Rhino Sinusitis

Post on 17-Jan-2016

41 views 0 download

description

fefefe

Transcript of Rhino Sinusitis

Rhinosinusitis Kronik

Stefanie Karina Putri07120110100

Identitas Pasien

• Nama : Ny. F• Jenis kelamin : Perempuan• Tgl. Lahir : 24 Juni 1947• Usia : 67 tahun• Status : sudah menikah• Perkerjaan : Ibu Rumah Tangga• Agama : Islam• Alamat : Dormitory Serpong,

Tangerang,Indonesia

• No. Rekam medis : RSUS 00-62-75-72

Anamnesis

• Autoanamnesis Selasa, 10 Maret 2015 pukul 10.30 di bangsal Lt. 4 RSUS:

• Keluhan utama : Nyeri di bagian hidung yang menjalar sampai kepala

• Keluhan tambahan :Hidung meler, kadang tersumbat.

RPS

• Pasien datang dengan keluhan sesak nafas kurang lebih 4 bulan SMRS. Pasien juga mengeluh batuk dan rasa gatal pada mata. Pasien juga mengalami nyeri pada hidung yang menjalar hingga ke kepala sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit yang disertai dengan hidung meler dan kadang tersumbat.

RPS

• Pasien sering mengalami nyeri kepala dan hidung meler yang terjadi secara bersamaan. Biasa keluhan terjadi awalnya pada hidung sebelah kanan dan lama-lama melibatkan yang kiri. Pasien biasa tidak berobat karena keluhan pada hidungnya. Pasien hanya membeli obat lewat counter dan biasa membaik.

RPD

• Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan juga hipertensi sejak 7 tahun yang lalu, yaitu tepatnya pada tahun 2008. Hasil kadar gula darah puasa pasien (≥ 126 mg/dl), kadar gula darah sewaktu (≥ 200 mg/dl) dan juga tekanan darahnya (170/120 mmHg). Sampai saat ini, pasien tidak rutin meminum obat yang diberikan oleh dokter secara teratur. Pasien tidak selalu mengkontrol kadar gula darah dan tekanan darahnya ke dokter setiap 3 bulan sekali. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti asma, jantung, ginjal, kanker, dan yang lainnya.

RPK

• Ayah pasien juga memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dan sudah meninggal.

Riwayat

• Alergi : (-)• Operasi : (-)• Transfusi darah : (-)• Kebiasaan : merokok (-), alcohol (-), obat-obat

terlarang (-)

Review of System• • Sistem Serebrospinal : sakit kepala (+), pusing (-), demam (-), gelisah (+),

penurunan kesadaran (-), lumpuh (-), kejang (-), mata kuning (-), lemas (+).• • Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), sesak nafas (+), mengi (-), sianosis (-),

jantung berdebar (-).• • Sistem Respiratoris : hidung tersumbat (-/+), hidung meler (-/+),

anosmia(-/-), bau busuk dari hidung (+-/-), suara bindeng (-), batuk (+), pilek (+), sakit tenggorokan (-), bersin (+), sesak nafas (-).

• • Sistem Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), konstipasi (-), nyeri perut (-), perut membuncit (-), feses berlendir (-), feses berdarah (-).

• • Sistem Urogenital : frekuensi buang air kecil normal, warna air kencing bening.

• • Sistem Muskuloskeletal : pegal linu (-), badan lemas (-), deformitas (-), nyeri otot (-), bengkak (-), kaku sendi (-), memar (-).

• • Sistem Integumentum : bintik merah (-), kulit kering (-), kulit pucat (-), sianotik (-), kulit kemerahan (-).

Pemeriksaan Fisik

• Keadaan umum : tampak sakit ringan.• Kesadaran : Compos Mentis

(GCS 15)• Tanda - tanda vital– Nadi : 90 x / menit (regular, isi

cukup)– Tekanan darah : tidak diukur– Laju pernafasan : 20 x/menit– Suhu tubuh (axilla) : 37

Status Generalis

• Kepala : dbn• Mata : merah (+), gatal (+), pupil

bulat, SI(-), CA(-), reflek cahaya normal, gerakan bola mata normal, visual acuity normal.

• Hidung : simetris, dalam 1 alignment septum deviasi, polip (-/-), benda asing (-/-), sekret (+/+), mukosa atrofi (+/+), mukosa hiperemis (-/-).

Status Generalis• Telinga : lubang telinga normal, ketajaman pendengaran

normal, sekret (-/-), serumen (-/-), membran timpani intact, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tekan mastoid.

• Mulut : halitosis (-), mulut kering (-), lidah merah & bersih, karies (-), gigi ompong (-), gusi berdarah (-), sariawan (-), faring hiperemis (-).

• Tenggorokan : tonsil T1-T1 tenang, uvula terletak di tengah, faring hiperemis (-).

• Bibir : cyanotic (-), sariawan (-), pecah-pecah (-), bibir kering (-).• Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan

tiroid, kaku kuduk (-), massa (-), otot leher simetris kiri dan kanan, trakea teraba di tengah.

Status Generalis

• Thorax (Paru & Jantung)– Anterior– Inspeksi : pernafasan simetris saat statis dan dinamis, ictus

cordis tidak terlihat, bentuk dada normal, retraksi (-), deformitas (-), scar (-), lesi (-).

– Palpasi : pengembangan parunya sama pada kedua sisi, tactile vocal fremitus yang dirasakan sama antara paru kanan dan kiri

– Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hati pada ICS 5 dextra dari sonor ke pekak, batas paru lambung pada ICS 6 sinistra dari sonor ke timpani

– Auskultasi : suara nafas vesicular, ronchii (-/-), wheezing (-/-), stridor (-/-), gallop (-/-), murmur (-/-).

Status Generalis

• Posterior– Inspeksi : pernafasan simetris saat statis dan

dinamis, tidak ada deformitas, scar, lesion, rash.– Palpasi : tactile vocal fremitus dirasakan

sama antara paru kanan dan kiri, lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-).

– Perkusi : sonor pada seluruh bagian paru– Auskultasi : suara nafas vesicular, ronchii (-/-),

wheezing (-/-), stridor (-/-), gallop (-/-), murmur (-/-).

Status Generalis

• Abdomen– Inspeksi : cembung, distensi (-), scar (-), dilatasi vena

(-), striae (-), rash (-), lesi (-).– Auskultasi : bising usus meningkat pada masing-masing

kuadran (30 x / menit), borgborigmi (-), metallic sound (-).– Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada palpasi ringan

dan dalam, tidak ada massa, tidak ada pembesaran hati, limfa dan ginjal.

– Perkusi : timpani pada seluruh region abdomen, asites (-), peritonitis lokalis (-), traube’s space timpani, shifting dullness (-).

Status Generalis

• Ekstremitas– Superior : Sianosis (-/-), akral hangat, edema

(-/-), deformitas (-/-), capillary refill time kurang dari 3 detik (normal).

– Inferior : Sianosis (-/-), edema (-/-), deformitas (-/-).

Status Lokalis THT

Status Lokalis THT

Status Lokalis THT

Pemeriksaan Penunjang

Resume

• Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian hidung dan dahi. Hidung tersumbat di bagian kanan dan kiri. Kanan lebih parah dibanding kiri. Hidung meler, ingus tidak berwarna pada kedua hidung. Pasien memiliki riwayat DM dan HT yang tidak terkontrol. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok atau meminum alkohol.

Diagnosis

• Rhinosinusitis, Deviasi Septum– Dari anamnesis, terdapat keluhan hidung yang

sering tersumbat, hidung meler,dan nyeri pada bagian hidung serta dahi.

– Dari nasoendoskopi, dapat dilihat septum deviasi pada hidung sebelah kanan

– Pada foto sinus paranasal; kesan : sinusitis frontalis kanan

Diagnosis Banding

• Rhinosinusitis Alergi• Rhinosinusitis vasomotor

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Lab– ESR dan C-Reactive Protein meningkat pada pasien

rhinosinusitis tapi hasil ini tidak spesifik. Hasil pemeriksaan darah lengkap juga diperlukan sebagai acuan pembanding. Pemeriksaan sitologi nasal berguna untuk menjelaskan beberapa hal seperti allergic rhinitis, eosinophilia, nasal polyposis dan aspirin sensitivity. Dapat juga melakukan kultur pada produksi secret nasal akan tetapi sangat terbatas karena sering terkontaminasi dengan flora normal.

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Imaging– Pemeriksaan ini dilakukan terutama untuk

mendapatkan gambaran sinus yang dicurigai mengalami infeksi. Ada beberapa pilihan imaging yang dapat dilakukan yaitu plain radiography (kurang sensitive terutama pada sinus etmoidal), CT scan (hasilnya lebih baik dari pada rontgen tapi agak mahal), MRI (berguna hanya pada infeksi jamur atau curiga tumor), dan USG (penggunaannya terbatas).

Tata Laksana

• Irigasi hidung :– Irigasi hidung berfungsi untuk membersihkan bagian hidung

dari debu dan kotoran, mencegah radang dan infeksi pada rongga hidung

– Irigasi hidung dapat menggunakan ½ sendok teh garam (NaCl) yang dicampur dengan 200 ml air hangat. Lalu, disemprotkan ke dalam hidung dengan menggunakan spuit 10 ml, sebanyak 2 semprot.

– Irigasi hidung dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

– Pilihan lain selain NaCl bisa juga : Natrium bicarbonate ataupun Natrium diborate.

Tata Laksana

• Antibiotik– Antibiotik umumnya diarahkan pada pelaku utama yang terlibat

dalam rhinosinusitis aktu atau kronisUntuk kasus-kasus penyakit akut, 10-14 hari umumnya cukup untuk menutup infeksi. Durasi yang lebih lama terapi yang direkomendasikan untuk infeksi kronis. Beberapa antibiotik dianggap efektif dalam pengobatan rhinosinusitis akut termasuk amoxksisillin (Amoxil), Amoxicillin-clavulanate (Augmetin), azithromycin (Zithromax), Cefpodoxime (Vantin), proxetil (Vantin), Cefprozil (Cefzil), Loracarbef (Lorabid), dan TMP-SMX (Bactrim, Septra, Co-trimoxazole). Clindamycin (Cleocin) atau Metronidazole (Flagyl) dapat mungkin dapat dimasukkan juga untuk cakupan infeksi kronis.

Tata Laksana

• Reseksi submukosa (Submucous Septum Resection SMR) – Pada operasi ini mukosa perikondrium dan

mukoperiostium kedua sisi dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang rawan dari septum kemudian diangkat, sehingga muko-perikondrium dan muko-periostium sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis tengah.18

Tata Laksana

• Septoplasti atau Reposisi Septum – Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok di

reposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan. Dengan cara operasi ini dapat dicegah komplikasi yang mungkin timbul pada operasi reseksi submukosa, seperti terjadinya perforasi septum dan hidung pelana.

Tinjauan Pustaka

• Rinosinusitis dapat didefinisikan sebagai inflamasi pada hidung dan sinus paranasal yang dikarakteristik oleh 2 atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung tersumbat/obstruksi/kongesti atau nasal discharge (anterior/posterior nasal drip), nyeri atau tekanan pada wajah, penurunan atau menghilangnya daya penciuman

Rinosinusitis

• Berdasarkan definisi, gejala rinosinusitis akut terjadi kurang dari 3 minggu, gejala rinosinusitis subakut terjadi paling tidak 21-60 hari dan gejala rinosinusitis kronik terjadi lebih dari 60 hari.

Epidemiologi

• Kekerapan rinosinusitis terutama pada anak di Indonesia belum diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan cukup tinggi mengingat inflamasi di sinus paranasal dapat terjadi pada setiap infeksi saluran nafas atas.

• Di eropa rinosinusitis diperkirakan mengenai 10-30% populasi.

• Insiden di Amerika dilaporkan sebesar 135 per 1000 per populasi per tahun dengan 12 juta kunjungan ke dokter selama tahun 1995. Siperkirakan 31-35 juta penduduk Amerika menderita rinosinusitis (akut, kronik atau rekuren) setiap tahunnya.

Patofisiologi

Inflamasi mukosa hidung

Pembengkakan (edema) & eksudasi

Obstruksi (blockade) ostium

Gangguan ventilasi & drainase

Resorpsi oksigen di rongga sinus

Hipoksia

Permeabilitas kapiler & sekresi kelenjar

Transudasi, peningkatan eksudasi serous & penurunan silia

Retensi sekresi di sinus

Gambaran Klinis

• Gejala subjektif– Demam– Lesu– Hidung tersumbat– Sekresi lendir hidung yang kental dan terkadang

bau– Sakit kepala yang menjalar dan lebih berat pada

pagi hari

Gambaran Klinis

• Gejala objektif– Kemungkinan pembengkakan pada daerah bawah

orbita dan lama kelamaan akan bertambah lebar hingga ke pipi.

– Rhinosinusitis akut dan kronik memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi pada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:

Gambaran Klinis

• Sinusitis maksilaris, menyebabkan nyeri pipi tepat dibawah mata, sakit gigi, dan sakit kepala.

• Sinusitis frontalis, menyebabkan sakit kepala di dahi.• Sinusitis etmoidalis, menyebabkan nyeri di belakang

dan diantara mata serta sakit kepala di dahi.• Sinusitis sfenoidalis, menyebabkan nyeri yang

lokasinya tidak dapat dipastikan dan biasa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

Thank You