111134052_full.pdf - USD Repository

194
PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH) KELAS II DI SD BERCAHAYA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Sylva Zaezara NIM :111134052 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of 111134052_full.pdf - USD Repository

PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP

KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN

PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)

KELAS II DI SD BERCAHAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sylva Zaezara

NIM :111134052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

HALAMAN JUDUL

PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP

KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN

PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)

KELAS II DI SD BERCAHAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sylva Zaezara

NIM :111134052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

PERSE,PSI DAi\i CARA PENANTANAhI GURU TERHADAP

KEMAMPUAII BELAJAR SISWA DENGAI\I GAI\IGGUAN PEMUSATAI\T

PERHATIAN DAN HIPERAKTIVTTAS (GPPID

KELAS II DI SD BERCAHAYA

Oleh:

Syhe ?ffiffira

NIIII:111134052

Tel& disetujui oleh:

S.Pt[,'M.Pd. langgal,, 12 Januari 2015

tanggal, t2 Januari 2015

Pembimbig,glI

Punbimbing tr

-{wBrigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., Iv{.Psi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSIPERSEPSI DAN CARA PENAI\IGANAI\I GURU TERHADAP

KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGANI GAI\IGGUATI PEMUSATAITPERHATIAN DAi\i HIPERAKTIVTIAS (GPPE} KELAS II DI SD

BERCAHA'TA

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Sylva Zaezara

NIM:111134052

Telah dipertrhankan di depan panitia penguji

pada tanggal 22 J anuai 201 5

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

NamaLengkap

Ketua

Sekretaris

Anggota IAnggota tr

Anggota Itr

G. fuiNugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A.

Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.

Rusmawan, S.Pd., M.Pd.

Brigitta Ertita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi.

Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech.

Yogyakart4 22 Januai 201 5

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

lll

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai setiap langkah

kehidupanku.

2. Kedua orangtuaku, Bapak Agus Tri Priyono dan Ibu Sri Iswatie

yang selalu memberi dukungan, semangat, serta doa demi

kesuksesan dan masa depanku.

3. Kakak-kakakku Hanna Istriana dan Nerry Analias, serta adikku

Foursa Christ Nikita telah memberiku semangat dan

mendoakanku.

4. Yoga Adigondo Kusumo, S.Kep., NERS yang telah menjadi

motivasi dalam hidupku.

5. Dosen-dosenku yang selalu memberikan bimbingan dan

mendidikku menjadi calon pendidik yang baik.

6. Teman-teman seperjuanganku yang selalu memberi semangat

baru dalam hidupku.

7. Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntunku

menjadi calon pendidik yang bermutu dan berkualitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

HALAMAN MOTTO

MOTTO

“Kesabaran dan usaha keras akan

sanggup menghilangkan kesulitan dan

melenyapkan rintangan”

(Mario Teguh)

“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah

berdoa. Mengucap syukurlah dalam

segala hal, sebab itulah yang

dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus

bagi kamu”

(1 Tesalonika 5:16-18)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PER}TYATAAN KEASLIAN I(ARYA

Saya menyataken dengan sesungguldilya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

mimuat karya atau bagian karya oru€ lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan atau daftar referensi, sebagaimana layaknya karyailtniatr.

Yogyakarta 12 Januari 2015

Penulis

vl

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAhI PERSETUJUAI\I

PUBLIKASI KARYA ILMIAII UNTT'K KEPENTINGATI AKAI}EII{IS

Yang bertandatangan dibawah ini, mya mahasiswa Universitas sanata Dharma

Nama : Sylva Z,anzaru

NIM : l1ll34052

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERSEPSI DAI{ CARA PENAI\IGANAN GURU TERIIADAP

KEMAMPUAFI BELAIAR SISWA DENGAN GANGGUANT PEMUSATAhI

PERIIATIAN I}AI{ HIPERAKTTVITAS (GPPID KELAS II DI SI)

BERCAHAYA

Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas SanataDharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media rarn,mengelolanya di internet atiau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlumeminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetapmencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 12 J anumrn 2Al 5

Yang menyatakan

WSylva Zaezara

vu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

ABSTRAK

PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP

KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN

PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH) KELAS II DI SD

BERCAHAYA

Sylva Zaezara

NIM : 111134052

Pola perilaku yang dapat menghambat berlangsungnya kegiatan pembelajaran

di kelas adalah pola perilaku dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan

Hiperaktivitas (GPPH). Pola perilaku anak yang mengalami GPPH

mengakibatkan munculnya berbagai persepsi antar para guru. Berdasarkan latar

belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan situasi mengenai

partisipan yang diteliti, yaitu: (1) pola perilaku siswa GPPH yang dapat

menghambat berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas, (2) mendeskripsikan

persepsi guru terhadap pola perilaku dan kemampuan belajar siswa GPPH di kelas

II SD Bercahaya, (3) mendeskripsikan penanganan guru terhadap pola perilaku

siswa GPPH selama mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD Bercahaya.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi

kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Informasi yang

diperoleh peneliti berasal dari beberapa partisipan yang terkait dengan siswa yang

mengalami keterlambatan dalam belajar. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data dan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi yang telah peneliti lakukan pada beberapa

guru yang mengampu di kelas II SD Bercahaya, menunjukkan bahwa adanya

perbedaan persepsi terhadap pola perilaku siswa yang mengalami GPPH.

Munculnya perbedaan persepsi tersebut karena (1) para guru kurang memahami

secara mendalam problematika siswa yang mengalami GPPH, (2) para guru

kurang memahami betul kondisi yang dialami oleh siswa, (3) guru belum pernah

mengikuti training tentang anak berkebutuhan khusus (ABK), sehingga guru

belum mengetahui cara menangani siswa yang mengalami GPPH. Pemberian

treatment telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya pelatihan khusus,

seperti membiarkan siswa melakukan hal yang ingin dilakukan. Membiarkan atau

mendiamkan siswa yang mengalami GPPH tersebut merupakan bentuk motivasi

yang diberikan oleh guru sebagai langkah awal dalam penanganan.

Kata kunci : Persepsi guru, kemampuan belajar, cara penanganan, hiperaktivitas

(GPPH)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

ABSTRACT

TEACHER PERCEPTIONS AND RESPONSES TO THE ABILITIES OF

STUDENTS WITH ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER

(ADHD) SECOND CLASS IN SD BERCAHAYA

Sylva Zaezara

NIM : 111134052

Behavior which can impede learning activities in the class is behavior

Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Behavior of children who have

ADHD causes various perceptions among teachers. Based on this background,

this research aims to describe the situation of the students who participate in ,

namely: (1) behavior of ADHD students which can impede learning activities in

the class, (2) describing the teacher's perception of the behavior and learning

ability of students in 2nd

GRADE OF BERCAHAYA ELEMENTARY SCHOOL, (3)

describing the teacher’s way to handle students who have ADHD during the

learning process in 2nd

GRADE OF BERCAHAYA ELEMENTARY SCHOOL

This research is a qualitative research with case study method. The methods

of collecting data which is used in this research are observation, interview, and

documentation. Information which is obtained by the researcher is from several

participants who are associated with students who have difficulties in learning.

Data analysis techniques which are used in this research are data reduction, data

display, and conclusion.

Based on the results of the research and discussion of the observation,

interviews, and documentation which has been done to some teachers in 2nd

GRADE OF BERCAHAYA ELEMENTARY SCHOOL shows that there are

differences in perception of the behavior of students who have ADHD. It is

because (1) the teachers do not really understand the problems of students who

have ADHD, (2) the teachers do not understand the conditions which is

experienced by students, (3) the teacher has never participated in the training of

children with special needs, so that teachers do not know how to deal with

students who have ADHD. The treatment has been done by teachers without any

special training, such as allowing students to do things they want to do. Allowing

or letting students who have ADHD is the motivation which is given by the

teachers as the first step in treatment.

Keywords: Perception of teachers, learning ability, handling, hyperactivity

(ADHD)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esaatas kasih,

rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap

Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan

Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II di SD Bercahaya” dengan lancar dan tepat

waktu.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas

dari hambatan keterbatasan waktu, pengetahuan , dan pengalaman, namun berkat

semangat dan dorongan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini dapat

diselsaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang

selalu memberikan arahan, motivasi, serta sumbangan pemikiran yang

peneliti butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan bantuan ide, saran, kritikan, serta bimbingan yang

sangat berguna bagi penelitian ini.

6. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengganti pembimbing I yang

selalu memberikan arahan, semangat, dan motivasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Kepala Sekolah SD Bercahaya yang telah memberikan ijin kepada peneliti

untuk melakukan penelitian di kelas II SD Bercahaya.

8. Guru kelas II SD Bercahaya yang telah bersedia meluangkan wakfu dan

memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

9. Kepada salah satu orangfua dan siswa kelas II SD Bercahaya yang telah

bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.

10. Bapak Agus Tri hiyono dan Ibu Sri Iswatie, kedua kakakku Hanna

Ishiana dan Nerry Analiag serta adikku Foursa Christ Nikita yang selalu

memberi dukungan dalam doa serta semangat demi kesuksesan dan masa

depanku.

11. Yoga Adigondo Kusumoo S.Kep., NERS yang telah menjadi penyemangat

hidupku.

12. Teman-teman seperjuanganku (Krispin4 Hani, Tian, dan lkisti) yang

selalu berbagi pengetahuan, semangat dan kecariaan dalam suka dan duka

selama berproses.

13. Teman-teman PGSD angkatan 20ll yang mernberikan dukungan dan

semangat.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itq peneliti dengan senang hati bersedia menerima

sumbangan baik pemikiran, kritilq maupun saran yang bersifat

membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 12 lam;eri 2Al5

xl

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

ABSTRACT .............................................................................................................. x

KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 8

1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 8

1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9

1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9

1.7 Definisi Operasional .................................................................................... 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian ............................................................. 53

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 69

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 82

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 82

5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 83

5.3 Saran ............................................................................................................ 83

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................ 86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Syarat Terjadinya Persepsi (Sunaryo, 2013) .................................... 19

Gambar 2.2. Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2004) ....................... 19

Gambar 2.3. Proses Terjadinya Persepsi menurut Sunaryo (2013) ...................... 21

Gambar 2.4. Proses dan faktor yang mempengaruhi belajar ................................ 24

Gambar 2.5. Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan ................................... 35

Gambar 3.2.Teknik Analisis Data ......................................................................... 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR TABEL

Gambar 3.1.Tabel Jadwal Penelitian ..................................................................... 41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Teks Anekdot ..................................................................................... 88

Lampiran 2 Daftar Pedoman Wawancara ............................................................. 92

Lampiran 3 Daftar Transkrip Hasil Wawancara ................................................... 98

Lampiran 4 Studi Dokumen (Nilai Raport) ........................................................ 151

Lampiran 5 Hasil Triangulasi Data ..................................................................... 160

Lampiran 6 Daftar Cooding ................................................................................ 162

Lampiran 7 Organisasi Data ............................................................................... 168

Lampiran 8 Analisis Data.................................................................................... 173

Lampiran 9 Riwayat Peneliti ............................................................................... 175

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

definsi operasional. Latar belakang masalah membahas tentang alasan peneliti

mengadakan penelitian ini. Identifikasi masalah adalah pengenalan terhadap suatu

permasalahan yang ada dalam penelitian. Pembatasan masalah berisi tentang

ruang lingkup masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah memuat pokok

permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian berisikan tentang keinginan

yang dicapai oleh peneliti, dan manfaat penelitian berisikan uraian kegunaan hasil

penelitian yang dilakukan. Peneliti juga memberikan pengertian-pengertian atau

istilah-istilah untuk mempermudah pemahaman pembaca. Peneliti akan

membahas ketujuh topik tersebut secara berurutan.

1.1 Latar Belakang

Setiap individu memiliki karakteristik berbeda dengan individu lainnya.

Perbedaan ini merupakan kodrat alami setiap manusia, namun diantara perbedaan

yang ada setiap individu juga memiliki persamaan salah satunya persamaan untuk

memperoleh pendidikan. Hal ini sesuai dengan Pasal 31 UUD 1945 yang

berbunyi: Ayat (1): “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, Ayat (2):

“Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya”. Berarti pendidikan sebagai salah satu Hak Azazi Manusia

(HAM) haruslah bersifat terbuka dan menjangkau semua warga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

negara tanpa terkecuali, termasuk diantaranya adalah Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK).

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang mengalami

penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan

sosialnya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus dan

disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka (Sumekar,

2009:3). Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan

khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Menurut Fadhli (2010:16) yang

menjelaskan bahwa macam ABK berdasarkan dari segi kelainan dan gangguan

mental dan dari segi fisik pada anak. Anak berkebutuhan khusus dari segi kelainan

dan gangguan mental seperti, autis, hiperaktif, asperger disorder, retardasi

mental, sindroma down, sindroma X yang rapuh dan skizofrenia. Anak

berkebutuhan khusus dari segi kelainan dan gangguan fisiknya seperti, apraxia,

sensory integration, dyslexia, diskalkulia, disgrafia, dan lain-lain.

Anak-anak berkebutuhan khusus seperti yang telah disebutkan perlu

memperoleh pendidikan, maka pemerintah menyelenggarakan sekolah inklusif

dimana anak berkebutuhan khusus dapat mengenyam pendidikan di sekolah

regular. Sekolah inklusif adalah sekolah yang melaksanakan pendidikan inklusif

yang secara realistis menganggap setiap anak memiliki kecepatan pembelajaran

berbeda (Fitriani,2012:31). Jadi, ada siswa yang bisa mencapai target bahkan

melebihi, namun ada pula siswa yang berada di bawah target yang ingin dicapai.

Hal tersebut dianggap normal karena setiap anak memiliki kemampuan dan

hambatan yang berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Fitriani (2012) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor pendukung

yang harus dimiliki oleh sekolah inklusif yang semua faktor ini harus

dioptimalkan seperti program, kurikulum, pendekatan, metode, dan yang lebih

penting adalah pelaksana pendidikan itu sendiri yaitu guru. Guru adalah pendidik

professional dengan utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah menurut

Rugaiyah dan Atiek (2011). Guru sebagai pelaksana pendidikan di kelas

memegang peranan penting dalam membantu kesulitan belajar siswa. Berbagai

macam gangguan kesulitan belajar yang dialami siswa, seperti gangguan

menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung yang dapat disebabkan

oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal individu itu sendiri, yaitu

disfungsi neurologis (minimal otak), sedangkan faktor eksternal berupa

lingkungan, sosial, budaya, dan fasilitas belajar yang berupa strategi pembelajaran

yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi

belajar siswa, dan pemberian ulangan yang tidak tepat (Abdurrahman. 2010:6).

Guru memiliki pandangan yang berbeda terhadap masing-masing anak di

kelas terutama pada sekolah inklusif yang kenyataannya terdapat beberapa anak

mengalami gangguan yang memerlukan pembelajaran khusus. Sesuai kenyataan

yang dialami, maka muncul persepsi dari guru terhadap tingkah perilaku yang

dilakukan oleh anak. Terkait dengan hal tersebut Walgito berpendapat, bahwa

persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang

didahului oleh perhatian, sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar

individu (Sunaryo, 2013). Persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang,

sebagai contoh adalah guru dengan muridnya. Dengan demikian perlakuan guru

dapat menimbulkan respon tertentu dari murid pada guru tersebut. Akibatnya

respon murid tersebut akan sama dengan perlakuan guru tersebut.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada sekolah inklusif di SD

Bercahaya pada tanggal 23 Juli sampai 12 November 2014, di mana nama SD,

guru maupun siswanya merupaka pseudonym. Peneliti menemukan bahwa di kelas

dua terdapat satu anak, Norman, yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian

dan Hiperaktivitas (GPPH) di sekolah tersebut. Peneliti melihat bahwa tingkah

laku yang ditunjukan N berbeda dengan teman-teman satu kelasnya. N selalu

menunjukan sikap yang terus bergerak kesana kemari seakan-akan tubuhnya

adalah robot yang tidak bisa diam dan tidak mudah lelah untuk terus bergerak.

Ketika N sudah merasa bosan, maka pada saat itu juga perubahan emosinya cepat

sekali berubah dari yang awalnya tenang-tenang saja saat belajar di kelas,

kemudian suasana kelas menjadi tidak kondusif karena perilaku N yang terkadang

teriak-teriak menginginkan sesuatu atau karena hal lainnya.

Peneliti tidak hanya melakukan observasi, tetapi juga melakukan wawancara

dengan guru kelas II. Wawancara itu berlangsung dua kali pada tanggal 29

Oktober dan 12 November 2014. Pak P guru kelas II tersebut berkata, “Ya,

selama proses belajar berlangsung di kelas hanya 50% saja tingkat konsentrasi

yang dimiliki oleh N. Sering kali N menunjukan perilaku yang sulit untuk

berkonsentrasi terutama pada saat belajar pelajaran-pelajaran yang tidak dia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

gemari selain matematika, bahasa Inggris, dan TIK. Iya, selain mata pelajaran

yang dia suka dia pasti nilai di bawah KKM. Ketika N sudah merasa bosan dia

mulai bergerak seenaknya keluar kelas”, jawab guru ketika peneliti bertanya

tentang kemampuan dan konsentrasi belajar serta perilaku N saat di kelas (guru

komunikasi pribadi, 29 Oktober 2014). Pernyataan guru yang mengatakan, “selain

mata pelajaran yang dia suka dia pasti nilai di bawah KKM” diperkuat dengan

dokumen nilai yang telah peneliti peroleh. Sesungguhnya guru kelas tersebut tidak

memahami betul kondisi apa yang sebenarnya dialami oleh N, pernyataan itu

diperkuat setelah peneliti melakukan wawancara yang kedua untuk

mentindaklanjuti pernyataan guru kelas sebelumnya pada tanggal 12 November

2014. Saat di wawancarai guru kelas berkata, “Ya kalo saya kedua-duanya, tapi

kadang-kadang menonjol ee lebih autisya kelihatan sekali”, jawab guru kelas

ketika peneliti bertanya tentang keadaan yang sesungguhnya dialami N.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas peneliti menyimpulkan,

bahwa cara pandang guru terhadap kemampuan belajar N berbeda dengan cara

pandang guru pendamping, guru ekstra, orangtua, serta dokumen hasil

pemeriksaan psikologis. Selain itu, cara pandang guru yang mengatakan N anak

autis berbeda dengan hasil dari pemeriksaan psikologis yang menjelaskan, bahwa

N bukan mengalami autis melainkan anak ADHD atau GPPH. Pernyataan peneliti

diperkuat oleh bukti dokumen dari hasil pemeriksaan terapi psikologis yang

menangani N mengatakan bahwa, “Anak memiliki suatu kondisi ysng disebut

Gangguan Pemusatan Perhatian yang disertai dengan Hiperaktivitas (GPPH)

tipe kombinasi yang merupakan gangguan neurobehavior yang berasal dari saraf

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

yang berpengaruh pada perilaku, akibatnya mempengaruhi kemampuan kognitif,

komunikasi, pengelolaan emosi, sosialisasi, dan motorik halus”.

Selain dengan guru kelas, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru

pendamping dan guru ekstra pada tanggal 29 Oktober 2014. Peneliti menanyakan

tentang kemampuan dan konsentrasi belajar selama N di kelas. Guru pendamping

N bernama mas P mengatakan bahwa, “Baik-baik dengan pembelajaran sangat

baik dan nilainya cukup baguslah di atas rata-rata, walaupun kadang kala saja N

dapat tenang di kelas”. Partisipan berikutnya adalah guru ekstra yang bernama

Pak R ini mengajar tiga mata pelajaran sekaligus di kelas N, yaitu Olahraga,

Bahasa Inggris, dan TIK. Setidaknya Pak R sedikit mengenal dan memahami

karakter anak tersebut ketika peneliti bertanya tentang kemampuan dan

konsentrasi selama N belajar di kelas. Pak R mengatakan bahwa, “N bisa

mengikuti pembelajaran, dia tidak mengalami kesulitan dibandingan dengan yang

lain kemampuan N masih di atasnya nilai-nilainya pun tidak ada yang di bawah

5, namun ketika N sudah mulai bosan dan letih dia akan cepat-cepat

menyelesaikan itu semua dan keluar”.

Setelah melakukan wawancara dengan guru pendamping dan guru ekstra

dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya N memiliki tingkat kemampuan belajar

yang cukup baik, walaupun terkadang N tidak dapat fokus atau berkonsentrasi

dengan baik saat pembelajaran sedang berlangsung. Pernyataan tersebut diperkuat

dengan dokumen hasil pemeriksaan psikologis N yang mengatakan bahwa,

“Berdasarkan hasil pemeriksaan kecerdasan, N memiliki tingkat inteligensi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

tergolong tinggi (Persentil 95, skala CPM). Artinya N memiliki tingkat inteligensi

di atas rata-rata anak usia sebayanya dan memiliki kemampuan penalaran baik”.

Masing-masing guru mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap

ABK, karena guru tidak memahami betul apa yang dialami anak. Ada sebagian

guru yang tidak peduli terhadap perubahan emosi, tingkah laku dan permasalahan

lain yang terjadi pada N, namun ada pula guru yang membantu anak dengan

memberikan pendekatan-pendekatan, seperti mendekati anak, kemudian

menanyakan apa yang menyebabkan anak melakukan perilaku yang tidak baik

ketika proses pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman yang terjadi peneliti tertarik untuk mengkaji tentang

persepsi dan cara penanganan guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan

anak Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di SD

Bercahaya. Peneliti akan menjabarkan tentang pemahaman guru terhadap anak

berkebutuhan khusus, persepsi guru terhadap keberadaan anak berkebutuhan

khusus terutama anak hiperaktif di sekolah, persepsi guru terhadap kemampuan

atau prestasi belajar anak yang mengalami GPPH, dan cara penanganan yang

dilakukan guru terhadap anak yang mengalami GPPH. Dapat disimpulkan bahwa

penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemahaman atau mengetahui

gambaran persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan anak

gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di SD Bercahaya.

Dari latar belakang di atas, peneliti ingin mengangkat hal tentang “Persepsi

dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II Di SD

Bercahaya”.

1.2 Identifikasi Masalah

Ada siswa yang mengalami GPPH di SD Bercahaya dan belum diketahui

adanya persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di latar belakang, maka peneliti

akan membatasi masalah tersebut oleh persepsi guru terhadap kemampuan belajar

siswa yang mengalami GPPH kelas II di SD Bercahaya.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagaimanakah pola perilaku siswa dengan gangguan pemusatan

perhatian dan hiperaktivitas selama mengikuti proses pembelajaran di

kelas II SD Bercahaya?

1.4.2 Bagaimanakah persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa

dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di kelas II

SD Bercahaya?

1.4.3 Bagaimanakah cara penanganan guru terhadap pola perilaku siswa

dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas selama

mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD Bercahaya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1.5.1 Untuk mengeksplorasi pola perilaku siswa dengan gangguan

pemusatan perhatian dan hiperaktivitas selama mengikuti proses

pembelajaran di kelas II SD Bercahaya.

1.5.2 Untuk mengeksplorasi atau mengetahui gambaran persepsi guru

terhadap kemampuan belajar siswa dengan gangguan pemusatan

perhatian dan hiperaktivitas di kelas II SD Bercahaya.

1.5.3 Untuk mengeksplorasi atau mengetahui cara penanganan guru terhadap

pola perilaku siswa dengan gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas selama mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD

Bercahaya.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada

dunia pendidikan tentang anak hiperaktif, kemudian untuk menambah

pengetahuan tentang penanganan yang dilakukan bagi anak hiperaktif, serta untuk

menambah pengetahuan tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak

hiperaktif.

1.6.2 Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa berkesulitan belajar pada

anak hiperaktif dan sebagai pengalaman langsung dalam melakukan penelitian

tentang hal tersebut.

1.6.2.2 Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberi

pembelajaran, pembinaan, bimbingan, dan pertimbangan dalam menangani anak

yang mengalami gangguan hiperaktif di kelas.

1.6.2.3 Bagi Orangtua Yang Memiliki Anak Hiperaktif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk para orang tua

yang memiliki anak hiperaktif. Selain itu, dapat dijadikan sebagai penambah

pengetahuan / wawasan mengenai anak hiperaktif dan orangtua dapat mengerti,

memahami, memimbing dengan baik apabila anaknya memiliki sifat hiperaktif.

Bagi para orang tua lainnya, supaya dapat memandang apa yang terjadi sebagai

hal positif dan bukan akhir dari segala-galanya. Memiliki anak yang mengalami

gangguan khusus seperti hiperaktif bukanlah hal yang buruk, jika dapat menjalani

perannya masing-masing tentunya untuk anak-anak yang membutuhkan peran

kedua orangtuanya sebagai pendorong dalam kehidupan anak kelak.

1.6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan untuk

melakukan studi tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

berkesulitan belajar pada anak hiperaktif untuk melakukan penelitian yang sejenis

sebagai pembanding dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain.

1.7 Definisi Operasional

Pada penelitian ini peneliti memberikan pengertian-pengertian agar tidak

terjadi kesalahpahaman, maka definisi yang digunakan oleh peneliti sebagai

berikut: (1) persepsi guru merupakan suatu proses pemahaman atas informasi

yang diperoleh dari luar maupun dari dalam diri individu untuk menyampaikan

anggapan tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya.

(2) Kemampuan belajar adalah potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk

menghasilkan suatu perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. (3) GPPH merupakan suatu pola perilaku yang menetap pada

seorang anak, perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa

berkonsentrasi, dan bertindak sekehendak hatinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini peneliti membahas empat topik, yaitu mencakup kajian teori,

penelitian yang relevan, kerangka teori dan peryataan penelitian. Pada kajian teori

peneliti akan membahas tentang deksripsi anak yang mengalami GPPH, serta

teori-teori lain yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap kemampuan belajar

siswa yang mengalami GPPH. Penelitian yang relevan memaparkan tentang

penelitian dari orang lain yang sesuai dengan permasalahan yaitu tentang persepsi

guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH. Kerangka teori

pada landasan teori ini akan menggiring pembaca untuk memahami penelitian

yang akan dilakukan, serta pertanyaan penelitian yang membahas tentang

pertanyaan yang bersangkutan dengan rumusan masalah yang akan diteliti oleh

peneliti.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan peneliti di SD Bercahaya, peneliti menemukan siswa yang

mengalami GPPH di kelas II. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan

pernyataan Ibu Y selaku orangtua dari N yang berkata, “Setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

dilakukan pemeriksaan pada psikolog N dinyatakan mengalami ADHD” (saat

diwawancarai). Selain dengan observasi peneliti juga melakukan wawancara

dengan berbagai informan dan salah satunya adalah orangtua dari N. Ibu Y ini

merupakan Ibu kandung dari N yang saat ini usia beliau 40 tahun. Ibu Y ini

merupakan Ibu rumah tangga yang memiliki anak satu, yaitu N.

N merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak G dan Ibu Y. Saat ini N

berusia 8 tahun dan bersekolah di sekolahan regular dan umum di SD Bercahaya

kelas II. Berdasarkan dari dokumen hasil evaluasi psikologis pada tanggal 22

Maret 2014 mengatakan, bahwa anak tersebut menjalani terapi di salah satu

tempat terapis sehubungan ada riwayat keterlambatan bicara yang sudah diketahui

saat usia 2 tahun. Setiap 6 bulan sekali N melakukan terapi. Hasil pemeriksaan

oleh psikologis di tempat terapis terbukti bahwa anak tersebut mengalami GPPH.

Adapun aspek-aspek yang diamati oleh psikologis, yaitu aspek komunikasi dan

kognitif, aspek sosial, emosi dan perilaku, dan terakhir adalah aspek motorik. Saat

ini akibat adanya GPPH mempengaruhi kemampuan kognitif, komunikasi,

pengelolaan emosi, sosialisasi, dan motorik halus.

Peneliti melihat bahwa anak tersebut tidak mengalami kesulitan dalam

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru dan lama. Secara aspek perilaku

emosi anak tersebut masih kurang terkontrol. Saat di TK anak sering jalan-jalan di

kelas, tugas sering tidak dikerjakan hingga selesai dan anak mengalami terlambat

berbicara. Setelah masuk SD anak sering berteriak dan memukul bila diarahkan

pada kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya, hal tersebut anak lakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

baik di rumah maupun di sekolah. Informasi tersebut berdasarkan dari dokumen

hasil pemeriksaan psikologis yang telah peneliti peroleh.

Berdasarkan aspek kognitifnya, N mendapatkan nilai yang sangat baik hanya

dalam pelajaran matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Ketiga mata pelajaran itu

adalah mata pelajaran yang tidak N suka. Artinya, selain mata pelajaran yang

disebutkan anak tidak suka dan rata-rata nilai di bawah KKM. Informasi tersebut

berdasarkan dari dokumen hasil wawancara peneliti dengan partisipan.

Kebiasaan anak di rumah senang sekali bermain lego dan gadget. N terkadang

tidak belajar (kecuali ada PR) di rumah karena sepulang sekolah ia sudah

mengikuti les. Selain itu, seusai pulang sekolah di hari tertentu anak harus

melakukan terapi. Interaksi anak di lingkungan rumah masih sangat kurang, hal

tersebut didukung oleh situasi rumah yang sangat rawan untuk anak dapat

melakukan aktifitas di luar rumah karena keluar rumah depannya sudah jalan

besar (hasil wawancara dengan Ibu Y).

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan N terlihat tidak bisa

duduk dengan tenang dan selalu saja ada hal yang dilakukan oleh N. Kebiasaan

seperti berteriak, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka memberontak ketika N harus

melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan keinginannya, dan ketika anak

sudah merasa bosan dengan pelajaran yang tidak disukai anak akan acuh tak acuh

tidak memperdulikan penjelasan dari guru. Interaksi sosial anak di sekolah dengan

guru serta teman sebayanya cukup baik dan dapat bermain bersama dengan

teman-teman sekelasnya. N dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik,

walaupun terkadang anak sulit untuk memusatkan perhatian atau berkonsentrasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

penuh saat belajar di kelas. Hal tersebut berpengaruh pada kemampuan belajar N

saat di kelas.

2.1.2 Persepsi Guru

2.1.2.1 Pengertian Persepsi

Walgito (dalam Sunaryo, 2013:95) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai

proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima

oleh organisme atau individu, sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti dan

merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Sependapat dengan

Walgito, Sunaryo (2013) mengungkapkan bahwa persepsi adalah proses

diterimanya rangsangan melalui panca indera yang didahului oleh perhatian

sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal

yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Alat indera

tersebut adalah alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya menurut

pendapat Branca, Woodworth, and Marquis (dalam Walgito, 2010:100).

Aditomo (2008) menjelaskan bahwa persepsi adalah tindakan menyusun

informasi dari organ-organ sensorik menjadi suatu keseluruhan yang bisa

dipahami. Persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sebagai contoh

adalah guru dengan muridnya. Dengan demikian perlakuan guru dapat

menimbulkan respon tertentu dari murid pada guru tersebut. Akibatnya respon

murid tersebut akan sama dengan perlakuan guru tersebut (Satriadarma, 2001).

Persepsi dapat diartikan juga sebagai proses pemahaman ataupun pemberian

maksud atas suatu informasi terhadap stimulus, stimulus didapat dari proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

penginderaan terhadap partisipan, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala

yang diproses oleh otak (Sumanto, 2014). Persepsi menunjukan bagaimana

melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita,

dengan kata lain persepsi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dialami

manusia (Morgan, King, dan Robinson dalam Sumanto, 2014).

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa persepsi merupakan suatu proses pemahaman akan suatu informasi

terhadap stimulus, sedangkan stimulus didapat dari proses penginderaan yang

menunjukan bagaimana individu melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan

mencium adanya suatu partisipan, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala

yang diproses oleh otak.

2.1.3 Jenis – Jenis Persepsi

Jenis-jenis persepsi menurut Sunaryo (2004:94) ada dua jenis sebagai berikut:

a) Eksternal perception, yaitu terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari

luar diri individu. b) Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsang yang berasal dari dalam diri individu dan yang menjadi partisipan adalah

dirinya sendiri. Berdasarkan jenis–jenis persepsi yang diungkapkan oleh Sunaryo,

maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa eksternal perception dan self

perception memiliki kesamaan, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya suatu

rangsangan hanya saja rangsangan itu muncul dari dua sisi, yaitu luar diri individu

maupun dari dalam diri individu itu sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Pada penelitian ini jenis persepsi yang digunakan oleh guru kelas II adalah

eksternal perception. Alasan peneliti memilih jenis persepsi eksternal perception,

yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri

individu. Faktanya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas

II persepsi itu muncul ketika guru melihat tingkah laku N yang tidak biasanya.

Artinya, N selalu menunjukan ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten,

dan ketika sudah merasa bosan N akan bergerak sesuka hatinya terkadang juga

suka memukul meja secara berulang-ulang yang menandakan bahwa N ingin

segera mengakhiri pelajaran.

2.1.4 Sifat – sifat Persepsi

Omith 2008 (dalam Kusumawati, 2010:14-15) menjelaskan bahwa sifat-sifat

persepsi dibagi menjadi 5 yaitu : (a) Persepsi adalah pengalaman, dalam

memaknai seseorang, partisipan atau peristiwa, maka orang tersebut akan

menginterpretasikan dengan pengalaman masa lalu yang menyerupainya dan

pengalaman akan menjadi pembanding untuk mempersepsikan suatu makna. (b)

Persepsi adalah selektif, seseorang melakukan seleksi pada hal-hal yang

diinginkannya dan mengabaikan yang lain. (c) Persepsi adalah penyimpulan,

artinya mempersepsi makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak

sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya, tetapi berdasarkan penangkapan

indera yang terbatas. (d) Persepsi tidak akurat, setiap persepsi yang dilakukan

seseorang mengandung kesalahan tertentu yang disebabkan oleh pengalaman

masa lalu. e) Persepsi adalah evaluatif, artinya persepsi tidak pernah partisipantif

karena interpretasi yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan merefleksikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada

partisipan yang dipersepsi.

Berdasarkan dari teori-teori tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

sifat persepsi yang muncul pada partisipan guru kelas II tersebut adalah sifat

persepsi ketiga, yaitu persepsi adalah penyimpulan. Alasan peneliti memilih sifat

persepsi adalah penyimpulan karena mempersepsikan suatu makna adalah

melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data

sesungguhnya, tetapi berdasarkan penangkapan indera yang terbatas. Faktanya,

berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II dapat disimpulkan bahwa guru

lebih menggunakan penangkapan inderanya yang terbatas untuk mengetahui

kondisi sesungguhnya yang dialami oleh N, sehingga pernyataan yang beliau

jelaskan tentang kondisi N tidak sesuai dengan fakta dari hasil dokumen

psikologis maupun dari pihak orangtua N.

2.1.5 Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi

Sunaryo (2013:106) mengemukakan bahwa syarat terjadinya persepsi

meliputi: (1) Adanya partisipan, partisipan berperan sebagai stimulus dan

pancaindra berperan sebagai reseptor. (2) Adanya perhatian sebagai langkah

pertama untuk mengadakan persepsi. (3) Adanya pancaindra sebagai reseptor

penerima stimulus. (4) Saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke

otak (pusat saraf atau pusat kesadaran), kemudian dari otak dibawa melalui saraf

motorik sebagai alat untuk mengadakan respon. Gambar di bawah berikut ini

menunjukan bagan syarat terjadinya persepsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Gambar 2.1. Syarat Terjadinya Persepsi (Sunaryo, 2013)

Walgito (2004) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang

terjadi dalam beberapa tahapan. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal

dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya

suatu stimulus oleh alat indera manusia. Kedua, tahap ini dikenal dengan proses

fisiologis yaitu proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat

indera) melalui saraf-saraf sensorik. Ketiga, tahap psikologik merupakan proses

timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor. Keempat,

merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan

perilaku. Gambar di bawah berikut ini menunjukan proses terjadinya persepsi.

Gambar 2.2. Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2004)

St : stimulus (faktor luar)

Fi : faktor intern (faktor dalam,termasuk perhatian)

Sp : struktur pribadi individu

Objek Stimulus Reseptor

(Alat Indera)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Skema di atas memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-

macam stimulus yang datang dari lingkungan, tetapi tidak semua stimulus akan

diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu melakukan seleksi terhadap

stimulus yang ada, maka saat seperti inilah perhatian berperan. Sebagai akibat dari

stimulus yang dipilih dan diterima oleh individu, maka individu mulai menyadari

dan memberikan respon.

Sependapat dengan pernyataan Walgito, Sunaryo (2013:106) mengemukakan

bahwa proses terjadinya persepsi melewati 3 tahapan sebagai berikut: a) Proses

fisik (kealaman), yaitu partisipan diberikan stimulus kemudian diterima oleh

reseptor atau alat indera. b) Proses fisiologis, terjadi melalui stimulus yang

kemudian dihantarkan ke saraf sensorik lalu diteruskan ke otak. c) Proses

psikologik, merupakan proses yang terjadi pada otak sehingga individu menyadari

stimulus yang diterima. Gambar di bawah berikut ini menunjukan proses

terjadinya persepsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Gambar 2.3. Proses Terjadinya Persepsi menurut Sunaryo (2013)

2.1.6 Kemampuan Belajar

2.1.6.1 Pengertian Kemampuan

Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Suryosubroto, 2002:161) bahwa

Ability (kemampuan) mempunyai tiga arti yaitu: (1) Achievement yang merupakan

actual ability dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Contohnya adalah tes

kemampuan belajar tentang materi tertentu. (2) Capacity yang merupakan

potensial ability dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukuran terhadap

kecakapan individu. Kemampuan ini dapat dilihat melalui pengamatan terhadap

objek yang akan diteliti. (3) Aptitude yaitu kualitas yang dapat diungkap atau

diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Hal ini dapat dilakukan

dengan menggunakan tes potensi akademik.

Objek Reseptor Stimulus

Otak Saraf Sensorik

Saraf Motorik

Persepsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Berdasarkan pengertian kemampuan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Seseorang dikatakan

mampu apabila bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus dilakukannya

sesuai dengan potensi yang dimiliki seseorang.

2.1.6.2 Pengertian Belajar

Siger (dalam Siregar, 2011) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu

perubahan perilaku yang relative cepat yang disebabkan praktek atau pengalaman

yang sampai pada situasi tertentu. Witherington (dalam Siregar, 2011:4)

menjelaskan bahwa pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi berupa kecakapan,

sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Berdasarkan pendapat

Rosdiana (dalam Suprijono, 2009) secara psikologis belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

lingkungannya dalam memahami kebutuhan hidupnya.

Ernest (dalam Sunaryo, 2013:169) menjelaskan bahwa belajar adalah dapat

melakukan sesuatu yang dilakukan individu sebelum ia belajar atau bila tingkah

lakunya berubah, cara individu menghadapi suatu situasi dapat berbeda

dibandingkan sebelum mereka belajar. Melengkapi pendapat sebelumnya,

Hamalik (dalam Sunaryo, 2013:170) mengungkapkan bahwa belajar adalah

bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam

cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Sependapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

dengan Hamalik, Ahmadi (dalam Sunaryo, 2013:170) mengatakan bahwa belajar

adalah proses perubahan dalam diri manusia.

Peneliti dapat memberikan kesimpulan terkait dengan pendapat dari para ahli

di atas, bahwa belajar merupakan suatu perubahan perilaku seseorang yang

berlangsung secara cepat melalui pengalaman yang dialami serta interaksi dengan

lingkungan dalam memahami kebutuhan hidupnya dan dapat menimbulkan pola

dan reaksi.

2.1.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Sunaryo (2013:174-175), menjelaskan bahwa kegiatan belajar yang

merupakan suatu sistem memiliki 3 persoalan, yaitu input, proses, dan output.

Input berupa partisipan belajar, sasaran belajar atau individu itu sendiri. Proses,

dalam proses belajar terjadi interaksi timbal balik dari berbagai faktor yaitu,

partisipan belajar (peserta didik), pengajar atau fasilitator (guru, dosen, atau

pembimbing), metode, Alat Bantu Belajar Mengajar (ABBM), dan materi atau

bahan yang dipelajari. Output, berupa hasil belajar yang terdiri dari kemampuan

baru atau perubahan baru pada diri partisipan belajar dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak dapat menjadi dapat, dan dari tidak terampil menjadi terampil. Proses

belajar dan faktor yang mempengaruhi belajar dapat dilihat pada Gambar 2.4

berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Gambar 2.4. Proses dan faktor yang mempengaruhi belajar

Sunaryo (2013)

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dikelompokan

menjadi dua, yaitu faktor internal (endogen) dan eksternal (eksogen). Pertama,

faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu, yaitu faktor

fisiologis dan faktor psikologis. Kedua, faktor eksternal yang disebut juga dengan

faktor eksogen. Faktor eksternal ini berasal dari luar diri individu, yaitu faktor

sosial dan faktor non sosial. Faktor sosial adalah faktor manusia lain yang berada

di luar diri partisipan yang sedang belajar, seperti orang tua, individu yang hadir,

dan non-individu yang hadir. Selanjutnya, faktor non sosial yang dapat

mempengaruhi proses belajar adalah ABBM, metode mengajar dan faktor

lingkungan. Adanya ABBM yang lengkap dan metode mengajar yang sesuai dan

memadai akan membantu proses belajar atau sebaliknya. Terakhir adalah faktor

lingkungan termasuk udara, cuaca, waktu, tempat, sarana dan prasarana dapat

mempengaruhi proses belajar (Sunaryo, 2013:176-177).

ABBM METODE

HASIL

BELAJAR

(OUTPUT)

SUBJEK

(INPUT) PROSES BELAJAR

BAHAN

BELAJAR FASILITATOR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

2.1.6.4 Pengertian Kemampuan Belajar

Kemampuan adalah kesangupan, kekuatan, kapasitas dan kecakapan

seseorang untuk melakukan kegiatan sesuai dengan bakat dalam melakukan suatu

kegiatan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku seseorang yang berlangsung

secara cepat melalui pengalaman yang dialami serta interaksi dengan lingkungan

dalam memahami kebutuhan hidupnya dan dapat menimbulkan pola dan reaksi.

Berarti pengertian kemampuan belajar adalah kesangupan, kekuatan, kapasitas

dan kecakapan seseorang untuk melakukan kegiatan sesuai dengan bakat untuk

mengubah perilaku seseorang yang berlangsung melalui pengalaman yang dialami

serta interaksi dengan lingkungan dalam memahami kebutuhan hidupnya dan

dapat menimbulkan pola dan reaksi.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa ada beberapa topik yang mempengaruhi kemampuan belajar sebagai

berikut: (1) Kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan melakukan sesuatu sesuai

bakat, (2) Perubahan perilaku, (3) Pengalaman yang dialami, (4) Interaksi dengan

lingkungan, (5) Menimbulkan pola dan reaksi.

2.1.7 Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

2.1.7.1 Pengertian Hiperaktivitas

Perilaku hiperaktif adalah adanya suatu pola perilaku yang menetap pada

seorang anak, perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa

berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya. Santrock dalam Marlina

(2008:1) menyatakan bahwa hiperaktif sebagai suatu kelainan berupa rentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

perhatian yang pendek, perhatian mudah beralih dan tingkat kegiatan fisik yang

tinggi (dalam jurnal Lejarnani, dkk., 2013.hal:346). Sependapat dengan Santrock,

Grant (2008:21) mengatakan bahwa Attention Deficit and Hyperactivity Disorder

(ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan

ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan

dan keputusan masa depan.

Menurut Barkley (dalam Grant, 2008) yang menjelaskan bahwa ciri-ciri anak

yang mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada apa

yang dilakukannya, tidak berhasil menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan

perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri,

ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat

duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan

instruksi. ia mengetahui peraturan dan mampu menjelaskan namun sepuluh menit

kemudian anak sudah tidak dapat mengendalikan perilakunya, sehingga

melakukan pelanggaran berulang-ulang.

Anak yang menderita hiperaktif tidak semua mengalami masalah penolakan

seperti pendapat yang diungkapkan oleh Hoza, dkk. (2005) anak dengan ADHD

tidak hanya menghadapi masalah penolakan akan tetapi juga menghadapi

hambatan dalam berbagai aspek dalam fungsi sosialnya dengan teman sebaya.

Menurut Fadhli (2010:39) menjelaskan bahwa anak hiperaktif adalah anak yang

mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau

Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut

sebagai gangguan hiperkinetik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Sependapat dengan pernyataan Fadhli, Batshaw dan Perret dalam Delphie

(2006:73) menjelaskan bahwa hiperaktif bukan merupakan penyakit melainkan

suatu gejala. Gejala itu terjadi disebabkan oleh faktor-faktor kerusakan otak,

gangguan emosional, defisit pendengaran, atau retardasi mental. Dengan demikian

anak mempunyai kelainan ina-tensi disorder dengan hiperaktif atau ina-tensi

disorder tanpa hiperaktif.

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka pengertian hiperaktif

dapat disimpulkan menjadi satu kesatuan yang utuh.Hiperaktivitas bukan

merupakan penyakit melainkan suatu gangguan pada pola perilaku yang

diakibatkan karena kerusakan pada otak, sehingga membuat perhatian anak

hiperaktif mudah beralih dan tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Walaupun

tidak semua anak hiperaktif mengalami penolakan dalam kehidupannya, tetapi

anak hiperaktif juga akan menghadapi hambatan dari berbagai aspek dalam fungsi

sosial dengan teman sebayanya.

2.1.7.2 Karakteristik Anak Hiperaktivitas

Fadhli (2010:40) mengatakan bahwa penderita GPPH memiliki karakteristik

seperti, kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan

sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, dan sikap melanggar

tata tertib secara impulsif. Wiguna (2007:5), mengemukakan bahwa karakteristik

anak yang cenderung mengalami gangguan hiperaktif, (1) tidak bisa duduk diam

di dalam kelas, (2) tangan bergerak dengan gelisah; (3) kadang berlari-lari dan

naik di atas meja dan memanjat guru; (4) mengalami kesulitan dalam bermain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

atau dalam kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan; (5)

impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran; (6) menjawab

sebelum pertanyaan selesai atau sering menginterupsi orang lain. Anak yang

hiperaktif menunjukkan semua atau hampir semua ciri-ciri di atas.

Berdasarkan teori di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik N

sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Fadhli (2010) dan Wiguna (2007).

Peneliti dapat berkata demikian karena berdasarkan hasil observasi N selalu

menunjukkan perilaku yang disebutkan dalam teori di atas, seperti kemampuan

akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan sosial, kelalaian dalam

menghadapi situasi yang berbahaya, sikap melanggar tata tertib secara impulsive,

tidak bisa duduk diam di dalam kelas, tangan bergerak dengan gelisah, kadang

berlari-lari, impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran, dan

menjawab sebelum pertanyaan selesai atau sering menginterupsi orang lain.

2.1.7.3 Faktor – faktor Penyebab Hiperaktivitas

Martin (2008:61-76) menjelaskan beberapa penyebab anak yang mengalami

hiperaktif, yaitu akibat dari Ibu hamil yang merokok, kematangan otak yang

tertunda, cedera otak, keracunan timah hitam, bahan tambahan makanan, gula

halus, obat-obatan dan karena faktor keturunan. Menurut Aulia (2008:45-46), ada

empat faktor-faktor penyebab anak hiperaktif yaitu faktor neurologik faktor

toksik, faktor genetik, dan faktor psikososial dan lingkungan.

Pertama, faktor neurologik yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir

dengan masalah-masalah prenatal seperti proses persalinan yang lama, distres

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksi miagravidarum, atau

ekslamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Bayi yang lahir

dengan berat badan rendah, usia Ibu yang masih terlalu muda, Ibu yang merokok

dan minum-minuman alcohol juga meninggikan terjadinya hiperaktif dan

perkembangan kerja otak menjadi lambat. Faktor etiologi dalam bidang

neuoralogi yang hingga saat ini masih terjadi adalah disfungsi pada salah satu

neurotransmiter di otak yang bernama dopamin, yaitu zat aktif yang berguna

untuk memelihara proses konsentrasi.

Kedua, faktor toksi lebih menekankan pada beberapa zat makanan seperti

salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku

hiperaktif pada anak, karena kadar timah lead dalam serum darah anak akan

meningkat. Selain itu, Ibu yang merokok, mengonsumsi alkohol, dan terkena sinar

X pada saat hamil akan sangat mempengaruhi lahirnya calon anak hiperaktif.

Ketiga, pada faktor genetik ini didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif

yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35%

dari orangtua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada

anaknya, hal tersebut juga terjadi pada orangtua yang memiliki anak kembar.

Keempat, faktor psikososial dan lingkungan pada anak hiperaktif yang sering

ditemukannya hubungan yang dianggap keliru antara orangtua dengan anaknya.

Berdasarkan teori tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor

penyebab N mengalami GPPH itu sesuai dengan penjelasan yang diuangkapkan

oleh Aulia, yaitu adanya faktor toksi dan faktor genetik. Menurut Aulia, faktor

toksi lebih menekankan pada beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada

anak, karena kadar timah lead dalam serum darah anak akan meningkat,

sedangkan faktor genetik karena adanya keturunan dari pihak keluarga.

Pernyataan peneliti diperkuat dengan hasil wawancara dengan orangtua N yang

mengatakan bahwa pada saat kehamilan Ibu N suka makan-makanan yang serba

instan (junk food), selain itu ada faktor lain yang mengakibatkan N mengalami

GPPH, yaitu faktor keturunan dari ayahnya. Hasil wawancara tersebut

membuktikan bahwa adanya keterkaitan antara teori dengan data yang diperoleh.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Kurniawati,dkk. (2014) yang berjudul

”Persepsi Guru Kelas Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Di SD

Payakumbuh”. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada sekolah-

sekolah inklusi di Kecamatan Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh pada

Desember 2012-Januari 2013, peneliti menemukan terdapat kecenderungan ABK

mendapat kurang perhatian dibandingkan dengan peserta didik reguler. Pada saat

proses belajar mengajar berlangsung guru hanya terfokus perhatiannya pada anak

reguler. Guru mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap ABK. Ada

sebagian guru yang tidak peduli lagi terhadap prestasi, perilaku, dan permasalahan

ABK, namun ada pula guru yang membantu anak dengan memberikan

pendekatan-pendekatan, seperti mendekati anak, kemudian menanyakan apa yang

menyebabkan anak melakukan perilaku yang tidak baik ketika proses

pembelajaran. Berdasarkan gejala di atas, peneliti tertarik mengkaji persepsi guru

kelas terhadap anak berkebutuhan khusus di SD Payakumbuh khususnya di Kec.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Payakumbuh Utara. Peneliti akan menjabarkan tentang pemahaman guru kelas

terhadap anak berkebutuhan khusus, persepsi guru kelas terhadap keberadaan

anak berkebutuhan khusus di sekolah, persepsi guru kelas terhadap interaksi sosial

anak berkebutuhan khusus dengan guru, persepsi guru kelas terhadap interaksi

sosial anak berkebutuhan khusus dengan teman sebaya, persepsi guru kelas

terhadap prestasi belajar anak berkebutuhan khusus.

Penelitian ini mulai dilaksanakan dari tanggal 15 Juli sampai dengan 31 Juli

2013, yang terdiri dari 5 (lima) sekolah pelaksana pendidikan inklusi yang

terdapat di Kec. Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh. Dalam penelitian ini,

peneliti mengungkapkan hasil data yang diperolehnya bahwa 50,7% atau hampir

sebagian guru kelas memahami tentang anak berkebutuhan khusus, 58,2% atau

hampir sebagian guru kelas memperhatikan keberadaan anak berkebutuhan

khusus di sekolah, 58,8% atau hampir sebagian guru kelas berpersepsi bahwa

anak berkebutuhan khusus melakukan interaksi social dengan guru, 53,4% atau

hampir sebagian guru kelas berpersepsi bahwa anak berkebutuhan khusus

melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya, dan 40,8% atau sebagian kecil

guru berpersepsi bahwa anak mengalami gangguan dalam prestasi belajar.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Indianto dan Yusuf (2009) dengan

judul “Kajian terhadap Implementasi Pendidikan Inklusif sebagai Alternatif

Pemusatan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Anak Berkebutuhan Khusus di

Kabupaten Boyolali”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah ABK yang

mendapatkan pelayanan pendidikan melalui sekolah inklusi di Kabupaten

Boyolali adalah 13,3% (1173 siswa) dari total siswa sebanyak 10.059 anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Berdasarkan dari 74 sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kabupaten

Boyolali, 23,4% termasuk dalam kategori baik, 72,9% kategori cukup atau

sedang, dan 3,6% termasuk ke dalam kategori kurang. Pada hal implementasi

penyelengaraan pendidikan inklusi, diketahui bahwa 24,18% termasuk dalam

kategori baik, 47,72% kategori cukup, 28,11% kategori kurang. Sementara itu

persepsi guru terhadap pendidikan inklusi, 19,30% (tinggi), 64,20% (sedang),

16,50% (rendah). Persepsi ABK terhadap pendidikan inklusi diketahui bahwa

19,46% (positif tinggi), 53,80% (cukup positif), 26,75% (kurang positif).

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif tersebut, dikembangkan model evaluasi

diri, POS Inklusi dan panduan pelatihan pendidikan inklusi.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Utami dan Naviati (2012) dengan judul

“Pengalaman Ibu Mengasuh Anak dengan Resiko GPPH”. Dari pihak-pihak yang

telah disebutkan pihak terpenting adalah keluarga khususnya ibu, karena ibu

adalah merupakan support system terdekat pada anak dengan GPPH pada usia

prasekolah. Kemampuan ibu dalam mengasuh secara tepat dapat meminimalkan

gejala dan akibat yang mungkin terjadi pada anak dengan resiko GPPH. Dalam

mengasuh anak resiko GPPH, membutuhkan metode khusus yang efektif

didasarkan kebutuhan khusus yang dimiliki anak.Penetapan aturan yang konsisten

serta pemberian reward and punishment dapat membantu ibu mengasuh anak

dengan resiko GPPH. Berdasarkan survei awal dan wawancara dengan tiga orang

ibu yang memiliki anak dengan resiko GPPH pada tanggal 19 April 2012,

diperoleh data bahwa ibu mengaku tidak membuatkan jadwal aktivitas secara

teratur bagi anak.Hal ini disebabkan karena ibu mengatakan sulit untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

menerapkan konsistensi dalam penegakan aturan yang dijadwalkan, terlebih

karena anak dirasa masih kecil.Dalam mengasuh anak, ibu juga mengatakan

mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga. Hal tersebut yang mendorong

peneliti untuk mengeksplorasi pengalaman ibu dalam mengasuh anak dengan

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di Semarang. Metode

penelitian yang digunakan peneliti ini adalah kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dari anak yang memiliki

skor positif beresiko GPPH di Semarang.

Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan kriteria partisipan.

Dalam menentukan kriteria partisipan peneliti mendeteksi anak usia para sekolah

dengan formulir deteksi dini GPPH Abbreviated Conners Ratting Scales. Anak

dengan skor 13 atau lebih artinya anak tersebut beresiko GPPH. Besar sampel

yang dipilih peneliti adalah sejumlah lima partisipan dengan pertimbangan jumlah

tersebut telah saturasi. Wawancara mendalam dilakukan untuk pengumpulan data

dalam penelitian ini selama 15-20 menit. Lembar permohonan dan persetujuan

menjadi partisipan diberikan kepada ibu dengan anak yang beresiko GPPH.

Partisipan yang bersedia kemudian menandatangani lembar persetujuan.

Wawancara dilakukan di rumah ibu yang bersangkutan. Data kemudian diolah dan

dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian dengan metode reduksi data oleh Miles

dan Huberman. Hasil penelitian ini didapatkan 4 tema yaitu penetapan aturan,

pelaksanaan pemberian penghargaan, pelaksanaan pemberian hukuman, dan

dukungan social yang diterima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Berdasarkan ketiga penelitian relevan yang telah dijelaskan, pertama yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati,dkk. (2011) meneliti tentang persepsi

guru terhadap anak berkebutuhan khusus. Selain itu, terdapat penelitian oleh

Indianto dan Yusuf (2009) yang meneliti tentang pendidikan inklusi pada anak

berkebutuhan khusus dan terdapat satu penelitian oleh Utami dan Naviati (2012)

yang meneliti tentang pengalaman Ibu mengasuh anak dengan resiko GPPH.

Peneliti membuat literatur map yang memuat penelitian-penelitian terdahulu

sampai dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Literatur map yang dibuat

oleh peneliti, menunjukkan hubungan antara penelitian yang relevan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan fakta-fakta yang telah

ditemukan oleh peneliti dalam penelitian, peneliti berupaya untuk mengetahui

persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan anak gangguan

pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) di SD Bercahaya. Literatur map

penelitian yang relevan dapat dilihat pada berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Gambar 2.5. Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan

2.3 Kerangka Teori

Pendidikan sekolah inklusif adalah sekolah yang melaksanakan pendidikan

inklusif yang secara realistis menganggap setiap anak memiliki kecepatan

pembelajaran berbeda. SD Bercahaya adalah termasuk sekolahan yang di

dalamnya terdapat beberapa anak yang memiliki gangguan terutama Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Pengertian dari hiperaktivitas itu

sendiri adalah suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan

Pendidikan

Inklusi

Persepsi Guru Anak dengan Gangguan

Pemusatan Perhatian

dan Hiperaktivitas

R. Indianto dan Munawir

Yusuf (2009) dengan judul

“Kajian terhadap

Implementasi Pendidikan

Inklusif sebagai Alternatif

Pemusatan Wajib Belajar

Pendidikan Dasar Anak

Berkebutuhan Khusus di

Kabupaten Boyolali”.

Desi Kurniawati,dkk.

(2014) yang berjudul

”Persepsi Guru Kelas

Terhadap Anak

Berkebutuhan Khusus

Di SD Payakumbuh”.

Tri Utami dan Elsa Naviati

(2012) dengan judul

“Pengalaman Ibu Mengasuh

Anak dengan Resiko

GPPH”

Yang diteliti

Persepsi guru dengan anak GPPH

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

ketidakmampuan mengatur perilakunya sendiri, khususnya untuk mengantisipasi

tindakan dan keputusan masa depan. Anak hiperaktif sangat sulit sekali untuk

mengontrol tingkah lakunya, sangat sulit diam, emosionalnya tidak stabil, mudah

terganggu dan sangat sulit untuk berkonsentrasi.

Selama proses pembelajaran di sekolah inklusi terkadang mengalami berbagai

kendala dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan guru karena sekolah inklusi

adalah sekolah yang memiliki beberapa siswanya berkebutuhan khusus.

Kemampuan belajar siswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran selama di

sekolah, sehingga guru memiliki peranan penting dalam mengatasi anak yang

mengalami GPPH terutama dari segi kemampuan atau prestasi belajarnya. Selama

proses pembelajaran dilakukan dapat menimbulkan berbagai pandangan atau

persepsi dari guru terhadap tingkah laku anak GPPH.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SD

Bercahaya terhadap siswa sekolah tersebut yang mengalami GPPH. Peneliti

melihat bahwa anak yang mengalami GPPH memiliki tingkat konsentrasi yang

kurang, perubahan perilaku dan emosi yang tidak stabil, serta kemampuan

belajarnya yang menurut guru kelasnya tidak stabil, maka guru sekolah tersebut

mempunyai pandangan atau persepsi yang berbeda terhadap konsentrasi dan

kemampuan belajar serta perubahan perilaku yang selalu ditunjukan oleh siswa

yang mengalami GPPH. Munculnya persepsi guru terhadap N berpengaruh pada

cara penanganan yang dilakukan guru. Pola perilaku yang selalu ditunjukkan N

seperti perilaku yang suka bergerak seenaknya sendiri ketika N sudah merasa

bosan, emosional yang mudah berubah-ubah mengakibatkan muncul persepsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

yang akan berpengaruh pada cara penanganan. Guru lebih memilih untuk

mendiamkan N saat pola perilakunya yang tidak biasa itu muncul. Berdasarkan

uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran persepsi dan cara

penanganan guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di SD tersebut.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan penelitian yang

dapat membantu pada saat melakukan penelitian :

2.4.1 Bagaimana karakteristik anak yang mengalami GPPH di SD Bercahaya?

2.4.2 Bagaimana persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak yang

mengalami GPPH di SD Bercahaya?

2.4.3 Bagaimana kemampuan belajar anak yang mengalami GPPH di SD

Bercahaya?

2.4.4 Bagaimana cara penanganan bagi anak yang mengalami GPPH di SD

Bercahaya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini menguraikan metode penelitian yang berisi tentang jenis

penelitian, setting penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data,

instrument penelitian, keabsahan data, dan teknik analisis data. Jenis penelitian

akan memaparkan tentang jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini serta alasan yang digunakan. Setting penelitian menjelaskan tentang

situasi atau keadaan tempat dan waktu yang dilakukan selama penelitian.

Partisipan dalam penelitian ini berisikan tentang para partisipan yang akan diteliti

oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen penelitian

ini akan disajikan dengan menggunakan tabel alur penelitian. Keabsahan data

akan menjelaskan tentang uji kredibilitas dan transferability, sedangkan teknik

analisis data menjelaskan tentang proses awal hingga akhir dalam penelitian ini.

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:15) penelitian kualitatif adalah suatu metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai

insrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive,

teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik,

memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara

induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil serta hasil penelitian yang

dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Peneliti memilih

pendekatan kualitatif ini karena pendekatan kualitatif merupakan suatu

pendekatan untuk memahami fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dan

dalam penelitian ini khususnya fenomena yang ada di SD Bercahaya. Peneliti

berpendapat bahwa jenis pendekatan kualitatif disebut dengan verstehen

(pemahaman mendalam), karena mempertanyakan makna suatu partisipan secara

mendalam dan tuntas. Alasan lain peneliti memilih jenis pendekatan kualitatif

adalah penelitian ini tidak bersifat menguji kebenaran suatu teori melainkan untuk

menarik kesimpulan fenomena yang terjadi dari data-data yang telah dikumpulkan

oleh peneliti.

Penelitian yang digunakan peneliti merupakan penelitian studi kasus.

Penelitian studi kasus adalah penelitian yang menggambarkan partisipan

penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku yakni tingkah laku itu sendiri beserta

hal-hal yang melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dengan riwayat

timbulnya tingkah laku, demikian pula hal yang berkaitan dengan tingkah laku

tersebut (Arikunto, 2005:238).

Pada penelitian ini peneliti ingin menjelaskan, menggambarkan,

mendeskripsikan, memaparkan situasi mengenai partisipan yang diteliti yaitu

Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

GPPH dengan cara melakukan pendataan melalui survey langsung, observasi dan

wawancara yang relevan dengan judul yang berkaitan dengan penelitian yaitu

Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemapuan Belajar Siswa Dengan

GPPH. Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk menggambarkan persepsi yang

ditunjukkan oleh guru terhadap kemampuan belajar siswa GPPH.

3.2 Setting Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di kelas II SD Bercahaya. SD Bercahaya

berlokasi di daerah Kota bagian Timur. SD Bercahaya terletak dalam satu

komplek dengan SMA dengan gedung belajar yang memadai serta lingkungan

halaman yang luas dan sejuk. Selain itu, sekolah memiliki halaman depan yang

luas dan layak untuk dipakai kegiatan-kegiatan olahraga maupun kegiatan-

kegiatan lainnya. Di samping halaman depan yang luas sekolah juga memiliki

halaman rumput di bagian belakang dengan luas yang memadai untuk kegiatan

lainnya.

Keadaan ekonomi masing-masing orangtua siswa yang bersekolah di SD

Bercahaya termasuk dalam golongan ekonomi menengah. Kemudian masing-

masing siswa memiliki pola asuh yang berbeda antar siswa satu dengan siswa

lainnya. Pada penelitian ini peneliti melihat seorang anak yang memiliki pola asuh

yang berbeda dengan teman lainnya dalam satu kelas. Pernyataan tersebut

diperkuat dengan penjelasan yang diungkapkan oleh salah seorang guru yang

bersangkutan. Waktu penelitian ini dimulai dari pertengahan bulan Juli sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

bulan November 2014. Waktu penelitian dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian

berikut:

Gambar 3.1.Tabel Jadwal Penelitian

No. Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan

1 Observasi keadaan lapangan

2

Pengumpulan Data

(Observasi, Wawancara, dan

Dokumen)

3 Menyusun Proposal

4 Pengecekan Data dan

Informasi

5 Pengolahan Data

6 Penyusunan Laporan

7 Ujian Skripsi

3.3 Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian adalah fokus atau sasaran penelitian.Sugiyono (2010:

13) menjelaskan bahwa partisipan penelitian adalah sasaran ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal

partisipan. Pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah persepsi guru

dan kemampuan belajar anak GPPH di SD Bercahaya.

Partisipan penelitian ini adalah individu, benda atau organisme yang dijadikan

sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.

Pada penelitian kualitatif, istilah partisipan penelitian disebut sebagai informan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

yaitu pelaku yang memahami partisipan penelitian. Jadi, informan yang

dimaksudkan di sini adalah orang yang memberi informasi tentang data yang

dibutuhkan oleh peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah guru kelas, guru ekstra, guru

pendamping, dan orangtua yang memiliki persepsi terhadap pola perilaku dan

kemampuan belajar anak GPPH. Selain informan, kita juga mengenal istilah key

informan atau kunci sumber informasi. Adapun yang menjadi key informan di sini

adalah anak GPPH kelas II SD Bercahaya, yaitu N.

Partisipan awal dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami GPPH,

yaitu N. Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti dalam proses pemilihan para

partisipan tersebut, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung yang bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana para partisipan tersebut mengenal pola perilaku

yang ditunjukan oleh partisipan awal (N) selama belajar di kelas. Setelah peneliti

melakukan proses pemilihan hingga terpilihnya keempat partisipan yang lain

seperti guru kelas, guru ekstra, guru pendamping dan orangtua N. Peneliti juga

melakukan wawancara yang mendalam terhadap masing-masing partisipan

dengan tujuan untuk memperoleh informasi terkait dengan pola perilaku dan

kemampuan belajar N saat di sekolah.

Wawancara secara mendalam peneliti lakukan selama tiga hari berturut-turut.

Pada hari pertama, wawancara peneliti lakukan pada tanggal 29 Oktober 2014

dengan waktu yang berbeda-beda. Pukul 09.10-09.52 peneliti melakukan

wawancara dengan guru ekstra yang mengajar tiga mata pelajaran sekaligus di

kelas N, yaitu TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga. Pada pukul 10.00-10.33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

peneliti melakukan wawancara dengan guru pendamping yang mendampingi N

selama belajar di sekolah. Wawancara peneliti lakukan pada partisipan berikutnya,

yaitu guru kelas II dari pukul 11.15-11.52.

Dalam waktu berbeda peneliti juga melakukan wawancara pada tanggal 30

Oktober 2014 dengan dua partisipan, yaitu dengan anak yang mengalami GPPH

dan orangtua anak yang mengalami GPPH. Wawancara yang peneliti lakukan

dengan orangtua N pada tanggal 30 Oktober 2014 bersambung dikarenakan pola

perilaku N yang menangis mencari keberadaan Ibunya, kemudian peneliti

melanjutkan wawancara bersama dengan orangtua N pada tanggal 31 Oktober

2014. Wawancara terakhir peneliti lakukan pada tanggal 12 November 2014 untuk

menindaklanjuti (follow up) pernyataan guru kelas yang mengatakan N

mengalami autis bukan GPPH.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data tentang persepsi guru kemampuan belajar siswa yang

mengalami GPPH, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, teks anekdot, serta dokumentasi.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik yang

akan digunakan oleh peneliti sebagai berikut: Pertama, teknik pengumpulan data

dengan wawancara. Jenis wawancara dalam penelitian yang akan digunakan oleh

peneliti adalah wawancara semi terstruktur. Sugiyono (2008:323) menjelaskan

bahwa wawancara semi terstruktur adalah suatu teknik pengumpulan data untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Saat melakukan wawancara,

peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan

oleh informan. Tujuan peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur

adalah untuk mengetahui informasi secara lebih jelas dan terpercaya dari sumber-

sumber yang ingin digali informasinya oleh peneliti yaitu guru kelas II, guru

ekstra kelas II, guru pendamping, orangtua anak GPPH dan siswa GPPH. Jika

melalui kegiatan wawancara peneliti belum memperoleh data secara maksimal,

maka peneliti perlu melakukan wawancara kembali hingga memperoleh data yang

tepat. Pedoman wawancara siswa, guru kelas II, guru ekstra kelas II, guru

pendamping, orangtua anak GPPH dapat dilihat pada lampiran 2. Transkrip hasil

wawancara dengan guru kelas II dan guru pendamping dapat dilihat pada lampiran

3.

Kedua, teknik pengumpulan data dengan observasi. Observasi adalah suatu

cara pengumpulan data yang pengisiannya didasarkan atas pengamatan langsung

terhadap sikap dan perilaku anak (Hidayat, 2011:12.10). Observasi yang

dilakukan peneliti di SD Bercahaya bertujuan untuk mencari data dari pengamatan

langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi di lapangan. Peneliti dalam

penelitian ini melibatkan siswa yang mengalami GPPH, guru kelas, guru ekstra,

guru pendamping, dan orangtua anak yang mengalami GPPH untuk mendapatkan

data yang lengkap terkait dengan hal yang akan diteliti. Alat yang digunakan oleh

peneliti selama melaksanakan observasi adalah pencatatan anecdotal record.

Pencatatan anekdot merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak

dalam situasi-situasi tertentu. Kesimpulan catatan tersebut meliputi aktivitas anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

yang bersifat positif dan negatif, kemudian penilaian dengan cara ini dapat

dilaksanakan sewaktu-waktu dengan cara menuliskan kejadian penting yang

dilakukan oleh anak (Hidayat, 2011:12.11).

Langkah awal yang peneliti lakukan sebelum melaksanakan observasi di SD

Bercahaya, yaitu memberi surat ijin penelitian kepada kepala. Setelah itu peneliti

menemui guru kelas, guru ekstra, guru pendamping, dan orangtua untuk

menanyakan kemampuan dan konsentrasi serta perubahan perilaku-emosi anak di

kelas. Berdasarkan informasi dari pihak sekolah ada dua anak yang mengalami

GPPH yaitu di kelas 1 dan kelas II. Setelah peneliti melakukan observasi secara

langsung hanya ada satu anak yang menjadi partisipan untuk penelitian ini. Alasan

peneliti memilih siswa kelas II yang menjadi partisipan penelitian, yaitu karena

hasil observasi yang dilakukan peneliti diperkuat dengan dokumen hasil

pemeriksaan dari psikolog yang menyatakan bahwa anak tersebut benar-benar

mengalami ADHD/GPPH. Aspek yang diobservasi peneliti adalah perubahan

perilaku-emosi dan kemampuan anak yang mengalami GPPH. Hasil observasi

secara keseluruhan peneliti catat dengan pencatatan anekdot yang dapat dilihat

pada lampiran 1.

Ketiga, teknik dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang. Hasil observasi

atau pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti akan lebih akurat dan

dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi (Sugiyono, 2008:340).

Dokumentasi dalam penelitian ini dapat berupa dokumen tertulis terkait dengan

kondisi N dan nilai rapot kelas I dan kelas II (lampiran 4). Tujuan peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

menggunakan teknik dokumentasi adalah untuk mengetahui kemampuan belajar

N yang mengalami GPPH di kelas II SD Bercahaya.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian yaitu

peneliti itu sendiri. Peneliti yang menjadi instrument penelitian harus diuji terlebih

dahulu untuk melihat kesiapan peneliti ketika terjun di lapangan. Pengujian

peneliti tersebut dapat meliputi pemahaman peneliti terhadap metode yang akan

digunakan dalam penelitian. Pengujian peneliti dalam penelitian kualitatif melalui

evaluasi terhadap diri peneliti tersebut untuk mengetahui seberapa jauh

pemahaman peneliti terhadap penelitian kualitatif. Peneliti melakukan berbagai

macam tahapan untuk melakukan penelitian tersebut diantaranya menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2012). Selain peneliti itu sendiri

adapun intrumen atau alat penelitian lain yang digunakan oleh peneliti yaitu

pedoman wawancara, teks anekdot, dan dokumentasi.

3.6 Teknik Keabsahan Data

3.6.1 Uji Kredibilitas

3.6.1.1 Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan akan memungkinkan derajat kepercayaan data

yang dikumpulkan. Perpanjangan pengamatan yang peneliti lakukan adalah

melakukan observasi selama proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

di luar kelas. Peneliti melakukan observasi sebanyak 4 kali pertemuan selama satu

hari pembelajaran. Pertemuan pertama dilakukan untuk pembiasaan guru dan

siswa di luar kelas dengan keberadaan peneliti. Pertemuan kedua dan ketiga

peneliti melakukan observasi di dalam kelas untuk proses analisis data yang lebih

rinci mengenai kondisi pembelajaran ketika guru sedang melakukan proses belajar

mengajar. Pada pertemuan keempat ini peneliti melakukan observasi saat proses

belajar mengajar di luar kelas. Setelah peneliti melakukan observasi sebanyak 4

kali pertemuan, peneliti juga diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi

guru pendamping selama seminggu.

3.6.1.2 Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005:330). Triangulasi yang dilakukan

peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yang

dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan observasi partisipatif, wawancara

mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data. Pertama data diperoleh dari

dokumentasi, kemudian dicek dengan observasi dan wawancara. Data akan

menjadi kredibel jika pengujian data dari ketiga teknik tersebut menghasilkan data

yang sama.

Triangulasi sumber yaitu dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti, sehingga menghasilkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan

beberapa sumber data tersebut. Hasil triangulasi dapat dilihat pada lampiran 5.

3.6.1.3 Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah

ditemukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan catatan lapangan untuk proses

pembelajaran guru dan rekaman untuk bukti hasil wawancara. Catatan lapangan

dalam penelitan dan perekaman tersebut digunakan untuk mendukung hasil

analisis data. Selain itu digunakan juga berbagai teori yang berlainan untuk

memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Berbagai

teori pada penelitian ini telah dijelaskan pada bab II dipergunakan untuk menguji

terkumpulnya data tersebut.

3.6.2 Uji Transferability (Daya Transfer)

Peneliti melakukan tahap-tahap analisis yang objektif dan terbuka karena

peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi daya transfer bagi pembaca dalam

memberikan persepsi kepada anak yang mengalami GPPH. Kemampuan daya

transfer ini memiliki tujuan agar pembaca dapat mengerti ketika menemukan,

melihat atau mengenal, bahkan berinteraksi dengan anak yang mengalami GPPH.

Peneliti dapat membuat laporan dengan memberikan uraian yang rinci, jelas,

sistematis, dan dapat dipercaya, sehingga peneliti juga dapat memberi referensi

yang berarti bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian serupa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif

kualitatif, dimana peneliti membahas mengenai hasil penelitian berdasarkan

persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa GPPH. Analisis data dalam

penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan,

dan setelah selesai di lapangan. Analisis dimulai setelah peneliti merumuskan dan

menjelaskan masalah. Peneliti menganalisis data dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi yang sudah

dituliskan dalam bentuk catatan anekdot, dokumen resmi yang menyatakan N

mengalami GPPH, dokumen nilai-nilai N dari kelas 1 hingga kelas II.

Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses yang berarti

pelaksanaannya mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara

intensif, yaitu setelah meninggalkan lapangan, menganalisis data memerlukan

usaha pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti,

selain menganalisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan dengan tujuan

mengkonfirmasikan teori baru yang ditemukan. Teknik analisis data yang

dilakukan peneliti dalam penelitian ini mengacu pada konsep yang diterapkan

oleh Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2007:308), yaitu mengklasifikasikan

analisis data dalam tiga langkah berikut:

3.7.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan

lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapanga itu kemudian

disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam

serta mempermudah pelacakan kembali apa bila sewaktu-waktu data

diperlukan kembali. Pada proses ini peneliti mencari data hingga peneliti

memperoleh data yang benar-benar valid. Dalam menyajikan kebenaran

data yang diperoleh peneliti, maka data tersebut dicek ulang dengan

pembanding informan lain yang lebih memahami (lampiran 8).

3.7.2 Display Data

Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan dari hasil

penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi

data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan

data memverifikasikan, sehingga menjadi kebermaknaan data. Peneliti

melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk memudahkan membaca dan

menarik kesimpulan. Penyajian data merupakan bagian dari analisis dan

mencakup reduksi data. Pada proses ini peneliti mengelompokkan hal-hal

yang serupa menjadi kelompok berdasarkan dengan tema (lampiran 8).

3.7.3 Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan yang ditemukan pada awal penelitian masih bersifat

sementara dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat dan dapat mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi

berbentuk kesimpulan yang sementara, maka dapat dilakukan verifikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

selama penelitian berlangsung sejalan dengan memberi chek dan

trianggulasi, sehingga memperoleh hasil penelitian yang signifikan.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008), kesimpulan

dalam penelitian kualitatif merupakan penemuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Penemuan tersebut dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya tidak jelas sehingga setelah diteliti

mejadi jelas, dapat pula berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis

atau teori. Data harus selalu diuji kebenarannya dan kesesuaiannya,

sehingga peneliti benar-benar memperoleh data yang valid. Pada tahap ini

peneliti membuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh. Langkah

berikutnya yang peneliti lakukan pada tahap ini adalah melaporkan hasil

penelitian secara lengkap (lampiran 8). Berdasarkan uraian di atas, langkah

analisis data dengan pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Reduksi data Data Sajian

Vertifikasi dan penarikan simpulan

Gambar 3.2.Teknik Analisis Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti membahas dua topik dalam hasil penelitian

diantaranya adalah hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian berisikan

tentang partisipan penelitian, setting penelitian dan deskripsi partisipan penelitian.

Deskripsi penelitian terdiri dari latar belakang informan yang disebut partisipan

(ada lima partisipan) dan problematika anak yang mengalami gangguan GPPH.

Pembahasan dalam penelitian ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang

telah peneliti lakukan selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian

SD Bercahaya merupakan sekolah yang digunakan oleh peneliti sebagai

tempat penelitian dan sekolah tersebut berlokasi di daerah Kota bagian Timur. SD

Bercahaya terletak dalam satu komplek dengan SMA dengan gedung belajar yang

memadai serta lingkungan halaman yang luas dan sejuk. Selain itu, sekolah

memiliki halaman depan yang luas dan layak untuk dipakai kegiatan-kegiatan

olahraga maupun kegiatan-kegiatan lainnya. SD tersebut memiliki ruang kelas

pararel dengan jumlah 12 kelas dan masing-masing terdiri dari 2 kelas pararel.

Peneliti melaksanakan penelitian ini di kelas II A dengan jumlah siswa 24, terdiri

dari 14 laki-laki dan 10 perempuan, namun hanya terdapat satu siswa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

memiliki kebutuhan khusus. Informasi tersebut peneliti peroleh setelah melakukan

wawancara dengan guru kelas II A.

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), guru kelas, guru ekstra yang

mengajar mata pelajaran TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga, guru pendamping

yang mendampingi anak selama belajar di sekolah, serta orangtua anak yang

mengalami GPPH. Partisipan awal dalam penelitian ini adalah N, siswa kelas II

yang mengalami GPPH. Partisipan lainnya yang ada dalam penelitian ini adalah

orangtua yang memiliki anak GPPH, guru yang mengajar di kelas II A SD

Bercahaya, yaitu guru kelas, guru ekstra yang mengajar tiga mata pelajaran

sekaligus di kelas II yaitu Bahasa Inggris, TIK, dan Olahraga, serta guru

pendamping yang selalu mendampingi N selama melakukan kegiatan

pembelajaran di sekolah.

4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian

4.1.2.1 Partisipan I (siswa yang mengalami GPPH)

Latar Belakang Partisipan I

Partisipan awal dalam penelitian ini adalah N, seorang siswa laki-laki berusia

8 tahun yang mengalami GPPH. Peneliti melakukan wawancara dengan N pada

tanggal 30 Oktober 2014 di ruang kelas IV B SD Bercahaya. Wawancara ini

berlangsung dari pukul 11.15-11.23, dengan perilaku N yang tidak bisa fokus dan

bergerak tanpa batas, maka saat wawancara guru pendamping ikut mendampingi

untuk menenangkan perilaku anak yang berlebihan. Peneliti sebelumnya sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

mengenal dan mengetahui perilaku siswa tersebut memiliki kebutuhan khusus

pada saat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di sekolah

tersebut selama kurang lebih tiga bulan dan saat PPL sempat satu kali untuk

mendampingi N belajar di sekolah sebelum ada guru pendamping.

Selama peneliti melakukan wawancara dengan N, peneliti mengamati tingkah

laku N yang tidak bisa diam dan ketidakmampuannya untuk fokus dalam

menjawab pertanyaan. Pada saat peneliti bertanya tentang usianya saat ini N

menjawab dengan tidak konsisten yang awal menjawab 7, kemudian menjawab

lagi 8. Ketidakkonsistenan N saat menjawab pertanyaan dari peneliti berdampak

pada jawaban-jawaban yang lain, seperti “di sekolah”, jawab N saat peneliti

bertanya tentang dimana tempat kelahirannya dan saat peneliti bertanya tahun

berapa N lahir, ia menjawab, “2014”. Menurut peneliti N kurang mampu untuk

memahami isi dari pertanyaan yang diungkapkan oleh peneliti. Peneliti juga

menilai bahwa N kurang mampu untuk memhami isi kalimat baik dalam bentuk

tertulis maupun lisan. Pernyataan peneliti diperkuat dari hasil pengamatan, dari

hasil dokumen pihak psikologis, dan dari hasil wawancara mendalam dengan guru

kelas N.

N menyukai tiga mata pelajaran saja, yaitu Matematika, Bahasa Inggris, dan

TIK. Ada satu mata pelajaran yang N tidak suka, yaitu Bahasa Indonesia. Saat

peneliti bertanya alasannya tidak suka dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, N

mulai menjawab dengan tidak fokus “menulis”, jawab N dengan nada teriak.

Peneliti kembali bertanya, “kalau N sudah merasa bosan belajar di kelas apa

yang dilakukan?”, lalu N menjawab “pulang”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan yang lain dan berdasarkan

hasil dari dokumen yang peneliti peroleh, N memiliki gangguan dalam pemusatan

perhatian dan hiperaktivitas. Gangguan yang dialami N secara tidak langsung

berpengaruh pada perilaku, perubahan emosi, dan sosialnya. Selama belajar di

sekolah N menunjukan perilaku yang tidak biasanya dibandingkan dengan teman-

teman satu kelasnya, dan perubahan emosi N memuncak ketika ia sudah merasa

bosan untuk belajar. Pernyataan tersebut sesuai dengan pengalaman peneliti saat

melakukan wawancara dengan N, ia selalu menunjukan ketidakmampuannya

untuk fokus, tidak konsisten, dan ketika sudah merasa bosan ia bergerak sesuka

hatinya terkadang juga ia memukul meja secara berulang-ulang.

N merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri bapak G dan ibu Y.

Keadaan perekonomian keluarga partisipan awal ini termasuk dalam golongan

ekonomi menengah. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara saat

peneliti bertanya tentang, “pekerjaan papa apa dek?”, N menjawab, “bekerja di

Bank D”, kemudian peneliti bertanya, “kalau pekerjaan mama apa?”, lalu N

menjawab, “pekerjaan dirumah”. Ketika peneliti menindaklanjuti jawaban N

tentang “pekerjaan dirumah”, Normsn menjelaskan kembali, “ya pekerjaan

dirumah ih”, lalu N menjawab, “masak”.

Pokok permasalahan

Pada saat melakukan wawancara dengan N, peneliti menilai N belum

memahami betul isi dari pertanyaan yang peneliti tanyakan. Hal tersebut terbukti

dari jawaban-jawaban N yang tidak konsisten dan tidak sesuai dengan pertanyan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

yang disampaikan oleh peneliti. Ketika peneliti bertanya, “berapa usia N”, ia

menjawab “7”, kemudian menjawab lagi “8”. Selain itu, N juga menjawab

pertanyaan dari peneliti dengan tidak tepat, misalnya saat itu peneliti bertanya “N

lahir dimana?”,jawab N “di sekolah”. Jawaban N yang mengatakan lahir di

sekolah itu tidak sesuai dengan pernyataan ibu Y yang mengatakan bahwa N lahir

di Yogyakarta, saat peneliti melakukan wawancara dengan Ibu dari N. N kurang

memahami kalimat pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti, terlebih dengan

kondisi N yang tidak bisa fokus, cepat bosan dan duduk tenang, sehingga jawaban

yang diungkapkan oleh N tidak sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan

peneliti.

4.1.2.2 Partisipan II (guru kelas II)

Latar Belakang Partisipan II

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan II sebanyak dua kali.

Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2014 dan wawancara ini

berlangsung dari pukul 11.15-11.52 di ruang UKS. Wawancara kedua peneliti

lakukan pada tanggal 12 November 2014 dan wawancara berlangsung dari pukul

12.17-12.45 di ruang musik.

Guru kelas II di SD Bercahaya adalah seorang laki-laki yang bernama P dan

saat ini beliau berusia 51 tahun. Pak P menjadi guru di SD Bercahaya ini sudah

sejak tahun 2006 hingga sekarang. Beliau mengajar di kelas II sejak awal bekerja

di SD Bercahaya. Selama beliau mengajar banyak sekali pengalaman yang telah

diperolehnya dari tahun ke tahun dan baru tahun kali ini beliau menjumpai anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

berkebutuhan khusus di kelas tempat beliau mengajar. Guru menjumpai ada satu

anak berkebutuhan khusus yang mengalami GPPH di kelasnya, yaitu bernama N

yang saat ini berusia 8 tahun.

Guru memiliki cara pandang yang berbeda terhadap N, ketika guru melihat

perilaku anak tersebut berbeda dengan teman sekelasnya guru lebih menganggap

anak tersebut mengalami autis-hiperaktif. Peneliti menindaklanjuti pernyataan

guru yang mengatakan bahwa anak mengalami gangguan autis juga hiperaktif,

kemudian guru kelas berkata, “Ya kalo saya kedua-duanya, tapi kadang-kadang

menonjol ee lebih autisnya kelihatan sekali”, jawab guru kelas ketika peneliti

bertanya tentang keadaan yang sesungguhnya dialami N autis atau hiperaktif.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas II ini, maka peneliti

dapat meyimpulkan bahwa sesungguhnya guru tidak memahami betul kondisi

yang sedang dialami N. Pernyataan guru yang mengatakan anak mengalami autis-

hiperaktif berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh orangtua, guru

ekstra, guru pendamping, serta dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang

mendiagnosa bahwa N mengalami ADHD atau GPPH.

Problematika anak yang mengalami GPPH

Pada saat di sekolah anak selalu menunjukkan perilaku yang tidak biasa,

seperti perilaku anak yang tidak mau bertatap muka saat berbicara, perubahan

emosi secara spontan dan suka memberontak ketika anak melakukan aktivitas

tidak sesuai dengan keinginannya, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka keluar

masuk kelas tanpa ijin. Perilaku N tersebut secara tidak langsung mengganggu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

kegiatan belajar di kelas. Berdasarkan cerita guru tersebut peneliti bertanya, “cara

penanganan apa yang dilakukan untuk mengatasi perilaku N?”, lalu guru

menjawab, “diamkan saja”. Hasil wawancara dengan guru kelas II menjelaskan

bahwa beliau merasa tidak mampu dan bukan ahlinya untuk menangani anak

berkebutuhan khusus seperti N, karena menurut beliau sendiri lebih baik

mengutamakan siswa 23 yang lain daripada menangani 1 siswa yang mengalami

gangguan khusus. Perilaku guru yang membiarkan N untuk melakukan hal yang

sesuai dengan keinginannya berpengaruh juga pada perilaku N, karena anak akan

terus melakukan hal tersebut secara berulang tanpa memperdulikan waktu jam

belajarnya di sekolah. Secara tidak langsung perilaku N yang sering berubah-ubah

seperti itu akan mempengaruhi prestasi belajarnya.

Menurut guru kelas II, ketidakmampuan N dalam memusatkan perhatian dan

berkonsentrasi selama belajar di kelas hanya 50% saja. Pernyataan tersebut

peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan Pak P yang mengatakan bahwa,

“Ya, selama proses belajar berlangsung di kelas hanya 50% saja tingkat

konsentrasi yang dimiliki oleh N. Sering kali N menunjukan perilaku yang sulit

untuk berkonsentrasi terutama pada saat belajar pelajaran-pelajaran yang tidak

dia gemari selain matematika, bahasa Inggris, dan TIK.Iya, selain mata pelajaran

yang dia suka dia pasti nilai di bawah KKM. Ketika N sudah merasa bosan dia

mulai bergerak seenaknya keluar kelas”, jawab guru ketika peneliti bertanya

tentang kemampuan dan konsentrasi belajar serta perilaku N saat di kelas.

Bedasarkan hasil wawancara guru kelas II tersebut dapat disimpulkan, bahwa

selama belajar di kelas N selalu menunjukkan perilaku yang suka bergerak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

seenaknya sendiri ketika N sudah merasa bosan. Selama di kelas N kesulitan

dalam memusatkan perhatian dan tingkat konsentrasi yang dimiliki N hanya 50%

saja. Kemampuan belajar N menurut beliau berada di rata-rata, artinya mata

pelajaran yang tidak anak suka nilainya di bawah KKM seperti Bahasa Indonesia

maupun PKn. Pada mata pelajaran yang N sukai seperti Matematika, TIK, dan

Bahasa Inggris nilainya ada di atas KKM. Informasi tentang kemampuan belajar

anak tersebut peneliti peroleh selain melakukan wawancara dengan guru kelas

juga berdasarkan dokumen hasil nilai UTS.

4.1.2.3 Partisipan III (guru ekstra yang mengajar TIK, Bahasa Inggris, dan

Olahraga)

Latar Belakang Partisipan III

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketiga ini pada tanggal 29

Oktober 2014, wawancara berlangsung selama 37 menit di ruang Lab. Komputer.

Dalam penelitian ini yang dimaksud guru ekstra adalah selain guru kelas yang

masuk ke kelas II untuk mengajar di kelas tersebut. Guru ekstra yang dimaksud

adalah seorang laki-laki yang bernama Pak R dan saat ini usia beliau adalah 41

tahun. Pak R menjadi guru di SD Bercahaya ini sudah sejak tahun 2010 yang lalu

hingga saat ini. Sebelumnya beliau pernah menjadi guru TK pada tahun 2005 di

Malang, kemudian pada tahun 2006-2010 beliau menjadi guru Bahasa Inggris di

SMP Malang. Di SD Bercahaya tersebut beliau mengajar semua kelas dari kelas

bawah sampai kelas atas. Mata pelajaran yang beliau ajarkan di kelas bawah ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

tiga, yaitu Olahraga, TIK, dan Bahasa Inggris, sedangkan di kelas atas beliau

mengajar dua mata pelajaran saja, yaitu TIK dan Bahasa Inggris.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Pak R yang menceritakan

bahwa ada 2 sebenarnya anak yang berkebutuhan khusus di kelas bawah. Anak

yang lebih menonjol kekhususannya adalah N anak kelas II A. Beliau bisa

mengatakan demikian karena sejak kelas satu beliau juga mengajar di kelas N,

sehingga beliau mengetahui bahwa N mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian

dan Hiperaktifitas (GPPH). Di kelas II ini beliau melihat adanya perbedaan yang

menonjol antara N dengan siswa yang lainnya, khususnya pada konsentrasi dan

kemampuan belajar serta perubahan perilaku emosi N. Baru di kelas II ini beliau

melihat adanya guru pendamping khusus yang diberikan pihak orangtua untuk

mendampingi N selama ia belajar di sekolah.

Problematika anak yang mengalami GPPH

Cara pandang beliau terhadap siswa yang mengalami GPPH dengan siswa

yang lainnya nampak berbeda. Perbedaan itu terlihat saat guru menceritakan

tentang perilaku, emosi, dan kemampuan belajar N selama di kelas. Beliau

mengatakan bahwa semuanya itu tergantung dari waktu, artinya ketika waktu

mengajarnya masih pagi kondisi N masih stabil karena menurut beliau anak belum

terlalu cape. Ketika waktu mengajar sudah terlalu siang seperti jam pulang

sekolah jam 11.00 anak pasti akan marah karena ingin cepat pulang. Beliau juga

mengatakan, bahwa N tidak mengalami kesulitan selama belajar di sekolah.

Kemampuan belajarnya jika dibandingkan dengan anak yang lain N memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

tingkat kemampuan di atas teman-temannya. Faktanya tingkat kemampuan N ada

di atas rata-rata, yaitu ketika beliau melihat nilai-nilainya tidak ada yang di bawah

5 dan paling jelek itu nilai 6.

Sama dengan partisipan yang lain ketika peneliti bertanya tentang mata

pelajaran yang paling di sukai N, kebanyakan dari partisipan menjawab TIK,

Matematika, dan Bahasa Inggris. Berdasarkan ketiga mata pelajaran yang di sukai

N tersebut hanya ada dua mata pelajaran yang Pak R ajarkan, yaitu TIK dan

Bahasa Inggris. Beliau memiliki pandangan bahwa mata pelajaran yang paling N

sukai adalah TIK saja, karena beliau menilai hobinya N lebih kearah komputer. N

tidak mengalami kesulitan pada saat mata pelajaran TIK, bahkan ketika dilihat

dari hasil nilai-nilainya N memperoleh nilai rata-rata 8.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru ekstra,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa N merupakan anak yang memiliki perilaku

berbeda dari teman sebayanya. Guru ekstra tidak mengetahui betul kondisi apa

yang sesungguhnya dialami oleh N, namun sejak kelas satu guru sudah mengenal

dan memahami perilaku N yang tidak bisa diam dan memiliki ketidakmampuan

dalam berkonsentrasi. Menurut Pak R, N memiliki tingkat emosi yang berubah-

ubah, seperti ketika anak sudah merasa bosan dengan aktivitas yang anak lakukan

ingin segera dihentikan dan cepat-cepat keluar kelas. Perubahan emosi yang

terjadi pada N saat belajar di kelas tergantung dari waktu, artinya ketika masih

pagi keadaan emosinya masih stabil dibandingkan dengan waktu belajar saat

sudah siang. Pak R juga menjelaskan, bahwa N dapat mengikuti kegiatan belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

dengan baik ketika emosinya stabil dan kemampuan belajarnya berada di atas

rata-rata.

4.1.2.4 Partisipan IV (guru pendamping)

Latar Belakang Partisipan IV

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan keempat ini pada tanggal 29

Oktober 2014, wawancara berlangsung dari pukul 10.00-10.33 di ruang

Laboratorium Komputer. Guru pendamping N adalah seorang laki-laki berusia 25

tahun. Pekerjaan mas P adalah sebagai guru atau tenaga pendamping di salah satu

lembaga ternama di kota beliau mengabdi.

Beliau bisa menjadi guru pendamping N berawal dari mendengar cerita

orangtua N yang sedang membutuhkan guru untuk mendampingi N selama belajar

di sekolah. Kebetulan N merupakan salah satu murid dari mas P saat mengikuti

les di lembaga tempat mas P mengabdi. Beliau sudah mengenal N cukup lama

sekitar 1 tahun lebih, sehingga beliau juga memahami kondisi yang sesungguhnya

dialami oleh N.

Menurut mas P, N memerlukan adanya pendampingan khusus dikarenakan

anak mengalami gangguan hiperaktif. Pada saat wawancara beliau menjelaskan

bahwa, “anak tersebut digolongkan sebagai anak hiperaktif, yang dimana ee

tingkat emosionalnya masih labil. Jadi kontrol emosinya bagi si anak belum

mampu di kontrol sendiri dan masih mempunyai ee emosional kemudian punya

dunia sendiri dalam fikirannya, sehingga untuk ber..ber..bersosialisasi dengan

teman-temannya masih harus dibimbing”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Berdasarkan jawaban mas P tersebut peneliti dapat menyimpulkan, bahwa N

merupakan anak hiperaktif yang memiliki tingkat emosinal yang tidak stabil dan

anak merasa asik dengan dunianya sendiri karena di dalam pikirannya anak

memikirkan sesuatu atau bisa di katakan anak senang berkhayal. Akibatnya,

berpengaruh pada interaksi sosial dengan teman-temannya, sehingga untuk

menangani semua itu anak masih perlu dibimbing.

Problematika Anak yang Mengalami GPPH

Sudah selama 2 bulan lebih mas P menjadi guru pendamping N.Beliau sudah

cukup memahami karakteristik N selama belajar di sekolah. Menurut beliau,

“eeeee, berproses belajarnya si N itu cukup baik saya kira, cukup baik apabila

tidak ada yang mengganggu. Kadang kala si N ini di kelas tenang dengan

pelajarannya dia tenang, dapat tugas dari guru dia cepat sekali dengan tangkas

dia mengerjakan. Kemudian dia punya imajinasi satu menggambar, kemudian dia

dengan imajinasinya sendiri dia berkhayal kaya gitu. Kemudian spontanitas

apabila ada temannya yang lewat ya dia spontanitas bergerak gitu kan, tapi itu

terkadag tapi pada saat saya dampingi ya dia dengan tenang sih”, jawab guru

pendamping ketika peneliti bertanya tentang proses pembelajaran N selama di

sekolah.

Jadi, menurut mas P N memang mengalami gangguan khusus seperti GPPH,

namun selama proses belajaranya di kelas N dapat berproses dengan baik. Baik,

yang dimaksud dengan baik adalah “satu mengikuti pelajarannya itu nilaianya

cukup baguslah di atas rata-rata. Kemudian dengan adanya pendampingan ini,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

perintah guru pun diterima”, ujar beliau ketika peneliti bertanya tentang maksud

dari proses belajar yang baik. N dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan

baik dan kemampuan belajarnya di atas rata-rata. Pernyataan beliau yang

mengatakan bahwa kemampuan belajaranya berada di atas rata-rata, peneliti

peroleh dari cerita mas P karena beliau tidak hanya melihat nilai-nilai di sekolah

saja, tetapi juga dari nilai-nilai saat anak les di lembaga tempat beliau mengabdi.

Selama beliau mendampingi terkadang spontanitas anak bergerak keluar

masuk kelas, memberontak karena menginginkan sesuatu yang ada dalam

pikirannya ataupun karena temannya yang mengganggu aktivitasnya. Berdasarkan

cerita dari orangtuanya, perubahan perilaku dan emosinya tersebut N lakukan

sebelum adanya pendamping, namun ketika sudah adanya pendamping perubahan

emosi dan perilaku yang spontan itu sudah mulai membaik. Pernyataan tersebut

juga diperkuat dari pernyataan Mas P yang juga menjelaskan, bahwa setelah

adanya pendamping perubahan emosi dan perilaku N sudah cukup mereda dan

tidak menggebu-gebu seperti sebelum ada pendampingan khusus.

Perilaku N yang suka memberontak dan secara spontan emosinya mudah

berubah membuat N memerlukan adanya penanganan khusus. Penanganan khusus

yang diberikan oleh mas P,yaitu dengan pelukan dan bisikan. Mas P berkata,

“saya peluk, saya berikan bisikan yang memang buat dia nyaman”, peneliti

menanggapi jawaban dari mas P, “bisikan seperti apa yang dimaksud?”, jawab

beliau “iya, mengingatkan ada apa nico, gimana nico seperti itu dan dia akan

merasa nyaman”. Hasil dari cara penanganan yang dilakukan oleh mas P, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

“anak bisa meredam emosinya dan membuat anak merasa nyaman dengan

perlakuan yang diberikan”, jawab mas P saat diwawancarai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan IV dapat disimpulkan, bahwa

selama adanya guru pendamping N dapat mengontrol emosinya, walaupun masih

perlu dibimbing oleh mas P. N dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas

dengan baik dan dapat menerima instruksi dari guru kelas. Kemampuan belajar N

menurut guru pendamping berada di atas rata-rata, nilai-nilai yang diperoleh

cukup bagus. Perubahan emosi anak mudah berubah secara spontan dan

perubahan emosi itu membuat anak jadi memberontak menginginkan sesuatu yang

ada dalam pikirannya dan keluar masuk kelas tanpa ijin. Melihat perubahan

perilaku dan emosi yang ditunjukan N, cara penanganan yang dilakukan oleh guru

pendamping adalah dengan memberikan pelukan dan bisikan untuk meredam

emosi anak dan membuat anak merasa nyaman.

4.1.2.5 Partisipan V (orangtua yang memiliki anak dengan GPPH)

Latar Belakang Partisipan V

Wawancara yang peneliti lakukan pada partisipan kelima ini berlangsung

selama dua kali berturut-turut. Pertama wawancara dilakukan di dua tempat, yaitu

ruang UKS dan kantin pada tanggal 30 Oktober 2014. Wawancara kedua peneliti

lakukan pada tanggal 31 Oktober 2014 di ruang Laoratorium Komputer.

Peneliti melakukan wawancara sebanyak dua kali dengan alasan, pertama

wawancara terpotong karena tingkah laku N yang mengetahui keberadaan Ibunya

ada di lingkungan sekolah, ketika anak melihat ada Ibunya segera ingin keluar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

kelas dan menangis mencari keberadaan Ibunya, walaupun sudah ada guru

pendamping. Berdasarkan cerita dari Ibunya, N belum sepenuhnya bisa hidup

mandiri dan ketika melihat ada Ibunya di lingkungan sekolah, N segera ingin

keluar masuk kelas untuk memastikan Ibunya tetap ada di kantin dan tidak boleh

beranjak ke tempat lain selain di kantin. Kantin adalah tempat Ibunya menunggu

N sebelum adanya guru pendamping. Di hari pertama wawancara dilakukan di

dua tempat, yaitu UKS dan kantin. Sejak kejadian itu peneliti mengakhiri

wawancara di hari pertama dan melanjutkan wawancaranya pada hari berikutnya,

yaitu di ruang Laboratorium Komputer. Di hari kedua ini N juga mengetahui

keberadaan Ibunya, sehingga setiap saat N selalu keluar masuk kelas dan berjalan

menuju ke ruang Laboratorium Komputer untuk melihat keberadaan Ibunya.

Peneliti mengamati perilaku N yang tidak biasa dilakukan oleh anak

seusianya. Pada saat melakukan wawancara di hari pertama, peneliti melihat

perilaku anak yang keluar masuk kelas dengan membawa buku itu bertujuan

untuk memberitahukan kepada Ibunya, bahwa N telah berhasil menyelesaikan

tugas yang diberikan guru. Melihat perilaku N, Ibu berkata “hebat nak, kamu

hebat”, kata-kata itu selalu di ucapkan beliau sebagai bentuk motivasi untuk N.

Problematika Anak yang Mengalami GPPH

Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua N yang mengatakan, bahwa N

mengalami ADHD. Saat peneliti bertanya tentang kondisi apa yang sesungguhnya

dialami N, kemudian Ibu Y bercerita tentang kondisi awal yang sebenarnya

dialami N hingga psikolog mendiagnosa anak mengalami ADHD. Kondisi awal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

yang diperlihatkan anak pada saat berusia 2 tahun anak mengalami keterlambatan

dalam berbicara. Mengetahui hal tersebut langkah awal yang orangtua lakukan

adalah segera memperiksakan anak tersebut ke tumbuh kembang anak di salah

satu rumah sakit ternama daerah tempat tinggalnya dan pada akhirnya N di

diagnosa, bahwa gangguannya tersebut muncul karena faktor keturunan.

Kemudian pihak rumah sakit melakukan tes bera terhadap N untuk mengetahui

keadaan gelombang otaknya, namun kenyataannya hal tersebut tidak berhasil

dilakukan karena saat diberi obat tidur anak selalu terbangun. Seperti yang

dikatakan oleh Ibu Y, bahwa N bisa mengalami keterlambatan dalam bicara

karena faktor keturanan dari Ayahnya yang juga mengalami hal serupa.

Psikologis yang menangani N menyarankan untuk mencari faktor lain karena

mungkin ada faktor lain yang menyertai, maka sejak dari situ Ibu Y mencari

solusi lain yaitu dengan melakukan terapi. Di tempat yang sama N melakukan

terapi okupasi, yaitu terapi yang bertujuan untuk menyeimbangkan otak kiri dan

otak kanan, terapi menulis karena tulisannya jelek. Terapi dilakukan oleh N setiap

seminggu 2 kali, yaitu di hari Selasa dan Kamis.

Orangtua N menjelaskan bahwa tingkat emosi anak mudah sekali naik turun,

sehingga orangtua perlu memantau setiap tingkah laku anak baik di sekolah

maupun di rumah. Perubahan emosi itu terjadi ketika anak sulit untuk diarahkan

pada kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ketika anak emosinya mulai

meningkat, maka langkah awal yang dilakukan oleh orangtua adalah memberi

penenangan pada anak. Orangtua selalu berkata, “diam, diam dulu” kemudian

ketika anak sudah diam orangtua kembali berkata, “emosinya turunkan-turunkan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

kemudian ambil nafas dan keluarkan sebanyak 3 kali” , maka dengan begitu

orangtua baru bisa memberikan arahan atau nasehat. Cara penanganan yang

dilakukan beliau bertujuan untuk meredam emosional N yang mulai meningkat,

sehingga dengan begitu N dapat menurunkan emosinya secara perlahan, dapat

menerima arahan atau nasehat dengan baik, dan anak dapat kembali melakukan

aktivitasnya dengan nyaman.

Berdasarkan cerita dari Ibu Y pada saat TK N masih sulit untuk berinteraksi

dengan teman sebayanya karena anak cenderung cuek, namun saat anak mulai

bersekolah di sekolah dasar beliau melihat sedikit ada perkembangan dalam segi

sosialnya. Saat di sekolah anak dapat berinteraksi baik dengan guru dan juga

teman-temannya, tetapi tidak pada saat di rumah anak hanya di rumah saja dan

kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah.

N mempunyai kebiasaan di rumah sama dengan siswa yang lainnya yaitu

bermain dan belajar. Kenyataannya, hal yang dilakukan oleh N di rumah adalah

bermain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibunya, N di rumah senang sekali

bermain lego dan gadget. N terkadang belajar di rumah karena sepulang sekolah

ia sudah mengikuti les. Selain itu seusai pulang sekolah di hari tertentu anak harus

melakukan terapi dan setelah pulang ke rumah anak sudah merasa bosan dan

lelah, sehingga orangtua memberi kebebasan pada N untuk bermain di rumah.

Interaksi anak di lingkungan rumah masih kurang, hal tersebut di dukung oleh

situasi rumah yang sangat rawan untuk anak dapat melakukan aktivitas di luar

rumah karena keluar rumah depannya sudah jalan besar. Peneliti memperoleh

informasi tersebut berdasarkan cerita dari orangtua N.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Kemudian ketika peneliti bertanya tentang kemampuan belajar N saat di

sekolah beliau hanya menjawab, “sebenarnya N itu pintar hanya saja pada mata

pelajaran tertentu, kecuali Bahasa Indonesia dan terutama PKn karena belajar

tentang perilaku sehari-hari”. Menurut beliau, N memiliki kemampuan di atas

rata-rata pada mata pelajaran tertentu. Artinya, anak dapat memperoleh nilai baik

pada mata pelajaran yang anak suka saja, tetapi tidak berlaku pada mata pelajaran

yang lain, seperti Bahasa Indonesia maupun PKn.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan orangtua N,

peneliti memperoleh informasi tentang kondisi yang dialami oleh N, pola perilaku

anak baik di rumah maupun di sekolah, perubahan emosinya, serta kemampuan

belajar selama di sekolah. Peneliti dapat menyimpulkan, bahwa N memiliki pola

perilaku yang khusus dan masih memerlukan bimbingan untuk mengatasi semua

perubahan pola perilakuanya yang secara spontan mengalami perubahan.

Kemampuan belajar N di atas rata-rata, namun hanya pada mata pelajaran tertentu

saja seperti, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Jadi, pada mata pelajaran yang

lain seperti Bahasa Indonesia, PKn, dan lainnya nilai anak berada di bawah rata-

rata. Pernyataan peneliti diperkuat dari hasil dokumen nilai UTS anak di kelas II.

4.2 Pembahasan

Peneliti melaksanakan penelitian di kelas II A dengan jumlah siswa 24, terdiri

dari 14 siswa laki-lakidan 10 siswa perempuan, Informasi tersebut peneliti peroleh

dari guru kelas II A. Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas tersebut,

peneliti menemukan bahwa terdapat satu anak yang memiliki perilaku berbeda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

dari teman-temannya. Anak tersebut berjenis kelamin laki-laki yang bernama N

saat ini usia anak tersebut sudah 8 tahun. Kedua orangtuanya menyekolahkan N di

sekolahan regular dan umum tepatnya di SD Bercahaya.

Sebelum melaksanakan observasi, peneliti mengadakan pendekatan dengan

partisipan penelitian agar terciptanya keakraban antara peneliti dengan partisipan

penelitian. Observasi peneliti lakukan pada saat partisipan awal yang diteliti

sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.

Penelitian ini dilakukan selama peneliti melaksanakan PPL di SD Bercahaya

hingga peneliti menemukan lebih jauh tentang persepsi guru dan anak yang

mengalami GPPH di sekolah tersebut.

N merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri Bapak G dan Ibu Y. N

dilahirkan dari keluarga yang perekonomiannya bisa dibilang menengah dengan

keadaan orangtua yaitu Bapaknya bekerja sebagai staf Bank Danamon dan Ibunya

sebagai Ibu rumah tangga. Peneliti memperoleh infomasi ini setelah melakukan

wawancara dengan orangtua dan anak yang mengalami GPPH.

Siswa laki-laki yang mengalami GPPH tersebut secara fisik tidak terlalu

berbeda dengan siswa pada umumnya. Pihak orangtua menjelaskan tentang

kondisi awal yang diperlihatkan anak pada saat berusia 2 tahun, anak mengalami

keterlambatan dalam bicara. Melihat kenyataan yang dialami anak, orangtua

segera mencari solusi dengan memeriksaan kondisi anaknya yang mengalami

hambatan dalam bicara pada saat usianya masih 2 tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Berdasarkan dokumen, hasil pemeriksaan secara afektif perasaan yang

dimiliki oleh siswa juga sama dengan siswa yang lain, hanya saja dalam

mengkomunikasikan bahasa reseptif (bagaimana anak memahami ucapan orang

lain) dan bahasa ekspresif (bagaimana anak mengungkapkan keinginan dengan

kata atau kalimat) belum berkembang secara optimal untuk seusianya sekarang.

Secara aspek sosialnya hubungan anak dengan teman sebaya secara umum sangat

mendukung. Anak banyak mendapatkan perhatian dan dukungan dari guru,

teman-teman, dan terutama dari orangtua anak tersebut. Peneliti melihat bahwa

anak tersebut tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan

lingkugan baru dan lama.

Secara aspek perilaku emosi anak tersebut masih kurang terkontrol. Saat di

TK anak sering jalan-jalan di kelas, tugas sering tidak dikerjakan hingga selesai

dan anak mengalami terlambat berbicara. Setelah masuk SD anak sering berteriak

dan memukul bila diarahkan pada kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya,

hal tersebut anak lakukan baik di rumah maupun di sekolah.

Berdasarkan aspek motoriknya, N memiliki tingkat koordinasi motorik halus

setara dengan anak usia 6 tahun 5 bulan. Artinya, N cukup bisa mengamati pola

dan menirukannya kembali dengan baik, namun N masih harus memperbanyak

latihan dan perlu diberi bimbingan untuk meningkatkan kemampuan koordinasi

visual motorik halusnya. Berdasarkan aspek kognitifnya, N mendapatkan nilai

yang sangat baik hanya dalam pelajaran matematika. Informasi tersebut

berdasarkan dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang telah peneliti

peroleh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Kebiasan yang ditunjukan N pada saat di sekolah berbeda sekali dengan

kebiasaan teman sebayanya. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan

N terlihat tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu saja ada hal yang di lakukan

oleh N. Kebiasaan seperti berteriak, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka

memberontak ketika N harus melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan

keinginannya, dan ketika anak sudah merasa bosan dengan pelajaran yang tidak di

sukai N akan acuh tak acuh tidak memperdulikan penjelasan dari guru. Hasil

observasi yang diperoleh peneliti, diperkuat juga dari informasi yang diberikan

guru kelas.

Melihat karakteristik N, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

karakteristik N sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Fadhli (2010) dan

Wiguna (2007). Fadhli mengatakan bahwa penderita GPPH memiliki karakteristik

seperti, kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan

sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, dan sikap melanggar

tata tertib secara impulsif. Wiguna menjelaskan bahwa karakteristik anak yang

cenderung mengalami gangguan hiperaktif, (1) tidak bisa duduk diam di dalam

kelas, (2) tangan bergerak dengan gelisah; (3) kadang berlari-lari dan naik di atas

meja dan memanjat guru; (4) mengalami kesulitan dalam bermain atau dalam

kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan; (5) impulsivitas,

mengalami kesulitan dalam menunggu giliran; (6) menjawab sebelum pertanyaan

selesai atau sering menginterupsi orang lain. Anak yang hiperaktif menunjukkan

semua atau hampir semua ciri-ciri di atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Peneliti dapat berkata demikian karena berdasarkan hasil observasi N

menunjukkan perilaku hampir semua ciri-ciri yang disebutkan dalam teori di atas,

seperti kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan

sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, sikap melanggar tata

tertib secara impulsive, tidak bisa duduk diam di dalam kelas, tangan bergerak

dengan gelisah; kadang berlari-lari, impulsivitas, mengalami kesulitan dalam

menunggu giliran, dan menjawab sebelum pertanyaan selesai atau sering

menginterupsi orang lain.

Masing-masing guru memiliki cara pandang yang berbeda terhadap perilaku,

perubahan emosi dan prestasi belajar N. Menurut Sunaryo (2013) mengungkapkan

bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang

didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan

menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar

individu. Persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sebagai contoh adalah

guru dengan muridnya. Ada dua jenis persepsi menurut Sunaryo (2004:94), yaitu

eksternal perception dan self perception. Pada penelitian ini jenis persepsi yang

digunakan oleh guru kelas II adalah eksternal perception. Alasan peneliti memilih

jenis persepsi eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsangan yang datang dari luar diri individu. Faktanya, berdasarkan hasil

observasi dan wawancara dengan guru kelas II. Persepsi itu muncul ketika guru

melihat tingkah laku N yang tidak biasanya. Artinya, N selalu menunjukan

ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten, dan ketika sudah merasa bosan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

N akan bergerak sesuka hatinya terkadang juga suka memukul meja secara

berulang-ulang yang menandakan bahwa N ingin segera mengakhiri pelajaran.

Pada bab II telah dijelaskan sifat-sifat persepsi menurut Omith, 2008 (dalam

Kusumawati, 2010:14-15) yang menjelaskan bahwa sifat-sifat persepsi dibagi

menjadi 5 yaitu : (1) Persepsi adalah pengalaman, (2) Persepsi adalah selektif, (3)

Persepsi adalah penyimpulan, (4) Persepsi tidak akurat, (5) Persepsi adalah

evaluatif. Berdasarkan teori tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa sifat

persepsi yang muncul pada partisipan guru kelas II tersebut adalah sifat persepsi

ketiga, yaitu persepsi adalah penyimpulan. Alasan peneliti memilih sifat persepsi

adalah penyimpulan karena mempersepsikan suatu makna adalah melompat pada

suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya,

tetapi berdasarkan penangkapan indera yang terbatas. Faktanya, berdasarkan hasil

wawancara dengan guru kelas II dapat disimpulkan bahwa guru lebih

menggunakan penangkapan inderanya yang terbatas untuk mengetahui kondisi

sesungguhnya yang dialami oleh N, sehingga pernyataan yang beliau jelaskan

tentang kondisi N tidak sesuai dengan fakta dari hasil dokumen psikologis

maupun dari pihak orangtua N.

Guru kelas II memiliki pandangan berbeda terhadap N, ketika guru melihat

perilaku anak tersebut berbeda dengan teman sekelasnya guru lebih menganggap

anak tersebut mengalami gangguan autis-hiperaktif. Peneliti menindaklanjuti

pernyataan guru yang mengatakan bahwa anak mengalami gangguan autis juga

hiperaktif, kemudian guru kelas berkata, “Ya kalo saya kedua-duanya, tapi

kadang-kadang menonjol ee lebih autisya kelihatan sekali”, jawab guru kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

ketika peneliti bertanya tentang keadaan yang sesungguhnya dialami N autis atau

GPPH.

Menurut pengetahuan beliau tentang anak autis, anak yang mengalami autis

fokus hanya pada satu bidang saja dan bidang lain tidak diminati. Beliau juga

menjelaskan, bahwa anak yang menderita autis mengalami hambatan dalam

interaksi sosialnya dengan lingkungan sekitar. Beliau menganggap semua perilaku

yang ditunjukan N merupakan ciri-ciri autis, seperti ketidakmampuan anak dalam

berinteraksi dengan orang lain dan yang terutama adalah anak cenderung tidak

mau bertatap muka saat berkomunikasi. Perkataan beliau diperkuat dari cerita

salah satu temannya yang memiliki anakautis.

Sesungguhnya guru tidak memahami betul kondisi yang sedang dialami N.

Faktanya, ketika peneliti bertanya “apakah autis dan hiperaktif memiliki ciri

sama?”, lalu guru menjawab “yaa, kalo hiperaktif beda ya, karna ada anak yang

autis tapi juga hiperaktif”. Jadi, menurut beliau anak yang autis berbeda dengan

anak yang mengalami hiperaktif. Anak hiperaktif biasanya dalam gerak fisik, tapi

belum tentu juga anak mengalami autis. Pernyataan beliau diperkuat dari

pengalaman saat mengajar di kelas II dulu yang menjumpai anak mengalami

hiperaktif, anak tidak bisa duduk tenang dan suka jalan-jalan terus.

Karakteristik anak yang mengalami gangguan autis ditandai dengan adanya

keterlambatan perkembangan, baik dalam bidang komunikasi, perkembangan

motorik yang tidak seimbang, maupun dalam interaksi sosialnya. Gangguan autis

dapat dikatakan sebagai suatu gangguan perkembangan yang muncul di awal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

kehidupan seorang anak yang ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk

berinteraksi dengan orang lain, adanya masalah dalam hal berkomunikasi, dan

muncul kebutuhan untuk melakukan aktivitas yang sama dan berulang (Hildayani,

2013).

Pernyataan guruyang mengatakan anak mengalami autis juga hiperaktif

berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh guru ekstra, guru pendamping,

orangtua, serta dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang mendiagnosa

bahwa N mengalami ADHD atau GPPH. Berdasarkan dari hasil dokumen, anak

tersebut mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH).

Menurut Grant (2008:21) yang menjelaskan bahwa Attention Deficit and

Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang

mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk

mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak GPPH mengalami

kesulitan dalam mengendalikan gerakan-gerakan tubuhnya terutama saat anak

diharuskan untuk duduk tenang dalam waktu yang lama. Menurut Grant, kesulitan

lain yang dialami anak GPPH adalah kesulitan memusatkan perhatian dan

ketidakmampuan menerima instruksi dengan baik. Pola perilaku anak yang

demikian dapat mempengaruhi prestasi belajarnya selama di sekolah.

Rapport dan Ismond (dalam Delphie, 2006:74) menjelaskan 10 ciri-ciri anak

yang mengalami GPPH, sebagai berikut akan diuraikan: 1) selalu berjalan-jalan

memutari ruang kelas dan tidak bisa diam, 2) suka mengganggu teman-teman

sekelasnya, 3) suka berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan

jarang untuk tinggal diam menyelesaikan tugas sekolah, paling lama bisa tinggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

diam di tempat duduknya sekitar 5 sampai 10 menit, 4) mempunyai kesulitan

untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas di sekolah, 5) sangat mudah untuk

berperilaku mengacau atau mengganggu, 6) kurang memberi perhatian untuk

mendengarkan orang lain berbicara, 7) selalu mengalami kegagalan dalam

melaksanakan tugas-tugas di sekolah, 8) sulit mengikuti perintah atau suruhan

lebih dari satu dalam waktu bersamaan, 9) mempunyai masalah di beberapa

bidang studi, 10) tidak mampu menulis surat, mengeja huruf, dan berkesulitan

dalam surat menyurat.

Siswa laki-laki yang mengalami GPPH tersebut secara fisik tidak terlalu

berbeda dengan siswa pada umumnya. Peneliti melihat adanya perbedaan dari

tingkah laku yang ditunjukan N dengan teman-teman satu kelasnya. N selalu

menunjukan sikap yang terus bergerak kesana kemari, tidak bisa diam dan tidak

mudah lelah untuk terus bergerak. Peneliti mengamati pada saat pembelajaran di

dalam kelas, peneliti melihat tingkah laku anak yang tidak bisa memusatkan

perhatiannya saat guru mengajar mata pelajaran yang tidak anak sukai dan anak

merasa asik dengan dunianya sendiri, walaupun terkadang pada mata pelajaran

yang ia suka juga tidak dapat fokus dan menerima instruksi dengan baik.

Berdasarkan informasi dari guru kelas N hanya menyukai tiga mata pelajaran,

yaitu Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Selain mata pelajaran yang

disebutkan, N tidak menyukai dan merasa bosan saat belajar hal yang tidak ia

sukai. Ketika N sudah merasa bosan, maka pada saat itu juga perubahan emosinya

mudah berubah dari yang awalnya dapat mengikuti pembelajaran dengan tenang

saat di kelas, kemudian suasana kelas menjadi tidak kondusif karena perilaku N

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

yang terkadang teriak-teriak menginginkan sesuatu yang ada dalam pikirannya

atau karena hal lain. Perilaku dan perubahan emosi secara spontan seperti yang

ditunjukan N dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.

Berdasarakan hasil wawancara dengan guru kelas, kemampuan belajar N

menurut beliau nilai-nilainya ada di rata-rata. Nilai-nilai N selain pelajaran

Matematika, TIK, dan Bahasa Inggris ada di bawah KKM. Artinya, anak

memperoleh nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran yang anak suka seperti

Matematika, TIK, Bahasa Inggris, selain mata pelajaran itu seperti PKn, Bahasa

Indonesia dan lainnya anak cenderung tidak menyukai dan rata-rata nilai anak

berada di bawah KKM. Informasi tentang kemampuan belajar anak tersebut

peneliti peroleh selain melakukan wawancara dengan guru kelas juga berdasarkan

dokumen hasil nilai UTS kelas II.

Menurut guru kelas, saat di sekolah anak selalu menunjukan perilaku yang

tidak biasa seperti perilaku anak yang tidak mau bertatap muka saat berbicara,

sering berubah emosinya dan suka memberontak ketika anak melakukan aktivitas

tidak sesuai dengan keinginannya, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka keluar

masuk kelas tanpa ijin. Perilaku N tersebut secara tidak langsung sangat

mengganggu kegiatan belajar di kelas. Guru kelas merasa tidak mampu dan bukan

ahlinya untuk menangani anak berkebutuhan khusus seperti N, karena menurut

beliau sendiri lebih baik mengutamakan siswa 23 yang lain daripada menangani 1

siswa yang mengalami gangguan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Selama observasi peneliti mengamati perilaku, konsentrasi dan kemampuan

belajar anak selama di kelas. Peneliti melihat bahwa N masih memiliki tingkat

konsentrasi yang kurang serta perubahan perilaku yang dari waktu ke waktu selalu

berubah. Faktanya, yaitu ketika N sudah menyelesaikan pekerjaannya dan rasa

bosan itu mulai muncul, N akan mencari alasan untuk keluar kelas pada saat jam

pelajaran belum selesai. Hal pertama yang dilakukan N saat itu adalah menangis

karena tidak mendapat ijin dari guru pendampingnya ketika N minta keluar kelas

untuk mencuci tangan dan mencuci penghapusnya yang kotor. Berdasarkan cerita

dari guru pendamping dan orangtuanya, N memang anak yang tidak bisa kotor

atau dalam bahasa sehari-harinya yaitu “jijian”.

Melihat tingkah laku N yang berbeda dari teman sebayanya, guru kelas

memerlukan adanya guru pendamping khusus untuk menangani dan mendampingi

perilaku anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti yang dialami N selama

belajar di sekolah. Informasi tersebut peneliti dapatkan setelah melakukan

wawancara dengan guru kelas, kemudian pihak orangtua berusaha mencari guru

pendamping. Sejak awal semester kelas 2 tepatnya pada bulan Agustus tahun ini,

selama belajar di sekolah N sudah mulai mendapatkan pendampingan khusus dari

guru pendamping.

Selama proses pembelajaran belangsung, anak yang mengalami GPPH

memerlukan penanganan khusus. Guru memiliki peranan penting dalam

menangani anak yang mengalami GPPH. Ada beberapa prinsip dasar dalam

menangani anak yang mengalami GPPH dalam proses pembelajaran di kelas,

menurut Pfiffner dan Barkley (dalam Hildayani, 2013) sebagai berikut : 1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

instruksi hendaknya disampaikan secara jelas, tegas, dan disajikan dalam berbagai

bentuk, tidak hanya secara lisan tetapi juga visual (tulisan/gambar), 2)

konsekuensi (positif/negatif) atas perilaku harus segera diberikan, tidak ditunda-

tunda, 3) konsekuensi harus dikenakan lebih sering, dibanding dengan anak

lainnya, 4) bentuk konsekuensi lebih tegas, 5) bentuk penguatan, terutama

penghargaan harus diubah atau diberikan secara bergiliran, dan terakhir 6) kunci

utamanya adalah antisipasi. Guru harus siap dengan berbagai rencana, terutama

selama masa jeda di sela kegiatan atau perpindahan jam pelajaran untuk

meyakinkan bahwa anak memahami perubahan aturan yang akan terjadi.

Segala upaya telah guru lakukan untuk memberi kenyamanan bagi semua

siswa kelas II A, baik yang mengalami gangguan khusus maupun yang tidak

mengalami gangguan khusus. Upaya yang telah guru lakukan seperti meminta

adanya guru pendamping untuk mendampingi N selama belajar di sekolah. Hal

tersebut guru lakukan dengan tujuan agar guru bisa lebih fokus selama mengajar

dan materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Sebelum adanya guru pendamping, tidak ada cara penanganan khusus yang

dilakukan oleh guru kelas II untuk mengatasi perilaku N yang tidak biasa, seperti

perilaku anak yang tidak mau bertatap muka saat berbicara, perubahan emosi

secara spontan dan suka memberontak ketika anak melakukan aktivitas tidak

sesuai dengan keinginannya, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka keluar masuk

kelas tanpa ijin. Cara penanganan dan bentuk motivasi yang diberikan guru

terhadap perilaku anak, yaitu “diamkan saja”. Menurut beliau, hanya itu yang

bisa dilakukan karena beliau merasa tidak mampu dan bukan ahlinya untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

menangani anak berkebutuhan khusus seperti N. Sebelumnya, guru juga belum

pernah mengikuti training atau pelatihan khusus untuk menangani anak yang

mengalami kebutuhan khusus, seperti N yang mengalami GPPH.

Guru berharap dengan adanya guru pendamping setiap perilaku yang N

lakukan dapat dipantau dan ditangani dengan baik tanpa menimbulkan kekacauan

saat belajar di kelas. Secara keseluruhan pernyataan tersebut peneliti simpulkan

berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan. Pernyataan peneliti

tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan guru kelas II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

BAB V

PENUTUP

Bab V ini berisi tentang kesimpulan secara keseluruhan dari kegiatan

penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan berisi tentang

rangkuman hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian berisi tentang

keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini, sedangkan saran berisi tentang

masukan bagi para pembaca, peneliti selanjutnya, ataupun orangtua yang memiliki

anak yang mengalami GPPH.

5.1 Kesimpulan

Pola perilaku siswa yang mengalami GPPH selama proses pembelajaran

sedang berlangsung, N selalu menunjukan ketidakmampuan dalam mengatur

perilakunya, tidak bisa berkonsentrasi, bertindak sekehendak hatinya, tidak bisa

duduk tenang, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka berkhayal, dan emosi mudah

berubah-ubah saat melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH tidak stabil. Siswa memperoleh

nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran yang anak suka seperti Matematika,

Bahasa Inggris, dan TIK.

Persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH,

berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa setiap guru yang

mengampu di kelas II SD Bercahaya memiliki kesamaan dengan teori tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

anak GPPH, namun persepsi guru terkait dengan kondisi siswa yang mengalami

GPPH tidak memiliki kesamaan dengan teori anak GPPH.

Terkait dengan pola perilaku yang ditunjukan N, maka pemberian treatment

telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya pelatihan khusus, seperti

membiarkan siswa melakukan hal yang ingin dilakukan. Membiarkan atau

mendiamkan siswa yang mengalami GPPH itu menunjukan perilakunya yang

tidak biasa merupakan bentuk motivasi yang diberikan guru sebagai langkah awal

dalam penanganan. Kurangnya pemahaman guru tentang anak GPPH disebabkan

karena guru belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang cara terbaik

menangani anak berkebutuhan khusus terutama cara penanganan bagi anak yang

mengalami GPPH.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kesulitan peneliti untuk menentukan

waktu dan tempat yang tepat agar dapat melaksanakan wawancara dengan

orangtua N. Hal tersebut terjadi karena peneliti harus menyesuaikan dengan jam N

belajar di kelas, jika tidak maka N akan mencari Ibunya. Peneliti melakukan

wawancara sebanyak dua kali karena keterbatasan waktu dan tempat tersebut.

5.3 Saran

Dalam penelitian, seorang peneliti harus mampu memberikan sesuatu yang

berguna bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun saran-

saran yang peneliti berikan setelah peneliti meneliti permasalahan ini adalah :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

5.3.1 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini disarankan untuk menambah

pengetahuan dan memperbanyak informasi tentang anak yang mengalami GPPH,

persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak di sekolah dengan anak yang

mengalami GPPH, serta cara penanganan yang tepat bagi anak yang mengalami

GPPH. Selain itu, penelitian ini berguna sebagai sumber informasi agar peneliti

selanjutnya tidak mengalami kesulitan dalam menentukan waktu dan tempat

untuk melaksanakan penelitian dan tidak mengalami kebingungan ketika

melaksanakan penelitian dengan metode yang sama.

5.3.2 Bagi Guru

Peranan guru sangat dominan dalam membentuk karakter siswa. Saran bagi

guru yang anak didiknya mengalami GPPH agar dapat menyikapi dan

menangani setiap perilaku anak dengan baik. Bagi guru yang mempunyai anak

didik yang mengalami GPPH, hendaknya lebih memperhatikan lagi kebutuhan

anak, memahami karakteristik anak, serta memberikan pelayanan yang merata

kepada seluruh anak tanpa membeda-bedakan tingkat kecerdasan, kondisi fisik

maupun psikis anak. Guru kelas hendaknya juga berkolaborasi dengan guru

pembimbing khusus, kemudian sama-sama menangani dan memberikan

pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga potensi yang ada pada anak

berkebutuhan khusus dapat berkembang dengan optimal. Selain itu, guru di

sarankan untuk mengikuti seminar atau training untuk menambah pengetahuan

cara penanganan bagi anak GPPH.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

5.3.3 Bagi para Orangtua

Bagi para orang tua yang anaknya mengalami GPPH agar selalu memberikan

semangat kepada anak tersebut dan tetap setia mendampingi dan memantau setiap

perilaku dan kemajuan belajar anak, supaya anak tersebut dapat selalu mengikuti

pelajaran yang diberikan di sekolah dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

DAFTAR REFERENSI

Aditomo, A. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya:Buku Teks Utama

Dalam Kelas Psikologi Lintas Budaya Tingkat Awal. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:

PT.Refika Aditama.

Fadhli, A. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.

Fitriani, F. (2012). Menggali Potensi Di Sekolah Inklusif. Lentera Insan.

Grant. (2008). Terapi untuk Anak ADHD untuk Anak Hiperaktif, Sulit

Berkonsentrasi, Tidak Aktif, Kurang Perhatian,dll. Jakarta: PT.Bhuana

Ilmu Populer.

Hildayani, d. (2013). Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan

Khusus). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Hoza, d. (2005). What aspects of peer relationship are impaired in children with

attention deficit hyperactivity disorder. Journal of consulting and clinical

psychologi American psychologycal accociation, 411-423. (diakses pada

tanggal 18-4-2014).

Kusumawati. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Lejarnani, d. (2013). Efektifitas Teknik Rilaksasi Dalam Mengurangi Waktu

Perilaku Hiperaktif Anak Tunagrahita Ringan Di SDLB N 20 Pondok II

Pariaman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Volume 2, Nomor 3., 346.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu (diakses pada tanggal 25-02-

2014).

Moleong, L. J. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Omith. (2008). Essays and Theses. Retrieved April 18, 2014, from

http://www.scribd.com.school work

Rugaiyah, d. (2011). Profesi Kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Siregar, E. d. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogo: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumanto. (2014). Psikologi Umum. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic

Publishing Service).

Sumekar, G. (2009). Anak Berkebutuhan Khusus Cara Membantu Mereka Agar

Berhasil dalam Pendidikan Inklusif. Padang: UNP Press.

Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Utami, d. (2012). Pengalaman Ibu Mengasuh Anak dengan Resiko GPPH. Journal

Nursing Studies Volume 1, Nomor 1, 237-243.

Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offest.

Walgito. (2004). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: ANDI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

LAMPIRAN 1

TEKS ANEKDOT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Teks Anekdot

Nama : N

Umur : 8 tahun

Lokasi : SD Bercahaya

Observer : Sylva Zaezara

Aspek yang diamati : Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

Peneliti melaksanakan observasi langsung sebanyak empat kali dengan

rentang waktu yang berbeda-beda. Berikut peneliti akan mendeskripsikan hasil

dari observasi yang telah dilakukan peneliti. Observasi mulai dilaksanakan dari

bulan Juli sampai Oktober 2014 di SD Bercahaya. Langkah awal yang peneliti

lakukan sebelum melaksanakan observasi di SD Bercahaya, yaitu memberi surat

ijin penelitian kepada kepala sekolah. Setelah meminta ijin kepada kepala sekolah,

kemudian setelah itu menemui guru kelas, guru ekstra, guru pendamping, dan

orangtua untuk meminta ijin dan peneliti melakukan observasi partisipatif pasif.

Peneliti menggunakan observasi partisipatif karena aspek yang akan diamati

peneliti intelegensi dan konsentrasi belajar, serta perubahan perilaku-emosi siswa

yang menglami GPPH. Hasil penelitian secara keseluruhan akan peneliti

deskripsikan sebagai berikut.

Pada bulan pertama peneliti melakukan observasi tanggal 23 Juli 2014,

peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di luar kelas saat mata pelajaran

olahraga. Peneliti mengamati tingkah laku N yang tidak bisa diam dan tidak bisa

menerima instruksi dengan baik saat mengikuti pelajaran olahraga di luar kelas.

Observasi kedua dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2014, peneliti mengamati

kegiatan belajar di dalam kelas. Pada saat itu peneliti belum melihat adanya guru

yang mendampingi N saat pembelajaran. Peneliti melihat tingkah laku anak yang

tidak bisa memusatkan perhatiannya saat guru mengajar mata pelajaran yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

anak sukai dan anak merasa asik dengan dunianya sendiri. Berdasarkan informasi

dari guru kelas N hanya menyukai tiga mata pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa

Inggris, dan TIK. Selain mata pelajaran yang disebutkan N tidak menyukai dan

merasa bosan saat belajar hal yang tidak ia sukai. Hal tersebut secara tidak

langsung mempengaruhi prestasi belajarnya. Selain mata pelajaran yang tidak N

sukai rata-rata nilainya di bawah KKM. Peneliti dapat berkata demikian, karena

pernyataan tersebut diperkuat dengan dokumen nilai yang peneliti peroleh dari

guru.

Observasi ketiga berlangsung pada tanggal 28 Oktober 2014, saat itu peneliti

melakukan pengamatan di dalam kelas. Saat melakukan pengamatan yang ketiga

ini peneliti sudah melihat ada guru khusus yang bertugas untuk mendampingi N

selama belajar di sekolah. Observasi berlangsung setelah istirahat pertama hingga

jam les selesai, yaitu dari pukul 09.00-12.30. Selama observasi peneliti

mengamati perilaku, konsentrasi dan kemampuan belajar anak selama di kelas.

Pada observasi yang ketiga ini, peneliti melihat bahwa N masih memiliki tingkat

konsentrasi yang kurang serta perubahan perilaku yang dari waktu ke waktu selalu

berubah. Faktanya, yaitu ketika N sudah menyelesaikan pekerjaannya dan rasa

bosan itu mulai muncul, N akan mencari alasan untuk keluar kelas pada saat jam

pelajaran belum selesai. Hal pertama yang dilakukan saat itu adalah menangis

karena tidak mendapat ijin dari guru pendampingnya ketika N minta keluar kelas

untuk mencuci tangan dan mencuci penghapusnya yang kotor.

Berdasarkan cerita dari guru pendamping dan orangtuanya, N memang anak

yang tidak bisa kotor kalau dalam bahasa sehari-harinya itu “jijian”. Walaupun

pernyataan sebelumnya N memang anak yang tidak bisa kotor, namun hal kedua

yang dilakukan N adalah memainkan ludahnya sendiri dengan tangan. Kemudian

oleh guru pendampingnya N disuruh mencuci tangannya hingga bersih. N tidak

mudah lelah, dia selalu bergerak kesana kemari dan kemudian hal ketiga yang

dilakukannya adalah melepas sepatu di saat jam pelajaran masih berlangsung. N

merasa tidak nyaman karena didalam sepatu ada sesuatu yang mengganjal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

kakinya, walaupun pada akhirya sepatu itu akan dipakai lagi setelah N kotoran

dalam sepatu itu kepada guru pendampingya.

Kegiatan observasi berikutnya berlangsung pada tanggal 29 Oktober 2014

dan peneliti melakukan pengamatan di luar kelas saat jam olahraga berlagsung

selama 3 jam berturut-turut dari pukul 07.00-08.45. Pada saat itu peneliti melihat

N sedang duduk sendiri asik dengan sesuatu yang dia pegang yaitu cat air

berwarna kuning. N terlihat menghindar dari teman-temannya dan asik berjalan-

jalan sesuka hatinya. N terlihat tidak bisa mengikuti kegiatan olahraga dengan

baik. Ketika peneliti mencoba mendekati dan sedikit melakukan perbincangan N

terlihat acuh tak acuh dan tidak berusaha menjawab dengan baik apa yang peneliti

tanyakan, namun N selalu memperlihatkan sesuatu yang sedang dia pegangnya

dan berkata “yellow”. Kemudian kembali dengan tingkah lakunya yang tidak bisa

diam terus berjalan tanpa merasa lelah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

LAMPIRAN 2

DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Lampiran 2.1

Pedoman Wawancara dengan Siswa

1. Riwayat Siswa

- Nama (disamarkan)

- Usia

- Jumlah saudara kandung

- Hobi

2. Kegiatan Belajar

- Di rumah

- Di sekolah

- Hal yang dilakukan saat bosan belajar di sekolah

- Akibat melakukan hal itu

3. Mata Pelajaran

- Pelajaran yang disukai

- Pelajaran yang tidak disukai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Lampiran 2.2

Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas II

1. Identitas Guru

- Pengalaman guru mengajar

2. Ciri-ciri yang dimiliki siswa yang mengalami GPPH

- Secara Fisik

- Secara kognitif

- Secara afektif

- Secara psikomotorik

3. Persepsi guru

- Cara mengetahui bahwa anak tersebut mengalami GPPH

- Cara penanganan terhadap anak yang mengalami GPPH

- Upaya atau motivasi

4. Nilai

- Nilai yang diperoleh anak yang mengalami GPPH

- Perubahan nilai sampai saat ini

- Kesulitan dalam pemberian nilai

5. Interaksi

- Interaksi di dalam kelas dengan guru

- Interaksi di dalam kelas dengan siswa lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Lampiran 2.3

Pedoman Wawancara dengan Guru Ekstra Kelas II

(Mengajar TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga)

1. Identitas Guru

- Pengalaman guru mengajar

2. Ciri-ciri yang dimiliki siswa yang mengalami GPPH

- Secara Fisik

- Secara kognitif

- Secara afektif

- Secara psikomotorik

3. Persepsi guru

- Cara mengetahui bahwa anak tersebut mengalami GPPH

- Cara penanganan terhadap anak yang mengalami GPPH

- Upaya atau motivasi

4. Nilai

- Nilai yang diperoleh anak yang mengalami GPPH

- Perubahan nilai

5. Interaksi

- Interaksi di dalam kelas dengan guru

- Interaksi di dalam kelas dengan siswa lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Lampiran 2.4

Pedoman Wawancara dengan Guru Pendamping

1. Identitas Guru

- Pengalaman guru menjadi pendamping

2. Ciri-ciri yang dimiliki siswa yang mengalami GPPH

- Secara Fisik

- Secara kognitif

- Secara afektif

- Secara psikomotorik

3. Persepsi guru

- Cara mengetahui bahwa anak tersebut mengalami GPPH

- Cara penanganan terhadap anak yang mengalami GPPH

- Upaya atau motivasi

4. Interaksi

- Interaksi siswa di sekolah

- Interaksi siswa di rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Lampiran 2.5

Pedoman Wawancara dengan Orangtua Anak yang Mengalami GPPH

1. Identitas

- Profesi orangtua

- Jumlah anak

2. Kebiasaan Anak

- Setelah pulang sekolah

- Saat belajar dirumah

3. Nilai yang diperoleh anak

4. Interaksi

- Interaksi di lingkungan rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

LAMPIRAN 3

DAFTAR TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Lampiran 3.1

Transkrip Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II

Waktu Pelaksanaan : 29 Oktober 2014

Pukul : 11.15-11.52

Pertanyaan Jawaban

Gini pak e sebelumnya saya mau nanya nama lengkapnya bapak siapa?

F… P…. R..

(mengulangi pembicaraan guru)

F. P. R.

Pak P mengajar kelas berapa ee di SD ini?

Di dua A (mengulangi jawaban guru)

Dua A

Ee seperti yang sudah saya liat juga e..e di kelas dua A itu ada anak

yang mengalami GPPH tidak pak?

GPPH itu maksudnya e mengalami gangguan pemusatan atau perhatian

dan hiperaktifitas di kelasnya bapak?

Hee,eemmm

Iyaaa (menanggapi jawaban dari guru)

eeee…

Ya cuma satu itu namanya N. Udah toh.

Itu saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

ee N tadi…

Kenapa bapak bisa bilang kalo N itu dinyatakan hiperaktif itu ada bukti

apa gitu?

Heee,eemmm (menanggapi pernyataan guru)

eeeeeeemmmmmm, gitu.

Hiperaktif (dengan tegas saya menanggapi pernyataan dari guru)

Hee,em …

Seperti itu…

Okeh.

(menanggapi pernyataan dari guru)

eeeeeee, kalo bukti fisik dari mamanya kan belum yaa..

tapi dari pendampingnya kan saya pernah omong-omong saya

menanyakan kok N itu, apakah ada sesuatu yang istimewa

dari anak? Dia bilang pendamping yang laki-laki itu yang

dari apa kumon itu bilang N itu autis hiperaktif ya.

Jadi ee dari cirinya aja kalo autis itu anak itu tidak mau

bertatap muka, bertatap muka secara langsung, dan kalo kita

e memberi perintah itu harus bertatap muka, tatap mata

dengan mata, kalo tidak ee perintah kita itu hanya dianggap

angin lalu aja.

Berarti dia memahami dan melaksanakan perintah itu ya dari

tatap mata. Itu tu yang secara mudah kalo anak itu

dikatakan… ee autis ya autis.

Kalo masalah bukti fisik orangtua mungkin hanya

memberikan kepada kepala sekolah saja, kalo saya kan ga

tau, tapi kalo dia sudah mengakui itu lebih baik dari pada

tertutup. Permasalahan orangtuanya itu menyekolahkan disini

itukan karna memang eeee ya mungkin dari segi biaya bisa,

tapi kalo repotnya yaa bahwa guru di SD Sang Timur tidak

ada yang berkompeten untuk menangani anak-anak seperti

itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Kalo ee selama belajar berartikan Pak P baru sekali ini menangani anak

seperti ini di kelas gitu ya pak?

He,eh iyaaa (menanggapi jawaban guru)

Iyaa, menangani

Selama belajar apakah bisa N itu memusatkan perhatian atau

berkonsentrasi penuh pada pembelajaran yang diajarkan oleh Pak P?

Hemm……….. hemm………

Oke.

He,em…

Iya.

Yaa mungkin hanya 50% ya, 50% kalo saya 50%. Karena

terus terang dia akan mengerjakan cepat-cepat, cepat selesai.

Anak masih ribut, dia sudah bekerja terutama pelajaran-

pelajaran yang dia gemari matematika ya, dan bahasa Inggris

lalu komputer. Kalo bahasa Inggris, komputer saya tidak

mengajar ekstra ada gurunya sendiri.

Oooooohh gitu..

Pihak lain,, oooh yaa…

Ooohh gitu..

Oooohh gitu..

Pendamping N.

Nah, tapi kalo pelajaran selain matematika dia memang

cenderungnya menolak artinya dia itu cepat bosan..ya cepat

bosan, karna memang ndak suka. Yang namanya gak suka

anak hiperaktif itu tidak bisa dipaksakan nanti malah kita bisa

merepotkan lingkungannya. Lingkungannya itu artinya e

siswa yang lain, makanya begitu dia selesai ya sudah saya

diamkan aja yang jelas dia tidak mengganggu temannya, beda

kalo dulu kelas satu sering mengganggu.

Kalo gurunya menjelaskan dia tidak..tidak apa.. tidak

keinginan mereka dia akan protes, tapi dengan adanya

pendamping itu bisa untuk istilahnya ee mengontrol N, ya

mengontrol N. Artinya eee guru yang tidak bisa..apa seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Okee..

(menanggapi jawaban dari guru kelas)

saya ya tidak bisa mengatasi bisa di atasi oleh

pendampingnya.

Tadikan bapak bilang eee bahwa N itu ya hanya 50% bisa mengikuti

pembelajaran dengan konsentrasi yang penuh. Iyaaa..

Ada contohnya gak pak, misalnya selama belajar gitu?

Hee,emm.

Yaaaaaaa, ini sih ini kalo hasilnya hasilnya memang dia

menginginkan nilainya itu seratus, nilainya seratus biarpun

kenyataannya yaa kalo matematika ini mungkin ee bisa di

atas KKM ya hasilnya kalo itu yang saya amati untuk bidang

matematika. Tapi untuk bidang Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegara itu kadang-kadang kalo pas agak sulit itu dia

bisa di bawah KKM.

Eeeeeeeeemmmmmm, berarti pembelajaran yang selain dia tidak suka

bisa di bawah KKM?

Iyaa, selain yang dia suka dia pasti di bawah KKM.

Bahasa Indonesia juga sama, misalnya kalo dia itu

banyak..kan ada yang menulis, menulis halus. Misalkan

menulis halus, kan tegak bersambung itukan udah ada

aturannya kan ada garis, ada garis tidak boleh melebihi garis,

tapi mereka selalu melunjak, tapi kalo disuruh menghapus dia

selalu N selalu berontak kan dia tidak “saya ndak mau”, ya

makanya saya diamkan daripada mereka… ya udah saya

biarkan.

Tapi biarpun sudah ada pendampingnya, sudah di arahkan dia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Oooohh gitu,,

Iyaa..

Eeeeemmmm…

eee he,emm

pasti berteriak-teriak, makanya ya biarkan aja yang penting

dia nulis, dia nulis ee tidak diinginkan yang namanya nulis

halus kan pelan, yang namanya nulis halus kan keatas itu tipis

kebawah itukan tebal. Nah, istilah kalo dulu kan menulis

tebal tipis yaa, itukan tulis latin tegak bersambung, tapi kalo

N ya sudah ndak ada apa rambu-rambu itu rambu-rambu

udah melunjak. Karna dia memang udah, udah apa ya seperti

itu anaknya, makanya kalo nulis halus ya nilainya C selalu C.

tapi ya mungkin kalo saya anggap bagus sedikit ya tak kasih

B min, tapi min tidak pernah B.

Ooh gitu.

Pokoknya yang dia….

B… oohh (menanggapi jawaban guru dengan sedikit tertawa)

Eeeeemmm,, okee

Ya itukan sebagai bukti untuk bahasa Indonesia.

Lalu ini eee apah kalo ada jawaban yang yang apa suruh

melengkapi, melengkapi yaa dia itu keinginan kalo pas

melengkapi inginnya dia itu ini ya sudah. Padahal harusnya

adalah jawaban yang lain, tapi dia ndak mau. Ya biarpun

pendampingnya sudah mengatakan endak harusnya ini, dia

kadang-kadang gak.

Tetep memberontak tidak mau gitu?

Oohh gitu,

Iyaa mempertahankan..tetapi ketika sudah ditulis, misalkan

anak-anak ada yang menulis jawabannya itu yang punya udah

jawabanya itu dan tidak sesuai dengan N dihapus. Iyaa, itu

yang aktifnya itu berontak kadang-kadang sering dia

bertentangan dengan anak-anak. Ya mungkin kalo nulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

terlalu banyak,, makanya kalo saya misalkan contoh konkret

jumlah soal saya tidak pernah menyebutkan berapa.

Kalo misalnya menyebutkan?

Hee,eh

Kalo menyebutkan sepuluh nanti kerepotannya kan waktu

itukan kita idak bisa menjamin. Waktu itukan misalkan

setelah istirahat misalkan dari jam 09.00 sampai jam 10.45.

kalo sampai.. yang N, pak soalnya berapa? Sampai berapa?

Saya tidak pernah menyebutkan jumlah, pasti pelajaran kita

sampai jam 10.45.

Hee,emm

Oooooowwwwww,,

Hapus…. (sedikit tertawa)

yang lain

(menanggapi pertanyaan dari guru)

Eeemmmm,,,

Karna pernah saya menyebutkan jumlah terucap saya tidak

tidak secara sengaja menyebutkan sampai sepuluh padahal

waktu itukan masih banyak itukan bisa dimanfatkan untuk

penambahan soal untuk bentuk yang lain sesuai dengan KD

misalkan itu N ndak mau protes, nanti halaman sepuluh

sebelas dihapus kan kasihan yang yang lain, makanya saya

terus wha ya kalo sudah gitu saya ganti dengan pelajaran

yang misalnya menggambar kan sudah stop. Menggambar

tapi saya ambil yang berhubungan dengan misalnya kita tadi

pas bicara mengenai wisata saya misalkan gambar yang

berhubungan dengan pantai berhubungan dengan wisata. Ya

sudahkan, biar anak itu tidak terlalu banyak berontak lalu

kalo dia berontak kan lalu menggangu lingkungannya.

Karena anak autis tidak pernah, gak mau tau dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

lingkungan sekitarnya.

Untuk sosialisasi juga sangat kurang.

Kalo misalnya mendengar cerita bapak tadi ya pelajaran yang disukai

sama yang tidak disukai , menurut bapak itu logika dan penalaran N itu

bagaimana anak hiperaktif kaya N?

He,eh..

Ohhh, he,em maksudnya..

Eeeeeee, kalo menurut masnya itu untuk menalarnya itu..ini

apa, kalo masnya itukan bilangnya sesuai sudah dari… apa..

eee penelitian dari psikiaternya ya yang katanya ada. Itu

katanya memang di bawah rata-rata untuk nalar. Jadi kadang-

kadang juga kerepotan kalo bentuk-bentuk jawaban- jawaban

yang sulit, kadangkan dia terus Tanya “maksudnya apa?”.

Kalo anak yang lainnya sudah tau, begitu mbaca soal sudag

tau arahnya, maksudnya. Tapi kalo N tanya “ini maksudnya

apa?” (dengan nada meniru gaya N bicara) sama

pemban..pendampinnya. Nah, pendampingnya lalu a

menjelaskan seperti itu.

Nah, itu yang yang bisa jadi dikatan masnya bahwa daya

nalarnya N itu tidak..tidak begitu sempurna. Artinya, di

bawah rata-rata teman sebayanya mereka.

Kalo logikanya masih bisa?

Ooooohhhh,, tidak sesuai yang diinginkan.

Logikanyaa, juga sama kadang-kadang logikanya dalam

matematika dia dong yaa, tapi kalo nanti logika dalam PKn,

dalam bidang apa eeee bahasa Indonesia. Sebagai contoh aja

soal PKn misalkan, tuliskan tindakanmu atau sikapmu sesuai

dengan sila ke.. pertama, kan tindakan apa kan jelas tindakan

tapi tindakan itukan tingkah lakukan. Tapi yang ditulis N

adalah sila pertamanya, yang yang itu tindakan yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Pendampingnya (menanggapi jawaban dari guru)

Okee..

sesuai yang diinginkan. Dadi nulisnya hanya ketuhanan yang

maha Esa. Dia dong ketuhanan, tapi ini salah marah. “betul..

kan sila pertama” (dengan menirukan gaya bicara N) yang

saya tanyakan adalah tindakan apa yang kamu lakukan sesuai

dengan sila pertama. Dia kemudian lalu berpikir dibantu

oleh…. Pembantu, pendampingnya baru dong, ooohh ya

sudah dihapus yaa dengan marah-marah. Lalu ya Cuma

berdoa pada Tuhan, kan tindakan Cuma itu aja.

Kalo dari perilakunya pak, bagaimana N menyikapi semua kegiatan

yang tadi bapak jelaskan di kelas, selama pembelajaran di kelas N

gimana?

Ohh gitu..

Yaaaa anu ndak ndak, acuh tak acuh.

Yaaa ya yang namanya itu untuk memperhatikan ya ndak

bisa, karna kalo saya me….nerangkan itukan tidak bisa

saya… yang namanya autis kan mata, menjelaskan mata ke

mata ndak bisa. Kalo saya fokus pada N yang 23 siswa berarti

saya kesampingkan.

Berarti maksudnya acuh tak acuh disini gimana pak?

Berarti….. eeee sendirinya.

Ya udah dia tidak me… saya menjelaskan dia asik dengan

dunianya sendiri menggambar. Yang lainnya mendengarkan

itu N asik dengan dunianya sendiri, yaitu entah itu doa pagi

ya asik dengan dunianya sendiri.

Menggambar pake spidol hitam kalo ndak lupa bawa ya

marah.

Kalo misalnya pak pak memberikan suatu instruksi ya atau perintah

apakah N harus tangkap atau berulang kali?

Tulis. Kalo tulis dia lebih mudah kan dia kan membaca lalu

akan tanya sama apa..pendampingnya maksdunya apa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

biarpun saya udah menjelaskan tapi diakan memang harus

perlu… pendampingan.

Ohh tulis,,, (menanggapi jawaban guru)

Pendampingan (merespon jawaban dari guru)

Memang..memang si N kan harus sekolah khusus, harus

pendampingan secara khusus, biarpun nanti dalam

tingkatannya mereka akan… pertama didampingi secara

khusus, kemudian nanti yang kedua sudah saya di sekolahan

khusus.

Disini tadikan Pak P bilang ee memberikan suatu perintah atau

instruksi dengan ditulis gitu ya pak.

Tulis aja. Saya selalu selalu tulis.

Apa e tapi dengan tulis itu N langsung paham terus langsung N bisa

menjalankan perintah itu dengan baik?

Iya.

Ooooooohhh, bisa..

(menanggapi jawaban dari guru)

Yaaaaa, bisa kan kalo..yang namanya kelas dua perintahny

akan selalu simple ya tidak bertela-tele, misalkan gambarkan

misalkan gambarkan atau tuliskan apa…

Berarti menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh anak?

Iya kata-kata yang mudah dipahami anak, terutama ya itukan

saya mencari kan juga untuk membantu N sendiri daripada

saya memberi..yang rumit lalu dia nanti gak suka nanti ee

akhirnya aka berontak lagi.

Berontak lagi? Yaa itu marah

Berarti kalo misalnya N merasa bosan gitu pak langsung..? Yaa sudah. Dia jalan keluar seenaknya aja. Bosan gitu ya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

keluar.

Jalan kesana kemari di kelas gitu?

Iyaaa.

Kalo di kelas ndak ndak..lah kadang-kadang misalkan di

kelas itu kalo jalan itu melihat suatu barang yang..bagi N itu

suatu hal yang baru pasti akan diminta.

Oooooo,, berarti ketika bosan dia mencari seseuatu yang dia..?

Iyaaaa, mencari sesuatu. Biasanya, makanya oleh..oleh

mamahnya disediakan spidol hitam dia kan kalo bosan ya

sudah gambar.

Eeeeeemmmm,, oh gitu..

Masih banyak, ooooooo…..

Sempurna.. okee

Oohh gitu…

Iya. Pokok men dia itu prinsipnya gini tugas saya selesai,

misalkan ada soal sepuluh ya sudah selesai. Ya memang

waktunya masih panjang, maka saya tidak mengatakan

sampai sepuluh soal ndak, tapi sepuluh di papan tulis itukan

sepuluh kan.., itu bagi N bisa dia cepat biarpun nanti

pekerjaannya tidak sempurna pasti ada yang salah, tapi dia

cepat.

Tapi bagi teman yang lain itu….baru ada yang mengerjakan

sampai nomer tiga, ada yang baru mengerjakan sampai nomer

lima, ada yang enam, tapi bagi mereka anak-anak yang lain

itu bisa sempurna. Biarpun ada beberapa anak seperti Aang,

Desto, Natan, Raka itu ya lelet lambat ya kemampuannya dan

anak ini kalo secara apa..matematika pelajaran matematika

dia kalah dengan N.

Iya.

Eee, Pak P kan sering melihat ee N gitu selalu bergerak dan seolah- Eeeeeeeeeeeeeeeee…..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

olah ee tubuhnya itu digerakan oleh mesin gitu loh pak dan tidak

pernah lelah gitu.

Ya itu tadi… istilahnya dia itu apa ya…

Apakah dengan tingkah lakunya yang seperti itu, perilaku yang seperti

itu dapat berinteraksi dengan teman atau guru dengan baik?

Hee,,eem …

Hee,eemmm…

He,emm..

Hemmm…

Kaloooo dengan teman itu biasanya saat istirahat, tapi kalo

pelajaran kan dia sudah asik dengan dunianya sendiri dengan

menggambar-gambar itu.

Ya…

Tapi kaloo udah anu yaaaa….itu.

Dia mengerjakan satu sampe, satu sampe sepuluh misalnya,

sampe tiga soal itu udah lalu keluar yo entah cuci tangan ato

penghapusnya dicuci pokok men dia itu selalu itu keluar,

selalu ingin keluar.

Kalo yang ya saya tidak bisa apa..me..ngekang mereka,

daripada teriak-teriak yak an ya sudah.

Berarti e sebenarnya ee in..eee N itu punya interaksi sosial yang baik

tidak pak? Kalo sosial yang baik tidak.

Kurang ya?

Yaaa… yang baik.

Ya, artinya gini yang ndak baik itu namanya pinjam selalu

bilang “saya pinjam” dan kalo mengembalikan pasti

“terimakasih” gitukan kalo yang baik.

N ndak.

N itu mengambil biarpun di dalam tas dia buka tas.

Ya biarpun ndak ada, misalkan.

Misalkan dia mau pinjam spidol, spidolnya yang hitam itukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Eeeeemmmmmmm,

dia bawa, spidol hitam itu kan habis tidak bisa digunakan.

Dia selalu punya ingatan bahwa yang sering membawa spidol

ini si A, si B.

Eeeeemmmmmm, berarti sudah tau sia..?

Oooohhhh,

Ooooooooooooooooooo……

Oooooooooohhhhh, gitu.

Iya. Makanya dia akan mendatangi si A si B dan dia selalu

minta spidol hitam, biarpun si A dan si B itu sudah saya

larang untuk tidak membawa.

Saya ndak bawa N, ndak bawa“

Dia gak percaya pasti akan membuka. Buka tas di udal-udal

ndak ada marah.

Terus nangis?

Hee,em..

Oke.

Dia dia akan terus mencari yang lain cari yang lain yang

lainnya.

Dadi makanya oleh pendampingnya itu selalu di..di.. yaa..

di…

Artinya kalo yang sama mas nya itukan dipegang mukanya

tatap mata “ndak ada, ndak boleh” gitukan.

Makanya seperti itu.

Tadi bapak bilang ee interaksinya sangat kurang e yaa gak sangat,

maksudnya ada kurang gitu. He,eh.. Iyaa..ada kurang.

Hal apa yang membuat, kira-kira membuat ku..ee anak itu kurang

berinteraksi apa ya pak?

Apakah dari pihak..?

Yaitu tadi, egonya egonya.

Egonya N cukup tinggi, lalu apa...(sambil mengecap suara).

Eeeeeeeeeeeeeeeeeee, sosialnya mereka itu kurang apalagi

tidak di dukung terus terang dia itu kan di lingkungannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Egonya N.

Ooh gitu..

(menanggapi jawaban guru)

juga tidak bermain dengan orang lain.

Kalo dari penilaian gitu pak, apakah setiap mapel ee kecuali

matematika gitu ya pak yang lain mapel ee nilai-nilai kaya PKn gitu

semuanya bener-bener di bawah rata-rata semua pak?

Kecuali matematika, kecuali yang dia suka gitu (menanggapi

pembicaraan guru)

Yaaa gak.

Tergantung… yaitu tadi..

Kecuali yang dia suka iya.

Kaloooooooo nilainya ya kadang-kadang ya naik turun, naik

turun, naik turun gitu mba itu aja.

Oooooooohh,

He,em

Pendamping.

Tergantung… iyaaaa

Dari bentuk e misalkan PKn, kalo bentuknya itu hanya silang

kan ada toh yang pake tanda centang misalkan yang dibaca,

misalkan apakah ini sesuai dengan sila ini? Dia bisa.

Tapi kalo sudah nulis dengan kata-kata itu kadang-kadang yo

melenceng jauh.

Misalnya kalo ulangan kan kalo latihannya dibimbing oleh

anu kan pendamping ndak masalah, tapi kalo ulangan

pendampingnya langsung lepas itu kadang-kadang dia

tidak..menjawab tidak sesuai dengan perintah apa yang

ditanyakan.

Ya.., memang hasilnya tidak tidak begitu jelek. Tapikan

kadang-kadang pas KKM, tapi suatu saat dia di atas KKM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Okeh. jadi ga pasti.

Ya, tapi kalo matematika dia selalu di atas KKM, mungkin

bahasa Inggris juga selalu di atas KKM kaloo saya liat ee nile

UTS nya itukan kelihatan sekali. Nilenya bisa..bisa liat itu

dari bahasa, dari PKn dan matematika selalu di atas bahasa

atau PKn.

Tapi yang tema kedua itu dia bisa..jadi tergantung bentuk,

bentuk soal.

eeeee..

Pak P tadi bisa mengatakan ee gak eeeee mengatakan se..cerita

semuanya tentang N gitu. Sekarang ee pandangan bapak atau persepsi

bapak terhadap ee anak seperti N itu gimana pak?

Cara pandang bapak melihat tingkah laku N yang hiperaktif kesana

kemari, gitu selama ini?

Hiperaktif (mencoba menanggapi pembicaraan guru)

He,em..

(menanggapi pernyataan dari guru)

Eeeemmm,

Yyaaaaaaaa, kaloo saya yaa yang penting kalo dia tidak

mengganggu temannya ya saya diamkan aja..wooongg e

mereka woong…….

Saya udah agak tau dikit kalo yang namanya

hip..opo…hiperaktif opo … hiperaktif autis itukan selalu

dengan dunianya sendiri.

Makanya ya biarkan aja yang penting kan ini bukan sekolah

khusus ya kan?

Ini sekolah umum saya harus eeeee bisa merangkul

semuanya, biarpun yang satu bermasalah ya saya terima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

Oohhh gitu…

Hee,emmm

Okeh..

Tapi kalo kalo anak yang lain seperti N ya saya marahi, jalan-

jalan itu saya marahi. Pasti akan saya marahi, karna memang

mereka bukan seperti N ya kan, makanya yaa dengan ee

pembinaan yaa saya tegur ndak boleh, kamu ndak boleh

jalan-jalan, ndak boleh ini…. Ya kan.

Tapi kalo N..... ya sudah, wong mereka cuma jalan ya ndak

mengganggu cuma hanya keluar aja.

Dia mau misalkan aja dia mau kebelakang, ya udah dia

langsung nyeruntul aja.

Tapi kalo yang lain kan selalu, “ pak, ..” selalu ada ijin, “pak

saya ijin mau kebelakang”, ya kan.

Mau minum aja yang paling sederhana , datang “pak boleh

ndak saya minum?“, “oh, boleh”.

Tapi kalo N ya ndak ambil aja….

Iyaa beda sekali (dengan nada lirih).

Ya pak, dengan dengan segala pemberontak N sering berontak gitu

pak, terus suka jalan-jalan sendiri gitu cara penanganan bapak gimana,

misalnya e agar N untuk tenang dulu lah sejenak jangan jalan-jalan

dulu.

eeeeeeeeeee,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Ada cara penanganan khusus gak yang bapak berikan?

Yaa, he,eh (menanggapi jawaban guru)

Ohh gitu…

Kalo saya bukan ahlinya ya.

Makanya yaaa…. Saya diamkan sejauh anak itu tidak

mengganggu. Karna kalo saya tekan, dia akan berontak lalu

akan membuat gaduh, suasana kelas tidak nyaman berartikan

saya merugikan siswa yang 23 itu.

Dari pada saya menekan ehermm hanya untuk mereka untuk

tenang lalu dia berontak.

Kan saya, prinsip saya mengutamakan yang 23 itu. Karna

memang saya tidak tidak tidak ahli untuk menangani itu, ya

kan.

(guru menjawab pertanyaan dengan batuk-batuk)

Beda kalo di sekolah khusus autis, di autis senter itukan satu

anak satu pendamping, itukan sudah jelas kalo disinikan saya

ndak bisa.

Karna kalo saya menangani N terus yang lain terabaikan

nanti wali murid yang 23 banyak yang protes. Ya kan.

(guru batuk-batuk lagi)

Oh ya pak mungkin….(belum selesai bicar)

Pendamping, adanya pendampingkan karna protesnya wali

murid.

Iyaa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Oooohh, yaa..oohhh, gitu pihak sekolah…. (belum selesai bicara

dipotong lagi oleh guru)

Oke, bener.

Dulu..dulu kan e di kelassatu kan ndak ada makanya banyak

berontak dan terus terang guru yang satu kan selalu mee apa..

memproteksi.

Tapi saya melihat dengan pengalaman guru yang di kelas satu

dengan memproteksi N selalu memberontak, saya kan e cari

celahnya gimana toh N itu…

Ohohh, ya udah biarkan aja, keluar cari mamanya ya udah

biarkan aja.

Saya tidak mengikuti N mau cari nananaaaaaaa…..

Yang penting N keluar mamanya ada ya sudah. Nanti dia

suruh masukkan ya mau masukan N bukan saya eee apa

mamanya kan. Kalo saya ngetut..ngetutke lalu yang e yang 23

itu bubar, pelajaran saya tidak tercapai, materi saya tidak

selesai. Saya ya udah memang anak itu bukan di sekolahan

umum, makanya yaaa saya sejauh dia tidak merugikan

temannya saya biarkan.

Eee, kan bapak baru menangani N di kelas dua ini ya pak.

Adanya pendampingan itu sejak awal semester kelas dua atau baru

berapa bulan ini sebelum awal semester?

Iya, he,eh …

Iya kelas dua.

Iyaa, kemaren baruu agustus kan pertengahan agustus itu aja.

Yaaa setelah itu e pertama kali kan mungkin mbak-mbak PPL

sudah mendampingikan, jelas itu.

Nah, itukan itu dalam rangka orangtua mencari pendamping

kan tidak semudah mencari pendamping seperti itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

Pendamping

(menanggapi cerita dari guru)

Memang pada saat itu memaaang pendampingnya itu yang

putri itu memang sebenernya pas dia psikiater khusus autis,

tapi permasalahanya kan dia kuliah, masih nulis skripsi, lalu

dia ditambah lagi menikah maka dia keluar, ya diakan juga

orang jawa timur kan tidak bisa itu……

Dan sekarang pendampingnya yang laki-laki itu masnya dari

kumon yang bisa… ya memang N juga les disana di kumon.

Kan memang dia suka matematika ya dia nuruti (dengan nada

lirih).

Eeeeeemm….

Yang satunya inikan perawat, yang namanya perawat itu kan

iyaa secara langsung kan udah di didik menangani anak ini

kan paling ndak kan dalam satu semester ada, ya kan.

Kalo saya yaaa ndak ada cuma saya hanya belajar dari

pengalaman di kelas satu seperti apa saya terapkan ya sudah.

He,emm

Iyaaa….

Suruh jangan keluar gitu?

(tertawa mendengarkan cerita dari guru)

Saya ndak mau terus terang dengan mamanya dengan suster,

“ suster saya ndak mau kalo N buat ulah misalkan keluar

terus saya ngetutke, menahan saya ndak mau.

Iya, saya ndak “N jangan keluar”, dia berontak. Kalo

berontak 23 anak ini yaaaaaaaaaaa… ya keteteran kan.

Makanya saya biarkan aja, mau dia mau…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

Eeeemm,,,,

Eeeemmmm,,,,

He,em

Jadi ya sebetulnya kalo secara pendidik ya salah yaa tapi saya

tidak akan mau mengorbankan yang lebih banyak karna

pengalaman jangan sampe saya itu di protes oleh wali murid

hanya gara-gara saya itu fokus pada N.itu saja.

Tapi saya adil pada semuanya, ya kan?

Kalo saya fokus nah yang lain yang 23 keteteran dia nanti

pasti akan laporkan dirumah. Dia selalu akan dipantau oleh

orangtuanya bagaimana?

Ooooooooohhhhh,

Terus dilaporkan?

Eeemmmmm,

Yang namanya N itu dari kelas I dipantau terus dan sampai

anak itu dan selalu menulis, dulu kelas satu kan ada buku e

yang namanya buku apa e refleksi itu kan kemudian menulis,

menulis hari ini saya sed..sedih karna tidak bisa pelajaran

dengan nyaman karna N gini..gini..gini..

Hampir semua rata-rata sikap, hampir semua itu kan,

hari ini perhatian guru hanya pada N, saya tidak pernah

diperhatikan.

Saya jangan sampai seperti itu, kan ini sekolah umum

BUKAN sekolah khusus.

Tetapi ya karna sudah sekolah sudah menerima mau ndak

mau yaa..kita juga harus menerima biarpun amat sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

keberatan, kwualahan .

Milik dia?

emmmm

Apalagi kalo saya marah, misalkan aja kalo menggunakan

laptop nah ini..

Karna segala sesuatu barang yang ada

itu dianggap oleh N itu miliknya, itu repotnya sekali.

Jadi apa yang dia temenya punya langsung diamil?

Oooohhhhh,

Kembalikan

Iyaaaaa, itu milik ku….

Biarpun nanti yaa hanya saja setelah dijelaskan itu bukan

punya dia toh, kembalikan.

Kembalikan kadang-kadang kalo dia di mod a dikembalikan

jalan, kalo ndak ya di lempar.

Oohhhh,,

Sesukanya dia berarti ya?

(sambil tertawa)

Okeh.

Iyaa yaa, makanya itu tadi sesuka..

Dulukan pernah mengalami belum adanya pendamping sampe

sekarang udah adanya pendamping apa Pak perbedaannya?

Emmmm,,

He,em

Iyaaa..

Yaa, perbedaannya kalo ada pendampingkan mudah-mudah

ee saya tidak kerepotan untuk mengatasi N.

Jadi, saya bisa fokus memberi materi atau pembelajaran pada

anak-anak itu udah fokus, ya kan..

Karna segala sesuatu gerak N yang menyimpang, itukan

sudah di atasi oleh pendampingnya, ya kan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

biarpun dia, misalkan mau keluar gitukan terkadang

pendampingnya kan menarik, mau kemana?

Eeee mau… nneeee….

Tapikan juga, pendampingkan juga juga tau. Kalo dia udah

teriak, ya udah di lepas.

Karna juga ingin tidak mengganggu lingkungannya.

Ya itu aja.

Terakhir pak, ee karna Pak P itu guru kelasnya N gitu.

Eeee bentuk motivasi apa yang diberikan e untuk N supaya ya

pembelajarannya ya bisa dia terima juga?

Memberi kebebasan N?

Ohhh gitu,

Penalarannya gak…

Iyaa

Emmmmm….

Yaa, motivasinya yaaaa..

Apa ya?(dengan nada lirih)

Ya memberi kebebasan mereka aja, y kan..

Karna kalo terus terang N …

Iya kebebasan N, apa yang..yang ingin N inginkan ya sudah

saya biarkan aja.

Ya soalnya kan, mereka, N itukan tidak bisa yoo tadi Logika

untuk dan penalarannya ..dan dia he,hem perkembangannya

itu lambat, lambat sekali.

Makanya, eeee kalo mungkin di sekolah khusus mungkin

juga tidak perkembangan nalarnya juga lambat ee makanya

oleh orangtuanya di sekolahkan umum.

Biarpun toh nanti suatu saat nanti perkembangan nalar itu

akan mentok, tok itu ada levelnya. Itu menurut, menurut

psikologinya itu ada level mentok tidak bisa berkembang.

Tidak bisa berkembang berdasarkan psikologi yang itu mengatakan…

Katanya… (sambil tertawa)

Iyaaa, psikologi.

Katanya menurut mas nya itu, tapikan yang namanya ee yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

iya di atas kan beda dengan yang di bawah, ya.

Sudah di tok, di fonis bahwa itu pasti tidak bisa sembuh

fonis, tapi kenyataannya mungkin sembuhkan?

Ini yang namanya penyakit HIV, fonis pasti mati toh dengan

pertolongan orang lain bisa e itukan bisa sembuh.

E, Pak P pernah eee dari orangtua gitu pernah berbicara tentang N?

Ee saya secara langsung ndak pernah menanyakan ke

orangtua

Menanyakan napa N? Enggak?

Enggak,

Ooh gitu,

Napa Pak?

Eee, e yaa …inikan, saya hanya menjaga etis ya, saya tidak.

Beda kalo orangtuanya, bercerita Pak saya mau cerita N biar

….

Itukan lebih enak, daripada saya bercerita, saya saya selalu

mengetahui N itu dari pendampingnya.

He,em

Biarpun itu tindakan tindakan yang salah, tapi saya memang

ndak mau eeekalo seperti itu seolah-olah itu kok saya kalo

dengan orangtuanya seolah-olah kalo saya, kalo terus ingin

tau gitu..

Emmm,

Artinya betul kalo ingin tau gitu, tapi yaitu tadi ee kalo

mereka memang sifatnya tertutup orangtuanya tertutup..

Ya memang kalo dia itu ingin cari bicaranya mungkin dia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

akan terbuka, tapi yaitu tadi saya Cuma punya perasaan ndak

enak aja.

Eemmm..

He,em

He,eh

Ya sudahlah, kaloo seperti itu ya udahlah. Pokok men prinsip

saya, kalo orangtuanya mau bercerita tentang N pada saya ya

monggo, tapi yang jelas saya tidak akan utik-utik menenai

keadaan N.

Tapi ada itu gak Pak, ee apa pihak sekolah punya dokumen khusus?

Ohh gitu,

He,emmm

Naaahh, itu yag tau suster..

Apakah, memang dulu pernah suster minta apakah itu

diberikan apa ndak itu…

Tapi dari pihak orangtua itu bagaimana Pak?

Eeemm,,

Yaitu tadikan, pada saat itu eeee…

Mungkin yang ini aja yaa, yang sekarang ini aja ya..

Ini baru, mungkin apakah suster juga memberi, diberi

fotokopi dari psikiaternya atau yang apa itu istilahnya apa…

terapinya itu, saya juga kurag tau karna saya gak pernah tidak

pernah menanyakan kaya gitu lagi.

Karna yang penting bagi saya yang saya minta bahwa N

harus ada pendamping.

Iya

Pembelajaran

Begitu ada pendamping yaa saya lego.

Pembelajaran pasti saya akan berhasil dan bisa berjalan ya

biarpun tidak 100 persen, karna bagaimanapun juga yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Iya

ABK hee,emm

Fokus, iyaa

(sambil tertawa)

Iya pak,

Emmmm

He,em

Oh iyaa

namanya di kelas itu ada anak khusus itu tidak, tidak bisa 100

persen.

Beda sekolah yang, kelas yang lain ya kan bisa fokus, bisa

tenang ya.

Apalagi kalo sudah N berontak, itu yang 4 anak itu tadi ikut-

ikut, mencari perhatian.

Em, cari perhatian.

Biarpun yaaa itu, tapi dengan adanya pendamping itukan saya

bisa, paling tidak bisa e mengatasi 4 anak yang punya, punya

apa..sering buat ulah, ulahnya ya karna faktor X biasanya dari

N.

Kalo dari rumah udah gak bisa saya…apalagi kalo udah

dirumah bermain bukan dengan teman sebaya, dengan teman

yang lebih dewasa itu weisss tobat wes.

Okeh, terimaksih ya Pak. Iya, sama-sama.

Waktu pelaksanaan follow up : 12 November 2014

Eee, pak kemaren eee saat beberapa hari yang lalu kan sudah

wawancara tentang N ya pak yaa.

Ee, sesungguhnya apa yang dialami N toh pak? Kok, kok bapak bisa

mengatakan ee kadang N itu hiperaktif juga autis gitu?

Eemmmmm,

Iya.

Iya.

Eee gini, kalo autisnya kan jelas sekali kalo orang, ya ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

Eeeeemmmmm,

Eemmm, gitu

hanya sebagai opo ee kata masnya itu loh yang selalu

membimbing itu kalo autis itu kan katanya kan hanya opo,

fokus hanya satu bidang tertentu ya, dan bidang yang lain

tidak diminati.

Juga nanti terhadap lingkungannya jadi dia hanya asik pada

dirinya sendiri dan tidak mauuu, tidak mau e apa

beeerrr..sosialisasi atau berhubungan interaktif dengan

sekitarnya.

Kadang-kadang, eee juga bisa timbul dua-duanya itu saat dia

itu tidak opo, tidak apa cocok ya dengan keinginannya.

Ya, misalkan aja eeeee guru sudah memberi soal misalkan

iya.

Soal itu tidak berkenan bagi N dan bagi temannya itu soal

sebetulnya soal yang sangat berkenan, tapi bagi N tidak

berkenan, maka oleh N akan di hapus ya.

Nah, dihapus lalu anak-anak berteriak whuuuuuuuu…. , tapi

ya N cuek aja seperti N tidak bersalah.

Iya.

Itu ciri, itu itu ciri opo hiperr..aktif..

Ya itu ciri hiperaktif yang autis ya seperti itu.

Yaaa, ya itu hanya sebagian kecil saja ya, mungkin juga nanti

dalam hal yang lain juga mungkin sering menyakiti dirinya

sendiri, memukul-mukul meja itukan sakit.

Iya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Sering pak?

Eeemmmmm,

Emm,

Emmmmm,

He,em

Nasehat

Biasanya dia kalo tidak berkenan ya pelajaran, dia kan yang

disukai matematika, setiap pelajaran di awali dia selalu, pak

matematika pak.

Tapi kalo saya mengajar yang lain, dia pasti akan memukul

meja,, drrruuug..drrrruuuggg…. langsung protes.

Kan kita tidak bisa yang namanyaaaa..apa.. tematik itu selalu

diawali dengan matematika, kan kita harus diawali dengan

bercerita dulu ya.

Nah ini sebagai gambaran eee, ya mungkin e yang lain-

lainnya juga banyak ya penyakit, e N sering nyakitin

temannya secara tiba-tiba dia mukul, secara tiba-tiba

apa..mendorong ya, padahal anak itu tidak melakukan

kesalahan pada N.

Hanya dia mungkin memori kelas satu pernah disakiti

eepernah digoda, memang kalo dulu kelas I teman-temannya

masih menggoda, ya kan.

Begitu di kelas II sudah saru e saya ajarkan bagi teman-

temannya, jangan sekali-sekali menggoda N yaitu pada saat

biasanya saat N ndak masuk saya akan memberi masukan

pada anak-anak biar e N tidak tersinggung.

Ya biarpun dia itu tidak tau, tapikan kadang-kadang kan ndak

enak dengan pendampingnya yang itu saja.

Pokok men ya hanya kalo dia itu memorinya timbul untuk

menyakiti temannya si A si B yaa langsung aja berdiri lalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

Emm, iyaa

Oke

Ohh gitu,

Eemmmm,

kadang-kadang mukul, dorong, atau nanti kalo mau pinjam

itu yaa seenaknya tanpa permisi atau tanpa apa.. saya mau

pijam ini, pinjam setip, pinjam pensil, buku, penggaris.

Dan nanti kalo mengembalikan ya hanya di taro tidak

mengucapkan terimakasih atau yang kadang, kadang-kadang

yang sering menyakitkan si empunya itu adalah dilempar,

dikembalikan dengan dilempar.

Tadikan bapak bilang, cerita kalo N itu hiperaktif autis ya seperti yang

bapak ceritakan.

Eee, itu autisnya di lihat dari mananya pak?

Emm, he,emm

Iya itu kalo autis

He,em

Iya.

Nah, kalo autis e ini hanya saya bila.. ee omong-omong

dengan mas nya itu pendampingnya kok mas kok e autis,

kemudian dia bercerita ciri-ciri, ciri-cirinya kalo orang autis

itu berkomunikasi itu harus bertatap muka, bertatap mata

dengan mata,

Kalo tidak nanti ee opo perintah yang akan kita berikan itu

nanti tidak, tidak sampai pada memori atau dia tidak akan

melakukan, dia hanya e masuk kuping keluar kuping aja.

Dan iya autis, dan saya juga omong-omong dengan teman-

teman yang lain di lingkungan, karna juga ada yang warga

yang anaknya autis, tapi saya tidak eee paham opo tau

anaknya, tapi dari beberapa orang kalo kumpul-kumpul itu

seperti itu, e apa kalo bicara ya memang harus bertatap mata,

kalo ndak yaaa dia asik dengan dunianya sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

Bagaimana dengan ini? Iya, N sama.

Oohh, gitu ya

Emmmm,,

Ohh gitu,

Dia selalu asik dengan dunianya sendiri, makanya kalo saya

misalkan memerintahkan, misalkan suruh duduk atau suruh

diam itu selalu ee saya kalo dia ndak mau menatap mata, ya

kepalanya akan saya pegang biar mata ketemu dengan mata

saya, lalu saya memberi instruksi dan dia tau.

Kalo hiperaktifnya?

Nah, hiperktifnya ya keusilannya N itu karna, karna dia asik

dengan dunianya lalu apa yang dia tim..bulll dalam

pikirannya itukan kadang-kadang berbeda dengan situasi

pembelajaran.

Misalkan aja, kita sudah belajar misalkan anak-anak asik

mengerjakan tugas misalkan, entah itu tugas berhubungan

degan PPkn atau bahasa, tapi dia malah menggambar.

Eeeemmm,,

Eemm,

Tapi nanti kalo ditegur marah, ya dengan itu tadi mukul-

mukul meja, lalu dengan berteriak, nah tapi saya diamkan

karna saya ndak mau membuat suasana sekolah kelas itu

gaduh.

Ketika bapak diamkan, apa yang(dipotong saat belum selesai bertanya)

Iya dia asik, N asik dengan dunianya sendiri.

Ya nanti akan ..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

Berpengaruh pada kemampuan belajarnya gak pak?

Eeeeeeeeeemmmmm,

Iyaaa, memang nanti kemampuan belajarnya kan tidak full

ya, tidak full ya, tidak seperti temannya.

Ya biarpun ya hasilnya kalo ulangan kadang-kadang kalo

baca soal ya kalo ndak tau ya di kan pasti tanya

pendampingnya.

Makanya, N itu amat tergantung dengan pendampingnya,

bahkan kalo nulis aja, baca di papan tulis itu selalu minta

tolong pada pendamping, itu apa.

Ya, tanya maksudnya.

Eeemmm, gitu yaa

Okeh.

Oh, ya

Dampingi

okeh

Lalu pendampingnya ya menerangkan maksudnya gini.

Padahal anak-anak, teman-temannya tidak usah Tanya pada

saya sudah tau maksudnya kalimat itu, tapi ya kalo N ya

harus di..beri penjelaskan dari pendampingnya.

Tapi kalo menurut Pak P sendiri autis sama hiperaktif itu sama gak

pak?

Mempunyai ciri sama gak?

Yaa, kalo...

kalo hiperaktif beda ya, karna ada anak yang tidak autis tapi

juga hiperaktif.

Kalo hiperaktif kan biasanya dalam gerak fisik ya, gerak fisik

tapi belum tentu dia itu autis.

Karna pengalaman saya dulu mengajar di kelas II juga ada

yang sukanya hiperaktif ya, dia tidak bisa duduk, dia itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

Jalan..

Emmmm,

Ohh gitu,

Maksudnya,…

Dua-duanya itu eee apa pak?

hanya jalan-jalan , tapikan itukan bisa di..di atasi dengan

hukuman.

Dia akan menyadari dan diaaa akan mee…instropeksi diri

dan membatasi.

Wes, contohnya saja di kelas saya Orva. Orva itukan di kelas

aktif jalan, di kelas II juga jalan, suka jalan, tapi aktifnya dia

kan hanya jalan dan ingin bicara toh.

Tapi dengan kejadian ee,, dengan hukuman mereka kalo ee

karna dia itu tau maksudnya mengapa kok saya itu di hokum.

Ooh, saya di hukum karna saya itu banyak jalan. Makanya

biar saya tidak di hukum berarti saya tidak jalan dan dia

sekarang udah berkurang itu kalo hiper..hiperakif ya itu

bisa,bisa.

Tapi kalo autis itu dua-duanya bisa timbul.

Iya.

Misalnya gini, dua-duanya eeee bisa timbul gini, N itu

kadang-kadang kalo jenuh di kelas dia kan keluar, jalan

keluar tanpaaa bilang pak, bu maaf ma..ma..mau keluar mau

apa.

Biasanya anak-anak kalo keluar itukan selalu bilang mau

kebelakang, mau rautin, mau buang sampah, tapi Noco ya

cuek aja seperti di..di… apa di kelas, di depan kelas itu tidak

ada gurunya, ya jalan.

Biarpun saya baru menerangkan, yaitu ciri orang autis dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

Eemmm,

saya, saya juga omong-omong dengan pendampingnya kok

seperti…

Iya, dia hanya mengiya.

Ya memang N seperti itu, itu ya memang…

Apa lagi itu ciri autis seperti itu, iya memang seperti itu.

Kadang-kadang timbul seperti itu, keaktifannya ya keaktifan

dia gerak.

Berarti eeee, ee hiperaktifnya itu lebih di lihat dari psikomotoriknya? Iyaaa, psikomotoriknya. Dia dia..

Kalo autisnya?

Tapi timbul,

Duanya…

Oke.

Autisnya kan sebenarnya juga sama juga, istilahnya dari…

Tapi lebih timbul kee… ke…

Iyaa..

Tapi menurut Pak P sendiri melihat N itu lebih ke yang hipernya

saja… (pembicaraan dipotong oleh guru)

Atau…

Berarti…

Dua-duanya.

Kalo saya melihat dua-duanya, tapi ya kadang-kadanng

leb….bih menonjol ke autisnya kelihatan sekali

Ooooohhh, contohnya apa Pak? Yaa tadi itu.

Ohh yang banyak itu,

Oooww,

He,em,

Iya, iya pokok men pelajaran yang selalu dia suka Cuma tiga

ya Matematika, Bahasa Inggris, TIK.

TIK aja kalo di kasih teori dia marah.

Eeemmmm,

Yang namanya komputer itu harus berhadapan pada..tidak

semua pelajaran komputer harus di komputer kan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

Iyaa..

Mungkin ada nulisnya dulu kan untuk menulis perintah atau

untuk anak mengetahui, oh ini bagian ini, fungsinya untuk ini

kan.

Ya memang alangkah baiknya juga dengan praktek kan,

tapikan yang namanya apa… menulis itu kan juga perlu biar

anak tau maksudnya apa.

Okeh.

Iyaa

Okeh.

Kan tidak semuanya punya buku.

Berarti bapak melihat N itu cara pa.., e apa persepsi bapak terhadap N

ya anak itu lebih ke itu sssttttt…. ke…?

Iyaa.

Eeemm,,

Eeemm,,

Iyaa.

Lebih ke..kalo saya ke autis ya.

Ya memang kalo aktifnya kan tidak semua bisa opo, bisa

timbul.

Kan timbulnya saat keinginan dia, ya kan.

Dia itu mau apa, ya itu baru keaktifannya dia.

Kalo ndak yaa bisa aja satu hari itu duduk.

Tenang?

(sambil tertawa)

Menggambar sendiri..

Oke.. oke

Tenang.

Tapi yaitu sambil dia asik dengan menggambar.

Iya, itu itu.

Iya.. Contoh aja olahraga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

Okeh.

Eeeemm,

He,emm

Saya amati dari jauh itu, dia itu yaa jalan sampai dia itu cape.

Makanya setelah pelajaran olahraga PJOK itu kan da 2 jam,

itu untuk mulaiii….

Temaa…

Mulaii..

E pertengahan tema 2 sampai tema 3 nanti 4 ini, itu tidak

akan pernah saya kasih materi.

Karna kalo saya materi wuaahhh, nanti yang namanya N akan

membuat kisruh kelas dengan ngamuk

Kan dia teriak-teriak kan merasa badan cape.

Makanya saya mengambil kebijakan yaitu di buku tema itu

kana da kegiatan yang berhubungan dengan PJOK.

Kalo misalnya PJOK nya itu permainan, kan..kan kadang-

kadang oleh guru olahraganya ndak, tidak di ajarkan.

Nah, itu saya ambil untuk bermain.

Contohnya lompat tali seperti tadi, teruusss apa eee bentik ya

kalo di Jawa bentik, tapi kalo di buku tema itu permaianan

kayu malele dari Papua itu kan.

Nah, itu kan hanya untuk mee…biar situasiii..kelas itu bisa

mempraktekan apa yang berhubungan dengan materi.

Kalo saya kasih materi, biasanya ya berhubungan dengan

SBK, seni budaya misalkan nyanyi, lalu ee apa keterampilan

ya melipat atau menganyam, lalu meng..menggambar.

Jadi berhubungan-berhubungan yang tidak banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Eeemmmm,

Okeh.

men..menguras atau dengan pikiran.

Karna kalo dengan pikiran pengalaman saya tema 1 dan tema

2 pertengahan itu yang namanya N pasti akan selalu membuat

ulah.

Kan ternyata dia cape..cape..cape..

Nah, dengan teriakan cape dia akan memancing bagi anak-

anak yang..yang bermasalah.

Tadikan bapak bilang cape, kalo cape terus dia buat ulah gitu pak? Iya.

Berarti kalo di lihat dari apar e apa pernyataan bapak tadi itu lebih

kemananya pak? Yaitu…

Hiperaktifnya apa ke….

Oooohhh,

He,em

Yaaa, tampil aktifnya itu aktifnya.

Jadi, dia tidak menginginkan eee kan dia tidak suka kan

dengan melihat pelajaran itu, maka dia cape.

Ya kalo pas baik dia hanya tidur saya ndak masalah.

Lebih baik saya, temannya Pak N tidur.

Saya biarkan aja, udah biarkan.

Saya selalu bilang dengan opo, pengaw e pendampingnya

kalo N tidur biarkan aja udah.

Dari pada di bangunkan nanti marah..

Pernah pak?

(sambil tertawa)

Ooowww,

Okeh.

Ohh gitu,

Iya, sekali itu pernah tidur saya biarkan udah.

Ndak masalah ya, karna memang ya namanya olahraga kan N

tidak focus pada pelajaran olahraganya, tapi asik dengan

dirinya sendiri jalan-jalan.

Lainnya pada baris ya dia jalan-jalan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

Eeemm,

Okeh.

Suruh baris ya ndak bisa, karna memang, memang yang ada

di pikirannya bukan sesuai dengan keinginan mereka ya

seperti itu.

Ya berartikan lebih ke..ee autis.

Iya.

Autisnya kan gambarannya jelas kalo, kalo orang autis kan

diatur kalo tidak sesuai dengan keinginannya yoo ndak bisa.

Beda kalo dengan orang normal.

Berarti harus main mata ya pak?

Ooohh, gitu.

He,em.

Eemm,

Iya, main mata.

Perintah kita harus main mata itu aja kalo dia menolak itu

pasti dengan teriak, dengan nangis yaa.

Jadi dia itu mau menerima, tapi dengan terpaksa.

Ya contohnya aja konkreat yang namanya udara panas,gerak,

kita harus apa?

Kan nyalain kipas angin toh?

N ndak boleh.

Ndak boleh.

Terus?

Ohhh, (sambil tertawa)

Ooww,

Eeemm,

Lah akhirnya ya anak-anak kan ribut.

Anak-anak ributkan.

Pak ndak nyaman, panas, saya ndak bisa konsentrasi.

133akan?

Tapi N ndak boleh, ndak boleh nyalakan.

Akhirnya saya ya, saya dengan N sama..pendampingnya

akhirnya suka bentrok kan. Bagaimanapun juga saya juga

akan e opo, me..mengurusi anak yang paling besar, saya ndak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

Oke, Pak. akan mau ngalah dengan hanya anak satu itu.

Kalo memang suruh keluar yaaa, saya kalo ndak mau atran

bapak ya pulang kelar gitu aja dan itu sudah kalo memang

dengan opo pendampingnya seperti itu.

Dan pendampingnya, yaitu memang baik.

Memang harus seperti ditegaskan aja.

Kalo dia melanggar aturan di suruh keluar atau…

Kalo memang kalo ada mamanya malah panggilkan

mamanya aja sekalian.

Itu sudah dia N akan berteriak-teriak.

Ya, berarti e bapak bisa menyatakan N mengalami autis dari semua

tingkah laku yang dia tunjukan gitu?

Iya.

Tingkah lakunya.

Ya udah makasih ya pak….

Ya memang, yaa… itu yang di sebut dari pengamatan, tapi

dari psikiater kan bisa beda.

Iyaa, he,eh..

ya ini kan menurut dari bapak, pandangan bapak..

He,emm

Ya sudah makasih ya pak.

Kan kalo yang…

Sudah punya datanya toh?

Kan sudah memang menunjukan itu toh, ke arahnya itu . . . .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

Lampiran 3.2

Transkrip Hasil Wawancara Guru Pendamping

Waktu Pelaksanaan : 29 Oktober 2014

Pukul : 10.00-10.33

Pertanyaan Jawaban

Sebelumnya namanya mas siapa ya?

lengkap?

P,

P P

Usianya berapa mas?

25 tahun

Mas itu bekerjanya di… Saya di pendampingan……pendampingan anak sih

pendampingan anak

Tepatnya maksudnya ada di…

Lembaga, lembaganya lembaga kumon

Ohh gitu… Yang ngelesin gitu ya mas, ya bukan? Bukan yaaa?

Oooohhhh gitu, oke. (menanggapi pernyataan dari mas P)

Kalo ngelesin sih….. Cuma pendampingan sih saya

lebih ke pendampingan

Gini, eeeeee saya mau nanya. Eee aa apah ada keperluan apa mas kok saya

waktu PPL di sini melihat mas gitu di SD ini gitu ada keperluan apa?

Eeem, yang pasti saya punya kepentingan.

Kepentingan saya pendampingan untuk anak, ee

ngelindungin anak, eeee kemudian untuk apa yaaa

untuk meng…. mengcover seorang anak demi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

kebaikan anak

Ooooohhhhhh gitu…. Gitu sih, lebih yang pastinya sih saya lebih

mendukung perlindungan anak, perlindungan anaknya.

Pendampingan terhadap siapa mas?

Pendampingan terhadap N anak sekolahan sini

Emmm yaa oke… berarti tadi mas bilangkan lebih mengcover atau lebih

mendampingi N. Oke.

He,eh pendampingan N untuk perlindungan N

Awalnya itu bagaimana kok bisa menjadi pendampingnya dari N?

Eeeeee, awalanya sih saya dari ee dari pihak orangtua

pihak keluarga bercerita kondisi di sekolahan gitukan.

Eeeeeee kemudian karena kebutuhan di sekolahan

harus ada pendamping, ee dari beberapa kasus yang

terjadi kemudian e pihak sekolahan ataupun orangtua

itu menyarankan gitukan adanya pendampingan

kemudian kemudian saya diberitahn, kemudian saya

selanjutnya mengiyakan untuk bisa mendampingi N

ini di sekolahan gitu.

Ohh gitu, berarti pihak orang….pertama dari pihak sekolah yang

membutuhkan

orangtua orangtua

Ooohh, orangtua yang disuruh oleh pihak sekolah untuk mencari

pendampingan untuk mendampingi N?

Orangtua, Iyaaaa untuk mecari pendampingan.

Iyaaaaa…

Apa yang sebenarnya dialami N sih mas kok bisa mendapatkan

pendampingan khusus gitu?

Eeeeeeeeee, kalo …

Kalo keb ee N ini hiperaktif, digolongkan sebagai

anak hiperkatif yang dimana ee tingkat emosionalnya

masih labil. Jadi kontrol emosinya bagi si anak belum

mampu di kontrol sendiri dan masih mempunyai ee

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

emosional kemudian punya dunia sendiri dalam

fikirannya, sehingga untuk ber..ber..bersosialisasi

dengan teman-temannya masih harus dibimbing.

Oke sosialnya masih kurang ya? Iya

Eee, kan tadi mas nya bilang bahwa N itukan dikatakan anak hiperaktif ya? Hee,emm

Adakah hal atau contoh yang memperlihatkan bahwa anak itu tuh si N itu

benar-benar mengalami hiperaktif? Buktinya ee ada contoh realnya?

Buk… Eee kalo untuk contoh ee satu si anak e dan

imajinasinya itu ini mempunyai e daya khayal tinggi,

imajinasi tinggi dan imajinasinya itu sangat

mempengaruhi dia untuk mempengaruhi si N ini untuk

spotanitas bergerak tanpa disadari dan itu membuat

orang-orang yang disekitarnya merasa e kenapa

gitukan, merasa kenapa kemudian merasa saya salah

apa, padahal secara spontan N ini bergerak karena

dunia khayalya itu.

Emmmm……

Ada contoh lain gitu mas?

sebentar mas (sambil berjalan menuju kearah pintu)

Tadikan mas nya bilang e esi N ini punya daya imajinasi tinggi ya yang

mempengaruhi dia menjadi hiperaktif bergerak kesana kemari?

Terus ada yang lain yang mungkin,,,,

Iyaa

Kalo hal lain lebih cenderung ee melihat barang yang

memang dia sukai dan spontanitas lagi si anak ini

langsung mengambil dan itu ee inilah suatu gejala

hiperaktif yang tiba-tiba dia harus mengambil

sebenernya dia tidak ingin memiliki, namun hanya

ingin melihat.

Hanya ingin melihat? Hanya ingin melihat saja

Tapi nanti ujung-ujungnya dikembalikan?

Ooooohhhhhh,,

Dikembalikan, tapi tanpa eee kalo secara yang ee

anak-anak yang biasa itu pasti saya dengan sebutan

panggil nama ee apa meminjam, kalo si N itu langsung

jadi spontanitas tanpa meminta tanpa eee apa ya, saya

pinjam dulu tidak dengan kalimat…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Ijin….

Iyaaa tidak dengan ijin, dengan spontanitas. Iyaaa,

seperti itu.

Gini, masnya kan tadi bilang bahwa anak itu ya daya imajinasinya tinggi dan

lain-lain. Nah, atas dasar apa mas nya kok bisa memberikan contoh seperti itu

bahwa N itu hiperaktif?

Kalo sebagai contoh yang tadi itu ee saat

pendampingan terkadang bukan terkadang, tapi e

seringkali seringkali setelah melakukan aktivitas,

melakukan aktivitas dia belajar kemudian dia harus ee

si N ini membayangkan bahwa dia menonton film

kartun.

Eeeeeeee, seperti avenger, seperti dora, jadi dan selalu

didalam benaknya dia

berbicara dengan film-film itu dan dia menokohkan

salah satunya kadang kala seperti itu.

Contohnya pernah?

Ooowwhhhh, gituu….

Ohhh, ketawa sendiri, berbicara sendiri?

(sambil ketawa mendengar cerita)

Pernah, seperti dora.

Dia menokohkan dora, kemudian ee menyebutkan ee

apa ya namanya ya di tokoh itu film itu gitukan.

Eee Dora ee memanggil temannya si siapa yang

namanya cowo itu yang temennya dora yang

kemudian manggil itu, tapi dengan dirina sendiri jadi

tidak dengan lingkungannya.

Jadi dengan dirinya sendiri ketawa sendiri.

Iyaa berbicara sendiri, mengkhayalkan bahwa dirinya

merupakan salah satu tokoh disitu, seperti itu.

Dan kemudian kalo ee saat dia menyukai barang

seperti tokoh-tokoh itu dia akan menyukai dia akan

melihat, dan dan dia menyebutkan tokoh itu dengan

baik, tidak ada ee satu halpun yang salah, dengan baik

dia sebutkan walaupun dia dengan berbahasa inggris,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

karena bahasa inggrisnya cukup baiklah kalo dibilang

seperti itu.

Eeeeee,ada hal atau mungkin kan tadi dari contoh saja ya mas disitu ee mas

nya melihat karena mendampingi N selama pembelajaran.

Apakah ada hal lain yang memperkuat pernyataan N bahwa N mengalami

sedikit kelainan khusus atau kebutuhan khusus gitu?

Gitu okeh…

Kalau,,, data atau hal yang memang apa ya yang saya

miliki saya belum ada data karena saya hanya sebagai

pendamping dan saya mengalami.

eeee kalo data secara real itu kepada ke orangtua sih

ataupun ataupun dengan yang psikiaternya seperti itu.

Sesungguhnya gini apa yang membuat N itu bisa seperti sekarang punya

kebutuhan khusus hiperaktif ini?

Mungkin sedikit,,

Kaaallloooooooooooooooo……. Flashbacknya sih,

kalo saya certia dari kedua orangtuanya ee satu

gejalanya adalah si N ini baru umur 1,5 tahun sampai

2 tahun baru bisa bicara. Yaaaaa kalo di istilahya kami

sih ….

Satu berapa?

1,5 tahun sampai 2 tahun sekitar itu baru bisa bicara.

Telat ngomonglah kalo dibilang dengan bahasa saya

telat ngomong.

Dari situ eee gejala-gejala itu muncul dengan ya

akhirnya di..dalam lingkungan keluarganya diberikan

suatu tontonan-tontonan yang artinya e emosonalnya

kemudian tidak stabil gitu loh.

Ohh gitu,

Oke. Iya, seperti yang ee dengan gadgetlah istilahnya gitu.

Berarti faktor dari pihak keluarga, maksudnyaa..

Oohh gitu….

Kalooo keturunan itu belum, ee kalo keturunan ndak

ada cuman karna gejala….

kalo yang e makanan eee itu pasti ada karna beberapa

konsumsi yang diberikan e sewaktu kehamilan

mamahnya pun ee saat bercerita mamahnya pun juga

mengkonsumsi yaa, seperti seafood kemudian yang

pokoknya hal-hal yang sebenarnya untuk kehamilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

tidak boleh dan harus porsinya tidak banyak e

mungkin kelebihan seperti itu bilangnya dari

mamahnya seperti itu.

Berarti pernyataan masnya ini dikuatkan oleh pernyataan dari Ibunya yang

menjelaskan bahwa waktu hamil suka makan-makanan junkfood gitu?

Iyaaaaaaaa………

Iyaaaa, iyaaa, yaaa, yaaaaaaaaaa…….. seperti itu.

Ohhh, berarti …

Mungkin dari kedua orangtua gak ada yang mengalami keturunan gitu mas?

Riwayat hidupnya (saat menanggapi pembicaraan mas P)

Tidak ada kalo secara, kalo riwayat dari iyaaa riwayat

hidupnya seperti mamahnya bercerita tidak ada e yang

mempunyai e apa namanya gejala seperti ini tidak ada

dan kalo mamahnya bilang seperti itu tadi karena

kebutuhan yang pas kehamilan itu aja.

Mungkin dari gak ada faktor lain ee selain keluarga mas? Keluar, keluarga

inti gitu selain keluarga inti tidak ada?

Saya sih tidak mengetahui secara pasti karena ee

keterbatasan saya untuk e berkomunikasi apa untuk

menelusuri pun saya tidak tidak tidak berani untuk hal

seperti itu.

Berarti eee sudah lama ya N itu mengalami ini? Berarti dari usia 1,5 tahun

sampai sekarang dan itu nanti e biasanya kalo anak hiperaktif kaya N itu

bertahan,,,,, eee maksudnya itu bukan bertahan, ee di usia dewasa nanti

apakah akan berhenti sekolah dipertengahan atau ?

Iya..

Ohh bisa?

(menanggapi pembicaraan mas P)

Iyaaaaa, sudah cukup lama.. sampai sekarang.

Eeee, gejala…gejalanya ini atau… (sedikit tersendat-

sendat)

Kalo gejalanya ini bisa diantisipasi. Iyaa sangat bisa

sekali, tapi memang harus membutuhkan waktu cukup

lama. Karena kontroling dari, ya itu tadi kontroling

dari satu keluarga orangtuanya kontrolingnya itu harus

dari makanan, kemudian dari e tingkah laku, dari

sosial dia harus diperkenalkan dengan lingkup

sosialnya. Kemudian kalopun di sekolahan ya harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

memang salah satunya memang ada pendampingan

seperti yang mungkin karena itu nanti akan menjadi

solusi antisipasi yang membuat si anak eee tidak

merasa benar sendiri, karena pada saat ini egonya,

emosionalnya, egoisnya masih tinggi sekali dan dia

merasa ini yang paling benar bagi dia, tapi apabila ada

memang yang bisa diarahkan dari orang yang lebih

memahami itu akan menjadi eeee lebih baik lagi dan

akan kembali seperti semula normal.

Oke, eee

Perilaku kan tadi kan masnya bilang dari sejak satu setengah tahun sampai

dua tahun awalnya itu sulit berbicara hanya itu saja?

Terlambat (menambahkan pembicaraan dari mas P)

Sulit,,,, eee kalo dibilang sulit e apa ya telat

ngomongnya jadi bukan sulit, tapi telat, terlambatlah

istilahnya.

Iyaaaaaa, keterlambatan disitu.

Kalo faktor lainnya, ee setau saya masih itu karna dari

informasi yang diberikan mamahnya itu, hee,eehh

iyaa….

Nah itu tadi pihak dari orangtuanya sendiri, ya khususnya keluarganya

keluarga besar dari ee N itu me… apa sudah menerima atau memahami

keadaan dari N yang seperti sekarang belum?

Sudah memahami, sudah sangat memahami..

memahami dan menerima kondisi.. Ee maka dari itu e

kedua orangtuanya pun juga memberikan ee

pendampingan gitu kan. Jadi menyadari bahwa ee ini

anak mempunyai ee kelebihan istilahnya, kelebihan

yang memang harus dikontrol dan e demi

perlindungan si anak itu sendiri dan lingkungannya.

Oke.

Eeeeee disini bagaiamana ee mas P itu tau jika orangtua atau dari pihak

kelarganya itu sudah tau atau menerima keadaan N?

Eeee, setau saya setau saya karena ee beberapa kali

dengan konsultasi dengan saya dan e pihak yang lain

itu merasakan saat ini sangat lebih baik daripada

sewaktu dia masih TK, karena sewaktu TK e masih

masih .. apa ya merasa bahwa anaknya ini seperti anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

biasa normal, tapi e dalam jangka waktu ang memang

sudah berlalu ini sudah mengetahui gejala-gejala

karena ada informasi-informasi yang dari luar dan itu

membuat orangtuanya membuka mata ini yang terjadi

dan si N ini adalah spesial bagi keluarganya.

Dan saat ini masih ikut terapis juga kok, masih ikut

terapis untuk terapi apa emosional.

Dia lebih ikut terapinya terapi emosional?

Iyaaaaaa, terapi emosional saja untuk meredam

emosionalnya eeee awalnya memang di teriak-teriak,

kemudian dia bentak-bentak, kemudian dia marah-

marah dengan tidak ada sebab apapun. Kemudian

sewaktu e selama setahun lebih ini ikut terapis dan

kondisinya cukup baiklah.

Itu berapa? masnya tau tidak, berapa seminggu sekali terapi?

Ohh seminggu dua kali, dimana itu mas?

Iyaaaaa, seminggu dua kali.

Iyaaaaa, seminggu dua kali.

Di kota gede.

Ohh gitu, sama mas nya juga?

Oooohhh , beda terapisnya yaa? (menanggapi jawaban mas P)

Enggak, enggak…. eeeeee beda beda, beda terapisnya.

Iya

Kalo masnya kan udah mendampingi N berarti berapa lama, satu bulan ada?

Ooooooooohhhhhhhhhh,,,,

Sayaa kaloo.. eeee 2 bulanan kalo untuk

mendampingi, tapi ya kalo untuk bertemu ataupun

untuk tatap muka itu saya ketemu dengan N lebih dari

1 tahunan, 1 tahun.

Iyaaaa, saya lebih lebih cukup lama lah bertemu

dengan N setelah TK ee ya setelah TK. Ee yaaa

hamper 2 tahun saya ketemu N, eee dia karna ikut

kumon kemudian saya bertemu. Dari situ kemudian

mamahnya banyak cerita hal yang kebutuhan N seperti

apa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

Oke, tadikan sudah lama ya mas 1 tahun?

Gimana kalo misalnya di kelas itu bagaimana mas, berproses selama

belajarnya itu gimana?

Cukup lama.

Eeeee, berproses belajarnya si N N itu cukup baik saya

kira, cukup baik apabila tidak ada yang eee

mengganggu. Kadag kala e si N ini di kelas tenang

dengan pelajarannya dia tenang, kemudian ada

memang e dan temannya yang yang… sedikit bergerak

kemudian spontanitas tadi karena setelah dia

mengerjakan atau dapet tugas dari guru dia cepat

sekali dengan tangkas dia mengerjakan.

Eeeeee dan saat itu pasti ada pekerjaan lain yang

memang dia harus kerjakan apa, kemudian dia punya

imajinasi satu menggambar, kemudian dia dengan

imajinasinya sendiri dia berkhayal kaya gitu.

Kemudian spontanitas apabila ada temannya yang

lewat ya dia spontanitas bergerak gitu kan, tapi itu

terkadag tapi pada saat saya dampingi ya dia dengan

tenang sih.

Berarti anak itu bisa dikatakan bisa mengikuti pembelajaran dengan baik? Baik-baik dengan pembelajaran sangat baik.

Eeee maksudnya baik itu seperti apa mas?

Satu mengikuti pelajarannya itu nilaianya cukup

baguslah di atas rata-rata. Kemudian dengan

pendampigan ini, apah namanya.. perintah guru pun

diterima.

Sebelumnya tidak?

Sebelumnya saat dengan mamanya saya kurang tau ee

apa namanya ee memang harus dikontrol. Kalo pada

saat ini yang memang ada pendampingan cukup

terkontrol dengan pembelajaran dengan perintah guru.

Berarti N bisa mengikuti pembelajaran, hanya saja ketika kalo kemaren saya

melakukan pengamatan N kok sempat memberontak gitu? Apa yang

eeeeeeeee,,,,,,

itu bukan pembelajaran, bukan saat pada belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

mengganggu pembelajara dia?

oooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhh

terkadang karena dia sudah selesai kerena dia sudah

selesai, kemudian dia mau ngapain tidak ngapa-

ngapain, yaitu tadi dia berkhayal kemudian dia

menggambar, kemudian disitu kalo memang ada

barang kotor yang memang dia ingin membersihkan.

Kalo kemaren yang memang sempat dilihat itu adalah

penghapus yang sempat kotor yang kemudian

mencuci, dalam artian mencuci itu ternyata dia hanya

ingin main air gitu..

Jadi hanya untuk alasan saja dan disitu memang kalo

memang diingatkan eee si N jam berapa harus seperti

apa jadi dia menjadi kebisaan karna dari awal

kemaren-kemaren mungkin dijadikan, diiyakan, pak

saya mau ijin “iya, iya”.

Dari situ jadi kebiasaan N apabila itu dari awal sudah

diantisipasi ee diberikan patokan waktu si N pasti

tidak akan melakukan.

eeeee

Bagaimana perubahan emosinya sekarang?

Dari yang mungkin mas kenal sebelumnya sampai yang sekarang menjadi

pendampingnya N di kelas dua ini emosinya.

eeeeeeeeeee, kalo perubahannya lebih baik sekarang

dari yang ee menggebu-gebu, setelah ada

pendampingan e cukup mereda, tidak menggebu-gebu

lagi mampu diantisipasilah.

eeee, kalo misal di kelas sendiri perubahan emosinya apa? Eeeee katanya kan

apakah pernah menyakiti dengan emosinya dia yang mungkin udah bosan

dengan pembelajaran di kelas mungkin menyakiti temannya atau?

Iyaaa (menanggapi cerita dari mas P)

Saya kira tidak.

eeeeeee, untuk menyakiti ataupun apa namanya

menjahili seperti itu pada temannya saya kira tidak,

karena eee si N ini cenderung memang lebih ke

khayalannya ke menggambar.

Apabila dia tidak digoda atau tidak diganggu yang lain

dia tidak akan berontak. Ya contohnya kadang kala ee

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

saat berbaris gitukan, eee pipinya di pegang-pegang,

kemudian di goda-goda, kemudian dari hal-hal seperti

itu ee si N kadang tidak nyaman.

Ee tapi kan namanya anak-anak ya tidak mungkin

akan selalu selalu ndak boleh ndak boleh, ee tidak

cukup baik juga biarkan bersosialisasi untuk

berkembang cuma e pembatasannya dan terkontrol-

kontrol pada si anak lainnya bisa. Gitu aja sih..

Tadi masnya kan bilang kalo misalnya contoh ketika baris gak hanya baris

sih saya pernah melihat di cubit pipinya, dipegang-pegang terus digoda-

godain, nah itu apakah N emosinya langsung berubah dengan anak-anak yang

gangguin dia atau gimana?

Yang tadi tenang-tenang saja…

Kaloooooo,,,,,, iyaaaa

Berubah pasti karena karena saat itu apah N itu tetep

dalam dalam kondisi yang tidak ada kegiatan dia pasti

berkhayal. Di difikirannya ada sesuatu yang memang

kita gak tau dia diam-diam berfikiran apa. Kemudian

ee temannya datang kemudian berkumpul seperti itu

eee dia menyapa N, kemudian memegang pipinya N

kadang kala saling memeluk, tapi kadang kala dengan

pelukan yang terlalu banyak kadang kan teman-

temannya memang satu dua orang yang memeluk,

kemudian ketika temannya datang berrombongan

kemudian memeluk semua, dia merasa tidak nyaman

dan memberontak emosinya, kemudian ee apa

namanya meluap tapi cuma saat itu saja, setelah itu ya

tidak apa-apa karena temannya juga sudah pergi

masing-masing dijalan ya biasa, tapi dengan masih

mempunyai pikiran yang lain. Dia jalan ataupun yang

lain di masih dia ee apa namanya tetap punya punya

khayalan sendiri. Dan dan itu tidak bisa dialihkan.

Eeee, kayak tadi banyak temen-temennya yang ngrubungi N kan punya Dia kalo di… kalo banyak gitu dia mendorong agar ee

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

khayalan, jadi ketika N merasa tidak nyaman dia akan memberontak, Apakah

memberontaknya akan melukai dirinya sendiri atau melukai temen-temen

yang memeluknya itu atau…?

lepas dari N, karna mereka banyak yang memeluk

kemudian dia karna karna banyak mungkin berfikiran

disitu kemudian tangannya bergerak, kemudian ya

lepas semua dan setelah itu tidak.

Kalo menyakiti diri sendiri tidak atau menyakiti orang

lain tidak. Cuma kadang spontanitasnya tadi, ada

barang apa yang memang anu tidak sengaja ataupun

memang bercanda tapi e ikarna kondisinya N seperti

ini orang berpikiran lain bahwa dia melukai, tapi

padahal tidak. Kemudian ee, kadang kala nco itu juga

merasa kesal dengan dirinya sendiri gregetanlah

istilahnya seperti itu kesal dengan dirinya sendiri.

Eeeee kan pas posisi memang eeee khayalannya itu

berubah, berfikirnya berubah kemudian dia kesal

sendiri dengan gregetan e kemudian (nada terdengar

terbatah-batah) dan itu pun memang harus di antisipasi

agar tidak tidak meledak gitu kan, nah satu dengan

pelukan ataupun dengan sapaan yang buat dia nyaman.

Eeeee, bagaimana tindakan mas P ketika melihat N itu tidak mampu

mengontrol emosinya?

Saya peluk.

Saya peluk, saya bisikan, saya berikan bisikan yang

memang buat dia nyaman. Beri pelukan.

Bisikan seperti apa maksudnya, mengingatkan? Iya, mengingatkan ada apa N, gimana N seperti itu dan

dia akan merasa nyaman.

Okeh. Terus hasilnya dari itu apakah langsung,,? (pertanyaan belum selesai

langsung dijawab)

Iya, langsung meredam. Emosinya lagsung meredam

eeeee dan dia merasa saya nyaman.

Dengan emosi yang tidak stabil tadi bisakah N itu eee maksudnya langsung

jadi e emosinya dia tadinya tidak stabil terus langsung bisa normal kembali?

Dan terus bisa berinteraksi dengan temannya?

Bisa.

Dengan… dengan iya berinteraksi lagi karna….

Mudah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

Ohh, berarti ini yaa mudahberubah sekali. eeeee saat dia emosional kemudian di emosioalnya itu

kita redam dia akan kembali seperti normal kembali

seperti biasa, tapi kemudian kalau apabila ada hal yang

memang emosinya tinggi lagi ya seperti itu.

Jadi ee tidak terduga, karna eee di kalo saya liat ee

cuma apa ya namanya dia mempunyai dua dua hal

difikirannya , dia belajar, dia main.

Karna…..

Oohh, belajar dan main?

Iyaa, belajar dan main. Karna tingkatan umurnya kalo

dibilang sekarang umur tujuh tahun dia berfikirnya dia

masih lima tahun.

Oke.

Contoh kalo misalnya di kelas apa mas? Kalo e emosinya tadi itu loh mas

berinteraksi, dari emosi langsung dalam waktu sekejap bisa berinteraksi lagi

dengan yang lain, pernakah mas mejumpai itu?

Eeeeeeeeeeeeeeeee, itu posisi dia kehilangan apa

bawaannya buku gambar atau bawaan bukunya tidak

ada kemudian ee dia marah gitukan. Dia marah dia

kemana saya perlu buku ini. Dia marah kemudian ee

saat ditenangkan ee pake buku lain dan diberikan e

perintah yang memang sama bukunya dan dia merasa

tenang.

Oohh gitu?

Yaa, jadi untuk berontaknya kemudian untuk

emosionalnya yang tinggi tadi kemudian meredam

seperti itu.

Kalo dinasehati dengan buku lain bisa menggambar langsung emosinya bisa

meredam?

Iyaaaaaa, iyaaaa…..

Iyaaaa, yaaa.

Oke, terakhir ya mas.

Eeeeeeee selama menjadi pendamping N, motivasi apa yang selalu diberikan

kepada N sehingga N itu bisa memahami instruksi, bisa memahami semua

nasehat dari keluarga maupun pendamping, maupun psikiater. Motivasi apa

yang mas nya berikan?

Kalooo,, eheemm (sedikit batuk) saya motivasinya

sih..

Iyaa.

Kalo motivasinya eeeeeeeeeeeeeeeeeeee kemandirian

biar N bisa mandiri, N bisa menjadi hebat, N jadi anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

Yang di kelas aja. baik. Itu seperti itu sih yang memang yang pasnya

yang paling seneng dia, N jadi hebat. N mau jadi

hebat, pasti hebat

Ooo giru..

Hanya dengan perkataan itu ya?

Iyaa, dengan bahasa yang memang bagi dia kalimat itu

oke buat saya buat N. Kata hebat itu sangat melekat

banget dengan dia.

Contohnya apa mas, di kelas mas misalnya?

Kalo dia sudah selesai menyelesaikan pekerjaannya

dia em ee di perintahkan untuk menulis yang ada

dipapan tulis, kemudian kadang kala kan kalo dia tidak

ee tidak sesuai dengannnnnnnn harapannya dia

dengann yang ditulis dia hanya seharusnya sepuluh

tapi dengan gurunya ada lima belas soal dia akan

marah, tapi apabila dia bisa menyelesaikannya N hebat

N coba bisa jadi anak hebat gak, jadi anak hebat kan

jadi lima belas dan diacungkan jempol dia akan jadi

cukup baik.

Kalo e pengamatan saya gitu ya mas dan dari e mas nya sendiri pernah cerita

ke saya. Kalo misalnya di kelas gitu ya, e misalnya ada guru kelas menulis

gitu, tapi ketika N belum selesai atau belum ini langsung dihapus kaya gitu?

Ooooooooooooooooohhhhhhhh……

Kalo masalah belum selesai kalo dia e se…setau saya

selesai dia pasti akan selesai, Cuma kadang kalo dia

terlalu banyak, terlalu banyak dia harus tulis dia akan

marah. Karna e dia merasa mungkin e e apa tidak

terbiasa gitukan untuk coba tulis….

Jadi ee kemaren saya juga konsultasi dengan Pak P

sendiri dengan wali kelasny sendiri, ee Pak P sudah

mengetahui gejalanya jadi tidak memberikan point

kepada N entah itu mau oh sekarang lima belas ya,

tidak.

Tapi nanti dulu paling enggak Pak P sudah

mengetahui kondisinya dan tidak memberikan point

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

berapa nomer yang dia harus tulis, gitukan. Terserah

nanti e dia mau seandainya pas sudah-sudah sepuluh

ya diem dulu, kemudian baru dia menuliskan kembali

kemudian dari situ N mengikutinya. Karna kadang

kala yang dipikirannya kalo itu ya itu dan ya itu tadi

egonya tinggi, jadi kalo eee tidak sesuai dengan dia,

dia marah. Makanya tadi dari situ ee sudah ada

gejalnya yaa paling gak dipahami. Karna menulisnya

N pun juga e artinya temponya juga cukup baik, cuma

memang tulisannya hanya saya kira memang harus

perlu-perlu latihan seperti itu sih.

Nah, mas nya kan sudah mendampingi N gitu yaa.

Pembelajaran apa sih yang sekiranya itu paaaaling dia suka?

Gambar berartiiii…

Ohh gitu,

Gambar.

Gambar, bahasa inggris, matematika itu yang paling

dia sukai.

Iya.

Eeee dari, kenapa mas nya bisa bilang gitu?

Apakah dari nilainya yang bagus, nilainya yang tinggi terus atau bagaimana?

Ka….

eeeeeee, kalo nilai sih saya tidak terlalu berfikir kesitu

karna itu plus nya aja.

Kaa…. Penilaian saya dia cenderung skillnya. Saya

mencoba untuk skil nya agar emosionalya juga e

terkontrol dengan seperti itu. Dia dengan berhitung

riwayatnya sih kalo berhitung dari kakeknya, eee

kakeknya jago dengan matematika. Saya kira itu.

Kakek? Iya kakeknya jago matematika dia dosen kalo ga salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

dosen matematika. Kemudian e papa nya itu staf

danamon, staf bank cukup lumayan lah dibilangnya.

Masih sampai sekarang?

Masih kalo papa nya masih di bank. Eee kemudian eee

skilnya dia menggambar dia deng… menggambar

yang memang dia sukai dia cukup bagus dan bahasa

inggris karna riwayatnya dari dulu sudah didengarkan

film-film kartun yang berbau bahasa inggris. Jadi

dalam fikirannya pun juga itu dan cara ngomongnya

pun kadang logatnya logat bahasa Inggris gitu.

Skillnya sih yang saya nilai.

Ohh gitu..

Ya oke, terimakasih mas sudah menyisakan waktu... Oke, okee…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

LAMPIRAN 4

STUDI DOKUMEN (Nilai Raport)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

Deskripsi Studi Dokumen

(Nilai Rapot)

Pada penelitian ini selain menggunakan observasi dan wawancara peneliti

juga menggunakan dokumen untuk melengkapi data-data yang telah terkumpul.

Dokumenyang dimaksud peneliti adalah nilai rapotsiswa yang mengalami GPPH

dari kelas I semester 1 dan semester 2 hingga nilai UTS kelas II. Berdasarkan nilai

rapot yang telah N peroleh terlihat bahwa saat kelas I baik di semester 1 maupun

semester 2 nilai-nilai N cukup baik, yaitu berada di atas KKM pada semua mata

pelajaran. Salah satu contohnya nilai rapot pada mata pelajaran yang N tidak suka,

yaitu Bahasa Indonesia dengan batas KKM yang ditentukan adalah 65, sedangkan

nilai yang diperoleh N berada di atas KKM, yaitu 88.

Nilai-nilai rapot N saat di kelas I berbeda dengan nilai UTS N saat di kelas II.

Pada mata pelajaran yang N suka nilai-nilainya berada di atas KKM yang

ditentukan, namun pada mata pelajaran yang tidak N suka seperti mata pelajaran

Bahasa Indonesia saat di kelas I mendapatkan nilai di atas KKM dengan nilai 88,

namun saat di kelas II N mendapatkan nilai UTS di bawah KKM dengan nilai

48.Perubahan nilai tersebut terlihat ketika kelas I N memperoleh nilai yang cukup

baik berada di atas rata-rata KKM yang ditentukan, namun pada saat N kelas II

semester awal terjadi penurunan nilai walaupun hanya pada mata pelajaran

tertentu.

Penurunan nilai yang terjadi pada N merupakan aspek kogntitif yang dicapai

oleh N mulai dari kelas I sampai kelas II.Adapun aspeklainnya yang dinilaidalam

rapot yaitu aspek pengembangan diri dan kepribadian. Aspek-aspek tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

tertulis bahwa di rapot kelas I mendapatkan nilai rata-rata B, sedangkan di kelas II

mendapatkan nilai rata-rata B. Artinya, bahwa siswa tersebut hanya rendah di

aspek kognitifnya saja, sedangkan di aspek afektif dan psikomotorik tidak begitu

terlihat.Berdasarkan fakta yang peneliti peroleh dapat disimpulkan bahwa pada

aspek kognitif terjadi perubahan, namun pada aspek pengembangan diri dan

kepribadian di kelas II terjadi sedikit perubahan. Setiap perubahannilai rapot N

dari kelas 1 hingga kelas 2 dapat dilihat pada bukti dokumen yang peneliti peroleh

berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

REKAPITULASI NILAI RAPOR KELAS 1 SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Dokumen di atas merupakanbuktihasil rekapitulasi nilai rapor pada setiap

mata pelajaran(aspek kognitif).Pada saat kelas 1 semester Inilai N cukup baik,

walaupun N memperoleh peringkat ke-22 dari 26 siswa.Nilai N dapat dilihat pada

baris yang diberi tanda warna kuning.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

DAFTAR NILAI KEPRIBADIANDAN PENGEMBANGAN DIRI KELAS 1

SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Dokumen di atas merupakan daftar nilai kepribadian dan pengembangan diri

pada setiap mata pelajaran.Terlihat pada baris yang diberi tanda warna kuning

bahwa nilai kepribadian dan pengembangan diri N pada setiap mata pelajaran

cukup baik dengan rata-rata nilai yang diperoleh N adalah B.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

REKAPITULASI NILAI RAPOR KELAS 1 SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Bukti dokumen rekapitulasi nilai rapor kelas 1 semster II pada setiap mata

pelajaran menunjukan bahwa N menduduki peringkat ke-24 dari 26 siswa.Bukti

nilai tersebut menunjukan bahwa aspek kognitif N mengalami penurunan dari

nilai sebelumnya di semester I. Pada kelas 1 semester I N memperoleh rata-rata

nilai 82,30 dengan peringkat ke-22, sedangkan pada kelas 1 semester II N

mengalami penurunan nilai dengan rata-rata nilai 78,50 dan berada di peringkat

ke-24.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

DAFTAR NILAI KEPRIBADIANDAN PENGEMBANGAN DIRI KELAS 1

SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Dokumen di atas merupakan daftar nilai kepribadian dan pengembangan diri

pada setiap mata pelajaran kelas 1 semester II.Terlihat pada baris yang diberi

tanda warna kuning bahwa nilai kepribadian dan pengembangan diri N pada setiap

mata pelajaran cukup baik, walaupun ada satu mata pelajaran yaitu Seni Lukis

yang memperoleh nilai C.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

LAPORAN HASIL ULANGAN TENGAH SEMESTER I KELAS 2

TAHUN PELAJARAN 2014-2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

Bukti dokumen laporan hasil ulangan tengah semester I kelas 2 menunjukan

bahwa N memperoleh nilai yang rendah berada di bawah KKM pada tema 1,

namun tidak pada mata pelajaran yang N suka. Artinya, N memperoleh nilai di

atas KKM pada mata pelajaran yang N suka, kecuali pada mata pelajaran tentang

bahasa Indonesia dan perilaku seperti PKn. Dapat dilihat pula nilai N pada tema 2,

N memperoleh nilai yang cukup baik. Pada aspek kognitif N mengalami

perubahan nilai di setiap semesternya, namun perubahan juga terjadi pada aspek

pengembangan diri dan kepribadian rata-rata N memperoleh predikat “B-“.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

LAMPIRAN 5

HASIL TRIANGULASI DATA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Hasil Triangulasi Data

a. Latar Belakang Siswa dan Keluarga (Wawancara Orang Tua dan Anak)

b. Ciri-Ciri Siswa yang Mengalami GPPH (Observasi dan Wawancara

dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, dan Guru Pendamping, serta

bukti dokumen tertulis)

c. Kebiasaan Di Rumah (Wawancara dengan Orang Tua dan Anak)

d. Kebiasaan Di Sekolah (Observasi dan Wawancara dengan Guru kelas II,

Guru Ekstra kelas II, dan Guru Pendamping)

e. Aspek Kognitif Anak (Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II, Guru

Ekstra kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua, serta bukti dokumen

tertulis)

f. Aspek Afektif (Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra

kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua, serta bukti dokumen tertulis)

g. Aspek Psikomotoriknya(Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II,

Guru Ekstra kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua, serta bukti

dokumen tertulis)

h. Interaksi dengan lingkungan sekitar pada saat di rumah (Wawancara

dengan Orang Tua)

i. Interaksi dengan lingkungan sekitar pada saat di sekolah (Observasi,

Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, Guru Pendamping

dan Orang Tua)

j. Perubahan nilai dari kelas I sampai dengan kelas II (Bukti dokumen nilai

rapot)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

LAMPIRAN 6

DAFTAR COODING

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

Lampiran 6.1

Cooding Guru Kelas II

Jawaban Tematik

F P R Identitas guru, yaitu

nama, dan profesi

guru. Dua A

eeee…Ya cuma satu itu namanya N. Udah toh. Itu saja.

Ciri-ciri anak secara

fisik

eeeeeee, kalo bukti fisik dari mamanya kan belum yaa..

Jadi ee dari cirinya aja kalo autis itu anak itu tidak mau

bertatap muka, bertatap muka secara langsung, dan kalo

kita e memberi perintah itu harus bertatap muka, tatap

mata dengan mata, kalo tidak ee perintah kita itu hanya

dianggap angin lalu aja.

Yaa mungkin hanya 50% ya, 50% kalo saya 50%.

Karena terus terang dia akan mengerjakan cepat-cepat,

cepat selesai. Anak masih ribut, dia sudah bekerja

terutama pelajaran-pelajaran yang dia gemari

matematika ya, dan bahasa Inggris lalu komputer.

Tingkat konsentrasi,

pusat perhatian

siswa, mata pelajaran

yang di sukai, dan

sikap siswa terhadap

mata pelajaran yang

tidak di sukai.

Nah, tapi kalo pelajaran selain matematika dia memang

cenderungnya menolak artinya dia itu cepat bosan..ya

cepat bosan, karna memang ndak suka.

Yaaaaaaa, ini sih ini kalo hasilnya hasilnya memang dia

menginginkan nilainya itu seratus, nilainya seratus

biarpun kenyataannya yaa kalo matematika ini mungkin

ee bisa di atas KKM ya hasilnya kalo itu yang saya

amati untuk bidang matematika. Tapi untuk bidang

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegara itu kadang-

kadang kalo pas agak sulit itu dia bisa di bawah KKM.

Ciri-ciri kognitif

(nilai yang diperoleh

N)

kalo nulis halus ya nilainya C selalu C. tapi ya mungkin

kalo saya anggap bagus sedikit ya tak kasih B min, tapi

min tidak pernah B.

Ya itukan sebagai bukti untuk bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

Ya, tapi kalo matematika dia selalu di atas KKM,

mungkin bahasa Inggris juga selalu di atas KKM kaloo

saya liat ee nile UTS nya itukan kelihatan sekali.

Nilenya bisa..bisa liat itu dari bahasa, dari PKn dan

matematika selalu di atas bahasa atau PKn.

Iyaa, selain yang dia suka dia pasti di bawah KKM.

hiperaktif autis itukan selalu dengan dunianya sendiri.

Ciri psikomotorik

(selalu bergerak

selama belajar di

sekolah) dan ciri

afektif

Yaa sudah. Dia jalan keluar seenaknya aja. Bosan gitu

ya keluar.

Dia mengerjakan satu sampe, satu sampe sepuluh

misalnya, sampe tiga soal itu udah lalu keluar yo entah

cuci tangan ato penghapusnya dicuci pokok men dia itu

selalu itu keluar, selalu ingin keluar.

Dia mau misalkan aja dia mau kebelakang, ya udah dia

langsung nyeruntul aja.

Mau minum aja yang paling sederhana , datang “pak

boleh ndak saya minum?“, “oh, boleh”. Tapi kalo N ya

ndak ambil aja.

Yaitu tadi, egonya egonya.Egonya N cukup tinggi,

Kalo sosial yang baik tidak. Ya, artinya gini yang ndak

baik itu namanya pinjam selalu bilang “saya pinjam”

dan kalo mengembalikan pasti “terimakasih” gitukan

kalo yang baik.N ndak. Interaksi sosial di

lingkungan sekolah Eeeeeeeeeeeeeeeeeee, sosialnya itu kurang apalagi

tidak di dukung terus terang dia itu kan di

lingkungannya juga tidak bermain dengan orang lain.

Tapi dari pendampingnya kan saya pernah omong-

omong saya menanyakan kok N itu, apakah ada sesuatu

yang istimewa dari anak? Dia bilang pendamping yang

laki-laki itu yang dari apa kumon itu bilang N itu autis

hiperaktif ya.

Persepsi guru: cara

mengetahui anak

tersebut mengalami

GPPH dan cara

menyikapi Kalo saya bukan ahlinya ya. Makanya yaa... Saya

diamkan sejauh anak itu tidak mengganggu. Karna kalo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

saya tekan, dia akan berontak lalu akan membuat

gaduh, suasana kelas tidak nyaman berartikan saya

merugikan siswa yang 23 itu.

Iyaa. Lebih ke.. kalo saya ke autis ya. Persepsi guru

terhadap kondisi

siswa dan kondisi

tersebut berpengaruh

pada kemampuan

belajarnya (setelah

dilakukan follow up)

Iyaaa, memang nanti kemampuan belajarnya kan tidak

full ya, tidak full ya, tidak seperti

temannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

Lampiran 6.2

Cooding Guru Pendamping

Jawaban Tematik

P, P P

Identitas guru, yaitu

nama, pengalaman

guru

25 tahun

Saya di pendampingan……pendampingan anak sih

pendampingan anak

Lembaga, lembaganya lembaga kumon

Kalo ngelesin sih….. Cuma pendampingan sih saya

lebih ke pendampingan

Eeem, yang pasti saya punya kepentingan. Kepentingan

saya pendampingan untuk anak, ee ngelindungin anak,

eeee kemudian untuk apa yaaa untuk meng….

mengcover seorang anak demi kebaikan anak

Gitu sih, lebih yang pastinya sih saya lebih mendukung

perlindungan anak, perlindungan anaknya.

Pendampingan terhadap N anak sekolahan sini

Ciri-ciri anak secara

fisik

Eeeeeeeeee, kalo …Kalo keb ee N ini hiperaktif,

digolongkan sebagai anak hiperkatif

secara spontan N ini bergerak karena dunia khayalya

itu.

Baik-baik dengan pembelajaran sangat baik. Ciri-ciri kognitif

(nilai yang diperoleh

N)

Satu mengikuti pelajarannya itu nilaianya cukup

baguslah di atas rata-rata. Kemudian dengan

pendampigan ini, apah namanya.. perintah guru pun

diterima.

tingkat emosionalnya masih labil. Jadi kontrol

emosinya bagi si anak belum mampu di kontrol sendiri

Ciri-ciri afektif

eeeeeeeeeee, kalo perubahannya lebih baik sekarang

dari yang ee menggebu-gebu, setelah ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

pendampingan e cukup mereda, tidak menggebu-gebu

lagi mampu diantisipasilah.

Buk… Eee kalo untuk contoh ee satu si anak e dan

imajinasinya itu ini mempunyai e daya khayal tinggi,

imajinasi tinggi dan imajinasinya itu sangat

mempengaruhi dia untuk mempengaruhi si N ini untuk

spotanitas bergerak tanpa disadari dan itu membuat

orang-orang yang disekitarnya merasa e kenapa

gitukan, merasa kenapa kemudian merasa saya salah

apa, padahal secara spontan N ini bergerak karena

dunia khayalya itu.

Ciri psikomotorik

(selalu bergerak

secara spontan)

punya dunia sendiri dalam fikirannya, sehingga untuk

ber..ber..bersosialisasi dengan teman-temannya masih

harus dibimbing.

Interaksi sosial di

anak

Eeeeee, awalanya sih saya dari ee dari pihak orangtua

pihak keluarga bercerita kondisi di sekolahan gitukan.

Persepsi guru: cara

mengetahui anak

tersebut mengalami

GPPH, cara

menyikapi dan

motivasi yang

diberikan

Saya peluk. Saya peluk, saya bisikan, saya berikan

bisikan yang memang buat dia nyaman. Beri pelukan

Iya, mengingatkan ada apa N, gimana N seperti itu dan

dia akan merasa nyaman.

Iya, langsung meredam. Emosinya lagsung meredam

eeeee dan dia merasa saya nyaman.

Kalooo,, eheemm (sedikit batuk) saya motivasinya sih..

Iyaa. Kalo motivasinya eeeeeeeeeeeeeeeeeeee

kemandirian biar N bisa mandiri, N bisa menjadi hebat,

N jadi anak baik. Itu seperti itu sih yang memang yang

pasnya yang paling seneng dia, N jadi hebat. N mau

jadi hebat, pasti hebat

Iyaa, dengan bahasa yang memang bagi dia kalimat itu

oke buat saya buat N. Kata hebat itu sangat melekat

banget dengan dia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

LAMPIRAN 7

ORGANISASI DATA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

Organisasi Data

Masalah : Persepsi Guru terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

(GPPH).

Sumber : Observasi, wawancara, dan dokumentasi

Tema Deskripsi

Ciri-Ciri siswa yang mengalami

GPPH

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti mengenai ciri-ciri

siswa yang mengalami GPPH, yaitu secara fisik N terlihat seperti anak normal lain usia

sebayanya. Selama berlangsungnya pembelajaran di kelas, N selalu menunjukan

ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten, tidak bias duduk tenang, dan ketika

sudah merasa bosan ia pasti akan bergerak sesuka hatinya terkadang juga ia memukul

meja secara berulang-ulang. Adapun ciri-ciri lainnya yang seing anak perlihatkan juga,

yaitu sulit berkonsentrasi, suka melamun, suka berimanjinasi,serta keluar masuk kelas

tanpa ijin, misalkan ingin cuci tangan atau ingin ke kamar mandi N langsung keluar

tanpa ijin pada guru yang sedang mengajar.

Persepsi Guru terhadap

Kemampuan Belajar siswa yang

mengalami GPPH

Kognitif :

Berdasarkan hasil observasi,wawancara dan dokumen yang telah peneliti peroleh terkait

dengan persepsi guru dilihat dari aspek kognitifnya, sebagian besar partisipan ada yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

mengatakan bahwa kemampuan belajar N cukup baik di atas rata-rata dibandingkan

teman-temannya, namun ada partisipan yang mengatakan bahwa kemampuan belajar N

berada di bawah KKM. Artinya, N akan memperoleh nilai di atas KKM hanya pada

mata pelajaran Matematika saja. Pernyataan tersebutu dapat dibuktikan pada hasil studi

dokumen hasil rapor yang telah peneliti peroleh dari kelas 1 hingga pertengahan

semester I kelas 2. Nilai yang di peroleh N mengalami perubahan di setiap semesternya.

Saat kelas 1 semester I N memperoleh nilai di atas KKM pada semua mata pelajaran,

pada semester II terjadi perubahan nilai, kemudian saat kelas 2 terlihat pada nilai UTS

N memperoleh nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran tertentu saja.

Afektif :

Kemampuan afektif yang dimiliki oleh siswa yang mengalami GPPH seperti N ini

memiliki perasaan yang mudah berubah-ubah, misalkan saja pada saat pembelajaran di

kelas N terlihat gelisah dan tingkat emosinya yang tinggi membuat N suka marah jika

melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Pernyataan peneliti tersebut

dibuktikan setelah peneliti melakukan observasi langsung dan wawancara dengan

partisipan.Berdasarkan dokumen, hasil pemeriksaan psikologi secara afektif perasaan

yang dimiliki oleh siswa juga sama dengan siswa yang lain, hanya saja dalam

mengkomunikasikan bahasa reseptif (bagaimana anak memahami ucapan orang lain)

dan bahasa ekspresif (bagaimana anak mengungkapkan keinginan dengan kata atau

kalimat) belum berkembang secara optimal untuk seusianya sekarang.

Psikomotorik :

Kebiasan yang ditunjukan N pada saat di sekolah berbeda sekali dengan

kebiasaanteman sebayanya. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan N

terlihat tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu saja ada hal yang di lakukan oleh N.

Kebiasaan seperti berteriak, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka memberontakketika N

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

harus melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan keinginannya, dan ketika anak

sudah merasa bosan dengan pelajaran yang tidak di sukai N akan acuh tak acuh tidak

memperdulikan penjelasan dari guru. Hasil observasi yang diperoleh peneliti, diperkuat

juga dari informasi yang diberikan guru kelas.Berdasarkan hasil dokumen pemeriksaan

menyatakan bahwa aspek motorikN memiliki tingkat koordinasi motorik halus setara

dengan anak usia 6 tahun 5 bulan. Artinya, N cukup bisa mengamati pola dan

menirukannya kembali dengan baik, namun N masih harus memperbanyak latihan dan

perlu diberi bimbingan untuk meningkatkan kemampuan koordinasi visual motorik

halusnya.

Interaksi Siswa di sekolah dan

di rumah

Interaksi di sekolah :

Interaksi Udin dengan guru tidak ada hambatan, lancar-lancar saja dan anak itu kalau

ada apa-apa memang mau bertanya misalnya belum paham, halaman berapa, mau

bertanya anak itu, jadi dengan guru tidak ada rasa takut, biasannya kalau ada apa-apa

berbicara terlebih dahulu. Udin tidak nampak beda dengan yang lain hanya ketika

mengerjakan tugas menerima pelajaran mengalami keterlambatan jadi seperti santai

terus tanpa beban iya lambanlah, kalu istilahnya anak yang slow learner itu dibanding

yang lain. Udin adalah anak yang pendiam, gak pernah tanya laporan gak pernah

ditanya juga diam dan susah untuk berkomunikasinya menurut guru Agama.

Interaksi di rumah :

Udin ketika dirumah mempunyai sikap yang sama dengan teman yang tetapi sama

adiknya suka usil tetapi kalau di rumah jarang ngobrol sama bapak ibunya.

Perubahan nilai Dilihat dari nilai rapotnya yang pertama yaitu kelas II menuju kelas 3 itu mepet KKM ,

kelas 3 ke kelas 4 juga mempet bahkan ada nilai yang kurang dari KKM tetapi sudah

mulai aktif dan berbicara di depan walaupun kurang lancar itu juga sudah nilai positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

dan mendukung karena jika seandainya tidak naik kelas anak itu malah tidak mau

sekolah dan pindah sekolah tidak mau maka menjadi masalah juga orang tuannya, maka

dari sekolah mempunyai kebijakan dinaikkan yang penting punya kelebihan,

maksudnya kelebihan itu dari ini bimbingan itu ada kemajuan gitu. Setelah Udin

menginjak di kelas IV perubahan nilai paling sedikit sekali paling naik berapa angka.

Selain itu sudah diberi materi yang sama juga tidak bisa mengerjakan sehingga butuh

penanganan yang khusus, kadang tugasnya juga harus mencukupkan semua anak

sedangkan mereka yang mengalami keterlambatan iya tetap kita perlakukan sama

dengan yang lain tidak di anak tirikan tetapi tetap diberikan layanan, layanannya

berbeda dengan anak-anak yang lain terutama untuk nilai sudah kami bedakan bobot

soal juga berusaha kami bedakan. Nilai 6 di anak yang lain itu beda dengan nilai 6 di

anak-anak tertentu.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

LAMPIRAN 8

ANALISIS DATA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

Contoh Bagan Analisis Data

Catatan Lapangan

Peneliti mengadakan penelitian ini dengan teknik

pengumpulan data menggunakan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan teknik

pengumpulan data tersebut peneliti menemukan siswa

kelas II SD Bercahaya yang mengalami GPPH.

Reduksi Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti, baik dari hasil

wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti

mengkategorikan atau mentemakan yang

menjadi temuan peneliti dari hasil pengumpulan

data. Peneliti menemukan adanya persepsi guru

tentang kemampuan belajar siswa yang

mengalami GPPH.

Display Data

Hasil yang di dapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

munculnya persepsi dari guru terhadap kemampuan belajar siswa

yang mengalami GPPH kurang sesuai dengan teori tentang anak

GPPH. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa guru kurang

memahami secara mendalam problematika siswa yang mengalami

GPPH selama proses belajar di kelas dan kurangnya pemahaman

mengenai apa yang terjadi di dalam diri Norman, sehingga cara

penanganan yang diberikan guru terhadap Norman belum

sepenuhnya terpenuhi disebabkan oleh kurangnya pelatihan yang

diterima guru tentang cara penanganan terhadap siswa yang

mengalami GPPH.

Kesimpulan

Peneliti menyimpulkan bahwa guru kelas tidak memahami

betul kondisi siswa secara mendalam. Melalui pengamatan

guru secara pribadi menilai bahwa siswa mengalami autis dan

bukan mengalami GPPH. Persepsi guru kelas terhadap siswa

tersebut menimbulkan berbagai perbedaan pandangan antara

partisipan satu dengan partisipan lainnya. Persepsi guru yang

mengatakan autis dan bukan mengalami GPPH tersebut tidak

sesuai dengan dokumen tertulis yang peneliti peroleh dari

pihak psikolog. Upaya yang dilakukan guru tidak dapat

sepenuhnya dijalankan karena keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman guru tentang penanganan anak berkebutuhan

khusus. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya

pelatihan khusus untuk menanggani anak yang mengalami

GPPH.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

LAMPIRAN 9

RIWAYAT PENELITI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

RIWAYAT PENELITI

Sylva Zaezara, lahir di kota Cilacap Jawa Tengah pada

tanggal 18 Juni 1993. Peneliti telah menempuh jenjang

pendidikan formal sejak tahun 1998-1999 di TK Yayasan

Kartika Jaya Cilacap, kemudian peneliti melanjutkan ke

jenjang Sekolah Dasar sejak tahun 1999-2005 di SD N

Donan 04 Cilacap. Pada tahun 2005-2008 peneliti kembali

melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama, yaitu di SMP Pius

Cilacap. Setelah lulus SMP, peneliti melanjutkan pendidikannya pada tahun 2008-

2011 di SMA YOS Sudarso Cilacap. Setelah lulus dari bangku SMA di tahun

2011, peneliti kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di

Universitas Sanata Dharma dan terdaftar sebagai mahasiswi S1-PGSD dengan

NIM 111134052. Semasa menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma

peneliti pernah mengikuti kegiatan Jalinan Kasih UKM Kerohanian pada tahun

2011. Selain itu peneliti mengikuti kepanitiaan di luar kampus pada kegiatan

lomba mewarnai dan melukis anak SD dalam rangka memperingati hari Kartini

pada tahun 2014 di Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI