Post on 01-Feb-2016
description
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Pokok Bahasan : Diabetes mellitus sebagai faktor resiko PJK
Sub Pokok Bahasan :
1. Definisi
2. Penyebab Terjadinya Penyakit Jantung Koroner
3. Gejala Penyakit Jantung Koroner
4. Proses dan Mekanisme Penyumbatan Pada Arteri
5. Faktor Risiko PJK
6. Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
7. Kaitan PJK dengan Diabetes Melitus
Sasaran : Keluarga pasien ruang CVCU/5
Hari/Tanggal : Kamis/ 15 Oktober 2015
Waktu : 1 x 20 menit
Tempat :
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga pasien dapat memahami tentang
diabetes sebagai faktor resiko pjk.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 1x20 menit, keluarga pasien CVCU dapat
menjelaskan tentang :
1. Apakah definisi penyakit jantung koroner
2. Penyebab terjadinya penyakit jantung koroner
3. Gejala penyakit jantung koroner
4. Proses dan mekanisme penyumbatan pada arteri
5. Faktor risiko PJK
6. Pengobatan penyakit jantung koroner
7. Kaitan PJK dengan diabetes melitus
B. Cakupan Materi
1. Definisi penyakit jantung koroner
2. Penyebab terjadinya penyakit jantung koroner
3. Gejala penyakit jantung koroner
4. Proses dan mekanisme penyumbatan pada arteri
5. Faktor risiko PJK
6. Pengobatan penyakit jantung koroner
7. Kaitan PJK dengan diabetes melitus
C. Pelaksanaan
No Kegiatan Kegiatan
Penyuluh (Mahasiswa) Masyarakat
1. Pembukaan
(5 menit)
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan maksud dan
tujuan
Menjawab salam
Mendengarkan
Menyimak,
mendengarkan dan
memahami penjelasan yang
diberikan
2. Inti
(10 menit)
Menyebutkan pengertian dari
Penyakit Jantung Koroner
Menyebutkan penyebab
Penyakit Jantung Koroner
Menyebutkan tanda dan
gejala Penyakit Jantung
Koroner
Menyimak, mendengarkan
dan memahami penjelasan
yang diberikan
Menyebutkan proses dan
mekanisme penyumbatan
pada arteri
Menyebutkan faktor resiko
pjk
Menyebutkan pengobatan pjk
Menjelaskn bagaimana katian
antara diabetes mellitus
dengan pjk
3. Penutup
(5 menit)
Memberikan kesempatan
bertanya pada masyarakat
tentang materi yang dibahas
Memberikan pertanyaan
evaluasi
Menyimpulkan hasil kegiatan
evaluasi
Mengucapkan hamdalah,
terima kasih dan salam
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Mendengarkan
Mengucapkan hamdalah,
dan menjawab salam.
D. Metode
Metode yang digunakan pada penyampaian pendidikan kesehatan adalah :
1. Ceramah
2. Diskusi
E. Media
a. Leaflet tentang Penyakit Jantung Koroner
b. LCD
c. Banner
F. Sumber
Brunner, sunddart. (2001). Keperawatan medical bedah. Edisi 8 vol 2. Jakarta : EGC
Masjoer, arieft (2001) kapita selekta edisi tiga, Jakarta:EGC
G. Evaluasi
1. Bentuk
Pada evaluasi menggunakan bentuk lisan yang dilaksanakan langsung pada
kegiatan diskusi untuk menilai apakah tujuan pendidikan kesehatan dapat berhasil
atau tidak.
2. Jenis
Jenis evaluasi bentuk lisan berupa tanya jawab yang berjumlah 4 soal dan harus
dijawab langsung oleh keluarga pada saat itu juga. Pertanyaan evaluasi antara lain :
a. Apa pengertian Penyakit Jantung Koroner ?
b. Sebutkan 4 dari 10 penyebab Penyakit Jantung Koroner ?
c. Sebutkan 5 dari 9 tanda dan gejala Penyakit Jantung Koroner ?
d. Sebutkan 3 dari 6 pencegahan Penyakit Jantung Koroner ?
MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER
1.2 Definisi
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan disebabkan oleh penyempitan atau
penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Bilamana
penyempitan ini menjadi parah maka dapat terjadi serangan jantung. Adapun penyempitan
pembuluh arteri ke otak dapat menimbulkan stroke. Otot jantung diberi oksigen dan nutrisi
yang diangkut oleh darah melalui arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah
jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien. Sedangkan arteri ke otak yang mengangkut
subtansi yang sama.
Penyempitan Pada Areteri Koroner
Seperti telah disebutkan, untuk berfungsi dengan baik dan memompa darah ke seluruh
tubuh, otot jantung membutuhkan penyedian darah yang cukup untuk memenuhi keperluan
hidup sehari-hari seperti berjalan kaki dan gerak badan. Dengan tubuh yang semakin tua dan
memburuk oleh bermacam-macam factor risiko seperi tekanan darah, tinggi, merokok dan
konsentrasi kolesterol darah yang abnormal, pembuluh menjadi using, dan pembuluh arteri
koroner menjadi sempit dan tersumbat persis seperti karatan pada korosi pipa air.
Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan kolesterol, kalsium,
dan endapan lemak berwarna kuning dikenal sebagai aterosklerosis (atherosclerosis). Bila
terdapat kekurangan aliran darah ke otot jantung karena penyempitan, maka kondisi ini
dikenal sebagai iskemik (ischaemia). Proses ini mulai sewaktu usia muda dan berkembang
pada tingkat individual yang berbeda-beda sesuai dengan hadirnya “factor-faktor risiko”.
Penyakit jantung iskemik biasanya mulai nampak pada umur setengah tua ketika urat nadi
koroner mulai tersumbat sehingga suplai darah tidak cukup untuk memenuhi keperluan otot
jantung.
Di samping itu, dinding pembuluh arteri koroner oleh sesuatu sebab dapat berkerut
(spasm) dengan akibat menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita
merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.
Jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Untuk itu otot jantung
memerlukan oksigen dan nutrisi yang cukup. Oksigen dan nutrisi diangkut oleh darah melalui
pembuluh darah khusus yang disebut arteri koroner. Persoalan akan timbul bila oleh sesuatu
sebab terdapat halangan atau kelainan di arteri koroner, sehingga tidak cukup suplai darah,
yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung secara
normal. Keadaan di atas dikenal sebagai penyakit jantung koroner (PJK). Apabila aliran
darah terhalang di arteri yang menuju ke otak, akan terjadi stroke. Dengan tubuh semakin tua
dan memburuk oleh bermacam-macam faktor risiko seperti te kanan darah tinggi, merokok,
kadar kolesterol darah yang abnormal—pembuluh menjadi usang, dan pembuluh arteri
menjadi sempit, kaku, tidak elastis dan tersumbat, persis seperti karatan pada korosi pipa air.
Inilah yang menyebabkan PJK.
1.2 Penyebab Terjadinya Penyakit Jantung Koroner
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu
mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya
penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki
faktor resiko berikut:
• Merokok sigaret
• Tekanan darah tinggi
• Kegemukan
• Malas berolah raga
• Kadar trigliserida tinggi
• Keturunan
• Steroid pria (androgen).
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi
ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor
penting dalam gaya hidup seseorang.
1.3 Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala Adanya Penyumbatan (PJK)
Karena setiap orang berbeda-beda, tanggapan fisik terhadap perkembangan PJK juga
berbeda. Tidak semua orang dengan PJK memiliki simtom atau manifestasi tertentu, tetapi
manifestasi yang umum menurut American Health Assosioation (AHA) adalah sebagai
berikut:
1. Tidak ada simtomp. Banyak dari mereka yang mengalami PJK tidak merasakan ada
sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit. Dalam kedokteran kondisi ini
disebut silent ischernia. Mereka yang berpenyakit diabetes amat rentan terhadap silent
ischemia.
2. Angina. Formalnya disebut angina pectoris. Angina umumnya ditunjukkan dengan sakit
dada sementara sewaktu melakukan gerakan fisik atau olahraga. Anda mungkin merasa
tekanan atau sesak di dada, seolah-olah seseorang sedang berdiri di dada Anda. Rasa sakit,
yang disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan fisik atau emosional. Hal itu
biasanya hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas yang menyebabkan
tekanan. Pada beberapa orang, terutama perempuan, nyeri ini mungkin sekilas atau tajam dan
terasa di perut, punggung, atau lengan.
3. Angina tidak stabil (unstable angina). Sakit dada yang tiba-tiba terasa sewaktu dalam
keadaan istirahat atau terjadi lebih berat secara tiba-tiba. Jika jantung tidak dapat memompa
cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda, Anda dapat mengalami sesak napas
atau kelelahan ekstrem tanpa tenaga
4. Serangan jantung. Bila aliran darah ke pembuluh arteri koroner terhalang sepenuhnya
terjadilah serangan jantung atau myocardial infarction (MI). Jika arteri koroner menjadi
benar-benar diblokir, Anda mungkin mengalami serangan jantung. Gejala klasik serangan
jantung termasuk tekanan yang menyesakkan dada dan sakit pada bahu atau lengan, kadang-
kadang dengan sesak napas dan berkeringat. Wanita mungkin kurang mengalami tanda-tanda
khas serangan jantung dibanding laki-laki, termasuk mual dan sakit punggung atau rahang.
Kadang-kadang serangan jantung terjadi tanpa ada tanda-tanda atau gejala yang jelas.
1.4 Proses dan Mekanisme Penyumbatan Pada Arteri
Pada awalnya arteri normal, aliran darah tidak terhalang, tetapi oleh berbagai faktor
risiko terjadilah:
1. Plak, ini dapat menyebabkan arteri mengalami penyum-batan/halangan sebagian. Plak
ini dalam waktu lama dapat tumbuh terus, sehingga terjadi penyumbatan total.
2. Spasm, proses ini menyebabkan pembuluh arteri mengerut dan ruang aliran tinggal
sebagian dan bila parah terjadi penghentian darah secara total.
3. Clot atau disebut juga Platelete clumping’, dalam hal ini terjadi proses penggumpalan
dari berbagai substansi dalam darah. Proses ini dapat berlanjut sedemikian rupa, sehingga
menghalangi aliran darah secara total.
4. Kombinasi dari dua atau lebih peristiwa di atas. Bila kombinasi tersebut terjadi,
umumnya dengan cepat terjadi penyumbatan total (100%) pada arteri koroner.
1.5 Faktor Risiko PJK
Factor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini meningkatkan risiko
timbulnya penyakit yang bersangkutan. Dalam Bab 3 akan disajikan faktor-faktor risiko yang
berkaitan dengan PJK dan stroke serta hubungannya dengan kolesterol dan lemak.
Pola timbulnya PJK menarik para ahli peneliti medis. Di antaranya dari“Framingham
Heart Study”-USA, yang telah menekuni bidang tersebut lebih dari setengah abad. Mereka
berpendapat bahwa PJK bukanlah penyakit manusia lanjut usia (manula) atau nasib buruk
yang tidak dapat dihindari. Pola hidup atau tingkah laku seseorang (personal behavior)
memegang peran yang amat penting. Dalam hubungan ini dikenal adanya “Faktor Risiko
PJK” yaitu kondisi yang berkaitan dengan meningkatnya risiko timbulnya PJK. Menurut
“American Heart Asosiation”, faktor risiko dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu:
· Faktor Risiko Utama (major risk factor), yaitu factor risiko yang diyakini secara langsung
meningkatkan risiko timbulnya PJK, seperti kadar kolesterol darah yang abnormal, tekanan
darah tinggi atau hipertensi dan merokok.
· Faktor Risiko Tidak Langsung (contributing risk factor), yaitu faktor risiko yang dapat di
“asosiasikan” dengan timbulnya PJK. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan PJK
sering kali bersifat tidak langsung. Termasuk dalam golongan ini adalah Diabetes Melitus,
kegemukan, tidak aktif dan stress.
· Faktor Risiko Alami, Jenis ini terdiri dari keturunan, jender, dan usia.
Faktor risiko dapat pula digolongkan menjadi factor risiko yang dapat diperbaiki atau
bahkan dihilangkan, yaitu yang tersebut pada butir a dan b. sedangkan golongan lain yaitu
faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki atau diubah, yaitu faktor risiko tersebut pada butir c.
A. Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum
terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi negative.
Sesungguhnya kolesterol tidaklah selalu jelek. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan
senyawa lemak yang kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi
kolesterol maka tubuh membuatnya sendiri di dalam hati (liver).
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita
akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari kita memasukkan kolesterol
lebih dari apa yang diperlukan, yaitu dengan makan makanan yang mengandung lemak yang
kaya akan koelsterol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat dimengerti karena
hidangan yang lezat umumnya mengandung banyak lemak. Hasilnya mudah diterka, yaitu
kadar kolesterol darah meningkat sampai di atas angka normal yang diinginkan.
Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh
darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai
atherosclerosis.Seperti telah disebutkan di muka, bila penyempitan dan pengerasan ini cukup
berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya, maka
timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan
jantung.
Di sinilah kolesterol tersebut berperan negative terhadap kesehatan. Karena alasan
tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang abnormal menjadi factor risiko utama PJK.
B. Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi
Bila seseorang melakukan aktivitas, excited atau sedang stress, maka tekanan darah
akan meningkat. Peningkatan ini penting karena aktivitas dan emosi memerlukan ekstra
energy dan oksigen yang disuplai dari darah, dengan jalan menaikkan tekanan dan
mempercepat sirkulasinya. Segerasetelah aktivitas berhenti/berkurang dan relaks, tekanan
darah kembali menjadi normal. Kenaikan sementara di atas merupakan kejadian yang normal,
tetapi bila tekanan darah naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks,
maka yang bersangkutan dikatakan memiliki hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu factor resiko PJK. Jika dibiarkan tanpa perawatan
yang tepat maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Penderita sering tidak
menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi besar seperti stroke, serangan
jantung, atau kegagalan ginjal. Sebab itu hipertensi sering disebut si “pembunuh diam-diam”.
C. Merokok
Keaadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja
secara efisien. Mereka mempunyai risiko yang tinggi terhadap PJK, stroke, bronchitis yang
kronis bahkan juga kanker. Peranan merokok terhadap PJK dan penyakit kardiovaskuler yang
lain dapat ditelusuri dari kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
· Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin. Zat
ini merangsang denyutan jantung dan tekanan darah.
· Asap rokok mengandung karbon mono-oksida (co) yang memiliki kemampuan jauh lebih
kuat daripada sel darah merah (haemoglobin) dalam hal menarik atau menyera oksigen,
sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan-
jaringan termasuk jantung. Hal ini perlu diperhatikan terutama bagi penderita PJK, karena
daerah arteri yang sudah ada plak, aliran darahnya sudah berkurang dari yang sebenarnya.
· Merokok dapat “menyembunyikan” angina, yaitu sakit di dada yang dapat member signal
adanya sakit jantung. Tanpa adanya signal tersebut, penderita tidak sadar bahwa ada penyakit
berbahaya yang sedang menyerangnya, sehingga ia tidak mengambil tindakan yng
diperlukan.
· Perokok, dua atau tiga kali lebih mungkin terkena stroke dibandingkan mereka yang tidak
merokok.
· Terlepas dari berapa banyak rokok yang dihisap per hari, merokok terus-menerus dalam
jangka panjang berpeluang besar untuk menderita penyumbata arteri di leher.
· Perokok mudh mengalami kejang kaki pada waktu olahraga, karena penyumbatan pada
pembuluh arteri di kaki.
· Merokok menempatkan seseorang lebih beresiko terhadap penyakit degenerativeyang lain,
termasuk kanker paru-paru.
2. Hubungan Rokok dengan Kolesterol
Di samping akibat-akibat buruk yang dapat diderita oleh perokok yang telah
disebutkan di atas, hasil penelitian “Framingham Heart Study” menemukan bahwa merokok
menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Penelitian dilakukan terhadap 2.000 lelaki dan
2.000 perempuan, berumur antara 20-49 tahun. Penurunan HDL pada kaum lelaki rata-rata
4,5 mg/dl dan bagi kaum perempuan 6,5 mg/dl. Pada penelitian tersebut, factor yang penting
adalah jumlah batang rokok yang diisap per hari dan bukan lamanya waktu seseorang telah
merokok.
Penelitian yang dilakukan oleh “Lipid Research Program Prevalence
Study”menunjukkan hal-hal yang lebih terinci, yaitu mereka yang merokok 20 batang atau
lebih per hari, mengakibatkan penurunan HDL sekitar 11% untuk laki-laki dan 14% untuk
perempuan, dibanding mereka yang tidak merokok. Secara garis besar hubungan merokok
dengan kolesterol dapat disingkat sebagai berikut:
· Merokok menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah, yang
berartimeningkatkan risiko PJK.
· Makin banyak jumlah rokok yang diisap, makin besar penurunan HDL.
· Perempuan yang merokok mengalami penurunan HDL lebih banyak disbanding laki-laki.
D. Diabetes Melitus
1. Diabetes dan Metabolisme Karbohidrat
Insulin adalah salah satu jenis hormone yang dihasilkan oleh sel beta di dalam
pancreas, yaitu sebuah kelenjar yang terletak dekat lambung. Dari sinilah dialirkan ke dalam
aluran darah. Insulin ini memiliki dua fungsi sebagai berikut :
· Untuk mendorong glucose dari darah ke sel tertentu dari tubuh, kemudian dibakar menjadi
energy.
· Untuk mengubah kelebihan glucose dalam darah menjadi glikogen yang disimpan di
dalam hati dan otot sebagai timbunan energy.
Dengan demikian insulin membantu mempertahankan kadar glucose darah dalam batas –
batas normal. Bilamana insulin tersebut tidak cukup jumlahnya atau tidak dapat digunakan
sebagaimana mestinya, maka tubuh kehilangan kemampuan untuk memprooses glucose atau
tubuh tidak mampu melakukan metabolism karbohidrat secara normal. Akibatnya glukosa
berkumpul didalam darah sampai melewati ambang batas dan keluar bersama urine. Ini
merupakan tanda yang jelas akan adanya penyakit diabetes mellitus atau juga disebut
penyakit kencing manis. Karena dari glucose, dan juga tidak dapat menyimpannya dalam
lemak untuk mensuplai energy yang diperlukan. Dan ini dapat menimbulkan bermacam
akibat yang tidak diinginkan bagi kesehatan.
2. Diabetes dan PJK
Diabetes menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glucose darah naik
terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah (glukoosa)
tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya pengendapan atherosclerosis
pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada
usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi
dalam darah cenderung menaikan kadar kolesterol.
E. Kegemukan dan Kurang Aktivitas
Seperti telah diuraikan di muka, kegemukan atau obesitas dan kurang aktivitas merupakan
salah satu factor risiko PJK. Namun demikian kegemukan berada dengan factor yang lain,
artinya bila dibandingkan dengan kolesterol atau merokok yang secara langsung memicu
timbulnya PJK. Kegemukan mendorong timbulnya factor risiko yang lain seperti diabetes
mellitus, hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Kegemukan dalam
arti kurangnya tenaga yang dikeluarkan sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan
akan tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak.
F. Stres
Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum dapat
“diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian juga, amat sulit
untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi yang paling mendekati
ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi,
keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak
menyenangkan. Jadi seorang yang mengalami tres dapat mengeluh karena merasa tidak sehat,
sakit kepala, berdebar (palpitasi), sakit lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau bahkan
depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir bersama – sama.
Stres dapat memicu pengeluaran hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi
dapat berakibat mempercepat kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot
jantung terganggu.
G. Faktor Risiko Alami
Seperti telah disebutkan di muka, ada beberapa factor risiko yang tidak dapat dicegah atau
bersifat alami, seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur. Meskipun factor risiko tersebut
tidak dapat diubah, kita perlu mengetahui pengertian masalah tersebut, karena ini akan
memberikan pengertian lebih lengkap mengenai total risiko PJK dan cara menghadapinya
agar dampaknya tidak menjadi lebih parah. Factor risiko alami akan dibahas dalam Bab 7 dan
Bab 8, terutama terkaitannya dengan kadar kolesterol dalam darah.
1. 6 Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Pada prinsipnya pengobatan PJK ditujukan untuk agar terjadi keseimbangan lagi
antara kebutuhan oksigen jantung dan penyediaannya. Aliran darah melalui arteri koronaria
harus kembali ada dan lancar untuk jantung. Pengobatan awal biasanya segera diberikan
tablet Aspirin yang harus dikunyah. Pemberian obat ini akan mengurangi pembentukan
bekuan darah di dalam arteri koroner. Pengobatan penyakit jantung koroner adalah
meningkatkan suplai (pemberian obat-obatan nitrat, antagonis kalsium) dan mengurangi
demand (pemberian beta bloker), dan yang penting mengendalikan risiko utama seperti kadar
gula darah bagi penderita kencing manis, optimalisasi tekanan darah, kontrol kolesterol dan
berhenti merokok.
Jika dengan pengobatan tidak dapat mengurangi keluhan sakit dada, maka harus
dilakukan tindakan untuk membuka pembuluh koroner yang menyempit secara intervensi
perkutan atau tindakan bedah pintas koroner (CABG). Intervensi perkutan yaitu tindakan
intervensi penggunaan kateter halus yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk
dilakukan balonisasi yang dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner.
1.7 Kaitan PJK dengan Diabetes Melitus
DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, yang disebabkan oleh defisiensi insulin.
DM yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan komplikasi makrovaskuler
seperti PJK dan PJK merupakan penyebab kematian utama pada penderita DM. Pada
penderita DM terjadinya iskemia atau infark miokard kadang-kadang tidak disertai dengan
nyeri dada atau disebut silent myocardial infarction (SMI) yang mungkin menyebabkan
kematian karena terlambatnya diagnosis PJK atau sulitnya mendiagnosa PJK pada DM.
Kematian mendadak pada penderita DM mungkin disebabkan PJK yang menghasilkan
aritmia atau infark miokard. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor risiko terjadinya
PJK pada penderita DM.
Sekitar 3 - 20 per 1000 orang populasi mengalami jantung koroner, prevalensinya
meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia di atas 60 tahun) (Gray
dkk, 2003). Dari hasil penelitian Framingham menunjukan mortalitas dalam 5 tahun terjadi
peningkatan penderita DM dengan penyakit jantung koroner. berdasarkan dari data di
Amerika terdapat 3 juta penderita penyakit jantung koroner dan setiap tahunnya bertambah
dengan 400.000 orang, sedangkan untuk di Indonesia angka kejadian tersebut belum pasti
(kalbefarma, 2002).
Dari data yang didapat di Medical Record RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, khususnya
di poliklinik jantung didapat jumlah kunjungan penderita penyakit jantung koroner pada
tahun 2007 berjumlah 514 orang, pada tahun 2008 berjumlah 1.305 orang dan pada tahun
2009 berjumlah1.409. Dari data tersebut terjadi peningkatan kasus lebih dari 60%.
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 21 april 2010 dari 25 pasien
yang berobat di poli jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu yang terdiagnosa PJK ada 6
orang dan 2 orang memiliki riwayat Diabetes Melitus. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu” 2010, sedangkan
pengumpulan data penelitian dilakukan selama 1 minggu yaitu tanggal 7 Juli – 12 Juli
2010.Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
1. Penyakit Jantung Koroner
Tabel Distribusi frekuensi PJK pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Jantung
RSUD Dr.M. Yunus Bengkulu Tahun 2010
No Kategori
kejadian
PJK
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
1
2
PJK
Tidak PJK
183
183
50
50
Jumlah 366 100
Sumber : Data Penelitian 2010
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan
sampel, terdapat 183 orang (50%) pasien yang menderita penyakit jantung koroner sebagai
kelompok kasus, sedangkan 183 orang (50%) pasien yang tidak menderita penyakit jantung
koroner sebagai kelompok kontrol.
2. Diabetes Melitus
Tabel Distribusi frekuensi penyakit Diabetes Melitus pada pasien yang berkunjung ke
Poliklinik Jantung RSUD Dr.M. Yunus Bengkulu Tahun 2010
No Kategori
kejadian DM
Frekuensi
(f)
(%)
1
2
DM
Tidak DM
195
171
53,3
46,7
Jumlah 366 100
Sumber : Data Penelitian 2010
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan sampel
lebih dari sebagian 195 orang (53,3%) pasien dengan riwayat diabetes mellitus.
Hubungan antara Penyakit Diabetes Melitus dengan Penyakit Jantung Koroner
Analisa hubungan diabetes melitus dengan penyakit jantung koroner di poliklinik
jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
PJK
DM
Penyakit X²
OR
P
PJK Tidak PJK
n % N %
32,006 0,000
3,479
2,261-5,354
DM 125 68,3 70 35,9
Tidak DM 58 31,7 113 66,1
Jumlah 183 100 183 100
Sumber : Data Penelitian 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus (kejadian PJK)
hampir sebagian besar (68,3%) dengan riwayat DM sedangkan pada kelompok kontrol (tidak
PJK) hampir sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat DM. Dari uji chi square diperoleh
nilai X2 adalah 32,006 dengan nilai p = 0,000 (a = 0,05) dan derajat kebebasan (d.f = 1) ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara diabetes melitus dengan penyakit
jantung koroner serta responden yang menderita diabetes melitus mempunyai peluang terkena
penyakit jantung koroner 3,479 (95% CI : 2,261-5,354) kali dibandingkan dengan responden
yang tidak menderita diabetes mellitus
.
Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh 183 orang pasien yang dijadikan sampel kasus
dengaan PJK dan 183 orang tidak PJK sebagai sampel kontrol. Sejalan dengan pendapat
Kabo, (2008), bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang
disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai terjadinya aterosklerosis (kekakuan arteri),
maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (Plaque) pada dinding arteri
koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun.
Menurut pengamatan yang peneliti lakukan PJK terjadi karena adanya gaya hidup
yang kurang sehat dan kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga. oleh karena itu gizi
seimbang dengan memperbanyak konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, roti dan cereal
sangat bagus untuk penderita PJK. Hal ini juga harus di imbangi dengan menjaga berat
badan, olah raga secara rutin dan menghindari stress.
Hal ini di akibatkan karena penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh beberapa
faktor-faktor resiko yaitu : Faktor resiko yang bersifat alamiah (Non Modifiable) dan Faktor
resiko yang non alamiah / yang bisa diubah (modifiable). Dari faktor resiko yang bersifat
alamiah antara lain : jenis kelamin, usia dan genetik atau riwayat keluarga serta Faktor resiko
yang non alamiah / yang bisa diubah yaitu: Merokok, Hipertensi, Hiperkolesterolemia,
Diabetes Militus (DM), Obesitas, Stress Inflamasi, Kurang bergerak dan pola makan yang
salah. Kabo, (2008).
Bila melihat dari jumlah kasus yang ada, ini berarti cukup banyak pasien jantung
koroner yang ada di poliklinik jantung RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu. Kondisi ini cukup
menghawatirkan karena dampak dari penyakit jantung koroner sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian secara mendadak. Menurut Setiawan, (2005) bahwa kejadian PJK
yang lebih berat, lebih progresif, lebih kompleks, dan lebih difus dapat menimbulkan
kematian lebih cepat dibandingkan penyakit jantung lainnya.
Diabetes Melitus
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan
sampel, lebih dari sebagian pasien yang datang berobat di poliklinik jantung RSUD. Dr. M.
Yunus Bengkulu lebih dari sebagian pasien dengan riwayat menderita diabetes melitus.
Menurut pengamatan yang peneliti lakukan faktor penyebab diabetes melitus bukan
hanya karena faktor keturunan atau gen tetapi lebih disebabkan karena adanya pola hidup
yang kurang sehat dan kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga. Oleh karena itu gizi
seimbang dengan mengurangi konsumsi gula dan karbohidrat yang berlebih, menjaga berat
badan, olah raga secara rutin dan menghindari stress sangat bagus untuk mencegah terjadinya
DM dalam rangka meminimalkan kejadian penyakit lanjutan lainnya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Harto (2003), penyakit yang dapat di timbulkan oleh
penyakit diabetes melitus adalah sebagai berikut : a). Penyakit jantung koroner adalah adanya
pengapuran/pengerasan, penyempitan dan penyumbatan darah jantung koroner. Serangan
jantung terjadi jika pembuluh darah koroner tersumbat total, sehingga otot jantung tidak
teraliri oleh darah serta makanan, akibatnya sebagian kecil otot jantung akan mati, dan
kemudian pekerjaan jantung sebagai alat pemompa darah ke seluruh bagian tubuh langsung
akan terganggu. b). Trombosis koroner atau serangan jantung terjadi bila bekuan darah
menutup salah satu pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung. Akibatnya
jantung kekurangan darah dan kadang-kadang berhenti sama sekali. Diabetes melitus dapat
membuat darah menjadi lebih lengket dan lebih mudah membeku dan juga mengganggu
irama jantung, itulah sebabnya maka kematian secara tiba-tiba akibat serangan jantung tanpa
peringatan terlebih dahulu. c). Kanker adalah penyakit yang sel-sel di beberapa bagian tubuh
mengganda secara tiba-tiba dan tidak berhenti, kadang-kadang gumpalan sel ini hancur dan
terbawa dalam aliran darah ke bagian tubuh lain, tidak seorang pun mengetahui secara pasti
bagaimana pertumbuhan sel yang tiba-tiba menjadi ganas.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara penyakit jantung koroner oleh akibat dari penyakit diabetes, yaitu yang mana pada
penyakit diabetes mellitus sering kali mengalami proses yang dinamakan mikroangiopathy
atau terjadi pengerasan pada dinding arteri. Sebagaimana diketahui bahwa elastisitas dinding
arteri sangat mendukung lancarnya peredaran darah keseluruh tubuh agar sel mendapatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang cukup, maka apabila terjadi mikroangiopathy ini secara tidak
langsung akan berdampak pula pada terhambatnya suplai oksigen dan nutrisi tersebut
terutama pada arteri koronaria. Sehingga terjadilah beberapa penyakit jantung seperti
penyakit jantung koroner.