-suster secara perorangan dalam bentuk

bantuan kepada orang-orang yang ada di sekitar komunitas antara lain kenalan,

karyawan, keluarganya, orang-orang yang membutuhkan bantuan yang ada di

sekitar komunitas seperti pemulung, tukang becak, anak-anak yatim piatu dan

lain-lain.

Dalam pelaksanaannya para suster bekerja sama dengan berbagai lembaga

dan donatur seperti pastor paroki, lembaga pendidikan, panti asuhan dan lembaga-

lembaga non formal. Pihak-pihak yang disebutkan ini telah bekerja sama dengan

para suster dalam membantu berbagai kebutuhan orang-orang kecil. Bantuan yang

diberikan dapat berupa uang atau barang yang kemudian diberikan secara

langsung atau lewat komunitas-komunitas dan diteruskan kepada mereka yang

membutuhkan. Selain bantuan dari donatur, para suster dalam komunitas ini

khususnya dan PRR umumnya mempunyai suatu kegiatan yang sudah lama

berjalan yakni penjualan kalender. Cara yang ditempuh dalam kaitan dengan

penjualan kalender adalah para suster turun ke paroki-paroki yang ada di Jakarta

pada hari Minggu dan menawarkannya kepada umat. Hasil penjualan kalender itu

diserahkan kepada suster yang menangani keuangan dan digunakan untuk segala

kegiatan baik jasmani maupun rohani para penderita kusta. Bagi penulis,

penjualan kalender merupakan suatu kesempatan yang istimewa bagi para suster

bertemu dengan umat sekaligus memperkenalkan Kongregasi PRR, karya-

karyanya dan lebih dari itu suster-suster secara langsung mengajak umat untuk

turut terlibat dalam karya Allah yakni berbuat baik kepada mereka yang sakit,

lemah, miskin dan yang terlantar.

72  

  

c. Bidang Kerygma

Dalam usaha membangun Kerajaan Allah, katekese merupakan bagian

yang penting. Para suster terlibat dalam mengajar agama di sekolah,

mempersiapkan anak-anak dan orang dewasa baik di sekolah maupun di paroki

untuk menerima Sakramen Baptis, Komuni Pertama, katekumen, pendampingan

Legio Maria, rekoleksi kaum muda dan orang tua, kunjungan keluarga dan

kerasulan doa. Kerasulan kunjungan keluarga rutin dilakukan oleh para suster.

Kunjungan keluarga merupakan suatu kebiasaan yang sudah dijalankan oleh para

suster di setiap komunitas. Kongregasi sendiri menetapkan hari Rabu sebagai hari

kunjungan. Para suster selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi umatnya

secara rutin terutama mereka yang miskin, sakit dan menderita. Kunjungan ini

ternyata memberi warna tersendiri bagi keluarga-keluarga yang dikunjungi.

Kegiatan kunjungan keluarga yang dibuat oleh para suster mengajak kaum awam

untuk turut serta dalam melaksanakannya. Ketika ada umat yang sakit, mengalami

kesulitan atau kurang terlibat disapa lewat kunjungan keluarga. Kaum awam

bekerja sama dalam hal ini dengan menginformasikan dan mengajak para suster

untuk terlibat di dalam mengunjungi mereka yang sakit, miskin dan menderita.

Berkaitan dengan keterlibatan para suster dalam bidang ini penulis melihat

bahwa tugas sebagai seorang pewarta bukan sebuah tugas yang ringan atau

mudah. Mengapa? Karena bidang ini berkaitan dengan pembentukan iman

seseorang kepada Yesus Kristus. Tugas ini menuntut keterlibatan seluruh diri dari

pewarta sendiri. Dan hal ini nampak dalam diri para suster di komunitas ini.

Dalam seluruh gerak pewartaan para suster sungguh memberikan diri baik waktu,

73  

  

tenaga dan pikiran. Para suster dijiwai semangat merasul, telah berjuang dan

berusaha memberi bantuan demi penyebarluasan iman Gereja. Meskipun tidak

semua suster berprofesi sebagai katekis tetapi dalam pelaksanaan, sangat hidup

dan kreatif.

5. Penelitian Keterlibatan Para Suster PRR dalam Evangelisasi di

Paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok

Pada bagian penelitian ini, penulis akan menjabarkannya dalam tiga

bagian. Bagian pertama rencana penelitian yang meliputi: latar belakang, tujuan

penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, responden, teknik

pembahasan dan variabel penelitian. Bagian kedua penulis akan melaporkan hasil

penelitian yang meliputi: responden dan pembahasan keterlibatan para suster

dalam evangelisasi. Sedangkan bagian ketiga memaparkan kesimpulan hasil

penelitian.

a. Rencana Penelitian

1. Latar Belakang Penelitian

Dalam penelitian ini, pokok permasalahan yang mau diangkat penulis,

apakah keterlibatan para suster PRR dalam pewartaan di paroki St. Thomas

sungguh ikut memperkembangkan hidup beriman umat? Tugas mewartakan Injil

adalah tugas semua orang beriman termasuk di dalamnya adalah para suster PRR.

Berdasarkan kenyataan yang penulis dengar melalui sharing suster yang pernah

bertugas di komunitas Cimanggis dan anggota komunitas Cimanggis yang penulis

74  

  

hubungi, penulis mendapatkan informasi mengenai keterlibatan para suster dalam

evangelisasi. Para suster menjalankan evangelisasi dalam berbagai bentuk

kegiatan baik dalam segi rohani seperti pembinaan iman anak, remaja dan kaum

muda, pembinaan bagi calon komuni pertama, katekumenat, Legio Maria dan

kunjungan keluarga maupun segi hidup jasmani seperti memperhatikan orang

kecil, lemah, miskin, dan tersingkir (KLMT) yang ada di sekitarnya. Kegiatan

pewartaan yang dilaksanakan oleh para suster itu membantu perkembangan dan

pendewasaan iman mereka dan kesejahteraan hidup merekapun menjadi lebih

terjamin. Penulis melihat bahwa inilah satu bentuk pewartaan yang nyata sehingga

banyak orang dapat mengalami kebahagiaan, kegembiraan dan sukacita atas hidup

yang diterimanya dari Allah melalui pelayanan para suster.

Kegiatan pewartaan yang dilaksanakan ini tidak sekedar kegiatan yang

diwariskan oleh pendiri sehingga menjadi suatu rutinitas yang harus dilakukan

oleh para suster juga tidak mengejar target atau jumlah yang dilayani tetapi para

suster dalam hal ini lebih mengupayakan pembentukan jemaat yang semakin

dewasa. Dalam pelayanan kemanusiaan para suster tidak hanya memberi bantuan

kepada mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir (KLMT) tetapi turut

memberdayakan mereka dalam berbagai pekerjaan demi pemenuhan kebutuhan

hidup mereka sehari-hari. Di sinilah tampak pewartaan Kerajaan Allah secara

nyata yang dilaksanakan oleh para suster. Bagi penulis segala bentuk kegiatan

merupakan keikutsertaan para suster PRR dalam tugas perutusan Gereja yakni

mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah. Dalam melaksanakan evangelisasi,

para suster sering dihadapkan pada berbagai kesibukan. Kesibukan-kesibukan

75  

  

inilah yang terkadang membuat para suster merasa lelah, jenuh. Dengan demikian

kesibukan bisa saja menjadi alasan bagi para suster untuk tidak terlibat dalam

evangelisasi. Pada bagian ini penulis akan mengadakan penelitian dengan maksud

mengetahui dampak evangelisasi para suster PRR Cimanggis, bagi perkembangan

iman umat, juga mengetahui faktor pendukung dan penghambat juga manfaat

evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua. Data yang diperoleh

penulis dalam penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan keterlibatan para suster PRR di komunitas Cimanggis dalam

berevangelisasi.

2. Tujuan Penelitian

a. Memperoleh gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam

evangelisasi.

b. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi.

c. Mengetahui manfaat evangelisasi bagi perkembangan iman jemaat di

paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok.

3. Metodologi Penelitian

Pembahasan mengenai metodologi penelitian ini mencakup beberapa hal

antara lain jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian,

variabel penelitian, teknik pengumpulan data serta laporan dan pembahasan hasil

penelitian.

76  

  

4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Menurut Azwar (1997:5) penelitian kualitatif menekankan

analisisnya pada proses penyimpulan terhadap dinamika hubungan antar

fenomena dan hasil penelitian itu diamati dengan menggunakan logika ilmiah.

Sedangkan Husaini dan Purnomo (2008:130) mengatakan bahwa penelitian ini

diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, sesuai dengan

pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis dengan kata-kata yang

melatarbelakangi responden.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Juli – 21 Juli 2011 di komunitas PRR

Cimanggis Jakarta.

6. Responden Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah para suster PRR di

komunitas Cimanggis dan umat. Secara keseluruhan jumlah anggota komunitas

Cimanggis sebanyak 15 suster. Penulis tidak mengambil data dari semua suster

tetapi penulis membatasi jumlah responden menjadi 8 orang suster yang akan

penulis wawancarai karena dari 15 ini tidak semuanya terlibat aktif dalam

evangelisasi. Selain para suster penulis juga akan mendapatkan data dari umat

paroki. Para suster di komunitas Cimanggis yang menentukan siapakah umat yang

akan penulis wawancarai karena merekalah yang lebih mengenal umat. Jumlah

77  

  

umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua adalah 7000 jiwa. Dari jumlah yang ada

penulis membatasi dengan mewawancarai 5 umat. Alasan penulis membatasi

jumlah responden 5 orang umat karena subyek penelitian yang utama adalah para

suster dan keterlibatan mereka dalam evangelisasi. Umat yang penulis

wawancarai dari berbagai kelompok kategorial yakni mudika 1 orang, Legio

Maria 2 orang, pengurus Lingkungan 1 dan 1 lagi adalah pendamping PIA

sehingga jumlah responden menjadi 13 orang: 8 orang suster dan 5 umat. Mereka

ini adalah anggota komunitas yang terlibat secara aktif dalam evangelisasi

sedangkan untuk umat penulis memandang penting untuk mengetahui manfaat

evangelisasi yang dilaksanakan oleh para suster bagi hidup beriman umat.

Penulis mewawancarai umat yang terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan

entah di lingkup paroki ataupun lingkungan. Lima orang umat ini diharapkan

dapat memberikan data dalam kaitannya dengan keterlibatan para suster di tengah

umat dan bagaimana manfaat atau pengaruh evangelisasi bagi perkembangan

iman mereka. Dengan demikian penulis berharap dapat mengemukakan cara yang

lebih tepat supaya dapat dilakukan oleh para suster dalam evangelisasi

selanjutnya. Adapun alasan mengapa penulis hanya memilih 13 responden karena

jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif di mana

penelitian ini lebih menekankan intensitas wawancara demi mendapatkan data

yang benar-benar dibutuhkan dan mengandung makna bukan jumlah responden

yang ditekankan. Dalam penelitian ini juga penulis menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sample

dengan pertimbangan tertentu atau disebut dengan teknik sampel bertujuan.

78  

  

Sampel ini juga cocok untuk penelitian kualitatif yang tidak melakukan

generalisasi (Sugiyono, 2010:124).

7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara yang sifatnya

mendalam (in-depth interview) yaitu tanya jawab yang terbuka antara peneliti dan

yang diteliti untuk memperoleh data tentang evangelisasi yang sudah

dilaksanakan. Ada dua jenis wawancara yakni: wawancara terstruktur (structured

interview) dan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview). Wawancara

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti harus sudah

mempersiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap

responden diberi pertanyaan yang sama dan pewawancara mencatat semua

jawaban dari responden. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya

(Sugiyono, 2005:73-74). Sedangkan Dapiyanta (2008: 25) menyatakan bahwa

wawancara sebagai alat pengumpulan data mempunyai kelebihan antara lain:

bebas dikenakan pada siapapun, dapat merupakan teknik pelengkap atau

bersamaan teknik lain, luwes, hal-hal yang kurang jelas dapat diperjelas, bahasa

yang digunakan dapat disesuaikan dengan responden.

79  

  

Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara terstruktur. Namun

sebelum menyusun pertanyaan penulis juga melakukan pra observasi singkat

lewat para suster yang ada di komunitas Cimanggis untuk mengetahui gerak karya

evangelisasi para suster dan situasi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua. Hal

ini dimaksud agar dapat membantu penulis mengenal lebih dahulu umat dan

situasinya. Penulis sebelum mengadakan wawancara dengan responden terlebih

dahulu menyiapkan panduan wawancara. Instrumen yang digunakan dalam

wawancara ini adalah panduan pertanyaan, MP3 atau perekam suara. Selain

wawancara penulis sendiri terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh para suster berkaitan dengan evangelisasi.

8. Teknik Pembahasan Data

Dalam pembahasan ini, hal pertama yang penulis lakukan adalah

mereduksi data yang tidak dibutuhkan selanjutnya penulis melakukan generalisasi

dengan menyatukan data-data yang berhubungan atau berkaitan dengan tujuan

penelitian sehingga data-data yang diperoleh melalui reduksi dapat memperlancar

penulis untuk melakukan tafsiran terhadap data yang sudah diperoleh (Husaini &

Purnomo, 2008:130).

9. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah

keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.

80  

  

NO VARIABEL ITEM JMLH

1 Gambaran mengenai keterlibatan para suster

PRR dalam evangelisasi.

1,2,3 3

2 Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

evangelisasi.

4, 5,6,7 4

3 Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St.

Thomas Kelapa Dua Depok.

8,9,10,11 4

4 TOTAL 11

b. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang sudah

dilaksanakan sekaligus membahas hasil penelitian berdasarkan variabel dan

dipisahkan antara umat dan suster.

1. Identitas Responden

Jumlah responden yang penulis wawancarai berjumlah 13 yaitu 8 orang

suster dan 5 orang umat. Proses wawancara berlangsung sendiri-sendiri

disesuaikan dengan waktu para suster dan umat. Tempat wawancara bagi para

suster berlangsung di komunitas PRR Cimanggis sedangkan umat ada yang

penulis temui di rumah bahkan ada yang dengan rela datang ke komunitas. Waktu

wawancara antara responden satu dengan lainnya berbeda tergantung dari jawaban

yang diberikan oleh responden. Informasi lain berkaitan dengan keterlibatan para

81  

  

suster dalam evangelisasi baik di paroki maupun di lingkungan, penulis dapatkan

dari Sr.M.Gabriela, PRR sebagai pemimpin komunitas.

Table 1: Identitas Responden (N:13)

NO KETERANGAN JUMLAH

(1) (2) (3)

1 Kaul Kekal 3

2 Kaul sementara 5

3 Umat 5

Berdasarkan tabel 1 di atas jumlah responden dalam penelitian ini ada 13

responden, yang terdiri dari suster yang berkaul kekal ada 3 responden, suster yang

berkaul sementara ada 5 responden dan 5 respondennya adalah umat.

2. Gambaran Mengenai Keterlibatan Para Suster dalam Evangelisasi

Agar dapat mengetahui gambaran keterlibatan para suster dalam

evangelisasi, penulis menggali pengalaman para suster melalui wawancara.

Penulis akan menyampaikan hasil wawancara dengan responden yang sudah

dirangkum dalam table-tabel berikut

82  

  

Tabel 2. Gambaran Mengenai Keterlibatan Para Suster PRR dalam

Evangelisasi

(N=8)

No Pertanyaan Jawaban Jlh

1 a. Apa yang suster

pahami tentang

evangelisasi?

b. Mengapa suster

terlibat dalam

evangelisasi?

Mewartakan Kristus dalam berbagai

kerasulan, lewat kotbah, katekese dan

tindakan nyata sehingga dapat

menghantar umat untuk bertemu

dengan Yesus dan memperoleh

keselamatan.

8

Karena evangelisasi adalah tugas saya

sebagai orang Katolik juga sebagai

religius terutama sebagai religius PRR

karena evangelisasi adalah tugas

utama seorang PRR.

6

Karena dengan evangelisasi yang saya

lakukan akan membawa umat untuk

mengalami Kerajaan Allah.

1

Karena sebagai PRR kita hadir

bersama umat dan mengambil bagian

dalam tritugas Yesus yakni sebagai

imam, nabi dan raja.

1

83  

  

Dari hasil wawancara penulis dengan responden pada tabel di atas, maka

dapat diperoleh gambaran keterlibatan para suster dalam evangelisasi. Pada item

1a, dari hasil wawancara dengan masing-masing suster penulis mendapatkan

2 Menurut suster apa

tujuan evangelisasi?

Agar semakin banyak orang mengerti

dan memahami Injil Kerajaan Allah

serta mengenal Yesus dan akhirnya

menghantar orang mengikuti Yesus

dalam hidup mereka.

6

Agar mereka yang didampingi

mengalami kegembiraan berkat iman

mereka kepada Allah dan akhirnya

terlibat dalam melaksanakan

evangelisasi.

2

3 Bagaimana cara suster

berevangelisasi?

Cara saya berevangelisasi lewat

partisipasi atau keterlibatan dalam

kelompok-kelompok kategorial seperti

Legio Maria, BIAK, kor, pemazmur,

pendalaman iman, kunjungan keluarga

dan katekumen.

4

Saya berevangelisasi melalui mengajar

agama di sekolah.

2

Lewat teladan hidup sehari-hari 2

84  

  

gambaran bagaimana pemahaman para suster tentang evangelisasi. Dari 8

responden yang penulis wawancarai hampir semua mempunyai pemahaman yang

sama tentang evangelisasi. Para suster memahami evangelisasi adalah mewartakan

Kristus dalam berbagai kerasulan dengan berkotbah, katekese dan tindakan hidup

sehari-hari sehingga semakin banyak orang mengalami keselamatan. Dengan

pemahaman ini para suster dimampukan untuk semakin berpartisipasi aktif dalam

berbagai kegiatan Gereja.

Pada item 1b, 6 orang responden menyatakan bahwa mereka terlibat

karena kesadaran akan tugas utama sebagai orang Katolik juga sebagai religius

khususnya sebagai seorang PRR di mana tugas utama PRR adalah evangelisasi.

Ada juga yang mengatakan bahwa dengan keterlibatan mereka dalam evangelisasi

dapat menghantar atau membawa umat mengalami Kerajaan Allah dan bersama

umat mengambil bagian dalam tritugas Kristus yakni sebagai imam, nabi dan raja.

Kesadaran diri dan tanggungjawab yang diemban sebagai orang beriman Katolik

adalah suatu hal yang patut dicontoh karena dengan kesadaran ini akan memacu

orang untuk setia dan bertanggungjawab dengan tugas pewartaannya. Sedangkan

2 orang responden lainnya yakni 1 orang responden mengatakan bahwa dengan

evangelisasi akan membawa umat untuk mengalami Kerajaan Allah dan 1

responden lagi mengatakan bahwa dengan evangelisasi dapat mengambil bagian

bersama umat dalam tugas-tugas Yesus yakni sebagai imam, nabi dan raja.

Pada item no 2, 6 orang responden menyatakan bahwa tujuan evangelisasi

adalah agar semakin banyak orang mengerti dan memahami Injil Kerajaan Allah

serta mengenal Yesus dan akhirnya menghantar orang mengikuti Yesus dalam

85  

  

hidup mereka, sedangkan 2 orang responden menyatakan bahwa agar mereka

yang didampingi mengalami kegembiraan berkat iman mereka kepada Allah dan

akhirnya ikut terlibat dalam melaksanakan evangelisasi.

Pada item no 3, tentang cara responden berevangelisasi ada 4 orang

responden memberi jawaban yang sama yaitu mereka dapat melakukan

evangelisasi melalui keterlibatan dalam kelompok-kelompok kategorial seperti

Legio Maria, BIAK, kor, pemazmur, pemandu pendalaman iman, kunjungan

keluarga, katekumen. Melalui bidang-bidang ini mereka dapat mewartakan Yesus,

juga melayani kebutuhan orang-orang kecil lewat karya sosial. Pelayanannya

terhadap orang-orang kecil inilah dirasa sebagai suatu perjumpaannya dengan

Tuhan sekaligus suatu kesempatan mengajak mereka untuk memiliki hati yang

berbelaskasih, mencintai dan mau membantu siapa saja yang membutuhkan

bantuan tanpa membeda-bedakan. 2 orang responden menyatakan bahwa cara

mereka berevangelisasi dengan mengajar agama di sekolah dan 2 orang

responden lainnya menyatakan bahwa cara mereka berevangelisasi adalah lewat

keteladanan hidup.

Berdasarkan hasil wawancara sebagaimana yang sudah penulis rumuskan

di atas, penulis menemukan bahwa responden pada umumnya memiliki

pemahaman yang baik tentang evangelisasi. Dengan adanya pemahaman ini para

suster dibantu untuk dapat melaksanakan evangelisasi karena sebagai seorang

pelaku evangelisasi minimal mempunyai pemahaman atau memiliki ilmu tentang

evangelisasi untuk membantu dirinya sendiri dalam menjalankan tugas

perutusannya. Pemahaman yang baik tentang evangelisasi sangat membantu

86  

  

keterlibatan mereka dalam evangelisasi. Hal ini dapat dilihat dalam setiap jawaban

mereka pada item 1b tentang alasan keterlibatan mereka dalam evangelisasi. Dari

jawaban-jawaban yang diberikan, penulis dapat menafsirkan bahwa setiap suster

memiliki kesadaran yang cukup besar akan tugasnya sebagai orang Kristen dan

PRR khususnya dalam melaksanakan evangelisasi. Tanggungjawab atas karya

besar ini diwujudkan dalam keterlibatan mereka di tengah umat baik di tingkat

paroki maupun lingkungan dalam berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan itu antara

lain: Bina Iman Anak (BIA) Legio Maria, pendamping katekumen, kunjungan

keluarga maupun hadir sebagai umat dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan

seperti kor, sharing Kitab Suci bersama, mengadakan baksos, pengumpulan

pakaian layak pakai yang dibagi-bagikan kepada kaum miskin dan mengasuh

anak-anak yang kehilangan kasih sayang orang tua dan yang tidak mampu secara

ekonomi.

Menarik bagi penulis apa yang dikatakan tentang cara evangelisasi melalui

kunjungan keluarga. Dalam wawancara responden mensharingkan pengalaman

perjumpaannya dengan umat yang dikunjungi dan apa saja yang dilakukan ketika

kunjungan. Bagi responden kunjungan keluarga adalah bagian dari kerasulan

PRR. Para suster hadir dan mendengarkan, merasakan pengalaman hidup baik

suka maupun duka. Bagi responden yang hidup di kota dengan berbagai

kesibukan tentunya membuat orang merasa penat, lelah bahkan bisa stress. Maka

kehadiran para suster di tengah umat atau keluarga membuat mereka merasa

bahagia karena dapat mendengarkan mereka. Kebiasaan yang baik yang selalu

dibuat oleh para suster dalam komunitas ini adalah mengakhiri kunjungan dengan

87  

  

mengajak keluarga berdoa bersama. Dan ketika kembali di komunitas pun semua

suster diajak untuk mendoakan berbagai kepentingan umat atau keluarga yang

dikunjungi.

Dari semua jawaban di atas penulis menemukan bahwa rata-rata semua

suster memiliki pemahaman yang baik tentang evangelisasi namun cara dan

bentuk dari evangelisasi itu sendiri masih dipahami sebatas kegiatan-kegiatan

yang bersifat rohani seperti yang sudah penulis sebutkan di atas. Dari 8 responden

hanya 1 responden mengatakan bahwa evangelisasi dilaksanakan secara nyata

dalam pelayanannya kepada orang-orang kecil, lemah, miskin dan yang tersingkir.

Hal ini menunjukan partisipasinya sebagai umat beriman dalam mewujudkan cinta

kasih dalam tindakan konkret sehari-hari.

3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Para Suster dalam

Evangelisasi

Pada bagian ini sebelum menguraikan faktor-faktor baik pendukung

maupun penghambat penulis juga mau mengetahui respon umat terhadap

evangelisasi dan bagaimana pengaruh dari evangelisasi itu sendiri bagi iman umat.

Dalam melaksanakan evangelisasi tentunya ada hal-hal yang dirasa sebagai

pendukung yang memacu para suster dalam evangelisasi. Tentunya para suster

juga mengalami adanya hambatan dalam evangelisasi sehingga belum secara

maksimal melaksanakannya. Berikut ini wawancara penulis dengan responden

mengenai faktor-faktor yang dirasa sebagai pendukung dan penghambat dalam

evangelisasi.

88  

  

Tabel 2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Evangelisasi.

(N:8)

No Pertanyaan Jawaban Responden Jmlh

5 Bagaimana

respon/tanggapan umat

terhadap evangelisasi yang

suster laksanakan?

Pada umumnnya umat sangat

antusias dengan kehadiran dan

keterlibatan para suster dalam

berbagai kegiatan. Segala kegiatan

yang dilaksanakan oleh para suster

selalu ditanggapi dengan antusias

melalui keteribatan dan keaktifan

umat dalam kegiatan-kegiatan

tersebut.

8

6 Apakah evangelisasi yang

suster laksanakan

berpengaruh pada hidup

beriman umat?

Sangat berpengaruh. Hal ini dapat

disaksikan lewat sharing

pengalaman iman umat sendiri

entah dalam kunjungan keluarga

ataupun dalam acara-acara tertentu

seperti sharing Kitab Suci dan

sebagainya.

5

Saya tidak bisa memastikan apakah

itu berpengaruh bagi perkembangan

hidup beriman umat sendiri atau

tidak tetapi bahwa ada harapan agar

3

89  

  

apa yang diwartakan berpengaruh

bagi hidup beriman umat.

7 Faktor apa saja yang

mendukung suster dalam

evangelisasi?

Dukungan komunitas dan Tarekat 3

Kepercayaan dari umat dan pastor

paroki

2

Evangelisasi adalah karya utama

PRR dan wajib dilaksanakan oleh

semua suster PRR.

2

Kesadaran bahwa evangelisasi

adalah tugas semua umat Katolik

yang sudah menerima sakreman

pembaptisan.

1

8 Faktor apa saja yang

menjadi penghambat

dalam evangelisasi?

Kurang percaya diri akan

kemampuan yang dimiliki.

2

Kesibukan dan kurang prioritas.

3

Kurangnya pengetahuan tentang

evangelisasi.

2

Egois, ada kesempatan tetapi

menunda-nunda.

1

90  

  

Dari tabel di atas diketahui bahwa 8 orang responden mengatakan bahwa

umat sangat antusias dan semangat. Mereka menanggapi dengan antusias apa

yang disampaikan oleh para suster. Pada item 6, 5 orang responden menyatakan

bahwa evangelisasi yang disampaikan sangat berpengaruh pada hidup umat

sendiri. Hal ini dapat diketahui atau disaksikan lewat sharing pengalaman iman

umat ketika para suster mengadakan kunjungan ataupun dalam sharing

pendalaman Kitab Suci di lingkungan. Sedangkan 3 orang responden menyatakan

bahwa mereka tidak bisa memastikan apakah evangelisasi yang disampaikan itu

berpengaruh bagi hidup umat atau tidak. Namun dalam pelaksanaannya mereka

mempunyai harapan agar apa yang disampaikan bisa berpengaruh bagi

perkembangan iman umat itu sendiri. Item no 7, ada 3 orang responden

menyatakan bahwa dukungan komunitas dan Tarekat, 2 orang responden

menyatakan bahwa faktor pendukung adalah kepercayaan umat dan pastor paroki

sedangkan 1 orang responden menyatakan bahwa faktor yang mendukung adalah

adanya kesadaran bahwa evangelisasi adalah tugas semua umat yang sudah

dibaptis. Pada item no 8, 2 orang responden merasa bahwa yang menghambat

mereka dalam evangelisasi adalah kurang percaya pada diri sendiri. Hal ini

disebabkan karena responden sebelum melaksanakan evangelisasi sudah

dibayangi oleh rasa pesimis bahwa umat yang mendengarkan adalah orang-orang

yang berpendidikan dan tahu segalanya daripada dirinya. 3 orang responden

mengatakan bahwa faktor yang menghambat adalah kesibukan dan kurang

prioritas sedangkan 2 orang responden lainnya menyatakan bahwa pengetahuan

mereka tentang evangelisasi sangat terbatas meskipun arti dari evangelisasi sudah

91  

  

dipahami. Sedangkan 1 responden menyatakan bahwa adanya sikap egois atau

mementingkan diri sendiri dari pada menjalankan evangelisasi.

Pada tabel ke-2 ini penulis menemukan bahwa ada begitu banyak faktor

yang mendorong responden untuk menjalankan evangelisasi. Hal pertama yang

dirasa sebagai pendukung adalah kemauan dari diri sendiri. Responden

mengemukakan hal ini karena baginya menjalankan suatu karya kerasulan tanpa

kemauan dari diri sendiri akan sia-sia, meskipun ada dukungan dan dorongan serta

kepercayaan dari komunitas tetapi jika tidak ada kemauan dari diri sendiri tidak

ada gunanya. Sedangkan responden lainnya mengatakan bahwa faktor yang utama

adalah dukungan komunitas dan kepercayaan dari Tarekat. Komunitas selalu

memberi semangat dan memotivasi agar mereka terlibat dalam menjalankan

evangelisasi. Hal lain yang dikemukakan sebagai faktor yang mendukung

pelaksanaan evangelisasi adalah adanya kesadaran bahwa evangelisasi adalah

warisan pendiri Kongregasi dan merupakan karya utama Kongregasi maka semua

suster wajib melaksanakannya.

Dalam melaksanakan evangelisasi para suster menemukan adanya faktor-

faktor yang mendukung namun kenyataan tidak bisa dipungkiri bahwa para suster

juga dihadapkan pada berbagai kesibukan membuat mereka menjadi pribadi yang

egois, selalu mendahulukan kepentingannya sendiri bahkan lebih memprihatinkan

lagi adalah menjadikannya sebagai alasan untuk tidak terlibat aktif dalam

evangelisasi.

92  

  

4. Manfaat Evangelisasi dari Para Suster bagi Umat di Paroki St. Thomas

Kelapa Dua Depok

Pada bagian ini melalui wawancara penulis menggali manfaat evangelisasi

bagi umat, mengetahui harapan umat mengenai bentuk-bentuk evangelisasi yang

diinginkan dan yang perlu ditingkatkan oleh para suster dalam melaksanakan

evangelisasi. Tabel berikut ini merupakan hasil rangkuman jawaban wawancara

antara penulis dengan responden.

Tabel 3. Manfaat Evangelisasi dari Para Suster bagi Umat

di Paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok

(N:5)

No Pertanyaan Jawaban Responden Jmlh

9. a.

Apakah dengan

mendapatkan pembinaan

dari para suster iman anda

semakin diteguhkan?

Dalam hal apa?

Pembinaan dari para suster

semakin memperteguh iman saya

bahkan membuat saya menjadi

pribadi yang semakin matang dan

dewasa dalam bersikap.

5

Saya yang dahulunya jarang

berdoa semakin rajin berdoa dan

mengikuti perayaan ekaristi pada

hari Minggu dan kadang pada hari

biasa.

2

93  

  

Menjadi teladan hidup bagi orang

lain.

1

Lebih aktif dan giat dalam

berbagai kegiatan baik di Gereja

maupun di tengah masyarakat.

2

10 Manfaat apa yang anda

peroleh dari evangelisasi?

Memperoleh kedamaian, sukacita

dan semakin memperteguh,

memperkokoh iman saya.

3

Lebih dekat dengan Tuhan dan

semakin peduli terhadap hidup

orang lain.

1

Hidup saya menjadi lebih baru. 1

11 Bentuk-bentuk evangelisasi

seperti apa yang anda

harapkan?

