Post on 17-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Retinopati adalah kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang.
Retinopati juga adalah suatu degenerasi atau kelainan pada retina, dengan dasar
penutupan pembuluh darah yang menyebabkan gangguan nutrisi pada retina.
Salah satu penyebab retinopati adalah retinopati anemia. Dimana pada retinopati
dapat dilihat perubahan perdarahan dalam dan superficial, termasuk papil edema.
Gejala yang terjadi disebabkan anoksia berat yang terjadi pada anemia. Terkadang
tidak jarang ditemukan bercak eksudat kapas (cotton wool patches). Patofisiologi
dari retinopati anemia hingga kini belum ditemukan secara pasti. Tetapi, beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa hal ini berhubungan dengan retinal hypoxia,
venous stasis, angiospasm, dan peningkatan permeabilitas kapiler. Biasanya
retinopati anemia biasa tejradi pada pasien dengan anemia berat, atau penderita
trombositopenia. Retinopati anemia biasanya juga menjadi manifestasi klinik
sekunder dari penyakit sistemik, seperti kanker, infeksi, atau penyakit autoimun.
1
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui bagaimana retinopati anemia beserta manifestasi klinisnya
2. Memahami bagaimana manifestasi klinik sekunder dari penyakit sistemik
berefek pada retinopati anemia
3. Mengidentifikasi perubahan perdarahan dalam dan superfisial pada retinopati
anemia
4. Mengetahui gejala khas pada retinopati anemia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Retinopati anemia adalah kelainan retina yang tidak disebabkan oleh radang,
melainkan diakibatkan anoksia berat yang terjadi pada anemia. Anoksia akan
mengakibatkan infark retina sehingga tidak jarang ditemukan pula suatu bercak
eksudat kapas. Makin berat anemia akan terjadi kelainan retina yang berat.(1)
Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. Cotton
wool patches, merupakan gambaran eksudat pada retina akibat penyumbatan arteri
prepapil sehingga terjadi daerah nonperfusi didalam retina.(4)
2.2 Anatomi Mata
Mata adalah organ penglihatan yang terletak dalam rongga orbita dengan
struktur sferis dengan diameter 2,5 cm berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2)
koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih
mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan
tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah
sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-
pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah
koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah
luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel
kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.(1)(5)
3
Gambar 1 : Anatomi Mata.
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya.
Retina berbatas dengan koroid dan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas
lapisan:
1. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
2. Membrane limitan eksterna yang merupakan membrane ilusi.
3. Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan
batang. Ketiga lapis diatas avascular dan mendapat metabolism dari
kapiler koroid
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
5. Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolism dari arteri retina sentral
6. Lapis pkesiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan neuron
sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua
4
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju kearah
saraf optic. Didalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian pembuluh darah
retina.
9. Membrane limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina
dengan badan kaca.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan
iskemia dan merah pada hyperemia. Pembuluh darah didalam retina
merupakan cabang arteri oftalmikus arteri retina sentral masuk retina melalui
papil saraf optic yang memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar
retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.(1)
Gambar 2: Penampang Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan
berakhir di tepi ora serata.
5
Retina dibentuk dari lapisan neuroektoderma sewaktu proses embriologi.
Retina berasal dari divertikulum otak bagian depan (proencephalon). Pertama-
tama vesikel optic terbentuk kemudian berinvaginasi membentuk struktur
mangkuk berdinding ganda, yang disebut optic cup. Dalam perkembangannya,
dinding luar akan membentuk epitel pigmen sementara dinding dalam akan
membentuk sembilan lapisan retina lainnya. Retina akan terus melekat dengan
proencephalon sepanjang kehidupan melalui suatu struktur yang disebut traktus
retinohipotalamikus.(5)
Gambar 3 : Lapisan Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatasan dengan koroid dan
sel epitel pigmen retina.Retina terdiri atas 2 lapisan utama yaitu lapisan luar yang
berpigmen dan lapisan dalam yang merupakan lapisan saraf. Lapisan saraf
memiliki 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang yang berguna untuk melihat
cahaya dengan intensitas rendah, tidak dapat melihat warna, untuk penglihatan
perifer dan orientasi ruangan sedangkan sel kerucut berguna untuk melihat warna,
cahaya dengan intensitas inggi dan penglihatan sentral. Retina memiliki banyak
pembuluh darah yang menyuplai nutrient dan oksigen pada sel retina.(1)
6
2.3 Epidemiologi
Dari 28,3% pasien yang di diagnose menderita retinopati anemia secara
keseluruhan, ditemukan adanya lesi pada fundus yang erat dikatikan dengan
anemia berat dimana kehadiran (Hb <8 g/dL) dantrombositopenia berat (PLT <50
x109/L). Dari pasien yang menderita anemia dan trombositopenia secara
keseluruhan didapatkan angka persentasekejadianretinopathyadalah 38%. Faktor
yang mempengaruhi ini secara signifikan dikaitkan dengan umur, rendahnya
tingkathemoglobin, jumlah trombosit, RDW-CV, dan peningkatan MCV, MPV
dan P-LCR dengan adanya lesi pada fundus retina.(6)
2.4 Etiologi
Penyebab dari retinopati anemia adalah Anoksia akan mengakibatkan
infark retina sehingga tidak jarang ditemukan pula suatu bercak eksudat kapas.
Makin berat anemia akan terjadi kelainan retina yang berat.(4)
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi dari retinopati anemia hingga kini belum sepenuhnya
ditemukan dengan pasti. Namun, beberapa asumsi menyatakan bahwa retinopati
anemia berhubungan dengan terjadinya hipoksia pada retina, statis vena,
angiospasme, dan peningkatan permeabilitas kapiler.
Syaraf optic terletak dibelakang bola mata, memiliki persimpangan (chiasma
opticum)ditengah kepala sebelum akhirnya masuk ke otak daerah belakang.
Panjang syaraf optic berkisar antara 37-42 mm dan melintasi bagian bawah otak
yang disebut dengan hipofisis. Ujung serabut syaraf optic melingkupi bagian
dalam bola mata yang disebut dengan retina.
7
Oksigenasi retina diberikan oleh anyaman pembuluh darah yang melingkupi bola
mata dan dalam porsi kecil difusi dari cairan bola mata. Hipoksia retina bisa
disebabkan oleh peningkatan tekanan bola mata (glaucoma) sehingga menekan
anyaman pembuluh darah, gangguan pembuluh darah baik blockade maupun
gangguan darah (anemia). Gejala hipoksia akibat glaucoma dapat dirasakan secara
mendadak (buta mendadak) ataupun pelan-pelan berupa penyempitan lapang
pandang.(3)
Gambar 4: Perbandingan retina yang normal dengan retinopati
Gambar 5: Penampang retina
8
2.6. Gejala Klinik
Gejala Subjektif yang dapat dirasakan :
· Kesulitan membaca
· Penglihatan kabur disebabkan karena edema macula
· Penglihatan ganda
· Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
· Melihat lingkaran-lingkaran cahaya jika telah terjadi perdarahan vitreus
· Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip
Berikut adalah gejala objektif dari retinopati anemia, adalah sebagai berikut:
1. Mikroaneurismata, merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama
daerah vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat
pembuluh darah terutama polus posterior. Kadang-kadang pembuluh darah
ini demikian kecilnya sehingga tidak terlihat sedang dengan bantuan
angiografi fluorescein lebih mudah dipertunjukkan adanya
mikroaneurismata ini.
2. Dilatasi pembuluh darah balik engan lumennya irregular dan berkelok-
kelok bentuk ini seakan-akan dapat memberikan perdarahan tapi hal ini
tidaklah demikian. Hal ini terjadi akibat kelainan sirkulasi dan juga akibat
eksudasi plasma.
3. Soft exudate, yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia
retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna
kuning bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi
daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina.
4. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah
macula sehingga sangat menganggu tajam penglihatan pasien.
5. Penyempitan spasme pembuluh darah tampak sebagai: pembuluh darah
terutama arterior retina berwarna lebih pucat. Kaliber pembuluh darah
menjadi lebih kecil atau irregular karena spasme local, percabangan
arterior yang tajam.
9
Gambar 6: Gambaran Retinopati Anemia. Terlihat adanya perdarahan,
dan cotton wool spots.
Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina.
Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat
difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan
dihubungkan dengan iskemia retina.
Gambar 7 :Cotton Wool Spots pada oftalmologi dan FA
(Dikutip dari kepustakaan 10)
10
Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah
makula (macula edema) sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan. Edema
retina awalnya terjadi antara lapisan pleksiform luar dan lapisan nucleus dalam. (4)
(6)
2.7 Diagnosis
Retinopati dan berbagai stadiumnya didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
stereoskopik fundus dengan dilatasi pupil. Oftalmoskopi dan foto funduskopi
merupakan gold standard bagi penyakit ini. Angiografi Fluoresens(FA)
digunakan untuk menentukan jika pengobatan laser diindikasikan. FA diberikan
dengan cara menyuntikkan zat fluorresens secara intravena dan kemudian zat
tersebut melalui pembuluh darah akan sampai di fundus.(2)(3)
Gambar 8 : Neovaskularisasi retina perifer lebih terlihat jelas dengan angiography
daripada funduskopi.
11
Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan jenis
anemia dan juga manajemen dari anemia tersebut.
Riwayat pasien
Ketajaman visus
Refraksi
Evaluasi struktur okular, termasuk evaluasi retina lewat pupil yang
didilatasi
Pengukuran tekanan bola mata
Pemeriksaan tambahan termasuk:
-Fotografi retina
-Angiografi Flouresens
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk retinopati adalah koreksi anemia. Apabila
kehilangan penglihatan terjadi, dapat di laser atau dengan injeksi
intraviteal kortikosteroid atau anti-vascular endothelial growth factor
(VEGF).(4)
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang.
Cotton wool patches, merupakan gambaran eksudat pada retina akibat
penymbatan arteri prepapil sehingga terjadi daerah nonperfusi didalam retina.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia
dan merah pada hyperemia. Pembuluh darah didalam retina merupakan cabang
arteri oftalmikus arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optic yang
memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan
batang mendapat nutrisi dari koroid. Retinopati dan berbagai stadiumnya
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan stereoskopik fundus dengan dilatasi pupil.
Oftalmoskopi dan foto funduskopi merupakan gold standard bagi penyakit ini.
Angiografi Fluoresens(FA) digunakan untuk menentukan jika pengobatan laser
diindikasikan. FA diberikan dengan cara menyuntikkan zat fluorresens secara
intravena dan kemudian zat tersebut melalui pembuluh darah akan sampai di
fundus. Penatalaksanaan untuk retinopati adalah koreksi anemia.Apabila
kehilangan penglihatan terjadi, dapat di laser atau dengan injeksi intraviteal
kortikosteroid atau anti-vascular endothelial growth factor (VEGF).
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. DSM. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta: 2001
2. Joussen A.M. Retinal Vascular Diseease. New York: Springer;
2007. p. 3-5, 66-70, 129-132, ,228-31, 309, 291-331
3. Kanski J. Retinal Vascular Disease. In :Clinical Ophthalmology.
London:Butterworth-Heinemann;2003. p.439-54,468-70.
4. Lang G. Ophtalmology a Short Textbook : Vascular Disorder.
New York :Thieme; 2000. p. 299-301, 314-18.
5. Netter FH, Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology, 2002,
Comtan: U.S.A. P. 82
6. Weiss J. Retina and Vitreous : Retinal Vascular Disease. Section
12 Chapter 5.Singapore: American Academy of Ophtalmology;
2008. p 107-128
14