Post on 23-Jun-2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan
kebidanan yang diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil,
bersalin, nifas sampai pada bayi baru lahir. Asuhan kebidanan ini
dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui hal – hal apa saja
yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas
sampai dengan bayi yang dilahirkannya serta melatih mahasiswa
dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat,
antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan
segera, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu,
serta mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup
masih terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan
2
Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) dalam rangka
mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang meninggal
selama hamil dan melahirkan pada 2015, untuk mencapai target
MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015
seharusnya 5,5 persen per tahun. Namun data WHO, UNICEF,
UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga
saat ini masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005,
sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah
persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang
sebanyak 576.000. Menurut data WHO, sebanyak 99 persen
kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di
negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara
berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu
per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio
kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Terlebih lagi, rendahnya penurunan angka
kematian ibu global tersebut merupakan cerminan belum adanya
penurunan angka kematian ibu secara bermakna di negara-negara
yang angka kematian ibunya rendah. Artinya, negara-negara
3
dengan angka kematian ibu tinggi belum menunjukkan kemajuan
berarti dalam 15 tahun terakhir ini (Antaranews.com, 2009).
Pada Survey Demografi Kesahatan Indonesia (SDKI) tahun
2008. Angka kematian ibu (AKI) saat ini 228 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 31,4 per 1.000
kelahiran hidup. Target tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI)
menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan target Angka
Kematian Bayi (AKB) menjadi 17 per 1.000 kelahiran hidup
(Depkes, 2009).
Berdasarkan penyebab, kematian ibu dapat digolongkan
menjadi dua antara lain yaitu kematian obstetrik langsung (Indirect
Obstetric Deaths) dan kematian obstetrik tidak langsung (direct
obstetric deaths). Kematian obstetrik langsung disebabkan
komplikasi kehamilan, persalian, dan nifas, dan kematian ibu
diantaranya terjadi pada proses persalinan sekitar 90 % merupakan
komplikasi dari obstetrik (Prawirohardjo, 2002). Adapun
penyebab utamanya kematian ibu adalah perdarahan 28%, infeksi
11%, preeklamsia dan eklamsi (keracunan kehamilan) 24 %, partus
lama dan komplikasi abortus sekitar 33 %. Sedangkan kematian
setelah persalinan yang terjadi pada masa nifas diantaranya
4
perdarahan post partum (HPP), sepsis (infeksi masa nifas), dan
partus lama (datastatistik, 2009).
Di dunia diperkirakan setiap tahun hampir 3,3 juta bayi
lahir mati dan lebih dari 4 juta lainnya mati dalam 28 hari pertama
kehidupannya. Jumlah terbesar kematian bayi terjadi di wilayah
Asia Tenggara (1,4 juta kematian bayi dan 1,3 juta lahir mati)
(http://kesehatan.kompas.com/read/2010). Strategi Untuk
Menurunkan Angka Kematian Bayi
yang pertama adalah Pemberian ASI. Yang kedua Upaya dehidrasi
oral (ORAL). Diare juga merupakan penyebab utama kekurangan
gizi pada anak-anak, namun demikian Upaya Dehidrasi Oral
(URO) dapat digunakan untuk mencegah atau merawat dehidrasi
yang disebabkan diare yang merupakan sebab umum dari kematian
anak balita. Dan yang ketiga adalah pemberian Imunisasi
(www.google.http://id.shvoong.com).
Pada Puskesmas Kecamatan Palmerah jumlah ibu bersalin
dari Januari 2009 sampai Januari 2010 berjumlah 852 pasien,
dengan rujukan ke Rumah Sakit 85 pasien. Apabila
dipresentasekan Tahun 2008 Puskesmas Kecamatan Palmerah 90,
93 % ibu bersalin normal di Puskesmas tanpa komplikasi dan 9, 07
5
% ibu bersalin dirujuk ke Rumah Sakit. Maka dari itu penulis
tertarik untuk mengambil kasus tentang “ Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. M “ agar dapat terdeteksi secara dini
komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil, bersalin, nifas
sampai dengan bayi baru lahir serta meningkatkan jumlah
persalinan dengan pelayan kesehatan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dan kebutuhan ibu pada
asuhan kebidanan ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir
dan ibu nifas.
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Dapat melakukan pengkajian terhadap ibu hamil, ibu
bersalin, bayi baru lahir, dan ibu nifas sesuai dengan
manajemen asuhan kebidanan secara baik dan benar.
2) Dapat menegakkan diagnosa secara tepat pada ibu
hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, dan ibu nifas
6
sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan secara
baik dan benar.
3) Dapat melakukan antisipasi masalah yang mungkin
terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir
dan ibu nifas sesuai dengan manajemen asuhan
kebidanan secara baik dan benar.
4) Dapat menentukan tindakan segera jika dibutuhkan
pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, dan ibu
nifas sesuai dengan manajemen asuhan secara baik
dan benar.
5) Dapat melakukan perencanaan pada ibu hamil, ibu
bersalin, bayi baru lahir, dan ibu nifas sesuai dengan
manajemen asuhan kebidanan secara baik dan benar.
6) Dapat melakukan pelaksanaan tindakan pada ibu
hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas
sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan secara
baik dan benar.
7) Dapat mengevaluasi tindakan yang diberikan pada ibu
hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas
7
sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan secara
baik dan benar.
1.3. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan laporan praktek klinik ini penulis
membahas tentang manajemen kebidanan komprehensif pada Ny. M
yang dilakukan sejak tanggal 22 November 2010 sampai dengan
tanggal 31 Desember 2010. Dimulai dari Antenatal Care dimana
Antenatal Care (ANC) ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu, ANC I
pada tanggal 14 Desember 2010, ANC II pada tanggal 21 Desember
2010, persalinan Ny. M berlangsung pada tanggal 24 Desember
2010, pengawasaan enam jam masa nifas dilakukan pada tanggal 24
Desember 2010 di Ruang Perawatan, keempat proses ini berlangsung
di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Sedangkan
pengawasan masa nifas hari keenam sampai keempat puluh hari
(kunjungan rumah) dilakukan sebanyak tiga kali yaitu kunjungan
rumah hari keenam pada tanggal 06 Januari 2011, kunjungan rumah
minggu kedua pada tanggal 20 Januari 2011 dan kunjungan rumah
keempat puluh hari pada tanggal 02 Februari 2011.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. KEHAMILAN
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah proses dimana spermatozoa bertemu
ovum kemudian terjadilah fertilisasi (pembuahan) sampai lahirnya
janin kehamilan normal berlangsung kira-kira 280 hari atau 40
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir sampai persalinan
(Saifuddin, 2002).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
5dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat
sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(Safuddin, 2006).
9
Kehamilan adalah pertemuan dan persenyawaan sel telur
(ovum) dan sel mani (sperma) yang kemudian akan berkembang
menjadi zygote, zygote yang kelak akan menjadi anak untuk
sebagian mempunyai sifat – sifat dari ibu dan zygote akan tumbuh
dan berkembang di rahim ibu selama kurang lebih 40 minggu atau
280 hari. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus
adalah kira – kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300
hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan
matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut
kehamilan postmatur. Kehamilan antar 28 dan 36 minggu disebut
kehamilan premature (Sarwono, 2005).
2.1.2. Perubahan Anatomik dan Fisiologis pada Wanita Hamil
1. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus
luteum graviditasi sampai terbentuknya plasenta pada kira –
kira kehamilan 16 minggu.
2. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen, dan progesteron.
10
3. Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh
adanya sirkulasi ke plasenta, uterus akan semakin membesar
dengan pembuluh – pembuluh darah yang membesar pula,
mamma dan alat – alat lain yang memang berfungsi
berlebihan dalam kehamilan.
4. Sistem Respirasi
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya
tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas.
5. Traktus Urinarius
Kandung kemih tertekan oleh penurunan kepala yang
memasuki pintu atas panggul, akibatnya sering kencing.
6. Traktus Digestivus
Pada bulan – bulan pertama kehamilan terdapat
perasaan enek (nausea), akibat kadar hormon estrogen yang
meningkat.
7. Kulit
Terdapat hiperpigmentasi yang disebabkan oleh
pengaruh Melanophore Stimulating Hormone ( MSH ) (
Sarwono, 2005 ).
11
2.1.3. Metabolisme
1. Metabolisme basal naik sebesar 15 % sampai 20 % dari
semula, terutama pada trimester III.
2. Kebutuhan Zat Mineral untuk ibu hamil :
1) Kalsium, 500 mg setiap hari, 30 – 40 gram untuk
pembentukkan tulang janin.
2) Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari
(1) Zat Besi, 800 mgr atau 30 – 50 mgr sehari
(2) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan
dapat terjadi retensi air (Yuni Kusmiyati, 2009)
3) Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5
kg selama hamil ( Manuaba, 2009 ).
Vitamin BI (Tiamin) berperan penting dalam metabilisme
karbohidrat dan asam lemak, pertubuhan fisik, memelihara
kesehatan kulit, rambut, otot, funsi darah, kesehatan sistem saraf
dan otak, metabolisme alkohol. Sumber : daging, hati, susu,
kunung telur, kacang-kacangan. Disamping itu juga vitamin B1
berfungsi menstabilkan nafsu makan, menunjang proses
pertumbuhan, serta membangun tonus otot yang baik. Vitamin
12
B1 diberikan juga pada ibu hamil dengan dosis 25-100 mg/hari
(Adhi Djuanda, 2007).
Vitamin C 10 mg tab/hariberperan penting untuk produksi
kolagen (pada jaringan ikat, penyembuhan luka, kesehatan sistem
dan saraf dan sistem imun, produksi hormon sdrenal, sebagai
antioksidan untuk membantu mencegah penyakit, dan juga dapat
membantu dalam mengabsorpsi lebih baik. Vitamin C juga
diperlukan pada ibu hamil dan masa penyembuhan (Yuni
Kusmiyati, 2009).
2.1.4. Perubahan Psikologis pada Wanita Hamil :
Trimester ke tiga sering kali disebut periode
menunggu/penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa
tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah
waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai
orang tua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal
yang mengingatakan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa
khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ibu merasa
khawatir dan gelisah tentang proses persalinan yang akan dihadapi.
13
Merasa takut organ vitalnya mengalami kerusakan karena
persalinan, rasa nyaman berkurang karena janin yang mulai
membesar, libido meningkat tetapi terhambat dengan perut yang
besar, serta krisis identitas.
Trimester ketiga merupakan soal persiapan aktif untuk
kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya serta
prsiapan untuk menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga
tentang jenis kelanin bayinya, (apakah laki-laki atau perempuan)
dan akan mirip siapa.
Pada trimester III inilah ibu memerlukan dukungan dari
suami, memberi sugesti pada ibu bahwa persalinan itu hal yang
biasa dan normal pada setiap wanita, memperhatikan perkiraan
waktu melahirkan dan tanda-tanda persalinan akan tiba, membantu
istri mempersiapkan perlengkapan persalinannya dan suami siaga
di rumah. Support tenaga kesehatan antara lain memberi dukungan
moral, meyakinkan ibu dapat menghadapi kehamilan dengan
perubahan yang dirasakannya, bekerjasama dan membangun
hubungan baik dengan ibu, berfungsi sebagai fasilitator bagi ibu,
memberikan informasi dan edukasi pada ibu mengenai kehamilan
dan membantu menjelaskan tentang mitos-mitos yang berlaku di
14
masyarakat baik yang bermanfaat ataupun yang merugikan
kesehatan ibu dan janin (Varney Midwifery, 2002).
2.1.5. Antenatal Care (ANC)
Antepartum care adalah pengawasan kehamilan untuk
mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit
yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi
kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan ( risiko tinggi, risiko
meragukan, risiko rendah ) ( Manuaba, 2009 ).
2.1.6. Tujuan Asuhan Antenatal
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
15
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
(Sarwono, 2005).
2.1.7. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan antenatal care ( ANC) adalah kontak ibu hamil
dengan perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan
kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi
dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.
1. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama kali, yang ideal adalah sedini mungkin
ketika terlambat haid.
2. Pemeriksaan ulang
1) Setiap 1 bulan sampai umur kehamilan 28 minggu.
2) Setiap 2 minggu pada usia kehamilan 28 – 36 minggu.
16
3) Setiap 1 minggu setelah kehamilan 36 minggu ( Hj. Salmah,
2006 ).
Kebijakan program dalam kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu satu kali
pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali
pada triwulan ketiga ( Saiffudin,. 2006 ).
2.1.8. Refokus Antenatal Care
1. Deteksi Dini.
Mengkaji data subjektif atau keluhan-keluhan yang dialami
pasien kemudian menghubungkan dengan data subjektif.
2. Promosi Kesehatan.
Memberikan penyuluhan atau memberikan pengarahan yang
terbaik untuk pasien tetapi yang berhak menentukan pasien.
3. Pertolongan Persalinan Aman dan Bersih.
Membantu ibu untuk menghadapi persalinan, seperti
membantu ibu untuk menentukan dimana akan bersalin dan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang profesional dan terampil
serta menjaga pencegahan infeksi.
17
4. Persiapan Adanya Kegawatdaruratan
Menyiapkan kegawatdaruratan saat persalinan seperti donor,
transfortasi, biaya, pengambil keputusan. ( Hj. Salmah, 2006 ).
2.1.9. Tahap – tahap Pemeriksaan pada Kehamilan
1. Mencatat hasil pengkajian data subjektif
1) Biodata ibu dan suami : umur, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku bangsa, alamat rumah, nomor telepon, alasan
memeriksakan diri / keluhan utama.
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
(1) Hari Pertama Haid Terakhir ( HPHT )
(2) Riwayat Antenatal sebelumnya, jika ada
(3) Gerakan janin dirasakan sejak kapan dan keadaan
sekarang
(4) Tanda dan bahaya sesuai umur kehamilan ibu saat diberi
asuhan :
Triwulan I : Mual / muntah berlebihan, perdarahan, dll
Triwulan II : Perdarahan, lelah, sering pusing, dll
Triwulan III : Sakit kepala, pandangan kabur, nyeri pada
ulu hati, perdarahan, dll
18
3) Keluhan lain seperti sakit pinggang, keram ( lazim pada
kehamilan )
4) Kebiasaan mengkonsumsi obat – obat yang membahayakan
kehamilan
5) Kondisi psikis ibu, kekhawatiran terhadap kehamilan,
persalinan, rasa malu akibat kehamilannya
6) Perilaku yang membahayakan kehamilan : diurut dukun,
aktivitas yang membahayakan kehamilan
7) Sikap atau respons terhadap kehamilan sekarang :
(1) Direncanakan, tetapi tidak diterima
(2) Tidak direncanakan, tetapi diterima
(3) Tidak direncanakan dan tidak diterima
(4) Direncanakan dan diterima
8) Dampak aktivitas seksual terhadap kehamilan
9) Perilaku spiritual dan sosial. Apakah saat beribadah ibu
mendoakan keselamatan janinnya
10) Pola eliminasi ( sembelit, diare, sering kencing, dan sakit
ketika berkemih )
11) Riwayat Kebidanan yang lalu
(1) Tanggal, bulan, dan tahun kelahiran
19
(2) Lahir aterm, preterm, atau abortus
(3) Jenis persalinan
(4) Berat badan bayi yang dilahirkan
(5) Penolong persalinan
(6) Tempat bersalin
(7) Komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas
(8) Keadaan anak sekarang ( hidup / mati, sehat / sakit,
cacat)
(9) Lama menyusui
12) Riwayat menstruasi
Menarche, siklus, lama haid, dismenorea, dan jumlah
darah yang keluar
13) Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Jenis kontrasepsi yang dipakai, lama pemakaian, dan
keluhan / efek samping / komplikasi pemakaian kontrasepsi
14) Riwayat Kesehatan
Penyakit yang diderita ibu dahulu dan sekarang (
kardiovaskuler, TORCH, hipertensi, DM, asma, TBC,
malaria, hepatitis, epilepsi, dan PMS ). Penyakit keturunan
keluarga ( jantung, DM, asma, dan gangguan jiwa ). Penyakit
20
keluarga yang menular ( HIV / AIDS, hepatitis, TBC ) dan
faktor keturunan gemelli
15) Status Sosial
Status perkawinan (lama menikah, pernikahan yang
ke berapa), respon keluarga terhadap kehamilan, dukungan
suami dan keluarga dan pengambilan keputusan dalam
keluarga
16) Pola konsumsi makanan dan minuman
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman
yang membahayakan kehamilan
17) Kebiasaan yang merugikan kesehatan ibu
Ibu / suami merokok, minum – minuman yang
beralkohol dan obat – obatan terlarang, memelihara atau
kontak dengan kucing
18) Rencana tempat melahirkan, penolong dan pendamping
persalinan
19) Pengetahuan ibu tentang :
(1) Tanda bahaya sesuai umur kehamilan
(2) Nutrisi dan istirahat selama kehamilan
(3) Hubungan seksual sesuai umur kehamilan
21
(4) Posisi hubungan seksual yang aman dan berbahaya
terhadap kehamilan
(5) Bahaya prostaglandin terhadap kehamilan
2. Mencatat hasil Pengkajian Data Objektif
1) Tinggi dan Berat badan
2)Tanda – tanda vital
3) Lingkar Lengan
4) Postur tubuh ( lordosis )
5) Pemeriksaan kepala dan leher
6) Edema pada wajah
7) Keadaan konjungtiva
8) Keadaan mulut apakah pucat atau tidak
9) Pembengkakkan saluran limfe dan kelenjar tiroid pada leher,
pembesaran vena jugularis
10) Hasil pemeriksaan tangan dan kaki
(1) Edema pada jari tangan dan ekstremitas bawah
(2) Keadaan kuku jari apakah pucat atau tidak
(3) Varises vena kaki
(4) Refleks patela kiri dan kanan
11) Hasil pemeriksaan payudara
22
(1) Ukuran payudara, simetris atau tidak
(2) Puting susu menonjol, datar atau masuk
(3) Pengeluaran colostrum atau cairan
(4) Retraksi, dimpling
(5) Benjolan pada payudara
(6) Pembesaran kelenjar ketiak
12) Hasil pemeriksaan abdomen
(1) Luka operasi
(2) Pengukuran TFU > 22 minggu, diukur dengan pita ukur
menurut teknik McDonald
(3) Hasil palpasi dengan teknik Leopold untuk menentukan
letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala dilakukan
pada usia kehamilan > 36 minggu atau 2 minggu apakah
hasil pengukuran TFU dengan cara McDonald melebihi
standar
(4) Frekuensi, intensitas, dan irama DJJ sejak usia kehamilan
> 20 minggu
13) Pemeriksaan genital luar ( varises, perdarahan, luka, cairan
yang keluar, pengeluaran dari uretra dan kelenjar skene,
23
keadaan kelenjar bartolin apakah ada massa atau ada cairan
yang keluar )
14) Pemeriksaan laboratorium ( uji urine kehamilan pada umur
kehamilan < 20 minggu, reduksi urine, protein urine, kadar
hemoglobin darah, golongan darah [ bila diperlukan ])
(Dra.G.A.Mandriwati, MKes, 2007).
2.1.10. Tahap – Tahap Pemeriksaan Leopold
1. Tahap Persiapan Pemeriksaan Leopold
1) Penderita tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi
2) Kedudukan tangan pada saat pemeriksaan dapat di atas
kepala atau membujur di samping badan
3) Kaki ditekukkan sedikit sehingga dinding perut lemas
4) Bagian perut penderita dibuka seperlunya
5) Pemeriksaan menghadap ke muka penderita saat melakukan
pemeriksaan Leopold I sampai Leopold III, sedangkan saat
melakukan pemeriksaan Leopold IV pemeriksa menghadap
ke kaki.
24
2. Tahap Pemeriksaan Leopold
1) Leopold I
(1) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk
menentukan TFU, sehingga perkiraan umur kehamilan
dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.
(2) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak
membujur sungsang, kepala bulat keras dan melenting
pada goyangan ; pada letak kepala akan teraba bokong
pada fundus : tidak keras tak melenting, dan tidak bulat :
pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian –
bagian janin.
2) Leopold II
(1)Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi
uterus untuk menetapkan bagian apa yang terletak di
bagian samping
(2) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang
teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci
(3) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin
25
3) Leopold III
Menetapkan bagian apa tang terdapat di atas simfisis
pubis. Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong
teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis
pubis akan kosong.
4) Leopold IV
Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa
menghadap ke arah kaki penderita untuk menetapkan bagian
terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul. Bila
bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran
terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksa
divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum
masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergen
3. Pemeriksa Pembantu Leopold
1) Pemeriksaan Budin
(1) Dipergunakan pada letak membujur, untuk lebih
menetapkan dimana punggung janin berada
(2) Teknik fundus uteri didorong ke bawah, badan janin akan
melengkung sehingga punggung mudah ditetapkan.
2) Pemeriksaan menurut Ahlfeld
26
Janin dengan letak membujur didorong ke salah satu
sisi sehingga janin mengisi ruangan yang lebih terbatas.
Dengan mendorong janin ke satua arah, maka pemeriksaan
punggung janin lebih mudah dilakukan.
3) Pemeriksaan menurut Knebel
Pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan menurut
Leopold III.
Table 2.1
Ukuran TFU yang sesuai dengan usia kehamilan menurut
Spiegelberg:
Usia kehamilan Ukuran tinggi fundus uteri dalam cm
22- 28 minggu
28 minggu
30 minggu
32 minggu
34 minggu
36 minggu
38 minggu
40 minggu
24 -25cm diatas simfisis
26,7 cm diatas simfisis
29,5 – 30 cm diatas simfisis
29,5 – 30 cm diatas simfisis
31 cm diatas simfisis
32 cm diatas simfisis
33 cm diatas simfisis
37,7 cm diatas simfisis
( Sarwono, 2005 ).
27
Selain rumus diatas ada juga cara lain untuk menentukan
umur kehamilan berdasarkan Rumus Neagle Hari + 7, Bulan -3,
Tahun +1. ( Hj. Salmah, 2006 ).
2.1.11. Pemeriksaan Denyut Jantung Janin
1. Kaki ibu hamil diluruskan sehingga punggung janin lebih dekat
dengan dinding perut ibu
2. Punctum maximum denyut jantung janin ditetapkan di sekitar
scapula
3. Denyut jantung janin dapat ditetapkan dengan cara dihitung
selama 1 menit penuh
4. Jumlah DJJ normal antara 120 – 160 x per menit ( Manuaba,
2009 ).
2.1.12. Perhitungan TBJ ( Taksiran Berat Janin )
TBJ = [ Tinggi Fundus Uteri ( dalam cm ) – N ] x 155
N = 13, bila kepala belum melewati pintu atas panggul
N = 12, bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
N = 11, bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika
( Arif Mansjoer, 2001).
28
2.1.13 Diagnosa Kehamilan
Kehamilan matur ( cukup bulan ) berlangsung kira – kira 40
minggu ( 280 hari ) dan tidak lebih dari 43 minggu ( 300 hari ).
Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut
kehamilan premature. Sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut
kehamilan postmature. Menurut usia kehamilan dibagi menjadi :
1. Kehamilan trimester pertama : 0 – 14 minggu
2. Kehamilan trimester kedua : 14 – 28 minggu
3. Kehamilan trimester ketiga : 28 – 42 minggu
( Arif Masjoer, 2001 ).
2.1.14 Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
1. Makanan ( diet ) wanita hamil
Wanita hamil harus betul-betul mendapat perhatian
susunan dietnya terutama mengenai jumlah kalori, protein yang
berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Zat-zat
yang diperlukan : protein, karbohidrat, lemak, mineral, atau
bermacam-macam garam terutama kalsium, fosfor, dan zat besi
(Fe), vitamin dan air.
29
Makan makanan yang bergizi sesuai dengan anjuran
petugas kesehatan. Makan 1 piring lebih banyak dari sebelum
hamil untuk menambah tenaga, makan makanan selingan, pagi
dan sore hari seperti bubur kacang hijau, kue – kue dan lain –
lain.
Nilai gizi dapat ditentukan dengan bertambahnya berat
badan sekitar 6,5 – 16,5 Kg selama kehamilan. Berat badan
yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapat
perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit
kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½ Kg /
minggu.
2. Pekerjaan rumah tangga / wanita pekerja
Istirahat berbaring sedikitnya 1 jam pada siang hari dan
kurangi kerja berat karena istirahat yang cukup akan
memulihkan tenaga ibu.
Pekerjaan rutin dapat dilakukan. Bekerjalah sesuai
dengan kemampuan dan makin dikurangi dengan semakin
tuanya kehamilan. Cukup istirahat dan tidur.
30
3. Hubungan seksual
Hamil bukanlah halangan untuk melakukan hubungan
seksual. Boleh melakukan hubungan suami istri selama hamil
tidak ada keluhan. Tanyakan kepada bidan atau dokter tentang
hubungan yang aman selama hamil.
Hubungan seksual dihentikan bila sering abortus atau
prematur, perdarahan pervaginam, terdapat tanda infeksi dengan
pengeluaran cairan disertai rasa nyeri / panas, hentikan
hubungan seksual pada dua minggu menjelang persalinan.
4. Gerak badan
Kegunaannya sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan
bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak.
Dianjurkan berjalan-jalan pada pagi hari dalam udara yang
masih segar. Gerakkan badan yang melelahkan tidak dianjurkan.
5. Pakaian hamil
Pakaian untuk ibu hamil harus longgar, bersih dan tidak
ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Pakaian yang baik
untuk ibu hamil adalah yang terbuat dari katun karena
mempunyai kemampuan menyerap, terutama pakaian dalam.
Pakailah kutang yang longgar dan dapat menyokong payudara.
31
Pakaian dalam hendaknya diganti minimal tiga kali untuk
menjaga kebersihan.
6. Menjaga kesehatan ibu hamil
Mandi pakai sabun setiap pagi dan sore hari. Karena
mandi secara teratur dapat mencegah sakit kulit. Gosok dua kali
sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur, karena gosok gigi
secara teratur dapat mencegah sakit gigi dan gusi.
7. Pemeliharaan payudara
Payudara merupakan sumber ASI yang akan menjadi
makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus
sering dirawat. Pakaialah kutang yang sesuai dengan ukuran
payudara sehingga dapat menyokong payudara.
Puting susu dan areola harus dalam keadaan bersih dan
harus dibersihkan setiap hari. Puting susu perlu ditarik – tarik
sehingga menonjol dan memudahkan untuk memberikan ASI.
8. Pemberian obat – obatan
Pemberian obat – obatan harus sesuai petunjuk dokter /
bidan karena harus diperhatikan apakah obat tersebut
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam kandungan
( Hj. Salmah, 2006 ).
32
2.1.15. Terapi pada Wanita Hamil
1. Imunisasi
Vaksinasi dengan tetanus toksoid (TT) dianjurkan untuk
dapat menurunkan angka kematian bayi karena infeksi tetanus.
Vaksinasi tetanus toksoid (TT) dilakukan dua kali selama
hamil.
Tabel 2.2
Interval Pemberian Imnunisasi TT
Antigen Interval Lama Perlindungan % perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC pertama - -
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4
25 tahun atau seumur
hidup
99
( Saifuddin, 2006 ).
33
2. Kebutuhan akan zat besi
Wanita dalam kehamilannya memerlukan tambahan zat
besi sekitar 800 mg atau sekitar 30-50 mg sehari
(Saifuddin, 2006)
2.1.16. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
1. Perdarahan pervaginam.
2. Sakit kepala hebat.
3. Gangguan penglihatan.
4. Pembengkakan pada wajah, tangan dan kaki.
5. Nyeri abdomen (epigastrik).
6. Janin tidak bergerak seperti biasanya (Saifuddin, 2002).
2.1.17. Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil
1. Edema
Terjadi pada trimester kedua dan ketiga
Dasar anatomis dan fisiologis :
1) Peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal
2) Kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
34
4) Tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvik ketika
duduk atau pada vena cava inferior ketika berbaring.
Cara mencegah :
(1) Hindari posisi berbaring terlentang
(2) Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama istirahat
dengan berbaring miring ke kiri, dengan kaki agak
ditinggikan
(3) Tinggikan kaki
(4) Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk
atau berdiri
(5) Angkat kaki ketika duduk atau istirahat
(6) Hindari kaos kaki yang ketat
(7) Lakukan senam ( latihan ) secara teratur
2. Insomnia ( sulit tidur )
Mulai pertengahan masa kehamilan
Dasar anatomis dan fisiologis :
1) Pola tidur berubah tidur nyenyak ( REM ) meningkat mulai
minggu ke- 25, berpuncak pada minggu ke – 33 sampai 36,
kemudian menurun ke tingkat sebelum hamil pada saat cukup
bulan
35
2) Bangun di tengah malam : ketidaknyamanan karena uterus
hamil, nocturia, dyspnea, hearthburn, kongesti hidung, sakit
otot, stress, dan cemas.
Cara mencegah :
(1) Gunakan teknik relaksasi
(2) Mandi air hangat, minum – minuman hangat (susu, teh
dengan susu) sebelum pergi tidur
(3) Melakukan aktifitas yang tidak menstimulasi sebelum tidur
(WHO, 2006).
2.1.18. Pendokumentasian dengan SOAP
1. Mencatat data subjektif
2. Mencatat data hasil pengkajian, diagnosis kebidanan, masalah
klien yang perlu dipecahkan dengan memberi asuhan dan
kebutuhan klien / ibu hamil yang diberi asuhan berdasarkan
maslahnya
3. Mencatat perencanaan asuhan yang meliputi perencanaan
tindakan asuhan, pelaksanaan tindakan asuhan, dan hasil
evaluasi tindakan asuhan (Dra.G.A.Mandriwati, 2005).
36
2.2. PERSALINAN
2.2.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses dimana selaput ketuban,
bayi, dan plasenta keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap
normal jika proses terjadinya pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Departemen
Kesehatan, 2004).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah
proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir (Sarwono, 2006).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 -
42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Sarwono, 2006).
37
2.2.2 Tanda dan Gejala Persalinan
1. Penipisan dan pembukaan serviks.
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada
serviks (Frekuensi min 2x dalam 10 menit ).
3. Keluarnya lendir bercampur darah (‘Show’) melalui vagina
( Asuhan Persalinan Normal , 2007).
2.2.3 Faktor – Faktor Penting Dalam Persalinan
Terdapat 4 faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
persalinan, yaitu passenger, passage, power, dan psychologic
response.
1. Passanger
Terdiri dari janin dan placenta. Hal yang perlu dikaji adalah
usia kehamilan, ukuran kepala janin, posisi ( puka, puki )
janin, lokasi janin terhadap sumbu ibu ( letak bujur, letak
lintang), presentasi kepala atau bokong, sikap fleksi atau
ekstensi dan letak placenta.
2. Passage
Bentuk dan diameter pelvis, peregangan segmen bawah
uterus, dilatasi serviks, vagina, dan introitus.
38
3. Power
Kekuatan primer adalah kontraksi uterus yang memiliki
intensitas, durasi dan frekuensi. Sedangkan kekuatan
sekunder adalah mengejan.
4. Psychologic Response
Respons psikologis bergantung pada pengalaman
sebelumnya, kesiapan emosi, persiapan, sistem pendukung,
lingkungan, mekanisme koping, kultur dan sikap terhadap
kehamilan (dra. Ni Nengah Susanti, 2009).
2.2.4 Proses Persalinan Normal
1. Kala I
Pada kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan
lengkap (10 cm). Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 13 jam sedangkan multigravida 6 sampai 7 jam.
Persalinan Kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu :
Fase Laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter
3 cm.
39
Fase aktif : dibagi dalam 3 fase yakni :
1) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat
kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari
9 cm menjadi lengkap (Sarwono, 2006).
Penanganan kala I :
1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia
tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan
2) Berikan informasi mengenai proses dan
kemajuan persalinannya
3) Dengarkan keluhannya dan cobalah
untuk lebih sensitif terhadap
perasaannya
4) Lakukan perubahan posisi
5) Sarankan ia untuk berjalan
40
6) Ajaklah suami atau keluarga untuk
memijat atau menggosok punggungnya
atau membasuh mukanya di antara
kontraksi
7) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas
sesuai dengan kesanggupannya
8) Ajarkan teknik relaksasi
9) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu
dalam persalinan
10) Memberikan ibu cukup minum
11) Sarankan ibu untuk berkemih sesering
mungkin
Table 2.3
Pemantauan pada Persalinan
Parameter Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif
TD
SUHU
NADI
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Setiap 30 – 60 menit
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Setiap 30 – 60 menit
41
DJJ
KONTRAKSI
PEMBUKAAN
PENURUNAN
Setiap 1 jam
Setiap 1 jam
Setiap 4 jam*
Setiap 4 jam*
Setiap 30 menit
Setiap 30 menit
Setiap 4 jam*
Setiap 4 jam*
*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam
Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
1) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi
2) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama
persalinan, fase aktif ( dilatasi serviks berlangsung atau ada di
sebelah kiri garis waspada)
3) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I :
1) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
2) Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam
selama persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada di sebelah
kanan garis waspada )
3) Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Kemajuan pada kondisi janin :
1) DJJ tidak normal
42
2) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan verteks fleksi
sempurna digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi
3) Adanya persalinan lama
Kemajuan pada kondisi ibu :
1) Denyut nadi ibu meningkat
2) Tekanan darah ibu menurun
3) Terdapat aseton dalam urine ibu (Saifuddin, 2002).
2. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhirnya dengan lahirnya bayi, kala dua
dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Lama persalinan kala II pada
primigravida 1 setengah jam sampai 2 jam dan pada multigravida 30
menit sampai 1 jam.
Penanganan kala II :
1) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
2) Menjaga kebersihan ibu
3) Mengipasi dan massase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
4) Menjaga privasi ibu
5) Memberikan penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
43
6) Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan
keterlibatan ibu
7) Mengatur posisi ibu : jongkok, menungging, tidur miring dan
setengah duduk
8) Menganjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin
9) Memberikan cukup minum (Saifuddin, 2006).
3. Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Lama
persalinan kala III pada primigravida 30 menit dan multigravida
15 menit.
Penanganan kala III :
1) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus
berkontraksi yang juga mempercepat pengeluaran plasenta
2) Lakukan PTT selama uterus berkontraksi
3) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan
menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati
plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakkan ke bawah
dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Setelah itu memutar
44
plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput
ketuban
4) Masase fundus
5) Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan
oksitosin 10 unit IM dosis kedua
6) Jika plasenta belum lahir juga dalam waktu 30 menit :
(1) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika
kandung kemih penuh
(2) Periksa adanya tanda pelepasan plasenta
(3) Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga
(4) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda pelepasan plasenta
7) Periksa robekan pada vagina atau serviks lalu dijahit atau
perbaiki episiotomi
Tanda Pelepasan Plasenta
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
2) Tali pusat bertambah panjang
3) Semburan darah mendadak dan singkat ( Asuhan
Persalianan normal, 2007 ).
Manajemen Aktif Kala III
45
1) Pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir
2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
3) Massase fundus uteri ( Asuhan Persalinan Normal, 2007 ).
4. Kala IV
Kala IV dimasukan untuk melakukan observasi karena
pendarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama.
Penanganan pada kala IV :
1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
20 – 30 menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat,
massase uterus sampai menjadi keras
2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit selama jam kedua
3) Anjurkan ibu untuk minum
4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering
46
5) Biarkan ibu istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu
untuk diberikan ASI
6) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan
ibu dibantu karena dalam keadaan lemah. Pastikan ibu
sudah BAK dalam 3 jam pascapersalinan
7) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :
(1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan
kontraksi
(2) Tanda – tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Saifuddin,
2006 ).
2.2.5. Posisi Ibu Dalam Persalinan
1. Posisi Litotomi
Posisi yang umum dimana wanita terbaring terlentang
dengan kaki ditekuk, kedua paha diangkat kesamping kanan dan
kiri. Dan gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan
bayinya.
2. Posisi jongkok atau berdiri
Membantu mempercepat kemajuan kala 2 persalinan dan
mengurangi rasa nyeri.
47
3. Posisi merangkak dan berbaring miring kekiri
Posisi merangkak dapat mengurangi rasa nyeri punggung
saat persalinan, sedangkan posisi miring kekiri memudahkan
ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami
kelelahan dan juga dapat mengurangi resiko terjadinya laserasi
perineum.
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali
pada posisi berbaring terlentang ( supine position ). Alasannya
jika ibu berbaring telentang maka berat uterus dan isisnya (
janin, cairan ketuban, plasenta, dll) menekan vena cava inferior
ibu.
Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi
utero-plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi.
Berbaring telentang juga akan mengganggu kemajuan
persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif
(enkin, et al, 2000) ( Asuhan Persalinan Normal, 2007 ).
2.2.6. Laserasi Jalan Lahir
Laserasi jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari
perdarahan pascapersalinan. Perdarahan pascapersalinan dengan
48
uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan
serviks atau vagina.
Laserasi pada perineum diklasifikasikan berdasarkan luasnya
robekan, yaitu :
1. Derajat 1 : Mukosa vagina, kulit perineum
(Penjahitan tidak diperlukaan jika tidak ada
perdarahaan dan jika luka teraposisi secara
alamiah).
2. Derajat 2 : Mukosa vagina, kulit perineum, dan otot
perineum
3. Derajat 3 : Mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum
dan otot sfingter ani.
4. Derajat 4 : Mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum,
otot sfingter ani dan dinding depan rektum.
(Pada laserasi perineum derajat III dan IV
memerlukan teknik dan prosedur khusus maka
pada derajat tersebut segera dirujuk) (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Perbaikan Robekan Tingkat I dan II:
Umumnya robekan tingkat I dapat sembuh sendiri, tidak perlu
dijahit.
49
1. Kaji ulang prinsip dasar perawatan
2. Berikan dukungan emosional
3. Pastikan tidak ada alergi terhadap lignokain atau obat-obatan sejenis
4. Periksa vagin, perineum, dan serviks
5. jika ada robekan panjang dan dalam, periksa apakah robekan itu tingkat
III atau IV:
(1) Masukan jari yang bersarung tangan ke anus
(2) Identifikasi sfingterani
(3) Rasakan tonus dari sfingter
6. Ganti sarung tangan
7. Jika sfingter kena, lakukan reparasi robekan tingkat III atau IV
8. Jika sfingter utuh, teruskan reparasi
9. A dan antisepsis di daerah
10. Masukan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong
masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan
masuk atau keluar
11. Aspirasikan dan kemudian suntikan sekitar 10 ml lignokain 0,5 %
dibawah mukasa vagina, dibawah kulit perineum, dan pada otot-otot
perienum.
50
Catatan: Aspirasi untuk menyakinkan suntikan lignokain tidak masuk
dalam pembuluh darah. Jika ada darah pada aspirasi, pindahakan
jarum ketempat lain. Aspirasi kembali. Kejang dan kematian dapat
terjadi jika lignokain diberikan lewat pembuluh darah (I.V).
12. Tunggu 2 menit agar anastesi efektif
Jahitan Mukosa Vagina
Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut kromik 2-0.
Mulai dari sekitar 1 cm di atas puncak luka di dalam vagina sampai pada
batas vagina.
Jahitan Otot perineum
Lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum sampai ujung luka
pada perineum secara jelujur dengan catgut kromik 2-0. Lihat ke dalam
luka untuk mengetahui letak ototnya. Penting sekali untuk menjahit otot
ke otot, agar tidak ada rongga di antaranya.
Jahitan Kulit
Carilah lapisan subkutikuler persis dibawah lapisan kulit.
Lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali ke arah batas vagina,
akhirnya dengan simpul mati pada bagian dalam vagina. Untuk membuat
simpul mati benar-benar kuat, buatlah 1 ½
simpul mati. Potong kedua ujung
benang, dan hanya disisakan masing-masing 1cm. Jika robekan cukup luas
51
dan dalam, lakukan colok rektal, dan pastikan tidak ada bagian rektum
terjahit.
Robekan Tingkat III dan IV
Jika robekan tingkat III tidak diperbaiki, pasien dapat menderita
gangguan defeksasi dan flatus. Jika robekan tidak diperbaiki, dapat terjadi
infeksi dan fistula rektovaginal.
1. kaji ulang prinsip dasar perawatan
2. lakukan blok pudendal atau ketamin
3. Minta sisten menahan fundus dan melakukan masase uterus
4. Periksa vagina, serviks, perineum dan rektum
5. Cek apakah sfingterani robek:
6. Jari bersarung tangan masukan ke dalam anus
7. Identifikasi sfingterani
8. Periksa permukaan rektum
9. Ganti sarung tangan
10. A/antisepsis pada daerah robekan
11. Pastikan tidak alergi terhadap lignokain atau obata-obatan sejenis
12. Masukan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong
masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan
masuk atau keluar.
52
13. Aspirasi dan kemudian suntikkan sekitar 10 ml lignokain 0,5 %
dibawah mukosa vagiana, dibawah kulit perineum dan pada otot-otot
perineum.
14, Tunggu 2 menit agar anastesi efektif
15. Tautkan mukosa rektum dengan benang kromik 3-0 atau 4-0 secara
interuptus dengan 0,5 cm antara jahitan. Jahitlah otot-otot dengan
rapih lapis demi lapis dengan jahitan satu-satu.
Jahitan Sfinter Ani
Jepit otot sfingter dengan klem Allis atau pinset. Tautkan ujung
otot sfingter ani dengan 2-3 jahitan benang kromik 2-0 angka 8 secara
interuptus. Larutkan antiseptik pada daerah robekan. Reparasi mukosa
vagina, otot perineum, dan kulit.
Perawatan Pascatindakan
Apabila terjadi robekan tingkat IV (robekan sampai mukosa
rektum), berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal ( ampisilin 500 mg
per oral dan metronidazol 500 mg per oral). Observasi tanda-tanda infeksi.
Jangan lakukan pemeriksaan rektal atau enema selama 2 minggu. Berikan
pelembut feses selama seminggu per oral (Saifuddin, 2005).
53
Tujuan Menjahit Laserasi
Tujuan menjahit laserasi adalah untuk menyatukan kembali
jaringan-jaringan tubuh dan mencegah kehilangna darah yang tidak perlu.
Berikan anestesi lokal pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan
laserasi.
Penjahitan sangat menyakitkan, oleh sebab itu penggunaan anestesi
lokal merupakan asuhan sayang ibu. Anestesi yang digunakan adalah
Lidocain 1 %.
Jika tidak tersedia Lidocain 1 %, gunakan Lidocain 2 % yang
dilarutkan dengan air steril dengan perbandingan 1 : 1.
Secara umum Prosedur untuk menjahit episiotomi sama dengan
menjahit laserasi perineum. Jika episiotomi sudah dilakaukan, lakukan
penilaian secara hati-hati untuk memastikan lukanya tidak meluas.
Sedapat mungkin, gunakan jahitan jelujur,. Jika ada sayatan yang terlalu
dalam hingga mencapai lapisan otot, mungkin diperlukan penjahitan
secara terputus untuk merapatkan jaringan ( Asuhan Persalinan Normal,
2007).
54
2.2.7. Partograf
Menurut Yayasan Bina Pustaka ( 2003 ), partograf dipakai
untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan.
Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm ( fase aktif ). Partograf
sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi. Untuk menggunakan partograf, petugas harus
mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1. Denyut jantung janin dicatat setiap 1 jam pada fase laten dan
setiap 30 menit pada fase aktif
2. Air ketuban : catat warna air ketuban setiap melakukan
pemeriksaan dalam :
1) U : Selaput utuh
2) J : Selaput pecah, air ketuban berwarna jernih
3) M : Air ketuban bercampur mekonium
4) D : Air ketuban bercampur darah
5) K : Tidak ada cairan ketuban atau kering
3. Perubahan bentuk kepala janin ( moulage )
1) 0 : Sutura terpisah
55
2) 1 : Sutura ( pertemuan 2 tulang tengkorak )
3) 2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
4) 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
4. Pembukaan mulut rahim ( serviks ) dinilai tiap 4 jam dan
diberi tanda ” X ”
5. Penurunan : mengacu pada bagian kepala ( dibagi 5 bagian )
yang teraba di atas simfisis, catat dengan tanda ” O ”
6. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani
setelah pasien diterima
7. Jam : Catat jam sesungguhnya
8. Kontraksi : catat tiap 30 menit, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya tiap kontraksi dalam hitungan detik dengan tanda :
1) Kurang dari 20 detik
2) Antara 20-40 detik
3) Lebih dari 40 detik
9. Oksitosin jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya
oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per
menit
10. Obat yang diberikan, catatlah semua obat lain yang diberikan
56
11. Nadi, catatlah setiap 30 – 60 menit pada fase laten dan fase
aktif serta tandai dengan sebuah titik besar ( • )
12. Tekanan darah, catat tiap 4 jam dan tandai dengan anak
panah ↕
13. Suhu badan, catat setiap 4 jam pada fase laten dan setiap 2
jam pada fase aktif
14. Protein, aseton, volume urine, catatlah setiap kali ibu
berkemih
Bila temuan – temuan melintas ke arah kanan dari garis
waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian
terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan
yang tepat (Saiffudin, 2006).
Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk
mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan
kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I
hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini
disebut sebabagi catatan persalinan.
Nilai dan catatn asuhan yang diberikan kepada ibu selama
masa nifas (terutama pada kala IV persalinan) untuk
57
memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit
dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini
sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik
(misaln’ya pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan). Selain
itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk
menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan
yang aman dan bersih telah dilakukan.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
1. Data atau informasi umum
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
5. Bayi baru lahir
6. Kala IV ( Saifuddin, 2002).
2.2.8. Rekomendasi Kebijakan Teknis Asuhan Persalinan dan
Kelahiran
1. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi harus dimasukkan
sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk
58
hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan
bagi ibu.
2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan
berfungsi sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.
3. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika
benar-benar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika
ada infeksi atau penyulit.
4. Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan
pemotongan tali pusat secara dini, memberikan suntikan
oksitosin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali
(PTT) dan segera melakukan masase fundus, harus dilakukan
pada semua persalinan normal.
5. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi
setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai
ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap
15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua.
Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk
memastikan tonus uterustetap baik, perdarahan minimal dan
pencegahan perdarahan.
59
6. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering
diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota
keluarga dapat diajarkan melakukan hal ini.
7. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus
segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga
kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi.
8. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus
disediakan oleh petugas dan keluarga (Saifuddin, 2006).
2.2.9 Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran
Bayi
Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah, yang
penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan
aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik
normal maupun patologis. Lima Benang Merah tersebut adalah:
1. Membuat Keputusan Klinik
Suatu pengambilan keputusan berdasarkan ilmu pengetahuan
dan di tunjang dengan hati. Membuat keputusan merupakan
proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan
menentukan asuhan yang dperelukan oleh pasien.
60
Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan
pertolongan.
2. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan
dan kelahiran bayi.
3. Pencegahan infeksi
Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk
menangani peralatan, perlengkapan sarung tangan dan benda-
benda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat
benda- benda lebih aman untuk di tangani oleh petugas. Segera
setelah digunakan, masukan benda-benda yang terkontaminasi
kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
4. Pencatatan (Rekam Medik) asuhan persalinan
Catat semua asuhan yang telah diberikan pada ibu dan/ atau
pada bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa
hal tersebut tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting
61
dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan
penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan
asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran
bayi.
5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas
rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap,
diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru
lahir.
Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan
normal namun sekitar 10- 15 % diantaranya akan mengalami
masalah.
Lima Benang Merah ini akan selalu berlaku dalam
penatalaksanaan persalinan, mulai dari kala I hingga kala IV,
termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir (Asuhan Persalinan
Normal, 2007)
2.2.10 Persiapan Penolong Persalinan
Salah satu persiapan penting bagi penolong persalinan adalah
memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi
62
yang dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung
tangan dan perlengkapan perlindungan pribadi.
Perlengkapan perlindungan pribadi yaitu terdiri dari penutup
kepala, pelindung mata (kaca mata), masker digunakan untuk
menutup mulut, celemek, dan sepatu yang tertutup.
Perlengkapan persiapan penolong persalinan tersebut dikenakan
selama membantu kelahiran bayi dan plasenta serta saat melakukan
penjahitan laserasi atau luka episiotomi (Asuhan persalinan
Normal, 2007)
2.3. BAYI BARU LAHIR
2.3.1. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu – 42 minggu dan berat badan lahir 2500
gr – 4000 gr (Saifuddin, 2002).
Bayi Baru Lahir Normal adalah bayi yang lahir secara
spontan dengan umur kehamilan cukup bulan dan dengan berat
badan normal 2500-4000 gram (Arief Mansjoer, 2001).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir
63
2500-4000 gr. Pada periode pascapartum, bayi baru lahir
mengalami perubahan biofisiologi dan prilaku yang kompleks
akibat transissi kekehidupan ekstrauterin. Beberapa jam pertama
setelah lahir, menampilkan suatu periode penyesuain kritis bagi
bayi baru lahir. Pada sebagian besar lingkungan, perawat
memberikan perawatan langsung kepada bayi segera setelah lahir
(Pusdiknakes, 2006).
2.3.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
1. Masa gestasi 37 – 42 minggu
2. Berat badan lahir 2500 – 4000 gram
3. Panjang badan 48-53 cm
4. Lingkar lengan 10-12 cm
5. Lingkar dada 30 – 38 cm
6. Lingkar kepala 33 – 35 cm
7. Bunyi jantung dalam menit pertama + 180 x/menit kemudian
menurun sampai 120 – 140 x/menit.
8. Pernafasan pada menit pertama cepat + 80 x/menit kemudian
menurun sampai 40 x/menit.
64
9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
terbentuk dan diliputi varnik casesosa.
10. Rambut lanugo terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
11. Kuku terlihat agak panjang dan lemas.
12. Genetalia (labia mayora sudah menutupi labia minora) pada
perempuan dan pada laki-laki (testis sudah turun di skrotum).
13. Refleks sucking, rooting, grap, tonic neck, moro dan stapping
sudah terbentuk dengan baik.
14. Mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama (Saifuddin,
2002).
2.3.3. Perubahan Fisik Neonatus Setelah Kelahiran
1. Perubahan Fisik Fisiologis
Perubahan lingkungan dalam uterus keluar uterus, maka
bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan
termik.
Hasil rangsangan ini membuat bayi akan mengalami
perubahan metabolik, pernafasan, sirkulasi dan lain-lain.
65
1) Gangguan metabolik karbohidrat
Kadar gula darah tali pusat yang 65 mg/100 ml akan
menurun menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam
sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus
pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat
mencapai 120mg/100ml.
2) Gangguan umum
Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat
yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam
keadaan basah. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar 250C
maka bayi akan kehilangan panas, melalui evaporasi,
konversi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit.
Sedangkan pembentukan panas yang dapat
diproduksi oleh tubuh hanya sepersepuluh dari yang
dibentuk dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan
menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 20C dalam
waktu 15 menit.
Hal ini sangat berbahaya terutama untuk neonatus
bayi berat lahir rendah dan asfiksia, akibat tubuh yang
66
rendah metabolisme jaringan akan meningkatkan dan
asidosis metabolik yang ada akan bertambah berat sehingga
kebutuhan oksigen pun akan meningkat, hipotermia ini juga
akan menyebabkan hipoglikemia, bayi baru lahir dapat
mempertahankan suhu tubuhnya dengan mengurangi
konsumsi energi serta merawatnya di dalam Neutral
Thermal Environment (NTE).
3) Perubahan sistem pernafasan
Pernafasan pertama bayi normal terjadi dalam
waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul
sebagai akibat aktivitas susunan saraf pusat dan perifer
yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti:
kemoreseptor carotid yang sangat peka terhadap
kekurangan oksigen. Rangsangan hipoksemia, sentuhan
dan perubahan suhu di dalam uterus dan di luar uterus.
Semua ini menyebabkan perangsangan pusat
pernafasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan
tersebut untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot
pernafasan lainnya.
67
Tekanan rongga dada bayi pada waktu memulai
jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru,
yang pada janin normal cukup bulan mengandung 80
sampai 100 cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini, sesudah
bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara, paru-
paru berkembang, sehingga rongga dada kembali pada
bentuk semula.
4) Perubahan sistem sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen
di dalam alveoli meningkat, sebaliknya tekanan karbon
dioksida menurun. Hal tersebut mengakibatkan turunnya
resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran
darah ke alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah
dari arteri pulmonaris mengalir ke paru-paru dan duktus
arterious menutup.
Dengan menciutnya arteri dan vena umbikalis dan
kemudian dipotongnya tali pusat darah dari plasenta
melalui vena inferior dan foramen oval ke atrium kiri
berhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari
paru-paru tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi dari
68
pada tekanan di atrium kanan. Ini menyebabkan foramen
oval menutup, sirkulasi janin sekarang berubah menjadi
sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu.
5) Perubahan Lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat-alat lain
mulai berfungsi (Sarwono, 2005).
2.3.4. Perubahan Fisik Patologis
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit.
Menurut Yayasan Bina Pustaka (2002) tanda-tanda bahaya
pada bayi adalah :
Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda-tanda berikut :
1. Sesak nafas
2. Frekuensi pernafasan 60 x/menit
3. Gerakan retraksi di dada
4. Malas minum
5. Panas atau suhu badan bayi rendah
6. Kurang aktif
69
7. Bayi lahir rendah (1500 – 2500 gram) dengan kesulitan minum
Tanda-tanda bayi sakit berat
Apabila terdapat salah satu atau tanda-tanda berikut:
1. Sulit minum
2. Perut kembung
3. Sianosis sentral (lidah biru)
4. Periode apneu
5. Kejang/periode kejang-kejang kecil
6. Merintih
7. Perdarahan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Tanda-Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai pada Bayi Baru Lahir :
1. Pernapasan – sulit atau lebih dari 60 kali / menit.
2. Kehangatan – terlalu panas (> 38º C atau terlalu dingin < 36ºC)
3. Warna – kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru / pucat,
memar.
4. Pemberian makan – hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah.
5. Tali pusat – merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah.
70
6. Infeksi – suhu miningkat, merah, bengkak, keluar cairan
(nanah). Bau busuk, pernapasan sulit.
7. Tinja / kemih – tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,
sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
8. Aktivitas – menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang
halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus (Saifuddin,
2002).
2.3.5. Keadaan Klinik Bayi Normal Segera Sesudah Lahir
Pada waktu lahir bayi sangat aktif. Bunyi jantung dalam
menit-menit pertama kira-kira 180x/menit yang kemudian turun
sampai 140x/menit -120x/menit pada wakru bayi berumur 30
menit. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira
80x/menit) disertai dengan pernapasan cuping hidung, retraksi
suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10
sampai 15 menit. Kelanjutan keaktifan yang berlebih-lebihan ialah
bayi menjadi tegang dan relatif tidak memberi reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dari dalam. Dalam keadaan ini bayi
tertidur untuk beberapa menit sampai 4jam.
71
Pada saat bayi pertama kali bangun dari tidurnya ia menjadi
mudah terangsang, dengan frekuensi bumyi jantung meningkat,
dan dengan perubahan warna, serta kadang-kadang dengan
keluarnya lendir dari mulut. Sesudah masa ini dilampaui, keadaan
bayi mulai stabil, daya isap serta refleks mulai teratur (Sarwono,
2005).
2.3.6. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi
masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan.
1. Dua jam hari pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama
sesudah lahir meliputi:
1) Kemampuan bayi menghisap kuat atau lemah
2) Bayi tampak kuat atau lunglai
3) Bayi kemerahan atau kebiruan
72
2. Sebelum penolong persalinan meninggaklan ibu dan bayinya,
penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut seperti:
1) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
2) Gangguan pernafasan
3) Hipotermi
4) Infeksi
5) Cacat bawaan dan trauma lahir (Saifuddin, 2006).
2.3.7. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Menurut buku Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
(2002) asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian
besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan
dengan sedikit bantuan atau gangguan.
Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir:
1. Menjaga agar bayi tetap kering dan hangat.
2. Usahakan adanya kontak dini antara kulit bayi dengan kulit
ibunya sesegera mungkin.
73
3. Penilaian bayi waktu lahir.
2.3.8. Rooming In
Rawat gabung atau rooming in adalah suatu sistem
perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam
pelaksanaannya bayi harus selalu berada disamping ibu sejak
segera setelah dilahirkan sampai pulang.
Tujuan rawat gabung:
1. Bantuan emosional. Bayi akan memperoleh kehangatan
tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu
(bonding effect).
2. Penggunaan air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan bayi
yang terbaik.
3. Pencegahan infeksi. Bayi yang melekat pada kulit si ibu akan
memperoleh transfer antibody dari si ibu. Kolostrum yang
mengandung antibody dalam jumlah tinggi, akan melapisi
seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi dan
diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan
yang tinggi.
4. Pendidikan kesehatan (Sarwono, 2005).
74
2.3.9. Inisiasi Menyusu Dini
1. Insiasi menyusui dini adalah memberikan kesempatan pada
bayi untuk melekat pada kulit ibu (skin to skin contact) dan
kontak antara ibu dan bayi (bounding attachment) serta
memotivasi bayi menyusui dengan upaya sendiri (30 menit - 1
jam) setelah lahir.
2. Insiasi menyusui dini merupakan masa emas bagi tumbuh
kembang bayi (golden periode) sehingga bila hal ini dilakukan
sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui, karena insiasi
menyusui dini merupakan langkah awal keberhasilan menyusui
eksklusif.
1) Tata laksana insiasi menyusui dini (dalam satu jam
pertama) kehidupan bayi
2) Siapkan pendamping ibu saat melahirkan yang tepat,
sensitive dan mendukung ibu.
3) Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan.
4) Keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan verniks
yang menyamarkan kulit bayi.
75
5) Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit bayi, selimuti keduanya, kalau perlu
menggunakan topi bayi.
6) Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri, bila perlu ibu
boleh mendekatkan puting susu tapi jangan memaksakan
bayi ke puting susu.
3. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman
yang aman untuk bayi mencegah infeksi nasokomial. Kadar
bilirubin bayi juga cepat normal karena pengeluaran mekonium
lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi
baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih
tenang sehingga mendapat pola tidur yang lebih baik. Dengan
demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat
keluar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan
pengeluaran hormone oksitosin, prolaktin, dan secara
psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi
(Sarwono, 2005).
76
2.3.10 Pemberian ASI sedini mungkin
Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan
diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin inilah yang mengacu
payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi
menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI
dikeluarkan. Pada hari-haru pertama kelahiran bayi, apabila
penghisapan puting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan
secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah
hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800ml
ASI perhari ( kisaran 600-1000 ml ) untuk tumbuh kembang bayi.
Produksi Asi mulai menurun ( 500-700 ml ) setelah 6 bulan
pertama dan menjadi 400-600 ml pada 6 bulan kedua usia bayi.
Produksi ASI akan menjadi 300-500 pada tahun kedua usia anak.
Keuntungan pemberian ASI
1. Mempromosikan keterikatan emosional ibu dan bayi
2. Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui
kolostrum
3. Merangsang kontraksi uterus.
77
Memulai pemberian ASI
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan ekslusif. Bayi
baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir.
Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera
menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong.
Beritahu bahwa penolong akan selalu membantu ibu untuk
menyusukan bayinya setelah plasenta lahir dan memastikan ibu
dalam kondisi baik ( termasuk dalam menjahit laserasi ). Keluarga
dapat membantu ibu untuk memulai pemberian ASI lebih awal.
Memulai pemberian ASI secara dini akan :
1. Merangsang produksi ASI
2. Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal
pada bayi paling kuat dalam beberapa jam (Sarwono, 2005).
2.3.11 ASI EKSKLUSIF
Asi eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah
bayi hanya diberi ASI saja tanpa diberi tambahan makanan seperti
( pisang, pepaya, bubur susu, bubur nasi tim ) dan minuman
(seperti susu formula, jeruk, air teh, air putih). Pemberian ASI
Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya 6 bulan,
78
setelah bayi berumut 6 bulan ia harus mulai dikenalkan dengan
makanan dan minuman tambahan, sedangkan ASI dapat diberikan
sampai usia bayi berumur 2 tahun.
Pada umumnya bayi sehat tidak memerlukan makanan
tambahan sampai bayi berusia 6 bulan, terkecuali bayi dalam
keadaan-keadaan tertentu, contoh ibu dalam keadaan sakit berat,
selain itu bayi juga harus sering disusui minimal 3 jam sekali dan
jangan diberi DOT atau empeng karena akan menimbulkan
infeksi dan gangguan masa pertumbuhan.
Manfaat ASI pada bayi :
1. ASI sebagai nutrisi
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
3. ASI meningkatkan kecerdasanmenyusui meningkatkan jalinan
kasih sayang (Asuhan persalinan Normal, 2007).
2.3.12. Refleks Bayi Baru Lahir
1. Rooting refleks (Refleks mencari puting)
Begitu sudut bibir dan pipi disentuh dengan tangan, maka bayi
akan memiringkan kepalanya kearah datangnya sentuhan
dengan mulut yang membuka.
79
2. Sucking Refleks (Refleks menghisap)
Rangsangan puting susu pada langit-langit mulut bayi
menimbulkan refleks menghisap.
3. Swallowing Refleks (Refleks Menelan)
Kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-otot
didaerah mulut dan faring untuk mengaktifkan reflex menelan
dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.
4. Refleks Moro (Refleks terkejut, karena mendengar suara yang
keras)
Ditandai dengan kedua tangan dan kakinya tegang serta
kepalanya tertarik kebelakang sekejap, jari jemarinya
menggenggam.
5. Refleks Melangkah
Jika bayi dipegang pada kedua ketiaknya dalam posisi berdiri
dan kakinya disentuhkan ke lantai/meja, ia akan melakukan
gerakan seperti melangkah.
6. Refleks Menggenggam
Jika telapak tangan bayi disentuh dengan jari, dia akan
menggenggam jari yang menyentuhnya.
80
7. Refleks Babinsky
Jika telapak kakinya disentuh/digores dengan ujung jari
pemeriksa maka jari-jari kaki bayi akan meregang (tertarik
kebelakang).
8. Refleks Tonus Leher asimetrik
Ketika bayi dibaringkan dan kepalanya dimiringkan ke kiri,
maka lengan kirinya akan meregang lurus sementara siku
lengan kanannya akan melipat (A.Aziz Alimul Hidayat, 2008).
2.3.13. Merawat Tali Pusat
1. Jangan membungkus puting tali pusat atau perut bayi atau
mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puting tali pusat.
2. Nasehati hal yang sama bagi ibu dan keluarganya.
3. Mengoleskan alcohol atau betadhine (terutama jika pemotong
tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan
tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat
basah/lembab.
4. Beri nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan
bayi:
1) Lipat popok dibawah puting tali pusat.
81
2) Jika puting tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air
DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama
dengan menggunakan kain bersih.
3) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika
pusat menjadi merah, bernanah atau berdarah atau berbau.
4) Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah,
mengeluarkan nanah atau darah segera rujuk bayi ke
fasilitas kesehatan yang dilengkapi perawatan untuk bayi
baru lahir (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
2.3.14. Profilaksis Perdarahan Bayi Baru Lahir
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1
mg intramuskuler di paha kiri segera mungkin untuk mencegah
perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Asuhan Persalinan Normal,
2007). Fungsi vitamin K berkaitan dengan gangguan pembekuan
darah sehingga bayi tidak akan mengalami perdarahan. Vitamin K
bekerja pada factor pembekuan darah II, VI, IX, dan X. Perdarahan
bayi baru lahir dapat terjadi dari gastrointestinal, kulit akibat
suntikan atau dari umbilikusnya.
82
Oleh karena itu perhatikan kemungkinan terjadi perdarahan
dari tempat tersebut setiap saat khususnya pada 24 jam pertama
(Manuaba, 2009). Selain itu vitamin K pada bayi baru lahir
berfungsi untuk mencegah perdarahan intrakranial yang
disebabkan oleh trauma jalan lahir lunak ataupun jalan lahir keras
yang dimana vitamin K bekerja pada faktor pembekuan darah.
2.3.15. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatiais B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi ini diberikan sedini mungkin segera setelah bayi lahir.
Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal
pertama, imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0
(segera setelah lahir menggunakan unijact), 1 dan 6 bulan. Jadwal
kedua, imunisasi Hepatitis B sebanyak 4kali, yaitu pada usia 0, dan
DPT + Hepatitis B pada 2, 3, 4 bulan usia bayi (Asuhan Persalinan
Normal, 2007).
83
2.3.16. Pemberian obat tetes / salep mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia
neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorea tinggi. Setiap
bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual) (Saifuddin, 2006).
2.3.17. Jadwal Imunisasi
Beritahukan ibu tentang imunisasi lengkap apa saja
manfaatnya bagi bayi, imunisasi lengkap adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Imunisasi dan Intervensi Pemberian
No
Jenis
Imunisasi
Banyak
Pemberian
Intervensi
Pemberian
Usia Bayi
1. Hepatitis 3x 4 minggu 1. Hepatitis B 1 usia 0-7 hari
2. Hepatitis B 2 usia 2 bulan
3. Hepatitis B 3 usia 3 bulan
84
2. BCG 1x - Usia 1 bulan
3. DPT 3x 4 minggu DPT 1 usia 2 bulan
1. DPT 2 usia 3 bulan
2. DPT 3 usia 4 bulan
4. Polio 4x 4 minggu 1. Polio 1 usia 2 bulan
2. Polio 2 usia 3 bulan
3. Polio 3 usia 4 bulan
4. Polio 4 usia 9 bulan
5. Campak 1x - Usia 9 bulan
(Arif mansjoer, 2001).
2.3.18. Mekanisme Kehilangan Panas
Adapun mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir
dapat terjadi melalui sebagai berikut :
1. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh
bayi. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan
ktuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh
bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi
setelah dimandikan.
85
2. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang
diletakkan diatas meja, tempat tidur atau timbanagn yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat
proses konduksi.
3. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang
dilahirkan atau ditempatkan dalam ruangan yang dingin adakan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga
dapat terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran udara atau
penyejuk ruangan.
4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh
lebih rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan mengalami
kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih
dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi
(Asuhan Persalinan Normal, 2007).
86
2.3.19 Pertambahan Berat Badan Bayi
Pertambahan berat badan bayi bisa dilihat per triwulan.
Pada triwula I, kenaikan berat badan berkisar 150-250
gram/minggu. Triwulan II kenaikannya 500-600 gram/bulan,
triwulan III naik 350-450 gram/bulan, dan triwulan IV sekitar 250-
350 gram/bulan. Acuan untuk melihat normal tidaknya BB adalah
saat usianya mencapai 6 bulan dan 1 tahun. Di usia 6 bulan BB
bayi harus mencapai 2 kali lipat BB lahir dan menjadi 3 kali
lipatnya pada usia 1 tahun.
Dalam prakteknya, bayi-bayi yang lahir dengan BB rendah
akan lebih cepat bertambah BBnya seakan-akan mengejar
ketinggalannya dan pada saat usianya mencapai 5 bulan maka
beratnya mencapai 6 kg. Bayi-bayi yang besar pada waktu lahir
sering tumbuh lambat, selama 3 bulan pertama BB bayi rata-rata
70gram/bulan. Kemudian pertambahan akan makin lambat, pada
usia 4-6 bulan BB bertambah 600gram/bulan. Pada usia 7-9 bulan
pertambahan berat badannya hanya 400gram saja per bulan. Pada
usia 10-12 bulan pertambahan berat badannya rata-rata
300gram/bulan atau 3 kali BB saat lahir. Pertambahan BB pada
tahun kedua hanya 200-250gram/bulan saja. Pertambahan ini akan
87
sangat dipengaruhi oleh banyaknya makanan dan keaktifan
pencernaan, jenis makanan, aktifitas dan lain-lain.
Bila penambahan BB bayi hanya 125 gram saja padahal
biasanya ia naik 200 gram, maka ini perlu dicemaskan, apalagi
kalau bayi tampak sehat. Tunggulah sampai minggu berikutnya,
mungkin beratnya naik sampai 300 gram untuk mengejar
ketinggalannya diminggu lalu. Selain itu perlu dipertimbangkan
pula bahwa semakin besar bayi, makin lambat kenaikan berat
badannya (Arsipbayi.blogspot.com)
2.4. MASA NIFAS
2.4.1. Definisi Masa Nifas
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus
selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan (Saifuddin, 2002).
Nifas ( puerperium ) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali keadaan sebelum
hamil (Saifuddin, 2006).
88
Post partum adalah masa setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat
genetalia baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2005).
2.4.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologik
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayi dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin, 2006).
2.4.3 Perubahan-Perubahan Fisiologi
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu:
1.Perubahan fisik
2.Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
3.Laktasi/ pengeluaran Air Susu Ibu
89
4.Perubahan sistem tubuh lainnya
5.Perubahan psikis (Saifuddin, 2006).
2.4.4. Involusi Alat-alat Kandungan
1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Setelah janin
dilahirkan fundus uteri setinggi pusat, segera setelah plasenta
lahir maka fundus uteri 2 jari di bawah pusat.
2. Bekas implantasi uri: Plasental bed mengecil karena
kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter
7,5cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu
keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
3. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan
sembuh dalam 6-7 hari.
4. Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau mules-
mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4
hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan
obat-obat antisakit dan antimules.
90
5. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
1) Lochia Rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, Lanugo,
mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
6) Lochiostasis: lochia tidak lancer keluar.
6. Serviks: setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga
seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya
lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim;
setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari
hanya dapat dilalui 1 jari.
91
7. Ligamen-ligamen: Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi,
karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
8. Masalah traktus urinarius: Kesulitan miksi mungkin terjadi
dalam 24 jam setelah melahirkan karena refleks gertusor yang
disebabkan oleh tekanan pada basis kandung kemih selama
melahirkan.
10. Perubahan lain pada masa nifas: Suhu badan inpartu pada
wanita tidak lebih dari 37˚C. Sesudah partus suhu dapat naik
0’5˚C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 38˚C. Sesudah
12 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan kembali
normal bila suhu badan lebih dari 38˚C mungkin ada infeksi
(Suherni, 2009).
92
Tabel 2.5
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Badan Uterus Menurut Masa
Involusi
Involusi TFU ( Tinggi fundus
Uteri)
Berat uterus
Bayi Lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat, 2 jbpst
Pertengahan pusat
simfisis
Tidak teraba di atas
simfisis
Normal
Normal tapi sebelum lahir
1000 gram
750 gram
500 gram
50 gram
30 gram
*jbpst : jari di bawah pusat
(Saleha. Siti, 2009).
93
2.4.5. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Menurut teori Rubin dan Mercer
Konsep Dasar:
1. Periode postpartum menyebabkan stress emosional terhadap
ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik
yang hebat.
2. Faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa
menjadi orang tua pada masa postpartum adalah:
1) Respon dari dukungan keluarga dan teman.
2) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan
dan aspirasi.
3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu.
4) Pengaruh budaya.
Menurut Rubin melihat beberapa Fase aktifitas Penting
sebelum menjadi ibu yaitu:
1. Talking On
Pada fase ini dikenal dengan tahap meniru dan sudah
mulai membayangkan peran yang dilakukannya pada tahap
sebelumnya.
94
2. Talking in
Periode ini terjadi 1-2 hari setelah melahirkan, ibu yang
baru biasanya pasif dan tergantung perhatiannya difokuskan
pada perhatian tubuhnya. Ia akan sering mengulang
pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan, nutrisi
tambahan sangat diperlukan karena selera makan yang
meningkat.
3. Talking Hold
Periode ini berlagsung 2-4 hari setelah melahirkan ibu
menaruh perhatian dan kemampuannya untuk menjadi orang
tua yang berhasil, ibu berfokus pada pengembalian kontrol
terhadap fungsi tubuhnya kekuatan dan daya tahan tubuh, serta
berusaha untuk terampil dalam merawat bayi. Peka terhadap
perasaan tidak mampu dan cendrung memahami saran-saran
perawat sebagai kritik yang dan tertutup.
4. Periode Letting Go
Periode ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali
kerumah. Ini melibatkan waktu reorganisasi keluarga, ibu
menerima tanggung jawab untuk perawatan bayi dan depresi
postpartum umumnya terjadi pada tahap ini.
95
5. Depresi Postpartum
Banyak ibu mengalami perasaan kekecewaan setelah
melahirkan berhubungan dengan hebatnya pengalaman
melahirkan dan keraguan untuk mengatasi kebutuhan
membesarkan anak. Biasanya depresi ini ringan dan sementara,
jarang terjadi secara relatif depresi ringan dapat mengarah
kepada psikosa postpartum, kondisi patologis (Barbara
R.Stright RN, 2004).
2.4.6. Deteksi Dini Komplikasi dan Penyakit Pada Masa Nifas
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca
persalinan. Oleh karena itu, sangatlah penting kita mengetahui
tanda-tanda bahaya yang menandakan perlunya seorang ibu paska
salin dirumah perlu segera mencari bantuan medis. Hal ini
merupakan tindakan untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya
tanda-tanda bahaya dalam upaya meminimalkan kematian ibu dan
bayi.
Tanda-tanda bahaya yang dapat timbul pada masa nifas,
antara lain:
96
1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba
bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa
atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali
dalam setengah jam).
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk.
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau pinggang.
4. Pembengkakan di wajah dan tangan.
5. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kemih atau
jika merasa tidak enak badan.
6. Payudara berubah menjadi merah, panas dan terasa
sakit.
7. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
8. Rasa sakit, merah, lunak dan atau pembengkakan di
kaki.
9. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
(Saleha. Siti, 2009).
97
2.4.7. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Table 2.7. Kunjungan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
Setelah
Rujuk
- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
persalinan jika perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu atau slah satu anggota
Keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
- Pemberian ASI awal
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
Hipotermia.
- Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran.
2
6 hari
Setelah
Kelahiran
- Memastikan involusi uterus berjalan normal.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
98
- Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan
istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
3 2 minggu
Setelah
Persalinan
- Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
4 6 minggu
Ibu setelah
Persalinan
- Menanyakan pada Ibu tentang penyulit-penyulit yang
atau bayi alami.
- Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Saifuddin, 2006).
99
2.4.8 Penanganan Masa Nifas
1. Kebersihan Diri
1) Mengajarkan ibu tentang cara membersihkan daerah
kemaluan.
2) Memberitahukan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya
2x dalam sehari.
3) Memberitahukan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
2. Istirahat
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, sebab
kurang istirahat akan mempengaruhi seperti mengurangi
produksi ASI, memperlambat proses involusi uterus dengan
memperbanyak perdarahan dan dapat menyebabkan depresi.
3. Gizi Ibu Menyusui
Mengkonsumsi makanan tambahan 500 kalori tiap hari.
Makan makanan gizi seimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
100
4. Pemberian vitamin A
Tindakan yang baik pada ibu nifas normal adalah
minum vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI.
5. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum pada sekitar
puting susu setiap selesai menyusui.
3) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali
6. Hubungan Seksual (Senggama)
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami
istri begitu darah berhenti dan ibu dapat memasukan jari ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Akan tetapi banyak budaya
yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami-istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada
psangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Merencakan kepada keluarga untuk melakukan program KB.
101
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya
2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
2) Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama
menyusui ekslusif atau penuh enam bulan dan ibu belum
mendapatkan haid (metode amenorea laktasi).
3) Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi
menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.
4) Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi
yang diperbolehkan selama menyusui, yang meliputi :
(1) Cara penggunaan
(2) Efek samping
(3) Kelebihan dan keuntungan
(4) Indikasi dan kontra indikasi
(5) Efektifitas
5) Metode hormonal, khususnya kombinasi oral (estrogen
progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang
menyusui. Oleh karena itu janganlah menganjurkan
kurang dari 6 minggu pasca persalinan. Umunya bagi ibu
menyusui tidak perlu melakukan sampai saat itu, karena
dapat mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya
102
hormon steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam
ASI. (Suherni, 2009).
6) Metode kontrasepsi yang boleh digunakan bagi ibu
selama menyusui:
(1) Metode amenorea laktasi (MAL)
(2) Metode Barier (Kondom)
(3) Kontrasepsi Progestin (Suntik progestin/suntik 3
bulan, pil progestin/mini pil)
(4) Implant
(5) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (Saifuddin,
2006).
103
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Kunjungan ANC hari I Tanggal 14 Desember 2010 ( ANC ke-1 )
Pada tanggal 14 Desember 2010 pukul 10.00 WIB, seorang
pasien datang atas nama Ny. M, umur 32 tahun, kebangsaan Indonesia,
pendidikan terakhir SMK, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat rumah
Jln. Pesing Gadog Green Garden RT.10 RW.04. Pasien adalah istri
dari Tn. S, umur 31 tahun, kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir
SMK, pekerjaan security.
Pada saat itu, pasien datang ke Poli KIA Puskesmas Kecamatan
Palmerah ingin memeriksakan kehamilannya. Pasien mengatakan tidak
merasakan keluhan apa – apa.
Klien mengatakan HPHT tanggal 23 Maret 2010 lamanya 7
hari dalam sehari klien mengganti pembalut 2x. Siklus haid Ny. M 28
hari teratur konsistensi cair, taksiran persalinan tanggal 30 Desember
2010.
104
Pola makan saat ini teratur, makan 3x dalam sehari dengan
menu seperti nasi, ikan, tempe, tahu, dan sayur. Ny. M tidak pernah
mengalami perubahan pola makan dan nafsu makan saat ini baik atau
biasa.
Pola eliminasi lancar dan tidak ada gangguan dengan frekuensi
buang air besar 1 kali sehari, warna kuning, konsistensi lunak, buang
air kecil lebih dari 4 kali dalam sehari, warna kuning jernih. Aktifitas
sehari-hari yang dilakukan seperti biasa, melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti menyapu, mencuci piring, dan memasak. Pola istirahat,
yaitu tidur siang ± 2jam, malam ± 7-8 jam. Pada kehamilan ini telah
memperoleh imunisasi TT lengkap, yaitu TT1 pada tanggal 19 Agustus
2010 dan TT2 pada tanggal 16 September 2010 di poli KIA Puskesmas
Palmerah. Klien pernah menggunakan alat kontrasepsi yaitu kondom.
Riwayat kehamilan, kehamilan ini merupakan kehamilan yang
kedua dan tidak pernah mengalami keguguran. Pada kehamilan
pertama tahun 2004 Ny. M tidak ada keluhan pada kehamilan nya,
pada riwayat persalinan nya normal, bayi lahir spontan dengan jenis
kelamin perempuan, berat badan 3400 gr, keadaan bayi normal tidak
ada cacat, bersalin oleh bidan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, dan
masa nifas Ny. M normal.
105
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita seperti:
jantung, hipertensi, diabetes melitus, anemia, hepar, HIV atau AIDS,
TBC, malaria dan gangguan mental tidak ada.
Perilaku kesehatan saat tidak pernah mengkonsumsi minum-
minuman keras (alkohol) atau obat-obatan terlarang, jamu- jamuan,
merokok dan makan sirih. Dalam sehari mengganti celana dalam 2 kali
atau 3 kali dalam sehari bila terasa lembab.
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diinginkan. Ny. M
dan suami menginginkan jenis kelamin tertentu yaitu jenis kelamin
laki - laki, menikah satu kali dengan lama pernikahan 8 tahun, tinggal
bersama suami. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas tidak ada.
Riwayat kesehatan mengenai penyakit keturunan seperti asma,
dibetes melitus, hipertensi dan jantung tidak ada serta tidak ada
riwayat keturunan kembar dalam keluarganya.
Setelah dilakukan pemeriksaan umum, didapatkan hasil:
keadaan baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit,
suhu 36˚C, berat badan saat ini 78 kg, kenaikan berat badan selama
hamil 13 kg dan tinggi badan 158 cm. Berdasarkan pemeriksaan
106
sistematik diperoleh hasil, rambut hitam, bersih dan tidak rontok, pada
mata, kelopak mata tidak oedema, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, hidung tidak ada sumbatan, lidah bersih, gigi dan
geraham bersih tidak ada karies dan tidak teraba adanya pembesaran
baik pada kelenjar thyroid maupun pada kelenjar getah bening.
Pada pemeriksaan payudara terdapat pembesaran (normal),
bentuk kedua payudara simetris, puting susu menonjol, dan tidak
terdapat benjolan atau tumor serta pada payudara tidak ada
pengeluaran. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil bentuk
abdomen membesar sesuai dengan usia kehamilan, tidak terdapat luka
bekas operasi, terdapat striae gravidarum dan tidak ada linea nigra.
Dari pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan hasil TFU: 33
cm, Leopold I: pada bagian fundus teraba bagian lunak, agak bulat,
dan tidak melenting, Leopold II: pada sebelah kanan perut ibu teraba
panjang, lurus, keras, seperti papan dan pada sebelah kiri perut ibu
teraba bagian kecil-kecil janin, Leopold III: teraba bulat keras, dan
melenting dan Leopold IV: tidak dilakukan.
Pada pemeriksaan auskultasi, punctum maksimum berada di 2
jari bawah pusat kuadran kanan ibu, denyut jantung janin (+) dengan
frekuensi 131x/menit teratur. Pada pemeriksaan ekstrimitas tidak
107
terdapat oedema, tidak ada kekakuan pada sendi, tidak ada kemerahan,
tidak ada varises dan refleks patella positif pada kaki kanan dan kiri.
Pada pemeriksaan punggung dan pinggang, posisi tulang
belakang lordosis dan tidak ada rasa nyeri pada pinggang. Pada
pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 01 November 2010
didapatkan kadar HB 11.6 gr %, golongan darah O, protein urine dan
urine reduksi negatif.
Pada pemeriksaan ano-genital, tidak ada pembengkakkan
kelenjar skene dan kelenjar bartholin, dan keadaan vulva bersih, dan
tidak ada haemoroid.
Diagnosa pada Ny. M adalah G2P1A0 hamil 38 minggu. Janin
tunggal hidup intra uterine presentasi kepala.
Rencana dan tindakan yang dilakukan adalah :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan,
bahwa saat ini keadaan ibu dan janin baik, usia
kehamilan ibu 38 minggu dan diperkirakan taksiran
persalinan tanggal 30 Desember 2010.
2. Memberitahukan ibu bahwa jenis kelamin laki-laki
ataupun perempuan sama saja. Ibu mengerti dan akan
108
menerima apapun jenis kelamin bayinya ketika sudah
lahir nanti.
3. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya kehamilan
seperti: sakit kepala yang berat, pandangan kabur, nyeri
ulu hati, janin tidak bergerak seperti biasanya,
pengeluaran darah pervaginam dan bengkak pada
wajah, ekstremitas tangan dan kaki.
4. Memberitahukan ibu mengenai tanda-tanda persalinan
seperti mules-mules yang sering dan terus-menerus
yang menjalar dari pinggang ke bagian perut dan
adanya pengeluaran lendir bercampur darah.
5. Memberitahukan ibu untuk mempersiapkan
perlengkapan persalinan seperti: pakaian ibu, pakaian
bayi, pendamping persalinan, biaya dan transportasi.
6. Memberikan ibu therapy SF 30 mg 2 x 1 tab / hari, Vit
C 10 mg 2 x 1 tab / sehari, kalk 500 mg 1 x 1 tab /
sehari.
SF : diminum malam hari dengan air putih atau air
jeruk. Jangan dengan air kopi atau teh karena akan
109
menghambat penyerapan. Efek samping :
konstipasi, mual, warna faces hitam
Kalk : diminum pagi hari dengan air putih atau air jeruk.
Jangan dengan air teh atau kopi, karena akan
menghambat penyerapan. Efek samping : mual.
Vit C : untuk membantu penyerapan dari obat. Ibu
mengerti dan akan meminum obatnya secara
teratur
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang berikutnya 1
minggu yang akan datang yaitu pada tanggal 21
Desember 2010 atau jika ada keluhan segera datang ke
petugas kesehatan.
8. Mengevaluasi ibu apakah ibu sudah memahami apa
yang telah dijelaskan tentang tanda – tanda bahaya
kehamilan, tanda persalinan, persiapkan perlengkapan
persalinan, therapy yang diberikan, kunjungan ulang
berikutnya 1 minggu kemudian dan ibu telah mengerti
apa yang telah dijelaskan.
110
Kunjungan ANC hari II Tanggal 21 Desember 2010 (ANC ke- 2)
S: Ny. M datang ke Poli KIA Puskesmas Palmerah untuk kunjungan
ulang dalam memeriksakan kehamilannya. Ny. M mengatakan
tidak merasakan keluhan apa-apa.
O: Keadaan umum : baik Kesadaran : compos mentis
Keadaan emosional : stabil
Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 20x/menit Suhu : 36˚C
Berat badan : 78 kg
Kelopak mata tidak oedema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
Wajah : tidak terdapat oedema
Payudara : Bentuk simetris, puting susu bersih, benjolan tidak ada,
puting susu menonjol, pengeluaran colostrum
Pemeriksaan Abdomen :
TFU : 33 cm,
Leopold I : pada fundus teraba bagian lunak, agak bulat, dan
tidak melenting.
Leopold II : pada sebelah kiri perut ibu teraba panjang, lurus,
111
keras, seperti papan dan pada sebelah kanan perut
ibu teraba bagian kecil-kecil janin
Leopold III : teraba bagian bulat keras, dan tidak melenting
Leopold IV : teraba 4/5 bagian janin
Pemeriksaan auskultasi : punctum maksimum berada di 3 jari
bawah pusat kuadran kiri ibu, denyut jantung janin (+) dengan
frekuensi 135x/menit teratur.
TBJ: (33-12) x 155 = 3.255 gram.
Ekstremitas : Oedema (-), varises (-), Refleks patella +/+
A :G2P1A0 hamil 39 minggu
Janin tunggal hidup, intra uterine, presentasi kepala
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa saat
ini keadaan ibu dan janin baik. Usia kehamilan ibu saat ini 39
minggu dan posisi janin dalam keadaan normal yaitu bagian
terendah janin adalah kepala.
2. Mereview ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti: sakit
kepala yang berat, pandangan kabur, nyeri ulu hati, janin tidak
bergerak seperti biasanya, pengeluaran darah pervaginam dan
112
bengkak pada wajah, ekstremitas tangan dan kaki. Ibu
mengerti dan dapat menyebutkan tanda bahaya kehamilan.
3. Mereview ibu mengenai tanda persalinan, seperti mules-mules
yang sering dan terus-menerus yang menjalar dari pinggang
ke bagian perut dan adanya pengeluaran lendir bercampur
darah. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan tanda persalinan.
4. Mereview ibu mengenai persiapan persalinan seperti: pakaian
ibu, pakaian bayi, pendamping persalinan, biaya dan
transportasi. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan persiapan
persalinan.
5. Memberikan ibu therapy SF 30 mg 2 x 1 tab / hari, Vit C 10
mg 2 x 1 tab / hari, kalk 500 mg 1 x 1 tab / sehari.
SF : diminum malam hari dengan air putih atau air jeruk.
Jangan dengan air kopi atau teh karena akan
menghambat penyerapan. Efek samping : konstipasi,
mual, warna faces hitam
Kalk : diminum pagi hari dengan air putih atau air jeruk.
Jangan dengan air teh atau kopi, karena akan
menghambat penyerapan. Efek samping : mual.
113
Vit C : untuk membantu penyerapan dari obat. Ibu mengerti dan
akan meminum obatnya secara teratur
6. Menganjurkan ibu untuk kujungan ulang berikutnya 1 minggu
yang akan datang yaitu pada tanggal 28 Desember 2010 atau
jika ada keluhan segera datang ke petugas kesehatan.
7. Melakukan pendokumentasian.
8. Mengevaluasi ibu apa yang sudah dijelaskan tentang tanda
bahaya kehamilan, tanda persalinan, persiapan persalinan
dengan hasil ibu mengerti apa yang telah dijelaskan, dapat
menyebutkan tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan
persalianan dan ibu menerapkan itu.
3.2. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Manajemen Kala 1
Ny. M pada tanggal 24 Desember 2010 pukul 04.00 WIB
datang ke Puskesmas Kecamatan Palmerah dengan keluhan utama
mules-mules sejak pukul 22.00 WIB dan baru saja keluar sedikit
lendir darah. Ny. M mengatakan saat ini tidak mempunyai keluhan
seperti pusing, mata berkunang-kunang, nyeri ulu hati, dan
114
pandangan kabur. Riwayat kehamilan, pergerakan fetus hingga saat
ini masih dirasakan ± 22 kali.
Setelah dilakukan pemeriksaan umum, didapatkan keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,
TTV: tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 x/menit, pernapasan
20x/menit dan suhu 36˚C.
Pada pemeriksaan palpasi diperoleh hasil: TFU 32 cm,
Leopold I: bagian fundus teraba agak bulat, lunak dan tidak
melenting, Leopold II: bagian kiri perut ibu teraba bagian keras, lurus
seperti papan, bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil dari
janin, Leopold III: teraba bagian bulat, keras, tidak melenting,
Leopold IV: perabaan 4/5 bagian. His 2x 10 menit lamanya 30 detik.
taksiran berat janin (TBJ): 3100 gr. Pada pemeriksaan auskultasi
punctum maximum 3 jari bawah pusat kuadran kiri. Denyut jantung
janin (+) frekuensi 141 x/menit.
Pada pemeriksaan anogenital, perineum ada luka parut dan
belum menonjol, vulva dan vagina tidak ada oedema dan tidak ada
varises, pengeluaran pervaginam darah lendir, kelenjar bartolin dan
kelenjar skene tidak ada pembesaran, anus tidak ada hemoroid.
pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi untuk menegakkan
115
diagnosa dan diperoleh hasil dinding vagina tidak ada benjolan,
porsio tebal, pembukaan 1 cm, ketuban (+), presentasi kepala.
Diagnosa G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu fase laten. Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah Memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada ibu yaitu pemeriksaan: Tekanan darah 130/80
mmHg, usia kehamilan 39 minggu, kondisi janin baik djj (+) 141
x/menit. Mengobservasi ibu dan janin, yaitu Djj, nadi, his setiap 30
menit sekali, suhu setiap 2 jam sekali, tekanan darah, dan pembukaan
setiap 4 jam sekali atau jika ada indikasi kemajuan persalinan.
Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.
Menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami atau keluarga.
Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan disekitar ruang bersalin untuk
membantu penurunan kepala janin. Memenuhi kebutuhan hidrasi
dengan diberikan teh manis. Mengobservasi pemeriksaan dalam 4
jam kemudian yaitu pukul 08.00 WIB atas indikasi menilai kemajuan
persalinan. Merencanakan persalinan pervaginam. Menyiapkan alat-
alat (partus set), alat-alat resusitasi dan emergency set.
Mendokumentasikan kedalam partograf.
116
Pukul 08.00 WIB
Ny. M mengeluh mules yang semakin sering, lendir darah
semakin banyak dan belum keluar air – air.
Setelah dilakukan pemeriksaan umum, didapatkan keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,
TTV: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan
22x/menit dan suhu 36˚C.
Pada pemeriksaan auskultasi punctum maximum 3 jari bawah
pusat kuadran kiri. Denyut jantung janin (+) frekuensi 140 x/menit
teratur. His 3x 10 menit lamanya 35 detik.
Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi untuk menegakkan
diagnosa dan diperoleh hasil dinding vagina tidak ada benjolan, porsio
tipis lunak, pembukaan 9 cm, ketuban (+), presentasi kepala,
penurunan kepala H III, posisi ubun-ubun kecil kiri depan, molase
tidak ada.
Diagnosa G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase aktif.
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.
Perencanaan tindakan yang akan dilakukan adalah :
1. memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan, bahwa
saat ini ibu sudah pembukaan 9 cm, saat ini keadaan ibu
117
dan janin baik (tekanan darah ibu 120/80 mmHg dan
denyut jantung janin (+) 140 x/menit teratur.
2. menganjurkan ibu untuk relaksasi yaitu ambil nafas
panjang kemudian buang nafas perlahan-lahan melalui
mulut seperti meniup balon. Ibu mengerti dan mau
melakukanya.
3. Memberitahukan ibu cara meneran yang baik saat
pembukaan lengkap nanti. Ibu mengerti.
4. memberikan ibu kebutuhan hidrasi (air putih, teh manis).
Ibu mau meminumnya.
5. memberikan ibu support dan dukungan. Ibu semangat.
6. memposisikan ibu senyaman mungkin (posisi litotomi,
berbaring miring kiri, jongkok, merangkak dan berdiri) dan
ibu nyaman dengan posisi terbaring terlentang dengan kaki
ditekuk, kedua paha diangkat kesamping kanan dan kiri
serta ibu nyaman dengan posisi berbaring miring kiri ketika
adanya his. Ibu mengerti dan merasa nyaman.
7. menghadirkan pendamping, yaitu suami Tn. S. Suami mau
mendampingi selama persalinan.
8. mengobservasi DJJ diantara his.
118
9. merencanakan persalinan pervaginam.
10. merencanakan tindakan amniotomi.
11. memindahkan Ny. M ke Ruang Bersalin II
12. merencanakan VT 1 jam kemudian yaitu pukul 09.00 WIB.
13. mendokumentasikan ke dalam partograf dan catatan
persalinan.
Manajemen Kala II
Pukul: 09.10 WIB
S : Ibu mengatakan mules semakin sering ,merasa ingin
meneran dan ingin BAB.
O : Keadaan umum: baik
Keadaan emosional: stabil
Kesadaran: compos mentis
Tekanan darah: 120/80mmHg Nadi 80 x/menit
Suhu 36˚C Pernapasan 22x/menit
His : 4 x 10 menit dengan lama 40 detik
DJJ : 139x/menit
119
terdapat tanda-tanda gejala kala II yaitu
adanya dorongan ibu untuk meneran, tekanan pada
anus, perineum menonjol, vulva membuka.
PD atas indikasi menilai kemjuan persalinan :
Dinding vagina : tidak ada benjolan.
Portio : sudah tidak teraba
Pembukaan : 10cm
Ketuban : (-) AMR (amniotomi
membran) pukul 09.15
WIB warna jernih, berbau
khas amnion, jumlah
amnion ± 1000.
Presentasi : kepala
Penurunan kepala : hodge IV
Posisi : ubun-ubun kecil kiri depan
Moulage : tidak ada penyusupan (0)
A : G2P1A0 hamil 39 minggu partus kala II
Janin tunggal hidup presentasi kepala.
P :
120
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan,
bahwa pembukaan saat ini sudah lengkap dan ibu
sudah boleh meneran jika terasa mules.
2. Memposisikan ibu senyaman mungkin.
3. Menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami
Tn.S.
4. Memberikan dukungan mental kepada ibu.
5. Memberikan ibu kebutuhan hidrasi (teh manis).
6. Mengobservasi DJJ diantara his
7. Membimbing ibu untuk meneran jika ada his.
8. Mendekatkan partus set.
9. Memimpin dan menolong persalinan secara APN.
10. Melakukan IMD segera setelah bayi lahir.
11. Melakukan pendokumentasian ke partograf.
Pukul: 09.45 WIB
Bayi lahir spontan letak belakang kepala, menangis kuat, warna kulit
kemerahan dan tonus otot aktif, jenis kelamin laki-laki, cacat (-),
segera dilakukan IMD
121
Manajemen Kala III
Pukul: 09.46 WIB
S : Ibu mengatakan perut terasa mules dan ibu merasa lelah
O : Keadaan umum baik, TFU : sepusat, kontraksi baik,
kandung kemih kosong, tidak ada janin kedua, perdarahan
± 50cc, terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta: tali pusat
bertambah panjang, darah mengalir secara tiba – tiba,
uterus globular.
A : P2A0 partus kala III
P :
1. Menyuntikan oksitosin 10 U ke 1/3 bagian lateral paha ibu
secara intra muskular.
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).
Plasenta lahir spontan.
3. Masase fundus uteri selama 10-15 detik, setelah plasenta
lahir.
Pukul 10.00 WIB
Plasenta lahir spontan lengkap dengan selaput amnion dan chorion.
Kotiledon lengkap, panjang tali pusat ± 50 cm, tebal ± 3 cm, diameter
122
± 20 cm, berat ± 500 gram, insersi tali pusat marginalis, memiliki 2
arteri dan 1 vena.
Manajemen Kala IV
Pukul: 10.01 WIB
S : Ibu mengatakan perut terasa mules dan merasa senang atas
kelahiran bayinya.
O : Keadaan umum baik, Keadaan emosional stabil,
Kesadaran composmentis. Tekanan darah: 120/80 mmHg,
Nadi 82 x/menit, Suhu: 36˚ C, Pernapasan: 20x/menit.
Kontraksi uterus baik, TFU: 2 jari bawah pusat, Kandung
kemih kosong, Perdarahan ±100cc, Perineum ruptur grade
II.
A : P2A0 partus kala IV
Masalah : Perineum rupture grade II
Masalah potensial : HPP
Tindakan segera : Penjahitan rupture perineum
P :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu
baik.
123
2. Melakukan Informed Consent untuk melakukan penjahitan
luka perineum
3. Melakukan penjahitan perineum ruptur grade II dengan
teknik jelujur dan melakukan anastesi Lidokain 2 % pada
perineum sebelum tindakan penjahitan.
4. Membersihkan ibu dan menggantikan pakaian ibu dengan
pakaian yang kering.
5. Membersihkan alas tempat tidur ibu dengan menggunakan
air clorin.
6. Mendekontaminasikan alat-alat persalinan kedalam air
clorin 0,5 % selama 10 menit.
7. Memberi selamat kepada ibu dan mengajarkan ibu dan
keluarga untuk masase uterus, menjelaskan kepada ibu
bahwa mules yang akan di alami saat masa nifas adalah hal
yang normal, karena mules tersebut merupakan involusi
uterus (pengembalian bentuk uterus seperti sebelum hamil )
dan memberitahukan ibu kontraksi yang baik dan kontraksi
yang jelek.
8. Memberikan ibu kebutuhan nutrisi (nasi, lauk pauk, sayur)
dan hidrasi (air putih).
124
9. Memantau tanda-tanda vital, kontraksi uterus, TFU, jumlah
perdarahan, kandung kemih setiap 15 menit pada jam
pertama dan 30 menit pada jam kedua.
10. Memberikan ibu therapy SF 30 mg 2 x 1 tab/hari, Vit C 10
mg 2 x 1 tab/hari, Vit.A dengan dosis 200.000 IU,
Amoxicilin 500 mg 2 x 1 tab/ hari.
11. Memindahkan ibu ke ruang perawatan nifas setelah 2 jam
post partum yaitu pukul 12.00 WIB.
12. Mendokumentasikan persalinan kedalam partograf dan
catatan persalinan.
13. Mengevaluasi dengan hasil ibu bersedia dilakukan
penjahitan perineum dengan anastesi, ibu mengerti
penyebab rasa mules karena pengaruh proses involusi, ibu
mengetahui cara memantau kontraksi uterus, dan ibu
bersedia meminum SF, Vit C, Vit. A dan terapi amoxicillin.
3.3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Pada tanggal 24 Desember 2010 pukul 10.30 WIB dilakukan
pemeriksaan umum dan fisik oleh mahasiswi bidan Tio Fanny Sitorus
dan diperoleh hasil:
125
S : Ibu mengaku adanya proses perlekatan antara ibu dan bayinya,
adanya proses mencari puting susu ibu, bayi sudah menghisap dan
menelan ASI.
O : Keadaan umum baik. Bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan
dan tonus otot akitif. Berat badan 3200 gram, panjang badan 50
cm, lingkar kepala dan lingkar dada tidak dilaksanakan, suhu 36,6
0 C, pernafasan 48 x/menit, denyut jantung bayi 130 x/menit. Kulit
tampak kemerahan, pada kepala tidak ada chaput suksedanium dan
cephal hematoma, mata tidak ada pus dan tidak ada strabismus,
tidak ada pernafasan cuping hidung, lubang telinga (+) kanan dan
kiri, mulut tidak ada kelainan tidak ada labio schizis, labio
palatoschizis, dan labio genatoschizis, Leher tidak ada kelainan
seperti stroma, Dada tidak ada kelainan, tidak ada retraksi dada,
Paru-paru tidak ada wheezing dan mengik, tampak normal, Jantung
tidak ada kelainan seperti bunyi gallop dan tampak normal,
Abdomen tampak normal tidak ada accites, Umbilikus tidak ada
kelainan dan tidak ada hernia umbilikus, pada genitalia testis sudah
turun ke dalam scrotum, Anus positif dan tidak terdapat atresia ani,
Ekstrimitas tangan dan kaki normal, Refleks positif pada refleks
morro (bayi terkejut), refleks tonick neck (badan bayi menahan
126
leher), refleks grasping (tangan bayi menggenggam erat tangan
ibunya) , refleks rooting (bayi mencari rangsangan pada pipinya),
refleks sucking (bayi menghisap kuat saat menetek ASI) dan
refleks babynsky (bayi terangsang saat kedua telapak kaki
disentuh).
A : Neonatus cukup bulan sesuai dengan masa kehamilan 1 jam
pertama.
P : 1. Melakukan informed consent untuk melakukan
pemeriksaan BBL. Ibu bersetuju untuk melakukan
pemeriksaan BBL.
2. Membersihkan jalan nafas.
3. Mengeringkan dan menghangatkan bayi.
4. Mengganti kain bayi dengan kain yang kering.
5. Membungkus tali pusat dengan kassa.
7. Menulis identitas bayi.
8. Memakaikan peneng.
9. Melakukan cap kaki bayi.
10. Memberikan salep mata tetrasiklin 1% berfungsi untuk
pencegahan penyakit mata karena klamida (penyakit
menular seksual).
127
11. Memberikan vitamin K 0,5 cc (1mg) melalui IM pada paha
kiri, berfungsi untuk mencegah pendarahan bayi baru lahir
akibat defisiensi vitamin K 1 mg yang dapat dialami oleh
sebagain bayi baru lahir.
12. Melakukan rooming in dengan ibu, melakukan pengawasan
bayi 2-6 jam setelah lahir.
13. Melakukan dokumentasi.
14. Mengevaluasi dengan hasil ibu bersedia bayinya dilakukan
pemeriksaan, pemberian vitamin K.
15. Rencana suntik imunisasi HbO pada 6 jam post partum
setelah bayi dimandikan
Perkembangan Neonatus
Tanggal: 24 Desember 2010, Pukul 16.00 WIB
S : Ibu mengatakan bayinya mau menyusu pada kedua payudaranya
dan bayinya belum BAK dan BAB.
O : Keadaan umum bayi baik, tampak sehat dan aktif. Berat badan:
3200 gram, panjang badan 50 cm, suhu 36,4˚C, pernafasan
48x/menit, nadi 134x/menit. Refleks positif pada refleks morro
(bayi terkejut), refleks tonick neck (badan bayi menahan leher),
128
refleks grasping (tangan bayi menggenggam erat tangan ibunya) ,
refleks rooting (bayi mencari rangsangan pada pipinya), refleks
sucking (bayi menghisap kuat saat menetek ASI) dan refleks
babynsky (bayi terangsang saat kedua telapak kaki disentuh).
A : Neonatus cukup bulan sesuai dengan masa kehamilan 6 jam.
P :
1. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif. Ibu
mengerti dan mau memberikan ASI ekslusif.
2. Mengevaluasi ibu tentang posisi dan perlekatan menyusui.
3. Observasi suhu, pernafasan, dan nadi.
4. Menyendawakan bayinya setelah minum ASI. Ibu
menyendawakan bayi setelah minum ASI.
5. Memberitahu ibu bahwa bayi nya akan dimandikan dan di
suntik imunisasi HbO. Ibu setuju bayinya untuk dimandikan
dan di suntik imunisasi HbO.
6. Membungkus tali pusat bayi dengan kassa kering dan tanpa
diberi apapun.
7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayinya.
8. Menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi.
129
9. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi
seperti: bayi diam saja, bayi mencret-mencret, bayi kuning,
suhu bayi panas sekali, suhu bayi dingin sekali dan bayi tidak
mau menyusu. Ibu mengerti tanda bahaya bayi.
10. Memberitahukan ibu untuk memanggil bidan dan petugas
kesehatan jika terdapat salah satu tanda bahaya nifas atau
keluhan-keluhan.
11. Dokumentasi
Tanggal 06 Januari 2011 hari ke 6 (Kunjungan Rumah)
S : Ibu mengatakan bayinya mau menyusu, bayinya tenang (tidak
rewel) dan tali pusat sudah puput pada tanggal 29 Desember 2010.
O : Keadaan umum baik
HR : 140x/menit Rr : 66x/menit
Suhu: 36,8˚C.
BB: 3500 gram PB: 50 cm.
Refleks positif pada refleks morro (bayi terkejut), refleks tonick
neck (badan bayi menahan leher), refleks grasping (tangan bayi
menggenggam erat tangan ibunya) , refleks rooting (bayi mencari
rangsangan pada pipinya), refleks sucking (bayi menghisap kuat
130
saat menetek ASI) dan refleks babynsky (bayi terangsang saat
kedua telapak kaki disentuh).
A : Neonatus cukup bulan sesuai dengan masa kehamilan hari ke-6.
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa
bayi dalam keadaan baik dengan berat badan 3500 gram dan
suhu 36,8 0 C.
2. Mereview ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif. Ibu mau
memberikan ASI ekslusif.
3. Mengevaluasi ibu tentang posisi dan perlekatan menyusui
yaitu perut ibu menempel dengan perut bayi, telingan dan
bahu bayi dalam posisi satu garis lurus, dagu bayi menempel
dengan payudara, dan mulut bayi membuka sampai menutupi
areola. Ibu sudah mengerti dan melakukanya.
4. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya selama 15-30
menit setiap pagi. Ibu mengerti dan mau mengikuti.
12. Mengevaluasi perawatan bayi sehari – hari seperti tali pusat
dibungkus dengan kassa kering dan tanpa diberi apapun,
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayinya,
131
menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi,
menyusui bayinya. Ibu mengerti dan mau mengikutinya.
5. Mengevaluasi kepada ibu mengenai tanda bahaya pada bayi
seperti: apakah ada tanda bayi diam saja, bayi mencret-
mencret, bayi kuning, suhu bayi panas sekali, suhu bayi
dingin sekali dan bayi tidak mau menyusu. Ibu mengerti
tanda bahaya bayi.
6. Menganjurkan ibu datang ke Puskesmas untuk kontrol ulang
agar bayi mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan dan atau jika ada keluhan-keluhan.
7. Dokumentasi
Tanggal 20 Januari 2011 minggu ke 2 (Kunjungan Rumah)
S : Ibu mengatakan bayinya mau menyusu, bayi tenang (tidak rewel)
dan keadaan bayi sehat.
O : Keadaan umum baik
Suhu: 36,8˚C HR: 144x/menit
Rr : 48x/menit
BB: 4150 gram
132
Refleks positif pada refleks morro (bayi terkejut), refleks tonick
neck (badan bayi menahan leher), refleks grasping (tangan bayi
menggenggam erat tangan ibunya) , refleks rooting (bayi mencari
rangsangan pada pipinya), refleks sucking (bayi menghisap kuat
saat menetek ASI) dan refleks babynsky (bayi terangsang saat
kedua telapak kaki disentuh).
A : Neonatus cukup bulan sesuai dengan masa kehamilan minggu ke 2
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa bayi
dalam keadaan baik dengan berat badan 4150 gram dan suhu
36,8 0 C.
2. Mereview ibu mengenai tanda bahaya pada bayi seperti: bayi
diam saja, lemas, tidak aktif, bayi mencret-mencret, bayi
kuning, suhu bayi panas sekali, suhu bayi dingin sekali dan
bayi tidak mau menyusu. Ibu mengerti dan masih ingat tanda
bahaya bayi.
3. Menganjurkan ibu untuk melaksanakan jadwal imunisasi bayi
sesuai dengan jadwal yaitu saat usia bayi 1 bulan akan
mendapatkan imunisasi BCG dan polio I yang telah ditentukan
133
pada tanggal 26 januari 2011 oleh Bidan Puskesmas Palmerah.
Ibu mengerti dan mau untuk melaksanakan imunisasi.
4. Memberitahukan ibu untuk datang ke Puskesmas jika terdapat
keluhan. Ibu mengerti.
5. Dokumentasi.
Tanggal 2 Februari 2011 minggu ke 6 (Kunjungan Rumah)
S : Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat, bayi tenang (tidak rewel)
dan keadaan bayi sehat.
O : Keadaan umum baik
Suhu: 36,8˚C HR: 136x/menit
Rr : 42x/menit
BB: 4500 gram
Refleks positif pada refleks morro (bayi terkejut), refleks tonick
neck (badan bayi menahan leher), refleks grasping (tangan bayi
menggenggam erat tangan ibunya) , refleks rooting (bayi mencari
rangsangan pada pipinya), refleks sucking (bayi menghisap kuat
saat menetek ASI) dan refleks babynsky (bayi terangsang saat
kedua telapak kaki disentuh).
A : Bayi usia 6 minggu
134
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan.
2. Mereview ibu mengenai tanda bahaya pada bayi seperti: bayi
diam saja, lemas, bayi mencret-mencret, suhu bayi panas
sekali, dan bayi tidak mau menyusu. Ibu mengerti dan masih
ingat tanda bahaya bayi.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan bayinya ASI ekslusif
saja selama 6 bulan. Ibu mengerti.
4. Memberitahukan ibu untuk datang ke Puskesmas jika terdapat
keluhan. Ibu mengerti.
5. Dokumentasi.
3.4. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Tanggal: 24 Desember 2010, Pukul 16.00 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan bertambah dan perut terasa mules
ketika menyusui bayinya.
O : Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran
composmentis. Pemeriksaan TTV: Tekanan darah: 120/80
mmHg, denyut nadi 81x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu
36°C. Pada pemeriksaan payudara simetris, pembesaran normal,
135
dan terdapat pengeluaran (ASI) dan tidak ada pembengkakan.
Pada uterus, kontraksi baik, TFU 2 jari bawah pusat, pengeluaran
lochea rubra dengan jumlah ± 50cc konsistensi cair. Luka jahitan
perineum bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi, peristaltik
baik, flatus (+) kandung kemih kosong, BAK sudah BAB belum.
A : P2A0 6 Jam post partum
Masalah: Perut terasa mules
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa
saat ini ibu dalam keadaan normal dan memberitahukan
mules yang saat ini dirasakan merupakan pengaruh
hormone yang juga berperan dalam pengeluaran ASI dan
proses involusi uterus. Sehingga saat menyusui akan terasa
mules. Ibu mengerti
2. Memberitahukan ibu untuk istirahat cukup. Ibu mengerti.
3. Memberitahukan ibu agar memberikan ASI jika bayi
terbangun dan merasa lapar atupun haus. Ibu mengerti dan
mau memberikan ASI nya.
4. Memberitahukan ibu untuk mobilisasi seperti miring kekiri
dan kekanan. Ibu mengerti.
136
5. Memberikan ibu kebutuhan nutrisi (nasi, sayur mayor, lauk
pauk) dan cairan (air putih), dan menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti buah dan
sayur mayur. Ibu mengerti dan mau memakannya.
6. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut 3 kali sehari
atau jika sudah terasa penuh dan lembab serta memberitahu
ibu untuk jangan takut membersihkan luka jahitan,
menganjurkan ibu untuk membersihkan luka jahitan dengan
air bersih dan jika ingin menggunakan sabun, gunakan
sabun cair agar sisa sabun tidak menempel. Ibu mengerti
dan mau mengikutinya.
7. Memberitahukan ibu untuk merawat payudara agar puting
susu tetap bersih dan kering. Ibu mengerti dan mau
mengikutinya.
8. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya ibu nifas
seperti: pengeluaran cairan pervaginam yang baunya
menusuk, pengeluran darah yang luar biasa, demam, mual-
muntah, dan tidak nafsu makan, sakit perut pada bagian
bawah, pandangan kabur, bengkak pada muka dan
ekstrimitas. Ibu mengerti tanda bahaya nifas.
137
9. Memberitahukan ibu untuk memanggil bidan dan petugas
kesehatan jika terdapat salah satu tanda bahaya nifas atau
keluhan-keluhan. Ibu mengerti kemana dia harus datang
apabila terdapat tanda baya nifas.
10. Dokumentasi
Perkembangan Masa Nifas
Tanggal 06 Januari 2011 hari ke 6 (Kunjungan Rumah)
S : Ibu mengatakan perut sudah tidak terasa mules, bayi menyusu kuat
dan tidur ibu tidak terganggu. Ibu mengaku BAB 1x sehari dan
BAK 3 - 4 x sehari.
O : Keadaan umum : baik Keadaan emosional : stabil
Kesadaran : composmentis
Pemeriksaan fisik:
Konjungtiva : tidak anemis Sklera : tidak ikterik
Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi :80x/menit
Rr : 20 x/m Suhu : 36º C
Payudara : simetris. Pembesaran : normal Pengeluaran : ASI
TFU : tidak teraba Kontraksi uterus: baik
Pengeluran pervaginam : Lochea serosa (berwarna kuning)
138
Perineum : luka jahitan kering.
A : P2A0 post partum hari ke-6
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadaan baik dengan tekanan darah 120/80 mmHg.
2. Memberitahukan ibu untuk menjaga kebersihan diri. Ibu
mengerti dan mau menjaga kebersihan dirinya.
3. Memberitahukan ibu untuk tetap menjaga kesehatan serta
istirahat yang cukup. Ibu mengerti dan mau mengikutinya.
4. Mereview kepada ibu mengenai tanda bahaya ibu nifas
seperti: apakah ada pengeluaran cairan pervaginam yang
baunya menusuk, pengeluran darah yang luar biasa, demam,
mual-muntah, dan tidak nafsu makan, sakit perut pada bagian
bawah, pandangan kabur, bengkak pada muka dan
ekstrimitas. Ibu mengerti dan masih ingat tanda bahaya nifas.
5. Memberitahukan ibu jika terdapat keluhan-keluhan segera
datang ke Puskesmas atau ke tenaga kesehatan terdekat. Ibu
masih ingat kemana dia harus datang apabila terdapat salah
satu tanda bahaya nifas atau keluhan-keluhan lainya.
6. Dokumentasi
139
Tanggal 20 Januari 2011 minggu ke 2 (Kunjungan Rumah)
S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu mengaku BAB 1 x sehari
dan BAK ± 3 – 4 sehari.
O : Keadaan umum : baik Keadaan emosional : stabil
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit
Pernapasan 20x/menit Suhu 36°C
Konjungtiva : tidak pucat dan sklera tidak ikterik
Payudara : simetris. Pembesaran : normal Pengeluaran : ASI
TFU : tidak teraba Kontraksi uterus: baik
Pengeluran pervaginam : Lochea alba(berwarna putih)
Perineum : luka jahitan kering.
A : P1A0 post partum 2 minggu
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadaan baik dengan tekanan darah 120/80 mmHg dan
suhu 36 0
C.
2. Menganjurkan ibu untuk makan makanan seimbang, seperti
lauk pauk, sayur, dan buah – buahan. Ibu mengerti dan mau
mengikutinya.
140
3. Memberitahukan ibu untuk menjaga kebersihan diri. Ibu
sudah mengerti untuk menjaga kebersihan dirinya.
4. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu sudah
mengerti untuk istirahat yang cukup.
5. Memberitahukan ibu mengenai alat kontrasepsi yang cocok
untuk ibu menyusui yang tidak mengganggu produksi ASI
seperti KB suntik 3 bulan, mini pil, kondom, IUD, Implant,
dan MAL. Dan yang tidak diperbolehkan yaitu untuk
menggunakan KB suntik 1 bulan, pil kombinasi karena hal
itu bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang merencanakan
ASI ekslusif sebab dapat mempersingkat lamanya pemberian
ASI, akibatnya hormon steroid dalam jumlah kecil ditemukan
dalam ASI. Ibu mengerti tentang alat kontrasepsi yang cocok
bagi ibu menyusui.
6. Mengingatkan ibu kembali mengenai tanda bahaya ibu nifas
seperti: pengeluaran cairan pervaginam yang baunya
menusuk, pengeluran darah yang luar biasa, demam, mual-
muntah, dan tidak nafsu makan, sakit perut pada bagian
bawah, pandangan kabur, bengkak pada muka dan
ekstrimitas. Ibu masih ingat tanda bahaya nifas.
141
7. Mereview ibu mengenai penjelasan yang telah diberikan,
seperti pentingnya ASI, perawatan dan kebersihan diri. Ibu
mengerti pentingnya ASI, perawatan dan kebersihan diri.
8. Memberitahukan ibu jika terdapat keluhan-keluhan segera
datang ke Puskesmas atau ke tenaga kesehatan terdekat. Ibu
mengerti.
9. Dokumentasi.
Tanggal 2 Februari 2011 minggu ke 6 (Kunjungan Rumah)
S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ingin menjadi akseptor KB.
Ibu mengaku BAB 1 x sehari dan BAK 3 - 4 x sehari.
O : Keadaan umum : baik Keadaan emosional : stabil
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit
Pernapasan 20x/menit Suhu 36,5°C
Konjungtiva : tidak pucat dan sklera tidak ikterik
TFU : tidak teraba
Pengeluran pervaginam : Lochea alba(berwarna putih)
Perineum : luka jahitan kering.
A : P1A0 post partum 6 minggu
142
P :
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan.
2. Memberitahukan ibu mengenai alat kontrasepsi yang cocok
untuk ibu menyusui yang tidak mengganggu produksi ASI
seperti KB suntik 3 bulan, IUD, Implant, dan MAL. Ibu
mengerti alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui.
3. Menganjurkan ibu untuk segera menjadi akseptor KB. Ibu
mempunyai rencana untuk menjadi akseptor KB spiral.
4. Mereview ibu mengenai penjelasan yang telah diberikan,
seperti pentingnya memberikan ASI ekslusif. Ibu masih ingat
mengenai pentingnya memberikan ASI ekslusif.
5. Memberitahukan ibu jika terdapat keluhan-keluhan segera
datang ke Puskesmas atau ke tenaga kesehatan terdekat. Ibu
mengerti.
6. Dokumentasi.
143
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
4.1 Manajemen Kebidanan Pada Ibu Hamil
Pada tanggal 24 Desember 2010 Ny. M datang ke Puskesmas
Kecamatan Palmerah untuk periksa hamil, penulis menerima pasien
dengan rasa hormat. Sebelum melakukan anamnesa dan
pemeriksaan, penulis saling berkenalan dan menjelaskan tentang
surat informed consent dan Asuhan Kebidanan Komprehensif
kepada Ny. M dan juga suaminya Tn. S. Surat persetujuan pun
ditandangani oleh Ny. M yang disetujui juga oleh suaminya. Dalam
hal ini dengan adanya informed consent, penulis sudah membekali
diri dari hukum apabila terjadi sesuatu nantinya. Informed Consent
berguna sebagai bukti persetujuan dari berbagai pihak baik itu dari
penulis, pembimbing lahan dan akademik serta dari pasien itu sendiri
untuk dilakukannya Asuhan Kebidanan Komprehensif kepada Ny.
M.
Pada Kunjungan ANC Ny. M dimulai dari anamnesa yang
144
meliputi identitas, keluhan yang dirasakan, riwayat kehamilan yang
sekarang dan yang lalu, riwayat kesehatan, riwayat psiko-sosial dan
aktifitas sehari-hari serta dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi
serta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut ditujukan untuk
mendeteksi secara dini kesehatan Ny. M sesuai dengan refokus ANC
pertama adalah mendeteksi dini ( Salmah. Hajjah. 2006 ) . Sehingga
dalam hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan praktek.
Ny.M mengaku HPHT tangal 23 Maret 2010, apabila dihitung
dengan rumus Naegle didapat tafsiran persalinannya yaitu tanggal 30
Desember 2010, Ny. M menjalani proses persalinan pada usia
kehamilan 40 minggu (aterm) pada tanggal 24 Desember 2010.
Dalam hal ini terdapat kesesuaian dengan teori yang menyatakan
Perkiraan partus menurut rumus Naegle yaitu : hari + 7, bulan – 3
dan tahun + 1 (Salmah. Hajjah. 2006).
Refokus ANC yang kedua adalah Promosi Kesehatan (Salmah.
Hajjah. 2006 ) promosi kesehatan yang telah dilakukan penulis
kepada Ny. M adalah memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda
bahaya pada kehamilan, tanda-tanda persalinan, persiapan ibu untuk
laktasi dengan mengajarkan ibu untuk perawatan payudara, menjaga
145
personal hygiene, mengatur pola istirahat. Maka hal ini terdapat
kesesuaian antara praktek di lapangan dengan tinjauan teori.
Refokus ANC yang ke-3 adalah persiapan persalinan yang
bersih dan aman (Salmah. Hajjah. 2006) pada ANC Ny. M telah
dipersiapkan untuk persalinan yang bersih dan aman yaitu Ny. M
akan melahirkan di Puskesmas Palmerah, persalinan akan ditolong
oleh bidan, akan didampingi oleh suami dan pengambilan keputusan
dalam keluarganya adalah suami dan ibunya. Dengan pertolongan
dengan tenaga kesehatan yang terampil diharapkan proses persalinan
dapat dilalui dengan baik tanpa komplikasi yang menyertai. Dan
tenaga kesehatan dapat melakukan asuhan persalinan dan asuhan
pada bayi baru lahir dengan baik. Ny. M juga sudah mempersiapkan
perlengkapan untuk bersalin termasuk dana untuk persalinan. Maka
dalam hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan praktek.
Refokus ANC yang ke-4 adalah persiapan menghadapi
kegawatdaruratan (Salmah. Hajjah. 2006). Pada Ny. M telah
dijelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan
kegawatdaruratan yang tidak terduga pada saat persalinan. Penulis
telah berdiskusi dengan Ny. M tentang persiapan kegawatdaruratan
yaitu (Bidan, Alat, Keluarga, surat, Obat, Kendaraan, Uang dan
146
Donor darah [BAKSOKUDA]). Dan Ny. M pun sudah
mempersiapkan persiapan kegawatdaruratan di atas jika sewaktu –
waktu terjadi kegawatan. Dalam hal ini antara teori dengan praktek
terdapat kesesuaian.
Kebutuhan Zat Mineral untuk ibu hamil yaitu kalsium 500 mg
setiap hari, 30 – 40 gram untuk pembentukkan tulang janin. Zat Besi
800 mgr atau 30 – 50 mgr sehari. Vitamin C 10 mg berperan penting
untuk produksi kolagen (pada jaringan ikat, penyembuhan luka,
kesehatan sistem dan saraf dan sistem imun, produksi hormon
sdrenal, sebagai antioksidan untuk membantu mencegah penyakit,
dan juga dapat membantu dalam mengabsorpsi lebih baik (Yuni
kusmiyati, 2009). Pada kasus Ny.M saat ANC diberikan terapi SF 30
mg 2 x 1 tab/hari, Vitamin C 10 mg 2 x1 tab/hari dan Kalk 500 mg 1
x 1 tab/hari yang mengandung vitamin dan mineral. Maka dalam hal
ini terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus.
Umur kehamilan Ny. M sudah memasuki trimester III, penulis
memberikan konseling tentang persiapan perlengkapan persalinan,
memberitahukan perkiraan persalinan, tanda-tanda persalinan dan
kegawatdaruratan, tetap memberikan dukungan moral dan
meyakinkan ibu dalam menghadapi persalinan nantinya. Hal ini
147
sesuai dengan teori (Varney Midwifery,1999) yang menyatakan
bahwa usia kehamilan trimester III sering disebut periode
menanti/menunggu, mempersiapkan kelahiran dan kedudukan
sebagai orang tua. Pada trimester III inilah ibu memerlukan
dukungan dari suami, memperhatikan perkiraan persalinan dan
mempersiapkan perlengkapan persalinan. Ibu juga merasa khawatir
dan gelisah tentang proses persalinan yang akan dihadapi nantinya.
Maka dalam hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus.
4.2. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Penipisan dan pembukaan serviks. Kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan pada serviks (Frekuensi min 2x dalam 10
menit ). Keluarnya lendir bercampur darah (‘Show’) melalui vagina
( Asuhan Persalinan Normal , 2007). Ny. M datang ke Puskesmas
kecamatan Palmerah pukul 04.00 WIB, dengan keluhan mules-
mules sejak pukul 22.00 WIB sudah keluar darah lendir, dan belum
keluar air – air, pada pemeriksaan his di dapatkan his bagus dengan
frekuensi 2 x 10 menit lamanya 30 detik. Maka hal ini terdapat
kesesuaian antara teori dan tinjauan kasus.
148
Pada pukul 04.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam atas
indikasi untuk menetukan diagnosa, didapat hasil diagnosa G2P1A0
hamil 40 minggu inpartu kala I fase laten. Janin tunggal hidup
intrauterin presentasi kepala. Dilihat dari teori menunjukkan bahwa
Ny. M dalam kala I fase laten. Menurut sumber buku (Sarwono,
2006), kala I terjadi mulai dari adanya tanda-tanda persalinan sampai
pembukaan lengkap (10 cm), proses ini di bagi menjadi dua fase
yaitu fase laten di mulai dari serviks membuka sampai 3 cm, dan
fase aktif dari serviks membuka 4 cm sampai 10 cm. Jadi antara
tinjauan kasus dan teori telah sesuai.
Asuhan yang diberikan pada ibu pada Kala I fase laten sesuai
dengan (Sarwono, 2006) antara lain membantu ibu dalam persalinan
jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan, memberikan
informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya,
mendengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap
perasaannya, melakukan perubahan posisi, menyarankan ia untuk
berjalan, mengajak suami atau keluarga untuk memijat atau
menggosok punggungnya atau membasuh mukanya di antara
kontraksi, memperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan
kesanggupannya, mengajarkan teknik relaksasi, menjaga hak privasi
149
ibu dalam persalinan, memberikan ibu cukup minum. Asuhan yang
diberikan pada kala I fase laten Ny. M yaitu memberikan informasi
mengenai proses dan kemajuan persalinannya, melakukan perubahan
posisi, menyarankan ia untuk berjalan, memperbolehkan melakukan
aktivitas sesuai dengan kesanggupannya, mengajarkan teknik
relaksasi, menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, memberikan ibu
cukup minum. Jadi antara tinjauan kasus dan teori telah sesuai.
Persiapan penting bagi penolong persalinan adalah
memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi yang
dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan
perlengkapan perlindungan pribadi yaitu terdiri dari penutup kepala,
pelindung mata (kaca mata), masker digunakan untuk menutup
mulut, celemek, dan sepatu yang tertutup (Asuhan Persalinan
Normal, 2007). Pada proses persalinan Ny. M penulis tidak
mengenakan persiapan penting bagi penolong persalinan yaitu sepatu
yang tertutup. Maka antara tinjauan kasus dan teori terdapat
kesenjangan. Karena di lahan praktek tidak tersedia sepatu yang
tertutup.
Menurut buku Depkes 2007, ibu dapat melahirkan bayinya
pada posisi apapun kecuali pada posisi berbaring terlentang (supine
150
position) dengan alasan jika ibu berbaring terlentang maka berat
utreus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta dll) menekan vena
kava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui
sirkulasi utero-plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada
bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu kemajuan
persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif. Posisi
meneran Ny. M saat melahirkan adalah posisi litotomi dan ibu
nyaman dengan posisi tersebut. Jadi antara tinjauan kasus dan teori
telah sesuai.
Pada 5 benang merah dalam asuhan kebidanan, asuhan
sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Pada kasus Ny. M, saat bersalin suami
diikutsertakan dalam proses persalinan sehingga pasien mendapatkan
dukungan emosional dari suami.
Bayi diletakkan di antara kedua payudara ibu. Hal ini sesuai
dengan teori (Roesli Utami, 2008) yang menganjurkan untuk
melakukan IMD segera bayi lahir. Setelah bayi Ny. M lahir langsung
segera dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) yang dilakukan
151
selama 1 jam agar bayi langsung mulai menyusu sendiri. Hal ini
sesuai antara teori dengan praktek.
Pada kala III asuhan yang diberikan pada Ny. M antara lain
penyuntikkan oksitosin IM di sepertiga bagian atas paha bagian luar,
melakukan PTT, dan massase fundus uteri. Hal ini sesuai dengan
sumber (Depkes RI. 2007) yaitu pemberian oksitosin dalam 1 menit
pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat
terkendali, dan massase fundus uteri. Sehingga antara teori dengan
praktek terdapat kesesuaian. MAK III akan mencegah terjadinya
perdarahan karena tidak adanya kontraksi karena oksitosin dan
massase akan merangsang kontraksi menjadi baik.
Pada kala IV, asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. M
adalah pengawasan kala IV selama 2 jam post partum, observasi
TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Hal ini
sesuai dengan teori pada buku (Depkes.2007). Pada kala IV
dilakukan pencegahan infeksi berupa mendekontaminasikan alat-alat
persalinan dengan larutan klorin 0,5% selam 10 menit. Sehingga
antara teori dengan praktek terdapat kesesuaian.
152
Lamanya persalinan normal pada multigravida adalah kala I
berlangsung selama 6 sampai 7 jam, kala II berlangsung selama 15
menit sampai 1 jam, kala III berlangsung selama 15 menit dan kala
IV berlangsung selama 2 jam (Saifuddin, 2006). Pada kasus Ny.M
kala I berlangsung selama 6 jam, kala II berlangsung selama 35
menit, kala III berlangsung 15 menit, dan kala IV berlansung selama
2 jam. Pada proses lamanya persalinan kala I, kala II, kala III, dan
kala IV pada Ny. N tidak melawati waktu lamanya persalinan normal
pada multigravida, maka kasus Ny. N terdapat kesesuaian antara
kasus dan teori.
Menurut buku Depkes 2007, berikan anastesi lokal secara
dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu untuk memberikan
efek. Menggunakan anastesi lokal adalah bagian dari asuhan sayang
ibu. Obat standar untuk anastesia lokal adalah 2% lidokain
dilarutkan dengan 2ml aquades. Pada kasus Ny. M terjadi ruptur
derajat 2 yaitu terjadi robekan pada mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum. Sebelum penjahitan
dilakukan anastesi lokal yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri
pada ibu. Dan ini merupakan asuhan sayang ibu, dilakukan sesuai
dengan kebijaksanaan puskesmas dalam melakukan tindakan, IMD
153
tetap dilakukan saat proses penjahitan dan ibu fokus dengan bayinya.
Sehingga antara teori dengan praktek terdapat kesesuaian.
4.3. Manajemen Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Berdasarkan hasil pemeriksaan 3 hal penting penilaian awal
ketika bayi baru lahir, bayi Ny. M tidak dilakukan tindakan resusitasi
karena kondisi bayi Ny. M menangis kuat, kulit kemerahan dan
tonus otot aktif. Hal ini sesuai dengan teori (Depkes,APN 2007) yang
menyatakan bahwa pengambilan keputusan untuk tindakan resusitasi
apabila kondisi bayi tidak menagis kuat, warna kulit kebiruan dan
gerakan tidak aktif. Sehingga antara teori dengan praktek terdapat
kesesuaian
Untuk mencegah terjadinya hipotermi evaporasi adalah cara
kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas
terjadi karena menguapnya cairan ktuban pada permukaan tubuh
setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal
yang sama dapat terjadi setelah dimandikan (Asuhan Persalinan
Normal, 2007). Pada kasus Ny. M setelah bayi lahir dilakukan
penggantian kain yang basah dengan kain yang kering untuk
154
menjaga agar bayi tetap kering dan hangat. Sehingga antara teori
dengan praktek terdapat kesesuaian
Pada pemeriksaan Antropometri didapatkan hasil berat badan
3200 gram, panjang badan 50 cm. Menurut (Sarwono, 2002)
menyatakan bahwa berat badan lahir normal berkisar antara 2500 –
4000 gram, panjang badan 40 – 51 cm. Maka dalam hal ini terdapat
kesesuaian antara teori dan praktek.
Bayi Ny.M dinyatakan bayi yang partus matur ditandai
dengan sudah turunnya scortum ke testis. Hal ini sesuai dengan teori
menurut (M.Sholeh2001) Bayi yang dikatakan partus matur ditandai
dengan : apabila berjenis kelamin laki-laki scrotum sudah turun ke
testis dan pada perempuan labia mayor sudah menutupi labia minor.
Jadi antara tinjauan kasus dan teori telah sesuai.
Pada kasus bayi Ny. M, setelah bayi lahir, bayi diberikan Vit
K 0,5cc atau 1mg melalui IM. Pada buku (Depkes.APN.2007), untuk
mencegah perdarahan karena defisiensi vitamin K. Jadi antara kasus
dengan teori yang didapat terdapat kesesuaian.
Pada bayi baru lahir diberian obat mata eritromisin 0,5% atau
tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena
klamidia (penyakit menular seksual) (Sarwono, 2006). Pada kasus
155
bayi Ny. M diberikan obat mata tetrasiklin 1% untuk mencegah
penyakit mata klamidia ( penyakit menular seksual). Sehingga antara
tinjauan kasus dan teori telah sesuai.
Menurut buku (Depkes.APN.2007), pemberian imunisasi
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Imunisasi ini diberikan
sedini mungkin segera setelah bayi lahir. Terdapat 2 jadwal
pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama, imunisasi
Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir
menggunakan unijact), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi
Hepatitis B sebanyak 4kali, yaitu pada usia 0, dan DPT + Hepatitis B
pada 2, 3, 4 bulan usia bayi. Dan pada kasus bayi Ny. M pemberian
imunisasi Hepatitis B dilakukan 6 jam setelah lahir, menurut penulis
pemberian imunisasi Hepatitis B, tidak sesuai dengan jadwal
pertama karena pemberian Hepattitis B tidak diberikan segera
setelah lahir. Maka antara kasus dengan teori terdapat kesenjangan.
Menurut buku (Arif mansjoer, 2000) yang menyatakan
bahwa imunisasi BCG dan Polio I diberikan pada usia bayi 1 bulan.
Penulis menganjurkan Ny. M untuk memberikan imunisasi BCG dan
Polio I sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu usia, bayi
156
1 bulan, bayi Ny. M diberikan imunisasi BCG dan Polio I pada
tanggal 26 Januari 2011, tepat usia bayi Ny. M 1 bulan.
4.4. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas
Menurut teori reva rubin, periode yang terjadi 1-2 hari
setelah melahirkan (talking in), ibu yang baru biasanya pasif dan
tergantung perhatiannya difokuskan pada perhatian tubuhnya. Ia
akan sering mengulang pengalamannya waktu bersalin dan
melahirkan, nutrisi tambahan sangat diperlukan karena selera makan
yang meningkat. Pada hari pertama pasca melahirkan Ny. M
menceritakan tentang pengalamannya pada saat proses kelahiran
anaknya. Ia mengatakan bahagia dan terharu bahwa ia dapat bersalin
secara normal dan mendapatkan anak yang sehat tanpa adanya
kecacatan. Pada hari pertama ini pun ia, mengatakan nafsu makan
bertambah atau berubah dari biasanya. Pada kasus Ny. M ia kembali
mengulang proses persalinannya. Sehingga terdapat kesesuaian
antara teori dan praktek.
Keluhan mules pada post partum adalah fisiologis karena
rasa mules terjadi karena adanya kontraksi uterus, pembuluh darah
bekas implantasi uri terbuka kemudian terjepit oleh kontraksi
157
tersebut dengan terjepitnya pembuluh darah, maka perdarahan akan
berhenti (Suherni, 2009). Pada post partum Ny. M keluhan yang
dirasakan yaitu perut terasa mules, rasa mules yang dirasakan oleh
Ny. M adalah fisiologis karena rasa mules terjadi disebabkan adanya
kontraksi Uterus (Involusi). Maka pada kasus Ny. M telah sesuai
dengan teori dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil
data pada Ny. M.
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Lochia Rubra (cruenta) berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,
Lanugo, mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan. Lochia
sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir pada
hari ke 3-7 pasca persalinan. Lochia serosa berwarna kuning, cairan
tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Lochia alba
cairan putih, setelah 2 minggu. Pada kasus Ny. M pada nifas hari
pertama mengeluarkan darah berwarna merah dengan konsistensi
encer yaitu lochia rubra. Nifas hari ke enam mengeluarkan darah
berwarna kekuningan yaitu lochia serosa. Nifas 2 minggu
mengeluarkan cairan putih yaitu lochia alba. Nifas 40 hari Ny. M
158
masih mengeluarkan sedik cairan putih yaitu lochia alba. Maka
terdapat kesesuaian antara teori dan praktek.
Menurut Saifudin, 2002 yang menyatakan dalam penyuluhan
gizi pada masa nifas pil zat besi harus diminum untuk menambah zat
gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin, minum Vitamin A
(200.000 unit) agar bisa memberikan Vit A kepada bayinya melalui
ASI nya, ibu menyusui dalam masa nifas harus makan dengan diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup. Akan tetapi pada teori tidak dituliskan mengenai antibiotik
(amoxilin). Setelah bersalin Ny. M diberikan therapy SF 50 mg 2 x 1
tab/sehari, Vitamin C 10 mg 2 x 1 tab / sehari, Vitamin A (200.000
unit) peroral 1 x 1 tab/sehari dan antibiotika amoxicilin 500 mg 2 x 1
tab/sehari. Hal ini menyatakan bahwa ada kesenjangan antara
tinjauan kasus dengan teori. Karena menurut penulis, Ny. M
diberikan therapy antibiotik (amoxilin) adalah untuk proses
penyembuhan luka jahitan pada perineum. Vitamin A diberikan agar
memberikan efek penyembuhan luka uterus dan jalan lahir ibu
menjadi cepat pulih dan dapat menyalurkan vitamin A ke bayi
melalui ASI sehingga bayi mendapat asupan vitamin A sejak dini.
159
Pada 2 minggu post partum asuhan kebidanan yang diberikan
pada pasien menurut Buku (Sarwono.2002) adalah memastikan
involusi uterus berjalan normal, menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup
makan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari. Akan tetapi pada kasus Ny. M
selain penyuluhan diatas, penulis memberikan penyuluhan mengenai
KB untuk promosi kesehatan dan konseling. Hal ini terdapat
kesenjangan antara teori dengan praktek. Penkes tentang KB penulis
sampaikan agar ibu mulai memikirkan dan mendiskusikan kepada
suami, KB apa yang sesuai sehingga dapat dimulai setelah 6 minggu
postpartum.
160
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengkajian pada Ny. M dari sejak hamil,
bersalin, bayi baru lahir, dan nifas sudah dilakukan sesuai
dengan manajemen atau format yang telah disediakan dari
institusi sesuai dengan asuhan kebidanan dengan lancar.
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan data yang didiperoleh
dari Ny. M sejak hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas.
3. Dari hasil interpretasi data Ny. M mahasiswa mampu
mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi selama proses
kehamilan, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas dengan
memberikan penyuluhan kesehatan berdasarkan keluhan dan
kebutuhan Ny. M
4. Evaluasi perlunya tindakan segera pada Ny. M selama proses
kehamilan, bersalin, bayi baru lahir dan nifas sudah dilakukan
sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
161
5. Perlunya pengembangan rencana asuhan yang sesuai dengan
keluhan dan kebutuhan pada Ny. M dalam proses kehamilan,
bersalin, bayi baru lahir, dan nifas sesuai dengan manajemen
asuhan kebidanan.
6. Telah dilaksanakan rencana asuhan yang yang dibuat
berdasarkan kebutuhan Ny. M pada saat kehamilan, bersalin,
bayi baru lahir dan nifas sesuai dengan manajemen asuhan
kebidanan.
7. Telah dilakukan evaluasi pada Ny. M pada saat kehamilan,
bersalin, bayi baru lahir dan nifas, Ny. M mengerti hal yang
sudah dijelaskan serta dapat menerapkannya.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Puskesmas Palmerah
1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menambah
sarana dan prasarana dalam pelayanan kepada
masyarakat.
2. Dapat memberikan bimbingan intensif kepada
mahasiswa.
162
5.2.2. Bagi Institusi
1. Dapat meningkatkan kualitas dalam menambah
referensi atau buku-buku tentang kebidanan terutama
tentang fisiologi dan patologinya.
2. Diharapkan akademik memberikan bimbingan kepada
mahasiswa dalam pembuatan makalah ataupun di lahan
praktek.
5.2.3. Bagi Mahasiswi
1. Diharapkan mahasiswa dalam memperoleh ilmu yang
di lahan praktek dan bisa mengaplikasikannya secara
benar.
2. Diharapkan mahasiswa dapat menggali pengetahuan
lebih dalam dan meningkatkan mutu pelayanan agar
lebih trampil lagi.
3. Diharapkan mahasiswa mampu menjalin kerjasama
yang baik dengan petugas kesehatan lain sehingga
terwujud suatu tim yang baik.