Bentuk yang lebih nyata yang

diharapkan adalah kesaksian

hidup karena akan lebih

menyentuh hati umat yang

dilayani.

4

Sharing Kitab Suci bersama 1

12. a

Apakah anda juga

bertindak sebagai pelaku

evangelisasi?

Saya pernah bertindak sebagai

pelaku evangelisasi

4

94  

  

b.

Apa bentuknya? Saya tidak tahu apakah yang saya

lakukan itu adalah bentuk

evangelisasi tetapi yang jelas

bahwa saya pernah terlibat dalam

mendampingi anak-anak Boncel

1

Sebagai pemandu pendalaman

Kitab Suci, Lektor, kor

lingkungan.

2

Kunjungan keluarga dan orang

sakit.

2

13 Apakah ada hal-hal yang

perlu ditingkatkan oleh

para suster?

Kehadiran para suster dalam

setiap kegiatan.

2

Kreativitas agar umat tidak jenuh

dan bosan.

2

Kunjungan keluarga 1

Pada item no 9 bagian a, 5 orang responden menyatakan bahwa pembinaan

dari para suster dirasa sangat membantu dan semakin memperteguh iman mereka

dengan alasan masing-masing yang dijawab pada bagian b. Ada yang mengatakan

bahwa dengan adanya pendampingan dari para suster mereka mengalami adanya

perubahan dalam hidup mereka misalnya dulunya malas berdoa dan mengikuti

perayaan ekaristi sekarang lebih rajin dan tekun dalam berdoa juga lebih rajin

merayakan ekaristi pada hari Minggu bahkan kadang pada hari biasa entah di

95  

  

paroki maupun di komunitas PRR. Ada pula yang menyatakan bahwa bisa

menjadi teladan hidup bagi orang lain baik yang seagama maupun agama lain

sedangkan 2 orang responden menyatakan bahwa pembinaan para suster

mengajak mereka untuk lebih aktif melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di

lingkungan Gereja maupun di tengah masyarakat. Pada item 10, 3 orang

responden menyatakan bahwa manfaat evangelisasi bagi mereka adalah

memperoleh kedamaian batin, sukacita dan semakin memperteguh iman mereka.

Kesibukan dalam rutinitas kadang membuat mereka merasa jenuh, bosan dan

merasa kering dalam hidup.

Keterlibatan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan para suster

membuat mereka menemukan semangat hidup baru. 1 orang responden

menyatakan bahwa kegitan-kegiatan seperti Legio Maria, ekaristi, mengikuti koor

membuat dirinya semakin dekat dengan Tuhan bahkan semakin peduli dengan

orang lain, secara khusus mengunjungi orang sakit, memberi peneguhan bagi yang

mengalami sakit dan yang hilang harapan. Item 11, 4 orang responden

menyatakan bahwa bentuk nyata yang diharapkan adalah kesaksian hidup karena

akan lebih menyentuh hati umat.

Kesaksian hidup dari seorang religius di tengah umat dalam setiap

keterlibatannya akan lebih menyentuh hati. Kesaksian mereka ini sangat berkesan

yakni dengan memberikan diri dan hidup sepenuhnya bagi karya evangelisasi

demi memuliakan Allah dengan menghayati kemiskinan, penyangkalan diri,

kemurnian, ketulusan, dan pengurbanan diri dalam kesetiaan; juga upayanya

meneguhkan sesama melalui hidup doa dan keheningan (EN art. 69). 1 orang

96  

  

responden menyatakan bahwa bentuk evangelisasi yang diharapkan adalah lewat

sharing Kitab Suci bersama. Hal ini disampaikan karena bagi mereka sharing

Kitab Suci akan sangat membantu mereka untuk semakin mencintai Kitab Suci

serta mengajak mereka untuk tekun dan setia dalam membaca dan

merenungkannya. Pada item 12a, 4 orang responden menyatakan bahwa mereka

pernah bertindak sebagai pelaku evangelisasi sedangkan 1 orang responden

menyatakan bahwa ia sendiri tidak tahu apakah yang dia lakukan itu, disebut atau

termasuk dalam evangelisasi atau tidak. Hal ini disebabkan karena merasa diri

sebagai orang awam yang kurang memahami evangelisasi. Meski kurang

memiliki pemahaman tentang evangelisasi tetapi keterlibatan mereka dalam

kegiatan-kegiatan seperti mendampingi anak-anak tetap bahkan kegiatan lainnya

tidak pernah surut.

Bentuk-bentuk dari evangelisasi pada item 12b dijawab oleh masing-

masing responden sesuai dengan yang pernah dilakukannya yakni 1 orang

responden menyatakan bahwa bentuk evangelisasi yang dilakukannya adalah

lewat pendampingan anak-anak, 2 orang responden menyatakan bahwa bentuk

evangelisasi adalah dengan keterlibatan sebagai pemandu pendalaman Kitab Suci,

Lektor, ikut kor lingkungan. Sedangkan 2 orang lagi menyatakan bahwa mereka

melaksanakan evangelisasi dalam bentuk mengunjungi orang sakit dan

mendoakan mereka. Pada item no 13, 2 orang responden menyatakan bahwa

bentuk evangelisasi yang perlu ditingkatkan oleh para suster adalah kehadiran

dalam setiap kegiatan. Hadirnya suster-suster dalam setiap kegiatan evangelisasi

menjadi harapan bagi mereka khususnya dalam BIAK (Bina Iman Anak Katolik).

97  

  

Para suster diharapkan meningkatkan kreativitas untuk menemukan hal-hal baru

agar suasana pertemuan menjadi lebih hidup, bermakna dan tidak membosankan.

Hal ini dikemukakan oleh 2 orang responden sedangkan 1 orang responden

menyatakan bahwa yang perlu ditingkatkan adalah kunjungan keluarga.

Bagi responden kunjungan keluarga merupakan bentuk evangelisasi yang

sederhana karena lewat kunjungan keluarga inipun nilai-nilai Kerajaan Allah

dapat disampaikan. Dalam kunjungan keluarga hendaknya orang yang

berkunjung perlu bersikap rendah hati dan mau mendengarkan, mengerti serta

memahami keluarga atau orang yang dikunjungi. Dengan sikap demikian orang

atau keluarga yang dikunjungi akan merasa tersapa, terhibur dan merasa

diperhatikan. Melalui kunjungan keluarga ini diharapkan agar keluarga-keluarga

tidak hanya mengerti secara teori ajaran-ajaran Kristus, tetapi mereka juga dapat

menghayati ajaran-ajaran itu dalam kehidupan keluarga mereka setiap hari dengan

bersikap, bertutur kata yang baik yang bisa membuat orang lain juga merasa

tersapa karena kesaksian hidup sebagai orang beriman.

Dari setiap jawaban yang diberikan dapat dipahami bahwa evangelisasi

yang disampaikan oleh para suster sangat berpengaruh pada hidup beriman umat.

Penulis mendengar secara langsung ungkapan umat tentang keterlibatan para

suster dalam kaitannya dengan evangelisasi. Keterlibatan para suster dalam

berbagai kegiatan di tingkat paroki maupun lingkungan sangat diharapkan oleh

umat. Tentunya harapan ini didasari pada pengalaman iman masing-masing umat

dalam kebersamaannya dengan para suster entah lewat keterlibatan para suster

dalam berbagai kegiatan ataupun kesaksian hidup.

98  

  

Dalam hal ini penulis sangat tertarik dan kagum dengan pengalaman iman

Stephanus Prabowo Soesatio. Dalam wawancara beliau mensharingkan

pengalaman tentang keterlibatan dalam kelompok Legio Maria, yang berawal dari

ajakkan teman untuk bergabung menjadi anggota Legio Maria. Semula beliau

adalah seorang seniman. Sebagai seorang seniman ia lebih banyak menghabiskan

waktu dengan berbagai kegiatan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Beliau kurang menyadari status hidupnya sebagai orang katolik yang bertugas

mewartakan Kerajaan Allah lewat kealihannya dalam dunia seni. Ajakan teman

ini menjadi “pintu masuk” baginya dalam mewartakan Kerajaan Allah melalui

tugasnya entah dalam kelompok Orang Muda Katolik (OMK) ataupun Legio

Maria. Dalam perjalanan hidup selanjutnya beliau menjadi pribadi yang sangat

aktif dalam kegiatan-kegiatan Gerejani bahkan dipercaya menjadi koordinator

Legio Maria dan berbagai kegiatan lainnya dalam lingkungan seperti memandu

pendalaman Kitab Suci. Beliau mengatakan bahwa semua yang dilakukannya

adalah rencana Tuhan baginya. Bukan suatu kebetulan ketika bertemu dan

berkenalan dengan para suster semakin membuat dirinya terlibat dalam berbagai

kegiatan. Dengan demikian Stephanus Prabowo Soesatio telah menjadi pelaksana

evangelisasi yang baik.

c. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa para suster memahami dengan cukup baik istilah maupun

makna evangelisasi, namun penulis merasa bahwa pemahaman akan evangelisasi

99  

  

ini masih perlu ditingkatkan. Pemahaman para suster tentang evangelisasi masih

terbatas pada kegiatan-kegiatan rohani; pembinaan iman anak, rekoleksi, Legio

Maria, katekese lain sebagainya. Dalam pengamatan penulis selama berada di

komunitas Cimanggis, sebenarnya evangelisasi sudah dilaksanakan oleh para

suster dalam berbagai bentuk kegiatan seperti memperhatikan orang-orang kecil,

lemah, miskin dan terlantar. Semua dilakukan dengan tujuan untuk

menyejahterakan mereka baik lahir maupun batin. Namun itu tidak disadari

karena terbatasnya pemahaman tentang evangelisasi. Dari 8 orang responden

hanya 1 responden yang menyatakan bahwa evangelisasi dapat dilakukan melalui

kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk mengubah hidup orang lain menjadi

lebih baik seperti memberi perhatian dan cinta kepada mereka yang kecil, lemah,

miskin dan yang tersingkir. Meskipun pemahaman tentang evangelisasi hanya

seputar kegiatan yang bersifat rohani tidak menyurutkan keinginan dan kemauan

para suster dalam evangelisasi. Dalam keterbatasan itu mereka tetap antusias,

semangat dan gembira melaksanakannya. Hal ini menunjukan bahwa para suster

memiliki kesadaran bahwa sebagai seorang beriman katolik dan seorang religius

dipanggil secara khusus sebagai pelaku dari evangelisasi itu sendiri. Kesadaran

akan tugas pokok inilah yang membuat para suster terlibat dalam mewartakan Injil

Kerajaan Allah.

Keterlibatan para suster dalam evangelisasi tidak terlepas dari dukungan

komunitas dan kesadaran akan tugas utama orang Katolik dan sebagai PRR yaitu

turut serta dalam mewartakan Kerajaan Allah. Komunitas selalu mendukung

setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh para suster entah di Gereja ataupun

100  

  

lingkungan. Semua suster menyadari bahwa masing-masing dipanggil untuk

menjalankan tugas perutusan Gereja. Kesadaran akan pentingnya evangelisasi ini

telah membuat para suster berani terlibat. Dalam pelaksanaan para suster juga

menemukan bahwa ada faktor yang kadang menjadi penghambat sehingga

membuat para suster tidak terlibat secara aktif dalam evangelisasi seperti

kesibukan, egois dan kurang prioritas dalam hidup. Kehadiran dan keterlibatan

para suster dalam evangelisasi memberi dampak dan pengaruh bagi

perkembangan iman umat sekaligus mengajak umat untuk terlibat sebagai pelaku

evangelisasi. Keterlibatan umat dalam evangelisasi juga merupakan suatu hal

yang sangat ditekankan dalam Evengelii Nuntiandi artikel 14 yang menekankan

tugas kaum awam untuk mewartakan Injil merupakan panggilan yang khas bagi

Gereja. Umat menanggapi panggilan Allah untuk terlibat dalam mewartakan Injil

dan bertanggungjawab atas kepercayaan itu dengan tekun dan setia menjalankan

evangelisasi. Keterlibatan umat dalam evangelisasi dapat dilakukan dengan

berbagai cara dan bentuk yakni sebagai lektor, pemazmur, pemandu pendalaman

iman, koordinator Legio Maria, mendampingi anak-anak dan berbagai kegiatan

lainnya. Umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua berpartisipasi aktif dalam

mewartakan Kristus. Di sisi lain umat mengharapkan agar para suster tetap

terlibat dalam evangelisasi karena kehadiran para suster membawa semangat baru

bagi umat. Harapan umat bagi para suster dalam melaksanakan evangelisasi agar

meskipun sibuk diusahakan tetap hadir, selain itu diharapkan agar dalam

evangelisasi para suster dapat lebih kreatif agar umat tidak merasa jenuh dan

bosan. Selain hal-hal yang diungkapkan umat untuk ditingkatkan para suster juga

101  

  

perlu diberi penjelasan mengenai evangelisasi untuk lebih mampu mengerti dan

memahami dengan lebih baik dan benar evangelisasi. Hal ini dimaksud agar dapat

membantu para suster dalam tugas perutusan Tarekat karena evangelisasi adalah

kerasulan utama Kongregasi dan merupakan warisan pendiri.

Dalam kaitan dengan tugas ini, semua suster dalam berbagai profesi harus

memahami dengan baik dan benar tentang evangelisasi baik sebagai perawat, guru

dan petugas sosial. Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis akan

mengadakan lokakarya bagi para suster. Dengan mengadakan lokakarya tersebut

diharapkan para suster dapat semakin mengenal dan memahami dengan baik dan

benar evangelisasi agar dapat membantu para suster untuk lebih aktif dalam

evangelisasi.

 

102  

BAB IV

USULAN PROGRAM LOKAKARYA SEBAGAI SALAH SATU USAHA

MENINGKATKAN KETERLIBATAN PARA SUSTER PRR DALAM

EVANGELISASI DI PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA CIMANGGIS

Pada bab IV ini, penulis akan menindaklanjuti temuan pada bab

sebelumnya dengan menguraikan beberapa gagasan pokok yang akan menjadi

usulan program yang relevan dan diharapkan dapat membantu meningkatkan

keterlibatan para suster PRR di komunitas Cimanggis dalam berevangelisasi.

Dalam mempersiapkan suatu usulan program perlu diketahui untuk siapa program

ini ditujukan, apa yang menjadi kebutuhan dari para peserta, dan rencana kegiatan

yang akan dilaksanakan. Dalam bab IV ini penulis akan menyajikan bagaimana

meningkatkan keterlibatan para suster PRR Cimanggis dalam evangelisasi melalui

lokakarya. Lokakarya adalah suatau kegiatan di mana berkumpulnya sekelompok

orang untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Lokakarya

merupakan salah satu program yang penulis pakai dalam kaitan dengan usulan

program pada bab ini. Penulis mengusulkan agar diadakan lokakarya bagi para

suster karena bagi penulis lokakarya dengan waktu tiga hari dirasa efektif juga

sebagai salah satu langkah awal yang ditawarkan penulis dalam membantu

meningkatkan keterlibatan para suster dalam berevangelisasi.

Penulis membagi bab IV ini menjadi tiga pokok pembahasan. Bagian

pertama membahas latar belakang yang meliputi; tujuan, sasaran, waktu dan

tempat pelaksanaan serta uraian program. Bagian kedua berisi matriks program

sedangkan bagian ketiga memberikan contoh satuan persiapan (SP).

103  

  

A. Latar Belakang Program

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di komunitas PRR

Cimanggis Bekasi, penulis menemukan permasalahan pokok yakni bahwa para

suster yang ada di komunitas ini dalam memahami evangelisasi masih terbatas

pada kegiatan-kegiatan yang bersifat rohani seperti Pembinaan Iman Anak (PIA)

Legio Maria, katekese, dan kegiatan-kegiatan yang bersifat rohani lainnya. Bahwa

pemahaman demikian tidak salah namun para suster perlu menyadari bahwa

pewartaan Injil itu tidak terpisahkan dengan aspek kehidupan manusia lainnya.

Pewartaan Injil mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Para suster belum

menampakan adanya pemahaman tentang evangelisasi dalam kaitan dengan

solidaritas atau perhatian terhadap yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir

(KLMT). Kegiatan dan pelayanan sosial yang dilaksanakan dalam komunitas

kurang disadari sebagai bagian dari evangelisasi. Hal ini disebabkan karena

terbatasnya pemahaman dan pengetahuan mereka tentang hakekat dan tujuan dari

evangelisasi di zaman sekarang. Seorang pewarta perlu memiliki pengetahuan

tentang evangelisasi namun juga memiliki berbagai ketrampilan agar bisa

menolong dirinya dalam melaksanakan evangelisasi. Mengenai hal ini penulis

juga menemukan apa yang dikemukakan umat dalam wawancara. Dalam

wawancara umat mengemukakan bahwa suasana yang dibangun kurang

komunikatif dan kurang kreatif sehingga suasananya nampak kaku dan

membosankan.

Pewartaan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mempunyai

tujuan yang paling utama yaitu untuk mewartakan sabda Tuhan. Pewartaan itu

104  

  

juga berisikan pesan-pesan, nasihat-nasihat yang dapat membawa manusia kepada

Kristus dan kesatuan dengan Gereja. Dalam mewartakan Kabar Gembira tentang

keselamatan Allah pun dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dengan

perkembangan dunia yang semakin maju antara lain dengan kemajuan IPTEK,

Gereja menyadari bahwa umat mulai jenuh mendengarkan kata-kata. Keadaan

inilah yang mendorong Gereja untuk menggunakan sarana-sarana yang modern

dalam pewartaan Injil (EN, art. 42). Bila sarana-sarana ini digunakan untuk

mewartakan Injil, sarana-sarana ini dapat memperluas wilayah-wilayah di mana

Sabda Allah dapat didengar, hampir tanpa batas dan dapat dijangkau jutaan

manusia. Gereja akan merasa bersalah di hadirat Tuhan jika tidak memanfaatkan

sarana-sarana modern yang ampuh ini, yang dari hari ke hari semakin

disempurnakan oleh keterampilan manusia. Dengan sarana-sarana modern ini

pesan Injil dapat menjangkau sejumlah besar orang, tetapi juga mampu untuk

menembus hati nurani setiap individu (EN art. 45).

Pada intinya evangelisasi adalah suatu proses yang kompleks yang terdiri dari

macam-macam unsur yakni pembaharuan hidup manusia, kesaksian, pewartaan

yang eksplisit, ketaatan batin, menjemaat dan kerasulan (EN art.24). Pembaharuan

hidup, kesaksian, kesejateraan lahir batin, dialog merupakan unsur-unsur pokok

dari evangelisasi. Hakekat evangelisasi ditegaskan oleh Paus Paulus VI sebagai

membawa kabar gembira kepada semua orang tanpa kecuali dan melalui

pewartaan ini diharapkan agar Injil yang disampaikan dapat mengubah umat

sehingga dapat menjadi manusia baru. Menjadi manusia baru artinya beralih dari

cara hidup lama yang dirasa sebagai sesuatu hal yang merugikan baik diri sendiri

105  

  

maupun orang banyak untuk masuk pada hidup yang baru. Hidup yang dipenuhi

dengan kedamaian, sukacita, kegembiraan. Setiap orang pasti mendambakan

suasana hidup yang damai, tenang, bahagia dan berkecukupan. Namun

kenyataannya situasi yang ada tidak seperti yang didambakan atau yang

diharapkan. Situasi dan keadaan umat di zaman sekarang diwarnai oleh berbagai

krisis yang berkepanjangan seperti banyaknya tindakan kekerasan, peperangan,

korupsi yang merajalela dalam berbagai bidang hidup yang mengakibatkan

kemiskinan dan penderitaan sekian banyak orang dan masih banyak tindakan

kekerasan yang mengakibatkan orang hidup dalam kecemasan, kegelisahan dan

ketakutan. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di mana saja dan kapan saja.

Pewartaan Injil di tengah kecemasan, kegelisahan, ketakutan dan penderitaan

dunia ini semakin urgen maka semua orang dipanggil untuk melaksanakan tugas

mewartakan Injil. Tugas ini bukan hanya terletak pada tanggungjawab orang-

orang tertentu saja melainkan pada semua orang Kristiani karena Gereja pada

dasarnya adalah missioner (Ad Gentes, 2). Tugas perutusan yang paling nyata saat

ini adalah solidaritas kepada mereka yang miskin, sakit, kelaparan, mereka yang

berjuang mendambakan keadilan, kebebasan dan kedamaian (EN, 31.34). Misi

Gereja mewartakan Kerajaan Allah dengan mengutamakan kaum miskin dan

tertindas ini, menuntut semua orang beriman kristiani berpartisipasi mengatasi

masalah tersebut. Mgr. Gabriel Manek, SVD termasuk salah satu tokoh yang

tanggap dan peduli terhadap situasi kemiskinan pada zamannya. Kenyataan akan

adanya kemiskinan dan penderitaan yang beliau jumpai dalam karya

pelayanannya, tampak nyata dalam diri mereka yang lapar, sakit dan tertindas.

106  

  

Untuk menanggapi masalah kemiskinan dan penderitaan yang ada, Mgr. Manek

tidak melakukan sesuatu yang hebat tetapi lebih pada hal-hal yang praktis sesuai

situasi dan kondisi wilayah setempat. Maka PRR sebagai Kongregasi religius

mengikuti teladan dan semangat Mgr. Gabriel Manek. Dengan demikian setiap

komunitas PRR di mana pun berkarya hendaknya memperhatikan mereka yang

kecil, lemah, miskin dan terlantar. Kenyataan akan adanya kemiskinan,

penindasan, kekerasan dan sebagainya ditanggapi oleh komunitas-komunitas PRR

di manapun. Hal yang sama dialami oleh para suster di komunitas Cimanggis.

Kesadaran hidup sebagai religius PRR dalam menghidupi semangat pendiri

menjiwai gerak hidup komunitas dalam pelayanannya yakni melayani mereka

yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Dalam keseharian para suster melakukan

apa yang menjadi harapan dan cita-cita pendiri namun itu kurang disadari sebagai

bentuk dari evangelisasi. Pemahaman akan evangelisasi masih terbatas pada

kegiatan-kegiatan rohani.

Evangelisasi tidak akan lengkap bila Injil belum dapat menyentuh secara

kongkret hidup manusia. Evangelisasi memperhitungkan interaksi yang terus

menerus antara Injil dan hidup manusia yang kongkret. Heryatno (1992:79)

mengatakan bahwa Gereja sungguh mewartakan Injil bila evangelisasi yang

dilakukan berpusat pada kebutuhan penyempurnaan manusia lebih-lebih mereka

yang tertindas dan miskin, sehingga dialog hidup dengan kondisi yang aktual yang

dihadapi oleh orang-orang miskin dan tertindas menjadi medan komunikasi iman

dan komunikasi perjuangan hidup. Untuk itu evangelisasi menegaskan warta yang

107  

  

menyerukan nilai-nilai cinta kasih dan menjunjung martabat kehidupan manusia

sebagai warta pembebasan.

Gereja Asia melihat bahwa ada hubungan yang erat antara pewartaan Injil

yang dibawakannya dengan pembebasan umat manusia yang mengalami

ketertindasan seperti itu. Pewartaan Injil dengan penekanan pada aspek

pembebasannya ini diyakini sebagai aspek “pewartaan Kabar Gembira kepada

kaum miskin”. Tugas pembebasan kaum miskin itu berhubungan erat dengan

tugas evangelisasi karena melalui “pewartaan kabar gembira kepada kaum

miskin” kehidupan Kritus dimasukan ke dalam upaya-upaya bangsa Asia untuk

mewujudkan pengembangan manusiawi, keadilan, persaudaraan dan perdamaian

sejati (No. 28).

Sebagai salah satu negara di Asia, Indonesia tidak terlepas dari ketiga realitas

yakni banyaknya agama besar yang lahir dan hidup di Asia, kebudayaan yang

beranekaragam dan banyaknya orang miskin. Kemiskinan tampaknya masih

menjadi kenyataan hidup banyak warga Indonesia. Dalam konteks masyarakat

Indonesia seperti itu, Gereja hadir dan mewartakan Injil. Gereja menyadari adanya

tantangan besar yang mesti dihadapi. Gereja menyadari bahwa keberadaannya di

tengah masyarakat Indonesia merupakan panggilan Allah yang penuh rahmat

dalam pemenuhan rencana keselamatan Allah. Gereja di Indonesia menyadari

bahwa keberadaannya tidak terlepas dari realitas konteks Indonesia itu sendiri.

Gereja hadir di tengah realitas masyarakat Indonesia yang pluri-agama, pluri-

budaya, dan kemiskinan. Tantangan besar yang dihadapi Gereja ialah bagaimana

pewartaan Injil dapat berlangsung secara kontekstual. Berkaitan dengan situasi

108  

  

Asia umumnya dan Indonesia khususnya Gereja akhirnya mencari arah yang tepat

dalam mewartakan Injil dengan berfokus pada tiga dialog di atas sesuai dengan

keadaan yang tengah dialami oleh umatnya.

Evangelisasi merupakan karya utama Kongregasi PRR, maka setiap anggota

apapun profesinya wajib melaksanakannya. Dan, fokus dari evangelisasi yang

dilaksanakan adalah pembentukan jemaat sesuai dengan yang dicita-citakan oleh

pendiri Kongregasi. Maka dalam pelaksanaannya para suster menjalankan karya

ini sesuai dengan apa yang diharapakan oleh pendiri. Model umat atau jemaat

yang dicita-citakan adalah jemaat yang partisipatif yang mengabdi kepada

Kerajaan Allah dan turut menegakan nilai-nilai Kerajaan Allah. Selain

mewartakan Injil para suster juga terlibat dalam memperhatikan orang-orang

kecil, lemah, miskin dan tertindas. Inilah bentuk nyata dari evangelisasi yang

harus dilaksanakan. Dengan cara demikian semakin banyak orang diselamatkan

dan mengalami pembebasan.

Oleh karena itu untuk membahas permasalahan-permasalahan tersebut di atas

maka penulis mengusulkan program yang akan dilaksanakan dalam bentuk

lokakarya selama tiga hari dengan materi, metode dan sarana yang dapat

menunjang dan membantu meningkatkan keterlibatan para suster dalam

evangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Bekasi. Lokakarya ini

direncanakan akan dilaksanakan dalam kerangka SCP (Shared Christian Praxis).

Melalui model ini diharapkan para suster dapat mengungkapkan, mendalami,

mengkomunikasikan pengalaman imanya dan mendialogkannya dengan visi dan

tradisi kristiani serta menginterpretasikan dan mewujudkan dalam tindakan

109  

  

konkret sehari-hari. Melalui dialog itu, dari para suster diharapkan muncul

kesadaran dan semangat baru dalam menjalankan evangelisasi.

Model Shared Christian Praxis (SCP) terdiri dari lima langkah yang saling

berkaitan yaitu:

a. Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual

Pada langkah ini para peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman

hidup sehari-hari dengan memanfaatkan sarana yang sesuai dengan situasi peserta,

sehingga peserta semakin terbantu memaknai pengalaman hidupnya sehari-hari

(Heryatno, 1997:5).

b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual

Langkah kedua ini mengajak peserta untuk mendalami pengalaman hidupnya

yang telah disharingkannya pada langkah pertama. Dengan mendalami

pengalaman hidupnya, peserta diharapkan sampai pada suatu kesadaran kritis

akan pengalaman hidupnya (Heryatno, 1997:5-6).

c. Langkah Ketiga: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Terjangkau

Pada langkah ketiga ini peserta diajak untuk menggali pengalaman iman

Kristianinya dengan mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan visi Kristiani agar

lebih mengena untuk kehidupan peserta yang kontekstual (Heryatno, 1997:6).

d. Langkah Keempat: Interpretasi Dialektis antara Pengalaman dan Visi Hidup

Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani.

Peserta diajak untuk mendialogkan pengalaman yang sudah mereka olah pada

langkah-langkah sebelumnya dengan isi pokok pada langkah ketiga yakni nilai-

nilai tradisi dan visi Kristiani yang dapat meneguhkan dengan demikian

110  

  

mengundang mereka untuk secara aktif menemukan kesadaran baru untuk lebih

bersemangat dalam mewujudkan imannya agar nilai-nilai Kerajaan Allah semakin

dapat dirasakan dalam kebersamaan (Heryatno, 1997:7).

e. Langkah V: Keterlibatan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di

Dunia

Langkah yang terakhir ini bertujuan untuk mendorong peserta supaya sampai

pada tindakan konkrit bagaimana peserta menghidupi iman Kristiani pada konteks

hidup yang telah dianalisa dan dipahami, direfleksikan dan dinilai secara kreatif

dan bertanggungjawab (Heryatno, 1997:7).

1. Tujuan Program

Adapun tujuan dari lokakarya ini adalah: 1. Menggali pengalaman para suster dalam evangelisasi supaya dapat

meningkatkan keterlibatan mereka dalam berevangelisasi di paroki St.

Thomas Kelapa Dua Depok.

2. Menambah wawasan para suster PRR mengenai pokok-pokok evangelisasi

3. Membantu para suster untuk membuat program serta merencanakan aksi

nyata yang hendak dilaksanakan sehingga evangelisasi dapat diwujudkan

dalam tindakan konkret.

2. Sasaran Program

Lokakarya ini ditujukan bagi para suster PRR yang berkarya di komunitas

Cimanggis supaya wawasan mereka semakin diperluas agar mereka menemukan

111  

  

cara dan semangat baru dalam evangelisasi. Dengan mengetahui pokok-pokok

evangelisasi dan tantangannya di tengah zaman yang kian berubah ini diharapakan

para suster semakin berani dan siap untuk terlibat dalam melaksanakan

evangelisasi.

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan lokakarya ditargetkan selama tiga hari. Rencana

pelaksanaannya pada tanggal 03-05 Januari tahun 2012. Penetapan waktu

pelaksanaan ini dikarenakan masih dalam suasana libur Natal dan semua suster

tidak disibukkan dengan berbagai kegiatan. Pertemuan akan dilaksanakan mulai

pukul 08.00 sampai dengan 22.00. Waktu tiga hari ini dirasa cukup untuk

memperdalam pengetahuan tentang evangelisasi dan keterlibatan para suster

dalam berevangelisasi. Hari pertama: para suster diajak untuk mengolah dan

merefleksikan pengalamannya dalam berevangelisasi. Dalam kaitan dengan

menggali pengalaman dalam berevangelisasi para suster diajak pula untuk

menemukan tantangan-tantangan apa saja yang ditemukan para suster dalam

evangelisasi secara khusus dalam paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok. Pada

hari kedua para suster diajak untuk mendalami pokok-pokok evangelisasi. Pokok-

pokok evangelisasi itu antara lain: pengertian evangelisasi, tujuan evangelisasi, isi

evangelisasi, bentuk-bentuk evangelisasi dan pelaku evangelisasi. Pertemuan hari

kedua ini dengan tujuan agar para suster dapat memperoleh wawasan tentang

evangelisasi. Setelah mengolah, merefleksikan dan menemukan kesadaran baru

serta visi baru melalui penggalian pengalaman dan mendapatkan wawasan

112  

  

mengenai pokok-pokok evangelisasi maka pada hari ketiga para suster diajak

untuk membuat perencanaan. Perencanaan itu dibuat dan akan ditindaklanjuti oleh

para suster dalam rekoleksi bulanan komunitas.

Penulis mengusulkan tempat pelaksanaan lokakarya di rumah retret PRR

Bekasi dengan alasan rumah retret Bekasi merupakan tempat yang cukup luas,

suasananya aman, selain itu memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung

lokakarya ini seperti aula yang mampu menampung banyak peserta, laptop, LCD

dan sound system. Penentuan tanggal dan rumah retret sebagai tempat pelaksanaan

lokakarya tentunya harus atas persetujuan dari pihak pengelola rumah retret maka

dalam hal ini harus ada kerja sama dan komunikasi yang baik dengan pihak

pengelola. Dalam pelaksanaan penulis akan melibatkan Sr.M.Gabriella, PRR

untuk menyampaikan materi tentang pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya

di zaman sekarang. Penulis memilih Sr.M.Gabriella, PRR karena beliau memiliki

pengetahuan yang memadai tentang evangelisasi dan dalam kaitan dengan visi

misi Kongregasi beliau sebagai suster perdana dalam Kongregasi lebih

mendalaminya. Materi tentang pokok-pokok evangelisasi dan tantangannya ini

akan disampaikan pada hari kedua sedangkan hari pertama dan hari ketiga penulis

akan mendampingi peserta untuk menggali pengalaman sampai membuat rencana

kegiatan yang siap untuk dilaksanakan.

B. Uraian Program

Berikut ini penulis sampaikan uraian program lokakarya yang disusun

dalam sebuah bagan dan kemudian dijabarkan dalam satuan persiapan lokakarya.

113  

  

Program ini disesuaikan dengan kebutuhan para suster untuk meningkatkan

keterlibatan mereka dalam melaksanakan evangelisasi. Berdasarkan hasil

penelitian yang penulis temukan maka penulis mengajukan program ini dengan

tema utama: Evangelisasi dan Tantangannya pada Masyarakat Sekarang. Dari

tema umum akan dijabarkan lagi dalam sub-sub tema yang akan dilaksanakan

dalam tiga hari berturut-turut. Hari pertama dengan dua sub tema menggali

pengalaman para suster dalam berevangelisasi dan tantangan evangelisasi di

zaman sekarang. Penulis menempatkan dua sub tema ini pada hari pertama

dengan tujuan agar para suster dapat menemukan hal positif yang perlu

dipertahankan dan dikembangkan dan berusaha menemukan hal-hal negativ yang

perlu ditingkatkan dalam evangelisasi serta dapat mengetahui berbagai

tantangannya dalam dunia saat ini dengan demikian para suster dapat menemukan

cara baru dan memperoleh semangat baru dalam berevangelisasi.

Pada hari kedua akan diadakan empat kali pertemuan dengan tema-tema

sebagai berikut: Sesi I dengan tema pokok-pokok evangelisasi; pokok-pokok

evangelisasi yang akan dibahas pada sesi ini ialah pengertian dan tujuan

evangelisasi. Pada bagian pengertian penulis akan menguraikan pengertian

evangelisasi itu berdasarkan dokumen Gereja, menurut para alih dan Kitab Suci.

Setelah para suster memperoleh wawasan mengenai evangelisasi maka pada sesi

III ini para suster diajak untuk mendalami tema dialog sebagai strategi

evangelisasi sedangkan pada sesi IV, berbicara tentang Kongregsai PRR dalam

karya evangelisasi. Tema sesi I sampai sesi IV saling berkaitan satu dengan yang

lainnya. Pemberi materi pada hari kedua ini penulis bersama Sr.M.Gabriela, PRR.

114  

  

Beliau sebagai orang yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang

memadai tentang evangelisasi. Pokok-pokok evangelisasi terdiri dari; pengertian

evangelisasi, tujuan evangelisasi, isi evangelisasi, bentuk-bentuk evangelisasi dan

pelaku evangelisasi. Tema ini disodorkan dengan tujuan agar wawasan para suster

tentang evangelisasi semakin diperluas. Pembicaraan mengenai pokok-pokok

evangelisasi akan dilanjutkan dengan tiga dialog yakni dialog dengan agama-

agama, dialog dengan kebudayaan dan dialog dengan orang miskin. Yang

dimaksud dengan tiga dialog di atas adalah berdialog dengan orang miskin,

kebudayaan dan agama-agama lewat perjumpaan, kerjasama, kebersamaan.

Hal utama yang menjadi fokus perhatian pendiri dalam mendirikan

Kongregasi PRR dan dijabarkan dalam visi Kongregasi adalah pembentukan

jemaat yang partisipatif. Yang dimaksudkan dengan jemaat yang partisipatif disini

adalah jemaat yang dengan kemampuan kharismanya yang berbeda-beda,

berpartisipasi aktif dalam membangun Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus.

Partisipasi aktif dalam membangun Gereja berarti membangun kesadaran diri

sebagai anggota Gereja, kita mempunyai tugas dan kewajiban untuk

melaksanakan misi Gereja yakni mewartakan Kerajaan Allah dengan

mengutamakan kaum miskin, lemah dan tertindas.

Usaha untuk mewujudkan visi Kongregasi ini direalisasikan dalam

kerasulan-kerasulan nyata Kongregasi dengan cara: keterlibatan para suster dalam

berbagai kegiatan pastoral Gereja setempat baik pastoral umum maupun pastoral

dalam proses pembentukan jemaat. Seorang PRR mampu melibatkan diri dalam

pelayanan di berbagai bidang karya sesuai dengan kebutuhan Gereja setempat

115  

  

sesuai perkembangan zaman. Kongregasi PRR dipanggil untuk melaksanakan

kerasulan yang secara khas diwujudkan dalam pelbagai usaha untuk melayani

yang miskin dan menderita melalui karya-karya, seperti: pendidikan, pelayanan

kesehatan, karya sosial, dan pendampingan iman lewat karya pastoral Gereja.

Dengan demikian menjadi jelas bahwa keberpihakan kepada kaum miskin

menjadi suatu kenyataan yang hidup dan menjadi bagian integral dari cara hidup

dan perutusan Gereja mewartakan Injil.

Sesudah menggali pengalaman, menemukan tantangan-tantangan

evangelisasi di zaman ini, dan mengetahui secara jelas tentang evangelisasi, pada

hari ketiga para suster diajak untuk membuat suatu perencanaan. Waktu

disediakan secukupnya agar para suster dapat membuat suatu perencanaan untuk

dilaksanakan. Dan, sebagai penutup dari lokakarya ini kesempatan diberikan

kepada para suster untuk memplenokan apa yang sudah mereka rencanakan untuk

diketahui dan dikoreksi bersama demi penyempurnaannya.

Melalui tema umum dan sub-sub tema yang penulis tawarkan dalam

lokakarya ini diharapkan agar para suster dapat menggali, menemukan,

memahami dan merencanakan tindakan konkret untuk dapat ditindaklanjuti dalam

berevangelisasi.

 

  

  116  

C. Matriks Program

MATRIKS LOKAKARYA TIGA HARI SEBAGAI SALAH SATU USAHA

MENINGKATKAN KETERLIBATAN PARA SUSTER DALAM EVANGELISASI

DI PAROKI ST. THOMAS KELAPA DUA CIMANGGIS.

Tema Pokok : Evangelisasi dan Tantangannya Dalam Masyarakat Sekarang.

Tujuan Umum : Membantu para suster agar semakin memahami evangelisasi dan pokok-pokoknya serta tantangan zaman sekarang,

sehingga semakin terlibat dalam pelaksanaannya.

NO JUDUL PERTEMUAN TUJUAN

MATERI METODE SARANA

a HARI PERTAMA. Selasa, 03 Januari 2012

1 Menggali pengalaman para suster dalam berevangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok

Membantu para suster agar dapat menemukan faktor-faktor yang dirasakan sebagai pendukung dan penghambat yang perlu diperjuangkan dalam melaksanakan evangelisasi.

Sesi I : 16.30-18.30 Menggali pengalaman keterlibatan para suster dalam hidup menggeraja.

-Refleksi pribadi -Sharing bersama -Diskusi kelompok dan pleno

- Hand out - Lap top - LCD - Soundsystem

2 Tantangan Evangelisasi di zaman sekarang  di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok

Agar para suster dapat mengetahui berbagai macam tantangan dalam dunia ini dan semakin berani serta siap menghadapinya.

Sesi II: 19.30-21. 30 Tantangan dari dalam diri dan tantangan dari masyarakat

- Refleksi pribadi -Sharing pengalaman -Diskusi dan pleno

bersama

-Lap Top -LCD -Wireless -Rol kabel

  

  117  

b HARI KEDUA. Rabu, 04 Januari 2012

3 Pokok-pokok evangelisasi Membantu meningkatkan wawasan para suster agar semakin terlibat aktif dalam menjalankan tugas perutusan Gereja dalam mewartakan Kabar Gembira.

Sesi I: 08.00-10.00 - Pengertian evangelisasi

Menurut: • Dokumen Gereja • Para alhi • Kitab Suci

- Tujuan evangelisas

-Ceramah - Tanya Jawab -Dialog -Diskusi kelompok dan pleno

-Hand out -Lap top -LCD

4 Lanjutan pokok-pokok evangelisasi

Membantu meningkatkan wawasan para suster agar semakin terlibat aktif dalam menjalankan tugas perutusan Gereja dalam mewartakan Kabar Gembira.

Sesi II: 10.30-12.30 Lanjutan materi sesi I - Isi evangelisasi - Bentuk-bentuk

evangelisasi ‐ Pelaku evangelisasi

-Ceramah - Tanya Jawab -Dialog -Diskusi kelompok dan pleno

-Hand out -Lap top -LCD

5 Dialog sebagai strategi evangelisasi

Membantu para suster untuk mengetahui tiga macam dialog yakni dialog dengan agama-agama, kebudayaan dan orang miskin sebagai metode dan proses dalam evangelisasi

Sesi III: 16.30-18.30 -Dialog dengan agama- agama -Dialog dengan kebudayaan -Dialog dengan orang miskin

- Ceramah - Tanya Jawab - Diskusi -  Diskusi kelompok dan pleno.

-Hand out -Lap top -LCD -Soundsystem

6 Kongregasi PRR dalam karya evangelisasi

Membantu para suster untuk memahami tujuan berdirinya Kongregasi, visi misi Kongregasi agar dengan pemahaman itu para suster semakin sadar dan lebih fokus dalam menjalankan karya-karya Kongregasi.

Sesi IV: 19.30-21.30 ‐ Tujuan berdirinya Kongregasi ‐ Visi misi Kongregasi ‐ Karya-karya Kongregasi

- Refleksi - Diskusi dan pleno - Tanya Jawab

  

  118  

Keterangan Sumber Bahan: A. Dokumen Gerejawi no.6. (2007). Evangelii Nuntiandi. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

B. _______________ no.14. (2008). Redemptoris Missio. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

C. FABC I. (1974). Pewartaan Injil di Asia Zaman Sekarang. Taipei, Taiwan.

D. Hardawiryana, R. 1975. Evangelisasi Dunia Ketiga. Yogyakarta: Kanisius.

E. Konstitusi & Direktorium Kongregasi PRR. (1987). Manuskrip yang dikeluarkan oleh Kongregasi PRR sebagai hasil

musyawarah umum I, 27 November s/d 16 Desember 1985 di Riangkemie, Larantuka.

c HARI KETIGA. Kamis, 05 Januari 2012

7 Rencana dan Aksi Membantu para suster agar dapat menyusun program serta menentukan waktu melaksanakan program tersebut.

Sesi I: 08.00-10.00 -Membuat program -Merencanakan waktu pelaksanaannya.

- Diskusi kelompok

‐ Lembar kerja ‐ Alat tulis

8 Pleno Membantu para suster agar dapat mempresentasekan program yang sudah disusunnya untuk disempurnakan bersama.

Sesi II: 10.30-12.30 - Mempresentasikan program - Mengevaluasi proses dari

awal hingga akhir

- Presentasi - Refleksi Pribadi

-Lembar Evaluasi -Alat tulis

119  

D. Salah Satu Contoh Satuan Persiapan Lokakarya tentang Pokok-pokok

Evangelisasi

a. Identitas Pertemuan

1. Judul pertemuan : Pokok-pokok Evangelisasi

2. Tujuan : Membantu meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan para suster sebagai pelaku

evangelisasi agar semakin terlibat aktif dalam

berbagai kegiatan di paroki St. Thomas Kelapa Dua

Depok.

3. Peserta : Para Suster

4. Tempat : Rumah Retret Bekasi

5. Hari/Tanggal : Rabu, 04 Januari 2012

6. Metode : Nonton, Sharing kelompok, diskusi kelompok.

Refleksi pribadi, informasi, tanya jawab.

7. Sarana : Buku Puji Syukur, Teks Evangelii Nuntiandi, laptop, LCD, Slide

8. Materi : - Pengertian Evangelisasi

- Tujuan dan isi evangelisasi

- Bentuk-bentuk pelaksanaan dan pelaku

evangelisasi

- Dialog sebagai strategi evangelisasi

- Kongregasi PRR dalam karya evangelisasi

9. Sumber bahan : Bahan skripsi bab II dan III

120  

b. Pemikiran Dasar

Dalam kenyataan hidup sehari-hari telah kita temui banyak peristiwa hidup

yang terjadi. Ada ketidakadilan, kekerasan dalam rumah tangga, pemaksaan

kehendak, penindasan, kelaparan, keterasingan, penyakit, peperangan, adanya

budaya hidup mewah, konsumerisme, hedonisme dan sebagainya. Situasi seperti

ini tentunya membuat manusia mengalami kegelisahan, kecemasan, ketakutan dan

berbagai perasaan yang membelenggu hidup mereka. Berhadapan dengan dunia

yang diwarnai aneka ragam situasi ini, tentunya mereka membutuhkan perhatian

dan uluran tangan dari orang lain, maka kita dipanggil untuk membantu mereka

dalam meringankan beban hidup mereka. Bantuan dapat kita berikan lewat

berbagai cara lewat dukungan baik material, moril maupun spiritual. Situasi dunia

ini meminta perhatian yang lebih dari semua orang untuk terlibat di dalamnya,

maka kita semua tanpa kecuali dipanggil untuk terlibat dalam mewartakan kabar

gembira karena tugas perutusan itu sendiri melibatkan semua umat manusia dan

menjadi tanggungjawab semua umat beriman; para uskup, para imam, biarawan-

biarawati maupun kaum awam.

Evangelii Nuntiandi merupakan ensiklik yang berisi tentang karya

pewartaan Injil di zaman modern. Di dalam surat edaran ini, Bapa Suci Paulus VI,

mengetengahkan kepada Gereja tentang pokok-pokok evangelisasi antara lain;

pengertian evangelisasi, tujuan evangelisasi, isi evangelisasi, bentuk-bentuk

evangelisasi dan pelaku evangelisasi. Beliau menegaskan bahwa evangelisasi

berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan dan diharapkan

melalui Injil yang diwartakan dapat mempengaruhi umat manusia dari dalam

121  

dirinya sehingga menjadi manusia yang baru. Bagi semua orang yang mendengar

dan menerima Kabar Baik diharapkan mengalami kebahagiaan dalam hidupnya

bahkan pembaharuan dan perubahan hidup. Perubahan-perubahan yang dialami

akan membuat manusia menjadi pribadi yang peduli, peka dan tanggap terhadap

situasi dunia zaman ini, teristimewa kepekaan hati untuk turut memperhatikan dan

memperjuangkan keadilan dan kesejateraan hidup bagi mereka yang kecil, lemah,

miskin dan tertindas. Keterlibatan dalam pelayanan sosial ini tidak hanya dirasa

sebagai tuntutan pastoral tetapi merupakan bagian hakiki dari tugas Gereja.

Melalui pertemuan ini, kita berharap agar para suster semakin mampu

memahami evangelisasi dan pokok-pokok penting yang disampaikan dalam

evangelisasi demi memperluas wawasan dan membantu diri sendiri dalam

berevangelisasi. Melalui pertemuan ini juga diharapkan agar wawasan para suster

semakin diperluas bahwa karya evangelisasi zaman sekarang bukan hanya melalui

kotbah, perayaan-perayaan liturgi, katekese, pembinaan iman anak, legio Maria,

rekoleksi dan sebagainya namun melalui pelayanan yang konkret di tengah

masyarakat. Dengan pemahaman ini para suster semakin mampu menghayati

panggilannya sebagai seorang religius PRR dan menyadari tugas perutusannya

dengan mengambil bagian dalam mewartakan Injil.

c. Pengembangan Langkah-Langkah

1. Pembuka

a) Pengantar

122  

Para suster yang terkasih dalam nama Yesus Kristus, kita berkumpul di

tempat ini sebagai murid-murid Yesus dalam satu keluarga untuk menanggapi

undangan Tuhan. Ia mengundang kita, untuk bersama-sama menggali,

merefleksikan keterlibatan kita dalam kegiatan-kegiatan di paroki serta bersama-

sama mendalami dokumen-dokumen Gereja yang berbicara tentang evangelisasi

yakni Evangelii Nuntiandi dan Redemptoris Missio.

Semoga kita semua dalam pertemuan ini dapat memperoleh pengetahuan

yang memadai tentang evangelisasi untuk membantu kita dalam pelaksanaannya

dan kiranya kita semakin diperkaya dengan materi-materi yang akan disampaikan

dalam pertemuan ini. Oleh karena itu marilah kita awali pertemuan ini dengan

lagu pembukaan.

Lagu pembuka PS no. 691 (Yesus diutus Bapa)

b) Doa pembuka

Allah Bapa yang maha baik, kami bersyukur dan berterima kasih atas rahmat

yang telah Engkau limpahkan pada kami hingga saat ini. Kami juga mengucap

syukur karena pada kesempatan ini kami Kau kumpulkan sebagai satu ikatan

persaudaraan dalam namaMu. Pada kesempatan ini pula kami secara bersama-

sama hendak menggali pengalaman iman kami dan merefleksikan sejauhmana

kami telah menghayati panggilan hidup kami sebagai seorang PRR dalam

melaksanakan evangelisasi. Sudilah kiranya Engkau senantiasa menyertai dan

mendampingi kami selama proses pertemuan ini dan membuka hati serta pikiran

agar kami mampu memahami dengan baik arti dari evangelisasi sehingga kami

123  

semakin diperkaya untuk memajukan karya evangelisasi sendiri dalam perutusan

kami. Seluruh proses pertemuan ini kami serahkan ke dalam tanganMu demi

kemuliaan namaMu, kini dan sepanjang masa. Amin.

2. Langkah I: Pengungkapan pengalaman hidup peserta.

a. Menyaksikan Slide “Pewartaan Yesus di tengah situasi dunia saat ini”.

b. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami kisah tadi

dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut:

1) Apa kesan anda setelah menyaksikan kisah tadi?

2) Apakah yang dilakukan Yesus di tengah situasi zaman dalam kisah

tadi? Bagaimana tanggapan anda?

3) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dalam keterlibatan anda di tengah

umat?

c. Rangkuman

Dalam slide tadi dikisahkan berbagai peristiwa orang-orang yang

mengalami penderitaan seperti: kelaparan, penyakit, keterbatasan

pendidikan, kemiskinan, peperangan bahkan tantangan-tantangan dunia

dewasa ini materialisme, konsumerisme, individualisme, gaya hidup mewah

dan sebagainya. Situasi ini ada dan sangat dekat dengan hidup kita bahkan

kita jumpai dalam pelayanan kita. Dalam situasi seperti ini kita juga melihat

Yesus yang sedang mewartakan Kabar Gembira. Kehadiran Yesus dalam

kisah tadi memberikan daya dorong, motivasi dan semangat hidup bagi

124  

mereka. Mereka memperoleh sapaan, kekuatan, pengharapan akan hidup

yang bahagia. Situasi yang digambarkan dalam kisah tadi bila dipandang

dengan kacamata manusiawi, kita akan merasa tergoda karena tawaran

dunia begitu memikat. Namun marilah para suster kita belajar untuk

menerima tantangan dunia ini dengan berani. terlibat dalam karya

evangelisasi.

3. Langkah II: Refleksi kritis terhadap pengalaman faktual

a. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau kisah tadi

dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:

- Mengapa para suster mau terlibat dalam menjalankan evangelisasi?

b. Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan

arahan rangkuman singkat, misalnya: ada banyak faktor yang menyebabkan

kita untuk melakukan tugas perutusan. Misalnya situasi dunia saat ini yang

dipenuhi dengan berbagai keprihatinan, tawaran yang membuat orang

menjadi cemas, takut, gelisah akan hidupnya sendiri. Karena situasi

semacam ini orang bisa saja meninggalkan imannya akan Yesus Kristus dan

mencari kesenangan, kepuasan batin dengan cara lain. Kenyataan ini

mengundang kita untuk turut terlibat dalam menyampaikan Kabar Gembira

agar semua orang percaya dan tetap bertahan dalam imannya akan Yesus

Kristus. Evangelisasi merupakan cara kita mempertemukan Allah dengan

125  

manusia dan sebaliknya manusia semakin dekat dengan Allah Sang

Pencipta.

4. Langkah III: Mengusahakan supaya tradisi dan visi Kristiani lebih

terjangkau

a. Pendamping membagikan teks dari dokumen Gereja Evangelii Nuntiandi

dan Redemptoris Missio tentang evangelisasi kepada peserta.

b. Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi artikel-artikel dari dokumen yang diberikan

dengan dibantu beberapa pertanyaan, sebagai berikut:

1) Apa yang dikatakan teks tersebut? Apa yang anda pahami tentang

evangelisasi?

2) Bagaimana anda memahami keseluruhan teks tersebut dalam karya

pewartaan?

c. Pendamping memberikan penegasan.

Evangelisasi merupakan kegiatan mewartakan Injil atau menyampaikan

Kabar Baik pada seluruh umat manusia, mulai dari anak-anak, remaja, kaum

muda bahkan kepada orang dewasa maupun orang tua, kepada yang beriman

katolik ataupun yang berbeda keyakinan dengan kita. Dengan situasi dunia

yang semakin maju dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dan

berbagai peristiwa yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan setiap orang

dipanggil untuk mewartakan kabar gembira bagi semua mereka yang

126  

mengalami penderitaan dan ketidakadilan bahkan kepada mereka yang

melakukan atau bertindak tidak adil, yang mengakibatkan orang lain

menderita dengan harapan agar melalui pewartaan Injil dapat mempengaruhi

hidup mereka agar mengalami perubahan dan perkembangan dalam

hidupnya. Karena inilah hakekat dari Gereja sendiri yaitu mewartakan

Kabar Gembira dan akhirnya membawa pertobatan dan pembaharuan hidup.

5. Langkah IV: Interpretasi dialektis antara praksis dan visi peserta

dengan tradisi dan visi Kristiani

a. Pengantar

Para suster yang terkasih, dalam ensiklik yang kita baca dan

renungkan kita telah menemukan apa yang menjadi harapan Gereja melalui

hamba Allah Bapa Suci Paulus VI bagi kita yakni agar kita menjadi mitra

kerja Yesus puteranya dalam mewartakan Injil kepada semua orang dan

seluruh dunia. Tugas ini telah dipercayakan kepada kita. Maka kita sebagai

pelaku dari evangelisasi itu sendiri harus berani menghadapi segala

tantangan itu dan memiliki pengetahuan yang memadai untuk membantu

kita dalam pelaksanaanya. Perlu disadari bahwa pewartaan Injil di tengah

dunia tidak terlepas dari tantangan, baik yang bersifat membangun atau

memotivasi maupun yang menghambat. Oleh sebab itu, perlunya kesadaran

dari kita semua untuk memperdalam wawasan kita juga persiapan secara

rohani agar selalu siap menghadapi berbagai tantangan yang ada dengan

127  

tetap mengandalkan Allah dan meletakkan segala apa yang menjadi rencana

kita dalam tugas pewartaan ini ke dalam tanganNya sehingga apa yang kita

kerjakan merupakan kehendak Allah sendiri bukan kehendak manusia.

Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, melalui pertemuan ini,

Allah menyadarkan kembali panggilan kita sebagai religius PRR untuk

mewartakan Injil dengan selalu mendasarkan hidup pada Sang Pewarta

Sejati, Yesus Kristus. Sebagai bahan refleksi kita untuk semakin menyadari

dan menghayati panggilan kita sebagai pewarta Injil di tengah dunia yang

kian kompleks dengan berbagai persoalan hidup ini untuk meneruskan

pewartaanNya dengan bersandar pada kehendakNya bukan kehendak kita.

b. Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menyadari pentingnya evangelisasi

dalam dunia yang penuh dengan tantangan ini sehingga terwujudlah sikap

peduli dan berani serta kesiapsediaan menerima perutusan meski ada banyak

tantangan. Kita mencoba merenungkan pertanyaan berikut:

1) Sikap-sikap mana yang diteladankan oleh Bapa Suci Paulus VI dalam EN

untuk kita perjuangkan agar kita semakin terlibat dalam evangelisasi?

2) Bagaimana sikap suster ketika menghadapi tantangan dalam dunia saat

ini?

c. Peserta diberi kesempatan untuk merenungkan pesan Injil dengan situasi

konkrit mereka sejenak secara sendiri-sendiri dengan diiringi musik

instrumen berdasarkan panduan pertanyaan di atas. Setelah itu peserta diberi

kesempatan untuk mengungkapkan buah-buah permenungannya secara

singkat.

128  

6. Langkah V: Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan

Allah di dunia

a. Pengantar.

Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah di awal

pertemuan kita bersama-sama menggali pengalaman kita mewartakan Injil

di tengah dunia yang penuh tantangan ini kita perlu juga mendalami secara

pribadi pokok-pokok evangelisasi agar membantu kita untuk lebih

memahami dengan baik maksud dari amanat Agung Yesus Kristus bagi kita

dalam melaksanakan misiNya. Yesus sendiri pun pernah berkata “jangan

takut aku menyertai engkau sampai akhir zaman” semoga tantangan yang

ada yang dialami di tengah dunia ini tidak membuat kita sebagai pewarta

sendiri merasa takut atau gelisah tetapii kita hendaknya semakain yakin

bahwa Ia akan dan selalu menyertai kita di mana dan kapapun.

Akhirnya pengalaman kita mewartakan Injil diterangi dengan Terang

Yesus sebagai Pewarta Sejati, sehingga kita mendapat wawasan dan

pandangan baru dalam tugas perutusan kita. Kita memperoleh semangat

baru untuk meneruskan pewartaan Injil dalam seluruh aspek kehidupan kita

dengan sepenuh hati.

b. Memikirkan niat bersama dan bentuk keterlibatan kita dalam

evangellisasiUntuk itu, sekarang marilah kita membangun rencana konkrit

dalam hati kita masing-masing untuk dilaksanakan dalam hidup selanjutnya

dengan bantuan pertanyaan berikut:

129  

1) Niat apa yang hendak kita lakukan bersama-sama untuk semakin

memahami evangelisasi sehigga dapat memperluas wawasan kita?

2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat

tersebut?

c. Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan

sendiri-sendiri tentang niat pribadi/bersama yang akan dilakukan.

d. Niat-niat pribadi dapat diungkapkan dalam kelompok untuk saling

memperteguh.

e. Kemudian pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan

mendiskusikan bersama guna menemukan niat bersama secara konkret yang

akan segera diwujudkan, agar mereka semakin membaharui pemahaman

mereka mengenai evangelisasi dan tantangannya dalam dunia sekarang ini.

Setelah melewati langkah demi langkah dalam kegiatan ini sekarang

marilah kita membuat rencana kegiatan dan merumuskan rencana itu secara

konkrit apa yang hendak kita laksanakan dalam evangelisasi sebagai bentuk

keterlibatan kita?

7. Doa permohonan:

untuk memperteguh rencana tersebut, peserta diajak uuntuk memanjatkan

doa-doa permohonan yang diawali oleh pendamping dan ditutup dengan doa

Bapa Kami.

8. Lagu penutup: Jangan takut, Aku menyertaimu

9. Penutup

130  

Doa penutup

Tuhan Yesus Kristus teladan hidup kami, kami mengucapkan syukur

atas tanggung jawab yang Engkau percayakan kepada kami sebagai abdiMu

di tengah-tengah Gereja dan masyarakat. Engkau telah memberi kami

tanggungjawab untuk mewartakan kabar gembira ke seluruh dunia.

Mampukanlah kami agar kami selalu dapat memahami segala perintah-Mu

secara khusus yang berkaitan dengan pewartaan kami. Bimbinglah kami

dalam menghadapi bermacam tantangan dan permasalahan. Tanpa bantuan

dan bimbinganMu kami orang lemah ini sering tidak mampu untuk

melaksanakan tugas perutusan secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu

buatlah kami semakin merasakan kegembiraan dalam tugas perutusan

sehingga kami mampu memberikan kesaksian iman dalam hidup kami

sehari-hari, khusunya dalam tugas-tugas kami dalam paroki di mana kami

berkarya. Dikau kami puji kini dan sepanjang masa. Amin.

131  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, penulis akan menyimpulkan keseluruhan skripsi ini. Penulis

juga akan menyampaikan saran yang dapat membantu para suster PRR di

komunitas Cimanggis dalam upaya meningkatkan keterlibatan mereka dalam

berevangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok.

A. KESIMPULAN

Evangelisasi adalah membawa Kabar Baik kepada segala tingkat

kemanusiaan. Evangelisasi tidak dipahami sebatas kegiatan-kegiatan rohani tetapi

dapat dilakukan lewat pelayanan konkret yang sedang dialami umat dengan

demikian Kabar Baik tentang Yesus Kristus dan karya keselamatan-Nya diterima

oleh semua tingkat manusia. Kabar baik itu diberitakan kepada semua orang tanpa

kecuali; kepada mereka yang miskin, kaya, tua ataupun muda bahkan dalam

situasi dunia dan tantangan-tantangannya saat ini pun evangelisasi dijalankan agar

semua orang yang hidup dalam penderitaan, tekanan, penindasan dan terjerumus

dalam arus zaman dapat menjadi manusia baru. Manusia baru yang diharapkan

adalah manusia yang mampu bersikap kritis terhadap perkembangan zaman,

mampu membuat pembedaan roh, manusia yang peduli dengan hidup orang lain.

Intinya melalui Injil tersebut diharapkan agar manusia dapat mengalami sapaan

dan sentuhan kasih Allah dan mampu hidup menurut kehendak Allah.

Para suster yang berdomisili di komunitas Cimanggis terlibat dalam

kegiatan-kegiatan rohani baik di lingkup paroki maupun di lingkungan di mana

132  

  

para suster berada. Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan baik kegiatan yang

bersifat rohani seperti pembinaan iman anak (PIA), rekoleksi, katekese,

pembinaan persiapan komuni pertama maupun terlibat dalam bidang-bidang karya

lainnnya seperti pendidikan, kunjungan keluarga, pelayanan sosial karitatif

dengan merangkul orang-orang kecil, mereka yang tidak memiliki rumah, anak-

anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua dan yatim piatu. Keterlibatan

para suster dalam berbagai kegiatan yang disebutkan di atas merupakan usaha

untuk menghadirkan dan menampakan kebaikan Allah yang nyata dan konkret

dalam hidup sehari-hari. Lewat bidang-bidang karya itu, para suster berusaha

untuk menampakkan wajah Allah yang pengasih dan pemurah sehingga orang-

orang yang berada dalam kesulitan, persoalan dapat hidup dalam kegembiraan.

Selain itu, sebagai pelaku evangelisasi itu harus berani memberikan kesaksian

tentang Allah karena pewartaan di zaman yang penuh dengan tantangan ini

banyaknya kata-kata sudah tidak relevan lagi dengan zaman ini, yang diharapkan

adalah kesaksian hidup karena sebagai pewarta yang telah dipanggil dan diutus

harus berani tanggap dan terlibat dalam menata dunia menjadi lebih baik.

Melihat pentingnya keterlibatan para suster dalam evangelisasi, penulis

merasa penting untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman penulis sendiri

maupun para suster di komunitas Cimanggis dalam lokakarya yang diadakan

selama tiga hari. Di dalam kegiatan lokakarya akan dibahas mengenai evangelisasi

dan pokok-pokoknya dan diharapkan agar kegiatan ini menghantar para suster

untuk memahami evangelisasi secara baik. Sebagai pelaku evangelisasi perlu

memperluas wawasan demi memperlancar karya perutusan. Dengan demikian

133  

  

penulis dan para suster PRR di komunitas Cimanggis mampu terlibat dalam

kegiatan-kegiatan di paroki dengan lebih aktif dan berani.

B. SARAN

Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, penulis menyampaikan beberapa saran

yang dapat membantu meningkatkan keterlibatan para suster dalam

berevangelisasi di paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok. Adapun saran tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Dalam usaha meningkatkan keterlibatan dalam berevangelisasi, para suster

perlu memperluas wawasannya tentang pokok-pokok evangelisasi. Untuk

memperluas wawasan mengenai pokok-pokok evangelisasi dapat dilakukan

dengan cara yang sederhanan saja yakni dengan mengikuti lokakarya yang

diadakan guna meningkatkan wawasan mereka tentang evangelisasi. Selain

pokok-pokok evangelisasi, para suster juga harus tahu secara baik situasi

yang terjadi dalam dunia saat ini, agar dalam berevangelisasi dapat

mewartakan Kabar Gembira tentang Yesus Kristus dengan baik pula.

2. Untuk memperluas wawasan para suster juga dapat mengikuti berbagai

kegiatan yang diselenggarakan di paroki seperti KEP (kursus evangelisasi

pribadi), seminar-seminar tentang evangelisasi dan berbagai bentuk kegiatan

karitatif yang dapat membantu para suster untuk memahami evangelisasi

tidak sebatas kegiatan rohani namun dapat dipahami secara lebih luas. Karena

pelayanan-pelayanan karitatif merupakan usaha Gereja untuk menghadirkan

Kerajaan Allah.

134  

  

3. Para suster perlu mengadakan pertemuan katekese secara rutin, sekali dalam

sebulan dengan mengundang umat sebagai pesertanya. Dengan cara ini

diharapkan agar pengetahuan yang sudah diterima selama tiga hari dalam

lokakarya itu dapat membantu para suster dalam mengembangkan karya

evangelisasi.

135  

  

DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Dapiyanta, FX. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di

Sekolah. Buku Ajar Mahasiswa IPPAK-USD. Darminta, J. 1997. Religius dan evangelisasi dalam kemiskinan. Yogyakarta:

Kanisius Dokumen Konsili Vatikan II. (1962). (R. Hardawiryana, SJ. Penerjemah).

Konstitusi Pastoral “Gaudium et Spes” tentang Gereja dalam Dunia Modern. Jakarta: Obor.

_________________________. (1991). Gravissimum Educationis. Ajaran dan Pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik. Jakarta: Kerja Sama Konferensi Waligereja Indonesia Majelis Nasional Pendidikan Katolik & Grasindo

________________________. (1993). (R. Hardawiryana, SJ. Penerjemah). Konstitusi Dogmatis “Lumen Gentium” tentang Gereja. Jakarta: Obor.

FABC I. (1974). Pewartaan Injil di Asia Zaman Sekarang. Taipei, Taiwan. Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese

(F. X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Puskat. Hadiwiyata, A.S. (1993). Evangelisasi Baru dan Kerasulan Kitab Suci.

Yogyakarta: Kanisius. Hardawiryana, R. 1975. Evangelisasi Dunia Ketiga. Yogyakarta: Kanisius. Hartono. Vict. (1997). “Evangelisasi Baru” menurut Injil Markus. Dalam

Fenomena edisi VIII.hh 14-15: FTW-USD Heuken, A.SJ. (1991). Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Jacobs, Tom. (1994). Isi Evangelisasi berdasarkan EN. Umat Baru. hh 324-325 Keuskupan Banjar Masin. (2007). Surat Gembala. Kirchberger, Georg. (2004). Misi Evangelisasi Penghayatan Iman. Maumere:

Ledalero. Komisi KKI & KKM KWI. (1994). Evangelisasi di Asia. Jakarta: BNKKI. Komisi Kongregasi Hidup Bakti dan Lembaga Hidup Kerasulan. (1986). Vita

Consecrata. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Kongregasi PRR. (1985). Konstitusi dan Direktorium. Lebao Larantuka Kongregasi PRR. (2010). Laporan Keadaan Kongregasi PRR. Manuskrip yang

dikeluarkan oleh Kongregasi PRR sebagai hasil Musyawarah Umum VI di Lebao Larantuka.

KWI. (2006). Kitab Hukum Kanonik. Jakarta: KWI. Lembaga Alkitab Indonesia. (2006). Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

dalam terjemahan baru yang dilakukan oleh LAI, dikutip dari Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Lorens Bagus. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.hh.593

Nota Pastoral, KAS. (2002). Mengahayati Iman Dalam Arus-arus Besar Zaman ini. Yogyakarta: Kanisius.

136  

  

Papo, Jacob. (1987). Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah. Paulus VI. (2006). Evangelii Nuntiandi. (J. Hadiwikarta, Penerjemah). Jakarta:

Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975). Perajaka, M. (1990). Dalam Seri Buku Vox. Sekularisme. Ende: Nusa Indah Prasetya. (2006). Keterlibatan Awam Sebagai Anggota Gereja. Dioma: Malang. Seri Dokumen Gereja. (1977). Pewartaan Injil Kepada Bangsa-bangsa. (Marcel

Beding, Penerjemah) Seri Dokuemen FABC No. 2. (1997). Dokumen Sidang-Sidang Para Uskup Se-

Asia. Staf Dosen Program Studi IPPAK. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi.

Yogyakarta: Prodi IPPAK-USD. Sugiri, L. (1994). Misi Evangelisasi. Jakarta: Shekinah. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta Suharyo, I. (1993). “Evangelisasi Baru dalam Kerasulan Kitab Suci”. A.S.

Hadiwiyata. (ed.). Dalam Evangelisasi Baru dan Kerasulan Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius

Suparno, P. (2007). Saat Jubah Bikin Gerah. Jilid I. Yogyakarta: Kanisius Tafaib, M. (2007). Biji Gandum itu Harus Mati untuk Menghasilkan Buah. Dioma

Malang Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. (2008). Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara. Woga, Edmund. (2009). Misi, Misiologi dan Evangelisasi di Indonesia.

Yogyakarta: Kanisius. Yohanes Paulus II. (1992). Redemptoris Missio. (Frans Borgias dan Alfons S.

Suhardi, Penerjemah) Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1990).

 

 

(2)  

Lampiran 2: Daftar Pertanyaan Penelitian

Daftar pertanyaan wawancara terstruktur untuk para suster PRR di komunitas Cimanggis

A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi. 1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Dan mengapa suster

terlibat dalam evangelisasi? 2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan? 3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?

B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi

4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan? 5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup

beriman umat? 6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan? 7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua

Cimanggis.

8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda

semakin diperteguh? Dalam hal apa?

9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?

10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?

11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?

12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?

(3)  

Lampiran 3: Transkip Hasil Wawancara dengan Para Suster Hari/Tanggal : Selasa, 12 Juli 2011 Responden 1: Sr.M.Servia, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.

1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Dan mengapa suster terlibat

dalam evangelisasi?

Yang saya pahami tentang evangelisasi adalah mewartakan tentang Kristus

kepada orang lain dalam berbagai kerasulan.

Saya terlibat karena saya merasa bahwa evangelisasi adalah tugas saya

sebagai orang katolik apalagi sebagai seorang religius yang tentunya memiliki

tugas untuk mewartakan Allah.

2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?

Tujuan yang pertama adalah supaya semakin banyak orang mengenal Allah

juga lewat pewartaan semakin banyak orang dipertobatkan bagi mereka yang

menjauh dari Allah.

3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?

Cara saya berevangelisasi adalah lewat kerasulan kategorial seperti Legio

Maria. Dalam kelompok ini saya dipercaya sebagai pembina rohani yakni

setiap kali pertemuan saya membawakan alukusio. Selain itu saya juga

terlibat dalam kegiatan-kegiatan lingkungan seperti kor, ibadat dan

pendalaman Kitab Suci.

B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi

4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?

Selama saya dipercaya sebagai pendamping rohani saya melihat bahwa para

legioner dalam mengikuti kegiatan ini sangat antusias dan semangat. Mereka

sangat respek dan tanggap dengan apa yang dikatakan lewat alukusio yang

saya bawahkan.

5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman

umat?

(4)  

Bagi saya sangat berpengaruh karena lewat sharing pengalaman mereka

sendiri sering mendengarkan bagaimana usaha dan perjuangan mereka dalam

mengambil bagian sebagai umat beriman dalam berbagai kegiatan.

6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Hal yang saya rasa sebagai faktor yang mendukung adalah: pengertian dan

kerja sama dalam komunitas. Dukungan komunitas saya rasa sebagai faktor

yang utama karena yang saya laksanakan itu bukan atas kehendak diri sendiri

tetapi merupakan tugas kerasulan bersama. Selain dukungan komunitas saya

juga menemukan bahwa evangelisasi adalah karya utama Tarekat dan itu

menjadi tanggungjawab semua suster untuk menjalankannya.

7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Faktor yang menghambat adalah kadang saya merasa kurang percaya diri,

merasa tidak bisa dan juga karena kesibukan-kesibukan yang kadang

membuat saya tidak bisa terlibat dalam berbagai kegiatan baik di tingkat

paroki maupun lingkungan.

Hari/Tanggal : Selasa, 12 Juli 2011 Responden 2: Sr.M.Elensiata, PRR

A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.

1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Dan mengapa suster terlibat

dalam evangelisasi?

Bagi saya evangelisasi adalah mewartakan kepada orang lain tentang Kristus

lewat kotbah, katekese dan lain-lainnya dan itu tidak hanya disampaikan

lewat kata-kata tetapi lebih pada kesaksian hidup saya sebagai orang beriman.

2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?

Tujuan: agar orang yang saya bimbing bisa mengalami kegembiraan berkat

iman mereka sendiri, mengalami bahwa di dalam hidup ini ada Tuhan ketika

mereka mengalami kesulitan dan tantangan dalam hidup mereka

(5)  

3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?

Cara saya berevangelisasi dengan ikut dalam ibadat-ibadat di lingkungan,

mendampingi Legio Maria, terlibat dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan

seperti kor lingkungan, sharing Kitab Suci.

B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi

4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?

Pada umumnya umat sangat senang bahkan ketika ada kegiatan di lingkungan

atau Gereja dengan sangat senang mereka menjemput dengan mobil mereka.

5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman

umat?

Secara pribadi saya tidak bisa memastikan bahwa orang yang saya bimbing

akan berubah karena pewartaan saya tetapi saya mempunyai harapan agar apa

yang saya sampaikan suatu waktu orang tersebut akan lebih mantap dan

semakin dewasa dalam beriman.

6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Karena saya adalah seorang suster dan dipercayai dan itu adalah tugas saya

juga. Selain itu bahwa evangelisasi merupakan karya Tarekat dan kewajiban

semua anggota untuk menjalankannya.

7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Dari dalam diri sendiri kurang tergerak hati, kurang percaya diri dan pesimis

karena minimnya pengetahuan tentang evangelisasi.

Hari/Tanggal : Kamis, 14 Juli 2011 Responden 3: Sr.M.Maxiani, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.

(6)  

1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam

evangelisasi?

Yang saya pahami tentang evangelisasi adalah mewartakan Injil dalam

tindakan nyata, yang mana lewat tindakan itu diharapkan agar semakin

banyak orang diselamatkan berkat imannya sendiri.

Bagi saya terlibat dalam evangelisasi adalah suatu hal yang penting karena

evangelisasi adalah tugas utama dari seorang PRR.

2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?

Tujuan evangelisasi menurut saya adalah: agar semakin banyak orang

mengenal dan mengikuti Yesus juga memperoleh keselamatan.

3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?

Saya teribat dalam evangelisasi melalui membagikan pengalaman iman atau

sharing pengalaman iman ketika berada di tengah umat dalam berbagai

kegiatan, dengan memimpin doa, kunjungan keluarga dan memberi

peneguhan bagi yang mengalami kesulitan dalam hidup.

B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi

4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?

Bagi saya umat sangat respon dan tanggap terhadap apa yang diwartakan.

5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman

umat?

Bagi saya dalam evangelisasi atau pewartaan sebagai pelaku evangelisasi

tentunya saya mengharapkan agar apa yang saya sampaikan bisa berdampak

bagi perkembangan iman umat sendiri. keterlibatan umat dalam berbagai

kegiatan baik di lingkungan maupun di Gereja merupakan salah satu bentuk

dampak dari karya evangelisasi yang dilakukan oleh para suster.

6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

(7)  

Bagi saya faktor yang mendukung adalah kesadaran bahwa evangelisasi

adalah tugas semua orang beriman termasuk diri saya, dukungan dan

kepercayaan komunitas.

7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Yang menghambat adalah kesibukan dan kurangnya pemahaman akan

evangelisasi.

Hari/Tanggal : Jumat, 15 Juli 2011 Responden 4: Sr.M.Prisila, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.

1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam

evangelisasi?

Kita mewartakan tentang Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal

Kristus. Mewartakan hal-hal yang baik kepada orang-orang yang mau kita

dampingi.

Saya mau terlibat karena merupakan tugas utama saya sebagai seorang

religius khususnya sebagai seorang PRR.

2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?

Bagi saya tujuan evangelisasi adalah Agar orang yang didampingi itu dapat

memahami, mengerti tentang injil Kerajaan Allah dan akhirnya mengikuti

Kristus.

3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?

Cara saya berevangelisasi: lewat bidang pendidikan. Dengan mengajar di

sekolah saya mewartakan Kristus lewat bahan atau materi yang saya

sampaikan juga kesaksiaan hidup saya baik bagi anak-anak maupun para

guru.

(8)  

B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi

4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?

Umat sangat senang dan terbuka serta tanggap terhadap apa yang

dilaksanakan oleh saya sendiri ataupun suster-suster lainnya.

5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman

umat?

Dilihat dari karya evangelisasi yang saya laksanakan yakni bidang pendidikan

saya melihat bahwa apa yang saya sampaikan lewat Pendidikan Agama

Katolik selalu ada kegiatan nyata dari materi-materi yang diajarkan sehingga

anak-anak dilatih misalnya dalam hal memberi dan menghormati umat

beragama lain. Dalam kaitan dengan ini saya bisa mengatakan bahwa ada

pengaruhnya terhadap perkembangan iman anak sendiri.

6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Rasa tanggungjawab terhadap karya Kongregasi, merasa sebagai orang

beriman yang bertugas mewartakan Kerajaan Allah, dukungan komunitas.

7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Kurang percaya atas kemampuan yang dimiliki, belum tahu tentang

evangelisasi secara baik.

Hari/Tanggal : Jumat, 15 Juli 2011 Responden 5: Sr.M.Wilhelmin,PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.

1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam

evangelisasi?

Bagi saya evangelisasi: kita mewartakan kabar baik kepada orang lain melalui

pengetahuan, sikap dan keteladanan kita

(9)  

Saya terlibat karena menyadari bahwa evangelisasi adalah tugas orang kritsen

dan bahwa sebagai suster PRR pewartaan adalah tugas utama seorang PRR.

2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?

Menurut saya tujuannya adalah orang yang mendengarkan bisa mengenal

Yesus dan mengikuti setiap ajaranNya.

3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?

Bina iman, katekumen, katekese. Hadir di tengah umat dalam ibadat, kor

bersama umat

B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi

4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?

Tanggapan umat: ada rasa ingin tahu lebih jauh tentang apa yang saya

sampaikan. Misalnya dalam pembinaan terhadap katekumen saya

memberikan materi tentang Gereja sebagai umat Allah, ada banyak hal yang

ditanyakan tentang Gereja dan tradisi-tradisinya.

5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman

umat?

Saya belum bisa memberikan suatu jawaban pasti bahwa pembinaan terhadap

katekumen itu dapat berpengaruh tetapi saya merasa bahwa ada pengaruh

terhadap iman orang yang mendapat pendampingan tersebut karena bisa

dilihat dari kemauan dan intensitas kehadirannya dalam mengikuti

pembinaan.

6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Adanya kemauan dari diri sendiri, dukungan dari komunitas, penerimaan dari

umat, kesadaran sebagai seorang PRR pewartaan adalah karya utama PRR.

7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Egois, ada kesempatan tetapi menunda-nunda, kemalasan.

(10)  

Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Juli 2011 Responden 6: Sr.M.Advocata, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.

1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam

evangelisasi?

Salah satu tugas saya sebagai seorang religius adalah ikut ambil bagian dalam

tugas pewartaan dalam ragam kegiatan dan tidak hanya lewat kata-kata atau

hal yang luar biasa tetapi lewat kesaksian hidup sebagai seorang beriman

karena bagi saya lewat kesaksian lebih mengenah dari pada banyaknya kata-

kata.

2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?

Tujuan: mewartakan Kristus sambil mengajak orang lain untuk terlibat atau

ambil bagian dalam evangelisasi.

3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?

Cara saya berevangelisasi: memberikan renungan atau alukusio, kunjungan

keluarga dan orang-orang sakit, mendengarkan sharing pengalaman orang

lain dan meneguhkan.

B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi

4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?

Saya merasa kehadiran saya sangat diterima dan dihargai. Dalam hal ini juga

berkaitan dengan materi atau bahan yang disampaikan umat dengan sangat

antusias mendengar bahkan apa yang kurang dimengerti ditanyakan lagi.

5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman

umat?

Berpengaruh kenyataan saya lihat misalnya kehadiran kami dalam kor atau

kegiatan pendalaman iman yang biasanya hadir hanya sedikit semakin hari

semakin bertambah jumlahnya.

6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

(11)  

Pemberian diri, dukungan komunitas, semangat hidup mgr. Gabriel Manek

yang dan yang utama adalah kesadaran sebagai orang beriman yang punya

tanggungjawab dalam evangelisasi.

7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Faktor yang menghambat kadang-kadang ada rasa jenuh, bosan dan malas

juga kesibukan dalam berbagai urusan komunitas.

Hari/Tanggal : Senin, 18 Juli 2011 Responden 7: Sr.M.Teodeta, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.

1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam

evangelisasi?

Kalau menurut saya evangelisasi adalah kehadiran dan keterlibatan saya di

tengah umat lewat kata dan kesaksian hidup saya

Mau terlibat karena itu yang bisa saya lakukan untuk membawa umat kepada

pemahaman yang lebih tentang kerajaan Allah adalah sukacita, kebahagiaan,

membawa umat untuk mengalami kerajaan Allah.

2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?

Tujuan evangelisasi: yang pertama adalah agar semakin banyak orang

mengenal Yesus, menjawabi kebutuhan umat, …

3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?

Cara saya berevangelisasi lewat BIAK, Legio Maria, mengajar PAK di

sekolah, karya sosial kepada orang miskin dan terlantar, kor bersama umat di

lingkungan

B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi

4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?

Umat senang dengan kehadiran kita dalam berbagai bidang pelayanan di

mana kita terlibat.

(12)  

5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman

umat?

Ada pengaruh. Misalnya anak-anak yang nakal, yang kurang peduli, tidak

mau mendengarkan pada saat pelajaran berlangsung diarahkan lewat cerita

bergambar atau teladan hidup orang-orang kudus, lebih fokus memperhatikan

mereka. Saya merasa bahwa dengan cara ini cukup membantu mereka dalam

perkembangan hidup beriman mereka.

6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Dukungan dari komunitas, kehadrian kita sebagai seorang suster dihargai,

sebagai seorang PRR harus menjalankan tugas pewartaan

7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Merasa tidak PD karena saya belum banyak pengalaman dan pengetahuan,

tidak punya kemampuan yang lebih, kesibukan di komunitas.

Hari/Tanggal : Rabu, 20 Juli 2011 Responden 8: Sr.M.Wilfrida, PRR A. Gambaran mengenai keterlibatan para suster PRR dalam evangelisasi.

1. Apa yang suster pahami tentang evangelisasi? Mengapa suster terlibat dalam

evangelisasi?

Kalau pemahaman saya tentang evangelisasi: turut mewartakan keselamatan

bagi banyak orang. Kaitan dengan Kongregasi kita hidup mengumat. Artinya

ada bersama-sama dengan umat lewat keterlibatan kita sebagai PRR di tengah

umat dengan mengambil bagian dalam tritugas Kristus yakni sebagai imam,

nabi dan raja dalam pembentukan jemaat.

2. Menurut suster apa tujuan dari evangelisasi yang dilaksanakan?

Tujuan dari evangelisasi orang semakin mengenal Allah, berpihak pada orang

miskin, lemah dan terlantar juga menjemaat dengan hadir di tengah umat

dalam berbagai kegiatan.

3. Bagaimana cara suster berevangelisasi?

(13)  

Cara saya berevangelisasi adalah dengan ikut terlibat dalam Legio Maria,

ambil bagian dalam Liturgi Paroki, mendampingi rekoleksi lingkungan.

B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam evangelisasi

4. Bagaimana respon umat terhadap evangelisasi yang suster laksanakan?

Sejauh ini apa yang dilaksanakan oleh para suster dalam kaitan dengan

evangelisasi sangat dihargai, diterima baik oleh umat dan menurut pengakuan

umat sendiri mereka merasa terbantu dalam berbagai kegiatan berkat

kehadiran para suster.

5. Apakah evangelisasi yang suster laksanakan berpengaruh pada hidup beriman

umat?

Saya tidak bisa memberi jawaban pasti bahwa evangelisasi yang dilaksanakan

itu berpengaruh pada hidup beriman umat tetapi bahwa ada harapan bahwa

apa yang disampaikan dapat berdampak pada kehidupan beriman umat.

6. Faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Kepercayaan dari Kongregasi, motivasi yang diberikan oleh komunitas,

kerjasama sebagai korps, dukungan dari pastor paroki dan umat.

7. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan evangelisasi yang suster

laksanakan?

Kesibukan kerja sehingga kadang kurang prioritas.

(14)  

Lampiran 4: Transkrip Hasil Wawancara dengan Umat

C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua

Cimanggis.

Tanggal 13 Juli 2011: Responden 1: Armon

8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda

semakin diperteguh? Dalam hal apa?

Saya merasa dengan adanya pembinaan dari para suster saya semakin

semangat dalam mengikuti berbagai kegiatan dalam Gereja tidak hanya

dilingkup Legio Maria saja tetapi lebih luas lagi yakni dalam berbagai

kegiatan yakni dalam masyarakat dengan kesaksian hidup sebagai orang

katolik.

9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?

Dengan mengikuti evangelisasi saya merasa adanya kedamaian,

ketenangan dan sukacita dan semakin memperteguh iman secara pribadi

dalam mencintai Tuhan dan sesama.

10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?

Saya harapkan agar ada bentuk lain dari evangelisasi selain lewat Legio

Maria para suster juga bisa lewat kesaksian hidup karena dengan melihat

kesaksian hidup dari kaum religius akan lebih menyentuh hati banyak

orang.

11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?

Selama ini saya baru terlibat dalam kelompok Legio Maria dan bentuk dari

evangelisasi yang saya buat adalah mendampingi anak-anak usia dini

dalam belajar.

12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?

Yang harus ditingkatkan adalah kehadiran suster karena dengan kehadiran

suster saja umat sudah merasa semakin diperteguh

C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua

Cimanggis.

(15)  

Tanggal 13 Juli 2011: Responden 2: Franky

8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda

semakin diperteguh? Dalam hal apa?

Kalau berpengaruh ya…sangat berpengaruh bagi perkembangan iman

saya. Dengan mendapat dari suster saya juga bisa memberikan atau

menyampaikan kepada orang lain misalnya mengajar anak-anak.

9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?

Lebih dekat dengan Tuhan dan peduli terhadap kehidupan orang lain.

10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?

Bentuk lain yang saya harapkan adalah selain suster-suster mendampingi

Legio Maria bisa juga memberikan katekese atau pendalaman Kitab Suci

dalam lingkup kategorial lainnya bagi mudika atau mahasiswa di kampus.

11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?

Saya sendiri sejauh ini terlibat dalam kegiatan di Gereja sebagai Lektor

dan mengajar atau mendampingi anak-anak di Boncel

12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?

Yang perluh ditingkatkan sih…ya keterlibatan suster-suster meskipun

sibuk diusahakan agar tetap hadir karena kehadiran para suster sangat

dibutuhkan di tengah umat. Dengan hadir saja umat sudah merasa senang

apalagi lewat pendampingan dan pembinaan

C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua

Cimanggis.

Tanggal 14 Juli 2011: Responden 3: Mas Bowo

8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda

semakin diperteguh? Dalam hal apa?

Bagi saya dengan mendapatkan pembinaan dari para suster saya yang

dulunya jarang ke Gereja baik pada hari Minggu maupun hari biasa bisa

mengikuti perayaan ekaristi dan saya merasa dengan mengikuti perayaan

Ekaristi iman saya semakin diperteguh dan mantap.

9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?

(16)  

Bagi saya dengan memperoleh pendampingan atau pembinaan dari para

suster saya merasa semakin diperteguh dan semakin dewasa dalam

beriman

10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?

Secara pribadi selama mengikuti Legio Maria, saya punya keinginan untuk

ada hal baru atau ya paling tidak bentuk lain dari Legio Maria, seperti

membaca dan sharing Kitab Suci bersama

11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?

Secara pribadi saya tidak tahu apakah yang saya laksanakan itu adalah

evangelisasi tetapi saya punya pengalaman dilingkup wilayah saya

dipercaya untuk memandu pendalaman Kitab Suci dan juga memimpin

doa.

12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?

Kalau dalam hal penyampaian materi sih…suster-suster sangat mampu

ya… tetapi yang perlu ditingkatkan adalah kreativitas agar umat tidak

jenuh atau bosan.

C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua

Cimanggis.

Tanggal 19 Juli 2011: Responden 4: Bu Stella.

8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda

semakin diperteguh? Dalam hal apa?

Saya rasakan bahwa dengan mendapat pembinaan dari para suster saya

semakin diperteguh dalam hal iman karena tidak hanya lewat materi yang

didapatkan tetapi lewat kesaksian hidup para suster yang rela

mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran demi iman umat sendiri.

9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?

Semakin memperdalam dan memperkokoh iman saya secara pribadi, saya

lebih mengenal Yesus dan karya-karyaNya.

10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?

(17)  

Bagi saya kehadiran dan keterlibatan para suster sangat penting di tengah

umat, maka kesaksian hidup para suster dapat menjadi teladan dan contoh

bagi umat.

11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?

Ya..dengan melihat sendiri pembinaan dari para suster saya secara pribadi

termotivasi untuk melaksanakannya dalam tindakan nyata yakni saya

dapat mengunjungi umat tidak hanya umat katolik tetapi juga umat dari

agama lain selain itu hal-hal kecil saja yang saya bisa buat adalah dengan

berdoa bersama orang-orang sakit dan mengajak lebih banyak orang untuk

aktif dalam kegiatan-kegiatan misalnya latihan kor, kegiatan bakti sosial.

12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?

Ya yang masih kurang sih..ngga ada ya tapi yang perlu suster-suster

pertahankan dan tingkatkan adalah kunjungan keluarga dan keterlibatan

para suster dalam ragam kegiatan karena bagi saya hadirnya suster-suster

memberi warna yang lain.

C. Manfaat evangelisasi bagi umat di paroki St. Thomas Kelapa Dua

Cimanggis.

Tanggal 20 Juli 2011: Responden 5: Bu Hani

8. Apakah dengan mendapatkan pembinaan dari para suster iman anda

semakin diperteguh? Dalam hal apa?

Kehadiran para suster dalam berbagai kegiatan baik di lingkungan maupun

di Gereja, bagi saya sangat membantu dan secara pribadi pembinaan-

pembinaan para suster saya rasakan semakin diperteguh apalagi dalam

setiap pendampingan para suster selalu memberikan sharing pengalaman

dan semakin memperteguh iman umat.

9. Manfaat apa yang anda peroleh dari evangelisasi?

Kalau saya lihat dalam pendalaman Kitab Suci saya bisa lebih mengenal

Tuhan, hidup saya menjadi lebih baru dari hari ke hari selain itu saya

sendiri dapat memperoleh kedamaian.

10. Bentuk evangelisasi seperti apa yang anda harapkan?

(18)  

Ya…berkaitan dengan perkembangan zaman, kehadiran para suster di

tengah umat sangat diharapkan terlebih lagi kesaksian hidup menjadi hal

yang sangat penting karena dengan demikian umat juga dapat belajar

bagaimana menjadi pribadi yang bisa menjadi contoh bagi orang lain.

11. Apakah anda juga bertindak sebagai pelaku evangelisasi? Apa bentuknya?

Ya..kalau sebagai pelaku evangelisasi saya di universitas tempat mengajar

hal utama yang saya tunjukan adalah kesaksian hidup saya sebagai orang

katolik sedangkan dalam kegiatan-kegiatan di paroki dan lingkungan saya

ikut ambil bagian dalam kor, menjadi pemandu pendalaman Kitab suci.

12. Apakah ada yang dirasa masih kurang yang perluh ditingkatkan?

Apa ya…bagi saya yang perlu diperhatikan atau ditingkatkan adalah soal

keterlibatan para suster dalam kegiatan-kegiatan karena kehadiran para

suster di tengah umat itu dapat menggerakan dan mendorong umat yang

selama ini kurang aktif bisa tergerak untuk terlibat. Dalam pembinaan

iman anak kalau bisa ditingkatkan kreatifitas misalnya cerita kitab suci

tidak hanya dinarasikan tetapi bisa juga didramatisasikan atau pakai cerita

bergambar dan jika bisa tenaga pendampingan tidak hanya satu orang

tetapi bisa ditambah lagi.

Usul: supaya kegiatan BIAK tidak terjadi saja pada hari Minggu tetapi

bisa pada hari lain dan itu bisa dilakukan di lingkungan karena bagi saya

pada hari Minggu saja tidak cukup.

(19)  

Lampiran 5: Daftar Nama-nama Suster dan Tugasnya

NO

NAMA- NAMA SUSTER

TUGAS-TUGASNYA

1 Sr.M.Gabriella, PRR Pemimpin Komunitas, team pencari dana,

Koordinator pekerja sosial, Pastoral

2 Sr.M.Albertine, PRR Wakil Pemimpin komunitas, penanggungjawab

wirausaha

3 Sr.M.Emanuella, PRR Wirausaha Rosario, pekerja sosial

4 Sr.M.Rafaella, PRR Konveksi, Pekerja sosial

5 Sr.M.Paulin, PRR Pertanian, Pastoral

6 Sr.M.Wilfrida, PRR Wakil Pemimpin komunitas 2, pekerja sosial,

pastoral (Liturgi paroki)

7 Sr.M.Servia, PRR Penanggungjawab wirausaha Rosario, pastoral

(Legio Maria)

8 Sr.M.Wilhelmine, PRR Studi kedokteran UKRIDA, pastoral kaum muda

9 Sr.M.Maxiani, PRR Studi kedokteran UKRIDA, pastoral

10 Sr.M.Aldegonda, PRR Guru TKK, Pastoral (PIA)

11 Sr.M.Advocata, PRR Studi Informatika computer, pastoral (Legio

Maria)

12 Sr.M.Teodeta, PRR Menangani expedisi Kongregasi, Pastoral (PIA)

13 Sr.M.Ancita, PRR Studi Analis

14 Sr.M.Elenora, PRR Studi Keperawatan

15 Sr.M.Florensia, PRR Guru Agama SD

16 Sr.M.Priska, PRR Guru Agama SD