RETINOPATI DIABETIKA

22
Retinopati diabetik Dr.FERIYANI.Sp.M

description

mata

Transcript of RETINOPATI DIABETIKA

Page 1: RETINOPATI DIABETIKA

Retinopati diabetik

Dr.FERIYANI.Sp.M

Page 2: RETINOPATI DIABETIKA

Retinopati diabetik merupakan kelainan retina akibat dari komplikasi diabetes yang menyebabkan kebutaan.

Manifestasi penyakit ini dapat terjadi pada 80% dari semua penderita diabetes yang sudah menderita selama lebih dari 10 tahun atau 15 tahun.

Retinopati diabetik pada diabetes tipe I paling sedikit terlihat 3-5 tahun sesudah onset, sedangkan diabetes tipe II retinopati sudah dapat terjadi sebelum diagnosis ditegakkan.

Di Inggris retinopati diabetes merupakan penyebab kebutaan nomor 4 dari seluruh penyebab kebutaan yang terdapat pada kelompok usia 30-65 tahun, sedangkan di Amerika Serikat terdapat kebutaan 5.000 orang per tahun akibat retinopati diabetes.

Kebutaan yang disebabkan oleh retinopati diabetik dapat dicegah setiap tahunnya jika dideteksi secara dini. Oleh karena itu, perlu waktu yang optimal untuk terapi sebelum pasien mengeluhkan gejala penglihatan.

Page 3: RETINOPATI DIABETIKA

Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi serius diabetes, berupa kerusakan pembuluh darah kapiler pada jaringan yang berfungsi sebagai sensor cahaya (retina).

Page 4: RETINOPATI DIABETIKA

PATOGENESIS RETINOPATI DIABETIK Meskipun penelitian telah dilakukan secara

intensif, namun patofisiologi retinopati diabetik belum diketahui

hingga dewasa ini

.Jaringan sasaran retinopati diabetik adalah kapiler

retina. Beberapa penulis mengemukakan model hemodinamik : hiperperfusi retina dianggap bertanggung jawab atas timbulnya kerusakan, iskemi, dan retinopati kapiler

Page 5: RETINOPATI DIABETIKA

STADIUM RETINOPATI DIABETIK

Stadium-stadium komplikasi vaskuler ditetapkan berdasar-

kan gambaran oftalmologik; tiga stadium retinopati diabetik

yaitu : non proliferatif, pra-proliferatif, dan proliferatif.

Pada stadium non-proliferatif, kapiler retina bocor dan mengalami oklusi.Gambaran klinis yang dapat ditemukan

adalah mikroaneurisma, perdarahan intraretina, dan edema

makuler.

Penderita akan mengalami penurunan ketajaman penglihatan

hanya jika terdapat edema makuler, yang dilaporkan mengenai

5%-20% penderita diabetes, tergantung pada tipe dan lamanya

diabetes melitus. Di samping itu, penderita dapat asimptomatik.

Page 6: RETINOPATI DIABETIKA

Beberapa penderita berlanjut ke stadium pra-proliferatif, yang secara khas ditandai oleh manik-manik venosa, kelainan mikrovaskuler intraretina, perdarahan retina yang luas, serta cotton wool spots.

Terdapat kemungkinan sangat besar bahwaretinopati pra-proliferatif berlanjut menjadi retinopati proliferatif, yang bertanggung jawab atas sebagian besar penurunan ketajaman penglihatan yang serius dan komplikasi-komplikasi yang berat pada penderita diabetes.

Page 7: RETINOPATI DIABETIKA

Pada retinopati proliferatif, sebagai akibat iskemi retina

yang terus menerus, pembuluh darah baru (neovaskularisasi)

terbentuk di daerah diskus optikus atau di tempat lain di lapisan retina.

Pada stadium ini, penderita masih dapat asimptomatik

dan penatalaksanaan laser perlu dilakukan jika retinopati dapat ter-diagnosis. Jikalau tidak, pembuluh-pembuluh darah ini akan tumbuhke dalam rongga vitreum dan berdarah akibat tarikan dan pergeseran korpus vitreum:

Dengan adanya darah dalam korpus vitreum, penderita mengeluh melihat banyak 'apungan dan mengalami penurunan tajam penglihatan.

Jaringan fibrous biasanya menyertai pembuluh darah baru dan kontraksinya dapat menyebabkan ablasio atau terputusnya retina.

Page 8: RETINOPATI DIABETIKA

Segera setelah proliferasi fibrous menyebabkan terlepasnya

(ablasio) retina, bedah laser mungkin tidak memberikan hasil

yang efektif.

Pada kasus-kasus seperti ini, tajam penglihatan kadang kala dapat dipulihkan dengan vitreaktomi,

yaitu suatu operasi untuk mengangkat korpus vitreum dan

menggantikannya dengan larutan fisiologis.

Tipe diabetes, lamanya penyakit merupakan faktor risiko

yang memegang peranan penting pada retinopati proliferatif, di samping kontrol glukosa yang kurang memadai, tekanan darah tinggi, proteinuri, dan kehamilan

.

Page 9: RETINOPATI DIABETIKA

DETEKSI DINI Sekurang-kurangnya 50% kebutaan

akibat diabetes melitus dapat dicegah dengan penatalaksanaan laser pada retina; penatalaksanaan seperti ini memberi hasil yang paling efektif

bila dimulai sebelum penderita mengalami penurunan tajam penglihatan serta sebelum timbulnya perdarahan vitreum dan ablasio retina

Page 10: RETINOPATI DIABETIKA

Penderita diabetes melitus tipe II perlu mendapatkan pe-

meriksaan ahli mata setiap tahun dalam waktu beberapa bulan setelah diagnosis, sebab retinopati yang dapat diobati mungkin terjadi pada saat diagnosis.

Penderita yang tidak mendapatkan kontrol diabetes,

tekanan darah tinggi atau proteinuri secara memadai sebaiknya menjalani pemeriksaan yang lebih sering, karena penderita tersebut mempunyai risiko yang sangat tinggi untuk mengalami retinopati yang timbul cepat.

Penderita dengan retinopati pra-proliferatif perlu diperiksa

oleh ahli mata setiap tiga sampai empat bulan, karena terdapat risiko menderita retinopati proliferatif.

Page 11: RETINOPATI DIABETIKA

Retinopati Diabetik Nonproliferatif

Retinopati diabetic merupakan penyakit vaskuler retina yang paling sering terjadi. Penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan baru pada orang dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun.

Resiko retinopati diabetic terkait banyak faktor, termasuk lama diabetes dan tingkat pengendalian diabetes. Faktor tambahan lainnya, yaitu hipertensi tidak terkendali, hyperlipidemia, cairan intravaskuler overload, penyakit ginjal, anemia, kehamilan, dan operasi intraokuler dapat meningkatkan resiko dan tingkat keparahan dari retinopati diabetic.

Retinopati diabetic nonproliferatif (NPDR/Nonproliverative diabetic retinopathy) merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada retinopati diabetic.

Page 12: RETINOPATI DIABETIKA

Gejala

Kebanyakan orang dengan NPDR tidak mengalami gejala ataupun dengan gejala yang minimal pada fase preklinik sebelum masa dimana telah tampak lesi vaskuler melalui ophtalmoskopi

Pasien biasanya tidak mengeluhkan penurunan penglihatan hingga retinopati nonproliferatif moderat berkembang dengan adanya onset edema atau iskemia pada macula

Page 13: RETINOPATI DIABETIKA

Gambaran Klinis

Pada fase preklinis, evaluasi klinis standar dengan ophtalmoskopi dan angiography fluoroscein masih normal.

Akan tetapi, pasien mungkin memiliki gangguan fungsi retina sebagaimana dibuktikan dengan pemeriksaan elektroretinography, sensitivitas kontras, atau pemeriksaan penglihatan warna.

NPDR ditandai oleh keberadaan mikroaneurisma, perdarahan intrarenal, exudat lipid, dan cotton woll spots.

Ketika kondisi memburuk, vasodilatasi semakin meningkat dan vaskuler menjadi semakin berkelok-kelok. Sirkulasi retina secara normal meregulasi suplai darah untuk memenuhi kebutuhan metabolic, seperti pada otak.

Namun pada retinopathy yang progresif mekanisme regulasi ini berlebihan, terutama dengan peningkatan tekanan darah sistemik, cairan intravaskuler overload, atau hipoalbuminemia. Kemudian dinding pembuluh darah bocor, sehingga edema terkumpul pada edema (edema macula), yang ditandai dengan ruang cystic, penebalan retina, dan deposit lipoprotein (“hard” exudates).

Page 14: RETINOPATI DIABETIKA

Gambar 1. Penemuan klinis pada Retinopati diabetic nonproliferative termasuk mikroaneurisma, perdarahan intraretina, dan exudat lemak.

Page 15: RETINOPATI DIABETIKA

Gambar 2. Cotton wool spots umum terlihat pada pasien diabetic retinopathy. Gambaran Ini terlihat akibat adanya miroinfark pada lapisan serat saraf

Page 16: RETINOPATI DIABETIKA

Edema macula terkait dengan kasus kehilangan penglihatan pada NPDR. Istilah Edema macula bermakna klinis (CSME/Clinically significant macula edema) digunakan untuk mendeskripsikan mata yang beresiko mengalami kehilangan penglihatan terkait dengan edema macula.

Edema macula bermakna klinis didefinisikan jika ditemukan salah satu dari tanda berikut ini : penebalan retina pada atau dalam jarak 500µm dari pusat macula, exudat lipid pada atau dalam jarak 500µm dari pusat macula disertai dengan penebalan retina disekitarnya, dan penebalan retina lebih besar dari 1 diskus diameter (DD) dalam jarak 1DD dari pusat macula.

Page 17: RETINOPATI DIABETIKA

Gambar 3. Penyebab utama gangguan penglihatan pada pasien dengan NPDR adalah edema macula. Edema macula disebabkan oleh adanya kebocoran vaskuler dan ischemia.

Page 18: RETINOPATI DIABETIKA

Tingkat keparahan dari NPDR dapat diperkirakan dengan menggunakan 4-2-1 rule.

Mata dengan NPDR yang berat memiliki salah satu dari gambaran klinis dibawah ini : perdarahan bintik (dot blot haemorrhage) pada 4 kuadran, venous beading (penggelembungan vaskuler) pada 2 kuadran, dan abnormalitas mikrovaskuler intraretina pada 1 kuadran.

Pemeriksaan Penunjang

Angiography fluorescein dapat dilakukan untuk menentukan derajat perfusi macula dan mengidentifikai lokasi dan perluasan dari lesi yang dapat disembuhkan pada pasien denganCSME.

Page 19: RETINOPATI DIABETIKA

PathogenesisManifestasi klinis dari retinopati diabetic

disebabkan oleh kombinasi dari faktor sistemik dan okuler.

Gejala retina diakibatkan adanya kerusakan dari sel glial retina, neuron, dan sel vaskuler retina. Sebagai contoh, faktor yang berperan terhadap kebocoran vaskuler (seperti vascular endothelial growth factor) berasal dari neuron dan sel glial.

Kehilangan penglihatan disebabkan oleh kerusakan langsung maupun tidak langsung terhadap neuron.

Sebagai tambahan, faktor sistemik, seperti hipertensi atau overload cairan akan meningkatkan tekanan hidrostatik dan meningkatkan kecendrungan bocornya vaskuler.

Page 20: RETINOPATI DIABETIKA

Penanganan/Prognosis

Manifestasi fisiologis dari penjelasan gejala diatas merupakan prinsip dari terapi. Pertama, pengendalian metabolik sistemik primer harus dioptimalkan.

Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) telah mengkonfirmasi manfaat dari pengendalian gula darah intensif dalam mengurangi perkembangan dan progresi retinopati diabetik pada seseorang dengan DM tipe 1.

Hasil serupa telah dibuktikan pada pasien dengan DM tipe 2. Kedua, faktor resiko kardiovaskuler lainnya (hipertensi, overload cairan, hyperlipidemia, dan anemia ) harus dapat diatasi. Ketiga, proses okuler lokal akibat kebocoran vaskuler dapat diatasi dengan laser fotokoagulasi.

Pada mata dengan CSME, Early Treatment Diabteic Retinopathy Study (Penelitian Penanganan Dini Retinopati Diabetik) menunjukkan bahwa laser fotokoagulasi makula mengurangi resiko kehilangan penglihatan moderat dengan persentasi lebih 50%.

Fotokoagulasi makula untuk CSME melibatkan penanganan laser fokal untuk mikroaneurisma yang bocor dan laser fotokagulasi berpola garis pada edema makula difus.

Page 21: RETINOPATI DIABETIKA

Penilaian Sistemik

Perkembangan dan progresi retinopati diabetic dipengaruhi oleh banyak faktor.

Pasien dengan diabetes sebaiknya menjalani pemeriksaan regular dan penanganan oleh endocrinologist untuk mengoptimalkan pengendalian diabetes dan memperbaiki keadaan medis secara umum.

Page 22: RETINOPATI DIABETIKA