101124060_full.pdf - USD Repository

172
PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Florentina Puji Hastriyani NIM: 101124060 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of 101124060_full.pdf - USD Repository

PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI

DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA

KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS

GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Florentina Puji Hastriyani

NIM: 101124060

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI

DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA

KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS

GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Florentina Puji Hastriyani

NIM: 101124060

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Ibuku yang terlalu kucintai Anastasia Kartinah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

MOTTO

“Untuk segala sesuatu ada masanya,

untuk apa pun di bawah langit ada waktunya”

(Pkh 3:1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA

PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN

DEMI MENJAGA KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI

KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA. Janji perkawinan belum begitu dihidupi oleh pasutri dengan

usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Bantul

Daerah Istimewa Yogyakarta. Bertolak dari kenyataan itulah maka skripsi ini

dimaksudkan untuk membantu para keluarga madya untuk bisa mewujudkan janji

perkawinan yang merangkum seluruh proses hidup perkawinan. Persoalan pokok

dalam skripsi ini adalah belum dihidupinya janji perkawinan oleh keluarga madya.

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah penelitian yang bisa mengungkapkan fakta

mengenai sejauh mana janji perkawinan pada pasutri tersebut sudah dihidupi.

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui

sejauh mana pasutri melihat sejauh mana janji perkawinan dihidupi oleh keluarga

madya tersebut melalui penelitian, untuk tindak lanjutnya akan dipilih program

pendampingan yang sesuai dengan kondisi pasutri.

Perkawinan merupakan sebuah ikatan yang luhur antara laki-laki dan

perempuan dengan melibatkan Tuhan. Pelaksanaan perkawinan di Indonesia

mengikuti tata cara agama yang dianut oleh masing-masing orang sehingga tata

pelaksanaannya pun beragam. Dalam perkawinan Katolik, perkawinan identik

dengan diucapkannya janji perkawinan. Janji perkawinan memuat 3 pokok janji

yakni yang pertama setia dalam suka dan duka, untung dan malang serta sehat

maupun sakit, yang kedua mencintai dan menghormati pasangan seumur hidup

dan yang ketiga mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan secara Katolik.

Tuhan sendirilah yang memeteraikan janji tersebut sehingga dalam perkawinan

Katolik tidak ada perceraian sebab yang dipersatukan oleh Tuhan tidak bisa

diceraikan manusia. Oleh sebab itu, suami ataupun istri memiliki perannya

sendiri-sendiri untuk saling melengkapi satu sama lain.

Hasil akhir menunjukkan bahwa pasutri dengan usia perkawinan 5-15

tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran masih kurang baik dalam

mewujudkan janji perkawinannya. Walaupun hasil akhir menunjukkan bahwa

secara umum mereka lebih banyak yang berusaha mewujudkan, namun

kebanyakan persentasenya masih kurang dari 50%. Hasil ini berarti harus dijawab

dengan sebuah program pendampingan pasutri yang sesuai dengan keadaan yang

mereka alami. Sebenarnya paroki sudah mengusahakan sebuah pendampingan

keluarga yakni dengan rekoleksi, namun pendampingan tersebut kurang tepat

melihat jumlah pasutri tersebut terlalu banyak dan kesibukan mereka yang

beragam.

Mengingat hal itu, penulis menyumbangkan suatu program katekese bagi

pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran Daerah Istimewa Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

This thesis entitles THE REALIZATION OF MARRIAGE VOWS FOR

MARRIAGE COUPLES IN THEIR 5-15 YEAR OF MARRIAGE FOR

BUILDING THEIR MARRIAGE UNITY AT SACRED HEART OF JESUS’

PARISH, GANJURAN, YOGYAKARTA. For the newly married couple,

marriage vows are still in the process of growing and maturing. Based on this

situation, this thesis aims to help the newly married couple to strengthen their

marriage vows. The core problem addressed in this thesis is the fact that the

marriage vows among the newly marriage couples are not fully realized and

actualized in their daily life. Therefore, there is a need for a thorough research

which can enclose the facts on this problem. The research conducted in this thesis

is meant for achieving the data of the newly married couples’ perspective on the

marriage vow that they have professed during the holy matrimony. Further, this

thesis also proposes an appropriate model for them.

Marriage is a holy union between a man and a women in God’s present.

Marriage in Indonesia follows the religious rites of the couples. In Catholic

marriage, marriage is identically related to the profession of marriage vows.

Marriage vows have three promises. First, to promise to be a faithful couple in in

good times and in bad, in sickness and in health. Second, to love and honor the

bride all the days of my life. Third, to raise the children entrusted by God Himself

in a Catholic way.

The final result of the research shows that married couple in their 5-15

year of marriage are still struggling to realize their marriage vows in the daily

life. Those who are successfully realizing their marriage vows are less than 50

percent. It means that a supportive program is undeniably needed to help them.

The parish have been working on this problem by giving accompaniment through

recollection. However, this program does not give a satisfying result due to the

lack of people who attend this program. Not many couples interest in this

program as well.

Seeing this fact, the writer wants to contributeby giving a catechetical

program for the married couple in their 5-15 years of marriage at Sacred Heart

Parish, Ganjuran Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI

DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA

KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS

GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

Penyusunan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis akan perwujudan

janji perkawinan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati

Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Bertolak dari keprihatinan tersebut, penulis

menyusun skripsi ini dengan maksud agar tingkat perwujudan janji perkawinan

pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus dapat diketahui dan penulis dapat merekomendasikan jenis pendampingan

yang sesuai berdasarkan situasi konkrit pasutri.

Penulis sungguh berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pasutri

terutama pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Ganjuran demi menjaga keutuhan perkawinan melalui perwujudan janji

perkawinan dalam kehidupan perkawinannya.

Skripsi ini berhasil diselesaikan karena peran serta banyak pihak yang

dengan tulus mengulurkan tangannya untuk membantu baik secara langsung

ataupun tidak langsung. Penulis yakin, kemurahan hati banyak pihak yang telah

membantu penyusunan skripsi ini merupakan kemurahan hati dan wujud kasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

Tuhan sendiri yang telah berkarya melalui mereka semua. Untuk itu, atas semua

bantuan yang telah diterima penulis dalam bentuk apapun, penulis menyampaikan

ucapan terimakasih. Ucapan terimakasih ini khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku Kaprodi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dan dukungan pada

penulis dalam menyelesaikan skripsi.

2. Dr. C.B. Kusmaryanto, S.C.J. selaku dosen pembimbing skripsi yang sungguh

sabar, selalu memberikan semangat serta memberikan sumbangan pemikiran

yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

3. Drs. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen

penguji kedua yang telah dengan senang hati memberikan banyak masukan

yang membangun dan sangat bermanfaat.

4. P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji yang ketiga yang

berkenan memberikan motivasi dalam penulisan skripsi.

5. Segenap staf dosen dan karyawan prodi IPPAK yang telah memberikan

semangat kepada penulis sehingga penulisan skripsi dapat berjalan lancar.

6. Ibuku tercinta yang dengan sabar menemaniku, mendoakanku, memberikan

semangat dan menjadi tempat mencurahkan segala suka maupun dukaku.

7. Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro, Pr selaku Romo Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus Ganjuran yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian di paroki serta berkenan memberikan masukan

demi kelancaran penulisan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv

MOTTO ................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. vii

ABSTRAK ............................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Penulisan ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 7

C. Tujuan Penulisan ................................................................... 8

D. Manfaat Penulisan ................................................................. 8

1. Manfaat Teoritis .............................................................. 8

2. Manfaat Prakris ............................................................... 9

E. Metode Penulisan .................................................................. 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 10

BAB II. JANJI PERKAWINAN PASUTRI .......................................... 13

A. Perkawinan ............................................................................ 13

1. Perkawinan Secara Umum .............................................. 13

2. Perkawinan Katolik ......................................................... 14

3. Tujuan Perkawinan .......................................................... 16

4. Ciri-ciri Hakiki Perkawinan............................................. 18

5. Hakikat Perkawinan ......................................................... 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

6. Perkawinan yang Sakramen dan Non Sakramen .............. 22

a. Perkawinan sakramen ................................................. 22

b. Perkawinan non sakramen ......................................... 23

B. Janji Perkawinan ..................................................................... 24

1. Rumusan Janji Perkawinan .............................................. 24

2. Makna Janji Perkawinan ................................................... 27

a. Setia dalam untung dan malang, dalam suka dan

duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala

kekurangan dan kelebihan .......................................... 27

b. Selalu mencintai dan menghormati sepanjang

Hidup ......................................................................... 30

c. Bersedia menjadi Bapak/Ibu yang baik serta

mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan

secara Katolik ............................................................ 32

C. Perwujudan Janji Perkawinan ................................................ 33

1. Arti Perwujudan Janji Perkawinan ................................... 34

2. Arah Perwujudan Janji Perkawinan .................................. 35

a. Menyadari, menghayati serta menghidupi peran

sebagai seorang suami ataupun istri ........................... 35

b. Membangun komunikasi yang baik antara

suami-istri ................................................................... 39

c. Menjadi anugerah bagi pasangan ............................... 40

3. Tujuan Perwujudan Janji Perkawinan .............................. 43

4. Pentingnya Usaha Perwujudan Janji Perkawinan ............. 45

a. Faktor intern ............................................................... 45

b. Faktor ekstern ............................................................. 46

5. Manfaat Perwujudan Janji Perkawinan ............................ 47

D. Keutuhan Keluarga ................................................................. 48

1. Pengertian Utuh ................................................................ 48

2. Pengertian Keutuhan Keluarga ........................................ 49

BAB III. PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN USIA

PERKAWINAN 5-15 TAHUN DIPAROKI HATI KUDUS

TUHAN YESUS GANJURAN ............................................... 50

A. Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta .......... 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

1. Sejarah Paroki .................................................................... 50

2. Letak Geografis Paroki ...................................................... 57

3. Situasi Umum Umat Paroki ............................................... 58

a. Situasi sosial ................................................................ 58

b. Situasi relasional .......................................................... 58

c. Situasi ekonomi ........................................................... 59

4. Pembagian Wilayah dan Lingkungan ................................ 60

5. Gambaran Umum mengenai keluarga dengan Usia

Perkawinan 5-15 Tahun .................................................... 62

B. Metodologi Penelitian ............................................................. 63

1. Penelitian .......................................................................... 63

2. Latar Belakang Penelitian ................................................. 64

3. Tujuan Penelitian .............................................................. 64

4. Jenis Penelitian ................................................................. 65

5. Metode Penelitian ............................................................ 65

6. Instrumen Penelitian ........................................................ 66

7. Responden Penelitian........................................................ 67

8. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 68

9. Variabel ............................................................................. 68

C. Hasil Penelitian ....................................................................... 69

1. Janji Perkawinan ............................................................... 70

2. Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki

Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .................................. 75

3. Keutuhan Perkawinan ....................................................... 79

D. Kesimpulan Hasil Penelitian................................................... 81

1. Perwujudan Janji Perkawinan .......................................... 80

2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .................................. 85

3. Keutuhan Perkawinan ....................................................... 88

E. Refleksi Kritis Perwujudan Janji Perkawinan pada Pasutri

dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus Ganjuran ........................................................... 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

1. Perwujudan Janji Perkawinan ........................................... 90

a. Kebebasan Memilih Pasangan dan Rasa Cinta

terhadap Pasangan ....................................................... 90

b. Kesetiaan dalam Untung dan, Suka dan Duka,

Sehat Maupun Sakit .................................................... 92

c. Kesatuan antara Suami-istri ........................................ 94

d. Perwujudan Cinta dan Menghormati Pasangan .......... 95

e. Menjadi Orangtua yang Baik ...................................... 97

2. Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 tahun

di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .................. 99

a. Kebiasaan Pasutri di rumah ....................................... 99

b. Kebiasaan Pasutri di Lingkungan .............................. 102

c. Kebiasaan Pasutri di Paroki ....................................... 102

F. Keutuhan Perkawinan ............................................................. 103

1. Hubungan antar Keluarga ................................................. 103

2. Perhatian untuk Mengutamakan Keluarga........................ 104

BAB. IV USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA

KATOLIK PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS

GANJURAN .......................................................................... 106

A. Latar Belakang Penyusunan Program ..................................... 106

B. Katekese .................................................................................. 107

C. Usulan Program ...................................................................... 108

D. Rumusan Tema dan Tujuan .................................................... 110

E. Penjabaran Program ................................................................ 111

F. Contoh Pelaksanaan Program Pendampingan Pasutri

dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki HKTY

Ganjuran Bantul ...................................................................... 114

1. Identitas................................................................................... 114

2. Pemikiran dasar ...................................................................... 115

3. Pengembangan langkah-langkah ............................................ 116

BAB. V PENUTUP ................................................................................ 128

A. Kesimpulan ............................................................................. 128

B. Saran ....................................................................................... 130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

1. Bagi Para Pendamping Keluarga pada Umumnya............ 131

2. Bagi para Pendamping Keluarga di Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus Ganjuran ..................................................... 131

a. Keterlibatan secara umum ......................................... 132

b. Keterlibatan secara khusus ........................................ 132

3. Bagi Romo Paroki............................................................. 133

a. Keterlibatan secara umum ......................................... 133

b. Keterlibatan secara khusus ........................................ 133

4. Bagi Para Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun .. 134

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 135

LAMPIRAN ........................................................................................... 137

Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian pada

Romo Paroki ............................................................ (1)

Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Penelitian pada Ketua

Lingkungan .............................................................. (2)

Lampiran 3: Surat Bukti Melaksanakan Penelitian ...................... (3)

Lampiran 4: Pedoman Wawancara dengan Ketua Dewan

Paroki ....................................................................... (4)

Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Ketua

Dewan Paroki .......................................................... (5)

Lampiran 6: Contoh Kuesioner untuk Penelitian ......................... (7)

Lampiran 7: Contoh Hasil Kuesioner ........................................... (10)

Lampiran 8: Kumpulan Lagu........................................................ (13)

Lampiran 9: Teks Cerita ............................................................... (14)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia dan Ditjen Bimas Katolik Departemen

Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,

1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes

Paulus II kepada uskup, klerus, dan segenap umat beriman

tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes

Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat

beriman seluruh Gereja Katolik tentang peranan Keluarga

Kristen dalam dunia modern, 22 November 1981.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II

tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan

oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 7 Desember 1983.

LG : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsii Vatikan II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix

tentang Gereja, 21November 1964.

Youcat : Youcat Indonesia-Katekismus Populer, disahkan oleh Paus

Benedictus XVI, tahun 2010. Dokumen asli diteritkan tahun

2010, R.D. Yohanes Dwi Harsanto, dkk. (Penerjemah).

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

CB : Carolus Boromeus

CU : Credit Union

Dll : Dan lain-lain

DPA : Dosen Pembimbing Akademik

Dr : Doktor

Hal : Halaman

HKTY : Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

Ir : Insinyur

Kan : Kanon

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KB : Keluarga Berencana

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KK : Kepala Keluarga

Km : Kilo meter

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xx

Mgr : Monsigneur

Pasutri : Pasangan suami-istri

PHK : Pemutusan Hubungan Kerja

PNS : Pegawai Negri Sipil

POLRI : Kepolisian Republik Indonesia

PPK : Pedoman Pastoral Keluarga

Rm : Romo

SD : Sekolah Dasar

SJ : Serikat Jesus

SMA : Sekolah Menengah Atas

Sr : Suster

St : Santo/Santa

TNI : Tentara Nasional Indonesia

UU : Undang-undang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Perkawinan dapat dilihat secara umum maupun secara khusus, secara

umum KWI (2011, 6) mengatakan “Perkawinan adalah ikatan lahir-batin antara

seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga, melahirkan anak, membangun hidup kekerabatan yang

bahagia dan sejahtera”. Perkawinan juga dapat dilihat secara khusus melalui

kacamata agama-agama yang ada. Secara Kristiani perkawinan merupakan sebuah

konsensus atau kesepakatan. Selain itu perkawinan adalah salah satu wujud

panggilan umat beriman Kristiani yang berasal dari Allah sendiri. Melalui

perkawinan, seorang laki-laki dan seorang perempuan dipersatukan. Pemahaman

ini selaras dengan arti dari kesepakatan perkawinan dalam KHK, kan. 1057 § 2

yang mengatakan bahwa “Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak

dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan

menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik

kembali”. Maka di dalam perkawinan ini terdapat janji yang mengikat dan

mempersatukan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Janji yang

mengingkat seorang laki-laki dan seorang perempuan ini tidak dapat diputuskan

karena melalui janji ini seorang laki-laki dan seorang perempuan dipersatukan

oleh Allah menjadi satu daging. Janji perkawinan ini meliputi janji setia dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

suka dan duka, untung dan malang, sehat maupun sakit serta menerima

kekurangan dan kelebihan pasangan; mencintai dan menghormati seumur hidup;

menjadi ayah/ibu yang baik untuk anak-anak yang dipercayakan oleh Tuhan

dengan mendidik anak secara Katolik.

Janji perkawinan bersifat mengikat seumur hidup sehingga tidak selesai

begitu saja ketika seorang laki-laki dan seorang perempuan mengucapkannya saat

saling menerimakan sakramen perkawinan ataupun saat pemberkatan perkawinan.

Janji ini terus melekat pada suami-istri sampai selama-lamanya. Karena janji ini

terus melekat, maka harus selalu dihidupi dalam penyelenggaraan hidup

perkawinan sepasang suami-istri. Untuk menghidupi janji perkawinan inilah yang

tidak mudah, karena jika sebuah perkawinan diibaratkan seperti sebuah bahtera

pasti akan ada banyak badai dan gelombang yang melandanya. Oleh sebab itulah,

maka perkawinan merupakan sebuah komitmen yang sangat penting (Smalley,

2008: 11).

Banyaknya badai yang melanda sebuah bahtera rumah tangga sangat

berpengaruh terhadap penghayatan ataupun pemaknaan terhadap janji perkawinan

yang pernah diucapkan sewaktu saling menerimakan sakramen

perkawinan/pemberkatan perkawinan. Ada fase-fase/masa-masa dalam

perkawinan berdasarkan usia perkawinan yang sudah dijalani. Pasutri (pasangan

suami-istri) yang belum lama berumah tangga (0-5 tahun) biasanya berada dalam

fase/masa romantis dengan cinta yang masih berkobar. Usia perkawinan antara 0-

5 tahun berdasarkan materi kursus persiapan perkawinan berada dalam masa yang

tidak realistis. Masa tidak realistis ini ditandai dengan gejala-gejala berumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

tangga yang dapat terlihat, antara lain: semua hal dalam rumah tangga dikerjakan

secara bersama-sama, hal buruk/sifat buruk yang dimiliki sebisa mungkin tidak

ditampakkan, semua masalah dapat diselesaikan dengan cepat, setiap hari bercinta

dan bermesraan, berusaha menjadikan pasangan sesuai dengan yang diinginkan,

selalu saling memahami kekurangan apapun yang dimiliki pasangan. Berbeda

dengan pasutri yang usia perkawinannya berada pada tahun ke-6 hingga ke-25,

pada masa ini pasutri biasanya masuk pada fase kekecewaan hingga kebosanan.

Pasutri dengan usia perkawinan 6-25 tahun harus benar-benar merefleksikan

segala yang dialami dan selalu berpedoman pada janji perkawinan yang mereka

ucapkan karena ketika tidak bisa bersikap bijaksana sebagai seorang suami

maupun istri, bahtera rumah tangga yang telah dibangun bisa hancur menabrak

karang dan karam. Sedangkan pasutri yang berada pada usia perkawinan di atas

25 tahun biasanya sudah masuk dalam masa berhasil mengatasi situasi yang

kurang baik (KWI, 2011: 77-78).

Janji perkawinan selalu berlaku dalam situasi dan kondisi apapun,

termasuk dalam kondisi perkawinan yang sedang mengalami surut. Janji

perkawinan menuntun setiap pasangan suami-istri dalam menghidupi

perkawinannya. Keegoisan yang terbangun di saat masing-masing pribadi masih

lajang sering dibawa dan diterapkan dalam situasi hidup berumah tangga yang

tentu saja tidak tepat. Hal-hal semacam inilah yang sering menjadi bibit-bibit

perpecahan dalam kesatuan antara suami dan istri. Salah satu upaya untuk

mengatasinya adalah dengan membangun sikap mau mengerti dan mau menerima

satu sama lain, apapun yang ada dan melekat dalam diri pasangan diterima dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

rela hati merupakan salah satu upaya terhindar dari konflik (Tim Pusat

Pendampingan Keluarga “Brayat Minulyo” KAS, 2007: 75).

Janji perkawinan diibaratkan seperti kerangka dalam menulis sebuah

karangan dan kerangka dalam membangun sebuah bangunan. Ketika seorang

penulis menulis di luar kerangka yang telah dibuat, maka tulisan tersebut tidak

akan menjadi indah. Sama halnya seorang tukang bangunan yang hendak

membangun sebuah rumah, ketika ia membangun rumah itu di luar kerangkanya,

maka rumah itu tidak akan kokoh. Dalam sebuah perkawinan, janji adalah

kerangka yang menjadi gambaran dalam menjalani sebuah perkawinan. Perubahan

zaman yang sangat cepat mengakibatkan pola hidup juga berubah. Di zaman yang

serba modern dan cepat ini mengakibatkan gaya hidup instan menjadi gaya hidup

yang “ngetren” dan banyak dianut oleh masyarakat modern. Zaman yang semakin

canggih ini membawa berbagai macam tantangan zaman dan mempengaruhi

tingkah laku banyak orang termasuk di dalamnya pasutri yang membina biduk

perkawinan. Hal ini selaras dengan yang ada dalam FC, art.4 yang berbunyi:

Perlu ditambahkan refleksi lebih lanjut yang secara khas penting bagi masa

kini. Tidak jarang berbagai ide dan pemecahan soal yang menarik sekali,

tetapi dengan kadar yang berbeda-beda mengeruhkan kebenaran tentang

pribadi manusia serta martabatnya, disajikan kepada pria maupun wanita

zaman sekarang, sementara mereka secara tulus dan mendalam mencari

jawaban soal-soal harian yang penting berkenaan dengan hidup pernikahan

dan keluarga mereka. Kerap kali pandangan-pandangan itu didukung oleh

koordinasi media komunikasi sosial yang besar dampak-pengaruhnya dan

cukup “meyakinkan”, tetapi secara halus membahayakan kebebasan dan

kemampuan menilai secara obyektif.

Tantangan zaman yang ada saat ini tidak secara nyata menampakkan diri namun

menempel dalam hal-hal yang kelihatannya baik dan dengan cerdik mengambil

kesempatan untuk mempengaruhi manusia untuk melakukan hal-hal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

kelihatannya benar. Ketika seseorang tidak dapat mengendalikan diri dan hanyut

dalam tantangan-tantangan zaman tersebut maka akan menyebabkan kehidupan

seseorang tidak akan mendalam lagi dan akan mempengaruhi seluruh aspek

kehidupannya, termasuk kehidupan perkawinannya.

Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa Paroki HKTY (Hati Kudus

Tuhan Yesus Ganjuran) adalah sebuah paroki yang besar, tidak hanya wilayahnya

namun juga jumlah umatnya sangat besar. Di antara jumlah umat yang besar ini,

sebagian besar di antaranya memilih panggilan hidup berumah tangga. Paroki Hati

Kudus Tuhan Yesus Ganjuran merupakan sebuah Paroki yang umatnya sudah

bergaya hidup modern dan rentan terseret dalam tantangan zaman sehingga pada

akhirnya bisa membawa dampak yang negatif pada kehidupan perkawinan

terlebih perkawinan yang masuk dalam fase/masa yang banyak mengalami

kekecewaan serta kebosanan. Akibat yang lebih buruk lagi dapat mengakibatkan

keretakan ataupun kehancuran dalam hidup perkawinan. Berdasarkan observasi

yang dilakukan dapat diketahui adanya gejala perilaku pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun yang bisa menjadi bibit-bibit permasalahan hidup berumah

tangga dan mengancam keutuhan perkawinan. Gejala perilaku ini misalnya seperti

tidak pernah pergi ke gereja bersama, sibuk dengan masing-masing pekerjaan,

tidak adanya waktu makan bersama, dll. Usia perkawinan ini (6-15 tahun) masuk

dalam fase/masa krisis, sedangkan secara khusus usia perkawinan 5 tahun di

Paroki HKTY masuk dalam masa peralihan dari masa romantis menuju masa

krisis. Gereja (khususnya sebagai katekis ataupun calon katekis) mempunyai tugas

khusus yang diemban, hal ini selaras dengan KHK, kan. 210 yang mengatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

bahwa “Semua orang beriman Kristiani sesuai dengan kedudukan khasnya, harus

mengerahkan tenaganya untuk menjalani hidup yang kudus dan memajukan

perkembangan Gereja serta pengudusannya yang berkesinambungan”. Dari

pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa setiap orang beriman Kristiani pada

dasarnya memiliki tanggung jawab yang tidak mudah untuk selalu menjalani

hidup yang kudus dan memajukan perkembangan Gereja serta pengudusannya. Ini

berarti kekhasan kedudukan setiap orang beriman Kristiani apapun itu harus

dihidupi dan dibawa serta diarahkan untuk perkembangan Gereja. Kekhasan

kedudukan setiap umat beriman Kristiani ini menyangkut segala profesi yang

dijalani termasuk sebagai seorang katekis maupun calon seorang katekis. Sebagai

calon seorang katekis berarti harus mampu menghayati dan menghidupi

panggilannya. Cara untuk menghidupi panggilan ini bermacam-macam salah

satunya dengan terlibat dalam perkembangan Gereja. Hal yang mendesak

berdasarkan pengamatan yang dilakukan adalah adanya gejala-gejala perilaku

pasutri (5-15 tahun) yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Berpijak dari pemikiran inilah, perhatian khusus bagi pasutri yang usia

perkawinannya 5-15 tahun harus segera diwujudkan secara nyata. Untuk

mewujudkan perhatian ini tidaklah mudah terlebih untuk menentukan perhatian

apa yang paling tepat bagi mereka karena gambaran kehidupan perkawinan

mereka terlebih dalam menghayati janji perkawinan belum bisa dilihat dengan

pasti. Untuk melihat gambaran perkawinan pasutri dengan usia perkawinan 5-15

tahun ini diperlukan sebuah penelitian. Melalui skripsi ini diharapkan ada sebuah

gambaran yang jelas mengenai perwujudan janji perkawinan yang sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

dilakukan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY yang

selama ini sudah terjadi sehingga perhatian pada pasutri dengan usia perkawinan

5-15 tahun bisa segera diwujudkan atau bisa lebih ditingkatkan dan disesuaikan

dengan kebutuhan mereka sehingga keutuhan perkawinan akan tercapai. Keutuhan

perkawinan inilah yang membawa kebahagiaan dalam hidup berkeluarga. Oleh

karena itu penulis mengangkat judul skripsi PERWUJUDAN JANJI

PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA

PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA KEUTUHAN

PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN,

BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam hal ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan janji perkawinan?

2. Bagaimana kehidupan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

HKTY Ganjuran?

3. Bagaimana usaha pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY

Ganjuran dalam mewujudkan janji perkawinan?

4. Kegiatan seperti apa yang dapat membantu pasutri dengan usia perkawinan 5-

15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran dalam mewujudkan janji perkawinan

mereka?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini berdasarkan judulnya

“Perwujudan Janji Perkawinan pada Pasangan Suami-Istri dengan Usia

Perkawinan 5-15 Tahun Demi Menjaga Keutuhan Perkawinan di Paroki Hati

Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta” yaitu:

1. Mendalami maksud janji perkawinan

2. Menggambarkan bagaimana kehidupan pasutri dengan usia 5-15 tahun di

Paroki HKTY Ganjuran.

3. Menggambarkan sejauh mana perwujudan janji perkawinan serta

mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada pada pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran.

4. Memberikan usulan program yang berupa kegiatan pendampingan pada

pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran agar

pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun (keluarga madya) semakin mampu

mewujudkan janji perkawinan mereka.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoristis

Hasil penelitian mengenai “Perwujudan Janji Perkawinan pada Pasangan

Suami-Istri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun demi Menjaga Keutuhan

Perkawinan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Daerah

Istimewa Yogyakarta” diharapkan bisa menambah juga memperkaya kajian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

mengenai penghayatan janji perkawinan pada pasutri, khususnya pasutri dengan

usia perkawinan 5-15 tahun.

2. Manfaat Praktis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang pentingnya

perwujudan janji perkawinan dalam hidup berumah tangga.

b. Membantu pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun)

yang berada dalam Paroki HKTY Ganjuran untuk menyadari pentingnya

mewujudkan janji perkawinan dalam hidup berumah tangga.

c. Memberikan sumbangan pada Paroki HKTY Ganjuran agar para penggembala

umat di sana dapat memiliki gambaran mengenai program yang sesuai untuk

pendampingan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun.

E. Metode Penulisan

Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan metode penulisan deskriptif-

analisis. Teknis dalam penggunaan metode ini pertama-tama penulis hendak

mendalami perkawinan secara Katolik beserta janji yang diucapkan, lalu menggali

perwujudan janji perkawinan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di

Paroki HKTY Ganjuran. Penulis ingin mengetahui sejauh mana janji perkawinan

itu diwujudkan oleh pasutri dan hambatan-hambatan apa sajakah yang sering

ditemui dalam mewujudkan janji perkawinan terutama pada pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Setelah itu, berpedoman pada

data yang diperoleh itulah penulis hendak mengusulkan program pendampingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

yang menjawab kebutuhan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

HKTY Ganjuran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta sesuai dengan keadaan

dan kesibukannya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai skripsi yang

hendak ditulis, maka penulis membagi pokok-pokok tulisan sebagai berikut:

Bab I berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, dan

Sistematika Penulisan.

Bab II menguraikan tentang Janji Perkawinan yang di dalamnya terdiri

dari lima bagian yaitu yang pertama adalah Perkawinan, diuraikan lagi menjadi

Perkawinan secara Umum, Perkawinan Katolik, Tujuan Perkawinan, Ciri-ciri

Hakiki Perkawinan, Hakikat Perkawinan, Perkawinan yang Sakramen dan Non

Sakramen. Kedua adalah Janji Perkawinan, diuraikan lagi menjadi Rumusan Janji

Perkawinan, Makna Janji Perkawinan. Ketiga adalah Perwujudan Janji

Perkawinan, diuraikan lagi menjadi Arti Perwujudan Janji Perkawinan, Arah

Perwujudan Janji Perkawinan, Tujuan Perwujudan Janji Perkawinan, Pentingnya

Usaha Mewujudkan Janji Perkawinan, Manfaat Mewujudkan Janji Perkawinan.

Keempat adalah Keutuhan Keluarga, diuraikan lagi menjadi Keutuhan, Keutuhan

Keluarga.

Bab III menguraikan tentang Pasangan Suami-istri dengan Usia

Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang terdiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

dari lima bagian, yang pertama adalah Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

Yogyakarta, diuraikan lagi menjadi Sejarah Paroki, Letak Geografis Paroki,

Situasi Umum Umat Paroki, Pembagian Wilayah dan Lingkungan, Gambaran

Umum mengenai Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun. Kedua adalah

Hasil Penelitian, diuraikan lagi menjadi Penelitian, Latar Belakang Penelitian,

Tujuan Penelitian, Jenis Penelitian, Metode Penelitian, Instrument Penelitian,

Responden Penelitian, Tempat dan Waktu Pelaksanaan, Variabel. Ketiga adalah

Hasil Penelitian, diuraikan lagi menjadi Janji Perkawinan, Pasutri dengan Usia

Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, dan

Keutuhan Perkawinan. Keempat adalah Kesimpulan Hasil Penelitian, diuraikan

lagi menjadi Janji Perkawinan, Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun di

Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, dan Keutuhan Perkawinan. Kelima

adalah Refleksi Kritis Perwujudan Janji Perkawinan Pada Pasutri dengan Usia

Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Janji

Perkawinan, diuraikan lagi menjadi Perwujudan Janji Perkawinan, Pasutri dengan

Usia Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dan

Keutuhan Perkawinan.

Bab IV berisi tentang Usulan Program Pendampingan Keluarga Katolik

Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang terbagi dalam enam bagian.

Pertama adalah Latar Belakang Penyusunan Program, kedua adalah Katekese,

ketiga adalah Usulan Program, keempat adalah Rumusan Tema dan Tujuan,

kelima adalah Penjabaran Program, keenam adalah Contoh Pelaksanaan Program

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Pendampingan Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus Ganjuran Bantul Yogyakarta.

Bab VI berisi tentang Penutup yang terdiri dari tiga bagian, yang pertama

adalah Kesimpulan. Kedua adalah Saran yang masih dibagi lagi menjadi Bagi

Para Pendamping, Keluarga pada Umumnya, Bagi Para Pendamping Keluarga di

Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bagi Romo Paroki, Bagi Para

Pasangan Suami-istri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun. Ketiga adalah

Penutup secara Umum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

JANJI PERKAWINAN PASUTRI

A. Perkawinan

1. Perkawinan secara Umum

Secara umum perkawinan bertujuan menyatukan dua pribadi untuk

membentuk sebuah keluarga baru yang bahagia dan juga sejahtera. Hal senada

dengan UU NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN yang berbunyi

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini berarti

perkawinan secara umum dilihat sebagai ikatan lahir batin (persatuan) antara pria

dan seorang wanita dalam segala segi kehidupannya baik secara lahir ( kelihatan)

ataupun batin (tidak kelihatan). Kesatuan ini juga menerangkan kesatuan seluruh

pribadi dan seluruh hidup. Dari pernyataan ini juga dapat kita lihat dengan jelas

bahwa di Negara Indonesia hanya mengakui perkawinan yang dilangsungkan

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta tidak mengakui adanya

perkawinan homogen antara sesama jenis kelamin. Perkawinan di Indonesia juga

akan menjadi sah bila dilangsungkan berdasarkan tata cara agama pelaku

perkawinan (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Chu). Bahagia dan

kekal berarti tujuan dari perkawinan itu adalah kebahagiaan dan sifat dari

perkawinan itu adalah kekal/seumur hidup. Arti kekal lebih luas lagi sebenarnya

negara pun tidak mendukung tindakan perceraian walaupun bisa dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

2. Perkawinan Katolik

Sejak kapankah perkawinan itu ada di dalam Gereja Katolik? Pertanyaan

ini memiliki jawaban yang tidak sederhana karena kita harus melihat kembali

kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian Kitab Suci Perjanjian Lama. Dari kisah

penciptaan Kej 2:21-22 ditulis:

Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur,

TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup

tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari

manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya

kepada manusia itu.

Dari perikop tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dari sejak semula

laki-laki dan perempuan diciptakan sebagai satu daging. Perempuan diciptakan

dari tulang rusuk laki-laki sehingga memang ada kesatuan antara laki-laki dan

perempuan. Kesatuan itulah yang membuat laki-laki dan perempuan saling

membutuhkan. Tuhan Allah menciptakan perempuan sebagai patner yang

seimbang untuk laki-laki. Laki-laki dan perempuan saling melengkapi dalam

melaksanakan kehidupan sesuai dengan kodradnya yang khas, fungsi ini sama

dengan fungsi kesatuan antara laki-laki dengan perempuan dalam perkawinan

Katolik yang kita kenal saat ini. Bedanya jika kesatuan antara laki-laki dan

perempuan dalam kisah penciptaan lebih difungsikan sebagai teman dalam

melaksanakan kehidupan yang paling mendasar (mempertahankan hidup dan

merawat ciptaan Tuhan), sedangkan kesatuan antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan saat ini mencakup segala segi kehidupan yang lebih luas sesuai dengan

perkembangan zaman (di dalamnya mencakup kewajiban mendidik anak dan

sebagainya).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Perkawinan merupakan sebuah kesepakatan, hal ini selaras dengan KHK,

kan. 1057 § 2 “Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannya

seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan menerima

untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik kembali”.

Jadi jelaslah bahwa perkawinan merupakan sebuah kesepakatan yang di dalamnya

terdapat penyerahan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta

sikap terbuka untuk saling menerima kehadiran pasangan seluruhnya tanpa syarat

dalam hidup perkawinan dengan perjanjian yang tidak dapat dibatalkan

lagi/ditarik lagi. Perjanjian ini tidak dapat ditarik kembali sebab menyangkut 3

pihak yakni seorang laki-laki, seorang perempuan dan Allah sendiri yang menjadi

pengikat perjanjian tersebut. Karena alasan ini pula perkawinan Katolik

merupakan sebuah proses yang panjang mulai dari masa persiapan, pelaksanaan

hingga pasca perkawinan. Hal ini juga senada dengan yang ada dalam GS, art. 48

yang berbunyi:

Allah sendirilah penyelenggara perkawinan yang dilengkapi dengan

berbagai nilai dan tujuan …. Cinta kasih suami istri yang sejati diangkat

sebagai sakramen dalam cinta kasih ilahi dan dipimpin serta diperkaya

oleh daya penyelamat Kristus dan karya keselamatan Gereja, agar suami

istri diantar kepada Allah untuk mendapatkan kasih karunia dan kekuatan

dalam tugas luhur sebagai ayah dan ibu.

Jadi penyelenggara perkawinan adalah Allah sendiri, perkawinan yang didasari

cinta kasih ini oleh Allah diangkat dalam cinta kasih yang ilahi, cinta kasih yang

ilahi adalah cinta kasih yang paling tinggi dan sempurna. Dalam perkawinan

Katolik, Kristus sendirilah yang memimpin dan menuntun perkawinan. Dia

melengkapi celah-celah dalam perkawinan, selain daya Kristus, karya

keselamatan Gereja juga menjadi bagian di dalamnya. Perkawinan adalah sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

jawaban yang luhur manusia terhadap panggilan Allah. Dari sejak dahulu

perkawinan merupakan sebuah hal yang sakral dan harus selalu dihayati dan

dihidupi. Banyak perikop di dalam Kitab Suci yang berbicara mengenai

perkawinan. Dalam Injil Yoh 15:9-12, ada sebuah pesan inti yang sangat baik

yakni “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah

mengasihi kamu”. Kasih sangat dekat dengan hubungan suami-istri dalam

perkawinan. Kasih pulalah yang menjadi dasar bagi kehidupan orang Kristiani.

Selain Injil Yohanes masih ada banyak perikop lain yang berbicara mengenai

perkawinan.

Perkawinan Katolik memiliki kekhasan yang menyebabkannya berbeda

dengan perkawinan pada umumnya. Kekhasan ini adalah perkawinan Katolik

diteguhkan dalam tata-peneguhan kanonik (forma canonica) dan perkawinan

Katolik merupakan sebuah sakramen.

3. Tujuan Perkawinan

Sebuah hal dilakukan pasti memiliki sebuah tujuan tertentu. Misalnya saja

sebuah organisasi dibangun dengan merumuskan tujuan organisasi yang hendak

dicapainya dan yang menjadi alasan mengapa organisasi tersebut ada. Hal ini

tidak berbeda dengan sebuah perkawinan. Perkawinan diselenggarakan karena ada

tujuan tertentu yang hendak dicapai. KHK, kan. 1055 mengatakan bahwa:

§1. Perjanjian (feodus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan

seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium)

seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan

suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara

orang-orang yang dibabtis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat

sakramen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Jadi pada intinya, perkawinan itu memiliki tiga tujuan yang utama yakni

kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum), terbuka terhadap keturunan

(prokreasi) serta pendidikan anak. Bonum coniugum atau kesejahteraan suami-

istri dapat tercapai jika masing-masing pribadi menghargai dan menempatkan

pasangan hidup sebagai patner cinta kasih dalam mewujudkan keluarga yang baik

dan harmonis. Kesejahteraan suami istri ini berlandaskan cinta kasih yang

semakin hari hendaknya semakin diteguhkan dan semakin dipupuk agar tumbuh

subur. Menjadi suami-istri berarti menjadi satu pribadi sehingga hendaknya

masing-masing pribadi bisa menjadi belahan jiwa bagi pasangannya. Bonum

prolis adalah kelahiran baru/terbuka terhadap keturunan. Dalam sebuah

perkawinan Katolik, suami-istri memiliki tugas yang luhur untuk melestarikan

kehidupan dengan terbuka terhadap kelahiran baru. Terbuka terhadap keturunan

inilah yang menjadi alasan utama Gereja menolak alat kontrasepsi dalam wujud

apapun. Gereja hanya melegalkan KB alamiah berdasarkan siklus alami

perempuan. Tujuan perkawinan dalam Gereja Katolik tidak berhenti pada

kelahiran baru. Perkawinan yang terbuka bagi kelahiran manusia baru tersebut

harus pula disertai dan dilanjutkan dengan pendidikan anak sebab keluarga adalah

tempat yang pertama dan utama dalam mendidik anak. Sebelum anak berinteraksi

dengan dunia luar, ia berinteraksi terlebih dahulu dengan keluarganya. Keluarga

merupakan instansi pendidikan non formal yang memberikan jati diri pada anak

untuk dibawa hingga mati. Keluargalah yang paling banyak membentuk pribadi

dan kualitas pribadi seorang anak. Sebuah keluarga yang menanamkan nilai kasih

pada anak sejak kecil maka anak tersebut akan tumbuh pula dengan kasih yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

akan dibagikannya pada setiap pergaulannya. Hal tersebut juga berlaku untuk

sikap-sikap negatif yang mungkin dibentuk oleh keluarga pada seorang anak.

4. Ciri-ciri Hakiki Perkawinan

Perkawinan Katolik adalah sebuah perkawinan yang khas terlebih dilihat

dari ciri-ciri hakikinya. Kekhasan inilah yang membedakan perkawinan Katolik

dengan perkawinan lain dan menyebabkan perkawinan Katolik tidak bisa

dibandingkan dengan perkawinan lain. Kekhasan perkawinan Katolik ini

diungkapkan dalam KHK, kan.1056 yang berbunyi “Ciri-ciri hakiki (proprietates)

perkawinan ialah unitas (kesatuan) dan indissolubilitas (sifat tak-dapat-

diputuskan), yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas

dasar sakramen". Jadi, ciri-ciri perkawinan Katolik adalah unitas dan

indissolubilitas. Ciri-ciri perkawinan ini bisa dijabarkan kembali menjadi

monogami, tak terceraikan dan terbuka bagi keturunan. Monogami artinya

perkawinan hanya bisa dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan

saja. Perkawinan yang monogami berarti jumlah suami/istri hanya satu selama

kurun waktu perkawinan (sampai salah satu suami/istri meninggal). Perkawinan

monogami menjaga keutuhan cinta dan tidak pernah membagi-baginya. Selain

tidak membagi-bagi cinta, perkawinan monogami juga mencerminkan kesetaraan

martabat antara laki-laki dan perempuan. Tak terceraikan menggambarkan cinta

kasih Allah kepada umat-Nya yang berlangsung terus menerus sampai selamanya.

Sifat tak bisa diceraikan ini juga dapat dilihat sebagai kekhasan perkawinan

kristiani yang membedakan dengan perkawinan lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Hubungan suami-istri juga harus berpolakan sama seperti hubungan

Kristus dengan Gereja-Nya. Hal ini senada dengan perikop Kitab Suci dalam Ef

5:22-23 yang berbunyi:

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu

seperti kepada Tuhan,

karena suami

adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah

yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk

kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami

dalam segala

sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah

mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya..

Suami diibaratkan seperti Kristus yang harus terus menerus mengasihi jemaat.

Istri diibaratkan sebagai jemaat yang harus menghormati suaminya seperti jemaat

yang harus menghormati Kristus yang terlebih dahulu mencintainya. Hubungan

Kristus dengan jemaat yakni hubungan yang didasarkan pada cinta kasih yang

terus menerus tanpa terputus hingga maut memisahkan sehingga dalam

perkawinan Katolik tidak mengenal kata cerai. Perkawinan merupakan salah satu

panggilan luhur terhadap tugas menjaga kelangsungan hidup. Suami-istri

dipanggil oleh Allah untuk saling bekerjasama menciptakan kehidupan baru yang

membawa harapan bagi kelangsungan dunia. Alasan ini pulalah yang

menyebabkan Gereja Katolik dengan keras menolak aborsi, sebab kehidupan baru

mestinya dipelihara. Ciri-ciri perkawinan ini menunjuk pada semua jenis

perkawinan sakramen ataupun bukan sakramen.

5. Hakikat Perkawinan

Perkawinan Katolik pada intinya atau hakikatnya adalah persatuan seluruh

hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berpegang pada

perjanjian cinta kasih dengan pasangan dan Allah dengan maksud mencapai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

kebahagiaan serta kesejahteraan bersama. I Ketut Adi Hardana dalam Persiapan

Kursus Perkawinan (2010: 10) menuliskan beberapa inti/hakikat dalam

perkawinan, yaitu:

Perkawinan adalah sebuah perjanjian. Istilah perjanjian atau kesepakatan

mau membarui istilah hukum: “kontrak”. Kata “Perjanjian” dipilih

karena lebih bernuansa rohani yang mengingatkan akan perjanjian antara

Allah dan manusia yang bernuansa cinta kasih.

Bentuk perkawinan: perkawinan adalah persekutuan seluruh hidup antara

pria dan wanita. Persekutuan seluruh hidup ini menyangkut: kesatuan

hati dan perasaan walaupun mereka adalah dua pribadi yang berbeda;

tempat tinggal, artinya tinggal di rumah yang sama; kesatuan ekonomi

atau keuangan, artinya penghasilan dan pendapatan antara suami-istri

disatukan dan dikelola secara bersama demi kesejahteraan seluruh

keluarga; kesatuan badan yang diungkapkan dalam hubungan seks antara

suami-istri.

Subyek yang mengadakan perkawinan itu adalah seorang pria dan

seorang wanita yang sungguh-sungguh; artinya pria dan wanita yang

normal, baik secara fisik maupun psikis. Karena itu, Gereja Katolik

menolak mengakui keabsahan perkawinan antara dua orang yang sesama

jenis atau antara orang yang melakukan pergantian kelamin.

Dasar dari sebuah perkawinan adalah cinta kasih yang tampak dalam

persetujuan bebas dari kedua calon mempelai. Secara yuridis, persetujuan

bebas itu menjadi prasyarat dari sebuah perjanjian perkawinan yang sah.

Tujuan dari sebuah perkawinan: kebahagiaan bersama suami-istri dan

keluarga dalam seluruh aspek hidupnya serta kelahiran dan pendidikan

anak.

Dalam Gereja Katolik, hakikat perkawinan dipahami secara lebih

mendalam sebagai Sakramen yaitu ikatan cinta mesra dalam hidup

bersama antara suami dan istri yang diadakan oleh Sang Pencipta dan

dilindungi dengan hukum-hukum-Nya yang menampakkan cinta kasih

Allah kepada umat-Nya (GS, 48).

Berdasarkan beberapa hakikat perkawinan yang ditulis oleh Timotius I

Ketut Adi Hardana tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal sehubungan dengan

hakikat/inti perkawinan. Perkawinan pada masa lalu diistilahkan sebagai sebuah

kontrak antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Istilah kontrak saat ini

diganti dengan istilah janji dengan alasan lebih bernuansa rohani, selain alasan

tersebut istilah janji sudah sering kita jumpai dalam Kitab Suci, baik Perjanjian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Lama maupun Perjanjian Baru sehingga kita dapat dengan baik mengistilahkan

kata janji tersebut dalam perkawinan terlebih janji dalam perkawinan tidak jauh

berbeda dengan istilah janji dalam Alkitab yang melibatkan Allah sebagai

pengikat janji. Perkawinan merupakan sebuah bentuk persekutuan seluruh hidup

dan seumur hidup. Dalam perkawinan segala sisi yang ada pada seorang laki-laki

maupun seorang perempuan tidak terkecuali melebur menjadi satu dan

membentuk persekutuan hidup bersama yang hanya dapat dipisahkan oleh Allah

dengan adanya maut. Gereja Katolik tidak mendiskriminasi pribadi yang

memiliki kelainan seksual seperti homoseksual melainkan justru menerima dan

memberikannya tempat. Sikap mau menerima pribadi yang memiliki kelainan

homoseksual bukan berarti setuju serta menerima perkawinan sesama jenis

ataupun perkawinan yang dilangsungkan oleh seorang laki-laki dan perempuan

namun salah satunya sudah melakukan operasi pergantian kelamin. Gereja Katolik

menolak karena sudah melanggar keluhuran ciptaan Tuhan dan kodrat sebagai

seorang laki-laki maupun seorang perempuan. Ada berbagai ketentuan yang

mengawali sebuah perkawinan, salah satu yang mutlak adanya unsur kebebasan

yang dimiliki masing-masing pribadi sebelum melangsungkan perkawinan.

Keterpaksaan menjadikan perkawinan yang dilangsungkan secara Katolik menjadi

tidak sah (Rubiyatmoko, 2011: 80).

Perjanjian dalam perkawinan juga memiliki tujuan dalam melangsungkan

kehidupan bersama, tujuan dari perkawinan secara umum adalah kesejahteraan

pasangan dan pendidikan anak. Ada 7 (tujuh) sakramen dalam Gereja Katolik dan

salah satunya adalah Sakramen Perkawinan. Perkawinan bisa menjadi sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Sakramen jika dilangsungkan antara laki-laki dan perempuan yang telah dibabtis

secara Katolik atau dilangsungkan antara laki-laki dan perempuan yang salah

satunya dibabtis secara Katolik dengan orang yang pembabtisannya diterima

secara Katolik atau dilangsungkan antara laki-laki dan perempuan yang

pembabtisannya diterima secara Katolik, sehingga dalam perkawinan Katolik ada

2 (dua) jenis perkawinan, yakni perkawinan yang sakramen dan yang non

sakramen (KWI, 2011: 8-10).

6. Perkawinan yang Sakramen dan Non Sakramen

Perkawinan dalam Gereja Katolik dibedakan menjadi dua, yakni

perkawinan yang sakramen dan yang bukan sakramen (non sakramen).

a. Perkawinan sakramen

Perkawinan disebut sakramen apabila dilangsungkan oleh dua orang yang

dibabtis hal ini selaras dengan yang ada dalam KHK, kan. 1055§ 2 “Karena itu

antara orang-orang yang dibabtis, tidak ada kontrak perkawinan sah yang tidak

sendirinya sakramen”. Jadi perkawinan yang dilangsungkan antara laki-laki dan

perempuan yang telah dibabtis secara Katolik atau dilangsungkan antara laki-laki

dan perempuan yang salah satunya dibabtis secara Katolik dengan orang yang

pembabtisannya diterima secara Katolik atau dilangsungkan antara laki-laki dan

perempuan yang pembabtisannya diterima secara Katolik secara langsung

diangkat menjadi sakramen. Perkawinan yang sakramen menjadi gambaran dari

pengambilan bagian dalam persatuan kasih abadi antara Kristus dengan Gereja-

Nya. Ini yang membedakan Sakramen Perkawinan dengan sakramen yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

lainnya. Sakramen Perkawinan bukan diterima dari Imam atau dari pelayan Gereja

serta siapapun itu, namun Sakramen Perkawinan saling diterimakan oleh pasangan

melalui janji perkawinan yang mereka ucapkan. Janji perkawinan juga merupakan

janji yang diucapkan kepada Allah dan juga Injil Suci.

b. Perkawinana non sakramen

Perkawinan non sakramen adalah perkawinan yang dilakukan antara

seorang yang dibabtis secara Katolik dan yang tidak dibabtis. Perkawinan non

sakramen bisa dilangsungkan dalam Gereja Katolik dan sah. Hal ini selaras

dengan yang ada dalam KWI (2011: 8-10) yang mengatakan bahwa “Secara

yuridis perkawinan antara seorang yang dibabtis secara Katolik adalah sah jika

diteguhkan dengan forma canonica (di depan pejabat Gereja Katolik dan dua

orang saksi), namun bukanlah sakramen”. Karena salah satu pasangan tidak

dibabtis maka tidak bisa disebut saling menerimakan sakramen”. Jadi jelaslah ada

perbedaan antara perkawinan orang yang keduanya dibabtis secara Katolik dan

hanya salah satu yang dibabtis secara Katolik. Perkawinan yang dilangsungkan

antara seorang laki-laki dan perempuan yang keduanya dibabtis secara Katolik

akan membawa dampak sakramen pada perkawinannya, sedangkan perkawinan

yang dilangsung antara seorang laki-laki dan perempuan yang hanya salah satunya

saja yang dibabtis secara Katolik maka perkawinan tersebut bukanlah sakramen.

Namun yang perlu diingat adalah kedua perkawinan tersebut sah karena

diteguhkan di depan pejabat Gereja Katolik dan dua orang saksi. Jadi jelas bahwa

tidak semua perkawinan yang dilakukan secara Katolik adalah sakramen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

B. Janji perkawinan

1. Rumusan Janji Perkawinan

Janji perkawinan memiliki rumusan yang di dalamnya memperlihatkan

kesediaan untuk menjadi satu bukan hanya satu daging namun satu roh hal ini

selaras dengan rumusan yang direkomendasikan oleh Komisi Liturgi Keuskupan

Se-Regio Jawa Plus Tanjungkarang (2009: 17) yang berbunyi:

MP: Di hadapan imam, para saksi dan seluruh umat yang hadir di sini,

saya … MP memilih engkau … MW menjadi istri saya.

Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat

dan sakit. Saya mau mengasihi dan menghormatimu sepanjang hidup

saya.

MW: Di hadapan imam, para saksi dan seluruh umat yang hadir di sini

saya, … MW memilih engkau MP menjadi suami saya.

Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat

dan sakit. Saya mau mengasihi dan menghormatimu sepanjang hidup saya.

Pada intinya, dalam janji perkawinan ada 3 janji pokok. Janji yang pertama

ialah janji untuk setia dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu

sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihan. Janji yang kedua adalah

selalu mencintai dan menghormati sepanjang hidup. Janji yang ketiga yang selalu

melekat pada kedua janji tersebut dan sering dilupakan oleh pasutri adalah

bersedia menjadi Bapak/Ibu yang baik serta mendidik anak-anak yang

dipercayakan Tuhan secara Katolik. Saat ini banyak sekali orang tua yang

mempercayakan seluruh pendidikan anaknya pada sekolah tempat mereka belajar.

Rumusan kalimat perjanjian dalam perkawinan dikembangkan

berdasarkan/bersumber dari Kitab Perjanjian Lama bukan sekedar karangan

spontanitas dari manusia. Oleh karena itu memiliki makna yang mendalam.

Agung Prihartana dalam bukunya Menjadi Anugerah Bagi Pasangan (2009: 85)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

merumuskan akar kata dalam janji perkawinan dengan membandingkannya

dengan Kitab Hos 2:18-19 dalam sebuah tabel:

Janji Perkawinan

(sekarang)

Janji Allah-Israel

(Hosea 2:18-19)

di hadapan imam, para

saksi dan saudara-saudari yang hadir,

Aku akan mengikat perjanjian

bagimu… Aku akan menjadikan

saya (nama) menyatakan dengan

tulus ikhlas bahwa engkau (nama)

mulai sekarang menjadi suami/istri

saya

engkau isteriKu untuk selama-

lamanya

Saya berjanji akan setia kepadamu

baik dalam untung dan malang, dalam

suka dan duka, di waktu sehat maupun

sakit

dan Aku akan menjadikan engkau

IsteriKu dalam keadilan dan

kebenaran, dalam kasih setia dan

kasih sayang.

Aku akan menjadikan engkau istri-Ku

dalam kesetiaan

Saya berjanji akan menjadi ayah/ibu

yang baik bagi anak-anak yang akan

dipercayakan Tuhan kepada saya, dan

saya akan mendidiknya menjadi orang

katolik yang setia

Sehingga engkau akan mengenal

TUHAN

Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa rumusan kata dalam janji

perkawinan berakar dari Kitab Hos 2:18-19. Janji tersebut merupakan janji yang

diucapkan oleh Allah sendiri untuk orang Israel. Hal tersebut berarti bahwa

tidaklah mengada-ada bila perkawinan disebut sebagai sebuah sakramen karena

berasal dari Allah sehingga janji perkawinan memuat kesakralan yang mengikat

seumur hidup sebab Allah adalah Allah yang setia terhadap janji-Nya. Ketika janji

perkawinan sudah diucapkan maka membawa dampak kesetiaan pula dalam

pemenuhannya. Dari kitab Hosea ini, terlebih ketika dilihat dalam ayat

sebelumnya yakni Hos 2:17, nampak Allah memang telah mengikat perjanjian

kepada Israel dan menjadikannya istri-Nya. Allah telah menjanjikan bermacam-

“berak

ar”

dari”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

macam hal untuk mensejahterakan istri-Nya dan untuk melindungi serta

membahagiakan istri-Nya. Perjanjian yang dilakukan oleh Allah ini juga memiliki

saksi yakni bintang-bintang di padang, burung-burung di udara serta binatang-

binatang melata di bumi. Dalam ikatan perjanjian ini juga ada sebuah komunikasi

yang baik yang diibaratkan Allah dengan Aku akan mendengarkan langit dan

langit akan mendengarkan bumi. Rumusan perjanjian dalam Kitab Suci Perjanjian

Lama juga akan banyak ditemukan dalam Kitab-Kitab lain, misalnya dalam Yeh

16:60,62; Yes 54:6-8; dan lain-lain.

Dalam seluruh perjanjian Allah kepada Israel, Tuhan Allah menjadikan

Israel sebagai istri-Nya dan mengasihinya sepanjang waktu. Allah selalu setia

terhadap janji-Nya itu dan terus mengasihi istri-Nya dengan nyata lewat

pertolongan-Nya serta lewat belah kasih-Nya yang selalu memaafkan kesalahan

Israel walaupun berulang kali Israel berselingkuh dari diri-Nya. Rumusan janji

perkawinan adalah inti dari sakramen perkawinan dan ketika laki-laki serta

perempuan mengucapkan janji tersebut maka saat itu juga seorang laki-laki

menyerahkan dirinya sebagai suami kepada istrinya dan seorang perempuan

menyerahkan dirinya sebagai istri kepada suaminya (Agung Prihartanta, 2009:

84). Penyerahan diri ini tidak bisa ditarik kembali dan berlaku untuk seumur

hidup karena sifat perjanjian ini sama dengan sifat perjanjian Kristus dengan

mempelai-Nya yakni Gereja. Oleh sebab itu perkawinan di dalam Gereja Katolik

tidak dapat diceraikan. Hal ini jugalah yang menjadi salah satu alasan mengapa

proses perkawinan dalam Gereja Katolik sangat mendetail sehingga prosesnya

membutuhkan waktu yang lama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

2. Makna Janji Perkawinan

Kesatuan antara perkawinan bukan hanya soal “kontrak” atau janji saja

(Iman Katolik, 1996: 436). Perkawinan melebihi makna kata kontrak ataupun janji

namun dalam Gereja Katolik sekarang menggunakan istilah janji yang lebih

mendalam tafsirannya daripada kontrak.

a. Setia dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan

sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihan

Kesetiaan dalam janji ini maknanya bukan hanya untuk tidak melirik

pria/wanita lain. Setia di dalam janji ini maknanya lebih luas yakni setia untuk

berpartisipasi dalam setiap perasaan dan keadaan pasangan. Menjadi suami-istri

artinya menanggapi panggilan untuk saling menyempurnakan. Bila pasangan

cerewet, pelupa, tidak bisa masak maka tetap harus diterima dan dicintai (Didik

Bagiyowinadi 2006: 25). Ketika seseorang berbisnis, dia akan sangat senang

ketika memperoleh keuntungan. Keuntungan yang ia dapatkan akan sangat mudah

ia syukuri dan akan sangat mempengaruhi perilakunya terhadap orang lain

(terlebih orang-orang terdekatnya) sehingga orang lain pun akan merasakan

kebahagiaan yang dirasakan akibat keuntungan itu. Namun ketika seseorang

mengalami kemalangan, misalnya kerugian dalam berbisnis tentunya tidak akan

mudah ia terima dan ia jadikan sebagai rasa syukur termasuk untuk orang-orang

yang berada di dekatnya. Orang kecenderungan akan datang di saat seseorang

berada dalam situasi yang bahagia dan berkelimpahan tetapi di saat seseorang

terpuruk biasanya hanya orang yang benar-benar mencintainya yang selalu ada di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

dekatnya dengan turut berbela rasa, waktu, tenaga serta pikiran. Hal ini juga

berlaku dalam keadaan sehat maupun sakit serta berlaku dalam setia terhadap

kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan seseorang yang kita cintai secara

khusus akan terasa lebih luar biasa dari pada kelebihan seseorang yang tidak kita

cintai secara khusus. Begitu pula dengan kekurangan orang yang kita cintai secara

khusus akan tampak jauh lebih sederhana daripada seseorang yang tidak kita

cintai secara khusus. Pandangan inilah yang harus selalu dipertahankan.

Dalam perkawinan seorang istri dan seorang suami tentunya bukan

seorang yang sempurna seutuhnya baik dari fisik, kepribadian, dan lain-lain.

Kenyataan ketidaksempurnaan inilah yang menjadi panggilan bagi seorang suami

atau istri untuk saling menyempurnakan. Ketika seorang suami/istri sudah merasa

bisa melakukan segala sesuatunya seorang diri dan merasa sudah memiliki

segalanya dalam kehidupan, lalu apa gunanya ia menikah. Seorang istri diciptakan

Tuhan untuk menjadi seorang penolong yang sepadan bagi seorang suami, hal ini

sama ketika Allah menciptakan Hawa sebagai penolong yang sepadan bagi Adam

(Kej 2:18). Allah menganugerahkan Hawa kepada Adam dan sebaliknya Adam

dianugerahkan Allah untuk Hawa. Menjadi penolong sepadan itu artinya suami

serta istri memiliki tugas saling menyempurnakan satu sama lain yang bisa

dikatakan mau senantiasa menjadi sakramen antara yang satu terhadap yang

lainnya. Menjadi sakramen bagi pasangan artinya bisa menjadi tanda dan sarana

kehadiran Allah dalam seluruh kehidupan bersama/seluruh kehidupan

perkawinan. Bisa menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah dalam seluruh

kehidupan berarti termasuk dalam kepahitan serta kemalangan serta keberdosaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus dalam 1 Kor 7:14 dikatakan bahwa

seorang suami yang tidak beriman akan dikuduskan istrinya yang beriman dan

seorang istri yang tidak beriman akan dikuduskan suami yang beriman. Suami-

istri harus mau menjadi sakramen bagi yang lainnya melalui seluruh hidup

perkawinannya sehingga seluruh kehidupannya bisa berkenan bagi Allah.

Setia berarti tidak hanya setia terhadap pasangan saja, hal inilah yang

sering dilupakan oleh banyak pasangan. Setia itu berarti setia pula terhadap

Pribadi yang telah memeteraikan cinta antara sepasang pria dan wanita sehingga

menjadi satu tubuh dalam ikatan perkawinan. Janji memberikan harapan dan rasa

aman, terlebih janji yang diikat pada Pribadi yang menjadi sumber cinta kasih.

Hal ini selaras dengan Smalley (2008: 28) yang mengatakan “Berjanji kepada

Allah akan memberikan rasa aman bagi pasangan Anda. Hal itu memberikan rasa

aman bagi pasangan Anda. Hal itu memberikan landasan yang mantap pada

pernikahan Anda dengan menyediakan sumber otoritas tertinggi, di mana Anda

berdua hidup di bawah naungannya”. Janji merupakan sebuah pemberian harapan

terhadap orang lain dalam bentuk apapun. Yang membedakan janji biasa dengan

janji yang diucapkan di hadapan Allah adalah janji biasa sangat mungkin diingkari

karena hanya melibatkan 2 pribadi (pihak pertama dan pihak kedua). Manusia

adalah pribadi yang lemah, oleh karena itu sangat mungkin melanggar janji. Janji

yang diucapkan dihadapan Allah melibatkan 3 pribadi (pihak pertama dan pihak

kedua dengan Allah sebagai pengikat janji tersebut). Walaupun masih

memungkinkan manusia untuk mengingkari janji tersebut, namun Allah selalu ada

dan hadir sebagai pengikat janji tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

b. Selalu mencintai dan menghormati sepanjang hidup

Mencintai dan menghormati mudah dilakukan bila sesekali, lalu

bagaimana jika harus selalu dilakukan? Apakah akan menjadi mudah? Pertanyaan

ini memang sederhana namun ketika kita dihadapkan pada pertanyaan seperti ini

kita akan memilih untuk berhenti sejenak dan berfikir. Berfikir untuk sebuah cinta

itu kurang tepat karena cinta sesungguhnya lebih melibatkan rasa. Cinta itu tidak

pernah memperhitungkan untung dan rugi, cinta itu akan merasakan rugi sebagai

sebuah keuntungan. Hal ini terjadi bukan karena tidak realistis namun memang

cinta itu sabar dan murah hati. Di dalam cinta terdapat kasih yang luar biasa besar.

Kasih itu memiliki banyak alasan untuk membuat orang yang dikasihi bahagia.

Hal ini selaras dengan perikop dalam 1 Kor 13:1-8 yang berbunyi:

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan

bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan

gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku

mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia

dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang

sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai

kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan

segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk

dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada

faedahnya bagiku. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.

Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang

tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah

dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena

ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu,

percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung

segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa

roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

Dari perikop tersebut jelaslah, hal paling tinggi dan yang paling luhur itu

cinta kasih, kasih akan menyempurnakan segala kekurangan yag dimiliki oleh

masing-masing pasangan. Memiliki kasih itu sama artinya bisa mengalahkan diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

sendiri dan memberikan segala cinta kasih yang dimiliki untuk orang lain dan

khususnya dalam konteks ini untuk pasangan. Di saat kita belum memberikan

seluruh cinta dan belum membagikan seluruh kasih yang kita miliki sampai

sehabis-habisnya hingga merasa terluka maka belum bisa disebut cinta, hanya

seperti gong yang berkumandang dan canang yang bergemerincing. Itu berarti

cinta bisa disebut sebagai pemberian.

Kasih yang paling sempurna adalah kasih seseorang yang bersedia

menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13). Cinta kasih itu

luhur dan tinggi, mencintai kelebihan seorang itu sangat mudah namun mencintai

segala kekurangan seorang itu yang sulit dan bahkan ketika kita bertahan untuk

mencintai seseorang yang akan kita rasakan adalah luka dalam hati. Hal ini sama

seperti ketika kita memberikan jawaban “ya” untuk kebahagiaan yang hendak kita

dapatkan namun ketika kita harus berkorban bahkan hingga nyawa kita harus

dikorbankan bagi orang lain, apakah jawaban “ya” akan mudah keluar dari bibir

kita walaupun kita mengaku mencintainya? Itulah cinta, kesetiaan yang membawa

luka dan juga pengorbanan itulah kasih yang total. Mencintai seseorang dengan

total akan membawa kita pada sikap menghormatinya. Menghormati di sini

bermakna secara dua arah baik dari istri kepada suami atau dari suami kepada

istri. Menghormati berarti mau mendengarkan pendapat, mau menerima

keputusan yang dianggap paling baik, mau menghormati hak sebagai suami

ataupun istri. Menghormati secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya

memberi arti dan nilai pada orang lain. Hal ini selaras dengan Smalley (2008: 17)

yang mengatakan “Kehormatan sungguh sederhana. Kehormatan berarti sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

menghargai orang lain sebagai pribadi yang sangat penting dan bernilai”.

Menghormati seluruh jiwa dan raga pasangan seumur hidup, itulah yang harus

dilakukan dalam sebuah ikatan perkawinan karena ketika cinta kepada pasangan

dan hormat kepada pasangan itu tidak diwujudkan maka artinya menodai janji

perkawinan yang diucapkan di hadapan Allah. Mencintai serta menghormati itu

artinya bisa menjadi anugerah bagi pasangannya.

c. Bersedia menjadi Bapak/Ibu yang baik serta mendidik anak-anak yang

dipercayakan Tuhan secara Katolik

Menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan

pada kita berarti mau menghormati anak dan mendidiknya secara Katolik dan

bukan sekedar menyekolahkan anak yang dipercayakan Tuhan di sekolak Katolik

saja. Hal ini selaras dengan Ef 6:4 “Dan kamu bapa-bapa, jangan bangkitkan

amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan

nasihat Tuhan”. Dari ketiga janji perkawinan yang ada, janji yang terakhir ini

yang banyak dilanggar. Yohanes Paulus II dalam buku Keluarga Kristiani dalam

Dunia Modern (1994: 25) mengatakan:

Seorang suami dipanggil untuk menjamin perkembangan semua anggota

keluarga secara selaras dan bersatu: ia akan menunaikan tugas ini dengan

memikul tanggung jawab yang berjiwa besar atas hidup yang dikandung di

bawah jantung ibunya, dengan melibatkan diri lebih giat dalam tugas

mendidik, yang dipikulnya bersama dengan istrinya, dengan melakukan

kerja yang tidak pernah menjadi sebab perpecahan dalam keluarga tetapi

justru meningkatkan kesatuan dan kemantapannya, dan dengan

memberikan kesaksian hidup seorang Kristiani yang dewasa, yang secara

efektif mengantar anak-anak ke dalam pengalaman hidup Kristiani dan

Gereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Kutipan tersebut jelas bahwa yang bertugas mencari nafkah dalam

kehidupan berkeluarga adalah ayah atau suami. Selain bertugas mencari nafkah,

suami juga bertugas mendidik anaknya bersama dengan istrinya dan membawa

anak dan istrinya ke dalam pengalaman hidup Kristiani. Kenyataan istri yang juga

bekerja dan terkadang penghasilannya melebihi suami itu tidak salah, namun

jangan pernah melupakan kewajiban utama sebagai seorang istri yakni sebagai

patner suami dalam mendidik anak. Dalam kehidupan dunia dewasa ini dapat kita

saksikan pelanggaran terhadap tugas utama dan terutama sebagai orang tua. Orang

tua masa kini cenderung sibuk dengan urusan pekerjaan dan dunia mereka sendiri

sehingga mempercayakan pengasuhan anak pada pembantu maupun baby sister.

Jika anak diasuh oleh pembantu maupun baby sister maka pendidikan iman anak

akan sangat dikesampingkan. Pendidikan iman anak akan lebih parah lagi ketika

sang pembantu maupun baby sister bukan seorang Katolik karena kecenderungan

anak akan meniru kebiasaan orang yang ada di dekatnya. Tugas mendidik anak

yang paling utama merupakan tugas orang tua (Ul 6:7). Orang tua harus bisa

mengarahkan, menuntun serta memberikan pengertian dan pemahaman yang

benar tentang kaidah-kaidah iman Kristiani (Hello, 2004: 19).

Menyekolahkan anak di sekolah Katolik memang sangat baik dan sangat

membantu perkembangan iman anak namun yang perlu digaris bawahi adalah

tanggungjawab untuk mendidik anak yang paling utama dan terutama adalah

orang tua bukan orang lain ataupun pihak lain. Orang tua sering lupa bahwa

mereka bekerja untuk menghidupi anak bukan hidup untuk bekerja. Keluarga

adalah prioritas dalam sebuah perkawinan yang lebih penting dari hal lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

C. Perwujudan Janji Perkawinan

1. Arti Perwujudan Janji Perkawinan

Mewujudkan itu artinya menjadikan sesuatu yang belum ada ataupun

belum terjadi menjadi ada ataupun terjadi. Janji perkawinan dalam sebuah upacara

penerimaan Sakramen Perkawinan atau pemberkatan perkawinan berbentuk

pengucapan janji minimal di depan seorang pejabat gereja dan dua orang saksi

(KHK, kan.1108). Janji perkawinan yang telah diucapkan saat penerimaan

Sakramen Perkawinan/pemberkatan perkawinan belum memiliki bentuk ketika

belum diwujudnyatakan dalam seluruh hidup perkawinan.

Usaha untuk mewujudkan janji perkawinan berarti usaha yang mencakup

seluruh proses yang panjang mulai dari pengucapan hingga kematian memisahkan

suami-istri. Hal ini selaras dengan yang dikatakan oleh Burtchaell (1990: 32)

“Perkawinan Kristen merupakan bentuk pelayanan serta janji yang menuntut

banyak dari manusia untuk melayani: dalam untung dan malang, seumur hidup!”

Sepanjang waktu itulah janji perkawinan harus diwujudkan dengan bertolok ukur

dari visi bersama yang telah dibentuk menjadi misi yang siap dikerjakan dan

dituntaskan bersama sehingga seluruh kehidupan perkawinan semakin membawa

bahtera perkawinan lebih dekat dengan pelabuhan yang selama ini hendak dituju.

Dalam usaha perwujudan janji perkawinan ini hal penting yang harus

selalu diingat adalah suami-istri sejak pengucapan janji perkawinan sudah harus

menentukan tujuan akhir yang hendak dicapai bersama melalui seluruh kehidupan

perkawinannya. Ketika suami-istri dalam seluruh hidupnya berusaha mewujudkan

janji perkawinannya maka mereka berdua atau salah satu dari mereka tidak boleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

tiba-tiba berubah halauan memiliki tujuan yang lain. Suami-istri dengan

menghidupi janji tersebut maka akan menuju pada usaha menyenangkan pasangan

dan membahagiakannya (1 Kor 7:33-34).

Usaha perwujudan janji perkawinan ini ditandai dengan kesetiaan yang

terus menerus diusahakan, selalu menghormati pasangan, menerima pasangan apa

adanya dan mau senantiasa memaafkan kesalahan pasangan. Usaha perwujudan

ini juga harus lebih luas diwujudkan dalam menyayangi anak, mendidik anak,

menghormati hak pasangan serta anak, menghormati dan menyayangi keluarga

besar pasangan dan lain sebagainya. Artinya, perwujudan janji perkawinan selain

menyangkut dua pribadi, perwujudannya juga menyangkut relasi yang lebih luas

lagi yakni yang berhubungan dengan anak, keluarga, Tuhan dan masyarakat juga

(Purwo Hadiwardoyo, 2007: 9-13).

2. Arah Perwujudan Janji Perkawinan

Janji perkawinan harus diwujudkan. Dalam mewujudkan janji perkawinan,

pasutri harus memiliki arah yang jelas dan juga konkret demi mencapai tujuan

perkawinan. Beberapa hal yang harus diusahakan dalam menentukan arah

perwujudan janji perkawinan yakni:

a. Menyadari, menghayati serta menghidupi peran sebagai seorang suami

ataupun seorang istri

Janji perkawinan diucapkan oleh laki-laki serta perempuan. Isinya secara

garis besar yakni akan setia dalam segala keadaan, akan mencintai dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

menghormati pasangan serta akan mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan

padanya. Dalam Kitab Kej 2:23 seorang pria dan wanita akan meninggalkan ayah-

ibunya dan keduanya menjadi satu daging semenjak menikah. Dari kedua hal ini

jelaslah bahwa ada cita-cita yang tersirat. Cita-cita yang tersirat dalam dua hal

tersebut dapat diwujudkan oleh suami-istri dengan menyadari perannya sebagai

suami ataupun istri, kemudian menghayati perannya sebagai suami ataupun istri,

dan yang terakhir harus menghidupi peranannya sebagai suami ataupun sebagai

istri serta sebagai sahabat juga sebagai kekasih (Didik Bagiyowinadi 2006: 31).

Antara suami-istri memang memiliki kedudukan yang sama namun peran mereka

masing-masinglah yang berbeda dan khas. Kekhasan inilah yanng menjadikan

suami-istri memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Perbedaan inilah yang bisa

menjadi celah untuk saling melengkapi. Hal ini perlu disadari dengan sepenuh

hati, namun jangan sampai hal ini hanya berhenti pada kesadaran saja. Kesadaran

ini juga harus bisa disertai dengan penghayatan. Kesadaran dan penghayatan ini

belum konkrit jika belum dihidupi lewat perwujudan peran sebagai seorang suami

maupun sebagai seorang istri dalam kehidupan berumahtangga. Cara menghidupi

peran sebagai suami/istri ini didasarkan pada kekahsannya.

Suami dan istri memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam

hubungannya dengan hal-hal yang menyangkut persekutuan perkawinan. Hal ini

selaras dengan KHK, kan. 1135 yang berbunyi “Kedua suami-istri memiliki

kewajiban dan hak sama mengenai hal-hal yang menyangkut persekutuan hidup

perkawinan”. Kanon tersebut jelas menunjukkan tidak ada yang lebih tinggi

kedudukannya ataupun perannya antara suami atau istri. Hanya saja secara kodrati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

peran antara suami istri menjadi berbeda. Laki-laki diciptakan dengan

keperkasaannya dan memang dirancang oleh Tuhan untuk bekerja dan

menghidupi keluarganya. Hal serupa juga ada pada perempuan, perempuan

diciptakan Tuhan dengan unsur keibuannya dan perempuan diciptakan lengkap

dengan kandungan dan air susu yang artinya Tuhan menciptakan perempuan

sebagai seorang ibu dari kehidupan baru. Tugas dan peran kodrati ini memang

khas namun tidak berarti seorang laki-laki ataupun seorang perempuan harus

menanggung tugas ini seorang diri. Dalam Kitab Kej 2:18, Tuhan menciptakan

Hawa sebagai penolong yang sepadan untuk Adam yang berarti seorang laki-laki

dan seorang perempuan memang dipersatukan untuk saling menolong atas

landasan cinta kasih yang ada di antara keduanya dengan peran yang berbeda

antara satu dan lainnya.

Menyadari, menghayati serta menghidupi peran sebagai suami ataupun

sebagai istri tidak hanya berhenti pada hal kodrati yang ada namun masih banyak

lagi yang perlu disadari, dihayati serta dihidupi. Selain sebagai seorang suami

ataupun sebagai seorang istri, masing-masing suami ataupun istri juga berperan

sebagai sahabat bagi pasangannya. Sebagai sahabat artinya bersedia menjadi

tempat bercerita, tempat sharing, tempat „curhat‟ segala persoalan, perasaan

maupun cita-cita serta keputusan yang hendak diambil (Didik Bagiyowinadi,

2006: 31-34). Dalam peranan ini yang dibutuhkan dari seorang suami-istri adalah

kemauan untuk mendengarkan. Manusia selalu memiliki kelemahan, tidak semua

orang bisa menjadi pribadi yang bisa bijaksana untuk menyelesaikan masalah

namun yang dibutuhkan dalam peran ini hanyalah kemauan untuk mendengarkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Mengapa kemauan untuk mendengarkan sudah cukup? Hal ini disebabkan karena

dengan mendengarkan maka seseorang yang kita dengarkan akan merasa dihargai

dan tidak sendirian.

Menjadi sahabat terkadang harus keluar sejenak dari fungsinya sebagai

seorang suami ataupun istri sebab seorang suami ataupun istri terkadang

mendengarkan dengan latar belakang rasa memiliki sehingga kemungkinan

kesalahan suami-istri yang disampaikan belum tentu dapat serta merta diterima.

Hal ini berbeda ketika suami atau istri memposisikan diri sebagai seorang sahabat,

seorang sahabat yang baik akan selalu mendengarkan sahabatnya dan

membantunya dalam mencari jalan keluar terbaik (Didik Bagiyowinadi, 2006: 34-

36).

Seorang suami-istri selain harus menjadi sahabat bagi pasangannya, ia

juga harus menempatkan diri sebagai seorang kekasih. Rasa sudah memiliki

pasangan karena sudah menjadi suami bagi perempuan dan istri bagi laki-laki

sering menjadikan sikap egois muncul dalam kehidupan berumah tangga. Rasa

egois ini sering terlihat ketika seorang suami ataupun seorang istri selalu ingin

dipahami dan perilaku pasangan harus sesuai dengan yang dia mau. Dalam hal ini,

menghayati pasangan sebagai kekasih hati sangatlah diperlukan. Kekasih itu akan

lebih banyak mengerti akan keadaan pasangan dibandingkan sebagai suami

ataupun istri. Ketika dua sejoli pacaran, kebanyakan seluruh waktu bersama

dihabiskan dengan kemesraan, saling menghargai, selalu memahami dan seorang

perempuan akan menjadikan seorang laki-laki sebagai raja di hatinya dan

sebaliknya seorang laki-laki akan menjadikan perempuan yang dicintainya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

sebagai ratu di hatinya yang artinya selalu mengistimewakan pasangannya. Hal ini

yang sering tidak ditemui dalam hubungan suami-istri. Hubungan kekasih

layaknya sedang berpacaran harus dihidupi dalam kehidupan suami-istri terlebih

dalam hal selalu mengistimewakan pasangan (Didik Bagiyowinadi, 2006: 36-38).

b. Membangun komunikasi yang baik antara suami-istri

Suami pada kodradnya adalah seorang laki-laki dan istri adalah seorang

perempuan. Ada perbedaan mendasar antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan. Perbedaan ini secara fisik pun sudah sangat kelihatan. Perbedaan

antara suami dan istri ini memang sengaja Tuhan ciptakan karena seorang istri

memiliki peran sebagai penolong yang sepadan untuk suami begitu pula

sebaliknya. Pria dan wanita berasal dari planet yang berbeda. Pria dari planet

Mars dan wanita dari planet Venus. Orang Mars menghargai kekuatan,

kompetensi, efisiensi dan pencapaian sedangkan orang Venus menghargai cinta

kasih, komunikasi, keindahan dan hubungan. Sifat ini memang tidak selalu ada

pada setiap laki-laki dan setiap perempuan, namun sebagian besar laki-laki dan

perempuan memiliki sifat-sifat tersebut. Karena perbedaan yang ada pada laki-laki

dan perempuan itulah maka dibutuhkan komunikasi yang baik di antara keduanya.

Komunikasi tersebut harus berlandaskan rasa kasih antara suami dan istri

Walaupun sudah sangat jelas bahwa komunikasilah yang bisa menjembatani

perbedaan antara seorang laki-laki dan seroang perempuan, namun tetap harus

diperhatikan bahwa komunikasi tersebut harus bisa dipahami dan menguntungkan

bagi keduanya (John Gray dalam Didik Bagiyowinadi 2006: 31).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Komunikasi yang ideal dibutuhkan pemahaman karakter yang baik dari

masing-masing pihak terhadap lawan bicaranya. Ketika suami yang selalu berfikir

secara realistis dan suka diam mencari solusi selalu menerapkan caranya untuk

berbicara pada perempuan yang selalu menggunaan perasaan serta selalu

memberikan masukan untuk didengarkan maka komunikasi tersebut akan menjadi

tidak „nyambung‟. Hal yang sama juga akan terjadi bila wanita menerapkan sikap

dasarnya dalam berkomunikasi tanpa melihat karakter laki-laki yang sedang dia

ajak bicara. Kekayaan karakter yang dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan

harusnya memperkaya satu sama lainnya bukan malah mengahambat komunikasi

di antara keduanya (I Ketut Adi Hardana, 2010: 46-47).

Komunikasi harus dibangun di atas asas demokrasi dan kesetaraan antara laki-

laki dan perempuan. Komunikasi perlu dilakukan setiap saat, bahkan dalam hal

sekecil apapun perlu dikomunikasikan untuk menghidupi janji perkawinan yang

sedang dibangun.

c. Menjadi anugerah bagi pasangan

Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang artinya Hawa merupakan

anugerah dari Allah yang merupakan bagian dari dirinya dan hidupnya itu sama

dengan ikatan suami-istri (Kej 2:21-22). Sebuah perkawinan harus dihayati

sebagai sebuah pengalaman yang membahagiakan sebab masing-masing

memberikan dirinya kepada pasangannya. Pemberian diri yang dilakukan adalah

pemberian diri total yang merupakan pengungkapan cinta. Pengungkapan cinta

biasanya bisa dengan berbagai cara, namun yang hendak disampaikan adalah hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

yang sama yakni cinta yang berarti adalah pemberian hadiah kepada seseorang.

Hadiah ini sama artinya juga adalah sebuah anugerah.

Cinta itu kasih dan kasih diwujudkan dalam tindakan pemberian diri yang

ikhlas yang tidak menuntut balasan. Cinta itu hanya perkara memberi dan

memberi. Refleksi Bunda Teresa Kalkuta seperti dikutip oleh Agung Prihartana

dalam buku yang berjudul Menjadi Anugerah Bagi Pasangan (2009: 58) yakni:

Cinta itu menyakitkan.

Aku harus rela memberikan apapun

bukan untuk merugikan orang lain

tetapi untuk melakukan kebaikan bagi mereka.

hal itu menuntutku untuk terus memberi

tanpa mengharap balasan

sampai terasa menyakitkan,

Kalau tidak, tidak ada cinta sejati dalam diriku…

Cinta yang dilukiskan oleh Ibu Teresa Kalkuta ini adalah cinta yang sejati, cinta

yang total yakni kesedian dengan ikhlas hati memberikan diri dengan sehabis-

habisnya untuk orang yang dicintai. Mencintai seseorang dengan memberikan

dirinya tidak selalu menyenangkan, namun justru yang sering kita rasakan adalah

perasaan terluka terlebih dalam situasi setia dalam duka, sakit dan di waktu

malang. Cinta yang diberikan dengan setotal-totalnya akan melukai hati dan akan

membutuhkan banyak kebesaran hati.

Menjadi anugerah bagi suami ataupun istri tidak cukup dengan sekedar

kata-kata. Anugerah harus diwujudkan secara nyata sehingga anugerah tersebut

membahagiakan. Menjadi anugerah berarti mau memberikan diri dengan sikap

dan kesediaan untuk melayani. Seorang istri yang baik tidak akan pernah

membiarkan suaminya setiap hari membuat minum sendiri dan hanya membelikan

makanan untuknya. Istri yang baik akan menyediakan waktunya untuk melayani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

suami, menunjukkan rasa cintanya serta bisa membuat suaminya istimewa karena

diperhatikan. Hal ini juga berlaku untuk suami. Suami yang baik tidak hanya

cukup memberikan nafkah kepada istrinya, suami yang baik harus bersedia

mendengarkan istrinya, menyediakan waktu utuk berkumpul bersama istri dan

anak-anaknya. Sikap melayani ini akan menjadikan suami ataupun istri

dinomorsatukan dan merasa berharga hidup bersama suami atau istrinya. Hal ini

sama dengan yang diungkapkan oleh Agung Prihartana (2009: 66) yakni:

Suami istri ini memahami dan menghayati perkawinan sebagai sebuah

pelayanan. Mereka mengartikan dan menghayati pemberian diri kepada

pasangan hidupnya bukan dengan menggunakan kata „anugerah‟ atau

„hadiah‟, tetapi dengan kata „melayani‟.

Sikap melayani akan menjadi sebuah pelayanan yang utuh bila disertai dengan

mencintai pasangan apa adanya. Kata mencintai apa adanya menunjukkan adanya

celah dari pasangan yang butuh digenapi dan pada celah itulah pelayanan menjadi

berarti.

Ketika sepasang suami-istri ditanya oleh pastor apa yang dicintai dari

pasangan ketika penerimaan Sakramen Perkawinan atau pemberkatan perkawinan

berlangsung kebanyakan dari mereka menjawab karena baik, karena perhatian,

karena cantik, karena ini, karena itu. Hal tersebut tidak salah bila dijadikan

sebagai motivasi awal dalam hidup bersama, namun yang perlu diingat adalah

seiring berjalannya waktu, motivasi tersebut haruslah dimurnikan. Seiring

berjalannya waktu, akan ada banyak kekecewaan yang muncul karena seorang

istri tidak sesuai dengan harapan sang suami dan sebaliknya sang suami tidak

sesuai harapan istri. Kekecewaan yang muncul ini disebabkan karena dari awal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

kita sudah mematok pasangan sesuai dengan harapan kita sehingga ketika harapan

tersebut tidak terwujud, kekecewaanlah yang terjadi dan dialami oleh pasangan.

Motivasi awal mencintai karena alasan yang baik-baik harus segera dimurnikan

dengan mencintai apa adanya sehingga bukan hanya kelebihan dari pasangan yang

dicintai namun seluruh kelebihan dan kekurangan pasangan harus dicintai. Jika

bisa mencintai segala kekurangan yang dimiliki pasangan artinya kita mencintai

pasangan dengan kepribadian yang dewasa (Agung Prihartana, 2009: 68-70).

Dengan mencintai pasangan dengan dewasa, maka kita tidak akan merasa kecewa

namun akan semakin diteguhkan dalam kehidupan berumah tangga serta suami

bisa merasakan istri sebagai anugerah dan sebaliknya.

3. Tujuan Perwujudan Janji Perkawinan

Setiap orang memiliki panggilan masing-masing yang khas di dalam

hidupnya. Ada dua penggolongan panggilan yang khas dalam Gereja Katolik.

Panggilan yang pertama adalah panggilan untuk hidup berkeluarga dan panggilan

yang kedua adalah panggilan untuk menjadi biarawan/biarawati. Kedua panggilan

ini sama baik dan sama luhurnya. Dalam menghayati masing-masing panggilan

hidup ini keduanya sama-sama disertai dengan janji. Janji dalam hidup

berumahtangga diucapkan dalam penerimaan Sakramen Perkawinan/pemberkatan

perkawinan. Hal yang sama juga berlaku untuk panggilan menjadi

biarawan/biarawati. Para biarawan-biarawati juga mengucapkan janji/kaul yang

biasanya bertahap dan kaul yang terakhir adalah kaul kekal yang terus menerus

diperbaharui. Dalam menghidupi janji ini tentunya memiliki arah/tujuan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

sudah ditentukan semenjak awal. Intisari dari seluruh janji perkawinan sebenarnya

adalah penerimaan pribadi pasangan. Dalam pengucapan janji, mempelai secara

sadar, di hadapan publik dan nyata berjanji sepanjang hidupnya akan memenuhi

dan menghidupi janji perkawinan (Agung Prihartana, 2009: 94-96).

Perkawinan sering dibaratkan/digambarkan sebagai bahtera yang

dinahkodai oleh seorang suami. Bahtera ini membentuk awaknya pada saat hari

penerimaan Sakramen Perkawinan/pemberkatan perkawinan (Budi Sardjono,

2010: 11). Dalam perjalanan untuk mencapai tujuan tersebut bahtera ini akan

mengalami banyak badai dan gelombang yang pasti akan mengombang-

ambingkan bahtera serta membuat penumpangnya serta nahkodanya menderita.

Penderitaan yang dialami akibat badai dan gelombang ini akan bisa dilalui jika

semenjak awal bahtera sudah menetapkan koordinat tujuannya dan membawa

bekal yang cukup untuk menghadapi badai dan gelombang ini. Koordinat yang

hendak dituju dalam ikatan perkawinan adalah sebuah keutuhan sampai akhir

hayat yang di dalamnya sarat dengan kebahagiaan sejati, sedangkan bekal yang

cukup itu adalah janji perkawinan itu sendiri yang merupakan senjata yang ampuh

jika dihidupi dalam seluruh perjalanan perkawinan. Karena itulah, pendampingan

pra perkawinan sagat penting, terlebih untuk menyadarkan peran masing-masing

baik sebagai suami ataupun istri. Karena peran masing-masing memang sungguh

khas. Untuk itu masing-masing peran, baik sebagai suami ataupun istri harus

memiliki komitmen untuk mengutamakan keluarganya. Komitmen ini sangat

penting mengingat banyaknya tantangan zaman yang semakin kompleks. Suami

menghidupi perannya sebagai suami, sedangkan istri menghidupi perannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

sebagai istri. Bila suami-istri berpegang teguh pada janji yang telah diucapkan

maka suami-istri tersebut bisa diandalkan (Didik Bagiyowinadi, 2006: 112-113).

4. Pentingnya Usaha Perwujudan Janji Perkawinan

Janji perkawinan adalah sebuah senjata yang ampuh dan bekal yang baik

dalam mengarungi kehidupan perkawinan. Janji perkawinan sangat penting untuk

diwujudnyatakan dalam seluruh kehidupan perkawinan sebab janji perkawinan

adalah kerangka dalam menuliskan sebuah karangan dan pondasi dalam

membangun sebuah rumah. Dalam kehidupan perkawinan, sepasang suami-istri

akan dihadapkan pada berbagai tantangan/persoalan yang bisa muncul dari dirinya

sendiri/intern dan dari luar dirinya/ekstern (Agung Prihartana, 2009: 29).

a. Faktor intern

Faktor permasalahan yang muncul dari dalam pribadi suami-istri pasti

terjadi pada pasangan suami-istri. Faktor ini menyangkut keunikan pribadi yang

dimiliki suami ataupun istri dari pola pendidikan yang selama ini didapatkan.

Karakter dari seorang suami ataupun istri secara tidak sadar sangat dipengaruhi

oleh keluarganya. Karakter yang baik dan disetujui/disukai oleh kedua belah pihak

tidak akan menjadi masalah, namun karakter yang belum dewasa yang egois yang

tidak bisa hemat dan masih banyak lagi yang lainnya kemungkinan akan

mengusik ketentraman rumah tangga yang telah dibangun. Hal inilah yang

biasanya menjadi pemicu perselisihan dan persoalan sebab pasangan akan

menuntut agar sifat-sifat tersebut dihilangkan dan pasangan harus menjadi seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

yang kita mau. Bila hal ini terjadi artinya suami/istri tidak bisa melihat sifat

„negatif‟ pasangannya sebagai keunikan yang seharusnya diterima dan diatasi

bersama-sama. Persoalan juga sering muncul karena persatuan yang seharunya

melekat pada pasangan suami-istri sering dibatasi dalam hal-hal tertentu. Dalam

hal mengurus anak bersama-sama namun dalam hal keuangan sendiri-sendiri

karena masing-masing merasa ikut ambil bagian dalam mencari nafkah dan demi

kenyamanan bersama dalam memenuhi kebutuhan masing-masing maka keuangan

terpisah. Hal-hal seperti inilah yang bisa memicu permasalahan dalam berumah

tangga (Agung Prihartana, 2009: 29-47).

b. Faktor ekstern

Faktor yang muncul dari luar diri ini antara lain masalah ekonomi

keluarga, WIL (Wanita Idaman Lain)/PIL (Pria Idaman Lain), Masalah anak-

anak, dll. Seiring berkembangnya zaman, faktor dari luar diri dianggap selalu

menjadi momok bagi perjalanan hidup rumah tangga yang sesungguhnya tidak

terlalu mengancam. Sebenarnya faktor intern-lah yang lebih mengancam

dibanding faktor ekstern. Bila sampai terjadi perselingkuhan pasti sebab awalnya

karena persoalan yang muncul dari masing-masing pribadi pasangan dan pada

akhirnya berkembang dengan adanya pihak-pihak lain yang turut campur. Sering

terjadi karena tidak bisa menerima keunikan pasangan maka suami/istri mencari

orang ketiga yang sesuai dengan harapannya. Kekecewan-kekecewaan semacam

inilah yang menjadi pemicu. Sedikit persoalan dalam keluarga yang murni

disebabkan oleh faktor dari luar (Agung Prihartana, 2009: 47-51).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

5. Manfaat Perwujudan Janji Perkawinan

Janji perkawinan bukanlah tujuan namun jalan untuk mencapai tujuan

yang sesungguhnya. Seperti sebuah film, sutradara hendak menyuguhkan ending

film yang paling baik menurut kehendaknya. Dalam penyuguhannya, tidak

mungkin sang sutradara langsung menyuguhkan cerita langsung pada ending-nya.

Sutradara pasti akan menggambarkan proses/dinamika pemainnya dalam

mencapai ending yang diinginkan oleh sutradaranya. Proses inilah yang

diibaratkan sebagai seluruh perjalanan perkawinan suami-istri, sedangkan ending

dari film yang hendak disampaikan itulah tujuan yang hendak dicapai oleh suami-

istri dalam perkawinan dan kerangka cerita yang membuat film tersebut tidak

keluar dari ceritanya serta menuntun ceritanya sampai ending itulah janji

perkawinan. Perwujudan janji perkawinan memberikan manfaat yang sangat besar

bagi seluruh kehidupan perkawinan. Janji yang dihidupi akan membawa

kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup berkeluarga. Kesuksesan ini ditandai

dengan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Kesejahteraan ini tidak sebatas

kesejahteraan fisik, namun kesejahteraan ini juga mencakup kesejahteraan batin,

mental, sosial, moral, dan spiritual (Purwo Hadiwardoyo, 2007: 2).

Janji perkawinan membantu setiap pasutri untuk tidak keluar dari

kehidupan perkawinannya. Janji perkawinan yang telah diucapkan ini pulalah

yang menjadi bahan refleksi setiap kehidupan perkawinan suami-istri. Idealnya,

setiap hari masing-masing suami-istri mengambil waktu sejenak untuk

merefleksikan perjalanan perkawinannya dalam sehari itu dengan berpedoman

pada janji perkawinan dan suami-istri juga perlu mengambil waktu bersama untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

merefleksikan perjalanan perkawinannya. Dalam berefleksi, ayat Kitab Suci dan

juga doa merupakan satu kesatuan yang memberikan jalan. Hal ini selaras dengan

yang ada dalam 2 Tim 3:12.15-16 yang berbunyi:

Ingatlah juga bahwa dari hal kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci

yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada

keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang

diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan

kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam

kebenaran

Kehidupan memang selalu berkembang dan perubahan di berbagai bidang

kehidupan terjadi dengan sangat cepat, namun hal yang perlu diingat adalah

segala bentuk kehidupan yang ada saat ini harus didasari oleh kebijakan di masa

lalu. Melalui seluruh proses kehidupan Yesus yang ada dalam Perjanjian Baru dan

kebijaksanaan hidup yang digambarkan dalam Perjanjian Lama, manusia memiliki

banyak referensi hidup yang baik, yang bisa membawa manusia pada kepenuhan

hidup dan kedamaian sejati.

D. Keutuhan Keluarga

1. Pengertian Utuh

Utuh berarti berarti tidak ada yang kurang , lengkap, sempurna. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Poerwadarminta, 1984: 1000 yang menyatakan

bahwa:

Utuh (dl keadaan) sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula

(tidak berubah, tidak rusak tidak berkurang, dsb): barang-barang curian

masih—karena memang belum sempat dibawa lari; utuh artinya sempurna

sebagaimana semula, hal yang paling sulit dalam membuat sesuatu selalu

utuh adalah prosesnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Jadi utuh itu mencakup dari berbagai segi dan berbagai sisi (lengkap dan tidak

kurang suatu apapun. Untuk mencapai sebuah pencapaian “utuh” maka

dibutuhkan pengorbanan dan usaha yang tidak mudah. Ibarat sebuah guci yang

hendak dipindahkan dari satu rumah ke rumah yang lain maka perlu diberikan

perlindungan agar tidak pecah ketika terkena benturan atau goyangan. Utuh

adalah sebuah pencapaian tetapi yang lebih penting bagaimana proses dalam

menjaga keutuhan itu berlangsung.

2. Pengertian Keutuhan Keluarga

Keutuhan keluarga berdasarkan dari pengertian utuh serta pengertian

keluarga (khususnya keluarga Katolik) mengandung arti keadaan yang sempurna

yang ideal dari sebuah hubungan keluarga yang dibentuk oleh sebuah perkawinan

seorang perempuan dan laki-laki sehingga menjadi sepasang suami-istri,

kesempurnaan/keadaan yang ideal ini didapat dari usaha terus menerus

membangun keutuhan itu khususnya dengan mewujudkan janji perkawinan yang

mereka ucapkan dalam hidup berkeluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN

DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN

Umur perkawinan biasanya membawa tantangan yang khas pada

perjalanannya. Kekhasan tantangan dalam hidup perkawinan ini juga sangat

dipengaruhi oleh lokasi tempat bermukim seperti sejarah tempat tersebut, situasi

sosial, situasi relasional maupun situasi ekonomi. Faktor-faktor tersebut bisa

membawa gejala perilaku yang khas dalam kehidupan perkawinan seperti yang

terjadi pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran

dalam mewujudkan janji perkawinannya.

A. Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta

1. Sejarah Paroki

Adanya Paroki HKTY sekarang ini tidak terlepas dari sejarah dibangunnya

Gereja dan Candi HKTY Ganjuran yang menjadi tempat berziarah bagi banyak

orang. Gereja serta Candi HKTY terjadi melalui proses yang sangat panjang dan

dalam waktu yang cukup lama. Ada keunikan dalam sejarah lahirnya Gereja serta

Candi HKTY Ganjuran. Proses yang unik ini membawa berkat tersendiri bagi

keberadaan Gereja serta Candi HKTY Ganjuran. Keunikan ini terletak pada

kontribusi yang sangat besar dari sebuah keluarga dalam membangun Gereja dan

Candi HKTY Ganjuran. Keluarga yang memiliki kontribusi yang sangat besar ini

adalah keluarga Schmutzer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Sejarah ini berawal dari kedatangan pasangan suami-istri Stefanus Barends

dan Elise Francisca Wilhelmia Kathaus ke Ganjuran untuk membeli perkebunan

tebu pada tanggal 1 September 1862. Setelah membeli perkebunan tersebut,

Barends membangun pabrik gula di tempat itu yang diberi nama Pabrik Gula

Gondang Lipuro karena terletak diantara dua dusun yakni Dusun Kaligondang dan

Dusun Lipuro. Sebelum pabrik dapat berkembang dengan pesat, ada sebuah

peristiwa menyedihkan yang melanda keluarga Barends. Peristiwa ini adalah

meninggalnya Stefanus Barends setelah 14 tahun mendirikan Pabrik Gula

Gondanglipuro, tepatnya pada tahun 1976. Setelah Stefanus Barends meninggal,

pabrik gula diwariskan kepada istri serta anaknya Ferdinand Barends.

Pada tahun 1880, Elise Francisca Wilhelmia Kathaus bertemu dengan

Gottfried Schmutzer. Setelah pertemuannya tersebut, mereka menikah di

Surabaya dan dikaruniai 4 orang anak yakni Elise Anna Maria Antonia Schmutzer

(1881), Josef Ignas Julius Maria Schmutzer (11 November 1882), Julius Robert

Anton Maria Schmutzer (12 Desember 1884) dan Eduart Milhelm Maria

Schmutzer (8 Oktober 1887). Eduart meninggal pada usia 18 tahun karena sakit,

tepatnya pada tahun 1905.

Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah (HBS) di Surabaya, Josef dan

Julius Schmutzer belajar Politeknik di Delf, Belanda. Hal yang membuat Josef

dan Julius Schmutzer peduli pada kaum kecil adalah aktifnya mereka dalam

mengikuti gerakan Mahasiswa Katolik semasa kuliah. Saat itu, Revolusi Industri

dan Kapitalisme sedang menguasai dunia perindustrian terutama di Barat. Dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

bersaudara ini memiliki tekad yang bulat untuk memperjuangkan Ajaran Sosial

Gereja (Rerum Novarum) yang ditujukan untuk melindungi dan memperjuangkan

hak kaum buruh dalam menghadapi tantangan dunia industri saat itu.

Pada tahun 1902, Gottfried Schmutzer meninggal dunia sehigga Elise

Francisca Wilhelmia Kathaus bersama putrinya Elise Anna Maria Antonia

Schmutzer memutuskan kembali ke Belanda. Tahun 1910, Elise Francisca

Wilhelmia Kathaus bersama kedua putranya Josef dan Julius Schmutzer datang

kembali ke Indonesia, tepatnya di Ganjuran. Setelah 5 tahun kedatangan keluarga

Schmutzer ke Ganjuran, Nyonya Elise Francisca Wilhelmia Kathaus sakit keras

dan akhirnya meninggal dunia meninggalkan kedua putranya di Ganjuran.

Selanjutnya Josef dan Julius Schmutzer membeli Pabrik gula milik ibunya Elise

Francisca Wilhelmia Kathaus dan saudaranya Ferdinand Barends sehingga pada

tahun 1912, Josef dan Julius Schmutzer resmi menjadi pemilik Pabrik Gula

Gondang Lipuro.

Sejak menjadi pemilik Pabrik Gula Gondang Lipuro, Dr. Ir. Josef Ignas

Julius Maria Schmutzer dan Ir. Julius Robert Anton Maria Schmutzer selaku

pimpinan pabrik gula, menjalankan Ajaran Sosial Gereja (Rerum Novarum).

Ajaran ini diundangkan oleh Paus Leo XIII dan cenderung diabaikan. Sejak

menjadi pemilik itulah Josef dan Julius Schmutzer memperlakukan kaum buruh

sebagai mitra kerja yang juga mendapatkan bagian atas keuntungan yang

didapatkan perusahaan.

Selain karyanya di dalam pabrik gula, mulai tahun 1919 keluarga

Schmutzer juga mendirikan 12 Sekolah Rakyat di sekitar Pabrik Gula Gondang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Lipuro. Sekolah-sekolah ini yakni: Standaardshcool (SD) didirikan di Ganjuran

tahun 1919, Volkcschool (SD bawah) didirikan di Kanutan tahun 1923,

Volkcschool (SD bawah) didirikan di Bekang tahun 1923, Volkcschool (SD

bawah) didirikan di Cepaka tahun 1923, Volkcschool (SD bawah untuk putri)

didirikan di Ganjuran 1926, Vervogschool (SD atas) didirikan di Ganjuran tahun

1928, Volkcschool (SD bawah) didirikan di Klagaran tahun 1928, Volkcschool

(SD bawah untuk putri) didirikan di Srihardono tahun 1930, Volkcschool (SD

bawah) didirikan di Krajan tahun 1930, Volkcschool (SD bawah) didirikan di

Sangkeh tahun 1930. Angka 12 sengaja dipilih sebagai lambang 12 rasul Yesus.

Pendanaan sekolah-sekolah ini pada awalnya dibiayai dengan mengambil

sebagian untung pabrik, namun setelah pabrik tidak berproduksi, pengelolaan

sekolah diserahkan pada Yayasan Kanisius.

Pada tahun 1919, Josef Schmutzer menikah dengan Lucie Amelie

Hendriksz dan menetap di Ganjuran sampai tahun 1920. Sesudah itu mereka

menetap di Bogor sampai tahun 1930 dan pada tahun itu Josef Schmutzer bersama

istri serta anaknya kembali ke Belanda. Sedangkan Julius Schmutzer pada tahun

1920 sebelum kakaknya meninggalkan Ganjuran menikah dengan Caroline

Theresia Maria van Rijckevorsel seorang perawat dan pekerja sosial. Pernikahan

dengan Caroline Theresia Maria van Rijckevorsel menjadikan perhatian dan

pelayanan keluarga Schmutzer terhadap orang kecil semakin meningkat. Caroline

Theresia Maria van Rijckevorsel sangat peduli dengan kaum perempuan.

Perhatiannya itu diwujudkan dengan mendirikan asrama dan sekolah untuk kaum

perempuan yang masuk dalam 12 sekolah yang didirikan keluarga Schmutzer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Selain asrama dan sekolah untuk kaum perempuan, Caroline Theresia Maria van

Rijckevorsel juga merintis sebuah poliklinik yang dibuka di garasi rumahnya dan

dibantu oleh Ibu I. Waginem (Ignatia Padmajatiwara) yang akrab disapa Tante A.

Poliklinik tersebut dalam perkembangannya menjadi Rumah Sakit Elisabeth

Ganjuran yang sekarang dikelola oleh Suster-suster CB dan Yayasan Panti Rapih.

Pada tanggal 28 Februari 1924, Ir. Julius Schmutzer mendapat izin dari Sri

Sultan Hamengkubuwono VIII untuk membangun saluran irigasi dari Kali Progo

untuk mengairi tanaman tebu demi menjaga kelangsungan hidup pabrik dan

membantu masyarakat di sekitarnya. Saluran irigasi ini segera dibangun mulai

dari Sungai Progo (Kamijoro) sampai dengan Kebonongan (Kretek) sehingga

perkebunan tidak lagi kekeringan sehingga meningkatkan keuntungan pabrik.

Sebagai ungkapan syukur, keluarga Schmutzer mendirikan rumah sakit di

Yogyakarta dengan nama Onder de Bogen, namun kini rumah sakit tersebut lebih

dikenal dengan sebutan Panti Rapih. Rumah sakit ini dibiayai dengan

menyisihkan sebagian keuntungan pabrik.

Pada masa itu, Rm. van Driessche, SJ sudah merintis karya di Ganjuran

jauh sebelum Gereja Ganjuran dibangun dengan menumpang di salah satu rumah

keluarga Schmutzer. Beliau mempersembahkan misa dan mengajar secara

berkala. Pelajaran agama pertama diberikan pada guru-guru dan karyawan pabrik

sehingga pada tahun 1924, keluarga Schmutzer mendirikan Gereja HKTY

Ganjuran, tepatnya tanggal 16 April 1924 dan Rm. van Driessche, SJ menjadi

gembala umat yang pertama. Pada masa itu, Ganjuran merupakan pusat keramaian

dan perekonomian yang penting di Kecamatan Bambanglipuro.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Selain mendirikan gereja, rumah sakit dan sekolah-sekolah, keluarga

Schmutzer masih ingin mendirikan sebuah monumen sebagai kenangan untuk

menghormati, memuliakan serta mengenang kebaikan serta belas kasih Hati

Kudus Tuhan Yesus. Pada tahun 1927, dimulailah pembangunan Candi Hati

Kudus Tuhan Yesus dengan corak Hindu-Jawa. Arca Kristus Raja dengan jari

menunjuk Hati Kudus-Nya yang terbuka ditahtakan di dalamnya. Arca Kristus

Raja menjadi simbol kebapaan Allah yang meraja dan menguasai alam semesta

sedangkan Hati Kudus yang menyala merupakan simbol kasih seorang ibu yang

bersedia memberikan bahkan mengorbankan hidup (hatinya) sendiri demi anak-

anaknya.

Peletakan batu pertama pembangunan candi dilakukan tanggal 26

Desember 1927 (Natal Kedua) oleh Mgr. van Velsen SJ (Uskup Batavia). Pada

saat itu juga dilakukan pemberkatan patung Hati Kudus Tuhan Yesus kecil yang

akan ditanam di dalam candi. Keluarga Schmutzer memilih corak Hindu-Jawa

agar menarik perhatian orang sehingga dapat menghayati dan mengembangkan

imannya dalam konteks budaya setempat.

Pembangunan candi memerlukan waktu 2 tahun sehingga baru 2 tahun

kemudian tepatnya tanggal 11 Februari 1930 Mgr. van Velsen SJ datang kembali

ke Ganjuran untuk memberkati bangunan candi. Tanggal 11 Februari dipilih

karena bertepatan dengan tanggal penampakan Maria di Lourdes. Pada tahun

1930-an, Ibu Caroline Theresia Maria van Rijckevorsel meminta hadiah kepada

suaminya untuk dibangunkan sebuah rumah sakit. Setelah pembangunan selesai,

Rumah Sakit Santa Elisabeth diberkati. Pada tanggal 4 April 1930, 4 orang Suster

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

CB tiba dari Belanda. Keempat suster ini yakni Sr. Yudith De Laat, Sr. Ignatia

Lemmens, Sr. Simona, Sr. Rudolpha De Broot. Para suster inilah yang nantinya

meneruskan sebagian karya keluarga Schmutzer.

Tahun 1934 Ir. Julius Schmutzer jatuh sakit dan memerlukan perawatan

serius sehingga beliau dan keluarganya kembali ke Belanda dan tinggal di

Amhem. Walaupun demikian, beliau masih sering datang ke Indonesia untuk

mengunjungi Pabrik Gula Gondang Lipuro. Setelah Julius ke Belanda, pabrik gula

dipimpin oleh seorang administrator yang telah ditunjuk oleh keluarga Schmutzer.

Clash II yang terjadi pada tanggal 1948 mengakibatkan pabrik gula

dibakar, namun gereja, rumah sakit serta sekolah-sekolah masih tetap berdiri dan

berkembang sampai saat ini. Pada tahun 1950, Ir. Julius Schmutzer berusaha

membangun kembali pabriknya namun gagal karena situasi politik yang tidak

mendukung. Akhirnya pada tahun 1954 Ir. Julius Schmutzer kembali jatuh sakit

dan akhirnya meninggal dunia sedangkan istrinya Caroline Theresia Maria van

Rijckevorsel baru meninggal pada tahun 1990.

Pada Bulan Mei 1988, Bp. Y. Suparto seorang hamba Tuhan yang

memiliki kelebihan dalam hal supranatural mengemukakan bahwa ada sumber air

yang cukup besar di dasar candi. Untuk membuktikannya, beberapa bulan

kemudian Dewan Paroki melakukan pengeboran beberapa meter dari bangunan

candi dan ternyata memang ada air yang amat jernih. Setelah dilakukan penelitian

di laboratorium, kualitas air tersebut juga sangat bagus. Segera setelah ditemukan,

Bapak Perwita yang saat itu sedang sakit, karena imannya merasakan berkat

kesembuhan melalui air candi tersebut sehingga air tersebut dinamakan Tirta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Perwitasari. Air ini kemudian dialirkan ke-kran-kran sehingga akan lebih banyak

orang yang mendapat berkah melalui air tersebut (Dewan Paroki HKTY Ganjuran,

2004: 26-45).

2. Letak Geografis Paroki

Paroki HKTY Ganjuran berada di Dusun Ganjuran, Desa Sumbermulyo,

Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gereja ini terletak di 17 km arah Selatan Kota Yogyakarta. Kompleks Gereja

Ganjuran berdiri di atas tanah seluas 2,5 hektar terdiri atas bangunan gereja,

pastoran, ruang pertemuan, candi, makam, kapel adorasi, kios-kios pedagang di

area parkir serta halaman serta tempat parkir. Seluruh kompleks gereja ini disebut

sebagai Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus. Gereja Ganjuran juga memiliki CU

(Credit Union) yang terletak terpisah dari kompleks gereja yakni tepatnya di ruko

sebelah Selatan tempat parkir. Gereja Ganjuran letaknya tidak terlalu jauh dari

Samudra Hindia sehingga suhu udaranya cukup panas serta lembab di musim

panas. Di sebelah Timur Gereja berbatasan dengan SMA Stella Duce III, sebelah

Selatan berbatasan dengan Ruko Ganjuran serta Lapangan Sumbermulyo, sebelah

Barat berbatasan dengan persawahan dan sebelah Utara berbatasan dengan Panti

Asuhan serta Rumah Sakit Santa Elisabet. Walaupun Gereja Ganjuran berada di

daerah pedesaan, namun sudah cukup ramai. Selain itu, karena gereja terletak

daerah persawahan maka pemandangannya pun cukup indah. Selain

pemandangannya yang indah, udara di Ganjuran juga masih bersih dan sangat

sejuk [Lampiran 5: (5)-(6)].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

3. Situasi Umum Umat Paroki

Gereja Ganjuran memiliki situasi umum yang unik dikarenakan walaupun

gereja ini besar, gereja ini terletak di daerah pedesaan yang masih asri namun

sudah maju dan tersentuh gaya hidup modern. Kehidupan ala pedesaan yang

tersentuh gaya hidup modern ini membuat situasi umat di sana juga sangat banyak

dibentuk berdasarkan kehidupan pedesaan namun dengan gaya modern masa kini.

Situasi umat di Gereja Ganjuran dapat dibagi menjadi tiga yakni:

a. Situasi sosial

Umat Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran kebanyakan merupakan

penduduk asli sekitar Ganjuran yang merupakan Suku Jawa. Bahasa yang

digunakan di sana adalah Bahasa Jawa dengan sedikit penggunaan Bahasa

Indonesia. Budaya Jawa yang masih kental sangat terasa di sana. Hal ini terbukti

dengan bentuk bangunan gereja paska gempa dan candi yang bercorak Hindu-

Jawa serta busana Jawa yang masih sering digunakan saat Perayaan Ekaristi

dalam kesempatan khusus. Budaya Gotong Royong masih hidup di antara umat di

gereja Ganjuran, hal ini terbukti dengan masih sering diadakannya kerja gotong

royong untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau membersihkan sebuah tempat

[Lampiran 5: (5)-(6)].

b. Situasi relasional

Situasi relasional yang terdapat di antara umat di HKTY Ganjuran juga

sangat khas. Relasi ini terjalin berlandaskan atas dasar kekeluargaan. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

terbukti ketika umat lain sedang mengalami kesusahan dan membutuhkan

bantuan, segera umat membantu tanpa pamrih. Kekompakan serta kekeluargaan

yang dibangun umat HKTY Ganjuran ini juga ikut memberi pengaruh pada

masyarakat sekitarnya. Umat di sekitar Ganjuran sering merasa direngkuh oleh

umat. Misalnya saja program bantuan karitatif, bekerja sama dengan Rumah Sakit

St. Elisabeth, Rumah Sakit Panti Rapih dan rumah sakit-rumah sakit lain.

Kaum muda di Paroki Ganjuran memiliki jejaring sosial dengan

memanfaatkan kecanggihan internet dan jejaring ini juga dimanfaatkan untuk

mengenal kaum muda lain di gereja-gereja yang berada di Yogyakarta serta kaum

muda di seluruh Gereja Katolik Indonesia. Seperti di paroki-paroki lainnya,

Paroki Ganjuran juga memiliki Dewan Paroki yang bertujuan untuk

mempermudah romo dalam menggembalakan umat. Satu lagi yang unik dari

Paroki Ganjuran, Paroki Ganjuran memiliki Paguyuban Abdi Dalem yang

tugasnya memberikan pelayanan kepada umat tanpa pamrih. Umat yang

tergabung dalam Paguyuban Abdi Dalem biasanya umat yang sudah berumur

lanjut [Lampiran 5: (5)-(6)].

c. Situasi ekonomi

Umat di Paroki HKTY Ganjuran terdiri dari umat dengan kelas ekonomi

menengah ke atas serta menengah ke bawah. Umat dengan kondisi ekonomi

menengah ke bawah lebih banyak dibandingkan dengan umat dengan kondisi

ekonomi ke atas. Pekerjaan umat di Paroki Ganjuran beranekaragam mulai dari

petani, pedagang, wiraswasta, PNS, Polisi, TNI, Dokter, dll. Walaupun sebagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

besar umat berada pada kelas ekonomi menengah ke bawah namun tidak pernah

menghambat perkembangan iman umat dan justru memberi alasan lebih untuk

mensyukurinya. Tanaman yang biasa ditanam oleh umat yakni padi, palawija,

bawang merah (untuk daerah pesisir) serta sayuran (kol, cabe, sawi hijau, dll).

Pasutri muda biasanya bekerja di kantor, pabrik maupun sebagai PNS, TNI serta

polri [Lampiran 5: (5)-(6)].

4. Pembagian Wilayah dan Lingkungan

Paroki HKTY Ganjuran merupakan sebuah paroki yang besar dengan

cakupan wilayah yang cukup luas sehingga Paroki HKTY Ganjuran mencakup

banyak kecamatan. Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus secara teritorial gereja dibagi

menjadi 12 wilayah dengan 54 lingkungan. Wilayah-wilayah serta lingkungan-

lingkungan ini yakni: Wilayah St. Bartolomeus Siten yang dibagi menjadi 4

lingkungan yaitu Lingkungan St. Maria Siten Tengah, St. Lukas Siten Lor, St.

Yusup Jombok, St. Markus Mandungan; Wilayah St. Markus Mandungan;

Wilayah St. Fransiskus Xaverius Kanutan yang terdiri dari 4 lingkungan yaitu

Lingkungan St. Antonius Jowilayan, St. Michael Mundu Kauman, St. Ignatius

Gilang, St. Andreas Santenan Kremen; Wilayah St. Philipus Gondanglipuro terdiri

dari 5 lingkungan yakni Lingkungan St. Paulus Gandekan, St. Michael

Kaligondang, St. Barnabas Jogodayoh, St. Lukas Gunungan I, St. Markus

Gunungan II; Wilayah St. Paulus Cepoko Karangmojo Peni (Cekap) terdiri dari 4

lingkungan yakni Lingkungan St. Yakobus Minor Peni, St. Yohanes Pemandi

Karangmojo, St. Benedictus Cepoko I, St. Yohanes Rasul Cepoko II; Wilayah St.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Marlus Kedon Tangkilan (Ketan) tediri dari 3 lingkungan yaitu Lingkungan St.

Lukas Kedon Lor, St. Andreas Kedon Kidul, St. Chrystophorus Tangkilan;

Wilayah St. Matheus Caben terdiri dari 7 lingkungan yaitu Lingkungan St.

Gregorius Magnus Sabrang Gresik Mejing (SGM), St. Petrus Caben Kulon

Wetan, St. Yusuf Tegal Jetis Karang, St. Tarcicius Karang Bajang Tengah Kidul,

St. Franciscuss Xaverius Bebekan Destan, St. Yusuf Gambuhan, St. Ignatius

Nglarang; Wilayah St. Lukas Tambran terdiri dari 6 lingkungan yaitu Lingkungan

St. Petrus Pundong, St. Yusuf Jamprit, St. Vincentius Pundong Kidul I, St.

Andreas Pundong Kidul II, St. Paulus Paker, St. Yakobus Tulasan; Wilayah St.

Markus Ngireng-ireng terdiri dari 6 lingkungan yaitu Lingkungan St. Paulus

Kepuh, St. Petrus Turi Japuhan, St. Agustinus Tempel Selo, St. Laurentius

Cangkring, St. Victorianus Warungpring, St. Yusuf Ngireng-ireng; Wilayah St.

Yusuf Kretek terdiri dari 3 lingkungan yaitu Lingkungan St. Matheus Greges, St.

yakobus Mayor Gading, St. Yohanes Mriyan; Wilayah St. Yusuf Baros terdiri dari

3 lingkungan yaitu Lingkungan St. Matheus Muneng, St. Markus Baros I, St.

Gregorius Baros II; Wilayah St. Albertus Gunturgeni terdiri dari 3 lingkungan

yaitu Lingkungan St. Paulus Sanden, St. Petrus Kuroboyo, St. Simon Gunturgeni;

Wilayah St. Albertus Magnus Nopaten terdiri dari 6 lingkungan yaitu Lingkungan

Lingkungan St. Petrus Daleman, St. Thomas Nopaten, St. Robertus Bellarminus

Sabunan Jombok, St. Franciscus Assisi Kauman Tambalan, St. Petrus Krekah

Karanganom, St. Bartholomeus Banjarwaru. Itulah pembagian wilayah dan

lingkungan di Paroki HKTY Ganjuran (Dewan Paroki HKTY Ganjuran, 2014: 6-

71).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

5. Gambaran Umum mengenai Keluarga dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun

Keluarga adalah suatu komunitas dasar yang harus selalu dihidupi sebagai

komunitas yang dipersatukan oleh Allah sendiri. Ada perbedaan antara keluarga

secara umum maupun keluarga yang hidup secara katolik. Ada beberapa

masa/fase dalam hubungan suami-istri yang terjalin dalam sebuah keluarga. Ada

pula beberapa golongan keluarga yang diklasifikasikan sesuai dengan umur

perkawinannya.

Keluarga dengan usia perkawinan 5-15 tahun merupakan keluarga madya.

Pasutri yang masuk dalam usia perkawinan ini merupakan pasutri dengan usia

muda sampai usia paruh baya. Kebanyakan dari pasutri ini sudah memiliki anak

lebih dari satu dan mereka sudah mulai dipusingkan dengan biaya sekolah anak

mereka. Pada usia perkawinan ini, pasutri masih tergolong usia produktif dan

selalu disibukkan dengan rutinitas pekerjaan yang padat. Pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran memiliki

kecenderungan perilaku yang agak berbeda dengan pasutri dengan usia

perkawinan di bawah 5 tahun ataupun pasutri dengan usia perkawinan di atas 15

tahun. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Ganjuran biasanya lebih suka melakukan kegiatannya sendiri-sendiri atau

bisa dikatakan terpisah dari pasangannya. Efek dari kebiasaan ini juga

mempengaruhi cara hidup menggereja pasangan suami-istri tersebut. Pasangan

suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun lebih sering berangkat ke gereja

sendiri-sendiri sehingga mengakibatkan semakin jauhnya hubungan antara suami-

istri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Gereja Hati Kudus Tuhan

Yesus Ganjuran sampai akhir September 2014 menurut buku catatan perkawinan

berjumlah 750 pasang. Pasutri ini tersebar di seluruh wilayah di Paroki HKTY

ganjuran dan sebagian kecil bekerja di luar kota.

B. Metodologi Penelitian

1. Penelitian

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki akal budi yang bisa

mencari akibat dari sebuah sebab yang bisa dipertanggungjawabkan alasannya

secara logika. Manusia adalah citra Allah yang selalu haus akan pengetahuan.

Pengetahuan yang belum terungkap bisa dijawab dengan beberapa cara misalnya

dengan menebak. Dalam menebak, orang melewatkan sebuah proses penting yang

semakin lama membawa seseorang pada kebenaran. Proses ini adalah proses

pengumpulan bukti yang bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Proses

pengumpulan bukti secara ilmiah dan sistematis ini dapat dikatakan sebagai

sebuah proses penelitian. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Bass, dkk

sebagaimana dikutip oleh Purwanto (2008: 9) yang mendefinisikan penelitian

sebagai “usaha yang sistematik untuk menyediakan jawaban-jawaban atas

pertanyaan”. Penelitian adalah sebuah proses pengumpulan bukti-bukti sebagai

usaha untuk memberi jawaban pada sebuah pertanyaan secara ilmiah serta

sistematik. Proses yang dibutuhkan dalam mengumpulkan bukti-bukti dan

memberi jawaban ini lebih dari sekedar menebak sehingga bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

2. Latar Belakang Penelitian

Gereja HKTY Ganjuran merupakan sebuah Paroki yang besar. Umat di

paroki ini sebagian besar menghayati panggilan hidup berkeluarga dan cukup

banyak pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun yang berada di paroki ini.

Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun ini perlu mewujudkan janji

perkawinannya sehingga keutuhan keluarga dapat tercipta. Janji perkawinan

sesungguhnya memuat banyak pesan positif yang harus dipahami tiap-tiap

pasangan dan dihidupi dengan sepenuh hati sehingga keutuhan itu dapat terwujud.

Untuk mengetahui seberapa jauh pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di

Paroki Ganjuran dalam mewujudkan janji perkawinannya, maka dibutuhkan

sebuah penelitian. Penelitian ini menjabarkan seluruh janji perkawinan dan

pemenuhannya sehingga dapat diukur sejauh mana janji perkawinan itu dihidupi

oleh pasutri dan pada akhirnya akan bisa diketahui program apa yang bisa

membantu pasutri dalam menghidupi janji perkawinannya. Dengan program yang

tepat maka akan membawa dampak yang tepat pula dalam menciptakan keutuhan

kehidupan perkawinan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

HKTY Ganjuran.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun

ini memiliki tujuan untuk:

a. Mendalami makna perkawinan secara Katolik beserta janji perkawinannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

b. Menggambarkan sejauh mana perwujudan janji perkawinan serta

mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada pada pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran.

c. Usulan program yang berupa kegiatan pendampingan pada pasutri dengan

usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran agar pasutri dengan

usia perkawinan 5-15 tahun (keluarga madya) semakin mampu mewujudkan

janji perkawinan mereka.

4. Jenis Penelitian

Penelitian ex post facto yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk

meneliti dan mengkaji suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan

melihat ke belakang faktor-faktor yang relevan yang mempengaruhi atau

menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut (Sugiyono, 1999: 7). Dengan

melihat pengertian tersebut, maka dapat dikatakan penelitian mengenai

perwujudan janji perkainan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran merupakan penelitian ex post facto

karena penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana perwujudan janji

perkawinan yang sudah terjadi selama ini.

5. Metode Penelitian

Metode penelitian terhadap pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun ini

merupakan sebuah penelitian yang tetap mementingkan angka sehingga dapat

dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif sederhana. Menurut sifatnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

penelitian ini merupakan sebuah penelitian terapan atau terpakai karena

dimaksudkan untuk menyediakan informasi agar bisa digunakan. Menurut tempat

kajian, penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan yang menggunakan

fakta dalam kehidupan nyata untuk diteliti. Menurut tujuannya, penelitian ini

merupakan penelitian survei yang dilakukan kepada sampel dan hasilnya akan

digeneralisasi kepada populasi yakni seluruh pasutri dengan usia perkawinan 5-15

tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Menurut sifat analisisnya, penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif yang hanya melibatkan satu variabel saja.

Menurut kehadiran variabel, penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen

sebab variabel yang hendak diteliti (perwujudan janji perkawinan pada pasutri

dengan usia perkawinan 5-15 tahun) sudah ada dan bukan sengaja dihadirkan

(Purwanto, 2008: 163-182).

6. Instrumen Penelitian

Sebuah penelitian membutuhkan data yang valid untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid pula. Data valid yang dicari dalam penelitian ini

membutuhkan sebuah instrumen penelitian untuk mendapatkannya. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni kuesioner. Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden mengenai suatu objek (Arikunto, 2006: 151). Kuesioner ini merupakan

kuesioner langsung yang dikirim kepada responden secara langsung dan

merupakan jenis kuesioner item multiple choice karena menyediakan lebih dari

dua pilihan jawaban (Sutrisna Hadi, 2004: 178). Kuesioner ini juga merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

kuesioner tertutup. Kuesioner disebut sebagai kuesioner tertutup jika peneliti

memberikan pertanyaan dengan batasan pilihan-pilihan tertutup sehingga

responden diminta memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan

karakteristiknya (Riduwan, 2013: 72). Tujuannya agar jawaban tidak terlalu

melebar. Kuesioner juga diperkuat dengan beberapa pertanyaan uraian.

7. Responden Penelitian

Responden penelitian dalam penelitian ini adalah pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Seluruh pasutri 5-15 tahun ini

disebut sebagai populasi. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Nazir

sebagaimana dikutip Purwanto (2008: 241) bahwa “populasi sebagai kumpulan

individu dengan kualitas dan ciri yang telah ditetapkan”. Kualitas dan ciri yang

ditetapkan dalam penelitian ini adalah pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun

di Paroki HKTY Ganjuran. Jumlah Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di

Gereja HKTY lebih dari 100 pasangan sehingga penelitian dilakukan atas sampel

yang mewakili populasi (teknik sampling). Sample diambil secara acak/random

dengan memberi peluang yang sama pada pasutri untuk dijadikan sampel.

Purwanto (2008: 246) mengatakan “Randomisasi menghasilkan sampel yang

mempunyai keserupaan dengan populasi karena sampel yang ditarik secara acak

mengambil sampel dari berbagai karakter anggota populasi”. Pengambilan sampel

dengan teknik random memperkecil kesalahan karena ketika sampel ditarik secara

acak maka memperbesar kemungkinan sampel tersebut lebih beragam dan dapat

mewakili populasi. Oleh alasan tersebutlah, teknik pengumpulan data ini dipilih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

8. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian menunjuk pada tempat yang hendak digunakan untuk

meneliti, sedangkan waktu penelitian menunjuk pada waktu penelitian yang

hendak diadakan untuk meneliti pasutri tersebut. Penelitian ini akan diadakan di

Paroki HKTY Ganjuran dan akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2014.

9. Variabel

Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2008: 84; bdk.

Azwar, 2005: 62). Variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini sehubungan

dengan perwujudan janji perkawinan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15

tahun di Paroki HKTY Ganjuran.

No. Variabel Aspek yang Terungkap Item

Jumlah

Soal

1 2 3 4 5

1. Perwujudan

janji

perkawinan

Kebebasan dalam memilih pasangan

dan rasa cinta terhadap pasangan

1, 2 2

Kesetiaan dalam untung dan malang,

suka dan duka, sehat maupun sakit

3, 4, 5 3

Kesatuan antara suami-istri 6 1

Perwujudan cinta dan cara

menghormati pasangan

7, 8, 9 3

Menjadi orang tua yang baik 10, 11 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

2. Pasutri dengan

usia

perkawinan 5-

15 tahun di

Paroki HKTY

Ganjuran

Kebiasaan pasutri di rumah 12,

13,14,

15

4

Kebiasaan pasutri di lingkungan 16 1

Kebiasaan pasutri di paroki 17, 18 2

3. Keutuhan

Perkawinan

Hubungan antar keluarga 19 1

Perhatian untuk mengutamakan

keluarga

20 1

JUMLAH 20

C. Hasil Penelitian

Perkawinan merupakan sebuah proses yang panjang dan berliku. Pada

setiap jalan yang dilalui pasutri dalam membina perkawinan pasti banyak

tantangan. Jika pasangan suami-istri tidak bisa bekerjasama dalam menghadapi

tantangan-tantangan tersebut maka badai yang menerjang biduk perkawinan akan

sungguh mengguncang kestabilan perkawinan. Hasil Penelitian di Paroki HKTY

Ganjuran dengan 75 pasang responden keluarga muda atau 150 orang dengan

usia perkawinan 5-15 tahun ternyata menunjukkan hasil yang mengejutkan dan

tentunya harus mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak. Hasil penelitian

dijabarkan dalam diagram lingkaran agar lebih mudah dilihat dan lebih mudah

dimengerti. Hasil tersebut adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

1. Janji Perkawinan

a. Apakah orang tua Anda ikut campur tangan saat Anda memilih pasangan?

b. Apakah Anda menerima kelebihan dan kekurangan pasangan Anda dengan

sepenuh hati?

c. Apakah Anda mendengarkan keluh kesah pasangan Anda dengan sepenuh

hati?

6%

55,30% 14%

24,70%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

43,30%

30%

26,70%

0% Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

34%

26%

39,30%

0,70% Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

d. Apakah Anda akan tetap setia mendampingi pasangan Anda ketika pasangan

Anda di PHK?

e. Apakah setiap kali pasangan Anda sakit, Anda selalu merawatnya?

f. Apakah Anda selalu senang hati berhubungan sexsual dengan suami/istri?

44,70%

26%

28%

1,30%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak Pernah

42,70%

14,70%

41,30%

1,30%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak Pernah

46,70%

49,30%

4% 0%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

g. Apakah Anda memberikan ucapan ulang tahun perkawinan pada pasangan

Anda?

h. Apakah Anda mengadakan refleksi bersama dengan pasangan?

i. Apakah Anda meminta pertimbangan pasangan ketika hendak mengambil

keputusan?

26,70%

13,30%

22%

38%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

36%

18,70%

44%

1,30%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

38%

25,30%

29,30%

7,30%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

j. Apakah Anda mengajarkan cara berdoa kepada Anak Anda?

k. Apakah Anda mendorong anak Anda untuk ikut Sekolah Minggu ataupun

pendampingan iman anak/remaja lainnya?

Perwujudan janji perkawinan yang digambarkan oleh diagram di atas

menunjukkan bahwa dalam pemilihan pasangan, orang tua dinyatakan selalu ikut

campur sebesar 6%, kadang-kadang ikut campur sebesar 55.3%, jarang ikut

campur sebesar 14%. Tidak pernah ikut campur sebesar 24.7%. Dalam menerima

kekurangan dan kelebihan pasangan, 43.3% pasangan selalu menerima

kekurangan serta kelebihan pasangan, 30% mengaku hanya kadang-kadang

menerima kekurangan dan kelebihan pasangan, 26.7% jarang menerima kelebihan

dan kekurangan pasangan sedangkan 0% atau tak satupun yang tidak mau

32,70%

50,70%

16%

0,60%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

35,30%

27,30%

30%

7,30%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

menerima kelebihan atau kekurangan pasangan. Dalam memutuskan sesuatu, 34%

mengaku selalu meminta pertimbangan pasangan, sebesar 26% mengaku hanya

kadang-kadang saja, persentase tertinggi ditunjukkan pada jawaban jarang dengan

persentase sebesar 39.3 persen, sedangkan jawaban tidak pernah hanya sebesar

0.7%. Saat ditayakan kondisi ketika pasangan mengalami situasi di PHK, jawaban

selalu mendampingi menunjukkan angka tertingginya yakni sebesar 44.7%,

kadang-kadang 26%, jarang 28%, sedangkan tidak pernah 1.3%. Ketika pasangan

sedang sakit, 42.7% jawaban menunjukkan pasangan selalu merawat, 14.7%

menjawab hanya kadang-kadang, 41.3% menjawab jarang, sedangkan 1.3%

menjawab tidak pernah. Persentase hubungan seksual/hubungan suami-istri

menunjukkan 46.7% pasangan selalu senang hati ketika berhubungan seksual,

49.3% menununjukkan kadang-kadang, 4% menunjukkan jarang sedangkan 0%

atau tidak ada yang menjawab tidak pernah merasa senang. Ulang tahun

perkawinan adalah saat yang spesial dan selalu ditunggu oleh pasangan. Hal

sederhana yang biasanya dilakukan untuk menunjukkan rasa sayang adalah saling

mengucapkan selamat. Hasil penelitian menunjukkan 26.7% pasangan selalu

mengucapkan ucapan selamat ulang tahun perkawinan pada pasangan, 13.3%

hanya kadang-kadang, 22% jarang, sedangkan sisanya 38% mengatakan tidak

pernah mengucapkan ucapan selamat ulang tahun perkawinan pada pasangan.

Refleksi bersama adalah salah satu hal yang penting dalam sebuah perkawinan.

Hasil penelitian menunjukkan 36% selalu melakukan refleksi bersama, 18.7%

menyatakan hanya kadang-kadang, 44% mengatakan jarang dan 1.3%

mengatakan tidak pernah. Dalam mengambil keputusan, 38% menyatakan selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

meminta pertimbangan pasangan, 25.3% menyatakan kadang-kadang, 29.3%

mengatakan jarang sedangkan sisanya 7.3% menyatakan tidak pernah meminta

pertimbangan pasangan. Anak merupakan tanggungjawab orang tua, terutama

dalam hal mendidiknya secara Katolik. Hasil penelitian menunjukkan 32.7%

orang tua menyatakan selalu mengajari anaknya berdoa, angka tertinggi yakni

50.7% menyatakan kadang-kadang, 16% menyatakan jarang dan sisanya 0.6%

menyatakan tidak pernah mengajari anaknya berdoa. Cara lainnya untuk mendidik

anak secara Katolik adalah mendorong anak untuk ikut sekolah minggu. Sekolah

minggu membatu orang tua dalam hal pendidikan iman anak. Walaupun

demikian, hal perlu diingat adalah pendidikan iman anak merupakan tanggung

jawab orang tua sepenuhnya. Hasil penelitian menunjukkan orang tua yang selalu

mendorong anaknya mengikuti sekolah minggu sebesar 35.3%, kadang-kadang

27.3%, jarang 30% sedangkan tidak pernah sebesar 7.3%.

2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Ganjuran

a. Apakah ada kebiasaan doa bersama dalam keluarga Anda setiap harinya?

14%

25,30%

55,30%

5,30%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

b. Apakah Anda memberikan ciuman kening pada pasangan Anda setiap kali

hendak pergi tidur?

c. Apakah Anda selalu memberitahu pasangan saat Anda pulang terlambat?

d. Apakah ada kebiasaan makan bersama dalam keluarga Anda?

9,30%

12,70%

28,70%

49,30%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

30,70%

19,30%

40%

10% Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

18,70%

26% 43,30%

12%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

e. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam kegiatan lingkungan?

f. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam kegiatan di Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Ganjuran?

g. Apakah Anda dan pasangan mengikuti Perayaan Ekaristi Mingguan bersama?

16%

24,70%

49,30%

10% Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

6,70%

17,30%

29,30%

46,70%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

34%

33,30%

32%

0,70%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Dari diagram di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam kebiasaan doa

bersama, pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Gereja Hati

Kudus Tuhan Yesus Ganjuran menurut penelitian menyatakan 14% selalu

melakukan doa bersama, 25.3% menyatakan kadang-kadang, 55.3% menyatakan

jarang sedangkan 5.3% mengatakan tidak pernah melakukan doa bersama.

Hubungan yang baik antara suami-istri juga dapat diwujudkan melalui ciuman

kening yang biasanya dilakukan menjelang tidur malam. Hasil penelitian

mengenai dilakukannya ciuman kening pada pasangan ini yakni 9.3% menyatakan

selalu mencium kening pasangan sebelum tidur malam, 12.7% menyatakan

kadang-kadang, 28.7% menyatakan jarang sedngkan sisanya 49.3% menyatakan

tidak pernah. Dalam sebuah perkawinan, sangat baik jika terjadi komunikasi yang

baik antara suami-istri termasuk ketika pulang terlambat. Hasil penelitian

menunjukkan 30.7% responden menyatakan selalu memberi tahu pasangan saat

pulang terlambat, 19.3% menyatakan kadang-kadang, 40% menyatakan jarang

dan sisanya 10% menyatakan tidak pernah memberi tahu pasangan saat pulang

terlambat. Hubungan yang baik antara suami-istri serta anak juga dapat

diusahakan saat momen makan bersama yang bisa diusahakan paling tidak sekali

sehari. Dari hasil penelitian mengenai adanya waktu makan bersama di dalam

keluarga menunjukkan 18.7% menyatakan selalu melakukan makan bersama

keluarga, 26% menyatakan hanya kadang-kadang, 43.3% menyatakan jarang,

sedangkan 12% menyatakan tidak pernah makan bersama. Dalam hubungannya

dengan keterlibatan dalam lingkungan, hasil penelitian menunjukkan 16% selalu

aktif, 24.7% hanya kadang-kadang, 49.3% jarang aktif, sedangkan sisanya 10%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

menyatakan tidak pernah terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan. Selain aktif

dalam kegiatan lingkungan, alangkah baiknya jika para pasangan suami-istri ini

aktif dalam kegiatan paroki. Menurut hasil penelitian, 6.7% pasangan suami-istri

ini selalu aktif dalam kegiatan di paroki, 17.3% menyatakan hanya kadang-kadang

aktif, 29.3% menyatakan jarang aktif di paroki, persentase terbesar 46.7%

menyatakan sama sekali tidak pernah telibat aktif di paroki. Keterlibatan lain bisa

dilakukan dengan cara mengikuti Perayaan Ekaristi, Perayaan Ekaristi merupakan

kegiatan berkumpul sebagai satu saudara sehingga suami dengan istri yang

memiliki hubungan terdekat sangat baik jika berangkat bersama-sama untuk

bersatu dengan Tuhan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 34%

menyatakan selalu berangkat ke Perayaan Ekaristi bersama-sama, sedangkan

sebanyak 33.3% responden menyatakan hanya kadang-kadang, 32% responden

menyatakan jarang, sedangkan 0.7% responden menyatakan tidak pernah

berangkat ke Perayaan Ekaristi secara bersama-sama.

3. Keutuhan Perkawinan

a. Apakah Anda menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan dan anak-anak

Anda?

41,30%

22,70%

35,30%

0,70% Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

b. Apakah Anda lebih mengutamakan keluarga dibandingkan dengan pekerjaan

Anda?

Dari diagram di atas, dapat diketahui bagaimana kondisi keutuhan

keluarga yang terjadi pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

HKTY Ganjuran. Keutuhan ini dapat dilihat dari pasutri dengan anak-anaknya

dalam menjalin komunikasi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 41.3%

menyatakan selalu menjalin komunikasi dengan pasangan maupun anak-anaknya,

22.7% menyatakan hanya kadang-kadang, 35.3% mengatakan jarang menjalin

komunikasi, sedangkan 0.7% menyatakan tidak pernah menjalin komunikasi

dengan pasangan maupun anak-anaknya. Keluarga adalah segala-galanya, sebab

segala hal yang dilakukan seperti bekerja merupakan bagian pendukung dari

kehidupan keluarga sehingga keluarga memang harus selalu diutamakan. Dari

hasil penelitian mengenai sikap pasutri dalam mengutamakan keluarga dapat

diketahui bahwa 46.7% menyatakan selalu mengutamakan keluarga, 33.3%

menyatakan hanya kadang-kadang, 12% menyatakan jarang, sedangkan sisanya

8% menyatakan tidak pernah.

46,70%

33,30%

12% 8%

Hasil Penelitian

Selalu

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

D. Kesimpulan Hasil Penelitian

Hasil penelitian di Paroki HKTY Ganjuran dengan 75 pasang responden

keluarga muda dengan usia perkawinan 5-15 tahun menunjukkan sebuah fakta

yang menarik yang baik untuk didalami lebih lanjut sehingga pada akhirnya dapat

ditarik sebuah kesimpulan dan data yang nyata. Data yang diperoleh ini juga dapat

digunakan sebagai pedoman penyusunan program. Hasil penelitian yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Perwujudan Janji Perkawinan

a. Kebebasan dalam memilih pasangan dan rasa cinta terhadap pasangan

Berdasarkan dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

terdiri dari pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

HKTY Ganjuran dalam memilih pasangan, orang tua yang kadang-kadang turut

campur sebanyak 55.3% sedangkan 6% menyatakan orang tua selalu turut

campur ketika menentukan pasangan hidup. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan

bahwa dalam perkawinan yang sekarang dibangun sedikit banyak dipengaruhi

oleh hal tersebut. Menerima kelebihan maupun kekurangan pasangan merupakan

hal yang mutlak dalam sebuah janji perkawinan. Dari hasil penelitian diketahui

persentase tertinggi yakni 43.3% responden menyatakan selalu menerima

kelebihan dan kekurangan pasangan. Hal ini bisa dipandang sebagai hal yang

positif namun dapat pula dipandang sebagai hal yang masih kurang mengingat

persentase tersebut tidak mencapai angka 50%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

b. Kesetiaan dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat maupu sakit

Setia dalam janji perkawinan tidak hanya berhenti pada tidak ada PIL atau

WIL namun juga mencakup setia dalam mendengarkan keluh kesah pasangan.

Menurut hasil penelitian, persentase tertinggi 38.3% ditunjukkan oleh jawaban

jarang. Jawaban selalu hanya mencapai 34%. Hasil tersebut sangat

memprihatinkan mengingat kesetiaan yang seutuhnya seharusnya tercipta dalam

kehidupan perkawinan. Setia terhadap pasangan juga dapat ditunjukkan ketika

pasangan terkena PHK. Ketika pasangan terkena PHK dan belum ada kepastian

masa depan, maka kesetiaan diuji. Hasil penelitian menunjukkan 44.7%

menyatakan selalu setia mendampingi pasangan. Walaupun jawaban selalu

menunjukkan persentase paling tinggi dibanding dengan yang lain, namun tetap

tidak bisa dinilai baik sebab jauh dari angka sempurna. Bahkan persentase ini

masih kurang dari 50%. Kesetiaan pasangan juga dapat ditunjukkan ketika

pasangan sedang mengalami sakit. Hasil penelitian menunjukkan ketika pasangan

sakit 42.7% responden menyatakan selalu merawat pasangan, namun jawaban

kadang-kadang juga menunjukkan persentase yang hampir sama yakni 41.3%.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kesetiaan yang menyeluruh belum

diwujudkan dengan sebaik-baiknya.

c. Kesatuan antara suami-istri

Banyak yang mengatakan bahwa hubungan sexsual merupakan obat yang

ampuh dari berbagai masalah yang dihadapi oleh suami atau istri. Hubungan

sexsual merupakan kondisi paling intim yang dilakukan oleh suami-istri dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

biasanya dapat meredakan segala situasi kurang baik yang dialami. Hasil

penelitian menunjukkan 49.3% pasangan mengatakan hanya kadang-kadang

merasa senang hati berhubungan seksual, sedangkan jawaban selalu senang hati

hanya mencapai 46.7%. Hal ini membuktikan bahwa hubungan sexsual tidak lagi

dirasakan sebagai sebuah keintiman yang istimewa. Jawaban tertinggi ditunjukkan

dengan jawaban kadang-kadang dengan persentase 49.3%. Hal ini cukup

memprihatinkan mengingat hubungan seksual merupakan anugerah perkawinan.

d. Perwujudan cinta dan cara menghormati pasangan

Perkawinan Katolik juga mengambarkan kesetaraan antara suami-istri.

Kesetaraan ini dapat diungkapkan dalam berbagai macam cara seperti

mengucapkan selamat saat ulang tahun perkawinan. Hasil penelitan menunjukkan

bahwa 38% responden menyatakan tidak penah mengucapkan selamat saat ulang

tahun perkawinan, sedangkan jawaban selalu hanya mencapai 26.7% yang masih

sangat jauh dari 100%. Lingkungan tempat tinggal para pasutri ini kemungkinan

besar berpengaruh pada pola pikir mereka. Paroki HKTY Ganjuran berada di

tempat dan situasi hidup yang masih sangat dipengaruhi pola pikir masyarakat

pedesaan. Cara lain yang bisa diusahakan untuk mewujudkan cinta dan

menghormati pasangan adalah refleksi yang dilakukan secara bersama-sama,

refleksi merupakan cara yang terbaik untuk mengevaluasi perbuatan yang telah

dilakukan sekaligus mendekatkan diri pada Tuhan. Refleksi yang dilakukan secara

bersama-sama dengan pasangan merupakan cara yang baik untuk saling

menghormati pasangan sebab refleksi yang dilakukan secara bersama-sama akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

menjadikan pasangan selalu berpikir positif dan tidak akan saling menyalahkan

ketika terjadi masalah, sebab kesalahan yang dilakukan akan disadari sendiri

dengan kesadaran yang penuh tanpa unsur paksaan sehingga di dapat digunakan

sebagai landasan pembetulan sikap hidup dalam perkawinan. Menurut hasil

penelitian dalam melakukan refleksi, dapat diketahui bahwa persentase terbesar

ada pada jawaban jarang yang mencapai 44%, untuk jawaban selalu hanya 36%

yang berarti kesadaran untuk melakukan refleksi bersama masih sangat kurang.

Menghormati pasangan dan menempatkan pasangan dalam posisi yang sama juga

dapat terwujud ketika pasangan selalu menanyakan pendapat pasangan untuk

mengambil keputusan terutama yang menyangkut kehidupan perkawinan. Dari

hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa 38% responden

menyatakan selalu meminta pendapat pasangan ketika hendak mengambil

keputusan, namun angka yang hampir sama juga ditunjukkan oleh jawaban jarang

yang mencapai 29.3%. Hal ini perlu mendapat perhatian lagi sebab kesamaan

kedudukan antara suami dan istri merupakan hal yang seharusnya diwujudkan

secara penuh.

e. Menjadi orang tua yang baik

Mendidik anak secara Katolik merupakan salah satu dari 3 janji

perkawinan pokok yang sering diabaikan oleh pasangan dengan alasan sibuk

bekerja dan yang lebih parahnya lagi adalah pasutri ini melimpahkan tugas

utamanya tersebut kepada orang lain bahkan pihak lain yang belum tentu tepat.

Dari hasil penelitian dapat diketahui 50.7% responden menjawab hanya kadang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

kadang mendidik anak-anaknya untuk berdoa, yang lebih parahnya jawaban tidak

pernah mengajari anaknya berdoa juga muncul walau persentasenya 0.6%. Cara

lainnya untuk dapat mendidik anak yakni dengan mendorongnya untuk ikut

sekolah minggu. Dengan mengikuti sekolah minggu anak akan semakin mengenal

Allah dan imannya akan Yesus semakin tumbuh dengan baik. Selain itu sekolah

minggu merupakan tempat bagi anak-anak untuk berjumpa dengan teman-teman

yang berkeyakinan sama sehingga mereka dikuatkan sebagai minoritas. Dari hasil

penelitian dapat diketahui bahwa jawaban selalu mendorong anaknya untuk ikut

sekolah minggu merupakan persentase tertinggi, meskipun begitu hanya sebesar

35.3% dan tidak sampai 50% sedangkan yang sangat mengkhawatirkan adalah

munculnya jawaban tidak pernah mendorong anaknya untuk ikut sekolah minggu.

Persentase orang tua yang sama sekali tidak pernah mendorong anaknya untuk

ikut sekolah minggu sebesar 7.3%.

2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran

a. Kebiasaan pasutri di rumah

Kebiasaan pasangan suami-istri di rumah juga dapat dijadikan sebagai

pedoman untuk menggambarkan sejauh mana mereka mewujudkan janji

perkawiannya. Sebuah hal yang dilakukan secara terus menerus atau rutin

memang lebih sulit dilakukan daripada sesuatu yang dilakukan sesekali saja.

Contoh konkritnya adalah kebiasaan doa bersama. Kebiasaan doa ini merupakan

wujud dari kesatuan suami-istri dengan Sang Pencipta-Nya. Dari hasil penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

dapat diketahui bahwa persentase terbesar yakni 55.3% responden menyatakan

tidak pernah melakukan doa bersama, sedangkan yang menjawab selalu hanya

sebesar 14%. Hasil ini perlu mendapat perhatian khusus dan tindak lanjut yang

serius agar jawaban selalu dari responden yang hanya 14% dapat meningkat.

Cinta yang mesra dari pasangan suami-istri juga dapat diwujudkan dan

ditunjukkan melalui hal yang sederhana misalnya saja mencium kening pasangan

pada saat hendak pergi tidur. Hal ini sederhana namun tidak mudah dilakukan

terlebih saat sedang mengalami masalah dengan pasangan. Dari hasil penelitian

yang dilakukan dapat diketahui bahwa persentase terbesar ditunjukkan dari

jawaban tidak pernah memberikan ciuman kening dengan persentase 49.3%.

Jawaban selalu memberikan ciuman hanya sebesar 9.3%. Hal sederhana lainnya

yang dapat menggambarkan penghayatan janji perkawinan melalui kebiasaan

hidup pasangan suami-istri adalah memberitahu pasangan saat pasangan pulang

terlambat. Hasil penelitian menunjukkan jawaban terbanyak yakni jarang

memberikan kabar ketika pulang terlambat dengan persentase sebesar 40%,

sedangkan persentase selalu hanya 30.7%. Perwujudan janji perkawinan yang

lainnya jika dilihat dari kehidupan bersama pasangan suami-istri yakni adanya

kebiasaan makan bersama. Pada zaman Yesus pun persaudaraan dan keakraban

serta kedekatan biasanya ditunjukkan dalam perjamuan makan bersama. Hasil

penelitian menunjukkan persentase terbesar adalah jawaban jarang yakni sebesar

43.3%. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat waktu makan ada 3 kali yakni

pagi, siang dan sore. Sebenarnya untuk makan bersama dari ketiga waktu makan,

bisa dipilih salah satu saja, namun kenyataannya jawaban selalu hanya ada 18.7%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

saja. Kesimpulan dari kebiasaan pasangan suami-istri di rumah untuk

mewujudkan janji perkawinan masih jauh dari kata sempurna serta perlu

mendapat perhatian yang serius. Kebiasaan yag tidak baik yang nyatanya masih

banyak ditemui dalam kehidupan bersama antara suami istri ini perlu diperbaiki

sedikit demi sedikit agar tidak menjadi kebiasaan yang lama-lama bisa menjadi

oase yang bisa meretakkan rumah tangga yang telah dibangaun dengan awal yang

baik. Merubah kebiasaan bukan perkara mudah sehingga harus dilakukan dengan

telaten dan sabar serta penuh kesadaran.

b. Kebiasaan pasutri di lingkungan

Kebiasaan lain yang bisa menggambarkan seberapa dalam perwujudan

janji perkawinan pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di

Paroki HKTY Ganjuran adalah kebiasaan pasutri dalam lingkungan. Eksistensi

seorang suami ataupun seorang istri tidak hanya terbatas pada pasangan atau

keluarga saja, namun juga pada lingkungannya. Eksistensi ini juga dapat

menggambarkan seberapa dalam pasangan mewujudnyatakan janji perkawinan

dalam hidupnya. Eksistensi ataupun keterlibatan ini misalnya saja selalu

mengikuti doa lingkungan atau menjadi pengurus lingkungan. Dari penelitian

dapat diketahui bahwa dari seluruh pasangan suami-istri dengan usia perkawinan

5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran, hanya 18.7% yang menyatakan selalu

terlibat dan persentase terbesar ditunjukkan oleh jawaban jarang yang mencapai

43.3%. Jawaban ini sungguh jelas memprihatinkan sebab Gereja hidup karena

keterlibatan umat, namun kenyataannya banyak umat menyatakan jarang terlibat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

c. Kebiasaan pasutri di paroki

Setelah pasangan suami-istri terlibat aktif di lingkungan, alangkah baiknya

pasangan suami-istri terlibat aktif di paroki. Keterlibatan di paroki tidak melulu

harus keterlibatan yag besar seperti terlibat menadi dewan paroki atau menjadi

prodiakon. Keterlibatan bisa dilakukan seperti ikut tugas kor, mengikuti setiap

acara yang menjadi agenda paroki dan lain sebagainya. Menurut hasil penelitian,

jawaban terbesar ditunjukkan oleh jawaban tidak pernah terlibat dengan

persentase sebesar 46.7%, sedangkan jawaban selalu merupakan jawaban terendah

yakni sebesar 6.7%. Keterlibatan yang paling sederhana dan bisa dilakukan secara

bersama-sama yakni mengikuti Perayaan Ekaristi secara bersama. Menurut hasil

penelitian, 34% menyatakan selalu mengikuti Perayaan Ekasristi bersama

walaupun selalu merupakan jawaban terbesar, namun harus tetap ditingkatkan.

3. Keutuhan Perkawinan

Keutuhan perkawinan dapat dilihat dari hubungan antar keluarga serta

perhatian yang besar untuk selalu mengutamakan keluarga.

a. Hubungan antar keluarga

Keluarga merupakan komunitas yang utama dan yang paling mesra.

Keluarga merupakan rumah yang selalu terbuka untuk selalu dipulangi yang

selalu menjanjikan cinta yang tidak berkesudahan, namun kenyataan yang ada saat

ini sering membuat hati miris sebab banyak kekerasan dan kejahatan yang terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

dalam keluarga. Dalam konteks keutuhan perkawinan Katolik dalam rangka

mewujudkan janji perkawinan, komunikasi antar anggota keluarga harus

dimaksimalkan terutama saat ini teknologi sudah sangat canggih dan semua orang

dapat memanfaatkan segi positif dari kemajuan komunikasi dengan menjalin

komunikasi yang baik dengan keluarga, jangan malah mengeksploitasi

kecanggihan komunikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berdasarkan

penelitian dapat diketahui bahwa 41.3% responden menjawab selalu menjalin

komunikasi yang baik dengan pasangan dan anak-anaknya. Walaupun jawaban

selalu merupakan jawaban terbesar, namun tetap saja tidak mencapai 50%.

b. Perhatian untuk mengutamakan keluarga

Bekerja adalah cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga,

tetapi maknanya saat ini menjadi bergeser karena banyak yang lebih

mengutamakan pekerjaan daripada mengutamakan keluarga. Keluarga ada karena

disebabkan oleh ikatan suci antara laki-laki dan perempuan, namun pada

kenyataannya banyak pasutri yang mengesampingkan keluarga yang mereka

bangun. Keluarga adalah segala-galanya yang sangat berharga. Salah satu hal

yang bisa menunjukkan seberapa pentingnya keluarga yakni dalam membedakan

kepentingan antara keluarga dan pekerjaan. Menurut hasil penelitian, 46.7%

responden menyatakan lebih mengutamakan keluarga daripada pekerjaan. Hal ini

melegakan namun juga memprihatinkan sebab yang memilih kadang-kadang,

jarang serta tidak pernah jika disatukan lebih dari 50%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

E. Refleksi Kritis Perwujudan Janji Perkawinan pada Pasutri dengan Usia

Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

1. Perwujudan Janji Perkawinan

Janji perkawinan memuat 3 janji pokok yakni janji setia dalam untung dan

malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan

dan kelebihan, selalu mencintai dan menghormati sepanjang hidup, bersedia

menjadi Bapak/Ibu yang baik serta mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan

secara Katolik. Ketiga janji pokok tersebut saling berhubungan satu sama lain

sehingga dalam pemenuhannya tidak bisa dipisahkan antara yang satu dan yang

lainnya. Tiga janji pokok ini dapat dijabarkan menjadi banyak hal sebab janji

perkwinan mencakup banyak hal.

a. Kebebasan dalam Memilih Pasangan dan Rasa Cinta terhadap Pasangan

1) Kebebasan dalam memilih pasangan

Janji perkawinan dapat diwujudkan secara baik dengan berbagai usaha

yang sederhana. Perkawinan itu pada dasarnya menyangkut 3 pribadi yakni suami,

istri serta Tuhan yang mempersatukan sehingga ketika dalam menentukan

pasangan sudah diwarnai dengan campur tangan orang tua, maka unsur cinta yang

mendasari perkawinan tersebut sudah tidak murni. Campur tangan orang tua

memang sangat perlu, namun bukan campur tangan yang mendominasi hak

pribadi. Pada penelitian yang dilalukan pada keluarga muda dengan umur

perkawinan 5-15 tahun di Gereja HKTY Ganjuran, dapat disimpulkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

jawaban selalu menunjukkan angka 6% sedangkan jawaban tertinggi ada pada

jawaban kadang-kadang dengan persentase 55,5%. Kenyataan yang ada ini dapat

memberikan gambaran bahwa campur tangan orang tua masih terjadi namun

campur tangan yang dilakukan orang tua tidak mendominasi. Hal ini terjadi

karena Paroki HKTY Ganjuran berada di wilayah yang masih kental dengan

budaya jawanya namun sudah cukup modern sehingga peranan orang tua masih

sangat diberi tempat walau keputusan akhir tetap pada masing-masing pribadi.

2) Rasa cinta terhadap pasangan

Sebuah hubungan biasanya didasari dan dilandasi oleh rasa cinta entah itu

hubungan keluarga, sahabat atau sekedar teman. Hal ini juga berlaku untuk teman

hidup yang akan menemani kita sampai akhir hayat. Hubungan antara suami-istri

harus dilandaskan oleh rasa cinta yang mendalam, rasa cinta yang mendalam

dapat ditunjukkan melalui banyak hal. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa

cinta adalah dengan menerima semua yang ada pada pasangan baik itu kelebihan

fisik serta perilaku dan juga kekurangannya. Menurut penelitian yang dilakukan

pada 75 pasang keluarga muda dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

HKTY Ganjuran ini menunjukkan bahwa pasangan yang slalu menerima

kekurangan maupun kelebihan pasangan hanya menunjukkan 43.30%. Kurangnya

kesadaran pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran

ini dipengaruhi oleh perilaku egois yang cenderung ditampakkan oleh orang-orang

di zaman sekarang yang maunya selalu dimengerti namun untuk mengerti orang

lain sangat sulit. Faktor lainnya karena budaya kerja tanpa kenal waktu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

dewasa ini semakin memprihatinkan juga menjadi penyebabnya, terlebih melihat

usia pasutri ini yang tergolong dalam masa produktif.

b. Kesetiaan dalam Untung dan Malang, Suka dan Duka, Sehat maupun Sakit

Kesetiaan dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit

merupakan paket istimewa yang tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lainnya.

Hal ini juga dapat ditunjukkan dengan banyak hal, beberapa diantaranya adalah:

1) Mendengarkan keluh kesah pasangan dengan sepenuh hati

Kesetiaan dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit

salah satunya dapat ditunjukkan dengan cara mendengarkan keluh kesah pasangan

dengan sepenuh hati. Mendengarkan merupakan hal yang sederhana namun belum

tentu semua orang dapat melakukannya. Bila dibandingkan dengan

mendengarkan, berbicara sebenarnya lebih mudah walaupun banyak orang

mengaku tidak percaya diri jika berbicara di depan umum, namun bagaimana jika

dibandingkan dengan mendengarkan orang berbicara selama beberapa jam?

Kebanyakan orang akan bersikap tidak menghargai dengan melakukan hal-hal lain

seperti memainkan hand phone atau malah ditinggal mengobrol dengan orang

lain dengan alasan mengusir rasa kantuk. Hasil penelitian yang dilakukan pada

pasutri dengan usia perkawinan 5-15 di Paroki HKTY Ganjuran menunjukkan

39.30% menjawab jarang mendengarkan keluh kesah pasangan dengan sepenuh

hati, sedangkan jawaban selalu hanya mencapai 34%. Hal ini disebabkan budaya

kerja menguras banyak waktu suami ataupun istri yang menyebabkan kurangnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

waktu yang bisa diberikan untuk pasangan masing-masing sehingga waktu yang

seharusnya digunakan untuk mendengarkan pasangan bercerita sudah dihabiskan

untuk rasa lelah yang disebabkan karena selalu bekerja.

2) Tetap setia mendampingi pasangan ketika di PHK

Cara lainnya untuk menunjukkan kesetiaan dalam untung dan malang,

suka dan duka, sehat maupun sakit adalah dengan cara tetap setia dalam

mendampingi pasangan ketika di PHK. Orang kecenderungan senang hati ketika

harus mendampingi pasangan disaat senang, namun akan merasa berat ketika

pasangan berada pada situasi yang kurang menguntungkan seperti di PHK.

Apalagi hal ini menimpa suami yang istrinya bekerja. Peristiwa seperti ini akan

menjadi pukulan yang berat bagi suaminya. Hasil penelitian terhadap pasutri

dengan usia perkawinan 5-15 di Paroki HKTY Ganjuran dengan pertanyaan

pengandaian jika pasangan di PHK menunjukkan 40.77% responden menjawab

selalu mendampingi pasangan bila di PHK. Jawaban tersebut memang merupakan

jawaban tertinggi namun sangat memprihatinkan sebab masih kurang dari 100%.

Hasil tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang sangat banyak sedangkan

dalam hal kesiapan ekonomi pasangan-pasangan ini kebanyakan masih

mencukupinya dengan kedua belah pihak (suami dan istri) bekerja sehingga jika

salah satu di PHK pasangan merasa berat jika harus mencukupi kebutuhan hidup

keluarga seorang sendiri. Untuk itu kesadaran untuk saling menjadi penolong

yang sepadan perlu ditingkatkan lagi. Hal itu dikarenakan, suami-istri memang

diciptakan untuk saling melengkapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

3) Selalu merawat pasangan ketika sakit

Menjadi satu daging bisa juga diartikan ketika pasangan sakit maka

dirinya pun ikut merasakan sakit. Merasakan sakit tidak harus dilakukan dengan

jika pasangan sakit panas maka suami/istri juga harus sakit panas. Hal ini bisa

diwujudkan dengan cara merawat pasangan dengan sepenuh hati dengan telaten

dan sabar. Hasil penelitian pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di

Paroki HKTY Ganjuran, responden yang menjawab selalu merawat pasangan

sebesar 42.70%. Hal ini masih jauh dari kata sempurna. Penyebab dari hal ini

adalah kebiasaan masyarakat sewaktu pasangan sakit hanya meladeni seperlunya

saja bukan mencurahkan seluruh waktunya untuk pasangan apalagi kesibukan

kerja biasanya tidak bisa diajak kompromi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa

tidak ada kesadaran akan rasa saling memiliki atara suami- istri sehingga

mengakibatkan ketidakpedulian satu sama lain.

c. Kesatuan antara Suami-istri

Kesatuan antara suami istri yang paling mendalam adalah waktu

berhubungan seksual atau hubungan suami-istri. Kesatuan ini adalah kesatuan

yang luhur dan suci. Aktivitas seksualitas yang dilakukan oleh suami-istri

merupakan aktivitas seksualitas yang dilakukan dengan bimbingan Roh Kudus

dan dikehendaki Tuhan. Oleh sebab itu, aktivitas seksualitas harus dilakukan

dengan rutin dan harus selalu dilakukan dengan senang hati. Hasil penelitian yang

dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

HKTY Ganjuran menunjukkan 49.30 % responden menjawab hanya kadang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

kadang merasa bahagia waktu berhubungan seksual. Jawaban terbanyak kedua

ditunjukkan oleh jawaban selalu dengan persentase sebesar 46.70%. Melegakan

karena hanya sedikit yang menjawab jarang merasa senang (4%) dan tidak ada

yang menjawab tidak pernah merasa senang hati. Walaupun melegakan namun

jawaban kadang-kadang yang merupakan jawaban tertinggi harus bisa diubah

menjadi jawaban selalu. Penyebab hal ini adalah karena kesibukan kerja yang

tinggi menyebabkan kelelahan fisik, selain itu penyebab lainnya adalah karena

menjadikan hubungan seksual sebagai rutinitas semata bukan sebagai perbuatan

luhur atas kehendak Tuhan.

d. Perwujudan Cinta dan Menghormati Pasangan

Cinta akan terlihat jika diwujudkan, tanpa diwujudkan cinta hanya sebatas

kata yang tidak memiliki arti khusus. Banyak cara untuk dapat mewujudkan serta

mengungkapkan perasan cinta. Cinta yang sungguh-sungguh bermartabat adalah

cinta yang menjujung sikap hormat pada pasangan. Menghormati pasangan

artinya memberi nilai pada pasangan. Perwujudan cinta dengan menghormati

pasangan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.

1) Memberikan ucapan ulang tahun perkawinan pada pasangan

Memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada pasangan merupakan

sebuah hal yang istimewa karena membuat pasangan merasa diperhatikan dan

berarti, terlebih jika mengucapkan ucapan selamat ulang tahun saat ulang tahun

perkawinan. Jika hal ini dilakukan, pasangan akan merasa berarti dan perkawinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

mereka sangat penting dan bermakna. Hasil penelitian yang dilakukan pada

pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY

menunjukkan jawaban tertinggi responden adalah tidak pernah dengan persentase

38% yang artinya kesadaran untuk mewujudkan dan menunjukkan cinta melalui

hal-hal yang sederhana belum terwujud. Hal ini dipengaruhi budaya Jawa yang

menempatkan laki-laki sebagai pribadi yang berada di atas perempuan sehingga

masih agak tabu jika pasangan melakukan hal semacam ini baik dari pihak suami

ataupun istri. Selain itu pasangan juga menganggap hal seperti ini kurang penting

sehingga tidak perlu untuk dilakukan.

2) Melakukan refleksi bersama dengan pasangan

Perkawinan berarti menyatukan dua pribadi yang berbeda dari berbagai

segi. Perbedaan ini seringkali membawa gejolak bagi sebuah perkawinan, oleh

karena itu mesti ada cara untuk mengatasinya. Cara yang sederhana untuk

mengatasinya yakni dengan meditasi. Meditasi membawa dampak yang baik bagi

kesadaran diri baik suami maupun istri. Hal ini bisa terjadi karena meditasi

membawa kita pada situasi yang hening dan tenang sehingga bisa berdampak pada

sikap sehari-hari. Sikap yang tenang akan membantu suami dan istri dalam

mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dengan bijaksana. Hasil penelitian

dengan pertayaan melakukan refleksi bersama didapat jawaban jarang dengan

persentase 44%. Kenyataan ini sangat dipengaruhi oleh kesibukan pasutri serta

gaya hidup modern yang lebih banyak dihabiskan untuk mencari hiburan dengan

menonton televisi, main internet dan lain sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

3) Meminta pertimbangan pasangan ketika hendak mengambil keputusan

Perkawinan adalah sebuah kesatuan yang terdiri dari dua pribadi yang

masing-masing memiliki kehendak dan pikiran berbeda. Banyak hal yang harus

dikerjakan dalam kehidupan perkawinan seperti mengurus anak, mengurus rumah

atau yang lainnya. Dalam melakukan semuanya ini diperlukan sebuah keputusan

yang benar dan mungkin terjadi bila dibicarakan terlebih dahulu dengan

pasangannya. Banyak hal yang menurut kita benar belum tentu menurut orang lain

benar dan banyak hal yang menurut kita benar belum tentu keputusan yang baik

dan tepat.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasutri dengan usia perkawinan

5-15 di Paroki HKTY menunjukkan hanya 38% pasangan yang selalu meminta

pertimbangan ketika hendak mengambil keputusan. Hal ini disebabkan karena

cara pikir suami ataupun istri yang menganggap keputusan yang hanya

menyangkut pribadinya tidak ada hubungannya dengan pasangannya sehingga

tidak perlu meminta pertimbangan pasangan. Selain semua itu, keputusan yang

sekiranya bisa diputuskan sendiri dianggap tidak perlu mendapatkan masukan dan

persetujuan pasangan, padahal jika keputusan ini membawa dampak pada

kejadian di masa mendatang akan beresiko memunculkan konflik.

e. Menjadi Orangtua yang Baik

1) Mengajarkan cara berdoa kepada anak

Janji perkawinan sangat penting, karena tidak hanya menyangkut pasangan

namun juga menyangkut masa depan anak yakni menjadi orang tua yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Menjadi orangtua yang baik berarti ikut terlibat penuh dalam mendidik anak

terutama dalam mendidik iman anak. Mendidik iman anak secara sederhana dapat

dilakukan dengan cara mengajarkan cara berdoa kepada anak baik doa spontan

maupun doa yang memang harus dihafal dalam gereja katolik. Pendidikan yang

lebih utama adalah teladan orang tua sebagai orang Katolik.

2) Mendorong anak untuk mengikuti sekolah minggu ataupun pendampingan

iman anak/remaja lainnya

Cara lainnya untuk menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yang

dipercayakan Tuhan yakni dengan mendorong anak untuk mengikuti sekolah

minggu atau pendampingan iman anak lainnya. Sekolah minggu atau

pendampingan iman anak/remaja lainnya merupakan wadah yang tepat bagi anak

agar semakin mengenal imannya terlebih mengingat kebanyakan orangtua yang

super sibuk. Selain itu, kegiatan seperti ini juga bisa membantu anak untuk

menguatkan keberanian mereka karena kita adalah minoritas. Hasil penelitian

yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di

Paroki HKTY Ganjuran mengenai kesadaran orangtua dalam mendorong anaknya

terlibat dalam sekolah minggu atau kegiatan pendampingan iman lainnya

menunjukkan sebesar 35.30% orang tua mengaku selalu mendorong anaknya

untuk mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun jawaban selalu merupakan jawaban

terbanyak namun tetap saja jawaban ini masih jauh dari angka sempurna.

Kenyataan yang ada ini disebabkan oleh kesibukan orangtua pada hari efektif

sedangkan kegiatan pendampingan iman anak kebanyakan dilakukan pada hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Minggu yang biasanya dimanfaatkan oleh orang tua untuk menikmati liburan.

Selain semuanya itu, orang tua ada yang malas mengantar jemput anaknya

sekolah minggu dan menganggap kegiatan les pelajaran atau mengkursuskan anak

sesuai dengan bakatnya jauh lebih penting. Sikap orang tua yang demikian itu

menyebabkan tumbuhnya kebiasaan buruk pada anak. Oleh karena itu, kesadaran

orang tua memang sebagai prioritas utama kualitas iman anak.

2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus

Ganjuran

Selain janji perkawinan, pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun juga

harus dilihat lebih dalam lagi. Hal ini dimaksudkan agar perwujudan janji

perkawinan pada pasutri ini dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. Untuk

mengetahui lebih dalam mengenai hubungan pasutri dengan usia perkawinan 5-

15, maka perlu dilihat lagi beberapa hal yang terkait dengan kebiasaan hidup

mereka sehari-hari.

a. Kebiasaan Pasutri di Rumah

1) Kebiasaan doa bersama dalam keluarga

Seorang anak kecil yang sejak kecil dididik dan dibiasakan hidup dengan

teratur dan rapi maka saat dewasa akan menjadi teratur dan rapi pula. Hal ini

berlaku juga untuk kebiasaan pasangan suami-istri, jika dalam kehidupan

berumahtangga seorang suami dan istri serta anak-anaknya selalu berdoa, maka

keluarga ini akan terbiasanya meletakkan perkaranya di tangan Tuhan. Hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15

tahun di Paroki HKTY menunjukkan 55.30% responden mengaku jarang

melakukan doa bersama di rumah, sedangkan jawaban selalu hanya mencapai

14%. Hal ini disebabkan oleh kesibukan pasangan dan juga kebiasaan komunikasi

dengan dunia luar menggunakan media sosial lebih diutamakan.

2) Mencium kening pasangan ketika hendak pergi tidur

Kebiasaan pasangan suami-istri di rumah yang bisa dilakukan untuk

meningkatkan kualitas perkawinan adalah dengan mencium kening pasangan

ketika hendak pergi tidur. Perempuan sangat merasa dihargai dan disayangi jika

dicium keningnya. Perasaan positif yang muncul juga akan memberikan dampak

positif bagi kehidupan perkawinan yang dibangun. Hasil penelitian yang

dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

HKTY Ganjuran menunjukkan 49.30% responden menjawab tidak pernah

melakukan ciuman kening sebelum pergi tidur. Jawaban ini merupakan jawaban

terbesar yang sangat memprihatinkan. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh

Budaya Jawa yang hidup subur dalam masyarakat di paroki ini. Cium kening yang

sebenarnya sangat lumrah dianggap agak tabu dan sulit diterima sebagai budaya

baru yang sebenarnya sangat positif.

3) Memberitahu pasangan saat pulang terlambat

Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam membangun sebuah

hubungan. Jika banyak hal dalam rumah tangga tidak dikomunikasikan maka akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

rentan terhadap terjadinya miss communication yang bisa

menyebakan/menimbulkan konflik. Hal ini juga berlaku untuk hal-hal sepele

seperti saat pulang terlambat. Hasil penelitian yang dilakukan pada pasangan

suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran

menunjukkan 40% responden menyatakan jarang memberitahu pasangan ketika

hendak pulang terlambat. Hal ini disebabkan karena pulang terlambat dianggap

sebagai hal yang biasa dan tidak terlalu penting untuk memberitahu pasangan

karena nanti juga akan pulang. Kebiasaan-kebiasaan kecil semacam ini jika

dibiarkan akan terakumulasi dan menyebabkan sikap cuek dan tidak peka

terhadap hal-hal yang ada di sekitar.

4) Kebiasaan makan bersama dalam keluarga

Makan adalah sebuah cara untuk mendekatkan diri antar anggota keluarga.

Pada zaman Yesus pun, Yesus memilih saat makan untuk membangun sebuah

persaudaraan sejati dengan satu iman yakni pada saat perjamuan terkhir. Pada saat

makan, biasanya orang akan saling mengobrol ringan sehingga suasana hangat

dan dekat pun akan tercipta serta satu sama lain merasa memiliki dan dimiliki.

Hasil penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran menunjukkan 43.30%

mengatakan mereka jarang makan bersama. Hal ini disebabkan oleh kesibukan

yang memaksa mereka harus makan sendiri-sendiri karena jadwal makan yang

berbeda-beda, penyebab lainnya adalah karena tidak berpikir jika makan bersama

merupakan hal yang penting dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

b. Kebiasaan Pasutri di Lingkungan

Kebiasaan yang baik tidak hanya perlu dilakukan saat berada di rumah.

Kebiasaan baik yang bisa dilakukan oleh pasangan suami-istri juga harus

dilakukan di lingkungan tempatnya tinggal. Kebiasaan baik yang konkrit dan bisa

dilakukan di lingkungan salah satunya adalah dengan terlibat aktif dalam kegiatan

lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan

usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran menunjukkan 49.30%

responden menjawab jarang terlibat aktif dalam kegiatan di lingkungan. Hal ini

disebabkan pasangan suami-istri ini lebih senang melakukan kegiatan lain yang

lebih menghibur seperti menonton televisi ataupun jalan-jalan.

c. Kebiasaan Pasutri di Paroki

1) Pasutri terlibat aktif dalam kegiatan di paroki

Lingkup sosial seseorang yang berkepercayaan Katolik tidak sebatas di

lingkungan sekitar tempat tinggal namun juga di paroki tempatnya bernaung.

Dalam kehidupan paroki (terlebih paroki yang ada di Jawa), ada begitu banyak

kegiatan yang diadakan baik yang terbatas untuk kelompok kategorial ataupun

seluruh umat, bahkan tak jarang kegiatan dilakukan untuk seluruh umat dan

masyarakat sekitar paroki. Dalam berbagai macam kegiatan ini, kita memiliki

banyak sekali kesempatan untuk terlibat dan memberikan suatu kerja nyata bagi

paroki tempat tinggal sehingga iman yang sudah ada semakin diwujudnyatakan

dalam kehidupan sehari-hari. Keterlibatan tidak perlu dalah hal yang besar dan

muluk-muluk. Keterlibatan bisa dilakukan dengan cara sederhana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Peenelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY 46.70% mengaku tidak pernah terlibat

aktif di paroki sedangkan yang menyatakan selalu terlibat hanya sebesar 6.70%.

Hal ini disebabkan karena kesibukan bekerja dan mereka juga menganggap tidak

mendapatkan sesuatu dari keterlibatan di paroki dan bahkan malah diremehkan

oleh orang-orang yang sudah terlibat lama di paroki.

2) Pasutri mengikuti Perayaan Ekaristi bersama

Keterlibatan pasutri yang lain juga dapat diwujudkan secara sederhana

dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Ekaristi jika dihadiri bersama keluarga juga

lebih bermakna. Penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY 34% responden meyatakan selalu

berangkat mengikuti Perayaan Ekaristi mingguan secara bersama-sama, walau

jawaban ini adalah jawaban tertinggi namun masih sangat perlu ditingkatkan.

Keadaan yang demikian ini disebabkan karena jadwal pulang kerja yang tidak

sama, hanya salah satu di antara suami/istri saja yang berangkat sedangkan

pasangannya sangat jarang ke gereja dan lain sebagainya.

3. Keutuhan Perkawinan

a. Hubungan antar keluarga

Komunikasi adalah sebuah kegiatan yang sangat sederhana dan sering

dilakukan tanpa kesadaran karena sudah menjadi kebiasaan. Walaupun

komunikasi adalah kegiatan yang sangat sederhana, namun jika tidak dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

dengan baik dan sadar maka bisa menimbulkan masalah yang tidak sederhana.

Banyak masalah besar yang ditimbulkan dari misscommunication dan kadang

penyelesaiaannya tidak sebentar. Komunikasi adalah perkara yang sederhana

namun sayangnya terkadang diselewengkan. Contoh yang nyata adalah seorang

suami atau istri yang lebih memilih berkomunikasi dengan orang lain lewat

handphone canggihnya atau lewat laptopnya sedangkan keluarganya malah

dinomor sekiankan. Sejatinya komunikasi yang baik justru harus dibangun

terlebih dahulu dalam keluarga, baik dengan pasangan maupun anak-anaknya.

Komunikasi yang baik bila dibangun di dalam keluarga maka akan terasa damai.

Penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY 41.30% menjawab selalu menjaga dan

membangun komunikasi dengan keluarga. Walau jawaban ini paling tinggi namun

tetap masih harus ditingkatkan. Keadaan ini disebabkan karena kesibukan kerja,

selain itu kecanggihan teknologi yang sering disalahgunakan. Kebanyakan pasutri

juga menganggap tidak terlalu penting banyak komunikasi dengan pasangan

melalui alat komunikasi sebab pada akhirnya akan bertemu di rumah.

b. Perhatian untuk mengutamakan keluarga

Keluarga adalah tempat dimana selalu ada kehangatan dan cinta untuk

kita. Oleh karena itu wajar jika kita harus selalu mengutamakan keluarga yang

mengutamakan kita. Usaha untuk selalu mengutamakan keluarga dapat

diwujudkan dengan berbagai macam cara seperti selalu menjalin komunikasi dan

yang tidak kalah penting di jaman ini adalah lebih mengutamakan keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

daripada pekerjaan. Pada zaman ini, orang banyak gila kerja sehingga rumah

bukan lagi dianggap sebagai himpunan cinta kasih melainkan tempat menumpang

tidur saja.

Penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY 46.70% menyatakan lebih mementingkan

keluarga daripada pekerjaan. Jawaban jarang merupakan jawaban tertinggi,

namun cukup memprihatinkan karena masih di bawah seratus persen walaupun

tidak berarti sisanya menjawab tidak pernah, namun alangkah baiknya semua

pasutri lebih mengutamakan keluarga dibandingkan dengan lainnya. Hal ini

disebabkan karena kebutuhan hidup yang semakin banyak, budaya konsumerisme

yang selalu menawarkan hal-hal baru serta semakin canggihnya teknologi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KATEKESE KELUARGA

KATOLIK PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN

A. Latar Belakang Penyusunan Program

Paroki HKTY Ganjuran merupakan sebuah Paroki yang besar dan

memiliki banyak keluarga muda yang perlu diperhatikan. Hasil penelitian yang

dilakukan terhadap pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY

Ganjuran menunjukkan banyaknya pasutri yang sudah menyadari pentingnya

mewujudkan janji perkawinan, namun mereka belum bisa mewujudkan janji

perkawinan secara utuh dikarenakan kesibukan kerja dan kesibukan lain yang

menghiasi hari-hari kehidupan rumah tangga mereka.

Melihat kenyataan itulah, perlu adanya usaha pendampingan untuk pasutri

dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Pada dasarnya,

paroki memang sudah melakukan pendampingan untuk pasutri yakni

pendampingan dalam bentuk rekoleksi. Pendampingan model rekoleksi biasanya

dilakukan dengan cara memanfaatkan akhir pekan para pasutri dengan menginap

di tempat-tempat yang biasanya digunakan untuk kegiatan semacam ini. Jika

pendampingan harus dilakuan dengan cara menginap, melihat kesibukan para

pasutri, kegiatan dalam bentuk rekoleksi yang harus menginap kurang sesuai.

Rekoleksi mungkin memang bisa dilakukan tanpa menginap, namun rekoleksi

tetap membutuhkan waktu yang lumayan lama karena pendampingan dalam

bentuk rekoleksi memuat banyak sesi yang harus segera disampaikan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

berkesinambungan. Alasan lainnya yang membuat pendampingan dengan model

rekoleksi kurang sesuai adalah dalam rekoleksi biasanya pesertanya terbatas

sehingga kurang bisa menyentuh seluruh pasutri yang memang perlu didampingi.

Pendampingan yang diperlukan untuk pasutri tersebut adalah kegiatan yang bisa

diadakan dengan mempertimbangkan kesibukan para pasutri sehingga mereka

bisa mengikuti kegiatan pendampingan ini tanpa merasa terbebani ataupun

mengesampingkan kesibukan lain yang mungkin memang harus dikerjakan.

Berangkat dari pertimbangan tersebut maka pendampingan dengan total waktu

yang tidak terlalu lama dianggap sesuai dengan para pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Dalam hal

ini, model pendampingan yang dipilih adalah pendampingan dalam bentuk

katekese.

B. Katekese

Katekese berbeda dengan Teologi, Teologi bisa disebut sebagai

pemahaman iman sedangkan katekese bisa disebut dengan pendidikan iman.

Jacobs dalam Katekese pada Milinenium III: Quo Vadis? (2000: 11). Dalam

katekese yang merupakan sebuah pendidikan iman itu artinya ada proses

pedagogis. Proses pedagogis berarti ada pendamping yang berperan mengarahkan

proses katekese agar berada pada koridor pendidikan iman yang benar. Arti

tersebut juga selaras dengan arti katekese menurut CT art.18 yang mengatakan

“Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa

dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para

pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”. Suatu proses pedagogis dan

pembinaan yang diberikan secara organis dan sistematis menunjuk pada hal yang

sama yakni sebuah proses pembinaan atau pendidikan iman.

Arah katekese di Indonesia adalah katekese umat. Katekese umat menurut

Huber yang dikutip oleh Sumarno (2013: 9) adalah “komunikasi iman atau tukar

pengalaman iman) antara anggota jemaat/kelompok”.Dalam pengertian ini, pelaku

katekese adalah umat dengan mengambil pengalaman hidup umat yang kemudian

di dalami bersama dan kemudian dicerminkan dengan pengalaman perjalanan

hidup Yesus. Tujuan akhir dari katekese umat adalah terbentuknya sebuah

kesepakatan baru mengenai habitus baru/kebiasaan hidup baru yang lebih

mencerminkan cara hidup Kristus sebagai seorang Kristiani.

Pelaku katekese umat adalah umat maka yang ditonjolkan adalah

pengalaman hidup umat yang nantinya disharingkan atau dibagikan kepada umat

yang lain sehingga sangat sesuai digunakan dalam kondisi umat yang dinamis

sesuai dengan kemajuan jaman yang sangat pesat seperti sekarang.

C. Usulan Program

Pada dasarnya, para pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki

HKTY Ganjuran sudah menerima materi yang berhubungan dengan perkawinan

sebelumnya saat mereka mengikuti kursus perkawinan dan di paroki pun sudah

ada usaha untuk mengadakan pendampingan dengan mengadakan rekoleksi.

Pendampingan-pendampingan ini pada dasarnya sudah baik, namun jika dilihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

dari berjalannya program selama ini, tema program serta tolak ukur

keberhasilannya terlihat masih sangat kurang pas. Hal ini mengingat adanya

begitu banyak keluarga dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY

namun dalam pelaksanaan pendampingan, lingkungan hanya diminta

mengirimkan 1 atau 2 KK. Jika seperti ini, seberapa banyak pendampingan pun

kemungkinan besar wakil yang dikirimkan hanya orang yang sama sehingga

pendampingan tidak merata dan kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh banyak

hal dan salah satunya karena rekoleksi membutuhkan waktu yang cukup lama

sedangkan banyak pasutri sibuk dengan pekerjaan atau aktifitasnya.

Berangkat dari pengalaman yang sudah dialami oleh paroki maka

pendampingan yang cakupannya lebih luas dan membutuhkan waktu yang tidak

begitu lama merupakan jawaban yang tepat bagi pasutri dengan usia perkawinan

5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Pendampingan dengan bentuk katekese

yang cakupannya luas dan dapat dilakukan secara berkala merupakan bentuk

pendampingan yang tepat. Katekese yang ditujukan untuk keluarga dengan usia

perkawinan 5-15 tahun ini akan dilakukan oleh paroki namun pelaksanaannya

lebih baik per wilayah agar pendampingan merata atau jika memungkin dilakukan

per lingkungan. Jika pendampingan dilakukan per wilayah atau jika

memungkinkan dilakukan per lingkungan maka akan semakin mengena dan tepat

sasaran sehingga setiap pasutri merasa disapa dan mereka juga semakin giat untuk

semakin memperbaiki hidup perkawinan mereka. Lewat sapaan semacam itu pula

kehidupan perkawinan pasutri bisa diperhatikandan dapat dilihat

perkembangannya secara berkala.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

D. Rumusan Tema dan Tujuan

Tema umum : Mewujudkan janji perkawinan seturut Kitab Suci

Tujuan Umum : Melalui Katekese, Keluarga dengan usia perkawinan 5-15

tahun di Paroki HKTY Ganjuran dibantu dalam

mewujudkan janji perkawinannya dengan mendalami Kitab

Suci

Tema umum ini masih sangat luas sehingga tema umum masih dibagi lagi ke

dalam 4 (empat) subtema yang lebih kecil yaitu:

1. Tema 1 : Berani mencintai berarti berani hadir dan melayani

Tujuan 1 : Pasutri semakin sadar bahwa hidup bersama sebagai suami-

istri berarti juga hidup dalam kasih yang hadir dan saling

melayani dalam segala hal

2. Tema 2 : Aku setia mulai dari hal kecil sampai hal yang besar

Tujuan 2 : Pasutri semakin sadar bahwa kesetiaan dalam segala hal

merupakan harga mutlak dalam sebuah perkawinan dan

dimulai dari hal yang terkecil

3. Tema 3 : Mendengarkan suara pasangan berarti mendengarkan suara

Tuhan

Tujuan 3 : Pasutri semakin sadar akan pentingnya menjalin komunikasi

dengan pasangan dan Tuhan

4. Tema 4 : Mendidik anak dengan campur tangan Tuhan

Tujuan 4 : Pasutri semakin sadar bahwa untuk mendidik anak diperlukan

campur tangan Tuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Penjabaran Program

Tema umum : Mewujudkan janji perkawinan seturut Kitab Suci

Tujuan Umum : Melalui Katekese, Keluarga dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran dibantu

dalam mewujudkan janji perkawinannya dengan mendalami Kitab Suci

No. Tema Tujuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber

Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Berani

mencintai

berarti

berani hadir

dan

melayani

Pasutri semakin

sadar bahwa hidup

bersama sebagai

suami-istri berarti

juga hidup dalam

kasih yang yang

hadir dan saling

melayani dalam

segala hal.

Pengalaman hidup

Panggilan untuk saling

melayani antar suami-

istri

Pelayanan Yesus

menggambarkan

pelayanan yang total

Berani hadir dan selalu

siap untuk melayani

pasangan

Belajar melayani

Sharing

Tanya

jawab

Refleksi

Informasi

Renungan

Peneguhan

Teks Lagu

“Melayani Lebih

Sungguh”

Teks Lagu “Kasih”

Teks cerita

“Merawatmu di

Usia Senja”

Teks fotocopy

kutipan Kitab Suci

Perjanjian Baru Ef

5:22-33

Laptop

Sound system

Ef 5:22-33

Roswita

Oktaviani

2008: 107-

108

LBI 2002:

349

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2.

Aku setia

mulai dari

hal kecil

sampai hal

yang besar

Pasutri semakin

sadar bahwa kese-

tiaan dalam segala

hal merupakan

harga multak dalam

sebuah perkawinan

dan dimulai dari hal

yang terkecil

Pengalaman hidup

Kesetiaan merupakan

sebuah usaha

Kesetiaan merupakan

sebuah sikap yang

muncul dari sebuah

kebijaksanaan

Kesetiaan akan

membawa suami-istri

pada kebahagiaan

Belajar setia kepada

pasangan

Sharing

Tanya

jawab

Refleksi

Informasi

Renungan

Peneguhan

Teks Lagu “Semua

Baik”

Teks Lagu “Sentuh

Hatiku”

Teks cerita

“Kisah Cinta

Kakek-Nenek”

Teks fotocopy

kutipan Kitab Suci

Perjanjian Baru

Luk 23:26-32

Sound system

Luk 23:26-

32

Roswita

Oktaviani

2008: 67-69

LBI 2002:

157-158

Boland 1969:

284-287

Leks:2003:

620-640

3. Mendengar

kan suara

pasangan

berarti

mendengar

kan suara

Tuhan

Pasutri semakin

sadar akan

pentingnya menjalin

komunikasi dengan

pasangan dan Tuhan

Pengalaman hidup

Kekuatan dalam

mendengarkan

Mendengarkan

pasangan seperti

mendengarkan Tuhan

Kesediaan

mendengarkan akan

membawa pasutri pada

keterbukaan

Belajar mendengarkan

Sharing

Tanya

jawab

Refleksi

Informasi

Renungan

Peneguhan

Teks Lagu

“Kusiapkan

Hatiku”

Teks Lagu “Sentuh

Hatiku”

Teks cerita

“Istri”

Teks fotocopy

kutipan Kitab Suci

Perjanjian Baru

Matius 1:18-25

Sound system

Mat 1:18-25

Roswita

Oktaviani

2008: 71-74

LBI 2002:

34-35

Leks 2003:

20-26

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

4. Mendidik

anak

dengan

campur

tangan

Tuhan

Pasutri semakin

sadar bahwa untuk

mendidik anak

diperlukan campur

tangan Tuhan

Pengalaman Hidup

Mendidik anak

merupakan pekerjaan

seluruh hidup

Anak dan orang Tua

memiliki perannya

masing-masing seturut

Kitab Suci

Mendidik anak berarti

harus ada kerjasama

dengan Tuhan

Mendidik anak dengan

baik

Sharing

Tanya

jawab

Refleksi

Informasi

Renungan

Peneguhan

Teks Lagu “Biar

Kanak-kanak”

Teks Lagu “Jalan

Serta Yesus”

Teks cerita

“Kera”

Teks fotocopy

kutipan Kitab Suci

Perjanjian Baru Ef

6:1-9

Sound system

Ef 6:1-9

Roswita

Oktaviani

2008: 44-45

LBI 2002:

349-350

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

F. Contoh Pelaksanaan Program Pendampingan Pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran Bantul Yogyakarta

1. Identitas

a. Tema : Berani mencintai berarti berani hadir dan melayani

b. Tujuan : Pasutri semakin sadar bahwa hidup bersama sebagai

suami-istri berarti juga hidup dalam kasih yang hadir

dan saling melayani dalam segala hal

c. Peserta : Pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15

tahun di Wilayah St. Yusuf Baros

d. Tempat : Aula Gereja St. Yusuf Baros

e. Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Juni 2015

f. Waktu : 19.00-20.30 WIB

g. Metode : Sharing

Tanya jawab

Refleksi

Informasi

Renungan

Peneguhan

h. Model : Shared Christian Praxis

i. Sarana : Teks Lagu “Melayani Lebih Sungguh”

Teks Lagu “Kasih”

Teks cerita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

“Merawatmu di Usia Senja”

Teks fotocopy kutipan Kitab Suci Perjanjian Baru Ef

5:22-33

Laptop

Sound system

j. Sumber Bahan : Ef 5:22-33

Roswita Oktaviani 2008: 107-108

LBI 2002: 349

2. Pemikiran Dasar

Tugas utama sebagai seorang suami atau istri adalah melayani

pasangannya dengan sepenuh hati. Banyak orang salah kaprah dalam mewujudkan

pelayanannya pada pasangan. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di

Paroki HKTY Ganjuran menurut penelitian masih banyak yang belum melayani

pasangan dengan sungguh-sungguh atau bisa dikatakan pelayanan mereka belum

total. Contoh saja ketika melahirkan, seorang istri sangat membutuhkan kehadiran

suami bukan hanya sekedar butuh dokter yang hebat, rumah sakit yang mewah

tanpa kehadiran suami. Salah kaprah ini yang memang terjadi di Paroki Ganjuran.

Salah kaprah ini diperparah dengan kesibukan pasutri dalam bekerja sehari-

harinya sehingga makna melayani pasangan terkadang hanya diartikan memenuhi

kebutuhan hidup tanpa hadir dalam hidup pasangan.

Ef 5:22-33 menguraikan mengenai hidup suami-istri yang harus

disamakan dengan cara Yesus mengasihi jemaat-Nya. Dasar bagi hidup suami-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

istri adalah penyerahan diri seutuhnya dan saling menerima satu sama lainnya.

Hal inilah yang menjadi semangat dasar suami-istri untuk saling melayani. Cinta

yang utuh belum lengkap apabila belum diwujudkan dengan melayani

pasangannya. Pelayanan seperti ini sama seperti Yesus yang selalu menempatkan

jemaat-Nya pada situasi kasih yang sangat luar biasa. Contohnya adalah ketika

Dia menyembuhkan banyak orang, ketika Dia hadir dalam segala situasi yang

manusia hadapi dan saat Dia mau mengorbankan diri-Nya sendiri demi penebusan

dosa manusia. Dalam hal tersebut, Yesus telah mengajari bagaimana cara

melayani orang yang dikasihi-Nya.

Pertemuan ini mengajak kita untuk belajar bagaimana cara mewujudkan

kasih dan cinta yang kita miliki dengan melayani pasangan kita. Pelayanan ini

harus kita lakukan terutama dalam perwujudan kasih suami-istri yang memang

merupakan patner hidup dan patner Tuhan dalam menciptakan kehidupan baru.

Pelayanan untuk seorang istri misalnya mempersiapkan keperluan suami seperti

makan, baju, dll. Untuk seorang suami misalnya saja siap sedia membetulkan atap

yang bocor, pintu yang rusak, dll. Pelayanan yang lebih penting misalnya suami

ataupun istri selalu ada di samping pasangan dalam situasi dan kondisi apapun.

3. Pengembangan Langkah-langkah

a. Pembukaan

1) Kata Pengantar

Bapak/Ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus, pada malam hari ini kita

semua berkumpul di tempat ini karena adanya rasa kasih dan cinta terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

pasangan kita. Malam hari ini, kita akan bersama-sama belajar tentang berani

mencintai berarti berani hadir dan melayani. Sekarang ini, segala bidang

kehidupan sudah menjadi instan dan serba mudah sehingga segalanya menjadi

mudah dilakukan sendiri. Hal demikian ini menyebabkan lunturnya sikap mau

melayani pada seseorang. Hal ini juga terjadi pada suami ataupun istri. Kalaupun

ada pelayanan, pelayanan yang ada hanya pelayanan pada ha-hal yang kelihatan

sehingga tidak mendalam dan total. Dalam Ef 5:22-33, kita diajak untuk hidup

melayani sebagaimana Yesus mengasihi jemaat-Nya. Pelayanan yang

sesungguhnya adalah pelayanan yang menyentuh inti dari hubungan suami-istri

yakni seluruh proses kehidupan mereka dalam keluarga. Untuk mewujudkan

semuanya itu dibutuhkan perjuangan, pengorbanan serta kesediaan belajar dan

memperbaiki diri secara terus menerus. Melalui pelayanan, nantinya kita akan

belajar bagaimana mewujudkan cinta dan membahagiakan pasangan.

2) Lagu Pembukaan: Teks: “Melayani Lebih Sungguh” [Lampiran 8: (13)]

3) Doa Pembukaan

Bapa yang Maha Cinta, kami bersyukur dan berterimakasih karena Engkau

memberi kami kesehatan yang baik sehingga di pagi ini kami dapat berkumpul

bersama-sama di tempat ini. Bapa, kami mohon sertailah kami semua sehingga

kami dapat membuka hati kami untuk mensharingkan, merenungkan dan

mendalami pengalaman kami dalam melayani yang saat ini sudah banyak luntur.

Kami mohon ya Bapa, agar kami semakin menyadari pentingnya melayani seperti

yang Yesus ajarkan pada kami. Tuhan semoga pertemuan ini bisa membawa

pemahaman baru dan niat baru bagi kami sehingga kami bisa semakin menghidupi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

arti dari pelayanan. Semua ini kami mohon dengan perantaraan Kristus Tuhan

kami. Amin.

b. Langkah I : Mengungkapkan pengalaman hidup peserta

1) Membagikan teks tentang cerita “Merawatmu di Usia Senja” [Lampiran 9:

(14)] dan memberi kesempatan peserta untuk mendapatkan dan mengembangkan

gagasan dari cerita yang dibaca dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa yang dilakukann Robertson dalam cerita “Merawatmu di Usia Senja”?

b. Ceritakanlah pengalaman suka dan duka Bapak/Ibu dalam melayani pasangan?

2) Peserta diberi kesempatan untuk mensharingkan tanggapan dan pengalaman

mereka sehubungan dengan pertanyaan di atas.

3) Rangkuman Pendamping

Dalam cerita “Merawatmu di Usia Senja”, kita dapat melihat Robertson

yang sungguh-sungguh luar biasa. Dia memilih berhenti dari pekerjaannya dan

memilih merawat istrinya yang mengalami sakit alzheimer (gangguan fungsi otak)

yang menyebabkan istrinya kembali seperti bayi karena tidak bisa mengurus

dirinya sendiri. Ia bersungguh-sungguh dalam merawat istrinya dan amat sabar

dalam menghadapi kelakuan istrinya yanag sudah tidak wajar lagi. Dalam cerita

tersebut pernah sekali Robertson merasa jengkel dengan istrinya yang

membuatnya susah sehingga ia memukul betis istrinya. Karena perasaan cinta

yang luar biasa dan karena dia teringat dulu sebelum sakit ia telah dilayani

dengan sungguh-sungguh oleh istrinya maka dia merasa sangat menyesal telah

melakukannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Sebagai seorang istri atau suami tentunya memiliki peran khusus dalam

kehidupan pasangannya. Peran khusus ini telah Bapak/Ibu wujudkan dalam

melayani satu sama lain. Dalam melayani pasti ada perasaan bangga dan bahagia

karena bisa menyenangkan hati orang tercinta. Walaupun demikian, kita

terkadang mengalami pengalaman pahit saat berusaha melayani pasangan. Seperti

yang telah kita ungkapkan dalam sharing tadi, dalam hidup perkawinan kita juga

memiliki kehendak dan pikiran masing-masing yang berbeda. Kehendak yang

berlainan ini juga terkadang diperparah dengan kenyataan bahwa pada dasarnya

Bapak/Ibu memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Bapak/Ibu tadi sudah

merasa benar dan melayani pasangan dengan baik namun ternyata apa yang baik

di mata Bapak/Ibu belum baik dan belum tepat di mata pasangan. Bapak/Ibu

sudah sepenuh hati mengerjakan tugas Bapak/Ibu namun ternyata tidak sesuai

dengan kebutuhan pasangan. Ada juga pengalaman Bapak/Ibu yang mirip dengan

Robertson dengan dibuat jengkel oleh pasangan.

c. Langkah II: Mendalamai Pengalaman Hidup Peserta

1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman hidup yang telah

diungkapkan langkah I, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana sikap Bapak/Ibu di Wilayah Baros dalam menghadapi pengalaman

suka dan duka dalam melayani tersebut?

2) Rangkuman singkat

Bapak/Ibu tadi mengungkapkan bahwa ketika pasangan merasa senang

dan bahagia dengan bentuk dan cara kita melayani maka kita akan berusaha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

mempertahankannya dan kecenderungan kita akan meningkatkan pelayanan kita

agar menjadi lebih baik. Namun berbeda ketika pelayanan Bapak/Ibu yang sudah

dirasa benar namun pasangan malah kurang merasa berkenan maka tentunya

muncul perasaan kecewa. Bapa/Ibu tadi mengungkapkan ketika mengalami

kekecewaan yang demikian maka sikap yang pertama diambil adalah sabar dan

diam sejenak untuk merenungkan bagian mana yang kurang tepat. Itu merupakan

sikap yang tepat. Bapak/Ibu ada juga yang dengan spontan memprotes pasangan

karena pasangan tidak menghargai jerih payah kita sehingga kita menyesal,

kecewa dengan dirinya sendiri, marah dan lain-lain. Sikap yang demikian itu

wajar terjadi karena keterbatasan kita sebagai manusia namun yang paling penting

adalah bagaimana sikap kita selanjutnya setelah merasa demikian. Apakah mau

memperbaiki diri untuk melayani pasangan kita dan selalu hadir dalam hidup

pasangan atau tidak.

d. Langkah III: Menggali Pengalaman Kristiani

1) Salah seorang peserta diminta untuk membacakan teks atau perikop langsung

dari Kitab Suci yang diambil dari kutipan Ef 5:22-33.

2) Peserta diberi waktu hening sejenak untuk secara pribadi merenungkan dan

menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan,

sebagai berikut:

a) Ayat manakah yang menurut Bapak/Ibu berkaitan dengan kasih yang

melayani?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

b) Apa pesan inti yang mau disampaikan Yesus pada Bapak/Ibu di Wilayah

Baros dalam melayani pasangan?

3) Peserta diajak mengungkapkan hasil renungan dalam kelompok besar dengan

dua pertanyaan tersebut.

4) Kemudian pendamping menyampaikan tafsir dari bacaan Ef 5:22-33 lalu

menghubungkan tafsir dengan tanggapan serta renungan pribadi dan tema.

Setelah membaca sabda dari Kitab Suci perikop Ef 5:22-33 tentunya ada

ayat-ayat yang mengena sebab berhubungan dengan kasih dan pelayanan.

Bapak/Ibu tadi ada yang mengungkapkan bahwa ayat 28 lah yang berhubungan

dengan pelayanan, ada pula yang mengungkapkan bahwa ayat 29 lah yang

berhubungan dengan pelayan. Semua ayat dalam bacaan tersebut memang

berhubungan dengan pelayanan. Ayat yang berhubungan dengan pelayanan pada

khususnya ada pada ayar 29. Ayat 29 menggambarkan cinta dan pelayanan yang

total dengan menempatkan pasangan seperti dirinya sendiri sehingga jika

melayani pasangan itu artinya melayani diri sendiri sehingga dilakukan secara

total.

Perikop Ef 5:22-33 diawali dengan sebuah kalimat perintah “Hai isteri,

tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala

isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat”. Kalimat tunduk di atas berarti

seorang istri harus tunduk pada suaminya. Dalam rumah tangga, suamilah yang

menjadi nahkoda yang memimpin di barisan paling depan untuk bisa membawa

keluarganya ke dalam pelayaran yang di kehendaki Tuhan. Kalimat tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

belum berakhir, kalimat selanjutnya merupakan kelanjutan yang sangat pending

dari kalimat pembuka dalam perikop tersebut. Dalam Ef 5:25 dikatakan “Hai

suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah

menyerahkan diri-Nya baginya”. Suami serta istri dalam hidup perkawinan

memiliki peranan masing-masing yang khas dan tidak tergantikan oleh karena

perempuan disebut sebagai penolong yang sepadan bagi laki-laki (Kej 2:18) dan

pada akhirnya mereka saling melengkapi satu sama lain.

Kasih suami kepada istri adalah sama seperti Kasih Kristus kepada jemaat,

yang telah menyerahkan diri-Nya dan menguduskan jemaat-Nya. Suami harus

menempatkan istrinya dalam posisi yang berharga di matanya. Istri bukan objek

pemuasan seksual, juga bukan sebagai objek pelengkap penderita. Suami harus

mengasihi istri sama seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya. Kasih itu sabar,

murah hati, tidak mencari kepentingan diri, tidak suka pada hal tidak sopan, tidak

cemburu, tidak sombong, tidak mencari keuntungan, tidak pemarah, tidak menang

sendiri. Kasih itu juga melayani, konteks pelayanan dalam kasih antara suami dan

istri sering keliru dan jatuh pada pelayanan yang egois sebab batas antara wujud

kasih dengan sebuah keegoisan terkadang sangat tipis.

Pelayanan yang egois adalah pelayanan yang tidak melihat kehendak

pasangan. Terkadang sebagai seorang istri ketika dia sudah melakukan tugasnya

memasak, mencuci, membersihkan rumah dan lain sebagainya, dia menganggap

tugasnya dan pelayanannya sudah selesai dengan baik. Suami pun demikian,

terkadang ketika ia sudah mencari uang dan memenuhi kebutuhan keluarga, ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

menganggap tugasnya sudah beres. Ada satu konsep pelayanan yang dilupakan

oleh pasutri, melayani pasangan berarti juga menemaninya dengan memberikan

sebagian waktu dalam hari yang dilalui untuk pasangan.

Pesan inti yang hendak disampaikan Paulus dalam Ef 5:22-33 adalah

ketika seseorang menjadi suami-istri artinya dia harus menyerahkan dirinya secara

total. Seorang istri harus menghormati suaminya, begitu pula sebaliknya. Menjadi

suami-istri artinya memperlakukan pasangan seperti tubuhnya. Memperlakukan

pasangan seperti tubuhnya artinya memberikan pelayanan yang setotal-totalnya

untuk pasangan.

e. Langkah IV: Menerapkan Iman Karistiani dalam Situasi Peserta Konkrit

1) Pendamping mulai mengawali langkah ini dengan menempatkan peserta

dalam konteks dan situasi pertemuan, menerapkan pesan inti Kitab Suci dalam

pengalaman, kebutuhan serta situasi hidup peserta.

Bapak/Ibu yang terksih, daam hal mencintai kita diajak oleh Yesus untuk

melayani pasangan seperti dirinya sendiri. Dalam membangun kehidupan

perkawinan kita diajak untuk bersama-sama menyadari cara melayani yang total.

Hal ini tentunya tidak mudah karena setiap pribadi memiliki watak dan karakter

masing-masing yang berbeda. Walaupun perbedaan ini tak terelakan, namun

melalui janji perkawinan yang telah suami-istri ucapkan, suami-istri menyanggupi

melayani pasangan kita dengan setulus hati. Janji yang sama ini membuat suami

istri bisa saling bergandengan dan berproses untuk saling melayani sehingga bisa

menyempurnakan satu sama lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

2) Agar semakin menghayati panggilan kita sebagai seorang suami/istri, maka

terlebih dahulu kita akan berefleksi dan secara pribadi merenungkan

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

Apakah selama ini Bapak/Ibu di Wilayah St. Yusup Baros merasa disadarkan

dan diteguhkan dalam usaha melayani pasangan?

(saat hening, bisa diiringi dengan alunan musik yang lembut)

3) Setelah merenung, peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil

renungannya dalam pleno. Hasil pleno dirangkum dan diteguhkan

pendamping dan dihubungkan dengan tema dan tujuan pertemuan.

Bapak/Ibu terkasih, terakadang dalam kehidupan sehari-hari kita

menjalaninya tanpa kesadaran karena menjadi sebuat rutinitas yang tanpa

direncanakan dengan detail pun akan berjalan dengan sendirinya. Dalam rutinitas

ini suami-istri biasanya tidak begitu menyadari arti dan makna dari apa yang telah

dilakukannya untuk keluarga ataupun pasangan. Ketika kita membicarakan

tentang melayani pasangan memori tentang kehidupan bersama pasangan juga

akan dhadirkan dengan penuh kesadaran. Kesadaran inilah yang membuat kita

bisa menilai pelayanan kita selama ini terhadap pasangan apakah sudah seperti

yang Yesus lakukan atau belum.

Pengalaman kita selama ini merupakan sebuah pengalaman yang berharga

dan perlu dimaknai. Melayani merupakan tindakan menempatkan diri di bawah

posisi orang yang kita layani. Melayani berarti kita siap menjadi hamba yang mau

dengan tulus hati melayani. Melayani seperti ini dapat kita lihat secara nyata saat

Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Melayani melibatkan kasih dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

kepedulian. Melayani pasangan misalnya saja memasak untuk pasangan,

mencucikan pakaian pasangan, menyiapkan pakaian untuk pasangan, bekerja

tanpa kenal lelah untuk pasangan, dll. Melayani juga dapat dilakukan dengan cara

sederhana seperti mendengarkan keluh kesah pasangan ataupun hadir dalam setiap

kehidupan dan perasaan yang dialami pasangan untuk membantu menopangnya.

Melayani ini juga tidak terlepas dari pelayanan untuk Tuhan, pelayanan untuk

Tuhan misalnya bersama-sama terlibat aktif dan saling mendukung dalam

kehidupan menggereja.

.

f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit

1) Pendamping mengawali langkah ini dengan merangkum seluruh isi dan proses

yang berlangsung selama pertemuan dan menghubungkannya dengan tema

dan tujuan pertemuan.

Bapak/Ibu yang terkasih dalam Tuhan, cerita tentang suami yang memilih

merawat istrinya menggambarkan sebuah pelayanan. Pelayan suami yang

demikian menggambarkan ketulusan dan ketotalan. Pengalaman kita dalam

melayani pasangan juga merupakan pengalaman yang berharga. Dalam melayani

pasti suka dan suka pernah kita rasakan. Dalam pahitnya duka kita akan semakin

belajar untuk melayani lagi dengan total. Kepahitan kita gunakan sebagai cambuk

yang dapat memacu kita untuk memperbaiki diri dan memurnikan niat kita dalam

melayani. Yesus telah terlebih dahulu melayani sebelum Ia meminta seluruh orang

untuk melayani. Seorang istri harus tunduk pasa suami begitu pula seorang suami

harus menganggap istrinya seperti tubuhnya sendiri sebab hubungan suami-istri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

sama seperti hubungan Kristus dengan Gereja-Nya. Melayani contohnya dengan

memenuhi kebutuhan pasangan atau paling tidak bisa membantu pasangan dalam

melaksanakan tugasnya. Melayani bisa juga dengan hadir menemani dan menjadi

pendengar yang baik bagi pasangan. Untuk selanjutnya, kita akan merenungkan

sebentar bentuk pelayanan apa yang hendak kita wujudkan setelah tahu bentuk

pelayanan ideal sebagai wujud cinta pada pasangan.

2) Pendamping memberikan waktu sejenak pada peserta untuk merenungkan

tindakan apa yang hendak dilakukan dengan panduan pertanyaan sebagai

berikut:

a) Niat apa yang hendak Bapak/Ibu lakukan untuk memperbaiki pelayanan pada

pasangan di Wilayah St. Yusup Baros ini?

b) Hal-hal apa saja yang harus kita perhatikan dalam mewujudkan niat tersebut?

3) Setelah selesai merenung, peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan

niat konkritnya yang menjadi niat pribadi yang akan diwujudkan dalam

kehidupan perkawinannya.

4) Kemudian pendamping mengajak peserta untuk mendiskusikan niat konkrit

yang akan dilakukan bersama demi mendukung terciptanya sikap pelayanan

khususnya pada pasangan.

g. Penutup

1) Pendamping mengajak peserta untuk berdoa bersama, menyerahkan diri dan

keluarga pada keluarga Kudus Nazaret. Selain itu pendamping memberikan

kesempatan pada peserta untuk mengungkapkan doa pribadinya. Setelahnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

pendamping mengajak peserta untuk berdoa 1 kali Bapa Kami dan 3 kali

Salam Maria.

2) Doa Penutup

Tuhan Yesus Kristus, terimakasih atas kesempatan ini sebab kami bisa

belajar bersama dan tukar pengalaman mengenai tugas kami sebagai seorang

suami ataupun istri. Melalui tukar pengalaman hidup, kami dapat memperluas

pengalaman kami sehingga kami dapat melihat secara nyata pengalaman yang

total. Pengalaman tersebut terus kami gali dan kami maknai sesuai teladan-Mu

yang terlebih dahulu mau melayani kami. Pelayanan-Mu yang total memberikan

gambaran nyata bagi kami untuk meneladan-Mu. Engkaulau Allah dan sumber

kasih sejati, biarkanlah kami dapat memahami kehendak-Mu yang sesungguh-Nya

sehingga gambaran konkrit mengenai bentuk pelayanan yang sudah kami pahami

dapat sungguh kami wujudkan secara nyata dalam kehidupan kami di keluarga

serta kehidupan kami di lingkungan tempat tinggal kami. Semua ini kami mohon

dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

3) Lagu Penutup “Kasih” [Lampiran 8: (13)]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Umat beriman Kristiani memiliki dua panggilan hidup. Panggilan pertama

untuk hidup selibat menjadi imam, biarawan-biarawati atau bisa juga menjadi

selibat awam, sedangkan panggilan yang kedua adalah panggilan untuk hidup

berkeluarga. Kedua panggilan ini sama-sama baiknya dan sama-sama dikehendaki

Allah. Untuk sampai pada kehidupan berkeluarga, calon mempelai melalui tahap

pranikah dengan mengikuti kursus persiapan perkawinan. Setelah melakukan

tahap pranikah, calon mempelai memasuki tahap pernikahan/perkawinan dengan

mengucapkan janji perkawinan yang rumusannya memang sudah ditentukan oleh

gereja. Pengucapan janji perkawinan adalah awal dari seluruh proses kehidupan

perkawinan. Janji perkawinan bisa dianggap sebagai jaminan perkawinan yang

diucapkan sendiri oleh pasangan di hadapan imam dan saksi.

Janji perkawinan memang merupakan jaminan bagi pasangan untuk hidup

bersama dalam keluarga, namun janji perkawinan tidak berhenti pada pengucapan

saat penerimaan sakramen perkawinan. Janji perkawinan harus selalu dihayati dan

dihidupi sepanjang hidup perkawinan. Dalam pemenuhannya inilah, janji

perkawinan dihadang oleh berbagai tantangan zaman dan perubahan situasi serta

kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Dalam situasi inilah para suami dan

istri ditantang untuk tetap setia dalam menghidupi janji perkawinan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

Dalam menghidupi janji perkawinan pasti tidak terlepas dengan cinta

antara suami dengan istri. Cinta itu adalah sebuah anugerah, maka orang yang

dicintai merupakan bentuk dari anugerah tersebut. Anugerah berarti ada suka cita

dan damai di dalamnya. Jika kehidupan berkeluarga tidak lagi ditemukan suka cita

serta kedaimaian maka pasti ada yang salah dalam hal cara mencintai pasangan.

Untuk memperbaikinya, janji perkawinan merupakan kunci yang ampuh untuk

menyelesaikannya. Dalam kehidupan rumah tangga, seorang suami tidak akan

bisa selalu berperan sebagai suami, suami terkadang harus menjadi teman atau

sahabat yang selalu siap mendengarkan tanpa menghakimi serta siap memaafkan

tanpa syarat. Begitupun sebaliknya, istri juga tidak boleh selalu berperan sebagai

seorang istri, dia juga harus bisa berperan sebagai teman dan sahabat.

Janji perkawinan pada intinya memuat 3 janji pokok yakni janji setia pada

pasangan, mencintai pasangan seumur hidup dan mendidik anak yang

dipercayakan Tuhan secara Katolik. Walaupun dalam janji perkawinan hanya ada

3 janji pokok, namun dalam pemenuhannya tidak semudah itu. Jaman yang sudah

sangat modern sekarang ini membawa tantangan tersendiri bagi pemenuhan janji

perkawinan. Hasil penelitian yang dilakukan pada 70 pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

menunjukkan para pasangan suami istri ini dalam mewujudkan janji perkawinan

masih belum maksimal dan perlu ditingkatkan lagi. Hal inilah yang menyebabkan

program pendampingan pasca pernikahan perlu dilakukan. Di Paroki HKTY

Ganjuran, program pendampingan pasangan suami-istri pasca nikah memang

sudah ada yakni rekoleksi bagi pasangan muda, namun hasil penelitian pasangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

suami-istri muda ini memiliki kesibukan yang luar biasa sehingga model

pendampingan rekoleksi yang memerlukan waktu lama kurang sesuai. Terlebih

lagi, biasanya peserta rekoleksi sangat dibatasi dan biasanya pesertanya hampir

selalu orang yang sama. Untuk kondisi keluarga muda dan madya yang sibuk

seperti di Paroki HKTY Ganjuran, pendampingan dalam bentuk pertemuan yang

bisa dilakukan di wilayah atau lingkungan masing-masing tanpa harus menginap

sangat disarankan apa lagi jumlah pesertanya bisa mencakup seluruh pasutri

dengan usia perkawinan 5-15 tahun.

Berangkat dari kenyataan ini, penulis mengusulkan pendampingan dengan

bentuk katekese untuk pasangan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun.

Usulan program ini dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dengan tema umum

yang berjudul Mewujudkan Janji Perkawinan Seturut Kitab Suci. Tujuan umum

dari pendampingan ini adalah melalui katekese, keluarga dengan usia perkawinan

5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran dibantu dalam mewujudkan janji

perkawinannya dengan mendalami Kitab Suci.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap pasutri dengan usia perkawinan 5-

15, ada begitu banyak hal yang ditemukan. Bagaimana fakta kehidupan

perkawinan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 di Paroki HKTY Ganjuran. Dari

hasil tersebut, ada begitu banyak celah yang masih harus diperbaiki baik oleh

pasutri sendiri ataupun oleh pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, celah-celah yang

masih ditemukan bisa menjadi peluang yang baik untuk diperbaiki. Celah-celah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

tersebut menginspirasi penulis untuk menuliskan beberapa masukan/saran positif

yang bisa diwujudnyatakan bersama.

1. Bagi Para Pendamping Keluarga pada Umumnya

Berkembangnya teknogi seiring dengan kemajuan zaman membuat

kebutuhan manusia termasuk kebutuhan dalam hidup berkeluarga juga

berkembang. Kebutuhan yang semakin berkembang tidak bisa dijawab dengan

pendampingan keluarga dari masa lalu yang tentunya sudah tidak relevan lagi bagi

kebutuhan pasangan suami-istri sekarang ini. Maka dari itu, para pendamping

wajib mengenal dan akan lebih baik lagi jika menguasai media yang relevan di

zaman ini. Pendamping perlu melakukan penelitian atau minimal pengamatan

terhadap keluarga yang hendak di damping, sesungguhnya materi apa saja yang

sungguh dibutuhkan oleh keluarga yang hendak didampingi dan setelah proses

pendampingan juga wajib melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat

keberhasilan proses pendampingan. Selain itu, pendamping juga harus melakukan

koordinasi dengan elemen gereja, baik hirarki ataupun para ahli seperti ahli

ekonomi, ahli psikologi, ahli hukum perkawinan dan lain sebagainya.

2. Bagi Para Pendamping Keluarga di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

Fakta yang diperoleh dari penelitian membuka kesempatan bagi para

pendamping keluarga di paroki HKTY Ganjuran untuk semakin giat memberikan

pelayanan bagi para pasutri dalam usahanya untuk mewujudkan janji perkawinan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Keterlibatan bagi para pendamping ini bisa dibagi dalam dua keterlibatan yakni

secara umum dan secara khusus.

a. Keterlibatan Secara umum

Secara umum, keterlibatan yang bisa dilakukan oleh pendamping adalah

melaksanakan program pendampingan. Program yang dinilai sesuai berdasarkan

situasi dan kondisi pasutri adalah pendampingan dalam bentuk katekese. Dalam

melaksanakan program ini, pendamping diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

mengolah dan materi sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia serta bisa

ditambah dengan sumber-sumber lain yang relevan dan mendukung. Selain itu,

buat variasi semenarik mungkin agar tidak monoton dan tidak membosankan. Beri

kesempatan/tempat seluas-luasnya bagi para peserta untuk terlibat aktif dalam

katekese tersebut.

b. Keterlibatan Secara khusus

Keterlibatan dalam mendampingi pasutri merupakan keterlibatan yang

masih umum. Oleh karena itu, baik jika pendampingan juga dilakukan secara

pribadi dengan pendekatan pada keluarga-keluarga sehingga bisa menyentuh

kebutuhan keluarga secara lebih dalam. Pendekatan khusus dengan keluarga bisa

dilaksanakan dengan membuka tempat khusus untuk konsultasi keluarga. Tempat

khusus untuk konsultasi tersebut akan jauh lebih baik jika pada hari-hari tertentu

ada pelayanan konsultasi oleh psikolog. Selain itu, kunjungan keluarga juga baik

dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

3. Bagi Romo Paroki

Hasil penelitian menunjukkan fakta perwujudan janji perkawinan yang

masih kurang memiliki celah bagi Romo Paroki untuk ikut membantu umat

mewujudkan janji pekawinan secara ideal. Dua kesempatan ini dibagi dalam

keterlibatan secara umum serta secara khusus.

a. Keterlibatan secara umum

Kenyataan yang ada menunjukkan para keluarga di Paroki HKTY

Ganjuran perlu pendampingan. Oleh karena itu, Romo diharapkan memberi

perhatian yang lebih pada pelaksanaan pendampingan. Dukungan dari romo

paroki pasti akan memberikan efek positif pada pendampingan keluarga.

Dukungan bisa berupa semangat, mempermudah izin, penyediaan sarana dan

prasarana, penyediaan dana. Baik pula jika sesekali Romo mengundang ahli yang

sangat dibutuhkan oleh keluarga di Paroki HKTY Ganjuran, terlebih jika romo

paroki ikut mendampingi langsung pelaksanaan pendampingan keluarga.

b. Keterlibatan secara khusus

Figur seorang Romo sangat istimewa bagi umatnya sehingga jika umat

mendapat sapaan secara pribadi dari seorang Romo pasti akan sangat memberi

motifasi positif. Oleh karena itu, keterlibatan khusus yang bisa diberikan oleh

seorang Romo bisa dalam bentuk kunjungan keluarga atau juga membuka diri

untuk mendengarkan konsultasi para keluarga. Selain hal tersebut, baik juga jika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

Romo secara khusus mempersembahkan misa bulanan pasangan yang merayakan

ulang tahun perkawinan.

4. Bagi Para Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun

Membangun keluarga tidak semudah mengadakan sebuah pesta.

Membangun keluarga perlu proses yang panjang yakni seluruh hidup. Dalam

hidup berkeluarga tentunya terkadang muncul rasa bosan atau rasa-rasa lain yang

bisa menjadi penggangu terwujudnya keluarga yang utuh dan bahagia. Oleh

karena itu proses pendampingan bagi keluarga sangat diperlukan. Keluarga muda

diharapkan mampu membuka diri untuk mengikuti proses pendampingan keluarga

yang dilakukan oleh paroki sebab proses pendampingan keluarga merupakan

sarana evaluasi bersama sebagai suami-istri sehingga tahu apa cela yang terjadi

dalam perkawinan yang dibangun. Poses pendampingan keluarga juga merupakan

sarana hening dari rutinitas dan memusatkan perhatian pada keluarga yang telah

dijalani sehingga kekurangan serta kelebihan yang semula mungkin tidak terlihat,

melalui pendampingan keluarga dapat terlihat dan dapat diperbaiki dengan

kesadaran penuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, Ch. (1982). Manusia, Suami & Isteri, Perkawinan & Keluarga. Jakarta

Pusat: BPK Gunung Mulya.

Agung Prihatana, BR. (2013). Menjadi Anugerah Bagi Pasangan. Yogyakarta:

Bajawa Press.

Azwar, Saifuddin. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boland, B.J. (1969a). Tafsiran Lukas I. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia.

______. (1969b). Tafsiran Lukas II. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia.

Budi Sardjono, M. (2010). Meditasi Cinta 20 Menit. Yogyakarta: Kanisius.

Burtchaell, James T. (1990). Dalam Untung dan Malang: Ikatan Janji

Perkawinan. Yogyakarta: Kanisius.

Dewan Paroki HKTY Ganjuran. (2004). Rahmat yang Menjadi Berkat. Manuscrip

yang berisi tentang profil Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang

dibuat dalam rangka ulang tahun Gereja yang ke-80 pada 26 April 2004.

______. (2014). Buku Ketua Wilayah dan Ketua Lingkungan Periode 2014-2016.

Manuscrip yang berisi tentang daftar Ketua Wilayah dan Ketua

Lingkungan periode 2014-2016 yang dibuat dalam rangka pergantian

pengurus wilayah dan lingkungan periode 2014-2016 pada 23 Desember

2013.

Didik Bagiyowinadi, FX. (2006). Saling Setia dalam Untung dan Malang.

Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Hello, Marianus. (2004). Menjadi Keluarga Beriman. Yogyakarta: Yayasan

Pustaka Utama.

I Ketut Adi Hardana, Timotius. (2010). Kursus Persiapan Perkawinan. Jakarta:

Obor.

Jacobs, Tom S.J. (2000). Katekese dan Teologi. Dalam FX. Adisusanto, dkk

(Editor). Katekese Pada Millenium III: Quo Vadis?. (hal. 9-55).

Yogyakarta: Penertbitan Universitas Sanata Dharma.

Kitab Hukum Kanonik. (2006) (Codex Iuris Canonici) (Dr. R. Rubiyatmoko dkk,

Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana. (Dokumen asli diterbitkan

tahun 1983).

Komisi Liturgi Keuskupan Se-Regio Jawa Plus Tanjungkarang. (2009). Pedoman

Pastoral Liturgi Perkawinan Keuskupan Agung Semarang. Semarang:

Komisi Liturgi KAS.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1991). Ajaran dan Pedoman Gereja tentang

Pendidikan Katolik. Jakarta: Komisi Pendidikan KWI bekerjasama dengan

Grasindo.

______. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta:

Kanisius.

______. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor.

LBI. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hardawiyata, Penerjemah).

Bogor: Grafika Mardi Yuana.

Leks, Stefan. (2003a). Tafsir Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius.

______. (2003b). Tafsir Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Depdiknas.

Purwa Hadiwardoyo, Al. (1988). Perkawinan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta:

Kanisius.

______. (2007). Pendampingan Keluarga di Paroki Kita. Manuscrip Program

Pendampingan Keluarga yang berisi pedoman pendampingan Keluarga

yang diterbitkan oleh Komisi Pendampingan Keluarga, Keuskupan Agung

Semarang.

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jawa Barat:

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia.

______. (2013). Belajar Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.

Bandung: Alfabeta.

Roswita Oktaviani. (2008). Beautiful Moment: 55 Kisah yang Memperkaya Hidup

Keluarga. Yogyakarta: Andi.

Rubiyatmoko, Robertus. (2011). Perkawinan Katolik menurut Kitab Hukum

Kanonik. Yogyakarta: Kanisius.

Smalley, Gary. (2007). I Promise You Forever. Yogyakarta: Gloria Gaffa.

Sugiyono. (1999). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sumarno Ds, M. (2013). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama

Katolik Paroki (PPL PAK Paroki). Diktat Mata Kuliah Program

Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK

Paroki) untuk mahasiswa semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan

dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Reasearch. Jilid 2. Yogyakarta: Andi.

Tim Pusat Pendampingan Keluarga “Brayat Minolyo” KAS. (2007). Kursus

Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius.

Undang-undang Dasar 1945. (2014). Undang-undang Dasar 1945 beserta

Amandemenya dilengkapi dengan Kabinet Kerja 2014-2019. Buku saku

undang-undang 1945 yang dibuat dalam rangka pergantian kabinet,

Sinduraya, Surabaya.

Verlag, Pattloch. (2010). Youcat Indonesia: Katekismus Populer. (R.D Yohanes

Dwi Harsanto, dkk: Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. (Dokumen asli

terbit tahun 2010).

Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah).

Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).

______. (1993). Familiaris Consortio. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta:

Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1981).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(1)

Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian Pada Romo Paroki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)

Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Penelitian Pada Ketua Lingkungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)

Lampiran 4: Pedoman Wawancara dengan Ketua Dewan Paroki

1. Sebutkan letak Geografis Paroki HKTY Ganjuran!

2. Sebutkan batas-batas Paroki HKTY Ganjuran!

3. Apa pekerjaan umat (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15

tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?

4. Bagaimana situasi sosial dan ekonomi umat (khususnya pasutri dengan

usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?

5. Bagaimana kehidupan pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan

5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?

6. Kegiatan pendampingan apa saja yang diadakan oleh Paroki untuk pasutri

(khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY

Ganjuran?

7. Permasalahan apa saja yang sering dialami oleh pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran?

8. Bagaimana janji perkawinan diwujudkan di Paroki ini?

9. Apa harapan Romo terhadap pasutri (khususnya pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?

Dukungan apa saja yang telah Romo berikan untuk kegiatan pendampingan

pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY

Ganjuran?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)

Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Ketua Dewan Paroki

A. Pelaksanaan

Responden : Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro, Pr.

Waktu : 11 Desember 2014

Tempat : Di Pastoran Paroki HKTY Ganjuran

B. Pokok-pokok Pertanyaan dan Rangkuman Hasil Wawancara

1. Sebutkan letak Geografis Paroki HKTY Ganjuran!

Jawaban:

Paroki HKTY Ganjuran terletak di 17 Km arah Selatan Kota Yogyakarta.

Paroki ini terletak tidak jauh dari Pantai Selatan yang artinya memiliki hawa

yang cukup panas. Wilayah Paroki HKTY memiliki tanah yang cukup subur

namun di bagian Selatan tanah bercampur dengan pasir. Bangunan Gereja dan

Candi HKTY berdiri di tanah seluas 2, 5 hektar. Bangunan Gereja dan Candi

HKTY terletak di pedesaan. Sekitar gereja dan candi HKTY merupakan

hamparan sawah sehingga udaranya masih segar. Seluruh wilayah di Paroki

HKTY Ganjuran juga berada di daerah pedesaan yang udaranya masih segar

walaupun udara pantai terkadang menyebabkan hawa yang cukup panas.

2. Sebutkan batas-batas Paroki HKTY Ganjuran!

Jawaban:

Timur : SMA Stella Duce III

Selatan : Berbatasan dengan Ruko Ganjuran dan Lapangan

Sumbermulyo

Barat : Area persawahan

Utara : Panti Asuhan dan Rumah Sakit St. Elizabeth Ganjuran

3. Apa pekerjaan umat (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun)

di Paroki HKTY Ganjuran?

Jawaban:

Pekerjaan umat di Paroki HKTY Ganjuran beranekaragam mulai dari PNS,

polisi, TNI, dokter, petani, nelayan, wiraswasta, dll. Untuk pasutri dengan

usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran kebanyakan PNS,

TNI, polisi, dokter dan wiraswasta.

4. Bagaimana situasi sosial dan ekonomi umat (khususnya pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?

Jawaban:

Paroki HKTY berada di daerah pedesaan yang budaya kekeluargaannya

masih sangat kuat. Umat lebih sering mengerjakan suatu acara dengan cara

bekerja bersama. Sedangkan situasi ekonominya bisa dibilang beragam mulai

dari hanya cukup untuk memenuhi hidup dalam sehari sampai yang

berkecukupan. Untuk pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun sebagian

besar masih dibebani dengan biaya sekolah anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)

5. Bagaimana kehidupan pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-

15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?

Jawaban:

Kehidupannya cukup sedehana dan bisa dibilang biasa. Khusus untuk pasutri

dengan usia perkawinan 5-15 tahun yang masih dalam usia produktif

kecenderungan sibuk bekerja dan berkarya. Oleh karena itu mereka harus

pandai mengatur waktu.

6. Kegiatan pendampingan apa saja yang diadakan oleh Paroki untuk pasutri

(khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY

Ganjuran?

Jawaban:

Pendampingan pasutri/keluarga dengan kunjungan keluarga, rekoleksi

keluarga, ME.

7. Permasalahan apa saja yang sering dialami oleh pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran?

Jawaban:

Masalah yang sering dialami misalnya saja kurangnya waktu untuk keluarga

karena kesibukan bekerja yang menyebabkan kerenggangan hubungan antara

suami dan istri. Permasalahan lainnya adalah penghayatan perkawinan pada

suami-istri sangat kurang sehingga bagi mereka memenuhi kebutuhan fisik

(makanan, pakaian, sekolah, dll) lebih penting daripada mebangun

kebersamaan dalam keluarga.

8. Bagaimana janji perkawinan diwujudkan di Paroki ini?

Jawaban:

Janji perkawinan diwujudkan dengan sebuah rutinitas sederhana seperti istri

yang memasak untuk suami atau suami yang mencari nafkah untuk istri dan

keluarga. Di luar perwujudan tersbut, perwujudan janji perkawinan yang lebih

mendalam belum seutuhnya terwujud.

9. Apa harapan Romo terhadap pasutri (khususnya pasutri dengan usia

perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?

Jawaban:

Harapannya agar suami-istri lebih kompak termasuk dengan anaknya dan bisa

saling mendukung untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.

10. Dukungan apa saja yang telah Romo berikan untuk kegiatan pendampingan

pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki

HKTY Ganjuran?

Jawaban:

Selalu terbuka ketika ada umat yang bercerita sampai meminta solusi untuk

permasalahan dalam perkawinan mereka, kunjungan keluarga, ujub khusus

bagi pasutri yang pada minggu tersebut merayakan ulang tahun

perkawinannya, dll.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)

Lampiran 6: Contoh Kuesioner untuk Penelitian

Umur Perkawinan: ... . tahun

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan

keluarga Anda saat ini dengan cara memberikan tanda centang (√) untuk

jawaban yang dipilih!

Keterangan:

S = Selalu J = Jarang

KK = Kadang-kadang TP = Tidak pernah

Contoh:

No Pertanyaan Jawaban

S KK J TP

1. Apakah Anda selalu harmonis dengan

pasangan dan anak-anak Anda? √

I. Pertanyaan:

No Pertanyaan Jawaban

S KK J TP

1. Apakah orang tua Anda ikut campur tangan

saat Anda memilih pasangan?

2. Apakah Anda menerima kelebihan dan

kekurangan pasangan Anda dengan sepenuh

hati?

3. Apakah Anda mendengarkan keluh kesah

pasangan Anda dengan sepenuh hati?

4. Apakah Anda akan tetap setia mendampingi

pasangan Anda ketika pasangan Anda di

PHK?

5. Apakah setiap kali pasangan Anda sakit,

Anda selalu merawatnya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(8)

No Pertanyaan Jawaban

S KK J TP

6. Apakah Anda senang hati berhubungan

sexsual dengan suami/istri?

7. Apakah Anda memberikan ucapan ulang

tahun perkawinan kepada pasangan Anda?

8. Apakah Anda mengadakan refleksi bersama

dengan pasangan Anda?

9. Apakah Anda meminta pertimbangan

pasangan ketika hendak mengambil

keputusan?

10. Apakah Anda mengajarkan cara berdoa

kepada anak Anda?

11. Apakan Anda mendorong anak Anda untuk

ikut Sekolah Minggu ataupun pembinaan

iman anak/remaja lainnya?

12. Apakah ada kebiasan doa bersama dalam

keluarga Anda setiap harinya?

13. Apakah Anda memberikan ciuman kening

pada pasangan Anda setiap kali hendak tidur

malam?

14. Apakah Anda selalu memberitahu pasangan

saat pulang terlambat?

15. Apakah ada kebiasaan makan bersama dalam

keluarga Anda?

16. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam

kegiatan lingkungan?

17. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam

kegiatan di Paroki Hati Kudus TuhanYesus

Ganjuran?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

No Pertanyaan Jawaban

S KK J TP

18. Apakah Anda dan pasangan mengikuti

Perayaan Ekaristi mingguan bersama?

19. Apakah Anda menjalin komunikasi yang

baik dengan pasangan dan anak-anak Anda?

20. Apakah Anda lebih mengutamakan keluarga

dibandingkan dengan pekerjaan Anda?

II. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan keluarga

Anda saat ini!

1. Apa saja yang sudah Anda lakukan kepada pasangan Anda sebagai wujud

kesetian?

2. Apa saja yang sudah Anda lakukan kepada pasangan Anda sebagai wujud

rasa hormat?

3. Apa saja yang sudah Anda lakukan kepada pasangan Anda sebagai wujud

rasa cinta?

4. Apa saja yang sudah Anda lakukan kepada Anak sebagai usaha mendidik

secara Katolik?

5. Bagaimana cara Anda menjalin komunikasi dengan pasangan Anda?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

Lampiran 8: Kumpulan Lagu

Kasih

Kasih pasti lemah lembut

Kasih pasti memaafkan

Kasih pasti murah hati

KasihMu kasihMu Tuhan

(2x)

Ajarilah kami ini

Saling mengasihi

Ajarilah kami ini

Saling mengampuni

Ajarilah kami ini

KasihMu ya Tuhan

KasihMu kudus tiada batasnya.

Melayani Lebih Sungguh

Melayani melayani lebih sungguh 2x

Tuhan lebih dulu melayani kepadaku

Melayani melayani lebih sungguh

*Mengasihi mengampuni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

Lampian 9: Teks Cerita

Merawatmu di Usia Senja

Robeson Mc Quilkin mengudurkan diri dari kedukannya sebagai rektor di

Universitas Internasional Columbia dengan alasan hendak merawat istrinya,

Mauriel, yang sakit Alzheimer, yaitu ganguan fungssi otak. Muriel ibarat seorang

bayi. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan, mandi, dan buang air

pun ia harus dibantu. Robertson memutuskan untuk merawai istrinya dengan

tangannya sendiri karena Mauriel adalah wanita yang sangat istimewa baginya.

Pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan ompol Mauriel, di luar

kesadaran, Mauriel malah menyerakkan air seninya sendiri. Robertson kehilangan

kendali, ia lalu menepis tangan Mauriel dan memukul betisnya guna

menghentikannya. Setelah itu, Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya,

“Apa gunanya saya memukulnya, walaupun tidak keras, tetapi itu cukup

membuatnya terkejut. Selama 44 tahun kami menikah, saya belum pernah

menyentuhnya karena marah. Namun, kini di saat dia membutuhkan saya, saya

malah memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan. “Tanpa peduli

Mauriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah

dilakukannya. 14 Februari adalah hari yang istimewa bagi Robertson dan Mauriel

karena di tanggal itu Roberson melamar Mauriel. Pada hari istimewa itu,

Robertson memandikan Mauriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu

kesukaan Mauriel. Menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan

Mauriel, lalu berdoa, “Allah yang baik, Engkau mengasihi Mauriel lebih daripada

aku mengasihinya karena itu jagalah kekasih hatiku sepanjang malam dan biarlah

ia mendengar nyanyian malaikat-Mu. Amin.”

Pagi harinya, ketika Robertson berolahraga menggunakan sepeda

statisnya, Mauriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi

yang nyaman, lalu melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama

kalinya setelah selama berbulan-bulan Mauriel tidak berbicara, ia memanggil

Robertson dengan suara yang lembut dan bening, “ Sayangku... sayangku...”

Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat

dikasihinya itu. “ Sayangku, kau benar-benar mencintaiku bukan?” tanya Mauriel.

Setelah melihat anggukan dan senyuman di wajah Robertson, Maurel berbisik,

“Aku bahagia!” Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Mauriel kepada

Robertson.

Roswita Oktaviani. (2008). Beautiful Moment: 55 Kisah yang Memperkaya Hidup

Keluarga. Jakarta: Obor, hal. 107-108.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI