101124060_full.pdf - USD Repository
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of 101124060_full.pdf - USD Repository
PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI
DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA
KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS
GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Florentina Puji Hastriyani
NIM: 101124060
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI
DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA
KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS
GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Florentina Puji Hastriyani
NIM: 101124060
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Ibuku yang terlalu kucintai Anastasia Kartinah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Untuk segala sesuatu ada masanya,
untuk apa pun di bawah langit ada waktunya”
(Pkh 3:1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA
PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN
DEMI MENJAGA KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI
KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. Janji perkawinan belum begitu dihidupi oleh pasutri dengan
usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta. Bertolak dari kenyataan itulah maka skripsi ini
dimaksudkan untuk membantu para keluarga madya untuk bisa mewujudkan janji
perkawinan yang merangkum seluruh proses hidup perkawinan. Persoalan pokok
dalam skripsi ini adalah belum dihidupinya janji perkawinan oleh keluarga madya.
Oleh karena itu dibutuhkan sebuah penelitian yang bisa mengungkapkan fakta
mengenai sejauh mana janji perkawinan pada pasutri tersebut sudah dihidupi.
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana pasutri melihat sejauh mana janji perkawinan dihidupi oleh keluarga
madya tersebut melalui penelitian, untuk tindak lanjutnya akan dipilih program
pendampingan yang sesuai dengan kondisi pasutri.
Perkawinan merupakan sebuah ikatan yang luhur antara laki-laki dan
perempuan dengan melibatkan Tuhan. Pelaksanaan perkawinan di Indonesia
mengikuti tata cara agama yang dianut oleh masing-masing orang sehingga tata
pelaksanaannya pun beragam. Dalam perkawinan Katolik, perkawinan identik
dengan diucapkannya janji perkawinan. Janji perkawinan memuat 3 pokok janji
yakni yang pertama setia dalam suka dan duka, untung dan malang serta sehat
maupun sakit, yang kedua mencintai dan menghormati pasangan seumur hidup
dan yang ketiga mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan secara Katolik.
Tuhan sendirilah yang memeteraikan janji tersebut sehingga dalam perkawinan
Katolik tidak ada perceraian sebab yang dipersatukan oleh Tuhan tidak bisa
diceraikan manusia. Oleh sebab itu, suami ataupun istri memiliki perannya
sendiri-sendiri untuk saling melengkapi satu sama lain.
Hasil akhir menunjukkan bahwa pasutri dengan usia perkawinan 5-15
tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran masih kurang baik dalam
mewujudkan janji perkawinannya. Walaupun hasil akhir menunjukkan bahwa
secara umum mereka lebih banyak yang berusaha mewujudkan, namun
kebanyakan persentasenya masih kurang dari 50%. Hasil ini berarti harus dijawab
dengan sebuah program pendampingan pasutri yang sesuai dengan keadaan yang
mereka alami. Sebenarnya paroki sudah mengusahakan sebuah pendampingan
keluarga yakni dengan rekoleksi, namun pendampingan tersebut kurang tepat
melihat jumlah pasutri tersebut terlalu banyak dan kesibukan mereka yang
beragam.
Mengingat hal itu, penulis menyumbangkan suatu program katekese bagi
pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus
Ganjuran Daerah Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis entitles THE REALIZATION OF MARRIAGE VOWS FOR
MARRIAGE COUPLES IN THEIR 5-15 YEAR OF MARRIAGE FOR
BUILDING THEIR MARRIAGE UNITY AT SACRED HEART OF JESUS’
PARISH, GANJURAN, YOGYAKARTA. For the newly married couple,
marriage vows are still in the process of growing and maturing. Based on this
situation, this thesis aims to help the newly married couple to strengthen their
marriage vows. The core problem addressed in this thesis is the fact that the
marriage vows among the newly marriage couples are not fully realized and
actualized in their daily life. Therefore, there is a need for a thorough research
which can enclose the facts on this problem. The research conducted in this thesis
is meant for achieving the data of the newly married couples’ perspective on the
marriage vow that they have professed during the holy matrimony. Further, this
thesis also proposes an appropriate model for them.
Marriage is a holy union between a man and a women in God’s present.
Marriage in Indonesia follows the religious rites of the couples. In Catholic
marriage, marriage is identically related to the profession of marriage vows.
Marriage vows have three promises. First, to promise to be a faithful couple in in
good times and in bad, in sickness and in health. Second, to love and honor the
bride all the days of my life. Third, to raise the children entrusted by God Himself
in a Catholic way.
The final result of the research shows that married couple in their 5-15
year of marriage are still struggling to realize their marriage vows in the daily
life. Those who are successfully realizing their marriage vows are less than 50
percent. It means that a supportive program is undeniably needed to help them.
The parish have been working on this problem by giving accompaniment through
recollection. However, this program does not give a satisfying result due to the
lack of people who attend this program. Not many couples interest in this
program as well.
Seeing this fact, the writer wants to contributeby giving a catechetical
program for the married couple in their 5-15 years of marriage at Sacred Heart
Parish, Ganjuran Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI
DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA
KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS
GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Penyusunan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis akan perwujudan
janji perkawinan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Bertolak dari keprihatinan tersebut, penulis
menyusun skripsi ini dengan maksud agar tingkat perwujudan janji perkawinan
pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus dapat diketahui dan penulis dapat merekomendasikan jenis pendampingan
yang sesuai berdasarkan situasi konkrit pasutri.
Penulis sungguh berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pasutri
terutama pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran demi menjaga keutuhan perkawinan melalui perwujudan janji
perkawinan dalam kehidupan perkawinannya.
Skripsi ini berhasil diselesaikan karena peran serta banyak pihak yang
dengan tulus mengulurkan tangannya untuk membantu baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Penulis yakin, kemurahan hati banyak pihak yang telah
membantu penyusunan skripsi ini merupakan kemurahan hati dan wujud kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Tuhan sendiri yang telah berkarya melalui mereka semua. Untuk itu, atas semua
bantuan yang telah diterima penulis dalam bentuk apapun, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih. Ucapan terimakasih ini khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku Kaprodi Ilmu
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dan dukungan pada
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
2. Dr. C.B. Kusmaryanto, S.C.J. selaku dosen pembimbing skripsi yang sungguh
sabar, selalu memberikan semangat serta memberikan sumbangan pemikiran
yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
3. Drs. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji kedua yang telah dengan senang hati memberikan banyak masukan
yang membangun dan sangat bermanfaat.
4. P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji yang ketiga yang
berkenan memberikan motivasi dalam penulisan skripsi.
5. Segenap staf dosen dan karyawan prodi IPPAK yang telah memberikan
semangat kepada penulis sehingga penulisan skripsi dapat berjalan lancar.
6. Ibuku tercinta yang dengan sabar menemaniku, mendoakanku, memberikan
semangat dan menjadi tempat mencurahkan segala suka maupun dukaku.
7. Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro, Pr selaku Romo Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian di paroki serta berkenan memberikan masukan
demi kelancaran penulisan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv
MOTTO ................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Penulisan ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 7
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 8
D. Manfaat Penulisan ................................................................. 8
1. Manfaat Teoritis .............................................................. 8
2. Manfaat Prakris ............................................................... 9
E. Metode Penulisan .................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 10
BAB II. JANJI PERKAWINAN PASUTRI .......................................... 13
A. Perkawinan ............................................................................ 13
1. Perkawinan Secara Umum .............................................. 13
2. Perkawinan Katolik ......................................................... 14
3. Tujuan Perkawinan .......................................................... 16
4. Ciri-ciri Hakiki Perkawinan............................................. 18
5. Hakikat Perkawinan ......................................................... 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
6. Perkawinan yang Sakramen dan Non Sakramen .............. 22
a. Perkawinan sakramen ................................................. 22
b. Perkawinan non sakramen ......................................... 23
B. Janji Perkawinan ..................................................................... 24
1. Rumusan Janji Perkawinan .............................................. 24
2. Makna Janji Perkawinan ................................................... 27
a. Setia dalam untung dan malang, dalam suka dan
duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala
kekurangan dan kelebihan .......................................... 27
b. Selalu mencintai dan menghormati sepanjang
Hidup ......................................................................... 30
c. Bersedia menjadi Bapak/Ibu yang baik serta
mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan
secara Katolik ............................................................ 32
C. Perwujudan Janji Perkawinan ................................................ 33
1. Arti Perwujudan Janji Perkawinan ................................... 34
2. Arah Perwujudan Janji Perkawinan .................................. 35
a. Menyadari, menghayati serta menghidupi peran
sebagai seorang suami ataupun istri ........................... 35
b. Membangun komunikasi yang baik antara
suami-istri ................................................................... 39
c. Menjadi anugerah bagi pasangan ............................... 40
3. Tujuan Perwujudan Janji Perkawinan .............................. 43
4. Pentingnya Usaha Perwujudan Janji Perkawinan ............. 45
a. Faktor intern ............................................................... 45
b. Faktor ekstern ............................................................. 46
5. Manfaat Perwujudan Janji Perkawinan ............................ 47
D. Keutuhan Keluarga ................................................................. 48
1. Pengertian Utuh ................................................................ 48
2. Pengertian Keutuhan Keluarga ........................................ 49
BAB III. PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN USIA
PERKAWINAN 5-15 TAHUN DIPAROKI HATI KUDUS
TUHAN YESUS GANJURAN ............................................... 50
A. Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta .......... 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Sejarah Paroki .................................................................... 50
2. Letak Geografis Paroki ...................................................... 57
3. Situasi Umum Umat Paroki ............................................... 58
a. Situasi sosial ................................................................ 58
b. Situasi relasional .......................................................... 58
c. Situasi ekonomi ........................................................... 59
4. Pembagian Wilayah dan Lingkungan ................................ 60
5. Gambaran Umum mengenai keluarga dengan Usia
Perkawinan 5-15 Tahun .................................................... 62
B. Metodologi Penelitian ............................................................. 63
1. Penelitian .......................................................................... 63
2. Latar Belakang Penelitian ................................................. 64
3. Tujuan Penelitian .............................................................. 64
4. Jenis Penelitian ................................................................. 65
5. Metode Penelitian ............................................................ 65
6. Instrumen Penelitian ........................................................ 66
7. Responden Penelitian........................................................ 67
8. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 68
9. Variabel ............................................................................. 68
C. Hasil Penelitian ....................................................................... 69
1. Janji Perkawinan ............................................................... 70
2. Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .................................. 75
3. Keutuhan Perkawinan ....................................................... 79
D. Kesimpulan Hasil Penelitian................................................... 81
1. Perwujudan Janji Perkawinan .......................................... 80
2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .................................. 85
3. Keutuhan Perkawinan ....................................................... 88
E. Refleksi Kritis Perwujudan Janji Perkawinan pada Pasutri
dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran ........................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Perwujudan Janji Perkawinan ........................................... 90
a. Kebebasan Memilih Pasangan dan Rasa Cinta
terhadap Pasangan ....................................................... 90
b. Kesetiaan dalam Untung dan, Suka dan Duka,
Sehat Maupun Sakit .................................................... 92
c. Kesatuan antara Suami-istri ........................................ 94
d. Perwujudan Cinta dan Menghormati Pasangan .......... 95
e. Menjadi Orangtua yang Baik ...................................... 97
2. Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 tahun
di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .................. 99
a. Kebiasaan Pasutri di rumah ....................................... 99
b. Kebiasaan Pasutri di Lingkungan .............................. 102
c. Kebiasaan Pasutri di Paroki ....................................... 102
F. Keutuhan Perkawinan ............................................................. 103
1. Hubungan antar Keluarga ................................................. 103
2. Perhatian untuk Mengutamakan Keluarga........................ 104
BAB. IV USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA
KATOLIK PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS
GANJURAN .......................................................................... 106
A. Latar Belakang Penyusunan Program ..................................... 106
B. Katekese .................................................................................. 107
C. Usulan Program ...................................................................... 108
D. Rumusan Tema dan Tujuan .................................................... 110
E. Penjabaran Program ................................................................ 111
F. Contoh Pelaksanaan Program Pendampingan Pasutri
dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki HKTY
Ganjuran Bantul ...................................................................... 114
1. Identitas................................................................................... 114
2. Pemikiran dasar ...................................................................... 115
3. Pengembangan langkah-langkah ............................................ 116
BAB. V PENUTUP ................................................................................ 128
A. Kesimpulan ............................................................................. 128
B. Saran ....................................................................................... 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
1. Bagi Para Pendamping Keluarga pada Umumnya............ 131
2. Bagi para Pendamping Keluarga di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran ..................................................... 131
a. Keterlibatan secara umum ......................................... 132
b. Keterlibatan secara khusus ........................................ 132
3. Bagi Romo Paroki............................................................. 133
a. Keterlibatan secara umum ......................................... 133
b. Keterlibatan secara khusus ........................................ 133
4. Bagi Para Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun .. 134
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 135
LAMPIRAN ........................................................................................... 137
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian pada
Romo Paroki ............................................................ (1)
Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Penelitian pada Ketua
Lingkungan .............................................................. (2)
Lampiran 3: Surat Bukti Melaksanakan Penelitian ...................... (3)
Lampiran 4: Pedoman Wawancara dengan Ketua Dewan
Paroki ....................................................................... (4)
Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Ketua
Dewan Paroki .......................................................... (5)
Lampiran 6: Contoh Kuesioner untuk Penelitian ......................... (7)
Lampiran 7: Contoh Hasil Kuesioner ........................................... (10)
Lampiran 8: Kumpulan Lagu........................................................ (13)
Lampiran 9: Teks Cerita ............................................................... (14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia dan Ditjen Bimas Katolik Departemen
Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,
1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes
Paulus II kepada uskup, klerus, dan segenap umat beriman
tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes
Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat
beriman seluruh Gereja Katolik tentang peranan Keluarga
Kristen dalam dunia modern, 22 November 1981.
GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II
tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan
oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 7 Desember 1983.
LG : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsii Vatikan II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
tentang Gereja, 21November 1964.
Youcat : Youcat Indonesia-Katekismus Populer, disahkan oleh Paus
Benedictus XVI, tahun 2010. Dokumen asli diteritkan tahun
2010, R.D. Yohanes Dwi Harsanto, dkk. (Penerjemah).
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
CB : Carolus Boromeus
CU : Credit Union
Dll : Dan lain-lain
DPA : Dosen Pembimbing Akademik
Dr : Doktor
Hal : Halaman
HKTY : Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
Ir : Insinyur
Kan : Kanon
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KB : Keluarga Berencana
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KK : Kepala Keluarga
Km : Kilo meter
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Mgr : Monsigneur
Pasutri : Pasangan suami-istri
PHK : Pemutusan Hubungan Kerja
PNS : Pegawai Negri Sipil
POLRI : Kepolisian Republik Indonesia
PPK : Pedoman Pastoral Keluarga
Rm : Romo
SD : Sekolah Dasar
SJ : Serikat Jesus
SMA : Sekolah Menengah Atas
Sr : Suster
St : Santo/Santa
TNI : Tentara Nasional Indonesia
UU : Undang-undang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Perkawinan dapat dilihat secara umum maupun secara khusus, secara
umum KWI (2011, 6) mengatakan “Perkawinan adalah ikatan lahir-batin antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga, melahirkan anak, membangun hidup kekerabatan yang
bahagia dan sejahtera”. Perkawinan juga dapat dilihat secara khusus melalui
kacamata agama-agama yang ada. Secara Kristiani perkawinan merupakan sebuah
konsensus atau kesepakatan. Selain itu perkawinan adalah salah satu wujud
panggilan umat beriman Kristiani yang berasal dari Allah sendiri. Melalui
perkawinan, seorang laki-laki dan seorang perempuan dipersatukan. Pemahaman
ini selaras dengan arti dari kesepakatan perkawinan dalam KHK, kan. 1057 § 2
yang mengatakan bahwa “Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak
dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan
menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik
kembali”. Maka di dalam perkawinan ini terdapat janji yang mengikat dan
mempersatukan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Janji yang
mengingkat seorang laki-laki dan seorang perempuan ini tidak dapat diputuskan
karena melalui janji ini seorang laki-laki dan seorang perempuan dipersatukan
oleh Allah menjadi satu daging. Janji perkawinan ini meliputi janji setia dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
suka dan duka, untung dan malang, sehat maupun sakit serta menerima
kekurangan dan kelebihan pasangan; mencintai dan menghormati seumur hidup;
menjadi ayah/ibu yang baik untuk anak-anak yang dipercayakan oleh Tuhan
dengan mendidik anak secara Katolik.
Janji perkawinan bersifat mengikat seumur hidup sehingga tidak selesai
begitu saja ketika seorang laki-laki dan seorang perempuan mengucapkannya saat
saling menerimakan sakramen perkawinan ataupun saat pemberkatan perkawinan.
Janji ini terus melekat pada suami-istri sampai selama-lamanya. Karena janji ini
terus melekat, maka harus selalu dihidupi dalam penyelenggaraan hidup
perkawinan sepasang suami-istri. Untuk menghidupi janji perkawinan inilah yang
tidak mudah, karena jika sebuah perkawinan diibaratkan seperti sebuah bahtera
pasti akan ada banyak badai dan gelombang yang melandanya. Oleh sebab itulah,
maka perkawinan merupakan sebuah komitmen yang sangat penting (Smalley,
2008: 11).
Banyaknya badai yang melanda sebuah bahtera rumah tangga sangat
berpengaruh terhadap penghayatan ataupun pemaknaan terhadap janji perkawinan
yang pernah diucapkan sewaktu saling menerimakan sakramen
perkawinan/pemberkatan perkawinan. Ada fase-fase/masa-masa dalam
perkawinan berdasarkan usia perkawinan yang sudah dijalani. Pasutri (pasangan
suami-istri) yang belum lama berumah tangga (0-5 tahun) biasanya berada dalam
fase/masa romantis dengan cinta yang masih berkobar. Usia perkawinan antara 0-
5 tahun berdasarkan materi kursus persiapan perkawinan berada dalam masa yang
tidak realistis. Masa tidak realistis ini ditandai dengan gejala-gejala berumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tangga yang dapat terlihat, antara lain: semua hal dalam rumah tangga dikerjakan
secara bersama-sama, hal buruk/sifat buruk yang dimiliki sebisa mungkin tidak
ditampakkan, semua masalah dapat diselesaikan dengan cepat, setiap hari bercinta
dan bermesraan, berusaha menjadikan pasangan sesuai dengan yang diinginkan,
selalu saling memahami kekurangan apapun yang dimiliki pasangan. Berbeda
dengan pasutri yang usia perkawinannya berada pada tahun ke-6 hingga ke-25,
pada masa ini pasutri biasanya masuk pada fase kekecewaan hingga kebosanan.
Pasutri dengan usia perkawinan 6-25 tahun harus benar-benar merefleksikan
segala yang dialami dan selalu berpedoman pada janji perkawinan yang mereka
ucapkan karena ketika tidak bisa bersikap bijaksana sebagai seorang suami
maupun istri, bahtera rumah tangga yang telah dibangun bisa hancur menabrak
karang dan karam. Sedangkan pasutri yang berada pada usia perkawinan di atas
25 tahun biasanya sudah masuk dalam masa berhasil mengatasi situasi yang
kurang baik (KWI, 2011: 77-78).
Janji perkawinan selalu berlaku dalam situasi dan kondisi apapun,
termasuk dalam kondisi perkawinan yang sedang mengalami surut. Janji
perkawinan menuntun setiap pasangan suami-istri dalam menghidupi
perkawinannya. Keegoisan yang terbangun di saat masing-masing pribadi masih
lajang sering dibawa dan diterapkan dalam situasi hidup berumah tangga yang
tentu saja tidak tepat. Hal-hal semacam inilah yang sering menjadi bibit-bibit
perpecahan dalam kesatuan antara suami dan istri. Salah satu upaya untuk
mengatasinya adalah dengan membangun sikap mau mengerti dan mau menerima
satu sama lain, apapun yang ada dan melekat dalam diri pasangan diterima dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
rela hati merupakan salah satu upaya terhindar dari konflik (Tim Pusat
Pendampingan Keluarga “Brayat Minulyo” KAS, 2007: 75).
Janji perkawinan diibaratkan seperti kerangka dalam menulis sebuah
karangan dan kerangka dalam membangun sebuah bangunan. Ketika seorang
penulis menulis di luar kerangka yang telah dibuat, maka tulisan tersebut tidak
akan menjadi indah. Sama halnya seorang tukang bangunan yang hendak
membangun sebuah rumah, ketika ia membangun rumah itu di luar kerangkanya,
maka rumah itu tidak akan kokoh. Dalam sebuah perkawinan, janji adalah
kerangka yang menjadi gambaran dalam menjalani sebuah perkawinan. Perubahan
zaman yang sangat cepat mengakibatkan pola hidup juga berubah. Di zaman yang
serba modern dan cepat ini mengakibatkan gaya hidup instan menjadi gaya hidup
yang “ngetren” dan banyak dianut oleh masyarakat modern. Zaman yang semakin
canggih ini membawa berbagai macam tantangan zaman dan mempengaruhi
tingkah laku banyak orang termasuk di dalamnya pasutri yang membina biduk
perkawinan. Hal ini selaras dengan yang ada dalam FC, art.4 yang berbunyi:
Perlu ditambahkan refleksi lebih lanjut yang secara khas penting bagi masa
kini. Tidak jarang berbagai ide dan pemecahan soal yang menarik sekali,
tetapi dengan kadar yang berbeda-beda mengeruhkan kebenaran tentang
pribadi manusia serta martabatnya, disajikan kepada pria maupun wanita
zaman sekarang, sementara mereka secara tulus dan mendalam mencari
jawaban soal-soal harian yang penting berkenaan dengan hidup pernikahan
dan keluarga mereka. Kerap kali pandangan-pandangan itu didukung oleh
koordinasi media komunikasi sosial yang besar dampak-pengaruhnya dan
cukup “meyakinkan”, tetapi secara halus membahayakan kebebasan dan
kemampuan menilai secara obyektif.
Tantangan zaman yang ada saat ini tidak secara nyata menampakkan diri namun
menempel dalam hal-hal yang kelihatannya baik dan dengan cerdik mengambil
kesempatan untuk mempengaruhi manusia untuk melakukan hal-hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kelihatannya benar. Ketika seseorang tidak dapat mengendalikan diri dan hanyut
dalam tantangan-tantangan zaman tersebut maka akan menyebabkan kehidupan
seseorang tidak akan mendalam lagi dan akan mempengaruhi seluruh aspek
kehidupannya, termasuk kehidupan perkawinannya.
Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa Paroki HKTY (Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran) adalah sebuah paroki yang besar, tidak hanya wilayahnya
namun juga jumlah umatnya sangat besar. Di antara jumlah umat yang besar ini,
sebagian besar di antaranya memilih panggilan hidup berumah tangga. Paroki Hati
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran merupakan sebuah Paroki yang umatnya sudah
bergaya hidup modern dan rentan terseret dalam tantangan zaman sehingga pada
akhirnya bisa membawa dampak yang negatif pada kehidupan perkawinan
terlebih perkawinan yang masuk dalam fase/masa yang banyak mengalami
kekecewaan serta kebosanan. Akibat yang lebih buruk lagi dapat mengakibatkan
keretakan ataupun kehancuran dalam hidup perkawinan. Berdasarkan observasi
yang dilakukan dapat diketahui adanya gejala perilaku pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun yang bisa menjadi bibit-bibit permasalahan hidup berumah
tangga dan mengancam keutuhan perkawinan. Gejala perilaku ini misalnya seperti
tidak pernah pergi ke gereja bersama, sibuk dengan masing-masing pekerjaan,
tidak adanya waktu makan bersama, dll. Usia perkawinan ini (6-15 tahun) masuk
dalam fase/masa krisis, sedangkan secara khusus usia perkawinan 5 tahun di
Paroki HKTY masuk dalam masa peralihan dari masa romantis menuju masa
krisis. Gereja (khususnya sebagai katekis ataupun calon katekis) mempunyai tugas
khusus yang diemban, hal ini selaras dengan KHK, kan. 210 yang mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
bahwa “Semua orang beriman Kristiani sesuai dengan kedudukan khasnya, harus
mengerahkan tenaganya untuk menjalani hidup yang kudus dan memajukan
perkembangan Gereja serta pengudusannya yang berkesinambungan”. Dari
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa setiap orang beriman Kristiani pada
dasarnya memiliki tanggung jawab yang tidak mudah untuk selalu menjalani
hidup yang kudus dan memajukan perkembangan Gereja serta pengudusannya. Ini
berarti kekhasan kedudukan setiap orang beriman Kristiani apapun itu harus
dihidupi dan dibawa serta diarahkan untuk perkembangan Gereja. Kekhasan
kedudukan setiap umat beriman Kristiani ini menyangkut segala profesi yang
dijalani termasuk sebagai seorang katekis maupun calon seorang katekis. Sebagai
calon seorang katekis berarti harus mampu menghayati dan menghidupi
panggilannya. Cara untuk menghidupi panggilan ini bermacam-macam salah
satunya dengan terlibat dalam perkembangan Gereja. Hal yang mendesak
berdasarkan pengamatan yang dilakukan adalah adanya gejala-gejala perilaku
pasutri (5-15 tahun) yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Berpijak dari pemikiran inilah, perhatian khusus bagi pasutri yang usia
perkawinannya 5-15 tahun harus segera diwujudkan secara nyata. Untuk
mewujudkan perhatian ini tidaklah mudah terlebih untuk menentukan perhatian
apa yang paling tepat bagi mereka karena gambaran kehidupan perkawinan
mereka terlebih dalam menghayati janji perkawinan belum bisa dilihat dengan
pasti. Untuk melihat gambaran perkawinan pasutri dengan usia perkawinan 5-15
tahun ini diperlukan sebuah penelitian. Melalui skripsi ini diharapkan ada sebuah
gambaran yang jelas mengenai perwujudan janji perkawinan yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dilakukan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY yang
selama ini sudah terjadi sehingga perhatian pada pasutri dengan usia perkawinan
5-15 tahun bisa segera diwujudkan atau bisa lebih ditingkatkan dan disesuaikan
dengan kebutuhan mereka sehingga keutuhan perkawinan akan tercapai. Keutuhan
perkawinan inilah yang membawa kebahagiaan dalam hidup berkeluarga. Oleh
karena itu penulis mengangkat judul skripsi PERWUJUDAN JANJI
PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA
PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA KEUTUHAN
PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN,
BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam hal ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan janji perkawinan?
2. Bagaimana kehidupan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran?
3. Bagaimana usaha pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY
Ganjuran dalam mewujudkan janji perkawinan?
4. Kegiatan seperti apa yang dapat membantu pasutri dengan usia perkawinan 5-
15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran dalam mewujudkan janji perkawinan
mereka?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini berdasarkan judulnya
“Perwujudan Janji Perkawinan pada Pasangan Suami-Istri dengan Usia
Perkawinan 5-15 Tahun Demi Menjaga Keutuhan Perkawinan di Paroki Hati
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta” yaitu:
1. Mendalami maksud janji perkawinan
2. Menggambarkan bagaimana kehidupan pasutri dengan usia 5-15 tahun di
Paroki HKTY Ganjuran.
3. Menggambarkan sejauh mana perwujudan janji perkawinan serta
mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada pada pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran.
4. Memberikan usulan program yang berupa kegiatan pendampingan pada
pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran agar
pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun (keluarga madya) semakin mampu
mewujudkan janji perkawinan mereka.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoristis
Hasil penelitian mengenai “Perwujudan Janji Perkawinan pada Pasangan
Suami-Istri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun demi Menjaga Keutuhan
Perkawinan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta” diharapkan bisa menambah juga memperkaya kajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mengenai penghayatan janji perkawinan pada pasutri, khususnya pasutri dengan
usia perkawinan 5-15 tahun.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang pentingnya
perwujudan janji perkawinan dalam hidup berumah tangga.
b. Membantu pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun)
yang berada dalam Paroki HKTY Ganjuran untuk menyadari pentingnya
mewujudkan janji perkawinan dalam hidup berumah tangga.
c. Memberikan sumbangan pada Paroki HKTY Ganjuran agar para penggembala
umat di sana dapat memiliki gambaran mengenai program yang sesuai untuk
pendampingan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun.
E. Metode Penulisan
Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan metode penulisan deskriptif-
analisis. Teknis dalam penggunaan metode ini pertama-tama penulis hendak
mendalami perkawinan secara Katolik beserta janji yang diucapkan, lalu menggali
perwujudan janji perkawinan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di
Paroki HKTY Ganjuran. Penulis ingin mengetahui sejauh mana janji perkawinan
itu diwujudkan oleh pasutri dan hambatan-hambatan apa sajakah yang sering
ditemui dalam mewujudkan janji perkawinan terutama pada pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Setelah itu, berpedoman pada
data yang diperoleh itulah penulis hendak mengusulkan program pendampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
yang menjawab kebutuhan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta sesuai dengan keadaan
dan kesibukannya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai skripsi yang
hendak ditulis, maka penulis membagi pokok-pokok tulisan sebagai berikut:
Bab I berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, dan
Sistematika Penulisan.
Bab II menguraikan tentang Janji Perkawinan yang di dalamnya terdiri
dari lima bagian yaitu yang pertama adalah Perkawinan, diuraikan lagi menjadi
Perkawinan secara Umum, Perkawinan Katolik, Tujuan Perkawinan, Ciri-ciri
Hakiki Perkawinan, Hakikat Perkawinan, Perkawinan yang Sakramen dan Non
Sakramen. Kedua adalah Janji Perkawinan, diuraikan lagi menjadi Rumusan Janji
Perkawinan, Makna Janji Perkawinan. Ketiga adalah Perwujudan Janji
Perkawinan, diuraikan lagi menjadi Arti Perwujudan Janji Perkawinan, Arah
Perwujudan Janji Perkawinan, Tujuan Perwujudan Janji Perkawinan, Pentingnya
Usaha Mewujudkan Janji Perkawinan, Manfaat Mewujudkan Janji Perkawinan.
Keempat adalah Keutuhan Keluarga, diuraikan lagi menjadi Keutuhan, Keutuhan
Keluarga.
