Sap Rehabilitasi Post Pjk
-
Upload
aprilialife -
Category
Documents
-
view
34 -
download
2
Transcript of Sap Rehabilitasi Post Pjk
PAKET PENYULUHAN
REHABILITASI POST PENYAKIT JANTUNG KORONER
Oleh :
TIM PKRS RUANG 5 CVCU
IRNA I
RUMAH SAKIT UMUM DR. SAFUL ANWAR
MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
PAKET PENYULUHAN
REHABILITASI POST PENYAKIT JANTUNG KORONER
R. 5 / CVCU
IRNA I
RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
DISETUJUI
HARI =
TANGGAL =
MENYETUJUI
Ka SMF ILMU PENYAKIT JANTUNG
(Dr SASMOYO)
NIP.
. Ka TIM PKRS
NIP
Malang ,
MENYETUJUI Ka Ur R. 5 / CVCU
(Ns. BAMBANG SUTIKNO, S.Kep, M.Kep)
NIP
SATUAN ACARA PENYULUHAN
REHABILITASI POST PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER)
Pokok Bahasan: Rehabilitasi post PJK (Penyakit Jantung Koroner)
Sasaran : Pasien dan Keluarga di ruang 5 CVCU RSU Syaiful Anwar Malang
Hari/Tanggal : Jum’at, 23 Agustus 2013
Tempat : Ruang CVCU RSU Saiful Anwar Malang
Waktu : 30 - 60 menit
A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ penting dalam tubuh seseorang. Adanya kerusakan pada
jantung akan memberikan dampak yang cukup berat, hal ini didukung dengan kondisi
penyakit jantung akibat penyempitan pembulu darah akan dapat bersifat progresif.
Dimana kondisi progreasif ini akan meningkatkan kondisi yang lebih buruk, sehingga
perlu dilakukan penatalaksanaan yang serius terhadap kondisi jantung yang tidak stabil.
Ketika kondisi jantung pernah mengalami gangguan maka perlu dilakukannya
rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan kegiatan pemulihan untuk mencapai kondisi yang
dahulu. Rehabilitasi pasien jantung adalah kegiatan yang dibutuhkan untuk
mempengaruhi kondisi penyebab penyakit, serta kondisi fisik, mental dan sosial yang
baik, sehingga dapat memaksimalkan kondisi atau membuat menjadi normal kembali
(WHO, 1993). Berdasarkan uraian tersebut, kami merasa perlu untuk melakukan
penyuluhan mengenai rehabilitasi jantung, guna membantu meningkatkan kualitas hidup
seseorang.
B. Tujuan Intruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pengunjung dapat memahami tentang rehabilitasi
post PJK (Penyakit Jantung Koroner)
C. Tujuan Instruksional Khusus
a. Pengunjung dapat menjelaskan definisi rehabilitasi jantung
b. Pengunjung dapat menyebutkan manfaat rehabilitasi jantung
c. Pengunjung dapat menyebutkan kriteria untuuk pasien rehabilitasi jantung
d. Pengunjung dapat menyebutkan tujuan rehabilitasi jantung
e. Pengunjung dapat mengetahui waktu memulai rehabilitasi jantung
f. Pengunjung dapat mengetahui peringatan rehabilitasi jantung
g. Pengunjung dapat mengetahui tentang program rehabilitasi jantung
D. Sasaran
Pasien dan keluaga pasien di ruang 5 CVCU RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang
E. Pembahasan materi
a. Definisi rehabilitasi jantung
b. Manfaat rehabilitasi jantung
c. Kriteria rehabilitasi jantung
d. Tujuan rehabilitasi jantung
e. Waktu memulai rehabilitasi jantung
f. Peringatan rehabilitasi jantung
g. Program rehabilitasi jantung
Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Kegiatan
Kegiatan penyuluhan Kegiatan audien Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan umum
dan khusus dari penyuluhan
4. Melakukan kontrak waktu
5. Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan
6. Mengenali pengetahuan awal
audiens
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
3. Menjawab
pertanyaan
4. Mendengarkan
Ceramah 2,5 menit
Pelaksanaan
a. Penyajian
Menjelaskan kepada audiens
tentang :
a. Definisi rehabilitasi jantung
b. Manfaat rehabilitasi jantung
c. Kriteria rehabilitasi jantung
d. Tujuan rehabilitasi jantung
e. Waktu memulai rehabilitasi
jantung
f. Peringatan rehabilitasi
jantung
1. Mendengarkan
2. Memperhatian
3. Memahami
Ceramah 10 menit
b. Diskusi
c. Evaluasi
g. Program rehabilitasi jantung
Menjawab pertanyaan yang
diajukan audien
Memberikan pertanyaan kepada
audien tentang apa yang sudah
dijelaskan
Mengobservasi tingkat antusias
audien tentang penyuluhan
Menanyakan materi
yang belum jelas
Bertanyan tentang
hal seputar
rehabilitasi jantung
Menjawab
pertanyaan yang
diberikan penyuluh
Tanya jawab
Tanya jawab
10 menit
5 menit
Penutup 1. Menarik kesimpulan
2. Memberikan tindak lanjut
3. Memberikan ucapan terima
kasih
4. Menutup penyuluhan (salam)
1. Mendengarkan
2. Menjawab salam
Ceramah
Tanya jawab
2,5 menit
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
G. Media
1. Powerpoint
2. Leaflet
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Pesert hadir penyuluhan pukul 10.00 WIB
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu
CVCU
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan
b. Peserta bertanya tentang materi penyuluhan
c. Peserta yang meninggalkan penyuluhan kurang dari 25%
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi hasil
a. Peserta dapaat menjawab pertanyaan tentang rehabilitasi post penyakit
jantung koroner
b. Jumlah peserta yang hadir minimal 7 orang keluarga pasien
I. Daftar Pustaka
Soeharto, Imam. 2004. Penyakit Jantung Dan Serangan Jantung. Jakarta : Gramedia
Prof Dr. Peter Kabo. 2008. Mengungkap Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Jolliffe, J. A., K. Rees, R. S. Taylor, D. Thompson, N. Oldridge and S. Ebrahim 2001.
"Exercisebased rehabilitation for coronary heart disease." Sports Medicine Journal 1:
87.
Marchionni, N., F. Fattirolli, S. Fumagalli, N. Oldridge, F. Del Lungo, L. Morosi, C. Burgisser
and G. Masotti 2003. "Improved exercise tolerance and quality of life with cardiac
rehabilitation of older patients after myocardial infarction: results of a randomized,
controlled trial." Circulation 107(17): 2201.
Oldridge, N. B. 1988. "Cardiac rehabilitation exercise programme." Sports Medicine 6: 45
WHO. Rehabilitation after cardiovascular disease with special emphasis on developing
countries. Geneva: WHO; 1993. Report No.: 831.
Materi Penyuluhan
REHABILITASI POST PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER)
Definisi
Rehabilitasi jantung serangkaian kegiatan diperlukan untuk mempengaruhi penyebab
penyakit jantung dan mencapai kondisi fisik, mental dan sosial terbaik, sehingga mereka dapat
mempertahankan atau mencapai kehidupan seoptimal mungkin dimasyarakat dengan
usahanya sendiri (WHO 1993).
Manfaat rehabilitasi jantung
Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, program-program exercise dan psiko-
edukasi membantu menurunkan mortalitas penyakit jantung dalam jangka waktu yang lama,
mengurangi kambuhnya miokard infark, memperbaiki faktor-faktor resiko utama penyakit
jantung. (Benson G, 2000).
Latihan melindungi jantung dengan : Menurunkan tekanan darah, Menjaga agar berat
badan tetap stabil, Menjaga kadar kolesterol yang sehat, Menurunkan kadar gula, Menurunkan
stres, depresi dan anxietas, Meningkatkan sirkulasi, kekuatan otot; Meningkatkan semangat
untuk tetap sehat.
Kriteria-kriteria untuk Pasien Rehabilitasi jantung
1. Kriteria Inklusi : Paska miokard infark, Paska PTCA, Paska CABG, CHF Stabil, Pacu
Jantung, Penyakit Katup Jantung, Transplantasi Jantung, Penyakit Jantung Bawaan,
Penyakit gangguan vaskular.
2. Kriteria Eksklusi : Unstable Angina, Gagal jantung kelas 4, Tachyaritmia-Bradiaritmia tidak
terkontrol, Severe Aortic-Mitral Stenosis, Hypertropic-obstructive cardiomyopathy, Severe
pulmonary hypertension, Kondisi Lainnya
Tujuan rehabilitasi jantung
1. Medical Goals : Meningkatkan fungsi jantung; Mengurangi resiko kematian mendadak dan
infark berulang; Meningkatkan kapasitas kerja; Mencegah progresivitas yang mendasari
proses atheroskeloris; Menurunkan mortalitas dan morbiditas.
2. Psychological goals : Mengembalikan percaya diri; Mengurangi anxietas and depressi;
Meningkatkan managemen stres; Mengembalikan fungsi seksual yang baik.
3. Social Goals : Bekerja kembali; Dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari hari secara
mandiri.
4. Health Service Goals : Mengurangi biaya medis; Mobilisasi dini dan segera pasien bisa
pulang; Mengurangi pemakaian obat-obatan; Mengurangi kemungkinan dirawat kembali.
Waktu memulai rehabilitasi jantung
Pasien kondisi hemodinamik stabil : Tidak ada sakit dada berulang dalam 8 jam, Tidak
ada tanda-tanda gagal jantung yang tidak terkompensasi ( sesak pada saat istirahat dengan
ronki didasar paru bilateral), Tidak ada perubahan signifikan yang baru pada EKG dalam 8 jam
terakhir.
Peringatan rehabilitasi jantung
Aktivitas/latihan harus dihentikan jika : HR level sebelum latihan > 100 bpm; Sistolik BP
>200 mmHg; Diastolik BP > 110 mm Hg; Penurunan diastolik BP > 10 mmHg; Perubahan
Signifikan pada Ventricular atau atrial aritmia; Blok jantung derajat 2 atau 3.
Program rehabilitasi PJK
1. Program Fase I : Fase Rawat Inap (Inpatient)
Fase I dilaksanakan selama pasien masih tinggal di rumah sakit, dan meliputi latihan
rehabilitasi awal, yang menekankan pada pendidikan pasien, terdiri dari diskusi informal
dengan dokter da juru rawat. Terapi latihan menyerupai aktivitas kehidupan sehari-hari
seperti duduk, berdiri, dan berjalan.
Tujuan dari rehabilitasi fase I dipusatkan pada uapaya untuk :
- Menhindari problem yang diakibatkan tinggan di tempat tidur (bedrest) terlalu lama.
- Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya perihal pola hidup yang
benar.
Pelaksanaan rehabilitasi fase I dimulai segera setelah kondisi pasien stabil : biasanya 24-48
jam sehabis serangan jantung atau CABG.
Tujuan diatas dapat diperinci sebagai berikut :
- Memebatu pasien untuk dapat memulai gerakan fisik
- Mengurangi beban mental, emosional yang biasanya mengikuti seseorang setelah
serangan jantung, CABG, dan mereka yang sudah mengidap tanda-tanda PJK.
- Mulai mengidentifikasi factor-faktor resiko dari PJK
- Menumbuhkan sifat positif yang dapat memotivasi pasien untuk komitmen jangka
panjang kea rah hidup normal.
Langkah-langkah melakukan fase I :
- Latihan melemaskan otot leher. Kepala ditundukkan perlahan-lahan dengan
mendekatkan dagu ke dada. Muka lurus ke depan dan diteruskan dengan melihat ke
atas.
- Kepala diputar ke kiri dan ke kanan. Kepala digelengkan ke kiri dank e kanan
dengan mendekatkan telingan ke pundak yang bersangkutan
- Pundak ditarik ke atas dan ke bawah
- Letakkan tangan kanan ke paha kanan dan tangan kiri ke paha kiri. Angkat
bergantian lurus ke depan
- Tangan dibelakang kepala dan siku mengarah ke depan. Perlahan-lahan siku dibuka
dan ditutup
- Tangan bertolak pinggang. Putar tangan bertumpu pada persendian pundak/bahu.
Demikian gerakan-gerakan di atas diulang berkali-kali
Pada hari ke-3 pasien dilatih berdiri dan berjalan perlahan-lahan. Diukur nadi dan tensi
setiap mulai dan selesai latihan, serta dicatat pada lembaran kertas (log) yang tersedia.
Hari-hari berikutnya intensitas latihan ditingkatkan dengan berjalan kaki di koridor di antara
kamar, selanjutnya diadakan latihan di ruang khusus untuk rehabilitasi. Ruang ini dilengkapi
dengan peralatan seperti sepeda statis, dan berjalan, barbell, tongkat dan lain-lain.
Pasien yang menjalani latihan fase I dilengkapi dengan monitor jarak jauh (telemeter)
sehingga dapat dicatat EKG yang bersangkutan saat melakukan kegiatan latihan.
Menjelang akhir fase rawat, pasien diharapkan sudah mampu berjalan sekitar 1½ kilometer.
Table : contoh aktivitas pada fase I (inpatient)
Kelas gerakan Contoh aktivitas
Kelas I Duduk di tempat tidur dengan bantuan
Duduk di kursi 15-30 menit, 2-3 kali sehari
Kelas II Duduk di tempat tidur tanpa bantuan
Berjalan di dalam ruangan
Kelas III Duduk dan berdiri secara mandiri
Berjalan dengan jarak 15-30 meter dengan bantuan 3 x sehari
Kelas IV Melakukan perawatan diri secara mandiri
Berjalan dengan jarak 50-70 meter dengan bantuan 3-4 x sehari
Kelas V Berjalan dengan jarak 80-150 meter mandiri 3-4 x sehari
2. Program fase II : out patient
Program out-patient dilakukan segera setelah kepulangan pasien dari rumah sakit.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengembalikan kemampuan fisik pasien pada
keadaan sebelum sakit. Pasien yang pernah mengalami infark myocard dan atau operasi
bypass arteri memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami dysritmia, dypnea dan
angina. Pada pasien yang pernah menjalani operasi bypass sering terjadi rasa pusing dan
diyrrhitmia supraventricular sedangkan pasien yang pernah mengalami infark myocard
sering mengalami perubahan segmen ST pada EKG. Hal inilah yang mendorong perlunya
pengawasan program latihan pada orang dengan riwayat gangguan jantung tersebut
(Jolliffe et al., 2001:87).
Seperti yang telah dikemukakan program rehabiliatasi sebaiknya diawali beberapa hari
sebelum fase I berakhir. Biasanya fase II dimulai pada minggu kedua atau ketiga setelah
serangan myocardial infark. Program ini diharapkan dapat memberi dukungan dan dapat
membimbing penderita gangguan jantung untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatannya. Idealnya, program fase II dijalankan di fasiloitas kesehatan yang memiliki
fasilitas EKG untuk pengawasan latihan, peralatan dan staf yang dapat mengatasi kondisi
darurat. Apabila fase rehabilitasi ini terpaksa dijalankan di rumah ataupun di tempat dengan
sarana minimal, seyogyanya tetap dilakukan pemeriksaan periodik pada pusat pusat
kesehatan. Pada prinsipnya, tujuan dari fase ini adalah untuk memberi latihan rehabilitasi
fisik seseorang penderita gangguan jantung agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari seperti sedia kala. Program ini sebaiknya dikepalai oleh dokter yang dapat melakukan
kontak secara teratur dengan pasien, dapat melayani panggilan rumah atau dapat
melakukan pengawasan pada program latihan (Marchionni et al., 2003:2201).
Ades (2001:894) memberikan beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara
mandiri terdapat pada gambar 2 sampai 10. Pada tiap latihan dilakukan pengulangan
sebanyak 10 kali dan dilakukan dua kali sehari. Pada tiap latihan dilakukan pengaturan
nafas yang baik karena apabila dilakukan penahanan nafas dapat terjadi peningkatan
tekanan darah dan meningkatkan beban kerja jantung. Pada hari ke 4 dan ke 5 dapat
ditambahkan beban sebesar 250 gram pada tangan. Pada hari ke 6 beban dapat
ditingkatkan menjadi 500 gram.
1. Latihan I (Latihan Siku)
Cara :
• Berdiri dengan siku menekuk dan dikatupkan pada dada
• Luruskan siku ke arah depan.
• Tekuk kembali siku.
• Ulangi sampai dengan 10 kali
2. Latihan Elevasi Lengan
Cara :
• Berdiri dengan siku menekuk di dada.
• Luruskan siku dan lengan ke arah atas
• Tekuk kembali ke posisi semula.
• Ulangi sampai dengan 10 kali
3. Latihan Ekstensi lengan
Cara :
• Berdiri dengan siku menekuk ke arah dada.
• Lengan direntangkan ke arah disamping pinggang.
• Katupkan kembali lengan pada dada
• Ulangi sampai dengan 10 kali.
4. Latihan Elevasi Lengan II
Cara :
• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.
• Dengan tetap meluruskan siku angkat lengan keatas kepala.
• Turunkan lengan kembali ke samping badan.
• Ulangi sampai dengan 10 kali.
5. Latihan Lengan Gerak Melingkar
Cara :
• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.
• Rentangkan tangan setinggi bahu.
• Gerakakan secara melingkar tangan dan lengan dengan arah depan dengan tetap
meluruskan siku.
• Ulangi sampai dengan 10 kali
Lakukan gerakan memutar kebelakang sampai dengan 10 kali
6. Latihan Jalan Di Tempat (Mulai hari ke-5)
Cara:
• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dengan lengan ditekuk ke depan
• Angkat satu kaki dengan menekuk lutut seperti saat berbaris.
• Ayunkan lengan untuk membantu menjaga keseimbangan
• Ulangi sampai dengan 10 kali.
7. Latihan Menekuk Pinggang
Cara :
• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu
• Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kanan
• Pertahankan kaki dan punggung tetap lurus.
• Ulangi sampai dengan 10 kali.
• Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kiri.
Ulangi sampai 10 kali
8. Latihan Memutar Pinggang
Cara:
• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tekuk lengan dan tempatkan tangan di
pinggang
• Putar tubuh ke kanan dan kemudian kembali.
• Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali
• Ulangi sampai dengan 10 kali.
8. Latihan Menyentuh Lutut (Mulai hari ke 7)
Cara:
• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, lengan diangkat diatas kepala.
• Tekuk punggung sampai tangan menyentuh lutut.
• Angkat kembali lengan keatas kepala
• Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali
• Ulangi sampai dengan 10 kali.
9. Latihan Menekuk Lutut (Mulai Minggu ke-3)
Cara:
• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tangan menyentuh pinggang.
• Tekuk punggung ke depan dengan lutut juga menekuk.
• Kembali luruskan punggung
• Ulangi sampai dengan 10 kali.
3. Program fase II : pemeliharaan
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melanjutkan ke fase pemeliharaan adalah
kapasitas fungsional pasien, status klinis serta tingkat pengetahuan pasien tentang gangguan
jantung yang dialaminya. Kapasitas fungsional minimal yang dimiliki oleh pasien adalah sekitar
5 METs yang memungkinkan seseorang dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa kesulitan
yang berarti. Secara klinis, pasien harus sudah memiliki respon hemodinamik dan
kardiovaskular yang stabil. Pasien juga diharapakn sudah memiliki pengetahuan dasar tentang
gejala-gejala yang dialami, pilihan terapi yang dapat dilakukan, karakteristik perjalanan alamiah
penyakit serta rentang aktivitas yang aman untuk dilakukan (Oldridge, 1988:45).
Program latihan pada fase pemeliharaan pada dasarnya sama dengan individu normal
dengan penekanan pada latihanb jenis aerobik. Pada pasien dengan kapasitas fungsional
diatas 5 METS, pemrograman latihan dengan menggunakan frekuensi denyut jantung dan RPE
(rating of perceived exertion) dapat dilakukan. Frekuensi latihan sebaiknay berkisar 3 sampai 4
kali dalam seminggu. Durasi latihan dapat dimuai dari 10 menit an kemudian dapat ditingkatkan
secara bertahap sampai dengan mencapai 60 menit. Pada saat terjadi peningkatan kapasitas
fungsional dan status klinis (Jolliffe et al., 2001:87).
Beberapa metode latihan yang dapat dijalankan pada penderita gangguan jantung adalah
latihan interval, sirkuit, sirkuit-interval dan kontinyu:
• Latihan interval didefinisikan sebagai latihan yang kemudian diikuti oleh periode istirahat.
Beberapa manfaat dari jenis latihan ini adalah
(1) dapat dilakukannya latihan fisik dengan intensitas tinggi pada fase aktif dan
(2) secara keseluruhan intensitas latihan rata-rata meningkat.
• Latihan sirkuit merupakan latihan dengan melakukan beberapa jenis aktivitas fisik tanpa
istirahat. Latihan sirkuit biasanya meliputi latihan beban dengan sasaran otot tangan dan kaki.
Manfaat dari latihan jenis ini adalah dapat melatih otot tangan dan kaki.
• Latihan sirkuit interval merupakan latihan tipe sirkuit dimana seseorang menjalankan beberapa
aktivitas akan tetapai diselingi oleh istirahat pada saat dilakukan peralihan aktivitas.
Manfaat dari latihan jenis ini meliputi manfaat yang didapat dari altihan sirkit dan interval.
• Latihan kontinyu menekankan penggunaan energi submaksimal yang diajaga terus samapai
dengan latihan berakhir. Manfaat dari latihan jenis ini adalah bahwa latihan ini lebih mudah
untuk dijalankan.