Bab III menguraikan tentang Pasangan Suami-istri dengan Usia
Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dari lima bagian, yang pertama adalah Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
Yogyakarta, diuraikan lagi menjadi Sejarah Paroki, Letak Geografis Paroki,
Situasi Umum Umat Paroki, Pembagian Wilayah dan Lingkungan, Gambaran
Umum mengenai Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun. Kedua adalah
Hasil Penelitian, diuraikan lagi menjadi Penelitian, Latar Belakang Penelitian,
Tujuan Penelitian, Jenis Penelitian, Metode Penelitian, Instrument Penelitian,
Responden Penelitian, Tempat dan Waktu Pelaksanaan, Variabel. Ketiga adalah
Hasil Penelitian, diuraikan lagi menjadi Janji Perkawinan, Pasutri dengan Usia
Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, dan
Keutuhan Perkawinan. Keempat adalah Kesimpulan Hasil Penelitian, diuraikan
lagi menjadi Janji Perkawinan, Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun di
Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, dan Keutuhan Perkawinan. Kelima
adalah Refleksi Kritis Perwujudan Janji Perkawinan Pada Pasutri dengan Usia
Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Janji
Perkawinan, diuraikan lagi menjadi Perwujudan Janji Perkawinan, Pasutri dengan
Usia Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dan
Keutuhan Perkawinan.
Bab IV berisi tentang Usulan Program Pendampingan Keluarga Katolik
Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang terbagi dalam enam bagian.
Pertama adalah Latar Belakang Penyusunan Program, kedua adalah Katekese,
ketiga adalah Usulan Program, keempat adalah Rumusan Tema dan Tujuan,
kelima adalah Penjabaran Program, keenam adalah Contoh Pelaksanaan Program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Pendampingan Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran Bantul Yogyakarta.
Bab VI berisi tentang Penutup yang terdiri dari tiga bagian, yang pertama
adalah Kesimpulan. Kedua adalah Saran yang masih dibagi lagi menjadi Bagi
Para Pendamping, Keluarga pada Umumnya, Bagi Para Pendamping Keluarga di
Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bagi Romo Paroki, Bagi Para
Pasangan Suami-istri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun. Ketiga adalah
Penutup secara Umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
JANJI PERKAWINAN PASUTRI
A. Perkawinan
1. Perkawinan secara Umum
Secara umum perkawinan bertujuan menyatukan dua pribadi untuk
membentuk sebuah keluarga baru yang bahagia dan juga sejahtera. Hal senada
dengan UU NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN yang berbunyi
“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini berarti
perkawinan secara umum dilihat sebagai ikatan lahir batin (persatuan) antara pria
dan seorang wanita dalam segala segi kehidupannya baik secara lahir ( kelihatan)
ataupun batin (tidak kelihatan). Kesatuan ini juga menerangkan kesatuan seluruh
pribadi dan seluruh hidup. Dari pernyataan ini juga dapat kita lihat dengan jelas
bahwa di Negara Indonesia hanya mengakui perkawinan yang dilangsungkan
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta tidak mengakui adanya
perkawinan homogen antara sesama jenis kelamin. Perkawinan di Indonesia juga
akan menjadi sah bila dilangsungkan berdasarkan tata cara agama pelaku
perkawinan (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Chu). Bahagia dan
kekal berarti tujuan dari perkawinan itu adalah kebahagiaan dan sifat dari
perkawinan itu adalah kekal/seumur hidup. Arti kekal lebih luas lagi sebenarnya
negara pun tidak mendukung tindakan perceraian walaupun bisa dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Perkawinan Katolik
Sejak kapankah perkawinan itu ada di dalam Gereja Katolik? Pertanyaan
ini memiliki jawaban yang tidak sederhana karena kita harus melihat kembali
kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian Kitab Suci Perjanjian Lama. Dari kisah
penciptaan Kej 2:21-22 ditulis:
Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur,
TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup
tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari
manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya
kepada manusia itu.
Dari perikop tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dari sejak semula
laki-laki dan perempuan diciptakan sebagai satu daging. Perempuan diciptakan
dari tulang rusuk laki-laki sehingga memang ada kesatuan antara laki-laki dan
perempuan. Kesatuan itulah yang membuat laki-laki dan perempuan saling
membutuhkan. Tuhan Allah menciptakan perempuan sebagai patner yang
seimbang untuk laki-laki. Laki-laki dan perempuan saling melengkapi dalam
melaksanakan kehidupan sesuai dengan kodradnya yang khas, fungsi ini sama
dengan fungsi kesatuan antara laki-laki dengan perempuan dalam perkawinan
Katolik yang kita kenal saat ini. Bedanya jika kesatuan antara laki-laki dan
perempuan dalam kisah penciptaan lebih difungsikan sebagai teman dalam
melaksanakan kehidupan yang paling mendasar (mempertahankan hidup dan
merawat ciptaan Tuhan), sedangkan kesatuan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan saat ini mencakup segala segi kehidupan yang lebih luas sesuai dengan
perkembangan zaman (di dalamnya mencakup kewajiban mendidik anak dan
sebagainya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Perkawinan merupakan sebuah kesepakatan, hal ini selaras dengan KHK,
kan. 1057 § 2 “Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannya
seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan menerima
untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik kembali”.
Jadi jelaslah bahwa perkawinan merupakan sebuah kesepakatan yang di dalamnya
terdapat penyerahan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta
sikap terbuka untuk saling menerima kehadiran pasangan seluruhnya tanpa syarat
dalam hidup perkawinan dengan perjanjian yang tidak dapat dibatalkan
lagi/ditarik lagi. Perjanjian ini tidak dapat ditarik kembali sebab menyangkut 3
pihak yakni seorang laki-laki, seorang perempuan dan Allah sendiri yang menjadi
pengikat perjanjian tersebut. Karena alasan ini pula perkawinan Katolik
merupakan sebuah proses yang panjang mulai dari masa persiapan, pelaksanaan
hingga pasca perkawinan. Hal ini juga senada dengan yang ada dalam GS, art. 48
yang berbunyi:
Allah sendirilah penyelenggara perkawinan yang dilengkapi dengan
berbagai nilai dan tujuan …. Cinta kasih suami istri yang sejati diangkat
sebagai sakramen dalam cinta kasih ilahi dan dipimpin serta diperkaya
oleh daya penyelamat Kristus dan karya keselamatan Gereja, agar suami
istri diantar kepada Allah untuk mendapatkan kasih karunia dan kekuatan
dalam tugas luhur sebagai ayah dan ibu.
Jadi penyelenggara perkawinan adalah Allah sendiri, perkawinan yang didasari
cinta kasih ini oleh Allah diangkat dalam cinta kasih yang ilahi, cinta kasih yang
ilahi adalah cinta kasih yang paling tinggi dan sempurna. Dalam perkawinan
Katolik, Kristus sendirilah yang memimpin dan menuntun perkawinan. Dia
melengkapi celah-celah dalam perkawinan, selain daya Kristus, karya
keselamatan Gereja juga menjadi bagian di dalamnya. Perkawinan adalah sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
jawaban yang luhur manusia terhadap panggilan Allah. Dari sejak dahulu
perkawinan merupakan sebuah hal yang sakral dan harus selalu dihayati dan
dihidupi. Banyak perikop di dalam Kitab Suci yang berbicara mengenai
perkawinan. Dalam Injil Yoh 15:9-12, ada sebuah pesan inti yang sangat baik
yakni “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah
mengasihi kamu”. Kasih sangat dekat dengan hubungan suami-istri dalam
perkawinan. Kasih pulalah yang menjadi dasar bagi kehidupan orang Kristiani.
Selain Injil Yohanes masih ada banyak perikop lain yang berbicara mengenai
perkawinan.
Perkawinan Katolik memiliki kekhasan yang menyebabkannya berbeda
dengan perkawinan pada umumnya. Kekhasan ini adalah perkawinan Katolik
diteguhkan dalam tata-peneguhan kanonik (forma canonica) dan perkawinan
Katolik merupakan sebuah sakramen.
3. Tujuan Perkawinan
Sebuah hal dilakukan pasti memiliki sebuah tujuan tertentu. Misalnya saja
sebuah organisasi dibangun dengan merumuskan tujuan organisasi yang hendak
dicapainya dan yang menjadi alasan mengapa organisasi tersebut ada. Hal ini
tidak berbeda dengan sebuah perkawinan. Perkawinan diselenggarakan karena ada
tujuan tertentu yang hendak dicapai. KHK, kan. 1055 mengatakan bahwa:
§1. Perjanjian (feodus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan
seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium)
seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan
suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara
orang-orang yang dibabtis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat
sakramen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Jadi pada intinya, perkawinan itu memiliki tiga tujuan yang utama yakni
kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum), terbuka terhadap keturunan
(prokreasi) serta pendidikan anak. Bonum coniugum atau kesejahteraan suami-
istri dapat tercapai jika masing-masing pribadi menghargai dan menempatkan
pasangan hidup sebagai patner cinta kasih dalam mewujudkan keluarga yang baik
dan harmonis. Kesejahteraan suami istri ini berlandaskan cinta kasih yang
semakin hari hendaknya semakin diteguhkan dan semakin dipupuk agar tumbuh
subur. Menjadi suami-istri berarti menjadi satu pribadi sehingga hendaknya
masing-masing pribadi bisa menjadi belahan jiwa bagi pasangannya. Bonum
prolis adalah kelahiran baru/terbuka terhadap keturunan. Dalam sebuah
perkawinan Katolik, suami-istri memiliki tugas yang luhur untuk melestarikan
kehidupan dengan terbuka terhadap kelahiran baru. Terbuka terhadap keturunan
inilah yang menjadi alasan utama Gereja menolak alat kontrasepsi dalam wujud
apapun. Gereja hanya melegalkan KB alamiah berdasarkan siklus alami
perempuan. Tujuan perkawinan dalam Gereja Katolik tidak berhenti pada
kelahiran baru. Perkawinan yang terbuka bagi kelahiran manusia baru tersebut
harus pula disertai dan dilanjutkan dengan pendidikan anak sebab keluarga adalah
tempat yang pertama dan utama dalam mendidik anak. Sebelum anak berinteraksi
dengan dunia luar, ia berinteraksi terlebih dahulu dengan keluarganya. Keluarga
merupakan instansi pendidikan non formal yang memberikan jati diri pada anak
untuk dibawa hingga mati. Keluargalah yang paling banyak membentuk pribadi
dan kualitas pribadi seorang anak. Sebuah keluarga yang menanamkan nilai kasih
pada anak sejak kecil maka anak tersebut akan tumbuh pula dengan kasih yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
akan dibagikannya pada setiap pergaulannya. Hal tersebut juga berlaku untuk
sikap-sikap negatif yang mungkin dibentuk oleh keluarga pada seorang anak.
4. Ciri-ciri Hakiki Perkawinan
Perkawinan Katolik adalah sebuah perkawinan yang khas terlebih dilihat
dari ciri-ciri hakikinya. Kekhasan inilah yang membedakan perkawinan Katolik
dengan perkawinan lain dan menyebabkan perkawinan Katolik tidak bisa
dibandingkan dengan perkawinan lain. Kekhasan perkawinan Katolik ini
diungkapkan dalam KHK, kan.1056 yang berbunyi “Ciri-ciri hakiki (proprietates)
perkawinan ialah unitas (kesatuan) dan indissolubilitas (sifat tak-dapat-
diputuskan), yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas
dasar sakramen". Jadi, ciri-ciri perkawinan Katolik adalah unitas dan
indissolubilitas. Ciri-ciri perkawinan ini bisa dijabarkan kembali menjadi
monogami, tak terceraikan dan terbuka bagi keturunan. Monogami artinya
perkawinan hanya bisa dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan
saja. Perkawinan yang monogami berarti jumlah suami/istri hanya satu selama
kurun waktu perkawinan (sampai salah satu suami/istri meninggal). Perkawinan
monogami menjaga keutuhan cinta dan tidak pernah membagi-baginya. Selain
tidak membagi-bagi cinta, perkawinan monogami juga mencerminkan kesetaraan
martabat antara laki-laki dan perempuan. Tak terceraikan menggambarkan cinta
kasih Allah kepada umat-Nya yang berlangsung terus menerus sampai selamanya.
Sifat tak bisa diceraikan ini juga dapat dilihat sebagai kekhasan perkawinan
kristiani yang membedakan dengan perkawinan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Hubungan suami-istri juga harus berpolakan sama seperti hubungan
Kristus dengan Gereja-Nya. Hal ini senada dengan perikop Kitab Suci dalam Ef
5:22-23 yang berbunyi:
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu
seperti kepada Tuhan,
karena suami
adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah
yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk
kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami
dalam segala
sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah
mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya..
Suami diibaratkan seperti Kristus yang harus terus menerus mengasihi jemaat.
Istri diibaratkan sebagai jemaat yang harus menghormati suaminya seperti jemaat
yang harus menghormati Kristus yang terlebih dahulu mencintainya. Hubungan
Kristus dengan jemaat yakni hubungan yang didasarkan pada cinta kasih yang
terus menerus tanpa terputus hingga maut memisahkan sehingga dalam
perkawinan Katolik tidak mengenal kata cerai. Perkawinan merupakan salah satu
panggilan luhur terhadap tugas menjaga kelangsungan hidup. Suami-istri
dipanggil oleh Allah untuk saling bekerjasama menciptakan kehidupan baru yang
membawa harapan bagi kelangsungan dunia. Alasan ini pulalah yang
menyebabkan Gereja Katolik dengan keras menolak aborsi, sebab kehidupan baru
mestinya dipelihara. Ciri-ciri perkawinan ini menunjuk pada semua jenis
perkawinan sakramen ataupun bukan sakramen.
5. Hakikat Perkawinan
Perkawinan Katolik pada intinya atau hakikatnya adalah persatuan seluruh
hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berpegang pada
perjanjian cinta kasih dengan pasangan dan Allah dengan maksud mencapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kebahagiaan serta kesejahteraan bersama. I Ketut Adi Hardana dalam Persiapan
Kursus Perkawinan (2010: 10) menuliskan beberapa inti/hakikat dalam
perkawinan, yaitu:
Perkawinan adalah sebuah perjanjian. Istilah perjanjian atau kesepakatan
mau membarui istilah hukum: “kontrak”. Kata “Perjanjian” dipilih
karena lebih bernuansa rohani yang mengingatkan akan perjanjian antara
Allah dan manusia yang bernuansa cinta kasih.
Bentuk perkawinan: perkawinan adalah persekutuan seluruh hidup antara
pria dan wanita. Persekutuan seluruh hidup ini menyangkut: kesatuan
hati dan perasaan walaupun mereka adalah dua pribadi yang berbeda;
tempat tinggal, artinya tinggal di rumah yang sama; kesatuan ekonomi
atau keuangan, artinya penghasilan dan pendapatan antara suami-istri
disatukan dan dikelola secara bersama demi kesejahteraan seluruh
keluarga; kesatuan badan yang diungkapkan dalam hubungan seks antara
suami-istri.
Subyek yang mengadakan perkawinan itu adalah seorang pria dan
seorang wanita yang sungguh-sungguh; artinya pria dan wanita yang
normal, baik secara fisik maupun psikis. Karena itu, Gereja Katolik
menolak mengakui keabsahan perkawinan antara dua orang yang sesama
jenis atau antara orang yang melakukan pergantian kelamin.
Dasar dari sebuah perkawinan adalah cinta kasih yang tampak dalam
persetujuan bebas dari kedua calon mempelai. Secara yuridis, persetujuan
bebas itu menjadi prasyarat dari sebuah perjanjian perkawinan yang sah.
Tujuan dari sebuah perkawinan: kebahagiaan bersama suami-istri dan
keluarga dalam seluruh aspek hidupnya serta kelahiran dan pendidikan
anak.
Dalam Gereja Katolik, hakikat perkawinan dipahami secara lebih
mendalam sebagai Sakramen yaitu ikatan cinta mesra dalam hidup
bersama antara suami dan istri yang diadakan oleh Sang Pencipta dan
dilindungi dengan hukum-hukum-Nya yang menampakkan cinta kasih
Allah kepada umat-Nya (GS, 48).
Berdasarkan beberapa hakikat perkawinan yang ditulis oleh Timotius I
Ketut Adi Hardana tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal sehubungan dengan
hakikat/inti perkawinan. Perkawinan pada masa lalu diistilahkan sebagai sebuah
kontrak antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Istilah kontrak saat ini
diganti dengan istilah janji dengan alasan lebih bernuansa rohani, selain alasan
tersebut istilah janji sudah sering kita jumpai dalam Kitab Suci, baik Perjanjian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lama maupun Perjanjian Baru sehingga kita dapat dengan baik mengistilahkan
kata janji tersebut dalam perkawinan terlebih janji dalam perkawinan tidak jauh
berbeda dengan istilah janji dalam Alkitab yang melibatkan Allah sebagai
pengikat janji. Perkawinan merupakan sebuah bentuk persekutuan seluruh hidup
dan seumur hidup. Dalam perkawinan segala sisi yang ada pada seorang laki-laki
maupun seorang perempuan tidak terkecuali melebur menjadi satu dan
membentuk persekutuan hidup bersama yang hanya dapat dipisahkan oleh Allah
dengan adanya maut. Gereja Katolik tidak mendiskriminasi pribadi yang
memiliki kelainan seksual seperti homoseksual melainkan justru menerima dan
memberikannya tempat. Sikap mau menerima pribadi yang memiliki kelainan
homoseksual bukan berarti setuju serta menerima perkawinan sesama jenis
ataupun perkawinan yang dilangsungkan oleh seorang laki-laki dan perempuan
namun salah satunya sudah melakukan operasi pergantian kelamin. Gereja Katolik
menolak karena sudah melanggar keluhuran ciptaan Tuhan dan kodrat sebagai
seorang laki-laki maupun seorang perempuan. Ada berbagai ketentuan yang
mengawali sebuah perkawinan, salah satu yang mutlak adanya unsur kebebasan
yang dimiliki masing-masing pribadi sebelum melangsungkan perkawinan.
Keterpaksaan menjadikan perkawinan yang dilangsungkan secara Katolik menjadi
tidak sah (Rubiyatmoko, 2011: 80).
Perjanjian dalam perkawinan juga memiliki tujuan dalam melangsungkan
kehidupan bersama, tujuan dari perkawinan secara umum adalah kesejahteraan
pasangan dan pendidikan anak. Ada 7 (tujuh) sakramen dalam Gereja Katolik dan
salah satunya adalah Sakramen Perkawinan. Perkawinan bisa menjadi sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Sakramen jika dilangsungkan antara laki-laki dan perempuan yang telah dibabtis
secara Katolik atau dilangsungkan antara laki-laki dan perempuan yang salah
satunya dibabtis secara Katolik dengan orang yang pembabtisannya diterima
secara Katolik atau dilangsungkan antara laki-laki dan perempuan yang
pembabtisannya diterima secara Katolik, sehingga dalam perkawinan Katolik ada
2 (dua) jenis perkawinan, yakni perkawinan yang sakramen dan yang non
sakramen (KWI, 2011: 8-10).
6. Perkawinan yang Sakramen dan Non Sakramen
Perkawinan dalam Gereja Katolik dibedakan menjadi dua, yakni
perkawinan yang sakramen dan yang bukan sakramen (non sakramen).
a. Perkawinan sakramen
Perkawinan disebut sakramen apabila dilangsungkan oleh dua orang yang
dibabtis hal ini selaras dengan yang ada dalam KHK, kan. 1055§ 2 “Karena itu
antara orang-orang yang dibabtis, tidak ada kontrak perkawinan sah yang tidak
sendirinya sakramen”. Jadi perkawinan yang dilangsungkan antara laki-laki dan
perempuan yang telah dibabtis secara Katolik atau dilangsungkan antara laki-laki
dan perempuan yang salah satunya dibabtis secara Katolik dengan orang yang
pembabtisannya diterima secara Katolik atau dilangsungkan antara laki-laki dan
perempuan yang pembabtisannya diterima secara Katolik secara langsung
diangkat menjadi sakramen. Perkawinan yang sakramen menjadi gambaran dari
pengambilan bagian dalam persatuan kasih abadi antara Kristus dengan Gereja-
Nya. Ini yang membedakan Sakramen Perkawinan dengan sakramen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
lainnya. Sakramen Perkawinan bukan diterima dari Imam atau dari pelayan Gereja
serta siapapun itu, namun Sakramen Perkawinan saling diterimakan oleh pasangan
melalui janji perkawinan yang mereka ucapkan. Janji perkawinan juga merupakan
janji yang diucapkan kepada Allah dan juga Injil Suci.
b. Perkawinana non sakramen
Perkawinan non sakramen adalah perkawinan yang dilakukan antara
seorang yang dibabtis secara Katolik dan yang tidak dibabtis. Perkawinan non
sakramen bisa dilangsungkan dalam Gereja Katolik dan sah. Hal ini selaras
dengan yang ada dalam KWI (2011: 8-10) yang mengatakan bahwa “Secara
yuridis perkawinan antara seorang yang dibabtis secara Katolik adalah sah jika
diteguhkan dengan forma canonica (di depan pejabat Gereja Katolik dan dua
orang saksi), namun bukanlah sakramen”. Karena salah satu pasangan tidak
dibabtis maka tidak bisa disebut saling menerimakan sakramen”. Jadi jelaslah ada
perbedaan antara perkawinan orang yang keduanya dibabtis secara Katolik dan
hanya salah satu yang dibabtis secara Katolik. Perkawinan yang dilangsungkan
antara seorang laki-laki dan perempuan yang keduanya dibabtis secara Katolik
akan membawa dampak sakramen pada perkawinannya, sedangkan perkawinan
yang dilangsung antara seorang laki-laki dan perempuan yang hanya salah satunya
saja yang dibabtis secara Katolik maka perkawinan tersebut bukanlah sakramen.
Namun yang perlu diingat adalah kedua perkawinan tersebut sah karena
diteguhkan di depan pejabat Gereja Katolik dan dua orang saksi. Jadi jelas bahwa
tidak semua perkawinan yang dilakukan secara Katolik adalah sakramen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
B. Janji perkawinan
1. Rumusan Janji Perkawinan
Janji perkawinan memiliki rumusan yang di dalamnya memperlihatkan
kesediaan untuk menjadi satu bukan hanya satu daging namun satu roh hal ini
selaras dengan rumusan yang direkomendasikan oleh Komisi Liturgi Keuskupan
Se-Regio Jawa Plus Tanjungkarang (2009: 17) yang berbunyi:
MP: Di hadapan imam, para saksi dan seluruh umat yang hadir di sini,
saya … MP memilih engkau … MW menjadi istri saya.
Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat
dan sakit. Saya mau mengasihi dan menghormatimu sepanjang hidup
saya.
MW: Di hadapan imam, para saksi dan seluruh umat yang hadir di sini
saya, … MW memilih engkau MP menjadi suami saya.
Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat
dan sakit. Saya mau mengasihi dan menghormatimu sepanjang hidup saya.
Pada intinya, dalam janji perkawinan ada 3 janji pokok. Janji yang pertama
ialah janji untuk setia dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu
sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihan. Janji yang kedua adalah
selalu mencintai dan menghormati sepanjang hidup. Janji yang ketiga yang selalu
melekat pada kedua janji tersebut dan sering dilupakan oleh pasutri adalah
bersedia menjadi Bapak/Ibu yang baik serta mendidik anak-anak yang
dipercayakan Tuhan secara Katolik. Saat ini banyak sekali orang tua yang
mempercayakan seluruh pendidikan anaknya pada sekolah tempat mereka belajar.
Rumusan kalimat perjanjian dalam perkawinan dikembangkan
berdasarkan/bersumber dari Kitab Perjanjian Lama bukan sekedar karangan
spontanitas dari manusia. Oleh karena itu memiliki makna yang mendalam.
Agung Prihartana dalam bukunya Menjadi Anugerah Bagi Pasangan (2009: 85)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
merumuskan akar kata dalam janji perkawinan dengan membandingkannya
dengan Kitab Hos 2:18-19 dalam sebuah tabel:
Janji Perkawinan
(sekarang)
Janji Allah-Israel
(Hosea 2:18-19)
di hadapan imam, para
saksi dan saudara-saudari yang hadir,
Aku akan mengikat perjanjian
bagimu… Aku akan menjadikan
saya (nama) menyatakan dengan
tulus ikhlas bahwa engkau (nama)
mulai sekarang menjadi suami/istri
saya
engkau isteriKu untuk selama-
lamanya
Saya berjanji akan setia kepadamu
baik dalam untung dan malang, dalam
suka dan duka, di waktu sehat maupun
sakit
dan Aku akan menjadikan engkau
IsteriKu dalam keadilan dan
kebenaran, dalam kasih setia dan
kasih sayang.
Aku akan menjadikan engkau istri-Ku
dalam kesetiaan
Saya berjanji akan menjadi ayah/ibu
yang baik bagi anak-anak yang akan
dipercayakan Tuhan kepada saya, dan
saya akan mendidiknya menjadi orang
katolik yang setia
Sehingga engkau akan mengenal
TUHAN
Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa rumusan kata dalam janji
perkawinan berakar dari Kitab Hos 2:18-19. Janji tersebut merupakan janji yang
diucapkan oleh Allah sendiri untuk orang Israel. Hal tersebut berarti bahwa
tidaklah mengada-ada bila perkawinan disebut sebagai sebuah sakramen karena
berasal dari Allah sehingga janji perkawinan memuat kesakralan yang mengikat
seumur hidup sebab Allah adalah Allah yang setia terhadap janji-Nya. Ketika janji
perkawinan sudah diucapkan maka membawa dampak kesetiaan pula dalam
pemenuhannya. Dari kitab Hosea ini, terlebih ketika dilihat dalam ayat
sebelumnya yakni Hos 2:17, nampak Allah memang telah mengikat perjanjian
kepada Israel dan menjadikannya istri-Nya. Allah telah menjanjikan bermacam-
“berak
ar”
dari”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
macam hal untuk mensejahterakan istri-Nya dan untuk melindungi serta
membahagiakan istri-Nya. Perjanjian yang dilakukan oleh Allah ini juga memiliki
saksi yakni bintang-bintang di padang, burung-burung di udara serta binatang-
binatang melata di bumi. Dalam ikatan perjanjian ini juga ada sebuah komunikasi
yang baik yang diibaratkan Allah dengan Aku akan mendengarkan langit dan
langit akan mendengarkan bumi. Rumusan perjanjian dalam Kitab Suci Perjanjian
Lama juga akan banyak ditemukan dalam Kitab-Kitab lain, misalnya dalam Yeh
16:60,62; Yes 54:6-8; dan lain-lain.
Dalam seluruh perjanjian Allah kepada Israel, Tuhan Allah menjadikan
Israel sebagai istri-Nya dan mengasihinya sepanjang waktu. Allah selalu setia
terhadap janji-Nya itu dan terus mengasihi istri-Nya dengan nyata lewat
pertolongan-Nya serta lewat belah kasih-Nya yang selalu memaafkan kesalahan
Israel walaupun berulang kali Israel berselingkuh dari diri-Nya. Rumusan janji
perkawinan adalah inti dari sakramen perkawinan dan ketika laki-laki serta
perempuan mengucapkan janji tersebut maka saat itu juga seorang laki-laki
menyerahkan dirinya sebagai suami kepada istrinya dan seorang perempuan
menyerahkan dirinya sebagai istri kepada suaminya (Agung Prihartanta, 2009:
84). Penyerahan diri ini tidak bisa ditarik kembali dan berlaku untuk seumur
hidup karena sifat perjanjian ini sama dengan sifat perjanjian Kristus dengan
mempelai-Nya yakni Gereja. Oleh sebab itu perkawinan di dalam Gereja Katolik
tidak dapat diceraikan. Hal ini jugalah yang menjadi salah satu alasan mengapa
proses perkawinan dalam Gereja Katolik sangat mendetail sehingga prosesnya
membutuhkan waktu yang lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Makna Janji Perkawinan
Kesatuan antara perkawinan bukan hanya soal “kontrak” atau janji saja
(Iman Katolik, 1996: 436). Perkawinan melebihi makna kata kontrak ataupun janji
namun dalam Gereja Katolik sekarang menggunakan istilah janji yang lebih
mendalam tafsirannya daripada kontrak.
a. Setia dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan
sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihan
Kesetiaan dalam janji ini maknanya bukan hanya untuk tidak melirik
pria/wanita lain. Setia di dalam janji ini maknanya lebih luas yakni setia untuk
berpartisipasi dalam setiap perasaan dan keadaan pasangan. Menjadi suami-istri
artinya menanggapi panggilan untuk saling menyempurnakan. Bila pasangan
cerewet, pelupa, tidak bisa masak maka tetap harus diterima dan dicintai (Didik
Bagiyowinadi 2006: 25). Ketika seseorang berbisnis, dia akan sangat senang
ketika memperoleh keuntungan. Keuntungan yang ia dapatkan akan sangat mudah
ia syukuri dan akan sangat mempengaruhi perilakunya terhadap orang lain
(terlebih orang-orang terdekatnya) sehingga orang lain pun akan merasakan
kebahagiaan yang dirasakan akibat keuntungan itu. Namun ketika seseorang
mengalami kemalangan, misalnya kerugian dalam berbisnis tentunya tidak akan
mudah ia terima dan ia jadikan sebagai rasa syukur termasuk untuk orang-orang
yang berada di dekatnya. Orang kecenderungan akan datang di saat seseorang
berada dalam situasi yang bahagia dan berkelimpahan tetapi di saat seseorang
terpuruk biasanya hanya orang yang benar-benar mencintainya yang selalu ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dekatnya dengan turut berbela rasa, waktu, tenaga serta pikiran. Hal ini juga
berlaku dalam keadaan sehat maupun sakit serta berlaku dalam setia terhadap
kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan seseorang yang kita cintai secara
khusus akan terasa lebih luar biasa dari pada kelebihan seseorang yang tidak kita
cintai secara khusus. Begitu pula dengan kekurangan orang yang kita cintai secara
khusus akan tampak jauh lebih sederhana daripada seseorang yang tidak kita
cintai secara khusus. Pandangan inilah yang harus selalu dipertahankan.
Dalam perkawinan seorang istri dan seorang suami tentunya bukan
seorang yang sempurna seutuhnya baik dari fisik, kepribadian, dan lain-lain.
Kenyataan ketidaksempurnaan inilah yang menjadi panggilan bagi seorang suami
atau istri untuk saling menyempurnakan. Ketika seorang suami/istri sudah merasa
bisa melakukan segala sesuatunya seorang diri dan merasa sudah memiliki
segalanya dalam kehidupan, lalu apa gunanya ia menikah. Seorang istri diciptakan
Tuhan untuk menjadi seorang penolong yang sepadan bagi seorang suami, hal ini
sama ketika Allah menciptakan Hawa sebagai penolong yang sepadan bagi Adam
(Kej 2:18). Allah menganugerahkan Hawa kepada Adam dan sebaliknya Adam
dianugerahkan Allah untuk Hawa. Menjadi penolong sepadan itu artinya suami
serta istri memiliki tugas saling menyempurnakan satu sama lain yang bisa
dikatakan mau senantiasa menjadi sakramen antara yang satu terhadap yang
lainnya. Menjadi sakramen bagi pasangan artinya bisa menjadi tanda dan sarana
kehadiran Allah dalam seluruh kehidupan bersama/seluruh kehidupan
perkawinan. Bisa menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah dalam seluruh
kehidupan berarti termasuk dalam kepahitan serta kemalangan serta keberdosaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus dalam 1 Kor 7:14 dikatakan bahwa
seorang suami yang tidak beriman akan dikuduskan istrinya yang beriman dan
seorang istri yang tidak beriman akan dikuduskan suami yang beriman. Suami-
istri harus mau menjadi sakramen bagi yang lainnya melalui seluruh hidup
perkawinannya sehingga seluruh kehidupannya bisa berkenan bagi Allah.
Setia berarti tidak hanya setia terhadap pasangan saja, hal inilah yang
sering dilupakan oleh banyak pasangan. Setia itu berarti setia pula terhadap
Pribadi yang telah memeteraikan cinta antara sepasang pria dan wanita sehingga
menjadi satu tubuh dalam ikatan perkawinan. Janji memberikan harapan dan rasa
aman, terlebih janji yang diikat pada Pribadi yang menjadi sumber cinta kasih.
Hal ini selaras dengan Smalley (2008: 28) yang mengatakan “Berjanji kepada
Allah akan memberikan rasa aman bagi pasangan Anda. Hal itu memberikan rasa
aman bagi pasangan Anda. Hal itu memberikan landasan yang mantap pada
pernikahan Anda dengan menyediakan sumber otoritas tertinggi, di mana Anda
berdua hidup di bawah naungannya”. Janji merupakan sebuah pemberian harapan
terhadap orang lain dalam bentuk apapun. Yang membedakan janji biasa dengan
janji yang diucapkan di hadapan Allah adalah janji biasa sangat mungkin diingkari
karena hanya melibatkan 2 pribadi (pihak pertama dan pihak kedua). Manusia
adalah pribadi yang lemah, oleh karena itu sangat mungkin melanggar janji. Janji
yang diucapkan dihadapan Allah melibatkan 3 pribadi (pihak pertama dan pihak
kedua dengan Allah sebagai pengikat janji tersebut). Walaupun masih
memungkinkan manusia untuk mengingkari janji tersebut, namun Allah selalu ada
dan hadir sebagai pengikat janji tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Selalu mencintai dan menghormati sepanjang hidup
Mencintai dan menghormati mudah dilakukan bila sesekali, lalu
bagaimana jika harus selalu dilakukan? Apakah akan menjadi mudah? Pertanyaan
ini memang sederhana namun ketika kita dihadapkan pada pertanyaan seperti ini
kita akan memilih untuk berhenti sejenak dan berfikir. Berfikir untuk sebuah cinta
itu kurang tepat karena cinta sesungguhnya lebih melibatkan rasa. Cinta itu tidak
pernah memperhitungkan untung dan rugi, cinta itu akan merasakan rugi sebagai
sebuah keuntungan. Hal ini terjadi bukan karena tidak realistis namun memang
cinta itu sabar dan murah hati. Di dalam cinta terdapat kasih yang luar biasa besar.
Kasih itu memiliki banyak alasan untuk membuat orang yang dikasihi bahagia.
Hal ini selaras dengan perikop dalam 1 Kor 13:1-8 yang berbunyi:
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan
bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan
gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku
mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia
dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang
sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan
segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk
dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada
faedahnya bagiku. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang
tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah
dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa
roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Dari perikop tersebut jelaslah, hal paling tinggi dan yang paling luhur itu
cinta kasih, kasih akan menyempurnakan segala kekurangan yag dimiliki oleh
masing-masing pasangan. Memiliki kasih itu sama artinya bisa mengalahkan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
sendiri dan memberikan segala cinta kasih yang dimiliki untuk orang lain dan
khususnya dalam konteks ini untuk pasangan. Di saat kita belum memberikan
seluruh cinta dan belum membagikan seluruh kasih yang kita miliki sampai
sehabis-habisnya hingga merasa terluka maka belum bisa disebut cinta, hanya
seperti gong yang berkumandang dan canang yang bergemerincing. Itu berarti
cinta bisa disebut sebagai pemberian.
Kasih yang paling sempurna adalah kasih seseorang yang bersedia
menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13). Cinta kasih itu
luhur dan tinggi, mencintai kelebihan seorang itu sangat mudah namun mencintai
segala kekurangan seorang itu yang sulit dan bahkan ketika kita bertahan untuk
mencintai seseorang yang akan kita rasakan adalah luka dalam hati. Hal ini sama
seperti ketika kita memberikan jawaban “ya” untuk kebahagiaan yang hendak kita
dapatkan namun ketika kita harus berkorban bahkan hingga nyawa kita harus
dikorbankan bagi orang lain, apakah jawaban “ya” akan mudah keluar dari bibir
kita walaupun kita mengaku mencintainya? Itulah cinta, kesetiaan yang membawa
luka dan juga pengorbanan itulah kasih yang total. Mencintai seseorang dengan
total akan membawa kita pada sikap menghormatinya. Menghormati di sini
bermakna secara dua arah baik dari istri kepada suami atau dari suami kepada
istri. Menghormati berarti mau mendengarkan pendapat, mau menerima
keputusan yang dianggap paling baik, mau menghormati hak sebagai suami
ataupun istri. Menghormati secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya
memberi arti dan nilai pada orang lain. Hal ini selaras dengan Smalley (2008: 17)
yang mengatakan “Kehormatan sungguh sederhana. Kehormatan berarti sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
menghargai orang lain sebagai pribadi yang sangat penting dan bernilai”.
Menghormati seluruh jiwa dan raga pasangan seumur hidup, itulah yang harus
dilakukan dalam sebuah ikatan perkawinan karena ketika cinta kepada pasangan
dan hormat kepada pasangan itu tidak diwujudkan maka artinya menodai janji
perkawinan yang diucapkan di hadapan Allah. Mencintai serta menghormati itu
artinya bisa menjadi anugerah bagi pasangannya.
c. Bersedia menjadi Bapak/Ibu yang baik serta mendidik anak-anak yang
dipercayakan Tuhan secara Katolik
Menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan
pada kita berarti mau menghormati anak dan mendidiknya secara Katolik dan
bukan sekedar menyekolahkan anak yang dipercayakan Tuhan di sekolak Katolik
saja. Hal ini selaras dengan Ef 6:4 “Dan kamu bapa-bapa, jangan bangkitkan
amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan
nasihat Tuhan”. Dari ketiga janji perkawinan yang ada, janji yang terakhir ini
yang banyak dilanggar. Yohanes Paulus II dalam buku Keluarga Kristiani dalam
Dunia Modern (1994: 25) mengatakan:
Seorang suami dipanggil untuk menjamin perkembangan semua anggota
keluarga secara selaras dan bersatu: ia akan menunaikan tugas ini dengan
memikul tanggung jawab yang berjiwa besar atas hidup yang dikandung di
bawah jantung ibunya, dengan melibatkan diri lebih giat dalam tugas
mendidik, yang dipikulnya bersama dengan istrinya, dengan melakukan
kerja yang tidak pernah menjadi sebab perpecahan dalam keluarga tetapi
justru meningkatkan kesatuan dan kemantapannya, dan dengan
memberikan kesaksian hidup seorang Kristiani yang dewasa, yang secara
efektif mengantar anak-anak ke dalam pengalaman hidup Kristiani dan
Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Kutipan tersebut jelas bahwa yang bertugas mencari nafkah dalam
kehidupan berkeluarga adalah ayah atau suami. Selain bertugas mencari nafkah,
suami juga bertugas mendidik anaknya bersama dengan istrinya dan membawa
anak dan istrinya ke dalam pengalaman hidup Kristiani. Kenyataan istri yang juga
bekerja dan terkadang penghasilannya melebihi suami itu tidak salah, namun
jangan pernah melupakan kewajiban utama sebagai seorang istri yakni sebagai
patner suami dalam mendidik anak. Dalam kehidupan dunia dewasa ini dapat kita
saksikan pelanggaran terhadap tugas utama dan terutama sebagai orang tua. Orang
tua masa kini cenderung sibuk dengan urusan pekerjaan dan dunia mereka sendiri
sehingga mempercayakan pengasuhan anak pada pembantu maupun baby sister.
Jika anak diasuh oleh pembantu maupun baby sister maka pendidikan iman anak
akan sangat dikesampingkan. Pendidikan iman anak akan lebih parah lagi ketika
sang pembantu maupun baby sister bukan seorang Katolik karena kecenderungan
anak akan meniru kebiasaan orang yang ada di dekatnya. Tugas mendidik anak
yang paling utama merupakan tugas orang tua (Ul 6:7). Orang tua harus bisa
mengarahkan, menuntun serta memberikan pengertian dan pemahaman yang
benar tentang kaidah-kaidah iman Kristiani (Hello, 2004: 19).
Menyekolahkan anak di sekolah Katolik memang sangat baik dan sangat
membantu perkembangan iman anak namun yang perlu digaris bawahi adalah
tanggungjawab untuk mendidik anak yang paling utama dan terutama adalah
orang tua bukan orang lain ataupun pihak lain. Orang tua sering lupa bahwa
mereka bekerja untuk menghidupi anak bukan hidup untuk bekerja. Keluarga
adalah prioritas dalam sebuah perkawinan yang lebih penting dari hal lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
C. Perwujudan Janji Perkawinan
1. Arti Perwujudan Janji Perkawinan
Mewujudkan itu artinya menjadikan sesuatu yang belum ada ataupun
belum terjadi menjadi ada ataupun terjadi. Janji perkawinan dalam sebuah upacara
penerimaan Sakramen Perkawinan atau pemberkatan perkawinan berbentuk
pengucapan janji minimal di depan seorang pejabat gereja dan dua orang saksi
(KHK, kan.1108). Janji perkawinan yang telah diucapkan saat penerimaan
Sakramen Perkawinan/pemberkatan perkawinan belum memiliki bentuk ketika
belum diwujudnyatakan dalam seluruh hidup perkawinan.
Usaha untuk mewujudkan janji perkawinan berarti usaha yang mencakup
seluruh proses yang panjang mulai dari pengucapan hingga kematian memisahkan
suami-istri. Hal ini selaras dengan yang dikatakan oleh Burtchaell (1990: 32)
“Perkawinan Kristen merupakan bentuk pelayanan serta janji yang menuntut
banyak dari manusia untuk melayani: dalam untung dan malang, seumur hidup!”
Sepanjang waktu itulah janji perkawinan harus diwujudkan dengan bertolok ukur
dari visi bersama yang telah dibentuk menjadi misi yang siap dikerjakan dan
dituntaskan bersama sehingga seluruh kehidupan perkawinan semakin membawa
bahtera perkawinan lebih dekat dengan pelabuhan yang selama ini hendak dituju.
Dalam usaha perwujudan janji perkawinan ini hal penting yang harus
selalu diingat adalah suami-istri sejak pengucapan janji perkawinan sudah harus
menentukan tujuan akhir yang hendak dicapai bersama melalui seluruh kehidupan
perkawinannya. Ketika suami-istri dalam seluruh hidupnya berusaha mewujudkan
janji perkawinannya maka mereka berdua atau salah satu dari mereka tidak boleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tiba-tiba berubah halauan memiliki tujuan yang lain. Suami-istri dengan
menghidupi janji tersebut maka akan menuju pada usaha menyenangkan pasangan
dan membahagiakannya (1 Kor 7:33-34).
Usaha perwujudan janji perkawinan ini ditandai dengan kesetiaan yang
terus menerus diusahakan, selalu menghormati pasangan, menerima pasangan apa
adanya dan mau senantiasa memaafkan kesalahan pasangan. Usaha perwujudan
ini juga harus lebih luas diwujudkan dalam menyayangi anak, mendidik anak,
menghormati hak pasangan serta anak, menghormati dan menyayangi keluarga
besar pasangan dan lain sebagainya. Artinya, perwujudan janji perkawinan selain
menyangkut dua pribadi, perwujudannya juga menyangkut relasi yang lebih luas
lagi yakni yang berhubungan dengan anak, keluarga, Tuhan dan masyarakat juga
(Purwo Hadiwardoyo, 2007: 9-13).
2. Arah Perwujudan Janji Perkawinan
Janji perkawinan harus diwujudkan. Dalam mewujudkan janji perkawinan,
pasutri harus memiliki arah yang jelas dan juga konkret demi mencapai tujuan
perkawinan. Beberapa hal yang harus diusahakan dalam menentukan arah
perwujudan janji perkawinan yakni:
a. Menyadari, menghayati serta menghidupi peran sebagai seorang suami
ataupun seorang istri
Janji perkawinan diucapkan oleh laki-laki serta perempuan. Isinya secara
garis besar yakni akan setia dalam segala keadaan, akan mencintai dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menghormati pasangan serta akan mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan
padanya. Dalam Kitab Kej 2:23 seorang pria dan wanita akan meninggalkan ayah-
ibunya dan keduanya menjadi satu daging semenjak menikah. Dari kedua hal ini
jelaslah bahwa ada cita-cita yang tersirat. Cita-cita yang tersirat dalam dua hal
tersebut dapat diwujudkan oleh suami-istri dengan menyadari perannya sebagai
suami ataupun istri, kemudian menghayati perannya sebagai suami ataupun istri,
dan yang terakhir harus menghidupi peranannya sebagai suami ataupun sebagai
istri serta sebagai sahabat juga sebagai kekasih (Didik Bagiyowinadi 2006: 31).
Antara suami-istri memang memiliki kedudukan yang sama namun peran mereka
masing-masinglah yang berbeda dan khas. Kekhasan inilah yanng menjadikan
suami-istri memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Perbedaan inilah yang bisa
menjadi celah untuk saling melengkapi. Hal ini perlu disadari dengan sepenuh
hati, namun jangan sampai hal ini hanya berhenti pada kesadaran saja. Kesadaran
ini juga harus bisa disertai dengan penghayatan. Kesadaran dan penghayatan ini
belum konkrit jika belum dihidupi lewat perwujudan peran sebagai seorang suami
maupun sebagai seorang istri dalam kehidupan berumahtangga. Cara menghidupi
peran sebagai suami/istri ini didasarkan pada kekahsannya.
Suami dan istri memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
hubungannya dengan hal-hal yang menyangkut persekutuan perkawinan. Hal ini
selaras dengan KHK, kan. 1135 yang berbunyi “Kedua suami-istri memiliki
kewajiban dan hak sama mengenai hal-hal yang menyangkut persekutuan hidup
perkawinan”. Kanon tersebut jelas menunjukkan tidak ada yang lebih tinggi
kedudukannya ataupun perannya antara suami atau istri. Hanya saja secara kodrati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
peran antara suami istri menjadi berbeda. Laki-laki diciptakan dengan
keperkasaannya dan memang dirancang oleh Tuhan untuk bekerja dan
menghidupi keluarganya. Hal serupa juga ada pada perempuan, perempuan
diciptakan Tuhan dengan unsur keibuannya dan perempuan diciptakan lengkap
dengan kandungan dan air susu yang artinya Tuhan menciptakan perempuan
sebagai seorang ibu dari kehidupan baru. Tugas dan peran kodrati ini memang
khas namun tidak berarti seorang laki-laki ataupun seorang perempuan harus
menanggung tugas ini seorang diri. Dalam Kitab Kej 2:18, Tuhan menciptakan
Hawa sebagai penolong yang sepadan untuk Adam yang berarti seorang laki-laki
dan seorang perempuan memang dipersatukan untuk saling menolong atas
landasan cinta kasih yang ada di antara keduanya dengan peran yang berbeda
antara satu dan lainnya.
Menyadari, menghayati serta menghidupi peran sebagai suami ataupun
sebagai istri tidak hanya berhenti pada hal kodrati yang ada namun masih banyak
lagi yang perlu disadari, dihayati serta dihidupi. Selain sebagai seorang suami
ataupun sebagai seorang istri, masing-masing suami ataupun istri juga berperan
sebagai sahabat bagi pasangannya. Sebagai sahabat artinya bersedia menjadi
tempat bercerita, tempat sharing, tempat „curhat‟ segala persoalan, perasaan
maupun cita-cita serta keputusan yang hendak diambil (Didik Bagiyowinadi,
2006: 31-34). Dalam peranan ini yang dibutuhkan dari seorang suami-istri adalah
kemauan untuk mendengarkan. Manusia selalu memiliki kelemahan, tidak semua
orang bisa menjadi pribadi yang bisa bijaksana untuk menyelesaikan masalah
namun yang dibutuhkan dalam peran ini hanyalah kemauan untuk mendengarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Mengapa kemauan untuk mendengarkan sudah cukup? Hal ini disebabkan karena
dengan mendengarkan maka seseorang yang kita dengarkan akan merasa dihargai
dan tidak sendirian.
Menjadi sahabat terkadang harus keluar sejenak dari fungsinya sebagai
seorang suami ataupun istri sebab seorang suami ataupun istri terkadang
mendengarkan dengan latar belakang rasa memiliki sehingga kemungkinan
kesalahan suami-istri yang disampaikan belum tentu dapat serta merta diterima.
Hal ini berbeda ketika suami atau istri memposisikan diri sebagai seorang sahabat,
seorang sahabat yang baik akan selalu mendengarkan sahabatnya dan
membantunya dalam mencari jalan keluar terbaik (Didik Bagiyowinadi, 2006: 34-
36).
Seorang suami-istri selain harus menjadi sahabat bagi pasangannya, ia
juga harus menempatkan diri sebagai seorang kekasih. Rasa sudah memiliki
pasangan karena sudah menjadi suami bagi perempuan dan istri bagi laki-laki
sering menjadikan sikap egois muncul dalam kehidupan berumah tangga. Rasa
egois ini sering terlihat ketika seorang suami ataupun seorang istri selalu ingin
dipahami dan perilaku pasangan harus sesuai dengan yang dia mau. Dalam hal ini,
menghayati pasangan sebagai kekasih hati sangatlah diperlukan. Kekasih itu akan
lebih banyak mengerti akan keadaan pasangan dibandingkan sebagai suami
ataupun istri. Ketika dua sejoli pacaran, kebanyakan seluruh waktu bersama
dihabiskan dengan kemesraan, saling menghargai, selalu memahami dan seorang
perempuan akan menjadikan seorang laki-laki sebagai raja di hatinya dan
sebaliknya seorang laki-laki akan menjadikan perempuan yang dicintainya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sebagai ratu di hatinya yang artinya selalu mengistimewakan pasangannya. Hal ini
yang sering tidak ditemui dalam hubungan suami-istri. Hubungan kekasih
layaknya sedang berpacaran harus dihidupi dalam kehidupan suami-istri terlebih
dalam hal selalu mengistimewakan pasangan (Didik Bagiyowinadi, 2006: 36-38).
b. Membangun komunikasi yang baik antara suami-istri
Suami pada kodradnya adalah seorang laki-laki dan istri adalah seorang
perempuan. Ada perbedaan mendasar antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Perbedaan ini secara fisik pun sudah sangat kelihatan. Perbedaan
antara suami dan istri ini memang sengaja Tuhan ciptakan karena seorang istri
memiliki peran sebagai penolong yang sepadan untuk suami begitu pula
sebaliknya. Pria dan wanita berasal dari planet yang berbeda. Pria dari planet
Mars dan wanita dari planet Venus. Orang Mars menghargai kekuatan,
kompetensi, efisiensi dan pencapaian sedangkan orang Venus menghargai cinta
kasih, komunikasi, keindahan dan hubungan. Sifat ini memang tidak selalu ada
pada setiap laki-laki dan setiap perempuan, namun sebagian besar laki-laki dan
perempuan memiliki sifat-sifat tersebut. Karena perbedaan yang ada pada laki-laki
dan perempuan itulah maka dibutuhkan komunikasi yang baik di antara keduanya.
Komunikasi tersebut harus berlandaskan rasa kasih antara suami dan istri
Walaupun sudah sangat jelas bahwa komunikasilah yang bisa menjembatani
perbedaan antara seorang laki-laki dan seroang perempuan, namun tetap harus
diperhatikan bahwa komunikasi tersebut harus bisa dipahami dan menguntungkan
bagi keduanya (John Gray dalam Didik Bagiyowinadi 2006: 31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Komunikasi yang ideal dibutuhkan pemahaman karakter yang baik dari
masing-masing pihak terhadap lawan bicaranya. Ketika suami yang selalu berfikir
secara realistis dan suka diam mencari solusi selalu menerapkan caranya untuk
berbicara pada perempuan yang selalu menggunaan perasaan serta selalu
memberikan masukan untuk didengarkan maka komunikasi tersebut akan menjadi
tidak „nyambung‟. Hal yang sama juga akan terjadi bila wanita menerapkan sikap
dasarnya dalam berkomunikasi tanpa melihat karakter laki-laki yang sedang dia
ajak bicara. Kekayaan karakter yang dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan
harusnya memperkaya satu sama lainnya bukan malah mengahambat komunikasi
di antara keduanya (I Ketut Adi Hardana, 2010: 46-47).
Komunikasi harus dibangun di atas asas demokrasi dan kesetaraan antara laki-
laki dan perempuan. Komunikasi perlu dilakukan setiap saat, bahkan dalam hal
sekecil apapun perlu dikomunikasikan untuk menghidupi janji perkawinan yang
sedang dibangun.
c. Menjadi anugerah bagi pasangan
Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang artinya Hawa merupakan
anugerah dari Allah yang merupakan bagian dari dirinya dan hidupnya itu sama
dengan ikatan suami-istri (Kej 2:21-22). Sebuah perkawinan harus dihayati
sebagai sebuah pengalaman yang membahagiakan sebab masing-masing
memberikan dirinya kepada pasangannya. Pemberian diri yang dilakukan adalah
pemberian diri total yang merupakan pengungkapan cinta. Pengungkapan cinta
biasanya bisa dengan berbagai cara, namun yang hendak disampaikan adalah hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
yang sama yakni cinta yang berarti adalah pemberian hadiah kepada seseorang.
Hadiah ini sama artinya juga adalah sebuah anugerah.
Cinta itu kasih dan kasih diwujudkan dalam tindakan pemberian diri yang
ikhlas yang tidak menuntut balasan. Cinta itu hanya perkara memberi dan
memberi. Refleksi Bunda Teresa Kalkuta seperti dikutip oleh Agung Prihartana
dalam buku yang berjudul Menjadi Anugerah Bagi Pasangan (2009: 58) yakni:
Cinta itu menyakitkan.
Aku harus rela memberikan apapun
bukan untuk merugikan orang lain
tetapi untuk melakukan kebaikan bagi mereka.
hal itu menuntutku untuk terus memberi
tanpa mengharap balasan
sampai terasa menyakitkan,
Kalau tidak, tidak ada cinta sejati dalam diriku…
Cinta yang dilukiskan oleh Ibu Teresa Kalkuta ini adalah cinta yang sejati, cinta
yang total yakni kesedian dengan ikhlas hati memberikan diri dengan sehabis-
habisnya untuk orang yang dicintai. Mencintai seseorang dengan memberikan
dirinya tidak selalu menyenangkan, namun justru yang sering kita rasakan adalah
perasaan terluka terlebih dalam situasi setia dalam duka, sakit dan di waktu
malang. Cinta yang diberikan dengan setotal-totalnya akan melukai hati dan akan
membutuhkan banyak kebesaran hati.
Menjadi anugerah bagi suami ataupun istri tidak cukup dengan sekedar
kata-kata. Anugerah harus diwujudkan secara nyata sehingga anugerah tersebut
membahagiakan. Menjadi anugerah berarti mau memberikan diri dengan sikap
dan kesediaan untuk melayani. Seorang istri yang baik tidak akan pernah
membiarkan suaminya setiap hari membuat minum sendiri dan hanya membelikan
makanan untuknya. Istri yang baik akan menyediakan waktunya untuk melayani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
suami, menunjukkan rasa cintanya serta bisa membuat suaminya istimewa karena
diperhatikan. Hal ini juga berlaku untuk suami. Suami yang baik tidak hanya
cukup memberikan nafkah kepada istrinya, suami yang baik harus bersedia
mendengarkan istrinya, menyediakan waktu utuk berkumpul bersama istri dan
anak-anaknya. Sikap melayani ini akan menjadikan suami ataupun istri
dinomorsatukan dan merasa berharga hidup bersama suami atau istrinya. Hal ini
sama dengan yang diungkapkan oleh Agung Prihartana (2009: 66) yakni:
Suami istri ini memahami dan menghayati perkawinan sebagai sebuah
pelayanan. Mereka mengartikan dan menghayati pemberian diri kepada
pasangan hidupnya bukan dengan menggunakan kata „anugerah‟ atau
„hadiah‟, tetapi dengan kata „melayani‟.
Sikap melayani akan menjadi sebuah pelayanan yang utuh bila disertai dengan
mencintai pasangan apa adanya. Kata mencintai apa adanya menunjukkan adanya
celah dari pasangan yang butuh digenapi dan pada celah itulah pelayanan menjadi
berarti.
Ketika sepasang suami-istri ditanya oleh pastor apa yang dicintai dari
pasangan ketika penerimaan Sakramen Perkawinan atau pemberkatan perkawinan
berlangsung kebanyakan dari mereka menjawab karena baik, karena perhatian,
karena cantik, karena ini, karena itu. Hal tersebut tidak salah bila dijadikan
sebagai motivasi awal dalam hidup bersama, namun yang perlu diingat adalah
seiring berjalannya waktu, motivasi tersebut haruslah dimurnikan. Seiring
berjalannya waktu, akan ada banyak kekecewaan yang muncul karena seorang
istri tidak sesuai dengan harapan sang suami dan sebaliknya sang suami tidak
sesuai harapan istri. Kekecewaan yang muncul ini disebabkan karena dari awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kita sudah mematok pasangan sesuai dengan harapan kita sehingga ketika harapan
tersebut tidak terwujud, kekecewaanlah yang terjadi dan dialami oleh pasangan.
Motivasi awal mencintai karena alasan yang baik-baik harus segera dimurnikan
dengan mencintai apa adanya sehingga bukan hanya kelebihan dari pasangan yang
dicintai namun seluruh kelebihan dan kekurangan pasangan harus dicintai. Jika
bisa mencintai segala kekurangan yang dimiliki pasangan artinya kita mencintai
pasangan dengan kepribadian yang dewasa (Agung Prihartana, 2009: 68-70).
Dengan mencintai pasangan dengan dewasa, maka kita tidak akan merasa kecewa
namun akan semakin diteguhkan dalam kehidupan berumah tangga serta suami
bisa merasakan istri sebagai anugerah dan sebaliknya.
3. Tujuan Perwujudan Janji Perkawinan
Setiap orang memiliki panggilan masing-masing yang khas di dalam
hidupnya. Ada dua penggolongan panggilan yang khas dalam Gereja Katolik.
Panggilan yang pertama adalah panggilan untuk hidup berkeluarga dan panggilan
yang kedua adalah panggilan untuk menjadi biarawan/biarawati. Kedua panggilan
ini sama baik dan sama luhurnya. Dalam menghayati masing-masing panggilan
hidup ini keduanya sama-sama disertai dengan janji. Janji dalam hidup
berumahtangga diucapkan dalam penerimaan Sakramen Perkawinan/pemberkatan
perkawinan. Hal yang sama juga berlaku untuk panggilan menjadi
biarawan/biarawati. Para biarawan-biarawati juga mengucapkan janji/kaul yang
biasanya bertahap dan kaul yang terakhir adalah kaul kekal yang terus menerus
diperbaharui. Dalam menghidupi janji ini tentunya memiliki arah/tujuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sudah ditentukan semenjak awal. Intisari dari seluruh janji perkawinan sebenarnya
adalah penerimaan pribadi pasangan. Dalam pengucapan janji, mempelai secara
sadar, di hadapan publik dan nyata berjanji sepanjang hidupnya akan memenuhi
dan menghidupi janji perkawinan (Agung Prihartana, 2009: 94-96).
Perkawinan sering dibaratkan/digambarkan sebagai bahtera yang
dinahkodai oleh seorang suami. Bahtera ini membentuk awaknya pada saat hari
penerimaan Sakramen Perkawinan/pemberkatan perkawinan (Budi Sardjono,
2010: 11). Dalam perjalanan untuk mencapai tujuan tersebut bahtera ini akan
mengalami banyak badai dan gelombang yang pasti akan mengombang-
ambingkan bahtera serta membuat penumpangnya serta nahkodanya menderita.
Penderitaan yang dialami akibat badai dan gelombang ini akan bisa dilalui jika
semenjak awal bahtera sudah menetapkan koordinat tujuannya dan membawa
bekal yang cukup untuk menghadapi badai dan gelombang ini. Koordinat yang
hendak dituju dalam ikatan perkawinan adalah sebuah keutuhan sampai akhir
hayat yang di dalamnya sarat dengan kebahagiaan sejati, sedangkan bekal yang
cukup itu adalah janji perkawinan itu sendiri yang merupakan senjata yang ampuh
jika dihidupi dalam seluruh perjalanan perkawinan. Karena itulah, pendampingan
pra perkawinan sagat penting, terlebih untuk menyadarkan peran masing-masing
baik sebagai suami ataupun istri. Karena peran masing-masing memang sungguh
khas. Untuk itu masing-masing peran, baik sebagai suami ataupun istri harus
memiliki komitmen untuk mengutamakan keluarganya. Komitmen ini sangat
penting mengingat banyaknya tantangan zaman yang semakin kompleks. Suami
menghidupi perannya sebagai suami, sedangkan istri menghidupi perannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
sebagai istri. Bila suami-istri berpegang teguh pada janji yang telah diucapkan
maka suami-istri tersebut bisa diandalkan (Didik Bagiyowinadi, 2006: 112-113).
4. Pentingnya Usaha Perwujudan Janji Perkawinan
Janji perkawinan adalah sebuah senjata yang ampuh dan bekal yang baik
dalam mengarungi kehidupan perkawinan. Janji perkawinan sangat penting untuk
diwujudnyatakan dalam seluruh kehidupan perkawinan sebab janji perkawinan
adalah kerangka dalam menuliskan sebuah karangan dan pondasi dalam
membangun sebuah rumah. Dalam kehidupan perkawinan, sepasang suami-istri
akan dihadapkan pada berbagai tantangan/persoalan yang bisa muncul dari dirinya
sendiri/intern dan dari luar dirinya/ekstern (Agung Prihartana, 2009: 29).
a. Faktor intern
Faktor permasalahan yang muncul dari dalam pribadi suami-istri pasti
terjadi pada pasangan suami-istri. Faktor ini menyangkut keunikan pribadi yang
dimiliki suami ataupun istri dari pola pendidikan yang selama ini didapatkan.
Karakter dari seorang suami ataupun istri secara tidak sadar sangat dipengaruhi
oleh keluarganya. Karakter yang baik dan disetujui/disukai oleh kedua belah pihak
tidak akan menjadi masalah, namun karakter yang belum dewasa yang egois yang
tidak bisa hemat dan masih banyak lagi yang lainnya kemungkinan akan
mengusik ketentraman rumah tangga yang telah dibangun. Hal inilah yang
biasanya menjadi pemicu perselisihan dan persoalan sebab pasangan akan
menuntut agar sifat-sifat tersebut dihilangkan dan pasangan harus menjadi seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang kita mau. Bila hal ini terjadi artinya suami/istri tidak bisa melihat sifat
„negatif‟ pasangannya sebagai keunikan yang seharusnya diterima dan diatasi
bersama-sama. Persoalan juga sering muncul karena persatuan yang seharunya
melekat pada pasangan suami-istri sering dibatasi dalam hal-hal tertentu. Dalam
hal mengurus anak bersama-sama namun dalam hal keuangan sendiri-sendiri
karena masing-masing merasa ikut ambil bagian dalam mencari nafkah dan demi
kenyamanan bersama dalam memenuhi kebutuhan masing-masing maka keuangan
terpisah. Hal-hal seperti inilah yang bisa memicu permasalahan dalam berumah
tangga (Agung Prihartana, 2009: 29-47).
b. Faktor ekstern
Faktor yang muncul dari luar diri ini antara lain masalah ekonomi
keluarga, WIL (Wanita Idaman Lain)/PIL (Pria Idaman Lain), Masalah anak-
anak, dll. Seiring berkembangnya zaman, faktor dari luar diri dianggap selalu
menjadi momok bagi perjalanan hidup rumah tangga yang sesungguhnya tidak
terlalu mengancam. Sebenarnya faktor intern-lah yang lebih mengancam
dibanding faktor ekstern. Bila sampai terjadi perselingkuhan pasti sebab awalnya
karena persoalan yang muncul dari masing-masing pribadi pasangan dan pada
akhirnya berkembang dengan adanya pihak-pihak lain yang turut campur. Sering
terjadi karena tidak bisa menerima keunikan pasangan maka suami/istri mencari
orang ketiga yang sesuai dengan harapannya. Kekecewan-kekecewaan semacam
inilah yang menjadi pemicu. Sedikit persoalan dalam keluarga yang murni
disebabkan oleh faktor dari luar (Agung Prihartana, 2009: 47-51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
5. Manfaat Perwujudan Janji Perkawinan
Janji perkawinan bukanlah tujuan namun jalan untuk mencapai tujuan
yang sesungguhnya. Seperti sebuah film, sutradara hendak menyuguhkan ending
film yang paling baik menurut kehendaknya. Dalam penyuguhannya, tidak
mungkin sang sutradara langsung menyuguhkan cerita langsung pada ending-nya.
Sutradara pasti akan menggambarkan proses/dinamika pemainnya dalam
mencapai ending yang diinginkan oleh sutradaranya. Proses inilah yang
diibaratkan sebagai seluruh perjalanan perkawinan suami-istri, sedangkan ending
dari film yang hendak disampaikan itulah tujuan yang hendak dicapai oleh suami-
istri dalam perkawinan dan kerangka cerita yang membuat film tersebut tidak
keluar dari ceritanya serta menuntun ceritanya sampai ending itulah janji
perkawinan. Perwujudan janji perkawinan memberikan manfaat yang sangat besar
bagi seluruh kehidupan perkawinan. Janji yang dihidupi akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup berkeluarga. Kesuksesan ini ditandai
dengan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Kesejahteraan ini tidak sebatas
kesejahteraan fisik, namun kesejahteraan ini juga mencakup kesejahteraan batin,
mental, sosial, moral, dan spiritual (Purwo Hadiwardoyo, 2007: 2).
Janji perkawinan membantu setiap pasutri untuk tidak keluar dari
kehidupan perkawinannya. Janji perkawinan yang telah diucapkan ini pulalah
yang menjadi bahan refleksi setiap kehidupan perkawinan suami-istri. Idealnya,
setiap hari masing-masing suami-istri mengambil waktu sejenak untuk
merefleksikan perjalanan perkawinannya dalam sehari itu dengan berpedoman
pada janji perkawinan dan suami-istri juga perlu mengambil waktu bersama untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
merefleksikan perjalanan perkawinannya. Dalam berefleksi, ayat Kitab Suci dan
juga doa merupakan satu kesatuan yang memberikan jalan. Hal ini selaras dengan
yang ada dalam 2 Tim 3:12.15-16 yang berbunyi:
Ingatlah juga bahwa dari hal kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci
yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada
keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran
Kehidupan memang selalu berkembang dan perubahan di berbagai bidang
kehidupan terjadi dengan sangat cepat, namun hal yang perlu diingat adalah
segala bentuk kehidupan yang ada saat ini harus didasari oleh kebijakan di masa
lalu. Melalui seluruh proses kehidupan Yesus yang ada dalam Perjanjian Baru dan
kebijaksanaan hidup yang digambarkan dalam Perjanjian Lama, manusia memiliki
banyak referensi hidup yang baik, yang bisa membawa manusia pada kepenuhan
hidup dan kedamaian sejati.
D. Keutuhan Keluarga
1. Pengertian Utuh
Utuh berarti berarti tidak ada yang kurang , lengkap, sempurna. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Poerwadarminta, 1984: 1000 yang menyatakan
bahwa:
Utuh (dl keadaan) sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula
(tidak berubah, tidak rusak tidak berkurang, dsb): barang-barang curian
masih—karena memang belum sempat dibawa lari; utuh artinya sempurna
sebagaimana semula, hal yang paling sulit dalam membuat sesuatu selalu
utuh adalah prosesnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Jadi utuh itu mencakup dari berbagai segi dan berbagai sisi (lengkap dan tidak
kurang suatu apapun. Untuk mencapai sebuah pencapaian “utuh” maka
dibutuhkan pengorbanan dan usaha yang tidak mudah. Ibarat sebuah guci yang
hendak dipindahkan dari satu rumah ke rumah yang lain maka perlu diberikan
perlindungan agar tidak pecah ketika terkena benturan atau goyangan. Utuh
adalah sebuah pencapaian tetapi yang lebih penting bagaimana proses dalam
menjaga keutuhan itu berlangsung.
2. Pengertian Keutuhan Keluarga
Keutuhan keluarga berdasarkan dari pengertian utuh serta pengertian
keluarga (khususnya keluarga Katolik) mengandung arti keadaan yang sempurna
yang ideal dari sebuah hubungan keluarga yang dibentuk oleh sebuah perkawinan
seorang perempuan dan laki-laki sehingga menjadi sepasang suami-istri,
kesempurnaan/keadaan yang ideal ini didapat dari usaha terus menerus
membangun keutuhan itu khususnya dengan mewujudkan janji perkawinan yang
mereka ucapkan dalam hidup berkeluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN
DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN
Umur perkawinan biasanya membawa tantangan yang khas pada
perjalanannya. Kekhasan tantangan dalam hidup perkawinan ini juga sangat
dipengaruhi oleh lokasi tempat bermukim seperti sejarah tempat tersebut, situasi
sosial, situasi relasional maupun situasi ekonomi. Faktor-faktor tersebut bisa
membawa gejala perilaku yang khas dalam kehidupan perkawinan seperti yang
terjadi pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran
dalam mewujudkan janji perkawinannya.
A. Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Yogyakarta
1. Sejarah Paroki
Adanya Paroki HKTY sekarang ini tidak terlepas dari sejarah dibangunnya
Gereja dan Candi HKTY Ganjuran yang menjadi tempat berziarah bagi banyak
orang. Gereja serta Candi HKTY terjadi melalui proses yang sangat panjang dan
dalam waktu yang cukup lama. Ada keunikan dalam sejarah lahirnya Gereja serta
Candi HKTY Ganjuran. Proses yang unik ini membawa berkat tersendiri bagi
keberadaan Gereja serta Candi HKTY Ganjuran. Keunikan ini terletak pada
kontribusi yang sangat besar dari sebuah keluarga dalam membangun Gereja dan
Candi HKTY Ganjuran. Keluarga yang memiliki kontribusi yang sangat besar ini
adalah keluarga Schmutzer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Sejarah ini berawal dari kedatangan pasangan suami-istri Stefanus Barends
dan Elise Francisca Wilhelmia Kathaus ke Ganjuran untuk membeli perkebunan
tebu pada tanggal 1 September 1862. Setelah membeli perkebunan tersebut,
Barends membangun pabrik gula di tempat itu yang diberi nama Pabrik Gula
Gondang Lipuro karena terletak diantara dua dusun yakni Dusun Kaligondang dan
Dusun Lipuro. Sebelum pabrik dapat berkembang dengan pesat, ada sebuah
peristiwa menyedihkan yang melanda keluarga Barends. Peristiwa ini adalah
meninggalnya Stefanus Barends setelah 14 tahun mendirikan Pabrik Gula
Gondanglipuro, tepatnya pada tahun 1976. Setelah Stefanus Barends meninggal,
pabrik gula diwariskan kepada istri serta anaknya Ferdinand Barends.
Pada tahun 1880, Elise Francisca Wilhelmia Kathaus bertemu dengan
Gottfried Schmutzer. Setelah pertemuannya tersebut, mereka menikah di
Surabaya dan dikaruniai 4 orang anak yakni Elise Anna Maria Antonia Schmutzer
(1881), Josef Ignas Julius Maria Schmutzer (11 November 1882), Julius Robert
Anton Maria Schmutzer (12 Desember 1884) dan Eduart Milhelm Maria
Schmutzer (8 Oktober 1887). Eduart meninggal pada usia 18 tahun karena sakit,
tepatnya pada tahun 1905.
Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah (HBS) di Surabaya, Josef dan
Julius Schmutzer belajar Politeknik di Delf, Belanda. Hal yang membuat Josef
dan Julius Schmutzer peduli pada kaum kecil adalah aktifnya mereka dalam
mengikuti gerakan Mahasiswa Katolik semasa kuliah. Saat itu, Revolusi Industri
dan Kapitalisme sedang menguasai dunia perindustrian terutama di Barat. Dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
bersaudara ini memiliki tekad yang bulat untuk memperjuangkan Ajaran Sosial
Gereja (Rerum Novarum) yang ditujukan untuk melindungi dan memperjuangkan
hak kaum buruh dalam menghadapi tantangan dunia industri saat itu.
Pada tahun 1902, Gottfried Schmutzer meninggal dunia sehigga Elise
Francisca Wilhelmia Kathaus bersama putrinya Elise Anna Maria Antonia
Schmutzer memutuskan kembali ke Belanda. Tahun 1910, Elise Francisca
Wilhelmia Kathaus bersama kedua putranya Josef dan Julius Schmutzer datang
kembali ke Indonesia, tepatnya di Ganjuran. Setelah 5 tahun kedatangan keluarga
Schmutzer ke Ganjuran, Nyonya Elise Francisca Wilhelmia Kathaus sakit keras
dan akhirnya meninggal dunia meninggalkan kedua putranya di Ganjuran.
Selanjutnya Josef dan Julius Schmutzer membeli Pabrik gula milik ibunya Elise
Francisca Wilhelmia Kathaus dan saudaranya Ferdinand Barends sehingga pada
tahun 1912, Josef dan Julius Schmutzer resmi menjadi pemilik Pabrik Gula
Gondang Lipuro.
Sejak menjadi pemilik Pabrik Gula Gondang Lipuro, Dr. Ir. Josef Ignas
Julius Maria Schmutzer dan Ir. Julius Robert Anton Maria Schmutzer selaku
pimpinan pabrik gula, menjalankan Ajaran Sosial Gereja (Rerum Novarum).
Ajaran ini diundangkan oleh Paus Leo XIII dan cenderung diabaikan. Sejak
menjadi pemilik itulah Josef dan Julius Schmutzer memperlakukan kaum buruh
sebagai mitra kerja yang juga mendapatkan bagian atas keuntungan yang
didapatkan perusahaan.
Selain karyanya di dalam pabrik gula, mulai tahun 1919 keluarga
Schmutzer juga mendirikan 12 Sekolah Rakyat di sekitar Pabrik Gula Gondang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lipuro. Sekolah-sekolah ini yakni: Standaardshcool (SD) didirikan di Ganjuran
tahun 1919, Volkcschool (SD bawah) didirikan di Kanutan tahun 1923,
Volkcschool (SD bawah) didirikan di Bekang tahun 1923, Volkcschool (SD
bawah) didirikan di Cepaka tahun 1923, Volkcschool (SD bawah untuk putri)
didirikan di Ganjuran 1926, Vervogschool (SD atas) didirikan di Ganjuran tahun
1928, Volkcschool (SD bawah) didirikan di Klagaran tahun 1928, Volkcschool
(SD bawah untuk putri) didirikan di Srihardono tahun 1930, Volkcschool (SD
bawah) didirikan di Krajan tahun 1930, Volkcschool (SD bawah) didirikan di
Sangkeh tahun 1930. Angka 12 sengaja dipilih sebagai lambang 12 rasul Yesus.
Pendanaan sekolah-sekolah ini pada awalnya dibiayai dengan mengambil
sebagian untung pabrik, namun setelah pabrik tidak berproduksi, pengelolaan
sekolah diserahkan pada Yayasan Kanisius.
Pada tahun 1919, Josef Schmutzer menikah dengan Lucie Amelie
Hendriksz dan menetap di Ganjuran sampai tahun 1920. Sesudah itu mereka
menetap di Bogor sampai tahun 1930 dan pada tahun itu Josef Schmutzer bersama
istri serta anaknya kembali ke Belanda. Sedangkan Julius Schmutzer pada tahun
1920 sebelum kakaknya meninggalkan Ganjuran menikah dengan Caroline
Theresia Maria van Rijckevorsel seorang perawat dan pekerja sosial. Pernikahan
dengan Caroline Theresia Maria van Rijckevorsel menjadikan perhatian dan
pelayanan keluarga Schmutzer terhadap orang kecil semakin meningkat. Caroline
Theresia Maria van Rijckevorsel sangat peduli dengan kaum perempuan.
Perhatiannya itu diwujudkan dengan mendirikan asrama dan sekolah untuk kaum
perempuan yang masuk dalam 12 sekolah yang didirikan keluarga Schmutzer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Selain asrama dan sekolah untuk kaum perempuan, Caroline Theresia Maria van
Rijckevorsel juga merintis sebuah poliklinik yang dibuka di garasi rumahnya dan
dibantu oleh Ibu I. Waginem (Ignatia Padmajatiwara) yang akrab disapa Tante A.
Poliklinik tersebut dalam perkembangannya menjadi Rumah Sakit Elisabeth
Ganjuran yang sekarang dikelola oleh Suster-suster CB dan Yayasan Panti Rapih.
Pada tanggal 28 Februari 1924, Ir. Julius Schmutzer mendapat izin dari Sri
Sultan Hamengkubuwono VIII untuk membangun saluran irigasi dari Kali Progo
untuk mengairi tanaman tebu demi menjaga kelangsungan hidup pabrik dan
membantu masyarakat di sekitarnya. Saluran irigasi ini segera dibangun mulai
dari Sungai Progo (Kamijoro) sampai dengan Kebonongan (Kretek) sehingga
perkebunan tidak lagi kekeringan sehingga meningkatkan keuntungan pabrik.
Sebagai ungkapan syukur, keluarga Schmutzer mendirikan rumah sakit di
Yogyakarta dengan nama Onder de Bogen, namun kini rumah sakit tersebut lebih
dikenal dengan sebutan Panti Rapih. Rumah sakit ini dibiayai dengan
menyisihkan sebagian keuntungan pabrik.
Pada masa itu, Rm. van Driessche, SJ sudah merintis karya di Ganjuran
jauh sebelum Gereja Ganjuran dibangun dengan menumpang di salah satu rumah
keluarga Schmutzer. Beliau mempersembahkan misa dan mengajar secara
berkala. Pelajaran agama pertama diberikan pada guru-guru dan karyawan pabrik
sehingga pada tahun 1924, keluarga Schmutzer mendirikan Gereja HKTY
Ganjuran, tepatnya tanggal 16 April 1924 dan Rm. van Driessche, SJ menjadi
gembala umat yang pertama. Pada masa itu, Ganjuran merupakan pusat keramaian
dan perekonomian yang penting di Kecamatan Bambanglipuro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Selain mendirikan gereja, rumah sakit dan sekolah-sekolah, keluarga
Schmutzer masih ingin mendirikan sebuah monumen sebagai kenangan untuk
menghormati, memuliakan serta mengenang kebaikan serta belas kasih Hati
Kudus Tuhan Yesus. Pada tahun 1927, dimulailah pembangunan Candi Hati
Kudus Tuhan Yesus dengan corak Hindu-Jawa. Arca Kristus Raja dengan jari
menunjuk Hati Kudus-Nya yang terbuka ditahtakan di dalamnya. Arca Kristus
Raja menjadi simbol kebapaan Allah yang meraja dan menguasai alam semesta
sedangkan Hati Kudus yang menyala merupakan simbol kasih seorang ibu yang
bersedia memberikan bahkan mengorbankan hidup (hatinya) sendiri demi anak-
anaknya.
Peletakan batu pertama pembangunan candi dilakukan tanggal 26
Desember 1927 (Natal Kedua) oleh Mgr. van Velsen SJ (Uskup Batavia). Pada
saat itu juga dilakukan pemberkatan patung Hati Kudus Tuhan Yesus kecil yang
akan ditanam di dalam candi. Keluarga Schmutzer memilih corak Hindu-Jawa
agar menarik perhatian orang sehingga dapat menghayati dan mengembangkan
imannya dalam konteks budaya setempat.
Pembangunan candi memerlukan waktu 2 tahun sehingga baru 2 tahun
kemudian tepatnya tanggal 11 Februari 1930 Mgr. van Velsen SJ datang kembali
ke Ganjuran untuk memberkati bangunan candi. Tanggal 11 Februari dipilih
karena bertepatan dengan tanggal penampakan Maria di Lourdes. Pada tahun
1930-an, Ibu Caroline Theresia Maria van Rijckevorsel meminta hadiah kepada
suaminya untuk dibangunkan sebuah rumah sakit. Setelah pembangunan selesai,
Rumah Sakit Santa Elisabeth diberkati. Pada tanggal 4 April 1930, 4 orang Suster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
CB tiba dari Belanda. Keempat suster ini yakni Sr. Yudith De Laat, Sr. Ignatia
Lemmens, Sr. Simona, Sr. Rudolpha De Broot. Para suster inilah yang nantinya
meneruskan sebagian karya keluarga Schmutzer.
Tahun 1934 Ir. Julius Schmutzer jatuh sakit dan memerlukan perawatan
serius sehingga beliau dan keluarganya kembali ke Belanda dan tinggal di
Amhem. Walaupun demikian, beliau masih sering datang ke Indonesia untuk
mengunjungi Pabrik Gula Gondang Lipuro. Setelah Julius ke Belanda, pabrik gula
dipimpin oleh seorang administrator yang telah ditunjuk oleh keluarga Schmutzer.
Clash II yang terjadi pada tanggal 1948 mengakibatkan pabrik gula
dibakar, namun gereja, rumah sakit serta sekolah-sekolah masih tetap berdiri dan
berkembang sampai saat ini. Pada tahun 1950, Ir. Julius Schmutzer berusaha
membangun kembali pabriknya namun gagal karena situasi politik yang tidak
mendukung. Akhirnya pada tahun 1954 Ir. Julius Schmutzer kembali jatuh sakit
dan akhirnya meninggal dunia sedangkan istrinya Caroline Theresia Maria van
Rijckevorsel baru meninggal pada tahun 1990.
Pada Bulan Mei 1988, Bp. Y. Suparto seorang hamba Tuhan yang
memiliki kelebihan dalam hal supranatural mengemukakan bahwa ada sumber air
yang cukup besar di dasar candi. Untuk membuktikannya, beberapa bulan
kemudian Dewan Paroki melakukan pengeboran beberapa meter dari bangunan
candi dan ternyata memang ada air yang amat jernih. Setelah dilakukan penelitian
di laboratorium, kualitas air tersebut juga sangat bagus. Segera setelah ditemukan,
Bapak Perwita yang saat itu sedang sakit, karena imannya merasakan berkat
kesembuhan melalui air candi tersebut sehingga air tersebut dinamakan Tirta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Perwitasari. Air ini kemudian dialirkan ke-kran-kran sehingga akan lebih banyak
orang yang mendapat berkah melalui air tersebut (Dewan Paroki HKTY Ganjuran,
2004: 26-45).
2. Letak Geografis Paroki
Paroki HKTY Ganjuran berada di Dusun Ganjuran, Desa Sumbermulyo,
Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gereja ini terletak di 17 km arah Selatan Kota Yogyakarta. Kompleks Gereja
Ganjuran berdiri di atas tanah seluas 2,5 hektar terdiri atas bangunan gereja,
pastoran, ruang pertemuan, candi, makam, kapel adorasi, kios-kios pedagang di
area parkir serta halaman serta tempat parkir. Seluruh kompleks gereja ini disebut
sebagai Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus. Gereja Ganjuran juga memiliki CU
(Credit Union) yang terletak terpisah dari kompleks gereja yakni tepatnya di ruko
sebelah Selatan tempat parkir. Gereja Ganjuran letaknya tidak terlalu jauh dari
Samudra Hindia sehingga suhu udaranya cukup panas serta lembab di musim
panas. Di sebelah Timur Gereja berbatasan dengan SMA Stella Duce III, sebelah
Selatan berbatasan dengan Ruko Ganjuran serta Lapangan Sumbermulyo, sebelah
Barat berbatasan dengan persawahan dan sebelah Utara berbatasan dengan Panti
Asuhan serta Rumah Sakit Santa Elisabet. Walaupun Gereja Ganjuran berada di
daerah pedesaan, namun sudah cukup ramai. Selain itu, karena gereja terletak
daerah persawahan maka pemandangannya pun cukup indah. Selain
pemandangannya yang indah, udara di Ganjuran juga masih bersih dan sangat
sejuk [Lampiran 5: (5)-(6)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3. Situasi Umum Umat Paroki
Gereja Ganjuran memiliki situasi umum yang unik dikarenakan walaupun
gereja ini besar, gereja ini terletak di daerah pedesaan yang masih asri namun
sudah maju dan tersentuh gaya hidup modern. Kehidupan ala pedesaan yang
tersentuh gaya hidup modern ini membuat situasi umat di sana juga sangat banyak
dibentuk berdasarkan kehidupan pedesaan namun dengan gaya modern masa kini.
Situasi umat di Gereja Ganjuran dapat dibagi menjadi tiga yakni:
a. Situasi sosial
Umat Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran kebanyakan merupakan
penduduk asli sekitar Ganjuran yang merupakan Suku Jawa. Bahasa yang
digunakan di sana adalah Bahasa Jawa dengan sedikit penggunaan Bahasa
Indonesia. Budaya Jawa yang masih kental sangat terasa di sana. Hal ini terbukti
dengan bentuk bangunan gereja paska gempa dan candi yang bercorak Hindu-
Jawa serta busana Jawa yang masih sering digunakan saat Perayaan Ekaristi
dalam kesempatan khusus. Budaya Gotong Royong masih hidup di antara umat di
gereja Ganjuran, hal ini terbukti dengan masih sering diadakannya kerja gotong
royong untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau membersihkan sebuah tempat
[Lampiran 5: (5)-(6)].
b. Situasi relasional
Situasi relasional yang terdapat di antara umat di HKTY Ganjuran juga
sangat khas. Relasi ini terjalin berlandaskan atas dasar kekeluargaan. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
terbukti ketika umat lain sedang mengalami kesusahan dan membutuhkan
bantuan, segera umat membantu tanpa pamrih. Kekompakan serta kekeluargaan
yang dibangun umat HKTY Ganjuran ini juga ikut memberi pengaruh pada
masyarakat sekitarnya. Umat di sekitar Ganjuran sering merasa direngkuh oleh
umat. Misalnya saja program bantuan karitatif, bekerja sama dengan Rumah Sakit
St. Elisabeth, Rumah Sakit Panti Rapih dan rumah sakit-rumah sakit lain.
Kaum muda di Paroki Ganjuran memiliki jejaring sosial dengan
memanfaatkan kecanggihan internet dan jejaring ini juga dimanfaatkan untuk
mengenal kaum muda lain di gereja-gereja yang berada di Yogyakarta serta kaum
muda di seluruh Gereja Katolik Indonesia. Seperti di paroki-paroki lainnya,
Paroki Ganjuran juga memiliki Dewan Paroki yang bertujuan untuk
mempermudah romo dalam menggembalakan umat. Satu lagi yang unik dari
Paroki Ganjuran, Paroki Ganjuran memiliki Paguyuban Abdi Dalem yang
tugasnya memberikan pelayanan kepada umat tanpa pamrih. Umat yang
tergabung dalam Paguyuban Abdi Dalem biasanya umat yang sudah berumur
lanjut [Lampiran 5: (5)-(6)].
c. Situasi ekonomi
Umat di Paroki HKTY Ganjuran terdiri dari umat dengan kelas ekonomi
menengah ke atas serta menengah ke bawah. Umat dengan kondisi ekonomi
menengah ke bawah lebih banyak dibandingkan dengan umat dengan kondisi
ekonomi ke atas. Pekerjaan umat di Paroki Ganjuran beranekaragam mulai dari
petani, pedagang, wiraswasta, PNS, Polisi, TNI, Dokter, dll. Walaupun sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
besar umat berada pada kelas ekonomi menengah ke bawah namun tidak pernah
menghambat perkembangan iman umat dan justru memberi alasan lebih untuk
mensyukurinya. Tanaman yang biasa ditanam oleh umat yakni padi, palawija,
bawang merah (untuk daerah pesisir) serta sayuran (kol, cabe, sawi hijau, dll).
Pasutri muda biasanya bekerja di kantor, pabrik maupun sebagai PNS, TNI serta
polri [Lampiran 5: (5)-(6)].
4. Pembagian Wilayah dan Lingkungan
Paroki HKTY Ganjuran merupakan sebuah paroki yang besar dengan
cakupan wilayah yang cukup luas sehingga Paroki HKTY Ganjuran mencakup
banyak kecamatan. Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus secara teritorial gereja dibagi
menjadi 12 wilayah dengan 54 lingkungan. Wilayah-wilayah serta lingkungan-
lingkungan ini yakni: Wilayah St. Bartolomeus Siten yang dibagi menjadi 4
lingkungan yaitu Lingkungan St. Maria Siten Tengah, St. Lukas Siten Lor, St.
Yusup Jombok, St. Markus Mandungan; Wilayah St. Markus Mandungan;
Wilayah St. Fransiskus Xaverius Kanutan yang terdiri dari 4 lingkungan yaitu
Lingkungan St. Antonius Jowilayan, St. Michael Mundu Kauman, St. Ignatius
Gilang, St. Andreas Santenan Kremen; Wilayah St. Philipus Gondanglipuro terdiri
dari 5 lingkungan yakni Lingkungan St. Paulus Gandekan, St. Michael
Kaligondang, St. Barnabas Jogodayoh, St. Lukas Gunungan I, St. Markus
Gunungan II; Wilayah St. Paulus Cepoko Karangmojo Peni (Cekap) terdiri dari 4
lingkungan yakni Lingkungan St. Yakobus Minor Peni, St. Yohanes Pemandi
Karangmojo, St. Benedictus Cepoko I, St. Yohanes Rasul Cepoko II; Wilayah St.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Marlus Kedon Tangkilan (Ketan) tediri dari 3 lingkungan yaitu Lingkungan St.
Lukas Kedon Lor, St. Andreas Kedon Kidul, St. Chrystophorus Tangkilan;
Wilayah St. Matheus Caben terdiri dari 7 lingkungan yaitu Lingkungan St.
Gregorius Magnus Sabrang Gresik Mejing (SGM), St. Petrus Caben Kulon
Wetan, St. Yusuf Tegal Jetis Karang, St. Tarcicius Karang Bajang Tengah Kidul,
St. Franciscuss Xaverius Bebekan Destan, St. Yusuf Gambuhan, St. Ignatius
Nglarang; Wilayah St. Lukas Tambran terdiri dari 6 lingkungan yaitu Lingkungan
St. Petrus Pundong, St. Yusuf Jamprit, St. Vincentius Pundong Kidul I, St.
Andreas Pundong Kidul II, St. Paulus Paker, St. Yakobus Tulasan; Wilayah St.
Markus Ngireng-ireng terdiri dari 6 lingkungan yaitu Lingkungan St. Paulus
Kepuh, St. Petrus Turi Japuhan, St. Agustinus Tempel Selo, St. Laurentius
Cangkring, St. Victorianus Warungpring, St. Yusuf Ngireng-ireng; Wilayah St.
Yusuf Kretek terdiri dari 3 lingkungan yaitu Lingkungan St. Matheus Greges, St.
yakobus Mayor Gading, St. Yohanes Mriyan; Wilayah St. Yusuf Baros terdiri dari
3 lingkungan yaitu Lingkungan St. Matheus Muneng, St. Markus Baros I, St.
Gregorius Baros II; Wilayah St. Albertus Gunturgeni terdiri dari 3 lingkungan
yaitu Lingkungan St. Paulus Sanden, St. Petrus Kuroboyo, St. Simon Gunturgeni;
Wilayah St. Albertus Magnus Nopaten terdiri dari 6 lingkungan yaitu Lingkungan
Lingkungan St. Petrus Daleman, St. Thomas Nopaten, St. Robertus Bellarminus
Sabunan Jombok, St. Franciscus Assisi Kauman Tambalan, St. Petrus Krekah
Karanganom, St. Bartholomeus Banjarwaru. Itulah pembagian wilayah dan
lingkungan di Paroki HKTY Ganjuran (Dewan Paroki HKTY Ganjuran, 2014: 6-
71).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
5. Gambaran Umum mengenai Keluarga dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun
Keluarga adalah suatu komunitas dasar yang harus selalu dihidupi sebagai
komunitas yang dipersatukan oleh Allah sendiri. Ada perbedaan antara keluarga
secara umum maupun keluarga yang hidup secara katolik. Ada beberapa
masa/fase dalam hubungan suami-istri yang terjalin dalam sebuah keluarga. Ada
pula beberapa golongan keluarga yang diklasifikasikan sesuai dengan umur
perkawinannya.
Keluarga dengan usia perkawinan 5-15 tahun merupakan keluarga madya.
Pasutri yang masuk dalam usia perkawinan ini merupakan pasutri dengan usia
muda sampai usia paruh baya. Kebanyakan dari pasutri ini sudah memiliki anak
lebih dari satu dan mereka sudah mulai dipusingkan dengan biaya sekolah anak
mereka. Pada usia perkawinan ini, pasutri masih tergolong usia produktif dan
selalu disibukkan dengan rutinitas pekerjaan yang padat. Pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran memiliki
kecenderungan perilaku yang agak berbeda dengan pasutri dengan usia
perkawinan di bawah 5 tahun ataupun pasutri dengan usia perkawinan di atas 15
tahun. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran biasanya lebih suka melakukan kegiatannya sendiri-sendiri atau
bisa dikatakan terpisah dari pasangannya. Efek dari kebiasaan ini juga
mempengaruhi cara hidup menggereja pasangan suami-istri tersebut. Pasangan
suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun lebih sering berangkat ke gereja
sendiri-sendiri sehingga mengakibatkan semakin jauhnya hubungan antara suami-
istri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Gereja Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran sampai akhir September 2014 menurut buku catatan perkawinan
berjumlah 750 pasang. Pasutri ini tersebar di seluruh wilayah di Paroki HKTY
ganjuran dan sebagian kecil bekerja di luar kota.
B. Metodologi Penelitian
1. Penelitian
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki akal budi yang bisa
mencari akibat dari sebuah sebab yang bisa dipertanggungjawabkan alasannya
secara logika. Manusia adalah citra Allah yang selalu haus akan pengetahuan.
Pengetahuan yang belum terungkap bisa dijawab dengan beberapa cara misalnya
dengan menebak. Dalam menebak, orang melewatkan sebuah proses penting yang
semakin lama membawa seseorang pada kebenaran. Proses ini adalah proses
pengumpulan bukti yang bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Proses
pengumpulan bukti secara ilmiah dan sistematis ini dapat dikatakan sebagai
sebuah proses penelitian. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Bass, dkk
sebagaimana dikutip oleh Purwanto (2008: 9) yang mendefinisikan penelitian
sebagai “usaha yang sistematik untuk menyediakan jawaban-jawaban atas
pertanyaan”. Penelitian adalah sebuah proses pengumpulan bukti-bukti sebagai
usaha untuk memberi jawaban pada sebuah pertanyaan secara ilmiah serta
sistematik. Proses yang dibutuhkan dalam mengumpulkan bukti-bukti dan
memberi jawaban ini lebih dari sekedar menebak sehingga bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Latar Belakang Penelitian
Gereja HKTY Ganjuran merupakan sebuah Paroki yang besar. Umat di
paroki ini sebagian besar menghayati panggilan hidup berkeluarga dan cukup
banyak pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun yang berada di paroki ini.
Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun ini perlu mewujudkan janji
perkawinannya sehingga keutuhan keluarga dapat tercipta. Janji perkawinan
sesungguhnya memuat banyak pesan positif yang harus dipahami tiap-tiap
pasangan dan dihidupi dengan sepenuh hati sehingga keutuhan itu dapat terwujud.
Untuk mengetahui seberapa jauh pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di
Paroki Ganjuran dalam mewujudkan janji perkawinannya, maka dibutuhkan
sebuah penelitian. Penelitian ini menjabarkan seluruh janji perkawinan dan
pemenuhannya sehingga dapat diukur sejauh mana janji perkawinan itu dihidupi
oleh pasutri dan pada akhirnya akan bisa diketahui program apa yang bisa
membantu pasutri dalam menghidupi janji perkawinannya. Dengan program yang
tepat maka akan membawa dampak yang tepat pula dalam menciptakan keutuhan
kehidupan perkawinan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran.
3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun
ini memiliki tujuan untuk:
a. Mendalami makna perkawinan secara Katolik beserta janji perkawinannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
b. Menggambarkan sejauh mana perwujudan janji perkawinan serta
mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada pada pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran.
c. Usulan program yang berupa kegiatan pendampingan pada pasutri dengan
usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran agar pasutri dengan
usia perkawinan 5-15 tahun (keluarga madya) semakin mampu mewujudkan
janji perkawinan mereka.
4. Jenis Penelitian
Penelitian ex post facto yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk
meneliti dan mengkaji suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan
melihat ke belakang faktor-faktor yang relevan yang mempengaruhi atau
menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut (Sugiyono, 1999: 7). Dengan
melihat pengertian tersebut, maka dapat dikatakan penelitian mengenai
perwujudan janji perkainan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di
Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran merupakan penelitian ex post facto
karena penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana perwujudan janji
perkawinan yang sudah terjadi selama ini.
5. Metode Penelitian
Metode penelitian terhadap pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun ini
merupakan sebuah penelitian yang tetap mementingkan angka sehingga dapat
dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif sederhana. Menurut sifatnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
penelitian ini merupakan sebuah penelitian terapan atau terpakai karena
dimaksudkan untuk menyediakan informasi agar bisa digunakan. Menurut tempat
kajian, penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan yang menggunakan
fakta dalam kehidupan nyata untuk diteliti. Menurut tujuannya, penelitian ini
merupakan penelitian survei yang dilakukan kepada sampel dan hasilnya akan
digeneralisasi kepada populasi yakni seluruh pasutri dengan usia perkawinan 5-15
tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Menurut sifat analisisnya, penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif yang hanya melibatkan satu variabel saja.
Menurut kehadiran variabel, penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen
sebab variabel yang hendak diteliti (perwujudan janji perkawinan pada pasutri
dengan usia perkawinan 5-15 tahun) sudah ada dan bukan sengaja dihadirkan
(Purwanto, 2008: 163-182).
6. Instrumen Penelitian
Sebuah penelitian membutuhkan data yang valid untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid pula. Data valid yang dicari dalam penelitian ini
membutuhkan sebuah instrumen penelitian untuk mendapatkannya. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni kuesioner. Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden mengenai suatu objek (Arikunto, 2006: 151). Kuesioner ini merupakan
kuesioner langsung yang dikirim kepada responden secara langsung dan
merupakan jenis kuesioner item multiple choice karena menyediakan lebih dari
dua pilihan jawaban (Sutrisna Hadi, 2004: 178). Kuesioner ini juga merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kuesioner tertutup. Kuesioner disebut sebagai kuesioner tertutup jika peneliti
memberikan pertanyaan dengan batasan pilihan-pilihan tertutup sehingga
responden diminta memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan
karakteristiknya (Riduwan, 2013: 72). Tujuannya agar jawaban tidak terlalu
melebar. Kuesioner juga diperkuat dengan beberapa pertanyaan uraian.
7. Responden Penelitian
Responden penelitian dalam penelitian ini adalah pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Seluruh pasutri 5-15 tahun ini
disebut sebagai populasi. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Nazir
sebagaimana dikutip Purwanto (2008: 241) bahwa “populasi sebagai kumpulan
individu dengan kualitas dan ciri yang telah ditetapkan”. Kualitas dan ciri yang
ditetapkan dalam penelitian ini adalah pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun
di Paroki HKTY Ganjuran. Jumlah Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di
Gereja HKTY lebih dari 100 pasangan sehingga penelitian dilakukan atas sampel
yang mewakili populasi (teknik sampling). Sample diambil secara acak/random
dengan memberi peluang yang sama pada pasutri untuk dijadikan sampel.
Purwanto (2008: 246) mengatakan “Randomisasi menghasilkan sampel yang
mempunyai keserupaan dengan populasi karena sampel yang ditarik secara acak
mengambil sampel dari berbagai karakter anggota populasi”. Pengambilan sampel
dengan teknik random memperkecil kesalahan karena ketika sampel ditarik secara
acak maka memperbesar kemungkinan sampel tersebut lebih beragam dan dapat
mewakili populasi. Oleh alasan tersebutlah, teknik pengumpulan data ini dipilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
8. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian menunjuk pada tempat yang hendak digunakan untuk
meneliti, sedangkan waktu penelitian menunjuk pada waktu penelitian yang
hendak diadakan untuk meneliti pasutri tersebut. Penelitian ini akan diadakan di
Paroki HKTY Ganjuran dan akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2014.
9. Variabel
Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2008: 84; bdk.
Azwar, 2005: 62). Variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini sehubungan
dengan perwujudan janji perkawinan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15
tahun di Paroki HKTY Ganjuran.
No. Variabel Aspek yang Terungkap Item
Jumlah
Soal
1 2 3 4 5
1. Perwujudan
janji
perkawinan
Kebebasan dalam memilih pasangan
dan rasa cinta terhadap pasangan
1, 2 2
Kesetiaan dalam untung dan malang,
suka dan duka, sehat maupun sakit
3, 4, 5 3
Kesatuan antara suami-istri 6 1
Perwujudan cinta dan cara
menghormati pasangan
7, 8, 9 3
Menjadi orang tua yang baik 10, 11 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
2. Pasutri dengan
usia
perkawinan 5-
15 tahun di
Paroki HKTY
Ganjuran
Kebiasaan pasutri di rumah 12,
13,14,
15
4
Kebiasaan pasutri di lingkungan 16 1
Kebiasaan pasutri di paroki 17, 18 2
3. Keutuhan
Perkawinan
Hubungan antar keluarga 19 1
Perhatian untuk mengutamakan
keluarga
20 1
JUMLAH 20
C. Hasil Penelitian
Perkawinan merupakan sebuah proses yang panjang dan berliku. Pada
setiap jalan yang dilalui pasutri dalam membina perkawinan pasti banyak
tantangan. Jika pasangan suami-istri tidak bisa bekerjasama dalam menghadapi
tantangan-tantangan tersebut maka badai yang menerjang biduk perkawinan akan
sungguh mengguncang kestabilan perkawinan. Hasil Penelitian di Paroki HKTY
Ganjuran dengan 75 pasang responden keluarga muda atau 150 orang dengan
usia perkawinan 5-15 tahun ternyata menunjukkan hasil yang mengejutkan dan
tentunya harus mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak. Hasil penelitian
dijabarkan dalam diagram lingkaran agar lebih mudah dilihat dan lebih mudah
dimengerti. Hasil tersebut adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
1. Janji Perkawinan
a. Apakah orang tua Anda ikut campur tangan saat Anda memilih pasangan?
b. Apakah Anda menerima kelebihan dan kekurangan pasangan Anda dengan
sepenuh hati?
c. Apakah Anda mendengarkan keluh kesah pasangan Anda dengan sepenuh
hati?
6%
55,30% 14%
24,70%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
43,30%
30%
26,70%
0% Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
34%
26%
39,30%
0,70% Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
d. Apakah Anda akan tetap setia mendampingi pasangan Anda ketika pasangan
Anda di PHK?
e. Apakah setiap kali pasangan Anda sakit, Anda selalu merawatnya?
f. Apakah Anda selalu senang hati berhubungan sexsual dengan suami/istri?
44,70%
26%
28%
1,30%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
42,70%
14,70%
41,30%
1,30%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
46,70%
49,30%
4% 0%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
g. Apakah Anda memberikan ucapan ulang tahun perkawinan pada pasangan
Anda?
h. Apakah Anda mengadakan refleksi bersama dengan pasangan?
i. Apakah Anda meminta pertimbangan pasangan ketika hendak mengambil
keputusan?
26,70%
13,30%
22%
38%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
36%
18,70%
44%
1,30%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
38%
25,30%
29,30%
7,30%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
j. Apakah Anda mengajarkan cara berdoa kepada Anak Anda?
k. Apakah Anda mendorong anak Anda untuk ikut Sekolah Minggu ataupun
pendampingan iman anak/remaja lainnya?
Perwujudan janji perkawinan yang digambarkan oleh diagram di atas
menunjukkan bahwa dalam pemilihan pasangan, orang tua dinyatakan selalu ikut
campur sebesar 6%, kadang-kadang ikut campur sebesar 55.3%, jarang ikut
campur sebesar 14%. Tidak pernah ikut campur sebesar 24.7%. Dalam menerima
kekurangan dan kelebihan pasangan, 43.3% pasangan selalu menerima
kekurangan serta kelebihan pasangan, 30% mengaku hanya kadang-kadang
menerima kekurangan dan kelebihan pasangan, 26.7% jarang menerima kelebihan
dan kekurangan pasangan sedangkan 0% atau tak satupun yang tidak mau
32,70%
50,70%
16%
0,60%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
35,30%
27,30%
30%
7,30%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
menerima kelebihan atau kekurangan pasangan. Dalam memutuskan sesuatu, 34%
mengaku selalu meminta pertimbangan pasangan, sebesar 26% mengaku hanya
kadang-kadang saja, persentase tertinggi ditunjukkan pada jawaban jarang dengan
persentase sebesar 39.3 persen, sedangkan jawaban tidak pernah hanya sebesar
0.7%. Saat ditayakan kondisi ketika pasangan mengalami situasi di PHK, jawaban
selalu mendampingi menunjukkan angka tertingginya yakni sebesar 44.7%,
kadang-kadang 26%, jarang 28%, sedangkan tidak pernah 1.3%. Ketika pasangan
sedang sakit, 42.7% jawaban menunjukkan pasangan selalu merawat, 14.7%
menjawab hanya kadang-kadang, 41.3% menjawab jarang, sedangkan 1.3%
menjawab tidak pernah. Persentase hubungan seksual/hubungan suami-istri
menunjukkan 46.7% pasangan selalu senang hati ketika berhubungan seksual,
49.3% menununjukkan kadang-kadang, 4% menunjukkan jarang sedangkan 0%
atau tidak ada yang menjawab tidak pernah merasa senang. Ulang tahun
perkawinan adalah saat yang spesial dan selalu ditunggu oleh pasangan. Hal
sederhana yang biasanya dilakukan untuk menunjukkan rasa sayang adalah saling
mengucapkan selamat. Hasil penelitian menunjukkan 26.7% pasangan selalu
mengucapkan ucapan selamat ulang tahun perkawinan pada pasangan, 13.3%
hanya kadang-kadang, 22% jarang, sedangkan sisanya 38% mengatakan tidak
pernah mengucapkan ucapan selamat ulang tahun perkawinan pada pasangan.
Refleksi bersama adalah salah satu hal yang penting dalam sebuah perkawinan.
Hasil penelitian menunjukkan 36% selalu melakukan refleksi bersama, 18.7%
menyatakan hanya kadang-kadang, 44% mengatakan jarang dan 1.3%
mengatakan tidak pernah. Dalam mengambil keputusan, 38% menyatakan selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
meminta pertimbangan pasangan, 25.3% menyatakan kadang-kadang, 29.3%
mengatakan jarang sedangkan sisanya 7.3% menyatakan tidak pernah meminta
pertimbangan pasangan. Anak merupakan tanggungjawab orang tua, terutama
dalam hal mendidiknya secara Katolik. Hasil penelitian menunjukkan 32.7%
orang tua menyatakan selalu mengajari anaknya berdoa, angka tertinggi yakni
50.7% menyatakan kadang-kadang, 16% menyatakan jarang dan sisanya 0.6%
menyatakan tidak pernah mengajari anaknya berdoa. Cara lainnya untuk mendidik
anak secara Katolik adalah mendorong anak untuk ikut sekolah minggu. Sekolah
minggu membatu orang tua dalam hal pendidikan iman anak. Walaupun
demikian, hal perlu diingat adalah pendidikan iman anak merupakan tanggung
jawab orang tua sepenuhnya. Hasil penelitian menunjukkan orang tua yang selalu
mendorong anaknya mengikuti sekolah minggu sebesar 35.3%, kadang-kadang
27.3%, jarang 30% sedangkan tidak pernah sebesar 7.3%.
2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran
a. Apakah ada kebiasaan doa bersama dalam keluarga Anda setiap harinya?
14%
25,30%
55,30%
5,30%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
b. Apakah Anda memberikan ciuman kening pada pasangan Anda setiap kali
hendak pergi tidur?
c. Apakah Anda selalu memberitahu pasangan saat Anda pulang terlambat?
d. Apakah ada kebiasaan makan bersama dalam keluarga Anda?
9,30%
12,70%
28,70%
49,30%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
30,70%
19,30%
40%
10% Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
18,70%
26% 43,30%
12%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
e. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam kegiatan lingkungan?
f. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam kegiatan di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran?
g. Apakah Anda dan pasangan mengikuti Perayaan Ekaristi Mingguan bersama?
16%
24,70%
49,30%
10% Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
6,70%
17,30%
29,30%
46,70%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
34%
33,30%
32%
0,70%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Dari diagram di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam kebiasaan doa
bersama, pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Gereja Hati
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran menurut penelitian menyatakan 14% selalu
melakukan doa bersama, 25.3% menyatakan kadang-kadang, 55.3% menyatakan
jarang sedangkan 5.3% mengatakan tidak pernah melakukan doa bersama.
Hubungan yang baik antara suami-istri juga dapat diwujudkan melalui ciuman
kening yang biasanya dilakukan menjelang tidur malam. Hasil penelitian
mengenai dilakukannya ciuman kening pada pasangan ini yakni 9.3% menyatakan
selalu mencium kening pasangan sebelum tidur malam, 12.7% menyatakan
kadang-kadang, 28.7% menyatakan jarang sedngkan sisanya 49.3% menyatakan
tidak pernah. Dalam sebuah perkawinan, sangat baik jika terjadi komunikasi yang
baik antara suami-istri termasuk ketika pulang terlambat. Hasil penelitian
menunjukkan 30.7% responden menyatakan selalu memberi tahu pasangan saat
pulang terlambat, 19.3% menyatakan kadang-kadang, 40% menyatakan jarang
dan sisanya 10% menyatakan tidak pernah memberi tahu pasangan saat pulang
terlambat. Hubungan yang baik antara suami-istri serta anak juga dapat
diusahakan saat momen makan bersama yang bisa diusahakan paling tidak sekali
sehari. Dari hasil penelitian mengenai adanya waktu makan bersama di dalam
keluarga menunjukkan 18.7% menyatakan selalu melakukan makan bersama
keluarga, 26% menyatakan hanya kadang-kadang, 43.3% menyatakan jarang,
sedangkan 12% menyatakan tidak pernah makan bersama. Dalam hubungannya
dengan keterlibatan dalam lingkungan, hasil penelitian menunjukkan 16% selalu
aktif, 24.7% hanya kadang-kadang, 49.3% jarang aktif, sedangkan sisanya 10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
menyatakan tidak pernah terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan. Selain aktif
dalam kegiatan lingkungan, alangkah baiknya jika para pasangan suami-istri ini
aktif dalam kegiatan paroki. Menurut hasil penelitian, 6.7% pasangan suami-istri
ini selalu aktif dalam kegiatan di paroki, 17.3% menyatakan hanya kadang-kadang
aktif, 29.3% menyatakan jarang aktif di paroki, persentase terbesar 46.7%
menyatakan sama sekali tidak pernah telibat aktif di paroki. Keterlibatan lain bisa
dilakukan dengan cara mengikuti Perayaan Ekaristi, Perayaan Ekaristi merupakan
kegiatan berkumpul sebagai satu saudara sehingga suami dengan istri yang
memiliki hubungan terdekat sangat baik jika berangkat bersama-sama untuk
bersatu dengan Tuhan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 34%
menyatakan selalu berangkat ke Perayaan Ekaristi bersama-sama, sedangkan
sebanyak 33.3% responden menyatakan hanya kadang-kadang, 32% responden
menyatakan jarang, sedangkan 0.7% responden menyatakan tidak pernah
berangkat ke Perayaan Ekaristi secara bersama-sama.
3. Keutuhan Perkawinan
a. Apakah Anda menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan dan anak-anak
Anda?
41,30%
22,70%
35,30%
0,70% Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
b. Apakah Anda lebih mengutamakan keluarga dibandingkan dengan pekerjaan
Anda?
Dari diagram di atas, dapat diketahui bagaimana kondisi keutuhan
keluarga yang terjadi pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran. Keutuhan ini dapat dilihat dari pasutri dengan anak-anaknya
dalam menjalin komunikasi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 41.3%
menyatakan selalu menjalin komunikasi dengan pasangan maupun anak-anaknya,
22.7% menyatakan hanya kadang-kadang, 35.3% mengatakan jarang menjalin
komunikasi, sedangkan 0.7% menyatakan tidak pernah menjalin komunikasi
dengan pasangan maupun anak-anaknya. Keluarga adalah segala-galanya, sebab
segala hal yang dilakukan seperti bekerja merupakan bagian pendukung dari
kehidupan keluarga sehingga keluarga memang harus selalu diutamakan. Dari
hasil penelitian mengenai sikap pasutri dalam mengutamakan keluarga dapat
diketahui bahwa 46.7% menyatakan selalu mengutamakan keluarga, 33.3%
menyatakan hanya kadang-kadang, 12% menyatakan jarang, sedangkan sisanya
8% menyatakan tidak pernah.
46,70%
33,30%
12% 8%
Hasil Penelitian
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
D. Kesimpulan Hasil Penelitian
Hasil penelitian di Paroki HKTY Ganjuran dengan 75 pasang responden
keluarga muda dengan usia perkawinan 5-15 tahun menunjukkan sebuah fakta
yang menarik yang baik untuk didalami lebih lanjut sehingga pada akhirnya dapat
ditarik sebuah kesimpulan dan data yang nyata. Data yang diperoleh ini juga dapat
digunakan sebagai pedoman penyusunan program. Hasil penelitian yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perwujudan Janji Perkawinan
a. Kebebasan dalam memilih pasangan dan rasa cinta terhadap pasangan
Berdasarkan dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa responden yang
terdiri dari pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran dalam memilih pasangan, orang tua yang kadang-kadang turut
campur sebanyak 55.3% sedangkan 6% menyatakan orang tua selalu turut
campur ketika menentukan pasangan hidup. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan
bahwa dalam perkawinan yang sekarang dibangun sedikit banyak dipengaruhi
oleh hal tersebut. Menerima kelebihan maupun kekurangan pasangan merupakan
hal yang mutlak dalam sebuah janji perkawinan. Dari hasil penelitian diketahui
persentase tertinggi yakni 43.3% responden menyatakan selalu menerima
kelebihan dan kekurangan pasangan. Hal ini bisa dipandang sebagai hal yang
positif namun dapat pula dipandang sebagai hal yang masih kurang mengingat
persentase tersebut tidak mencapai angka 50%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
b. Kesetiaan dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat maupu sakit
Setia dalam janji perkawinan tidak hanya berhenti pada tidak ada PIL atau
WIL namun juga mencakup setia dalam mendengarkan keluh kesah pasangan.
Menurut hasil penelitian, persentase tertinggi 38.3% ditunjukkan oleh jawaban
jarang. Jawaban selalu hanya mencapai 34%. Hasil tersebut sangat
memprihatinkan mengingat kesetiaan yang seutuhnya seharusnya tercipta dalam
kehidupan perkawinan. Setia terhadap pasangan juga dapat ditunjukkan ketika
pasangan terkena PHK. Ketika pasangan terkena PHK dan belum ada kepastian
masa depan, maka kesetiaan diuji. Hasil penelitian menunjukkan 44.7%
menyatakan selalu setia mendampingi pasangan. Walaupun jawaban selalu
menunjukkan persentase paling tinggi dibanding dengan yang lain, namun tetap
tidak bisa dinilai baik sebab jauh dari angka sempurna. Bahkan persentase ini
masih kurang dari 50%. Kesetiaan pasangan juga dapat ditunjukkan ketika
pasangan sedang mengalami sakit. Hasil penelitian menunjukkan ketika pasangan
sakit 42.7% responden menyatakan selalu merawat pasangan, namun jawaban
kadang-kadang juga menunjukkan persentase yang hampir sama yakni 41.3%.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kesetiaan yang menyeluruh belum
diwujudkan dengan sebaik-baiknya.
c. Kesatuan antara suami-istri
Banyak yang mengatakan bahwa hubungan sexsual merupakan obat yang
ampuh dari berbagai masalah yang dihadapi oleh suami atau istri. Hubungan
sexsual merupakan kondisi paling intim yang dilakukan oleh suami-istri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
biasanya dapat meredakan segala situasi kurang baik yang dialami. Hasil
penelitian menunjukkan 49.3% pasangan mengatakan hanya kadang-kadang
merasa senang hati berhubungan seksual, sedangkan jawaban selalu senang hati
hanya mencapai 46.7%. Hal ini membuktikan bahwa hubungan sexsual tidak lagi
dirasakan sebagai sebuah keintiman yang istimewa. Jawaban tertinggi ditunjukkan
dengan jawaban kadang-kadang dengan persentase 49.3%. Hal ini cukup
memprihatinkan mengingat hubungan seksual merupakan anugerah perkawinan.
d. Perwujudan cinta dan cara menghormati pasangan
Perkawinan Katolik juga mengambarkan kesetaraan antara suami-istri.
Kesetaraan ini dapat diungkapkan dalam berbagai macam cara seperti
mengucapkan selamat saat ulang tahun perkawinan. Hasil penelitan menunjukkan
bahwa 38% responden menyatakan tidak penah mengucapkan selamat saat ulang
tahun perkawinan, sedangkan jawaban selalu hanya mencapai 26.7% yang masih
sangat jauh dari 100%. Lingkungan tempat tinggal para pasutri ini kemungkinan
besar berpengaruh pada pola pikir mereka. Paroki HKTY Ganjuran berada di
tempat dan situasi hidup yang masih sangat dipengaruhi pola pikir masyarakat
pedesaan. Cara lain yang bisa diusahakan untuk mewujudkan cinta dan
menghormati pasangan adalah refleksi yang dilakukan secara bersama-sama,
refleksi merupakan cara yang terbaik untuk mengevaluasi perbuatan yang telah
dilakukan sekaligus mendekatkan diri pada Tuhan. Refleksi yang dilakukan secara
bersama-sama dengan pasangan merupakan cara yang baik untuk saling
menghormati pasangan sebab refleksi yang dilakukan secara bersama-sama akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
menjadikan pasangan selalu berpikir positif dan tidak akan saling menyalahkan
ketika terjadi masalah, sebab kesalahan yang dilakukan akan disadari sendiri
dengan kesadaran yang penuh tanpa unsur paksaan sehingga di dapat digunakan
sebagai landasan pembetulan sikap hidup dalam perkawinan. Menurut hasil
penelitian dalam melakukan refleksi, dapat diketahui bahwa persentase terbesar
ada pada jawaban jarang yang mencapai 44%, untuk jawaban selalu hanya 36%
yang berarti kesadaran untuk melakukan refleksi bersama masih sangat kurang.
Menghormati pasangan dan menempatkan pasangan dalam posisi yang sama juga
dapat terwujud ketika pasangan selalu menanyakan pendapat pasangan untuk
mengambil keputusan terutama yang menyangkut kehidupan perkawinan. Dari
hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa 38% responden
menyatakan selalu meminta pendapat pasangan ketika hendak mengambil
keputusan, namun angka yang hampir sama juga ditunjukkan oleh jawaban jarang
yang mencapai 29.3%. Hal ini perlu mendapat perhatian lagi sebab kesamaan
kedudukan antara suami dan istri merupakan hal yang seharusnya diwujudkan
secara penuh.
e. Menjadi orang tua yang baik
Mendidik anak secara Katolik merupakan salah satu dari 3 janji
perkawinan pokok yang sering diabaikan oleh pasangan dengan alasan sibuk
bekerja dan yang lebih parahnya lagi adalah pasutri ini melimpahkan tugas
utamanya tersebut kepada orang lain bahkan pihak lain yang belum tentu tepat.
Dari hasil penelitian dapat diketahui 50.7% responden menjawab hanya kadang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
kadang mendidik anak-anaknya untuk berdoa, yang lebih parahnya jawaban tidak
pernah mengajari anaknya berdoa juga muncul walau persentasenya 0.6%. Cara
lainnya untuk dapat mendidik anak yakni dengan mendorongnya untuk ikut
sekolah minggu. Dengan mengikuti sekolah minggu anak akan semakin mengenal
Allah dan imannya akan Yesus semakin tumbuh dengan baik. Selain itu sekolah
minggu merupakan tempat bagi anak-anak untuk berjumpa dengan teman-teman
yang berkeyakinan sama sehingga mereka dikuatkan sebagai minoritas. Dari hasil
penelitian dapat diketahui bahwa jawaban selalu mendorong anaknya untuk ikut
sekolah minggu merupakan persentase tertinggi, meskipun begitu hanya sebesar
35.3% dan tidak sampai 50% sedangkan yang sangat mengkhawatirkan adalah
munculnya jawaban tidak pernah mendorong anaknya untuk ikut sekolah minggu.
Persentase orang tua yang sama sekali tidak pernah mendorong anaknya untuk
ikut sekolah minggu sebesar 7.3%.
2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus
Ganjuran
a. Kebiasaan pasutri di rumah
Kebiasaan pasangan suami-istri di rumah juga dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk menggambarkan sejauh mana mereka mewujudkan janji
perkawiannya. Sebuah hal yang dilakukan secara terus menerus atau rutin
memang lebih sulit dilakukan daripada sesuatu yang dilakukan sesekali saja.
Contoh konkritnya adalah kebiasaan doa bersama. Kebiasaan doa ini merupakan
wujud dari kesatuan suami-istri dengan Sang Pencipta-Nya. Dari hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
dapat diketahui bahwa persentase terbesar yakni 55.3% responden menyatakan
tidak pernah melakukan doa bersama, sedangkan yang menjawab selalu hanya
sebesar 14%. Hasil ini perlu mendapat perhatian khusus dan tindak lanjut yang
serius agar jawaban selalu dari responden yang hanya 14% dapat meningkat.
Cinta yang mesra dari pasangan suami-istri juga dapat diwujudkan dan
ditunjukkan melalui hal yang sederhana misalnya saja mencium kening pasangan
pada saat hendak pergi tidur. Hal ini sederhana namun tidak mudah dilakukan
terlebih saat sedang mengalami masalah dengan pasangan. Dari hasil penelitian
yang dilakukan dapat diketahui bahwa persentase terbesar ditunjukkan dari
jawaban tidak pernah memberikan ciuman kening dengan persentase 49.3%.
Jawaban selalu memberikan ciuman hanya sebesar 9.3%. Hal sederhana lainnya
yang dapat menggambarkan penghayatan janji perkawinan melalui kebiasaan
hidup pasangan suami-istri adalah memberitahu pasangan saat pasangan pulang
terlambat. Hasil penelitian menunjukkan jawaban terbanyak yakni jarang
memberikan kabar ketika pulang terlambat dengan persentase sebesar 40%,
sedangkan persentase selalu hanya 30.7%. Perwujudan janji perkawinan yang
lainnya jika dilihat dari kehidupan bersama pasangan suami-istri yakni adanya
kebiasaan makan bersama. Pada zaman Yesus pun persaudaraan dan keakraban
serta kedekatan biasanya ditunjukkan dalam perjamuan makan bersama. Hasil
penelitian menunjukkan persentase terbesar adalah jawaban jarang yakni sebesar
43.3%. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat waktu makan ada 3 kali yakni
pagi, siang dan sore. Sebenarnya untuk makan bersama dari ketiga waktu makan,
bisa dipilih salah satu saja, namun kenyataannya jawaban selalu hanya ada 18.7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
saja. Kesimpulan dari kebiasaan pasangan suami-istri di rumah untuk
mewujudkan janji perkawinan masih jauh dari kata sempurna serta perlu
mendapat perhatian yang serius. Kebiasaan yag tidak baik yang nyatanya masih
banyak ditemui dalam kehidupan bersama antara suami istri ini perlu diperbaiki
sedikit demi sedikit agar tidak menjadi kebiasaan yang lama-lama bisa menjadi
oase yang bisa meretakkan rumah tangga yang telah dibangaun dengan awal yang
baik. Merubah kebiasaan bukan perkara mudah sehingga harus dilakukan dengan
telaten dan sabar serta penuh kesadaran.
b. Kebiasaan pasutri di lingkungan
Kebiasaan lain yang bisa menggambarkan seberapa dalam perwujudan
janji perkawinan pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di
Paroki HKTY Ganjuran adalah kebiasaan pasutri dalam lingkungan. Eksistensi
seorang suami ataupun seorang istri tidak hanya terbatas pada pasangan atau
keluarga saja, namun juga pada lingkungannya. Eksistensi ini juga dapat
menggambarkan seberapa dalam pasangan mewujudnyatakan janji perkawinan
dalam hidupnya. Eksistensi ataupun keterlibatan ini misalnya saja selalu
mengikuti doa lingkungan atau menjadi pengurus lingkungan. Dari penelitian
dapat diketahui bahwa dari seluruh pasangan suami-istri dengan usia perkawinan
5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran, hanya 18.7% yang menyatakan selalu
terlibat dan persentase terbesar ditunjukkan oleh jawaban jarang yang mencapai
43.3%. Jawaban ini sungguh jelas memprihatinkan sebab Gereja hidup karena
keterlibatan umat, namun kenyataannya banyak umat menyatakan jarang terlibat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
c. Kebiasaan pasutri di paroki
Setelah pasangan suami-istri terlibat aktif di lingkungan, alangkah baiknya
pasangan suami-istri terlibat aktif di paroki. Keterlibatan di paroki tidak melulu
harus keterlibatan yag besar seperti terlibat menadi dewan paroki atau menjadi
prodiakon. Keterlibatan bisa dilakukan seperti ikut tugas kor, mengikuti setiap
acara yang menjadi agenda paroki dan lain sebagainya. Menurut hasil penelitian,
jawaban terbesar ditunjukkan oleh jawaban tidak pernah terlibat dengan
persentase sebesar 46.7%, sedangkan jawaban selalu merupakan jawaban terendah
yakni sebesar 6.7%. Keterlibatan yang paling sederhana dan bisa dilakukan secara
bersama-sama yakni mengikuti Perayaan Ekaristi secara bersama. Menurut hasil
penelitian, 34% menyatakan selalu mengikuti Perayaan Ekasristi bersama
walaupun selalu merupakan jawaban terbesar, namun harus tetap ditingkatkan.
3. Keutuhan Perkawinan
Keutuhan perkawinan dapat dilihat dari hubungan antar keluarga serta
perhatian yang besar untuk selalu mengutamakan keluarga.
a. Hubungan antar keluarga
Keluarga merupakan komunitas yang utama dan yang paling mesra.
Keluarga merupakan rumah yang selalu terbuka untuk selalu dipulangi yang
selalu menjanjikan cinta yang tidak berkesudahan, namun kenyataan yang ada saat
ini sering membuat hati miris sebab banyak kekerasan dan kejahatan yang terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dalam keluarga. Dalam konteks keutuhan perkawinan Katolik dalam rangka
mewujudkan janji perkawinan, komunikasi antar anggota keluarga harus
dimaksimalkan terutama saat ini teknologi sudah sangat canggih dan semua orang
dapat memanfaatkan segi positif dari kemajuan komunikasi dengan menjalin
komunikasi yang baik dengan keluarga, jangan malah mengeksploitasi
kecanggihan komunikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berdasarkan
penelitian dapat diketahui bahwa 41.3% responden menjawab selalu menjalin
komunikasi yang baik dengan pasangan dan anak-anaknya. Walaupun jawaban
selalu merupakan jawaban terbesar, namun tetap saja tidak mencapai 50%.
b. Perhatian untuk mengutamakan keluarga
Bekerja adalah cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga,
tetapi maknanya saat ini menjadi bergeser karena banyak yang lebih
mengutamakan pekerjaan daripada mengutamakan keluarga. Keluarga ada karena
disebabkan oleh ikatan suci antara laki-laki dan perempuan, namun pada
kenyataannya banyak pasutri yang mengesampingkan keluarga yang mereka
bangun. Keluarga adalah segala-galanya yang sangat berharga. Salah satu hal
yang bisa menunjukkan seberapa pentingnya keluarga yakni dalam membedakan
kepentingan antara keluarga dan pekerjaan. Menurut hasil penelitian, 46.7%
responden menyatakan lebih mengutamakan keluarga daripada pekerjaan. Hal ini
melegakan namun juga memprihatinkan sebab yang memilih kadang-kadang,
jarang serta tidak pernah jika disatukan lebih dari 50%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
E. Refleksi Kritis Perwujudan Janji Perkawinan pada Pasutri dengan Usia
Perkawinan 5-15 Tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
1. Perwujudan Janji Perkawinan
Janji perkawinan memuat 3 janji pokok yakni janji setia dalam untung dan
malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan
dan kelebihan, selalu mencintai dan menghormati sepanjang hidup, bersedia
menjadi Bapak/Ibu yang baik serta mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan
secara Katolik. Ketiga janji pokok tersebut saling berhubungan satu sama lain
sehingga dalam pemenuhannya tidak bisa dipisahkan antara yang satu dan yang
lainnya. Tiga janji pokok ini dapat dijabarkan menjadi banyak hal sebab janji
perkwinan mencakup banyak hal.
a. Kebebasan dalam Memilih Pasangan dan Rasa Cinta terhadap Pasangan
1) Kebebasan dalam memilih pasangan
Janji perkawinan dapat diwujudkan secara baik dengan berbagai usaha
yang sederhana. Perkawinan itu pada dasarnya menyangkut 3 pribadi yakni suami,
istri serta Tuhan yang mempersatukan sehingga ketika dalam menentukan
pasangan sudah diwarnai dengan campur tangan orang tua, maka unsur cinta yang
mendasari perkawinan tersebut sudah tidak murni. Campur tangan orang tua
memang sangat perlu, namun bukan campur tangan yang mendominasi hak
pribadi. Pada penelitian yang dilalukan pada keluarga muda dengan umur
perkawinan 5-15 tahun di Gereja HKTY Ganjuran, dapat disimpulkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
jawaban selalu menunjukkan angka 6% sedangkan jawaban tertinggi ada pada
jawaban kadang-kadang dengan persentase 55,5%. Kenyataan yang ada ini dapat
memberikan gambaran bahwa campur tangan orang tua masih terjadi namun
campur tangan yang dilakukan orang tua tidak mendominasi. Hal ini terjadi
karena Paroki HKTY Ganjuran berada di wilayah yang masih kental dengan
budaya jawanya namun sudah cukup modern sehingga peranan orang tua masih
sangat diberi tempat walau keputusan akhir tetap pada masing-masing pribadi.
2) Rasa cinta terhadap pasangan
Sebuah hubungan biasanya didasari dan dilandasi oleh rasa cinta entah itu
hubungan keluarga, sahabat atau sekedar teman. Hal ini juga berlaku untuk teman
hidup yang akan menemani kita sampai akhir hayat. Hubungan antara suami-istri
harus dilandaskan oleh rasa cinta yang mendalam, rasa cinta yang mendalam
dapat ditunjukkan melalui banyak hal. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa
cinta adalah dengan menerima semua yang ada pada pasangan baik itu kelebihan
fisik serta perilaku dan juga kekurangannya. Menurut penelitian yang dilakukan
pada 75 pasang keluarga muda dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran ini menunjukkan bahwa pasangan yang slalu menerima
kekurangan maupun kelebihan pasangan hanya menunjukkan 43.30%. Kurangnya
kesadaran pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran
ini dipengaruhi oleh perilaku egois yang cenderung ditampakkan oleh orang-orang
di zaman sekarang yang maunya selalu dimengerti namun untuk mengerti orang
lain sangat sulit. Faktor lainnya karena budaya kerja tanpa kenal waktu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dewasa ini semakin memprihatinkan juga menjadi penyebabnya, terlebih melihat
usia pasutri ini yang tergolong dalam masa produktif.
b. Kesetiaan dalam Untung dan Malang, Suka dan Duka, Sehat maupun Sakit
Kesetiaan dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit
merupakan paket istimewa yang tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lainnya.
Hal ini juga dapat ditunjukkan dengan banyak hal, beberapa diantaranya adalah:
1) Mendengarkan keluh kesah pasangan dengan sepenuh hati
Kesetiaan dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit
salah satunya dapat ditunjukkan dengan cara mendengarkan keluh kesah pasangan
dengan sepenuh hati. Mendengarkan merupakan hal yang sederhana namun belum
tentu semua orang dapat melakukannya. Bila dibandingkan dengan
mendengarkan, berbicara sebenarnya lebih mudah walaupun banyak orang
mengaku tidak percaya diri jika berbicara di depan umum, namun bagaimana jika
dibandingkan dengan mendengarkan orang berbicara selama beberapa jam?
Kebanyakan orang akan bersikap tidak menghargai dengan melakukan hal-hal lain
seperti memainkan hand phone atau malah ditinggal mengobrol dengan orang
lain dengan alasan mengusir rasa kantuk. Hasil penelitian yang dilakukan pada
pasutri dengan usia perkawinan 5-15 di Paroki HKTY Ganjuran menunjukkan
39.30% menjawab jarang mendengarkan keluh kesah pasangan dengan sepenuh
hati, sedangkan jawaban selalu hanya mencapai 34%. Hal ini disebabkan budaya
kerja menguras banyak waktu suami ataupun istri yang menyebabkan kurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
waktu yang bisa diberikan untuk pasangan masing-masing sehingga waktu yang
seharusnya digunakan untuk mendengarkan pasangan bercerita sudah dihabiskan
untuk rasa lelah yang disebabkan karena selalu bekerja.
2) Tetap setia mendampingi pasangan ketika di PHK
Cara lainnya untuk menunjukkan kesetiaan dalam untung dan malang,
suka dan duka, sehat maupun sakit adalah dengan cara tetap setia dalam
mendampingi pasangan ketika di PHK. Orang kecenderungan senang hati ketika
harus mendampingi pasangan disaat senang, namun akan merasa berat ketika
pasangan berada pada situasi yang kurang menguntungkan seperti di PHK.
Apalagi hal ini menimpa suami yang istrinya bekerja. Peristiwa seperti ini akan
menjadi pukulan yang berat bagi suaminya. Hasil penelitian terhadap pasutri
dengan usia perkawinan 5-15 di Paroki HKTY Ganjuran dengan pertanyaan
pengandaian jika pasangan di PHK menunjukkan 40.77% responden menjawab
selalu mendampingi pasangan bila di PHK. Jawaban tersebut memang merupakan
jawaban tertinggi namun sangat memprihatinkan sebab masih kurang dari 100%.
Hasil tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang sangat banyak sedangkan
dalam hal kesiapan ekonomi pasangan-pasangan ini kebanyakan masih
mencukupinya dengan kedua belah pihak (suami dan istri) bekerja sehingga jika
salah satu di PHK pasangan merasa berat jika harus mencukupi kebutuhan hidup
keluarga seorang sendiri. Untuk itu kesadaran untuk saling menjadi penolong
yang sepadan perlu ditingkatkan lagi. Hal itu dikarenakan, suami-istri memang
diciptakan untuk saling melengkapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
3) Selalu merawat pasangan ketika sakit
Menjadi satu daging bisa juga diartikan ketika pasangan sakit maka
dirinya pun ikut merasakan sakit. Merasakan sakit tidak harus dilakukan dengan
jika pasangan sakit panas maka suami/istri juga harus sakit panas. Hal ini bisa
diwujudkan dengan cara merawat pasangan dengan sepenuh hati dengan telaten
dan sabar. Hasil penelitian pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di
Paroki HKTY Ganjuran, responden yang menjawab selalu merawat pasangan
sebesar 42.70%. Hal ini masih jauh dari kata sempurna. Penyebab dari hal ini
adalah kebiasaan masyarakat sewaktu pasangan sakit hanya meladeni seperlunya
saja bukan mencurahkan seluruh waktunya untuk pasangan apalagi kesibukan
kerja biasanya tidak bisa diajak kompromi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
tidak ada kesadaran akan rasa saling memiliki atara suami- istri sehingga
mengakibatkan ketidakpedulian satu sama lain.
c. Kesatuan antara Suami-istri
Kesatuan antara suami istri yang paling mendalam adalah waktu
berhubungan seksual atau hubungan suami-istri. Kesatuan ini adalah kesatuan
yang luhur dan suci. Aktivitas seksualitas yang dilakukan oleh suami-istri
merupakan aktivitas seksualitas yang dilakukan dengan bimbingan Roh Kudus
dan dikehendaki Tuhan. Oleh sebab itu, aktivitas seksualitas harus dilakukan
dengan rutin dan harus selalu dilakukan dengan senang hati. Hasil penelitian yang
dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran menunjukkan 49.30 % responden menjawab hanya kadang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
kadang merasa bahagia waktu berhubungan seksual. Jawaban terbanyak kedua
ditunjukkan oleh jawaban selalu dengan persentase sebesar 46.70%. Melegakan
karena hanya sedikit yang menjawab jarang merasa senang (4%) dan tidak ada
yang menjawab tidak pernah merasa senang hati. Walaupun melegakan namun
jawaban kadang-kadang yang merupakan jawaban tertinggi harus bisa diubah
menjadi jawaban selalu. Penyebab hal ini adalah karena kesibukan kerja yang
tinggi menyebabkan kelelahan fisik, selain itu penyebab lainnya adalah karena
menjadikan hubungan seksual sebagai rutinitas semata bukan sebagai perbuatan
luhur atas kehendak Tuhan.
d. Perwujudan Cinta dan Menghormati Pasangan
Cinta akan terlihat jika diwujudkan, tanpa diwujudkan cinta hanya sebatas
kata yang tidak memiliki arti khusus. Banyak cara untuk dapat mewujudkan serta
mengungkapkan perasan cinta. Cinta yang sungguh-sungguh bermartabat adalah
cinta yang menjujung sikap hormat pada pasangan. Menghormati pasangan
artinya memberi nilai pada pasangan. Perwujudan cinta dengan menghormati
pasangan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.
1) Memberikan ucapan ulang tahun perkawinan pada pasangan
Memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada pasangan merupakan
sebuah hal yang istimewa karena membuat pasangan merasa diperhatikan dan
berarti, terlebih jika mengucapkan ucapan selamat ulang tahun saat ulang tahun
perkawinan. Jika hal ini dilakukan, pasangan akan merasa berarti dan perkawinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
mereka sangat penting dan bermakna. Hasil penelitian yang dilakukan pada
pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY
menunjukkan jawaban tertinggi responden adalah tidak pernah dengan persentase
38% yang artinya kesadaran untuk mewujudkan dan menunjukkan cinta melalui
hal-hal yang sederhana belum terwujud. Hal ini dipengaruhi budaya Jawa yang
menempatkan laki-laki sebagai pribadi yang berada di atas perempuan sehingga
masih agak tabu jika pasangan melakukan hal semacam ini baik dari pihak suami
ataupun istri. Selain itu pasangan juga menganggap hal seperti ini kurang penting
sehingga tidak perlu untuk dilakukan.
2) Melakukan refleksi bersama dengan pasangan
Perkawinan berarti menyatukan dua pribadi yang berbeda dari berbagai
segi. Perbedaan ini seringkali membawa gejolak bagi sebuah perkawinan, oleh
karena itu mesti ada cara untuk mengatasinya. Cara yang sederhana untuk
mengatasinya yakni dengan meditasi. Meditasi membawa dampak yang baik bagi
kesadaran diri baik suami maupun istri. Hal ini bisa terjadi karena meditasi
membawa kita pada situasi yang hening dan tenang sehingga bisa berdampak pada
sikap sehari-hari. Sikap yang tenang akan membantu suami dan istri dalam
mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dengan bijaksana. Hasil penelitian
dengan pertayaan melakukan refleksi bersama didapat jawaban jarang dengan
persentase 44%. Kenyataan ini sangat dipengaruhi oleh kesibukan pasutri serta
gaya hidup modern yang lebih banyak dihabiskan untuk mencari hiburan dengan
menonton televisi, main internet dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
3) Meminta pertimbangan pasangan ketika hendak mengambil keputusan
Perkawinan adalah sebuah kesatuan yang terdiri dari dua pribadi yang
masing-masing memiliki kehendak dan pikiran berbeda. Banyak hal yang harus
dikerjakan dalam kehidupan perkawinan seperti mengurus anak, mengurus rumah
atau yang lainnya. Dalam melakukan semuanya ini diperlukan sebuah keputusan
yang benar dan mungkin terjadi bila dibicarakan terlebih dahulu dengan
pasangannya. Banyak hal yang menurut kita benar belum tentu menurut orang lain
benar dan banyak hal yang menurut kita benar belum tentu keputusan yang baik
dan tepat.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasutri dengan usia perkawinan
5-15 di Paroki HKTY menunjukkan hanya 38% pasangan yang selalu meminta
pertimbangan ketika hendak mengambil keputusan. Hal ini disebabkan karena
cara pikir suami ataupun istri yang menganggap keputusan yang hanya
menyangkut pribadinya tidak ada hubungannya dengan pasangannya sehingga
tidak perlu meminta pertimbangan pasangan. Selain semua itu, keputusan yang
sekiranya bisa diputuskan sendiri dianggap tidak perlu mendapatkan masukan dan
persetujuan pasangan, padahal jika keputusan ini membawa dampak pada
kejadian di masa mendatang akan beresiko memunculkan konflik.
e. Menjadi Orangtua yang Baik
1) Mengajarkan cara berdoa kepada anak
Janji perkawinan sangat penting, karena tidak hanya menyangkut pasangan
namun juga menyangkut masa depan anak yakni menjadi orang tua yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Menjadi orangtua yang baik berarti ikut terlibat penuh dalam mendidik anak
terutama dalam mendidik iman anak. Mendidik iman anak secara sederhana dapat
dilakukan dengan cara mengajarkan cara berdoa kepada anak baik doa spontan
maupun doa yang memang harus dihafal dalam gereja katolik. Pendidikan yang
lebih utama adalah teladan orang tua sebagai orang Katolik.
2) Mendorong anak untuk mengikuti sekolah minggu ataupun pendampingan
iman anak/remaja lainnya
Cara lainnya untuk menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yang
dipercayakan Tuhan yakni dengan mendorong anak untuk mengikuti sekolah
minggu atau pendampingan iman anak lainnya. Sekolah minggu atau
pendampingan iman anak/remaja lainnya merupakan wadah yang tepat bagi anak
agar semakin mengenal imannya terlebih mengingat kebanyakan orangtua yang
super sibuk. Selain itu, kegiatan seperti ini juga bisa membantu anak untuk
menguatkan keberanian mereka karena kita adalah minoritas. Hasil penelitian
yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di
Paroki HKTY Ganjuran mengenai kesadaran orangtua dalam mendorong anaknya
terlibat dalam sekolah minggu atau kegiatan pendampingan iman lainnya
menunjukkan sebesar 35.30% orang tua mengaku selalu mendorong anaknya
untuk mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun jawaban selalu merupakan jawaban
terbanyak namun tetap saja jawaban ini masih jauh dari angka sempurna.
Kenyataan yang ada ini disebabkan oleh kesibukan orangtua pada hari efektif
sedangkan kegiatan pendampingan iman anak kebanyakan dilakukan pada hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Minggu yang biasanya dimanfaatkan oleh orang tua untuk menikmati liburan.
Selain semuanya itu, orang tua ada yang malas mengantar jemput anaknya
sekolah minggu dan menganggap kegiatan les pelajaran atau mengkursuskan anak
sesuai dengan bakatnya jauh lebih penting. Sikap orang tua yang demikian itu
menyebabkan tumbuhnya kebiasaan buruk pada anak. Oleh karena itu, kesadaran
orang tua memang sebagai prioritas utama kualitas iman anak.
2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus
Ganjuran
Selain janji perkawinan, pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun juga
harus dilihat lebih dalam lagi. Hal ini dimaksudkan agar perwujudan janji
perkawinan pada pasutri ini dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. Untuk
mengetahui lebih dalam mengenai hubungan pasutri dengan usia perkawinan 5-
15, maka perlu dilihat lagi beberapa hal yang terkait dengan kebiasaan hidup
mereka sehari-hari.
a. Kebiasaan Pasutri di Rumah
1) Kebiasaan doa bersama dalam keluarga
Seorang anak kecil yang sejak kecil dididik dan dibiasakan hidup dengan
teratur dan rapi maka saat dewasa akan menjadi teratur dan rapi pula. Hal ini
berlaku juga untuk kebiasaan pasangan suami-istri, jika dalam kehidupan
berumahtangga seorang suami dan istri serta anak-anaknya selalu berdoa, maka
keluarga ini akan terbiasanya meletakkan perkaranya di tangan Tuhan. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15
tahun di Paroki HKTY menunjukkan 55.30% responden mengaku jarang
melakukan doa bersama di rumah, sedangkan jawaban selalu hanya mencapai
14%. Hal ini disebabkan oleh kesibukan pasangan dan juga kebiasaan komunikasi
dengan dunia luar menggunakan media sosial lebih diutamakan.
2) Mencium kening pasangan ketika hendak pergi tidur
Kebiasaan pasangan suami-istri di rumah yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kualitas perkawinan adalah dengan mencium kening pasangan
ketika hendak pergi tidur. Perempuan sangat merasa dihargai dan disayangi jika
dicium keningnya. Perasaan positif yang muncul juga akan memberikan dampak
positif bagi kehidupan perkawinan yang dibangun. Hasil penelitian yang
dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran menunjukkan 49.30% responden menjawab tidak pernah
melakukan ciuman kening sebelum pergi tidur. Jawaban ini merupakan jawaban
terbesar yang sangat memprihatinkan. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh
Budaya Jawa yang hidup subur dalam masyarakat di paroki ini. Cium kening yang
sebenarnya sangat lumrah dianggap agak tabu dan sulit diterima sebagai budaya
baru yang sebenarnya sangat positif.
3) Memberitahu pasangan saat pulang terlambat
Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam membangun sebuah
hubungan. Jika banyak hal dalam rumah tangga tidak dikomunikasikan maka akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
rentan terhadap terjadinya miss communication yang bisa
menyebakan/menimbulkan konflik. Hal ini juga berlaku untuk hal-hal sepele
seperti saat pulang terlambat. Hasil penelitian yang dilakukan pada pasangan
suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran
menunjukkan 40% responden menyatakan jarang memberitahu pasangan ketika
hendak pulang terlambat. Hal ini disebabkan karena pulang terlambat dianggap
sebagai hal yang biasa dan tidak terlalu penting untuk memberitahu pasangan
karena nanti juga akan pulang. Kebiasaan-kebiasaan kecil semacam ini jika
dibiarkan akan terakumulasi dan menyebabkan sikap cuek dan tidak peka
terhadap hal-hal yang ada di sekitar.
4) Kebiasaan makan bersama dalam keluarga
Makan adalah sebuah cara untuk mendekatkan diri antar anggota keluarga.
Pada zaman Yesus pun, Yesus memilih saat makan untuk membangun sebuah
persaudaraan sejati dengan satu iman yakni pada saat perjamuan terkhir. Pada saat
makan, biasanya orang akan saling mengobrol ringan sehingga suasana hangat
dan dekat pun akan tercipta serta satu sama lain merasa memiliki dan dimiliki.
Hasil penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran menunjukkan 43.30%
mengatakan mereka jarang makan bersama. Hal ini disebabkan oleh kesibukan
yang memaksa mereka harus makan sendiri-sendiri karena jadwal makan yang
berbeda-beda, penyebab lainnya adalah karena tidak berpikir jika makan bersama
merupakan hal yang penting dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
b. Kebiasaan Pasutri di Lingkungan
Kebiasaan yang baik tidak hanya perlu dilakukan saat berada di rumah.
Kebiasaan baik yang bisa dilakukan oleh pasangan suami-istri juga harus
dilakukan di lingkungan tempatnya tinggal. Kebiasaan baik yang konkrit dan bisa
dilakukan di lingkungan salah satunya adalah dengan terlibat aktif dalam kegiatan
lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan
usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran menunjukkan 49.30%
responden menjawab jarang terlibat aktif dalam kegiatan di lingkungan. Hal ini
disebabkan pasangan suami-istri ini lebih senang melakukan kegiatan lain yang
lebih menghibur seperti menonton televisi ataupun jalan-jalan.
c. Kebiasaan Pasutri di Paroki
1) Pasutri terlibat aktif dalam kegiatan di paroki
Lingkup sosial seseorang yang berkepercayaan Katolik tidak sebatas di
lingkungan sekitar tempat tinggal namun juga di paroki tempatnya bernaung.
Dalam kehidupan paroki (terlebih paroki yang ada di Jawa), ada begitu banyak
kegiatan yang diadakan baik yang terbatas untuk kelompok kategorial ataupun
seluruh umat, bahkan tak jarang kegiatan dilakukan untuk seluruh umat dan
masyarakat sekitar paroki. Dalam berbagai macam kegiatan ini, kita memiliki
banyak sekali kesempatan untuk terlibat dan memberikan suatu kerja nyata bagi
paroki tempat tinggal sehingga iman yang sudah ada semakin diwujudnyatakan
dalam kehidupan sehari-hari. Keterlibatan tidak perlu dalah hal yang besar dan
muluk-muluk. Keterlibatan bisa dilakukan dengan cara sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Peenelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY 46.70% mengaku tidak pernah terlibat
aktif di paroki sedangkan yang menyatakan selalu terlibat hanya sebesar 6.70%.
Hal ini disebabkan karena kesibukan bekerja dan mereka juga menganggap tidak
mendapatkan sesuatu dari keterlibatan di paroki dan bahkan malah diremehkan
oleh orang-orang yang sudah terlibat lama di paroki.
2) Pasutri mengikuti Perayaan Ekaristi bersama
Keterlibatan pasutri yang lain juga dapat diwujudkan secara sederhana
dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Ekaristi jika dihadiri bersama keluarga juga
lebih bermakna. Penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY 34% responden meyatakan selalu
berangkat mengikuti Perayaan Ekaristi mingguan secara bersama-sama, walau
jawaban ini adalah jawaban tertinggi namun masih sangat perlu ditingkatkan.
Keadaan yang demikian ini disebabkan karena jadwal pulang kerja yang tidak
sama, hanya salah satu di antara suami/istri saja yang berangkat sedangkan
pasangannya sangat jarang ke gereja dan lain sebagainya.
3. Keutuhan Perkawinan
a. Hubungan antar keluarga
Komunikasi adalah sebuah kegiatan yang sangat sederhana dan sering
dilakukan tanpa kesadaran karena sudah menjadi kebiasaan. Walaupun
komunikasi adalah kegiatan yang sangat sederhana, namun jika tidak dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
dengan baik dan sadar maka bisa menimbulkan masalah yang tidak sederhana.
Banyak masalah besar yang ditimbulkan dari misscommunication dan kadang
penyelesaiaannya tidak sebentar. Komunikasi adalah perkara yang sederhana
namun sayangnya terkadang diselewengkan. Contoh yang nyata adalah seorang
suami atau istri yang lebih memilih berkomunikasi dengan orang lain lewat
handphone canggihnya atau lewat laptopnya sedangkan keluarganya malah
dinomor sekiankan. Sejatinya komunikasi yang baik justru harus dibangun
terlebih dahulu dalam keluarga, baik dengan pasangan maupun anak-anaknya.
Komunikasi yang baik bila dibangun di dalam keluarga maka akan terasa damai.
Penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY 41.30% menjawab selalu menjaga dan
membangun komunikasi dengan keluarga. Walau jawaban ini paling tinggi namun
tetap masih harus ditingkatkan. Keadaan ini disebabkan karena kesibukan kerja,
selain itu kecanggihan teknologi yang sering disalahgunakan. Kebanyakan pasutri
juga menganggap tidak terlalu penting banyak komunikasi dengan pasangan
melalui alat komunikasi sebab pada akhirnya akan bertemu di rumah.
b. Perhatian untuk mengutamakan keluarga
Keluarga adalah tempat dimana selalu ada kehangatan dan cinta untuk
kita. Oleh karena itu wajar jika kita harus selalu mengutamakan keluarga yang
mengutamakan kita. Usaha untuk selalu mengutamakan keluarga dapat
diwujudkan dengan berbagai macam cara seperti selalu menjalin komunikasi dan
yang tidak kalah penting di jaman ini adalah lebih mengutamakan keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
daripada pekerjaan. Pada zaman ini, orang banyak gila kerja sehingga rumah
bukan lagi dianggap sebagai himpunan cinta kasih melainkan tempat menumpang
tidur saja.
Penelitian yang dilakukan pada pasangan suami-istri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY 46.70% menyatakan lebih mementingkan
keluarga daripada pekerjaan. Jawaban jarang merupakan jawaban tertinggi,
namun cukup memprihatinkan karena masih di bawah seratus persen walaupun
tidak berarti sisanya menjawab tidak pernah, namun alangkah baiknya semua
pasutri lebih mengutamakan keluarga dibandingkan dengan lainnya. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan hidup yang semakin banyak, budaya konsumerisme
yang selalu menawarkan hal-hal baru serta semakin canggihnya teknologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KATEKESE KELUARGA
KATOLIK PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN
A. Latar Belakang Penyusunan Program
Paroki HKTY Ganjuran merupakan sebuah Paroki yang besar dan
memiliki banyak keluarga muda yang perlu diperhatikan. Hasil penelitian yang
dilakukan terhadap pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY
Ganjuran menunjukkan banyaknya pasutri yang sudah menyadari pentingnya
mewujudkan janji perkawinan, namun mereka belum bisa mewujudkan janji
perkawinan secara utuh dikarenakan kesibukan kerja dan kesibukan lain yang
menghiasi hari-hari kehidupan rumah tangga mereka.
Melihat kenyataan itulah, perlu adanya usaha pendampingan untuk pasutri
dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Pada dasarnya,
paroki memang sudah melakukan pendampingan untuk pasutri yakni
pendampingan dalam bentuk rekoleksi. Pendampingan model rekoleksi biasanya
dilakukan dengan cara memanfaatkan akhir pekan para pasutri dengan menginap
di tempat-tempat yang biasanya digunakan untuk kegiatan semacam ini. Jika
pendampingan harus dilakuan dengan cara menginap, melihat kesibukan para
pasutri, kegiatan dalam bentuk rekoleksi yang harus menginap kurang sesuai.
Rekoleksi mungkin memang bisa dilakukan tanpa menginap, namun rekoleksi
tetap membutuhkan waktu yang lumayan lama karena pendampingan dalam
bentuk rekoleksi memuat banyak sesi yang harus segera disampaikan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
berkesinambungan. Alasan lainnya yang membuat pendampingan dengan model
rekoleksi kurang sesuai adalah dalam rekoleksi biasanya pesertanya terbatas
sehingga kurang bisa menyentuh seluruh pasutri yang memang perlu didampingi.
Pendampingan yang diperlukan untuk pasutri tersebut adalah kegiatan yang bisa
diadakan dengan mempertimbangkan kesibukan para pasutri sehingga mereka
bisa mengikuti kegiatan pendampingan ini tanpa merasa terbebani ataupun
mengesampingkan kesibukan lain yang mungkin memang harus dikerjakan.
Berangkat dari pertimbangan tersebut maka pendampingan dengan total waktu
yang tidak terlalu lama dianggap sesuai dengan para pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Dalam hal
ini, model pendampingan yang dipilih adalah pendampingan dalam bentuk
katekese.
B. Katekese
Katekese berbeda dengan Teologi, Teologi bisa disebut sebagai
pemahaman iman sedangkan katekese bisa disebut dengan pendidikan iman.
Jacobs dalam Katekese pada Milinenium III: Quo Vadis? (2000: 11). Dalam
katekese yang merupakan sebuah pendidikan iman itu artinya ada proses
pedagogis. Proses pedagogis berarti ada pendamping yang berperan mengarahkan
proses katekese agar berada pada koridor pendidikan iman yang benar. Arti
tersebut juga selaras dengan arti katekese menurut CT art.18 yang mengatakan
“Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa
dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para
pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”. Suatu proses pedagogis dan
pembinaan yang diberikan secara organis dan sistematis menunjuk pada hal yang
sama yakni sebuah proses pembinaan atau pendidikan iman.
Arah katekese di Indonesia adalah katekese umat. Katekese umat menurut
Huber yang dikutip oleh Sumarno (2013: 9) adalah “komunikasi iman atau tukar
pengalaman iman) antara anggota jemaat/kelompok”.Dalam pengertian ini, pelaku
katekese adalah umat dengan mengambil pengalaman hidup umat yang kemudian
di dalami bersama dan kemudian dicerminkan dengan pengalaman perjalanan
hidup Yesus. Tujuan akhir dari katekese umat adalah terbentuknya sebuah
kesepakatan baru mengenai habitus baru/kebiasaan hidup baru yang lebih
mencerminkan cara hidup Kristus sebagai seorang Kristiani.
Pelaku katekese umat adalah umat maka yang ditonjolkan adalah
pengalaman hidup umat yang nantinya disharingkan atau dibagikan kepada umat
yang lain sehingga sangat sesuai digunakan dalam kondisi umat yang dinamis
sesuai dengan kemajuan jaman yang sangat pesat seperti sekarang.
C. Usulan Program
Pada dasarnya, para pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran sudah menerima materi yang berhubungan dengan perkawinan
sebelumnya saat mereka mengikuti kursus perkawinan dan di paroki pun sudah
ada usaha untuk mengadakan pendampingan dengan mengadakan rekoleksi.
Pendampingan-pendampingan ini pada dasarnya sudah baik, namun jika dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
dari berjalannya program selama ini, tema program serta tolak ukur
keberhasilannya terlihat masih sangat kurang pas. Hal ini mengingat adanya
begitu banyak keluarga dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY
namun dalam pelaksanaan pendampingan, lingkungan hanya diminta
mengirimkan 1 atau 2 KK. Jika seperti ini, seberapa banyak pendampingan pun
kemungkinan besar wakil yang dikirimkan hanya orang yang sama sehingga
pendampingan tidak merata dan kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh banyak
hal dan salah satunya karena rekoleksi membutuhkan waktu yang cukup lama
sedangkan banyak pasutri sibuk dengan pekerjaan atau aktifitasnya.
Berangkat dari pengalaman yang sudah dialami oleh paroki maka
pendampingan yang cakupannya lebih luas dan membutuhkan waktu yang tidak
begitu lama merupakan jawaban yang tepat bagi pasutri dengan usia perkawinan
5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Pendampingan dengan bentuk katekese
yang cakupannya luas dan dapat dilakukan secara berkala merupakan bentuk
pendampingan yang tepat. Katekese yang ditujukan untuk keluarga dengan usia
perkawinan 5-15 tahun ini akan dilakukan oleh paroki namun pelaksanaannya
lebih baik per wilayah agar pendampingan merata atau jika memungkin dilakukan
per lingkungan. Jika pendampingan dilakukan per wilayah atau jika
memungkinkan dilakukan per lingkungan maka akan semakin mengena dan tepat
sasaran sehingga setiap pasutri merasa disapa dan mereka juga semakin giat untuk
semakin memperbaiki hidup perkawinan mereka. Lewat sapaan semacam itu pula
kehidupan perkawinan pasutri bisa diperhatikandan dapat dilihat
perkembangannya secara berkala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
D. Rumusan Tema dan Tujuan
Tema umum : Mewujudkan janji perkawinan seturut Kitab Suci
Tujuan Umum : Melalui Katekese, Keluarga dengan usia perkawinan 5-15
tahun di Paroki HKTY Ganjuran dibantu dalam
mewujudkan janji perkawinannya dengan mendalami Kitab
Suci
Tema umum ini masih sangat luas sehingga tema umum masih dibagi lagi ke
dalam 4 (empat) subtema yang lebih kecil yaitu:
1. Tema 1 : Berani mencintai berarti berani hadir dan melayani
Tujuan 1 : Pasutri semakin sadar bahwa hidup bersama sebagai suami-
istri berarti juga hidup dalam kasih yang hadir dan saling
melayani dalam segala hal
2. Tema 2 : Aku setia mulai dari hal kecil sampai hal yang besar
Tujuan 2 : Pasutri semakin sadar bahwa kesetiaan dalam segala hal
merupakan harga mutlak dalam sebuah perkawinan dan
dimulai dari hal yang terkecil
3. Tema 3 : Mendengarkan suara pasangan berarti mendengarkan suara
Tuhan
Tujuan 3 : Pasutri semakin sadar akan pentingnya menjalin komunikasi
dengan pasangan dan Tuhan
4. Tema 4 : Mendidik anak dengan campur tangan Tuhan
Tujuan 4 : Pasutri semakin sadar bahwa untuk mendidik anak diperlukan
campur tangan Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Penjabaran Program
Tema umum : Mewujudkan janji perkawinan seturut Kitab Suci
Tujuan Umum : Melalui Katekese, Keluarga dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran dibantu
dalam mewujudkan janji perkawinannya dengan mendalami Kitab Suci
No. Tema Tujuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber
Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Berani
mencintai
berarti
berani hadir
dan
melayani
Pasutri semakin
sadar bahwa hidup
bersama sebagai
suami-istri berarti
juga hidup dalam
kasih yang yang
hadir dan saling
melayani dalam
segala hal.
Pengalaman hidup
Panggilan untuk saling
melayani antar suami-
istri
Pelayanan Yesus
menggambarkan
pelayanan yang total
Berani hadir dan selalu
siap untuk melayani
pasangan
Belajar melayani
Sharing
Tanya
jawab
Refleksi
Informasi
Renungan
Peneguhan
Teks Lagu
“Melayani Lebih
Sungguh”
Teks Lagu “Kasih”
Teks cerita
“Merawatmu di
Usia Senja”
Teks fotocopy
kutipan Kitab Suci
Perjanjian Baru Ef
5:22-33
Laptop
Sound system
Ef 5:22-33
Roswita
Oktaviani
2008: 107-
108
LBI 2002:
349
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2.
Aku setia
mulai dari
hal kecil
sampai hal
yang besar
Pasutri semakin
sadar bahwa kese-
tiaan dalam segala
hal merupakan
harga multak dalam
sebuah perkawinan
dan dimulai dari hal
yang terkecil
Pengalaman hidup
Kesetiaan merupakan
sebuah usaha
Kesetiaan merupakan
sebuah sikap yang
muncul dari sebuah
kebijaksanaan
Kesetiaan akan
membawa suami-istri
pada kebahagiaan
Belajar setia kepada
pasangan
Sharing
Tanya
jawab
Refleksi
Informasi
Renungan
Peneguhan
Teks Lagu “Semua
Baik”
Teks Lagu “Sentuh
Hatiku”
Teks cerita
“Kisah Cinta
Kakek-Nenek”
Teks fotocopy
kutipan Kitab Suci
Perjanjian Baru
Luk 23:26-32
Sound system
Luk 23:26-
32
Roswita
Oktaviani
2008: 67-69
LBI 2002:
157-158
Boland 1969:
284-287
Leks:2003:
620-640
3. Mendengar
kan suara
pasangan
berarti
mendengar
kan suara
Tuhan
Pasutri semakin
sadar akan
pentingnya menjalin
komunikasi dengan
pasangan dan Tuhan
Pengalaman hidup
Kekuatan dalam
mendengarkan
Mendengarkan
pasangan seperti
mendengarkan Tuhan
Kesediaan
mendengarkan akan
membawa pasutri pada
keterbukaan
Belajar mendengarkan
Sharing
Tanya
jawab
Refleksi
Informasi
Renungan
Peneguhan
Teks Lagu
“Kusiapkan
Hatiku”
Teks Lagu “Sentuh
Hatiku”
Teks cerita
“Istri”
Teks fotocopy
kutipan Kitab Suci
Perjanjian Baru
Matius 1:18-25
Sound system
Mat 1:18-25
Roswita
Oktaviani
2008: 71-74
LBI 2002:
34-35
Leks 2003:
20-26
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
4. Mendidik
anak
dengan
campur
tangan
Tuhan
Pasutri semakin
sadar bahwa untuk
mendidik anak
diperlukan campur
tangan Tuhan
Pengalaman Hidup
Mendidik anak
merupakan pekerjaan
seluruh hidup
Anak dan orang Tua
memiliki perannya
masing-masing seturut
Kitab Suci
Mendidik anak berarti
harus ada kerjasama
dengan Tuhan
Mendidik anak dengan
baik
Sharing
Tanya
jawab
Refleksi
Informasi
Renungan
Peneguhan
Teks Lagu “Biar
Kanak-kanak”
Teks Lagu “Jalan
Serta Yesus”
Teks cerita
“Kera”
Teks fotocopy
kutipan Kitab Suci
Perjanjian Baru Ef
6:1-9
Sound system
Ef 6:1-9
Roswita
Oktaviani
2008: 44-45
LBI 2002:
349-350
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
F. Contoh Pelaksanaan Program Pendampingan Pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran Bantul Yogyakarta
1. Identitas
a. Tema : Berani mencintai berarti berani hadir dan melayani
b. Tujuan : Pasutri semakin sadar bahwa hidup bersama sebagai
suami-istri berarti juga hidup dalam kasih yang hadir
dan saling melayani dalam segala hal
c. Peserta : Pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15
tahun di Wilayah St. Yusuf Baros
d. Tempat : Aula Gereja St. Yusuf Baros
e. Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Juni 2015
f. Waktu : 19.00-20.30 WIB
g. Metode : Sharing
Tanya jawab
Refleksi
Informasi
Renungan
Peneguhan
h. Model : Shared Christian Praxis
i. Sarana : Teks Lagu “Melayani Lebih Sungguh”
Teks Lagu “Kasih”
Teks cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
“Merawatmu di Usia Senja”
Teks fotocopy kutipan Kitab Suci Perjanjian Baru Ef
5:22-33
Laptop
Sound system
j. Sumber Bahan : Ef 5:22-33
Roswita Oktaviani 2008: 107-108
LBI 2002: 349
2. Pemikiran Dasar
Tugas utama sebagai seorang suami atau istri adalah melayani
pasangannya dengan sepenuh hati. Banyak orang salah kaprah dalam mewujudkan
pelayanannya pada pasangan. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di
Paroki HKTY Ganjuran menurut penelitian masih banyak yang belum melayani
pasangan dengan sungguh-sungguh atau bisa dikatakan pelayanan mereka belum
total. Contoh saja ketika melahirkan, seorang istri sangat membutuhkan kehadiran
suami bukan hanya sekedar butuh dokter yang hebat, rumah sakit yang mewah
tanpa kehadiran suami. Salah kaprah ini yang memang terjadi di Paroki Ganjuran.
Salah kaprah ini diperparah dengan kesibukan pasutri dalam bekerja sehari-
harinya sehingga makna melayani pasangan terkadang hanya diartikan memenuhi
kebutuhan hidup tanpa hadir dalam hidup pasangan.
Ef 5:22-33 menguraikan mengenai hidup suami-istri yang harus
disamakan dengan cara Yesus mengasihi jemaat-Nya. Dasar bagi hidup suami-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
istri adalah penyerahan diri seutuhnya dan saling menerima satu sama lainnya.
Hal inilah yang menjadi semangat dasar suami-istri untuk saling melayani. Cinta
yang utuh belum lengkap apabila belum diwujudkan dengan melayani
pasangannya. Pelayanan seperti ini sama seperti Yesus yang selalu menempatkan
jemaat-Nya pada situasi kasih yang sangat luar biasa. Contohnya adalah ketika
Dia menyembuhkan banyak orang, ketika Dia hadir dalam segala situasi yang
manusia hadapi dan saat Dia mau mengorbankan diri-Nya sendiri demi penebusan
dosa manusia. Dalam hal tersebut, Yesus telah mengajari bagaimana cara
melayani orang yang dikasihi-Nya.
Pertemuan ini mengajak kita untuk belajar bagaimana cara mewujudkan
kasih dan cinta yang kita miliki dengan melayani pasangan kita. Pelayanan ini
harus kita lakukan terutama dalam perwujudan kasih suami-istri yang memang
merupakan patner hidup dan patner Tuhan dalam menciptakan kehidupan baru.
Pelayanan untuk seorang istri misalnya mempersiapkan keperluan suami seperti
makan, baju, dll. Untuk seorang suami misalnya saja siap sedia membetulkan atap
yang bocor, pintu yang rusak, dll. Pelayanan yang lebih penting misalnya suami
ataupun istri selalu ada di samping pasangan dalam situasi dan kondisi apapun.
3. Pengembangan Langkah-langkah
a. Pembukaan
1) Kata Pengantar
Bapak/Ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus, pada malam hari ini kita
semua berkumpul di tempat ini karena adanya rasa kasih dan cinta terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
pasangan kita. Malam hari ini, kita akan bersama-sama belajar tentang berani
mencintai berarti berani hadir dan melayani. Sekarang ini, segala bidang
kehidupan sudah menjadi instan dan serba mudah sehingga segalanya menjadi
mudah dilakukan sendiri. Hal demikian ini menyebabkan lunturnya sikap mau
melayani pada seseorang. Hal ini juga terjadi pada suami ataupun istri. Kalaupun
ada pelayanan, pelayanan yang ada hanya pelayanan pada ha-hal yang kelihatan
sehingga tidak mendalam dan total. Dalam Ef 5:22-33, kita diajak untuk hidup
melayani sebagaimana Yesus mengasihi jemaat-Nya. Pelayanan yang
sesungguhnya adalah pelayanan yang menyentuh inti dari hubungan suami-istri
yakni seluruh proses kehidupan mereka dalam keluarga. Untuk mewujudkan
semuanya itu dibutuhkan perjuangan, pengorbanan serta kesediaan belajar dan
memperbaiki diri secara terus menerus. Melalui pelayanan, nantinya kita akan
belajar bagaimana mewujudkan cinta dan membahagiakan pasangan.
2) Lagu Pembukaan: Teks: “Melayani Lebih Sungguh” [Lampiran 8: (13)]
3) Doa Pembukaan
Bapa yang Maha Cinta, kami bersyukur dan berterimakasih karena Engkau
memberi kami kesehatan yang baik sehingga di pagi ini kami dapat berkumpul
bersama-sama di tempat ini. Bapa, kami mohon sertailah kami semua sehingga
kami dapat membuka hati kami untuk mensharingkan, merenungkan dan
mendalami pengalaman kami dalam melayani yang saat ini sudah banyak luntur.
Kami mohon ya Bapa, agar kami semakin menyadari pentingnya melayani seperti
yang Yesus ajarkan pada kami. Tuhan semoga pertemuan ini bisa membawa
pemahaman baru dan niat baru bagi kami sehingga kami bisa semakin menghidupi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
arti dari pelayanan. Semua ini kami mohon dengan perantaraan Kristus Tuhan
kami. Amin.
b. Langkah I : Mengungkapkan pengalaman hidup peserta
1) Membagikan teks tentang cerita “Merawatmu di Usia Senja” [Lampiran 9:
(14)] dan memberi kesempatan peserta untuk mendapatkan dan mengembangkan
gagasan dari cerita yang dibaca dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang dilakukann Robertson dalam cerita “Merawatmu di Usia Senja”?
b. Ceritakanlah pengalaman suka dan duka Bapak/Ibu dalam melayani pasangan?
2) Peserta diberi kesempatan untuk mensharingkan tanggapan dan pengalaman
mereka sehubungan dengan pertanyaan di atas.
3) Rangkuman Pendamping
Dalam cerita “Merawatmu di Usia Senja”, kita dapat melihat Robertson
yang sungguh-sungguh luar biasa. Dia memilih berhenti dari pekerjaannya dan
memilih merawat istrinya yang mengalami sakit alzheimer (gangguan fungsi otak)
yang menyebabkan istrinya kembali seperti bayi karena tidak bisa mengurus
dirinya sendiri. Ia bersungguh-sungguh dalam merawat istrinya dan amat sabar
dalam menghadapi kelakuan istrinya yanag sudah tidak wajar lagi. Dalam cerita
tersebut pernah sekali Robertson merasa jengkel dengan istrinya yang
membuatnya susah sehingga ia memukul betis istrinya. Karena perasaan cinta
yang luar biasa dan karena dia teringat dulu sebelum sakit ia telah dilayani
dengan sungguh-sungguh oleh istrinya maka dia merasa sangat menyesal telah
melakukannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Sebagai seorang istri atau suami tentunya memiliki peran khusus dalam
kehidupan pasangannya. Peran khusus ini telah Bapak/Ibu wujudkan dalam
melayani satu sama lain. Dalam melayani pasti ada perasaan bangga dan bahagia
karena bisa menyenangkan hati orang tercinta. Walaupun demikian, kita
terkadang mengalami pengalaman pahit saat berusaha melayani pasangan. Seperti
yang telah kita ungkapkan dalam sharing tadi, dalam hidup perkawinan kita juga
memiliki kehendak dan pikiran masing-masing yang berbeda. Kehendak yang
berlainan ini juga terkadang diperparah dengan kenyataan bahwa pada dasarnya
Bapak/Ibu memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Bapak/Ibu tadi sudah
merasa benar dan melayani pasangan dengan baik namun ternyata apa yang baik
di mata Bapak/Ibu belum baik dan belum tepat di mata pasangan. Bapak/Ibu
sudah sepenuh hati mengerjakan tugas Bapak/Ibu namun ternyata tidak sesuai
dengan kebutuhan pasangan. Ada juga pengalaman Bapak/Ibu yang mirip dengan
Robertson dengan dibuat jengkel oleh pasangan.
c. Langkah II: Mendalamai Pengalaman Hidup Peserta
1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman hidup yang telah
diungkapkan langkah I, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana sikap Bapak/Ibu di Wilayah Baros dalam menghadapi pengalaman
suka dan duka dalam melayani tersebut?
2) Rangkuman singkat
Bapak/Ibu tadi mengungkapkan bahwa ketika pasangan merasa senang
dan bahagia dengan bentuk dan cara kita melayani maka kita akan berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
mempertahankannya dan kecenderungan kita akan meningkatkan pelayanan kita
agar menjadi lebih baik. Namun berbeda ketika pelayanan Bapak/Ibu yang sudah
dirasa benar namun pasangan malah kurang merasa berkenan maka tentunya
muncul perasaan kecewa. Bapa/Ibu tadi mengungkapkan ketika mengalami
kekecewaan yang demikian maka sikap yang pertama diambil adalah sabar dan
diam sejenak untuk merenungkan bagian mana yang kurang tepat. Itu merupakan
sikap yang tepat. Bapak/Ibu ada juga yang dengan spontan memprotes pasangan
karena pasangan tidak menghargai jerih payah kita sehingga kita menyesal,
kecewa dengan dirinya sendiri, marah dan lain-lain. Sikap yang demikian itu
wajar terjadi karena keterbatasan kita sebagai manusia namun yang paling penting
adalah bagaimana sikap kita selanjutnya setelah merasa demikian. Apakah mau
memperbaiki diri untuk melayani pasangan kita dan selalu hadir dalam hidup
pasangan atau tidak.
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Kristiani
1) Salah seorang peserta diminta untuk membacakan teks atau perikop langsung
dari Kitab Suci yang diambil dari kutipan Ef 5:22-33.
2) Peserta diberi waktu hening sejenak untuk secara pribadi merenungkan dan
menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan,
sebagai berikut:
a) Ayat manakah yang menurut Bapak/Ibu berkaitan dengan kasih yang
melayani?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
b) Apa pesan inti yang mau disampaikan Yesus pada Bapak/Ibu di Wilayah
Baros dalam melayani pasangan?
3) Peserta diajak mengungkapkan hasil renungan dalam kelompok besar dengan
dua pertanyaan tersebut.
4) Kemudian pendamping menyampaikan tafsir dari bacaan Ef 5:22-33 lalu
menghubungkan tafsir dengan tanggapan serta renungan pribadi dan tema.
Setelah membaca sabda dari Kitab Suci perikop Ef 5:22-33 tentunya ada
ayat-ayat yang mengena sebab berhubungan dengan kasih dan pelayanan.
Bapak/Ibu tadi ada yang mengungkapkan bahwa ayat 28 lah yang berhubungan
dengan pelayanan, ada pula yang mengungkapkan bahwa ayat 29 lah yang
berhubungan dengan pelayan. Semua ayat dalam bacaan tersebut memang
berhubungan dengan pelayanan. Ayat yang berhubungan dengan pelayanan pada
khususnya ada pada ayar 29. Ayat 29 menggambarkan cinta dan pelayanan yang
total dengan menempatkan pasangan seperti dirinya sendiri sehingga jika
melayani pasangan itu artinya melayani diri sendiri sehingga dilakukan secara
total.
Perikop Ef 5:22-33 diawali dengan sebuah kalimat perintah “Hai isteri,
tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala
isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat”. Kalimat tunduk di atas berarti
seorang istri harus tunduk pada suaminya. Dalam rumah tangga, suamilah yang
menjadi nahkoda yang memimpin di barisan paling depan untuk bisa membawa
keluarganya ke dalam pelayaran yang di kehendaki Tuhan. Kalimat tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
belum berakhir, kalimat selanjutnya merupakan kelanjutan yang sangat pending
dari kalimat pembuka dalam perikop tersebut. Dalam Ef 5:25 dikatakan “Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya”. Suami serta istri dalam hidup perkawinan
memiliki peranan masing-masing yang khas dan tidak tergantikan oleh karena
perempuan disebut sebagai penolong yang sepadan bagi laki-laki (Kej 2:18) dan
pada akhirnya mereka saling melengkapi satu sama lain.
Kasih suami kepada istri adalah sama seperti Kasih Kristus kepada jemaat,
yang telah menyerahkan diri-Nya dan menguduskan jemaat-Nya. Suami harus
menempatkan istrinya dalam posisi yang berharga di matanya. Istri bukan objek
pemuasan seksual, juga bukan sebagai objek pelengkap penderita. Suami harus
mengasihi istri sama seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya. Kasih itu sabar,
murah hati, tidak mencari kepentingan diri, tidak suka pada hal tidak sopan, tidak
cemburu, tidak sombong, tidak mencari keuntungan, tidak pemarah, tidak menang
sendiri. Kasih itu juga melayani, konteks pelayanan dalam kasih antara suami dan
istri sering keliru dan jatuh pada pelayanan yang egois sebab batas antara wujud
kasih dengan sebuah keegoisan terkadang sangat tipis.
Pelayanan yang egois adalah pelayanan yang tidak melihat kehendak
pasangan. Terkadang sebagai seorang istri ketika dia sudah melakukan tugasnya
memasak, mencuci, membersihkan rumah dan lain sebagainya, dia menganggap
tugasnya dan pelayanannya sudah selesai dengan baik. Suami pun demikian,
terkadang ketika ia sudah mencari uang dan memenuhi kebutuhan keluarga, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
menganggap tugasnya sudah beres. Ada satu konsep pelayanan yang dilupakan
oleh pasutri, melayani pasangan berarti juga menemaninya dengan memberikan
sebagian waktu dalam hari yang dilalui untuk pasangan.
Pesan inti yang hendak disampaikan Paulus dalam Ef 5:22-33 adalah
ketika seseorang menjadi suami-istri artinya dia harus menyerahkan dirinya secara
total. Seorang istri harus menghormati suaminya, begitu pula sebaliknya. Menjadi
suami-istri artinya memperlakukan pasangan seperti tubuhnya. Memperlakukan
pasangan seperti tubuhnya artinya memberikan pelayanan yang setotal-totalnya
untuk pasangan.
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Karistiani dalam Situasi Peserta Konkrit
1) Pendamping mulai mengawali langkah ini dengan menempatkan peserta
dalam konteks dan situasi pertemuan, menerapkan pesan inti Kitab Suci dalam
pengalaman, kebutuhan serta situasi hidup peserta.
Bapak/Ibu yang terksih, daam hal mencintai kita diajak oleh Yesus untuk
melayani pasangan seperti dirinya sendiri. Dalam membangun kehidupan
perkawinan kita diajak untuk bersama-sama menyadari cara melayani yang total.
Hal ini tentunya tidak mudah karena setiap pribadi memiliki watak dan karakter
masing-masing yang berbeda. Walaupun perbedaan ini tak terelakan, namun
melalui janji perkawinan yang telah suami-istri ucapkan, suami-istri menyanggupi
melayani pasangan kita dengan setulus hati. Janji yang sama ini membuat suami
istri bisa saling bergandengan dan berproses untuk saling melayani sehingga bisa
menyempurnakan satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
2) Agar semakin menghayati panggilan kita sebagai seorang suami/istri, maka
terlebih dahulu kita akan berefleksi dan secara pribadi merenungkan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Apakah selama ini Bapak/Ibu di Wilayah St. Yusup Baros merasa disadarkan
dan diteguhkan dalam usaha melayani pasangan?
(saat hening, bisa diiringi dengan alunan musik yang lembut)
3) Setelah merenung, peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil
renungannya dalam pleno. Hasil pleno dirangkum dan diteguhkan
pendamping dan dihubungkan dengan tema dan tujuan pertemuan.
Bapak/Ibu terkasih, terakadang dalam kehidupan sehari-hari kita
menjalaninya tanpa kesadaran karena menjadi sebuat rutinitas yang tanpa
direncanakan dengan detail pun akan berjalan dengan sendirinya. Dalam rutinitas
ini suami-istri biasanya tidak begitu menyadari arti dan makna dari apa yang telah
dilakukannya untuk keluarga ataupun pasangan. Ketika kita membicarakan
tentang melayani pasangan memori tentang kehidupan bersama pasangan juga
akan dhadirkan dengan penuh kesadaran. Kesadaran inilah yang membuat kita
bisa menilai pelayanan kita selama ini terhadap pasangan apakah sudah seperti
yang Yesus lakukan atau belum.
Pengalaman kita selama ini merupakan sebuah pengalaman yang berharga
dan perlu dimaknai. Melayani merupakan tindakan menempatkan diri di bawah
posisi orang yang kita layani. Melayani berarti kita siap menjadi hamba yang mau
dengan tulus hati melayani. Melayani seperti ini dapat kita lihat secara nyata saat
Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Melayani melibatkan kasih dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
kepedulian. Melayani pasangan misalnya saja memasak untuk pasangan,
mencucikan pakaian pasangan, menyiapkan pakaian untuk pasangan, bekerja
tanpa kenal lelah untuk pasangan, dll. Melayani juga dapat dilakukan dengan cara
sederhana seperti mendengarkan keluh kesah pasangan ataupun hadir dalam setiap
kehidupan dan perasaan yang dialami pasangan untuk membantu menopangnya.
Melayani ini juga tidak terlepas dari pelayanan untuk Tuhan, pelayanan untuk
Tuhan misalnya bersama-sama terlibat aktif dan saling mendukung dalam
kehidupan menggereja.
.
f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit
1) Pendamping mengawali langkah ini dengan merangkum seluruh isi dan proses
yang berlangsung selama pertemuan dan menghubungkannya dengan tema
dan tujuan pertemuan.
Bapak/Ibu yang terkasih dalam Tuhan, cerita tentang suami yang memilih
merawat istrinya menggambarkan sebuah pelayanan. Pelayan suami yang
demikian menggambarkan ketulusan dan ketotalan. Pengalaman kita dalam
melayani pasangan juga merupakan pengalaman yang berharga. Dalam melayani
pasti suka dan suka pernah kita rasakan. Dalam pahitnya duka kita akan semakin
belajar untuk melayani lagi dengan total. Kepahitan kita gunakan sebagai cambuk
yang dapat memacu kita untuk memperbaiki diri dan memurnikan niat kita dalam
melayani. Yesus telah terlebih dahulu melayani sebelum Ia meminta seluruh orang
untuk melayani. Seorang istri harus tunduk pasa suami begitu pula seorang suami
harus menganggap istrinya seperti tubuhnya sendiri sebab hubungan suami-istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
sama seperti hubungan Kristus dengan Gereja-Nya. Melayani contohnya dengan
memenuhi kebutuhan pasangan atau paling tidak bisa membantu pasangan dalam
melaksanakan tugasnya. Melayani bisa juga dengan hadir menemani dan menjadi
pendengar yang baik bagi pasangan. Untuk selanjutnya, kita akan merenungkan
sebentar bentuk pelayanan apa yang hendak kita wujudkan setelah tahu bentuk
pelayanan ideal sebagai wujud cinta pada pasangan.
2) Pendamping memberikan waktu sejenak pada peserta untuk merenungkan
tindakan apa yang hendak dilakukan dengan panduan pertanyaan sebagai
berikut:
a) Niat apa yang hendak Bapak/Ibu lakukan untuk memperbaiki pelayanan pada
pasangan di Wilayah St. Yusup Baros ini?
b) Hal-hal apa saja yang harus kita perhatikan dalam mewujudkan niat tersebut?
3) Setelah selesai merenung, peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan
niat konkritnya yang menjadi niat pribadi yang akan diwujudkan dalam
kehidupan perkawinannya.
4) Kemudian pendamping mengajak peserta untuk mendiskusikan niat konkrit
yang akan dilakukan bersama demi mendukung terciptanya sikap pelayanan
khususnya pada pasangan.
g. Penutup
1) Pendamping mengajak peserta untuk berdoa bersama, menyerahkan diri dan
keluarga pada keluarga Kudus Nazaret. Selain itu pendamping memberikan
kesempatan pada peserta untuk mengungkapkan doa pribadinya. Setelahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
pendamping mengajak peserta untuk berdoa 1 kali Bapa Kami dan 3 kali
Salam Maria.
2) Doa Penutup
Tuhan Yesus Kristus, terimakasih atas kesempatan ini sebab kami bisa
belajar bersama dan tukar pengalaman mengenai tugas kami sebagai seorang
suami ataupun istri. Melalui tukar pengalaman hidup, kami dapat memperluas
pengalaman kami sehingga kami dapat melihat secara nyata pengalaman yang
total. Pengalaman tersebut terus kami gali dan kami maknai sesuai teladan-Mu
yang terlebih dahulu mau melayani kami. Pelayanan-Mu yang total memberikan
gambaran nyata bagi kami untuk meneladan-Mu. Engkaulau Allah dan sumber
kasih sejati, biarkanlah kami dapat memahami kehendak-Mu yang sesungguh-Nya
sehingga gambaran konkrit mengenai bentuk pelayanan yang sudah kami pahami
dapat sungguh kami wujudkan secara nyata dalam kehidupan kami di keluarga
serta kehidupan kami di lingkungan tempat tinggal kami. Semua ini kami mohon
dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
3) Lagu Penutup “Kasih” [Lampiran 8: (13)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Umat beriman Kristiani memiliki dua panggilan hidup. Panggilan pertama
untuk hidup selibat menjadi imam, biarawan-biarawati atau bisa juga menjadi
selibat awam, sedangkan panggilan yang kedua adalah panggilan untuk hidup
berkeluarga. Kedua panggilan ini sama-sama baiknya dan sama-sama dikehendaki
Allah. Untuk sampai pada kehidupan berkeluarga, calon mempelai melalui tahap
pranikah dengan mengikuti kursus persiapan perkawinan. Setelah melakukan
tahap pranikah, calon mempelai memasuki tahap pernikahan/perkawinan dengan
mengucapkan janji perkawinan yang rumusannya memang sudah ditentukan oleh
gereja. Pengucapan janji perkawinan adalah awal dari seluruh proses kehidupan
perkawinan. Janji perkawinan bisa dianggap sebagai jaminan perkawinan yang
diucapkan sendiri oleh pasangan di hadapan imam dan saksi.
Janji perkawinan memang merupakan jaminan bagi pasangan untuk hidup
bersama dalam keluarga, namun janji perkawinan tidak berhenti pada pengucapan
saat penerimaan sakramen perkawinan. Janji perkawinan harus selalu dihayati dan
dihidupi sepanjang hidup perkawinan. Dalam pemenuhannya inilah, janji
perkawinan dihadang oleh berbagai tantangan zaman dan perubahan situasi serta
kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Dalam situasi inilah para suami dan
istri ditantang untuk tetap setia dalam menghidupi janji perkawinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Dalam menghidupi janji perkawinan pasti tidak terlepas dengan cinta
antara suami dengan istri. Cinta itu adalah sebuah anugerah, maka orang yang
dicintai merupakan bentuk dari anugerah tersebut. Anugerah berarti ada suka cita
dan damai di dalamnya. Jika kehidupan berkeluarga tidak lagi ditemukan suka cita
serta kedaimaian maka pasti ada yang salah dalam hal cara mencintai pasangan.
Untuk memperbaikinya, janji perkawinan merupakan kunci yang ampuh untuk
menyelesaikannya. Dalam kehidupan rumah tangga, seorang suami tidak akan
bisa selalu berperan sebagai suami, suami terkadang harus menjadi teman atau
sahabat yang selalu siap mendengarkan tanpa menghakimi serta siap memaafkan
tanpa syarat. Begitupun sebaliknya, istri juga tidak boleh selalu berperan sebagai
seorang istri, dia juga harus bisa berperan sebagai teman dan sahabat.
Janji perkawinan pada intinya memuat 3 janji pokok yakni janji setia pada
pasangan, mencintai pasangan seumur hidup dan mendidik anak yang
dipercayakan Tuhan secara Katolik. Walaupun dalam janji perkawinan hanya ada
3 janji pokok, namun dalam pemenuhannya tidak semudah itu. Jaman yang sudah
sangat modern sekarang ini membawa tantangan tersendiri bagi pemenuhan janji
perkawinan. Hasil penelitian yang dilakukan pada 70 pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
menunjukkan para pasangan suami istri ini dalam mewujudkan janji perkawinan
masih belum maksimal dan perlu ditingkatkan lagi. Hal inilah yang menyebabkan
program pendampingan pasca pernikahan perlu dilakukan. Di Paroki HKTY
Ganjuran, program pendampingan pasangan suami-istri pasca nikah memang
sudah ada yakni rekoleksi bagi pasangan muda, namun hasil penelitian pasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
suami-istri muda ini memiliki kesibukan yang luar biasa sehingga model
pendampingan rekoleksi yang memerlukan waktu lama kurang sesuai. Terlebih
lagi, biasanya peserta rekoleksi sangat dibatasi dan biasanya pesertanya hampir
selalu orang yang sama. Untuk kondisi keluarga muda dan madya yang sibuk
seperti di Paroki HKTY Ganjuran, pendampingan dalam bentuk pertemuan yang
bisa dilakukan di wilayah atau lingkungan masing-masing tanpa harus menginap
sangat disarankan apa lagi jumlah pesertanya bisa mencakup seluruh pasutri
dengan usia perkawinan 5-15 tahun.
Berangkat dari kenyataan ini, penulis mengusulkan pendampingan dengan
bentuk katekese untuk pasangan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun.
Usulan program ini dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dengan tema umum
yang berjudul Mewujudkan Janji Perkawinan Seturut Kitab Suci. Tujuan umum
dari pendampingan ini adalah melalui katekese, keluarga dengan usia perkawinan
5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran dibantu dalam mewujudkan janji
perkawinannya dengan mendalami Kitab Suci.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap pasutri dengan usia perkawinan 5-
15, ada begitu banyak hal yang ditemukan. Bagaimana fakta kehidupan
perkawinan pasutri dengan usia perkawinan 5-15 di Paroki HKTY Ganjuran. Dari
hasil tersebut, ada begitu banyak celah yang masih harus diperbaiki baik oleh
pasutri sendiri ataupun oleh pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, celah-celah yang
masih ditemukan bisa menjadi peluang yang baik untuk diperbaiki. Celah-celah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
tersebut menginspirasi penulis untuk menuliskan beberapa masukan/saran positif
yang bisa diwujudnyatakan bersama.
1. Bagi Para Pendamping Keluarga pada Umumnya
Berkembangnya teknogi seiring dengan kemajuan zaman membuat
kebutuhan manusia termasuk kebutuhan dalam hidup berkeluarga juga
berkembang. Kebutuhan yang semakin berkembang tidak bisa dijawab dengan
pendampingan keluarga dari masa lalu yang tentunya sudah tidak relevan lagi bagi
kebutuhan pasangan suami-istri sekarang ini. Maka dari itu, para pendamping
wajib mengenal dan akan lebih baik lagi jika menguasai media yang relevan di
zaman ini. Pendamping perlu melakukan penelitian atau minimal pengamatan
terhadap keluarga yang hendak di damping, sesungguhnya materi apa saja yang
sungguh dibutuhkan oleh keluarga yang hendak didampingi dan setelah proses
pendampingan juga wajib melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan proses pendampingan. Selain itu, pendamping juga harus melakukan
koordinasi dengan elemen gereja, baik hirarki ataupun para ahli seperti ahli
ekonomi, ahli psikologi, ahli hukum perkawinan dan lain sebagainya.
2. Bagi Para Pendamping Keluarga di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
Fakta yang diperoleh dari penelitian membuka kesempatan bagi para
pendamping keluarga di paroki HKTY Ganjuran untuk semakin giat memberikan
pelayanan bagi para pasutri dalam usahanya untuk mewujudkan janji perkawinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Keterlibatan bagi para pendamping ini bisa dibagi dalam dua keterlibatan yakni
secara umum dan secara khusus.
a. Keterlibatan Secara umum
Secara umum, keterlibatan yang bisa dilakukan oleh pendamping adalah
melaksanakan program pendampingan. Program yang dinilai sesuai berdasarkan
situasi dan kondisi pasutri adalah pendampingan dalam bentuk katekese. Dalam
melaksanakan program ini, pendamping diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengolah dan materi sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia serta bisa
ditambah dengan sumber-sumber lain yang relevan dan mendukung. Selain itu,
buat variasi semenarik mungkin agar tidak monoton dan tidak membosankan. Beri
kesempatan/tempat seluas-luasnya bagi para peserta untuk terlibat aktif dalam
katekese tersebut.
b. Keterlibatan Secara khusus
Keterlibatan dalam mendampingi pasutri merupakan keterlibatan yang
masih umum. Oleh karena itu, baik jika pendampingan juga dilakukan secara
pribadi dengan pendekatan pada keluarga-keluarga sehingga bisa menyentuh
kebutuhan keluarga secara lebih dalam. Pendekatan khusus dengan keluarga bisa
dilaksanakan dengan membuka tempat khusus untuk konsultasi keluarga. Tempat
khusus untuk konsultasi tersebut akan jauh lebih baik jika pada hari-hari tertentu
ada pelayanan konsultasi oleh psikolog. Selain itu, kunjungan keluarga juga baik
dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
3. Bagi Romo Paroki
Hasil penelitian menunjukkan fakta perwujudan janji perkawinan yang
masih kurang memiliki celah bagi Romo Paroki untuk ikut membantu umat
mewujudkan janji pekawinan secara ideal. Dua kesempatan ini dibagi dalam
keterlibatan secara umum serta secara khusus.
a. Keterlibatan secara umum
Kenyataan yang ada menunjukkan para keluarga di Paroki HKTY
Ganjuran perlu pendampingan. Oleh karena itu, Romo diharapkan memberi
perhatian yang lebih pada pelaksanaan pendampingan. Dukungan dari romo
paroki pasti akan memberikan efek positif pada pendampingan keluarga.
Dukungan bisa berupa semangat, mempermudah izin, penyediaan sarana dan
prasarana, penyediaan dana. Baik pula jika sesekali Romo mengundang ahli yang
sangat dibutuhkan oleh keluarga di Paroki HKTY Ganjuran, terlebih jika romo
paroki ikut mendampingi langsung pelaksanaan pendampingan keluarga.
b. Keterlibatan secara khusus
Figur seorang Romo sangat istimewa bagi umatnya sehingga jika umat
mendapat sapaan secara pribadi dari seorang Romo pasti akan sangat memberi
motifasi positif. Oleh karena itu, keterlibatan khusus yang bisa diberikan oleh
seorang Romo bisa dalam bentuk kunjungan keluarga atau juga membuka diri
untuk mendengarkan konsultasi para keluarga. Selain hal tersebut, baik juga jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Romo secara khusus mempersembahkan misa bulanan pasangan yang merayakan
ulang tahun perkawinan.
4. Bagi Para Pasutri dengan Usia Perkawinan 5-15 Tahun
Membangun keluarga tidak semudah mengadakan sebuah pesta.
Membangun keluarga perlu proses yang panjang yakni seluruh hidup. Dalam
hidup berkeluarga tentunya terkadang muncul rasa bosan atau rasa-rasa lain yang
bisa menjadi penggangu terwujudnya keluarga yang utuh dan bahagia. Oleh
karena itu proses pendampingan bagi keluarga sangat diperlukan. Keluarga muda
diharapkan mampu membuka diri untuk mengikuti proses pendampingan keluarga
yang dilakukan oleh paroki sebab proses pendampingan keluarga merupakan
sarana evaluasi bersama sebagai suami-istri sehingga tahu apa cela yang terjadi
dalam perkawinan yang dibangun. Poses pendampingan keluarga juga merupakan
sarana hening dari rutinitas dan memusatkan perhatian pada keluarga yang telah
dijalani sehingga kekurangan serta kelebihan yang semula mungkin tidak terlihat,
melalui pendampingan keluarga dapat terlihat dan dapat diperbaiki dengan
kesadaran penuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, Ch. (1982). Manusia, Suami & Isteri, Perkawinan & Keluarga. Jakarta
Pusat: BPK Gunung Mulya.
Agung Prihatana, BR. (2013). Menjadi Anugerah Bagi Pasangan. Yogyakarta:
Bajawa Press.
Azwar, Saifuddin. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Boland, B.J. (1969a). Tafsiran Lukas I. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia.
______. (1969b). Tafsiran Lukas II. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia.
Budi Sardjono, M. (2010). Meditasi Cinta 20 Menit. Yogyakarta: Kanisius.
Burtchaell, James T. (1990). Dalam Untung dan Malang: Ikatan Janji
Perkawinan. Yogyakarta: Kanisius.
Dewan Paroki HKTY Ganjuran. (2004). Rahmat yang Menjadi Berkat. Manuscrip
yang berisi tentang profil Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang
dibuat dalam rangka ulang tahun Gereja yang ke-80 pada 26 April 2004.
______. (2014). Buku Ketua Wilayah dan Ketua Lingkungan Periode 2014-2016.
Manuscrip yang berisi tentang daftar Ketua Wilayah dan Ketua
Lingkungan periode 2014-2016 yang dibuat dalam rangka pergantian
pengurus wilayah dan lingkungan periode 2014-2016 pada 23 Desember
2013.
Didik Bagiyowinadi, FX. (2006). Saling Setia dalam Untung dan Malang.
Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Hello, Marianus. (2004). Menjadi Keluarga Beriman. Yogyakarta: Yayasan
Pustaka Utama.
I Ketut Adi Hardana, Timotius. (2010). Kursus Persiapan Perkawinan. Jakarta:
Obor.
Jacobs, Tom S.J. (2000). Katekese dan Teologi. Dalam FX. Adisusanto, dkk
(Editor). Katekese Pada Millenium III: Quo Vadis?. (hal. 9-55).
Yogyakarta: Penertbitan Universitas Sanata Dharma.
Kitab Hukum Kanonik. (2006) (Codex Iuris Canonici) (Dr. R. Rubiyatmoko dkk,
Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1983).
Komisi Liturgi Keuskupan Se-Regio Jawa Plus Tanjungkarang. (2009). Pedoman
Pastoral Liturgi Perkawinan Keuskupan Agung Semarang. Semarang:
Komisi Liturgi KAS.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1991). Ajaran dan Pedoman Gereja tentang
Pendidikan Katolik. Jakarta: Komisi Pendidikan KWI bekerjasama dengan
Grasindo.
______. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta:
Kanisius.
______. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor.
LBI. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hardawiyata, Penerjemah).
Bogor: Grafika Mardi Yuana.
Leks, Stefan. (2003a). Tafsir Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius.
______. (2003b). Tafsir Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdiknas.
Purwa Hadiwardoyo, Al. (1988). Perkawinan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta:
Kanisius.
______. (2007). Pendampingan Keluarga di Paroki Kita. Manuscrip Program
Pendampingan Keluarga yang berisi pedoman pendampingan Keluarga
yang diterbitkan oleh Komisi Pendampingan Keluarga, Keuskupan Agung
Semarang.
Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jawa Barat:
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia.
______. (2013). Belajar Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Roswita Oktaviani. (2008). Beautiful Moment: 55 Kisah yang Memperkaya Hidup
Keluarga. Yogyakarta: Andi.
Rubiyatmoko, Robertus. (2011). Perkawinan Katolik menurut Kitab Hukum
Kanonik. Yogyakarta: Kanisius.
Smalley, Gary. (2007). I Promise You Forever. Yogyakarta: Gloria Gaffa.
Sugiyono. (1999). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarno Ds, M. (2013). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki (PPL PAK Paroki). Diktat Mata Kuliah Program
Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK
Paroki) untuk mahasiswa semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan
dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Reasearch. Jilid 2. Yogyakarta: Andi.
Tim Pusat Pendampingan Keluarga “Brayat Minolyo” KAS. (2007). Kursus
Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius.
Undang-undang Dasar 1945. (2014). Undang-undang Dasar 1945 beserta
Amandemenya dilengkapi dengan Kabinet Kerja 2014-2019. Buku saku
undang-undang 1945 yang dibuat dalam rangka pergantian kabinet,
Sinduraya, Surabaya.
Verlag, Pattloch. (2010). Youcat Indonesia: Katekismus Populer. (R.D Yohanes
Dwi Harsanto, dkk: Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. (Dokumen asli
terbit tahun 2010).
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah).
Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).
______. (1993). Familiaris Consortio. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta:
Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1981).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian Pada Romo Paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Penelitian Pada Ketua Lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 4: Pedoman Wawancara dengan Ketua Dewan Paroki
1. Sebutkan letak Geografis Paroki HKTY Ganjuran!
2. Sebutkan batas-batas Paroki HKTY Ganjuran!
3. Apa pekerjaan umat (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15
tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?
4. Bagaimana situasi sosial dan ekonomi umat (khususnya pasutri dengan
usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?
5. Bagaimana kehidupan pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan
5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?
6. Kegiatan pendampingan apa saja yang diadakan oleh Paroki untuk pasutri
(khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY
Ganjuran?
7. Permasalahan apa saja yang sering dialami oleh pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran?
8. Bagaimana janji perkawinan diwujudkan di Paroki ini?
9. Apa harapan Romo terhadap pasutri (khususnya pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?
Dukungan apa saja yang telah Romo berikan untuk kegiatan pendampingan
pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY
Ganjuran?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Ketua Dewan Paroki
A. Pelaksanaan
Responden : Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro, Pr.
Waktu : 11 Desember 2014
Tempat : Di Pastoran Paroki HKTY Ganjuran
B. Pokok-pokok Pertanyaan dan Rangkuman Hasil Wawancara
1. Sebutkan letak Geografis Paroki HKTY Ganjuran!
Jawaban:
Paroki HKTY Ganjuran terletak di 17 Km arah Selatan Kota Yogyakarta.
Paroki ini terletak tidak jauh dari Pantai Selatan yang artinya memiliki hawa
yang cukup panas. Wilayah Paroki HKTY memiliki tanah yang cukup subur
namun di bagian Selatan tanah bercampur dengan pasir. Bangunan Gereja dan
Candi HKTY berdiri di tanah seluas 2, 5 hektar. Bangunan Gereja dan Candi
HKTY terletak di pedesaan. Sekitar gereja dan candi HKTY merupakan
hamparan sawah sehingga udaranya masih segar. Seluruh wilayah di Paroki
HKTY Ganjuran juga berada di daerah pedesaan yang udaranya masih segar
walaupun udara pantai terkadang menyebabkan hawa yang cukup panas.
2. Sebutkan batas-batas Paroki HKTY Ganjuran!
Jawaban:
Timur : SMA Stella Duce III
Selatan : Berbatasan dengan Ruko Ganjuran dan Lapangan
Sumbermulyo
Barat : Area persawahan
Utara : Panti Asuhan dan Rumah Sakit St. Elizabeth Ganjuran
3. Apa pekerjaan umat (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun)
di Paroki HKTY Ganjuran?
Jawaban:
Pekerjaan umat di Paroki HKTY Ganjuran beranekaragam mulai dari PNS,
polisi, TNI, dokter, petani, nelayan, wiraswasta, dll. Untuk pasutri dengan
usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran kebanyakan PNS,
TNI, polisi, dokter dan wiraswasta.
4. Bagaimana situasi sosial dan ekonomi umat (khususnya pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?
Jawaban:
Paroki HKTY berada di daerah pedesaan yang budaya kekeluargaannya
masih sangat kuat. Umat lebih sering mengerjakan suatu acara dengan cara
bekerja bersama. Sedangkan situasi ekonominya bisa dibilang beragam mulai
dari hanya cukup untuk memenuhi hidup dalam sehari sampai yang
berkecukupan. Untuk pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun sebagian
besar masih dibebani dengan biaya sekolah anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
5. Bagaimana kehidupan pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-
15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?
Jawaban:
Kehidupannya cukup sedehana dan bisa dibilang biasa. Khusus untuk pasutri
dengan usia perkawinan 5-15 tahun yang masih dalam usia produktif
kecenderungan sibuk bekerja dan berkarya. Oleh karena itu mereka harus
pandai mengatur waktu.
6. Kegiatan pendampingan apa saja yang diadakan oleh Paroki untuk pasutri
(khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY
Ganjuran?
Jawaban:
Pendampingan pasutri/keluarga dengan kunjungan keluarga, rekoleksi
keluarga, ME.
7. Permasalahan apa saja yang sering dialami oleh pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran?
Jawaban:
Masalah yang sering dialami misalnya saja kurangnya waktu untuk keluarga
karena kesibukan bekerja yang menyebabkan kerenggangan hubungan antara
suami dan istri. Permasalahan lainnya adalah penghayatan perkawinan pada
suami-istri sangat kurang sehingga bagi mereka memenuhi kebutuhan fisik
(makanan, pakaian, sekolah, dll) lebih penting daripada mebangun
kebersamaan dalam keluarga.
8. Bagaimana janji perkawinan diwujudkan di Paroki ini?
Jawaban:
Janji perkawinan diwujudkan dengan sebuah rutinitas sederhana seperti istri
yang memasak untuk suami atau suami yang mencari nafkah untuk istri dan
keluarga. Di luar perwujudan tersbut, perwujudan janji perkawinan yang lebih
mendalam belum seutuhnya terwujud.
9. Apa harapan Romo terhadap pasutri (khususnya pasutri dengan usia
perkawinan 5-15 tahun) di Paroki HKTY Ganjuran?
Jawaban:
Harapannya agar suami-istri lebih kompak termasuk dengan anaknya dan bisa
saling mendukung untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.
10. Dukungan apa saja yang telah Romo berikan untuk kegiatan pendampingan
pasutri (khususnya pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun) di Paroki
HKTY Ganjuran?
Jawaban:
Selalu terbuka ketika ada umat yang bercerita sampai meminta solusi untuk
permasalahan dalam perkawinan mereka, kunjungan keluarga, ujub khusus
bagi pasutri yang pada minggu tersebut merayakan ulang tahun
perkawinannya, dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 6: Contoh Kuesioner untuk Penelitian
Umur Perkawinan: ... . tahun
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan
keluarga Anda saat ini dengan cara memberikan tanda centang (√) untuk
jawaban yang dipilih!
Keterangan:
S = Selalu J = Jarang
KK = Kadang-kadang TP = Tidak pernah
Contoh:
No Pertanyaan Jawaban
S KK J TP
1. Apakah Anda selalu harmonis dengan
pasangan dan anak-anak Anda? √
I. Pertanyaan:
No Pertanyaan Jawaban
S KK J TP
1. Apakah orang tua Anda ikut campur tangan
saat Anda memilih pasangan?
2. Apakah Anda menerima kelebihan dan
kekurangan pasangan Anda dengan sepenuh
hati?
3. Apakah Anda mendengarkan keluh kesah
pasangan Anda dengan sepenuh hati?
4. Apakah Anda akan tetap setia mendampingi
pasangan Anda ketika pasangan Anda di
PHK?
5. Apakah setiap kali pasangan Anda sakit,
Anda selalu merawatnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
No Pertanyaan Jawaban
S KK J TP
6. Apakah Anda senang hati berhubungan
sexsual dengan suami/istri?
7. Apakah Anda memberikan ucapan ulang
tahun perkawinan kepada pasangan Anda?
8. Apakah Anda mengadakan refleksi bersama
dengan pasangan Anda?
9. Apakah Anda meminta pertimbangan
pasangan ketika hendak mengambil
keputusan?
10. Apakah Anda mengajarkan cara berdoa
kepada anak Anda?
11. Apakan Anda mendorong anak Anda untuk
ikut Sekolah Minggu ataupun pembinaan
iman anak/remaja lainnya?
12. Apakah ada kebiasan doa bersama dalam
keluarga Anda setiap harinya?
13. Apakah Anda memberikan ciuman kening
pada pasangan Anda setiap kali hendak tidur
malam?
14. Apakah Anda selalu memberitahu pasangan
saat pulang terlambat?
15. Apakah ada kebiasaan makan bersama dalam
keluarga Anda?
16. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam
kegiatan lingkungan?
17. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam
kegiatan di Paroki Hati Kudus TuhanYesus
Ganjuran?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
No Pertanyaan Jawaban
S KK J TP
18. Apakah Anda dan pasangan mengikuti
Perayaan Ekaristi mingguan bersama?
19. Apakah Anda menjalin komunikasi yang
baik dengan pasangan dan anak-anak Anda?
20. Apakah Anda lebih mengutamakan keluarga
dibandingkan dengan pekerjaan Anda?
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan keluarga
Anda saat ini!
1. Apa saja yang sudah Anda lakukan kepada pasangan Anda sebagai wujud
kesetian?
2. Apa saja yang sudah Anda lakukan kepada pasangan Anda sebagai wujud
rasa hormat?
3. Apa saja yang sudah Anda lakukan kepada pasangan Anda sebagai wujud
rasa cinta?
4. Apa saja yang sudah Anda lakukan kepada Anak sebagai usaha mendidik
secara Katolik?
5. Bagaimana cara Anda menjalin komunikasi dengan pasangan Anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Lampiran 8: Kumpulan Lagu
Kasih
Kasih pasti lemah lembut
Kasih pasti memaafkan
Kasih pasti murah hati
KasihMu kasihMu Tuhan
(2x)
Ajarilah kami ini
Saling mengasihi
Ajarilah kami ini
Saling mengampuni
Ajarilah kami ini
KasihMu ya Tuhan
KasihMu kudus tiada batasnya.
Melayani Lebih Sungguh
Melayani melayani lebih sungguh 2x
Tuhan lebih dulu melayani kepadaku
Melayani melayani lebih sungguh
*Mengasihi mengampuni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Lampian 9: Teks Cerita
Merawatmu di Usia Senja
Robeson Mc Quilkin mengudurkan diri dari kedukannya sebagai rektor di
Universitas Internasional Columbia dengan alasan hendak merawat istrinya,
Mauriel, yang sakit Alzheimer, yaitu ganguan fungssi otak. Muriel ibarat seorang
bayi. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan, mandi, dan buang air
pun ia harus dibantu. Robertson memutuskan untuk merawai istrinya dengan
tangannya sendiri karena Mauriel adalah wanita yang sangat istimewa baginya.
Pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan ompol Mauriel, di luar
kesadaran, Mauriel malah menyerakkan air seninya sendiri. Robertson kehilangan
kendali, ia lalu menepis tangan Mauriel dan memukul betisnya guna
menghentikannya. Setelah itu, Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya,
“Apa gunanya saya memukulnya, walaupun tidak keras, tetapi itu cukup
membuatnya terkejut. Selama 44 tahun kami menikah, saya belum pernah
menyentuhnya karena marah. Namun, kini di saat dia membutuhkan saya, saya
malah memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan. “Tanpa peduli
Mauriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah
dilakukannya. 14 Februari adalah hari yang istimewa bagi Robertson dan Mauriel
karena di tanggal itu Roberson melamar Mauriel. Pada hari istimewa itu,
Robertson memandikan Mauriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu
kesukaan Mauriel. Menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan
Mauriel, lalu berdoa, “Allah yang baik, Engkau mengasihi Mauriel lebih daripada
aku mengasihinya karena itu jagalah kekasih hatiku sepanjang malam dan biarlah
ia mendengar nyanyian malaikat-Mu. Amin.”
Pagi harinya, ketika Robertson berolahraga menggunakan sepeda
statisnya, Mauriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi
yang nyaman, lalu melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama
kalinya setelah selama berbulan-bulan Mauriel tidak berbicara, ia memanggil
Robertson dengan suara yang lembut dan bening, “ Sayangku... sayangku...”
Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat
dikasihinya itu. “ Sayangku, kau benar-benar mencintaiku bukan?” tanya Mauriel.
Setelah melihat anggukan dan senyuman di wajah Robertson, Maurel berbisik,
“Aku bahagia!” Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Mauriel kepada
Robertson.
Roswita Oktaviani. (2008). Beautiful Moment: 55 Kisah yang Memperkaya Hidup
Keluarga. Jakarta: Obor, hal. 107-108.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI